PENGARUH SANKSI PAJAK, TINGKAT PENDIDIKAN DAN …repository.stieykpn.ac.id/226/1/JURNAL Ranti...
Transcript of PENGARUH SANKSI PAJAK, TINGKAT PENDIDIKAN DAN …repository.stieykpn.ac.id/226/1/JURNAL Ranti...
-
PENGARUH SANKSI PAJAK, TINGKAT PENDIDIKAN DAN
PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI (WPOP) DALAM MEMBAYAR
PAJAK PENGHASILAN: KESADARAN WAJIB PAJAK
SEBAGAI VARIABEL MEDIATOR
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2
Program Magister Akuntansi
Disusun Oleh:
RANTI BUWANA ASRI
12.16.00506
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
STIE YKPN YOGYAKARTA
2018
-
1
PENGARUH SANKSI PAJAK, TINGKAT PENDIDIKAN DAN
PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI (WPOP) DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN:
KESADARAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL MEDIATOR
Disusun Oleh:
RANTI BUWANA ASRI
12.16.00506
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sanksi pajak, tingkat pendidikan
dan pemahaman pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam
membayar pajak penghasilan dengan kesadaran wajib pajak sebagai variabel
mediator. Sampel penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang berpenghasilan
di atas PTKP. Metode pengumpulan data menggunakan metode kuesioner. Metode
pengujian hipotesis menggunakan SEM PLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sanksi pajak, tingkat pendidikan dan pemahaman pajak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesadaran wajib pajak. Sanksi pajak, pemahaman dan kesadaran
wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Tingkat pendidikan berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak
penghasilan. Kesadaran membayar pajak dapat memediasi pengaruh sanksi pajak,
tingkat pendidikan dan pemahaman pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi dalam membayar pajak penghasilan.
Kata kunci: sanksi pajak, tingkat pendidikan, pemahaman pajak, kesadaran wajib
pajak, kepatuhan wajib pajak.
ABSTRACT
The purpose of this research was to determine the effect of tax penalties, level of
education and understanding of taxation on individual taxpayer compliance in paying
personal income tax mediated by the taxpayer awareness.The sample of this study
was an individual taxpayer. Data collection method used a questionnaire method.
Hypothesis testing method used SEM PLS. The result of this research indicated that
tax penalties, level of education and understanding of taxation had a positive effect
and significant to taxpayer awareness. Tax penalties, understanding of taxation and
taxpayer awareness had a positive effect and significant to individual taxpayer
compliance in paying personal income tax. While level of education had positive
effect and does not significant to individual taxpayer compliance in paying personal
income tax. Taxpayer awareness can mediate the effect of tax penalties, level of
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
2
education and understanding of taxation on individual taxpayer compliance in paying
personal income tax.
Key words: tax penalties, level of education, understanding of taxation taxpayer
awareness, taxpayer compliance
Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah salah satu negara berkembang di
Asia yang keberadaannya telah diakui dunia. Sebagai negara berkembang, Indonesia
memiliki cita-cita untuk memakmurkan dan menyejahterakan rakyatnya. Berbagai
program direncanakan untuk dapat mewujudkan hal tersebut, diantaranya adalah
memenuhi dan memajukan berbagai macam fasilitas serta kebutuhan masyarakat
dalam rangka pembangunan nasional, tentunya dengan didukung oleh sumber
pembiayaan memadai.
Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan dalam pasal 1 menyebutkan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
menunjukkan bahwa lebih dari 70% penerimaan negara republik Indonesia bersumber
dari pajak. Hal tersebut ditunjukkan dalam Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1.1
Penerimaan dan Kontribusi Pajak terhadap Pendapatan Negara 2014-2017
Tahun Penerimaan Pajak (dalam
triliun rupiah)
Penerimaan Dalam Negeri
(dalam triliun rupiah)
Kontribusi Pajak terhadap
Pendapatan Negara (%)
2014 1.146,9 1.545,6 74,2%
2015 1.240,4 1.494,1 83,0%
2016 1.285,0 1.546,9 83,1%
2017 1.125,1 1.391,8 80,8%
Sumber: https://www.kemenkeu.go.id, data diolah, 2018
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017,
penerimaan pajak menguasai hampir sebagian besar penerimaan negara. Hal ini
mempertegas bahwa pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara.
Tanpa pajak sebagian besar kegiatan negara akan sulit untuk dilaksanakan sehingga
kehidupan negara tidak akan bisa berjalan dengan baik. Namun, faktanya realisasi
penerimaan pajak dari tahun ke tahun masih belum mencapai target yang diharapkan
seperti yang tertera dalam Tabel 1.2 berikut ini:
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
3
Tabel 1.2
Realisasi Penerimaan Pajak terhadap Target Pajak 2014-2017
Tahun Target Pajak (dalam
triliun rupiah)
Realisasi Penerimaan Pajak
(dalam triliun rupiah)
Realisasi Pajak terhadap
Target Pajak (%)
2014 1.246,1 1.146,9 92,0%
2015 1.489,3 1.240,4 83,3%
2016 1.539,2 1.285,0 83,5%
2017 1.472,7 1.125,1 76,4%
Sumber: https://www.kemenkeu.go.id, data diolah, 2018
Pada Tabel 1.2, realisasi penerimaan pajak dari tahun 2014 sampai tahun 2017
masih belum mencapai target pajak dalam APBN. Oleh karena itu, usaha untuk
meningkatkan penerimaan pajak terus dilakukan oleh pemerintah. Usaha-usaha
tersebut tentu saja membutuhkan dukungan dari wajib pajak agar turut aktif dalam
membayar pajak. Apalagi sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan self
assessment system yang memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk
mendaftar, menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannyanya
sendiri melalui Surat Pemberitahuan (SPT). Harahap (2004), menyatakan bahwa
dianutnya self assessment system membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap
(kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary
compliance). Kepatuhan memenuhi pajak secara sukarela merupakan tulang
punggung dari self assessment system (Supadmi, 2010). Hal ini menjadikan kesadaran
dan kepatuhan wajib pajak menjadi faktor yang sangat penting dalam hal mencapai
keberhasilan penerimaan pajak.
Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara
sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006).
Menurut Pahala (2013), kesadaran adalah kerelaan memenuhi kewajibannya,
termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan pembangunan negara
dengan cara membayar kewajiban pajak. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib
pajak terhadap perpajakan maka akan semakin tinggi juga tingkat kepatuhan wajib
pajak sehingga akan mempengaruhi penerimaan negara. .Kesadaran membayar pajak
muncul ketika wajib pajak memiliki pengetahuan dan mampu memahami pajak
dengan baik, sehingga mendorong mereka secara suka rela untuk membayar pajak.
Pemahaman yang kurang tentang pajak mengakibatkan kurangnya kesadaran
masyarakat dalam membayar pajak karena tidak adanya insentif atau timbal balik
secara langsung dari negara untuk mereka. Menurut Rahayu (2010), kualitas
pengetahuan dan pemahaman pajak yang baik akan sangat mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Semakin tinggi tingkat
pemahaman wajib pajak, maka semakin mudah pula bagi mereka untuk memahami
peraturan perpajakan dan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Selain itu, tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi
kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak. Pendidikan pada dasarnya merupakan
suatu proses pembudayaan sikap, watak, dan perilaku yang berlangsung sejak dini.
Melalui proses pendidikan sebagai anggota masyarakat dan warga negara dapat
menyadari hak dan kewajiban sebagai masyarakat maupun warga negara (Syahri,
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
4
2010). Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula tingkat kesadaran
pajak yang dimiliki oleh wajib pajak sehingga akan mendorong meningkatnya tingkat
kepatuhan pajak, sekaligus menjalankan fungsi sebagai warga negara yang baik
(Gustiana, 2014). Menurut Purwantini dan Suratna (2004), wajib pajak yang memiliki
tingkat pendidikan rendah cenderung akan memiliki sikap perlawanan pasif
dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, hal ini
didukung dengan penelitian Widyanti dan Gusmidawati (2017) yang menunjukan
bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kesadaran wajib pajak dan
temuan Asante dan Baba (2011) yang menunjukkan tingkat pendidikan
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
Pemerintah juga membuat kebijakan mengenai sanksi pajak untuk mendorong
penerimaan pajak. Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan diberikan untuk
menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Oleh karena itu, penting bagi wajib pajak memahami sanksi-sanksi perpajakan
sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa yang dilakukan ataupun tidak
dilakukan. Sanksi diperlukan untuk memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak.
