PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

13
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 25 PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PELUNASAN TUNGGAKAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KOLAKA Oleh H. Arifuddin Mas’ud dan Arman Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara ABSTRACT This study aims to determine the effect of the warning letter and the letter of forced against the settlement of tax arrears to the Tax Office Pratama Kolaka. Methods of data analysis used in this research is multiple linear regression analysis to examine and provide an overview of how the influence of the warning letter and the letter of forced against the settlement of tax arrears for 2010-2014 on the Tax Office Pratama Kolaka Based on the results of data analysis using SPSS 21 indicates that the results of partial hypothesis test (t-test) proves that the warning letter was not positive and not significant to the repayment of tax arrears. t count <ttable is - 0.035 <1.740 with a significant level of 0.972> 0.05. The results of partial hypothesis test (t-test) proves that the letter forced positive and significant effect on the repayment of tax arrears. t count> ttable namely 2.794> 1.740 with significant level of 0.012 <0.05. Hypothesis test results simultaneously ((F- test) proves that the warning letter and the letter forced a significant effect on the repayment of tax arrears. The coefficient of determination shows 0.319 or 31.9%, which means 31.9% repayment of tax arrears is affected by the number of warning letters and letters forced published. the remaining 68.1% is influenced by other factors not discussed in this study. Keywords: Warning Letter, Letter Forced and Tax Arrears Settlement I. PENDAHULUAN Kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara diharapkan semakin meningkat dari tahun ketahun. Untuk lebih memaksimalkan penerimaan pajak, pemerintah telah mengambil langkah-langkah kebijakan agar dapat meningkatkan kepatuhan dan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Sebelum membuat kebijakan tersebut, ada beberapa hal yang harus diketahui oleh pemerintah mengenai pembuat kebijakan. Kontribusi penerimaan pajak ditentukan oleh peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan, petugas pajak (fiskus), dan masyaratakat sebagai wajib pajak. Self Assesment System menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Namun permasalahan perpajakan kerap muncul baik yang bersumber dari wajib pajak (masyarakat), aparatur pajak (fiskus), maupun yang bersumber dari sistem perpajakan sendiri. Apabila masyarakat mengerti tentang manfaat dan fungsi dari pajak maka tentu masyarakat sadar akan pajak ( tax counciouness) dan tidak akan lagi dijumpai Wajib Pajak yang tidak

Transcript of PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Page 1: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 25

PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PELUNASAN TUNGGAKAN PAJAK

PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KOLAKA

Oleh H. Arifuddin Mas’ud dan Arman

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of the warning letter and the letter of forced against the settlement of tax arrears to the Tax Office Pratama Kolaka. Methods of data analysis used in this research is multiple linear regression analysis to examine and provide an overview of how the influence of the warning letter and the letter of forced against the settlement of tax arrears for 2010-2014 on the Tax Office Pratama Kolaka

Based on the results of data analysis using SPSS 21 indicates that the results of partial hypothesis test (t-test) proves that the warning letter was not positive and not significant to the repayment of tax arrears. tcount <ttable is -0.035 <1.740 with a significant level of 0.972> 0.05. The results of partial hypothesis test (t-test) proves that the letter forced positive and significant effect on the repayment of tax arrears. tcount> ttable namely 2.794> 1.740 with significant level of 0.012 <0.05. Hypothesis test results simultaneously ((F-test) proves that the warning letter and the letter forced a significant effect on the repayment of tax arrears. The coefficient of determination shows 0.319 or 31.9%, which means 31.9% repayment of tax arrears is affected by the number of warning letters and letters forced published. the remaining 68.1% is influenced by other factors not discussed in this study. Keywords: Warning Letter, Letter Forced and Tax Arrears Settlement I. PENDAHULUAN

Kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara diharapkan semakin meningkat dari tahun ketahun. Untuk lebih memaksimalkan penerimaan pajak, pemerintah telah mengambil langkah-langkah kebijakan agar dapat meningkatkan kepatuhan dan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Sebelum membuat kebijakan tersebut, ada beberapa hal yang harus diketahui oleh pemerintah mengenai pembuat kebijakan. Kontribusi penerimaan pajak ditentukan oleh peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan, petugas pajak (fiskus), dan masyaratakat sebagai wajib pajak.

