Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

13
Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 74 PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA KLIEN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN Hasriana1, Muhammad Nur2, Sri Angraini3 1Stikes Nani Hasanuddin Makassar 2Poltekkes Kemenkes Makassar 3Poltekkes Kemenkes Makassar ABSTRAK Isolasi sosial adalah gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel, sehingga menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan. Gangguan isolasi sosial yang tidak mendapat perawatan lebih lanjut dapat menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain, sehingga klien menjadi regresi, mengalami penurunan dalam aktivitas, dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri bahkan bisa berlanjut menjadi halusinasi yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Salah satu tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan isolasi sosial adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan pasien berinteraksi sosial.Desain penelitian menggunakan rancangan The one group pretest-postest design, dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling terhadap 30 responden dengan lama rawat kurang dari 3 bulan. Kemampuan berinteraksi sosial diukur sebelum dan setelah dilakukan intervensi TAK menggunakan lembar observasi. Analisa data dengan uji “wilcoxon sign rank test”. Pengolahan data menggunakan komputer SPSS versi 16.Hasil analisa menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari TAK Sosialisasi terhadap kemampuan berinteraksi sosial dengan p = 0,000.Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan pasien berinteraksi

description

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAPKEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA KLIEN ISOLASI SOSIALMENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAHPROVINSI SULAWESI SELATAN

Transcript of Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

Page 1: Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-172174PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAPKEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA KLIEN ISOLASI SOSIALMENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAHPROVINSI SULAWESI SELATANHasriana1, Muhammad Nur2, Sri Angraini3

1Stikes Nani Hasanuddin Makassar2Poltekkes Kemenkes Makassar3Poltekkes Kemenkes MakassarABSTRAKIsolasi sosial adalah gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanyakepribadian yang tidak fleksibel, sehingga menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsiseseorang dalam berhubungan. Gangguan isolasi sosial yang tidak mendapat perawatan lebih lanjutdapat menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain, sehinggaklien menjadi regresi, mengalami penurunan dalam aktivitas, dan kurangnya perhatian terhadappenampilan dan kebersihan diri bahkan bisa berlanjut menjadi halusinasi yang dapat membahayakandiri sendiri, orang lain dan lingkungan. Salah satu tindakan keperawatan pada pasien dengangangguan isolasi sosial adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi. Terapi aktivitas kelompoksosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien denganmasalah hubungan sosial. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh terapi aktivitaskelompok sosialisasi terhadap kemampuan pasien berinteraksi sosial.Desain penelitianmenggunakan rancangan The one group pretest-postest design, dengan teknik pengambilan sampelyaitu purposive sampling terhadap 30 responden dengan lama rawat kurang dari 3 bulan.Kemampuan berinteraksi sosial diukur sebelum dan setelah dilakukan intervensi TAK menggunakanlembar observasi. Analisa data dengan uji “wilcoxon sign rank test”. Pengolahan data menggunakankomputer SPSS versi 16.Hasil analisa menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari TAKSosialisasi terhadap kemampuan berinteraksi sosial dengan p = 0,000.Kesimpulan penelitian iniadalah ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan pasien berinteraksisosial. Sebaiknya TAK Sosialisasi menjadi terapi keperawatan terhadap setiap pasien denganmasalah keperawatan isolasi sosial karena TAK merupakan salah satu tindakan keperawatan yangefektif.Kata Kunci : Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi, Interaksi Sosial.PENDAHULUANManusia merupakan mahluk sosial,dimana untuk mempertahankan kehidupannyamanusia memerlukan hubungan interpersonalyang positif baik dengan individu lainnyamaupun dengan lingkungannya. Hubunganinterpersonal yang positif dapat terjadi apabilamasing-masing individu merasakankedekatan, saling mernbutuhkan dan salingtergantung untuk membangun jati diri individu