Sanksi pajak bagi wajib pajak yang tidak melapor atau membayar pajak akan
meningkatkan penerimaan negara karena sanksi pajak menambah beban pajak bagi
wajib pajak. Wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang
sanksi perpajakan akan merugikannya (Rahmadian dan Murtejo, 2013). Dengan
demikian, diharapkan agar peraturan perpajakan dipatuhi oleh para wajib pajak agar
sanksi pajak dapat dihindari.
Atmoko dan Santoso (2017) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
kesadaran membayar pajak dapat memediasi pengaruh sanksi pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak. Wulandari (2015) juga
menggunakan kesadaran wajib pajak sebagai mediator dalam penelitiannya dan
hasilnya membuktikan bahwa kesadaran wajib pajak dapat memediasi kualitas
pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dari uraian diatas peneliti ingin meneliti
lebih jauh tentang kondisi kepatuhan wajib pajak dengan mengembangkan penelitian
Atmoko dan Santoso (2017). Dalam penelitian ini peneliti menambahkan tingkat
pendidikan dan pemahaman pajak sebagai variabel eksogen.
Rumusan Masalah
1. Apakah sanksi pajak, tingkat pendidikan dan pemahaman pajak secara parsial berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak?
2. Apakah sanksi pajak, tingkat pendidikan, pemahaman pajak dan kesadaran wajb pajak secara parsial berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dalam membayar pajak penghasilan?
3. Apakah kesadaran wajib pajak memediasi pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan?
4. Apakah kesadaran wajib pajak memediasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan?
5. Apakah kesadaran wajib pajak memediasi pengaruh pemahaman pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan?
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
5
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sanksi pajak, tingkat
pendidikan, dan pemahaman pajak secara parsial berpengaruh terhadap kesadaran
wajib pajak, untuk mengetahui apakah sanksi pajak, tingkat pendidikan, pemahaman
pajak dan kesadaran wajib pajak secara parsial berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Apakah kesadaran wajib
pajak dapat memediasi pengaruh sanksi pajak, tingkat pendidikan dan pemahaman
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak
penghasilan.
Landasan Teori
Teori Perilaku Yang Direncanakan (Theory of Planned Behavior)
Ajzen (1991) tentang Theory of Planned Behavior (TPB) mengatakan bahwa perilaku
yang ditentukan oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku.
Munculnya niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu, yaitu:
1. Behavioral beliefs, merupakan keyakinan individu atas hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.
2. Normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.
3. Control beliefs, merupakan keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan dilakukan dan persepsinya
tentang seberapa kuat hal-hal yang akan mendukung atau menghambat perilaku
tersebut (perceived power).
Sebelum individu melakukan sesuatu, individu tersebut akan memiliki
keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilaku tersebut. Kemudian yang
bersangkutan akan memutuskan apakah akan melakukannya atau tidak. Hal tersebut
berkaitan dengan kesadaran wajib pajak. Wajib pajak yang sadar pajak, akan
memiliki keyakinan mengenai pentingnya membayar pajak untuk membantu
menyelenggarakan pembangunan negara (behavioral beliefs).
Ketika akan melakukan sesuatu, individu akan memiliki keyakinan tentang
harapan normatif dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut
(normative beliefs). Hal tersebut dapat dikaitkan dengan adanya sanksi pajak dan
tingkat pendidikan, dimana dengan adanya ketegasan sanksi pajak, pemerintah
berharap para wajib pajak akan dapat menjadi wajib pajak yang disiplin dan taat
pajak serta melalui proses pendidikan diharapkan setiap peserta didik sebagai anggota
suatu masyarakat dan negara, dapat menyadari hak dan kewajiban sebagai masyarakat
maupun sebagai warga negara (Soemitro, 1993).
Sanksi pajak, tingkat pendidikan dan pemahaman pajak juga dapat dikaitkan
dengan control beliefs. Sanksi pajak dibuat untuk mendukung agar wajib pajak
mematuhi peraturan perpajakan. Pendidikan ditujukan untuk menciptakan individu
yang berkepribadian baik dan bertanggung jawab. Melalui pendidikan individu juga
ditanamkan rasa nasionalisme sehingga dengan adanya pendidikan diharap
masyarakat dapat menjadi warga negara yang baik dan patuh pada peraturan yang
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
6
berlaku. Pemahaman pajak juga dapat mendukung proses pelaksanaan kewajiban
pajak menjadi lebih mudah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan.
Behavioral beliefs, normative beliefs, dan control beliefs sebagai tiga faktor
yang menentukan seseorang untuk berperilaku. Setelah terdapat tiga faktor tersebut,
maka seseorang akan memasuki tahap intention, kemudian tahap terakhir adalah
behavior. Tahap intention merupakan tahap dimana seseorang memiliki maksud atau
niat untuk berperilaku, sedangkan behavior adalah tahap seseorang berperilaku
(Mustikasari, 2007). Kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, tingkat pendidikan dan
pemahaman pajak dapat menjadi faktor yang menentukan perilaku patuh pajak.
Setelah wajib pajak memiliki kesadaran untuk membayar pajak, termotivasi oleh
sanksi pajak, tingkat pendidikan dan pemahaman pajak, maka wajib pajak akan
memiliki niat untuk membayar pajak dan kemudian merealisasikan niat tersebut.
Sanksi Pajak
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang
melanggar peraturan. Apabila kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada
konsekuensi hukum yang bisa terjadi karena pajak mengandung unsur pemaksaan.
Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-sanksi perpajakan. Muliari dan
Setiawan (2011) menjelaskan bahwa sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah
agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.
Tingkat Pendidikan
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara. Diharapkan melalui proses pendidikan setiap peserta didik sebagai anggota
suatu masyarakat dan negara, dapat menyadari hak dan kewajiban sebagai masyarakat
maupun sebagai warga negara (Soemitro, 1993).
Pemahaman Wajib Pajak
Menurut Departemen Pendidikan Budaya (1994) pemahaman adalah suatu proses,
cara memahami, cara mempelajari baik-baik supaya paham dan berpengetahuan
banyak. Nugroho (2012) mengatakan bahwa pemahaman akan peraturan perpajakan
adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dengan baik dan
mengaplikasikan pengetahuannya untuk membayar pajak. Kesadaran Wajib Pajak.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi
dimana wajib pajak mengetahui, mengerti, menghargai, dan menaati ketentuan
perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan untuk memenuhi kewajiban
pajaknya secara sukarela tanpa adanya paksaan.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
7
Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tunduk atau patuh pada
ajaran atau peraturan. Kepatuhan perpajakan menurut Nurmantu (2009), didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan
dan melaksanakan hak perpajakannya.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kesadaran Wajib Pajak
Sanksi pajak merupakan tindakan berupa hukuman untuk wajib pajak yang tidak
melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai ketentuan peraturan perpajakan yang
berlaku. Sanksi juga dibuat untuk mencegah dan meminimalisir tindakan pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh wajib pajak. Dengan tegasnya sanksi yang diberikan
kepada para wajib pajak yang melanggar diharapkan wajib pajak menjadi jera dan
sadar akan kesalahan yang telah ia lakukan sehingga pelanggar tidak akan
mengulangi kesalahannya. Sanksi pajak juga mempertegas bahwa hukum pajak tidak
main-main sehingga wajib pajak akan menyadari bahwa ada konsekuensi yang
menanti untuk setiap perbuatannya. Penelitian Suciningsih, Bagia dan Cipta (2014)
membuktikan ada pengaruh positif dan signifikan dari sanksi perpajakan terhadap
kesadaran wajib pajak. Penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Atmoko dan
Santoso (2017) yang membuktikan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap
kesadaran membayar pajak. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kesadaran wajib pajak.
Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kesadaran Wajib Pajak
Dengan tingkat pendidikan yang tinggi seyogyanya wajib pajak mampu berfikir
positif bahwa pajak memang benar-benar penting untuk kemajuan dan pembangunan
bangsa, sehingga akan timbul kesadaran dari dalam dirinya untuk sukarela membayar
pajak (Putri, 2016). Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan
mempermudah masyarakat dalam menerima ketentuan dan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan yang berlaku karena mereka akan lebih open minded
dan bijak dalam menyikapi suatu hal. Selain itu, wajib pajak telah ditanamkan rasa
nasionalisme yang kuat sejak pendidikan dasar sehingga akan memandang membayar
pajak sebagai wujud cinta tanah air. Bagi mereka yang berpendidikan tinggi tentunya
lebih mengetahui tentang pentingnya membayar pajak sebagai salah satu kewajiban
sebagai warga negara (Johanes, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Astari (2016)
menunjukkan tingkat pendidikan tidak berpengaruh positif terhadap kesadaran wajib
pajak orang pribadi yang memiliki NPWP. Sedangkan menurut hasil penelitian
Wiratama et al. (2015) membuktikan bahwa tingkat pendidikan wajib pajak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesadaran wajib pajak orang pribadi
dalam membayar pajak di KPP Pratama Palembang Ilir Barat. Oleh karena itu
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H2: Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kesadaran wajib pajak.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
8
Pengaruh Pemahaman Pajak Terhadap Kesadaran Wajib Pajak
Pengetahuan merupakan wawasan (ilmu) seseorang terhadap suatu hal. Pengetahuan
ini membantu wajib pajak memahami lebih dalam apa peran, manfaat, tujuan, serta
pentingnya pajak bagi masyarakat maupun negara dan ini tentunya menumbuhkan
kesadaran pajak. Sehingga seorang wajib pajak dengan sendirinya akan sadar dan taat
terhadap pajak. Karena wajib pajak paham akan konsekuensi apabila patuh terhadap
pajak atau tidak. Burton (2007) menyatakan bahwa, pengetahuan dan pemahaman
wajib pajak tentang pajak ternyata mempengaruhi kesediaan orang untuk melaporkan
penyimpangan yang dilakukan orang lain. Hal ini tentunya berdampak positif bagi
negara karena wajib pajak akan selalu bertindak jujur dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Frey et al. (2007) menunjukkan pemahaman tentang pajak
mempengaruhi kesadaran dan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajibannya. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H3: Pemahaman pajak berpengaruh positi terhadap kesadaran wajib pajak.
Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Membayar Pajak Penghasilan
Setiap jenis pelanggaran pajak mulai dari tingkatan paling kecil sampai yang paling
berat sudah tersedia ancaman sanksinya. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan (UU Nomor 16 Tahun 2009). Harsinto dan
Sarsiti (2017) membuktikan bahwa pengenaan sanksi pajak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di KPP Pratama Boyolali. Ilhamsyah et al. (2016) juga membuktikan
bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Begitu juga dengan penelitian Maryati (2014), Septarini (2015), Tologama
(2015), Atmoko dan Santoso (2017) yang masing-masing menyatakan bahwa sanksi
pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib. Oleh karena itu hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H4: Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi dalam membayar pajak penghasilan.
Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Membayar Pajak
Pendidikan merupakan sarana pembentuk kepribadian dan karakter individu untuk
menjadi seseorang yang baik, bertanggung jawab dan memiliki integritas sehingga
melalui pendidikan diharapkan seseoran dapat menjadi warga negara yang baik yang
menjunjung tinggi norma dan nilai-nilai budaya serta dapat berperan aktif dalam
kemajuan bangsa, salah satunya dengan berkontribusi melalui pajak untuk negara.
Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan semestinya semakin taat dan patuh
dalam menjunjung tinggi hukum dan ketentuan peraturan termasuk hukum pajak
karena orang yang berpendidikan seharusnya tahu mana hak dan mana kewajibannya,
apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Namun penelitian Tologana
(2014) menunjukkan tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Manado. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Fitriani et al. (2014) menyatakan bahwa tingkat pendidikan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
9
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H5: Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan.
Pengaruh Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Membayar Pajak
Pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, dimana
pemahaman wajib pajak sangatlah penting untuk dapat melaksanakan dan memenuhi
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga kepatuhan
wajib pajak dapat ditingkatkan (Gunadi, 2006). Lovihan (2014) mengatakan bahwa
pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan adalah cara wajib pajak dalam
memahami peraturan perpajakan yang telah ada. Wajib pajak yang tidak paham akan
peraturan perpajakan maka cenderung menjadi wajib pajak yang tidak taat. Semakin
tinggi pemahaman peraturan perpajakan maka akan semakin tinggi kepatuhan wajib
pajak, dengan demikian pemahaman wajib pajak memberikan dampak positif
terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun, hasil pengujian Nurvita (2014)
menunjukkan bahwa pengetahuan dan pemahaman perpajakan tidak berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak UKM karena bagi wajib pajak yang
mempunyai pengetahuan dan pemahaman tinggi maka akan cenderung dapat
memainkan atau mengecilkan tarif pajak yang seharusnya wajib pajak laporkan,
tetapi tidak berarti bagi wajib pajak yang memiliki pengetahuan dan pemahaman
lemah cenderung tidak mematuhi perpajakannya. Berbeda dengan hasil pengujian
hipotesis penelitian Asbar (2014) yang menunjukkan bahwa pemahaman perpajakan
berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H6: Pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan.
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Membayar Pajak
Dianutnya self assessment system bertujuan untuk mendorong perubahan sikap yaitu
kesadaran warga masyarakat untuk membayar pajak dengan sukarela
(Darmayanti,2004). Semakin tinggi kesadaran wajib pajak maka pelaksanaan
kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (MuliarI
dan Setiawan, 2011). Penelitian Riandy (2016) menunjukkan bahwa kesadaran
perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Hasil
penelitian Nugroho et al. (2016) juga menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak
tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan perpajakan. Walaupun demikian,
penelitian Susilawati dan Budhiarta (2013) memberi bukti bahwa kesadaran wajib
pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Ilhamsyah et al. (2016) juga membuktikan bahwa variabel kesadaran wajib pajak
yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib kendaraan bermotor di
KB Samsat Kota Malang. Variabel tersebut menjadi dominan karena wajib pajak
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
10
merasa bahwa kewajiban perpajakan harus dipahami dan dilakukan secara benar dan
sukarela karena fungsi dari membayar pajak itu merupakan sebagai pembiayaan
negara (Ilhamsyah et al, 2016). Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H7: Kesadaran membayar pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan.
Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Membayar Pajak Penghasilan Yang Dimediasi Oleh Kesadaran Wajib
Pajak
Sanksi pajak dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk melakukan kewajiban
perpajakan sesuai dengan peraturan perpajakan. Dengan adanya sanksi yang
diberikan kepada wajib pajak yang melanggar peraturan maka akan menambah beban
pajak wajib pajak sehingga sanksi pajak dapat menimbulkan kesadaran wajib pajak
untuk selalu taat membayar pajak. Dengan adanya sanksi diharapkan kecenderungan
wajib pajak untuk patuh terhadap perpajakan akan lebih besar. Penelitian Atmoko dan
Santoso (2017) juga memperkuat hal tersebut dengan membuktikan bahwa kesadaran
membayar pajak dapat memediasi pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi dalam membayar pajak. Oleh karena itu hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H8: Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi dalam membayar pajak penghasilan yang dimediasi oleh kesadaran
wajib pajak.
Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan Yang Dimediasi Oleh Kesadaran
Wajib Pajak
Pendidikan merupakan cerminan integritas seorang individu. Seseorang yang
berpendidikan akan lebih dewasa dan terbuka dalam memandang serta menerima
suatu hal. Ketika seseorang memandang pajak sebagai cara positif dalam memajukan
pembangunan nasional dan sebagai wujud kontribusi warga negara yang baik maka
akan timbul kesadaran pajaknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan wajib pajak maka
akan semakin tinggi pula tingkat kesadaran dan kepatuhannya dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya, sehingga penerimaan pajak negara juga akan semakin
meningkat. Hal ini karena semakin tinggi pendidikan masyarakat maka akan semakin
mudah pemerintah untuk menyadarkan masyarakat bahwa dalam kehidupan tidak ada
satu pun yang dapat diperoleh tanpa membayar atau mengorbankan sesuatu, salah
satunya adalah dengan membayar pajak. Menurut Siahaan (2010), kesadaran
masyarakat membayar pajak sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Fitriani et
al. (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Sehingga tingkat pendidikan
dapat menumbuhkan kesadaran wajib pajak untuk selalu patuh membayar pajak. Oleh
karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H9: Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan yang dimediasi oleh
kesadaran wajib pajak.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
11
Pengaruh Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Membayar Pajak Penghasilan Yang Dimediasi Oleh Kesadaran Wajib
Pajak
Pemahaman perpajakan adalah pemahaman terhadap sistem pemungutan pajak yang
ada di Indonesia dan segala macam peraturan perpajakan yang berlaku (Pranadata,
2014). Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman perpajakan akan semakin
meningkat pula tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak (Rohmawati et al,
2013). Dengan pahamnya wajib pajak tentang perpajakan akan membuat self
assessment system yang dicanangkan oleh pemerintah akan berhasil. Menurut
Nugroho (2012), semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, maka
wajib pajak dapat menentukan perilakunya dengan lebih baik dan sesuai dengan
ketentuan perpajakan. Pemahaman tentang pajak serta informasi yang bersifat positif
yang diterima oleh wajib pajak akan menyadarkan mereka untuk melaksanakan
kewajibannya salah satunya adalah membayar pajak. Tanpa pengetahuan dan
pemahaman tentang pajak yang dimiliki oleh masyarakat, maka kecil kemungkinan
wajib pajak bersedia dan patuh dalam melakukan kewajiban perpajakan. Wajib pajak
yang paham mengenai perpajakan secara sadar akan mendorong dirinya untuk
menjadi wajib pajak yang patuh.
