PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH, IKLIM …digilib.unila.ac.id/54565/3/TESIS TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH, IKLIM …digilib.unila.ac.id/54565/3/TESIS TANPA BAB...
PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH,
IKLIM SEKOLAH DAN ETOS KERJA GURU TERHADAP
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI
KABUPATEN TULANG BAWANG
(Tesis)
Oleh
MAYA YULIANTI
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGERUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH, IKLIM SEKOLAH DAN ETOS KERJA GURU TERHADAP
EEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI
KABUPATEN TULANG BAWANG
Oleh
Maya Yulianti
Makalah ini meneliti mengenai pengaruh etos kerja guru terhadap efektivitas
pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang, Penelitian ini adalah
untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh supervisi akademik kepala
sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran di
SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang, Peneliti menggunakan metode cluster
sampling serta kuesioner tertutup. Temuan kami menunjukan bahwa dari 6 SMA
Negeri Kabupaten Tulang Bawang dengan 123 guru sebagai sample didapatkan
bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan supervisi akademik kepala
sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran di
SMA Negeri kabupaten Tulang Bawang.
Kata kunci: supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah, etos kerja guru
ABSTRACT
The influence of the academic supervision of the principal, the School Climate and the work ethic of teachers On the
effectiveness of Learning in SMA Negeri Tulang Bawang Regency
By Maya Yulianti
This paper examines the influence of teachers ' work ethic about against the
effectiveness of learning in SMA Negeri Tulang Bawang Regency, this research is
to analyze and describe the influence of the academic supervision of the principal,
the school climate and ethos teacher's work against the effectiveness of learning in
SMA Negeri Tulang Bawang Regency, cluster sampling method using
Researchers as well as the closed questionnaire. Our findings indicate that from 6
SMA Negeri Tulang Bawang Regency with 123 teachers as sample is obtained
that there is a significant and positive influence on the academic supervision of
the principal, the school climate and the work ethic of teachers towards the
effectiveness of the learning in SMA Negeri Tulang Bawang Regency
Keywords: principal academic supervision, school climate, teacher work
ethic
PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH,
IKLIM SEKOLAH DAN ETOS KERJA GURU TERHADAP
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI
KABUPATEN TULANG BAWANG
Oleh
MAYA YULIANTI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Magister Pendidikan
Pada
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Peneliti lahir di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada
tanggal 15 Juli 1994, anak pertama dari tiga bersaudara
pasangan Bapak Ruddy Witjaksono dan Ibu Marinten
Umirani. Peneliti mengawali pendidikan non formal pada
tahun 1999- 2000 di TK Dharma Wanita Kabupaten
Tulang Bawang. Pendidikan formal dimulai pada tahun 2000-2006 peneliti
melanjutkan pendidikan di SDN 1 Bumi Dipasena Mulya Kabupaten Tulang
Bawang, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Rawajitu Timur Kabupaten Tulang
Bawang pada tahun 2006-2009, setelah itu peneliti melanjutkan ke SMAN 2
Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2009-2012.
Pada tahun 2012 peneliti diterima di Program studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Peneliti sekarang bekerja di SMAN 2
Kotabumi Kabupaten Lampung Utara. Pada tahun 2016 peneliti melanjutkan S2
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan.
MOTTO
Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan
serta memperhalus perasaan
(Tan Malaka)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan hidayah-Nya tesis ini telah diselesaikan. Tidaklah terlupa shalawat serta salam kepada Rasullullah Muhammad SAW atas penunjuk jalan kebenaran bagi umat
manusia dimuka bumi ini
Tesis ini kupersembahkan kepada:
Almamaterku tercinta Universitas Lampung
Bapakku tercinta Ruddy Witjaksono dan Ibuku Marinten Umirani yang senantiasa menyayangiku dan mendoakan keberhasilanku. Kasih sayang kalian
adalah hal yang tak ternilai sepanjang hayatku
SANWANCANA
Alhamdulillah, Peneliti bersyukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan berkah rahmat baik berupa kesempatan dan kesehatan kepada
peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaiakan penelitian ini. Penelitian
ini nantinya diharapkan dapat dilanjutkan menjadi sebuah tesis tentang
Supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru
terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang
Bawang. Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berperan membantu peneliti dalam menyelesaikan penyusunan tesis
ini baik berupa bimbingan atau arahan, motivasi dan juga semangat,
ucapan terimakasih terutama peneliti sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, MP., selaku Rektor Universitas
Lampung beserta seluruh staf dan jajarannya.
2. Dr. Muhamad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta staf dan
jajarannya.
3. Prof. Mustofa, Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya.
4. Dr. Riswanti Rini, M.Si., Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
beserta staf dan jajarannya.
5. Dr. Sowiyah, M.Pd., selaku ketua Program studi Magister
Manajemen Pendidikan dan penguji II, yang telah memberikan
perhatian, bimbingan, saran dan sumbangan pemikiran kepada
peneliti.
6. Dr. Irawan Suntoro, M.S., Selaku pembimbing pertama yang
telah memberikan perhatian, bimbingan, kritik, saran, motivasi,
kemudahan dan sumbangan pemikiran kepada peneliti.
7. Hasan Hariri, S.Pd., M.B.A., Ph.D., Selaku pembimbing kedua
yang telah memberikan perhatian, bimbingan, kritik, saran,
motivasi, kemudahan dan sumbangan pemikiran kepada peneliti.
8. Dr. Sumadi, M. S., Selaku dosen pembahas yang telah
memberikan perhatian, bimbingan, kritik, saran, motivasi,
kemudahan dan sumbangan pemikiran kepada peneliti.
9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, khususnya program studi Magister Manajemen
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
kepada peneliti.
10. Kedua orang tuaku Bapak Ruddy Witjaksono dan Ibu
Marinten Umirani yang telah memberikan perhatian, doa serta
finansial yang tidak akan pernah terbayarkan.
11. Adik-adikku Syahrul Sudarsono dan Irfan Witjaksono
terimakasih atas dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih
yang telah diberikan.
12. Untuk Sandi yang telah memberikan perhatian serta motivasi yang
tidak ternilai, terimakasih.
13. Untuk sahabat-sahabat terbaikku terimakasih Arista, Yesi, Risma,
Anna, Widi, Desi, Yudista, Ade, Ferba yang selalu ada disaat aku
membutuhkan.
14. Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan semangat Elfrida,
Annisa, Afifah, Tika, Tia, Ester, Vini, Devi, Zeli, Rani.
15. Seluruh teman-teman satu angkatan Manajemen Pendidikan
(MP09): Aprohan Saputra, Asyer Rosandi, Budi Suhati Lestari,
Kadek Setat, Leni Aprilia, Juwita Rubaihan, Waspodo
Ariwibowo, Johan Listiawan dan Indro Sektiani dan Dwi Kartika
Yanti semangat dan kecerian bersama kalian adalah berkah dalam
kegiatan kuliah.
Dan seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga amal baik yang telah mereka curahkan mendapat imbalan yang
terbaik dari Allah SWT. Semoga tulisan sederhana ini dapat menjadi
manfaat bagi peneliti dan umumnya bagi para pembaca. Amiin.
Bandar Lampung, 1 Agustus 2018
Peneliti
Maya Yulianti
NPM. 1623012009
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ ii
MOTTO .......................................................................................................... iii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv
SANWACANA ............................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 6
1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................... 7
1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 7
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
1.6 Kegunaan Penelitian .......................................................................... 9
1.7 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 11
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 12
2.1.1 Efektivitas Pembelajaran .......................................................... 12
2.1.2 Supervisi Kepala Sekolah ......................................................... 23
2.1.2.1 Tujuan Supervisi .......................................................... 26
2.1.2.2 Peranana Supervisi Pendidikan .................................... 28
2.1.2.3 Fungsi Supervisi ........................................................... 31
2.1.2.4 Prinsip-prinsip Supervisi .............................................. 35
2.1.2.5 Teknik Supervisi Kepala Sekolah ................................ 36
2.1.3 Iklim Sekolah ............................................................................ 43
2.1.3.1 Jenis Iklim Kerja Sekolah ............................................. 46
2.1.3.2 Dimensi Pengukuran Iklim Kerja Sekolah ................... 48
2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja ...................... 50
2.1.3.4 Unsur Iklim Sekolah ..................................................... 51
2.1.3.5 Urgensi Iklim Sekolah .................................................. 55
2.1.4 Etos Kerja Guru ........................................................................ 57
2.1.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja............... 60
2.1.4.2 Aspek-aspek Etos Kerja Guru ...................................... 63
2.2 Penelitian yang Relevan ..................................................................... 67
2.3 Kerangka Pikir ................................................................................... 69
2.4 Hipotesis............................................................................................. 73
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode, Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................... 74
3.2 Populasi dan Sampel .......................................................................... 75
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................... 79
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 84
3.5 Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 85
3.6 Uji Reliabilitas .................................................................................. 91
3.7 Uji Prasyarat analisis Data ................................................................. 93
3.8 Teknik Analisis Data .......................................................................... 96
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 98
4.1.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian .............................................. 98
4.1.1.1 Deskripsi data variabel efektivitas pembelajaran ...... 99
4.1.1.2 Deskripsi data variabel Supervisi akademik
kepala sekolah ............................................................ 100
4.1.1.3 Deskripsi data variabel Iklim Sekolah ....................... 102
4.1.1.4 Deskripsi data variabel Etos Kerja Guru .................... 103
4.1.2 Uji Prasyarat Analisis Data..................................................... 105
4.1.2.1 Uji Normalitas ........................................................... 105
4.1.2.2 Uji Homogenitas ........................................................ 106
4.1.2.3 Uji Linearitas .............................................................. 107
4.1.2.4 Uji Multikolinieritas ................................................... 109
4.1.3 Pengujian Hipotesis ............................................................... 111
4.1.4 Kesimpulan Analisis Statistik ................................................. 118
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 119
4.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 124
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 126
5.2 Implikasi ............................................................................................. 127
5.3 Saran ................................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1.1 Efektivitas Pembelajaran .......................................................................... 3
3.1 Jumlah Guru di Kabupaten Tulang Bawang ........................................... 87
3.2 Total Sampel Penelitian .......................................................................... 89
3.3 Daftar Pembobotan Penilaian Variabel Efektivitas Pembelajaran .......... 91
3.4 Daftar Pembobotan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ..................... 92
3.5 Daftar Pembobotan Iklim Sekolah .......................................................... 93
3.6 Daftar Pembobotan Etos Kerja Guru ....................................................... 94
3.7 Hasil Uji Validitas Efektivitas pembelajaran .......................................... 98
3.8 Hasil Uji Validitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah ....................... 99
3.9 Hasil Uji Validitas Iklim Sekolah ......................................................... 100
3.10 Hasil Uji Validitas Etos Kerja Guru ..................................................... 101
3.11 Daftar Interprestasi Nilai R ................................................................... 102
3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ........................................... 102
4.1 Deskripsi Data Penelitian ...................................................................... 103
4.2 Deskripsi data Variabel Efektivitas Pembelajaran ................................ 103
4.3 Deskripsi data Supervisi Akademik Kepala Sekolah............................ 105
4.4 Deskripsi data Iklim Sekolah ................................................................ 106
4.5 Deskripsi data Etos Kerja Guru ............................................................ 108
4.6 Uji Normalitas ....................................................................................... 100
4.7 Rekapitulasi Hasil Ujian Normalitas .................................................... 110
4.8 Uji Homogenitas Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Supervisi
Akademik Kepala Sekolah .................................................................... 110
4.9 Uji Homogenitas Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Iklim di
Sekolah .................................................................................................. 111
4.10 Uji Homogenitas Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Etos Kerja Guru
di SMA ................................................................................................. 111
4.11 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas ..................................................... 111
4.12 Uji Linearitas Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Supervisi Akademik
Kepala Sekolah ..................................................................................... 112
4.13 Uji Linearitas Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Iklim Sekolah ... 112
4.14 Uji Linearitas Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Etos Kerja Guru 113
4.15 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas ........................................................... 113
4.16 Uji Mulktikolinieritas............................................................................ 114
4.17 Hasil Rekap Uji Mulktikolinieritas ....................................................... 115
4.18 Hasil Analisis Koefisien Supervisi Akademik Kepala Sekolah terhadap
Efektivitas Pembelajaran ...................................................................... 116
4.19 Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah terhadap Efektivitas
Pembelajaran ......................................................................................... 117
4.20 Hasil Analisis Koefisien Iklim Sekolah terhadap Efektivitas
Pembelajaran ......................................................................................... 117
4.21 Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Efektivitas Pembelajaran ................ 118
4.22 Hasil Analisis Koefisien Supervisi Etos Kerja Guru terhadap Efektivitas
Pembelajaran ......................................................................................... 119
4.23 Pengaruh Etos Kerja Guru Terhadap Efektivitas Pembelajaran .......... 120
4.30 Analisis Annova Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Iklim Sekolah dan
Etos Kerja Guru terhadap Efektivitas pembelajaran ............................. 120
DAFTAR GAMBAR
2.1 Skema Kerangka Pikir ............................................................................ 72
4.1 Histogran Data Variabel Efektivitas Pembelajaran ............................. 104
4.2 Histogran Data Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah ........... 106
4.3 Histogran Data Variabel Iklim Sekolah ............................................... 108
4.4 Histogran Data Variabel Etos Kerja Guru ............................................ 110
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel F dan Tabel T ............................................................................ 148
2. Kisi-kisi angket ................................................................................... 157
3. Angket .................................................................................................. 162
4. Surat izin penelitian ............................................................................. 170
5. Uji Validitas ........................................................................................ 177
6. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 190
7. Correlation Supervisi akademik kepala sekolah................................... 193
8. Reliability Supervisi Akademik Kepala Sekolah ................................. 195
9. Correlation Iklim Sekolah ................................................................... 200
10. Reliability Iklim Sekolah .................................................................... 205
11. Correlation Etos kerja guru ................................................................ 207
12. Reliability Etos kerja guru .................................................................. 211
13. Data Ordinal Efektivitas Pembelajaran .............................................. 213
14. Data Ordinal Supervisi Akademik Kepala Sekolah .......................... 218
15. Data Ordinal Iklim Sekolah ................................................................ 223
16. Data Ordinal Etos Kerja Guru ............................................................ 228
17. Rekapitulasi data hasil penelitian (data ordinal) ................................ 233
18. Uji Normalitas .................................................................................... 236
19. Uji Homogenitas ................................................................................. 237
20. Uji Linieritas ....................................................................................... 239
21. Uji Multikolinieritas ........................................................................... 241
22. Hipotesis ............................................................................................. 245
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang penting dalam upaya meningkatkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas (Husni, 2004:235). Melalui pendidikan
diharapkan mutu dan martabat manusia Indonesia dapat ditingkatkan, Mutu
pendidikan yang baik dapat dilihat dari proses pembelajaran yang terjadi serta
hasil belajar yang dicapai oleh siswa (Engberg, 2007: 241-258) Adanya Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dimaksudkan sebagai acuan dasar oleh setiap pengelola,
penyelenggara dan satuan pendidikan dalam meningkatkan kinerja dan
memberikan layanan pendidikan yang bermutu. Menurut (Gurrin, 2002: 330-366)
tujuan pendidikan dikatakan tercapai apabila efektifitas pembelajaran yang
berlangsung mengalami perkembangan dan peningkatan.
Pendidikan formal selalu diikuti pengukuran dan penilaian, demikian juga dengan
efektifitas pembelajaran dapat diketahui kedudukan siswa yang cepat, sedang atau
lambat dalam menerima materi pelajaran untuk menentukan keberhasilan siswa.
Menurut Hasna (2015:211), persoalan yang sering dipertanyakan pada kurun
waktu sekarang ini adalah mengenai mutu pendidikan, yang terutama pada
jenjang pendidikan formal khususnya pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah
2
Atas (SMA). Hal ini menunjukkan arti bahwa tujuan pendidikan secara
keseluruhan belum tercapai. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan secara terpadu, dan terencana guna tercapainya
efektifitas belajar.
Efektivitas berasal dari kata efektif, yang berarti dapat memberikan hasil, berhasil
guna, memberikan suatu pengaruh, serta adanya kesan (Kenn, 2008: 59-79).
Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa
suasana pembelajaran yang efektif yaitu suasana belajar yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, inovatif dan menemukan sendiri. Menurut
Pewewardy (2004: 32-60), suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil
baik atau efektif, jika kegiatan pembelajaran tersebut dapat membangkitkan
proses belajar.
Suatu pembelajaran akan efektif menurut Kashima (2006 : 471-485) apabila
memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran yaitu, (a) presentase waktu
belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM, (b) rata-rata prilaku
melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa, (c) ketetapan antara kandungan
materi ajar dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan,
dan (d) mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif.
Efektifitas pembelajaran di Kabupaten Tulang Bawang sangat rendah dan mutu
pendidikanya secara otomatis juga rendah (Kemendikbud, 2016), terbukti dengan
rendahnya mutu pendidikan di Lampung masih berada di urutan 27 dari 34
propinsi. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Pendidikan Lampung (DPL), Mahfud
Santoso, saat di temui di lingkungan Pemprov Lampung, selasa (17/5/2017).
3
Menurutnya ranking 27 ini merupakan hal yang memalukan. Sebab, Lampung
terkenal memiliki sumber daya alam yang baik tidak dibarengi dengan kualitas
sumber daya manusianya, salah satu faktanya adalah data efektivitas pembelajaran
di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang, berada di bawah 60% sebagaimana
ditunjukan pada:
Tabel 1.1 Efektivitas Pembelajaran di SMA N Kabupaten Tulang Bawang
No Indikator efektivitas pembelajaran Persentase
1 Kualitas pembelajaran 53, 00
2 Kesesuaian tingkat pembelajaran 57,00
3 Intensif 54,00
4 Waktu 60,00
Sumber: Laporan Kepengawasan Sekolah Menengah Atas Kabupaten Tulang
Bawang tahun 2016-2017
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa nilai rata-rata indikator pencapaian
efektivitas pembelajaran di Kabupaten Tulang Bawang di bawah 60% dari 100%
yang harus dicapai, hal ini menunjukan bahwa masih belum efektivnya
pembelajaran yang berlangsung di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang.
Sejalan dengan hal tersebut agar efektivitas dapat berjalan dengan baik diperlukan
suatu pendorong atau faktor yang dapat membuat efektivitas pembelajaran di
sekolah berhasil dengan peserta didik mampu menyelesaikan pembelajaran sesuai
dengan yang sudah diajarkan, Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
efektivitas pembelajaran adalah kepala sekolah. Kepala sekolah adalah seorang
yang diberi tugas tambahan untuk melakukan kepemimpinan yang dikenal dengan
supervisi akademik. Supervisi akademik yang diterapkan kepala sekolah tentunya
sangat efektif, karena dapat memberikan bantuan, bimbingan dan pembinaan
kepada guru agar mereka mampu bekerja lebih baik dalam membimbing peserta
4
didik serta dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran di sekolah serta
mempengaruhi iklim sekolah menjadi lebih baik lagi.
