PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka...

12
PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH TERHADAP KARAKTERISTIK GAMBUT Teguh Nugroho dan Budi Mulyanto Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor Indonesia memiliki lahan rawa yang cukup luas dan sebagian besar lahan rawa tersebut merupakan gambut yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Tanah gambut terbentuk oleh lingkungan yang khas yaitu rawa atau suasana genangan yang terjadi hampir sepanjang tahun. Tanah gambut di Indonesia belum dikelola dengan baik karena pemahaman atas karakteristik ekosistem rawa belum diketahui secara utuh. Aktivitas penebangan dan pengangkutan kayu serta pembukaan lahan rawa gambut untuk pertanian dilakukan dengan membuat saluran drainase untuk mengatur muka air tanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik lahan gambut. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh penurunan muka air tanah terhadap karakteristik tanah gambut sehingga dapat diketahui sejauh mana perubahan yang terjadi. Pengamatan dilakukan pada lapisan gambut di atas dan di bawah muka air tanah dan analisis yang dilakukan pada penelitian ini antara lain: sifat morfologi yang meliputi tingkat kematangan/dekomposisi yang dilakukan dengan metode cara cepat dilapangan, metode McKinzie dan metode suntikan dan karakteristik kimia yang diamati meliputi: nilai pH gambut yang ditetapkan dengan pH meter; kadar C-organik dan N-total yang ditetapkan dengan CHNS analyzer; kandungan basa-basa dapat dipertukarkan dan kapasitas tukar kation yang ditetapkan dengan ekstraksi NH 4 Oac pH 7. Secara umum telah kita ketahui bahwa penurunan muka air tanah menyebabkan terjadinya proses dekomposisi yang lebih lanjut pada lapisan di atas muka air tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penetapan tingkat kematangan gambut dengan ketiga metode yang digunakan belum dapat menjelaskan perbedaan tingkat dekomposisi yang terjadi pada lapisan gambut di atas dan di bawah muka air tanah, karena seakan-akan tidak terdapat perbedaan tingkat kematangan antara lapisan di atas dan di bawah muka air tanah. Oleh sebab itu diperlukan pendekatan lain yaitu nisbah C/N, dimana pada lapisan gambut di atas muka air tanah cenderung memiliki nisbah C/N yang lebih rendah daripada lapisan gambut di bawah muka air tanah. Hal ini mengindikasikan pada lapisan gambut di atas muka air tanah memiliki tingkat dekomposisi yang lebih lanjut daripada lapisan gambut di bawah muka air tanah, sehingga dapat dikatakan bahwa penurunan muka air tanah menyebabkan tingkat dekomposisi pada lapisan di atas muka air tanah lebih lanjut. Proses dekomposisi yang lebih lanjut pada lapisan gambut di atas muka air tanah juga menyebabkan perubahan berbagai karakteristik tanah gambut. Kata Kunci: Gambut (Peat), Muka Air Tanah (Water Table), Nisbah C/N (C/N ratio), Kematangan Gambut (Peat Ripening) PENDAHULUAN Lahan gambut merupakan suatu ekosistem yang unik dan rapuh, karena lahan tersebut berada pada suatu lingkungan rawa, yang terletak dibelakang (Backswamp) tanggul sungai (Levee). Oleh karena dalam lingkungan rawa, maka lahan tersebut senantiasa tergenang dan tanah yang terbentuk pada umumnya merupakan tanah yang belum mengalami perkembangan seperti tanah- tanah alluvial (Entisols) dan tanah-tanah yang berkembang dari tumpukan bahan organik, yang lebih dikenal sebagai tanah gambut atau tanah organik (Histosols).

Transcript of PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka...

