PENGARUH PERPUTARAN KAS, RASIO AKTIVITAS, DEBT...
Transcript of PENGARUH PERPUTARAN KAS, RASIO AKTIVITAS, DEBT...
PENGARUH PERPUTARAN KAS, RASIO AKTIVITAS, DEBT TO
EQUITY RATIO (DER), CURRENT RATIO (CR) DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS
(Studi Kasus pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI
Periode 2013-2018)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (SE)
Oleh:
Ira Hizriyatus Saripah
(11150810000023)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Ira Hizriyatus Saripah
2. Tempat, tanggal lahir : Karawang, 07 September 1997
3. Alamat : Jl. Sinar Bandung Dusun Kondang Rt/Rw
002/004 Desa Karangjaya Kecamatan
Pedes Kabupaten Karawang 41353
4. Telepon : 0819-3223-4145
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Sekar Arum : Tahun 2002-2004
2. SD Negeri Karangjaya IV : Tahun 2004-2009
3. MTs Darul Huda Pedes : Tahun 2009-2012
4. MA Negeri Karawang : Tahun 2012-2015
5. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2015-2020
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Pondok Pesantren Albanat Sukalillah Karawang 2010-2011
2. Pondok Pesantren Nurul Falah Johar Karawang 2012-2014
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua Osis MTs Darul Huda (2010-2011)
2. Bendahara Osis MA Negeri Karawang (2013-2014)
3. Pengurus Santri Putri (Bendahara) Pondok Pesantren Nurul Falah Johar
(2013-2014)
4. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2017-2018)
5. Bendahara Kuliah Kerja Nyata UIN Kelompok 094 (2018)
vi
V. PENGALAMAN KERJA
1. Internship PMMB FHCI KEMENTRIAN BUMN 2019 Direktorat Investasi
PT Taspen Persero Kantor Pusat (Februari-Agustus 2019)
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Damhuri
2. Ibu : Iik Nurhikmah
6. Alamat : Jl. Sinar Bandung Dusun Kondang Rt/Rw
002/004 Desa Karangjaya Kecamatan Pedes
Kabupaten Karawang 41353
vii
ABSTRACT
This study have to analyze the influence of Cash Turnover, Receivable
Turnover, Inventory Turnover, Debt to Equity Ratio, Current Ratio and Firm Size
on Profitability both simultaneously and partially on Food and Beverages
companies The data used in this study uses secondary data in annual form from
2013 to 2018 from 11 companies using panel data regression analysis.The results
of this study indicate that there is a simultaneous influence on the variable Cash
Turnover, Receivable Turnover, Inventory Turnover, Debt to Equity Ratio,
Current Ratio and Firm Size on Return on Assets. The results of this study also
show that variable Cash Turnover, Receivable Turnover, Inventory Turnover have
a significant positive effect, while Current Ratio and Firm Size have a significant
negative effect on Return On Assets.
Keywords: Cash Turnover, Receivable Turnover, Inventory Turnover, Debt to
Equity Ratio, Current Ratio, Firm Size, Return on Assets.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menganalisis pengaruh Perputaran
Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Debt to Equity Ratio, Current
Ratio dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas baik secara simultan maupun
secara parsial pada perusahaan Food and Beverages. Data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2018 dari 11 perusahaan menggunakan analisis regresi data
panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan
pada variabel Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Debt to
Equity Ratio, Current Ratio dan Ukuran Perusahaan terhadap Return On Asset.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel Perputaran Kas, Perputaran
Piutang, Perputaran Persediaan berpengaruh positif signifikan, sedangkan Current
Ratio dan Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On
Asset.
Kata kunci: Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Debt to
Equity Ratio, Current Ratio, Ukuran Perusahaan, Return On Asset.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan nikmat-Nya kepada penulis serta menganugerahkan
kesehatan dan kemampuan berpikir sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini, Shalawat serta salam tak lupa selalu terhaturkan kepada Baginda Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa ajaran Islam hingga sampai kepada
kita semua, semoga kita semua termasuk umatnya yang kelak mendapatkan
syafa’at dalam menuntut ilmu.
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Strata Satu Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul penelitian ini adalah
“Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Debt to
Equity Ratio, Current Ratio dan Ukuran perusahaan terhadap Profitabilitas (Studi
Kasus pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI periode 2013-
2018)”
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang selalu melimpahkan berkah dan nikmat-Nya kepada penulis
serta memberi kemudahan dan kelancaran terhadap segala urusan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kepada kedua orang tua kandung saya, Ayahanda Damhuri dan Ibunda Iik
Nurhikmah yang memberikan kasih sayang, dukungan moral maupun materil,
nasihat, motivasi dan doa yang tidak pernah putus untuk keberhasilan dan
kebahagiaan penulis, serta adik-adik penulis yang sangat penulis sayangi Siti
Dea Tobibatur Rohaniah dan Aninda Tazkiyatul Ummah yang selalu
memberikan semangat dan menghibur penulis.
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc, MA selaku rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Amilin, SE, M.Si, Ak, CA, BKP, QIA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
5. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu
Amalia, SE, MSM, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan yang telah
diberikan kepada penulis untuk berkarya.
6. Bapak Dr. Indo Yama Nasaruudin, SE, MAB selaku Dosen Pembimbing I
Skripsi yang telah meluangkan waktu, nasihat, arahan dan masukkan yang
sangat berharga selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
7. Bapak Faizul Mubarak, MM selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang telah
meluangkan waktu, nasihat, arahan dan masukkan yang sangat berharga
selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan wawasan dan ilmu
yang berharga dan bermanfaat bagi penulis.
9. Direktorat Investasi PT Taspen Persero, Bapak/Ibu Manajer Utama Divisi
Analis Investasi, Divisi Investasi Pasar Uang dan Pasar Modal (IPMPU) dan
Divisi Bisnis Strategi dan Investasi Langsung (BSIL), terkhusus untuk Mba
Prita yang telah mundukung proses penyelesaian skripsi ini, suatu anugerah
dan kebanggaan yang luar biasa dapat dipertemukan dengan orang-orang yang
hebat dan baik seperti kalian.
10. Noor Ardilla Nahari dan Eva Nurlatifah, dua orang sepupu yang selalu
memberikan dukungan dalam segala hal baik tenaga maupun pikirannya untuk
selalu dapat menghibur penulis ketika sedang merasa down, semoga Allah
melipatgandakan kebaikan kalian.
11. Qorihatul Fikriyah S.Pd, Ila Munziatul Aulia S.Sos, Indini Rahmawati S.Pd,
Mariyatul Qibtiyah dan Noval Novitasari, sahabat yang sudah penulis anggap
sebagai saudara sendiri, yang selalu memberikan doa dan semangat yang luar
biasa untuk penulis, suatu anugerah bisa dipertemukan dengan kalian, semoga
Allah membalas kebaikan kalian.
12. Raihana S.E, Kurnia Sari S.E, Audina Putri Pratami S.E, Jeshica Khairunnisa
Amalia S.E dan Siti Nurjannah, teman terbaik selama perkuliahan yang selalu
mewarnai hari-hari perkuliahan penulis, suatu anugerah dipertemukan dengan
kalian.
xi
13. Aprilia Wulandari, teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini,
semoga perjuangan yang sudah dilakukan membuahkan hasil yang
membahagiakan.
14. Seluruh teman-teman Manajemen 2015 yang selalu mendukung serta
menemani penulis selama perkuliahan yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, semoga Allah memudahkan langkah kita menuju cita-cita yang
diinginkan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan
dating. Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dan
dapat dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian yang sejenis.
Jakarta, 20 Februari 2020
Ira Hizriyatus Saripah
NIM. 11150810000023
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI........................................................i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.........................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMPREHENSIF........................................iii
HALAMAN KEASLIAN KARYA ILMIAH................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................v
ABSTRACT.....................................................................................................vii
ABSTRAK.......................................................................................................viii
KATA PENGANTAR....................................................................................ix
DAFTAR ISI....................................................................................................xii
DAFTAR TABEL............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian................................................................................10
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori...................................................................................12
1. Rasio Keuangan..................................................................... 12
2. Perputaran Kas....................................................................... 19
3. Perputaran Piutang................................................................ 21
4. Perputaran Persediaan............................................................ 23
5. Leverage................................................................................. 25
6. Likuiditas............................................................................... 29
7. Ukuran Perusahaan................................................................ 35
8. Profitabilitas........................................................................... 40
B. Penelitian Terdahulu.......................................................................... 50
xiii
C. Kerangka Berfikir.............................................................................. 60
D. Keterkaitan antar Variabel................................................................. 62
E. Hipotesis............................................................................................ 67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian................................................................... 70
B. Sumber Data...................................................................................... 70
C. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 70
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling............................................ 71
E. Operasional Variabel Penelitian........................................................ 73
F. Teknik Analisis Data......................................................................... 79
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.................................................. 92
B. Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian...................................... 96
C. Hasil dan Pembahasan...................................................................... 97
D. Interpretasi Hasil Penelitian ............................................................. 131
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 140
B. Saran dan Implikasi........................................................................... 140
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 143
LAMPIRAN................................................................................................. 150
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 51
Tabel 3.1 Perusahaan Objek Penelitian 73
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel 78
Tabel 3.3 Uji Statistik Durbin Watson d 86
Tabel 4.1 Perusahaan Objek Penelitian 96
Tabel 4.2 Perputaran Kas 98
Tabel 4.3 Perputaran Piutang 100
Tabel 4.4 Perputaran Persediaan 102
Tabel 4.5 Debt to Equity Ratio (DER) 105
Tabel 4.6 Current Ratio (CR) 107
Tabel 4.7 Ukuran Perusahaan 109
Tabel 4.8 Return On Asset (ROA) 112
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Common Effect Model 114
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Fixed Effect Model 115
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Uji Chow 116
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Random Effect Model 117
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Uji Hausman 118
Tabel 4.14 Hasil Pengujian Multikolinieritas 120
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Autokorelasi 121
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas 122
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Uji t 124
Tabel 4.18 Hasil Pengujian Uji F 126
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Adj R Square 127
Tabel 4.20 Hasil Analisis Regresi 128
Tabel 4.21 Tabel Interpretasi Penelitian 131
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Nilai PDB 2014-2018 8
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 61
Gambar 4.1 Perputaran Kas 99
Gambar 4.2 Perputaran Piutang 101
Gambar 4.3 Perputaran Persediaan 103
Gambar 4.4 Debt to Equity Ratio (DER) 106
Gambar 4.5 Current Ratio (CR) 108
Gambar 4.6 Ukuran Perusahaan 110
Gambar 4.7 Return On Asset (ROA) 113
Gambar 4.8 Pengujian Normalitas Data 119
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Objek Penelitian 150
Lampiran 2 Data Mentah 150
Lampiran 3 Hasil Pengujian Regresi 153
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya tujuan utama perusahaan adalah mendapatkan profit
setinggi-tingginya dengan mengeluarkan biaya serendah-rendahnya. Selain
itu, bagi perusahaan yang sudah go public tujuan perusahaan bertambah, yaitu
mensejahterakan para pemegang sahamnya. Pendirian perusahaan harus
memiliki tujuan yang jelas. Tujuan utama perusahaan adalah untuk mencapai
keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan
yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik
saham. Sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai
perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan
tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja
penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya (Martono & Agus, 2005 : 2).
Secara umum, tujuan paling utama dan paling penting dalam perusahaan
adalah mendapatkan laba sebesar-besarnya agar dapat memakmurkan pemilik
dan pemegang saham. Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba disebut
dengan rasio profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri (Sartono, 2010). Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara
tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas
2
investasinya (Haryanto & Toto, 2003). Semakin besar kemampuan perusahaan
dalam meningkatkan profit, semakin besar pertumbuhan profitabilitas
perusahaan maka semakin besar pula prospek perusahaan di masa yang akan
datang dapat dinilai dengan baik, artinya nilai perusahaan juga akan naik di
mata para investor. Apabila kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
meningkat, maka harga saham juga akan mengalami peningkatan (Husnan,
2001). Bagi perusahaan, masalah profitabilitas sangatlah penting. Bagi
pimpinan perusahaan, profitabilitas digunakan sebagai tolak ukur berhasil atau
tidaknya perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan bagi karyawan perusahaan,
semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh perusahaan, maka ada peluang
untuk meningkatnya gaji karyawan. Ada beberapa alat ukur yang
dipergunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas, antara lain return on
asset (ROA), return on equity (ROE) dan juga net profit margin (NPM).
Return on Asset merupakan kemampuan perusahaan secara keseluruhan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang
tersedia di dalam perusahaan. Dengan mengetahui ROA, dapat menilai apakah
perusahaan telah efisien menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasional
perusahaan untuk menghasilkan laba (Syamsudin, 2007). Dalam penelitian ini,
profitabilitas akan diukur dengan menggunakan return on asset (ROA).
Profitabilitas yang tinggi akan dapat mendukung kegiatan operasional
perusahaan secara maksimal. Tinggi atau rendahnya profitabilitas yang
dimiliki perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti modal kerja.
Dalam melakukan kegiatan usahanya setiap perusahaan akan membutuhkan
3
sumber daya salah satunya adalah modal kerja seperti kas, piutang, persediaan
dan modal tetap seperti aktiva tetap. Modal merupakan masalah utama yang
akan mendukung berjalannya kegiatan operasional perusahaan dalam rangka
mencapai tujuannya (Bramasto, 2008).
Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja
ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Adanya modal kerja
yang cukup, memungkinkan perusahaan beroperasi seekonomis mungkin,
sehingga diperlukan kebijaksanaan yang tepat dalam modal kerja. Adanya
kebijaksanaan modal kerja yang tepat, akan menyebabkan seluruh aktivitas
usaha dapat terjamin dengan lancar sehingga akan mendorong peningkatan
profitabilitas. Adapun modal kerja tersebut meliputi kas, piutang dan
persediaan. Untuk menentukan kebutuhan modal kerja yang akan digunakan
perusahaan dalam kegiatan operasionalnya, maka dapat dilihat dari perputaran
masing-masing modal kerja itu sendiri, seperti perputaran kas, perputaran
piutang dan juga perputaran persediaan.
Komponen pertama adalah perputaran kas merupakan periode berputarnya
kas dimulai pada saat dimana kas itu diinvestasikan dalam modal kerja yang
tingkat likuiditasnya paling tinggi. Ini berarti semakin besar jumlah kas yang
dimiliki perusahaan berarti besar kemungkinan akan semakin rendah
perputaran kasnya. Komponen kedua adalah perputaran piutang. Dalam dunia
usaha dengan persaingan yang sangat ketat, salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk tetap mempertahankan penjualan adalah dengan memberikan
penjualan secara kredit. Tentunya penjualan secara kredit ini akan
4
menimbulkan piutang bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu
mengetahui seberapa besar tingkat perputaran piutang yang akan
memengaruhi penerimaan dan pengeluaran perusahaan, karena tingkat
perputaran piutang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup atau
kegiatan operasional perusahaan berkaitan dengan perolehan laba yang akan
dihasilkan. Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya
waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Tingkat perputaran piutang dapat
diketahui dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo rata-rata
piutang (Riyanto, 2008).
Komponen yang terakhir adalah perputaran persediaan. Persediaan
merupakan unsur yang aktif dalam kegiatan operasional perusahaan, karena
jumlah persediaan dalam perusahaan selalu berubah karena adanya
pengurangan untuk proses produksi yang akan dijual kepada konsumen.
Dengan adanya manajemen persediaan yang baik dalam perusahaan, maka
perusahaan dapat secepatnya untuk mengubah dana yang tersimpan dalam
bentuk persediaan menjadi kas atau piutang melalui penjualan yang nantinya
akan menjadi laba bagi perusahaan. Rasio perputaran persediaan menunjukkan
seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal, semakin
cepat perputaran persediaan maka penjualan berjalan cepat, dan perusahaan
dianggap baik dalam usaha memperoleh laba (Harahap, 2011). Manajemen
modal kerja berkepentingan terhadap keputusan investasi pada aktiva lancar
dan hutang lancar. Dari hasil penjualan yang tinggi perusahaan akan
mendapatkan keuntungan yang semakin tinggi. Jumlah keuntungan yang
5
diperoleh secara teratur merupakan salah satu faktor penting untuk menilai
tingkat profitabilitas. Dan perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan
efisiensi kerjanya sehingga tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh
perusahaan dengan pencapaian laba yang optimal.
Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan menurut Brigham &
Houston (2001) memiliki tiga implikasi penting, yaitu: Pertama, memperoleh
dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan
pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas. Kedua, kreditur
melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan margin
pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil
dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada
kreditur. Ketiga, jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar
atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran
bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar. Sementara
itu Sawir (2005) menyebutkan bahwa leverage dapat digunakan untuk
meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham, tetapi dengan risiko akan
meningkatkan kerugian pada masa-masa suram.
Likuiditas merupakan bentuk kemampuan yang dalam hal ini adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi
kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut
dalam keadaan likuid. Menurut Riyanto (2001), masalah likuiditas
6
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.
Penelitian mengenai pengaruh perputaran kas terhadap profitabilitas
pernah dilakukan oleh Sari, et al (2019) dengan objek penelitian yang
dilakukan pada PT. Mulia Kekal Abadi periode tahun 2014-2016 dimana hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa perputaran kas berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas. Selanjutnya Mulyana (2014) dengan objek penelitian
yang dilakukan pada Perusahaan Makanan dan Minuman di BEI periode
2009-2013 dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa perputaran kas
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Sedangkan penelitian mengenai pengaruh perputaran piutang dan
perputaran persediaan terhadap profitabilitas dilakukan oleh Roni & Djumahir
(2018) dengan objek penelitian yang dilakukan pada State-Owned Enterprise
in Processing Industry Sector dimana hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan sedangkan perputaran
persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Selanjutnya Fiqih
(2015) dengan objek penelitian yang dilakukan pada Perusahaan Sektor
industri Dasar dan Kimia periode 2010-2013 dimana hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas (ROA). Kemudian Deni (2014) dengan objek penelitian yang
dilakukan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2009-
2011 dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa perputaran piutang
dan persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
7
Penelitian mengenai current ratio dilakukan oleh SU. Ahmed et al (2017)
dengan objek penelitian yang dilakukan pada Textile Companies of
Bangladesh dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa current ratio
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Selanjutnya Rahmah et al
melakukan penelitian mengenai current ratio dan debt to equity ratio (2016)
dengan objek penelitian yang dilakukan pada Perusahaan Otomotif yang
terdaftar di BEI dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa current
ratio berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas sedangkan debt to equity
ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas.
Alasan yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat permasalah ini
adalah karena perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman memiliki
potensi dalam mengembangkan produknya lebih cepat dengan melakukan
inovasi-inovasi yang cenderung mempunyai pangsa pasar yang lebih luas
dibandingkan perusahaan lainnya. sektor makanan dan minuman juga
merupakan jenis usaha yang berkembang pesat dan memiliki ruang lingkup
yang sangat besar dalam melakukan proses produksi tidak terputus yang
dimulai dari pembelian bahan baku, proses pengolahan bahan hingga menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual di pasaran.
Disamping itu, adanya pertumbuhan aset dari tahun ke tahun yang
dihasilkan dari investasi pada sektor makanan dan minuman. Kemudian
adanya perbedaan data yang akan dihitung untuk mengukur perbedaan nilai
waktu pada data terbaru yang diperoleh. Data saat ini yang diperoleh adalah
data terbaru yakni dari tahun 2013 sampai 2018 selama enam tahun.
8
Sedangkan pada penelitian sebelumnya objek yang diteliti memiliki perbedaan
dengan penelitian yang penulis lakukan. Penulis tertarik untuk menguji apakah
terdapat perbedaan dari sudut konsep situasi ekonomi pada tahun sebelumnya,
dan penambahan variabel-variabel, dengan tahun perolehan data terbaru yaitu
2013 hingga 2018.
Selain itu, industri makanan dan minuman menjadi salah satu sektor
unggulan dari sektor manufaktur Indonesia. Tingginya nilai dari industri
makanan dan minuman menyebabkan sektor ini berkontribusi besar terhadap
PDB di Indonesia. Berikut ini grafik yang dapat mendukung perihal kenaikan
industri tersebut:
Gambar 1.1
Nilai PDB berdasarkan Industri 2014-2018 (Miliar Rupiah)
Nilai dari industri makanan dan minuman menunjukan tren yang
meningkat dari tahun 2014 sampai tahun 2018. Pada tahun 2014, nilai dari
industri makanan telah mencapai 117 triliun rupiah dan di tahun 2018, sektor
9
industri makanan dan minuman telah meningkat dan mencapai 165 triliun
rupiah.
Seperti yang diberitakan di liputan6.com pada tanggal 20 April 2019
bahwa kementerian perindustrian (kemenperin) memproyeksikan industri
makanan dan minuman dapat tumbuh diatas 9 persen pada 2019 karena
mendapatkan tambahan investasi. Tahun ini, industri makanan dan minuman,
tekstil dan produk tekstil (TPT), serta alas kaki siap untuk menanamkan
modalnya sebesar Rp 79 Triliun. Khusus industri makanan dan minuman
sendiri akan menggelontorkan investasi Rp 63 Triliun naik 11 persen dari
tahun 2018. Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengatakan,
pemerintah menjadikan subsektor industri padat karya tersebut sebagai motor
pertumbuhan manufaktur serta penyumbang ekspor pengolahan nonmigas
yang signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Perputaran Kas, Rasio Aktivitas, Debt
to Equity Ratio, Current Ratio dan Ukuran Perusahaan terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di
BEI periode 2013-2018.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel perputaran
kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, debt to equity ratio,
10
current ratio dan ukuran perusahaan terhadap return on asset pada
perusahaan food and beverages pada periode 2013-2018.
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara variabel perputaran
kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, debt to equity ratio,
current ratio, dan ukuran perusahaan terhadap return on asset pada
perusahaan food and beverages pada periode 2013-2018.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengaruh secara parsial antara variabel perputaran
kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, debt to equity ratio,
current ratio, dan ukuran perusahaan terhadap return on asset pada
perusahaan food and beverages pada periode 2013-2018.
2. Untuk menjelaskan pengaruh secara simultan antara variabel
perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, debt to
equity ratio, current ratio dan ukuran perusahaan terhadap return on
asset pada perusahaan food and beverages pada periode 2013-2018.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian diharapkan dapat
bermanfaat bagi beberapa pihak, adapun manfaat penelitian sebagai berikut:
11
1. Bagi Peneliti
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat menggali ilmu
sebanyak-banyaknya dan dapat dipraktekkan di kehidupan nyata serta
dapat berbagi ilmu tersebut dengan yang lain.
2. Bagi Investor
Diharapkan penelitian ini menjadi bahan pertimbangan bagi investor
jika ingin menanamkan modalnya.
3. Bagi Civitas Akademik
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan evaluasi proses belajar-mengajar pada program
studi dan dapat dijadikan referensi sebagai rekomendasi untuk
penelitian di masa yang akan datang.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Rasio Keuangan
a. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan
dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka
dengan angka lainnya (Horne, 2008). Rasio keuangan merupakan
penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan
dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan
perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara bagaimana
membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti
kita dapat meneliti rasio antar-waktu untuk meneliti arah
pergerakannya dan kita dapat membandingkan rasio perusahaan
dengan rasio perusahaan lainnya (Keown, 2011).
