Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

47
PENGARUH STRES PADA HIPEREMESIS GRAVIDARUM

description

stress dan heg

Transcript of Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

Page 1: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

PENGARUH STRES PADA HIPEREMESIS

GRAVIDARUM

Page 2: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

BAB I

PENDAHULUAN

Rasa mual dan muntah merupakan suatu hal yang umum pada kehamilan, terjadi pada

70-85% wanita hamil.(1) Puncak insidens terjadi pada kehamilan 8-12 minggu, dan

gejala-gejalanya akan membaik sebelum kehamilan 20 minggu pada 90% pasien.(1)

Rasa mual dan muntah yang normal pada kehamilan mungkin merupakan mekanisme

protektif yang akan melindungi wanita hamil dan janinnya dari zat-zat

membahayakan yang terdapat dalam makanan, seperti mikroorganisme patologis pada

daging dan toksin pada sayuran. Dan mekanisme protektif ini berlangsung maksimal

saat embriogenesis (periode paling rentan dalam suatu kehamilan). Hal ini disokong

dari suatu penelitian yang menunjukkan bahwa wanita yang mengalami mual dan

muntah lebih rendah untuk mengalami keguguran.(2)

Bentuk yang paling berat dari mual dan muntah pada kehamilan disebut Hiperemesis

Gravidarum. Diagnosis hiperemesis gravidarum merupakan diagnosis eksklusi,

maksudnya kita baru dapat mendiagnosis seorang wanita hamil dengan hiperemesis

gravidarum apabila semua penyakit yang memiliki gejala yang sama sudah

disingkirkan. Penyebab hiperemesis gravidarum yang paling dipercaya saat ini ialah

kenaikan kadar hormon yang salah satunya dipengaruhi oleh stres, namun penyebab

pasti masih belum diketahui. Keadaan hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan

turunnya berat badan; defisiensi nutrisi; abnormalitas dalam cairan, kadar elektrolit

serta keseimbangan asam-basa dalam tubuh; bahkan sampai kematian. Hiperemesis

berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit terjadi pada 0,3 – 2% kehamilan

dan dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan ibu dan janin.(2) Keadaan ini

tidak dapat dicegah, namun sebagai dokter kita dapat memberitahu pasien bahwa

terdapat cara untuk mengatasinya.

1

Page 3: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

BAB II

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

I. DEFINISI

Hiperemesis garvidarum ialah bentuk berat dari mual dan muntah pada

kehamilan. Umumnya keadaan ini dideskripsikan sebagai unrelenting,

excessive pregnancy- yang berhubungan dengan mual dan/atau muntah yang

menghalangi intake makanan dan cairan secara adekuat (3). Bila berat dan tidak

ditangani secara adekuat maka akan berhubungan dengan: (4)

1. Turunnya berat badan sampai lebih dari 5 % dari berat badan sebelum

kehamilan (umumnya lebih dari 10%)

2. Dehidrasi dan produksi dari keton meningkat

3. Defisiensi nutrisi

4. Ketidakseimbangan metabolik

5. Kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari

Hiperemesis gravidarum umumnya terjadi pada kehamilan trimester pertama

dan akan membaik sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu, namun pada

kurang dari setengah kasus dapat berlangsung terus sampai akhir kehamilan.(1,2,3) Komplikasi dari muntah (ulkus gaster, perdarahan esofagus, malnutrisi,

dll) juga dapat membuat mual yang berkepanjangan.(3)

II. INSIDENS

Dalam 30 tahun terakhir insidens hiperemesis gravidarum sangat menurun.

Pada kasus di rumah sakit hanya 1 dari 1000 kehamilan yang menderita

hiperemesis, hal ini disebabkan karena (4):

a. Aplikasi yang lebih baik terhadap Keluarga Berencana

sehingga mengurangi angka kehamilan yang tidak diinginkan

b. Kunjungan lebih awal dari antenatal care

2

Page 4: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

c. Obat-obatan anti histamin dan anti emetik yang poten

III. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Terdapat banyak teori yang berhubungan dengan etiolog dari hiperemesis

gravidarum. Namun, hiperemesis gravidarum masih belum dimengerti dan

penelitian dari penyebab yang potensial terhadap kasus ini masih jarang yang

menghasilkan suatu kesimpulan pasti. Teori-teori baru bermunculan setiap

tahun dan menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan suatu penyakit dengan

patofisiologis kompleks yang disebabkan oleh banyak faktor.

1. Hormonal (2,3,4, 5,6)

a. Kadar Human Chorionic Gonadotropin (hCG) yang meningkat dipercaya

sebagai penyebab utama dari hiperemesis, hal ini dibuktikan dengan

munculnya hiperemesis pada kadar puncak hCG wanita hamil (trimester

I) dan muncul juga pada kasus mola hidatidosa serta kehamilan multipel

di mana kadar hCG juga jauh meningkat. Diduga kadar hCG yang tinggi

akan merangsang pusat muntah di medulla oblongata (7)

b. Kadar estrogen yang meningkat

c. Kadar progesteron yang meningkat yang mengakibatkan terganggunya

motilitas gaster

2. Psikologis

Ketidakmatangan psikoseksual, pertentangan di keluarga, kesulitan sosio-

ekonomi, konflik rumah tangga, ketakutan akan persalinan ataupun

kehamilan yang tidak diinginkan dapat menyebabkan konflik mental yang

dapat memicu rasa mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap

keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.(5) Namun

menurut penelitian faktor neurogenik juga berperan, terbukti dengan

membaiknya klinis pasien bila jauh dengan rumah (di rumah sakit).(4)

Ada juga yang menyatakan bahwa efek psikologis (frustrasi, depresi,

terisolasi, dll) justru adalah akibat dari hiperemesis gravidarum, bukan

penyebabnya.(3)

