PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI...

19
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA TENGGARA TAHUN 2011 Rizta Rosiva Bardania Sylvia Veronica N.P. Siregar Universitas Indonesia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh struktur kepemilikan (kepemilikan keluarga dan kepemilikan institusional) dan kualitas audit terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek di Indonesia, Malaysia, dan Singapura di tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga dan kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap besaran manajemen laba. Kualitas audit yang dilihat dari ukuran kantor akuntan publik juga tidak signifikan mempengaruhi praktek manajemen laba yang dilakukan suatu perusahaan. Kata Kunci : Manajemen laba; kepemilikan keluarga; kepemilikan institusional; kualitas audit ABSTRACT This study investigates the effect of ownership structure (family ownership and institutional ownership) and audit quality on earnings management practice for listed companies in Indonesia, Malaysia, and Singapore stock exchange at 2011. The result of this study shows that family ownership and institutional ownership has no significant effect on the level of earnings management. Audit quality based on the size of public accountant firm also has no significant effect on the level of earnings management. Keywords: earning management; family ownership; institutional ownership; audit quality 1. Pendahuluan Pencapaian tujuan tertentu dalam perusahaan memberikan nilai bagi perusahaan tersebut. Salah satu nilai tersebut adalah laba. Laba merupakan salah satu ukuran yang penting dalam menjelaskan kemampuan ekonomis suatu perusahaan. Menurut Bernard dan Stober (1989), kualitas laba dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna (users) untuk membuat keputusan yang terbaik dan dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham. Namun demikian, adanya fleksibilitas prinsip akuntansi menimbulkan peluang bagi manajer untuk mengelola laba agar laba yang dilaporkan terlihat bagus, tindakan ini disebut manajemen laba. Scott (2012) menjelaskan ada dua jenis manajemen laba, yakni manajemen laba yang efisien dan oportunis. Manajemen laba yang efisien dilakukan untuk meningkatkan kemampuan laba

description

MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIATENGGARA TAHUN 2011

Transcript of PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI...

Page 1: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA

TENGGARA TAHUN 2011

Rizta Rosiva BardaniaSylvia Veronica N.P. Siregar

Universitas Indonesia

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh struktur kepemilikan (kepemilikan keluarga dan kepemilikan institusional) dan kualitas audit terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek di Indonesia, Malaysia, dan Singapura di tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga dan kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap besaran manajemen laba. Kualitas audit yang dilihat dari ukuran kantor akuntan publik juga tidak signifikan mempengaruhi praktek manajemen laba yang dilakukan suatu perusahaan.

Kata Kunci : Manajemen laba; kepemilikan keluarga; kepemilikan institusional; kualitas audit

ABSTRACTThis study investigates the effect of ownership structure (family ownership and institutional ownership) and audit quality on earnings management practice for listed companies in Indonesia, Malaysia, and Singapore stock exchange at 2011. The result of this study shows that family ownership and institutional ownership has no significant effect on the level of earnings management. Audit quality based on the size of public accountant firm also has no significant effect on the level of earnings management.

Keywords: earning management; family ownership; institutional ownership; audit quality

1. Pendahuluan

Pencapaian tujuan tertentu dalam perusahaan memberikan nilai bagi perusahaan tersebut.

Salah satu nilai tersebut adalah laba. Laba merupakan salah satu ukuran yang penting dalam

menjelaskan kemampuan ekonomis suatu perusahaan. Menurut Bernard dan Stober (1989),

kualitas laba dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh

para pengguna (users) untuk membuat keputusan yang terbaik dan dapat digunakan untuk

menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham. Namun demikian, adanya

fleksibilitas prinsip akuntansi menimbulkan peluang bagi manajer untuk mengelola laba agar

laba yang dilaporkan terlihat bagus, tindakan ini disebut manajemen laba. Scott (2012)

menjelaskan ada dua jenis manajemen laba, yakni manajemen laba yang efisien dan

oportunis. Manajemen laba yang efisien dilakukan untuk meningkatkan kemampuan laba

Page 2: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

untuk mengkomunikasikan private information, yaitu informasi personal perusahaan yang

tidak dipublikasikan dan hanya bisa diakses oleh pihak yang berwenang. Sebaliknya,

manajemen laba yang oportunis dilakukan manajer untuk memaksimalkan kepentingan

pribadinya.

Adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan juga dapat

menimbulkan suatu konflik yang disebut konflik keagenan dan konflik keagenan tersebut

dapat mengakibatkan timbulnya motivasi manajemen melaporkan laba secara oportunis untuk

memaksimumkan kepentingan pribadinya salah satunya dengan cara memanajemenisasi laba.

Salah satu mekanisme dalam corporate governance yang dapat mempengaruhi konflik

keagenan adalah struktur kepemilikan. Arifin (2003) menemukan bahwa konflik keagenan

pada perusahaan yang struktur kepemilikannya adalah keluarga lebih sedikit karena hanya

ada sedikit konflik antara agen dan prinsipal. Sedangkan Bushee (1998) dalam Siregar dan

Utama (2008) menyatakan bahwa kepemilikan institusional mempunyai peran dalam

monitoring yang mengharuskan manajer untuk mengambil aksi yang tidak akan

membahayakan perusahaan dalam jangka panjang.

