PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan...

100
PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP STABILITAS SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA (Studi Kasus Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, dan Bank BCA Periode 2010 2016 ) SKRIPSI Disusun Oleh: TRI WAHYUNINGSIH 135020401111014 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan...

Page 1: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP STABILITAS SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA (Studi Kasus Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI,

dan Bank BCA Periode 2010 2016 )

SKRIPSI

Disusun Oleh:

TRI WAHYUNINGSIH 135020401111014

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

i

PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP STABILITAS SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA (Studi Kasus Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI,

dan Bank BCA Periode 2010 2016 )

SKRIPSI

Disusun Oleh:

TRI WAHYUNINGSIH 135020401111014

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

ii

Page 4: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

iii

Page 5: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

iv

Page 6: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Pendidikan Formal

2001-2007 : SDN Dinoyo VI Malang 2007-2010 : SMP Negeri 13 Malang 2010-2013 : SMA Panjura Malang 2013-2017 : Universitas Brawijaya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Malang

Pengalaman Seminar

Tahun Acara 2013 Future Talk 2015 Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan

Internasional 2016 Tutorial Metodologi Penelitian

Name : Tri Wahyuningsih Tempat Tanggal Lahir

: Malang, 15 Juni 1995

Alamat : Jl. MT Haryono Gg VIII B No 1045, Malang, Jawa Timur

Jenis Kelamin : Wanita Status Pernikahan

: Belum Menikah

Email : [email protected]

Page 7: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

tepat waktu. Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan skripsi tidak

terlapas dari bantuan dan dukunngan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis

mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada:

Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan serta pertolongan bagi

umatnya

1. Kedua orang tua serta kedua kakak, mas arif dan mas hadi yang

senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang, nasehat, kesabaran,

serta doa.

2. Puspitasari Wahyu Anggraeni SE., M.Ec.Dev, selaku dosen pembimbing

yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan sampai

selesainya skripsi ini.

3. Marlina Ekawaty, SE., M.Si., Ph.D selaku dosen penguji I yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran demi perbaikan

skripsi ini.

4. Vietha Devias, SS., SE., ME selaku dosen penguji II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran demi perbaikan

skripsi ini.

5. Dwi Budi Santoso, SE., MS.,Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang

6. Gatri Pilar Mandiri, Reny Lutvia, dan Sheela June Aggraeni yang selalu

memberikan waktu luang, hiburan, kritik, saran, semangat selama 3,5

tahun ini.

Page 8: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

vii

7. Seluruh mahasiswa prodi Keuangan dan Perbankan angkatan 2013.

Terimakasih atas kebersamaannya selama 3,5 tahun ini.

Malang, 5 Mei 2017

Penulis

Page 9: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

viii

MOTTO

Hasil Tidak

Pernah

Mengakhianati

Usaha

Page 10: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul Pengaruh Ukuran Bank (Size) Terhadap Stabilitas Sistem

Keuangan di Indonesia (Studi Kasus Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, dan

Bank BCA Periode 2010 2016) dengan baik. Menyelesaikan skripsi merupakan

syarat untuk menyelesaikan program strata satu (S1) jurusa Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Univesitas Brawijaya. Penulis menyadari bahwa

dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena itu penulis mengharapkan

kristik maupun saran demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

Malang, 5 Mei 2017

Tri Wahyuningsih

Page 11: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

x

ABSTRAK

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran bank terhadap stabilitas sistem keuangan di Indonesia. dalam beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sebuah bank menjadi pusat terjadinya krisis dan yang menyebabkan gangguan terhadap stabilitas sistem keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran sebuah bank akan berdampak besar pada stabilitas sistem keuangan. Indikator yang dapat menunjukkan ukuran sebuah bank adalah Total Aset, Dana Pihak Ketiga, dan Modal Inti dari Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, dan BCA. Dengan periode penelitian kuartal pertama 2010 sampai kuartal kedua 2016. Estimasi dilakukan dengan menggunakan regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran bank berpengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan di Indonesia.

Kata kunci: ukuran bank, stabilitas sistem keuangan

Page 12: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi

MOTTO ........................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

ABSTRAK .................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 8

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9

2.1 Bank sebagai Lembaga Intermediasi ............................................ 9

2.2 Sistem Keuangan ......................................................................... 10

2.3 Stabilitas Sistem Keuangan .......................................................... 15

Page 13: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

xii

2.4 Ukuran Bank Sebagai Pusat Risiko Sistemik dan Stabilitas Sistem

Keuangan ..................................................................................... 32

2.5 Indikator Ukuran (size) dari Bank Besar ........................................ 38

2.5.1 Bank Besar Akan Memiliki Total Aset yang Besar ................ 39

2.5.2 Tingkat DPK yang besar akan meningkatkan

Ukuran dari Bank ................................................................. 42

2.5.3 Ukuran Bank Besar Akan Meningkatkan Modal Inti yang

Dimiliki ................................................................................. 44

2.6 Penelitian Terdahulu .................................................................... 45

2.7 Kerangka Pemikiran...................................................................... 47

2.8 Hipotesis Awal .............................................................................. 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 48

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 48

3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 48

3.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 48

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 49

3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................... 50

3.6 Metode Analisis Data .................................................................... 50

3.6.1 Uji Spesifikasi Model ............................................................ 52

3.6.1.1 Common Effect Model (CEM) ................................... 52

3.6.1.2 Fixed Effect Model (FEM) ......................................... 52

3.6.1.3 Random Effect Model (REM) .................................... 52

3.6.2 Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel ................... 53

3.6.3 Uji Hipotesis ......................................................................... 54

3.6.3.1 Analisis Koefisien Determinasi (R2) .......................... 54

3.6.3.2 Uji F (F-Test) ............................................................ 55

3.6.3.3 Uji T (T-Test) ............................................................ 55

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 56

4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian ........................................... 56 4.1.1 Perkembangan Size PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ........... 56 4.1.2 Perkembangan Size PT Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk ....................................................................... 58 4.1.3 Perkembangan Size PT Bank Negara Indonesia

(Persero) Tbk ....................................................................... 59

Page 14: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

xiii

4.1.4 Perkembangan Size PT Bank Central Asia (Persero) Tbk ... 62 4.1.5 Perkembangan Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia .... 61

4.2 Hasil dan Pembahasan Penelitian ................................................ 64 4.2.1 Hasil .................................................................................... 64 4.2.2 Pembahasan ....................................................................... 69

4.2.2.1 Total Aset Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan ..... 69 4.2.2.2 Dana Pihak Ketiga Terhadap Stabilitas Sistem

Keuangan ................................................................. 72 4.2.2.3 Modal Inti Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan ..... 74

BAB V KESIMPULAN .................................................................................. 76

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 76

5.2 Saran ............................................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78

Page 15: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Dampak Stabil dan Tidak Stabilnya Sistem Keuangan .................. 17

Tabel 2.2 Kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia .................................... 20

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 45

Tabel 4.1 Hasil Uji Chow ............................................................................... 65

Tabel 4.1 Hasil Uji Hausman......................................................................... 66

Tabel 4.2 Hasil uji regresi Fixed Effect Model ............................................... 67

Page 16: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Hubungan Stabilitas Sistem Keuangan dan Stabilitas Moneter . 3

Gambar 2.1 Aliran Dana melalui Sistem Keuangan ...................................... 13

Gambar 2.2 Struktur Sistem Keuangan ........................................................ 15

Gambar 2.3 Kerangka Kerja Stabilitas Sistem Keuangan ............................. 19

Gambar 2.4 Trinity Institusi Keuangan .......................................................... 31

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual ............................................................... 47

Page 17: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

xvi

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 Perkembangan Total Aset, Dana Pihak Ketiga,

dan Modal Inti Bank Mandiri .......................................................... 56

Grafik 4.2 Perkembangan Total Aset, Dana Pihak Ketiga,

dan Modal Inti Bank BRI ............................................................... 58

Grafik 4.3 Perkembangan Total Aset, Dana Pihak Ketiga,

dan Modal Inti Bank BNI ............................................................... 60

Grafik 4.4 Perkembangan Total Aset, Dana Pihak Ketiga,

dan Modal Inti Bank BCA .............................................................. 61

Grafik 4.5 Perkembangan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan...................... 63

Page 18: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Tabulasi Data Panel ................................................................... 83

Lampiran 2 Hasil Common Effect Model ....................................................... 87

Lampiran 3 Hasil Fixed Effect Model............................................................. 88

Lampiran 4 Hasil Random Effect Model ........................................................ 89

Lampiran 5 Hasil Uji Chow ............................................................................ 90

Lampiran 6 Hasil Uji Hausman ...................................................................... 91

Page 19: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur dan indikator

kemajuan suatu negara, termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu

negara berkembang di Asia Tenggara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang

baik. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah satu cara yang

dapat dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

adalah dengan serangkaian kebijakan. Dalam hal pengambilan kebijakan

tersebut pemerintah menerapkan prinsip kehati hatian karena jika kebijakan

yang diambil kurang tepat akan berdampak pada perekonomian, misalnya krisis.

Seperti krisis di tahun 2008, dikenal sebagai krisis yang bernama subprime

mortagage. Subprime mortgage bermula karena adanya kebijakan pelonggaran

terhadap kredit perumahan di Amerika Serikat. Krisis subprime mortgage

memuncak pada bulan September 2008. Dampak dari krisis ini dimulai dengan

dilikuidasinya beberapa bank investasi seperti Bear Stearns, Fannie Mae da

Freddie Mac dan Lehman Brothers dinyatakan bangkrut dan menjadikannya

sebagai bank investasi besar pertama yang mengalami kebangkrutan sejak

terjadinya krisis, American International Group (AIG) sebagai asuransi terbesar di

AS juga diambang kebangkrutan. Kemudian dampak krisis keuangan telah

berimbas ke sektor riil, seperti tercermin dari turunnya angka penjualan ritel dan

peningkatkan pengangguran di AS dan berbagai negara Eropa. Selanjutnya,

permasalahan yang terjadi pada Deustsche Bank. Deustsche Bank (DB)

merupakan bank Jerman terbesar yang diduga berpotensi mengalami

kebangkrutan setelah dikenakan denda sebesar US$14 miliar terkait kasus

mortagage backed securities (Valenta Sari, 2016).

Page 20: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

2

Di Indonesia, subprime mortagage tidak berpengaruh secara menyeluruh

terhadap perekonomian. Meskipun pada saat itu, pertumbuhan ekonomi tetap

mengalami penurunan sebesar 0,05%. Hal tersebut disebabkan stabilitas sistem

keuangan di Indonesia yang secara tidak langsung dapat menopang

pertumbuhan ekonomi. Stabilitas sistem keuangan memang tidak menunjukkan

dampak dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang dampak yang

diberikan cukup baik. Seperti pada triwulan kedua 2015 meskipun terjadi

perlambatan perekonomian, tetapi stabilitas sistem keuangan tetap terjaga

dengan baik. Kondisi tersebut dapat dilihat dari Indeks Stabilitas Sistem

Keuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan

dengan triwulan pertama 2015 sebesar 0,93. Terjaganya stabilitas sistem

keuangan ditopang oleh permodalan yang cukup kuat, likuiditas yang memadai

dan relatif terjaganya pasar keuangan (Bank Indonesia, 2016).

Stabilitas sistem keuangan memang berperan penting dalam menjaga

ataupun meningkatkan perekonomian dalam negeri dari sisi aliran modal. Ketika

aliran modal mengalami permasalahan akan berdampak pada tidak stabilnya

sistem keuangan. Ketidakstabilan sistem keuangan tersebut juga

mengindikasikan tidak stabilnya sistem moneter. Stabilitas moneter dapat

terwujud jika sistem keuangan juga dalam keadaan yang stabil karena sistem

keuangan merupakan transmisi dari kebijakan moneter (Bank Indonesia,2016).

Hubungan antara stabilitas sistem keuangan dengan stabilitas moneter dapat

tergambar dalam gambar 1.1.

Page 21: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

3

Gambar 1.1 Hubungan Stabilitas Sistem Keuangan dan Stabilitas Moneter

Sumber : Bank Indonesia, 2016

Dari gambar 1.1 dapat dilihat bahwa untuk menjaga pertumbuhan

perekonomian, pemerintah harus menjaga kestabilan moneter dan sistem

keuangan secara bersama sama. Untuk menjaga kestabilan sistem keuangan

dibutuhkan profitabilitas permodalan bank dan lembaga keuangan nonbank yang

baik, pergerakan pasar keuangan yang baik, serta didukung oleh infrastruktur

sistem keuangan yang juga baik.

Menurut Nasution dalam Sukrudin (2014) stabilitas sistem keuangan

memiliki kaitan langsung dengan stabilitas harga yang menjadi acuan bagi

stabilitas moneter. Stabilnya sistem keuangan secara umum dapat dilihat dengan

kondisi perbankan yang sehat dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan

dengan baik dalam memobilisasi simpanan masyarakat untuk disalurkan dalam

bentuk kredit dan pembiayaan lain kepada dunia usaha. Stabilnya sistem

perbankan akan menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan moneter

(UNIMED,2014).

Secara teoritis, peran sektor keuangan dalam perekonomian mengacu pada

teori Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar dikembangkan oleh dua orang ahli

Page 22: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

4

ekonomi yaitu Evsey Domar (1947) dan R.F. Harrod (1939). Teori ini

menjelaskan adanya hubungan langsung antara tingkat pertumbuhan dengan

besarnya stok modal. Semakin tinggi stok modal, semakin tinggi pula output

perekonomian yang dapat dihasilkan. Sementara itu, besarnya akumulasi stok

modal membutuhkan adanya mobilisasi tabungan melalui sektor keuangan.

Semakin besar tingkat tabungan, semakin besar peluang penyediaan dana untuk

investasi yang pada akhirnya dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Dalam memobilisasi dana untuk pengembangan sektor riil agar dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sistem keuangan memiliki peran yang

cukup penting dalam melaksanakan hal tersebut. Albulescu et al dalam Sukrudin

(2014) mendefinisikan stabilitas sistem keuangan merupakan sistem yang selalu

menjaga keseimbangan, disaat ataupun setelah terkena dampak dari guncangan

dan mampu untuk menjalankan fungsi mengalokasikan sumber daya yang efisien

dan efektif.

Secara umum, sistem keuangan di Indonesia sampai saat ini masih

didominasi oleh sektor perbankan. Sistem keuangan yang berbasis bank memiliki

keuanggulan terkait kemampuan bank dalam membina hubungan dengan debitur

yang tidak dimiliki oleh sistem keuangan berbasis pasar modal. Selain itu, sistem

keuangan yang berbasis bank lebih baik dalam mendapatkan informasi serta

dalam menegakkan corporate govermance karena pengawasan penggunaan

dana yang ketat dari bank. Dari beberapa keunggulan yang dimiliki, bank

mampu meningkatkan alokasi sumber daya dan efektivitas perusahaan sehingga

produktivitas ekonomi akan meningkat. Akan tetapi, sistem keuangan yang

berbasis bank juga memiliki ketahanan yang rendah dan sangat rentan seperti

yang terjadi pada krisis di tahun 1997. Meskipun memiliki pengawasan yang

ketat terhadap penggunaan dana oleh perusahaan, bank belum memiliki

wewenang penuh dalam hal tersebut. Bank hanya melakukan pengawasan di

Page 23: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

5

saat perusahaan mengajukan dana, setelah proses tersebut selesai bank

melakukan pengawasan dengan melihat rutinitas perusahaan dalam

mengembalikan dana. Selain itu, bank hanya akan menyetujui dana yang

diajukan jika perusahaan tersebut termasuk dalam kriteria perusahaan yang

layak diberikan dana menurut bank (Hidayati, 2009).

Fungsi utama dalam sistem keuangan berbasis bank adalah fungsi

intermediasi. Menurut Gunadi et al (2013) fungsi intermediasi adalah fungsi dari

pihak ketiga untuk menyalurkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana ke

pihak yang kekurangan dana. Selain itu, fungsi intermediasi juga dilakukan

sebagai bentuk bisnis utama dari bank. Ketika fungsi intermediasi mengalami

perlambatan akan berpengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan. Seperti

perlambatan yang terjadi diawal tahun 2016, intermediasi mengalami

perlambatan karena menurunnya tingkat permintaan kredit dan melambatnya

pertumbuhan Dana Pihak Ketiga yang disebabkan masih melemahnya kinerja

dari korporasi. Dalam melakukan fungsi intermediasi ada beberapa risiko yang

mengikuti. Salah satunya adalah risiko sistemik yang dapat menganggu stabilitas

sistem keuangan. Risiko sistemik merupakan gangguan menular (contagion) dari

terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan yang disebabkan hubungan dari

faktor ukuran (size), kompleksitas usaha (complexity), keterkaitan dengan pasar

keuangan (interconnectedness), dan perilaku yang cenderung mengikuti arus

yang berlebihan dalam siklus perekonomian (procycality) (PB No

16/11/PBI/2014).

Dari gangguan yang dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem keuangan

menurut peraturan Bank Indonesia, bank besar termasuk dalam salah satunya.

Menurut Miswanto dan Ogden dalam Andry (2005) ukuran sebuah perusahaan

bisa dilihat dari total aset yang dimiliki dan modal yang dimiliki. Selanjutnya

menurut Ogden dalam Andry (2005) ukuran sebuah perusahaan bisa dilihat

Page 24: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

6

hutang yang dimiliki. Sebuah bank besar memiliki peluang dalam menyebabkan

gangguan untuk sistem keuangan karena bank besar akan memiliki kompleksitas

usaha yang sangat besar. Dengan kompleksitas usaha yang tinggi,

menyebabkan bank besar memiliki keterkaitan dengan pasar keuangan yang

lebih besar. Semakin besar ukuran (size) sebuah bank memiliki pengaruh yang

semakin besar terhadap sistem keuangan.

Di beberepa negara, bank dengan ukuran besar menjadi perdebatan karena

ada anggapan bahwa bank besar menjadi salah satu dari pusat krisis dan

menjadi perbankan yang lebih diperhatikan dibandingkan dengan bank yang

lebih kecil. Seperti dalam penelitian Laeven et al (2015) bank bank besar

menjadi perbedatan dari beberapa pengamat ekonomi di Eropa. Terdapat

beberapa hal yang menjadi dasar perdebatan. Pertama, sebuah bank besar

menjadi pusat dari terjadinya krisis. Kedua, ukuran dari bank bank besar

mengalami peningkatan dalam dua dekade terkahir. Ketiga, bank besar memiliki

rasio modal yang rendah, funding yang terkadang berkurang, dan lebih banyak

lagi kegiatan yang berpotensi semakin merentankan bank besar untuk

menimbulkan risiko. Di Indonesia, bank yang lebih besar justru dianggap memiliki

lebih ketahanan dibanding dengan bank yang lebih kecil. Hal tersebut menjadi

acuan di Indonesia sejak terjadi krisis di tahun 1997. Sejak krisis terjadi, Bank

Indonesia mendorong bank untuk meningkatkan kapitalisasi, bank harus

memenuhi standar kecukupuan minimum sebesar 100 Miliyar rupiah di tahun

2010 (Bank Indonesia, 2016). Hal ini mencerminkan bahwa Bank Indonesia

selaku bank sentral mendorong bank bank yang kecukupan modal lebih rendah

untuk menjadi bank yang lebih besar dari kecukupan modal minimum. Karena

sejak krisis terjadi ada anggapan bahwa semakin besar modal minimum yang

dimiliki dapat meningkatkan ketahanan dan mampu mengontrol risiko.

