Pengaruh tekstur pohon terhadap persepsi ruang dan keindahan · 4 Penempatan penanaman dan...
Transcript of Pengaruh tekstur pohon terhadap persepsi ruang dan keindahan · 4 Penempatan penanaman dan...
3
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Pohon
Suatu lanskap terdiri atas elemen lunak dan elemen keras. Pohon adalah
salah satu elemen lunak pada suatu lanskap. Bentuk pohon dibangun oleh garis
luar tajuk, struktur cabang dan ranting, serta pola pertumbuhannya (Carpenter,
Lanpher, dan Walker 1975). Simonds (1983) menyatakan bahwa bagian pohon
yang paling menarik adalah kanopi atau tajuk pohon karena dapat memberikan
identitas dan karakter pada lingkungan. Booth (1983) membagi bentuk tajuk
pohon menjadi 7 kelompok, yaitu globular (bentuk membulat), columnar (bentuk
yang tinggi meramping), spread (bentuk yang menyebar), picturesque (bentuk
eksotis/menarik), weeping (bentuk ranting-ranting menjurai), pyramidal (bentuk
kerucut), dan fastigiate (bentuk tinggi ramping, ujungnya meruncing).
Gambar 1 Bentuk dasar tajuk pohon (Sumber: Booth 1983)
Ukuran pohon secara langsung mempengaruhi skala ruang dan
menciptakan komposisi yang menarik dalam desain (Booth 1983). Ukuran pohon
terbagi atas tinggi pohon dan diameter tajuk. Berdasarkan tinggi, pohon dibagi
atas:
1. pohon besar/pohon dewasa, tinggi pohon mencapai 40 ft (12 m)
2. pohon sedang, tinggi pohon maksimum 30-40 ft (9-12 m)
3. pohon kecil, tinggi pohon maksimum 15-20 ft (4,5-6 m)
4
Penempatan penanaman dan ketinggian pohon yang bervariasi dapat menciptakan
kesan ruang dan keindahan yang artistik (Carpenter et al. 1975).
Selain bentuk tajuk dan ukuran pohon, warna pada pohon juga
mempengaruhi karakteristik pohon. Menurut Booth (1983), warna yang
dihadirkan berasal dari beberapa bagian pohon, termasuk daun, bunga, buah,
ranting, cabang, dan batang pohon.
Tekstur Pohon
Tekstur adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan
ke permukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan, dan proporsi bagian benda.
Tekstur juga menentukan sampai di mana permukaan suatu bentuk memantulkan
atau menyerap cahaya (Ching 1996). Hannebaum (2002) menyatakan batang,
daun, kulit kayu, dan tunas adalah penampilan fisik yang menentukan tekstur dari
suatu tanaman. Tekstur tanaman yang berkisar dari halus hingga kasar dapat
dilihat karena ukuran dan bentuk tanaman dan karena cahaya dan bayangan yang
mengenainya.
Gambar 2 Faktor penentu tekstur tanaman (Sumber: Hannabeum 2002)
5
Daun, batang, dan tunas yang besar biasanya membuat efek kasar. Jumlah
cabang dan daun dan jarak antardaun pun mempengaruhi tekstur. Tebal dan rapat
daun menghasilkan tekstur yang sangat lembut, sedangkan daun yang menyebar
memberi tekstur kasar. Bentuk dan corak daun juga mempengaruhi tekstur. Daun
yang seragam akan terlihat lebih kasar jika dibandingkan daun yang bercampur
walaupun ukurannya lebih besar. Tekstur tanaman dapat terasa sebagaimana yang
terlihat. Salah satu cara untuk mempelajari tekstur tanaman adalah mendekatkan
mata dan merasakan tanamannya. Daun, cabang, kulit kayu, dan tunas berbagai
macam tanaman terasa jelas berbeda. Ada beberapa tanaman yang halus dan ada
beberapa yang berduri, setiap rasa tersebut adalah karakter dari tekstur tanaman
(Hannebaum 2002).
