PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

20
i PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI DANA BAGI HASIL PAJAK TERHADAP SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) (Studi Empiris di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun 2016) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Oleh: NISA NUR ISWARI B 200 140 200 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

Page 1: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

i

PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI DANA BAGI

HASIL PAJAK TERHADAP SISA LEBIH PEMBIAYAAN

ANGGARAN (SILPA)

(Studi Empiris di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Se-Jawa Tahun 2016)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh:

NISA NUR ISWARI

B 200 140 200

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI
Page 3: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI
Page 4: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI
Page 5: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

1

PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI DANA BAGI

HASIL PAJAK TERHADAP SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)

(Studi Empiris di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun 2016)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Perubahan Belanja Modal (P_BM), Perubahan Pendapatan Asli Daerah (P_PAD), dan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak (R_DBHP) terhadap Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) di pemerintah daerah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun 2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemerika Keuangan Republik Indonesia (LHP BPK RI) atas Laporan Realisasi Anggaran APBD pada tahun 2016. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu menggunakan kriteria-kriteria tertentu sehingga didapatkan 111 sampel dari populasi 113 Kabupaten/Kota Se Jawa. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan uji f, uji t, dan uji koefisien determinasi.Hasil penelitian menyatakan bahwa P_BM, P_PAD, dan R_DBHP berpengaruh secara signifikan terhadap SiLPA di Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun 2016. Hasil uji koefisien determinasi menggunakan nilai Adjusted R Square sebesar 0,616 atau 61,6% SiLPA dapat dijelaskan oleh P_BM, P_PAD, dan R_DBHP sedangkan sisanya 0,384 atau 38,4% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model yang diteliti.

Kata Kunci: Perubahan Belanja Modal, Perubahan Pendapatan Asli Daerah, Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak, dan Sis Lebih Pembiayaan Anggaran

Abstract

This study aims to determine the effect of Capital Expenditure (P_BM), Local Own Revenue Change (P_PAD), and Realization of Profit Sharing Fund (R_DBHP) to the Financing surplus of APBD (SILPA) in the city/district Governments of Java in 2016. This research uses the data from budget realization report in 2016 based on Audit report of local government financial report. This study uses porposive sampling method by using certain criterias that resulted 111 samples obtained from 113 local governments in entire Java. Multiple linier regression were used for analysis by using F test, T test, and test of coefficient determination. The result of this research explains that all the independent variables namely P_BM, P_PAD, and R_DBHP, have significance influence to SILPA in the city/district Governments of Java in 2016. Based on Coefficient determination test uses in this study, Adjusted R Square value of 0.616 or 61.6% SILPA can be explained by P_BM, P_PAD, and R_DBHP while the rest of 0.384 or 38.4% can be explained by other factors outside the model under study.

Keywords: Capital Expenditure, Local Own Revenue Change, Realization of

Profit Sharing Fund and Financing surplus of APBD (SILPA)

Page 6: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

2

1. PENDAHULUAN

Era reformasi publik yang ditandai dengan perubahan bentuk

pemerintahan yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi, memberikan

dampak bagi pemerintah daerah. Pemerintah daerah dituntut untuk dapat mandiri

dalam mengelola keuanganny daerahnya masing-masing. Mengelola keuangan

daerah yang dimaksud yaitu mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD)

Pemerintah daerah dalam mengimplementasikan APBD harus

memperhatikan prinsip value for money. Menurut Ferina (2016) prinsip value for

money dalam mengukur kinerja pemerintah daerah yakni ekonomis dalam

pengadaan dan alokasi sumber daya, efektif dalam meminimalkan penggunaan

sumber daya alam dan memaksimalkan hasilnya, serta efektif atau berhasil guna

dalam mencapai tujuan dan sasaran. Dapat dikatakan bahwa APBD memegang

peranan yang penting bagi pemerintah daerah, oleh karena itu pemerintah daerah

wajib melakukan perencanaan dan pelaksanaan APBD dengan baik. Menurut

Ramadhan (2015) menyatakan bahwa jika Perencanaan dan Pelaksanaan APBD

buruk dapat mengakibatkan tidak tercapainya target penerimaan dan tidak

terlaksananya program dan kegiatan sehingga menghasilkan Sisa Lebih/Kurang

Perhitungan Anggaran (SILPA/SIKPA) yang tinggi pada tahun berkenaan.