H10: Pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan yang dimediasi oleh
kesadaran wajib pajak.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Pemilihan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wajib pajak orang pribadi di Indonesia
dengan sampel wajib pajak orang pribadi yang berpenghasilan di atas Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah snowball sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini
ditargetkan melebihi 100 responden yang telah memenuhi jumlah sampel yang dapat
digunakan untuk keperluan statistik sesuai dengan Central Limit Theory.
Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitaf dengan menggunakan data primer.
Data primer diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada wajib pajak orang
pribadi. Kuesioner dibagikan secara elektronik menggunakan google form yang
dilengkapi dengan petunjuk pengisian secara jelas. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala likert.
Definisi Operasional Variabel
Variabel Eksogen
1. Sanksi Pajak Sanksi perpajakan menurut Mardiasmo (2016) adalah merupakan jaminan bahwa
peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/
dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah
(preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Variabel sanksi pajak
diukur dengan menggunakan 4 butir pertanyaan yang dikembangkan oleh Mutia
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
12
(2014) dan 2 butir pertanyaan yang dikembangkan oleh Atmoko dan Santoso (2017),
serta 2 butir pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti.
2. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula integritas
individu tersebut. Menurut UU Sstem Pendidikan Nasional No.20 (2003), indikator
tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Dalam
penelitian ini variabel tingkat pendidikan dikategorikan menjadi 5 kategori yang
dibatasi dengan pendidikan formal, yaitu:
1) SMA atau SMK 2) Diploma 3) Sarjana (S1) 4) Magister (S2) 5) Doktor (S3) 3. Pemahaman Pajak Menurut Anggraeni (2011), pemahaman peraturan perpajakan ditunjukan oleh wajib
pajak dengan memahami syarat-syarat pembayaran pajak seperti wajib pajak
memiliki NPWP dan melaporkan SPT. Pengukuran pemahaman peraturan perpajakan
dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Susanti
(2011) dengan 7 butir pertanyaan, setiap item dalam pertanyaan terdiri dari 5 point
skala Likert.
Variabel Mediator
Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak. Kesadaran wajib
pajak didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, mengerti,
menghargai, dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki
kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Pengukuran
tingkat kesadaran wajib pajak menggunakan indikator yang dikembangkan oleh
Mutia (2014) dengan 4 butir pertanyaan, satu butir pertanyaan yang dikembangkan
oleh Atmoko dan Santoso (2017) dan dua butir pertanyaan yang dikembangkan oleh
Kundalini (2016) .
Variabel Endogen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan membayar pajak. Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepatuhan adalah sifat patuh, taat pada ajaran atau
aturan. Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan. Variabel ini diukur dengan
melihat dimensi kesanggupan dari wajib pajak orang pribadi untuk memenuhi
kewajiban pajaknya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peneliti menggunakan
instrumen yang dikembangkan oleh Mutia (2014) sebanyak 6 butir pertanyaan dan
instrumen yang dikembangkan oleh Kundalini (2016) sebanyak 6 butir pertanyaan.
Model Penelitian dan Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least Square
(PLS). PLS merupakan salah satu metode untuk model Structural Equation
Modelling (SEM). Menurut Ghozali (2006), model PLS mampu menggambarkan
variabel laten (tak terukur langsung) dan diukur menggunakan indikator-indikator
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
13
(variabel manifest). PLS dapat digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan
antar variabel laten melalui:
1. Uji pengukuran model (outer model), yaitu menguji validitas dan reliabilitas konstruk (variabel) dari masing-masing indikator.
2. Uji struktural model (inner model), yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variabel.
Hasil Penelitian
Gambaran obyek
Data penelitian dikumpulkan dengan mengirim kuesioner secara elektronik berupa
google form kepada responden, yaitu wajib pajak orang pribadi. Pengiriman
kuesioner mulai dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2018 dan ditutup tanggal 30
Agustus 2018. Jumlah google form yang terisi sebanyak 265. Ringkasan pengiriman
dan pengisian kuesioner ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Rincian Pengiriman dan Pengisian Kuesioner
Keterangan Jumlah %
Kuesioner melalui google form 265 100
Kuesioner yang tidak memenuhi syarat 114 43,1
Total kuesioner dapat diolah 151 56,9
Sumber: Data primer yang diolah
Dapat dilihat pada tabel 4.1, terdapat 151 kuesioner yang dapat diolah dari 265
kuesioner yang diperoleh, sedangkan 114 kuesioner tidak dapat diolah karena
penghasilan responden di bawah penghasilan tidak kena pajak yaitu sebesar
Rp4.500.000.
Berdasarkan 151 kuesioner yang dapat diolah, diketahui data demografi
responden berupa jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status bekerja, pekerjaan,
penghasilan dan kepemilikan NPWP. Data demografi tersebut adalah sebagai berikut
Tabel 4.2
Data Demografi Responden
Keterangan Total %
Jenis Kelamin
Pria 74 49,01
Wanita 77 50,99
Total 151 100
Usia
20-30 tahun 90 59,60
31-40 tahun 13 8,61
41-50 tahun 14 9,27
> 50 tahun 34 22,52
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
14
Total 151 100
Pendidikan Terakhir
SMA/SMK 8 5,30
Diploma 11 7,28
S1 96 63,58
S2 28 18,54
S3 8 5,30
Total 151 100
Status Bekerja
Bekerja 151 100,00
Tidak bekerja 0 0,00
Total 151 100
Pekerjaan
Pegawai Tetap 120 79,47
Pegawai Tidak Tetap 13 8,61
Wiraswasta 17 11,26
Lainnya 1 0,66
Total 151 100
Penghasilan
4.5 juta - 10 juta 119 78,81
> 10 juta 32 21,19
Total 151 100
NPWP
Ada 139 84,76
Tidak ada 12 7,95
Total 151 100
Sumber: Data primer yang diolah
Statistika Deskriptif
Berikut ini disajikan hasil statistika deskriptif atas variabel-variabel penelitian yang
disajikan pada Tabel 4.3. Dari tabel tersebut dapat diketahui informasi tentang nilai
minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi.
Tabel 4.3
Hasil Statistika Deskriptif Setiap Variabel
Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi Standar
Sanksi Pajak 151 1 5 4,09 0,71
Tingkat Pendidikan 151 1 5 3,11 0,82
Pemahaman Pajak 151 1 5 3,84 0,70
Kesadaran Wajib Pajak 151 1 5 3,88 0,80
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
15
Kepatuhan Wajib Pajak 151 1 5 3,78 0,69
Total 151
Sumber: Data primer yang diolah
Nilai minimum pertanyaan variabel sanksi pajak sebesar satu dan nilai maksimumnya
sebesar lima. Rata-rata jawaban responden adalah sebesar 4,09 dengan standar
deviasi sebesar 0,71. Nilai minimum pertanyaan variabel tingkat pendidikan sebesar
satu dan nilai maksimumnya sebesar lima. Rata-rata jawaban responden adalah
sebesar 3,11 dengan standar deviasi sebesar 0,82. Nilai minimum pertanyaan variabel
pemahaman pajak sebesar satu dan nilai maksimumnya sebesar lima. Rata-rata
jawaban responden adalah sebesar 3,82 dengan standar deviasi sebesar 0,68. Hal
tersebut menjelaskan bahwa responden mempersepsikan pemahaman pajak pada
wajib pajak orang pribadi relatif tinggi karena nilai rata-rata cenderung mendekati
angka maksimum. Nilai minimum pertanyaan variabel kesadaran wajib pajak sebesar
satu dan nilai maksimumnya sebesar lima. Rata-rata jawaban responden adalah
sebesar 3,88 dengan standar deviasi sebesar 0,81. Nilai minimum pertanyaan variabel
kepatuhan wajib pajak sebesar satu dan nilai maksimumnya sebesar lima. Rata-rata
jawaban responden adalah sebesar 3,78 dengan standar deviasi sebesar 0,69.