Page 2: Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

dalam lingkungan sosial yang kondusif.Individu tidak akan mampu memenuhikebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungandengan lingkungan sosial. Kepuasaanhubungan dapat dicapai jika individu terlibatsecara aktif dalam proses interpersonal. Peranserta yang tinggi dalam berhubungan disertaidengan respon lingkungan yang positif akanmeningkatkan rasa memiliki, kerjasama danhubungan timbal balik yang sinkron (Dalami,2009).Pemutusan proses hubungan terkaitdengan ketidakmampuan individu terhadaphubungan yang disebabkan oleh kurangnyaperan serta, respon lingkungan yang negatif.Ketidakmampuan individu dalammempertahankan hubungan interpersonalyang positif dapat mengakibatkan terjadinyastress. Stress yang meningkat dapatmengakibatkan reaksi yang negatif dan dapatmengakibatkan gangguan dalam kehidupansehari-hari, sehingga dapat menurunkanproduktivitas individu tersebut, hal ini dapatmengakibatkan munculnya gejala gangguankesadaran dan gangguan perhatian.Kumpulan tanda dan gejala tersebut disebutsebagai gangguan psikiatri atau gangguanjiwa (Stuart & Sundeen 2005 dalamSurtiningrum, 2011).Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-172175Menurut Townsend (2009) gangguanjiwa merupakan respon maladaptif terhadapstressor dari dalam dan luar lingkungan yangberhubungan dengan perasaan dan perilakuyang tidak sejalan denganbudayaikebiasaan/norma setempat danmempengaruhi interaksi sosial individu,kegiatan dan fungsi tubuh. Salah satu jenisgangguan jiwa berat adalah skizofrenia.Skizofrenia merupakan sekelompok reaksipsikotik yang mempengaruhi berbagai areafungsi individu termasuk fungsi berpikir danberkomunikasi, menerima danmenginterpretasikan realitas, merasakan danmenunjukkan emosi dan berperilaku yangdapat diterima secara rasional.Gejala skizofrenia dibagi dalam duakategori utama : gejala positif atau gejalanyata dan gejala negatif atau gejala samar.Gejala positif terdiri dan delusi (waham) yaitukeyakinan yang keliru yang tetapdipertahankan sekalipun dihadapkan dengancukup bukti tentang kekeliruannya, serta tidakserasi dengan latar belakang pendidikan dansosial budaya Mien, halusinasi yaitupenghayatan (seperti persepsi) yang dialamidengan pancaindera dan terjadi tanpa adanya

Page 3: Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

stimulus eksternal, dan perilaku aneh(bizarre). Gejala negatif (defisit perilaku)meliputi afek tumpul dan datar, menarik diridari masyarakat, tidak ada kontak mats, tidakmampu mengekspresikan perasaan. Tidakmampu berhubungan dengan orang lain, tidakada spontanitas dalam percakapan, motivasimenurun dan kurangnya tenaga untukberaktivitas. Gejala negatif pada skizofreniamenyebabkan Mien mengalami gangguanfungsi sosial dan isolasi sosial (Videbeck,2008).Isolasi sosial adalah keadaan dimanaseorang individu mengalami penurunan ataubahkan sama sekali tidak mampu berinteraksidengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkinmerasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dantidak mampu membina hubungan yang berartidengan orang lain (Yosep, 2009). Perilakuyang sexing ditampilkan Mien isolasi sosialadalah menunjukkan menarik diri, tidakkomunikatif, mencoba menyendiri, asyikdengan pikiran dan dirinya sendiri, tidak adakontak mats, sedih, afek tumpul, perilakubermusuhan, menyatakan perasaan sepi atauditolak kesulitan membina hubungan dilingkungannya, menghindari orang lain, danmengungkapkan perasaan tidak dimengertiorang lain (NANDA, 2012).Menurut World Health Organization(WHO), sampai tahun 2011 tercatat penderitagangguan jiwa sebesar 542.700.000 jiwa atau8,1% dari jumlah keseluruhan penduduk duniayang berjumlah sekitar 6.700.000.000 jiwa.Sekitar 10% orang dewasa mengalamigangguan jiwa saat ini dan 25% pendudukdiperkirakan akan mengalami gangguan jiwapada usia tertentu selama hidupnya. Usia inibiasanya terjadi pada dewasa muda antarausia 18-21 tahun. Menurut National Institute ofMental Health gangguan jiwa mencapai 13%dari penyakit secara keseluruhan dandiperkirakan akan berkembang menjadi 25%di tahun 2030 (WHO, 2012).Berdasarkan data dari DirekturJenderal Bina Upaya Kesehatan KementerianKesehatan tahun 2011 tercatat jumlahpenduduk Indonesia sebesar 241.000.000orang sedangkan sekitar 17.400.000 orang(7,2%) mengalami gangguan jiwa (Depkes RI,2011). Riset Kesehatan Dasar tahun 2012menunjukkan bahwa sebanyak 0,46% darijumlah penduduk Indonesia atau sekitar satujuta orang menderita gangguan psikotik dan11,6% menderita gangguan emosionalperilaku terhadap responden usia 15-64 tahunsehingga diperkirakan penderita gangguanjiwa mencapai 19 juta orang. Hal inimenunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang

Page 4: Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

penduduk terdapat empat sampai lima orangmenderita gangguan jiwa. Data tersebutmenunjukkan bahwa data pertahun diIndonesia yang mengalami gangguan jiwaselalu meningkat (Depkes RI, 2012).Adapun di Provinsi Sulawesi Selatan,berdasarkan Profil Kesehatan tahun 2010,tercatat sebanyak 56.112 orang (0,69%)menderita gangguan jiwa dari 8.328.957jumlah penduduk secara keseluruhan (DinkesSULSEL, 2010). Sedangkan tahun 2011, dataProfil Kesehatan mencatat penderitagangguan jiwa sebesar 108.816 orang yaitu1,3 % dari penduduk Sulawesi Selatan yangberjumlah sekitar 8.370.462 orang (DinkesSULSEL, 2012). Pelayanan kesehatan jiwaberpusat di Rumah Sakit Khusus Daerah(RSKD) Provinsi Sulawesi Selatan.Berdasarkan hasil pencatatan jumlahpenderita yang mengalami gangguan jiwa diRumah Sakit Khusus Daerah ProvinsiSulawesi Selatan pada tahun 2009 adalahsebanyak 12557 orang yang diantaranyaterdapat penderita isolasi sosial 2748 orang(21,9%). Pada tahun 2010 sebanyak 12914orang dan jumlah penderita isolasi sosial 2063orang (16%). Tahun 2011 tercatat jumlahpasien sebanyak 11410 orang termasuk 1769orang (15,5%) yang mengalami isolasi sosial.Sedangkan pada triwulan pertama (Januarisampai Maret) tahun 2012, jumlah pasienadalah sebanyak 3337 orang (18,6%) yangterdiri dari penderita isolasi sosial sebanyak622 orang (Medical Record Rumah SakitVolume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-172176Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan,2012).Penatalaksanaan keperawatan klien dengan isolasi sosial selain dengan pengobatan psikofarmaka juga dengan pemberian keperawatan yang sama. Aktifitas digunakansebagai terapi, dan kelompok digunakansebagai target asuhan (Fortinash & Worret,2008).Terapi Aktivitas Kelompok sangatefektif mengubah perilaku karena di dalamkelompok terjadi interaksi satu dengan yanglain dan saling mempengaruhi. Dalamkelompok akan terbentuk satu sistem sosialyang saling berinteraksi dan menjadi tempatklien berlatih perilaku baru yang adaptif untukmemperbaiki perilaku lama yang maladaptif(Christopher, 2011).TAK dibagi sesuai dengan masalahkeperawatan klien, salah satunya adalah TAKSosialisasi. TAK Sosialisasi adalah upayamemfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlahklien dengan masalah hubungan sosial.Dengan TAK sosialisasi maka klien dapat

