PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

20
PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA Ghea Utari Mahar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi [email protected] Emil Bachtiar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi ABSTRAK: Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah melihat pengaruh pergantian kepala daerah terhadap pengelolaan keuangan. Untuk mengukur kinerja pengelolaan keuangan, penelitian ini menggunakan proksi realisasi anggaran belanja berupa realisasi belanja semester pertama atas belanja total, barang dan jasa, dan modal, serta proksi hasil pemeriksaan BPK berupa pertumbuhan opini audit, jumlah temuan atas kelemahan sistem pengendalian internal, serta jumlah dan nilai temuan atas ketidakpatuhan regulasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan pengujian hipotesisnya dilakukan dengan menggunakan regresi data panel untuk tahun anggaran 2011 dan 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pergantian kepala daerah hanya berpengaruh negatif dan signifikan terhadap realisasi belanja barang dan jasa pada semester pertama. Ketika diinteraksikan dengan jumlah partai politik, pergantian kepala daerah juga tidak memiliki pengaruh signifikan, walaupun jumlah partai politik sebagai variabel bebas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah dan nilai kasus ketidakpatuhan regulasi. Berdasarkan uji statistik berikutnya, terdapat cukup bukti bahwa pergantian kepala daerah yang diinteraksikan dengan tingkat kemenangan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap realisasi belanja modal semester satu dan pertumbuhan opini audit. Kemudian ketika diinteraksikan dengan lama masa jabatan, pengaruhnya menjadi positif dan signifikan terhadap realisasi belanja barang dan jasa semester satu, namun negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan opini audit. Kata Kunci: pergantian kepala daerah, realisasi anggaran belanja semester satu, hasil pemeriksaan BPK, partai politik, tingkat kemenangan, lama masa jabatan ABSTRACT: The purpose of this thesis is to understand the regional head change effect on financial management. To measure financial management performance, it uses a proxy of half term realization of budget of total spending, goods and services spending, and capital expenditures spending, and proxy of BPK audit report, which consist of audit opinion growth, number of findings on internal control systems weakness, and number and value of findings on regulatory non-compliance. This study uses quantitative methods and the hypothesis testing is done by panel data regression for fiscal year 2011 and 2012. The results of this study indicate that head region change only effects negatively on the one half term of good and service budget realization. When it is moderated with bearer politic partij, it still has no effect on financial management although the amount of bearer politic partij as an independent variable has positive and significant effect on the amount and value of regulatory non- compliance findings. Then, there is enough evidence that head region change which is moderated with voting number has significant and positve effect on one half term capital spending realization and BPK audit opinion growth. When it is moderated with how long he/she became region head, the effect is positive and significant on one half term capital expenditures realization, but negative and significant on BPK audit opinion growth. Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Transcript of PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

Page 1: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA

Ghea Utari Mahar

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi [email protected]

Emil Bachtiar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi

ABSTRAK: Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah melihat pengaruh pergantian kepala daerah terhadap pengelolaan keuangan. Untuk mengukur kinerja pengelolaan keuangan, penelitian ini menggunakan proksi realisasi anggaran belanja berupa realisasi belanja semester pertama atas belanja total, barang dan jasa, dan modal, serta proksi hasil pemeriksaan BPK berupa pertumbuhan opini audit, jumlah temuan atas kelemahan sistem pengendalian internal, serta jumlah dan nilai temuan atas ketidakpatuhan regulasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan pengujian hipotesisnya dilakukan dengan menggunakan regresi data panel untuk tahun anggaran 2011 dan 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pergantian kepala daerah hanya berpengaruh negatif dan signifikan terhadap realisasi belanja barang dan jasa pada semester pertama. Ketika diinteraksikan dengan jumlah partai politik, pergantian kepala daerah juga tidak memiliki pengaruh signifikan, walaupun jumlah partai politik sebagai variabel bebas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah dan nilai kasus ketidakpatuhan regulasi. Berdasarkan uji statistik berikutnya, terdapat cukup bukti bahwa pergantian kepala daerah yang diinteraksikan dengan tingkat kemenangan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap realisasi belanja modal semester satu dan pertumbuhan opini audit. Kemudian ketika diinteraksikan dengan lama masa jabatan, pengaruhnya menjadi positif dan signifikan terhadap realisasi belanja barang dan jasa semester satu, namun negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan opini audit.  

Kata Kunci: pergantian kepala daerah, realisasi anggaran belanja semester satu, hasil pemeriksaan BPK, partai politik, tingkat kemenangan, lama masa jabatan

ABSTRACT: The purpose of this thesis is to understand the regional head change effect on financial management. To measure financial management performance, it uses a proxy of half term realization of budget of total spending, goods and services spending, and capital expenditures spending, and proxy of BPK audit report, which consist of audit opinion growth, number of findings on internal control systems weakness, and number and value of findings on regulatory non-compliance. This study uses quantitative methods and the hypothesis testing is done by panel data regression for fiscal year 2011 and 2012. The results of this study indicate that head region change only effects negatively on the one half term of good and service budget realization. When it is moderated with bearer politic partij, it still has no effect on financial management although the amount of bearer politic partij as an independent variable has positive and significant effect on the amount and value of regulatory non-compliance findings. Then, there is enough evidence that head region change which is moderated with voting number has significant and positve effect on one half term capital spending realization and BPK audit opinion growth. When it is moderated with how long he/she became region head, the effect is positive and significant on one half term capital expenditures realization, but negative and significant on BPK audit opinion growth.

 

 

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 2: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

Keywords : Leader change, one half budget realization, BPK audit report, party, number of voting, the length of take on office

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan PP No. 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah, penguasa

pengelolaan keuangan adalah kepala daerah. Beberapa kewenangan penguasa pengelola

keuangan daerah antara lain menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara

pengeluaran, dan menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan

daerah, pengelolaan utang dan piutang daerah, pengelolaan barang milik daerah, dan pejabat

yang melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran. Peraturan ini

menimbulkan peluang terpilihnya pejabat yang kurang kompeten karena pemilihan pejabat ini

sepenuhnya merupakan wewenang penguasa pengelola keuangan (dengan asumsi bahwa

kepala daerah baru yang terpilih belum dapat mengenal lingkungan kerjanya dan belum

memahami benar siklus pengelolaan keuangan).

Dengan adanya temuan bahwa masih banyak terdapat permasalahan dalam

penunjukkan pejabat pengelola keuangan (Miliasih, 2011; Priatno, 2013), muncul dugaan

bahwa terdapat pengaruh pergantian kepala daerah di sini. Hampir semua kepala daerah

berasal dari luar lingkungan pemerintahan sehingga ketika mereka terpilih dan masuk ke

dalam pemerintahan, mereka belum mengenal sumber daya manusia di dalamnya. Dalam

kondisi ini, kemungkinan memilih pejabat pengelola keuangan yang tidak kompeten menjadi

besar. Namun, jika dugaan itu salah dan yang terjadi sebaliknya, bahwa kepala daerah baru

yang terpilih memang kepala daerah pilihan masyarakat dan memiliki strategi khusus untuk

mengatasi masalah ini, pergantian kepala daerah justru akan meningkatkan kualitas pejabat

pengelola keuangan terpilih yang nantinya dapat membantu memaksimalkan realisasi

anggaran dan mengurangi tingkat penyimpangan. Realisasi anggaran merupakan ukuran dari

pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan, dan tingkat penyimpangan merupakan

output dari hasil pemeriksaan BPK yang merupakan unsur pemeriksaan dalam siklus

pengelolaan keuangan. Untuk membuktikan dugaan-dugaan inilah, penelitian ini mengangkat

judul mengenai “Pengaruh Pergantian Kepala Daerah terhadap Pengelolaan Keuangan”.

II. TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tata Kelola Pemerintahan PP No. 58 tahun 2005 mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah beserta undang-

undang induknya bertujuan untuk menegakkan Good Public Governance (Hoesada, 2013).

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 3: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

Untuk menciptakan sebuah tata kelola sektor publik yang baik, terutama dalam pemerintahan,

teori New Public Management (NPM) menawarkan sebuah paradigma baru.

Hood (1995b) dalam Watkins dan Arrington (2007) menyatakan bahwa NPM

memiliki dua doktrin, yakni menghilangkan perbedaan antara sektor publik dan sektor privat,

dan mengganti paradigma yang hanya menekankan akuntabilitas dari “proses” kepada

akuntabilitas pada “hasil”. Atau dengan kata lain, pemikiran NPM menginginkan adanya

transformasi administrasi publik dan birokrasi yang tadinya memiliki struktur tradisional

menjadi berorientasi terhadap tingkat ekonomi (Hughes, 2003). Namun, perkembangan

penerapan NPM di Asia Tenggara berbeda dari negara-negara lainnya karena budaya

masyarakatnya yang sulit mengubah budaya birokrasi tradisional menjadi birokrasi yang

berorientasi ekonomi (Haque 2007 dalam Adzani 2013). Salah satu budaya tersebut adalah

budaya sungkan yang menyulitkan penerapan NPM di Indonesia (Rajiani 2011 dalam Adzani

2013). Selain karena masalah budaya, beberapa peneliti mencoba membangun model untuk

memecahkan masalah pelaksanaan NPM dengan menggunakan teori keagenan (Ferris dan

Grady 1998; Hood 2000).

2.2 Teori Keagenan

Jika selama ini kita mengenal bahwa teori keagenan hanya melibatkan dua entitas,

prinsipal dan agen, hubungan keagenan ini dalam konteks pemerintahan bisa melibatkan

banyak prinsipal (Ferris dan Graddy 1998) dengan masyarakat sebagai prinsipal ultimat (Moe

1984 dalam Ferris dan Graddy 1998). Contoh hubungan keagenan pertama adalah antara

pemerintah pusat (prinsipal) dan pemerintah daerah (agen). Dalam otonomi daerah,

pemerintah pusat akan mempercayai kemampuan pemerintah daerah untuk mencapai tujuan

perbaikan layanan publik. Namun, pemerintah daerah mungkin saja memiliki tujuan yang

berbeda dan memiliki informasi asimetri. Misalnya saja, pemerintah daerah mengetahui

potensi di daerahnya yang dapat memberikan pemasukan ke kas daerah, namun hal itu tidak

diketahui oleh pemerintah pusat. Contoh konflik keagenan tersebut sama seperti contoh yang

diberikan oleh Ferris dan Graddy (1998).

Selain antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, hubungan keagenan juga

terjadi antara pemerintah dan masyarakat. Masyarakat menginginkan pemerintah dapat

bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun pemerintah, yang juga

merupakan pembuat kebijakan, mungkin lebih mementingkan kepentingan pribadi dengan

meningkatkan kekayaannya selama menjabat di pemerintahan (Zimmerman 1977; Adsera et

al. 2003). Menurut Barro (1973) dan Ferejohn (1986) dalam Adsera et al. (2003), masalah

keagenan tersebut dapat diatasi melalui mekanisme kontrol dari masyarakat, misalnya dengan

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 4: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

diadakannya pemilihan umum secara berkala. Jika masyarakat memilih pemimpin secara

retrospektif, pemilihan umum dapat membuat pembuat kebijakan menjadi lebih bertanggung

jawab kepada publik. Proses bagaimana masyarakat memilih pemerintah tersebut dapat dikaji

dengan teori public choice.

2.3 Teori Public Choice

McLean (1989) dalam Shomad (2010) mendefinisikan public choice sebagai studi

ekonomi yang menggunakan alat ekonomi untuk mempelajari keputusan nonpasar dan

diaplikasikan ke dalam perlengkapan politik. Sebagaimana metode pada ilmu ekonomi, dalam

public choice terdapat pasar yang merupakan tempat pertemuan antara penawaran dan

permintaan (Shomad 2010). Dari sisi penawaran (supplier), terdapat dua subjek, yakni pusat

kekuasaan yang dipilih dan tidak dipilih. Sementara dari sisi permintaan (demand), subjeknya

dapat dikelompokkan menjadi pemilih (voter) dan kelompok-kelompok penekan. Untuk

mendapatkan kebijakan yang diinginkan, pemilih nantinya akan mengontrol suara mereka,

sementara untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan, kelompok penekan akan

mengelola sumber daya yang dimiliki (Streeton dan Orchard dalam Yustika 2009 dan Shomad

2012). Dalam konsep rent seeking, setiap kelompok kepentingan tersebut diasumsikan

berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi sebesar-besarnya dengan usaha sekecil-kecilnya

sehingga berbagai hal dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, seperti dengan melakukan

lobi (Yustika, 2009).

Buchanan dalam Rachbini (2002) dan Shomad (2010) menjelaskan terdapat dua pokok

perspektif public choice, yakni catallaxy dan homo economicus. Catallaxy menurut F.A.

Hayek dalam Shomad (2012) merupakan pendekatan ekonomi dan subjek pencarian dan

gambaran perhatian langsung dari proses pertukaran. Proses pertukaran menjadi akan

kompleks jika proses pertukaran melibatkan lebih dari dua individu. Untuk menjelaskan

pertukaran antara partai politik dengan pemilih, dan antara pemerintah yang berkuasa dengan

rakyatnya, kita dapat menggunakan konsep dari pasar politik.

Di dalam proses pertukaran pada pasar tersebut, keputusan yang diambil

merefleksikan pertukaran yang kompleks di antara anggota-anggota yang relevan. Namun,

teori impossibility Kenneth Arrow dalam Shugart II menjelaskan bahwa tidak ada mekanisme

yang akan membuat pilihan secara kolektif tercapai. Keputusan yang diambil tidak terlepas

dari konflik yang disebabkan oleh elemen ke dua dari public choice, yakni homo economicus.

Konsep homo economicus menjelaskan bahwa karena keterbatasan sumber daya,

manusia berkecenderungan memaksimalkan utilitas atau manfaat untuk dirinya. Untuk itu,

secara rasional, masing-masing individu dalam pasar politik juga akan memasimumkan

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 5: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

keuntungan dan utilitas: pemilih atau voters serta partai politik akan memaksimumkan

kesejahteraan yang diharapkan (Shomad, 2012).

2.4 Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan keuangan daerah merupakan seluruh kegiatan yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan

daerah. PP 58 tahun 2005 menyatakan bahwa pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

daerah tertinggi adalah kepala daerah. Brenden dan Drazen (2013) menemukan bahwa ada

kurva pembelajaran yang dialami oleh seorang pemimpin baru sehingga pengaruhnya dalam

mengubah komposisi anggaran baru terlihat pada tahun ke empatnya menjabat. Oleh karena

itu, dengan menggunakan intuisi ini, bahwa terdapat kurva pembelajaran yang dialami oleh

kepala daerah baru, ada kemungkinan pemimpin yang baru tidak memiliki pengaruh dalam

mengelola keuangan daerah pada tahun pertama dan keduanya menjabat.