Tabel 4.4
Hasil Statistika Deskriptif Variabel Kepatuhan WP Berdasarkan Penghasilan
Penghasilan N Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi Standar
Rp. 4.500.000 - Rp. 10.000.000 119 1 5 3,71 0,72
> Rp. 10.000.000 32 3 5 4,03 0,49
Total 151
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat disajikan hasil statistika deskriptif tentang
kepatuhan wajib pajak berdasarkan penghasilan. Wajib pajak dengan penghasilan
Rp.4.500.000 hingga Rp.10.000.000 sejumlah 119 responden memiliki nilai
minimum sebesar satu dan nilai maksimumnya sebesar lima. Rata-rata jawaban
responden adalah sebesar 3,71 dengan standar deviasi sebesar 0,72. Wajib pajak
dengan penghasilan lebih dari Rp.10.000.000 sejumlah 32 responden memiliki nilai
minimum sebesar tiga dan nilai maksimumnya sebesar lima. Rata-rata jawaban
responden adalah sebesar 4,03 dengan standar deviasi sebesar 0,49. Hal tersebut
menunjukkan bahwa responden dengan penghasilan lebih dari Rp.10.000.000
memiliki rata-rata skor variabel kepatuhan wajib pajak yang mendekati nilai
maksimum lebih tinggi dari yang lain. Dari tabel tersebut dapat dilihat semakin besar
penghasilan responden maka semakin tinggi nilai rata-rata skor variabel kepatuhan
wajib pajaknya.
Analisis dan Pengujian
Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan person correlation dengan taraf
signifikansi 5% (0,05). Apabila hasil uji validitas lebih dari 0,05 maka indikator
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
16
tersebut valid. Hasil uji validitas tersaji pada Tabel 4.5a dan Tabel 4.5b sebagai
berikut:
Tabel 4.5a
Ringkasan Hasil Uji Validitas
Sumber: Data primer yang diolah
Nilai pearson correlation yang terdapat pada Tabel 4.5a menunjukkan bahwa
indikator sanksi pajak (SP), tingkat pendidikan (TP), dan pemahaman pajak (PP)
seluruhnya valid karena lebih besar dari 0,5. Nilai pearson correlation yang terdapat
pada Tabel 4.5a menunjukkan bahwa indikator kesadaran wajib pajak (KS)
seluruhnya valid karena lebih besar dari 0,5. Nilai pearson correlation yang terdapat
pada Tabel 4.5a menunjukkan bahwa hanya satu indikator kepatuhan wajib pajak
(KW) yang tidak valid yaitu, indikator pertanyaan nomor 6 yang menunjukkan nilai
kurang dari 0,5.
Uji Reliabilitas
Pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s coefficient alpha masing-
masing variabel lebih dari 0,6 yang artinya indikator pertanyaan untuk masing-
masing variabel memiliki konsistensi yang baik sebagai pengukuran variabel. Oleh
karena itu data dapat digunakan untuk pengujian model selanjutnya. Hasil uji
reliabilitas dalam penelitian ini tersaji pada Tabel 4.7 seperti berikut:
No Indikator Pearson
Correlation Status No Indikator
Pearson
Correlation Status
1 SP1 0,815 Valid 19 KS3 0,678 Valid
2 SP2 0,834 Valid 20 KS4 0,797 Valid
3 SP3 0,734 Valid 21 KS5 0,793 Valid
4 SP4 0,797 Valid 22 KS6 0,821 Valid
5 SP5 0,843 Valid 23 KS7 0,755 Valid
6 SP6 0,842 Valid 24 KW1 0,662 Valid
7 SP7 0,810 Valid 25 KW2 0,759 Valid
8 SP8 0,705 Valid 26 KW3 0,710 Valid
9 TP1 1,000 Valid 27 KW4 0,710 Valid
10 PP1 0,601 Valid 28 KW5 0,650 Valid
11 PP2 0,586 Valid 29 KW6 0,004 Tidak Valid
12 PP3 0,765 Valid 30 KW7 0,685 Valid
13 PP4 0,734 Valid 31 KW8 0,820 Valid
14 PP5 0,778 Valid 32 KW9 0,777 Valid
15 PP6 0,821 Valid 33 KW10 0,715 Valid
16 PP7 0,718 Valid 34 KW11 0,803 Valid
17 KS1 0,744 Valid 35 KW12 0,659 Valid
18 KS2 0,712 Valid
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
17
Tabel 4.6
Ringkasan Uji Reliabilitas Dengan Cronbach’s Alpha
No Variabel Cronbach's
Alpha Status No Variabel
Cronbach's
Alpha Status
1 SP1 0,953 Reliabel 18 KS2 0,955 Reliabel
2 SP2 0,953 Reliabel 19 KS3 0,954 Reliabel
3 SP3 0,954 Reliabel 20 KS4 0,953 Reliabel
4 SP4 0,953 Reliabel 21 KS5 0,953 Reliabel
5 SP5 0,953 Reliabel 22 KS6 0,953 Reliabel
6 SP6 0,953 Reliabel 23 KS7 0,953 Reliabel
7 SP7 0,953 Reliabel 24 KW1 0,955 Reliabel
8 SP8 0,955 Reliabel 25 KW2 0,954 Reliabel
9 TP1 0,956 Reliabel 26 KW3 0,954 Reliabel
10 PP1 0,954 Reliabel 27 KW4 0,954 Reliabel
11 PP2 0,953 Reliabel 28 KW5 0,953 Reliabel
12 PP3 0,954 Reliabel 29 KW7 0,954 Reliabel
13 PP4 0,954 Reliabel 30 KW8 0,953 Reliabel
14 PP5 0,953 Reliabel 31 KW9 0,953 Reliabel
15 PP6 0,953 Reliabel 32 KW10 0,954 Reliabel
16 PP7 0,954 Reliabel 33 KW11 0,953 Reliabel
17 KS1 0,953 Reliabel 34 KW12 0,954 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Penelitian Outer Model
Variabel sanksi pajak, tingkat pendidikan, pemahaman pajak, kesadaran wajib pajak
dan kepatuhan wajib pajak dalam model PLS penelitian ini menjadi variabel laten
dengan variabel manifesnya yang terdiri dari 34 butir indikator reflektif yang dapat
diolah. Nilai convergent validity dikatakan tinggi apabila nilai loading lebih dari 0.7.
Namun, untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai
loading 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup (Ghozali, 2006). Tabel 4.8 menunjukkan
setiap indikator memiliki loading factor lebih dari 0,5. Hal tersebut menunjukkan
bahwa setiap indikator memenuhi kriteria convergent validity.
Tabel 4.7
Convergent validity
No. Indikator Loading Factor P-value Status
1 SP1 0,831
-
18
8 SP8 0,646
-
19
dan ketepatan instrumen yang baik dalam mengukur konstruk apabila nilai composite
reliability lebih dari 0.7 dan cronbach alpha lebih dari 0.6 (Ghozali, 2006). Tabel 4.9
menunjukkan bahwa masing-masing variabel memiliki nilai AVE, composite
reliability dan cronbach alpha yang memenuhi syarat sehingga pengujian dapat
dilanjutkan ke tahap inner model.
Penelitian Inner Model
Model struktural atau inner model pada kerangka konseptual akan dihitung Goodness
of Fit Inner Model berdasarkan nilai R2 masing-masing variabel endogen. Yang
ditunjukkan pada tabel 4.10.
Tabel 4.9
Nilai R2 Variabel Eksogen
Variabel Eksogen Nilai R2
Kesadaran Wajib Pajak (R12) 0,58
Kepatuhan Wajib Pajak (R22) 0,57
Sumber: Data primer yang diolah
Goodness of Fit Inner Model pada analisis PLS menggunakan ukuran Stone-
Geisser Q-Square Test yang berupa nilai Q-Square predictive relevance dihitung
berdasarkan nilai R2 masing-masing variabel endogen yaitu kesadaran wajib pajak
sebesar 0,58 dan kepatuhan wajib pajak sebesar 0,57. Dengan demikian, nilai Q-
Square predictive relevance sebesar:
Q2 = 1-(1-R12) (1-R22)
=1-(1-0,58) (1-0,57)
=1-(0,42)(0,43)
=1-0,1806
= 0,8194
Nilai Q-Square predictive relevance yang diperoleh dari perhitungan di atas
sebesar 0,8194 atau 81,94%, sehingga model dikatakan memiliki nilai prediktif yang
kuat karena variabel-variabel dalam model yang meliputi variabel sanksi pajak,
tingkat pendidikan, pemahaman pajak dan kesadaran wajib mampu menjelaskan
variabel kepatuhan wajib pajak sebesar 81,94%, sedangkan sisanya sebesar 18,06%
merupakan variasi variabel lain di luar model penelitian. Model struktural atau inner
model pada penelitian akan disebut fit apabila p-value dari ARS dan APC
-
20
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menguji hubungan
antar-variabel sanksi pajak, tingkat pendidikan, dan pemahaman pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan kesadaran wajib pajak sebagai variabel
mediasi. Tingkat signifikansi koefisien jalur dalam model WarpPls yang digunakan
dalam penelitian ini adalah p-value
-
21
seharusnya dibayar. Penegakkan hukum secara adil dan tegas oleh aparat pajak
diperlukan bagi wajib pajak yang lalai dalam membayar pajak. Dengan beratnya
sanksi yang diberikan kepada para pelanggar diharapkan mereka jera dan sadar untuk
tidak melakukan pelanggaran kembali. Oleh karena itu, ketegasan sanksi perpajakan
sangat diperlukan agar kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dapat
meningkat. Sanksi pajak yang tegas dapat mendorong rasa takut wajib pajak untuk
tidak berbuat pelanggaran perpajakan. Wajib pajak akan menjadi lebih waspada dan
berhati-hati dalam membayar pajak karena ada konsekuensi yang harus ditanggung
jika membuat kesalahan.
Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kesadaran Wajib Pajak
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh tingkat
pendidikan terhadap kesadaran wajib pajak menunjukkan angka positif 0,09 dan
signifikan menunjukkan angka 0,07. Hasil analisis menjelaskan bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran wajib pajak
sehingga hasil penelitian mendukung hipotesis 2 yang diajukan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Wiratama et al (2015)
yang membuktikan bahwa tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh positif
signifikan terhadap kesadaran wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak di
KPP Pratama Palembang Ilir Barat, namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
hasil penelitian Astari (2016) yang menunjukkan tingkat pendidikan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak orang pribadi yang memiliki
NPWP. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengembangjan kepribadian dan potensi yang ada pada dirinya sehingga bias
menjadi bekal untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan tingkat
pendidikan yang tinggi seyogyanya wajib pajak mampu berfikir dan menelaah bahwa
pajak memang benar-benar penting untuk kemajuan dan pembangunan bangsa,
sehingga akan timbul kesadaran untuk sukarela membayar pajak. Mereka cenderung
akan lebih bertanggung jawab dan memiliki integritas ketika dihadapkan pada tugas
maupun kewajibannya, termasuk kewajiban perpajakan sehingga mereka akan dengan
sadar akan memenuhi kewajibannya sesuai peraturan yang berlaku.
Pengaruh Pemahaman Pajak terhadap Kesadaran Wajib Pajak
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh pemahaman
pajak terhadap kesadaran wajib pajak menunjukkan angka positif 0,39 dan signifikan
menunjukkan angka
-
22
menjadi wajib pajak yang sadar akan kewajiban perpajakannya. Seseorang yang
paham akan fungsi dan peran pajak akan menyadari bahwa pajak adalah sumber
pembiayaan negara yang mana akan digunakan untuk kepentingan masyarakat
termasuk wajib pajak itu sendiri. Selain itu, wajib pajak yang paham akan sanksi
pajak juga akan berusaha untuk tidak melalaikan kewajibannya karena dia paham
bahwa sanksi dapat semakin membebaninya. Dengan tingkat pemahaman yang baik
seseorang akan dapat melaksanakan sesuatu dengan baik pula. Dengan demikian
pemahaman tentang perpajakan akan meningkatkan kesadaran seseorang dalam
membayar kewajiban perpajakannya.
Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Membayar Pajak Penghasilan.
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh sanksi pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan
menunjukkan angka positif 0,10 dan signifikan menunjukkan angka 0,06. Hasil
analisis menjelaskan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan sehingga
hasil penelitian mendukung hipotesis 4 yang diajukan dalam ini.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Maryati (2014),
Septarini (2015), dan Tologama (2015) yang menyatakan bahwa sanksi perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Menurut Muliari dan Setiawan
(2011) wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya apabila memandang
sanksi pajak akan jauh merugikannya. Adanya sanksi perpajakan menjadikan
seseorang takut lalu akan termotivasi untuk memenuhi kewajiban perpajakannya
dengan tepat waktu dan tepat jumlah. Semakin tegas dan tinggi sanksi pajak maka
semakin tidak ada celah pelanggaran yang dapat dilakukan. Artinya, keberadaan
sanksi pajak dapat mendorong tingkat kepatuhan wajib pajak. Menurut Jotopurnomo dan Mangoting (2013), sanksi perpajakan adalah hukuman negatif kepada orang yang
melanggar peraturan perpajakan dengan cara membayar uang maupun kurungan
penjara. Sanksi perpajakan yang diterapkan secara tegas oleh pemerintah akan
membuat wajib pajak patuh karena mereka sadar akan adanya hukum perpajakan dan
konsekuensi apabila melanggar hukum tersebut berupa kerugian secara material
(Ngadiman dan Huslin, 2015). Diterapkannya sanksi perpajakan terhadap para wajib
pajak yang melakukan pelanggaran diharapkan dapat menjadi efek jera sehingga dikemudian hari mereka dapat memenuhi kewajibannya sesuai peraturan yang
berlaku. Control beliefs dalam theory of planned behavior yang dikaitkan dengan
sanksi perpajakan mengemukakan tentang bagaimana keyakinan yang dimiliki
individu mengenai hal yang mendukung atau menghambat perilaku dapat
memberikan pengaruh terhadap perilaku yang ditimbulkan. Sanksi perpajakan
dipandang sebagai alat pengendali untuk menghambat perilaku-perilaku menyimpang
dari para wajib pajak yang lalai dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian menunjukkan para wajib pajak cenderung setuju apabila sanksi pajak
diperlukan agar wajib pajak disiplin dalam membayar pajak dan sanksi diberikan sesuai
dengan jenis pelanggaran secara tegas. Hal ini dapat diartikan bahwa wajib pajak setuju
dengan sanksi pajak yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
23
perpajakan untuk diterapkan kepada siapa saja yang melakukan pelanggaran. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hananto (2015) yang mengungkapkan
bahwa sanksi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak karena dalam
pembayaran pajak setelah jatuh tempo tidak ada hukuman yang diberikan oleh
Direktorat Jendral Pajak terhadap wajib pajak selain denda administrasi sebesar 2%
perbulan, hal ini menyebabkan wajib pajak masih menyepelekan karena denda yang
kecil. Sehingga penerapan sanksi masih belum efektif karena masih ada wajib pajak
yang terlambat membayar pajak terhutangnya.
Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Membayar Pajak Penghasilan.
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh tingkat
pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak menunjukkan angka positif 0,05 dan
signifikan menunjukkan angka 0,22. Hasil analisis menjelaskan bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadidalam membayar pajak penghasilan, sehingga hasil penelitian
tidak mendukung hipotesis 5 yang diajukan dalam penelitian ini.
Wajib pajak dengan pendidikan tinggi akan lebih selektif dan bersikap skeptis
terhadap suatu hal. Mereka tidak akan begitu saja mau melakukan atau memberikan
sesuatu tanpa pertimbangan banyak hal. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung
bersedia mengeluarkan uang untuk sesuatu yang bermanfaat nyata bagi dirinya
karena dia tidak ingin uang yang mereka keluarkan akan terbuang percuma. Dalam
kaitannya dengan behavioral beliefs pada Theory of Planned Behavior wajib pajak
akan berperilaku jika memiliki keyakinan akan hasil dari membayar pajak dan
evaluasi atas hasil tersebut. Wajib pajak dengan tingkat pendidikan tinggi akan
mampu berpikir dan menilai bahwa fasilitas dari uang pajak yang dapat mereka
rasakan sejauh ini masih sangat jauh dari harapan dan adanya kesejahteraan yang
belum merata, sehingga mereka tidak yakin dan cenderung memiliki persepsi negatif
terhadap pemerintah. Mereka menganggap bahwa membayar pajak hanya akan
menguntungkan pejabat negara karena banyak kasus korupsi berkaitan dengan uang
pajak seperti kasus Gayus Tambunan, Pargono Riyadi, Tommy Hendratno
(www.cnnindonesia.com) dan masih banyak lagi yang terbukti menyalahgunakan
uang pajak yang seharusnya adalah untuk kemakmuran rakyat tetapi diselewengkan
oleh pejabat negara itu sendiri. Hal ini juga yang menyebabkan wajib pajak orang
pribadi dengan pendidikan tinggi enggan untuk membayar pajak bahkan mereka
apatis terhadap pemerintah. Selain itu, masih banyaknya masalah dalam pendidikan
di Indonesia salah satunya krisisnya nasionalisme. Menurut artikel berita
tribunnesw.com, pada tahun 2017 dan tahun-tahun sebelumnya, dunia pendidikan
dicemari oleh praktik plagiarisme yang menyalahi norma dan kejujuran. Hal tersebut
tentunya dapat berdampak ketika menjadi wajib pajak karena terciptanya individu-
individu berpendidikan namun tidak memiliki kejujuran sehingga ketika dia menjadi
wajib pajak kemungkinan dia akan berperilaku tidak jujur, misalnya dengan
memanipulasi pembayaran pajaknya karena sudah terbiasa tidak jujur sejak di bangku
pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wajib pajak orang pribadi
dengan pendidikan tinggi belum tentu memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi.
Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Tologana (2014) dan Rahman (2018)
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
http://www.cnnindonesia.com/http://www.tribunnesw.com/
-
24
yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Pengaruh Pemahaman Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Membayar Pajak Penghasilan.
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh pemahaman
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi menunjukkan angka positif 0,46
dan signifikan menunjukkan angka
-
25
bersedia melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela (Arum,
2012). Kesadaran wajib pajak sangat dibutuhkan karena kesadaran merupakan faktor
penting dalam melaksanakan self assestment system. Muliari dan Setiawan (2010)
menyatakan bahwa kepatuhan pajak dapat ditingkatkan bila kesadaran wajib pajak
meningkat pula, sehingga pelaksanaan kewajiban perpajakan menjadi semakin baik.
Kesadaran wajib pajak ini sesuai dengan Theory of Planned Behavior, dimana teori
tersebut mengemukakan bahwa seseorang akan melakukan suatu tindakan
berdasarkan niat atau motivasi. Niat atau motivasi disini adalah kesadaran wajib
pajak. Wajib pajak patuh terhadap peraturan perpajakan didorong oleh adanya
kesadaran yang dimiliki wajib pajak bahwa pajak sangat penting bagi kelangsungan
hidup negara. Wajib pajak yang sadar pajak, akan berusaha membayar pajak tepat
waktu dan tepat jumlah karena dia menyadari adanya keterlambatan dan
ketidaksesuaian pembayaran pajak akan berdampak negatif terhadap penerimaan
negara. Selain itu, wajib pajak menyadari bahwa pajak ditetapkan dengan undang-
undang dan dapat dipaksakan sehingga wajib pajak dengan sendirinya akan terdorong
untuk belajar disiplin dan tertib. Namun, penelitian yang telah dilakukan oleh Asbar
(2014), Riandy (2016) dan Nugroho et al (2016) menunjukkan bahwa kesadaran
perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.
Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Membayar Pajak Penghasilan Yang Dimediasi Oleh Kesadaran Wajib Pajak
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh sanksi pajak
terhadap kesadaran wajib pajak menunjukkan angka positif 0,40 dan signifikan
menunjukkan angka
-
26
dan pidana). Perasaan takut tersebut merupakan alat pencegah yang cukup ampuh
untuk mengurangi kelalaian pajak. Jika hal ini sudah berkembang dikalangan para
wajib pajak maka akan berdampak pada kesadaran wajib pajak. Sadarnya wajib pajak
akan keberadaan sanksi pajak ini dipandang dapat mendorong tingkat kepatuhan
wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya (Zain, 2007). Semakin tegas
dan semakin berat sanksi pajak yang dijatuhkan kepada para pelanggar, maka
semakin meningkat pula kepatuhan wajib pajak. Hasil uji hipotesis ini sejalan dengan
hasil penelitian Atmoko dan Santoso (2017) yang menyatakan bahwa sanksi pajak
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar
pajak yang dimediasi oleh kesadaran membayar pajak. Hal tersebut dikarenakan
sanksi yang diberikan kepada wajib pajak yang melanggar peraturan dapat
memberikan beban kepada wajib pajak sehingga sanksi pajak dapat menciptakan
kesadaran wajib pajak untuk selalu taat membayar pajak sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Membayar Pajak Penghasilan Yang Dimediasi Oleh Kesadaran Wajib
Pajak
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh tingkat
pendidikan terhadap kesadaran wajib pajak menunjukkan angka positif 0,09 dan
signifikan menunjukkan angka 0,07 serta koefisien beta pengaruh kesadaran pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan
menunjukkan angka positif 0,27 dan signifikan menunjukkan angka
-
27
kesaadaran tersebut maka kepatuhan pajak pun akan tercipta. Sehingga semakin
tinggi kesadaran wajib pajak maka akan menjadikan wajib pajak tersebut patuh.
Pengaruh Pemahaman Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Membayar Pajak Penghasilan Yang Dimediasi Oleh Kesadaran Wajib
Pajak
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh pemahaman
pajak terhadap kesadaran wajib pajak menunjukkan angka positif 0,39 dan signifikan
menunjukkan angka
-
28
orang pribadi. Namun, tingkat pendidikan dapat meningkatkan kesadaran wajib
pajak.
3. Variabel pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap variabel kesadaran wajib pajak dan variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar
pajak penghasilan. Hal ini berarti, semakin tinggi pemahaman pajak yang
dimiliki oleh wajib pajak, maka dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan
wajib pajak orang pribadi, karena dengan pemahaman pajak yang baik akan
semakin meyakinkan wajib pajak tentang pentingnya peran pajak untuk
pembangunan serta mempermudah wajib pajak dalam dalam pengisian SPT,
menghitung dan melaporkan pajak terutangnya.
4. Variabel sanksi pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan yang
dimediasi oleh variabel kesadaran wajib pajak. Hal ini berarti, semakin tegas
sanksi pajak, maka dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak yang diikuti oleh
meningkatnya kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
5. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang dimediasi oleh kesadaran wajib pajak.
Hal ini berarti, tingginya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kesadaran
wajib pajak sehingga meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
6. Variabel pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak yang dimediasi oleh variabel
kesadaran wajib pajak. Hal ini berarti, semakin tinggi pemahaman pajak, maka
dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak yang diikuti oleh meningkatnya
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan.
Keterbatasan
1. Tingkat pendidikan wajib pajak yang diambil sebagai sampel belum rata secara proporsional sehingga dapat terjadi bias dalam pengambilan kesimpulan dalam
penelitian ini.
2. Penyebaran dan pengumpulan kuesioner secara elektronik memungkinkan terjadi kelemahan dalam pengisian kuesioner oleh wajib pajak, karena dapat terjadi
pengisian yang tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya pada wajib pajak
orang pribadi.
Saran
1. Bagi Direktorat Jenderal Pajak maupun Kantor Pelayanan Pajak disarankan lebih mengintensifkan kegiatan penyuluhan ter-update tentang peraturan perpajakan
terbaru sehingga wajib pajak dapat lebih memahami peraturan perpajakan terkini
dan melaksanakan kewajiban perpajakan dengan lebih baik dan benar, misalnya
melalui penayangan iklan mengenai pajak di televisi, media social, radio, media
cetak atau penyuluhan langsung kepada wajib pajak seperti dengan mengadakan
seminar gratis di kampus atau di perusahaan.
2. Bagi wajib pajak diharapkan dapat meningkatkan informasi, wawasan, pengetahuan dan pemahaman agar menjadi wajib pajak cerdas dan mandiri
sehingga dapat mempermudah diri untuk melaksanakan kewajiban pajak demi
keuntungan bersama. Hal tersebut tidak selalu didapatkan dari pendidikan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
29
formal, wajib pajak dapat secara mudah mengakses informasi tentang perpajakan
dengan mengunjungi website www.pajak.go.id/, twitter @ditjenpajakri
(https://twitter.com/ditjenpajakri) maupun instagram @ditjenpajakri
(https://www.instagram.com/ditjenpajakri/?hl=id).
3. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini, ataupun menggunakan variabel pemoderasi dan
variabel mediasi untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak, hal ini dapat
dilakukan karena nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini masih dapat
ditingkatkan dengan adanya penambahan variabel bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Planned Behavior: Organizational Behavior and
Human Decision Processess. Vol. 50, Pp. 179-211.
Atmoko,Alfriadi Dwi, Santoso,Fahrul Imam.2017.Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak: Kesadaran
Membayar Pajak Sebagai Variabel Mediasi.Fakultas Ekonomi dan Sosial,
Universitas Amikom Yogyakarta
Asante dan Baba.2011. Tax Compliance Among Self-Empoyed In Ghana Do
Demographic Charateristic Matter Internatonal Businnes and Management.
Vol.3, No.1
Asbar, Akromi Khairina. 2014. Pengaruh Tingkat Kepuasan Pelayanan, Pemahaman
Perpajakan, Keadilan Perpajakan, Sanksi Perpajakan dan Kesadaran
Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada
KPP Senapelan Pekanbaru. Jurnal. Universitas Riau. Vol. 1, No. 2
Astari, Elvina Apriani. 2016. “Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pemahaman Wajib
Pajak Terhadap Kemauan Membayar Pajak Melalui Kesadaran Wajib Pajak
Orang Pribadi Memiliki Npwp Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus
Pada Masyarakat Di Kota Samarinda, Kalimantan Timur)”. UMY:
Yogyakarta
Burton, R. 2007. Kajian Aktual Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
Feld, L. P. and Frey, B. S., 2007, “Tax Compliance as the Result of Psychological
Tax Contract: The Role of Incentives and Responsive Regulation”. Vol. 29,
Issue 1, Law & Policy
Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi
4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. (edisi kelima). Semarang: Universitas Diponegoro.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
http://www.pajak.go.id/https://twitter.com/ditjenpajakrihttps://www.instagram.com/ditjenpajakri/?hl=id
-
30
Gunadi. 2005. Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan pajak (Tax
Compliance). Jurnal Perpajakan Indonesia Vol. 4, No.5
Gustiana, Jumiati dkk. 2014. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan
Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang
Melakukan Kegiatan UMKM (Studi empiris pada KPP Pratama Padang).Vol.
4, No.1
Harahap. 2004. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia. BPFE Yogyakarta
Hasan, M. Tholhah. “Islam dan Masalah SDM”. Lantabora Press. Jakarta:2005
Irianto, S.E. 2005. Politik Perpajakan: Membangun Demokrasi Negara. Yogyakarta:
UII Press.
Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi
Denda, Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Akuntansi Universitas
Diponegoro.
Johanes, H. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Masyarakat Untuk
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Di Kecamatan Brebes. Skripsi.
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pancasakti. Tegal.
Kadek, Suciningsih, Bagia, I Wayan, Cipta , Wayan. 2015. Pengaruh Sanksi
Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kualitas Pelayanan Serta
Dampaknya Pada Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Jurnal Jurusan Manajemen. Vol. 3, No. 1: Publisher: Jurnal Jurusan
Manajemen.
Lovihan, Siska. 2014. Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak, Pengetahuan dan
Pemahaman Peraturan Perpajakan, dan Kualitas Layanan terhadap Kemauan
Membayar Pajak Wajib Orang Pribadi di Kota Tomohon. Jurnal Riset
Akuntansi dan Auditing, Vol.5, No.1.
Manik Asri, Wuri. 2009. ”Pengaruh Kualitas Pelayanan, Biaya Kepatuhan Pajak, dan
Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Badan yang
Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar”. Skripsi Jurusan
Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi 2011 .Yogyakarta: Penerbit Andi. 2011.
Muliari, Ni Ketut dan Setiawan, Putu Ery. 2011. Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi
Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib
Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Depansar Timur.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.6 No.1
Nugroho, Rahman Adi. 2012. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk
Membayar Pajak Dengan Kesadaran Membayar Pajak Sebagai Variabel
Intervening (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
31
Pekerjaan Bebas Yang Terdaftar Di KPP Pratama Semarang Tengah Satu).
Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 1, No. 2
Nurmantu, Safri. 2009. Pengantar Perpajakan. Yayasan Obor Indonesia
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 74/PMK.03/2012 Tentang
Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria
Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran
Pajak.
Putri, Rolalita Rukmana. 2016. Pengaruh Motivasi Membayar Pajak dan Tingkat
Pendidikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta
Purwantini, Cornelio dan Suratna, Ignatius Bondan. 2004. Analisis Perbedaan Sikap
Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assesment System Pajak Penghasilan
Berdasarkan Latar Belakang Wajib Pajak. Antisipasi Vol. 8 No. 1.
Rahmadian Rika dan Murtejo. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,Pelayanan
Fikus dan Sanksi pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di
KPP Pratama Kembangan.
Safri, Ratriana Dyah. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi di
Wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta). Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sekaran, Umma. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi 4. Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Setiyani , Nunung Manis, Andini, Rita dan Oemar, Abrar. 2018. Pengaruh Motivasi
Wajib Pajak dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Dengan Kesadaran Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening
(Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Kota Semarang). Journal of
Accounting. Artikel Publikasi.Universitas Pandanaran Semarang.
Supadmi, Ni Luh. 2009. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas
Pelayanan. Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 4, No. 2.
Suryadi. 2006. “Model hubungan kausal Kesadaran,Pelayanan,Kepatuhan Wajib
Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan pajak :Suatu Survey di
wilayah Jawa Timur”. Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No.1.
Tahar, Afrizal dan Rachman, Arnain Kartika. 2014. “Pengaruh Faktor Internal dan
Faktor Eksternal Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Akuntansi dan
Investasi, Vol . 15, No 1.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
32
Tologana, Yuanita Evalin. 2014. Pengaruh Sanksi, Motivasi dan Tingkat Pendidikan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus KPP Pratama
Manado). Jurnal Accountability.Vol.4. No.1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Waluyo. (2014). Perpajakan Indonesia Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat.
Widyanti dan Gusmidawati. 2017. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pelayanan
Fiskus Terhadap Kesadaran Wajib Pajak (Studi Kasus Wajib Pajak di
Kecamatan Koto Tengah). Vol. 3,No. 6
Wiratama ,Komang Sastra Guna, Khairani, Siti, Fajriana, Icha. 2015. Pengaruh
Tingkat Pendidikan, Pelayanan Fiskus, dan Pekerjaan Wajib Pajak Terhadap
Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak (Studi kasus
wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Palembang Ilir Barat). STIE MDP
Palembang.
Wulandari, Tuti. 2015. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Pengetahuan Perpajakan dan
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Kesadaran
Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Kantor pelayanan
Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan). Jom FEKON Vol. 2,No. 2
https://ereg.pajak.go.id
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170913072132-12-241340/kejaksaan-
agung-bidik-penyuap-pejabat-kantor-pajak
https://www.kemenkeu.go.id/media/6235/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-
2014.pdf
https://www.kemenkeu.go.id/media/6245/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-
2015.pdf
https://www.kemenkeu.go.id/media/6256/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-
2016.pdf
https://www.kemenkeu.go.id/media/6860/realisasi-apbn-sampai-dengan30november-
2017.pdf
http://www.pajak.go.id/article/sudah-cukupkah-kepatuhan-pajak-kita
http://www.tribunnews.com/tribunners/2018/01/03/masih-banyak-masalah-
menghantui-pendidikan-kita?page=2
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
https://ereg.pajak.go.id/https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170913072132-12-241340/kejaksaan-agung-bidik-penyuap-pejabat-kantor-pajakhttps://www.cnnindonesia.com/nasional/20170913072132-12-241340/kejaksaan-agung-bidik-penyuap-pejabat-kantor-pajakhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6235/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-2014.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6235/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-2014.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6245/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-2015.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6245/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-2015.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6256/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-2016.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6256/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-2016.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6860/realisasi-apbn-sampai-dengan-30november-2017.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6860/realisasi-apbn-sampai-dengan-30november-2017.pdfhttp://www.pajak.go.id/article/sudah-cukupkah-kepatuhan-pajak-kitahttp://www.tribunnews.com/tribunners/2018/01/03/masih-banyak-masalah-menghantui-pendidikan-kita?page=2http://www.tribunnews.com/tribunners/2018/01/03/masih-banyak-masalah-menghantui-pendidikan-kita?page=2
-
33
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id