Ada kalanya angka laba manipulasi oleh manajemen lolos dan tersaji sebagai angka

laba laporan keuangan auditan. Sedangkan investor dan pihak eksternal lainnya tidak

memiliki sumber daya seperti waktu, akses, dan kemampuan untuk mengetahui apakah angka

laba dimanipulasi atau tidak atau berapa besar jumlah manipulasinya. Maka yang berperan

memberikan pengawasan terhadap perusahaan adalah auditor eksternal yang berperan

memberikan opini secara independen atas kewajaran dan kesesuaian pelaporan laporan

keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Becker, Defond, Jiambalvo, dan Subramanyam (1998) dalam Velury dan Jenkins (2006)

ditemukan bukti bahwa akrual diskresioner pada perusahaan yang diaudit oleh auditor KAP

big six lebih rendah daripada akrual diskresioner yang terdapat pada perusahaan yang diaudit

oleh KAP non-big six.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah struktur kepemilikan dan ukuran

Kantor Akuntan Publik sebagai pengukuran kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen

laba yang diukur melalui akrual diskresionernya. Perbedaan penelitian ini dengan Siregar dan

Utama (2008) adalah tidak memasukkan proporsi komisaris independen dan keberadaan

komite audit, karena pada periode penelitian ini aturan mengenai komisaris independen dan

komite audit telah ditetapkan oleh pihak regulator dan diwajibkan untuk diterapkan pada

setiap perusahaan publik. Perbedaan lainnya terdapat pada pemilihan negara sebagai sampel

penelitian, yang memilih untuk melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan

Page 3: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

manufaktur di tiga negara berbeda di Asia yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Perbedaan juga terletak pada model akrual diskresioner yang digunakan, pada penelitian

sebelumnya Siregar dan Utama (2008) menggunakan model Kasznik (1999), sedangkan

peneliti memilih menggunakan tiga model pengukuran manajemen laba akrual yaitu model

Jones (1991), Dechow et al. (1995), dan model Kothari et al. (2005). Selanjutnya penelitian

ini tidak memasukkan variabel ukuran perusahaan sebagai variabel utama penelitian, namun

dijadikan sebagai variabel kontrol. Namun, penelitian ini tidak menemukan bukti adanya

pengaruh antara struktur kepemilikan dan kualitas audit terhadap manajemen laba.

2. Tinjauan Literatur dan Pengembangan Hipotesis

Konflik keagenan adalah konflik yang timbul sebagai akibat keinginan manajemen

(agen) untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang dapat

mengorbankan kepentingan pemegang saham (prinsipal) untuk memperoleh return dan nilai

jangka panjang perusahaan (Alijoyo & Zaini, 2004) Hal ini dapat mendorong manajemen

untuk melakukan manajemen laba oportunis.

Jensen dan Meckling (1976) dalam Rebecca (2012) menyatakan bahwa struktur

kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan

pemegang saham. Berle dan Means (1932) membagi tipe kepemilikan perusahaan menjadi

dua yaitu perusahaan yang dikontrol oleh pemilik dan perusahaan yang dikontrol oleh

manajemen. Salah satu bentuk struktur kepemilikan adalah kepemilikan keluarga. Struktur

kepemilikan yang mayoritas digunakan di negara Asia yaitu kepemilikan keluarga. Menurut

La Porta et al. (1998) dalam Arifin (2003), kepemilikan keluarga merupakan kepemilikan

dari individu dan kepemilikan dari perusahaan tertutup (di atas 5%), yang bukan perusahaan

publik, negara, ataupun institusi keuangan. Arifin (2003) berpendapat bahwa perusahaan

yang dikendalikan oleh keluarga memiliki konflik keagenan yang rendah. Hal ini dikarenakan

rendahnya konflik kepentingan antara principal dan agent pada perusahaan yang

dikendalikan keluarga dibandingkan perusahaan lainnya. Jiraporn & Dadalt (2007) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa manajemen laba memang terjadi pada tingkat lebih rendah

di perusahan dengan kepemilikan keluarga dibandingkan dengan perusahaan non-keluarga.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghabdian et al. (2012) yang

membandingkan tingkat manajemen laba pada perusahaan keluarga dan non-keluarga.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H1 : Kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

Page 4: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

Bentuk struktur kepemilikan lainnya yaitu kepemilikan institusional. Juniarti dan

Sentosa (2009) menyatakan bahwa kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham

perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional, seperti pemerintah, perusahaan investasi,

bank, perusahaan asuransi, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya.

Brickley et al. (1988) dalam Azharia (2007) mencoba mengklasifikasikan investor

institusional ke dalam tiga jenis, yaitu pertama pressure-resistant yaitu investor yang

cenderung tidak mempunyai hubungan dengan perusahaan dimana mereka menginvestasikan

dananya dan mempunyai pengaruh yang lebih kuat dalam mempengaruhi pemilihan strategi

di dalam perusahaan. Contohnya seperti dana pensiun dan reksa dana. Jenis yang kedua yaitu

pressure-sensitive, seperti bank dan asuransi. Investor institusional jenis ini memiliki

hubungan dengan perusahaan dimana mereka menginvestasikan dananya dan cenderung lebih

pasif dibandingkan investor institusional jenis pressure-resistant karena investor institusional

jenis ini berkewajiban untuk memberikan dukungan terhadap kebijakan yang diambil oleh

manajemen. Jenis yang ketiga yaitu pressure-indeterminate. Investor jenis ini yaitu dana

pensiun perusahaan yang mengelola dana pensiun khusus untuk para pegawai yang bekerja di

perusahaan tersebut. Hubungan antara perusahaan dengan dana pensiun perusahaan terjalin

dengan baik dan dana pensiun perusahaan biasanya tidak aktif berperan dalam menggunakan

haknya untuk menentang segala keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan.

Monks dan Minow (1995) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki

peluang, sumber daya, dan kemampuan untuk mengawasi, mendisiplinkan dan

mempengaruhi manajer di perusahaan. Shiller dan Pound (1989) dalam Shuhaela (2008)

menyatakan bahwa investor institusional menghabiskan waktu lebih banyak untuk melakukan

analisis dan memiliki akses dan informasi yang perolehannya terlalu mahal untuk dimiliki

oleh investor lain. Dikarenakan telah menghabiskan banyak waktu dan uang untuk

mendapatkan informasi, maka investor institusional akan melakukan monitoring secara

efektif dan juga tidak mudah dikelabui oleh manajemen. Balsam et al. (2002) dalam Velury

dan Jenkins (2006) menyimpulkan bahwa investor institusional mempunyai akses untuk

informasi yang lebih relevan dan tepat waktu, mereka juga dapat mengidentifikasi

manajemen laba lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor non-institusional.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