Iklim sekolah atau suasana lingkungan kerja di sekolah adalah segala sesuatu
yang dialami oleh guru dan warga sekolah lain ketika berinteraksi di dalam
lingkungan sekolah. Manakala guru berinteraksi dengan lingkungan sekolah,
terdapat satu variabel yang perlu disikapi guru secara positif agar dalam
menjalankan tugas lebih menyenangkan dan bermakna. Dalam kaitan ini Usman
(2009:202) lebih lanjut menjelaskan bahwa iklim sekolah atau suasana kerja dapat
bersifat kasat mata atau fisik dan dapat pula bersifat tidak kasat mata atau
„emosional‟. Pemantauan ini menjadi sumber informasi yang sangat dibutuhkan
untuk mengadakan perubahan dan pengembangan organisasi. Maknanya, iklim
sekolah yang kondusif mempengaruhi kinerja anggota organisasi sekolah. Dengan
kata lain, maju atau mundur sekolah salah satunya bergantung pada kemampuan
sekolah tersebut meciptakan lingkungannya dan kesediaan lingkungan untuk
menerima keberadaanya. Guru berinteraksi dengan iklim sekolah atau suasana
kerja misalnya lewat ruang kerja yang menyenangkan, rasa aman dalam bekerja,
penerangan dan sirkulasi udara yang memadai, sarana dan prasarana yang
memadai, jaminan sosial yang memadai, promosi, jabatan, kedudukan,
pengawasan, dan lain-lain. Lingkungan dan iklim organisasi menjadi variabel
penting sebab kenyataanya menunjukkan bahwa semakin banyak organisasi yang
secara ilmiah memantau kekuatan lingkungan.
Guru yang berkualitas memiliki ciri berupa sejumlah kompetensi. Kompetensi-
kompetensi tersebut adalah keefektifan guru, kemampuan kognitif guru,
kepribadian guru, manajemen kelas, penguasaan teknologi informasi, dan
5
komitmen dan tanggung jawab serta diselaraskan dengan kesejahteraan guru.
Guru tenaga pendidik memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam
mencapai tujuan pembangunan dalam bidang pendidikan. Menurut Baedhowi
(2006:278), guru merupakan the keyperson in the classroom. Sebutan figur kunci
di dalam ruang kelas dan sebagai tenaga pendidik bagi guru, memang sangat
beralasan mengingat peran guru tidak dapat digantikan oleh apapun, pada tataran
ini guru berpengetahuan, berwawasan, berkompetensi, dan bersertifikat, amat
diperlukan kehadirannya. Hal ini pula merupakan indikator guru yang profesional.
Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru merupakan komponen yang
berperan penting dalam membentuk sikap, keterampilan, pengetahuan, dan
karakter, peserta didik. Ia juga merupakan salah satu unsur penting dalam proses
internalisasi sistem nilai dalam pendidikan. Hal tersebut bermakna terdapat
sebuah tanggung jawab guru untuk membawa peserta didik pada suatu taraf
kedewasaan dan taraf kematangan tertentu dengan iklim sekolah yang baik .
Ketiga hal di atas sangat memberikan pengaruh terhadap efektivitas pembelajaran,
oleh karena itu dari itu peneliti melakukan penelitian pendahuluan, dilatar
belakangi penelitian-penelitian terdahulu yang sudah dilakukan, yaitu penelitian
yang sudah dilakukan oleh Rohmawati (2015) terhadap guru TK. Tujuan dari
penelitian tersebut adalah untuk melihat seberapa efektif pembelajaran yang sudah
berlangsung di kelas A2 TK Miftahul Huda Kecamatan Turen Kabupaten
Malang. Sebagian besar penelitian mengenai efektivitas pembelajaran dilakukan
secara kualitatif. Untuk itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena
dengan mengacu dari penelitian sebelumnya dapat dilihat bahwasanya efektivitas
6
pembelajaran sangat penting di dalam proses pembelajaran guna kemajuan dunia
pendidikan di Indonesia dengan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah serta etos kerja guru. Dilihat
dari permasalahan pendidikan di atas dan dukungan dari teori-teori yang ada, serta
hasil observasi awal maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Supervisi Akademik, Iklim Sekolah dan Etos Kerja Guru
terhadap Efektivitas Pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang
Bawang ”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.2.1 Supervisi kepala sekolah yang belum dijalankan dengan maksimal
1.2.2 Kurangnya motivasi yang diberikan kepala sekolah kepada anggota
sekolah
1.2.3 Komitmen guru terhadap tugas-tugasnya belum dilaksanakan dengan
baik
1.2.4 Etos Kerja guru masih belum optimal
1.2.5 Kompetensi yang seharusnya dimiliki guru masih belum dikuasai oleh
guru
1.2.6 Motivasi untuk berprestasi guru masih kurang
1.2.7 Iklim atau sarana belajar kerja belum berjalan secara optimal bagi
kerja guru
1.2.8 Sarana dan prasarana belum memadai guna menunjang proses
pembelajaran di sekolah
7
1.2.9 Sudah banyak penelitian yang membahas mengenai efektivitas
pembelajaran terkait dengan faktor-faktor lainya tetapi belum ada yang
membahas mengenai supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah
dan etos kerja guru di Tulang Bawang
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, peneliti perlu
membatasi masalah guna menghindari salah penafsiran dan menyesuaikan
dengan kemampuan, pengetahuan, waktu dan materi peneliti. Adapun batasan
masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru belum efektif dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
1.3.2 Supervisi akademik kepala sekolah yang masih belum memberikan
kontribusi dalam memimpin sekolahnya
1.3.3 Iklim sekolah belum tercipta dengan baik antar anggota sekolah
1.3.4 Etos kerja guru belum terlaksana secara optimal di dalam proses
pembelajaran di sekolah
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1.4.1 Apakah terdapat pengaruh supervisi akademik kepala sekolah
terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang
Bawang?
8
1.4.2 Apakah terdapat pengaruh iklim sekolah memiliki terhadap efektivitas
pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang?
1.4.3 Apakah terdapat pengaruh etos kerja guru memiliki terhadap
efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang?
1.4.4 Apakah terdapat pengaruh supervisi akademik kepala sekolah, iklim
sekolah dan etos kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran di
SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis dan mendeskripsikan :
1.5.1 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap efektivitas
pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang.
1.5.2 Pengaruh iklim sekolah terhadap efektivitas pembelajaran di SMA
Negeri Kabupaten Tulang Bawang.
1.5.3 Pengaruh etos kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran di SMA
Negeri Kabupaten Tulang Bawang.
1.5.4 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dan iklim sekolah
terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang
Bawang.
9
1.5.5 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dan etos kerja guru
terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang
Bawang.
1.5.6 Pengaruh iklim sekolah dan etos kerja guru terhadap efektivitas
pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang.
1.5.7 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah dan etos
kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri
Kabupaten Tulang Bawang.
1.6 Kegunaan Penelitian
1.6.1 Secara Praktis
1.6.1.1 Bagi Guru
Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran yang lebih efektif
dengan sikap etos kerja yang memiliki kualitas, memiliki
motivasi belajar dan pandangan yang baik dalam melaksanakan
pendidikan di sekolah guna membentuk sikap siswa dalam
berinteraksi dan menjadi siswa yang dapat bergaul dengan baik
di lingkunganya.
1.6.1.2 Bagi Siswa
Untuk mengoptimalkan tingkat efektifitas dalam pembelajaran
melalui iklim sekolah yang memadahi dalam rangka menjadi
generasi penerus bangsa yang berahklak mulia, cerdas, cakap,
kreatif serta menjadi warga Negara yang baik.
10
1.6.1.3 Bagi Sekolah
Bagi sekolah yang bersangkutan sebagai kontribusi untuk lebih
memperhatikan supervisi akademik kepala sekolah, etos kerja
guru dan iklim sekolah untuk proses pembelajaran dalam usaha
meningkatkan efektifitas pembelajaran siswa.
1.6.1.4 Bagi Kepala Sekolah
Bagi Kepala Sekolah untuk meningkatkan kemampuan kepala
sekolah khususnya dalam supevisi akademik guna
meningkatkan efektivitas pembelajaran siswa.
1.6.1.5 Bagi Dinas Pendidikan
Bagi Dinas Pendidikan diharapkan dalam membuat kebijakan
sesuai dengan keadaan yang terjadi di sekolah dan sesuai dengan
yang dibutuhkan siswa.
1.6.2 Secara Teoretis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk memperkaya dan
mengembangkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kontribusi
supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru
terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang
Bawang. Penelitian ini juga bermanfaat agar siswa dapat memiliki
pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai serta perilaku nyata dalam
kehidupan masyarakat dan Negara, baik di sekolah maupun di lingkungan
masyarakat.
11
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup:
1.7.1 Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan
khususnya manajemen pendidikan, khususnya mengenai
manajemen Sumber daya manusia dalam meningkatkan efektivitas
pembelajaran siswa.
1.7.2 Ruang Lingkup Subjek
Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah Guru SMA
Negeri Kabupaten Tulang Bawang
1.7.3 Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek penelitian ini adalah supervisi akademik
kepala sekolah (x1) dan iklim sekolah (x2) etos kerja guru (x3)
terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten
Tulang Bawang (y).
1.7.4 Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah SMA Negeri
Kabupaten Tulang Bawang
1.7.5 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan surat izin penelitian
pendahuluan yang telah dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai
penelitian ini.
12
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan tentang efektivitas belajar sebagai variabel terikat dalam
penelitian ini, selanjutnya menguraikan mengenai variabel bebasnya yang diduga
memberikan pengaruh tingkat efektivitas pembelajaran siswa yaitu, supervisi
akdemik kepala sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru. Selanjutnya diuraikan
juga penelitian yang relevan dengan penelitian ini dengan jurnal nasional dan
jurnal internasional, serta menguraikan kerangka pikir dari penelitian ini dan
mengajukan hipotesis penelitian. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengulas
secara teoretis hal-hal yang berhubungan dengan hipotesis penelitian, mencari
tahu tentang penelitian yang sudah ada sebagai pendukung penelitian ini, serta
menyusun hipotesis penelitian ini.
2.1.1 Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas pembelajaran merupakan salah satu standar mutu pendidikan dan
sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat juga diartikan sebagai
ketepatan dalam mengelola suatu situasi, ”doing the right things”. Penyediaan
kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat
membantu siswa dalam memahami konsep yang sedang di pelajari (Gregory,
2011: 904–934). Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu
proses interaksi antarsiswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat
13
dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, respon siswa
terhadap pembelajaran dan penguasaan konsep siswa. Menurut Rohmawati (2015
:234), pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa
untuk belajar.
Untuk mencapai suatu konsep pembelajaran yang efektif dan efisien perlu adanya
hubungan timbal balik antara siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan secara
bersama, selain itu juga harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah,
sarana dan prasarana, serta media pembelajaran yang dibutuhkan untuk membantu
tercapainya seluruh aspek perkembangan siswa. Butter (2006) yang termasyhur
dalam bidang pendidikan psikologi, dan dalam bukunya yang berjudul“A Model
of School Learning”, menyatakan bahwa Instructional Effectiveness tergantung
pada lima faktor yaitu, (1) Attitude, (2) Ability to understand instruction, (3)
Perseverance, (4) Opportunity, (5) Quality of instruction.
Dengan mengetahui beberapa indikator tersebut menunjukkan bahwa suatu
pembelajaran dapat berjalan efektif apabila terdapat sikap dan kemauan dalam diri
anak untuk belajar, kesiapan diri anak dan guru dalam kegiatan pembelajaran,
serta mutu dari materi yang disampaikan. Apabila kelima indikator tersebut tidak
ada maka kegiatan belajar mengajar anak tidak akan berjalan dengan baik.
Kegiatan pembelajaran yang efektif sangat dibutuhkan anak untuk membantu
mengembangkan daya pikir anak dengan tanpa mengesampingkan tingkat
pemahaman anak sesuai dengan usia perkembangannya.
14
Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran keberhasilan dari proses
interaksi dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dilihat dari
aktivitas selama pembelajaran, respon dan penguasaan konsep. Seperti halnya
yang telah diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar harus senantiasa
ditingkatkan efektivitas dan efisiennya, demi meningkatkan mutu dari pada
pendidikan itu sendiri (Norlidah, 2013:579). Oleh karena itu, untuk meningkatkan
efektivitas belajar tanpa harus menyita banyak waktu, maka seorang guru harus
pandai dalam memilih metode apa yang harus digunakan agar dapat cepat
ditangkap siswa apa yang disampaikannya. Kata efektivitas berasal dari bahasa
Inggris, yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki
pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan
keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan.
Andaritidya (2014:220) menyatakan bahwa
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar
dalam diri siswa. ketercapaian atau keberhasilan suatu tujuan sesuai
dengan rencana dan kebutuhan yang diperlukan, baik dalam
penggunaan data, sarana maupun waktunya. Seseorang dikatakan
telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi
perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dan sebagainya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan dikatakan efektif bila
kegiatan tersebut dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan
yang diinginkan. Kriteria efektivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
apabila tiga aspek yang meliputi: (1) kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran baik; (2) aktivitas siswa dalam pembelajaran baik; (3) hasil belajar
siswa tuntas secara klasikal. Syarat mutlak yang harus dimiliki seorang guru
15
adalah penguasaan materi dan cara penyampaiannya. Seorang guru yang tidak
menguasai materi yang akan diajarkan tidak akan bisa mengajar dengan baik
(Indiyani, 2006: 10-28). Demikian pula bila seorang guru tidak menguasai
berbagai cara penyampaian materi, maka akan dapat menimbulkan kesulitan
peserta didik dalam memahami materi. Selain itu, seorang guru yang baik harus
memiliki kemampuan dalam menerapkan prinsip – prinsip psikologis,
kemampuan dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar serta kemampuan
dalam memyesuaikan diri dengan situasi yang baru. Dalam penelitian ini,
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang akan diamati adalah:
1) Menarik perhatian
2) Menimbulkan motivasi
3) Menunjukkan kaitan
4) Memberi acuan
5) Meninjau kembali
6) Mengevaluasi
7) Memberi dorongan psikologis atau tindak lanjut
8) Motivasi dalam hal apersepsi
9) Bahasa sederhana dan jelas
10) Pemberian contoh
11) Sistematika penjelasan
12) Variasi dalam penyampaian
13) Balikan atau pertanyaan penyerap
14) Ketepatan strategi dengan tujuan pembelajaran
15) Kesesuaian strategi dalam langkah – langkah pembelajaran
16) Variasi suara
17) Mengarahkan perhatian siswa
18) Kontak mata
19) Ekspresi roman muka
20) Gerakan tangan
a. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Banyak aktivitas-aktivitas yang dilakukan anak-anak disekolah, tidak hanya
mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim disekolah tradisional. Berikut ini
berbagai macam kegiatan murid antara lain:
16
1) Visual activities sepeti membaca, memperhatikan, menggambar,
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, dan lain-lain.
2) Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
diskusi, interupsi, dan lain-lain.
3) Listening activities seperti mendengarkan uraian, musik, pidato, dan lain-
lain.
4) Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket,
menyalin, dan lain-lain.
5) Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan lain-lain
6) Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, dan lain-
lain
7) Mental activities seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan lain-lain.
8) Emotional activities seperti menaruh minat, bosan, gembira dan lain-lain.
Pada penelitian ini, peniliti akan meneliti aktifitas siswa yang meliputi:
1. kerapian dan ketertiban siswa
2. kesiapan alat-alat tulis
3. kesiapan menerima materi pelajaran
4. persiapan buku-buku LKS
5. sikap dan perilaku
6. mendengarkan penjelasan
7. keaktifan menjawab pertanyaan
17
8. keaktifan bertanya
9. keaktifan dalam diskusi
10. keaktifan dalam mengerjakan tugas.
b. Hasil belajar
Berdasarkan Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), terdapat kriteria
ketuntasan belajar perorangan dan klasikal yaitu:
1) Siswa dikatakan tuntas secara individu jika siswa menyerap 75 % (sesuai
kriteria ketuntasan minimal).
2) siswa dikatakan tuntas secara klasikal apabila minimal 75 % siswa
mengalami ketuntasan individu. Jadi dalam penelitian ini siswa dikatakan
tuntas secara klasikal jika jumlah siswa yang tuntas secara individu 75 %
dari jumlah seluruh siswa.
Keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang
telah ditetapkan
2) Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara
aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional
3) Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proram pembelajaran yang baik
adalah bagimana guru berhasil menghantarkan anak didiknya untuk mendapatkan
pengetahuan dan memberikan pengalaman belajar yang intraktif. Berdasarkan ciri
pembelajaran efektif seperti yang digambarkan di atas, keefektifan program
pembelajaran tidak hanya ditinjau dari tingkat prestasi belajar, melainkan harus
18
pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan
terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan fsikomotorik. Aspek proses meliputi
pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi
aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan
masalah yang ditempuh siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung aspek
sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan
serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang
kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.
Mishadin (2012:271) berpendapat bahwa:
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain. Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
merancang tujuan pendidikannya.
Menurut Djamarah (2006:145)
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan”. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Tetapi juga
penggunaan metode yang bervariasi tidak akan mengguntungkan
kegiatan belajar mengajar bila penggunaanya tidak tepat dan sesuai
dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologis
anak didik.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan dalam kegiatan belajar
mengajar strategi dan metode adalah hal yang diperhatikan, metode diperlukan
oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
setelah pengajaran berakhir.
19
a. Materi Pembelajaran
Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran secara keseluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan
guru dalam merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada
hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari silabus, yakni
perencanaan, prediksi, dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada
saat kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran hendaknaya dipilih
seoptimal mungin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar
kompotensi dan kompotensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan
berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis
pembelajaran, cakupan urutan dan perlakuan (trea ment) terhadap
pembelajaran tersebut.
Menurut Susilo (2014 :132)
Bahan atau materi pelajaran (learning materialis) adalah ”segala
sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa
sesuai kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi
setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan”. Sedangkan materi
pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses
pembelajaran, bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi
pelajaran (subjetcented teacing).
b. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dalam efektifitas, pembelajaran harus memenuhi
bebeberapa syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi
pembelajar selain itu juga harus merangsang pembelajaran mengingat apa
yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan baru, media yang
baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam mmberikan tanggapan,
umpan balik dan juga endorong siswa melakukan praktek-praktek yang
20
benar selama proses belajar mengajar berlangsung. Pada pengertian ini
media bukan hanya alat perantara seperti tv, radio, slide, bahan cetakan,
akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga
berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karyawisata, simulasi dan lain
sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan, mengubah sikap atau untuk menambah keterampilan.
c. Evaluasi Pembelajaran
Pada perencanaan dan desain sistem instruksional atau pembelajaran,
rancangan evaluasi merupakan hal yang sangat penting dikembangkan.
