PENGARUH SANKSI PAJAK, TINGKAT PENDIDIKAN DAN …repository.stieykpn.ac.id/226/1/JURNAL Ranti...

34
PENGARUH SANKSI PAJAK, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (WPOP) DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN: KESADARAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL MEDIATOR TESIS Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 Program Magister Akuntansi Disusun Oleh: RANTI BUWANA ASRI 12.16.00506 PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI STIE YKPN YOGYAKARTA 2018

Transcript of PENGARUH SANKSI PAJAK, TINGKAT PENDIDIKAN DAN …repository.stieykpn.ac.id/226/1/JURNAL Ranti...

  • PENGARUH SANKSI PAJAK, TINGKAT PENDIDIKAN DAN

    PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB

    PAJAK ORANG PRIBADI (WPOP) DALAM MEMBAYAR

    PAJAK PENGHASILAN: KESADARAN WAJIB PAJAK

    SEBAGAI VARIABEL MEDIATOR

    TESIS

    Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

    Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

    Program Magister Akuntansi

    Disusun Oleh:

    RANTI BUWANA ASRI

    12.16.00506

    PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

    STIE YKPN YOGYAKARTA

    2018

  • 1

    PENGARUH SANKSI PAJAK, TINGKAT PENDIDIKAN DAN

    PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG

    PRIBADI (WPOP) DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN:

    KESADARAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL MEDIATOR

    Disusun Oleh:

    RANTI BUWANA ASRI

    12.16.00506

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sanksi pajak, tingkat pendidikan

    dan pemahaman pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam

    membayar pajak penghasilan dengan kesadaran wajib pajak sebagai variabel

    mediator. Sampel penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang berpenghasilan

    di atas PTKP. Metode pengumpulan data menggunakan metode kuesioner. Metode

    pengujian hipotesis menggunakan SEM PLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    sanksi pajak, tingkat pendidikan dan pemahaman pajak berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap kesadaran wajib pajak. Sanksi pajak, pemahaman dan kesadaran

    wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang

    pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Tingkat pendidikan berpengaruh positif

    tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak

    penghasilan. Kesadaran membayar pajak dapat memediasi pengaruh sanksi pajak,

    tingkat pendidikan dan pemahaman pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang

    pribadi dalam membayar pajak penghasilan.

    Kata kunci: sanksi pajak, tingkat pendidikan, pemahaman pajak, kesadaran wajib

    pajak, kepatuhan wajib pajak.

    ABSTRACT

    The purpose of this research was to determine the effect of tax penalties, level of

    education and understanding of taxation on individual taxpayer compliance in paying

    personal income tax mediated by the taxpayer awareness.The sample of this study

    was an individual taxpayer. Data collection method used a questionnaire method.

    Hypothesis testing method used SEM PLS. The result of this research indicated that

    tax penalties, level of education and understanding of taxation had a positive effect

    and significant to taxpayer awareness. Tax penalties, understanding of taxation and

    taxpayer awareness had a positive effect and significant to individual taxpayer

    compliance in paying personal income tax. While level of education had positive

    effect and does not significant to individual taxpayer compliance in paying personal

    income tax. Taxpayer awareness can mediate the effect of tax penalties, level of

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 2

    education and understanding of taxation on individual taxpayer compliance in paying

    personal income tax.

    Key words: tax penalties, level of education, understanding of taxation taxpayer

    awareness, taxpayer compliance

    Latar Belakang

    Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah salah satu negara berkembang di

    Asia yang keberadaannya telah diakui dunia. Sebagai negara berkembang, Indonesia

    memiliki cita-cita untuk memakmurkan dan menyejahterakan rakyatnya. Berbagai

    program direncanakan untuk dapat mewujudkan hal tersebut, diantaranya adalah

    memenuhi dan memajukan berbagai macam fasilitas serta kebutuhan masyarakat

    dalam rangka pembangunan nasional, tentunya dengan didukung oleh sumber

    pembiayaan memadai.

    Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional.

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang

    Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan

    Umum dan Tata Cara Perpajakan dalam pasal 1 menyebutkan bahwa pajak adalah

    kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

    bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

    secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk

    kemakmuran rakyat. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

    menunjukkan bahwa lebih dari 70% penerimaan negara republik Indonesia bersumber

    dari pajak. Hal tersebut ditunjukkan dalam Tabel 1 berikut ini:

    Tabel 1.1

    Penerimaan dan Kontribusi Pajak terhadap Pendapatan Negara 2014-2017

    Tahun Penerimaan Pajak (dalam

    triliun rupiah)

    Penerimaan Dalam Negeri

    (dalam triliun rupiah)

    Kontribusi Pajak terhadap

    Pendapatan Negara (%)

    2014 1.146,9 1.545,6 74,2%

    2015 1.240,4 1.494,1 83,0%

    2016 1.285,0 1.546,9 83,1%

    2017 1.125,1 1.391,8 80,8%

    Sumber: https://www.kemenkeu.go.id, data diolah, 2018

    Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017,

    penerimaan pajak menguasai hampir sebagian besar penerimaan negara. Hal ini

    mempertegas bahwa pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara.

    Tanpa pajak sebagian besar kegiatan negara akan sulit untuk dilaksanakan sehingga

    kehidupan negara tidak akan bisa berjalan dengan baik. Namun, faktanya realisasi

    penerimaan pajak dari tahun ke tahun masih belum mencapai target yang diharapkan

    seperti yang tertera dalam Tabel 1.2 berikut ini:

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 3

    Tabel 1.2

    Realisasi Penerimaan Pajak terhadap Target Pajak 2014-2017

    Tahun Target Pajak (dalam

    triliun rupiah)

    Realisasi Penerimaan Pajak

    (dalam triliun rupiah)

    Realisasi Pajak terhadap

    Target Pajak (%)

    2014 1.246,1 1.146,9 92,0%

    2015 1.489,3 1.240,4 83,3%

    2016 1.539,2 1.285,0 83,5%

    2017 1.472,7 1.125,1 76,4%

    Sumber: https://www.kemenkeu.go.id, data diolah, 2018

    Pada Tabel 1.2, realisasi penerimaan pajak dari tahun 2014 sampai tahun 2017

    masih belum mencapai target pajak dalam APBN. Oleh karena itu, usaha untuk

    meningkatkan penerimaan pajak terus dilakukan oleh pemerintah. Usaha-usaha

    tersebut tentu saja membutuhkan dukungan dari wajib pajak agar turut aktif dalam

    membayar pajak. Apalagi sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan self

    assessment system yang memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk

    mendaftar, menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannyanya

    sendiri melalui Surat Pemberitahuan (SPT). Harahap (2004), menyatakan bahwa

    dianutnya self assessment system membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap

    (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary

    compliance). Kepatuhan memenuhi pajak secara sukarela merupakan tulang

    punggung dari self assessment system (Supadmi, 2010). Hal ini menjadikan kesadaran

    dan kepatuhan wajib pajak menjadi faktor yang sangat penting dalam hal mencapai

    keberhasilan penerimaan pajak.

    Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara

    sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006).

    Menurut Pahala (2013), kesadaran adalah kerelaan memenuhi kewajibannya,

    termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan pembangunan negara

    dengan cara membayar kewajiban pajak. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib

    pajak terhadap perpajakan maka akan semakin tinggi juga tingkat kepatuhan wajib

    pajak sehingga akan mempengaruhi penerimaan negara. .Kesadaran membayar pajak

    muncul ketika wajib pajak memiliki pengetahuan dan mampu memahami pajak

    dengan baik, sehingga mendorong mereka secara suka rela untuk membayar pajak.

    Pemahaman yang kurang tentang pajak mengakibatkan kurangnya kesadaran

    masyarakat dalam membayar pajak karena tidak adanya insentif atau timbal balik

    secara langsung dari negara untuk mereka. Menurut Rahayu (2010), kualitas

    pengetahuan dan pemahaman pajak yang baik akan sangat mempengaruhi kepatuhan

    wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Semakin tinggi tingkat

    pemahaman wajib pajak, maka semakin mudah pula bagi mereka untuk memahami

    peraturan perpajakan dan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan

    peraturan yang berlaku. Selain itu, tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi

    kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak. Pendidikan pada dasarnya merupakan

    suatu proses pembudayaan sikap, watak, dan perilaku yang berlangsung sejak dini.

    Melalui proses pendidikan sebagai anggota masyarakat dan warga negara dapat

    menyadari hak dan kewajiban sebagai masyarakat maupun warga negara (Syahri,

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 4

    2010). Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula tingkat kesadaran

    pajak yang dimiliki oleh wajib pajak sehingga akan mendorong meningkatnya tingkat

    kepatuhan pajak, sekaligus menjalankan fungsi sebagai warga negara yang baik

    (Gustiana, 2014). Menurut Purwantini dan Suratna (2004), wajib pajak yang memiliki

    tingkat pendidikan rendah cenderung akan memiliki sikap perlawanan pasif

    dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, hal ini

    didukung dengan penelitian Widyanti dan Gusmidawati (2017) yang menunjukan

    bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kesadaran wajib pajak dan

    temuan Asante dan Baba (2011) yang menunjukkan tingkat pendidikan

    mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

    Pemerintah juga membuat kebijakan mengenai sanksi pajak untuk mendorong

    penerimaan pajak. Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan diberikan untuk

    menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

    Oleh karena itu, penting bagi wajib pajak memahami sanksi-sanksi perpajakan

    sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa yang dilakukan ataupun tidak

    dilakukan. Sanksi diperlukan untuk memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak.

    Sanksi pajak bagi wajib pajak yang tidak melapor atau membayar pajak akan

    meningkatkan penerimaan negara karena sanksi pajak menambah beban pajak bagi

    wajib pajak. Wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang

    sanksi perpajakan akan merugikannya (Rahmadian dan Murtejo, 2013). Dengan

    demikian, diharapkan agar peraturan perpajakan dipatuhi oleh para wajib pajak agar

    sanksi pajak dapat dihindari.

    Atmoko dan Santoso (2017) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

    kesadaran membayar pajak dapat memediasi pengaruh sanksi pajak terhadap

    kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak. Wulandari (2015) juga

    menggunakan kesadaran wajib pajak sebagai mediator dalam penelitiannya dan

    hasilnya membuktikan bahwa kesadaran wajib pajak dapat memediasi kualitas

    pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dari uraian diatas peneliti ingin meneliti

    lebih jauh tentang kondisi kepatuhan wajib pajak dengan mengembangkan penelitian

    Atmoko dan Santoso (2017). Dalam penelitian ini peneliti menambahkan tingkat

    pendidikan dan pemahaman pajak sebagai variabel eksogen.

    Rumusan Masalah

    1. Apakah sanksi pajak, tingkat pendidikan dan pemahaman pajak secara parsial berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak?

    2. Apakah sanksi pajak, tingkat pendidikan, pemahaman pajak dan kesadaran wajb pajak secara parsial berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

    dalam membayar pajak penghasilan?

    3. Apakah kesadaran wajib pajak memediasi pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan?

    4. Apakah kesadaran wajib pajak memediasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan?

    5. Apakah kesadaran wajib pajak memediasi pengaruh pemahaman pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan?

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 5

    Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sanksi pajak, tingkat

    pendidikan, dan pemahaman pajak secara parsial berpengaruh terhadap kesadaran

    wajib pajak, untuk mengetahui apakah sanksi pajak, tingkat pendidikan, pemahaman

    pajak dan kesadaran wajib pajak secara parsial berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

    pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Apakah kesadaran wajib

    pajak dapat memediasi pengaruh sanksi pajak, tingkat pendidikan dan pemahaman

    pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak

    penghasilan.

    Landasan Teori

    Teori Perilaku Yang Direncanakan (Theory of Planned Behavior)

    Ajzen (1991) tentang Theory of Planned Behavior (TPB) mengatakan bahwa perilaku

    yang ditentukan oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku.

    Munculnya niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu, yaitu:

    1. Behavioral beliefs, merupakan keyakinan individu atas hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.

    2. Normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.

    3. Control beliefs, merupakan keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan dilakukan dan persepsinya

    tentang seberapa kuat hal-hal yang akan mendukung atau menghambat perilaku

    tersebut (perceived power).

    Sebelum individu melakukan sesuatu, individu tersebut akan memiliki

    keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilaku tersebut. Kemudian yang

    bersangkutan akan memutuskan apakah akan melakukannya atau tidak. Hal tersebut

    berkaitan dengan kesadaran wajib pajak. Wajib pajak yang sadar pajak, akan

    memiliki keyakinan mengenai pentingnya membayar pajak untuk membantu

    menyelenggarakan pembangunan negara (behavioral beliefs).

    Ketika akan melakukan sesuatu, individu akan memiliki keyakinan tentang

    harapan normatif dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut

    (normative beliefs). Hal tersebut dapat dikaitkan dengan adanya sanksi pajak dan

    tingkat pendidikan, dimana dengan adanya ketegasan sanksi pajak, pemerintah

    berharap para wajib pajak akan dapat menjadi wajib pajak yang disiplin dan taat

    pajak serta melalui proses pendidikan diharapkan setiap peserta didik sebagai anggota

    suatu masyarakat dan negara, dapat menyadari hak dan kewajiban sebagai masyarakat

    maupun sebagai warga negara (Soemitro, 1993).

    Sanksi pajak, tingkat pendidikan dan pemahaman pajak juga dapat dikaitkan

    dengan control beliefs. Sanksi pajak dibuat untuk mendukung agar wajib pajak

    mematuhi peraturan perpajakan. Pendidikan ditujukan untuk menciptakan individu

    yang berkepribadian baik dan bertanggung jawab. Melalui pendidikan individu juga

    ditanamkan rasa nasionalisme sehingga dengan adanya pendidikan diharap

    masyarakat dapat menjadi warga negara yang baik dan patuh pada peraturan yang

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 6

    berlaku. Pemahaman pajak juga dapat mendukung proses pelaksanaan kewajiban

    pajak menjadi lebih mudah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan.

    Behavioral beliefs, normative beliefs, dan control beliefs sebagai tiga faktor

    yang menentukan seseorang untuk berperilaku. Setelah terdapat tiga faktor tersebut,

    maka seseorang akan memasuki tahap intention, kemudian tahap terakhir adalah

    behavior. Tahap intention merupakan tahap dimana seseorang memiliki maksud atau

    niat untuk berperilaku, sedangkan behavior adalah tahap seseorang berperilaku

    (Mustikasari, 2007). Kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, tingkat pendidikan dan

    pemahaman pajak dapat menjadi faktor yang menentukan perilaku patuh pajak.

    Setelah wajib pajak memiliki kesadaran untuk membayar pajak, termotivasi oleh

    sanksi pajak, tingkat pendidikan dan pemahaman pajak, maka wajib pajak akan

    memiliki niat untuk membayar pajak dan kemudian merealisasikan niat tersebut.

    Sanksi Pajak

    Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang

    melanggar peraturan. Apabila kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada

    konsekuensi hukum yang bisa terjadi karena pajak mengandung unsur pemaksaan.

    Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-sanksi perpajakan. Muliari dan

    Setiawan (2011) menjelaskan bahwa sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa

    ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan

    dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah

    agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.

    Tingkat Pendidikan

    Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1, pendidikan

    adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

    pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

    memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

    akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

    negara. Diharapkan melalui proses pendidikan setiap peserta didik sebagai anggota

    suatu masyarakat dan negara, dapat menyadari hak dan kewajiban sebagai masyarakat

    maupun sebagai warga negara (Soemitro, 1993).

    Pemahaman Wajib Pajak

    Menurut Departemen Pendidikan Budaya (1994) pemahaman adalah suatu proses,

    cara memahami, cara mempelajari baik-baik supaya paham dan berpengetahuan

    banyak. Nugroho (2012) mengatakan bahwa pemahaman akan peraturan perpajakan

    adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dengan baik dan

    mengaplikasikan pengetahuannya untuk membayar pajak. Kesadaran Wajib Pajak.

    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi

    dimana wajib pajak mengetahui, mengerti, menghargai, dan menaati ketentuan

    perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan untuk memenuhi kewajiban

    pajaknya secara sukarela tanpa adanya paksaan.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 7

    Kepatuhan Wajib Pajak

    Kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tunduk atau patuh pada

    ajaran atau peraturan. Kepatuhan perpajakan menurut Nurmantu (2009), didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan

    dan melaksanakan hak perpajakannya.

    Pengembangan Hipotesis

    Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kesadaran Wajib Pajak

    Sanksi pajak merupakan tindakan berupa hukuman untuk wajib pajak yang tidak

    melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai ketentuan peraturan perpajakan yang

    berlaku. Sanksi juga dibuat untuk mencegah dan meminimalisir tindakan pelanggaran

    hukum yang dilakukan oleh wajib pajak. Dengan tegasnya sanksi yang diberikan

    kepada para wajib pajak yang melanggar diharapkan wajib pajak menjadi jera dan

    sadar akan kesalahan yang telah ia lakukan sehingga pelanggar tidak akan

    mengulangi kesalahannya. Sanksi pajak juga mempertegas bahwa hukum pajak tidak

    main-main sehingga wajib pajak akan menyadari bahwa ada konsekuensi yang

    menanti untuk setiap perbuatannya. Penelitian Suciningsih, Bagia dan Cipta (2014)

    membuktikan ada pengaruh positif dan signifikan dari sanksi perpajakan terhadap

    kesadaran wajib pajak. Penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Atmoko dan

    Santoso (2017) yang membuktikan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap

    kesadaran membayar pajak. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah:

    H1: Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kesadaran wajib pajak.

    Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kesadaran Wajib Pajak

    Dengan tingkat pendidikan yang tinggi seyogyanya wajib pajak mampu berfikir

    positif bahwa pajak memang benar-benar penting untuk kemajuan dan pembangunan

    bangsa, sehingga akan timbul kesadaran dari dalam dirinya untuk sukarela membayar

    pajak (Putri, 2016). Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan

    mempermudah masyarakat dalam menerima ketentuan dan peraturan perundang-

    undangan di bidang perpajakan yang berlaku karena mereka akan lebih open minded

    dan bijak dalam menyikapi suatu hal. Selain itu, wajib pajak telah ditanamkan rasa

    nasionalisme yang kuat sejak pendidikan dasar sehingga akan memandang membayar

    pajak sebagai wujud cinta tanah air. Bagi mereka yang berpendidikan tinggi tentunya

    lebih mengetahui tentang pentingnya membayar pajak sebagai salah satu kewajiban

    sebagai warga negara (Johanes, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Astari (2016)

    menunjukkan tingkat pendidikan tidak berpengaruh positif terhadap kesadaran wajib

    pajak orang pribadi yang memiliki NPWP. Sedangkan menurut hasil penelitian

    Wiratama et al. (2015) membuktikan bahwa tingkat pendidikan wajib pajak

    mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesadaran wajib pajak orang pribadi

    dalam membayar pajak di KPP Pratama Palembang Ilir Barat. Oleh karena itu

    hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    H2: Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kesadaran wajib pajak.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 8

    Pengaruh Pemahaman Pajak Terhadap Kesadaran Wajib Pajak

    Pengetahuan merupakan wawasan (ilmu) seseorang terhadap suatu hal. Pengetahuan

    ini membantu wajib pajak memahami lebih dalam apa peran, manfaat, tujuan, serta

    pentingnya pajak bagi masyarakat maupun negara dan ini tentunya menumbuhkan

    kesadaran pajak. Sehingga seorang wajib pajak dengan sendirinya akan sadar dan taat

    terhadap pajak. Karena wajib pajak paham akan konsekuensi apabila patuh terhadap

    pajak atau tidak. Burton (2007) menyatakan bahwa, pengetahuan dan pemahaman

    wajib pajak tentang pajak ternyata mempengaruhi kesediaan orang untuk melaporkan

    penyimpangan yang dilakukan orang lain. Hal ini tentunya berdampak positif bagi

    negara karena wajib pajak akan selalu bertindak jujur dalam memenuhi kewajiban

    perpajakannya. Frey et al. (2007) menunjukkan pemahaman tentang pajak

    mempengaruhi kesadaran dan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi

    kewajibannya. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    H3: Pemahaman pajak berpengaruh positi terhadap kesadaran wajib pajak.

    Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

    Dalam Membayar Pajak Penghasilan

    Setiap jenis pelanggaran pajak mulai dari tingkatan paling kecil sampai yang paling

    berat sudah tersedia ancaman sanksinya. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang

    ketentuan umum dan tata cara perpajakan (UU Nomor 16 Tahun 2009). Harsinto dan

    Sarsiti (2017) membuktikan bahwa pengenaan sanksi pajak mempunyai pengaruh

    yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah

    (UMKM) di KPP Pratama Boyolali. Ilhamsyah et al. (2016) juga membuktikan

    bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib

    pajak. Begitu juga dengan penelitian Maryati (2014), Septarini (2015), Tologama

    (2015), Atmoko dan Santoso (2017) yang masing-masing menyatakan bahwa sanksi

    pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib. Oleh karena itu hipotesis dalam

    penelitian ini adalah:

    H4: Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang

    pribadi dalam membayar pajak penghasilan.

    Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

    Pribadi Dalam Membayar Pajak

    Pendidikan merupakan sarana pembentuk kepribadian dan karakter individu untuk

    menjadi seseorang yang baik, bertanggung jawab dan memiliki integritas sehingga

    melalui pendidikan diharapkan seseoran dapat menjadi warga negara yang baik yang

    menjunjung tinggi norma dan nilai-nilai budaya serta dapat berperan aktif dalam

    kemajuan bangsa, salah satunya dengan berkontribusi melalui pajak untuk negara.

    Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan semestinya semakin taat dan patuh

    dalam menjunjung tinggi hukum dan ketentuan peraturan termasuk hukum pajak

    karena orang yang berpendidikan seharusnya tahu mana hak dan mana kewajibannya,

    apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Namun penelitian Tologana

    (2014) menunjukkan tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

    kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Manado. Sedangkan penelitian yang

    dilakukan oleh Fitriani et al. (2014) menyatakan bahwa tingkat pendidikan

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 9

    berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu hipotesis dalam

    penelitian ini adalah:

    H5: Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

    orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan.

    Pengaruh Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

    Dalam Membayar Pajak

    Pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan yang

    berlaku berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, dimana

    pemahaman wajib pajak sangatlah penting untuk dapat melaksanakan dan memenuhi

    kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga kepatuhan

    wajib pajak dapat ditingkatkan (Gunadi, 2006). Lovihan (2014) mengatakan bahwa

    pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan adalah cara wajib pajak dalam

    memahami peraturan perpajakan yang telah ada. Wajib pajak yang tidak paham akan

    peraturan perpajakan maka cenderung menjadi wajib pajak yang tidak taat. Semakin

    tinggi pemahaman peraturan perpajakan maka akan semakin tinggi kepatuhan wajib

    pajak, dengan demikian pemahaman wajib pajak memberikan dampak positif

    terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun, hasil pengujian Nurvita (2014)

    menunjukkan bahwa pengetahuan dan pemahaman perpajakan tidak berpengaruh

    positif terhadap kepatuhan wajib pajak UKM karena bagi wajib pajak yang

    mempunyai pengetahuan dan pemahaman tinggi maka akan cenderung dapat

    memainkan atau mengecilkan tarif pajak yang seharusnya wajib pajak laporkan,

    tetapi tidak berarti bagi wajib pajak yang memiliki pengetahuan dan pemahaman

    lemah cenderung tidak mematuhi perpajakannya. Berbeda dengan hasil pengujian

    hipotesis penelitian Asbar (2014) yang menunjukkan bahwa pemahaman perpajakan

    berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu hipotesis

    dalam penelitian ini adalah:

    H6: Pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

    orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan.

    Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

    Pribadi Dalam Membayar Pajak

    Dianutnya self assessment system bertujuan untuk mendorong perubahan sikap yaitu

    kesadaran warga masyarakat untuk membayar pajak dengan sukarela

    (Darmayanti,2004). Semakin tinggi kesadaran wajib pajak maka pelaksanaan

    kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (MuliarI

    dan Setiawan, 2011). Penelitian Riandy (2016) menunjukkan bahwa kesadaran

    perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Hasil

    penelitian Nugroho et al. (2016) juga menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak

    tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan perpajakan. Walaupun demikian,

    penelitian Susilawati dan Budhiarta (2013) memberi bukti bahwa kesadaran wajib

    pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

    Ilhamsyah et al. (2016) juga membuktikan bahwa variabel kesadaran wajib pajak

    yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib kendaraan bermotor di

    KB Samsat Kota Malang. Variabel tersebut menjadi dominan karena wajib pajak

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 10

    merasa bahwa kewajiban perpajakan harus dipahami dan dilakukan secara benar dan

    sukarela karena fungsi dari membayar pajak itu merupakan sebagai pembiayaan

    negara (Ilhamsyah et al, 2016). Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah:

    H7: Kesadaran membayar pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

    pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan.

    Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

    Dalam Membayar Pajak Penghasilan Yang Dimediasi Oleh Kesadaran Wajib

    Pajak

    Sanksi pajak dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk melakukan kewajiban

    perpajakan sesuai dengan peraturan perpajakan. Dengan adanya sanksi yang

    diberikan kepada wajib pajak yang melanggar peraturan maka akan menambah beban

    pajak wajib pajak sehingga sanksi pajak dapat menimbulkan kesadaran wajib pajak

    untuk selalu taat membayar pajak. Dengan adanya sanksi diharapkan kecenderungan

    wajib pajak untuk patuh terhadap perpajakan akan lebih besar. Penelitian Atmoko dan

    Santoso (2017) juga memperkuat hal tersebut dengan membuktikan bahwa kesadaran

    membayar pajak dapat memediasi pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib

    pajak orang pribadi dalam membayar pajak. Oleh karena itu hipotesis dalam

    penelitian ini adalah:

    H8: Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang

    pribadi dalam membayar pajak penghasilan yang dimediasi oleh kesadaran

    wajib pajak.

    Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

    Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan Yang Dimediasi Oleh Kesadaran

    Wajib Pajak

    Pendidikan merupakan cerminan integritas seorang individu. Seseorang yang

    berpendidikan akan lebih dewasa dan terbuka dalam memandang serta menerima

    suatu hal. Ketika seseorang memandang pajak sebagai cara positif dalam memajukan

    pembangunan nasional dan sebagai wujud kontribusi warga negara yang baik maka

    akan timbul kesadaran pajaknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan wajib pajak maka

    akan semakin tinggi pula tingkat kesadaran dan kepatuhannya dalam melaksanakan

    kewajiban perpajakannya, sehingga penerimaan pajak negara juga akan semakin

    meningkat. Hal ini karena semakin tinggi pendidikan masyarakat maka akan semakin

    mudah pemerintah untuk menyadarkan masyarakat bahwa dalam kehidupan tidak ada

    satu pun yang dapat diperoleh tanpa membayar atau mengorbankan sesuatu, salah

    satunya adalah dengan membayar pajak. Menurut Siahaan (2010), kesadaran

    masyarakat membayar pajak sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Fitriani et

    al. (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh

    terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Sehingga tingkat pendidikan

    dapat menumbuhkan kesadaran wajib pajak untuk selalu patuh membayar pajak. Oleh

    karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah:

    H9: Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

    orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan yang dimediasi oleh

    kesadaran wajib pajak.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 11

    Pengaruh Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

    Dalam Membayar Pajak Penghasilan Yang Dimediasi Oleh Kesadaran Wajib

    Pajak

    Pemahaman perpajakan adalah pemahaman terhadap sistem pemungutan pajak yang

    ada di Indonesia dan segala macam peraturan perpajakan yang berlaku (Pranadata,

    2014). Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman perpajakan akan semakin

    meningkat pula tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak (Rohmawati et al,

    2013). Dengan pahamnya wajib pajak tentang perpajakan akan membuat self

    assessment system yang dicanangkan oleh pemerintah akan berhasil. Menurut

    Nugroho (2012), semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, maka

    wajib pajak dapat menentukan perilakunya dengan lebih baik dan sesuai dengan

    ketentuan perpajakan. Pemahaman tentang pajak serta informasi yang bersifat positif

    yang diterima oleh wajib pajak akan menyadarkan mereka untuk melaksanakan

    kewajibannya salah satunya adalah membayar pajak. Tanpa pengetahuan dan

    pemahaman tentang pajak yang dimiliki oleh masyarakat, maka kecil kemungkinan

    wajib pajak bersedia dan patuh dalam melakukan kewajiban perpajakan. Wajib pajak

    yang paham mengenai perpajakan secara sadar akan mendorong dirinya untuk

    menjadi wajib pajak yang patuh.

    H10: Pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

    orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan yang dimediasi oleh

    kesadaran wajib pajak.

    METODE PENELITIAN

    Populasi dan Pemilihan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua wajib pajak orang pribadi di Indonesia

    dengan sampel wajib pajak orang pribadi yang berpenghasilan di atas Penghasilan

    Tidak Kena Pajak (PTKP). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah snowball sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini

    ditargetkan melebihi 100 responden yang telah memenuhi jumlah sampel yang dapat

    digunakan untuk keperluan statistik sesuai dengan Central Limit Theory.

    Jenis dan Sumber Data

    Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitaf dengan menggunakan data primer.

    Data primer diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada wajib pajak orang

    pribadi. Kuesioner dibagikan secara elektronik menggunakan google form yang

    dilengkapi dengan petunjuk pengisian secara jelas. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala likert.

    Definisi Operasional Variabel

    Variabel Eksogen

    1. Sanksi Pajak Sanksi perpajakan menurut Mardiasmo (2016) adalah merupakan jaminan bahwa

    peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/

    dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah

    (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Variabel sanksi pajak

    diukur dengan menggunakan 4 butir pertanyaan yang dikembangkan oleh Mutia

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 12

    (2014) dan 2 butir pertanyaan yang dikembangkan oleh Atmoko dan Santoso (2017),

    serta 2 butir pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti.

    2. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula integritas

    individu tersebut. Menurut UU Sstem Pendidikan Nasional No.20 (2003), indikator

    tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Dalam

    penelitian ini variabel tingkat pendidikan dikategorikan menjadi 5 kategori yang

    dibatasi dengan pendidikan formal, yaitu:

    1) SMA atau SMK 2) Diploma 3) Sarjana (S1) 4) Magister (S2) 5) Doktor (S3) 3. Pemahaman Pajak Menurut Anggraeni (2011), pemahaman peraturan perpajakan ditunjukan oleh wajib

    pajak dengan memahami syarat-syarat pembayaran pajak seperti wajib pajak

    memiliki NPWP dan melaporkan SPT. Pengukuran pemahaman peraturan perpajakan

    dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Susanti

    (2011) dengan 7 butir pertanyaan, setiap item dalam pertanyaan terdiri dari 5 point

    skala Likert.

    Variabel Mediator

    Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak. Kesadaran wajib

    pajak didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, mengerti,

    menghargai, dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki

    kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Pengukuran

    tingkat kesadaran wajib pajak menggunakan indikator yang dikembangkan oleh

    Mutia (2014) dengan 4 butir pertanyaan, satu butir pertanyaan yang dikembangkan

    oleh Atmoko dan Santoso (2017) dan dua butir pertanyaan yang dikembangkan oleh

    Kundalini (2016) .

    Variabel Endogen

    Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan membayar pajak. Dalam

    Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepatuhan adalah sifat patuh, taat pada ajaran atau

    aturan. Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana

    wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan. Variabel ini diukur dengan

    melihat dimensi kesanggupan dari wajib pajak orang pribadi untuk memenuhi

    kewajiban pajaknya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peneliti menggunakan

    instrumen yang dikembangkan oleh Mutia (2014) sebanyak 6 butir pertanyaan dan

    instrumen yang dikembangkan oleh Kundalini (2016) sebanyak 6 butir pertanyaan.

    Model Penelitian dan Uji Hipotesis

    Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least Square

    (PLS). PLS merupakan salah satu metode untuk model Structural Equation

    Modelling (SEM). Menurut Ghozali (2006), model PLS mampu menggambarkan

    variabel laten (tak terukur langsung) dan diukur menggunakan indikator-indikator

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 13

    (variabel manifest). PLS dapat digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan

    antar variabel laten melalui:

    1. Uji pengukuran model (outer model), yaitu menguji validitas dan reliabilitas konstruk (variabel) dari masing-masing indikator.

    2. Uji struktural model (inner model), yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variabel.

    Hasil Penelitian

    Gambaran obyek

    Data penelitian dikumpulkan dengan mengirim kuesioner secara elektronik berupa

    google form kepada responden, yaitu wajib pajak orang pribadi. Pengiriman

    kuesioner mulai dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2018 dan ditutup tanggal 30

    Agustus 2018. Jumlah google form yang terisi sebanyak 265. Ringkasan pengiriman

    dan pengisian kuesioner ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini:

    Tabel 4.1

    Rincian Pengiriman dan Pengisian Kuesioner

    Keterangan Jumlah %

    Kuesioner melalui google form 265 100

    Kuesioner yang tidak memenuhi syarat 114 43,1

    Total kuesioner dapat diolah 151 56,9

    Sumber: Data primer yang diolah

    Dapat dilihat pada tabel 4.1, terdapat 151 kuesioner yang dapat diolah dari 265

    kuesioner yang diperoleh, sedangkan 114 kuesioner tidak dapat diolah karena

    penghasilan responden di bawah penghasilan tidak kena pajak yaitu sebesar

    Rp4.500.000.

    Berdasarkan 151 kuesioner yang dapat diolah, diketahui data demografi

    responden berupa jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status bekerja, pekerjaan,

    penghasilan dan kepemilikan NPWP. Data demografi tersebut adalah sebagai berikut

    Tabel 4.2

    Data Demografi Responden

    Keterangan Total %

    Jenis Kelamin

    Pria 74 49,01

    Wanita 77 50,99

    Total 151 100

    Usia

    20-30 tahun 90 59,60

    31-40 tahun 13 8,61

    41-50 tahun 14 9,27

    > 50 tahun 34 22,52

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 14

    Total 151 100

    Pendidikan Terakhir

    SMA/SMK 8 5,30

    Diploma 11 7,28

    S1 96 63,58

    S2 28 18,54

    S3 8 5,30

    Total 151 100

    Status Bekerja

    Bekerja 151 100,00

    Tidak bekerja 0 0,00

    Total 151 100

    Pekerjaan

    Pegawai Tetap 120 79,47

    Pegawai Tidak Tetap 13 8,61

    Wiraswasta 17 11,26

    Lainnya 1 0,66

    Total 151 100

    Penghasilan

    4.5 juta - 10 juta 119 78,81

    > 10 juta 32 21,19

    Total 151 100

    NPWP

    Ada 139 84,76

    Tidak ada 12 7,95

    Total 151 100

    Sumber: Data primer yang diolah

    Statistika Deskriptif

    Berikut ini disajikan hasil statistika deskriptif atas variabel-variabel penelitian yang

    disajikan pada Tabel 4.3. Dari tabel tersebut dapat diketahui informasi tentang nilai

    minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi.

