PENGARUH PERBEDAAN RASIO PEG 6000:MANITOL DALAM … · PEG 6000 memiliki titik lebur kecil,...
Transcript of PENGARUH PERBEDAAN RASIO PEG 6000:MANITOL DALAM … · PEG 6000 memiliki titik lebur kecil,...
PENGARUH PERBEDAAN RASIO PEG 6000:MANITOL DALAM
DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT TERHADAP DISOLUSI
KURKUMIN : APLIKASI METODE PELEBURAN-PELARUTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Agatha Tesalonika Rindu Asmara
NIM : 158114026
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH PERBEDAAN RASIO PEG 6000:MANITOL DALAM
DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT TERHADAP DISOLUSI
KURKUMIN : APLIKASI METODE PELEBURAN-PELARUTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Agatha Tesalonika Rindu Asmara
NIM : 158114026
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini ku Persembahkan untuk
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Papa, Mama, Adek Clara
Sahabat dan Teman-temanku tercinta
Almamaterku tersayang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
anugerah-Nya, naskah skripsi dengan judul “Pengaruh Perbedaan Rasio PEG
6000:Manitol dalam Dispersi Padat Ekstrak Kunyit terhadap Disolusi
Kurkumin : Aplikasi Metode Peleburan-Pelarutan” ini dapat terselesaikan
dengan baik. Skripsi ini merupakan bagian dari penelitian Ibu Dr. Dewi
Setyaningsih, M. Sc., Apt., yang berjudul “Pengaruh Pembawa terhadap Profil
Disolusi Kurkumin dalam Dispersi Padat Ekstrak Kunyit dengan Berbagai
Pembawa dan Kajian Stabilitas Kurkumin” berdasarkan SK No.
Far/055/V/2018/ST/D.
Selama proses pengerjaan skripsi mulai dari penulisan proposal,
penelitian, hingga penulisan naskah skripsi ini, penulis mendapat banyak
dukungan, sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Dr. Dewi Setyaningsih, M. Sc., Apt. selaku dosen pembimbing utama yang
telah mengizinkan untuk mengikuti proyek penelitian payung “Pengaruh
Pembawa terhadap Profil Disolusi Kurkumin dalam Dispersi Padat Ekstrak
Kunyit dengan Berbagai Pembawa dan Kajian Stabilitas Kurkumin” dan Beti
Pudyastuti, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing pendamping atas semua
ilmu, bimbingan, saran, masukan, nasihat dari mulai pencarian ide,
penyusunan proposal, proses penelitian, penyusunan naskah skripsi, serta
menyediakan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.
3. Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku Dosen Penguji atas semua saran,
masukan dan kritik selama proses pembuatan proposal dan naskah skripsi.
4. Wahyuning Setyani, M.Sc, Apt. selaku Dosen Penguji atas semua saran,
masukan dan kritik selama proses pembuatan proposal dan naskah skripsi.
5. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas semua
pengajaran, ilmu dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama masa
perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Nacalai Tesque, Inc. Jepang sebagai supplier standar kurkumin, PT.
Phytochemindo Reksa sebagai supplier ekstrak kunyit, PT. Konimex sebagai
supplier manitol, dan PT. Nufarindo sebagai supplier PEG 6000.
7. Mas Bimo Windura, Pak Musrifin, Mas Bimo Putranto, Pak Parlan, Mas
Agung, dan seluruh laboran yang telah membantu, mengajari dan
menyemangati penulis selama penelitian dilakukan.
8. Kedua Orang Tua penulis Mama, Papa, yang selalu mendoakan dan
mengingatkan untuk terus semangat, serta menjadi pendengar saat penulis
bercerita.
9. Kepada adik dari penulis, Clara Skivo Ganita Anjani yang selalu memberi
semangat, doa serta menghibur penulis.
10. Tim skripsi Kurkumin 2018 atas kerja sama dan suka duka selama melakukan
penelitian.
11. Sahabat tercinta Elsa Regita Sitompul, atas semua waktu, tenaga, tempat
curahan hati, pengingat serta penyemangat yang sudah diberikan kepada
penulis selama mengerjakan proposal, penelitian hingga naskah ini selesai.
12. Teman seperjuangan sejak semester 1 Elsa Regita Sitompul dan Stefanus
Leonardo Johnhalim atas semua doa, dukungan, tempat berkeluh kesah, dan
bermain bersama.
13. Teman-teman FSM 2015 atas kesan dan cerita yang sudah diberi selama masa
perkuliahan.
14. Seluruh pembaca naskah skripsi ini.
Naskah ini belum sempurna, mohon maaf atas segala kekurangan yang
terdapat dalam naskah skripsi ini. Tidak banyak yang dapat penulis katakan,
namun besar harapan penulis agar karya tulis ini dapat berkontribusi dalam dunia
penelitian dan masyarakat. Terima kasih.
Yogyakarta, 10 Januari 2019
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Kurkumin merupakan komponen utama yang terkandung dalam senyawa
kurkuminoid. Kurkumin merupakan senyawa yang termasuk dalam
Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II yaitu senyawa yang
kurang larut dalam air tetapi mempunyai permeabilitas tinggi. Kelarutan yang
rendah menyebabkan kurkumin memiliki disolusi yang rendah. Oleh karena itu
perlu adanya upaya untuk meningkatkan disolusi yaitu dengan metode dispersi
padat.
Dispersi padat dibuat dengan metode peleburan-pelarutan. Dispersi
padat dibuat dengan variasi rasio PEG 6000:manitol yaitu 1:1, 2:1, 4:1 untuk
melihat peningkatan disolusi antar rasio. Parameter yang diukur yaitu drug load,
kelarutan, dan disolusi yang dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer
UV-vis.
Hasil uji kelarutan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kelarutan 1-3
kali dan terdapat perbedaan signifikan dispersi padat dibandingkan dengan
campuran fisik. Pada uji disolusi, Dissolution Efficiency (DE180) diperoleh hasil
perbedaan yang signifikan pada DE180 dibandingkan antara campuran fisik dan
dispersi padat setiap formula dan DE180 dibandingkan antar formula. Dispersi
padat dengan rasio PEG 6000:manitol sebesar 4:1 menunjukkan DE180 paling
tinggi yaitu 43,37±0,49%. Semakin besar rasio PEG 6000:manitol dalam sistem
dispersi padat maka disolusi kurkumin akan semakin meningkat.
Kata kunci : kurkumin, disolusi, dispersi padat, PEG 6000, manitol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Curcumin is the main component contained in the composition of
curcuminoids. Curcumin is a compound that is included in the class II
Biopharmaceutical Classification System (BCS), a compound that is not soluble
in water but contains high permeability. Low solubility causes curcumin have a
low dissolution. Therefore it is necessary to increase the dissolution by solid
dispersion method.
Solid dispersion is made by melting-solvent method. Solid dispersion is
made with a variation of ratio of the PEG 6000 ratio: mannitol 1: 1, 2: 1, 4: 1 to
see an increase in dissolution between ratios. Measure drug load, solubility, and
dissolution which were analyzed using UV-vis spectrophotometer.
The solubility test results was showed that solubility was increase 1-3
times and it was had significant differences of solid dispersion compared to
physical mixture. In the dissolution test, Dissolution Efficiency (DE180) was
significantly different between physical mixture and solid dispersion for each
formula and compared between solid dispersion formula. Solid dispersion with
ratio PEG 6000:mannitol 4:1was showed the highest DE180 value of 43,37±0,49%.
The greater of the PEG 6000: mannitol in a solid dispersion system, the
dissolution of curcumin was increased.