Hal ini disebabkan melalui evaluasi yang tepat, kita dapat menentukan
eektifitas program dan keberhasilan siswa melaksanakan kegiatan
pembelajaran, sehingga informasi dari kegiatan evaluasi seorang desainer
pembelajaran dapat mengambil keputusan apakah progrm pembelajaran
yang dirancangnya perlu diperbaiki atau tidak, bagian-bagian mana yang
dianggap memiliki kelemahan sehingga perlu diperbaiki.
d. Gaya Mengajar Guru
Menurut Djamarah (2006:15) guru adalah “ salah satu unsur manusia
dalam proses pendidikan”. Pada proses pendidikan di sekolah, guru
memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar atau pendidik. “sebagai
pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam
otak anak didik, sedankan sebagai pendidik guru bertugas membimbing
dengan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap,
aktif, kreatif, dan mandiri.
21
Menurut Zahra (2014:233) peran Guru:
Guru mempunyai fungsi dan peran yang jauh berbeda dari fungsi
dan peran seorang guru sebagaimana yang dipahami orang saat
ini, Guru bukanlah pengajar yang menuangkan ilmu
pengetahauan, ajaran-ajaran, perintah atau pengarahan kepada
peserta, melainkan fungsi utama peran guru adalah menfasilitasi
berlangsungnya proses belajar yang memungkinkan siswa dapat
mengembangkan dirinya, pengetahunnya, pemahamannya,
perilakunya serta keterampilan-keterampilan yang dikuasainya.
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar
proses belajar mengarah pada tercapainya tujuan dan kurikulum maka guru harus
merencanakan dengan sistematis berbagai pengalaman belajar yang
memungkinkan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan,
aktivitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar
siswa berlangsung optimal disebut kegiatan kegiatan pembelajaran. Guru bertugas
membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa
dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap
berbagai strategi pembelajaran yang ada dan paling memungkinkan agar proses
belajar siswa berlangsung optimal.
Berdasarkan apa yang terjadi di lapangan menurut apa yang sudah dialami dan
dilihat guru salah satu penyebab efektivitas pembelajaran yg tidak berjalan dengan
baik adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak
tahu tujuan apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang
jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika
kita menginginkan efektifitas pembelajaran berjalan dengan optimal. Bagaimana
mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
22
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak
perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah
telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat
oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas
pembelajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan
dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai
bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai
kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan
menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta
didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-
hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi
tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di
Indonesia.
Maka, dalam proses pembelajaran diharapkan guru dan siswa memahai setiap
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Terlebih bagi seorang guru, karena
gurulah yang akan menjadi panutan siswa-siswanya. Pendidikan yang efektif akan
membuat pembelajaran dalam kelas menjadi menyenangkan dan proses
pembelajaran mencapai tujuannya.
23
2.1.2 Supervisi Kepala Sekolah
Supervisi secara etimologi berasal dari kata “super” dan “visi” yang mengandung
arti melihat dan meninjau dari atas atau menilai dari atas yang dilakukan oleh
pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan (Mulyasa, 2000:
154). Menurut Purwanto (2005:76) mengemukakan bahwa supervisi suatu
aktivitas yang menentukan kondisi-kondisi/ syarat-syarat yang esensial, yang akan
menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan, sehingga supervisi merupakan
segala bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju kepada perkembangan
kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-
tujuan pendidikan, yang berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha
dan pelaksanaan pembaruan-pembaruan dalam pendidikan dan pengajaran,
pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode lebih baik, cara-cara penilaian
yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.
Indrafachrudi (2006:88) mengartikan supervisi sebagai berikut :
Supervision of instruction is the effort to stimulate, coordinate, and
guide the continued growth of the teachers in a school, both
individually and collectively, in better understanding and more
effective performance at all the functions of instruction so that they
may be bettter able to stimulate and guide the continued growth of
every pupil toward the richest and most intelligent participation in
modern democratic society.
Mulyasa (2004:45), mengungkapkan kepala sekolah sebagai supervisor harus
diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi
pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya, Nugraha (2015) menerangkan supervisi
kepala sekolah merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk
membantu para guru dan supervisor agar dapat menggunakan pengetahuan dan
24
keterampilannya dalam memberikan layanan kepada orang tua peserta didik dan
sekolah Kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi yang baik sebagai
pemimpin sekolah. kemampuan kepala sekolah dalam melakukan supervisi
merupakan salah satunya. Supervisi kepala sekolah yang dilaksanakan dengan
efektif dan efisien akan membantu guru dalam pembelajaran serta dapat
meningkatkan kinerja guru. Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan
pendapatnya tentang supervisi, diantaranya:
a. Ngalim (2006: 103) berpendapat bahwa supervisi adalah suatu aktivitas
yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai lainnya dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif Supervisi diartikan sebagai
pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu para guru,
orang yang dipimpin agar menjadi personil yang cakap sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pendidikan pada
khususnya agar mampu meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar
di sekolah. Disini supervisi diartikan sebagai suatu usaha layanan dan
bantuan berupa bimbingan dari kepala sekolah kepada para guru dan
pegawai lainnya.
b. Burhanudin (2006: 285) berpendapat supervisi yaitu bantuan dalam
mengembangkan situasi belajar mengajar kearah yang lebih baik, dengan
jalan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada guru dan pegawai
lainnya untuk meningkatkan kualitas kerja mereka dibidang pengajaran
dengan berbagai aspeknya.
c. Nawawi (1996: 196) berpendapat bahwa supervisi yaitu pelayanan yang
disediakan pemimpin untuk membantu agar semakin cakap atau terampil
25
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sesuai dengan tuntuan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dibidang tugasnya
tersebut.
Dalam kaitannya dengan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, menurut
Purwanto (2004: 32) pengertian supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Menurut Jones (2003: 155), supervisi
merupakan bagian tak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan
yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia
sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan. Menurut Carter
(2000: 17), supervisi adalah usaha-usaha dari petugas sekolah dalam memimpin
para guru dan pegawai lainnya dalam memperbaiki pengajaran termasuk
menstimulasi , menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan para guru
serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode serta
evaluasi pengajaran. Dari beberapa pendapat dan pengertian tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa supervisi bukanlah kegiatan sesaat seperti inspeksi, tetapi
merupakan kegiatan yang berkelanjutan dan berkesinambungan sehingga para
guru selalu berkembang dalam mengerjakan tugas dan mampu memecahkan
masalah pendidikan dan pengajaran secara efektif dan efisien. Pada hakekatnya
supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaan yang
berkelanjutan, pengembangan kemampuan personil, perbaikan situasi belajar
mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan
pribadi peserta didik. Dengan kata lain, dalam supervisi terdapat proses pelayanan
untuk membantu atau membina para guru. Pembinaan ini menyebabkan perbaikan
26
atau peningkatan kemampuan yang kemudian ditransfer kedalam perilaku
mengajar sehingga tercipta suasana belajar mengajar yang lebih baik lagi sehingga
pada akhirnya juga meningkatkan kualitas dari peserta didik.
2.1.2.1 Tujuan Supervisi
a. Tujuan Umum
Arikunto (2004:40), Tujuan umum supervisi memberikan bantuan teknis dan
bimbingan kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu
meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu
melaksanakan proses pembelajaran. Yang terpenting adalah bahwa pemberian
bantuan dan pembimbing tersebut didasarkan atas data yang lengkap, tepat,
akurat, dan rinci, serta benar-benar sesuai dengan kenyataan.
b. Tujuan Khusus
Tujuan dari supervisi yaitu:
1) Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai peserta didik
yang belajar dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar
secara optimal.
2) Meningkatkan mutu kinerja guru di sekolah sehingga berhasil membantu
dan membimbing siswa mencapai prestasi belajar dan pribadi sebagaimana
diharapkan.
3) Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan
terlaksana dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah serta
mendukung dimilikinya kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan
tujuan lembaga.
27
4) Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana yang
ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu
mengoptimalkan keberhasilan belajar siswa.
5) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, khususnya dalam mendukung
terciptanya suasana kerja yang optimal, yang selanjutnya siswa dapat
mencapai prestasi belajar sebagaimana diharapkan. Dalam mensupervisi
pengelolaan ini supervisor harus mengarahkan perhatiannya pada
bagaimana kinerja kepala sekolah dan para walinya dalam mengelola
sekolah, meliputi aspek-aspek yang ada kaitannya dengan faktor penentu
keberhasilan sekolah.
6) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa sehingga
tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif bagi kehidupan
sekolah pada umumnya, khususnya pada kualitas pembelajaran yang
menunjukkan keberhasilan lulusan.
Menurut Sahertian (2000:19), tujuan supervise merupakan pemberian layanan dan
bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru di
kelas. Tujuan dari supervisi semakin diperjelas dan dipertegaskan oleh
Indrafachrudin (2006:88), yaitu:
1) Membantu guru melihat dengan lebih jelas tujuan pendidikan yang
sebenarnya dan peranan khusus sekolah dalam usaha mencapai tujuan.
2) Membantu guru melihat dengan lebih jelas persoalan dan kebutuhan murid
pemuda dan membantu mereka sedapat mungkin agar dapat memenuhi
kebutuhan itu.
28
3) Membantu guru mengembangkan kecakapan mengajar yang lebih besar.
4) Membantu guru melihat kesukaran murid belajar dan membantu
merencanakan pelajaran yang efektif.
5) Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam
suatu tim efektif, bekerja sama secara intelligent, dan saling menghargai
untuk mencapai tujuan yang sama.
6) Membantu memberi pengertian kepada masyarakat mengenai program
sekolah agar mereka dapat mengerti dan membantu usaha sekolah.
2.1.2.2 Peranana Supervisi Pendidikan
Salamah (2004:79-155) mengungkapkan bahwa supervisi mempunyai peranan
cukup strategis dalam meningkatkan prestasi kerja guru, yang pada gilirannya
akan meningkatkan prestasi sekolah. Ciri utama supervisi adalah perubahan
kearah yang lebih baik, proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien, sehingga
supervisi pendidikan bertujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
belajar mengajar yang akan diimbangi dengan meningkatnya kinerja guru dan
berdampak positif terhadap prestasi sekolah. Sahertian (2000:130) mengutarakan
supervisi pendidikan meliputi supervisi kurikulum, potensi pembelajaran, metode
pengajaran, pengembangan bahan ajar, dan evaluasi pendidikan, dimana
penjabarannya sebagai berikut:
1) Supervisi Kurikulum
Merupakan bantuan bimbingan yang diberikan oleh kepala sekolah maupun
pengawas/penilik kepada para guru dalam menghadapi kesulitankesulitan
dalam pelaksanaan kurikulum. Tugas supervisor adalah:
29
a) Mensupervisi tentang perangkat pembelajaran yang harus dibuat guru
b) Mensupervisi terhadap pemahaman kurikulum, termasuk di dalamnya
yaitu Standar Isi (SI), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD).
c) Supervisi tentang potensi pembelajaran Supervisi tentang potensi
pembelajaran digunakan untuk memotivasi guru agar merencanakan apa
yang akan disajikan dalam proses pembelajaran.
Bantuan yang diberikan supervisor adalah:
1) Merancangkan program belajar mengajar Guru di bawah pembinaan
supervisor dapat mengembangkan model-model rancangan belajar
mengajar sesuai dengan kreatifitasnya. Misalnya:
a) Merencanakan mengenai segala apa yang akan diajarkan
b) Menetapkan bagaimana cara menyajikan pelajaran
2) Melaksanakan proses pembelajaran
Supervisor berfungsi memberikan motivai dan bantuan kepada guru dalam
mengahadapi kesulitan belajar siswa yang bermasalah. Salah satu
kemampuan guru yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan dalam
mengelola kelas, yaitu mengatur bagaimana agar suasana kelas hidup,
memberdayakan berbagai sumber belajar sehingga menambah dorongan-
dorongan yang kreatif dari para siswa yang belajar.
3) Menilai proses dan hasil belajar
Kunjungan kelas dapat digunakan oleh kepala sekolah sebagai salah satu cara
melihat langsung proses pembelajaran. Hal ini dapat mengetahui kelemahan
dan keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan tingkat
penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan sehingga dapat diupayakan
30
solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat
memperbaiki kekurangan, mempertahankan maupun meningkatkan
keunggulan dalam pembelajaran.
4) Mengembangkan manajemen kelas
Supervisor membantu guru daam menganalisis faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya perilaku yang bermasalah. Siswa yang bermasalah
mungkin disebabkan karena guru yang malas, suka mengkritik, terlalu keras
dalam mendidik ataupun suka merokok, sehingga iklim belajar menjadi tidak
menyenangkan.
5) Supervisi metode pengajaran
a) Membantu guru merencanakan demontrasi mengajar dalam rangka
memperkenalkan metode-metode pengajaran baru
b) Mendiskusikan metode-metode belajar dengan guru
c) Kepala sekolah melakukan peninjauan terhadap kesesuaian metode
pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran
d) Supervisi pengembangan bahan ajar
e) Membantu guru dalam memilih buku-buku yang diperlukan bagi
muridmurid
f) Membimbing guru dalam menyusun dan mengembangkan sumber-sumber
atau unit-unit pengajaran (pengembangan bahan ajar)
6) Supervisi evaluasi pendidikan
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan
sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan telah tercapai.
Guru adalah pihak yang paling bertanggungjawab atas hasil yang diperoleh
31
dalam proses pembelajaran. Guru perlu dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu
yang mendukung tugasnya, yakni mengevaluasi hasil belajar. Tugas supervisor
adalah mengevaluasi apakah hasil belajar yang telah diciptakan dari tahun ke
tahun mengalami kenaikan atau tidak, sudah memenuhi standar/ sesuai dengan
harapan yang diinginkan oleh sekolah atau belum.
2.1.2.3 Fungsi Supervisi
Fungsi utama supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik Sahertian (2000:21).
Dijelaskan juga bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran
saja, tapi untuk mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah
pertumbuhan profesi guru. Ada analisis yang lebih luas yang terbagi menjadi
delapan fungsi supervisi:
1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah
Dikerenakan perubahan yang terus-menerus terjadi, maka kegiatan sekolah
juga makin bertambah. Yang dimaksud dengan usaha-usaha sekolah misalnya:
a) Usaha tiap guru
Jika ada guru yang mengajar bidang studi yang sama dan tiap guru ingin
mengemukakan idenya dan menguraikan materi pelajaran menurut
pandangannya ke arah peningkatan. Usaha-usaha yang bersifat individu itu
perlu dikoordinasi.
32
b) Usaha-usaha sekolah
Dalam menentukan kebijakan, merumuskan tujuan-tujuan atas setiap
kegiatan sekolah termasuk program-program sepanjang tahun ajaran perlu
ada koordinasi yang baik.
c) Usaha-usaha bagi pertumbuhan jabatan
Setiap guru ingiin bertumbuh dalam jabatannya. Melalui membaca buku-
buku dan gagasan-gagasan baru guru-guru ingin belajar terus-menerus,
baik melalui inservice training, extension course, workshop, seminar guru-
guru selalu berusaha meningkatkan diri sekaligus merupakan hiburan
intelektual (intelectual intertainment). Untuk itu perlu ada koordinasi.
Tugas mengkoordinasi ini adalah tugas supervisi.
d) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
Dalam masyarakat demokratis kepemimpinan yang demokratis perlu
dikembangkan. Kepemimpinan itu suatu keterampilan yang harus
dipelajari. Dan itu harus melalui latihan terus-menerus. Dengan melatih
dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki keterampilan dalam
kepemimpinan di sekolah.
e) Memperluas pengalaman guru-guru
Akar dari pengalaman terletak pada sifat dasar manusia. Manusia selalu
ingin mencapai kemajuan yang semaksimal mungkin. Seorang yang akan
jadi pemimpin, bila ia mau belajar dri pengalaman nyata di lapangan,
melalui pengalaman baru ia dapat belajar untuk memperkaya dirinya
dengan pengalaman belajar baru.
33
f) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
Supervisi bertugas untuk menciptakan suasana yang memungkinkan guru-
guru dapat berusaha meningkatkan potensi-potensi kreativitas dalam
dirinya. Kemampuan untuk menstimulasi guru-guru agar mereka tidak
hanya berdasarkan instruksi atasan, tapi mereka adalah pelaku aktif dalam
proses belajar-mengajar.
g) Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus
Melalui penelitian dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari hasil dan
proses belajar-mengajar. Penilaian itu harus bersifat menyeluruh dan
kontinu. Menyeluruh berarti penilaian itu menyangkut semua aspek
kegiatan di sekolah. Kontinu dalam arti penilaian berlangsung setiap saat,
yaitu pada awal, pertengahan di akhiri dengan melakukan sesuatu tugas.
Mengadakan penilaian secara teratur merupakan suatu fungsi utama dari
supervisi pendidikan.
h) Menganalisis situasi belajar-mengajar
Analisis dilakukan agar usaha memperbaiki situasi belajar mengajar dapat
tercapai. Fungsi dari supervisi adalah menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perbaikan belajar mengajar. Penganalisisan memberi
pengalaman baru dalam menyusun strategis dan usaha ke arah perbaikan.
i) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf
Supervisi memberi dorongan stimulasi dan membantu guru agar
mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan hal mengajar.
Kemampuan-kemampuan hanya dicapai bila ada latihan, mengulang dan
dengan sengaja dipelajari.
34
j) Memberikan wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-
guru. Untuk mencapai suatu tujuan yang lebih tinggi harus berdasarkan
pada tujuan-tujuan sebelumnya. Ada hierarki kebutuhan yang harus
selaras. Setiap guru pada suatu saat sudah harus mampu mengukur
kemampuannya.
Tujuan dari supervisi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran, yang
harapan akhirnya juga pada prestasi belajar siswa. Tentu saja peningkatan
tersebut tidak dapat hanya mengenai satu aspek saja, tetapi semua unsur
yang terkait dengan proses pembelajaran, antara lain siswa itu sendiri, guru
dan personel lain, peralatan, pengelolaan, maupun lingkungan tempat
belajar. Dengan berpijak pada batasan tersebut diatas, maka disimpulkan
ada tiga fungsi dari supervisi menurut Arikunto (2004:13), yaitu:
1) Fungsi Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Supervisi yang berfungsi meningkatkan mutu pembelajaran merupakan
supervisi dengan ruang lungkup yang sempit, tertuju pada aspek akademik,
khususnya yang terjadi diruang kelas ketika guru sedang memberikan
bantuan dan arahan kepada siswa. Fokus utama supervisi adalah
bagaimana dan perilaku siswa yang belajar, dengan bantuan atau tanpa
bantuan guru secara langsung dan seberapa tinggi keberhasilan siswa
kepada belajar.
2) Fungsi Memicu Unsur yang Terkait dengan pembelajaran
Supervisi yang berfungsi memicu atau penggerak terjadinya perubahan
tertuju pada unsur-unsur yang terkait dengan atau bahkan yang merupakan
35
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
pembelajaran.
