Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

28
1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham Institusi dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Biaya Pengeluaran CSR Arie Pangestu Gazali, Dwi Hartanti Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Depok, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan dari biaya pengeluaran Corporate Social Responsbility dilihat dari variabel ukuran dewan komisaris, kepemilikan saham institusi, dan karakteristik perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) selama periode pengamatan (2013). Variabel karakteristik perusahaan terdiri dari ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas . Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Tipe model regresi yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Total akhir sampel penelitian adalah 99 perusahaan selama periode 1 tahun. Hasil penelitian uji statistik menunjukkan seluruh variabel independen mempengaruhi biaya pengeluaran CSR. Pada uji t, variabel independen kepemilikan saham institusi memiliki pengaruh negatif signifikan, dan profitabilitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap biaya pengeluaran CSR. Sedangkan ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan,dan leverage tidak berpengaruh terhadap biaya pengeluaran CSR. Influence of Size of Board Commisioner, Instutional Ownership, and Firm Characteristics Against CSR Expenditure Abstract This reserach define to analyze the determinants of Corporate Social Responsibility expenditure view of variables board of commisioner, Instutional Ownership, and firm characteristics, all of above mentioned listed on the Indonesia Stock Exchange during the observation period (2013). variable of firm characteristics consists of firm size, leverage and profitability. Data collection method used in this research is purposive sampling method. Type regression model used is multiple regression analysis. The final total sample is 99 companies over a period of 1 year. Results of the study showed statistical test all independent variables affecting CSR expenditure. The result of t test showed independent variable institutional ownership had a significant negative and profitability had a significant positive effect on CSR expenditure. Whereas board size, firm size, and leverage do not affect the cost of CSR expenditure. Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Transcript of Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

Page 1: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

1

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham Institusi dan

Karakteristik Perusahaan Terhadap Biaya Pengeluaran CSR

Arie Pangestu Gazali, Dwi Hartanti

Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Depok, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan dari biaya pengeluaran Corporate Social Responsbility

dilihat dari variabel ukuran dewan komisaris, kepemilikan saham institusi, dan karakteristik perusahaan pada

perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) selama periode pengamatan (2013). Variabel

karakteristik perusahaan terdiri dari ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas .

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Tipe model

regresi yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Total akhir sampel penelitian adalah 99 perusahaan

selama periode 1 tahun. Hasil penelitian uji statistik menunjukkan seluruh variabel independen mempengaruhi

biaya pengeluaran CSR. Pada uji t, variabel independen kepemilikan saham institusi memiliki pengaruh negatif

signifikan, dan profitabilitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap biaya pengeluaran CSR. Sedangkan

ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan,dan leverage tidak berpengaruh terhadap biaya pengeluaran CSR.

Influence of Size of Board Commisioner, Instutional Ownership, and Firm

Characteristics Against CSR Expenditure

Abstract

This reserach define to analyze the determinants of Corporate Social Responsibility expenditure view of

variables board of commisioner, Instutional Ownership, and firm characteristics, all of above mentioned listed on

the Indonesia Stock Exchange during the observation period (2013). variable of firm characteristics consists of

firm size, leverage and profitability.

Data collection method used in this research is purposive sampling method. Type regression model used is

multiple regression analysis. The final total sample is 99 companies over a period of 1 year. Results of the study

showed statistical test all independent variables affecting CSR expenditure. The result of t test showed

independent variable institutional ownership had a significant negative and profitability had a significant positive

effect on CSR expenditure. Whereas board size, firm size, and leverage do not affect the cost of CSR

expenditure.

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 2: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

2

Keywords: CSR Expenditures, Firm Characteristics, corporate governance, the Board of Commissioners,

Institutional Ownership

Pendahuluan Konsep Corporate Social Responsbility (CSR) yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan

dan sosial budaya. Hal ini, karena CSR merupakan suatu elemen penting dalam pengelolaan

biaya dan keuntungan kegiatan bisnis pemangku kepentingan (stakeholder). Adapun alasan

penting mengapa harus melakukan CSR yaitu, untuk mendapatkan keuntungan sosial,

mencegah konflik dan persaingan yang terjadi, kesinambungan usaha atau bisnis, pengelolaan

sumber daya alam serta pemberdayaan masyarakat dan sebagai license to operate karena isu

CSR juga merupakan suatu topik yang berkenaan dengan etika bisnis. Semakin meningkatnya praktek CSR perusahaan belakang ini, disebabkan juga oleh semakin

meningkatnya kesadaran perusahaan-perusahaan untuk menjalankan Good Corporate

Governance (GCG), dimana perusahaan diharuskan mengungkapkan segala sesuatu yang

berkaitan dengan aktivitas keuangan ataupun aktivitas non-keuangan perusahaan sebagai

upaya dari keterbukaan perusahaan. Untuk mendukung praktek CG atas pengungkapan

aktivitas keuangan yang sebagaimana diatur dalam OECD (2004), maka dibuatlah dua

standar umum yang dibuat oleh International Organization for Standardization (ISO) sebagai

induk organisasi standarisasi internasional, yang melatar belakangi lahirnya panduan dan

standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on

Social Responsibility dan tentang standar pedoman pelaporan keberlanjutan perusahaan yang

diberi nama Global Reporting Initiative (GRI). Hal ini, dimaksudkan sebagai pedoman yang

mendukung praktek CG yang memiliki lima dasar utama, yaitu transparacy, accountability,

responsbility, independency dan fairness. Di Indonesia, pentingnya pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam BAPEPAM-LK, ISO

26000 dan GRI membuat pemerintah sebagai regulator turut mendukung keharusan tentang

praktek CSR. Dapat dilihat dengan adanya berbagai peraturan terkait kewajiban perusahaan

dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu UUPT No. 40 Tahun 2007,

UUPM No. 25 Tahun 2007 yang mengatur setiap penanaman modal diwajibkan untuk ikut

serta dalam tanggung jawab sosial perusahaan, Peraturan BAPEPAM-LK X.K.6 tentang

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 3: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

3

laporan tahunan perusahaan. PP No. 47 tahun 2007 mengenai tanggung jawab sosial dan

lingkungan perusahaan, dan PP No. 27 Tahun 2012 mengenai izin lingkungan. Pada dua dekade belakangan ini, penelitian tentang biaya pengeluaran CSR masih menjadi isu

yang belum tergali dalam dalam accounting-based research. karena belum adanya

pengukuran yang jelas tentang berapa besar biaya pengeluaran CSR yang wajar untuk

dikeluarkan perusahaan dan masih sedikitnya penelitian terhadap biaya pengeluaran CSR.

Kebanyakkan penelitian-penelitian tentang CSR terdahulu memiliki kecenderungan ingin

melihat hubungan kinerja keuangan dan juga tentang pengungkapan.

Penelitian ini akan menguji determinan biaya pengeluaran CSR, khususnya untuk melihat

variabel ukuran dewan komisaris, kepemilikan saham institusi, ukuran perusahaan, leverage,

dan profitabilitas. Penelitian ini juga mengambil posisi biaya pengeluaran sebagai biaya

perusahaan, dimana supaya perusahaan tidak mengeluarkan secara berlebihan karena akan

menyebabkan adanya moral hazard dari perusahaan, yang sengaja mengeluarkan biaya CSR

secara besar-besaran. Adapun kontribusi penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh CSR

dengan pendekatan biaya pengeluaran CSR dan juga melihat pengaruh dari kontribusi CG

terhadap biaya pengeluaran CSR. Hal ini, dimaksudkan untuk memberikan pengukuran baru

tentang CSR dan juga berguna untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan CG

dengan baik, serta mengeluarkan biaya CSR sesuai dengan indikator-indikator yang terkait

dengan operasi perusahaan, sebagaimana yang diatur dalam GRI 4.0 . Peneliti mengambil

konteks indonesia, karena penelitian yang terkait dengan biaya pengeluaran CSR masih jarang

dilakukan di Indonesia. Tinjauan Teoritis Sembiring (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara ukuran

perusahaan, profil perusahaan, dan ukuran dewan komisaris sebagai variabel independen

dalam penelitiannya terhadap pengungkapan sosial, sedangkan leverage dan profitabilitas

tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sosial. Istianingsih (2013) meneliti bukti empiris tentang profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan,

kepemilikan asing, good corporate governance dan profil perusahaan terhadap pangungkapan

CSR di Indonesia. kesimpulan dari penelitiannya bahwa ukuran perusahaan dan profil

perusahaan memiliki dampak yang signifikan, sementara profitabilitas, leverage, good

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 4: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

4

corporate governance dan kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap pengungkapan CSR. Lucyanda dan Siagian (2012) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan dan CG terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia. Kesimpulan dari penelitiannya

bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, earning per share, dan kepedulian

lingkungan memiliki pengaruh signifikan, sementara leverage, jumlah dewan komisaris,

profil perusahaan, umur perusahaan, kepemilikan manajemen, dan peluang pertumbuhan tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Barnea dan Rubin (2010) menganalisis tentang CSR yang dikaitkan dengan pendekatan CSR

rating perusahaan di Amerika Serikat. Penelitiannya dilakukan untuk melihat dampak dari

ownership dan capital structure perusahaan terhadap biaya pengeluaran CSR di perusahaan-

perusahaan publik di Amerika. Pendekatan yang digunakan untuk ownership dan capital

structure adalah kepemilikan saham manajemen, kepemilikan saham institusi dan leverage.