Permasalah utama yang sering terjadi adalah rendahnya daya serap anggaran.

Penyerapan dana tidak efektif tercermin dalam Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran (SiLPA). SiLPA/SiKPA didapatkan dari selisih lebih atau kurang

realisasi penerimaan atau pendapatan dengan realisasi pengeluaran atau belanja

selanjutnya ditambah dengan pembiayan neto atau selisih dari penerimaan

pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan. Terjadinya SiLPA tidak selalu

menunjukkan bahwa kinerja pemerintah daerah itu baik dalam efisiensi

pengelolaan belanja daerah tetapi bisa jadi karena realisasi pengeluaran atau

belanja yang lebih rendah dari anggaran yang ditetapkan yang terjadi karena

adanya program/kegiatan yang tidak terlaksana pada tahun anggaran yang

bersangkutan sehingga anggaran tidak terserap secara maksimal. Oleh karena itu

Page 7: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

3

terjadinya SiLPA harus ditelaah lebih jauh apakah hal tersebut merupakan prestasi

atau malah sebaliknya.

Adapun belanja daerah yang bersifat investasi, baik jangka panjang

maupun jangka pendek yaitu belanja modal. Menurut Permendagri no 13 Tahun

2006 belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai

nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan,

seperti pembelian aset tetap yang dapat meningkatkan kemampuan pemerintah

daerah dalam pelayanan kepada masyarakat. Menurut Hakim (2016) menyatakan

bahwa faktor penyebab SiLPA pada Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon

Progo yaitu komitmen pemerintah daerah dalam merealisasikan belanja, artinya

pemerintah daerah yang memiliki komitmen yang tinggi dalam memastikan

belanja daerahnya, maka belanja daerah akan terealisasikan dan meminimalisir

terbentuknya SiLPA pada tahun anggaran.

Menurut Lewis dan Oesterman (2009) dalam Ramadhan (2016)

menyatakan bahwa salah satu rendahnya penyerapan disebabkan karena kehati-

hatian pemerintah daerah yang terlalu rendah mengestimasikan pendapatan dan

terlalu tinggi dalam mengestimasikan pengeluaran. Pemerintah daerah yang

memiliki pertumbuhan yang tinggi serta dapat menggali sumber-sumber yang

dimiliki daerahnya masing-masing yang tercermin dalam Pendapatan Asli Daerah

akan memberikan sumbangan yang besar pada pendapatan daerahnya. Apabila

Pendapatan Asli Daerah (PAD) tinggi akan menyebabkan surplus dan SILPA juga

tinggi.

Pemerintah daerah yang dapat meningkatkan PADnya diharapkan dapat

mengurangi sumber penerimaan yang berasal dari dana perimbangan sehingga

dapat meningkatkan kemandirian daerah. Namun penerimaan dari pusat melalui

dana perimbangan masih cukup tinggi hal ini menunjukkan masih tingginya

tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap dana dari pemerintah pusat.

Menurut dulahi (2016) dalam penelitiannya di Kabupaten/Kota pada Provinsi

Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa besarnya sisa lebih pembiayaan anggaran

(SILPA) dominan dipengaruhi oleh dana dari pusat dibandingkan dengan

Page 8: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

4

pendapatan daerahnya sendiri, hal ini menunjukkan kemampuan pemerintah

daerah di Sulawesi Tengah masih rendah dalam memaksimalkan intensifikasi dan

ekstensifikasi PAD sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat kemandirian

daerah.