Page 5: Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

meningkatkan hubungan sosial secarabertahap dari interpersonal (satu dan satu),kelompok dan masyarakat (Keliat, Panjaitan,Helena, 2006).Beberapa penelitian mengenaipengaruh Terapi Aktivitas Kelompok terhadapklien dengan masalah keperawatan isolasisosial seperti penelitian yang dilakukan olehAndaryaniwati (2003) di rumah sakit jiwa Dr.Radjiman Wedioningrat Lawang, menunjukkanpersentasi pelaksanaan yang memuaskanyaitu mencapai tingkat keberhasilan 90%dimana mampu meningkatkan kemampuanpasien untuk berinteraksi sosial.Andaryaniwati (2003) menunjukkan adanyapengaruh yang bermakna dari pelaksanaanTerapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi.Keberhasilan ini dipengaruhi oleh beberapafaktor, salah satunya adalah peran perawat dirumah sakit tersebut yang turut membantupelaksanaan TAK Sosialisasi yang senantiasadikembangkan di dalam kegiatan sehari-harimelalui proses keperawatan.Berdasarkan uraian di atas makapeneliti tertarik melakukan penelitian untukmengetahui sejauh mana pengaruh TerapiAktivitas Kelompok Sosialisasi terhadapkemampuan pasien berinteraksi sosial gunamembantu klien dalam menangani masalahkesehatan yang dihadapi melalui penerapanasuhan keperawatan dalam bentuk TerapiAktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi.BAHAN DAN METODETujuan penelitian ini untuk mengetahuipengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasiterhadap kemampuan bersosialisasi padaklien isolasi sosial; menarik diri di RS. KhususDaerah Dadi Prov. Sul-Sel. Desain penelitianmenggunakan rancangan The one grouppretest-postest design, dengan teknikpengambilan sampel yaitu purposive samplingterhadap 30 responden dengan lama rawatkurang dari 3 bulan. Kemampuan berinteraksisosial diukur sebelum dan setelah dilakukanintervensi TAK menggunakan lembarobservasi. Analisa data dengan uji “wilcoxonsign rank test”. Pengolahan datamenggunakan komputer SPSS versi 16HASIL PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan di RS.Khusus Daerah Dadi Makassar dari tanggal 141anuari 2012 s/d 14 Februari 2013. Dilakukandi ruang perawatan Kenanga. Teknikpengambilan sampel dengan cara purposivesampling, dengan jumlah sampel 30 orang, 15orang sampel perlakuan dan 15 orang sampelkontrol. Data primer diambil melalui observasilangsung yang dilakukan pada respondenuntuk mencari data pre-tes dan data post-tes.

Page 6: Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

Pre-tes dilakukan pada kedua kelompok,setelah pre-tes kelompok perlakuan dilakukanTerapi aktifitas kelompok mulai dari sesi 1samapi sesi 7 sedangkan pada kelompokkontrol tidak dilakukan Terapi aktifitaskelompok. Kemudian dilakukan post-tes padakedua kelompok baik kelompok perlakuanmaupun kelompok kontrol.Tabel 1. Pengaruh terapi aktifitas kelompokterhadap Kemampuan bersosialisasi padakelompok kontrol di RSKD Prov. Sul-SelSumber : Data Primer 2013 Uji t : 0,334Pada tabel diatas menunjukkan bahwapada kelompok kontrol responden yang belumdilakukan terapi aktifitas kelompok (Pre)seluruh responden kurang mampu dalambersosialisasi. pada responden yang sudahdilakukan terapi aktifitas kelompok (Post)sebagian besar masih kurang mampubersosialisasi sebanyak 14 responden(93,3%)sedangkan responden yang mampubersosialisasi sebanyak 1 responden (6,7%).Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilaihitung p = 0,334 lebih beasr dari nilai α =0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikanbahwa Ha ditolak atau tidak ada pengaruhTerapiaktifitaskelompokKemampuanbersosialisasi TotalMampu KurangMampu n %n % n %Pre 0 0 15 100 15 100Post 1 6,7 14 93,3 15 100Jumlah 16 53,4 14 46,6 30 100Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-172177terapi aktifitas kelompok terhadapKemampuan bersosilaisasi pada kelompokkontrol.Tabel 2. Pengaruh penerapan terapi aktifitaskelompok terhadap kemampuan bersosialisasipada kelompok perlakuan di RSKD Prov.Sul-SelSumber : Data Primer 2013 Uji t : 0,000Pada tabel diatas menunjukkan bahwapada responden yang belum dilakukan terapiaktifitas kelompok (Pre) sebagian besar masihkurang mampu dalam bersosialisasi yaitusebanyak 15 responden (100%)sedangkanresponden yang mampu bersosialisasi tidakada sama sekali. pada responden yang sudahdilakukan terapi aktifitas kelompok (Post)sebagian besar masih telah mampubersosialisasi sebanyak 14 responden(93,3%)sedangkan responden yang kurangmampu bersosialisasi sebanyak 1 responden(6,7%).