Hasil penelitiannya, kepemilikan saham manajemen, dan leverage memiliki dampak negatif

signifikan, sementara kepemilikan saham institusi tidak memiliki dampak signifikan terhadap

CSR rating. Thomas et al., (2012) meneliti tentang leverage, profitabilitas, kas dari operasi, R&D dan

biaya iklan, ukuran perusahaan dan tata kelola perusahaan terhadap biaya pengeluaran sosial.

Kas dari operasi, ukuran perusahaan, profitabilitas, R&D dan biaya iklan, dan tatakelola

perusahaan berhubungan positif signifikan. Sedangkan, leverage memiliki hubungan yang

negatif signifikan. Vintila dan Duca (2013) melakukan penelitian di Romania, meneliti tentang biaya CSR yang

dilihat dari hubungan perusahaan terhadap masyarakat, ia menyatakan bahwa profitabilitas

dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Chauhan dan Amit (2014) yang melakukan penelitian tentang menganalisis dampak dari

hubungan karakteristik perusahaan terhadap biaya pengeluaran CSR di India. Dalam

penelitiannya, mereka menguji beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pada pengeluaran.

Faktor tersebut dimana karakteristik perusahaan diliat dari ukuran perusahaan, penjualan,

profitabilitas, dan leverage. Dari hasil penelitiannya mendapatkan hasil bahwa, ukuran

perusahaan, dan penjualan perusahaan, memiliki dampak yang positif signifikan, lalu

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 5: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

5

profitabilitas perusahaan memiliki dampak yang negatif signifikan dan leverage perusahaan

tidak berpengaruh pada biaya pengeluaran CSR. Teori Stakeholder ada dua jenis, yaitu jenis pertama berhubungan dengan model

akuntabilitas. Stakeholder dan organisasi saling mempengaruhi, hal ini dapat dilihat dari

hubungan sosial keduanya yang berbentuk responsibilitas dan akuntabilitas. Oleh karena itu,

dapat dipastikan bahwa suatu organisasi harus memiliki akuntabilitas terhadap

stakeholdernya. Sifat dari akuntabilitas itu ditentukan dengan hubungan antara stakeholder

dan organisasi. Jenis yang kedua dari teori stakeholder yaitu, berhubungan dengan

pandangan Trekers (1983) dalam Achmad (2007) mengenai emprical accountability.

Berdasarkan asumsi stakeholder theory, maka perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari

lingkungan sosial. Perusahaan lebih mengkedepankan kepentingan para stakeholders daripada

shareholders. Perusahaan juga perlu menjaga legitimasi stakeholder serta mendudukkannya

dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung

pencapaian tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminan going concern (Adam,

2002; dalam Hadi, 2011). Teori agensi pertama kali dikembangkan oleh Jensen dan Mecklin (1976). Teori agensi

sebenernya lebih menjelaskan hubungan antara principal dengan agen di dalam perusahaan.

Jensen dan mecklin (1976) berpendapat bahwa hubungan agensi adalah sebuah kontrak

dimana satu orang atau lebih sebagai principal melibatkan orang lain sebagai agen untuk

melayani kepentingan mereka di dalam sebuah perusahaan, yang melibatkan pendelegasian

otoritas pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Herlambang, 2004). Hubungan agensi tidak hanya menggambarkan hubungan antara manajemen perusahaan

dengan pemegang saham perusahaan, melainkan juga antara manajemen perusahaan,

pemegang saham dan stakeholder. Hubungan agensi antara manajemen, dengan pemegang

saham dapat menimbulkan biaya agensi atau agency cost. Biaya agensi adalah biaya yang

harus dikeluarkan oleh pemegang saham untuk mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya

konflik agensi. Semakin besar biaya agensi yang dikeluarkan perusahaan, yaitu seperti biaya

monitoring dari pemegang saham, biaya pendanaan utang oleh manajemen, dan biaya

kesempatan atau oppurtunity cost akibat dari tidak efisiensinya manajemen, maka manajemen

cenderung akan mengurangi biaya perusahaan (Brigham dan Gapenski, 1996). Perusahaan

dengan biaya agensi yang tinggi cenderung memutuskan untuk memonitoring biaya

pengeluaran CSR untuk memaksimalkan keuntungan.

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 6: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

6

Teori biaya politik mengimplementasikan suatu cara perusahaan dengan pendekatan politik

dalam pemilihan kebijakan perusahan. Political Cost Hypotesis merupakan bagian dari teori

akuntansi positif (positive accounting theory), yaitu teori yang menjelaskan berbagai faktor

yang mempengaruhi manajemen dalam memilih prosedur akuntansi yang optimal dan

mempunyai tujuan tertentu. Scott (2000) menyatakan bahwa manajer mempunyai

kecenderungan melakukan suatu tindakan yang menurut teori akuntansi positif dinamakan

sebagai tindakan oportunis (opportunistic behavior). tindakan oportunis yang dimaksud dalah

suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi yang

menguntungkan dan memaksimalkan keuntungan perusahaan. Ruihua dan Bansal, (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aset dengan jumlah

besar atau berukuran besar akan dikenakan standar kinerja yang lebih tinggi dari regulator,

kemudian akan ada pula tekanan yang lebih besar dari masyarakat untuk menjalankan CSR.

Perusahaan yang memiliki jumlah aset yang besar, maka memiliki kemampuan meraih profit

yang tinggi, berdasarkan hal ini, maka biaya politik perusahaan pun bisa menjadi besar guna

mengurangi tekanan dari regulator dan masyarakat, dengan melakukan biaya pengeluaran

CSR (Brancie et al,. 2004) . Dalam teori ini, dinyatakan pula bahwa semakin besar biaya politis yang dihadapi oleh

perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan menggunakan pilihan

akuntansi yang dapat mengurangi laba, karena perusahaan yang memiliki tingkat aset yang

tinggi , tentu juga dapat menghasilkan laba yang tinggi. Hal ini, dinilai akan mendapat

perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan media, kemudian juga dapat menarik

perhatian pemerintah dan regulator, sehingga menyebabkan terjadinya biaya politis,

diantaranya muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai

macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis. Sekarang ini, guna mengurangi

biaya politis, perusahaan akan lebih memilih kebijakan perusahaan dengan melakukan biaya

pengeluran CSR. biaya pengeluaran CSR, perusahaan dapat dijadikan perusahaan sebagai

sarana perusahaan guna mengurangi biaya politis dengan mendapatkan competitive

advantage, menjaga nama baik perusahaan dan mengurangi tekanan dari masyarakat terhada

perusahaan (Lawton et al., 2013). Slack Resources Theory adalah teori yang menjelaskan tentang hubungan positif dari

sumberdaya keuangan perusahaan dengan CSR. Waddock and Graves (1997) menyatakan

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 7: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

7

bahwa ada sebuah indikasi, dimana sebuah perusahaan memiliki sumber daya keuangan yang

lebih baik memungkinkan perusahaan untuk perusahaan berinvestasi pada hal-hal sekunder

seperti CSR. Pada teori ini CSR dipandang sebagai hasil dari peningkatan kinerja keuangan

perusahaan, bukan CSR yang dapat meningkatkan kinerja keuangan. Kraft dan Hage (2001) menyatakan bahwa dengan memiliki sumberdaya keuangan yang

lebih, nilai tersebut selain menunjukkan keberhasilan manajemen, namun sekaligus

memberikan pengaruh terhadap pelayanan masyarakat disekitar perusahaan. Sama dan sejalan

dengan pernyataan Kraft dan Hage (2001), Porter dan kramer (2006); dan Russo dan Fouts