Myrandasari (2015) menyebutkan size dari sebuah bank memiliki pengaruh yang

Page 25: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

7

cukup besar dalam mengatasi financial distress. Karena bank dengan ukuran

lebih besar dianggap tidak rentan terhadap risiko yang akan terjadi. Size bank

akan meningkat sering dengan meningkatnya total aset, dana pihak ketiga, dan

modal inti yang dimiliki. Dengan ukuran yang semakin besar dan kemungkinan

untuk tidak mengalami financial distress akan meningkat sehingga akan menjaga

kestabilan sistem keuangan.

Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan Haryetti dalam Myirandasari

(2015) menyatakan bahwa dari tahun 2004 hingga 2007, diperkirakan bank yang

akan mengalami financial distress yaitu Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia

dan Bank Permata. Hasil perhitungan rasio keuangan dari ketiga bank tersebut

terhadap financial distress termasuk dalam kategori kurang sehat tanpa nilai

tambah ekonomis dengan sensitivitas laba cukup baik yang terancam bangkrut,

yakni nilai z-score yang didapatkan kurang dari 1,99. Hal tersebut disebabkan

karena menurunnya nilai dari rasio keuangan. Hal ini membuktikan bahwa tidak

semua bank bahkan dengan ukuran besar sekali pun selalu dinyatakan stabil.

Kenyataanya Bank Mandiri yang merupakan bank milik negara yang menjadi

bank besar dengan total aset tertinggi di Indonesia sebesar Rp 975,16 triliun di

September 2016 masih diperkirakan akan mengalami financial distress dan akan

menganggu kestabilan sistem keuangan. Selanjutnya, penelitian Laeven et al

(2014) juga menyebutkan bahwa semakin besar ukuran bank akan

meningkatkan risiko sistemik sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan

sistem keuangan dan dapat menjadi pusat krisis. Hal tersebut juga dibuktikan

dengan krisis tahun 2008, bank besar pusat krisis dan yang pertama mengalami

gagal bayar. Seperti Lehman Brothers sebagai bank investasi terbesar justru

menjadi bank pertama yang dilikuidasi oleh pemerintah AS dan bank sebesar

Deutsche Bank diduga berpotensi mengalami gagal bayar setelah dikenakan

denda oleh pemerintah AS sebesar US$14 (Valenta Sari,2016).

Page 26: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

8

Berdasarkan penjelasan di atas, ukuran (size) bank memiliki pengaruh

terhadap stabilitas sistem keuangan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai bagaimana pengaruh ukuran bank (size)

terhadap stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Dalam penelitian yang akan

dilakukan akan mengambil periode setelah krisis di tahun 2008, yaitu

menggunakan periode kuartal tahun 2010 sampai kuartal tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan

Bagaimana pengaruh ukuran bank (size)

terhadap stabilitas sistem keuangan di Indonesia (studi kasus Bank Mandiri,

Bank BRI, Bank BNI dan Bank BCA periode 2010 sampai 2016)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ukuran bank

(size) terhadap stabilitas sistem keuangan di Indonesia (studi kasus Bank

Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, dan Bank BCA periode 2010 sampai 2016).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah hasil penelitian diharapkan dapat membantu dalam

memberikan kebijakan yang tepat untuk institusi keuangan dalam hal ini

perbankan agar bisa menjaga stabilitas sistem keuangan.

Bagi Akademisi hasil penelitian diharapkan dapat mendukung penelitian

selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan ukuran bank

(size) dan stabilitas sistem keuangan.

Page 27: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

9

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Bank sebagai Lembaga Intermediasi

Dalam pertumbuhan perekonomian, bank berperan sebagai pengerak roda

perekonomian dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, bank juga

menjadi sumber utama pembiayaan bagi usaha kecil maupun bagi pengusaha

(Siringoringo, 2012). Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU No 10 Tahun 1998). Selanjutnya,

menurut Rose et al (2010) bank adalah bisnis yang menawarkan simpanan, yang

dapat melaksanakan penarikan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit yang

bersifat komersial.

Fungsi utama dari bank adalah melakukan intermediasi. Fungsi intermediasi

adalah menjembatani antar kepentingan pihak kelebihan dana dengan pihak

yang membutuhkan dana. Fungsi intermediasi merupakan proses pembelian

surplus dana dari sektor usaha, pemerintah maupun rumah tangga, untuk

disalurkan kepada unit ekonomi yang defisit (Saunders,2008). Bank adalah

lembaga kepercayaan yang berfugsi sebagai lembaga intermediasi, membatu

kelancaran sistem pembayaran, dan sebagai lembaga yang menjadi sarana

dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah (Suseno et al,2003).

Fungsi intermediasi keuangan bermula dari akibat tingginya biaya

monitoring, risiko harga, dan biaya likuiditas karena terjadinya asymetric

information antara pemilik dana dengan pengguna dana. Sehingga dibutuhkan

pihak perantara yang mampu mengkomodir kebutuhan antara pemilik dana

dengan pengguna dana. Intermediasi keuangan berperan sebagai function as

Page 28: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

10

broker, function as asset transformers, roleas delegated monitor, dan role as

information producer (Saunders,2008).

Fungsi intermediasi telah mengalami banyak perubahan. Bikker et al (2003)

menyebutkan bahwa fungsi intermediasi mulai beralih dari bank ke pasar modal

dan lembaga keuangan non-intermediary seperti asuransi penyebabnya karena

terjadi liberalisasi dan perkembangan teknologi informasi dipasr modal. Faktor

faktor tersebut cenderung untuk mengurangi biaya transaksi dan informasi

asimetris antara penabung dengan pengguna dana dan hal ini bertentangan

dengan fungsi intermediasi keuangan klasik. Hal tersebut terjadi pada negara

negara maju dan juga negara berkembang.

Di Indonesia, fungsi intermdiasi masih berperan penting dalam

pembangunan ekonomi. Fungsi intermediasi akan berjalan dengan baik jika dana

yang di himpun sebesar dana yang disalurkan, karena jika tidak, maka akan

menganggu likuiditas bank. Keberhasilan intermediasi mampu menjaga stabilitas

perbankan di Indonesia. Dengan mampu menjaga stabilitas perbankan,

keberhasilan intermediasi juga mampu stabilitas sistem keuangan secara

keseluruhan.

2.2 Sistem Keuangan

Secara teoritis, kontirbusi sektor keuangan dalam perekonomian dapat

mengacu pada teori Harrod-Domar yang dikembangkan oleh dua orang ahli

ekonomi yaitu Evsey Domar (1947) dan R.F. Harrod (1939). Dalam teori tersebut

menjelaskan bahwa terdapat hubungan langsung antara tingkat pertumbuhan

dengan tingkat stok modal. Semakin tinggi tingkat stok modal akan meningkatkan

output perekonomian yang dapat di hasilkan. Untuk meningkatkan akumulasi

stok modal membutuhkan adanya mobilisasi dana melalui sektor keuangan yang

mampu menyediakan sumber dana. Semakin besar tingkat dana, semakin besar

Page 29: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

11

peluang penyediaan dana yang pada akhirnya dapat mempercepat pertumbuhan

ekonomi.

Sistem keuangan merupakan salah satu penemuan yang paling penting

dalam masyarakat modern. Terutama sejak terjadi krisis diberbagai belahan

dunia, semakin menyadarkan akan pentingnya menjaga stabilitas sistem

keuangan. Sistem keuangan termasuk dalam jaringan yang bertujuan untuk

menjaga dan meningkatkan perekonomian disebuah negara, termasuk

Indonesia. Menurut Budisantoso et al (2014) sistem keuangan adalah bagian dari

perekonomian yang berfungsi dalam mengalokasikan dana dari pihak yang

kelebihan dana kepada pihak yang mengalami kekurangan dana. Selanjutnya,

menurut Albulescu et al dalam Sukrudin (2014) mendefinisikan sistem keuangan

yang stabil merupakan sistem yang dapat menjaga keseimbangan disaat

ataupun setelah terkena dampak dari guncangan dan mampu untuk menjalankan

fungsi tradisionalnya untuk mengalokasikan sumber daya yang efisien dan

efektif. Agar dapat memperbaiki distorsi harga dan menjamin sistem

pembayaran, dan sistem penyelesaian yang memadai sebagai fungsi yang

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang

menyeluruh.

Menurut Insukindro dalam Rindjin (2000) sistem keuangan adalah sistem

yang dibentuk dari lembaga keuangan yang ada. Fungsi utama sistem keuangan

adalah menarik dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Selanjutnya,

menurut Pandia et al (2005) mendefinisikan sistem keuangan sebagai suatu

jaringan yang terdiri dari sistem perbankan, sistem moneter, dan lembaga

lembaga keuangan lainnya yang ada dalam sistem ekonomi. Sedangkan,

menurut Patrick dalam Sukrudin (2014) menyatakan bahwa hasil dari

pembangunan sektor keuangan merupakan pertumbuhan ekonomi pada awal

Page 30: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

12

pembangunan ekonomi modern. Sistem keuangan merupakan sarana dalam

memoblisasi dana agar mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian dari

sektor dana.

Menurut Untoro (2014), sistem keuangan merupakan serangkaian sistem

yang memfasilitasi pembayaran dan penyaluran kredit. Sistem keuangan

membantu agar pertukaran ekonomi dan pengalokasian sumber daya yang ada

menjadi efektif dan efisien. Komponen yang termasuk dalam sistem keuangan,

yaitu: pasar keuangan, merupakan tempat pertukaran kontrak kegiatan

pertukaran ekonomi antara pembeli dan penjual; lembaga keuangan, sebagai

lembaga atau badan yang menyediakan jasa keuangan dan menjadi penengah

pelaku ekonomi yang terlibat; dan sistem pembayaran, sebagai sistem yang

mengatur transaksi keuangan yang terjadi antarpelaku ekonomi.

Sedangkan menurut Hubbard et al (2012) menyebutkan komponen dari

sistem keuangan ada tiga, yaitu :

a. Aset keuangan. aset keuangan adalah sebuah aset yang menunjukkan

sebuah tagihan pada seseorang untuk di bayarkan. Aset keuangan lebih di

kenal sebagai sekuritas, sekuritas biasa diperjual belikan dalam sebuah

pasar yang bernama pasar modal. Terdapat lima kategori yang termasuk

dalam aset, yaitu : uang, saham, surat obligasi, valuta asing, dan pinjaman

sekuritas.

b. Institusi keuangan. sistem keuangan sebagai perantara yang akan

mempertemukan peminjam dan penabung, dalam melakukan hal tersebut

dapat menggunakan jalur intermediasi keuangan atau pasar keuangan.

Intermediasi keuangan merupakan sebuah perusahaan seperti bank, yang

meminjam dana dari penabung dan meminjamkan dana tersebut kepada

peminjam lain.

Page 31: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

13

c. Bank sentral serta regulator keuangan lainnya. Bank sentral dan regulator

keuangan lainnya memiliki tugas sebagai lembaga yang mengontrol,

memontoring, dan menjaga sistem keuangan agar berjalan dengan baik.

Struktur sistem keuangan terdiri atas dua komponen yaitu, financial market

(pasar modal) dan financial intermediaries (lembaga intermediasi keuangan).

Mekanisme penyaluran dana melalui fiancial market (pasar modal), disebut

dengan direct finance dimana borrowers meminjam dana langsung dari lenders

dengan menjual surat berharga. Sementara indirect finance adalah mekanisme

penyaluran dana dari lenders kepada borrowers melalui peran lembaga

intermediasi (Mishkin, 2011). Fungsi tersebut ditunjukkan dalam gambar 2.1

Gambar 2.1 Aliran Dana melalui Sistem Keuangan

Sumber : Mishkin, 2011

Dalam gambar 2.1 terdapat dua jalur pendanaan yakni, pendanaan secara

langsung dan pendanaan tidak langsung. Dana yang melalui pendanaan

langsung akan melalui financial market sebagai perantara antara borrowers dan

lenders. Dana yang digunakan dalam jalur pendanaan langsung menggunakan

surat berharga sebagai instrument keuangan. Sedangkan dana yang melalui

Page 32: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

14

jalur pendanaan tidak langsung akan melalui financial intermediaries yang

merupakan bank dan non-bank sebagai perantara borrowers dan lenders. Dalam

hal ini financial intermediaries meminjam dana dari lenders-servers kemudian

menggunakan dana ini untuk menyalurkan pinjaman kepada borrowers-

spenders. Financial markets dan financial intermediaries memiliki peran yang

penting dalam mendorong alokasi modal yang efisien dalam suatu perekonomian

karena menjadi tempat penyaluran dana dari orang orang yang tidak dapat

menggunakan uang mereka secara produktif.

Seperti layaknya di negara negara lain, sistem keuangan di Indonesia juga

mencakup lembaga intermediasi (bank dan non-bank) serta pasar modal (pasar

saham dan pasar obligasi). Menurut Rose et al (1988) menjelaskan bahwa

sistem keuangan mencakup jaringan pasar keuangan, lembaga keuangan, dunia

usaha, rumah tangga dan pemerintah yang terlibat dalam bagian sistem dan

mengatur operasinya. Selanjutnya, menurut Mishkin (2011) menyatakan bahwa

struktur sistem keuangan mencakup berbagai jenis lembaga keuangan seperti

bank, perusahaan asiransi, reksa dana, pasar saham dan obligasi, dan lemabga

keuangan lainnya yang di atur oleh pemerintah. Secara umum, struktur

keuangan Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh sektor perbankan

kendati dalam periode pasca krisis 1997/1998 peran lembaga keuangan bukan

bank dan pasar modal terus meningkat seiring dengan menurunnya kinerja

intermediasi perbankan. Adapun struktur sistem keuangan Indonesia ditunjukkan

dalam gambar 2.2.

Page 33: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

15

Gambar 2.2 Struktur Sistem Keuangan

Sumber : Data diolah, 2017

Seperti dalam bagan diatas struktur sistem keuangan di Indonesia ditopang

oleh dua lembaga keuangan besar yakni, lembaga intermediasi dan pasar

modal. Secara umum, struktur sistem keuangan di Indonesia masih ditopang

oleh lembaga intermediasi khususnya bank. Dengan sistem keuangan yang

didominasi oleh lembaga intermediasi, khususnya bank memiliki keunggulan

dalam mencari informasi dan mengawasi perusahaan. Keunggulan tersebut

terkait dengan kemampuan yang dimiliki bank dalam membina hubungan dengan

debitur. Selain itu, sistem keuangan berbasis bank lebih baik dalam hal

perolehan informasi dan meningkatkan corporate govermance karena

pengawasan penggunaan dana yang ketat dari bank. Dengan berbagai

keunggulan yang dimiliki, bank mampu meningkatkan alokasi sumber daya dan

efektivitas pengawasan perusahaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas

ekonomi (Hidayati, 2009).

2.3 Stabilitas Sistem Keuangan

Sampai saat ini, di Indonesia belum terdapat definsi yang baku tentang

stabilitas sistem keuangan (SSK). Jika dilihat dari beberapa penelitian, menurut

Schinasi (2006) dalam Latumaerissa (2011) menyatakan stabilitas sistem

keuangan merupakan kondisi dimana sistem keuangan dalam keadaan yang:

Sistem Keuangan

Lembaga Intermediasi

Bank Non-Bank

Pasar Modal

Page 34: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

16

1. Dapat memfasilitasi alokasi sumber daya dari waktu ke waktu, dari

deposan ke investor, dan alokasi sumber daya ekonomi keseluruhan

secara efisien.

2. Dapat mengelola risiko risiko keuangan dengan baik dan tepat.

3. Dapat menyerap gejolak yang terjadi pada sektor keuangan dan

ekonomi.

Selanjutnya, menurut Budisantoso et al (2014) stabilitas sistem keuangan

merupakan upaya yang dilakukan pada saat suatu sistem keuangan dalam

keadaan yang tidak stabil. Suatu sistem keuangan dikatakan tidak stabil adalah

pada saat sistem tersebut telah membahayakan dan menghambat kegiatan

ekonomi. Definisi menurut Bank Indonesia (2016) Stabilitas sistem keuangan

atau SSK merupakan sistem keuangan yang stabil dan mampu mengalokasikan

sumber dana dan menyerap guncangan atau shock yang terjadi sehingga dapat

mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan. Menurut

PBI No 16/11/2014 tentang pengaturan dan pengawasan makroprudensial,

stabilitas sistem keuangan adalah suatu kondisi dimana memungkinkan sistem

keuangan nasional berfungsi secara efektif dan efisien serta mampu bertahan

terhadap kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan

atau pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional. Sistem keuangan yang stabil atau tidak stabil akan

memiliki dampak pada keadaan perekonomian. Dampak tersebut ditunjukkan

secara sistematis dalam tabel berikut:

Page 35: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

17

Tabel 2.1 Dampak Stabil dan Tidak Stabilnya Sistem Keuangan Sistem keuangan dalam keadaan

stabil Sistem keuangan dalam keadaan

tidak stabil a. Meningkatkan kepercayaan dan

lingkungan yang mendukung bagi nasabah penyimpan dan investor untuk menanamkan dananya pada lembaga keuangan, termasuk untuk menjamin kepentingan masyarakat terutama yang termasuk dalam nasabah kecil.

a. Menurunkan kepercayaan publik terhadap sistem keuangan yang umumnya akan diikuti dengan perilaku panik para investor untuk menarik dananya sehingga mendorong terjadinya kesulitan likuiditas.

b. Mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi dari meningkatnya fungsi intermediasi keuangan dan meningkatkan efisiensinya.

b. Pertumbuhan ekonomi akan terhambat karena tidak berjalan dengan baik fungsi intermediasi.

c. Alokasi sumber daya yang membaik serta mendorong beroperasinya pasar dengan baik.

c. Tingginya biaya penyelamatan terhadap sistem keuangan apabila terjadi krisis yang bersifat sistemik.

d. Kebijakan moneter berfungsi secara efektif karena transmisi kebijakan moneter yang berfungsi secara normal.

d. Kebijakan moneter tidak berfungsi secara efektif karena transmisi kebijakan moneter yang tidak berfungsi secara normal.

Sumber : Bank Indonesia data diolah, 2017

Selain itu, untuk menjaga stabilitas sistem keuangan diperlukan kerjasama

antar lembaga keuangan dan pemerintah. Dalam UU No 9 Th 2016 tentang

Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan membentuk Komite

Stabilitas Sistem Keuangan yang bertugas menyelenggarakan pencegahan dan

penanganan krisis sistem keuangan untuk melaksanakan kepentingan dan

ketahanan negara dibidang perekonomian. Komite tersebut terdiri dari

kementrian keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasak Keuangan, dan Lembaga

Penjamin Simpanan. Bidang yang termasuk dalam pemantauan dan

pemeliharaan stabilitas sistem keuangan yaitu: fiskal, moneter, makroprudensial

dan mikroprudensial jasa keuangan, pasar keuangan, infrastruktur keuangan

termasuk sistem pembayaran dan penjamin simpanan, serta resolusi bank.

