PENGARUH VISI MISI TERHADAP PEROLEHAN...
Transcript of PENGARUH VISI MISI TERHADAP PEROLEHAN...
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
PENGARUH VISI MISI TERHADAP PEROLEHAN SUARA
SYAMSUL ARIFIN-GATOT PUJO NUGROHO DALAM
PEMILIHAN GUBERNUR SUMATERA UTARA TAHUN 2008 (STUDI KASUS : KELURAHAN TANJUNG SELAMAT, KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
BARRY CALVIN
030906078
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
KATA PENGANTAR
Sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa, sudah sepantasnya penulis
memanjatkan puji dan syukur yang sebesar-besarnya kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir Skripsi yang berjudul: “Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara
Syamsul Arifin-Gaot Pujo Nugroho dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara
Tahun 2008. Studi kasus: Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan
Tuntungan.” Selain itu, penulis juga ingin menghaturkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada Bapak Drs. Zakaria Thaher, MSP selaku Dosen
Pembimbing dan kepada Ibu Dra. Evi Novida Ginting, MSP selaku Dosen pembaca,
yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam
pengerjaan skripsi ini. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa membalas jasa dan kebaikan
bapak serta menambahkan berkat kepada bapak-bapak sekalian.
Penulis sadar, bahwa dalam penulisan skripsi ini masih mempunyai banyak
kesalahan dan kekurangan karena penulis tahu bahwa Kesempurnaan itu hanyalah
milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari orang-orang yang membaca makalah ini, khususnya kritik yang dapat
memotivasi penulis untuk dapat lebih baik kedepannya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penulis berharap agar
skripsi ini bemanfaat bagi kita semua. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa menyertai
kita semua.
Penulis
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
ABSTRAKSI
Judul :Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-
Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera
Utara Tahun 2008
Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan
Tuntungan
Nama : Barry Calvin
NIM : 030906078
Departemen : Ilmu Politik
Skripsi ini membahas tentang Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara
Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara
Tahun 2008, dimana penulis mengambil studi kasus di Kelurahan Tanjung Selamat,
Kecamatan Medan Tuntungan dimana Syamsul keluar sebagai pemenang di
Kelurahan ini.
Pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 diikuti
oleh 5 pasangan calon yang dicalonkan oleh partai politik. Pertarungan kelima
pasangan tersebut bukan hanya pertarungan popularitas namun juga pertarungan visi
misi (rancangan program kerja). Visi misi merupakan hal lumrah yang harus
dipaparkan oleh semua pasangan calon yang ikut bertarung dalam Pemilihan
Gubernur Sumatera Utara tahun 2008 sebagai rancangan program kerja apabila
mereka terpilih sebagai pasangan Gubernur dan wakil Gubernur. Dan pasangan
Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho keluar sebagai pemenang. Sering munculnya
pasangan ini di media massa merupakan sebuah nilai tambah bagi mereka karena
rakyat jadi lebih mengenal mereka dan juga mengerti tentang visi misi yang mereka
tawarkan. Gaya bahasa yang kocak dan kata-kata sederhana yang mereka gunakan
dalam kampanye mereka lebih menarik bagi masyarakat dibandingkan dengan visi
misi yang ditawarkan oleh pasangan lain karena bahasa yang dipergunakan pasangan
lain terkadang terlalu ilmiah sehingga banyak masyarakat yang tidak tahu tentang arti
dari kata-kata tersebut.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah………………………..……………………….1
I.2. Perumusan Masalah……………………………...…………………..…12
I.3. Pembatasan Masalah …………………………..……..……………… .14
I.4. Tujuan Penelitian…………………………..…..………………….........14
I.5. Manfaat Penelitian………………………………...………….................15
I.6. Kerangka Teori
I.6.1. Pemilihan Umum………………………..….………………….15
I.6.1.1 Sistem Pemilihan Umum.…………….…………………..16
I.6.2 Pemilihan Kepala Daerah Langsung………………......…….....21
I.6.2.1 Sistem Pemilihan Kepala Daerah……………………….23
I.6.2.2 Tata Kelola Pemilihan Kepala Daerah…………………25
I.6.3 Komunikasi Politik……………………………………………..27
I.6.3.1 Kampanye………………………………………………29
I.7. Definisi Konsep………………………………………...………………..30
I.8. Definisi Operasional…………………………………..……..……….....31
I.9.Metodologi Penelitian
I.9.1 Metode Penelitian…………………………………………… 32
I.9.2 Jenis Penelitian…….…………………………..……….………33
I.9.3 Lokasi Penelitian……………………………………………….34
I.9.4 Populasi dan Sampel…………………….………..……….........34
I.9.5. Teknik Pengumpulan Data………………………...………….35
I.9.6. Teknik Analisa Data…………………………………………..36
I.10. Sistematika Penulisan…………………………………………...…......36
BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
II.1 Sejarah Singkat…………………………………………………………..37
II.2 Keadaan Geografi………………………………………………………..37
II.3 Demografi………………………………………………………………..38
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
BAB III. PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
III.1 PenyajianData…………………………………………………………...44
III.2 AnalisaData……………………………………………………………..61
BAB IV. PENUTUP
IV. 1Kesimpulan……………………………………………………………..63
IV. 2 Saran……………………………………………………………………64
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...65
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Pemilihan Umum merupakan sarana dari demokrasi. Perkataan demokrasi
pertama kali diciptakan oleh sejarawan Yunani, Herodotus pada abad ke-5 SM.
Sistem ini sejak awal mendapat kritik dari pemikir Yunani lainnya seperti Plato,
Aristoteles bahkan dari Thucydides, karena mereka menilai bahwa warga negara biasa
tidak berkompeten untuk memerintah. Tetapi orang Yunani Kuno pada umumnya
percaya bahwa demokrasi adalah tatanan politik yang terbaik untuk menciptakan
kestabilan politik.1
Sejak pertama sekali diperkenalkannya pemahaman bahwa demokrasi adalah
pemerintahan oleh rakyat, perdebatan mengenai makna dan lingkup demokrasi hampir
tidak pernah berhenti, terutama kaitannya dengan masalah diperintah : “rakyat dalam
pemerintahan”.
2
Terdapat bermacam-macam istilah demokrasi. Ada yang dinamakan
Demokrasi Konstitusional, Demokrasi, Demokrasi Rakyat, Demokrasi Sovyet,
Demokrasi Pancasila dan sebagainya. Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu
demokrasi berdasarkan Pancasila, masih dalam tahap perkembangan dan mengenai
sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat pelbagai tafsiran dan pandangan. Tetapi yang tidak
dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusional
cukup jelas tersirat di dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang belum diamandemen.
3
1 Ahmad Syafii, Islam dan Politik : Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin, Jakarta : Gema Insani Press, 1006, Hal. 190. 2 Robert Dahl, Demokrasi dan Para Pengkritiknya, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1992, hal 57 3 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008, Hal 106
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Demokrasi akan melahirkan yang namanya Pemilihan Umum (Pemilu).
Penjelasan konseptual terhadap pemilu dapat dilihat sebagai sarana demokrasi. Dalam
hubungan ini penyelenggaraan pemilu sebagai legitimasi terhadap suatu pemerintahan
yang demokratis yang berasal dari rakyat yang diberikan pada saat itu. Di negara-
negara yang demokratis, pemilu merupakan alat untuk memberikan kesempatan
kepada rakyat untuk ikut serta mempengaruhi kebijakan pemerintah dan sistem politik
yang berlaku.
Di Indonesia, pemilu pertama kali dilakukan pada tahun 1955. Pemilu dikatakan
demokratis apabila memenuhi syarat sebagai berikut :4
1. pemilihan umum itu dalam pelaksanaannya harus menjamin kerahasian dalam pemberian suara dan kejujuran terutama dalam penghitingan suara
2. pemilihan umum itu harus diikuti oleh beberapa partai politik yang saling berkompetisi secara fair dalam suatu sistem kepartaian yang adaptabel dan kompetitif.
3. hasil pemilihan umum itu dipakai untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin negara sebagaimana yang dianut oleh negara pemilihan langsung dan menentukan jumlah keanggotaan dan komposisi lembaga perwakilan sebagaimana Negara yang menganut prinsip demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan.
Dalam Pemilu, masyarakat yang ikut memilih dikatakan telah berpartisipasi
dalam proses politik. Kegiatan warga Negara atau masyarakat secara serentak seperti
dalam Pemilu dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) disebut juga partisipasi
kolektif yang bertujuan mempengaruhi penguasa.
Mulai tahun 2005, pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah , baik
Gubernur dan Wakil Gubernur maupun Bupati/Walikota dilaksanakan secara
langsung oleh rakyat. Ini merupakan perwujudan pengembalian “hak-hak dasar”
rakyat dalam memilih pemimpin di daerah dan ini tertuang dalam PP No. 6 Tahun
2005, Pasal 1 ayat 1 yang berbunyi : 4 Antonius Sitepu.2006. Sistem Politik Indonesia. Medan : Pustaka Bangsa Press.hal 138
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
”Pemilihan Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah yang selanjutnya disebut
pemilihan adalah sarana pelaksaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.”
Pasangan calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan tertentu. Pilkada langsung
disebutkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah
dan pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005. Sebelumnya, Kepala Daerah
dan wakil Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). Penyelenggara Pilkada dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan
Umum Daerah.
Dalam pelaksanaannya pilkada langsung berpegang pada asas-asas langsung.
Umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sehingga pilkada langsung dapat menjadi suatu
sistem rekrutment pejabat publik yang dapat memenuhi parameter demokrasi. Hal ini
berlanjut ke pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang mulai dilaksanakan pada
tahun 2005. Ini menjadi sebuah terobosan baru dalam perpolitikan Indonesia karena
sejak masa pemerintahan colonial sampai Orde Baru kedaulatan rakyat dalam pilkada
dimonopoli oleh elite politik karena rakyat tidak dapat memilih Kepala Daerah secara
langsung. Elite pusat dan daerah mempermainkan kedaulatan rakyat tersebut untuk
kepentingan jangka pendek, yang diindikasikan dengan maraknya praktik
persekongkolan dan nepotisme.5
Dalam undang-undang No. 32 tahun 2004 pasal 56 ayat 1 dijelaskan bahwa
“kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang
dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia,
5 Ibid Hal. 33
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
jujur dan adil”.6
1. pendaftaran pemilih;
Disini jelas terlihat bahwa partisipasi masyarakat dalam hal
pemilihan kepala daerah dituntut lebih besar karena masyarakat secara langsung
menentukan siapa pemimpinnya.
Masalah pemilihan Kepala Daerah turut menetukan tingkat demokratisasi di
daerah tersebut. Semakin tinggi tingkat partisipasi aktif rakyat setempat dalam proses
pemilihan Kepala Daerah, semakin tinggi pula tingkat demokratisasi di daerah
tersebut. Sampai dengan saat ini, partisipasi aktif rakyat daerah dalam proses
pemilihan Kepala Daerah masih terbatas, bahkan bisa dikatakan tidak ada partisipasi
langsung sama sekali.
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung dapat mengurangi praksis politik
daerah dari aroma money politics karena kecil kemungkinan bagi calon Kepala
Daerah, baik itu calon Gubernur atau Bupati/Walikota untuk menyuap seluruh rakyat
daerah tersebut yang berjumlah jutaan tersebut. Sedangkan jika tetap memakai sistem
perwakilan, money politics adalah sangat mungkin terjadi kaeran jumlah wakil rakyat
daerah relatif sedikit. Bertambah luasnya ruang bagi partisipasi aktif daerah berarti
semakin mendekatkan praksis politik di daerah dengan demokrasi ideal.