(1997) juga menyatakan bahwa dengan mengimplementasikan CSR dalam memafaatkan

sumberdaya keuangan yang dimiliki perusahaan, perusahaan dapat menambah efisiensi,

reputasi dimata masyarakat, dan kepercayaaan dari masyarakat terhadap perusahaan. Dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari

implementasi kebijakan direksi Coller dan Gregory (1999); dalam Sembiring (2005). Peran

komisaris sebagai fungsi monitoring juga untuk mencegah terjadinya asimetris informasi

antara manajemen dan pemegang saham dikarenakan manajemen lebih banyak mengetahui

informasi perusahaan daripada pemegang saham. Akibat adanya asimetris informasi ini,

dikhawatirkan dapat terjadi moral hazard dimana manajemen dapat membuat keputusan

untuk kepentingannya sendiri tanpa diketahui oleh para pemegang saham. Peran komisaris ini

diharapkan juga akan meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi

dengan pemegang saham (Widjaya, 2006). Oleh karena itu, dewan komisaris seharusnya

dapat mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan

kepentingan pemegang saham. Dewan komisaris juga sebagai penentu arah kebijakan di

perusahaan, dengan begitu dewan komisaris juga dapat berperan dalam memonitoring berapa

besarnya biaya yang akan dikeluarkan perusahaan (Lucyanda dan Siagian, 2012). Undang-

undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 108 ayat (1) mengatakan

bahwa dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya

pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi

nasihat kepada direksi. Raheja (2003) dalam said et al., (2009) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris

mempunyai hubungan negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Nuraini dan cahyowati

(2011) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris mempunyai hubungan negatif signifikan

terhadap pengeluaran CSR. Hal ini, didasari dengan teori agensi, adanya perbedaaan

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 8: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

8

kepentingan antara pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agen akan

menyebabkan semakin besarnya biaya agensi yang dikeluarkan untuk menyelesaikan konflik

agensi (Brigham dan Gapenski, 1996). Untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan

perusahaan, dewan komisaris cenderung mengambil keputusan untuk melakukan fungsi

kontrol terhadap biaya yang dikeluarkan perusahaan, yaitu dengan mengurangi biaya

pengeluaran CSR agar dapat menaikkan nilai perusahaan dimata investor (Nuraini dan

cahyowati, 2011). Sementara, hasil penelitian yang dilakukan oleh Beasly (2000) dan Sembiring (2005)

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif ukuran dewan komisaris terhadap

pengungkapan CSR. penelitian yang dilakukan oleh Nanda (2004) tentang biaya pengeluaran

CSR menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif ukuran dewan komisaris terhadap

biaya CSR. Hal ini, didasari oleh teori stakeholder dimana perusahaan cenderung memiliki

tujuan dan memposisikan diri pada masyarakat dengan memperhatikan segala aspek yang ada

dalam masyarakat maupun lingkungan, guna mendapatkan competitive advantage dan going

concern perusahaan (Wibisono, 2007). Namun, berbeda dengan hasil penelitian yang berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nofandrilla (2008) dan Lucyanda dan Siagian

(2012) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap CSR

yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, sebagai elemen CG, ukuran dewan komisaris memiliki fungsi

untuk memonitoring biaya yang dikeluarkan perusahaan dan mencegah manajemen

melakukan asimetri informasi, sehingga keberadaan ukuran dewan komisaris cenderung untuk

mengurangi biaya pengeluaran CSR. Pengembangan hipotesis ini didasari dengan teori

agensi, dimana diakibatkan dari adanya biaya agensi, maka menyebabkan perusahaan

mengurangi biaya pengeluaran CSR guna menjaga stabilitas keuntungan. Pengembangan

hipotesis ini didasari pula dengan posisi CSR sebagai biaya. Oleh karena itu, hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Ukuran Dewan Komisaris

berpengaruh negatif terhadap biaya pengeluaran CSR. Menurut Barnea dan Rubin (2010) kepemilikan saham institusi adalah kepemilikan saham

yang dimiliki oleh pihak- pihak yang berbentuk institusi seperti yayasan, bank, perusahaan

asuransi, perusahaan investasi, dana pension, perusahaan berbentuk perseroan (PT), dan

institusi lainnya. Peningkatan kepemilikan saham institusi berfungsi untuk lebih

memonitoring operasi perusahaan. Di samping itu, kepemilikan saham institusi juga memiliki

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 9: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

9

pengaruh yang cukup kuat dalam pengambilan keputusan (Shleifer dan Vishny, 1986).

Kepemilikan institusi cenderung melihat CSR sebagai biaya karena dapat mengurangi return,

fungsi monitoring dari kepemilikan saham institusi juga untuk mencegah terjadinya asimetris

informasi antara manajemen dan pemegang saham dikarenakan manajemen lebih banyak

mengetahui informasi perusahaan daripada pemegang saham. Akibat adanya asimetris

informasi ini, dikhawatirkan dapat terjadi moral hazard dimana manajemen dapat membuat

keputusan untuk kepentingannya sendiri tanpa diketahui oleh para pemegang saham. Hasil

penelitian Barnea dan Rubin (2010) dan Thomas et al., (2012) menyatakan bahwa

kepemilikan Institusi memiliki hubungan yang negatif terhadap biaya pengeluaran CSR. Hal

ini, dikarenakan dengan mengeluarkan biaya CSR akan dapat mengurangi return yang didapat

dan dapat mengurangi nilai perusahaan. Kepemilikan saham institusi memiliki hubungan

dengan biaya CSR berdasarkan teori agensi, dimana adanya perbedaan kepentingan antara

pemegang saham dan manajemen yang akan menyebabkan adanya biaya agensi. Pemegang

saham cenderung mengurangi biaya yang akan dikeluarkan perusahaan dan mengharapkan

return guna memaksimalkan keuntungan dari penanaman modal (Jensen dan Mecklin, 1976). Hasil lain didapat dari beberapa penelitian yang dinyatakan oleh Rustiarini (2009) dan

Khodadaddi et al., (2010) menyatakan bahwa adanya hubungan positif signifikan antara

kepemilikan saham institusi dengan pengungkapan CSR. Spicer (1978), Hainer (1989) dan

Mahoney dan Roberts (2007) menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara kepemilikan

institusi terhadap aktifitas CSR. Woidtke (2002) menyatakan bahwa ada hubungan positif

kepemilikan institusi dan biaya CSR, dengan biaya CSR perusahaan dapat melakukan

kampanye yang dapat mempromosikan perusahaan, menjaga keberlangsungan perusahaan

dalam jangka panjang dan menjalankan GCG. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa dalam

melakukan investasi, kepemilikan saham institusi cenderung untuk memilih berinvestasi di

perusahaan yang melakukan aktivitas CSR, karena selain melihat return juga harus melihat

terhadap resiko perusahaan yang tinggi apabila tidak mengeluarkan biaya CSR. Kepemilikan

saham institusi akan lebih merasa aman, dengan mendukung pengeluaran biaya CSR

perusahaan. Hal ini, dikarenakan dengan mengeluarkan biaya pengeluaran CSR kepemilikan

saham institusi bisa dapat keuntungan yang sama dengan resiko yang jauh lebih rendah

(Hainer, 1989). Biaya pengeluaran CSR yang dikeluarkan memiliki jumlah yang lebih sedikit

daripada perusahaan terkena sangsi dari peraturan dan regulasi. Namun, berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Hartzell dan Stark (2003) dan Barnea dan Rubin (2010) yang

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 10: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

10

menyatakan bahwa kepemilikan saham institusi tidak berpengaruh terhadap biaya

pengeluaran CSR yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, sebagai elemen CG, kepemilikan saham institusi cenderung

menghrapkan return yang tinggi dari penanaman modal, sehingga kepemilikan saham

institusi cenderung untuk memonitoring biaya yang dikeluarkan perusahaan. Maka,

kepemilikan saham institusi cenderung untuk mengurangi biaya pengeluaran CSR.

Pengembangan hipotesis ini didasari dengan posisi CSR dianggap sebagai biaya. Kemudian,

pengembangan hipotesis ini didasari dengan teori agensi, dimana diakibatkan dari adanya

biaya agensi, maka menyebabkan pemegang saham cenderung mengurangi biaya pengeluaran

CSR guna memaksimalkan return dari penanaman modal. Oleh karena itu, hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H2 : Kepemilikan saham instusional

berpengaruh negatif terhadap biaya pengeluaran CSR Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan biaya sosial

yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan

besar akan cenderung mengeluarkan biaya pengeluaran CSR lebih banyak daripada

perusahaan kecil (Branco dan Rodrigues, 2008). Secara teoritis perusahaan besar tidak akan

lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan CSR, dengan melakukan

pengeluaran CSR perusahaan akan mendapat keuntungan secara langsung maupun tidak

langsung. Sembiring (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara ukuran

perusahaan terhadap CSR. Hasil penelitian dari Lucyanda dan Siagian (2012) menunjukkan

adanya pengaruh positif signifikan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan CSR.

