PENGARUH PERBEDAAN KEDALAMAN PADA ALAT TANGKAP …repository.ub.ac.id/4440/1/Abbas, Rafih...
Transcript of PENGARUH PERBEDAAN KEDALAMAN PADA ALAT TANGKAP …repository.ub.ac.id/4440/1/Abbas, Rafih...
PENGARUH PERBEDAAN KEDALAMAN PADA ALAT TANGKAP PANCING ULUR COPING TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN
SELATAN KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh: RAFIH MUHAMAD ABBAS
NIM. 135080201111072
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
PENGARUH PERBEDAAN KEDALAMAN PADA ALAT TANGKAP PANCING ULUR COPING TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN
SELATAN KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh: RAFIH MUHAMAD ABBAS
NIM. 135080201111072
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG September, 2017
Scanned by CamScanner
Judul : PENGARUH PERBEDAAN KEDALAMAN PADA ALAT TANGKAP PANCING ULUR COPING TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN SELATAN KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa : RAFIH MUHAMAD ABBAS
NIM : 135080201111072
Progam Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
PENGUJI PEMBIMBING
Pembimbing 1 : Ir. Agus Tumulyadi, MP
Pembimbing 2 : Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi, MT
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING
Dosen Penguji 1 : Ir. Alfan Jauhari, M.Si
Dosen Penguji 2 : Arief Setyanto, S.Pi, M. App.Sc
Tanggal Ujian : 25 September 2017
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan ucapan Hamdallah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Penelitian/Skripsi ini dengan Judul “PENGARUH PERBEDAAN KEDALAMAN
PADA ALAT TANGKAP PANCING ULUR COPING TERHADAP HASIL
TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN SELATAN KABUPATEN MALANG JAWA
TIMUR”.
Selesainya Laporan Penelitian/Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari
berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala
kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral
maupun materil secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam
penyusunan Laporan Penelitian/Skripsi ini hingga selesai, antara lain :
1) Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan dan do’a untuk
penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Tiada kata yang mampu
menggambarkan terima kasih penulis untuk segala waktu, tenaga dan
keringat yang telah tercurah hingga penulis bisa seperti sekarang.
2) Adik kandung penulis, Wahyudin, yang sudah banyak memberi Doa serta
motivasi untuk terus maju hingga penulis sampai titik ini.
3) Bapak Ir. Agus Tumulyadi, MP dan Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi, MT
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan
selama penyusunan laporan skripsi.
4) Linda Ayu Pratiwi yang selalu membantu mulai awal hingga terselesaikannya
laporan ini. Dan juga selalu memberi semangat tanpa kenal lelah untuk
memotivasi penulis.
ii
5) Seluruh ABK dan kapten kapal yang senantiasa membantu dan sabar
mendampingi penulis dalam kegiatan penelitian.
6) Teman-teman PSP 2013 yang telah banyak mendukung dan membantu
penulis dalam menyelesaikan laporan.
7) Semua elemen yang berada di himpunan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan (PSP), jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
(PSPK) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas
Brawijaya yang secara langsung atau tidak langsung telah membantu dan
memberikan penulis pelajaran selama masa kuliah hingga penulisan laporan.
8) Serta orang-orang yang telah banyak membantu ketika pelaksanaan
penelitian maupun Penyusunan Laporan Penelitian/Skripsi yang tidak dapat
disebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini tetap ada manfaatnya
khususnya bagi penulis sendiri dan tentunya bagi para pembaca pada umumnya.
Malang, September 2017
Penyusun
Rafih Muhamad Abbas
iii
RINGKASAN
Rafih Muhamad Abbas, Pengaruh Perbedaan Kedalaman Pada Alat Tangkap Pancing Ulur Coping Terhadap Hasil Tangkapan Ikan di Perairan Selatan Kabupaten Malang Jawa Timur (dibawah bimbingan Bapak Ir. Agus Tumulyadi, MP dan Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi, MT
Usaha perikanan tangkap Indonesia didominasi perikanan tradisional dengan menggunakan alat tangkap yang sederhana dengan daerah penangkapannya berkisar di daerah pantai. Salah satu perikanan tangkap tradisonal yang sebagian besar dipakai oleh nelayan Indonesia adalah pancing ulur (Hand line). Pancing ulur terdiri atas beberapa komponen, yaitu 1) gulungan tali; 2) tali pancing; 3) mata pancing; dan 4) pemberat. Usaha perikanan pancing ulur dalam perkembangannya tidak banyak mengalami kemajuan yang berarti jika dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, berbagai upaya dan modifikasi dilakukan guna mengoptimalkan produktivitas dan efektivitas alat tangkap ini. Selain itu, penggunaan kedalaman yang terbaik untuk pengoperasian alat tangkap pancing ulur relatif kurang diterapkan oleh nelayan pancing ulur.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh perbedaan kedalaman alat tangkap pancing coping terhadap hasil tangkapan ikan dan untuk mengetahui kedalaman yang paling terbaik dalam pengoperasian alat tangkap pancing coping.
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode experimental yaitu metode dengan cara ikut melakukan operasi penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur (coping) yang menggunakan 3 kedalaman yang berbeda, yaitu 25 meter, 50 meter, 75 meter. Langkah awal yang harus dilakukan dalam penelitian ini ialah melakukan pengumpulan data. Data yang didapatkan dalam penelitian digunakan untuk memecahkan permasalahan. Perlakuan tersebut akan dilakukan sebanyak masing - masing 9 kali kelompok. Metode analisis penelitian ini yaitu menggunakan metode Rancang Acak Kelompok (RAK). Hasil tangkapan pancing ulur yang menggunakan kedalaman 25 meter, 50 meter, 75 meter yaitu Ikan Tongkol (Euthynnus affinis), ikan Cakalang (katsuwonus pelamis), Ikan Tuna (Thunnus sp.). Pada hasil uji ANOVA pada hasil tangkapan ikan pancing ulur coping faktor perlakuan (kedalaman) diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,395 dan Ftabel 5% sebesar 3,634, sedangkan Ftabel 1% sebesar 6,226. Berdasarkan pada uji ANOVA tersebut diperoleh hasil signifikasi pada 5%, Karena nilai Fhitung > Ftabel 5% maka dapat disimpulkan bahwa tolak H0 dan terima H1, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata yang sesungguhnya dari ketiga perlakuan kedalaman yang dicobakan tidak semuanya sama, atau dengan kata lain paling sedikit ada satu perlakuan kedalaman yang mempengaruhi banyaknya hasil tangkapan ikan, sehingga nilai tengahnya berbeda dengan yang lain. Hasil tangkapan pada kedalaman 25 meter diperoleh rata-rata total jumlah hasil tangkapan sebesar 16,667, kedalaman 50 meter sebesar 14,889 dan kedalaman 75 meter sebesar 9,333. Pengujian BNT dilihat beda dua nilai tengah antar perlakuan dengan nilai BNT, jika beda dua nilai tengah antar perlakuan lebih besar dari pada nilai BNT maka hasil tangkapannya berbeda nyata. Berdasarkan hail uji Beda Nyata Terkecil dapat diketahui beda nilai tengah antara perlakuan C dan B didapatkan hasil sebesar 5,556. Karena beda
iv
dua nilai tengah adalah 5,556 lebih besar daripada BNT0,05 = 4,938, maka dapat dikatakan bahwa beda beda dua nilai tengah tersebut nyata pada taraf 5% dan ditulis dengan notasi a dan b. Berdasarkan beda nilai tengah antara perlakuan B dan A didapatkan hasil sebesar 1,778. Karena beda dua nilai tengah adalah 1,778 lebih kecil daripada BNT0,05 = 4,938, maka dapat dikatakan bahwa beda beda dua nilai tengah tersebut tidak nyata pada taraf 5% dan ditulis dengan notasi b dan b. Dari tabel hasil uji perbandingan berganda dengan BNT dapat kita ketahui bahwa perlakuan terbaik yaitu perlakuan A kedalaman 25 meter karena mendapatkan hasil rata-rata terbesar yaitu sebesar 16,667, perlakuan terbaik kedua yaitu perlakuan B kedalaman 50 meter karena mendapatkan rata-rata sebesar 14,889, perlakuan terbaik ketiga yaitu perlakuan C kedalaman 75 meter karena mendapatkan hasil rata-rata sebesar 9,333.
v
KATA PENGANTAR
Penulis menyajikan lapran penelitian yang berjudul “PENGARUH
PERBEDAAN KEDALAMAN PADA ALAT TANGKAP PANCING ULUR COPING
TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN SELATAN KABUPATEN
MALANG JAWA TIMUR” sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana
perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, di
bawah bimbingan :
1. Ir. Agus Tumulyadi, MP
2. Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi, MT
Spesies hasil tangkapan ikan pancing ulur coping yaitu ikan tongkol
(Euthynnus affinis), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tuna (Thunnus Sp.).
Perbedaan kedalaman pengoperasian alat tangkap pancing ulur coping
berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan, Total hasil tangkapan ikan pada
kedalaman 25 meter sebanyak 150 ekor, total hasil tangkapan ikan pada
kedalaman 50 meter sebanyak 134 ekor, total hasil tangkapan ikan pada
kedalaman 75 meter sebanyak 84 ekor. Kedalaman terbaik untuk
mengoperasikan alat tangkap pancing ulur coping yaitu kedalaman 25 meter,
karena mendapatkan total hasil tangkapan paling banyak yaitu 150 ekor.