Page 7: Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilaihitung p = 0,00 lebih kecil dari nilai α = 0,05.Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwaHa diterima atau ada pengaruh terapi aktifitaskelompok terhadap Kemampuan bersosialisasiklien menarik diri pada kelompok perlakuan.PEMBAHASANBerdasarkan hasil penelitianmenunjukkan bahwa hasil uji t diperoleh nilaihitung p = 0,00 lebih kecil dari nilai α = 0,05.Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwaHa diterima atau ada pengaruh terapi aktifitaskelompok terhadap Kemampuan bersosialisasiklien menarik diri pada kelompokperlakuan.didapatkan data bahwa sebelumdilakukan TAK Sosialisasi semua respondenkurang mampu berinteraksi sosial, hal inidisebabkan karena tidak adanya tindakan ataustimulus yang dilakukan yang dapatmengubah pola perilaku yang maladaptif sertalingkungan yang kurang terapeutik sepertipasien yang terlalu banyak dalam ruangperawatan dan kadang mendapatkan tekanantekanandari sesama pasien. Hal ini sesuaidengan teori bahwa pada klien isolasi sosialperlu adanya aktivitas yang dapat memberistimulus secara konsisten serta lingkunganyang terapeutik untuk mencegah pasien larutdalam kesendiriannya sehingga pasien tidakakan terus menarik diri (Copel, 2007).Terapi aktivitas kelompok sosialisasiadalah upaya memfasilitas kemampuansosialisasi sejumlah klien dengan masalahhubungan sosial (Keliat, 2003). Salah satuintervensi keperawatan terhadap pasiendengan masalah keperawatan isolasi sosialadalah Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi.Melalui proses TAK klien dilatih berinteraksisosial dengan cara berkenalan dengan oranglain, bercakap-cakap, mengekspresikanperasaannya kepada orang lain (Keliat,Akemat, 2005).Pender dalam Basford & Slevin (2006)menyatakan bahwa faktor yangmempengaruhi peningkatan kesehatanseseorang adalah faktor demografis (jeniskelamin, usia, pendapatan, statusperkawinan), faktor biologis, interpersonal,lingkungan, serta pengaruh lingkungan.Namun dalam penelitian yang dilakukanpeneliti, karakteristik responden seperti: usia,jenis kelamin, pendidikan, ataupun statusperkawinan responden dijadikan sebagaidistribusi karakteristik responden saja.Clarkin, Marziali, Munroe,(2001)menyatakan faktor lain yang menyebabkankurangnya kemampuan klien berinteraksisosial adalah kurangnya perhatian dari

Page 8: Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

keluarga selama klien dirawat. Keluargamerupakan support system terdekat, keluargayang mendukung klien secara konsisten akanmembuat klien mandiri dan patuh mengikutiprogram perawatanTeori Suliswati, Payapo, Maruhawa et.al, (2005)bahwa Setelah pelaksanaan TAKSosialisasi, sebagian besar responden mampuberinteraksi sosial seperti terlihat pada tabel 2,tetapi masih terdapat 5 responden yangkurang mampu berinteraksi sosial.Berdasarkan hasil observasi dari peneliti halini disebabkan karena kondisi lingkungantempat pelaksanaan TAK yang kurangkondusif seperti adanya pasien lain yangmenonton dan membuat gaduh sehinggamengalihkan perhatian dan mempengaruhirespon psikologis pasien yang dapatmeningkatkan kecemasan responden. Inisesuai dengan bahwa kecemasan dapatmempengaruhi aspek interpersonal maupunpersonal. Apabila kecemasannya berlanjutsampai pada tahap kecemasan tinggi makaakan mempengaruhi koordinasi dan gerakrefleks, sehingga akan menggangguhubungan dengan orang lain yang dapatmembuat klien menarik diri dan menurunkanketerlibatan dengan orang lain.TerapiaktifitaskelompokKemampuanBersosialisasi TotalMampu KurangMampu n %n % n %Pre 0 0 15 100 15 100Post 14 93,3 1 6,7 15 100Jumlah 14 46,6 16 53,4 30 100Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-172178Temuan ini sejalan dengan penelitianyang dilakukan oleh Malhi (2008)menyimpulkan bahwa menarik diri diakibatkanoleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal inimengakibatkan berkurangnya tantangandalam mencapai tujuan. Tantangan yangrendah menyebabkan upaya yang rendah.Selanjutnya, hal ini menyebabkan penampilanseseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauanlife span history klien, penyebab terjadinyamenarik diri adalah pada masa kecil seringdisalahkan, jarang diberi pujian ataskeberhasilannya. Saat individu mencapaimasa remaja keberadaannya kurang dihargai,tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Menarikdiri muncul saat lingkungan cenderung