3. Kadar tiroksin

3

Page 5: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

Peningkatan kadar serum tiroksin terjadi pada 70% kehamilan dengan

hiperemesis gravidarum.(3) Wanita dengan hiperemesis gravidarum

cenderung mempunyai kadar hCG yang tinggi yang menyebabkan

hipertiroidisme transien. Secara fisiologis hCG dapat menstimulasi kelenjar

tiroid yang merupakan reseptor TSH. Kadar hCG mencapai puncak saat

trimester pertama. Beberapa wanita dengan hiperemesis gravidarum

mempunyai gejala klinis hipertiroid. Namun, pada 50-70% penderita, TSH

tersupresi secara transien dan tirosin bebas (T4) meningkat (40-73%) tanpa

gejala klinis dari hipertiroid, circulating thyroid antibodies, atau

pembesaran dari kelenjar tiroid. Pada hiperemesis gravidarum dengan

hipertiroid transien, fungsi tiroid akan kembali normal pada pertengahan

trimester kedua tanpa pengobatan anti tiroid. (1,3)

4. Disfungsi neuromuskular gaster

Teori terbaru mengatakan bahwa pada hiperemesis gravidarum terjadi

disfungsi yang mengakibatkan regurgitasi isi duodenal ke lambung yang

menimbulkan rasa mual dan muntah.(3)

5. Defisiensi nutrisi

Kemungkinan disebabkan berkurangnya cadangan karbohidrat.

Sedangkan defisiensi vitamin B6 dan B1 lebih merupakan akibat, bukan

sebagai penyebab. (2,3,4)

6. Alergi

Kemungkinan berkaitan dengan produksi yang disekresi oleh ovum. (1,2,3,4)

7. Helicobacter pylori

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa H.pylori berperan dalam

terjadinya hiperemesis gravidarum, walaupun pada penelitian yang lain

tidak dapat dibuktikan. (1)

IV. PATOFISIOLOGI

4

Page 6: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

Pada hiperemesis gravidarum terjadi muntah-muntah berlebihan. Stimulus

terkuat dari muntah adalah iritasi dan distensi dari gaster, stimuli lainnya

berupa cahaya yang menyilaukan, anestesia umum, pusing berputar dan obat-

obat tertentu (morfin, derivat digitalis). Impuls dari stimuli tersebut ditransmisi

oleh saraf menuju pusat muntah di medulla oblongata dan impuls

dikembalikan merangsang organ traktus digesitivus bagian atas, diafragma

serta otot-otot abdomen.(8) Kenaikan hCG juga dapat merangsang pusat

muntah di medulla oblongata. (7) Melalui tes yang sensitif, hCG dalam urin

atau plasma mulai dapat terdeteksi 8 sampai 9 hari setelah ovulasi. Konsentrasi

hCG akan naik dua kali lipat dalam 14-20 hari. Pada hari ke 60-70 usia

kehamilan (hamil 9-10 minggu) kadar hCG akan mencapai puncaknya, setelah

itu konsentrasi akan menurun sampai stabil mulai hari ke 100-130 usia

kehamilan. (9)

Akibat dari muntah-muntah berlebihan akan mengakibatkan gangguan

elektrolit, terutama natrium; kalium; dan klorida. Selain itu dapat

menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa, berupa alkalosis metabolik

akibat hilangnya asam karena muntah-muntah berlebihan ataupun asidosis

metabolik akibat peningkatan asam (ketosis).(10) Dapat juga terjadi dehidrasi

yang menyebabkan: (10)

1. penurunan saliva, yang berakibat mulut dan

faring kering.

2. Peningkatan osmolaritas darah, yang akan

merangsang osmoreseptor di hipothalamus

3. Penurunan volome darah yang berakibat

penurunan tekanan darah, sehingga renin akan meningkat, begitu juga

angiotensin II

Ketiga hal tersebut akan merangsang pusat rasa haus di hipothalamus, yang

seharusnya akan meningkatkan intake cairan, namun karena terdapat mual

dan muntah yang tidak bisa ditoleransi akibatnya cairan juga tidak dapat

masuk per oral. Akibatnya cairan tubuh tidak mencapai kadar normal dan

dehidrasi tetap terjadi.

Karena muntah terus menerus terjadi dan tidak ada makanan yang dapat

masuk, cadangan karbohidrat pun sangat berkurang, sehingga untuk

5

Page 7: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

memenuhi kebutuhan respirasi sel dan menghasilkan ATP dipakai jalur

pemecahan lemak (katabolisme lipid/lipolisis) secara berlebih, bukan

memakai jalur glikolisis. Asam lemak dikatabolisme di mitokondria melalui

proses yang dinamakan beta oxidation, yang akhirnya membentuk acetyl coA.

Acetyl coA akan masuk ke dalam siklus krebs. Hepatosit akan mengambil dua

molekul acetyl coA dan terkondensasi membentuk asam asetoasetat, asam

beta-hidroksibutirat, dan aseton (ketone bodies). Proses tersebut dinamakan

ketogenesis. Keton-keton tersebut akan mudah berdifusi ke membran plasma,

meninggalkan hepatosit untuk kemudian masuk ke dalam aliran darah.

Akibatnya terjadi ketosis dalam darah, yang kemudian dikeluarkan melalui

urin, sehingga pada hiperemesis gravidarum lanjut didapatkan keton pada

urin. (11)

V. FAKTOR RISIKO

Faktor – faktor risiko pada hiperemesis gravidarum umumnya:

Asma yang tidak diobati (3)

Diet tinggi lemak (1,2,3,7,10,11)

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)(3)

Stres sosial yang tinggi (bukan penyebab, tetapi

memperberat HG) (3,5)

Kehamilan multipel (kembar), atau pada

keluarganya (1,2,3)

Epilepsi(3)

Riwayat berikut: (3)

Mual dan muntah dalam kehamilan

Mabuk udara/laut

Sensitif pada penggunaan KB oral

Mual sebelum menstruasi

Migrain (1)

Alergi (3)

Gastritis atau ulkus (1,3)

Ibu/kakak dengan hiperemesis gravidarum (1,2,3)

Hipertensi (3)

Penyakit liver (3)

6

Page 8: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

Penyakit ginjal (3)

Diet yang jelek (1,3,11)

VI. DIAGNOSIS

Hiperemesis gravidarum menurut manajemen dan prognosanya dibagi menjadi

2 kelompok, yaitu hiperemesis gravidarum awal dan lanjut (sedang sampai

berat).(4)

A. Pada hiperemesis gravidarum awal hanya terjadi gangguan aktivitas

sehari-hari, tanpa terjadi dehidrasi dan atau kelaparan. Pada keluhan

subyektif ditemukan:

1. Memuntahkan segala yang dimakan, muntah mengandung cairan

empedu atau hanya makanan.