Page 36: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

18

Seperti yang diungkapan Hubbard et al (2012) bahwa salah satu komponen yang

penting dalam sistem keuangan adalah bank sentral. Bank Indonesia selaku

bank sentral di Indonesia memiliki fungsi yang ditujukan untuk menganalisis dan

menilai risiko serta merekomendasikan kebijakan yang diperlukan untuk

memilihara stabilitas keuangan.

Sejak tahun 2003 Bank Indonesia mulai berperan aktif dalam mendorong

dan menjaga stabilitas sistem keuangan di Indonesia, sejalan dengan misi Bank

Indonesia yakni; mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui

kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk

pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Demi

mewujudkan misi tersebut, terdapat empat strategi yang diadopsi oleh Bank

Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan (Latumaerissa, 2011):

1. Pemantapan regulasi dan standar.

2. Peningkatan riset dan surveillance.

3. Peningkatan koordinasi dan kerjasama.

4. Penetapan jaring pengaman dan penyelesaian krisis.

Agar sasaran dan strategi tersebut dapat berjalan dengan baik, Bank

Indonesia memiliki kerangka kerja SSK. Kerangka kerja SSK Bank Indonesia

digambarkan dalam gambar 2.2 berikut ini:

Page 37: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

19

Gambar 2.3 Kerangka Kerja Stabilitas Sistem Keuangan

Sumber : Bank Indonesia, 2017

Dalam kerangka kerja stabilitas sistem keuangan memiliki misi utama yakni

mencapai dan memilihara stabilitas harga dengan cara menjaga stabilitas

moneter dan stabilitas sistem keuangan untuk mendukung pembangunan

ekonomi yang berkelanjutan. Demi mencapai misi tersebut Bank Indonesia

menggunakan empat strategi. Empat strategi tersebut adalah koordinasi dan

kerjasama, pemantauan, pencegahan krisis, dan manajemen krisis. Hal ini

dilakukan karena tujuan dari adanya kerangka sistem keuangan yaitu

menganalisis dan menilai risiko risiko serta merekonmendasikan kebijakan yang

diperlukan untuk memilihara stabilitas keuangan. Selain itu, Bank Indonesia juga

menerapkan beberapa kebijakan yang bertujuan untuk:

1. Melalui identifikasi fluktuasi secara dini, kebijakan terhadap stabilitas

sistem keuangan dilakukan untuk mencegah timbulnya gejolak yang tidak

wajar dalam sistem keuangan.

Page 38: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

20

2. Mendukung pertumbuhan ekonomi secara positif dan berkesinambungan

serta menjaga tetap terpeliharanya fungsi sistem keuangan yang

mengalokasi dana secara efisien.

3. Mencegah terjadinya risiko sistemik apabila terdapat gejolak yang tidak

dapat dihindari.

Sejak aktif dalam mendorong dan menjaga stabilitas sistem keuangan, Bank

Indonesia telah melakukan beberapa kebijakan (Latumaerissa,2011). Beberapa

kebijakan yang telah dilakukan digambarkan dalam bentuk tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia Tahun Yang dilakukan Bank Indonesia

2003 Penyusunan Blue Print dari Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia.

Penyusunan dilakukan oleh unit Banking Work stream dari Unit

Khusus Program Transformasi. Dalam Blue Print tersebut tugas

Bank Indonesia diperluas dengan ikut mendorong dan menjaga

stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Sehingga misi Bank

Indonesia bertambah dengan memilihara dan mencapai kestabilan

nilai rupiah melalui kestabilan moneter dan pengembangan

stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional dalam

jangka panjang yang saling berkesinambungan. Ditahun yang

sama juga dibentuk Biro Stabilitas Sistem Keuangan dengan

menggunakan struktur organisasi dan pola kerja yang fleksibel

sehingga lebih efektif dan efisien. Kemudian hasil surveillance

dituangkan dalam laporan perdana dalam Kajian Stabilitas

Keuangan No.1 .

Page 39: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

21

Tahun Yang dilakukan Bank Indonesia

2004 Biro SSK melakukan riset tentang sistem keuangan itu sendiri, dan

bagaimana menjaga stabilitas sistem keuangan. Pola analisis juga

disempurkan dengan lebih menekankan pada aspek risiko. Demi

memperkuat infrastruktur keuangan, disusun kajian tentang Jaring

Pengaman Sektor Keuangan yang berisi tentang:

1. Pentingnya fasilitas pembiayaan darurat (LOLR).

2. Dibentuknya institusi yang menjamin deposan kecil (yang saat

ini sudah dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS)

3. Dibentuknya wadah koordinasi tentang SSK secara internal dan

eksternal.

Selanjuntnya, demi meningkatkan kualitas surveillance dilakukan

pemetaan terhadap kelompok atau konglomerasi di Indonesia

karena mereka memiliki peran penting dalam sistem keuangan di

Indonesia. Selain itu, BSSK juga merekomendasikan peningkatan

GWM yang didasarkan LDR perbankan, dengan tujuan dapat

menyerap likuditas yang berlebihan pada perbankan.

2005 Diterbitkan Laporan Pengawasan Bank No.1 sebagai bentuk

pertanggung jawaban Bank Indonesia dalam tugas pengawasan

bank. Selain itu, dalam rangka memperkuat JPSK Bank Indonesia

dan Departemen Keuangan masing masing menerbitkan

Peraturan Bank Indonesia dan Peraturan Meneteri Keuangan

tentang fasilitas pembiayaan darurat untuk mengatasi kesulitan

bank yang terdampak sistemik.

Page 40: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

22

Tahun Yang dilakukan Bank Indonesia

2006 Pada tahun ini Bank Indonesia mulai berkerjasam dengan World

Bank dan juga mulai mengembangkan Bank Assessment Model.

Bank Indonesia juga memulai menyusun Charpack sistem

keuangan yang berisikan grafik dan data terkait dengan

perkembangan sistem keuangan. Selain itu, juga dimulai

pengkajian tentang indikator tunggal yang menggambarkan kondisi

sistem keuangan Indonesia secara agregat yang disebut Financial

Stability Index.

2015 Melakukan kegiatan surveillance dan pemeriksaan

Makroprudensial terutama pada bank bank besar. Kegiatan

tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi sumber risiko sistemik

yang terjadi dan imbalance yang dilakukan, terutama kepada bank

besar. Tujuan dari diadakannya pemeriksaan tersebut adalah untuk

memperoleh informasi tentang kegiatan bank yang dapat

menimbulkan risiko sistemik, terutama yang dilakukan oleh bank

bank besar. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan yakni,

pemeriksaan tematik untuk merespon kondisi volatilitas nilai tukar

rupiah dan dampaknya bagi perbankan terutama bank besar,

pemeriksaan ketahanan likuiditas bank, pemeriksaan kesiapan

sumber daya manusia, dan pemeriksaan inftrastruktur dalam

melakukan stress test.

Sumber : Latumaerissa (2011) dan data diolah, 2017

Sebagimana disebutkan dalam Undang Undang No 21/2011 tentang

Otoritas Jasa Keuangan peran Bank Indonesia adalah untuk menjalankan

kebijakan makroprudensial jasa keuangan. Secara umum kebijakan

Page 41: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

23

makroprudensial merupakan seluruh upaya yang dilakukan untuk menjaga

stabilitas sistem keuangan. Kebijakan makroprudensial ditujukan untuk mengatur

dan mengawasi sistem keuangan, termasuk perbankan dalam rangka mencegah

dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang

dan berkualitas, serta meningkatkan akses dan efisiensi sistem keuangan.

Demi menjalankan fungsinya dengan baik, Bank Indonesia mengeluarkan

instrumen instrumen kebijakan makroprudensial sebagai alat untuk menjaga

stabilitas sistem keuangan. Instrumen makroprudensial merupakan instrumen

yang dibangun untuk mengimplementasikan kebijakan makroprudensial dalam

upaya untuk meminimalkan risiko sistemik. Instrumen makroprudensial dapat

berupa ketentuan maupun pedoman yang melibatan indikator makroprudensial

dengan proses yang dijalankan oleh institusi keuangan baik dalam mengelola

usaha maupun dalam interaksi dengan otoritas dan sektor riil. Bank Indonesia

telah mengeluarkan 6 instrumen makroprudensial, yakni (KSK,2014) :

a. Loan to Value ratio

Loan to Value ratio atau LTV merupakan instrumen kebijakan

makroprudensial yang bersifat credit-related dan bertujuan untuk meredam

risiko sistemik yang mungkin timbul akibat pertumbuhan KPR serta tingkat

kegagalan nasabah KKB untuk membayar anggsuran. Pertumbuhan KPR

yang terlalu tinggi dapat meningkatkan harga aset properti yang tidak

mencerminkan harga sebenarnya (bubble), sehingga dapat mendorong

peningkatan risiko kredit bagi bank bank dengan eksposur kredit properti

yang besar.

b. Giro Wajib Minimum berdasarkan Loan to Deposit ratio.

GWM LDR termasuk dalam instrumen credit-related dan liquidity-related

yang menguatan peran intermediasi bank demi mendukung stabilitas sistem

Page 42: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

24

keuangan sekaligus stabilitas moneter. GWM LDR merupakan instrumen

yang mengatur tentang GWM bank umum pada Bank Indonesia dalam

bentuk rupiah maupun valuta asing. Dalam peraturan tersebut, bank

diwajibkan menjaga peningakatan GWM rupiah yang nilainya ditentukan

berdasarkan besaran LDR bank.

Jika besaran LDR berada diantara 78% sampai 92% maka besarnya GWM

LDR bank adalah 0%, sedangkan jika LDR berada kurang dari 78% atau

lebih dari 92% maka besarnya GWM LDR adalah selisih antara LDR bank

dengan batas bawah atau atas dikalikan dengan parameter disinsetif 0,1%

jika dibawah batas bawah LDR target dan 0,2% jika diatas batas atas LDR

target. Jika LDR bank tersebut lebih dari batas atas tetapi memiliki nilai CAR

lebih dari 14% maka besarnya GWM LDR adalah 0%.

c. Posisi Devisa Neto

Posisi Devisa Neto atau PDN merupakan instrumen yang bersifat liquidity-

related dan diterapkan sebagai bagian dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian

perbankan dan bertujuan untuk meredam risiko sistemik yang terhubung

dengan currency mismatch di bank akibat tingginya volatilitas nilai tukar dan

pergerakan inflow outflow dana asing di Indonesia.

Dalam peraturan PDN yang dikeluarkan Bank Indonesia, bank diwajibkan

mengelola dan memelihara PDN pada akhir kerja secara keseluruhan

maksimum 20% dari modal. PDN dihitung berdasarkan selisih bersih aktiva

dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta asing, ditambah dengan selisih

bersih tagihan dan kewajiban komitmen maupun kewajiban kontinjensi

dalam rekening administratif untuk setiap valuta asing.

d. Transparasi informasi suku bunga dasar kredit

Transaparasi informasi suku bunga dasar kredit atau SBDK merupakan

instrumen makroprudensial yang digunakan untuk memitigasi risiko kredit

Page 43: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

25

melalui persaingan yang sehat pada industri perbankan yang pada saat itu

mengalami fase pertumbuhan kredit yang cukup tinggi. SBDK bertujuan

untuk:

1. Meningkatkan good govarnance dan kompetisi melalui market discipline

yang lebih baik

2. Mendorong bank untuk menciptakan formulasi suku bunga kredit yang

efisien dan akurat

3. Meningkatkan transparasi produk dan jasa perbankan, khususnya terkait

dengan perhitungan keuntungan, risiko dan biaya

4. Melalui mitigasi asymetric information antara nasabah dengan bank

dapat meningkatkan perlindungan nasabah.

Instrumen SBDK mewajibkan bank umum untuk melaporkan ke Bank

Indonesia dan mempublikasikan secara rutin atas komponen SBDK untuk

masing masing kredit korporasi, ritel, konsumsi (KPR dan non KPR), dan

kredit mikro (melalui perubahan surat edaran Bank Indonesia pada tahun

2013). Adapun komponen SBDK yang wajib dilaporkan adalah harga pokok

dana untuk kredit (HPDK), biaya overhead dan marjin keuntungan.

e. Countercyclical Capital Buffer

Countercyclical Capital Buffer atau CCB merupakan instrumen yang bersifat

time-varying dan bertujuan untuk meningkatkan ketahanan perbankan

terhadap negative-shock dan mengurangi procyclicality kredit perbankan.

CCB adalah merupakan tambahan modal bank yang disyaratkan on-top dari

persyaratan modal minimum dan conservation buffer.

CCB akan diaktifkan pada saat ekonomi boom dan kredit pertumbuhan tinggi

melampaui threshold yang mana risiko sistemik mulai tumbuh dan

selanjutnya akan dilonggarkan pada kondisi bust. CCB diimplementasikan

Page 44: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

26

sebesar 0% sampai 2,5% dari aktiva tertimbang menurut risiko dalam bentuk

common equity tier.

f. Capital Surcharge

Capital Surcharge merupakan tambahan modal yang wajib disetorkan oleh

D-SIB. Capital Surcharge termasuk instrumen makroprudensial yang bersifat

capital-ralted yang betujuan untuk menyerap risiko yang lebih tinggi dari non-

DSIB sehingga diharapkan dapat membendung risiko sistemik yang ada

pada D-SIB apabila terjadi permasalahan. Capital Surcharge

diimplementasikan dalam presentasi tertentu dari ATMR dalam bentuk

common equity tier (CET1)

Selain dengan menggunakan instrumen kebijakan makroprudensial, Bank

Indonesia juga mengimplementasikan peraturan tentang permodalan bank.

Permodalan bank berfungsi sebagai penyangga terhadap kemungkinan

terjadinya kerugian. Sehingga setiap bank diwajibkan untuk memeilki permodalan

yang baik. Peraturan permodalan bank di Indonesia mengimplementasikan Basel

yang dikeluarkan oleh BIS. Sampai saat ini BIS telah mengeluarkan kerangka

Basel I, II, dan III.

Basel I dirancang sebagai standar yang sederhana yakni, mensyaratkan

bank untuk memisahkan eksposurnya kedalam kelas kelas yang lebih luas

dengan kelas yang dibedakan berdasarkan kesamaan tipe debitur. Kemudian

BIS menyempurnakan kerangka permodalan Basel I dengan megeluarkan

konsep permodalan baru yang dikenal Basel II. Basel II dirancang dengan

memberikan kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap

risiko serta memberikan insetif terhadap peningkatan kualitas penerapan

manajemen risiko di bank. Konsep Basel II bertujuan untuk meningkatkan

keamanan dan kesehatan sistem keuangan, dengan cara menitikberatkan pada

Page 45: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

27

perhitungan permodalan yang berbasis risiko, supervisory review process, dan

market discipline (Bank Indonesia,2016).

Dengan mengadaptasi peraturan permodalan Basel, Bank Indonesia

mengeluarkan beberapa peraturan yang sesuai dengan permodalan bank umum

di Indonesia. Salah satunya, PBI No 15/12/PBI/2013 tentang kewajiban

penyediaan modal minimum bank umum. Dalam peraturan tersebut Bank

Indonesia menganut peraturan KPMM berdasarkan Basel II. PBI No

15/12/PBI/2013 menyebutkan bahwa bank diwajibkan menyediakan modal

minimum sesuai profil risiko dengan menggunakan perhitungan rasio Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Penyediaan modal menurut rasio KPMM

ditetapkan paling rendah sebagai berikut:

a. Untuk bank dengan profil risiko peringkat 1, 8% dari Aset Tertimbang

Menurut Risiko.

b. Untuk bank dengan profil risiko peringkat 2, 9% sampai dengan kurang 10%

dari Aset Tertimbang Menurut Risiko.

c. Untuk bank dengan profil risiko peringkat 3, 10% sampai dengan kurang

11% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko.

d. Untuk bank dengan profil risiko peringkat 4 atau 5, 11% sampai dengan 14%

dari Aset Tertimbang Menurut Risiko.

Menjaga stabilitas sistem keuangan membutuhkan kerjasama yang baik

antar lembaga keuangan. Karena instabilitas sistem keuangan juga berasal dari

instabilitas individual pelaku industri keuangan. Kesehatan individual lembaga

keuangan akan menciptakan stabilitas sistem keuangan. Stabilitas sistem

keuangan juga berkontribusi bagi terciptanya lembaga keuangan individual yang

sehat.

Page 46: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

28

Selain Bank Indonesia dan pemerintah juga diperlukan kerjasama yang baik

dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam hal menjaga stabilitas sistem

keuangan OJK melakukan kebijakan secara mikroprudensial. Dalam pasal 4 UU

Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK menyatakan bahawa OJK dibentuk yang

betujuan agar keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa keuangan terselenggara

secara teratur, adil, transparan, akuntabel dan mampu mewujudkan sistem

keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu

melindungi kepentingan konsumen maupun masyarakat.

Dalam melakukan kebijakan mikroprudensial, OJK melakukan pengawasan

terhadap institusi keuangan secara individu. Pengawasan tersebut termasuk off-

site dan on-site supervision terutama pada bank yang termasuk dalam D-SIBs

serta bank lain yang berkaitan dalam pelaksanaan kebijakan makroprudensial

(UU No 21 Th 2011). Pengaturan dan pengawasan bank bertujuan untuk

memaksimalkan fungsi perbankan Indonesia yaitu: lembaga kepercayaan

masyarakat yang berfungsi sebagai lembaga penghimpun dana dan penyalur

dana; dan mendorong terbentuknya sistem perbankan yang sehat, kuat, dan

efisien untuk mencapai kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu

pertumbuhan perekonomian nasional. Untuk menciptakan tujuan tersebut

pendekatan yang dilakukan dengan menerapkan (Otoritas Jasa

Keuangan,2017): Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha (deregulasi);

Kebijakan prinsip kehati hatian bank (prudential banking); dan Pengawasan

bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara konsisten ketentuan

intern yang dibuat sendiri (self regulatory banking) dalam melaksanakan kegiatan

operasionalnya dengan tetap mengacu kepada prinsip kehati hatian.