Self Assesment System menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Namun permasalahan perpajakan kerap muncul baik yang bersumber dari wajib pajak (masyarakat), aparatur pajak (fiskus), maupun yang bersumber dari sistem perpajakan sendiri. Apabila masyarakat mengerti tentang manfaat dan fungsi dari pajak maka tentu masyarakat sadar akan pajak (tax counciouness) dan tidak akan lagi dijumpai Wajib Pajak yang tidak

Page 2: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 26

melaksanakan kewajiban perpajakannya. Akan tetapi dalam kenyataannya, masih terdapat masyarakat yang dengan sengaja melakukan kecurangan-kecurangan dan melalaikan kewajibannya dalam melaksanakan pembayaran pajak yang telah ditetapkan sehingga menyebabkan timbulnya tunggakan pajak.

Tunggakan Pajak adalah jumlah piutang pajak yang belum lunas sejak dikeluarkannya ketetapan pajak, dan jumlah piutang pajak yang belum lunas yang sebelumnya dalam masa tagihan pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, SKPKBT, SKPPB, (Resmi, 2007:40). Data yang dihimpun dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka menunjukkan bahwa jumlah tunggakan pajak yang terjadi masih sangat tinggi dalam kurun waktu 2012-2014, data tersebut memperlihatkan adanya fenomena peningkatan dan penurunan jumlah tunggakan pajak yang terjadi pada tahun 2012-2014 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka. Dimana pada tahun 2013 terjadi penurunan tunggakan pajak sebesar Rp 2.926.978.788, atau sekitar 5,02% dan selanjutnya pada tahun 2014 kembali terjadi peningkatan tunggakan pajak sebesar Rp 37.640.587.253, atau sekitar 39,25 %. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum memaksa.

Penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita (Suandy, 2008:173). Tindakan tersebut berupa penagihan pajak pasif melalui himbauan dengan menggunakan surat tagihan atau surat ketetapan pajak.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang dapat dirumuskan dari dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah Surat Teguran berpengaruh signifikan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak pada KPP Pratama Kolaka? (2) Apakah Surat Paksa berpengaruh signifikan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak pada KPP Pratama Kolaka? (3) Apakah Surat Teguran dan Surat Paksa berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memberikan bukti secara empiris mengenai (1) Untuk mengetahui pengaruh signifikan Surat Teguran terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak pada KPP Pratama Kolaka, (2) Untuk mengetahui pengaruh signifikan Surat paksa terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak pada KPP Pratama Kolaka, (3) Untuk mengetahui pengaruh signifikan secara simultan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak pada KPP Pratama Kolaka.

II. Tinjauan Pustaka 1. Pajak

Dilihat dari jumlah pendapatan yang diterima oleh negara, penerimaan pajak merupakan penerimaan yang dominan dari seluruh penerimaan negara. Banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, tetapi pada intinya mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Berikut ini adalah

Page 3: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 27

beberapa pengertian mengenai pajak oleh para ahli, yaitu : Menurut Waluyo (2009:2), pengertian pajak adalah sebagai berikut: “Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Pajak berdasarkan Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007 tentan ketentuan umum dan tatacara perpajakan adalah sebagai berikut : “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasrkan undang-undang dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

2. Utang Pajak

Utang pajak menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa bahwa Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, (Sutedi, 2013:35).

Menurut Sari (2013 : 48) timbulnya utang pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Ajaran material

Hutang pajak adalah hutang yang timbul secara khusus, yaitu karena undang-undang (pasal 23 ayat 2 UUD 1945). Ajaran ini diterapkan pada self assessment system karena wajib pajak sendiri yang menilai apakah ia memiliki kewajiban pajak sesuai dengan undang-undang perpajakan. Artinya utang pajak timbul jika undang-undang yang menjadi dasar untuk pemungutannya telah ada, dan syarat-syarat subjektif dan objektif telah dipenuhi. Dengan perkataan lain hutang pajak timbul apabila ketentuan-ketentuan yang ditentukan dalam undang-undang dipenuhi. Ketentuan-ketentuan tentang timbulnya hutang pajak ini dapat disebabkan:

Perbuatan misalnya bea materai

Keadaan misalnya PPh (ada subjek+objek)

Peristiwa misalnya PPN dan PPnBM b. Ajaran Formal

Hutang pajak menurut ajaran formal timbul karena dikeluarkannya/adanya surat tagihan atau ketetapan pajak dari pemerintah. Tidak ada utang pajak jika tidak ada penagihan atau penetapan oleh pemerintah. Pemerintah yang menentukan besarnya pajak terutang dan kapan harus membayar. Ajaran ini diterapkan dalam official assessment system

3. Penagihan Pajak

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000, yang dimaksud dengan penagihan pajak

Page 4: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 28

adalah sebagai berikut: “serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi Utang Pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau mem-peringatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita” (Mardiasmo, 2011:145).