Keywords: curcumin, dissolution, solid dispersion, PEG 6000, mannitol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............. vi
PRAKATA ........................................................................................ vii
ABSTRAK .......................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xv
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
METODE PENELITIAN ..................................................................... 3
Alat dan bahan .............................................................................. 3
Pembuatan Larutan Baku Kurkumin ………………………… .... 4
Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ................... 4
Pembuatan Kurva Baku ................................................................. 5
Verifikasi Metode Analisis ........................................................... 5
Pembuatan Dispersi Padat ............................................................. 6
Pembuatan Campuran Fisik .......................................................... 7
Pembuatan Medium Disolusi ........................................................ 7
Uji Drug Load ............................................................................... 7
Uji Kelarutan ................................................................................. 7
Uji Disolusi ................................................................................... 8
Analisis Data ................................................................................. 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 9
Verifikasi Metode Analisis ........................................................... 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Uji Drug Load ............................................................................. 12
Uji Kelarutan ............................................................................... 13
Uji Disolusi ................................................................................. 14
KESIMPULAN .................................................................................. 18
SARAN .............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 19
LAMPIRAN ....................................................................................... 22
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Tabel Formula Dispersi Padat............................................................. 6
Tabel II. Akurasi dan Presisi ............................................................................ 10
Tabel III. Hasil Uji Drug Load Campuran Fisik dan Dispersi Padat ….…... 12
Tabel IV. Hasil Uji Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat (n=3) ..... 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kurva Baku Kurkumin dalam Pelarut Medium Disolusi ............... 11
Gambar 2. Kurva Baku Kurkumin dalam Pelarut Metanol.............................. 12
Gambar 3. Grafik Perbandingan Kelarutan ..................................................... 14
Gambar 4. Kurva Waktu vs %Disolusi ............................................................ 15
Gambar 6. Grafik Nilai DE180 .......................................................................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Kunyit ................................... 22
Lampiran 2. Product Information Standar Kurkumin ............................................ 23
Lampiran 3. Penetapan Kadar Kurkuminoid pada Serbuk Ekstrak Kunyit ........... 23
Lampiran 4. Perhitungan Rendemen ..................................................................... 23
Lampiran 5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ..................................... 24
Lampiran 6. Hasil Verifikasi Metode Analisis : Akurasi dan Presisi
Medium Disolusi .................................................................................................. 27
Lampiran 7. Summary Output Regression Statistic Kurva Baku Medium
Disolusi ................................................................................................................. 28
Lampiran 8. Summary Output Regression Statistic Kurva Baku Metanol ............ 28
Lampiran 9. Tabel Association of Official Analytical Chemist (AOAC)............... 29
Lampiran 10. Uji Statistika Uji Kelarutan ........................................................... 30
Lampiran 11. Uji Disolusi ..................................................................................... 34
Lampiran 12. Statistika Uji Disolusi ..................................................................... 37
Lampiran 13. Foto Serbuk Campuran Fisik Dan Dispersi Padat ........................... 42
Lampiran 14. Perhitungan Drug Load ................................................................... 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Kunyit (Curcuma longa L.) termasuk dalam keluarga Zingiberaceae
yang ditanam di daerah tropis dan subtropis, terutama di India, Asia Tenggara,
dan China (Rohman, 2012). Kunyit mengandung kurkuminoid yang terdiri dari
kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin (Nguyen et al., 2015).
Kurkumin merupakan senyawa yang termasuk dalam Biopharmaceutical
Classification Sistem (BCS) kelas II, yaitu senyawa yang memiliki kelarutan yang
rendah dalam air tetapi mempunyai permeabilitas membran tinggi (Ravichandran,
2013). Kurkumin memiliki kelarutan yang rendah di air (pH 5.0 pada medium
buffer aqueous) 11 ng/mL (Jantarat, 2013; Nguyen et al., 2015). Kelarutan yang
rendah di air menyebabkan disolusi yang rendah dan menurunkan bioavailabilitas
oral (Ravichandran, 2013).
Disolusi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan bioavailabilitas
obat golongan BCS kelas II (Kansara et al., 2015). Beberapa metode yang
digunakan untuk meningkatkan disolusi obat antara lain micronization,
nanopartikel, derivatisasi, dispersi padat, atau kompleksasi dengan makromolekul
seperti gelatin, siklodekstrin (Ravichandran, 2013; Singh, and Sarangi., 2017).
Dispersi padat merupakan salah satu metode untuk meningkatkan absorbsi dan
disolusi obat (Krishnamoorthy et al., 2012).
Dispersi padat adalah dispersi dari satu atau lebih zat aktif dalam
pembawa hidrofilik atau matriks pada keadaan padat yang dibuat dengan metode
peleburan, pelarutan, atau peleburan-pelarutan (Krishnamoorthy et al., 2012).
Dispersi padat dapat meningkatkan disolusi obat dengan cara mengurangi ukuran
partikel, meningkatkan keterbasahan, dan perubahan obat ke bentuk amorf (Singh
et al., 2011). Drug load yang dibuat dalam penelitian ini sebesar 30%. Pemilihan
drug load tersebut berdasarkan penelitian variasi drug load 10%-30%, diperoleh
presentase disolusi 120 menit paling besar pada drug load 30% sebesar
35,95±1,22 % dengan metode penguapan pelarut (Luciana, 2016).
Senyawa hidrofilik banyak digunakan sebagai pembawa dalam sistem
dispersi padat antara lain yaitu polimer, turunan selulosa, gula, poliakrilat, dan
asam organik (Nikghalb et al., 2012). Salah satu senyawa turunan gula yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
berfungsi sebagai pembawa hidrofilik yaitu manitol. Manitol dapat meningkatkan
disolusi dan bioavailabilitas dari suatu obat dengan kelarutan rendah dalam air
(Krishnamoorthy et al., 2012). Dalam penelitian formulasi Clotrimazole dalam
sistem dispersi padat dengan beberapa gula sebagai matriks, hasil penelitian
menunjukkan manitol meningkatkan disolusi 806 kali lipat dibandingkan dengan
matriks lain (Magdulkar et al., 2015). Dispersi padat dengan pembawa Manitol
memiliki kekurangan yaitu adanya pembentukan kristalin yang secara
termodinamik lebih stabil dan pelepasan obat tidak secepat dalam bentuk amorf
(Singh and Sarangi, 2017).
Polimer merupakan pembawa dispersi padat generasi kedua yang
digunakan dalam dispersi padat yang bertujuan mengurangi mobilitas molekul
obat sehingga menghindari fase pemisahan dan rekristalisasi obat selama
penyimpanan serta meningkatkan disolusi dengan menghambat kristalisasi (Patel
et al., 2015). PEG merupakan salah satu polimer yang digunakan dalam dispersi
padat karena memiliki afinitas yang tinggi terhadap air (Nguyen et al., 2015).
PEG 6000 merupakan polimer dari etilen oksida dan air yang memiliki bobot
molekul 6000 (Wahyuni et al., 2014). PEG 6000 memiliki titik lebur kecil,
bersifat hidrofilik, memiliki toksisitas rendah (Afifi, 2015) serta memiliki tingkat
solidifikasi atau pemadatan yang cepat (Bley et al., 2010). Berdasarkan penelitian
Guleria et al., (2012) PEG 6000 meningkatkan disolusi dengan membentuk
lapisan film polietilen glikol di sekitar obat yang dapat meningkatkan
keterbasahan obat dan mengurangi hidrofobisitas permukaan. PEG 6000
mengurangi ukuran kristal, menghambat pembentukan agregasi kristal, dan
mengubah obat dari bentuk kristal ke bentuk amorf sehingga dapat meningkatkan
disolusi obat (Biswal et al., 2008).