Vintila dan Duca (2013) menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan antara ukuran

perusahaan dengan CSR. Chauhan dan Amit (2014) menunjukkan adanya pengaruh positif

signifikan antara ukuran perusahaan dengan biaya pengeluaran CSR. Mengacu kepada penelitian terdahulu yang telah disebutkan di atas, penelitian ini

memposisikan CSR sebagai biaya yang mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki

ukuran aset yang besar mendapat tekanan yang lebih besar dari masyarakat untuk

mengeluarkan lebih banyak biaya sosialnya. Perusahaan dengan biaya pengeluaran CSR yang

tinggi akan lebih cenderung mendapakan legitimasi dan reputasi yang tinggi pula dari

masyarakat (Duca, 2011). Hal ini, didasari dengan political cost theory yang menjelaskan

perusahaan yang memiliki aset dengan jumlah besar atau berukuran besar akan dikenakan

standar kinerja yang lebih tinggi dari regulator, kemudian akan ada pula tekanan yang lebih

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 11: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

11

besar dari masyarakat untuk menjalankan CSR. Namun, hal ini tidak sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1992) dan Anggraini (2006) yang menyatakan bahwa

ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, perusahaan dengan aset yang tinggi, cenderung akan melakukan

biaya pengeluaran CSR yang tinggi agar dapat mengurangi tekanan dari masyarakat dan juga

agar dapat menjaga reputasi perusahaan. Pengembangan hipotesis ini didasari dengan posisi

CSR dianggap sebagai biaya. Kemudian, pengembangan hipotesis ini didasari oleh political

cost theory. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap biaya pengeluaran CSR Leverage merupakan rasio untuk mengukur besarnya aktiva yang dibiayai oleh utang atau

proporsi total utang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Rasio leverage memberikan

gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat resiko

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban. Belkaoui dan Karpik (1989) serta

Cormier dan Magnan (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa leverage

berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Barnea dan Rubin (2010); dan Thomas et al., (2012) menyatakan bahwa leverage

berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya pengeluaran CSR. Semakin tinggi tingkat

leverage, maka semakin besar kemungkinan perusahaan akan mengurangi biaya yang

dikeluarkan karena perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba yang tinggi. Maka

daripada itu, CSR cenderung diposisikan sebagai biaya oleh perusahaan supaya laba yang di

laporkan tinggi. Oleh karenanya, manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya

pengeluaran CSR (Jensen, 1986). Hal ini, didasari dengan pendekatan finance theory.

Perusahaan dengan leverage tinggi akan cenderung mengurangi pengeluaran biaya untuk

menjaga kestabilitas keuntungan (Zwibel, 1996). Namun berbeda dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Istianingsih (2013). Dari hasil penelitiannya mendapatkan hasil bahwa

leverage perusahaan tidak berpengaruh pada pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan.

Chauhan dan Amit (2014) dari hasil penelitiannya mendapatkan hasil bahwa leverage

perusahaan tidak berpengaruh pada biaya pengeluaran CSR yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, perusahaan dengan leverage yang tinggi cenderung mengurangi

biaya pengeluaran CSR. Pengembangan hipotesis ini didasari dengan posisi CSR dianggap

sebagai biaya. Kemudian, pengembangan hipotesis ini juga didasari oleh finance theory. Oleh

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 12: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

12

karena itu, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H4 : Leverage

berpengaruh negatif terhadap biaya pengeluaran CSR Kemampuan manajemen dengan tanggung jawabnya dalam menghasilkan laba harus diiringi

dengan kemampuan dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Melalui biaya CSR

perusahaan dapat menginformasikan kepada publik bahwa tidak hanya mencari laba semata,

namun juga peduli kepada lingkungan dan sosialnya (Nurkhin, 2009). Penelitian yang

dilakukan Sudana dan Arlindania (2011) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif

terhadap pengungkapan CSR. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Lucyanda dan Siagian

(2012) dan Vintila dan Duca (2013) menyatakan hasil yang sama. Dalam hal ini, semakin

tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin besar sumber daya keuangan perusahaan yang

dapat digunakan sebagai biaya pengeluaran CSR. Hal ini, didasari dengan pendekatan teori

slack resource, Waddock and Graves (1997) menyatakan bahwa ada sebuah indikasi, dimana

sebuah perusahaan memiliki sumber daya keuangan yang lebih baik memungkinkan

perusahaan untuk perusahaan berinvestasi pada hal-hal sekunder seperti CSR. Walaupun CSR

dianggap sebagai biaya oleh perusahaan, tetapi perusahaan akan dapat keuntungan yang lebih,

seperti dengan memanfaatkan biaya CSR, perusahaan dapat menaikkan reputasi perusahaan

dan brand image suatu produk, dimana hal ini dapat menaikkan penjualan perusahaan. Chauhan dan Amit (2014) menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan memiliki dampak

negatif signifikan terhadap biaya pengeluaran CSR. Profitabilitas adalah salah satu yang

menggambarkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Karena itu profitabilitas

menjadi bagian yang sangat di perhatikan oleh perusahaan guna menaikkan nilai perusahaan

dimata investor, dengan demikian semua biaya-biaya yang dapat mempengaruhi laba

perusahaan akan di monitor lebih efektif salah satu nya adalah biaya pengeluaran CSR yang

akan di batasi. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang berbeda dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Istianingsih (2013) dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa

profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR. Teoh et

al., (1999) dan Aly et al., (2010) menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap biaya CSR. Berdasarkan uraian diatas, perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, cenderung memiliki

sumberdaya keuangan yang dapat dimanfaatkan sebagai biaya pengeluaran CSR yang tinggi

agar dapat mengurangi tekanan dari masyarakat dan juga agar dapat menjaga reputasi

perusahaan. Pengembangan hipotesis ini didasari dengan posisi CSR dianggap sebagai biaya.

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 13: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

13

Kemudian, pengembangan hipotesis ini juga didasari oleh slack resource theory. Oleh karena

itu, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H5 : Profitabilitas

berpengaruh positif terhadap biaya pengeluaran CSR Metode Penelitian Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh CG dan karakteristik

perusahaan terhadap biaya pengeluaran CSR. Penelitian ini akan menggunakan model regresi

berganda atau Ordinary Least Square (OLS), sebagaimana sesuai dengan penelitian yang

pernah dilakukan oleh chauhan dan Amit (2014) dan dimodifikasi dengan dalam bentuk

ukuran dewan direksi dan kepemilikan saham institusi sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Barnea dan Rubin (2010) dan Lucyanda dan Siagian (2012). Penelitian ini

akan menggunakan model penelitian menjadi sebagai berikut: DCSRit = α0 + α1 BOCit + α2 INSTit+ α3 SIZEit + α4LEVit + α5 ROAit-1+ eit

Dimana:

DCSRit :Corporate Social Responsbility Expenditure perusahaan berdasarkan indikator

sosial pada perusahaan i tahun t

BOCit : Jumlah dewan komisaris pada perusahaan i tahun t

INSTit : Persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh badan pada perusahaan i tahun t-1

SIZEit : Ukuran perusahaan pada perusahaan i tahun t

LEVit : Leverage pada perusahaan i tahun t

ROAit-1 : Profitabilitas pada perusahaan i tahun t-1

: Error term Penelitian ini menggunakan biaya pengeluaran CSR indikator sosial sebagai variabel terikat

(dependen). Dasar penggunaan biaya pengeluaran CSR merujuk pada penelitian yang

dilakukan oleh Chauhan dan Amit (2014) dan Barnea dan Rubin (2010). Biaya-biaya yang

dijadikan sampel diambil dari laporan keuangan tahunan, karena biaya-biaya tersebut dapat

dikategorikan sebagai biaya indikator sosial, sehingga diasumsikan semua informasi

keuangan sudah tersedia dan dapat mencerminkan biaya pengeluaran CSR indikator sosial.