De Angelo (1981) dalam Jauhari (2011) mendefinisikan kualitas audit sebagai

probabilitas nilaian-pasar bahwa laporan keuangan mengandung kekeliruan material dan

auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material tersebut. Menurut De Angelo

Page 5: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

(1981) dalam Jauhari (2011), audit yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh

orang yang kompeten dan orang yang independen. Pada saat ini ukuran auditor sering

dianggap mempresentasikan independensi dan kompetensi dari seorang auditor dan hal itu

direpresentasikan oleh KAP “big four” atau leading KAP. Krishnan (2002) dalam Jauhari

(2011) menyatakan bahwa leading KAP dipersepsikan oleh investor sebagai KAP yang

mempunyai kualitas yang lebih tinggi yang memiliki karakteristik yang dihubungkan dengan

kualitas seperti pelatihan yang terspesialisasi dan peer review, memiliki sumber daya yang

berlebih untuk pelatihan staf, berinvestasi kepada teknologi informasi dan mengembangkan

teknik-teknik untuk mendeteksi praktek manajemen laba.

Dalam penelitiannya Balsam et al. (2003) dalam Francis (2004) mendukung bahwa

kualitas audit dapat mengurangi manajemen laba sehingga meningkatkan kualitas laba yang

dilaporkan perusahaan. Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Piot dan Janin (2005) yang

menggunakan ukuran KAP big four dan non big four dalam mengukur kualitas audit lalu

menguji pengaruh dari kualitas audit terhadap manajemen laba di negara Perancis. Menurut

Zhou dan Elder (2004), kualitas audit dapat diukur dari ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)

dan spesialisasi industri oleh auditor. Becker et al. (1998) dalam Velury dan Jenkins (2006)

serta Francis et al. (1999) dalam Susanto (2012) menemukan bahwa manajemen laba pada

perusahaan yang diaudit oleh KAP big six lebih kecil daripada manajemen laba pada

perusahaan yang diaudit oleh KAP non-big six. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis

yang diajukan adalah:

H3 : Tingkat manajemen laba pada perusahaan yang diaudit oleh KAP big four

lebih rendah dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh KAP non-big four

3. Metode Penelitian

3.1 Model Penelitian

Berikut adalah model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:

ABSDACi = β0 + β1FAM_OWNi + β2INST_OWNi + β3BIG4i + β4SIZEi + β5AGEi

+ β6GRWTi + β7LEVi + β8DMali + β9DSingi + ℮i

ABSDACi = Absolut akrual diskresioner

FAM_OWNi = Jumlah persentase kepemilikan saham oleh keluarga

INST_OWNi = Jumlah persentase kepemilikan saham oleh institusional

BIG4i = Ukuran KAP yang merupakan variabel dummy, jika perusahaan

diaudit oleh KAP big four akan diberi nilai 1 sedangkan jika diaudit

KAP non big four akan diberi nilai 0

Page 6: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

SIZEi = Ukuran perusahaan dengan logaritma total aset

AGEi = Umur perusahaan dihitung dari tahun pertama berdiri

GRWTi = Pertumbuhan penjualan

LEVi = Rasio total utang terhadap total aset

DMali = Variabel dummy negara, nilai 1 untuk perusahaan Malaysia dan nilai

0 untuk perusahaan negara selain Malaysia

DSingi = Variabel dummy negara, nilai 1 untuk perusahaan Singapura dan

nilai 0 untuk perusahaan negara selain Singapura

3.2 Operasionalisasi Variabel

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang

menggunakan proksi akrual diskresioner. Pada penelitian ini, akrual diskresioner diperoleh

dengan menggunakan model Jones (1991), Dechow et al. (1995) dalam Siregar dan Utama

(2008) dan Kothari et al. (2005) dalam Susanto (2012).

1. Model Jones (1991)

2. Model Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995)

3. Model Kothari et al. (2005):

Keterangan:

Tait = Total akrual perusahaan i pada tahun t diperoleh dari selisih antara

laba bersih sebelum pos luar biasa dan arus kas dari aktivitas

operasional

ΔREVit = Selisih pendapatan perusahaan i pada tahun t dengan t-1

ΔRECit = Selisih piutang perusahaan i tahun t dengan tahun t-1

PPEit = Aset tetap bruto perusahaan i tahun t

TAit = α0 + α1(ΔREVit - ΔRECit) + α2PPEit + α3ROAit + еit

TAit = α0 + α1ΔREVit + α2PPEit + еit

TAit = α0 + α1(ΔREVit - ΔRECit) + α2PPEit + еit

Page 7: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

ROAit = Laba bersih dibagi dengan total aset

Akrual nondiskresioner adalah nilai yang didapatkan dari model diatas dan akrual

diskresional merupakan residualnya. Untuk mendapatkan nilai akrual diskresioner maka data

diolah secara cross section untuk semua perusahaan yang tergolong di industri manufaktur.

3.2.2 Variabel Independen

a. Kepemilikan keluarga

Penelitian ini menggunakan prosentase kepemilikan saham oleh pemegang saham

yang termasuk di dalam definisi kepemilikan keluarga yang dinyatakan oleh La Porta et al.

(1999) dan Claessens et al. (2000) dalam Rebecca (2012) yaitu keseluruhan individu dan

perusahaan yang kepemilikannya tercatat (kepemilikan 5% keatas wajib dicatat), kecuali

perusahaan publik, negara, institusi keuangan (seperti lembaga investasi, reksadana, asuransi,

dana pensiun, bank, koperasi) dan publik (individu yang kepemilikannya tidak wajib

tercatat).

FAM_OWNi = Jumlah persentase kepemilikan saham oleh keluarga

b. Kepemilikan institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh

investor institusional, seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, institusi luar

negeri, dana perwalian serta institusi keuangan lainnya (Juniarti dan Sentosa, 2009).

Penelitian ini menggunakan persentase kepemilikan saham oleh investor institusional.

