PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK...

201
PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK TERHADAP PENGUNGKAPAN KORUPSI DENGAN KOMPETENSI BUKTI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Opi Widiyanti 1112082000006 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Transcript of PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK...

Page 1: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR

FORENSIK TERHADAP PENGUNGKAPAN KORUPSI DENGAN

KOMPETENSI BUKTI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Opi Widiyanti

1112082000006

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

i

PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR

FORENSIK TERHADAP PENGUNGKAPAN KORUPSI DENGAN

KOMPETENSI BUKTI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Opi Widiyanti

1112082000006

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 3: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

ii

Page 4: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

iii

Page 5: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

iv

Page 6: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

v

Page 7: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Opi Widiyanti

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 4 Maret 1994

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Alamat :Jl. Tanah Seratus RT 002/003

No.48, Sudimara Jaya – Ciledug,

Tangerang 15151

5. Telepon : 083872490177

6. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. TK DEWI SARTIKA Tahun 1999-2000

2. SDN SUDIMARA 05 CILEDUG Tahun 2000-2006

3. SMPN 11 TANGERANG Tahun 2006-2009

4. SMAN 12 TANGERANG Tahun 2009-2012

5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012-2016

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Satiri

2. Ibu : Mahwati

3. Anak ke- : Pertama dari Tiga bersaudara

Page 8: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

vii

THE INFLUENCE OF PROFESSIONALISM AND EXPERTISE FORENSIC

AUDITOR TO THE CORRUPTION DISCLOSURE WITH COMPETENCE

EVIDENCE AS VARIABLE INTERVENING

ABSTRACT

The purpose of this research is to find the influence of professionalism and

expertise forensic auditor to the corruption disclosure with competence evidence as

variabel intervening. This research was done in The Audit Board of The Republic of

Indonesia (BPK RI) and The Board of Finance and Development Supervisory

Agency (BPKP) of the DKI Jakarta Province.

This research was using samples as many as sixty four respondents. The data

analysis method that used was Partial Least Square-Path Modeling (PLS-PM) with

the help of data analysis tool SmartPLS 3.0.

The result of this research show that professionalism and expertise forensic

auditor simultaneously able to the competence evidence of 26,79% and competence

evidence of proffesionalism and expertise forensic auditor able to explain the

corruption disclosure of 52,39%, the rest 47,61% explained by the other is

hypothesized.

Keyword : Professionalism, Expertise, Forensic Auditor, Competence Evidence,

Corruption Disclosure, Intervening, SmartPLS.

Page 9: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

viii

PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR

FORENSIK TERHADAP PENGUNGKAPAN KORUPSI DENGAN

KOMPETENSI BUKTI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh profesionalisme dan

keahlian auditor forensik terhadap pengungkapan korupsi dengan kompetensi bukti

sebagai variabel intervening. Penelitian ini dilakukan pada Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dan Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi DKI Jakarta.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 64 responden. Metode analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS) dengan

bantuan alat analisis data SmartPLS 3.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstruk profesionalisme dan keahlian

auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk kompetensi bukti

sebesar 26,79% dan kompetensi bukti dari konstruk profesionalisme dan keahlian

auditor forensik mampu menjelaskan konstruk pengungkapan korupsi sebesar

52,39%, sisanya 47,61% diterangkan oleh konstruk lain yang tidak dihipotesiskan

dalam model.

Kata kunci : Profesionalisme, Keahlian, Auditor Forensik, Kompetensi Bukti,

Pengungkapan Korupsi, Intervening, SmartPLS.

Page 10: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh

Profesionalisme dan Keahlian Auditor Forensik Terhadap Pengungkapan Korupsi

dengan Kompetensi Bukti Sebagai Variabel Intervening”. Shalawat serta salam

senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan

yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat,

guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang

telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur

Alhamdulillah penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT skripsi ini dapat

diselesaikan. Selain itu, penulis juga ingin mengucapakan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta yang dengan ikhlas memberikan dukungan dengan

penuh perhatian, kasih sayang, semangat, dan doa yang tiada henti-hentinya

kepada penulis serta dukungan moril maupun materil.

2. Kedua adikku Nourisa Cahyati dan Siti Zulaekha yang telah menyemangati

dan doa terbaiknya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr.Arief Mufraini,Lc.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan,SE.,Ak.,MM.,CA. selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Dr.Amilin,SE.,Ak.,M.Si.,CA.,QIA.,BKP selaku Dosen Pembimbing

Skripsi I yang telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga

untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas

segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan

nasihat yang telah diberikan selama ini.

Page 11: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

x

7. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan bantuan kepada penulis.

8. Humas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang telah memberikan saran

mengenai responden dalam penelitian ini.

9. Ibu Devi, atas bantuannya dalam perizinan penelitian di BPK RI dan telah

memberikan semangat.

10. Bapak Gumbira, Bapak Wowo dan Bu Hastin, atas bantuannya dalam

perizinan penelitian dan penyebaran kuesioner di BPKP serta dukungan dalam

pembuatan skripsi ini.

11. Bapak Agung, Bu Yayuk, Mas Asyef, Ka May, dan Ibu Hery, atas bantuannya

dalam penyebaran kuesioner di Auditorat Utama Keuangan Negara (AKN) I,

III, dan V serta telah memberikan semangat.

12. Sahabat-sahabat penulis Laila, Muthia, Nova, Desi, Anin, Haifa, Tasya,

Lidiyna, Naya, dan Rini yang selalu memberikan support, selalu setia

menemani, berbagi suka duka, berbagi cerita, berbagai ilmu dan perhatian

terbaiknya kepada penulis.

13. Akuntansi Kelas A, teman-teman satu bimbingan Wiwi, Fazla, Kia dan rekan-

rekan seperjuangan Akuntansi 2012, terima kasih atas segala informasi,

bantuan dan doanya selama menempuh pendidikan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

14. Sahabat penulis Khusnul Khotimah yang selalu memberikan support dan

perhatian terbaiknya kepada penulis.

15. Sahabat-sahabat penulis dari KKN Parahita Dinnan, Tasya, Rista, Adit,

Daeng, Anas, Irfan, Reza, dan Akbar yang selalu memberikan support dan

perhatian terbaiknya kepada penulis.

Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Page 12: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

xi

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik

yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Juli 2016

(Opi Widiyanti)

Page 13: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

xii

DAFTAR ISI

COVER

COVER DALAM ........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ................................ 9

1. Identifikasi Masalah ................................................................. 9

2. Batasan Masalah ...................................................................... 10

3. Rumusan Masalah .................................................................... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 11

1. Tujuan Penelitian .................................................................. 11

Page 14: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

xiii

2. Manfaat Penelitian ................................................................ 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur ....................................................................... 14

1. Grand Theory ........................................................................ 14

2. Profesionalisme .................................................................... 17

3. Keahlian ............................................................................... 22

4. Auditor Forensik ................................................................... 28

5. Bahan Bukti .......................................................................... 33

6. Pengungkapan Korupsi ......................................................... 39

B. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................... 56

C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 61

D. Rumusan Hipotesis ..................................................................... 63

1. Pengaruh Profesionalisme dan Keahlian Auditor

Forensik terhadap Kompetensi Bukti .................................... 63

2. Pengaruh Profesionalisme dan Keahlian Auditor

Forensik terhadap Pengungkapan Korupsi ............................ 64

3. Pengaruh Kompetensi Bukti terhadap Pengungkapan

Korupsi ................................................................................... 65

4. Pengaruh Profesionalisme dan Keahlian Auditor

Forensik terhadap Pengungkapan Korupsi melalui

Kompetensi Bukti .................................................................. 66

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 68

Page 15: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

xiv

B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 68

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 69

1. Sumber Data ......................................................................... 69

2. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 70

D. Metode Analisis Data .................................................................... 70

1. Statistik Deskriptif ................................................................ 72

2. Uji Model Pengukuran atau Outer Model ............................ 72

a. Convergent Validity ..................................................... 73

b. Discriminant Validity ................................................... 73

c. Reliability .................................................................... 74

3. Uji Model Struktural atau Inner Model ................................ 74

a. R-square ...................................................................... 75

b. Q-square ..................................................................... 75

c. Goodness of Fit (GoF) ................................................. 76

d. Uji hipotesis ................................................................. 75

4. Uji Efek Intervening ............................................................... 77

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................ 81

1. Profesionalisme (X1) ........................................................... 81

2. Keahlian (X2)........................................................................ 82

3. Kompetensi Bukti (Intervening) .......................................... 83

4. Pengungkapan Korupsi (Y) .................................................. 85

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................. 91

Page 16: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

xv

1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 91

2. Karakteristik dan Profil Responden .................................... 93

a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin ............ 93

b. Deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir ........... 94

c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan

terakhir ........................................................................... 95

d. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja

................................................................................... 95

e. Deskripsi responden berdasarkan usia ........................... 97

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...................................................... 98

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................. 98

2. Hasil Uji Model Pengukuran atau Outer Model .................. 99

a. Hasil Convergent Validity ............................................... 99

b. Hasil Discriminant Validity ............................................ 102

c. Hasil Reliability ....................................................... 105

3. Hasil Uji Model Struktural atau Inner Model ....................... 106

a. Hasil R-square ............................................................... 107

b. Hasil Q-square ............................................................... 109

c. Hasil Goodness of Fit (GoF) .......................................... 109

d. Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 110

4. Hasil Uji Efek Intervening .................................................. 112

C. Pembahasan .................................................................................. 116

1. Pengaruh Profesionalisme Auditor Forensik terhadap

Page 17: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

xvi

Kompetensi Bukti ................................................................... 116

2. Pengaruh Keahlian Auditor Forensik terhadap

Kompetensi Bukti ................................................................... 117

3. Pengaruh Profesionalisme Auditor Forensik terhadap

Pengungkapan Korupsi ......................................................... 118

4. Pengaruh Keahlian Auditor Forensik terhadap

Pengungkapan Korupsi .......................................................... 120

5. Pengaruh Kompetensi Bukti terhadap Pengungkapan

Korupsi .................................................................................. 121

6. Pengaruh Profesionalisme Auditor Forensik terhadap

Pengungkapan Korupsi melalui Kompetensi Bukti .............. 122

7. Pengaruh Keahlian Auditor Forensik terhadap

Pengungkapan Korupsi melalui Kompetensi Bukti ............... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................. 125

B. Implikasi...................................................................................... 127

C. Keterbatasan ................................................................................ 128

D. Saran ................................................................................. 128

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 130

LAMPIRAN.................................................................................................... 135

Page 18: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Survei Persepsi Korupsi 2015 ....................................................... 2

Tabel 1.2 Kasus Korupsi di Indonesia .......................................................... 3

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................... 57

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian .................................................... 87

Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian ................................................................. 92

Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ................................................ 92

Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 93

Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ....... 94

Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir ......................................................................................... 95

Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman

Kerja .............................................................................................. 96

Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ........................ 97

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................................... 98

Tabel 4.9 Outer Loading .............................................................................. 100

Tabel 4.10 Outer Loading Modifikasi ............................................................ 101

Tabel 4.11 Cross Loading ............................................................................... 103

Tabel 4.12 Average Variance Extracted (AVE) .............................................. 105

Tabel 4.13 Composte Reliabilty dan Cronbach Alpha ................................... 106

Tabel 4.14 Nilai R-square ............................................................................... 108

Tabel 4.15 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value) .................................. 111

Page 19: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

xviii

Tabel 4.16 Pengaruh Langsung Variabel Laten Profesionalisme .................... 112

Tabel 4.17 Pengaruh Langsung Variabel Laten Keahlian ............................... 113

Tabel 4.18 Pengaruh Tidak Langsung Variabel Laten Keahlian ..................... 114

Tabel 4.19 Penghitungan VAF Keahlian Auditor Forensik terhadap

Pengungkapan Korupsi Melalui Kompetensi Bukti ...................... 116

Page 20: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................ 61

Gambar 3.1 Model Pengaruh Langsung ...................................................... 78

Gambar 3.2 Model Intervening ................................................................... 78

Gambar 4.1 Model Struktural Hasil Bootstrapping ................................... 107

Page 21: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penelitian Skripsi ........................................................... 136

Lampiran 2 Surat Permohonan Pengisian Kuesioner ................................. 139

Lampiran 3 Surat Keterangan dari BPK-RI dan BPKP .............................. 142

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian ............................................................... 146

Lampiran 5 Daftar Identitas dan Jawaban Responden ................................ 154

Lampiran 6 Output Hasil Pengujian Data .................................................. 171

Page 22: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Skor Corruption Perseption Index (CPI) Indonesia berdasarkan

temuan Transparency International (TI), untuk tahun 2015 mencapai 36.

Jumlah tersebut meningkat 2 poin dibanding skor CPI 2014 yaitu 34.

Dengan kenaikan skor tersebut, peringkat korupsi Indonesia turun dari

peringkat 107 ke peringkat 88, dari 168 negara. Penurunan ini tidak

seimbang dengan penurunan kasus korupsi yang terjadi di daerah.

Kasus korupsi di Indonesia seakan seperti pepatah mati satu tumbuh

seribu (Dwi dan Effendi, 2013), Indonesian Corruption Watch (ICW)

menyatakan bahwa data-data kasus korupsi membuktikan bahwa praktek-

praktek korupsi telah menyebar hingga ke daerah-daerah seiring dengan

pelaksanaan otonomi daerah. Purnomo, dkk (2007) dalam Rini dan Sarah

(2014) desentralisasi membawa dampak pada terjadinya pergeseran relasi

kekuasaan pusat ke daerah dan antar lembaga di daerah sehingga membuka

peluang maraknya money politic oleh kepala daerah sehingga peluang

korupsi semakin terbuka.

Tranparency International (TI) pada tahun 2015, melakukan Survei

Persepsi Korupsi 2015 dilakukan di 11 kota di Indonesia. Sebelas kota

tersebut adalah Kota Pekanbaru, Kota Semarang, Kota Banjarmasin, Kota

Pontianak, Kota Makassar, Kota Manado, Kota Medan, Kota Padang, Kota

Bandung, Kota Surabaya, dan Kota Jakarta. Survey dilakukan serentak di 11

Page 23: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

2

kota di Indonesia pada 20 Mei sampai 17 Juni 2015 kepada 1.100

pengusaha.

Tabel 1.1

Survei Persepsi Korupsi 2015

Sumber : http://www.ti.or.id

Survei tersebut menunjukkan hasil kota yang memiliki skor tertinggi

dalam Indeks Persepsi Korupsi 2015 adalah Kota Banjarmasin dengan skor 68,

Kota Surabaya dengan skor 65, dan Kota Semarang dengan skor 60. Sementara

itu, Kota yang memiliki skor Indeks Persepsi Korupsi terendah adalah Kota

Bandung dengan skor 39, Kota Pekanbaru dengan skor 42, dan Kota

Makassar skor 48. Kota dengan pertumbuhan indeks persepsi korupsi tinggi

menunjukkan daerah yang bersangkutan memiliki kemajuan yang signifikan

dalam upaya pemberantasan korupsi di daerahnya. Sebaliknya, daerah yang

mengalami penurunan atau stagnan indeks persepsi korupsinya menunjukkan

terjadi penurunan atau stagnasi dalam upaya pemberantasan korupsi di daerah.

Nomor Kota Skor

1. Banjarmasin 68

2. Surabaya 65

3. Semarang 60

4. Pontianak 58

5. Medan 57

6. Jakarta Utara 57

7. Manado 55

8. Padang 50

9. Makassar 48

10. Pekanbaru 42

11. Bandung 39

Page 24: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

3

Sejak awal berdiri, sebagai lembaga anti rusuah Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) telah banyak menangkap pejabat pelaku korupsi. Berikut adalah

nama-nama besar yang pernah diseret oleh KPK sejak tahun 2002:

Tabel 1.2

Kasus Korupsi di Indonesia

No. Nama Kasus

1. Irjen Djoko Susilo

Kasus korupsi dalam proyek

simulator ujian Surat Izin

Mengemudi (SIM).

2. Luthfi Hasan Ishaaq

Dugaan menerima hadiah atau janji

terkait dengan pengurusan quota

daging pada Kementrian Pertanian.

3. Rudi Rubiandini Menerima suap dari Kernel Oil

senilai US$ 400 ribu.

4. Ratu Atut Chosiyah

Kasus korupsi pada pengadaan alat

kesehatan dan dugaan suap terkait

penanganan sengketa pilkada Lebak,

Banten.

5. Miranda S. Goeltom

Tersangka dalam kasus suap cek

pelawat untuk anggota DPR. Suap

tersebut dikucurkan selama

berlangsungnya pemilihan Deputi

Gubernur Senior Bank Indonesia

Periode 2004.

6. Burhanuddin Abdullah

Menggunakan dana milik Yayasan

Lembaga Pengembangan Perbankan

Indonesia (YLPPI) senilai Rp 100

miliar untuk bantuan hukum lima

mantan pejabat BI, penyelesaian

kasus BLBI, dan amandemen UU

BI.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 25: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

4

Tabel 1.2 (lanjutan)

No. Nama Kasus

7. Aulia Pohan

Aulia Pohan terjerat dalam

kasus yang sama dengan

Burhanuddin Abdullah. Pohan

yang kala itu menjabat sebagai

Deputi Gubernur BI.

8. Urip Tri Gunawan

Menerima suap 610.000 dolar

AS dari Arthalita Suryani di

rumah obligor BLBI Syamsul

Nursalim.

9. Muhammad Nazaruddin Kasus suap proyek Wisma

Atlet SEA Games.

10. Andi Malarangeng Kasus suap proyek Wisma

Atlet SEA Games.

11. Anas Urbaningrum Kasus suap proyek Wisma

Atlet SEA Games.

12. Akil Mochtar

Tersangka penerima suap Rp

3 Miliar dari bupati Gunung

Mas dan tindak pidana

pencucian uang terkait kasus

sengketa Pilkada.

13. Suryadharma Ali

Tersangka kasus dugaan

korupsi penyelenggaraan

ibadah haji.

14. Gayus H. Tambunan

Salah satu kasus korupsi di

Indonesia yang cukup besar

terungkap di berbagai media

massa yaitu kasus Gayus H.

Tambunan yang menyeret

banyak pihak, baik di lembaga

Direktorat Pajak, Kementrian

Keuangan, Kepolisian,

Kejaksaan, hingga Lembaga

Peradilan.

Sumber : Berbagai referensi yang diolah

Sebagian besar kasus korupsi yang disidik adalah kasus yang terkait

dengan non infrastruktur dibanding dengan infrastruktur. Meskipun kasus yang

termasuk infrastruktur tergolong lebih rendah dari non infrastruktur, tapi kerugian

negara yang ditimbulkan hampir dua kali lipatnya (Wana, 2015).

Page 26: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

5

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan

Pemberantasan Korupsi berisi mengenai tindakan pemerintah yang

memerintahakan semua aparat di pusat dan daerah menjalankan langkah-langkah

apapun untuk memberantas korupsi. Upaya tersebut antara lain meningkatkan

upaya pengawasan dan pembinaan aparatur untuk meniadakan perilaku koruptif di

lingkungan kerja, memberikan dukungan maksimal terhadap upaya-upaya

penindakan korupsi yang dilakukan Kepolisian Negara Republik Indonesia,

Kejaksaan Republik Indonesia, dan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan cara

mempercepat pemberian informasi yang berkaitan dengan perkara tindak pidana

korupsi dan mempercepat pemberian izin pemeriksaan terhadap saksi atau

tersangka.

Korupsi memang tidak akan bisa benar-benar dihilangkan, namun harapan

untuk mengurangi korupsi seharusnya dapat segera terwujud (Yuwanto, 2015).

Sebagai badan yang memiliki tujuan yang sama untuk memberantas tindak pidana

korupsi, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan RI

(BPK-RI), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Komisi

Pemberantas Korupsi (KPK), Kejaksaan dan Pengadilan harus membuktikan

kecurigaan mereka kepada seseorang mengenai apakah seseorang benar-benar

tersangka korupsi atau tidak.

Pengusutan korupsi sulit dilakukan oleh penyidik karena berkaitan dengan

bidang di luar hukum, yaitu bidang keuangan negara atau perekonomian negara

hal ini tertuang dalam Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam membuktikan apakah seseorang

Page 27: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

6

melakukan korupsi harus didukung oleh alat bukti yang kuat, untuk memperoleh

alat bukti yang kuat diperlukan metode yang tepat dan relevan salah satu metode

yang dapat digunakan yaitu jasa auditor forensik (Hakim, 2014). Dalam hal ini

auditor forensik memberikan kontribusi dalam pengungkapan korupsi, dengan

penerapan secara efektif kerugian negara dapat ditemukan. Berdasarkan

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Nomor 17/K/I-XIII.2/12/2008

tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Investigatif, penghitungan kerugian negara

atau daerah merupakan suatu pemeriksaan investigatif yang dilakukan untuk

menghitung nilai kerugian negara atau daerah yang terjadi akibat penyimpangan

dalam pengelolaan keuangan negara atau daerah dengan membandingkan antara

kondisi dan kriteria.

Perkembangan ilmu audit forensik belakangan ini menjadi harapan bangsa

Indonesia dalam menghadapi kecurangan terutama korupsi yang semakin marak

(Lediastuti dan Subandijo, 2014). Hasil analisis auditor forensik yang berupa

Laporan Hasil Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN), Laporan

Hasil Audit Investigatif (LHAI) dan keterangan ahli, memiliki pengaruh dalam

pertimbangan putusan pengadilan tindak pidana korupsi (Hakim, 2014).

Praktik audit forensik di Indonesia pertama kali dilakukan untuk

menyelesaikan kasus Bank Bali oleh Price Waterhouse Coopers (PWC),

keberhasilannya dapat dilihat dari PWC menunjukkan aliran dana yang bersumber

dari pencairan dana peminjaman Bank Bali (Hakim, 2014). Wahono (2011) dalam

Astuti (2013) peran audit forensik kembali ditunjukkan dalam penanganan Kasus

Bank Century, BPK telah menemukan adanya temuan penting dalam hasil audit

Page 28: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

7

forensik tersebut. Temuan dan kesimpulan BPK bahwa telah terjadi penggelapan

hasil penjualan US Treasure Strips (UTS) yang menjadi hak Bank Century

sebesar 29,77 juta dollar AS oleh pemilik FGAH, pengalihan dana hasil penjualan

surat-surat berharga oleh Kepala Divis Treasury Bank Century menjadi deposito

PT AI di Bank Century sebesar 7 juta dollar AS tidak wajar karena diduga tidak

ada transaksi yang mendasarinya, dan merugikan Bank Century sehingga akhirnya

membebani penyertaan modal sementara, diduga pula terjadi penggelapan atas

uang hasil penjualan 44 kavling aset eks jaminan PT BMJA senilai Rp 62,06

miliar oleh Direktu Utama PT TNS dengan cara tidak menyetorkan hasil

penjualan kavling tersebut ke Bank Century.

Nawangwulan (2013) auditor seharusnya menyadari bahwa fungsinya

adalah tempat bersandingnya kepercayaan masyarakat dan pemakai laporan

keuangan, kelangsungan profesinya akan tetap terjaga apabila seorang auditor

dapat menjaga amanah dari masyarakat dan pemakai laporan keuangan yang

diberikan kepadanya yaitu tetap menjaga akuntabilitasnya.

Ekspektasi masyarakat yang tinggi akan peran dan fungsi audit forensik

dalam menemukan bukti yang kompeten serta mengungkap korupsi menjadi

tantangan dan tanggung jawab tersendiri bagi auditor forensik (Dwi dan Effendi,

2013). Peran dan fungsi dari seorang auditor forensik dapat tercermin dari sikap

profesionalisme yang mereka jalankan dan keahlian yang dimiliki.

Auditor forensik dalam mengungkap suatu kasus korupsi harus dapat

mengumpulkan bukti yang kompeten, kompetensi suatu bukti didasarkan pada

proses perolehan bukti tersebut oleh auditor (Pusdiklatwas BPKP, 2013). Bukti

Page 29: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

8

yang diperoleh secara ilegal tidak dapat diterima secara hukum. Dengan demikian

keahlian merupakan unsur penting yang dimiliki seorang auditor forensik untuk

dapat bekerja secara profesional.

Mukoro et al (2013) dalam Prabowo (2015) menyatakan disiplin ilmu

audit forensik berkembang seiring meningkatnya tingkat kejahatan, korupsi,

kurang berfungsinya pembuat kebijakan atau peraturan, sistem keamanan yang

lemah, dan lain-lain. Hal ini juga merupakan indikasi yang menunjukkan

peningkatan permintaan auditor forensik.

Peneliti terdahulu yang menunjukkan terdapat pengaruh antara

profesionalisme dan keahlian auditor forensik terhadap kompetensi bukti

dilakukan oleh Dwi dan Effendi (2013) dan Michael (2012). Penelitian Dwi dan

Effendi (2013) berjudul “Pengaruh Profesionalisme Akuntan Forensik Terhadap

Kompetensi Bukti Tindak Pidana Korupsi” hasil penelitian menunjukkan bahwa

profesionalisme akuntan forensik memiliki pengaruh sebesar 33,67% terhadap

kompetensi bukti tindak pidana korupsi. Penelitian terdahulu yang juga

mengangkat tema kompetensi bukti yang dilakukan Michael (2012) dalam

penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Kompetensi

Bukti Audit”. Hasil dari penelitiannya menunjukan bahwa keahlian audit memiliki

pengaruh yang besar terhadap kompetensi bukti sebesar 62,10%.

Penulis juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Bramastyo

(2014) dengan judul “Laporan Audit Investigatif sebagai Bukti Permulaan

Penyidikan Tindak Pidana Korupsi” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa audit

forensik secara akurat dapat menentukan unsur kesalahan dan kerugian negara

Page 30: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

9

dalam tindak pidana korupsi yang terjadi dalam birokrasi secara akurat karena

metode yang digunakan merupakan penggabungan antara ilmu audit dan ilmu

penyidikan untuk menentukan modus operandi, pihak yang terlibat dalam tindak

pidana korupsi dan kerugian negara yang ditimbulkan. Penelitian tersebut menjadi

referensi utama dalam penelitian ini.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian

ini karena pertama, profesionalisme dan keahlian merupakan cerminan utama

yang harus dimiliki auditor forensik dalam menjalankan tugasnya agar dapat

menghasilkan kompetensi suatu bukti atas tindak pidana korupsi. Kedua, untuk

mengetahui pengaruh bukti audit hasil analisis auditor forensik terhadap putusan

hakim di pengadilan. Ketiga, sampai dengan tahap melakukan penelitian ini,

peneliti belum menemukan penelitian yang menaruh perhatiannya untuk

menjadikan kompetensi bukti dari profesionalisme dan keahlian auditor forensik

sebagai variabel intervening terhadap pengungkapan korupsi. Berdasarkan hal

tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Profesionalisme dan Keahlian Auditor Forensik Terhadap Pengungkapan

Korupsi dengan Kompetensi Bukti sebagai Variabel Intervening”.