Penelitian yang dilakukan Khatry et al., (2013), sistem dispersi padat
ternary menghasilkan disolusi yang lebih tinggi daripada sistem dispersi padat
biner. Sistem dispersi padat ternary terdiri dari senyawa aktif, polimer, dan agen
surface-active atau polimer lain (Prasad et al., 2017). Pada penelitian Kakran et
al., (2013) menunjukkan bahwa dispersi padat kurkumin dalam sistem ternary
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menggunakan PEG dan Tween 80 dapat meningkatkan disolusi sebesar 54%
dibandingkan dalam dispersi padat dengan sistem binnary.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode peleburan-
pelarutan (Kalia and Poddar., 2011). Metode ini dilakukan dengan cara
melarutkan obat dengan pelarut yang sesuai, kemudian dicampur dengan hasil
peleburan pembawa lalu pelarut diuapkan. Kelebihan metode ini yaitu suhu dan
waktu pencampuran lebih rendah sehingga melindungi obat dari degradasi suhu.
Selain itu, pembawa yang sudah meleleh lebih mudah terdispersi dalam campuran
dispersi padat (Vo et al., 2013). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perbedaan rasio PEG 6000:manitol dalam dispersi padat ekstrak kunyit terhadap
disolusi kurkumin dengan pembuatan dispersi padat metode peleburan-pelarutan.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni.
Alat dan Bahan yang digunakan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat-alat gelas (Pyrex
Iwaki), effendorf, timbangan analitik (Mettler Toledo), hotplate magnetic strirrer
(Wilten & Co), ayakan no. mesh 60, labu alas bulat (Duran Schott), water bath
(Gerhardt), mortir dan stamper, mikropipet (Socorex), makropipet (Socorex), dry
box (DB 38-28), spektrofotometer UV-visibel (Shimadzu UV-800), pH meter (SI
Analytics Lab 850), vortex (Scientific, Inc G-56E), shaker (Innova 2100), alat uji
disolusi tipe dayung (Guoming RC-6D), dan centrifuge (Gemmmy PLC- 05).
Bahan yang digunakan yaitu standar kurkumin (Nacalay, Japan), ekstrak
kunyit terstandar yang mengandung kurkuminoid sebesar 97,191% (PT.
Phytochemindo Reksa), PEG 6000, manitol PEARLITOL 25 C, kapsul kosong 00
(Kapsulindo Nusantara), metanol p.a. (Merck), etanol 96% (Merck), Sodium
lauryl sulfate (Merck), akuades dan dapar fosfat pH 6,0.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pembuatan Larutan Baku Kurkumin
a. Pembuatan larutan stok kurkumin (1 mg/mL)
Standar kurkumin ditimbang seksama sebanyak kurang lebih 1,0 mg,
kemudian dimasukkan ke dalam effendorf dan dilarutkan dengan 1,0 mL
metanol p.a, di-vortex hingga larut dan disimpan dalam wadah terlindung
cahaya.
b. Pembuatan larutan intermediet kurkumin (0,01 mg/mL)
Larutan stok kurkumin diambil sebanyak 0,1 mL, kemudian dimasukkan ke
dalam labu takar 10 mL, diencerkan dengan metanol p.a hingga batas tanda,
dan disimpan dalam wadah terlindung cahaya.
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum (λ maks)
a. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum kurkumin dalam
metanol
Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 mL; 1,50 mL; dan 3,00
mL kemudian masing-masing diencerkan dengan metanol p.a hingga volume
tepat 10,0 mL. Larutan ini diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
UV-vis pada panjang gelombang antara 400-600 nm untuk menentukan
panjang gelombang maksimum.
b. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum kurkumin dalam
medium disolusi
Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 mL; 1,50 mL; dan 3,00
mL kemudian masing-masing diencerkan dengan medium disolusi (Dapar
fosfat pH 6,0 + 0,5% b/v SLS) hingga volume tepat 10,0 mL. Larutan ini
diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-vis pada panjang
gelombang antara 400-600 nm untuk menentukan panjang gelombang
maksimum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pembuatan kurva baku
a. Pembuatan kurva baku kurkumin dalam methanol untuk menentukan
kurkumin dalam sediaan
Larutan intermediet kurkumin dibuat enam seri dengan konsentrasi 0,50
μg/mL; 1,00 μg/mL; 2,00 μg/mL; 3,00 μg/mL; 4,00 μg/mL; dan 5,00 μg/mL,
kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL, dan diencerkan dengan
metanol p.a hingga batas tanda dan dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum yang didapatkan. Pengukuran dilakukan replikasi
sebanyak tiga kali. Data yang diperoleh dihitung menggunakan regresi linear
sehingga didapat persamaan kurva baku kurkumin. Data yang diperoleh dari
kurva baku dihitung menggunakan analisis regresi linear.
b. Pembuatan kurva baku kurkumin dalam medium disolusi untuk
menentukan kurkumin dalam medium disolusi
Larutan intermediet kurkumin diambil sejumLah volume tertentu sehingga
didapatkan 14 seri konsentrasi (0,01; 0,02; 0,04; 0,08; 0,10; 0,20; 0,40; 0,50;
1,00; 2,00; 3,00; 4,00; 5,00; 6,50 μg/mL), dimasukkan ke dalam labu takar
5,0 mL, dan diencerkan dengan medium disolusi hingga batas tanda. Larutan
tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum, direplikasi
sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh dihitung menggunakan regresi linear
sehingga didapat persamaan kurva baku kurkumin. Data yang diperoleh dari
kurva baku dihitung menggunakan analisis regresi linear.
Verifikasi Metode Analisis
Verifikasi metode analisis dilakukan dengan penetapan parameter akurasi,
presisi, dan linearitas. Akurasi dihitung dengan nilai perolehan kembali
(recovery), presisi dinyatakan dengan nilai koefisien variasi (KV), sementara
linearitas ditentukan dengan nilai korelasi (r) persamaan regresi linear dari tiga
replikasi kurva baku (Gandjar dan Rohman, 2011).
a. Penetapan parameter linearitas kurva baku kurkumin
Larutan intermediet kurkumin diambil sejumLah volume tertentu sehingga
didapatkan 14 seri konsentrasi (0,01; 0,02; 0,04; 0,08; 0,10; 0,20; 0,40; 0,50;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1,00; 2,00; 3,00; 4,00; 5,00; 6,50 μg/mL), dimasukkan ke dalam labu takar
5,0 mL, dan diencerkan dengan medium disolusi hingga batas tanda. Larutan
tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum, direplikasi
sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh dihitung menggunakan analisis regresi
linier sehingga didapat persamaan kurva baku kurkumin dan nilai r digunakan
untuk penentuan linearitas.
b. Penetapan parameter akurasi dan presisi
Penetapan parameter akurasi dan presisi dilakukan dengan metode spiked
placebo. Medium disolusi disiapkan sebagai plasebo. Larutan intermediet
kurkumin diambil, dibuat tiga larutan seri dengan konsentrasi yang berbeda
2,00 μg/mL; 3,00 μg/mL; dan 5,00 μg/mL, masing-masing dimasukkan ke
dalam labu takar 5 mL, dan diencerkan dengan medium disolusi hingga batas.
Larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum.
Hasil pengukuran serapan dihitung menggunakan persamaan kurva baku
untuk mengetahui kadar kurkumin, kemudian dihitung perolehan kembali
sebagai parameter akurasi dan dihitung koefisien variasi sebagai parameter
presisi. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.
Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Kunyit : PEG 6000 : Manitol
Tabel I. Formula Dispersi Padat
Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3
Ekstrak kunyit (g) 1, 8 1, 8 1, 8
PEG 6000 (g) 2,1 2, 8 3, 4
Manitol (g) 2,1 1,4 0,8
Bobot total (g) 6,0 6,0 6,0
Perbandingan pembawa
PEG 6000 : Manitol 1 : 1 2 : 1 4 : 1
Drug load 30% 30% 30%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Dispersi padat dibuat dengan menimbang masing-masing ekstrak kunyit,
manitol, dan PEG 6000 sesuai formula. Ekstrak kunyit kemudian dilarutkan
dengan etanol 96% dalam gelas beker (tertutup) menggunakan magnetic stirrer
dan dalam wadah lain manitol dilarutkan dengan akuades. PEG 6000 dilelehkan
dalam cawan porselen di atas penangas air hingga meleleh pada suhu 50-60oC.
Kemudian kurkumin dan manitol yang sudah larut dimasukkan dalam cawan
porselen yang telah berisi lelehan PEG, lalu diaduk di atas penangas air hingga
homogen. Setelah pelarut etanol dan akuades menguap, campuran kemudian
didinginkan hingga menjadi padatan dan memiliki bobot tetap, kemudian padatan
tersebut digerus lalu diayak dengan ayakan nomor mesh 60. Serbuk disimpan
dalam desikator sampai dilakukan pengujian.
Pembuatan Serbuk Campuran Fisik Ekstrak Kunyit : PEG 6000 : Manitol
Ekstrak kunyit, PEG 6000, dan manitol ditimbang masing-masing sesuai
formula, dicampur hingga homogen dengan menggunakan mortir dan stamper,
lalu diayak dengan ayakan nomor mesh 60. Serbuk disimpan dalam desikator
sampai dilakukan pengujian.
Uji Drug Load
Serbuk dispersi padat atau campuran fisik ditimbang sebanyak 10,0 mg,
kemudian dilarutkan dengan 10,0 mL metanol p.a, dan di-vortex 10 menit serta di
sentrifugasi sampai larut. Kemudian sampel dianalisis dengan menggunakan
spektrofotometer UV-vis pada panjang gelombang maksimum larutan kurkumin
dalam metanol. Absorbansi yang diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan
kurva baku kurkumin dalam metanol.
Uji Kelarutan
Serbuk dispersi padat atau campuran fisik ditimbang sebanyak 20,0 mg, lalu
dilarutkan dalam 20,0 mL medium disolusi (dapar fosfat pH 6,0). Campuran
diaduk dengan menggunakan shaker selama 48 jam di ruangan terhindar dari
cahaya. Sampel disaring dengan kertas filter Whatmann no.1 dan filtrat diukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum kurkumin dalam medium
disolusi menggunakan spektrofotometer UV-vis. Absorbansi yang diperoleh
dimasukkan kedalam persamaan kurva baku kurkumin dalam medium disolusi.
Uji Disolusi
Sampel untuk uji disolusi adalah 500 mg serbuk dispersi padat atau
campuran fisik dalam kapsul 00. Uji disolusi menggunakan apparatus tipe II
(paddle). Dispersi padat dan campuran fisik diuji menggunakan medium disolusi
(dapar fosfat pH 6,0 + SLS 0,5% b/v) pada suhu 37℃ dengan kecepatan 75 rpm.
SejumLah larutan (5 mL) dikumpulkan pada interval waktu (5, 10, 20, 30, 45, 60,
90, dan 120, 150, dan 180 menit) dan volume dapar yang sama (5 mL)
ditambahkan untuk mempertahankan volume medium disolusi. Sampel uji
disolusi di-sentrifuge dengan kecepatan 6000 rpm selama 5 menit. Filtrat sampel
disolusi diambil sebanyak 1 mL, kemudian diencerkan dengan medium disolusi
dalam labu takar 5 mL dan diukur absorbansi menggunakan spektrofotometri
visible pada panjang gelombang maksimum kurkumin dalam medium disolusi.
Absorbansi yang diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku
kurkumin dalam medium disolusi serta dihitung kadar kurkumin terdisolusi dan
efisiensi disolusi.
Analisis data
Uji normalitas dilakukan antara data campuran fisik dan dispersi padat
dengan Shapiro-Wilk Test. Apabila data yang dihasilkan normal, dilanjutkan
dengan uji signifikansi menggunakan uji statistik parametrik (ANOVA) untuk
lebih dari dua data atau uji T untuk dua data. Namun apabila data tidak normal,
pengujian dilanjutkan dengan uji statistik non-parametrik (Kruskal-Wallis Test)
untuk lebih dari dua data dan Mann-Whitney untuk dua data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rasio PEG
6000:manitol dalam dispersi padat ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin
dengan pembuatan dispersi padat metode peleburan-pelarutan. Proporsi ekstrak
kunyit yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30%, proporsi tersebut
berdasarkan pada penelitian Luciana (2016). Proporsi ekstrak yang digunakan
cukup besar dengan harapan dapat lebih efisien mencapai kadar obat dalam darah
secara oral.
Dispersi padat dibuat dengan metode peleburan-pelarutan. Kelebihan
metode ini yaitu suhu dan waktu pencampuran lebih rendah sehingga melindungi
obat dari degradasi suhu. Selain itu, pembawa yang sudah meleleh lebih mudah
terdispersi dalam campuran dispersi padat (Vo et al., 2013). Suhu pencampuran
pada penelitian ini dipertahankan pada suhu 50-60oC. Rendemen dispersi padat
yang diperoleh sebesar 91,04%-91,81% (lampiran 4).
Sebelum pembuatan kurva baku, dilakukan penentuan panjang gelombang
maksimum kurkumin dalam pelarut metanol serta dalam pelarut medium disolusi.
Hasil menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum kurkumin dalam
pelarut metanol adalah 421 nm dan dalam pelarut medium disolusi adalah 429 nm
(lampiran 5).
Verifikasi Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis yang mengacu pada Sharma et
al., (2012) untuk menetapkan kadar kurkumin dengan spektrofotometri UV-vis.
Verifikasi metode pada penelitian ini bertujuan untuk memastikan metode valid
digunakan. Verifikasi metode analisis yang dilakukan pada penelitian ini sebagai
berikut:
a. Akurasi dan Presisi
Akurasi menunjukkan kedekatan antara nilai yang didapat dari metode
tersebut dengan nilai sebenarnya (ICH, 2014). Parameter akurasi ditunjukkan
dengan nilai % perolehan kembali (Gandjar dan Rohman, 2011). Dari hasil
verifikasi metode yang dilakukan dengan tiga kali replikasi, didapatkan %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
perolehan kembali dan koefisien variasi dari tiga konsentrasi berbeda (Tabel
II). Untuk rata-rata % perolehan kembali dari konsentrasi rendah yaitu
91,0334% untuk konsentrasi tengah yaitu 92,5838% dan untuk konsentrasi
tinggi yaitu 92,1425%. Sampel dengan rentang kadar 0,1 μg/ mL hingga 10
μg/ mL, berdasarkan AOAC (2016) memiliki % perolehan kembali dengan
rentang batas yang dapat di terima antara 80-110%.
Presisi menunjukkan kedekatam antara serangkaian pengukuran yang
didapat dari beberapa pencuplikan pada sampel yang homogen (ICH, 2014).
Presisi ditunjukkan dengan nilai Koevisien Variasi (KV) (Gandjar dan
Rohman, 2011). Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi rendah
didapatkan koefisien variasi sebesar 0,0861%, untuk konsentrasi tengah
didapatkan 0,0197% dan untuk konsentrasi tinggi sebesar 0,0639%.