    Tabel 4.3

    Hasil Statistika Deskriptif Setiap Variabel

    Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi Standar

    Sanksi Pajak 151 1 5 4,09 0,71

    Tingkat Pendidikan 151 1 5 3,11 0,82

    Pemahaman Pajak 151 1 5 3,84 0,70

    Kesadaran Wajib Pajak 151 1 5 3,88 0,80

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 15

    Kepatuhan Wajib Pajak 151 1 5 3,78 0,69

    Total 151

    Sumber: Data primer yang diolah

    Nilai minimum pertanyaan variabel sanksi pajak sebesar satu dan nilai maksimumnya

    sebesar lima. Rata-rata jawaban responden adalah sebesar 4,09 dengan standar

    deviasi sebesar 0,71. Nilai minimum pertanyaan variabel tingkat pendidikan sebesar

    satu dan nilai maksimumnya sebesar lima. Rata-rata jawaban responden adalah

    sebesar 3,11 dengan standar deviasi sebesar 0,82. Nilai minimum pertanyaan variabel

    pemahaman pajak sebesar satu dan nilai maksimumnya sebesar lima. Rata-rata

    jawaban responden adalah sebesar 3,82 dengan standar deviasi sebesar 0,68. Hal

    tersebut menjelaskan bahwa responden mempersepsikan pemahaman pajak pada

    wajib pajak orang pribadi relatif tinggi karena nilai rata-rata cenderung mendekati

    angka maksimum. Nilai minimum pertanyaan variabel kesadaran wajib pajak sebesar

    satu dan nilai maksimumnya sebesar lima. Rata-rata jawaban responden adalah

    sebesar 3,88 dengan standar deviasi sebesar 0,81. Nilai minimum pertanyaan variabel

    kepatuhan wajib pajak sebesar satu dan nilai maksimumnya sebesar lima. Rata-rata

    jawaban responden adalah sebesar 3,78 dengan standar deviasi sebesar 0,69.

    Tabel 4.4

    Hasil Statistika Deskriptif Variabel Kepatuhan WP Berdasarkan Penghasilan

    Penghasilan N Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi Standar

    Rp. 4.500.000 - Rp. 10.000.000 119 1 5 3,71 0,72

    > Rp. 10.000.000 32 3 5 4,03 0,49

    Total 151

    Sumber: Data primer yang diolah

    Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat disajikan hasil statistika deskriptif tentang

    kepatuhan wajib pajak berdasarkan penghasilan. Wajib pajak dengan penghasilan

    Rp.4.500.000 hingga Rp.10.000.000 sejumlah 119 responden memiliki nilai

    minimum sebesar satu dan nilai maksimumnya sebesar lima. Rata-rata jawaban

    responden adalah sebesar 3,71 dengan standar deviasi sebesar 0,72. Wajib pajak

    dengan penghasilan lebih dari Rp.10.000.000 sejumlah 32 responden memiliki nilai

    minimum sebesar tiga dan nilai maksimumnya sebesar lima. Rata-rata jawaban

    responden adalah sebesar 4,03 dengan standar deviasi sebesar 0,49. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa responden dengan penghasilan lebih dari Rp.10.000.000

    memiliki rata-rata skor variabel kepatuhan wajib pajak yang mendekati nilai

    maksimum lebih tinggi dari yang lain. Dari tabel tersebut dapat dilihat semakin besar

    penghasilan responden maka semakin tinggi nilai rata-rata skor variabel kepatuhan

    wajib pajaknya.

    Analisis dan Pengujian

    Uji Validitas

    Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan person correlation dengan taraf

    signifikansi 5% (0,05). Apabila hasil uji validitas lebih dari 0,05 maka indikator

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 16

    tersebut valid. Hasil uji validitas tersaji pada Tabel 4.5a dan Tabel 4.5b sebagai

    berikut:

    Tabel 4.5a

    Ringkasan Hasil Uji Validitas

    Sumber: Data primer yang diolah

    Nilai pearson correlation yang terdapat pada Tabel 4.5a menunjukkan bahwa

    indikator sanksi pajak (SP), tingkat pendidikan (TP), dan pemahaman pajak (PP)

    seluruhnya valid karena lebih besar dari 0,5. Nilai pearson correlation yang terdapat

    pada Tabel 4.5a menunjukkan bahwa indikator kesadaran wajib pajak (KS)

    seluruhnya valid karena lebih besar dari 0,5. Nilai pearson correlation yang terdapat

    pada Tabel 4.5a menunjukkan bahwa hanya satu indikator kepatuhan wajib pajak

    (KW) yang tidak valid yaitu, indikator pertanyaan nomor 6 yang menunjukkan nilai

    kurang dari 0,5.

    Uji Reliabilitas

    Pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s coefficient alpha masing-

    masing variabel lebih dari 0,6 yang artinya indikator pertanyaan untuk masing-

    masing variabel memiliki konsistensi yang baik sebagai pengukuran variabel. Oleh

    karena itu data dapat digunakan untuk pengujian model selanjutnya. Hasil uji

    reliabilitas dalam penelitian ini tersaji pada Tabel 4.7 seperti berikut:

    No Indikator Pearson

    Correlation Status No Indikator

    Pearson

    Correlation Status

    1 SP1 0,815 Valid 19 KS3 0,678 Valid

    2 SP2 0,834 Valid 20 KS4 0,797 Valid

    3 SP3 0,734 Valid 21 KS5 0,793 Valid

    4 SP4 0,797 Valid 22 KS6 0,821 Valid

    5 SP5 0,843 Valid 23 KS7 0,755 Valid

    6 SP6 0,842 Valid 24 KW1 0,662 Valid

    7 SP7 0,810 Valid 25 KW2 0,759 Valid

    8 SP8 0,705 Valid 26 KW3 0,710 Valid

    9 TP1 1,000 Valid 27 KW4 0,710 Valid

    10 PP1 0,601 Valid 28 KW5 0,650 Valid

    11 PP2 0,586 Valid 29 KW6 0,004 Tidak Valid

    12 PP3 0,765 Valid 30 KW7 0,685 Valid

    13 PP4 0,734 Valid 31 KW8 0,820 Valid

    14 PP5 0,778 Valid 32 KW9 0,777 Valid

    15 PP6 0,821 Valid 33 KW10 0,715 Valid

    16 PP7 0,718 Valid 34 KW11 0,803 Valid

    17 KS1 0,744 Valid 35 KW12 0,659 Valid

    18 KS2 0,712 Valid

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 17

    Tabel 4.6

    Ringkasan Uji Reliabilitas Dengan Cronbach’s Alpha

    No Variabel Cronbach's

    Alpha Status No Variabel

    Cronbach's

    Alpha Status

    1 SP1 0,953 Reliabel 18 KS2 0,955 Reliabel

    2 SP2 0,953 Reliabel 19 KS3 0,954 Reliabel

    3 SP3 0,954 Reliabel 20 KS4 0,953 Reliabel

    4 SP4 0,953 Reliabel 21 KS5 0,953 Reliabel

    5 SP5 0,953 Reliabel 22 KS6 0,953 Reliabel

    6 SP6 0,953 Reliabel 23 KS7 0,953 Reliabel

    7 SP7 0,953 Reliabel 24 KW1 0,955 Reliabel

    8 SP8 0,955 Reliabel 25 KW2 0,954 Reliabel

    9 TP1 0,956 Reliabel 26 KW3 0,954 Reliabel

    10 PP1 0,954 Reliabel 27 KW4 0,954 Reliabel

    11 PP2 0,953 Reliabel 28 KW5 0,953 Reliabel

    12 PP3 0,954 Reliabel 29 KW7 0,954 Reliabel

    13 PP4 0,954 Reliabel 30 KW8 0,953 Reliabel

    14 PP5 0,953 Reliabel 31 KW9 0,953 Reliabel

    15 PP6 0,953 Reliabel 32 KW10 0,954 Reliabel

    16 PP7 0,954 Reliabel 33 KW11 0,953 Reliabel

    17 KS1 0,953 Reliabel 34 KW12 0,954 Reliabel

    Sumber: Data primer yang diolah

    Penelitian Outer Model

    Variabel sanksi pajak, tingkat pendidikan, pemahaman pajak, kesadaran wajib pajak

    dan kepatuhan wajib pajak dalam model PLS penelitian ini menjadi variabel laten

    dengan variabel manifesnya yang terdiri dari 34 butir indikator reflektif yang dapat

    diolah. Nilai convergent validity dikatakan tinggi apabila nilai loading lebih dari 0.7.

    Namun, untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai

    loading 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup (Ghozali, 2006). Tabel 4.8 menunjukkan

    setiap indikator memiliki loading factor lebih dari 0,5. Hal tersebut menunjukkan

    bahwa setiap indikator memenuhi kriteria convergent validity.

    Tabel 4.7

    Convergent validity

    No. Indikator Loading Factor P-value Status

    1 SP1 0,831

  • 18

    8 SP8 0,646

  • 19

    dan ketepatan instrumen yang baik dalam mengukur konstruk apabila nilai composite

    reliability lebih dari 0.7 dan cronbach alpha lebih dari 0.6 (Ghozali, 2006). Tabel 4.9

    menunjukkan bahwa masing-masing variabel memiliki nilai AVE, composite

    reliability dan cronbach alpha yang memenuhi syarat sehingga pengujian dapat

    dilanjutkan ke tahap inner model.

    Penelitian Inner Model

    Model struktural atau inner model pada kerangka konseptual akan dihitung Goodness

    of Fit Inner Model berdasarkan nilai R2 masing-masing variabel endogen. Yang

    ditunjukkan pada tabel 4.10.