Malang, September 2017
Penyusun
Rafih Muhamad Abbas
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3 1.4 Hipotesis .................................................................................................... 3 1.5 Kegunaan ................................................................................................... 3 1.6 Tempat dan Waktu ..................................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 2 2.1 Hasil Tangkapan Pancing Ulur ................................................................... 2 2.2 Tingkah Laku Ikan dan Daerah Penyebarannya ......................................... 2 2.3 Pancing Ulur ............................................................................................... 7 2.4 Konstruksi Pancing Ulur ............................................................................. 8 2.5 Daerah Penangkapan Ikan ......................................................................... 9 2.6 Pengoperasian Pancing Ulur ................................................................... 11 2.7 Statistika ................................................................................................... 11
2.7.1 Rancang Acak Lengkap ..................................................................... 12 2.7.2 Rancang Acak Kelompok ................................................................... 12 2.7.3 Uji F (Anova) ...................................................................................... 13
3. METODE PENELITIAN .................................................................................... 6 3.1 Materi Penelitian ........................................................................................ 6 3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................... 6 3.3 Metode Penelitian ....................................................................................... 6
3.3.1 Data Primer ........................................................................................ 16 3.3.2 Data Sekunder ................................................................................... 17
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 17 3.5 Prosedur Penelitian .................................................................................. 17
3.5.1 Langkah Persiapan ....................................................................... 18 3.5.2 Langkah Pelaksanaan .................................................................. 18
3.6 Analisa Data ........................................................................................ 19 3.7 Alur Penelitian ..................................................................................... 22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 16 4.1 Analisis Hasil Penelitian............................................................................ 16
4.1.1 Hasil Tangkapan Pada Kedalaman 25 meter ..................................... 25 4.1.2 Hasil Tangkapan Pada Kedalaman 50 meter .................................... 25 4.1.3 Hasil Tangkapan Pada Kedalaman 75 meter ..................................... 25 4.1.4 Uji Analisis Of Varian (ANOVA) .......................................................... 26 4.1.5 Uji BNT .............................................................................................. 27
4.2 Keadaan Umum Pantai Sendang Biru ...................................................... 28 4.3 Konstruksi Alat Tangkap Pancing Ulur Coping .......................................... 30 4.4 Armada Alat Tangkap Pancing Coping ..................................................... 35
vii
4.5 Daerah Penangkapan Ikan (FishingGround) ............................................. 36 4.6 Pengoperasian Alat Tangkap Pancing Ulur Coping .................................. 37 4.7 Hasil Tangkapan ...................................................................................... 39
4.7.1 Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) ........................................................ 39 4.7.2 ikan Cakalang (katsuwonus pelamis) ................................................. 40 4.7.3 Ikan Tuna (Thunnus sp.) ................................................................... 41
4.8 Pengaruh Perbedaan Kedalaman Terhadap Hasil Tangkapan Ikan ......... 42
5. PENUTUP ..................................................................................................... 25 5.1 Kesimpulan............................................................................................... 25 5.2 Saran........................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46
LAMPIRAN ........................................................................................................ 49
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Penyebaran ikan cakalang (FAO, 1983) .......................................................... 7
2. Konstruksi pancing coping (Anggraeni, 2012) .................................................. 9
3. Alur penelitian ................................................................................................ 23
4. Peta Sendang Biru ......................................................................................... 29
5. Konstruksi alat tangkap pancing coping ......................................................... 30
6. Penggulung senar .......................................................................................... 31
7. Senar pancing coping .................................................................................... 32
8. Kili – kili.......................................................................................................... 32
9. Pemberat ....................................................................................................... 33
10. Mata Pancing dengan umpan sendok .......................................................... 34
11. Koordinat lokasi penelitian ........................................................................... 36
12. Peta daerah penangkapan ikan selama penelitian ....................................... 37
13. Proses setting pancing coping ..................................................................... 38
14. Proses hauling pancing coping .................................................................... 39
15. Ikan tongkol ................................................................................................. 40
16. Ikan cakalang............................................................................................... 41
17. Ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacores) .................................................. 42
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jadwal pelaksanaan skripsi ............................................................................. 4
2. Rancang percobaan ...................................................................................... 18
3. Uji BNT .......................................................................................................... 22
4. Rancangan hasil penelitian ............................................................................ 16
5. Analisis sidik ragam ....................................................................................... 26
6. Uji perbandingan berganda dengan BNT ....................................................... 27
7. Hasil uji perbandingan berganda dengan BNT ............................................... 28
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Pantai Sendang Biru .............................................................................. 49
2. Peta lokasi penelitian ..................................................................................... 49
3. Koordinat lokasi penelitian ............................................................................. 50
4. Konstruksi Alat Tangkap Pancing Coping ...................................................... 50
5. Data Hasil Tangkapan ................................................................................... 51
6. Analisis data .................................................................................................. 51
7. Dokumentasi lapang ...................................................................................... 52
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah Jawa Timur yang
berpotensi dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Kabupaten
Malang bagian selatan memiliki pantai sepanjang 77 km yang terletak di 6
kecamatan, yaitu: Ampel Gading, Tirtoyudo, Sumbermanjing Wetan, Donomulyo,
Bantur, dan Gedangan. Sumberdaya perikanan laut yang dimanfaatkan pada
tahun 2077 antara lain, jumlah total produksi ikan yang didaratkan di Unit
Pelaksana Teknis Pelabuhan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan (UPT P2SKP) Pondokdadap sebesar 3.294,95 ton dengan nilai lelang
sebesar Rp 71,16 milyar dengan rataan produksi 274,57 ton/bulan dengan rataan
harga Rp.21.595/kg (UPT P2SKP Pondokdadap, 2017).
Salah satu perikanan tangkap tradisonal yang sebagian besar dipakai
oleh nelayan Sendang Biru, Kabupaten Malang adalah pancing ulur (Handline).
Pancing ulur terdiri atas beberapa komponen, yaitu 1) gulungan tali; 2) tali
pancing; 3) mata pancing; dan 4) pemberat (Subani, 1989). Selain konstruksinya
sederhana, metode pengoperasian mudah, tidak memerlukan modal yang besar.
Jenis hasil tangkapan pancing ulur adalah jenis ikan pelagis kecil dan besar (tuna
dan cakalang). Kabupaten Malang adalah salah satu kabupaten yang memiliki
potensi besar untuk pengembengan sektor perikanan tangkap, terutama untuk
jenis alat tangkap pancing ulur (Hand line).
Perairan Malang Selatan merupakan perairan yang sangat strategis
sebagai daerah perikanan, lokasi yang berbatasan dengan Samudera Hindia
memungkinkan terjadi masukan-masukan ikan dari perairan bebas, sehingga
memperbesar peluang nelayan untuk menangkap ikan. Produksi perikanan di
2
daerah Sendang Biru pada tahun 2013 sekitar 10.566.600 ton. Alat tangkap yang
menghasilkan produksi melimpah di daerah Sendang Biru adalah pukat cincin
(Purse seine) sekitar 5.624.400 ton dan pancing ulur (Hand line) sekitar
3.309.000 ton. Hasil tangkapan yang paling banyak dari pancing ulur di Sendang
Biru adalah tuna dan cakalang (DKP Jatim, 2013)
Perikanan tangkap Sendang Biru Kabupaten Malang mempunyai alat
tangkap yang bervariasi, seperti pukat pantai, pukan cincin, jaring klitik, jaring
insang, rawai dan pancing ulur. Jumlah total alat tangkap pancing ulur di
Kabupaten Malang pada tahun 2014 yaitu berjumlah 356 unit dan 5.427 trip.
Total produksi ikan pada alat tangkap pancing ulur juga tidak kalah dengan alat
tangkap lainnya, yaitu berjumlah 3.152 ton (DKP Jatim, 2014)
Nelayan yang menggunakan pancing ulur coping di Sendang Biru saat ini
lebih tertinggal dibandingkan dengan nelayan jaring dalam segi penghasilan.
Target penangkapan pancing ulur coping yang di lakukan nelayan Sendang Biru
yaitu ikan pelagis. Agar nelayan Sendang Biru bisa memaksimalkan hasil
tangkapan bebagai upaya dilakukan agar nelayan Sendang Biru lebih maksimal
dalam upaya penangkapan ikan salah satunya yaitu mengetahui tentang tingkah
laku dan distribusi ikan pelagis pada kedalaman berapa. Salah satu upayanya
yaitu melakukan penelitian agar efektifitas dalam penangkapan lebih tinggi dan
penghasilan nelayan lebih meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1) Apakah perbedaan kedalaman alat tangkap pancing coping berpengaruh
terhadap hasil tangkapan ikan?
2) Kedalaman berapa yang paling baik untuk menangkap ikan menggunakan
alat tangkap pancing ulur coping di Perairan Selatan malang?
3
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu :
1) Untuk mengetahui pengaruh perbedaan kedalaman alat tangkap pancing
coping terhadap hasil tangkapan ikan.
2) Untuk mengetahui kedalaman yang paling baik dalam pengoperasian alat
tangkap pancing coping.
1.4 Hipotesis
H0: Perbedaan kedalaman pada alat tangkap pancing coping tidak berpengaruh
terhadap hasil tangkapan ikan.
H1: Perbedaan kedalaman pada alat tangkap pancing coping berpengaruh
terhadap hasil tangkapan ikan.
1.5 Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi orang dan yang
membutuhkannya, yaitu :
Sebagai masukan bagi nelayan tentang kedalaman yang paling baik untuk
mengoperasikan pancing ulur coping.
Sebagai informasi bagi masyarakat terkait tentang pengembangan perikanan
tangkap pada alat tangkap pancing ulur coping.
Sebagai tambahan wawasan dan referensi bagi mahasiswa dibidang
perikanan tangkap khususnya pada alat tangkap pancing ulur coping.
4
1.6 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan bertempat di Perairan Selatan Kabupaten
Malang Jawa Timur. Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada tanggal 14 – 22
Mei 2017.
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan skripsi
No Kegiatan
Waktu
Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan Proposal dan Konsultasi
2 Pelaksanaan Penlitian
3 Penyusunan Laporan dan Konsultasi
Sumber : Penulis
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Tangkapan Pancing Ulur
Hasil tangkapan pancing ulur tuna terdiri dari tuna madidihang, cakalang
tenggiri lemadang dan barakuda. Namun demikian perahu pancing ulur tuna juga
mendaratkan ikan-ikan jenis layang malalugis dan tongkol hasil tangkapan
pancing bira-bira. Secara keseluruhan hasil tangkapan ikan yang didaratkan oleh
perahu pancing ulur tuna terdiri dari madidihang, cakalang, tenggiri, barakuda,
malalugis dan tongkol (Rahmat dan Salim,2013).
Pengoperasian pancing coping dalam penelitian yang telah terlaksana
memberikan hasil tangkapan berupa ikan tuna mata besar (Tunnus sp), ikan
cakalang (Katsuwonus sp), dan ikan lemadang (Coryphaena sp). Umpan buatan
yang digunkan dalam penelitian adalah kombinasi antara benang sutera dan
kartu perdana yang berbahan palstik yang telah dibentuk menyerupai ikan kecil.
