PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS...
-
Upload
dangnguyet -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS...
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP RESTATEMENTLAPORAN
KEUANGAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Tasya Chasanah Marpid
NIM: 1112082000015
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP RESTATEMENTLAPORAN
KEUANGAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Tasya Chasanah Marpid
NIM: 1112082000015
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Azzam Jassin
NIP. -
Pembimbing II
Husnul Khotimah, SE, MS.Ak
NIP.-
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 09 Agustus 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Tasya Chasanah Marpid
2. NIM : 1112082000015
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris
Independen, Independensi Komite Audit dan Kualitas
Audit Terhadap Restatement Laporan Keuangan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Agustus 2016
1. Ismawati Haribowo,SE.,M.Si
NIP. 19800909 201411 2 003
()
Penguji 1
2. Fitri Yani Jalil,SE.,M.Sc.
NIDN. 2004068701
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Indetitas Pribadi
Nama : Tasya Chasanah Marpid
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 3 Mei 1994
Alamat Rumah : Blok UE 2 No. 31 RT. 02 RW. 27, Perumahan
Dasana Indah, Tangerang
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Orang Tua : Ayah : Marpid
: Ibu : Iin Nurilawati
Email : [email protected]
B. Pendidikan
1. SDN Kampung Bambu III (Tahun 2000-2006)
2. SMP PGRI 400 Tangerang (Tahun 2006-2009)
3. SMAN 15 Tangerang (Tahun 2009-2012)
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Tahun 2012-2016)
C. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Majalah Sekolah SMAN 15 Tangerang (Tahun 2010)
2. Anggota Karya Ilmiah Remaja SMAN 15 Tangrang (Tahun 2011)
vii
The Affect of Firm Size, Independent Board of Company’s,
Independency of Audit Committee and Audit Quality toward
Financial Restatement
By: Tasya Chasanah Marpid
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of firm size,
independent board of company’s, independency of audit committee and audit
quality on the financial restatement.
This study used secondary data with manufacturing companies listed in
the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2011-2014. The sampling method used to
draw the sample is purposive sampling. Sample contained from 19 restate
companies and 14 non-restate companies. The analiytical method used logistic
regression.
The results showed that audit quality negative effect the financial
restatement. Independency of audit committee positive effect the financial
restatement. Firm size and independent board of company’s did not effect the
financial restatement.
Keywords: Agency theory, firm size, independent board of company’s,
independency of audit committee and audit quality and the financial
restatement.
viii
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP RESTATEMENT LAPORAN
KEUANGAN
Oleh: Tasya Chasanah Marpid
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh ukuran perusahaan,
dewan komisaris independen, independensi komite audit dan kualitas audit
terhadap restatement laporan keuangan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan populasi perusahaan
manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.
Metode pengambilan sampel yang digunakan untuk mengambil sampel penelitian
ini adalah purposive sampling, dimana sampel terdiri dari 19 perusahaan yang
melakukan restatement laporan keuangan dan 14 perusahaan yang tidak
melakukan restatement laporan keuangan. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis regresi logistik.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh
negatif terhadap restatement laporan keuangan. independensi komite audit
berpengaruh positif terhadap restatement laporan keuangan. Ukuran perusahaan
dan dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap restatement laporan
keuangan.
Kata kunci:
Agency theory, ukuran perusahaan, dewan komisaris independen,
independensi komite audit, kualitas audit dan restatement laporan
keuangan.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT.Yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
lancar. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam
menjalankan ajaran-ajarannya.
Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini.Di
samping itu, penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat
jauh dari nilai sempurna.Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi kelemahan
dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.Inilah hasil kerja maksimal yang
dapat penulis berikan.Pada kesempat ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat, nasihat, doa dan
dukungannya dalam berbagai hal.
2. Kakak-kakak dan adik-adik yang telah memberikan semangat, dukungan,
bantuan dan doa.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi.
6. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan dan ilmu
pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhir
skripsi ini bisa terselesaikan.
7. Ibu Husnul Khotimah, SE., Ms., Ak. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan dan ilmu
pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhir
skripsi ini bisa terselesaikan.
x
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada
penulis selama perkuliahan.
9. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus
segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10. Djalinus Rosidi yang selalu memberikan dukungan, semangat dan bantuan.
11. Sahabat yang telah meluangkan waktu untuk berbagi segalanya. Haifa, Rini,
Laila, Opi, Nova, Muthia, Anin, Desi, Lidiyna dan Naya.
12. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu dan memberikan inspirasi bagi penulis.
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun
pembaca umumnya.
Jakarta, 10 Agustus 2016
Tasya Chasanah Marpid
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH........................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... vi
ABSTRACK..................................................................................................... vii
ABSTRAK...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR.................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 12
A. Tinjauan Literatur............................................................................... 12
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ................................................. 12
2. Laporan Keuangan......................................................................... 14
3. Restatement Laporan Keuangan.................................................... 17
4. Ukuran Perusahaan........................................................................ 21
5. Dewan Komisaris Independen....................................................... 23
6. Independensi Komite Audit........................................................... 25
7. Kualitas Audit................................................................................ 28
B. Penelitian Terdahulu.......................................................................... 31
C. Kerangka Pemikiran........................................................................... 40
D. Hipotesis............................................................................................. 41
1. Ukuran Perusahaan terhadap Restatement Laporan
Keuangan.................................................................................
41
xii
2. Dewan Komisaris Independen terhadap Restatement
Laporan Keuangan..................................................................
42
3. Independensi Komite Audit terhadap Restatement Laporan
Keuangan................................................................................. 43
4. Kualitas Audit terhadap Restatement Laporan
Keuangan................................................................................. 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 47
A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 47
B. Metode Penentuan Sampel................................................................. 47
C. Metode Pengumpulan Data................................................................ 48
D. Metode Analisis Data......................................................................... 49
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian.................................................. 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 60
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian....................................... 60
1. Deskripsi Objek Penelitian............................................................ 60
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian...................................................... 64
1. Statistik Deskriptif......................................................................... 64
2. Hipotesis Penelitian....................................................................... 65
BAB V PENUTUP......................................................................................... 78
A. Kesimpulan......................................................................................... 78
B. Saran .................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 80
LAMPIRAN.................................................................................................... 85
xiii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu .......................................................... 32
3.1 Operasional Variabel Penelitian............................................................ 59
4.1 Proses Seleksi Sampel Dengan Kriteria................................................ 61
4.2 Sampel Perusahaan Manufaktur............................................................ 63
4.3 Statistik Deskriptif................................................................................. 65
4.4 Uji Multikolinieritas............................................................................... 67
4.5 Menilai Keseluruhan Model.................................................................. 68
4.6 Koefisien Determinasi........................................................................... 69
4.7 Menguji Kelayakan Model Regresi....................................................... 69
4.8 Matriks Klasifikasi................................................................................. 70
4.9 Koefisien Regresi Logistik.................................................................... 71
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran.................................................................. 40
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2011-2014...... 40
2 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur 2011-2014............................... 95
3 Variabel Penelitian................................................................................. 96
4 Hasil Output SPSS................................................................................. 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan yang telah go public wajib untuk menerbitkan laporan
keuangan maupun laporan tahunan setiap tahun. Hal ini sesuai dengan
peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No.X.K.2, lampiran
keputusan ketua Bapepam No. Kep-346/BL/2011 mengenai penyampaian
laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik, tertulis bahwa setiap
perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib
menyampaikan laporan keuangannya ke Bapepam dan diumumkan kepada
masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah laporan keuangan
tahunan. Laporan keuangan merupakan gambaran dari kinerja, arus kas dan
posisi laporan keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu.Penyajian
laporan keuangan dilakukan secara berkala setiap akhir periode.Tujuan
laporan keuangan adalah menunjukkan kinerja, kemampuan dan kekayaan
yang dimiliki perusahaan kepada para pihak yang menggunakan laporan
keuangan perusahaan.
Laporan keuangan yang wajib disajikan oleh perusahaan antara lain
laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi
keuangan (neraca), laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan yang dibuat harus memenuhi karakteristik kualitatif
informasi dalam laporan keuangan. Menururt Kieso et al. (2011), terdapat 6
hal dalam karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan, yaitu
2
relevansi (relevance), penggambaran jujur/apa adanya (faithful reprentation),
dapat dibandingkan (comparability), dapat diverifikasi (verifiability), tepat
waktu (timeliness) dan dapat dipahami (understandability). Untuk mendukung
tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik, maka diperlukan adanya
aturan (regulasi) yang dibuat oleh profesi (dewan pembuat standar) dan
Pemerintah (Saputri, 2012).
Jika perusahaan melakukan kesalahan dalam penyajian laporan
keuangan, maka perusahaan diwajibkan untuk mengoreksi dan menyajikan
kembali (restatement) laporan keuangan setelah koreksi tersebut. Restatement
laporan keuangan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan kurang baik.
Sebuah restatement yang mengakibatkan jumlah aset menurun sering
membuat turunnya kepercayaan investor dan menyebabkan harga saham
menurun (Kusumo, 2014).
Berdasarkan PSAK No. 25(revisi 2012) mengenai kebijakan akuntansi,
perubahan estimasi akuntansi dan kesalahan, terdapat tiga faktor yang dapat
menyebabkan perusahaan melakukan restatement laporan perusahaan,
diantaranya perubahan estimasi akuntansi (changes in accounting estimates),
kesalahan mendasar (fundamental errors) dan perubahan kebijakan akuntansi
(changes in accounting policies). Terjadinya restatement laporan keuangan
dapat disebabkan oleh faktor material maupun non material. Untuk mencegah
terjadinya restatement laporan keuangan, perusahaan harus menerapkan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance-GCG).
3
Beberapa perusahaan di Indonesia pernah mengalami earnings
restatement.PT Kimia Farma diwajibkan melakukan restatement atas laba
yang telah disajikan dalam laporan keuangannya. Hal tersebut terjadi setelah
Kementerian BUMN dan Bapepam melakukan pemeriksaan laporan keuangan
perusahaan dan terungkap bahwa PT Kimia Farma menyajikan laba yang lebih
tinggi dari laba yang sebenarnya dengan cara menggelembungkan nilai harga
pada daftar persediaan sehingga menimbulkan overstated (Tempo,2002).
Kantor Akuntan Publik (KAP) Hans Tuanakotta dan Mustofa yang menangani
kasus ini telah mengikuti standar akuntansi yang berlaku, tetapi gagal
mendeteksi kecurangan tersebut.Akibat restatement ini, pemerintah
melakukan divestasi saham PT Kimia Farma.
Kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma memperlihatkan bahwa
ukuran perusahaan dapat memengaruhi terjadinya restatement laporan
keuangan. Suatu ukuran perusahaan dapat menentukan baik atau tidaknya
kinerja dari perusahaan tersebut (Novianti, 2012).Selain itu, ukuran
perusahaan dan klasifikasi industri perusahaan merupakan karakteristik
perusahaan yang dapat mengkontribusi akan terjadinya kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan perusahaan pada saat pertama kali disajikan
(Santioso et al., 2011).
Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar atau
kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dari beberapa
aspek, misalnya aset yang dimiliki perusahaan, total penjualan perusahaan
dalam suatu periode, jumlah karyawan yang digunakan untuk melakukan
4
aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham perusahaan yang beredar.
Ukuran perusahaan dibagi menjadi tiga, yaitu perusahaan besar, perusahaan
menengah dan perusahaan kecil (Machfoedz, 1994 dalam Suwito dan
Herawaty, 2005).Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki
transaksi-transaksi yang lebih rumit, kondisi tersebut memberikan pengaruh
terhadap proses audit dalam memastikan kelayakan informasi yang disajikan
oleh perusahaan kepada para pemakai informasi tersebut (Santioso et al.,
2011). Untuk mencegah adanya hal tersebut, perusahaan sebaiknya
menerapkan prinsip GCG.
Penerapan prinsip GCG dapat meminimalisir terjadinyarestatement
laporan keuangan pada suatu perusahaan. Menerapkan prinsip GCG dilakukan
agar proses operasional perusahaan berjalan secara efektif. Menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance-KNKG(2006), terdapat lima asas dalam
menerapkan GCG diantaranya keterbukaan (transparant), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi
(independency) serta kesetaraan dan kewajaran (fairness).Karateristik dalam
prinsip GCG memengaruhi terjadinya restatement laporan keuangan
(Kusumo dan Meiranto, 2014).
Terdapat beberapa karakteristik dalam prinsip GCG.Dewan komisaris
merupakan salah satu karakteristik dalamprinsip GCG. Keberadaan dewan
komisaris dalam suatu perusahaan memiliki tugas untuk mengawasi kinerja
perusahaan dalam mengelola kekayaan yang dimiliki. Dewan komisaris dalam
perusahaan harus terdiri dari komisaris independen dan komisaris yang
5
terafiliasi (KNKG, 2006). Keberadaan dewan komisaris independen sangat
penting dalam menjalankan tugas pengawasannya agar lebih objektif dan tidak
terpengaruhi apapun. Independensi pada dewan komisaris sangat diperlukan,
agar dalam menjalankan tugasnya sebagai dewan komisaris tidak dipengaruhi
oleh tekanan ataupun kepentingan tertentu, sehingga tidak memengaruhi
profesionalismenya. Pengawasan efektif yang dilakukan dewan komisaris,
diharapkan mampu meminimalisir terjadinya kecurangan dan kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan, sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan.
Selain pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris, pengawasan
yang dilakukan oleh komite audit juga dapat memengaruhi kualitas laporan
keuangan. Komite audit juga termasuk salah satu karakteristik prinsip GCG.
Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang
tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari
manajemen (Arens et al., 2012). Komite audit bertanggung jawab atas laporan
keuangan, tata kelola perusahaan dan pengendalian terhadap perusahaan.
Dalam menjalankan tugasnya, komite audit harus memastikan bahwa
perusahaan telah mematuhi semua peraturan yang berlaku dan menjalankan
operasionalnya secara etis dan bermoral. Komite audit dipilih oleh dewan
komisaris dan memiliki tanggung jawab terhadap dewan komisaris.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuristisia dan Lukviarman (2008)
menyebutkan bahwa keberadaan komite audit memengaruhi terjadinya
restatement laporan keuangan.
6
Menurut KNKG, komite audit harus dipimpin oleh komisaris
independen dan setidaknya dua orang anggota. Independensi merupakan salah
satu karakteristik dari komite audit. Sikap independensi komite audit sangat
dibutuhkan agar proses pengawasan yang dilakukannya dapat berjalan dengan
efektif, sehingga mampu membantu tugas dan tanggung jawab dewan
komisaris. Dengan adanya independensi komite audit, diharapkan mampu
mengawasi proses dan hasil dari audit internal dan eksternal perusahaan
sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dan kecurangan dalam
penyusunan laporan keuangan perusahaan. Rani (2011) menyebutkan bahwa
independensi komite audit berpengaruh terhadap earnings restatement.
Selain pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris dan komite
audit, perusahaan juga memerlukan adanya auditor eksternal untuk menilai
apakah laporan keuangan perusahaan terdapat salah saji ataupun terdapat
kecurangan dalam proses pembuatannya. Auditor eksternal merupakan pihak
ketiga independen yang melakukan pengawasan atas kinerja manajemen
melalui laporan keuangan. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi
yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi (Praptitorini dan Januarti,
2007). Kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan proksi ukuran KAP,
karena diasumsikan akan berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan
oleh auditornya (I Guna dan Herawaty, 2010). Schmidt dan Wilkins (2011)
dan Francis et al. (2012) menyebutkan bahwa kualitas audit memiliki
pengaruh terhadap restatement laporan keuangan.
7
Penelitian mengenai ukuran perusahaan terhadap restatement laporan
keuangan telah dilakukan olehSantioso et al. (2011) serta Puspitasari dan
Januarti (2014).Hasil penelitian Santioso et al. (2011) menunjukkan
bahwaantara ukuran perusahaan memiliki korelasi terhadap terjadinya
restatement laporan keuangan suatu perusahaan. Namun, penelitian yang
dilakukan Puspitasari dan Januarti (2014) menunjukkan hasil yang berbeda,
yakni ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya restatement
laporan keuangan suatu perusahaan.
Pengujian terkait dewan komisaris independen terhadap restatement
laporan keuangan telah dilakukan olehSantioso et al. (2011), Yuristisia dan
Lukviarman (2008), Puspitasari dan Januarti (2014) serta Kusumo dan
Meiranto (2014). Hasil penelitian Santioso et al. (2011) serta Yuristisia dan
Lukviarman (2008) menunjukan bahwa dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap restatement laporan keuangan.Namun, penelitian yang
dilakukan Puspitasari dan Januarti (2014) serta Kusumo dan Meiranto (2014),
menunjukan hasil yang berbeda yaitu tidak adanya pengaruh dewan komisaris
independen terhadap restatement laporan keuangan.