Peraturan Menteri Keuangan No.24/PMK.03/2008 tahapan atau proses penagihan pajak adalah sebagai berikut: 1. Pejabat menerbitkan Surat Teguran, Surat Peringatan, ataupun surat

lainnya yang sejenis apabila dalam jangka waktu 7 hari setelah jatuh tempo penanggung pajak tidak atau belum melunasi utang pajaknya.

2. Setelah itu apabila dalam jangka waktu 21 hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, Surat Peringatan, atau surat lain yang sejenis diterima oleh penanggung pajak namun penanggung pajak masih belum juga melunasi utang pajaknya maka akan diterbitkan Surat Paksa.

3. Selanjutnya apabila Surat Paksa telah diterbitkan dan telah diterima oleh penanggung pajak tetapi dalam jangka waktu 2x24 jam masih belum melunasi utang pajaknya, maka pejabat dapat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP).

4. Setelah itu apabila dalam jangka waktu 14 hari setelah dilakukannya penagihan dengan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), ternyata penanggung pajak belum juga melunasi utang pajaknya, maka pejabat menerbitkan Surat Perintah tentang pengumuman lelang.

5. Pejabat dapat melaksanakan penjualan barang sitaan penanggung pajak melalui Kantor Lelang Negara apabila setelah diterbitkannya surat perintah tentang pengumuman lelang tetapi penanggung pajak masih belum juga melunasi utang pajaknya.

4. Surat Teguran

Surat Teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sesuai dengan Pasal 1 angka 10 (UU Penagihan Pajak) adalah “surat yang diterbitkan oleh pejabat pajak untuk meneguur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi untang pajaknya”.

Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan No.561/KMK.04/2000 bahwa tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis oleh pejabat atau kuasa pejabat setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Penerbitan surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan pajak dan pelaksanaannya harus dilakukan sebelum dilanjutkan dengan penerbitan surat paksa. Apabila terdapat Wajib Pajak tidak pernah diberikan surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis namun langsung diterbitkan dan diberikan surat paksa, maka secara yuridis surat paksa tersebut dianggap tidak ada karena tidak didahului dengan pengeluaran surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis.

5. Surat Paksa

Page 5: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 29

Surat paksa menurut Mardiasmo (2011:147) adalah sebagai berikut : “Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap”. Sedangkan pengertian surat paksa menurut Rusjdi (2007:33) adalah sebagai berikut: “Surat paksa adalah perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak”.

Surat paksa adalah surat perintah untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak oleh penanggung pajak (UU No. 19, 2000:Pasal 1). Surat paksa ini dilakukan dalam hal penanggung pajak dalam waktu 21 hari sejak diterbitkannya surat teguran tidak atau belum melunasi utang pajaknya.

Surat paksa diterbitkan setelah surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis dikeluarkan oleh pejabat. Menurut Mardiasmo (2011:147), Surat paksa diterbitkan apabila: 1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya diterbitkan

Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis 2. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan

sekaligus 3. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum

dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Menurut Mardiasmo (2011:147), surat paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Juru Sita Pajak kepada: 1. Penanggung Pajak 2. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun bekerja

ditempat usaha penanggung pajak, apabila penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai.

3. Salah satu ahli waris atau pelaksanaan wasiat atau yag mengurus harta peninggalannya apabila Wahib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi.

4. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah minggal dunia dan harta warisannya telah dibagi

Menurut Mardiasmo (2011:148), surat paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada: 1. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab,

pemilik modal. 2. Pegawai tetap ditempat kedudukan atau tempat usaha badan, apabila

Jurusita pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud dalam huruf 1. Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, surat paksa diberitahukan kepada curator, hakim pengawas atau balai harta peninggalan. Sedangkan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator.

6. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu oleh Destriyatna, dkk (2014). Dengan judul “Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran, Surat Paksa dan

Page 6: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 30

Penyitaan Dalam Mengoptimalkan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan”. Hasil analisis saat ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pemungutan pajak dengan surat teguran tidak efektif, daripada surat paksaan cukup efektif, dan surat penyitaan tidak efektif. kontribusi penerimaan pajak dari pengumpulan pajak dengan surat teguran, surat paksaan dan surat penyitaan untuk mengoptimalkan penerimaan pajak di kantor pajak pratama di selatan malang karena itu sangat rendah.

