PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …
Transcript of PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 55
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI GENERASI NOL (G0)
TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN HASIL BENIH KENTANG
(Solanum tuberosum L.) GENERASI DUA (G2) VARIETAS GRANOLA The Effect Variation Plant Spacing and Tubers Weight Zero Generation (G0) on Vegetatif Growth and Yield
Potatoes (Solanum Tuberosum L) Seeds Two Generation (G2) Granola Variety
Deden Fatchullah
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Jln. Tangkuban Parahu 517 Lembang, Bandung Barat 40391
e-mail korespondensi: [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi jarak tanam dan berat umbi generasi nol (G0) terhadap
pertumbuhan vegetatif dan hasil benih kentang (Solanum tuberosum L.) varietas granola generasi dua (G2).
Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) bertempat di Desa
Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dari bulan September sampai Desember 2015. Penelitian ini disusun secara faktorial yang terdiri dari 2 faktor berdasarkan variasi jarak tanam dan
berat umbi dengan menggunakan 3 taraf serta diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah perlakuan variasi jarak
tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: j1 = 70 cm x 20 cm, j2 = 70 cm x 25 cm, j3 = 70 cm x 30 cm. Faktor kedua
adalah perlakuan dengan beberapa berat umbi (B) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: b1 = 0,5 g, b2 = 1 g, b3 = 1,5 g.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Jarak tanam 70cm x 20cm (j1) memberikan pengaruh yang terbaik terhadap
parameter tinggi tanaman pada umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daunpada 84 HST (51,38cm), jumlah umbi
kentang per rumpun pada 84 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per petak pada 84 HST (11,51kg). (2) Berat umbi terbesar 1,5 g (b3) memberikan pengaruh yang terbaik terhadap
parameter tinggi tanaman pada umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daun pada 84 HST (51,38cm), jumlah umbi
kentang per rumpun pasda 95 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per
petak pada 95 HST (11,51kg). (3)Terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam 70 cm x 20 cm dan berat umbi 1,5 g memberikan hasil tertinggi terhadap semua parameter yang diamati.
Kata kunci: Solanum tuberosum, jarak tanam, berat umbi, varietas Granola.
ABSTRACT The research aims to understand the influence of variations in distance cropping and heavy tubers generation zero of (G0) on the growth of vegetative and results of the seed the potato (Solanum tuberosum L.) varieties granola
generation two (G2).This study has been carried out in the garden experiment research vegetable crops (BALITSA)
located in the village cikole, kecamatan lembang, bandung regency west, west java province of september and
december 2015. This research arranged in factorials consisting of 2 factors based on variations in distance cropping and heavy tubers with 3 the economic situation and repeated three times.Factors first is treatment variations in
distance growing season (j) consisting of 3 the economic situation of: j1 = 70 cm x 20 cm, j2 = 70 cmx 25 cm, j3 = 70
cms x 30 cm.The second factor is treatment by some heavy a tuber (b) consisting of 3 the economic situation of: b1 =
0.5 g, b2 = 1 g, b3 = 1.5 g. The result showed: (1) distance cropping 70 cm x 20 cm (j1) exert the best against parameter tall plant at the age of 84 DAP (51,83 cm), wide canopy leaves on 84 DAP (51,38 cm), the number of
potato tubers per clumps on 84 DAP (30,03 knol), heavy bulbs clump 95 DAP (0,26 kg), and heavy bulbs per plot
upon 84 DAP (11,51 kg). (2) heavy largest tubers 1,5 g (b3) exert the best against parameter tall plant at the age of
84 DAP (51,83 cm), wide canopy leaves on 84 DAP (51,38 cm) , the number of potato tubers clump 95 per plant DAP (30,03 knol), heavy bulbs clump 95 per plant DAP (0,26 kg), and heavy bulbs per plot upon 95 DAP (11,51 kg) .(3)
there are interaction between the treatment plant 70 cm x 20 cm and heavy bulbs 1,5 g highest results on all
parameters observed.
Key words: Solanum tuberosum, plant spacing, tubers weight, Granola variety.
Masih rendahnya produksi kentang di Indonesia
antara lain disebabkan oleh bibit yang kurang bermutu,
teknik budidaya yang kurang baik, keadaan lingkungan
yang kurang mendukung, pengendalian hama dan
penyakit tanaman yang kurang optimal, pemberian pupuk
yang kurang tepat serta pengelolaannya yang kurang
intensif (Sinaga dalam Kiky, 2014) Kualitas umbi bibit
merupakan salah satu pembatas bagi peningkatan
produksi umbi kentang. Jika penggunaan umbi bibit yang
baik dan unggul sudah menyebar ke sentra-sentra
produksi kentang, maka produksinya akan meningkat
sekitar 40% dan keuntungan petani akan terus meningkat
sekitar 50-70% (Biro Pusat Statistik, 2010) selain itu
faktor lain yang mempengaruhi adalah penggunaan bibit,
baik dalam kualitas dan kuantitas. Dimana bibit kentang
yang di produksi petani biasanya berkualitas rendah dan
bukan kentang yang diproduksi untuk bibit , sehingga
menyebabkan kondisinya menjadi rendah dan mengalami
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 56
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
penurunan yang di akibatkan oleh adanya akumulasi
penyakit sistemik pada umbi berukuran kecil. Bibit yang
berkualitas tin ggi biasanya diperoleh dari Balai maupun
bibit impor akan tetapi dengan harga yang relatif lebih
mahal sekitar 40-50% biaya produksi (Karjadi 1990).
Munurut Suryadi dan Sahat (1992)dalam
Sutapradja (2008) menyatakan bahwa jarak tanam yang
biasanya digunakan pada tanaman kentang adalah 70 cm
x 30 cm atau 80 cm x 30 cm. jarak tanam yang sempit
akan menghasilkan persentase umbi kecil yang banyak.