Dimana biaya pengeluaran CSR tersebut diukur merujuk pada indikator sosial yang terdapat

dipanduan GRI versi 4.0 dan Peraturan BAPEPAM-LK. Penelitian ini mendefinisikan biaya

pengeluaran CSR adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan terkait dengan aspek lingkungan

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 14: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

14

hidup, praktik ketenagakerjaan, pengembangan sosial dan kemasyarakatan, dan tanggung

jawab atas produk (Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan X.K.6

bagian h). Vintila dan Duca (2013) menyatakan bahwa aktivitas CSR seharusnya berupa

kontribus berupa amal untuk organisasi masyarakat maupun negara yang dapat berupa

penggalangan dan dan donasi. Barnea dan Rubin (2010) dalam penelitiannya yang dilakukan

di Amerika tentang biaya CSR dilihat dari biaya sumbangan, biaya pengembangan, beasiswa,

ketenagakerjaan, biaya pensiun. Kemudian, biaya pengeluaran CSR yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah biaya

donasi, biaya pengembangan produk, biaya informasi produk, biaya pelatihan dan seminar,

biaya sosial dan komunitas, biaya keanggotaan dan kesejahteraan karyawan. Sementara,

pengukuran biaya pengeluaran CSR adalah nilai moneter (rupiah) atas pengeluaran tersebut

secara total yang dibagi dengan total aset atau mendeflasikan biaya pengeluaran CSR dengan

total aset. Hal ini, dilakukan merujuk pada penelitian terdahulu agar memberikan gambaran

secara proporsional tentang pengukuran biaya pengeluaran CSR yang dibandingkan dengan

ukuran perusahaan yang dijadikan sampel penelitian (Dechow dan Dechiev, 2002; Francis et

al., 2004).

= ln (∑ Biaya Society+ Biaya Product Responsbility+ Biaya Labor )

Total Aset Dewan komisaris dalam perusahaan merupakan organ perseroan yang bertugas untuk

melakukan pengawasan secara umum atau secara khusus serta memberikan nasihat kepada

direksi dalam menjalankan perseroan (Widjaya, 2006; dalam sembiring). Ukuran dewan

komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris. Berkaitan dengan ukuran dewan

komisaris, Untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan, dewan komisaris

cenderung mengambil keputusan untuk melakukan fungsi kontrol terhadap biaya yang

dikeluarkan perusahaan, yaitu dengan mengurangi biaya pengeluaran CSR agar dapat

menaikkan nilai perusahaan dimata investor (Ryan dan Wiggins, 2004). Dikaitkan dengan

biaya pengeluaran CSR, didasari dengan teori agensi, adanya perbedaaan kepentingan antara

pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agen akan menyebabkan semakin

besarnya biaya agensi yang dikeluarkan untuk menyelesaikan konflik agensi. Dengan

mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Lucyanda dan Siagian (2012). Pengukuran ukuran

dewan komisaris perusahaan dilakukan sebagai berikut:

= Ln (∑ dewan komisaris)

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 15: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

15

Kepemilikan Saham Institusi diukur berdasarkan kepemilikan badan terhadap suatu

perusahaan. Penelitian ini merujuk pada pengukuran yang dilakukan oleh Barnea dan Rubin

(2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusi adalah kepemilikan saham yang

dimiliki oleh pihak- pihak yang berbentuk institusi seperti yayasan, bank, perusahaan

asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk perseroan (PT), dan

institusi lainnya. Sebuah institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham, karena mereka

memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan tipe pemegang saham lainnya.

Dengan demikian pengukuran kepemilikan saham institusi perusahaan dilakukan sebagai

berikut:

= X 100%

Ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan yang diperoleh

dari annual report perusahaan. Ukuran perusahaan yang akan diukur dari total aset akan

ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural dengan tujuan untuk menyamakan dengan

variabel lain, karena nilai total aset perusahaan relatif lebih besar dibandingkan dengan

variabel-variabel lain. Dengan mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Chauhan dan Amit

(2014). Pengukuran ukuran perusahaan dilakukan sebagai berikut:

= Ln (nilai buku total aset)

Leverage diukur berdasarkan dari modal perusahaan yang dibiayai dengan hutang atau rasio

yang dihasilkan dari total liabilitas dibagi dengan total aset. Perusahaan tidak selalu harus

menganggap hutang sebagai sesuatu yang buruk. Hutang dapat digunakan sebagai

pengembangan perusahaan dan pembiayaan pembelian aset perusahaan. Namun, apabila

membiayai operasional perusahaan dengan hutang yang besar, dapat menimbulkan masalah

dalam mengembalikan pinjaman hutang. Sebuah perusahaan memiliki resiko tinggi apabila

pada struktur modal perusahaan memiliki leverage yang lebih besar daripada modal

perusahaan. Dengan mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Chauhan dan Amit (2014) dan

Barnea dan Rubin (2010). Pengukuran leverage perusahaan dilakukan sebagai berikut:

= X 100%

Profitabilitas diukur dengan return on asset perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan agar dapat digunakan untuk menjaga

pertumbuhan jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan. Perusahaan yang memiliki

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 16: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

16

tingkat keuntungan yang lebih tinggi seharusnya memiliki tingkat pengungkapan sosial yang

lebih tinggi pula (Hackston dan Milne, 1996). Dengan mengikuti penelitian yang dilakukan

oleh Chauhan dan Amit (2014). Pengukuran profitabilitas perusahaan dilakukan sebagai

berikut:

= X 100%

Hasil Penelitian Pada bagian ini akan dibahas mengenai statistik deskriptif data sampel untuk mengetahui

gambaran sampel yang digunakan dalam penelitian. Analisis statistik deskriptif digunakan

untuk memberi gambaran mengenai karakteristik sampel berdasarkan variabel-variabel

penelitian. Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif

Sebelumnya, telah dilakukan identifikasi terhadap outlier dari setiap variabel. Outliers atau

pengujian pencilan dideteksi dengan rumus mean ± 3 x standar deviasi. penelitian ini terdapat

99 data amatan masing-masing perusahaan di sepanjang tahun pengamatan. Data tersebut

terdiri dari biaya pengeluaran CSR (DCSR) sebagai variabel dependen, lima variabel

independen yang terdiri jumlah dewan komisaris (BOC), kepemilikan saham institusi (INST),

profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan (SIZE), dan leverage (LEV).

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 17: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

17

Gambar 1. Deskriptif Biaya Pengeluaran CSR

Kesimpulan dari grafik biaya pengeluaran CSR, nilai maksimal dan nilai minimal dari biaya

sosial terkait aspek kemasyarakatan, yaitu biaya donasi dengan nilai maksimal sebesar Rp

316.453.000.000,00 dan nilai minimal sebesar Rp10.443.000,00. Biaya kemasyarakatan yang

kedua, yaitu biaya sosial dan komunitas dengan nilai maksimal Rp 188.855.000.000,00 dan

nilai minimal sebesar Rp 23.551.705,00. Untuk biaya sosial aspek praktik ketenagakerjaan,

yaitu biaya pelatihan dan seminar dengan nilai maksimal sebesar Rp129.343.000.000,00 dan

nilai minimal sebesar 2.400.000,00. Biaya praktik ketenagakerjaan yang kedua, yaitu biaya

keanggotaan dan kesejahteraan karyawan dengan nilai maksimal sebesar Rp

350.823.000.000,00 dan minimal sebesar 2.594.796,00. Sementara untuk biaya sosial aspek

tanggung jawab atas produk, yaitu biaya pengembangan produk dengan nilai maksimal

sebesar Rp135.388.356.694,00 dan biaya minimal sebesar Rp32.461.672,00. Biaya tanggung

jawab atas produk yang kedua, yaitu biaya informasi produk dengan nilai maksimal Rp

984.224.000.000,00 sebesar dan nilai minimal sebesar Rp23.275.000,00. Table 2. Matriks Pearson Correlation Variabel

Uji Pearson correlation digunakan untuk mengetahui tentang derajat keeretan hubungan antar

maing-masing variabel yang dinyatakan dengan koefisien korelasi. Sebenarnya tidak ada

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 18: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

18

ketentuan yang tepat mengenai apakah angka korelasi yang tinggi atau rendah. Namun, hal ini

dapat dijadikan pedoman sederhana, bahwa angka korelasi diatas 0,5 menunjukan korelasi

yang cukup kuat, sedangkan dibawah 0,5 menunjukkan tingkat korelasi yang lemah. tentang

derajat keeretan hubungan antar maing-masing variabel yang dinyatakan dengan koefisien

korelasi tergolong lemah. Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas - Test VIF

Tabel di atas memperlihatkan bahwa semua variabel independen memiliki nilai VIF lebih

kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1, sehingga tidak terdapat masalah

multikolinieritas. Tabel 3. Uji Heteroskedastisitas : White Test

Hasil output menunjukkan nilai Obs*R-squared adalah sebesar 8.569920 sedangkan nilai

probabilitas (chi-square) adalah 0,1275, yaitu lebih besar daripada α = 0.05. Dengan demikian

terima H0 bahwa data tidak mengandung masalah heteroskedastisitas atau dengan kata lain

bersifat homodekastisitas. Pengujian normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel

dependen dan independen keduanya memiliki distibusi normal atau tidak. Pengujian

normalitas dengan Histogram Normality Test dimana dasar pengambilan kesimpulan dari

hasil pengujian, yaitu jika nilai signifikansi > 0,05 maka data pengujian berdistribusi normal.