Rasio keuangan menurut Horne (2005:237) merupakan
indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh
dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Laporan
keuangan merupakan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan
dituangkan dalam angka-angka baik dalam bentuk mata uang
13
rupiah maupun mata uang asing. Angka-angka yang ada dalam
laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat dari
satu sisi saja. Artinya jika hanya dengan melihat apa adanya.
Angka-angka ini menjadi lebih berarti apabila dapat kita
bandingkan antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Caranya adalah dengan membandingkan angka-angka yang ada
dalam laporan keuangan dengan laporan keuangan lainnya. Setelah
melakukan perbandingn dapat disimpulkan posisi keuangan dalam
periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja
manajemen pada periode tersebut. Perbandingan ini kita kenal
dengan nama analisis rasio keuangan. Rasio keuangan membantu
kita untuk mengidentifikasi beberapa keuangan dan kelemahan
keuangan perusahaan (Keown, 2011). Rasio keuangan digunakan
untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari
hasil rasio keuangan ini, akan terlihat kondisi kesehatan
perusahaan yang bersangkutan (Kasmir & Jakfar, 2008).
Analisis rasio keuangan adalah instrumen analisis prestasi
dari perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan
indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan
dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan
membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk
kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada
perusahaan yang bersangkutan (Warsidi & Bambang, 2011).
14
Analisis rasio keuangan adalah suatu cara yang membuat
perbandingan data keuangan perusahaan menjadi lebih berarti.
Analisis rasio keuangan adalah future oriented atau
berorientasi dengan masa depan, artinya bahwa dengan analisa
rasio keuangan bisa digunakan sebagai alat untuk meramalkan
keadaan keuangan serta hasil usaha di masa mendatang. Dengan
angka-angka rasio historis atau jika memungkinkan dengan angka
rasio industri bisa digunakan sebagai dasar untuk penyusunan
laporan keuangan yang diproyeksikan yang merupakan salah satu
bentuk perencanaan keuangan perusahaan (Munawir, 2010).
Jadi, rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan
angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat
dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu
laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat
berupa angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Hasil
analisis rasio ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen
dalam satu periode apakah mencapai target seperti yang telah
ditetapkan. Kemudian dapat dinilai kemampuan manajemen dalam
mengelola sumber daya perusahaan secara efektif (Kasmir &
Jakfar, 2008). Menurut Eldwin (2017), ada beberapa keterbatasan
rasio keuangan, diantaranya:
15
1) Rasio tersebut dibentuk dari data akuntansi dan data ini
dipengaruhi oleh cara penafsirannya dan bahkan dapat
dimanipulasi.
2) Seorang manajer keuangan harus berhati-hati dalam
penilaian apakah suatu rasio tertentu baik atau buruk dalam
penilaian gabungan tentang sebuah perusahaan, berdasarkan
suatu kumpulan rasio-rasio.
3) Kecocokan dengan rasio gabungan industri bukan suatu
jaminan bahwa perusahaan tersebut sedang berjalan normal
dan dipimpin dengan baik.
4) Dalam menganalisis setiap rasio, angka-angka yang
diperoleh dan perhitungan tidak dapat berdiri sendiri. Rasio
tersebut akan berarti bila adanya perbandingan dengan
perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat risiko yang
hampir sama, dan adanya analisis kecenderungan (trend)
dari setiap rasio pada tahun sebelumnya.
5) Pencapaian target sesuai dengan rata-rata industri tidak
berarti menunjukkan kinerja perusahaan tersebut baik.
Kebanyakan perusahaan justru menginginkan tingkat yang
lebih baik dari rata-rata industri.
b. Macam-Macam Rasio Keuangan
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan
16
beberapa rasio keuangan. Berikut merupakan macam-macam rasio
keuangan menurut (Mamduh, 2009):
1.) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya (Mamduh, 2009). Rasio likuiditas adalah
kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya secara tepat waktu (Fahmi, 2011). Fungsi lain
risiko likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya
yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam
perusahaan (likuiditas perusahaan) (Kasmir dan Jakfar,
2008).
2.) Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang mengukur
sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat
tingkat aktivitas aset (Mamduh, 2009). Rasio aktivitas
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan,
persediaan, penagihan piutang dan lainnya) atau rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan
17
aktifitas sehari-hari dari hasil pengukuran dengan rasio ini
akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau
sebaliknya dalam mengelola aset yang dimilikinya (Kasmir
dan Jakfar, 2008).
3.) Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur
sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka panjangnya (Mamduh, 2009). Rasio solvabilitas atau
financial leverage ratio merupakan rasio yang mengukur
seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari
hutang pinjaman (Martono dan Agus, 2009). Rasio
solvabilitas yaitu jenis rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan memenuhi seluruh kewajibannya
baik jangka pendek ataupun jangka panjang jika perusahaan
dilikuidasi. Perusahaan yang memiliki aktiva atau kekayaan
yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya
disebut solvable, sedang yang tidak disebut insovable.
Perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan begitu
juga sebaliknya (Rahardjo, 2007).
4.) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas sekelompok rasio yang
menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditasi,
manajemen aset, dan hutang pada hasil operasi (Bringham
18
dan Houston, 2010). Rasio profitabilitas merupakan rasio
yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(Mamduh, 2009). Rasio profitabilitas adalah rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan
atau laba dalam satu periode tertentu (Kasmir dan Jakfar,
2008). Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur
efektivitas secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar
kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi (Fahmi,
2011).
5.) Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan
relatif terhadap nilai buku perusahaan. Sudut pandang rasio
ini lebih banyak berdasarkan pada sudut investor atau calon
investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan
terhadap rasio-rasio ini (Mamduh, 2009). Rasio pasar
merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga
saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini
memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan
investor atas kinerja perusahaan di masa lalu dan prospek di
masa mendatang (Moeljadi, 2006). Rasio ini memberikan
informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau para
pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka
19
mau membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih
tinggi dibanding dengan nilai buku saham (Sutrisno, 2003).
2. Perputaran Kas
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2
(IAI:2013:22), kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening
giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat
liquid, berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan sebagai kas
dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang
signifikan. Kas merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling
tinggi likuiditasnya (Riyanto, 2011). Kas adalah uang dan surat
berharga yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya
yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut. (Harahap,
2010).
a. Setiap saat dapat ditukar menjadi kas.
b. Tanggal jatuh temponya sangat dekat.
c. Kecil resiko perubahan nilai yang disebabkam perubahan
tingkat harga.
Kas adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang
diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam
bentuk giro atau permintaan deposit, yaitu simpanan di bank yang
dapat diambil kembali setiap saat oleh perusahaan (Munawir, 2010).
20
Kas merupakan aktiva paling likuid atau merupakan salah satu
unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya (yang paling mudah
diubah menjadi uang dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
perusahaan), yang berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang
dimiliki perusahaan maka semakin tinggi pula likuiditasnya. Ini berarti
bahwa perusahaan memiliki resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat
memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa
perusahaan harus memiliki dan mempertahankan kas dalam jumlah
besar, karena semakin besar kas perusahaan akan menyebabkan
banyaknya uang menganggur sehingga akan memperkecil keuntungan
perusahaan. Tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan
tanpa memperhatikan likuiditasnya, maka perusahaan tersebut akan
dalam keadaan likuid jika sewaktu-waktu ada tagihan (Riyanto, 2008).
Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas dimulai pada
saat dimana kas itu diinvestasikan dalam modal kerja yang tingkat
likuiditasnya paling tinggi. Ini berarti semakin besar jumlah kas yang
dimiliki perusahaan berarti besar kemungkinan akan semakin rendah
perputaran kasnya. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi
penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat
perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas
yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat
perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam
modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan
21
(Riyanto, 2001). H.G Guthman (Riyanto, 2008) menyatakan bahwa
jumlah kas yang ada dalam perusahaan hendaknya tidak kurang dari
5% sampai 10% dari aktiva lancar.
Menurut Wild, et al (2005), perputaran kas suatu periode dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠
Semakin tinggi perputaran kas suatu perusahaan berarti semakin
cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas
dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional
sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan.
3. Perputaran Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau
langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara
kredit. Artinya, piutang merupakan pendapatan yang diterima oleh
perusahaan di masa yang akan datang dari adanya penjualan pada masa
sekarang, dimana barang sudah disediakan lebih dahulu dan
pembayaran dilakukan di kemudian hari sesuai dengan waktu yang
telah disepakati. Pengelolaan piutang ini sangatlah penting agar resiko
dari pemberian kredit dapat diminimumkan (Munawir, 2004). Smith
dan Skousen (2009, yang diterjemahi oleh Widjajanto Nugroho
memberi definisi piutang sebagai berikut.
“Dalam arti luas, istilah piutang dapat digunakan bagi semua hak
atau klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa. Namun,
22
untuk tujuan akuntansi istilah ini pada umumnya diterapkan dalam
pengertian yang lebih sempit yaitu berupa klaim yang diharapkan akan
diselesaikan melalui penerimaan kas”.
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya
waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Tingkat perputaran
piutang dapat diketahui dengan membagi penjualan kredit bersih
dengan saldo rata-rata piutang. Piutang yang dimiliki oleh perusahaan
mempunyai hubungan erat dengan volume penjualan kredit. Posisi
piutang dapat dihitung menggunakan rasio perputaran piutang
(Riyanto, 2008). Dalam menentukan besarnya jumlah perputaran
piutang menurut Syamsudin (2004) adalah sebagai berikut.
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Sedangkan untuk menghitung periode atau lamanya perputaran
piutang digunakan rumus sebagai berikut.
𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 = 360
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Rasio ini menggambarkan tingkat efisiensi perusahaan dalam
mengelola piutangnya. Tingkat perputaran piutang diukur dengan
membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutangnya.
Jadi, tingkat perputaran piutang yang tinggi berarti semakin cepat dana
yang diinvestasikan pada piutang dapat ditagih menjadi uang tunai
atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah.
23
Sebaliknya, jika tingkat perputaran piutang yang rendah berarti piutang
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih menjadi
uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang
lebih besar (Kasmir, 2008).
4. Perputaran Persediaan
Persediaan merupakan stok bahan yang digunakan untuk
memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan
(Schroeder, 2000). Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam
suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang
masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan
bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses
produksi (Rangkuti, 2004).
Stice dan Skousen (2004) mengemukakan bahwa persediaan (atau
persediaan barang dagang) secara umum ditujukan untuk barang-
barang yang dimiliki perusahaan dagang, baik berupa grosir maupun
ritel, ketika barang-barang tersebut telah dibeli dan ada kondisi siap
untuk dijual. Kata bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi
untuk dijual ditujukan untuk persediaan di perusahaan manufaktur.
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan
barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer
untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa
baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan
24
(Sawir, 2000). Rasio perputaran persediaan digunakan untuk
mengukur perjalanan persediaan sampai kembali menjadi uang kas
(Moeljadi, 2013).
Rasio perputaran persediaan menunjukkan seberapa cepat
perputaran persediaan dalam siklus produksi normal, semakin cepat
perputaran persediaan maka penjualan berjalan cepat, dan perusahaan
dianggap baik dalam usaha memperoleh laba (Harahap, 2011). Dalam
suatu perusahaan, persediaan merupakan salah satu unsur yang paling
aktif dalam perusahaan. Rangkuti (2004) menguraikan jenis-jenis
persediaan sebagai berikut.
a. Batch Stock, persediaan yang diadakan karena membeli
atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam
jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat
itu.
b. Fluctuation Stock, untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan.
c. Anticipation Stock, untuk menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang
terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi
penggunaan atau penjualan atau permintaan yang
meningkat.
Adapun perputaran persediaan menurut Warren (2005) adalah
perputaran persediaan mengukur hubungan antara volume barang
25
dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama
periode berjalan. Besarnya hasil perhitungan persediaan menunjukkan
tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atas piutang dagang. Rasio
ini dihitung sebagai berikut.
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
Secara umum, semakin besar perputaran persediaan, maka semakin
efisien dan efektif suatu perusahaan dalam mengelola persediaannya,
perputaran persediaan yang tinggi biasanya merupakan tanda
pengelolaan yang efisien serta baiknya likuiditas persediaan di
perusahaan tersebut. Menurut Lukman (2002), menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, maka semakin tinggi
pula keuntungan yang diperoleh.
5. Leverage
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Artinya, berapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh
kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Leverage suatu perusahaan
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
26
kewajiban finansialnya apabila perusahaan sekiranya saat ini
dilikuidasikan (Riyanto, 1995:32).
Semakin tinggi rasio leverage maka semakin tinggi pula kerugian
yang dihadapi, tetapi juga ada kesempatan mendapatkan laba yang
besar. Sebaiknya apabila perusahaan memiliki rasio leverage
(solvabilitas) yang rendah tentu mempunyai risiko kerugian yang lebih
kecil. Ada lima jenis rasio leverage yang sering digunakan perusahaan,
diantaranya:
a. Rasio Utang Terhadap Aset (Debt to Asset Ratio/DAR)
Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan
untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan
total aktiva. Semakin tinggi rasio ini maka pendanaan
dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-
utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Sebaliknya
semakin rendah rasio ini, maka semakin kecil perusahaan
dibiayai dari utang. Berikut merupakan rumus dari Debt To
Asset Ratio.
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 × 100
b. Rasio Utang terhadap Modal (Debt to Equity
Ratio/DER)
27
Debt to Equity Ratio merupakan perhitungan
sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan
dari modal pemegang saham. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat (Ross et al, 2003) yang menyatakan bahwa “debt
to equity ratio is dividing total debt with total equity”.
Menurut Horne dan Wachoviz (1998:145) “Debt to equity
is computed by simply dividing the total debt of the firm
(including current liabilities) by its shareholders equity”.
DER ini merupakan perhitungan sederhana yang
membandingkan total hutang perusahaan dari modal
pemegang saham.
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat
Brealey et al. (2001) “Debt to equity is long term debt of
the firm dividing equity”. Dapat disimpulkan bahwa debt to
equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total
hutang dengan total modal dari pemegang saham. Dengan
demikian debt to equity dapat memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan
sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu
hutang.
Berikut merupakan rumus DER.
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 × 100
28
c. Rasio Utang terhadap Modal Jangka Panjang (Long
Term Debt to Equity Ratio/LTDtER)
LTDtER merupakan rasio antara utang jangka
panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah mengukur
berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan
membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri yang disediakan perusahaan. Adapun rumus dari
LTDtER adalah sebagai berikut.
𝐿𝑇𝐷𝑡𝐸𝑅 = 𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 × 100
d. Jumlah Kali Perolehan Bunga (Times Interest Earned)
Rasio ini merupakan rasio untuk mencari jumlah
kali perolehan bunga. Rasio ini juga diartikan sebagai alat
ukur untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin
besar kemungkinan perusahaan dapat bunga pinjaman dan
dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan
pinjaman baru dari kreditor. Demikian pula sebaliknya,
apabila rasio rendah maka semakin rendah pula
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya
lainnya. Rumus dari times interest earned adalah sebagai
berikut.
29
𝑇𝑖𝑚𝑒𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 = 𝐸𝐵𝐼𝑇
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 (𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡)
Atau
𝑇𝑖𝑚𝑒𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 = 𝐸𝐵𝐼𝑇 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 (𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡)
e. Cakupan Biaya Tetap (Fixed Charge Coverage)
Rasio ini hampir mirip dengan rasio times interest
earned hanya saja perbedaannya rasio ini dilakukan apabila
perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau
menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa. Biaya tetap
merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan
atau jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut.
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒
= 𝐸𝐵𝐼𝑇 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑤𝑎
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑤𝑎
Pada penelitian ini, rasio leverage akan diproksikan dengan debt to
equity ratio (DER), dikarenakan DER merupakan rasio yang
membandingkan total hutang dengan total modal dari pemegang
saham. Oleh karena itu, rasio DER merupakan rasio yang paling
penting dan paling dilihat oleh pemegang saham.
6. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan untuk membayar kewajiban
finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan
30
ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva yang mudah diubah menjadi
kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Pengertian
likuiditas sebenarnya mengandung dua dimensi yaitu waktu yang
diperlukan untuk mengubah aktiva menjadi kas dan kepastian harga
yang akan terjadi (Sartono, 2001).
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajibannya yang sudah jatuh tempo, yaitu apakah perusahaan
memiliki sumber dana yang cukup untuk membayar kredit saat
kewajibannya sudah jatuh tempo (Chaerul, 2001). Likuiditas adalah
rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar
lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya (Brigham
et al, 2006).
Likuiditas adalah kemampuan memperoleh uang tunai pada saat
dibutuhkan, beberapa sekuritas sekunder yang dikeluarkan lembaga
keuangan dibeli oleh sektor usaha dan rumah tangga terutama
dimaksudkan untuk tujuan likuiditas, yang dimaksud dengan sekuritas
sekunder ini adalah giro, tabungan, sertifikat deposito yang diterbitkan
bank yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dan keamanan
disamping tambahan pendapatan (Dahlan, 2001).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa likuiditas
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang akan atau telah jatuh
tempo. Likuiditas sangat penting bagi perusahaan, karena kreditor
31
tidak hanya melihat kinerja suatu perusahaan tetapi kreditor cenderung
melihat likuiditas dari suatu perusahaan tersebut. Perusahaan yang
memiliki likuiditas yang tinggi akan dengan mudah memenuhi
kewajiban jangka pendek perusahaan. Tetapi perlu diketahui juga, bila
likuiditas perusahaan yang terlalu tinggi akan menunjukkan banyak
dana yang menganggur. Dana yang menganggur ini tentu ada biaya
dana yang harus ditanggung, sehingga diharapkan likuditas perusahaan
tidak terlalu besar.
Untuk menilai likuiditas, terdapat beberapa rasio yang dapat
digunakan sebagai alat ukur untuk menganalisa dan menilai posisi
likuiditas, yaitu (Sawir, 2004).
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi
kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan
seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi
oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam
periode yang sama dengan jatuh tempo utang.
Rasio lancar biasanya digunakan sebagai alat untuk
mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga
merupakan petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga
sampai dimanakah kiranya kita, apabila memberikan kredit
32
berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa
aman atau tidak.
Rasio lancar yang tinggi maka makin baiklah posisi
kreditor. Oleh karena itu, ada kemungkinan besar bahwa
utang perusahaan dapat dibayar tepat waktu. Di lain pihak,
ditinjau dari sudut pemegang saham, rasio lancar yang
tinggi tidak selalu paling menguntukan, terutama bila
terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah piutang dan
persediaan adalah terlalu besar.
Pada umumnya, rasio lancar yang rendah terkadang
lebih banyak mengandung risiko dari pada rasio lancar
yang tinggi, tetapi ada kemungkinan rasio lancar yang
rendah berarti menunjukkan bahwa perusahaan
menggunakan aktiva lancar yang sangat efektif, yaitu bila
saldo disesuaikan dengan kebutuhan minimum saja dan
perputaran piutang dari persediaan ditingkatkan sampai
pada tingkat maksimum. Jumlah kas yang diperlukan
tergantung dari besarnya perusahaan dan terutama dari
jumlah uang yang diperlukan untuk membayar utang
lancar, berbagai biaya rutin dan pengeluaran darurat.
Adapun rumus dari rasio lancar adalah sebagai berikut.
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 × 100
33
Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat
berharga, piutang dagang dan persediaan. Sedangkan
kewajiban lancar terdiri dari utang dagang, wesel bayar
jangka pendek, utang jangka pendek yang akan jatuh tempo
dalam waktu satu tahun, pajak penghasilan yang terutang
dan beban-beban lain yang terutang (terutama gaji dan
upah).
Rasio lancar yang rendah biasanya dianggap
menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas.
Sebaliknya, suatu perusahaan yang rasio lancarnya terlalu
tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya
dana yang menganggur yang pada akhirnya dapat
mengurangi kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba.
Pada penelitian ini, likuiditas diproksikan oleh rasio
lancar. Dikarenakan rasio lancar merupakan rasio yang
paling penting dalam perhitungan likuiditas perusahaan.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu
perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan
dengan kewajiban lancar. Rasio ini merupakan ukuran
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya
dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena
34
menganggap persediaan memerlukan waktu yang cukup
lama untuk direalisir menjadi kas, persediaan merupakan
pos yang paling tidak likuid dalam aktiva lancar.
Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan
rasio cepat karena persediaan merupakan unsur aktiva
lancar yang tingkat likuiditasya rendah, sering mengalami
fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering
menimbulkan kerugian jika menjadi likuidasi. Jadi, rasio
cepat lebih baik dalam mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio cepat yang umumnya dianggap baik adalah lebih
besar sama dengan satu.
Jika current ratio tinggi tetapi quick ratio rendah,
hal ini menunjukkan adanya investasi yang sangat besar
dalam persediaan. Adapun formula dari Quick Ratio adalah
sebagai berikut.
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑒𝑝𝑎𝑡 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 × 100
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas adalah kemampuan untuk membayar
hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang
tersedia dalam perusahaan dan efek yang segera diuangkan.
Adapun cara menghitung rasio kas, dapat menggunakan
rumus sebagai berikut.
35
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑎𝑠 = 𝐾𝑎𝑠 + 𝐸𝑓𝑒𝑘
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 × 100
Rasio kas ini sangat relatif akan tetapi menunjukkan
bahwa manajemen telah mengoperasikan kas yang tersedia
dengan efektif dan efisien. Rasio kas ini juga merupakan
indikator tingkat likuiditas yang dipakai secara lebih kuat
karena dapat memberikan informasi tentang kemampuan
kas dan efek yang tersedia untuk menutup hutang lancar.
7. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk
tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini
penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka
akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, jika
penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka
perusahaan akan menderita kerugian (Brigham & Houston, 2001).
Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara antara
lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain.
Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan
perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah
badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari tiga triliun,
sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya
di atas tiga triliun.
36
Ukuran perusahaan adalah skala untuk menentukan besar kecilnya
suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan beberapa
cara, antara lain total aktiva, total penjualan, dan jumlah karyawan
yang bekerja di perusahaan (Purwanto, 2004). Ukuran suatu
perusahaan tercermin dari total aset yang dimiliki, semakin besar aset
perusahaan, maka semakin besar ukuran perusahaan, begitu pula
sebaliknya (Zulkarnaini, 2007).
Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokkan
perusahaan ke dalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan
besar, sedang dan kecil. Skala perusahaan merupakan ukuran yang
dipakai untuk mencerminkan besar kecilnya perusahaan didasarkan
kepada total aset perusahaan (Suwito & Herawaty, 2005). Berikut
merupakan kategori ukuran perusahaan menurut Fajri & Senja (2008).
a. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki
kekayaan bersih lebih besar dari Rp10 Milyar termasuk
tanah dan bangunan. Serta memiliki penjualan lebih dari
Rp50 Milyar/tahun.
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki
kekayaan bersih Rp1-10 Milyar termasuk tanah dan
bangunan. Serta memiliki penjualan lebih besar dari Rp1
Milyar dan kurang dari Rp50 Milyar.
37
c. Perusahaan kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp200 juta tidak termasuk
tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal
Rp1 Milyar/tahun.