Penelitian Ritonga (2012) dengan judul “Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”. Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana, diperoleh hasil pengujian yang menunjukkan bahwa penagihan pajak dengan surat paksa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. 7. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti selaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis jenis dan jumlah hipotesis dan teknik analisis statistik yang akan digunakan (Sugiyono, 2009). Adapun pola hubungan antara variabel X1, X2, dan Y digambarkan dalam paradigma penelitian sebagai berikut:

Skema 1. Paradigma Penelitian

8. Hipotesis Penelitian

Adapun model hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Diduga Surat Teguran berpengaruh signifikan terhadap Pelunasan

Tunggakan Pajak pada KPP Pratama Kolaka. H2 : Diduga Surat Paksa berpengaruh signifikan terhadap Pelunasan

Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka. H3 : Diduga Sura Teguran dan Surat Paksa berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak pada KPP Pratama Kolaka.

III. METODE PENELITIAN

Objek dari penelitian yang dilakukan adalah Surat Teguran (X1) dan Surat Paksa (X2) sebagai variabel independen dan Pelunasan Tunggakan

Surat Paksa (X2)

H2

H3 Surat Teguran

(X1)

Pelunasan Tunggakan Pajak

(Y)

H1

Page 7: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 31

Pajak (Y) sebagai variabel dependen dengan objek penelitian pada KPP Pratama Kolaka. Jenis data dalam penelitian ini yaitu data Kuantitatif adalah data yang diukur dalam skala numerik (angka), (Kuncoro, 2003:124). Data yang dimaksud yaitu data jumlah Surat Teguran, Surat Paksa dan Pelunasan Tunggakan Pajak pada KPP Pratama Kolaka.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder merupakan data yang biasannya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh langsung dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka berupa laporan kinerja seksi penagihan (data Surat Teguran, data Surat Paksa dan data Tunggakan Pajak), serta data-data lain yang terkait.

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah : (1) Interview, yaitu wawancara yang dilakukan dengan pihak yang diberi wewenang dalam perusahaan yang berkaitan (relevan) dengan permasalahan yang dibahas. (2) Dokumentasi, yaitu Pengumpulan data tersebut diperoleh dari dokumen-dokumen yang merupakan data olahan dari instansi terkait. Selain itu, data yang digunakan untuk mendukung hasil penelitian berasal dari literatur, artikel, dan berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan pertimbangan bahwa pola hubungan antar variabel dalam penelitian adalah bersifat korelatif dan kausalitas.

Berdasarkan hubungan antara variabel Surat Teguran (X1), Surat Paksa

(X2), dan Pelunasan Tunggakan Pajak (Y), maka akan digunakan model

analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Keterangan : Y : Pelunasan Tunggakan Pajak a : konstanta X1 : Variabel Surat Teguran

X2 : Variabe Surat Paksa

b1, b2 : Koefisien regresi dari masing-masing varibael (menunjukkan angka

peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan nilai variable independen) Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut:

1. Surat Teguran (X1) adalah surat yang diterbitkan oleh KPP Pratama Kolaka untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya yang menunggak.Variabel Surat Teguran dilihat dari banyaknya jumlah surat teguran yang diterbitkan oleh KPP Pratama Kolaka dari tahun 2010-2014 yang akan diolah berdasarkan Surat Teguran yang dikeluarkan per Triwulan selama tahun 2010-2014 dengan wilayah kerja meliputi Kab.Kolaka, Kab.Kolaka Utara dan Kab.Bombana yang berkedudukan di Kota Kendari yang beralamat di Jl. Diponegoro No.35 Kendari, Sulawesi Tenggara.

2. Surat Paksa (X2) Surat Paksa adalah surat perintah yang dikeluarkan oleh KPP Pratama dan dilakukan oleh juru sita untuk memaksa Wajib

Y = a + b1X1 + b2X2

Page 8: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 32

Pajak melunasi utang pajak dalam jangka waktu tertentu. Variabel Surat Paksa dilihat dari banyaknya jumlah Surat Paksa yang diterbitkan oleh KPP Pratama Kolaka dari tahun 2010-2014 yang akan diolah berdasarkan Surat Paksa yang dikeluarkan per Triwulan selama tahun 2010-2014 dengan wilayah kerja meliputi Kab.Kolaka, Kab.Kolaka Utara dan Kab.Bombana yang berkedudukan di Kota Kendari yang beralamat di Jl.Diponegoro No.35 Kendari, Sulawesi Tenggara.