INST_OWNi = Jumlah persentase kepemilikan saham oleh institusional

c. Kualitas audit

Ukuran KAP disini menggunakan variabel dummy, jika perusahaan sampel diaudit

oleh KAP big four diberi nilai 1, sedangkan jika diaudit oleh KAP non-big four diberi nilai 0.

3.2.3 Variabel Kontrol

a. Ukuran Perusahaan

Diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan seperti

pengukuran size dalam penelitian Liu dan Peng (2006). Sejalan dengan political cost

hypothesis, yaitu semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan

Page 8: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Dengan demikian, ukuran

perusahaan diduga berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

b. Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan perusahaan diukur dengan selisih antara pendapatan tahun ini

dengan pendapatan tahun sebelumnya yang kemudian dibagi oleh pendapatan tahun

sebelumnya. Salah satu indikator dalam menilai kinerja manajemen adalah pertumbuhan

penjualan. Hal ini menyebabkan manajer terdorong untuk melakukan manajemen laba agar

pertumbuhan penjualan perusahaan terus meningkat dan kondisi ini menyebabkan

pertumbuhan penjualan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi besaran akrual

diskresioner. Pertumbuhan penjualan diduga berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

c. Usia Perusahaan

Semakin lama perusahaan beroperasi, maka semakin kecil kemungkinan adanya

akrual diskresioner karena perusahaan yang telah berdiri lama memungkinkan perusahaan

berada dalam keadaan operasi dan kinerja keuangan yang kokoh. Ukuran usia perusahaan

pada penelitian ini dilihat dari tahun perusahaan pertama kali berdiri. Usia perusahaan diduga

berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

d. Leverage

Karena perusahaan yang memiliki perjanjian utang tertentu dengan kreditur akan

cenderung mendorong manajer untuk meningkatkan laba saat ini agar dapat dilaporkan di

laporan keuangan sehingga perusahaan tidak terlihat melanggar perjanjian utang yang akan

membawa dampak negatif pada perusahaan. Dengan demikian perusahaan yang memiliki

tingkat utang yang tinggi akan menggunakan akrual diskresioner yang tinggi pula untuk

memenuhi covenant ratio yang ditetapkan oleh kreditur. Leverage diukur dengan rasio

jumlah total utang (interest bearing debt) terhadap total aset. Leverage diduga berpengaruh

positif terhadap manajemen laba.

3.3 Pemilihan Sampel

Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek

Indonesia, Malaysia, dan Singapura menurut datastream. Pemilihan jenis industri hanya satu

Page 9: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

saja yaitu manufaktur dan periode penelitian hanya satu tahun. Adapun kriteria sampel adalah

pertama yaitu perusahaan-perusahaan manufaktur yang sudah go public atau terdaftar di

bursa efek negaranya masing-masing selama periode 1 Januari 2010 sampai 31 Desember

2011. Kedua yaitu, perusahaan menerbitkan laporan tahunan secara lengkap pada tahun 2010

dan 2011 dan ketiga yaitu, memiliki data keuangan secara lengkap dari tahun 2010 hingga

2011. Berdasarkan kriteria tersebut, maka terdapat 285 perusahaan sampel untuk penelitian.

Setelah dikurangi outliers sebanyak 18 perusahaan, maka tersisa 267 perusahaan sampel.

Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah PerusahaanPopulasi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia menurut datastream 97(-) Perusahaan yang tidak dapat diakses (0)(-) Perusahaan yang datanya tidak lengkap (1)

Sampel yang dapat digunakan: 96Populasi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Malaysia menurut datastream 106(-) Perusahaan yang tidak dapat diakses (0)(-) Perusahaan yang datanya tidak lengkap (5)

Sampel yang dapat digunakan: 101Populasi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Singapura menurut datastream 115(-) Perusahaan yang tidak dapat diakses (26)(-) Perusahaan yang datanya tidak lengkap (1)

Sampel yang dapat digunakan: 88

Total jumlah perusahaan sampel 285(-) Outliers (18)

Total jumlah perusahaan sampel 267

4. Analisis Hasil Penelitian

Tabel 2 menyajikan hasil statistik deskriptif untuk 267 perusahaan pada model

penelitian.

Pada Tabel 2 didapatkan nilai rata-rata berkisar antara 0,050116 hingga 0,057006

yang menunjukkan bahwa besaran praktek manajemen laba di negara-negara perusahaan

sampel yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura relatif kecil. Standar deviasi untuk absolut

akrual diskresioner lebih kecil daripada nilai rata-rata akrual diskresioner. Hal ini berarti

bahwa besaran akrual diskresioner antara satu perusahaan dengan lainnya tidak terlalu

bervariasi.

Page 10: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

Tabel 2 Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maksimum Rerata Simpangan BakuDAC1 267 0.000100 0.205800 0.050116 0.045117

DAC2 267 0.000010 0.237400 0.057006 0.048659

DAC3 267 0.000180 0.213440 0.055537 0.045706

FAM_OWN 267 0.0000 0.9956 0.5448 0.2554

INST_OWN 267 0.0000 0.9914 0.1777 0.2633

BIG4 267 0.0000 1.0000 0.4607 0.4994

SIZE (Rp jt) 267 75,351.89 57,305,559.96 3,069,977.92 7,099,680.82

AGE 267 3 95 26 16

GRWT 267 -0.6678 1.2882 0.1099 0.2408

LEV 267 0.0002 0.8851 0.1995 0.1735

DMAL 267 0.0000 1.0000 0.3670 0.4829

DSING 267 0.0000 1.0000 0.3109 0.4637

DAC1 = akrual diskresioner (Model Jones), DAC2 = akrual diskresioner (Model Dechow et al.), DAC3 = akrual diskresioner (Model Kothari), FAM_OWN = jumlah persentase kepemilikan saham oleh keluarga, INST_OWN = jumlah persentase kepemilikan saham oleh institusional, BIG4 = variabel dummy untuk kualitas audit, 1 jika diaudit oleh KAP big four dan 0 jika tidak, SIZE = ukuran perusahaan (total aset), AGE = umur perusahaan dihitung dari tahun pertama berdiri, GRWT = pertumbuhan penjualan, LEV = rasio total utangterhadap total aset, DMAL = variabel dummy untuk negara, 1 jika perusahaan dari negara Malaysia dan 0 jika tidak, DSING = variabel dummy untuk negara, 1 jika perusahaan dari negara Singapura dan 0 jika tidak.