2. Aktivitas sehari-hari terhambat.

3. Belum ada gangguan nutrisi.

Pada pemeriksaan fisik pasien dalam keadaan baik dan tidak tampak suatu

kelainan. Pada pemeriksaan penunjang kimia darah dan urinalisis dalam

batas normal.

B. Pada hiperemesis gravidarum lanjut terjadi tanda dan gejala dari

dehidrasi serta kelaparan. Pada keluhan subjektif ditemukan:

1. Muntah dengan frekuensi dan jumlah yang bertambah. Mual selalu ada di

antara muntah. Muntahan berwarna biji jopi atau mengandung darah.

2. Frekuensi BAK berkurang bahkan sampai tingkat oligouria.

3. Konstipasi, terkadang terdapat diare juga

4. Nyeri ulu hati

5. Pasien hanya ingin tidur

6. Keluhan dari komplikasi yang terjadi:

(a) Wernicke’s ensefalopati – apatis, rasa lelah, rasa tidak dapat tidur,

kejang atau bahkan koma

(b) Korsakoff’s psikosis – hilang ingatan jangka pendek

(c) keluhan-keluhan neuritis perifer

(d) Komplikasi mata – diplopia, kebutaan.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan:

1. Penurunan berat badan yang signifikan.

7

Page 9: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

Cara perhitungan presentasi penurunan berat badan:

BB sebelum hamil

(A):

BB sekarang (B): Persentasi perubahan berat

badan: [( A-B)/A x 100%]

lbs. or kgs. lbs. or kgs. %

Derajat penurunan berat badan

Lamanya proses penurunan: Penurunan berat

badan yang

signifikan (%):

Penurunan erat

badan yang berat

(%):

1 minggu 1-2% > 2%

1 bulan 5% > 5%

3 bulan 7.5% > 7.5%

6 bulan 10% > 10%

2. Tampak curiga.

3. Mata – cekung, apatis.

4. Kulit – turgor menurun.

5. Lidah – kering dan kotor.

6. Bau nafas – bau aseton, bau badan.

7. Nadi – 100 -120 atau lebih per menit.

8. Tekanan darah – sistolik 100 – 110 mmHg atau lebih rendah.

9. Suhu – dapat meningkat.

10. Jaundice – bila sudah sangat berat dan lanjut.

11. Tanda-tanda manifestasi neurologis seperti nistagmus.

12. Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda-tanda ke arah kehamilan.

Pada pemeriksaan penunjang:

1. Urinalisis: jumlah sedikit, warna pekat, berat jenis yang meningkat,

terdapat keton, terkadang terdapat protein, kadar klorida yang menurun

bahkan sampai tidak ada.

8

Page 10: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

2. Darah: kadar elektrolit (natrium, kalium dan klorida) yang menurun,

kadar enzim hati yang dapat meningkat, kadar hemoglobin yang

menurun, kadar hematokrit yang meningkat.

3. Pemeriksaan oftalmoskop, diperlukan pada keadaan yang sangat serius

karena dapat ditemukan komplikasi berupa perdarahan dan lepasnya

retina.

4. EKG, diperlukan bila terdapat kadar kalium yang abnormal.

Pada beberapa pasien, kadar elektrolit dapat tampak normal karena dehidrasi

dapat merubah konsentrasinya.(3) Oleh sebab itu, bila cairan Intra vena

diberikan rehidrasi maka vitamin dan elektrolit parenteral juga harus

diberikan.

Bila pasien tidak dapat makan cukup selama beberapa minggu dan juga terus-

menerus muntah, maka pasien ini memiliki risiko tinggi untuk terjadi

defisiensi nutrisi. Kondisi kehamilan juga membuat rasa lapar terjadi lebih

cepat. Malnutrisi yang signifikan dapat terjadi pada pasien ini. Banyak nutrisi

yang akan menurun dalam waktu singkat, terutama vitamin yang larut dalam

air, seperti thiamine (B1). Defisiensi dari thiamine banyak terjadi pada

hiperemesis gravidarum dan bila lanjut akan menyebabkan Wernicke’s

ensefalopati (suatu bentuk inflamasi, perdarahan dari ensefalopati). Prognosis

dari keadaan ini sangat jelek karena akan terjadi kerusakan neurologis yang

ireversibel, bahkan dapat terjadi kematian. (4)

Bila Hiperemesis gravidarum ditangani secara agresif dari awal kehamilan,

maka tidak akan terjadi komplikasi yang mengancam kehidupan atau

kesembuhan yang lama. Jadi mengidentifikasi wanita yang memiliki risiko

untuk mengalami hiperemesis gravidarum sangat menolong, dan pemeriksaan

laboratorium dasar dapat langsung dilakukan untuk mencegah gejala lanjut.

Alat yang dipakai untuk mengukur derajat keparahan dari mual dan muntah

memang belum ada yang standar, namun tampaknya rhodes index dapat

dipertimbangkan untuk digunakan dalam memonitor kemajuan keadaan

pasien.(3) Alat ini dapat dipakai satu atau dua kali sehari dan dapat dievaluasi

baik secara terpisah per kategori ataupun secara keseluruhan.

9

Page 11: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

VII. DIAGNOSIS BANDING

Penyakit-penyakit yang memiliki gejala muntah berkepanjangan harus

disingkirkan terlebih dahulu. Penyakit-penyakit tersebut seperti gastroenteritis,

kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pyelonefritis dan fatty liver

pada kehamilan.(4,7) Atau dapat juga muntah tersebut akibat konsumsi obat-

obatan seperti antibiotik sulfasalazin atau digoxin.12 Untuk menyingkirkannya

10

Page 12: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

tentu diperlukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

yang teliti.