Berdasarkan AOAC (2016), untuk sampel dengan kadar 1 μg/mL memiliki
koefisien variasi dengan rentang batas yang dapat diterima yaitu kurang dari
11%. Dari hasil % perolehan kembali dan koefisien variasi dapat dilihat
bahwa hasil yang didapat masuk dalam rentang yang diterima sehingga dapat
dikatakan bahwa metode analisis yang digunakan sudah akurat dan teliti.
Tabel II. Akurasi dan Presisi
Pengujian
pada
Konsentrasi
Konsentrasi
teoritis
(μg/mL)
Konsentrasi yang
didapatkan(μg/mL)
%recovery
(%)
KV
(%)
Rendah Rep 1
1,9686
1,7123 86,9793
0,0861 Rep 2 1,7905 90,9510
Rep 3 1,8843 95,7170
Sedang Rep 1
2,9529
2,7131 91,8777
0,0197 Rep 2 2,7522 93,2016
Rep 3 2,7365 92,6720
Tinggi Rep 1
4,9215
4,4644 90,7127
0,0639 Rep 2 4,5895 93,2546
Rep 3 4,5504 92,4602
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
c. Linearitas
Selain itu, dari hasil analisis untuk verifikasi metode analisis juga
didapatkan koefisien korelasi atau r sebesar 0,9986 (R2 = 0,99736) (Gambar
1). Berdasarkan acuan AOAC (2002), suatu metode dikatakan memenuhi
syarat jika koefisien korelasi yang didapatkan lebih besar dari 0,99, sehingga
dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa metode yang digunakan sudah
memenuhi syarat linearitas.
Gambar 1. Kurva Baku Kurkumin Dalam Pelarut Medium Disolusi
Kurva Baku
a. Kurva Baku Kurkumin dalam Pelarut Medium Disolusi
Kurva baku medium disolusi di buat dengan 14 seri konsentrasi.
Persamaan kurva baku yang didapatkan dengan pelarut medium disolusi
adalah y=0,1279x+0,009 (Gambar 1).
b. Kurva Baku Kurkumin dalam Pelarut Metanol
Kurva baku medium disolusi di buat dengan 6 seri konsentrasi.
Persamaan kurva baku yang didapatkan dengan pelarut metanol adalah y=
0,146x + 0,0193 (Gambar 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 2. Kurva Baku Kurkumin Dalam Pelarut Metanol
Uji Drug Load
Uji drug load dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan kurkumin
yang sebenarnya dalam sediaan dan mengetahui ada tidaknya kehilangan selama
proses pembuatan. Hasil uji drug load campuran fisik formula 1 yaitu 24,67%,
campuran fisik formula 2 yaitu 24,99%, dan campuran fisik formula 3 yaitu
24,85%. Hasil uji drug load untuk dispersi padat formula 1 yaitu 27,65%, dispersi
padat formula 2 yaitu 27,46%, dan dispersi padat formula 3 yaitu 29,19%.
Tabel III. Hasil Uji Drug Load Campuran Fisik dan Dispersi Padat
Sampel
CF 1
(1:1)
DP 1
(1:1)
CF 2
(2:1)
DP 2
(2:1)
CF 3
(4:1)
DP 3
(4:1)
Rep 1 (%) 24,75 28,07 24,78 27,49 25,58 29,58
Rep 2 (%) 25,46 26,53 25,16 27,79 24,34 28,62
Rep 3 (%) 23,79 28,34 25,03 27,08 24,64 29,41
Rata-rata
drug load
± SD (%)
24,67
± 0,84
27,65 ±
0,98
24,99 ±
0,19
27,46 ±
0,36
24,85 ±
0,64
29,19 ±
0,50
Drug Load
teoritis (%) 29,26 29,27 29,29 29,27 29,26 29,27
Rata-rata
% recovery 84,31 94,47 85,31 93,81 84,94 99,74
KV (%) 3,39 3,52 0,78 1,30 2,59 1,72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Hasil nilai drug load yang diperoleh lebih kecil dari nilai drug load teoritis
disebabkan oleh kehilangan bahan selama proses preparasi campuran fisik dan
dispersi padat. Hasil uji drug load dispersi padat lebih besar daripada campuran
fisik. Hal ini menunjukkan pada volume pelarut yang sama yang digunakan dalam
uji drug load, jumlah kurkumin yang terlarut lebih besar pada sampel dispersi
padat.
Uji Kelarutan
Uji kelarutan bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan kelarutan
antara campuran fisik dan dispersi padat. Dari Tabel IV, dapat dilihat bahwa
kelarutan kurkumin dalam dispersi padat mengalami peningkatan dibandingkan
dengan campuran fisik, dimana kelarutan DP 1 meningkat 1,93 kali dibandingkan
CF 1, kelarutan DP 2 meningkat 2,09 kali dibandingkan CF 2, kelarutan DP 3
meningkat 3,43 kali dibandingkan CF 3.
Tabel IV. Hasil Uji Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat (n=3)
Sampel CF 1
(1:1)
DP 1
(1:1)
CF 2
(2:1)
DP 2
(2:1)
CF 3
(4:1)
DP 3
(4:1)
Replikasi I (µg/mL) 0,29 0,52 0,35 0,70 0,45 1,53
Replikasi II (µg/mL) 0,30 0,56 0,34 0,73 0,41 1,52
Replikasi III (µg/mL) 0,25 0,55 0,36 0,74 0,47 1,51
Rata-rata ± SD (µg/mL) 0,28 ±
0,03
0,55 ±
0,02
0,35 ±
0,01
0,73 ±
0,02
0,44 ±
0,03
1,52 ±
0,01
Peningkatan kelarutan DP
terhadap CF
1,93 kali 2,09 3,43 kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Gambar 3. Grafik Perbandingan Kelarutan
Menurut persamaan Noyes-Whitney, adanya peningkatan kelarutan sistem
dispersi padat berpengaruh terhadap peningkatan disolusi. Semakin besar
kelarutannya dalam air (Cs) maka semakin besar pula kecepatan disolusinya
(Nikghalb et al., 2012). Kelarutan antara campuran fisik dan dispersi padat setiap
formula mengalami perbedaaan yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil uji statistik yang dilakukan dimana nilai p (a = 0,005), hasil uji statistik yang
diperoleh pada formula 1(1:1) 0,000428, formula 2 (2:1) 0,049535 dan formula 3
(4:1) 0,049535 (lampiran 10).
Kelarutan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan keterbasahan
(Shresta, 2017). PEG 6000 dapat meningkatkan keterbasahan obat dengan
membentuk lapisan film polietilen glikol di sekitar partikel obat dan mengurangi
hidrofobisitas permukaan obat sehingga kelarutan dapat meningkat (Biswal et al.,
2008).
Uji Disolusi
Uji disolusi bertujuan untuk melihat jumlah obat yang terdisolusi tiap
waktu. Uji ini dilakukan dengan menggunakan medium disolusi 0,5% SLS dalam
20 mM dapar fosfat pH 6,0. Profil uji disolusi dapat dilihat dari kurva pada
gambar 4.
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
Formula 1 (1:1) Formula 2 (2:1) Formula 3 (4:1)
Kad
ar
Ku
rku
min
Ter
laru
t
(µg/m
l)
Campuran Fisik (µg/ml) Dispersi Padat (µg/ml)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 4. Kurva Waktu vs %Disolusi
Pada penelitian ini, diperoleh nilai rata-rata % terdisolusi dispersi padat
pada menit ke 180 yaitu DP 1 (rasio 1:1) 34,31%, DP 2 (rasio 2:1) 36,35, dan DP
3 (4:1) 54,51%. Nilai rata-rata % terdisolusi campuran fisik CF 1 (rasio 1:1)
13,63%, CF 2 (rasio 2:1) 13,63%, dan CF 3 (rasio 4:1) 14,97%. Nilai % disolusi
DP lebih besar dibandingkan dengan CF.