Nilai FAM_OWN berkisar antara 0% hingga 99,56% dengan rata-rata 54,48%. Hal

ini menunjukkan bahwa rata-rata struktur kepemilikan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura

memiliki bentuk kepemilikan keluarga. Standar deviasi untuk FAM_OWN adalah sebesar

25,54%, ini berarti tingkat kepemilikan keluarga cukup bervariasi antara satu perusahaan

dengan perusahaan lainnya.

Nilai INST_OWN berkisar antara 0% hingga 99,14% dengan rata-rata 17,77%. Hal

ini menunjukkan bahwa tidak banyak perusahaan yang menggunakan struktur kepemilikan

institusional. Standar deviasi untuk INST_OWN adalah sebesar 26,33%, hal ini berarti bahwa

tingkat kepemilikan institusional cukup bervariasi antara satu perusahaan dengan perusahaan

lainnya.

Proporsi nilai 1 untuk BIG4 adalah 46% dan proporsi nilai 0 untuk BIG4 adalah 54%,

ini berarti bahwa sebagian besar perusahaan diaudit oleh KAP non big four. Selanjutnya,

proporsi nilai 1 untuk DMAL adalah 37%, yang berarti 37% dari total 267 perusahaan sampel

adalah perusahaan yang berasal dari negara Malaysia. Proporsi nilai 1 untuk DSING adalah

31%, yang berarti 31% dari total 267 perusahaan sampel adalah perusahaan yang berasal dari

negara Singapura, dan sisanya sebesar 32% dari total 267 perusahaan sampel adalah

perusahaan yang berasal dari negara Indonesia.

Page 11: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

Tabel 3 Statistik Deskriptif Indonesia

Variabel N Minimum Maksimum Rerata Simpangan BakuDAC1 86 0.00327 0.19387 0.06527 0.04917

DAC2 86 0.00280 0.19891 0.06578 0.04953

DAC3 86 0.00296 0.21344 0.06885 0.04913

FAM_OWN 86 0.00000 0.98700 0.47477 0.29710

INST_OWN 86 0.00000 0.99140 0.26203 0.34210

BIG4 86 0.00000 1.00000 0.24419 0.43212

SIZE (Rp. jt) 86 87,419.11 57,305,559.96 4,575,130.12 10,061,601.99

AGE 86 3 95 35 14

GRWT 86 -0.66779 0.72398 0.17681 0.18723

LEV 86 0.00016 0.71194 0.23704 0.19188

DAC1 = akrual diskresioner (Model Jones), DAC2 = akrual diskresioner (Model Dechow et al.), DAC3 = akrual diskresioner (Model Kothari), FAM_OWN = jumlah persentase kepemilikan saham oleh keluarga, INST_OWN = jumlah persentase kepemilikan saham oleh institusional, BIG4 = variabel dummy untuk kualitas audit, 1 jika diaudit oleh KAP big four dan 0 jika tidak, SIZE = ukuran perusahaan(total aset), AGE = umur perusahaan dihitung dari tahun pertama berdiri, GRWT = pertumbuhan penjualan, LEV = rasio total utangterhadap total aset

Tabel 4 Statistik Deskriptif Malaysia

Variabel N Minimum Maksimum Rerata Simpangan BakuDAC1 98 0.00010 0.13769 0.02788 0.02636

DAC2 98 0.00001 0.21376 0.04424 0.04283

DAC3 98 0.00018 0.20227 0.04233 0.04155

FAM_OWN 98 0.00610 0.95000 0.55987 0.23501

INST_OWN 98 0.00000 0.83780 0.17045 0.22286

BIG4 98 0.00000 1.00000 0.58163 0.49583

SIZE (Rp. jt) 98 75,351.89 11,589,086.59 1,344,773.74 2,157,769.07

AGE 98 4 92 26 17

GRWT 98 -0.59742 1.17366 0.06561 0.23734

LEV 98 0.00035 0.64139 0.18118 0.16132

DAC1 = akrual diskresioner (Model Jones), DAC2 = akrual diskresioner (Model Dechow et al.), DAC3 = akrual diskresioner (Model Kothari), FAM_OWN = jumlah persentase kepemilikan saham oleh keluarga, INST_OWN = jumlah persentase kepemilikan saham oleh institusional, BIG4 = variabel dummy untuk kualitas audit, 1 jika diaudit oleh KAP big four dan 0 jika tidak, SIZE = ukuran perusahaan (total aset), AGE = umur perusahaan dihitung dari tahun pertama berdiri, GRWT = pertumbuhan penjualan, LEV = rasio total utangterhadap total aset

Berdasarkan tabel 3, tabel 4 dan tabel 5, nilai absolut akrual diskresioner tertinggi

didapatkan pada perusahaan di negara Singapura sedangkan nilai absolut akrual diskresioner

terendah ada pada perusahaan di negara Malaysia. Rerata absolut akrual diskresioner paling

tinggi terdapat di Indonesia yang berarti negara yang rata-rata perusahaaannya melakukan

praktek manajemen laba dengan besaran yang lebih tinggi yaitu Indonesia dibandingkan

Malaysia dan Singapura. Simpangan baku untuk absolut akrual diskresioner di Malaysia lebih

kecil daripada Indonesia dan Singapura. Hal ini berarti bahwa besaran akrual diskresioner di

Page 12: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

perusahaan-perusahaan di negara Malaysia tidak terlalu bervariasi dibandingkan di negara

Indonesia dan Singapura.