Tabel diferensial diagnosis dari mual dan muntah: (7)

GASTROINTESTINAL

Gastroparesis

Gastroenteritis

Achalasia

Cholelithiasis

Ileus

Obstruksi

intestinal

Ulkus peptikum

Pankreatitis

Apendiksitis

Hepatitis

METABOLIK

Diabetik ketoasidosis

Penyakit Addison’s

Hipertiroid

NEUROLOGIS

Pseudotumor serebral

Lesi vestibular

Migrain

Neoplasma SSP

GENITO-URINAL

Pyelonefritis

Uremia

Torsio ovarium

Nefrolitiasis

Leiomiomoma

degeneratif

LAIN-LAIN

Intoksikasi obat

Pre Eklampsia

Psikologis

Penyakit trofoblas

Acute fatty liver pada

kehamilan

VIII. PENATALAKSANAAN

Wanita dengan hiperemesis gravidarum yang tidak ditangani mungkin akan

mengakhiri kehamilan yang diinginkannya untuk menghilangkan

penderitaannya. Seingkali datang penyulit berupa keadaaan psikologis seperti

depresi dan anxietas yang tentunya akan tambah mempersulit manajemen dari

hiperemesis.(3) Depresi ditandai dengan keinginan hanya untuk tinggal di

rumah dan hanya ingin tidur, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari yang

ringan dan tidak peduli dengan keadaan rumah tangganya. Sedangkan anxietas

seringkali merupakan keadaaan akibat pikiran akan terus muntah tiada henti,

dan perasaan sangat mual di antara muntah. Banyak wanita yang merasa

11

Page 13: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

bersalah karena mereka merasa yang menyebabkan kematian pada janinnya

bila mereka tidak memaksakan untuk makan, namun yang terjadi akibat

mereka paksakan makan ialah muntah yang terus-menerus. Bila kita lihat

keadaan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa penanganan

hiperemesis gravidarum tidaklah mudah.

Selain itu, tiap wanita dengan hiperemesis gravidarum tentunya akan memberi

respon yang berbeda terhadap penatalaksanaan yang diberikan mengingat

penyebabnya multifaktorial, sehingga tidak dapat hanya diberikan satu jenis

pengobatan. Jadi yang diperlukan ialah intervensi yang proaktif yang memilki

perencanaan penatalaksanaan yang matang dan bagaimana menemukan

penatalaksanaan yang tepat untuk tiap wanita.

Terdapat penelitian yang mengatakan bahwa bed rest dan hidrasi intra vena

ialah tatalaksana yang paling bermanfaat untuk penyakit ini. Namun tidak

berarti hanya kedua hal tersebut cukup. Cairan IV dapat juga diberi vitamin

yang dibutuhkan di dalamnya. Sebaiknya pasien dipuasakan dulu selama 24

jam setelah muntah-muntah, dan saat itulah cairan IV diberikan. Bedrest yang

berkepanjangan juga tidak baik, karena akan menimbulkan atrofi, jadi yang

terbaik ialah bagaimana pasien dapat istirahat sehingga mendapat

penatalksanaan yang efektif namun sebisa mungkin tetap mobile bila pasien

mampu.(3) Selain bed rest dan cairan IV yang dapat diberikan yaitu:1. Obat-obatan (1,2,3,4,5)

Anti emetik ialah yang paling umum dan efektif untuk hiperemesis

gravidarum. Beberapa golongan anti emetik ialah sebagai berikut:

a. Serotonin Antagonis: Ondansetron (Narfoz, Zofran), Granisetron

(Kytril), Dolasetron (Anzemet)*

b. Phenothiazines (Agen antidopaminergik): Prochlorperazine

(Compazine), Promethazine (Nufapreg)**

c. Agen prokinetik: Metoclopramide (Primperan)

d. Agen anti refluks: Ranitidine (Rantin, Gastridin, Zantac),

Famotidine (Interfam), Lansoprazole (Gastrolan)***

12

Page 14: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

* Harga obat ini cukup mahal sehingga keuntungan akan efeknya harus

lebih besar

** Efek samping dari obat ini cukup tinggi

*** Mengatasi refluks dan mengurangi produksi asam serta mengurangi

mual dan muntah.

2.  Tatalaksana alergi (3,4)

Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa hiperemesis gravidarum

dapat diatasi dengan anti histamin (diphenhydramine) ataupun

kortikosteroid (metyl prednisolone)

3. Terapi nutrisi

Penelitian menunjukkan bahwa mual dan muntah yang berlangsung

berminggu-minggu menyebabkan defisisensi signifikan dari nutrisi yang

penting bagi tubuh, yang dapat memperburuk mual dan muntah itu sendiri.

Bila tidak digantikan, seorang wanita akan berisiko untuk mendapat

komplikasi yang berat dan lamanya proses kesembuhan. Nutrisi penting

yang dibutuhkan ialah vitamin B1, Vitamin B6, Vitamin C, Vitamin K serta

vitamin B kompleks.(3) American College of Obstetrics and Gynecology

merekomendasikan pyridoxine (vitamin B-6) sebagai terapi lini pertama.

Pyridoxine menurut penelitian ditemukan efektif untuk mengurangi muntah

yang berat, namun kurang efektif untuk muntah yang ringan atau sedikit.(1)

4. Diet (2, 13)

Makan bila lapar, walaupun melebihi frekuensi biasa makan sehari.

Makan dalam jumlah kecil, namun sering.

Hindari makanan tinggi lemak.

Hindari makanan pedas.

Hindari makanan atau bau-bauan yang membuat muntah.

Tingkatkan intake.

Hindari pil mengandung zat besi

Makan makanan ringan yang tinggi protein

Konsumsi vitamin prenatal sebelum pre konsepsi dapat mengurangi

mual dan muntah pada kehamilan

13

Page 15: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

5. Psikoterapi

Terapi ini sangat efektif bagi pasien yang mengalami depresi dan anxietas,

bila gejala ini tidak ada maka tidak diperlukan psikoterapi pada pasien

hiperemesis gravidarum. (1,2,3,4)

6. Aborsi terapeutik

Hal ini sangat dihindari, namun pada keadaaan di mana wanita hiperemesis

gravidarum tidak tertangani maka ia akan sangat terganggu metabolismenya

sehingga aborsi dipilih untuk menyelamatkan sang ibu.(1,3,5)

PROTOKOL HIPEREMESIS GRAVIDARUM (menurut Hyperemesis

Educational and Research Foundation / HER Foundation) (3)

1. Saat pasien masuk dan penilaian pasien.

Pasien diberi kamar tersendiri untuk meminimalkan stimulus yang

mengganggu baik dari pasien lain maupun staff medis. Banyak dari penderita

yang tidak dapat bertoleransi pada cahaya yang sangat terang ataupun suasana

berisik seperti suara telepon dan televisi, mereka akan muntah terhadap

gangguan tersebut. Oleh sebab itu, kamar yang tenang dengan posisi di ujung

bangsal merupakan hal yang sangat dianjurkan dan bersifat terapeutik.

