Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di...

42
A. JUDUL “ PENGARUH PERUBAHAN ORIENTASI MATA PENCAHARIAN PETANI MENDONG TERHADAP EKSISTENSI KERAJINAN TIKAR DI DESA GEMBOR KECAMATAN PAGADEN KABUPATEN SUBANG ” B. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris sehingga sektor pertanian memegang peranan penting dalam mendorong laju perekonomian nasional. Hal tersebut dapat ditunjang dengan potensi sumberdaya alam dan kondisi pendudukknya yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani. Berdasarkan data statistik yang ada, saat ini sekitar 75% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Lebih dari 54% diantaranya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, dengan tingkat pendapatan relatif rendah jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perkotaan. Perbedaan pendapatan tersebut berkaitan erat dengan produktivitas para petani Indonesia, yang tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain luas lahan yang dimiliki, kebijakan pemerintah dalam hal pemberian insentif kepada petani dan sebagainya ( Soetrisno, Loekman 2002). Pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting pada seluruh sistem perekonomian nasional, untuk itu

Transcript of Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di...

Page 1: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

A. JUDUL

“ PENGARUH PERUBAHAN ORIENTASI MATA PENCAHARIAN PETANI

MENDONG TERHADAP EKSISTENSI KERAJINAN TIKAR DI DESA

GEMBOR KECAMATAN PAGADEN KABUPATEN SUBANG ”

B. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara agraris sehingga sektor pertanian memegang

peranan penting dalam mendorong laju perekonomian nasional. Hal tersebut dapat

ditunjang dengan potensi sumberdaya alam dan kondisi pendudukknya yang sebagian

besar bermatapencaharian sebagai petani.

Berdasarkan data statistik yang ada, saat ini sekitar 75% penduduk Indonesia

tinggal di wilayah pedesaan. Lebih dari 54% diantaranya menggantungkan hidup

pada sektor pertanian, dengan tingkat pendapatan relatif rendah jika dibandingkan

dengan penduduk yang tinggal di perkotaan. Perbedaan pendapatan tersebut berkaitan

erat dengan produktivitas para petani Indonesia, yang tidak dapat dilepaskan dari

berbagai faktor, antara lain luas lahan yang dimiliki, kebijakan pemerintah dalam hal

pemberian insentif kepada petani dan sebagainya ( Soetrisno, Loekman 2002).

Pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting pada seluruh sistem

perekonomian nasional, untuk itu pembangunan pertanian menjadi salah satu hal

penting yang harus dilakukan. Menurut Hadisapoetra dalam Dewandini (2010),

pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditujukan untuk

selalu menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus

mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap petani dengan jalan

menambah modal dan skill untuk meningkatkan peran manusia di dalam

perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pembangunan sektor pertanian sudah

selayaknya tidak hanya berorientasi pada produksi atau terpenuhinya kebutuhan

pangan saja tetapi juga harus mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama

petani.

Page 2: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Program-program pengembangan pertanian dan kehutanan diarahkan untuk

meningkatkan produktivitas pertanian dan kehutanan khususnya petani kecil,

mengentaskan kemiskinan, dan meningkatkan nilai tambah pertanian dan kehutanan

bagi masyarakat. Rencana strategis tersebut diwujudkan melalui peningkatan

hubungan industrial pertanian dan kehutanan dengan sektor-sektor perekonomian.

Arah kebijakan untuk pembangunan perkebunan, ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan industri.

Pembinaan dan pengembangan industri kecil bukan saja penting sebagai jalur

kearah pemerataan hasil-hasil pembangunan, tetapi juga sebagai unsur pokok dari

seluruh struktur industri di Indonesia, karena dengan investasi yang dapat berproduksi

secara efektif dan dapat menyerap banyak tenaga kerja. Di samping itu, 87% dari

struktur industri Indonesia adalah insustri kecil (Hasan, Bachtiar (2003).

Salah satu komoditas yang dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan industri

adalah tanaman mendong (Fimbristylis globulosa). Tanaman mendong merupakan

tanaman rumput-rumputan yang hidup di daerah banyak air atau pada umumnya

hidup di rawa-rawa. Salah satu daerah yang membudidayakan tanaman ini adalah

Kabupaten Subang. Hasil utama tanaman mendong adalah berupa batang serta

tangkai bunga yang dikenal dengan istilah “mendong”. Mendong digunakan sebagai

bahan baku industri kerajinan yang hasilnya dapat berupa dompet, tas, topi, taplak

meja, dan tikar. Salah satu wilayah yang dikenal dengan anyaman mendong adalah

Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Sentra industri kecil anyaman mendong di

Kecamatan tersebbut terkonsentrasikan pada dua desa yaitu Desa Sukamulya dan

Gembor.

Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang sebagian besar

masyarakatnya adalah petani mendong. Di daerah ini kerajinan mendong sudah eksis

sejak tahun 1969 dan pada tahun 1978 usaha kerajinan mendong di Desa Gembor

menjadi primadona, pengrajin mendong mampu menjadikan kerajinan ini sebagai

mata pencaharian utama. Pada awal tahun 1990-an, masih banyak bahan baku untuk

dibuat mendong, karena prospek mendong dianggap cerah, saat itu para pengrajin dan

Page 3: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

pemilik lahan sawah memilih menanam lahan sawahnya dengan tanaman mendong

daripada padi. Sehingga di Desa Gembor lahan yang ditanami mendong yang luasnya

mencapai 15 ha (Pikiran Rakyat, 26 Desember 2011).