Tabel 5 Statistik Deskriptif Singapura

Variabel N Minimum Maksimum Rerata Simpangan BakuDAC1 83 0.00177 0.20580 0.06067 0.04827

DAC2 83 0.00034 0.23740 0.06298 0.05153

DAC3 83 0.00058 0.17886 0.05733 0.04284

FAM_OWN 83 0.00170 0.99560 0.59954 0.21508

INST_OWN 83 0.00000 0.75390 0.09881 0.17584

BIG4 83 0.00000 1.00000 0.54217 0.50125

SIZE 83 158,213.57 51,785,965.67 3,547,410.69 6,848,311.74

AGE 83 4 57 16 12

GRWT 83 -0.36921 1.28819 0.09274 0.27902

LEV 83 0.00025 0.88510 0.18233 0.16297

DAC1 = akrual diskresioner (Model Jones), DAC2 = akrual diskresioner (Model Dechow et al.), DAC3 = akrual diskresioner (Model Kothari), FAM_OWN = jumlah persentase kepemilikan saham oleh keluarga, INST_OWN = jumlah persentase kepemilikan saham oleh institusional, BIG4 = variabel dummy untuk kualitas audit, 1 jika diaudit oleh KAP big four dan 0 jika tidak, SIZE = ukuran perusahaan(total aset), AGE = umur perusahaan dihitung dari tahun pertama berdiri, GRWT = pertumbuhan penjualan, LEV = rasio total utangterhadap total aset

Persentase kepemilikan keluarga tertinggi ada pada perusahaan di Singapura.

Sedangkan kepemilikan keluarga terendah yaitu perusahaan di Indonesia. Rata-rata

kepemilikan keluarga di ketiga negara berkisar antara 47% hingga 60%. Hal ini

menggambarkan bahwa mayoritas perusahaan di negara Indonesia, Malaysia dan Singapura

menganut struktur kepemilikan keluarga. Simpangan baku untuk FAM_OWN antara ketiga

negara tidak jauh berbeda. Simpangan baku terbesar yaitu pada negara Indonesia. Hal ini

berarti tingkat kepemilikan keluarga di Indonesia cukup bervariasi antara satu perusahaan

dengan perusahaan lainnya.

Kepemilikan institusional di ketiga negara tersebut berkisar antara 9% hingga 26%.

Hal ini berarti tidak banyak perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura yang

menganut struktur kepemilikan institusional karena rata-rata tingkat kepemilikan institusional

bahkan belum mencapai 50%. Simpangan baku terendah terdapat pada negara Singapura dan

simpangan baku tertinggi terdapat pada negara Indonesia yang berarti bahwa tingkat

kepemilikan institusional di Singapura tidak terlalu bervariasi antara satu perusahaan dengan

perusahaan lainnya, sedangkan tingkat kepemilikan institusional di Indonesia cukup

bervariasi antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

Berikut tabel hasil uji regresi pada model penelitian:

Page 13: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

Tabel 6 Ringkasan Hasil Uji Regresi Model dengan Variabel Dependen DAC1

Variabel Dependen

Variabel Independen Estimasi Koefisien t-statistik Prob.

DAC1

C 0.158 2.515

FAM_OWN H1: - -0.025 -1.324 0.093***

INST_OWN H2: - -0.023 -1.210 0.114

BIG4 H3: + -0.003 -0.595 0.276

SIZE + 0.001 -1.415 0.079***

AGE - 0.000 0.443 0.329

GRWT + 0.006 0.582 0.280

LEV + 0.041 2.690 0.004*

DMAL -0.034 -4.870 0.000*

DSING -0.001 0.101 0.460

R-squared 0.184

Adj. R-squared 0.156

F-statistik 6.459

Prob(F-statistik) 0.000

Keterangan

DAC1 : Akrual diskresioner (menggunakan model Jones)

FAM_OWN : Jumlah persentase kepemilikan saham oleh keluarga

INST_OWN : Jumlah persentase kepemilikan saham oleh institusional

BIG4 : Dummy ukuran KAP, "1" untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dan "0" untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four

SIZE : Ukuran perusahaan dengan logaritma total aset

AGE : Umur perusahaan dihitung dari tahun pertama berdiri

GRWT : Pertumbuhan penjualan

LEV : Rasio total utang terhadap total aset

DMAL : Dummy negara, "1" untuk perusahaan dari negara Malaysia, dan "0" untuk perusahaan dari negara selain Malaysia

DSING : Dummy negara, "1" untuk perusahaan dari negara Singapura, dan "0" untuk perusahaan dari negara selain Singapura

*) = signifikan pada α 1%, **) = signifikan pada α 5%, ***) = signifikan pada α 10%

Page 14: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

Tabel 7 Ringkasan Hasil Uji Regresi Model dengan Variabel Dependen DAC2

Variabel Dependen

Variabel Independen Estimasi Koefisien t-statistik Prob.

DAC2

C 0.188 2.619

FAM_OWN H1: - -0.027 -1.259 0.104

INST_OWN H2: - -0.021 -0.972 0.166

BIG4 H3: + -0.004 -0.548 0.292

SIZE + -0.004 -1.659 0.049**

AGE - 0.000 0.327 0.372

GRWT + 0.013 1.029 0.152

LEV + 0.041 2.379 0.009*

DMAL -0.018 -2.243 0.013**

DSING 0.004 0.419 0.338

R-squared 0.082

Adj. R-squared 0.050

F-statistik 2.561

Prob(F-statistik) 0.008

Keterangan

DAC2 : Akrual diskresioner (menggunakan model Modified Jones)

FAM_OWN : Jumlah persentase kepemilikan saham oleh keluarga

INST_OWN : Jumlah persentase kepemilikan saham oleh institusional

BIG4 : Dummy ukuran KAP, "1" untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dan "0" untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four

SIZE : Ukuran perusahaan dengan logaritma total aset

AGE : Umur perusahaan dihitung dari tahun pertama berdiri

GRWT : Pertumbuhan penjualan

LEV : Rasio total utang terhadap total aset

DMAL : Dummy negara, "1" untuk perusahaan dari negara Malaysia, dan "0" untuk perusahaan dari negara selain Malaysia

DSING : Dummy negara, "1" untuk perusahaan dari negara Singapura, dan "0" untuk perusahaan dari negara selain Singapura

*) = signifikan pada α 1%, **) = signifikan pada α 5%, ***) = signifikan pada α 10%

Page 15: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

Tabel 8 Ringkasan Hasil Uji Regresi Model dengan Variabel Dependen DAC3

Variabel Dependen

Variabel Independen Estimasi Koefisien t-statistik Prob .