Proses pemilihan kepala daerah di Indonesia dilakukan dengan pemilihan langsung

oleh masyarakat. Namun sebelumnya, kandidat pasangan calon kepala daerah dan wakilnya

diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Wardani (2007) menemukan faktor

yang paling berpengaruh terhadap terbentuknya koalisi partai politik dalam pemilihan kepala

daerah adalah peran DPP partai dan peran figur bakal calon kepala daerah. Faktor figur kepala

daerah juga tidak terlepas dari adanya fenomena dinasti politik di Indonesia. Dinasti politik

memiliki ikatan yang kuat atas mayoritas kursi di legislatif (Adzani, 2013). Selain itu, dinasti

politik cenderung memiliki sumber finansial yang kuat. Dugaan mengenai keberadaan

pengaruh partai politik terhadap aktivitas pemerintah daerah juga diperkuat dengan adanya

kasus percaloan izin resmi dalam pelaksanaan proyek pemerintah yang berlandaskan prinsip

kongkalikong politisi (Sanit, 2012). Jika hal ini benar terjadi, di satu sisi, partai politik

kemungkinan akan meningkatkan tingkat realisasi anggaran belanja semester pertama karena

adanya pemulusan tender proyek pemerintah, namun di sisi lain kemungkinan akan

meningkatkan tingkat penyimpangan.

Walaupun begitu, seperti yang disebutkan oleh Barro (1973) dan Ferejohn (1986)

dalam Adsera et al. (2003), masyarakat dapat mengontrol pemerintah dengan menggunakan

hak suaranya dalam pemilihan umum. Jika ada perilaku yang menyimpang dari kepala daerah,

masyarakat tidak akan memilihnya kembali dalam pemilihan berikutnya. Hal ini juga

diperkuat dengan temuan Costas-Perez et al. (2012) bahwa kepala daerah (local government)

akan kehilangan persentase suara hingga 14% pada pemilihan berikutnya ketika ia terlibat

dalam kasus korupsi dan pemberitaan media mengenai hal ini sangat aktif. Untuk itu,

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 6: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

pengaruh negatif kepala daerah terhadap pengelolaan keuangan seharusnya dapat

diminimalisasi dengan adanya mekanisme kontrol dari masyarakat semacam ini.

2.5 Model Penelitian

III. METODE PENELITIAN

Daerah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah daerah yang melakukan

pemilihan kepala daerah tahun 2010, sementara tahun anggaran LKPD yang digunakan adalah

tahun 2011 dan 2012 (yang berasal dari Laporan Realisasi Anggaran tahun 2011 dan 2012,

serta Laporan Hasil Pemeriksaan BPK 2012 dan 2013 atas LKPD 2011 dan 2012).

Data yang menggunakan dalam penelitian ini berbentuk data panel. Tiga pendekatan

yang biasanya digunakan dalam data panel adalah PLS, RE, dan FE. Namun, dikarenakan

beberapa variabel utama dalam penelitian ini berbentuk time constant variable, pendekatan

FE (fixed effect) tidak dianjurkan. Oleh karena itu, penelitian ini hanya menguji apakah

pendekatan yang tepat digunakan adalah PLS atau RE. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

tujuh model yang diajukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan RE.

Model penelitian dibagi dalam dua kelompok besar, yakni model untuk realisasi

anggaran belanja dan model untuk hasil pemeriksaan BPK.

RSP = α + β1CHG + β2PARTY + β3CHG*PARTY + β4VOTE + β5CHG*VOTE +

β6YEAR + β7CHG*YEAR + β8AGE + β9TYPE + β10APBD + β11INTGOV +

β12∆SP + β13PAD + β14DAU + β15DAK + ɛit ...................................................(3.1)

BPK = α + β1CHG + β2PARTY + β3CHG*PARTY + β4VOTE + β5CHG*VOTE +

β6YEAR + β7CHG*YEAR + β8AGE + β9TYPE + β10INTGOV + β11RSPEND +

β12RGS + β13RCS + ɛit ....................................................................................(3.2)

Keterangan:

RSP : RSPEND untuk realisasi belanja total; RGS untuk realisasi belanja barang dan jasa; RCS untuk realisasi belanja modal

CHG : Variabel dummy pergantian kepala daerah

                                     Gambar 2.1 Model Penelitian

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 7: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

PARTY : Jumlah partai pendukung VOTE : Jumlah suara peroleh/ rata-rata suara perolehan YEAR : Tahun jabatan AGE : Umur administratif daerah TYPE : Jenis daerah APBD : Selisih tanggal penetapan APBD dan tanggan akhir tahun anggaran t-1 INTGOV : Tingkat ketergantungan daerah ∆SP : ∆SPEND untuk peningkatan anggaran belanja total (t – t-1)/t-1; ∆GS untuk

peningkatan anggaran belanja barang dan jasa (t – t-1)/t-1; ∆CS untuk peningkatan anggaran belanja moda (t – t-1)/t-1

PAD : Realisasi PAD semester I DAU : Realisasi DAU semester I DAK : Realisasi DAK semester I BPK : dOPINI untuk pertumbuhan nilai opini audit; LOSS untuk nilai atas kasus

ketidakpatuhan regulasi; UU untuk jumlah temuan atas kasus ketidakpatuhan regulasi; SI untuk jumlah temuan atas kasus kelemahan sistem pengendalian

V. PEMBAHASAN

5.1 Realisasi Belanja

5.1.1 Pergantian Kepala Daerah

Tabel 4.1 menunjukkan tidak terdapat cukup bukti bahwa pergantian kepala daerah

berpangaruh terhadap realisasi anggaran belanja total dan belanja modal semester satu.

Walaupun tidak sesuai dengan hipotesis, namun koefisiennya adalah negatif. Ini menandakan

pergantian kepala daerah memiliki pengaruh negatif terhadap realiasi belanja total dan modal,

tetapi pengaruhnya tidak signifikan. Berdasarkan hipotesis, jika mengikuti intuisi yang

digunakan dalam penelitian Brender dan Drazen (2013), pengaruh negatif ini dikarenakan

kurva pembelajaran. Namun, interaksi pergantian kepala daerah dengan masa jabatan tidak

menunjukkan bahwa pengaruh masa jabatan memiliki cukup bukti untuk memperlemah

pengaruh negatif dari pergantian kepala daerah terhadap realisasi belanja total dan belanja

modal semester I. Itu berarti, pengalaman menjabat yang seharusnya dapat meningkatkan

tingkat pengetahuan kepala daerah bukanlah alasan dibalik tidak berpengaruhnya pergantian

kepala daerah terhadap realisasi belanja total dan belanja modal semester I.

Interaksi antara pergantian kepala daerah dengan jumlah partai juga tidak menunjukkan

pengaruh signifikannya. Namun, koefisiennya adalah positif atau jumlah partai pengusung

ternyata dapat memperlemah pengaruh negatif pergantian kepala daerah terhadap realisasi

belanja secara total, belanja barang, dan belanja modal semester I walaupun tidak signifikan.

Implikasi dari temuan ini adalah ada kemungkinan kontrak di bawah tangan antara kepala

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 8: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

daerah dengan partai-partai pengusungnya, misalnya untuk memenangkan tender proyek

pemerintah daerah kepada perusahaan dari salah satu anggota partai (Sanit, 2012). Mulusnya

kemenangan tender inilah yang mungkin dapat meningkatkan realisasi belanja, terutama

untuk belanja barang dan modal. Pengaruhnya yang tidak signifikan menunjukkan bahwa hal

ini tidak dapat digeneralisasi untuk semua daerah, tetapi temuan ini dapat menjadi indikasi

terjadinya pemulusan kemenangan tender proyek pemerintah daerah di beberapa daerah oleh

anggota partai pengusung kepala daerah.