Namun dalam pembangunan yang telah dilaksanakan ternyata suatu masyarakat

tidak bersifat statis dan akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhannya.

Pandangan suatu masyarakat semakin lama semakin berubah hingga pola pikirnya

sekarang tidak lagi hanya berorientasi pada pertanian yang masih saja bersifat

subsistem. Tetapi mengikuti juga perkembangan yang terjadi di luar wilayahnya

sehingga banyak memunculkan sumber-sumber ekonomi yang bersifat informal.

Masyarakat memandang bahwa mata pencaharian pertanian bukan merupakan satu-

satunya mata pencaharian yang bisa dijadikan sandaran hidup, sehingga terjadilah

perubahan orientasi mata pencaharian.

Terdapat perubahan orientasi mata pencaharian di Desa Gembor. Pada tahun

1993 di Desa Gembor mengalami alih fungsi lahan tanaman mendong menjadi kolam

ternak ikan dan hal tersebut terus terjadi hingga tahun 2000 yang mengakibatkan

tidak terdapat satu petak pun tanaman mendong di daerah tersebut. Hal ini

mengakibatkan keberadaan pengrajin tikar di daerah tersebut semakin berkurang,

pada tahun 2000 diketahui terdapat 150 orang pengrajin dan petani mendong namun

sekarang hanya terdapat 7 orang pengrajin tikar mendong. (Naskam, Ade:Kepala

Desa Gembor). Dengan terjadinya perubahan mata pencaharian petani mendong,

maka bahan baku untuk anyaman mendong semakin sulit diperoleh. Padahal pada

kenyataannya kebutuhan pasar tikar mendong di Subang masih cukup tinggi.

Maka berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai “PENGARUH PERUBAHAN ORIENTASI MATA

PENCAHARIAN PETANI MENDONG TERHADAP EKSISTENSI KERAJINAN

TIKAR DI KECAMATAN PAGADEN KABUPATEN SUBANG”.

Page 4: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan  latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan petani mendong merubah mata

pencahariannya?

2. Bagaimana pengaruh perubahan orientasi mata pencaharian petani mendong

terhadap eksistensi kerajinan tikar di Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang ?

D. VARIABEL PENELITIAN

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

terdapat tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan petani mendong merubah

mata pencahariannya.

Variabel Terikat (y)

Eksistensi kerajian tikar

Variabel Bebas (x)

Perubahan Orientasi Mata

Pencaharian Petani Mendong :

Tingkat pendapatan

Luas kepemilikan lahan

Tingkat produksi

Persaingan antara cabang

usahatani

Tersedianya Modal

Page 5: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

2. Menganalisis dampak perubahan orientasi mata pencaharian petani mendong

terhadap eksistensi kerajinan tikar di Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.

F. MANFAAT PENELITIAN

1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah, yang diharapkan dapat menjadi

informasi dan landasan untuk menentukan kebijakan yang terkait dalam hal

pengembangan tanaman mendong.

2. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait, yaitu Dinas Perdagangan Industri

dan Pasar Kabupaten Subang, untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan

meningkatkan produktivitas pertanian komoditas tanaman mendong.

3. Sebagai bahan pengetahuan bagi petani dalam mengelola dan mengembangkan

budidaya tanaman mendong di Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.

4. Sebagai bahan pengayaan dalam proses pembelajaran geografi dalam bahasan

Sumberdaya Alam.

5. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi dalam

penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.

G. DEFINISI OPERASIONAL

1. Perubahan Orientasi Mata Pencaharian

Perubahan mata pencaharian merupakan proses yang mengakibatkan

keadaan sekarang berbeda dengan keadaan yang sebelumnya. Perubahan

orientasi dalam penelitian ini adalah berpindahnya pekerjaan masyarakat petani

mendong menjadi pekerjaan lain.

2. Petani Mendong

Menurut Samsudin dalam Dewandini (2010) Petani adalah mereka yang

untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian,

menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan

mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran.

Petani yang dimaksud dalam penelitian adalah petani mendong.

Page 6: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

3. Eksistensi

Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu ‘menjadi’ atau

‘mengada’. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere,

yang artinya kelaur dari ‘melampaui’ atau ‘mengatasi’. Jadi eksistensi tidak

bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami

perkembangan sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam

mengaktualisasikan potensi-potensinya. Adapun eksistensi dalam peneltian ini

adalah eksistensi kerajian tikar.

H. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pembangunan Pertanian

Menurut Mosher dalam Dewandini (2010), pembangunan pertanian

merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara

umum. Pembangunan pertanian memberikan sumbangan kepadanya serta

menjamin bahwa pembangunan menyeluruh itu (overall development) akan

benar-benar bersifat umum dan mencakup penduduk yang hidup dari bertani

yang jumlahnya besar dan dalam beberapa tahun mendatang diberbagai negara,

akan terus hidup bertani.