Dari perlakuan tersebut memberikan hasil tangkapan ikan tuna mata besar
(Tunnus sp), dan ikan cakalang (Katsuwonus sp), perlakuan yang berbeda
meberikan hasil yang berbeda pula.Penggunaan umpan alami berupa potongan
daging ikan tuna (Tunnus sp) memerikan hasil tangkapan berupa ikan tuna mata
besar (Tunnus sp), ikan cakalang (Katsuwonus sp), dan ikan lemadang
(Coryphaena sp) (Siswoko et al., 2013).
2.2 Tingkah Laku Ikan dan Daerah Penyebarannya
Berdasarkan migrasi harian, ikan pelagis kecil lebih banyak membentuk
schooling pada siang hari dibanding pada malam hari. Secara umum arah gerak
renang schooling ikan pelagis kecil bergerak mengikuti arus. Berdasarkan
6
kedalaman, ikan pelagis kecil sebagian besar berada pada permukaan laut, yaitu
pada kedalaman 5 – 15 meter (Fauziah, 2010)
Tuna mata besar aktif mencari makan sepanjang siang hingga sore hari
(pukul 13:00-18:00) dan banyak tertangkap pada kedalaman 194–470 m dengan
suhu 8,5-15,50C di Samudera Hindia. Taktik penangkapan tuna mata besar
melalui pengejaran secara vertikal adalah perpaduan antara konstruksi rawai tuna
bersifat pertengahan (halfway longline) dan dalam (deep longline) sedangkan
waktu setting perlu dimulai pada siang hari dan melakukan hauling pada sore hari
(Bahtiar, A., A. Barata dan D. Novianto. 2013).
Ikan tuna sirip kuning merupakan ikan epipelagis yang menghuni
lapisan atas perairan samudera, menyebar ke dalam kolom air sampai di
bagian atas termoklin. Ikan tuna sirip kuning kebanyakan mengarungi lapisan
kolom air 100 m teratas, dan relative jarang menembus lapisan termoklin,
namun ikan ini mampu menyelam jauh ke kedalaman laut. Ikan tuna sirip
kuning di Samudera Hindia menghabiskan 85% waktunya di kedalaman kurang
dari 75 m (Sumadhiharga, 2009 dalam Miazwir, 2012).
Penyebaran dan kelimpahan ikan tuna sangat dipengaruhi oleh variasi
parameter suhu dan kedalaman perairan. Informasi mengenai penyebaran tuna
berdasarkan suhu dan kedalaman perairan sangat penting untuk menunjang
keberhasilan operasi penangkapan tuna. Hubungan hasil tangkapan dengan
suhu dan kedalaman mata pancing rawai tuna menunjukkan korelasi yang
sangat kecil antara perubahan suhu dan pertambahan kedalaman dengan
jumlah ikan yang tertangkap (Gafa et al., 2004). Menurut Unar (1957) dalam
Sumadhiharga (2009), bila ikan telah mencapai ukuran yang lebih besar maka
akan berada pada lapisan air yang lebih dalam.
Penyebaran ikan cakalang di Perairan Indonesia meliputi pantai Barat
7
Sumatera, Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tengggara Timur. Penyebaran ikan
cakalang di Perairan Indonesia bagian timur meliputi Laut Banda, Laut Flores,
Laut Maluku, Laut Sulawesi, Samudera Pasifik, sebelah utara Irian Jaya dan
selatan Makasar (Uktolseja et al., 1998).
Menurut FAO (1983), ikan cakalang tersebar di perairan tropik yang
bertemperatur kurang lebih 250. Distribrusi vertikal ikan cakalang berkisar dari
permukaan laut sampai kedalaman sekitar 260 meter di siang hari, akan tetapi
di alam hari kisaran tersebut sempit dan terbatas di daerah sekitar permukaan.
Gambar 1. Penyebaran ikan cakalang (FAO, 1983)
2.3 Pancing Ulur
Pancing ulur merupakan suatu alat penangkap ikan yang terdiri dari
seutas tali dengan mata pancing berbentukseperti jangkar. Pada mata pancing
diikatkan umpan. Pancing ulur termasuk dalam klasifikasi alat tangkap hook and
line dengan hasil tangkapan ikan pelagis dan ikan dasar seperti layang, kuniran,
barakuda, tengiri, selar kuning (DKP, 2008). Pancing coping merupakan suatu
alat tangkap yang konstruksi dan cara pengoperasiannya sangat sederhana yaitu
hanya tali, kili-kili, pemberat, dan hanya satu mata pancing. Dan cara
8
pengoperasiannya dengan cara diturunkan sampai kedalaman tertentu dan
kemudian ditarik sambil dihentak-hentakkan sehingga menggoda ikan untuk
menyambar umpan tersebut.
Salah satu alat tangkap tradisional yang sebagian besar dipakai
oleh nelayan Indonesia adalah pancing ulur (hand line). Pancing ulur
terdiri atas beberapa komponen, yaitu gulungan tali, tali pancing, mata
pancing, dan pemberat (Subani, 1989). Selain konstruksinya sederhana, metode
pengoperasian mudah, tidak memerlukan modal yang besar dan kapal khusus
(Von Brandt, 1984 dalam Sudirman dan Mallawa, 2004). Keberhasilan
penangkapan tuna hand line sangat dipengaruhi oleh teknik pengoperasian dari
pemancing untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Pancing ulur (handlines) dikenalkan pertama kali oleh nelayan bugis yang
berada di Sendang Biru, Malang. Berkembangnya kapal handlines tidak
terlepas dari perkembangan rumpon yang berada di selatan Jawa Barat. Handlines
berkembang sejak 10 tahun terakhir namun tercatat mulai tahun 2005, hingga
tahun 2009 handlines jumlahnya lebih banyak dari gillnet (Anggawangsa &
Hargiyatno, 2012). Hal ini menunjukkan adanya perubahan alat tangkap pada kapal
gillnet menjadi kapal handlines.
2.4 Konstruksi Pancing Ulur
Pancing ulur atau hand line adalah suatu konstruksi pancing yang
umum digunakan oleh nelayan, khususnya nelayan yang berskala kecil
(small scale fishery). Pada umumnya komponen-komponen pembentuk
pancing ulur terdiri atas tali utama (main line) dan tali cabang (branch line)
yang terbuat dari bahan PA monofilament, swivel yang terbuat dari besi putih,
mata pancing (hook) yang terbuat dari besi, dan pemberat (sinkers) yang
terbuat dari timah (Subani dan Barus 1989).
9
Teknologi penangkapan ikan pada dewasa ini sudah mengalami
perkembangan yang cukup bagus dari segi alat penangkapan ikan, alat- alat
bantu operasi penangkapan ikan dan teknik pengoperasian alat penangkap
ikannya. Pancing tuna (tuna hand line) yang dapat diklasifikasikan sebagai alat
tangkap hand line, dalam istilah bahasa Indonesia disebut pancing ulur.
Konstruksi pancing ulur terdiri dari penggulung tali, tali utama, tali cabang,
pancing, umpan buatan dan pemberat. Umpan buatan yang digunakan biasanya
terbuat dari serat kain, bulu unggas, bulu kambing dan kuda, lempengan
stainless steel pipih dan plastik (Paransa, 2014).
Alat tangkap ini biasanya digunakan oleh nelayan rumpon untuk
menangkap ikan umpan. Konstruksi pancing coping terdiri dari mata pancing
dengan ukuran nomor 4 (empat) yang diikat oleh tali senar monofilamen
sepanjang sepuluh meter, tali ini menghubungkan atau mengikat pada swivel,
sedangkan pemberat yang digunakan memiliki massa 250-500 gram.
Gambar 2. Konstruksi pancing coping (Anggraeni, 2012)
2.5 Daerah Penangkapan Ikan
Pada umumnya daerah penangkapan ikan tidak ada yang bersifat
10
tetap, selalu berubah dan berpindah mengikuti pergerakan kondisi
lingkungan, yang secara alamiah ikan akan memilih habitat yang lebih
sesuai. Sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi atau
parameter oseonografi perairan seperti suhu permukaan laut, salinitas,
klorofil-a, kecepatan arus dan sebagainya (Laevastu and Hayes, 1981; Butler
et al., 1988; Zainuddin et al., 2006). Hal ini berpengaruh pada dinamika atau
pergerakan air laut baik secara horizontal maupun vertikal yang pada
gilirannya mempengaruhi distribusi dan kelimpahan ikan.
Lokasi pemancingan dengan menggunakan pancing ulur dapat dilakukan
di sembarang tempat (di karang-karang, tempat-tempat dangkal maupun dalam,
juga di rumpon-rumpon). Prinsip pemancingan dilakukan sedemikian rupa, yaitu
setelah pancing diturunkan kedalam air sampai menyentuh dasar kemudian
diangkat lagi barang satu meter (untuk tempat yang tidak begitu dalam) atau 2-3
meter untuk tempat-tempat dalam (seratus meter lebih) atau digantungkan
(vertical longline) (Subani dan Barus, 1989).
Secara alami, kelimpahan dan distribusi cakalang (famili Scombridae)
berkaitan erat dengan ketersediaan makanan, selain itu dapat dipergunakan
untuk menentukan umur dan ukuran ikan pertama kali matang seksual, waktu
dan tempat memijah serta lamanya siklus pertumbuhan ovarium sampai
berakhirnya pemijahan (Merta, 1982).
Tuna sirip kuning atau sering disebut juga dengan madidihang
merupakan spesies yang bermigrasi jauh (highly migratory species) yang
distribusinya berada di perairan tropis dan subtropis dan melimpah pada kolom
permukaan dengan kisaran suhu 15-310C (Collete & Nauen,1983). Spesies ini
dapat ditemukan di Samudera Atlantik, Hindia dan Pasifik, namun tidak
ditemukan di Laut Mediterania (FAO, 1994). Sedangkan penyebaran tuna sirip
kuning di Indonesia meliputi perairan Samudera Hindia (Barat Sumatera hingga
11
Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara), Selat Makassar, Laut Flores, Teluk
Tomini, Laut Sulawesi,Laut Arafura,Laut Banda, perairan sekitar Maluku dan
Samudera Pasifik (Uktolseja et al., 1991 dalam Wudianto dan Nikijuluw,2004).