4. HASIL PENELITIAN

Interaksi antara pergantian kepala daerah dengan tingkat kemenangan menunjukkan

hasil yang positif tetapi tidak signifikan. Ini menunjukkan bahwa tingkat kemenangan dapat

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Regresi

H RSPEND

(a)

RGS

(b)

RCS

(c)

dOPINI

(d)

LOSS

(e)

UU

(f)

SI

(g)

CHG 1 -0.054

-0.306 * -0.134

0.363

-0.764

8.067

5.005

PARTY -0.001

-0.002

-0.002

-0.007

0.084 ** 0.366 ** 0.124

CHG*PARTY 2 0.001

0.004

0.002

0.011

-0.058

-0.282

-0.074

VOTE -0.008

-0.022

-0.033 *** -0.306

0.532

0.195

2.592 **

CHG*VOTE 3 0.013

0.010

0.055 ** 0.500 *** -0.114

-0.234

-3.569 **

YEAR -0.002

-0.046 * 0.002

0.294 ** -0.311

0.715

-0.585

CHG*YEAR 4 0.004

0.039 ** -0.002

-0.243 ** 0.166

-0.808

0.532

TYPE 5 0.004

-0.010

-0.030 ** -0.222

-0.225

1.540

0.607

AGE 6 0.001 * 0.000

-0.001 ** -0.006 *** -0.010 *** -0.077

0.008 *

1- INTGOV 7 -0.033

-0.064

0.045

2.421 * 1.620

-9.890 *** -0.882 **

APBD 8 0.001 * -0.001 * 0.001 *

PAD 9 0.032 ** 0.013

0.024

DAU-1 10 0.000

0.000

0.000

DAK 11 -0.001

0.013

0.088 **

dBelanja 12 -0.063 * -0.058 * -0.008

RSPEND 13

2.688 ** -3.325

-9.228

-9.870

RGS 13

-0.998 *** 0.166

3.687

3.705

RCS 13

0.439

1.276

3.611

7.007

_cons 0.333

0.654

0.172

-1.195

9.120

10.931

8.492

Prob>chi2 0.000

0.000

0.001

0.001

0.016

0.018

0.602

R2 0.235

0.199

0.146

0.143

0.109

0.129

0.055

Keterangan: dBelanja = dSPEND untuk y=RSPEND; dRGS untuk y=RGS; dan dRCS untuk y=RCS; * signifikan pada tingkat keyakinan 99%; ** signifikan pada tingkat keyakinan 95%; *** signifikan pada tingkat keyakinan 90  

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 9: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

memperlemah pengaruh negatif pergantian kepala daerah. Temuan ini sejalan dengan apa

yang dikatakan Shughart II bahwa ketika masyarakat memiliki kecenderungan yang

signifikan terhadap salah satu kandidat, kepentingan publik dapat lebih terlindungi. Hal ini

kemungkinan dikarenakan apa yang telah ditulis sebelumnya pada hipotesis, bahwa semakin

mutlak tingkat kemenangan seorang kepala daerah, tingkat kepercayaan masyarakat bahwa

kepala daerah yang mereka pilih dapat mensejahterakan mereka akan semakin tinggi. Dari

hasil penelitian ini, nampak terdapat cukup bukti bahwa kepala daerah baru yang

mendapatkan tingkat kemenangan lebih tinggi, atau dapat dikatakan mendapat kepercayaan

yang lebih tinggi, akan lebih mampu meningkatkan kinerja pemerintah daerah dengan cara

meningkatkan realisasi anggaran belanja semester satu.

Namun, tingkat kemenangan sendiri memiliki pengaruh negatif terhadap realisasi

belanja, dan memiliki pengaruh signifikan terhadap realisasi belanja modal. Hal ini

menunjukkan bahwa ketika terjadi pergantian kepala daerah, terdapat cukup bukti bahwa

tingkat kemenangan akan memperlemah pengaruh negatif dari pergantian kepala daerah

walaupun tidak signifikan. Namun, ketika tidak terjadi pergantian kepala daerah, tingkat

kemenangan memiliki pengaruh negatif terhadap realisasi belanja semester satu, terutama

realisasi belanja modal. Yang perlu diingat adalah tingkat kemenangan di dalam penelitian ini

tidak hanya diukur dari jumlah suara yang diperoleh, tetapi juga melihat seberapa banyak

kompetitornya. Itu berarti, pada kondisi terjadi pergantian kepala daerah di mana ia

mendapatkan jumlah suara yang tinggi dan dengan tingkat kompetisi yang tinggi (ditandai

dengan banyaknya jumlah pesaing), kepala daerah tersebut memang bisa dikatakan memiliki

kemampuan yang lebih baik untuk mengelola keuangan (ditandai dengan realisasi belanja

yang positif ketika kepala daerah dan tingkat kemenangan diinteraksikan), walaupun

pengaruh kompetisi ini tidaklah signifikan pada realisasi belanja total dan belanja barang dan

jasa semester I. Namun, pada kondisi di mana tidak terjadi pergantian kepala daerah,

dan kepala daerah tersebut mendapatkan jumlah suara yang tinggi pada kondisi tingkat

persaingan yang tinggi, tingkat kemenangan yang tinggi nampaknya harus dipertanyakan

karena hasil temuan ini menunjukkan pengaruh kondisi ini negatif terhadap realisasi belanja

semester I, terutama berpengaruh negatif dan signifikan terhadap realisasi belanja modal

semester satu. Temuan ini menunjukkan tidak ada cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa

kepala daerah incumbent dengan tingkat kompetisi yang tinggi memiliki kemampuan yang

baik untuk mengelola keuangan. Hal ini dapat menjadi indikasi adanya gejala politik dinasti

di beberapa daerah di Indonesia dan gejala ini kemungkinan memiliki dampak negatif

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 10: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

terhadap realisasi anggaran belanja. Dugaan ini diperkuat dengan temuan Adzani (2013) yang

menemukan bahwa politik dinasti memiliki pengaruh negatif terhadap opini audit.

5.1.2 Karakteristik Daerah

Berdasarkan hipotesis, dikarenakan pada penelitian sebelumnya ditemukan bahwa

pada daerah yang memiliki umur administratif yang lama cenderung memiliki kelemahan

dalam sistem internalnya, seharusnya umur administratif berpengaruh negatif terhadap

realisasi anggaran belanja. Namun, ternyata umur administratif memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap realisasi belanja total semester I dan positif namun tidak signifikan

terhadap realisasi belanja barang dan jasa.

Mengingat sekitar 51% belanja daerah kabupaten/kota pada tahun anggaran 2012

adalah belanja pegawai, maka kemungkinan pengaruh positif umur administratif daerah

terhadap belanja total dikarenakan adanya pengaruh positifnya terhadap belanja pegawai.

Miliasih (2012) menemukan pada studi kasusnya di KPPN Blitar bahwa pengelola belanja

pegawai telah secara tepat waktu mengajukan SPM Gaji ke KPPN Pekanbaru pada tanggal 10

setiap bulannya. Oleh karena itu, kemungkinan pengaruh umur administratif berpengaruh

positif adalah karena kegiatan belanja pegawai dilakukan secara rutin dan pengalaman daerah

selama puluhan untuk menangani hal ini membuat pemerintah daerah yang memiliki umur

administratif lebih lama lebih mumpuni dalam hal realisasi belanja pegawai.

