PENGARUH SUHU

4
Pengaruh Suhu Pada percobaan ini ada perbedaan besar frekuensi dan amplitudo antara kontrol dan perlakuan pada suhu hangat 37 0 C dan suhu dingin 5 0 C. Suhu hangat (37 0 ) Besar frekuensi kontrol = 10/10 denyut/detik dan amplitudo kontrol 1,5 cm. Besar frekuensi dan amplitudo perlakuan adalah 13/10 denyut/detik dan 1,4 cm. Jadi,dalam percobaan ini frekuensi setelah ditambah larutan ringer meningkat dan amplitudonya turun. Seharusnya, kenaikan suhu menyebabkan amplitudo juga naik karena permeabilitas sel meningkat, sehingga mempercepat self excitation process dari SA node. Kenaikan suhu menyebabkan permeabilitas sel otot terhadap ion meningkat sehingga ion inflow meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya depolarisasi. Saat potensial membran mencapai nilai ambang, maka akan terjadi potensial aksi yang kemudian dikonduksikan pada SA node. Dimana SA node yang mempunyai sifat self excitation semakin dipacu. Implus dari SA node dikonduksikan ke AV node, selanjutnya ke HIS bundle, kemudian ke saraf purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel dengan kontraksi sangat cepat. Akibatnya frekuensi dan amplitudo denyut jantung meningkat. Suhu dingin (5 0 C)

description

pengaruh suhu

Transcript of PENGARUH SUHU

Pengaruh SuhuPada percobaan ini ada perbedaan besar frekuensi dan amplitudo antara kontrol dan perlakuan pada suhu hangat 370 C dan suhu dingin 50 C.Suhu hangat (370)Besar frekuensi kontrol = 10/10 denyut/detik dan amplitudo kontrol 1,5 cm. Besar frekuensi dan amplitudo perlakuan adalah 13/10 denyut/detik dan 1,4 cm. Jadi,dalam percobaan ini frekuensi setelah ditambah larutan ringer meningkat dan amplitudonya turun. Seharusnya, kenaikan suhu menyebabkan amplitudo juga naik karena permeabilitas sel meningkat, sehingga mempercepat self excitation process dari SA node.Kenaikan suhu menyebabkan permeabilitas sel otot terhadap ion meningkat sehingga ion inflow meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya depolarisasi. Saat potensial membran mencapai nilai ambang, maka akan terjadi potensial aksi yang kemudian dikonduksikan pada SA node. Dimana SA node yang mempunyai sifat self excitation semakin dipacu. Implus dari SA node dikonduksikan ke AV node, selanjutnya ke HIS bundle, kemudian ke saraf purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel dengan kontraksi sangat cepat. Akibatnya frekuensi dan amplitudo denyut jantung meningkat.Suhu dingin (50 C)Besar frekuensi kontrol = 10/10 denyut/detik dan amplitudo = 1,6 cm. Besar frekuensi perlakuan = 8/10 denyut/detik dan amplitudo perlakuan 1,8 cm. Jadi frekuensi mengalami penurunan dan amplitude mengalami kenaikan setelah diberi larutan ringer 50C . Seharusnya, frekuensi dan amplitudo mengalami penurunan karena penurunan suhu mengakibatkan penurunan permeabilitas sel otot jantung terhadap ion, sehingga diperlukan waktu lama untuk mencapai nilai ambang. Jadi, self excitation juga menurun, akibatnya kontraksi jantung menurun.Perubahan denyut jantung pada suhu yang berbeda terlihat jelas pada percobaan ini karena digunakan jantung kura-kura yang bersifat poikilothermik yang dapat menyesuaikan dengan suhu lingkungan.

Pengaruh obatAdrenalinDari pengamatan yang dilakukan, didapatkan bahwa dengan pemberian adrenalin akan meningkatkan frekuensi dan amplitudo. Namun dalam percobaan mengalami penurunan amplitudo. Frekuensi dan amplitudo kontrol adalah 10/10 denyut/detik dan 1,8 cm. Sedangkan frekuensi dan amplitudo perlakuan adalah 12/10 denyut/detik dan 1,7 mm. Peningkatan yang seharusnya terjadi,karena adrenalin dapat meningkatkan permeabilitas membran terhadap Na dan Ca. Di dalam SA node, peningkatan permeabilitas membran terhadap Na menyebabkan penurunan potensial membran sampai nilai ambang. Sementara di dalam AV node peningkatan permeabilitas membran terhadap Na akan mempermudah sabut otot jantung untuk mengkonduksi implus sabut otot berikutnya sehingga mengurangi waktu pengkonduksian implus dari atrium ke ventrikel. Sedangkan peningkatan permeabilitas terhadap Ca akan meningkatkan kontraksi otot.AsetilkolinDengan penambahan asetilkolin, dari pengamatan didapatkan bahwa obat itu dapat menurunkan frekuensi dan amplitudo.Namun pada percobaan terjadi kenaikan amplitudo. Frekuensi dan amplitudo control = 10/10 denyut/detik dan 1,7 cm. Sedangkan frekuensi dan amplitudo perlakuan adalah 3/10 denyut/detik dan 2 cm. Penurunan yang seharusnya terjadi karena asetilkolin meningkatkan permeabilitas membran sel terhadap ion K sehingga menyebabkan hiperpolarisasi, yaitu meningkatnya permeabilitas negativitas dalam sel otot jantung yang membuat jaringan kurang peka terhadap rangsang. Di dalam AV node, hiperpolarisasi menyebabkan penghambatan junctional yang berukuran kecil untuk merangsang AV node sehingga terjadi perlambatan kontraksi impuls yang akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan kontraksi.

KEPUSTAKAAN1. Ganong, W.F. 2003 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22, Jakarta : EGC2. Guyton, A.C., Hall J.E. 2003 . Fisiologi Kedokteran. Edisi lupa :D. Jakarta: EGC