Di Indonesia pada umumnya untuk pembibitan digunakan
jarak tanam 70x25 cm, sedangkan untuk produksi
diperlukan ukuran 25-45 gram lebih banyak, karna
kebutuhan bibit dari ukuran bibit umbi 30 gram hanya 1,5
ton/ha. Bibit yang berukuran besar (> 30 gram)
memberikan hasil umbi lebih banyak untuk bibit yang
berkualitas adalah besarnya derajat serangan hama dan
penyakit, tentunta yang ditularkan melalui umbi. Rerata
hasil panen yang baik hanya menghasilkan 30%ukuran
umbi bibit antara 25-50 gram. Dengan umbi bibit yang
baik, hasil kentang varietas Granola di Berstagi Sumatra
Utara dpat mencapai 28,3 ton/ha (Nainggolan et al.1992).
Pada umumnya jenis Granola mempunyai ukuran umbi
yang langsung dapat dipasarkan (>60 gram) lebih banyak
(Fatullah dan Asansdhi, 1992).
Perbanyakan benih secara cepat dapat
dimanfaatkan dalam penangkaran benih galur atau
varietas kentang hasil pemuliaan selain perbanyakan
benih inti atau benih induk dengan kultur jaringan, ada
beberapa cara perbanyakan benih generasi berikutnya
baik dalam perbanyakan secara vegetatif maupun secara
genertif yaitu menggunakan stek batang, stek tunas umbi
(sprout) atau perbanyakan dengan umbi mini
menggunakan teknik budidaya di lapang. Pada program
pembibitan kentang penggunaan bibit bebas patogen
mutlak dipergunakan dan penggunaan teknik perbanyakan
cepat dalam program pembibitan kentang dimaksudkan
untuk mempersingkat masa penyediaan bibit.Disamping
meningkatkan jumlahnya dengan kualitas yang terjaga,
dalam hal meningkatkan kualitas bibit penanaman dengan
menggunakan stek tunas atau umbi mini merupakan
alternatif yang dapat dipilih (Karjadi, 1996).
Pada dasarnya produksi umbi bibit merupakan
tahapan perbanyakan dari setiap stok bibit diperbanyak
secara berulang yang memungkinan adanya penurunan
kualitas sehingga diperlukan penyediaan stok bibit bebas
patogen terus menerus dengancara menggunakan stek
tunas dari tanaman kentang itu sendiri, namun
demikianyang mempengaruhi produksi umbi asal stek
adalah kerapatan tanaman. Hasil penelitian Smith (1985)
bahwa jarak tanam sempit akan menghasilkan persentase
ukuran umbi kecil lebih besar, semakin rapat populasi
tanaman semakin tinggi umbi ukuran kecil yang
dihasilkan akan tetapi jika ukuran jarak tanam lebar akan
menghasilkan hal yang sebaliknya (Karjadi, 1996) .
Pada budidaya kentang, upaya untuk mengatur
lingkungan sebagai akibat terjadinya kompetisi di antara
tanaman dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam, di
mana jarak tanam tersebut akan mempengaruhi
persaingan dalam hal penggunaan air dan zat hara
sehingga akan mempengaruhi hasil umbi(Wasito, 1992).
Jarak tanam perlu mendapat perhatian karena jarak
tanam sangat mempengaruhi lingkungan tumbuh dari
tanaman tersebut, semakin rapat jarak tanam semakin
tinggi populasi tanaman per satuan luas lahan sehingga
mengakibatkan kompetisi antar tanaman meningkat pula.
Hal ini berkaitan langsung dengan proses penyerapan
unsur hara yang didapati oleh tanaman salah satunya yaitu
fosfor. Dimana Menurut Purwowidodo (1992) dikatakan
bahwaunsur Fosfor berperan dalam menyimpandan
memindahkan energi untuk sintesiskarbohidrat, protein,
dan proses fotosintesis.Senyawa-senyawa hasil
fotosintesisdisimpan dalam bentuk senyawa organikyang
kemudian dibebaskan dalam bentukATP untuk
pertumbuhan tanaman.
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi
hasil dari tanaman yaitu faktor dalam yang terdiri dari
hormon dan faktor lingkungan yang salah satunya yaitu
pengaturan jarak tanam dimana dengan jarak tanam yang
semakin rapat akan membuat kanopi daun berdekatan dan
membuat tanah atau media menjadi lembab. Produksi
umbi kentang dipengaruhi oleh pertumbuhan bagian
tanaman di atas permukaan tanah, diantaranya yaitu
jumlah batang, lebar kanopi daun, luas daun dan tinggi
tanaman, setiap batang di atas permukaan tanah
mempunyai potensi untuk menghasilkan umbi. Hal ini
dikarenakan umbi kentang merupakan perubahan bentuk
dari batang. Hasil penelitian Maris (1988) menyebutkan
bahwa terdapat korelasi positif antara karakter jumlah
batang dengan karakter-karakter lainnya, yaitu tinggi
tanaman, tipe haulm, jumlah umbi dan hasil umbi.
Semakin banyak jumlah batang maka semakin banyak
juga jumlah umbi.
Ukuran umbi yang digunakan sebagai bibit
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan di atas tanah. Semakinbesar umbi bibit yang
digunakan, maka batang juga semakin banyak. Hal ini
disebabkan umbi yang berukuran besar biasanya
mempunyai mata yang lebih banyak dengan cadangan
energi untuk tumbuh yang lebih banyak pula. Dimana,
nantinya mata umbi ini akan tumbuh menjadi batang
(Permadi, 1989).