Menurut Mangunwidjaja dan Sailah dalam Dewandini (2010), visi

pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual untuk dijadikan

salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau masa datang adalah:

a. Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi.

b. Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan

pertanian.

c. Meningkatkan dan meratakan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia

pada umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya.

d. Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional.

Page 7: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Pembangunan pertanian tidak dapat terlaksana hanya oleh petani saja. Untuk

melakukan pembangunan pertanian lebih lanjut, makin lama petani makin

tergantung pada pihak-pihak di luar lingkungan desa, seperti pupuk, bibit unggul,

saluran pengairan, obat-obatan, alat-alat, dan lain-lain yang dibeli dari luar,

demikian pula hasilnya harus dijual ke pasar, pengetahuan dari sekolah atau

fakultas, dinas penyuluhan, dan sebagainya. Dengan demikian pertanian dapat

maju apabila terdapat interaksi yang positif antara bidang pertanian dengan

bidang-bidang lainnya.

2. Usahatani

Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk

menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, pertanian adalah

sebuah cara hidup (way of life atau livehood) bagi sebagian besar petani di

Indonesia. Petani kita pada umumnya lebih mengedepankan orientasi sosial-

kemasyarakatan, yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong

(sambatan/kerigan) dalam kegiatan mereka. Jadi bertani bukan saja aktivitas

ekonomi, melainkan sudah menjadi budaya hidup yang sarat dengan nilai-nilai

sosial-budaya masyarakat lokal.

Pertanian rakyat yang merupakan usahatani adalah sebagai istilah lawan

perkataan farm dalam bahasa Inggris. Dr. Mosher memberikan definisi farm

(yang diterjemahkan oleh Krisnadi menjadi usahatani) sebagai suatu tempat atau

bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oelh seorang

petani tertentu apakah ia seorang pmilik, penyakap ataupun manager yang di gaji.

Menurut Prof. Tb. Bachtiar Rifai dalam Abbas dan Cuhaya (1983), usahatani

adalah setiap kombinasi yang tersusun (organisasi) dari alam, kerja dan modal

yang ditunjukan kepada produksi di lapangan pertanian. Tatalaksana usahatani

ini berdiri sendiri dan diusahakan oleh seorang atau sekelompok orang. Jika

usaha tani itu dikerjakan oleh sekelompok orang, mereka itu biasanya terdiri dari

segolongan social berdasarkan keturunan ataupun kedaerahan (territorial).

Page 8: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Pada tingkat permulaan manusia mengenal usaha bertani atau berusahatani

dengan cara-cara penyelenggaraan yang masih sederhana (primitive, tradisional),

dimana tujuan produksinya terutama untuk mencukupi kebutuhan konsumsi

keluarga itu sendiri. Oleh karena itu usahatani semacam ini sering juga disebut

“subsisten”. Berusaha di sini lebih merupakan sebagai suatu cara berusahatani

dengan tujuan produksi lebih diarahkan pada pemenuhan permintaan pasar dan

untuk mencari keuntungan. Usahatani terakhir ini dikatakn bersifat “komersil”.

a. Klasifikasi Lahan Usahatani

Didasarkan kepada sifat penggunaanya, lahan usahatani dapat

diklasifikasikan ke dalam dua golongan besar, yaitu lahan sawah dan lahan

kering atau darat.

1) Lahan Sawah

Lahan usahatanu golongan ini biasanya dipakai untuk bercocok

tanam padi dengan penggenangan air. Oleh karena itu sebagai cirri khas

dari lahan sawah dibuat “pematang” (galengan), yaitu suatu

onggokan/gundukan tanah yang dibuat mengelilingi sebidang tanah agar

dapat mengatur pengairan tanaman padi pada lahan tersebut. Sistem

pengairan sawah bermacam-macam dan atas dasar faktor ini lahan

sawah dapat di sub-klasifikasikan ke dalam (a) sawah dengan sistem

pengairan irigasi, (b) sawah dengan sistem pengairan pedesaan, (c)

sawah tadah hujan, (d) sawah lebak, (e) sawah pasang surut.

2) Lahan Kering atau Darat

Penggunaan lahan usahatani macam ini tidak memerlukan sistem

pengairan seperti pada sawah. Penggunaan lahan kering banyak

variasinya. Didasarkan kepada Janis tanaman atau usaha

yangdiselenggarakan di atasnya, lahan kering dapat di sub-

klasifikasikan ke dalam (a) pekarangan, (b) ladang atau tegalan, (c)

kebun, (d) padang rumput, (e) kolam ikan.

Page 9: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

b. Cara Memperoleh Usahatani

Lahan untuk usahatani dapat diperoleh dengan berbagi cara yaitu

membeli lahan, menyewa lahan, bagi hasil atau sakap, menggadai lahan,

meminjam lahan dengan hak pakai dan hak guna usaha (HGU), membuka

hutan, warisan dan lahan hadiah

c. Faktor-faktor Lahan yang Mempengaruhi Tipe Usahatani

1) Faktor Alam yang Mempengaruhi Tipe Usahatani

Faktor ini merupakan faktor penting yang membedakan tipe usahatani

dari satu daerah. Faktor alam meliputi iklim, tanah dan topografi dan

keadaannya dari satu daerah ke lain daerah tidak sama.

2) Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi Tipe Usahatani

Faktor ekonomi sering mengalami perubahan dari waktu ke waktu,

yang merupakan kebalikan dari pada faktor alam yang lebih bersifat tetap.

Faktor ekonomi yang penting dalam mempengaruhi tipe usahatani

diantaranya adalah (a) Adanya permintaan pasar untuk sesuatu komoditi

usahatani tertentu, (b) Ongkos tataniaga, (c) Adanya persaingan antara

cabang usahatani, (d) Adanya siklus kelebihan dan kekurangan produksi,

(e) Nilai lahan, (f) Tersedianya modal dan (g) Tersedianya tenaga kerja.

3) Faktor Budaya yang Mempengaruhi Tipe Usahatani

Faktor ini mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek.

Faktor ini antara lain meliputi (a) Adat dan kepercayaan kepada agama,

(b) Perkembangan pendidikan, (c) Perkembangan tingkat hidup

masyarakat.

4) Faktor Kebijaksanaan yang Mempengaruhi Tipe Usahatani

Di sektor pertanian, kehadiaran pemerintah itu sangat diperlukan

sekali, mengingat sector ini merupakan sector terlemah diantara sector

lain di dalam perekonomian Negara kita. Sektor pertanian seringkali

memerlukan perlindungan dan bantuan dari pihak pemerintah. Pemerintah

sering diperlukan kekuasaannya untuk mengatur tersedianya dan

Page 10: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

distribusi barang-barang hasil pertanian yang diperlukan golongan

masyrakata tersebut.

3. Perubahan Orientasi Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah akan mengalami perubahan

sesuai dengan keadaan fisik dan social ekonomi, seperti bentang alam,

bertambahnya pengetahuan, teknologi yang dimiliki penduduk wilayah dengan

perubahan waktu relative cepat atau lambat. Seperti yang dikemukakan oleh

Abdurahman dalam Mulyawan (2006) macan dan corak aktivitas manusia

berbeda-beda pada tiap golongan atau daerah, sesuai dengan kemampuan

penduduk dan tata geografi daerahnya.

Perubahan mata pencaharian merupakan perubahan pada struktur fungsional

masyarakat. Sebetulnya perubahan sosial merupakan gejala permanen yang

senantiasa hadir dan terjadi pada setiap masyarakat.Ada perubahan yang

berlangsung dengan sengaja (hasil perancangan dan kebijakan social) dan ada

pula yang berlangsung begitu lamban, sehingga melahirkan kesan tidak berubah.

(Tania, 2011)

Perubahan mata pencaharian ini bisa terjadi secara sadar maupun terpaksa

karena adanya penekanan dari faktor intern mapun ekstern. Faktor ekstern yang

disengaja, misalnya adanya pembangunan sarana fisik seperti pembangunan

untuk pemukiman dan perumahan, industri ataupun sarana fisik lainnya yang

menyebabkan terjadinya pergeseran amata pencaharaian dari lahan pertanian ke

lahan non pertanian. Sedangkan faktor intern misalnya jumlah pendapatan petani

yang dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jumlah

tanggungan keluarga petani, serta pendidikan dan pengalaman bekerja pada

sektor pertanian.

Menyempitnya lahan pertanian untuk kepentingan pembangunan,

menyebabkan penduduk terutama penduduk yang bermata pencaharian sebagai

Page 11: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

petani dari mereka mengalihkan kegiatan dari sektor pertanian ke sektor non

pertanian, hal ini dilakukan untuk mempertahankan hidupnya.

4. Tanaman Mendong

Menurut Tjitrosoepomo (1988), tanaman mendong termasuk spesies

Fimbristylis globulosa, taksonominya sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Cyperales

Famili : Cyperaceae

Genus : Fimbristylis

Spesies : Fimbristylis Globulosa (Retz.)

Menurut Listyani (2008), tanaman mendong sekali tanam dapat dipanen 4

hingga 5 kali dengan menyisakan bagian bawah tanaman setinggi 3 cm tanpa

membongkar perakaran sehingga tidak perlu pengadaan bibit sehabis panen.

Rumpun yang tersisa akan tumbuh anakan baru dengan pemberian pupuk dan

pemeliharaan sesuai anjuran selanjutnya menjadi batang mendong yang siap

dipanen setelah sekitar 4 bulan kemudian. Demikian seterusnya sampai 4 hingga

5 kali siklus panen. Setelah itu baru dilakukan pembongkaran akarnya untuk

dibuat bibit kembali.

a. Persiapan Bibit

Menurut Listyani (2008), perbanyakan mendong umumnya dilakukan

secara vegetatif (dengan tunas akar). Cara pembuatan bibit tanaman

mendong secara vegetatif dapat dilakukan secara bertahap sebagai berikut :

1) Rumpun tanaman mendong yang akan dijadikan bibit dipilih yang

pertumbuhannya baik (subur) dan tidak terserang hama ataupun

penyakit- Setelah batang-batang mendong tumbuh setinggi 1,5 m,

Page 12: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

rumpun tanaman mendong tersebut dipangkas (dipotong) setinggi 3 cm

dari permukaan perakaran. Batang-batang mendong hasil pemangkasan

tadi dapat diproses untuk dijadikan bahan anyaman.