Pengujian terkait independensi komite audit terhadap restatement
laporan keuangan telah dilakukan oleh Rani (2011) dan Carcello et al (2010).
Hasil penelitian Rani (2011) menunjukkan bahwa independensi komite audit
berpengaruh terhadap keterjadian restatement.Namun, penelitian yang
dilakukan Carcello et al (2010), menunjukan hasil yang berbeda
8
yaituindependensi komite audit tidak berpengaruh terhadap restatement
laporan keuangan.
Selain itu, pengujian terkait kualitas audit terhadap restatement laporan
keuangan telah dilakukan oleh Francis et al. (2012) serta Schmidt dan Wilkins
(2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh
terhadap restatement laporan keuangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dan pengujian
kembali terkait dengan ukuran perusahaan, dewan komisaris independen,
indepensi komite audit, kualitas audit dan restatement laporan keuangan.
Maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan
Komisaris Independen, Independensi Komite Auditdan Kualitas Audit
terhadap Restatement Laporan Keuangan”. Penelitian ini merupakan studi
empiris pada perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di BEI pada
periode 2011-2014.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
olehPuspitasari dan Januarti (2014), Kusumo dan Meiranto (2014), Francis et
al. (2012), Santioso et al. (2011), Schmidt dan Wilkins (2011), Rani (2011),
Carcello et al. (2010) serta Yuristisia dan Lukviarman (2008).Adapun
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel
independen dan periode peneltiannya. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah
sebagai berikut:
9
a. Variabel independen yang digunakan pada penelitianini adalah ukuran
perusahaan, dewan komisaris independen, independensi komite audit dan
kualitas audit. Variabel-variabel tersebut merupakan kombinasi dari
penelitian sebelumnya.
b. Periode penelitian pada penelitian ini menggunakan data terbaru yaitu
data perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI pada tahun 2011 sampai
2014.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap restatement
laporan keuangan?
2. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
restatement laporan keuangan?
3. Apakah independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap
restatement laporan keuangan?
4. Apakah kualitas audit berpengaruh negatif terhadap restatement laporan
keuangan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
10
1. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap restatement laporan
keuangan.
2. Menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap restatement
laporan keuangan.
3. Menganalisis pengaruh independensi komite audit terhadap restatement
laporan keuangan.
4. Menganalisis pengaruh kualitas audit terhadap restatement laporan
keuangan.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a. Bagi Akademisi dan Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi, bacaan dan
perbandingan mengenai restatement laporan keuangan.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi pihak-
pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik
ini.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana memperluas wawasan
serta menambah referensi mengenai ukuran perusahaan, dewan
komisaris independen, independensi komite audit dan kualitas audit
terhadap restatement laporan keuangan.
11
2. Praktis
a. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pedoman untuk
pengambilan kebijakan dalam hal pencegahan tindakan kecurangan
keuangan dan menjelaskan dampak yang tidak efektif bila perusahaan
melakukan restatement laporan keuangan.
b. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai
unsur-unsur dalam mengevaluasi tata kelola perusahaan yang baik,
sehingga tidak tejadi kesalahan dalam pengambilan keputusan
investasi dimasa mendatang.
c. Bagi Regulator
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan dalam
membuat peraturan yang berkaitan dengan penerapan tata kelola usaha
yang baik dan pencegahan terjadinya restatement laporan keuangan.
d. Bagi Kantor Akuntan Publik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan
pertimbangan untuk mengambil langkah, tindakan maupun kebijakan
yang berkaitan dengan pencegahan tindakan kecurangan keuangan
oleh manajemen, sehingga mencegah terjadinya restatement laporan
keuangan oleh perusahaan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan
menyangkut hubungan kontraktual antara dua pihak yaitu prinsipal dan
agen, dimana pemilik perusahaan atau investor menunjuk agen sebagai
manajemen yang mengelola perusahaan atas nama pemilik. Teori ini
berfokus pada kesejahteraan pemilik perusahaan atau investor yang
dipercayakan kepada manajemen.
Kebutuhan atas informasi keuangan diperlukan untuk pengambilan
keputusan oleh pihak yang berkepentingan. Informasi keuangan diberikan
oleh pihak manajemen selaku agen yang diberi wewenang oleh pemegang
saham selaku prinsipal untuk mengelola perusahaan. Hubungan kerja
antara pihak prinsipal dan agen mengakibatkan timbulnya asimetri
informasi. Hal tersebut dikarenakan pihak agen lebih mengetahui
informasi operasional perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Dengan
adanya asimetri informasi tersebut, dapat menyebabkan manajemen
menutupi informasi yang diketahuinya dengan tujuan untuk
memaksimalkan kepentingan pribadinya. Dengan kondisi tersebut,
manajemen dapat mengatur angka-angka dalam laporan keuangannya. Hal
tersebut dapat saja terjadi karena prinsipal memberikan wewenang
sepenuhnya kepada manajemen untuk mengambil keputusan terkait
13
kegiatan operasional perusahaan. Pemberian wewenang tersebut
menimbulkan kesulitan bagi prinsipal untuk memonitor dan mengontrol
tindakan-tindakan dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh
manajemen. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan
tersebut adalah:
a. Moral hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak
melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak
kerja.
b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-
benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi
sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
Teori keagenan berpandangan bahwa adanya pemisahan antara
manajemen dan pemegang saham yang dapat menyebabkan perbedaan
kepentingan dan berdampak pada penyajian laporan keuangan perusahaan
(Kusumo dan Meiranto, 2014). Dengan demikian diperlukan penerapan
suatu mekanisme yang dapat meminimalisir perbedaan kepentingan antara
pihak manajemen dan pemilik perusahaan atau investor. Penerapan tata
kelola usaha yang baik (Good Corporate Governance-GCG)dapat
digunakan untuk menghilangkan permasalahan keagenan tersebut. Dengan
diterapkannya GCG diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi
semua pihak yang berkepentingan, sehingga tidak akan terjadi konflik
antara manajemen dan pemilik perusahaan atau investor.
14
Selain penerapan GCG, hal yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan dampak dari perbedaan kepentingan terhadap keuangan
perusahaan adalah pihak ketiga yang bersifat independen sebagai mediator
antara dua kepentingan. Pihak ketiga bertugas untuk menilai apakah
terdapat kesenjangan informasi yang dapat mengakibatkan manipulasi
pada laporan keuangan. Auditor merupakan pihak ketiga yang dapat
menjadi mediator antara hubungan manajemen dan pemilik perusahaan
atau investor. Auditor sebagai pihak ketiga dibutuhkan untuk melakukan
pengawasan terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai
dengan kepentingan prinsipal melalui laporan keuangan (Rudyawan dan
Badera, 2009).
Auditor harus mampu menilai dan mendeteksi apakah laporan
keuangan perusahaan telah disajikan sesuai dengan kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan harus
bebas dari kesalahan maupun kecurangan. Auditor harus mampu
mendeteksi hal tersebut agar laporan keuangannya mampu dipercaya dan
perusahaan tidak perlu menyajikan kembali (restatement) laporan
keuangannya yang dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap
kinerja perusahaan.
2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan gambaran dari informasi yang
menyangkut posisi laporan keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan untuk proses
15
pengambilan keputusan. Menurut Kieso et al.(2011: 81), laporan keuangan
adalah pernyataan keuangan yang mencerminkan pengumpulan, tabulasi
dan ringkasan akhir data akuntansi. Selain itu, laporan keuangan juga
dapat didefinisikan sebagai laporan yang disajikan perusahaan yang
mencerminkan seluruh kegiatan, transaksi dan informasi yang terjadi
selama periode tertentu. Tujuan laporan keuangan perusahaan adalah
menunjukkan posisi keuangan perusahaan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan kepada pemakai laporan keuangan, serta menunjukkan kinerja
manajemen selama satu periode atas sumber daya perusahaan yang telah
dikelolanya.
Laporan keuangan perusahaan terdiri dari beberapa jenis laporan
yang menggambarkan kondisi keuangan dan kegitan perusahaan selama
satu periode. Berdasarkan Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) Kep-347/BL/2012, terdapat beberapa bagian dalam laporan
keuangan yang wajib disajikan perusahaan setiap akhir periode, jenis-jenis
laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Laporan posisi keuangan (neraca). Laporan posisi keuangan
merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan, yang
menunjukkan aset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu emiten atau
perusahaan publik pada tanggal tertentu.
b. Laporan laba rugi komprehensif. Laporan laba rugi komprehensif
merupakan laporan yang menyajikan seluruh pos penghasilan dan
16
beban yang diakui dalam suatu periode. Laporan laba rugi
komprehensif terdiri dari dua komponen yaitu:
1) Laba rugi.
2) Pendapatan komprehensif lainnya.
c. Laporan perubahan ekuitas. Laporan perubahan ekuitas adalah laporan
yang menunjukkan perubahan ekuitas emiten atau perusahaan publik
yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau
kekayaan bersih selama periode pelaporan.
d. Laporan arus kas. Laporan arus kas menunjukkan penerimaan dan
pengeluaran kas dalam aktivitas emiten atau perusahaan publik selama
periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan.
e. Catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi
informasi tambahan atas pos yang disajikan dalam laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas,
dan laporan arus kas.
Laporan keuangan merupakan media untuk mengkomunikasikan
kinerja perusahaan atas aset yang dimiliki kepada pihak-pihak luar
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu menyusun laporan
keuangan dengan baik untuk mencapai komunikasi yang baik pula dengan
pihak-pihak luar perusahaan. Untuk dapat menyusun laporan keuangan
dengan baik, diperlukan adanya peraturan yang disusun oleh profesi
(dewan pembuat standar) dan pemerintah. Menurut Kieso et al. (2011),
17
karakteristik kualitatif informasi akuntansi terbagi menjadi dua bagian,
yaitu kualitas fundamental (fundamental qualities) dan kualitas
peningkat/yang meningkatkan (enhancing qualities). Kualitas fundamental
terdiri dari relevansi (relevance) dan penggambaran jujur/apa adanya
(faithful reprentation), sedangkan kualitats peningkat terdiri dari dapat
dibandingkan (comparability), dapat diverifikasi (verifiability), tepat
waktu (timeliness) dan dapat dipahami (understandability). Laporan
keuangan yang dibuat perusahaan harus memenuhi karakteristik tersebut
agar para pihak pengguna laporan dapat percaya bahwa perusahaan telah
menyajikan informasi yang benar dan sesuai dengan kondisi perusahaan.
3. Restatement Laporan Keuangan
Restatement laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai revisi
atas laporan keuangan perusahaan yang sebelumnya telah dipublikasikan.
Restatement laporan keuangan yang mengakibatkan jumlah aset menurun
sering membuat turunnya kepercayaan investor dan menyebabkan harga
saham menurun (Kusumo, 2014).Berdasarkan PSAK No. 25 (revisi 2012)
mengenai kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan
kesalahan, terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan restatement
laporan keuangan, yaitu:
a. Perubahan Estimasi Akuntansi (Changes in Accounting Estimates)
Ketidakpastian mengenai kondisi dan peristiwa di masa
mendatang, mengakibatkan adanya estimasi dalam laporan keuangan
perusahaan. Hal tersebut menyebabkan penyajian laporan keuangan
18
membutuhkan adanya estimasi pada pos-pos tertentu, misalnya
estimasi masa manfaat aset yang disusutkan, estimasi ketertagihan
utang, estimasi jumlah beban garansi dan lain-lain. Kondisi dan
peristiwa di masa mendatang yang tidak dapatdiduga tersebut
membuat perusahaan tidak dapat menghindari adanya perubahan
estimasi. Perubahan estimasi suatu pos dalam laporan keuangan dapat
disebabkan oleh terjadinya peristiwa baru ataupun diperolehnya
informasi baru. Berdasarkan PSAK No. 25 (revisi 2012), perubahan
estimasi diperhitungkan secara prospektif. Dalam metode prospektif,
dampak perubahan harus dimasukkan ke dalam penentuan laba atau
rugi neto tahun berjalan (dan periode-periode mendatang, jika ada) dan
harus dimasukkan ke dalam klasifikasi pos yang serupa.
Selain itu bila perubahan estimasi akuntansi ini memiliki
dampak yang material baik pada periode berjalan maupan periode
mendatang, maka sifat dan dampak dari perubahan estimasi akuntansi
harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Perubahan estimasi yang
mengakibatkan perubahan aset, likuiditas atau terkait salah satu item
pada ekuitas, maka perubahan estimasi akuntansi tersebut harus diakui
menyesuaikan jumlah yang tercatat pada item-item tersebut.
b. Kesalahan Mendasar (Fundamental Errors)
Kesalahan mendasar dapat timbul dalam pengakuan,
pengukuran, penyajian ataupun pengungkapan pada pos-pos dalam
laporan keuangan. Kesalahan mendasar dapat disebabkan beberapa hal,
19
diantaranya kesalahan matematis, penerapan kebijakan akuntansi yang
keliru, kesalahan penafsiran fakta, kekeliruan maupun penipuan.
Kesalahan-kesalahan tersebut mengakibatkan kesalahan material pada
laporan keuangan sehingga mengakibatkan laporan keuangan tidak lagi
reliabel. PSAK No. 25 (revisi 2012)mengatur perbaikan kesalahan atas
kesalahan mendasar. Dalam hal ini, perbaikan kesalahan harus
diperhitungkan secara retrospektif.Dalam metode retrospektif, dampak
kumulatif perbaikan kesalahan dihitung dan dilaporkan sebagai
penyesuaian terhadap saldo awal laba.
c. Perubahan Kebijakan Akuntansi (Changes in Accounting Policies)
Kebijakan akuntansi merupakan prinsip, dasar, ataupun
peraturan yang diterapkan dalam suatu perusahaan dalam hal
penyusunan ataupun penyajian laporan keuangan perusahaan. Dalam
memilih kebijakan akuntansi, PSAK No. 25(revisi 2012) mengatur
bahwa:
1) Apabila ada standar yang secara khusus mengatur tentang suatu
transaksi, peristiwa maupun kondisi lainnya, kebijakan akuntansi
harus ditentukan dengan menerapkan standar tersebut dan
memperhatikan segala petunjuk penerapan terkait.
2) Apabila tidak ada standar tertentu yang secara khusus mengatur
tentang suatu transaksi, peristiwa maupun kondisi lainnya,
manajemen harus menggunakan penilaiannya dalam membuat dan
20
menerapkan kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi
yang:
a) Relevan dengan kebutuhan pembuatan keputusan oleh
pengguna, dan
b) Andal yang artinya laporan keuangan (i) menyajikan hasil dan
posisi keuangan entitas itu secara tepat, (ii) mencerminkan
substansi keekonomian dari peristiwa dan transaksi, bukan
bentuk formalnya saja, (iii) bersifat netral dan tidak
mengandung bias, (iv) terbuka, dan (v) lengkap secara material.
Dalam penerapan kebijakan, perusahaan harus menerapkannya
secara konsisten sehingga para pengguna laporan keuangan dapat
memahami dan membandingkan laporan keuangan selama beberapa
periode untuk mengidentifikasi kinerja, arus kas serta posisi keuangan
perusahaan. Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan
suatu perusahaan bila akan menghasilkan laporan keuangan
perusahaan yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan. Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan melakukan
restatement laporan keuangan. Menurut GAO’s Definition of
Restatement (2006), faktor-faktor yang menyebabkan restatement
laporan keuangan yaitu:
1) Akuisisi dan merger yang tidak sesuai peraturan.
2) Kesalahan dalam mencatat biaya dan perlakuan pajak.
3) Fraud.
21
4) Klasifikasi item yang tidak tepat.
5) Kesalahan akuntansi pada akun-akun investasi, goodwill, aktivitas
restrukturisasi, dan penilaian persediaan.
6) Eror pada pencatatan pengakuan pendapatan
7) Kesalahan akuntansi dalam perlakuan saham, derivatif, dan hal-hal
yang menyangkut surat berharga.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar atau
kecilnya suatu perusahaan. Beberapa parameter yang dapat digunakan
untuk menentukan besar atau kecilnya perusahaan dapat ditentukan
dengan melihat aset yang dimiliki perusahaan, total penjualan perusahaan
dalam suatu periode, jumlah karyawan yang digunakan untuk melakukan
aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham perusahaan yang beredar.
Semakin besar jumlah total aset, penjualan suatu periode, jumlah
karyawan dan jumlah saham berada dalam suatu perusahaan, maka
semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar
perusahaan, kemungkinan datangnya pengaruh dari luar semakin
meningkat (Puspitasari et al., 2014). Jadi, dengan adanya pengaruh
tersebut, kemungkinan perusahaan besar melakukan restatement laporan
keuangan akibat salah saji laporan keuangan masih ada.
