pengaturan kegiatan tambang

46
BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN DI INDONESIA A. Pengertian Kegiatan Usaha Pertambangan Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi Indonesia. 70 Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara Pasal 1 butir (1) disebutkan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. 71 Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kostruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang. 72 70 H. Salim HS., Loc.cit. 71 Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 72 Pasal 1 butir (6) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pertambangan bahan-bahan galian dibedakan menjadi 6 (enam) macam yaitu: Universitas Sumatera Utara

description

pengaturan kegiatan tambang

Transcript of pengaturan kegiatan tambang

Page 1: pengaturan kegiatan tambang

BAB III

PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN DI INDONESIA

A. Pengertian Kegiatan Usaha Pertambangan

Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi

Indonesia.70

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batu Bara Pasal 1 butir (1) disebutkan pertambangan adalah sebagian

atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan

pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum,

eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan

pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.

71

Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral

atau batu bara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,

studi kelayakan, kostruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,

pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.

72

70 H. Salim HS., Loc.cit. 71 Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batu Bara. 72 Pasal 1 butir (6) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batu Bara.

Dari pengertian tersebut

dapat disimpulkan bahwa usaha pertambangan bahan-bahan galian dibedakan

menjadi 6 (enam) macam yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 2: pengaturan kegiatan tambang

1. Penyelidikan umum, adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk

mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.

2. Eksplorasi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh

informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,

kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai

lingkungan sosial dan lingkungan hidup.

3. Operasi produksi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi

konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan

dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan

hasil studi kelayakan.

4. Konstruksi, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan

pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian

dampak lingkungan.

5. Penambangan, adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk

memproduksi mineral dan/atau batu bara dan mineral ikutannya.

6. Pengolahan dan pemurnian, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk

meningkatkan mutu mineral dan/atau batu bara serta untuk memanfaatkan

dan memperoleh mineral ikutan.

7. Pengangkutan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan

mineral dan/atau batu bara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan

dan pemurnian sampai tempat penyerahan.

8. Penjualan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil

pertambangan mineral atau batu bara

Universitas Sumatera Utara

Page 3: pengaturan kegiatan tambang

Usaha pertambangan ini dikelompokkan atas:73

1. Pertambangan mineral; dan

2. Pertambangan batu bara.

Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki

sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang

membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.74 Pertambangan mineral

adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar

panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.75 Pertambangan mineral

digolongkan atas:76

1. Pertambangan mineral radio aktif;

2. Pertambangan mineral logam;

3. Pertambangan mineral bukan logam;

4. Pertambangan batuan.

Batu bara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk

secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan.77

73 Pasal 34 ayat (1)Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

74 Pasal 1 butir (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

75 Pasal 1 butir (4) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

76 Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

77 Pasal 1 butir (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Pertambangan batu bara adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 4: pengaturan kegiatan tambang

pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen

padat, gambut, dan batuan aspal.78

B. Bentuk Kerjasama Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan

Penanaman modal asing di bidang pertambangan di luar minyak dan gas

bumi dilaksanakan dalam bentuk kontrak karya.79 Kontrak karya merupakan

kontrak yang dikenal dalam bidang pertambangan di luar minyak dan gas bumi,

seperti kontrak karya dalam penambangan batu bara dan pertambangan

umum.80Kontak karya merupakan suatu bentuk usaha kerja sama antara

penanaman modal asing dengan modal nasional yang terjadi apabila penanam

modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini

mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang

mempergunakan modal nasional.81

Kontrak Karya bidang pertambangan dapat dilakukan dengan

persyaratan:

82

1. Kerja sama dengan pemerintah;

2. Kontrak Karya atau bentuk lain sesuai dengan Peraturan Pemerintah, dimana

pihak asing sebagai kontraktor;

3. Mendapat pengesahan dari pemerintah setelah konsultasi dengan DPR.

78 Pasal 1 butir (5) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

79 Salim HS., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hal. 80.

80 Ibid., hal. 63. 81 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia”, (Jakarta: Kencana, 2007),

hal. 63-64. 82 Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,

2007), hal. 169.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: pengaturan kegiatan tambang

Penentuan persyaratan yang demikian adalah mengingat bahwa

pemerintah merupakan pemegang Kuasa Pertambangan sehingga swasta (asing)

hanya dapat sebagai kontraktor atau mengusahakan bidang tertentu seperti

eksploitasi dan eksplorasi.83

Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor

1614 Tahun 2004 tentang Pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya dan

Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara dalam rangka Penanaman

Modal Asing, proses untuk mengajukan permohonan kontrak karya diajukan

kepada Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, gubernur,

bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

84

Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral berwenang untuk

pemrosesan permohonan kontrak karya dari pemohon apabila wilayah kontrak

karya terletak dalam beberapa wilayah provinsi dan tidak dilakukan kerja sama

antarprovinsi dan/atau di wilayah laut yang terletak di luar 12 mil laut. Gubernur

berwenang untuk pemrosesan permohonan kontrak karya dari pemohon apabila

wilayah kontrak karya terletak dalam beberapa wilayah kabupaten/kota dan tidak

dilakukan kerja sama antara kabupaten/kota maupun antara kabupaten dan kota

dengan provinsi dan/atau di wilayah laut-laut yang terletak antara 4 sampai

dengan 12 mil laut. Bupati/walikota berwenang untuk pemrosesan permohonan

kontrak karya dari pemohon apabila wilayah kontrak karya terletak dalam

83 Ibid., hal.170. 84 H. Salim HS., Op.cit., hal.150.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: pengaturan kegiatan tambang

beberapa wilayah kabupaten/kota dan/atau di wilayah laut-laut sampai dengan 12

mil laut.85

Permohonan kontrak karya baru dilakukan apabila telah terbit persetujuan

pencadangan wilayah pertambangan oleh menteri atau gubernur , atau

bupati/walikota. Permohonan kontrak karya itu diajukan oleh pemohon kepada

pejabat sesuai dengan kewenangannya, dengan melampirkan:

86

1. peta wilayah yang diterbitkan oleh Unit Pelayanan Informasi Wilayah

Pertambangan (UPIWP) Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya

Mineral;

2. salinan fotokopi tanda terima penyetoran uang jaminan kesungguhan dari

Bank Pemerintah untuk wilayah yang berada pada kewenangan pemerintah

atau Bank Pembangunan Daerah untuk wilayah yang berada pada

kewenangan pemerintah daerah, atau salinan/kopi tanda pengiriman uang

(transfer) dari bank pemohon;

3. laporan tahunan perusahaan pemohon dan laporan keuangan untuk periode

tiga tahun yang telah diaudit oleh akuntan publik, apabila waktu pendirian

perusahaan pemohon kurang dari tiga tahun, dapat menggunakan laporan

untuk perusahaan atau afiliasinya dengan syarat bahwa induk perusahaan atau

afiliasi tersebut memberikan pernyataan akan menyediakan dana bagi

pelaksanaan kontrak karya dimaksud;

4. surat kuasa khusus dari direksi yang diketahui oleh komisaris perusahaan

kepada wakil yang ditugasi menandatangani permohonan atau melakukan

85 Ibid., hal. 151. 86 Ibid., hal. 151-152.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: pengaturan kegiatan tambang

perundingan atau membubuhkan paraf rancangan atau penandatanganan

kontrak karya apabila direksi tidak melaksanakan sendiri;

5. kesepakatan bersama dalam hal pemohon lebih dari satu;

6. tanda terima Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak tahun terakhir atau

NPWP bagi perusahaan nasional.