Aktor utama system pilkada adalah rakyat, partai politik, dan calon kepala
daerah. Ketiga aktor tersebut terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangkaian tahapan-tahapan kegiatan pilkada langsung. Kegiatan-
kegiatan tersebut antara lain :
2. pendaftaran calon;
3. penetapan calon;
4. kampanye; 6 Ibid, Hal. 121
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
5. pemungutan dan penghitungan suara;
6. penetapan calon terpilih.7
Partai-partai politik mempunyai kepentingan besar untuk menjadikan calon
yang diusungnya terpilih, sehingga tidak mungkin menyerahkan penyelenggaran pada
mereka. Oleh sebab itu, kegiatan-kegiatan tersebut harus diselenggarakan oleh
lembaga yang diatur secara ketat untuk menjaga dan menjamin dilaksanakannya nilai-
nilai objektivitas, keterbukaan, keadilan dan kejujuran. Lembaga tersebut harus
mandiri, independent, non partisan, dan bebas kepentingan politik dengan tujuan agar
dapat menjamin pelaksanaan masing-masing kegiatan secara tertib dan adil.
Calon kepala daerah berasal dari partai politik atau perseorangan di luar partai
politik. Mereka menjalani proses, yakni menyelesaikan tahapan-tahapan kegiatan
mulai dari penelitian syarat calon, kampanye, pemungutan dan penghitungan suara
samapai penetapan calon terpilih.
Dalam masa kampanye, calon berlomba merebut simpati rakyat dengan cara
menawarkan visi, misi dan program kerja. Menurut Undang – Undang No. 25 Tahun
2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pengertian visi adalah
rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.
Sedangkan misi adalah rumusan umum mengenai upaya–upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Dan program diartikan sebagai instrument
kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga untuk
memncapai sasaran atau tujuan.8
7 Ibid, Hal. 204 8 Achmad Herry, 9 Kunci Sukses Tim Sukses Dalam Pilkada Langsung, Yogyakarta : Galang Press, 2005, Hal. 35
Namun, sekarang paradigma kampanye telah
mengalami pergeseran. Paradigma lama bahwa kampanye merupakan bagian dari
kegiatan pemilihan untuk meyakinkan pemilih telah pudar dan diganti dengan
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
paradigma baru bahwa kampanye merupakan komunikasi politik dan pendidikan
politik. Sebagai komunikasi politik, kampanye diarahkan pada penciptaan kondisi
yang memungkinkan terbangunnya kepercayaan (trust) dan pertanggungjawaban
(accountability) terhadap program-program yang ditawarkan calon. Dengan program
dan visi-misi yang tersebut para calon berusaha meyakinkan pemilih untuk memilih
mereka dalam pemilihan kepala daerah.
Seperti pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara tahun
2008 di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan dimana dari lima
pasangan calon yang bertarung Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho ( Syampurno)
berhasil keluar sebagai pemenang. Padahal pasangan calon tersebut hanya didukung
oleh partai-partai kecil yang terdiri dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai
Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bulan Bintang (PBB), PSI, Partai Nahdatul Ulama
Indonesia (PNUI), Partai Patriot Pancasila, Partai Penegak Demokrasi di Indonesia
(PPDI), PKPB, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dan Partai Merdeka.
Total suara partai-partai tersebut mencapai 28,31%.
Di bawah ini adalah tabel nama pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur
Sumatera Utara tahun 2008 beserta perolehan suara mereka di Kelurahan Tanjung
Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
No Nama Pasangan Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008
Perolehan Suara
1 H.M. Ali Umri, SH, M.Kn – DR. Haji Maratua
Simanjuntak
150
2 Mayjend (Pur) Tritamtomo, SH – DR. Ir. Benny
Pasaribu, M.Ec
1.069
3 Ir. RE. Siahaan – H. Suherdi 590
4 H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH – H. M. Syafii, SH,
M.Hum
355
5 H. Syamsul Arifin, SE – Gatot Pujo Nugroho, ST 1.101
Jumlah 3265
Sumber : Komisi Pemilihan Umum Kota Medan
Dalam setiap pemilihan Kepala Daerah ataupun Pemilihan Presiden visi misi
merupakan hak mutlak yang harus dipaparkan dalam setiap debat kandidat maupun
pada waktu kampanye. Karena tu merupakan acuan bagi rakyat dalam menentukan
pilihannya. Dan rakyat juga ingin melihat seperti apa program yang ditawarkan oleh
pasangan calon tersebut. Begitu juga dengan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara
Tahun 2008 yang dimenangkan oleh pasangan Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho
dimana visi misi yang ditawarkan oleh pasangan tersebut menggunakan bahasa dan
kata yang sederhana dan mampu diterima dengan baik oleh semua lapisan
masyarakat.
Dibawah ini akan disajikan visi misi Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho
dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Visi-Misi
Untuk mewujudkan pembangunan Sumatera Utara yang lebih terarah,
terencana, menyeluruh, terpadu, terintegrasi, antisipatif, realistis, maka perlu
dirumuskan strategi dasar kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan dan
pengembangan Sumatera Utara.
Pembangunan Sumatera Utara merupakan rangkaian kegiatan pembangunan
yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, untuk meraih masa depan
yang lebih baik. Oleh karenanya Visi merupakan simpul atau starting point dalam
menyusun pembangunan Suimatera Utara.
Visi merupakan gambaran, sikap mental dan cara pandang jauh ke depan
mengenai organisasi sehingga organisasi tersebut tetap eksis, antisipatif dan inovatif.
Visi Gubernur Sumatera Utara diharapkan dapat memberikan orientasi dan komitmen
bagi seluruh jajaran staf dan masyarakat yang ada di Sumatera Utara.
Visi Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugriho dalam Pemilihan Gubernur Sumatera
Utara Tahun 2008 yaitu Sumatera dalam Harmoni Keragaman Utara yang maju dan
Sejahtera.
Peletakan dasar kegiatan dan program pencapaian visi tersebut harus dimulai
dari awal (memformat kembali) dengan memperhatikan unsur-unsur manajemen
profesional dan pengelolaan organisasi secara efektif dan efesien.
Penjelasan Visi:
1. Sumatera Utara yang maju, yaitu masyarakatnya berpengetahuan dan sadar
akan kebutuhan secara individual atau kelompok, serta menggunakan akal
sehat dapat mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan nasional dan
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
global, namun tetap mempertahankan ciri dan identitas masyarakat Sumatera
Utara yang majemuk serta bijaksana menghargai adat.
2. Sumatera yang sejahtera adalah masyarakat yang terpenuhinya kebutuhan
secara lahir dan batin berdasarkan keperluan baik individu maupun kelompok
yang dipenuhi secara tertib berdasarkan program.
3. Harmoni keberagaman berarti terbentuknya kesesuaian dan keharmonisan
masyarakat Sumatera Utara yang beragam di mana hak, kesempatan dan
keragaman tersebut diberikan untuk dapat dinikmati secara bersama-sama dan
adil oleh setiap kelompok dalam masyarakat di Sumatera Utara.
Misi merupakan pernyataan tentang apa yang harus dicapai, kegiatan apa yang
harus dilaksanakan dan apa yang penting bagi suatu organisasi. Berkaitan dengan hal
tersebut misi sebaiknya dapat menggambarkan hal-hal yang harus dilaksanakan dan
hal yang penting dalam pencapaian visi.
Sejalan dengan visi, maka misi Gubernur Sumatera Utara adalah:
1. Mewujudkan Sumatera Utara yang maju aman bersatu rukun dan damai dalam
kesetaraan
2. Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang mandiri dan sejahtera dan
berwawasan lingkungan
3. Mewujudkan Sumatera Utara yang berbudaya, religius dalam keberagaman
4. Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang partisipatif dan peduli terhadap
proses pembangunan.
Misi di atas, akan di jabarkan sebagai berikut :
1. Mewujudkan Sumatera Utara yang maju aman bersatu rukun dan damai dalam
kesetaraan
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Untuk mewujudkan kondisi sumatera yang maju aman bersatu rukun dan damai
dalam kesetaraan maka arah kebijakan pembangunan kedepannya difokuskan kepada
mewujudkan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan
yang ditopang oleh peningkatan daya guna dan daya hasil yang lebih maksimal dari
berbagai sektor–sektor potensial seperti bidang pertanian, kehutanan, industri, UKM
dan parawisata.
2. Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang sejahtera
Untuk mewujudkan kondisi masyarakat Sumatera Utara yang mandiri dan
sejahtera maka arah kebijakan pembangunan kedepannya difokuskan pada
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan hak-hak dasar masyarakat serta meningkatkan
kepekaaan sosial melalui pengembangan berbagai program yang lebih menyentuh
kepada kebutuhan masyarakat terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
3. Mewujudkan Sumatera Utara yang berbudaya, religius dalam keberagaman
Untuk mewujudkan kondisi Sumatera Utara yang berbudaya, religius dalam
keberagaman maka arah kebijakan pembangunan kedepannya difokuskan kepada
kebijakan-kebijakan yang mampu menciptakan suasana kehidupan intern dan antar
umat yang saling menghormati dalam rangka menciptakan suasana yang aman dan
damai serta menyelesaikan dan mencegah konflik antar umat beragama serta
meningkatkan kualitas pelayanan kehidupan beragama bagi seluruh lapisan
masyarakat agar dapat memperoleh hak-hak dasar dalam memeluk agamanya masing-
masing dan beribadah sesuai agama dan kepercayaannya.
Membangun sebuah peradaban modern tidaklah cukup hanya didukung oleh
dana dan teknologi, akan tetapi dibutuhkan sentuhan humanis, moralis dan estetis
sehingga menciptakan yang aman, nyaman, tentram dan religius serta hubungan antar
umat dan antar etnis yang harmonis dan dinamis. Sebagai daerah yang sering
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
dijadikan model dan barometer kehidupan sosial, maka karakteristik yang multi etnis
dan agama yang majemuk, justru menjadi potensi dan kekuatan pembangunan.
4. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat demi menciptakan masyarakat yang
mandiri
Untuk mewujudkan kondisi pemberdayaan masyarakat demi menciptakan
masyarakat yang mandiri arah kebijakan pembangunan kedepannya diarahkan kepada
Penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling); memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering)
serta melindungi kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, dan
mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas
yang lemah
Dalam mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan Sumatera Utara
dikemukakan prinsip dasar pembangunan yaitu :
Memproyeksikan Sumatera Utara ke depan sebagai daerah yang:
1. Berkembang dan maju serta memiliki daya tahan terhadap perubahan, resesi dan
krisis.
2. Berkembang berdasarkan jiwa, semangat dan keberagaman etnik dan agama.
3. Percaya diri menampilkan identitas budaya lokal di tengan arus globalisasi.
4. Memiliki kemandirian dan kesempatan bagi setiap orang dan kelompok untuk
mencapai kesejahteraan
5. Memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan pembangunan kesehatan,
pendidikan dan pertanian dalam kerangka kesejahteraan rakyat (Rakyat Tidak
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Bodoh, Rakyat Tidak Sakit, Rakyat Tidak Lapar dan Rakyat Mempunyai Masa
Depan).9
Dengan visi-misinya yaitu, rakyat tidak lapar, rakyat tidak bodoh, rakyat tidak
sakit dan rakyat punya masa depan pasangan Syampurno berhasil memikat perhatian
masyarakat. Gaya bahasa yang sederhana namun padat dan tidak berlebit belit
setidaknya terbukti lebih disukai oleh masyarakat (masyarakat menengah kebawah
pada umumnya) daripada gaya bahasa yang terlalu ilmiah yang sebenarnya cukup
sulit untuk dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar para pemilih tidak memiliki pendidikan yang cukup sehingga sangat
sulit dalam mencerna bahasa bahasa politis yang terkadang sulit untuk dipahami.
