PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS...

109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK TULIS BROTOSENO DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan MUSLIKHAH R0207040 PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS...

Page 1: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS

TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA

DI INDUSTRI BATIK TULIS BROTOSENO

DESA KLIWONAN MASARAN

SRAGEN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

MUSLIKHAH

R0207040

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 17 Juni 2011

(Muslikhah)

NIM. R0207040

Page 4: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA

WANITA DI INDUSTRI BATIK TULIS BROTOSENO DESA KLIWONAN

MASARAN SRAGEN

Muslikhah1, Tarwaka

2, Seviana Rinawati

3.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh rotasi

kerja terhadap stress kerja pekerja wanita di industri batik tulis Brotoseno Desa

Kliwonan Masaran Sragen.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Crossectional Analitic, dengan

sampel penelitian 30 pekerja wanita dibagian batik tulis. Teknik sampling yang

digunakan adalah Random Sampling dengan Restriksi dengan membagi responden

menjadi dua kelompok, kelompok I sebagai kelompok kontrol sedangkan

kelompok II diberi perlakuan Rotasi Kerja. Pengumpulan data dengan

menggunakan kuesioner scorring stress kerja. Analisis yang digunakan adalah uji

statistik non parametrik Mann-Whitney dengan program komputer SPSS versi

16.00.

Hasil : Hasil uji statistik terhadap perbedaan stress kerja setelah perlakuan antara

kelompok I dengan Kelompok II menunjukkan nilai signifikan p = 0.03.

Sedangkan hasil uji sebelum dilakukan perlakuan Rotasi Kerja menunjukkan nilai

yang tidak signifikan p = 0.967

Kesimpulan : Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan adanya perbedaan skor

stress antara tenaga kerja yang tidak dirotasi dengan tenaga kerja yang dirotasi.

Rotasi Kerja dapat menurunkan tingkat stress kerja.

Kata Kunci : Stress Kerja, rotasi kerja 1 Program Study D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas

Sebelas Maret Surakarta 2 Magister Ergonomi-Fisiologi, Universitas Udayana Bali

3 Sarjana Kesehatan Masayarakat, Universitas Negeri Diponegoro

Page 5: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF JOB ROTATION TOWARD THE JOB STRESS OF

WOMAN LABORERS IN ”BROTOSENO’S BATIK TULIS” INDUSTRY

KLIWONAN MASARAN SRAGEN.

Muslikhah1, Tarwaka

2, Seviana Rinawati

3.

Objective : This research was aimed to know and investigate the influence of job

rotation toword the job stress of woman laborer in ‟‟Brotoseno‟s batik tulis”

industry Kliwonan Masaran Sragen.

Methods : This research is crossectional analitic, with the sample were 30 woman

laborers of batik tulis. Sampling technique used in this research was restriction

random sampling by dividing the respondent onto two groups, the first group as a

control group while the second group was given job rotation treatment. The data

collection used questionnaire ”Scorring” job stress. The data analysis used

statistic experiment non parametric Mann-Whitney by using computer program

SPSS 16.00 Version.

Results : The result of statistic experiment toward the difference of job stress

after doing treatment between the first group and the second group showed

significance value p = 0.03. While the result before doing job rotation treatment

showed insignificance valeu p = 0,967.

Conclution : From the result above, it could be conclude that there was difference

of stress scores between the laborers who got the rotation treatment and did not

get the rotation treatment. Job rotation decresed the level of job stress.

The Key words : Job Stress, Job Rotation 1 Occupational Health Study Program of Medical Faculty, Sebelas Maret

University of Surakarta. 2 Magister Ergonomi-Fisiologi, Udayana University Bali

3 Public Health Degree, Diponegoro University

Page 6: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan bimbinganNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Rotasi Kerja

terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa

Kliwonan Masaran Sragen”.

Skripsi ini bisa selesai karena bantuan dari berbagai pihak, untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode sebelum 16 Mei

2011.

2. Bapak Prof.Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,SPD-KR-FINASIM, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode 16 Mei

2011 – 16 Mei 2015.

3. Bapak Putu Suryasa, dr., MS, P.K.K, Sp.Ok., selaku Ketua Program D.IV

Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Periode Sebelum 16 Juni 2011

4. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si, selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode 16 juni

2011 – 16 Juni 2015

5. Bapak Tarwaka, PGDip, Sc, M.Erg. selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Seviana Rinawati, SKM. selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes. selaku penguji yang telah memberikan

masukan dalam skripsi ini.

8. Bapak H. Eko Suprihono SE. selaku pemilik Industri Batik Tulis Brotoseno

yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Tessa, selaku sekertaris pada Industri Batik Tulis Brotoseno yang telah

banyak membantu penulis dalam penelitian

10. Kedua orang tua dan saudara saya yang telah memberikan kasih sayang, doa

dan dukungan kepada penulis.

11. Sahabat, rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi civitas akademika Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu

dibidang keselamatan dan kesehatan kerja

Surakarta, 17 Juni 2011

Penulis

Page 7: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

ABSTRAC ....................................................................................................... v

PRAKATA ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

1. Tujuan Umum ............................................................................... 4

2. Tujuan Khusus .............................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

1. Secara Teoritis ............................................................................... 5

2. Secara Praktis ................................................................................ 5

a) Bagi Ilmu Pengetahuan ............................................................. 5

b) Bagi Peneliti ............................................................................. 6

c) Bagi Program D.IV Kesehatan Kerja ....................................... 6

d) Bagi Tenaga Kerja .................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7

A. Pekerjaan monoton ............................................................................ 7

1. Pengertian Monoton ..................................................................... 7

2. Pengertian Pekerjaan Monoton ..................................................... 8

3. Jenis Pekejaan Monoton ............................................................... 8

4. Faktor yang Mempengaruhi Pekerjaan monoton.......................... 10

5. Penyebab Pekerjaan Monoton ...................................................... 10

6. Akibat Pekerjaan Monoton ........................................................... 11

B. Stress Kerja ....................................................................................... 14

1. Pengertian Stress........................................................................... 14

2. Pengertian Stress Kerja ................................................................. 15

3. Mekanisme Terjadinya Stress Kerja ............................................. 16

4. Faktor Penyebab Terjadinya Stress Kerja .................................... 19

5. Gejala Stress Kerja ....................................................................... 26

6. Dampak Stress Kerja .................................................................... 28

7. Pencegahan Stress Kerja ............................................................... 29

C. Pengaruh Pekerjaan Duduk Monoton terhadap Stress Kerja ............ 30

D. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 32

E. Hipotesis ............................................................................................ 33

Page 8: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 34

A. Jenis Penelitian .................................................................................. 34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 34

C. Populasi Penelitian ............................................................................ 34

D. Teknik Sampling ............................................................................... 35

E. Sampel Penelitian .............................................................................. 35

F. Rancangan Penelitian ........................................................................ 37

G. Rancangan Perlakuan Rotasi Kerja ................................................... 38

H. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 38

I. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 39

J. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 43

K. Cara Kerja Penelitian ........................................................................ 44

L. Teknik dan Analisis Data .................................................................. 44

BAB IV HASIL ............................................................................................... 47

A. Gambaran Umum Tempat kerja ........................................................ 47

1. Profil Industri Batik Tulis Brotoseno ........................................ 47

2. Tenaga Kerja .............................................................................. 49

3. Bahan Baku yang digunakan ..................................................... 51

4. Peralatan yang digunakan .......................................................... 52

5. Proses Kerja Industri Batik Tulis Brotoseno ............................. 58

B. Data Tenaga Kerja Pada Bagian Batik Tulis .................................... 69

1. Usia ............................................................................................ 69

2. Masa Kerja ................................................................................. 69

3. Status Gizi.................................................................................. 70

C. Data Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ....................................... 72

1. Penerangan ................................................................................. 72

2. Iklim Kerja ................................................................................. 74

3. Kebisingan ................................................................................. 75

D. Hasil Pengujian Stress kerja .............................................................. 76

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 80

A. Gambaran Umum Industri Rumah Tangga Batik Tulis Brotoseno ... 80

1. Industri Rumah Tangga Batik Tulis Brotoseno ......................... 80

2. Peralatan yang Digunakan ......................................................... 81

3. Proses Kerja Pembuatan Batik Tulis ......................................... 81

B. Karakteristik Sampel ......................................................................... 83

1. Usia ............................................................................................ 83

2. Masa Kerja ................................................................................. 84

3. Status Gizi.................................................................................. 85

C. Lingkungan Kerja.............................................................................. 87

1. Penerangan ................................................................................. 87

2. Iklim Kerja ................................................................................. 88

3. Kebisingan ................................................................................. 89

D. Pengaruh Rotasi Kerja terhadap Stress Kerja ................................... 91

BAB VI PENUTUPAN ................................................................................... 95

A. Kesimpulan ....................................................................................... 95

B. Saran...... ............................................................................................ 96

Page 9: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 98

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Karakteristik Usia Sampel Batik Tulis Brotoseno ................. 69

Tabel 2. Hasil Uji Mann-Whitney Usia Antara Kelompok I dengan

Kelompok II ................................................................................... 69

Tabel 3. Data Karakteristik Masa Kerja Sampel .......................................... 70

Tabel 4. Hasil uji Mann-Whitney Tenaga Kerja Antara KElompok I

dengan Kelompok II ....................................................................... 70

Tabel 5. Karakteristik Berat Badan Tinggi Badan dan IMT KElompok I ... 71

Tabel 6. Karakteristik Berat Badan Tinggi Badan dan IMT KElompok I ... 71

Tabel 7. Hasil Uji Mann-Whitney IMT antara Kelompok I dengan

Kelompok II ................................................................................... 72

Tabel 8. Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan pada Bagian Batik Tulis

dan Nolet ........................................................................................ 73

Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney Intensitas Penerangan Bagian Batik

Tulis dan Nolet ............................................................................... 73

Tabel 10. Hasil Pengukuran Iklim Kerja Ruangan Kerja Bagian Batik Tulis

dan Nolet ........................................................................................ 74

Tabel 11. Hasil Uji Mann-Whitney Iklim Kerja antara Batik Tulis Dengan

Nolet. .............................................................................................. 75

Tabel 12. Hasil pengukuran Beban Kerja Kelompok I dengan Kelompok II 75

Tabel 13. Hasil Uji Mann-Whitney Beban Kerja antara Kelompok I dengan

Kelompok II ................................................................................... 75

Tabel 14. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Bagian Batik Tulis dan

Nolet ............................................................................................... 76

Tabel 15. Hasil Uji Mann-Whitney Intensitas Kebisingan Bagian Batik

Tulis dan Bagian Nolet ................................................................... 76

Tabel 16. Hasil Skoring Tingkat Stress Kerja pada Kelompok I dan

Kelompok II sebelum perlakuan .................................................... 77

Page 10: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 17. Prosentase Stress Berdasarkan Kriteria Kelompok I dengan

Kelompok II Sebelum Perlakuan ................................................... 77

Tabel 18. Hasil Uji Mann-Whitney Stress Kerja Sebelum Perlakuan antara

Kelompok I dengan Kelompok II................................................... 78

Tabel 19. Hasil Skoring Tingakat Stress Kerja pada Kelompok I dan

Kelompok II Sesudah Perlakuan .................................................... 78

Tabel 20. Prosentase Stress Berdasarkan Kriteria Kelompok I dan

Kelompok II ................................................................................... 78

Tabel 21. Hasil Uji Mann-Whithney Stress Kerja Sesudah Perlakuan antara

Kelompok I dengan Kelompok II................................................... 79

Tabel 22. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung...................... 88

Tabel 23. Standar Iklim di Indonesia Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999 ...................................... 88

Tabel 24. NAB Kebisingan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga

Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999................................................... 90

Page 11: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Malam dan Paraffin .................................................................... 51

Gambar 2. Kain Mori .................................................................................... 52

Gambar 3. Pewarna Tekstil ........................................................................... 52

Gambar 4. Gawangan ................................................................................... 53

Gambar 5. Wajan .......................................................................................... 54

Gambar 6. Kompor ........................................................................................ 55

Gambar 7. Taplak .......................................................................................... 55

Gambar 8. Dingklik ....................................................................................... 56

Gambar 9. Canting ........................................................................................ 57

Gambar 10. Meja Batik Cap ........................................................................... 57

Gambar 11. Kayu Perata Zat Pewarna ............................................................ 58

Gambar 12. Pola Mika Untuk Batik Cap ........................................................ 58

Gambar 13. Membuat Pola ............................................................................. 61

Gambar 14. Proses Nglowong ......................................................................... 61

Gambar 15. Proses Ngiseni ............................................................................. 63

Gambar 16. Proses Nerusi ............................................................................... 64

Gambar 17. Proses Nemboki ........................................................................... 65

Gambar 18. Proses Medel ............................................................................... 66

Gambar 19. Proses Meyoga ............................................................................ 66

Gambar 20. Proses Nolet ................................................................................. 67

Gambar 21. Proses Nglorot ............................................................................. 67

Gambar 22. Penjemuran .................................................................................. 68

Page 12: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner penilaian Stress Kerja dengan Skooring

Lampiran 2. Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3. Jadwal Penelitian

Page 13: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan sampai saat ini telah

menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan diberbagai bidang dan

sektor kehidupan. Selain itu, pembangunan telah memunculkan banyak

fenomena baru. Salah satu diantara fenomena itu adalah semakin besarnya

jumlah wanita yang bekerja. Bahkan saat ini banyak perusahaan yang

sebagian besar tenaga kerjanya adalah wanita. Jika dahulu wanita hanya

berperan sebagai ibu rumah tangga, namun sekarang banyak wanita yang

berpartisipasi dalam dunia kerja. Adanya tuntutan untuk mendukung

ekonomi rumah tangga menjadi salah satu alasan bagi wanita untuk

bekerja (Anoraga, 2009)

Saat melaksanakan pekerjaannya tenaga kerja wanita perlu

mendapatkan perlindungan sehingga terhindar dari segala risiko akibat

kerja, kecelakaan, atau penyakit akibat kerja. Hal ini telah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 76

yang memuat waktu kerja, cuti haid, waktu melahirkan, perlindungan dari

jenis pekerjaan terburuk, dan sebagainya. Namun selain itu, tenaga kerja

juga berhak mendapatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,

mental maupun sosial (Budiono dkk, 2003).

Page 14: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Setiap aspek pada pekerjaan dapat menjadi pembangkit stress.

Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi

merupakan situasi stress. Berbagai tekanan yang dirasakan oleh tenaga

kerja dapat berasal dari faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan yang

menimbulkan kebosanan karena pekerjaan berulang-ulang dan tempat

kerja yang bising, konflik peran yang dirasakan wanita pekerja yaitu

sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai pekerja, adanya karir yang

tidak berkembang, hubungan yang buruk dengan rekan sekerja maupun

dengan atasan, ditambah lagi adanya struktur organisasi yang tidak baik,

kebijakan yang terlalu kaku, sedikitnya keterlibatan atasan, serta ciri

individu dalam menanggapi situasi yang dihadapi. Selain itu, tenaga kerja

dalam interaksinya dengan pekerjaan juga dipengaruhi pula oleh hasil

interaksi di tempat lain seperti di rumah, di perkumpulan dan sebagainya

(Sunyoto, 2001).

Jenis pekerjaan yang monoton dari pekerja batik tulis juga dapat

menimbulkan rasa bosan. Dalam bukunya yang berjudul Ergonomi

Konsep Dasar dan Aplikasinya, Nurmianto menyatakan bahwa rasa bosan

dikategorikan sebagai kelelahan. Rasa bosan adalah manifestasi dari reaksi

adanya suasana yang monoton (kurang bervariasi) (Nurmianto, 2004).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Risang (2004) terhadap

karyawan Mandarin Oriental Hotel Majapahit Surabaya faktor penyebab

stress kerja ada 4, yang paling dominan adalah beban kerja yang

berlebihan, faktor dominan kedua adalah tekanan atau desakan waktu.