Di samping syarat tersebut, pemohon kontrak karya juga harus

menyampaikan syarat-syarat lainnya yang disampaikan dalam waktu satu bulan

sejak diberikan persetujuan prinsip oleh Direktur Jenderal atau gubernur atau

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, yang meliputi:87

1. rencana kerja dan anggaran sampai dengan tahap penyelidikan umum;

2. akta pendirian perusahaan;

3. perjanjian kerja sama (joint venture agreement) dalam hal pemohon lebih dari

satu;

4. surat pernyataan dari pemegang kuasa pertambangan dalam hal wilayah kuasa

pertambangan dimaksud akan digabung menjadi wilayah kontrak karya;

5. salinan Keputusan Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral

atau gubernur atau bupati/walikota yang masih berlaku tentang pemberian

kuasa pertambangan.

Prosedur permohonan kontrak karya yang diajukan kepada Direktorat

Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, antara lain:88

87 Ibid., hal. 152-153. 88 Ibid., hal. 153-159.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: pengaturan kegiatan tambang

1. pengajuan permohonan kontrak karya kepada Direktorat Jenderal Geologi

dan Sumber Daya Mineral.

2. Direktur Pengusahaan Mineral dan Batu Bara menyampaikan hasil

pemrosesan dan menyiapkan konsep persetujuan prinsip atau penolakan

Direktur Jenderal.

3. Penyampaian persetujuan prinsip atau penolakan Direktur Jenderal kepada

pemohon.

4. Direktur Jenderal menugaskan Tim Perunding untuk melaksanakan

perundingan/ penjelasan naskah KK dengan pemohon.

5. Tim Perunding melaksanakan perundingan/ penjelasan naskah KK dengan

pemohon.

6. Ketua Tim Perunding menyampaikan hasil perundingan yang telah dibubuhi

paraf bersama pemohon kepada Direktur Jenderal.

7. Direktur Jenderal menyampaikan naskah KK yang telah dibubuhi paraf

bersama antara gubernur dan bupati/walikota kepada menteri.

8. a. Menteri menyampaikan naskan KK kepada DPR RI untuk dikonsultasikan.

b. Menteri menyampaikan naskan KK kepada BKPM untuk mendapat

rekomendasi.

9. a. DPR RI menyampaikan tanggapan atas naskah KK kepada menteri.

b. BKPM menyampaikan rekomendasi kepada presiden untuk persetujuan.

10. Menteri mengajukan permohonan kepada presiden untuk mendapat

persetujuan KK.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: pengaturan kegiatan tambang

11. Presiden memberikan persetujuan sekaligus memberikan wewenang kepada

menteri untuk dan atas nama pemerintah menandatangani KK.

12. Penandatangan KK antara menteri atas nama pemerintah dengan pemohon

dan disaksikan oleh gubernur atau bupati/walikota setempat.

Prosedur permohonan kontrak karya yang diajukan kepada gubernur,

antara lain:89

1. Permohonan kontrak karya diajukan kepada gubernur.

2. Penyampaian persetujuan prinsip atau penolakan gubernur kepada pemohon.

3. Gubernur meminta kepada Direktur Jenderal dan bupati/walikota mengenai

pejabat yang ditunjuk dan ditugaskan sebagai anggota Tim Perunding yang

akan dibentuk oleh gubernur. Selanjutnya Direktur Jenderal

mengkoordinasikan penunjukan anggota Tim gubernur Perunding dari

Departemen Energi dan Sumber daya Mineral dan Instansi Terkait di Pusat.

4. Gubernur membentuk Tim Perunding yang diketuai oleh pejabat yang

ditunjuk dan sekaligus menugaskan tim tersebut untuk melaksanakan

perundingan/penjelasan naskah KK kepada pemohon.

5. Tim Perunding melaksanakan perundingan/ penjelasan naskah KK dengan

pemohon.

6. Ketua Tim Perunding menyampaikan hasil perundingan yang telah dibubuhi

paraf bersama pemohon kepada gubernur.

7. gubernur menyampaikan naskah KK yang telah dibubuhi paraf bersama

antara bupati/walikota kepada Direktur Jenderal.

89 Ibid., hal. 159-165.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: pengaturan kegiatan tambang

8. direktur Jenderal menyampaikan naskah KK yang telah dibubuhi paraf

kepada menteri.

a. Menteri menyampaikan naskan KK kepada DPR RI untuk dikonsultasikan.

b. Menteri menyampaikan naskan KK kepada BKPM untuk mendapat

rekomendasi.

9. a. DPR RI menyampaikan tanggapan atas naskah KK kepada menteri.

b. BKPM menyampaikan rekomendasi kepada presiden untuk persetujuan.

10. Menteri mengajukan permohonan kepada presiden untuk mendapat

persetujuan KK.

Presiden memberikan persetujuan sekaligus memberikan wewenang

kepada menteri untuk dan atas nama pemerintah menandatangani KK.

Penandatanganan KK/PKP2B antara menteri atas nama pemerintah dengan

pemohon dan disaksikan oleh gubernur atau bupati/walikota setempat. Melihat

prosedur tersebut tampak bahwa gubernur hanya berwenang untuk:90

1. Penerbitan keputusan gubernur tentang persetujuan pencadangan wilayah

pertambangan;

2. Memberikan persetujuan prinsip;

3. Membentuk tim perunding kontrak karya;

4. Manyampaikan naskah KK yang telah dibubuhi paraf bersama gubernur

kepada Direktur Jenderal;

5. Menyaksikan penandatanganan KK antara Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral atas nama pemerintah dengan pemohon.

90 Ibid., hal. 165.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: pengaturan kegiatan tambang

Prosedur untuk mengajukan permohonan kontrak karya yang diajukan

kepada bupati/walikota, antara lain:91

1. Permohonan kontrak karya diajukan kepada bupati/walikota.

2. bupati/walikota menyiapkan konsep persetujuan prinsip.

3. Penyampaian persetujuan prinsip atau penolakan bupati/walikota kepada

pemohon.

4. bupati/walikota meminta kepada gubernur dan Direktur Jenderal mengenai

pejabat yang ditunjuk dan ditugaskan sebagai anggota Tim Perunding yang

akan dibentuk oleh bupati/walikota. Selanjutnya Direktur Jenderal

mengoordinasikan penunjukan anggota Tim Perunding dari Departemen

Energi dan Sumber daya Mineral dan Instansi Terkait di Pusat.

5. bupati/walikota membentuk Tim Perunding yang diketuai oleh pejabat yang

ditunjuk dan sekaligus menugaskan tim tersebut untuk melaksanakan

perundingan/penjelasan naskah KK kepada pemohon.

6. Tim Perunding melaksanakan perundingan/penjelasan naskah KK dengan

pemohon.

7. Ketua Tim Perunding menyampaikan hasil perundingan yang telah dibubuhi

paraf bersama pemohon kepada bupati/walikota.

8. bupati/walikota menyampaikan naskah KK yang telah dibubuhi paraf

bersama gubernur kepada Direktur Jenderal.

9. direktur Jenderal menyampaikan naskah KK yang telah dibubuhi paraf

kepada menteri.

91 Ibid., hal. 165-171.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: pengaturan kegiatan tambang

10. a. Menteri menyampaikan naskah KK kepada DPR RI untuk

dikonsultasikan.

b. Menteri menyampaikan naskah KK kepada BKPM untuk mendapat

rekomendasi.