Umumnya, skala perusahaan dibagi menjadi tiga bagian
berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan, yaitu perusahaan besar,
perusahaan menengah dan perusahaan kecil. Menurut Machfoedz
22
(1994)dalam Suwito dan Herawaty (2005), penentuan perusahaan
didasarkan pada total aset, sebagai berikut:
a. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih lebih besar dari Rp. 10 miliar termasuk tanah dan bangunan,
serta memiliki penjualan lebih dari Rp. 50 miliar/tahun.
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki
kekayaan bersih Rp. 1 miliarsampai Rp. 10 miliar termasuk tanah dan
bangunan, serta memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp. 1 miliar
dan kurang dari Rp. 50 miliar /tahun.
c. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp. 200 juta termasuk tanah dan bangunan, serta
memiliki hasil penjualan minimal Rp. 1 miliar /tahun.
Selain itu, ketentuan Bapepam No. 11/PM/1997 mengatur
mengenai ukuran perusahaan berdasarkan total aset, yang menyatakan
bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang
memiliki jumlah total aset tidak lebih dari 100 miliar rupiah”. Ukuran
perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan total aset yang dimiliki
perusahaan. Total aset merupakan jumlah keseluruhan kekayaan yang
dimiliki perusahaan dan digunakan untuk mencapai tujuannya. Ukuran
perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan total aset yang dimiliki
23
perusahaan karena nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai
kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan.
5. Dewan Komisaris Independen
Penerapan prinsipGCG salah satunya ditandai dengan dibentuknya
dewan komisaris. Dewan komisaris dalam suatu perusahaan bertugas
melakukan fungsi pengawasan terhadap kinerja manajemen dan
memberikan nasihat kepada dewan direksi jika dipandang perlu. Dewan
komisaris dipilih oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemengang
Saham (RUPS). Komposisi dewan komisaris harus dibuat sedemikian rupa
sehingga proses pengawasan dapat berjalan efektif, tepat, cepat, serta
bertindak secara independen tanpa adanya kepentingan tertentu.
Berdasarkan KNKG (2006), dewan komisaris dalam suatu perusahaan
harus terdiri dari 2 jenis dewan komisaris, yaitu komisaris independen dan
komisaris yang terafiliasi.
Keberadaan dewan komisaris independen sangat diperlukan dalam
mendorong diterapkannya prinsip dan praktik GCG dalam suatu
perusahaan. Dewan komisaris independen dapat diartikan sebagai dewan
komisaris yang tidak memiliki hubungan atau kepentingan apapun dengan
pemegang saham, direksi ataupun komisaris lainnya, sehingga dewan
komisaris ini dapat menjalankan tugasnya secara independen, tanpa ada
pengaruh dari pihak manapun. Menurut FCGI, dewan komisaris
independen memiliki kriteria-kriteria tertentu, yaitu:
24
a. Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen.
b. Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas,
atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan
langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari
perusahaan.
c. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak
dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan
lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam
kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menepati posisi
seperti itu.
d. Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional
perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan
perusahaan tersebut.
e. Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau
pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau
perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain
berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok
atau pelanggan tersebut.
Dewan komisaris independen melakukan fungsi pengawasan agar
dewan komisaris lebih objektif dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena
itu, keberadaan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan
diharapkan lebih efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham
minoritas, serta dapat meningkatkan akuntabilitas dan efektivitas dewan
25
komisaris, terutama dalam hal pengendalian internal, manajemen risiko,
pengungkapan laporan keuangan serta praktik GCG.
6. Independensi Komite Audit
Berdasarkan hukum di Indonesia, perusahaan-perusahaan go public
wajib membentuk komite audit. Komite audit merupakan salah satu
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertugas membantu
dewan komisaris menjalankan tanggung jawab dan wewenangnya. Komite
audit dapat berguna untuk menangani masalah-masalah yang
membutuhkan integrasi dan koordinasi, sehingga permasalahan yang
signifikan dan penting dapat teratasi.
Menurut Arens et al. dalam Auditing dan Jasa Assurance
(2010:112), mendefinisikan komite audit sebagai berikut:
“Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan
yang tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap
independen dari manajemen”.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 45 Tahun
2005 Pasal 72, menyebutkan beberapa tugas dan tanggung jawab yang
sedikitnya harus dilaksanakan oleh anggota komite auditdi
perusahaan,diantaranya:
a. Membantu komisaris/dewan pengawas dalam memastikan efektivitas
sistempengendalian internal dan efektivitas pelaksanaan tugas
auditoreksternal dan auditorinternal.
b. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh
SatuanPengawasan Internal maupun auditor eksternal.
26
c. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem
pengendalian manajemen serta pelaksanaannya.
d. Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap
segalainformasi yang dikeluarkan perusahaan.
e. Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian
komisaris/dewan pengawas serta tugas-tugas komisaris/dewan
pengawas lainnya.
Dalam menjalankan fungsinya pada suatu perusahaan, komite audit
memiliki beberapa tanggung jawab dan tugas terhadap beberapa hal
penting dalam perusahaan. Menurut FCGI (2009:37), terdapat tiga hal
yang mendasar yang merupakan tanggung jawab dan tugas komite audit,
yaitu:
1. Laporan Keuangan (Financial Reporting)
Dalam bidang laporan keuangan, komite audit memiliki tanggung
jawab untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen sesuai dengan kondisi keuangan, hasil usaha, serta rencana
dan komitmen jangka panjang.
2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Dalam bidang tatakelola perusahan, komite audit harus memastikan
bahwa perusahaan telah menerapkan corporate governance sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan
usahanya dengan beretika, melakukan pengawasan secara efektif
27
terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh
karyawan perusahaan.
3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)
Dalam bidang pengawasan perusahaan, tanggung jawab komite audit
termasuk dalam pemahaman mengenai masalah serta hal-hal yang
berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendali internal serta
memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.
Dalam penerapan GCG, komite audit harus dapat memastikan
bahwa perusahaan telah mematuhi segala peraturan-peraturan yang
berlaku dan memastikan perusahaan telah menjalankan kegiatan
operasionalnya secara etis dan bermoral. Oleh karena itu, keberadaan
komite audit diperlukan dalam suatu perusahaan untuk dapat mencapai
tujuannya.
Menurut Surat Edaran Otoritas Keuangan No. 16/SEOJK.05/2014,
komite audit bertugas membantu Dewan Komisaris dalam:
a. Memastikan pengendalian internal dilaksanakan dengan baik.
b. Memastikan pelaksanaan audit internal maupun audit independen
dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku.
c. Memastikan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan satuan kerja
audit internal, auditor independen/ eksternal, dan hasil pengawasan
Otoritas Jasa Keuangan.
d. Memberikan rekomendasi penunjukan calon auditor
independen/eksternal.
28
e. Memastikan kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi
yang berlaku.
Dengan adanya komite audit dalam sebuah perusahaan, maka
aktivitas manajemen dapat diawasi tanpa adanya intervensi dari pihak
manapun karena komite audit bersifat independen (Kusumo dan Meiranto,
2014).Berdasarkan peraturan No. 55/POJK.04/2015 mengenai
pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, komite audit
paling sedikit terdiri dari tiga orang anggota yang berasal dari komisaris
independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik. Menurut
Bapepam dalam Kep-29/PM/2004,independensi dapat diartikan sebagai
pihak dari luar direksi yang tidakmemiliki hubungan usaha dan afiliasi
dengan: (1) perusahaan tercatat, (2) komisaris, (3) direksi dan (4)
pemegang saham utama perusahaan tercatat, danmampu memberikan
pendapat profesional secara bebas sesuai dengan etikaprofesionalnya dan
tidak memihak kepada kepentingan siapapun. Independensi komite audit
sangat diperlukan keberadaannya dalam sebuah perusahaan, karena
dengan adanya komite audit yang independen, proses pengawasan yang
dilakukan oleh komite audit dapat berjalan secara efektif tanpa adanya
kepentingan tertentu.
7. Kualitas Audit
Audit adalah suatu proses yang sistematik untuk memastikan
laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan telah sesuai dengan
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Proses audit harus mampu
29
mendeteksi adanya kesalahan dalampenyajian ataupun kecurangan dalam
laporan keuangan perusahaan, agar laporan keuangan yang disajikan dapat
dipercaya oleh pihak-pihak yang menggunakannya. Oleh sebab itu,
kualitas audit seorang auditor sangat berperan penting, karena sebagai
bentuk penilaian terhadap hasil profesionalisme seorang auditor, terutama
dalam mendeteksi, menganalisis dan melaporkan hasil penemuan audit
terhadap laporan keuangan klien (Wiryadi dan Sebrina, 2013).
Kualitas audit menentukan tingkat kepercayaan para pengguna
laporan keuangan. Menurut De Angelo (1981) dalam Alim et al. (2007),
kualitas audit dapat didefinisikan sebagai probabilitas di mana seorang
auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran
dalam sistem akuntansi kliennya. Kualitas audit yang dilakukan auditor
eksternal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran Kantor Akuntan
Publik (KAP)(big four dan non-big four), biaya audit yang dikeluarkan
perusahaan dan spesialisasi yang dilakukan auditor eksternal. Terdapat
beberapa KAP big four yang berafiliasi dengan KAP di Indonesia. Berikut
adalah KAP big four yang berafiliasi dengan KAP lokal pada tahun 2011-
2014. Pada tahun 2011, KAP big four yang berafiliasi dengan KAP lokal
terdiri atas:
a. Price Waterhouse Coopers (PWC) berafiliasi dengan KAP Haryanto
Sahari dan Rekan.
b. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) berafiliasi dengan KAP Osman
Bing Satrio dan Rekan.
30
c. Ernst & YoungGlobal (E&Y) berafiliasi dengan KAP Purwantono,
Sarwako dan Sandjaja.
d. Klynveld PeatMarwickGeordeler International(KPMG) berafiliasi
dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
Sementara pada tahun 2012-2014, KAP big four berafiliasi dengan
KAP lokal yaitu:
a. Price Waterhouse Coopers (PWC) berafiliasi dengan KAP
Tanudiredja Wibisana dan Rekan.
b. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) berafiliasi dengan KAP Osman
Bing Satrio dan Rekan.
c. Ernst & YoungGlobal (E&Y) berafiliasi dengan KAP Purwantono,
Suherman dan Surja.
d. KlynveldPeatMarwickGeordeler International(KPMG) berafiliasi
dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
Auditor big four dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan auditor non-big four(Nini dan Trisnawati, 2009).
Oleh karena itu, auditor big four akan mempertahankan reputasinya
tersebut dengan cara memberikan perlindungan terhadap pihak yang
berkepentingan dan masyarakat. Reputasi yang dimiliki auditor big four
dianggap mampu mendeteksi adanya salah saji dan kecurangan yang
dilakukan perusahaan, sehingga perusahaan mampu menghindari
terjadinya retstatement laporan keuangan. Oleh sebab itu, laporan
keuangan perusahaan yang diaudit oleh auditor big four dianggap mampu
31
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, relevan dan dapat
dipercaya. Hal tersebut dikarenakan pihak luar perusahaan percaya bahwa
auditor yang berkualitas akan mempertahankan kredibilitas yang
dimilikinya dengan lebih berhati-hati dalam melakukan proses auditnya.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan kombinasi dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Maka, sebagai tolak ukur dari penelitian ini, akan
diperlihatkan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan
dengan penelitian yang dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini.
32
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Ridho Widi
Kusumo dan
Meiranto
(2014)
Analisis Pengaruh
Karakteristik
Corporate
Governance
Terhadap
Keterjadian
Restatement
1. Variabel dependen
yang
digunakan:restatementl
aporan keuangan.
2. Variabel independen
yang digunakan: dewan
komisaris independen.
1. Tidak terdapat
variabel:
independensi komite
audit, ukuran
perusahaan dan
kualitas audit,
2. Penelitian terdahulu
menggunakan sampel
laporan keuangan
perusahaan pada
tahun 2008-2012.
Kepemilikan
institusional memiliki
pengaruh yang negatif
terhadap restatement
laporan keuangan, serta
ukuran dewan komisaris,
ukuran komite audit,
proporsi dewan
komisaris independen
dan kepemilikan
manajerial tidak
signifikan memengaruhi
restatement laporan
keuangan.
Bersambung kehalaman selanjutnya
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2. Dyna
Puspitasari
dan Indira
Januarti
(2014)
Pengaruh
Keberadaan Wanita
Dalam Dewan,
Profitabilitas,
Leverage, Rasio
Aktivitas
Perusahaan,
Ukuran
Perusahaan, dan
Dewan Komisaris
Independen
Terhadap
Restatement
Laporan Keuangan
Perusahaan
1. Variabel dependen yang
digunakan:restatementlapo
ran keuangan.
2. Variabel independen yang
digunakan: dewan
komisaris independen dan
ukuran perusahaan.
1. Tidak terdapat
variabel:
independensi komite
audit dan kualitas
audit.
2. Menggunakan
sampel laporan
keuangan perusahaan
pada tahun 2007-
2012.
Persentase keberadaan
wanita dalam
keanggotaan dewan,
leverage dan rasio
aktivitas perusahaan
berpengaruh terhadap
restatement laporan
keuangan,
profitabilitas, ukuran
perusahaan dan dewan
komisaris independen
tidak berpengaruh
terhadap restatement
laporan keuangan.
Bersambung kehalaman selanjutnya
34
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Sharma dan
Iselin (2012)
The Association
between Audit
Committee Multiple-
Directorship,
Tenure and
Financial
Misstatements
1. Variabel dependen
yang digunakan:
restatement laporan
keuangan.
1. Tidak terdapat
variabel: ukuran
perusahaan, dewan
komisaris
independen,
independensi komite
audit, dan kualitas
audit.
Terdapat hubungan positif
yang signifikan antara
multipel-direktur dan masa
jabatan komite audit
dengan salah saji laporan
keuangan.
4. Francis et al.
(2012)
Office Size of Big 4
Auditors and Client
Restatements
1. Variabel dependen
yang digunakan:
restatements laporan
keuangan.
2. Variabel independen
yag digunakan: ukuran
KAP
1. Tidak terdapat
variabel: ukuran
perusahaan, dewan
komisaris
independen, dan
independensi komite
audit.
Ukuran KAP (kualitas
auditor) memiliki
perngaruh terhadap
restatement laporan
keuangan.
Bersambung kehalaman selanjutnya
35
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Rani (2011) Pengaruh Kinerja
Komite Audit
Terhadap
Manajemen Laba
(Dengan
Menggunakan
Earnings
Restatement Sebagai
Proksi Dari
Manajemen Laba)
1. Variabelindependen
yang
digunakan:independens
i komite audit.
1. Tidak terdapat
variabel:restatement
laporan keuangan,
dewan komisaris
independen, ukuran
perusahaan dan
kualitas audit.
Independensi komite
audit berpengaruh
terhadap keterjadian
earning restatement,
serta ukuran komite
audit, keahlian di bidang
keuangan komite audit
dan pertemuan (rapat)
komite audit tidak
berpengaruh terhadap
keterjadian earning
restatement.
Bersambung kehalaman selanjutnya
36
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6. Schmidt dan
Wilkins
(2011)
Bringing Darkness
to Light:
The Influence of
Auditor Quality and
Audit Committee
Expertise
on the Timeliness of
Financial Statement
Restatement
Disclosures
1. Variabel dependen
yang digunakan:
restatement laporan
keuangan.
2. Variabel independen
yang digunakan:
kualitas auditor.
1. Tidak terdapat
variabel: ukuran
perusahaan, dewan
komisaris
independen, dan
independensi komite
audit.
Kualitas auditor
memiliki pengaruh
terhadap restatement
laporan keuangan.
Bersambung kehalaman selanjutnya
37
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7. Linda
Santioso et
al. (2011)
Analisis Deskripsi
Hubungan Antara
Karakter
Perusahaan,
Independen
Komisaris, Komite
Audit dan Reputasi
Auditor Terhadap
Terjadinya
Pernyataan
Kembali Laporan
Keuangan Pada
Perusahaan-
Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
1. Variabel dependen:
restatement laporan
keuangan.
2. Variabel
indenpenden: ukuran
perusahaan dan
dewan komisaris
independen.
1. Tidak terdapat
variabel:
independensi komite
auditdan kualitas
audit.
2. Penelitian terdahulu
menggunakan
sampel laporan
perusahaan pada
tahun 2004-2009.
Dewan komisaris
independen, jumlah
komite audit, karakteristik
perusahaan dan reputasi
auditor memiliki korelasi
terhadap restatement
laporan keuangan
perusahaan.
Bersambung kehalaman selanjutnya
38
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
8. Carcello et
al. (2010)
CEO Involvement
in Selecting Board
Members, Audit
Committee
Effectiveness, and
Restatements
1. Variabel dependen:
restatement laporan
keuangan.
2. Terdapat variabel
independen:
independensikomite
audit.
1. Tidak terdapat
variabel: ukuran
perusahaan, dewan
komisaris
independen dan
kulitas audit.
Independensi komite audit
tidak berpengaruh
terhadap restatement
laporan keuangan.