2.6 Pengoperasian Pancing Ulur
Operasi penangkapan dimulai dengan menentukan fishing ground
(Nurhayati, 2006 dan Rahmat, 2007), berdasarkan letak rumpon. Selain itu,
lokasi pemancingan ditentukan dengan melihat tanda-tanda alam seperti
keberadaan burung laut dan munculnya riak-riak air dan gelembung udara di
permukaan air. Keberadaan ikan di bawah rumpon dan sekitarnya disebabkan
karena jenis-jenis ikan dari berbagai ukuran pada saat-saat tertentu berkumpul
di sekitar rumpon untuk berlindung dan mencari makan (Departemen pertanian,
2003). Setelah sampai di fishing ground, maka mesin dimatikan dan jangkar
diturunkan agar perahu tidak terbawa arus.
Prinsip pengoperasian pancing adalah dengan mengaitkan umpan
pada mata pancing dan menenggelamkannya ke dalam air (Ayodhyoa, 1981).
Lebih lanjut dijelaskan oleh von Brandt (1984) bahwa penggunaan umpan
dimaksudkan untuk memikat dan menarik perhatian ikan target tangkapan serta
untuk merangsang penglihatan ikan terutama dari gerakan, bentuk dan warna
umpan.
2.7 Statistika
Tingkat ketepatan data statistik perikanan yang dikumpulkan oleh petugas
pelaksana, sebagian besar tergantung pada metode yang digunakan,
pelaksanan pengumpulan data di lapangan, serta penggunaan definisi dan
klasifikasi yang baik mengenai objek yang diselidiki maupun data yang
dikumpulkan.
12
2.7.1 Rancang Acak Lengkap
Dalam Montgomery (2001) struktur data Rancangan acak
lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling sederhana diantara
rancangan-rancangan percobaan yang lain. Dalam rancangan ini perlakuan
dikenakan sepenuhnya secara acak terhadap satuan-satuan percobaan atau
sebaliknya. Pola ini dikenal sebagai pengacakan lengkap atau pengacakan
tanpa pembatasan. Penerapan percobaan satu faktor dalam RAL biasanya
digunakan jika kondisi satuan-satuan percobaan relatif homogen. Dengan
keterbatasan satuan-satuan percobaan yang bersifat homogen ini, rancangan
percobaan ini digunakan untuk jumlah perlakuan dan jumlah satuan percobaan
yang relatif tidak banyak.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan jeis rancangan percobaan
yang paling sederhana. Satuan percobaan yang digunakan homogen atau tidak
ada faktor lain yang mempengaruhi respon di luar faktor yang dicoba atau diteliti
(Ade, 2014).
2.7.2 Rancang Acak Kelompok
Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah suatu rancangan acak yang
dilakukan dengan mengelompokkan satuan percobaan ke dalam grup-grup yang
homogen yang dinamakan kelompok dan kemudian menentukan perlakuan
secara acak di dalam masing-masing kelompok (Ade, 2014).
Menurut Harlyan (2012), ciri-ciri Rancangan Acak Kelompok (RAK)
adalah sebagai berikut :
1. Digunakan untuk lingkungan yang heterogen.
2. Kelompok sebagai ulangan dimana kondisi kelompok harus homogen.
3. Banyak digunakan pada penelitian lapang.
13
Sedangkan kelebihan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
sendiri menurut Yitnusumarto (1991) :
1. Sama dengan RAL, analisis data yang diperoleh dengan RAK masih
bersifat sederhana.
2. Analisis RAK memberikan presisi dan efisiensi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan RAL.
3. Jika ada satu atau dua data analisis masih dapat digunakan dengan
teknik data yang hilang.
Pengujian dengan menggunakan rancangan percobaan rancangan acak
kelompok dilakukan dengan menggunakan uji statistik berupa uji f (anova).
Pengujian hipotesis pada rancangan acak kelompok dilakukan
menggunakan uji f dengan bantuan tabel anova. Berikut merupakan uji hipotesis
pada rancangan acak kelompok :
H0 : 1 = …= p=0 (perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang
diamati)
H1 : paling sedikit ada satu i dimana i 0 atau
H0 : 1= …=p= (semua perlakuan memberikan respon yang sama)
H1 : paling sedikit ada sepasang perlakuan (i,i’) dimana i i’
2.7.3 Uji F (Anova)
Analisis dengan uji anova merupakan metode analisis yang termasuk
dalam statistikan inferensial. Uji sidik ragam anova berfungsi untuk membedakan
rerata lebih dari dua kelompok data dengan membandingkan variansnya.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan uji anova adalah data
harus berdistribusi normal.
14
Uji analisis anova merupakan uji analisis sidik ragam dimana pengujian
menggunakan uji f. Uji anova memili 3 tipe yaitu anova satu arah, anova 2 arah
tanpa interaksi dan anova 3 dengan interaksi.
Uji distribusi F berfungsi untuk menguji pengaruh faktor perlakuan
terhadap keragaman hasil percobaan. Secara umum bentuk uji F ini adalah
sebagai berikut :
H0: τ = ε dan K = ε vs. H
1: τ ≠ ε dan K ≠ ε ; dengan kaidah keputusan :
F hitung
= (Sk)2
/ (Sε)2
= KT kelompok / KT galat dan
(Sτ)2
/ (Sε)2
= KT perlakuan / KT galat
Di mana; (τ) = pengaruh faktor perlakuan, (ε) = pengaruh galat, (Sk)2
= ragam
data akibat kelompok; (Sτ)2
= akibat perlakuan dan (Sε)2
= akibat nonperlakuan
atau kuadrat tengah galat. (Riyanto, 2005).
3. METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
Secara garis besar materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
tangkap pancing ulur coping yang memakai jenis umpan tiruan berbahan dasar
sendok dan dioperasikan pada 3 kedalaman yang berbeda, kedalaman 25 meter,
50 meter dan 75 meter di perairan Selatan Kabupaten Malang Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Satu unit kapal untuk pengoperasian pancing ulur (Hand line )
2) Satu unit rangkaian pancing ulur dengan panjang tali 100 meter dan ukuran
mata pancing nomor 4
3) Jenis umpan tiruan berbahan dasar sendok
4) Meteran untuk mengukur alat dan kedalaman
5) Alat tulis berfungsi sebagai alat pencatat data lapang pada saat penelitian
6) Kamera digital digunakan untuk dokumentasi penelitian dan mengambil
gambar
7) Karet gelang digunakan sebagai pembatas kedalaman yang berbeda-beda
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian kali ini yaitu dengan menggunakan metode
eksperimental. Langkah awal yang harus dilakukan dalam penelitian ini ialah
melakukan pengumpulan data. Data yang didapatkan dalam penelitian
digunakan untuk memecahkan permasalahan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data hasil tangkapan ikan dimana jenis data yang
16
digunakan ada 2 jenis yakni :
3.3.1 Data Primer
Data primer sebagai data yang diperoleh secara langsung dari sumber
pertama atau tempat objek penelitian. Data ini dibuat oleh peneliti dengan
maksud untuk menyelesaikan suatu permasalahan, atau membutuhkan
pengelolaan lebih lanjut seperti wawancara kepada narasumber. Pengumpulan
data primer dilakukan dengan cara pengambilan sampel selama 9 hari dari
kapal atau perahu yang sama dan mengambil data jumlah total ikan hasil
tangkapan. Adapun data primer yang digunakan dalam penilitian ini antara lain :
1. Dokumentasi
Dalam penelitian ini kegiatan yang didokumentasikan yaitu hasil
tangkapan pancing coping, nelayan pancing coping, kapal yang digunakan
untuk penelitian, serta proses pengambilan data atau sample waktu penelitian.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan pada saat penelitian salah satunya ditujukan
kepada nelayan, yaitu terkait hasil tangkapan pancing coping, mulai dari spesies
dari hasil tangkapan pancing coping, total hasil tangkapan, serta daerah operasi
penangkapan ikan. Selain itu, wawancara juga akan dilakukan pada nelayan-
nelayan laiinya yaitu terkait dengan perkembangan hasil tangkapan pancing
coping di setiap tahunnya.
3. Observasi
Teknik observasi dilakukan pengamatan secara langsung terhadap
sesuatu yang diteliti. Pengamatan yang dilaksanakan pada saat
penelitian yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap hasil
tangkapan pancing coping.
17
3.3.2 Data Sekunder
Dalam penelitian kali ini yang menjadi sumber data sekunder yaitu dari
studi literatur atau jurnal, buku, dan situs di internet yang berkaitan dengan
penelitian ini maupun dari laporan penelitian terdahulu. Data sekunder meliputi
informasi alat tangkap, nelayan pancing ulur coping dilokasi penelitian, dan
keadaan tempat penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari
suatu perlakuan. Dengan metode ini peneliti mengadakan penelitian terhadap
pengaruh perbedaan kedalaman pada alat tangkap pancing ulur coping terhadap
hasil tangkapan ikan. Ke 3 perlakuan diulang sebanyak 9 kali ulangan. Setiap
ulangan sama dengan satu hari.
Secara teori patokan jumlah ulangan dianggap telah cukup baik bila memenuhi
persamaan :
( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15
(3 - 1) (r - 1) ≥ 15
(2r - 2) ≥ 15
2r ≥ 17
r≥ 8,5 = 9 ulangan
Dimana : t = jumlah perlakuan
r = jumlah ulangan
3.5 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
18
3.5.1 Langkah Persiapan
1) Membuat jadwal operasi penangkapan berdasarkan waktu penangkapan
yang dilakukan nelayan
2) Menyiapkan pancing ulur (Hand Line) dengan jenis umpan buatan yang
berbahan dasar sendok dengan kedalaman yang berbeda
3) Menyiapakan 1 unit kapal yang digunakan saat penelitian
4) Menyiapkan alat-alat penunjang dalam operasi penangkapan
3.5.2 Langkah Pelaksanaan
Dalam penelitian pengaruh perbedaan kedalaman pada alat tangkap
pancing ulur coping terhadap hasil tangkapan ikan di perairan Sendang Biru ini
langkah pelaksaannya ialah:
1) Menentukan rancang percobaan untuk memudahkan perhitungan
Tabel 2. Rancang percobaan
Perlakuan
Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A ... … … … … … … … …
B … … … … … ... … … …
C … … … … … … … … …
Keterangan :
Perlakuan : kedalaman
Ulangan : Ulangan dalam penelitian ini yaitu hari, dimana 1 hari adalah
satu ulangan. Isi ulangan merupakan hasil tangkapan ikan dalam
satuan ekor.