Dana Bagi Hasil merupakan komponen dari dana perimbangan yang

bersumber dari pendapatan APBN dan dialokasikan kepada daerah berdasarkan

persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Dana Bagi Hasil terdiri dari dua jenis yaitu Dana Bagi Hasil Pajak

dan Bukan Pajak (Sumber Daya Alam). Penerimaan Negara atas Penerimaan

Pajak yang dibagikan kepada daerah tercermin dari Dana Bagi Hasil Pajak,

menurut Izudin (2013) SILPA terjadi karena pelampauan penerimaan yang

melebihi target. Penerimaan yang bersumber dari Dana Perimbangan dalam

penelitian ini yaitu Dana Bagi Hasil Pajak. Dana Bagi Hasil Pajak sering kali

terlambat disalurkan ke daerah-daerah membuat tidak optimalnya penggunaan

dana dari pusat tersebut, sehingga dana tersebut sering nganggur di daerah. Selain

itu menurut Izudin (2013) penerimaan yang bersumber dari dana perimbangan

sering kali tidak bisa diperkirakan secara akurat angkanya sehingga akan

berdampak pada kurang akuratnya penerimaan yang menyebabkan terjadinya sisa

anggaran yang tinggi dari tahun ke tahun.

Beberapa penelitian terdahulu telah membahas mengenai Sisa Lebih

Pembiayaan Anggaran seperti Samaloisa (2014), Ramadhan (2015), Izudin

(2013), Fitroh (2016), Iswahyudin (2016), Dulahi (2016), Suharna (2015), dan

Hakim (2016). Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu

menggunakan variabel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, perbedaan ini

karena peneliti ingin mempersempit atau mengkhususkan pada komponen

Pendapatan Asli Daerah yang merupakan komponen dari Pendapatan Daerah dan

Belanja Modal yang merupakan komponen dari Belanja Daerah, selain itu pada

variabel tersebut yang digunakan sebagai alat ukurnya yaitu selisih antara realisasi

dengan anggarannya. Pada penelitian ini juga menambah variabel dari dana

perimbangan yaitu Dana Bagi Hasil Pajak namun hanya dilihat realisasinya saja

Page 9: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

5

karena peneliti ingin mengetahui apakah tingginya SILPA dipengaruhi oleh

realisasi dana transfer pemerintah pusat.

2. METODE

2.1 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota se Jawa yang terdiri dari 113. Sampel dalam penelitian ini

menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi

dengan menggunakan kriteri tertentu. Sehingga didapatan 111 sampel dari 113

populasi. Kriteria-kriteria yang ditentukan yaitu :

1. Pemerintah daerah Kabupaten/Kota yang menyusun laporan keuangan

pemerintah daerah dan telah diaudit oleh BPK-RI serta dapat diakses.

2. Laporan keuangan pemerintah daerah tersebut ditampilkan secara lengkap

pada tahun anggaran 2016.

2.2 Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yaitu berupa Laporan

Realisasi Anggaran Tahun 2016 yang ada di dalam Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan

Repiblik Indonesia (BPR RI) atau yang ada didalam Laporan Hasil Pemeriksaan

(LHP) BPK RI tahun 2016. Data tersebut bersumber dari BPK RI Pusat di Jakarta

dapat diperoleh secara langsung maupun melalui email dari Badan Pemeriksaan

Keuangan Pusat dengan prosedur dan persyaratan yang telah ditentukan.

2.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

2.3.1 Variabel dependen

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Menurut Peraturan Pemerintah NO. 71 Tahun 2010, Sisa Lebih/kurang

Pembiayaan Anggaran (SILPA/SiKPA) diartikan sebagai selisih lebih/kurang

antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD selama satu periode

pelaporan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala nominal sebagai

berikut:

SILPA = Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto

Page 10: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

6

2.3.2 Variabel Independen

Perubahan Belanja Modal

Perubahan belanja modal merupakan perubahan yang dilakukan oleh

Pemda sesuai dengan kebutuhan dan atau prioritas daerah. Perubahan Belanja

Modal yaitu selisih antara realisasi dengan anggaran belanja modal. Perubahan

belanja modal diukur dengan cara menghitung selisish antara Anggaran Belanja

Modal dengan Realisasi Belanja Modal. Dalam penelitian ini perubahan Belanja

Modal diukur menggunakan skala nominal dengan rumus sebagai berikut :