11. a. DPR RI menyampaikan tanggapan atas naskah KK kepada menteri.

b. BKPM menyampaikan rekomendasi kepada presiden untuk persetujuan.

12. Menteri mengajukan permohonan kepada presiden untuk mendapat

persetujuan KK.

13. Presiden memberikan persetujuan sekaligus memberikan wewenang kepada

menteri untuk dan atas nama pemerintah menandatangani KK.

Penandatanganan KK/PKP2B antara menteri atas nama pemerintah dengan

pemohon dan disaksikan oleh gubernur atau bupati/walikota setempat. Melihat

prosedur tersebut tampak bahwa bupati/walikota hanya berwenang untuk:92

1. Penerbitan keputusan bupati tentang persetujuan pencadangan wilayah

pertambangan;

2. Memberikan persetujuan prinsip;

3. Merundingkan naskah kontrak karya dengan pemohon;

4. Membentuk Tim Perunding kontrak karya;

5. Manyampaikan naskah KK yang telah dibubuhi paraf bersama gubernur

kepada Direktur Jenderal;

6. Menyaksikan panandatanganan KK antara Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral atas nama pemerintah dengan pemohon;

92 Ibid., hal. 171-172.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: pengaturan kegiatan tambang

Bentuk kontrak karya yang dibuat antara Pemerintah Indonesia dengan

perusahaan penanam modal asing atau patungan antara perusahaan asing dengan

perusahaan domestik untuk melakukan kegiatan di bidang pertambangan umum

adalah berbentuk tertulis. Substansi kontrak karya tersebut disiapkan oleh

Pemerintah Repulbik Indonesia c.q. Departemen Pertambangan dan Energi

dengan calon penanam modal. 93

C. Syarat Dalam Melaksanakan Kegiatan Usaha Pertambangan

Dalam melaksanakan usaha-usaha pertambangan dilakukan dalam bentuk:

1. Izin Usaha Pertambangan (IUP)

IUP ini diberikan oleh:94

a. Bupati/Walikota apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)

berada di dalam satu wilayah Kabupaten/Kota;

b. Gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah Kabupaten/Kota

dalam satu provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari

Bupati/Walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; dan

c. Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah

mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan Bupati/Walikota setempat

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

IUP diberikan kepada:95

93 Ibid., hal. 175. 94 Pasal 37 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batu Bara.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: pengaturan kegiatan tambang

a. Badan usaha, yang dapat berupa badan usaha swasta, Badan Usaha Milik

Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);

b. Koperasi; dan

c. Perseorangan, yang dapat berupa orang perseorangan, perusahaan firma,

atau perusahaan komanditer.

IUP diberikan melalui tahapan:96

a. Pemberian WIUP, terdiri atas:

97

1) WIUP radioaktif yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

2) WIUP mineral logam yang diperoleh dengan cara lelang;

3) WIUP batubara yang diperoleh dengan cara lelang;

4) WIUP mineral bukan logam yang diperoleh dengan cara mengajukan

permohonan wilayah;

5) WIUP batuan yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan

wilayah.

b. Pemberian IUP

IUP terdiri atas 2 (dua) tahap:98

a. IUP eksplorasi.

95 Pasal 6 ayat (1)-(3) Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

96 Pasal 7 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

97 Pasal 8 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

98 Pasal 36 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: pengaturan kegiatan tambang

Meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi

kelayakan.99 IUP eksplorasi ini diberikan untuk satu jenis mineral dan

batu bara. Pemegang IUP eksplorasi yang bermaksud mengusahakan

mineral lain yang ditemukan di dalam WIUP yang dikelola, wajib

mengajukan permohonan WIUP baru kepada Menteri, Gubernur, dan

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Apabila pemegang

IUP tidak berminat untuk mengusahakan mineral lain yang ditemukan

tersebut, maka dia wajib menjaga mineral tersebut agar tidak

dimanfaatkan pihak lain, dan apabila diberikan kepada orang lain maka

pemberian tersebut hanya dapat dilakukan oleh menteri, gubernur, dan

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.100

IUP Eksplorasi terdiri atas:

101

1) Mineral logam

IUP eksplorasi untuk pertambangan mineral logam dapat diberikan

dalam jangka waktu paling lama 8 (delapan) tahun.102

2) Batu bara

IUP eksplorasi untuk pertambangan batu bara dapat diberikan

dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) tahun.103

3) Mineral bukan logam

99 Pasal 36 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

100 Pasal 40 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

101 Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

102 Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

103 Pasal 42 ayat (4) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: pengaturan kegiatan tambang

IUP eksplorasi untuk pertambangan mineral bukan logam dapat

diberikan paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun. IUP

eksplorasi untuk pertambangan mineral bukan logam jenis tertentu

dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) tahun.104

4) batuan

IUP eksplorasi untuk pertambangan batuan dapat diberikan dalam

jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun.105

Apabila pemegang IUP eksplorasi ingin menjual mineral atau batu bara

yang tergali maka ia wajib mengajukan izin sementara untuk

melakukan pengangkutan dan penjualan dimana izin tersebut diberikan

oleh menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya.

106

b. IUP operasi produksi

Meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan

pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.107 IUP Operasi Produksi

terdiri atas:108

104 Pasal 42 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

105 Pasal 42 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

106 Pasal 43 dan 44 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

107 Pasal 36 ayat (1) huruf (b) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

108 Pasal 22 ayat (3) Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: pengaturan kegiatan tambang

1) Mineral logam

IUP operasi produksi untuk pertambangan mineral logam dapat

diberikan dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan

dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh)

tahun.109

2) Batubara

IUP operasi produksi untuk pertambangan batu bara dapat diberikan

dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat

diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun.110

3) Mineral bukan logam

IUP operasi produksi untuk pertambangan mineral bukan logam

dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun

dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun.

IUP operasi produksi untuk pertambangan mineral bukan logam

jenis tertentu dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 20

(dua puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-

masing 10 (sepuluh) tahun.111

109 Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara

110 Pasal 47 ayat (5) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

111 Pasal 47 ayat (2) & (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: pengaturan kegiatan tambang

4) Batuan

IUP operasi produksi untuk pertambangan batuan dapat diberikan

dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun.112

2. Izin Pertambangan Rakyat (IPR)

Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu Wilayah

Pertambangan Rakyat (WPR) yang dikelompokkan sebagai berikut:113

a. Pertambangan mineral logam;

b. Pertambangan mineral bukan logam;

c. Pertambangan batuan;

d. Pertambangan batu bara

IPR diberikan terutama kepada penduduk setempat, baik perseorangan

maupun kelompok masyarakat dan/atau koperasi oleh bupati/walikota dengan

menyampaikan surat permohonan. Dimana kewenangan pelaksanaan

pemberian IPR tersebut dapat dilimpahkan oleh bupati/walikota kepada camat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.114

Untuk mendapatkan IPR, pemohon harus memenuhi:

115

a. Persyaratan administratif

112 Pasal 47 ayat (4) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

113 Pasal 66 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

114 Pasal 67 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

115 Pasal 48 ayat (2) Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: pengaturan kegiatan tambang

b. Persyaratan teknis

c. Persyaratan finansial

IPR ini diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang, dengan luas wilayah untuk 1 (satu) IPR yang dapat diberikan

kepada:116

a. Perseorangan paling banyak 1 (satu) hektar;

b. Kelompok masyarakat paling banyak 5 (lima) hektar; dan/atau

c. Koperasi paling banyak 10 (sepuluh) tahun.

3. Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)

IUPK diberikan melalui tahapan:117

a. Pemberian WIUPK

Pemberian WIUPK terdiri atas WIUPK mineral logam dan/atau batubara.

WIUPK diberikan kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta oleh

Menteri dengan terlebih dahulu menawarkan kepada BUMN atau BUMD

dengan cara prioritas. Apabila hanya ada 1 (satu) BUMN atau BUMD

yang berminat, maka WIUPK diberikan kepada BUMN atau BUMD

dengan membayar biaya kompensasi data informasi. Apabila lebih dari 1

(satu) BUMN atau BUMD yang berminat, maka WIUPK diberikan

Kepada BUMN atau BUMD dengan cara lelang. Apabila tidak ada

BUMN atau BUMD yang berminat, maka WIUPK ditawarkan kepada

116 Pasal 68 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

117 Pasal 50 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: pengaturan kegiatan tambang

badan usaha swasta yang bergerak dalam bidang pertambangan mineral

atau batubara dengan cara lelang.118

b. Pemberian IUPK

IUPK diberikan oleh menteri dengan memperhatikan kepentingan daerah

kepada badan usaha yang berbadan hukum Indonesia baik berupa Badan

Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),

maupun badan usaha swasta (dengan cara lelang WIUPK).119

IUPK terdiri atas:

120

1) IUPK Eksplorasi terdiri atas mineral logam atau batubara

2) IUPK Operasi Produksi terdiri atas mineral logam atau batubara

Persyaratan IUPK Eksplorasi atau IUPK Operasi Produksi harus

memenuhi:121

1) Persyaratan administratif

2) Persyaratan teknis

3) Persyaratan lingkungan

4) Persyaratan finansial

Luas wilayah dan jangka waktu sesuai dengan kelompok usaha

pertambangan yang berlaku bagi pemegang IUPK antara lain:122

118 Pasal 51 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

119 Pasal 62 ayat (1) Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

120 Pasal 62 ayat (2) Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

121 Pasal 63 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

122 Pasal 83 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: pengaturan kegiatan tambang

a. Untuk tahap kegiatan eksplorasi pertambangan mineral logam

diberikan dengan luas paling banyak 100.000 (seratus ribu) hektare

dengan jangka waktu diberikan paling lama 8 (delapan) tahun yang

meliputi penyelidikan umum 1 (satu) tahun; eksplorasi 3 (tiga) tahun

dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 1 (satu) tahun;

serta studi kelayakan 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu)

kali 1 (satu) tahun.

b. Untuk tahap kegiatan operasi produksi pertambangan mineral logam

diberikan dengan luas paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu)

hektare dengan jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun.

c. Untuk tahap kegiatan eksplorasi pertambangan batu bara diberikan

dengan luas paling banyak 50.000 (lima puluh ribu) hektare dengan

jangka waktu paling lama 7 (tujuh) tahun yang meliputi penyelidikan

umum 1 (satu) tahun; eksplorasi 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang

2 (dua) kali masing-masing 1 (satu) tahun; serta studi kelayakan 2

(dua) tahun.

d. Untuk tahap kegiatan operasi produksi pertambangan batu bara

diberikan dengan luas paling banyak 15.000 (lima belas ribu) hektare

dengan jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: pengaturan kegiatan tambang

D. Dampak Dari Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan

Setiap kegiatan pembangunan di bidang pertambangan pasti menimbulkan

dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari kegiatan

pembangunan di bidang pertambangan adalah:123

1. Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi

nasional;

2. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD);

3. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang;

4. Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang;

5. Meningkatkan usaha mikro masyarakat lingkar tambang;

6. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang;

7. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang.

Dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan adalah:124

1. Kehancuran lingkungan hidup;

2. Penderitaan masyarakat adat;

3. Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal;

4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan;

5. Kehancuran ekologi pulau-pulau; dan

6. Terjadinya pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan.

Walaupun batu bara mempunyai kegunaan yang sangat strategis, namun

keberadaan industri pertambangan batu bara menimbulkan dampak, baik positif

123 H. Salim HS., Op.cit., hal.57. 124 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: pengaturan kegiatan tambang

maupun negatif. Dampak positif merupakan pengaruh dari adanya pertambangan

batu bara terhadap hal-hal yang bersifat praktis (nyata) dan konstruktif

(membangun). Dampak positif dari industri pertambangan batu bara di

indonesia:125

1. Membuka daerah terisolasi dengan dibangunnya jalan pertambangan dan

pelabuhan;

2. Sumber devisa negara;

3. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD);

4. Sumber energi alternatif, untuk masyarakat lokal;

5. Menampung tenaga kerja.

Dampak negatif pertambangan batu bara merupakan pengaruh yang

kurang baik dari adanya industri penambangan batu bara. Dampak negatif

penambangan batu bara di Indonesia yaitu:126

1. Sebagian perusahaan pertambangan yang dituding tidak memperhatikan

kelestarian lingkungan;

2. Penebangan hutan untuk kegiatan pertambangan;

3. Limbah kegiatan penambangan yang mencemari lingkungan;

4. Areal bekas penambangan yang dibiarkan menganga;

5. Membahayakan masyarakat sekitar;

6. Sengketa lahan pertambangan dengan masyarakat sekitar;

7. Kontribusi bagi masyarakat sekitar yang dirasakan masih kurang;

125 Ibid., hal.221 126 Ibid., hal. 223.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: pengaturan kegiatan tambang

8. Hubungan dan keterlibatan pemerintah daerah dalam kegiatan pertambangan

masih kurang.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: pengaturan kegiatan tambang

BAB IV

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

DALAM KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATU BARA

A. Pedoman Implementasi Corperate Social Responsibility (CSR) dalam

Kegiatan Usaha Pertambangan.

Implementasi CSR diawali dengan diajukannya corporate social initiatives

(inisiatif sosial perusahaan). Inisiatif sosial perusahaan dapat didefenisikan

sebagai major activities undertaken by a corporation to support social causes and

to fulfill commitments to corporate social responsibility, yaitu berbagai kegiatan

atau aktivitas utama perusahaan yang dilakukan untuk mendukung aksi sosial

guna memenuhi komitmen dalam tanggung jawab sosial perusahaan.127

Kotler dan Lee menyebutkan bahwa setidaknya ada 6 opsi untuk “berbuat

kebaikan” (Six options for Doing Good) sebagai inisiatif sosial perusahaan yang

dapat ditempuh dalam rangka implementasi CSR, yaitu:

128

1. Cause promotions

Suatu perusahaan dapat memberikan dana atau berbagai macam kontribusi

lainnya, ataupun sumber daya perusahaan lainnya untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat atas suatu isu sosial tertentu, ataupun dengan cara

127 Bismar Nasution “Aspek Hukum Tanggung Jawab Sosial”, http://bismar.wordpress.com/, terakhir kali diakses tanggal 10 September 2010.

128 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: pengaturan kegiatan tambang

mendukung pengumpulan dana, partisipasi dan rekruitmen sukarelawan untuk

aksi sosial tertentu.

Contohnya perusahaan kosmetik terkemuka di Inggirs, The Body Shop,

mempromosikan larangan untuk melakukan uji produk terhadap hewan. The

Body Shop sendiri. mengklaim bahwa produk-produk yang dijualnya tidak

diuji coba terhadap hewan. Hal ini dapat dilihat pada kemasan produk-

produk The Body Shop yang mencantumkan kata-kata against animal testing.