Membina hubungan yang baik dengan pasien (compasionate rapport).

Paisen ditimbang dan dievaluasi berat-ringannya penurunan berat badan. 

Menyingkirkan kemungkinan penyakit lain pada pasien dengan gejala mual

dan muntah dengan anamnesa yang baik

Penilaian terhadap status metaboik dan hormonal: melakukan pemeriksaan

laboratorium, terutama elektrolit, kadar hormon (hCG, fungsi tiroid, -hCG

kuantitatif), Urinalisis, H-pylori, darah lengkap (untuk mengetahui tanda awal

dari infeksi), fungsi hati, dan glukosa.

Pemeriksaan USG untuk menyingkirkan penyakit trofoblas pada kehamilan,

melihat kehamilan kembar, kelainan kandung empedu dan pankreas.

Monitor intake dan ouput

Pencatatan perubahan berat badan

Memeriksa keton urine, minimal 8 jam sekali.

14

Page 16: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

2. Rehidrasi secara hati-hati dengan cairan dan vitamin. Hidrasi dilanjutkan sampai

pasien dapat menoleransi makanan peroral, serta ditemukan keton urin menurun

atau tidak ada sama sekali.

Cairan yang digunakan ialah Normal saline (NaCl 0,9%) atau RL atau

Dextrose 5% (D5%). Cairan D5% digunakan untuk mengurangi pemecahan

lemak.

Cairan intra vena dihangatkan terlebih dulu sebelum dialirkan demi

kenyamanan pasien dan guna mencegah hilangnya kalori.

Bila pasien dehidrasi, koreksi defisiensi elektrolit sampai batas marginal,

karena muntah akan berulang.

Pertimbangkan untuk menambahkan antioksidan seperti glutathione. Menurut

penelitian HG berhubungan dengan stress oksidatif.

Tambahkan glukosa, vitamin (terutama B6, B12, C dan K), magnesium,

termasuk pasien dalam Total Parenteral Nutrition ataupun Total Periheral

Parenteral Nutrition. Gunakan teknik aseptik, karena bila terjadi sepsis akan

mengancam ibu dan janin.

Yang perlu diperhatikan:

Onset secara tiba-tiba atau perburukan dari Wernicke’s ensefalopati setelah

pemberian glukosa, biasanya karena pasien telah mengalami defisiensi

thiamine. Oleh sebab itu thiamine sebaiknya diberikan sebelum atau

bersamaan dengan cairan mengandung dextrose pada pasien HG dengan

curiga defisiensi thiamine.

Rehidrasi dan koreksi elektrolit secara cepat dapat mengakibatkan komplikasi

kardiovaskular dan neurologis yang fatal.

3. Pemberian obat anti-emetik. Analisa riwayat pengobatan dan respons dari pasien.

Risiko dari obat tersebut harus benar-benar dipertimbangkan, apakah sepadan

dengan sekuele dari dehidrasi dan kelaparan yang berkepanjangan.

Catatan: Intervensi dini dari obat-obatan dapat mencegah pengulangan pemberian

cairan intra vena. Hentikan pemberian obat secara bertahap bila sudah asimptomatik

lebih dari 2 minggu. Hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan.

15

Page 17: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

4. Konsultasi multidisipliner bila dibutuhkan.

Fisioterapi – bila pasien dalam kedaan bed rest baik karena memang tidak

dapat beranjak dari tempat tidur ataupun merupakan suatu penatalaksanaan.

o Edukasi untuk melakukan latihan progresif untuk meminimalkan

atrofi. Konsultasi dimulai saat masuk atau setelah sebulan dalam

keadaan mobilitas terbatas. Terapi diteruskan sampai akhir kehamilan

bila gejala berlanjut (lemah dan ambang nyeri berkurang) agar tidak

menganggu proses penyembuhan dan penderita nantinya mampu

merawat bayinya.

Gizi

o Jika pasien mengalami penurunan berat badan sampai lebih dari 10%

pada trimester pertama dan tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan,

maka intervensi dari ahli gizi sangatlah penting. Bila tidak didukung,

maka pasien memiliki risiko komplikasi dan lamanya penyembuhan.

o Pertimbangkan diet untuk penyakit hati bila ditoleransi (tinggi

karbohidrat, tidak ada lemak, sayuran segar yang dikukus, tidak ada

gula, tidak ada produk susu dan pemberian makanan dalam jumlah

kecil namun frekuensi sering)

Ahli perawatan di rumah

Gastroenterologi

o Evaluasi infeksi H-pylori, dan kemungkinan komplikasi akibat

muntah/refluks.

5. Pertimbangkan terapi tambahan atau alternatif seperti hipnotis, pemijatan,

acupressure, dll.

6. Mengimplementasikan cara-cara perawatan yang bertujuan untuk memberi

kenyamanan pasien.

Cairan intra vena yang hangat untuk mencegah ketidaknyamanan dan

hilangnya kalori akibat menggigil kedinginan.

Menawarkan selimut serta kamar/ruangan yang tenang serta bebas bau-bauan.

Menggunakan lidokain pada insersi intra vena dan dilakukan oleh petugas

yang handal, untuk mencegah luka-luka akibat percobaan memasang abocath.

16

Page 18: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

Pemberian anti emetik dan vitamin melalui intra vena, hindari jalur intra

muskular karena terdapat atrofi otot.

7. Memberikan edukasi ke pasien dan keluarga

Menerangkan kondisi dan penatalaksanaan yang diberikan

Mengajarkan pasien tanda-tanda dehidrasi dan cara untuk menggunakan

ketostix di rumah.