Perubahan Belanja Modal = Anggaran BM Tahun 2016 – Realisasi BM Tahun

2016

Perubahan Pendapatan Asli Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2005,

jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang

terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

Realisasi pendapatan yang tidak sesuai dengan anggarannya disebut selisih

pendapatan. Dalam penelitian ini perubahan Pendapatan Asli Daerah diukur

menggunakan skala nominal dengan rumus sebagai berikut :

Perubahan PAD = Realisasi PAD Tahun 2016 – Anggaran PAD Tahun 2016

Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak

Dana Bagi Hasil Pajak merupakan dana transfer dari pemerintah pusat

yang bersumber dari penerimaan negara atas Pajak seperti Pajak Penghasilan PPh

Pasal 21 dan PPh Pasal 25/29, PBB, dan BPHTB. Penelitian ini menggunakan

variabel Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak yang didapatkan dari Laporan Hasil

Pemeriksaan BPK dalam Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2016. Variabel ini

diukur dari jumlah realisasi Dana Bagi Hasil Pajak pada LHP BPK RI. Dalam

menghitung jumlah Dana Bagi Hasil Pajak dengan rumus sebagai berikut :

DBH Pajak = DBH – DBH SDA

Realisasi DBH Pajak = £ Realisasi DBH Pajak Setiap Kabupaten/Kota Se-Jawa

Page 11: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

7

2.3.3 Metode Analisis

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data yang

menjelaskan mengenai nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum,

dan nilai minimum dari masing-masing variabel dalam penelitian. Variabel-

variabel yang digunakan yaitu Perubahan Pendapatan Asli Daerah, Perubahan

Belanja Modal, Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak, dan Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran.

Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini digunakan untuk membuktikan bahwa model penelitian

mampu memberikan hasil terbaik. Penelitian yang lolos dari uji asumsi klasik

apabila variabel berdistribusi normal atau telah diuji normalitasnya, dalam

penelitian ini menggunakan uji normalitas Central Limit Theorem (CLT).

Selanjutnya bebas dari uji multikolonieritas yaitu dengan melihat nilai tolerance

dan Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel. Selain itu penelitian

harus bebas dari uji heterokedastisitas yang digunakan untuk menguji terjadi

tidaknya ketidaksamaan variance dari residual satu pengamat ke pengamat lain.

Seharusnya uji asumsi klasik juga menyangkut uji autokorelasi, namun

dikarenakan penelitian ini hanya menggunakan satu tahun anggaran saja yaitu

tahun 2016 maka tidak melakukan pengujian autokorelasi.

Pengujian Hipotesis

Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini

yaitu analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 24. Pengujian

hipotesis digunakan untuk mengetahui pengaruh Perubahan Belanja Modal,

Perubahan Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi Dana Bagi Hasil terhadap Sisa

Lebih Pembiayaan Anggaran pada Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun

2016. Model pengukuran diuji dengan persamaan sebagai berikut

SILPA = α + β1 P_BM + β2P_PAD +β3R_DBHP + ε

Keterangan:

Page 12: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

8

SILPA = Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

P_BM = Perubahan Alokasi Belanja Modal

P_PAD = Perubahan Pendapatan Asli Daerah

R_DBHP = Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak

β = Koefisien Regresi Variabel Independen

α = Konstanta

ε = Error of estimation

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji Asumsi Klasik

3.1.1 Uji Normalitas

Dalam penelitian ini terdapat 107 sampel, sehingga dengan menggunakan

Central Limit Theorem (CLT) menyatakan jika sampel dengan n > 30 maka

aproksimasi CLT akan semakin akurat atau semakin mendekati distribusi normal.