2) Rumpun-rumpun mendong yang telah dipangkas tersebut dipelihara

terutama dengan menjaga agar lahan tetap basah dan bersih dari gulma

atau herba sehingga tumbuh tunas-tunas baru. Jika tunas-tunas baru

sudah mencapai ketinggian 30 cm – 45 cm rumpun tanaman mendong

yang akan dijadikan bibit tersebut dibongkar beserta akar-akarnya.

3) Rumpun tanaman mendong yang telah dibongkar dipotong akar-

akarnya sepanjang 5 – 10 cm dari ujung akar. Kemudian rumpun

mendong dipecah-pecah menjadi beberapa rumpun bibit.

4) Pemecahan rumpun mendong harus dilakukan dengan hati-hati agar

tidak merusak perakaran.

5) Rumpun tanaman mendong yang telah dipecah-pecah merupakan bibit

yang siap untuk ditanam.

b. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan hampir sama dengan pengolahan lahan untuk padi

sawah lahan kondisinya berair. Lahan yang akan ditanami mendong dibajak

lebih dahulu dengan tenaga ternak atau traktor atau cangkul. Kedalaman

olahan sekitar 30 cm. Setelah dibajak lalu diperlembut dengan menggunakan

garu atau cangkul sehingga tanah olahan benar-benar lembut, rata dan bersih

dari gulma. Bersamaan dengan itu pematang-pematang sawah dibersihkan

dari gulma dengan menggunakan cangkul. Lahan siap untuk ditanami

mendong dengan air yang tetap menggenang.

c. Penanaman Bibit

Menurut Listyani (2008), lahan yang sudah siap untuk ditanami

mendong diberi pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik

Page 13: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

(pupuk TSP) agar tanaman mendong dapat tumbuh dengan baik. Lahan

dibiarkan beberapa saat hinggga pupuk larut didalam tanah. Sebelum bibit

ditanam ketinggian air diusahakan sekitar 10 cm. Kemudian bibit mendong

ditanam dengan cara dibenam bagian perakarannya kedalam tanah seperti

menanam bibit padi. Jarak tanam antar bibit 30 cm dan jarak antar barisan

(jalur) selebar 0,5 m. Pinggir sepanjang pematang jangan ditanami bibit

mendong agar memudahkan pemasukkan air irigasi dan memudahkan

pemeliharaan pematang.

d. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman mendong yang utama adalah menjaga volume air

pada areal tanaman, pemupukan, pembersihan gulma atau tanaman lain yang

mengganggu dan pengendalian hama.

e. Panen dan Pasca Panen

Menurut Sunanta (2000), hasil utama tanaman mendong batang-batang

mendong sebagai bahan baku untuk industri anyam- anyaman. Tanaman

mendong yang dipelihara dengan baik akan tumbuh subur dan menghasilkan

batang-batang mendong yang berkualitas baik, panjang-panjang dan tidak

mudah patah. Untuk mempertahankan kualitas mendong menjadi lebih baik

lagi, maka penanganan panen dan penanganan pasca panen harus dilakukan

dengan baik dan benar.

1) Panen

Tanaman mendong dapat dipanen setelah berumur 5 bulan sejak

ditanam. Cara panennya adalah sebagai berikut: sebelum panen

dilakukan, air yang menggenangi areal tanaman mendong dibuang atau

dialirkan keluar areal terlebih dahulu sehingga permukaan tanahnya

tampak. Dengan demikian pemanenan mendong dapat dilakukan dengan

mudah.

Page 14: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Panen mendong dilakukan dengan memotong batang-batang

mendong dengan menggunakan sabit yang tajam. Pemotongan batang

mendong dilakukan sekitar 3 cm diatas permukaan tanah. Batang-batang

mendong yang telah dipanen dikumpulkan, kemudian langsung dijemur

pada panas matahari.

Penjemuran batang mendong biasanya dilakukan ditepi jalan yang

letaknya tidak jauh dari sawah areal tanaman mendong hingga batang-

batang mendong tersebut kering. Setelah kering batang-batang mendong

dibawa pulang ke rumah. Namun ada juga yang membawa pulang

batang mendong dalam keadaan basah dan dijemur di halaman rumah

hingga kering. Penjemuran mendong pada musim kemarau hanya

berlangsung 3 - 4 hari, namun jika pada musim hujan penjemuran dapat

berlangsung 5 - 8 hari tergantung pada keadaan cuaca.

2) Pasca Panen

Menurut Sunanta (2000), Kegiatan pokok penangannan pasca panen

meliputi sortasi, pengikatan dengan bobot tertentu dan pemasaran, yaitu:

Sortasi

Batang-batang mendong kering yang telah terkumpul disortasi

atau diseleksi berdasarkan ukuran panjangnya. Batang-batang

mendong yang mempunyai ukuran panjang sama dikelompok-

kelompokkan secara terpisah. Misalnya batang mendong yang

panjangnya 1,50 m, 1,25 m, 1,00 m dan 0,75 m, masing-masing

dikelompokkan sendiri sendiri.

Pengikatan

Pengikatan dilakukan setelah batang mendong dikelompokkan

berdasarkan panjangnya. Masing-masing kelompok diikat dan

setiap ikat berisi sekitar 450 batang mendong. Batang-batang

mendong yang telah diikat tersebut dipotong bagian ujung-ujungnya

sehingga panjangnya menjadi sama , dan siap untuk dijual.

Page 15: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

5. Industri

Industri merupakan kegiatan manusia yang penting, industri menghasilkan

berbagai barang kebutuhan manusia mulai dari makanan, minuman, pakaian, dan

perlengkapan rumah tangga sampai perumahan dan kebutuhan lainnya. Industri

juga sebagai sumber penghasilan sebagian besar orang-orang yang ada di dunia

ini, karena sector industri telah banyak dikembangkan di berbagai belahan dunia

baik yang sudah maju maupun yang masih berkembang.

Menurut Sumaatmadja dalam Eka (2008) industri memiliki dua pengertian

yaitu pengertian secara luas dan sempit. Pengertian industri secara luas adalah

sebagai kegiatan manusia yang memanfaatkan sumberdaya, sedangkan dalam arti

sempit adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi

barang jadi atau setengah jadi. Sebagaimana dimaklumi, bahwa masyarakat

industri memilki karakteristik yang berbeda dari tatanan masyarakat lainnya

yakni masyarakat agraris atau masyarakat tradisional. Dalam pandangan Toffler

dalam Syaifullah (2009) masyarakat industri adalah perkembangan lebih lanjut

dari masyarakat pertanian (agriculture societies).

Di Indonesia macam dan kegiatan industri dikelompokan ke dalam 4

golongan :

1) Kelompok I aneka indutstri dan kerajianan, yang terdiri atas :

a. Industri makanan dan minuman

b. Industri kerajianan logam : mas, perak, tembaga

c. Industri kerajinan bukan logam :anyaman,kulit, tembakau dan lain-lain

2) Kelompok II industri logam dan elektronik, yang terdiri atas :

a. Industri logam dasar besi/ baja (termasuk industri pipa kawat baja dan

lain-lain) dan industri non-ferro (timah,kabel dan lain-lain)

b. Industri mesin kendaraan, mesin-mesin, industri kapal dan lain-lain

c. Industri elektronika : radio, TV dan alat-alat listrik lainnya.

3) Kelompok III industri kimia, termasuk ke dalamnya :

Page 16: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Industri pupuk, industri ban , industri gelas, industri garam, industri gas dan

lain-lain

4) Kelomnpok IV industri sandang, tekstil, yang termasuk ke dalamnya :

a. Industri serat sintetis (rayon)

b. Industri permintalan dan pertenunan

c. Industri perajutan

d. Industri pakaian jadi

(Alamak Industri dalam Maryani dan Abdurachmat (2009:31)

5.1 Faktor-Faktor Penting yang Berkaitan dan Mempengaruhi Usaha dan Kegiatan

Industri

High Smith dalam Maryani dan Abdurachmat (2009) menggolongkan syarat

dan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha dan kegiatan industry menjadi 4

kelompok yaitu :

1) Faktor Sumberdaya (The Resource Base)

Faktor sumberdaya khususnya sumberdaya alam sebagai pendukung

industri yang penting adalah bahan mentah, sumber energi, persediaan air,

faktor iklim dan bentuk lahan (landform).

2) Faktor Sosial (Social Factors)

Faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap usaha dan

perkembangan industri antara lain adalah penyediaan tenaga kerja,

kemapuan-kemampuan teknologi, dan kemampuan-kemampuan

mengorganisasi.

3) Faktor Ekonomi (Economic Factors)

Faktor-faktor ekonomu yang penting terhadap usaha dan perkembangan

industri antara lain adalah pasara, trasnportasi, modal, masalah harga tanah

dan pajak.

4) Faktor Kebijakan Pemerintah

Page 17: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi usaha dan perkembangan

industri misalnya : ketentuan-ketentuan perpajakan dan tarif, pembatasan

impor-eksport (proteksi hasil industri dalam negeri dan mendorong eksport),

pembatasan jumlah dan macam industri, penentuan daerah industri,

pengembangan kondisi dan iklim yang menguntungkan usaha (favourable)

dan lain-lain.

I. METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten

Subang, terletak sekitar 8 kilometer dari ibu kota kecamatan, 9 kilometer dari ibu

kota kabupaten. Secara geografis Kecamatan Pagaden langsung berbatasan

dengan :

Sebelah Utara : Desa Padamulya, Kecamatan Cipunagara

Sebelah Timur : Desa Manyingsal, Kecamatan Cipunagara

Sebelah Selatan : Desa Cisaga, Kecamatan Cibogo

Sebelah Barat : Desa Gunung Sembung, Kecamatan Pagaden

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Tika, Pabundu (1996:32) populasi adalah himpunan individu

atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Populasi dalam

penelitian ini terdiri dari populasi wilayah dan populasi penduduk. Populasi

wilayahnya adalah desa yang terdapat petani mendong yaitu Desa Gembor

Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Sedangkan populasi penduduknya

adalah Seluruh petani yang membudidayakan tanaman mendong di Desa

Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.