Tabel di bawah ini menunjukan hasil signifikan 0,249375, sehingga dapat diartikan bahwa

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 19: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

19

distribusi data yang digunakan dalam pengujian antara variabel-variabel (BOC, INST, SIZE,

LEV, ROA) biaya pengeluaran CSR adalah normal. Tabel 4. Hasil Uji Normalitas – Histogram Normality Test

Penelitian ini dalam melakukan pengolahan data menggunakan regresi linier berganda,

dengan dilakukan beberapa tahapan dalam mencari hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen. Dalam pengujian regresi berganda menggunakan hubungan lead-lag

variabel, yaitu melihat efek variabel secara tidak langsung (tidak pada tahun yang sama).

Tabel 5. Ringkasan Uji Regresi Model Utama

Dari tabel hasil regresi di atas dapat diketahui bahwa nilai F- hitung 5.120 > 2,19 F-tabel dan

profitabilitas F-statistik adalah 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan

95% (α = 5%), variabel independen (BOC, INST, SIZE, LEV, ROA) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen (DCSR) atau biaya pengeluaran CSR perusahaan.

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 20: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

20

Dari tabel hasil regresi di atas dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R-squared sebesar

0.1737. Ini menunjukkan bahwa 17,37% variasi dari biaya pengeluaran CSR perusahaan

dapat dijelaskan oleh perubahan yang terjadi pada BOC, INST, SIZE, LEV, ROA. Sementara

sisanya sebesar 82,63% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Dengan kata lain,

terdapat hubungan yang cukup kuat antara variable dependen dan variabel independen. Uji t statistik dilakukan untuk mengetahui signifikansi dan seberapa besar pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependennya dengan mengasumsikan variabel independen lain

konstan atau ceteris paribus. Berdasarkan tabel hasil regresi di atas, dapat diketahui bahwa

dengan tingkat signifikansi 95% (α = 5%), variabel INST dan ROA memiliki pengaruh yang

signifikan dan positif terhadap varibel dependen biaya pengeluaran CSR (DCSR). Hal ini

dapat dilihat dari nilai p-value < α. Sementara itu, variabel yang tidak signifikan adalah BOC,

SIZE dan LEV.

Penelitian ini melakukan robustness test sebagai pengujian tambahan untuk memastikan

konsistensi masing-masing variabel atas model yang digunakan. Robustness test yang

dilakukan dalam penelitian ini dengan mengisi sendiri-sendiri vaiabel BOC dan INST sebagai

variabel independen, sementara variabel independen lainnya tetap digunakan. Jumlah sampel

perusahaan yang dipakai dalam robustness test masih sama dengan sebelumnya. Berikut model persamaan untuk uji tambahan:

DCSRit = α0 + α1 BOCit + α2 SIZEit + α3LEVit + α4 ROAit-1+ eit (4.1)

DCSRit = α0 + α1 INSTit+ α2 SIZEit + α3 LEVit + α4 ROAit-1+ eit (4.2)

Berikut ini adalah hasil regresi robustness test, untuk melihat pengaruh dati elemen CG, yaitu

BOC dan INST sesuai model yaitu model (4.1) dan (4.2) berikut ini:

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 21: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

21

Tabel 6. Ringkasan Uji Regresi Model Tambah (4.1)

Tabel 7. Ringkasan Uji Regresi Model Tambah (4.2)

Pengujian tambahan dilakukan pada tabel 6, yaitu dengan melakukan pengujian regresi

dengan variabel BOC, SIZE, LEV, dan ROA terhadap DCSR. Hasil dari pengujian tambahan

konsisten dengan model utama, yaitu dapat diketahui bahwa dengan tingkat signifikansi 95%

(α = 5%), ROA memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap varibel dependen

biaya pengeluaran CSR (DCSR). Sementara itu, variabel yang tidak signifikan adalah SIZE

dan LEV. Namun, ada perubahan hasil untuk SIZE, dimana hasilnya menjadi positif

signifikan. Kemudian, nilai Adjusted R-squared yang lebih kecil sebesar 0.1574 dan nilai .

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa uji tambahan tabel 6 memiliki nilai F-statistik yang lebih

besar dari model utama adalah 5.577 dan profitabilitas F-statistik adalah 0.000. Hasil ini

menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), variabel independen (BOC,

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 22: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

22

SIZE, LEV, ROA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (DCSR)

atau biaya pengeluaran CSR perusahaan. Kesimpulan dari pengujian regresi tambahan tabel 6

ini, memperkuat hasil dari pengujian regresi model utama. Kemudian, dilakukan lagi pengujian tambahan dengan melakukan pengujian regresi dengan

variabel INST, SIZE, LEV, dan ROA terhadap DCSR. Hasil dari pengujian tambahan

konsisten dengan model utama, yaitu berdasarkan hasil uji regresi tambahan pada Tabel 7,

dapat diketahui bahwa dengan tingkat signifikansi 95% (α = 5%), variabel INST dan ROA

memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap varibel dependen biaya pengeluaran

CSR (DCSR). Hal ini dapat dilihat dari nilai p-value < α. Sementara itu, variabel yang tidak

signifikan adalah SIZE dan LEV. Namun, dengan nilai Adjusted R-squared yang lebih kecil

pula daripada nilai Adjusted R-squared pada model utama, yaitu sebesar 0.1710. Dari tabel 7

juga dapat diketahui bahwa uji tambahan tabel 7 memiliki nilai F-statistik yang lebih besar

dari model utama adalah 6.054 dan profitabilitas F-statistik adalah 0.000. Hasil ini

menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), variabel independen (INST,

SIZE, LEV, ROA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (DCSR)

atau biaya pengeluaran CSR perusahaan. Kesimpulan dari pengujian regresi tambahan tabel 7

ini, memperkuat hasil dari pengujian regresi model utama. Tabel di bawah ini menunjukkan kesimpulan hasil regresi hipotesis yang terdapat pada model

utama dengan model robustness test. Tabel 8. Hasil Hipotesis Model Utama dan Uji Tambahan

Pembahasan H1: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh negatif terhadap biaya pengeluaran CSR

Dengan tingkat signifikansi 95% (α = 5%), variabel BOC (dengan koefisien -0,0745)

memiliki nilai p-value sebesar 0,1230. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05 sehingga variabel

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 23: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

23

BOC berada pada daerah tolak H1 yang artinya variabel BOC merupakan variabel yang tidak

mempengaruhi biaya pengeluaran CSR (hipotesis ditolak). Ternyata tinggi atau rendahnya

biaya pengeluaran CSR tidak dipengaruhi oleh ukuran dewan komisaris, karena fungsi

monitoring dewan komisaris terhadap pengeluaran perusahaan tidak berjalan dengan baik.

Hal ini, tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ryan dan Wiggins (2004) dan Fisman

et al., (2006) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris mempunyai hubungan negatif

signifikan terhadap biaya pengeluaran CSR. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nofandrilla (2008); dan Lucyanda dan Siagian (2012). H2 : Kepemilikan saham instusional berpengaruh negatif terhadap biaya pengeluaran CSR

Dengan tingkat signifikansi 95% (α = 5%), variabel INST memiliki nilai p-value sebesar

0.0331 (lebih kecil dari 0.05) sehingga variabel INST berada di daerah terima H2, maka

disimpulkan kepemilikan saham institusi mempengaruhi biaya pengeluaran CSR yang

dikeluarkan perusahaan dalam tingkat signifikansi 5%. Nilai koefisien variabel ini positif

yaitu sebesar 0,8344, sehingga H2 diatas terbukti positif dan signifikannya variabel INST

menandakan bahwa semakin besar kepemilikan saham institusi, semakin besar intensitas

biaya pengeluaran CSR-nya (hipotesis diterima).mkepemilikan saham institusi cenderung

untuk memilih berinvestasi di perusahaan yang melakukan aktivitas CSR, karena selain

melihat return juga harus melihat terhadap resiko perusahaan yang tinggi apabila tidak

mengeluarkan biaya CSR (Mahoney dan Roberts, 2007). Kepemilikan saham institusi akan

lebih merasa aman, dengan mendukung pengeluaran biaya CSR perusahaan. Hal ini,

dikarenakan dengan mengeluarkan biaya pengeluaran CSR kepemilikan saham institusi bisa

dapat keuntungan yang sama dengan resiko yang jauh lebih rendah (Hainer, 1989). Hasil

penelitian ini didukung dengan pendekatan teori stakeholder yang dikembangkan oleh