2. Cause-related marketing

Suatu perusahaan dalam hal ini berkomitmen untuk berkontribusi atau

menyumbang sekian persen dari pendapatannya dari penjualan suatu produk

tertentu miliknya untuk isu sosial tertentu.

Contohnya seperti Unilever yang memberikan sekian persen dari penjualan

sabun produksinya, Lifebuoy, untuk meningkatkan kesadaran hidup bersih

dalam masyarakat, dengan cara membangun fasilitas kamar kecil dan

wastafel di sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil. Kemudian

Danone, yang juga merupakan produsen air mineral AQUA memberikan

sekian persen hasil penjualannya untuk membangun jaringan air bersih di

daerah sulit air di Indonesia.

3. Corporate social marketing

Suatu perusahaan dapat mendukung perkembangan atau pengimplementasian

kampanye untuk merubah cara pandang maupaun tindakan, guna

meningkatkan kesehatan publik, keamanan, lingkungan, maupun

kesejahteraan masyarakat. Contohnya seperti Unilever yang memproduksi

Universitas Sumatera Utara

Page 27: pengaturan kegiatan tambang

pasta gigi Pepsodent mendukung kampanye gigi sehat. Kemudian Phillip

Morris di Amerika Serikat mendorong para orang tua untuk berdiskusi

dengan anak-anak mereka mengenai konsumsi tembakau.

4. Corporate philanthropy

Dalam hal ini, suatu perusahaan secara langsung dapat memberikan

sumbangan, biasanya dalam bentuk uang tunai. Pendekatan ini merupakan

bentuk implementasi tanggung jawab sosial yang paling tradisional.

Contohnya suatu perusahaan dapat langsung memberikan bantuan uang tunai

ke panti-panti sosial, ataupun apabila tidak uang tunai, dapat berupa makanan

ataupun alat-alat yang diperlukan.

5. Community volunteering

Dalam hal ini, perusahaan dapat mendukung dan mendorong pegawainya,

mitra bisnis maupun para mitra waralabanya untuk menjadi sukarelawan di

organisasi-organisasi kemasyarakatan lokal. Contohnya suatu perusahaan

dapat mendorong atau bahkan mewajibkan para pegawainya untuk terlibat

dalam bakti sosial atau gotong-royong di daerah dimana perusahaan itu

berkantor. Contoh lainnya seperti perusahaan-perusahaan yang memproduksi

komputer ataupun piranti lunak mengirim orang-orangnya ke sekolah-sekolah

untuk melakukan pelatihan-pelatihan langsung menyangkut keterampiran

komputer.

6. Socially responsible business practices

Misalnya perusahaan dapat mengadopsi dan melakukan praktek-praktek

bisnis dan investasi yang dapat mendukung isu-isu sosial guna meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: pengaturan kegiatan tambang

kelayakan masyarakat (community well-being) dan juga melindungi

lingkungan. Seperti contohnya Starbucks bekerjasama dengan Conservation

International di Amerika Serikat untuk mendukung petani-petani guna

meminimalisir dampak atas lingkungan mereka.

Implementasi CSR yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan sangat

bergantung kepada misi, budaya, lingkungan, dan profit, risiko, serta kondisi

operasional masing-masing perusahaan. Banyak perusahaan yang telah

melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pelanggan,

karyawan, komunitas, dan lingkungan sekitar yang merupakan titik awal yang

sangat baik menuju pendekatan CSR yang lebih luas. Pelaksanaan CSR dapat

dilaksanakan menurut prioritas yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya

yang dimiliki oleh perusahaan. Aktivitas CSR perlu diintegrasikan dengan

pengambilan keputusan inti, strategi, aktivitas, dan proses manajemen

perusahaan.129

Dalam menjalankan aktivitas CSR tidak terdapat standar atau praktik-

praktik tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan memiliki karakteristik

dan situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka memandang

tanggung jawab sosial. Dan setiap perusahaan memiliki kondisi yang beragam

dalam hal kesadaran akan berbagai isu berkaitan dengan CSR serta seberapa

banyak hal yang telah dilakukan dalam mengimplementasikan pendekatan CSR.

130

129 A.B. Susanto, Op.cit., hal. 48. 130 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: pengaturan kegiatan tambang

Perusahaan bidang pertambangan wajib melaksanakan tanggung jawab

sosial dan lingkungan, karena bergerak di bidang sumber daya alam (Pasal 74

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007). Bidang pertambangan terikat pula

dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batu Bara. Dalam Undang-Undang itu dinyatakan tentang kewajiban pemegang

usaha pertambangan untuk melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan

masyarakat (PPM).131 Ketentuan mengenai kewajiban tersebut dalam Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara

terdapat dalam:132

1. Pasal 95

Pemegang IUP dan IUPK wajib:

a. Menerapkan kaedah teknik pertambangan yang baik;

b. Mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;

c. Meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batu bara;

d. Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat

setempat;dan

e. Mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.

2. Pasal 106

131 Adjat Sudradjat “Pentingnya CSR Pertambangan”, http://www.bataviase.co.id/, terakhir kali diakses tanggal 7 September 2010.

132 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: pengaturan kegiatan tambang

Pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja

setempat, barang dan jasa dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3. Pasal 107

Dalam melakukan kegiatan operasi produksi, badan usaha pemegang IUP dan

IUPK wajib mengikutsertakan pengusaha lokal yang ada di daerah tersebut

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Pasal 108

(1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program pengembangan dan

pemberdayaan masyarakat.

(2) Penyusunan program dan rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikonsultasikan kepada pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Prinsip CSR sebenarnya sudah diakomodasi di dalam Undang-Undang

Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba)

sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok Pertambangan, tetapi masih bersifat implisit dan atau sumir

kecuali pada pasal tentang pembinaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar

lingkungan pertambangan.133

Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara Nomor 4 Tahun

2009 merupakan alternatif tindakan yang dapat segera diambil oleh perusahaan

pertambangan dalam menjawab tantangan kegiatan pertambangan yang bertang-

133Busyra Azheri “CSR dalam Kegiatan Pertambangan di Sumatera Barat”, http://www.hukum.ub.ac.id/, terakhir kali diakses tanggal 7 September 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: pengaturan kegiatan tambang

gungjawab. Selain itu penerapan program suistainable community development

pertambangan haruslah bersifat uniqe atau khas karena bergantung pada kondisi

obyektif dari geografi, demografi, karakter atau tipikal dan potensi dari

masyarakat itu sendiri.134

Prinsip CSR yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) berkaitan dengan

kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha

Pertambangan Khusus (IUPK) yang sejalan dengan konsep Triple Bottom Line

(3BL) meliputi 3 (tiga) aspek, yaitu bidang ekonomi 3 (tiga) prinsip (human

capital, kemitraan, dan good corporate governance (GCG)), bidang sosial 3 (tiga)

prinsip (human capital, pendidikan, dan informasi publik), dan bidang lingkungan

5 (lima) prinsip (standarisasi, keterbukaan, pencegahan perusakan lingkungan,

ramah lingkungan, dan taat hukum).

135

Penerapan CSR di bidang pertambangan bersifat dual system. Bagi Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) penerapannya telah bersifat keharusan (mandatory)

dalam makna kewajiban hukum (legal obligation), karena telah diatur sedemikian

rupa. Sedangkan bagi Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), penerapan Corperate

Social Responsibility (CSR) masih bersifat sukarela (voluntary) meskipun telah

diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal,

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan Undang-

134 “Corporate Social Responsibility (CSR) Perseroan Terbatas Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Sebagai Implikasi Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007”, http://www.lawskripsi.com/, terakhir kali diakses tanggal 1 September 2010.