Perusahaan yang berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan
dibanding perusahaan berukuran kecil. Kelebihan yang pertama adalah
ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal. Kedua, ukuran perusahaan
menentukan kekuatan tawar-menawar (bargaining power) dalam
kontrak keuangan. Dan ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam
biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat
memperoleh lebih banyak laba (Sawir, 2004).
Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan
keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan
akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin
cepat karena perusahaan memilik lebih banyak sumber informasi dan
memiliki sistem pengendalian internal perusahaan yang baik sehingga
dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan
keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan
keuangan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan
ukuran perusahaan dapat memengaruhi waktu penyelesaian audit
(Rachmawati, 2008).
38
Perusahaan yang berukuran besar memiliki akses lebih besar dan
luas untuk mendapat sumber pendanaan dari luar, sehingga untuk
memperoleh pinjaman akan lebih mudah karena dikatakan bahwa
perusahaan dengan ukuran besar memiliki kesempatan lebih besar
untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Semakin
besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk
investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi
dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak. Ukuran perusahaan
dapat diproksikan ke dalam logaritma natural dari total aktiva
(Brigham & Houston, 2001).
Ukuran perusahaan memengaruhi kemampuan perusahaan untuk
memperoleh tambahan modal eksternal untuk membiayai aktivitas
operasional perusahaan. Perusahaan yang lebih besar akan semakin
mudah untuk mendapat dana eksternal berupa hutang dalam jumlah
yang besar sehingga akan membantu kegiatan operasional perusahaan
yang kemudian menyebabkan produktivitas perusahaan meningkat
sehingga profitabilitas perusahaan juga akan meningkat pula.
Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi
membutuhkan dukungan sumber dana atau modal yang semakin besar,
begitu juga sebaliknya (Sartono, 2010).
Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah
memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.
Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki
39
fleksibilitas yang lebih besar pula. Perusahaan kecil memiliki tingkat
risiko yang tinggi apabila terjadi financial distress dibandingkan
dengan perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan
ukuran yang lebih besar tidak mempunyai kendala berarti untuk
mendapat dana eksternal dalam bentuk hutang (Sartono, 2010).
Ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang
dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan kebijakan utangnya.
Perusahaan besar diantaranya memiliki keuntungan aktivitas serta
lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan perusahaan kecil
sehingga kebutuhan hutang perusahaan yang besar akan lebih tinggi
dari perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar ukuran perusahaan
maka perusahaan semakin transparan dalam mengungkapkan kinerja
perusahaan kepada pihak luar, dengan demikian perusahaan semakin
mudah mendapatkan pinjaman karena semakin dipercaya oleh kreditur
(Purnamasari, 2015).
Ukuran perusahaan merupakan variabel kontrol yang banyak
digunakan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena banyaknya
keputusan investasi dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Ukuran
perusahaan biasanya diproksikan dengan total aset, karena nilai aset
yang cukup besar maka ukuran perusahaan akan diperhalus dengan
melakukan log (asset) atau Ln (Assets). Ukuran perusahaan adalah
ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan lebih besar
cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih terdiversifikasi
40
sehingga ukuran perusahaan merupakan kebalikan keuntungan
terjadinya kebangkrutan. Pengukuran ukuran perusahaan dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Asnawi dan Wijaya,
2005)
𝐹𝑖𝑟𝑚 𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎)
8. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan
keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio ini akan
menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, aktivitas, dan hutang pada
hasil-hasil operasi (Brigham dan Houston, 2006). Profitabilitas adalah
suatu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode
tertentu (Munawir, 2004). Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua sumber yang ada,
penjualan, kas, aset dan modal. Semakin besar risiko yang dihadapi,
maka semakin besar keuntungan yang diharapkan. Risiko yang timbul
akan sejalan dengan kemampuan laba yang diharapkan (Harahap,
2008).
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan
oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Intinya penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan
(Kasmir, 2012). Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
41
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva,
maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang
akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini (Sartono,
2010).
Rasio profitabilitas tergantung dari informasi akuntansi yang
diambil dari laporan keuangan. Oleh karena itu, profitabilitas dalam
konteks analisis rasio digunakan untuk mengukur pendapatan menurut
laporan rugi laba dengan nilai buku investasi (Tampubolon, 2013).
Menurut Munawar (1995) ada beberapa faktor yang memengaruhi
profitabilitas perusahaan, yaitu:
a. Jenis Perusahaan
Profitabilitas perusahaan sangat bergantung dengan jenis
perusahaan, jika perusahaan menjual barang konsumsi atau jasa
biasanya akan memiliki keuntungan yang stabil dibandingkan
dengan perusahaan yang memproduksi barang modal.
b. Umur Perusahaan
Sebuah perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih stabil
bila dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri. Umur
perusahaan ini adalah umur sejak berdirinya perusahaan hingga
perusahaan tersebut masih mampu menjalankan operasinya.
c. Skala Perusahaan
Jika skala ekonominya lebih tinggi, berarti perusahaan dapat
menghasilkan produk dengan biaya yang rendah. Tingkat biaya
42
rendah tersebut merupakan cara untuk memperoleh laba yang
diinginkan.
d. Harga Produksi
Perusahaan yang biaya produksinya relatif lebih murah akan
memiliki keuntungan yang lebih baik dan stabil daripada
perusahaan yang biaya produksinya tinggi.
e. Habitat Bisnis
Perusahaan yang bahan produksinya dibeli atas dasar kebiasaan
akan memperoleh kebutuhan lebih stabil dari pada non habitual
basis.
f. Produk yang Dihasilkan
Perusahaan yang bahan produksinya berhubungan dengan
kebutuhan pokok biasanya penghasilan perusahaan tersebut
akan lebih stabil daripada perusahaan yang memproduksi
barang modal.
Profitabilitas ialah kemampuan manajemen untuk memperoleh
laba. Laba terdiri dari laba kotor, laba operasi, laba bersih. Untuk
memperoleh laba di atas rata-rata, manajemen harus mampu
meningkatkan pendapatan dan mengurangi semua beban atas
pendapatan. Itu berarti manajemen harus memperluas pangsa pasar
dengan tingkat harga yang menguntungkan dan menghapuskan
aktivitas yang tak bernilai tambah (Keown, 2010). Menurut Mamduh
43
(2009) dalam bukunya terdapat tiga rasio yang sering dibicarakan
yaitu:
a. Profit Margin = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. Rasio ini bisa dilihat secara langsung pada analisis
common size untuk laporan laba rugi. Rasio ini bisa
diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan
menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada
periode tertentu.
Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan
penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang
tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan
tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum,
rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan
manajemen.
Jika suatu perusahaan memiliki margin laba yang rendah
atau masih berada di bawah rata-rata industri, hal ini
menunjukkan karena tingginya biaya-biaya yang biasanya
terjadi karena operasi perusahaan yang tidak efisien. Margin
44
laba yang rendah juga merupakan akibat dari penggunaan
hutangnya yang terlalu berlebihan. Jika perusahaan
menggunakan lebih banyak hutang daripada yang lain, maka
perusahaan tersebut akan memiliki beban bunga yang lebih
tinggi. Beban bunga tersebut akan menurunkan laba bersih, dan
karena penjualan tetap maka akibatnya margin laba akan
menjadi relatif rendah. Dalam kasus seperti ini, perusahaan
dengan margin laba rendah mungkin akan mendapat tingkat
pengembalian yang lebih tinggi atas investasi pemegang
sahamnya karena penggunaan leverage keuangan (Brigham &
Houston, 2006).
b. Return on Total Assets = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering
disebut sebagai ROI (Return on Investment). Rasio yang tinggi
menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti efisiensi
manajemen. Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah
ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan
sesuai dengan yang diharapkan. Dan investasi tersebut
sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau
ditempatkan. Apabila perusahaan memiliki tingkat
pengembalian yang rendah merupakan akibat dari (1)
45
kemampuan untuk menghasilkan laba perusahaan yang rendah,
(2) biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan
hutangnya yang di atas rata-rata, dimana keduanya telah
menyebabkan laba bersihnya menjadi relatif lebih rendah
(Fahmi, 2013).
Return on Investment merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak dengan total aktiva. Rasio ini merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. Semakin
tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan perusahaan
(Syamsuddin, 2009). ROA adalah rasio yang menunjukkan
hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan atas suatu ukuran tentang aktivitas manajemen
(Kasmir, 2013).
Return on Assets merupakan salah satu rasio profitabilitas
yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
laba dari aktiva yang digunakan. Tingkat ROA bergantung
pada pengelolaan aset perusahaan oleh manajemen yang
menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan.
Semakin tinggi ROA semakin efisien operasional perusahaan
dan sebaliknya, rendahnya ROA dapat disebabkan oleh
banyaknya aset perusahaan yang menganggur, investasi dalam
46
persediaan terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aktiva tetap
beroperasi di bawah normal dan lain-lain sehingga menurunkan
profitabilitas perusahaan. Profitabilitas adalah hasil akhir dari
sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan
(Brigham & Houston, 2006).
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio
profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan rasio ini paling
sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan
perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan di masa
yang akan datang, aset atau aktiva yang dimaksud adalah
keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal
sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan
menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Brigham & Houston
(2001:90) “Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur
pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan
pajak”. Return on Assets merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan laba dari aktiva yang dipergunakannya
(Sartono, 2010). Indikator yang dapat digunakan sebagai
pengukuran profitabilitas perusahaan adalah ROA yang
merupakan pengembalian atas aset yang digunakan untuk
menghasilkan pendapatan bersih perusahaan (Keown, 2008).
47
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio
profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba atas aktiva
yang dipergunakan di dalam perusahaan. Adapun beberapa
manfaat ROA menurut Munawir (2010) adalah sebagai berikut:
1) Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi
dengan baik maka dengan analisis ROA dapat diukur
efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang
sensitif terhadap setiap hal yang memengaruhi keadaan
keuangan perusahaan.
2) Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga
dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal
ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan
strategi.
3) Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis
ROA juga berguna untuk kepentingan perencanaan.
c. Return on Equity = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan
ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
Meskipun begitu, rasio ini tidak memperhitungkan dividen
48
maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena rasio ini
bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya.
ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan
perusahaan.
Rasio ini penting bagi pemegang saham untuk mengetahui
efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Dengan
demikian berarti rasio ini berbanding lurus dengan tingkat
efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan (Sudana, 2011).
Pendapat ini juga diperkuat oleh Brigham & Houston
(2010), yang menyatakan bahwa rasio yang paling penting
adalah pengembalian atas ekuitas (ROE), yang merupakan laba
bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas
pemegang saham. Tinggi rendahnya ROE akan menunjukkan
tingkat pengembalian modal yang akan diperoleh pemegang
saham. Tinggi rendahnya ROE akan menunjukkan tingkat
pengembalian modal yang akan diperoleh pemegang saham.
ROE merupakan penggerak nilai perusahaan yang terpenting
(Walsh, 2012).
Return on Equity merupakan rasio yang menunjukkan
kesukesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat
pengembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi return on
49
equity maka akan semakin baik, karena memberikan tingkat
pengembalian yang lebih besar bagi para pemegang saham
(Darsono & Ashari, 2005). Semakin besar nilai ROE maka
tingkat pengembalian yang diharapkan investor juga besar.
Semakin besar nilai ROE maka perusahaan dianggap makin
menguntungkan. Sehingga perusahaan yang memiliki
profitable investment opportunities, maka pasar akan
memberikan reward berupa PER yang tinggi (Sartono, 2001).
ROE adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur
tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik
modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir, 2009).
ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering
disebut rentabilitas usaha.
Untuk mencapai profitabilitas setiap perusahaan akan melakukan
berbagai aktivitas selama periode tertentu untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat terutama pada tingkat penjualan, aset perusahaan dan
modal saham tertentu. Tingkat profitabilitas yang tinggi pada suatu
perusahaan berarti tinggi pula efisiensi penggunaan modal yang
digunakan oleh perusahaan tersebut. Semakin tinggi tingkat
profitabilitas suatu perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan
tersebut akan lebih terjamin.
50
Profitabilitas sangatlah penting untuk perusahaan dalam rangka
mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka panjang, hal
ini dikarenakan profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan
mempunyai prospek yang bagus di masa yang akan datang atau tidak.
Profitabilitas merupakan daya tarik utama bagi pemilik perusahaan
(pemegang saham) karena profitabilitas adalah hasil yang diperoleh
melalui usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan oleh para
pemegang saham dan profitabilitas juga mencerminkan pembagian
laba yang menjadi haknya yaitu seberapa banyak dana yang
diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang dibayarkan sebagai
dividen tunai ataupun dividen saham kepada para pemilik saham
(Jusriaini & Rahardjo, 2013).
Penelitian ini menetapkan Return on Asset sebagai proksi
profitabilitas didasarkan suatu pertimbangan, karena ROA dapat
menunjukkan kemampuan perusahaan terhadap aset yang dimiliki.
ROA yang dimaksud pada penelitian ini adalah laba bersih dibagi total
aset. Semakin tinggi ROA menunjukkan bahwa semakin efisien
operasional perusahaan. Selain itu, ROA sangatlah cocok untuk diteliti
pada perusahaan manufaktur sub-sektor food and beverages yang
memiliki aset terutama persediaan yang banyak.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari
perbandingan dengan penelitian yang dilakukan. Untuk mendukung
51
penelitian ini, berikut akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang
berhubungan dengan variabel penelitian. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Judul
Penelitian dan
Peneliti
Metodologi
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel
Teknik
Analisis
1. Ike Rukmana
Sari, et al
(2019)
Volume 3
Nomor 1 Jurnal
Aksara Public
The Influence of
Working
Capital
Turnover, Cash
Turnover and
Inventory
Turnover to
Profitability on
PT. Mulia
Kekal Abadi in
2014-2016
Period
Independen:
Cash
Turnover and
Inventory
Turnover
Dependen:
Profitability
Multiple
Linear
Regressio
n
Dependen:
Working
Capital
turnover
Objek
Penelitian:
PT. Mulia
Kekal Abadi
in 2014-
2016 Period
The conclusion of this study
partially Cash Turn Over had
positive influence and
significant to Profitability,
meanwhile Working Capital
Turn Over and Inventory Turn
Over had no influences to
Profitability. In the other
hands, Working Capital Turn
Over, Cash Turn Over and
Inventory Turn Over
simultanouesly had significatnt
influence to Profitability on
PT. Mulia Kekal Abadi in
period 2014-2016.
2. Hamam Roni,
& Atim Djazuli
Djumahir
(2018)
Volume 16
Number 2.
Jurnal of
Applied
Management
Independen:
Cash
Turnover,
Inventory
Turnover,
Receivable
Turnover,
Liquidity
Multiple
Linear
Regressio
n
Dependen:
Asset
Structure
Objek
Penelitian:
State-
Owned
Enterprise
The results of this strudy
indicate that inventory
turnover and asset structure
have significantly positive
effect on corporate
profitability. Nevertheless,
Cash Turnover, Receivable
Turnover, and Liquidity have
no significant effect on the
52
No
Judul
Penelitian dan
Peneliti
Metodologi
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel
Teknik
Analisis
(JAM)
The Effect of
Working
Capital
Management on
Profitability of
State-Owned
Enterprise in
Processing
Industry Sector
Dependen:
Profitability
in
Processing
Industry
Sector
profitability on State-owned
enterprise of indonesia in
processing industry sector. For
further research, it is advisable
to add financial and non
financial variables which are
consideredmediate or
moderate the effect of working
capital management on
profitability.
3. Samsul Bahari,
et al (2018)
Volume 5
Nomor 1 Jurnal
Produktivitas:
Jurnal Fakultas
Ekonomi
Universitas
Muhammadiyah
Pontianak
ISSN: 2621-
5098
Pengaruh
Solvabilitas,
Likuiditas dan
Aktivitas
Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan Jasa
Sektor
Infrastruktur,
Utilitas dan
Transportasi
Yang Terdaftar
di BEI
Independen:
Debt to
Equity Ratio
(DER),
Current
Ratio (CR)
Dependen:
Profitability
Regresi
Linier
Berganda
Independen:
Debt to
Asset Ratio
(DAR),
Cash Ratio
(CHR),
Total Assets
Turnover
(TATO)
Working
Capital
Turnover
(WCT)
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Jasa Sektor
Infrastruktur
, Utilitas
dan
Transportasi
Yang
Terdaftar di
BEI
Hasil uji pengaruh simultan
(uji f) menunjukkan bahwa
enam variabel independen,
yaitu DER, DAR, CR, CHR,
TATO dan WCT secara
bersama-sama memiliki
pengaruh signifikan terhadap
ROA, terbukti dengan nilai F
hitung sebesar 5,087 dan F
tabel sebesar 2,43 dan
memiliki nilai sig 0,001 lebih
kecil dari 0,05. Sedangkan
hasil uji pengaruh parsial (uji t)
menunjukkan bahwa variabel
Debt to Asset Ratio (DAR)
memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap variabel
Return on Asset (ROA),
sedangkan Cash Ratio (CHR)
dan Total Asset Turn Over
Variabel (TATO) berpengaruh
positif signifikan terhadap
variabel Return on Asset
(ROA). Variabel Debt to
Equity Ratio (DER), Current
Ratio (CR) dan Turnover
Modal Kerja (WCT) tidak
memiliki pengaruh yang
53
No
Judul
Penelitian dan
Peneliti
Metodologi
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel
Teknik
Analisis
signifikan terhadap variabel
Return on Asset (ROA).
4. Ahmed SU, et
al
(2017) Journal
Business &
Financial
Affairs ISSN:
2167-0234
Impact of
Working
Capital
Management on
Profitability. A
Study on Textile
Companies of
Bangladesh
Independen:
Current
Ratio
Dependen:
Profitability
Logistic
Regressio
n
Independen:
Current
Liabilities
Objek
Penelitian:
Textile
Companies
of
Bangladesh
Teknik
Analisis:
Logistic
Regression
The findings of the study
showed that, there is
statistically significant
relationship between
working capital management
and profitability of the
Bangladeshi textile companies.
More specifically, this study
revealed that Current ratio
and Current liabilities to total
asset has most significant
impact on profitability of
textile companies in
Bangladesh.
5. Amrita
Maulidia
Rahmah, et al
(2016) Volume
4 e-Journal
Bisma
Universitas
Pendidikan
Ganesha
Pengaruh
Likuiditas,
Solvabilitas dan
Aktivitas
terhadap
Profitabilitas
pada
Perusahaan
Otomotif yang
terdaftar di
Bursa Efek
Independen:
Likuiditas,
Solvabilitas
dan Aktivitas
Dependen:
Profitabilitas
Regresi
Linier
Berganda
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Otomotif
yang
terdaftar di
BEI
Ada pengaruh positif dan
signifikan secara simultan dari
Likuiditas, Solvabilitas dan
Aktivitas terhadap
Profitabilitas perusahaan
Otomotif yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Ada pengaruh positif dan
signifikan secara parsial
Likuiditas dan Aktivitas
terhadap Profitabilitas,
sedangkan Solvabilitas
berpengaruh negatif dan
signifikan secara parsial
terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan Otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
54
No
Judul
Penelitian dan
Peneliti
Metodologi
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel
Teknik
Analisis
Indonesia (BEI)
6. Fathin Safiah,
& Dr. Ismail
Nizam
(2015)
Volume 3
Number 2
International
Journal of
Accaounting &
Business
Management
ISSN: 2289-
4519
The Effect of
Working
Capital
Management on
the Profitability
of Plantation
and Petroleum
Sector in
Malaysia
Independen:
Current
Ratio
Dependen:
Profitability
Multiple
Linear
Regressio
ns
Independen:
Inventory
Days (ID),
Payable
Days
(ADP),
Working
Capital
Turnover
Ratio
(WCTR),
Cash
Conversion
Cycle
(CCC),
Receivables
Days (ARD)
Objek
Penelitian:
Plantation
and
Petroleum
Sector in
Malaysia
The findings show insignificant
relationship between Inventory
Days (ID), Current Ratio (CR)
and Payable Days (CP) on
Return on Asset (ROA).
However, the only significant
relationship was found
between Working Capital
Turnover Ratio (WCTR) and
Receivable Days (RD).
Although this study included
only 50 companies, future
studies may include larger
sample by conducting more
organizations and sectors that
might reconsider a better
result of significant
relationship between Inventory
Turnover Ratio, Working
Capital Turnover Ratio
(WCTR) and Collection Period
(CP) on Return on Asset
(ROA).
7. Utami Fiqih
(2015)
Pengaruh
Perputaran
Piutang
terhadap
Profitabilitas
pada
Perusahaan
Sektor Industri
Dasar dan
Kimia periode
Independen:
Perputaran
Piutang
Dependen:
Profitabilitas
Regresi
Linier
Sederhana
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Sektor
Industri
Dasar dan
Kimia
periode
2010-2013
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa adanya pengaruh yang
signifikan antara perputaran
piutang terhadap profitabilitas
55
No
Judul
Penelitian dan
Peneliti
Metodologi
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel
Teknik
Analisis
2010-2013
8. M.Khafidz
Mansur (2015)
Pengaruh
Likuiditas dan
Solvabilitas
terhadap
Profitabilitas
pada
Perusahaan
Telekomunikasi
Independen:
Likuiditas
dan
solvabilitas
Dependen:
Profitabilitas
Regresi
Linier
Berganda
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Telekomuni
kasi
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa CR dan DER secara
bersama-sama dapat
berpengaruh signifikan
terhadap ROA. Akan tetapi,
CR secara sendiri tidak
berpengaruh signifikan
terhadap ROA.