Page 15: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kemudian faktor dominan ketiga adalah pekerjaan yang monoton dan

yang terakhir yaitu kondisi lingkungan kerja

Batik brotoseno merupakan industri rumah tangga yang bergerak di

bidang produksi batik, di industri ini mempunyai tenaga kerja wanita

sebanyak 203 orang tenaga kerja, terdiri dari 76 tenaga kerja tetap dan 127

tenaga kerja borongan. Di industri ini menghasilkan 13.000 meter perbulan

untuk batik handprinting, 5000 potong perbulan untuk batik kombinasi,

1500 potong perbulan untuk batik tulis. Seluruh Kegiatan mulai dari

membuat pola sampai pemasaran dilakukan oleh industri itu sendiri. Jam

kerja karyawan mulai dari jam 08.00-16.00 WIB, waktu istirahat antara

jam 12.00-13.00 WIB. Dalam satu minggu terhitung 6 hari kerja yakni

Senin sampai dengan Sabtu.

Berdasarkan hasil pengukuran pendahuluan yang dilakukan pada

pekerja batik tulis Brotoseno dengan menggunakan Test Bourdan

Wiersma, sebanyak 15 tenaga kerja bagian batik tulis yang diukur sebelum

bekerja dan sesudah bekerja ternyata semuanya mengalami penurunan

tingkat konstansi. Sedangkan pada tingkat ketelitian ada tiga tenaga kerja

yang mengalami penurunan, sedangkan tingkat kecepatan relatif konstan.

Penurunan tingkat ketelitian dan konstansi merupakan gejala awal

timbulnya stress yakni kinerja menurun.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan dengan mewawancarai 15

tenaga kerja wanita pada bagian batik tulis, semuanya mengeluhkan

kebosanan dengan pekerjaannya karena tidak ada variasi gerakan dalam

Page 16: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sehari kerja yaitu hanya duduk membatik. Selain itu, jarak/posisi antara

tenaga kerja juga agak sempit berakibat mengurangi kebebasan mereka

dalam bergerak, sehingga menimbulkan kebosanan yang merupakan

dampak stress kerja.

Berdasarkan hasil pengukuran dan wawancara tersebut peneliti ingin

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan

Batik Tulis Terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis

Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen”.

B. Rumusan masalah

Adakah Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis terhadap

Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa

Kliwonan Masaran Sragen ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis

terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis

Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen.

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan karateristik sampel dan kegiatan proses produksi

tenaga kerja di industri batik tulis.

Page 17: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Mendeskripsikan pengaruh lingkungan kerja terhadap kedua

sampel yang diteliti.

c. Menghitung tenaga kerja yang mengalami stress kerja.

d. Mengetahui pengaruh dari rotasi kerja yang dilaksanakan terhadap

tenaga kerja wanita industri rumah tangga Batik Tulis Brotoseno,

Masaran, Sragen.

e. Mengetahui analisis mengenai pengaruh rotasi kerja terhadap stress

kerja.

D. Manfaat

Adapun manfaat yang akan didapatkan dari penelitian tentang

Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis Terhadap Stress Kerja

Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran

Sragen adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Sebagai pembuktian adanya Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan

Batik Tulis Terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik

Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen

2. Secara praktis

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah informasi yang dapat digunakan sebagai data

pembanding atau dasar pertimbangan bagi peneliti lain tentang

”Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis Terhadap

Page 18: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa

Kliwonan Masaran Sragen”

b. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal merencanakan

penelitian, melaksanakan penelitian dan mengetahui ”Pengaruh

Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis Terhadap Stress Kerja

Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan

Masaran Sragen”

c. Bagi Program Diploma IV Kesehatan Kerja

Menambah referensi kepustakaan Program Diploma IV Kesehatan

Kerja khususnya mengenai ”Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan

Batik Tulis Terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik

Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen”

d. Bagi Pengusaha

Memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam

membuat kebijakan dalam upaya peningkatan produktivitas

khususnya masalah stress kerja tenaga kerja.

e. Bagi Tenaga Kerja

Menjadikan koreksi bagi pekerja/tenaga kerja dalam bekerja yang

benar sehingga tidak menimbulkan beban tambahan akibat kerja

Page 19: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pekerjaan Monoton

1. Pengertian Monoton

Monoton merupakan lawan kata dari bervariasi, merupakan suatu

ciri lingkungan kehidupan manusia yang tidak berubah atau berulang-

ulang dalam suatu keadaan yang tetap dan merupakan hal yang sangat

mudah diperkirakan akan terjadi hal yang sama serta keadaan demikian itu

hanya membutuhkan tingkat kewaspadaan yang rendah (Setyawati 2010).

Monoton membuat manusia tidak dapat berkembang dan berkreatifitas

dikarenakan tidak ada tantangan yang dihadapi, sehingga tingkat

kewaspadaan akan potensi bahaya yang muncul pada pekerjaan menjadi

rendah.

Monoton juga didefinisikan sebagai suatu persepsi kesamaan

pekerjaan dari menit ke menit. Terdapat ciri pekerjaan yang tidak berubah

(Setyawati 2010)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian monoton

adalah selalu sama dengan yang dulu, itu-itu saja, tidak ada ragamnya (Zul

Fadjri, 1990).

Maka dapat disarikan bahwa monoton adalah suatu keadaan atau

kegiatan yang tidak bervariasi atau tidak berubah dari waktu ke waktu,

Page 20: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sehingga membuat kemampuan otak tidak dapat berkembang dan

menurunkan kreatifitas.

2. Pengertian Pekerjaan Monoton

Pekerjaan monoton adalah pekerjaan yang bersifat repetitif dan

berulang-ulang yang mengakibatkan kebosanan, dan mengakibatkan

kelelahan mental yang berakibat pada kesehatan jiwa (Prihartini 2007).

Sedangkan menurut Pusparini (2003) bahwa pekerjaan monoton adalah

suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau

waktu tertentu dan dalam jangka waktu yang lama.

Maka dapat disarikan bahwa pekerjaan monoton adalah pekerjaan

yang mengalami pengulangan gerakan yang berakibat pada kejenuhan

pada diri tenaga kerja dan berakibat pada kelelahan dan mengakibatkan

stress kerja.

3. Jenis Pekerjaan Monoton

Menurut Pusparini (2003) pekerjaan monoton dibagi menjadi dua

jenis, yaitu :

a. Pekerjaan monoton dengan gerakan berulang

Jenis pekerjaan monoton ini biasanya dilakukan gerakan yang sama

secara berulang-ualng. Bila dilakukan dalam intensitas yang sering

dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan

Page 21: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berkembangnya suatu efek tertentu pada tenaga kerja. Hal ini

dipengaruhi oleh :

1) Banyaknya gerakan yang dilakukan dalam proses berulang.

2) Besar atau seringnya penggunaan otot.

3) Lamanya pekerjaan yang dilakukan.

Apabila dalam pekerjaan tersebut, tidak banyak dilakukan gerakan,

maka perputaran waktu antara untuk melakukan gerakan yang sama

akan menjadi lebih pendek. Dengan demikian pekerja akan menjadi

lebih sering melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang.

b. Pekerjaan monoton dengan pengamatan statis

Pekerjaan monoton dengan pengamatan statis merupakan pekerjaan

monoton yang dilakukan dengan membutuhkan pengamatan, biasanya

dilakukan untuk pekerjaan yang mebutuhkan ketelitian. Pekerjaan

monoton dengan pengamatan statis misalnya dilakukan oleh operator

mesin produksi. Pengamatan monoton dengan pengamatan statis di

pengaruhi oleh :

1) Aktivitas dari operator per unit waktu.

2) Jumlah objek yang diamati oleh operator

3) Seberapa sering operator harus memeriksa dan melaporkan objek

tersebut.

Semakin sedikit aktivitas dan objek yang diamati, serta semakin sering

operator harus memeriksa dan melaporkan maka semakin tinggi

gerakan berulang yang dilakukan.

Page 22: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan pembagian tersebut pekerjaan duduk membatik

termasuk ke dalam pekerjaan monoton golongan pertama yakni pekerjaan

monoton dengan gerakan berulang dan gerakan yang dilakukan adalah

gerakan sederhana.

4. Faktor yang Mempengaruhi Pekerjaan Monoton

Menurut Pusparini (2003) pekerjaan monoton dipengaruhi oleh :

a. Lingkungan kerja

Faktor lingkungan kerja yang dapat memperburuk akibat dari pekerjaan

monoton antara lain; kebisingan, getaran, penerangan yang tidak cukup,

dan iklim yang tidak nyaman.

b. Tenaga kerja

Faktor dari tenaga kerja meliputi jenis pekerjaan, keadaan fisik pekerja

keahlian pekerja, motivasi kerja, dan tingkat pendidikan.

5. Penyebab Pekerjaan Monoton

Menurut Prihartini (2007), Beban kerja yang terlalu berlebihan

akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi

emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah.

Sedangkan beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi

hanya pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton,

dalam kerja rutin sehari-hari, karena tugas dan pekerjaan yang terlalu

sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga

Page 23: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang terlalu rendah

maupun berlebihan dapat menimbulkan stress.

Pekerjaan monoton biasanya disebabkan oleh spesialisasi kerja dan

pengulangan gerak dalam pekerjaan.

6. Akibat Pekerjaan Monoton

Menurut Oktarina (2009) bahwa tenaga kerja sebagai pelaku

sekaligus sasaran dari pembangunan harus dibina dan dikembangkan.

kualitas tenaga kerja tercermin dalam produktivitas tenaga kerja tersebut

sehingga perlu adanya upaya-upaya untuk menciptakan lingkungan kerja

yang aman nyaman dan sehat untuk menunjang produktivitas. Selain itu,

perlu diperhatikan juga sistem kerja yang aman nyaman dan sehat untuk

menunjang produktivitas. Hal lain yang diperhatikan adalah sistem kerja

yang dilakukan oleh tenaga kerja itu sendiri, apakah mereka dalam bekerja

dilakukan rotasi kerja atau tidak, karena kerja monoton akan berdampak

pada reaksi psikologis mereka dan dapat mengakibatkan stress kerja.

Menurut Sutrisno dalam Oktarina (2009) bahwa rotasi kerja adalah

perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang memiliki

tingkat level yang sama dari posisi pekerjaan sebelum mengalami pindah

kerja. Rotasi dilakukan untuk menghindari kejenuhan tenaga kerja pada

rutinitas pekerjaan yang terkadang membosankan serta memiliki fungsi

tujuan lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami pekerjaan

lain di bidang yang berbeda pada suatu perusahaan.

Page 24: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Chris Argyris dalam Suryatiningsih (2005) penulis

menaruh perhatian terhadap masalah-masalah yang timbul sebagai akibat

penyederhanaan kerja yang ekstrim terhadap individu. Peneliti

mengemukakan bahwa apabila pekerjaan sangat dispesialisasikan atau

difragmentasikan, maka karyawan akan merasakan bahwa tugas-tugas

mereka monoton, tidak menyenangkan dan tidak memuaskan. Dengan

demikian, pekerja kehilangan rasa otonominya dan tidak menghadapi

tantangan atau menjadi tidak berdaya serta bergantung. Para peneliti ini

tidak menyebutkan bahwa semua bentuk spesialisasi tidak diinginkan.

Tetapi mereka mengemukakan bahwa spesialisasi dalam beberapa bidang

telah mencapai suatu titik dimana manfaat yang diharapkan dalam

efisiensi dan produktivitas tidak diperoleh karena lebih banyak

menyebabkan kerugian bagi manusia

Menurut Manuaba dalam Prihartini (2007) pekerjaan monoton

yaitu pekerjaan yang mengalami pengulangan gerak akan menimbulkan

rasa bosan. Kebosanan dalam pekerjaan rutin sehari-hari mengakibatkan

kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial

membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau terlalu rendah

akan menimbulkan stress kerja. Pada pekerjaan yang sederhana, dimana

banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa monoton.

Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau

sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat menghasilkan berkurangnya

Page 25: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perhatian. Hal ini, secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal

untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.

Menurut Pusparini (2003) efek dari pekerjaan monoton ada dua

yakni :

a. Efek kesehatan

Pekerjaan monton dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti;

sakit tenosynovitis, sindrom terowongan karpal, osteoarthritis dan

sakit pada lengan.

b. Efek psikologis

Efek psikologis yang timbul akibat pekerjaan monoton adalah :

1) Kebosanan

Akibat kebosanan pada pekerja yang telah melakukan gerakan

berulang dalam jangka waktu yang terus menerus, akan mengalami

penurunan tingkat mentalitas.

2) Hilangnya kewaspadaan

Akibat dari kepenatan dan keletihan dari pekerjaan yang terlalu

berat, tenaga kerja yang melakukan pekerjaan monoton akan

berkurang tingkat kewaspadaannya setelah melakukan pekerjaan

tersebut dalam jangka waktu yang lama.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan akibat dari pekerjaan

monoton, spesialisasi pekerjaan dan pengulangan gerak akan

menimbulkan kurangnya perhatian pada pekerjaan, menimbulkan

Page 26: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebosanan dalam bekerja yang berakibat pada penurunan tingkat

mentalitas.

B. Stress Kerja

1. Pengertian Stress

Stress lebih dianggap sebagai respon individu terhadap tuntutan

yang dihadapinya. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat dibedakan dalam dua

bentuk, yaitu tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan fisiologis dan

tuntutan eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan sosial. Tidak ada

aspek tunggal dari stimulus lingkungan yang dapat mengakibatkan stres,

tetapi semua itu tergabung dalam suatu susunan total yang mengancam

keseimbangan (homeostatis) individu (Andreas 2010).

Stress adalah reaksi seseorang secara psikologi, fisiologi, maupun

perilaku bila seseorang mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan

yang dihadapi dengan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan tersebut

dalam jangka waktu tertentu (Tarupolo, 2002).

Menurut Anoraga (2010) stress merupakan suatu bentuk tanggapan

seseorang baik secara fisik maupun mental terhadap suatu perubahan

dilingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya

terancam

Stress dapat dimaknai dari beberapa sudut pandang keilmuan.

menurut Tarwaka (2010) :

Page 27: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Dalam bahasa teknik, stress dapat diartikan sebagai kekuatan-

kekuatan bagian-bagian tubuh

b. Dalam bahasa biologi dan kedokteran, Stress merupakan proses tubuh

untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan

terhadap tubuh.

c. Secara umum, stress dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang

dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.

Stress merupakan reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh tubuh akibat

dari tuntutan yang melebihi kemampuan tubuh yang dapat menimbulkan

penyakit baik fisik maupun jiwa.

2. Pengertian Stress Kerja

Setiap aspek pada pekerjaan dapat menjadi pembangkit stress.

Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi

merupakan situasi stress atau tidak. Tenaga kerja dalam interaksinya

dipekerjaan, dipengaruhi pula oleh hasil interaksi di tempat lain, di rumah,

di sekolah, di perkumpulan, dan sebagainya (Sunyoto, 2001).