B. Identifikasi Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat di identifikasikan masalah

sebagai berikut:

a. Praktek-praktek korupsi telah menyebar hingga ke daerah-daerah

seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah.

Page 31: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

10

b. Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2004 tentang

Percepatan Pemberantasan Korupsi berisi mengenai tindakan

pemerintah yang memerintahkan semua aparat di pusat dan daerah

untuk menjalankan langkah-langkah apapun untuk memberantas

korupsi.

c. Pengusutan untuk membuktikan apakah seseorang melakukan

korupsi sulit dilakukan karena berkaitan dengan bidang di luar

hukum, yaitu bidang keuangan negara atau perekonomian negara.

2. Batasan Masalah

Mengingat terbatasnya data dan informasi yang didapatkan,

maka dalam penelitian ini akan membatasi masalah-masalah yang ada

diantaranya:

a. Dari identifikasi masalah diatas, maka akan dilakukan penelitian

tentang pengaruh profesionalisme dan keahlian auditor forensik

terhadap pengungkapan korupsi dengan kompetensi bukti sebagai

variabel intervening.

b. Sampel penelitian adalah auditor forensik pada BPK-RI dan BPKP

Perwakilan Provinsi DKI Jakarta.

c. Metode yang digunakan yaitu Partial Least Square (PLS) dengan

software SmartPLS 3.0.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 32: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

11

a. Apakah profesionalisme auditor forensik berpengaruh secara

signifikan terhadap kompetensi bukti?

b. Apakah keahlian auditor forensik berpengaruh secara signifikan

terhadap kompetensi bukti?

c. Apakah profesionalisme auditor forensik berpengaruh secara

signifikan terhadap pengungkapan korupsi?

d. Apakah keahlian auditor forensik berpengaruh secara signifikan

terhadap pengungkapan korupsi?

e. Apakah kompetensi bukti berpengaruh secara signifikan terhadap

pengungkapan korupsi?

f. Apakah profesionalisme auditor forensik berpengaruh secara

signifikan terhadap pengungkapan korupsi melalui kompetensi

bukti?

g. Apakah keahlian auditor forensik berpengaruh secara signifikan

terhadap pengungkapan korupsi melalui kompetensi bukti?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

a. Menganalisis pengaruh signifikan profesionalisme auditor forensik

terhadap kompetensi bukti.

b. Menganalisis pengaruh signifikan keahlian auditor forensik terhadap

kompetensi bukti.

Page 33: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

12

c. Menganalisis pengaruh signifikan profesionalisme auditor forensik

terhadap pengungkapan korupsi.

d. Menganalisis pengaruh signifikan keahlian auditor forensik terhadap

pengungkapan korupsi.

e. Menganalisis pengaruh signifikan kompetensi bukti terhadap

pengungkapan korupsi.

f. Menganalisis pengaruh signifikan profesionalisme auditor forensik

terhadap pengungkapan korupsi melalui kompetensi bukti.

g. Menganalisis pengaruh signifikan keahlian auditor forensik terhadap

pengungkapan korupsi melalui kompetensi bukti.

2. Manfaat Penelitian

a. Kontribusi Teoritis

1) Penulis, sebagai aplikasi teori yang selama ini diperoleh dalam

perkuliahan dan untuk menambah pengetahuan terkait

pengungkapan korupsi.

2) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, peneliti ini bermanfaat untuk

perkembangan ilmu akuntansi untuk menambah pengetahuan

mengenai akuntansi dan audit.

3) Pembaca, sebagai sarana informasi untuk menambah pengetahuan

mengenai penggunaan metode akuntansi dalam melakukan

pengungkapan korupsi.

Page 34: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

13

4) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak

yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik

yang sama.

b. Kontribusi Praktisi

1) BPK-RI dan BPKP sebagai masukan untuk mendorong kinerja

auditor forensik dalam memberikan hasil temuan audit agar bukti

yang di dapat semakin kompeten.

2) Akademisi, sebagai bahan pengajaran untuk meningkatkan minat

mahasiswa dalam mata kuliah audit, mengingat besarnya peran

dan kebutuhan akan audit forensik.

.

Page 35: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Grand Theory

Teori Planned Behavior

Theory of Planned Behavior yang dikembangkan oleh Fishben dan

Ajzen (1975) didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk

yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin

baginya, secara sistematis. Perilaku didasarkan faktor kehendak yang

melibatkan pertimbangan-pertimbangan untuk melakukan atau tidak

melakukan suatu perilaku dimana dalam prosesnya, berbagai pertimbangan

tersebut akan membentuk intensi untuk melakukan suatu perilaku.

Terdapat tiga komponen utama pembentuk intensi perilaku yaitu:

a. Attitude Toward Behavior (ATB)

Sikap merupakan suatu faktor dalam diri seorang yang dipelajari

untuk memberikan respon positif atau negatif pada penilaian terhadap

sesuatu yang diberikan. Sikap seorang terhadap perilaku yang

dipengaruhi oleh behavioral belief, yaitu evaluasi positif atupun

negatif terhadap suatu perilaku tertentu, tercermin dalam kata-kata

seperti, benar atau salah, setuju atau tidak setuju, baik atau buruk, dan

lain-lain. Evaluasi negatif terhadap perilaku korupsi dan evaluasi

positif terhadap antikorupsi.

Page 36: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

15

Dalam hal ini pelaku memahami bahwa tindakannya salah,

tetapi koruptor memiliki kepentingan. Menurut Yuwanto (2015)

perilaku korupsi dapat dianggap sebagai kebiasaan karena adanya

kasus per kasus yang telah terjadi dari masa ke masa dan perilaku

korupsi tetap ada hingga saat ini, perilaku korupsi tersebut tidak

pernah diproses selama pelaku masih memegang kendali atau

kekuasaan sehingga pola yang sama diwariskan pada pemegang

kendali kekuasaan berikutnya.

Seorang auditor forensik akan berhasil dalam menjalankan

profesinya jika mempunyai sikap profesionalisme dan keahlian.

Dengan profesionalisme dan keahliannya auditor forensik akan

mampu menginterpretasikan sesuatu peristiwa, alasan, atau sebab

perilaku seorang koruptor.

b. Subjective Norm (SN)

Norma subjektif (subjective norm) merupakan persepsi

seseorang tentang pemikiran orang lain yang akan mendukung atau

tidak mendukungnya dalam melakukan sesuatu, sikap ini dipengaruhi

oleh subjective norm di sekeliling individu. Misal norma agama (bagi

individu beragama), norma sosial, norma keluarga, atau ketika orang-

orang yang penting bagi individu atau cenderung dipatuhi oleh

individu menganggap perilaku anti korupsi sebagai hal positif, maka

akan meningkatkan intensi (potensi) berperilaku anti korupsi.

Page 37: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

16

Penyebab perilaku korupsi dapat dikategorikan menjadi

penyebab eksternal dan internal. Penyebab eksternal bersifat penarik,

yaitu menstimulusi individu melakukan perilaku korupsi. Penyebab

internal bersifat pendorong, yaitu menggerakkan individu melakukan

perilaku korupsi (Yuwanto, 2015).

Seorang auditor forensik mungkin berhasil atau tidak dalam

menjalankan profesinya karena faktor-faktor yang mereka percaya

dari dalam diri mereka atau karena faktor yang berasal dari

lingkungan, dari faktor-faktor tersebut akan mampu menyimpulkan

suatu modus operandi dari kasus korupsi oleh kombinasi antara

kekuatan internal dan eksternal.

c. Perceived Behavior Control (PBC)

Sikap yang dipengaruhi oleh control belief, yaitu persepsi

kesulitan dan kemudahan untuk memunculkan suatu perilaku. Ini

berkaitan dengan sumber dan kesempatan untuk mewujudkan perilaku

tersebut. Misalnya, lingkungan di sekeliling individu yang korup atau

kesempatan korupsi yang besar atau mudah akan meningkatkan

intensi individu untuk melakukan perilaku korupsi dan sebaliknya.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan

informasi, modus operandi dari para pelaku kecurangan semakin

canggih dan bervariasi. Para pelaku akan cenderung mencari celah

untuk melakukan kecurangan dari lemahnya sistem pengendalian dan

penegakkan hukum (Lediastuti dan Subandijo, 2014).

Page 38: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

17

Dengan profesionalisme dan keahlian yang dimiliki, auditor

forensik akan dapat merumuskan pendapatnya dengan baik, bukti

yang dihasilkan akan lebih kompeten sehingga dapat memperoleh dan

mengevaluasi bukti yang memadai untuk ditariknya kesimpulan audit

dalam pengungkapan korupsi. Sehingga pencapaian hasil yang

diharapkan akan lebih terealisasi.

2. Profesionalisme

a. Definisi Profesionalisme

Profesionalisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007)

adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu

profesi atau orang yang profesional. Profesi dan profesionalisme dapat

dibedakan secara konseptual. “Profesi merupakan jenis pekerjaan

yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme

merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu

pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak” (Kalbers dan Forgaty,

1995).

Karamoy (2015) profesionalisme menjadi syarat utama bagi

seseorang yang ingin menjadi auditor sebab dengan profesionalisme

yang tinggi kebebasan auditor dari salah saji akan semakin terjamin.

Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang

semakin luas, auditor harus memiliki wawasan yang luas tentang

kompleksitas organisasi modern.

Page 39: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

18

Yendrawati (2008) profesionalisme adalah konsep untuk

mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka

yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Untuk mengukur

tingkat profesionalisme bukan hanya dibutuhkan suatu indikator yang

menyebutkan bahwa seorang dikatakan profesional, tetapi juga

dibutuhkan faktor-faktor eksternal seperti bagaimana seseorang

berperilaku dalam menjalankan tugasnya. Sehingga ada sebuah

gambaran yang menyebutkan bahwa perilaku profesional adalah sikap

cerminan sikap profesionalisme

Profesionalisme dapat disimpulkan sebagai suatu atribut

individual untuk mengukur bagaimana para profesional memandang

profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Jika

memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk

melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu

tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi

yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan

mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan.

b. Taksonomi Profesionalisme

Taksonomi profesionalisme Hall (1968) digunakan untuk

menguji profesionalisme para akuntan publik (Morrow dan Goetz,

1988). Dan mengutip lima dimensi profesionalisme Hall (1968) dalam

Dwi dan Effendi (2013), yaitu:

Page 40: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

19

1) Pengabdian pada profesi (Dedication), dicerminkan dari

dedikasi profesionalisme melalui penggunaan pengetahuan dan

kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan

pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Pekerjaan

didefinisikan sebagai tujuan hidup dan bukan sekedar sebagai

alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi

komitmen pribadi sehingga kompensasi utama yang diharapkan

dari pekerjaan adalah kepuasaan rohani, baru kemudian materi.

2) Kewajiban Sosial (Social obligation), yaitu pandangan tentang

pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh

masyarakat atau pun oleh profesional karena adanya pekerjaan

tersebut.

3) Kemandirian (Autonomy demands), yaitu suatu pandangan

bahwa seorang professional harus mampu membuat keputusan

sendiri tanpa ada tekanan dari pihak yang lain. Setiap ada

campur tangan dari pihak luar dianggap sebagai hambatan

kemandirian secara profesional. Banyak orang yang

menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa

untuk membuat keputusan bekerja tanpa diawasi secara ketat.

Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa

yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus.

4) Keyakinan terhadap peraturan profesi (Belief in self-regulation),

yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai

Page 41: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

20

pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan

pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang

ilmu dan pekerjaan mereka. Keyakinan akan menjadi motor bagi

auditor untuk memberikan hasil pekerjaan serta pertimbangan-

pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan karena

kesalahan pertimbangan yang dibuat akan memberikan hasil

yang berbeda. Bila yang menilai pekerjaan mempunyai

pengetahuan yang sama, maka kesalahan akan dapat diketahui.

5) Hubungan dengan sesama profesi (Professional community

affiliation) berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,

termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega

informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan

profesi ini para profesional membangun kesadaran profesinya.

Dengan sering berkumpul dan berdiskusi dengan sesama profesi

akan mendapat banyak masukan dari sumber yang lebih

profesional lagi. Dengan banyakanya tambahan masukan akan

menambah akumulasi pengetahuan auditor sehingga dapat lebih

akurat dalam membuat perencanaan dan pertimbangan dalam

proses pengauditan.

Sebuah profesi harus memiliki sebuah aturan standar profesional

yang memandu proses penyampaian jasa-jasa profesional. Hasil logis

dari otonomi profesional adalah mendukung peraturan profesional dari

profesinya. Standar-standar kompetensi yang dikeluarkan oleh profesi

Page 42: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

21

mencoba untuk menetapkan posisi bagi profesi dalam menilai prestasi

anggota. Asosiasi seperti itu, yang dapat disebut sebagai afiliasi

komunitas, menyediakan tempat lain atas identitas bagi para individu

yang juga merupakan angota-anggota organisasi suatu profesi (Dwi

dan Effendi, 2013).

Kode Standar Profesional Certified Fraud Examiners (CFE)

Association of Certified Fraud Examiners merupakan asosiasi

profesional yang berkomitmen untuk berkinerja di tingkat tertinggi

dari perilaku yang etis. Anggota Asosiasi berjanji untuk bertindak

dengan integritas dan melakukan pekerjaan mereka secara profesional.

Anggota memiliki tanggung jawab profesional untuk klien mereka,

dengan kepentingan umum dan satu sama lain, tanggung jawab yang

membutuhkan mensubordinasi kepentingan pribadi dengan

kepentingan mereka yang dilayani. Standar ini mengungkapkan

prinsip-prinsip dasar dari perilaku etis untuk membimbing anggota

dalam memenuhi tugas dan kewajibannya. Dengan wajib mengikuti

standar yang ada, semua Certified Fraud Examiners (CFE)

diharapkan, dan semua anggota Asosiasi akan berusaha untuk

menunjukkan komitmen mereka untuk keunggulan dalam pelayanan

dan perilaku profesionalnya.

Page 43: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

22

3. Keahlian

a. Definisi Keahlian

Keahlian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) adalah

kemahiran dalam suatu ilmu (kepandaian, pekerjaan). Keahlian

merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seseorang auditor

untuk bekerja secara profesional. Hal tersebut ditegaskan dalam

standar umum pertama SA Seksi 210, SPAP (2015) audit harus

dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

Grippo dan Ibex (2003) dalam Digabriele (2008) menyatakan

bahwa sebagian besar keahlian auditor forensik datang dari

kemampuannya dalam bidang akuntansi dan audit, pajak, operasi

bisnis, maajemen, pengendalian intern, hubungan interpersonal, dan

komunikasi.

Keahlian menurut Standar Audit Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah (APIP) dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara (MENPAN) No.Per/05/M.PAN/03/2008 bahwa

auditor harus mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi

lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya

dengan kriteria auditor harus mempunyai tingkat pendidikan formal

minimal Strata Satu (S1) atau yang setara, memiliki kompetensi di

bidang auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi

serta telah mempunyai sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor (JFA)

Page 44: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

23

serta mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan

(continuing professional education).

Keahlian dapat disimpulkan sebagai dasar yang positif dimiliki

seorang auditor forensik untuk mendukung penugasannya dalam

perhitungan kerugian negara, pengungkapan kasus-kasus tersembunyi,

serta sebagai saksi ahli di pengadilan yang mengharuskan memiliki

pemikiran kritis, analisis deduktif, kemampuan komunikasi dalam

lisan dan tulisan, dan lain-lain.

b. Taksonomi Keahlian

Young (2008) menyatakan bahwa auditor forensik menguasai

ketrampilan dalam banyak bidang. Beberapa auditor forensik, sudah

barang tentu, mengkhususkan diri pada bidang-bidang tertentu seperti

teknologi informasi. Akan tetapi, semua auditor forensik yang telah

terlatih sekurang-kurangnya memiliki tingkat pengetahuan dan

keterampilan dalam bidang-bidang berikut ini:

1) Keterampilan auditing merupakan hal terpenting bagi auditor

forensik karena adanya sifat pengumpulan informasi dan

verifikasi yang terdapat pada auditor forensik.

2) Pengetahuan dan keterampilan investigasi, misalnya taktik-taktik

surveillance dan keterampilan wawancara dan interogasi,

membantu auditor forensik untuk melangkah di luar keterampilan

mereka di dalam mengaudit aspek-aspek forensik baik aspek legal

maupun aspek finansial.

Page 45: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

24

3) Kriminologi, khususnya studi psikologi tindak kejahatan, adalah

penting bagi auditor forensik karena keterampilan investigasi

yang efektif sering bergantung pada pengetahuan tentang motif

dan insentif yang dialami oleh perpetrator.

4) Pengetahuan akuntansi membantu auditor forensik untuk

menganalisis dan menginterpretasi informasi keuangan yang

dibutuhkan untuk membangun sebuah kasus di dalam investigasi

keuangan, apakah itu dalam kasus kebangkrutan, operasi

pencucian uang, atau skema-skema penyelewengan lainnya.

5) Pengetahuan tentang hukum sangat penting untuk menentukan

keberhasilan auditor forensik.

6) Pengetahuan dan keterampilan bidang Teknologi Informasi (TI)

menjadi sarana yang penting bagi auditor forensik di tengah dunia

yang dipenuhi oleh kejahatan-kejahatan dunia maya.

7) Keterampilan berkomunikasi juga dibutuhkan oleh auditor

forensik untuk memastikan bahwa hasil penyelidikan atau analisis

mereka dapat dipahami secara benar dan jelas oleh pengguna

jasanya.

Ramaswamy (2005) mengungkapkan inti pengetahuan seorang

auditor forensik untuk menjadi ahli selalu memerlukan peningkatan

jumlah keahlian dan kompetensi dalam menemukan penipuan. Berikut

adalah terdapat beberapa keahlian yang berguna untuk auditor

forensik:

Page 46: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

25

1) Sebuah pengetahuan yang mendalam tentang laporan keuangan,

dan kemampuan untuk menganalisa kritis mereka. Keterampilan

ini membantu auditor forensik menemukan pola abnormal dalam

informasi akuntansi dan mengenali sumber mereka.

2) Sebuah ketelitian tentang pemahaman skema penipuan, namun

tidak terbatas pada pengelapan aset termasuk, pencucian uang,

penyuapan, dan korupsi.

3) Kemampuan untuk memahami sistem pengendalian internal

perusahaan, dan untuk membuat sebuah sistem kontrol yang

menilai resiko, manajemen mencapai tujuan, memberitahu

karyawan mereka kontrol tanggung jawab, dan memantau kualitas

program sehingga koreksi dan perubahan dapat dibuat.

4) Kemampuan dalam ilmu komputer dan sistem jaringan.

Keterampilan ini membantu auditor forensik melakukan

penyelidikan di era e-banking dan sistem komputerisasi

akuntansi.

5) Pengetahuan tentang psikologi, dalam rangka untuk memahami

impulses dibalik perilaku kriminal dan menyiapkan program

pencegahan penipuan yang mendorong dan memotivasi

karyawan.

6) Interpersonal dan kemampuan komunikasi, yang membantu

dalam penyebaran informasi tentang kebijakan etis perusahaan

Page 47: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

26

dan membantu auditor forensik melakukan wawancara dan

diperlukan memperoleh informasi yang sangat penting.

7) Pengetahuan ketelitian dari kebijakan pemerintahan dan undang-

undang yang mengatur kebijakan perusahaan tersebut.

8) Perintah hukum pidana dan perdata, serta dari sistem hukum dan

prosedur pengadilan.

Digabriele (2008) melakukan penjabaran atau perluasan dari

beberapa pengetahuan dan keterampilan yang diungkapkan

Ramaswamy (2005) dan Young (2008) sebagai dasar penelitian

dengan menggunakan sembilan item kompetensi keahlian auditor

forensik yang digunakan dalam penilaian perbedaan persepsi dari

pihak akademisi akuntansi, praktisi akuntansi, dan pengguna jasa

auditor forensik yaitu:

1) Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

analisis deduktif. Kemampuan untuk menganalisis kejanggalan

yang terjadi dalam laporan keuangan, yakni kejadian yang tidak

sesuai dengan kondisi yang wajar.

2) Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

pemikiran yang kritis. Kemampuan untuk membedakan antara

opini dan fakta.

3) Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

pemecahan masalah yang tidak terstruktur. Kemampuan untuk

melakukan pendekatan terhadap masing-masing situasi

Page 48: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

27

(khususnya situasi yang tidak wajar) melalui pendekatan yang

tidak terstruktur. Dalam hal ini auditor harus mampu memberikan

solusi dari pemecahan masalah yang tidak terstruktur.

4) Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

fleksibilitas penyidikan. Kemampuan untuk melakukan audit di

luar ketentuan atau prosedur yang berlaku.

5) Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

keahlian analitik. Kemampuan untuk memeriksa apa yang

seharusnya ada (yang seharusnya tersedia) bukan apa yang telah

ada (yang telah tersedia).

6) Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

komunikasi lisan. Kemampuan untuk berkomunikasi secara

efektif dengan lisan melalui kesaksian ahli dan penjelasan umum

tentang dasar-dasar opini.

7) Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

komunikasi tertulis. Kemampuan untuk berkomunikasi secara

efektif dengan tulisan melalui laporan, bagan, gambar, dan jadwal

tentang dasar-dasar opini.

8) Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

pengetahuan tentang hukum. Kemampuan untuk memahami

proses-proses hukum dasar dan isu-isu hukum termasuk ketentuan

bukti (rules of evidence).

Page 49: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

28

9) Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

composure. Kemampuan untuk menjaga sikap untuk tetap tenang

meskipun dalam situasi tertekan.

4. Auditor Forensik

a. Definisi Auditor Forensik

Auditor forensik adalah orang yang menggunakan ilmu akuntansi

forensik dengan pertimbangan bahwa tidak semua auditornya berasal

dari seorang akuntan (Tias, 2012). Profesi audit forensik telah disebut

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal

179 ayat (1) menyatakan “Setiap orang yang diminta pendapatnya

sebagai ahli kedokteran, kehakiman, atau dokter atau ahli lainnya wajib

memberikan keterangan ahli demi keadilan”. Pemohon dapat

mengajukan permintaan keterangan ahli secara tertulis kepada Ketua

BPK atau Kepala Perwakilan BPK sesuai Peraturan BPK Nomor 3

Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian Keterangan Ahli Pasal 4.

Dhar dan Sarkar (2010) Alabdullah (2014) menyatakan bahwa

akuntansi forensik disebut juga akuntansi investigatif atau audit

forensik, yang merupakan gabungan dari ilmu forensik dan akuntansi.

Menurut Wiratmaja (2010) audit forensik merupakan suatu

pengujian mengenai bukti atas suatu pernyataan atau pengungkapan

informasi keuangan untuk menentukan keterkaitannya dengan ukuran-

ukuran standar yang memadai untuk kebutuhan pembuktian di

pengadilan.

Page 50: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

29

Audit forensik merupakan perluasan dari penerapan prosedur

audit standar ke arah pengumpulan bukti untuk kebutuhan persidangan

di pengadilan. Audit ini meliputi prosedur-prosedur atau tahapan-

tahapan tertentu yang digunakan audit untuk mengidentifikasi dan

menggabungkan bukti-bukti guna membuktikan, seperti berapa lama

fraud dilakukan, bagaimana cara melakukan fraud tersebut, berapa

besar jumlahnya, dimana dilakukannya, serta siapa pelakunya (Purjono,

2012).

Auditor forensik bisa menjadi “mata-mata” penyidik karena

mereka bisa mengetahui adanya transaksi kecurangan, dengan mencari

bukti, menemukan kesalahan penyajian, dan menemukan kejahatan

yang tidak terjangkau oleh bidang hukum Lorenzo (1993) dalam Salleh

(2014).

Dengan demikian, audit forensik dapat didefinisikan sebagai

tindakan menganalisa dan membandingkan antara kondisi di lapangan

dengan kriteria, untuk menghasilkan informasi seperti berapa lama

fraud dilakukan, bagaimana cara melakukan fraud tersebut, berapa

besar jumlahnya, dimana dilakukannya, serta siapa pelakunya atau

bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.

b. Ruang Lingkup Audit Forensik

Tuanakotta (2012:84-94) mengemukakan bahwa akuntansi

forensik mempunyai ruang lingkup yang spesifik untuk lembaga yang

menerapkannya atau untuk tujuan melakukan audit investigatif.

Page 51: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

30

1) Praktik di Sektor Swasta

Bologna dan Lindquist perintis mengenai akuntansi forensik dalam

Tuanakotta (2012:84) menekankan beberapa istilah dalam

perbendaharaan akuntansi, yaitu: fraud auditing, forensic

accounting, investigative support, dan valuation analysis.

Litigation support merupakan istilah dalam akuntansi forensik

bersifat dukungan untuk kegiatan ligitasi. Akuntansi forensik

dimulai sesudah ditemukan indikasi awal adanya fraud. Audit

investigasi merupakan bagian awal dari akuntasi forensik. Adapun

valuation analysis berhubungan dengan akuntansi atau unsur

perhitungan. Misalnya dalam menghitung kerugian negara karena

tindakan korupsi.

2) Praktik di Sektor Pemerintahan

Akuntansi forensik pada sektor publik di Indonesia lebih menonjol

daripada akuntansi forensik pada sektor swasta. Secara umum

akuntansi forensik pada kedua sektor tidak berbeda, hanya terdapat

perbedaan pada tahap-tahap dari seluruh rangkaian akuntansi

forensik terbagi-bagi pada berbagai lembaga seperti lembaga

pemeriksaan keuangan negara, lembaga pengawasan internal

pemerintahan, lembaga pengadilan, dan berbagai lembaga LSM

(Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berfungsi sebagai pressure

group.

Page 52: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

31

c. Atribut dan Karakteristik Audit Forensik

1) Atribut Audit Forensik

Davia dalam Tuanakotta (2012:103) memberikan contoh

kecurangan lewat pembukuan seperti kickback atau bribery yang

diambil dari harga beli yang sudah di marked-up. Juga untuk off

the book, seperti penagihan piutang yang sudah dihapus dan

penjualan barang yang sudah diberitahukan.

Howard R. Davia dalam Akuntansi Forensik dan Audit

Investigatif (Tuanakotta, 2012:103-104) memberikan lima nasehat

kepada seorang auditor penulis dalam melakukan investigasi

terhadap fraud pada umumnya dan korupsi pada khususnya:

(a) Dari awal upayakan “menduga” siapa pelaku. Dalam

pengembangan investigasinya, daftar pelaku yang diduga dapat

diperpanjang atau diperpendek, sesuai dengan bukti-bukti yang

berhasil dikumpulkan.