9. Citra
Yuristisia
dan Niki
Lukviarman
(2008)
Analisis Hubungan
Strong Board dan
Eksternal
Governance
Terhadap
Accounting
Restatement.
1. Variabel dependen:
restatement laporan
keuangan.
2. Terdapat variabel
independen: dewan
komisaris independen.
1. Tidak terdapat
variabel: ukuran
perusahaan,
independensi komite
audit dan kualitas
audit.
2. Menggunakan sampel
laporan keuangan
perusahaan tahun
2003-2006.
Terdapat hubungan yang
positif antara strong
boards dan exsternal
governance terhadap
restatement laporan
keuangan perusahaan.
Bersambung kehalaman selanjutnya
39
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
10. Abbott et al.
(2004)
Audit Committee
Characeristics and
Restatement.
1. Variabel dependen yang
digunakan:restatementlapo
ran keuangan.
1. Tidak terdapat
variabel:dewan
komisaris
independen,
independensi
komite audit,
ukuran perusahaan
dan kualitas audit.
2. Menggunakan
sampel laporan
keuangan
perusahaan tahun
1991-1999.
Keberadaan komite audit
independen yang
beranggotakan paling
sedikit 3 orang dan
beranggotakan 1 orang
yang mempunyai
keahlian di bidang
keuangan akan
memperkecil terjadinya
restatement, serta
frekuensi rapat yang
dilakukan komite audit
tidak berpengaruh
terhadap kemungkinan
terjadinya restatement.
Sumber: Data diolah dari berbagai sumber
40
C. Kerangka Pemikiran
Model kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan pada
gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan
restatement laporan keuangan
Ukuran Perusahaan (H1)
Dewan Komisaris Independen
(H2)
Independensi Komite Audit (H3)
Kualitas Audit (H4)
Perusahaan tidak dapat meminimalisir terjadinya restatement
laporan keuangan perusahaan.
Restatement Laporan Keuangan
Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
41
D. Hipotesis
1. Ukuran Perusahaan terhadap Restatement Laporan Keuangan
Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan. Untuk
menilai ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu total
aset, total penjual pada suatu periode, jumlah karyawan yang digunakan
untuk melakukan aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham
perusahaan yang beredar. Ukuran perusahaan biasanya dibedakan menjadi
tiga, yaitu perusahaan besar, menengah dan kecil. Berdasarkan ketentuan
Bapepam No. 11/PM/1997 mengenai ukuran perusahaan berdasarkan total
aset, menyebutkan bahwa “Perusahaan menengah atau kecil adalah
perusahaan yang memiliki jumlah total aset tidak lebih dari 100 miliar
rupiah”.
Perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih
kompleks (Halim et al., 2005).Hal tersebut menyebabkan peluang
perusahaan besar melakukan kesalahan penyajian laporan keuangan lebih
tinggi dibandingkan perusahaan kecil, sehingga menyebabkan perusahaan
wajib melakukan restatement laporan keuangannya.Hal tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Santioso et al. (2011), yang
menyatakan bahwa karateristik yang dimiliki perusahaan (diproksikan oleh
ukuran perusahaan dan kategori industri) memiliki korelasi terhadap
restatement laporan keuangan perusahaan. Untuk meneliti pengaruh antara
ukuran perusahaan dan restatement laporan keuangan perusahaan,
penelitian ini akan menguji H1.
42
H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Restatement Laporan
Keuangan Perusahaan.
2. Dewan Komisaris Independen terhadap Restatement Laporan
Keuangan
Dalam menerapkan GCG perusahaan dianggap perlu membentuk
suatu dewan yang bertugas membantu dewan direksi dan melakukan
pengawasan atas kinerja manajemen dalam mengelola aset perusahaan.
Keberadaan dewan komisaris dalam suatu perusahaan diharapkan mampu
meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara manajemen
perusahaan dengan para pemegang saham. Oleh karena itu, dewan
komisaris harus menjalankan tugasnya secara independen agar kinerja
dewan komisaris dapat berjalan efektif, cepat dan tepat. Berdasarkan
Undang-Undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas,
anggaran dasar perseroan dapat mengatur adanya satu orang atau lebih
komisaris independen dan satu orang komisaris utusan. Dewan komisaris
independen dapat didefinisikan sebagai anggota dewan komisaris yang
tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan (KNKG, 2006)
Kemampuan dewan komisaris dalam mekanisme pengawasan yang
efektif tergantung pada independensinya terhadap manajemen (Beasley,
43
1996). Hal tersebut karena pengawasan yang dilakukan oleh anggota
komisaris independen akan lebih baik dan bebas dari berbagai kepentingan
internal pihak perusahaan (Nicolin dan Sabeni, 2013). Pengawasan yang
dilakukan oleh komisaris independen dapat mengurangi risiko manipulasi
yang dilakukan oleh pihak manajemen.Oleh karena itu, proporsi dewan
komisaris independen dapat memengaruhi kinerja perusahaan dan kualitas
penyajian laporan keuangan perusahaan.Dengan demikian, maka semakin
kecil pula kemungkinan perusahaan melakukan salah saji dalam penyajian
laporan keuangan yang mengakibatkan perusahaan harus restatement
laporan keuangannya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Yuristisia dan Lukviarman (2008), serta Santioso et al.
(2011), yang menyebutkan bahwa dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap restatement laporan keuangan perusahaan. Oleh
karena itu, penelitian ini akan meneliti pengaruh antara dewan komisaris
independen terhadap restatement laporan keuangan, dengan menguji H2.
H2: Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap
Restatement Laporan Keuangan.
3. Independensi Komite Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan
Dalam menjalankan tugas sebagai dewan komisaris, dewan
komisaris memerlukan adanya komite audit yang dapat bekerja secara
independen. Selain itu, komite audit juga berwenang menilai pelaksanaan
kegiatan serta hasil audit yang dilakukan satuan pengawas internal maupun
auditor eksternal (Susiana dan Herawaty, 2007). Komite audit merupakan
44
salah satu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertugas
membantu dewan komisaris mejalankan tanggung jawab dan
wewenangnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pemerintah Republik
Indonesia No. 30 Tahun 2003 Pasal 70 Ayat 1, terdapat beberapa tugas
dan tanggung jawab yang dilaksanakan anggota komite audit, diantaranya
menilai pelaksanaan dan hasil audit internal ataupun eksternal,
memberikan rekomendasi terkait sistem pengendalian perusahaan,
perusahaan telah melakukan prosedur review, serta mengidentifikasi hal-
hal yang perlu diperhatikan oleh dewan komisaris dan dewan pengawas.
Untuk dapat menjalankan tugas dan kewajibannya secara efektif,
komite audit harus dapat bekerja secara independen. Berdasarkan
peraturan No. 55/POJK.04/2015, komite audit paling sedikit terdiri dari
tiga orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari
luar emiten atau perusahaan publik.Independensi komite audit sangat
diperlukan karena dengan adanya independensi, maka proses pengawasan
yang dilakukan komite audit dapat berjalan dengan baik. Dengan
demikian, perusahaan mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan
perusahaan sehingga kesalahan penyajian dapat dihindari dan perusahaan
dapat meminimalisir terjadinya restatement laporan keuangan.Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rani (2011), yang
menyatakan bahwa independensi komite audit berpengaruh terhadap
keterjadianrestatement.Oleh karena itu, penelitian ini akan meneliti
45
pengaruh antara independensi komite audit terhadap restatement laporan
keuangan, dengan menguji H3.
H3: Independensi Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Restatement
Laporan Keuangan.
4. Kualitas Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan
Perusahaan go public wajib menyajikan dan menpublikasikan
laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor eksternal. Auditor
eksternal adalah pihak ketiga yang bertugas menilai kewajaran laporan
keuangan kliennya.Auditor eksternal mampu meningkatkan keyakinan
masyarakat dan pihak-pihak yang menggunakan laporan keuangan
terhadap keandalan laporan keuangan. Kualitas audit sebagai suatu
kemungkinan dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan
pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya (Hardiningsih,
2010). Kualitas audit yang dilakukan dapat menentukan tingkat
kepercayaan pengguna laporan keuangan. Kualitas audit biasanya dilihat
dari Kantor Akuntan Publik (KAP) yang melakukan proses audit pada
suatu perusahaan. Kualitas audit diproksi dari besarnya perusahaan audit
yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, mengacu pada
apakah KAP bersangkutan berafiliasi dengan the big four atau tidak
(Lestari, 2010).
Menurut DeAngelo (1981) dalam Dahlan (2009), KAP big
fourlebih berkualitas dibandingkan dengan KAP non-big four.Kecakapan
profesional auditor size(big four) besar lebih memilikikemampuan teknikal
46
untuk menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya
dibandingkan dengan auditor size kecil (non-big four).Selain itu, dengan
pengalaman yang dimilikinya pula, KAP big four dianggap mampu
meminimalisir terjadinya restatement laporan keuangan yang disebabkan
oleh salah saji dan kecurangan (fraud) yang terdapat pada laporan
keuangan.Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Schmidt dan Wilkins (2011) dan Francis et al. (2012) yang menyebutkan
bahwa kualitas audit memiliki pengaruh terhadap restatement laporan
keuangan. Oleh karena itu, penelitian ini akan meneliti pengaruh antara
kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan, dengan menguji H4.
H4: Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap Restatement Laporan
Keuangan.
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu Ukuran
Perusahaan, Dewan Komisaris Independen, Independensi Komite Audit, dan
Kualitas Audit terhadap variabel dependen, yaitu Restatement Laporan
Keuangan. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go
public yang terdaftar di BEI. Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel
penelitian adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling). Dengan
metode tersebut, sampel dipilih dengan menggunakan teknik berdasarkan
pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel
secara acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan
tertentu, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar (listed) di BEI sejak 1 Januari 2011
sampai 31 Desember 2014 dan tidak delisting selama periode penelitian.
2. Menerbitkan laporan keuangan auditan (audited financial statement) untuk
periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember setiap tahunnya secara
48
berturut-turut dalam periode 2011-2014 yang dinyatakan dalam rupiah
agar nilai tidak terpengaruh oleh fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar.
3. Perusahaan manufaktur yang melakukan restatement laporan keuangannya
dan tidak melakukan restatement laporan keuangannya yang memiliki
jumlah aset hampir sama dengan perusahaan yang melakukan restatement
laporan keuangan.
4. Menyajikan informasi yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini menggunakan dua
cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian pustaka (library research)
Data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti diperoleh
melalui buku, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, tesis dan internet research
yang berhubungan dengan tema penelitian.
2. Penelitian lapangan (field research)
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Seluruh data bersumber dari laporan keuangan auditan
perusahaan dalam industri manufaktur tahun 2011 sampai 2014 yang telah
dipublikasikan secara lengkap di BEI.
49
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan
dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan
kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang
dibutuhkan dalam analisis.
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
perhitungan statistik memakai software statistik yaitu IBM SPSS (Statistical
Package for Social) for windows versi 22. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression). Alasan
penggunaan alat analisis regresi logistik adalah karena variable dependen
bersifat dikotomi (melakukan restatement laporan keuangan dan tidak
melakukan restatement laporan keuangan). Asumsi multivariate normal
distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran
antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorikal (non-metrik). Hal ini dapat
dianalisis dengan regresi logistik karena tidak perlu asumsi normalitas data
pada variabel bebasnya (Gozali, 2013:333). Rumus persamaan regresi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ln [p
1- p = α + β1 LnSize + β2 KomInd + β3 IndKA + β4 BIG_Four + ε …1
50
Keterangan:
Ln [p
1- p : Restatement Laporan Keuangan (variabel dummy, nilai 1
untuk perusahaan yang mengalami restatement laporan
keuangan dan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak
mengalami restatement laporan keuangan).
α : Konstanta
β : Koefisien Regresi
LnSize : Logaritma natural Ukuran Perusahaan
KomInd : Dewan Komisaris Independen
IndKA : Independensi Komite Audit
BIG_Four : Kualitas Audit
ε : Kesalahan Regresi (Regression Error)
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya
dilakukan analisis data. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji
regresi logistik dijelaskan sebagai berikut:
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2013: 19). Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata
populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk
menilai disperse rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan
untuk melihat nilai maksimum dan minimum dari sampel. Hal ini perlu
51
dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil
dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen (Ghozali, 2013: 105). Pengujian ini menggunakan matrik
korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar
variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang
cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi
adanya multikolinearitas (Ghozali, 2013: 105)
c. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data.
Beberapa test statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk
menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol
agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada
fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa
model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji
hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL (Ghozali,
52
2013:340). Penurunan likelihood (-2LL) menunjukan model regresi yang
lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
d. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru
ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi
likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit
diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari
koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari
0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox
dan Snell’s R2
dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R square
dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression(Ghozali,
2013:341). Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen.
e. Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai
dengan model dapat dikatakan fit. Jika nilai statistik Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05,
maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara
53
model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of Fit model tidak
baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai
statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari
0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima
karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2013: 341).
f. Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menghitung nilai estimasi yang benar (correct)
dan salah (incorrect). Pada model yang sempurna, maka semua kasus
akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100%
(Ghozali, 2013:342). Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi
dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
restatement laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan. Matriks
klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi kemungkinan restatement laporan keuangan yang
dilakukan oleh perusahaan.
g. Uji Hipotesis
Estimasi parameter menggunakan Maximum Likehood Estimation
(MLE).
H0 = β1= β2= β3=…= βi= 0
Ha < β1< β2< β3<…< βi< 0 atau,
Ha > β1> β2> β3>…> βi> 0
54
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan (dalam
populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan
α = 5%. Nilai α dinyatakan sebagai besarnya tingkat kesalahan yang
dapat ditolerir. Umumnya, besarnya α adalah 5%. Kaidah pengambilan
keputusan adalah:
a) Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5%, maka hipotesis alternatif
didukung.
b) Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5%, maka hipotesis alternatif tidak
didukung.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah ukuran
perusahaan, dewan komisaris independen, independensi komite audit dan
kualitas audit. Sedangkan restatement laporan keuangan digunakan sebagai
variabel dependen. Variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Restatement laporan keuangan sebagai variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini. Restatement laporan keuangan yaitu
penyajian kembali laporan keuangan karena adanya suatu kesalahan
penyajian dimana perusahaan menyajikan ulang laporan keuangannya dan
menginformasikan kepada investor bahwa laporan keuangan yang sudah
dibuat tidak valid. Pengukuran variabel restatement menggunakan variabel
dummy. Angka nol (0) menunjukkan bahwa perusahaan tidak melakukan
55
restatement laporan keuangan dan angka satu (1) menunjukkan bahwa
perusahaan melakukan restatement laporan keuangan.
2. Variabel Independen
Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan antara lain:
a. Ukuran Perusahaan
Variabel ini dinilai dengan mengukur total aset yang dimiliki
perusahaan pada tahun terjadinya restatement. Menurut Luthfia (2012),
total aset dan penjualan yang besar menggambarkan perusahaan yang
besar. Semakin besar ukuran perusahaan, maka kemungkinan
datangnya pengaruh dari luar semakin meningkat. Jadi, kemungkinan
perusahaan besar melakukan salah saji yang material sehingga
menyebabkan restatement juga semakin besar. Oleh karena itu, ukuran
perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural (Ln) dari
total aset yang dimiliki perusahaan.
b. Dewan Komisaris Independen
Prinsip tata kelola perusahaan (good corporate governance-
GCG) merupakan salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk
dapat mencapai tujuannya. Penerapan GCGberfungsi untuk
meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengawasan terhadap kinerja
manajemen suatu perusahaan. Keberadaan dewan komisaris pada suatu
perusahaan berfungsi sebagai pengawas atas kinerja manajemen dalam
mengelola kekayaan perusahaan. Dewan komisaris independen dapat
menjalankan pengawasan perusahaan lebih efektif. Keberadaan
56
komisaris yang memiliki jabatan ganda dalam suatu perusahaan dapat
mengurangi kualitas laporan keuangan perusahaan. Semakin besarnya
proporsi komisaris independen maka proses pengawasan yang
dilakukan dewan ini semakin berkualitas dengan semakin banyaknya
pihak independen dalam perusahaan yang menuntut transparansi dalam
pelaporan keuangan perusahaan (Nasution dan Setiawan, 2007). Oleh
karena itu, keberadaan dewan komisaris independen pada suatu
perusahaan sangat dianggap penting. Untuk mengukur dewan
komisaris independen dilakukan dengan menghitung jumlah komisaris
independen dalam suatu perusahaan, dengan rumus:
c. Independensi Komite Audit
Komite audit bertugas membantu dewan komisaris dalam
menjalankan tanggung jawab dan wewenangnya. Komite audit harus
mampu menilai perusahaan apakah perusahaan telah mematuhi
peraturan yang berlaku dan memastikan bahwa perusahaan telah
menjalankan kegiatan operasionalnya secara etis dan bermoral agar
perusahaan dapat mencapai GCG. Untuk dapat menjalani tugasnya
dengan baik dan efektif, dalam dewan komite audit harus memiliki
beberapa anggota komite audit independen. Badan Pengawas Pasar
Modal (Bapepam) dalam Kep-29/PM/2004 mensyaratkan adanya
komite audit yang terdiri dari 3 orang dengan 1 komisaris independen
Dewan Komisaris Independen: Dewan Komisaris Independen
Total Dewan Komisaris … 2
57
sebagai ketua dan 2 orang anggota dari luar direksi agar pengawasan
dapat berjalan efektif. Keberadaan komite audit independen dalam
suatu perusahaan mempengaruhi pengawasan dalam memastikan
efektivitas sistem pengendalian internal dan pelaksanaan tugas auditor
eksternal dan auditor internal. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah
komite audit independen dalam suatu perusahaan, maka fungsi
pengawasan komite audit semakin efektif. Pengukuran independensi
komite audit dalam suatu perusahaan, dengan rumus:
d. Kualitas Auditor
Perusahaan go public diwajibkan untuk mengaudit laporan
keuangan yang telah dibuat. Proses audit dapat medeteksi adanya
salah saji ataupun kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan.