Sebagai tanggapan dari dikeluarkannya UU RI Nomor 9 tahun 2016 tentang

Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan Otoritas Jasa Keuangan

Page 47: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

29

mengeluarkan POJK No 34/POJK.03/2016 tentang kewajiban penyediaan modal

minimum. Dalam POJK tersebut pasal 3 menyebutkan bahwa bank diwajibkan

membentuk tambahan modal sebagai penyangga (buffer). Tambahan modal

yang dimaksudkan adalah capital consevation buffer, countercyclical buffer,

capital surcharge untuk bank sistemik. Pemenuhan tambahan modal tersebut

dapat dipenuhi dengan modal inti utama. Besarnya tambahan modal tersebut

adalah :

1. Capital Consevation Buffer merupakan tambahan modal yang berfungsi

sebagai penyangga apabila terjadi kerugian pada priode krisis. Capital

consevation buffer ditetapkan sebesar 2,5% dari ATMR;

Bank diwajibkan menambah modal secara bertahap mulai tanggal 1

Januari 2016 sebesar 0,625% dari ATMR. Kemudian 1,25% dari ATMR

dimulai sejak tanggal 1 Januari 2017. Pada 1 Januari 2018 sebesar

1,875% dari ATMR dan pada 1 Januari 2019 sebesar 2,5% dari ATMR

2. Countercyclical Buffer adalah tambahan modal yang berfungsi sebagai

penyangga untuk mengatisipasi kerugian apabila terjadi pertumbuhan

kredit perbankan yang berlebihan sehingga berpotensi untuk menganggu

stabilitas sistem keuangan. Countercyclical Buffer ditetapkan dalam

kisaran 2,5% dari ATMR;

3. Capital Surcharge untuk Bank Sistemik yaitu tambahan modal yang

berfungsi untuk mengurangi dampak negatif terhadap stabilitas sistem

keuangan dan perekonomian apabila terjadi kegagalan Bank Sistemik

melalui peningkatan kemampuan bank dalam menyerap kerugian. Bank

Sistemik yang dimaksud adalah bank karena ukuran aset, modal, dan

kewajiban; luar jaringan atau kompleksitas transaksi atas jasa

perbankan; serta keterkaitan dengan sektor keuangan lain yang dapat

Page 48: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

30

menyebabkan kegagalan bank lain secara keseluruhan ataupun

sebgaian karena bank tersebut mengalami kegagalan. Capital Surcharge

untuk Bank Sistemik ditetapkan dalam kisaran sebesar 1 sampai 2,5%

dari ATMR.

Stabilitas sistem keuangan di Indonesia dibentuk oleh dua lembaga

keuangan, yaitu institusi keuangan dan pasar keuangan. Institusi keuangan

dalam hal ini adalah perbankan. Perbankan merupakan institusi keuangan yang

menjaga stabilitas sistem keuangan dari perputaran dana dalam negeri. Tingkat

kepercayaan masyarakat yang lebih besar terhadap perbankan merupakan salah

satu alasan mengapa dana masyarakat lebih banyak diolah oleh perbankan.

Sedangkan, dari sisi pasar keuangan stabilitas pasar keuangan yang dibentuk

oleh keadaan pasar uang yang mencerminkan keadaan perputaran uang dari

dalam dan luar negeri. Stabilitas pasar keuangan lebih banyak dibentuk dari

kegiatan intermediasi dari hubungan dengan luar negeri, seperti perdagangan

saham, pasar uang antar bank, nilai tukar.

Dalam penelitian yang dilakukan Gunadi et al (2013) institusi keuangan

menggunakan trinity institusi keuangan untuk menggambarkan kondisi sistem

keuangan, yaitu 3 indikator besar yaitu Tekanan (Ketahanan) Perbankan,

Intermediasi Perbankan, dan Efisiensi Perbankan. Hubungan antara tiga

indikator tersebut digambarkan dalam gambar 2.4 berikut ini.

Page 49: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

31

Gambar 2.4 Trinity Institusi Keuangan

Sumber : Gunadi et al (2013)

Pertama tekanan (ketahanan) perbankan, tekanan yang dimaksud dalam hal

ini adalah bagaimana ketahanan bank dalam mengahadapi tekanannya. Kedua,

intermediasi perbankan. Sebagai lembaga intermediasi yang lebih banyak

dipercaya oleh masyarakat, keberhasilan bank dalam melakukan tugas

utamanya merupakan salah satu yang dapat menjaga stabilitas intitusi

keuangan. Terakhir, efisiensi perbankan. Bank dengan ketahanan yang kuat dan

tingkat keberhasilan intermediasinya yang berhasil masih belum dapat menjaga

stabilitas institusi keuangan dengan kuat. Karena ketika ketahanan yang dimiliki

cukup kuat, dan intermediasinya yang dilakukan cukup berhasil belum tentu

perbankan tersebut sudah bekerja dengan efisien. Dengan tingkat efisiensi yang

baik bank akan menjaga stabilitas institusi keuangan dengan baik. Ketika bank

tersebut sudah bekerja dengan efisien maka bank tersebut sudah menghasilkan

keuntungan yang maksimum dari aset yang dimiliki. Ketika ketiga indikator

tersebut dapat berkoordinasi dan bekerja sama dengan baik, maka akan dapat

menjaga stabilitas perbankan dan secara bersamaan juga akan menjaga

stabilitas sistem keuangan.

Page 50: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

32

2.4 Ukuran (Size) Bank Sebagai Pusat Risiko Sistemik dan Stabilitas

Sistem Keuangan.

Sistem keuangan merupakan sarana dalam memobilisasi dana di Indonesia.

Sebagai sistem yang memobilisasi dana, sistem keuangan memiliki peranan

yang sangat penting dalam menjaga pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut

dapat dilihat dari beberapa kebijakan yang diambil Bank Indonesia yang

menjadikan stabilitas sistem keuangan sebagai salah satu sasaran utamanya.

Bank Indonesia mengukur stabilitas sistem keuangan dengan menggunakan

indeks yang disebut Indeks Stabilitas Sistem Keuangan atau ISSK (Gunadi et.al

2013).

Stabilitas sistem keuangan dibentuk oleh dua indikator yaitu pasar keuangan

dan institusi keuangan. Institusi keuangan memiliki peran yang cukup besar

dibandingkan dengan pasar keuangan dalam membentuk stabilitas sistem

keuangan. Karena secara umum struktur sistem keuangan di Indonesia masih

didominasi oleh perbankan. Selain itu, institusi keuangan adalah institusi yang

sebagian besar kekayaannya diwujudkan dalam bentuk aset keuangan daripada

aset riil. Ada tiga indikator untuk ISSK dari institusi keuangan yaitu Ketahanan,

Intermediasi, dan Efisiensi Perbankan.

Secara umum, sistem keuangan di Indonesia memiliki struktur yang masih

didominasi oleh sektor perbankan. Perbankan merupakan lembaga keuangan

yang sangat rentan dengan risiko. Ada banyak risiko yang menyelimuti kinerja

perbankan. Mulai dari risiko penghimpun dana, risiko penyaluran dana, risiko dari

internal bank itu sendiri, dan risiko yang bersifat eksternal. Dalam perbankan,

bank besar seperti memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang. Pertama,

bank besar dianggap lebih mampu bertahan disaat terjadi krisis. Kedua, bank

besar dianggap cenderung lebih rentan terhadap risiko. Seperti dalam istilah

Page 51: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

33

too-Big-to-Fail

tersebut untuk gagal.

Dari krisis yang terjadi di beberapa negara, bank dengan ukuran besar

merupakan salah satu sumber krisis yang terjadi. Seperti dalam penelitian

Leaven et al (2015), menemukan bahwa ketika ukuran bank meningkat akan

meningkatkan risiko sistemik. Bank besar memiliki kecenderungan akan

meningkatkan risiko sistemik. Selanjutnya, dalam penelitian Bhagat et al (2015)

menemukan bahwa sebuah bank yang besar akan memberikan risiko yang lebih

besar untuk institusi keuangan. Semakin besar ukuran bank, maka pengaruhnya

terhadap perekonomian juga akan semakin besar. Karena itulah dari krisis yang

terjadi bank besar menjadi pusat krisis, dan mengalami kebangkrutan.

Selain itu, alasan bank besar menjadi pusat krisis dan memiliki dampak yang

luas karena bank besar merupakan salah satu lembaga keuangan yang

menyimpan dana besar dari berbagai negara. Negara negara yang menyimpan

dananya dalam jumlah besar pada bank besar memiliki peluang yang cukup

besar mengalami risiko yang akan terjadi. Ketika risiko akan diindikasikan terjadi

atau terjadi tanda tanda akan adanya masalah pada bank besar, investor dari

luar negeri akan cenderung menarik dananya agar kerugian yang dialami tidak

terlalu besar. Disaat hal tersebut terjadi secara bersamaan dan besar besaran

maka akan mempengaruhi likuiditas bank tersebut.

Disaat bank besar mengalami masalah likuiditas maka akan mempengaruhi

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sebuah bank. Tingkat kepercayaan

masyarakat bergantung terhadap informasi yang ada. Akan tetapi, dalam

penyebaran informasi lebih sering mengalami perbedaan dengan keadaan

sebenarnya. Hal ini biasa disebut sebagai informasi asimetris. Asymmetric

Information atau informasi asimetris merupakan pengetahuan yang tidak

berimbang, dimana masing masing pihak yang akan bertransaksi mempunyai

Page 52: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

34

pengetahuan tentang pihak lain. Informasi asimetris dapat menyebabkan

gangguan terhadap sistem keuangan yang dikenal sebagai financial panic.

Ketika penyedia dana tidak dapat menilai apakah lembaga yang memegang

dana mereka benar benar sehat dan mereka memiliki keraguan atas kesehatan

perantara keuangan secara keseluruhan, mereka akan menarik dananya keluar

dari lembaga lembaga yang sehat maupun tidak sehat (Mishkin, 2013).

Kepanikan keuangan yang terjadi diantara penyedia dana sangat mudah

menyebar. Sehingga ketika terjadi kepanikan keuangan yang besar akan

menimbulkan tidak sehatnya perantara keuangan. Mudahnya kepanikan

keuangan terjadi dikarenakan sifat penyedia dana yang sangat mudah mengikuti

arus yang sedang terjadi. Sifat tersebut merupakan sifat procyclicality

(Mishkin,2013). Disaat semua itu terjadi, perbankan akan mengalami

permasalahan dan mengahadapi risiko likuiditas, dan satu persatu bank akan

mengalami kebangkrutan. Permasalahan yang terjadi juga akan berdampak

pada stabilitas sistem keuangan. Stabilitas sistem keuangan yang dibentuk dari

pasar keuangan dan institusi keuangan akan mengalami gangguan jika salah

satu mengalami permasalahan yang cukup besar.

Selain itu fungsi intermediasi akan berjalan baik jika kemampuan bank

dalam menyalurkan dana sama besarnya dengan menghimpun dana. Semakin

besar dana yang dapat disalurkan, akan memberikan modal yang lebih besar

untuk menghasilkan output perekonomian dan meningkatkan pertumbuhan

perekonomian. Disisi lain, ketika dana yang disalurkan lebih besar, akan

meningkatkan keuntungan yang didapat bank dan meningkatkan modal bank itu

sendiri agar memiliki kecukupan modal yang lebih besar. Kecukupan modal

besar dapat berdampak pada menjaga kestabilan sistem keuangan. Ketika

kecukupan modal yang besar menunjukkan bahwa ketahanan yang dimiliki bank

Page 53: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

35

juga akan semakin besar sehingga mampu menopang kestabilan sistem

keuangan.

Kecukupan modal yang dimiliki bank juga mengindikasikan ukuran (size)

sebuah bank. Semakin besar ukuran bank, akan memiliki kecukupan modal yang

besar pula. Selain itu, bank besar memiliki tingkat intermediasi yang lebih besar

sehingga memiliki pengaruh yang lebih besar dalam menjaga stabilitas sistem

keuangan. Di Indonesia, bank yang termasuk dalam bank besar dibedakan

dalam beberapa kelompok. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No

14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan

Modal Inti Bank dalam pasal 3 menyebutkan bahwa berdasarkan modal inti yang

dimiliki, bank dikelompokkan menjadi 4 BUKU yaitu :

a. BUKU 1 adalah bank dengan modal inti kurang dari Rp

1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);

b. BUKU 2 adalah bank dengan modal inti antara Rp 1.000.000.000.000,00

(satu triliun rupiah) sampai dengan kurang dari Rp 5.000.000.000.000,00

(lima triliun rupiah);

c. BUKU 3 adalah bank dengan modal inti antara Rp 5.000.000.000.000,00

(lima triliun rupiah) sampai dengan kurang dari Rp 30.000.000.000.000,00

(tiga puluh triliun rupiah);

d. BUKU 4 adalah bank dengan modal inti paling sedikit sebesar Rp

30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun rupiah).

Dalam penelitian ini menggunakan pengelompokan bank besar berdasarkan

modal inti yang dimiliki paling sedikit Rp 30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun

rupiah) atau BUKU 4. Bank yang termasuk dalam BUKU 4 yaitu, Bank BCA,

Bank Mandiri, Bank BRI, dan Bank BNI. Tiga dari keempat bank tersebut adalah

bank milik negara yaitu, Bank Mandiri, Bank BRI, dan Bank BNI. Berdasarkan

Page 54: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

36

laporan keuangan konsolidasian triwulanan bank Mandiri (PT Bank Mandiri

(Persero) Tbk) per tanggal 30 september 2016 memiliki total aset sebesar Rp

860.208.189 dalam jutaan rupiah. Bank Mandiri, merupakan bank yang 60%

kepemilikan saham, dimiliki pemerintah. Untuk bank BRI (Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk) per tanggal 30 september 2016 memiliki total aset sebesar Rp

931.693.351 dalam jutaan rupiah dan pemegang saham mayoritas di bank BRI

adalah pemerintah. Sedangkan untuk bank BNI per tanggal 30 september 2016

memiliki total aset sebesar Rp 571.508.957 dalam jutaan rupiah.

Dengan total aset yang sangat besar, bank bank besar sangatlah dekat

dengan risiko. Semua risiko pada perbankan memang memiliki peluang untuk

terjadi, akan tetapi bank setidaknya mampu untuk meminimalisir risiko yang akan

terjadi dengan beberapa pencegahan. Ada beberapa risiko bank, yang kurang

bisa diminimalisir oleh perbankan, salah satunya adalah risiko sistemik. Menurut

Harun et al (2015) pada umumnya, definisi risiko sistemik di lihat dari 3 sudut

pandang yang berbeda yaitu sumber risiko, pembentukan risiko, dan dampak

yang ditimbulkan. Pertama, sumber risiko (magnitude) sebagai contohnya adalah

probabilitas terjadinya risiko sistemik karena adanya shock yang secara tiba tiba.

Kedua, pembentukan risiko atau transmisi, sebagai contoh domino effect atau

contagoin, dan keterkaitan antara elemen dalam sistem keuangan. Terakhir,

dampak yang ditimbulkan, dengan mengaitkan dampak risiko sistemik ke

perekonomian; atau dengan gabungan diantara ketiga sudut pandang tersebut.

Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 16/11/PBI/2014 tentang

Peraturan dan Pengawasan Makroprudensial risiko sistemik merupakan akibat

gangguan menular (contagion) dari terjadinya tidak stabilnya sistem keuangan

yang dikarenakan hubungan dari faktor ukuran (size), kompleksistas usaha

(complexity), keterakaitan dengan pasar keuangan (interconnectedness), dan

Page 55: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

37

perilaku yang cenderung mengikuti arus yang berlebihan dalam siklus

perekonomian (procyclicality).

Risiko sistemik banyak digunakan dalam beberapa penelitian, seperti dalam

penelitian Group of Ten dalam Harun et al (2015) risiko sistemik dilihat dari sudut

pandang sumber risiko dan dampak yang ditimbulkan. Di dalam penelitian

tersebut risiko sistemik diartikan sebagai risiko yang dapat mengakibatkan

hilangnya kepercayaan dan peningkatan ketidakpastian dalam sistem keuangan

yang dapat menimbulkan efek negatif bagi perekonomian. Efek negatif yang

dimaksudkan dapat dilihat dari meningkatnya jumlah gangguan pada sistem

pembayaran, terhambatnya aliran kredit, dan menurunnya nilai aset. Dari

beberapa penelitian yang diambil dari sudut pandang sumber risiko dan dampak

yang ditimbulkan risiko sistemik didefinisikan sebagai salah satu keadaan yang

dapat menyebabkan tidak stabilnya sistem keuangan.

Mitigasi risiko sistemik dapat digunakan untuk menjaga stabilitas sistem

keuangan, indikator dapat digunakan sebagai sarana pemantauan untuk

mengidentifikasi sinyal ketidakseimbangan dalam pengawasan makroprudensial

ataupun sebagai sarana monitoring dalam implementasi instrumen kebijakan

makroprudensial (Harun et al, 2015).

Dalam Kerangka Pengukuran Risiko Sistemik (Harun et al, 2015) upaya

mitigasi risiko sistemik menjadi salah satu yang diperhatikan dalam menjaga

stabilitas sistem keuangan. Karena karakteristik sistem keuangan yang sangat

rentan terhadap risiko sistemik (financial fragility). Dalam financial fragility ada

salah satu karakterisitik yang terkait dengan perbankan. Sistem keuangan

memiliki fungsi utama yaitu melakukan kegiatan intermediasi untuk

mengalokasikan sumber daya dana. Dalam intermediasi ini perbankan lebih

banyak menggunakan sumber dana jangka pendek yang kemudian disalurkan

dalam bentuk jangka panjang. Perbedaan waktu dari jangka pendek ke jangka

Page 56: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

38

panjang akan sangat rentan terhadap risiko yang muncul akibat maturity

mismatch. Di sisi lain, struktur permodalan perbankan yang dipenuhi oleh hutang

menempatkan institusi keuangan dalam risiko akibat eksposur.

Semakin besar ukuran sebuah bank, maka akan semakin besar peluang

risiko sistemik yang akan terjadi. Bank besar yang dianggap sebagai pusat dari

terjadinya krisis yang akan berdampak pada terjadinya risiko sistemik. Bank yang

termasuk dalam bank bank besar bisa dilihat dari beberapa indikator yakni, total

aset, dana pihak ketiga atau DPK, dan modal inti. Ketiga indikator tersebut dapat

mencerminkan bagaimana kemampuan sebuah bank dalam menghimpun,

mengelola, dana dari masyarakat dan juga dapat mengindikasikan kecukupan

modal sendiri yang ada dalam menanggung kemungkinan risiko yang akan

terjadi.

2.5 Indikator Ukuran ( Size ) dari Bank Besar

Sebagai sektor yang memegang peran penting bagi perekonomian,

perbankan mendominasi aset terbesar dalam sistem keuangan. Dengan

dominasi yang sangat tinggi, perbankan memiliki pengaruh yang cukup besar

dalam menjaga kestabilan sistem keuangan. Disisi lain, perbankan juga menjadi

salah satu sumber dari tidak stabilnya sistem keuangan di Indonesia. Dalam

beberapa krisis yang terjadi bank menjadi salah satu sumber yang menyebabkan

krisis terjadi.

Menurut Sujianto dalam Kusumaningrum (2010), ukuran sebuah perusahaan

dapat diartikan sebagai besar kecilnya sebuah perusahaan dapat ditunjukkan

dengan total aktiva, jumlah penjualan, rata rata total penjualan aset, dan rata

rata total aktiva. Dalam statistik perbankan indonesia yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia, ukuran sebuah bank dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok

berdasarkan total aset yang dimiliki yaitu bank dengan total aset kurang dari Rp 1

triliun, bank dengan total aset antara Rp 1 sampai 10 triliun, bank dengan total

Page 57: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

39

aset antara Rp 10 triliun sampai 30 triliun, dan bank dengan total aset lebih dari

Rp 30 triliun.

Selain itu, menurut Miswanto dalam Andry (2005) ukuran sebuah

perusahaan dapat dilihat menggunakan total asset dan ekuitas. Dalam

perbankan ekuitas merupakan modal sendiri yang bersumber dari pemilik bank.

Dengan modal sendiri yang lebih tinggi akan lebih menambah ukuran sebuah

bank. Dan menurut Ogden dalam Andry (2005) dalam menggukur ukuran sebuah

perusahaan dapat menggunakan total hutang yang digunakan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan. Dalam perbankan total hutang tersebut adalah dana

yang sudah dihimpun dari masyarakat, dana tersebut adalah Dana Pihak Ketiga.