Disinilah dibutuhkan kejelian dalam menetapkan visi-misi agar dapat dipahami oleh
seluruh lapisan masyarakat. Metode diksi yang lebih sederhana terdengar lebih
familiar ditelinga masyarakat daripada kata kata yang berbau politis yang cenderung
membingungkan masyarakat karena memang kata kata yang digunakan tidak begitu
dikenal sehingga sangat sulit untuk ditelaah. Walaupun terkadang visi-misi yang
digunakan oleh pasangan Syampurno terdengar pasaran ataupun kurang berkelas
namun justru dengan gaya bahasa yang seperti itulah visi-misi yang digunakan oleh
pasangan ini menjadi mudah diingat oleh masyarakat. Terkadang permasalahan visi-
misi pasangan calon dianggap tidak begitu penting, tetapi justru itu merupakan asumsi
yang keliru. Jika visi-misi yang digunakan saja sudah tidak direspon oleh masyarakat
maka untuk program kerja kedepannya menjadi sangat sulit untuk dilirik oleh
masyarakat umum. Mungkin para kaum cendikiawan berpendapat bahwa visi-misi
yang digunakan oleh pasangan Syampurno kurang valid jika digunakan dalam sebuah
proses pesta demokrasi. Namun disinilah kita dapat menilai bagaimana visi-misi
9 /http.google.com/Visi Misi Syamsul Arifin Gatot Pujo Nugroho.pdf (Diakses bulan April 2009)
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
dengan diksi yang biasa-biasa saja justru mampu direspon oleh banyak kalangan
masyarakat. Tujuan dari visi-misi ini bukanlah para elite melainkan lapisan
masyarakat menengah kebawah. Jadi mungkin saja visi-misi yang dibuat oleh pasngan
Syampurno terkesan kurang berkelas bahkan terkesan bodoh dimata para elite. Namun
menjadi sangat berarti dimata khalayak ramai karena cukup mudah untuk dicerna.
Jadi visi-misi yang dibuat mungkin tidak begitu baik jika diukur berdasarkan diksinya
namun mempunyai dampak yang sangat besar dalam menembus alam pikiran
masyarakat yang rata rata masih awam.
Oleh sebab itu penulis lebih tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih
mendalam mengenai pengaruh visi-misi terhadap perolehan suara Syamsul Arifin-
Gatot Pujo Nugroho pada Pemilihan Kepala Daerah di Sumatera Utara. Karena
memang unsur visi-misi selama ini menjadi unsur yang terlupakan bagi pasangan
calon dalam memenangkan sebuah proses pemilu. Sebenarnya visi-misi yang familiar
juga tidak akan begitu berarti jika tidak diselaraskan dengan gaya bicara dari
pasangan calon tersebut. Gaya bicara Syamsul Arifin yang terkesan jenaka sangat
sesuai dengan visi-misi dari pasangan Syampurno yang sangat sederhana, tidak
berbelit belit, namun tetap menyampaikan pesan moral yang sanggup mengundang
perhatian masyarakat ditengah tengah masyarakat yang sudah tidak peduli dengan
sebuah proses pemilu. Masyarakat sudah bosan dengan gaya pemerintahan yang
terlalu formal dan struktural. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun efesien
dalam menerapkan visi-misinya pasangan Syampurno dianggap menjadi sesuatu yang
beda dimata masyarakat dibandingkan dengan pasangan pasangan calon lainnya.
Untuk itu faktor visi-misi menjadi suatu kajian yang menarik dalam proses
pemenangan pasangan calon dalam pemilihan umum.
2. Perumusan Masalah.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Perumusan masalah merupakan penjelasan dan penjabaran dari identifikasi
masalah dan pembatasan,10
1. Penelitian ini hanya mengkaji tentang pengaruh visi misi terhadap perolehan
suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho dalam Pemilihan Gubernur
Sumatera Utara tahun 2008.
atau dengan kata lain, perumusan masalah merupakan
pertanyaan lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti
didasarkan atas identifikasi masalah.
Berdasarkan penjelasan di atas dan berangkat dari latar belakang masalah,
peneliti mencoba merumuskan permasalahan yaitu “ bagaimana pengaruh visi-misi
terhadap perolehan suara Syampurno dalam Pemilihan Gubernur Sumatera
Utara tahun 2008”.
3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan
penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi
factor mana saja yang termasuk kedalam masalah penelitian dan factor mana saja
yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian tersebut. Maka untuk memperjelas dan
membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan uraisan yang
sitematis diperlukan adanya batasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang akan
diteliti oleh penulis yaitu :
2. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan
Tuntungan, Kota Medan
4. Tujuan Penelitian 10 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung : Bumi Aksara, 2004, Hal. 43
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Penelitian ini mempunyai tujuan : Untuk mengetahui pengaruh visi-misi terhadap
perolehan suara Syampurno dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun
2008 di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota
Medan.
5. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menjadi sebuah kajian
ilmiah di bisang Ilmu Politik.
2. Bagi masyarakat penelitian ini dapat bermanfaat dan masukan bagi semua
pihak yang terlibat dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur.
6. Kerangka Teori
6.1. Pemilihan Umum (Pemilu)
Dalam wacana politik, pemilu dikenal sebagai suara untuk melakukan
pergantian dan sekaligus kaderisasi politik. Menurut Tataq Chimad pada prinsipnya
pemilu dalam tanah demokrasi lebih bermakna :11
1. Kegiatan partisipasi politik dalam memajukan kesempurnaan oleh berbagai
pihak.
2. Sistem perwakilan bukan partisipasi langsung dimana terjadi perwakilan
penentuan akhir dalam memilih elit politik yang berhak duduk mewakili
masyarakat.
3. Sirkulasi para elit politik yang berujung pada perbaikan performance
eksekutif.
11 Tataq Chimad, Kritik Terhadap Pemilihan Langsung, Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2004, Hal. 3
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Pemilu sebagai wujud dari demokrasi bertujuan sebagai mekanisme untuk
menyeleksi para pemimpin pemerintahan. Selain itu pemilu bertujuan sebagai
mekanisme untuk memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan
perwakilan rakyat sehingga integritas masyarakat tetap terjamin. Di Indonesia
pemilihan umum pertama kali dilakukan pada tahun 1955. Kemudian pada zaman
Soeharto yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan tahun 1997. dan pada masa
transisi tahun 1999, kemudian pada tahun 2004.
Pemilu tahun 2004 berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya karena untuk
pertama kalinya rakyat dapat memilih secara langsung anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi, DPRD Kabupaten/ Kota, bahkan Presiden dan Wakil Presiden.
Penyelenggaraannya dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional,
tetap dan mandiri.
6.1.1 Sistem Pemilihan Umum
Pada hakekatnya pemilihan umum merupakan cara dan sarana yang tersedia
bagi rakyat untuk menentukan wakil-wakilnya yang akan duduk dalam Badan-Badan
Perwakilan Rakyat guna menjalankan kedaulatan rakyat, maka dengan sendirinya
terdapat berbagai sistem pemilihan umum.
Jenis-jenis pemilihan umum, yaitu :
1. Sistem Perwakilan Distrik/ single member constituency
2. Sistem Perwakilan Proporsional.
a. Sistem Perwakilan Distrik
Sistem ini merupakan sistem pemilihan yang paling tua. Dalam sistem distrik,
satu wilayah (kesatuan geografis) kecil yaitu distrik pemilihan memilih satu wakil
tunggal ( single member constituency) berdasarkan suatu sifat pluralitas (suara
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
terbanyak). Untuk itu negara dibagi ke dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil
rakyat dalam Dewan Perwakilan Rakyat ditentukan oleh jumlah distrik12
Kebaikan yang lain karena dalam sistem distrik tidak ada penggabungan suara
antar distrik pemilihan, maka sistem ini mempunyai kecendrungan untuk terjadinya
penyederhanaan kepartaian. Hal ini dimungkinkan karena bagi partai politik yang
kalah dalam suatu distrik akan memperhitungkan kekuatannya pada penilu yang akan
datang. Apabila jumlah suara dengan partai calon y6ang terpilih sangat jauh, maka
Misalnya anggota DPR ditentukan 500 orang orang maka wilayah negara
dibagi dalam 500 distrik pemilihan/constituencies, sehingga setiap distrik pemilihan
akan diwakili satu orang wakil, yang mengumpulkan suara mayoritas di distriknya,
tidak perlu mayoritas mutlak, cukup mayorits relatif. Pemilihan dilakukan sekali
sejalan, karena suara-suara yang tidak terpilih dari suatu distrik pemilihan lain tidak
dapat digabungkan dengan suara-suara yang tidak terpilih menjadi hilang.
Ciri pokok sistem pemilihan distrik yang membedakan dengan sistem
pemilihan proporsional adalah bahwa yang menjadi fokus pemilihan bukanlah
organisasi politik/ tanda gambar partai, melainkan individu yang mewakili atau
dicalonkan oleh parapol disuatu distrik. Orang yang dicalonkan biasanya orang distrik
tersebut atau orang dari distrik lain, tetapi yang pasti orang tersebut dikenal secara
baik oleh warga distrik yang bersangkutan. Dengan demikian hubungan antara para
pemiliih dengan calon sangat akrab/dekat, sebab logikanya para pemilih tentu akan
memilih calon yang paling dikenal reputasinya dan kredibilitasnya. Karena calon yang
dipilih biasanya warga distrik atau pernah cukup lama tinggal didistrik tersebut, maka
ia akan dapat lebih mengetahui dan akan memperjuangkan dengan sungguh-sungguh
kepentingan, kebutuhan dan aspirasi dari distrik yang diwakilinya.
12 Antonius, Op. Cit. Hal. 163
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
partai politik tersebut terpaksa mencari penggabungan atau berkoalisi dengan partai
lain yang relatif memiliki persamaan ideologi atau program, guna meraih kemenangan
dalam distrik yang bersangkutan. Walaupun demikian, beberapa ilmuwan politik
menyangsikan kecendrungan itu, karena banyaknya indikator yang menentukan
penggabungan itu baik faktor UU, kepribadian partai, sosio budaya, serta kondisi dan
kepentingan sosial, ekonomi, keagamaan maupun profesi.
Disamping kebaikan-kebaikan diatas, sistem distrik mengandung keburukan
antara lain, wakil-wakil yang terpilih memungkinkan hanya memeperjuangkan
aspirasi distriknya yang diwakilinya. Keburukan lain manakala kontestan pemilu
cukup banyak, suara akan terpecah kedalam banyak partai politik, akibatnya kalau
dihitung yang dinamakan suata mayoritas hakekatnya minoritas dari seluruh jumlah
yang masuk. Disamping itu karena satu distrik satu wakil dan perhitungan suara
secara mayoritas dengan tidak memugkinkan parpol yang besar tidak akan menguasai
secara mayoritas pada Badan Perwakilan rakyat.