Page 9: Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

mengucilkan dan menuntut lebih darikemampuannya.Berdasarkan hasil analisis dengan uji“Wilcoxon Sign Rank” denganmembandingkan hasil pre test dan post testseperti yang terlihat pada tabel 3 didapatkan P= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa adapengaruh yang signifikan terhadappelaksanaan TAK Sosialisasi terhadapkemampuan pasian berinteraksi sosial.TAK Sosialisasi adalah salah satuintervensi keperawatan yang efektif untukmeningkatkan kemampuan klien berinteraksisosial (Yosep, 2009). Hal ini sesuai denganpenelitian Andaryaniwati (2003), bahwa adapengaruh yang bermakna dari pelaksanaanTAK Sosialisasi untuk meningkatkankemampuan berinteraksi sosial, dan jugapenelitian pada Keliat (2003) bahwa adapengaruh yang bermakna dari pelaksanaanTAK Sosialisasi terhadap kemampuanberinteraksi sosial.Berdasarkan asumsi hasil observasipeneliti, kemampuan ini disebabkan karenaproses pelaksanaan TAK yangberkesinambungan. Dalam kelompok terjadidinamika saling berinteraksi dan salingmempengaruhi sehingga responden yang lainterstimulus untuk melaksanakan hal yangdiajarkan dan hal yang berhasil dilakukan olehresponden lain.Hal ini sesuai dengan teori bahwakeuntungan dari terapi kelompok adalah dapatmenurunkan perasaan terisolasi, perbedaanperbedaandan meningkatkan klien untukberpartisipasi serta bertukar pikiran danmasalah dengan orang lain. Selain itu, jugamemberikan kesempatan kepada klien untukmampu menerima umpan balik dari orang lainserta dapat belajar bermacam cara dalammemecahkan masalah dan dapat membantumemecahkan masalah orang lain (Jones,Brazel, Elaine et. al, 2000).Dalam proses TAK klien mendapatkesempatan untuk belajar cara berinteraksisosial atau bersosialisasi, yaitumemperkenalkan diri pada anggota kelompok,cara berkenalan dengan orang lain, bercakapcakapdengan orang lain, dan melakukankegiatan sehari-hari. Dengan melakukankegiatan-kegiatan tersebut klien dilatih untuktidak menarik diri dan klien akan mampumelakukan interaksi dengan orang lain. Selainitu, dengan bercakap-cakap maka terjadidistraksi; fokus perhatian pasien akan beralihuntuk dapat beraktivitas karena denganberaktivitas klien tidak akan mengalamibanyak waktu luang untuk seringkalimenyendiri yang berakibat pasien menarik diri