Freeman (1984) yang menyatakan bahwa dimana dalam pengambilan keputusan perusahaan

lebih mengedepankan kepentingan masyarakat. Diharapkan dengan mengeluarkan biaya CSR

perusahaan akan dapat mengurangi tekanan perusahaan, mengkampanyekan perusahaan guna

mendapatkan competitive advantage dan dalam rangka menjalankan GCG (Woidtke, 2002)

perusahaan. Hasil ini didukung oleh penelitian yang melihat kepada aktivitas CSR, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Woidtke (2002), Rustiarini (2009) dan Khodadaddi et al.,

(2010). H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap biaya pengeluaran CSR

Dengan tingkat signifikansi 95% (α = 5%), variabel SIZE memiliki nilai p-value sebesar

0.1723 (lebih besar dari 0.05) sehingga variabel SIZE berada di daerah tolak H3, maka

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 24: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

24

disimpulkan tidak mempengaruhi biaya pengeluaran CSR yang dikeluarkan perusahaan dalam

tingkat signifikansi 5% (hipotesis ditolak). Ternyata tinggi dan rendahnya aset yang dimiliki

perushaan tidak mempengaruhi terhadap biaya CSR yang dikeluarkan perusahaan. Hal ini,

disebabkan karena belum adanya kesadaran kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan

masyarakat. Penelitian ini dudukung oleh penelitian Roberts (1992) dan Anggraini (2006) . H4 : Leverage berpengaruh negatif terhadap biaya pengeluaran CSR

Dengan tingkat signifikansi 95% (α = 5%), variabel LEV memiliki nilai p-value sebesar

0,4329 (lebih besar dari 0.05) sehingga variabel LEV berada didaerah tolak H4, maka

disimpulkan bahwa variabel LEV tidak mempengaruhi biaya pengeluaran CSR yang

dikeluarkan perusahaan dalam tingkat signifikansi 5%. Ini artinya, semakin tinggi leverage

suatu perusahaan tidak berarti semakin tinggi pula dana tanggung jawab sosial perusahaan

yang akan dikeluarkan oleh perusahaan (hipotesis ditolak). Leverage merupakan rasio untuk

mengukur besarnya aktiva yang dibiayai oleh utang atau porsi total utang terhadap rata-rata

ekuitas pemegang saham. Rasio leverage memberikan gambaran mengenai struktur modal

yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat resiko yang dimiliki perusahaan. Dari hasil

penelitian, dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya leverage tidak mempengaruhi biaya

pengeluaran CSR. Hal ini, disebabkan oleh karena untuk melakukan biaya pengeluaran CSR

tidak tergantung pada tingkat leverage. Hasil penelitian ini yang menyatakalan bahwa

leverage memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap biaya pengeluaran CSR di

dukung oleh penelitian zweibel (1996) dan Chauhan dan Amit (2014) yang menyatakan juga

bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap biaya pengeluaran CSR yang dilakukan

perusahaan. H5 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap biaya pengeluaran CSR

Dengan tingkat signifikansi 95% (α = 5%), variabel ROA (dengan koefisien 5,2992)

memiliki nilai p-value sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0.05) Nilai tersebut lebih kecil dari 0.05

sehingga variabel ROA berada pada daerah terima H5 dan juga memiliki koefisien positif

5,2992 yang artinya variabel ROA merupakan variabel yang mempengaruhi biaya

pengeluaran CSR secara positif signifikan (hipotesis diterima). Ini artinya, semakin tinggi

Profitabilitas suatu perusahaan berarti semakin tinggi pula biaya pengeluaran CSR yang akan

dikeluarkan oleh perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin besar

sumber daya keuangan yang dimiliki perusahaan, dimana dapat digunakan sebagai biaya

pengeluaran CSR guna menambah nilai perusahaan dimata masyarakat. Melalui biaya

pengeluaran CSR, perusahaan dapat menginformasikan kepada publik bahwa tidak hanya

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 25: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

25

mencari laba semata, namun juga peduli kepada lingkungan dan sosialnya (Nurkhin, 2009).

Hal ini sejalan dengan slack resource theory, dimana perusahaan memiliki sumberdaya

keuangan yang dapat dimanfaatkan sebagai biaya pengeluaran CSR. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudana dan Arlindania (2011), Lucyanda dan

Siagian (2012) dan Vintila dan Duca (2013). Kesimpulan Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk menganalisis determinan dari biaya pengeluaran

CSR dilihat dari variabel karakteristik perusahaan dan variabel CG perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013. Penelitian ini juga melihat CSR dari

hubungan lead-lag variabel, yaitu melihat efek CSR secara tidak langsung dan efek yang

dirasakan tidak di tahun yang sama. Penelitian ini ingin membuktikan pada periode tahun

2013, ukuran dewan komisaris, kepemilikan saham institusi, ukuran perusahaan, leverage

dan profitabilitas perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap biaya pengeluaran CSR.

Penelitian ini melakukan pengujian terhadap 99 perusahaan pada tahun 2013 dalam industri

manufaktur yang tercatat di BEI selama kurun waktu satu tahun. Dari hasil regresi cross section yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa dengan

tingkat kepercayaan 95%, hanya variabel kepemilikan saham institusi dan profitabilitas

perusahaan yang memiliki pengaruh positif signifikan terhadap biaya pengeluaran CSR.

Sedangkan ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh

terhadap biaya pengeluaran CSR. Keterbatasan dan Saran Beberapa keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini dan saran untuk penelitian sejenis

berikutnya di antaranya adalah:

1. Penelitian ini baru melihat perbedaan biaya pengeluaran CSR indikator sosial pada

industri manufaktur saja. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menggunakan sampel dari

industri yang lain atau multi industri.

2. Penelitian ini baru melihat perbedaan biaya pengeluaran CSR indikator sosial hanya satu

tahun waktu pengamatan. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menggunakan masa

penelitian lebih dari satu tahun.

3. Belum memasukan alternatif variabel karakteristik perusahaan, seperti umur perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, jenis industri dan lainnya yang dapat mempengaruhi biaya

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 26: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

26

pengeluaran CSR. Untuk penelitian selanjutnya, dapat memasukan variabel-variabel

tersebut.

4. Belum memasukan alternatif variabel tata kelola perusahaan, seperti kepemilikan saham

manajemen, kepemilikan saham pemerintah, komposisi dewan direksi, kualitas dewan dan

lainnya yang dapat mempengaruhi biaya pengeluaran CSR. Untuk penelitian selanjutnya,

dapat memasukan variabel-variabel tersebut.

5. Belum memasukan aspek ekonomi dan lingkungan dalam melakukan metode pengukuran

biaya pengeluaran CSR. Untuk penelitian selanjutnya, dapat memasukan variabel-variabel

tersebut.

6. Penelitian ini untuk variabel ukuran dewan komisaris menggunakan teori keagenan,

padahal ukuran dewan komisari tidak dapat mengukur monitoring effect, ukuran dewan

komisaris lebih melihat kepada value relevan. Untuk penelitian selanjutnya, dapat meneliti

lebih lanjut tentang hal tersebut.

Daftar Referensi Abiodun, B.Y. (2012). The Impact of Corporate Social Responsibility on Firms’ Profitability in Nigeria.

European Journal of Economics,Finance and Administrative Sciences, Issue 45. Achmad Zaenuddin. (2007). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktek Pengungkapan Sosial Dan

Lingkungan Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik. Tesis. Universitas Diponegoro. Adams. C.A. (2002). “Internal Organiosational Factors Influencing Corporate Social and Ethical Reporting

Beyond Current Thaorising” Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol 15. No. 2. Agoes, Sukrisno. (2006). Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta:

Salemba Empat. Anggraini. (2006). “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan

Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta).” Simposium Nasional Akuntansi 9.

Aliaksandr, Burak. Luis, S.M. (2007). Corporate Social Responsbility and Firm Characteristics in Sweden: Who and What Makes a Firm a Better Corporate Citizen?. Master’s Thesis in Finance Stockholm School of Economics.

Anne, L. T. (2005). Business and Society: Stake Holders, Ethics, Public Policy (International, 11 ed.): Mc Graw Hill.

Ashutosh, Verma. Vijay, Kumar. (2013). An Analysis of CSR Expenditure by Indian Companies. Indian Institute of Forest Management (IIFM), Bhopal.

Beasley, Mark S. (2000). “An Empirical Analysis of the Relation Between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud”, The Accounting Review, Vol. 71 No.4 pp 443-465.

Banerjee Sujata, dan Kaushik, Mandal. (2014) Is ‘CSR’ Expenditure or an Investment? Empirical Examination. International Journal of Innovation and Technology, Vol, No.5.

Barnea, amir dan Rubin, Amir. (2010). Corporate Social Responsbility as Conflict Between Shareholders. Journal of Business Ethics, 97, pp 71-96

Brigham, Eugene dan Gapenski.I. C. (1996). Intermediate Financial Management. Fifth Edition. New York. The dryen press.

Carmelo Reverte. (2008). Determinants Of Corporate Social Responsibility Disclosure Ratings By Spanish Listed Firms, Journal of Business Ethics 88 (2):351 – 366.

Caroline, Flammer. (2013). Does Corporate Social Responsibility Lead to Superior Financial Performance? A Regression Discontinuity Approach. Financial support from MIT’s Undergraduate Research Opportunities Program (UROP) is gratefully acknowledged.

Carroll, A. B. (1991). A three-dimensional conceptual model of corporate social performance. Academy of Management Review, 4, 497–505.

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 27: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

27

Chauhan, Swati dan Amit. (2014). A Relational Study of Firm’s Characteristics and CSR Expenditure. Prpcedia Economics and Finance 11 (2014) 23-32. Research Scholar, Indian Institute of Forest Management, Bhopal.

Coller P, Gregory A. (1999). Audit committee activity and agency cost. J Acc and Pub Pol., 18: 311-332. Cowen, S., Ferreri, L. B., & Parker, L. D. (1987). The impact of corporate characteristics on social responsibility

disclosure: a typology and frequency-based analysis. Accounting, Organization and Society, 12 (2), 111-22.

Daniri, Mas Achmad. (2008). Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya dalam konteks Indonesia. Penerbit PT. RAY Indonesia.

Deegan. C, Rankin. M, Tobin. J. (2002). “An Examination of the Corporate Social and Environmental Disclosure BHP from 1983-1997 a Test of Legitimacy Theory” Accounting, Auditing and Accountability, Vol 15, No 3, pp 312-343.

Fisman, R., G. Heal dan V. B. Nair. (2006). A Model of Corporate Philanthropy. Working Paper, The Wharton School, University of Pennsylvania.

Global Reporting Initiative (GRI). (2013). Sustainability Reporting Guidelines. Reporting Principles and Standard Disclousures. Edisi 4.0.

Gray. R, Kouhy. R, Lavers. S. (1995). “Corporate Social and Environmental Report ”Accounting and Auditing Journal , Vol 8, No 2, pp 4777.

Istianingsih, M.S.Ak. (2013). Impact of Firm Characteristics on CSR Disclosure: Evidence from Indonesia Stock Exhcange. Proceedings of 3rd Asia-Pacific Business Research Conference, Kuala Lumpur, Malaysia, ISBN: 978-1-922069-19-1.

Jensen, M. C. and W. H. Meckling. (1976). ‘Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure’, Journal of Financial Economics 3, 305–360.

Jones, M. T. (1999). The institutional determinants of social responsibility. Journal of Business Ethics, 20, 163–179.

Khodadadi, Vali, Soheila Khazami, dan Abbas Aflatooni. (2010). “The Effect of Corporate Governance Structure on The Extent of Voluntary Disclosure in Iran”. Business Intelligence Journal. Juli Vol. 3 No. 2.

Komite Nasional Kebijakan Governace (KNKG). (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia. Jakarta.

Kotler, P., & Nance, L. (2005). Corporate Social Responsibility: Doing The Most Good for Your Company and Your Cause: John Wiley & Sons Inc.

Lucyanda, J. Dan Siagian, L.G. (2012). The Influence of Company Characteristics Toward Corporate Social Responsibility Disclosure. The 2012 International Conference on Business and Management, Phuket – Thailand.

McGuire, J. B., A. Sundgren, and T. Schneeweis (1988) “Corporate social responsibility and firm financial performance.” Academy of Management Journal, 31 (4): 854- 872.

McWilliams, A., D. S. Siegel and P. M. Wright. (2006). ‘Corporate Social Responsibility: International perspectives’, Journal of Business Strategies 23, 1–8.

M, Zaiaul hoq. Mustatudin, saleh. Mahmud, Zubayer.Dr. K. T. Mahmud. (2010). The Effect of CSR Disclouse on Instutional Ownership. Vol. 4(1). 22-39. University of Malaya.

Morck, R., A. Shleifer and R. Vishny: (1988). ‘Management Ownership and Market Valuation: An Empirical Analysis’, Journal of Financial Economics 20, 293–315.

Nofandrilla. (2008). “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi Mahasiswa S-1 Tidak Dipublikasikan. Surakarta: FE UNS.

Nor Hadi. (2009). Corporate Social Responsibility; kajian theoretical framework, dan perannya dalam riset bidang akuntansi. Jurnal ekonomi dan bisnis vol.4, No. 8.

Nuraini, Nike dan Cahyonowati, Nur. (2011). Pengaruh karakteristik good corporate governance terhadap pengeluaran CSR. Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI.

O’Donovan, G. (2002). “Environmental Disclosure in the Annual Report : Extending the Aplicability and Predictive Power of Legitimacy Theory”. Accounting Auditing & Accountibility Journal. Vol.15. No.3. pp.334-371.

OECD. (2004). Organisation For Economics Co-operation and Development. Orlitzky, M., Schmidt, F. L., &Rynes, S. L. (2003). Corporate social and financial performance: A meta-

analysis. Organizationstudies, 24(3),pp 403-441. Pinteris, G. (2002), Agency Costs, Ownership Structure and Performance in Argentine Banking, Working Paper,

Department of Economics, University of Illinois. Porter, M. E dan Kremer (2006). Strategy and society: from CSR to creating shared value. New York City: Inner

City Capital Connections (ICCC).

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015

Page 28: Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Saham ...

28

Preston, Lee, E dan O’Bannon, Douglas, P. (1997) The Corporate Social – Financial Performance Relationship. A Typology and Analysis Webster University.

Robert K. Elliot. (1992). “Cost of Benefit of Business Information Disclosure” Accounting Horizon. 8. (Des) 80-99.

Rustiarini, Ni Wayan. (2009). “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Universitas Mahasaraswati Depansar.

Ryan, H. dan R. Wiggins (2004). ‘Who is in Whose Pocket? Director Compensation, Board Independence, Barriers to Effective Monitoring’, Journal of Financial Economics 73, 497–524.

Said, Roshima., Yuserrie Hj Zainuddin., dan Hasnah Haron. (2009). “The Relationship between Corporate Social Responsibility and Corporate Governance Characteristics in Malaysian Public Listed Companies”. Social Responsibility Journal. Vol. 5, No. 2, hal. 212-226.

Scott, William R. (2009). Financial Accounting Theory (Fifth Edition). Canada: Pearson Educational, Prentice Hall.

Sembiring. (2005). “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Study Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.” Simposium Nasional Akuntansi 8.

Septiana, R. Amelia dan E. Nur. (2012). Pengaruh Implementasi Corporate Social Responsbility Terhadap Profitabilitas Perusahaan. Pekbis Jurnal Vol. 4 No. 2, 71-84.

Sudana, I Made dan Arlindania, Putu Ayu. (2011). Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Go-Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 4, No. 1.

Thomas, Lys. James P, Naughton. Clare Wang. (2012). Signaling Through Corporate Accountability Reporting. The Kellogg School of Management and The Lawrance Revsine Research Fellowship.

Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS). (2010).Buku Panduan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Vintila, Georgeta dan Duca, Florinita. (2013). A Study of The Relationship Between Corporate Social

Responsbility – Financial Performance- Firm Size. The Bucharest University of Economics Studies. Waddock, S. A., and Samuel B. Graves (1997) “The corporate social performancefinancial performance link.”

Strategic Management Journal, 18 (4): 303-319. Weshah, S. R., Dahiyat, A. A., Awwad, M. A., &Hajjat, E. S. (2012). The impact of adopting corporate social

responsibility on corporate financial performance: evidence from Jordanian Banks. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business, 4(5), pp 34-44.

Wibisono, Yusuf. (2007). Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing. Wocke, Albert dan Moodley, Terence. (2014). Corporate Political Strategy and Liability of foreigness:

Similiarities and difference between local and foreign firm in the south africa.Gorbon Institute Of bussines sains.

World Business Council for Sustainable Development. “Meeting Changing Expectations“. WBCSD’s first report on Corporate Social Responsibility. Geneva - Switzerland.

Zweibel, J. (1996). ‘Dynamic Capital Structure Under Managerial Entrenchment’, American Economic Review 86, 1197–1215.

Peraturan Perundang-undangan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Peraturan Menteri Negara BUMN No. : PER-05/MBU/2007. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 mengenai ijin lingkungan. Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012 tentang CSR perseroaan terbatas. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. www.finance.yahoo.com www.idx.com www.iicg.com

Pengaruh ukuran ..., Arie Pangestu Gazali, FEB UI, 2015