Penjelasan mengenai risiko dan hasil dari penatalaksanaan

Pengisian lembar penilaian terhadap kemajuan keaadaan pasien

Memberi edukasi kepada keluarga untuk selalu memberi dukungan ke pasien

IX. KOMPLIKASI

Karena sudah majunya pentalaksanaan di rumah sakit, komplikasi-komplikasi

berat sudah jarang terjadi sekarang. Komplikasi yang dapat terjadi pada

hiperemesis gravidarum yang berkepanjangan ialah:

1. Komplikasi neurologis

(a) Wernicke’s ensefalopati. Trias dari kelainan ini ialah gangguan

penglihatan berupa diplopia dan nistagmus, tidak dapat berpikir jernih

(kebingungan), serta kelemahan otot. Terkadang bisa sampai koma dan

dapat terjadi abortus spontan. Kelainan ini akibat dar defisiensi thiamine

(B1) dan dicetuskan oleh pemberian cairan mengandung glukosa sebelum

defisiensi thiamine dikoreksi. (3,5)

(b) Neuritis perifer (4)

(c) Korsakoff’s psikosis. Merupakan kelainan pada otak yang melibatkan

hilangnya fungsi spesifik tertentu dari otak, akibat defisiensi thiamine.

Merupakan bentuk lanjut dari wernicke’s ensefalopati, dengan gejala

berupa hilangnya ingatan, tidak mampu untuk membuat ingatan baru,

konfabulasi (cerita yang dibuat-buat), halusinasi.(4)

17

Page 19: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

(d) Central pontine myelinolisis, terjadi akibat deplesi natrium yang

dikoreksi terlalu cepat. Gejala berupa kebingungan, ketidakmampuan untuk

melihat ke satu titik untuk waktu yang lama, quadriplegia spastik.

2. Stress related mucosal injury , stress ulcer pada gaster. (4)

3. Jaundice. Terjadi akibat gangguan hati yang berkepanjangan sehingga

menyebabkan kadar bilirubin meningkat. Terjadi bila hiperemesis

gravidarum tidak ditangani.(3,4)

4. Gagal ginjal akut. Hilangnya kemampuan ginjal untuk menjalankan

fungsinya seperti ekskresi, mengatur elektrolit, mengatur retensi air. Gejala

berupa: oligouria, retensi cairan, perubahan status kesadaran, peningkatan

tekanan darah, bau nafas, lemah, mual dan muntah.(3)

5. Atrofi, hilangnya jaringan otot karena jarang dipakai. Dengan gejala: lemah,

nyeri.(3)

7. Koagulopati, terjadi akibat defisiensi vitamin K sehingga mengganggu

pembekuan darah. (3)

8. Disfungsi pencernaan. (1,2,3)

9. Kerusakan esofagus. (3)

Esofagitis (inflamasi esofagus)

Perdarahan

Ruptur esofagus (Mallory-Weiss Tear/Syndrome) – robekan dari

lapisan dalam (membran mukosa) dari esofagus bagian yang

berhubungan dengan gaster (gastroesophageal junction). Gejala:

hematemesis, melena, sinkop, sakit menelan, nyeri epigastrium atau

dispesia.

11. Retinitis hemoragik (3)

12. Hipoglikemia (3)

18

Page 20: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

13. Malnutrisi dan kelaparan (1,2)

14. Pneumomediastinum, terjadi bila ada komplikasi dari ruptur esofagus (3)

15. Depresi postpartum (1,2,3)

16. PTSD (Post traumatic Stress Disorder) (3)

17. Depresi sekunder (1,2)

18. Avulsi splenic (3)

19. Vasospasme arteri serebral (3)

20. Komplikasi potensial dari janin (3)

Belum ada penelitian jangka panjang yang dilakukan pada bayi dengan

ibu hiperemesis gravidarum. Kebanyakan komplikasi tampaknya

berkaitan dengan malnutrisi maternal yang berat. Seorang wanita yang

kehilangan berat badan lebih dari 10% dan gagal untuk mencapai berat

badan adekuat sebelum persalinan akan memiliki risiko lebih tinggi untuk

mengalami komplikasi pada janinnya. Penelitian baru-baru ini mencoba

menghubungkan adakah keterkaitan antara stress berkepanjangan,

malnutrisi dan dehidrasi pada ibu dengan risiko penyakit kronis (Diabetes,

penyakit jantung) yang akan dialami janin setelah dewasa nanti. Penelitian

ini dinamakan “fetal programming” yang sedang gencar-gencarnya

dilakukan peneliti di seluruh dunia.(3) Selain risiko penyakit kronis,

komplikasi potensial dari janin lainnya adalah sebagai berikut: (3)

Persalianan preterm (2)

Penjakit jantung bawaan

Abnormalitas pada kulit

Berat bayi lahir rendah(1,2)

Panjang badan yang lebih pendek

Undescended testicles

Displasia panggul

19

Page 21: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

Sekuele pada perkembangan neurologis

Defek pada neural tube

Malformasi susunan saraf pusat

Malformasi skletal

Kematian perinatal

Keganasan testis

Gangguan emosi/perilaku

X. PROGNOSIS

Hiperemesis Gravidarum merupakan self-limiting disease, pada kebanyakan

kasus, akan menunjukkan perbaikan pada akhir trimester pertama. Namun,

gejala dapat terus ada sampai kehamilan 20-22 minggu, dan bahkan pada

beberapa kasus sampai persalinan.(2) Sehingga bila keadaan hiperemesis

gravidarum terus berlanjut dan tidak tertangani akan mengakibatkan komplikasi

serius.

Terdapat suatu penelitian yang membuktikan bahwa kesejahteraan janin

bergantung pada kenaikan berat badan ibu. Pada wanita hiperemesis gravidarum

yang kenaikan berat badannya kurang dari 3.5 kg pada kehamilannya cenderung

untuk memiliki risiko komplikasi janin lebih tinggi. Namun, pada wanita yang

kenaikan berat badannya lebih dari 3.5 kg tidak memiliki peningkatan risiko

komplikasi janin. Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penatalaksanaan

hiperemesis gravidarum sangatlah penting untuk dapat meningkatkan berat

badan ibu, sehingga prognosa janin ke arah yang baik.(1)

BAB III

STRES

I. PENGERTIAN STRES

20

Page 22: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin “stingere” yang berarti

keras. Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan

penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, strest, stresce dan

stress. Selanjutnya istilah ini digunakan dengan lebih menunjukkan kekuatan,

tekanan, ketegangan atau usaha keras yang berpusat pada benda dan manusia

terutama kekuatan mental manusia.