Kualitas audit dapat mempengaruhi kepercayaan pihak-pihak yang
menggunakan laporan keuangan terhadap laporan keuangan yang
disajikan perusahaan. Kualitas audit diproksikan dengan ukuran
Kantor Akuntan Publik (KAP). Ukuran KAP dapat mencerminkan
kinerja selama melakukan proses audit. Ukuran KAP terbagi menjadi
dua, yaitu first tier (big four) dan second tier (non-big four). Berikut
adalah KAP big four yang berafiliasi dengan KAP lokal pada tahun
2011-2014. Pada tahun 2011, KAP big four yang berafiliasi dengan
KAP lokal terdiri atas:
Independensi Komite Audit: Komite Audit Independen
Total Komite Audit … 3
58
a. Price Waterhouse Coopers (PWC) berafiliasi dengan KAP Haryanto
Sahari dan Rekan.
b. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) berafiliasi dengan KAP Osman
Bing Satrio dan Rekan.
c. Ernst & Young Global (E&Y) berafiliasi dengan KAP Purwantono,
Sarwako dan Sandjaja.
d. Klynveld Peat MarwickGeordeler International(KPMG) berafiliasi
dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
Sementara pada tahun 2012-2014, KAP big four berafiliasi dengan
KAP lokal yaitu:
a. Price Waterhouse Coopers (PWC) berafiliasi dengan KAP
Tanudiredja Wibisana dan Rekan.
b. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) berafiliasi dengan KAP Osman
Bing Satrio dan Rekan.
c. Ernst & YoungGlobal (E&Y) berafiliasi dengan KAP Purwantono,
Suherman dan Surja.
d. KlynveldPeatMarwickGeordeler International(KPMG) berafiliasi
dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
Kecakapan profesional auditor size besar (big-audit) lebih
memiliki kemampuan teknikal untuk menemukan pelanggaran dalam
sistem akuntansi kliennya dibandingkan dengan auditor size kecil
(non-big audit) (De Angelo, 1981 dalam Dahlan, 2009). Sehingga
KAP big four dipercaya mampu menemukan kesalahan yang
59
dilakukan oleh kliennya, sehingga dapat meminimalisir terjadinya
restatement laporan keuangan. Variabel kualitas audit dihitung
dengan menggunakan variabel dummy. Angka nol (0) menunjukkan
bahwa perusahaan diaudit oleh KAP non-big four, dan angka (1)
menunjukkan bahwa perusahaan diaudit oleh KAP big four.
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator Skala
Restatement
LaporanKeuangan Dummy (0 jika tidak mengalami
restatement laporan keuangan
dan 1 jika mengalami
restatement laporan keuangan)
Nominal
Ukuran
Perusahaan (X1) Logaritma natural total aset Rasio
Dewan Komisaris
Independen (X2) Perbandingan komisaris
independen dengan total dewan
komisaris
Rasio
Independensi
Komite Audit
(X3)
Perbandingan komite audit
independen dengan total komite
audit
Rasio
Kualitas Audit
(X4) Dummy (0 jika KAP non-big
four dan 1 jika KAP big four) Nominal
60
BABIV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan populasi perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun
2011-2014. Perusahaan industri manufaktur tersebut telah terdaftar di
BEI sebelum 1 Januari 2011 dan selama periode penelitian tersebut tidak
keluar atau mengalami delisting dari BEI. Penulis memilih industri
manufaktur karena memfokuskan penelitian pada satu jenis industri untuk
menghindari adanya industrial effect, yaitu risiko industri yang berbeda
antara sektor industri yang satu dengan yang lainnya. Fokus penelitian ini
adalah ingin melihat pengaruh ukuran perusahaan, dewan komisaris
independen, independensi komite audit, serta kualitas audit terhadap
restatement laporan keuangan pada industri manufaktur. Tabel 4.1
berikut menyajikan seleksi sampel dengan kriteria yang telah diterapkan:
61
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel dengan Kriteria
No. Kriteria
Jumlah
Restatement
laporan
keuangan
Tidak
restatement
laporan
keuangan
1. Perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 129
2. Perusahaan yang terdaftar setelah
1 Januari 2011. (3)
3.
Perusahaan yang menggunakan
mata uang selain rupiah dalam
laporan keuangan.
(28)
4.
Perusahaan yang tidak
memberikan informasi lengkap
terkait dengan variabel yang
digunakan dalam penelitian.
(3)
Jumlah perusahaan 19 76
5.
Perusahaan yang tidak memiliki
aset hampir sama dengan
perusahaan yang mengalami
restatement laporan keuangan.
(62)
Jumlah sampel 19 14
Jumlah perusahaan manufaktur
yang dijadikan sampel. 33
Periode penelitian (tahun) 4
Jumlah sampel total selama
periode penelitian. 132
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2014 berjumlah
129 perusahaan.Dari 129 perusahaan, terdaftar 3 perusahaan yang terdaftar
setelah 1 Januari 2011.Dari 126 perusahaan terdapat 28 perusahaan yang
menggunakan selain mata uang rupiah dalam laporan keuangannya.Dari
total 98 perusahaan terdapat 3 perusahaan yang tidak memberikan
informasi lengkap.Dari total 95 perusahaan terdapat 19 perusahaan yang
62
mengalami restatement laporan keuangan dan 76 perusahaan yang tidak
mengalami restatementlaporan keuangan. Dari 76 perusahaan yang tidak
mengalami restatementlaporan keuangan, terdapat 62 perusahaan yang
tidak memiliki aset yang sama dengan perusahaan sejenis yang mengalami
restatementlaporan keuangan. Sehingga perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada periode 2011-2014 yang dapat dijadikan sampel adalah
sebanyak 33 perusahaan, dan total pengamatan yang dijadikan sampel
penelitian ini adalah sebanyak 132 pengamatan.
Alasan penggunaan data mulai tahun 2011-2014 adalah karena
tahun 2011-2014 merupakan data terbaru perusahaan yang dapat
memberikan gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan industri
manufaktur.Berdasarkan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI periode tahun 2011-2014 tersebut, penelitian ini menggunakan
beberapa sampel perusahaan manufaktur yang dipilih dengan metode
purposive sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan. Sampel dipilih bagi perusahaan industri manufaktur yang
menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, seperti total aset,
dewan komisaris, komite audit dan nama KAP. Ringkasan sampel
penelitian disajikan dalam Tabel 4.2
63
Tabel 4.2
Sampel Perusahaan Manufaktur
No. Kode Nama Perusahaan
1 ADES Akasha Wira International Tbk
2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
3 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
4 APLI Asiaplast Industries Tbk
5 ASII Astra International Tbk
6 AUTO Astra Auto Part Tbk
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
8 DPNS Duta Pertiwi Nusantara
9 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
10 GTJL Gajah Tunggal Tbk
11 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
12 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
13 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk
14 IMAS Indomobil Sukses International Tbk
15 INAF Indofarma Tbk
16 INCI Intan Wijaya International Tbk
17 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
18 INDS Indospring Tbk
19 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
20 KAEF Kimia Farma Tbk
21 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
22 MYOR Mayora Indah Tbk
23 MYTX Apac Citra Centertex Tbk
24 NIPS Nippres Tbk
25 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
26 RMBA Bentoel International Investama Tbk
27 SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce
Tbk
28 SKLT Sekar Laut Tbk
29 SMSM Selamat Sempurna Tbk
30 TRST Trias Sentosa Tbk
31 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
32 UNVR Unilever Indonesia Tbk
33 VOKS Voksel Electric Tbk
Sumber: Data sekunder yang diolah
64
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen yaitu
ukuran perusahaan, dewan komisaris independen, independensi komite audit
dan kualitas audit terhadap variabel dependen yaitu restatement laporan
keuangan.
1. Statistik Deskriptif
Tabel deskriptif menjelaskan variabel independen (X) yaitu ukuran
perusahaan, dewan komisaris independen dan independensi komite audit.
Berdasarkan statistik diperoleh sebanyak 132 data observasi yang berasal
dari perkalian antara periode penelitian 4 tahun (dari tahun 2011 sampai
2014) dengan jumlah perusahaan sampel 33 perusahaan. Statistik
desktiptif dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Size 132 25,553056 33,094976 28,59952856 1,753972744
KomInd 132 ,200000 ,800000 ,37981766 ,100487394
IndKA 132 ,333333 1,000000 ,63699495 ,092517206
Valid N
(listwise) 132
Sumber: Output SPSS versi 22
65
Tabel 4.3 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel
penelitian. Berdasarkan Tabel 4.3, hasil analisis dengan menggunakan
statistik deskriptif terhadap ukuran perusahaan (Size) menunjukkan nilai
minimum sebesar 25,553056 (Rp. 125.184.677.577), nilai maksimum
sebesar 33,094976 (Rp. 236.029.000.000.000) dan rata-rata sebesar
28,59952856(Rp. 2.634.010.116.556).Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan yang menjadi sampel penelitian merupakan perusahaan yang
relatif cukup besar karena memiliki aset lebih dari Rp 100miliar.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
dewan komisaris independen (KomInd) menunjukkan nilai minimum
sebesar 0,2, nilai maksimum sebesar 0,8 dan rata-rata sebesar 0,37981766.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel penelitian
memiliki jumlah dewan komisaris independen di atas 30% dari total
dewan komisaris.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
independensi komite audit (IndKA) menunjukkan nilai minimum sebesar
0,333333, nilai maksimum sebesar 1 dan rata-rata sebesar 0,63699495.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel penelitian
memiliki komite audit independen di atas 60% dari total komite audit.
2. Hipotesis Penelitian
Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji
regresi logistik, karena variabel dependen bersifat dummy(melakukan
restatementdan tidak melakukan restatementlaporan keuangan). Tahapan
66
dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Uji Multikolinieritas
Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya
gejala korelasi yang kuat diantara variabel bebasnya.
Tabel 4.4
Uji Multikolinieritas
Constant Size KomInd IndKA
Big_Four
(1)
Step 1 Constant 1,000 -,951 -,005 -,557 -,442
Size -,951 1,000 -,131 ,326 ,489
KomInd -,005 -,131 1,000 -,133 ,216
IndKA -,557 ,326 -,133 1,000 -,181
Big_Four
(1) -,442 ,489 ,216 -,181 1,000
Sumber: Output SPSS versi 22
Hasil Tabel 4.4 menunjukan tidak ada nilai koefisien korelasi
antara variabel yang nilainya lebih besar dari 0,9, maka tidak ada
gejala multikolinieritas yang serius antara variabel bebas. Sehingga
tidak ada korelasi yang tinggi antara variabel independen.
b. Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Berdasarkan tabel 4.5, diperoleh informasi bahwa pengujian
dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 LogLikelihood(-
2LL) pada awal (Block Number=0) dengan nilai 2 LogLikelihood (-
2LL) pada akhir (Block Number=1). Hasil keseluruhan model dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
67
Tabel 4.5
Menilai Keseluruhan Model
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant Size KomInd IndKA
Big_Four
(1)
Step
1
1 153,321 -5,071 ,119 -2,540 5,035 -1,630
2 152,918 -6,360 ,149 -2,924 5,994 -1,799
3 152,917 -6,436 ,151 -2,941 6,046 -1,805
4 152,917 -6,436 ,151 -2,941 6,046 -1,805
Initial -2 Log Likelihood: 177,836
Sumber: Output SPSS versi 22
Nilai -2LL awal adalah sebesar 177,836.Setelah dimasukkan
ke empat variabel independen, maka nilai -2LL akhir mengalami
penurunan menjadi 152,917. Penurunan Likelihood (-2LL) ini
menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain
model yang dihipotesiskan fit dengan data.
c. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi
logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Squere.Nilai Nagelkerke
R Square adalah sebesar 0,232 yang berarti variabilitas variabel
dependen yang dapat dijadikan oleh variabel independen adalah
sebesar 23,2% sedangkan sisanya sebesar 76,8% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain di luar model penelitian, seperti ukuran dewan
komisaris, ukuran komite audit, frekuensi rapat komite audit,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, persentase
keberadaan wanita dalam keanggotaan dewan, leverage, rasio aktivitas
perusahaan, dan profitabilitas.
68
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 152,917a ,172 ,232
Sumber: Output SPSS versi 22
d. Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai
Chi-square sebesar 7,481 dengan signifikansi (p) sebesar 0,486.
Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari
0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memperediksi nilai
observasinya. Kelayakan model regresi disajikan pada tabel 4.7 berikut
ini:
Tabel 4.7 Menguji Kelayakan Model Regresi
Sumber: Output SPSS versi 22
e. Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan restatement laporan
keuangan yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur. Matriks
klasifikasi disajikan pada tabel 4.8 berikut:
Step Chi-square df Sig.
1 7,481 8 ,486
69
Tabel 4.8
Matriks Klasifikasi
Observed
Predicted
Restatement
Percentage
Correct
Tidak
Restatement Restatement
Step 1 Restatement Tidak
Restatement 65 14 82.3
Restatement 23 30 56.6
Overall Percentage 72.0
Sumber: Output SPSS versi 22
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi
kemungkinan perusahaan melakukan restatementlaporan keuangan
adalah sebesar 56,6%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
menggunakan model regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 30
perusahaan (56,6%) yang diprediksi akan melakukan
restatementlaporan keuangan dari total 53 perusahaan yang melakukan
restatementlaporan keuangan. Kekuatan prediksi model perusahaan
yang tidak melakukan restatementlaporan keuangan adalah sebesar
82,3%, yang berarti bahwa dengan model regresi yang digunakan ada
sebanyak 65 perusahaan (82,3%) yang diprediksi tidak
melakukanrestatementlaporan keuangan dari total 79 perusahaan yang
tidak melakukan restatementlaporan keuangan. Dapat disimpulkan
bahwa kekuatan prediksi dari modal regresi sebesar 72,0%.
70
f. Regresi Logisitik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh variabel ukuran perusahaan, dewan komisaris independen,
independensi komite audit dan kualitas audit terhadap variabel
dependen restatement laporan keuangan dengan menggunakan regresi
logistik dan hasil yang terbentuk disajikan pada tabel 4.9 sebagai
berikut:
Tabel 4.9
Koefisien Regresi Logisitik
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step
1a
Size ,151 ,152 ,981 1 ,322 1,163
KomInd -2,941 1,977 2,213 1 ,137 ,053
IndKA 6,046 2,546 5,641 1 ,018 422,466
Big_Four
(1) -1,805 ,524 11,856 1 ,001 ,164
Constant -6,436 5,202 1,531 1 ,216 ,002
Sumber: Output SPSS versi 22
Berdasarkan pengujian regersi logistik sebagaimana telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam
empat bagian.Bagian pertama membahas pengaruh ukuran perusahaan
terhadap restatement laporan keuangan (Restatement) (Ha1).Bagian
kedua membahas pengaruh dewan komisaris independen terhadap
restatement laporan keuangan (Restatement) (Ha2). Bagian ketiga
membahas pengaruh independensi komite audit terhadap restatement
laporan keuangan (Restatement) (Ha3). Bagian keempat membahas
71
pengaruh kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan
(Restatment) (Ha4). Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Restatement Laporan
Keuangan (Restatement)
Variabel ukuran perusahaan menunjukkan koefisien regresi
positif sebesar 0,151 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,322
yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih
besar dari 0,05 maka hipotesis ke-1 tidak diterima, sehingga dapat
dikatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif
terhadap restatement laporan keuangan. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan yang
ditunjukkan dalam jumlah asetnya tidak berpengaruh terhadap
restatement laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Puspitasari dan Januarti (2014)yang menemukan
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap restatement
laporan keuangan.Hal tersebut berarti besar atau kecilnya
perusahaan tidak memengaruhi perusahaan tersebut melakukan
restatement laporan keuangan.Perusahaan besar memiliki
manajemen yang rumit, informasi yang dihasilkannya lebih
banyak, jumlah aset yang besar, penjualan besar dan jenis produk
yang banyak, sehingga memungkinkan perusahaan
mengungkapkan informasi secara luas.Namun, perusahaan besar
72
biasanya memiliki sistem informasi pelaporan yang lebih baik dan
cenderung memiliki sumber daya untuk menghasilkan lebih
banyak informasi dengan menggunakan biaya yang lebih rendah
(Puspitasari dan Januarti, 2014).Dengan demikian, perusahaan
dapat meminimalisir terjadinya restatement laporan keuangan.