Menurut Tarwaka, dkk (2004) Stress muncul akibat beberapa

stressor yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan

reaksi (Strain) dalam beraneka ragam tampilan. Stress juga merupakan

tekanan psikologis yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit

baik penyakit secara fisik maupun mental (Kejiwaan). Secara konsep stress

dapat didefinisikan sebagai variebel kajian :

Page 28: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Stress sebagai stimulus, stress sebagai variabel bebas menitik beratkan

lingkungan sekitarnya sebagai stressor.

b. Stress sebagai respon, stress sebagai variabel tergantung

memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor

3. Mekanisme Terjadinya Stress Kerja

Andreas (2010) mengembangkan konsep yang dikenal dengan

Sindrom Adaptasi Umum (General Adaptation Syndrome) yang

menjelaskan bila seseorang pertama kali mengalami kondisi yang

mengancamnya, maka mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)

pada tubuh diaktifkan. Kelenjar-kelenjar tubuh memproduksi sejumlah

adrenalin cortisone dan hormon-hormon lainnya serta mengkoordinasikan

perubahan-perubahan pada sistem saraf pusat. Jika tuntutan-tuntutan

berlangsung terus, mekanisme pertahanan diri berangsur-angsur akan

melemah, sehingga organ tubuh tidak dapat beroperasi secara adekuat.

Jika reaksi-reaksi tubuh kurang dapat berfungsi dengan baik, maka hal itu

merupakan awal munculnya penyakit “gangguan adaptasi”. Penyakit-

penyakit tersebut muncul dalam bentuk maag, serangan jantung, tekanan

darah tinggi, atau keluhan-keluhan psikosomatik lainnya.

Menurut AERO (2003), proses stress dalam tubuh melalui 3 fase :

a. Fase I; reaksi kewaspadaan (alarm reaction) pada fase ini seluruh

sistem dirubah menjadi keadaan siaga, perubahan fisiologis yang terjadi

menyebabkan kulit tampak pucat dan terasa dingin, berdebar-debar,

Page 29: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

darah mengalir cepat dan bersiap untuk lari atau melawan ancaman

yang ada. Fase ini tidak berlangsung lama.

b. Fase II; reaksi pertahanan (resistance reaction), pada fase ini tubuh

mengerahkan seluruh daya tahannya untuk mengadakan perlawanan

terhadap faktor-faktor yang menyebabkan stress, tubuh berusaha

melakukan adaptasi terhadap stress yang terjadi, akan tetapi daya tahan

tubuh terbatas. Dalam fase ini daya tahan sudah naik di atas daya tahan

normal, dan apabila stress terjadi terus menerus dan berat maka akan

berlanjut ke fase III.

c. Fase III; reaksi kelelahan (exhaustion reaction) pada fase ini terjadi

kelelahan/keletihan sehingga adaptasi yang baru dibangun runtuh. Daya

tahan tubuh melemah, energi untuk adaptasi habis, dan fase ini

berkaitan dengan terganggunya kesehatan individu.

Lazarus dan Launier dalam Andreas (2010) mengemukakan tahapan-

tahapan proses stress sebagai berikut :

1. Stage of Alarm

Individu mengidendentifikasi suatu stimulus yang memba-

hayakan. Hal ini akan meningkatkan kesiapsiagaan dan

orientasinyapun terarah kepada stimulus tersebut

2. Stage of Appraisals

Individu mulai melakukan penilaian terhadap stimulus yang

mengenainya. Penilaian ini dipengaruhi oleh pengalaman-

pengalaman individu yang bersangkutan.

Page 30: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tahapan penilaian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Primary Cognitive Appraisal

Primary Cognitive Appraisal adalah proses mental yang

berfungsi mengevaluasi suatu situasi atau stimulus dari sudut

implikasinya terhadap individu, yaitu apakah menguntungkan,

merugikan, atau membahayakan individu yang bersangkutan.

b. Secondary Cognitive Appraisal

Secondary Cognitive Appraisal adalah evaluasi terhadap

sumber daya yang dimiliki individu dan berbagai alternatif

cara untuk mengatasi situasi tersebut. Proses ini dipengaruhi

oleh pengalaman individu pada situasi serupa, persepsi

individu terhadap kemampuan dirinya dan lingkungannya serta

berbagai sumberdaya pribadi dan lingkungan.

3. Stage of Searching for a Coping Strategy

Konsep “coping” diartikan sebagai usaha-usaha untuk mengelola

tuntutan-tuntutan lingkungan dan tuntutan internal serta

mengelolah konflik antara berbagai tuntutan. Tingkat kekacauan

yang dibangkitkan oleh satu sumber stres (stresor) akan menurun

jika individu memiliki antisipasi tentang cara mengelola atau

menghadapi stresor, yaitu dengan menerapkan strategi „coping‟

yang tepat. Strategi yang akan digunakan ini dipengaruhi oleh

pengalaman atau informasi yang dimiliki individu serta konteks

situasi dimana stres berlangsung.

Page 31: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Stage of The Stress Response

Pada tahap ini individu mengalami kekacauan emosional yang

akut, seperti sedih, cemas, marah, dan panik. Mekanisme

pertahanan diri yang digunakan menjadi tidak adekuat, fungsi-

fungsi kognisi menjadi kurang terorganisasikan dengan baik, dan

pola-pola neuroendokrin serta sistem syaraf otonom bekerja terlalu

aktif.

Berdasarkan uraian di atas mekanisme terjadinya stress kerja

akibat pekerjaan duduk monoton adalah berawal dari kurangnya variasi

gerakan dalam duduk monoton. Kurangnya variasi mengkibatkan

gangguan fisik dan mental, gangguan fisik berupa kelelahan otot pada

bagian tertentu akibat dari asam laktat yang trakumulasi pada bagian

tertentu. Sedangkan kelelahan mental atau gejala psikologi ditandai

dengan munculnya perasaan kebosanan yang berasal dari kejenuhan

dalam melakukan pekerjaan yang tidak terjadi perubahan dalam waktu

yang lama. Gejala nyata dari tidak dapat dikelolanya kelelahan mental

adalah timbulnya stress kerja pada tenaga kerja.

4. Faktor Penyebab Terjadinya Stress

Menurut Tarwaka (2010) bahwa perbedaan reaksi antara individu

tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis dan sosial yang dapat

merubah dampak stressor bagi individu. Faktor-faktor tersebut antara lain:

Page 32: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Kondisi individu, seperti; umur, jenis kelamin, temperamental, generik,

intelegencia, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.

b. Ciri kepribadian; introvert atau ekstrovert, tingkat emosional,

kepasrahan, kepercayaan diri, dan lain-lain.

c. Sosial-kognitif, seperti; dukungan sosial, hubungan sosial dengan

lingkungan sekitarnya.

d. Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.

Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi stress antara lain :

a. Faktor dari individu, yang terdiri dari :

1) Usia

Peran faktor usia memberikan respon terhadap situasi yang

potensial menimbulkan stress kerja. Tenaga kerja yang usianya

sudah lanjut (> 60 tahun) kemampuan dalam beradaptasinya

menurun karena adanya penurunan fungsi organ di dalam

tubuhnya. Penelitian pada kelompok usia lebih dari 40 tahun dan

di bawah 40 tahun, dengan indikator adrenalin dan tekanan darah,

mendapatkan hasil bahwa kelompok usia > 40 tahun lebih rentan

dalam menghadapi stress kerja (Adila, 2009).

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh terhadap stress yang ditimbulkan

akibat pekerjaan. Akibat pembangunan nasional banyak wanita

yang menjadi tenaga kerja karena mereka menghadapi tuntutan

untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga(Anoraga. 2009).

Page 33: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Status gizi

Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang

baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi

merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja

dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya

(Budiono, dkk, 2003). Pada keadaan gizi buruk, dengan beban

kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan

ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga

mempercepat timbulnya kelelahan. Status gizi seseorang dapat

diketahui melalui nilai IMT (Indeks Massa Tubuh).

4) Kondisi Kesehatan

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi stress, antara

lain; penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah

tinggi dan tekanan darah rendah.

5) Keadaan Psikologis

Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia juga

mempunyai perasaan-perasaan, pemikiran-pemikiran, harapan-

harapan dan kehidupan sosialnya. Hal tersebut berpengaruh pula

pada keadaan dalam pekerjaan. Faktor ini dapat berupa sifat,

motivasi, hadiah-hadiah, jaminan keselamatan dan kesehatannya,

upah dan lain-lain (Suma‟mur P.K., 1996). Faktor psikologi

memainkan peran besar, karena penyakit dan kelelahan itu dapat

Page 34: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

timbul dari konflik mental yang terjadi dilingkungan pekerjaan,

akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja (Budiono,

dkk, 2003).

6) Konflik Peran

Supaya menghasilkan performan yang baik, karyawan perlu

mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk

dikerjakan serta scope dan tanggungjawab dari pekerjaan mereka.

Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang

diharapkan dari pekerjaannya akan timbul konflik peran.

7) Peran Ganda

Pada pekerja wanita akan timbul peran ganda dalam melakukan

pekerjaannya sehingga akan menimbulkan dilema pada tenaga

kerja. Yaitu sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga

(Anoraga, 2009)

b. Faktor Dari Luar

1) Beban kerja

Beban kerja merupakan pembangkit stress yang lebih lanjut,

beban kerja yang terlalu banyak, atau terlalu sedikit, dan monoton

menyebabkan kebosanan, atau ketidakpuasan. Seorang tenaga

kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan dengan

beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban

fisik, atau mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang

umum, mereka hanya mampu memikul beban pada suatu berat

Page 35: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tertentu. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan,

pengalaman, ketrampilan, motivasi dan lain sebagainya. Semakin

meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan

meningkat secara proporsional sampai didapat kondisi

maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat

dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan

oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik.

Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan

meningkatnya kandungan asam laktat (Nurmianto, 2003).

2) Faktor hubungan kerja

Hubungan tidak baik antara karyawan ditempat kerja adalah

faktor yang potensial sebagai penyebab terjadinya stress di tempat

kerja. Kecurigaan antar pekerja, kurangnya komunikasi,

ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-

tanda adanya stress akibat kerja (Tarwaka dkk, 2004)

3) Intrinsik pekerjaan

Menurut Tarwaka (2010) bahwa intrinsik pekerjaan

meliputi lingkungan fisik pekerjaan yaitu:

a) Kebisingan

b) Vibrasi

c) Higiene

d) Iklim kerja

Page 36: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e) Kerja gilir. Penelitian menunjukkan bahwa kerja gilir dapat

menimbulkan stress. Hal ini disebabkan karena gangguan

pada ritme sirkardian tidur atau daur keadaan bangun, pada

suhu dan pengeluaran adrenalin

f) Penghadapan terhadap risiko atau bahaya. Pada saat para

pekerja melihat risiko atau bahaya berkaitan dengan

pekerjaan sebagai pembangkit stress, maka makin besar

kesadaran akan bahaya makin besar pula rasa kecemasan.

4) Organisasi kerja

a. Waktu kerja dan waktu istirahat

Menurut Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjan, Pasal 77 waktu kerja adalah 7 jam dalam satu

hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu

minggu atau 8 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5

hari kerja dalam satu minggu

b. Rotasi kerja

Menurut Sutrisno (2009) bahwa rotasi kerja adalah

perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang

memiliki tingkat level yang sama dari posisi pekerjaan

sebelum mengalami pindah kerja. Rotasi dilakukan untuk

menghindari kejenuhan tenaga kerja pada rutinitas pekerjaan

yang terkadang membosankan serta memiliki fungsi tujuan

Page 37: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami

pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu perusahaan.

Menurut Gibson dkk (1996), penyebab stress kerja ada 4 yaitu :

1) Lingkungan fisik

Penyebab stress kerja dari lingkungan fisik berupa; cahaya, suara,

iklim kerja, dan udara terpolusi.

2) Individual

Tekanan individual sebagai penyebab stress kerja terdiri dari:

konflik peran, peran ganda, beban kerja berlebih, tidak adanya

kontrol, tanggung jawab dan kondisi kerja.

3) Kelompok kerja

Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan di

antara kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang

kuat bagi beberapa individu. Ketidakpercayaan dari mitra pekerja

secara positif berkaitan dengan peran ganda yang tinggi, yang

membawa pada kesenjangan komunikasi diantara orang-orang dan

kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain adanya

hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan bawahan.

4) Organisasi

Adanya desain struktur organisasi yang jelek, politik yang jelek

dan tidak adanya kebijakan khusus

Stress kerja secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor yakni

faktor internal dari dalam individu itu sendiri dan faktor eksternal. Faktor

Page 38: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

internal dari dalam individu meliputi usia, jenis kelamin, status gizi,

kondisi kesehatan, keadaan psikologis, konflik peran, peran ganda.

sedangkan faktor dari luar pekerjaan antara lain beban kerja, lingkungan

kerja, hubungan kerja, dan organisasi kerja.

5. Gejala Stress Kerja

Sebagai hasil dari adanya stress kerja karyawan mengalami

beberapa gejala stress yang dapat mengancam dan mengganggu

pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah, agresif, tidak dapat

santai, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan

tidak mampu terlibat dan susah tidur (Novitasari, 2009).

Sedangkan gejala stress ditempat kerja, meliputi:

a. Kepuasan kerja rendah

b. Kinerja yang menurun

c. Semangat dan energi menjadi hilang

d. Komunikasi tidak lancar

e. Kurang tepat dalam pengambilan keputusan

f. Kreatifitas dan inovasi kurang

g. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif

Pengaruh stress di tempat kerja menurut Tarwaka (2010) bahwa

reaksi stress dikelompokkan menjadi dua pengaruh yaitu :

Page 39: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Pengaruh terhadap individu seseorang

1) Reaksi emosi, tanda-tandanya adalah mudah marah, emosi, tidak

terkontrol, mudah curiga dan lain-lain.

2) Reaksi perubahan kebiasaan, mudah merokok, minum minuman

keras, penggunaan obat terlarang.

3) Perubahan fisioligis, mudah sakit kepala, insomnia, hipertensi,

serangan jantung dan lain-lain.

b. Pengaruh terhadap organisasi

Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang

kurang baik. Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk

kerja, turnover, hubungan kerja jadi tegang dan rendahnya kualitas

kerja. Dari keadaan tersebut dapat mengganggu performansi kerja dan

meningkatkan terjadinya risiko terjadinya kecelakaan kerja, secara

khusus dapat menurunkan produktivitas kerja, menyebabkan biaya

kompetensi pekerja meningkat. Stress akibat kerja yang menyebabkan

menurunnya produktivitas kerja, antara lain disebabkan oleh karena ;

1) Performansi pekerjaan yang rendah.

2) Meningkatkan angka absensi.

3) Menurunnya moral kerja.

4) Meningkatnya turnover pekerja yang dapat menyebabkan

kehilangan banyak waktu kerja.

Page 40: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Dampak Stress Kerja

Menurut Tarwaka dkk, (2004) bahwa pengaruh stress ada dua yaitu:

a. Pengaruhnya terhadap individu seseorang

1) Reaksi emosi, tanda-tandanya adalah mudah marah, emosi tidak

terkontrol, mudah curiga.

2) Reaksi perubahan kebiasaan, mudah merokok, minum-minuman

keras, penggunaan obat terlarang.

b. Pengaruhnya terhadap organisasi

Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang kurang baik.

Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk kerja,

turnover, hubungan kerja jadi tegang dan rendahnya kualitas kerja.

Reaksi tubuh terhadap stressor pada seseorang sangat bervariasi dan

berbeda dari masing-masing orang yang menerimanya. Perbedaan reaksi

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor psikologis dan faktor sosial-

budaya seseorang. Reaksi stress akibat kerja yaitu :

a. Reaksi psikologis

Stress kerja biasanya merupakan perasaan subjektif seseorang

sebagai bentuk kelelahan, kegelisahan dan depresi. Reaksi

psikologis akibat stress kerja dapat dievaluasi dalam bentuk beban

mental, kelelahan dan perilaku.

Page 41: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Respon sosial

Setelah beberapa lama mengalami kegelisahan, depresi, konflik

dan stress akibat kerja di tempat kerja, maka pengaruhnya akan

dibawa ke dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.

c. Respon stress akibat kerja pada gangguan kesehatan atau reaksi

fisiologis.