Mengenai pengaruh umur administratif terhadap belanja barang dan jasa, terlihat

bahwa ia tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja ini. Kemungkinan pertama adalah

sistem pengendalian yang kurang memadai. Pengadaan barang dan jasa, sama halnya dengan

pengadaan belanja modal, memerlukan keterlibatan pihak ketiga seperti kontraktor atau

distributor. Untuk itu, dalam mengelola belanja ini, tentu pengelola anggaran akan lebih

berhati-hati. Namun, Miliasih (2011) dan Priatno (2013) menemukan bahwa prinsip kehati-

hatian ini terlalu berlebihan.

Miliasih (2011) dalam studi kasusnya di KPPN Pekanbaru menemukan bahwa

verifikasi dokumen SPP sebelum menerbitkan SPM terlalu lama sehingga terjadi

keterlambatan atas penerbitan dokumen SPM. Selain itu, ada persepsi bahwa jabatan

pengelola anggaran adalah jabatan sakral sehingga dalam penunjukkan jabatannya seringkali

lebih dikarenakan faktor kepercayaan. Pada satuan kerja yang masih didominasi oleh

bendahara yang dipercaya oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), proses perencanaan hingga

realisasi anggaran hanya dapat dilakukan oleh bendahara. Dalam kondisi seperti ini, dalam

merealisasikan anggaran, seringkali pejabat pengelola anggaran lainnya harus menunggu

instruksi dari bendahara. Oleh karena itu, adanya ketidakpengaruhan umur administratif

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 11: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

terhadap realisasi belanja barang dan jasa, serta adanya pengaruh negatif terhadap belanja

modal, kemungkinan dikarenakan pada umur administratif yang lebih lama tidak hanya terjadi

kelemahan sistem pengendalian internal. Lebih dari itu, ada kemungkinan bahwa pengelola

keuangan pada daerah yang umur administratif lebih lama cenderung memiliki sikap kehati-

hatian yang berlebihan dan masih mengandalkan kepercayaan dalam penunjukkan pejabat

pengelola keuangannya. Jika hal ini benar adanya, tentu harus ada yang dievaluasi dari sistem

penunjukkan pejabat pengelola keuangan ini.

Mengenai jenis pemerintah daerah, temuannya sangat menyimpang dari hipotesis.

Yang pertama, jenis pemerintah daerah tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap realisasi

belanja total dan belanja barang, bahkan hubungannya negatif walau tidak signifikan terhadap

belanja barang dan jasa, serta pengaruhnya negatif dan signifikan terhadap belanja modal.

Jika dilihat dari sistem pengendalian internal, Wicaksono (2012) menemukan memang tidak

ada pengaruh jenis pemerintah daerah terhadap sistem pengendalian internal. Hal itu

menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal daerah kota belum tentu lebih baik

dibandingkan kabupaten. Namun, tidak ada cukup bukti bahwa kemampuan teknis pengelola

anggaran kota tidak lebih baik dibandingkan kabupaten. Mengingat perputaran perekonomian

di kota lebih baik, seharusnya kemampuan pengelola keuangan di kota lebih baik.

Hal yang mungkin menjadi penyebab pengaruh negatif jenis pemerintah daerah kota

terhadap realisasi belanja modal yang pertama adalah jumlah sampel kota pada penelitian

yang cukup sedikit, yakni hanya 25 kota, sementara daerah dengan status kabupaten adalah

118. Kemungkinan yang kedua adalah terdapat permasalahan pada proses perencanaan di

daerah kota dibandingkan dengan daerah kabupaten mengingat anggaran yang diberikan pada

kota relatif lebih besar dibandingkan pada kabupaten. Argumen ini berbeda dengan temuan

Kartiko (2011) bahwa pada daerah kota, penetapan APBDnya lebih cepat. Namun, argumen

ini sesuai dengan Clarke (1998) dan Cummins (2010) dalam Kartiko (2011) bahwa konflik

antara eksekutif dan legislatif lebih sering terjadi pada kota besar seperti New York,

California, dan Washington. Perbedaan temuan antara argumen penelitian ini (yang didukung

oleh temuan Clarke dan Cummins) dengan temuan Kartiko kemungkinan dikarenakan oleh

tahun anggaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun pertama dan tahun kedua

setelah pemilihan umum kepala daerah (pilkada), sementara Kartiko tidak

mempertimbangkan tahun pilkada sebagai bahan pertimbangan utama. Pada tahun 2010,

anggota DPRD yang menjabat juga baru menjalankankan tahun pertamanya menjabat setelah

pemilihan legislatif tahun 2009. Ada kemungkinan, terdapat konflik antara pihak legislatif

daerah dan pusat pada tahun-tahun pertama menjabat yang tidak terdeteksi dalam penelitian

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 12: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

ini dan juga pada penelitian Kartiko (2011). Kemudian, perbedaan tesebut kemungkinan lain

juga dikarenakan Kartiko menyamakan karakteristik provinsi dan kota, sementara penelitian

ini tidak memasukkan sampel provinsi. Padahal, ada kemungkinan provinsi dan kota memiliki

karakteristik yang berbeda. Dari hal anggaran belanjanya saja, provinsi memiliki anggaran

belanja yang jauh lebih besar dari kota.

Selain itu, perbedaan hasil penelitian dengan hipotesis yang diajukan kemungkinan

lainnya dikarenakan adanya masalah pembebasan lahan yang lebih sulit dibandingkan di

daerah kabupaten. Daerah kota memiliki kepadatan penduduk yang relatif lebih besar

dibandingkan kabupaten sehingga mungkin saja lahan yang akan digunakan untuk

pembangunan atau pelebaran jalan terkendala masalah sengketa tanah dengan penduduknya.

5.1.3 Permasalahan Anggaran dan Realisasi Pendapatan

Terlihat bahwa tingkat ketergantungan daerah tidak dapat meningkatkan realisasi

anggaran belanja. Realisasi Dana Alokasi Umum juga tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap realisasi belanja. Hanya realisasi DAK saja yang memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap realisasi belanja modal. Pengaruh positif ini kemungkinan dikarenakan

anggaran untuk belanja modal daerah lebih didominasi oleh proyek-proyek pemerintah pusat,

misalnya proyek Masterplan Perencanaan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI), yang membuat daerah mengandalkan DAK untuk pembangunan infrastrukturnya.

Dikarenakan MP3EI ini merupakan proyek nasional, kemungkinan pengawasannya lebih

tinggi sehingga pengaruh realisasi DAK ini terhadap belanja modal lebih besar.

Namun, yang harus diingat juga bahwa rata-rata belanja modal tidak sampai 10% pada

semester I. Hal ini kemungkinan dikarenakan terjadi masalah yang kompleks dalam realisasi

belanja modal. Pertama, ada kemungkinan permasalahan SDM dan sikap kehati-hatian yang

berlebihan atas pelaksanaan belanja modal seperti yang disebutkan oleh Miliasih (2011) dan

Priatno (2013). Kedua, belanja modal juga seringkali terhambat karena faktor cuaca, misalnya

pengiriman barang-barang berat yang tertunda akibat longsor atau kondisi laut yang sedang

berbahaya sehingga distribusinya terhambat. Masalah sengketa tanah juga kerapkali menjadi

hal yang menghambat realisasi belanja modal (World Bank, 2013).