Page 10: Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

(Nick, 2000).KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian yangtelah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulanyaitu terdapat pengaruh terapi aktivitaskelompok sosialisasi terhadap kemampuanpasien berinteraksi sosialdan klien yang sudahdilakukan terapi aktifitas kelompok (Post)sebagian besar masih telah mampubersosialisasi sebanyak 14 responden(93,3%)sedangkan Klien yang kurang mampubersosialisasi sebanyak 1 responden (6,7%).SARANSaran pada penelitian ini adalah bagi tenagaperawat menjadikan Terapi AktivitasKelompok Sosialisasi sebagai tindakankeperawatan untuk setiap pasien denganmasalah keperawatan isolasi sosial karenaterbukti bahwa TAK Sosialisasi merupakantindakan keperawatan yang efektif dan untukpeneliti selanjutnya menggunakan kelompokkontrol sehingga pengaruh dari TAK lebihterlihat jelas dengan membandingkan hasilpada kelompok perlakuan dan kelompokkontrol.DAFTAR PUSTAKAAndaryaniwati, K (2009). Pedoman pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi; Kumpulan makalah terapimodalitas keperawatan profesional jiwa, Lawang. PSIK Universitas Brawijaya: Malang.Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-172179Akemat (2010). Keperawatan jiwa. EGC: Jakarta.Corwin, E.J (2011). Buku saku patofisiologi. EGC: Jakarta.Clarkin, J.F., Marzuali, E., Munroe-blum, H (2009). Terapi kelompok dan terapi keluarga, pada pasien gangguankepribadian. Journal psychiatric servicesCarpenito, M.L (2011). Buku saku diagnosa keperawatan, alih bahasa, Yasmin Asih, editor edisi bahasaindonesia, ed. 10, EGC: Jakarta.Copel, L.C (2011) kesehatan jiwa dan psikiatrik; Pedoman klinis perawat. Ed.2, EGC: Jakarta.Christopher L (2010). Terapi aktivitas sosialisasi di rumah saki jiwa. Journal of psychosocial nursing ang mentalhealth services. Vol 45. P.1/3Damaiyanti, M (2010). Komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan. Refika Aditama : Jakarta.Doenges, M.E., Tonsend, M.C., Moorhouse, M.F (2011). Rencana asuhan keperawatan psikiatri. Ed.3, EGC:Jakarta.Dalami, E., Suliswati., Rochimah., Suryati, K.R,. Lestari, W (2010). Asuhan keperawatan klien dengan gangguanjiwa.Ed.1.TIM: Jakarta.Fortinash, K.M & Worret, P.A (2010). Psychiatric mental health nursing. Ed.3, mosby: USA.Jones, L., Brazel, D., Elaine, R.P., Morelli, T., Murray, A.R ((2011). Program terapi kelompok pada post traumadan stres. Journal psychiatric services. Vol 51. P.1/5Keliat, B.A (2010). Pedoman pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi; kumpulan makalah terapimodalitas keperawatan profesional jiwa. Lawang, PSIK Universitas Brawijaya: Malang.Keliat, B.A & Akemat (2010). Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok. EGC: Jakarta.Keliat, B.A., Panjaitan, R.U., Helena, N (2010). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Ed.2, EGC: Jakarta.Maramis, W.F (2011). Catatan ilmu kedokteran jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.Nick, K (2011). Terapi kelompok pada pasien skizofrenia diunit perawatan akut. Journal psychiatric services. Vol39. P.1Notoatmodjo, S (2011). Metodologi penelitian kesehatan. Ed. Revisi, Rineka Cipta: Jakarta.

Page 11: Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

Nursalam (2009). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan; Pedoman skripsi, tesis, daninstrumen penelitian keperawatan. Ed.2, salemba Medika: Jakarta.Stuart, G.W & Lararia, M.T (2011). Principles & practice of psichiatric nursing. Ed.7, St Louis: Mosby.Suliswati., Payapo, T.A., Maruhawa, J., Sianturi, Y., Sumijatun (2009). Konsep dasar keperawatan kesehatanjiwa. Ed.1, EGC: Jakarta.Stuart, G.W (2009). Buku saku keperawatan jiwa. Ed.5,EGC: JakartaTamboyang, J (2010). Patofiologi untuk perawat. EGC: Jakarta.Townsend, M.C (2010). Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Ed.3, EGC: Jakarta.Videbeck, L Sheila (2009), Buku ajar keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.Yosep, I (2011). Keperawatan jiwa. PT.Refika aditama : Bandung