19
A : perlakuan 1 (kedalaman 25 meter), peneliti menggunakan panjang tali
pancing 100 meter dan sudah ditandai dengan karet gelang sepanjang 25
meter.
B : perlakuan 2 (kedalaman 50 meter), peneliti menggunakan panjang tali
pancing 100 meter dan sudah ditandai dengan karet gelang sepanjang 50
meter.
C : perlakuan 3 (kedalaman 75 meter), peneliti menggunakan panjang tali
pancing 100 meter dan sudah ditandai dengan karet gelang sepanjang 75
meter.
2) Menentukan koordinat posisi penangkapan menggunakan GPS
3) Berangkat menuju area penangkapan
4) Menghitung jumlah ikan yang tertangkap pada masing-masing perlakuan
atau kedalaman yang berbeda
5) Menghitung jumlah ikan yang tertangkap dari tiap ulangan
6) Tabulasi data
7) Analisa data
3.6 Analisa Data
Analisa data pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kedalaman
terhadap hasil tangkapan ikan yang dilihat dari segi jumlah (ekor). Analisis ini
menggunakan metode Rancang Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan
9 ulangan pengoperasian pancing ulur coping. Penggunaan RAK di karenakan
penelitian ini dilakukan di lapang dan hanya terfokus pada pengaruh perbedaan
kedalaman dan tidak memperhitungkan faktor lainnya. Faktor lainnya tersebut
yaitu meliputi arus perairan, angin, gelombang, suhu perairan maupun lokasi
penangkapan.
20
Parameter yang digunakan uji analisis data pada penelitian ini adalah
keseluruhan hasil tangkapan dari masing-masing perlakuan atau kedalaman
yang berbeda. Tahap-tahap analisa data pada rancangan percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1) Tabulasi Data
Data hasil penelitian ini disusun secara berurutan agar mudah dibaca dan
dipahami
2) Uji Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah suatu rancangan acak yang
dilakukan dengan mengelompokkan satuan percobaan ke dalam grup-grup yang
homogen yang dinamakan kelompok dan kemudian menentukan perlakuan
secara acak di dalam masing-masing kelompok
Pengujian hipotesa ini dilakukan dengan menggunakan Analisis Of Varian
(ANOVA) dengan uji F, yaitu dengan membandingkan antara F hitung dengan F
tabel. Uji hipotesa ini mengunakan bantuan komputer dengan Microsoft Exel.
Adapun ketentuan pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Fhitung>Ftabel pada peluang F lebih besar 0,05 dinyatakan berpengaruh
nyata (significant)
b. Fhitung<Ftabel pada peluang F kurang 0,05 dinyatakan tidak berpengaruh
nyata (non significant)
c. Fhitung>Ftabel pada peluang F lebih besar 0,01 dinyatakan berpengaruh
sangat nyata (highly significant)
d. Nilai Signifikan ά > 0,05 maka H0 diterima
e. Nilai Signifikan ά < 0,05 maka H0 ditolak
21
3) Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Pengujian BNT (Beda Nyata Terkecil) dipakai apabila uji F ini
memberikan kesimpulan berpengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT). Adapun hipotesa pada pembahasan ini adalah
H0 : Diduga kedalaman yang berbeda tidak berpengaruh terhadap banyaknya
hasil tangkapan ikan. ((F hitung < F tabel (5%))
H1 : Diduga kedalaman yang berbeda berpengaruh terhadap banyaknya hasil
tangkapan ikan. ((F hitung > F tabel (5%))
Untuk mengetahui perlakuan yang memberikan jumlah hasil tangkapan
ikan terbaik maka dilakukan uji BNT yaitu membandingkan selisih dua rata-rata
perlakuan dengan BNT 5% dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Fhitung>Ftabel pada peluang F lebih besar 0,05 dinyatakan berpengaruh
nyata (significant)
b. Fhitung<Ftabel pada peluang F kurang 0,05 dinyatakan tidak berpengaruh
nyata (non significant)
c. Fhitung>Ftabel pada peluang F lebih besar 0,01 dinyatakan berpengaruh
sangat nyata (highly significant)
Untuk uji BNT di atas maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan
persamaan dibawah ini :
BNT = t tabel 5% (dB acak) * SED
Dimana: SED perlakuaan = √ ( )
Keterangan: KTG = KT galat g = ulangan
Kemudian disusun tabel uji BNT yaitu:
22
Tabel 3. Uji BNT
Rata-rata perlakuan
Rata-rata
Notasi Kecil → Besar
Kecil
↓
Besar
3.7 Alur Penelitian
Didalam alur penelitian yang harus di lakukan pertama yaitu identifikasi
masalah dengan cara melakukan survey dan mencari pokok permasalahan yang
ada di Sendang Biru, dari permasalahan tersebut kita bisa mendapat judul dan
menyusun proposal. Setelah itu mulai pengumpulan data, pengumpulan data ada
2 macam, data primer dan data sekunder. Data primer bisa didapat dengan cara
wawancara, mengambil data dengan cara mengoperasikan alat tangkap tersebut
dan tabulasi. Yang kedua yaitu data sekunder, data sekunder bisa diperoleh dari
keadaan dan kondisi lokasi lapang dan dari jurnal penelitian. Selanjutnya uji
Rancang Acak Kelompk (RAK) untuk mengetahui hipotesanya dengan
menggunakan Analisis Of Varian (ANOVA), lalu dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui perlakuan yang memberikan jumlah
hasil tangkapan ikan terbaik. Untuk gambar alur penelitian bisa dilihat pada
gambar 3.
23
Gambar 3. Alur penelitian
Pengumpulan Data
Uji Beda Nyata Terkecil
Hasil dan Kesimpulan
IDENTIFIKASI
MASALAH
Data Primer Data Sekunder
- Wawancara
Daerah penangkapan
Konstruksi alat tangkap
Hasil tangkapan umum - Dokumentasi
Alat tangkap
Hasil tangkapan
Data Jumlah ikan dan
Jenis Hasil Tangkapan
Analisis Of Varian
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Hasil Penelitian
Analisis data pada penelitian kali ini yaitu menggunakan uji statistik
inferensial. Uji statistik inferensial yaitu menggunakan Uji ANOVA.
Berdasarkan hasil penelitian alat tangkap pancing coping terdapat
perbedaan hasil tangkapan antara kedalaman 25 meter, 50 meter dan 75 meter.
Dengan ulangan sebanyak 9 kali ulangan, dimana setiap ulangan merupakan
satu hari. Hasil tangkapan yang didapatkan saat penelitian berdasarkan
rancangan percobaan yang telah di buat adalah sebagai mana pada tabel
berikut :
Tabel 4. Rancangan hasil penelitian
Perlakuan Ulangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A 13 10 24 23 17 10 19 23 11 150
B 18 9 14 19 31 7 7 13 16 134
C 9 4 13 8 10 5 10 16 9 84
Total 40 23 51 50 58 22 36 52 36 368
Keterangan :
Perlakuan : kedalaman
Ulangan : ulangan dalam penelitian ini yaitu hari, dimana 1 hari adalah satu
ulangan. Isi ulangan merupakan hasil tangkapan ikan dalam satuan
ekor.
A : perlakuan 1 (kedalaman 25 meter), peneliti menggunakan panjang tali
pancing 100 meter dan sudah ditandai dengan karet gelang sepanjang 25
meter.
25
B : perlakuan 2 (kedalaman 50 meter), peneliti menggunakan panjang tali
pancing 100 meter dan sudah ditandai dengan karet gelang sepanjang 50
meter.
C : perlakuan 3 (kedalaman 75 meter), peneliti menggunakan panjang tali
pancing 100 meter dan sudah ditandai dengan karet gelang sepanjang 75
meter.
4.1.1 Hasil Tangkapan Pada Kedalaman 25 meter
Dari data hasil ikan tangkapan yang diperoleh pada kedalaman 25 meter
dengan 9 ulangan diperoleh jumlah ikan hasil tangkapan yang paling banyak
yaitu pada ulangan ke 3 dengan jumlah ikan 24 ekor, sedangkan jumlah hasil
tangkapan yang paling sedikit yaitu pada ulangan ke 2 dan 6 dengan jumlah
ikan 10 ekor. Total hasil tangkapan ikan pada kedalaman 25 meter yaitu
sebanyak 150 ekor dan didominasi ikan tongkol.
4.1.2 Hasil Tangkapan Pada Kedalaman 50 meter
Dari data hasil ikan tangkapan yang diperoleh pada kedalaman 50 meter
dengan 9 ulangan diperoleh jumlah ikan hasil tangkapan yang paling banyak
yaitu pada ulangan ke 5 dengan jumlah ikan 31 ekor, sedangkan jumlah hasil
tangkapan yang paling sedikit yaitu pada ulangan ke 6 dan 7 dengan jumlah
ikan 7 ekor. Total hasil tangkapan ikan pada kedalaman 50 meter yaitu
sebanyak 134 ekor dan didominasi ikan cakalang.
4.1.3 Hasil Tangkapan Pada Kedalaman 75 meter
Dari data hasil ikan tangkapan yang diperoleh pada kedalaman 75 meter
dengan 9 ulangan diperoleh jumlah ikan hasil tangkapan yang paling banyak
yaitu pada ulangan ke 8 dengan jumlah ikan 16 ekor, sedangkan jumlah hasil
26
tangkapan yang paling sedikit yaitu pada ulangan ke 2 dengan jumlah ikan 4
ekor. Total hasil tangkapan ikan pada kedalaman 75 meter yaitu sebanyak 84
ekor dan didominasi ikan tuna.