5.2. Hasil Pemeriksaan BPK

5.2.1 Pergantian Kepala Daerah

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pergantian kepala daerah tidak berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan opini audit, maupun pengurangan jumlah kasus. Namun, pengaruhnya

positif terhadap opini audit dan negatif terhadap nilai kasus ketidakpatuhan regulasi. Hal ini

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 13: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

menunjukkan bahwa kepala daerah baru berusaha memberikan perubahan terhadap daerah

yang ia jabat, walaupun pengaruhnya pada tahun pertama dan kedua tidak signifikan.

Pengaruh positifnya terhadap jumlah kasus ketidakpatuhan regulasi menunjukkan bahwa

kepala daerah yang baru belum dapat mengurangi jumlah ketidakpatuhan regulasi pada tahun

pertama dan keduanya menjabat.

Ketika diinteraksikan dengan jumlah partai politik pengusung, pengaruhnya tetap

positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan opini audit, dan negatif (tidak signiikan)

terhadap nilai dan jumlah kasus ketidakpatuhan regulasi. Yang menarik adalah ketika jumlah

partai pengusung dijadikan variabel bebas, pengaruhnya adalah negatif dan tidak signifikan

terhadap pertumbuhan opini audit, dan positif signifikan terhadap nilai dan jumlah kasus

ketidakpatuhan regulasi. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi pergantian kepala

daerah, partai pengusung tidak berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan BPK. Namun,

ketika tidak terjadi pergantian kepala daerah, jumlah partai pengusung berpengaruh

positif terhadap peningkatan nilai dan jumlah kasus ketidakpatuhan regulasi. Temuan ini

memperjelas temuan Wardani (2007) dan kajian dari Sanit (2012) bahwa selain memperkuat

adanya indikasi keterlibatan partai politik atas proyek-proyek pemerintah daerah, keterlibatan

partai politik itu juga kemungkinan yang menyebabkan tingkat kecurangan di daerah

meningkat. Namun, kondisi tersebut paling berpotensi pada daerah di mana tidak terjadi

pergantian kepala daerah di dalamnya.

Pergantian kepala daerah yang didukung oleh tingkat kemenangan yang lebih tinggi

terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan opini audit, serta

pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap nilai dan jumlah kasus ketidakpatuhan

regulasi. Ketika tingkat kemenangan dijadikan variabel bebas, pengaruhnya menjadi tidak

signifikan. Hal itu menunjukkan bahwa pengaruh pergantian kepala daerah dan tingkat

kemenangan baru dapat terlihat jika kedua variabel tersebut saling berinteraksi. Dengan kata

lain, pada daerah yang tidak terjadi pergantian kepala daerah, tingkat kemenangan tidak

memiliki pengaruh apa-apa. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan pada kondisi di mana

kepala daerah adalah incumbent, hasil pemeriksaan BPK daerah tersebut memang sudah baik

sehingga kepala daerah tersebut terpilih kembali. Namun, interaksi antara variabel kepala

daerah dan jumlah partai politik mematahkan argumen itu. Oleh karena itu, ada kemungkinan,

tingkat kemenangan pada daerah di mana kepala daerahnya incumbent kemungkinan

dikarenakan pada sebagian besar daerah tersebut terjadi gejala politik dinasti di mana terdapat

kemungkinan kejanggalan dalam proses pemilihan kepala daerahnya. Misalnya saja bupati

Seram bagian Timur yang dilaporkan terlibat kasus korupsi atas sejumlah kasus proyek

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 14: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

daerah1. Bupati Seram bagian Timur periode 2010-2015 adalah bupati incumbent dengan

jumlah partai pengusung sebanyak 24 partai. Namun, ini semua masihlah berupa indikasi

yang harus diteliti lebih lanjut mengenai kebenarannya mengingat jumlah sampel dalam

penelitian ini dirasa kurang untuk menggeneralisasi hasil temuan terhadap semua

kabupaten/kota.

Kemudian, ketika diinteraksikan dengan masa jabatan, pengaruh pergantian kepala

daerah menjadi negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan opini audit, positif dan tidak

signifikan terhadap nilai kasus ketidakpatuhan regulasi, serta negatif dan tidak signifikan

terhadap jumlah kasus ketidakpatuhan regulasi. Sementara ketika masa jabatan dijadika

variabel bebas, pengaruhnya positif dan signifikan terhadap pertumbuhan opini audit, negatif

dan tidak signifikan terhadap nilai kasus ketidakpatuhan regulasi, serta positif dan tidak

signifikan terhadap jumlah ketidakpatuhan regulasi. Hal ini menunjukkan bahwa ketika

terjadi pergantian kepala daerah, masa jabatan justru memperlemah pengaruh positif tidak

signifikan pergantian kepala daerah. Ketika masa jabatan lebih lama dalam kondisi terjadi

pergantian kepala daerah, maka pergantian kepala daerah tersebut dilakukan oleh wakil

kepala daerah. Dengan kata lain, pengalaman sebagai wakil kepala daerah tidak dapat

menjamin kualitas opini audit daerah tersebut meningkat.

5.2.2 Karakteristik Daerah

Umur administratif daerah memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap

pertumbuhan opini audit dan nilai kasus ketidakpatuhan regulasi, dan negatif (tidak

signifikan) terhadap jumlah kasus ketidakpatuhan regulasi. Hal ini kemungkinan dikarenakan

sikap kehati-hatian berlebihan yang diduga cenderung dimiliki oleh daerah yang memiliki

umur administratif lebih lama. Sikap ini pada proses pengelolaan keuangan menyebabkan

terjadinya keterlambatan realisasi belanja modal, namun sikap inilah yang nampaknya

menyebabkan daerah dengan umur administratif lebih lama lebih dapat mengurangi nilai

kasus ketidakpatuhan regulasi. Pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan opini audit juga

kemungkinan dikarenakan sikap kehati-hatian ini, di mana dominasi pengelolaan anggaran

dipegang oleh satu orang yang dipercaya sehingga setiap realisasi anggaran harus menunggu

arahan dari orang tersebut. Hal tersebut mencerminkan rendahnya sistem pengendalian

internal yang ada pada daerah. Mengenai rendahnya sistem pengendalian internal, Wicaksono

(2012) menemukan bahwa jumlah kasus kelemahan sistem pengendalian internal pada daerah

dengan umur administratif lebih lama lebih besar. Untuk itu, kemungkinan rendahnya

                                                                                                                         1  http://www.tribunnews.com/regional/2013/02/13/bupati-­‐seram-­‐bagian-­‐timur-­‐dilaporkan-­‐komits-­‐ke-­‐kpk  

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 15: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

pertumbuhan opini audit ini disebabkan karena adanya kelemahan sistem pengendalian

internal pada daerah yang memiliki umur administratif lebih lama.

Kemudian, pengaruh jenis daerah terhadap hasil pemeriksaan BPK tidak terlihat dalam

penelitian ini. Hal ini tidak sesuai dengan temuan Wicaksono (2012) bahwa jenis daerah

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap opini audit dan nilai kasus ketidakpatuhan

regulasi. Namun, hasil temuan lainnya pada penelitian sesuai dengan temuan Wicaksono

(2012), bahwa jenis daerah tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah kasus

ketidakpatuhan regulasi dan jumlah kasus kelemahan sistem pengendalian internal. Hal ini

kemungkinan dikarenakan sampel yang digunakan kurang atau dikarenakan variabel lain

lebih mempengaruhi pertumbuhan opini audit dan nilai ketidakpatuhan regulasi dibandingkan

dengan jenis pemerintah daerah.