3.1.2 Uji Multikolinearitas

Nilai tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan

bahwa nilai tolerance semua variabel independen lebih besar dari 0,10 dan nilai

Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pada penelitian ini bebas dari uji multikolinearitas.

3.1.3 Uji Heterokedastisitas

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan melihat nilai probabilitas (sig) dalam

tiap model regresi yaitu sebesar 0,072 atau 7,2% untuk Perubahan Belanja Modal,

0,308 atau 30,8% untuk Perubahan Pendapatan Asli Daerah, dan 0,286 atau

28,6% untuk Realisasi Dana Bagi Hasil. Artinya dari masing-masing variabel

memiliki nilai Sig lebih besar dari 0,05 atau 5% sehingga dapat disimpulkan

bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi gejala Heteroskedastisitas dalam model

regresi.

Page 13: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

9

3.2 Uji Hipotesis

Tabel 1

Hasil Uji Regresi Berganda

Variabel Koefisien Std. Error T Sig.

(Constant) 20851311257.61 20346421412.8 1.025 0.308

P_BM 1.530 0.188 8.157 0,000

P_PAD 0.003 0.001 2,009 0,047

R_DBHP 1.116 0.209 5.337 0.000

R 0,791 Fhitung 57,571

Rsquare 0,626 Sig. 0.000b

Adjusted R

Square

0.616

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 24

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh bentuk umum persamaan

regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut :

SILPA = 20.851.311.257,61 + 1,530P_BM + 0,003P_PAD +

1,116R_DBHP + e

3.3 Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah P_BM, P_PAD dan R_DBHP

secara bersama-sama berpengaruh terhadap SiLPA. Adapun cara mencari Ftabel

α, k, n-k-1 pada df denominator n-k-1 = (107-3-1=103), df numerator = 3, jadi,

Ftabel = 2,692841. Nilai Fhitung lebih besar dibandingkan nilai Ftabel yaitu

57,571 > 2,692841 dan nilai signifikansi F lebih kecil dibandingkan level of

significant yang digunakan dalam penelitian sekarang yaitu 0,000 < 0,05. Artinya

bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel P_BM (Perubahan Belanja

Modal), P_PAD (Perubahan Pendapatan Asli Daerah), dan R_DBHP (Realisasi

Dana Bagi Hasil Pajak) berpengarih terhadap SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran).

3.4 Uji t

Dari hasil pengujian tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Nilai Signifikansi Perubahan Belanja Modal (P_BM)

Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa Perubahan Belanja Modal

memiliki nilai signifikansi lebih kecil dibandingkan level of significant yaitu

Page 14: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

10

sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 8.157 lebih besar dibandingkan

dengan nilai ttabel sebesar 1,983264. Dengan demikian Hipotesis Pertama (H1)

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Perubahan Belanja Modal mempunyai

pengaruh terhadap SILPA pada Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun

2016 dan mempunyai hubungan positif terhadap SILPA.

2) Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa Perubahan Pendapatan

Asli Daerah (P_PAD) memiliki nilai signifikansi lebih kecil dibandingkan

level of significant yaitu sebesar 0,047 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 2,009

lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,983264. Dengan

demikian Hipotesis Pertama (H2) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

Perubahan Pendapatan Asli Daerah mempunyai pengaruh terhadap SILPA

pada Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun 2016 dan mempunyai

hubungan positif terhadap SILPA.

3) Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa Realisasi Dana Bagi Hasil

Pajak (R_DBHP) memiliki nilai signifikansi lebih kecil dibandingkan level of

significant yaitu sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 5.337 lebih besar

dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,983264. Dengan demikian Hipotesis

Pertama (H3) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Realisasi Dana Bagi Hasil

Pajak mempunyai pengaruh terhadap SILPA pada Pemerintah

Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun 2016 dan mempunyai hubungan positif

terhadap SILPA.

3.5 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Nilai R square dalam analisis regresi linier berganda diperoleh angka

koefisien determinasi dengan adjusted R2 sebesar 0,616. Hal ini berarti 61,6%

variasi variabel SilLPA dapat dijelaskan oleh Perubahan Belanja Modal,

Perubahan Pendapatan Asli Daerah, dan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak.