Page 1: PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik

PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH TERHADAP KARAKTERISTIK GAMBUT

Teguh Nugroho dan Budi Mulyanto

Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor

Indonesia memiliki lahan rawa yang cukup luas dan sebagian besar lahan rawa tersebut merupakan gambut yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Tanah gambut terbentuk oleh lingkungan yang khas yaitu rawa atau suasana genangan yang terjadi hampir sepanjang tahun. Tanah gambut di Indonesia belum dikelola dengan baik karena pemahaman atas karakteristik ekosistem rawa belum diketahui secara utuh. Aktivitas penebangan dan pengangkutan kayu serta pembukaan lahan rawa gambut untuk pertanian dilakukan dengan membuat saluran drainase untuk mengatur muka air tanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik lahan gambut. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh penurunan muka air tanah terhadap karakteristik tanah gambut sehingga dapat diketahui sejauh mana perubahan yang terjadi. Pengamatan dilakukan pada lapisan gambut di atas dan di bawah muka air tanah dan analisis yang dilakukan pada penelitian ini antara lain: sifat morfologi yang meliputi tingkat kematangan/dekomposisi yang dilakukan dengan metode cara cepat dilapangan, metode McKinzie dan metode suntikan dan karakteristik kimia yang diamati meliputi: nilai pH gambut yang ditetapkan dengan pH meter; kadar C-organik dan N-total yang ditetapkan dengan CHNS analyzer; kandungan basa-basa dapat dipertukarkan dan kapasitas tukar kation yang ditetapkan dengan ekstraksi NH4Oac pH 7.

Secara umum telah kita ketahui bahwa penurunan muka air tanah menyebabkan terjadinya proses dekomposisi yang lebih lanjut pada lapisan di atas muka air tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penetapan tingkat kematangan gambut dengan ketiga metode yang digunakan belum dapat menjelaskan perbedaan tingkat dekomposisi yang terjadi pada lapisan gambut di atas dan di bawah muka air tanah, karena seakan-akan tidak terdapat perbedaan tingkat kematangan antara lapisan di atas dan di bawah muka air tanah. Oleh sebab itu diperlukan pendekatan lain yaitu nisbah C/N, dimana pada lapisan gambut di atas muka air tanah cenderung memiliki nisbah C/N yang lebih rendah daripada lapisan gambut di bawah muka air tanah. Hal ini mengindikasikan pada lapisan gambut di atas muka air tanah memiliki tingkat dekomposisi yang lebih lanjut daripada lapisan gambut di bawah muka air tanah, sehingga dapat dikatakan bahwa penurunan muka air tanah menyebabkan tingkat dekomposisi pada lapisan di atas muka air tanah lebih lanjut. Proses dekomposisi yang lebih lanjut pada lapisan gambut di atas muka air tanah juga menyebabkan perubahan berbagai karakteristik tanah gambut.

Kata Kunci: Gambut (Peat), Muka Air Tanah (Water Table), Nisbah C/N (C/N ratio), Kematangan Gambut (Peat Ripening)

PENDAHULUAN

Lahan gambut merupakan suatu ekosistem yang unik dan rapuh, karena lahan tersebut

berada pada suatu lingkungan rawa, yang terletak dibelakang (Backswamp) tanggul sungai (Levee).

Oleh karena dalam lingkungan rawa, maka lahan tersebut senantiasa tergenang dan tanah yang

terbentuk pada umumnya merupakan tanah yang belum mengalami perkembangan seperti tanah-

tanah alluvial (Entisols) dan tanah-tanah yang berkembang dari tumpukan bahan organik, yang

lebih dikenal sebagai tanah gambut atau tanah organik (Histosols).

Page 2: PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik

2

Indonesia memiliki lahan rawa yang cukup luas dan sebagian besar lahan rawa tersebut

merupakan gambut yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Tanah gambut

terbentuk oleh lingkungan yang khas yaitu rawa atau suasana genangan yang terjadi hampir

sepanjang tahun.

Tanah gambut di Indonesia belum dikelola dengan baik karena pemahaman atas

karakteristik ekosistem rawa belum diketahui secara utuh. Aktivitas penebangan dan pengangkutan

kayu serta pembukaan lahan rawa gambut untuk pertanian dilakukan dengan membuat saluran

drainase untuk mengatur muka air tanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan

perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik lahan gambut.

Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh

penurunan muka air tanah terhadap karakteristik tanah gambut sehingga dapat diketahui sejauh

mana perubahan yang terjadi.

BAHAN DAN METODE

Pengambilan contoh tanah dilakukan di 3 lokasi, yaitu: Desa Sungai Rambut, Desa Sungai

Aur dan Desa sungai Mendahara Ulu, Jambi (Gambar Lampiran 1), sedangkan analisis karakteristik

tanah gambut yang dilakukan di Laboratorium Jurusan tanah, Institut Pertanian Bogor.

Pengambilan contoh tanah gambut dipisahkan berdasarkan lapisan di atas dan di bawah

muka air tanah, sedangkan analisis karakteristik tanah gambut yang dilakukan meliputi: penetapan

tingkat kematangan dilakukan dengan 3 metode, antara lain:

1. Metode cepat dilapangan, yaitu berdasarkan kadar serat yang tahan dihancurkan atau serat

yang tertinggal didalam tangan (tingkat kematangan fibrik bila serat >2/3 volume, hemik bila

serat berkisar antara 1/3-2/3 volume dan saprik bila serat <1/3 volume).

2. Metode perbandingan jumlah serat dalam suntikan, yaitu dengan cara menentukan sejumlah

contoh tanah dalam volume suntikan tertentu sebagai V1, kemudian contoh tanah tersebut

disaring dengan saringan 100 mesh lalu ditetapkan kembali volumenya sebagai V2 (gambut

memiliki tingkat kematangan fibrik bila V2/V1>66%, hemik bila V2/V1 antara 33%-66% dan

saprik bila V2/V1<33%).

3. Metode Mckinzie, yaitu dengan cara menentukan warna gambut hasil dari penambahan

larutan Na-pirofosfat untuk mendapatkan nilai indeks pirofosfat yang merupakan hasil dari

selisih antara nilai value dan khroma, yang dihubungkan dengan hasil analisis kadar serat,

Page 3: PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik

3

serta kriteria yang dikemukakan oleh McKinzie (1974). Kriteria McKinzie dapat dilihat pada

Gambar 1.

Untuk analisis kimia, contoh tanah gambut dikering udarakan, dihaluskan dan disaring

menggunakan saringan 2 mm. Karakteristik kimia yang diamati meliputi: Penetapan pH H2O

dilakukan dengan pH meter; Penetapan C-organik dan N-total yang dilakukan dengan menggunakan

alat CHNS analyzer; Penetapan basa-basa yang dapat dipertukarkan dan kapasitas tukar kation

yang dilakukan dengan ekstraksi N NH4Oac pH 7.

Gambar 1. Kriteria Tes laboratorium untuk indeks pirofosfat dan persentase kadar serat (McKinzie, 1974). Tabel 1. Kondisi Lokasi Pengambilan Contoh Tanah dan Sebaran Kedalaman Gambut *)

Lokasi

Jenis Penggunaan

Lahan

Titik Pengamatan

Ketebalan gambut

(cm)

Muka air tanah (cm)

Lapisan

Kedalaman (cm)

Atas 0-47

SR 1 139 47 Bawah 47-139 Atas 0-45

SR 2 183 45 Bawah 45-183 Atas 0-50

Sungai Rambut

Hutan alami (belum pernah dibuka) SR 3 193 50 Bawah 50-193

Atas 0-39 SA 1 92 39 Bawah 39-92

Atas 0-75 SA 2 527 75 Bawah 75-527

Atas 0-90

Sungai Aur

Hutan terbakar pada tahun 1997 (bekas HTI PT. DHL) SA 3 825 90 Bawah 90-825

Atas 0-42 SM 1 76 42 Bawah 42-76

Atas 0-32 SM 2 132 32 Bawah 32-132

Atas 0-53

Sungai Mendahara Ulu

Lahan pertanian masyarakat, pembukaan dilakukan dengan pembakaran dan dilakukan pengolahan serta pemupukan SM 3 170 53 Bawah 53-170

*) Pola penampang lahan gambut secara lengkap dapat dilihat pada Gambar Lampiran 2.