135 Busyra Azheri “CSR dalam Kegiatan Pertambangan di Sumatera Barat”, http://www.hukum.ub.ac.id/, terakhir kali diakses tanggal 7 September 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: pengaturan kegiatan tambang

Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

dengan motif reaktif dalam bentuk kedermawanan (charity). Namun untuk aspek

lingkungan menunjukkan apresiasi yang bagus terlihat dari pola reklamasi lahan

bekas tambang yang mereka lakukan dalam bentuk backfilling.136

B. Bentuk Corperate Social Responsibility (CSR) yang dapat Dilakukan

dalam Kegiatan Usaha Pertambangan

Salah satu bentuk perhatian yang dapat diberikan perusahaan di Indonesia

dalam usaha meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat dan

lingkungan sekitarnya adalah partisipasinya dalam aktivitas manajemen bencana.

Manajemen bencana adalah sebuah proses yang terus-menerus dimana

pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil merencanakan dan mengurangi

pengaruh bencana, mengambil tindakan segera setelah bencana terjadi, dan

mengambil langkah-langkah untuk pemulihan. Manajemen bencana lebih dari

sekedar pemberian bantuan guna meringankan penderitaan para korban yang

terkena bencana. Lebih dari itu, manajemen bencana mempunyai tujuan yang

lebih luas, yaitu usaha-usaha mengurangi risiko terjadinya bencana, dan apabila

tidak memungkinkan, meminimalisir dampak buruk yang mungkin timbul.137

Terdapat lima jenis aktivitas CSR berkaitan dengan manajemen bencana,

yaitu:

138

1. Filantropis

136 Busyra Azheri “CSR dalam Kegiatan Pertambangan di Sumatera Barat”, http://www.hukum.ub.ac.id/, terakhir kali diakses tanggal 7 September 2010.

137 A.B. Susanto, Op.cit., hal. 68. 138 Ibid., hal. 70-71.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: pengaturan kegiatan tambang

Aktivitas filantropis berhubungan dengan pemberian sumbangan dan bantuan

kepada orang-orang atau lembaga dengan tujuan sosial.

2. Kontraktual

Dalam aktivitas kontraktual, perusahaan menjalin kontrak kerja sama dengan

organisasi atau kelompok lain.

3. Kolaboratif

Kolaboratif berarti menjalankan CSR melalui kemitraan dengan organisasi

berbasis komunitas dan LSM.

4. Adversarial

Jenis aktivitas adversarial lebih berhubungan dengan hubungan masyarakat

(public relations) ketimbang manfaat aktual bagi mereka yang terkena

dampak bencana.

5. Unilateral

Dalam aktivitas unilateral, perusahaan tidak menjalin kerja sama dengan para

stakeholder-nya.

Dalam pelaksanaannya, terdapat tiga tingkat kegiatan program CSR dalam

usaha memperbaiki kesejahteraan masyarakat yakni:139

1. Kegiatan program CSR yang bersifat “charity”.

Bentuk kegiatan seperti ini ternyata dampaknya terhadap masyarakat

hanyalah “menyelesaikan masalah sesaat” hampir tidak ada dampak pada

139 “Kegiatan Program CSR”, http://www.info-csr.blogspot.com/, terakhir kali diakses tanggal 20 September 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: pengaturan kegiatan tambang

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain lebih mahal, dampak jangka

panjang tidak optimal untuk membentuk citra perusahaan. Dari sisi biaya,

promosi kegiatan sama mahalnya dengan biaya publikasi kegiatan. Walaupun

masih sangat relevan, tetapi untuk kepentingan perusahaan dan masyarakat

dalam jangka panjang lebih dibutuhkan pendekatan CSR yang berorientasi

pada peningkatan produktifitas dan mendorong kemandirian masyarakat.

2. Kegiatan program CSR yang membantu usaha kecil secara parsial.

Saat ini makin banyak perusahaan yang menyadari pentingnya pendekatan

CSR yang berorientasi pada peningkatan produktifitas dan mendorong

kemandirian masyarakat. Salah satu bentuk kegiatannya adalah membantu

usaha kecil, tetapi bentuk kegiatan perkuatan tersebut masih parsial,

memisahkan kegiatan program yang bersifat pendidikan, ekonomi,

infrastruktur dan kesehatan. Walaupun lebih baik ternyata pada tingkat

masyarakat kegiatan ini tidak dapat diharapkan berkelanjutan, bahkan

cenderung meningkatkan kebergantungan masyarakat pada perusahaan,

sehingga efek pada pembentukan citra ataupun usaha untuk menggalang

kerjasama dengan masyarakat tidak didapat secara optimal.

3. Kegiatan program CSR yang berorientasi membangun daya saing

masyarakat.

Program CSR akan memberi dampak ganda untuk perusahaan dan

masyarakat karena dari awal dirancang untuk meningkatkan produktifitas

(sebagai ukuran data saing) guna meningkatkan daya beli sehingga

Universitas Sumatera Utara

Page 35: pengaturan kegiatan tambang

meningkatkan akses pada pendidikan dan kesehatan jangka panjang. Untuk

itu perlu diberikan penekanan pada keberlanjutan penguatan ekonomi secara

mandiri (berjangka waktu yang jelas/mempunyai exit policy yang jelas).

Untuk memberikan ungkitan besar pada pendapatan masyarakat maka

kegiatan perkuatan dilakukan pada rumpun usaha spesifik yang saling terkait

dalam rantai nilai. Setiap pelaku pada mata rantai nilai pada dasarnya adalah

organ ekonomi yang hidup. Perkuatan dilakukan untuk meningkatkan

metabolisme (aliran barang, jasa, uang, informasi dan pengetahuan) dalam

sistem yang hidup tersebut yang pada gilirannya akan meningkatkan

performance setiap organ. Pendekatan CSR yang smart adalah dengan

mengambil peran sebagai fasilitatif-katalistik sehingga kegiatan CSR lebih

efesien memberikan dampak pada rumpun usaha dalam satu rantai nilai.

Program pendidikan, kesehatan, dan infrasturktur-infrastruktur dirancang

sinergis dengan penguatan ekonomi sehingga mampu menigkatkan indeks

pembangunan manusia pada tingkat lokal.

Bentuk penerapan CSR tersebut dapat kita lihat dari bentuk-bentuk CSR

yang telah dilakukan perusahaan-perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia,

antara lain:

1. PT. Newmont Minahasa Raya (PT. NMR)

Walaupun perusahaan pertambangan PT. NMR merupakan perusahaan

pertambangan yang telah ditutup, namun mereka masih mempunyai

kewajiban untuk pengembangan masyarakat lokal di daerah sekitar tambang.

Jumlah investasi yang disediakan oleh PT. NMR untuk pengembangan

Universitas Sumatera Utara

Page 36: pengaturan kegiatan tambang

masyarakat lokal sebesar US$ 30 juta. Program pengembangan masyarakat

lokal yang akan dilakukan oleh PT. NMR adalah, seperti:140

a. Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang

b. Peningkatan kesehatan

c. Keselamatan lingkungan

2. PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT)

PT. NNT juga telah melakukan program pengembangan masyarakat lokal.