(b) Fokus pada pengumpulan bukti untuk proses pengadilan.

(c) Kreatif dalam mengembangkan teknik investigasi, berpikir

seperti penjahat, dan jangan mudah ditebak.

(d) Kalau sistem pengendalian intern sudah baik, berbagai jenis

fraud hanya bisa terjadi karena persekongkolan. Investigator

harus memiliki indra atau institusi yang tajam untuk

merumuskan “teori mengenai persekongkolan”. Ini adalah

sebagaian bagian dari “teori mengenai fraud”.

Page 53: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

32

(e) Kenali pola fraud. Ini memungkinkan investigator

menerapkan teknik investigasi yang mujarab.

Dengan lima nasehat Davia tersebut, jelaslah gambaran

mengenai atribut khas dari seorang fraud auditor, investigator,

forensic accountant atau yang sejenisnya (penyelidik, penyidik,

dan penuntut umum)

2) Karakteristik Audit Forensik

Bologna dan Lindquist dalam Tuanakotta (2012:106),

menyebutkan karakteristik apa saja yang harus dimiliki oleh

seorang akuntan forensik:

(a) Kreatif, kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain

anggap situasi bisnis yang normal dan memperhatikan

interpretasi lain, yakni bahwa itu tidak merupakan situasi

bisnis yang normal.

(b) Rasa ingin tahu, keinginan untuk menemukan apa yang

sesungguhnya terjadi dalam rangkaian peristiwa dan situasi.

(c) Tak menyerah, kemampuan untuk maju terus pantang

mundur walaupun fakta (seolah-olah) tidak mendukung, dan

ketika dokumen atau informasi sulit diperoleh.

(d) Akal sehat, kemampuan untuk mempertahankan perspektif

dunia nyata. Ada yang menyebutnya, perspektif anak

jalanan yang mengerti betul kerasnya kehidupan.

Page 54: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

33

(e) Business sense, kemampuan untuk memahami bagaimana

bisnis sesungguhnya berjalan, dan bukan sekedar

memahami bagaimana transaksi dicatat.

(f) Percaya diri, kemampuan untuk memercayai diri dan

temuan kita sehingga kita dapat bertahan di bawah cross

examination (pertanyaan silang dari jaksa penuntut umum

dan pembela).

5. Bahan Bukti

a. Definisi Bahan Bukti

Arens, et al (2012:196) mendefinisikan sebagai berikut: “Bahan

bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor untuk

menentukan apakah informasi kuantitatif yang sedang di audit

disajikan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.”

Boynton, et al (2006:206) bahan bukti yang mencukupi dapat

diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan

konfirmasi yang digunakan sebagai dasar yang layak untuk

menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Pusdiklatwas BPKP, (2013) untuk mendapatkan bukti-bukti

selama proses audit berlangsung, auditor harus memahami terlebih

dahulu tingkatan bukti audit, yakni: bukti utama (primary evidence),

bukti tambahan (secondary evidence), bukti langsung (direct

evidence), bukti tak langsung (circumstansial evidence), bukti

Page 55: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

34

perbandingan (comparative evidence) dan bukti statistik (statistical

evidence).

Berikut ini penjelasan masing-masing tingkatan bukti audit

sebagai berikut:

1) Bukti Utama (Primary Evidence)

Bukti utama adalah bukti asli yang menunjang secara langsung

suatu transaksi/kejadian. Bukti utama menghasilkan kepastian

yang paling kuat atas fakta. Misalnya kontrak/SPK asli, kuitansi,

faktur, Surat Perintah Membayar (SPM).

2) Bukti Tambahan (Secondary Evidence)

Bukti ini lebih rendah mutunya apabila dibandingkan dengan

bukti utama dan tak dapat dipergunakan dengan tingkat keandalan

yang sama dengan bukti utama. Bukti tambahan dapat berupa

fotokopi kontrak dan keterangan lisan. Bukti ini dapat diterima

jika bukti utama ternyata rusak atau hilang, atau dapat diterima

jika ditunjukkan bahwa bukti ini merupakan pencerminan yang

layak atas bukti utama.

3) Bukti Langsung (Direct Evidence)

Bukti langsung merupakan fakta tanpa kesimpulan ataupun

anggapan. Bukti ini cenderung untuk menunjukkan suatu fakta

atau materi yang dipersoalkan. Suatu bukti dapat dikatakan

langsung apabila dikuatkan oleh pihak-pihak yang mempunyai

pengetahuan nyata mengenai persoalan yang bersangkutan

Page 56: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

35

dengan menyaksikan sendiri. Contohnya adalah bukti transfer

atau cek yang berhubungan langsung dengan suatu tindak pidana.

4) Bukti Tidak Langsung (Circumstantial Evidence)

Bukti tidak langsung mengungkapkan secara tidak langsung atas

suatu tindak pelanggaran atau fakta-fakta dari seseorang yang

mungkin mempunyai niat atau motif melakukan pelanggaran.

5) Bukti Perbandingan (Comparative Evidence)

Bukti ini sering sekali diperlukan untuk mengidentifikasi

perbedaan-perbedaan dalam perjanjian, seperti membandingkan

produk jasa suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya baik

yang bersifat kualitas maupun kuantitas.

6) Bukti Statistik (Statistical Evidence)

Bukti satistik merupakan jenis bukti yang berguna walaupun tidak

dapat digunakan untuk membuktikan suatu tuntutan kepada

seseorang. Namun demikian bukti statistik dapat membantu

dalam membuktikan suatu kasus sebab bukti tersebut dapat

digunakan sebagai bukti tidak langsung untuk menetapkan adanya

motif lain

Dalam melakukan audit, auditor harus mengumpulkan bukti-bukti

yang memenuhi syarat relevan, kompeten dan cukup (Re, Ko, Cu)

sebagai berikut:

1) Relevan yaitu bukti-bukti dianggap relevan jika bukti tersebut

merupakan salah satu bagian dari rangkaian bukti-bukti (chain of

Page 57: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

36

evidence) yang menggambarkan suatu proses kejadian atau jika

bukti tersebut secara tidak langsung menunjukkan kenyataan

dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perbuatan.

2) Kompeten yaitu suatu bukti ditujukan pada proses pembuatan

bukti tersebut dan proses perolehannya. Jika bukti dibuat oleh

petugas yang tidak kompeten maka bukti tersebut dianggap tidak

kompeten. Kompetensi suatu bukti juga didasarkan pada proses

perolehan bukti tersebut oleh auditor. Bukti yang diperoleh secara

ilegal tidak dapat diterima menurut hukum.

3) Cukup yaitu bukti-bukti yang dikumpulkan jumlahnya cukup

dalam arti nilai bukti dan kuantitas bukti, atau nilai keseluruhan

bukti. Bukti audit yang cukup berarti dapat

mewakili/menggambarkan keseluruhan keadaan/kondisi yang

dipermasalahkan, sehingga apabila bukti yang dikumpulkan

banyak namun nilai dan kuantitas bukti tidak material maka bukti

tersebut kurang mendukung simpulan yang ada dalam laporan

hasil audit.

b. Kompetensi Bahan Bukti

Menurut Arens, et al (2012:196), kompetensi bahan bukti

merujuk pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat dipercaya

atau diyakini kebenarannya. Kepercayaan akan bukti persidangan yang

diberikan auditor forensik menjadi salah satu tolak ukur utama para

pihak tersebut untuk meyakinkan bukti yang disajikan telah mewakili

Page 58: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

37

dan menggambarkan keseluruhan tindak pidana korupsi yang dilakukan

terdakwa.

Menurut Boynton, et al (2006:208) Kompetensi bukti adalah

berkaitan dengan kuantitas atau mutu dari bukti-bukti tersebut.

Kompetensi bukti audit sebagai penguat yang mendasari data akuntansi

maupun informasi yang tercantum dalam aspek standar ketiga

pekerjaan lapangan. Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara

langsung oleh efektivitas pengendalian intren.

Menurut Herbert (1977) kompetensi dari bukti audit berkaitan

dengan sumber. Sumber dalam hal ini berkaitan dengan yang berasal

dari sebuah dunia nyata. Berdasarkan persyaratan tersebut maka bukti

audit hanya dapat berasal dari tiga sumber yaitu:

1) Pandangan auditor yang berkaitan dengan dunia nyata (bukti

observasi).

2) Pandangan orang lain yang berkaitan dengan dunia nyata yang

disampaikan kepada auditor (bukti testimonial).

3) Karakteristik khusus dari suatu item yang terkait dengan realitas

yang dapat dirasakan oleh siapa saja (bukti tercatat).

Arens, et al (2012: 196) tingkat kompetensi tidak dapat

ditingkatkan dengan cara memperbesar ukuran sampel atau mengambil

item-item lainnya dari suatu populasi. Tingkat kompetensi hanya dapat

diperbesar dengan memilih berbagai prosedur audit yang mengandung

Page 59: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

38

tingkat kualitas yang lebih tinggi atas satu atau lebih dari keenam

karakteristik kompetensi bahan bukti berikut ini:

1) Independensi penyedia bukti

Bahan bukti audit diperoleh dari sumber diluar entitas akan lebih

dapat dipercaya daripada bahan bukti audit yang diperoleh dari

dalam entitas.

2) Efektivitas pengendalian intern

Jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti

audit yang akan diperoleh akan lebih dapat dipercaya daripada jika

pengendalian intern lemah.

3) Pengetahuan langsung auditor

Bahan bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui

pengujian fisik, observasi, penghitungan dan inspeksi akan lebih

kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.

Kualifikasi individu yang menyediakan informasi

4) Kualifikasi individu yang menyediakan informasi

Walaupun jika sumber informasi itu bersifat independen, bahan

bukti audit tidak akan dipercaya kecuali jika individu yang

menyediakan informasi tersebut memiliki kualifikasi untuk

melakukan hal itu. Selain itu, bukti-bukti yang diperoleh langsung

oleh auditor tidak akan terpercaya jika ia sendiri kurang memiliki

kualifikasi untuk mengevaluasi bahan bukti tersebut.

Page 60: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

39

5) Tingkat objektivitas

Bahan bukti yang objektif akan dapat lebih dipercaya daripada

bukti yang membutuhkan pertimbangan tertentu untuk menentukan

apakah bukti tersebut memang benar.

6) Ketepatan waktu

Ketepatan waktu atas bahan bukti audit dapat merujuk baik kapan

bukti itu dikumpulkan atau kapan periode waktu yang tercover

oleh proses audit tersebut.

Kompetensi bukti dapat disimpulkan sebagai kualitas atau

keandalan data akuntansi dan informasi penguat yang merujuk pada

tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau diyakini

kebenarannya. Berdasarkan persyaratan tersebut maka bukti audit hanya

dapat berasal dari tiga sumber yaitu : pandangan auditor yang berkaitan

dengan dunia nyata (bukti observasi), pandangan orang lain yang

berkaitan dengan dunia nyata yang disampaikan kepada auditor (bukti

testimonial) dan karakteristik khusus dari suatu item yang terkait

dengan realitas yang dapat dirasakan oleh siapa saja (bukti tercatat).

6. Pengungkapan Korupsi

a. Definisi Pengungkapan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2007) pengungkapan

adalah tindakan untuk menunjukkan, membuktikan, menyingkap

tentang sesuatu yang tadinya masih menjadi rahasia atau tidak banyak

diketahui orang.

Page 61: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

40

Gilbert (2014) pengungkapan bisa menunjukkan siapa

konspirator dalam korupsi dan mengurangi ketidakpastian dalam

transaksi ilegal.

b. Definisi Korupsi

Korupsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) adalah

penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb)

untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Korupsi berasal dari bahasa

latin Corruptio atau Corruptus yang berarti suatu perbuatan yang

busuk, buruk, bejat, tidak jujur, dapat disuap, tidak bermoral,

menyimpang dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau

memfitnah.

Perbuatan korupsi dalam Islam telah dilarang dalam Al-Qur‟an

Surat Al-Baqarah ayat 188: “Dan janganlah kamu makan harta di

antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap

dengan harta itu kepada hakim, dengan maksud agar kamu dapat

memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal

kamu mengetahui”.

Dalam Al-Qur‟an korupsi disebut sebagai ghulul yang

maknanya pengkhianatan terhadap kepercayaan atau amanah, korupsi

dapat pula dideskripsikan sebagai al-shut yang bermakna menjadi

perantara dengan menerima imbalan antara seseorang dengan

penguasa untuk suatu kepentingan (Umar, 2012).

Page 62: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

41

Menurut Shleifer dan Vishny (1993) korupsi adalah penjualan

barang-barang milik pemerintah oleh pegawai negeri untuk

keuntungan pribadi. Sebagai contoh, pegawai negeri sering menarik

pungutan liar dari perizinan, lisensi, bea cukai, atau pelarangan masuk

bagi pesaing. Para pegawai negeri itu memungut bayaran untuk tugas

pokoknya atau untuk pemakaian barang-barang milik pemerintah

untuk kepentingan pribadinya.

Suwarsono (2015) menilai korupsi bukan sekedar sebagai

sebuah tindakan kejahatan terlarang yang melanggar hukum, tetapi

merupakan sebuah disposisi psikologis, kecenderungan yang melekat

pada moralitas seseorang.

Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang

yang merugikan negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam

modus. Korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas pada

kelangsungan hidup bangsa, menghambat perekonomian dan

pembangunan nasional, namun yang paling dirasakan oleh rakyat

adalah kemampuan negara semakin terbatas dalam hal menyediakan

anggaran demi kepentingan rakyat.

c. Bukti audit dan bukti hukum

Pusdiklatwas BPKP (2013) bukti menurut hukum dan audit

memiliki banyak kesamaan, karena keduanya memiliki tujuan yang

sama yaitu memberikan bukti, untuk mendorong keyakinan tentang

kebenaran atau kesalahan setiap pernyataan atas suatu masalah.

Page 63: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

42

Laporan yang diterbitkan auditor sebaiknya membahas

bagaimana fraudster melakukan suatu kecurangan, pengendalian

internal yang berhasil dibobol, dan memberikan masukan dalam

pencegahan terjadinya fraud (Purjono, 2012).

Timbul suatu permasalahan ketika LHAI tidak dapat secara

langsung dijadikan alat bukti bagi penyidik sebagai syarat formil.

Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

menjelaskan bahwa alat bukti meliputi saksi, ahli, surat, petunjuk, dan

keterangan terdakwa. Sedangkan Laporan Hasil Audit Investigasi

(LHAI) tidak menunjukkan hubungan kausalitas secara terperinci

antara oknum yang diduga melakukan penyimpangan dengan

perbuatan yang disangkakan. Oleh karena itu perlu keterlibatan

terlebih dahulu oleh penyidik untuk mengubah laporan tersebut

kedalam bahasa hukum untuk dijadikan alat bukti (Bramastyo, 2014).

Bukti menurut hukum diatur pada ayat (1) pasal 184

KUHAP yang secara lengkapnya adalah sebagai berikut:

" Alat bukti yang sah ialah: keterangan saksi, keterangan ahli, surat,

petunjuk, keterangan terdakwa. "

1) Keterangan saksi

Ketentuan mengenai keterangan saksi diatur dalam pasal 1 butir

27 KUHAP yang berbunyi : "Keterangan saksi adalah, salah satu

alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi

mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat

Page 64: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

43

sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari

pengetahuannya itu".

2) Keterangan ahli

Dalam rangka membantu hakim rnemahami fakta-fakta materiil

atau memperoleh kebenaran, materiil, dapat dihadirkan ahli yang

diharapkan dapat membuat terang suatu hal. Pasal 1 butir 28

KUHAP manyatakan: "Keterangan ahli adalah keterangan yang

diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal

yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna

kepentingan pemeriksaan".

3) Surat

Alat bukti surat diatur dalam pasal 187 KUHAP yang membagi

alat bukti surat dalam , 4 (empat) jenis surat yaitu:

(a) Berita acara dan surat lain dalam bentuk surat resmi yang

dibuat olehpejabat umum yang berwenang atau yang dibuat

dihadapannya yang memuat keterangan tentang kejadian

atau keadaan yang didengar, dilihat, atau dialaminya sendiri

disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang

keterangan itu.

(b) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan Perundang-

undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai ha!

yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi

Page 65: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

44

tanggungjawabnya dan yang diperuntukkan bagi

pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan.

(c) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat

berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu

keadaan yang diminta secara resmi daripadanya.

Memperhatikan ketentuan pasal 186 beserta dengan

penjelasannya dan pasal 187 huruf c KUHAP ini, ada

pendapat yang menyatakan bahwa menyangkut keterangan

ahli yang berupa laporan, terdapat sifat dualisme. Di satu

sisi keterangan ahli diakui sebagai keterangan ahli (pasal

186 KUHAP dan penjelasannya) namun di sisi lain

keterangan ahli,diakui sebagai bukti surat (pasal 187 huruf

c).

(d) Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya

dengan isi dari alat pembuktian yang lain contoh surat jenis

ini adalah korespondensi, surat pernyataan dan sebagainya.

4) Petunjuk

Dalam pasal 188 ayat (1) KUHAP, yang dimaksud dengan

petunjuk ada!ah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena

persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain maupun

dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi

suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

Page 66: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

45

5) Keterangan terdakwa

Keterangan terdakwa diatur dalam pasal 189 KUHAP yang

berbunyi:

(a) Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan di

sidang tentang perbuatan yang ia lakukan, atau ia ketahui

sendiri atau alami sendiri.

(b) Keterangan terdakwa yang diberikan, diluar sidang dapat

digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang

pengadilan asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat

bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan

kepadanya.

(c) Keterangan terdakwa ,hanya dapat digunakan terhadap

dirinya sendiri.

(d) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan

bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan

kepadanya melainkan harus disertai dengan alat bukti yang

lain.

Ada delapan kategori jenis-jenis bukti audit yang dapat dipilih

auditor (Arens et al, 2012:200):

1) Pemeriksaan fisik (Physical examination) adalah perhitungan

aktiva yang berwujud oleh auditor. Bahan bukti jenis ini sering

dihubungkan dengan persediaan kas, tetapi dapat juga diterapkan

untuk verifikasi efek-efek, wesel tagih dan aktiva tetap berwujud.

Page 67: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

46

2) Konfirmasi (Confimation) digambarkan sebagai penerimaan

jawaban tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen

dalam memverifikasi akurasi informasi yang telah diminta

auditor.

3) Dokumentasi (Documentation) biasanya disebut dengan

pemeriksaan dokumen, yaitu merupakan pemeriksaan auditor atas

dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang ada

atau seharusnya ada dalam laporan keuangan.

4) Prosedur analitis (Analytical procedures) adalah menggunakan

perbandingan dan hubungan untuk menentukan apakah saldo

akun tersaji secara layak.

5) Tanya Jawab dengan klien (Inquires of the cliens) adalah

mendapatkan informasi tertulis atau lisan dari klien dengan

menjawab pertanyaan dari auditor.

6) Rekalkulasi (Recalculation) melibatkan pengecekan ulang atas

sampel kalkulasi yang dilakukan oleh klien. Pengecekan ulang

kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas keakuratan

perhitungan klien dan mencakup prosedur seperti perkalian faktur

penjualan dan persediaan, penjumlahan jurnal dan buku

tambahan, serta pengecekan kalkulasi beban penyusutan dan

beban dibayar di muka.

Page 68: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

47

7) Pelaksanaan Ulang (Reperformance) menyangkut pengecekan

ulang sampel perhitungan dan perpindahan informasi yang

dilaksanakan oleh klien selama periode yang diaudit.

8) Observasi (Observation) adalah penggunaan indera untuk

menilai aktivitas klien. Selama menjalani penugasan dengan

klien, auditor mempunyai banyak kesempatan untuk

menggunakan inderanya (penglihatan, pendengaran, perasaan,

dan penciuman) guna mengevaluasi berbagai item.

Variabel pengungkapan korupsi dirancang dengan merujuk

pada bukti audit dan alat bukti hukum pasal 184 Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) (Pusdiklatwas BPKP,

2013):

a. Pengujian Fisik (Phsical Examination)

Dalam pengujian fisik ini, auditor APIP melakukan inspeksi

ataupemeriksaan atau penghitungan terhadap fisik asset atau

aktiva baik proyek, instansi, maupun badan usaha. Hasil

pengujian fisik ini dituangkan dalam bentuk berita acara

pemeriksaan fisik yang ditandatangani kedua belah pihak yaitu

auditor dan auditan. Dari Berita Acara Pemeriksaan (BAP)

Fisik ini menunjukkan adanya kesepakatan tentang fakta yang

dimuat di dalam BAP tersebut. Dari bukti audit Berita Acara

Pemeriksaan (BAP) Fisik ini, penyidik dapat mengubah atau

mengembangkan menjadi alat bukti: keterangan saksi, apabila

Page 69: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

48

auditan: mendengar, melihat, dan mengalami sendiri tindak

pidana yang terjadi (Pasal I butir 27 KUHAP) atau menjadi

keterangan terdakwa, apabila auditan ternyata terlibat dalam

tindak pidana yang terjadi.

b. Bukti Konfirmasi (Confirmation)

Bukti konfirmasi didapat dengan cara mengajukan pertanyaan

dalam rangka memperoleh penegasan dari pihak ketiga

independen. Bukti konfirmasi ini lebih mengarah untuk diubah

atau dikembangkan oleh penyidik sebagai alat bukti

keterangan saksi, apabila ternyata mempunyai atau pernah

mempunyai hubungan hukum dengan kegiatan auditan.

c. Bukti Dokumen (Document)

Dokumen merupakan jenis bukti audit yang didapat dari hasil

pengujian yang dilakukan oleh auditor terhadap dokumen dan

catatan yang mendukung informasi audit. Berkaitan dengan

pembuktian menurut hukum pidana, maka bukti dokumen

merupakan salah satu bukti audit yang dapat memenuhi-

kriteria alat bukti surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

187 KUHAP. Dengan adanya ketentuan perubahan Undang-

undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang terbaru,

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, bahwa selain dari

keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa, bukti

petunjuk dapat diperoleh dari informasi dan dokumen. Namun

Page 70: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

49

demikian yang dapat menemukan dan menentukannya sebagai

bukti petunjuk pada saat persidangan. Dengan demikian bukti

dokumen dapat dikembangkan oleh penyidik menjadi alat

bukti keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa, serta

dapat dipersiapkan oleh auditor untuk menjadi sumber atau

referensi bagi hakim untuk menemukan alat bukti petunjuk.

d. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)

Prosedur analisis merupakan jenis bukti audit yang diperoleh

melalui perbandingan dan hubungan untuk menentukan apakah

data yang ada menunjukan kewajaran. Bukti audit ini biasanya

menghasilkan suatu indikasi, karenanya auditor perlu

membuktikan kebenaran material indikasi tersebut. Prosedur

Analisis adalah bukti audit yang memerlukan langkah auditan

berupa penilaian auditor, sehingga lebih tepat apabila diajukan

sebagai alat bukti keterangan ahli yang tertuang dalam LHAI.

e. Bukti Tanya Jawab dengan Auditan (Inquires of the Client)

Bukti audit ini tingkat keandalannya rendah karena berasal dari

jawaban pihak auditan, sehingga informasi yang diperoleh

cenderung memihak kepentingan auditan dan kurang

independen. Bukti audit ini mungkin berupa pemyataan tidak

pasti (hearsay) oleh karena itu auditor perlu mendapatkan lebih

lanjut bukti audit yang nyata dengan cara melaksanakan

Page 71: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

50

prosedur audit lainnya. Biasanya bukti tanya jawab dituangkan

dalam Berita Acara Klarifikasi (BAK). Walaupun menurut

auditor bukti ini rendah tingkat keandalannya, tetapi dalam

konteks bukti hukum, bukti audit tanya jawab dengan auditan

dapat juga dikembangkan oleh penyidik menjadi alat bukti

keterangan saksi dan keterangan terdakwa.

f. Rekalkulasi (Recalculation)

Pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh

klien. Pengecekan ulang kalkulasi klien ini terdiri dari

pengujian atas keakuratan perhitungan klien. Informasi yang

didapat dari hasil rekalkulasi adalah bukti audit yang

memerlukan langkah auditan berupa penilaian auditor,

sehingga lebih tepat apabila diajukan sebagai alat bukti

keterangan ahli yang tertuang dalam LHAI.

g. Pelaksanaan Ulang (Reperformance)

Pelaksanaan ulang merupakan jenis bukti audit yang diperoleh

dengan cara melakukan pengecekan kembali terhadap suatu

sample perhitungan dan pemindahan informasi yang dilakukan

oleh auditan selama periode yang diaudit. Mengingat bukti

audit pelaksanaan ulang ini erat kaitannya dengan bukti audit

dokumen transaksi maupun pembukuan atau catatan satuan

kerja dan terkait dengan kegiatan penilaian auditor terdadap

Page 72: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

51

pembukuan atau catatan satuan kerja usaha pemerintah.

Mengingat dalam alat bukti ini terdapat "penilaian oleh

auditor" maka berdasarkan ketentuan Pasal 185 ayat (5)

KUHAP tidak bisa diubah menjadi keterangan saksi, tetapi

yang paling cocok adalah hasil penilaian ini ditanyakan dalam

kapasitas sebagai pemberi keterangan ahli.

h. Bukti Observasi (Observation)

Bukti audit observasi ini adalah kesan yang diperoleh auditor

dari penilaian pengamatannya saja atau dengan kata lain

merupakan dugaan dari auditor, sehingga dugaan tersebut tidak

dapat diterima sebagai alat bukti keterangan saksi. Sehingga

hasil informasi observasi, dapat menduukung pengembangan

keterangan lainnya.

d. Bentuk Korupsi

Untuk kepentingan perumusan strategi pemberantasan korupsi

dipandang perlu untuk terlebih dahulu mengenali skema dan jenis

korupsi.

Albrecht et al (2014:331) mengelompokkan korupsi ke dalam

empat skema berikut:

1) Skema penyuapan

Skema yang dilakukan oleh seseorang dengan menawarkan,

memberikan, atau mencoba memberikan sesuatu yang memiiki

nilai dengan tujuan untuk memengaruhi keabsahan tindakan atau

Page 73: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

52

keputusan bisnis tanpa sepengetahuan atau sepertujuan pihak-pihak

yang berwenang.

2) Skema konflik kepentingan

Skema yang terjadi ketika pegawai, manajer, atau eksekutif

memiliki kepentingan ekonomi atau pribadi yang tidak

diungkapkan dalam suatu transaksi, sehingga berdampak buruk

terhadap perusahaan.

3) Skema pemerasan ekonomi

Memaksa orang lain untuk masuk ke dalam transaksi atau dengan

memberikan properti yang didasarkan pada kesalahan penggunaan

dari yang seharusnya atau memaksa dengan melibatkan unsur

ekonomi, perasaan ketakutan, atau perasaan terancam.

4) Skema penerimaan ilegal

Skema yang dilakukan oleh seseorang dengan menawarkan,

memberikan, atau mencoba memberikan yang memiliki nilai

dengan tujuan untuk memengaruhi keabsahan tindakan atau

keputusan bisnis tanpa sepengetahuan atau sepertujuan pihak-pihak

yang berwenang.

Berdasarkan pasal-pasal dalam UU No. 31 tahun 1999 UU No. 20

tahun 2001 dirumuskan 30 (tiga puluh) bentuk/jenis tindak pidana

korupsi yang dapat dikelompokkan kedalam tujuh kelompok

perbuatan, yaitu:

Page 74: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

53

1) Kerugian keuangan negara

2) Suap-menyuap

3) Penggelapan dalam jabatan

4) Pemerasaan

5) Perbuatan curang

6) Benturan kepentingan dalam pengadaan

7) Gratifikasi

Sedangkan dalam skema fraud tree yang dikembangkan oleh

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), korupsi

(corruption) memiliki cabang ranting-ranting sebagai berikut:

1) Conflict of Interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai

dalam berbagai bentuk, diantaranya bisnis “pelat merah”.

2) Bribery, merupakan tindakan suap-menyuap.

3) Illegal gratuities, merupakan pemberian atau hadiah yang

merupakan bentuk terselubung dari penyuapan.

4) Economic exortion, merupakan tindak pemerasan.

Conflict of interest atau benturan kepentingan sering kita

jumpai dalam berbagai bentuk, diantaranya bisnis “pelat merah”

atau bisnis pejabat (penguasa) dan keluarga serta kroni mereka

yang menjadi pemasok atau rekanan di lembaga-lembaga

pemerintahan dan di dunia bisnis sekalipun. Benturan kepentingan

dapat terjadi dalam skema pembelian (purchase scheme) mapupun

penjualan (sales scheme). Lembaga pemerintahan atau bisnis

Page 75: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

54

selaku pembeli (baik barang maupun jasa) ber-KKN dengan

“penjual”. Indikasi mengenai hal ini terlihat dalam hal pembeli

merupakan lembaga besar, nilai pembeliannya tinggi, dan penjual

merupakan supplier terkenal tingkat dunia. Jadi, seharusnya jual

beli dapat (dan lazimnya) dilakukan secara langsung dan bukan

melalui “penjual” perantara.

Bribery atau penyuapan merupakan bagian yang akrab

dalam kehidupan bisnis dan politik di Indonesia. Karena itu tidak

perlu ada uraian yang panjang lebar tentang ranting ini. Anak

ranting bribery adalah invoice kickback dan bid ringing. Kickback

(secara harfiah berarti “tendangan terbalik”) merupakan salah satu

bentuk penyuapan dimana si penjual “mengikhlaskan” sebagian

dari hasil penjualannya. Persentase yang diiklaskannya itu bisa

diatur dimuka, atau diserahkan sepenuhnya kepada “keikhlasan”

penjual. Dalam hal terakhir, apabila penerima kickback

menggangap kickback yang diterimanya terlalu kecil, maka ia akan

mengalihkan bisnisnya ke rekanan yang lebih “iklas” (memberi

kickback yang lebih tinggi).

Kickback berbeda dari bribery. Dalam hal bribery

pemberinya tidak “mengorbankan” suatu penerimaan. Misalnya,

apabila seseorang menyuap atau menyogok seorang penegak

hukum, ia mengharapkan keringanan hukuman. Dalam contoh

kickback diatas, pemberinya menerima keuntungan materi.

Page 76: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

55

Bid ringing merupakan permainan dalam tender, hal ini

dapat dilakukan dengan persekongkolan diantara pembeli dan

sebagian peserta tender, hal ini dapat berupa bid rotation (tender

arisan), dan dapat berupa phantom bods (perusahaan menciptakan

banyak perusahaan lain yang bohong-bohongan).

Illegal gratuities adalah pemberian atau hadiah yang

merupakan bentuk terselubung dari penyuapan. Dalam kasus

korupsi di Indonesia kita melihat hal ini dalam bentuk hadiah

perkawinan, hadiah ulang tahun,hadiah perpisahan, hadiah

kenaikan pangkat dan jabatan dan lain-lain yang diberikan kepada

penjahat.

e. Sebab-Sebab Korupsi

Dalam teori yang yang dikemukakan oleh Bologna (2000) dalam

Tuanakotta (2012) penyebab korupsi disebut sebagai GONE Theory,

bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi:

1) Greeds (keserakahan)

Berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial

ada di dalam diri setiap orang.

2) Opportunities (kesempatan)

Berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau masyarakat

yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi

seseorang untuk melakukan kecurangan.

Page 77: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

56

3) Needs (kebutuhan)

Berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh individu-

individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

4) Exposure (pengungkapan)

Berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh

pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan

kecurangan.

Bahwa faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan

individu pelaku korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam

organisasi maupun di luar organisasi melakukan korupsi yang

merugikan pihak korban. Sedangkan faktor-faktor Oppurtunities

dan Exposure berkaitan dengan korban perbuatan korupsi yaitu

organisasi, instansi, masyarakat yang kepentinganya dirugikan.

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu mengenai topik

yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1

Page 78: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

57

Tabel 2.1

Hail-Hasil Penelitian Terdahulu

Nomor Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

(Tahun) Persamaan Perbedaan

1.

Isam Ahmad

Fauzan dkk

(2015)

Pengaruh Akuntansi

Forensik dan Audit

Investigasi Terhadap

Pengungkapan Fraud

Variabel

profesionalisme

akuntan forensik

dan

pengungkapan

korupsi.

Variabel keahlian

akuntan forensik,

kompetensi bukti,

objek penelitian,

dan teknik analisis

data.

Hasil penelitian menunjukkan

terdapat pengaruh parsial antara

akuntansi forensik dan audit

investigatif terhadap

pengungkapan korupsi sebesar

45,5%. Dan secara simultan

memiliki korelasi yang cukup

kuat terhadap pengungkapan

korupsi yaitu sebesar 67,4%.

2. Herman

Karamoy

(2015)

Pengaruh

independensi dan

profesionalisme,

dalam mendeteksi

fraud pada auditor

internal provinsi

sulawesi utara

Variabel

profesionalisme

akuntan forensik

dan

pengungkapan

korupsi.

Variabel keahlian

akuntan forensik,

kompetensi bukti,

objek penelitian,

dan teknik analisis

data.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa profesionalisme memiliki

pengaruh yang signifikan dan

positif dalam mendeteksi fraud

pada auditor internal provinsi

sulawesi utara yaitu sebesar

17,4%.

3. Mau dan

Kingsley (2015)

The Role of Forensic

Investigation

Professionals in the

Prevention of

Fraud and Corruption

in Developing

Countries.

Variabel

profesionalisme

akuntan forensik

dan

pengungkapan

korupsi.

Variabel keahlian

akuntan forensik,

kompetensi bukti,

objek penelitia dan

teknik analisis data.

Hasil penelitian menunjukkan

terdapat pengaruh antara

Profesional audit forensi

terhadap pencegahan kecurangan

dan korupsi sebesar 67%.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 79: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

58

Tabel 2.1 (lanjutan)

Nomor Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

(Tahun) Persamaan Perbedaan

4. Narendra Aryo

Bramastyo

(2014)

Laporan Audit

Investigatif sebagai

Bukti Permulaan

Penyidikan Tindak

Pidana Korupsi

Variabel

kompetensi bukti

dan

Pengungkapan

Korupsi.

Metode penelitian,

teknik analisis,

variabel

independen dan

variabel

intervening.

Audit investigatif secara akurat

dapat menentukan unsur

kesalahan kerugian negara.

5. Uminah Hakim

(2014)

Eksistensi Akuntansi

Forensik dalam

Penyidikan dan

Pembuktian Pidana

Korupsi

Variabel

Pengungkapan

Korupsi

Metode penelitian,

teknik analisis,

variabel

independen dan

variabel

intervening.

Peran akuntansi forensik dalam

penyidikan adalah untuk

mendeteksi adanya kerugian

negara serta menghitung jumlah

kerugian keuangan negara.

6. Christine Dwi

K dan Rovinur

Hadid Effendi

(2013)

Pengaruh

profesionalisme

akuntan forensik

terhadap kompetensi

bukti tindak pidana

korupsi

Variabel

profesionalisme

akuntan forensik

dan kompetensi

bukti.

Variabel keahlian

akuntan forensik,

pengungkapan

korupsi, objek

penelitian dan

teknik penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa profesionalisme akuntan

forensik memiliki pengaruh yang

sedang dan signifikan terhadap

kompetensi bukti tindak pidana

korupsi sebesar 33,67%.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 80: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

59

Tabel 2.1 (lanjutan)

Nomor Peneliti (Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

7. Pusdiklatwas BPKP

(2013)

Kendala penyidik

mengubah bukti

audit menjadi bukti

hukum dalam kasus

tindak pidana

korupsi

Variabel

kompetensi bukti

dan variabel

pengungkapan

korupsi.

Variabel

profesionalisme,

variabel keahlian

dan penedekatan

penelitian.

Hasil peenelitian

menunjukkan bahwa bukti

audit yang dihasilkan oleh

auditor APIP yang

dituangkan dalam LHAI

harus memenuhi syarat

relevan, kompeten, dan

cukup. Bukti audit

merupakan informasi awal

yang akan digunakan oleh

penyidik untuk

dikembangkan dalam kasus

tindak pidana korupsi. Dalam

mengubah bukti audit

penyidik sering mengalami

kendala antara lain karena

sulitnya memanggil orang

yang diduga terlibat, bukti

audit sulit ditemukan kembali

pada waktu penyidikan.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 81: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

60

Tabel 2.1 (lanjutan)

Nomor Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

(Tahun) Persamaan Perbedaan

8. Muhammad

Achsin (2010)

Visum akuntansi

forensik dalam tindak

pidana korupsi

Variabel

kompetensi bukti

dan variabel

pengungkapan

korupsi

variabel

independen dan

pendekatan

penelitian.

Hasil peenelitian menunjukkan

bahwa alat bukti dan pembuktian

senantiasa menjadi basis utama

bagi putusan hakim. Bukti dan

pembuktian merupakan sarana

kepastian apakah seseorang

dapat diputuskan sebagai

koruptor atau tidak.

Sumber : Dari berbagai sumber yang diolah

Page 82: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

61

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Bersambung pada halaman selanjutnya

Instruksi Presiden (Inpres)

Nomor 5 Tahun 2004 tentang

Percepatan Pemberantasan

Korupsi

Pengaruh Profesionalisme dan Keahlian Auditor Forensik terhadap

Pengungkapan Korupsi dengan Kompetensi Bukti sebagai Variabel

Intervening

Grand Teori : Teori Planned Behavior

Profesionalisme

Auditor Forensik

Keahlian

Auditor Forensik

Kompetensi

Bukti Pengungkapan

Korupsi

Variabel X Variabel

Intervening

Variabel Y

Maraknya Kasus-Kasus Korupsi

yang terjadi di Indonesia

GAP

Page 83: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

62

Gambar 2.1 (lanjutan)

Gambar 2.1.

Skema Kerangka Pemikiran

Metode Partial Least Square (PLS) dengan program software

SmartPLS 3.0

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran

Page 84: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

63

D. Hipotesis

Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk

menguji pengaruh profesionalisme dan keahlian auditor forensik terhadap

pengungkapan korupsi dengan kompetensi bukti sebagai variabel intervening.

Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Profesionalisme dan Keahlian Auditor Forensik terhadap

Kompetensi Bukti

Dalam merencanakan dan melaksanakan audit forensik, auditor

menggunakan skeptic profesionalism. Sebelum auditor mengumpulkan

bukti yang mendukung pernyataanya, tugasnya tidak akan sampai pada

suatu kesimpulan Kerugian Negara, bila temuan telah didapat, auditor

masih dibutuhkan keahliannya untuk membantu penyidik dan penuntut

umum (Umar, 2012).

Auditor harus memiliki pengetahuan dan keahlian untuk

mengumpulkan bukti audit yang cukup kompeten dalam setiap proses

auditnya untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan (Pudiklatwas

BPKP, 2013). Dengan wajib mengikuti standar yang ada, semua

Certified Fraud Examiners (CFE) diharapkan dan semua anggota

Asosiasi akan berusaha untuk menunjukkan komitmen mereka untuk

keunggulan dalam pelayanan dan perilaku profesionalnya (Dwi dan

Effendi, 2013). Seorang auditor untuk dapat bekerja secara profesional

harus memiliki keahlian. Messer (2004) dalam Digabriele (2008)

Page 85: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

64

menyatakan bahwa kesuksesan auditor forensik karena mempunyai

keahlian dalam analitis, keahlian dalam komunikasi lisan dan tulisan,

pemikiran kreatif, dan kecerdikan dalam bisnis.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis sementara

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Ha1 : Profesionalisme auditor forensik berpengaruh secara signifikan

terhadap kompetensi bukti.

Ha2 : Keahlian auditor forensik berpengaruh secara signifikan terhadap

kompetensi bukti.

2. Pengaruh Profesionalisme dan Keahlian Auditor Forensik terhadap

Pengungkapan Korupsi

Umar (2012) dalam kasus tindak pidana korupsi, auditor harus

mengaudit suatu transaksi dari awal sampai akhir dengan mempelajari

ketentuan yang berkaitan dengan transaksi tersebut. Auditor harus mampu

memahami perbedaan bukti audit dengan alat bukti hukum.

Kemampuannya tersebut harus didukung oleh keahlian yang dimiliki agar

dapat bekerja secara profesional.

Para profesional harus menggunakan keahlian profesionalnya

dengan cermat dan seksama (due profesional care) dan secara hati-hati

(prudent) dalam setiap penugasan, hal tersebut ditegaskan dalam Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Standar Umum

APIP No. 2300 Kecermatan Profesional. Due Profesional Care ini

dilakukan dalam penugasan Penghitungan Kerugian Keuangan Negara

Page 86: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

65

(PKKN), karena keputusan awal atas dapat atau tidaknya perkara

dilanjutkan dengan bantuan PKKN tidak diputuskan oleh individu atau

Tim Auditor, namun dari seluruh staff Deputi Investigasi BPKP (Achsin,

2010). Hasil PKKN ini akan dijadikan dasar oleh penyidik dalam

pengungkapan korupsi. Keahlian sebagai dasar yang harus dimiliki auditor

agar dapat bekerja secara profesional untuk mendukung penugasannya

dalam PKKN, pengungkapan kasus-kasus tersembunyi, serta sebagai

seorang pemberi keterangan ahli di pengadilan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis sementara

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Ha3 : Profesionalisme auditor forensik berpengaruh secara signifikan

terhadap pengungkapan korupsi.

Ha4 : Keahlian auditor forensik berpengaruh secara signifikan terhadap

pengungkapan korupsi.

3. Pengaruh Kompetensi Bukti terhadap Pengungkapan Korupsi

Aparat Penegak Hukum (APH) seperti majelis hukum, ataupun

lembaga pengadilan maupun pemerintah yang berhak memutuskan perkara

membutuhkan bukti yang kompeten dalam pembuktiannya untuk memvonis

terdakwa tindak pidana korupsi di depan sidang (Dwi dan Effendi, 2013).

Bukti yang kompeten akan mengarah pada apakah bukti yang

digunakan itu memiliki kompetensi dalam mengungkap dan membuktikan

fakta-fakta terhadap kasus yang ada (Achsin, 2010). Sehingga bukti yang

Page 87: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

66

diperoleh dapat diubah penyidik menjadi bukti menurut hukum (KUHAP)

dalam rangka proses hukum (Pusdiklatwas BPKP, 2013).

Independensi penyedia bukti, efektivitas pengendalian intern,

pengetahuan langsung auditor, kualifikasi individu yang menyediakan

informasi, tingkat objektivitas, ketepatan waktu, seluruhnya memiliki

pengaruh terhadap kompetensi bukti dan dari bukti ini, audit dapat

menyimpulkan bahwa informasi yang di audit telah sesuai dengan yang

sesungguhnya terjadi dan tidak ada manipulasi dalam informasi tersebut

(Michael, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis sementara dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Ha5 : Kompetensi bukti berpengaruh secara signifikan terhadap

pengungkapan korupsi.

4. Pengaruh Profesionalisme dan Keahlian Auditor Forensik terhadap

Pengungkapan Korupsi melalui Kompetensi Bukti

Pusdiklatwas BPKP (2013) kompetensi suatu bukti ditunjukkan pada

proses pembuatan bukti tersebut dan proses perolehannya. Jika bukti dibuat

oleh petugas yang tidak kompeten maka bukti tersebut dianggap tidak

kompeten, kompetensi suatu bukti juga didasarkan pada proses perolehan

bukti tersebut oleh auditor.

Profesionalisme dan keahlian auditor forensik akan mendukung

penugasannya dalam mencari dan mengumpulkan bukti yang kompeten dan

dapat diterima dalam proses hukum kasus korupsi. Pada akhinya dalam

Page 88: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

67

litigasi, baik laporan PKKN, bukti audit, maupun LHAI harus terklarifikasi

ke dalam salah satu dari lima macam alat bukti yang diatur oleh KUHAP

(Achsin, 2010).

Dengan telah dilakukannya praktik akuntansi forensik di Indonesia

belum dapat diukur apakah penerapan akuntansi forensik telah membantu

pemberantasan korupsi atau belum, oleh karena itu diperlukan pengkajian

lebih lanjut mengenai eksistensi akuntansi forensik dalam penyidikan dan

pembuktian tindak pidana korupsi (Hakim, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis sementara dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Ha6 : Profesionalisme auditor forensik berpengaruh secara signifikan

terhadap pengungkapan korupsi melalui kompetensi bukti.

Ha7 : Keahlian auditor forensik berpengaruh secara signifikan terhadap

pengungkapan korupsi melalui kompetensi bukti.

Page 89: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

68

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen (variabel

yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)

(Sugiyono, 2014:37). Penelitian ini akan membahas mengenai

profesionalisme dan keahlian auditor forensik terhadap pengungkapan

korupsi dengan kompetensi bukti sebagai variabel intervening. Populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014:80).

Populasi penelitian ini adalah auditor forensik yang bekerja pada Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK RI) dan Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP).

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi tersebut (Sugiyono, 2014:81). Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan metode convinience sampling yaitu metode

pengumpulan informasi dari anggota populasi yang dengan senang hati

bersedia memberikannya (Sekaran, 2011:136) . Alasan pengambilan sampel

dengan metode convinience sampling karena mencakup variasi luasnya

prosedur pemilihan responden dimana unit sampel yang ditarik mudah

Page 90: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

69

dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur dan bersifat

kooperatif (Hamid, 2012:28).

Sehingga pada penelitian ini sampel yang dipilih adalah auditor forensik

pada Auditorat Utama Keuangan Negara I (AKN I), AKN III, AKN V, AKN

VII pada BPK RI dan Deputi Bidang Investigasi pada BPKP Perwakilan

Provinsi DKI Jakarta.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang

diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media

perantara) (Indriantoro dan Supomo, 2014:147). Data primer yang

dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014:142), yaitu

auditor forensik di BPK-RI dan BPKP Perwakilan Provinsi DKI

Jakarta. Skala yang digunakan adalah skala likert untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang kejadian atau gejala

sosial. Kategori dari penilaian skala likert:

SS = Sangat Setuju Diberi skor 5

S = Setuju Diberi skor 4

Page 91: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

70

N = Netral Diberi skor 3

TS = Tidak Setuju Diberi skor 2

STS = Sangat Tidak Setuju Diberi skor 1

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(Indriantoro dan Supomo, 2014:147). Penulis mengumpulkan data

sekunder dengan cara membaca, dan memahami buku, literature,

artikel, jurnal, dan data dari internet.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan

instrumen berupa kuesioner yang dikirimkan kepada auditor forensik

yang bekerja di BPK RI dan BPKP Perwakilan Provinsi DKI Jakarta.

Pengiriman kuesioner dilakukan secara langsung, yaitu dengan

mengirimkan langsung kepada kantor yang bersangkutan (Sugiyono,

2014:142).

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). PLS adalah

model persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis

komponen atau varian. Menurut Ghozali (2015:6), PLS merupakan

pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian

menjadi berbasis varian.

Page 92: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

71

SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas atau teori

sedangkan PLS lebih bersifat predictive model. PLS merupakan metode

analisis yang powerfull (Ghozali, 2015:5), karena tidak didasarkan pada

banyak asumsi. Misalnya data tidak harus terdistribusi normal, sampel tidak

harus besar. Selain dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS juga

dapat digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel

laten. PLS dapat sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk dengan

indikator reflektif dan formatif.

Menurut Ghozali (2015:7) tujuan PLS adalah membantu peneliti

untuk tujuan prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten

adalah linear agregat dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk

menciptakan komponen skor variabel laten didapat berdasarkan bagaimana

inner model (model struktural yang menghubungkan antar variabel laten)

dan outer model (model pengukuran yaitu hubungan antara indikator dengan

konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel

dependen.

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan

menjadi tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk

menciptakan skor variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path

estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten denga

indikatornya (loading). Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi

parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk

memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi 3 tahap

dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama,

Page 93: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

72

menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk

inner model dan outer model, dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means

dan lokasi (Ghozali, 2015:11-12).

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness

(kemencongan distribusi) (Ghozali, 2013:19).

2. Uji Model Pengukuran atau Outer Model

Suatu konsep dan model penelitian tidak dapat diuji dalam suatu

model prediksi hubungan relasional dan kausal jika belum melewati

tahap purifikasi dalam model pengukuran (Hartono dan Abdilah,

2014:58). Model pengukuran digunakan untuk menguji validitas

konstruk dan reliabilitas instrumen. Uji validitas dilakukan untuk

mengukur kemampuan isntrumen penelitian mengukur apa yang

seharusnya diukur (Cooper dan Schindler, 2006 dalam Hartono dan

Abdillah, 2014:58). Uji validitas konstruk dalam PLS dilakukan

mellaui Uji Convergent Validity, Discriminant Validity, dan Average

Variance Extracted (AVE). Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur

konsistensi alat ukur dalam mengukur konsep atau dapat juga

digunakan untuk mengukur konsistensi responden dalam menjawab

instrumen. Instrumen dikatakan andal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji

Page 94: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

73

reliabilitas dalam PLS dapat menggunakan metode composite

reliability dan cronbach’s alpha (Hartono dan Abdillah, 2014:62).

a. Convergent Validity

Model pengukuran dengan model reflektif indikator dinilai

berdasarkan korelasi antara item score atau component score

dengan construct score yang dihitung dengan software SmartPLS.

Ukuran reflektif dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70

dengan kosntruk yang ingin diukur. Namun demikian untuk

penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai

loading 0,50 sampai 0,60 dianggap cukup (Chin, 1998 daalam

Ghozali, 2015:74).

b. Discriminant validity

Model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai

berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika

korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada

ukuran konstruk lainnya, maka akan menunjukkan bahwa konstruk

laten memprediksi ukuran pada blok yang lebih baik daripada

ukuran blok lainnya. Metode lain untuk menilai discriminant

validity adalah membandingkan nilai square root of Average

Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara

konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk

lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk

Page 95: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

74

lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant

validity yang baik. Pengukuran ini dapat digunakan untuk

mengukur reabilitas component score variabel laten dan hasilnya

lebih konservatif dibandingkan dengan composite reliability.

Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar dari 0,50 (Fornnel

dan Larcker, 1981 dalam Ghozali, 2015:75).

c. Reliability

Mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua

macam ukuran yaitu Composite Reliability dan Cronbacah’s Alpha

(Ghozali, 2015:75). Composite reliability mengukur nilai

sesungguhnya reliabilitas suatu kontruk dan lebih baik dalam

mengestimasi konsistensi internal suatu kontruk (Salisbury et al,

2002 dalam Hartono dan Abdillah, 2014:62). Cronbach’s alpha

mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu kontruk. Konstruk

dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika mempunyai

Composite Reliability di atas 0,70 dan mempunyai Cronbach

Alpha di atas 0,60.

3. Uji Model Struktural atau Inner Model

Inner model (inner relation, structural model dan substantive

theory) menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan

pada teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan

R-square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser-square test untuk

Page 96: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

75

predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter

jalur struktural.

a. R-Square

Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat

R-square untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya

sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R-square

dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen

tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai

pengaruh yang substantif (Ghozali, 2015:78). Nilai R-Square 0,75,

0,50, 0,25 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderat dan

lemah, hasil dari PLS R-Square mempresentasi jumlah variance

dari konstruk yang dijelaskan oleh model (Ghozali, 2015:78).

b. Q-Square

Q-Square mengukur seberapa baik nilai observasi

dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-

Square > 0 menunjukkan model memiliki predictive relevance,

sebaliknya jika nilai Q-square < 0 menunjukkan model kurang

memiliki predictive relevance (Chin, 1998 dalam Ghozali,

2015:79). Besaran Q-Square memiliki nilai dengan rentang 0 < Q2

< 1, dimana semakin mendekati 1 berarti model semakin baik.

Besaran Q2 ini setara dengan koefisien determinasi total pada

analisis jalur (path analysis). Nilai Q-Square 0,02, 0,15, 0,35 dapat

Page 97: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

76

disimpulkan bahwa nilai predictive relevance lemah, moderate dan

kuat. Perhitungan Q-Square dilakukan dengan rumus:

Q2= 1 – ( 1 – R1

2) ( 1 – R2

2) ....... ( 1- Rp

2)

Dimana R12, R2

2... Rp

2 adalah R-square variabel endogen.

c. Goodness of Fit (GoF)

GoF untuk overall fit index dapat digunkan kriteria

goodness of fit index yang dikembangkan oleh Tenenhaus et al

(2014) dalam Ghozali (2015:82) dengan sebutan GoF Index. Index

ini dikembangkan untuk mengevaluasi modle pengykuran dan

model struktural dan disamping itu menyediakan pengukuran

sederhana untuk keseluruhan dari prediksi model. Nilai GoF index

ini diperoleh dari average communalities index dikalikan dengan

nilai R2 model. Nilai GoF ini terbentang antara 1-0 dengan

interpretasi nilai ini adalah 0,1 (GoF Kecil), 0,25 (GoF Moderat)

dan 0,36 (GoF Besar) (Wetzels et al, 2009 dalam Yamin, 2011:22).

Formula GoF Index yaitu:

GoF =√Com x R2

Com bergaris atas adalah average communalities dan R2

bergaris atas adalah rata-rata model R2.

Page 98: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

77

d. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat pengaruh suatu

konstruk terhadap konstruk lainnya dengan melihat koefisien

parameter dan nilai t-statistik (Ghozali, 2011). Dasar yang

digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada

Path Coefficient untuk menguji model struktural. Hasil hipotesis

yang diajukan, dapat dilihat dari besarnya t-statistik. Nilai t-statistik

dibandingkan dengan t-tabel yang ditentukan dalam penelitian ini

dimana diketahui df didapat dari jumlah sampel dikurangi dua df =

(n-2) dan signifikansi sebesar 0,05.

4. Uji Efek Intervening

Di dalam penelitian ini terdapat variabel intervening yaitu

kompetensi bukti. Menurut Baron dan Kenny (1986) dalam Ghozali

(2013) suatu variabel disebut variabel intervening jika variabel

tersebut ikut mempengaruhi hubungan antara variabel prediktor

(independen) dan variabel kriterion (dependen).

Efek intervening menunjukkan hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen melalui penghubung atau

intervening. Pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen tidak secara langsung terjadi tetapi melalui proses

transformasi yang diwakili oleh variabel intervening (Baron dan

Kenny, 1986 dalam Hartono dan Abdillah, 2009).

Page 99: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

78

Prosedur pengujian efek intervening dilakukan dengan dua

langkah (Baron dan Kenny, 1986 dalam Sholihin, 2014) yaitu :

1) Melakukan estimasi pengaruh langsung variabel independen

pada variabel dependen, koefisien jalur c harus signifikan

(Gambar 3.1)

Gambar 3.1

Model Pengaruh Langsung

C

2) Melakukan estimasi pengaruh tidak langsung secara simultan

dengan trianggle PLS-SEM Model, koefisien jalur a dan b

harus signifikan (Gambar 3.2)

Gambar 3.2

Model Intervening

c’’

a(+) b(+)

Variabel

Independen

Variabel

Dependen

Variabel

Independen

Variabel

Dependen

Variabel

Intervening

Page 100: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

79

Pengambilan kesimpulan tentang efek intervening (Baron

dan Kenny, 1986 dalam Sholihin, 2014) adalah:

1) Jika koefisien jalur c‟‟ dari hasil estimasi langkah kedua

tetap signifikan dan tidak berubah (c‟‟=c) maka tidak terdapat

efek intervening.

2) Jika koefisien jalur c‟‟ nilainya turun (c‟‟<c) tetapi tetap

signifikan maka bentuk intervening adalah intervening

sebagian (partial intervening).

3) Jika koefisien jalur c‟‟ nilainya turun (c‟‟<c) dan menjadi

tidak signifikan maka bentuk intervening adalah intervening

penuh (full intervening).

Selain melalui kedua langkah di atas, pengujian efek

intervening dapat dilakukan dengan menggunakan teknik regresi

tetapi pada model yang komplek atau hipotesis model, maka teknik

regresi menjadi tidak efisien (Hartono dan Abdillah, 2009:118).

Metode Variance Accounted For (VAF) yang dikembangkan oleh

Preacher dan Hayes (2008) serta bootstrapping dalam distribusi

pengaruh tidak langsung dipandang lebih sesuai karena tidak

memerlukan asumsi apapun tentang distribusi variabel sehingga

dapat diaplikasikan pada ukuran sampel kecil. Pendekatan ini paling

tepat untuk PLS yang menggambarkan metode resampling dan

Page 101: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

80

mempunyai statical power yang lebih tinggi dari metode Sobel (Hair

et al, 2013 dalam Sholihin, 2014:81).

Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening

adalah pengaruh langsung variabel independen terhadap variabel

dependen harus signifikan. Langkah kedua, pengaruh tidak langsung

harus signifikan, setiap jalur yaitu variabel independen terhadap

variabel intervening dan variabel intervening terhadap variabel

dependen harus signifikan untuk memenuhi kondisi ini. Pengaruh

tidak langsung ini diperoleh dengan formula pengaruh variabel

independen pada variabel intervening dikalikan dengan pengaruh

variabel intervening pada variabel dependen (Hair et al, 2013 dalam

Sholihin, 2014:82). Apabila pengaruh tidak langsung signifikan,

maka hal ini menunjukkan bahwa variabel intervening mampu

menyerap atau mengurangi pengaruh langsung pada pengujian

pertama. Ketiga, menghitung VAF dengan formula (Hair et al, 2013

dalam Sholihin, 2014:82) sebagai berikut:

VAF= pengaruh tidak langsung

pengaruh langsung + pengaruh tidak langsung

Jika nilai VAF di atas 80%, maka menunjukkan peran Y

sebagai intervening penuh (full intervening). Y dikategorikan

sebagai intervening parsial apabila nilai VAF berkisar antara 20%

Page 102: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

81

sampai dengan 80%, namun jika nilai VAF kurang dari 20% dapat

disimpulkan bahwa hampir tidak ada efek intervening.

E. Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel eksogen, variabel endogen, dan

variabel intervening yang melibatkan empat variabel penelitian. Berikut ini

pemaparan terkait dengan variabel penelitian dan definisi operasional

variabel.

1. Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah profesionalisme dan

keahlian auditor forensik.

2. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah kompetensi bukti.

3. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah pengungkapan korupsi.

1. Profesionalisme (X1)

Profesionalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

profesionalisme berdasarkan pendapat Hall (1968) dalam Dwi dan

Effendi (2013) dengan indikator:

a. Pengabdian pada profesi (Dedication), dicerminkan dari

dedikasi profesionalisme melalui penggunaan pengetahuan

dan kecakapan yang dimiliki.

b. Kewajiban Sosial (Social obligation), yaitu pandangan tentang

pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik

Page 103: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

82

oleh masyarakat atau pun oleh profesional karena adanya

pekerjaan tersebut.

c. Kemandirian (Autonomy demands), yaitu suatu pandangan

bahwa seorang professional harus mampu membuat

keputusan sendiri tanpa ada tekanan dari pihak yang lain.

d. Keyakinan terhadap peraturan profesi (Belief in self-

regulation), yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang

untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama

profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai

kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

e. Hubungan dengan sesama profesi (Professional community

affiliation) berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,

termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega

informal sebagai sumber ide utama pekerjaan.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang

dikembangkan oleh Rensis Likert, dengan 5 item pernyataan.

2. Keahlian (X2)

Keahlian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keahlian

berdasarkan pendapat Digabriele (2008) yang digunakan untuk

menguji skill auditor forensik, dengan indikator:

a. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

analisis deduktif.

Page 104: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

83

b. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

pemikiran yang kritis.

c. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

pemecahan masalah yang tidak terstruktur.

d. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

fleksibilitas penyidikan.

e. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

keahlian analitik.

f. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

komunikasi lisan.

g. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

komunikasi tertulis.

h. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

pengetahuan tentang hukum.

i. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah

composure.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang

dikembangkan oleh Rensis Likert, dengan 9 item pernyataan.

3. Kompetensi Bukti (Intervening)

Kompetensi bukti yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kompetensi bukti menurut Arens et al (2012:196) merujuk pada

tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau diyakini

kebenarannya dalam kasus tindak pidana korupsi, dengan indikator:

Page 105: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

84

a. Independensi penyedia bukti, bukti audit diperoleh dari sumber

diluar entitas akan lebih dapat dipercaya daripada bahan bukti

audit yang diperoleh dari dalam entitas.

b. Efektivitas pengendalian intern, jika pengendalian intern klien

berjalan secara efektif, maka bukti audit yang akan diperoleh

akan lebih dapat dipercaya daripada jika pengendalian intern

lemah.

c. Pengetahuan langsung auditor, bukti audit yang diperoleh

langsung oleh auditor akan lebih kompeten daripada informasi

yang diperoleh secara tidak langsung.

d. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi, individu

ynag menyediakan atau menyampaikan informasi harus

memenuhi kualifikasi menurut Undang-Undang atau peraturan

yang terkait.

e. Tingkat objektivitas, bukti yang objektif akan dapat lebih

dipercaya daripada bukti yang membutuhkan pertimbangan.

f. Ketepatan waktu, Ketepatan waktu atas bahan bukti audit

dapat merujuk baik kapan bukti itu dikumpulkan atau kapan

periode waktu yang tercover oleh proses audit tersebut.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang

dikembangkan oleh Rensis Likert, dengan 6 item pernyataan.

Page 106: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

85

4. Pengungkapan Korupsi (Y)

Pengungkapan Korupsi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pengungkapan korupsi berdasarkan Pusdiklatwas BPKP

(2013) dengan merujuk pada bukti audit dan alat bukti hukum pasal

184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), dengan

indikator:

a. Informasi hasil pengujian fisik (physical examination), dapat

memperkuat keabsahan keterangan saksi dan keterangan

terdakwa.

b. Informasi hasil konfirmasi (confirmation), dapat memperkuat

keabsahan keterangan saksi.

c. Informasi hasil inspeksi atas dokumen (document) dan catatan

klien, dapat memperkuat keabsahan keterangan saksi, surat,

dan keterangan terdakwa.

d. Informasi hasil prosedur analitis (analytical procedures), dapat

memperkuat keabsahan keterangan ahli.

e. Informasi hasil tanya jawab dengan auditan (inquires of the

client), dapat memperkuat keabsahan keterangan saksi dan

keterangan terdakwa.

f. Informasi hasil penghitungan ulang atau rekalkulasi

(recalculation), dapat memperkuat keabsahan keterangan ahli.

Page 107: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

86

g. Informasi hasil pelaksanaan ulang (reperformance), dapat

memperkuat keabsahan keterangan ahli.

h. Informasi hasil observasi (observation), tidak dapat dijadikan

alat bukti hukum karena hanya berdasarkan pengamatan atau

dugaan auditor saja. Dalam pasal 185 KUHAP ayat (5) “Baik

pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran

saja, bukan merupakan keterangan saksi. Sehingga informasi

hasil observasi digunakan untuk mendukung pengembangan

keterangan lainnya.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert

yang dikembangkan oleh Rensis Likert, dengan 8 item

pernyataan.

Page 108: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

87

Tabel Penelitian 3.1

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Indikator No. Butir

Pernyataan

Skala

Pengukuran

Variabel

Profesionalisme

Auditor Forensik

(X1) (Hall (1968)

dalam Dwi dan

Effendi (2013))

Auditor forensik

menggunakan segenap

pengetahuan, kemampuan

dan pengalaman dalam

melaksanakan pekerjaannya.

1.

Skala

Interval

Profesi auditor forensik

merupakan profesi yang

memiliki peran penting di

masyarakat.

2.

Dalam memutuskan hasil

audit, auditor forensik tidak

mendapat tekanan dari

siapapun.

3.

Kinerja auditor forensik

dapat dinilai oleh rekan

sesama profesi karena

mempunyai pengetahuan

yang sama sehingga jika

terdapat kesalahan

pertimbangan dapat segera

diketahui.

4.

Dengan sering berkumpul

dan berdiskusi bersama rekan

seprofesi, akan meningkatkan

pengetahuan sehingga dapat

lebih akurat dalam membuat

pertimbangan audit.

5.

Ketika menghadapi kondisi

yang tidak wajar, auditor

forensik menggunakan

keahlian analisis deduktifnya.

6.

Memiliki kemampuan

berpikir kritis penting bagi

auditor forensik untuk

mengevaluasi antara fakta

dan opini.

7.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 109: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

88

Tabel 3.1 (lanjutan)

Variabel Indikator No.Butir

Pertanyaan

Skala

Pengukuran

Variabel

Keahlian

Auditor

Forensik (X2)

(Digabriele,

2008)

Auditor forensik harus mampu

memberikan solusi dalam

pemecahan masalah yang tidak

terstruktur.

8.

Skala

Interval

Auditor forensik harus memiliki

kemampuan fleksibilitas

penyidikan dalam melakukan

audit di luar ketentuan yang

berlaku.

9.

Keahlian analitik auditor

forensik digunakan dalam

memeriksa bukti yang

seharusnya ada, bukan bukti

yang telah ada.

10.

Auditor forensik harus dapat

berkomunikasi secara efektif

dengan lisan.

11.

Auditor forensik harus dapat

berkomunikasi secara efektif

dengan tulisan.

12.

Auditor forensik harus dapat

memahami proses-proses hukum

pidana dan perdata, sistem

hukum, serta prosedur

pengadilan.

13.

Auditor forensik harus mampu

untuk bersikap tetap tenang

meskipun dalam situasi tertekan.

14.

Penyedia bukti (informan) dari

pihak independen diluar entitas

lebih dapat dipercaya, dibanding

penyedia bukti (informan) yang

diperoleh dari dalam entitas.

15.

Semakin baik pengendalian

internal klien, dapat

meningkatkan keyakinan tentang

reliabilitas bukti.

16.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 110: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

89

Tabel 3.1 (lanjutan)

Variabel Indikator No.Butir

Pertanyaan

Skala

Pengukuran

Variabel

Kompetensi Bukti

(Intervening)

(Arens et al,

2012:228)

Bukti audit yang diperoleh

langsung oleh auditor

forensik lebih kompeten,

dibanding bukti audit yang

diperoleh secara tidak

langsung.

17.

Skala

Interval

Pihak independen yang

memberikan informasi

harus memenuhi kualifikasi

menurut Undang-Undang

atau peraturan terkait.

18.

Bahan bukti objektif lebih

dapat dipercaya, dibanding

bahan bukti yang masih

memerlukan pertimbangan

(subjektif).

19.

Bukti yang diperoleh pada

saat periode audit lebih

dapat diandalkan, dibanding

bukti diluar periode audit.

20.

Informasi hasil pemeriksaan

fisik, dapat memperkuat

keabsahan keterangan saksi

dan keterangan terdakwa.

21.

Informasi hasil konfirmasi

kepada pihak independen,

dapat memperkuat

keabsahan keterangan saksi.

22.

Informasi hasil inspeksi atas

dokumen dan catatan klien,

dapat memperkuat

keabsahan keterangan saksi,

surat, dan keterangan

terdakwa.

23.

Informasi hasil pelaksanaan

prosedur analitis, dapat

memperkuat keabsahan

keterangan ahli.

24.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 111: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

90

Tabel 3.1 (lanjutan)

Variabel Indikator No.Butir

Pertanyaan

Skala

Pengukuran

Variabel

Pengungkapan

Korupsi (Y)

(Pusdiklatwas

BPKP, 2013)

Informasi hasil tanya

jawab dengan pihak

independen, dapat

memperkuat keabsahan

keterangan saksi dan

keterangan terdakwa.

25.

Skala

Interval

Informasi hasil

penghitungan ulang, dapat

memperkuat keabsahan

keterangan ahli.

26.

Pelaksanaan ulang

prosedur yang telah

dilaksanakan, dapat

memperkuat keabsahan

keterangan ahli.

27.

Informasi hasil observasi,

dapat mendukung

pengembangan keterangan

lainnya.

28.

Sumber :Dari berbagai sumber yang diolah

Page 112: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

91

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap auditor forensik yang bekerja di

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dan Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi

DKI Jakarta. Auditor forensik yang berpartisipasi dalam penelitian ini

adalah auditor forensik yang bekerja di BPK RI pada Auditorat Utama

Keuangan Negara (AKN) I, III, V, dan VII serta auditor forensik yang

bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi DKI Jakarta pada Deputi

Investigasi meliputi manager, supervisor, auditor senior, dan auditor

junior.

Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner

penelitian secara langsung dengan mengirimkan langsung kepada kantor

yang bersangkutan. Proses perizinan, penyebaran dan pengembalian

kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 15 Maret 2016 sampai dengan 10

Mei 2016. Gambaran mengenai data sampel disajikan pada tabel 4.1.

Page 113: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

92

Tabel 4.1

Data Sampel Penelitian No. Keterangan Jumlah Persentase

1. Jumlah kuesioner yang disebar 90 100%

2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 23 25,56%

3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 3 3,33%

4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 64 71,11%

Sumber : Data primer yang diolah

Kuesioner yang disebarkan berjumlah 90 buah dan jumlah yang

kembali adalah sebanyak 67 kuesioner atau 74,44%. Kuesioner yang

tidak kembali sebanyak 23 buah atau 25,56%, hal ini dikarenakan

waktu penyebaran kuesioner yang terlalu singkat serta auditor forensik

yang sedang berada di kantor perwakilan daerah. Kuesioner yang

dapat diolah berjumlah 64 buah atau 71,11% sedangkan kuesioner

yang tidak dapat diolah sebanyak 3 buah atau 3,33% karena tidak diisi

secara lengkap oleh responden.

Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian dapat

dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Data Distribusi Sampel Penelitian No. Kantor Kuesioner yang

dikirim

Kuesioner yang

diolah

1. AKN I 15 11

2. AKN III 15 11

3. AKN V 15 13

4. AKN VII 15 -

5. Deputi Investigasi 30 29

Sumber : Data primer yang diolah

Page 114: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

93

2. Karakteristik Profil Responden

Responden dalam penelitian ini adalah auditor forensik yang

bekerja di BPK RI pada Auditorat Utama Keuangan Negara (AKN) I,

III, V, dan VII serta auditor forensik yang bekerja di BPKP

Perwakilan Provinsi DKI Jakarta pada Deputi Investigasi yang

memiliki fungsi audit penghitungan kerugian keuangan negara dan

pemberian keterangan ahli sehingga akan mampu memberikan

informasi yang relevan terhadap pengungkapan korupsi. Berikut ini

adalah deskripsi mengenai identitas penelitian yang terdiri dari jenis

kelamin, posisi terakhir, pendidikan terakhir, usia, dan pengalaman

kerja responden.

a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi

responden berdasarkan jenis kelamin.

Sumber : Data primer yang diolah

Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 42 orang

atau 65,6% responden di dominasi oleh jenis kelamin laki-laki,

dan sisanya sebesar 22 orang atau 34,4% responden berjenis

Tabel 4.3

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 42 65,6 65,6 65,6

Perempuan 22 34,4 34,4 100,0

Total 64 100,0 100,0

Page 115: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

94

kelamin perempuan, hal ini dikarenakan karakteristik profesi

auditor forensik lebih memerlukan lebih banyak waktu dalam

pekerjaannya sehingga responden dalam penelitian ini mayoritas

laki-laki.

b. Deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir

Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi

responden berdasarkan posisi terakhir.

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.4 diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas

responden adalah auditor senior sebanyak 30 orang atau sebesar

46,9%. Responden yang menduduki jabatan sebagai auditor

junior sebanyak 22 orang atau 34,4%, sedangkan sisanya yaitu

sebagai manager dan supervisor sebanyak 5 dan 7 orang atau

sebesar 7,8% dan 10,9%. Hal ini dikarenakan semakin tinggi

jabatan di AKN I, III, V, dan Deputi Investigasi semakin tinggi

pula tingkat kesibukannya.

Tabel 4.4

Hasil Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Auditor Junior 22 34,4 34,4 34,4

Auditor Senior 30 46,9 46,9 81,3

Supervisor 7 10,9 10,9 92,2

Manager 5 7,8 7,8 100,0

Total 64 100,0 100,0

Page 116: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

95

c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel 4.5 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi

responden berdasarkan pendidikan terakhir.

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah

45 responden atau 70,3%. Sisanya dengan jumlah 17 responden

atau 26,6% berpendidikan terakhir Strata Dua (S2) dan dengan

jumlah 2 responden atau sebesar 3,1% berpendidikan terakhir

Diploma III (D3). Hal ini karena pada umumnya standar

pendidikan untuk dapat direkrut bekerja sebagai pemeriksa di

BPK RI dan BPKP minimal Strata Satu (S1).

d. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja

Tabel 4.6 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi

responden berdasarkan pengalaman kerja.

Tabel 4.5

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid D3 2 3,1 3,1 3,1

S1 45 70,3 70,3 73,4

S2 17 26,6 26,6 100,0

Total 64 100,0 100,0

Page 117: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

96

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa

mayoritas responden dalam penelitian ini sebesar 50% atau sekitar

32 auditor forensik memiliki pengalaman kerja lebih dari 10 tahun.

Responden yang memiliki pengalaman 6-10 tahun sebanyak 23

orang atau sebesar 35,9%, responden yang memiliki pengalaman

kerja 3-6 tahun sebanyak 5 rorang atau sebesar 7,8% dan sisanya

responden yang memiliki pengalaman kerja <3 tahun sebanyak 4

orang atau sebesar 6,3%. Hal ini menunjukkan auditor forensik

yang bekerja pada AKN I, III, V, dan Deputi Investigasi adalah

auditor yang telah memiliki pengalaman dalam penghitungan

kerugian keuangan negara atau dalam melaksanakan pemeriksaan

terkait kasus korupsi karena didominasi oleh auditor yang memiliki

pengalaman lebih dari 10 tahun sehingga dapat relevan untuk

memberikan informasi dalam penelitian ini.

Tabel 4.6

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman

Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <3 Tahun 4 6,3 6,3 6,3

3-6 Tahun 5 7,8 7,8 14,1

6-10 Tahun 23 35,9 35,9 50,0

>10 Tahun 32 50,0 50,0 100,0

Total 64 100,0 100,0

Page 118: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

97

e. Deskripsi responden berdasarkan usia

Tabel 4.7 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden

berdasarkan usia.

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan responden yang

bekerja pada AKN I, III, V, dan Deputi Investigasi sebesar 1,6%

atau satu orang berusia kurang dari 25 tahun, sebesar 21,9% atau

sebanyak 14 orang berusia 25-30 tahun, sebesar 21,9% atau

sebanyak 14 orang berusia 31-35 tahun, sebesar 14,1% atau

sebanyak 9 orang berusia 36-40 tahun, sebesar 7,8% atau sebanyak

5 orang berusia 41-45 tahun, sebesar 14,1% atau sebanyak 9 orang

berusia 46-50 tahun, dan sebesar 18,8% atau sebanyak 12 orang

berusia lebih dari 50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa auditor

forensik yang bekerja pada AKN I, III, V, dan Deputi Investigasi

adalah mereka yang berusia 25-30 tahun dan usia 31-35 tahun,

Tabel 4.7

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <25 Tahun 1 1,6 1,6 1,6

25-30 Tahun 14 21,9 21,9 23,4

31-35 Tahun 14 21,9 21,9 45,3

36-40 Tahun 9 14,1 14,1 59,4

41-45 Tahun 5 7,8 7,8 67,2

46-50 Tahun 9 14,1 14,1 81,3

>50 Tahun 12 18,8 18,8 100,0

Page 119: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

98

dikarenakan responden dalam penelitian ini didominasi oleh

auditor senior dan auditor junior.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

profesionalisme, keahlian, kompetensi bukti, dan pengungkpan korupsi

akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.8

Tabel 4.8

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Min Max Mean

Std.

Deviation

Profesionalisme 64 15 25 21,03 2,714

Keahlian 64 21 45 36,48 4,928

KompetensiBukti 64 12 30 23,83 3,170

PengungkapanKorupsi 64 24 40 32,77 2,866

Valid N (listwise) 64

Sumber : Data primer yang diolah

Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel profesionalisme

memiliki jawaban minimum responden sebesar 15 dan maksimum sebesar

25, dengan rata-rata total jawaban 21,03 dan standar deviasi 2,714. Nilai

standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 2,714 dari

nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang profesionalisme

yang besarnya 21,03. Variabel keahlian memiliki jawaban minimum

responden sebesar 21 dan maksimum sebesar 45, dengan rata-rata total

jawaban 36,48 dan standar deviasi 4,928. Nilai standar deviasi

menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 4,928 dari nilai rata-rata

Page 120: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

99

jawaban responden atas pernyataan tentang keahlian yang besarnya 36,48.

Variabel kompetensi bukti memiliki jawaban minimum responden sebesar

12 dan maksimum sebesar 30, dengan rata-rata total jawaban 23,83 dan

standar deviasi 3,170. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya

penyimpangan sebesar 3,170 dari nilai rata-rata jawaban responden atas

pernyataan tentang kompetensi bukti yang besarnya 23,83. Dan variabel

pengungkapan korupsi memiliki jawaban minimum responden sebesar 24

dan maksimum sebesar 40, dengan rata-rata total jawaban 32,77 dan

standar deviasi 2,866. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya

penyimpangan sebesar 2,866 dari nilai rata-rata jawaban responden atas

pernyataan tentang pengungkapan korupsi yang besarnya 32,77.

Berdasarkan hasil uji statsitik deskriptif di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa rata-rata jawaban responden untuk variabel profesionalisme,

keahlian, kompetensi bukti, dan pengungkapan korupsi adalah setuju.

2. Hasil Uji Outer Model atau Measurement Model

Terdapat tiga kriteria di dalam penggunaan teknik analisis data dengan

SmartPLS untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity, Discriminant

Validity dan Reliability.

a. Hasil Convergent Validity

Convergent Validity dari model pengukuran reflektif indikator

dinilai berdasarkan korelasi antara item score atau component score yang

di estimasi dengan software SmartPLS. Ukuran reflektif individual

dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih tinggi dari 0,70 dengan konstruk

Page 121: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

100

yang diukur. Namun menurut Chin (1998) dalam Ghozali (2015:74) untuk

penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading

0,50 sampai 0,60 dianggap cukup memadai. Dalam penelitian ini akan

digunakan batas laoding factor sebesar 0,60.

Tabel 4.9

Outer Loading

PROF KEAH KOMP PGKPN

Pro_1 0,7678

Pro_2 0,7496

Pro_3 0,6717

Pro_4 0,7034

Pro_5 0,8053

Kh_1 0,5845

Kh_2 0,7309

Kh_3 0,7861

Kh_4 0,5877

Kh_5 0,6710

Kh_6 0,6973

Kh_7 0,7534

Kh_8 0,7855

Kh_9 0,6304

Kb_1 0,7033

Kb_2 0,7023

Kb_3 0,7780

Kb_4 0,7940

Kb_5 0,7646

Kb_6 0,5995

Pk_1 0,7768

Pk_2 0,7626

Pk_3 0,8090

Pk_4 0,8618

Pk_5 0,8535

Pk_6 0,7399

Pk_7 0,5180

Pk_8 0,7482

Sumber : Data primer yang diolah

Page 122: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

101

Hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS dapat dilihat

pada tabel 4.9. Nilai outer model atau korelasi antar konstruk dengan

variabel pada awalnya belum memenuhi Convergent Validity terdapat

empat indikator dengan nilai loading factor kurang dari 0,60 yaitu

indikator Kh_1, Kh_4. Kb_6 dan Pk_7. Untuk itu, indikator tersebut harus

dikeluarkan dari model.

Tabel 4.10

Outer Loading Modifikasi

PROF KEAH KOMP PGKPN

Pro_1 0,7726

Pro_2 0,7457

Pro_3 0,6719

Pro_4 0,6999

Pro_5 0,8059

Kh_2 0,7330

Kh_3 0,7634

Kh_5 0,6318

Kh_6 0,7504

Kh_7 0,7958

Kh_8 0,8265

Kh_9 0,6807

Kb_1 0,7063

Kb_2 0,7224

Kb_3 0,7655

Kb_4 0,7862

Kb_5 0,7891

Pk_1 0,7909

Pk_2 0,7822

Pk_3 0,8362

Pk_4 0,8607

Pk_5 0,8390

Pk_6 0,7412

Pk_8 0,7278

Sumber : Data primer yang diolah

Modifikasi model dilakukan dengan mengeluarkan indikator

indikator yang memiliki nilai loading factor di bawah 0,60 dan dilakukan

Page 123: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

102

run ulang. Pada model modifikasi sebagaimana pada tabel 4.10 tersebut

menunjukkan bahwa semua loading factor memiliki nilai di atas 0,60,

sehingga konstruk untuk semua variabel sudah tidak ada yang dieliminasi

dari model. Semua indikator dalam Tabel Outer Loading Modifikasi

memiliki nilai diatas 0,60 sehingga menunjukkan tiap indikator signifikan

terhadap konstruknya atau menunjukkan nilai seluruh variabel dinyatakan

valid.

b. Hasil Discriminant Validity

Discriminant Validity dilakukan untuk memastikan bahwa setiap

konsep dari masing-masing variabel laten berbeda dengan variabel

lainnya. Model mempunyai Discriminant Validity yang baik jika setiap

nilai loading dari setiap indikator dari sebuah variabel laten memiliki nilai

loading yang paling besar dengan nilai loading lain terhadap variabel laten

lainnya. Hasil pengujian Discriminant Validity diperoleh sebagai berikut:

Page 124: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

103

Tabel 4.11

Cross Loading

Profesionalisme Keahlian Kompetensi

Bukti

Pengungkapa

n Korupsi

Pro_1 0,7726

0,7457

0,6719

0,6999

0,8055

0,6250 0,4809 0,4336

Pro_2 0,5212 0,1827 0,3736

Pro_3 0,3774 0,1996 0,3960

Pro_4 0,6199 0,3634 0,3047

Pro_5 0,5133 0,4228 0,5051

Kh_2 0,6849 0,7330

0,7634

0,6317

0,7504

0,7958

0,8265

0,6806

0,3912 0,5245

Kh_3 0,4680 0,3916 0,5477

Kh_5 0,4473 0,3754 0,4027

Kh_6 0,6258 0,3097 0,4462

Kh_7 0,4870 0,3545 0,4196

Kh_8 0,5112 0,3816 0,4055

Kh_9 0,5034 0,3106 0,3850

Kb_1 0,2130 0,1671 0,7063

0,7224

0,7655

0,7862

0,7891

0,3191

Kb_2 0,3910 0,2532 0,4245

Kb_3 0,2200 0,4319 0,5224

Kb_4 0,4299 0,4065 0,5179

Kb_5 0,4640 0,4783 0,5216

Pk_1 0,4581 0,4608 0,5489 0,7909

0,7822

0,8362

0,8607

0,8390

0,7412

0,7278

Pk_2 0,4235 0,4339 0,5428

Pk_3 0,5157 0,5518 0,5381

Pk_4 0,4809 0,5452 0,5080

Pk_5 0,3365 0,4557 0,4713

Pk_6 0,4247 0,4461 0,4949

Pk_8 0,4302 0,5115 0,3862

Sumber : Data primer yang diolah

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa konstruk profesionalisme lebih

tinggi terhadap indikatornya (Pro_1,Pro_2,Pro_3,Pro_4, dan Pro_5)

dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap indikator

Pro_1,Pro_2,Pro_3,Pro_4, dan Pro_5 sehingga memiliki Discriminant

Validity yang baik.

Konstruk keahlian memberikan nilai indikator yang lebih tinggi

terhadap indikatornya dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap

Page 125: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

104

indikator Kh_2, Kh_3, Kh_5, Kh_6, Kh_7, Kh_8 dan Kh_9 sehingga

memiliki Discriminant Validity yang baik.

Konstruk kompetensi bukti juga memberikan nilai indikator

yang lebih tinggi terhadap indikatormya dibandingkan dengan konstruk

lainnya terhadap indikator Kb_1, Kb_2, Kb_3, Kb_4, dan Kb_5 sehingga

memiliki Discriminant Validity yang baik.

Hal yang sama juga berlaku untuk konstruk pengungkapan

korupsi yang memberikan nilai indikator yang lebih tinggi terhadap

indikatornya dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap indikator

Pk_1, Pk_2, Pk_3, Pk_4, Pk_5, Pk_6, dan Pk_8 sehingga memiliki

Discriminant Validity yang baik.

Semua nilai loading factor untuk setiap indikator dari masing-

masing variabel laten sudah memiliki nilai loading factor yang paling

besar dibanding nilai loading factor variabel laten lainnya. Hal ini

berarti bahwa semua variabel laten sudah memiliki Discriminant Validity

yang baik dimana konstruk laten memprediksi indikator pada blok

mereka lebih baik dibandingkan dengan indikator di blok lainnya

sehingga dapat disimpulkan semua variabel laten memiliki Discriminant

Validity yang baik.

Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah nilai

square root of Average Variance Extracted (AVE). Direkomendasikan

nilai AVE harus lebih besar dari 0,50 (Fornnel dan Larcker, 1981 dalam

Ghozali, 2015:75).

Page 126: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

105

Tabel 4.12

Average Variance Extracted (AVE)

AVE

Profesionalisme 0,5486

Keahlian 0,5517

Kompetensi Bukti 0,5695

Pengungkapan Korupsi 0,6372

Sumber : Data primer yang diolah

Tabel 4.12 menunjukkan AVE variabel profesionalisme

sebesar 0,5486, AVE variabel keahlian sebesar 0,5517, AVE variabel

kompetensi bukti sebesar 0,5695 dan AVE variabel pengungkapan

korupsi sebesar 0,6372 yang berarti sudah memiiliki nilai AVE di atas

0,50 sebagaimana kriteria yang di rekomendasikan sehingga

menunjukkan seluruh variabel memiliki Discriminant Validity yang

baik.

c. Hasil Reliability

Kriteria Reliability dapat dilihat dari nilai Composite

Reliability dan Cronbach Alpha dari masing-masing konstruk.

Konstruk dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi mempunyai nilai

Composite Reliability di atas 0,70 dan mempunyai nilai Cronbach

Alpha di atas 0,60.

Page 127: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

106

Tabel 4.13

Composte Reliability dan Cronbach Alpha

CompositeReliability Cronbach Alpha

Profesionalisme 0,8582 0,7972

Keahlian 0,8953 0,8629

Kompetensi Bukti 0,8684 0,8140

Pengungkapan Korupsi 0,9245 0,9043

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.13 Composite Reliability variabel

profesionalisme sebesar 0,8582, variabel keahlian sebesar 0,8953,

variabel kompetensi bukti sebesar 0,8684 dan variabel pengungkapan

korupsi sebesar 0,9245 yang berarti sudah memiliki nilai Composite

Reliability di atas 0,70 dapat disimpulkan semua konstruk memenuhi

kriteria reliabilitas. Cronbach Alpha variabel profesionalisme sebesar

0,7972, variabel keahlian sebesar 0,8629, variabel kompetensi bukti

sebesar 0,8140, dan variabel pengungkapan korupsi sebesar 0,9043

yang berarti sudah memiliki nilai Cronbach Alpha di atas 0,60

sehingga menunjukkan tingkat konsistensi jawaban responden dalam

setiap konstruk memiliki reliabilitas yang baik.

3. Hasil Uji Inner Model atau Structural Model

Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk

melihat hubungan antar konstruk, nilai signifikan dan R-square dari

model penelitian. Model struktural di evaluasi dengan menggunakan R-

square untuk konstruk dependen, uji t, serta signifikansi dari koefisien

parameter jalur struktural.

Page 128: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

107

Gambar 4.1

Model Struktural Hasil Bootstrapping

a. Hasil R-square

Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat

R-square untuk setiap variabel laten dependen. Uji Goodness fit

model adalah merupakan pengujian terhadap model struktural

yang dilakukan dengan melihat nilai R-square (Ghozali,

2015:78). Tabel 4.14 merupakan hasil estimasi R-square dengan

menggunakan SamrtPLS.

Page 129: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

108

Tabel 4.14

Nilai R-Square

R-Square

Profesionalisme

Keahlian

Kompetensi Bukti 0,2679

Pengungkapan Korupsi 0,5239

Sumber: Data primer yang diolah

Pada penelitian ini menggunakan 2 buah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel lainnya yaitu variabel kompetensi

bukti yang dipengaruhi oleh variabel profesionalisme dan

keahlian dan variabel pengungkapan korupsi yang dipengaruhi

oleh variabel kompetensi bukti.

Pada tabel 4.14 menunjukkan nilai R-square untuk variabel

kompetensi bukti diperoleh sebesar 0,2679 dan untuk variabel

pengungkapan korupsi diperoleh sebesar 0,5239. Hasil ini

menunjukkan bahwa variabel profesionalisme dan keahlian

auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan variabel

kompetensi bukti sebesar 26,79%, sisanya 73,21% diterangkan

oleh variabel lainnya yang tidak dihipotesiskan dalam model.

Hasil selanjutnya untuk variabel profesionalisme, keahlian, dan

kompetensi bukti mampu menjelaskan variabel pengungkapan

korupsi sebesar 52,39%, sisanya 47,61% diterangkan oleh

variabel lainnya yang tidak dihipotesiskan dalam model.

Menurut Chin (1998) dalam Ghozali (2015:78) nilai R-square ini

termasuk dalam kategori moderat menuju tinggi.

Page 130: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

109

b. Hasil Q-Square

Q-Square mengukur seberapa baik nilai observasi

dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Suatu

model dianggap mempunyai niai predictive relevance yang relevan

jika nilai Q-Square lebih besar dari 0 (nol). Besaran Q-Square

memiliki nilai dengan rentang 0 < Q2 < 1, model semakin bak jika

nilai Q-Square mendekati 1. Nilai Q-Square diperoleh dari:

Q2= 1 – (1 – R1

2) (1 – R2

2)

= 1- [1 – (0,26792)] [1 – (0,5239

2)]

= 1 – (1-0,0718) (1-0,2745)

= 1 – (0,9282) (0,7255)

= 1 – (0,6734)

Q2 = 0,3266

Hasil penghitungan Q-Square pada penelitian ini 0,3266

yang berarti bahwa 32,66% variabel independen dan intervening

ini layak untuk menjelaskan variabel dependen yaitu

pengungkapan korupsi.

c. Hasil Goodness of Fit (GoF)

Evaluasi model yang terakhir dengan melihat GoF dari

model, Evaluasi goodness of fit model dilakukan untuk purification

dan refinement terhadap uji validitas atau reliabilitas konstruk

(Ghozali, 2015:49) sehingga GoF ini digunakan untuk memvalidasi

performa gabungan antara inner model dan outer model. Nilai GoF

Page 131: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

110

ini terbentang antara 1-0 dengan interpretasi nilai ini adalah 0,1

(GoF Kecil), 0,25 (GoF Moderat) dan 0,36 (GoF Besar) (Wetzels

et al, 2009 dalam Yamin, 2011:22). Nilai GoF diperoleh dari:

GoF =√Com x R2

= √(0,7594) (0,3959)

=√(0,3006)

GoF = 0,5483

Hasil penghitungan GoF dalam penelitian ini menunjukkan

nilai 0,5483, lebih besar dari 0,36. Sehingga model dalam

penelitian ini memiliki kemampuan yang tinggi dalam menjelaskan

data empiris.

d. Hasil Uji Hipotesis

Hasil uji hipotesis dilakukan untuk melihat pengaruh suatu

konstruk terhadap konstruk lainnya dengan melihat koefisien

parameter dan nilai t-statistik (Ghozali, 2015:80). Dasar yang

digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada

output Path Coefficient untuk menguji model struktural. Hasil

hipotesis yang diajukan, dapat dilihat dari besarnya t-statistik. Nilai

t-statistik dibandingkan dengan nilai t-tabel yang ditentukan dalam

penelitian ini adalah sebesar 1,9990 dimana diketahui nilai df

sebesar 62 (jumlah sampel dikurangi dua: 64-2) dan α sebesar 0,05

Page 132: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

111

(two tailed). Batasan untuk menerima dan menolak hipotesis yang

diajukan adalah ± 1,9990, dimana apabila nilai t-statistik berada

pada rentang nilai -1,9990 dan 1,9990 maka hipotesis akan ditolak

atau dengan kata lain menerima hipotesis nol (Ho).

Tabel 4.15

Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value) Original

Original

Sample (O)

Sample

Mean

(M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

TStatistics

(I0/STER)

P Value

PROF KOMP 0,2496 0,2760 0,1235 0,1235 2,0210 0,0370

PROF PGKPN 0,1309 0,1302 0,0756 0,0756 1,7268 0,0930

KOMP PGKPN 0,4119 0,4361 0,1322 0,1322 3,1163 0,0020

KEAH KOMP 0,3079 0,3132 0,1284 0,1284 2,3986 0,0160

KEAH PGKPN 0,3157 0,3070 0,1261 0,1261 2,5030 0,0110

Sumber : Data primer yang diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa pengaruh PROF

(profesionalisme) terhadap KOMP (kompetensi bukti) sebesar

0,2496 dan signifikan pada 0,05 (2,0210>1,9990). Pengaruh PROF

(profesionalisme) terhadap PGKPN (pengungkapan korupsi)

sebesar 0,1309 dan tidak signifikan pada 0,05 (1,7268<1,9990).

Pengaruh KOMP (kompetensi bukti) terhadap PGKPN

(pengungkapan korupsi) sebesar 0,4119 dan signifikan pada 0,05

(3,1163>1,9990). Pengaruh KEAH (keahlian) terhadap KOMP

(kompetensi bukti) sebesar 0,3079 dan signifikan pada 0,05

(2,3986>1,9990). Pengaruh KEAH (keahlian) terhadap PGKPN

(pengungkapan korupsi) sebesar 0,3157 dan signifikan pada 0,05

(2,5030>1,9990).

Page 133: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

112

4. Hasil Uji Efek Intervening

a. Hasil Uji Efek Intervening untuk Profesionalisme Auditor Forensik

Terhadap Pengungkapan Korupsi melalui Kompetensi Bukti.

1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening adalah

pengaruh langsung variabel independen terhadap variabel

dependen harus signifikan.

Tabel 4.16

Pengaruh Langsung Variabel Laten Profesionalisme Original

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

TStatistics

(I0/STERRI)

P Value

PROF

PGKPN

0,1309 0,1302 0,0756 1,7268 0,0930

Sumbe: Data primer yang diolah

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa profesionalisme auditor

forensik dengan pengungkapan korupsi menunjukan nilai

koefisien jalur sebesar 0,1309 dengan nilai t-statistics sebesar

1,7268. Nilai tersebut lebih kecil dari t-table 1,9990. Hal ini

berarti profesionalisme auditor forensik tidak berpengaruh

secara signifikan pada 0,05 terhadap pengungkapan korupsi atau

sama halnya profesionalisme auditor forensik tidak berpengaruh

signifikan langsung terhadap pengungkapan korupsi.

Apabila pengaruh langsung tidak berpengaruh secara

signifikan maka hal ini menunjukkan bahwa tidak ada efek

intervening atau mediasi sehingga langkah selanjutnya tidak

dapat diuji.

Page 134: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

113

b. Hasil Uji Efek Intervening untuk Keahlian Auditor Forensik

Terhadap

Pengungkapan Korupsi melalui Kompetensi Bukti

1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening adalah

pengaruh langsung variabel independen terhadap variabel

dependen harus signifikan.

Tabel 4.17

Pengaruh Langsung Variabel Laten Keahlian

Original

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

TStatistics

(I0/STER)

P Value

KEAH

PGKPN

0,3157 0,3070 0,1261 2,5030 0,0110

Sumber: Data primer yang diolah

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa keahlian auditor forensik

dengan pengungkapan korupsi menunjukan nilai koefisien jalur

sebesar 0,3157 dengan nilai t-statistics sebesar 2,5030. Nilai

tersebut lebih besar dari t-table 1,9990. Hal ini berarti keahlian

auditor forensik memiliki pengaruh dan signifikan terhadap

pengungkapan korupsi atau sama halnya keahlian auditor forensik

berpengaruh signifikan langsung sebesar 0,3157 terhadap

pengungkapan korupsi. Apabila pengaruh langsung signifikan

maka hal ini menunjukkan terdapat efek intervening (Hair et al,

2013 dalam Sholihin, 2014) langkah selanjutnya adalah menguji

pengaruh tidak langsung.

Page 135: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

114

2) Langkah kedua, pengaruh tidak langsung harus signifikan, setiap

jalur yaitu variabel independen terhadap variabel intervening dan

variabel intervening terhadap variabel dependen harus signifikan

untuk memenuhi kondisi ini. Pengaruh tidak langsung ini

diperoleh dengan formula pengaruh variabel independen pada

variabel intervening dikalikan dengan pengaruh variabel

intervening pada variabel dependen (Hair et al, 2013 dalam

Sholihin, 2014). Apabila pengaruh tidak langsung signifikan,

maka hal ini menunjukkan bahwa variabel intervening mampu

menyerap atau mengurangi pengaruh langsung pada pengujian

pertama.

Tabel 4.18

Pengaruh Tidak Langsung Variabel Laten Keahlian

Original

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

TStatistics

(I0/STERR)

P

Value

KEAH KOMP 0,3079 0,3132 0,1284 2,3986 0,0160

KOMP PGKPN 0,4119 0,4361 0,1322 3,1163 0,0020

Sumber : Data primer yang diolah

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa keahlian auditor forensik

dengan kompetensi bukti menunjukan nilai koefisien jalur

sebesar 0,3079 dengan nilai t-statistics sebesar 2,3986. Nilai

tersebut lebih besar dari t-table 1,9990. Hal ini berarti keahlian

auditor forensik memiliki pengaruh dan signifikan pada 0,05

terhadap kompetensi bukti atau sama halnya keahlian auditor

Page 136: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

115

forensik berpengaruh signifikan tidak langsung sebesar 0,3079

terhadap kompetensi bukti. Langkah selanjutnya menguji

pengaruh signifikan tidak langsung variabel intervening

terhadap pengungkapan korupsi. Hasil pengujian hipotesis

yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan

bahwa kompetensi bukti dengan pengungkapan korupsi

menunjukan nilai koefisien jalur sebesar 0,4119 dengan nilai t-

statistics sebesar 3,1163. Nilai tersebut lebih besar dari t-table

1,9990. Hal ini berarti kompetensi bukti memiliki pengaruh

dan signifikan terhadap pengungkapan korupsi atau sama

halnya kompetensi bukti berpengaruh signifikan tidak

langsung sebesar 0,4119 terhadap pengungkapan korupsi.

Apabila pengaruh tidak langsung signifikan maka hal ini

menunjukkan terdapat efek intervening (Hair et al, 2013 dalam

Sholihin, 2014) dan langkah terakhir adalah menghitung

Vaiance Accounted for (VAF).

3) Ketiga, menghitung VAF dengan formula (Hair et al, 2013

dalam Sholihin, 2014) sebagai berikut:

Page 137: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

116

Tabel 4.19

Penghitungan VAF Keahlian Auditor Forensik terhadap Pengungkapan

Korupsi Melalui Kompetensi Bukti

Pengaruh tidak langsung 0,3079*0,4119 0,1268

KEAH KOMP = 0,3079; KOMP PGKPN = 0,4119

Pengaruh langsung 0,3157

KEAH PGKPN = 0,3157

Pengaruh Total 0,3157+0,1268 0,4425

VAF 0,1268/0,4425 0,2865

Sumber : Data primer yang iolah

Hasil pernghitungan VAF menunjukkan hasil 0,2865. Sehingga

kompetensi bukti dapat menjadi variabel intervening keahlian auditor

forensik terhadap pengungkapan korupsi sebesar 28,65% atau terdapat efek

intervening parsial.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Profesionalisme Auditor Forensik terhadap Kompetensi Bukti

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa profesionalisme auditor forensik

terhadap kompetensi bukti menunjukan nilai koefisien jalur sebesar

0,2496 dengan nilai t-statistics sebesar 2,0210. Nilai tersebut lebih

besar dari t-table 1,9990. Hal ini berarti profesionalisme auditor

forensik memiliki pengaruh dan signifikan pada 0,05 terhadap

kompetensi bukti yang berarti sesuai dengan hipotesis pertama. Hal ini

berarti hipotesis pertama (Ha1) diterima.

Page 138: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

117

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dwi dan Effendi (2013), yang menunjukkan profesionalisme auditor

forensik berpengaruh dan signifikan terhadap kompetensi bukti, yang

berarti setiap peningkatan profesionalisme auditor forensik akan

meningkatkan kompetensi bukti , dan sebaliknya setiap penurunan

profesionalisme auditor forensik akan menurunkan kompetensi bukti.

Semakin tinggi tingkat profesionalismenya, maka orang tersebut

semakin profesional. Profesionalisme seorang profesional akan menjadi

semakin penting apabila profesionalisme tersebut dihubungkan dengan

hasil kerja individunya, sehingga pada akhirnya dapat memberi

sumbangan karya bagi perusahaan maupun organisasi profesi tempat

dimana mereka bekerja (Dwi dan Effendi, 2013).

2. Pengaruh Keahlian Auditor Forensik terhadap Kompetensi Bukti

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa keahlian auditor forensik terhadap

kompetensi bukti menunjukan nilai koefisien jalur sebesar 0,3079

dengan nilai t-statistics sebesar 2,3986. Nilai tersebut lebih besar dari t-

table 1,9990. Hal ini berarti keahlian auditor forensik memiliki

pengaruh dan signifikan pada 0,05 terhadap kompetensi bukti yang

berarti sesuai dengan hipotesis kedua. Hal ini berarti hipotesis kedua

(Ha2) diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Michael (2012), yang menunjukkan keahlian auditor forensik memiliki

Page 139: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

118

pengaruh dan signifikan terhadap kompetensi bukti, yang berarti setiap

peningkatan keahlian auditor forensik akan meningkatkan kompetensi

bukti, dan sebaliknya setiap penurunan keahlian auditor forensik akan

menurunkan kompetensi bukti. Dengan keahlian akan memudahkan

auditor forensik dalam mencari fakta-fakta yang berhubungan dengan

kasus korupsi. Sehingga bukti yang di dapat memiliki kesesuaian bukti

dan dapat diyakini kebenarannya.

3. Pengaruh Profesionalisme Auditor Forensik terhadap Pengungkapan

Korupsi

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa profesionalisme auditor forensik

terhadap pengungkapan korupsi menunjukan nilai koefisien jalur

sebesar 0,1309 dengan nilai t-statistics sebesar 1,7268. Nilai tersebut

lebih kecil dari t-table 1,9990. Hal ini berarti profesionalisme auditor

forensik tidak berpengaruh secara signifikan pada 0,05 terhadap

pengungkapan korupsi yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis

ketiga. Hal ini berarti Hipotesis ketiga (Ha3) ditolak.

Hasil pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa

profesionalisme auditor forensik yang diukur dengan bootstrapping

tidak signifikan terhadap pengungkapan korupsi. Hasil penelitian ini

tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzan dkk

(2015) dalam penelitiannya profesionalisme auditor forensik

berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan fraud.

Page 140: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

119

Para profesional harus menggunakan keahlian profesionalnya

dengan cermat dan seksama (due profesional care) dan secara hati-hati

(prudent) dalam setiap penugasan, hal tersebut ditegaskan dalam

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tentang

Standar Umum APIP No. 2300 Kecermatan Profesional. Due

Profesional Care ini dilakukan dalam penugasan Penghitungan

Kerugian Keuangan Negara (PKKN), karena keputusan awal atas dapat

atau tidaknya perkara dilanjutkan dengan bantuan PKKN tidak

diputuskan oleh individu atau Tim Auditor, namun dari seluruh staff

Deputi Investigasi BPKP (Achsin, 2010). Pada umumnya penyidik

meminta bantuan untuk menghitung jumlah kerugian negara kepada

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangungan (BPKP) (Hakim, 2014). Hasil PKKN ini akan

melengkapi alat bukti dan barang bukti penyidik dalam pengungkapan

korupsi. Meskipun Due Professional Care sudah diterapkan namun

penarikan kesimpulan yang tidak tepat ketika audit sudah dilakukan

dapat terjadi.

Sehingga apabila laporan tersebut dilanjutkan oleh Aparat

penegak Hukum (APH) untuk dijadikan bukti menurut hukum akan

mengalami kesulitan sehingga menyebabkan gagal menjadi proses

hukum (Pusdiklatwas BPKP, 2013). Penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Alabdulah et al (2014) dalam studi

penelitiannya di Iraq yang menyatakan bahwa auditor forensik tidak

Page 141: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

120

memiliki pengaruh dalam menekan kenaikan kecurangan dan korupsi,

kecurangan dan korupsi itu seharusnya bisa dicegah tapi terbatasnya

jumlah auditor forensik. Dengan demikian, profesionalisme auditor

forensik tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan korupsi

apabila terjadi kesalahan dalam penarikan kesimpulan audit. Kunci

keberhasilan auditor dalam menjalankan peranannya untuk

memberantas korupsi terletak pada auditor itu sendiri (Arifin, 2011

dalam Sudaryati dan Zahro, 2010).

4. Pengaruh Keahlian Auditor Forensik terhadap Pengungkapan Korupsi

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa keahlian auditor forensik terhadap

pengungkapan korupsi menunjukan nilai koefisien jalur sebesar 0,3157

dengan nilai t-statistics sebesar 2,5030. Nilai tersebut lebih besar dari t-

table 1,9990. Hal ini berarti keahlian auditor forensik memiliki

pengaruh dan signifikan terhadap Pengungkapan Korupsi yang berarti

sesuai dengan hipotesis keempat. Hal ini berarti Hipotesis keempat

(Ha4) diterima.