9. Novi Sagita
Ambarwati, et
al (2015)
Volume 3
Nomor 1
e-Journal S1
Ak Universitas
Pendidikan
Ganesha
Pengaruh
Modal Kerja,
Likuiditas,
Aktivitas dan
Ukuran
Perusahaan
terhadap
Profitabilitas
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Independen:
Modal Kerja,
Likuiditas,
Aktivitas dan
Ukuran
Perusahaan
Dependen:
Profitabilitas
Regresi
Linier
Berganda
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Manufaktur
yang
terdaftar di
BEI
Secara parsial Modal Kerja
berpengaruh positif signifikan
terhadap Profitabilitas
Likuiditas tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Profitabilitas
Aktivitas berpengaruh positif
signifikan terhadap
Profitabilitas
Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif signifikan
terhadap Profitabilitas
Secara simultan Modal Kerja,
Likuiditas, Aktivitas dan
Ukuran Perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas
56
No
Judul
Penelitian dan
Peneliti
Metodologi
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel
Teknik
Analisis
10. Kadek Ayu
Yogamurti
Setiadewi, et al
(2015) Volume
4 Nomor 2
E-jurnal
Manajemen
Unud. EISSN:
2302-8912
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan dan
Leverage
terhadap
Profitabilitas
dan Nilai
Perusahaan
pada
Perusahaan
Food and
Beverage yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Independen:
Ukuran
Perusahaan
dan Leverage
Dependen:
Profitabilitas
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Food and
Beverage
yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
(BEI)
Analisis
Jalur
Teknik
Analisis:
Analisis
Jalur
Variabel
Dependen:
Nilai
Perusahaan
Menunjukkan bahwa Ukuran
Perusahaan dan Leverage
berpengaruh tidak signifikan
secara statistik terhadap
Profitabilitas. Sedangkan
Ukuran Perusahaan
berpengaruh tidak signifikan
terhadap Leverage
Ukuran Perusahaan
berpengaruh tidak signifikan
secara statistik terhadap Nilai
Perusahaan. Sedangkan
Leverage dan Profitabilitas
mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap Nilai
Perusahaan
11. A.A Wela
Yulia, & Ida
Bagus Badjra
(2015) Volume
4 Nomor 7
E-Jurnal
Manajemen
Unud. ISSN:
2302-8912
Pengaruh
Leverage,
Pertumbuhan
Penjualan dan
Independen:
Leverage dan
Ukuran
Perusahaan
Dependen:
Profitabilitas
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Food and
Beverage
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Independen:
Pertumbuha
n Penjualan
Leverage dan Pertumbuhan
Penjualan tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Profitabilitas
Ukuran Perusahaan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas
57
No
Judul
Penelitian dan
Peneliti
Metodologi
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel
Teknik
Analisis
Ukuran
Perusahaan
terhadap
Profitabilitas
pada 12
Perusahaan
Industry Food
and Beverage
12. Yocky
Ardiansyah
Mulyana (2014)
Pengaruh
Perputaran Kas
dan Modal
Kerja Terhadap
Profitabilitas
pada
Perusahaan
Makanan dan
Minuman yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Periode 2009-
2013
Independen:
Perputaran
Kas dan
Modal Kerja
Dependen:
Profitabilitas
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Makanan dan
Minuman di
BEI
Regresi
Linier
Berganda
Tahun
Objek
Penelitian:
2009-2013
Hasil pengujian hipotesis
menyatakan bahwa perputaran
kas berpengaruh signifikan
positif terhadap profitabilitas
13. Irman Deni
(2014)
Pengaruh
Tingkat
Perputaran Kas,
Perputaran
Piutang dan
Perputaran
Persediaan
terhadap
Profitabilitas
pada
Independen:
Perputaran
Kas,
Perputaran
Piutang dan
Perputaran
Persediaan
Dependen:
Profitabilitas
Regresi
Linier
Berganda
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Manufaktur
yang
terdaftar di
BEI periode
2009-2011
Secara parsial pada variabel
Perputaran Kas berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
Profitabilitas, Perputaran
Piutang berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Profitabilitas sedangkan
Perputaran Persediaan juga
memiliki pengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas.
58
No
Judul
Penelitian dan
Peneliti
Metodologi
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel
Teknik
Analisis
Perusahaan
Manufaktur
yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Periode 2009-
2011
14. Andreani
Caroline Barus,
& Leliani
(2013) Volume
3 Nomor 2 Jurnal Wira
Ekonomi
Mikroskil
Pengaruh (CR),
(TATO), (DER)
dan (DR)
Pertumbuhan
Penjualan dan
Ukuran
Perusahaan
terhadap
Profitabilitas
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Independen:
Current
Ratio (CR),
Debt to
Equity Ratio
(DER) dan
Ukuran
Perusahaan
Dependen:
Profitabilitas
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Independen:
Total Asset
Turnover
(TATO),
Debt Ratio
(DR)
Pertumbuha
n Penjualan
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Manufaktur
yang
terdaftar di
BEI
Secara simultan CR, TATO,
DER, DR Pertumbuhan
Penjualan dan Ukuran
Perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap
Profitabilitas perusahaan
Secara parsial hanya TATO,
DR dan Ukuran Perusahaan
yang berpengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas
perusahaan
Sedangkan CR, DER dan
Pertumbuhan Penjualan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas
perusahaan
15. Nina Sufiana &
Ni Ketut
Purnawati
(2013) Volume
2 Nomor 4
E-jurnal
Manajemen
Unud. EISSN:
Independen:
Perputaran
Kas,
Perputaran
Piutang dan
Perputaran
Persediaan
Regresi
Linier
Berganda
Tahun
Penelitian:
periode
2008-2010
Hasil penelitian ini adalah
Perputaran Kas, Perputaran
Piutang dan Perputaran
Persediaan berpengaruh secara
simultan terhadap
Profitabilitas.
Sedangkan analisis secara
59
No
Judul
Penelitian dan
Peneliti
Metodologi
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel
Teknik
Analisis
2302-8912
Pengaruh
Perputaran Kas,
Perputaran
Piutang, dan
Perputaran
Persediaan
terhadap
Profitabilitas
pada
Perusahaan
Food and
Beverages
periode 2008-
2010
Dependen:
Profitabilitas
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Food and
Beverages
parsial menunjukkan
Perputaran Kas berpengaruh
negatif dan tidak signifikan
terhadap Profitabilitas,
Perputaran Piutang
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
Profitabilitas. Sedangkan
Perputaran Persediaan
berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap
Profitabilitas.
16. Qasim Salem,
& Ramiz Ur
Rehman (2011)
Volume 1
Journal
Interdisciplinar
y Journal of
Research in
Business
ISSN: 2046-
7141
Pengaruh Rasio
Likuiditas
terhadap
Profitabilitas
pada
Perusahaan
Minyak dan
Gas yang
terdaftar di
Karachi Stock
Exchange
Independen:
Current
Ratio (CR)
Dependen:
Profitabilitas
Return On
Asset (ROA)
Regresi
Linier
Sederhana
Independen:
Quick Ratio
(QR) dan
Liquid Ratio
(LR)
Dependen:
ROE dan
ROI
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Minyak dan
Gas yang
terdaftar di
(KSE)
periode
2004-2009
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Rasio Likuiditas
memiliki pengaruh signifikan
terhadap ROA, sedangkan
pada ROE dan ROI
menunjukkan hasil bahwa
ROE tidak ada pengaruh
signifikan dari CR, QR, dan
LR. Sementara ROI
dipengaruhi kuat oleh CR, QR
dan LR.
60
No
Judul
Penelitian dan
Peneliti
Metodologi
Perbedaan
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel
Teknik
Analisis
(KSE) periode
2004-2009
17. Afriani
Wulansari
(2010)
Analisis
Pengaruh
Efisiensi Modal
Kerja,
Leverage,
Likuiditas dan
Firm Size
terhadap
Profitabilitas
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di Bursa
Efek Indonesia
Tahun 2005-
2009
Independen:
Leverage,
Likuiditas,
dan Firm
Size
Dependen:
Profitabilitas
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Independen:
Efisiensi
Modal Kerja
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Manufaktur
yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Tahun
2005-2009
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh secara simultan pada
variabel Working Capital
Turnover, Debt Equity Ratio,
Current Ratio dan Firm Size
terhadap Return on Asset.
Hasil penelitian juga
menunjukkan variabel
Working Capital Turnover,
Debt Equity Ratio, Current
Ratio dan Firm Size
berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap Return on
Asset. Pada penelitian ini
ditemukan hasil analisa
variabel yang paling dominan
adalah Firm Size.
C. Kerangka Berfikir
Menurut (Sugiyono, 2017:60) mengemukakan bahwa kerangka
berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai
masalah yang penting.
61
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Food and
Beverage di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2013-2018
Variabel Independen:
1. Perputaran Kas
2. Aktivitas (Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan)
3. Solvabilitas (DER)
4. Likuiditas (CR)
5. Ukuran Perusahaan
6. Profitabilitas (Return on Equity)
Uji Asumsi Klasik:
1. Uji Normalitas Data
2. Uji Multikolinieritas
3. Uji Autokorelasi
4. Uji Heteroskedastisitas
Variabel Dependen:
Return On Asset (Y)
Uji Hipotesis:
1. Uji t (parsial)
2. Uji F (Simultan)
Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Koefisien Persamaan Regresi
Kesimpulan dan Implementasi
Uji Model Regresi Data Panel
62
D. Keterkaitan antar Variabel
1. Keterkaitan antara Variabel Perputaran Kas dengan Return
On Asset
Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik, ini
berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan
keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2001).
Seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari, et al
(2019) menunjukkan bahwa perputaran kas berpengaruh positif
signifikan terhadap profitabilitas.
Perputaran kas merupakan perbandingan antara penjualan
dengan jumlah kas rata-rata. Perputaran kas menunjukkan
kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat
dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu.
Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik
profitabilitasnya.
H1 : β1 ≠ 0; ada pengaruh secara parsial antara variabel perputaran
kas (X1) terhadap profitabilitas (Y).
2. Keterkaitan antara Variabel Perputaran Piutang dengan
Return On Asset
Perputaran piutang yang dimiliki suatu perusahaan
mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah penjualan kredit.
Jumlah piutang dagang dan kegiatan taksiran waktu
pengumpulannya dapat diketahui dengan menghitung tingkat
63
perputaran piutang tersebut yaitu dengan membagi jumlah
penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Semakin tinggi tingkat
perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan
pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau
menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah.
Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang
dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih
dalam bentuk uang tunai.
Riyanto (2010) menyatakan bahwa perputaran piutang
menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang
dimana semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin
cepat perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit
tersebut, sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat.
Seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Roni &
Djumahir (2018) menunjukkan bahwa perputaran Piutang tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas.
H2 : β2 ≠ 0; terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
perputaran piutang (X2) terhadap profitabilitas (Y).
3. Keterkaitan antara Variabel Perputaran Persediaan dengan
Return On Asset
Persediaan barang merupakan elemen utama dari modal
kerja yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus-
menerus mengalami perubahan dalam kegiatan perusahaan.
64
Penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan berpengaruh
terhadap keuntungan yang akan diperoleh perusahaan (Martini &
Sugiharto, 2004). Raharjaputra (2009) menyatakan bahwa semakin
tinggi tingkat perputaran persediaan, kemungkinan semakin besar
perusahaan akan memperoleh keuntungan, begitu pula sebaliknya,
jika tingkat perputaran persediannya rendah maka kemungkinan
semakin kecil perusahaan akan memperoleh keuntungan.
Munawir (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
perputaran persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugian
yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan
selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos
penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
Seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Roni &
Djumahir (2018) menunjukkan bahwa perputaran Persediaan
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.
H3 : β3 ≠ 0; terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
perputaran persediaan (X3) terhadap profitabilitas (Y).
4. Keterkaitan antara Variabel Debt to Equity Ratio dengan
Return On Asset
Debt to Equity Ratio digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitas. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal
yang dijadikan untuk jaminan utang. Semakin tinggi rasio ini maka
semakin tinggi pula resiko kerugian yang dihadapi, tetapi juga ada
65
kesempatan mendapatkan laba yang besar dikarenakan semakin
besar pinjaman suatu perusahaan berarti ada kemungkinan
perusahaan tersebut sedang melakukan ekspansi dan inovasi
usahanya untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio DER yang rendah,
tentu mempunyai resiko kerugian yang lebih kecil.
Seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bahari,
et al (2018) menunjukkan bahwa Debt to Equity ratio (DER) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas.
H4 : β4 ≠ 0; terdapat pengaruh secara parsial antara variabel Debt to
Equity Ratio (X4) terhadap profitabilitas (Y).
5. Keterkaitan antara Variabel Current Ratio dengan Return On
Asset
Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar likuiditas perusahaan. Rasio lancar
merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang
lancar. Rasio ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya.
Apabila perusahaan memutuskan untuk menetapkan modal
kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas
akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar
akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada penurunan
profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan
66
profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas
perusahaan. Semakin tinggi likuiditas, maka semakin baiklah
posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena itu, terdapat
kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat
membayar kewajibannya tepat pada waktunya.
Seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmah
& Yudiatmaja (2016) menunjukkan bahwa Current Ratio (CR)
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.
H5 : β5 ≠ 0; terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
Current Ratio (X5) terhadap profitabilitas (Y).
6. Keterkaitan antara Variabel Ukuran Perusahaan dengan
Return On Asset
Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari
struktur keuangan dalam hampir setiap studi dan untuk sejumlah
alasan berbeda. Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan
tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal.
Perusahaan yang berukuran besar cenderung lebih mudah dalam
memperoleh dana dari pasar modal, karena investor cenderung
ingin menginvestasikan dananya ke perusahaan yang besar. Kedua,
ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam
kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih
pendanaan dari berbagai bentuk hutang. Ketiga, ada kemungkinan
67
pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang
lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba.
Menurut Mulyani (2007), ukuran perusahaan secara tidak
langsung menentukan kemampuan suatu perusahaan dalam
mengendalikan dan menghasilkan laba. Ukuran suatu perusahaan
salah satunya dapat dilihat dari aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan, karena aktiva menggambarkan tersedianya sumber
daya untuk kegiatan perusahaan dimana kegiatan tersebut
cenderung dilakukan untuk memperoleh laba. Hal tersebut
membuktikan bahwa ukuran suatu perusahaan secara tidak
langsung juga menentukan laba yang diperoleh perusahaan.
Seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Ambarwati, et al (2015) menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.
H6 : β6 ≠ 0; terdapat pengaruh secara parsial antara variabel ukuran
perusahaan (X6) terhadap profitabilitas (Y).
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011).
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh yang signifikan dari seperangkat variabel bebas
68
(independent variabel) terhadap variabel terikat (dependent variabel).
Adapun hipotesis yang diuji yakni sebagai berikut:
1. Ho : β1 = 0; tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel
perputaran kas (X1) terhadap return on asset (Y).
2. H1 : β1 ≠ 0; ada pengaruh secara parsial antara variabel
perputaran kas (X1) terhadap return on asset (Y).
3. Ho : β2 = 0; tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel
perputaran piutang (X2) terhadap return on asset (Y).
4. H2 : β2 ≠ 0; terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
perputaran piutang (X2) terhadap return on asset (Y).
5. Ho : β3 = 0; tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel
perputaran persediaan (X3) terhadap return on asset (Y).
6. H3 : β3 ≠ 0; terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
perputaran persediaan (X3) terhadap return on asset (Y).
7. Ho : β4 = 0; tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel
Debt to Equity Ratio (X4) terhadap return on asset (Y).
8. H4 : β4 ≠ 0; terdapat pengaruh secara parsial antara variabel Debt
to Equity Ratio (X4) terhadap return on asset (Y).
9. Ho : β5 = 0; tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel
Current Ratio (X5) terhadap return on asset (Y).
10. H5 : β5 ≠ 0; terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
Current Ratio (X5) terhadap return on asset (Y).
69
11. Ho : β6 = 0; tidak ada pengaruh secara parsial antara
variabel ukuran perusahaan (X6) terhadap return on asset (Y).
12. H6 : β6 ≠ 0; terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
ukuran perusahaan (X6) terhadap return on asset (Y).
13. Ho : β1, β2, β3, β4, β5 dan β6 = 0; tidak ada pengaruh secara
simultan antara variabel perputaran kas (X1), perputaran piutang
(X2) dan perputaran persediaan (X3), Debt to Equity Ratio (X4),
Current Ratio (X5) dan ukuran perusahaan (X6) terhadap return
on asset (Y).
14. Ha : β1, β2, β3, β4, β5 dan β6 ≠ 0; terdapat pengaruh secara
simultan antara variabel perputaran kas (X1), perputaran piutang
(X2) dan perputaran persediaan (X3), Debt to Equity Ratio (X4),
Current Ratio (X5) dan ukuran perusahaan (X6) terhadap return
on asset (Y).
70
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian dengan pendekatan
kuantitatif, yang merupakan suatu proses untuk menemukan pengetahuan
yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis
keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Jenis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu menggambarkan suatu
kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilah-milah faktor atau variabel
tertentu serta menganalisis hasil dari laporan keuangan yang ada.
B. Sumber Data
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah laporan keuangan
perusahaan manufaktur subsektor food and beverages yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2018 yang diperoleh dari website
resmi Indonesian Stock Exchange.
2. Sumber Data
Data yang dipergunakan berupa data sekunder yang diperoleh melalui
laporan keuangan melalui website resmi IDX (Indonesian Stock
Exchange) tahun 2013,2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang
71
dilakukan penulis untuk mendapatkan data sekunder dalam penelitian ini
adalah kepustakaan (library research). Data-data yang digunakan dalam
penelitian ini, baik yang bertujuan untuk mendeskripsikan maupun untuk
menganalisis, diperoleh dari data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data
sekunder adalah data yang informasinya diperoleh secara tidak langsung
dari perusahaan. Sedangkan menurut Kuncoro (2011), data sekunder
adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data-data sekunder tersebut berupa rasio-rasio laporan keuangan
dari laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit di Bursa Efek
Indonesia (BEI) per 31 Desember 2013-2018. Data yang diperlukan antara
lain data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka. Adapun data
yang dianggap sebagai data kuantitatif dalam penelitian ini adalah:
1. Laporan Neraca masing-masing perusahaan pada tahun 2013-
2018.
2. Laporan Laba Rugi masing-masing perusahaan pada tahun
2013-2018.
D. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur subsektor
food and beverages yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode
tahun 2013-2018.
72
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pemilihan
sampel adalah Purposive Sampling. Metode Purposive Sampling yaitu
sampel yang diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu untuk
mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian (Yama &
Adityawati, 2009). Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
kriteria atau pertimbangan sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur jenis makanan dan minuman (food and
beverages) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode penelitian yaitu 2013 sampai dengan 2018. Perusahaan
ini dipilih karena skala produksinya besar dan membutuhkan
modal yang besar pula untuk pengembangan produk dan
ekspansi pangsa pasarnya.
2. Perusahaan sampel telah menerbitkan laporan keuangan selama
lima tahun, yaitu tahun 2013-2018.
3. Setiap tahunnya, perusahaan sampel selalu memperoleh laba
positif.
4. Perusahaan yang telah delist di Bursa Efek Indonesia antara
periode tahun 2013-2018 tidak akan dimasukkan ke dalam
sampel.
Sampel yang sesuai dengan kriteria di atas adalah:
73
Tabel 3.1
Perusahaan Objek Penelitian
NO Kode Nama Perusahaan
1. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
2. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
3. MYOR Mayora Indah Tbk.
4. SKLT Sekar Laut Tbk.
5. ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk.
6. CEKA PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
7. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.
8. ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk.
9. DLTA Delta Djakarta Tbk.
10. SKBM Sekar Bumi Tbk.
11. STTP Siantar Top Tbk.
Sumber : www.idx.co.id
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada penelitian ini yang akan dibahas terbatas hanya pada seberapa
besar pengaruh perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2), perputaran
persediaan (X3), debt to equity ratio (X4), current ratio (X5) dan ukuran
perusahaan (X6) terhadap profitabilitas (Y) pada perusahaan manufaktur
subsektor food and beverages pada Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2018.
74
Sebagai variabel independen dalam penelitian ini adalah
perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2), perputaran persediaan (X3),
debt to equity ratio (X4), current ratio (X5) dan ukuran perusahaan (X6).
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas
(Y).
1. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya.
Penelitian ini menetapkan Return on Asset sebagai proksi profitabilitas
didasarkan suatu pertimbangan, karena ROA dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan terhadap aset yang dimiliki. ROA yang
dimaksud pada penelitian ini adalah laba bersih dibagi total aset.
Semakin tinggi ROA menunjukkan bahwa semakin efisien operasional
perusahaan. Selain itu, ROA sangatlah cocok untuk diteliti pada
perusahaan manufaktur sub-sektor food and beverages yang memiliki
aset terutama persediaan yang banyak. Secara sistematis dapat
diformulasikan sebagai berikut.
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel
yaitu sebagai berikut.
a. Perputaran Kas (X1)
75
Menurut Kasmir (2011), rasio perputaran kas (cash
turnover) berfungis untuk mengukur tingkat kecukupan modal
kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan
dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan
(utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.
Perputaran kas mengukur kemampuan kas dalam menghasilkan
pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas
berputar dalam satu periode tertentu. Perputaran kas juga
mengukur tingkat efisiensi penggunaan kas melalui tingkat
penjualan yang dilakukan perusahaan. Semakin tinggi
perputaran kas berarti makin cepat kembalinya kas masuk pada
perusahaan, begitu pula sebaliknya. Secara sistematis dapat
diformulasikan sebagai berikut.
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠
b. Perputaran Piutang (X2)
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan
lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Tingkat
perputaran piutang dapat diketahui dengan membagi penjualan
kredit bersih dengan saldo rata-rata piutang. Piutang yang
dimiliki oleh perusahaan mempunyai hubungan erat dengan
volume penjualan kredit. Posisi piutang dapat dihitung
menggunakan rasio perputaran piutang (Riyanto, 2008). Dalam
76
menentukan besarnya jumlah perputaran piutang menurut
Syamsudin (2004) adalah sebagai berikut.
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
c. Perputaran Persediaan (X3)
Perputaran persediaan menurut Warren (2005) adalah
perputaran persediaan mengukur hubungan antara volume
barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang
dimiliki selama periode berjalan. Besarnya hasil perhitungan
persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi
kas atas piutang dagang. Rasio ini dihitung sebagai berikut.
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
d. Debt to Equity Ratio (X4)
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang
membandingkan total hutang dengan total modal dari
pemegang saham. Dengan demikian debt to equity dapat
memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki
perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan
suatu hutang. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai
berikut.
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 × 100
77
e. Current Ratio (X5)
Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi
kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan
seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi
oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam
periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Rasio ini
dihitung sebagai berikut.
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 × 100
f. Ukuran Perusahaan (X6)
Menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha
kecil point b, menjelaskan bahwa “perusahaan yang memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah) digolongan kelompok usaha kecil”. Dengan
adanya ketentuan ini, maka dapat dinyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan di atas satu
milyar rupiah dapat dikelompokkan ke dalam industri
menengah dan besar. Maka di dalam penelitian ini, pengukuran
perusahaan mengacu pada UU No. 9 tahun 1995, dimana
ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma natural
dari total penjualan. Secara sistematis dapat diformulasikan
sebagai berikut.
𝐹𝑖𝑟𝑚 𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎)
78
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Pengukuran Skala
1. Dependen
(Y)
Profitabilitas
Diukur dengan
ROA
ROA= 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Rasio
2. Independen
(X1)
Perputaran
Kas
Rasio antara
penjualan
bersih dengan
rata-rata kas
Perputaran Kas =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠
Rasio
3. Independen
(X2)
Perputaran
Piutang
Rasio antara
penjualan
kredit dan rata-
rata piutang
Perputaran Piutang =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Rasio
4. Independen
(X3)
Perputaran
Persediaan
Rasio antara
harga pokok
penjualan
dengan rata-
rata persediaan
Perputaran Persediaan =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
Rasio
5. Independen
(X4)
Debt to
Equity Ratio
Rasio antara
total utang
dengan ekuitas
Debt to Equity Ratio =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 × 100
Rasio
6. Independen
(X5)
Rasio Lancar
(Current
Ratio)
Rasio
perbandingan
antara aktiva
lancar dengan
utang lancar
Current Ratio =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 × 100
Rasio
7. Independen
(X6)
Ukuran
Perusahaan
Diproksi
dengan nilai
Ln dari total
penjualan
Ukuran Perusahaan =
𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎)
Rasio
Sumber: Data diolah (2019)
79
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah:
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan
data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
yang telah diajukan (Sugiyono, 2015).
Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh beberapa variabel
bebas atau variabel penjelas terhadap satu variabel terikat, metode analisis
data dalam penelitian ini menggunakan model regresi berganda atau
Multiple Regression (Ghozali, 2013).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dan didapatkan dengan cara:
a) Metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat
dan mengkaji data sekunder secara tidak langsung melalui media
perantara yang berupa laporan tahunan dan laporan keuangan dari
seluruh perusahaan terkait dalam hal ini yaitu perusahaan Food
and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari
tahun 2013-2018.
b) Metode studi pustaka, yaitu merupakan cara memperoleh data dari
berbagai literatur pustaka seperti jurnal, karya ilmiah, artikel dan
sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
80
c) Pencarian internet, yaitu dengan cara memperoleh data dengan
bantuan teknologi pencarian di internet guna mendukung penelitian
ini.
1. Analisis Regresi Data Panel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series
(runtut waktu) dan cross section (seksi silang) atau biasa disebut dana
panel. Menurut Wahyu (2015:2-5) data panel adalah jenis data yang
merupakan gabungan antara data runtut waktu dengan data seksi
silang. Oleh karena itu, data panel memiliki gabungan karakteristik
kedua jenis data tadi, yaitu: (1) terdiri atas beberapa objek dan (2)
meliputi beberapa periode waktu.
Data bersifat time series karena data dalam penelitian ini adalah
data dalam interval waktu tertentu, dalam penelitian ini yaitu tahun
2013-2018. Sedangkan data cross section adalah data pada suatu kurun
tertentu pada beberapa perusahaan. Uji regresi data panel dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen yaitu Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran
Persediaan, Debt to Equity Ratio, Current Ratio dan Ukuran
Perusahaan terhadap variabel dependen yaitu Return On Asset. Wahyu
(2015:93) menyatakan regresi data panel terdapat tiga model estimasi
yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut:
1) Model Common Effect
81
Merupakan pendekatan model data panel yang paling
sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series
dan data cross section dan mengestimasikannya dengan
menggunakan pendekatan kuadran terkecil (Ordinary Least
Square/OLS). Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu
maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data
perusahaan adalah sama dalam berbagai kurun waktu.
2) Model Fixed Effect
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu
dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya, dimana setiap
individu merupakan parameter yang tidak diketahui. Oleh
karena itu, untuk mengestimasi data panel model fixed effect
menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap
perbedaan intersep antar perusahaan. Perbedaan intersep
tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan budaya kerja,
manajerial dan insentif. Namun demikian sama antar
perusahaan. Karena menggunakan variable dummy, model
estimasi ini disebut juga dengan teknik Least Square Dummy
Variable (LSDV).
3) Model Random Effect
Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel
gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar
individu. Berbeda dengan fixed effect model, efek spesifik dari
82
masing-masing individu diperlakukan sebagai bagian dari
komponen error yang bersifat acak (random) dan tidak
berkorelasi dengan variabel penjelas yang teramati.
Keuntungan menggunakan random effect model ini yaitu dapat
menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini disebut juga
dengan Error Component Model (ECM). Metode yang tepat
untuk mengakomodasi model random effect ini adalah
Generalized Least Square (GLS), dengan asumsi komponen
error bersifat homokedastik dan tidak ada gejala cross section
correlation.
Pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan
software Eviews 9.0 untuk mendapatkan analisis regresi data
panel yang terbaik antara model common, fixed atau random
effect, maka dilakukan teknik pemilihan model. Menurut
Wahyu (2015:110) untuk memilih model yang paling tepat
yang digunakan dalam mengelola data panel, terdapat tiga
metode yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut:
4) Uji Chow
Uji ini dilakukan untuk menentukan model common effect
atau fixed effect yang paling tepat digunakan dalam
mengestimasi data panel. Untuk melakukan uji chow, data
diregresikan terlebih dahulu dengan menggunakan model
common effect dan fixed effect, kemudian dilakukan
83
fixed/random effect testing dengan menggunakan redundant
fixed effect-likehood ratio. Jika nilai probabilitas cross section
F lebih besar dari 0.05 maka model yang dipilih adalah
common effect. Sebaliknya, jika nilai probabilitas cross section
F lebih kecil dari 0.05 maka model yang dipilih adalah fixed
effect.
5) Uji Hausman
Uji ini dilakukan untuk menentukan model fixed effect atau
random effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi
data panel. Untuk melakukan uji hausman, data juga
diregresikan dengan model fixed effect dan random effect
testing dengan menggunakan correlated random effect-
hausman test. Jika nilai probabilitas cross section random lebih
besar dari 0.05 maka model yang terpilih adalah random effect.
Sebaliknya, jika nilai probabilitas cross section random lebih
kecil dari 0.05 maka model yang dipilih adalah fixed effect.
2. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel independen dan variabel dependen keduanya
memiliki distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah
memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2013).
Pengujian normalitas akan dilakukan dengan menguji kolmogorov-
84
smirnov dengan tingkat signifikansi 0,05. Dengan dasar
pengambilan keputusan berikut ini:
a. Bila Asymp, Sig (2 tailed) > 0.05 maka data berdistribusi
normal.
b. Bila Asymp, Sig (2 tailed) < 0.05 maka data tidak berdistribusi
normal.
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.
Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai
korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Pengujian ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model
regresi dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai
variance inflation factor (VIF). Nilai yang umum digunakan
untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
tolerance ≤ 0.10 atau nilai VIF ≥ 10. (Ghozali, 2013). Selain
dengan melihat kedua nilai tersebut dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Jika nilai koefisien korelasi (R2) > 0,80 maka data tersebut
terjadi multikolinieritas
85
b. Jika nilai koefisien korelasi (R2) < 0,80 maka data tersebut
tidak terjadi multikolinieritas.
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problemaautokorelasi. Untuk
mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi
dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini dilakukan uji
autokorelasi dengan menggunakan uji run test. Run test sebagai
bagian dari statistic non-parametrik dapat pula digunakan untuk
menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika
antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan
bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk
melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak
(Ghozali, 2013).
Pengujian autokorelasi akan dilakukan dengan uji run test
dengan tingkat signifikan 0.05 dengan dasar pengambilan
keputusan berikut ini:
a. Bila Asymp, Sig (2 tailed) > 0.05 maka residual random atau
tidak terjadi autokorelasi.
b. Bila Asymp, Sig (2 tailed) < 0.05 maka residual tidak random
atau terjadi autokorelasi.
86
Selain itu, Uji autokorelasi dapat diuji dengan melihat nilai
Durbin Watson yang ada pada tabel model regresi.
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut
Widarjono (2009) adalah:
Tabel 3.3
Uji Statistik Durbin Watson d
Nilai Statistik d Hasil
0 < d < du Menolak hipotesis nol; ada
autokorelasi positif
dl ≤ d ≤ du Daerah keragu-raguan;tidak ada
keputusan
du ≤ d ≤ 4-du Menerima hipotesis nol; tidak ada
autokorelas positif/negatif
4 – du ≤ d ≤ 4 – du Daerah keragu-raguan; tidak ada
keputusan
4 – dl ≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol; ada
autokorelasi negatif
Autokorelasi adalah korelasi antara sesama urutan
pengamatan dari waktu ke waktu. Untuk memeriksa adanya
autokorelasi, biasanya dilakukan uji statistik Durbin-Watson.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan
uji Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat kepercayaan α = 5%.
Apabila D-W terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada
autokorelasi (Santoso, 2002).
87
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
Uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variance variabel
tidak sama untuk semua pengamatan. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Data
yang baik yaitu homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan
residual. Kebanyakan data cross section mengandung situasi
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun dan mewakili
berbagai ukuran kecil, sedang dan besar (Abdul, 2017). Untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan Uji Glesjer yakni meregresikan nilai mutlaknya. Hipotesis
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ho : β1 = 0 (tidak ada masalah heteroskedastisitas)
H1 : β1 ≠ 0 (ada masalah heteroskedastisitas)
Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan
Uji Glesjer adalah sebagai berikut:
88
a. Jika nilai probability > 0,05 maka Ho ditolak, artinya tidak
ada masalah heteroskedastisitas.
b. Jika nilai probability < 0,05 maka Ho diterima, artinya ada
masalah heteroskedastisitas.
3. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan cara menguji goodness of fit model,
ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dari goodness of fit model. Secara statistik, goodness of fit
model dapat diukur dari nilai koefisien determinasi (R²), nilai statistik
F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara
statistik apabila nilai uji statistiknya berbeda dalam daerah kritis
(daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan
apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima
(Ghozali, 2013).
a. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
89
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013).
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013).
Kriteria pengujian uji F sebagai berikut:
a) Ha ditolak apabila value > 0.05 atau bila nilai signifikan
lebih dari nilai α 0.05 berarti variabel independen tidak
berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
b) Ha diterima apabila value = 0.05 atau bila nilai signifikan
kurang dari atau sama dengan nilai α 0.05 berarti variabel
independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen.
c. Uji Parsial (Uji t)
Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013). Kriteria pengujian uji t
adalah sebagai berikut;
a) Ha ditolak apabila value > 0.05 atau bila nilai signifikansi
lebih dari nilai α 0.05 berarti variabel independen secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
90
b) Ha diterima apabila value = 0.05 atau bila nilai signifikan
kurang dari atau sama dengan nilai α 0.05 berarti variabel
independen secara individual berpengaruh terhadap
variabel dependen. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan enam variabel bebas (independen) dan satu
variabel terikat (dependen).
4. Analisis Regresi
Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi, karena penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perputaran kas (X1),
perputaran piutang (X2), perputaran persediaan (X3), debt to equity
ratio (X4), current ratio (X5) dan ukuran perusahaan (X6) terhadap
profitabilitas (Y). Persamaan regresi pada penelitian ini menggunakan
rumus sebagai berikut.
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3 + 𝑏4𝑋4 + 𝑏5𝑋5 + 𝑏6𝑋6 + ei
Dimana :
Y = Variabel terikat (profitabilitas)
A = Bilangan konstanta
b1,b2 = Koefisien arah garis
X1 = Variabel bebas (perputaran kas)
X2 = Variabel bebas (perputaran piutang)
X3 = Variabel bebas (perputaran persediaan)
X4 = Variabel bebas (debt to equity ratio)
91
X5 = Variabel bebas (current ratio)
X6 = Variabel bebas (ukuran perusahaan)
ei = Error Term
92
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)
Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah salah satu bursa saham yang
dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam
upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek
Indonesia juga berperan dalam upaya mengembangkan pemodal lokal
yang besar dan solid untuk menciptakan pasar modal Indonesia yang
stabil.
Sejarah Bursa Efek, pasar modal telah hadir jauh sebelum
Indonesia Merdeka. Bursa Efek Indonesia awalnya pada saat
pemerintahan Hindia Belanda mendirikan di Batavia pada tanggal 14
Desember 1912 yang di selenggarakan oleh Vereniging Voor de
Effectenhandel. Pada tanggal 11 Januari 1925 di Bursa Efek Indonesia
di Surabaya, dan disusul dengan pembukaan Bursa Efek di Semarang
pada tanggal 1 Agustus 1925. Kemudian pada tahun 1956 pemerintah
mengaktifkan pasar modal sebagai sarana pembiayaan ekonomi.
Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek
Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia paling lambat 30
November 2007. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia mulai aktif 1
Desember 2007, dimana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa
Efek Jakarta.
93
2. Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia
Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas,
Bursa Efek Indonesia melibatkan banyak lembaga. Masing-masing
pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling
menunjang kepentingan lainnya. Pihak-pihak yang terkait dalam
kegiatan di Bursa Efek Indonesia adalah:
a. Perusahaan yang Go Publik (Emiten)
Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah
melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini
membutuhkan dana guna membelanjai operasi rencana investasi.
b. Perusahaan Efek
Perusahaan Efek adalah perusahaan yang telah memperoleh
izin usaha untuk beberapa kegiatan pinjaman emisi efek, perantara
perdagangan efek, manajer investasi, atau penasehat investasi.
c. Lembaga Kliring dan Penyelesaian Penyimpangan
Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan
penyelesaian transaksi yang terjadi di Bursa Efek, penyimpanan
efek serta penitipan harga untuk pihak lain.
d. Perusahaan Reksadana
Adalah pihak yang kegiatan utamanya melakukan investasi,
investasi kembali (re-investasi). Reksadana dikelola oleh manajer
investasi. Reksadana merupakan instrumen jangka menengah dan
panjang.
94
e. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Meliputi penitipan harga, wali amanat atau penanggung yang
menyediakan jasa. Tempat penitipan harta adalah pihak yang
menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa
mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut.
f. Profesi Penunjang
Terdiri dari akuntan public, notaris, perusahaan penilai
(appraisal) dan konsultan hokum. Akuntan public adalah pihak
yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa
akuntan (auditing). Fungsi akuntan adalah member pendapat atas
kewajaran laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris
adalah pejabat yang berwenang membuat akta otentik sebagaimana
dimaksudkan dalam Saad Glaad 1860 No 3 tentang pengaturan
jabatan notaris. Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusun
anggaran dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan
lain-lain.
g. Pemodal (Investor)
Adalah pihak perorangan maupun lembaga baik domestik yang
melakukan suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai
dengan jenis investasi yang dipilihnya) baik dalam jangka pendek
atau jangka panjang. Investor juga menanamkan modalnya dalam
efek-efek yang diperdagangkan.
95
h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Badan pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan
lembaga pemerintahan yang mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-
sekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur,
wajar dan efisien dengan maksud untuk melindungi
kepentingan para pemodal dan masyarakat.
2) Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, clearing,
settlement dan lembaga-lembaga penyimpangan reksadana,
perusahaan sekuritas dan para pialang, berbagai lembaga
pendukung pasar modal dan para professional.
3) Untuk merekomendasi tentang pasar modal kepada Menteri
Keuangan. Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan
fungsi pengawasan karena kegiatan perdagangan efek dan
berbagai kegiatan yang berkaitan dengannya diselenggarakan
oleh Bursa Efek sendiri, selain itu peraturan mulai dilakukan
oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara
konsisten.
3. Sejarah Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pengolahan suatu produk yang mengolah dari barang mentah menjadi
barang jadi. Di Indonesia perusahaan manufaktur dapat berkembang
96
pesat, hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dari periode ke periode semakin banyak, walaupun ada
beberapa perusahaan yang pernah mengalami defisiensi modal untuk
sementara karena imbas dari krisis ekonomi.
Tetapi tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat
dibutuhkan masyarakat sehingga prospeknya menguntungkan baik di
masa sekarang maupun yang akan datang. Di sisi lain didasarkan atas
prediksi bahwa perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang
sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari sehingga sangat kecil
kemungkinan untuk rugi (ICMD, 2000).
B. Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur subsktor food and beverages yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2013-2018. Berdasarkan hasil yang diteliti
menggunakan metode purposive sampling pada bab 3 maka berikut ini
perusahaan yang dipilih untuk menjadi objek penelitian:
Tabel 4.1
Perusahaan Objek Penelitian
NO Kode Nama Perusahaan
1. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
2. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
3. MYOR Mayora Indah Tbk.
4. SKLT Sekar Laut Tbk.
5. ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk.
97
NO Kode Nama Perusahaan
6. CEKA PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
7. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.
8. ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk.
9. DLTA Delta Djakarta Tbk.
10. SKBM Sekar Bumi Tbk.
11. STTP Siantar Top Tbk.
Sumber : www.idx.co.id
C. Hasil dan Pembahasan
1. Deskriptif Data
Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan
Microsoft Excel dan Eviews 9.0 untuk mempercepat perolehan data
hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Tabel
diskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model
analisis Regresi Berganda yaitu variabel Perputaran Kas, Perputaran
Piutang, Perputaran Persediaan, Debt to Equity Ratio, Current Ratio
dan Firm Size sebagai variabel bebas dan Return On Asset sebagai
variabel dependen. Penjelasan lengkap masing-masing variabel adalah
sebagai berikut:
a. Deskripsi Variabel Perputaran Kas
Menurut Sudana (2011:21) semakin tinggi perputaran kas akan
semakin baik, karena ini berarti seemakin tinggi efisiensi
penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin
besar. Hasil perhitungan rasio perputaran kas dapat diartikan
98
bahwa apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti
ketidakmampuan perusahaan dalam membayar tagihan, dan
sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas
yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu
singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang
lebih sedikit.
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 4.27 4.57 4.70 5.04 5.19 6.52
ICBP 4.56 4.67 4.23 4.29 4.15 5.68
MYOR 7.51 11.01 12.37 11.38 11.12 10.24
SKLT 83.59 83.53 111.47 72.84 70.55 62.33
ULTJ 6.03 7.12 6.57 3.95 2.68 3.07
CEKA 112.12 129.15 180.92 261.31 254.24 525.04
MLBI 29.12 20.48 10.98 8.73 10.82 13.75
ROTI 21.66 14.26 6.42 4.48 1.99 1.73
DLTA 2.39 2.07 1.54 0.64 0.48 0.99
SKBM 20.11 13.65 11.71 14.85 9.87 7.14
STTP 181.88 222.62 268.09 149.32 159.00 142.00
Rata-
rata 43.02 46.65 56.27 48.80 48.19 70.77
Sumber: Financial Report, data diolah
Tabel 4.2
Perputaran Kas
Berdasarkan Tabel 4.2 hasil perhitungan Perputaran Kas
masing-masing perusahaan pada tahun 2013, Perputaran Kas
tertinggi dimiliki oleh PT. Siantar Top Tbk sebesar 181.88 dan
terendah dimiliki oleh PT. Delta Djakarta Tbk sebesar 2.39. Pada
tahun 2014, Perputaran Kas tertinggi dimiliki oleh PT. Siantar Top
Tbk sebesar 222.62 dan terendah dimiliki oleh PT. Delta Djakarta
99
Tbk sebesar 2.07. Pada tahun 2015 Perputaran Kas tertinggi
dimiliki oleh PT. Siantar Top Tbk sebesar 268.09 dan terendah
dimiliki oleh PT. Delta Djakarta Tbk sebesar 1.54. Pada tahun
2016 Perputaran Kas tertinggi dimiliki oleh PT. Wilmar Cahaya
Indonesia Tbk sebesar 261.31 dan terendah dimiliki oleh PT. Delta
Djakarta Tbk sebesar 0.64.
Sumber: Financial Report, data diolah
Gambar 4.1
Perputaran Kas
Pada tahun 2017 Perputaran Kas tertinggi dimiliki oleh PT.
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk sebesar 254.24 dan terendah
dimiliki oleh PT. Delta Djakarta Tbk sebesar 0.48. Pada tahun
2018 Perputaran Kas tertinggi dimiliki oleh PT. Wilmar Cahaya
Indonesia Tbk sebesar 525.04 dan terendah dimiliki oleh PT. Delta
Djakarta Tbk sebesar 0.99.
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Perputaran Kas
Perputaran Kas 2013 Perputaran Kas 2014 Perputaran Kas 2015
Perputaran Kas 2016 Perputaran Kas 2017 Perputaran Kas 2018
100
b. Deskripsi Variabel Perputaran Piutang
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya
waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Tingkat perputaran
piutang dapat diketahui dengan membagi penjualan kredit bersih
dengan saldo rata-rata piutang. Piutang yang dimiliki oleh
perusahaan mempunyai hubungan erat dengan volume penjualan
kredit. Posisi piutang dapat dihitung menggunakan rasio perputaran
piutang (Riyanto, 2008). Sedangkan menurut Sudana (2011:22)
menyatakan semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin
efektif dan efisien manajemen piutang yang dilakukan perusahaan.
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 17.11 17.28 19.64 18.38 18.30 17.90
ICBP 36.20 34.70 31.70 34.46 34.22 34.71
MYOR 13.47 12.11 12.66 13.21 16.62 25.23
SKLT 9.36 9.11 8.98 1.69 8.14 7.46
ULTJ 10.39 10.26 10.42 10.29 10.09 10.57
CEKA 25.06 32.67 33.85 34.24 22.63 19.59
MLBI 14.47 8.45 9.14 13.18 8.00 6.26
ROTI 9.66 12.98 18.10 18.85 16.42 14.93
DLTA 6.54 5.33 3.86 2.49 2.28 5.47
SKBM 14.32 25.55 14.12 12.88 10.98 9.08
STTP 15.95 19.65 21.41 21.45 23.68 20.12
Rata-
rata 15.68 17.10 16.72 16.47 15.58 15.57
Sumber: Financial Report, data diolah
Tabel 4.3
Perputaran Piutang
Berdasarkan Tabel 4.3 hasil perhitungan Perputaran
Piutang masing-masing perusahaan pada tahun 2013 Perputaran
101
Piutang tertinggi dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk sebesar 36.20 dan terendah dimiliki oleh PT. Delta Djakarta
Tbk sebesar 6.54. Pada tahun 2014, Perputaran Piutang tertinggi
dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sebesar
34.70 dan terendah dimiliki oleh PT. Delta Djakarta Tbk sebesar
5.33. Pada tahun 2015 Perputaran Piutang tertinggi dimiliki oleh
PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk sebesar 33.85 dan terendah
dimiliki oleh PT. Delta Djakarta Tbk sebesar 3.86.
Sumber: Financial Report, data diolah
Gambar 4.2
Perputaran Piutang
Pada tahun 2016 Perputaran Piutang tertinggi dimiliki oleh
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sebesar 34.46 dan
terendah dimiliki oleh PT. Sekar Laut Tbk sebesar 1.69. Pada
tahun 2017 Perputaran Piutang tertinggi dimiliki oleh PT. Indofood
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Perputaran Piutang
Perputaran piutang 2013 Perputaran piutang 2014
Perputaran piutang 2015 Perputaran piutang 2016
Perputaran piutang 2017 Perputaran piutang 2018
102
CBP Sukses Makmur Tbk sebesar 34.22 dan terendah dimiliki oleh
PT. Delta Djakarta Tbk sebesar 2.28. Pada tahun 2018 Perputaran
Piutang tertinggi dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk sebesar 34.71 dan terendah dimiliki oleh PT. Delta Djakarta
Tbk sebesar 5.47.
c. Deskripsi Variabel Perputaran Persediaan
Dalam suatu perusahaan, persediaan merupakan salah satu
unsur yang paling aktif dalam perusahaan. Menurut Sudana
(2011:22) semakin tinggi tingkat perputaran persediaan,
kemungkinan semakin besar perusahaan akan memperoleh
keuntungan. Begitupun sebaliknya, jika tingkat perputaran
persediaan rendah maka kemungkinan semakin kecil perusahaan
akan memperoleh keuntungan.
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 5.44 5.60 5.82 5.88 5.54 4.99
ICBP 7.97 7.72 8.25 8.35 7.71 7.20
MYOR 51.53 6.80 5.69 6.92 8.02 6.82
SKLT 6.75 7.33 7.31 7.26 6.42 5.64
ULTJ 5.63 4.77 4.14 4.07 4.24 5.05
CEKA 6.82 8.27 6.50 7.50 8.18 8.97
MLBI 8.96 6.09 6.00 8.28 7.22 6.90
ROTI 27.30 25.32 24.28 26.00 23.43 22.09
DLTA 1.62 1.43 1.25 0.68 1.12 1.26
SKBM 15.99 12.87 10.77 7.58 6.23 5.81
STTP 5.24 5.92 6.62 7.19 7.64 7.21
Rata-
rata 13.02 8.37 7.88 8.16 7.79 7.45
Sumber: Financial Report, data diolah
103
Tabel 4.4
Perputaran Persediaan
Berdasarkan Tabel 4.4 hasil perhitungan Perputaran
Persediaan masing-masing perusahaan pada tahun 2013 Perputaran
tertinggi dimiliki oleh PT Mayora Indah Tbk sebesar 51.53 dan
terendah dimiliki oleh PT Delta Djakarta Tbk sebesar 1.62. Selama
lima tahun berturut-turut dari Tahun 2014 sampai 2018 Perputaran
Piutang tertinggi dimiliki oleh PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk
sebesar 25.32 di Tahun 2014.