    Tabel 4.9

    Nilai R2 Variabel Eksogen

    Variabel Eksogen Nilai R2

    Kesadaran Wajib Pajak (R12) 0,58

    Kepatuhan Wajib Pajak (R22) 0,57

    Sumber: Data primer yang diolah

    Goodness of Fit Inner Model pada analisis PLS menggunakan ukuran Stone-

    Geisser Q-Square Test yang berupa nilai Q-Square predictive relevance dihitung

    berdasarkan nilai R2 masing-masing variabel endogen yaitu kesadaran wajib pajak

    sebesar 0,58 dan kepatuhan wajib pajak sebesar 0,57. Dengan demikian, nilai Q-

    Square predictive relevance sebesar:

    Q2 = 1-(1-R12) (1-R22)

    =1-(1-0,58) (1-0,57)

    =1-(0,42)(0,43)

    =1-0,1806

    = 0,8194

    Nilai Q-Square predictive relevance yang diperoleh dari perhitungan di atas

    sebesar 0,8194 atau 81,94%, sehingga model dikatakan memiliki nilai prediktif yang

    kuat karena variabel-variabel dalam model yang meliputi variabel sanksi pajak,

    tingkat pendidikan, pemahaman pajak dan kesadaran wajib mampu menjelaskan

    variabel kepatuhan wajib pajak sebesar 81,94%, sedangkan sisanya sebesar 18,06%

    merupakan variasi variabel lain di luar model penelitian. Model struktural atau inner

    model pada penelitian akan disebut fit apabila p-value dari ARS dan APC

  • 20

    Pengujian Hipotesis

    Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menguji hubungan

    antar-variabel sanksi pajak, tingkat pendidikan, dan pemahaman pajak terhadap

    kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan kesadaran wajib pajak sebagai variabel

    mediasi. Tingkat signifikansi koefisien jalur dalam model WarpPls yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah p-value

  • 21

    seharusnya dibayar. Penegakkan hukum secara adil dan tegas oleh aparat pajak

    diperlukan bagi wajib pajak yang lalai dalam membayar pajak. Dengan beratnya

    sanksi yang diberikan kepada para pelanggar diharapkan mereka jera dan sadar untuk

    tidak melakukan pelanggaran kembali. Oleh karena itu, ketegasan sanksi perpajakan

    sangat diperlukan agar kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dapat

    meningkat. Sanksi pajak yang tegas dapat mendorong rasa takut wajib pajak untuk

    tidak berbuat pelanggaran perpajakan. Wajib pajak akan menjadi lebih waspada dan

    berhati-hati dalam membayar pajak karena ada konsekuensi yang harus ditanggung

    jika membuat kesalahan.

    Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kesadaran Wajib Pajak

    Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh tingkat

    pendidikan terhadap kesadaran wajib pajak menunjukkan angka positif 0,09 dan

    signifikan menunjukkan angka 0,07. Hasil analisis menjelaskan bahwa tingkat

    pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran wajib pajak

    sehingga hasil penelitian mendukung hipotesis 2 yang diajukan dalam penelitian ini.

    Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Wiratama et al (2015)

    yang membuktikan bahwa tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh positif

    signifikan terhadap kesadaran wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak di

    KPP Pratama Palembang Ilir Barat, namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan

    hasil penelitian Astari (2016) yang menunjukkan tingkat pendidikan tidak

    berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak orang pribadi yang memiliki

    NPWP. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk

    mengembangjan kepribadian dan potensi yang ada pada dirinya sehingga bias

    menjadi bekal untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan tingkat

    pendidikan yang tinggi seyogyanya wajib pajak mampu berfikir dan menelaah bahwa

    pajak memang benar-benar penting untuk kemajuan dan pembangunan bangsa,

    sehingga akan timbul kesadaran untuk sukarela membayar pajak. Mereka cenderung

    akan lebih bertanggung jawab dan memiliki integritas ketika dihadapkan pada tugas

    maupun kewajibannya, termasuk kewajiban perpajakan sehingga mereka akan dengan

    sadar akan memenuhi kewajibannya sesuai peraturan yang berlaku.

    Pengaruh Pemahaman Pajak terhadap Kesadaran Wajib Pajak

    Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh pemahaman

    pajak terhadap kesadaran wajib pajak menunjukkan angka positif 0,39 dan signifikan

    menunjukkan angka

  • 22

    menjadi wajib pajak yang sadar akan kewajiban perpajakannya. Seseorang yang

    paham akan fungsi dan peran pajak akan menyadari bahwa pajak adalah sumber

    pembiayaan negara yang mana akan digunakan untuk kepentingan masyarakat

    termasuk wajib pajak itu sendiri. Selain itu, wajib pajak yang paham akan sanksi

    pajak juga akan berusaha untuk tidak melalaikan kewajibannya karena dia paham

    bahwa sanksi dapat semakin membebaninya. Dengan tingkat pemahaman yang baik

    seseorang akan dapat melaksanakan sesuatu dengan baik pula. Dengan demikian

    pemahaman tentang perpajakan akan meningkatkan kesadaran seseorang dalam

    membayar kewajiban perpajakannya.

    Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam

    Membayar Pajak Penghasilan.

    Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh sanksi pajak

    terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan

    menunjukkan angka positif 0,10 dan signifikan menunjukkan angka 0,06. Hasil

    analisis menjelaskan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

    kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan sehingga

    hasil penelitian mendukung hipotesis 4 yang diajukan dalam ini.

    Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Maryati (2014),

    Septarini (2015), dan Tologama (2015) yang menyatakan bahwa sanksi perpajakan

    berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Menurut Muliari dan Setiawan

    (2011) wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya apabila memandang

    sanksi pajak akan jauh merugikannya. Adanya sanksi perpajakan menjadikan

    seseorang takut lalu akan termotivasi untuk memenuhi kewajiban perpajakannya

    dengan tepat waktu dan tepat jumlah. Semakin tegas dan tinggi sanksi pajak maka

    semakin tidak ada celah pelanggaran yang dapat dilakukan. Artinya, keberadaan

    sanksi pajak dapat mendorong tingkat kepatuhan wajib pajak. Menurut Jotopurnomo dan Mangoting (2013), sanksi perpajakan adalah hukuman negatif kepada orang yang

    melanggar peraturan perpajakan dengan cara membayar uang maupun kurungan

    penjara. Sanksi perpajakan yang diterapkan secara tegas oleh pemerintah akan

    membuat wajib pajak patuh karena mereka sadar akan adanya hukum perpajakan dan

    konsekuensi apabila melanggar hukum tersebut berupa kerugian secara material

    (Ngadiman dan Huslin, 2015). Diterapkannya sanksi perpajakan terhadap para wajib

    pajak yang melakukan pelanggaran diharapkan dapat menjadi efek jera sehingga dikemudian hari mereka dapat memenuhi kewajibannya sesuai peraturan yang

    berlaku. Control beliefs dalam theory of planned behavior yang dikaitkan dengan

    sanksi perpajakan mengemukakan tentang bagaimana keyakinan yang dimiliki

    individu mengenai hal yang mendukung atau menghambat perilaku dapat

    memberikan pengaruh terhadap perilaku yang ditimbulkan. Sanksi perpajakan

    dipandang sebagai alat pengendali untuk menghambat perilaku-perilaku menyimpang

    dari para wajib pajak yang lalai dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian menunjukkan para wajib pajak cenderung setuju apabila sanksi pajak

    diperlukan agar wajib pajak disiplin dalam membayar pajak dan sanksi diberikan sesuai

    dengan jenis pelanggaran secara tegas. Hal ini dapat diartikan bahwa wajib pajak setuju

    dengan sanksi pajak yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 23

    perpajakan untuk diterapkan kepada siapa saja yang melakukan pelanggaran. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hananto (2015) yang mengungkapkan

    bahwa sanksi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak karena dalam

    pembayaran pajak setelah jatuh tempo tidak ada hukuman yang diberikan oleh

    Direktorat Jendral Pajak terhadap wajib pajak selain denda administrasi sebesar 2%

    perbulan, hal ini menyebabkan wajib pajak masih menyepelekan karena denda yang

    kecil. Sehingga penerapan sanksi masih belum efektif karena masih ada wajib pajak

    yang terlambat membayar pajak terhutangnya.

    Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

    Dalam Membayar Pajak Penghasilan.

    Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh tingkat

    pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak menunjukkan angka positif 0,05 dan

    signifikan menunjukkan angka 0,22. Hasil analisis menjelaskan bahwa tingkat

    pendidikan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib

    pajak orang pribadidalam membayar pajak penghasilan, sehingga hasil penelitian

    tidak mendukung hipotesis 5 yang diajukan dalam penelitian ini.