4.1.4 Uji Analisis Of Varian (ANOVA)
Table 5. Analisis sidik ragam
SK Db JK KT F hit F tabel Ket
5% 1%
Kelompok 8 442.296 55.287 2.265 2.591 3.890 Non Sig
Perlakuan 2 263.407 131.704 5.395* 3.634 6.226 Sig
Galat 16 390.593 24.412
Total 26 1096.296
Keterangan :
* = berpengaruh nyata pada taraf 5% (Fhitung > Ftabel 5%)
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% (Fhitung > Ftabel 1%)
Analisis data menggunakan metode RAK berdasarkan data jumlah hasil
tangkapan pancing ulur coping. Selanjutnya jika terdapat pengaruh nyata (F
hitung > F tabel) atau nilai signifikan (α < 0,05), maka dilakukan uji BNT (Beda
Nyata Terkecil) untuk melihat perlakuan yang yang memberikan pengaruh
paling nyata. Adapun ketentuan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Fhitung>Ftabel pada peluang F lebih besar 0,05 dinyatakan berpengaruh
nyata (significant)
b. Fhitung<Ftabel pada peluang F kurang 0,05 dinyatakan tidak berpengaruh
nyata (non significant)
c. Fhitung>Ftabel pada peluang F lebih besar 0,01 dinyatakan berpengaruh
sangat nyata (highly significant)
27
Dari tabel 5 di atas dapat di putuskan Fhitung untuk perlakuan nyata, maka
kita memutuskan untuk menolak H0. Hal ini berarti ada perbedaan dalam
pengaruh perlakuan.
Berdasarkan analisis sidik ragam di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
rata-rata yang sesungguhnya dari ketiga perlakuan kedalaman yang dicobakan
tidak semuanya sama, atau dengan kata lain paling sedikit ada satu perlakuan
kedalaman yang mempengaruhi banyaknya hasil tangkapan ikan, sehingga nilai
tengahnya berbeda dengan yang lain. Untuk melacak perlakuan-perlakuan mana
yang berbeda, dapat menggunakan uji-uji pembanding berganda yaitu uji Beda
Nyata Terkecil (BNT).
4.1.5 Uji BNT
Berikut disajikan hasil pengujian BNT (Beda Nyata Terkecil) terhadap
rata-rata hasil tangkapan ikan tongkol, ikan cakalang dan ikan tuna pada
kedalaman 25 meter, 50 meter, dan 75 meter.
Table 6. Uji perbandingan berganda dengan BNT
Perlakuan Rata-rata
25 meter 16.667
50 meter 14.889
75 meter 9.333
BNT 5% 4.938
Hasil tangkapan pada kedalaman 25 meter diperoleh rata-rata total
jumlah hasil tangkapan sebesar 16,667, kedalaman 50 meter sebesar 14,889
dan kedalaman 75 meter sebesar 9,333. Diperoleh nilai BNT pada taraf nyata 5%
sebesar 4,938. Pengujian BNT dilihat dari selisih rata-rata antar kedalaman
dengan nilai BNT, jika selisih rata-rata antar kedalaman lebih besar dari pada
nilai BNT maka hasil tangkapannya berbeda nyata. Adapun hasil uji BNT pada
taraf nyata 5% diperoleh notasi pada tabel berikut :
28
Table 7. Hasil uji perbandingan berganda dengan BNT Rata-rata A B C Notasi
16.667 14.889 9.333
A 16.667 1.778 7.333* b
B 14.889 1.778 5.556* b
C 9.333 7.333* 5.556* a
* = berbeda nyata
** = berbeda sangat nyata
Berdasarkan beda dua nilai tengah antara perlakuan C dan B didapatkan
hasil sebesar 5,556. Karena beda dua nilai tengah adalah 5,556 lebih besar
daripada BNT0,05 = 4,938, maka dapat dikatakan bahwa beda beda dua nilai
tengah tersebut nyata pada taraf 5% dan ditulis dengan notasi a dan b.
Berdasarkan beda nilai tengah antara perlakuan B dan A didapatkan hasil
sebesar 1,778. Karena beda dua nilai tengah adalah 1,778 lebih kecil daripada
BNT0,05 = 4,938, maka dapat dikatakan bahwa beda beda dua nilai tengah
tersebut tidak nyata pada taraf 5% dan ditulis dengan notasi b dan b.
Dari tabel hasil uji perbandingan berganda dengan BNT diatas dapat kita
ketahui bahwa perlakuan terbaik yaitu perlakuan A kedalaman 25 meter karena
mendapatkan hasil rata-rata terbesar yaitu sebesar 16,667, perlakuan terbaik
kedua yaitu perlakuan B kedalaman 50 meter karena mendapatkan rata-rata
sebesar 14,889, perlakuan terbaik ketiga yaitu perlakuan C kedalaman 75 meter
karena mendaapatkan hasil rata-rata sebesar 9,333.
4.2 Keadaan Umum Pantai Sendang Biru
Pantai Sendang Biru merupakan pusat produksi perikanan tangkap yang
terletak di bagian selatan Kabupaten Malang dengan jarak tempuh 77 KM dari
Kota Malang. Pantai Sendang Biru ini termasuk dalam wilayah Desa
Tambakrejo, Kecamatan Sumber Manjing Wetan, Kabupaten Malang.
29
Gambar 4. Peta Sendang Biru
Batas – batas Desa Tambakrejo adalah sebagai berikut :
Sebelah barat berbatasan Desa Sitiarjo
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kedung Banteng
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tambak Sari
Sebelah Utara Berbatasan dengan Samudera Hindia
Pantai Sendang Biru merupakan daerah pantai Selatan yang tidak
terdapat landasan benua, namun curam dan berkarang, dengan demikian
gelombang yang terjadi adalah mulai dari gelombang sedang sampai gelombang
besar serta terjadi dua kali pasang surut dengan arus pasang yang kuat.
Sedangkan dasar perairan pantai berupa pasir, batu, lumpur dan karang.
Keadaan topografi Desa Tambakrejo berada pada ketinggian 15 meter
dari permukaan laut. Luas desa ini 2.735.850 Km2. Luas tersebut meliputi
daratan dan perbukitan ataupun pegunungan. Secara umum iklim desa ini
30
dipengaruhi musim penghujan dan kemarau dengan curah hujan rata-rata 1.350
mm per tahun, dan desa ini memiliki suhu rata-rata 23-25°C.
4.3 Konstruksi Alat Tangkap Pancing Ulur Coping
Pancing ulur coping merupakan salah satu alat tangkap yang dominan di
Sendang Biru selain alat tangkap purse seine dan payang. Pancing ulur
coping di Sendang Biru merupakan alat tangkap yang selektif karena yang
menjadi target utama penangkapan adalah ikan tertentu saja seperti ikan
pelagis, seperti tongkol, tuna dan cakalang. Pancing coping merupakan salah
satu jenis pancing ulur yang ada di Sendang Biru. Pancing ulur coping juga
merupakan alat yang sangat efektif dan efisien karena pengoprasiannya tidak
memerlukan tenaga yang banyak dan rangkainnya hanya terdiri dari gulungan,
senar, kili-kili, pemberat dan mata pancing. Alat tangkap pancing coping bisa
menggunakan umpan dari plastik, selang, sendok, lempengan seng, namun
yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu menggunakan umpan dari sendok.
Gambar 5. Konstruksi alat tangkap pancing coping
31
a. Gulungan
Gulungan yaitu tempat yang digunakan untuk menggulung senar
pancing. Gulungan ini terbuat dari plastik dengan bentuk lingkaran seperti donat
dengan diameter 30 cm. Selain terbuat dari plastik terkadang nelayan juga
menggunakan kayu dan fiber sebagai gulungan alternatif.
Gambar 6. Penggulung senar
Sumber : Dokumentasi lapang, 2017
b. Senar
Tali pancing coping yang digunakan yaitu terbuat dari benang senar
(PA.Monofilamen). Pada alat tangkap pancing coping ini memiliki 2 bagian senar
atau tali yaitu tali induk/tali utama dan tali cabang. Ke dua bagian tersebut
memiliki ukuran dan panjang yang berbeda, tali utama ukurannya lebih besar dari
pada tali cabang. Tali utama berfungsi untuk menarik pancing pada saat
pengoperasian, sedangkan tali cabang yaitu berfungsi sebagai penghubung
antara kili-kili dengan mata pancing.
32
Gambar 7. Senar pancing coping
Sumber : Dokumentasi lapang, 2017
c. Kili-Kili
Kili-kili pada pancing coping berfungsi agar ketika menarik ikan yang
memberontak senar tidak mudah kusut. Kili-kili sendiri terbuat dari besi stainlis
dengan ukuran no 3. Pada alat tangkap pancing coping terdapat 2 buah kili-kili
yang terpasang, yaitu antara pemberat dengan tali utama dan antara pemberat
dengan tali cabang.
Gambar 8. Kili – kili
Sumber : Dokumentasi lapang, 2017
33
d. Pemberat
Pemberat pada pancing coping ini berfungsi membantu alat tangkap
pancing tersebut tenggelam kedalam air. Pemberat ini terbuat dari timah
berbentuk kerucut dengan berat 0,5 kg.
Gambar 9. Pemberat
Sumber : Dokumentasi lapang, 2017
e. Mata Pancing Dengan Umpan Sendok
Mata pancing pada pancing ulur berfungsi sebagai tempat umpan dan
sebagai pengait jika ikan memakan umpan. Nomor pancing yang digunakan
pada alat tangkap pancing coping yaitu nomor 4 dengan merek mustad. Alat
tangkap pancing coping ini menggunakan umpan yang terbuat dari sendok.
Menggunakan umpan sendok dikarenakan umpan sendok lebih awet ketika
digunakan sebagai umpan buatan dari pada menggunakan umpan yang terbuat
dari plastik atau yang lainnya, umpan sendok juga mempunyai bahan yang
34
mengkilap ketika terkena cahaya, sehingga menarik perhatian ikan pelagis
seperti ikan tongkol, cakalang dan tuna untuk memangsa umpan tersebut.