Mc Nerney menyebutkan stress sebagai reaksi fisik, mental dan kimiawi dari

1 1. http://www.emedicine.com/emerg/topic479.htmJuly 18, 2006, Author: Susan Renee Wilcox, MD, Resident, Department of Emergency Medicine, Harvard Medical School , Pregnancy, Hyperemesis Gravidarum.

2 . http://www.emedicine.com/med/topic1075.htmAugust 8, 2006, Dotun A Ogunyemi, MD, Associate Professor of Obstetrics & Gynecology, David Geffen School of Medicine UCLA; Chief of Inpatient Obstetrics, Department of Obstetrics & Gynecology, Cedars Sinai Medical Center .

3 . http://www.helpher.org/hyperemesis-gravidarum/Hyperemesis Education and Research.

4 . Dutta, DC. Hyperemesis Gravidarum in text books of Obstetrics including Perinatology and Contraception 4th ed. New Central Book Agency, Calcutta; 1998.pp 166-9.

5 . Winkjosastro H. Hiperemesis Gravidarum, dalam Ilmu Kebidanan, Balai Penerbit FK UI. Jakarta: 1997.hal 275-80.

6 . Cunningham, F.G. Hyperemesis Gravidarum, in William Obstetrics. 21th ed. Prentice Hall International, USA: 2001.pp.1275-6.

7 . Wright J. and Wyatt S. In the Washington mannual, suvival guide series, obstetrics and gynecology survival suode. Department of medicine, Washington University School of Medicine, Lippincot Williams and Wilkins: 2003. pp 57-9.

8 . Tortora G. and Derrickson B. Vomiting, The Digestive System, In Principles of Anatomy and Physiology 11th ed.. Wiley, New Jersey: 2006.Pp 915.

9 . Cunningham, F.G.Pregnancy: Overview, Organization, and Diagnosis, in William

Obstetrics. 21th ed. Prentice Hall International, USA: 2001.pp.27.

10 . Tortora G. and Derrickson B. Fluid, Electrolyte and Acid-base Homeosatsis, In Principles of Anatomy and Physiology 11th ed.. Wiley, New Jersey: 2006.Pp 1037-51

11 . Tortora G. and Derrickson B. Fluid,Metabolism and Nutrition, In Principles of Anatomy and Physiology 11th ed.. Wiley, New Jersey: 2006.Pp 951-67.

21

Page 23: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

tubuh terhadap situasi yang menakutkan, membingungkan, membahayakan dan

merisaukan seseorang. Sumber lain menyebutkan bahwa stress sebagai keadaan

atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stress

dengan hal yang dianggap mendatangkan stress membuat orang yang

bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem

sumber daya biologis, psikologis dan sosial yang ada padanya. Tubuh akan

memberikan reaksi tertentu terhadap berbagai tantangan yang dijumpai dalam

kondisi stress ini berdasarkan adanya perubahan biologi dan kimia dalam tubuh.

II. PENYEBAB STRES

Salah satu sumber menjelaskan stressor psikososial adalah setiap keadaan atau

peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga

orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau menganggulangi stressor yang

timbul. Namun demikian, tidak semua mampu mengadakan adaptasi dan

mampu menganggulanginya, sehingga timbullah keluhan-keluhan kejiwaan

antara lain depresi. Jenis stressor psikososial pada umumnya dapat digolongkan

sebagai berikut:

1) Perkawinan

Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stress yang dialami

seseorang, misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah

satu pasangan, ketidaksetiaan dan lain sebagainya. Stressor ini dapat

menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.

2) Problem orangtua

Permasalahan yang dihadapi orangtua, misalnya tidak punya anak,

kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit. Permasalahan tersebut di atas

Sem12 . Burrow, N and Ferris F. Hyperemesis Gravidarum in Medical Complications

During Pregnancy 4th ed. WB Saunders Co, Philadelphia: 1995.pp.287.

13 . htttp://www.acog.org/publications/patient_education/bp126.cfmAmerican College of Obstetrics and Gynecologists, pamphlet for patient education.

22

Page 24: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

merupakan sumber stress yang pada gilirannya dapat jatuh dalam depresi

dan kecemasan.

3) Hubungan interpersonal

Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang mengalami

konflik, misal dengan kekasih, atasan dengan bawahan dan lain sebagainya.

4) Pekerjaan

Masalah pekerjaan merupakan sumber stress kedua setelah masalah

perkawinan. Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena

masalah pekerjaan, misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak

cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan

dan lain sebagainya.

5) Lingkungan hidup

Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan

seseorang misalnya soal perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran,

hidup dalam lingkungan yang rawan dan lain sebagainya.

6) Keuangan

Masalah keuangan yang tidak sehat, misalnya pendapatan jauh lebih rendah

dari pengeluaran, terlibat utang, kebangkrutan usaha, soal warisan dan

sebagainya.

7) Hukum

Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan sumber

stress pula, misalnya tuntutan hukum, pengadilan, penjara dan lain

sebagainya.

8) Perkembangan

Perkembangan yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baik

fisik maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa,

menopause, usia lanjut dan sebagainya.

23

Page 25: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

9) Penyakit fisik atau cidera

Sumber stress yang dapat menimbulkan depresi dan kecemasan di sini

antara lain penyakit, kecelakaan, operasi, aborsi dan lain sebagainya.

10) Faktor keluarga

Faktor keluarga yang dimaksud disini adalah faktor stress yang dialami oleh

anak dan remaja yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik

Stuart menyebutkan terdapat empat macam sumber utama pencetus stress,

yaitu :

. 1)  Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan,

termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau

harga diri.

. 2)  Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai

pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-

masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan

masalah.

. 3)  Peran dan ketegangan peran dilaporkan mempengaruhi

perkembangan depresi, terutama pada wanita.

. 4) Perubahan fisiologik yang diakibatkan oleh obat-obatan atau

berbagai penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma dan gangguan

keseimbangan metabolik, dapat menyebabkan gangguan dalam

perasaan. Diantara obat-obatan tersebut terdapat obat antihipertensi

dan zat yang menyebabkan kecanduan.