2) Pengaruh Dewan Komisaris Independen (KomInd) terhadap
Restatement Laporan Keuangan (Restatement)
Variabel dewan komisaris independen menunjukkan
koefisien regresi negatif sebesar -2.941dengan tingkat signifikansi
(p) sebesar 0,137 yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena tingkat
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ke-2 tidak
diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa dewan komisaris
independen tidak berpengaruh negatif terhadap restatement laporan
keuangan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa banyak atau
sedikitnya jumlah dewan komisaris independen yang dimiliki
perusahaan tidak berpengaruh terhadap restatement laporan
keuangan yang dilakukan oleh perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Puspitasari dan Januarti (2014) serta Kusumo dan Meiranto
(2014)yang menemukan bahwa dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap restatement laporan keuangan. Rata-rata
sampel penelitian memiliki proporsi komisaris independen sebesar
0,333333. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa besarnya jumlah
73
komisaris independen sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan No. 33/POJK.04/2014 mengenai Direksi dan Dewan
Komisaris Emiten Atau Perusahaan Publik bahwa perusahaan yang
terdaftar di BEI harus memiliki dewan komisaris independen yang
jumlahnya sekurang-kurangnya 30% dari jumlah anggota dewan
komisaris. Hal ini dapat dijelaskan bahwa proporsi komisaris
independen dalam suatu perusahaan dimungkinkan hanya sekedar
memenuhi ketentuan formal, sementara menurut hasil survei Asian
Development Bank bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan
kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak
independen dan fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi
tanggung jawabnya menjadi tidak efektif sehingga kinerja
komisaris independen tidak meningkat bahkan bisa menurun
(Gideon, 2005). Selain itu, dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap restatement laporan keuangan karena
penyebab lain seperti perubahan kebijakan dan standar akuntansi
serta perubahan estimasi akuntansi. Fungsi pengawasan dewan
komisaris independen tidak memengaruhi dan tidak dapat
meminimalisir terjadinya restatement laporan keuangan yang
disebabkan oleh perubahan kebijakan dan standar akuntansi serta
perubahan estimasi akuntansi.
74
3) Pengaruh Independensi Komite Audit (IndKA) terhadap
Restatement Laporan Keuangan (Restatement)
Variabel independensi komite audit menunjukkan koefisien
regresi positif sebesar 6,046dengan tingkat signifikansi (p) sebesar
0,018 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Karena tingkat signifikansi
lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis ke-3 tidak diterima, sehingga
dapat dikatakan bahwa independensi komite audit berpengaruh
positif terhadap restatement laporan keuangan. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah komite audit yang
independen, semakin tinggi kecenderungan perusahaan melakukan
restatement laporan keuangan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Carcello et al.(2010)yang menemukan bahwa independensi
komite audit tidak berpengaruh terhadap keterjadian restatement.
Hal tersebut dijelaskan dengan adanya masalah keagenan(agency
problem), yaitu dengan makin banyaknya anggota komite audit
maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan
perannya, diantaranya kesulitan dalam berkomunikasi dan
mengkoordinir kerja dari masing-masing anggota komite audit itu
sendiri (Nasution dan Setiawan, 2007). Selain itu, hasil tersebut
diduga karena rata-rata sampel penelitian memiliki proporsi komite
audit yang independen sebesar 0,666667 dalam suatu perusahaan
dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal. Hal
75
tersebut sesuai dengan peraturan No. 55/POJK.04/2015 mengenai
pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, komite
audit paling sedikit terdiri dari tiga orang anggota yang berasal dari
komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan
publik. Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)
mensyaratkan agar dalam suatu susunan komite audit terdapat
beberapa orang independen. Sehingga perusahaan menilai dengan
adanya beberapa anggota komite audit independen dirasakan cukup
untuk menilai bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip GCG
meskipun tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas laporan
keuangan yang disajikan.
4) Pengaruh Kualitas Audit (Big_Four) terhadap Restatement
Laporan Keuangan (Restatement)
Variabel kualitas audit menunjukkan koefisien regresi
negatif sebesar -1,805dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,001
yang berarti lebih kecil dari 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih
kecil dari 0,05 namun memiliki koefisien negatif, maka hipotesis
ke-4 diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas audit
berpengaruh negatif terhadap restatement laporan keuangan. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas audit yang
dilakukan oleh auditor eksternal, semakin rendah kecenderungan
perusahaan melakukan restatement laporan keuangan.
76
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Francis et al. (2012) serta Schmidt dan Wilkins (2011) yang
menemukan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap
restatement laporan keuangan. Auditor skala besar dapat
menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibanding auditor skala
kecil (Setyarno et al., 2006). Kualitas audit yang dilakukan oleh
auditor big four lebih tinggi karena auditor big four dianggap
memiliki pengalaman yang lebih baik dibanding auditor non-big
four. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kwarto (2015) yang
menyatakan bahwa auditor big four sering kali dianggap memiliki
kualitas dan pengalaman yang lebih baik daripada auditor non-big
four karena perusahaan audit besar lebih efektif dalam membatasi
kemampuan klien untuk manipulasi laba. KAP big four juga
memiliki staf auditor dalam jumlah besar dan lebih berkompeten
karena diadakannya pelatihan rutin bagi seluruh staf auditor di
KAP big four (Togasima dan Christiawan, 2014). Seorang auditor
yang sudah memiliki reputasi yang baik maka ia akan berusaha
mempertahankan reputasinya tersebut, sehingga mereka selalu
obyektif terhadap pekerjaannya (Barnes dan Huan, 1993). Selain
itu, kecakapan profesional auditor size besar (big four) lebih
memiliki kemampuan teknikal untuk menemukan pelanggaran
dalam sistem akuntansi kliennya dibandingkan dengan auditor size
kecil (non-big four) (Wiryadi dan Sebrina, 2013). Sehingga dapat
77
disimpulkan bahwa kualitas audit yang baik dapat meminimalisir
terjadinya restatement laporan keuangan.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menguji tentang pengaruh ukuran perusahaan, dewan
komisaris independen, independensi komite audit dan kualitas audit terhadap
restatement laporan keuangan. Analisis pengaruh yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan regresi logistik (logictis regression) dengan
program IBM SPSS (Statistical Package for Social) for windows versi 22.
Data sampel yang digunakan sebanyak 132 perusahaan manufaktur go public
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011 sampai
2014. Hasil pengujian dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap restatement laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Puspitasari dan Januarti (2014).
2. Berdasarkan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel dewan
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap restatement laporan
keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Puspitasari dan Januarti (2014) serta Kusumo dan Meiranto (2014).
3. Berdasarkan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel independensi
komite audit berpengaruh positif terhadap restatement laporan keuangan.
79
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Carcello
et al.(2010).
4. Berdasarkan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel kualitas audit
berpengaruh negatif terhadap restatement laporan keuangan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Francis et al.
(2012) serta Schmidt dan Wilkins (2011).
B. Saran
Penelitian mengenai restatement laporan keuangan dimasa yang akan
datang diharapkan mampu memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas,
dengan mempertimbangkan saran dibawah ini:
1. Menggunakan sampel perusahaan yang mengalami restatement laporan
keuangan akibat kecurangan, akuisisi atau merger yang tidak tepat dan
lain-lain.
2. Menambahkan variabel independen lain yang dapat menyebabkan
restatement laporan keuangan.
3. Pengukuran terhadap variabel ukuran perusahaan pada penelitian
selanjutnya dapat menggunakan alternatif proksi lain, seperti total
penjualan dan rata-rata tingkat penjualan.
4. Variabel proporsi komite audit independen dapat diteliti lebih lanjut
dengan menggunakan indikator keahlian, tidak terbatas pada proporsinya
dalam susunan komite audit.
80
DAFTAR PUSTAKA
Abbott Lawrence., Susan Parker dan Gary F. Peters, “Audit Committee
Charasteristics and Restatement”, Auditing: A Journal of Practice & Theory,
2004.
Alim, M. Nizarul, Trisni Hapsati dan Liliek Purwanti, “Pengaruh Kompetensi dan
Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel
Moderasi”, Simposium Nasional Akuntansi, 2007.
Arens, Alvin A,.Randal j. Elder, dan Mark S. Beasley.“Auditing and Assurance
Service An Integrated Approach”. 13th
edition, Pearson Education Inc, Upper
Saddle River, New Jersey, 2010.
Beasley, Mark S., “An Empirical Analysis of The Realtion Between the Board
Director Composition an Financial Statement Fraud”, The Accounting
Review, 1996.
Barnes, Paul dan HD. Huan, “The Auditors Going Concern Decision: Some UK
Evidence Concerning Independence and Competence”, Journal of Business
Finance and Accounting, 1993.
Carcello, Joseph V., Terry L. Neal, Zoe-Vonna Palmrose and Susan Scholz, “CEO
Involvement in Selecting Board Members, Audit Committee Effectiveness,
and Restatement”, Contemporary Accounting Research, Vol. 28 , 2010.
Dahlan, Muhammad, “Analisis Hubungan Antara Kualitas Audit dengan
Diskresioner Akrual dan Kebebasan Auditor”, Working Paper in Accounting
and Finanace, 2009.
FCGI, “Peran Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate
Governance (Tata Kelola Perusahaan)”, Jilid 2, 2009.Diakses pada tanggal
22 Januari 2016, dari:
https://muhariefeffendi.files.wordpress.com/2009/12/fcgi_booklet_ii.pdf.
Francis, Jere R., Paul N. Michas dan Michael D. Yu, “Office Size of Big 4
Auditors and Client Restatements”,Contemporary Accounting Research,2012.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariance dengan Program IBM SPSS 21
Update PLS Regresi”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,
2013.
Gideon, SB Boediono. “Kualitas Laba: Studi Mekanisme Corporate Governance
dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”,
Simposium Akuntansi VIII, Purwokerto. 2005.
Government Accountable Office (GAO), “Financial Restatement Database Report
06-1053R”,Government Printing Office, Washington, DC, 2006.
81
Halim, Julian, Carmel Meiden dan Rudolf Lumban Tobing, “Pengaruh
Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada
Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ-45”, Simposium
Nasional Akuntansi VIII, 2005.
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penuliasan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2012.
Hardiningsih, Pancawati, “Pengaruh Independensi, Corporate Governance dan
Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Kajian Akuntansi,
2010.
I Guna, Welvin dan Arleen Herawaty, “Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya
terhadap Manajemen Laba”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 2010.
Jensen, M.C dan W.H. Meckling,“Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost And Ownership Structure”, Journal of Financial Economics,
V.3, No. 4, 1976.
Juan, Ng Eng dan Ersa Tri Wahyuni, “Panduan Praktis Standar Akuntansi
Keuangan: Berbasis IFRS”, Edisi 2, Penerbit Salemba Empat, 2012.
Keputusan Bepepam Kep-346/BL/2011, “Penyampaian Laporan Keuangan
Berkala Emiten Atau Perusahaan Publik”.
Keputusan Bepepam Kep-347/BL/2012, “Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik”.
Ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997, “Pedoman Mengenai Bentuk Dan Isi
Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Oleh Umum Oleh
Perusahaan Menengah Atau Kecil”, diakses pada tanggal 22 Januari 2016,
dari: http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/1997/KEP-
11~PM~1997Kep.HTM.
Kieso, Donald E., Jeery J. Weygandt dan Terry D. Warfield, “Intermediate
Accounting”, IFRS Edition, Vol. 1, United States of Amerika, 2011.
KNKG, “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”, 2006.
Kusumo, Ridho Widi dan Meiranto, “Analisis Pengaruh Corporate Governance
terhadap Keterjadian Restatement”, Diponegoro Journal of Accounting, 2014.
Kwarto, Febrian, “Pengaruh Opinion Shopping dan Pengalaman Auditor terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern dalam Sisi Pandang Perusahaan
Auditan”, Jurnal Akuntansi, 2015
Marisatusholekha dan Eddy Busiono,“Pengaruh Komisaris Independen, Reputasi
Auditor, Persistensi Laba, dan Struktur Modal terhadap Kualitas Laba”,
Jurnal Universitas Katolik Parahyangan, Vol. 19, 2015.
82
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan, “Pengaruh Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”,Simposium
Nasional Akuntansi X, 2007.
Nicolin, Ocktavia dan Arifin Sabeni, “Pengaruh Struktur Corporate Governance,
Audit Tenure dan Spesialisasi Industri Auditor terhadap Integritas Laporan
Keuangan”, Diponegoro Journal Of Accounting, 2013.
Nini dan Estralita Trisnawati, “Pengaruh Independensi Auditor Pada KAP Big
Four terhadap Manajemen Laba Pada Industri Bahan Dasar, Kimia dan
Industri Barang Konsumsi”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11 No. 3,
2009.
Novianti, Rizky,2012. “Kajian Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI”, Accounting Analysis Journal, Universitas Negeri
Semarang.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33/POJK.04/2014.“Direksi dan Dewan
Komisaris Emiten Atau Perusahaan Publik”.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 55/POJK.04/2015.“Pembentukan dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit”.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 45 Tahun 25. “Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara”.
Pertiwi, Nina, “Hubungan Antara Performa Komite Audit dengan Earnings
Quality”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 1, 2012.
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti, “Analisis Pengaruh Kualitas Audit,
Debt Default dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going
Concern”, Simposium Nasional Akuntansi X, 2007.
Puspitasari, Dyna dan Indira Januarti,“Pengaruh Keberadaan Wanita Dalam
Keanggotaan Dewan, Profitabilitas, Leverage, Rasio Aktivitas Perusahaan,
Ukuran perusahaan dan Dewan Komisaris Independen terhadap Restatement
Laporan Keuangan Perusahaan”, Diponegoro Journal of Accounting, 2014.
Rani, Prawita Mandhega, “Pengaruh Kinerja Komite Audit terhadap Manajemen
Laba (Dengan Menggunakan Earning Restatement Sebagai Proksi dari
Manajemen Laba)”, Skripsi Universitas Diponegoro, 2011.
Rudyawan dan Badera, “Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model
Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage dan Reputasi
Auditor”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4 No. 2, 2009.
Santoso, Linda, Ardiyansyah dan F. X. Kurniawan Tjakrawala, “Analisis
Deskripsi Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan, Independen Komisaris,
Komite Audit dan Reputasi Auditor terhadap Terjadinya Pernyataan Kembali
83
Laporan Keuangan Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”, Penelitian Universitas Tarumanegara, 2011.
Schmidt, Jaime dan Mike Wilkins, “Bringing Darkness to Light: The Influence of
Auditor Quality and Audit Committee Expertise on the Timeliness of
Financial Statement Restatement Disclosures”, Auditing: A Journal of
Practice & Theory, Vol. 32, 2011.
Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti dan Faisal, “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi
Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan
Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern”, Simposium Nasional
Akuntansi IX, 2006.
Sharma, Vineeta D., dan Errol R. Iselin,“The Association Between Audit
Committee Multiple-Directorships, Tenure, and Financial Misstatement”,
Auditing: A Journal of Practice & Theory , Vol. 31, 2012.
Srimindarti, Ceacilia, “Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan”, Fokus Ekonomi,
Vol. 7, 2008.
Surat Edaran BAPEPAM dalam Kep-29/PM/2004.“Pembentukan dan Pedoman
Pelaksanaan Komite Audit”.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16/SEOJK.05/2014.“Komite Pada
Dewan Komisaris Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah”.
Susiana dan Arleen Herawaty,“Analisa Pengaruh Independensi, Mekanisme
Corporate Governance, Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan
Keuangan”,Simposium Nasional Akuntansi X, 2007.
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty,“Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional VIII Solo, 2005.
Tempo.co, “Mark Up Kimia Farma Tanggung Jawab Direksi Lama”, 2002.
Diakses pada tanggal 15 Januari 2016, dari:
http://tempo.co.id/hg/ekbis/2002/11/20/brk,20021120-02,id.html.
Togasima, Christian Noverta dan Yulius Jogi Christiawan, “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2012”, Business Accounting
Review, 2014.
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 “Perseroan Terbatas”.
Wiryadi, Arri dan Nurzi Sebrina, “Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Audit
dan Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba”, Wahana Riset
Akuntansi, Vol. 1, 2013.