3. Pelunasan Tunggakan Pajak (Y) adalah segala bentuk pelunasan yang berkaitan dengan tunggakan pajak yang disetorkan ke kas negara yang dapat berupa pembayaran, penghapusan, pemindahbukuan, maupun keberatan. Variabel pelunasan tunggakan pajak dilihat dari jumlah pembayaran atas pajak yang terutang yang didasarkan pada STP, SKP, SKPKB, SKPKBT dari tahun 2010-2014.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a) Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel Surat Teguran, surat paksa dan pelunasan pajak dilihat dari banyaknya jumlah Surat Teguran, surat paksa dan pelunasan pajak yang diterbitkan oleh KPP Pratama Kolaka dari tahun 2010-2014 yang akan diolah berdasarkan Surat Teguran yang dikeluarkan per Triwulan selama tahun 2010-2014 dengan wilayah kerja meliputi Kab.Kolaka, Kab.Kolaka Utara dan Kab.Bombana yang berkedudukan di Kota Kendari yang beralamat di Jl.Diponegoro No.35 Kendari, Sulawesi Tenggara dapat kita lihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Deskripsi Variabel Surat Teguran, Surat Paksa dan Pembayaran Pajak Tahun 2010-2014

Surat Teguran Surat Paksa Pelunasan Tunggakan Pajak Tahun Triwulan Lembar Nominal Lembar Nominal

2010

I 117 Rp 2.530.292.572 43 Rp 2.163.702.445 Rp 2,050,933,954

II 11 Rp 315.329.994 13 Rp 1.547.700.372 Rp 36,533,000

III 9 Rp 499.352.291 2 Rp 26.992.452 Rp 58,990,000

IV 12 Rp 1.492.653.362 7 Rp 11.568.380 Rp 180,728,839

Jumlah 149 Rp 4.837.628.219 65 Rp 3.749.963.649 Rp 2,327,185,793

2011

I 4 Rp 107.076.644 8 Rp 5.316.308 Rp 690,774,452

II 369 Rp 539.902.182 5 Rp 3.322.692 Rp 64,027,540

III 158 Rp 156.065.109 1 Rp 1.137.500 Rp 15,110,320

IV 66 Rp 171.939.413 5 Rp 1.493.715.862 Rp 33,821,419

Jumlah 597 Rp 974.983.348 19 Rp 1.503.492.362 Rp 803,733,731

2012

I 7 Rp 12.784.637 2 Rp 81.293.747 Rp 272,125,936

II 29 Rp 84.299.702 2 Rp 72.116.934 Rp 362,877,694

III 30 Rp 146.225.540 4 Rp 162.587.493 Rp 309,143,342

IV 12 Rp 52.865.622 1 Rp 24.776.281 Rp 162,806,134

Jumlah 78 Rp 296.175.501 9 Rp 340.774.455 Rp 1,106,953,106

2013

I 10 Rp 1.853.577.108 4 Rp 36.029.029 Rp 161,257,551

II 1 Rp 119.020.000 1 Rp 9.007.257 Rp 306,354

III 14 Rp 25.017.446 2 Rp 1.532.552.087 Rp 98,202,946

IV 5 Rp 1.030.942.433 3 Rp 27.021.772 Rp 1,338,902,744

Jumlah 30 Rp 3.028.556.987 10 Rp 1.604.610.145 Rp 1,598,669,595

2014

I 12 Rp 1.722.275.640 13 Rp 52.744.990 Rp 19,249,368

II 24 Rp 21.940.000.295 15 Rp 60.859.604 Rp 489,560,189

III 28 Rp 779.909.182 9 Rp 5.101.056.561 Rp 15,195,297,127

IV 76 Rp 908.208.435 30 Rp 17.003.521.870 Rp 94,656,989

Jumlah 140 Rp 25.350.393.552 67 Rp 22.218.183.025 Rp 15,798,763,673

Sumber : Seksi Penagihan Pajak KPP Pratama Kolaka,2015

Page 9: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 33

Tabel 1, memperlihatkan adanya fluktuasi penyampai Surat Teguran yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka selama tahun 2010-2014. Dimana pada tahun 2010 jumlah Surat Teguran yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka berjumlah 149 lembar Surat Teguran dengan nominal sebesar Rp 4.837.628.219, tahun 2011 berjumlah 597 lembar Surat Teguran dengan nominal sebesar Rp 974.983.348, tahun 2012 berjumlah 78 lembar Surat Teguran dengan nominal sebesar Rp 296.175.501, tahun 2013 berjumlah 30 lembar Surat Teguran dengan nominal sebesar Rp 3.028.556.987, dan pada tahun 2014 berjumlah 140 lembar Surat Teguran dengan nominal sebesar Rp 25.350.393.552.