3) Fungsi Membina dan Memimpin
Supervisi adalah kegiatan yang diarahkan kepada penyediaan
kepemimpinan bagi para guru dan tenaga pendidikan lain, maka sudah
jelas bahwa supervisi mempunyai fungsi memimpin yang dilakukan oleh
pejabat yang diserahi tugas memimpin sekolah, yaitu kepala sekolah,
diarahkan kepada guru dan tenaga tatausaha. Namun, dipertegas lagi
bahwa sasaran utama dari supervisi adalah guru, dengan asumsi jika guru
sudah baik, akan ada dampaknya bagi siswa.
2.1.2.4 Prinsip-prinsip Supervisi
Besarnya tanggung jawab kepala sekolah sebagi supervisor, maka untuk
menjalankan tindakan-tindakan supervisi dengan baik hendaknya kepala sekolah
memahami prinsip-prinsip pelaksanaan supervisi. Purwanto (2004:117),
mengungkapkan bahwa prinsip supervisi adalah:
1) Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu pada yang
dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan dorngan untuk bekerja.
2) Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang
sebenarbenarnya (realistis, mudah dilaksanakan)
3) Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
4) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru-guru dan
pegawai-pegawai sekolah yang disupervisi.
36
5) Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas dasar
hubungan pribadi.
6) Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap, dan
mungkin prasangka guru-guru dan pegawai sekolah.
7) Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan
perasaan gelisah atau bahkan antipati dari guru-guru.
8) Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan, atau
kekuasaan pribadi.
9) Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan kekurangan.
10) Supervisi adalah sebuah kegiatan yang hsilnya memerlukan proses yang
terkadang tidak sederhana. Oleh karena itu tidak dapat terlalu cepat
mengharapkan hasil, dan tidak boleh lekas merasa kecewa.
11) Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif, dan kooperatif.
Preventif berarti berusaha mencegah jangan sampai timbul hal-hal yang
negatif, dengan cara mengantisipasi. Korektif berarti memperbaiki
kesalahankesalahan yang telah diperbuat. Kooperatif berarti berusaha
melakukan dan mengatasi secara bersama-sama ketika terjadi hal yang
tidak diinginkan.
2.1.2.5 Teknik Supervisi Kepala Sekolah
Purwanto (2004:120), mengungkapkan bahwa supervisi dapat dilakukan dengan
berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan tercapai. Secara garis
besar, cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik
perseorangan dan teknik kelompok.
37
1) Teknik perseorangan
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang
dilakukan secara perseorangan, yaitu:
a) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation) Tujuannya untuk
mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi
syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain,
untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih
perlu diperbaiki. Setelah kunjungan kelas selesai, selanjutnya diadakan
diskusi empat mata antara supervisor dengan guru yang bersangkutan.
Supervisor memberikan saran-saran atau nasihat-nasihat yang
diperlukan, dan gurupun dapat mengajukan pendapat dan asal-usul
yang konstruktif demi perbaikan proses belajar-mengajar selanjutnya.
b) Mengadakan kunjungan observasi (observation visits) Guru-guru dari
suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat atau mengamati
seorang guru yang sedang mendemontrasikan cara-cara mengajar suatu
mata pelajaran tertentu. Demonstran ditunjuk seorang guru dari
sekolah sendiri atau sekolah lain, yang dianggap memiliki kecakapan
atau keterampilan mengajar sesuai dengan tujuan diadakan kunjungan
kelas, atau akan lebih baik jika dilakukan oleh kepala sekolah. Pada
prinsipnya hal ini sama dengan kegiatan kunjungan kelas.
c) Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa
dan atau mengatasi problema yang dialami siswa Banyak masalah
yang dialami guru dalam mengatasi kesulitankesulitan belajar siswa.
Meskipun di sekolah telah dibentuk bimbingan dan konseling tetapi
38
peran dari guru akan lebih efektif jika guru menjadi pembimbing yang
utama. Oleh karena itu, peranan supervisor terutama kepala sekolah
dalam hal ini sangat diperlukan.
d) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah. Antara lain:
(1) Menyusun Program semester
(2) Menyusun atau membuat program satuan pelajaran
(3) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas
(4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran
(5) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar
(6) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang
ekstrakurikuler, study tour dan sebagainya.
2) Teknik kelompok
a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Perencanaan yang didalamnya adanya rapat-rapat secara periodik
dengan guru-guru untuk membicarakan berbagai hal yang
berhubungan dengan proses dan hasil belajar-mengajar.
b) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan untuk
mengadakan pertemuan atau diskusi guna membicarakan hal-hal
yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan
proses belajarmengajar.
39
c) Mengadakan penataran-penataran (inservice training)
Memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti
penataran yang sesuai dengan bidang tugasnya, dan membimbing
guru-guru dalam mempraktekkan hasil-hasil penataran yang telah
diikutinya. Kepala sekolah berperan mengelola dan membimbing
pelaksanaan tidak lanjut dari hasil penataran agar dapat
dipraktekkan oleh guru. Sedangkan jika dari cara menghadapi guru
yang dibimbing, menurut Indrafachrudi (2006:93), dapat dibedakan
menjadi teknik langsung dan teknik tidak langsung:
(1) Teknik langsung
(a) Menyelenggarakan rapat guru
(b) Menyelenggarakan workshop
(c) Kunjungan kelas
(d) Mengadakan conference
(2) Teknik tidak langsung
(a) Melalui Bulletin board
(b) Questionnaire
(c) Membaca terpimpin
Supervisi kepala sekolah adalah pembinaan dari kepala sekolah yang diberikan
kepada guru yang bertujuan memperbaiki dan mengoptimalkan proses belajar
mengajar. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk supervisi kepala
sekolah berdasar pendapat dan uraian diatas, peneliti menggabungkan beberapa
pendapat dari Purwanto (2005:120) dan Sahertian (2000:130), sebagai indikator
dalam penelitian ini, yaitu:
40
1) Kunjungan kelas
Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah
memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain,
untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu
diperbaiki. Selama kunjungan kelas, kepala sekolah mengambil tempat di
belakang kelas dan mengamati hal yang terjadi dari dekat. Supervisor tidak boleh
mengganggu guru ketika guru itu bertugas (Indrafachrudin, 2006:98).
2) Pemberian semangat kerja guru
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar
siswa. Meskipun di sekolah telah dibentuk bimbingan dan konseling tetapi peran
dari guru akan lebih efektif jika guru menjadi pembimbing yang utama. Oleh
karena itu, peranan supervisor terutama kepala sekolah dalam hal ini sangat
diperlukan untuk memberikan semangat bagi guru (Purwanto,2005:121).
3) Rapat-rapat pembinaan
Perencanaan yang didalamnya adanya rapat-rapat secara periodik dengan guru-
guru untuk membicarakan berbagai hal yang berhubungan dengan proses dan
hasil belajar-mengajar (Purwanto,2005:122). Dimana ada pembedaan rapat
berdasar waktu (Indrafachrudin, 2006:99), yaitu:
a) rapat diadakan pada waktu tertentu, seperti rapat permulaan tahun ajaran
baru rapat akhir tahun ajaran dan rapat mingguan, bulanan dan rapat
kenaikan kelas
b) rapat diadakan sewaktu-waktu, karena ada kejadian atau keperluan, guru
diundang untuk berunding
41
c) rapat dalam keadaan darurat, diadakan dalam keadaan mendesak.
4) Pemahaman tentang kurikulum
Merupakan bantuan bimbingan yang diberikan oleh kepala sekolah maupun
pengawas/ penilik kepada para guru dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam
pelaksanaan dan pemahaman kurikulum. Tugas supervisor adalah:
a) mensupervisi tentang perangkat pembelajaran yang harus dibuat guru
b) mensupervisi terhadap pemahaman kurikulum, termasuk di dalamnya
yaitu Standar Isi (SI), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD)
(Sahertian, 2000:130).
5) Pengembangan metode pengajaran
Tugas supervisor adalah:
a. membantu guru merencanakan demontrasi mengajar dalam rangka
memperkenalkan metode-metode pengajaran baru
b. mendiskusikan metode-metode belajar dengan guru
c. kepala sekolah melakukan peninjauan terhadap kesesuaian metode
pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran
6) Pengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik
agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor
yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar yaitu isi, cakupan,
keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan, dan pengemasan. Kualitas bahan ajar
sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut
dalam pengembangan bahan ajar (Wuryanto,2010).
42
7) Potensi pembelajaran
Supervisi tentang potensi pembelajaran digunakan untuk memotivasi guru agar
merencanakan apa yang akan disajikan dalam proses pembelajaran. Bantuan yang
diberikan supervisor adalah:
a) merancangkan program belajarmengajar
b) melaksanakan proses belajar-mengajar
c) menilai proses dan hasil belajar
d) mengembangkan manajemen kelas (Sahertian,2000:134).
8) Evaluasi pendidikan
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan telah tercapai. Tugas
supervisor adalah mengevaluasi apakah hasil belajar yang telah diciptakan dari
tahun ke tahun mengalami kenaikan atau tidak, sudah memenuhi standar/ sesuai
dengan harapan yang diinginkan oleh sekolah atau belum (Sahertian, 2000:130).
9) Kegiatan diluar mengajar
Memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti penataran yang
sesuai dengan bidang tugasnya, dan membimbing guru-guru dalam
mempraktekkan hasil-hasil penataran yang telah diikutinya. Kepala sekolah
berperan mengelola dan membimbing pelaksanaan tidak lanjut dari hasil
penataran agar dapat dipraktekkan oleh guru Purwanto (2005:120).
Kepala sekolah sebagai supervisor harus mempunyai kemampuan dalam
menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta mampu
menterjemahkan dan memanfaatkan hasil supervisi tersebut Kemampuan
menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan
43
program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan
kurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan, supervisi laboratorium,
dan supervisi ujian. Kemampuan melaksanakan supervisi pendidikan dalam
diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi
nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan
kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan tercermin dalam
pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja guru dan pemanfaatan
hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah (Mulyasa, 2004:98).
Menurut pendapat guru salah satu upaya peningkatan profesional guru adalah
melalui supervisi pengajaran. Pelaksanaan supervisi pengajaran perlu dilakukan
secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah bertujuan
memberikan pembinaan kepada guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaannya, baik kepala sekolah dan
pengawas menggunakan lembar pengamatan yang berisi aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam peningkatan kinerja guru dan kinerja sekolah. Untuk
mensupervisi guru digunakan lembar observasi yang berupa alat penilaian
kemampuan guru (APKG), sedangkan untuk mensupervisi kinerja sekolah
dilakukan dengan mencermati bidang akademik, kesiswaan, personalia, keuangan,
sarana dan prasarana, serta hubungan masyarakat.
2.1.3 Iklim Sekolah
iklim sekolah merupakan kualitas dan karakter dari kehidupan
sekolah, berdasarkan pola perilaku siswa, orang tua dan pengalaman personil
sekolah tentang kehidupan sekolah yang mencerminkan norma-norma, tujuan,
nilai, hubungan interpersonal, praktek belajar dan mengajar, serta struktur
44
organisasi). Iklim sekolah ini juga dapat diartikan sebagai suatu suasana
atau kualitas dari sekolah untuk membantu individu masing-masing merasa
berharga secara pribadi, bermartabat dan penting secara serentak dapat membantu
terciptanya suatu perasaan memiliki terhadap segala sesuatu di sekitar lingkungan
sekolah (Idrus, 2006: 94-106)
Marshall (2002:2) mengemukakan bahwa:
“(a) school climate can affect many areas and people within schools.
For example, a positive school climate has been associated with fewer
behavioral and emotional problems for students, (b) school climate in
highrisk urban environments indicates that a positive, supportive, and
culturally conscious school climate can significantly shape the degree
of academic success experienced by urban students, (c) school climate
research suggests that positive interpersonal relationships and optimal
learning opportunities for students in all demographic environments
can increase achievement levels and reduce maladaptive behavior. (d)
found that a positive school climate is associated with increased job
satisfaction for school personnel. (e) research has shown that providing
a positive and supportive school climate for students is important for a
smooth and easy transition to a new school . (f) school climate,
including trust, respect, mutual obligation, and concern for other’s
welfare can have powerful effects on educators’ and learners’
interpersonal relationships as well as learners’ academic achievement
and overall school progress”.
Menurut Nitisemito (2000) pengertian iklim organisasi adalah : “organizational
climate as those characteristics that distinguish the organization from other
organizations and that influence the behavior of peopels in the organizations”
Berkaitan dengan konteks sekolah, Hoy dan Miskel (1991: 221), menyatakan
“school climate is a relatively enduring quality of the school environment that is
experienced by participants, affects their behavior, and is based on their
collective perceptions of behavior in schools” Menurut Creamers (2014:121),
iklim sekolah merupakan suasana yang terdapat di dalam suatu sekolah. Iklim
sekolah menggambarkan keadaan warga sekolah tersebut dalam keadaan riang
45
dan mesra ataupun kepedulian antara satu sama lainnya. Hubungan mesra pada
iklim kerja sekolah terjadi, karena disebabkan terdapat hubungan yang baik di
antara kepala sekolah, guru, dan diantara guru dan peserta didik.
Iklim sangat penting karena memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan anak-anak dari segi pengenalan tentang konsep diri, kemandirian
bekerja dan belajar dengan efektif dan kemampuan mengadakan hubungan yang
baik dengan orang lain (Supardi, 2013: 53). Sekolah merupakan tempat yang
tenang dan terjamin untuk bekerja dan belajar, iklim sekolah yang positif
merupakan suatu norma, harapan dan kepercayaan dari personil- personil yang
terlibat dalam organisasi sekolah yang dapat memberikan dorongan untuk
bertindak yang mengarah pada prestasi siswa yang tinggi, iklim sekolah itu bisa
diciptakan atau dibentuk yang artinya iklim sekolah yang kurang baik bisa diubah
dan dibentuk menjadi baik bila sekolah memang menginginkannya. Interaksi
didalam kelas baik yang lisan maupun tertulis mutlak diperlakukan dan akan
memberikan dampak proses belajar dan hasil belajar yang positif. Interaksi
semacam ini harus selalu dijaga bahkan harus ditingkatkan bila memungkinkan
(Yuliani, 2003). Merujuk pada beberapa pendapat tentang iklim sekolah yang
telah di kemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa iklim kerja sekolah adalah
suasana di lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi aktivitas kerja di
sekolah. Menurut Jablon (2006: 1-5) juga membagi aspek iklim sekolah atas tiga
aspek:
1. Kejelasan peraturan sekolah terhadap perilaku kekerasan, kejelasan ini
terjadi secara konsisten dan peraturan yang adil. Meliputi pertimbangan
46
para siswa mengenai kebijakan sekolah atau prosedur yang mengarah pada
pengurangan kekerasan.
2. Dukungan yang diberikan guru terhadap siswa meliputi hubungan guru
dan siswa yang dapat mendukung siswa.
3. Sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembuatan keputusan dan
rancangan intervensi untuk pencegahan kekerasan di sekolah. Hal ini dapat
dilihat dengan mengukur perasaan responden bagaimana peran siswa
dalam melihat isu kekerasan di sekolah.
2.1.3.1 Jenis Iklim Kerja Sekolah
Iklim kerja di sekolah yang satu tidak sama dengan sekolah yang lain. Banyak
faktor yang menjadi penyebab terjadinya perbedaan iklim kerja di sekolah,
semuanya itu biasa disebut dengan kepribadian atau iklim sekolah. Berkenaan
dengan perbedaan iklim di setiap sekolah, Wilson (2004: 293-299) membagi
iklim kerja di sekolah ke dalam 4 (empat) jenis, antara lain: (a) iklim kerja
terbuka, (b) iklim kerja mengikat, (c) iklim kerja tidak mengikat, dan (d) iklim
kerja tertutup. Iklim organisasi terbuka ditandai oleh seorang pemimpin dan
bawahannya bersikap jujur dan saling menghargai satu sama lainnya.
Senada dengan pendapat tersebut di atas Miskel (1991:225) menyatakan bahwa:
“The model of the open climate is portrayed as an energetic, lively
organization which is moving toward its goals while, simultaneously,
providing satisfaction for the group members social needs. Leadership
acts emerge from both the teachers and the principal. Neither task
achievement, but in both instances satisfaction seems to be obtained
easily and almost effortlessly”.
47
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pada iklim kerja
terbuka, semangat kerja karyawan sangat tinggi, dorongan pimpinan untuk
memotivasi karyawannya agar berprestasi sangat besar, sehingga kepuasan kerja
dapat dicapai dengan mudah. Iklim kerja mengikat ditandai oleh adanya anggota
organisasi yang profesional sedangkan top manajer kurang profesional. Iklim
kerja tidak mengikat, bercirikan manajer sangat agresif dan profesional,
sementrara anggota organisasi kurang profesional. Iklim kerja tertutup ditandai
oleh adanya pimpinan yang tidak mendukung aktivitas organisasi, bahkan justru
menghambat aktivitas organisasi.
Miskel (1991:226) menyebutkan“The prototype of the closed climate is the school
which is characterized by a high degree of apathy among the teachers and
principal. Morale is low. Little satisfaction is obtained with respect to either task
achievement or social needs. The behavior of teachers and the principal is
primarily "inauthentic," and the organization is stagnant”. Ungkapan tersebut di
atas menggambarkan bahwa pada iklim kerja yang tertutup, semangat kerja
karyawan sangat rendah, dorongan pimpinan untuk memotivasi karyawannya
berprestasi sangat rendah, sehingga kepuasan kerja juga sangat sulit
untuk didapatkan. Berdasarkan jenis-jenis iklim kerja yang telah dijelaskan di atas
dapat diketahui bahwa jenis iklim kerja yang terbuka akan menumbuhkan
kepercayaan antara pimpinan dengan anggota organisasi, sehingga
memungkinkan untuk menumbuhkan motivasi kerja yang lebih baik bagi seluruh
anggota organisasi di sekolah.
48
2.1.3.2 Dimensi Pengukuran Iklim Kerja Sekolah
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi suasana kerja di sekolah. Untuk
mengetahui kondisi iklim kerja disekolah dapat diukur dengan menggunakan
berbagai macam dimensi. Loukas (2004: 209-233) menjabarkan pengukuran iklim
sekolah ke dalam empat dimensi, yaitu: (a) safety, (b) teaching and learning, (c)
interpersonal relationships, dan (d) institutional environment. Dimensi safety
terdiri atas (a) rules and norms, meliputi adanya aturan yang dikomunikasikan
dengan jelas dan dilaksanakan secara konsisten, ( b) physical safety meliputi
perasaan siswa dan orang tua yang merasa aman dari kerugian fisik di sekolah,
dan (c) social and emotional security meliputi perasaan siswa yang merasa aman
dari cemoohan, sindiran, dan pengecualian.