Sumber: Financial Report, data diolah
Gambar 4.3
Perputaran Persediaan
Kemudian Tahun 2015 sebesar 24.28, Tahun 2016 sebesar
26.00. Di Tahun 2017 sebesar 23.43, dan terakhir Tahun 2018
sebesar 22.09. Sedangkan, Perputaran Persediaan terendah dimiliki
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Perputaran Persediaan
Perputaran Persediaan 2013 Perputaran Persediaan 2014
Perputaran Persediaan 2015 Perputaran Persediaan 2016
Perputaran Persediaan 2017 Perputaran Persediaan 2018
104
oleh PT. Delta Djakarta Tbk sebesar 1.43 di Tahun 2014.
Kemudian Tahun 2015 sebesar 1.25, Tahun 2016 sebesar 0.68. Di
Tahun 2017 sebesar 1.12, dan terakhir Tahun 2018 sebesar 1.26.
d. Deskripsi Variabel Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Kasmir (2013:157) Debt to Equity Ratio merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk
mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh utang
termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. DER merupakan
perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang
perusahaan dari modal pemegang saham. Sesuai dengan pendapat
(Ross et al: 2003) yang menyatakan bahwa “debt to equity ratio is
dividing total debt with total equity”. Menurut Sartono (2010:217)
Debt to Equity Ratio merupakan imbangan antara utang yang
dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini
berarti modal sendiri semakin sedikit dengan utangnya. Menurut
Hanafi dan Halim (2009:82) Debt to Equity Ratio merupakan rasio
yang dapat menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka
panjang yang diberikan oleh kreditur dengan jumlah modal sendiri
yang diberikan oleh pemilik perusahaan.
Menurut Riyanto (2001:32) Rasio utang dimaksudkan sebagai
kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-
utangnya (baik hutang jangka pendek maupun utang jangka
panjang). Mogdiliani dan Miller (1963) menyatakan nilai
105
perusahaan ditentukan oleh struktur modal dan salah satu struktur
modal perusahaan adalah diperoleh melalui hutang.
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 1.04 1.14 1.13 0.87 0.88 0.93
ICBP 0.60 0.72 0.62 0.36 0.36 0.51
MYOR 1.49 1.53 1.18 1.06 1.03 1.06
SKLT 1.16 1.16 1.48 0.92 1.07 1.20
ULTJ 0.40 0.29 0.27 0.21 0.23 0.16
CEKA 1.02 1.39 1.32 0.61 0.54 0.20
MLBI 0.80 3.03 1.74 1.77 1.36 1.47
ROTI 1.32 1.25 1.28 1.02 0.62 0.51
DLTA 0.02 0.30 0.22 0.18 0.16 0.19
SKBM 1.47 1.12 1.22 1.21 0.59 0.70
STTP 1.13 1.08 0.90 1.00 0.69 0.60
Rata-rata 0.95 1.18 1.03 0.84 0.68 0.69
Sumber: Financial Report, data diolah
Tabel 4.5
Debt to Equity Ratio (DER)
Berdasarkan hasil perhitungan Debt to Equity Ratio
masing-masing perusahaan pada tahun 2013 Debt to Equity Ratio
tertinggi dimiliki oleh PT Mayora Indah Tbk sebesar 1.49 dan
terendah dimiliki oleh PT Delta Djakarta Tbk sebesar 0.02. Selama
lima tahun berturut-turut dari Tahun 2014 sampai 2018 Debt to
Equity Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia
Tbk sebesar 3.03 di Tahun 2014. Kemudian Tahun 2015 sebesar
1.74, Tahun 2016 sebesar 1.77. Di Tahun 2017 sebesar 1.36, dan
terakhir Tahun 2018 sebesar 1.47. Sedangkan, Debt to Equity Ratio
terendah dimiliki oleh PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk sebesar
0.29 di Tahun 2014. Kemudian Tahun 2015 sampai tahun 2017
106
Debt to Equity Ratio terendah dimiliki oleh PT. Delta Djakarta Tbk
sebesar 0.22 pada Tahun 2015.
Sumber: Financial Report, data diolah
Gambar 4.4
Debt to Equity Ratio (DER)
Pada Tahun 2016 sebesar 0.18. Di Tahun 2017 sebesar
0.16, dan terakhir Tahun 2018 Debt to Equity Ratio terendah
dimiliki oleh PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk sebesar 0.16.
e. Deskripsi Variabel Current Ratio (CR)
Menurut Kasmir (2016:134) menerangkan bahwa rasio lancar
atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi,
sedangkan rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio 2013 Debt to Equity Ratio 2014
Debt to Equity Ratio 2015 Debt to Equity Ratio 2016
Debt to Equity Ratio 2017 Debt to Equity Ratio 2018
107
aktiva lancar yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik
terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum
menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan
aktiva tetap (Mamduh, 2006:75).
Semakin tinggi rasio ini semakin besar kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban jangka pendek. Artinya, setiap saat
perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-
kewajiban jangka pendeknya. Tetapi rasio lancar yang terlalu
tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber
likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan
untuk membayar dividen, membayar utang jangka panjang atau
untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih
(Darsono & Ashari, 2005:52)
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 1.67 1.81 1.71 1.51 1.50 1.07
ICBP 2.41 2.19 2.33 2.41 2.43 1.95
MYOR 2.40 2.09 2.37 2.25 2.39 2.65
SKLT 1.23 1.18 1.19 1.32 1.26 1.22
ULTJ 2.47 3.34 3.75 4.84 4.19 4.40
CEKA 1.63 1.47 1.53 2.19 2.22 5.11
MLBI 0.51 0.51 0.58 0.68 0.83 0.78
ROTI 1.14 1.37 2.05 2.96 2.26 3.57
DLTA 4.71 4.47 6.42 7.60 8.64 7.20
SKBM 1.25 1.48 1.15 1.11 1.64 1.38
STTP 1.14 1.48 1.58 1.65 2.62 1.85
Rata-rata 1.87 1.95 2.24 2.59 2.72 2.84
Sumber: Financial Report, data diolah
Tabel 4.6
Current Ratio (CR)
108
Berdasarkan Tabel 4.6 hasil perhitungan Current Ratio
masing-masing perusahaan selama enam tahun berturut-turut dari
Tahun 2013 sampai 2018 Current Ratio tertinggi dimiliki oleh PT.
Delta Djakarta Tbk sebesar 4.71 di Tahun 2013 dan 4.47 di Tahun
2014. Kemudian Tahun 2015 sebesar 6.42, Tahun 2016 sebesar
7.60.
Sumber: Financial Report, data diolah
Gambar 4.5
Current Ratio (CR)
Di Tahun 2017 sebesar 8.64, dan terakhir Tahun 2018
sebesar 7.20. Sedangkan, Current Ratio terendah dimiliki oleh PT.
Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 0.51 di Tahun 2013 dan 0.51
di Tahun 2014. Kemudian Tahun 2015 sebesar 0.58, Tahun 2016
sebesar 0.68. Di Tahun 2017 sebesar 0.83, dan terakhir Tahun 2018
sebesar 0.78.
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Current Ratio
Current Ratio 2013 Current Ratio 2014 Current Ratio 2015
Current Ratio 2016 Current Ratio 2017 Current Ratio 2018
109
f. Deskripsi Variabel Ukuran Perusahaan
Menurut Brigham & Haouston (2010:4) ukuran perusahaan
merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang ditunjukan
dan dinilai oleh total asset, total penjualan, jumlah laba, beban pajak
dan lain-lain. Kemudian menurut Consoladi et al (2014) ukuran
perusahaan dapat mempengaruhi kinerja sosial perusahaan karena
perusahaan yang besar mempunyai pandangan yang lebih jauh,
sehingga lebih berpartisipasi dalam menumbuhkan kinerja sosial
perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi
yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan
sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut
semakin banyak. Ukuran perusahaan dapat diproksikan ke dalam
logaritma natural dari total aktiva (Brigham dan Houston, 2001).
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 18.17 20.27 20.34 20.22 20.29 20.39
ICBP 16.87 21.04 20.09 20.18 20.27 20.35
MYOR 29.90 21.45 21.06 20.19 20.33 20.30
SKLT 26.43 26.53 26.66 26.07 26.18 26.30
ULTJ 28.66 28.70 28.90 29.08 25.00 23.00
CEKA 27.70 27.88 27.03 27.99 27.96 27.79
MLBI 14.39 24.00 23.00 21.00 20.00 20.00
ROTI 28.23 28.39 28.63 28.70 29.15 29.11
DLTA 20.58 20.72 20.76 20.87 20.90 21.14
SKBM 26.93 27.20 27.36 27.63 28.12 28.20
STTP 28.02 28.16 28.28 28.48 27.48 26.60
Rata-rata 24.17 24.94 24.74 24.58 24.15 23.93
Sumber: Financial Report, data diolah
Tabel 4.7
Ukuran Perusahaan
110
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil perhitungan Ukuran
Perusahaan masing-masing perusahaan selama empat tahun
berturut-turut dari Tahun 2013 sampai 2016 Ukuran Perusahaan
tertinggi dimiliki oleh PT. Ultra Jaya Milk industry Tbk sebesar
28.66 di Tahun 2013 dan 28.70 di Tahun 2014. Kemudian Tahun
2015 sebesar 28.90, Tahun 2016 sebesar 29.08. Di Tahun 2017 dan
Tahun 2018 Ukuran Perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT. Nippon
Indosari Corpindo Tbk sebesar 29.15 Tahun 2017 dan pada Tahun
2018 sebesar 29.11.
Sumber: Financial Report, data diolah
Gambar 4.6
Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan terendah pada tahun 2013 dimiliki oleh
PT Multi Bintang Tbk sebesarn 14.39 dan selama tiga tahun
berturut-turut dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Firm Size
Firm Size 2013 Firm Size 2014 Firm Size 2015
Firm Size 2016 Firm Size 2017 Firm Size 2018
111
Tbk sebesar 21.04 di Tahun 2014. Kemudian Tahun 2015 sebesar
20.09, Tahun 2016 sebesar 20.18. Di dua tahun terakhir Ukuran
Perusahaan terendah dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia
Tbk sebesar 20.00 pada Tahun 2017, dan terakhir Tahun 2018
sebesar 20.00.
g. Deskripsi Variabel Return on Asset (ROA)
Return on Assets merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan laba dari aktiva yang dipergunakannya
(Sartono, 2010). ROA adalah rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atas
suatu ukuran tentang aktivitas manajemen (Kasmir, 2013).
Indikator yang dapat digunakan sebagai pengukuran profitabilitas
perusahaan adalah ROA yang merupakan pengembalian atas aset
yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan bersih perusahaan
(Keown, 2008).
Return on Assets merupakan salah satu rasio profitabilitas.
Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini yang paling sering
disoroti. Karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan
menghasilkan keuntungan ROA mampu mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk
kemudian diproyeksikan dimasa yang akan datang. Asset atau
aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan yang
diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah
112
diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang
digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 0.04 0.06 0.04 0.06 0.06 0.05
ICBP 0.11 0.10 0.11 0.13 0.11 0.14
MYOR 0.10 0.04 0.11 0.11 0.11 0.10
SKLT 0.04 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04
ULTJ 0.12 0.10 0.15 0.07 0.14 0.13
CEKA 0.06 0.03 0.11 0.05 0.08 0.08
MLBI 0.66 0.36 0.24 0.43 0.53 0.42
ROTI 0.09 0.09 0.10 0.10 0.03 0.03
DLTA 0.31 0.29 0.18 0.09 0.11 0.22
SKBM 0.12 0.14 0.05 0.02 0.02 0.01
STTP 0.08 0.07 0.10 0.07 0.09 0.10
Rata-rata 0.16 0.12 0.11 0.11 0.12 0.12
Sumber: Financial Report, data diolah
Tabel 4.8
Return On Asset (ROA)
Berdasarkan Tabel 4.8 hasil perhitungan Return on Asset
masing-masing perusahaan pada Grafik 4.7 Selama enam tahun
berturut-turut dari Tahun 2013 sampai 2018 Return on Asset
tertinggi dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar
0.66 di Tahun 2013 dan 0.36 di Tahun 2014. Kemudian Tahun
2015 sebesar 0.24, Tahun 2016 sebesar 0.43. Di Tahun 2017
sebesar 0.53, dan terakhir Tahun 2018 sebesar 0.42. Sedangkan,
Return on Asset terendah pada Tahun 2013 dimiliki oleh PT
Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar 0.04 dan di Tahun 2014
dimiliki oleh PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk sebesar 0.03.
113
Sumber: Financial Report, data diolah
Gambar 4.7
Return On Asset (ROA)
Kemudian Tahun 2015 Return on Asset terendah dimiliki
oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar 0.04, dan selama
tiga tahun berturut-turut Return on Asset terendah dimiliki oleh PT.
Sekar Bumi Tbk sebesar 0.02 Tahun 2016. Di Tahun 2017 sebesar
0.02, dan terakhir Tahun 2018 sebesar 0.01.
2. Pengujian Model Regresi Data Panel
Untuk menentukan model terbaik antara common effect, fixed effect
atau random effect yaitu dengan menggunakan teknik estimasi model.
Terdapat dua teknik, pertama uji chow untuk memilih antara model
common effect atau fixed effect dan kedua uji hausman yang digunakan
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Return On Asset
ROA 2013 ROA 2014 ROA 2015 ROA 2016 ROA 2017 ROA 2018
114
untuk memilih antara model fixed effect atau random effect yang
terbaik dalam mengestimasi regresi data panel.
a. Common Effect Model
Langkah pertama yang dilakukan untuk melakukan pemilihan
model dengan melakukan uji chow adalah meregresikan data panel
menggunakan bentuk model common effect.
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Common Effect Model
T
K
e
t
e
S
umber: Output Eviews, data diolah
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 08/24/19 Time: 17:14
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Perp Kas 0.000172 0.000164 1.049865 0.2981
Perp Piutang -0.003985 0.001717 -2.321205 0.0237
Perp Pers 0.000124 0.000206 0.602452 0.5492
DER 0.019951 0.038509 0.518103 0.6063
CR -0.009191 0.012227 -0.751760 0.4552
UP -0.017497 0.003818 -4.582593 0.0000
C 0.606639 0.126912 4.779980 0.0000 R-squared 0.326183 Mean dependent var 0.122879
Adjusted R-squared 0.257659 S.D. dependent var 0.121412
S.E. of regression 0.104607 Akaike info criterion -1.577201
Sum squared resid 0.645620 Schwarz criterion -1.344965
Log likelihood 59.04764 Hannan-Quinn criter. -1.485434
F-statistic 4.760147 Durbin-Watson stat 0.402822
Prob(F-statistic) 0.000512
115
b. Fixed Effect Model
Langkah kedua yaitu dengan meregresikan data panel
menggunakan fixed effect model.
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Fixed Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 08/24/19 Time: 17:15
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Perp Kas 0.000396 0.000129 3.078313 0.0034
Perp Piutang 0.004698 0.001813 2.590536 0.0126
Perp Pers 0.000362 0.000104 3.494169 0.0010
DER -0.031270 0.019499 -1.603643 0.1152
CR -0.035051 0.007889 -4.443133 0.0001
UP -0.019930 0.004180 -4.767767 0.0000
C 0.618869 0.106359 5.818704 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.922115 Mean dependent var 0.122879
Adjusted R-squared 0.896683 S.D. dependent var 0.121412
S.E. of regression 0.039025 Akaike info criterion -3.431898
Sum squared resid 0.074626 Schwarz criterion -2.867896
Log likelihood 130.2526 Hannan-Quinn criter. -3.209034
F-statistic 36.25838 Durbin-Watson stat 2.214226
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews, data diolah
c. Uji Chow
Uji chow adalah alat ukur untuk menguji test for equality of
coefficients atau uji kesamaan koefisien test yang ditemukan oleh
116
Grerory Chow (Ghozali, 2013). Uji chow merupakan uji dalam
membandingkan common effect model dengan fixed effect model.
Dalam penentuan model ini didapatkan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Common effect Model
Ha : Fixed Effect Model
Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak sehingga model yang
digunakan adalah fixed effect, begitu pula sebaliknya jika nilai
probabilitas > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga
model yang digunakan adalah common effect.
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Uji Chow
Sumber: Output Eviews, data diolah
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji chow diatas bahwa nilai
probabilitas Cross-section Chi-square < nilai signifikansi (0.0000
< 0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat diambil
kesimpulan bahwa model yang dipilih berdasarkan uji chow adalah
fixed effect model.
d. Random Effect Model
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 36.309576 (10,49) 0.0000
Cross-section Chi-square 140.542739 10 0.0000
117
Langkah selanjutnya adalah meregresikan model ke dalam
random effect model untuk dapat melakukan uji hausman dalam
membandingkan antara fixed effect model atau random effect model
dalam menentukan model mana yang terbaik digunakan dalam
regresi data panel.
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Random Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/24/19 Time: 17:16
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Perp Kas 0.000305 0.000119 2.550172 0.0134
Perp Piutang 0.002677 0.001627 1.645519 0.1052
Perp Pers 0.000374 9.93E-05 3.772012 0.0004
DER -0.028409 0.018890 -1.503945 0.1379
CR -0.031308 0.007502 -4.173224 0.0001
UP -0.020607 0.003798 -5.425945 0.0000
C 0.660816 0.102157 6.468608 0.0000 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.110713 0.8895
Idiosyncratic random 0.039025 0.1105 Weighted Statistics R-squared 0.506387 Mean dependent var 0.017502
Adjusted R-squared 0.456189 S.D. dependent var 0.054986
S.E. of regression 0.040548 Sum squared resid 0.097006
F-statistic 10.08779 Durbin-Watson stat 1.668810
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared -0.106761 Mean dependent var 0.122879
Sum squared resid 1.060446 Durbin-Watson stat 0.152657
Sumber: output Eviews, data diolah
118
e. Uji Hausman
Uji hausman bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek
random di dalam panel data (Ghozali, 2013). Uji hausman
merupakan uji dalam membandingkan antara fixed effect model
dengan random effect model dimana akan ditentukan model mana
yang baik digunakan dalam regresi data panel. Dalam penentuan
model ini didapatkan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Random Effect Model
Ha : Fixed Effect Model
Jika nilai probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
sehingga model regresi yang digunakan adalah fixed effect,
sebaliknya jika nilai probabilitas > 0.05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak sehingga model regresi yang digunakan adalah random
effect.
Tabel 4.13
Hasil Pengujian Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 10.227448 6 0.1154
Sumber: Output Eviews, data diolah
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji hausman diatas diperoleh
nilai probabilitas Cross-section random > nilai signifikansi (0.1154
119
> 0.05) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat diambil
kesimpulan bahwa model yang dipilih berdasarkan uji hausman
adalah random effect model.
3. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk mengetahui model regresi variabel dependen,
variabel independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak.
Gambar 4.8
Pengujian Normalitas Data
0
2
4
6
8
10
12
14
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3
Series: Standardized Residuals
Sample 2013 2018
Observations 66
Mean 2.22e-16
Median -0.040206
Maximum 0.318528
Minimum -0.213703
Std. Dev. 0.127728
Skewness 0.594043
Kurtosis 2.625089
Jarque-Bera 4.268295
Probability 0.118345
Sumber: Output Eviews, data diolah
120
Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa data penelitian
memiliki nilai probability sebesar 0.118345 dimana nilai tersebut
lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
dalam penelitian ini berdistribusi normal.
b. Uji Muktikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada
tidaknya hubungan antara beberapa variabel bebas dalam model
regresi (Ghazali, 2013). Penelitian dilakukan pengujian terhadap
data bahwa data harus terbebas dari gejala multikolinieritas, gejala
ini ditunjukan dengan korelasi antar variabel independen.
Pengujian dalam uji multikolinieritas dengan melihat nilai
koefisien korelasi antar variabel independen. hal ini akan
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.14
Hasil Pengujian Multikolinieritas
Sumber: Output Eviews, data diolah
Perp Kas Perp Piu Perp Pers DER CR UP
Perp Kas 1.000000 0.286256 -0.064543 -0.035904 -0.055689 0.396174
Perp Piu 0.286256 1.000000 -0.020451 -0.047729 -0.283253 -0.020732
Perp Pers -0.064543 -0.020451 1.000000 0.164306 -0.023748 0.207221
DER -0.035904 -0.047729 0.164306 1.000000 -0.699172 0.070043
CR -0.055689 -0.283253 -0.023748 -0.699172 1.000000 -0.117083
UP 0.396174 -0.020732 0.207221 0.070043 -0.117083 1.000000
121
Berdasarkan tabel 4.14 hasil multikolinieritas diatas dapat
diketahui bahwa hubungan antar variabel independen Perputaran
Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Debt to Equity
Ratio (DER), Current Ratio (CR) dan Ukuran Perusahaan tidak ada
yang menunjukkan nilai korelasi > 0.80. Nilai korelasi tertinggi
yaitu antara Perputaran Kas dengan Ukuran Perusahaan sebesar
0.396174 dimana nilai korelasi 0.396174 < 0.80. Maka dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti dalam
model tidak terjadi gejala multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini
maka digunakan uji Durbin Watson (DW).
Tabel 4.15
Hasil Pengujian Autokorelasi
R-squared 0.821224 Mean dependent var 0.116000
Adjusted R-squared 0.794597 S.D. dependent var 0.106347
S.E. of regression 0.048198 Sum squared resid 0.109182
F-statistic 30.84260 Durbin-Watson stat 2.252876
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews, data diolah
122
Pada tabel 4.15 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar
2.252876 nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan
menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sample (n) 66 dan
jumlah varibel independen (k) adalah 6. Maka dari tabel didapat
nilai du = 1.8041 dan 6 - du = 6 - 1.8041 = 4.1959. Oleh karena
nilai du < d < 6-du atau 1.8041 < 2.252876 < 4.1959 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi baik positif maupun
negatif.
d. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model
tidak equal terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya
heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang
diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar.
Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat
diidentifikasi dengan Uji Glesjer dengan melihat nilai probability
nya.
Tabel 4.16
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Perp Kas -1.97E-05 4.63E-05 -0.424714 0.6726
Perp Piutang 0.000156 0.000507 0.308224 0.7590
Perp Pers -3.50E-05 4.93E-05 -0.710048 0.4805
DER 0.005868 0.009399 0.624274 0.5349
CR 0.002181 0.003205 0.680472 0.4989
UP -0.000639 0.001163 -0.549595 0.5847
C 0.028289 0.034181 0.827621 0.4112
Sumber: Output Eviews, data diolah
123
Pada tabel 4.16 terlihat bahwa nilai probabilitas dari setiap
variabel independen lebih besar dari 0.05. Dengan demikian pada
persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada gejala
atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi berganda (Multiple Regression Analysis). Sebagaimana yang
sudah dilakukan dalam penentuan model regresi sebelumnya yaitu
dengan menggunakan random effect model.