5.2.3 Permasalahan Anggaran dan Realisasi Pendapatan

Terdapat cukup bukti bahwa invers dari tingkat ketergantungan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap opini audit, negatif dan signifikan terhadap nilai kasus ketidakpatuhan

regulasi, dan negatif (tidak signifikan) terhadap jumlah kasus ketidakpatuhan regulasi. Hal ini

menandakan bahwa tingkat ketergantungan jusrtu berpengaruh negatif terhadap opini audit

dan berpengaruh positif terhadap nilai dan jumlah kasus ketidakpatuhan regulasi. Hal ini

sesuai dengan hipotesis sebelumnya. Tingkat ketergantungan mendorong pemerintah daerah

untuk membuat laporan pertanggungjawaban fiktif jika realisasi anggaran belum mencapai

target pada waktu yang ditentukan. Temuan ini sesuai dengan temuan Wicaksono (2012)

mengenai opini audit dan jumlah kasus ketidakpatuhan regulasi, namun tidak sesuai dengan

temuannya yang justru memiliki hasil berkebalikan, bahwa tingkat ketergantungan memiliki

pengaruh negatif dan siginfikan terhadap nilai kasus ketidakpatuhan regulasi. Perbedaan ini

kemungkinan dikarenakan proksi yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan yang

digunakannya. Pada penelitian ini, nilai kasus ketidakpatuhan regulasi tidak dibagi dengan

jumlah pendapatan dan belanja sehingga nilainya bukanlah nilai relatif terhadap sesuatu yang

menyebabkan nominalnya menjadi sangat kecil.

Kemudian, terdapat cukup bukti bahwa realisasi belanja total semester satu memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan opini audit, namun realisasi belanja

barang dan jasa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap opini audit. Sementara itu,

pengaruh realisasi belanja modal semester satu adalah positif namun tidak signifikan terhadap

pertumbuhan opini audit. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika realisasi barang dan jasa

dilakukan lebih cepat, justru timbul indikasi adanya kecurangan dalam prosesnya. Temuan ini

juga sesuai dengan temuan BPK pada IHPS 2012 bahwa jumlah kasus kelemahan sistem

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 16: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

pengendalian internal terutama terjadi pada proses pelaksanaan anggaran, dan jumlah kasus

ketidakpatuhan terbesar terjadi pada belanja barang dan jasa. Tidaklah mengherankan jika

banyak pejabat pemerintah daerah yang enggan menerima jabatan sebagai panitia pengadaan

barang karena potensinya menjadi tertuduh dalam kasus korupsi lebih besar dibandingkan

penghargaan yang diterima (Miliasih, 2011; Priatno, 2013).

Sayangnya, temuan tersebut tidak didukung dengan hasil penelitian selanjutnya yang

menemukan tidak ada pengaruh signifikan atas realisasi semester satu belanja total, belanja

barang dan jasa, dan belanja modal terhadap nilai dan jumlah kasus ketidakpatuhan regulasi.

Hal ini kemungkinan dikarenakan proksi realisasi semester satu kurang tepat digunakan.

Setelah bulan Juni, banyak daerah yang melakukan revisi anggaran sehingga kemampuan

daerah untuk melakukan realisasi belanja setelah melakukan revisi menjadi tidak dapat

diperbandingkan karena prosesnya yang berbeda-beda. Namun, realisasi belanja semester I

dapat menjadi indikasi bahwa semakin banyak belanja selain barang, jasa, dan modal yang

terserap pada kuartal ke 3 akan berpeluang mengurangi tingkat kecurangan, namun ketika

realisasi belanja barang dan jasa serta belanja modal banyak terserap, yang terjadi adalah

sebaliknya, potensi kecurangan justru meningkat.

Dengan melihat kompleksitas realisasi belanja barang dan jasa serta belanja modal,

agaknya dua jenis belanja ini, memiliki karakteristik yang berbeda dengan belanja lainnya.

Dua jenis belanja ini membutuhkan ikatan dengan pihak ke tiga yang mungkin saja

melibatkan tokoh-tokoh politik dengan perjanjian politik di belakangnya. Sementara itu,

belanja lainnya cenderung tidak terlalu melibatkan pihak ke tiga sehinga karakteristik

kecurangannya pun berbeda, misalnya adalah belanja bantuan sosial atau honorarium pegawai

diluar gaji pokok pegawai. Contoh dari adanya penyimpangan di luar belanja barang dan jasa

serta belanja modal adalah maraknya kegiatan “menghabiskan anggaran” di akhir tahun oleh

sekelompok pegawai dengan cara misalnya pergi ke luar negeri untuk dinas2. Itu mengapa

kemungkinan potensi kecurangan untuk belanja barang dan jasa justru terjadi di tengah-

tengah tahun, sementara potensi kecurangan untuk belanja selain belanja barang, jasa, dan

modal cenderung terjadi di akhir tahun. Kemungkinan lainnya adalah justru kecurangan itulah

yang membuat realisasi anggaran belanja banyak dilakukan di tengah-tengah tahun. Hal ini

didasari pada temuan dari model realisasi anggaran belanja di mana jumlah partai politik

dapat meningkatkan realisasi anggaran belanja dan anggapan dibalik temuan itu adalah partai-

partai politik ini melakukan kecurangan-kecurangan dalam proses pemenangan tender.

                                                                                                                         2  http://www.tempo.co/read/news/2012/02/22/090385709/BPK-­‐PNS-­‐Kerap-­‐Manipulasi-­‐Perjalanan-­‐Dinas  

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 17: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

VI. KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pergantian kepala daerah tidak

berpengaruh terhadap realisasi belanja semester satu dan kualitas hasil pemeriksaan BPK.

Ketika diinteraksikan dengan jumlah partai politik pengusung, pengaruhnya juga tidak

nampak. Namun, jumlah partai politik pengusung sebagai variabel independen memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai dan jumlah kasus ketidakpatuhan regulasi.

Artinya, ketika terjadi pergantian kepala daerah, jumlah partai politik pengusung tidak

memiliki pengaruh. Namun, ketika tidak terjadi pergantian kepala daerah, jumlah partai

politik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah dan nilai ketidakpatuhan

regulasi.

Ketika diinteraksikan dengan tingkat kemenangan pengaruhnya tetap tidak signifikan

terhadap realisasi belanja dan kualitas hasil pemeriksaan BPK, kecuali terhadap realisasi

belanja modal semester satu dan pertumbuhan opini audit di mana pengaruhnya sama-sama

positif dan signifikan. Variabel tingkat kemenangan sebagai variabel bebas memiliki

pengaruh negatif dan signifikan terhadap realisasi belanja modal semester satu, serta

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan opini audit. Hal ini

menunjukkan terdapat cukup bukti bahwa tingkat kemenangan memperkuat pengaruh positif

pergantian kepala daerah terhadap realisasi belanja modal semester satu. Namun, ketika tidak

terjadi pergantian kepala daerah, justru tingkat kemenangan memiliki pengaruh negatif

terhadap realisasi belanja modal. Sementara itu, temuan ini juga menunjukkan terdapat cukup

bukti bahwa tingkat kemenangan memperkuat pengaruh positif pergantian kepala daerah

terhadap pertumbuhan opini audit. Namun, ketika tidak terjadi pergantian kepala daerah,

tingkat kemenangan tidak memiliki pengaruh apa-apa.