Bila tubuh mengalami stress akibat kerja, maka akan terjadi

perubahan fisiologis sebagai jawaban atas terjadinya stress kerja.

Sistem di dalam tubuh yang mengadakan respon adalah

diperantarai oleh saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis dan

pengeluaran petekolamin yang akan mempengaruhi fungsi-fungsi

organ di dalam tubuh seperti sistem kardiovaskuler, sistem

gastrointestinal dan gangguan penyakit lainnya.

d. Respon individu

Pengaruhnya akan sangat tergantung dari sifat dan kepribadian

seseorang.

7. Pencegahan Stress Kerja

Menurut Tarwaka, dkk (2004) cara-cara mencegah stress

akibat kerja secara lebih spesifik yaitu :

a. Redesain tugas-tugas pekerjaan

b. Redesain lingkungan kerja

c. Menerapkan waktu kerja yang fleksibel

Page 42: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Menerapkaan manajemen partisipatoris

e. Melibatkan karyawan dalam pengembangan karier

f. Menganalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan

g. Mendukung aktivitas sosial

h. Membangun kerja tim yang kompak

Cara lain untuk pencegahan timbulnya stress di tempat kerja

(Rahayu, 2002), yaitu:

a. Faktor promosi kesehatan di tempat kerja

b. Penyesuaian pekerjaan dengan kemampuan dan kebutuhan

c. Menanggulangi stress dalam organisasi

d. Kontrol reaksi stress psikologis

e. Peranan profesi kesehatan kerja ditempat kerja

C. Pengaruh Rotasi Kerja terhadap Stress Kerja

Pekerjaan duduk monoton pada proses membatik adalah pekerjaan

duduk monoton tanpa ada variasi gerakan dalam melakukan pekerjaannya

dan terjadi dalam waktu yang lama dan pekerjaan tersebut mengalami

pengulangan gerak yang terpusat pada tangan sehingga sangat berpotensi

menimbulkan kelelahan otot dan kelelahan mental (kebosanan) yang

berakibat pada stress kerja.

Kelelahan otot yang terjadi pada otot-otot tertentu misalnya pada otot

daerah pinggang dan daerah bahu disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen

Page 43: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pada daerah otot-otot tersebut sehingga asam laktat akan terakumulasi dan

mengakibatkan kelelahan otot.

Selain mengkibatkan kelelahan otot pekerjaan duduk monoton juga

mengakibatkan kelelahan mental yang berakibat pada timbulnya gangguan

psikologis berupa stress kerja. Pekerjaan duduk monoton tanpa adanya

variasi gerakan yang terjadi dalam jangka waktu lama, akan menimbulkan

gangguan mental berupa kebosanan atau kelelahan mental. kebosanan akan

berakibat pada motivasi kerja dan menurunnya produktivitas. Jika hal itu

tidak dapat segera dikendalikan maka akan menimbulkan gangguan

psikologis berupa stress kerja.

Untuk mengurangi stress yang diakibatkan oleh pekerjaan duduk

monoton dapat dilakukan dengan rotasi kerja, yakni rotasi dilakukan untuk

mengurangi kejenuhan tenaga kerja pada rutinitas pekerjaan yang terkadang

membosankan serta memiliki fungsi tujuan lain supaya seseorang dapat

menguasai dan mendalami pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu

perusahaan. Stress kerja sendiri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

eksternal dan faktor internal.

Page 44: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Kerangka Pemikiran

Bagan 1. Kerangka pemikiran

Menurunkan motivasi kerja

Stress Kerja

Faktor Eksternal :

a. Beban Kerja

b. Hubungan Kerja

c. Lingkungan Kerja

1. Kebisingan

2. Debu

3. Getaran

4. Iklim Kerja

5. Penerangan

d. Organisasi Kerja

1. Jam Kerja

2. Jam Istirahat

3. Rotasi Kerja

Faktor internal :

a. Usia

b. Jenis Kelamin

c. Status Gizi

d. Kondisi

Kesehatan

e. Keadaan

Psikologis

f. Konflik peran

g. Peran ganda

Tidak ada variasi gerakan,

dalam jangka waktu lama

Timbul gangguan psikologis berupa

kebosanan/ kelelahan

mental

Pekerjaan duduk monoton

Kelelahan Mental

Page 45: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Rotasi Kerja

pada Pekerjaan Batik Tulis terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri

Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen”

Page 46: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik

dengan pendekatan crossectional, dimana data yang menyangkut variabel

bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan

(Arief, 2004). Jadi dalam penelitian ini semua subjek penelitian diamati pada

waktu yang sama.

B. Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Industri Batik Brotoseno Desa Kliwonan

Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen mulai Bulan November 2010 – Juni

2011

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan kelompok subjek, dapat berupa

manusia, hewan percobaan, data laboratorium dan lain-lain yang ciri-cirinya

akan diteliti (Arief, 2004)

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu seluruh tenaga

kerja wanita industri rumah tangga batik tulis Brotoseno, desa Kliwonan

Masaran Sragen. Jumlah tenaga kerja wanita keseluruhannya adalah 203

terdiri 76 tenaga kerja tetap dan 127 tenaga kerja borongan.

Page 47: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Teknik Sampling.

Sampel adalah hasil pemilihan subjek dari populasi untuk

memperoleh karakteristik populasi (Arief, 2004)

Pengambilan sampel melalui teknik random sampling dengan restriksi.

Menurut Murti (2006), restriksi yaitu metode untuk membatasi subjek

penelitian menurut kriteria tertentu pada populasi target (populasi sasaran),

maka diperoleh populasi sumber (populasi yang merupakan himpunan subjek

dari populasi sasaran yang digunakan sebagai sumber pencuplikan subjek

penelitian). Selanjutnya dilakukan random sampling sehingga diperoleh

sampel penelitian.

E. Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah tenaga kerja wanita

tetap bagian batik tulis, dari restriksi kemudian dilakukan pembatasan

populasi target dengan kriteria sebagai berikut :

1. Usia : 20-40 tahun

Usia memberikan respon terhadap situasi yang potensial

menimbulkan stress kerja. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kelompok

usia lebih dari 40 tahun dan dibawah 40 tahun dengan indicator adrenalin

dan tekanan darah, dinyatakan bahwa kelompok usia lebih dari 40 tahun

lebih rentan dalam menghadapi stress kerja. Sehingga sampel penelitian ini

Page 48: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dibatasi berusai 20-40 tahun supaya stress kerja yang terjadi bukan karena

faktor usia.

2. Tidak sedang sakit.

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi Stress, penyakit

tersebut antara lain; penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan

darah tinggi > 130/90 dan tekanan darah rendah 110/70 – 120/80 dalam

kondisi tidak hamil.

3. Masa kerja lebih dari 5 tahun.

Mempunyai keterampilan dan kemampuan kerja yang sama

terhadap pekerjaan yang dilakukan. Karena pekerjaan yang dilakukan

adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan keahlian

seseorang.

4. Waktu kerja 8 jam sehari

Tenaga kerja berada di satu tempat kerja dengan waktu kerja yang sama.

Setelah dilakukan pembatasan pada populasi target dengan restriksi,

maka diperoleh populasi sumber sejumlah 42 orang. Dari jumlah tersebut

kemudian dilakukan random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak

30 tenaga kerja wanita.

Page 49: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

F. Rancangan Penelitian

Bagan 2 Skema Desain Penelitian

Random sampling

Populasi umum

n=203

pekerjaan

m

o

n

o

t

o

n

Kelompok I

n=15

Kelompok II

n=15

Stress Kerja Stress Kerja

Kriteria :

Usia 20-40 tahun,

Tidak sedang sakit,

Masa kerja lebih dari 5

tahun. Lama kerja 8

jam sehari

Sesuai kriteria n=42

Kelompok I

Stress Kerja

Kelompok II

Stress Kerja

Tidak di

r

o

t

a

s

i

Perlakuan rotasi

kerja

,

adap

tasi

1

ming

gu

PRE Mann-Whitney

POST Mann-Whitney

Sampel n=30

Populasi target n=76

Page 50: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keterangan :

= Menggunakan uji Mann-Whitney

= Perlakuan pada sampel

G. Rancangan Perlakuan Rotasi Kerja

H. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen variable),

variabel terikat (dependen variabel) dan variabel pengganggu.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel independen yang diukur adalah pekerjaan

duduk monoton dan rotasi kerja.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah stress

kerja.

3. Variabel Penganggu

a) Variabel pengganggu terkendali dalam penelitian ini meliputi usia,

masa kerja, jenis kelamin, kondisi kesehatan, waktu kerja dan beban

kerja.

Nyanthing

(Memberi lilin)

(2 jam)

Nolet

(Memberi warna) (2 jam)

Istirahat

1 jam

Nyanthing

(Memberi lilin)

(1,5 jam)

Nolet

(Memberi warna) (1,5 jam)

Page 51: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b) Variabel pengganggu tidak terkendali dalam penelitian ini meliputi,

status gizi, keadaan psikologis, konflik peran, peran ganda, hubungan

kerja dan lingkungan kerja.

Bagan 3 Kerangka Variabel

I. Definisi Operasional Variabel

1. Rotasi Kerja

Rotasi kerja adalah perpindahan tenaga kerja dari pekerjaan

sebelumnya yaitu nyanting (statis) ke posisi pekerjaan yang mempunyai

tingkat level yang sama/beban kerja yang sama yaitu pekerjaan nolet

(dinamis).

Alat ukur : Checklist

Kategori : Rotasi dan tidak rotasi

Skala Pengukuran : Nominal

Variabel bebas :

Rotasi Kerja

Variabel Terikat:

Stress Kerja

Variabel penganggu :

a. Terkendali

1) Usia

2) Masa kerja

3) Jenis kelamin

4) waktu kerja

5) Kondisi kesehatan

6) Beban Kerja

b. Tidak Terkendali

1) Status gizi

2) Keadaan Psikologis

3) Konflik peran

4) Peran ganda

5) Hubungan kerja

6) Lingkungan kerja

Page 52: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Stress Kerja

Stress kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi

emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang dimana dia terpaksa

memberikan tanggapan melebihi kemampuan menyesuaikan diri terhadap

suatu tuntutan yang diakibatkan karena pekerjaan.

Alat ukur : Kuesioner penilaian stress kerja dengan scoring

Cara mengukur : Membagikan kuesioner pada dua kelompok tenaga

kerja yang mendapat perlakuan yang berbeda,

pemberian kuesioner dilakukan sebelum memberi

perlakuan dan sesudah memberi perlakuan.

sebelum membagikan kuesioner terhadap tenaga

kerja peneliti menjelaskan terlebih dahulu cara

pengisian dan lembar persetujuan sebagai

responden. Kemudian menjumlah skor setiap

tenaga kerja dari kuesioner yang telah diisi oleh

tenaga kerja dan mengelompokkan total skor

kedalam kriteria stress kerja

Hasil : 140 – 175 : Stress tingkat rendah

105 – 139 : Stress tingkat sedang

70 – 104 : Stress tingkat tinggi

35 – 69 : Stress tingkat sangat tinggi

Skala Data : Interval

Page 53: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan

perempuan secara biologis, dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat

yang diterima dari orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan.

Dalam penelitian ini jenis kelamin dikendalikan yaitu jenis kelamin

wanita.

Alat ukur : Lembar isian data

Hasil pengukuran : Laki-laki dan Wanita

Skala pengukuran : Nominal

4. Usia

Usia adalah jumlah hari, bulan, tahun, yang telah dilalui sejak lahir

sampai dengan waktu tenaga kerja dilakukan wawancara yang tertera pada

kartu tanda penduduk. Dalam penlitian ini usia dikendalikan yaitu 20-40

tahun.

Alat ukur : Lembar isian data

Hasil pengukuran : tahun

Skala pengukuran : rasio

5. Masa Kerja

Masa kerja adalah waktu yang dihitung mulai dari tenaga kerja

bekerja pada pekerjaan batik tulis dan tempat batikan. Dalam penelitian ini

masa kerja dikendalikan yaitu > 5 tahun.

Alat ukur : Lembar isian data

Hasil pengukuran : tahun

Page 54: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Skala pengukuran : rasio

6. Penerangan

Penerangan adalah sumber cahaya yang mengenai permukaan

suatu benda yang menyebabkan terang kemudian berkontraksi dengan alat

penglihatan sehingga dapat melihat. Sumber penerangan dapat berupa

penerangan alami atau penerangan buatan.

Alat Ukur : Lux Meter ANA 999

Satuan : Lux

Skala pengukuran : Rasio

7. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan

yang sifat getarannya selalu berubah-ubah dan dapat menganggu tenaga

kerja.

Alat Ukur : Sound Level Meter merk RION

Satuan : dB

Skala pengukuran : Interval

8. Iklim Kerja

Iklim kerja adalah kombinasi antara suhu udara, kelembapan

udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi.

Alat Ukur : Area Heat Stress Monitor

Satuan : 0C

Skala pengukuran : Interval

9. Status Gizi

Page 55: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Status gizi adalah keadaan gizi tenaga kerja yang diukur dengan

menggunakan Indeks Masa Tubuh tiap pekerja.

Alat ukur : Meteran Tinggi Badan dan Timbangan Berat Badan.

Hasil pengukuran : Kurus, Normal, Berat Berlebih, Obesitas.

Skala pengukuran : Ordinal

J. Alat dan Bahan Penelitian

Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian yang

dilaksanakan di industri Batik Tulis Brotoseno antara lain sebagai berikut :

1. Bahan

a. Kuesioner untuk tenaga kerja agar mengetahui karakteristik

responden mengenai : usia, masa kerja, jenis kelamin.

b. Kuesioner Stress Kerja, untuk mengukur stress kerja pada tenaga

kerja

c. Form pengukuran penerangan dengan Lux Meter

d. Form pengukuran suhu ruangan dengan Area Heat Stress Monitor

e. Form pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter

2. Alat

a. Lux Meter, untuk mengukur intensitas penerangan umum pada

lokasi industri batik tulis Brotoseno

b. Area Heat Stress Monitor, untuk mengukur iklim kerja tempat

kerja pada industri batik tulis Brotoseno

Page 56: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Sound Level Meter, untuk mengukur intensitas kebisingan tempat

kerja pada industri batik tulis Brotoseno.

d. Alat tulis, berupa bolpoint/pena, untuk menulis data hasil

penelitian yang telah di peroleh

e. Alat dokumentasi, berupa kamera untuk mendokumentasikan hasil

penelitian yang telah dilakukan di industri batik tulis

K. Cara Kerja Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian di Industri Batik Tulis ini

adalah :

1. Wawancara menggunakan kuesioner atau checklist, dilakukan secara

langsung oleh peneliti kepada responden, lembar diisi oleh peneliti.

2. Pengukuran keadaan fisik lingkungan kerja dengan menggunakan alat

ukur seperti lux meter, heat stess area monitor dan sound level meter oleh

peneliti langsung.

3. Pengukuran stress kerja dengan menggunakan kuesioner stress kerja

dengan scoring dari HSE 2000 (Lampiran 1)

4. Mengolah dan menganalisa data penelitian

5. Menyusun laporan

6.

L. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data diolah melalui tahapan-tahapan sebagai

berikut :

Page 57: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Editing

Pada tahapan ini data yang telah terkumpul dikoreksi kembali untuk

mengetahui kesalahan yang ada.

2. Coding

Merupakan tahapan untuk menghasilkan data menurut variabel penelitian

yang ada. Coding digunakan untuk mempermudah dalam proses tabulasi

dan analisa data selanjutnya.

3. Entry

Memasukkan data penelitian kedalam program komputer untuk dilakukan

pengolahan data.