Sebagai lembaga intermediasi bank menggunakan dana yang sudah dihimpun

untuk disalurkan dan mendapatkan keuntungan dari selisih bunga. Dana Pihak

Ketiga merupakan dana simpanan masyarakat dalam bank yang bisa dalam

bentuk giro, tabungan, dan deposito. Dengan semakin besar Dana Pihak Ketiga

semakin besar semakin besar ukuran bank tersebut.

2.5.1 Bank Besar Akan Memiliki Total Aset yang Besar

Sebuah bank akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan

yang terjadi bisa disebabkan karena berbagai hal, bisa disaat terjadi krisis dan

setelah krisis. Menurut Pawlowska (2016) sekitar 50 tahun yang lalu terjadi

pergantian sistemik dalam struktur, ukuran, dan komposisi dari sistem keuangan

diseluruh dunia termasuk di Eropa. Perubahan yang terjadi meningkatkan

peluang terjadinya too-big-to-fail. Di tahun 2011 asset dari sektor perbankan dari

negara EU-27 tumbuh setengah kali lebih cepat dibandingkan pertumbuhan di

tahun 1998. Asset memang sering digunakan dalam proksi untuk mengukur

ukuran (size) dari sebuah bank. Seperti dalam penelitian Muljawan (2014)

menggunakan logaritma total aset sebagai proksi untuk ukuran bank. Dalam

penelitian Hidayati (2010) size sebuah perusahaan dapat diukur menggunakan

Page 58: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

40

total asset yang dimiliki oleh perusahaan dan digunakan dalam kegiatan operasi

perusahaan. Dalam penelitian ini, juga menggunakan total aset sebagai salah

satu proksi dari ukuran (size) bank.

Perbankan sebagai lembaga intermediasi akan menghimpun dana dan

menyalurkan dana tersebut. Bank akan menggunakan dana yang sudah

dihimpun untuk menyalurkannya sebagai kredit dan akan menghasilkan laba.

Dana yang sudah disalurkan sebagai kredit dan kegiatan yang dilakukan untuk

menghasilkan laba disebut sebagai aset. Jumlah keseluruhan dari aset yang

dimiliki bank inilah yang disebut sebagai total aset. Semakin besar total aset

yang dimiliki bank mengindikasikan bahwa kegiatan yang dilakukan bank juga

semakin besar.

Semakin besar total aset yang dimiliki bank mencerminkan bahwa semakin

besar size bank tersebut. Akan tetapi, setiap dari aset yang dimiliki bank selalu

membawa peluang terjadinya risiko. Sehingga semakin besar size bank semakin

besar peluang terjadinya risiko. Seperti yang disebutkan dalam PBI No

11/25/PBI/2009 bahwa bank dengan ukuran dan kompleksitas usaha yang besar

diwajibkan untuk menerapkan manajemen risiko untuk seluruh jenis risiko. Hal ini

semakin membuktikan bahwa kinerja bank yang termasuk dalam ukuran besar

selalu dikelilingi risiko. Risiko yang dimaksud ada 8, yaitu risiko kredit, risiko

pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko

strategik, dan risiko kepatuhan.

Pertama, risiko kredit merupakan risiko yang diakibatkan kegagalan debitur

dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Kedua, risiko

pasar adalah risiko yang terjadi ketika posisi neraca dan rekening administratif

termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi

pasar, termasuk risiko perubahan harga. Ketiga, risiko likuiditas yaitu risiko

karena ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari

Page 59: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

41

sumber pendanaan arus kasa dan/atau dari aset likui berkualitas tinggi yang

dapat diagunkan tanpa menganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

Keempat, risiko operasional merupakan risiko yang timbul akibat ketidakcukupan

atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,

dan adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Kelima,

risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul karena bank tidak mematuhi atau tidak

melaksanakan peraturan perundang undangan dan ketentuan yang sudah

ditetapkan. Keenam, risiko hukum merupakan risiko yang ada ketika terjadi

tuntutan hukum atau kelemahan aspek yuridis. Ketujuh, risiko reputasi termasuk

dalam risiko yang terjadi karena anggapan buruk dari penyedia dana terhadap

bank sehingga menurunkan tingkat kepercayaan. Terkahir, risiko strategi adalah

risiko yang timbul karena kesalahan dalam mengambil, melaksanakan suatu

keputusan strategi serta kegagalan dalam mengikuti perubahan lingkungan

bisnis (PBI No 11/25/PBI/2009).

Disisi lain, risiko yang akan terjadi juga semakin besar. Aset yang besar

mencerminkan bahwa dana yang disalurkan semakin besar. Penyaluran dana

bisa ditempatkan dalam berbagai bentuk, seperti cadangan dan kas, surat

berharga yang dikeluarkan pemerintah atau pihak lain, kredit yang salurkan, dan

aset lain. Cadangan dan kas merupakan aset yang paling likuid. Penyediaan

cadangan dan kas yang cukup akan menjaga likuidasi bank, akan tetapi

cadangan dan kas memiliki risiko terjadinya penurunan nilai rupiah yang

diakibatkan karena pergerakkan nilai tukar untuk jangka pendek atau karena

terjadinya inflasinya untuk jangka panjang. Surat berharga yang dimiliki bank

pasti akan memiliki risiko, risiko yang berpeluang terjadi adalah risiko gagal

bayar. Dari surat berharga yang memiliki peluang risiko rendah adalah surat

berharga yang dikeluarkan pemerintah. Kredit adalah aset terbesar dari bank

Page 60: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

42

yang menghasilkan laba yang besar bagi bank. Akan tetapi, kredit memiliki risiko

yang tinggi untuk terjadi gagal bayar atau mengalami kredit macet.

Dengan aset yang semakin besar, juga akan berpeluang meningkatkan

terjadinya risiko. Kemungkinan risiko yang terjadi akan semakin meningkat

seiring dengan meningkatnya total aset. Dengan risiko yang meningkat akan

meningkatkan gangguan terhadap bank yang akan menimbulkan permasalahan

bagi institusi keuangan sehingga akan berakibat tidak stabilnya sistem

keuangan. Hal ini menjelaskan bahwa ketika total aset meningkat akan

meningkatkan risiko yang akan terjadi sehingga juga akan meningkatkan

ketidakstabilan sistem keuangan. Dalam penelitian Laeven et al (2014) juga

menyebutkan bahwa risiko yang meningkat seiring dengan meningkatnya total

aset akan menimbulkan peluangan bagi risiko sistemik yang dapat menyebabkan

gangguan terhadap stabilitas sistem keuangan.

2.5.2 Tingkat DPK yang Besar Akan Meningkatkan Ukuran dari Bank

Menurut Ogden dalam Andry (2005) dalam menggukur ukuran sebuah

perusahaan dapat menggunakan total hutang yang digunakan sebagai

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dalam perbankan total hutang

yang dimiliki adalah Dana Pihak Ketiga yang dihimpun. Sebagai lembaga

intermediasi bank menggunakan dana yang sudah dihimpun untuk disalurkan

dan mendapatkan keuntungan dari selisih bunga. Dana Pihak Ketiga merupakan

dana simpanan masyarakat di bank yang dalam bentuk giro, tabungan, dan

deposito.

Selain itu, bank dengan ukuran (size) yang besar memiliki tingkat

kepercayaan lebih dari masyarakat. Tingkat kepercayaan masyarakat dapat

terlihat dari besarnya dana masyarakat di bank tersebut. Dana tersebut disebut

sebagai Dana Pihak Ketiga atau DPK. Disamping itu, besarnya tingkat dana

Page 61: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

43

pihak ketiga akan mencerminkan besarnya tingkat risiko dalam bank tersebut.

Dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat sangat rentang terhadap risiko

likuiditas. Kepercayaan masyarakat terhadap sebuah bank rentan terhadap isu

keadaan perekonomian yang sedang berkembang. Ketika isu perekonomian

tentang perbankan yang sedang berkembang adalah isu perekonomian yang

buruk, maka kepercayaan masyarakat akan menurun dan berakibat penarikan

dana di bank, dan sebaliknya. Ketika isu perekonomian yang tentang perbankan

yang sedang berkembang adalah isu perekonomian yang baik, maka

kepercayaan masyarakat akan meningkat dan berakibat pada peningkatan dana

di bank.

Dana pihak ketiga juga mengindikasikan kinerja korporasi. Semakin

membaiknya kinerja korporasi akan meningkatkan dana pihak ketiga, dan

sebaliknya ketika kinerja korporasi mengalami penurunan akan menurunkan

dana pihak ketiga. Hal tersebut digunakan Bank Indonesia sebagai acuan

keberhasilan intermediasi secara keseluruahan di Indonesia. Selain itu, dana

pihak ketiga juga mencerminkan bagaimana keberhasilan intermediasi dari bank

tersebut. Disaat dana pihak ketiga meningkat akan mencerminkan keberhasilan

bank tersebut dalam menghimpun dana. Jika dana pihak ketiga meningkat,

keberhasilan intermediasi yang dilakukan bank juga akan mengalami

peningkatan. Peningkatan pada intermediasi akan meminimalisir peluang

terjadinya risiko. Peluang risiko yang semakin menurun akan meningkatkan

kestabilan sistem keuangan di Indonesia. Sehingga, semakin besar dana pihak

ketiga akan meningkatkan intermediasi pada bank sehingga akan meningkatkan

kestabilan sistem keuangan (Gunadi et al, 2013).

Page 62: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

44

2.5.3 Ukuran Bank Besar Akan Meningkatkan Modal Inti yang Dimiliki

Setiap bank besar memiliki kompleksitas usaha yang tinggi. Karena

semakin besar ukuran bank tersebut akan meningkatkan kompleksitas aktivitas

usaha bank. Dengan meningkatnya komplesitas aktivitas usaha akan berpotensi

meningkatkan risiko yang dihadapi oleh bank. Untuk mengatisipasi risiko tersebut

bank membutuhkan modal yang cukup besar. Oleh karena itu permodalan

sebuah bank memiliki arti penting. Menurut Latumaerissa (2011) komponen

permodalan dalam perbankan dibagi menjadi tiga yaitu, pertama modal inti (Tier

1) terdiri dari elemen yang memiliki kapasitas terbesar untuk menyerap kerugian

yang terjadi setiap saat. Kedua, modal pelengkap (Tier 2) dibentuk berdasarkan

campuran komponen ekuitas secara umum dan intrumen utang. Jika modal inti

tidak terbatas berbeda dengan modal pelengkap yang dibatasi hingga 100% dari

modal inti. Modal pelengkap dibagi menjadi dua kategori yaitu : pertama, Tier 2

atas, dibatasi hingga 100% dari modal inti. Kedua, Tier 2 bawah, dibatasi hingga

50% dari modal inti. Ketiga, modal pelengkap tambahan (Tier 3) baru

ditambahkan di tahun 1995. Modal pelengkapan tambahan ini digunakan untuk

memenuhi persyaratan modal pada risiko pasar.

Menurut Miswanto dalam Andry (2005) ukuran sebuah perusahaan dapat

dilihat menggunakan total asset dan ekuitas. Dalam perbankan ekuitas

merupakan dihitung berdasarkan komponen modal. Dari ketiga jenis modal yang

ada dalam perbankan, modal sendiri atau modal inti merupakan jenis modal yang

sangat diperhatikan oleh bank. Karena modal inti memiliki fungsi utama sebagai

penyerap kerugian yang terjadi setiap saat. Selain itu, modal inti juga

mengindikasikan seberapa besar size bank tersebut. Dengan modal inti yang

lebih tinggi akan lebih menambah ukuran sebuah bank. Ukuran (size) bank besar

memiliki peluang risiko yang terjadi akan semakin meningkat, oleh karena itu

setiap bank besar akan memiliki modal inti yang juga semakin besar. Seiring

Page 63: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

45

dengan meningkatnya ukuran bank, modal inti juga akan meningkat. Semakin

besar modal inti yang dimiliki bank semakin meminimalisir risiko yang akan

terjadi, semakin rendahnya peluang terjadinya risiko semakin meningkatkan

kestabilan sistem keuangan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang menjadi rujukan

dari penelitian ini:

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis Variabel Penelitian Metode Hasil Penelitian

1. Bank Size, Capital, and systemic risk: Some International Evidence(2014)

Luc Leaven, Lev Ratnovski, Hui Tong

Bank size, Systemic risk, Crisis periode (variabel dummy), Log GDP percapita,

Metode Data Panel

Metode SRISK menunjukkan bahwa ukuran bank dan modal mempengaruhi resiko sistemik.

risiko sistemik meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran bank, diindikasikan dengan meningkatnya standard deviasi dan total aset yang meningkat dapat meningkatkan risiko sistemik bank.

2. Size, Leverage, and risk taking of financial institutions (2015)

Sanjai Bhagat, Brian Bolton, Jun Lu

Risk-taking, firm size, corporate governance, CEO Ownership, Market-to-book ratio and age, financial institusion

Metode Data Panel

Firm size and risk taking memiliki pengaruh positif terhadap financial institusions saat sebelum krisis dan saat krisis akan tetapi setelah krisis memiliki pengaruh negative Corporate governance is significantly negatively associated with risk-taking

3. Does the size and market structure of the banking sector have an effect on the financial stability of theEuropean Union? (2016)

Malgorzata Pawlowska

Size, competition, and risk-taking behavior by bank

Metode Data Panel

Ukuran bank memiliki dampak negatif terhadap stabilitas keuangan bank di Eropa Kompetisi dan perilaku membawa risiko tidak memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap bank di Eropa

Page 64: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

46

No Judul Penulis Variabel Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

4. Penggunaan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan dalam Pelaksanaan Survilens Makroprudensial (2013)

Imam Gunadi, Aditya Anta Taruna, dan Cicilia A Harun

Indeks Stabilitas Sistem Keuangan, Institusi Keuangan ( Ketahanan, Intermediasi, Efisiensi ) Pasar Keuangan

Q-indeks Metode Turning Point Analysis,

Institusi Keuangan berpengaruh positif terhadap Stabilitas sistem keuangan (Ketahanan berpengaruh positif, Intermediasi berpengaruh positif, Efisiensi berpengaruh negatif terhadap Stabilitas sistem keuangan) Pasar keuangan berpengaruh positif terhadap stabilitas sistem keuangan.

5. Dampak Inklusi Keuangan Terhadap Stabilitas sistem Keuangan (2016)

Azka Azifah Dienillah dan Lukytawati Anggraeni

Bank z-score, NPL terhadap gross deposit, Small medium enterprise outstanding loan GDP perkapita, Rasio kreidt terhadap GDP, Rasio non capital FDI terhadap GDP, rasio aser lancar, pendanaan jangka pendek

Analisis Data Panel

Inklusi keuangan berpengaruh positif terhadap stabilitas sistem keuangan NPL berpengaruh negatif terhadap stabilitas sistem keuangan, Rasio outstanding loan berpengaruh negatif terhadap stabilitas sistem keuangan, GDP perkapita berpengaruh positif terhadap stabilitas sistem keuangan, rasio non FDI berpengaruh positif terhadap stabilitas sistem keuangan, rasio asset lancar dan pendanaan jangka pendek berpengaruh positif terhadap stabilitas sistem keuangan,

Sumber : Data diolah,2017

Page 65: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

47

2.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual

Sumber : Data diolah,2017

Berdasarkan dari penelitian terdahulu yang sudah ada, untuk melihat ukuran

sebuah bank dapat menggunakan total aset, dana pihak ketiga, dan modal inti.

Total aset diduga memiliki pengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan.

Sedangkan dana pihak ketiga dan modal inti diduga memiliki pengaruh terhadap

stabilitas sistem keuangan.

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari penjelasan tentang pengaruh ukuran bank terhadap

stabilitas sistem keuangan dan beberapa penelitian yang sudah dilakukan.

Ukuran bank dalam penelitian diukur menggunakan total aset, dana pihak ketiga,

dan modal inti yang dimiliki bank. Sedangkan stabilitas sistem keuangan diukur

menggunakan z-score. Hipotesa penelitian secara sistematis dapat ditulis

dengan :

H1 = Terdapat pengaruh ukuran bank terhadap stabilitas sistem keuangan.

Page 66: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

48

BAB III

Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Jenis penelitian

kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan data angka atau data

kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif

yang diangkakan. Selain itu, penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang

berangkat dari konsep, teori atau menguji kembali teori dan dalam penelitian ini

merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh,

keeratan korelasi, atau asosiasi antar variabel (Sinambela, 2014).

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder

(secondary sources). Data sekunder adalah data yang sudah ada berupa data

publikasi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi tertentu.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Stastistik

Perbankan Indonesia yang setiap bulan akan dikeluarkan ke publik oleh Bank

Indonesia (www.bi.go.id) dan Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id),Website

Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, dan Bank BCA.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode yang mengumpulkan

data dengan cara membaca dari literatur, jurnal, dan berbagai referensi yang

masih berkaitan dengan penelitian terdahulu dan penelitian ini.

Page 67: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

49

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Definisi operasional masing masing variabel yang dibahas adalah sebagai

berikut :

1. Stabilitas Sistem Keuangan dalam penelitian ini menggunakan perhitungan

z-score. Z-score adalah perhitungan yang menunjukkan kondisi dan resiko

dari masing masing bank. Z-score juga dianggap lebih baik karena dapat

merefleksikan keseluruhan risiko bank dengan menggunakan perhitungan

profitabilitas, kapitalisasi dan variabilitas dari imbal hasil asset yang dimilki

oleh bank yang bersangkutan. Lebih lanjut, z-score juga terbukti dapat

mewakili potensi kemungkinan default secara umum, termasuk besaran dan

volatilitas keuntungan, serta leverage yang lebih tinggi (Beck dalam

Mulyaningsih et al, 2016).

Z-score memiliki hubungan yang positif dengan stabilitas sistem

keuangan, hal ini berarti semakin tingginya nilai z-score maka akan semakin

stabil sistem keuangan. Sebaliknya, semakin tingginya z-score, maka akan

semakin stabilnya sistem keuangan karena probabilitas yang lebih rendah

untuk insolvent (Mulyaningsih et al, 2016). Secara empiris, z-score dihitung

dengan rumus berikut :

ROA = Return On Assets

EQ = Rasio Equity to Assets

Return On Assets

Page 68: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

50

2. Total Aset dalam penelitian ini menggunakan total aset dari konsolidasi

laporan triwulanan dari bank Mandiri, BRI, BNI, dan BCA pada tahun 2010

sampai 2016 dalam satuan rupiah.

3. Dana Pihak Ketiga dalam penelitian ini menggunakan penjumlahan dari Giro,

Deposito, dan Tabungan dari laporan triwulanan dari bank Mandiri, BRI, BNI,

dan BCA pada tahun 2010 sampai 2016 dalam satuan rupiah.

4. Modal Inti merupakan modal yang dimiliki bank sendiri, dalam penelitian ini

data modal inti diambil dari laporan triwulanan dari bank Mandiri, BRI, BNI,

dan BCA pada tahun 2010 sampai 2016 dalam satuan rupiah.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan gabungan data times series dan data

cross section. Pengabungan kedua data tersebut dikenal sebagai data panel.