Setelah didapat hasil persen terdisolusi kemudian ditentukan nilai AUC
dan DE dari masing-masing formula CF dan DP. Disolusi Efisiensi (DE)
digunakan dalam pengungkapan hasil uji disolusi zat aktif dalam suatu medium
pada waktu tertentu karena dengan satu nilai dapat tergambarkan semua titik yang
ada di dalam kurva uji disolusi, sehingga dapat digunakan untuk membandingkan
hasil uji disolusi antara banyak formula (Fudholi, 2013). Hasil dari DE180 dari
setiap formula menunjukkan bahwa disolusi antar dispersi padat dari formula
yang memiliki rasio yang berbeda menghasilkan perbedaan yang signifikan
dengan p value 0,027324 (Lampiran 12) dengan uji statistik non-parametrik
(Kruskal-Wallis Test).
0
10
20
30
40
50
60
70
0 5 10 20 30 45 60 90 120 150 180
% D
isolu
si
Waktu (menit)
CF 1
CF 2
CF 3
DP 1
DP 2
DP 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar 5. Grafik Nilai DE180
Pada grafik terlihat peningkatan nilai DE180 dispersi padat lebih besar
dibandingkan dengan campuran fisik, yaitu fomula 1 sebesar 2,47 kali dengan
perbandingan PEG 6000 dan manitol 1:1, formula 2 sebesar 2,65 kali dengan rasio
PEG 6000 dan manitol 2:1, dan formula 3 sebesar 3,44 kali dengan rasio PEG dan
manitol 4:1.
Hasil uji disolusi pada penelitian ini dengan rasio PEG 6000:Manitol 1:1,
2:1, dan 4:1 memperoleh hasil persen disolusi sebesar 14-54%. Pada penelitian ini
formula 3 (PEG 6000:Manitol 4:1) memiliki persen terdisolusi yang paling tinggi
yaitu 54,51% dan formula 1 (PEG 6000:Manitol 1:1) memiliki persen terdisolusi
paling rendah yaitu 34,31%. Perbedaan hasil disolusi tersebut disebabkan karena
adanya jumlah PEG 6000 yang berbeda-beda. PEG merupakan salah satu polimer
yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap air (Nguyen et al., 2015). PEG 6000
meningkatkan disolusi dengan membentuk lapisan film polietilen glikol di sekitar
obat yang dapat meningkatkan keterbasahan obat dan mengurangi hidrofobisitas
permukaan (Guleria et al., 2012). Selain itu PEG 6000 mengurangi ukuran kristal,
menghambat pembentukan agregasi kristal, dan mengubah obat dari bentuk kristal
ke bentuk amorf sehingga dapat meningkatkan disolusi obat (Biswal et al., 2008).
Hasil uji disolusi berkorelasi linear dengan hasil uji kelarutan.
Dari data tersebut dapat dibutikan bahwa pembuatan dispersi padat ekstrak
kunyit-PEG 6000-Manitol dapat meningkatkan disolusi kurkumin dibandingkan
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
Formula 1 (1:1) Formula 2 (2:1) Formula 3 (4:1)
Rata
-rata
% D
E1
80
Campuran fisik (µg/ml) Dispersi Padat (µg/ml)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dengan campuran fisik. DE180 antara formula campuran fisik dan dispersi padat
diuji statistik Mann-Whitney dan hasil menunjukkan terdapat perbedaan signifikan
(nilai p<0,05) (Lampiran 12). Nilai DE180 antar formula dispersi padat juga diuji
statistik Kruskal-Wallis Test dan hasil menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan (nilai p<0,05) (Lampiran 12). Sedangkan disolusi antar formula
campuran fisik diuji statistik Kruskal-Wallis Test (Lampiran 12) dan tidak
memiliki perbedaan yang signifikan (nilai p>0,05), hal ini menunjukkan bahwa
untuk meningkatkan disolusi kurkumin perlu diberikan suatu perlakuan yaitu
dengan metode dispersi padat.
Pada penelitian Luciana (2016), pembuatan dispersi padat sistem binnary
ekstrak kunyit-manitol dengan proporsi ekstrak kunyit 30% menghasilkan nilai
DE120 sebesar 35,95±1,22%. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan dispersi
padat ekstrak kunyit-PEG 6000-Manitol dengan proporsi ekstrak kunyit 30% dan
diperoleh nilai DE120 lebih tinggi yaitu 38,40±0,72%, berdasarkan hasil kedua
penelitian tersebut, sistem dispersi padat ternary dapat meningkatkan disolusi
lebih besar dari pada sistem binnary. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Khatry, et al., (2013), pada sistem dispersi padat ternary menghasilkan
disolusi yang lebih tinggi daripada sistem dispersi padat binnary. Peningkatan
disolusi disebabkan karena adanya penambahan PEG 6000 yang dapat
meningkatkan keterbasahan dan menghambat agregasi kristal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan semakin besar rasio PEG 6000:manitol
maka disolusi kurkumin akan semakin meningkat. Hasil uji kelarutan terbukti
bahwa DP dapat meningkatkan kelarutan kurkumin dibanding dengan CF dengan
peningkatan kelarutan berkisar antara 0,9 kali hingga 3,4 kali. Hasil uji disolusi
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari formula dispersi
padat dengan rasio PEG 6000:Manitol, dimana formula dengan rasio PEG
6000:Manitol 4:1 memiliki profil disolusi lebih tinggi dari formula dengan rasio
PEG 6000:Manitol 1:1 dan 2:1, dengan nilai DE180 sebesar 43,37%.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan rasio pembawa yang lebih
beragam. Selain itu, untuk memastikan karakter dari dispersi padat yang terbentuk
dapat dilakukan powder X-ray, differential analysis, fourier transform infrared
(FT-IR) spectroscopy, laser diffraction, scanning electron microscopy (SEM),.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
DAFTAR PUSTAKA
Afifi, S., 2015. Solid Dispersion Approach Improving Dissolution Rate of
Stiripentol: A Novel Antiepileptic Drug. Iranian Journal of
Pharmaceutical Research, 14 (4), 1001–1014.
AOAC, 2002. AOAC Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical
Methods for Dietary Supplements and Botanicals., 1-38.
AOAC, 2016. Appendix F: Guidelines for Standard Method Performance
Requirements. AOAC International., 1-18.
Biswal, S., Sahoo, J., Murthy, P.N., Giradkar, R.P., and Avari, J.G., 2008.
Enhancement of Dissolution Rate of Gliclazide Using Solid Dispersions
with Polyethylene Glycol 6000. American Association of Pharmaceutical
Scientists., 9(2), 563-569.
Bley, H., Fussnegger, B., and Bodmeier, R., 2010. Characterization and Stability
of Solid Dispersions Based on PEG/Polymer Blends. International
Journal of Pharmaceutics, 390 (2), 165–173.
Fudholi, A., 2013, Disolusi dan Pelepasan in Vitro, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
137-143.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2011. Kimia Farmasi Analitis, Cetakan VIII.
Pustaka Belajar, Yogyakarta, hal.225-226
Guleria, R., Kaith, N.S., and Sigh, R., 2012. Peg Based Solid Dispersions of
Gliclazide: A Comparative Study. International Journal of
Pharmaceutical Sciences and Research., 4(1), 507-511.
ICH, 2014. Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology, USA.