Hasil pengujian hipotesis keempat membuktikan bahwa keahlian

auditor forensik yang diukur dengan bootstrapping memiliki pengaruh

dan signifikan terhadap pengungkapan korupsi. Penelitian ini berhasil

membuktikan bahwa tingkat keahlian auditor forensik dapat

mempengaruhi pengungkapan korupsi.

Page 142: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

121

Peran akuntansi forensik dalam penyidikan tindak pidana korupsi

dilaksanakan untuk membantu seorang penyidik tindak pidana korupsi

(Hakim, 2014). Hal ini merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 120

ayat (1) KUHAP “Dalam hal penyidik mengganggap perlu, ia dapat

meminta pendapat seorang ahli atau orang yang memiliki keahlian

khusus”. Kepiawaian auditor dalam berkomunikasi verbal dalam

persidangan, membuat perkara menjadi terang manakala auditor

sanggup memberikan keterangan yang lengkap, jelas dan cermat serta

keterangan tersebut dapat ditangkap secara sempurna oleh para pihak

yang terperkara (Achsin, 2010).

5. Pengaruh Kompetensi Bukti terhadap Pengungkapan Korupsi

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa kompetensi bukti terhadap

pengungkapan korupsi menunjukan nilai koefisien jalur sebesar 0,4119

dengan nilai t-statistics sebesar 3,1163. Nilai tersebut lebih besar dari t-

table 1,9990. Hal ini berarti kompetensi bukti memiliki pengaruh dan

signifikan pada 0,05 terhadap pengungkapan korupsi yang berarti

sesuai dengan hipotesis kelima. Hal ini berarti hipotesis kelima (Ha5)

diterima.

Hasil penelitian ini mendukung Pusdiklatwas BPKP (2013) bukti

audit yang dituangkan dalam Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAI)

harus memenuhi syarat relevan, kompeten, dan cukup. Bukti audit

tersebut merupakan informasi awal yang akan digunakan oleh penyidik

Page 143: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

122

untuk dikembangkan menjadi bukti hukum dalam pengungkapan kasus

tindak pidana korupsi. Kompetensi suatu bukti dalam mengestimasi

atas adanya jumlah kerugian negara menentukan formula adanya tindak

pidana korupsi, tanpa adanya kerugian keuangan negara meskipun telah

terjadi salah prosedur tentu tidak bisa dikategorikan sebagai tindak

pidana korupsi (hanya sebatas kesalahan administratif) (Achsin, 2010).

6. Pengaruh Profesionalisme Auditor Forensik terhadap Pengungkapan

Korupsi melalui Kompetensi Bukti

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa profesionalisme auditor forensik

terhadap pengungkapan korupsi menunjukan nilai koefisien jalur

sebesar 0,1309 dengan nilai t-statistics sebesar 1,7268. Nilai tersebut

lebih kecil dari t-table 1,9990. Hal ini berarti profesionalisme auditor

forensik tidak memiliki pengaruh secara signifikan pada 0,05 terhadap

pengungkapan korupsi atau sama halnya profesionalisme auditor

forensik tidak berpengaruh signifikan langsung terhadap pengungkapan

korupsi. Apabila pengaruh langsung tidak signifikan maka hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada efek intervening (Hair et al, 2013 dalam

Sholihin, 2014).

Hal ini menunjukkan kompetensi bukti tidak dapat menjadi

variabel intervening profesionalisme auditor forensik terhadap

pengungkapan korupsi yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis

keenam. Hal ini berarti Hipotesis keenam (Ha6) ditolak.

Page 144: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

123

Dengan demikian, profesionalisme auditor forensik tidak

berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan korupsi apabila terjadi

kesalahan dalam penarikan kesimpulan audit, sehingga bukti yang

diperoleh tidak cukup kompeten. Pusdiklatwas BPKP (2013) jika bukti

audit yang tidak kompeten dijadikan dasar untuk proses hukum dari

adanya indikasi kerugian keuangan negara, dan proses tersebut sudah

sampai ketingkat penuntutan di pengadilan, pada akhirnya terdakwa

korupsi di bebaskan oleh hakim karena alat bukti yang ditentiukan

Undang-Undang tidak cukup membuktikan kesalahan yang didakwaan

maka terdakwa dibebaskan. Hal ini bisa menimbulkan akibat bagi

auditor yang melakukan audit tersebut yaitu dapat dituduh

mencemarkan nama baik dan dapat dituntut secara hukum.

7. Pengaruh Keahlian Auditor Forensik terhadap Pengungkapan Korupsi

melalui Kompetensi Bukti

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa keahlian auditor forensik terhadap

pengungkapan korupsi menunjukan berpengaruh signifikan langsung

sebesar terhadap pengungkapan korupsi. Apabila pengaruh langsung

signifikan maka hal ini menunjukkan bahwa ada efek intervening (Hair

et al, 2013 dalam Sholihin, 2014) langkah selanjutnya adalah menguji

pengaruh tidak langsung.

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa keahlian auditor forensik terhadap

Page 145: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

124

kompetensi bukti dan kompetensi bukti terhadap pengungkapan korupsi

menunjukan berpengaruh signifikan tidak langsung terhadap

kompetensi bukti. Apabila pengaruh tidak langsung signifikan maka hal

ini menunjukkan bahwa ada efek intervening (Hair et al, 2013 dalam

Sholihin, 2014) dan langkah terakhir adalah menghitung Vaiance

Accounted for (VAF).

Hasil pernghitungan VAF menunjukkan hasil 0,2865. Sehingga

kompetensi bukti dapat menjadi intervening keahlian auditor forensik

terhadap pengungkapan korupsi sebesar 28,65% atau terdapat efek

intervening parsial yang berarti sesuai dengan hipotesis ketujuh. Hal

ini berarti Hipotesis ketujuh (Ha7) diterima.

Bentuk intervening parsial menunjukkan bahwa Kompetensi

Bukti bukan satu-satunya variabel intervening pengaruh keahlian

auditor forensik terhadap pengungkapan korupsi, namun terdapat faktor

intervening lain (Baron dan Kenny, 1986 dalam Sholihin, 2014:59).

Page 146: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

125

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profesionalisme dan

keahlian auditor forensik terhadap pengungkapan korupsi dengan

kompetensi bukti sebagai variabel intervening. Responden dalam penelitian

ini berjumlah 64 auditor forensik yang bekerja di BPK RI dan BPKP

perwakilan Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan pada data yang telah

dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap

permasalahan dengan menggunakan SmartPLS 3.0, Uji Preacher dan Hayes,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Profesionalisme auditor forensik memiliki pengaruh dan signifikan

terhadap kompetensi bukti. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Dwi dan Effendi (2013), yang menunjukkan

profesionalisme auditor forensik berpengaruh dan signifikan terhadap

kompetensi .

2. Keahlian auditor forensik memiliki pengaruh dan signifikan terhadap

kompetensi bukti. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Michael (2012), yang menunjukkan keahlian auditor

forensik memiliki pengaruh dan signifikan terhadap kompetensi bukti.

3. Profesionalisme auditor forensik tidak memiliki pengaruh terhadap

pengungkapan korupsi. Penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Alabdulah et al (2014) dalam studi penelitiannya di Iraq

Page 147: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

126

yang menyatakan bahwa auditor forensik tidak memiliki pengaruh

dalam menekan kenaikan kecurangan dan korupsi, kecurangan dan

korupsi itu seharusnya bisa dicegah tapi terbatasnya jumlah auditor

forensik.

4. Keahlian auditor forensik memiliki pengaruh dan signifikan terhadap

pengungkapan korupsi. Hasil pengujian hipotesis keempat membuktikan

bahwa keahlian auditor forensik yang diukur dengan bootstrapping

memiliki pengaruh dan signifikan terhadap pengungkapan korupsi.

Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa tingkat keahlian auditor

forensik dapat mempengaruhi pengungkapan korupsi.

5. Kompetensi bukti memiliki pengaruh dan signifikan terhadap

pengungkapan korupsi. Hasil penelitian ini mendukung Pusdiklatwas

BPKP (2013) bukti audit forensik yang dituangkan dalam Laporan Hasil

Audit Investigatif (LHAI) harus memenuhi syarat relevan, kompeten,

dan cukup. Bukti audit tersebut merupakan informasi awal yang akan

digunakan oleh penyidik untuk dikembangkan menjadi bukti hukum

dalam pengungkapan kasus tindak pidana korupsi.

6. Kompetensi bukti tidak bisa menjadi variabel intervening antara

profesionalisme auditor forensik terhadap pengungkapan korupsi. Hal

ini karena profesionalisme auditor forensik tidak berpengaruh signifikan

langsung terhadap pengungkapan korupsi sehingga tidak terdapat efek

intervening.

Page 148: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

127

7. Kompetensi bukti dapat menjadi variabel intervening antar keahlian

auditor forensik terhadap pengungkapan korupsi. Hal ini dijelaskan dari

perhitungan Peacher dan Hayes dengan rumus VAF. Hasil perhitungan

tersebut menunjukkan kompetensi bukti mampu menjadi intervening

parsial antara keahlian auditor forensik terhadap pengungkapan korupsi.

Sehingga keahlian auditor forensik terhadap pengungkapan korupsi

melalui kompetensi bukti memiliki berpengaruh dan signifikan.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas menunjukkan bahwa:

1. Auditor forensik dalam melakukan prosedur audit tidak lepas dari

profesionalsime dan keahlian yang dimiliki. Auditor harus menghasilkan

bukti audit yang kompeten agar dapat memberi keyakinan penyidik

mengenai keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan

keterangan terdakwa.

2. Audit forensik berpengaruh dalam pengungkapan korupsi dari hasil

pengujian fisik, observasi, dokumentasi, konfirmasi, tanya jawab,

rekalkulasi, pelaksanaan ulang dan prosedur analitis dapat diperoleh

bukti audit yang relevan dengan alat bukti hukum. Sehingga dalam

proses penyidikan, penyidik dapat menentukan pihak yang terlibat dan

meminimalisir melakukan kesalahan dalam pengusutan perkara tindak

pidana korupsi.

3. KPK membutuhkan bantuan ahli untuk menghitung kerugian dari

auditor forensik BPK atau BPKP dalam pengungkapan korupsi.

Page 149: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

128

C. Keterbatasan

Penelitian ini mempuyai keterbatasan yang mungkin dapat

melemahkan hasilnya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Terbatasnya sumber informasi dan penelitian terdahulu yang relevan

dengan judul yang diangkat peneliti dan belum ada penelitian yang

membahas keterkaitan antara variabel profesionalisme dan keahlian

auditor forensik, kompetensi bukti serta pengungkapan korupsi.

2. Variabel independen pada penelitian ini terbatas hanya pada tingkat

profesionalisme dan keahlian auditor forensik.

3. Data pada penelitian ini terbatas pada kuesioner.

4. Ruang lingkup penelitian ini hanya dilakukan di Jakarta sehingga hasil

penelitian terbatas generalisasinya.

D. Saran

Penulis menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis baik

secara teoritis dan praktis terbatas. Penelitian ini dimasa mendatang

diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas lagi

dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya:

1. Penelitian selanjutnya disarankan untk menambahkan lebih banyak

literatur yang relevan dengan topik penelitian.

2. Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan topik yang serupa, sebaiknya

melakukan penelitian dengan menambah variabel lain diluar

penelitian ini dan memperluas pengambilan sampel.

Page 150: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

129

3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data berupa

wawancara dari beberapa auditor forensik yang menjadi responden

penelitian agar bisa mendapatkan data yang lebih nyata dan bisa

keluar dari pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang mungkin terlalu

sempit atau kurang menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

4. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluas daerah survei

tidak hanya pada suatu wilayah saja, sehingga hasil penelitian lebih

mungkin untuk disimpulkan secara umum.

Page 151: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

130

Daftar Pustaka

Achsin, Muhammad. “Visum Akuntansi Forensik Dalam Tindak Pidana Korupsi”.

Disertasi. Univwrsitas Brawijaya. 2010. Diunduh pada tanggal 02 Januari

2016. http://www.multipradigma.lecture.ac.id

Alabdullah, Alfadhl dan Rabi. “The Role of Forensic Acounting in Reducing

Financial Corruption: A Study in Iraq”. International Journal of Business

and Management: Vol.9, No.1. 2014.

Albrecht, W.Steve, Chad O. Albrecht, Conan C. Albrecht dan Mark F.

Zimbelman. “Fraud Examination”.Fourth edition, USA: South-Western

Cengage Learning, 2012. Diakses tanggal 10 Maret 2016.

htps://mnasran.files.wordpress.com/2015/05/fraud-examination-4th-edition

Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Jakarta: Departement Agama Republik Indonesia.

2002.

Arens, Alvin A, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. “Auditing and Assurance

Service an Integrated Approach”, 14th

edition, Pearson Education Inc: New

Jersey, 2012.

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). “Report to The Nation on

Occuptional Fraud and Abuse”. 2012.

Astuti, Ni Putu Sri. “Peran Audit forensik Dalam Upaya Memberantas Korupsi di

Indonesia”. Jurnal. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 2013.

Augustine, dan Ehijeagbon Akhidime. 2014. “The Growing Relevance of forensic

Accounting as a Tool for Combating Fraud and Corruption: Nigeria

Experience”. Journal of Finance and Accounting, Vol.5, No.2, 2014.

Boynton, W.C, Johnson, R.N. dan Kell, W.G. “Modern Auditing: Assurance

Services and The Integrity of Financial Reporting”, 8th edition, John Wiley

& Sons Inc., Inited States of America, 2006.

Bramastyo, Narendara A. “Laporan Audit Investigatif Sebagai Bukti Permulaan

Penyidikan tindak Pidana Korupsi”. Jurnal. Semarang: Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya. 2014.

Digabriele, J.A. “An Empirical Investigation of the Relevant Skills of Forensic

Accountants‟. Journal of Education for Business. 2008.

Dwi, Christine K. dan Rovinur Hadid Effendi. “Pengaruh Profesionalisme

Akuntan Forensik terhadap Kompetensi Bukti Tindak Pidana Korupsi”.

Jurnal. Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha. 2013.

Fauzan, Purnamasari dan Gunawan. “Pengaruh Akuntansi Forensik dan Audit

Investigatif terhadap Pengungkapan Fraud”. Prosiding Akuntansi, ISSN:

2460-6561. 2015.

Page 152: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

131

Fishbein, dan M. Ajzen I.”Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An

Introduction to Theory and Research”. Reading, MA: Addison-Wesley.

1975. Diakses pada tanggal 15 Maret 2016.

http://people.umass.edu/aizen/f&a1975.html

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS21”

Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.

____________, “Konsep, Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS

3.0”. Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2015.

Gilbert dan Aiken. 2014. “Disclosure and Coruuption”. Final version is published

at 14 Election Law Journal 148. 2015.

Hakim, Uminah. “Eksistensi Akuntansi Forensik dalam penyidikan dan

Pembuktian Tindak Pidana Korupsi”. Unnes Law Journal 3(1) 2014.

Diakses tanggal 30 Mei 2016. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php.ulj

Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah”. Jakarta. 2012.

Hartono, Jogiyanto dan Abdillah Willy. “Konsep dan Aplikasi PLS (Partial Least

Square) untuk Penelitian Empiris”. BPFE: Yogyakarta. 2009.

Herbert, Leo. “Auditing the Performance of Management” 1st Edition,

Wadsworth, Inc. Belmont Calif: Lifetime Learning Publication. 1979.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metode Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen”. Edisi Pertama. Yogyakarta: BDFE. 2002.

Kalbers L.P. dan Fogarty. “Profesionalism and its Consequences : A Study

Internal’s Auditor”. A Journal Practice and Theory (Spring) : 64 – 85. 1995.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga, Cetakan Keempat. Jakarta: Balai

Pustaka. 2007.

Khan, Muhammad Akram. “Role of Audit In Fighting Corruption”. Russia: St.

Petersburg. 2006.

Karamoy, Herman. “Pengaruh Independensi dan Profesionalisme dalam

Mendeteksi Fraud Pada Auditor Internal Provinsi Sulawesi Utara”. 2015.

Diakses pada tanggal 23 Februari 2016.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/4715/4238

Lediastuti, Vita dan Umar Subandijo. “Auditor Forensik terhadap Pengelolaan

dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Studi Kasus pada BPK RI)”.

E-journal Magister Akuntansi Trisakti Vol.1 No.1 Februari 2014 Hal.89-

108. ISSN: 2339-0859.

Mau, dan Kelly Kingsley. “The Role of Forensic Investigation Professionals in

the Prevention of Fraud and Corruption in Developing Countries”. 2015.

Diakses pada tanggal 20 Februari 2016. http://ssrn.com/abstract=2605811

Page 153: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

132

Michael. “Pengaruh Keahlian Audit terhadap Kompetensi Bukti Audit”. Jurnal.

Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha. 2012.

Morrow, P.C. dan J.F. Goetz. “Professionalism as form of work commitment”.

Journal of Vacational Behavior 32: pp. 92 – 111. 1988.

Nawangwulan, Maya.“Di ASEAN, Tingkat Korupsi Indonesia Kian Memburuk”.

Tempo. hlm 1, 2013. Diakses tanggal 15 Februari 2016.

http://www.tempo.com/read/news/2013/07/11/063495321/Di-ASEAN-

Tingkat-Korupsi indonesia-kian-memburuk

Prabowo, Ananto. “Keahlian Akuntansi Forensik dan Pendidikan Akuntansi

Forensik di Indonesia. Jurnal Antikorupsi Integritas Vo.1 No.1 November

2015.

Purjono. “Peran Audit Forensik dalam Pemberantasan Korupsi di Lingkungan

Instansi Pemerintah. BPPK. 2012. Diakses pada tanggal 20 Februari 2016.

http://ww.bppk.depkeu.go.id/berita-bc/18929-peran-audit-forensik-dalam-

pemberantasan-korpsi-di-lingkungan-instansi-pemerintah

Pusdiklatwas BPKP. “Kendala Penyidik Mengubah Bukti Audit Menjadi Bukti

Hukum Dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi’. Jakarta. 2013.

Ramaswamy, V. “Corporate Governance and The Forensic Accountant”. CPA

Journal, Vol.75, 68–70. 2005. Diakses pada tanggal 10 Maret 2016.

http://archives.cpajournal.com/2005/305/essentials/p68.html

Rizki, Nugraha. “Daftar Tangkapan Terbesar KPK”. Diakses tanggal 26 Januari

2016. http://m.dw.com/id/daftar-tangkapan-terbesar-KPK/a-18214980

Republik Indonesia. Instruksi Presiden No.5 Tahun 2004 tentang Percepatan

Pemberantasan Korupsi. Jakarta. 2004.

_________________,Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan No.17/K/I-

XIII.2/12/2008 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Investigatif atas

Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara atau Daerah.

Jakarta. 2008.

_________________,Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan No. 3 Tahun 2010

tentang Tata Cara Pemberian Keterangan Ahli. Jakarta. 2010.

_________________,Peraturan Menteri Pendayagunaan Apartur Negara No:

Per/05.M.PAN/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah. Jakarta. 2008.

_________________,Undang-Undang No.31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang

No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Korupsi. Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 No.140, Tambahan Lembaran Negara

No.3874 dan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 No.134,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.4150. Jakarta. 2001.

Page 154: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

133

_________________, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 No.76.

Jakarta. 1981.

Rini dan Adhariani Sarah. “Opini Audit dan Pengungkapan atas Laporan

Keuangan Pemerintah Kabupaten serta Kaitannya dengan Korupsi di

Indonesia”. Jurnal Etikonomi Vol.13 No.1. 2014.

Salleh, Kalsom dan Rozainun Ab Aziz.“Traits, skills and ethical values of public

sector forensic accountants: an empirical investigation”. Procedia-Social

and Behavioral Science, 361-370. 2014.

Sekaran, Umma. “Metodologi Penelitian untuk Bisnis”, Buku 2. Edisi 4. Jakarta:

Salemba Empat. 2011.

Shleifer, Andrei dan Robert W. Vishny. “Corruption”. The Quarterly Journal of

Economic. Vol.108, No.3, PP.599-617. 1993.

Sholihin, Mahfud dan Katmono Dwi. “Analisis SEM-PLS dengan WrapPLS 3.0

untuk Hubungan Nonlinier dalam Penelitian Sosial dan Bisnis”.

Yogyakarta: Penerbit ANDI. 2014.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). PSA No.04 SA Seksi 230. Jakarta:

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2015.

Sudaryati, Dwi dan Nafi’Inayati Zahro. “Auditing Forensik and Value for Money

Audit”. ISSN 1979-6889. 2010. Diakses tanggal 15 Mei 2016.

http://eprints.umk.ac.id/152/1/AUDITING-FORENSIK-DAN=VALUE-FOR-

MONEY-AUDIT.pdf.

Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung:

Alfabeta. 2014.

Suwarsono.“Captured by Evil: The Idea of Corruption in Law”. Jurnal Anti

Korupsi Integritas, Vol.1, No.1. 2015.

Tias, dan Fauziah Wahyuning.“Perlukah Mahasiswa Strata Satu Akuntansi di

Indonesia Memiliki Persepsi Audit Forensik?”(online) Jurnal Akunesa

Vol.2,No.2. 2012. Diakses tanggal 10 Maret 2016.

http://ejournal.unesa.ac.id/article/549/57/article.pdf

Tuanakotta, Theodorus M. „Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif”, Edisi II.

Salemba Empat: Jakarta. 2012.

Umar, Haryono. “Pengawasan untuk Pemberantasan Korupsi Inspektorakt

Jenderal Kementrian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan”. Jurnal

Akuntansi dan Auditing Vol.8/No.2/Mei 2012:95-189. 2012.

Wahyudi, Thohary., Wawan Suyatmiko, Ferdian Yazid, Sekar Ratnaningtyas.

“Survei Persepsi Korupsi 2015”. Diakses tanggal 25 Januari 2016.

https://www.ti.or.id/index.php/publication/2015/09/15/survei-persepsi-

korupsi-2015

Page 155: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

134

Wana, Alamsyah., Lais Abid, Febri Hendri AA. “Kinerja Penyidikan Kasus

Korupsi Semester I 2015 Menurun”. Diakses tanggal 26 Januari 2016.

http://www.antikorupsi.org/id/content/kinerja-penyidikan-kasus-korupsi-

semester-i-2015-menurun

Wiratmaja, I Dewa Nyoman.“Akuntansi forensik Dalam Upaya pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi”. Karya Ilmiah yang Tidak Dipublikasikan,

Universitas Udayana. Vo.5 No.2. 2010.

Yamin, Sofyan dan Heri Kurniawan. “Generasi Baru Mengolah Data Penelitian

dengan PLS Path-Modeling dengan Software XLSTAT, SmartPLS dan

Visual PLS”. Jilid I. Jakarta: Salemba Infotek. 2011.

Yendrawati, Reni. “Analisis antara Profesionalisme Auditor dengan

Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan

Keuangan”. Jurnal Penelitian dan Pengabdian dppm.uii.ac.id. 2008.

Young, Hopwood, Leiner. “Forensic Accounting”. McGraw Hill: New York.

2008. Diakses pada tanggal 09 Maret 2016.

http://www.mhhe.com/hopwood2e

Yuwanto, Listyo. “Profil Koruptor Berdasarkan Tinjauan Basic Human Values”.

Jurnal Antikorupsi Integritas Vol.1 No.1. 2015.

Page 156: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

135

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 157: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

136

Lampiran 1

Surat Penelitian Skripsi

Page 158: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

137

Page 159: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

138

Page 160: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

139

Lampiran 2

Surat Permohonan Pengisian

Kuesioner

Page 161: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

140

Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, 28 Maret 2016

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/sdr/i Responden

Di Tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program

Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya :

Nama : Opi Widiyanti

NIM : 1112082000006

Fak/Jur/Semt : Fakultas Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/VIII

bermaksud melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi dengan judul

“Pengaruh Profesionalisme dan Keahlian Auditor Forensik Terhadap

Pengungkapan Korupsi dengan Kompetensi Bukti sebagai Variabel

Intervening”.

Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjadi

responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya

saya mohon maaf telah mengganggu waktu bekerja Bapak/Ibu/Sdr/i. Data yang

diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak

digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga

kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian.

Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i merupakan

faktor kunci untuk mengetahui pengaruh profesionalisme dan keahlian auditor

forensik terhadap pengungkapan korupsi dengan kompetensi bukti sebagai

variabelintervening.

Page 162: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

141

Page 163: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

142

Lampiran 3

Surat Keterangan dari BPK

RI dan BPKP

Page 164: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

143

Page 165: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

144

Page 166: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

145

Page 167: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

146

Lampiran 4

Kuesioner Penelitian

Page 168: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

147

KUESIONER

PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN

AUDITOR FORENSIK TERHADAP PENGUNGKAPAN

KORUPSI DENGAN KOMPETENSI BUKTI SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 169: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

148

Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, 28 Maret 2016

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/sdr/i Responden

Di Tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program

Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:

Nama : Opi Widiyanti

NIM : 1112082000006

Fak/Jur/Semt : Fakultas Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/VIII

bermaksud melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi dengan judul

“Pengaruh Profesionalisme dan Keahlian Auditor Forensik Terhadap

Pengungkapan Korupsi dengan Kompetensi Bukti sebagai Variabel

Intervening”.

Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjadi

responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya

saya mohon maaf telah mengganggu waktu bekerja Bapak/Ibu/Sdr/i. Data yang

diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak

digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga

kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian.

Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i merupakan

faktor kunci untuk mengetahui pengaruh profesionalisme dan keahlian auditor

forensik terhadap pengungkapan korupsi dengan kompetensi bukti sebagai

variabel intervening.

.

Page 170: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

149

Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan

menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila

terdapat salah satu nomor yang tidak diisi maka kuesioner dianggap

tidak berlaku.

Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan Anda, hanya

memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat Anda.

Apabila diantara Bapak/Ibu/Sdr/i ada yang membutuhkan hasil

penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya (telepon dan e-

mail tertera dibawah). Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu

untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian ini, saya

sampaikan terima kasih.

Hormat saya,

Dosen Pembimbing Peneliti

(Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP.) (Opi Widiyanti)

Page 171: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

150

Nomor : ............ (diisi oleh peneliti)

DATA RESPONDEN

Nama : ..........................................

(boleh tidak diisi)

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Umur : <25 Tahun 41-45 Tahun

25-30 Tahun 46-50 Tahun

31-35 Tahun >50 Tahun

36-40 Tahun

Jabatan : Auditor Junior Supervisor

Auditor Senior Manager

Pendidikan Terakhir : D3 S2

S1 S3

Pengalaman Keja : < 3 Tahun 6-10 Tahun

3-6 Tahun >10 Tahun

Petunjuk Pengisian Kuesioner

Berilah tanda silang (X) untuk setiap pernyataan di bawah ini yang

menggambarkan persepsi Anda, dimana :

1= Sangat Tidak Setuju (STS) 4= Setuju (S)

2= Tidak Setuju (TS) 5= Sangat Setuju (SS)

3= Netral (N)

Page 172: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

151

1. Variabel Profesionalisme (X1)

No. Pernyataan STS TS N S SS

1. Auditor forensik menggunakan segenap

pengetahuan, kemampuan dan pengalaman

dalam melaksanakanpekerjaannya.