Page 18: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

b. Sampel

Menurut Tika, Pabundu (1996:32) sampel adalah sebagian dari objek

atai individu-individu yang mewakili suatu populasi. Sampel dalam

penelitian ini adalah sampel wilayah dan sampel penduduk. Sampel

wilayahnya adalah daerah dimana terdapat petani mendong yang mengalami

perubahan orientasi mata pencaharian, yaitu daerah Gunung Sari, Desa

Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Sedangkan sampel

penduduk adalah petani mendong yang mengalami perubahan orientasi mata

pencaharian di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.

Berdasarkan rumus Dixon dan B. Leach dalam Tika (2005) untuk

mengetahui besarnya sampel yang diambil dan dapat mewakili suatu

populasi, maka digunakan rumus berikut ini :

1) Menghitung persentase karakteristik

p = Jumlah KK

Jumlah Penduduk x 100%

= 16056963

x 100%

= 32,7 % = 33 %

2) Menentukan variabilitas

Keterangan :

p = persentase karakteristik (%)

V = variabilitas

V = √ p (100−p)

= √33(100−33)

= 47,02

V=√ p(100−p)

Page 19: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

3) Menentukan jumlah sampel

Keterangan :

n = jumlah sampel

Z= confidence level

V = variabilitas

n = [ Z x VC ]²

= [ 1,96 x 47,0210 ]²

= 85,00

4) Menentukan jumlah sampel yang telah dikoreksi

Keterangan :

n' = jumlah sampel yang dikoreksi

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

n' = [ n

1+ nN ]

= [ 85

1+ 856943 ]

= 84,15

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode simple random sampling yaitu cara mengambil sampel dengan

n = [ Z x VC ]²

n' = [ n

1+ nN ]

Page 20: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

memberi kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit

dalam keseluruhan populasi. (Tika, 2005).

Jumlah sampel di Desa Gembor

No Nama Dusun

Jumlah Petani Mendong

yang berubah mata

pencaharian (Orang)

Sampel (Orang)

1. Gunung sari 150 85

Dengan demikian, jumlah petani mendong yang akan dijasikan sampel

pada penelitian adalah 85 orang.

3. Instrumen Penelitian

a. Bahan dan Alat

1. Bahan

1.1 Peta rupabumi 25.000 lembar 1209-343 Subang.

1.2 Peta rupabumi 25.000 lembar 1209-621 Pagaden.

2. Alat

2.1 Alat ukur lapangan, yaitu Global Position Sistem (GPS), alat tulis

dan kamera digital

2.2 Pedoman wawancara

2.3 Pedoman observasi

b. Data yang dikumpulkan

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari petani responden dengan

cara observasi dan wawancara. Pengumpulan data primer, diperoleh dari

wawancara dan observasi. Teknik wawancara menggunakan kuesioner

yang akan disiapkan sebelumnya. Kuesioner tersebut berupa daftar yang

berisikan rangkaian pertanyaan mengenai masalah yang diteliti.

Page 21: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Sedangkan observasi berupa pengamatan yang dilakukan secara langsung

oleh peneliti berdasarkan pedoman-pedoman obervasi yang telah

disiapkan sebelumnya.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder, diperoleh dari instansi yang terkait

dalam penelitian yaitu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Subang, Kantor Kecamatan, meliputi data Monografi.

4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

a. Metode Penelitian

Penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu metode yang

menggambarkan dan meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai

variabel. Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan melalui metode

pengumpulan data, yaitu wawancara atau metode observasi. Penelitian

deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan

karakteristik populasi atau bidang tertentu. ( Wirartha, Made 2006 : 154).

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-

fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang di selidiki.

b. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Observasi

Menurut Tika (2005:44) observasi adalah cara dan teknik

pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan

secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek

penelitian. Obervasi yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu

melakukan pengamatan secara langsung menganai situasi dan kondisi

Page 22: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

daerah peneletian untuk mendapatakan gambaran yang lebih jelas

mengenai masalah penelitian.

2. Wawancara

Menurut Nasution dalam Tika (1996:75) wawancara (interview)

adalah suatu bentuk komunikasi verbal. Sedangkan menurut Tika

(2005:49) wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan

cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan

pada tujuan penelitian. Wawancara yang akan dilakukan pada penelitian

bertujuan untuk mengetahui latar belakang masalah mengenai faktor-

faktor yang menyebabkan budidaya mendong banyak ditinggalkan oleh

masyarakat dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada

responden dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan.

3. Angket

Menurut Nawawi dalam Tika (2005:54) angket (kuisioner) adalah

usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah

pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden.

5. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan

mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden (Fathoni,

2006 :112).

4. Studi Literatur

Sumber literatur berupa buku, jurnal atau media cetak sebagai

teknik kegiatan pengumpulan data, konsep ataupun teori yang berkaitan

dengan masalah penelitian.

a. Teknik Analisis

1. Chi Kuadrat ( χ²)

Untuk mengkaji pengaruh perubahan orientasi mata pencaharian

petani mendong terhadap eksistensi kerajinan tikar di Kecamatan

Page 23: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Pagaden, maka digunakan analisis Chi Kuadrat. Rumus yang digunakan

untuk mencari Chi Kuadrat (χ²) menurut Tika (2005:91) sebagai berikut:

Keterangan :

χ² = chi kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasi

fh = frekuensi yang diharapkan

a. Menentukan derajat kebebasan

Keterangan :

db = derahat kebebasan

k = kolom

b = baris

b. Menentukan nilai Chi Kuadrat (χ²) dari daftar menentukan

ketergantungan untuk melihat berapa besar ketergantungan

Jika χ² < χ² tabel, maka kedua faktor tersebut independen,

artinya tidak ada hubungan antara kedua faktor tersebut.