Dimensi teaching and learning terdiri atas: (a) support for learning,
menunjukkan adanya dukungan terhadap praktek-praktek pengajaran, seperti
tanggapan yang positif dan konstruktif, dorongan untuk mengambil risiko,
tantangan akademik, perhatian individual, dan kesempatan untuk menunjukkan
pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai cara, dan (b) social and civic
learning, menunjukkan adanya dukungan untuk pengembangan pengetahuan dan
keterampilan sosial, termasuk mendengarkan secara efektif, pemecahan masalah,
refleksi dan tanggung jawab, serta pembuatan keputusan yang etis.
Dimensi interpersonal relationships ketiga terdiri atas: (a) respect for
diversity, menunjukkan adanya sikap saling menghargai terhadap perbedaan
individu pada semua tingkatan, yaitu antara siswa dengan siswa, orang tua dengan
49
siswa, dan orang tua dengan orang tua, (b) social support adults, menunjukkan
adanya kerjasama dan hubungan yang saling mempercayai antara orang tua
dengan orang tua untuk mendukung siswa dalam kaitannya dengan harapan tinggi
untuk sukses, keinginan untuk mendengar, dan kepedulian pribadi, dan (c) social
support students menunjukkan adanya jaringan hubungan untuk mendukung
kegiatan akademik dan pribadi siswa.
Dimensi institutional environment, terdiri atas (a) school connectedness/
engagement, meliputi ikatan positif dengan sekolah, rasa memiliki, dan norma-
norma umum untuk berpartisipasi dalam kehidupan sekolah bagi siswa dan
keluarga, dan (b) physical surroundings, meliputi kebersihan, ketertiban, dan daya
tarik fasilitas dan sumber daya dan material yang memadai. Berdasarkan pendapat
Litwin dan Stringer seperti yang dikutip oleh Linda Holbeche (2005:101)
mengklasifikasikan dimensi iklim kerja sekolah sebagai berikut :
a. Tanggung jawab, karyawan diberi kebebasan untuk melaksanakan tugas
dan menyelesaikannya, diberi motivasi yang lebih untuk melaksanakan
tugas tanpa harus selalu mencari persetujuan manajer, diberi
keberanian menanngung resiko dari pekerjaan tanpa rasa takut dimarahi.
b. Fleksibilitas, karyawan diberi kebebasan untuk lebih inovatif
c. Standar, diperlukan untuk mencapai hasil yang memuaskan ditandai
dengan adanya dorongan untuk maju
d. Komitmen tim, orang akan memberikan apa yang terbaik yang mereka
bisa lakukan jika mereka memiliki komitmen terhadap organisasi.
e. Kejelasan, kejelasan terhadap apa yang menjadi tujuan, tingkatan
tanggung jawab, nilai-nilai organisasi. Hal ini penting diketahui oleh
karyawan agar mereka tahu apa yang sesungguhnya diharapkan dari
mereka dan mereka dapat memberikan kontribusi yang tepat bagi
orgganisasi.
f. Penghargaan, karyawan dihargai sesuai dengan kinerjanya. Manajer
harus lebih banyak memberikan pengakuan daripada kritikan. Sistem
promosi harus dibuat untuk membantu karyawan meraih puncak
prestasi. Kesempatan berkembang harus menggunakan penghargaan dan
peningkatan kinerja.
50
g. Gaya kepemimpinan, ketika gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi
yang ada maka hasil akan dicapai.
Berdasarkan uraian pendapat tentang dimensi iklim kerja sekolah di atas,
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan iklim kerja sekolah adalah
suasana kerja yang mempengaruhi aktivitas di sekolah yang dapat dilihat
berdasarkan dimensi: (a) hubungan antara atasan dengan bawahan, (b) hubungan
antara sesama anggota organisasi, (c) tanggung jawab, (d) imbalan yang adil, (e)
pengendalian, struktur, dan birokrasi yang nalar, dan (f) keterlibatan pegawai dan
partisipasi.
2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja
Faktor yang dapat mempengaruhi iklim kerja seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya, yaitu suasana kerja yang dapat mempengaruhi aktivitas
kerja. Pendapat yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi iklim kerja
seperti yang dikemukakan oleh Hardjana (2006:1-36) yang menyebutkan faktor-
faktor yang mempengaruhi iklim kerja antara lain:
a. Ecologie, berhubungan dengan faktor lingkungan fisik dan
material organisasi, sebagai contoh , ukuran, usia, fasilitas dan kondisi
bangunan.
b. Milieu, berhubungan dengan dimensi sosial pada organisasi. Termasuk
ke dalam dimensi ini segala sesuatu mengenai orang-orang dalam
organisasi.
c. Sosial system, berhubungan dengan struktur organisasi dan
administrasi. Termasuk dimensi ini adalah struktur organisasi sekolah,
51
cara pengambilan keputusan dan siapa orang-orang yang terlibat di
dalamnya, pola komunikasi di antara orang-orang dalam organisasi dan
lain-lain.
d. Culture, berhubungan dengan nilai, sistim kepercayaan, norma dan
cara berpikir yang merupakan karakteristik orang-orang dalam organisasi.
2.1.3.4 Unsur Iklim Sekolah
Menurut para ahli (Ross, 2003: 215-246) terdapat 3 dimensi iklim sekolah,
meliputi:
1) The physical dimension includes: (a) appearance of the school building
and its classrooms; (b) school size and ratio of students to teachers in the
classroom; (c) order and organization of classrooms in the school; (d)
availability of resources, and (e) safety and comfort.
2) The social dimension includes: (a) quality of interpersonal relationships
between and among students, teachers, and staff; (b) quitable and fair
treatment of students by teachers and staff; (c) degree of competition and
social comparison between students; and (d) degree to which students,
teachers, and staff contribute to decision-making at the school.
3) The academic dimension includes: (a) quality of instruction; (b) teacher
expectations for student achievement; and (c) monitoring student progress
and promptly reporting results to students and parents.
52
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, terdapat tiga dimensi mengenai iklim
sekolah, yaitu:
1) Dimensi fisik: tampilan gedung dan ruang kelas, ukuran sekolah dan rasio
peserta didik dengan guru di kelas, ketersediaan sumber daya, serta
keselamatan dan kenyamanan
2) Dimensi sosial: kualitas hubungan interpersonal antara peserta didik, guru,
dan staf, keadilan perlakuan peserta didik oleh guru dan staf, tingkat
persaingan dan perbandingan sosial di antara peserta didik, dan tingkat
kontribusi peserta didik, guru, dan staf dalam pembuatan keputusan di
sekolah
3) Dimensi akademik: kualitas petunjuk, harapan guru pada prestasi peserta
didik, monitoring kemajuan peserta didik dan pelaporan hasil belajar
kepada peserta didik dan orang tua.
Sedangkan menurut Hughes (2008: 1-14) terdapat beberapa kriteria untuk
mengevaluasi kinerja, yaitu: menetapkan pengarahan, instruksi supervisi,
organisasi dan manajemen, budaya dan iklim sekolah, dan pengembangan
profesional. Budaya dan iklim sekolah lebih lanjut dijabarkan pada:
1) Komunikasi yang efektif dengan para staf, peserta didik, orang tua, dan
komunitas
2) Mengekspresikan ide dengan jelas ke dalam bentuk tertulis maupun lisan,
saling mendengarkan dan merespon
3) Mendorong hubungan interpersonal yang positif, dicirikan oleh atmosfer
kepercayaan, keterbukaan, dan kolaborasi; (4) fleksibel dan adil; (5)
53
menunjukkan perhatian personel untuk masing-masing individu, dapat
diperoleh dan nampak
4) Menetapkan pemecahan masalah yang efektif, proses pengambilan
keputusan
5) Menujukan isu perhatian dan memecahkan konflik
6) Menciptakan sebuah atmosfer yang melibatkan partisipasi dalam proses
pembuatan keputusan
7) Memecahkan masalah secara kooperatif, mendelegasikan secara efektif,
mempromosikan kesempatan kepemimpinan
8) Memfasilitasi penyelenggaraan sebuah dewan orang tua dan mendorong
keterlibatan orang tua secara aktif
9) Menjamin para orang tua menerima komunikasi teratur dari sekolah.
Hardjana, (2006:26) mengemukakan pendapatnya mengenai dimensi iklim
organisasi, antara lain:
1) tanggung jawab (responsibility): derajat pendelegasian yang diterima oleh
karyawan
2) standar kerja (standards): harapan tentang kualitas kerja karyawan
3) ganjaran (reward): pengakuan dan ganjaran untuk kerja yang baik dan
penolakan terhadap kinerja yang buruk
4) ramah, semangat kelompok (friendly, teamspirit): bahu-membahu, saling
mempercayai (trust). Kemudian, di dalam implementasi kurikulum 2004
(Yamin, 2006:110)
54
Para ahli menyarankan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan
akademik, baik secara fisik maupun nonfisik. Lingkungan nonfisik memiliki
peran yang besar juga dalam mempengaruhi kondisi belajar, terutama pengaturan
lingkungan belajar, penampilan guru, sikap guru, hubungan harmonis antara guru
dan siswa, serta organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat sesuai dengan
kemampuan dan perkembangan siswa. Berdasarkan pada uraian-uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa unsurunsur yang mempengaruhi iklim sekolah antara
lain: iklim yang bersifat fisik dan sosial. Iklim fisik sekolah meliputi: keadaan
bangunan dan ruang kelas, kebersihan dan kenyamanan ruang, muatan kelas
dengan jumlah siswa, pengaturan cahaya dan suhu ruangan. Iklim sosial sekolah
yaitu hubungan antarpersonil di sekolah, tanggung jawab kerja, motivasi, sikap
guru, tingkat partisipasi personil di dalam pembuatan keputusan, serta
penghargaan dan yang ada diantara anggota sekolah.
Iklim sekolah dalam penelitian ini diukurmelalui indikator: (1) tanggung jawab
kerja tugas dan peran yang didelegasikan oleh pimpinan berisi tugas utama guru
(mengajar, mendidik, dan melatih peserta didik) serta tugas tambahan guru baik di
dalam sekolah maupun di luar sekolah, berani menanggung resiko, kesediaan
menghadapi berbagai karakteristik peserta didik, serta penggunaan waktu dan
tenaga dengan baik; (2) hubungan antarpersonil di sekolah: keramahan,
keterbukaan, musyawarah mufakat, serta tenggang rasa antarguru; dan (3)
dukungan kerja: suasana nyaman dan damai, serta saling bahu-membahu dalam
kegiatan sekolah (Hardjana, 2006: 26).
55
2.1.3.5 Urgensi Iklim Sekolah
Miskel (2008: 200) menjabarkan konsep iklim sekolah yang terbuka. Ikim sekolah
yang terbuka ditandai dengan kerjasama dan menghargai di antara guru dan
kepala sekolah. Kepala sekolah mendengarkan dan terbuka pada saran guru,
memberi ketulusan dan pujian, serta menghargai kompetensi profesional dari guru
(dengan memberi dukungan). Kepala Sekolah juga memberikan kebebasan pada
guru untuk bekerja dengan sedikit pengawasan dan larangan. Perilaku guru
mendukung keterbukaan dan interaksi profesional antarguru, masing-masing
mengenal satu sama lain dan menjalin persahabatan yang erat, serta saling bekerja
sama. Tidak berbeda jauh dari konsep tersebut, terdapat literatur yang
mengembangkan konsep sekolah efektif. Adapun sekolah yang efektif ini di
dalamnya disebutkan bahwa iklim sekolah yang positif dapat dikembangkan dan
dipelihara agar mendukung perkembangan sekolah, baik dari segi mutu lulusan
maupun proses pendidikan di sekolah. Menurut Garrett (1998: 237-246) aspek-
aspek organisasi yang dapat mengarah pada upaya peningkatan mutu di antaranya
adalah:
1) Staf membutuhkan lingkungan kerja yang kondusif, lingkungan kerja yang
baik secara fisik maupun psikis sehingga dapat menumbuhkan suatu iklim
yang menyenangkan dalam bekerja.
2) Tersedianya perangkat kerja berupa sarana dan fasilitas yang memadai
baik peralatan pokok yang harus ada maupun peralatan penunjang yang
dapat memudahkan penyelesaian pekerja sehingga staf mampu
menampilakan hasil kerja yang optimal
56
3) Prosedur dan teknis kerja yang jelas sehingga dapat menumbuhkan sikap
tanggung jawab
4) Staf memerlukan dorongan dan pengakuan atas kesuksesan dan prestasi
yang diraihnya.
Berdasarkan pada berbagai literatur tersebut, maka dapat diketahui bahwa iklim
sekolah mempunyai peran penting dalam membangun sekolah yang bermutu.
Iklim sekolah yang baik akan menciptakan kinerja guru menjadi tinggi. Adapun
dengan adanya iklim sekolah dapat mempengaruhi kinerja guru, perilaku dan
sikap guru, mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, serta berpengaruh pada
partisipasi guru pada suatu kegiatan di sekolah. Iklim sekolah yang buruk akan
menciptakan kinerja guru menjadi rendah dan suasana yang tidak menyenangkan
di antara personil di sekolah, sehingga tujuan pembelajaran kurang atau tidak
tercapai dengan maksimal, berpengaruh pada prestasi peserta didik, hubungan
antarguru dan staf yang kurang harmonis, serta guru kurang terlibat dalam
pengambilan keputusan di sekolah. Oleh karena itu, iklim sekolah merupakan
salah satu hal yang perlu diperhatikan agar tercapai lembaga pendidikan yang
bermutu.
Menurut pendapat guru menyatakan bahwa Iklim sekolah yang kondusif turut
membantu ke arah mewujudkan sekolah yang lebih baik, iklim sekolah juga
merupakan faktor utama yang menentukan keadaan kualitas pembelajaran yang
dihadapi oleh pelajar di sekolah. Ia adalah faktor penting di dalam menentukan
sekolah dalam pencapaian efektivitas pembelajarannya, jika efektivitas
pembelajarannya itu diukur dengan pembelajaran murid dan pencapaian di dalam
57
akademik yang cemerlang. Iklim sekolah yang positif akan menghasilkan pelajar
yang mempunyai kelakuan yang baik, riang dan dapat berinteraksi dengan
baik. Jika keadaan iklim sekolah tertutup fungsi maka guru kurang
mengapresiasikan pengetahuanya. Biasanya guru dapat mengapresiasikan
pengetahuanya dalam keadaan iklim yang terbuka di mana pendapat dan perasaan
boleh dikeluarkan dengan bebas. Pendapat ditimbangkan berasaskan kebutuhan
bukan keinginan.
2.1.4 Etos Kerja Guru
Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, watak,
karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sedangkan dalam istilah Inggris ethos
diartikan sebagai watak atau semangat fundamental suatu budaya, berbagai
ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku suatu
kelompok masyarakat. (Cekin, 2015:164) memaparkan bahwa etos kerja dapat
diartikan sebagai konsep tentang kerja atau paradigma kerja yang diyakini oleh
seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang diwujudnyatakan
melalui perilaku kerja mereka secara khas. Etos menunjukkan pada sifat, watak,
dan kualitas kehidupan bangsa, moral dan gaya estetis. Etos kerja berkaitan erat
dengan budaya kerja, sehingga akan menghasilkan produktivitas dan kualitas
kerja.
Suatu pekerjaan akan lebih terasa ringan apabila dikerjakan dengan semangat
yang kuat demi memehuhi tanggung jawab kerja yang diemban. Begitu pula
dengan guru, apabila hanya berorientasi pada suatu bentuk usaha komersial maka
58
meraka akan cenderung mengajar dengan seenaknya tanpa memperhatikan apa
yang diperoleh peserta didiknya dari pembelajaran yang berlangsung (Goncalves,
166:2014). Maka Etos kerja perlu dimiliki seorang guru agar dapat mencapai
standar yang telah ditetapkan. Etos kerja ini bisa bersifat positif atau negatif
sehingga dapat mempengaruhi. etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta
caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada
sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal
sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia
dengan makhluk lainnya dapat terjalin dengan baik. Menurut Kamphaus
(2007:342-356) melalui etos kerja guru semakin memiliki rasa tanggung jawab
terhadap profesinya, sehingga guru akan mengoptimakan pencapaian standar kerja
guru salah satunya satndar kompetensi professional guru.
Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat. Bila
individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang
luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi.
Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai
rendah bagi kehidupan, maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah (Sumadi,
2007:59-70). Sebagai guru etos kerja itu sangat penting, karena sebesar apapun
etos kerja sangat menentukan produktivitas yang akan dihasilkan. Menurut
(Suparwoto, 2011: 87-110) Kompetensi profesional mengharuskan guru untuk
terus mengembangkan pengetahuannya serta mampu mengelola pembelajaran
oleh karena itu etos kerja diperlukan agar guru lebih produktif dalam menjalankan
tugasnya.
59
Etos kerja merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan
perilaku kearah terwujudnya kualitas kerja yang ideal. Etos Kerja profesional
adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental
yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya,
jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja,
mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan
melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Dari uraian diatas jelaslah
bahwa etos kerja adalah hal yang penting dimiliki oleh setiap guru yang pada
akhirnya berujung pada budaya kerja yang dimiliki guru. Apabila guru memiliki
etos kerja yang baik maka guru akan senantiasa melakukan tugasnya secara
optimal. Melalui berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Etos Kerja
merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang seseorang
agar dapat meningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku
kerjanya. Berdasarkan uraian tersebut, maka suatu individu atau kelompok
masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi atau positif, apabila
menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut: (1) Menempatkan pandangan tentang
kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia; (2) Kerja yang
dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia; (3) Kerja
dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana
pengembangan diri.
Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja
yang rendah atau negatif, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya,
yaitu: (1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri; (2) kerja
60
dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan; (3) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk
rutinitas hidup. Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok
masyarakat, akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya. Dengan etos kerja,
guru memiliki dorongan agar selalu melakukan yang terbaik sesuai profesinya.
Apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan manusia yang sedang “membangun”,
maka etos kerja yang tinggi akan dijadikan sebagai prasyarat yang mutlak, yang
harus ditumbuhkan dalam kehidupan itu. Karena hal itu akan membuka
pandangan dan sikap kepada manusianya untuk mengikis sikap kerja yang asal-
asalan, tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang semestinya. Sehingga
melalui etos kerja guru diharapkan mampu mencapai mutu pendidikan yang lebih
baik melalui penguasaan kompetensi guru yang lebih baik pula.
2.1.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja sebagai berikut (Suryaman,
2004:110) :
(1) Agama
Etos kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya
kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut
menambah kokohnya tingkat etos kerja yang rendah;
(2) Budaya
Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos
kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai
budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan
bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja.
61
(3) Sosial Politik
Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau
tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras
dan dapat menikmati hasil kerja keras dengan penuh. Etos kerja harus
dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada
masa depan bangsa dan Negara.
(4) Kondisi Lingkungan/Geografis
Etos kerja dapat muncul dikarenakann faktor kondisi geografis. Etos kerja
tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja
keras.