Jantarat, C., 2013. Bioavailability Enhancement Techniques of Herbal Medicine:
A Case Example of Curcumin. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences., 493-494.
Kakran, M., Sahoo, N.G., Tan, Y.W., and Li, L., 2013. Ternary Dispersions to
Enhance Solubility of Poorly Water Soluble Antioxidants. Colloids and
Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects., 433, 111–121.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Kalia, A., and Poddar, M., 2011. Solid Dispersions: An Approach Towards
Enhancing Dissolution Rate. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences., 3(4), 9-19.
Kansara, H., Panola R., and Mishra, A., 2015. Techniques used to Enhance
Bioavailability of BCS Class II Drugs: A Review. Int. J. Drug Dev. &
Res., 7(1), 82-93.
Khatry, S., Sood, N., and Arora, S., 2013. Surface Solid Dispersion – A Review.
International Journal of Pharmaceutical Sciences and Nanotechnology.,
1915-1923.
Krishnamoorthy, V., Suchandrasen, and Prasad, V.P.R., 2012. Physicochemical
characterization and in vitro dissolution behaviour of olanzapine-manitol
solid dispersions. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences., 244.
Luciana, N.O., 2016. Pengaruh Formulasi Ekstrak Kunyit Dalam Sistem Dispersi
Padat Manitol Terhadap Disolusi Kurkumin. Sanata Dharma University.,
14–15.
Madgulkar, A., Bandivadekar, M., Shid, T., and Rao, S., 2015. Sugars as Solid
Dispersion Carrier to Improve Solubility and Dissolution of The BCS
Class II Drug: Clotrimazole. Drug and Development and Industrial
Pharmacy., 1-11.
Nguyen, T.N., Tran, P.H., Vo, T.V., Tran, T.V., and Tran, T.T., 2015. Dissolution
Enhancement of Curcumin by Solid Dispersion with Polyethylene Glycol
6000 and Hydroxypropyl Methylcellulose. Springer International
Publishing Switzerland., 298.
Nikghalb, Akbarpour, L., Gurinder, S., Gaurav, S., and Kimia, F., K., 2012. Solid
Dispersion: Methods and Polymers to Increase the Solubility of Poorly
Soluble Drugs. Journal of Applied Pharmaceutical Science., 2(10): 170–
75.
Patel, B.B, Patel, J.K., Chakraborty, S., and Shukla, D., 2015. Revealing Facts
Behind Spray Dried Solid Dispersion Technology Used For Solubility
Enhancement. Saudi Pharmaceutical Journal., 352-365.
Prasad, D., Lande, J., Chauhan H., and Chauhan, H., 2017. Ternary Amorphous
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Solid Dispersions. Journal of Developing Drugs., 6(3), 1-2.
Rohman, A., 2012. Analysis of Curcuminoids in Food and Pharmaceutical
Products. International Food Research Journal., 19(1): 19–27.
Ravichandran, R., 2013. Studies on Dissolution Behaviour of Nanoparticulate
Curcumin Formulation. Scientific Research., 52-53.
Sharma, K., Agrawal, S.S., and Gupta, M., 2012. Development and Validation of
UV Spectrophotometric Method for the Estimation of Curcummin in
Bulk Drug and Pharmaceutical Dosage Form. International Journal of
Drug Development & Research, 4(2), 375-380.
Singh, N., and Sarangi, Mk., 2017. Solid Dispersion - a Novel Approach for
Enhancement of Bioavailability of Poorly Soluble Drugs in Oral Drug
Delivery System. 3 (2), 001-007.
Singh, S., Baghel, R.S., and Yadav L., 2011. A Review on Solid Dispersion.
International Journal of Pharmacy & Life Sciences., 1078-1095.
Vo, C.L., Park, C., Lee, B., 2013. Current Trends And Future Perspectives Of
Solid Dispersions Containing Poorly Water-Soluble Drugs. European
Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics., 1-15.
Wahyuni, R., Umar, S., dan Putri, Z., 2016. Studi Sistem Dispersi Padat Ibuprofen
– Manitol Dengan Metode Pelarutan. Jurnal Farmasi Higea., 8(1), 1-13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Kunyit dari PT.
Phytochemindo Reksa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 2. Pruduct Information Standar Kurkumin dari Nacalai. Inc
Lampiran 3. Penetapan Kadar Kurkuminoid pada Serbuk Ekstrak Kunyit
Sampel Kadar (%) Rata-rata
Kadar (%) SD KV
Replikasi 1 96,473
97,191 1,55 1,59 Replikasi 2 96,130
Replikasi 3 98,969
Lampiran 4. Perhitungan Rendemen
% Rendemen =
Formula
1 (1:1) 2 (2:1) 3 (4:1)
Bobot akhir (g) 5,4627 5,5093 5,4891
Bobot total (g) 6,0005 6,0009 6,0002
% Rendemen 91,04 91,81 91,48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
1. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Rendah dalam
Medium Disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Sedang dalam
Medium Disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
4. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Tinggi dalam Medium
Disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 6. Hasil Verifikasi Metode Analisis : Akurasi dan Presisi Medium
Disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 7. Summary Output Regression Statistiks Kurva Baku Medium
Disolusi
Lampiran 8. Summary Output Regression Statistiks Kurva Baku Metanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 9. Tabel Association of Official Analytical Chemist (AOAC)
1. Presisi
2. Akurasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 10. Uji Statistika Uji Kelarutan
1. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk Test)
Hasil uji nomalitas formula 1 menunjukkan data terdistribusi normal maka
untuk melihat signifikansinya dilakukan Uji T.
Hasil uji nomalitas formula 2 menunjukkan data tidak terdistribusi normal
maka untuk melihat signifikansinya dilakukan Mann-Whitney Test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Hasil uji nomalitas formula 3 menunjukkan data tidak terdistribusi normal
maka untuk melihat signifikansinya dilakukan Mann-Whitney Test.
2. Uji Signifikansi Formula 1 mengunakan Uji T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3. Uji Signifikansi Formula 2 dan 3 dengan Mann-Whitney Test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
4. Uji Normalitas Kelarutan Antar CF
Hasil uji nomalitas kelarutan antar CF menunjukkan data terdistribusi normal
maka untuk melihat signifikansinya dilakukan uji ANOVA.
5. Uji Signifikansi Kelarutan Antar CF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
7. Uji Normalitas Kelarutan Antar DP
Hasil uji nomalitas kelarutan antar DP menunjukkan data tidak terdistribusi
normal maka untuk melihat signifikansinya dilakukan Kruskal-Wallis Test.