    Wajib pajak dengan pendidikan tinggi akan lebih selektif dan bersikap skeptis

    terhadap suatu hal. Mereka tidak akan begitu saja mau melakukan atau memberikan

    sesuatu tanpa pertimbangan banyak hal. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung

    bersedia mengeluarkan uang untuk sesuatu yang bermanfaat nyata bagi dirinya

    karena dia tidak ingin uang yang mereka keluarkan akan terbuang percuma. Dalam

    kaitannya dengan behavioral beliefs pada Theory of Planned Behavior wajib pajak

    akan berperilaku jika memiliki keyakinan akan hasil dari membayar pajak dan

    evaluasi atas hasil tersebut. Wajib pajak dengan tingkat pendidikan tinggi akan

    mampu berpikir dan menilai bahwa fasilitas dari uang pajak yang dapat mereka

    rasakan sejauh ini masih sangat jauh dari harapan dan adanya kesejahteraan yang

    belum merata, sehingga mereka tidak yakin dan cenderung memiliki persepsi negatif

    terhadap pemerintah. Mereka menganggap bahwa membayar pajak hanya akan

    menguntungkan pejabat negara karena banyak kasus korupsi berkaitan dengan uang

    pajak seperti kasus Gayus Tambunan, Pargono Riyadi, Tommy Hendratno

    (www.cnnindonesia.com) dan masih banyak lagi yang terbukti menyalahgunakan

    uang pajak yang seharusnya adalah untuk kemakmuran rakyat tetapi diselewengkan

    oleh pejabat negara itu sendiri. Hal ini juga yang menyebabkan wajib pajak orang

    pribadi dengan pendidikan tinggi enggan untuk membayar pajak bahkan mereka

    apatis terhadap pemerintah. Selain itu, masih banyaknya masalah dalam pendidikan

    di Indonesia salah satunya krisisnya nasionalisme. Menurut artikel berita

    tribunnesw.com, pada tahun 2017 dan tahun-tahun sebelumnya, dunia pendidikan

    dicemari oleh praktik plagiarisme yang menyalahi norma dan kejujuran. Hal tersebut

    tentunya dapat berdampak ketika menjadi wajib pajak karena terciptanya individu-

    individu berpendidikan namun tidak memiliki kejujuran sehingga ketika dia menjadi

    wajib pajak kemungkinan dia akan berperilaku tidak jujur, misalnya dengan

    memanipulasi pembayaran pajaknya karena sudah terbiasa tidak jujur sejak di bangku

    pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wajib pajak orang pribadi

    dengan pendidikan tinggi belum tentu memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi.

    Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Tologana (2014) dan Rahman (2018)

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

    http://www.cnnindonesia.com/http://www.tribunnesw.com/

  • 24

    yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap

    kepatuhan wajib pajak membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Pengaruh Pemahaman Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

    Dalam Membayar Pajak Penghasilan.

    Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh pemahaman

    pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi menunjukkan angka positif 0,46

    dan signifikan menunjukkan angka

  • 25

    bersedia melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela (Arum,

    2012). Kesadaran wajib pajak sangat dibutuhkan karena kesadaran merupakan faktor

    penting dalam melaksanakan self assestment system. Muliari dan Setiawan (2010)

    menyatakan bahwa kepatuhan pajak dapat ditingkatkan bila kesadaran wajib pajak

    meningkat pula, sehingga pelaksanaan kewajiban perpajakan menjadi semakin baik.

    Kesadaran wajib pajak ini sesuai dengan Theory of Planned Behavior, dimana teori

    tersebut mengemukakan bahwa seseorang akan melakukan suatu tindakan

    berdasarkan niat atau motivasi. Niat atau motivasi disini adalah kesadaran wajib

    pajak. Wajib pajak patuh terhadap peraturan perpajakan didorong oleh adanya

    kesadaran yang dimiliki wajib pajak bahwa pajak sangat penting bagi kelangsungan

    hidup negara. Wajib pajak yang sadar pajak, akan berusaha membayar pajak tepat

    waktu dan tepat jumlah karena dia menyadari adanya keterlambatan dan

    ketidaksesuaian pembayaran pajak akan berdampak negatif terhadap penerimaan

    negara. Selain itu, wajib pajak menyadari bahwa pajak ditetapkan dengan undang-

    undang dan dapat dipaksakan sehingga wajib pajak dengan sendirinya akan terdorong

    untuk belajar disiplin dan tertib. Namun, penelitian yang telah dilakukan oleh Asbar

    (2014), Riandy (2016) dan Nugroho et al (2016) menunjukkan bahwa kesadaran

    perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

    Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam

    Membayar Pajak Penghasilan Yang Dimediasi Oleh Kesadaran Wajib Pajak

    Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh sanksi pajak

    terhadap kesadaran wajib pajak menunjukkan angka positif 0,40 dan signifikan

    menunjukkan angka

  • 26

    dan pidana). Perasaan takut tersebut merupakan alat pencegah yang cukup ampuh

    untuk mengurangi kelalaian pajak. Jika hal ini sudah berkembang dikalangan para

    wajib pajak maka akan berdampak pada kesadaran wajib pajak. Sadarnya wajib pajak

    akan keberadaan sanksi pajak ini dipandang dapat mendorong tingkat kepatuhan

    wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya (Zain, 2007). Semakin tegas

    dan semakin berat sanksi pajak yang dijatuhkan kepada para pelanggar, maka

    semakin meningkat pula kepatuhan wajib pajak. Hasil uji hipotesis ini sejalan dengan

    hasil penelitian Atmoko dan Santoso (2017) yang menyatakan bahwa sanksi pajak

    berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar

    pajak yang dimediasi oleh kesadaran membayar pajak. Hal tersebut dikarenakan

    sanksi yang diberikan kepada wajib pajak yang melanggar peraturan dapat

    memberikan beban kepada wajib pajak sehingga sanksi pajak dapat menciptakan

    kesadaran wajib pajak untuk selalu taat membayar pajak sehingga dapat

    meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

    Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

    Dalam Membayar Pajak Penghasilan Yang Dimediasi Oleh Kesadaran Wajib

    Pajak

    Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh tingkat

    pendidikan terhadap kesadaran wajib pajak menunjukkan angka positif 0,09 dan

    signifikan menunjukkan angka 0,07 serta koefisien beta pengaruh kesadaran pajak

    terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan

    menunjukkan angka positif 0,27 dan signifikan menunjukkan angka

  • 27

    kesaadaran tersebut maka kepatuhan pajak pun akan tercipta. Sehingga semakin

    tinggi kesadaran wajib pajak maka akan menjadikan wajib pajak tersebut patuh.

    Pengaruh Pemahaman Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

    Dalam Membayar Pajak Penghasilan Yang Dimediasi Oleh Kesadaran Wajib

    Pajak

    Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat koefisien beta pengaruh pemahaman

    pajak terhadap kesadaran wajib pajak menunjukkan angka positif 0,39 dan signifikan

    menunjukkan angka

  • 28

    orang pribadi. Namun, tingkat pendidikan dapat meningkatkan kesadaran wajib

    pajak.

    3. Variabel pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap variabel kesadaran wajib pajak dan variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar

    pajak penghasilan. Hal ini berarti, semakin tinggi pemahaman pajak yang

    dimiliki oleh wajib pajak, maka dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan

    wajib pajak orang pribadi, karena dengan pemahaman pajak yang baik akan

    semakin meyakinkan wajib pajak tentang pentingnya peran pajak untuk

    pembangunan serta mempermudah wajib pajak dalam dalam pengisian SPT,

    menghitung dan melaporkan pajak terutangnya.

    4. Variabel sanksi pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan yang

    dimediasi oleh variabel kesadaran wajib pajak. Hal ini berarti, semakin tegas

    sanksi pajak, maka dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak yang diikuti oleh

    meningkatnya kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

    5. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang dimediasi oleh kesadaran wajib pajak.

    Hal ini berarti, tingginya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kesadaran

    wajib pajak sehingga meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

    6. Variabel pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak yang dimediasi oleh variabel

    kesadaran wajib pajak. Hal ini berarti, semakin tinggi pemahaman pajak, maka

    dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak yang diikuti oleh meningkatnya

    kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan.

    Keterbatasan

    1. Tingkat pendidikan wajib pajak yang diambil sebagai sampel belum rata secara proporsional sehingga dapat terjadi bias dalam pengambilan kesimpulan dalam

    penelitian ini.

    2. Penyebaran dan pengumpulan kuesioner secara elektronik memungkinkan terjadi kelemahan dalam pengisian kuesioner oleh wajib pajak, karena dapat terjadi

    pengisian yang tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya pada wajib pajak

    orang pribadi.

    Saran

    1. Bagi Direktorat Jenderal Pajak maupun Kantor Pelayanan Pajak disarankan lebih mengintensifkan kegiatan penyuluhan ter-update tentang peraturan perpajakan

    terbaru sehingga wajib pajak dapat lebih memahami peraturan perpajakan terkini

    dan melaksanakan kewajiban perpajakan dengan lebih baik dan benar, misalnya

    melalui penayangan iklan mengenai pajak di televisi, media social, radio, media

    cetak atau penyuluhan langsung kepada wajib pajak seperti dengan mengadakan

    seminar gratis di kampus atau di perusahaan.

    2. Bagi wajib pajak diharapkan dapat meningkatkan informasi, wawasan, pengetahuan dan pemahaman agar menjadi wajib pajak cerdas dan mandiri

    sehingga dapat mempermudah diri untuk melaksanakan kewajiban pajak demi

    keuntungan bersama. Hal tersebut tidak selalu didapatkan dari pendidikan

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 29

    formal, wajib pajak dapat secara mudah mengakses informasi tentang perpajakan

    dengan mengunjungi website www.pajak.go.id/, twitter @ditjenpajakri

    (https://twitter.com/ditjenpajakri) maupun instagram @ditjenpajakri

    (https://www.instagram.com/ditjenpajakri/?hl=id).

    3. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini, ataupun menggunakan variabel pemoderasi dan

    variabel mediasi untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak, hal ini dapat

    dilakukan karena nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini masih dapat

    ditingkatkan dengan adanya penambahan variabel bebas.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Planned Behavior: Organizational Behavior and

    Human Decision Processess. Vol. 50, Pp. 179-211.

    Atmoko,Alfriadi Dwi, Santoso,Fahrul Imam.2017.Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap

    Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak: Kesadaran

    Membayar Pajak Sebagai Variabel Mediasi.Fakultas Ekonomi dan Sosial,

    Universitas Amikom Yogyakarta

    Asante dan Baba.2011. Tax Compliance Among Self-Empoyed In Ghana Do

    Demographic Charateristic Matter Internatonal Businnes and Management.

    Vol.3, No.1

    Asbar, Akromi Khairina. 2014. Pengaruh Tingkat Kepuasan Pelayanan, Pemahaman

    Perpajakan, Keadilan Perpajakan, Sanksi Perpajakan dan Kesadaran

    Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada

    KPP Senapelan Pekanbaru. Jurnal. Universitas Riau. Vol. 1, No. 2

    Astari, Elvina Apriani. 2016. “Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pemahaman Wajib

    Pajak Terhadap Kemauan Membayar Pajak Melalui Kesadaran Wajib Pajak

    Orang Pribadi Memiliki Npwp Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus

    Pada Masyarakat Di Kota Samarinda, Kalimantan Timur)”. UMY:

    Yogyakarta

    Burton, R. 2007. Kajian Aktual Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat

    Feld, L. P. and Frey, B. S., 2007, “Tax Compliance as the Result of Psychological

    Tax Contract: The Role of Incentives and Responsive Regulation”. Vol. 29,

    Issue 1, Law & Policy

    Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi

    4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

    Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS

    19. (edisi kelima). Semarang: Universitas Diponegoro.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

    http://www.pajak.go.id/https://twitter.com/ditjenpajakrihttps://www.instagram.com/ditjenpajakri/?hl=id

  • 30

    Gunadi. 2005. Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan pajak (Tax

    Compliance). Jurnal Perpajakan Indonesia Vol. 4, No.5

    Gustiana, Jumiati dkk. 2014. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan

    Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang

    Melakukan Kegiatan UMKM (Studi empiris pada KPP Pratama Padang).Vol.

    4, No.1

    Harahap. 2004. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia. BPFE Yogyakarta

    Hasan, M. Tholhah. “Islam dan Masalah SDM”. Lantabora Press. Jakarta:2005

    Irianto, S.E. 2005. Politik Perpajakan: Membangun Demokrasi Negara. Yogyakarta:

    UII Press.

    Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi

    Denda, Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan

    Wajib Pajak. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Akuntansi Universitas

    Diponegoro.

    Johanes, H. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Masyarakat Untuk

    Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Di Kecamatan Brebes. Skripsi.

    Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pancasakti. Tegal.

    Kadek, Suciningsih, Bagia, I Wayan, Cipta , Wayan. 2015. Pengaruh Sanksi

    Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kualitas Pelayanan Serta

    Dampaknya Pada Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan

    Bangunan Jurnal Jurusan Manajemen. Vol. 3, No. 1: Publisher: Jurnal Jurusan

    Manajemen.

    Lovihan, Siska. 2014. Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak, Pengetahuan dan

    Pemahaman Peraturan Perpajakan, dan Kualitas Layanan terhadap Kemauan

    Membayar Pajak Wajib Orang Pribadi di Kota Tomohon. Jurnal Riset

    Akuntansi dan Auditing, Vol.5, No.1.

    Manik Asri, Wuri. 2009. ”Pengaruh Kualitas Pelayanan, Biaya Kepatuhan Pajak, dan

    Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Badan yang

    Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar”. Skripsi Jurusan

    Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

    Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi 2011 .Yogyakarta: Penerbit Andi. 2011.

    Muliari, Ni Ketut dan Setiawan, Putu Ery. 2011. Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi

    Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib

    Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Depansar Timur.

    Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.6 No.1

    Nugroho, Rahman Adi. 2012. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk

    Membayar Pajak Dengan Kesadaran Membayar Pajak Sebagai Variabel

    Intervening (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 31

    Pekerjaan Bebas Yang Terdaftar Di KPP Pratama Semarang Tengah Satu).

    Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 1, No. 2

    Nurmantu, Safri. 2009. Pengantar Perpajakan. Yayasan Obor Indonesia

    Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 74/PMK.03/2012 Tentang

    Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria

    Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran

    Pajak.

    Putri, Rolalita Rukmana. 2016. Pengaruh Motivasi Membayar Pajak dan Tingkat

    Pendidikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada kantor

    Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015.

    Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta

    Purwantini, Cornelio dan Suratna, Ignatius Bondan. 2004. Analisis Perbedaan Sikap

    Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assesment System Pajak Penghasilan

    Berdasarkan Latar Belakang Wajib Pajak. Antisipasi Vol. 8 No. 1.

    Rahmadian Rika dan Murtejo. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,Pelayanan

    Fikus dan Sanksi pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di

    KPP Pratama Kembangan.

    Safri, Ratriana Dyah. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan

    Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi di

    Wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta). Yogyakarta:

    Universitas Negeri Yogyakarta.

    Sekaran, Umma. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi 4. Buku 1.

    Jakarta: Salemba Empat.

    Setiyani , Nunung Manis, Andini, Rita dan Oemar, Abrar. 2018. Pengaruh Motivasi

    Wajib Pajak dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

    Orang Pribadi Dengan Kesadaran Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening

    (Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Kota Semarang). Journal of

    Accounting. Artikel Publikasi.Universitas Pandanaran Semarang.

    Supadmi, Ni Luh. 2009. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas

    Pelayanan. Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 4, No. 2.

    Suryadi. 2006. “Model hubungan kausal Kesadaran,Pelayanan,Kepatuhan Wajib

    Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan pajak :Suatu Survey di

    wilayah Jawa Timur”. Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No.1.

    Tahar, Afrizal dan Rachman, Arnain Kartika. 2014. “Pengaruh Faktor Internal dan

    Faktor Eksternal Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Akuntansi dan

    Investasi, Vol . 15, No 1.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 32

    Tologana, Yuanita Evalin. 2014. Pengaruh Sanksi, Motivasi dan Tingkat Pendidikan

    terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus KPP Pratama

    Manado). Jurnal Accountability.Vol.4. No.1.

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan

    Keempat atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum

    dan Tata Cara Perpajakan

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

    Pendidikan Nasional

    Waluyo. (2014). Perpajakan Indonesia Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat.

    Widyanti dan Gusmidawati. 2017. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pelayanan

    Fiskus Terhadap Kesadaran Wajib Pajak (Studi Kasus Wajib Pajak di

    Kecamatan Koto Tengah). Vol. 3,No. 6

    Wiratama ,Komang Sastra Guna, Khairani, Siti, Fajriana, Icha. 2015. Pengaruh

    Tingkat Pendidikan, Pelayanan Fiskus, dan Pekerjaan Wajib Pajak Terhadap

    Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak (Studi kasus

    wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Palembang Ilir Barat). STIE MDP

    Palembang.

    Wulandari, Tuti. 2015. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Pengetahuan Perpajakan dan

    Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Kesadaran

    Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Kantor pelayanan

    Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan). Jom FEKON Vol. 2,No. 2

    https://ereg.pajak.go.id

    https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170913072132-12-241340/kejaksaan-

    agung-bidik-penyuap-pejabat-kantor-pajak

    https://www.kemenkeu.go.id/media/6235/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-

    2014.pdf

    https://www.kemenkeu.go.id/media/6245/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-

    2015.pdf

    https://www.kemenkeu.go.id/media/6256/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-

    2016.pdf

    https://www.kemenkeu.go.id/media/6860/realisasi-apbn-sampai-dengan30november-

    2017.pdf

    http://www.pajak.go.id/article/sudah-cukupkah-kepatuhan-pajak-kita

    http://www.tribunnews.com/tribunners/2018/01/03/masih-banyak-masalah-

    menghantui-pendidikan-kita?page=2

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

    https://ereg.pajak.go.id/https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170913072132-12-241340/kejaksaan-agung-bidik-penyuap-pejabat-kantor-pajakhttps://www.cnnindonesia.com/nasional/20170913072132-12-241340/kejaksaan-agung-bidik-penyuap-pejabat-kantor-pajakhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6235/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-2014.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6235/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-2014.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6245/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-2015.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6245/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-2015.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6256/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-2016.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6256/realisasi-apbn-sampai-dengan-31desember-2016.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6860/realisasi-apbn-sampai-dengan-30november-2017.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/media/6860/realisasi-apbn-sampai-dengan-30november-2017.pdfhttp://www.pajak.go.id/article/sudah-cukupkah-kepatuhan-pajak-kitahttp://www.tribunnews.com/tribunners/2018/01/03/masih-banyak-masalah-menghantui-pendidikan-kita?page=2http://www.tribunnews.com/tribunners/2018/01/03/masih-banyak-masalah-menghantui-pendidikan-kita?page=2

  • 33

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id