(5) Struktur Ekonomi
Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau
tidaknya struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi
anggota masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh
(6) Motivasi Intrinsik Individu
Individu yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang
bermotivasi tinggi. Maka etos kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang yang bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanam dalam
diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi intrinsik.
62
Sebagai jabatan profesional guru harus selalu mengembangkan ilmu yang dimiliki
serta memiliki dorongan yang kaut agar menjadi lebih kreatif dan produktif. Dari
ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini, dalam jurnal
menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama. Keempat pilar inilah yang
sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan sistem keberhasilan
yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua tingkatan. Keempat
elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya
sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat Darma
Keberhasilan Utama, yaitu:
a. mencetak prestasi dengan motivasi superior
b. membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner
c. menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif
d. meningkatkan mutu dengan keunggulan insan.
Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja Sinamo
(2008:20) sebagai berikut: (1) Kerja adalah rahmat; karena kerja merupakan
pemberian dari Yang Maha Kuasa,maka individu harus dapat bekerja dengan
tulus dan penuh syukur; (2) Kerja adalah amanah; kerja merupakan titipan
berharga yang dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja
dengan benar dan penuh tanggung jawab; (3) Kerja adalah panggilan; kerja
merupakan suatu dharma yang sesuai dengan panggilan jiwa kita sehingga kita
mampu bekerja dengan penuh integritas; (4) Kerja adalah aktualisasi; pekerjaan
adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia yang tertinggi sehingga
kita akan bekerja keras dengan penuh semangat; (5) Kerja adalah ibadah; bekerja
merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang Khalik, sehingga melalui
63
pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam
pengabdian; (6) Kerja adalah seni; kerja dapat mendatangkan kesenangan dan
kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta, kreasi baru, dan gagasan inovatif;
(7) Kerja adalah kehormatan; pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga
harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan; (8) Kerja adalah Pelayanan;
manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi
untuk melayani sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan
hati.
Berdasarkan pemamaran diatas maka peneliti menggunakan indikator dari teori
Sinamo. Akan tetapi karena keterbatasan, peneliti menggunakan lima dari delapan
aspek etos kerja menurut sebagai indikator dalam penelitian ini yaitu : (1) menjadi
guru adalah amanah; (2) menjadi guru adalah aktualisasi; (3) menjadi guru adalah
seni; (4) menjadi guru adalah kehormatan; dan (5) menjadi guru adalah pelayanan.
2.1.4.2 Aspek-aspek Etos Kerja Guru
Menurut Sinamo (2005:98) setiap manusia memiliki spirit/roh keberhasilan, yaitu
motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah yang
menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun,
integritas, rasional, bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan,
komitmen, dan penghayatan atas paradigma kerja tertentu. Dengan ini maka orang
berproses menjadi manusia kerja yang positif, kreatif dan produktif. Dari ratusan
teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini, Sinamo (2005: 99)
menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama.
64
Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua
jenis dan sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system)
pada semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah
konsep besar yang disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa
Sanskerta) yang berarti Empat Darma Keberhasilan Utama, yaitu: 1) Mencetak
prestasi dengan motivasi superior, 2) Membangun masa depan dengan
kepemimpinan visioner, 3) Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif, 4)
Meningkatkan mutu dengan keunggulan insane. Keempat darma ini kemudian
dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai berikut: a) Kerja adalah
rahmat; karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha, b) Kerja adalah
amanah; kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada kita sehingga
secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab, c) Kerja
adalah panggilan; kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan panggilan
jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas, d) Kerja adalah
aktualisasi; pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia
yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat, e) Kerja
adalah ibadah; bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang
Khalik, sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada tujuan
agung Sang Pencipta dalam pengabdian, f) Kerja adalah seni; kerja dapat
mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta,
kreasi baru, dan gagasan inovatif, g) Kerja adalah kehormatan; pekerjaan dapat
membangkitkan harga diri sehingga harus dilakukan dengan tekun dan penuh
keunggulan, h) Kerja adalah pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk
65
memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus
bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati.
Wiyono (2007) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya
mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja, yang disimpulkan
sebagai berikut: 1) Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia, 2) Pekerjaan
adalah suatu berkat Tuhan, 3) Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang
halal dan tidak amoral, 4) Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk
mengembangkan diri dan berbakti, 5) Pekerjaan merupakan sarana pelayanan.
Dalam penulisannya, Kusnan (2004:47) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos
Kerja menggambarkan suatu sikap, maka ia menggunakan lima indikator untuk
mengukur etos kerja. Menurutnya etos kerja mencerminkan suatu sikap yang
memiliki dua alternatif, positif dan negatif. Suatu individu atau kelompok
masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan
tanda-tanda sebagai berikut: a) Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap
hasil kerja manusia, b) Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal
yang amat luhur bagi eksistensi manusia, c) Kerja yang dirasakan sebagai
aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia, d) Kerja dihayati sebagai suatu
proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam
mewujudkan cita-cita, e) Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah. Bagi individu
atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah, maka akan
ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya (Kusnan, 2004: 72), yaitu; 1) Kerja
dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri, 2) Kurang dan bahkan tidak
menghargai hasil kerja manusia, 3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat
66
dalam memperoleh kesenangan, 4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,
5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.
Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas, dapat dilihat bahwa
aspek-aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam
beberapa aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo, sehingga penulisan
ini mendasari pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan
oleh Sinamo sebagai indikator terhadap Etos Kerja.
Sekolah merupakan sistem sosial yang didalamnya terdiri dari berbagai individu
yang saling berinteraksi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sulistyorini (2000:42),
sekolah merupakan suatu kesatuan dari pribadi-pribadi yang berinteraksi satu
dengan lainnya. Interaksi antar individu di sekolah pengaruh organisasi yang
dinamis yang akan mewarnai situasi organisasi sekolah. Pengaruh yang dinamis
antar pribadi tersebut akan saling berpengaruh terhadap munculnya tingkah laku
pribadi-pribadi dalam organisasi tersebut. Sarana dan prasarana sekolah,
kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan pembelajaran di kelas dan sekolah
mempunyai pengaruh yang besar dalam mewujudkan sekolah yang efektif.
Berhubungan dengan hal tersebut (Pinkus, 2009:14), menyatakan “school climate
as the quality and character of school life based on patterns of students', parents'
and school personnel's experience of school life and reflects norms, goals, values,
interpersonal relationships, teaching and learning practices, and
organizational structures”
67
2.2 Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian sejenis sebelumnya yang memberi inspirasi penelitian adalah
sebagai berikut:
a) Anne Veronica Omwanda. Penelitian berjudul: The Effects Of Work
Climate On Teachers' Job Performance In Public Primary Schools In
Nairobi North District (2009). (Pengaruh Iklim Kerja Pada Kinerja Guru
Di Sekolah Dasar Negeri Di Nairobi Kabupaten Utara 2009). Penelitian ini
berusaha untuk menilai dampak iklim kerja terhadap kinerja guru.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei untuk mengekplorasi
iklim kerja yang ada. Stratified random sampling dan teknik simple
random dalam menentukan sampel penelitian dan data didapat dengan
menggunakan kuisioner. Temuan utama dari studi ini menunjukkan bahwa
unsur-unsur utama iklim kerja bahwa kinerja guru yang terkena dampak
adalah hubungan kerja yang buruk, kerja tim (staf kolegialitas) dan
motivasi. Mereka juga ditemukan menjadi penentu utama kinerja guru.
Persamaan dan perbedaan dalam penelitian yang akan saya teliti.
Persamaan tertelak pada fokus permasalahan yaitu sama-sama ingin
mencari pengaruh iklim sekolah, data diperoleh menggunakan kuisioner,
merupakan penelitian kuantitaif dan pada variabel iklim kerja. Sedangkan
perbedaan terletak pada pengambilan sampel pada penelitian diatas
menggunakan Stratified random sampling, sedangkan penelitian yang
akan saya teliti menggunakan Proportional Random Sampling.
b) Paul D. Hirtz, Susan L. Murray dan Ctherine A. Riordan. Penelitian
berjudul The Effects of Leadership on Quality (2007). (Pengaruh
68
Kepemimpinan pada Mutu 2007). Penelitian memeriksa manajemen mutu
telah difokuskan terutama pada organisasi manufaktur dengan perhatian
khusus diarahkan karyawan organisasi. Dalam penelitian ini, gaya
kepemimpinan transformasional dalam transaksional dan nontransaksional
klasifikasi dievaluasi relatif terhadap kinerja organisasi berdasarkan
kriteria dari Baldrige Quality Award. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemimpinan memang memiliki mempengaruhi pada kualitas, dan gaya
transformasional dan transaksional tertentu lebih efektif. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan saya teliti terletak pada bahwa
kepemimpinan diharapkan mempengaruhi mutu. Sedangkan perbedaan
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pengaruh
kepemimpinan menggunakan gaya kepemimpinan.
c) Pengaruh antara Sikap Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Motivasi Kerja Guru, dan Kompetensi Pedagogik dengan Kinerja Guru
SMA di Lampung Utara, Rospasari (2011) dengan menggunakan cara
proportional Random Sampling dalam penentuan sample dan data yang
didapat dengan menggunakan angket/kuisioner bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara kompetensi pedagogik dengan kinerja guru
sebesar 68,5%. Adapun persamaan dan perbedaan dalam penelitian yang
akan saya teliti yaitu fokus permasalahan sama-sama ingin mencari apakah
ada pengaruh, dan dalam pengambilan sampling menggunakan cara yang
sama yaitu Proportional Random Sampling, mnggunakan kuisioner dan
indikator dalam kepemimpinan kepala sekolah yaitu dengan mengukur
aspek educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan
69
motivato. Sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada fokus
permasalahan yang akan dicari yaitu terhadap variabel kinerja guru
sedangkan penelitian saya terhadap efektivitas pembelajaran.
2.3 Kerangka Pikir
1) Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap efektivitas
pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang
Peningkatan efektivitas pembelajaran sekolah dapat dilihat dari indikator,
mutu masukan, mutu proses, mutu SDM, mutu fasilitas, mutu manajemen,
dan biaya, maka perlu ada dukungan dari kemampuan supervisi kepala
sekolah guna meningkatkan efektivitas pembelajaran disekolah tersebut.
Kepala sekolah hendaknya dapat menjalankan fungsi dan tugas dengan
sebaik-baiknya serta memainkan peran yang sesuai, yakni sebagai
pemimpin sekaligus sebagai supervisor. Di samping itu, sekolah sebagai
agen perubahan, maka kepala sekolah harus memahami dan
mengembangkan ketrampilannya dalam melaksanakan perubahan itu,
apabila kepala sekolah ingin sekolah yang dipimpinnya menjadi lebih
efektif. Dengan demikian, diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara supervisi akademik kepala sekolah terhadap efektivitas pendidikan.
2) Terdapat pengaruh antara iklim sekolah terhadap efektivitas
pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang
Untuk menciptakan peningkatan efektivitas pembelajaran perlu kita
ketahui tentang dimensi kualitas terlebih dahulu. Dimensi kualitas yang
dimaksud adalah dimensi kerja organisasi, iklim sekolah, nilai tambah,
kesesuaian dengan kualifikasi, kualitas pelayanan dan daya tahan hasil
pembangunan, serta persepsi masyarakat. Dari berbagai dimensi kualitas
70
tersebut semuanya saling berkesinambunagan pula. Dari pengertian diatas
iklim sekolah termasuk salah satu dalam meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Iklim kerja sekolah merupakan seperangkat sifat terukur
dan lingkungan kerja, berdasarkan persepsi kolektif masyarakat yang
tinggal dan bekerja di lingkungan dan terbuti mempengaruhi tingkah laku
mereka. Sebuah konsep umum yang mencerminkan kualitas kehidupan
organisasi. Dengan demikian iklim sekolah yang baik dapat memberikan
pengaruh terhadap efeektivitas pembelajarn menjadi lebih baik lagi.
3) Terdapat pengaruh antara etos kerja guru terhadap efektivitas
pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang
Etos kerja adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Dalam organisasi
pendidikan di sekolah, etos kerja guru dalam kelas merupakan faktor yang
dominan dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran. Artinya, kalau
guru yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai tingkat
kinerja yang bagus, akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran,
begitu juga sebaliknya. Etos kerja merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk melaksankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan
tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini, dapat di pahami jika guru yang
mempunyai etos kerja yang bagus dalam kelas akan mampu menjelaskan
pelajaran dengan baik, mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa
71
dengan baik, mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik,
mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran
sehingga siswa akan memiliki semangat dan motivasi dalam belajar,
senang dengan kegiatan pembelajaran yang diikuti, dan merasa mudah
memahami materi yang disajikan oleh guru. Dengan demikian, diduga
terdapat pengaruh antara etos kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran.
4) Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Etos Kerja Guru dan
Iklim Sekolah secara bersama-sama Terhadap Efektivitas
Pembelajaran
Supervisi Akademik Kepala Sekolah di harapkan mampu menciptakan
iklim sekolah dan etos kerja guru yang kondusif, sehingga dengan iklim
kerja dan kinerja guru yang kondusif dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Iklim sekolah adalah serangkaian keadaan lingkungan yang
dirasakan secara langsung dan tidak langsung oleh karyawan. Hal ini,
menggambarkan bahwa iklim sekolah sebagai beberapa keadaan atau
kondisi dalam satu rangkaian yang secara langsung atau tidak langsung,
sadar atau tidak sadar, dapat mempengaruhi karyawan. Guru merupakan
tenaga pengajar dan merupakan faktor sentral didalam sistem
pembelajaran terutama pada pendidikan formal seperti sekolah. Guru
mempunyai peranann dalam mentransformasikan input pendidikan
sehingga menghasilkan output yang baik tentunya dengan proses yang
sesuai dengan kurikulum, dan adanya kompetensi dari guru, sehingga
diharapkan adanya peningkatan kualitas dalam proses belajar mengajar.
Hal ini berarti, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan bergantung
pada kondisi kompetensi guru. Iklim sekolah yang menggambarkan
suasana dan hubungan kerja antara sesama pendidik, antara pendidik
72
dengan kepala sekolah, antara pendidik dengan tenaga kependidikan
lainnya serta antar dinas di lingkungannya merupakan wujud dari
lingkungan kerja yang kondusif. Iklim kerja sekolah dapat digambarkan
melalui sikap saling mendukung (supportive), tingkat persahabatan
(colegial), tingkat keintiman (intimate), serta kerja sama (cooperative).
Kondisi yang terjadi atas keempat dimensi iklim sekolah tersebut
berpotensi meningkatkan kinerja pendidik. Dengan demikian, diduga
terdapat signifikan antara Supervisi Akademik Kepala Sekolah, iklim
sekolah dan etos kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka kerangka berfikir penelitian dapat
disajikan pada Gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
Supervisi
Akademik Kepala
Sekolah (x¹)
Iklim Sekolah (x²)
Etos Kerja Guru
(x³)
Efektivitas
Pembelajaran (y)
73
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto
2010). Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka pikir, hipotesis dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik
kepala sekolah terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri
Kabupaten Tulang Bawang
2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan iklim sekolah terhadap
efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang
Bawang
3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan etos kerja guru terhadap
efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang
Bawang
4) Terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik
kepala sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru terhadap
efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang
Bawang
74
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode, Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode dalam suatu penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode sangat
diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada pada saat
penelitian dilaksanakan. Hal ini berguna untuk memperoleh keakuratan data
dan pengembangan pengetahuan serta untuk menguji suatu kebenaran di
dalam pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu setiap penelitian diperlukan
adanya metode atau cara untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan
oleh seseorang, maka dari dari itu penulis menggunakan metode penelitian
korelasional yang menyatakan bahwa suatu alat statistik yang dapat
digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang
berbeda-beda agar dapat menentukan tingkat pengaruh antara variabel X
dan variabel Y dengan mencari t hitung dan f hitung (Arikunto,2006:270).
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu
penelitian yang difokuskan pada kajian fenomena objektif utuk dikaji secara
kuantitatif (Musfiqon, 2012). Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuisioner, kemudian analisis data dilakukan secara kuantitatif
menggunakan SPSS versi 20. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian jenis ex post facto yaitu dimana peneliti
75
berusaha menentukan penyebab kejadian peristiwa pengaruh dan yang
mempengaruhi telah terjadi dan diteliti oleh peneliti dalam tinjauan ke
belakang (Sugiyono, 2016).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas yaitu
supervisi akademik kepala sekolah (x1) iklim sekolah (x2) dan etos kerja
guru (x3) terhadap variabel terikat yaitu efektifitas pembelajaran (y).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek atau obyek yang menjadi sasaran
penelitian. Menurut Sugiyono (2009:117) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah guru di SMA Negeri Kabupaten Tulang
Bawang yang terdiri dari 20 sekolah dengan 24 jumlah kecamatan yang
ada di Kabupaten Tulang Bawang.
Untuk perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
76
Tabel 3.1 Jumlah guru di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang
tahun ajaran 2017/2018
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Tulang Bawang ( 2017)
Populasi dalam penelitian ini dari 20 SMAN di Kabupaten Tulang Bawang yang
terdiri dari 600 jumlah guru. Kemudian dengan menggunakan Cluster Sampling
yaitu membagi populasi berdasarkan kecamatan dari 20 kecamatan yang ada di
kabupaten Tulang Bawang diambil 6 kecamatan dengan 6 SMA Negeri yang
menjadi sampel dalam penelitian ini dengan jumlah guru sebanyak 178, seperti
tabel di bawah ini:
No Nama Sekolah Jumlah Guru
1 SMAN 1 Banjar Agung 30
2 SMAN 1 Penawar Aji 31
3 SMAN 1 Rawajitu Selatan 30
4 SMAN 1 Dente Teladas 25
5 SMAN 1 Gedung Aji Baru 32
6 SMAN 3 Menggala 33
7 SMAN 1 Penawartama 32
8 SMAN 1 Tanjung Raya 27
9 SMAN 1 Tulang Bawang Udik 31
10 SMAN 2 Menggala 30
11 SMAN 1 Banjar Margo 32
12 SMAN 2 Dente Teladas 24
13 SMAN 1 Gedung Aji 30
14 SMAN 1 Tulang Bawang Tengah 30
15 SMAN 1 Menggala 31
16 SMAN 1 Meraksa Aji 31
17 SMAN 1 Banjar Agung 30
18 SMAN 2 Menggala 32
19 SMAN 1 Tumijajar 27
20 SMAN 1 Gedung Meneng 30
Total Populasi 600
77
Tabel 3.2 Jumlah Populasi Penelitian yang di ambil berdasarkan kecamatan
yang ada di Kabupaten Tulang Bawang
No Kecamatan Nama Sekolah Jumlah Guru
1 Penawar Aji SMAN 1 Penawar Aji 31 2 Rawajitu Selatan SMAN 1 Rawajitu Selatan 30 3 Penawartama SMAN 1 Penawartama 32 4 Gegung Aji SMAN 1 Gedung Aji 30 5 Tulang Bawang Udik SMAN 1 Tulang Bawang Udik 31 6 Dente Teladas SMAN 1 Dente Teladas 24 Jumlah 178
3.2.2 Sampel
Sampel adalah “sebagian anggota yang diambil dari keseluruhan objek yang
akan diteliti serta dianggap mewakili populasi diambil dengan
menggunakan teknik tertentu”. Penelitian ini merupakan penelitian sampel
karena subjek yang diteliti hanya sebagian dari populasi. Kemudian
dilakukan penentuan jumlah sampel pada masing-masing sekolah dengan
menentukan proporsinya sesuai dengan jumlah guru pada sekolah yang
diteliti. Jumlah sampel setiap sekolah didapatkan dengan menggunakan
rumus slovin sebagai berikut:
n =
Keterangan.