4. Tabulating

Data yang sudah melalui tahapan coding selanjutnya dikelompokkan

sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan kedalam tabel

yang sudah disiapkan dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel

statistik deskriptif.

5. Analisa Data

Analisis data yang digunakan adalah uji statistik non parametrik.

Uji statistik non parametrik adalah uji untuk mengetahui apakah ada

perbedaan nilai rata-rata antar dua kelompok. Uji Mann-Whitney

digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari suatu parameter

dari dua sampel yang independent (Riwidikdo, 2008).

Intepretasi hasil uji Mann-Whitney dengan program SPSS (Statistic

Product and Service Solution) Versi 16.0 adalah :

Page 58: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Jika P value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan

2) Jika P value > 0,01 - ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan

3) Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan

(Hartono, 2010)

Page 59: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL

A. Gambaran Umum Tempat kerja

1. Profil Industri Batik Tulis Brotoseno

Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno merupakan industri

perorangan yang dikelola sendiri dan dengan modal sendiri. Industri

rumah tangga batik tulis Brotoseno bergerak dalam bidang sektor informal

yang menghasilkan barang kerajinan berupa kain batik dengan berbagai

motif, pakaian jadi dengan berbagai model untuk pria maupun wanita dan

anak-anak. Selain itu industri rumah tangga batik tulis Brotoseno juga

memproduksi kaos bermotif batik dan aksesoris yang bermotif batik.

Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno berawal dari usaha

rumahan yang dijalankan oleh bapak Soeparjan pada tahun 1975 dengan

usaha keras dan tidak kenal menyerah walaupun dilanda krisis ekonomi

batik Brotoseno bisa tetap survive dan tidakterhempas badai krisis

ekonomi. Tongkat estafet kepemimpinan pada tahun 1997 oleh bapak

Soeparjan diserahkan kepada putranya yaitu bapak H. Eko Suprihono, SE

yang selanjutnya dibawah pemimpin baru ini industri rumah tangga batik

tulis Brotoseno lebih agresif dapat dilihat dari banyaknya pameran-

pameran yang diikuti, baik pameran skala daerah, nasional maupun

pameran dengan skala internasional. Pameran rutin yang dilakukan antara

lain Gelar Batik Nusantara, INACRAFT, ICRA, dan Adiwastra Nusantara.

Page 60: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil produksi dari industri rumah tangga batik tulis Brotoseno

setiap bulan untuk batik tulis sebanyak 1500 potong, untuk batik

kombinasi dihasilkan 5000 potong perbulan, sedangkan untuk batik

handprinting dihasilkan 13.000 meter perbulan.

Penjualan dilakukan pada tiga tempat yakni pada dua showroom

yang terletak di Sragen tepatnya Jl. Raya Solo - Sragen Km. 18 Jawa

Tengah no telp (57282), (0271)661225, di Jakarta tepatnya Ruko Medical

A.1 Jl. Pondok Kelapa Raya Jakarta Timur No telp. (13450)

(021)86904304 dan di rumah yang sekaligus digunakan sebagai pabrik

tepatnya terletak di desa Kuyang Kliwonan Masaran Sragen.

Selain pemasaran yang dilakukan melalui dua showroom dan di

rumah, pemasaran juga dilakukan melalui internet tujuannya adalah pasar

luar negeri. Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno juga melayani

pemesanan dalam jumlah banyak. Selain itu juga melayani pembelian

dalam bentuk grosir maupun eceran. Industri rumah tangga batik tulis

Botoseno juga melayani kerjasama dengan industri batik lainnya, serta

membuka program belajar membatik yang bertujuan untuk melestarikan

budaya batik di Indonesia.

Seperti yang telah dibahas di atas industri rumah tangga batik tulis

Brotoseno juga melayani pemesanan dalam jumlah besar yang

berpengaruh terhadap omset dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan.

Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno memiliki tiga macam tenaga

Page 61: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kerja, yaitu tenaga kerja tetap, tenaga kerja borongan dan mitra dari

industri lain.

Waktu kerja tenaga kerja di industri rumah tangga batik tulis

Brotoseno untuk tenaga kerja tetap adalah mulai pukul 08.00-16.00 WIB

dengan istirahat satu jam kerja yakni pada pukul 12.00-13.00 WIB. Dalam

satu minggu terhitung 6 hari kerja yaitu dari hari Senin sampai dengan hari

Sabtu. Sedangkan, untuk tenaga kerja borongan waktu kerja tidak tentu,

karena sebagian banyak tenaga kerja membawa pulang pekerjaannya dan

dikerjakan di rumah masing-masing.

2. Tenaga Kerja

Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno memiliki 203 tenaga

kerja wanita yang terdiri dari 76 tenaga kerja tetap dan 127 tenaga kerja

borongan.

Tenaga kerja di industri rumah tangga batik tulis Brotoseno

sebagian besar berasal dari masyarakat sekitar khususnya untuk tenaga

kerja tetap, sedangkan untuk tenaga kerja borongan sebagian besar berasal

dari luar daerah.

Upah yang diterima tenaga kerja bermacam-macam. Untuk tenaga

kerja tetap upah diberikan secara harian, namun pemberian upah dilakukan

tiap satu minggu sekali. Sedangkan untuk tenaga kerja borongan

pemberian upah berdasarkan pada per potong kain yang telah dikerjakan.

Page 62: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam melaksankan pekerjaannya sebagai pembatik tulis banyak

melakukan pekerjaan dengan posisi kerja yang tidak ergonomis dan

monoton, yaitu bekerja dengan posisi duduk menggunakan dingklik yang

tingginya 20 cm. Jarak antara tenaga kerja yang saling berdekatan dengan

alasan menghemat biaya untuk penyediaan kompor dan wajan. Satu

kompor dan wajan digunakan oleh 6 tenaga kerja, sehingga membatasi

gerak tenaga kerja, selain itu pekerjaan membatik tulis juga menuntut

tenaga kerja untuk melakukan gerakan yang monoton dengan posisi kerja

duduk yang tidak ergonomis dengan waktu yang sangat lama yaitu selama

7 jam sehari dan keadaan tersebut telah berlangsung bertahun-tahun sesuai

dengan masa kerja masing-masing tenaga kerja.

Tenaga kerja bagian nolet pekerjaan dapat dilakukan dengan duduk

maupun berdiri dan bergeser ke kanan dan ke kiri. Pekerjaan nolet

dilakukan di atas meja yang berukuran panjang 2,45 m dan lebar 1,22 m.

Satu meja kerja dikerjakan oleh 4-5 tenaga kerja tergantung dari motif

batikan.

Tenaga kerja bagian penggodogan kain yang bertujuan untuk

penghilangkan malam yang menempel pada kain dan proses pewarnaan

dilakukan dalam ruangan tersendiri yang masih bersebelahan dengan

bagian nolet dan batik tulis. Tenaga kerja bagian penggodokan semuanya

berjenis kelamin laki-laki.

Tenaga kerja bagian batik cap semuanya berjenis kelamin laki-laki.

Pekerjaan pada bagian batik cap dilakukan dengan berdiri. Pekerjaan

Page 63: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilakukan dengan meratakan cairan warna diatas mika berpola yang

diletakkan diatas kain mori yang terbentang sepanjang meja. Dalam

melaksankan pekerjaan batik cap satu meja kerja dikerjakan oleh 4 sampai

6 tenaga kerja laki-laki.

3. Bahan Baku yang Digunakan

Pada proses pembuatan batik tulis di industri rumah tangga batik

tulis Brotoseno, digunakan bahan baku berupa kain mori dengan berbagai

macam kualitas. Kain mori ini dibeli masih dalam gulungan panjang

kemudian diolah dan dipotong-potong sesuai kebutuhan. Bahan lainnya

yaitu berupa malam, paraffin, dan zat warna teksil.

Bahan baku pendukung yang dibutuhkan dalam pembuatan batik

tulis dan batik cap adalah minyak tanah dan kayu bakar.

Gambar 1 Malam dan Paraffin

(Sumber : Data Primer, 2011)

Page 64: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 2 Kain Mori

(Sumber : Data Primer, 2011)

Gambar 3 Pewarna Tekstil

(Sumber : Data Primer, 2011)

4. Peralatan yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dan tersedia dalam proses pembuatan

batik tulis dan batik cat pada industri rumah tangga batik tulis Brotoseno

ini adalah sebagai berikut :

Page 65: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Batik Tulis

1) Gawangan

Gawangan ialah perkakas untuk menyangkutkan dan

membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan dibuat dari

bahan kayu, atau bambu. Gawangan berukuran panjang 100 cm

dan tingginya 76 cm. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa,

sehingga mudah dipindah-pindah, tetapi harus kuat dan ringan.

Gambar 4 Gawangan

(Sumber : Data Primer, 2011)

2) Bandul

Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi.

Fungsi pokok bandul ialah untuk menahan mori yang baru dibatik

agar tidak mudah tergeser ditiup angin, atau tarikan pembatik

secara tidak sengaja.

3) Wajan.

Wajan adalah perkakas untuk mencairkan malam (lilin untuk

membatik). Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan

Page 66: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari

perapian tanpa mempergunakan alat lain. Oleh karena itu wajan

yang dibuat dari tanah liat lebih baik dari pada yang dari logam,

karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak

lambat memanaskan malam.

Gambar 5 Wajan

(Sumber : Data Primer, 2011)

4) Kompor minyak tanah

Kompor yang digunakan berbahan dasar minyak tanah. Kompor

adalah alat perapian sebagai pemanas malam.

Page 67: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 6 Kompor

(Sumber : Data Primer, 2011)

5) Taplak.

Taplak ialah kain untuk menutup paha pembatik supaya tidak

terkena tetesan malam panas sewaktu canting ditiup, atau waktu

membatik. Taplak biasanya dibuat dari kain bekas.

Gambar 7 Taplak/Kain Bekas

(Sumber : Data Primer, 2011)

6) Saringan malam.

Saringan ialah alat untuk menyaring malam panas yang banyak

kotorannya. Jika malam disaring, maka kotoran dapat dibuang,

Kompor

Taplak

Page 68: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sehingga tidak mengganggu jalannya pada cucuk canting sewaktu

dipergunakan untuk membatik.

7) Dingklik.

Merupakan alat duduk pembatik yang terbuat dari bahan kayu.

Tinggi duduk 20 cm, lebar duduk 35 cm, panjang duduk 32 cm,

sedangkan tinggi sandaran 23 cm panjang sandaran 29 cm, dan

lebar sandaran 12 cm. Pada saat digunakan biasanya ditambah

dengan bantal kecil.

Gambar 8 Dingklik

(Sumber : Data Primer, 2011)

8) Canting.

Canting merupakan alat utama untuk membatik yang menentukan

apakah hasil pekerjaan itu dapat disebut batik, atau bukan batik.

Canting digunakan untuk menulis, membuat motif-motif batik yang

diinginkan. Alat Canting terbuat dari tembaga.

Page 69: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 9 Canting

(Sumber : Data Primer, 2011)

b. Batik Cap

1) Meja

Meja yang digunakan terbuat dari kayu dengan tinggi 100 cm dan

lebar 200 cm dan panjangnya sesuai dengan panjang kain.

Gambar 10 Meja Batik Cap

(Sumber : Data Primer, 2011)

2) Kayu perata pewarna

Kayu ini digunakan untuk meratakan zat pewarna tekstil untuk

pewarnaan pada batik cap. Panjang kayu 150 cm.

Page 70: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 11 Kayu Perata Zat Warna pada Batik Cap

(Sumber : Data Primer, 2011)

3) Motif mika

Motif mika merupakan motif yang sudah tertera pada mika yang

digunakan untuk memberi warna pada batik cap.

Gambar 12 Pola Mika untuk Batik Cap

(Sumber : Data Primer, 2011)

5. Proses Kerja Industri Batik Tulis Brotoseno

Proses Pembuatan batik tulis ada beberapa tahapan :

a. Tahap Persiapan

Page 71: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Kompor dan wajan berisi malam harus sudah siap untuk mulai

membatik. malam harus sempurna cairnya (malam tua) supaya

lancar keluarnya melalui cucuk canting dan dapat meresap dengan

sempurna dalam mori. Api dalam kompor harus dijaga tetap kecil,

karena berbahaya kalau api naik keatas wajan dan membakar

malam dalam wajan.

2) Mori yang sudah dipersiapkan harus telah berbeda di atas

Gawangan dekat kompor. Pembatik duduk diantara gawangan dan

kompor. Gawangan berdiri di sebelah kiri dan kompor di sebelah

kanan pembatik.

3) Setelah semuanya siap selanjutnya pembatik memegang canting.

Cara memegang canting berbeda dengan cara memegang pensil,

atau bolpoint untuk menulis. Perbedaan itu terletak pada ujung

cucuk canting bentuknya melengkung dan berpipa besar, sedang

pensil atau bolpoin lurus. Memegang canting menggunakan ujung-

ujung ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah seperti memegang pensil

untuk menulis, tetapi tangkai canting horizontal. Posisi canting

demikian itu untuk menjaga agar malam dalam nyamplungan tidak

tumpah.

4) Pembatik menciduk/mengambil malam mendidih dari wajan

dengan canting kemudian dibatikan di atas mori. Sebelum

dibatikan canting ditiup lebih dahulu. Cara meniup pun dengan

cara tertentu, agar malam dalam nyaplungan tidak tumpah pada

Page 72: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bibir pembatik. Canting ditiup untuk mengembalikan cairan malam

dalam cucuk kedalam nyamplungan, supaya tidak menetes sebelum

ujung canting ditempelkan pada mori. Untuk menghilangkan cairan

malam yang membasahi cucuk canting, karena cucuk canting yang

berlumuran cairan malam akan mengurangi kualitas goresan,

terutama ketika permulaan canting digoreskan pada mori. Untuk

mengontrol cucuk canting dari kemungkinan tersumbat oleh

kotoran malam. Jika tersumbat, maka cairan dalam nyamplungan

tidak bersuara, karena udara tidak dapat masuk. Maka lubang ujung

cucuk ditusuk memakai ijuk, atau serabut kelapa sampai masuk

sepanjang cucuk. Biasanya sesudah ditusuk ditiup kembali, atau

langsung dibatikkan pada mori. Keistimewaan menusuk ialah

memakai tangan kiri dengan cara tertentu dalam waktu yang

cepat. Canting yang bagus kemudian digoreskan pada mori.

Tangan kiri terletak disebalik mori sebagai landasan (penguat) mori

yang baru digores dengan canting. Jika cairan malam dalam

nyamplungan habis, atau kurang lancar disebabkan oleh

pendinginan, malam itu dikembalikan kedalam wajan, canting

dimasukkan pada cairan malam dalam wajan itu juga.

Pengembalian cairan malam yang sudah dingin tidak besar

pengaruhnya terhadap malam dalam wajan.

Page 73: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Tahap Membatik

1) Proses Memola

Tahap pertama pada kain mori yang sudah dipotong sesuai

dengan ukurannya, kemudian kain digambar pola dengan

menggunakan pensil.

Gambar 13 Membuat Pola

(Sumber : Data Primer, 2011)

2) Proses Menglowong

Pelekatan malam/lilin yang pertama ialah membatik

motif-motifnya diatas mori dengan menggunakan canting.

Gambar 14 Proses Nglowong

(Sumber : Data Primer, 2011)

Page 74: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Proses ngisen-Iseni

Proses ngisen-iseni berasal dari kata isi, ngisen-iseni

berarti memberi isi atau mengisi. Ngisen-iseni dengan

mempergunakan canting cucuk kecil disebut juga canting Isen,

canting isen bermacam-macam. Tetapi sepotong mori belum

tentu mengunakan seluruh macam canting isen, tetapi

tergantung pada motif yang akan dibuat. Membatik harus satu

persatu, dan setiap bagian harus selesai sebelum bagian yang

lain dikerjakan dengan canting lain misalnya pada proses

nyeceki (membuat motif yan terdiri dari titik-titik ), bagian

cecekan harus selesai seluruhnya.

Kegiatan mengerjakan bagian-bagian mempunyai nama

masing-masing, nama tersebut menurut nama canting yang

dipergunakan. Misalnya nyeceki mengunakan canting cecekan,

hasilnya nama cecekan. Neloni mengunakan canting telon,

hasilnya disebut telon. Mrapati ialah mempergunakan canting

prapatan, hasilnya bernama prapatan dan seterusnya. Nggalari

menggunakan canting galaran atau canting renteng, hasilnya

selalu disebut galaran.

Penggunaan canting dilakukan dengan bertahap hal itu

banyak keuntungannya. Keuntungan pertama ialah canting

dapat dipergunakan bergantian dalam satu rombongan pembatik

yang berbeda-beda tugasnya (berbeda tahap batikan yang

Page 75: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dikerjakan). Keuntungan kedua ialah mengurangi jumlah

canting yang semacam meskipun anggota pembatik cukup

banyak. Kalau dua orang bersamaan akan mengunakan canting

semacam, sedangkan canting hanya sebuah, maka salah satu

dapat menundanya dan mengerjakan bagian lain dengan canting

lain.

Selanjutnya, batikan yang lengkap dengan isen-isen

disebut reng-rengan. Oleh karena namanya reng-rengan, maka

pembatik yang membatik sejak permulaan sampai penyelesaian

(akhir) memberi isen-isen disebut ngengreng. Jadi ngengrengan

merupakan kesatuan motif dari keseluruhan yang dikehendaki.

Hal itu merupakan penyelesaian yang pertama.

Gambar 15 Proses Ngiseni

(Sumber : Data Primer, 2011)

4) Proses Nerusi.

Nerusi merupakan penyelesaian yang kedua. Batikan

yang berupa ngengrengan kemudian dibalik permukaannya, dan

Page 76: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dibatik kembali pada permukaan kedua itu. Membatik nerusi

ialah membatik mengikuti motif pembatikan pertama pada

bekas tembusinya. Nerusi sama dengan mola dan batikan

pertama berfungsi sebagai pola. Canting-canting yang

digunakan sama dengancCanting untuk ngengreng. Nerusi

bertujuan untuk mempertebal tembusan batikan pertama serta

untuk memperjelas. Batikan yang selesai pada tahap ini disebut

ngengreng. Pembatik yang membatik dari permulaan sampai

nerusi disebut ngengreng.

Gambar 16 Proses Nerusi

(Sumber : Data Primer, 2011)

5) Proses Menembok

Sebuah batikan tidak seluruhnya diberi warna, atau

akan diberi warna yang bermacam-macam pada waktu proses

penyelesaian menjadi kain. Maka bagian-bagian yang tidak akan

diberi warna, atau akan diberi warna sesudah bagian yang lain

harus ditutup dengan malam. Cara menutupnya seperti cara

Page 77: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membatik bagian lain dengan mempergunakan canting

tembokan. Canting tembokan bercucuk besar. Orang yang

mengerjakan proses nembok disebut nemboki dan hasilnya

disebut tembokan. Bagian yang ditembok biasanya disela-sela

motif pokok.

Menembok biasanya mempergunakan malam kualitas

terendah. Meskipun malam penuh kotoran, tetapi canting

bercucuk besar tidak banyak terganggu. Selain itu bagian

tembokan cukup lebar dan tebal. Pada dasarnya fungsi malam

selain untuk membentuk motif, juga untuk menutup pada tahap-

tahap pemberian warna kain, dimana warna itu sebagai

pembentuk motif batik yang sesungguhnya. Nembok hanya pada

sebelah muka mori.

Gambar 17 Proses Nemboki

(Sumber : Data Primer, 2011)

6) Proses Medel

Page 78: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pemberian warna pertama kedalam zat pewarna, tujuannya ialah

untuk memberi warna biru tua sebagai warna dasar kain.

Dimana zat tersebut lambat sekali meresap pada mori namun

sekarang menggunakan zat pewarna impor maka prosesnya jauh

lebih cepat dan pendek.

Gambar 18 Proses Medel

(Sumber : Data Primer, 2011)

7) Proses Meyoga

Pencelupan kedua, ditiap pencelupan harus diikuti dengan

penjemuran dengan udara.

Gambar 19 Proses Meyoga

(Sumber : Data Primer, 2011)

Page 79: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8) Proses Nolet

Pekerjaan nolet dilakukan untuk pemberian warna yang

lebih cerah menggunakan zat warna tekstil pada bagian-bagian

yang lebih kecil. Proses nolet dilakukan dengan

membentangkan kain mori yang sudah selesai dibliriki diatas

meja panjang.

Gambar 20 Proses Nolet

(Sumber : Data Primer, 2011)

9) Proses Nglorot (Meghilangkan Malam)

Malam yang masih tertinggal pada mori, perlu

dihilangkan semuanya. Yaitu dengan membersihkannya dalam

air mendidih

Page 80: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10) Penjemuran

Setelah selesai dilakukan pembersihan malam Kain

mori yang sudah bermotif dijemur sebentar hanya sampai

kering.

Gambar 22 Proses Penjemuran

(Sumber : Data Primer, 2011)

Penjemuran

Nglowong

Ngisen-iseni

Nerusi

Nolet

Nembok

Nglorot Menghila

ngkan

lilin

Tahap Persiapan

Mola

Meyoga Medel

Gambar 21 Proses Nglorot

(Sumber : Data Primer, 2011)

Bagan 1 Alur Proses Kerja

(Sumber : Data Primer, 2011)

Page 81: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Data Tenaga Kerja Pada Bagian Batik Tulis

1. Usia

Data usia tenaga kerja diperoleh dari formulir pambatasan populasi

yang berikan kepada tenaga kerja. Pengambilan data usia tenaga kerja

dilakukan pada awal penelitian berdasarkan pembatasan populasi dengan

restriksi (usia 20-40 tahun).

Tabel 1 Data Karakteristik Usia Sampel Batik Tulis Brotoseno

Sampel Usia (tahun)

Kelompok I Kelompok II

1 30 28

2 28 36

3 40 34

4 30 37

5 33 40

6 36 40

7 40 40

8 40 37

9 37 35

10 35 40

11 40 25

12 40 40

13 40 32

14 40 38

15 40 20

Rata-Rata 36.60 34.93

SD 4.38 5.99

(Sumber : Data Primer, 2011)

Tabel 2 Hasil Uji Mann-whitney Usia antara Kelompok I dengan

Kelompok II

(Sumber : Data Primer, 2011)

2. Masa Kerja

Data masa kerja tenaga kerja diperoleh dari formulir pambatasan

populasi yang diberikan kepada tenaga kerja. Pengambilan data masa kerja

No Kelompok Rata-rata SD Signifikansi

1. Kelompok I 36.60 4.38 0,385

2. Kelompok II 34.93 5.99

Page 82: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tenaga kerja dilakukan pada awal penelitian, data masa kerja yang

dijadikan sampel adalah > 5 tahun.

Tabel 3 Data Karakteristik Masa Kerja Sampel

Sampel Masa Kerja (tahun)

Kelompok I Kelompok II

1 6 7

2 5 20

3 10 5

4 15 5

5 10 12

6 18 15

7 15 11

8 5 10

9 10 20

10 15 20

11 6 5

12 15 15

13 12 10

14 17 20

15 10 5

Rata-rata 11.27 12.33

SD 4.43 5.71

(Sumber : Data Primer, 2011)

Tabel 4 Hasil Uji Mann-Whitney Masa Kerja antara Kelompok I dengan

Kelompok II

No Kelompok Rata-rata SD Signifikansi

1. Kelompok I 11.27 4.43 0,401

2. Kelompok II 12.33 5.71

(Sumber : Data Primer, 2011)

3. Status Gizi

Data status gizi tenaga kerja diperoleh dari pengukuran tinggi dan

berat badan dari sampel penelitian. Pengukuran tinggi dan berat badan

dilakukan pada setiap tenaga kerja yang dijadikan sampel. Pengukuran

dilakukan pada awal penelitian.

Page 83: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 5 Karakteristik Berat Badan, Tinggi Badan dan IMT Sampel

Kelompok I

Sampel Berat Badan

(Kg)

Tinggi

Badan (m)

IMT Kategori

1 48 1,51 21.05 Normal

2 42 1,45 20.00 Normal

3 58 1,56 23.86 Gemuk

4 50 1,45 23.80 Gemuk

5 42 1,45 20.00 Normal

6 41 1,48 19.52 Normal

7 40 1,49 18.01 Kurus

8 57 1,61 21.92 Normal

9 42 1,45 20.00 Normal

10 50 1,45 23.80 Gemuk

11 59 1,60 23.04 Gemuk

12 49 1,49 22.07 Normal

13 60 1,49 27.02 Gemuk

14 55 1,54 23.21 Gemuk

15 49 1,50 21.77 Normal

Rata-rata 49.50 1.50 20.59

SD 7.30 0.05 5.75

(Sumber : Data Primer, 2011)

Tabel 6 Karakteristik Berat Badan, Tinggi Badan dan IMT Sampel

Kelompok II

(Sumber : Data Primer, 2011)

Sampel Berat

Badan (Kg)

Tinggi

Badan (cm)

IMT Kategori

1 45 1,55 20.00 Normal

2 60 1,55 26.31 Gemuk

3 50 1,54 21.08 Normal

4 60 1,51 26.31 Gemuk

5 50 1,45 23.20 Gemuk

6 57 1,61 24.98 Gemuk

7 49 1,50 19.82 Normal

8 41 1,48 19.17 Normal

9 48 1,60 23.05 Gemuk

10 80 1,63 30.11 Obesitas

11 45 1,55 22.82 Normal

12 54 1,40 27.03 Normal

13 44 1,52 19.04 Normal

14 49 1,50 21.77 Normal

15 48 1,60 18.75 Normal

Rata-rata 48.91 1.54 22.86

SD 16.17 0.07 3.42

Page 84: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 7 Hasil Uji Mann-Whitney Nilai IMT antara Kelompok I dengan

Kelompok II

No Kelompok Rata-rata SD Signifikansi

1. Kelompok I 20.59 5.76 0.693 2. Kelompok II 22.86 3.42

(Sumber : Data Primer, 2011)

C. Data Hasil Pengukuran Lingkungan kerja

1. Penerangan

Pengukuran intensitas penerangan dilakukan pada bagian membatik

tulis dan bagian nolet. Pengukuran intensitas penerangan dilakukan siang

hari yakni pukul 11.00 WIB. Alat yang digunakan untuk mengukur

intensitas penerangan tersebut adalah Lux Meter. Luas ruangan batik dan

nolet adalah 935 m2

Sumber penerangan berasal dari penerangan alami. Pada saat

pengukuran intensitas penerangan berlangsung cuaca dalam keadaan

cerah tidak mendung. Penerangan alami berasal dari tiga buah pintu

dengan ukuran 2 x 1 m, jarak antara pintu satu dengan pintu yang lainnya

adalah 2 m selain itu penerangan alami juga berasal dari lima buah atap

fiber putih dengan ukuran 2x1 m jarak antara fiber yang satu dengan

lainnya adalah 3 m. Sumber penerangan lainnya adalah genteng berbahan

kaca berukuran 0,5x0,25 m jarak antara genteng kaca yang satu dengan

yang lain adalah 2 m. Selain itu sumber penerangan berasal dari atap fiber

yang berukuran 0,75x2 m berjumlah 7 buah dengan jarak antara fiber

yang satu dengan fiber yang lain 1,5 m.

Page 85: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada ruangan kerja batik tulis dan nolet terdapat 9 buah lampu

berdaya masing-masing 45 watt, jenis lampu yang digunakan adalah

lampu TL, tetapi lampu tersebut tidak dinyalakan. Penyalaan lampu

dilakukan apabila cuaca diluar mendung atau sedang hujan. Sehingga

kurang memaksimalkan sumber penerangan buatan yang ada. Jenis

Pekerjaan pada batik tulis dan nolet termasuk kedalam pekerjaan menulis

yang memebutuhkan ketelitian.

Tabel 8 Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan pada Bagian Batik Tulis

dan Bagian Nolet

No. Titik

Pengukuran

Intensitas Penerangan (Lux)

Bagian batik tulis Bagian nolet

1 1 230 208

2 2 226 230

3 3 295 251

4 4 223 394

5 5 188 379

6 6 184 146

7 7 218 345

8 8 214 304

9 9 235 165

10 10 212 135

11 11 463 203

12 12 275 201

13 13 148 432

14 14 190 171

15 15 884 170

Rata-rata 279.00 248.93

SD 182.29 97.51

(Sumber : Data Primer, 2011)

Tabel 9 Hasil Uji Mann-Whitney Penerangan antara Bagian Batik Tulis

dengan Bagian Nolet

No Lokasi Rata-Rata SD Signifikansi

1 Batik tulis 279.00 182.29 0,619 2 Nolet 248.93 97.51

(Sumber : Data Primer, 2011)

Page 86: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Iklim kerja

Pengukuran iklim kerja dilakukan dibagian batik tulis dan bagian

nolet. Pengukuran dilakukan pada tiga titik bagian batik tulis dan tiga titik

pada bagian nolet. Pada tiap titik dilakukan pengukuran empat kali. Tiap

titik diukur setiap satu jam sekali. Alat yang digunakan adalah Area Heat

Stress Monitor. Sumber ventilasi pada bagian batik tulis dan nolet berasal

dari ventilasi alami yaitu jendela dan pintu.

Sedangkan untuk mengukur beban kerja fisik dilakukan

pengukuran denyut nadi setiap tenaga kerja yang dijadikan sampel.

Berdasarkan hasil pengukuran denyut nadi beban kerja pada tenaga kerja

yang menjadi sampel penelitian adalah beban kerja normal.

Pada saat pengukuran berlangsung cuaca luar agak mendung dan

hujan tiba pada pukul 13.45 – 14.15 WIB.

Tabel 10 Hasil Pengukuran Iklim Kerja pada Jam Kerja Bagian Batik

Tulis dan Bagian Nolet

No Titik

Pengukuran

ISBB (oC)

Bagian

batik tulis

Bagian

nolet

1. I 27,0 27,2

27,8 28,0

27,9 28,0

26,4 26,5

2. II 27,3 27,5

27,8 28,2

28,1 27,9

26,4 26,4

3. III 27,1 27,4

28,0 28,1

28,0 27,9

26,6 26,5

Rata-rata 27.36 27.55

SD 0.65 0.62

(Sumber : Data Primer, 2011)

Page 87: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 11 Hasil Uji Mann-Whitney Iklim Kerja antara Bagian Batik Tulis

dan Bagian Nolet

No Lokasi Rata-rata SD Signifikansi

1 Bagian batik tulis 27.36 0.65 0,543

2 Bagian nolet 27.55 0.62

(Sumber : Data Primer, 2011)

Tabel 12 Hasil Pengukuran Beban Kerja Kelompok I dan Kelompok II

No. Sampel

Kelompok II Kelompok II

Denyu nadi

(Denyut/menit)

Kriteria

beban

kerja

Denyu nadi

(Denyut/menit)

Kategori

beban

kerja

1. 1 91 Ringan 66 Ringan

2. 2 62 Ringan 78 Ringan 3. 3 77 Ringan 58 Ringan 4. 4 95 Ringan 77 Ringan 5. 5 62 Ringan 95 Ringan

6. 6 66 Ringan 79 Ringan 7. 7 89 Ringan 77 Ringan 8. 8 79 Ringan 62 Ringan

9. 9 62 Ringan 91 Ringan

10. 10 95 Ringan 58 Ringan 11. 11 72 Ringan 78 Ringan 12. 12 80 Ringan 80 Ringan

13. 13 89 Ringan 77 Ringan 14. 14 58 Ringan 80 Ringan

15. 15 77 Ringan 77 Ringan

Rata-rata 76.93 75.53

SD 12.89 10.62

(Sumber : Data Primer, 2011)

Tabel 13 Hasil Uji Mann-Whitney Denyut Nadi antara Kelompok I dengan

Kelompok II

No Kelompok Rata-rata SD Signifikansi

1 Kelompok I 76.93 12.89 0,883 2 Kelompok II 75.53 10.62

(Sumber : Data Primer, 2011)

3. Kebisingan

Sumber kebisingan pada tempat kerja bagian batik tulis dan bagian

nolet berasal dari tenaga kerja sendiri. Karena hampir seluruh tenaga kerja

bagian batik tulis dan nolet adalah wanita dan jarak yang saling berdekatan

Page 88: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sangat memungkinkan untuk saling berkomunikasi diantara tenaga kerja

sehingga mengakibatkan sumber bising dalam ruangan kerja. Lama

paparan kebisingan yang diterima tenaga kerja adalah 8 jam sehari.

Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan pada saat tenaga kerja

bekerja. Pengukuran dilakukan pada bagian batik tulis dan nolet. Masing-

masing bagian dilakukan pengukuran 10 titik.

Tabel 14 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Bagian Batik Tulis dan

Bagian Nolet

No. Titik

pengukuran

Intensitas Kebisingan (dBA)

Batik tulis Nolet

1 1 65 63

2 2 60 64

3 3 55 57

4 4 55 55

5 5 60 56

6 6 70 67

7 7 60 65

8 8 60 57

9 9 63 60

10 10 65 55

Rata-rata 61.30 58.90

SD 4.62 3.81

(Sumber : Data Primer, 2011)

Tabel 15 Hasil Uji Mann-Whitney Kebisingan antara Bagian Batik Tulis

dan Bagian Nolet

No Lokasi Rata-rata SD Signifikansi

1 Batik tulis 61.30 4.62 0,565 2 Nolet 58.90 3.81

(Sumber : Data Primer, 2011)

D. Hasil Pengujian Stress Kerja

Pengukuran tingkat stress kerja terhadap tenaga kerja dilakukan pada

waktu sebelum dilakukan perlakuan terhadap sampel dan setelah dilakukan

perlakuan terhadap sampel, perlakuan dilakukan selama satu minggu.

Page 89: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Sebelum perlakuan

Sebelum dilakukan perlakuan pada dua kelompok yang berbeda

dilakukan pengukuran tingkat stress kerja dengan menggunakan skoring.

Sebelum dilakukan perlakuan baik kelompok I maupun kelompok II

melakukan pekerjaan yang sama yakni membatik dengan duduk monoton.

Tabel 16 Hasil Skoring Tingkat Stress Kerja pada Kelompok I dan

Kelompok II Sebelum Perlakuan

No. Sampe

l

Skor Stress

Kelompok I Kategori Kelompok II Kategori

1. 1 122 Sedang 116 Sedang

2. 2 123 Sedang 121 Sedang

3. 3 117 Sedang 119 Sedang

4. 4 131 Sedang 114 Sedang

5. 5 130 Sedang 104 Tinggi

6. 6 112 Sedang 110 Sedang

7. 7 126 Sedang 135 Sedang

8. 8 139 Sedang 112 Sedang

9. 9 106 Sedang 131 Sedang

10. 10 128 Sedang 130 Sedang

11. 11 134 Sedang 124 Sedang

12. 12 115 Sedang 121 Sedang

13. 13 113 Sedang 122 Sedang

14. 14 116 Sedang 127 Sedang

15. 15 102 Tinggi 133 Sedang

Rata-rata 120.93 121.27

SD 10.55 9.04

(Sumber : Data Primer, 2011)

Tabel 17 Prosentase Stress Berdasarkan Kriteria Kelompok I dan

Kelompok II Sebelum Perlakuan

No. Kriteria Prosentase

Kelompok I Kelompok II

1. Rendah 0 0 % 0 0 %

2. Sedang 14 93,3 % 14 93,3 %

3. Tinggi 1 6,67 % 1 6,67 %

4. Sangat Tinggi 0 0 % 0 0 %

Jumlah 15 100 % 15 100%

(Sumber : Data Primer, 2011)

Page 90: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 18 Hasil Uji Mann-Whitney Stress Kerja Sebelum Perlakuan antara

Kelompok I dengan Kelompok II

No Kelompok Rata-rata SD Signifikansi

1 Kelompok I 120.93 10.55 0.967

2 Kelompok II 121.27 9.04

(Sumber : Data Primer, 2011)

2. Sesudah perlakuan

Pengambilan data sesudah perlakuan dilakukan setelah perlakuan

dilakukan selama satu minggu. Perlakuan dilakukan pada kelompok dua

yakni duduk tidak monoton dengan rotasi kerja.

Tabel 19 Hasil Skoring Tingkat Stress Kerja pada Kelompok I dan

Kelompok II Sesudah Perlakuan

No. Sampel Skor stress kerja

Kelompok I Kriteria Kelompok II Kriteria

1. 1 130 Sedang 140 Rendah

2. 2 120 Sedang 116 Sedang

3. 3 99 Tinggi 147 Rendah

4. 4 121 Sedang 144 Rendah

5. 5 117 Sedang 121 Sedang

6. 6 121 Sedang 116 Sedang

7. 7 97 Tinggi 145 Rendah

8. 8 108 Sedang 108 Sedang

9. 9 107 Sedang 140 Rendah

10. 10 94 Tinggi 134 Sedang

11. 11 110 Sedang 145 Rendah

12. 12 102 Tinggi 112 Sedang

13. 13 133 Sedang 140 Rendah

14. 14 108 Sedang 120 Sedang

15. 15 119 Sedang 140 Rendah

Rata-rata 112.40 131.20

SD 11.77 13.91

(Sumber : Data Primer, 2011

Tabel 20 Prosentase Stress Berdasarkan Kriteria Kelompok I dan

Kelompok II

No. Kriteria Prosentase

Kelompok I Kelompok II

1. Rendah 0 0 % 8 53,3 %

2. Sedang 11 73.33 % 7 46,67 %

3. Tinggi 4 26,67 % 0 0 %

Bersambung

Page 91: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Sangat

Tinggi

0 0 % 0 0 %

Jumlah 15 100 % 15 100%

(Sumber : Data Primer, 2011)

Tabel 21 Hasil Uji Mann-Whitney Stress Kerja Sesudah Perlakuan antara

Kelompok I dengan Kelompok II

No Kelompok Rata-rata SD Signifikansi

1 Kelompok I 112.40 11.77 0.03

2 Kelompok II 131.20 13.91

(Sumber : Data Primer, 2011)

Sambungan

Page 92: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Industri Rumah Tangga Batik Tulis Brotoseno

1. Industri Rumah Tangga Batik Tulis Brotoseno

Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno merupakan industri

rumah tangga yang bergerak dibidang pembuatan batik. Industri ini

terletak di desa Kuyang Kliwonan Masaran Sragen untuk pabrik dan

tempat penjualan. Sedangkan untuk showroom terdapat di Masaran dan

Jakarta.

Proses produksi berlangsung dari jam 08.00-16.00 WIB dengan

waktu istirahat 12.00-13.00 WIB. Selama hari Senin sampai dengan hari

Sabtu sedangkan pada hari Minggu libur. Kecuali untuk tenaga kerja

borongan, waktu kerja tidak menentu karena pekerjaan dilakukan di rumah

masing-masing.

Kegiatan pemasaran dilakukan oleh industri itu sendiri. Pemasaran

dilakukan melalui showroom, pameran dan internet untuk pasar luar

negeri. Upah tenaga kerja untuk tenaga kerja tetap dihitung harian tetapi

pembayaran dilakukan setiap satu minggu sekali. Sedangkan untuk tenaga

kerja borongan dihitung berdasarkan hasil yang telah dikerjakan. Namun

untuk kesejahteraan tenaga kerja belum diperhatikan, baik oleh pemilik

industri maupun tenaga kerja sendiri.

Page 93: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sistem pengupahan untuk tenaga kerja borongan dapat membuat

tenaga kerja mengalami tekanan dalam bekerja. Sistem borongan akan

membuat tenaga kerja bekerja tanpa melakukan istirahat untuk

menyelesaikan target demi mendapatkan hasil yang lebih banyak yang

akan berimbas pada upah yang didapatkan. Pengaturan organisasi kerja

yang tidak baik akan mengakibatkan kelelahan yang dialami tenaga kerja.

2. Bahan Baku yang Digunakan

Pada proses pembuatan batik di industri rumah tangga batik tulis

Brotoseno digunakan bahan baku berupa kain mori, malam, dan pewarna

tekstil. Bahan baku barupa kain mori jika tidak diolah terlebih dahulu akan

mengakibatkan debu kapas yang masuk ke dalam paru-paru. Namun pada

proses membatik kain mori harus diolah terlebih dahulu karena

berpengaruh terhadap kualitas batik yang dihasilkan.

Potensi bahaya yang muncul adalah dermatitis, yang diakibatkan

kontak langsung dengan bahan kimia berbahaya. Pengendalian yang

dilakukan dengan menggunakan sarung tangan berbahan plastik, serta

sepatu boot.

3. Peralatan yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dan tersedia di dalam proses pembuatan di

industri rumah tangga batik tulis Brotoseno adalah : canting, wajan,

kompor minyak tanah, gawangan, bandul, taplak, saringan malam, dan

Page 94: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dingklik. Dari peralatan-peralatan tersebut akan menimbulkan bahaya

berupa terciprat cairan malam, tersandung, keluhan-keluhan otot akibat

duduk menggunakan dingklik yang tidak sesuai dengan antropometri tubuh

manusia.

4. Proses Kerja Pembuatan Batik Tulis

Proses kerja pada pembuatan batik tulis dibagi dalam dua tahap yaitu

tahap persiapan dan tahap membatik. Pada tahap persiapan kegiatan yang

dilakukan adalah mempersiapkan perlatan untuk membatik, tidak hanya

peralatan tetapi peralatan bahan baku untuk membuat batik tulis seperti

kain mori yang sudah diolah terlebih dahulu, mempersiapkan api pada

kompor untuk melelehkan malam, kemudian melelehkan malam terlebih

dahulu sampai benar-benar meleleh tanpa ada gumpalan-gumpalan.

Tahap selanjutnya adalah tahap membatik. Pada tahap ini sebagian

besar pekerjaan dilakukan dengan posisi duduk diatas dingklik (kursi

kecil) yang tidak sesuai dengan antropometri tenaga kerja untuk posisi

kerja duduk. Dalam melakukan pekerjaan membatik hanya dilakukan

beberapa gerakan dan tidak bervariasi, gerakan-gerakan yang dilakukan

dalam proses membatik adalah gerakan tangan mengambil malam dari

wajan dengan menggunakan canting kemudian menulisnya pada kain mori

yang sudah berpola. Hampir seluruh gerakan membatik terpusat pada

gerakan tangan dengan duduk monoton. Selain beberapa proses yang

dilakukan dengan duduk monoton ada juga pekerjaan yang dilakukan

Page 95: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan berdiri dan terkadang duduk yaitu pekerjaan nolet. Dalam

melakukan proses nolet gerakan juga terpusat pada gerakan tangan tetapi

dilakukan dengan posisi duduk dan terkadang berdiri.

Potensi bahaya yang muncul dalam proses membatik adalah

kebosanan akibat monotoni pekerjaanyang dilakukan yaitu gerakan yang

berulang-ulang tanpa variasi. Hal itu sesuai dengan yang di kemukakan

oleh Pusparini (2003) bahwa pekerjaan yang dilakukan secara berulang-

ulang dengan intensitas yang sering dengan jangka waktu yang lama dapat

menyebabkan penurunan tingkat mentalitas.

Proses selanjutnya adalah penggodogan atau penghilangan malam

dan penjemuran. Dalam proses ini biasanya dilakukan oleh tenaga kerja

laki-laki. Proses ini berpotensi menimbulkan bahaya berupa gangguan

kulit akibat kontak langsung dengan bahan kimia. Karena dalam

melakukan pekerjaan ini biasanya tenaga kerja tidak menggunakan alat

pelindung diri berupa sepatu boot dan sarung tangan karet.

B. Karakteristik Sampel

1. Usia

Pertambahan usia dapat menyebabkan bertambahnya risiko stress

kerja. Usia yang rentan terhadap timbulnya stress kerja menurut Rostam

dalam Adilla (2009) adalah di atas 40 tahun. Penelitian dengan

menggunakan indikator adrenalin dan tekanan darah pada usia di atas 40

Page 96: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tahun dan di bawah 40 tahun. Didapatkan hasil bahwa kelompok usia

yang lebih dari 40 tahun lebih rentan dalam menghadapi stress kerja.

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dengan mengendalikan

usia sampel yaitu 20-40 tahun. Nilai rerata kelompok 1 33.6±4.39, nilai

rerata kelompok II 34.93±5. Dari hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai p

= 0.386 (pada tabel 2) dan berarti tidak signifikan. Hasil ini menunjukkan

bahwa variabel pengganggu usia dapat dikendalikan dan tidak

memberikan pengaruh yang berbeda pada dua kelompok variabel yang

diteliti.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Jacinta F. Rini dalam Oktarina (2009) bahwa variabel usia bukan

merupakan faktor utama penyebab stress kerja. Usia seseorang tidak

memberikan pengaruh terhadap variabel yang dteliti . Selain itu hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktarina

(2009) tentang pengaruh rotasi kerja terhadap stress kerja di PT.PECGI

diperoleh nilai P = 0.227 menunjukkan tidak signifikan. Variabel

pengganggu usia bukan faktor utama penyebab terjadinya stress kerja

2. Masa Kerja

Masa kerja berpengaruh terhadap kinerja tenaga kerja, baik

pengaruh positif maupun negativ. Masa kerja memberi pengaruh positif

pada kinerja tenaga kerja, semakin lamanya masa kerja seseorang semakin

berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya, selain itu juga terhadap

Page 97: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keterampilan dan pengalaman kerja yang dimiliki dalam melakukan

pekerjaannya. Masa kerja dapat berpengaruh negativ apabila dengan

semakin lamanya masa kerja akan timbul kebosanan pada tenaga kerja.

Hal ini, biasanya terkait dengan pekerjaan monoton dan bersifat berulang-

ulang. Grandjen menyatakan bahwa masa kerja yang panjang bisa

menyebabkan kelelahan kronis sebagai akumulasi kelelahan dalam jangka

yang panjang.

Hasil penelitian masa kerja dikendalikan yaitu > 5 tahun dengan

nilai rerata kelompok I 11.27±4.38, nilai rerata kelompok II 12.33±5.99.

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diperoleh p=0.401 (pada tabel 4)

yang artinya nilai p>0.05 dan berarti tidak signifikan. Hasil ini

menunjukkan bahwa variabel pengganggu masa kerja dapat dikendalikan

dan tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada dua kelompok

variabel yang diteliti

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Oktarina (2009) menyebutkan bahwa usia dan masa kerja seseorang

tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada kelompok variabel yang

diteliti. Usia dan masa kerja bukan merupakan faktor utama penyebab

terjadinya stress kerja dengan nilai signifikan 0.117.

3. Status Gizi

Menurut Sugeng Budiono (2003) keadaan gizi yang baik adalah

salah satu ciri kesehatan yang baik, sehingga tenaga kerja yang produktif

Page 98: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terwujud. Status gizi buruk adalah salah satu penyebab kelelahan. Seorang

tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja

dan ketahan tubuh yang lebih baik. Sebaliknya pada keadaan gizi buruk,

dengan beban kerja yang berat akan mengganggu kerja dan menurunkan

efisiensi ketahanan tubuh sehingga mempercepat timbulnya kelelahan.

Status gizi seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT (Indeks Massa

Tubuh)

Berdasarkan kriteria tersebut dari 30 sampel yang dilakukan

pengukuran diperoleh 1 orang (3.33%) kriteria kurus, 15 orang (50%)

kriteria normal, 11 orang (36.67%) kriteria gemuk, dan 1 orang (3.33%)

kriteria obesitas. Status gizi yang normal akan berpengaruh pada ketahan

fisik tubuh dalam mengadapi kelelahan. Dalam penelitian ini tenaga kerja

mempunyai nilai Indek Masa Tubuh yang beragam, tetapi yang paling

bayak adalah normal (50%) sehingga dalam penelitian ini gizi kerja tidak

memberikan pengaruh yang berbeda pada kedua kelompok yang diteliti.

Nilai rerata kelompok I 20.59±5.76, nilai rerata kelompok II

22.86± 3.42. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai p=0,693

(pada tabel 7) yang artinya nilai p>0,05 dan berarti tidak signifikan. Hasil

ini menunjukkan bahwa variebel pengganggu status gizi dapat

dikendalikan dan tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada dua

kelompok variabel yang diteliti.

Page 99: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Lingkungan Kerja

1. Penerangan

Intensitas penerangan yang baik akan meningkatkan produktivitas

tenaga kerja dalam bekerja khususnya untuk pekerjaan yang membutuhkan

ketelitian tinggi. Intensitas penerangan yang dibutuhkan untuk pekerjaan

menulis menurut PMP No. 07 Tahun 1964 adalah paling sedikit 300 lux.

Dari hasil pengukuran intensitas penerangan pada bagian batik

tulis dan nolet industri rumah tangga batik tulis Brotoseno. Intensitas rata-

rata tersebut berdasarkan ketentuan di atas untuk pekerjaan menulis masih

belum sesuai dengan standar yakni minimal 300 lux.

Nilai rerata bagian batik tulis 279.00±182.29, nilai rerata bagian

nolet 248.93± 97.51. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai

p=0,619 (pada tabel 9) yang berarti nilai p>0,05 yang artinya hasil uji

tidak signifikan. Berdasarkan hasil uji tersebut maka intensitas penerangan

pada bagian batik tulis dan bagian nolet tidak memberikan pengaruh yang

berbeda pada kedua kelompok yang diteliti. Kondisi lingkungan kerja

khususnya penerangan bukan faktor utama penyebab terjadinya stress

ditempat kerja.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Oktarina (2009) penerangan dengan intensitas sesuai standar tidak

meberikan pengaruh yang signifikan terhadap stress di tempat kerja

Page 100: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Iklim Kerja

Iklim kerja yang nyaman akan mepengaruhi kenyamanan tenaga

kerja. Penilaian iklim kerja berdasarkan pada hasil pengukuran suhu

dengan beban kerja. Beban kerja fisik dapat dinilai melalui denyut

jantung/denyut nadi. Kriteria beban kerja berdasarkan denyut

jantung/denyut nadi adalah :

Tabel 22 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung

Kategori

beban kerja

Denyut jantung

Denyut/menit

Ringan 75 – 100

Sedang 100 – 125

Berat 125 – 150

Sangat berat 150 – 175

Sangat berat sekali >175

Berdasarkan standar iklim di Indonesia ditetapkan berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999 yaitu :

Tabel 23 Standar iklim di Indonesia Ditetapkan Berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999

Pengaturan waktu kerja ISBB (oC)

Beban kerja

Waktu kerja Waktu

istirahat

Ringan Sedang berat

Kerja terus menerus - - - -

8 jam/hari - 30,0 26,7 25,0

75% 25% 28,0 28,0 25,9

50% 50% 29,4 29,4 27,9

25% 25% 32,2 31,1 30,0

(sumber : Christensen (1961:1699), Encyclopedia of

Occupational health anda safety,ILO,Geneva. dalam Tarwaka,

2004)

Page 101: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari hasil pengukuran iklim kerja dan beban kerja berdasarkan

denyut jantung didapatkan hasil rerata ISBB bagian batik tulis 27.36±0.65,

rerata bagian nolet 27.55± 0.62, sedangkan hasil pengukuran denyut

jantung didapatkan nilai rerata kelompok I 76.93±12.89, nilai rerata

kelompok II 75.53± 10.62 jika dibandingkan dengan tabel di atas iklim

kerja untuk beban kerja ringan dengan waktu kerja 75% kerja dan 25%

istirahat yaitu 28,0 sehingga masih di bawah standar.

Setelah dilakukan uji Mann-whitney iklim kerja bagian batik tulis

dan nolet didapatkan nilai signifikan p=0,543 (pada tabel 11) sehingga

nilai p>0,05 yang artinya tidak signifikan. Berdasarkan hasil uji tersebut

maka iklim kerja pada bagian batik tulis dan bagian nolet tidak

memberikan pengaruh yang berbeda pada kedua kelompok yang diteliti.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Reyza,(2009) Tekanan darah tenaga kerja pada pemaparan iklim kerja

di atas NAB cenderung meningkat daripada tekanan darah tenaga kerja

pada pemaparan iklim kerja di bawah NAB. Berdasarkan referensi tersebut

meningkatnya tekanan darah merupakan gejala fisisk timbulnya stress

kerja.

3. Kebisingan

Nilai Ambang Batas Intensitas Kebisingan di tempat Kerja

menurut Surat Keputusan Menteri Tenaga kerja Nomor : Kep

Page 102: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ditempat kerja

adalah :

Tabel 24 NAB Kebisingan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga

Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999

Berdasakan hasil pengukuran Intensitas kebisingan pada bagian

batik tulis dan nolet diperoleh nilai rerata bagian batik tulis 61.30±4.62,

nilai rerata bagian nolet 58.80±3.81. Jika dibandingkan dengan tabel diatas

untuk pemajanan 8 jam perhari intensitas kebisingan yang diperbolehkan

adalah 85 dBA sehingga intensitas kebisingan pada kedua bagian tersebut

masih dibawah NAB..

Dari hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai p=0,565 (pada tabel

15) sehingga nilai P>0,05 yang artinya tidak signifikan. Berdasarkan hasil

uji tersebut intensitas kebisingan pada bagian batik tulis dan bagian nolet

tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada kedua kelompok yang

diteliti. Kondisi lingkungan kerja khususnya kebisingan bukan faktor

utama penyebab terjadinya stress di tempat kerja.

Waktu pemajanan perhari Intensitas kebisingan

(dBA)

8 Jam 85

4 Jam 88

2 Jam 91

1 jam 94

30 Menit 97

15 Menit 100

7,5 Menit 103

3,75 Menit 106

1,88 Menit 109

0,94 Menit 112

Page 103: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Yulianingsih (2009) tentang perbedaan tingkat stress kerja pada

kebisingan kurang dari NAB dan lebih dari NAB Pada Tenaga Kerja

Bagian Finishing Dan Assembling di PT. Panasonic Gobel Energy

Indonesia (PECGI). Tingkat stress kerja pada intensitas kebisingan lebih

dari NAB lebih tingggi daripada kebisingan kurang dari NAB

D. Pengaruh Rotasi Kerja Terhadap Stress Kerja

1. Analisis Berdasarkan Hasil Uji Statistik Non Parametrik Mann-Whitney

Menurut Sutrisno dalam Oktarina (2009) bahwa rotasi kerja

adalah perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang

memiliki tingkat level yang sama dari posisi pekerjaan sebelum

mengalami pindah kerja. Rotasi dilakukan untuk menghindari kejenuhan

tenaga kerja pada rutinitas pekerjaan yang terkadang membosankan serta

memiliki fungsi tujuan lain supaya seseorang dapat menguasai dan

mendalami pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu perusahaan.

Hasil penilaian stress kerja dengan skoring antara kelompok I

(tidak dirotasi) dengan kelompok II(dirotasi), Sebelum dilakukan rotasi

diperoleh Nilai rerata kelompok I 120.9±10.55, nilai rerata kelompok II

121.27±9.04. Kemudian setelah dilakukan rotasi kerja nilai rerata

kelompok I 112.40±11.77, nilai rerata kelompok II 131.20±13.91. Setelah

dilakukan uji Mann-Whitney untuk stress kerja antara kelompok I dengan

kelompok II sebelum dilakukan perlakuan diperoleh hasil nilai p=0.967

(pada tabel 18), sedangkan hasil uji Mann-Whitney antara kelompok I

Page 104: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan kelompok II setelah dilakukan perlakuan diperoleh nilai p<0,05

(pada tabel 21).

Berdasarkan nilai signifikansi sebelum dilakukan perlakuan

p>0,05 maka dapat disimpulkan skor stress sebelum dilakukan perlakuan

tidak signifikan artinya tidak ada perbedaan skor stress antara kelompok I

dengan kelompok II. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pekerja pada

dua kelompok sama, stress yang dialami bukan karena faktor-faktor dari

luar pekerjaan melainkan karena beban kerja yang mereka terima.

Sedangkan nilai signifikasi setelah dilakukan perlakuan p<0,05 maka

dapat disimpulkan skor stress setelah dilakukan perlakuan signifikan

artinya terdapat perbedaan skor stress antara kelompok I dengan kelompok

II. Terjadi penurunan tingkat stress setelah dilakukan rotasi kerja hal ini

menunjukkan perubahan kondisi psikologis tenaga kerja. Manfaat rotasi

kerja dapat mengurangi rasa jenuh dan lelah pada rutinitas pekerjaan

sehingga suasana kerja menjadi nyaman. Dengan suasana kerja yang

nyaman tenaga kerja dapat terhindar dari stress kerja.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Penelitian yang

dilakukan oleh Oktarina (2009) mengenai perbedaan tingkat stress kerja

antara tenaga kerja yang dirotasi dengan tenaga kerja yang tidak di rotasi

di PT.PGEI. Ada perbedaan tingkat stress antara tenaga kerja yang dirotasi

dengan tenaga kerja yang tidak dirotasi. Dengan pengukuran sebelum dan

sesudah kerja.

Page 105: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jacinta F Rini dalam

Oktarina (2009) mengenai stress kerja ditempat kerja, Rotasi kerja bahwa

rotasi antar karyawan di tempat kerja dapat menghindari terjadinya stress

kerja

2. Analisis Berdasarkan Kriteria Tingkat Stress.

Mengurangi stress kerja akibat pekerjaan monoton dapat

dilakukan dengan rotasi kerja. Sutrisno menyatakan bahwa rotasi kerja

dilakukan untuk mengurangi kejenuhan pada rutinitas pekerjaan yang

terkadang membosankan.

Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh tingkat stress kerja tenaga

kerja yang pada kelompok yang tidak dirotasi pengukuran sebelum dan

sesudah hasilnya sama yaitu stress tingkat sedang dan stress tingkat tinggi.

Sedangkan untuk kelompok yang dirotasi sebelum dilakukan rotasi kerja

tenaga kerja mengalami stress tingkat sedang adalah 93.3%, stress tingkat

tinggi 6.67 %. Kemudian pengukuran yang dilakukan setelah rotasi kerja

tenaga kerja yang mengalami stress tingkat sedang menjadi 46.67%, stress

tingkat rendah yang mulanya tidak ada menjadi 53,3% dan tidak ada yang

mengalami stress tingkat tinggi

Dari hasil tersebut dapat diketahui pada kelompok yang dirotasi

mengalami penurunan tingkat stress kerja yakni dari tingkat stress sedang

menjadi tingkat stress rendah. Hal ini munjukkan bahwa manfaat dari

perlakuan rotasi kerja dapat mengurangi rasa lelah dan jenuh pada rutinitas

dan tuntutan pekerjaan yang membosankan, sehingga tercipta suasana

Page 106: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kerja yang nyaman. dengan suasana yang nyaman atau tidak monoton

pada tenaga kerja dapat terhindar dari stress kerja tingkat tinggi atau

sangat tinggi.

Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Oktarina (2009)

mengenai perbedaan tingkat stress kerja antara tenaga kerja yang dirotasi

dengan tenaga kerja yang tidak dirotasi di PT.PGEI. Tingkat stress kerja

pada kelompok sampel yang tidak dirotasi lebih tinggi dibandingkan pada

kelompok sampel yang dirotasi. Pada bagian yang tidak dirotsai tenaga

kerja yang mengalami stress kerja sebesar 73.33 % sedangkan tenaga kerja

yang dirotasi yang mengalami stress kerja adalah 46.67%.

Page 107: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno dengan rangkaian proses

produksi dan karakteristik sampel yang meliputi usia, masa kerja, jenis

kelamin, dan gizi kerja tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

kedua kelompok sampel yang diteliti, hal tersebut berdasarkan hasil uji

Mann-Whitney terhadap keempat variabel tersebut menunjukkan hasil

yang tidak signifikan (p>0.05)

2. Faktor lingkungan fisik berupa kebisingan, penerangan, dan iklim kerja

pada kedua lokasi penelitian tidak memberikan pengaruh yang berbeda

pada kedua kelompok sampel yang diteliti, hal tersebut berdasarkan hasil

uji Mann-Whitney terhadap ketiga variabel tersebut menunjukkan hasil

yang tidak signifikan (p>0.05).

3. Faktor lingkungan fisik penerangan rata-rata pada bagian batik tulis 279

lux dan bagian nolet 248.93 lux berdasarkan strandar yang dianjurkan

untuk pekerjaan menulis minimal 300 lux. Faktor lingkungan fisisk

penerangan masih kurang dari standar yang dianjurkan sehingga

mengganggu kenyaman dalam bekerja.

Page 108: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Penurunan prosentase tingkat stress kerja setelah dilakukan rotasi kerja :

a. Stress tingkat sangat tinggi, tidak ada yang mengalami stress tingkat

sangat tinggi

b. Stress tingkat tinggi turun sebanyak 13.34%

c. Stress tingkat sedang turun sebanyak 18.33 %

d. Stress tingkat rendah naik sebanyak 26.67 %

5. Ada pengaruh yang signifikan antara rotasi kerja dengan stress kerja pada

dua kelompok tenaga kerja dengan uji Mann- Whitney nilai p value = 0.03

(0.03<0.05)

6. Rotasi kerja rotasi kerja dapat mengurangi rasa lelah dan jenuh pada

rutinitas dan tuntutan pekerjaan yang membosankan, sehingga tercipta

suasana kerja yang nyaman. dengan suasana yang nyaman atau tidak

monoton pada tenaga kerja dapat terhindar dari stress kerja tingkat tinggi

atau sangat tinggi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan maka dapat disarankan sebagai berikut :

1. Sebaiknya meningkatkan intensitas penerangan yang ada dengan cara

memanfaatkan penerangan buatan yang sudah ada agar sesuai dengan

standar yang dianjurkan agar mengurangi kelelahan dan meningkatkan

kenyamanan dalam bekerja.

Page 109: PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS …eprints.uns.ac.id/10690/1/189721311201101441.pdf · PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Sebaiknya dilakukan rotasi kerja dalam melaksanakan pekerjaan sehingga

mengurangi kejenuhan yang berdampak pada stress kerja. Desain rotasi

kerja :

3. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya memperhatikan faktor psikologis,

konflik peran dan peran ganda yang mempengaruhi stress kerja tenaga

kerja

Nyanting

(Memberi lilin)

2 jam

Nolet

2 jam

Istirahat

1 jam

Nyanting

(Memberi lilin)

1.5 Jam

Nolet

1.5 Jam