Page 4: PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kematangan

Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tingkat kematangan gambut di Desa Sungai

Rambut dan Desa Sungai Mendahara Ulu memiliki tingkat kematangan hemik, sedangkan di Desa

Sungai Aur memiliki tingkat kematangan fibrik dan hemik. Data penetapan tingkat kematangan

secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Kematangan Tanah Gambut Hasil Penetapan Metode Cepat di Lapangan, Metode McKinzie dan Metode Suntikan

Lokasi

Titik Pengamatan

Lapisan

Metode penetapan

cepat dilapangan

Metode McKinzie

Metode Suntikan

Atas Hemik Hemik Hemik SR 1

Bawah Hemik Hemik Hemik Atas Hemik Hemik Hemik SR 2

Bawah Hemik Hemik Hemik Atas Hemik Hemik Hemik

S. Rambut

SR 3 Bawah Hemik Hemik Hemik

Atas Fibrik Hemik Fibrik SA 1 Bawah Hemik Hemik Hemik

Atas Fibrik Fibrik Fibrik SA 2 Bawah Hemik Hemik Hemik

Atas Fibrik Fibrik Fibrik

S. Aur

SA 3

Bawah

Hemik

Hemik

Fibrik

Atas Hemik Hemik Fibrik SM 1 Bawah Hemik Hemik Hemik

Atas Hemik Hemik Hemik SM 2 Bawah Hemik Hemik Hemik

Atas Hemik Hemik Hemik

S. M. Ulu

SM 3

Bawah Hemik Hemik Hemik

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa penetapan tingkat kematangan dengan ketiga

metode yang digunakan sebagian besar memiliki hasil yang sama. Namun, terdapat beberapa

perbedaan hasil penetapan tingkat kematangan antara metode warna, metode suntikan dan metode

cepat dilapangan. Hal ini dapat dilihat pada titik pengamatan SA1 lapisan atas, SA3 lapisan bawah

dan SM1 lapisan atas. Perbedaan ini disebabkan karena bahan serat pada gambut tersebar secara

acak sehingga mengakibatkan penetapan tingkat kematangan mendapatkan hasil yang berbeda.

Selain itu, perbedaan juga dapat disebabkan karena kesalahan yang terjadi pada saat dilakukan

penetapan volume contoh tanah gambut dalam suntikan karena gaya penekanan yang dilakukan

berbeda-beda, dan kesalahan ini dapat terjadi juga pada metode McKinzie ketika dilakukan

penetapan volume contoh tanah gambut yang dilakukan dengan gelas ukur, sehingga dapat

Page 5: PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik

5

mengakibatkan kesalahan penetapan volume contoh tanah gambut yang mempengaruhi

perbandingan jumlah serat yang diamati.

Secara umum, lapisan gambut di atas muka air tanah memiliki tingkat dekomposisi yang

lebih lanjut daripada lapisan gambut di bawah muka air tanah. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa

hasil penetapan tingkat kematangan dengan ketiga metode yang digunakan belum dapat

menjelaskan adanya perbedaan tingkat dekomposisi pada lapisan di atas dan di bawah muka air

tanah. Hal ini dapat terlihat dari tidak adanya perbedaan tingkat kematangan antara lapisan di atas

dan di bawah muka air tanah. Meskipun tingkat kematangan gambut di atas dan di bawah muka air

tanah relatif sama, tetapi sebetulnya mempunyai perbedaan yang cukup jelas apabila dilihat dari

nisbah C/N. Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat dilihat bahwa lapisan di atas muka air tanah

memiliki nisbah C/N yang lebih rendah daripada lapisan gambut di bawah muka air tanah. Data

pengamatan nisbah C/N secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data pengamatan C, N dan C/N ratio

CHNS analyzer Lokasi

Titik pengamatan

Lapisan

C (%)

N (%)