Menurut Ekananda (2014) data panel (pooled data) adalah data campuran

antara data lintas-waktu (times-series) dengan data lintas-individu (cross-

section). Dalam Gujarati (2012), kelebihan dalam menggunakan data panel yaitu:

1. Data panel baik digunakan karena mampu mengukur dampak dengan

sederhana yang tidak dapat dilihat dari data times series dan cross section

murni.

2. Data panel menggunakan data dalam jumlah besar, memberikan

keuntungan untuk meminimumkan terjadinya bias.

3. Dapat mengatasi heterogonitas dalam teknik estimasi data panel dan

memberikan variabel spesifik subjek.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

panel. Analisis regresi panel digunakan dalam penelitian ini karena data yang

digunakan merupakan pengabungan antara data times-series dengan cross-

section. Data times-series yang digunakan adalah data kuartalan yang antara

Page 69: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

51

tahun 2010 sampai 2016. Sedangkan untuk data cross-section menggunakan

data dari 4 bank yaitu Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, dan Bank BCA.

Dengan demikian, total observasi dalam penelitian ini sebanyak 112 observasi.

Sebelum melakukan analisis regresi data panel, terlebih dahulu dilakukan

interpolasi terhadap data penelitian. Pada variabel independen akan dilakukan

interpolasi dan variabel dependen akan diturunkan. Hal ini dilakukan karena

keterbatasan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data untuk

melakukan perhitungan nilai z-score. Dalam variabel z-score yang digunakan

dalam penilitian ini menggunakan perhitungan dari penelitian Mulyaningsih et al

(2016), , dan data yang digunakan untuk menghitung z-score

hanya tersedia data bulanan pada laporan statistik perbankan Indonesia. Untuk

menginterpolasi data, dalam penelitian ini menggunakan bantuan Eviews 8. Data

variabel independen (total aset, dana pihak ketiga, dan modal inti) yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan satuan jutaan rupiah, untuk itu

perlu ditransformasikan dalam bentuk terkecil yaitu menggunakan logaritma

natural (Ln) (Gujarati, 2012).

Dalam penelitian ini, untuk pengolahan data dan menganalisis data

dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk tabulasi data

dan Eviews 8 untuk mengestimasi hasil. Maka persamaan regresi data panel

yang digunakan adalah:

Keterangan:

= Stabilitas sistem keuangan pada periode t

= Total Aset dari bank i pada periode t

= Dana Pihak Ketiga dari bank i periode t

Page 70: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

52

= Modal Inti dari bank i periode t

= konstanta

= error atau variabel penganggu

= bank Mandiri, BRI, BNI, dan BCA

3.6.1 Uji Spesifikasi Model

Dalam regresi data panel perlu dilakukan uji spesifikasi model, karena

dalam mengestimasi persamaan sangat bergantung pada asumsi yang dibuat

tentang intersep, variabel penganggu, dan koefisien slope. Terdapat tiga

pendekatan yang digunkan untuk menentukan metode estimasi regresi data

panel, antara lain Common Effect Model, Fixed Effect Model, dan Random Effect

Model.

3.6.1.1 Common Effect Model (CEM)

Common Effect Model merupakan metode paling sederhana dari ketiga

model yang ada untuk mengestimasi regresi data panel. Dalam metode ini hanya

mengabungkan data times series dengan data cross section saja, tanpa melihat

adanya perbedaan individu dan waktu.

3.6.1.2 Fixed Effect Model (FEM)

Metode Fixed Effect Model adalah metode yang mengestimasi data panel

menggunakan variabel dummy. Dalam metode ini mengasumsikan bahwa ada

perbedaan antar nilai intersep, akan tetapi memiliki slope yang sama antar

waktu.

3.6.1.3 Random Effect Model (REM)

Random Effect Model merupakan metode data panel yang dapat

menghilangkan masalah heterekodastisitas. REM juga digunakan untuk

mengestimasi data panel yang memiliki variabel penganggu yang memiliki

hubungan antar waktu dengan individu.

Page 71: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

53

3.6.2 Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel

Uji Chow (redundant Fixed Effect-Likelihood Test) perlu dilakukan untuk

melihat model yang layak digunakan antara CEM atau FEM, dengan asumsi:

= CEM lebih baik

= FEM lebih baik

Dalam penelitian ini nilai alfa yang digunakan adalah 5%. Jika nilai chi-

square lebih dari sama dengan alfa maka diterima, sehingga model terbaik

yang digunakan CEM. Akan tetapi jika nilai chi-square kurang dari alfa maka

ditolak, sehingga model yang digunakan adalah FEM.

Selanjutnya dilakukan pengujian kembali apakah model FEM merupakan

model yang terbaik. Untuk melihat antara FEM atau REM perlu dilakukan uji

Hausman (Correlated Random Effect-Hausman Test) dengan asumsi:

= REM lebih baik

= FEM lebih baik

Untuk membukan asumsi uji Hausman, perlu membandingakan antara

nilai cross-section random dengan alfa (5%). Jika nilai cross-section random

lebih dari sama dengan alfa maka diterima, sehingga model yang digunakan

REM. Jika nilai cross-section random lebih kecil dari alfa maka ditolak,

sehingga model yang digunakan FEM.

Menurut Judge dalam Saputra (2010), dalam memilih antara

menggunakan model FEM atau menggunakan model REM dalam data panel ada

empat pertimbangan pokok yang harus diperhatikan:

1. Jika jumlah data times series lebih besar dibandingkan dengan jumlah data

cross section, maka lebih baik menggunakan model Fixed Effect Model. Hal

ini dikarenakan hasil dari FEM dan REM tidak jauh berbeda. Dipilihnya FEM

Page 72: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

54

karena pendekatan yang lebih mudah adalah FEM dibandingkan dengan

REM.

2. Sebaliknya, jika jumlah data cross section lebih besar dibanding dengan

jumlah data times series, hasil dari kedua model akan jauh berbeda. Ketika

data cross section diambil secara acak maka lebih baik menggunakan REM,

dan jika data cross section yang diambil tidak secara acak maka lebih baik

menggunakan FEM. Apabila asumsi terhadap REM dapat dipenuhi, maka

REM hasilnya lebih efisien dibandingkan dengan FEM.

3. Jika komponen error individual memiliki korelasi, maka penaksiran FEM lebih

baik karena tidak akan bias, sedangkan penaksiran REM akan menjadi bias.

3.6.3 Uji Hipotesis

Hipotesis yang telah disusun perlu untuk diuji kebenarannya. Uji

signifikansi antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) perlu

dilakukan baik secara bersama sama maupun secara parsial. Dengan uji F (F-

test) dan uji t (t-test) pada level 5% (Gujarati, 2012).

3.6.3.1 Analisis Koefisien Determinasi ( )

Menurut Gujarati (2012), koefisien determinasi digunakan untuk

mengukur seberapa besar presentase total variasi variabel dependepen yang

akan dijelaskan oleh variabel independen dalam suatu garis regresi. Nilai

koefisien determinasi atau R-squared berada diantara 0 dan 1 atau -1< r2< 1.

Jika nilai r-squared 1 berarti persentase kontribusi perubahan variabel bebas

terhadap perubahan variabel tidak bebas sebesar 100% dan tidak ada faktor lain

yang mempengaruhi variabel tidak bebas. Sedangkan, jika nilai r-squared 0

berarti tidak ada kontribusi perubahan variabel bebas terhadap perubahan

variabel tidak bebas.

Page 73: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

55

3.6.3.2 Uji F (F-test)

Uji simultan atau uji F adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui

apakah variabel bebas secara bersama sama dapat mempengaruhi variabel

tidak bebas (Gujarati, 2012). Pengujian dilakukan dengan alfa sebesar 5% dan

tingkat kepercayaan sebesar 95%. Apabila nilai probabilitas F > alfa (0,05) maka

dapat diartikan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara total aset,

dana pihak ketiga, dan modal inti terhadap stabilitas sistem keuangan.

Sebaliknya jika probabilitas F < alfa (0,05) maka dapat diartikan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara total aset, dana pihak ketiga, dan modal inti

terhadap stabilitas sistem keuangan.

3.6.3.3 Uji t (t-test)

Menurut Gujarati (2012), Uji parsial atau uji t, adalah uji yang dilakukan

untuk mengetahui apakah masing masing variabel bebas berpengaruh

terhadap variabel terikat. Untuk uji parsial ada dua hipotesis yaitu hipotesis nol

dan hipotesis alternatif. Apabila nilai probabilitas thitung (sig. T) > 0,05 maka dapat

diartikan bahwa total aset, dana pihak ketiga, dan modal inti secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap stabilitas sistem keuangan. Sebaliknya jika nilai

probabilitas thitung (sig. T) < 0,05 maka dapat diartikan bahwa total aset, dana

pihak ketiga, dan modal inti secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

stabilitas sistem keuangan.

Page 74: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

56

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian

4.1.1 Perkembangan Size PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus

1999 ini didirikan pada 2 Oktober 1998 sebagai bentuk restrukturisasi perbankan

yang dilakukan pemerintah. Bank Mandiri didirikan dari mengabungkan empat

bank yakni: Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor, dan

Bank Pembangunan Indonesia. Bank Mandiri termasuk dalam satu bank besar

yang ada di Indonesia (Bank Mandiri, 2017). Hal tersebut jika dilihat dari sisi total

aset yang dimiliki Bank Mandiri merupakan bank terbesar yang ada di Indonesia.

Sejak dileburkan menjadi satu keempat bank tersebut mulai membangun

organisasi yang solid dan terus mengembangkan diri untuk menjadi bank yang

lebih besar. Hal tersebut dapat dilihat dalam perkembangan total aset, dana

pihak ketiga, dan modal inti bank mandiri sepuluh tahun terakhir dalam grafik

berikut:

Grafik 4.1 Perkembangan Total Aset, Dana Pihak Ketiga, dan Modal Inti Bank Mandiri

Sumber : Laporan Triwulanan data diolah, 2017

0

200.000.000

400.000.000

600.000.000

800.000.000

1.000.000.000

dala

m ju

taan

rupi

ah

Perkembangan Total Aset, DPK, dan Modal Inti Bank Mandiri

Total Aset

Dana Pihak Ketiga

Modal Inti

Page 75: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

57

Berdasarkan dari grafik diatas dapat dilihat bahwa total aset, dana pihak

ketiga dan modal inti terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2007 hingga 2016

total aset meningkat lebih dari 200%. Peningkatan pada total aset disebakan

karena pada tahun 2007 pemerintah mulai berkonsetransi terhadap peningkatan

UMKM dengan mempermudah pengambilan kredit modal dari bank. peraturan

tersebut ditunjukkan kepada bank-bank milik negara salah satunya, Bank

Mandiri. Selain itu, penurunan dari BI Rate membuat suku bunga kredit

mengalami penurunan yang dapat berakibat pada peningkatan pada kredit.

Sehingga dapat mempengaruhi peningkatkan pada total aset. Selanjutnya, dana

pihak ketiga juga mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan pada

dana pihak ketiga disebabkan dengan terjadinya peningkatan pada penyaluran

kredit, bank membutuhkan dana yang lebih besar untuk disalurkan oleh karena

itu bank meningkatkan suku bunga dana pihak ketiga.

Hal yang sama juga terjadi pada modal inti, peningkatan modal inti bahkan

lebih dari 200%, yakni sebesar 327%. Peningkatan pada modal inti dari tahun

2007 sebesar Rp 23.093.819 dalam jutaan rupiah hingga di tahun 2016 sebesar

Rp 98.642.112 dalam jutaan rupiah. Peningkatan pada modal inti dikarenakan

adanya kebijakan dari OJK yakni, POJK No 34/POJK.03/2016 tentang kewajiban

penyediaan modal mninum. Dalam POJK tersebut pada pasal 3 menyebutkan

bahwa bank diwajibkan membentuk tambahan modal sebagai buffer. Salah

satunya CCB (Capital Conservation Buffer) ditetapkan sebesar 2,5% dari ATMR.

Peningkatan yang terjadi secara signifikan dari total aset, dana pihak ketiga, dan

modal inti menunjukkan bahwa selama sepuluh tahun terakhir ukuran dari bank

Mandiri terus meningkat dari tahun ke tahun.

Page 76: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

58

4.1.2 Perkembangan Size PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berdiri tanggal 16 Desember

1895. Dalam Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 menyebutkan

bahwa Bank BRI sebagai Bank Pemerintah pertama di Indonesia. Bank BRI

termasuk dalam bank terbesar di Indonesia. Bank BRI didirikan oleh Raden Aria

Wirjaatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah. Sebelum dijadikan bank pemerintah,

bank BRI berdiri dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs

Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang

berkebangsaan Indonesia (Bank BRI, 2017).

Sebagai salah satu bank besar yang ada di Indonesia, Bank BRI terus

mengalami perkembangan termasuk ukurannya. Disaat sebuah bank mengalami

perkembangan pada saat yang sama juga akan meningkatkan ukurannya. Hal

tersebut dapat dilihat dari perkembangaan total aset, dana pihak ketiga, dan

modal inti. Perkembangan tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut ini:

Grafik 4.2 Perkembangan Total Aset, Dana Pihak Ketiga, dan Modal Inti Bank BRI

Sumber : Laporan Triwulanan data diolah, 2017

0

100000000

200000000

300000000

400000000

500000000

600000000

700000000

800000000

900000000

2007Q1

2008Q1

2009Q1

2010Q1

2011Q1

2012Q1

2013Q1

2014Q1

2015Q1

dala

m ju

taan

rupi

ah

Perkembangan Total Aset, DPK, dan Modal Inti Bank BRI

Total Aset

Dana Pihak Ketiga

Modal Inti

Page 77: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

59

Berdasarkan dari grafik diatas dapat dilihat bahwa total aset, dana pihak

ketiga dan modal inti terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2007 hingga 2015

total aset meningkat signifikan. Selanjutnya, dana pihak ketiga juga mengalami

peningkatan yang signifikan. Peningkatan pada dana pihak ketiga hampir sama

dengan total aset. Peningkatan pada total aset dan dana pihak ketiga merupakan

dampak dari peningkatan BI Rate. Hal yang sama juga terjadi pada modal inti,

peningkatan modal inti bahkan lebih dari 300%. Peningkatan pada modal inti dari

tahun 2007 sebesar Rp 15.764.044 dalam jutaan rupiah hingga di tahun 2015

sebesar Rp 77.416.274 dalam jutaan rupiah. Peningkatan pada modal inti juga

disebakan karena keharusan bank untuk mengikuti POJK. Peningkatan yang

terjadi secara signifikan dari total aset, dana pihak ketiga, dan modal inti

menunjukkan bahwa selama beberapa tahun terakhir ukuran dari bank BRI terus

meningkat dari tahun ke tahun.

4.1.3 Perkembangan Size PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

PT Bank Negara Indonesi (Persero) Tbk atau yang lebih dikenal Bank BNI

adalah bank pertama miik negara yang berdiri setelah kemerdekaan Indonesia

yakni, 5 Juli 1946. Di awal berdiri peran Bank BNI sempat menjadi bank sentral

dan bank umum secara bersamaan, sebagaimana yang ada dalam Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2/1946. Hingga di tahun 1955 peran

bank BNI kembali beroperasi sebagai bank komersial. Dalam sejarah perbankan

bank BNI memiliki peran yang penting. Karena uang pertama Indonesia atau

Oeng Republik Indonesia yang berfungsi sebagai alat pembayaran pertama

dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara Indonesia (Bank BNI,2017). Bank BNI

merupakan salah satu bank milik negara terbesar yang ada di Indonesia. Dari

tahun ke tahun ukuran Bank BNI telah mengalami peningkatan. Hal tersebut

dapat dilihat dalam grafik berikut ini:

Page 78: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

60

Grafik 4.2 Perkembangan Total Aset, Dana Pihak Ketiga, dan Modal Inti Bank BNI

Sumber : Laporan Triwulanan data diolah, 2017

Berdasarkan dari grafik diatas dapat dilihat bahwa total aset, dana pihak

ketiga dan modal inti terus mengalami peningkatan. Dari kuartal pertama tahun

2007 hingga kuartal pertama tahun 2016 total aset meningkat secara signifikan.

Sejalan dengan total aset, dana pihak ketiga juga mengalami peningkatan yang

signifikan. Peningkatan pada dana pihak ketiga hampir sama dengan total aset.

Peningkatan pada total aset dan dana pihak ketiga merupakan dampak dari

peningkatan BI Rate. Hal yang sama juga terjadi pada modal inti, peningkatan

modal inti bahkan lebih dari 300%. Peningkatan pada modal inti dari kuartal

pertama tahun 2007 hanya sebesar Rp 9.616.864 dalam jutaan rupiah hingga

kuartal pertama tahun 2016 sebesar Rp 68.290.484 dalam jutaan rupiah.

Peningkatan pada modal inti juga disebakan karena keharusan bank untuk

mengikuti POJK. Peningkatan yang terjadi secara signifikan dari total aset, dana

pihak ketiga, dan modal inti menunjukkan bahwa selama beberapa tahun terakhir

ukuran dari bank BNI terus meningkat dari tahun ke tahun.

0

100000000

200000000

300000000

400000000

500000000

600000000

2007Q1

2008Q1

2009Q1

2010Q1

2011Q1

2012Q1

2013Q1

2014Q1

2015Q1

2016Q1

dala

m ju

taan

rupi

ah

Perkembangan Total Aset, DPK, dan Modal Inti Bank BNI

Total Aset

Dana Pihak Ketiga

Modal Inti

Page 79: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

61

4.1.4 Perkembangan Size PT Bank Central Asia (Persero) Tbk

PT Bank Central Asia (Persero) Tbk merupakan bank milik swasta terbesar

yang ada di Indonesia. Perjalanan awal bank BCA menjadi bank yang melakukan

kegiatan usaha bank secara nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia No. 42855/ U.M.II tertanggal 14 Maret 1957

Perihal Ijin Melakukan Usaha Bank. Bank BCA didirikan di Indonesia pada

Semarang Knitti

tanggal 12 Oktober 1956 (Bank BCA,2017).

Grafik 4.2 Perkembangan Total Aset, Dana Pihak Ketiga, dan Modal Inti Bank BCA

Sumber : Laporan Triwulanan data diolah, 2017

Berdasarkan dari grafik diatas bahwa sejak 2010 ukuran dari bank BCA

terus meningkat dengan signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari pergerakan

total aset, dana pihak ketiga, dan modal inti. Total aset dan dana pihak ketiga

bergerak beriringan, meskipun dana pihak ketiga sempat mengalami penurunan.

Dapat dilihat dalam kuartal pertama tahun 2011, peningkatan total aset yang

sebesar 15% tidak diikuti peningkatan pada dana pihak ketiga. Dalam periode

yang sama dana pihak ketiga menurun sebesar 10%. Peningkatan pada total

0

100000000

200000000

300000000

400000000

500000000

600000000

700000000

2010Q1

2011Q1

2012Q1

2013Q1

2014Q1

2015Q1

2016Q1

dala

m ju

taan

rupi

ah

Perkembangan Total Aset, DPK, dan Modal Inti Bank BCA

Total Aset

Dana Pihak Ketiga

Modal Inti

Page 80: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

62

aset dan dana pihak ketiga merupakan dampak dari peningkatan BI Rate.