Tekstur tanaman menurut Booth (1983) dipengaruhi oleh ukuran daun,
ranting, ukuran cabang, konfigurasi batang, seluruh habitat pertumbuhannya, dan
jarak material tanaman tersebut dilihat. Pada jarak yang dekat, ukuran satu daun,
bentuk, permukaan, dan susunannya pada ranting dapat menunjukkan faktor yang
mempengaruhi secara visual, sedangkan jumlah dari cabang dan habitat
pertumbuhan secara umum adalah variabel-variabel yang mempengaruhi tekstur
saat tanaman terlihat secara lengkap dari suatu jarak. Tekstur mempengaruhi
sejumlah faktor dalam sebuah komposisi penanaman, termasuk komposisi yang
unity atau beragam, persepsi dari jarak, sifat warna, ketertarikan visual, dan
suasana dari suatu desain. Tekstur tanaman biasanya diklasifikasikan menjadi
kasar, sedang, dan halus dengan karakteristik dan kegunaannya yang potensial
dalam lanskap.
Tanaman bertekstur kasar biasanya dibentuk oleh daun yang besar dan
tebal, batang yang besar (tidak kecil, ranting halus), dan habitat pertumbuhan
yang terbuka. Tanaman bertekstur sedang dihasilkan dari daun dan cabang dengan
ukuran yang sedang. Jika dibandingkan dengan tekstur kasar, tanaman bertekstur
sedang lebih sedikit transparan dan kuat pada siluet. Tanaman dengan jumlah
daun yang banyak dengan ukuran kecil memiliki tekstur yang halus. Pohon
bertekstur halus mempunyai batang dan ranting yang ramping dan tumbuh dengan
rapat (Booth, 1983).
s
b
t
m
s
b
m
b
l
a
b
b
m
b
Teks
secara visua
bertekstur k
tidak banya
mendominas
sedang. Ku
berguna seb
mendekati p
Seba
bertekstur se
latar belakan
aksen. Tekst
bertekstur h
bertekstur h
menguatkan
belakang (M
Gambar
stur pohon m
al, yaitu kek
kasar mempu
ak, dan temp
si apabila d
uatnya kesan
bagai focal
pengamat dan
agian besar
edang adalah
ng dimana p
tur pohon be
halus tidak m
halus terkesa
n pengaruh
Motloch 1991
3 Tekstur t
menurut Mo
kasaran atau
unyai karakt
pat tumbuh
ikomposisik
dominasi te
point. Poho
n membuat r
tanaman
h sebagai pen
pohon berte
ertekstur hal
memberi ke
an sangat ha
pohon ber
1).
tanaman (Su
otloch (1991
u kelembuta
teristik daun
yang bebas
kan dengan
ersebut dapa
on bertekstu
ruang yang d
mempunyai
netral suatu
ekstur halus
lus dapat ter
san yang m
alus dan lem
rtekstur kas
mber: Booth
1) mengacu
an pada perm
n yang besar
s. Pohon be
tanaman ber
at membuat p
ur kasar cen
ditempatinya
i tekstur s
komposisi p
dan sedang
rlihat dari ja
menonjol pad
mbut. Pohon
ar jika dig
h 1983)
pada bulir
mukaan poh
r, jumlah ra
ertekstur kas
rtekstur halu
pohon bertek
nderung ter
a terkesan m
sedang. Per
penanaman d
g diperlihatk
arak yang de
da suatu rua
bertekstur h
gunakan seb
6
atau serat
hon. Pohon
anting yang
sar terlihat
us ataupun
kstur kasar
rlihat maju
mengecil.
ran pohon
dan sebagai
kan sebagai
ekat. Pohon
ang. Pohon
halus dapat
bagai latar
7
Ashihara (1986) membagi tekstur menjadi tekstur sekunder dan tekstur
primer. Tekstur sekunder terlihat pada jarak pandang jauh dimana pohon menjadi
lebih dominan terlihat pada kerapatan cabang dan sifat pertumbuhan tanaman.
Tekstur primer terlihat pada jarak dekat secara visual ditunjukkan oleh bentuk,
ukuran, permukaan daun, dan batang serta letak daun pada batang. Daun pada
pohon dengan berbagai tekstur dan bayangan yang ditimbulkan dapat
menciptakan suasana lembut dan segar pada area beraspal.