2. Profesi auditor forensik merupakan profesi

yang memiliki peran penting di masyarakat.

3. Dalam memutuskan hasil audit, auditor

forensik tidak mendapat tekanan dari siapapun.

4. Kinerja auditor forensik dapat dinilai oleh

rekan sesama profesi karena mempunyai

pengetahuan yang sama sehingga jika terdapat

kesalahan pertimbangan dapat segera

diketahui.

5. Dengan sering berkumpul dan berdiskusi

bersama rekan seprofesi, akan meningkatkan

pengetahuan sehingga dapat lebih akurat dalam

membuat pertimbangan audit.

2. Variabel Keahlian (X2)

No.

Pernyataan STS TS N S SS

6. Ketika menghadapi kondisi yang tidak wajar,

auditor forensik menggunakan keahlian

analisis deduktifnya.

7. Memiliki kemampuan berpikir kritis penting

bagi auditor forensik untuk mengevaluasi

antara fakta dan opini.

8. Auditor forensik harus mampu memberikan

solusi dalam pemecahan masalah yang tidak

terstruktur.

9. Auditor forensik harus memiliki kemampuan

fleksibilitas penyidikan dalam melakukan audit

di luar ketentuan yang berlaku.

Page 173: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

152

10. Keahlian analitik auditor forensik digunakan

dalam memeriksa bukti yang seharusnya ada,

bukan bukti yang telah ada.

11. Auditor forensik harus dapat berkomunikasi

secara efektif dengan lisan.

12. Auditor forensik harus dapat berkomunikasi

secara efektif dengan tulisan.

13. Auditor forensik harus dapat memahami proses-

proses hukum pidana dan perdata, sistem

hukum, serta prosedur pengadilan.

14. Auditor forensik harus mampu untuk bersikap

tetap tenang meskipun dalam situasi tertekan.

3. Variabel Kompetensi Bukti (Y)

No. Pernyataan STS TS N S SS

15. Penyedia bukti (informan) dari pihak

independen diluar entitas lebih dapat dipercaya,

dibanding penyedia bukti (informan) yang

diperoleh dari dalam entitas.

16. Semakin baik pengendalian internal klien,

dapat meningkatkan keyakinan tentang

reliabilitas bukti.

17. Bukti audit yang diperoleh langsung oleh

auditor forensik lebih kompeten, dibanding

bukti audit yang diperoleh secara tidak

langsung.

18. Pihak independen yang memberikan informasi

harus memenuhi kualifikasi menurut Undang-

Undang atau peraturan terkait.

Page 174: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

153

19. Bahan bukti objektif lebih dapat dipercaya,

dibanding bahan bukti yang masih memerlukan

pertimbangan (subjektif).

20. Bukti yang diperoleh pada saat periode audit

lebih dapat diandalkan, dibanding bukti diluar

periode audit.

4. Variabel Pengungkapan Korupsi (Z)

No.

Pernyataan STS TS N S SS

21.

Informasi hasil pemeriksaan fisik, dapat

memperkuat keabsahan keterangan saksi dan

keterangan terdakwa.

22. Informasi hasil konfirmasi kepada pihak

independen, dapat memperkuat keabsahan

keterangan saksi.

23. Informasi hasil inspeksi atas dokumen dan

catatan klien, dapat memperkuat keabsahan

keterangan saksi, surat, dan keterangan

terdakwa.

24. Informasi hasil pelaksanaan prosedur analitis,

dapat memperkuat keabsahan keterangan ahli.

25. Informasi hasil tanya jawab dengan pihak

independen, dapat memperkuat keabsahan

keterangan saksi dan keterangan terdakwa.

26. Informasi hasil penghitungan ulang, dapat

memperkuat keabsahan keterangan ahli.

27. Pelaksanaan ulang prosedur yang telah

dilaksanakan, dapat memperkuat keabsahan

keterangan ahli.

28. Informasi hasil observasi, dapat mendukung

pengembangan keterangan lainnya.

Page 175: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

154

Lampiran 5

Daftar Identitas dan

Jawaban Responden

Page 176: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

155

IDENTITAS RESPONDEN

No. Jenis

Kelamin Umur Jabatan

Pendidikan

terakhir

Pengalaman

Kerja

1. 1 2 2 2 3

2. 2 3 2 2 3

3. 1 3 2 2 3

4. 2 3 1 2 3

5. 1 3 1 2 2

6. 2 3 1 2 2

7. 2 2 1 2 3

8. 1 3 2 3 4

9. 1 3 2 2 3

10. 1 3 2 2 3

11. 2 4 2 3 4

12. 1 3 1 2 3

13. 2 5 2 3 4

14. 1 2 1 2 2

15. 1 2 1 2 2

16. 2 2 1 2 2

17. 1 2 1 1 3

18. 1 1 1 2 1

Page 177: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

156

19. 1 2 1 2 1

20. 1 2 1 2 1

21. 2 2 2 2 3

22. 1 4 2 2 3

23. 1 2 2 2 3

24. 2 4 1 2 4

25. 2 3 1 2 3

26. 2 3 2 2 3

27. 2 4 1 2 3

28. 1 3 2 2 3

29. 2 4 1 2 3

30. 2 2 1 2 3

31. 2 2 1 2 3

32. 1 2 1 2 3

33. 2 3 1 2 3

34. 2 6 4 3 4

35. 1 4 2 3 3

36. 1 4 2 3 4

37. 1 7 2 2 4

Page 178: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

157

38. 1 6 3 2 4

39. 1 6 4 2 4

40. 1 4 2 3 4

41. 1 7 3 3 4

42. 2 5 2 2 4

43. 1 4 2 3 4

44. 1 7 4 3 4

45. 1 5 2 3 4

46. 1 7 2 2 4

47. 1 7 3 3 4

48. 1 6 4 3 4

49. 1 7 3 2 4

50. 1 7 2 1 4

51. 1 7 4 2 4

52. 1 6 2 2 4

53. 1 6 3 2 4

54. 2 6 2 2 4

55. 2 7 2 2 4

56. 2 5 2 2 4

Page 179: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

158

57. 1 7 3 3 4

58. 1 6 2 3 4

59. 1 5 2 3 4

60. 1 7 2 2 4

61. 1 3 1 3 3

62. 2 7 3 2 4

63. 1 6 2 2 4

64. 1 2 1 2 1

Page 180: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

159

Jawaban Responden Variabel Profesionalisme

No. PRO_1 PRO_2 PRO_3 PRO_4 PRO_5 Total PRO 1. 5 5 3 5 5 23 2. 5 4 4 4 5 22 3. 4 5 4 3 5 21 4. 4 5 5 3 5 19 5. 5 4 2 4 4 19 6. 5 5 5 5 5 25 7. 3 3 3 3 3 15 8. 5 5 3 5 5 23 9. 4 3 4 2 5 18 10. 4 5 4 3 5 21 11. 5 4 5 4 5 23 12. 5 4 5 4 5 23 13. 5 4 4 5 5 23 14. 4 4 4 5 4 21 15. 4 4 4 3 4 19 16. 4 4 4 4 4 20 17. 4 3 4 3 4 18 18. 4 3 5 4 4 20 19. 5 4 3 4 5 21 20. 4 3 3 3 4 17 21. 4 4 5 4 5 22 22. 4 4 4 4 4 16 23 4 3 3 2 4 16 24. 4 3 4 4 4 19

Page 181: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

160

25. 4 4 2 2 5 17 26. 4 4 3 3 4 18 27. 5 5 4 4 4 22 28. 5 5 5 4 5 24 29. 5 4 5 4 4 22 30. 4 4 4 4 4 20 31. 4 4 4 4 4 20 32. 5 3 1 2 4 15 33. 4 4 4 4 5 21 34. 5 4 5 4 5 23 35. 5 4 5 4 5 23 36. 5 5 5 5 5 25 37. 5 4 4 4 4 21 38. 4 4 2 3 3 22 39. 5 5 4 4 4 22 40. 4 4 4 4 4 20 41. 5 5 5 5 5 25 42. 4 4 4 4 4 20 43. 5 4 4 4 5 22 44. 5 5 5 5 5 25 45. 4 4 4 2 4 18 46. 3 3 3 3 3 15 47. 5 5 5 4 5 24 48. 5 4 5 4 4 22 49. 5 4 4 3 4 20 50. 5 4 5 4 5 23

Page 182: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

161

51. 4 4 5 5 5 23 52. 4 4 4 4 5 21 53. 5 5 5 5 5 25 54. 4 4 4 4 4 20 55. 5 4 5 2 4 20 56. 5 3 3 2 5 18 57. 5 5 5 5 5 25 58. 5 5 5 4 5 24 59. 5 4 5 5 5 24 60. 4 4 4 4 4 20 61. 5 4 5 5 5 24 62. 5 5 5 4 5 24 63. 5 5 5 4 5 24 64. 4 4 5 4 4 21

Page 183: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

162

Jawaban Responden Variabel Keahlian

No. KH_1 KH_2 KH_3 KH_4 KH_5 KH_6 KH_7 KH_8 KH_9 Total KEAH 1. 4 5 5 5 5 5 5 5 5 44 2. 3 5 3 3 4 5 5 5 5 38 3. 4 4 3 2 3 4 2 3 5 30 4. 4 4 2 3 4 4 2 2 4 29 5. 4 4 4 4 5 4 4 4 5 38 6. 4 5 4 4 5 5 5 5 5 42 7. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 8. 4 5 5 5 5 5 5 5 5 44 9. 4 5 3 4 4 2 3 4 5 34 10. 4 4 3 2 3 4 2 3 5 30 11. 4 4 4 4 4 4 4 4 5 37 12. 4 5 4 5 4 5 5 4 4 40 13. 4 4 5 4 4 4 5 4 5 39 14. 4 4 4 4 4 4 4 5 5 38 15. 3 4 4 4 4 4 4 4 4 35 16. 3 5 4 4 4 5 5 4 5 39 17. 4 5 4 4 3 3 4 4 5 36 18. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 19. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 20. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 21. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 22. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 23. 4 4 4 4 3 4 4 2 3 32 24. 3 3 3 4 3 4 4 4 4 32

Page 184: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

163

25. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 26. 4 4 4 3 3 4 4 4 4 34 27. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 28. 4 5 5 2 4 5 5 5 5 40 29. 4 5 4 4 5 4 4 4 4 38 30. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 31. 3 4 4 4 3 4 4 4 4 34 32. 4 4 4 3 3 4 4 4 4 34 33. 4 4 4 4 5 5 5 5 5 41 34. 4 5 4 5 4 5 5 5 5 42 35. 5 4 4 3 4 4 5 4 3 36 36. 5 5 5 4 4 5 5 5 5 43 37. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 38. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 39. 4 5 4 4 4 4 4 4 4 37 40. 4 4 4 2 2 4 4 2 4 30 41. 4 5 5 5 4 5 5 5 5 43 42. 4 4 4 2 3 4 4 4 4 33 43. 4 4 4 4 4 5 5 5 5 40 44. 4 5 4 4 3 4 4 4 4 36 45. 4 4 4 2 2 4 4 4 4 32 46. 3 3 3 3 3 4 4 4 4 21 47. 4 5 4 2 2 5 5 4 4 25 48. 5 5 4 4 4 4 4 5 4 39 49. 4 4 4 3 4 4 4 4 4 35 50. 4 4 5 4 5 4 4 5 5 40

Page 185: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

164

51. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 52. 4 4 4 4 5 4 3 4 3 35 53. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 54. 4 4 5 4 4 4 4 4 5 38 55. 4 4 4 2 4 4 4 5 4 35 56. 5 5 4 4 4 3 4 3 4 36 57. 4 5 4 4 4 5 5 4 4 39 58. 4 5 5 4 4 5 4 5 5 41 59. 4 5 5 3 3 4 4 5 5 38 60. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 61. 4 5 3 1 5 4 5 4 5 35 62. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 63. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 64. 3 4 4 4 3 4 4 4 4 34

Page 186: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

165

Jawaban Responden Variabel Kompetensi Bukti

No. KB_1 KB_2 KB_3 KB_4 KB_5 KB_6 Total KOMP 1. 4 4 4 4 5 4 25 2. 5 5 4 4 4 2 24 3. 4 5 2 4 4 4 23 4. 4 4 2 4 4 3 21 5. 2 4 4 4 4 3 21 6. 2 4 2 4 4 2 18 7. 3 3 3 3 3 3 18 8. 4 4 4 4 5 4 25 9. 4 4 3 4 5 3 23 10. 4 5 2 4 4 4 23 11. 2 5 3 4 4 2 20 12. 4 5 4 5 4 5 27 13. 4 4 4 5 5 4 26 14. 4 4 4 4 4 4 24 15. 3 4 4 4 3 4 22 16. 4 4 4 4 5 4 25 17. 3 2 3 4 4 4 20 18. 4 5 4 4 4 4 25 19. 5 4 5 4 5 2 25 20. 5 4 4 4 4 5 26 21. 3 4 4 4 4 4 23 22. 2 4 4 4 4 4 22 23. 2 4 3 3 4 2 18 24. 3 4 4 4 3 3 21

Page 187: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

166

25. 4 4 4 4 4 4 24 26. 4 4 4 4 4 4 24 27. 4 4 4 4 4 4 24 28. 4 5 4 4 4 4 25 29. 3 4 4 4 4 3 22 30. 4 4 4 4 4 4 24 31. 4 4 4 5 4 3 24 32. 5 5 5 4 3 5 27 33. 3 4 3 4 4 3 21 34. 5 4 4 4 5 2 24 35. 4 4 4 5 4 4 25 36. 4 5 5 5 5 5 29 37. 4 4 4 4 4 4 24 38. 4 4 4 4 4 3 23 39. 3 3 4 3 4 3 20 40. 4 4 3 3 4 4 22 41. 5 5 5 5 5 5 30 42. 3 4 3 4 4 3 21 43. 4 4 4 4 4 4 24 44. 4 4 4 4 4 4 24 45. 2 2 2 2 2 2 12 46. 4 4 4 4 4 4 24 47. 4 5 4 4 5 4 26 48. 4 5 5 3 5 3 25 49. 5 5 5 5 5 5 30 50. 5 5 5 4 5 4 28

Page 188: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

167

51. 5 5 5 5 5 5 30 52. 3 4 4 4 4 4 23 53. 4 4 5 5 5 5 28 54. 4 4 4 4 4 4 24 55. 3 4 4 4 4 5 24 56. 4 5 5 5 5 5 29 57. 4 4 4 4 4 4 24 58. 5 5 5 5 5 4 29 59. 4 5 4 4 4 4 25 60. 4 4 3 3 4 3 21 61. 5 5 4 5 4 3 26 62. 4 4 4 4 4 4 24 63. 3 4 4 5 4 3 23 64. 4 4 4 4 4 4 24

Page 189: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

168

Jawaban Responden Variabel Pengungkapan Korupsi

No. PK_1 PK_2 PK_3 PK_4 PK_5 PK_6 PK_7 PK_8 Total PNGKPN 1. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 2. 4 4 5 4 4 4 4 4 33 3. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5. 4 3 4 4 4 4 4 4 31 6. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 7. 3 3 3 3 3 3 3 3 24 8. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 9. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 10. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 11. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 12. 4 4 4 4 4 4 4 5 33 13. 5 4 4 5 4 4 4 4 34 14. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 15. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 16. 5 4 4 5 4 5 4 4 31 17. 4 3 4 3 4 4 4 4 30 18. 4 5 4 4 5 4 4 4 34 19. 5 5 4 4 4 4 5 4 35 20. 4 4 4 4 4 4 3 4 31 21. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 22. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 23. 4 4 4 4 4 4 3 4 31

Page 190: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

169

24. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 25. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 26. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 27. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 28. 4 5 4 4 4 5 4 4 34 29. 4 4 4 4 3 4 3 4 30 30. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 31. 4 4 4 4 4 4 4 4 31 32. 3 4 4 4 4 4 4 4 31 33. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 34. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 35. 4 4 4 4 4 5 4 4 33 36. 5 5 5 5 5 5 5 5 40 37. 4 4 4 4 4 4 3 4 31 38. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 39. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 40. 4 4 4 3 3 4 3 4 29 41. 5 5 5 5 5 5 4 5 39 42. 4 4 4 3 3 3 3 3 27 43. 4 4 4 4 4 3 4 4 31 44. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 45. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 46. 4 4 3 3 4 4 4 4 30 47. 5 5 5 4 4 4 2 4 33 48. 5 5 5 4 5 4 4 3 35 49. 4 4 4 4 4 4 4 4 32

Page 191: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

170

50. 5 5 5 4 4 5 4 4 36 51. 5 5 5 5 5 5 5 5 40 52. 5 4 4 4 4 4 5 4 34 53. 5 5 5 5 5 5 5 5 40 54. 5 4 5 4 4 4 4 4 34 55. 4 4 4 4 4 4 3 4 31 56. 5 5 5 5 5 5 3 4 37 57. 4 4 4 4 4 5 4 4 33 58. 5 5 5 4 4 4 4 4 35 59. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 60. 4 4 4 4 4 4 4 4 32 61. 5 3 4 4 4 5 4 4 33 62. 5 5 5 5 5 4 4 5 38 63. 5 5 5 5 5 5 5 5 40 64. 5 4 4 4 4 4 4 4 33

Page 192: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

171

Lampiran 6

Output Hasil Pengujian Data

Page 193: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

172

A. Uji Outer Model

1. Uji Convergent Validity

Tabel Outer Loading (Mean, STDEV, T-Value)

Original

Sample

(O)

Original

Sample

(O)

Modifikasi

Sample

Mean

(M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

T-

Statistics

(I0/STER

RI)

Pro_

1

0,7678 0,7726 0,7754 0,0741 0,0741 10,7250

Pro_

2

0,7496 0,7457 0,7165 0,0906 0,0906 9,1920

Pro_

3

0,6717 0,6719 0,6601 0,0906 0,0906 8,2210

Pro_

4

0,7034 0,6999 0,6826 0,0981 0,0981 8,0010

Pro_

5

0,8053 0,8059 0,8059 0,0576 0,0576 15,0060

Kh_

2

0,7309 0,7330 0,7340 0,0625 0,0625 12,6870

Kh_

3

0,7861 0,7634 0,7538 0,0719 0,0719 10,4110

Kh_

5

0,6710 0,6318 0,6321 0,0958 0,0958 7,0900

Kh_

6

0,6973 0,7504 0,7459 0,0747 0,0747 11,4450

Kh_

7

0,7534 0,7958 0,7969 0,0412 0,0412 19,8600

Kh_

8

0,7855 0,8265 0,8201 0,0427 0,0427 20,4400

Kh_

9

0,6304 0,6807 0,6743 0,0944 0,0944 7.9440

Kb_

1

0,7033 0,7063 0,6963 0,0770 0,0770 9,2750

Kb_

2

0,7023 0,7224 0,7057 0,1002 0,1002 7,0490

Kb_

3

0,7780 0,7655 0,7646 0,0613 0,0613 12,4660

Kb_

4

0,7940 0,7862 0,7722 0,0832 0,0832 8,4760

Kb_

5

0,7646 0,7891 0,7823 0,0640 0,0640 12,5290

Pk_ 0,7768 0,7909 0,7943 0,0477 0,0477 17,2960

Page 194: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

173

1

Pk_

2

0,7626 0,7822 0,7818 0,0597 0,0597 13,5040

Pk_

3

0,8090 0,8362 0,8340 0,0454 0,0454 18,6600

Pk_

4

0,8618 0,8607 0,8556 0,0421 0,0421 18,8950

Pk_

5

0,8535 0,8390 0,8334 0,0525 0,0525 15,5620

Pk_

6

0,7399 0,7412 0,7379 0,0743 0,0743 9,4960

Pk_

8

0,7482 0,7278 0,7109 0,1327 0,1327 5,4880

Page 195: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

174

1. Discriminant Validity

Tabel Cross Loading

Profesionalisme Keahlian Kompetensi

Bukti

Pengungkapan

Korupsi

Pro_1 0,7726

0,7457

0,6719

0,6999

0,8055

0,6250 0,4809 0,4336

Pro_2 0,5212 0,1827 0,3736

Pro_3 0,3774 0,1996 0,3960

Pro_4 0,6199 0,3634 0,3047

Pro_5 0,5133 0,4228 0,5051

Kh_2 0,6849 0,7330

0,7634

0,6317

0,7504

0,7958

0,8265

0,6806

0,3912 0,5245

Kh_3 0,4680 0,3916 0,5477

Kh_5 0,4473 0,3754 0,4027

Kh_6 0,6258 0,3097 0,4462

Kh_7 0,4870 0,3545 0,4196

Kh_8 0,5112 0,3816 0,4055

Kh_9 0,5034 0,3106 0,3850

Kb_1 0,2130 0,1671 0,7063

0,7224

0,7655

0,7862

0,7891

0,3191

Kb_2 0,3910 0,2532 0,4245

Kb_3 0,2200 0,4319 0,5224

Kb_4 0,4299 0,4065 0,5179

Kb_5 0,4640 0,4783 0,5216

Pk_1 0,4581 0,4608 0,5489 0,7909

0,7822

0,8362

0,8607

0,8390

0,7412

0,7278

Pk_2 0,4235 0,4339 0,5428

Pk_3 0,5157 0,5518 0,5381

Pk_4 0,4809 0,5452 0,5080

Pk_5 0,3365 0,4557 0,4713

Pk_6 0,4247 0,4461 0,4949

Pk_8 0,4302 0,5115 0,3862

Tabel AVE dan Square Root AVE

AVE Square Root AVE

Profesionalisme 0,5486 0,7407

Keahlian 0,5517 0,7428

Kompetensi Bukti 0,5695 0,7546

Pengungkapan

Korupsi

0,6372 0,7982

Page 196: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

175

Tabel Latent Variable Correlations

Profesionalisme Keahlian Kompetensi

Bukti

Pengungkapan

Korupsi

Profesionalisme 1,0000 0,7

212

0,47

16

0,55

29

Keahlian 0,0000 1,0

000

0,00

00

0,00

00

Kompetensi

Bukti

0,0000 0,4

879

1,00

00

0,00

0

Pengungkapan

Korupsi

0,0000 0,6

111

0,62

77

1,00

00

2. Uji Reliabilitas

Tabel Cronbach Alpha

Cronbach Alpha

Profesionalisme 0,7972

Keahlian 0,8629

Kompetensi Bukti 0,8140

Pengungkapan

Korupsi

0,9043

Tabel Composite Reliability

Composite Reliability

Profesionalisme 0,8582

Keahlian 0,8953

Kompetensi Bukti 0,8684

Pengungkapan

Korupsi

0,9245

Page 197: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

176

B. Uji Inner Model

Gambar Inner Model Sebelum Modifikasi

Gambar Inner Model Sesudah Modifikasi

Page 198: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

177

Hasil Bootstrapping

Page 199: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

178

1. Uji Signifikan

Outer Weight (Mean, STDEV, T-Value) Original

Sample (O)

Sample Mean

(M)

Standard Deviation

(STDEV)

Standard Error

(STERR)

T-Statistics

(I0/STERRI)

PRO_1<

PROF

0,3303 0,3375 0,074 0,074 4,4681

PRO_2 <-

PROF

0,2072 0,1938 0,0572 0,0572 3,6244

PRO_3 <-

PROF

0,2216 0,2206 0,0449 0,0449 4,9366

PRO_4 <-

PROF

0,2406 0,2360 0,0709 0,0709 3,3929

PRO_5 <-

PROF

0,3389 0,3457 0,0612 0,0612 5,5368

KH_2 <-

KEAH

0,2196 0,2229 0,0433 0,0433 5,0678

KH_3 <-

KEAH

0,2257 0,2270 0,0333 0,0333 6,7818

\KH_5 <-

KEAH

0,1843 0,1846 0,0495 0,0495 3,7206

KH_6 <-

KEAH

0,1819 0,1758 0,0385 0,0385 4,7255

KH_7 <-

KEAH

0,1844 0,1874 0,0249 0,0249 7,4147

KH_8 <-

KEAH

0,1863 0,1842 0,0299 0,0299 6,2113

KH_9 <-

KEAH

0,1661 0,1629 0,0276 0,0276 6,0245

KB_1 <-

KOMP

0,1663 0,1683 0,0410 0,0410 4,0594

KB_2 <-

KOMP

0,2410 0,2447 0,0430 0,0430 5,5994

KB_3 <-

KOMP

0,2813 0,2854 0,0410 0,0410 6,8650

KB_4 <-

KOMP

0,3040 0,3035 0,0515 0,0515 5,8975

KB_5 <-

KOMP

0,3220 0,3246 0,0448 0,0448 7,1818

PK_1 <-

PGKPN

0,1853 0,1881 0,0221 0,0221 8,3896

PK_2 <-

PGKPN

0,1787 0,1809 0,0259 0,0259 6,8915

PK_3 <-

PGKPN

0,1909 0,2003 0,0200 0,0200 9,9334

PK_4 <-

PGKPN

0,1909 0,1923 0,0183 0,0183 10,4526

PK_5 <-

PGKPN

0,1641 0,1644 0,0155 0,0155 10,5683

PK_6 <-

PGKPN

0,1719 0,1717 0,0202 0,0202 8,5045

PK_8 <-

PGKPN

0,1619 0,1563 0,0231 0,0231 6,9994

Page 200: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

179

2. Hasil Uji Hipotesis

Tabel Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value) Original

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard Error

(STERR)

T-Statistics

(I0/STERR)

P

Value

PROF KOMP

0,2496 0,2760 0,1235 0,1235 2,0210 0,0370

PROF

PGKPN

0,1309 0,1302 0,0756 0,0756 1,7268 0,0930

KOMP

PGKPN

0,4119 0,4361 0,1322 0,1322 3,1163 0,0020

KEAH

KOMP

0,3079 0,3132 0,1284 0,1284 2,3986 0,0160

KEAH PGKPN

0,3157 0,3070 0,1261 0,1261 2,5030 0,0110

3. Evaluasi Model

Tabel R-Square

R-Square

Profesionalisme

Keahlian

Kompetensi Bukti 0,2679

Pengungkapan

Korupsi

0,5239

Page 201: PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32883/1/Opi... · auditor forensik secara simultan mampu menjelaskan konstruk

1