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013). Jika probabilitas < 0.05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya, jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima
dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
independen berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel
dependen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yang terdiri dari Perputaran Kas, Perputaran Piutang,
Perputaran Persediaan, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan
124
Ukuran Perusahaan terhadap Return On Asset di Bursa Efek
Indonesia secara parsial.
Tabel 4.17
Hasil Pengujian Uji t
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/06/19 Time: 11:38
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Perp Kas 0.000305 0.000119 2.550172 0.0134
Perp Piutang 0.002677 0.001627 1.645519 0.1052
Perp Pers 0.000374 9.93E-05 3.772012 0.0004
DER -0.028409 0.018890 -1.503945 0.1379
CR -0.031308 0.007502 -4.173224 0.0001
UP -0.020607 0.003798 -5.425945 0.0000
C 0.660816 0.102157 6.468608 0.0000
Sumber: Output Eviews, data diolah
Pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On Asset.
Berdasarkan hasil pengujian data panel diatas diperoleh nilai
probabilitas Perputaran Kas < nilai signifikansi (0.0134 < 0.05),
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Perputaran Kas memiliki pengaruh terhadap Return On
Asset. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Return On Asset.
Berdasarkan hasil pengujian data panel diatas diperoleh nilai
probabilitas Perputaran Piutang > nilai signifikansi (0.1052 >
0.05), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Perputaran Piutang tidak memiliki pengaruh
125
terhadap Return On Asset. Pengaruh Perputaran Persediaan
terhadap Return On Asset. Berdasarkan hasil pengujian data panel
diatas diperoleh nilai probabilitas Perputaran Persediaan < nilai
signifikansi (0.004 < 0.05), maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perputaran Persediaan
memiliki pengaruh terhadap Return On Asset. Pengaruh Debt to
Equity Ratio terhadap Return On Asset. Berdasarkan hasil
pengujian data panel diatas diperoleh nilai probabilitas Debt to
Equity Ratio > nilai signifikansi (0.1379 > 0.05), maka Ho diterima
dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity
Ratio tidak memiliki pengaruh terhadap Return On Asset. Pengaruh
Current Ratio terhadap Return On Asset. Berdasarkan hasil
pengujian data panel diatas diperoleh nilai probabilitas Current
Ratio < nilai signifikansi (0.0001 < 0.05), maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Current Ratio
memiliki pengaruh terhadap Return On Asset. Pengaruh Ukuran
Perusahaan terhadap Return On Asset. Berdasarkan hasil pengujian
data panel diatas diperoleh nilai probabilitas Ukuran Perusahaan <
nilai signifikansi (0.0000 < 0.05), maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ukuran Perusahaan
memiliki pengaruh terhadap Return On Asset.
b. Uji Simultan (Uji F)
126
Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Maka dalam penelitian ini uji F digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran
Persediaan, Debt to Equity Ratio, Current Ratio dan Ukuran
Perusahaan secara simultan terhadap Return On Asset.
Jika probabilitas < nilai signifikansi, maka Ho ditolak dan
Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai probabilitas > 0.05 maka
Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran
Persediaan, Debt to Equity Ratio, Current Ratio dan Ukuran
Perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap Return On Asset.
Tabel 4.18
Hasil Pengujian Uji F
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/06/19 Time: 11:38
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances R-squared 0.821224 Mean dependent var 0.116000
Adjusted R-squared 0.794597 S.D. dependent var 0.106347
S.E. of regression 0.048198 Sum squared resid 0.109182
F-statistic 30.84260 Durbin-Watson stat 2.252876
Prob(F-statistic) 0.000000
127
Berdasarkan tabel 4.18 hasil uji F diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.000000 < 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa variabel Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran
Perseediaan, Debt to Equity Ratio, Current Ratio dan Ukuran
Perusahaan secara bersama-sama memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap Return On Asset.
c. Koefisien Determinasi (Adj R Square)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan model dalam penelitian menerangkan
variabel dependen. Dalam penelitian ini (R²) yang digunakan
adalah nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi model regresi
terbaik karena menggunakan lebih dari satu variabel independen.
Tabel 4.19
Hasil Pengujian Adj R Square
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/06/19 Time: 11:38
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances R-squared 0.821224 Mean dependent var 0.116000
Adjusted R-squared 0.794597 S.D. dependent var 0.106347
S.E. of regression 0.048198 Sum squared resid 0.109182
F-statistic 30.84260 Durbin-Watson stat 2.252876
Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber: Output Eviews, data diolah
128
Berdasarkan hasil regresi tabel 4.19 nilai Adjusted R-
Squared sebesar 79.46% hal ini menunjukkan bahwa variabel
Return On Asset dapat dijelaskan oleh variabel independen
(Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Debt
to Equtiy Ratio, Current Ratio dan Ukuran Perusahaan) sebesar
79.46% dan sisanya (100% - 79.46% = 20.54%) 20.54% dijelaskan
oleh variabel diluar model regresi penelitian.
5. Koefisien Hasil Analisis Regresi
Adapun hasil regresi yang menyatakan pengaruh Perputaran Kas,
Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Debt to Equity Ratio,
Current Ratio, dan Ukuran Perusahaan terhadap Return On Asset di
Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 4.20
Hasil Analisis Regresi
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/06/19 Time: 11:38
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Perp Kas 0.000305 0.000119 2.550172 0.0134
Perp Piutang 0.002677 0.001627 1.645519 0.1052
Perp Pers 0.000374 9.93E-05 3.772012 0.0004
DER -0.028409 0.018890 -1.503945 0.1379
CR -0.031308 0.007502 -4.173224 0.0001
UP -0.020607 0.003798 -5.425945 0.0000
C 0.660816 0.102157 6.468608 0.0000
129
Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.110713 0.8895
Idiosyncratic random 0.039025 0.1105 Weighted Statistics R-squared 0.821224 Mean dependent var 0.116000
Adjusted R-squared 0.794597 S.D. dependent var 0.106347
S.E. of regression 0.048198 Sum squared resid 0.109182
F-statistic 30.84260 Durbin-Watson stat 2.252876
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared -0.106761 Mean dependent var 0.122879
Sum squared resid 1.060446 Durbin-Watson stat 0.152657
Sumber: Output Eviews, data diolah
Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi
untuk mengetahui pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang,
Perputaran Persediaan, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan
Ukuran Perusahaan terhadap Return On Asset sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Return On Asset
a = Konstanta
X1 = Perputaran Kas
X2 = Perputaran Piutang
X3 = Perputaran Persediaan
X4 = Debt to Equity Ratio
X5 = Current Ratio
Y = 0.660816 + 0.000305 X1 + 0.002677 X2 + 0.000374 X3 -
0.028409 X4 - 0.031308 X5 – 0.020607 X6 + ei
130
X6 = Ukuran Perusahaan
ei = Error term
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di
atas dapat diartikan sebagai berikut:
Konstanta sebesar 0.660816 menunjukkan bahwa variabel
independen (Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran
Persediaan, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan Ukuran
Perusahaan) adalah konstan, maka nilai Return On Asset adalah
0.660816. Koefisien regresi variabel Perputaran Kas (X1) sebesar
0.000305 menunjukan bahwa jika variabel Perputaran Kas
meningkat satu satuan maka variabel Return On Asset akan
mengalami peningkatan sebesar 0.000305 satuan rupiah dengan
ketentuan variabel lain konstan. Koefisien regresi variabel
Perputaran Piutang (X2) sebesar 0.002677 menunjukan bahwa jika
variabel Perputaran Piutang meningkat satu satuan maka variabel
Return On Asset akan mengalami peningkatan sebesar 0.002677
satuan rupiah dengan ketentuan variabel lain konstan. Koefisien
regresi variabel Perputaran Persediaan (X3) sebesar 0.000374
menunjukan bahwa jika variabel Perputaran Persediaan meningkat
satu satuan maka variabel Return On Asset akan mengalami
peningkatan sebesar 0.000374 satuan rupiah dengan ketentuan
variabel lain konstan. Koefisien regresi variabel Debt to Equity
Ratio (X4) sebesar -0.028409 menunjukan bahwa jika variabel
131
Debt to Equity Ratio meningkat satu satuan maka variabel Return
On Asset akan mengalami penurunan sebesar 0.028409 satuan
rupiah dengan ketentuan variabel lain konstan. Koefisien regresi
variabel Current Ratio (X5) sebesar -0.031308 menunjukan bahwa
jika variabel Current Ratio meningkat satu satuan maka variabel
Return On Asset akan mengalami penurunan sebesar 0.031308
satuan rupiah dengan ketentuan variabel lain konstan. Koefisien
regresi variabel Ukuran Perusahaan (X6) sebesar -0.020607
menunjukan bahwa jika variabel Ukuran Perusahaan meningkat
satu satuan maka variabel Return On Asset akan mengalami
penurunan sebesar 0.020607 satuan rupiah dengan ketentuan
variabel lain konstan.
D. Interpretasi Hasil Penelitian
Tabel 4.21
Tabel Interpretasi Penelitian
Variabel
Independen
Prob Sig Keterangan
Perputaran Kas 0.0134 0.05 Berpengaruh terhadap
Return On Asset
Perputaran Piutang
0.1052 0.05
Tidak Berpengaruh
terhadap Return On Asset
Perputaran
Persediaan 0.0004 0.05
Berpengaruh terhadap
Return On Asset
Debt to Equity
Ratio (DER)
0.1379 0.05
Tidak Berpengaruh
terhadap Return On Asset
132
Variabel
Independen
Prob Sig Keterangan
Current Ratio (CR) 0.0001 0.05 Berpengaruh terhadap
Return On Asset
Ukuran Perusahaan 0.0000 0.05 Berpengaruh terhadap
Return On Asset
Sumber: Output Eviews, data diolah
Pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On Asset. Menunjukkan
hasil penelitian bahwa variabel Perputaran Kas memiliki pengaruh
terhadap Return On Asset, sehingga penelitian ini menerima (H1) yang
menyatakan bahwa Perputaran Kas memiliki pengaruh signifikan terhadap
Return On Asset. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji hipotesis 0.0134
< 0.05 yaitu nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai signifikan 5%.
Dan sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Sari, et al (2019)
dan Mulyana (2014) yang menyatakan bahwa Perputaran Kas memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Profitabilitas.
Kas merupakan aktiva paling likuid atau merupakan salah satu
unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya (yang paling mudah
diubah menjadi uang dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
perusahaan), yang berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki
perusahaan maka semakin tinggi pula likuiditasnya. Ini berarti bahwa
perusahaan memiliki resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi
kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus
memiliki dan mempertahankan kas dalam jumlah besar, karena semakin
133
besar kas perusahaan akan menyebabkan banyaknya uang menganggur
sehingga akan memperkecil keuntungan perusahaan. Tetapi suatu
perusahaan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan
likuiditasnya, maka perusahaan tersebut akan dalam keadaan likuid jika
sewaktu-waktu ada tagihan (Riyanto, 2008).
Menurut Sudana (2011:21) semakin tinggi perputaran kas akan
semakin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan
kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Hasil
perhitungan rasio perputaran kas dapat diartikan bahwa apabila rasio
perputaran kas tinggi, ini berarti ketidakmampuan perusahaan dalam
membayar tagihan, dan sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah,
dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam
waktu singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang
lebih sedikit.
Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Return On Asset.
Menunjukkan hasil penelitian bahwa variabel Perputaran Piutang tidak
memiliki pengaruh terhadap Return On Asset, sehingga penelitian ini
menerima hipotesis (Ho) yang menyatakan bahwa Perputaran Piutang tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap Return On Asset. Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil uji hipotesis 0.1052 > 0.05 yaitu nilai probabilitas
yang lebih besar dari nilai signifikan 5%. Dan sejalan dengan penelitian
lain yang dilakukan oleh Roni & Djumahir (2018) yang menyatakan
134
bahwa Perputaran Piutang tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Profitabilitas.
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya
waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Tingkat perputaran piutang
dapat diketahui dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo
rata-rata piutang. Piutang yang dimiliki oleh perusahaan mempunyai
hubungan erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dapat
dihitung menggunakan rasio perputaran piutang (Riyanto, 2008).
Sartono (2010:119) menyatakan bahwa semakin cepat periode
berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat
kembali menjadi kas. Sedangkan menurut Sudana (2011:22) menyatakan
semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin efektif dan efisien
manajemen piutang yang dilakukan perusahaan.
Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Perputaran
Piutang tidak memiliki pengaruh terhadap Return On Asset yang berarti
perusahaan tidak dapat mengubah secara cepat Perputaran Piutangnya
untuk menjadi kas perusahaan, selain itu dari data yang diolah penulis ada
beberapa perusahaan yang tidak dapat mengelola perputaran piutangnya
paling sedikit diatas 12 kali dalam setahun. Hal ini juga diperkuat dengan
adanya pendapat menurut Niswonger (2004:337) yang menyatakan bahwa
perputaran piutang merupakan sebuah ukuran seberapa sering piutang
usaha berubah menjadi kas dalam setahun. Dimana, piutang usaha harus
135
berputar sedikit diatas 12 kali dalam setahun. Jika perputaran piutang
perusahaan tergolong rendah itu disebabkan adanya kenaikan pendapatan
yang relatif rendah dan juga masih banyaknya piutang yang tidak tertagih
di setiap tahunnya sehingga perputaran yang dihasilkan rendah.
Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Asset.
Menunjukkan hasil penelitian bahwa variabel Perputaran Persediaan
memiliki pengaruh terhadap Return On Asset, sehingga penelitian ini
menerima (H3) yang menyatakan bahwa Perputaran Persediaan memiliki
pengaruh signifikan terhadap Return On Asset. Hal tersebut dibuktikan
dengan hasil uji hipotesis 0.0004 < 0.05 yaitu nilai probabilitas yang lebih
kecil dari nilai signifikan 5%. Dan sejalan dengan penelitian lain yang
dilakukan oleh Roni & Djumahir (2018) dan Rahmah et al (2016) yang
menyatakan bahwa Perputaran Persediaan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Profitabilitas.
Rasio perputaran persediaan menunjukkan seberapa cepat
perputaran persediaan dalam siklus produksi normal, semakin cepat
perputaran persediaan maka penjualan berjalan cepat, dan perusahaan
dianggap baik dalam usaha memperoleh laba (Harahap, 2011). Dalam
suatu perusahaan, persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif
dalam perusahaan.
Adapun perputaran persediaan menurut Warren (2005) adalah
perputaran persediaan mengukur hubungan antara volume barang dagang
136
yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode
berjalan. Besarnya hasil perhitungan persediaan menunjukkan tingkat
kecepatan persediaan menjadi kas atas piutang dagang. Menurut Sudana
(2011:22) semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, kemungkinan
semakin besar perusahaan akan memperoleh keuntungan. Begitupun
sebaliknya, jika tingkat perputaran persediaan rendah maka kemungkinan
semakin kecil perusahaan akan memperoleh keuntungan.
Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return On Asset.
Menunjukkan hasil penelitian bahwa variabel Debt to Equity Ratio tidak
memiliki pengaruh terhadap Return On Asset, sehingga penelitian ini
menerima hipotesis (H0) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return On Asset. Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil uji hipotesis 0.1379 > 0.05 yaitu nilai probabilitas
yang lebih besar dari nilai signifikan 5%. Dan sejalan dengan penelitian
lain yang dilakukan oleh Bahari, et al (2018) Barus & Leliani (2013) yang
menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Profitabilitas.
Menurut Kasmir (2013:157) Debt to Equity Ratio merupakan rasio
yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio
ini dengan cara membandingkan antara seluruh utang termasuk utang
lancar dengan seluruh ekuitas. Menurut Sartono (2010:217) Debt to Equity
Ratio merupakan imbangan antara utang yang dimiliki perusahaan dengan
modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin
137
sedikit dengan utangnya. Menurut Hanafi dan Halim (2009:82) Debt to
Equity Ratio merupakan rasio yang dapat menunjukkan hubungan antara
jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh kreditur dengan
jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.
Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Debt to
Equity Ratio tidak memiliki pengaruh terhadap Return On Asset yang
berarti setiap perusahaan banyak dibiayai dengan utang dibandingkan
dengan modal sendiri. Sehingga jika perusahaan tidak mampu mengelola
kewajibannya dalam upaya menunjang produktivitasnya maka perusahaan
akan menanggung risiko kerugian yang tinggi dan akan mempengaruhi
tingkat ROA.
Pengaruh Current Ratio terhadap Return On Asset. Menunjukkan
hasil penelitian bahwa variabel Current Ratio memiliki pengaruh terhadap
Return On Asset, sehingga penelitian ini menerima (H5) yang menyatakan
bahwa Current Ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap Return On
Asset. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji hipotesis 0.0001 < 0.05
yaitu nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai signifikan 5%. Dan
sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Salem & Ur Rehman
(2011) dan Wulansari (2010) yang menyatakan bahwa Current Ratio
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Profitabilitas.
Menurut Prihadi (2014:256) menyatakan Rasio lancar (Current
Ratio) adalah rasio perbandingan antara asset lancar dengan hutang lancar.
138
Perhitungan rasio ini bertujuan untuk mengetahui sampai berapa jauh
sebenarnya jumlah asset lancar perusahaan dapat menjamin hutang dari
kreditor jangka pendek. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin terjamin
pembayaran hutang jangka pendek perusahaan kepada kreditor. Wild, J.
Johan (2005:188) menyatakan bahwa alasan digunakan rasio lancar secara
luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuan untuk mengukur: i)
Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Semakin tinggi perkalian
kewajiban lancar terhadap aktiva lancar, semakin besar keyakinan bahwa
kewajiban lancar akan dibayar. ii) Penyangga kerugian. Semakin besar
penyangga, semakin kecil risikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat
keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aktiva lancar non
kas pada saat aktiva tersebut dilepas atau dilikuidasi. iii) Cadangan dana
lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat kemampuan terhadap
ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan
kejutan seperti adanya pemogokan dan kerugian luar biasa dapat
membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Return On Asset.
Menunjukkan hasil penelitian bahwa variabel Ukuran Perusahaan
memiliki pengaruh terhadap Return On Asset, sehingga penelitian ini
menerima (H6) yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan memiliki
pengaruh signifikan terhadap Return On Asset. Hal tersebut dibuktikan
dengan hasil uji hipotesis 0.0000 < 0.05 yaitu nilai probabilitas yang lebih
kecil dari nilai signifikan 5%. Dan sejalan dengan penelitian lain yang
139
dilakukan oleh Ambarwati et al (2015) Barus & Leliani (2013) dan
Wulansari (2010) yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Profitabilitas.
Ukuran perusahaan memengaruhi kemampuan perusahaan untuk
memperoleh tambahan modal eksternal untuk membiayai aktivitas
operasional perusahaan. Perusahaan yang lebih besar akan semakin mudah
untuk mendapat dana eksternal berupa hutang dalam jumlah yang besar
sehingga akan membantu kegiatan operasional perusahaan yang kemudian
menyebabkan produktivitas perusahaan meningkat sehingga profitabilitas
perusahaan juga akan meningkat pula. Perusahaan yang berada pada
pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan sumber dana
atau modal yang semakin besar, begitu juga sebaliknya (Sartono, 2010).
Ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang
dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan kebijakan utangnya.
Perusahaan besar diantaranya memiliki keuntungan aktivitas serta lebih
dikenal oleh publik dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga
kebutuhan hutang perusahaan yang besar akan lebih tinggi dari perusahaan
kecil. Selain itu, semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan
semakin transparan dalam mengungkapkan kinerja perusahaan kepada
pihak luar, dengan demikian perusahaan semakin mudah mendapatkan
pinjaman karena semakin dipercaya oleh kreditur (Purnamasari, 2015).
140
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari hasil penelitian dengan
melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi data
panel, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara simultan (uji F)
diketahui bahwa nilai Probability (F-statistic) 0.000000 < 0.05 maka
terdapat pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara variabel
independen Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran
Persediaan, Debt to Equity Ratio, Current Ratio dan Ukuran
Perusahaan terhadap Return On Asset pada perusahaan-perusahaan
Food and Beverages tahun 2013-2018 pada tingkat signifikansi 5%.
2. Hasil uji regresi data panel ditemukan bahwa secara parsial (uji t)
variabel Perputaran Kas, Perputaran persediaan, Current Asset dan
Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset,
sedangkan Perputaran Piutang dan Debt to Equtiy Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset.
B. Saran dan Implikasi
Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan peneliti,
penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih
banyak yang perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitian-
141
penelitian berikutnya, beberapa saran perlu ditambahkan guna penelitian
yang lebih baik lagi, adapun sarannya sebagai berikut:
1. Menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sebagai sempel penelitian sehingga dapat mencerminkan
keadaan pasar yang sesungguhnya yang terjadi di Bursa Efek
Indonesia.
2. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah
data, sehingga akan mendapatkan hasil data yang lebih baik.
3. Menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi Return On Asset
sehingga dapat memperluas penelitian.
4. Menggunakan Tools analisis yang lebih baik dan terbaru sehingga
akan menghasilkan data yang lebih akurat.
Implikasi:
Return On Asset merupakan rasio yang menjadi ukuran perusahaan
dan menjadi patokan dalam melakukan investasi dan merupakan suatu
cerminan dari suatu perusahaan semakin tingginya rasio Return On Asset
maka akan semakin tinggi Asset yang dimiliki perusahaan maka akan
menjadi patokan bagi investor dalam melakukan investasinya.
Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu
yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuannya, yaitu:
142
1. Implikasi Bagi Investor
Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur
ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan
diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena investor
menghadapi kesempatan investasi yang berisiko maka pilihan investasi
tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan saja tetapi
investor harus bersedia menanggung risiko atas investasinya. Oleh
karena itu dalam melakukan investasi, investor seharusnya
mempertimbangkan secara matang mengenai beberapa hal yang sangat
penting dalam pengambilan keputusan investasi yang dilakukannya,
sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih baik lagi dan untuk
mengetahui perubahan-perubahan sehingga tidak salah dalam
melakukan investasi.
2. Implikasi Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan
pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang
berhubungan dengan investasi.
3. Implikasi Bagi Akademis
Penilaian analisis pengaruh yaitu Perputaran Kas, Perputaran
Piutang, Perputaran persediaan, Current Asset dan Ukuran Perusahaan
terhadap Return On Asset yang mempengaruhi Return On Asset dapat
dijadikan tambahan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
143
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, S. N., Gede, A. Y., & Ni, K. S. 2015. Pengaruh Modal Kerja,
Likuiditas, Aktivitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Journal
Universitas Pendidikan Ganesha. 3(1). 1-11
Asnawi, S. K., & Chandra, W. 2005. Riset Keuangan: Pengujian-pengujian
Empiris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bahari, S., Dedi, H., & Heni, S. 2018. Pengaruh Solvabilitas, Likuiditas dan
Aktivitas terhadap Profitabilitas Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur,
Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di BEI. Jurnal Produktivitas. 5(1).
1-7.
Barus, C. A., & Leliani. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. 3(2). 1-11. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil.
Bramasto, Z. 2008. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. Yogyakarta:
Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.