Sistem distrik ini dapat berjalan dengan baik pada kondisi masyarakat yang
telah mencapai tahap kedewasaan tertentu. Nazarudin menentukan dua tolak ukur
tentang tingkat kedewasaan masyarakat; pertama, tingkat rasionalitas menentukan
kemampuan rakyat didalam menjalankan dan menjatuhkan pilihan terhadap berbagai
calon yang saling bersaing di distrik mereka. Dengan tingkat rasionalitas yang tinggi,
masyarkat dapat emilih diantara program-program partai yang ditawarkan oleh
masing-masing calon. Kedua, ditentukan oleh tingkat kesadaran politik yang tinggi,
dengan tingkat kesadaran politik yang tinggi akan dapat memilih ikatan-ikatan
ideologis, melainkan karena program yang ditawarkan disamping kemampuan menilai
perilaku partai yang diwakili oleh seorang calon.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
b. Sistem Perwakilan Proporsional.
Dalam sistem perwakilan proporsional tidak ada pembagian wilayah
pemilihan, karena pemilihan bersifat nasional. Pembagian kursi di Badan Perwakilan
Rakyat didasarkan pada jumlah presentase suara yang diperoleh masing-masing
parpol.
Dalam sistem perwakilan proporsioanal dikenal dengan dua sistem yakni, hare
system dan list system.13
13 David E.Apter, Pengantar Analisa Politik, Jakarta : LP3ES. 1998. Hal. 214
Dalam hare system atau single transferable vote pemilih
diberi kesempatan untuk memilih pilihan utama, kedua dan seterusnya dari distrik
pemilihan yang bersangkutan. Jumlah imbangan suara yang diperlukan untuk pemilih
ditentukan dan segera jumlah keutamaan pertama dipenuhi, dan apabila ada sisa suara,
maka kelebihan ini dapat dipindahakan kepada calon berikutnya dan seterusnya.
Penggabungan atau pengalihan suara ini memungkinkan parpol yang kecil mendapat
kursi dibadan legislatif, yang semula mungkin tidak dapat imbangan suara yang
ditentukan. Konsekuensi dari sistem ini perhitungan suara agak berbelit-belit dan
butuh kecermatan. Berbeda dengan lity system pemilih diminta memilih diantara
daftar calon yang berisi sebanyak mungkin nama-nama wakil rakyat yang akan dipilih
dalam pemilu
Kebaikan dari sistem ini pertama, tidak ada suara yang terbuang karena
perhitungan yang dilakukan secara nasional. Kedua sering dianggap lebih demokratis
dibanding sistem distrik, karena partai minoritas pasti ada wakilnya dibadan legislatif.
Ketiga, karena semua parpol memperoleh kursi dibadan legislatif yang tidak
ditentukan secara distrik, maka sistem tersebut akan mewujudkan badan legislatif
yang bersifat nasional.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Disamping kebaikan diatas terdapat pula keburukan-keburukan yakni;
pertama, perhitungan suara berbelit-belit karena digabungkan secara nasional maka
dapat dipastikan akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Kedua; karena yang
dipilih bukan orang tapi tanda gambar parpol, akibatnya hubungan antara pemilih
dengan yang dipilih tidak erat, boleh jadi aspirasi, kebutuhan dan kepentingan rakyat
pemilih bukan urusannya tapi urusan parpol. Ketiga; kekuasaan parpol sangat besar,
karena parpollah yang menentukan siap-siapa yang akan diajukan sebagai calon,
akibatnya wakil-wakil yang duduk dilembaga legislatif bukan lagi wakil rakyat, tetapi
tak lebih wakil parpol. Keeempat; sistem ini memiliki kecendrungan partai akan
bertambah, hal ini mungkin karena partai minoritas pasti terwakili karena adanya
penggabungan suara, disamping karena ambisi seseorang ingin duduk sebagai
pimpinan parpol.
Dr. Pipit R Kartawijaya, ketua KIPP Eropa dan LSM Watch Indonesia dalam
tulisan kontroversi sistem proporsional daftar tertutup, menyebut tiga sistem
pemilihan didalam sistem pemilihan proporsional yaitu terdiri dari :
1. sistem proporsional daftar tertutup
2. sistem proporsional daftar terbuka dan
3. sistem proporsinal daftar bebas.
b.1. Sistem Proporsional Daftar Tertutup.
Dalam sistem ini, pemilih datang ke bilik suara dan kemudian mencoblos
tanda gambar partai yang dianggap bisa memperjuangkan kepentingan pemilih.
Partisipasi pemilih dalam menentukan wakilnya sangat rendah. Pemilih sama sekali
tak pernah mengetahui sosok calon yang akan dipilihnya.
b.2 Sistem Proporsional Daftar Terbuka
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Dalam sistem proporsional, lewat daftar terbuka pemilih yang memiliki satu
suara dapat mencoblos satu nama dari sederat nama wakil rakyat yang ditawarkan
parpol itu. Disebut pemilih bukan memilih orang dan bukan gambar partai. Disebut
terbuka sebab pemilih bisa memilih salah satu caleg yang dijajakan secara transparan.
Setiap pemilih akan mencoblos nama wakilnya dilegislatif pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dalam sistem ini, partai
politik tak lagi sepenuhnya berkuasa. Kertas suara yang akan dicoblos dalam pemilu
tidaka hanya berisi nama dan gambar partai tetapi juga berisi nama calon anggota
legislatif. Dengan sistem ini, seorang calon pada urutan nomor besar, bisa saja terpilih
mengalahkan calon pada nomor urutan kecil. Ini akan terjadi jika pemilih tak hanya
mencoblos tanda gambar partai, namun juga mencoblos nama caleg favoritnya, yang
mungkin saja berada pada nomor-nomor besar.
b.3. Sistem Proporsional Daftar Bebas.
Sistem proporsional dengan daftar bebas, sang pemilih memiliki banyak suara,
sehingga ia bisa royal mencoblos beberapa nama caleg. Bahkan lebih dari itu sang
pemilih boleh memilih calon legislatif berbeda dari satu partai politik peserta pemilu.
Dari ketiga sistem ini Indonesia menggunakan/ menganut sistem proporsional
dengan stelsel daftar sejak pemilu 1971 sampai pemilu 1999. Sedangkan untuk
pemilihan umum tahun 2004 Indonesia menggunakan sistem proporsional dengan
daftar calon terbuka (pasal 6 ayat 1 UU No 12 tahun 2003). Kemudian pemilu untuk
memilih anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak (pasal 6
ayat 2 UU No 12 tahun 2003).
6.2. Pemilihan Kepala Daerah Langsung ( Pilkadasung)
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah sebuah pemilihan
pasangan Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah di Indonesia secara langsung oleh
penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat.14
1. Gubernur dan Wakil Gubernur untuk provinsi
Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah adalah :
2. Bupati dan Wakil Bupati untuk kabupaten
3. Walikota dan Wakil Walikota untuk kota
Pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan tertentu.
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung diatur
dalam UU. No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah dan peraturan
Pemerintah (PP) No.6 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan dan Pembentukan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.15 Dalam
pelaksanaannya pilkada langsung berpegang pada asas-asas langsung. Umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil sehingga pilkada langsung dapat menjadi suatu sistem
rekrutment pejabat publik yang dapat memenuhi parameter demokrasi. Tujuan Utama
Pilkada langsung adalah penguatan masyarakat dalam rangka peningkatan kapasitas
demokrasi ditingkat lokal dan peningkatan harga diri masyarakat yang sekian lama
sudah dimarginalkan.16
Sebelum pemilihan Kepala Daerah langsung diselenggarakan, pemilihan
Kepala Daerah sepenuhnya menjadi wewenang DPRD. Peran rakyat daerah hanyalah
pada saat pemilu, yaitu pada saat penyaluran dukungan melalui pencoblosan tanda
14 Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, http://wikipedia.indonesian.com/ensikopedia/bebas/berbahasa/Indonesia/pemilihan/kepala/daerah/dan/wakil/kepala/daerah/pdf (Diakses Juli 2008) 15 Joko, Op. Cit. Hal 1 16 Ibid, Hal. 8
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
gambar partai politik tertentu. Setelah itu, proses politik di daerah, termasuk proses
pemilihan kepala daerah sepenuhnya dilakukan oleh wakil rakyat di DPRD.17
Pemilihan kepala daerah secara langsung, dapat menghindarkan praksis politik
daerah dari aroma money politics. Karena tidak mungkin bagi calon kepala daerah,
baik itu calon Gubernur atau calon Bupati/Walikota untuk menyuap seluruh rakyat
daerah tersebut yang berjumlah jutaan orang. Sedangkan kalau tetap memakai sistem
perwakilan, money politics adalah sangat mungkin karena jumlah wakil rakyat daerah
relatif sedikit.
18
Akuntabilitas kepala daerah benar-benar tertuju pada rakyat, begitu pula
sebaliknya. Relasi langsung ini akan lebih mendekatkan pemerintah dengan yang
diperintah. Dengan kedekatan rasional ini, diharapkan penyaluran aspirasi rakyat akan
semakin lancar dan setiap kebijakan pemerintah akan semakin mudah dikontrol. Pada
akhirnya, konsep kedaulatan ada di tangan rakyat diharapkan bisa sepenuhnya
teraktualisasi dalam praksis politik daerah.
Dengan pemilihan langsung, kepala daerah memiliki legitimasi demokratis
yang kuat. Di sisi lain, rakyat akan lebih merasa bertanggungjawab terhadap
pilihannya. Rakyat tentu tidak akan gegabah menentukan pemimpinnya karena pilihan
tersebut akan menentukan masa depan daerahnya dan akan berimbas pada masa depan
dirinya sebagai individu.
19
Pada hakekatnya pemilihan umum merupakan cara dan sarana yang tersedia
bagi rakyat untuk menentukan wakil-wakilnya yang akan duduk di lembaga
6.3.1 Sistem Pemilihan Kepala Daerah
17 Ignatius Haryanto, Pers Lokal dan Pilkada Langsung, Jakarta : Penerbit Kompas, 2005. Hal. 9 18 Ibid, Hal. 15 19 Ibid, hal. 18
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
pemerintahan guna menjalankan kedaulatan rakyat, maka dengan sendirinya terdapat
berbagai sistem pemilihan umum.
Perbedaan sistem pemilihan umum ini banyak tergantung pada dimensi dan
pandangan yang ditujukan terhadapa rakyat. Pertama, apakah rakyat dipandang
sebagai individu yang bebas untuk menentukan pilihannya dan sekaligus dapat
mencalonkan dirinya sebagai wakil rakyat. Kedua, apakah rakyat hanya dipandang
sebagai anggota kelompok yang sama sekali tidak berhak untuk menentukan siapa
wakilnya yangakan duduk dalam lembaga pemerintahan dan ia tidak berhak
mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.
Dari perbedaan dimensi dan pandangan di atas, maka sistem pemilihan umum
dapat dibedakan menjadi20
Berdasarkan sistem pemilihan merhanis, dapat dilaksanakan dengan dua
cara,
Sistem Pemilihan Merchanis dan Sistem Pemilihan
Organis. Pandangan Merchanis menempatkan rakyat sebagai suatu massa individu-
individu yang sama sebagai kesatuan otonom dan memandang masyarakat sebagai
kompleks hubungan yang bersifat kontraktuil. Berbeda dengan pandangan organis
yang menempatkan rakyat sebagai sejumlah individu-individu yang hidup bersama
dalam berbagai macam persekutuan hidup berdasarkan geneologis, fungsi tertentu,
lapisan sosial dan lembaga-lembaga sosial.
21
20 Arifin Rahman, Sistem Politik Indonesia Dalam Perspektif Struktur Fungsional, Surabaya, SIC, 1998, hal 195 21 Arifin Rahman, Ibid, Hal. 196.
yakni Sistem Perwakilan Distrik/Mayoritas/Single Member Constituencies dan
sistem perwakilan proporsional. Karakter utama dari sistem distrik dimana wilayah
negara dibagi dalam distrik-distrik pemilihan atau daerah-daerah pemilihan yang
jumlahnya sama dengan jumlah kursi yang diperebutkan di badan perwakilan rakyat
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
yang dikehendaki. Dalam sistem proporsional tidak ada pembagian wilayah
pemilihan, karena pemilihan bersifat nasional.
Dalam sistem perwakilan proporsional ini dikenal dua sistem yakni hare
system dan list system. Dalam hare system pemilih diberi kesempatan untuk memilih
pilihan pertama, kedua, dan seterusnya dari distrik pemilihan yang bersangkutan.
Berbeda dengan list system pemilih diminta memilih diantara daftar calon yang berisi
sebanyak mungkin nama-nama wakil rakyat yang akan dipilih dalam pemilihan
umum.
Berbeda denagn sistem pemilihan presiden dimana yang digunakan adalah
model second round past the post dengan batas minimal perolehan suara 50% plus
satu untuk meraih kursi. Jika tidak ada calon dengan jumlah suara tersebut pada
putaran pertama, digelar putaran kedua terhadap dua calon teratas dengan konsekuensi
biaya menjadi sangat besar, model penetapan kepala daerah terpilih yaitu dari sistem
first past the post dengan batas minimal perolehan suara 25%. Sesuai dengan pasal 95
ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2005, bahwa apabila tidak terpenuhi lebih
dari 50% dari jumlah suara sah, maka pasangan calon Kepala daerah dan Wakil
Kepala Daerah yang memperoleh suara sah lebih dari 25% dari seluruh jumlah suara
sah, maka pasangan calon yang memperoleh suara tersebut ditetapkan sebagai Calon
Terpilih. Dan prinsip yang dipakai dalam pemilihan Kepala Daerah adalah prinsip
Voluntary Voting, diaman massa pemilih menggunakan hak pilihnya secara sukarela.
6.3.2 Tata Kelola Pemilihan Kepala Daerah
Tata kelola (governance) Pemilihan Kepala Daerah menyangkut berbagai
aspek yang menentukan keberhasilan Pemilihan kepala Daerah yaitu aspek kesiapan
masyarakat pemilih, ketrampilan petugas lapangan pendanaan dan peraturan
pemilihan. Good Pilkada Governance adalah Pemilihan Kepala Daerah yang
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
dilaksanakan secara demokratis, dengan memberi peluang kepada para calon Kepala
Daerah untuk berkompetisi secara jujur dan adil. Pemilihan Kepala Daerah harus
bebas dari segala bentuk keuangan yang melibatkan penyelenggara pemilihan, mulai
dari proses pencalonan, kampanye sampai dengan pemungutan dan penghitungan
suara.
Pemilihan Kepala Daerah berupaya menghasilkan Kepala Daerah yang lebih
baik, lebih berkualitas dan memiliki akseptabilitas politik yang tinggi seta derajat
legitimasi yang kuat,karena Kepala Daerah teroilih mendapat mandate langsung dari
rakyat. Penerimaan cukup luas terhadap Kepala Daerah terpilih sesuai dengan prinsip
mayoritas perlu agar kontroversi yang terjadi dalam pemilihan dapat dihindari. Pada
gilirannya, pemililihan Kepala Daerah secara langsung akan menghasilkan
Pemerintah Daerah yang lebih efektif dan efisien, karena legitimasi eksekutif menjadi
cukup kuat, tidak gampang digoyang oleh legislative.
Good Pemilihan Kepala Daerah Governance setidaknya akan menghasilkan
enam manfaat penting.
1. Sebagai solusi terbaik atas segala kelemahan proses maupun hasil pemilihan
Kepala Daerah secara tidak langsung lewat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun
1999. Pemilihan Kepala Darah menjadi kebutuhan mendesak guna menutupi
kelemahan Pemilihan Kepala Daerah masa lalu. Pemilihan Kepala Daerah
bermanfaat untuk memperdalam dan memperkuat demokrasi lokal, baik dalam
lingkungan pemerintahan maupun lingkungan kemasyarakatan.
2. Pemilihan Kepala Daerah akan menjadi penyeimbang arogansi lembaga
dewan Perwakilan Rakyat daerah yang selama ini seringkali mengklaim
dirinya sebagai satu-satunya institusi pemegang mandate rakyat yang
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
representative. Dengan Pemilihan Kepala Daerah akan memposisikan Kepala
Daerah sebagai pemegang langsungmandat rakyat, yaitu untuk memerintah
(eksekutif).
3. Pemilihan Kepala Daerah akan menghasilkan Kepala Daerah yang memiliki
legitimasi dan justifikasi yang kuat dimata rakyat. Kepala Daerah hasil
pemilihan Kepala Daerah memiliki akuntabilitas public langsung kepada
masyarakat daerah selaku konstituennya, bukan seperti yang selama ini
berlangsung yaitu kepada Dewan perwakilan rakyat daerah. Dengan begitu,
maneuver politik para anggota dewan akan berkurang, termasuk segala
perilaku bad politicsnya.
4. Pemilihan Kepala Daerah berpotensi menghasilkan Kepala Daerah yang lebih
bermutu, karena pemilihan langsung berpeluang mendorong majunya calon
dan menangnya calon Kepala Daerah yang kredibel dan akseptabel di mata
masyarakat daerah, menguatkan derajat legitimasi dan posisi politik Kepala
Daerah sebagai konsekuensi dari system pemilihan secara langsung oleh
masyarakat.
5. Pemilihan Kepala Daerah berpotensi menghasilkan pemerintahan suatu daerah
yang lebih stabil, produktig dan efektif. Tidak gampang digoyah oleh ulah
politisi lokal, terhindar dari campur tangan berlebihan atau intervensi
pemerintah pusat, tidak mudah dilanda krisis kepercayaan public, dan
berpeluan melayani masyarakat secara lebih baik.
Pemilihan Kepala Daerah berpotensi mengurangi politik uang (money politics) yang
merajalela dalam proses pemilihan kepala daerah tidak langung.
6.3 Komunikasi Politik
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan, atau dapat diartikan puala sebagai
saling tukar-menukar pendapat.22
Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi
akan berhasil apabila timbul saling pengertian, yaitu jika antara si pengirim dan
penerima informasi dapat memahaminya. Hal ini tidak berarti bahwa kedua pihak
harus menyetujui suatu gagasan tersebut, tetapi yang paling penting adalah kedua
belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam keadaan seperti inilah
baru dapat dikatakan komunikasi telah berhasil (komunikatif).
23
Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi politik adalah proses
penyampaian informasi dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat
kepada pemerintah.
24
Komunikator dalam proses komunikasi politik memainkan peran social utama,
terutama dalam pembentukan opini public. Peranan komunikator politik juga sebagai
pemimpin public opinion, karena mereka berhasil membuat gagasan yang mula-mula
ditolak, kemudian dipertimbangkan, dan akhirnya diterima oleh media massa.
Dalam hal ini, partai politik berfungsi sebagai komunikator
politik yang tidak hanya menyampaikan segala keputusan dan penjelasan pemerintah
kepada masyarakat tetapi juga menyampaikan aspirasi dan kepentingan berbagai
kelompok masyarakat kepada pemerintah.
25
Unsur komunikasi politik yang lain, yaitu pesan politik tumbuh dan
berkembang dalam proses negosiasi politik. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk
22 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, Hal. 13 23 Ibid, Hal. 15 24 Dan Nimmo, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan dan Media, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1993, Hal. 8 25 Ibid, Hal. 28
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
pengertian bersama diantara berbagai pihak tentang bagaimana setiap pihak
seharusnya bersikap.
Unsur komunikasi politik lainnya adalah media politik. Sarana perjuangan
kepentingan politik itu seharusnya dikelola dengan sifat-sifat interpersonal yang
menonjol. Dengan demikian, media komunikasi politik mampu dimanfaatkan setiap
komunikator politik untuk berbicara langsung kepada public tanpa perantara. Tapi
disisi lain media komunikasi politik juga bersifat organisasional, artinya media
komunikasi politik tersebut mampu meneruskan pesan-pesan komunikator politik
(sebagai elite politik) kepada berbagai segmen politik yang ingin dituju, yaitu massa
politik yang bersifat homogen, heterogen maupun yang termasuk pendukung atau
lawan politiknya.26
Unsur komunikasi politik lain yang harus mampu dikaji adalah akibat. Akibat
komunikasi politik dapat berupa simpati dan partisipasi politik, tetapi dapat juga
berwujud sinisme, antipati, hingga perlawanan politik. Dengan demikian setiap proses
komunikasi politik bias mengasilkan pembentukan dan perubahan sikap serta perilaku
politik sasaran tertentu yang bersifat positif serta dapat pula bermakna negative bagi
komunikator politiknya.
27
Kampanye selalu bermula dari gagasan. Rogers dan Storey mendefinisikan
kampanye sebagai serangakaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan
menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara
6.3.1 Kampanye
26 Ibid, Hal. 75 27 Ibid, Hal.79
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.28 Dalam pengertian lain menurut Dan
Nimmo kampanye mempunyai kaitan dengan suatu aktifitas, baik sevara individual
tau kelompok, yang dilakukan dalam suatu peristiwa tertentu dan yang dirancang
untuk mempengaruhi tingkah laku maupun sikap masyarakat untuk kepentingan yang
melakukan kampanye tersebut.29
Kampanye pemilihan umum sering dianggap sebagai upaya yang rumit untuk
mempropagandakan pemberi suara yang potensial. Namun Jacques Ellul
berargumentasi bahwa jangka waktu yang terbatas untuk kampanye politik hampir
tidak cukup upaya propaganda yang penuh. Dalam setiap pemilihan terdapat unsur-
unsur propaganda(teruatama dengan komunikasi organisasi melaui partai politik),
tetapi sifat dasar kampanye politik kontemporer terletak pada upaya untuk
mempersuasi melalui periklanan massa(komunikasi massa) dan retorik (komunikasi
interpersonal), bukan pada propaganda.
30
28 Antar Venus, Manajemen Kampanye : Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2004, Hal. 7 29 Dan Nimmo, Op. Cit. Hal 87 30 Ibid, hal 190
Dalam konteks pilkada yang juga melibatkan partai politik terdapat tiga tujuan
kampanye. Pertama, ada upaya untuk membangkitkan kestiaan alami para pengikut
suatu partai dan agar mereka memilih didasari atas kesetiaan itu. Kedua, ada kegiatan
untuk menjajaki warga negara yang tidak terikat pada partai dan, menurut istilah
Kenneth Burke yaitu, untuk menciptakan pengidentifikasian diantara golongan
independent. Ketiga, ada kampanye yang ditujukan pada oposisi, bukan dirancang
untuk mengalihkan kepercayaan dan nilai anggota partai, melainkan untuk
meyakinkan rakyat bahwa keadaan akan lebih baik jika dalam kampanye tersebut
mereka memilih kandidat dari partai lain.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Dalam Pilkada, pasangan calon yang bertarung di dalam pemilihan kepala
daerah berusaha meyakinkan masyarakat untuk memilih mereka melalui program dan
visi-misi yang disampaikan oleh komunikator politik mereka demi memperoleh
kemenangan dalam proses pemilihan kepala daerah.
7. Definisi Konsep
Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting yang merupakan definisi yang
dipakai peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau
fenomena alam.31
1. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan definisi konsep
sebagai berikut :
2. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya–upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi.
3. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung adalah sebuah pemilihan pasangan
Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah di Indonesia secara langsung oleh
penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat.
8. Definisi Operasional
Defini operasional adalah penjelasan tentang bagaimana suatu variabel akan
diukur. Definisi operasional merupakan rincian indikator-indikator pengukur suatu
variabel. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah apakah terdapat
pengaruh visi misi terhadap perolehan suara Syampurno dalam Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2008 antara lain yaitu : 31 Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3S, 1989, Hal. 17
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
1. Variabel kampanye dengan indikator sebagai berikut :
a. Penyampaian visi misi yang dilakukan oleh pasangan calon pada jadwal
kampanye yang ditetapkan oleh KPUD Sumut.
b. Visi misi yang disampaikan pasangan calon pada media massa.
2. Variabel Pemilihan Kepala Daerah secara langsung dengan indicator sebagai
berikut :
a. Berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
b. Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah.
9. Metodologi Penelitian
9.1 Metode Penelitian
Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka
dasar teori diatas, penelitian ini memiliki tujuan metodologis yaitu deskriptif
(melukisakan). Penelitian deskriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data-data
yang ada. Penelitian ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai
suatu gejala atau fenomena.32
32 Bambang Prasetyo dkk, Metode Penelitian Kuantitaif : Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, Hal. 42
Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat, seta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak
dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel yang
menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial. Karenanya pada penelitian deskriptif
tidak menggunakan atau tidak melakukan pengujian hipotesa seperti yang dilakukan
pada penelitian ekspalanatif berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan
mengembangkan perbendaharaan teori.33
Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi
penelitian kualitaif ini adalah konsekuensi metodlogis dari penggunaan metode
deskriptif. Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa ”metodelogi kualitaif” sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian seperti ini juga biasanya dilakukan
tanpa hipotesa yang dirumuskan terlalu ketat. Dengan kata lain, penelitian ini tidak
menguji hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan, membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistemati, faktual, dan akurat mengenai keadaan saat ini. Metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, sutau obyek,
suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun peristiwa pada masa sekarang.
9.2 Jenis Penelitian
34
33 Sanafiah Faisal, Format Penelitian Sosial Dasar-Dasar Aplikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995, hal. 20 34 Mohammad Natsir, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983, hal. 105
Penelitian kualitatif dapat
diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses penjaringan informasi dari kondisi
sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan masalah,
baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Dari pengertian diatas jelaslah bahwa
penelitian kualitatif bersifat induktif, karena tidak dimulai dari hipotesa sebagai
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
generalisasi, untuk diuji kebenarannya melalui pengumpulan data yang bersifat
khusus.
Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi dalam situasi
sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi satu generalisasi yang dapat diterima oleh akal
sehat manusia. Masalah yang akan diungkapkan dapat disiapkan sebelum
mengumpulkan data atau informasi, akan tetapi mungkin saja berubah dan
berkembang selama penelitian berlangsung. Dengan demikian data atau informasi
yang dikumpulkan terarah pada kalimat yang diucapkan, kalimat yang tertulis dan
tingkah laku kegiatan. Informasi dapat dipelajari dan ditafsirkan sebagai usaha untuk
memahami maknanya sesuai dengan sudut pandang sumber datanya. Maka informasi
yang bersifat khusus itu, dalam bentuk teoritis melalui proses penelitian kualitatif
tidak mustahil akan menghasilkan teori-teori baru, tidak sekedar untuk kepentingan
praksis saja.
9.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan
Tuntungan, Kota Medan
9.4 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.35
35 Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.hal. 108
Dalam penelitian ini yang
menjadi subjek populasi adalah masyarakat yang menggunakan hak suaranya.
b. Sampel
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.36 Dalam
menentukan jumlah sampel untuk quisioner penulis menggunakan rumus Taro
Yamame, yaitu :37
1)( 2 +=
dNNn
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d = Presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%.
Pada lokasi penelitian masyarakat Kelurahan Tanjung Selamat, berdasarkan
data Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2008, jumlah
pemilih yang memilih Syampurno adalah 1101 orang. Jadi sample yang diambil
adalah
1)1,0(11011101
2 +=n
n = 91,67 dibulatkan menjadi 92
c. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampling insedental yaitu
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/ incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data.38
36 Ibid.hal 109 37 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Rosdakarya.1991. hal.81 38 Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. CV.Alfabeta. hal 96.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
9.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan, maka penulis
melakukan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :
a. Data primer yang disarakan pada peninjauan langsung dengan obyek yang
akan diteliti untuk memperoleh data-data. Studi lapangan yang dilakukan
adalah dengan datang langsung ke lokasi yang dijadikan objek penelitian
dengan cara menyebarkan angket/kuesioner kepada responden yang dijadikan
sebagai sample penelitian. Responden menjawab dengan memilih jawaban
yang telah disediakan dalam daftar pertanyaan.
b. Data sekunder yaitu penulis mengadakan penelitian dengan cara mencari data
dan informasi melalui buku-buku, literature, dan lain-lain yang berkaitan
dengan penelitian ini.
9.6 Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data.39
Proses pengolahan data ini dimulai dari tahap mengedit data yang terkumpul.
Hal ini dilakukan untuk melihat kesesuaian dari data tersebut dengan topik yang
diteliti. Setelah data terkumpul dan diolah, dilanjutkan dengan menganalisis data
39 Lexy.J. Maleong. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 103
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
secara deskriptif berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan dan data yang
diperoleh dari informan dan responden. Hal ini penting dilakukan agar diperoleh
kejelasan atas permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya dan selanjutnya dapat
ditarik kesimpulan atas penelitian yang dilakukan.
10. Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan
Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
teori, definisi konsep, metodologi penelitian.
Bab II: Deskripsi lokasi penelitian
Pada bab ini akan menguraikan gambaran umum lokasi penelitian.
Bab III: Penyajian Data dan Analisa Data.
Bab ini memuat data dan analisa data yang didapat dari hasil
penelitian yang dilakukan.
Bab IV: Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan saran-
saran
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
II. 1 Sejarah singkat
Kelurahan Tanjung Selamat dulunya adalah sebuah desa yang bernama Desa
Tanjung Selamat dan berada di bawah naungan Pemkab Deli Serdang. Namun setelah
tahun 1980 Desa Tanjung Selamat ini berubah menjadi Kelurahan Tanjung Selamat
dan berada di bawah naungan Pemko Medan hingga saat ini.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
II. 2 Keadaan Geografi
Kelurahan Tanjung Selamat terletak di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota
Medan dengan luas wilayah 300 Ha.
Batas-batas Kelurahan Tanjung Selamat adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan
Selayang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Namo Gajah, Kecamatan Medan
Tuntungan
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan
Selayang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Belawan.
II. 3. Demografi
Tabel 2.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
No Kelompok Umur Jumlah (orang) Persentase
1 0-4 467 5,5
2 5-9 630 7,2
3 10-14 698 8
4 15-19 742 8,5
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
5 20-24 733 8,4
6 25-29 783 9
7 30-34 831 9,6
8 35-39 793 9,1
9 40-44 802 9,2
10 45-49 776 8,9
11 50-54 785 9
12 55-59 581 6,7
13 60 + 79 0,9
Jumlah 8700 100%
Sumber : Sekretariat Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan
Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Tertinggi Jumlah Persentase
1 Tidak/belum sekolah 548 6,3
2 Tidak tamat D 2160 24,8
3 Tamat SD 608 7
4 SLTP/Sederajat 1328 15,3
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
5 SLTA/Sederajat 1724 19,8
6 Diploma I/II 804 9,2
7 Diploma III/Akademi 603 6,9
8 S-1 893 10,3
9 S-2 28 0,3
10 S-3 4 0,1
Jumlah 8700 100
Sumber : Sekretariat Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelurahan ini memiliki sumber daya manusia
yang cukup baik. Hal ini terlihat dari sudah banyaknya penduduk yang yang telah
berhasil menyelesaikan wajib belajar 9 (sembilan) tahun, bahkan banyak juga yang
telah berhasil meraih gelar sarjana, Pasca sarjana (S2) maupun Doktor (S3).
Tabel.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatan/Pekerjaan
No Jenis Kegiatan/Pekerjaan Jumlah Persentase
1 Pelajar/Mahasiswa 1408 16,2
2 Belum/Tidak bekerja 1272 14,6
3 Petani 621 7,1
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
4 Pegawai Negeri 399 4,6
5 Sopir 106 1,2
6 Buruh 1867 21,4
7 TNI/Polri 106 1,2
8 Pengemudi Becak 49 0,6
9 Wiraswasta 2858 32,9
10 Dokter 14 0,2
Jumlah 8700 100
Sumber : Sekretariat Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan
Dilihat dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan mayoritas penduduk kelurahan
ini adalah wiraswasta. Hal ini dapat dilihat dari jumlahnya yang mencapai 2858
(32,9%). Kemudian diikuti oleh buruh yang mencapai 1867 orang (21,4%). Namun
masih banyak juga masyarakat yang belum/tidak bekerja di kelurahan ini.
Tabel 2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah Persentase
1 Islam 4843 55,7
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
2 Kristen Protestan 2916 33,5
3 Kristen Katolik 856 9,8
4 Hindu 77 0,9
5 Budha 8 0,1
Jumlah 8700 100
Sumber : Sekretariat Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari segi agama, masyarakat Kelurahan Tanjung
Selamat terbagi ke dalam 3 agama besar, yaitu Islam, Kristen Protestan dan Kristen
Katholik. Tetapi dari ketiga agama besar tersebut, yang terbesar yang dianut oleh
penduduk kelurahan Tanjung Selamat ini adalah Islam. Hal ini dapat terlihat dari
jumlah persentase yang mencapai 55,67 %.
Tabel.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis
No Etnis Jumlah Persentase
1 Melayu 4368 50,2
2 Batak Karo 1974 22,7
3 Batak Toba 1120 12,9
4 Jawa 629 7,2
5 Dan Lain-lain 609 7
Jumlah 8700 100
Sumber : Sekretariat Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat yang tinggal di Kelurahan
Tanjung Selamat adalah etnis Melayu. Kemudian diikuti oleh etnis Batak Karo, Batak
Toba, Jawa dan etnis-etnis lainnya.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Di bawah ini adalah struktur organisasi pemerintahan Kelurahan Tanjung Selamat.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Sumber : Sekretariat Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan
BAB III
Lurah
Sekretaris
Kaur Ekonomi dan Pembangunan
Kaur Kesejahteraan rakyat
Kaur Pemerintahan
Kaling I Kaling II Kaling III Kaling IV Kaling V Kaling VI
Kaling VII
Kaling VIII
Kaling IX
Kaur Keamanan dan Ketertiban
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini akan dibahas tentang data yang diperoleh selama penelitian
berlangsung yang terdiri dari karakteristik responden dan jawaban responden atas
angket yang telah dibagikan terlebih dahulu selama penelitian berlangsung.
