PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …

10
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 55 available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI GENERASI NOL (G0) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN HASIL BENIH KENTANG (Solanum tuberosum L.) GENERASI DUA (G2) VARIETAS GRANOLA The Effect Variation Plant Spacing and Tubers Weight Zero Generation (G0) on Vegetatif Growth and Yield Potatoes (Solanum Tuberosum L) Seeds Two Generation (G2) Granola Variety Deden Fatchullah Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jln. Tangkuban Parahu 517 Lembang, Bandung Barat 40391 e-mail korespondensi: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi jarak tanam dan berat umbi generasi nol (G0) terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil benih kentang (Solanum tuberosum L.) varietas granola generasi dua (G2). Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) bertempat di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dari bulan September sampai Desember 2015. Penelitian ini disusun secara faktorial yang terdiri dari 2 faktor berdasarkan variasi jarak tanam dan berat umbi dengan menggunakan 3 taraf serta diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah perlakuan variasi jarak tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: j1 = 70 cm x 20 cm, j2 = 70 cm x 25 cm, j3 = 70 cm x 30 cm. Faktor kedua adalah perlakuan dengan beberapa berat umbi (B) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: b1 = 0,5 g, b2 = 1 g, b3 = 1,5 g. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Jarak tanam 70cm x 20cm (j1) memberikan pengaruh yang terbaik terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daunpada 84 HST (51,38cm), jumlah umbi kentang per rumpun pada 84 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per petak pada 84 HST (11,51kg). (2) Berat umbi terbesar 1,5 g (b3) memberikan pengaruh yang terbaik terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daun pada 84 HST (51,38cm), jumlah umbi kentang per rumpun pasda 95 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per petak pada 95 HST (11,51kg). (3)Terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam 70 cm x 20 cm dan berat umbi 1,5 g memberikan hasil tertinggi terhadap semua parameter yang diamati. Kata kunci: Solanum tuberosum, jarak tanam, berat umbi, varietas Granola. ABSTRACT The research aims to understand the influence of variations in distance cropping and heavy tubers generation zero of (G0) on the growth of vegetative and results of the seed the potato (Solanum tuberosum L.) varieties granola generation two (G2).This study has been carried out in the garden experiment research vegetable crops (BALITSA) located in the village cikole, kecamatan lembang, bandung regency west, west java province of september and december 2015. This research arranged in factorials consisting of 2 factors based on variations in distance cropping and heavy tubers with 3 the economic situation and repeated three times.Factors first is treatment variations in distance growing season (j) consisting of 3 the economic situation of: j1 = 70 cm x 20 cm, j2 = 70 cmx 25 cm, j3 = 70 cms x 30 cm.The second factor is treatment by some heavy a tuber (b) consisting of 3 the economic situation of: b1 = 0.5 g, b2 = 1 g, b3 = 1.5 g. The result showed: (1) distance cropping 70 cm x 20 cm (j1) exert the best against parameter tall plant at the age of 84 DAP (51,83 cm), wide canopy leaves on 84 DAP (51,38 cm), the number of potato tubers per clumps on 84 DAP (30,03 knol), heavy bulbs clump 95 DAP (0,26 kg), and heavy bulbs per plot upon 84 DAP (11,51 kg). (2) heavy largest tubers 1,5 g (b3) exert the best against parameter tall plant at the age of 84 DAP (51,83 cm), wide canopy leaves on 84 DAP (51,38 cm) , the number of potato tubers clump 95 per plant DAP (30,03 knol), heavy bulbs clump 95 per plant DAP (0,26 kg), and heavy bulbs per plot upon 95 DAP (11,51 kg) .(3) there are interaction between the treatment plant 70 cm x 20 cm and heavy bulbs 1,5 g highest results on all parameters observed. Key words: Solanum tuberosum, plant spacing, tubers weight, Granola variety. Masih rendahnya produksi kentang di Indonesia antara lain disebabkan oleh bibit yang kurang bermutu, teknik budidaya yang kurang baik, keadaan lingkungan yang kurang mendukung, pengendalian hama dan penyakit tanaman yang kurang optimal, pemberian pupuk yang kurang tepat serta pengelolaannya yang kurang intensif (Sinaga dalam Kiky, 2014) Kualitas umbi bibit merupakan salah satu pembatas bagi peningkatan produksi umbi kentang. Jika penggunaan umbi bibit yang baik dan unggul sudah menyebar ke sentra-sentra produksi kentang, maka produksinya akan meningkat sekitar 40% dan keuntungan petani akan terus meningkat sekitar 50-70% (Biro Pusat Statistik, 2010) selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah penggunaan bibit, baik dalam kualitas dan kuantitas. Dimana bibit kentang yang di produksi petani biasanya berkualitas rendah dan bukan kentang yang diproduksi untuk bibit , sehingga menyebabkan kondisinya menjadi rendah dan mengalami

Transcript of PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …

Page 1: PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 55

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI GENERASI NOL (G0)

TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN HASIL BENIH KENTANG

(Solanum tuberosum L.) GENERASI DUA (G2) VARIETAS GRANOLA The Effect Variation Plant Spacing and Tubers Weight Zero Generation (G0) on Vegetatif Growth and Yield

Potatoes (Solanum Tuberosum L) Seeds Two Generation (G2) Granola Variety

Deden Fatchullah

Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Jln. Tangkuban Parahu 517 Lembang, Bandung Barat 40391

e-mail korespondensi: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi jarak tanam dan berat umbi generasi nol (G0) terhadap

pertumbuhan vegetatif dan hasil benih kentang (Solanum tuberosum L.) varietas granola generasi dua (G2).

Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) bertempat di Desa

Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dari bulan September sampai Desember 2015. Penelitian ini disusun secara faktorial yang terdiri dari 2 faktor berdasarkan variasi jarak tanam dan

berat umbi dengan menggunakan 3 taraf serta diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah perlakuan variasi jarak

tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: j1 = 70 cm x 20 cm, j2 = 70 cm x 25 cm, j3 = 70 cm x 30 cm. Faktor kedua

adalah perlakuan dengan beberapa berat umbi (B) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: b1 = 0,5 g, b2 = 1 g, b3 = 1,5 g.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Jarak tanam 70cm x 20cm (j1) memberikan pengaruh yang terbaik terhadap

parameter tinggi tanaman pada umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daunpada 84 HST (51,38cm), jumlah umbi

kentang per rumpun pada 84 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per petak pada 84 HST (11,51kg). (2) Berat umbi terbesar 1,5 g (b3) memberikan pengaruh yang terbaik terhadap

parameter tinggi tanaman pada umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daun pada 84 HST (51,38cm), jumlah umbi

kentang per rumpun pasda 95 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per

petak pada 95 HST (11,51kg). (3)Terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam 70 cm x 20 cm dan berat umbi 1,5 g memberikan hasil tertinggi terhadap semua parameter yang diamati.