84
Yuristisia, Citra dan Niki Lukviarman,“Analisis Hubungan Antara Strong Board
dan Eksternal Governance terhadap Accounting Restatement”,Jurnal Siasat
Bisnis, 2008.
85
LAMPIRAN
LAMPIRAN
86
LAMPIRAN 1 DATA POPULASI DAN
SAMPEL
87
Daftar Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2011-2014
No. Kode Nama Perusahaan
1 ADES Akasha Wira International Tbk
2 ADMG Polychem Indonesia Tbk
3 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
4 AKKU Alam Karya Unggul Tbk
5 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
6 ALDO Alkindo Naratama Tbk
7 ALKA Alaska Industrindo Tbk
8 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
9 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
10 APLI Asiaplast Industries Tbk
11 ARGO Argo Pantes Tbk
12 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
13 ASII Astra International Tbk
14 AUTO Astra Auto Part Tbk
15 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk
16 BATA Sepatu Bata Tbk
17 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk
18 BRAM Indo Kordsa Tbk
19 BRNA Berlina Tbk
20 BRPT Barito Pasific Tbk
21 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk
22 BUDI Budi Acid Jaya Tbk
23 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
24 CNTX Centex Tbk
25 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
26 CTBN Citra Turbindo Tbk
27 DAVO Davomas Abadi Tbk
28 DLTA Delta Djakarta Tbk
29 DPNS Duta Pertiwi Nusantara
30 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
31 EKAD Ekadharma International Tbk
32 ERTX Eratex Djaya Tbk
33 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk
88
No. Kode Nama Perusahaan
34 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
35 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
36 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk
37 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
38 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
39 GGRM Gudang Garam Tbk
40 GJTL Gajah Tunggal Tbk
41 HDTX Pan Asia Indosyntec Tbk
42 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
43 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
44 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk
45 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
46 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk
47 IMAS Indomobil Sukses International Tbk
48 INAF Indofarma Tbk
49 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
50 INCI Intan Wijaya International Tbk
51 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
52 INDR Indo Rama Synthetic Tbk
53 INDS Indospring Tbk
54 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
55 INRU Toba Pulp Lestari Tbk
56 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
57 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
58 ITMA Itamaraya Tbk
59 JECC Jembo Cable Company Tbk
60 JKSW Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk
61 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
62 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
63 KAEF Kimia Farma Tbk
64 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
65 KBLM Kabelindo Murni Tbk
66 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
67 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
68 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
69 KICI Kedaung Indah Can Tbk
70 KLBF Kalbe Farma Tbk
71 KRAS Krakatau Steel Tbk
89
No. Kode Nama Perusahaan
72 LION Lion Metal Works Tbk
73 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk
74 LMSH Lionmesh Prima Tbk
75 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk
76 MAIN Malindo Feedmill Tbk
77 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk
78 MBAI Multibreeder Adirama Indonesia Tbk
79 MBTO Martina Berto Tbk
80 MERK Merck Indonesia Tbk
81 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
82 MLIA Mulia Industrindo Tbk
83 MRAT Mustika Ratu Tbk
84 MYOR Mayora Indah Tbk
85 MYRX Hanson International Tbk
86 MYTX Apac Citra Centertex Tbk
87 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk
88 NIPS Nippres Tbk
89 PBRX Pan Brothers Tbk
90 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
91 POLY Asia Pasific Fibers Tbk
92 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
93 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk
94 PTSN Sat Nusa Persada Tbk
95 PYFA Pyridam Farma Tbk
96 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
97 RMBA Bentoel International Investama Tbk
98 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
99 SAIP Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas Tbk
100 SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk
101 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk
102 SIAP Sekawan Intipratama Tbk
103 SIMA Siwani Makmur Tbk
104 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk
105 SIPD Siearad Produce Tbk
106 SKBM Sekar Bumi Tbk
107 SKLT Sekar Laut Tbk
108 SMCB Holcim Indonesia Tbk
109 SMGR Semen Gresik Tbk
90
No. Kode Nama Perusahaan
110 SMSM Selamat Sempurna Tbk
111 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
112 SPMA Suparma Tbk
113 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
114 SRSN Indo Acitama Tbk
115 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk
116 STTP Siantar Top Tbk
117 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk
118 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk
119 TCID Mandom Indonesia Tbk
120 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk
121 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk
122 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
123 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
124 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk
126 TRST Trias Sentosa Tbk
127 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
128 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
129 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk
130 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
131 UNTX Unitex Tbk
132 UNVR Unilever Indonesia Tbk
133 VOKS Voksel Electric Tbk
134 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk
91
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur 2011-2014
No. Kode Nama Perusahaan
1 ADES Akasha Wira International Tbk
2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
3 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
4 APLI Asiaplast Industries Tbk
5 ASII Astra International Tbk
6 AUTO Astra Auto Part Tbk
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
8 DPNS Duta Pertiwi Nusantara
9 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
10 GTJL Gajah Tunggal Tbk
11 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
12 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
13 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk
14 IMAS Indomobil Sukses International Tbk
15 INAF Indofarma Tbk
16 INCI Intan Wijaya International Tbk
17 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
18 INDS Indospring Tbk
19 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
20 KAEF Kimia Farma Tbk
21 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
22 MYOR Mayora Indah Tbk
23 MYTX Apac Citra Centertex Tbk
24 NIPS Nippres Tbk
25 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
26 RMBA Bentoel International Investama Tbk
27 SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk
28 SKLT Sekar Laut Tbk
29 SMSM Selamat Sempurna Tbk
30 TRST Trias Sentosa Tbk
31 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
32 UNVR Unilever Indonesia Tbk
33 VOKS Voksel Electric Tbk
92
Variabel Penelitian
No. Kode Periode Restatement Total Aset Ln Aset
1 ADES 2011 1 Rp 316,048,000,000 26.47916
2 AISA 2011 0 Rp 3,590,309,000,000 28.90926
3 AKPI 2011 1 Rp 1,556,600,855,000 28.07353
4 APLI 2011 1 Rp 333,352,457,870 26.53247
5 ASII 2011 1 Rp 154,319,000,000,000 32.67004
6 AUTO 2011 1 Rp 6,964,227,000,000 29.57181
7 CPIN 2011 1 Rp 8,848,204,000,000 29.81124
8 DPNS 2011 0 Rp 172,322,620,690 25.87263
9 GDST 2011 0 Rp 977,457,487,885 27.60822
10 GTJL 2011 1 Rp 11,609,514,000,000 30.08285
11 HMSP 2011 1 Rp 19,329,758,000,000 30.59267
12 ICBP 2011 0 Rp 15,222,857,000,000 30.35382
13 IGAR 2011 0 Rp 355,579,996,944 26.59702
14 IMAS 2011 1 Rp 12,905,429,951,184 30.18867
15 INAF 2011 0 Rp 1,114,901,669,774 27.73979
16 INCI 2011 0 Rp 125,184,677,577 25.55306
17 INDF 2011 1 Rp 53,585,933,000,000 31.61231
18 INDS 2011 0 Rp 1,139,715,256,754 27.7618
19 JPFA 2011 0 Rp 8,266,417,000,000 29.74322
20 KAEF 2011 1 Rp 1,794,399,675,018 28.21569
21 KBRI 2011 0 Rp 744,581,030,849 27.33609
22 MYOR 2011 0 Rp 6,599,845,533,328 29.51807
23 MYTX 2011 0 Rp 1,848,394,822,216 28.24534
24 NIPS 2011 0 Rp 446,688,457,381 26.82513
93
No. Kode Periode Restatement Total Aset Ln Aset
25 PRAS 2011 1 Rp 215,205,568,113 26.09486
26 RMBA 2011 0 Rp 6,333,957,000,000 29.47695
27 SCCO 2011 0 Rp 1,455,620,557,037 28.00645
28 SKLT 2011 0 Rp 214,237,879,424 26.09035
29 SMSM 2011 1 Rp 1,327,799,716,171 27.91454
30 TRST 2011 1 Rp 2,078,643,008,389 28.36274
31 UNIT 2011 0 Rp 304,802,980,424 26.44293
32 UNVR 2011 0 Rp 10,482,312,000,000 29.98071
33 VOKS 2011 1 Rp 1,573,039,162,237 28.08403
34 ADES 2012 0 Rp 389,094,000,000 26.68709
35 AISA 2012 0 Rp 3,867,576,000,000 28.98365
36 AKPI 2012 0 Rp 1,714,834,430,000 28.17034
37 APLI 2012 0 Rp 333,867,300,446 26.53401
38 ASII 2012 0 Rp 182,274,000,000,000 32.83653
39 AUTO 2012 1 Rp 8,807,056,000,000 29.81501
40 CPIN 2012 0 Rp 12,348,627,000,000 30.14457
41 DPNS 2012 1 Rp 184,533,123,832 25.94109
42 GDST 2012 0 Rp 1,163,971,056,842 27.78286
43 GTJL 2012 0 Rp 12,869,793,000,000 30.1859
44 HMSP 2012 0 Rp 26,247,527,000,000 30.89859
45 ICBP 2012 0 Rp 17,753,480,000,000 30.5076
46 IGAR 2012 0 Rp 312,342,760,278 26.46737
47 IMAS 2012 0 Rp 9,813,158,956,054 29.91475
48 INAF 2012 0 Rp 1,188,618,790,410 27.80381
49 INCI 2012 0 Rp 132,278,839,079 25.60818
50 INDF 2012 1 Rp 59,389,405,000,000 31.71514
94
No. Kode Periode Restatement Total Aset Ln Aset
51 INDS 2012 0 Rp 1,664,779,358,215 28.14071
52 JPFA 2012 0 Rp 10,961,464,000,000 30.02541
53 KAEF 2012 0 Rp 2,076,347,580,785 28.36163
54 KBRI 2012 0 Rp 740,753,171,392 27.33093
55 MYOR 2012 0 Rp 8,302,506,241,903 29.74758
56 MYTX 2012 0 Rp 1,803,323,308,102 28.22065
57 NIPS 2012 0 Rp 525,626,737,289 26.98786
58 PRAS 2012 0 Rp 577,349,886,068 27.08171
59 RMBA 2012 0 Rp 6,935,601,000,000 29.56769
60 SCCO 2012 0 Rp 1,486,921,371,360 28.02773
61 SKLT 2012 0 Rp 249,746,467,756 26.24371
62 SMSM 2012 1 Rp 1,556,214,324,213 28.07328
63 TRST 2012 0 Rp 2,188,129,039,119 28.41407
64 UNIT 2012 0 Rp 379,900,742,389 26.66318
65 UNVR 2012 1 Rp 11,984,979,000,000 30.11468
66 VOKS 2012 1 Rp 1,698,078,000,000 28.16052
67 ADES 2013 1 Rp 441,064,000,000 26.81246
68 AISA 2013 0 Rp 5,020,824,000,000 29.24462
69 AKPI 2013 1 Rp 2,084,567,189,000 28.36558
70 APLI 2013 1 Rp 303,594,490,546 26.43896
71 ASII 2013 1 Rp 213,994,000,000,000 32.99697
72 AUTO 2013 1 Rp 12,484,843,000,000 30.15554
73 CPIN 2013 1 Rp 15,722,197,000,000 30.38609
74 DPNS 2013 1 Rp 256,372,669,050 26.2699
75 GDST 2013 0 Rp 1,191,496,619,152 27.80623
76 GTJL 2013 1 Rp 15,350,754,000,000 30.36219
95
No. Kode Periode Restatement Total Aset Ln Aset
77 HMSP 2013 0 Rp 27,404,594,000,000 30.94173
78 ICBP 2013 0 Rp 21,267,470,000,000 30.6882
79 IGAR 2013 0 Rp 314,746,644,499 26.47503
77 HMSP 2013 0 Rp 27,404,594,000,000 30.94173
80 IMAS 2013 1 Rp 11,634,955,170,257 30.08504
81 INAF 2013 0 Rp 1,294,510,669,195 27.88915
82 INCI 2013 0 Rp 136,142,063,219 25.63696
83 INDF 2013 1 Rp 77,611,416,000,000 31.98274
84 INDS 2013 0 Rp 2,196,518,364,473 28.41789
85 JPFA 2013 0 Rp 14,917,590,000,000 30.33356
86 KAEF 2013 1 Rp 2,471,939,548,890 28.53602
87 KBRI 2013 0 Rp 788,749,190,752 27.39371
88 MYOR 2013 1 Rp 9,710,223,454,000 29.9042
89 MYTX 2013 1 Rp 2,095,467,423,419 28.3708
90 NIPS 2013 0 Rp 798,407,625,000 27.40589
91 PRAS 2013 0 Rp 795,630,254,208 27.4024
92 RMBA 2013 0 Rp 9,232,016,000,000 29.8537
93 SCCO 2013 0 Rp 1,762,032,300,123 28.19749
94 SKLT 2013 0 Rp 301,989,488,699 26.43366
95 SMSM 2013 1 Rp 1,712,710,000,000 28.1691
96 TRST 2013 0 Rp 3,260,919,505,192 28.81303
97 UNIT 2013 0 Rp 459,118,935,528 26.85258
98 UNVR 2013 1 Rp 13,348,188,000,000 30.2224
99 VOKS 2013 1 Rp 1,955,830,321,070 28.30184
100 ADES 2014 1 Rp 504,865,000,000 26.94756
101 AISA 2014 0 Rp 7,371,846,000,000 29.62869
96
No. Kode Periode Restatement Total Aset Ln Aset
102 AKPI 2014 1 Rp 2,227,042,590,000 28.4317
103 APLI 2014 1 Rp 273,126,657,794 26.3332
104 ASII 2014 1 Rp 236,029,000,000,000 33.09498
105 AUTO 2014 1 Rp 14,380,926,000,000 30.29692
106 CPIN 2014 1 Rp 20,862,439,000,000 30.66897
107 DPNS 2014 1 Rp 268,877,322,944 26.31752
108 GDST 2014 0 Rp 1,354,622,569,945 27.93454
109 GTJL 2014 1 Rp 16,042,897,000,000 30.40629
110 HMSP 2014 0 Rp 28,380,630,000,000 30.97673
111 ICBP 2014 0 Rp 24,910,211,000,000 30.8463
112 IGAR 2014 0 Rp 349,894,783,575 26.5809
113 IMAS 2014 1 Rp 11,845,370,194,860 30.10296
114 INAF 2014 0 Rp 1,248,343,275,406 27.85284
115 INCI 2014 0 Rp 147,992,617,351 25.72043
116 INDF 2014 1 Rp 85,938,885,000,000 32.08466