8. Uji Signifikansi Kelarutan Antar DP
Lampiran 11. Uji Disolusi
Perhitungan parameter uji disolusi
Perhitungan Area Under Curve (AUC) didapatkan dengan menggunakan metode
trapezoid. Perhitungan nilai efisiensi disolusi menggunakan rumus :
∫ (
)
Keterangan
DE : Dissolution Efficiency (DE) pada saat t
ydt : Luas di bawah kurva zat aktif terlarut pada saat t
y100 : Luas segiempat 100% zat aktif larut dalam medium untuk waktu t
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
1. Massa isi kapsul untuk uji disolusi
Sampel Replikasi 1
(mg)
Replikasi 2
(mg)
Replikasi 3
(mg)
Rata-rata
(mg) SD
DP 1 500,3 500,1 500,1 500,17 0,12
DP 2 502,1 500,9 501,8 501,60 0,12
DP 3 500,1 500,1 500,3 500,17 0,12
CF 1 500,1 500,2 500,1 500,13 0,06
CF 2 500,3 500,2 500,1 500,20 0,12
CF 3 500,2 500,1 500,3 500,20 0,10
2. Contoh hasil data uji disolusi
a. Campuran fisik formula 3
b. Dispersi padat formula 3
C (µg/ml) % D C (µg/ml) % D C (µg/ml) % D
0 0 0 0 0 0 0 0
5 17,20 5,90 18,37 6,30 21,89 7,50 6,57
10 19,16 6,57 19,94 6,84 21,50 7,37 6,92
20 29,32 10,05 29,71 10,19 30,49 10,45 10,23
30 28,54 9,79 33,62 11,53 33,62 11,52 10,95
45 32,06 10,99 30,88 10,59 33,23 11,39 10,99
60 34,40 11,80 37,14 12,73 35,18 12,06 12,20
90 38,70 13,27 41,83 14,34 38,70 13,27 13,63
120 44,18 15,15 41,05 14,08 44,96 15,41 14,88
150 43,00 14,75 40,27 13,81 40,46 13,87 14,14
180 46,52 15,95 42,22 14,48 42,22 14,47 14,97
Replikasi I Replikasi II Replikasi IIIRata-rata % Dmenit ke-
C (µg/ml) % D C (µg/ml) % D C (µg/ml) % D
0 0 0 0 0 0 0 0
5 46,13 15,82 40,66 13,94 46,13 15,81 15,19
10 49,26 16,89 51,60 17,69 50,04 17,15 17,25
20 65,68 22,52 66,46 22,79 64,89 22,24 22,52
30 83,66 28,69 83,66 28,69 89,13 30,55 29,31
45 103,21 35,39 105,55 36,19 103,99 35,64 35,74
60 125,88 43,16 127,44 43,70 129,01 44,22 43,69
90 146,21 50,13 144,64 49,60 152,46 52,26 50,66
120 150,12 51,48 148,55 50,94 151,68 51,99 51,47
150 157,15 53,89 154,03 52,82 157,94 54,13 53,61
180 160,28 54,96 158,72 54,42 157,94 54,13 54,51
menit ke-Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Rata-rata % D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
c. Perhitungan AUC dan DE campuran fisik formula 3
d. Perhitungan AUC dan DE dispersi fisik formula 3
AUC DE AUC DE AUC DE
0 0 0 0 0 0 0 0
5 14,75 2,95 15,75 3,15 18,76 3,75 3,28
10 31,17 4,59 32,84 4,86 37,18 5,59 5,01
20 83,11 6,45 85,12 6,69 89,11 7,25 6,80
30 99,20 7,61 108,58 8,08 109,88 8,50 8,06
45 155,83 8,53 165,89 9,07 171,85 9,48 9,03
60 170,91 9,25 174,93 9,72 175,87 10,04 9,67
90 376,01 10,34 406,17 10,99 379,88 10,92 10,75
120 426,28 11,31 426,28 11,80 430,13 11,77 11,63
150 448,40 12,04 418,23 12,23 439,17 12,35 12,20
180 460,46 12,59 424,27 12,54 425,10 12,65 12,59
menit ke-Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Rata-rata % DE
AUC DE AUC DE AUC DE
0 0 0 0 0 0 0 0
5 39,54 7,91 34,85 6,97 39,53 7,91 7,60
10 81,77 12,13 79,09 11,39 82,41 12,19 11,91
20 197,05 15,92 202,41 15,82 196,97 15,95 15,89
30 256,03 19,15 257,38 19,12 263,97 19,43 19,23
45 480,57 23,44 486,60 23,56 496,45 23,99 23,66
60 589,15 27,40 599,20 27,66 598,96 27,97 27,68
90 1399,48 33,82 1399,48 33,99 1447,16 34,73 34,18
120 1524,14 38,06 1508,06 38,06 1563,73 39,08 38,40
150 1580,44 40,99 1556,32 40,82 1591,87 41,87 41,23
180 1632,72 43,23 1608,59 42,96 1624,03 43,92 43,37
menit ke-Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Rata-rata % DE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Lampiran 12. Statistika Uji Disolusi
1. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk Test) disolusi antara Campuran Fisik dan
Dispersi Padat
a. Uji normalitas DE180 formula 1
b. Uji normalitas DE180 formula 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
c. Uji normalitas DE180 formula 3
Hasil uji normalitas formula 1, 2, dan 3 menunjukkan data tidak terdistribusi
normal maka untuk melihat signifikansinya dilakukan Mann-Whitney Test.
2. Uji signifikansi disolusi Campuran fisik dan dispersi padat
a. Uji signifikansi (Mann Whitney Test) Formula 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
b. Uji signifikansi (Mann Whitney Test) Formula 2
c. Uji signifikansi (Mann Whitney Test) Formula 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk Test) disolusi antara Campuran Fisik Formula
1, 2, dan 3
Hasil uji normalitas campuran fisik formula 1, 2, dan 3 menunjukkan data
tidak terdistribusi normal maka untuk melihat signifikansinya dilakukan
Kruskal-Wallis Test.
4. Uji Signifikansi disolusi antara Campuran Fisik Formula 1, 2, dan 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
5. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk Test) antara Dispersi Padat Formula 1, 2, dan 3
Hasil uji normalitas formula 1, 2, dan 3 menunjukkan data tidak terdistribusi
normal maka untuk melihat signifikansinya dilakukan Kruskal-Wallis Test.
6. Uji Signifikansi disolusi antara Dispersi Padat Formula 1, 2, dan 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Lampiran 13. Foto Serbuk campuran fisik dan dispersi padat
CF 1 CF 2 CF 3
DP 1 DP 2 DP 3
Lampiran 14. Perhitungan Drug Load
Drug Load yang diperoleh
=
x 100%
= (1,402055 x 200 x 10 / 990) x 100% = 28,069
Drug Load teoritis
=
x kadar ekstrak kunyit
= (1,6388/5,4627) x 97,56% = 29,268
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Biografi Penulis
Penulis dengan nama lengkap Agatha Tesalonika Rindu
Asmara lahir di Wonogiri pada 9 Juli 1997 dan merupakan
anak pertama dari dua bersaudara pasangan F.X. Koko
Tahwan Muswarno dan Birgitta Wahyuningsih. Pendidikan
formal yang ditempuh penulis di SD TK Kanisius Serenan I
(2001-2003), SD Kanisius Serenan I (2003-2009), SMP
Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo (2009-2012), SMA
Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo (2012-2015), penulis menyelesaikan studi
S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul
tugas akhir yaitu : “Pengaruh Perbedaan Rasio PEG 6000:Manitol dalam Dispersi
Padat Ekstrak Kunyit terhadap Disolusi Kurkumin : Aplikasi Metode Peleburan-
Pelarutan”. Selama masa studi, penulis aktif dalam organisasi Dewan Perwakilan
Mahasiswa Fakultas (DPMF) Farmasi sebgai anggota divisi quality control (2015-
2016 dan 2016-2017). Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan
seperti Desa Mita 1 (2016) sebagai anggota divisi konsumsi, Tiga Hari Temu
Akrab Farmasi (Titrasi) (2017) sebagai anggota divisi pendamping kelompok,
Desa Mitra 1 (2017) sebagai bendahara, Komisi Pemilihan Umum Farmasi
(2017/2018) sebagai koordinator divisi kampanye. Penulis juga pernah berperan
sebagai asistem praktikum Kimia Dasar (2016), asistem praktikum Farmakognosi
Fitokimia (2017), asistem praktikum Kimia Organik (2017), asisten praktikum
Formulasi dan Teknologi Sediaan Farmasi (2018), dan asisten praktikum
Komunikasi Farmasi (2018).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI