PENGARUH RISIKO USAHA TERHADAP PROFITABILITAS …eprints.perbanas.ac.id/2938/1/ARTIKEL...
-
Upload
truonghuong -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of PENGARUH RISIKO USAHA TERHADAP PROFITABILITAS …eprints.perbanas.ac.id/2938/1/ARTIKEL...
1
PENGARUH RISIKO USAHA TERHADAP PROFITABILITAS
PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA
ARTIKEL ILMIAH
Oleh :
ENDANG VIVI ARINI
NIM : 2013210584
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2017
1
PENGARUH RISIKO USAHA TERHADAP PROFITABILITAS
PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA
Endang Vivi Arini
STIE Perbanas Surabaya
E-mail : [email protected]
Karangrejo, Manyar – Gresik
Sudjarno Eko Supriyono
E-mail : [email protected]
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine whether the LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN,
ROA, BOPO and FBIR have a significant effect either simultaneously or partially to ROA.
The study period starting from the first quarter of 2011 until the second quarter 2016.This
study using population in Foreign Exchange National Private Banks. The data used is
secondary data. Methods of data collection using the method of documentation. Samples
were selected based on the sampling technique used purposive sampling technique, where
there are three national private commercial bank foreign exchange selected Bank Resona
Perdania, Bank Rabobank Inernational Indonesia, and Bank Commenwealth as well as data
analysis techniques using mul tiple regression analysis.The results of the researh showed that
LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN, BOPO and FBIR simultaneously have significant effect
toward ROA on Foreign Exchange National Private Banks. LDR, NPL and PDN partially
have positive unsignificant effect toward ROA on Foreign Exchange National Private Banks.
IPR, APB, IRR and FBIR partially have negative unsignificant effect toward ROA on
Foreign Exchange National Private Banks. BOPO partially have negative significant effect
toward ROA on Foreign Exchange National Private Banks.
Keywords: Bussines Risk, Foreign Exchange National Private Commercial Bank
PENDAHULUAN
Bank merupakan suatu lembaga
keuangan atau perusahaan yang bergerak
dibidang keuangan yang memiliki peran
penting dalam perekonomian suatu negara
sebagai lembaga keuanganan. Tujuan
utama bank dalam menjalankan fungsinya
adalah memperoleh profitabilitas yang
nantinya digunakan untuk membiayai
semua kegiatan operasional dan aktivitas
yang nantinya digunakan bank. Dengan
adanya profit tersebut , bank akan bisa
berkembang dan bertahan sampai pada
kegiatan yang akan mendatang. Untuk
mengukur tingkat kemampuan bank dalam
mendapatkan keuntungan dapat diukur
dengan menggunakan rasio profitabilitas,
salah satu cara yang dapat digunakan ialah
Return On Asset (ROA) yang digunakan
untuk mengukur tingkat kemampuan suatu
bank dalam melunasi kewajiban akan jatuh
tempo atau telah jatuh tempo. Pada
dasarnya bank dapat dikatakan baik
apabila ROA suatu mengalami
peningkatan pada setiap tahunnya.
Secara teori ROA suatu bank
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
salah satunya yaitu risiko usaha. Risiko
usaha inilah menjadi salah satu penyebab
turunnya ROA suatu bank.
Menurut peraturan bank
Indonesia No. 11/25 tahun 2009
mengidentifikasi ada delapan jenis yang
2
secara interent melekat pada industry
perbankan yaitu risiko kredit, risiko
likuiditas, risiko pasar, risiko operasional,
risiko hokum, risiko reputasi, risiko
strategik dan resiko kepatuhan. Namun
dari kedelapan risiko tersebut hanya empat
risiko yang dapat dihitung dengan rasio
keuangan, yaitu, risiko likuiditas, risiko
risiko kredit, risiko pasar ( risiko suku
bunga dan risiko nilai tukar) dan risiko
operasional.
Risiko likuiditas digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya
pada saat jatuh tempo. Dengan kata lain,
dapat membayar kembali deposannya pada
saat ditagih serta dapat mencukupi
permintaan kredit yang telah diajukan
(Kasmir, 2012:315).
Risiko kredit adalah risiko yang
terjadi akibat kegagalan pihak lawan
memenuhi kewajibannya. Risiko kredit
dapat bersumber dari berbagai aktivitas
fungsional bank seperti perkreditan,
treasury, investasi dan pembiayaan
perdagangan yang tercatat dalam banking
book maupun tranding book (Veithzal
Rivai dkk, 2013 : 563).
Risiko pasar adalah risiko pada
posisi neraca dan rekening administratif
termasuk transaksi derivatif, akibat
perubahan secara keseluruhan dari kondisi
pasar, termasuk risiko perubahan harga
(Peraturan Bank Indonesia No.
11/25/PBI/2009).
Risiko operasional adalah risiko
akibat ketidakcukupan atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan system atau adanya
kejadian-kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional bank
(Peraturan Bank Indonesia No
.11/25/PBI/2009).
RERANGKA TEORITIS YANG
DIPAKAI DAN HIPOTESIS
Dalam penelitian ini, terdapat
beberapa tinjauan dari 4 peneliti terdahulu
yang berkaitan dengan pengukuran kinerja
perbankan dengan menggunakan risiko
keuangan terhadap profitablitas sebagai
referensi atau rujukan, yaitu:
1. Fitri Noviyanti Rustan 2016
Penelitian pertama yang
dijadikan rujukan adalah penelitian yang
berjudul “Pengaruh risiko usaha terhadap
ROA pada Bank Umum Swasta Nasional
Devisa”. Penelitian ini menggunakan
variabel terkait yaitu variabel ROA dan
variabel bebas yaitu LDR, IPR, APB,
NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Analisis Regresi Linier
Berganda.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN,
BOPO dan FBIR secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum
Swasta Nasional Devisa periode
triwulan I tahun 2010 sampai dengan
triwulan II tahun 2015
2. LDR, IPR, IRR dan PDN secara
parsial mempunyai pengaruh positif
yang tidak signifikan terhadap ROA
pada Bank Umum Swasta Nasional
Devisa periode triwulan I tahun 2010
sampai dengan triwulan II tahun 2015
3. APB dan NPL secara parsial
mempunyai pengaruh negatif yang
tidak signifikan terhadap ROA pada
Bank Umum Swasta Nasional Devisa
periode triwulan I tahun 2010 sampai
dengan triwulan II tahun 2015
4. BOPO secara parsial mempunyai
pengaruh negatif yang signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum
Swasta Nasional Devisa periode
triwulan I tahun 2010 sampai dengan
triwulan II tahun 2015
5. FBIR secara parsial mempunyai
pengaruh positif yang signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum
Swasta Nasional Devisa periode
triwulan I tahun 2010 sampai dengan
triwulan II tahun 2015
3
2. Widya Sukmadiarti 2016
Penelitian kedua yang dijadikan
rujukan adalah penelitian yang berjudul “
Pengaruh risiko usaha terhadap ROA pada
Bank Umum Swasta Nasional Devisa”
Penelitian ini menggunakan variabel
terkait yaitu variabel ROA dan variabel
bebas yaitu LDR, NPL, IRR, PDN, BOPO
dan FBIR. Alat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Analisis
Regresi Linier Berganda.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. LDR, NPL, IRR, PDN, BOPO dan
FBIR secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum
Swasta Nasional Devisa.
2. LDR dan PDN secara parsial
mempunyai pengaruh positif yang
tidak signifikan terhadap ROA pada
Bank Umum Swasta Nasional Devisa.
3. NPL dan FBIR secara parsial
mempunyai pengaruh negatif yang
tidak signifikan terhadap ROA pada
Bank Umum Swasta Nasional Devisa.
4. BOPO secara parsial mempunyai
pengaruh negatif yang signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum
Swasta Nasional Devisa.
5. IRR secara parsial mempunyai
pengaruh positif yang signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum
Swasta Nasional Devisa.
3. Sylvia Hapsah 2014
Penelitian ketiga yang dijadikan
rujukan adalah penelitian yang berjudul“
Pengaruh risiko usaha terhadap Return On
Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta
Nasional Devisa” Penelitian ini
menggunakan variabel terkait yaitu
variabel ROA dan variabel bebas yaitu
LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, BOPO dan
FBIR. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Analisis Regresi
Linier Berganda.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, BOPO
dan FBIR secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum
Swasta Nasional Devisa.
2. LDR, IPR, NPL secara parsial
mempunyai pengaruh negatif yang
tidak signifikan terhadap ROA pada
Bank Umum Swasta Nasional Devisa.
3. IRR, PDN, BOPO dan FBIR secara
parsial mempunyai pengaruh positif
yang tidak signifikan terhadap ROA
pada Bank Umum Swasta Nasional
Devisa.
4. FBIR secara parsial mempunyai
pengaruh positif yang tidak signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum
Swasta Nasional Devisa.
4. Dwi Agung Prasetyo dan Ni Putu
Ayu Darmayanti (2015)
Penelitian ketiga yang dijadikan
rujukan adalah penelitian yang berjudul
“Pengaruh Risiko Kredit, Likuiditas,
Kecukupan Modal dan Efesiensi Terhadap
Profitabilitas Pada PT. BPD Bali”
Penelitian ini menggunakan variabel
terkait yaitu variabel ROA dan variabel
bebas yaitu LDR, NPL, CAR dan BOPO.
Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Analisis Regresi
Linier Berganda.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. NPL dan BOPO secara parsial
berpengaruh negatif signifikan
terhadap ROA pada PT. BPD Bali
periode 2009-2013.
2. LDR secara parsial berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA pada
PT. BPD Bali periode 2009-2013.
3. CAR secara parsial berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap ROA
pada PT. BPD Bali periode 2009-
2013.
4. BOPO secara parsial berpengaruh
negatif signifikan terhadap ROA pada
PT. BPD Bali periode 2009-2013.
Risiko Usaha
4
Menurut PBI No.11/25/PBI/2009,
Risiko usaha adalah potensi terjadinya
suatu kejadian yang dapat menimbulkan
kerugian bank.Risiko yang berkaitan usaha
bank pada dasrnya berasal dari aktiva dan
dari sisi passive.Risiko yang dihadapi
adalah (1) Risiko likuiditas adalah risiko
akibat ketidak mampuan bank untuk
mememnuhi jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas dan atau dari asset
likuid berkualitas tinggi yang dapat
diangunkan, tanpan mengganggu aktivitas
dan kondisi keuangan bank.( PBI
No/11/25/2009). (2) Risiko kredit adalah
risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak
lawan memenuhi kewajibannya. Risiko
kredit dapat bersumber dari berbagai
aktivitas fungsional bank seperti
perkreditan, treasury, investasi dan
pembiayaan perdagangan yang tercatat
dalam banking book maupun tranding
book (Veithzal Rivai dkk, 2013:563). (3)
Risiko pasar adalah risiko pada posisi
neraca dan rekening administratif termasuk
transksi derivatif, akibat perubahan secara
keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk
perubahan harga (Peraturan Bank
Indonesia No. 11/25/PBI/2009). (4) Risiko
operasional adalah risiko akibat
ketidakcukupan atau tidak berfungsinya
proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan system atau adanya kejadian-
kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional bank (Peraturan Bank
Indonesia No. 11/25/PBI/2009).
Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko
akibat ketidak mampuan bank untuk
mememnuhi jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas dan atau dari asset
likuid berkualitas tinggi yang dapat
diangunkan, tanpan mengganggu aktivitas
dan kondisi keuangan bank.( PBI
No/11/25/2009) untuk menilai likuiditas
bank , rasio yang digunakan untuk
menghitung risiko likuiditas adalah
sebagai berikut:
1) Loan to Deposit Ratio (LDR)
Menurut Veithzal Rivai (2013 ;
484) Loan to Deposit Ratio merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan jumlah kredit yang diberikan
dengan dana yang diterima bank, yang
menggambarkan kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana oleh
deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Oleh karena itu, semakin tinggi rasionya
memberikan indikasi rendahnya
kemampuan likuiditas bank tersebut, hal
ini sebagai akibat jumlah dana yang
diberikan untuk membiayai kredit menjadi
semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
× 100%
2) IPR (Investing Policy Ratio)
IPR merupakan kemampuan bank
dalam melunasi kewajibannnya kepada
para deposannya dengan cara melikuiditasi
surat-surat berharga yang dimilikinya. IPR
menggambarkan kemampuan bank dalam
membayar kembali kewajiban kepada para
nasabah yang telah menananmkan dananya
dengan mencairkan surat-surat berharga
yang dimiliki bank. Rasio IPR dapat
dirumuskan sebagai berikut:
× 100%
Risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko yang
terjadi akibat kegagalan pihak lawan
memenuhi kewajibannya. Risiko kredit
dapat bersumber dari berbagai aktivitas
fungsional bank seperti perkreditan,
treasury, investasi dan pembiayaan
perdagangan yang tercatat dalam banking
book maupun tranding book (Veithzal
Rivai dkk, 2013:563). Rasio yang
digunakan untuk mengukur kredit adalah
sebagai berikut :
1) Non Performing Loan (NPL)
Rasio NPL ini menunjukkan
rasio antara besarnya kredit bermasalah
dengan jumlah kredit yang diberikan.
Semakin besar rasio tersebut semakin
besar proporsi kredit yang masuk kategori
bermasalah adalah kredit kurang lancar,
kredit diragukan dan kredit macet. Jika
5
kredit bermasalah semakin meningkat
maka pendapatan bank dari bunga kredit
semakin kecil. Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
× 100%
2) Aktiva Produktif Bermasalah (APB)
Rasio aktiva produktif
bermasalah adalah aktiva produktif dalam
rupiah dan valuta asing yang dimiliki oleh
bank dengan maksud memperoleh
penghasilan sesuai dengan fungsinya.
Aktiva produktif juga sering disebut
dengan aktiva yang menghasilkan karena
penempatan dana bank tujuannya adalah
untuk mencapai tingkat penghasilan yang
diharapkan. Pengelolaan dalam aktiva
produktif merupakan sumber pendapatan
yang digunakan untuk membiayai
keseluruhan biaya operasional lainnya (
Lukman Dendawijaya, 2009 ; 62 ) rumus
yang digunakan sebagai berikut:
× 100%
Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada
posisi neraca dan rekening administratif
termasuk transksi derivatif, akibat
perubahan secara keseluruhan dari kondisi
pasar, termasuk perubahan harga
(Peraturan Bank Indonesia No.
11/25/PBI/2009). Rasio yang dapat
digunakan untuk mengukur risiko pasar
adalah sebagai berikut :
1) Interest Rate Risk (IRR)
Rasio ini menunjukkan risiko
yang mengukur pergerakan suku bunga
yang diterima oleh bank dibandingkan
dengan bunga yang dibayarkan oleh bank.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
× 100%
2) Posisi Devisa Netto (PDN)
PDN adalah rasio yang
digunakan untuk menjaga keseimbangan
posisi antara sumber dana valas dan
penggunaan valas untuk membatasi
transaksi spekulasi valas yang dilakukan
oleh bank swasta anasional, serta
menghindari bank dari pengaruh buruk
fluktuasi kurs valas. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
( )
× 100%
Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko
akibat ketidakcukupan atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan system atau adanya
kejadian-kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional bank
(Peraturan Bank Indonesia No.
11/25/PBI/2009). Rasio yang dapat
digunakan untukmenghitung risiko
operasional adalah sebagai berikut :
1) Beban Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut (Veithzal Rifai, 2013 :
482) Beban Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
merupakan perbandingan antara biaya
operasional dengan pendapatan
operasional dalam mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat biaya
operasional yang dikeluarkan bank untuk
memperoleh pendapatan.
Rasio Beban Operasional
Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
dapat di ukur dengan rumus sebagai
berikut:
×100%
2) Fee Based Income Ratio (FBIR)
Fee based Income Ratio (FBIR)
merupakan keuntungan yang didapat dari
transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa
lainnya atau spread based (selisih antara
bunga simpanan dengan bunga pinjaman).
Dalam hal operasionalnya bank melakukan
penanaman dalam aktiva produktif seperti
kredit dan surat-surat berharga yang
diberikan., memberikan komitmen dan
jasa-jasa lain yang digolongkan sebagai
fee based income atau off balanced
activities, menurut SEBI No. (13/30/DPNP
tanggal 16 Desember 2011). Rasio FBIR
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
× 100%
Profitabilitas Bank
6
Profitabilitas adalah kemampuan
bank menghasilkan keuntungan dari
berbagai sumber dana yang digunakan
dalam operasionalnya. Profitabilitas
digunakan untuk mengukur tingkat
efesiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai oleh bank.Oleh karena itu
smeningkatkan profitabilitas harus
diketahui unsur-unsur yang mempengaruhi
pendapatan dan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan, dimana unsure tesebut
termuat dalam laporan laba rugi. Dalam
mengukur tingkat profitabilitas dapat
menggunakan rasio:
1) Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA)
merupakan laba sebelum pajak dalam dua
belas bulan terakhir terhadap rat-rata
volume usaha dalam periode yang sama,
ROA menggambarkan perputaran aktiva
yang diukur dari volume penjualan
(Veithzal Rivai dkk, 2013:480). Rasio ini
digunakan untuk mengukur kinerja
manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dari sisi
penggunaan asset. Besarnya ROA dapat
dirumuskan sebagai berikut:
× 100%
Pengaruh LDR terhadap ROA
LDR memiliki pengaruh yang
negatif terhadap risiko likuiditas. Hal ini
terjadi karena LDR meningkat, berarti
terjadi peningkatan total kredit yang
diberikan dengan presentase yang lebih
besar dibandingkan dengan presentase
peningkatan dana pihak ketiga. Akibatnya
terjadi peningkatan pendapatan lebih besar
daripada peningkatan biaya, maka
kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibannya pada pihak ketigadengan
mengandalkan kredit yang telah disalurkan
meningkat dan menyebabkan risiko
likuiditas menurun.
LDR berpengaruh positif
terhadap ROA karena apabila LDR
meningkat maka terjadi peningkatan
terhadap total kredit yang diberikan
dengan presentase yang lebih besar dari
presentase peningkatan total dana pihak
ketiga yang didapat oleh bank. Maka bank
akan mengalami kenaikan terhadap
pendapatan bunga dari kredit yang
disalurkan kemasyarakat dari pada biaya
bunga yang disalurkan. Maka LDR akan
meningkat dan laba bank juga ikut
meningkat. Pengaruh risiko likuiditas
terhadap ROA adalah negatif karena jika
LDR meningkat maka risiko likuiditas
menurun akan menyebabkan laba bank
meningkat.
Hipotesis 1 : LDR secara parsial memiliki
pengaruh positif yang
signifikan trhadap ROA pada
Bank Umum Swasta
Nasional Devisa
Pengaruh IPR terhadap ROA
IPR memiliki pengaruh yang
negatif terhadap risiko likuiditas. Hal ini
dapat terjadi karena apabila IPR
meningkat berarti terjadi peningkatan
surat-surat berharga yang dimiliki bank
dengan presentase lebih besar daripada
presentase peningkatan total dana pihak
ketiga. Akibatnya terjadi peningkatan
kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban kepada dana pihak ketiga
dengan mengandalkan surat berharga
sehingga risiko likuiditas menurun.
IPR memiliki pengaruh yang
positif terhadap ROA. Karena apabila IPR
meningkat akan terjadi peningkatan surat-
surat berharga yang dimiliki bank dengan
presentase lebih besar daripada presentase
peningkatan total dana pihak ketiga. Maka
bank akan mengalami peningkatan pada
pendapatan surat berharga daripada biaya
yang dikeluarkan bank. Akibatnya terjadi
peningkatan pendapatan daripada biaya
sehingga laba bank mengalami
peningkatan. Pengaruh risiko likuiditas
terhadap ROA adalah negatif karena jika
terjadi peningkatan surat berharga lebih
besar dari peningkatan dana pihak ketiga
maka akan menyebabkan risiko likuiditas
7
menurun dan menyebabkan ROA
meningkat
Hipotesis 2 : IPR secara parsial memiliki
pengaruh positif yang
signifikan trhadap ROA pada
Bank Umum Swasta
Nasional Devisa
Pengaruh APB terhadap ROA
APB memiliki pengaruh yang
positif terhadap risiko kredit. Karena
semakin tinggi peningkatan aktiva
produktif bermasalah bank dengan
presentase yang lebih besar dari
peningkatan presentase aktiva produktif
pada bank. Sedangkan APB memiliki
pengaruh yang negatif terhadap ROA, hal
ini terjadi karena apabila APB meningkat
maka terjadi peningkatan presentase aktiva
produktif bermasalah lebih besar dari
peningkatan presentase aktiva produktif
bank. Sehingga pendapatan menurun dan
laba ikut menurun sehingga ROA
menurun. Pengaruh risiko kredit terhadap
ROA adalah negatif. Ketika APB
meningkat dapat menyebabkan risiko
kredit mengalami peningkatan dan laba
menurun ROA juga menurun.
Hipotesis 3 : APB secara parsial memiliki
pengaruh negatif yang
signifikan trhadap ROA pada
Bank Umum Swasta
Nasional Devisa
Pengaruh NPL terhadap ROA
NPL memiliki pengaruh yang
positif terhadap risiko kredit. Karena
semakin tinggi NPL maka akan
menyebabkan peningkatan jumlah kredit
bermasalah dengan presentase lebih besar
dibandingkan dengan presentase
peningkatan total kredit yang dimiliki oleh
bank. Ini menunjukkan ketidakmampuan
debitur dalam mengembalikan pokok dan
bunga pinjaman. Sedangkan NPL
mempunyai pengaruh yang negatif
terhadap ROA, hal ini terjadi karena
apabila NPL meningkat maka akan
berakibat pada meningkatnya kredit
bermasalah dengan presentase lebih besar
dari presentase meningkatnya total kredit
yang dimiliki oleh bank. Sehingga
pendapatan menurun dan laba juga ikut
menurun. Pengaruh risiko kredit terhadap
ROA adalah negatif, ketika semakin tinggi
kemungkinan tingkat gagalbayar yang
dilakukan oleh debitur dan akan
menyebabkan laba bank menurun dan
ROA juga ikut menurun.
Hipotesis 4 : NPL secara parsial memiliki
pengaruh negatif yang
signifikan trhadap ROA pada
Bank Umum Swasta
Nasional Devisa
Pengaruh IRR terhadap ROA
Pengaruh IRR terhadap risiko
pasar adalah bisa positif atau negatif.
Apabila IRR meningkat maka terjadi
peningkatan terhadap IRSA lebih besar
dari IRSL. Pada saat itu suku bunga
cenderung naik, terjadi kenaikan
pendapatan bunga lebih besar dari
kenaikan pendapatan bunga lebih besar
dari kenaikan biaya bunga yang
menyebabkan risiko pasar mengalami
penurunan, jadi pengaruh IRR terhadap
risiko pasar adalah negatif. Sebaliknya
apabila tingkat suku bunga mengalami
penurunan maka pendapatan bunga lebih
besar dari penurunan biaya bunga. Jadi
pengaruh IRR terhadap risiko pasar adalah
positif.
Pengaruh IRR terhadap ROA
adalah positif atau negatif. Jika IRR
meningkat maka terjadi peningkatan IRSA
dengan presentase lebih besar daripada
presentase IRSL. Jika suku bunga
mengalami kenaikan maka akan terjadi
peningkatan pendapatan bunga lebih besar
daripada peningkatan biaya bunga maka
ROA akan meningkat . pengaruh IRR
terhadap ROA adalah positif sebaliknya
jika suku bunga mengalami penurunan
maka akan terjadi penurunan pendapatan
lebih besar daripada penurunan biaya
bunga maka ROA akan menurun dan
pengarauh IRR terhadap ROA adalah
negatif. Pengaruh risiko pasar diukur
dengan IRR terhadap ROA dapat positif
8
dan negatif. Karena apabila IRR
mengalami kenaikan maka terjadi
peningkatan IRSA lebih besar dari IRSL.
Jika suku bunga cenderung mengalami
penurunan maka terjadi penurunan
pendapatan bunga lebih besar dari
penurunan biaya bunga yang dapat
menyebabkan laba bank menurun dan
ROA juga ikut menurun.
Hipotesis 5 : IRR secara parsial memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap ROA pada Bank
Umum Swasta Nasional
Devisa
Pengaruh PDN terhadap ROA
Pengaruh PDN terhadap risiko
pasar adalah negatif atau positif. Jika
PDN naik maka terjadi kenaikan aktiva
valas lebih besar dari passiva valas. Hal
ini terjadi apabila nilai tukar mengalami
peningkatan maka kenaikan pendapatan
valas lebih besar dari kenaikan biaya valas
yang dapat menyebabkan risiko nilai tukar
mengalami penurunan. Jadi pengaruh
PDN terhadap risiko pasar adalah negatif.
Sebaliknya apabila terjadi penurunan
terhadap nilai tukar maka akan terjadi
penurunan pendapatan valas lebih besar
dari penurunan biaya valas yang berarti
risiko nilai tukar mengalami peningkatan.
Jadi pengaruh PDN terhadap risiko pasar
adalah positif. Pengaruh risiko pasar
diukur dengan PDN terhadap ROA adalah
negatif dan positif.
Pengaruh PDN terhadap ROA
adalah positif dan negatif. Jika PDN
meningkat maka terjadi peningkatan aktiva
valas lebih besar dari peningkatan passiva
valas yang menyebabkan laba bank
meningkat dan ROA juga mengalami
peningkatan. Maka pengaruh PDN
terhadap ROA adalah positif. Sebaliknya
jika PDN mengalami penurunan maka
akan terjadi penurunan aktiva valas lebih
besar dari passiva valas yang dapat
menyebabkan laba bank menurun dan
ROA juga ikut menurun. Pengaruh risiko
pasar terhadap ROA adalah positif dan
negatif. Jika risiko pasar mengalami
peningkatan maka akan menyebabkan
terjadinya penurunan pendapatan valas
lebih besar daripada penurunan biaya valas
yang menyebabkan laba menurun dan
ROA juga ikut menurun maka
pengaruhnya positif. Sebaliknya jika risiko
pasar mengalami penurunan maka
menyebabkan terjadinya peningkatan
pendapatan valas lebih besar dari
peningkatan biaya valas sehingga laba
bank meningkat dan ROA juga ikut
meningkat dan pengaruhnya adalah positif.
Hipotesis 6 : PDN secara parsial memiliki
pengaruh yang signifikan
trhadap ROA pada Bank
Umum Swasta Nasional
Devisa
Pengaruh BOPO terhadap ROA
BOPO mempunyai pengaruh
yang positif terhadap risiko operasional.
Jika terjadi peningkatan biaya operasional
dengan presentase lebih besar dari
presentase peningkatan pendapatan
operasional yang diperoleh oleh bank. Dan
jika bank dalam melakukan kegiatan
operasionalnya mengalami kendala ini
menyebabkan risiko operasional bank
meningkat.
BOPO mempunyai pengaruh
yang negatif terhadap ROA. Hal ini terjadi
apabila BOPO mengalami peningkatan
maka biaya operasional bank dengan
presentase lebih besar dibandingkan
presentase peningkatan pendapatan
operasional yang diperoleh oleh bank. Hal
ini yang menyebabkan pendapatan yang
diperoleh bank menurun dan ROA juga
ikut menurun. Pengaruh risiko operasional
terhadap ROA adalah negatif karena
dengan meningkatnya BOPO dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan
risiko operasional lebih besar dari
peningkatan pendapatan operasional
Hipotesis 7 :BOPO secara parsial memiliki
pengaruh negatif yang
signifikan trhadap ROA pada
Bank Umum Swasta
Nasional Devisa
9
Pengaruh FBIR terhadap ROA
FBIR mempunyai pengaruh
negatif terhadap risiko operasional. Jika
terjadi peningkatan pendapatan
operasional selain bunga dengan
presentase lebih besar daripada presentase
pendapatan operasional bank. Jadi tingkat
efesiensi bank dalam menghasilkan
pendapatan operasional selain bunga naik
dan pendapatan operasionalnya menurun.
FBIR mempunyai pengaruh
positif terhadap ROA. Hal ini dikarenakan
apabila pendapatan operasional diluar
pendapatan bunga dengan presentase lebih
besar daripada presentase pendapatan
operasionalnya. Maka akan terjadi
peningkatan pendapatan lebih besar dari
peningkatan biaya. Dan laba yang
diperoleh akan semakin besar dan ROA
akan mengalami kenaikan. Pengaruh risiko
operasional terhadap ROA adalah negatif
karena dengan meningkatnya FBIR
menyebabkan terjadinya penurunan risiko
operasional dan menyebabkan ROA
meningkat yang menyebabkan laba bank
akan semakin besar.
Hipotesis 8 :FBIR secara parsial memiliki
pengaruh positif yang
signifikan trhadap ROA pada
Bank Umum Swasta
Nasional Devisa.
METODE PENELITIAN
Populasi, Sampel dan Teknik
Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, peneliti
mengambil populasi yang berasal dari
Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada
periode tahun 2011 sampai dengan tahun
2016 yang terdiri dari 44 BUSN devisa.
Sampel yang diteliti ditentukan dengan
metode purposive sampling , dengan
penentuan sampelnya menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu menentukan
sampel yang akan dipilih dengan
menggunakan kriteria. Adapun kriteria
yang digunakan oleh peniliti adalah
sebagai berikut :
1. Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang memiliki total asset sebesar
14,8 triliun sampai dengan 19,7 triliun
per juni 2016
2. Selama periode penelitian 2011
sampai dengan penelitian 2016 pada
Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang terpilih sebagai sampel adalah
bank yang mengalami penurunan
ROA.
Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan peneliti
adalah data sekunder yaitu laporan
10
keuangan selama periode triwulan I 2011
sampai dengan triwulan II 2016.
Sedangkan metode pengumpulan data
yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode dokumentasi yaitu dengan
mengumpulkan data atau dokumen dari
laporan keuangan bank-bank yang ada
pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa
di laporan publikasi bank dengan situs
OJK.
Teknik Data Analisis Teknik data dalam penelitian ini
menggunakan analilis diskriptif dan
analisis statistik. Analisis deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan hasil
penelitian, sedangakan analisis statistik
yang digunakan adalah regresi linier
berganda , dimana model ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN,
BOPO,FBIR terhadap ROA, maka
dilakukan analisis dengan langkah langkah
sebagai berikut :
1. Analisis deskriptif
Analisis ini merupakan metode
untuk menganalisisa data kuantitatif
sehingga diperoleh besarnya pengaruh
variabel LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN,
BOPO terhadap ROA pada BankUmum
Swasta Nasional.
2. Analisis statistik
Analis yang digunakan untuk
menguji hipotesis, adapun langkah-
langkah yang digunakan untuk
menentukan arah besarnya pengaruh
variabel- variabel bebas terhadap variabel
terikat (ROA) dengan menggunakan
rumus regresi linier berganda sebagai
berikut :
a. Analisis regresi linier berganda
Analisis ini dilakukan untuk
menentukan seberapa besar pengaruh dua
atau lebih variabel bebas terhadap variabel
terikat dengan persamaan (Syofian Siregar
: 2013 : 300) sebagai berikut :
Y = α +β1Χ1+ β2 Χ2+ β3 Χ3+ β4 Χ4+ β5
Χ5+ β6 Χ6+ β7 Χ7+β8X8+ei
Keterangan :
Y = Return On Asset (ROA)
α = Konstanta
β1 – β8= Koefesien regresi
X1 = LDR
X2 = IPR
X3 = APB
X4 = NPL
X5 = IRR
X6 = PDN
X7 = BOPO
X8 = FBIR
Ei = variabel penggaggu diluar model
b. Uji F
Uji F ini dilakukan untuk melihat
signifikan tidaknya pengaruh variabel-
variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel tergantung
c. Uji T
Uji T dilakukan untuk menguji
tingkat signifikan pengaruh positif atau
negatif variabel bebas secara individu atau
parsial terhadap tingkat variabel
tergantung ROA pada BankUmum Swasta
Nasaional Devisa.
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil pengolaan
data yang diperoleh dengan menggunakan
proggram SPSS 20,0 maka dapat
dilakukan analisis statistik yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Analisis Regresi Linier Berganda
Persamaan regresi linier
berganda digunakan untuk mengetahui
besarnya variabel bebas yaitu: LDR (X1),
IPR (X2), APB (X3), NPL (X4), IRR (X5),
PDN (X6), BOPO (X7), FBIR (X8) dan
variabel tergantung ROA
Berikut ini hasil pengelolaan
data dengan menggunakan program SPSS
20,0 adalah seperti ditunjukkan pada Tabel
4.10
Berdasarkan hasil analisis
regresi linier berganda, maka dapat
diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 7,245 + 0,001 LDR – 0,012 IPR -
0,254 APB + 0,009 NPL – 0,004 IRR +
0,087 PDN – 0,066 BOPO - 0,004 FBIR +
ei
11
Tabel 4.10
HASIL ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
MODEL Unstandardized
B Std. Error
1 (Constant) 7,245 2,210
LDR 0,001 0,008
IPR -0,012 0,037
APB -0,254 0,394
NPL 0,009 0,248
IRR -0,004 0,009
PDN 0,087 0,047
BOPO -0,066 0,013
FBIR -0,004 0,017
R 0,846
R Square 0,716
F Hitung 17,932
Sig 0,000
Sumber : Lampiran 10, Hasil pengolahan SPSS
Dari persamaan regresi linier
berganda tersebut dapat dijelaskan bahwa
sebaai berikut:
1. α = 7,245
menunjukkan besarnya nilai variabel
Y, apabila tidak dipengaruhi oleh
variabel bebas (LDR, IPR, APB,
NPL, IRR, PDN, BOPO, FBIR) atau
sama dengan nol.
2. β 1 = 0,001
Menunjukkan jika variabel LDR
mengalami peningkatan sebesar satu
persen maka akan terjadi
peningkatan pada variabel ROA
sebesar 0,001 persen. Dengan asumsi
variabel bebas lainnya konstan.
Sebaliknya jika variabel APB
mengalami penurunan satu persen
maka akan terjadi penurunan pada
variabel ROA sebesar 0,001 persen.
Dengan asumsi variabel bebas
lainnya konstan.
3. β 2 = -0,012
Menunjukkan jika variabel IPR
mengalami peningkatan sebesar satu
persen maka akan terjadi penurunan
pada variabe ROA sebesar -0,012
persen. Dengan asumsi variabel
bebas lainnya konstan. Sebaliknya
jika variabel IPR mengalami
penurunan satu persen maka akan
terjadi peningkatan pada variabel
ROA sebesar -0,012 persen. Dengan
asumsi variabel bebas lainnya
konstan.
4. β 3 = -0,254
Menunjukkan jika variabel APB
mengalami peningkatan sebesar satu
persen maka akan terjadi penurunan
pada variabel ROA sebesar -0,254
persen. Dengan asumsi variabel
bebas lainnya konstan. Sebaliknya
jika variabel APB mengalami
penurunan satu persen maka akan
terjadi peningkatan pada variabel
ROA sebesar -0,254 persen. Dengan
asumsi variabel bebas lainnya
konstan.
5. β 4 = 0,009
Menunjukkan jika variabel NPL
mengalami peningkatan sebesar satu
persen maka akan terjadi
peningkatan pada variabel ROA
sebesar 0,009 persen. Dengan asumsi
variabel bebas lainnya konstan.
Sebaliknya jika variabel NPL
12
mengalami penurunan satu persen
maka akan terjadi penurunan pada
variabel ROA sebesar 0,009 persen.
Dengan asumsi variabel bebas
lainnya konstan.
6. β 5 = -0,004
Menunjukkan jika variabel IRR
mengalami peningkatan sebesar satu
persen maka akan terjadi penurunan
pada variabel ROA sebesar -0,004
persen. Dengan asumsi variabel
bebas lainnya konstan. Sebaliknya
jika variabel IRR mengalami
penurunan satu persen maka akan
terjadi kenaikan pada variabel ROA
sebesar -0,004 persen. Dengan
asumsi variabel bebas lainnya
konstan.
7. β 6 = 0,087
Menunjukkan jika variabel PDN
mengalami peningkatan sebesar satu
persen maka akan terjadi
peningkatan pada variabe ROA
sebesar 0,087 persen. Dengan asumsi
variabel bebas lainnya konstan.
Sebaliknya jika variabel PDN
mengalami penurunan satu persen
maka akan terjadi penurunan pada
variabel ROA sebesar 0,087 persen.
Dengan asumsi variabel bebas
lainnya konstan.
8. β 7 = -0,066
Menunjukkan jika variabel BOPO
mengalami peningkatan sebesar satu
persen maka akan terjadi penurunan
pada variabel ROA sebesar -0,066
persen. Dengan asumsi variabel
bebas lainnya konstan. Sebaliknya
jika variabel BOPO mengalami
penurunan satu persen maka akan
terjadi peningkatan pada variabel
ROA sebesar -0,066 persen. Dengan
asumsi variabel bebas lainnya
konstan.
9. β 8 = -0,004
Menunjukkan jika variabel FBIR
mengalami peningkatan sebesar satu
persen maka akan terjadi penurunan
pada variabe ROA sebesar -0,004
persen. Dengan asumsi variabel
bebas lainnya konstan. Sebaliknya
jika variabel FBIR mengalami
penurunan satu persen maka akan
terjadi peningkatan pada variabel
ROA sebesar -0,044 persen. Dengan
asumsi variabel bebas lainnya
konstan
Uji F (Simultan)
Untuk menguji hipotesis
dilakukan uji F yang menunjukkan
pengaruh secara simultan atau bersama-
sama variabel bebas terhadap varibel
tergantung berdasarkan hasil uji F sesuai
perhitungan SPSS 20,0 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.11
HASIL PERHITUNGAN UJI F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 108,295 8 13,537 17,932 ,000b
Residual 43,030 57 ,755
Total 151,325 65
F Tabel 2,10
Sumber : Lampiran 10, Hasil pengolahan SPSS
1. Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 =
β8=0, berarti semua variabel bebas
yang terdiri dari (LDR, IPR, APB,
NPL, IRR, PDN, BOPO, FBIR)
secara brsama-sama mempunyai
13
pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel tergantung (ROA).
H1 : β1≠β2≠β3≠β4≠β5≠β6≠β7≠β8≠ 0 ,
berarti variabel-variabel bebas yang
terdiri dari (LDR, IPR, APB, NPL,
IRR, PDN, BOPO, FBIR) secara
bersama-sama mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel
tergantung (ROA).
2. α = 0,05 dengan df pembilang (df1 =
8 ) dan penyebutnya (df2) = n-k-l =
66-8-1 = 57 sehingga F tabel (8:57)
= 2,10
3. kriteria penerimaan dan penolakan
hipotesis:
a. jika F hitung ≤ F tabel = maka
HO diterima dan HO ditolak
b. jika F hitung > F tabel = maka
HO ditolak dan HO diterima
4. Berdasarkan perhitungan SPSS maka
diperoleh nilai F hitung = 17,932
5. Kesimpulan : HO ditolak, karena F
hitung = 17,932 > F tabel 2,10
sehingga artinya variabel bebas
LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN,
BOPO, FBIR secara bersama-sama
mempunyai oengaruh yang
signifikan terhadap variabel
tergantung Y.
6. Nilai koefesien korelasi (R)
menunjukkan seberapa besar
pengaruh antara variabel bebas
dengan variabel tergantung (Y)
besarnya nilai koefesien korelasi
sebesar 0,846. Angka tersebut
menunjukkan pengaruh antara
variabel (LDR, IPR, APB, NPL,
IRR, PDN, BOPO, FBIR) dengan
variabel (ROA) adalah sangat besar
karena hampir mendekati angka satu.
7. nilai koefesien determinasi (R2)
digunakan untuk mengukur besarnya
kontribusi variabel bebas dalam
mempengaruhi variabel terikat. Nilai
R2 = 0,716 yang berarti 71,6 persen
pengaruh variabel (LDR, IPR, APB,
NPL, IRR, PDN, BOPO, FBIR)
terhadap variabel (ROA), dan
sisanya 28,4 persen dipengaruhi oleh
variabel lain dari model.
Uji T (Parsial)
Uji T digunakan untuk menguji apakah
variabel bebas LDR, IPR, dan FBIR secara
parsial memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap ROA, variabel
APB,NPL, dan BOPO secara parsial
memiliki pengaruh negatif yang signifikan
terhadap ROA, variabe IRR dan PDN
secara parsial memiliki pengaruh
signifikan terhadap ROA.
Tabel 4.12
HASIL PERHITUNGAN UJI T
Variabel Thitung Ttabel
Kesimpulan R r
2
H0 H1
LDR 0,161 1,67203 Diterima Ditolak 0,021 0,00044
IPR -0,322 1,67203 Diterima Ditolak -0,043 0,00185
APB -0,647 -1,67203 Diterima Ditolak -0,085 0,00723
NPL 0,038 -1,67203 Diterima Ditolak 0,005 0,00003
IRR -0,434 +/-2,00247 Diterima Ditolak -0,057 0,00325
PDN 1,843 +/-2,00247 Diterima Ditolak 0,237 0,05617
BOPO -5,262 -1,67203 Ditolak Diterima -0,572 0,32718
FBIR -0,257 1,67203 Diterima Ditolak -0,034 0,00116
Sumber : Lampiran 10, Hasil pengolahan SPSS
14
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ROA pada seluruh bank sampel
penelitian mengalami peningkatan ,
ditunjukkan oleh rata-rata trend ROA
sebesar positif 0,003 persen.
Berdasarkan analisis regresi linier
berganda dengan uji-F dan uji-T dengan
menggunakan SPSS 20,0 maka dapat
disimpulkan persamaan regresi yang
dikaitkan dengan teori maka koefesien
regresi yang didapat pada penelitian ini
sebagai berikut :
Tabel 4.13
KESESUAIAN HASIL PENELITIAN DENGAN TEORI
VARIABEL TEORI KOEFISIEN KESESUAIAN TEORI
LDR Positif Positif Sesuai
IPR Positif Negatif Tidak Sesuai
APB Negatif Negatif Sesuai
NPL Negatif Positif Tidak Sesuai
IRR Positif/Negatif Negatif Sesuai
PDN Positif/Negatif Positif Sesuai
BOPO Negatif Negatif Sesuai
FBIR Positif Negatif Tidak Sesuai
Sumber : Lampiran 10, Hasil pengolahan SPSS
1. Hasil Regresi Linier Berganda
Menurut hasil analisis regresi
linier berganda telah dilakukan maka dapat
disimpulkan dari kedelapan variabel bebas
pada penelitian ini terdiri dari LDR, IPR,
APB, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR
dan kelima variabel bebas yang
koefisiennya sesuai dengan teori adalah
LDR, APB, IRR, PDN dan BOPO.
Adapun variabel bebas yang
tergantungsebagai berikut :
a. Pengaruh LDR terhadap ROA
Secara teori LDR terhadap ROA
adalah positif. Namun berdasarkan
penilian ini menunjukkan bahwa LDR
mempunyai koefesien positif sebesar 0,001
jadi hasil penelitian sesuai dengan teori.
Kesesuaian hasil penelitian
dengan teori ini karena secara teoritis
apabila LDR meningkat terjadi
peningkatan presentase total kredit lebih
besar dari presentase peningkatan dana
pihak ketiga. Maka terjadi peningkatan
pendapatan lebih besar dari peningkatan
biaya, sehingga laba bank meningkat ROA
pun juga ikut meningkat. Hal ini
dibuktikan selama periode penelitian pada
triwulan I tahun 2011 sampai dengan
triwulan II tahun 2016 ROA pada bank
sampel penelitian ini mengalami
peningkatan yang dibuktikan dengan tren
positif sebesar 0,003 persen.
Apabila dikaitkan dengan risiko
likuiditas selama periode penelitian LDR
pada bank sampel penelitian mengalami
peningkatan sehingga risiko likuiditas
menurun, dan pada bank sampel penelitian
selama periode penelitian ROA mengalami
kenaikan, dengan demikian risiko
likuiditas berpengaruh negatif terhadap
ROA.
b. Pengaruh IPR terhadap ROA
Secara teori IPR terhadap ROA
adalah positif. Namun berdasarkan
penilian ini menunjukkan bahwa IPR
mempunyai koefesien negatif sebesar
0,012 jadi hasil penelitian tidak sesuai
dengan teori.
Ketidaksesuaian hasil penelitian
dengan teori ini karena secara teoritis
apabila IPR meningkat maka terjadi
peningkatan investasi surat berharga
dengan presentase lebih kecil dari
presentase peningkatan dana pihak ketiga.
15
Maka terjadi peningkatan pendapatan lebih
kecil dari peningkatan biaya, sehingga laba
bank turun dan ROA pun turun. Namun
selama periode penelitian pada triwulan I
tahun 2011 sampai dengan triwulan II
tahun 2016 ROA pada bank sampel
penelitian ini mengalami peningkatan yang
dibuktikan dengan tren positif sebesar
0,003 persen.
Apabila dikaitkan dengan risiko
likuiditas selama periode penelitian IPR
pada bank sampel penelitian mengalami
penurunan sehingga risiko likuiditas
meningkat , dan pada kenyataan bank
sampel penelitian ROA mengalami
peningkatan. Dengan demikian pengaruh
risiko likuiditas terhadap ROA adalah
positif.
c. Pengaruh APB terhadap ROA
Secara teori APB terhadap ROA
adalah negatif. Namun berdasarkan
penilian ini menunjukkan bahwa APB
mempunyai koefesien negatif sebesar
0,254 jadi hasil penelitian sesuai dengan
teori.
Kesesuaian hasil penelitian
dengan teori ini karena secara teoritis
apabila APB meningkat maka terjadi
peningkatan presentase aktiva produktif
bermasalah lebih besar dari presentase
peningkatan total aktiva produktif.
Sehingga laba bank menurun dan ROA
pun menurun. Selama periode penelitian
pada triwulan I tahun 2011 sampai dengan
triwulan II tahun 2016 ROA pada bank
sampel penelitian ini mengalami
peningkatan yang dibuktikan dengan tren
positif sebesar 0,003 persen.
Apabila dikaitkan dengan risiko
kredit selama penelitian APB pada bank
sampel penelitian mengalami peningkatan
sehingga risiko kredit meningkat, namun
pada kenyataannya bank sampel penelitian
ROA mengalami peningkatan. Dengan
demikian pengaruh risiko kredit terhadap
ROA adalah positif.
d. Pengaruh NPL terhadap ROA
Secara teori NPL terhadap ROA
adalah negatif. Namun berdasarkan
penilian ini menunjukkan bahwa NPL
mempunyai koefesien positif sebesar 0,009
jadi hasil penelitian tidak sesuai dengan
teori .Ketidaksesuaian hasil penelitian
dengan teori ini karena secara teoritis
apabila NPL meningkat maka terjadi
peningkatan presentase kredit bermasalah
lebih besar dari presentase peningkatan
total kredit. Maka terjadi peningkatan
pendapatan lebih kecil dari peningkatan
biaya pencadangan, sehingga laba bank
turun dan ROA pun turun. Selama periode
penelitian pada triwulan I 2011 sampai
dengan triwulan II 2016 ROA pada bank
sampel penelitian ini mengalami
peningkatan yang dibuktikan dengan tren
positif sebesar 0,003 persen.
Apabila dikaitkan dengan risiko
kredit selama periode penelitian NPL pada
bank sampel penelitian mengalami
peningkatan sehingga risiko kredit
menurun, namun pada kenyataannya bank
sampel penelitian ROA mengalami
peningkatan, dengan demikian pengaruh
risiko kredit terhadap ROA adalah positif.
e. Pengaruh IRR terhadap ROA
Secara teori IRR terhadap ROA
adalah positif atau negatif. Namun
berdasarkan penilian ini menunjukkan
bahwa IRR mempunyai koefesien negatif
sebesar 0,004 jadi hasil penelitian sesuai
dengan teori.
Kesesuaian hasil penelitian
dengan teori ini karena secara teoritis
apabila IRR menurun maka terjadi
peningkatan presentase IRSA lebih kecil
dari presentase peningkatan IRSL. Pada
saat tingkat suku bunga mengalami
penurunan maka penurunan pendapatan
bunga lebih kecil daripada penurunan
biaya bunga, sehingga laba bank
meningkat dan ROA mengalami
peningkatan. Hal ini dibuktikan selama
periode penelitian pada triwulan I 2011
sampai dengan triwulan II 2016 ROA pada
bank sampel penelitian ini mengalami
peningkatan yang dibuktikan dengan tren
positif sebesar 0,003 persen.
Apabila dikaitkan dengan risiko
pasar selama periode penelitian IRR
mengalami peningkatan, serta suku bunga
16
menurun sehingga risiko pasar meningkat,
dan pada bank sampel penelitian selama
periode penelitian ROA mengami
peningkatan. Dengan demikian risiko
pasar berpengaruh negatif terhadap ROA.
f. Pengaruh PDN terhadap ROA
Secara teori PDN terhadap ROA
adalah positif atau negatif. Namun
berdasarkan penilian ini menunjukkan
bahwa PDN mempunyai koefesien positif
sebesar 0,087 jadi hasil penelitian sesuai
dengan teori.
Kesesuaian hasil penelitian
dengan teori ini karena secara teoritis
apabila PDN meningkat maka terjadi
peningkatan presentase aktiva valas lebih
besar dari presentase peningkatan passiva
valas. pada saat ini tren nilai tukar
mengalami peningkatan, maka akan terjadi
peningkatan pendapatn valas sehingga
pendapatan valas meningkat ROA pun
meningkat dan risiko nilai tukar yang
dihadapi bank menurun. Hal ini dibuktikan
selama periode penelitian dari triwulan I
tahun 2011 sampai dengan triwulan II
tahun 2016 dimana diketahui ROA
meningkat yang dibuktikan dengan tren
positif sebesar 0,003 persen. Apabila
dikaitkan dengan risiko nilai tukar maka
pengaruh PDN terhadap nilai tukar adalah
negatif, apabila PDN meningkat berarti
telah terjadi penigkatan aktiva valas
dengan resentase lebihkecil daripada
presentase passiva valas. dengan demikian
pengaruh risiko nilai tukar terhadap ROA
adalah negatif.
g. Pengaruh BOPO terhadap ROA
Secara teori BOPO terhadap
ROA adalah negatif. Namun berdasarkan
penilian ini menunjukkan bahwa BOPO
mempunyai koefesien negatif sebesar
0,066 jadi hasil penelitian sesuai dengan
teori.
Kesesuaian hasil penelitian
dengan teori ini karena secara teoritis
apabila BOPO menurun maka terjadi
peningkatan presentase biaya operasional
lebih kecil dari presentase pendapatan
operasional, sehingga laba naik dan ROA
pun naik. Selama periode penelitian pada
triwulan I 2011 sampai dengan triwulan II
2016 ROA pada bank sampel penelitian ini
mengalami peningkatan yang dibuktikan
dengan tren positif sebesar 0,003 persen.
Apabila dikaitkan dengan risiko
operasional selama periode penelitian
BOPO pada bank sampel penelitian
peningkatan sehingga risiko operasional
meningkat , namun pada kenyataan bank
sampel penelitian ROA mengalami
peningkatan. Dengan demikian pengaruh
risiko operasional terhadap ROA adalah
positif.
h. Pengaruh FBIR terhadap ROA
Secara teori FBIR terhadap
ROA adalah positif. Namun berdasarkan
penilian ini menunjukkan bahwa FBIR
mempunyai koefesien negatif sebesar
0,004 jadi hasil penelitian tidak sesuai
dengan teori.
Ketidaksesuaian hasil penelitian
dengan teori ini karena secara teoritis
apabila FBIR menurun, maka terjadi
peningkatan presentase pendapatan
operasional, sehingga laba bank turun dan
ROA pun turun. Selama periode penelitian
pada triwulan I 2011 sampai dengan
triwulan II 2016 ROA pada bank sampel
penelitian ini mengalami peningkatan yang
dibuktikan dengan tren positif sebesar
0,003 persen.
Apabila dikaitkan dengan risiko
operasional selama periode penelitian
FBIR pada bank sampel penelitian
mengalami peningkatan sehingga risiko
operasional menurun, dan pada bank
sampel penelitian ROA mengalami
peningkatan. Dengan demikian risiko
operasional berpengaruh negatif terhadap
ROA.
2. Hasil uji F
Berdasarkan hasil uji F yang
telah dilakukan, jadi diperoleh bahwa
variabel LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN,
BOPO dan FBIR secara bersama-sama
memiliki pengaruh signifikan terhadap
ROA pada Bank Umum Swasta Nasional
Devisa pada periode penelitian triwulan I
tahun 2011 sampai dengan triwulan II
tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa
17
risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar
dan risiko operasional secara bersama-
sama memiliki pengaruh signifikan
terhadap ROA pada bank sampel
penelitian. Besarnya pengaruhnya adalah
sebesar 71,6 persen, yang menyimpulkan
bahwa perubahan yang terjadi pada
variabel ROA pada Bank Umum Swasta
Nasional Devisa yang merupakan sampel
penelitian dipengaruhi oleh variabel LDR,
IPR, APB, NPL, IRR, PDN, BOPO dan
FBIR sedangkan sisanya sebesar 28,4
persen yang dipengaruhi oleh variabel lain
diluar penelitian. Dengan demikian
hipotesis pertama penelitian ini
menyatakan bahwa variabel LDR, IPR,
APB, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR
secara bersama-sama memiliki pengaruh
signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Swasta Nasional Devisa adalah
diterima.
3. Hasil uji T
Berdasarkan hasil uji t yang
telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
dari seluruh variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu :
LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN, BOPO
dan FBIR ternyata ada dua variabel bebas
yang memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum Swasta
Nasional Devisa yaitu ; BOPO. Namun
untuk variabel LDR, IPR, APB, NPL, IRR,
PDN dan FBIR memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Swasta Nasional Devisa pada
periode penelitian triwulan I 2011 sampai
dengan triwulan II 2016. Yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) LDR
LDR memiliki pengaruh yang
positif yang tidak signifikan terhadap
ROA. Menurut hasil penelitian dapat
ditarik kesimpulan bahwa risiko likuiditas
secara parsial memiliki pengaruh negatif
tidak signifikan terhadap ROA pada bank
sampel penelitian. Menurut koefesien
determinasi parsial (r2) bahwa LDR
memberikan kontribusi 0,044 persen
terhadap ROA dari triwulan I tahun 2011
sampai dengan triwulan II tahun 2016.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis kedua yang menyatakan
LDR secara parsial memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap ROA pada
Bank Umum Swasta Nasional Devisa
ditolak.
Hasil penelitian ini jika
dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya oleh Sylvia Hapsah (2014)
dan DwiAgung Prasetyo dan Ni Putu Ayu
Darmayanti (2015) tidak mendukung
dengan hasil penelitian sebelumnya yang
menyatakan adanya pengaruh negatif tidak
signifikan dan positif signifikan anatara
LDR terhadap ROA. Jika menurur hasil
dari Fitri Noviyanti Rustan (2016), Widya
Sukmadiarti (2016) ternyata hasil
penelitian ini mendukung dengan hasil
penelian sebelumnya yang menyatakan
adanya pengaruh positif tidak signifikan
antara LDR terhadap ROA.
2) IPR
IPR memiliki pengaruh yang
negatif yang tidak signifikan terhadap
ROA. Menurut hasil penelitian dapat
ditarik kesimpulan bahwa risiko likuiditas
secara parsial memiliki pengaruh negatif
yang tidak signifikan terhadap ROA pada
bank sampel penelitian. Menurut koefesien
determinasi parsial (r2) bahwa IPR
memberikan kontribusi 0,185 persen
terhadap ROA dari triwulan I tahun 2011
sampai dengan triwulan II tahun 2016.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan
IPR secara parsial memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap ROA pada
Bank Umum Swasta Nasional Devisa
ditolak.
Hasil penelitian ini jika
dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya oleh Fitri Noviyanti Rustan
(2016) tidak mendukung dengan hasil
penelitian sebelumnya yang menyatakan
adanya pengaruh positif tidak signifikan
dan positif signifikan anatara IPR terhadap
ROA. Jika menururt hasil dari Sylvia
Hapsah (2014) ternyata hasil penelitian ini
mendukung dengan hasil penelian
sebelumnya yang menyatakan adanya
18
pengaruh negatif tidak signifikan antara
IPR terhadap ROA. Sedangkan hasil
penelitian dari Widya Sukmadiarti (2016)
dan Dwi Agung Prasetyo dan Ni Putu
Ayu Darmayanti (2015) ternyata tidadak
menggunakan variabel IPR sebagai
variabel penelitian.
3) APB
APB memiliki pengaruh yang
negatif yang tidak signifikan terhadap
ROA. Menurut hasil penelitian dapat
ditarik kesimpulan bahwa risiko kredit
secara parsial memiliki pengaruh negatif
tidak signifikan terhadap ROA pada bank
sampel penelitian. Menurut koefesien
determinasi parsial (r2) bahwa APB
memberikan kontribusi 0,723 persen
terhadap ROA dari triwulan I tahun 2011
sampai dengan triwulan II tahun 2016.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis keempat yang
menyatakan APB secara parsial memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap ROA
pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa
ditolak.
Hasil penelitian ini jika
dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya oleh Fitri Noviyanti Rustan
(2016) ternyata hasil penelitian ini
mendukung dengan hasil penelian
sebelumnya yang menyatakan adanya
pengaruh negatif tidak signifikan antara
APB terhadap ROA. Sedangkan hasil
penelitian dari Widya Sukmadiarti (2016),
Sylvia Hapsah (2014) dan Dwi Agung
Prasetyo dan Ni Putu Ayu Darmayanti
(2015) ternyata tidak menggunakan
variabel APB sebagai variabel penelitian.
4) NPL
NPL memiliki pengaruh yang
positif yang tidak signifikan terhadap
ROA. Menurut hasil penelitian dapat
ditarik kesimpulan bahwa risiko kredit
secara parsial memiliki pengaruh negatif
yang tidak signifikan terhadap ROA pada
bank sampel penelitian. Menurut koefesien
determinasi parsial (r2) bahwa NPL
memberikan kontribusi 0,003 persen
terhadap ROA dari triwulan I tahun 2011
sampai dengan triwulan II tahun 2016.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis kelima yang menyatakan
NPL secara parsial memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap ROA pada
Bank Umum Swasta Nasional Devisa
ditolak.
Hasil penelitian ini jika
dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya oleh Fitri Noviyanti Rustan
(2016), Widya Sukmadiarti (2016), Sylvia
Hapsah (2014) dan Dwi Agung Prasetyo
dan Ni Putu Ayu Darmayanti (2015) tidak
mendukung dengan hasil penelitian
sebelumnya yang menyatakan adanya
pengaruh negatif tidak signifikan anatara
NPL terhadap ROA.
5) IRR
IRR memiliki pengaruh yang
negatif yang tidak signifikan terhadap
ROA. Menurut hasil penelitian dapat
ditarik kesimpulan bahwa risiko pasar
secara parsial memiliki pengaruh negatif
tidak signifikan terhadap ROA pada bank
sampel penelitian. Menurut koefesien
determinasi parsial (r2) bahwa IRR
memberikan kontribusi 0,325 persen
terhadap ROA dari triwulan I tahun 2011
sampai dengan triwulan II tahun 2016.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis keenam yang menyatakan
IRR secara parsial memiliki pengaruh
signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Swasta Nasional Devisa ditolak.
Hasil penelitian ini jika
dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya oleh Fitri Noviyanti Rustan
(2016), Widya Sukmadiarti (2016) dan
Sylvia Hapsah (2014) tidak mendukung
dengan hasil penelitian sebelumnya yang
menyatakan adanya pengaruh positif tidak
signifikan dan positif signifikan anatara
IRR terhadap ROA. Sedangkan hasil
penelitian dari dan Dwi Agung Prasetyo
dan Ni Putu Ayu Darmayanti (2015)
ternyata tidadak menggunakan variabel
PDN sebagai variabel penelitian.
6) PDN
PDN memiliki pengaruh yang
positif yang tidak signifikan terhadap
ROA. Menurut hasil penelitian dapat
19
ditarik kesimpulan bahwa risiko pasar
secara parsial memiliki pengaruh positif
tidak signifikan terhadap ROA pada bank
sampel penelitian. Menurut koefesien
determinasi parsial (r2) bahwa PDN
memberikan kontribusi 5,617 persen
terhadap ROA dari triwulan I tahun 2011
sampai dengan triwulan II tahun 2016.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis ketujuh yang menyatakan
PDN secara parsial memiliki pengaruh
signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Swasta Nasional Devisa ditolak.
Hasil penelitian ini jika
dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya oleh Fitri Noviyanti Rustan
(2016), Sylvia Hapsah (2014) dan Widya
Sukmadiarti (2016) ternyata hasil
penelitian ini mendukung dengan hasil
penelian sebelumnya yang menyatakan
adanya pengaruh negatif tidak signifikan
antara PDN terhadap ROA. Sedangkan
hasil penelitian dari dan Dwi Agung
Prasetyo dan Ni Putu Ayu Darmayanti
(2015) ternyata tidadak menggunakan
variabel PDN sebagai variabel penelitian.
7) BOPO
BOPO memiliki pengaruh
negatif yang signifikan terhadap ROA.
Menurut hasil penelitian dapat ditarik
kesimpulan bahwa risiko operasional
secara parsial memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap ROA pada bank
sampel penelitian. Menurut koefesien
determinasi parsial (r2) bahwa BOPO
memberikan kontribusi 32,718 persen
terhadap ROA dari triwulan I tahun 2011
sampai dengan triwulan II tahun 2016.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis kedelapan yang
menyatakan BOPO secara parsial memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap ROA
pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa
diterima.
Hasil penelitian ini jika
dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya oleh Widya Sukmadiarti
(2016) Sylvia Hapsah (2014) Dwi Agung
Prasetyo dan Ni Putu Ayu Darmayanti
(2015) tidak mendukung dengan hasil
penelitian sebelumnya yang menyatakan
adanya pengaruh positif tidak signifikan
dan negatif tidak signifikan anatara BOPO
terhadap ROA. Jika menururt hasil dari
Fitri Noviyanti Rustan (2016) ternyata
hasil penelitian ini mendukung dengan
hasil penelian sebelumnya yang
menyatakan adanya pengaruh negatif
signifikan antara PDN terhadap ROA.
8) FBIR
FBIR memiliki pengaruh negatif
yang tidak signifikan terhadap ROA.
Menurut hasil penelitian dapat ditarik
kesimpulan bahwa risiko operasional
secara parsial memiliki pengaruh negatif
yang tidak signifikan terhadap ROA pada
bank sampel penelitian. Menurut koefesien
determinasi parsial (r2) bahwa FBIR
memberikan kontribusi 0,116 persen
terhadap ROA dari triwulan I tahun 2011
sampai dengan triwulan II tahun 2016.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis kesembilan yang
menyatakan FBIR secara parsial memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap ROA
pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa
ditolak.
Hasil penelitian ini jika
dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya oleh Fitri Noviyanti Rustan
(2016) dan Sylvia Hapsah (2014) tidak
mendukung dengan hasil penelitian
sebelumnya yang menyatakan adanya
pengaruh positif signifikan dan positif
tidak signifikan anatara FBIR terhadap
ROA. Jika menururt hasil dari Widya
Sukmadiarti (2016) ternyata hasil
penelitian ini mendukung dengan hasil
penelian sebelumnya yang menyatakan
adanya pengaruh negatif tidak signifikan
antara FBIR terhadap ROA. Sedangkan
hasil penelitian dari Dwi Agung Prasetyo
dan Ni Putu Ayu Darmayanti (2015)
ternyata tidadak menggunakan variabel
FBIR sebagai variabel penelitian.
KESIMPULAN
Menurut analisis data dan hasil
pengujian hipotesis yang telah dilakukan
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
20
Variabel LDR, IPR, APB, NPL,
IRR, PDN, BOPO dan FBIR secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Swasta Nasional Devisa
LDR, NPL dan PDN secara
parsial memiliki pengaruh positif yang
tidak signifikan terhadap ROA. Besarnya
pengaruh LDR terhadap ROA yaitu 0,044
persen, besarnya pengaruh NPL terhadap
ROA yaitu 0,003 persen dan besarnya
pengaruh PDN terhadap ROA yaitu 5,167
persen.
IPR, APB, IRR dan FBIR secara
parsial memiliki pengaruh negatif yang
tidak signifikan terhadap ROA. Besarnya
pengaruh IPR terhadap ROA yaitu 0,185
persen, besarnya pengaruh APB terhadap
ROA yaitu 0,723 persen, besarnya
pengaruh IRR terhadap ROA yaitu 0,325
persen dan besarnya pengaruh FBIR
terhadap ROA yaitu 0,116 persen.
BOPO secara parsial memiliki
pengaruh negatif yang signifikan terhadap
ROA. Besarnya pengaruh BOPO terhadap
ROA yaitu 32,718 persen.
Dari kedelapan variabel bebas
yang terdiri dari LDR, IPR, APB, NPL,
IRR, PDN, BOPO dan FBIR yang
memiliki pengaruh paling dominan
terhadap ROA adalah BOPO karena nilai
koefesien determinasi parsialnya sebesar
32,718 persen lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan koefesien
determinasi parsial variabel bebas lainnya.
KETERBATASAN PENELITIAN
Periode yang digunakan dalam
penelitian adalah triwulan I tahun 2011
sampai dengan triwulan II 2016. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah variabel bebas seperti : LDR, IPR,
APB, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan peneliti menyadari masih
terdapat banyak keterbatasan dan
kekurangan sehingga penelitian ini masih
kurang sempurna. Maka dengan demikian
terdapat beberapa saran yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi pembaca dan
peneliti selanjutnya.
1. Bagi bank yang diteliti
Disarankan kepada Bank sampel
penelitian yang memiliki BOPO tertinggi
selama periode penelitian triwulan I tahun
2011 sampai dengan triwulan II tahun
2016 yaitu Bank Rabobank International
Indonesia, disarankan untuk lebih
meningkatkan efesiensi dengan cara
menekan biaya operasional. Dengan
demikian hal ini dapat menyebabkan
penurunan biaya dan peningkatan
pendapatan operasional sehingga laba
meningkar dan ROA juga meningkat.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya yang
akan mengambil judul yang sama
diharapkan untuk menambah periode
penelitian yang selanjutnya agar dapat
mendapatkan hasil yang lebih signifikan
terhadap variabel tergantung dan juga
menambah jumlah variabel yang akan
digunakan seperti NIM, PR, LAR dan
FACR.
DAFTAR RUJUKAN
Fitri Noviyanti Rustan.2016.“Pengaruh
Risiko Usaha Terhadap Return On
Assets (ROA) Pada Bank Umum
Swasta Nasional Devisa”. Skripsi
Sarjana Tidak Diterbitkan STIE
PERBANAS Surabaya.
Kasmir. 2012. “Manajemen Perbankan
Edisi Revisi”. Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada.
LukmanDendawijaya. 2009. Manajemen
Perbankan Edisi kedua. Malang :
PT Raja Grafindo Persada.
Dwi Agung Prasetyo dan Ni Putu Ayu
Darmayanti. 2015. “Pengaruh
Risiko Kredit, Likuiditas,
Kecukupan Modal dan Efesiensi
Terhadap Profitabilitas Pada PT.
BPD Bali” . E-jurnal Manajemen
Unud. (Online), Vol. 4, No. 9.
21
Pp2590-2517 , diakses 2 November
2016
Peraturan Bank Indonesia
No.11/25/PBI/2009. Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank
Umum. Jakarta.
(http://www.bi.go.id)
Otoritas Jasa Keuangan. Laporan
Keuangan Publikasi
Bank.(www.ojk.go.id) , diakses
pada 15 Oktober 2016
Surat Edaran Bank Indonesia No.
11/30/DPND tanggal 16 desember
2011. “Tentang Laporan Keuangan
Publikasi Triwulan Dan Bulanan
Bank Umum Serta Laporan Ter
Tentu Yang Disampaikan Kepada
Bank Indonesia”.
Sylvia Hapsah .2014. “Pengaruh Risiko
Usaha Terhadap Return On Assets
(ROA) Pada Bank Umum Swasta
Nasional Devisa”. Skripsi Sarjana
Tidak Diterbitkan STIE
PERBANAS Surabaya.
Syofiyan Siregar. 2010. Statistika
deskriptif untuk penelitian . Jakarta.
PT Raja Grafindo Persada.
Veithzal Rivai. 2013. “Comersial Bank
Manajement : Manajemen
Perbankan Dari Teori Ke
Praktik”. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Widya Sukmadiarti.2015. “Pengaruh
Risiko Usaha Terhadap ROA Pada
Bank Umum Swasta Nasional
Devisa”. Skripsi Sarjana Tidak
Diterbitkan STIE PERBANAS
Surabaya.
Rosady Ruslan. 2010. “Metode Penelitian
Public Relations dan Komunikasi.
Edisi pertama”. Jakarta. Raja
Grafindo Persada.
Website Bank Resona Perdania
www.perdania.co.id , diakses 5
November 2016.
Website Bank Rabobank International
Indonesia www.rabobank.co.id ,
diakses 5 November 2016.