Persepsi Manusia
Porteus (1977) mendefinisikan persepsi sebagai suatu respons berbentuk
tindakan yang dihasilkan dari kombinasi faktor internal manusia dengan faktor
eksternalnya, yaitu keadaan fisik dan sosial. Menurut Laurie (1990) terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek,
persepsi ini dikondisikan oleh hubungan antara jarak dan ukuran objek yang
dirasakan atau kecemerlangan objek tersebut. Penilaian seseorang terhadap suatu
ruang pun dipengaruhi oleh kualitas fisik ruang tersebut dan kualitas psikologis
dari pengalaman-pengalaman khusus yang pernah dialami.
Porteus (1977) menyatakan manusia lebih bergantung pada indera
penglihatan jika dibandingkan dengan indera lainnya karena penglihatan lebih
siap untuk merespon objek tanpa menyebabkan terjadinya respon yang emosional.
Persepsi yang berulang-ulang membentuk preferensi, yaitu suatu bentuk
keputusan mental untuk lebih menyenangi, tertarik, dan memilih sesuatu dengan
membandingkannya dengan objek lain. Persepsi ini digunakan sebagai dasar
untuk menilai ruang dan keindahan suatu lanskap kota dari tekstur pohon sebagai
elemen penyusunnya.
Ruang
Ruang merupakan pengembangan dari sebuah bidang. Ruang mempunyai
tiga-dimensi (panjang, lebar, dan tinggi), bentuk, permukaan orientasi, dan posisi
(Ching 1996). Ching (1996) juga menyatakan bahwa ruang selalu melingkupi
keberadaan manusia. Melalui volume ruang manusia bergerak, melihat bentuk,
merasakan suara, merasakan angin bertiup, dan mencium bau semerbak bunga
8
ditaman. Bentuk visual ruang, dimensi dan skalanya, dan kualitas cahayanya
bergantung pada persepsi kita akan batas-batas ruang yang ditentukan oleh unsur-
unsur pembentuknya.
Setiap ruang dengan karakteristiknya dapat menyebabkan pengaruh pada
pada penghuninya. Simonds (2006) menyatakan bahwa setiap ruang dengan
desainnya dapat menyebabkan berbagai respon, antara lain sebagai berikut:
1. Ketegangan (Tension)
Ketegangan pada suatu ruang dapat tercipta dengan adanya bentuk yang tidak
stabil pada ruang, warna-warna yang bertabrakan, garis yang membuat
ketidakseimbangan secara visual, tidak ada kesempatan mata untuk
beristirahat, permukaan yang keras, terpoles atau bergerigi, elemen-elemen
yang tidak dikenal, cahaya yang menyilaukan atau gelap, temperatur yang
tidak nyaman, dan bunyi yang melengking, berdentang atau mengejutkan.
2. Relaksasi (Relaxation)
Relaksasi dapat diciptakan oleh ruang yang memiliki karakteristik
kesederhanaan, garis yang mengalir, objek dan material yang dikenal, struktur
yang jelas dan stabil, horizontal, tekstur yang menyenangkan, bentuk yang
menyenangkan dan nyaman, cahaya yang lembut, bunyi yang menenangkan
dengan ukuran ruang yang bervariasi dari intim hingga tak terbatas.
3. Ketakutan (Fright)
Ruang yang memberikan respon ketakuan memiliki kesan menyekap, jebakan
yang terlihat jelas, tidak ada orientasi, area dan ruang tersembunyi, terdapat
kemungkinan memberikan kejutan, memiliki tingkatan yang miring dan retak,
bentuk yang tidak stabil, lantai yang licin, berbahaya, elemen yang tajam dan
menonjol, ruangan tidak dikenal, mengejutkan dan aneh, terdapat simbol
mengerikan, menyakitkan dan penyiksaan.
4. Kegembiraan (Gaiety)
Ruang yang memberikan respon kegembiraan memiliki karakteristik ruangan
yang bebas, pola dan bentuk yang mengalir, mengakomodasi pergerakan
menikung, akrobatik atau berputar, sedikit pembatasan, terdapat bentuk, warna
dan simbol yang menarik, temporal, santai, warna yang hangat dan terang,
9
pencahayaan yang berkedip atau cemerlang dan suara yang bersemangat atau
berirama.