Sedangkan sisanya 38,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang

diteliti.

Page 15: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

11

3.6 Pembahasan

3.6.1 Hasil Uji Hipotesis Pertama

Belanja modal bertujuan untuk pembangunan dan pengembangan sarana

dan prasarana agar dapat meningkatkan pelayanan publik. Oleh karena itu

pemerintah daerah dihimbau untuk dapat memaksimalkan penyerapan anggaran

Belanja Modal. Namun pada kenyataanya Belanja Modal tidak selalu terserap

maksimal di pemerintah daerah sehingga dapat menyebabkan sisa anggaran yang

berdampak pada SILPA.

Penelitian ini tidak sejalan dengan Iswahyudin (2016) yang menyatakan

hubungan antara belanja modal dengan SILPA adalah berpengaruh negatif.

Dikarenakan perbedaan dalam pengambilan sampel, dimana Iswahyudin (2016)

menggunakan realisasi sedangkan dalam penelitian ini menggunakan perubahan

atau selisih antara realisasi dengan anggarannya. Jika hanya menggunakan

realisasi maka terjadi perbedaan realisasi belanja modal antar pemerintah daerah

dan realisasi berarti jumlah uang yang dikeluarkan atau sudah dibelanjakan

sehingga tidak menjadi SILPA. Hubungan positif dan signifikan dimaksud adalah

awal pemerintah daerah menganggarkan belanja modal namun saat dialokasikan

kemungkinan bisa terjadi penurunan atau efisiensi artinya anggaran lebih besar

daripada realisasi maka terjadi sisa anggaran belanja modal atau perubahan positif

artinya akan menambah SILPA. Namun apabila terjadi kenaikan atau

penggelembungan anggaran belanja modal artinya realisasi lebih besar daripada

anggaran atau perubahan negatif maka akan mengurangi SILPA.

3.6.2 Hasil Uji Hipotesis Kedua

Hubungan positif dan signifikan terjadi karena semakin tingginya

perubahan atau selisih realisasi dengan anggaran akan menyebabkan SILPA naik.

Dikarenakan apabila terjadi pelampauan target maka sisa target tersebut tidak

boleh dibelanjakan langsung sebelum adanya pengesahan secara otomatis terjadi

SILPA.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ramadhan (2015) yang

menyatakan bahwa Pendapatan (yang salah satu komponennya adalah PAD)

berpengaruh terhadap SILPA karena terjadi pelampauan atas target pendapatan

Page 16: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

12

daerah. Selain itu dalam penelitian Suharna (2015) menyatakan bahwa komponen-

komponen yang terdapat didlam APBD yaitu pendapatan, belanja, dan

pembiayaan jika menunjukkan perubahan-perubahan baik peningkatan maupun

penurunan akan berkontribusi terhadap peningkatan maupun penurunan SILPA.

Selain itu pendapatan yang dominan berkontribusi terhadap kenaikan maupun

penurunan SILPA yaitu Dana Perimbangan pada pos dana bagi hasil pajak

maupun sumber daya alam, sedangkan pendapatan yang bersumber dari PAD

pada pos lain-lain PAD yang sah. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan

Dulahi (2016) yang menyatakan Pajak Daerah (Komponen pembentuk PAD)

tidak signifikan berpengaruh terhadap SILPA pada Kabupaten/Kota di Provinsi

Sulawesi Tengah. Disebabkan oleh besarnya pelampauan taget Pajak Daerah

(komponen pembentuk PAD) tidak mampu mempengaruhi secara signifikan

SILPA pada periode anggaran. Selain itu penelitian ini menggunakan perubahan

atau selisih antara realisasi dengan anggaran sehingga hal ini yang menyebabkan

perbedaan hasil penelitian.

3.6.3 Hasil Uji Hipotesis Ketiga

Dana Bagi Hasil Pajak merupakan dana yang ditransfer oleh pemerintah

pusat yang berasal dari penghasilan pajak. Penerimaan Realisasi Dana Bagi Hasil

Pajak yang terlalu besar pada akhir tahun dan dana tersebut tidak dapat digunakan

dengan optimal, maka akan menyebabkan sisa anggaran dan berdampak pada Sisa

Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA).

Hubungan positif dan signifikan terjadi karena pemerintah daerah jarang

akurat dalam memperkirakan Realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak sehingga

dapat menyebabkan terjadi sisa anggaran yang berdampak pada SILPA. Hal ini

disebabkan karena terjadinya penumpukkan dana di akhir tahun yang tidak dapat

dengan cepat dibelanjakan secara langsung sehingga menyebabkan SILPA

menjadi naik. Hal ini sejalan dengan penelitian Suharna (2015) menyatakan

bahwa komponen pendapatan daerah dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir

yang dominan berkontribusi terhadap peningkatan maupun penurunan SILPA

berasal dari pendapatan transfer yang bersumber dari dana perimbangan pada pos

Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam. Selain itu Izudin (2013)

Page 17: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

13

menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara komponen pendapatan

termasuk dana perimbangan pada pos DBH Pajak berpengaruh terhadap SILPA di

Kabupaten Bungo.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut (1) Perubahan Belanja Modal berpengaruh terhadap

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) dengan pengaruh positif, berarti H1

diterima, (2) Perubahan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Sisa Lebih

Pembiayaan Anggaran (SILPA) dengan pengaruh positif berarti H2 diterima, dan

(3) Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak berpengaruh terhadap Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran (SILPA) dengan pengaruh positif berarti H3 diterima.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan penulis yaitu (1) Penelitian

selanjutnya dapat menambah periode waktu penelitian lebih dari satu tahun

anggaran, (2) Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel tidak hanya di

Kabupaten/Kota Se-Jawa tetapi seluruh Indonesia agar hasilnya dapat di

generalisasi, dan (3) Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel independen

seperti jumlah kasus korupsi, penemuan sistem pengendalian intern, dan

komitmen anggaran.

DAFTAR PUSTAKA

Darise, N. 2006. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Index.

Dulahi Darman. 2016. “Pengaruh Pajak Daerah Dan Dana Alokasi Umum

Terhadap Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Survey Pada Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sulawesi Tengah)”. e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6,

ISSN: 2302-2019

Ferina, I.K., Burhanudin, Dan Trisnawati, N.A. 2016. “Efektivitas Realisasi dan

Serapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pada Pemerintah

Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2013-2015”. Jurnal Ilmiah

Manajemen Bisnis Dan Terapan. Tahun XIII No 2.

Page 18: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

14

Fitroh, M., Dan Putra. I. S., 2016. “Pengaruh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

(Silpa) Terhadap Penetapan Jumlah Anggaran Tahun Berikutnya”. Jurnal

PETA. e-ISSN 2528-2581 Vol. 1 No. 1. 1-19

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hakim, A. R. 2016. “Identifikasi Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Sisa Lebih

Perhitungan Anggaran (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Yogyakarta

Dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo)”. Tesis. Universitas Gadjah

Mada

Halim, A. 2016. “Manajemen Keuangan Sektor Publik Problematika Penerimaan

dan Pengeluaran Pemerintah”. Jakarta: Salemba Empat.

Hasan, H. A., Haryadi, B., Dan Rimawati, Y. 2015. “Jalan Panjang Menuju

Pengesahan Apbd: Berdasarkan Sudut Pandang Agency Theory”. Jurnal

Keuangan dan Perbankan. Vol. 12, No.1.

Hasanudin, I. 2015. “Apa Itu Dana Bagi Hasil Pajak”.

(https://ep507.blogspot.co.id/2015/05/apa-itu-dana-bagi-hasil-pajak.html).

Diakses 10 Desember 2017.

Iswahyudin. 2016. “Pengaruh Belanja Modal, Belanja Barang Dan Jasa Terhadap

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) Kabupaten/Kota Di Sulawesi

Tengah”. E Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6.