Brigham, E. F., & Joel, F. H. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan Buku
2. Jakarta: Erlangga.
Brigham, E. F., & Joel, F. H. 2006. Manajemen Keuangan Buku 1. Edisi 11.
Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, E. F., & Joel, F. H. 2010. Fundamental of FinancialManagement:
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Brealey, R. A. S. C. M., & Alan, J. M. 2001 Fundamentals of Corporate Finance.
Third Edition University of Phoenix.
Chaerul. 2001. Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: Digital Library.
Dahlan, S. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi 2. Cetakan 2. Jakarta:
Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Darsono & Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Yogyakarta: Andi.
Deni, I. 2014. Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan
Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Earl, K. S., James, D. S., & K.Fred, S. 2004. Akuntansi Intermediate. Jakarta:
Salemba Empat.
144
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Risiko Kredit sebagai Pemoderasi
Pengaruh Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan.
16(1). 645-674.
Fahmi, I. 2011. Analisa Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Fahmi, I. 2013. Analisa Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Fajri & Senja. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publiser.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi
Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, A., & Mamduh, M. H. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4.
Yogyakarta: Unit Pelayanan Publik Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.
Harahap, S. S. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persadam.
Harahap, S. S. 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Harahap, S. S. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali
Persada.
Harahap, S. S. 2011. Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rajawali Pers.
Haryanto., Toto., & Sugiharto, S. 2003. Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Industri Minuman di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 3(8).
Husnan, S. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Pendek) buku 2 Edisi 4 Cetakan Pertama. Yogyakarta: Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi.
Horne, J. C. V., & Wachowicz, J. M. 1998. Fundamental of Financial
Management. 8th ed. New Jersey: Prentice Hall International.
Horne, J. C. V., & Wachowicz, J. M. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan
(Fundamental of Financial Management). Edisi 12. Diterjemahkan oleh
Dewi Fitriasari. Jakarta: Salemba Empat.
Jusriani, I. F., Rahardjo., & Shiddiq, N. 2013. Analisis Pengaruh Profitabilitas,
Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang dan Kepemilikan Manajerial
terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011).
Kasmir & Jakfar. 2008. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
145
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan keenam.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kuncoro, M. 2011. Metode Kuantitatif. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.
Keown, A. J. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT.
Macanan Jaya Cemerlang.
Keown, A. J. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Keown, A. J. 2011. Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Indeks.
Keown, A. J. 2011. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Lisa, P., & Christiawan, Y. J. 2013. Analisa Faktor yang Mempengaruhi
Likuiditas Pada Industri Ritel yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia
Tahun 2007-2012. Jurnal Business Accounting Review. 1(2). 298-305.
Mamduh, H. 2006. Manajemen Resiko. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu Manajamen Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.
Mamduh, H. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.
Mansur, M. K. 2015. Pengaruh Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas
(Studi Kasus pada Perusahaan Subsektor Telekomunikasi yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2010-2014). Universitas Islam Negeri
Walisongo.
Martini, D., & Toto, S. 2004. Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja Serta
Pengaruhnya Terhadap Volume Penjualan, Pendapatan Penjualan dan
Laba Bersih PERUMNAS (Studi Kasus Tahun 1999-2003). Majalah
Ekonomi Manajemen dan Komputer No.3 Tahun XII.
Martono & Agus, H. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia Kampus
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Martono & Agus, H. 2005. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Pertama,
Cetakan Kelima. Yogyakarta: Ekonisia.
Martono & Agus, H. 2009. Manajemen Keuangan Edisi 1.Yogyakarta: Ekonisia.
Mulyana, A. Y. 2014. Pengaruh Perputaran Kas Dan Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di
146
Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. Universitas Komputer
Indonesia.
Modigliani, F., & Miller M. H. 1963. Corporate Income Taxes and the Cost of
Capital: A Correction. American Economic Review. 53. 433-443.
Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitiatif.
Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.
Munawar, A. 1995. Dasar-Dasar Teknik Transportasi. Yogyakarta: Beta Offset.
Munawir, S. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Munawir, S. 2010. Analisis laporan Keuangan Edisi keempat. Cetakan Kelima
Belas. Yogyakarta: Liberty.
Niswonger, C. R. C. S. W., & Philip, E. F. 2004. Prinsip-prinsip Akuntansi
(terjemahan), Alih Bahasa: Alfonsus Sirait. Jilid I, Edisi 16. Jakarta:
Erlangga.
Purnamasari, E. P. 2015. Panduan Menyusun SOP Standard Operating
Procedure. Jagakarsa Jakarta: PT. Buku Kita.
Prihadi, Toto. 2014. Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan PSAK.
Jakarta Pusat: Pendidikan dan Pembinaan Manajemen.
Raharja, P., & Hendra, S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akutansi Untuk
Eksekutif Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rahmah, M. A., Wayan, C., & Fridayana, Y. 2016. Pengaruh Likuiditas,
Solvabilitas dan Aktivitas terhadap Profitabilitas pada Perusahaan
Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014.
Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha. 4. 1-8.
Rangkuti, F. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Riyanto, B. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi.
Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta:
Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.
Riyanto, B. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan. Edisi 4. Yogyakarta: Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi.
Riyanto, B. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan ed. 4. Yogyakarta:
Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.
Riyanto, B. 2011. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta:
Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.
147
Roni, H., & Atim D. D. 2018. The Effect of Working Capital Management on
Profitability of State-Owned Enterprise in Processing industry Sector.
Journal of Applied Management (JAM). 16(2). 1-7.
Ross, J., Jiang, H., & Wang, Y. 2003. Fundamentals Of Corporate Finance. Edisi
Sebelas. United States Of America: Irwin.
Safiah, F., & Dr. Ismail, N. 2015. The Effect of Working Capital Management on
the Profitability of Plantation and Petroleum Sector in Malaysia.
International Journal of Accounting & Business Management. . 3(2). 1-23.
Santoso, S., & Fandy, T. 2002. Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Computindo.
Sari, R. I., Theresia., & Charisa, C. A. Vol. 3, No. 1, 2019. The Influence of
Working Capital Turnover, Cash Turnover and Inventory Turnover to
Profitability on PT. Mulia Kekal Abadi in 2014-2016 Period. Jurnal
Aksara Public. 3(1). 1-11.
Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi.
Sartono, A. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.
Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.
Sawir, A. 2004. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sawir, A. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sawir, A. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan
Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
SU, A., Mahtab, N., Islam, N., & Abdullah, M. 2017. Impact of Working Capital
Management on Profitability: A Study on Textile Companies of
Bangladesh. Journal of Business & Financial Affairs. 1-7.
Sudana, I. M. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Sufiana, N., & Ni Ketut, P. 2013. Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang
dan Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas. Universitas Udayana
(Unud).
Suharyadi & Purwanto. 2009. Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern.
Edisi 2 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: CV
Alfabeta.
148
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV Alfabeta.
Suharyadi & Purwanto. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan (Teori, Konsep, dan Aplikasi). Edisi
Pertama, Cetakan Kedua, Yogtakarta: Ekonisia.
Suwito, E., & Arleen, H. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Tindakan Perataan Laba yang dilakukan oleh Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII
Solo. 15-16 September.
Setiadewi, Y. A. K., Ida, B., & Anom, P. 2015. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan
Leverage terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan. Universitas
Udayana.
Syamsudin, L. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi ke 8. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Syamsudin, L. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Syamsudin, L. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Syamsudin, L. 2014. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Kedelapan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Stice, E. K. J. D. S., & Fred, S. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi 16,
Buku 2. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemahan Oleh Ali Akbar. Jakarta:
Salemba Empat.
Schroeder, R. G. 2000. Operations Management: Contemporary Concepts and
Cases, International Edition, Mc Graw-Hill Companies, Inc. Boston.
Tampubolon, M. P. 2013. Manajemen Keuangan. Bogor: Mitra Wacana Media.
Warren, R., & Fess. 2005. Pengantar Akuntansi, Buku 1, edisi 21. Jakarta:
Salemba Empat. (Penerjemah: Aria Farahmita, Amunugrahani dan Taufik
Hendrawan)
Widarjono, A. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Ekonisia.
Wing, W. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews. Yogyakarta:
Unit Pelayanan Publik Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Yayasan
Keluarga Pahlawan Negara.
149
Wild, S., & Halsey. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedelapan.
Diterjemahkan oleh: Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap.
Jakarta: Salemba Empat.
Wild, J. J., Subramanyam, K. R., Halsey., & Robert, F. 2005. Analisis Laporan
Keuangan, buku 2, Edisi 8. (Penerjemah: Yanivi S. Bachtiar dan S.
Nurwahyu Harahap). Jakarta: Salemba Empat.
Wulansari, A. 2010. Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Leverage,
Likuiditas dan Firm Size terhadap Profitabilitas pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yama, I. N., & Septian, A. 2009. Jurnal Perbandingan Karakteristik Perusahaan,
Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham (Studi
Kasus IHSG dan JII tahun 2003-2008).
Yulia, A. A. W., & Ida, B. B. 2015. Pengaruh Leverage, Pertumbuhan Penjualan
dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas. Jurnal Manajemen Unud.
4(7). 1-16
Zulkarnaini. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri Terhadap
Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia. 2(1).
Journal Ichsan.
https://icmd2010.wordpress.com/category/icmd-2000/
https://www.bps.go.id/
https://idx.co.id/
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3946219/pengusaha-makanan-dan
minuman-siap-tambah-modal-rp-63-triliun-pada-
2019?utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.0&utm_referrer=
150
LAMPIRAN 1 (Daftar Perusahaan Objek Penelitian)
Perusahaan Objek Penelitian
NO Kode Nama Perusahaan
1. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
2. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
3. MYOR Mayora Indah Tbk.
4. SKLT Sekar Laut Tbk.
5. ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk.
6. CEKA PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
7. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.
8. ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk.
9. DLTA Delta Djakarta Tbk.
10. SKBM Sekar Bumi Tbk.
11. STTP Siantar Top Tbk.
Sumber : www.idx.co.id
LAMPIRAN 2 (Data Mentah)
Perputaran Kas
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 4.27 4.57 4.70 5.04 5.19 6.52
ICBP 4.56 4.67 4.23 4.29 4.15 5.68
MYOR 7.51 11.01 12.37 11.38 11.12 10.24
SKLT 83.59 83.53 111.47 72.84 70.55 62.33
ULTJ 6.03 7.12 6.57 3.95 2.68 3.07
CEKA 112.12 129.15 180.92 261.31 254.24 525.04
MLBI 29.12 20.48 10.98 8.73 10.82 13.75
ROTI 21.66 14.26 6.42 4.48 1.99 1.73
DLTA 2.39 2.07 1.54 0.64 0.48 0.99
SKBM 20.11 13.65 11.71 14.85 9.87 7.14
STTP 181.88 222.62 268.09 149.32 159.00 142.00
151
Perputaran Piutang
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 17.11 17.28 19.64 18.38 18.30 17.90
ICBP 36.20 34.70 31.70 34.46 34.22 34.71
MYOR 13.47 12.11 12.66 13.21 16.62 25.23
SKLT 9.36 9.11 8.98 1.69 8.14 7.46
ULTJ 10.39 10.26 10.42 10.29 10.09 10.57
CEKA 25.06 32.67 33.85 34.24 22.63 19.59
MLBI 14.47 8.45 9.14 13.18 8.00 6.26
ROTI 9.66 12.98 18.10 18.85 16.42 14.93
DLTA 6.54 5.33 3.86 2.49 2.28 5.47
SKBM 14.32 25.55 14.12 12.88 10.98 9.08
STTP 15.95 19.65 21.41 21.45 23.68 20.12
Perputaran Persediaan
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 5.44 5.60 5.82 5.88 5.54 4.99
ICBP 7.97 7.72 8.25 8.35 7.71 7.20
MYOR 51.53 6.80 5.69 6.92 8.02 6.82
SKLT 6.75 7.33 7.31 7.26 6.42 5.64
ULTJ 5.63 4.77 4.14 4.07 4.24 5.05
CEKA 6.82 8.27 6.50 7.50 8.18 8.97
MLBI 8.96 6.09 6.00 8.28 7.22 6.90
ROTI 27.30 25.32 24.28 26.00 23.43 22.09
DLTA 1.62 1.43 1.25 0.68 1.12 1.26
SKBM 15.99 12.87 10.77 7.58 6.23 5.81
STTP 5.24 5.92 6.62 7.19 7.64 7.21
Debt to Equity Ratio (DER)
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 1.04 1.14 1.13 0.87 0.88 0.93
ICBP 0.60 0.72 0.62 0.36 0.36 0.51
MYOR 1.49 1.53 1.18 1.06 1.03 1.06
SKLT 1.16 1.16 1.48 0.92 1.07 1.20
ULTJ 0.40 0.29 0.27 0.21 0.23 0.16
CEKA 1.02 1.39 1.32 0.61 0.54 0.20
MLBI 0.80 3.03 1.74 1.77 1.36 1.47
ROTI 1.32 1.25 1.28 1.02 0.62 0.51
DLTA 0.02 0.30 0.22 0.18 0.16 0.19
SKBM 1.47 1.12 1.22 1.21 0.59 0.70
STTP 1.13 1.08 0.90 1.00 0.69 0.60
152
Current Ratio (CR)
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 1.67 1.81 1.71 1.51 1.50 1.07
ICBP 2.41 2.19 2.33 2.41 2.43 1.95
MYOR 2.40 2.09 2.37 2.25 2.39 2.65
SKLT 1.23 1.18 1.19 1.32 1.26 1.22
ULTJ 2.47 3.34 3.75 4.84 4.19 4.40
CEKA 1.63 1.47 1.53 2.19 2.22 5.11
MLBI 0.51 0.51 0.58 0.68 0.83 0.78
ROTI 1.14 1.37 2.05 2.96 2.26 3.57
DLTA 4.71 4.47 6.42 7.60 8.64 7.20
SKBM 1.25 1.48 1.15 1.11 1.64 1.38
STTP 1.14 1.48 1.58 1.65 2.62 1.85
Ukuran Perusahaan
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 18.17 20.27 20.34 20.22 20.29 20.39
ICBP 16.87 21.04 20.09 20.18 20.27 20.35
MYOR 29.90 21.45 21.06 20.19 20.33 20.30
SKLT 26.43 26.53 26.66 26.07 26.18 26.30
ULTJ 28.66 28.70 28.90 29.08 25.00 23.00
CEKA 27.70 27.88 27.03 27.99 27.96 27.79
MLBI 14.39 24.00 23.00 21.00 20.00 20.00
ROTI 28.23 28.39 28.63 28.70 29.15 29.11
DLTA 20.58 20.72 20.76 20.87 20.90 21.14
SKBM 26.93 27.20 27.36 27.63 28.12 28.20
STTP 28.02 28.16 28.28 28.48 27.48 26.60
Return On Aseet (ROA)
EMITEN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
INDF 0.04 0.06 0.04 0.06 0.06 0.05
ICBP 0.11 0.10 0.11 0.13 0.11 0.14
MYOR 0.10 0.04 0.11 0.11 0.11 0.10
SKLT 0.04 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04
ULTJ 0.12 0.10 0.15 0.07 0.14 0.13
CEKA 0.06 0.03 0.11 0.05 0.08 0.08
MLBI 0.66 0.36 0.24 0.43 0.53 0.42
ROTI 0.09 0.09 0.10 0.10 0.03 0.03
DLTA 0.31 0.29 0.18 0.09 0.11 0.22
SKBM 0.12 0.14 0.05 0.02 0.02 0.01
STTP 0.08 0.07 0.10 0.07 0.09 0.10
153
LAMPIRAN 3 (Hasil Pengujian Regresi)
Uji Common Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 08/24/19 Time: 17:14
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 0.000172 0.000164 1.049865 0.2981
X2 -0.003985 0.001717 -2.321205 0.0237
X3 0.000124 0.000206 0.602452 0.5492
X4 0.019951 0.038509 0.518103 0.6063
X5 -0.009191 0.012227 -0.751760 0.4552
X6 -0.017497 0.003818 -4.582593 0.0000
C 0.606639 0.126912 4.779980 0.0000 R-squared 0.326183 Mean dependent var 0.122879
Adjusted R-squared 0.257659 S.D. dependent var 0.121412
S.E. of regression 0.104607 Akaike info criterion -1.577201
Sum squared resid 0.645620 Schwarz criterion -1.344965
Log likelihood 59.04764 Hannan-Quinn criter. -1.485434
F-statistic 4.760147 Durbin-Watson stat 0.402822
Prob(F-statistic) 0.000512
Uji Fixed Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 08/24/19 Time: 17:15
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 0.000396 0.000129 3.078313 0.0034
X2 0.004698 0.001813 2.590536 0.0126
X3 0.000362 0.000104 3.494169 0.0010
X4 -0.031270 0.019499 -1.603643 0.1152
X5 -0.035051 0.007889 -4.443133 0.0001
X6 -0.019930 0.004180 -4.767767 0.0000
C 0.618869 0.106359 5.818704 0.0000 Effects Specification
154
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.922115 Mean dependent var 0.122879
Adjusted R-squared 0.896683 S.D. dependent var 0.121412
S.E. of regression 0.039025 Akaike info criterion -3.431898
Sum squared resid 0.074626 Schwarz criterion -2.867896
Log likelihood 130.2526 Hannan-Quinn criter. -3.209034
F-statistic 36.25838 Durbin-Watson stat 2.214226
Prob(F-statistic) 0.000000
Uji Random Effect model
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/24/19 Time: 17:16
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 0.000305 0.000119 2.550172 0.0134
X2 0.002677 0.001627 1.645519 0.1052
X3 0.000374 9.93E-05 3.772012 0.0004
X4 -0.028409 0.018890 -1.503945 0.1379
X5 -0.031308 0.007502 -4.173224 0.0001
X6 -0.020607 0.003798 -5.425945 0.0000
C 0.660816 0.102157 6.468608 0.0000 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.110713 0.8895
Idiosyncratic random 0.039025 0.1105 Weighted Statistics R-squared 0.506387 Mean dependent var 0.017502
Adjusted R-squared 0.456189 S.D. dependent var 0.054986
S.E. of regression 0.040548 Sum squared resid 0.097006
F-statistic 10.08779 Durbin-Watson stat 1.668810
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared -0.106761 Mean dependent var 0.122879
Sum squared resid 1.060446 Durbin-Watson stat 0.152657
155
Uji chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 36.309576 (10,49) 0.0000
Cross-section Chi-square 140.542739 10 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 08/06/19 Time: 10:16
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 0.000178 0.000163 1.092313 0.2791
X2 -0.004123 0.001651 -2.496568 0.0154
X3 0.000172 0.000207 0.828781 0.4106
X4 0.021314 0.037764 0.564392 0.5746
X5 -0.008921 0.011942 -0.746985 0.4580
X6 -0.017987 0.003827 -4.700056 0.0000
C 0.619133 0.126386 4.898731 0.0000 R-squared 0.334910 Mean dependent var 0.122879
Adjusted R-squared 0.267274 S.D. dependent var 0.121412
S.E. of regression 0.103928 Akaike info criterion -1.590237
Sum squared resid 0.637258 Schwarz criterion -1.358001
Log likelihood 59.47783 Hannan-Quinn criter. -1.498470
F-statistic 4.951634 Durbin-Watson stat 0.415806
Prob(F-statistic) 0.000365
Uji hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 10.227448 6 0.1154
Cross-section random effects test comparisons:
156
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. X1 0.000382 0.000299 0.000000 0.0765
X2 0.003834 0.002278 0.000000 0.0133
X3 0.000355 0.000368 0.000000 0.6859
X4 -0.030627 -0.028380 0.000024 0.6443
X5 -0.035770 -0.031732 0.000006 0.1127
X6 -0.020152 -0.020604 0.000003 0.7963
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 08/06/19 Time: 10:18
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.638879 0.104820 6.095017 0.0000
X1 0.000382 0.000129 2.969755 0.0046
X2 0.003834 0.001583 2.422275 0.0192
X3 0.000355 0.000105 3.380305 0.0014
X4 -0.030627 0.019635 -1.559829 0.1252
X5 -0.035770 0.007941 -4.504764 0.0000
X6 -0.020152 0.004204 -4.793117 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.920918 Mean dependent var 0.122879
Adjusted R-squared 0.895095 S.D. dependent var 0.121412
S.E. of regression 0.039324 Akaike info criterion -3.416642
Sum squared resid 0.075773 Schwarz criterion -2.852640
Log likelihood 129.7492 Hannan-Quinn criter. -3.193778
F-statistic 35.66307 Durbin-Watson stat 2.166348
Prob(F-statistic) 0.000000
157
0
2
4
6
8
10
12
14
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3
Series: Standardized Residuals
Sample 2013 2018
Observations 66
Mean 2.22e-16
Median -0.040206
Maximum 0.318528
Minimum -0.213703
Std. Dev. 0.127728
Skewness 0.594043
Kurtosis 2.625089
Jarque-Bera 4.268295
Probability 0.118345
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X1 1.000000 0.286256 -0.064543 -0.035904 -0.055689 0.396174
X2 0.286256 1.000000 -0.020451 -0.047729 -0.283253 -0.020732
X3 -0.064543 -0.020451 1.000000 0.164306 -0.023748 0.207221
X4 -0.035904 -0.047729 0.164306 1.000000 -0.699172 0.070043
X5 -0.055689 -0.283253 -0.023748 -0.699172 1.000000 -0.117083
X6 0.396174 -0.020732 0.207221 0.070043 -0.117083 1.000000
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/06/19 Time: 11:37
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 -1.97E-05 4.63E-05 -0.424714 0.6726
X2 0.000156 0.000507 0.308224 0.7590
X3 -3.50E-05 4.93E-05 -0.710048 0.4805
X4 0.005868 0.009399 0.624274 0.5349
X5 0.002181 0.003205 0.680472 0.4989
X6 -0.000639 0.001163 -0.549595 0.5847
C 0.028289 0.034181 0.827621 0.4112 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.010953 0.1785
158
Idiosyncratic random 0.023498 0.8215 Weighted Statistics R-squared 0.034552 Mean dependent var 0.015806
Adjusted R-squared -0.063629 S.D. dependent var 0.022315
S.E. of regression 0.023014 Sum squared resid 0.031248
F-statistic 0.351922 Durbin-Watson stat 2.879191
Prob(F-statistic) 0.905992 Unweighted Statistics R-squared 0.051373 Mean dependent var 0.023990
Sum squared resid 0.035847 Durbin-Watson stat 2.509811
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/06/19 Time: 11:38
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 0.000305 0.000119 2.550172 0.0134
X2 0.002677 0.001627 1.645519 0.1052
X3 0.000374 9.93E-05 3.772012 0.0004
X4 -0.028409 0.018890 -1.503945 0.1379
X5 -0.031308 0.007502 -4.173224 0.0001
X6 -0.020607 0.003798 -5.425945 0.0000
C 0.660816 0.102157 6.468608 0.0000 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.110713 0.8895
Idiosyncratic random 0.039025 0.1105 Weighted Statistics R-squared 0.821224 Mean dependent var 0.116000
Adjusted R-squared 0.794597 S.D. dependent var 0.106347
S.E. of regression 0.048198 Sum squared resid 0.109182
F-statistic 30.84260 Durbin-Watson stat 2.252876
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared -0.106761 Mean dependent var 0.122879
Sum squared resid 1.060446 Durbin-Watson stat 0.152657