Menurut penelitian Angelia et al (2009)
menunjukan ukuran umbi yang lebih besar memiliki tunas
yang berkembang menjadi batang menghasilkan jumlah
dan besar umbi. Semakin besar ukuran umbi maka jumlah
batang semakin banyak dan jumlah umbi yang dihasilkan
akan semakin banyak pula dengan ukuran yang semakin
kecil. Hal ini di dukung pula oleh penelitian Sutapradja
(2008) menyatakan penggunaan umbi yang berukuran
besarakan menghasilkan umbi yang berukuran kecil.
Tunas yang banyak akan menghasilkan ukuran umbi yang
relatif kecil-kecil, sedangkan tunas yang sedikit akan
menghasilkan ukuran umbi yang relatif besar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh variasi jarak tanam dan berat umbi generasi nol
(G0) terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil benih
kentang (Solanum tuberosumL.) varietas granola generasi
dua (G2).Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah berat umbi (G0) yang berbeda memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan vegetatif
dan hasil benih kentang (Solanum tuberosum L.) varietas
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 57
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
Granola genererasi dua (G2) serta terdapat interaksi
antara variasi jarak tanam danberat umbi(G0) terhadap
pertumbuhan vegetatif dan hasil benih kentang (Solanum
tuberosum L.) varietas granola genererasi dua (G2).
METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun
percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa)
bertempat di Desa Cikole, Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.Balai
Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang terletak
1.250 meter di atas permukaan laut. Letak geografis
Balitsa berada pada 107,300 BT dan 6,30
0LSjenis tanah
Andosol. Keadaan agroklimat setempat adalah bertipe
iklim B, pada bulan September sampai Desember 2015.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :1.) cangkul, 2.) tali rapia, 3.) meteran, 4.) ajir,
5.)emberat/selang penyemprot, 6.) ember, 7.) baki, 8.)
papan identitas, 9.) tugal, 10.) timbangan, 11.) karung,
12.) terpal, 13.) peti, 14.) alat tulis dan 15.) kamera dan
16.) plastik hitam dan putih. Bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.) umbi mini
berukuran 0,5 gram, 1 gram, dan 1,5 gram, 2.) pupuk
kandang (kotoran ayam), 3.) pupuk TSP, 4.) pupuk
vegetatif-generatif, 5) pestisida,6.) fungisida dan 7.)
yellow trap.
Penelitian ini disusun secara faktorial yang terdiri
dari 2 faktor berdasarkan variasi jarak tanam dan berat
umbi dengan menggunakan 3 taraf.
Faktor pertama adalah perlakuan variasi jarak
tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu:
j1 = 70 cm x 20 cm
j2 = 70 cm x 25 cm
j3 = 70 cm x 30 cm
Faktor kedua adalah perlakuan dengan beberapa
berat umbi (B) yang terdiri dari 3 taraf yaitu:
b1 = 0,5 g
b2 = 1 g
b3 = 1,5 g
Kombinasi kedua faktor ini menghasilkan 9
perlakuan. Dalam satu unit percobaan diulang sebanyak 3
kali, sehingga didapat 27 petak percobaan.Apabila dari
hasil sidik ragam menunjukkan berpengaruh nyatasampai
sangat nyata, maka dilakukan uji lanjut.Dalam penelitian
dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test
(DMRT) pada taraf 5%. Peubah yang diamati
diantaranya meliputi: a) Tinggi Tanaman (cm); b) Lebar
Kanopi Daun (cm); c) Jumlah Umbi Kentang Per
Rumpun (knol); d) Berat Umbi Kentang Per Rumpun
(kg); e) Berat Umbi Per Petak (kg).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada
umur 14 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun
berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya.
Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi
terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerata tinggi tanaman umur 14 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap
tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
Umur
(HST)
Jarak
Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
......................cm .......................
j1 6,17 c 7,41 b 7,79 b
C C D
14 j2 4,43 a 5,11 b 6,09 dc AB B C
j3 4,27 a 4,49 ab 4,92bc
A A B
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada
baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada
umur 28 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun
berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya.
Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi
terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata tinggi tanaman umur 28 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap
tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
Umur (HST)
Jarak Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
....................... cm .........................
j1 11,82 bc 13,71 d 15,27 e C C D
28 j2 10,15 b 11,34 bc 12,25 c
B C B
j3 8,27 a 9,33 b 10,13 b A B A
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada
baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada
umur 42 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun
berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya.
Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi
terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rerata tinggi tanaman umur 42 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap
tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
Umur
(HST)
Jarak
Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
.............. cm ...............
j1 15,03 c 17,61 d 19,67 e
D D E
42 j2 14,19 b 15,67 c 17,89 de B C E
j3 12,95 a 14,63 b 16,13 cd
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 58
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
Umur
(HST)
Jarak
Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
A B D
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada
baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada
umur 56 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun
berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya.
Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi
terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rerata tinggi tanaman umur 56 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap
tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
Umur
(HST)
Jarak
Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
........................... cm ....................... j1 25,70 c 27,47 d 30,00 e
C D E
56 j2 24,52 b 25,77 c 28,40 de
B C D j3 27,71 a 24,50 b 26,45 c
A B C
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada
baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan
uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada
umur 70 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun
berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya.
Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi
terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rerata tinggi tanaman umur 70 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap
tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
Umur
S (HST)
Jarak
Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
....................cm................... j1 36,19 c 38,50 d 40,39 e
C D E
70 j2 35,19 b 36,13 c 38,55 d B C D
j3 33,21 a 34,66 b 36,41 c
A B C
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan
uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada
umur 84 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun
berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya.
Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi
terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rerata tinggi tanaman umur 84 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap
tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
Umur
(HST)
Jarak
Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
.................. cm ............... j1 47,13 c 49,16 d 51,38 e
C D E
84 j2 45,77 b 46,74 c 48,48 d
B C D j3 44,28 a 45,65 b 47,29 c
A B C
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada
baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan
uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil uji lanjut (tabel 1, 2, 3, 4, 5 dan
6), menunjukkan bahwa pertambahanan tinggi tanaman
dari awal pemberian perlakuan sampai dengan akhir
pengamatan (84 HST) mengalami pertambahan
tinggi.Terdapat interaksi antara pemberian variasi jarak
tanam dan berat umbi terhadap pertumbuhan tanaman
kentang dari 14-84 HST dimana perlakuan j1b3 dengan
jarak tanam yang lebih sempit yang dikombinasikan
dengan berat umbi terbesar memberikal hasil terbaik, hal
ini berkaitan dengan lebar tidaknya variasi jarak tanam
serta berat umbi yang lakukan pada penanaman umbi
kentang dimana hal tersebut mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan vegetatif tinggi tanaman. Lebar tidaknya
variasi jarak tanam yang diberikan di ikuti oleh besar
kecilnya unsur hara yang mampu di serap oleh tanaman
baik itu berupa unsur hara yang telah ada dalam tanah
maupun pada pengaplikasian pemupukan susulan
(Khalafalla, 2001).
Pupuk yang telah di aplikasikan berupa unsur N, P,
K, Mg dan Ca terurai dengan baik sehingga membuat
pertumbuhan tinggi tanaman mengalami pertumbuhan
yang optimal. Parman (2007) Menyatakan bahwa
pemberian pupuk N, P, dan Kbaik berupa cairan maupun
pasiran padatanaman kentang (Solanum tuberosum.L) ini
diperkirakan akanmempercepat sintesis asam amino
danprotein sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rao (1994) yang
mengatakan bahwa pupuk N, P, dan K mengandung unsur
kalium yang berperan penting dalam setiap proses
metabolism tanaman, dimana sintesis asam amino dan
protein dari ion-ion ammonium berperan dalam
memelihara tekanan turgor dengan baik sehingga
memungkinkan lancarnya proses-proses metabolisme dan
menjamin kesinambungan pemanjangan sel.
Menurut Purwowidodo (1992) dikatakan
bahwaunsur Fosfor berperan dalam menyimpan dan
memindahkan energi untuk sintesis karbohidrat, protein,
dan proses fotosintesis. Senyawa-senyawa hasil
fotosintesis disimpan dalam bentuk senyawa organikyang
kemudian dibebaskan dalam bentuk ATP untuk
pertumbuhan tanaman. Anonim-b (2007) dan Lakitan
(1996) mengatakan bahwa adanya perbedaan laju
pertumbuhan dan aktivitas jaringan meristematis yang
tidak sama, akan menyebabkan perbedaan laju
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 59
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
pembentukan yang tidak sama pada organ yang terbentuk.
Selain itu pemberian pupuk cair yang lengkap kandungan
haranya, akan menyebabkan laju pertumbuhan yang
sintesisis yang berbeda (Indrakusuma, 2000).
Peran variasi jarak tanam pada tanaman kentang
dalam perlakuan ini salah satunya berfungsi sebagai
upaya untuk mengatur lingkungan sebagai akibat
terjadinya kompetisi diantara tanaman dapat dilakukan
dengan mengatur jarak tanam, di mana jarak tanam akan
mempengaruhi persaingan dalam hal penggunaan air dan
zat hara sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi
tanaman tersebut (Sitompul dan Guritno 1995).Dimana
jarak tanam yang semakin rapat menghasilkantanaman
lebih tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Tinggi tanaman pada kentangdipengaruhi oleh jarak tanam
di mana semakin rapat tanaman maka laju pertumbuhan
tinggi tanaman akan semakin tinggi ( Sutapradja, 2008).
Besaran ukuran bobot umbi kentang yang
digunakan akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi
tanaman dimana dengan bobot yang semakin besar
cadangan makan yang terdapat pada umbi akan semakin
besar pula dimana cadangan makanan tersebut menjadi
energi bagi tanaman pada saat melakukan starter
pertumbuhan ( Sutapradja, 2008).
Lebar Kanopi Daun (cm)
Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun
pada umur 14 HST menunjukkan bahwa jarak tanam
maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata
terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi
antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam
dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman
kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rerata lebar kanopi daun umur 14 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap
lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum
tuberosum L.)
Umur
(HST) Jarak Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
............... cm ..................
14
j1 5,09 b 5,87 d 6,64 e
B D E
j2 4,50 a 5,13 b 5,79 d
A B D j3 4,5 a 4,59 a 5,27 b
A A B
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun
pada umur 28 HSTmenunjukkan bahwa jarak tanam
maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata
terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi
antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam
dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman
kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rerata lebar kanopi daun umur 28 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap
lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
Umur
(HST)
Jarak
Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
........................cm......................
28
j1 11,79 cd 12,11 d 12,64 d
B D D
j2 11,25 a 11,93 b 12,21 c
A B D
j3 10,21 a 11,27 a 11,80 ab A A B
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada
baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
sama menunjukan berbeda tidak nyata berdasarkan
uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun
pada umur 28 HST menunjukkan bahwa jarak tanam
maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata
terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi
antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam
dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman
kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Rerata lebar kanopi daun umur 42 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum
tuberosum L.)
Umur (HST)
Jarak Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
................ cm ................
42
j1 16,17 b 18,45 de 19,66 e
B D E
j2 15,92 ab 17,64 b 18,29 d
A B D
j3 15,93 a 16,36 b 17,74 bc A A B
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada
baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun
pada umur 56 HST menunjukkan bahwa jarak tanam
maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata
terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi
antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam
dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman
kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rerata lebar kanopi daun umur 56 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap
lebar kanopi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
Umur (HST)
Jarak Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
........... cm ............
56
j1 26,86 b 28,20 c 29,52 d
B C D
j2 26,27 ab 27,73 c 28,16 c
A B B j3 25,07 a 26,47 b 27,55 Bc
A A B
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada
baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 60
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun
pada umur 70 HSTmenunjukkan bahwa jarak tanam
maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata
terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi
antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam
dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman
kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Rerata lebar kanopi daun umur 70 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap
lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum
tuberosum L.)
Umur
(HST)
Jarak
Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
........ cm.......
70
j1 35,97 bc 37,97 c 39,48 d
B C D j2 34,68 a 35,29 b 36,16 b
A B B
j3 34,59 a 36,05 b 37,69 c
A A B
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada
baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan
uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun
pada umur 84 HST menunjukkan bahwa jarak tanam
maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata
terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi
antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam
dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman
kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Rerata lebar kanopi daun umur 84 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum
tuberosum L.)
Umur
(HST)
Jarak
Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
................ cm...............
84
j1 40,79 a 41,35 ab 43,02 c A A C
j2 41,70 b 42,55 bc 42,61 b B B B
j3 41,41 a 41,49 ab 42,60 b A A B
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada
baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil uji lanjut (Tabel7,8,9,10,11 dan
12), menunjukkan bahwa lebar kanopi daun tanaman dari
awal pemberian perlakuan sampai dengan akhir
pengamatan (84 HST) mengalami pertambahan.Terdapat
interaksi antara pemberian variasi jarak tanam dan berat
umbi terhadap perkembangan lebar kanopi daun tanaman
kentang dari 14-84 HST, Lebar kanopi daun terlebar
terdapatpada perlakuan j1b3 dan yang terendah j1b1. Hal
ini diduga karena pengaruh kerapatan penanaman dalam
hal perbanyakan umbi bibit dapat membentuk kanopi
daun yang saling bertemu di antara tanaman satu dengan
yang lain. Dengan menutupnya kanopi dedaunan lebih
awal dan lebih rapat akan menyebabkan fotosintesis lebih
optimal dan temperatur tanaman lebih sejuk karena
terlindungi oleh dedaunannya sendiri (Sitompul dan
Guritno, 1995).
Besaran umbi kentang yang digunakan dapat
menghasilkan cadangan makanan yang lebih besar,
cadangan makanan akan disalurkan pada jaringan-
jaringan yang membutuhkan cadangan makanan (jaringan
limbung) termasuk ke pertumbuhan tanaman. Hal ini
sejalan dengan pendapat Lakitan (2010), pati yang
terakumulasi pada kloroplas selama fase fotosintesis
berlansung merupakan cadangan karbohidrat terpenting
penting untuk disalurkan pada daun hampir semua
spesies. Pati yang tebentuk di dalam amiloplas suatu
jaringan atau organ (dengan menggunakan sukrosa yang
diangkut dari organ fotosintetik melalui pembuluh floem)
juga merupakan karbohidrat cadangan yang penting dari
jaringan atau organ tersebut. Pati yang diakumulasi ini
dapat digunakan sebagai substrat respirasi yang penting
pada stadia pertumbuhan atau perkembangan tertentu dari
organ ini.
Pupuk yang diaplikasikan kepada tanaman berupa
pupuk yang memiliki kandungan N, P, K, Mg dan bahkan
Ca. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross
(1995) mengatakan bahwa pupuk organik cair selain
mengandung nitrogen yang menyusun dari semua protein,
asam nukleat dan klorofil juga mengandung unsur hara
mikro antara lain unsur Mn, Zn,Fe, S, B, Ca dan Mg.
Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai katalisator
dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil.
Poerwowidodo (1992) menyatakan bahwa protein
merupakan penyusun utama protoplasma yang berfungsi
sebagai pusat proses metabolisme dalam tanaman yang
selanjutnya akan memacu pembelahan dan pemanjangan
sel. Unsur hara nitrogen dan unsur hara mikro tersebut
berperan sebagai penyusun klorofil sehingga
meningkatkan aktivitas fotosintesis tersebut akan
menghasilkan fotosintat yang mengakibatkan
perkembangan pada jaringan meristematis daun.
Jumlah Umbi Per Rumpun
Berdasarkan hasil sidik ragam jumlah umbi per
rumpun pada umur 95 HST menunjukkan bahwa jarak
tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh
nyata terhadap jumlah umbi per rumpun, demikian pula
interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi
jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar jumlah umbi
per rumpun tanaman (Solanum tuberosum L.) disajikan
pada Tabel 13.
Tabel 13. Rerata jumlah umbi per rumpun umur 95 HST
Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat
umbi terhadap jumlah umbi per rumpun (Solanum
tuberosum L.)
Umur (HST)
Jarak Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 61
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
................. knol ................
95
j1 17,80 ab 27,33 bc 30,40 e
A D E
j2 15,55 a 24,33 bc 28,47 e
A B E
j3 14,20 a 21,60 ab 25,80 c
A A B
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan
uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan
bahwa berat umbi kentang per rumpun tanamankentang
setelah melewati masa pertumbuhan vegetatif dan
dilakukan pemanenan pada umur (95 HST) menunjukan
hasil yang sangat baik.Dimana dapat diketahui terdapat
interaksi antara pemberian variasi jarak tanam dan berat
umbi terhadap hasil berupa jumlah umbi per rumpun
tanaman kentang pada 95 HST, yang menunjukkan
pengaruh yang nyata.
Ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan
umbi, yaitu faktor dalam dan faktor lingkungan. Faktor
dalam terdiri atas hormon tumbuh dan metabolisme
karbohidrat, sedangkan faktor lingkungan terdiri atas
panjang hari, suhu, kelembaban, dan dan unsur hara.
Pupuk hayati dan pupuk kandang ayam selain mampu
memperbaiki sifatkimia tanah yang mampu
menyumbangkan unsur hara makro dan mikro ternyata
mengandung bakteri yang mampu menghasilkan hormon
pertumbuhan seperti asam indol asetat (IAA) dan asam
indol butirat (IBA) sehingga berpengaruh terhadap
pembentukan dan petumbuhan umbi kentang(Balai Besar
Litbang Sumber Daya LahanPertanian, 2006).
Produksi umbi kentang dipengaruhi oleh
pertumbuhan bagian tanaman di atas permukaan tanah,
diantaranya yaitu jumlah batang, lebar kanopi daun, luas
daun dan tinggi tanaman. Pada tanaman kentang dengan
ukuran kerapatan yang semakin rapat dimana , setiap
batang di atas permukaan tanah mempunyai potensi untuk
menghasilkan umbi. Hal ini dikarenakan umbi kentang
merupakan perubahan bentuk dari batang. Sehigga
semakin banyak jumlah batang maka kemungkinan
tanaman tersebut mempunyai jumlah umbi yang banyak.
Hasil penelitian Maris (1988) menyebutkan bahwa
terdapat korelasi positif antara karakter jumlah batang
dengan karakter-karakter lainnya, yaitu tinggi tanaman,
tipe haulm, jumlah umbi dan hasil umbi. Semakin banyak
jumlah batang maka semakin banyak juga jumlah umbi.
Konsekuensi dari jumlah umbi yang banyak adalah
ukuran umbi yang kecil, karena terjadi kompetisi fisiologi
antar tanaman (Allen, 1972).
Ukuran umbi yang digunakan sebagai bibit
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah
batang. Semakinbesar umbi bibit yang digunakan, maka
batang juga semakin banyak. Hal ini disebabkan umbi
yang berukuran besar biasanya mempunyai mata yang
lebih banyak. Mata umbi ini yang nantinya akan tumbuh
menjadi batang (Permadi, 1989). Menurut penelitian
Angelia et al (2009) menunjukan bahwa tunas yang
berkembang menjadi batang menghasilkan jumlah dan
besar umbi. Semakin besar ukuran umbi maka jumlah
batang semakin banyak dan jumlah umbi yang dihasilkan
akan semakin banyak pula dengan ukuran yang semakin
kecil. Hal ini di dukung pula oleh penelitian Sutapradja
(2008) menyatakan penggunaan umbi yang berukuran
besarakan menghasilkan umbi yang berukuran kecil.
Tunas yang banyak akan menghasilkan ukuran umbi yang
relatif kecil-kecil, sedangkan tunas yang sedikit akan
menghasilkan ukuran umbi yang relatif besar.
Menurut Burton (1981), untuk mendapatkan hasil
yang maksimum tanaman kentang membutuhkan suhu
optimum yang relatif rendah, terutama untuk
pertumbuhan umbi, yaitu 15,6 sampai 17,8 oC dengan
suhu ratarata 15,5 oC. Dengan penambahan suhu 10
oC,
respirasi akan bertambah dua kali lipat.
Berat Umbi Kentang Per Rumpun
Berdasarkan hasil sidik ragam berat umbi kentang
per rumpun pada umur 95 HST menunjukkan bahwa jarak
tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh
nyata terhadap berat umbi kentang per rumpun, demikian
pula interaksi antara keduanya. Pengaruhpemberian
variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap berat umbi
kentang per rumpun (Solanum tuberosum L.) disajikan
pada Tabel 14.
Tabel 14. Rerata berat umbi kentang per rumpun umur 95 HST
Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat
umbi terhadap berat umbi kentang per rumpun
(Solanum tuberosum L.)
Umur
(HST)
Jarak
Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
...............kg .................
95
j1 0,15 ab 0,18 bc 0,26 d
A B D
j2 0,13 a 0,20 c 0,23 d
A C D j3 0,16 ab 0,18 bc 0,23 d
A B D
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada
baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan
uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan
bahwa berat umbi kentang per rumpun tanamankentang
setelah melewati masa pertumbuhan vegetatif dan
dilakukan pemanenan pada umur (95 HST) menunjukan
hasil yang sangat baik.Dimana dapat diketahui terdapat
interaksi antara pemberian variasi jarak tanam dan berat
umbi terhadap hasil berupa jumlah umbi per rumpun
tanaman kentang pada 95 HST, yang menunjukkan
pengaruh yang nyata.
Penggunaan jarak tanam pada dasarnya adalah
berusaha memberikan kemungkinan tanaman untuk
tumbuh dengan baik tanpa mengalami persaingan antar
sesamanya. Menurut Harjadi (1983) bahwa jarak tanam
mempengaruhi populasi tanaman dan efisiensi
penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi di
antara tanaman dalam menggunakan unsur hara, air,
oksigen dan karbon dioksida. Hal ini terbukti dengan hasil
percobaan yang menunjukkan bahwa pada jarak tanam
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 62
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
yang semakin rapat J1 (70cm x 20cm) dengan ukuran
umbi yang semakin besar J3 (1,5 g), bobot umbi per
rumpun yang dihasilkan memperlihatkan bobot hasil
pertanaman yang lebih baik dibandingkan dengan jarak
tanam yang lebih lebar dan dengan ukuran umbi yang
semakin kecil. Selain jarak tanam di duga terdapat
korelasi hubungan antara jarak tanam dan pertumbuhan
yang dapat menentukan hasil umbi per rumpun, hubungan
pengaruh kerapatan penanaman adalah pembentukan
kanopi daun yang saling bertemu di antara tanaman satu
dengan yang lain. Temperatur tanah yang lebih sejuk juga
akan mengoptimalkan pertumbuhan umbi yang terbentuk
di dalam tanah (Sutapradja, 2008).
Ukuran umbi yang digunakan sebagai bibit
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah
batang. Semakinbesar umbi bibit yang digunakan, maka
batang juga semakin banyak. Hal ini disebabkan umbi
yang berukuran besar biasanya mempunyai mata yang
lebih banyak. Mata umbi ini yang nantinya akan tumbuh
menjadi batang (Permadi, 1989).
Dari satu mata umbi bisa menghasilkan lebih dari
satu batang tanaman yang tidak terlalu tinggi mempunyai
keuntungan dalam perawatannya, yaitu tidak
membutuhkan wus dan mengurangi volume semprot
pestisida. Namun, tanaman yang tinggi kemungkinan
mempunyai luasan dam yang lebih luas dibanding
tanaman yang pendek. Sampai batas tertentu,
penambahan luas dam diikuti dengan penambahan bobot
umbi (Radley et al, 1961), sehingga dimungkinkan
tanaman dengan permukaan daun yang luas, bobot umbi
yang dihasilkan meningkat. Tinggi tanaman menurut
Maris (1988) berkorelasi positif dengan jumlah umbi dan
berat rata-rata umbi. Ini berarti semakin tinggi tanaman
kentang maka umbi yang dihasilkan akan semakin banyak
dan berat umbi rata-ratanya meningkat. Karakter hasil
termasuk dam karakter kuantitatif yang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh. Hasil penelitian di
beberapa daerah menunjukkan daya hasil varietas Granola
tidak selalu tetap. Seperti di Pengalengan pada tahun
2001, daya hasil varietas Granola mencapai 34.2 t ha-1
(Kusmana, 2004), tetapi di Batur, Banjarnegara pada
tahun yang sama pada musim kemarau yang panjang,
produksinya hanya 17.2 t ha-1 (Basuki, 2005). Adanya
serangan penyakit juga mempengaruhi hasil umbi.
Berat Umbi Kentang Per Petak
Berdasarkan hasil sidik ragam berat umbi kentang
per petak pada umur 95 HST menunjukkan bahwa jarak
tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh
nyata terhadap berat umbi kentang per petak, demikian
pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian
variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap berat umbi
kentang per petak disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Rerata berat umbi per petak umur 95 HST Pengaruh
pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap
berat umbi kentang per petak (Solanum tuberosum L.)
Umur
(HST)
Jarak
Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
................... kg ...............
95 j1 6,60 b 8,68 c 11,51 d
Umur
(HST)
Jarak
Tanam
Berat Umbi
b1 b2 b3
B C D
j2 5,21 ab 7,43 b 8,23 c
A B C
j3 0,16 ab 0,18 bc 0,23 d
A B D
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Tabel 15 memperlihatkan bahwa terdapat interaksi
antara variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap berat
umbi kentang per petak dimana pada perlakuan j1b3
(11,51 kg) memperlihatkan berat umbi kentang per petak
terbaik, sedangkan berat terendah diperlihatkan oleh
perlakuan j3b1 (4,44 kg).
Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan
bahwa berat umbi kentang per petak pada
tanamankentang setelah melewati masa pertumbuhan
vegetatif dan dilakukan pemanenan pada umur (95 HST)
menunjukkan hasil yang sangat baik.Dimana dapat
diketahui terdapat interaksi antara pemberian variasi jarak
tanam dan berat umbi terhadap hasil berupa berat umbi
kentang per petak pada tanaman kentang pada 95 HST,
yang menunjukkan pengaruh yang nyata.
Adanya interaksiperlakuan jarak tanam dengan
berat umbi yang berbedanyataterhadap seluruh peubah
yang diamati. Hal inimenunjukkanbahwa terdapat
interaksiperlakuanantara pemberian variasi jarak tanam
dan berat umbi berbeda yang memberikan
pengaruhterhadappertumbuhan dan hasil umbi kentang
dimana menurut sutapradja (2008)
Menurut penelitian Fattullah dan Asandhi (1992)
menyatakan bahwa jika semakinrapat jarak tanaman yang
digunakan maka laju pertumbuhan tinggi tanaman
semakin tinggi dengan kanopi daun yang semakin rapat,
penggunaan jarak tanam dapat berpengaruh terhadap
naungan daun yang rapat hal ini menyebabkan lembabnya
media tanam dan penyerapan unsur hara lebih fokus
terhadap umbi yang dihasilkan.
Ukuran umbi berpengaruh nyata terhadap hasil
panen kentang. Semakin baik pertumbuhan tanaman ada
kecenderungan akan menghasilkan umbi dengan ukuran
yang lebih besar karena produksi tanaman sangat
ditentukan pada fase pertumbuhan vegetatif (Khalafalla,
2001). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Susanto
(1999) menyatakan pertumbuhan tanaman yang bagus
dapat mempercepat pembentukan umbi dan akhirnya
produksi yang dihasilkan juga baik. Akan tetapi menurut
Nonnecke (1989), jika selama perkembangan umbi terjadi
cekaman suhu yang tinggi, umbi yang dihasilkan akan
berbentuk abnormal karena terjadi pertumbuhan baru dari
umbi yang telah terbentuk sebelumnya yang disebut
pertumbuhan sekunder (retakan-retakan pada umbi,
pemanjangan bagian ujung umbi, dan kadang-kadang
terjadinya rangkaian umbi). Pertumbuhan dan hasil
tanaman kentang juga sangat dipengaruhi oleh curah
hujan dan penyebarannya selama masa pertumbuhan
(Ress, 2004).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 63
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Jarak tanam 70cm x 20cm (j1)memberikan pengaruh
yang terbaik terhadap parameter tinggi tanaman pada
umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daunpada 84
HST (51,38cm), jumlah umbi kentang per rumpun
pada 84 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun
pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per petak pada
84 HST (11,51kg).
2. Berat umbi terbesar 1,5 g (b3) memberikan pengaruh
yang terbaik terhadap parameter tinggi tanaman pada
umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daun pada 84
HST (51,38cm), jumlah umbi kentang per rumpun
pasda 95 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun
pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per petak pada
95 HST (11,51kg).
3. Terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam 70 cm
x 20 cm dan berat umbi 1,5 g memberikan hasil
tertinggi terhadap semua parameter yang diamati
Saran
Berdasarkan simpulan diatas maka dapat
disarankan sebagai berikut :
1. Dapat digunakan jarak tanam 70 cm x 20 cm dengan
menggunakan berat umbi 1,5 g untuk mendapatkan
pertumbuhan vegetatif dan hasil benih kentang
(Solanum tuberosum L.) generasi dua varietas Granola
yang lebih baik.
2. Perlu dilakukan penelitianlebih lanjutdengan
menggunakan beberapa varietas dan pada generasi
yang lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Allen, HB & Campbell, RN. 1972. A Focused, Efficient
Method to Relate Composition Correction to
Teaching Aims in Teaching English As a Second
Language,New Delhi: Tata McGraw Hill.
Asandhi A. A, dan Hermanto, 1993. Pengaruh Ukuran
Bibit dan Jarak Tanam terhadap Produksi Umbi
Mini Tanaman Kentang Kultivar Knebbec.
Bul.Penel.Horti. XXII (2): 12-18.
Asandhi, A.A. 1992a. Research and development
program for potato in Indonesia. Paper presented
in AARD-CIP meeting. Bogor, 30 January 1992.
Indonesia. 12 pp.
Asandhi, A.A. 1992b. Perbaikan Sistem Produksi Bibit
untuk Menunjang Peningkatan Produksi dan Mutu
Kentang. Makalah pada Pidato Pengukuhan Ahli
Peneliti Utama Bidang Budidaya Tanaman, Bogor,
Oktober 1992. 28 hal.
Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. 2006.
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Agro inovasi.
Bogor. 313 hal.
Basuki, R.S, Kusuma, dan A. Dimyati. 2005. Analisis
Daya Hasil Mutu dan Respon Pengguna Terhadap
Klon 380584.3, TS-2, FBA-4, I-1085, dan MF-11
Sebagai Bahan Baku Keripik Kentang. 1. Hort.
15(3) : 160-170.
BPSHarjadi. 1979. Pengantar Agronomi . Gramedia,
Jakarta. 2009. Statistik Tanaman Sayuran
Semusim Indonesia. Badan Pusat Statistik.
Burton, W.G. 1981. Challenges for stress physiology in
potato. Am. Potato J. 58 : 3-14.
Fatullah D dan A. A. Asandhi. 1992. Jarak Tanam dan
Pemupukkan N pada Tanaman Kentang Dataran
Medium. Bul. Penel. Hort. XXIII(1):117-123.
Hidayat, I. M. 2011. Produksi Benih Sumber (G0)
Beberapa Varietas Kentang dari Umbi Mikro.
Jurnal Hortikultura. Vol. 21. No.3.
Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra
Alam Lestari. PT Surya Pratama
Alam.Yogyakarta.
Karjadi, A K. 1990. Pengaruh Jumlah dan Kerapatan
Umbi Mini Kentang Terhadap Produksi Umbi
Bibit. Bul. Penel. Hortikultura.
Karjadi, A. K. 1996. Perbaikan Sistem Pembibitan
Kentang Melalui Kultur Jaringan dan Teknik
Perbanyakan Cepat. Lembang – Bandung:
BalaiPenelitian Tanaman Sayuran.
Khalafalla, A.M. 2001. Effect of Plant Density and Seed
Size on Growth and Yield of Solanum Potato in
Khartoum State, Sudan. African Crop Science
Journal. 9 (1) : 77-82.
Kusmana dan R.S. Basuki. 2004. Produksi dan Mutu
Umbi Klon Kentang dan Kesesuaiannya Sebagai
Bahan Baku Kentang Goreng dan KeripikKentang.
J.Hort. 14(4):246-252.
Lakitan, B., 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Nainggolan, P. Sudjoko Sudjiyo; dan Sabari. 1992.
Pertumbuhan Hasil dan Mutu Beberapa Varietas
Kentang Asal Introduksi. Bul. Hort. XXIV (2) 67-
71.
Nonnecke, L.I. 1989. Vegetable production. Van
Norstrand. Reinhold. Canada p. 175-200.
Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik
Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang
(Solanum tuberosum L.). Paper ilmiah Anatomi
dan Fisiologi Vol. XV, No. 2.
Permadi, A. H., A. Wasito dan E. Sumiati. 1989.
Morfologi dan Pertumbuhan Kentang. Balai
Penelitian Hortikultura, Lembang.
Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa.
Bandung.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 64
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
Ress, H.M. 2004. Hydroponic Food Production.
Woodridge Press, Santa Barbara, California.
Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB
Press. Bandung.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995.Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Susanto, A. 1999. Pengaruh Umur Simpan Umbi dan
Ukuran Umbi terhadap Produksi Kentang. Skripsi.
A'an Susanto. Institut Pertanian Bogor. Kota
Bogor. 43 hal.
Sutapradja, H. 2008. Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran
Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Kentang Varietas Granola untuk Bibit. Jendral
Hortikultura. Hal 18.