Ada enam prinsip yang digunakan oleh PT. NNT dalam pengembangan

masyarakat sekitar tambang, yaitu sebagai berikut:141

a. Berkelanjutan

untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dan memperoleh manfaat

berkelanjutan melampaui usia tambang.

b. Kemitraan

menekankan pada konsultasi aktif, kolaborasi, kemitraan dengan

masyarakat, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lembaga

lokal lainnya.

c. Teknologi tepat guna

memperkenalkan teknologi yang memenuhi kebutuhan dan dapat

dioperasikan dan dipelihara secara lokal.

d. Penggalangan dana dari luar

140 Salim HS. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)., hal.384.

141 Ibid., hal.385.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: pengaturan kegiatan tambang

Menyatukan sumber PT. NNT dengan sumber dana luar dari lembaga

donor, Lembaga Swadaya Masyarakat, lembaga multilateral, dan investasi

dari bantuan dari sektor swasta.

e. Praktik terbaik

menerapkan praktik terbaik dari bantuan pengembangan usaha untuk

analisis program, desain, implementasi, dan evaluasi.

f. Kontribusi masyarakat

membutuhkan kontribusi dan keterlibatan masyarakat dan/atau

pemerintah untuk semua kegiatan untuk memastikan adanya rasa

memiliki dan kesinambungan program.

Keenam prinsip itu telah dilaksanakan dengan baik oleh PT. NNT dan setiap

program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT. NNT sangat

ditunggu-tunggu masyarakat karena program yang dilaksanakan oleh PT.

NNT disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Untuk melaksanakan

programnya, PT. NNT selalu meminta pendapat masyarakat tentang apa yang

harus dibangun.142

Ada lima bidang program pengembangan masyarakat yang telah dilakukan

oleh PT. NNT, yaitu:

143

a. Bidang pendidikan

Program pendidikan yang dilaksanakan oleh PT. NNT adalah pendidikan

formal dan program keaksaraan fungsional. Program keaksaraan

fungsional merupakan program yang dilakukan oleh PT. NNT terhadap

142 Ibid., hal.386. 143 Ibid., hal.386-414.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: pengaturan kegiatan tambang

warga masyarakat yang tidak mampu membaca huruf latin (pemberantasan

buta huruf). Kontribusi PT. NNT dalam program pedidikan formal adalah:

1) Peningkatan kuallitas guru

2) Pemberian beasiswa dan bantuan pendidikan

3) Perpustakaan sekolah

4) Bantuan operasional sekolah

5) Bantuan media belajar dan laboratorium

b. Bidang kesehatan

PT. NNT ikut berpartisipasi untuk menekan tingginya angka kematian

bayi dan ibu bagi masyarakat yang bermukim di lingkar tambang. Program

utama yang telah dilakukan oleh PT. NNT adalah mendirikan sarana

kesehatan. Sarana kesehatan yang telah didirikan oleh PT. NNT adalah

membangun dua puskesmas. Di samping itu, program pengembangan

kesehatan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh PT. NNT adalah

program peningkatan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan yang dilakukan

untuk pengembangan kesehatan ibu dan anak ini meliputi:

1) promosi kesehatan ibu dan anak;

2) penguatan posyandu;

3) membangun keterlibatan stakeholder, dengan mengadakan pertemuan

secara terus-menerus dengan tim kesehatan desa, tim kesehatan

kecamatan, dan koordinasi dengan puskesmas.

Untuk menunjang program di bidang kesehatan, PT. NNT juga berperan

untuk membangun instalasi air minum sampai ke rumah-rumah

Universitas Sumatera Utara

Page 39: pengaturan kegiatan tambang

penduduk,pemberian satu buah truk pengangkut sampah dan bak sampah

pada tiap-tiap desa.

c. Bidang pertanian

Program yang telah dilakukan oleh PT. NNT dalam bidang pertanian

adalah penyuluhan pertanian, pemberian unggas, pembagian pakan ayam,

pemberian vaksin, dan pelatihan pembuatan pakan unggas.

Ada tiga jenis penyuluhan yang telah dilakukan oleh PT. NNT pada

masyarakat tani di lingkar tambang, yaitu:

1) Penyuluhan padi

2) Penyuluhan palawija

3) Teknik budi daya unggas

d. Bidang sosial budaya

Pembinaan sosial budaya ini telah dilakukan oleh PT. NNT bekerja sama

dengan Yayasan Abdi Insani Mataram. Jenis kegiatan sosial budaya yang

dilakukan berupa pembinaan kesenian, terutama seni tari, membentuk

TPA ( Taman Pendidikan Al Qur’an).

e. Bidang koperasi, usaha kecil, dan menengah

Ada empat koperasi yang telah dibina oleh PT. NNT, yaitu:

1) Koperasi Serba Usaha (KSU) Samba;

2) Koperasi Serba Usaha (KSU) Sawmil Jaya;

3) Koperasi Serba Usaha (KSU) Kemuning jaya;

4) Koperasi Serba Usaha (KSU) Perdana Karya mandiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: pengaturan kegiatan tambang

Di samping pengembangan koperasi, PT. NNT juga telah mengembangkan

usaha kecil dan menengah dengan bekerja sama dengan Yayasan Abdi

Insani Mataram. Program yang dilakukan adalah pendataan jumlah usaha

kecil dan menengah, pelatihan di bidang usaha kecil dan menengah, serta

pemberian dana bergulir kepada pengusaha kecil dan menengah.

3. PT. Antam, Tbk.

Program pengembangan komunitas Antam didanai secara langsung oleh

perusahaan, termasuk inisiatif dalam pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan

outsourcing. Antam juga berpartisipasi dalam pengembangan lingkungan dan

komunitas dengan mengalokasikan dana sebesar 1% dari pendapatan bersih.

Antam berpartisipasi dalam program kemitraan dengan pengusaha lokal

dengan mengalokasikan dana sebesar 1-3% dari pendapatan bersih. Selain

biaya pengembangan masyarakat, perusahaan juga menyalurkan dana bantuan

pinjaman modal melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

yang disisihkan dananya dari 1% laba bersih perusahaan.144

4. PT. Freeport Indonesia

PT Freeport Indonesia telah menyediakan layanan medis bagi masyarakat

Papua melalui klinik-klinik kesehatan dan rumah sakit modern di Banti dan

Timika. Di bidang pendidikan, PT Freeport menyediakan bantuan dana

pendidikan untuk pelajar Papua, dan bekerja sama dengan pihak pemerintah

Mimika melakukan peremajaan gedung-gedung dan sarana sekolah. Selain

144 A.B. Susanto, Op.cit., hal. 103-104.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: pengaturan kegiatan tambang

itu, perusahaan ini juga melakukan program pengembangan wirausaha seperti

di Komoro dan Timika.145

5. PT Lumpo Painan

PT. Lumpo merupakan perusahaan pertambangan eksploitasi penambangan

batu-bara, menyadari betul akan rentan terhadap isu-isu lingkungan dan

kesehatan. Sehingga dalam kegiatannya, PT. Lumpo berkomitmen untuk

mengutamakan keselamatan dan berpartisipasi mengembangkan masyarakat

di sekitar kegiatan pertambangan. PT. Lumpo dalam melaksanakan CSR

hanya bersifat insidental dengan memberikan sumbangan atau bersifat

kederrmawanan yang pada umumnya melakukan kegiatan karitatif, filantropis

dan menyelenggarakan program pengembangan dan pemberdayaan

masyarakat (community development). Bentuk konkritnya pelaksanaan CSR

PT. Lumpo yaitu membuat Dam Batang Kalupo setinggi 1 Meter dengan

panjang Dam 500 M.146

C. Hambatan dalam Penerapan Corperate Social Responsibility (CSR)

dalam Kegiatan Usaha Pertambangan

Timbulnya konflik sosial pada berbagai wilayah industri pertambangan

memberikan kesadaran baru terutama kepada pemerintah dan industri

pertambangan perlunya menciptakan harmonisasi hubungan antar masyarakat

145Ginanjar Rahmat, “Corporate Social Responsibility (CSR)”, http://ginooo.wordpress.com/, terakhir kali diakses tanggal 9 September 2010.