Penelitian ini menggunakan penyajian data tabel tunggal pengaruh visi misi
Syamsul Arifin – Gatot Puju Nugroho dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara
Tahun 2008 di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota
Medan. Data berikut ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan
Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan dengan jumlah
responden sebanyak 97 orang. Hasil penelitian dari penyebaran kuesioner akan
disajikan dalam bentuk table frekwensi (table tunggal). Di bawah ini disajikan data
hasil penelitian lapangan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Distribusi frekuensi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-Laki 46 50
2 Perempuan 46 50
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari Tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden responden laki-laki dan
perempuan jumlahnya sama yaitu 46 orang.
Tabel 3.2 Distribusi frekuensi jumlah responden berdasarkan umur
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 20 s/d 25 18 19.6
2 26 s/d 31 22 23.9
3 32 s/d 37 15 16.3
4 38 s/d 43 13 14.1
5 44 s/ d 50 19 20.7
6 > 51 5 5.4
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari Tabel 3.2 diatas responden yang berumur antara 26-31 tahun merupakan yang
paling banyak jumlahnya dengan 22 orang (23,9%). Kemudian yang berumur 44-50
tahun berjumlah 19 orang (20.7%). Dua kelompok umur dalam penelitian ini
merupakan yang terbanyak jumlahnya. Sisanya adalah responden yang berumur 20-25
tahun dengan jumlah 18 orang (19,6%), berumur 32-37 tahun dengan jumlah 15 orang
(16,3%), berumur 38-43 dengan jumlah 13 orang (14,1%) dan yang terakhir berumur
>51 tahun dengan jumlah 5 orang(5,4%).
Tabel 3.3 Distribusi jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SD 17 18.5
2 SLTP 26 28,3
3 SLTA/Sederajat 27 29,3
4 Program DIII 4 4.3
5 Program S-1 18 19.6
6 Program S-2 - -
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.3 dapat diketahui bahwa pendidikan responden dari SLTA ke atas
berjumlah 49 orang hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan di kelurahan
Tanjung Selamat cukup tinggi (53,2%) sedangkan tingkat pendidikan responden
dibawah SLTA berjumlah 43 orang (46,8%). Tinggi rendahnya pendidikan seseorang
mempengaruhi mereka dalam melakukan partisipasi politik. Menurut Michael Rush
dan Philip Althof partisipasi politik yang dilakukan suatu masyarakat merupakan
akibat dari sosialisi politik.40
Salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi politik adalah tingkat
pendidikan. Menurut Eep Saefullah Fatah, seseorang yang berpendidikan tinggi
cenderung lebih aktif melakukan kegiatan-kegiatan politik dari pada yang
berpendidikan rendah.
41
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam Paritisipasi Politik di
Negara Berkembang seperti yang dikutip oleh Zainudin Bolong, mengemukakan
40 Rafael Raga Maran. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Hal. 147 41 http.www.detik.com
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
bahwa tingkat pendidikan berkaitan erat dengan partisipasi politik. Semakin tingginya
tingkat pendidikan penduduk maka semakin tinggi juga tingkat partisipasi politik.42
No
Tabel 3.4 Distribusi jumlah responden berdasarkan agama
Agama Frekuensi Persentase (%)
1 Islam 49 53.3
2 Kristen Protestan 31 33.7
3 Kristen Katolik 8 8.7
4 Hindu 4 4.3
5 Budha - -
Jumlah 97 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari Tabel 3.4 di atas dapat dilihat bahwa responden yang beragama Islam merupakan
yang paling banyak jumlahnya yaitu 49 orang (53,3%). Kemudian pemeluk agama
Kristen Protestan berjumlah 31 orang (33,7%). Kedua agama tersebut merupakan
yang paling banyak respondennya karena memang mayoritas penduduk Tanjung
Selamat merupakan pemeluk agama Islam dan Kristen Protestan. Sisanya yaitu
Kristen Katolik, Hindu berjumlah 12 orang (13%).
42 http//www.kitakita.com/php?-index/pemilu.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Tabel 3.5 Distribusi jumlah responden berdasarkan etnis
No Etnis Frekuensi Persentase
1 Jawa 16 17.4
2 Batak Karo 33 35.9
3 Batak Toba 11 11.9
4 Melayu 21 22.8
5 India 8 8.7
6 Nias 1 1.1
7 Mandailing 1 1.1
8 Minang 1 1.1
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Kelurahan ini bersuku
Batak Karo dan Melayu. Total jumlah responden yang bersuku Batak Karo dan
Melayu mencapai 54 orang (58,7%). Ini merupakan dua kelompok suku paling besar
dibanding jumlah suku lain yang tingal di Kelurahan Tanjung Selamat. Etnis Jawa
berjumlah 16 orang (17,4%), India berjumlah 8 orang (8.7%), kemudian Nias,
Mandailing, dan Minang masing-masing berjumlah 1 orang (1.1%).
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
B. Jawaban responden terhadap pengaruh visi misi Syamsul Arifin – Gatot Puju
Nugroho dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008
Tabel 3.6 Distribusi jawaban responden tentang penggunaan hak pilih dalam
Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 92 100
2 Tidak - -
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.6 di atas dapat dilihat bahwa partisipasi politik masyarakat Kelurahan
Tanjung Selamat cukup tinggi. Partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau
kelompok orang untuk ikut seta secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan
jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kebijaksanaan pemerintah (public policy).43
No
Tabel 3.7 Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan masyarakat terhadap
semua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2008.
Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 38 41.3
2 Tidak 54 58.7
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.7 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak mengenal
semua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang bertarung dalam
43 Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik, Pt. Gramedia Jakarta, 1982, hal 1
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2008. Ini dapat dilihat dari jumlah
responden yang mencapai 54 orang (58,8 %). Sisanya mengenal semua pasangan
calon dengan jumlah 38 orang (41.3%)
Tabel 3.8 Distribusi jawaban responden tentang darimana responden mengenal
pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2008
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Media massa dan elektronik 66 71.7
2 Baliho, poster dan spanduk 18 19.6
3 Kenalan (teman atau saudara) 8 8.7
4 Dan lain-lain - -
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.8 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengenal
pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera dari media massa dan
elektronik dengan jumlah 66 orang (71,7%). Kemudian yang mengenal psangan calon
Gubernur dan wakil Gubernur dari baliho, poster dan spanduk berjumlah 18 orang
(19,6%) dan dari kenalan berjumlah 8 orang (8,7%). Ini membuktikan bahwa
kampanye yang paling efektif dan popular adalah menggunakan media massa dan
elektronik. Media massa merupakan sarana yang paling gampang dan praktis untuk
memperkenalkan diri dan mempengaruhi para pemilih. Namun membutuhkan biaya
yang besar untuk melakukan kampanye melalui media massa dibandingkan dengan
menggunakan baliho, poster ataupun spanduk.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Tabel 3.9 Distribusi jawaban responden tentang siapa pasangan calon Gubernur dan
Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 yang paling dikenal
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Tritamtomo-Benny Pasaribu
(Tri-ben)
20 21.8
2 Ali Umri-Maratua Simanjuntak
(Umma)
4 4.3
3 Syamsul Arifin-Gatot Pujo
Nugroho (Syampurno)
67 72.8
4 Abdul Wahab-R.M Syafeii
(Waras)
-
5 RE. Siahaan-Suherdi (PASS) 1 1.1
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.9 di atas dapat dilihat bahwa pasangan Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur Sumatera Utara yang paling dikenal oleh masyarakat adalah Syamsul Arifin
dan Gatot Pujo Nugroho. Ini dapat dilihat dari jumlah responden yang mencapai 67
orang (72,8%). Kemudian diikuti oleh pasangan Tritamtomo dan Benny Pasaribu
dengan jumlah 20 orang (21,8%). Selanjutnya Ali Umri-Maratua Simanjuntak dan RE
Siahaan-Suherdi dengan jumlah 4 orang (4,3%) dan 1 orang (1,1%).
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Tabel 3.10 Distribusi jawaban responden tentang siapa pilihan responden pada waktu
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Tritamtomo-Benny Pasaribu
(Tri-ben)
- -
2 Ali Umri-Maratua Simanjuntak
(Umma)
- -
3 Syamsul Arifin-Gatot Pujo
Nugroho (Syampurno)
92 100
4 Abdul Wahab-R.M Syafeii
(Waras)
-
-
5 RE. Siahaan-Suherdi (PASS)
-
-
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pasangan yang paling banyak dipilih oleh
masyarakat adalah pasangan Syamsul Arifin dan Gatot Pujo Nugroho. Hal ini
memang wajar karena yang menjadi obyek penelitian adalah responden yang memilih
pasangan Syampurno.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Tabel 3.11 Distribusi jawaban responden tentang alasan responden memilihnya
No Uraian Persentase
1 Visi misi 9.09
2 Kemampuan kandidat 9.09
3 Kepribadian kandidat 9.09
4 Didukung oleh partai pilihan
saya
9.09
5 Karena uang
9.09
6 Kesamaan latar belakang
(agama, suku, dll)
9.09
7 Penampilan fisik
9.09
8 Aura/wibawa
9.09
9 Dekat dengan masyarakat
9.09
10 Karena sering tampil di media 9.09
11 Dll 9.09
Jumlah 100
Sumber : Kuesioner 2009
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Dari tabel 3.11 dapat dilihat bahwa responden menjawab semua pilihan tentang alasan
responden memilih pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur Sumatera Utara
tahun 2008.
Tabel 3.12 Distribusi jawaban responden tentang apakah responden pernah
melihat/menyaksikan kampanye Syampurno pada masa kampanye yang lalu
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Pernah 92 100
2 Tidak pernah - -
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.12 di atas dapat dilihat bahwa semua responden pernah
melihat/menyaksikan kampanye Syampurno baik itu secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam artian bahwa responden melihat langsung kampanye Syampurno
dengan mendatangi lokasi yang dijadikan Syampurno sebagai tempat untuk
berkampanye. Atau secara tidak langsung dengan menonton TV, mendengar radio
atau membaca surat kabar, majalah, dan lain-lain.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Tabel. 3.13 Distribusi jawaban responden berdasarkan tentang penilaian terhadap
Syampurno dalam hal penyampaian visi misi pada masa kampanye yang lalu
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat baik 15 16.3
2 Baik 65 70.7
3 Kurang baik 12 13
4 Tidak baik - -
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.13 di atas dapat dilihat bahwa responden menilai Syampurno baik dalam
hal penyampaian visi misi pada masa kampanye yang lalu dengan jumlah 65 orang
(70.7%). Pengertian baik disini dapat dilihat dari segi teknik kampanye dalam
memaparkan visi misi dan juga bahasa yang digunakan oleh pasangan Syampurno
dalam kampanye pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara
tahun 2008. Kemudian responden yang menjawab sangat baik berjumlah 15 orang
(16.3%) dan yang menjawab kurang baik berjumlah 12 orang (13%).
Tabel 3.14 Distribusi jawaban responden tentang apakah responden mengetahui
tentang visi-misi Syampurno
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Tahu 92 100
2 Tidak tahu - -
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Dari tabel 3.14 di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden mengetahui tentang visi-
misi Syampurno. Hal ini dipengaruhi oleh kampanye Syampurno secara langsung
pada masa kampanye dan juga penyampaian visi misi yang dilakukan Syampurno di
berbagai media massa dan juga melalui pemasangan baliho, poster dan spanduk.