Penggunaan warna umpan tiruan yang lebih mencolok (merah dan hijau)
cenderung lebih disukai dan mudah dideteksi atau dilihat dalam air oleh ikan
tongkol (Eeuthynnus affinis). Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada saat umpan
tiruan berada pada daerah perairan yang jernih atau perairan terang akibat sinar
matahari, maka umpan tiruan yang mencolok (merah dan hijau) akan
memantulkan cahaya dan mengeluarkan kilau atau kelip cahaya dalam air,
sehingga sifat phototaxis ikan tongkol (Euthynnus affinis) akan menarik
perhatian dan akan segera memangsa dan menangkap umpan tiruan yang
mengkilap tersebut (Niam, 2013).
Gambar 10. Mata Pancing dengan umpan sendok
Sumber : Dokumentasi lapang, 2017
35
4.4 Armada Alat Tangkap Pancing Coping
Pengoperasian alat tangkap pancing coping pada penelitian ini
menggunakan kapal sekoci atau kapal tonda. Spesifikasi dari kapal yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1) Pemilik perahu : Eko Pramunarto
2) Nama perahu : KMN. AREMA
3) Bahan perahu : Kayu
4) Panjang perahu : 13 meter
5) Lebar perahu : 2,2 meter
6) Dalam perahu : 1,1 meter
7) Merek mesin : Yanmar TF dan Jiangdong
8) Jenis mesin : Diesel
9) Ukuran mesin : 30 PK
10) Bahan Bakar : Solar
11) Jumlah ABK : 3 Orang
Ukuran kapal merupakan bobot kapal yang dinyatakan dalam gross
tonage (GT) dapat diukur menggunakan rumus:
GT = 0,25 x V
V = p x l x d x f
Keterangan:
V = volume
L = panjang (meter)
B = lebar (meter)
D = dalam (meter)
F = faktor (0,70)
0,25 = nilai konversi dari satuan meter kubik ke ton register
36
V = 13 x 2,2 x 1,1 x 0,7 =22,022
GT = 0,25 x 22,022 = 5,5055
= 6 GT.
4.5 Daerah Penangkapan Ikan (FishingGround)
Daerah operasi penangkapan pancing coping di Sendang Biru masuk
dalam WPP - NRI 573 yakni pada perairan Samudra Hindia, sebelah
Selatan Jawa sampai Selatan Nusa Tenggara, Laut Samu, dan Laut Timor
bagian barat. Lokasi penelitian ini terletak pada koordinat lintang 09°13,999”
S dan bujur 112°15,712” T.
Gambar 11. Koordinat lokasi penelitian
Jarak yang ditempuh dari tempat pemberangkatan yaitu Pantai Sendang
Biru ke lokasi penilitan adalah 80 mill dengan waktu normal 6 jam dengan
kecepatan 13 mill/jam tergantung kondisi angin, arus dan gelombang. Daerah
penangkapannya yaitu di sekitar rumpon dan ditentukan berdasarkan informasi
dari nelayan pancing lainnya yang mendapatkan hasil tangkapan maksimal dan
37
ikan target yang akan ditangkap oleh nelayan dengan menggunakan alat
komunikasi berupa radio, sehingga keberhasilan nelayan pancing berdasarkan
informasi tersebut. Peta lokasi daerah penangkapan ikan dapat dilihat pada
gambar 12.
Gambar 12. Peta daerah penangkapan ikan selama penelitian
4.6 Pengoperasian Alat Tangkap Pancing Ulur Coping
Metode pengoperasian Alat Tangkap Pancing Coping adalah dimulai
dengan menentukan daerah atau lokasi pemancingan (fishing ground). Fishing
ground berada disekitar rumpon, karena pada saat-saat tertentu banyak
terdapat gerombolan ikan-ikan kecil maupun besar berada di sekitar rumpon.
Setelah ditemukan tempat penangkapan, mata pancing yang sudah diberi
umpan buatan menggunakan sendok disiapkan. Mata pancing yang digunakan
adalah nomor 4 disesuaikan dengan target ikan yang akan ditangkap.
Pada pengoperasian pancing coping dilakukan pada saat siang hari
38
ketika matahari bisa menembus lebih ke kedalaman perairan. Penelitian ini
dilakukan 3 jam mulai jam 11.00 sampai jam 14.00 dan dilakukan setiap harinya
selama 9 hari pada waktu dan tempat yang sama.
Pada saat setting mata pancing yang sudah di pasang umpan buatan
berupa sendok di tenggelamkan ke kedalam yang telah di tentukan pada
peneliitian ini yaitu 25 m, 50 m dan 75m. Alat tangkap yang sudah di turunkan di
kedalaman tertentu selanjutnya di tarik secara terus menerus sehingga ikan
tergoda untuk menyambar umpan tersebut.
Gambar 13. Proses setting pancing coping
Sumber : Dokumentasi lapang, 2017
Hauling dilakukan dengan menarik pancing ulur, Saat menarik pancing
ulur diusahakan benang jangan sampai kendur untuk menghindari ikan terlepas
dari alat tangkap. Setelah ikan terangkat ke atas kapal lalu ikan hasil tangkapan
dilepas secara manual yaitu dengan menggunakan tangan dan memasukkan
ikan hasil tangkapan ke keranjang.
39
Gambar 14. Proses hauling pancing coping
Sumber : Dokumentasi lapang, 2017
4.7 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan pancing ulur ketika penelitian berlangsung yaitu ikan
tongkol (Euthynnus affinis), ikan cakalang (katsuwonus pelamis), dan ikan tuna
(Thunnus albacores) (Albacore).
4.7.1 Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Karaktereristik ikan tongkol yaitu mempunyai bentuk tubuh pipih tegak,
tipe letak mulut terminal (ujung), tipe sirip ekor menggarpu, bentuk garis sisi
(lateral line) lateral, kepala berwarna abu-abu gelap, bagian perut berwarna
abu-abu keputihan, dan ekor berwarna abu-abu dengan bagian ujung
kemerahan.
40
Klasifikasi ikan tongkol menurut Saanin, 1984 adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Family : Scrombidae
Genus : Euthynnus
Species : Euthynnus Affinis
Gambar 15. Ikan tongkol
Sumber : Dokumentasi lapang, 2017
4.7.2 ikan Cakalang (katsuwonus pelamis)
Ikan cakalang (Katsuwonus Pelamis), karakteristik ikan cakalang yaitu
memiliki tubuh berbentuk memanjang dan agak bulat (fusiform), dengan dua
sirip punggung yang terpisah. Bagian punggung berwarna biru keungu-unguan
hingga gelap. Bagian perut dan bagian bawah berwarna keperakan, dengan 4
hingga 6 garis-garis berwarna hitam yang memanjang di samping badan. Tubuh
tanpa sisik kecuali pada bagian barut badan (corselet) dan gurat sisi. Pada
41
kedua sisi batang ekor terdapat sebuah lunas samping yang kuat, masing-
masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil.
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) atau biasa disebut skipjack tuna
menurut taksnominya diklasifikasikan sebagai berikut (Saanin 1984) :
Phylum : Cordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Sub Ordo : Scromboidea
Famili : Scromboidae
Sub Famili : Thunninae
Genus : Katsuwonus
Spesies : Katsuwonus Pelamis
Gambar 16. Ikan cakalang
Sumber : Dokumentasi lapang, 2017
4.7.3 Ikan Tuna (Thunnus sp.)
Ikan tuna merupakan jenis ikan pelagis besar yang memiliki nilai
ekonomis tinggi, ikan tuna memiliki bentuk tubuh seperti torpedo, kondisi ini
membuat ikan tuna bisa berenang dengan kecepatan tinggi. Ada beberapa jenis
ikan tuna yang biasa di tangkap di perairan Sendang Biru yaitu Yellow Fin Tuna,
Blue Fin Tuna, Big Eye Tuna dan Albacore, Namun hasil tangkapan yang lebih
mendominasi adalah tuna jenis sirip kuning.
42
Menurut Saanin (1984), ikan tuna menurut taksonominya bisa
diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Teleostei
Sub Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Sub Ordo : Scombridei
Famili : Scombridae
Genus : Thunnus
Spesies : Thunnus albacores
Gambar 17. Ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacores)
Sumber : Dokumentasi lapang, 2017
4.8 Pengaruh Perbedaan Kedalaman Terhadap Hasil Tangkapan Ikan
Pada hasil uji ANOVA pada hasil tangkapan ikan pancing ulur coping
faktor perlakuan (kedalaman) diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,395 dan Ftabel 5%
sebesar 3,634, sedangkan Ftabel 1% sebesar 6,226. Berdasarkan pada uji
ANOVA tersebut maka diperoleh hasil signifikasi pada 5%, Karena nilai Fhitung >
Ftabel 5% maka dapat disimpulkan bahwa tolak H0 dan terima H1, yang berarti
perbedaan kedalaman berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan ikan.
Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa rata-
43
rata yang sesungguhnya dari ketiga perlakuan kedalaman yang dicobakan tidak
semuanya sama, atau dengan kata lain paling sedikit ada satu perlakuan
kedalaman yang mempengaruhi banyaknya hasil tangkapan ikan, sehingga nilai
tengahnya berbeda dengan yang lain.
Menurut Christy (2017) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil tangkapan disuatu perairan, baik itu banyaknya hasil
tangkapan ataupun ukuran dari hasil tangkapan itu sendiri, salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil tangkapan adalah kedalaman air. Karena semakin dalam air
maka keadaan fisik dari air tersebut tentunya juga akan berubah.
Pada uji BNT hasil tangkapan pada kedalaman 25 meter diperoleh rata-
rata total jumlah hasil tangkapan sebesar 16,667, kedalaman 50 meter sebesar
14,889 dan kedalaman 75 meter sebesar 9,333. Diperoleh nilai BNT pada taraf
nyata 5% sebesar 4,938. Berdasarkan beda nilai tengah antara perlakuan C dan
B didapatkan hasil sebesar 5,556. Karena beda dua nilai tengah adalah 5,556
lebih besar daripada BNT0,05 = 4,938, maka dapat dikatakan bahwa beda dua
nilai tengah tersebut nyata pada taraf 5%, maka perlakuan C ditulis dengan
notasi a dan perlakuan B ditulis dengan notasi b. Berdasarkan beda nilai tengah
antara perlakuan B dan A didapatkan hasil sebesar 1,778. Karena beda dua nilai
tengah adalah 1,778 lebih kecil daripada BNT0,05 = 4,938, maka dapat dikatakan
bahwa beda beda dua nilai tengah tersebut tidak nyata pada taraf 5%, maka
perlakuan B ditulis dengan notasi b dan perlakuan A ditulis dengan notasi b.