Izudin, H., Syaparudin., dan M. Syamsudin. H. 2013. “Kinerja Keuangan Daerah

Dan Hubungan Dengan Silpa Di Kabupaten Bungo”. Jurnal Perspektif

Pembiayaan dan Pembangunan Daerah. Vol. 1 No.1.

Juanda. 2008. Hukum Pemerintah Daerah. Bandung: Alumni.

Kuncoro, M. 2001. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan

Ekonomi. Penerbit : AMP YKPN.

Lind, Marchal and Wathen. 2014. Statistical Tecniques in Bussiness and

Economic: Chapter 12, New York: McGrow-Hill.

Magdalena, M. 2013. “Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan Pemerintah

Provinsi Di Indonesia”. MODUS. Vol. 25 (1). 91-106

Mulyono, Y. 2017. “Jokowi Ancam Sanksi Kepala Daerah yang Serapan APBD-

nya Rendah”.(https://news.detik.com/berita/d-3598051/jokowi-ancam-

sanksi-kepala-daerah-yang-serapan-apbd-nya-rendah. Diakses 15

Desember 2017.

Page 19: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

15

Noviwijaya, A. & A. Rohman. (2013). “Pengaruh Keragaman Gender dan Usia

Pejabat Perbendaharaan Terhadap Penyerapan Anggaran Satuan Kerja

(Studi Empiris pada Satuan Kerja Lingkup Pembayaran KPPN Semarang

I)”. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 2 (3): 1-10.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2005

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015

Ramadhan, M. F. A., 2015. “Pengaruh Realisasi, Perubahan Anggaran Dan

Temuan Audit Terhadap Silpa Pemerintah Daerah Di Indonesia”. Skripsi

Universitas Sebelas Maret.

Samaloisa, C. 2014. “Analisis SiLPA Dan Daya Serap Anggaran Pada

Perhitungan APBD Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2010-2012”. Skripsi.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Simamora, S. 2014. “Pengaruh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa),

Penerimaan Dan Pengeluaran Pembiayaan Terhadap Belanja Daerah:

Dalam Presfektif Teoritis”. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis. Volume 14

No.2

Suharna, I. 2015. “Analisis Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) pada

APBD Pemerintah Kabupaten Bulungan Propinsi Kalimantan Utara Tahun

Anggaran 2007 s.d. 2013”. Tesis. Universitas Gajdah Mada. Yogyakarta.

Syukiy. 2012. “Varians Anggaran Pendapatan dan Varians Belanja Daerah-

Sebuah Pengantar”. (https://syukriy.wordpress.com/2012/10/16/varians-

anggaran-pendapatan-daerah). Diakses 20 desember 2017.

Undang-Undang RI No. 17 tahun 2003

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999

Wicaksono, K., A. 2015. “Dana Bagi Hasil: Basis Penyalurannya Diubah.

(http://finansial.bisnis.com/read/20150909/10/470530/javascript). Diakses

1 Januari 2018.

Page 20: PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/59572/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI

16

Winarni. N.S. 2013. “Pengaruh Faktor-Faktor dalam Aspek Manajemen

Keuangan Daerah terhadap Sisa Lebih Perhitungan Anggaran pada

Pemerintah Kota Tarakan”. Tesis. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Zarinah, M. 2016. “Pengaruh Perencanaan Anggaran Dan Kualias Sumber Daya

Manusia Terhadap Tingkat Penyerapan Anggaran Satuan Kerja Perangkat

Daerah Di Kabupaten Aceh Utara”. Jurnal Magister Akuntansi. Volume 5,

No. 1.

_________. 2015.”Sanksi Untuk Pemerintah Daerah Yang Penyerapan

Anggarannya Rendah”.(http://nasional.harianterbit.com/nasional/2015/09/

03/40315/66/25/Sanksi-Untuk-Pemerintah-Daerah-Yang-Penyerapan-

Anggarannya-Rendah). Diakses 1 Desember 2017