117 INDS 2014 0 Rp 2,282,666,078,493 28.45637
118 JPFA 2014 0 Rp 15,730,435,000,000 30.38662
119 KAEF 2014 1 Rp 2,968,184,626,297 28.71897
120 KBRI 2014 0 Rp 1,299,315,036,743 27.89286
121 MYOR 2014 1 Rp 10,291,108,029,334 29.9623
122 MYTX 2014 1 Rp 2,041,304,000,000 28.34461
123 NIPS 2014 0 Rp 1,206,854,399,000 27.81904
124 PRAS 2014 0 Rp 1,286,827,899,805 27.8832
125 RMBA 2014 0 Rp 10,250,546,000,000 29.95835
126 SCCO 2014 0 Rp 1,656,007,190,010 28.13543
127 SKLT 2014 0 Rp 331,574,891,637 26.52712
97
No. Kode Periode Restatement Total Aset Ln Aset
128 SMSM 2014 1 Rp 1,749,395,000,000 28.19029
129 TRST 2014 1 Rp 3,261,285,495,052 28.81314
130 UNIT 2014 0 Rp 440,727,374,151 26.81169
131 UNVR 2014 0 Rp 14,280,670,000,000 30.28993
132 VOKS 2014 1 Rp 1,553,905,000,000 28.07179
No. Kode Periode Dewan Komisaris
Independen Total Dewan Komisaris
Persentase Dewan
Komisaris Independen
1 ADES 2011 1 3 0.333333
2 AISA 2011 3 5 0.6
3 AKPI 2011 2 6 0.333333
4 APLI 2011 1 3 0.333333
5 ASII 2011 5 11 0.454545
6 AUTO 2011 4 10 0.4
7 CPIN 2011 2 5 0.4
8 DPNS 2011 1 3 0.333333
9 GDST 2011 1 3 0.333333
10 GTJL 2011 3 8 0.375
11 HMSP 2011 2 5 0.4
12 ICBP 2011 3 8 0.375
13 IGAR 2011 1 3 0.333333
14 IMAS 2011 3 7 0.428571
15 INAF 2011 2 5 0.4
16 INCI 2011 1 3 0.333333
17 INDF 2011 3 9 0.333333
18 INDS 2011 1 3 0.333333
19 JPFA 2011 1 4 0.25
98
No. Kode Periode Dewan Komisaris
Independen Total Dewan Komisaris
Persentase Dewan
Komisaris Independen
20 KAEF 2011 2 5 0.4
21 KBRI 2011 1 3 0.333333
22 MYOR 2011 2 5 0.4
23 MYTX 2011 2 4 0.5
24 NIPS 2011 1 3 0.333333
25 PRAS 2011 1 3 0.333333
26 RMBA 2011 2 4 0.5
27 SCCO 2011 1 3 0.333333
28 SKLT 2011 1 3 0.333333
29 SMSM 2011 1 3 0.333333
30 TRST 2011 1 3 0.333333
31 UNIT 2011 1 2 0.5
32 UNVR 2011 4 5 0.8
33 VOKS 2011 1 5 0.2
34 ADES 2012 1 3 0.333333
35 AISA 2012 2 5 0.4
36 AKPI 2012 2 5 0.4
37 APLI 2012 1 3 0.333333
38 ASII 2012 5 12 0.416667
39 AUTO 2012 4 10 0.4
40 CPIN 2012 2 5 0.4
41 DPNS 2012 1 3 0.333333
42 GDST 2012 1 3 0.333333
43 GTJL 2012 3 8 0.375
44 HMSP 2012 2 5 0.4
99
No. Kode Periode Dewan Komisaris
Independen Total Dewan Komisaris
Persentase Dewan
Komisaris Independen
45 ICBP 2012 3 8 0.375
46 IGAR 2012 1 3 0.333333
47 IMAS 2012 3 7 0.428571
48 INAF 2012 3 8 0.375
49 INCI 2012 1 3 0.333333
50 INDF 2012 3 8 0.375
51 INDS 2012 1 3 0.333333
52 JPFA 2012 1 3 0.333333
53 KAEF 2012 2 5 0.4
54 KBRI 2012 1 3 0.333333
55 MYOR 2012 2 5 0.4
56 MYTX 2012 2 4 0.5
57 NIPS 2012 1 4 0.25
58 PRAS 2012 1 3 0.333333
59 RMBA 2012 1 4 0.25
60 SCCO 2012 1 3 0.333333
61 SKLT 2012 1 3 0.333333
62 SMSM 2012 1 3 0.333333
63 TRST 2012 1 3 0.333333
64 UNIT 2012 1 2 0.5
65 UNVR 2012 4 5 0.8
66 VOKS 2012 1 5 0.2
67 ADES 2013 1 3 0.333333
68 AISA 2013 2 6 0.333333
69 AKPI 2013 2 6 0.333333
100
No. Kode Periode Dewan Komisaris
Independen Total Dewan Komisaris
Persentase Dewan
Komisaris Independen
70 APLI 2013 1 3 0.333333
71 ASII 2013 3 10 0.3
72 AUTO 2013 4 11 0.363636
73 CPIN 2013 2 6 0.333333
74 DPNS 2013 1 3 0.333333
75 GDST 2013 1 3 0.333333
76 GTJL 2013 2 7 0.285714
77 HMSP 2013 3 6 0.5
78 ICBP 2013 3 7 0.428571
79 IGAR 2013 1 3 0.333333
80 IMAS 2013 3 7 0.428571
81 INAF 2013 2 4 0.5
82 INCI 2013 1 3 0.333333
83 INDF 2013 3 8 0.375
84 INDS 2013 1 3 0.333333
85 JPFA 2013 1 3 0.333333
86 KAEF 2013 2 5 0.4
87 KBRI 2013 1 3 0.333333
88 MYOR 2013 2 5 0.4
89 MYTX 2013 2 4 0.5
90 NIPS 2013 1 3 0.333333
91 PRAS 2013 1 3 0.333333
92 RMBA 2013 2 5 0.4
93 SCCO 2013 1 3 0.333333
94 SKLT 2013 1 3 0.333333
101
No. Kode Periode Dewan Komisaris
Independen Total Dewan Komisaris
Persentase Dewan
Komisaris Independen
95 SMSM 2013 2 4 0.5
96 TRST 2013 1 3 0.333333
97 UNIT 2013 1 2 0.5
98 UNVR 2013 4 5 0.8
99 VOKS 2013 1 5 0.2
100 ADES 2014 2 6 0.333333
101 AISA 2014 1 5 0.2
102 AKPI 2014 2 6 0.333333
103 APLI 2014 2 6 0.333333
104 ASII 2014 4 11 0.363636
105 AUTO 2014 4 11 0.363636
106 CPIN 2014 2 6 0.333333
107 DPNS 2014 1 3 0.333333
108 GDST 2014 1 3 0.333333
109 GTJL 2014 2 6 0.333333
110 HMSP 2014 3 6 0.5
111 ICBP 2014 3 7 0.428571
112 IGAR 2014 1 3 0.333333
113 IMAS 2014 3 7 0.428571
114 INAF 2014 1 3 0.333333
115 INCI 2014 1 3 0.333333
116 INDF 2014 3 8 0.375
117 INDS 2014 1 3 0.333333
118 JPFA 2014 1 3 0.333333
119 KAEF 2014 2 5 0.4
102
No. Kode Periode Dewan Komisaris
Independen Total Dewan Komisaris
Persentase Dewan
Komisaris Independen
120 KBRI 2014 1 3 0.333333
121 MYOR 2014 2 5 0.4
122 MYTX 2014 2 4 0.5
123 NIPS 2014 1 3 0.333333
124 PRAS 2014 1 3 0.333333
125 RMBA 2014 2 5 0.4
126 SCCO 2014 1 3 0.333333
127 SKLT 2014 1 3 0.333333
128 SMSM 2014 1 3 0.333333
129 TRST 2014 2 4 0.5
130 UNIT 2014 1 2 0.5
131 UNVR 2014 4 5 0.8
132 VOKS 2014 2 5 0.4
No. Kode Periode Komite Audit
Independen
Total Komite
Audit
Persentase Komite
Audit Independen
Kualitas
Audit
1 ADES 2011 2 3 0.666667 0
2 AISA 2011 2 3 0.666667 0
3 AKPI 2011 2 3 0.666667 1
4 APLI 2011 2 3 0.666667 0
5 ASII 2011 2 4 0.5 1
6 AUTO 2011 2 3 0.666667 1
7 CPIN 2011 3 5 0.6 1
8 DPNS 2011 2 3 0.666667 0
103
No. Kode Periode Komite Audit
Independen
Total Komite
Audit
Persentase Komite
Audit Independen
Kualitas
Audit
9 GDST 2011 2 3 0.666667 0
10 GTJL 2011 2 3 0.666667 1
11 HMSP 2011 1 3 0.333333 1
12 ICBP 2011 2 4 0.5 1
13 IGAR 2011 2 3 0.666667 0
14 IMAS 2011 2 3 0.666667 1
15 INAF 2011 3 5 0.6 0
16 INCI 2011 2 3 0.666667 0
17 INDF 2011 2 4 0.5 1
18 INDS 2011 2 3 0.666667 0
19 JPFA 2011 2 3 0.666667 0
20 KAEF 2011 3 4 0.75 0
21 KBRI 2011 3 3 1 0
22 MYOR 2011 2 3 0.666667 0
23 MYTX 2011 3 4 0.75 0
24 NIPS 2011 2 3 0.666667 0
25 PRAS 2011 2 3 0.666667 0
26 RMBA 2011 2 3 0.666667 1
27 SCCO 2011 2 3 0.666667 0
28 SKLT 2011 2 3 0.666667 0
29 SMSM 2011 2 3 0.666667 0
30 TRST 2011 2 3 0.666667 1
31 UNIT 2011 2 3 0.666667 0
32 UNVR 2011 2 3 0.666667 1
33 VOKS 2011 2 3 0.666667 0
104
No. Kode Periode Komite Audit
Independen
Total Komite
Audit
Persentase Komite
Audit Independen
Kualitas
Audit
34 ADES 2012 2 3 0.666667 0
35 AISA 2012 2 3 0.666667 0
36 AKPI 2012 2 3 0.666667 1
37 APLI 2012 1 2 0.5 1
38 ASII 2012 2 4 0.5 1
39 AUTO 2012 2 3 0.666667 1
40 CPIN 2012 3 5 0.6 1
41 DPNS 2012 2 3 0.666667 0
42 GDST 2012 2 3 0.666667 0
43 GTJL 2012 2 3 0.666667 1
44 HMSP 2012 1 3 0.333333 1
45 ICBP 2012 2 4 0.5 1
46 IGAR 2012 2 3 0.666667 0
47 IMAS 2012 2 3 0.666667 1
48 INAF 2012 2 4 0.5 0
49 INCI 2012 2 3 0.666667 0
50 INDF 2012 2 4 0.5 1
51 INDS 2012 2 3 0.666667 0
52 JPFA 2012 2 3 0.666667 0
53 KAEF 2012 2 3 0.666667 0
54 KBRI 2012 2 3 0.666667 0
55 MYOR 2012 2 3 0.666667 0
56 MYTX 2012 3 4 0.75 0
57 NIPS 2012 2 3 0.666667 0
58 PRAS 2012 2 3 0.666667 0
105
No. Kode Periode Komite Audit
Independen
Total Komite
Audit
Persentase Komite
Audit Independen
Kualitas
Audit
59 RMBA 2012 2 3 0.666667 1
60 SCCO 2012 2 3 0.666667 0
61 SKLT 2012 2 3 0.666667 0
62 SMSM 2012 2 3 0.666667 1
63 TRST 2012 2 3 0.666667 1
64 UNIT 2012 2 3 0.666667 0
65 UNVR 2012 2 3 0.666667 1
66 VOKS 2012 2 3 0.666667 0
67 ADES 2013 2 3 0.666667 0
68 AISA 2013 2 3 0.666667 0
69 AKPI 2013 2 3 0.666667 1
70 APLI 2013 2 3 0.666667 1
71 ASII 2013 2 4 0.5 1
72 AUTO 2013 2 3 0.666667 1
73 CPIN 2013 3 5 0.6 1
74 DPNS 2013 2 3 0.666667 0
75 GDST 2013 2 3 0.666667 0
76 GTJL 2013 2 3 0.666667 1
77 HMSP 2013 1 3 0.333333 1
78 ICBP 2013 1 3 0.333333 1
79 IGAR 2013 2 3 0.666667 0
80 IMAS 2013 2 3 0.666667 1
81 INAF 2013 4 6 0.666667 0
82 INCI 2013 2 3 0.666667 0
83 INDF 2013 2 3 0.666667 1
106
No. Kode Periode Komite Audit
Independen
Total Komite
Audit
Persentase Komite
Audit Independen
Kualitas
Audit
84 INDS 2013 2 3 0.666667 0
85 JPFA 2013 2 3 0.666667 0
86 KAEF 2013 2 3 0.666667 0
87 KBRI 2013 2 3 0.666667 0
88 MYOR 2013 2 3 0.666667 0
89 MYTX 2013 2 3 0.666667 0
90 NIPS 2013 2 3 0.666667 0
91 PRAS 2013 2 3 0.666667 0
92 RMBA 2013 2 3 0.666667 1
93 SCCO 2013 2 3 0.666667 0
94 SKLT 2013 2 3 0.666667 0
95 SMSM 2013 2 3 0.666667 1
96 TRST 2013 2 3 0.666667 1
97 UNIT 2013 2 3 0.666667 0
98 UNVR 2013 2 3 0.666667 1
99 VOKS 2013 2 3 0.666667 0
100 ADES 2014 2 3 0.666667 0
101 AISA 2014 2 4 0.5 0
102 AKPI 2014 2 3 0.666667 1
103 APLI 2014 2 3 0.666667 1
104 ASII 2014 2 4 0.5 1
105 AUTO 2014 2 3 0.666667 1
106 CPIN 2014 3 5 0.6 1
107 DPNS 2014 2 3 0.666667 0
108 GDST 2014 2 3 0.666667 0
107
No. Kode Periode Komite Audit
Independen
Total Komite
Audit
Persentase Komite
Audit Independen
Kualitas
Audit
109 GTJL 2014 2 3 0.666667 1
110 HMSP 2014 1 3 0.333333 1
111 ICBP 2014 1 3 0.333333 1
112 IGAR 2014 2 3 0.666667 0
113 IMAS 2014 2 3 0.666667 1
114 INAF 2014 1 3 0.333333 0
115 INCI 2014 2 3 0.666667 0
116 INDF 2014 2 3 0.666667 1
117 INDS 2014 2 3 0.666667 0
118 JPFA 2014 2 3 0.666667 0
119 KAEF 2014 2 3 0.666667 0
120 KBRI 2014 2 3 0.666667 0
121 MYOR 2014 2 3 0.666667 0
122 MYTX 2014 2 3 0.666667 0
123 NIPS 2014 2 3 0.666667 0
124 PRAS 2014 2 3 0.666667 0
125 RMBA 2014 2 3 0.666667 1
126 SCCO 2014 2 3 0.666667 0
127 SKLT 2014 2 3 0.666667 0
128 SMSM 2014 2 3 0.666667 1
129 TRST 2014 2 3 0.666667 1
130 UNIT 2014 2 3 0.666667 0
131 UNVR 2014 2 3 0.666667 1
132 VOKS 2014 2 3 0.666667 0
108
LAMPIRAN 1 Hasil Output SPSS
cix
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Restatement 132 0 1 .40 .492
Size 132 25.553056 33.094976 28.59952856 1.753972744
KomInd 132 .200000 .800000 .37981766 .100487394
IndKA 132 .333333 1.000000 .63699495 .092517206
Big_Four 132 0 1 .41 .494
Valid N
(listwise) 132
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 132 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 132 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 132 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the
total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Non Restatement 0
cx
Restatement 1
Categorical Variables Codings
Frequency
Parameter coding
(1)
Big_Four Non big four 78 1.000
Big Four 54 .000
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 177.837 -.394
2 177.836 -.399
3 177.836 -.399
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 177.836
b. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter
estimates changed by less than .001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Restatement
Percentage
Correct
Non
Restatement Restatement
cxi
Step
0
Restatement Non
Restatement 79 0 100.0
Restatement 53 0 .0
Overall Percentage 59.8
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.399 .178 5.054 1 .025 .671
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Size 7.239 1 .007
KomInd .001 1 .981
IndKA .311 1 .577
Big_Four(1) 16.706 1 .000
Overall Statistics 24.012 4 .000
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant Size KomInd IndKA
Big_Four
(1)
Step
1
1 153.321 -5.071 .119 -2.540 5.035 -1.630
2 152.918 -6.360 .149 -2.924 5.994 -1.799
cxii
3 152.917 -6.436 .151 -2.941 6.046 -1.805
4 152.917 -6.436 .151 -2.941 6.046 -1.805
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 177.836
d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter
estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step
1
Step 24.919 4 .000
Block 24.919 4 .000
Model 24.919 4 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 152.917a .172 .232
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter
estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 7.481 8 .486
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Restatement = Non
Restatement
Restatement =
Restatement
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 11 10.878 2 2.122 13
cxiii
2 9 10.128 4 2.872 13
3 8 9.918 5 3.082 13
4 11 9.627 2 3.373 13
5 11 9.428 2 3.572 13
6 10 9.048 3 3.952 13
7 7 7.391 6 5.609 13
8 4 4.921 9 8.079 13
9 2 3.858 11 9.142 13
10 6 3.802 9 11.198 15
Classification Tablea
Observed
Predicted
Restatement
Percentage
Correct
Non
Restatement Restatement
Step
1
Restatement Non
Restatement 65 14 82.3
Restatement 23 30 56.6
Overall Percentage 72.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Size .151 .152 .981 1 .322 1.163
KomInd -2.941 1.977 2.213 1 .137 .053
cxiv
IndKA 6.046 2.546 5.641 1 .018 422.466
Big_Four(1
) -1.805 .524 11.856 1 .001 .164
Constant -6.436 5.202 1.531 1 .216 .002
a. Variable(s) entered on step 1: Size, KomInd, IndKA, Big_Four.
Correlation Matrix
Constan
t Size KomInd IndKA
Big_Four
(1)
Step 1 Constant 1.000 -.951 -.005 -.557 -.442
Size -.951 1.000 -.131 .326 .489
KomInd -.005 -.131 1.000 -.133 .216
IndKA -.557 .326 -.133 1.000 -.181
Big_Four(1) -.442 .489 .216 -.181 1.000
Step number: 1
Observed Groups and Predicted Probabilities
16 + +
I I
I I
F I I
R 12 + +
E I I
Q I R I
cxv
U I R R I
E 8 + R RN +
N I RN RNNN R I
C I RN RNNN R I
Y I RNRNNNN RR I
4 + N N NNRNNNN RRR +
I N NRNNNNNNNR R RRN I
I NN RNNNNNNNNNR NR R R RNR R RRNNRR RR
I
I N N NN NRNNNNNNNNNN N NRNRRN N NN NN R RN R RRNR N
RNRNNNR R NR I
Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------
+----------
Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1
Group:
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNR
RRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Predicted Probability is of Membership for Restatement
The Cut Value is .50
Symbols: N - Non Restatement
R - Restatement
Each Symbol Represents 1 Case.
cxvi