Sementara surat paksa memperlihatkan adanya peningkatan dan penurunan jumlah Surat Paksa yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka selama tahun 2010-2014. Dimana pada tahun 2010 jumlah Surat Paksa yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka berjumlah 65 Surat Paksa dengan nominal sebesar Rp 3.749.963.649, tahun 2011 berjumlah 19 Surat Paksa dengan nominal sebesar Rp 1.503.492.362, tahun 2012 berjumlah 9 lembar Surat Paksa dengan nominal sebesar Rp 340.774.455, tahun 2013 berjumlah 10 lembar Surat Paksa dengan nominal sebesar Rp 1.604.610.145, dan pada tahun 2014 berjumlah 67 lembar Surat Paksa dengan nominal sebesar Rp 22.218.183.025.

Selanjutnya pelunasan pajak pada tahun 2011 jumlah Pelunasan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka mengalami penurunan sebesar (Rp 1.523.452.062,00) atau sekitar (189,55%), tahun 2012 jumlah Pelunasan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka kembali mengalami peningkatan Pelunasan Tunggakan Pajak sebesar Rp 303.219.375,00 atau sekitar 27,39%, tahun 2013 jumlah Pelunasan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka tetap mengalami peningkatan Pelunasan Tunggakan Pajak sebesar peningkatan sebesar Rp 491.716.489,00 atau sekitar 30,76%, dan pada tahun 2014 jumlah Pelunasan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka tetap mengalami peningkatan Pelunasan Tunggakan Pajak sebesar Rp 14.200.094.078,00 atau sekitar 89,88%. b) Analisis RegresiLinear Berganda

Hasil analisis regresi linear berganda yang menguji pengaruh variabel Surat Teguran (X1) dan Surat Paksa (X2) terhadap variabel Pelunasan Tunggakan Pajak (Y) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka, dengan menggunakan program SPSS versi 21 sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 1,000E-013 ,195 ,000 1,000

Surat Teguran -,007 ,202 -,007 -,035 ,972

Surat Paksa ,565 ,202 ,565 2,794 ,012

a. Dependent Variable: Pelunasan Tunggakan Pajak

Sumber : Hasil output IBM SPSS 21, data sekunder diolah tahun 2016

Page 10: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 34

Tabel 4 hasil uji regresi linear berganda, maka model regresi yang menyatakan pengaruh Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Pelunasan Tuggakan Pajak dinyatakan sebagai berikut :

Model persamaan regresi linear berganda dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Koefisien regresi untuk variabel Surat Teguran -0,007 dapat diartikan

bahwa terdapat hubungan yang negatif antara Surat Teguran terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila variabel Surat Teguran terjadi pembahan/penurunan satu kali dan variabel Surat Paksa diasumsikan konstan atau sama dengan nol, maka variabel terikat Pelunasan Tunggakan Pajak akan mengalami penambahan/penurunan sebesar -0,007.

2. Koefisien regresi untuk variabel Surat Paksa adalah sebesar 0,565 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Surat Paksa terhadap Pelunasan Tunggakan Pajakn. Sehingga dapat diartikan bahwa apabila variabel Surat Paksa terjadi penambahan/penurunan satu kali dan variabel Surat Teguran diasumsikan konstan atau sama dengan nol, maka variabel terikat Pelunasan Tuggakan Pajak akan mengalami penambahan/penurunan sebesar 0,565.

c) Pengujian Hipotesis 1) Uji T

Hipotesis penelitian yang perlu diuji adalah Surat Teguran (X1) terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak (Y). Variabel (X1) memiliki t-sig. = 0,972 > α = 0,05 atau thitung = -0,035 < ttabel = 1,740. Hasil ini menunjukkan bahwa Surat Teguran secara parsial tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak. Dengan demikian hipotesis pertama ditolak.

Hipotesis penelitian yang kedua adalah Surat Paksa (X1) terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak (Y). Variabel (X1) memiliki t-sig. = 0,012 < α = 0,05 atau thitung = 2,794 > ttabel = 1,740. Hasil ini menunjukkan bahwa Surat Teguran secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak. Dengan demikian hipotesis kedua diterima. 2) Uji F

Menguji pengaruh variabel bebas secara simulta (bersama-sama) diuji dengan menggunakan uji F. Hasil perhitungan regresi secara simultan diperoleh sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Uji Simultan ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 6,054 2 3,027 3,975 ,038b

Residual 12,946 17 ,762

Total 19,000 19

a. Dependent Variable: Pelunasan Tunggakan Pajak b. Predictors: (Constant), Surat Paksa, Surat Teguran

Sumber : Hasil output IBM SPSS 21, data sekunder diolah tahun 2016

Y = -0,007X1 + 0,565X2

Page 11: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 35

Hipotesis penelitian yang ketiga adalah nilai Fhitung= 3,975 yang lebih

besar dari Ftabel=3.59 (3,975 > 3,59) dengan nilai signifikansi = 0,038 lebih kecil dari taraf signifikan 5% (0,038< 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 96,2% dinyatakan variabel Surat Teguran dan Surat Paksa secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak. Dengan demikian hipotesis ketiga pada penelitian ini diterima. 3) Uji Koefisien Determinasi

Hasil perhitungan statistik, Nilai R Square (R determinan) sebesar 0,319 atau 31,9% memberikan arti bahwa Variabel Independen (X1 = Surat Teguran dan X2 = Surat Paksa) mempunyai pengaruh sebesar 31,9% terhadap Variabel Dependen (Y = Pelunasan Tunggakan Pajak). Sedangkan, sisanya sebesar 68,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. 2. Pembahasan a. Pengaruh Surat Teguran Terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak

Hasil pengujian variabel Surat Teguran dapat disimpulkan bahwa jumlah Surat Teguran yang diterbitkan tidak berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak. Hal ini menunjukkan bahwa jika jumlah Surat Teguran yang diterbitkan mengalami peningkatan/penurunan belum dapat mempengaruhi Pelunasan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka. Semakin banyak jumlah Surat Teguran yang dikeluarkan maka tingkat kesadaran wajib pajak semakin berkurang.

Surat teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk mengatur atau memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya, Rusjdi (2007: 22). Berdasarkan hasil penelitian, hasil ini menunjukkan bahwa Surat Teguran cenderung mengalami peningkatan dan penurunan tetapi sebagian Wajib Pajak belum mengindahkan adanya Surat Teguran tersebut sebagai dasar untuk melunasi utang pajaknya. Sehingga dengan mengacu kepada peraturan yang ada dengan batasan waktu yang diberikan tersebut maka fiskus akan mengeluarkan Surat Paksa sebagai tindakan aktif untuk memaksa Wajib Pajak untuk melunasi utang pajak tersebut. Temuan ini sejalan dengan penjelasan yang diberikan oleh pegawai pajak (Fiskus) yang menyatakan bahwa Pengaruh Surat Teguran terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak tidak terlalu efektif karena Surat Teguran hanya diantarkan oleh POS atau ekspedisi lainnya sedangkan Surat Paksa diantarkan langsung oleh Juru Sita sehingga terkadang wajib pajak tidak memperdulikan surat teguran yang diberikan. Akan tetapi jika wajib pajak yang sadar akan tunggakan pajaknya atau takut terhadap teguran yang diberikan wajib pajak langsung membayar utang pajaknya. Sebelum ditebitkannya surat teguran terlebih dahulu diterbitkan STP/SKP yang dikeluarkan oleh AR atau dari pemeriksaan. STP/SKP mempunyai batasan waktu atau jatuh tempo 30 hari dan Surat Teguran baru dapat diterbitkan 7 hari setelah jatuh tempo STP/SKP. Apabila Surat Teguran diterbitkan kepada Wajib Pajak dan Wajib Pajak belum dapat melunasi utang pajaknya maka

Page 12: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 36

diterbitkan Surat Paksa dan penerbitan Surat Paksa 21 hari sejak diterbitkannya Surat Teguran.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Destriyatna, dkk. (2014) yang menyatakan bahwa efektivitas penagihan pajak dengan surat paksa dalam pencairan utang pajak adalah tidak efektif. Hal ini terjadi karena penerbitan surat teguran merupakan tindakan awal dalam melakukan penagihan pajak aktif. Tahap ini tingkat kesadaran wajib pajak untuk melunasi pajaknya masih rendah sehingga wajib pajak yang membayar utang pajaknya masih sedikit.

b. Pengaruh Surat Paksa Terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak Hasil penelitian ini mendukung hipotesis kedua bahwa Surat Paksa

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak. Hal ini menunjukkan dikatakan jika jumlah surat paksa yang diterbitkan mengalami peningkatan maka pelunasan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka akan meningkat.