Sedangkan untuk modal inti terus mengalami peningkatan. Sejak kuartal pertama

tahun 2010 hingga kuartal pertama tahun 2016 modal inti bank BCA sudah

meningkat sebesar 270%. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran bank yang terus

meningkat membuat bank BCA harus menyiapkan modal yang lebih besar.

Peningkatan pada modal inti juga disebakan karena keharusan bank untuk

mengikuti POJK.

4.1.5 Perkembangan Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia

Stabilitas sistem keuangan atau SSK merupakan sistem keuangan yang

stabil dan mampu mengalokasikan sumber dana dan menyerap guncangan atau

shock yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan terhadap kegiatan

sektor riil dan sistem keuangan (Bank Indonesia, 2016). Menurut PBI No

16/11/2014 tentang pengaturan dan pengawasan makroprudensial, stabilitas

sistem keuangan adalah suatu kondisi dimana memungkinkan sistem keuangan

nasional berfungsi secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap

kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan atau

pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional. Sistem keuangan dapat dikatakan stabil jika sistem keuangan tersebut

mampu mengalokasikan sumber dana dan menyerap kejutan yang terjadi

sehingga dapat mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem

keuangan itu sendiri (Bank Indonesia, 2016). Selain itu, menurut Albulescu et al

dalam Sukrudin (2014) sistem keuangan yang stabil adalah sistem yang dapat

menjaga keseimbangan disaat ataupun setelah terkena dampak dari guncangan

dan mampu untuk menjalankan fungsi intermediasinya untuk mengalokasikan

sumber daya yang efisien dan efektif. Sistem keuangan yang stabil akan memiliki

dampak (Bank Indonesia,2016):

Page 81: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

63

(i) Meningkatkan kepercayaan dan lingkungan yang mendukung bagi nasabah

penyimpan dan investor untuk menanamkan dananya pada lembaga

keuangan, termasuk untuk menjamin kepentingan masyarakat terutama

yang termasuk dalam nasabah yang kecil,

(ii) Mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi dari meningkatnya fungsi

intermediasi keuangan dan meningkatkan efisiensinya,

(iii) Alokasi sumber daya yang membaik serta mendorong beroperasinya pasar

dengan baik,

(iv) Kebijakan moneter berfungsi secara efektif karena transmisi kebijakan

moneter yang berfungsi secara normal.

Dengan peran yang penting dalam pertumbuhan perekonomian, membuat

stabilitas sistem keuangan menjadi perhatian utama dari Bank Indonesia. Sejak

krisis tahun 1997 terjadi hingga sekarang perekembangan stabilitas sistem

keuangan terus mengalami perbaikan. Secara umum, perkembangan stabilitas

sistem keuangan dapat dilihat dari pergerakkan Indeks Stabilitas Sistem

Keuangan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Seperti pada grafik 4.5 yang

menunjukkan perkembangan stabilitas sistem keuangan berdasarkan Indeks

Stabilitas Sistem Keuangan:

Grafik 4.5 Perkembangan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan

Sumber : KSK 27, 2016

Dalam grafik diatas dapat dilihat bahwa stabilitas sistem keuangan di kuartal

pertama 2016 masih terjaga. Kondisi tersebut terlihat dalam grafik yang

Page 82: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

64

menunjukkan bahwa Indeks Stabilitas Sistem Keuangan masih berada di zona

normal sebesar 0,93 yang berarti dibawah threshold aman. Meskipun

mengalami fluktuasi yang sangat tinggi, stabilitas sistem keuangan masih dapat

terjaga. Fluktuasi yang tinggi disebabkan keadaan perekonomian baik secara

global dan secara nasional. Meskipun masih dipengaruhi oleh keadaan

perekonomian secara global, stabilitas sistem keuangan masih dapat terjaga.

Bertopang pada keadaan perbankan dan pasar keuangan dalam negeri, dapat

menjaga stabilitas sistem keuangan pada keadaan yang normal.

4.2 Hasil dan Pembahasan Penelitian

4.2.1 Hasil

Dalam penelitian ini, ada dua tahapan sebelum melakukan analisis data

yaitu, mengolah data agar memiliki satuan yang sama.. Pengolahan data yang

dilakukan adalah melakukan perhitungan nilai z-score dan menurunkan satuan

dari variabel independen menjadi satuan terkecil logaritma natural. Kemudian

dilakukan tahapan pemilihan model terbaik yang akan digunakan dalam

penelitian.

Dalam analisis regresi data panel, diperlukan pengujian dalam memilih

model terbaik. Uji yang dimaksud adalah uji Chow dan uji Hausman. Uji Chow

dilakukan untuk melihat perbandingan antara model Common Effect dengan

Fixed Effect. Sedangkan uji Hausman dilakukan untuk melihat model terbaik

antara model Fixed Effect dengan Random Effect. Tahap selanjutnya, melakukan

uji t dan uji F. Dalam penelitian ini tidak menggunakan asumsi klasik, karena data

panel memiliki beberapa keunggulan. Seperti yang dimplikasikan dalam Gujarati

(2005) bahwa dalam data panel tidak diharuskan menggunakan asumsi klasik,

karena data panel memiliki keunggulan:

Page 83: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

65

1. Data panel dapat memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit

dengan mengizinkan variabel spesifik individu.

2. Kemampuan mengontrol heterogenitas individu yang selajuntya menjadikan

data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku

yang kompleks

3. Memiliki dasar sebagai observasi cross section yang berulang ulang (times

series), membuat model data panel baik digunakan sebagai study of

dynamic adjusment.

4. Data panel dapat meminimalkan bias yang dapat ditimbulkan oleh agregasi

data individu.

Setelah dilakukan pengujian antara CEM, FEM dan REM, langkah

selanjutnya adalah pengujian untuk memilih model terbaik dengan melakukan uji

Chow dan uji Hausman. Pertama yang dilakukan adalah melakukan uji Chow.

untuk melihat model yang terbaik dari perbandingan Common Effect atau Fixed

Effect adalah dengan melihat nilai probabilitas cross-section chi-square. Jika nilai

probabilitas cross-section chi-square lebih dari alfa maka model terbaik yang

digunakan adalah model common effect, sebaliknya jika nilai probabilitas cross-

section chi-square kurang dari alfa maka model terbaik yang digunakan adalah

model fixed effect. Berikut adalah hasil uji Chow yang sudah dilakukan:

Tabel 4.1 Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool:_BMRI Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 10.265.545 -3,105 0.0000 Cross-section Chi-square 28.806.184 3 0.0000

Sumber : Data diolah Eviews,2017.

Page 84: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

66

Dari hasil uji diatas nilai probabilitas cross-section chi-square sebesar 0,00

dan alfa yang digunakan sebesar 0,05. Dari hasil perbandingan nilai probabilitas

cross-section cho-square dan alfa menunjukkan hasil bahwa probabilitas cross-

section chi-square kurang dari alfa (0,00 < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa diantara model common effect dan fixed effect, model yang terbaik adalah

model fixed effect.

Selanjutnya dalam uji Hausman untuk melihat model yang terbaik dari

perbandingan Fixed Effect atau Random Effect adalah dengan melihat nilai

probabilitas cross-section random. Jika nilai probabilitas cross-section random

lebih dari alfa maka model terbaik yang digunakan adalah model fixed effect,

sebaliknya jika nilai probabilitas cross-section random kurang dari alfa maka

model terbaik yang digunakan adalah model fixed effect.

Tabel 4.2 Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Pool:_BMRI Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 30.796.634 3 0.0000 Sumber : Data diolah Eviews,2017

Berdasarkan hasil uji Hausman yang dilakukan dengan bantuan Eviews,

nilai probabilitas cross-section random adalah 0,00 dan alfa yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu alfa 5% atau 0,05. Dari hasil perbandingan nilai

probabilitas cross-section random dan alfa menunjukkan hasil bahwa probabilitas

cross-section random kurang dari alfa (0,00 < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa diantara model fixed effect dan random effect, model yang terbaik adalah

model fixed effect. Hingga terpilihlah model FEM sebagai model terbaik dari

Page 85: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

67

regresi data panel untuk penelitian ini. Berikut ini merupakan hasil dari regresi

data panel menggunakan software Eviews 8

Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Fixed Effect Model Variabel Koefisien Nilai Prob. (Uji t) Keterangan

Koefisien (c) -1,57 0.00 -

LNTotal Aset 8,15 0.01 Signifikan

LNDana Pihak Ketiga -0,75 0.66 Tidak Signifikan

Modal Inti 3,55 0.00 Signifikan

R-squared 0.700241

Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan tabel diatas nilai R-square sebesar 0,700241 atau 70%. Hal

tersebut menunjukkan bahwa total aset, dana pihak ketiga, dan modal inti yang

digunakan mampu menjelaskan z-score sebagai proxy stabilitas sistem

keuangan sebesar 70%. Sedangkan untuk 30% dari z-score dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak digunakan dalam model penelitian ini.

Menurut hasil pemilihan terbaik adalah model Fixed Effect maka masing-

masing bank memiliki nilai intersep. Dari hasil regresi fixed effet, nilai intersep

masing-masing bank sebesar Bank Mandiri -3,04, Bank BRI -1,38, Bank BNI

3,59, dan Bank BCA 0,82. Hasil intersep terbesar adalah Bank BNI sebesar 2,02.

Hal tersebut menunjukkan bahwa dari keempat bank besar Bank BNI merupakan

bank yang paling stabil dan mampu menjaga stabilitas sistem keuangan.

Meskipun peningkatan dalam segi ukuran tidak secepat Bank Mandiri, dan Bank

BRI, ukuran Bank BNI tetap meningkat tetapi secara perlahan. Bank Mandiri

menjadi bank yang memiliki nilai intersep terendah yakni sebesar -4,61. Hal

tersebut disebabkan orientasi kerja bank mandiri yang lebih memilih

meningkatakn keuntungan dengan menanggung risiko yang lebih besar. Dapat

dilihat dari besarnya modal inti yang dimiliki Bank Mandiri.

Page 86: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

68

Berdasarkan hasil regresi dari FEM didapatkan persamaan regresi sebagai

berikut:

a. Nilai koefisien sebesar -1,57 berarti ketika total aset, dana pihak ketiga,

dan modal inti tidak mengalami perubahan, maka z-score menurun sebesar

1,57 persen.

b. Nilai koefisien ln total aset sebesar 8,15, yang berarti bahwa setiap

kenaikan 1 persen total aset, dapat meningkatkan z-score sebesar 8,15

persen.

c. Nilai koefisien ln dana pihak ketiga sebesar -0,75, yang berati bahwa setiap

kenaikan 1 persen dana pihak ketiga, dapat menurunkan z-score sebesar

0,75 persen.

d. Nilai koefisien ln modal inti 3,55, yang berarti bahwa setiap kenaikan 1

persen modal inti, dapat meningkatkan z-score sebesar 3,55 persen.

Setelah dilakukan pengujian determinasi dan nilai koefisien untuk melihat

pengaruh dari variabel total aset, dana pihak ketiga, dan modal inti terhadap z-

score, langkah selanjutnya adalah merupakan pengujian hipotesis untuk menguji

hipotesis yang telah disusun. Dalam pengujian hipotesis dilakukan dua uji yakni

uji F dan uji t.

Uji F dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-

sama berepnagruh terhadap variabel dependen. Berdasarakan hasil uji F yang

sudah dilakukan, diperoleh nilai probabilitas (f-statistik) = 0,00. Nilai tersebut

akan dibandingkan dengan alfa sebesar 5%. Dari hasil perbandingan nilai

probalilitas < alfa (0,00 < 0,05) sehingga H0 ditolak yang artinya total aset, dana

pihak ketiga, dan modal inti secara bersama sama berpengaruh terhadap z-

score.

Page 87: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

69

Selanjutnya dalam uji hipotesis T atau secara parsial. terdapat tiga

hipotesis yang digunakan. Masing masing hipotesis tersebut :

1. Total Aset berpengaruh positif terhadap stabilitas sistem keuangan.

Berdasarkan hasil uji T didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,00, nilai ini lebih

ren < 0,05), yang berarti bahwa H1 diterima.

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa total aset berpengaruh terhadap

stabilitas sistem keuangan dan disetiap kenaikan 1 persen total aset akan

berpengaruh terhadap peningkatan stabilitas sistem keuangan.

2. Dana pihak ketiga tidak berpengaruh positif terhadap stabilitas sistem

keuangan. Berdasarkan hasil uji T didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,28,

nilai ini lebih ren > 0,05), yang berarti bahwa

H1 di tolak. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa dana pihak ketiga tidak

berpengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan dan di setiap kenaikan 1

persen dana pihak ketiga tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan

stabilitas sistem keuangan.

3. Modal inti berpengaruh positif terhadap stabilitas sistem keuangan.

Berdasarkan hasil uji T didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,00, nilai ini lebih

1 diterima.

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa modal inti berpengaruh positif terhadap

stabilitas sistem keuangan dan disetiap kenaikan 1 persen modal inti akan

berpengaruh terhadap penurunan stabilitas sistem keuangan.

4.2.2 Pembahasan

4.2.2.1 Pengaruh Total Aset Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan

Dari hasil regresi data panel didapatkan hasil bahwa total aset berpengaruh

terhadap z-score (proxy stabilitas sistem keuangan). Pengaruh yang diberikan

adalah pengaruh yang positif sebesar 8,15 persen. Total aset sering digunakan

sebagai ukuran dari sebuah bank. Dalam penelitian Muljawan (2014) yang sudah

Page 88: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

70

dilakukan, menganggap bahwa semakin besar total aset yang dimiliki bank,

semakin besar ukuran bank tersebut. Total aset dilihat berdasarkan susunan

neraca dari laporan keuangan bank tersebut. Dalam neraca dibagi dalam dua

pos, yakni pos aktiva atau aset dan pos pasiva atau liabilitas dan modal. Pos

aset dalam bank lebih banyak didominasi oleh aset yang likuid dan dalam

komponen pos aset, kredit merupakan salah satu pos dalam aset yang memiliki

nilai terbesar. Hal ini berarti semakin besar total aset semakin besar nilai kredit

yang disalurkan. Kredit merupakan aktiva yang menghasilkan laba terbesar

dalam kinerja sebuah bank.

Akan tetapi, komponen dalam pos aktiva juga memberikan risiko bagi bank.

Dalam neraca sebuah bank, disusun berdasarkan tingkat likuiditasnya. Akan

tetapi jika dilihat berdasarkan tingkat risikonya, kredit merupakan komponen aset

yang memiliki tingkat risiko terbesar. Kemudian diikuti oleh komponen lain seperti

surat berharga yang dimiliki mulai dari yang memiliki risiko sampai yang tidak

berisiko. Kemudian dana yang ditempatkan pada Bank Indonesia, maupun pada

bank lain. Hingga tagihan spot dan derivatif. Risiko yang dari aset-aset yang

sudah pasti akan mengalami penurunan sudah termasuk dalam dana cadangan

kerugian yang sudah disiapkan oleh bank. Kredit merupakan pos aktiva yang

memiliki sumber risiko terbesar. Kredit merupakan sumber keuntungan bagi

bank, disisi lain kredit juga merupakan sumber risiko bagi bank. Semakin besar

kredit yang disalurkan akan meningkatkan sumber terjadinya risiko bagi bank.

Hal ini mencerminkan bahwa semakin besar kredit akan meningkatkan total aset

bank tersebut dan disaat yang bersamaan juga akan meningkatkan peluang

terjadinya risiko. Selanjutnya, dalam penelitian Pawlowska (2016) telah terjadi

pergantian dalam struktur, ukuran, dan komposisi dari sistem keuangan di

seluruh dunia termasuk Eropa. Perubahan tersebut dapat dilihat dari

perkembangan asset perbankan yang tumbuh secara cepat ditahun 2011. Akibat

Page 89: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

71

dari perubahan yang terjadi meningkatkan peluang terjadinya too-big-to-fail.

Seiring meningkatnya asset akan meningkatkan kemungkinan terjadinya risiko.

Ketika risiko tersebut meningkat, hal tersebut akan menganggu kestabilan dari

sistem keuangan itu sendiri, terutama untuk negara yang memiliki struktur sistem

keuangan berbasis bank.

Berdasarkan hasil regresi total aset berpengaruh terhadap z-score secara

positif. Z-score yang digunakan sebagai proxy dari stabilitas sistem keuangan. Z-

score memiliki hubungan yang positif dengan stabilitas sistem keuangan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa total aset berpengaruh terhadap kestabilan

sistem keuangan secara positif.. Hal ini menjelaskan bahwa setiap terjadi

kenaikan pada total aset akan meningkatkan kestabilan sistem keuangan. Ketika

total aset meningkat seiring meningkatnya kredit yang disalurkan juga

mencerminkan bahwa kegiatan intermediasi bank tersebut berjalan dengan baik.

Meskipun memiliki peluang terhadap risiko yang dihadapi meningkat seiring

dengan meningkatnya total aset, bank dapat meminimalisir risiko tersebut. Dalam

meminimalisir risiko bank dapat menerapkan manajemen risiko yang sudah

diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No 11/25/PBI/2009 tentang perubahan

atas PBI No 5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank

umum. Dalam peraturan tersebut setiap bank diwajibkan menerapan manajemen

risiko yang mencakup: (i) pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi; (ii)

kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit manajemen risiko; (iii)

kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, da pengedalian risiko

serta sistem informasi manajemen risiko; (iv) sistem pengendalian intern secara

menyeluruh.

Dari peningkatan kredit tersebut bank juga dapat menghasilkan laba yang

semakin besar sehingga akan menjaga kestabilan dari bank itu sendiri. Hal

tersebut juga ditunjukkan dalam penelitian Gunadi et al (2013) yang menjelaskan

Page 90: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

72

semakin besar perubahan dari total aset menunjukkan semakin baik likuiditas

bank tersebut. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Slahor et al (2015)

menjelaskan bahwa struktur perbankan salah satunya total aset akan

meningkatkan stabilitas keuangan seiring dengan peningkatan total aset bank.

Sehingga dapat diartikan bahwa pengaruh total aset terhadap kestabilan sistem

keuangan adalah positif.

4.2.2.2 Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan

Dari hasil regresi data panel yang didapatkan dana pihak ketiga tidak

berpengaruh signifikan terhadap z-score. Meskipun secara simultan dana pihak

ketiga berpengaruh, akan tetapi secara parsial tidak. Dana pihak ketiga

merupakan dana yang digunakan bank dalam menghasilkan keuntungan.

Menurut Ogden dalam Andry (2005) dalam mengukur ukuran sebuah

perusahaan dapat menggunakan total hutang yang dipergunakan menghasilkan

keuntungan. Bank sebagai lembaga intermediasi, hutang terbesar yang dimiliki

merupakan dana yang sudah dihimpun dari masyarakat. Dana pihak ketiga atau

DPK, merupakan sebutan dana yang sudah dihimpun bank dari masyarakat dan

dana tersebut merupakan dana yang biasa digunakan bank dalam menyalurkan

dana kredit. Semakin besar dana pihak ketiga yang dimiliki maka dana yang

disalurkan juga akan semakin besar. Selain itu, dana pihak ketiga juga

mengindikasikan bagaimana kinerja bank dalam melakukan intermediasi.