Jika χ² > χ² tabel, maka kedua faktor tersebut independen,

artinya terdapat hubungan antara kedua faktor tersebut.

c. Pengujian hipotesis dengan cara membandingkan antara C dan Cmaks

χ² = ∑i=1

h ( f o−fh )²fh

db = ( b-1 ) ( k-1)

C = √ χ ²χ ²+n

Cmaks = √ χ ²χ ²+n

Page 24: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Keterangan :

C = kontigensi

n = banyaknya sampel

χ² = Chi Kuadrat

d. Menentukan koefisien kontingesi menggunakan kriteria yang

dikemukakan oleh Nugraha (1985: 72) sebagai berikut :

No. Nilai Kriteria

1 C = 0 Tidak mempunyai korelasi

2 0 ≤ C< 0,20 Cmax Korelasi rendah sekali

3 0,20 Cmax ≤ C< 0,40 Cmax Korelasi rendah

4 0,40 Cmax ≤ C < 0,60 Cmax Korelasi sedang

5 0,60 Cmax ≤ C < 0,80 Cmax Korelasi tinggi

6 0,80 Cmax ≤ C < Cmax Korelasi tinggi sekali

2. Analisis data secara deskriptif

Untuk mengetahui pengaruh perubahan orientasi mata pencaharian

petani mendong maka digunakan analisis deskriptif. Analisis secara

deskriptif penting untuk menjelaskan data yang bersifat kualitatif.

Dalam bidang Geografi Sosial, analisis data secara deskriptif diperlukan

untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat sosial (Tika,

2005:116).

J. SISTEMATIKA PENULISAN

1. Judul

2. Latar Belakang Masalah

3. Rumusan Masalah

Page 25: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

4. Tujuan Penelitian

5. Manfaat Penelitian

6. Definisi Operasional

7. Tinjauan Pustaka

8. Metodologi Penelitian

9. Sitematika Penulisan

10. Agenda Penelitian

11. Kerangka Berfikir

12. Daftar Pusataka

K. AGENDA PENELITIAN

Bentuk Kegiatan

Waktu Penelitian (4 Bulan)

Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan

Proses Bimbingan

Penyusunan Instrumen

Perbanyakan

Pelaksanaan

Survey Data Fisik

Wawancara

Pengolahan Data

Page 26: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Analisis Data

Penyimpulan Hasil

Penyusunan Laporan

Pengetikan

Penyerahan

L. KERANGKA BERFIKIR

M. DAFTAR PUSTAKA

Petani Mendong

Berubah Mata Pencaharian

Luas kepemilikan lahan

Tingkat pendapatan Persaingan antar cabang usahatani

Eksistensi Kerajinan Tikar

Eksis Tidak eksis

Produktivitas mendong

Page 27: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Aldan. 2011. Tikar Mendong Produk Desa Jati Subang Dipasarkan Sampai

Pantura[online].Tersedia:http://belajarsubang.blogspot.com/2011/03/potensi/

tikar-mendong-produk-desa-jati-subang.html [30 Desember 2011]

Bab V. Pertanian Subang Dalam Angka Tahun 2010

Dewandini,Sri K.R. 2010. Motivasi Petani dalam Budidaya Tanaman Mendong

(Fimbristylis Globulosa) Di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Skripsi :

Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret. Surakarta.

Hafsah, M. J. 2008. Paradigma Pembangunan Pertanian Berorientasi Pertanian

Modern [online]. Tersedia: http://www.sinartani.com/nusantara/paradigma-

pembangunan-pertanian-berorientasi-pertanian-modern-1252296123.htm. [30

Desember 2011 ]

Hasan, Bachtiar. 2003. Manajeman Industri. Bandung : Ramadhan Citra Grafika

Laporan Manografi Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang 2010

Listyani, D. Y. 2008. Petani Minggir: Mengapa bertahan ke mendong?

[online].Tersedia:http://pertahanan.slemankab.go.id/?

mod=detail_artikel&id=13petani [28 Desember 2011]

Mubyarto . 1972. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT. Pertja

Mulyawan, Rizky. 2006. Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Pada Masyarakat

Desa. Skripsi : Jurusan Pendidikan Geografi UPI

Page 28: Pengaruh Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong Terhadap Eksistensi Kerajinan Tikar Di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Pikiran Rakyat. 26 Desember 2011. Mendong Jangan Jadi Kenangan.

Soetrisno, Loekman. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian. Yogyakarta :

KANISIUS

Tiara, Tania. 2011. Alih Profesi Petani Nanas di Desa Mandalamukti Kecamatan

Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat. Skripsi : Jurusan Pendidikan

Geografi UPI

Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Grafika Offset

Tjakrawiralaksana, Abbas dan Cuhaya Muhamad H. 1983. Usahatani. Jakarta-

Timur: CV. Serajaya