146 Anda Lusia “The Corporate Social Responsibility (CSR) Execution Of Company By Financial Investment Company In West Sumatra”, http://www.repository.unand.ac.id/, terakhir kali diakses tanggal 20 September 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: pengaturan kegiatan tambang

dengan usaha pertambangan. Yaitu, melalui konsep CSR dengan salah satu

programnya yaitu program community development. Didalam praktek beberapa

perusahaan tambang memang telah melaksanakan community development

sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar,

seperti kesehatan masyarakat, pengembangan pendidikan, pengembangan

pertanian dan usaha lokal, serta pembangunan prasarana.147

Namun digalakkannya konsep dan program tersebut oleh sekelompok

masyarakat dipahami atau dinilai sebagai tindakan reaksi dari berbagai aksi

kekecewaan masyarakat terhadap usaha pertambangan yang semakin marak akhir-

akhir ini. Sehingga cenderung bersifat tambal sulam, tidak sistimatis. Maraknya

tuntutan terhadap usaha pertambangan atau konflik antara korporasi dengan

komunitas lokal melalui berbagai aksi dari kelompok masyarakat akhir-akhir ini

paling tidak disebabkan oleh dua hal yaitu:

148

1. Manfaat usaha pertambangan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat;

2. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik dan hakikat usaha

pertambangan dan CSR.

Persoalannya, CSR di dalam kegiatan usaha pertambangan tentunya

berbeda dengan sektor usaha lainnya diluar pertambangan. Bagi sektor

pertambangan persoalan CSR merupakan hal yang mutlak sudah direncanakan

dari mulai tahap pra kontrak baik itu kontrak karya, perjanjian usaha

147 “Corporate Social Responsibility (CSR) Perseroan Terbatas Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Sebagai Implikasi Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007”, http://www.lawskripsi.com/, terakhir kali diakses tanggal 1 September 2010.

148 “Corporate Social Responsibility (CSR) Perseroan Terbatas Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Sebagai Implikasi Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007”, http://www.lawskripsi.com/, terakhir kali diakses tanggal 1 September 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: pengaturan kegiatan tambang

pertambangan maupun kontrak karya pengusahaan batubara. Selama ini

implementasi CSR dalam kegiatan usaha pertambangan diterapkan dalam bentuk

program community development, namun payung hukum dari program community

development ini lebih didasarkan pada klausula dalam perjanjian kontrak tersebut

ketimbang berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan yang mewajibkan,

sehingga lebih terkesan sebagai sebuah hubungan hukum yang bersifat

keperdataan/kontraktual antara perusahaan dengan pemerintah sehingga

pelanggaran-pelanggaran yang terjadi bersifat perbuatan wanprestasi yang

kemudian hanya dikenai sanksi ganti rugi atau damai.149

A. Kesimpulan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian bab-bab di muka, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengaturan mengenai CSR terdapat dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 15 dan Pasal 34 Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Pasal 74

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas secara

singkat dikatakan bahwa ketentuan tentang CSR wajib dilaksanakan bagi

149 “Corporate Social Responsibility (CSR) Perseroan Terbatas Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Sebagai Implikasi Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007”, http://www.lawskripsi.com/, terakhir kali diakses tanggal 1 September 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: pengaturan kegiatan tambang

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam, dimana kewajiban Perseroan itu dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan

dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran dan bagi yang tidak

melaksanakan akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Dalam bidang penanaman modal ketentuan mengenai

CSR itu merupakan salah satu kewajiban setiap penanam modal yang apabila

tidak dilaksanakan akan dikenai sanksi administratif berupa peringatan

tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan/atau

fasilitas penanaman modal, dan pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas

penanaman modal ataupun sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2. Pengaturan mengenai kegiatan usaha pertambangan di Indonesia diatur dalam

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batu Bara. Penanaman modal asing di bidang pertambangan umum

dilaksanakan dalam bentuk kontrak karya. Di dalam Keputusan Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1614 Tahun 2004 tentang Pedoman

Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan

Pertambangan Batu Bara dalam rangka Penanaman Modal Asing, pengajuan

permohonan kontrak karya diajukan kepada Direktur Jenderal Geologi dan

Sumber Daya Mineral, gubernur, bupati/walikota, sesuai dengan

kewenangannya masing-masing. Perjanjian kontrak karya ditandatangani oleh

Menteri Energi Sumber Daya Mineral dengan pemohon. Usaha pertambangan

Universitas Sumatera Utara

Page 45: pengaturan kegiatan tambang

dilakukan dalam bentuk IUP, IPR, dan IUPK. IUP diberikan oleh

Bupati/Walikota, Gubernur, dan Menteri sesuai dengan kewenangannya

kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan. IPR diberikan oleh

bupati/walikota kepada penduduk setempat, baik perseorangan maupun

kelompok masyarakat dan/atau koperasi dengan menyampaikan surat

permohonan. Sedangkan IUPK diberikan oleh menteri dengan

memperhatikan kepentingan daerah kepada badan usaha yang berbadan

hukum Indonesia baik berupa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD), maupun badan usaha swasta (dengan cara

lelang WIUPK).

3. Ketentuan mengenai CSR dalam kegiatan usaha pertambangan dapat dilihat

dalam Pasal 95 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batu Bara, yaitu tentang kewajiban pemegang usaha

pertambangan untuk melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan

masyarakat (PPM). PPM ini merupakan salah satu bagian dari CSR. Oleh

karena itu, implementasi CSR dalam kegiatan usaha pertambangan tersebut

dapat berupa pemberian bantuan pendidikan bagi masyarakat sekitar wilayah

tambang, pemberdayaan para guru, pendirian puskesmas, pengarahan tentang

cara bertani yang baik, dan sebagainya.

B. Saran

1. Perusahaan dalam penerapan CSR melibatkan pihak ketiga, baik sebagai

konsultan, mitra kerja dan atau pelaksana sekaligus agar CSR terlaksana

Universitas Sumatera Utara

Page 46: pengaturan kegiatan tambang

secara efektif dan efisien. Pemerintah juga semestinya melakukan pendekatan

secara struktural dan emosional dengan berbagai asosiasi dunia usaha agar

terbentuk visi yang sama terhadap CSR dan membentuk komisi tentang CSR

atau sejenisnya.

2. Perusahaan yang menerapkan CSR sebaiknya kegiatannya berkaitan dengan

usaha yang dijalankannya sehingga bisa memberikan manfaat secara

langsung bagi perusahaan, lingkungan, dan pertumbuhan ekonomi

masyarakat di sekitarnya dan bukan hanya pemberian sumbangan atau

kegiatan sosial saja

3. Perusahaan sebaiknya membentuk suatu divisi khususnya divisi CSR yang

akan melaksanakan program-program CSR pada perusahaan tersebut.

Sehingga program pelaksanaan CSR pada perusahaan tersebut dapat

terencana, terprogram, dan terealisasi dengan baik. Oleh karenanya

pelaksanaan CSR yang dilakukan bukan sekedar kedermawanan belaka

dengan tujuan untuk brand image saja.

Universitas Sumatera Utara