DAC3

C 0.155 2.304

FAM_OWN H1: - -0.024 -1.220 0.112

INST_OWN H2: - -0.025 -1.241 0.108

BIG4 H3: + 0.001 0.150 0.440

SIZE + -0.003 -1.119 0.132

AGE - -0.000 -0.261 0.397

GRWT + 0.025 2.168 0.015**

LEV + 0.014 0.851 0.197

DMAL -0.025 -3.364 0.000*

DSING -0.010 -1.194 0.117

R-squared 0.089

Adj. R-squared 0.057

F-statistik 2.784

Prob(F-statistik) 0.004

Keterangan

DAC2 : Akrual diskresioner (menggunakan model Kothari)

FAM_OWN : Jumlah persentase kepemilikan saham oleh keluarga

INST_OWN : Jumlah persentase kepemilikan saham oleh institusional

BIG4 : Dummy ukuran KAP, "1" untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dan "0" untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four

SIZE : Ukuran perusahaan dengan logaritma total aset

AGE : Umur perusahaan dihitung dari tahun pertama berdiri

GRWT : Pertumbuhan penjualan

LEV : Rasio total utang terhadap total aset

DMAL : Dummy negara, "1" untuk perusahaan dari negara Malaysia, dan "0" untuk perusahaan dari negara selain Malaysia

DSING : Dummy negara, "1" untuk perusahaan dari negara Singapura, dan "0" untuk perusahaan dari negara selain Singapura

*) = signifikan pada α 1%, **) = signifikan pada α 5%, ***) = signifikan pada α 10%

Berdasarkan hasil uji regresi dengan menggunakan variabel dependen DAC1, variabel

FAM_OWN memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Pada uji

regresi dengan menggunakan variabel dependen DAC2 dan DAC 3, variabel FAM_OWN

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Oleh karena itu, hipotesis

pertama cenderung ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Peivy (2009). Hal ini kemungkinan bisa disebabkan oleh manajer yang merangkap sebagai

Page 16: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

pemilik belum memiliki kompetensi yang memadai. Dalam Peivi (2009) juga dinyatakan

bahwa menurut Villalonga (2004), kepemilikan keluarga hanya akan berdampak signifikan

pada penciptaan nilai perusahaan yang akhirnya mengurangi manajemen laba jika pendiri

perusahaan berperan sebagai CEO dari perusahaan keluarga atau sebagai Chairman.

Kemungkinan lain yang menyebabkan hasil uji regresi menunjukkan bahwa kepemilikan

keluarga tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba adalah karena posisi keluarga

sebagai weak shareholders karena mungkin saja saham dipegang oleh banyak anggota

keluarga, namun proporsi dari setiap pemegang saham tersebut relatif kecil. Penjelasan lain

dari temuan tersebut mungkin saja dikarenakan keterbatasan dalam pengukuran persentase

kepemilikan keluarga yang ditentukan hanya berdasarkan definisi kepemilikan keluarga dan

cara pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini mungkin kurang akurat.

Kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen

laba (hipotesis 2 ditolak). Pada bagian statistik deskriptif, rata-rata dari kepemilikan

institusional sangat kecil. Hal ini bisa menjadi penyebab investor institusional tidak dapat

melakukan pengawasan yang efektif atas manajemen, termasuk manajemen laba yang

dilakukan manajemen. Kemungkinan lainnya yaitu mungkin saja dikarenakan kepemilikan

institusional memiliki tipe yang berbeda, yaitu pressure-sensitive investor dan pressure-

insensitive investor (Rahmadiyani, 2012) sehingga menyebabkan hasil yang tidak signifikan.

Adanya investor yang berhubungan dengan kepemerintahan juga mungkin menyebabkan

hasil yang tidak signifikan karena investor yang berhubungan dengan kepemerintahan seperti

ini tidak berperan dalam pengawasan aktif perusahaan, setidaknya pada periode studi ini.

Kualitas audit yang diukur dengan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP big four dan

KAP non-big four) juga dibuktikan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba

(hipotesis 3 ditolak). Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan

Utama (2008). Ini menunjukkan bahwa kualitas audit big four dan non big four bisa jadi tidak

berbeda (Siregar dan Utama, 2008). Faktor lainnya mungkin saja dikarenakan ukuran KAP

bisa jadi kurang bagus untuk dijadikan sebagai pengukur kualitas audit. Selain itu, praktek

manajemen laba hanya memanfaatkan fleksibilitas dari standar akuntansi yang tidak

menyimpang dari standar yang berlaku, sehingga auditor eksternal tidak bisa secara langsung

mempengaruhi kecenderungan praktek manajemen laba dalam perusahaan.

Variabel kontrol ukuran perusahaan (SIZE) cenderung tidak berpengaruh terhadap

tingkat manajemen laba. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010).

Umur perusahaan (AGE) tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini

kemungkinan karena umur dihitung dari tahun pertama perusahaan berdiri, bukan dari tahun

Page 17: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

perusahaan terdaftar sebagai perusahaan publik di Bursa Efek, sedangkan motivasi besar

untuk melakukan manajemen laba adalah ketika perusahaan ingin go public sehingga variabel

umur menjadi tidak berpengaruh. Variabel pertumbuhan perusahaan cenderung tidak

memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini mungkin disebabkan karena

pertumbuhan penjualan bukan merupakan indikator bahwa perusahaan tersebut memiliki

kualitas laba yang baik, karena pengukuran pertumbuhan perusahaan hanya dilihat dari

tingkat penjualan. Variabel struktur utang cenderung memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini sesuai dengan salah satu dari hipotesis teori

akuntansi positif, yaitu hipotesis perjanjian utang (debt covenant hypothesis).