N : jumlah populasi
n : jumlah sampel
d : presisi atau batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan
sebesar 0.05
Sehingga perhitunganya adalah sebagai berikut :
n =
n =
( )
n =
78
n = 123 Adapun penentuan proportional random sampling, dengan rumus:
S =
. N (Sulistyastuti,2007)
Keterangan:
S : Target jumlah sampel
x : jumlah populasi setiap sekolah
y : jumlah populasi
n : Jumlah keseluruhan sampel
Hasil yang didapatkan dari masing-masing proporsional random sampling adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Total Sampel Penelitian
No Nama Sekolah Populasi Perhitungan Sampel
Sampel
1 SMAN 1 Penawar Aji 31
x 123 = 21 21
2 SMAN 1 Rawajitu Selatan 30
x 123 = 21 21
3 SMAN 1 Penawartama 32
x 123 = 23 22
4 SMAN 1 Gedung Aji 30
x 123 = 21 21
5 SMAN 1 Tulang Bawang Udik
31
x 123 = 21 21
6 SMAN 1 Dente Teladas 24
x 123 = 17 17
Total Sampel 178 123 Sumber : Hasil Observasi dan Perhitungan Penelitian (2017)
Pengambilan sampel di setiap unit sekolah diambil secara acak, Langkah-langkah
yang dimaksudkan adalah (1) Masing-masing guru akan dipilih sejumlah yang
ditentukan sebelumnya, (2) dibuat potongan kertas kecil sejumlah guru di sekolah
tersebut dan ditulis nama-nama guru yang ada di sekolah tersebut, (3) nama-nama
guru yang ditulis pada potongan kertas, kemudian digulung dan dimasukan dalam
tabung dan dikocok, lalu dikeluarkan satu per satu, (4) gulungan kertas yang
79
keluar, dicatat sebagai sampel dan dikocok lagi hingga keluar nama yang lain
sebanyak jumlah guru yang dibutuhkan. Begitu dilakukan seterusnya pada sekolah
yang lain hingga terpenuhi sejumlah guru yang akan dijadikan sampel penelitian.
3.3 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:155) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya, di
dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
3.3.1 Variabel Terikat
Variabel terikat dilambangkan dengan (y) adalah variabel yang akan diukur
untuk mengetahui pengaruh lain, sehingga sifatnya sangat tergantung pada
variabel lain (Purwanto, 2007:116). Variabel terikat pada penelitian ini
adalah Efektifitas Pembelajaran.
1. Variabel Terikat Efektivitas Pembelajaran (Y)
a. Definisi Konseptual Variabel Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas Pembelajaran adalah ketercapaian hasil yang dicapai
dengan hasil yang diharapkan dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada, untuk menciptakan dan melaksanakan proses KBM guna
mendapatkan hasil yang maksimal baik dipandang dalam segi
manajemen dan mutu.
80
b. Definisi Operasional Variabel Efektivitas Pembelajaran
Definisi operasional variabel efektivitas pembelajaran adalah skor
total yang diperoleh dari kuisioner efektivitas pembelajaran yang
meliputi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas
siswa dalam pembelajaran, serta hasil belajar siswa. Terdiri dari 25
butir penyataan.Variabel efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini
akan diukur menggunakan skala Likert, dengan lima pilihan, Masing-
masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti tertera pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.3 Daftar pembobotan Penilaian Variabel Efektivitas
Pembelajaran
No. Alternatif Jawaban Bobot Nilai
1. (S) Selalu 5
2. (Sr) Sering 4
3. (KK) Kadang-kadang 3
4. (J) Jarang 2
5. (TP) Tidak Pernah 1
3.3.2 Variabel Bebas
Variabel bebas dilambangkan dengan x adalah variabel penelitian yang
mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas pada penelitian ini adalah
Supervisi akademik kepala sekolah (x¹) iklim sekolah (x²) dan etos kerja
guru (x³)
3.3.2.1 Variabel bebas Supervisi Akademik kepala sekolah
a. Definisi konseptual supervisi akademik kepala sekolah
Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan bantuan
profesional yang berupa pemberian dorongan, bimbingan dan arahan
81
dari kepala sekolah kepada guru agar dapat meningkatkan
kemampuanya dalam melaksanakan proses pembelajaran.
b. Definisi operasional supervisi akademik kepala sekolah
Supervisi akademik kepala sekolah berdasarkan persepsi guru terhadap
kepala sekolah dalam menjalankan kewajibanya yang diukur
berdasarkan 3 dimensi yaitu , perencanaan supervisi akademik kepala
sekolah, pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dan tindak
lanjut supervisi akademik kepala sekolah. Beberapa aspek supervisi
akademik kepala sekolah yang telah disebutkan di atas kemudian
dijabarkan ke dalam beberapa indikator untuk mendapatkan butir-butir
instrumen variabel supervisi akademik kepala sekolah dengan
menggunakan penilaian seperti tabel di bawah ini .
Tabel 3.4 Daftar pembobotan penilaian supervisi akademik kepala
sekolah
No. Alternatif Jawaban Bobot Nilai
1. (S) Selalu 5
2. (Sr) Sering 4
3. (KK) Kadang-kadang 3
4. (J) Jarang 2
5. (TP) Tidak Pernah 1
3.3.2.2 Variabel bebas Iklim sekolah
a. Definisi konseptual iklim sekolah
Iklim sekolah ini dapat diartikan sebagai suatu suasana atau kualitas
dari sekolah untuk membantu individu masing-masing merasa
berharga secara pribadi, bermartabat dan penting secara serentak
dapat membantu terciptanya suatu perasaan memiliki terhadap segala
82
sesuatu di sekitar lingkungan sekolah (Idrus, 2006: 94-106). Iklim
sekolah juga dapat dipandang sebagai suasana hubungan antar
personil yang ada di sekolah tersebut, Iklim sekolah menggambarkan
keadaan warga sekolah tersebut dalam keadaan riang dan mesra
ataupun kepedulian antara satu sama lainnya. Hubungan mesra pada
iklim kerja sekolah terjadi, karena disebabkan terdapat hubungan yang
baik di antara kepala sekolah, guru, dan diantara guru dan peserta
didik.
b. Definisi operasional iklim sekolah
Iklim sekolah menurut persepsi guru merupakan suasana lingkungan
sekolah yang mempengaruhi prilaku anggota dalam lingkungan
sekolah tersebut, yang dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator
yaitu, (a) hubungan antara atasan dengan bawahan, (b) hubungan
antara sesama anggota sekolah, (c) tanggung jawab, (d) imbalan, (e)
struktur kerja, (f) keterlibatan dan partisipasi. Variabel efektivitas
pembelajaran dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala
Likert, dengan lima pilihan, Masing-masing pilihan diberi nilai
dengan pembobotan seperti tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.5 Daftar pembobotan Iklim sekolah
No. Alternatif Jawaban Bobot Nilai
1. (S) Selalu 5
2. (Sr) Sering 4
3. (KK) Kadang-kadang 3
4. (J) Jarang 2
5. (TP) Tidak pernah 1
83
3.3.2.3 Variabel etos kerja guru
a. Definisi konseptual etos kerja guru
Etos kerja merupakan totalitas kepribadian dirinya serta cara
mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada
sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal
yang optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya
dan antar manusia dengan makhluk lainya dapat terjalin dengan baik.
Melalui etos kerja guru semakin memiliki rasa tanggung jawab
terhadap profesinya, sehingga guru akan mengoptimalkan pencapaian
standar kerja guru salah satunya standar kompetensi profesional guru.
b. Definisi operasional variabel
Definisi operasional variabel etos kerja guru menurut persepsi guru
merupakan rasa tanggung jawab seorang guru terhadap profesinya,
yang di ukur berdasarkan indikator meliputi konsep kerja guru,
tanggung jawab guru terhadap profesinya, budaya kerja guru.Variabel
etos kerja guru dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala
Likert, Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti
tertera pada tabel :
Tabel 3.6 Deskripsi data Variabel Etos Kerja Guru
No. Alternatif Jawaban Bobot Nilai
1. (S) Selalu 5
2. (Sr) Sering 4
3. (KK) Kadang-kadang 3
4. (J) Jarang 2
5. (TP) Tidak Pernah 1
84
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid, yang dapat
mendukung keberhasilan dalam penelitian ini validitas yang digunakan
sebagai berikut :
3.4.1 Teknik Pokok
Teknik pokok dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket) merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Apabila ada kesulitan dalam memahami kuesioner, responden
bisa langsung bertanya kepada peneliti. Angket ini digunakan untuk
mendapatkan informasi mengenai bagaimana supervisi akademik kepala
sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru terhadap efektifitas
pembelajaran. Dengan menggunakan skala likert, yaitu sebuah instrument
atau alat ukur yang mewajibkan pengamat untuk menetapkan subyek
kepada kategori atau kontinum dengan memberikan nomor atau angka
pada kategori tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut, angket yang digunakan dalam penelitian
ini adalah termasuk angket langsung dan tertutup. Disebut langsung sebab
disebarkan langsung kepada responden dan dikumpulkan pada waktu itu
juga, sedang disebut tertutup karena responden terikat pada jawaban yang
telah disediakan oleh peneliti.
85
3.4.2 Teknik Penunjang
Teknik penunjang dalam penelitian ini adalah dokumentasi, studi
kepustakaan, teknik-teknik tersebut digunakan sebagai data pelengkap.
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai
jumlah guru yang di teliti di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang.
3.5 Uji Instrumen Penelitian
Penggunaan instrumen untuk mendapatkan data pada sampel yang telah
ditentukan harus diuji coba terlebih dahulu karena instrumen yang digunkan
tergolong non baku. Instrumen yang digunakan didesain dan dikembangkan oleh
peneliti dengan memodifikasi instrumen yang telah ada. Beberapa syarat
instrumen dapat digunakan dalam penelitian dan mampu menggali data yang
diharapkan. Nasution (2004:169) memberi ciri-ciri harus memenuhi dua
persyaratan penting, yakni valid dan reliabel.
3.5.1 Uji Validitas Instrumen
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas internal.
Menurut Arikunto, (2008:65) Validitas ini merupakan validitas yang dicapai
manakala terdapat kesesuaian antar bagian instrumen secara keseluruhan.
Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut
mengukur apa yang hendak diukur.
86
Validitas merupakan parameter yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Pengujian validitas alat ukur terlebih dahulu
dilakukan penentuan harga korelasi antarbagian dari alat ukur secara
keseluruhan dengan cara mengorelasikan tiap alat ukur dengan skor total
yang merupakan jumlah setiap skor item soal. Kegiatan menghitung
validitas alat ukur atau instrumen harus memiliki validitas tinggi. Validitas
instrumen pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus Product
Moment dari Pearson. Rumus yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Keterangan:
rxy : koefisiensi korelasi
n : jumlah responden
x : skor butir
y : skor total
Kesesuaian harga rxy yang diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan
rumus tersebut kemudian dikonsultasikan kepada tabel r kritik Product Moment
dengan kaedah keputusan sebagai berikut. Jika rhitung >rtabel , maka instrumen
tersebut dikategorikan valid.
Tetapi sebaliknya, manakala rhitung <rtabel , maka instrumen tersebut
dikategorikan tidak valid dan tidak layak untuk digunakan pengambilan data.
Reliabilitas bermakna bahwa suatu instrumen terpercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data. Menurut Arikunto, (2008:86). Suatu instrumen dapat
n
Y
n
X
yx
n
yxxy
xyr2
2
2
2
87
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi manakala instrumen tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap atau ajeg.
3.5.1.1 Hasil Uji Validitas Efektivitas Pembelajaran (Y)
No item Pertanyaan
rhitung rtabel Interpretasi
1 0,444 0,862 Valid
2 0,444 0,830 Valid
3 0,444 0,773 Valid
4 0,444 0,773 Valid
5 0,444 0,827 Valid
6 0,444 0,827 Valid
7 0,444 0,788 Valid
8 0,444 0,843 Valid
9 0,444 0,830 Valid
10 0,444 0,636 Valid
11 0,444 0,827 Valid
12 0,444 0,862 Valid
13 0,444 0,224 Tidak Valid
14 0,444 0,830 Valid
15 0,444 0,773 Valid
16 0,444 0,733 Valid
17 0,444 0,827 Valid
18 0,444 0,827 Valid
19 0,444 0,807 Valid
20 0,444 0,830 Valid
21 0,444 0,827 Valid
22 0,444 0,826 Valid
23 0,444 0,619 Valid
24 0,444 0,830 Valid
25 0,444 0,788 Valid Sumber data : Diolah dari hasil jawaban responden pada uji coba kuesioner
Berdasarkan tabel 3.5.1.1 Terdapat 1 butir pertanyaan yang tidak dapat digunakan
karena tidak valid, sedangkan data lainnya dapat digunakan.
88
3.5.1.2 Hasil Uji Validitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)
Berdasarkan hasil hitung uji validitas terhadap 20 sampel uji coba, selanjutnya
hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai kritis (rtabel) pada taraf signifikansi
5% (0,05)dengan jumlah sampel 25, diperoleh angka rtabel sebesar 0,444.
Untuk menentukan valid atau tidaknya suatu item pertanyaan supervisi akademik
kepala sekolah dalam kuesioner kriteria ujinya adalah jika rhitung lebih rendah
daripada rtabel maka butir item tersebut tidak valid.
Adapun rangkuman hasil uji validitas butir-butir angket yang diuji validitasnya
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)
No item Pertanyaan
rhitung rtabel Interpretasi
1 0,444 0,741 Valid
2 0,444 0,793 Valid
3 0,444 0,806 Valid
4 0,444 0,859 Valid
5 0,444 0,809 Valid
6 0,444 0,919 Valid
7 0,444 0,817 Valid
8 0,444 0,797 Valid
9 0,444 0,793 Valid
10 0,444 0,809 Valid
11 0,444 0,859 Valid
12 0,444 0,809 Valid
13 0,444 0,919 Valid
14 0,444 0,817 Valid
15 0,444 0,797 Valid
16 0,444 0,793 Valid
17 0,444 0,809 Valid
18 0,444 0,793 Valid
19 0,444 0,797 Valid
20 0,444 0,793 Valid
21 0,444 0,809 Valid
89
22 0,444 0,919 Valid
23 0,444 0,817 Valid
24 0,444 0,797 Valid
25 0,444 0,793 Valid Sumber data : Diolah dari hasil jawaban responden pada uji coba kuesioner
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa 25 pertanyaan variabel supervisi kepala
sekolah dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai pengambilan data.
3.5.1.3 Hasil Uji Validitas Iklim Sekolah (X2)
No item Pertanyaan
rhitung rtabel Interpretasi
1 0,444 0,793 Valid
2 0,444 0,777 Valid
3 0,444 0,821 Valid
4 0,444 0,844 Valid
5 0,444 0,376 Tidak Valid
6 0,444 0,884 Valid
7 0,444 0,798 Valid
8 0,444 0,366 Tidak Valid
9 0,444 0,777 Valid
10 0,444 0,918 Valid
11 0,444 0,777 Valid
12 0,444 0,821 Valid
13 0,444 0,844 Valid
14 0,444 0,295 Tidak Valid
15 0,444 0,777 Valid
16 0,444 0,918 Valid
17 0,444 0,821 Valid
18 0,444 0,844 Valid
19 0,444 0,781 Valid
20 0,444 0,777 Valid
21 0,444 0,918 Valid
22 0,444 0,345 Tidak Valid
23 0,444 0,781 Valid
24 0,444 0,918 Valid
25 0,444 0,781 Valid Sumber data : Diolah dari hasil jawaban responden pada uji coba kuesioner
90
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa 21 pertanyaan variabel iklim sekolah
dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai pengambilan data.
3.5.1.4 Hasil Uji Validitas Etos Kerja Guru (X3)
No item Pertanyaan
rhitung rtabel Interpretasi
1 0,444 0,762 Valid
2 0,444 0,822 Valid
3 0,444 0,844 Valid
4 0,444 0,425 Tidak Valid
5 0,444 0,776 Valid
6 0,444 0,896 Valid
7 0,444 0,823 Valid
8 0,444 0,376 Tidak Valid
9 0,444 0,822 Valid
10 0,444 0,776 Valid
11 0,444 0,822 Valid
12 0,444 0,844 Valid
13 0,444 0,422 Tidak Valid
14 0,444 0,792 Valid
15 0,444 0,792 Valid
16 0,444 0,822 Valid
17 0,444 0,776 Valid
18 0,444 0,822 Valid
19 0,444 0,844 Valid
20 0,444 0,833 Valid
21 0,444 0,379 Tidak Valid
22 0,444 0,835 Valid
23 0,444 0,421 Tidak Valid
24 0,444 0,835 Valid
25 0,444 0,792 Valid Sumber data : Diolah dari hasil jawaban responden pada uji coba kuesioner
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa 20 pertanyaan variabel etos kerja guru
dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai pengambilan data.
91
3.6 Uji Reliabilitas
Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila meempunyai tahap kepercayaan yang
tinggi dan bila alat ukur itu digunakan pada waktu yang berlainan akan
menunjukkan hasil yang relatif sama. Dengan kata lain reliabilitas menunjukkan
pada suatu pengertian bahwa suatu instrument dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai pengumpul data (Arikunto, 2002:170).
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan uji reliabilitas
internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari suatu hasil uji coba
dengan menggunakan rumus Chronbach Alpha dengan program SPSS.
Langkah-langkah dalam mencari reliabilitas dengan metode alpha sebagai
berikut:
Langkah I:
Menghitung varians skor tiap item dengan rumus:
Keterangan:
S1 : varians skor tiap-tiap item
∑12 :
jumlah kuadrat item
(∑X1)2
: kuadrat jumlah item.
N : jumlah responden
S1 =
( )
92
Langkah II:
Menjumlahkan varians semua item dengan rumus sebagai berikut:
∑S1 = S1 + S2 + S3 +.....S2
Keterangan:
∑S1 : jumlah varians semua item.