III. TAHAPAN STRES

Gangguan stress biasanya timbul secara perlahan, tidak jelas kapan mulainya

dan seringkali kita tidak menyadarinya. Berdasarkan pengalaman praktik

psikiatri, para ahli mencoba membagi stress dalam enam tahapan. Tahapan

stress menuurt Robert J. Van Amberg sebagai berikut :

1) Stress tingkat I

24

Page 26: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

Tahapan ini merupakan tingkat stress yang ringan, dan biasanya disertai

dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :

. a)  Semangat besar

. b) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya

. c) Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan

lebih dari biasanya.

2) Stress tingkat II

Dalam tahapan ini dampak stress yang menyenangkan mulai menghilang

dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak cukup lagi

sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang dikemukakan sebagai berikut :

a)  Merasa letih sewaktu bangun pagi

b)  Merasa lelah sesudah makan siang

c)  Merasa lelah menjelang sore hari

d) Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan, kadang-kadang pula

jantung berdebar-debar.

e)  Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk

f)  Perasaan tidak bisa mati

3)  Stress tingkat III

Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan

gejala-gejala :

a)  Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke

belakang).

b)  Otot-otot terasa lebih tegang

c)  Perasaan tegang yang semakin meningkat

25

Page 27: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

d)  Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar

tidur kembali, atau bangun terlalu pagi)

e)  Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh

pingsan).

4)  Stress tingkat IV

Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk yang ditandai

dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a)  Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit

b)  Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit

c)  Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan

social, dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.

d)  Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali

terbangun dini hari.

e)  Perasaan negativistik

f)  Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam

g)  Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan.

5)  Stress tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan IV

diatas, yaitu :

a)  Keletihan yang mendalam

b)  Untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana saja terasa kurang mampu

c)  Gangguan sistem percernaan lebih sering, sukar buang air besar

atau sebaliknya feses cair dan sering ke belakang.

d)  Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik .

26

Page 28: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

6) Stress tingkat VI

Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat

darurat. Tidak jarang dalam tahapan ini dibawa ke ICCU. Gejala-gejala

pada tahapan ini cukup mengerikan :

. a)  Debar jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin

yang dikeluarkan, karena stress tersebut cukup tinggi dalam peredaran

darah.

. b)  Nafas sesak, megap-megap

. c)  Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran

. d)  Tenaga untuk hal-hal ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan

atau collaps.

IV. PENGELOLAAN STRES

Pengelolaan stress dapat dilakukan dengan menggali sumber-sumber koping

meliputi status sosioekonomi, keluarga, jaringan interpersonal, dan organisasi

sekunder yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas. Kurangnya

sumber personal tersebut menambah stress bagi individu.

Reaksi berduka yang tertunda mencerminkan penggunaan ekspresi dari

mekanisme pertahanan penyangkal dan supresi yang berlebihan dalam

upayanya untuk menghindari distres hebat yang berhubungan dengan berduka.

BAB IV

PENGARUH STRES PADA HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan

Human Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.

Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem

gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung

menjadi kosong.

27

Page 29: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

Salah satu teori penyebab terjadinya Hiperemesis Gravidarum yang disebut teori

endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan HCG

mudapat menjadi faktor pencetus mual muntah. Peningkatan hormon progesteron

menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu

mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung

melambat. Refleks esofagus, penurunan motilitas lambung dan penurunan sekresi

dari asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah.

Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid yang dapat mengakibatkan mual

dan muntah.

Hormon progesteron ini dihasilkan oleh korpus luteum pada masa awal

kehamilan dan mempunyai fungsi menenangkan tubuh ibu hamil selama

kehamilan, termasuk saraf ibu hamil sehingga perasaan ibu hamil menjadi tenang.

Hormon ini berfungsi untuk membangun lapisan di dinding rahim untuk

menyangga plasenta di dalam rahim. Hormon ini juga dapat berfungsi untuk

mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim. Hormon ini dapat

"mengembangkan" pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, itu

penyebab mengapa ibu sering pusing saat hamil. Hormon ini juga membuat

sistem pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung atau sembelit. Hormon ini

juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu, meningkatkan suhu tubuh,

meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya gairah berhubungan intim

selama hamil.

Seseorang dalam kondisi stress akan meningkatkan aktifitas saraf simpatis, untuk

melepaskan hormon stress berupa adrenalin dan kortisol. Sistem imun merupakan

komponen penting dan responden adaptif stress secara fisiologis.

Stress menggunakan adrenalin dalam tubuh untuk meningkatkan kepekaan,

prestasi dan tenaga. Peningkatan adrenalin akan membuat kontraksi otot empedu,

menyempitkan pembuluh darah perifer, dilatasi pembuluh darah koroner,

meningkatkan tekanan darah arterial dan menambah volume darah ke jantung dan

jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari

lemak protein berkepadatan rendah. Tekanan darah yang tinggi dan peningkatan

denyut jantung akan dapat meningkatkan HCG. HCG (Human Chorionic

Gonadotrophin) adalah hormon yang dihasilkan selama kehamilan, yang dapat

28

Page 30: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

dideteksi dari darah atau air seni wanita hamil sesudah kurang lebih 10 hari

sesudah pembuahan. HCG ini dapat menstimulasi terjadinya mual dan muntah

pada ibu hamil.

BAB V

RINGKASAN

Mual dan muntah adalah gejala yang normal pada kehamilan, namun jika keadaan ini

berlanjut dan bertambah berat sampai mengganggu aktivitas sehari-hari maka dapat

menyebabkan kedaaan yang disebut dengan hiperemesis gravidarum. Bila keadaan

hiperemesis gravidarum tidak dideteksi dan diatasi secara dini maka akan dapat

menimbulkan komplikasi yang cukup serius.

29

Page 31: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

Hormon progesteron, estrogen, dan HCG yang meningkat dikarenakan stres menjadi

salah satu penyebab hiperemesis gravidarum. Diperlukan edukasi kepada ibu dan

keluarga tentang penyakitnya dan kemungkinan berulang selama kehamilannya yang

sekarang, sehingga pasien tahu tindakan pertama apa yang harus dilakukannya jika

hal tersebut terjadi. Antenatal care yang teratur juga diperlukan agar ibu dan janin

sehat dan sejahtera.

30

Page 32: Pengaruh Stres Pada Hiperemesis Gravidarum Dr Endang

DAFTAR PUSTAKA

31