Intermediasi yang dilakukan bank jika dalam keadaan yang efisien dan

mengalami percepatan akan meningkatkan kestabilan sistem keuangan.

Keberhasilan intermediasi yang dapat dilihat dari spread suku bunga kredit

dengan suku bunga dana pihak ketiga akan mampu menopang kestabilan sistem

keuangan dari sektor perbankan. Dalam penelitian Gunadi et al (2013),

keberhasilan intermediasi yang ditunjukkan dalam peningkatan intermediasi akan

meningkatkan stabilitas dari sektor perbankan yang juga akan meningkatkan

Page 91: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

73

kestabilan sistem keuangan. Karena stabilitas sistem keuangan ditopang dari

sektor perbankan dan sektor pasar modal. Dari sektor perbankan dilihat

berdasarkan tingkat efisiensi, intermediasi, dan ketahanan atau tekanan.

Intermediasi sering dicerminkan dengan dana pihak ketiga dan pertumbuhan

kredit. Semakin meningkat dana pihak ketiga akan meningkatkan pertumbuhan

kredit yang akan mempercepat keberhasilan intermediasi. Selanjutnya, akan

menjaga kestabilan sistem keuangan.

Dalam penelitian ini, dana pihak ketiga yang tinggi tidak dapat

meningkatkan stabilitas sistem keuangan. Hal ini dikarenakan, keberhasilan

intermediasi akan terjadi jika dana pihak ketiga yang sudah dihimpun meningkat

dan penyaluran kredit juga meningkat. Jika bank hanya mampu meningkatkan

dana pihak ketiga akan tetapi tidak dapat meningkatkan kredit maka dalam

melakukan intermediasi bank tersebut dikatakan tidak berhasil. Selain itu, jika

dana pihak ketiga secara keseluruhan hanya disalurkan dalam bentuk kredit,

maka risiko yang dihadapi bank akan semakin tinggi. Oleh karena itu, bank

melakukan diversifkasi risiko agar risiko yang dihadapi semakin berkurang dan

tidak berpusat pada satu titik. Dari Bank Indonesia sendiri juga menetapkan

peraturan perhitungan LFR (Loan to Funding Ratio). LFR merupakan

perbandingan dari kredit yang disalurkan dengan besarnya dana pihak ketiga

yang sudah dihimpun. Dalam peraturan tersebut setiap bank memiliki batas 80%

untuk batas bawah dan 92% untuk batas atas, jika LFR bank lebih dari 92% atau

kurang dari 80% maka bank tersebut dikatakan tidak sehat (PBI

No18/14/16,2016). Sehingga demi memenuhi peraturan tersebut dan

mengurangi risiko dana pihak ketiga tidak disalurkan untuk kredit 100%. Hal

tersebut juga ditunjukkan dalam penelitian Gunadi et al (2013) yang dapat

mengindikasikan keberhasilan intermediasi adalah spread suku bunga kredit dan

suku bunga dana pihak ketiga, bukan besarnya dana pihak ketiga yang sudah

Page 92: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

74

dihimpun oleh bank. Selanjutnya dalam penelitian Tabak et al (2016)

menyebutkan dana pihak ketiga tidak berpengaruh terhadap stabilitas keuangan.

Sehingga, dana pihak ketiga tidak berpengaruh secara parsial terhadap

kestabilan sistem keuangan.

4.2.2.3 Pengaruh Modal Inti Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan

Setelah total aset dan dana pihak ketiga, modal inti juga dapat

mengindikasikan seberapa besar ukuran dari bank tersebut. Dari hasil regresi

yang sudah dilakukan, modal inti berpengaruh secara signifikan terhadap z-score

(proxy stabilitas sistem keuangan). Pengaruh yang diberikan modal inti sebesar

3,55%. Modal inti yang tinggi digunakan untuk mengantisipasi risiko-risiko yang

berpotensi meningkat seiring dengan meningkatnya kompleksitas usaha bank

tersebut. Bank besar memiliki kompleksitas usaha yang sangat besar sehingga

membutuhkan modal yang lebih besar. Hal tersebut, dapat dilihat dari besaran

modal inti yang dimiliki bank dalam beberepa waktu akan terus meningkat seiring

dengan meningkatnya kompleksitas usaha. Modal inti, merupakan komponen

modal yang berfungsi sebagai penyerap kerugian yang bisa terjadi setiap saat.

(Latumaerissa, 2011).

Selanjutnya, dalam menjaga kestabilan sistem keuangan diperlukan modal

yang cukup untuk menopang stabilitas sistem keuangan jika terjadi

permasalahan. Hal ini seperti dalam kerangka sistem keuangan yang dikeluarkan

oleh Bank Indonesia no 27 tahun 2016, menjelaskan bahwa pada periode

tersebut stabilitas sistem keuangan masih dalam kondisi yang stabil meskipun

dengan kinerja bank yang sedang melambat. Kondisi tersebut didukung oleh

tingkat permodalan bank yang kuat dan terjaganya likuiditas bank.

Modal inti yang tinggi dapat meningkatkan kestabilan sistem keuangan.

Kestabilan sistem keuangan yang sangat rentan terhadap risiko yang terjadi,

akan lebih terjaga ketika modal yang dimiliki bank semakin besar. Dalam

Page 93: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

75

menjalankan fungsi intermediasi, bank akan menghadapi risiko yang besar dari

berbagai sumber. Hal ini, sejalan dengan anggapan bahwa bank meningkatkan

risiko yang kemungkin akan terjadi pada dirinya sendiri atau biasa disebut

dengan sifat risk-taking. Hal tersebut juga sejalan dengan teori high-risk-high-

return

Oleh karena itu, bank memerlukan ketahanan yang lebih besar dari

kemungkinan terjadinya risiko tersebut. Hal tersebut juga ditunjukkan dalam

penelitian Leaven et al (2014) yang menyatakan bahwa ukuran bank yang

ditunjukkan dengan rasio modal inti berpengaruh terhadap risiko sistemik, risiko

sistemik yang dimaksud adalah risiko yang berkaitan erat dengan kondisi

eksternal bank seperti risiko tingkat bunga, risiko politik, dan risiko pasar. Risiko

yang tidak dapat dikendalikan oleh bank, sehingga bank hanya mampu

meminimalisir dampak risiko tersebut terhadap bank. Hal tersebut menjelaskan

bahwa semakin besar modal inti yang dimiliki semakin besar risiko yang dapat

diserap sehingga akan menjaga stabilitas sistem keuangan. Selain itu, dalam

penelitian Barrel et al (2010) menunjukkan hasil bahwa ukuran bank

berhubungan searah dengan sifat risk-taking dan proporsi ukuran modal akan

meningkat seiring dengan peningkatan risk-taking. Peningkatan pada modal ini

dilakukan agar mampu menyerap risiko yang akan terjadi. Kemudian dari

penelitian Slahor et al (2015) menyebutkan bahwa modal inti yang digunakan

sebagai resilience to potential losses dari bank menunjukkan adanya pengaruh

yang searah terhadap stabilitas keuangan. Selanjutnya hal tersebut juga

ditunjukkan dalam laporan KSK No 27 September 2016 dari hasil asesmen Bank

Indonesia pada semester I 2016 menyatakan bahwa SSK tetap terjaga.

Kestabilan tersebut didukung dengan ketahanan permodalan bank dan likuditas

perbankan yang meningkat. Sehingga seiring dengan peningkatan dalam

permodalan bank juga akan meningkatkan stabilitas sistem keuangan.

Page 94: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh ukuran bank (size) terhadap

stabilitas sistem keuangan dengan studi kasus bank mandiri, BRI, BNI dan BCA

periode 2010 sampai 2016, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran bank (size)

yang diukur menggunakan Total Aset, Dana Pihak Ketiga, dan Modal Inti

memiliki pengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan.

Total Aset dan Modal Inti berpengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan.

Sedangkan Dana Pihak Ketiga tidak berpengaruh terhadap stabilitas sistem

keuangan. Hal ini disebabkan, dana pihak ketiga yang menurun belum menjamin

akan terjadi penurunan pada intermediasi, Karena keberhasilan intermediasi

akan terjadi jika dana pihak ketiga yang sudah dihimpun meningkat dan

penyaluran kredit juga meningkat. Jika bank hanya mampu meningkatkan dana

pihak ketiga akan tetapi tidak dapat meningkatkan kredit maka dalam melakukan

intermediasi bank tersebut dikatakan tidak berhasil. Sehingga tidak dapat

menurunkan stabilitas sistem keuangan. Kesimpulan yang sama juga ditunjukkan

dalam penelitian Gunadi et al (2013) dan Tabak et al (2016).

5.2 Saran

Demi meningkatkan kualitas penelitian ini diperlukan pengembangan dan

kemajuan serta memberikan manfaat maka terdapat beberapa saran yang

diajukan terkait dengan penelitian. Berikut ini beberapa saran yang diajukan

terkait dengan kesimpulan bahwa ukuran bank (size) dapat meningkatkan

stabilitas sistem keuangan :

1. Bagi perbankan, khususnya dalam hal ini bank dengan ukuran yang

besar dapat meningkatkan total aset tetapi dengan meningkatkan

Page 95: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

77

komponen lain dalam aset yang memiliki risiko rendah dan dapat

meningkatkan laba yang dapatkan agar dapat meningkatkan modal inti

dari peningkatan laba ditahan. Sehingga stabilitas bank tetap terjaga dan

menjaga stabilitas sistem keuangan

2. Bank Indonesia sebagai lembaga yang bertugas mengawasi dan

menjaga stabilitas sistem keuangan dapat menerapkan kebijakan

tentang manajemen risiko yang lebih ditekankan pada risiko kredit, agar

dapat meningkatkan total aset dengan risiko yang rendah.

3. Bagi peneliti dapat memperdalam penelitian terhadap stabilitas sistem

keuangan dengan menambah variabel lain yang terkait dengan sistem

keuangan yang ada di Indonesia dan mengunakan periode penelitian

yang lebih panjang serta menambah jumlah sampel agar mendapatkan

hasil yang lebih baik.

Page 96: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

78

Daftar Pustaka

Abdullah dan Suseno. 2003. Sistem Dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Jakarta: Seri Kebanksentralan No 7. PPSK Bank Indonesia.

Andry, Wydia. 2005. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi. Jakarta: Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, September 2015. Bank Indonesia.

Arimi, Millatina. 2012. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan ( Studi pada Bank Umum yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 2012). Semarang: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Diponegoro.

Bank BCA. 2017. Sejarah Singkat. (www.bankbca.co.id/sejarahsingkat. Diakses pada tanggal 18 Mei 2017).

Bank BRI. 2017. Sejarah Singkat. (www.bankbri.co.id/sejarahsingkat. Diakses pada tanggal 18 Mei 2017).

Bank BNI. 2017. Sejarah Singkat. (www.bankbni.co.id/sejarahsingkat. Diakses pada tanggal 18 Mei 2017).

Bank Indonesia. 2016. Stabilitas Sistem Keuangan. www.bi.go.id. Diakses pada 04 November 2016 pukul 14:53.

Bank Indonesia. 2016. Statistik Perbankan Indonesia Vol 14, No 9 (2016) Bulanan. http://www.bi.go.id/publikasi diakses pada 4 November 2016

Bank Indonesia. 2017. Sejarah Bank Indonesia: Perbankan Periode 1983-1997. Unit Khusus Museum Bank Indonesia: Sejarah Bank Indonesia. Jakarta.

Bank Mandiri. 2017. Sejarah Singkat. (www.bankmandiri.co.id/sejarahsingkat. Diakses pada tanggal 18 Mei 2017).

Barrel et al. 2010. The Future of Financial Regulation-Is There a Link from Bank Size to Risk? NIESR Discussion Paper 367.

Budisantoso et al. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 3. Jakarta. Salemba Empat.

Bhagat, Sanjai et al. 2015. Size, Leverage, and risk-taking of financial institutions. International Journal of Banking and Finance 59 (2015) 520 537. July 2015.

Bikker et al. 2003. Intermediation, Integration and Internalisation: A Survey On Banking di Europe. Occasional Studies De Nederlandsche Bank Volume I Nomor 3.

Darmawi, Herman. 2006. Pasar Finansial dan Lembaga Lembaga Finansial. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Dienillah, et al. 2016. Dampak Inklusi Keuangan Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan Di Asia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Volume 18 Nomor 4. Jakarta: Bank Indonesia.

Ekananda. 2014. Analisis Ekonometrika Data Panel. Jakarta. Mitra Kecana Media

Page 97: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

79

Ghassan et al. 2016. Time Series Analysis of Financial Stability of Bank: Evidence From Saudi Arabia. Review of Financial Economics 31 (2016) 3-17; July 2016.

Gunadi et al. 2013. Penggunaan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) Dalam Pelaksanaan Surveilans Makrioprudensial. Jakarta: Bank Indonesia Working Paper 2013-15. Bank Indonesia.

Gujarati. 1993. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Salemba Empat.

Gujarati dan Porter. 2010. Dasar Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.

Haan et al. 2012. Size and Earnings Volatility of US Bank Holding Companies. International Journal of Banking and Finance 36 (2012) 3008-3016; July 2012.

Harun et al. 2015. Kerangka Pengukuran Risiko Sistemik. Jakarta: Occasional Paper Desember 2015. Bank Indonesia.

Hidayati, Siti. 2009. Analisa Hubungan Kinerja Sistem Keuangan (Perbankan dan Pasar Modal) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1999-2008. Jakarta: Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik. Universitas Indonesia.

Hidayati, Eva Eko. 2010. Analisis Pengaruh DER, DPR, ROE, Dan SIZE Terhadap PBV Perusahaan Manufaktur Yang Listing DI BEI Periode 2005-2007. Semarang: Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro.

Hubbard et al. 2012. Money, The Financial System, and the Economy. Boston. Pearson Education.

Evidence From A Risk_Return_driven Cost Function. Journal Financial Intermediation 22 (2013) 559-585; July 2013

Ismaulandy, Willdan. 2014. Analisis Variabel DPK, CAR, NPL, ROA, GWM, dan Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Investasi Pada Bank BUMN (Periode 2005-2013). Malang: Program Sarjana. Universitas Brawijaya.

Latumaerissa. Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta. Salemba Empat

Laeven et al. 2014. Bank Size, Capital, and systemic risk: Some international Evidence. International Journal of Banking and Finance 69 (2016) 525 534; July 2015.

Kajian Stabilitas Keuangan. 2014. Kajian Stabilitas Keuangan No.22, Maret 2014. Jakarta. Bank Indonesia.

Kajian Stabilitas Keuangan. 2016. Mitigasi Risiko Sistemik untuk Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan dan Mendorong Intermediasi di Tengah Tantangan Global dan Domestik. Jakarta: Kajian Stabilitas Keuangan No 26 Maret 2016. Jakarta. Bank Indonesia.

Page 98: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

80

Kajian Stabilitas Keuangan. 2016. Mitigasi Risiko Sistemik dan Penguatan Intermediasi Dalam Upaya Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan. Jakarta: Kajian Stabilitas Keuangan No 27 September 2016. Jakarta. Bank Indonesia.

Kusumaningrum, Eka Amelia. 2010. Analisis Pengaruh Profitabilitas Pertumbuhan Asset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus Perusahaan Realestate and Property Yang Terdaftar di BEI Tahun 2005-2009). Semarang: Program Sarjana. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.

Miranti. 2010. Penerapan Prinsip Kehati Hatian (Prudential Banking) Dalam Rangka Pemberian Kredit Dengan Jaminan Deposito Secara Gadai di Bank X. Depok: Program Pascasarjana. Fakultas Hukum. Universitas Indonesia.

Mishkin. F.S. 2011. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan Edisi 8. Yogyakarta. Salemba Empat.

Myrandasari, Bella. 2015. Analisis Komparasi Stabilitas Perbankan Syariah dan Konvensional (Bank umum Devisa Non Go Public di Indonesia). Malang: Program Sarjana. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya.

Mulyaningsih et al. 2016. Nexus of Competition and Stability:Case of Banking In Indonesia, Jakarta: Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 18 Nomor 3 (2016). Bank Indonesia.

Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Ikhtisar Perbankan. www.ojk.go.id. Diakses pada 27 April 2017 pukul 10.23

Pandia et al. 2005. Lembaga Keuangan. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Pawlowska, Malgorzata. 2016. Does the size and market structure of the banking sector have an effect on the financial stability of European Union?.The Journal of Economic Asymmetries 14 (2016) 112 127. August 2016.

Puspopranoto, Sawaldjo. 2004. Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan Konsep, Teori, dan Realita. Jakarta. Pustaka LP3ES Indonesia.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen risiko Bagi Bank Umum. Dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen risiko Bagi Bank Umum. Dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/11/PBI/2014 Tentang Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial. Dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/14/PBI/2016 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 Tentang Giro Wajib

Page 99: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

81

Minimum Bank Umum Dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvesional. Dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 34/POJK.03/2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2016 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.

Poghosyan et al. 2016. Size and Supoort Ratings of US Bank. North American Journal of Economics and Finance 37 (2016) 236-247. May 2016

Rindjin, Ketut. 2000. Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Rose et al. 2010. Bank Management and Financial Services. New York: Mc Graw-Hill International Edition.

Saunders et al. 2008. Financial Institutions Managements: A Risk Management Approach Six Edition. New York: Mc Graw-Hill International Edition.

Saputra, Putu Mahardika Adi. 2010. Modul Mata Kuliah Ekonometrika I. Malang: Jurusan Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya

Slahor et al. 2015. Financial Stability Considerations for Slovakia in the Context of ECB Monetary Stance. Procedia Economics and Finance 30 (2015) 816-824.

Suseno et al. 2003. Kebijakan Perbankan Bank Indonesia Bank Sntrak Republik Indonesia. Seri Kebanksentralan. Jakarta : Bank Indonesia Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan.

Sutojo, Siswanto. 1997. Manajemen Terapan Bank (Seri Manajemen Bank No. 3). Jakarta. Pustaka Binaman Pressindo.

Sukrudin, Andri. 2014. Analisis Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia, Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor

Sinambela, Lijan Poltak. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif; Untuk Bidang Ilmu Adminitrasi, Kebijakan Publik, Ekonomi, Sosiologi, Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siringoringo, Renniwaty. 2012. Karakteristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Jakarta: Bank Indonesia.

Tabak et al. 2016. Financial Stability and Bank Supervision. Finance Research Letters 18 (2016) 322-327. April 2016.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.

Page 100: PENGARUH UKURAN BANK (SIZE) TERHADAP ...repository.ub.ac.id/1266/1/TRI WAHYUNINGSIH .pdfKeuangan yang berada di zona normal walaupun lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pertama

82

Universitas Negeri Medan. 2014. Stabilitas Sistem Perbankan. Medan. (http//digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Master-22542-8106162012%20%20BAB%20II.pdf diakses pada 4 November 2016)

Untoro et al. 2014. Kajian Penggunaan Instrumen Sistem Pembayaran Sebagai Lending Indicator Stabilitas Sistem Keuangan. Jakarta: Bank Indonesia Working Paper/5/2014. Bank Indonesia.

Valenta Sari, Elisa. 2016. Kronologi Masalah Deustche Bank. www.cnnindonesia.com. Diakses pada 25 Februari 2017 pukul 16.00.