Ketika diinteraksikan dengan masa jabatan, terdapat cukup bukti bahwa masa jabatan

memperlemah pengaruh negatif pergantian kepala daerah terhadap realisasi belanja total dan

barang semester I dan II. Namun, ia tidak memperlemah pengaruh negatif tersebut terhadap

realisasi belanja modal. Bahkan, terdapat cukup bukti bahwa masa jabatan memperlemah

pengaruh positif pergantian kepala daerah terhadap pertumbuhan nilai opini audit dan

pengurangan nilai ketidakpatuhan regulasi.

VII. KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

1. Tahun yang digunakan dalam penelitian ini dirasa masih sangat kurang. Penggunaan

masa jabatan yang hanya dua tahun dikhawatirkan membuat peningkatan kinerja kepala

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 18: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

daerah menjadi belum terlihat. Untuk itu, penelitian ini dapat dikembangkan hingga tahun

anggaran 2013 dan 2014 untuk melihat perkembangan kinerja kepala daerah pada tahun ke 3

dan ke 4-nya.

2. Kabupaten/kota hanya terbatas pada pilkada tahun 2010. Jika menggunakan sampel

penelitian pilkada tahun 2008 saja atau 2009 saja, hasil penelitian bisa menjadi berbeda

karena pilkada tahun 2008 diselenggarakan satu tahun sebelum pemilihan umum legislatif dan

pada tahun 2009 diselenggarakan pada tahun legislatif. Perbedaan tersebut bisa terjadi karena

pada tahun 2008, mungkin saja ada hubungan antara calon legislatif yang akan maju di tahun

2009 dengan kemenangan kepala daerah tahun 2008. Kemudian, pada tahun 2009, mungkin

saja ada hubungan antara legislatif terpilih dengan kepala daerah terpilih. Kemungkinan

hubungan ini juga menarik untuk dijadikan penelitian berikutnya.

3. Realisasi belanja yang digunakan adalah realisasi belanja semester I. Dikarenakan

hampir semua daerah melakukan perubahan APBD setelah semester I, penggunaan

penyerapan belanja pada kuartal tiga dikhawatirkan menimbulkan bias karena perbedaan

tanggal penetapan perubahan APBD, ada daerah yang sudah melakukan perubahan APBD

sebelum kuartal tiga berakhir, ada juga yang setelahnya, sehingga penyerapan belanja kuartal

tiga menjadi tidak bisa dibandingkan antara daerah. Di lain sisi, hal ini juga yang mungkin

menyebabkan realisasi anggaran belanja semester I pada penelitian ini tidak dapat memiliki

pengaruh terhadap hasil pemeriksaan BPK karena mungkin ada daerah yang sangat berusaha

mengejar ketertinggalan penyerapan belanja pada kuartal tiga sehingga tidak terjadi

penumpukan di kuartal empat, namun ada juga daerah yang tidak berusaha. Untuk itu,

penelitian perubahan APBD, penyerapan belanja kuartal tiga, dan pengaruhnya terhadap hasil

pemeriksan BPK nampaknya cukup menarik untuk diteliti pada penelitian berikutnya.

4. Temuan dalam penelitian ini mengenai pengaruh signifikan dan positif jumlah partai

pengusung terhadap nilai dan jumlah kasus ketidakpatuhan regulasi sedikit memberikan bukti

empiris keterlibatan partai dalam proyek-proyek pemerintah daerah yang tidak sehat.

Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi jumlah kursi partai pengusung di DPRD

untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil pemeriksaan BPK namun bukan dalam konteks

fungsi pengawasan DPRD, melainkan dalam konteks keterlibatan anggota DPRD dalam

setiap proyek pemerintah daerah.

KEPUSTAKAAN

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 19: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

Adsera, A., C. Boix, dan M. Payne. “Are You Being Served? Political Accountability and

Quality of Government” The Journal of Law,Economics, and Organization 19: 2

(2003); 445-490.

Adzani, A. H. (2013). Analisis Pengaruh Kesejahteraan Masyarakat, Faktor Politik, dan

Hasil Pemeriksaan Audit BPK terhadap Opini Audit LKPD Tahun 2009-2011.

Depok: Skripsi Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Brender, A. dan A. Drazen. “Election, Leaders, and the Composition of Government

Spending” Journal of Public Economics 97 (2013); 18-31.

Costas-Perez, E., A. Sole-Olle, dan Sorribas-Novaro. “Corruption Scandals, Voter

Information, and Accountability” European Journal of Political Economy 28 (2012);

469-484.

Ferris, M. J. dan Graddy, E. A. “A Contractual Framework for New Public Management

Theory” International Public Management Journal 1: 2 (1998); 225-240

Hood C. “Paradoxes of Public-Sector Managerialism, Old Public Management and Public

Service Bargains” International Public Management Journal 3 (2000); 1-22.

Hughes, O. E. (2003). Public management and administration. New York: Palgrave

Macmillan.

Kartiko, S. W. (2011). Pengaruh Ketidakmayoritasan Partai Politik Kepala Daerah dalam

DPRD (Divided Government) terhadap Keterlambatan Penetapan APBD (Budget

Delay) Berdasarkan Perspektif Ekonomi Politik. Jakarta: Tesis Program Perencanaan

dan Kebijakan Publik, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

Miliasih, R. (2012). Analisis Keterlambatan Penyerapan Anggaran Belanja Satuan Kerja

Kementrian Negara/Lembaga TA 2010 di Wilayah Pembayaran KPPN Pekanbaru.

Jakarta: Tesis Program Perencanaan dan Kebijakan Publik, Fakultas Ekonomi,

Universitas Indonesia.

Priatno, P. A. (2013). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran

pada Satuan Kerja Lingkup Pembayaran KPPN Blitar. Malang: Skripsi Departemen

Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014

Page 20: PENGARUH PERGANTIAN KEPALA DAERAH TERHADAP …

Rachbini, Didik J. (2002). Ekonomi Politik; Paradigma dan Teori Pilihan Publik. Jakarta:

Ghalia Indonesia

Sanit, A. “Anatomi Korupsi Politik di Indonesia” Jurnal Ilmu Pemerintahan 39 (2012); 1-23.

Shomad, A. (2010). Program Bantuan Langsung Tunai dalam Perspektif Public Choice di

Kota Bekasi (Studi Analisis Kebijakan Pemerintahan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono-Wakil Presiden Jusuf Kalla). Jakarta: Tesis Departemen Ilmu

Administrasi Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi,

Universitas Indonesia.

Wardani, S. B. E. Koalisi Partai Politik dalam Pemilihan Kepala Daerah secara Langsung:

Kasus Pilkada Provinsi Banten tahun 2006. Jakarta: Tesis Program Pascasarjana

Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.

Watkins, A. L. dan C. E. Arrington. “Accounting, New Public Management and American

Politics: Theoretical Insights into the National Performance Review” Critical

Perspectives on Accounting 18 (2007); 33-58.

Wicaksono, P. T. (2012). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Opini dan Temuan

Audit BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di

Indonesia Tahun 2008-2009. Depok: Skripsi Departemen Akuntansi, Fakultas

Ekonomi, Universitas Indonesia.

World Bank. Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Tekanan Meningkat.

Maret 2013. Depok, 19 Juni 2013.

<http://www.worldbank.org/content/dam/Worldbank/document/EAP/Indonesia/IEQ-

MARCH-2013-BHS.pdf>

Yustika, Ahmad Erani. 2009. Ekonomi Politik: Kajian Teoretis dan Analisis Empiris.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zimmerman, J. L. (1977). The Municipal Accounting Maze: An Analysis of Political

incentives. Journal of Accounting Research, 15, 107-144.

-----------PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengaruh pergantian…, Ghea Utari Mahar, FE UI, 2014