S1 : varians item ke- i = 1,2,3,.... n
Langkah III:
Menghitung varians total dengan rumus sebagai berikut:
S1 =
( )
Keterangan:
S1 : varians total
∑ : jumlah kuadrat X total
(X1)2 : kuadrat jumlah X total
N : jumlah responden
Langkah IV:
Masukkan nilai alpha dengan rumus sebagai berikut:
r11= (
) (
)
Keterangan:
r11 : nilai reliabilitas
∑S1 : jumlah skor tiap-tiap item
S1 : varians total
K : jumlah item.
Langkah V:
Menentukan derajat reliabilitas, dengan tabel. Dengan harga reliabilitas yang
diperoleh, hasilnya dikonsultasikan dengan rtabel rata-rata signifikansi 5% atau
internal kepercayaan 95%. Jika harga perhitungan lebih besar dari rtabel maka
instrumen dinyatakan reliabel. Reliabilitas instrumen hasil uji coba kemudian
diinterprestasikan berdasarkan tabel berikut:
93
Tabel 3.11 Daftar Interprestasi Nilai r (Reliabilitas Instrument)
No Besarnya Nilai r Interprestasi
1 Antara 0,80 – 1,00 Tinggi
2 Antara 0,60 – 0,80 Cukup
3 Antara 0,40 – 0,60 Rendah
4 Antara 0,20 – 0,40 Sangat rendah
5 Antara 0,00 – 0,20 Tidak berkorelasi
Sumber: Ridwan (2008:13)
Kriteria uji jika nilai alpha > nilai r tabel dengan signifikan 5% dengan n=20
r(0,05,20) tabel =0,444 dinyatakan butir-butir instrumen reliabel (Sulistyo,
2010:47). Hasil uji reliabilitas variabel efektivitas pembelajaran (y), supervisi
akademik kepala sekolah (x1), iklim sekolah (x2), etos kerja guru (x3), disajikan
pada tabel berikut :
Tabel 3.12 Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian
No Variabel Penelitian Alpha ( )
Kondisi Keterangan
1 Efektivitas Pembelajaran 0,965 > 0,444 Reliabel
2 Supervisi Akademik Kepala Sekolah 0,989 > 0,444 Reliabel
3 Iklim Sekolah 0,767 > 0,444 Reliabel
4 Etos Kerja Guru 0,962 > 0,444 Reliabel Sumber : Data primer uji coba instrumen tahun 2018
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa instrumen efektivitas pembelajaran (y),
supervisi akademik kepala sekolah (x1), iklim sekolah (x2), etos kerja guru (x3)
dinyatakan reliabel dan dapat dipergunakan sebagai instrumen.
3.7 Uji Prasyarat analisis Data
Uji prasyarat analisis data yang akan digunakan adalah prasyarat untuk parametrik
dan regresi linier berganda. Pada bagian ini akan dibahas uji prasyarat analisis
data yang meliputi uji normalitas, homogenitas, linieritas, dan ujimultikolinieritas.
94
3.7.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan untuk dilakukan terhadap semua variabel
yang diteliti, yaitu meliputi variabel supervisi akademik kepala sekolah (x1), iklim
sekolah (x2), etos kerja guru (x3), efektivitas pembelajaran (y). Hasil pengujian
terhadap sampel penelitian digunakan untuk menyimpulkan apakah populasi yang
diamati berdistribusi normal atau tidak. Apabila hasil pengujian data normal
adalah hasil perhitungan statistik dapat digeneralisasikan pada populasinya. Uji
normalitas dilakukan dengan baik secara manual maupun menggunakan komputer
dengan program SPSS. Dalam penelitian ini, uji normalitas dapat digunakan uji
kolmogrov > 0,05 berarti berdistribusi normal. Untuk keperluan pengujian normal
tidaknya distribusi masing-masing data dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Data tidak berdistribusi normal
HI : Data berdistribusi normal
Kriteria uji : tolak H0 jika nilai sig > 0,05 dan terima H0 untuk selainnya
3.7.2 Uji Homogenitas
Tujuan uji homogenitas sampel adalah untuk mengetahui apakah data sampel
yang diambil merupakan sampel yang berasal dari populasi bervarian homogen.
Pengujian homogenitas dilakukan terhadap semua variabel dependen yang diteliti,
yaitu meliputi variabel supervisi akademik kepala sekolah (x1), iklim sekolah (x2),
etos kerja guru (x3), efektivitas pembelajaran (y). Untuk keperluan pengujian
digunakan metode uji analisis One-way anova, dengan langkah-langkah berikut :
H0 : varian populasi tidak homogen
H1 : varian populasi adalah homogen
95
Dengan kriteria uji: tolak H0 jika nilai sig > 0,05 dan terima H0 untuk selainnya.
3.7.3 Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang ada
merupakan persamaan linier atau berupa persamaan non linier. Hipotesis yang
digunakan untuk menguji linieritas garis regresi tersebut dinyatakan sebagai
berikut :
H0 : Model regresi berbentuk non linier
HI : Model regresi berbentuk linier
Untuk menyatakan apakah garis regresi tersebut linier atau tidak, kriteria ujinya
adalah tolak H0 jika nilai Sig < (0,05) dan terima H0 untuk selainnya.
3.6.4 Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang linear
antara variabel bebas satu dengan variabel bebas lainnya. Hal yang diharapkan
adalah tidak terjadi adanya hubungan yang linier (Multikolinieritas) diantara
variabel-variabel bebas. Karena apabila terjadi hubungan antara variabel bebas
maka :
a. Tingkat ketelitian prediksi atau pendugaan sangat rendah sehingga tidak
akurat
b. Koefisien regresi akan bersifat tidak stabil karena adanya perubahan data
kecil akan mengakibatkan perubahan yang signifikan pada variabel bebas
(y)
96
c. Sulit untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikatnya
Hipotesis yang digunakan untuk membuktikan ada tidaknya Multikolinieritas
adalah :
H0 : Tidak terdapat hubungan antar variabel bebas
HI : Terdapat hubungan antar variabel bebas
Kriteria pengambilan keputusan
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya Multikolinieritas didalam model regresi
adalah dengan melihat Tolerance dan Variance Inflation Factor dengan kriteria :
a. Mempunyai angka tolerance di atas (>) 0,10 tidak terjadi Multikolinieritas
b. Mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10,00 tidak terjadi Multikolinieritas
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Regresi Linier Sederhana
Regresi linier sederhana digunakan untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan
ketiga. Regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun
kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.
Persamaan garis regresi sederhana (dengan satu prediktor ) adalah :
Y = a + a¹X
Keterangan :
Y : nilai yang diprediksi (variabel terikat)
a : harga bilangan konstant
a¹ : harga koefisien prediktor
X : nilai variabel bebas
97
Untuk mencari nilai a dan a¹ digunakan rumus :
a = ( )( ) ( )( )
( )
a¹= ( )( )
( )
3.8.2 Regresi Linier Berganda
Uji korelasi ganda atau persamaan regresi ganda digunakan untuk menguji
hipotesis ke empat sampai dengan hipotesis ke tujuh rumus :
Y = a+a1 x1 + a2 x2 + a3 x3
Dimana :
Y : Variabel Efektivitas pembelajaran
x1 : Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah
x2 : Variabel Iklim sekolah
x3 : Etos Kerja Guru
a1, a2, dan a3 : Koefisien regresi yang dicari
Kemudian dilanjutkan menguji hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut :
Pengaruh x1, x2, x3 terhadap Y secara simutan (uji F)
a. H0 : 0, artinya x1, x2, x3 secara simultan (bersama-sama) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Y
b. H0 : 0, artinya x1, x2, x3 secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh signifikan terhadap Y
Kaidah pengambilan keputusan :
a. Jika Sig F hitung > Sig F tabel maka H0 ditolak
b. Jika Sig F hitung < Sig F tabel maka H0 diterima
126
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan supervisi akademik kepala
sekolah terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri kabupaten
Tulang Bawang, yakni semakin tinggi kepala sekolah menjalankan
supervisinya maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas pembelajaran
yang akan ditunjukan oleh guru
2) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan iklim sekolah terhadap
efektivitas pembelajaran di SMA Negeri kabupaten Tulang Bawang, yakni
semakin baik iklim sekolah maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas
pembelajaran yang akan ditunjukan oleh guru
3) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan etos kerja guru dalam
menjalankan tugasnya terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri
kabupaten Tulang Bawang, yakni semakin baik guru menjalankan
tugasnya maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas pembelajaran yang
akan ditunjukan oleh guru
127
4) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan supervisi akademik kepala
sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru terhadap efektivitas
pembelajaran di SMA Negeri kabupaten Tulang Bawang, yakni semakin
tinggi kepala sekolah menjalankan supervisinya dengan iklim sekolah
yang baik serta di dukung dengan guru yang menjalankan tugasnya dengan
baik maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas pembelajaran yang akan
ditunjukan oleh guru
5.2 Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil dari hasil penelitian ini baik secara
parsial maupun bersama-sama mempunyai pengaruh yang meyakinkan terhadap
efektivitas pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa untuk meningkatkan
efektivitas pembelajaran dapat dilakukan dengan meningkatkan supervisi
akademik kepala sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru.
5.2.1 Implikasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperkuat pengetahuan dan teori bahwa variabel
efektivitas guru dipengaruhi oleh berbagai variasi atau variabel bebas. Dalam
kaitanya ini hasil penelitian yang diperoleh konsisten dengan teori yang
digunakan. Dengan merujuk pada penelitian, maka dalam memaksimalkan kinerja
guru perlu dipertimbangkan untuk memperhatikan ketiga variabel penelitian yaitu:
Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Iklim Sekolah, dan Etos Kerja guru.
128
5.2.2 Implikasi Teoretis
Berdasarkan kesimpulan di atas diketahui bahwa variabel bebas yang diteliti baik
secara parsial maupun bersama-sama mempunyai pengaruh yang meyakinkan
terhadap variabel terikatnya.hal ini menunjukan bahwa untuk meningkatkan
efektivitas guru dapat dilakukan dengan meningkatkan supervisi akademik kepala
sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru.
5.2.2.1 Meningkatkan Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Supervisi akademik kepala sekolah memberikan kontribusi yang positif dan
signifikan terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran di SMA Negeri
Kabupaten Tulang Bawang. Hal ini mengharuskan pihak terkait untuk
memperhatikan aspek supervisi akademik kepala sekolah guna menciptakan
kondisi sekolah yang baik dan bermutu.
5.2.2.2 Meningkatkan Iklim Sekolah
Iklim sekolah memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap
peningkatan efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang.
Hal ini mengharuskan pihak terkait untuk memperhatikan aspek yang dapat
meningkatkan iklim sekolah, menciptakan suasana yang komunikasi yang baik,
menciptakan struktur kerja yang nyaman bagi seluruh anggota sekolah.
5.2.2.3 Meningkatkan Etos Kerja Guru
Etos kerja guru memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap
peningkatan efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang.
Hal ini mengharuskan pihak terkait untuk memperhatikan aspek yang dapat
129
meningkatkan Etos kerja guru, menciptakan kesempatan guru untuk terus
berprestasi guna mencapai kinerja guru yang maksimal.
5.3 Saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisa data, dan
mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin menyarankan
bahwa:
1. Bagi guru
Guru hendaknya untuk dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran,
karena sebagai seorang pendidik, guru merupakan ujung tombak dalam
proses pembelajaran yang aktiv, kreatif, efektif, dan inovatif dan
menyenangkan sehingga nantinya siswa dapat menerapkanya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Kepala Sekolah
Iklim sekolah dan etos kerja guru memberikan kontribusi terhadap
efektivitas pembelajaran, dengan demikian diharapkan kepala sekolah
mampu memerankan supervisi akademiknya dengan baik dan bijaksana
sehingga tercipta kondisi iklim sekolah yang baik.
3. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya menyusun manajemen etos kerja guru, iklim sekolah
dan supervisi akademik kepala sekolah guna menciptakan efektivitas
pembelajaran yang baik dan berjalan lancar.
130
DAFTAR PUSTAKA
Andaritidya, A. (2014). "Effectiveness of stad cooperative learning on improving
behavior engagement in mathematics subjects of fifth grade elementary
students. ." educational psychology. 2(7).
Andre Hardjana. (2006). Iklim Organisasi: Lingkungan Kerja Manusiawi. Jurnal
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baedhowi. 2006. Tantangan Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik pada
Bumi Aksara.
Butter R & Hermanns J. 2006. “Impact of Experienced Professionalism on
Professional Culture in Probation”. European Journal of Experiment.
University of Bucharest Vol. 3, No.3, 2011, pp 31 – 42 ISSN: 2006 – 2203.
Çekin, A. (2015). "The Investigation of Critical Thinking Dispositions of
Religious Culture and Ethics Teacher Candidates (The Case of Ankara
University and Kastamonu University in Turkey). Journal of Education
and Learning." Education and Learning 9(2): 158-164.
Djamarah and Zain (2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta, Rineka Cipta.
Engberg, M. E., & Mayhew, M. J. (2007). The influence of first-year “success”
courses on student learning and democratic outcomes. Journal of College
Student Development, 48(3), 241-258.
Garrett, K.J. (1998). Cooperative learning in social work research courses:
Helping students help one another. Journal of Social Work Education,
34, 237-246.
Gregory, A., Cornell, D., Fan, X. 2011. The Relationship of School Structure
and Support to Suspension Rates for Black and White High School
Students. American Educational Research Journal. August 2011, Vol.
48, No. 4, pp. 904–934
131
Gurin, P., Dey, E. L., Hurtado, S., & Gurin, G. (2002). Diversity and higher
education: Theory and impact on educational outcomes. Harvard
Educational Review, 72, 330-366.
Hasnah (2014). Guru Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Manajemen
Sumberdaya Manusia (Vol. 2 No. 1 Desember 2007). Hlm. 59-70.
Hoy, Wayne K. & Cecil G. Miskel. 2014. Administrasi Pendidikan: Teori, Riset,
dan Prakti. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hughes, J. N., Luo, W., Kwok, O-M., & Loyd, L. K. (2008). Teacher-student
support, effortful engagement, and achievement: A 3-year
longitudinal study. Journal of Educational Psychology, 100, 1-14.
Husni, I. (2014). "Determine the Relationship Work Ethic with The Performance
of Teachers." Economic education 2(2): 341-831.
Indiyani, N.E., Widodo, P.B., & Listiara, A. (2006). Efektivitas metode
pembelajaran gotong royong (cooperative learning) untuk menurunkan
kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika: Suatu studi
eksperimental pada siswa di SMP 26 Semarang. Jurnal Psikologi
Universitas Diponegoro, 3, 10-28.
Indrafachrudi. 2010. Manajemen Sekolah (Teori Dasar dan Praktik dilengkapi
dengan contoh Rencana Strategik dan Operasional). Bandung: Refika
Aditama.
Jablon, J.R., & Wilkinson, M. (2006). Using engagement strategies to
facilitate children‟s learning and success. Beyond The Journal, 1, 1-5.
Kamphaus, RW., Thorpe, JS., Winsor, AP., Pierce, A, Kroncke, Ap., Dowdy,
E.T, dan VanDeventer, MC. 2007. Educational and
Psychological Measurement. Volume 67 .Number 2. Hal. 342-356
Kashima, E. S., & Loh, E. (2006). International students‟ acculturation: Effects
of international, conational, and local ties and need for closure. International
Journal of Intercultural Rela- tions, 30, 471-485.
Keen, C., & Hall, K. (2008). Engaging with difference matters: Longitudinal
student outcomes of cocurricular service learning programs. Journal of
Higher Education, 80(1), 59-79.
Loukas, A. Suzuki,R Horton,K.D. 2004. Examining the Moderating Role of
Perceived School Climate in Early Adolescent Adjustment. Journal of
Research on Adolescence, 14, 2, 209-233.
132
Mishadin (2012). "Efektivitas media pembelajaran berbasis komputer Pada mata
pelajaran elektronika terhadap prestasi belajar siswa kelas XI di SMK 1
Sedayu Bantul." technical education 1(3): 173-188.
Muhammad Idrus. (2006). Implikasi Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja
dan Kualitas Kehidupan Kerja Karyawan. Jurnal Psikologi Universitas
Diponegoro (Vol.3 No. 1). Hlm. 94-106.
Mulyasa, E.. 2012. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta.
Nitisemito, J. 2000. Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Motivasi Belajar”.
Jurnal Pembelajaran, (Volume 30 No.02), Universitas Negeri Padang
Press
Norlidah dan A. Binadja (2013:579). "Efektivitas pembelajaran kimia dengan
pendekatan salingtemas ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa." 1 2.
Nugraha, Mulyawan Safwandy. (2015). Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh
Kepala Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Jurnal
Pendidikan Islam Nadwa. Vol.9,Nomor 1, April 2015
Pewewardy, C., & Frey, B. (2004). American Indian students‟ perceptions of
racial climate, multicultural support services, and ethnic fraud at a
predominantly White university. Journal of American Indian Education,
43(1), 32-60.
Rohmawati, A. (2015). "effectiveness of learning in class A2 Kindergarten
Miftahul Huda Kecamatan Turen Kabupaten Malang. ." early childhood
education 9(1).
Ross, M.S, Lowther, D.L. 2003. Impacts of the Connect School Reform Design on
Classroom Instruction, School Climate, and Student Achievement in
Inner-City Schools. Journal of Education For Students Placed at Risk, 8,
2,215-246.
Salamah. (2004). Efektivitas Guru Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta. Jurnal
Dinamika Pendidikan (Volume 2 Nomor 2). Hlm. 79-155.
Sunarso dan Sumadi. (2007). Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kinerja
Supardi (2013:53). "Pengaruh fasilitas belajar dan lingkungan belajar terhadap
motivasi belajar siswa program keahlian apk di smk taruna jaya gresik."
Economic education 1.
Suparwoto, dkk. (2011). Evaluasi Etos kerja guru Guru IPA SD, SMP, dan SMA
Pasca Sertifikasi. Jurnal Kependidikan (Nomor 1 Volume 41). Hlm. 87-
110.
133
Suryaman, 2004. Budaya Organisasi di Sekolah. Jurnal Buana Pendidikan, 110
Susilo, F. A. (2014). "Peningkatan efektivitas pada proses pembelajaran." 1 2:
166-195.
Wilson, D. 2004. The Interface of School Climate and School Connectedness
and Relationship with Aggression and Victimization. Journal of School
Health, 7,74,293-299.
Wiyono, B. 2007. Hubungan Lingkungan Belajar, Kebiasaan Belajar dan
Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP Kotamadya
Mojokerto. Jurnal Pendidikan Vol 15 No 1 Tahun 2007. FIP. Universitas
Negeri Malang.
Yuliani, 2003. Pengaruh Iklim Kelas terhadap Motivasi Belajar.
Jurnal Pembelajaran, (Volume 30 No.02), Universitas Negeri Padang
Press
Zahra. 2014. Total Quality Management in Education, Manajemen Mutu
Pendidikan. Cetakan ke.XI. Jogjakarta: IRCiSoD.