Total hasil tangkapan ikan pada kedalaman 25 meter sebanyak 150 ekor,
total hasil tangkapan ikan pada kedalaman 50 meter sebanyak 134 ekor, total
hasil tangkapan ikan pada kedalaman 75 meter sebanyak 84 ekor. Kedalaman
terbaik untuk mengoperasikan alat tangkap pancing ulur coping yaitu kedalaman
25 meter, karena mendapatkan total hasil tangkapan paling banyak yaitu 150
ekor. Kedalaman terbaik pada 25 meter tersebut dikarenakan tempat makanan
44
dan swimming layer ikan tongkol, cakalang dan tuna yaitu pada kedalaman 0
sampai 100 meter, dan juga lapisan air yang lebih dalam banyak dihuni ikan-ikan
yang lebih besar, sehingga ikan tongkol, cakalang maupun tuna kecil takut untuk
masuk lebih kedalam perairan.
Ikan tuna sirip kuning sebagian besar hidupnya berada di lapisan kolom
air yang tidak begitu dalam, yaitu sekitar 100 m teratas, dan relatif jarang
menembus lapisan termoklin, namun ikan ini mampu menyelam jauh ke
kedalaman laut. Ikan tuna sirip kuning yang berada di Samudera Hindia
menghabiskan 85% waktunya pada kedalaman yang kurang dari 75 m dari
permukaan air laut(Sumadhiharga, 2009 dalam Miazwir, 2012).
Parameter suhu dan kedalaman perairan sangat mempengaruhi
penyebaran dan kelimpahan ikan tuna, dan juga sangat penting untuk
menujang keberhasilan penangkapan tuna. Hubungan hasil tangkapan dengan
suhu dan kedalaman mata pancing rawai tuna menunjukkan korelasi yang
sangat kecil antara perubahan suhu dan pertambahan kedalaman dengan
jumlah ikan yang tertangkap (Gafa et al., 2004). Ikan yang berukuran lebih
besar cenderung berada pada lapisan air yang lebih dalam , sedangkan ikan
yang berukuan lebih kecil tetap berada di permukaan air (Unar, 1957 dalam
Sumadhiharga, 2009).
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan mengenai
Pengaruh Perbedaan Kedalaman Pada Alat Tangkap Pancing Ulur Coping
Terhadap Hasil Tangkapan Ikan di Perairan Selatan Kabupaten Malang yaitu dari
hasil uji ANOVA pada hasil tangkapan ikan pancing ulur coping faktor perlakuan
(kedalaman) diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,395 dan Ftabel 5% sebesar 3,634,
sedangkan Ftabel 1% sebesar 6,226. Berdasarkan pada uji ANOVA tersebut
diperoleh hasil signifikasi pada 5%, karena nilai Fhitung > Ftabel maka dapat
disimpulkan bahwa tolak H0 dan terima H1, yang berarti perbedaan kedalaman
berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan ikan. Perbedaan kedalaman
pengoperasian alat tangkap pancing ulur coping berpengaruh terhadap hasil
tangkapan ikan. Perlakuan A kedalaman 25 meter lebih baik dari pada perlakuan
B kedalaman 50 meter dan perlakuan C kedalaman 75 meter. Perlakuan B
kedalaman 50 meter lebih baik dari pada perlakuan C kedalaman 75 meter.
Perlakuan yang terbaik yaitu perlakuan A kedalaman 25 meter dengan rata-rata
hasil tangkapan sebesar 16,667.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang bisa diberikan yaitu perlu
adanya penelitian lebih lanjut tentang alat tangkap pancing ulur coping mengenai
perbedaan umpan dan faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan pancing ulur
coping.
46
DAFTAR PUSTAKA
Ade. 2014. Alat Tangkap Pancing. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Anggawangsa R.F. & I.T. Hargiyatno. 2010. Laju Tangkap, komposisi Hasil
Tangkapan dan Musim Penangkapan Pancing Tonda di Palabuhanratu.
Prosiding Seminar Nasional Perikanan Universitas Diponegoro (in press).
10 hal
Anggraeni J.2012. Efektivitas Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Tuna Di Sekitar Rumpon Yang Di Daratkan Di PPN Palabuhan Ratu Sukabumi. Skripsi. Program Studi Teknologi Dan Manajemen Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan .Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Ayodhyoa, A.U. 1981.Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.
Bahtiar, A., A. Barata dan D. Novianto. 2013. Taktik penangkapan tuna mata
besar (Thunnus obesus) di samudera Hindia berdasarkan data hook timer
dan minilogger fishing tactics for bigeye tuna (Thunnus obesus) in
indian ocean based on hook timer and minilogger data. J. Lit. Perikan.
Ind. 19(1).. 47-53.
Collete,H.B. & C.E.Nauen.1983. FAO Species Catalogue.Vol.2 Scombrids of The
World. An Annonated and illustrated Catalogue of Tunas.Mackerels,Bonitos,and Related Species Known To Date. FAO Fisheries Synopsis.No.125 Vol.2. Rome,Italy: FAO Press,137pp
Departemen Pertanian, 2003. Pedoman teknis pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. Series Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan. No.PHP/KAN/PT.23/2003. 83 hal.
Dinas Kelautan Dan perikanan Provinsi Jawa Timur, 2013. Laporan Tahunan
Perikanan. Fauziah, 2010. Densitas Ikan Pelagis Pada Musim Timur Menggunakan Metode
Hidroakustik di Perairan Selat Bangka. Jurnal Penelitian. Vol 13. Hal 1-4. Food and Agriculture Organization. 1994. World Review of Highly Migratory
Species and Stradding Stock. FAO Fisheries Department. Technical Paper No.337. Rome,FAO 70p.
Gafa., B., K. Wagiyo, & B. Nugraha. 2004. Hubungan Antara Suhu dan
Kedalaman Mata Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Bigeye Tuna (Thunnus obesus) dan Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) dengan Tuna Longline di Perairan Laut Banda dan Sekitarnya. Prosiding Hasil-Hasil Riset. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. 63-80.
47
Ghozali I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi 4,
Universitas Diponegoro. Semarang.
Harlyan, L. Ika. 2012. Rancangan Acak Kelompok. Dept. Fisheries and Marine Management. Universitas Brawijaya Malang.
Laevastu, T. And M. L. Hayes. 1981. Fiheries Oseanography and Echology.
Fishing News Book. London Merta S.G.I. 1982. Studi Pendahuluan Makanan Tingkat Kematangan Gonad
Ikan Cakalang, Katsuwonus pelamis (LINN.1758), Dari Perairan Sebelah Selatan Bali dan sebelah Barat Sumatera. Jur. Pen. Per. Laut 26 : 69 – 74.
Miazwir. 2012. Analisis aspek biologi reproduksi ikan tuna sirip kuning (Thunus
albacares) yang tertangkap di Samudera Hindia. Tesis UI Depok. Montgomery, D. C. 2001. Design And Analysis Of Experiments fifth Edition.
John Wiley & Son,Inc. New York Niam, A. 2013. Perbedaan Warna Umpan Tiruan Terhadap Hasil Tangkapan
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Pada Alat Tangkap Pancing Tonda Di Perairan Karimunjawa Jepara. Journal Of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. Undip. Vol. 2. Jilid 3. Hlm 202-212. 11 Hal.
Nurhayati, Y. 2006. Pengaruh kedalaman terhadap komposisi hasil tangkapan
pancing ulur (hand line) pada perikanan layur di perairan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi] Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB Bogor.
Paransa, I.J. 2014. Penggunaan umpan buatan dari sampah plastik kemasan
untuk penangkapan bibit yellow fin tuna di perairan laut Sulawesi Utara. Jurnal Hasil-hasil Penelitian Kemaritiman Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi. Manado
Rahmat,Enjah.,A.Salim. 2013. Teknologi Alat Penangkapan Ikan Pancing Ulur
(Handline) Tuna Di Perairan Laut Sulawesi Berbasis Di Kabupaten Kepulauan Sangihe. BTL. 11(2):61-55
Riyanto B. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan edisi Keempat. BPEE :
Yogyakarta Siswoko,Paris.,P.Wibowo.,A.D.P.Fitri. 2013. Pengaruh Perbedaan Jenis Umpan
Dan Mata Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Pada Pancing Coping (Hand Line) Di Daerah Berumpon Perairan Pacitan,Jawa Timur. Journal Of Fisheries Resources Utilization Management And Technology.2(1):66-75
Saanin, H. 1884. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta Bogor.
Bogor. Jilid 1-11. Edisi II . 256 Hal.
48
Subani, W. Dan Barus, H. 1989. Alat Penangkapan Ikan Di Indonesia. Balai
Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. Sudirman, H. dan A. Malawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta. Sumadhiharga, O.K. 2009. Ikan Tuna. Pusat Penelitian Oseanografi. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Uma S. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Selemba Empat. Uktolseja, J.C.B., R. Purwasasmita., K Susanto., dan A.B. Sulistiaji. 1998.
Sumberdaya Ikan Pelagis Besar dalam Potensi dan Penyebaran Ikan Laut di Perairan Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta. Hal 40-64.
UPT P2SKP Pondokdadap. (2017). Laporan tahunan. DKP. Kab. Malang
Von Brant, A. 1968. Develoment of fishing techniques. Proceeding of the International Seminar on Possibility and Problem of Fishing Develoment in South Asia.
Wudianto & V.P.H. Nikijuluw. 2004. Guide To Invest on Fisheries in Indonesia.
Directored of Capital and Investment System. Ministry of Marine Affair and Fisheries Republic of Indonesia. 17p
Yitnosumarto, Suntoyo. 1991. Percobaan Perancangan, Analisis, dan
Interprestasinya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Yuniar,I.C. 2017. Pengaruh Kedalaman Air Terhadap Hasil Tangkapan Alat
Tangkap Garuk Di Perairan Desa Gerongan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Barawijaya Malang