Kata kunci: Solanum tuberosum, jarak tanam, berat umbi, varietas Granola.

ABSTRACT The research aims to understand the influence of variations in distance cropping and heavy tubers generation zero of (G0) on the growth of vegetative and results of the seed the potato (Solanum tuberosum L.) varieties granola

generation two (G2).This study has been carried out in the garden experiment research vegetable crops (BALITSA)

located in the village cikole, kecamatan lembang, bandung regency west, west java province of september and

december 2015. This research arranged in factorials consisting of 2 factors based on variations in distance cropping and heavy tubers with 3 the economic situation and repeated three times.Factors first is treatment variations in

distance growing season (j) consisting of 3 the economic situation of: j1 = 70 cm x 20 cm, j2 = 70 cmx 25 cm, j3 = 70

cms x 30 cm.The second factor is treatment by some heavy a tuber (b) consisting of 3 the economic situation of: b1 =

0.5 g, b2 = 1 g, b3 = 1.5 g. The result showed: (1) distance cropping 70 cm x 20 cm (j1) exert the best against parameter tall plant at the age of 84 DAP (51,83 cm), wide canopy leaves on 84 DAP (51,38 cm), the number of

potato tubers per clumps on 84 DAP (30,03 knol), heavy bulbs clump 95 DAP (0,26 kg), and heavy bulbs per plot

upon 84 DAP (11,51 kg). (2) heavy largest tubers 1,5 g (b3) exert the best against parameter tall plant at the age of

84 DAP (51,83 cm), wide canopy leaves on 84 DAP (51,38 cm) , the number of potato tubers clump 95 per plant DAP (30,03 knol), heavy bulbs clump 95 per plant DAP (0,26 kg), and heavy bulbs per plot upon 95 DAP (11,51 kg) .(3)

there are interaction between the treatment plant 70 cm x 20 cm and heavy bulbs 1,5 g highest results on all

parameters observed.

Key words: Solanum tuberosum, plant spacing, tubers weight, Granola variety.

Masih rendahnya produksi kentang di Indonesia

antara lain disebabkan oleh bibit yang kurang bermutu,

teknik budidaya yang kurang baik, keadaan lingkungan

yang kurang mendukung, pengendalian hama dan

penyakit tanaman yang kurang optimal, pemberian pupuk

yang kurang tepat serta pengelolaannya yang kurang

intensif (Sinaga dalam Kiky, 2014) Kualitas umbi bibit

merupakan salah satu pembatas bagi peningkatan

produksi umbi kentang. Jika penggunaan umbi bibit yang

baik dan unggul sudah menyebar ke sentra-sentra

produksi kentang, maka produksinya akan meningkat

sekitar 40% dan keuntungan petani akan terus meningkat

sekitar 50-70% (Biro Pusat Statistik, 2010) selain itu

faktor lain yang mempengaruhi adalah penggunaan bibit,

baik dalam kualitas dan kuantitas. Dimana bibit kentang

yang di produksi petani biasanya berkualitas rendah dan

bukan kentang yang diproduksi untuk bibit , sehingga

menyebabkan kondisinya menjadi rendah dan mengalami

Page 2: PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 56

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

penurunan yang di akibatkan oleh adanya akumulasi

penyakit sistemik pada umbi berukuran kecil. Bibit yang

berkualitas tin ggi biasanya diperoleh dari Balai maupun

bibit impor akan tetapi dengan harga yang relatif lebih

mahal sekitar 40-50% biaya produksi (Karjadi 1990).

Munurut Suryadi dan Sahat (1992)dalam

Sutapradja (2008) menyatakan bahwa jarak tanam yang

biasanya digunakan pada tanaman kentang adalah 70 cm

x 30 cm atau 80 cm x 30 cm. jarak tanam yang sempit

akan menghasilkan persentase umbi kecil yang banyak.

Di Indonesia pada umumnya untuk pembibitan digunakan

jarak tanam 70x25 cm, sedangkan untuk produksi

diperlukan ukuran 25-45 gram lebih banyak, karna

kebutuhan bibit dari ukuran bibit umbi 30 gram hanya 1,5

ton/ha. Bibit yang berukuran besar (> 30 gram)

memberikan hasil umbi lebih banyak untuk bibit yang

berkualitas adalah besarnya derajat serangan hama dan

penyakit, tentunta yang ditularkan melalui umbi. Rerata

hasil panen yang baik hanya menghasilkan 30%ukuran

umbi bibit antara 25-50 gram. Dengan umbi bibit yang

baik, hasil kentang varietas Granola di Berstagi Sumatra

Utara dpat mencapai 28,3 ton/ha (Nainggolan et al.1992).

Pada umumnya jenis Granola mempunyai ukuran umbi

yang langsung dapat dipasarkan (>60 gram) lebih banyak

(Fatullah dan Asansdhi, 1992).

Perbanyakan benih secara cepat dapat

dimanfaatkan dalam penangkaran benih galur atau

varietas kentang hasil pemuliaan selain perbanyakan

benih inti atau benih induk dengan kultur jaringan, ada

beberapa cara perbanyakan benih generasi berikutnya

baik dalam perbanyakan secara vegetatif maupun secara

genertif yaitu menggunakan stek batang, stek tunas umbi

(sprout) atau perbanyakan dengan umbi mini

menggunakan teknik budidaya di lapang. Pada program

pembibitan kentang penggunaan bibit bebas patogen

mutlak dipergunakan dan penggunaan teknik perbanyakan

cepat dalam program pembibitan kentang dimaksudkan

untuk mempersingkat masa penyediaan bibit.Disamping

meningkatkan jumlahnya dengan kualitas yang terjaga,

dalam hal meningkatkan kualitas bibit penanaman dengan

menggunakan stek tunas atau umbi mini merupakan

alternatif yang dapat dipilih (Karjadi, 1996).

Pada dasarnya produksi umbi bibit merupakan

tahapan perbanyakan dari setiap stok bibit diperbanyak

secara berulang yang memungkinan adanya penurunan

kualitas sehingga diperlukan penyediaan stok bibit bebas

patogen terus menerus dengancara menggunakan stek

tunas dari tanaman kentang itu sendiri, namun

demikianyang mempengaruhi produksi umbi asal stek

adalah kerapatan tanaman. Hasil penelitian Smith (1985)

bahwa jarak tanam sempit akan menghasilkan persentase

ukuran umbi kecil lebih besar, semakin rapat populasi

tanaman semakin tinggi umbi ukuran kecil yang

dihasilkan akan tetapi jika ukuran jarak tanam lebar akan

menghasilkan hal yang sebaliknya (Karjadi, 1996) .

Pada budidaya kentang, upaya untuk mengatur

lingkungan sebagai akibat terjadinya kompetisi di antara

tanaman dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam, di

mana jarak tanam tersebut akan mempengaruhi

persaingan dalam hal penggunaan air dan zat hara

sehingga akan mempengaruhi hasil umbi(Wasito, 1992).

Jarak tanam perlu mendapat perhatian karena jarak

tanam sangat mempengaruhi lingkungan tumbuh dari

tanaman tersebut, semakin rapat jarak tanam semakin

tinggi populasi tanaman per satuan luas lahan sehingga

mengakibatkan kompetisi antar tanaman meningkat pula.

Hal ini berkaitan langsung dengan proses penyerapan

unsur hara yang didapati oleh tanaman salah satunya yaitu

fosfor. Dimana Menurut Purwowidodo (1992) dikatakan

bahwaunsur Fosfor berperan dalam menyimpandan

memindahkan energi untuk sintesiskarbohidrat, protein,

dan proses fotosintesis.Senyawa-senyawa hasil

fotosintesisdisimpan dalam bentuk senyawa organikyang

kemudian dibebaskan dalam bentukATP untuk

pertumbuhan tanaman.

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi

hasil dari tanaman yaitu faktor dalam yang terdiri dari

hormon dan faktor lingkungan yang salah satunya yaitu

pengaturan jarak tanam dimana dengan jarak tanam yang

semakin rapat akan membuat kanopi daun berdekatan dan

membuat tanah atau media menjadi lembab. Produksi

umbi kentang dipengaruhi oleh pertumbuhan bagian

tanaman di atas permukaan tanah, diantaranya yaitu

jumlah batang, lebar kanopi daun, luas daun dan tinggi

tanaman, setiap batang di atas permukaan tanah

mempunyai potensi untuk menghasilkan umbi. Hal ini

dikarenakan umbi kentang merupakan perubahan bentuk

dari batang. Hasil penelitian Maris (1988) menyebutkan

bahwa terdapat korelasi positif antara karakter jumlah

batang dengan karakter-karakter lainnya, yaitu tinggi

tanaman, tipe haulm, jumlah umbi dan hasil umbi.

Semakin banyak jumlah batang maka semakin banyak

juga jumlah umbi.

Ukuran umbi yang digunakan sebagai bibit

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan di atas tanah. Semakinbesar umbi bibit yang

digunakan, maka batang juga semakin banyak. Hal ini

disebabkan umbi yang berukuran besar biasanya

mempunyai mata yang lebih banyak dengan cadangan

energi untuk tumbuh yang lebih banyak pula. Dimana,

nantinya mata umbi ini akan tumbuh menjadi batang

(Permadi, 1989).

Menurut penelitian Angelia et al (2009)

menunjukan ukuran umbi yang lebih besar memiliki tunas

yang berkembang menjadi batang menghasilkan jumlah

dan besar umbi. Semakin besar ukuran umbi maka jumlah

batang semakin banyak dan jumlah umbi yang dihasilkan

akan semakin banyak pula dengan ukuran yang semakin

kecil. Hal ini di dukung pula oleh penelitian Sutapradja

(2008) menyatakan penggunaan umbi yang berukuran

besarakan menghasilkan umbi yang berukuran kecil.

Tunas yang banyak akan menghasilkan ukuran umbi yang

relatif kecil-kecil, sedangkan tunas yang sedikit akan

menghasilkan ukuran umbi yang relatif besar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh variasi jarak tanam dan berat umbi generasi nol

(G0) terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil benih

kentang (Solanum tuberosumL.) varietas granola generasi

dua (G2).Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah berat umbi (G0) yang berbeda memberikan

pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan vegetatif

dan hasil benih kentang (Solanum tuberosum L.) varietas

Page 3: PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 57

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Granola genererasi dua (G2) serta terdapat interaksi

antara variasi jarak tanam danberat umbi(G0) terhadap

pertumbuhan vegetatif dan hasil benih kentang (Solanum

tuberosum L.) varietas granola genererasi dua (G2).

METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun

percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa)

bertempat di Desa Cikole, Kecamatan Lembang,

Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.Balai

Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang terletak

1.250 meter di atas permukaan laut. Letak geografis

Balitsa berada pada 107,300 BT dan 6,30

0LSjenis tanah

Andosol. Keadaan agroklimat setempat adalah bertipe

iklim B, pada bulan September sampai Desember 2015.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :1.) cangkul, 2.) tali rapia, 3.) meteran, 4.) ajir,

5.)emberat/selang penyemprot, 6.) ember, 7.) baki, 8.)

papan identitas, 9.) tugal, 10.) timbangan, 11.) karung,

12.) terpal, 13.) peti, 14.) alat tulis dan 15.) kamera dan

16.) plastik hitam dan putih. Bahan-bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.) umbi mini

berukuran 0,5 gram, 1 gram, dan 1,5 gram, 2.) pupuk

kandang (kotoran ayam), 3.) pupuk TSP, 4.) pupuk

vegetatif-generatif, 5) pestisida,6.) fungisida dan 7.)

yellow trap.

Penelitian ini disusun secara faktorial yang terdiri

dari 2 faktor berdasarkan variasi jarak tanam dan berat

umbi dengan menggunakan 3 taraf.

Faktor pertama adalah perlakuan variasi jarak

tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu:

j1 = 70 cm x 20 cm

j2 = 70 cm x 25 cm

j3 = 70 cm x 30 cm

Faktor kedua adalah perlakuan dengan beberapa

berat umbi (B) yang terdiri dari 3 taraf yaitu:

b1 = 0,5 g

b2 = 1 g

b3 = 1,5 g

Kombinasi kedua faktor ini menghasilkan 9

perlakuan. Dalam satu unit percobaan diulang sebanyak 3

kali, sehingga didapat 27 petak percobaan.Apabila dari

hasil sidik ragam menunjukkan berpengaruh nyatasampai

sangat nyata, maka dilakukan uji lanjut.Dalam penelitian

dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test

(DMRT) pada taraf 5%. Peubah yang diamati

diantaranya meliputi: a) Tinggi Tanaman (cm); b) Lebar

Kanopi Daun (cm); c) Jumlah Umbi Kentang Per

Rumpun (knol); d) Berat Umbi Kentang Per Rumpun

(kg); e) Berat Umbi Per Petak (kg).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman (cm)

Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada

umur 14 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun

berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya.

Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi

terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rerata tinggi tanaman umur 14 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap

tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

Umur

(HST)

Jarak

Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

......................cm .......................

j1 6,17 c 7,41 b 7,79 b

C C D

14 j2 4,43 a 5,11 b 6,09 dc AB B C

j3 4,27 a 4,49 ab 4,92bc

A A B

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada

baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada

umur 28 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun

berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya.

Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi

terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rerata tinggi tanaman umur 28 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap

tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

Umur (HST)

Jarak Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

....................... cm .........................

j1 11,82 bc 13,71 d 15,27 e C C D

28 j2 10,15 b 11,34 bc 12,25 c

B C B

j3 8,27 a 9,33 b 10,13 b A B A

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada

baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada

umur 42 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun

berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya.

Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi

terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rerata tinggi tanaman umur 42 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap

tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

Umur

(HST)

Jarak

Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

.............. cm ...............

j1 15,03 c 17,61 d 19,67 e

D D E

42 j2 14,19 b 15,67 c 17,89 de B C E

j3 12,95 a 14,63 b 16,13 cd

Page 4: PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 58

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Umur

(HST)

Jarak

Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

A B D

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada

baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji

DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada

umur 56 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun

berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya.

Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi

terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rerata tinggi tanaman umur 56 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap

tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

Umur

(HST)

Jarak

Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

........................... cm ....................... j1 25,70 c 27,47 d 30,00 e

C D E

56 j2 24,52 b 25,77 c 28,40 de

B C D j3 27,71 a 24,50 b 26,45 c

A B C

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada

baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan

uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada

umur 70 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun

berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya.

Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi

terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rerata tinggi tanaman umur 70 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap

tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

Umur

S (HST)

Jarak

Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

....................cm................... j1 36,19 c 38,50 d 40,39 e

C D E

70 j2 35,19 b 36,13 c 38,55 d B C D

j3 33,21 a 34,66 b 36,41 c

A B C

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan

uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada

umur 84 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun

berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya.

Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi

terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rerata tinggi tanaman umur 84 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap

tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

Umur

(HST)

Jarak

Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

.................. cm ............... j1 47,13 c 49,16 d 51,38 e

C D E

84 j2 45,77 b 46,74 c 48,48 d

B C D j3 44,28 a 45,65 b 47,29 c

A B C

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada

baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan

uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil uji lanjut (tabel 1, 2, 3, 4, 5 dan

6), menunjukkan bahwa pertambahanan tinggi tanaman

dari awal pemberian perlakuan sampai dengan akhir

pengamatan (84 HST) mengalami pertambahan

tinggi.Terdapat interaksi antara pemberian variasi jarak

tanam dan berat umbi terhadap pertumbuhan tanaman

kentang dari 14-84 HST dimana perlakuan j1b3 dengan

jarak tanam yang lebih sempit yang dikombinasikan

dengan berat umbi terbesar memberikal hasil terbaik, hal

ini berkaitan dengan lebar tidaknya variasi jarak tanam

serta berat umbi yang lakukan pada penanaman umbi

kentang dimana hal tersebut mempengaruhi kecepatan

pertumbuhan vegetatif tinggi tanaman. Lebar tidaknya

variasi jarak tanam yang diberikan di ikuti oleh besar

kecilnya unsur hara yang mampu di serap oleh tanaman

baik itu berupa unsur hara yang telah ada dalam tanah

maupun pada pengaplikasian pemupukan susulan

(Khalafalla, 2001).

Pupuk yang telah di aplikasikan berupa unsur N, P,

K, Mg dan Ca terurai dengan baik sehingga membuat

pertumbuhan tinggi tanaman mengalami pertumbuhan

yang optimal. Parman (2007) Menyatakan bahwa

pemberian pupuk N, P, dan Kbaik berupa cairan maupun

pasiran padatanaman kentang (Solanum tuberosum.L) ini

diperkirakan akanmempercepat sintesis asam amino

danprotein sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman.

Hal ini sesuai dengan pendapat Rao (1994) yang

mengatakan bahwa pupuk N, P, dan K mengandung unsur

kalium yang berperan penting dalam setiap proses

metabolism tanaman, dimana sintesis asam amino dan

protein dari ion-ion ammonium berperan dalam

memelihara tekanan turgor dengan baik sehingga

memungkinkan lancarnya proses-proses metabolisme dan

menjamin kesinambungan pemanjangan sel.

Menurut Purwowidodo (1992) dikatakan

bahwaunsur Fosfor berperan dalam menyimpan dan

memindahkan energi untuk sintesis karbohidrat, protein,

dan proses fotosintesis. Senyawa-senyawa hasil

fotosintesis disimpan dalam bentuk senyawa organikyang

kemudian dibebaskan dalam bentuk ATP untuk

pertumbuhan tanaman. Anonim-b (2007) dan Lakitan

(1996) mengatakan bahwa adanya perbedaan laju

pertumbuhan dan aktivitas jaringan meristematis yang

tidak sama, akan menyebabkan perbedaan laju

Page 5: PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 59

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

pembentukan yang tidak sama pada organ yang terbentuk.

Selain itu pemberian pupuk cair yang lengkap kandungan

haranya, akan menyebabkan laju pertumbuhan yang

sintesisis yang berbeda (Indrakusuma, 2000).

Peran variasi jarak tanam pada tanaman kentang

dalam perlakuan ini salah satunya berfungsi sebagai

upaya untuk mengatur lingkungan sebagai akibat

terjadinya kompetisi diantara tanaman dapat dilakukan

dengan mengatur jarak tanam, di mana jarak tanam akan

mempengaruhi persaingan dalam hal penggunaan air dan

zat hara sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi

tanaman tersebut (Sitompul dan Guritno 1995).Dimana

jarak tanam yang semakin rapat menghasilkantanaman

lebih tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Tinggi tanaman pada kentangdipengaruhi oleh jarak tanam

di mana semakin rapat tanaman maka laju pertumbuhan

tinggi tanaman akan semakin tinggi ( Sutapradja, 2008).

Besaran ukuran bobot umbi kentang yang

digunakan akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi

tanaman dimana dengan bobot yang semakin besar

cadangan makan yang terdapat pada umbi akan semakin

besar pula dimana cadangan makanan tersebut menjadi

energi bagi tanaman pada saat melakukan starter

pertumbuhan ( Sutapradja, 2008).

Lebar Kanopi Daun (cm)

Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun

pada umur 14 HST menunjukkan bahwa jarak tanam

maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata

terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi

antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam

dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman

kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rerata lebar kanopi daun umur 14 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap

lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum

tuberosum L.)

Umur

(HST) Jarak Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

............... cm ..................

14

j1 5,09 b 5,87 d 6,64 e

B D E

j2 4,50 a 5,13 b 5,79 d

A B D j3 4,5 a 4,59 a 5,27 b

A A B

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

sama menunjukkan berbeda tidak nyata

berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun

pada umur 28 HSTmenunjukkan bahwa jarak tanam

maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata

terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi

antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam

dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman

kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rerata lebar kanopi daun umur 28 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap

lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

Umur

(HST)

Jarak

Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

........................cm......................

28

j1 11,79 cd 12,11 d 12,64 d

B D D

j2 11,25 a 11,93 b 12,21 c

A B D

j3 10,21 a 11,27 a 11,80 ab A A B

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada

baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

sama menunjukan berbeda tidak nyata berdasarkan

uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun

pada umur 28 HST menunjukkan bahwa jarak tanam

maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata

terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi

antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam

dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman

kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rerata lebar kanopi daun umur 42 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum

tuberosum L.)

Umur (HST)

Jarak Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

................ cm ................

42

j1 16,17 b 18,45 de 19,66 e

B D E

j2 15,92 ab 17,64 b 18,29 d

A B D

j3 15,93 a 16,36 b 17,74 bc A A B

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada

baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun

pada umur 56 HST menunjukkan bahwa jarak tanam

maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata

terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi

antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam

dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman

kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rerata lebar kanopi daun umur 56 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap

lebar kanopi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

Umur (HST)

Jarak Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

........... cm ............

56

j1 26,86 b 28,20 c 29,52 d

B C D

j2 26,27 ab 27,73 c 28,16 c

A B B j3 25,07 a 26,47 b 27,55 Bc

A A B

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada

baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

Page 6: PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 60

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun

pada umur 70 HSTmenunjukkan bahwa jarak tanam

maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata

terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi

antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam

dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman

kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rerata lebar kanopi daun umur 70 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap

lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum

tuberosum L.)

Umur

(HST)

Jarak

Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

........ cm.......

70

j1 35,97 bc 37,97 c 39,48 d

B C D j2 34,68 a 35,29 b 36,16 b

A B B

j3 34,59 a 36,05 b 37,69 c

A A B

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada

baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan

uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun

pada umur 84 HST menunjukkan bahwa jarak tanam

maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata

terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi

antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam

dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman

kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Rerata lebar kanopi daun umur 84 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum

tuberosum L.)

Umur

(HST)

Jarak

Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

................ cm...............

84

j1 40,79 a 41,35 ab 43,02 c A A C

j2 41,70 b 42,55 bc 42,61 b B B B

j3 41,41 a 41,49 ab 42,60 b A A B

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada

baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil uji lanjut (Tabel7,8,9,10,11 dan

12), menunjukkan bahwa lebar kanopi daun tanaman dari

awal pemberian perlakuan sampai dengan akhir

pengamatan (84 HST) mengalami pertambahan.Terdapat

interaksi antara pemberian variasi jarak tanam dan berat

umbi terhadap perkembangan lebar kanopi daun tanaman

kentang dari 14-84 HST, Lebar kanopi daun terlebar

terdapatpada perlakuan j1b3 dan yang terendah j1b1. Hal

ini diduga karena pengaruh kerapatan penanaman dalam

hal perbanyakan umbi bibit dapat membentuk kanopi

daun yang saling bertemu di antara tanaman satu dengan

yang lain. Dengan menutupnya kanopi dedaunan lebih

awal dan lebih rapat akan menyebabkan fotosintesis lebih

optimal dan temperatur tanaman lebih sejuk karena

terlindungi oleh dedaunannya sendiri (Sitompul dan

Guritno, 1995).

Besaran umbi kentang yang digunakan dapat

menghasilkan cadangan makanan yang lebih besar,

cadangan makanan akan disalurkan pada jaringan-

jaringan yang membutuhkan cadangan makanan (jaringan

limbung) termasuk ke pertumbuhan tanaman. Hal ini

sejalan dengan pendapat Lakitan (2010), pati yang

terakumulasi pada kloroplas selama fase fotosintesis

berlansung merupakan cadangan karbohidrat terpenting

penting untuk disalurkan pada daun hampir semua

spesies. Pati yang tebentuk di dalam amiloplas suatu

jaringan atau organ (dengan menggunakan sukrosa yang

diangkut dari organ fotosintetik melalui pembuluh floem)

juga merupakan karbohidrat cadangan yang penting dari

jaringan atau organ tersebut. Pati yang diakumulasi ini

dapat digunakan sebagai substrat respirasi yang penting

pada stadia pertumbuhan atau perkembangan tertentu dari

organ ini.

Pupuk yang diaplikasikan kepada tanaman berupa

pupuk yang memiliki kandungan N, P, K, Mg dan bahkan

Ca. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross

(1995) mengatakan bahwa pupuk organik cair selain

mengandung nitrogen yang menyusun dari semua protein,

asam nukleat dan klorofil juga mengandung unsur hara

mikro antara lain unsur Mn, Zn,Fe, S, B, Ca dan Mg.

Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai katalisator

dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil.

Poerwowidodo (1992) menyatakan bahwa protein

merupakan penyusun utama protoplasma yang berfungsi

sebagai pusat proses metabolisme dalam tanaman yang

selanjutnya akan memacu pembelahan dan pemanjangan

sel. Unsur hara nitrogen dan unsur hara mikro tersebut

berperan sebagai penyusun klorofil sehingga

meningkatkan aktivitas fotosintesis tersebut akan

menghasilkan fotosintat yang mengakibatkan

perkembangan pada jaringan meristematis daun.

Jumlah Umbi Per Rumpun

Berdasarkan hasil sidik ragam jumlah umbi per

rumpun pada umur 95 HST menunjukkan bahwa jarak

tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh

nyata terhadap jumlah umbi per rumpun, demikian pula

interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi

jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar jumlah umbi

per rumpun tanaman (Solanum tuberosum L.) disajikan

pada Tabel 13.

Tabel 13. Rerata jumlah umbi per rumpun umur 95 HST

Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat

umbi terhadap jumlah umbi per rumpun (Solanum

tuberosum L.)

Umur (HST)

Jarak Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

Page 7: PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 61

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

................. knol ................

95

j1 17,80 ab 27,33 bc 30,40 e

A D E

j2 15,55 a 24,33 bc 28,47 e

A B E

j3 14,20 a 21,60 ab 25,80 c

A A B

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan

uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan

bahwa berat umbi kentang per rumpun tanamankentang

setelah melewati masa pertumbuhan vegetatif dan

dilakukan pemanenan pada umur (95 HST) menunjukan

hasil yang sangat baik.Dimana dapat diketahui terdapat

interaksi antara pemberian variasi jarak tanam dan berat

umbi terhadap hasil berupa jumlah umbi per rumpun

tanaman kentang pada 95 HST, yang menunjukkan

pengaruh yang nyata.

Ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan

umbi, yaitu faktor dalam dan faktor lingkungan. Faktor

dalam terdiri atas hormon tumbuh dan metabolisme

karbohidrat, sedangkan faktor lingkungan terdiri atas

panjang hari, suhu, kelembaban, dan dan unsur hara.

Pupuk hayati dan pupuk kandang ayam selain mampu

memperbaiki sifatkimia tanah yang mampu

menyumbangkan unsur hara makro dan mikro ternyata

mengandung bakteri yang mampu menghasilkan hormon

pertumbuhan seperti asam indol asetat (IAA) dan asam

indol butirat (IBA) sehingga berpengaruh terhadap

pembentukan dan petumbuhan umbi kentang(Balai Besar

Litbang Sumber Daya LahanPertanian, 2006).

Produksi umbi kentang dipengaruhi oleh

pertumbuhan bagian tanaman di atas permukaan tanah,

diantaranya yaitu jumlah batang, lebar kanopi daun, luas

daun dan tinggi tanaman. Pada tanaman kentang dengan

ukuran kerapatan yang semakin rapat dimana , setiap

batang di atas permukaan tanah mempunyai potensi untuk

menghasilkan umbi. Hal ini dikarenakan umbi kentang

merupakan perubahan bentuk dari batang. Sehigga

semakin banyak jumlah batang maka kemungkinan

tanaman tersebut mempunyai jumlah umbi yang banyak.

Hasil penelitian Maris (1988) menyebutkan bahwa

terdapat korelasi positif antara karakter jumlah batang

dengan karakter-karakter lainnya, yaitu tinggi tanaman,

tipe haulm, jumlah umbi dan hasil umbi. Semakin banyak

jumlah batang maka semakin banyak juga jumlah umbi.

Konsekuensi dari jumlah umbi yang banyak adalah

ukuran umbi yang kecil, karena terjadi kompetisi fisiologi

antar tanaman (Allen, 1972).

Ukuran umbi yang digunakan sebagai bibit

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah

batang. Semakinbesar umbi bibit yang digunakan, maka

batang juga semakin banyak. Hal ini disebabkan umbi

yang berukuran besar biasanya mempunyai mata yang

lebih banyak. Mata umbi ini yang nantinya akan tumbuh

menjadi batang (Permadi, 1989). Menurut penelitian

Angelia et al (2009) menunjukan bahwa tunas yang

berkembang menjadi batang menghasilkan jumlah dan

besar umbi. Semakin besar ukuran umbi maka jumlah

batang semakin banyak dan jumlah umbi yang dihasilkan

akan semakin banyak pula dengan ukuran yang semakin

kecil. Hal ini di dukung pula oleh penelitian Sutapradja

(2008) menyatakan penggunaan umbi yang berukuran

besarakan menghasilkan umbi yang berukuran kecil.

Tunas yang banyak akan menghasilkan ukuran umbi yang

relatif kecil-kecil, sedangkan tunas yang sedikit akan

menghasilkan ukuran umbi yang relatif besar.

Menurut Burton (1981), untuk mendapatkan hasil

yang maksimum tanaman kentang membutuhkan suhu

optimum yang relatif rendah, terutama untuk

pertumbuhan umbi, yaitu 15,6 sampai 17,8 oC dengan

suhu ratarata 15,5 oC. Dengan penambahan suhu 10

oC,

respirasi akan bertambah dua kali lipat.

Berat Umbi Kentang Per Rumpun

Berdasarkan hasil sidik ragam berat umbi kentang

per rumpun pada umur 95 HST menunjukkan bahwa jarak

tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh

nyata terhadap berat umbi kentang per rumpun, demikian

pula interaksi antara keduanya. Pengaruhpemberian

variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap berat umbi

kentang per rumpun (Solanum tuberosum L.) disajikan

pada Tabel 14.

Tabel 14. Rerata berat umbi kentang per rumpun umur 95 HST

Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat

umbi terhadap berat umbi kentang per rumpun

(Solanum tuberosum L.)

Umur

(HST)

Jarak

Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

...............kg .................

95

j1 0,15 ab 0,18 bc 0,26 d

A B D

j2 0,13 a 0,20 c 0,23 d

A C D j3 0,16 ab 0,18 bc 0,23 d

A B D

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada

baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan

uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan

bahwa berat umbi kentang per rumpun tanamankentang

setelah melewati masa pertumbuhan vegetatif dan

dilakukan pemanenan pada umur (95 HST) menunjukan

hasil yang sangat baik.Dimana dapat diketahui terdapat

interaksi antara pemberian variasi jarak tanam dan berat

umbi terhadap hasil berupa jumlah umbi per rumpun

tanaman kentang pada 95 HST, yang menunjukkan

pengaruh yang nyata.

Penggunaan jarak tanam pada dasarnya adalah

berusaha memberikan kemungkinan tanaman untuk

tumbuh dengan baik tanpa mengalami persaingan antar

sesamanya. Menurut Harjadi (1983) bahwa jarak tanam

mempengaruhi populasi tanaman dan efisiensi

penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi di

antara tanaman dalam menggunakan unsur hara, air,

oksigen dan karbon dioksida. Hal ini terbukti dengan hasil

percobaan yang menunjukkan bahwa pada jarak tanam

Page 8: PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 62

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

yang semakin rapat J1 (70cm x 20cm) dengan ukuran

umbi yang semakin besar J3 (1,5 g), bobot umbi per

rumpun yang dihasilkan memperlihatkan bobot hasil

pertanaman yang lebih baik dibandingkan dengan jarak

tanam yang lebih lebar dan dengan ukuran umbi yang

semakin kecil. Selain jarak tanam di duga terdapat

korelasi hubungan antara jarak tanam dan pertumbuhan

yang dapat menentukan hasil umbi per rumpun, hubungan

pengaruh kerapatan penanaman adalah pembentukan

kanopi daun yang saling bertemu di antara tanaman satu

dengan yang lain. Temperatur tanah yang lebih sejuk juga

akan mengoptimalkan pertumbuhan umbi yang terbentuk

di dalam tanah (Sutapradja, 2008).

Ukuran umbi yang digunakan sebagai bibit

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah

batang. Semakinbesar umbi bibit yang digunakan, maka

batang juga semakin banyak. Hal ini disebabkan umbi

yang berukuran besar biasanya mempunyai mata yang

lebih banyak. Mata umbi ini yang nantinya akan tumbuh

menjadi batang (Permadi, 1989).

Dari satu mata umbi bisa menghasilkan lebih dari

satu batang tanaman yang tidak terlalu tinggi mempunyai

keuntungan dalam perawatannya, yaitu tidak

membutuhkan wus dan mengurangi volume semprot

pestisida. Namun, tanaman yang tinggi kemungkinan

mempunyai luasan dam yang lebih luas dibanding

tanaman yang pendek. Sampai batas tertentu,

penambahan luas dam diikuti dengan penambahan bobot

umbi (Radley et al, 1961), sehingga dimungkinkan

tanaman dengan permukaan daun yang luas, bobot umbi

yang dihasilkan meningkat. Tinggi tanaman menurut

Maris (1988) berkorelasi positif dengan jumlah umbi dan

berat rata-rata umbi. Ini berarti semakin tinggi tanaman

kentang maka umbi yang dihasilkan akan semakin banyak

dan berat umbi rata-ratanya meningkat. Karakter hasil

termasuk dam karakter kuantitatif yang sangat

dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh. Hasil penelitian di

beberapa daerah menunjukkan daya hasil varietas Granola

tidak selalu tetap. Seperti di Pengalengan pada tahun

2001, daya hasil varietas Granola mencapai 34.2 t ha-1

(Kusmana, 2004), tetapi di Batur, Banjarnegara pada

tahun yang sama pada musim kemarau yang panjang,

produksinya hanya 17.2 t ha-1 (Basuki, 2005). Adanya

serangan penyakit juga mempengaruhi hasil umbi.

Berat Umbi Kentang Per Petak

Berdasarkan hasil sidik ragam berat umbi kentang

per petak pada umur 95 HST menunjukkan bahwa jarak

tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh

nyata terhadap berat umbi kentang per petak, demikian

pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian

variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap berat umbi

kentang per petak disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Rerata berat umbi per petak umur 95 HST Pengaruh

pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap

berat umbi kentang per petak (Solanum tuberosum L.)

Umur

(HST)

Jarak

Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

................... kg ...............

95 j1 6,60 b 8,68 c 11,51 d

Umur

(HST)

Jarak

Tanam

Berat Umbi

b1 b2 b3

B C D

j2 5,21 ab 7,43 b 8,23 c

A B C

j3 0,16 ab 0,18 bc 0,23 d

A B D

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang

sama menunjukkan berbeda tidak nyata

berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Tabel 15 memperlihatkan bahwa terdapat interaksi

antara variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap berat

umbi kentang per petak dimana pada perlakuan j1b3

(11,51 kg) memperlihatkan berat umbi kentang per petak

terbaik, sedangkan berat terendah diperlihatkan oleh

perlakuan j3b1 (4,44 kg).

Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan

bahwa berat umbi kentang per petak pada

tanamankentang setelah melewati masa pertumbuhan

vegetatif dan dilakukan pemanenan pada umur (95 HST)

menunjukkan hasil yang sangat baik.Dimana dapat

diketahui terdapat interaksi antara pemberian variasi jarak

tanam dan berat umbi terhadap hasil berupa berat umbi

kentang per petak pada tanaman kentang pada 95 HST,

yang menunjukkan pengaruh yang nyata.

Adanya interaksiperlakuan jarak tanam dengan

berat umbi yang berbedanyataterhadap seluruh peubah

yang diamati. Hal inimenunjukkanbahwa terdapat

interaksiperlakuanantara pemberian variasi jarak tanam

dan berat umbi berbeda yang memberikan

pengaruhterhadappertumbuhan dan hasil umbi kentang

dimana menurut sutapradja (2008)

Menurut penelitian Fattullah dan Asandhi (1992)

menyatakan bahwa jika semakinrapat jarak tanaman yang

digunakan maka laju pertumbuhan tinggi tanaman

semakin tinggi dengan kanopi daun yang semakin rapat,

penggunaan jarak tanam dapat berpengaruh terhadap

naungan daun yang rapat hal ini menyebabkan lembabnya

media tanam dan penyerapan unsur hara lebih fokus

terhadap umbi yang dihasilkan.

Ukuran umbi berpengaruh nyata terhadap hasil

panen kentang. Semakin baik pertumbuhan tanaman ada

kecenderungan akan menghasilkan umbi dengan ukuran

yang lebih besar karena produksi tanaman sangat

ditentukan pada fase pertumbuhan vegetatif (Khalafalla,

2001). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Susanto

(1999) menyatakan pertumbuhan tanaman yang bagus

dapat mempercepat pembentukan umbi dan akhirnya

produksi yang dihasilkan juga baik. Akan tetapi menurut

Nonnecke (1989), jika selama perkembangan umbi terjadi

cekaman suhu yang tinggi, umbi yang dihasilkan akan

berbentuk abnormal karena terjadi pertumbuhan baru dari

umbi yang telah terbentuk sebelumnya yang disebut

pertumbuhan sekunder (retakan-retakan pada umbi,

pemanjangan bagian ujung umbi, dan kadang-kadang

terjadinya rangkaian umbi). Pertumbuhan dan hasil

tanaman kentang juga sangat dipengaruhi oleh curah

hujan dan penyebarannya selama masa pertumbuhan

(Ress, 2004).

Page 9: PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 63

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Jarak tanam 70cm x 20cm (j1)memberikan pengaruh

yang terbaik terhadap parameter tinggi tanaman pada

umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daunpada 84

HST (51,38cm), jumlah umbi kentang per rumpun

pada 84 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun

pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per petak pada

84 HST (11,51kg).

2. Berat umbi terbesar 1,5 g (b3) memberikan pengaruh

yang terbaik terhadap parameter tinggi tanaman pada

umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daun pada 84

HST (51,38cm), jumlah umbi kentang per rumpun

pasda 95 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun

pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per petak pada

95 HST (11,51kg).

3. Terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam 70 cm

x 20 cm dan berat umbi 1,5 g memberikan hasil

tertinggi terhadap semua parameter yang diamati

Saran

Berdasarkan simpulan diatas maka dapat

disarankan sebagai berikut :

1. Dapat digunakan jarak tanam 70 cm x 20 cm dengan

menggunakan berat umbi 1,5 g untuk mendapatkan

pertumbuhan vegetatif dan hasil benih kentang

(Solanum tuberosum L.) generasi dua varietas Granola

yang lebih baik.

2. Perlu dilakukan penelitianlebih lanjutdengan

menggunakan beberapa varietas dan pada generasi

yang lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Allen, HB & Campbell, RN. 1972. A Focused, Efficient

Method to Relate Composition Correction to

Teaching Aims in Teaching English As a Second

Language,New Delhi: Tata McGraw Hill.

Asandhi A. A, dan Hermanto, 1993. Pengaruh Ukuran

Bibit dan Jarak Tanam terhadap Produksi Umbi

Mini Tanaman Kentang Kultivar Knebbec.

Bul.Penel.Horti. XXII (2): 12-18.

Asandhi, A.A. 1992a. Research and development

program for potato in Indonesia. Paper presented

in AARD-CIP meeting. Bogor, 30 January 1992.

Indonesia. 12 pp.

Asandhi, A.A. 1992b. Perbaikan Sistem Produksi Bibit

untuk Menunjang Peningkatan Produksi dan Mutu

Kentang. Makalah pada Pidato Pengukuhan Ahli

Peneliti Utama Bidang Budidaya Tanaman, Bogor,

Oktober 1992. 28 hal.

Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. 2006.

Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Agro inovasi.

Bogor. 313 hal.

Basuki, R.S, Kusuma, dan A. Dimyati. 2005. Analisis

Daya Hasil Mutu dan Respon Pengguna Terhadap

Klon 380584.3, TS-2, FBA-4, I-1085, dan MF-11

Sebagai Bahan Baku Keripik Kentang. 1. Hort.

15(3) : 160-170.

BPSHarjadi. 1979. Pengantar Agronomi . Gramedia,

Jakarta. 2009. Statistik Tanaman Sayuran

Semusim Indonesia. Badan Pusat Statistik.

Burton, W.G. 1981. Challenges for stress physiology in

potato. Am. Potato J. 58 : 3-14.

Fatullah D dan A. A. Asandhi. 1992. Jarak Tanam dan

Pemupukkan N pada Tanaman Kentang Dataran

Medium. Bul. Penel. Hort. XXIII(1):117-123.

Hidayat, I. M. 2011. Produksi Benih Sumber (G0)

Beberapa Varietas Kentang dari Umbi Mikro.

Jurnal Hortikultura. Vol. 21. No.3.

Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra

Alam Lestari. PT Surya Pratama

Alam.Yogyakarta.

Karjadi, A K. 1990. Pengaruh Jumlah dan Kerapatan

Umbi Mini Kentang Terhadap Produksi Umbi

Bibit. Bul. Penel. Hortikultura.

Karjadi, A. K. 1996. Perbaikan Sistem Pembibitan

Kentang Melalui Kultur Jaringan dan Teknik

Perbanyakan Cepat. Lembang – Bandung:

BalaiPenelitian Tanaman Sayuran.

Khalafalla, A.M. 2001. Effect of Plant Density and Seed

Size on Growth and Yield of Solanum Potato in

Khartoum State, Sudan. African Crop Science

Journal. 9 (1) : 77-82.

Kusmana dan R.S. Basuki. 2004. Produksi dan Mutu

Umbi Klon Kentang dan Kesesuaiannya Sebagai

Bahan Baku Kentang Goreng dan KeripikKentang.

J.Hort. 14(4):246-252.

Lakitan, B., 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan

Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Nainggolan, P. Sudjoko Sudjiyo; dan Sabari. 1992.

Pertumbuhan Hasil dan Mutu Beberapa Varietas

Kentang Asal Introduksi. Bul. Hort. XXIV (2) 67-

71.

Nonnecke, L.I. 1989. Vegetable production. Van

Norstrand. Reinhold. Canada p. 175-200.

Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik

Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang

(Solanum tuberosum L.). Paper ilmiah Anatomi

dan Fisiologi Vol. XV, No. 2.

Permadi, A. H., A. Wasito dan E. Sumiati. 1989.

Morfologi dan Pertumbuhan Kentang. Balai

Penelitian Hortikultura, Lembang.

Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa.

Bandung.

Page 10: PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak 64

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Ress, H.M. 2004. Hydroponic Food Production.

Woodridge Press, Santa Barbara, California.

Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB

Press. Bandung.

Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995.Analisis

Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Susanto, A. 1999. Pengaruh Umur Simpan Umbi dan

Ukuran Umbi terhadap Produksi Kentang. Skripsi.

A'an Susanto. Institut Pertanian Bogor. Kota

Bogor. 43 hal.

Sutapradja, H. 2008. Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran

Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Kentang Varietas Granola untuk Bibit. Jendral

Hortikultura. Hal 18.