Tabel 3.15 Distribusi jawaban responden tentang darimana responden
mengetahui/mendengar tentang visi misi Syampurno
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Media massa dan elektronik 62 67.4
2 Baliho, poster dan spanduk 26 28.3
3 Kenalan (teman atau saudara) 4 4.3
4 Dan lain-lain - -
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.15 di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengetahui atau
mendengar tentang visi misi Syampurno dari media massa dan elektronik berjumlah
62 orang (67,4%) kemudian responden yang menjawab baliho, poster dan spanduk
berjumlah 26 orang (28,3%) dan responden yang menjawab dari kenalan (teman atau
saudara) berjumlah 4 orang (4,3%). Ini membuktikan bahwa media massa merupakan
sarana yang paling tepat untuk berkampanye. Hal ini dapat dilihat dari fungsi media
massa sebagai penyampai informasi tentang perkembangan politik nasional maupun
lokal. Media massa dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai kebijakan dan
media massa juga mencerminkan jiwa zaman dari suatu pemberitaan.44
44 Noveri,dkk, Peranan Media Massa Lokal Bagi Pembinaan dan Pembangunan Kebudayaan Daerah Sumatera Barat, Sumatera Barat : Departemen Pendidikan dan KebudayaanRI,1997, hal. 23-24
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Tabel 3.16 Distribusi jawaban responden tentang penilaian mengenai visi misi
Syampurno
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat baik 15 16.3
2 Baik 65 70.7
3 Kurang baik 12 13
4 Tidak baik - -
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.16 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menilai bahwa
visi-misi Syampurno baik. Ini dapat dilihat dari jumlah responden yang mencapai 65
orang (70,7%). Kemudian diikuti oleh penilaian responden bahwa visi-misi tersebut
sangat baik dengan jumlah 15 orang (16,3%) dan kurang baik dengan jumlah 12 orang
(13,4%). Penilaian visi misi disini dilihat dari segi bahasa yang digunakan oleh
Syampurno dalam memaparkan visi misinya.
Tabel 3.17 Distribusi jawaban responden tentang apakah visi misi tersebut
berpengaruh terhadap masyarakat dalam memilih Syampurno
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat berpengaruh 26 28.3
2 Berpengaruh 55 59.8
3 Kurang berpengaruh 11 11.9
4 Tidak berpengaruh - -
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.17 di atas dapat dilihat bahwa menurut responden visi misi berpengaruh
terhadap masyarakat di dalam memilih pasangan Syampurno dalam Pemilihan
Gubernur dan wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008. Hal ini dapat dilihat dari
jumlahnya yang mencapai 55 orang (59,8%). Kemudian diikuti oleh responden yang
menjawab sangat berpengaruh berjumlah 26 orang (28,3%). Hanya 11 orang yang
menganggap bahwa visi misi kurang berpengaruh bagi masyarakat dalam menentukan
pilihan.
Tabel 3.18 Distribusi jawaban responden tentang apakah visi misi tersebut yang
membuat responden memilih Syampurno
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 53 57.6
2 Tidak 39 42.4
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.18 di atas dapat dilihat bahwa visi misi merupakan alasan utama bagi
masyarakat dalam memilih pasangan Syampurno. Dapat diartikan bahwa masyarakat
yakin bahwa Syampurno adalah orang yang jujur dan mampu memenuhi keinginan
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab ya berjumlah
53 orang ( 57,6%). Sedangkan yang berjumlah tidak mencapai 39 orang 42,4%).
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
Tabel 3.19 Distribusi jawaban responden tentang alasan responden menjadikan visi
misi sebagai alasan utama untuk memilih pasangan Syampurno
No Uraian Persentase (%)
1 Gaya bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti
20
2 Sesuai dengan apa yang
didambakan rakyat
20
3 Tidak diskriminatif 20
4 Realistis dan tidak muluk-muluk 20
5 Berpihak kepada rakyat kecil 20
6 Dll -
Jumlah 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari tabel 3.19 diatas dapat dilihat bahwa responden memilih semua jawaban tentang
alas an utama mereka memilih pasangan Syampurno.
Tabel 3.20 Distribusi jawaban responden tentang alasan utama memilih pasangan
Syampurno
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Kesamaan latar belakang
(agama,suku,dll)
14 35.9
2 Aura/wibawa 1 2.6
3 Dekat dengan masyarakat 24 61.5
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
4 Dll - -
Jumlah 39 100
Dari tabel 3.20 di atas dapat dilihat bahwa alasan yang membuat masyarakat memilih
Syampurno selain karena pengaruh visi misi adalah karena Syampurno dekat dengan
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari jumlahnya yang mencapai 24 orang (61,5%).
Kemudian diikuti oleh karena kesamaan latar belakang (agama, suku, dll) yang
jumlahnya 14 orang (35,9%). Dan responden yang menjawab karena aura/wibawa
hanya 1 orang (2.6%). Berarti Syampurno juga merupakan sosok yang dianggap
mempunyai kedekatan dan juga mampu bersosialisasi dengan masyarakat Kelurahan
Tanjung Selamat.
Tabel 3.21 Distribusi jawaban responden tentang mampukah pasangan Syampurno
menjalankan visi misinya
No Uraian Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 53 57.6
2 Tidak 39 42.4
Jumlah 92 100
Sumber : Kuesioner 2009
Dari Tabel 3.21 di atas dapat dilihat bahwa masyarakat yakin bahwa Syampurno
adalah pilihan yang tepat dan pasangan yang mempunyai kapabilitas untuk
menjalankan visi misi seperti yang diucapkannya pada masa kampanye yang lalu. Ini
dapat dilihat dari responden yang menjawab ya berjumlah 53 orang (57,6%)
sedangkan responden yang menjawab tidak berjumlah 39 orang(42.4%).
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
III.2 Analisa Data
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif,
karena setiap data-data atau fakta-fakta yang diteliti di lapangan akan dideskripsikan
atau digambarkan sebagaimana adanya dan diiringi dengan penafsiran dan analisa
data yang rasional. Hal ini penting dilakukan agar diperoleh kejelasan atas
permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya yang selanjutnya dapat ditarik
kesimpulan atas penelitian yang dilakukan.
Dari hasil analisa maka diperoleh data, bahwa masyarakat Kelurahan Tanjung
Selamat mempunyai tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya jumlah masyarakat yang mampu menyelesaikan program Wajib Belajar 9
tahun. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008.
Dari data tersebut kita juga dapat melihat bahwa media massa merupakan
sarana yang paling tepat untuk berkampanye dalam hal memperkenalkan diri kepada
masyarakat tentang figur dan visi misi para calon. Hal ini dapat dibuktikan dengan
lebih banyaknya masyarakat yang mengenal pasangan calon Gubernur dan Wakil
gubernur Sumatera Tahun 2008 dari media massa dibandingkan dengan media lainnya
seperti spanduk, baliho ataupun poster. Namun perlu diketahui juga bahwa
menggunakan media massa untuk berkampanye membutuhkan dana yang tidak
sedikit.
Disamping figur, kesamaan latar belakang (etnis, agama dll) dan kedekatan
calon Gubernur dan wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2008 dengan masyarakat,
visi misi juga merupakan hal yang sangat berpengaruh bagi masyarakat di dalam
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
menentukan pilihan. Teknik penyampaian visi misi dan gaya bahasa yang sederhana
dan mudah dimengerti oleh masyarakat merupakan alasan bagi masyarakat untuk
menjadikan visi misi sebagai alasan utama mereka dalam menentukan pilihan mereka
karena tidak selamanya bahasa yang ilmiah mampu menarik perhatian masyarakat
dalam menentukan pilihan. Hal ini karena banyak masyarakat yang tidak mengerti
tentang arti dari bahasa-bahasa ilmiah yang lazim digunakan oleh calon-calon
Gubernur dan wakil Gubernur lainnya. Namun bahasa yang sederhana dan gaya
bahasa yang kocak dan lucu dari Syampurno dalam pemaparan visi misi membuat
banyak orang yang menaruh simpatik terhadap pasangan ini. Masyarakat juga
menganggap bahwa Syampurno merupakan sosok yang jujur dan mempunyai
kapabilitas untuk mewujudkan visi misi yang dipaparkan pada masa kampanye yang
lalu.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
BAB IV
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan memberikan beberapa kesimpulan dari hasil
penelitian yang dilakukan di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan
Tuntungan, Kota Medan mengenai pengaruh visi misi terhadap perolehan suara
Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun
2008.. Selain itu penulis juga akan memberikan saran-saran yang berhubungan
dengan visi-misi.
IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Visi misi merupakan alasan utama masyarakat Kelurahan Tanjung Selamat,
Kecamatan Medan Tuntungan untuk memilih pasangan Syampurno dalam
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2008. Hal ini
karena teknik penyampaian visi misi dan gaya bahasa yang dipergunakan
sangat sederhana dan merakyat sehingga mampu menarik perhatian
masyarakat untuk menentukan pilihan pada pasangan Syampurno.
2. Media massa merupakan sarana yang paling berpengaruh sebagai media dalam
berkampanye dibandingkan dengan media lain seperti baliho, poster dan
spanduk. Dengan seringnya pasangan Syampurno muncul di TV maka
masyarakat lebih mengenal figur pasangan Syampurno dan juga mengetahui
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
tentang visi misi yang dipaparkan oleh pasangan tersebut. sehingga
menimbulkan rasa simpatik dari masyarakat itu sendiri.
3. Secara umum, masyarakat di Kelurahan Tanjung Selamat mengikut i
perkembangan politik yang terjadi baik lewat media cetak dan media
elektronik. Hal ini menunjukkan bahwa keingintahuan masyarakat akan politik
sudah cukup baik.
IV.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas penulis mencoba memberikan saran-
saran sebagai berikut :
1. Bahwa media massa terlebih media elektronik merupakan sarana yang
paling tepat untuk melakukan kampanye dibandingkan dengan media lain
seperti spanduk, baliho mauupun poster.
2. Bagi para calon yang ingin bertarung dalam setiap Pemilihan Kepala
Daerah maupun pemilihan Presiden tidak selalu harus menggunakan kata-
kata ilmiah dalam pemaparan visi misinya. Hal ini karena kata-kata
tersebut terkadang sulit untuk dipahami oleh sebagian masyarakat apalagi
masyarakat yang tidak mempununyai pendidikan yang tinggi. Kata-kata
disertai dengan gaya bahasa yang sederhana lebih dapat mempengaruhi
masyarakat didalam menentukan pilihan dibandingkan dengan kata-kata
ilmiah yang tidak semua orang mengerti arti dari kata tersebut.
Barry Calvin : Pengaruh Visi Misi Terhadap Perolehan Suara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan), 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Chidmad, Tataq, KRITIK TERHADAP PEMILIHAN LANGSUNG, Pustaka
Wydiatama, Yogyakarta, 2004
Budiharjo, Miriam, DASAR-DASAR ILMU POLITIK, Gramedia, Jakarta. 1992
Khoirudin, PROFIL PEMILU 2004, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004
Kartawidjaja, Pipit Rochijat, ALOKASI KURSI: KADAR KETERWAKILAN
DAN
PEMILIH, Elsam, Yogyakarta. 2003
Rahman, Arifin, SISTEM POLITIK INDONESIA, SIC, Surabaya. 1998.
Saydam, Gouzali, DARI BILIK SUARA KEMASA DEPAN INDONESIA;
POTRET
KONFLIK POLITIK PASCA PEMILU DAN NASIB REFORMASI, Raja
Grafindo Persada, Jakarta. 1999.
Sitepu, Antonius, SISTEM POLITIK INDONESIA, USU Press. Medan. 2001.
UNDANG-UNDANG NO 12 TAHUN 2003
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2005
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NO 622 TAHUN 2003