Surat Paksa adalah surat perintah pembayaran utang pajak dan biaya penagihan pajak, Mardiasmo (2011 : 147). Dalam penelitian ini, Surat Paksa berpengaruh posirif dan signifikan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak. Temuan ini sejalan dengan penjelasa yang diberikan oleh pegawai pajak (Fiskus) yang menyatakan bahwa Pengaruh Surat Paksa Terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak sangat efektif dan berpengaruh karena Surat Teguran diantarkan langsung oleh juru sita sehingga pihak fiskus atau juru sita dapat bertemu langsung dengan Wajib Pajak. Hal ini sejalan dengan UU No. 19 tahun 2000 pasal 1 tentang Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak oleh penanggung pajak.

Hasil penelitian Destriyatna, dkk. Juga menjelaskan bahwa efektivitas penagihan pajak dengan surat paksa dalam pencairan utang pajak tergolong cukup efektif. Hal ini terjadi karena penerbitan surat paksa merupakan langkah selanjutnya dalam proses tindakan penagihan pajak aktif sebelum dilakukannya penyitaan. Tahap ini tingkat kesadaran wajib pajak meningkat dari sebelumnya dalam membayarkan utang pajaknya, karena wajib pajak tidak ingin diterbitkannya SPMP oleh DJP. Waktu penerbitan Surat Paksa 21 hari sejak diterbitkannya surat teguran dan apabila penerbitan Surat Paksa sudah dilakukan dan Wajib Pajak juga belum membayar utang pajaknya maka akan dilkukan Penyitaan. Penyitaan dilakukan setelah melewati jangka waktu 2x24 jam sejak diterbitkannya Surat Paksa.

c. Pengaruh Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Pelunasan

Tunggakan Pajak

Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa terdapat salah satu variabel yang tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan yaitu pada variabel Surat Teguran (X1) dengan nilai signifikan 0,972 dan terdapat salah satu variabel yang berpengaruh positif dan signifikan pada variabel Surat Paksa (X2) dengan nilai signifikan 0,012 terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak (Y). Hasil penelitian ini diperoleh diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa 31,9% Pencairan Tunggakan Pajak dipengaruhi oleh jumlah Surat Teguran dan Surat Paksa yang diterbitkan oleh KPP Pratama Kolaka.

Page 13: PENGARUH SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UHO Page 37

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1) Berdasarkan uji parsial (t-test), dibuktikan bahwa jumlah Surat Teguran yang diterbitkan tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka. 2) Berdasarkan uji parsial (t-test), dibuktikan bahwa jumlah Surat Paksa yang diterbitkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka. 3) Berdasarkan hasil perhitungan uji simultan (F-test), dibuktikan bahwa jumlah Surat Teguran dan Surat Paksa yang diterbitkan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kolaka.

Hasil penelitian serta kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan kedepannya: 1) Diharapkan aparat pajak melakukan tindakan tegas terhadap Wajib Pajak yang tidak kooperatif sesuai dengan ketentuan perpajakan yang ada dan berlaku di Indonesia, 2) Meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam menunaikan kewajibannya membayar pajak melalui kegiatan penyuluhan-penyuluhan pajak secara intensif, 3) Melakukan reformasi administrasi seperti penyederhanaan prosedur perpajakan serta pembenahan Sumber Daya Manusia melalui reformasi moral dan etika sehingga tercipta fiskus yang professional, jujur dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan amanat yang diembannya. DAFTAR PUSTAKA

Destriyatna, dkk. 2014. “Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran, Surat Paksa Dan Penyitaan Dalam Mengoptimalkan Penerimaaan Pajak Di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan”. Jurnal Perpajakan, Vol.3 No. 1 Desember

Kuncoro, Mudrajad. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Mardiasmo, 2011. “Perpajakan”, Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta. Rusjdi, Muhammad. 2007.”Ketentuan Umum & Tata Cara perpajakan”. Edisi

Ke Empat. Indeks Ritonga, Pandapotan. 2012.“Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat

Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”. Jurnal SAINTIKOM,Vol. 11, No. 3, September 2012

Sari, Diana. 2013.“Konsep Dasar Perpajakan”, Refika Aditama. Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian Kombinasi (Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif dan R&D)”. Alfabeta ,Bandung. Sutedi, Adriana. 2013. “Hukum Pajak”, Cet.2, Jakarta, Sinar Grafika. Waluyo, 2009. “Perpajakan Indonesia”, Salemba Empat, Jakarta.