Untuk menguji sensitivitas dilakukan analisis per negara, tetapi pada uji regresi, hasil

uji F tidak signifikan yang mungkin disebabkan karena jumlah sampel per negara yang tidak

terlalu besar. Oleh karena itu maka tidak dilakukan analisis lebih lanjut.

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Struktur kepemilikan keluarga cenderung tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

tingkat manajemen laba. Struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap

tingkat manajemen laba. Hasil ini mengindikasikan perbedaan dalam struktur kepemilikan

tidak memiliki pengaruh terhadap praktek manajemen laba. Kualitas audit yang dilihat dari

ukuran kantor akuntan publik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

praktek manajemen laba. Hasil ini mengindikasikan ukuran KAP big four mungkin bukan

proksi yang bagus untuk mengukur kualitas audit di negara yang juga mempunyai KAP

second tier yang kualitasnya tidak jauh berbeda dengan KAP big four.

5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Berikutnya

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Pertama, periode penelitian

masih terlalu singkat yaitu 1 tahun, padahal untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat,

penelitian sebaiknya meneliti lebih dari 1 tahun. Penelitian berikutnya dapat memperpanjang

periode penelitian.

Kedua, sampel yang digunakan kurang banyak, hanya berdasarkan satu jenis industri

saja dan hanya berasal dari tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura sehingga

penelitian ini belum cukup mewakili Asia Tenggara. Penelitian berikutnya dapat meneliti

perusahaan dari semua jenis industri dan menambah jumlah negara sehingga lebih mewakili

Asia Tenggara.

Page 18: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

Ketiga, pengukuran manajemen laba hanya diukur dari akrual diskresionernya saja,

padahal ada beberapa alternatif untuk mendeteksi manajemen laba seperti ERC (Earnings

Response Coefficients) dan volatility of earnings. Model pengukuran yang digunakan dalam

mengukur akrual diskresioner juga bukan model terbaru. Penelitian berikutnya dapat

menggunakan model pengukuran akrual diskresioner yang lebih terbaru.

Keempat, pengukuran kualitas audit masih belum komprehensif karena penilaian

hanya dari ukuran KAP. Padahal kualitas audit tidak bisa hanya diukur dari ukuran kantor

akuntan publik tanpa memperhatikan aspek lainnya. Penelitian berikutnya dapat mengukur

kualitas audit dari spesialisasi industri dan audit tenure.

Kelima, komponen corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini hanya

terbatas dari auditor eksternal dan struktur kepemilikan saja. Sedangkan, selain mekanisme

eksternal juga terdapat mekanisme internal yang terdapat pada auditor internal. Penelitian

berikutnya dapat menambahkan ukuran efektivitas audit internal dengan menyebarkan

kuesioner kepada perusahaan.

Daftar Referensi

Alijoyo, Antonius & Subarto Zaini. (2004). Komisaris Independen, Penggerak Praktik GCG di Perusahaan. PT Indeks kelompok Gramedia. Jakarta.

Arifin, Z. (2003). Masalah Agensi dan Mekanisme Kontrol pada Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi yang Dikontrol Keluarga : Bukti dari Perusahaan Publik di Indonesia. Disertasi: Universitas Indonesia.

Azharia, Adania. (2007). Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Penjualan Perusahaan, dan Umur Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Berle, A.A., & G.C. Means. (1932). The modern corporation and private property, New York.

Bernard, V., & T. Stober. (1989). The nature and amount of information reflected in cash flows and accruals. The Accounting Review, 64, 624-952.

Francis, Jere. R. (2004). What do we know about audit quality? The British Accounting Review, 36, 345-368.

Ghabdian, B., Attaran, N., & Froutan, O. (2012). Ownership structure and earnings management: Evidence from Iran. International Journal of Business and Management, Vol. 7, No. 15, 88-97.

Jauhari, Arief. (2011). Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba dan Manajemen Pajak. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Jiraporn, P. & Dadalt, P. (2007). Does founding family control affect earnings management? An empirical note. Working paper, SSRN abstract_id=1017856.

Juniarti dan AA. Sentosa. (2009). Pengaruh good corporate governance voluntary disclosureterhadap biaya utang (cost of debt). Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. 11, No. 2, November, 88-100.

Liu, L.Y. & Peng, E.Y. (2006). Institutional ownership composition and accruals quality. Working paper, SSRN abstract_id=929582.

Page 19: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT  TERHADAP MANAJEMEN LABA : STUDI LINTAS NEGARA DI ASIA  TENGGARA TAHUN 2011

Monks, R.A.G. & Minow, N. (1995). Corporate Governance. New York: Blackwell Publishers.

Peivy. (2008). Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Biaya Hutang pada Perusahaan Non Keuangan di Indonesia. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Piot, C & R. Janin. (2005). Audit quality and earnings management in France. Working paper.

Rahmadiyani, Ni’mah. (2012). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Agency Cost dengan Aktivitas Pengawasan Dewan Komisaris sebagai Pemoderasi. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Rebecca, Yulisa. (2012). Pengaruh Corporate Governance Index, Kepemilikan Keluarga, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Utang: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sari, Nur Astri. (2010). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Struktur Hutang, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Besaran dan Jenis Manajemen Laba. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Scott, R. William. (2012). Financial Accounting Theory. 6th Edition.Shuhaela. (2008). Pengaruh Kepemilikan Investor Institusional terhadap Praktik Manajemen

Laba. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.Siregar, Sylvia Veronica., dan Sidharta Utama. (2008). Type of earnings management and the

effect of ownership structure, firm size, and corporate- governance practices: Evidence from Indonesia. The International Journal of Accounting, 43, 1-27.

Susanto, Siswardika. (2012). Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Biaya Ekuitas: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Velury, U & Jenkins, D.S. (2006). Institutional ownership and the quality of earnings. Journal of Business Research, 59(9), 1043-1051.

Zhou, Jian & Elder, J. Randal. (2004). Audit quality and earnings management by seasoned equity offering firms. Journal of Accounting and Economics, Vol. 11, No. 2, 95-120.