5. Perenungan (Contemplation)
Ruang yang memberikan respon perenungan memiliki karakteristik lembut
dan sederhana. Tidak ada elemen yang menyindir, tidak ada gangguan dari
kekontrasan yang tajam, menggunakan simbol yang berhubungan dengan
perenungan, terdapat kesan ruang yang terisolasi, pribadi, pemisahan,
keamanan dan kedamaian. Mempunyai pencahayaan yang lembut dan
tersebar, dan warna yang tenang.
6. Aksi dinamis (Dinamic action)
Ruang yang memberikan respon aksi dinamis memiliki karakteristik bentuk
yang mencolok, struktur yang berirama, material yang padat seperti batu,
beton, kayu atau baja, tekstur kasar dan natural, ruangan diagonal, konsentrasi
perhatian ruang pada focal point, warna yang kuat, dan bunyi yang cepat.
7. Perasaan cinta (Sensuous love)
Ruang yang memberikan respon perasaan cinta memiliki karakteristik sangat
privasi, orientasi ruang ke dalam, subjek sebagai focal point, skala intim, atap
yang rendah, fluid lines, bentuk yang halus atau melingkar, bahan yang
lembut, permukaan yang lentur, elemen yang eksotis dan pencahayaan yang
lembut.
8. Kekaguman spiritual (Sublime spiritual awe)
Ruang yang memberikan respon kekaguman spiritual memiliki karakteristik
skala yang besar, bentuk yang tinggi, vertikal, orientasi ke atas, menggunakan
material mahal dan permanen, konotasi dari keabadian, menggunakan warna
putih yang melambangkan kesucian, pencahayaan yang bersinar menyebar.
9. Kekesalan (Displeasure)
Ruang yang memberikan respon kekesalan memiliki karakteristik ruangan
tidak sesuai untuk digunakan, tidak nyaman, tekstur yang mengganggu,
penggunaan material yang tidak semestinya, tidak kuat. Rungan terkesan
membosankan, muram, tidak rapi, warna yang tidak menyenangkan,
temperatur yang tidak nyaman, pencahayaan yang mengganggu dan ruanggan
yang tidak indah.
10
10. Kesenangan (Pleasure)
Ruang yang memberikan respon kesenangan bagi penghuninya memiliki
karakteristik ruang, bentuk, tekstur, warna, simbol, pencahayaan, suara dan
aroma yang sesuai dalam penggunaannya. Memiliki kesatuan dengan
keberagaman, hubungan yang harmonis dan memiliki keindahan.
Visual dan Estetika
Karakter dan identitas suatu ruang dapat dibentuk oleh kualitas
estetikanya. Estetika pemandangan merupakan salah satu sumber daya visual
penting karena dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan memberikan efek
visual yang menyenangkan. Perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh kualitas
estetika suatu lanskap secara langsung dan tidak langsung (Nassar 1988). Menurut
Nassar (1988), kualitas estetik suatu lanskap dapat ditentukan oleh dua macam
penilaian estetik, penilaian formal dan simbolik. Estetik formal menilai suatu
obyek berdasarkan bentuk, warna, kompleksitas, dan keseimbangan suatu obyek.
Sedangkan estetika simbolik menilai suatu obyek berdasarkan makna konotatif
dari obyek tersebut setelah dialami oleh pengamat.
Carpenter et al. (1975) mengemukakan bahwa selain memperhatikan
fungsi, juga perlu diperhatikan segi fisiknya yaitu bagian tanaman yang
mempunyai keunikan dan keindahan sendiri baik ditinjau dari segi warna, aroma,
tekstur dan bentuk. Menurut Setyanti (2004), jika pohon dinilai sebagai objek
lanskap maka dengan pendekatan penilaian kualitas visual dapat ditentukan
karakter visual pohon secara terpisah sebagai salah satu penentu kualitas estetika
lanskap.
Higuchi (1988) menjelaskan struktur visual suatu lanskap ditentukan oleh
terlihat atau tidaknya pemandangan dari satu titik pandang, jarak antara pengamat
dan objek, sudut tampak, sudut elevasi dan cahaya. Menurut Hoobs (1995), ruang
lingkup pandang pengamat terhadap objek dipengaruhi oleh pergerakan yang
dilakukannya. Pengaruh kecepatan kendaraan terhadap ruang lingkup pandang
pengemudi ditunjukkan Gambar 4.
11
Gambar 4 Ruang lingkup pandangan pengendara (Sumber: Hoobs, 1995).
Pendugaan Estetika Pemandangan
Kualitas lanskap, termasuk kualitas visualnya, dapat diukur berdasarkan
reaksi pengamat. Reaksi tersebut timbul karena persepsi yang dihubungkan
dengan memori dan emosi (Eckbo 1964). Menurut Simonds (1983) sesuatu yang
dinilai indah sebagai reaksi pengamat adalah yang mempunyai keharmonisan
diantara bagian-bagiannya. Keindahan visual lanskap beserta elemennya
merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting walaupun secara
obyektif sulit diukur. Simonds (1983) juga menyatakan bahwa keindahan
merupakan hubungan yang harmonis dari semua komponen yang dirasakan.
Ukuran, bentuk, warna dan tekstur tanaman merupakan unsur yang mempengaruh
kualitas.
12
Metode penilaian kualitas visual lanskap tersebut dapat dilakukan melalui
tiga pendekatan. Ketiga pendekatan evaluasi visual adalah inventarisasi deskriptif,
survey dan kuisioner dan pendugaan preferensi berdasarkan persepsi. Persepsi
seseorang dalam menilai estetika lanskap dapat dinilai secara kuantitatif
menggunakan metode Scenis Beauty Estimation (SBE) dan Semantic Differential
(SD) (Daniel dan Boster 1976).
Scenic Beauty diartikan sebagai keindahan alami (natural beauty), estetik
lanskap (landscape esthetics), atau sumber pemandangan (scenic resource) untuk
memecahkan kemonotonan. Scenic Beauty Estimation merupakan metode
pengukuran kuantitatif terhadap suatu objek yang memiliki nilai estetika
walaupun secara obyektif sulit diukur. Pengukuran scenic beauty bertujuan untuk
menggambarkan perkembangan estetika alam melalui pertimbangan persepsi.
Metode ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu pengambilan foto lanskap,
presentasi slide foto, dan analisis data. Penilaian tersebut berdasarkan preferensi
dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui preferensi responden terhadap
suatu lanskap tertentu (Daniel dan Boster 1976).
Pengukuran kualitas estetika visual pohon dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Scenic Beauty Estimation. Lestari (2005) dalam
penelitiannya mengenai evaluasi kualitas estetika visual pohon pada lanskap jalan
mendapatkan hasil bahwa pohon dengan bentuk tajuk menyebar memiliki nilai
estetika tinggi. Pohon dengan bentuk tajuk bulat, kolumnar, kerucut dan menjurai
memiliki nilai estetika sedang. Pohon dengan bentuk tajuk fastigiate dan eksotis
memiliki nilai estetik yang rendah.
Menurut Osgood, Suci, dan Tannenbaum (1975), teknik beda semantik
(Semantic differential technique) dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana
pengukuran psikologis dalam berbagai aspek, seperti dalam bidang kepribadian,
sikap, komunikasi, dan sebagainya. Heise (2004) menyatakan metode Semantic
Differential dapat digunakan untuk mengukur penilaian seseorang dengan
menggunakan kata-kata dan konsep perantingan dalam skala bipolar tertentu
dengan menggunakan sifat yang berbeda terhadap suatu obyek.
Teknik beda semantik ini memiliki dua karakteristik unik yang
membedakannya dengan teknik-teknik lainnya. Pertama, adalah pada cara
13
responden memberikan respon terhadap item pada skala beda semantik, dimana
responden tidak diminta untuk memberikan respon setuju atau tidak setuju, akan
tetapi justru diminta langsung memberikan bobot penilaian mereka terhadap suatu
stimulus (Osgood, Suci, dan Tannenbaum 1975).
Kedua teknik beda semantik ini tidak menggunakan pendekatan stimulus
maupun pendekatan respon. Akan tetapi teknik ini menggunakan kata sifat
sebagai karakteristik stimulus yang disajikan kepada responden. Kata sifat
tersebut memiliki tiga dimensi utama yaitu evalutif, potensi dan aktivitas.
Evaluasi memuat pasangan kata sifat seperti ’baik-buruk’, potensi untuk pasangan
kata sifat seperti ’kuat-lemah’ dan aktivitas memuat pasangan kata sifat seperti
’aktif-pasif’.
Metode semantic differential (SD) digunakan Setyanti (2004) dalam
penelitiannya untuk mendapatkan hasil penilaian karakter visual arsitektur botanis
pohon. Pohon dengan model Leeuwenberg yang diwakilkan oleh species
Plumeria rubra dalam menghasilkan kesan indah, dinamis, rendah, horisontal,
dekat, kecil, opening, struktur jelas, informal, terang dan gersang. Pohon dengan
model Troll yang diwakilkan oleh Delonix regia menghasilkan kesan tinggi,
horisolntal, besar, opening, siluet tidak terlalu signifikan, informal, rumit, panas,
terang, gersang dan kuat. Kesan bertekstur halus, tinggi, vertikal, densitas sangat
tinggi, besar, enclosure, dingin, formal dan sangat rindang dihasilkan oleh pohon
dengan model Attim yang diwakilkan oleh Cassuarina equisetifolia.
Simulasi
Menurut McHaney (1991) simulasi merupakan suatu model untuk
menghasilkan kesimpulan yang dapat menyediakan pengetahuan dalam berbagai
elemen dunia nyata, dengan konsep pemodelan yang diciptakan melalui program
dengan menggunakan komputer. Pekerjaan simulasi meliputi pembuatan ramalan
(prediksi), dan karena tidak ada cara untuk memperkirakan keadaan di masa
mendatang, maka ramalan didasarkan pada proyeksi ekstrapolasi dari keadaan
sekarang dan masa lalu (Hoobs 1995).
Penggunaan komputer disini yaitu dengan cara melakukan simulasi
melalui aplikasi computer-aided photo manipulation. Wiraksana (2004)
14
menyatakan aplikasi yang relatif digunakan dalam simulasi ialah computer-aided
photo manipulation. Manipulasi foto ini mampu mengkomunikasikan hubungan
dan bentuk visual karena foto merupakan representasi kenyataan yang paling
mendekati sehingga sedikit interpresi diperlukan untuk meyampaikan pesan
rancangan ke masyarakat. Selain itu juga digunakan aplikasi Adobe Photoshop
CS2. Adobe Photoshop CS2 merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat
digunakan untuk pembuatan, penyuntingan, dan manipulasi tampilan termasuk
koreksi warna, pemberian efek tampilan, dan sebagainya pada image.
Dengan simulasi, keindahahan suatu lanskap dapat diprediksi. Dalam
penelitian Laila (2003) diketahui, adanya perbedaan tinggi vegetasi dalam lanskap
jalan melalui simulasi komputer dapat mempengaruhi keindahan lanskap tersebut.
Lanskap jalan dengan barisan vegetasi tinggi memiliki nilai keindahan tinggi.
Simulasi dengan menggunakan vegetasi ukuran sedang memerikan nilai
keindahan yang sedang. Keindahan lanskap yang rendah didapatkan dengan
simulasi lanskap jalan dengan vegetasi berukuran rendah.
Kerangka Pemikiran
Secara umum kerangka pemikiran dalam penelitian ini diawali dengan
mengetahui elemen-elemen lanskap. Lanskap tersusun atas elemen keras dan
lunak. Salah satu elemen lunak yang sering dijumpai pada suatu lanskap adalah
pohon. Secara visual tekstur merupakan salah satu unsur desain yang
mempengaruhi keindahan suatu pohon selain ukuran, bentuk, warna dan lainnya.
Pengamatan tekstur pohon secara visual dapat menimbulkan persepsi pada ruang
yang ditempatinya. Pengukuran persepsi yang ditimbulkan tekstur pohon terhadap
ruang dan keindahan dilakukan secara kuantitatif dengan metode Semantic
Differential dan Scenic Beauty Estimation. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bagaimana suatu jenis tekstur berpengaruh terhadap persepsi seseorang
mengenai sifat keruangan dan keindahan lanskap yang ditempati pohon dengan
tekstur tertentu. Alur bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5.