C/N ratio

S. Rambut SR1 Atas 51.3000 1.5626 32.8299 Bawah 51.3150 1.2425 41.2998 SR2 Atas 50.8150 1.3530 37.5573 Bawah 51.6750 1.2310 41.9781 SR3 Atas 50.9300 1.3940 36.5352 Bawah 51.5300 1.5585 33.0638 S.Aur SA1 Atas 45.3700 1.4475 31.3437 Bawah 45.7000 1.3190 34.6475 SA2 Atas 48.4450 1.7975 26.9513 Bawah 50.0650 1.0700 46.7897 SA3 Atas 49.8550 1.7385 28.6770 Bawah 53.2550 1.3805 38.5766 S.M. Ulu SM1 Atas 45.8800 1.3155 34.8765 Bawah 47.6950 1.1400 41.8377 SM2 Atas 46.6400 1.5275 30.5336 Bawah 47.4600 1.0990 43.1847 SM3 Atas 45.1900 1.6545 27.3134 Bawah 48.7050 1.2500 38.9640

Menurut Noor (2001), nisbah C/N yang tinggi (C/N >20) mengindikasikan tingkat

dekomposisi yang belum lanjut, semakin tinggi nisbah C/N maka semakin rendah tingkat

dekomposisi yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa lapisan gambut di atas

muka air tanah memiliki tingkat dekomposisi yang lebih besar daripada lapisan gambut di bawah

muka air tanah.

Page 6: PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik

6

Pada tanah gambut di Desa Sungai Aur ditemukan fenomena menarik dimana hasil

penetapan tingkat kematangan dengan menggunakan ketiga metode yang digunakan, lapisan

gambut diatas muka air tanah pada lokasi ini memiliki tingkat kematangan fibrik sedangkan lapisan

dibawah muka air tanah memiliki tingkat kematangan hemik. Hal tersebut disebabkan karena akibat

kebakaran pada lokasi ini yang menyebabkan terjadinya pemanasan pada tanah gambut. Pemanasan

tersebut menyebabkan tanah gambut kehilangan kelembaban dan timbul sifat penolakan terhadap

air serta sifat kering tidak dapat balik. Akibatnya tanah gambut membentuk apa yang disebut

dengan pasir palsu (Pseudo sands). Pasir palsu ini memiliki kemampuan memegang air yang sangat

rendah. Hal ini yang menyebabkan contoh tanah gambut tersebut tidak terlarut dengan air ketika

dilakukan penyaringan dengan menggunakan air yang mengalir pada penetapan tingkat

kematangan, akibatnya tanah tersebut terlihat seperti memiliki kadar serat yang tinggi. Hal ini yang

menyebabkan tanah gambut di Desa Sungai Aur memiliki tingkat kematangan fibrik pada lapisan di

atas muka air tanah. Selain itu, kebakaran tanah gambut juga dapat menyebabkan hancurnya bahan

organik sehingga tersedia hara yang cukup besar, namun dapat terjadi juga kehilangan hara akibat

volatilisasi (Djajakirana, 2002).

Berdasarkan hasil analisis nisbah C/N pada tanah gambut di Desa Sungai Aur didapatkan

nilai yang lebih rendah pada lapisan gambut di atas muka air tanah. Hal ini menjelaskan bahwa,

pada lapisan di atas muka air tanah tidak terjadi penimbunan bahan baru. Penurunan kandungan

C-organik pada lapisan diatas muka air tanah terjadi karena kebakaran yang mengakibatkan

teroksidasinya sebagian C-organik. Hal ini mengakibatkan turunnya kandungan C-organik yang

diikuti pula dengan penurunan nisbah C/N pada lapisan ini.

Kelemahan dari ketiga metode penetapan tingkat kematangan disebabkan karena

pengklasifikasian tingkat kematangan didasarkan pada perbandingan jumlah serat atau bahan yang

lebih kasar. Hal ini dinilai kurang relevan karena perbandingan jumlah serat dapat berubah akibat

proses tertentu, salah satu contohnya adalah peristiwa kebakaran. Kelemahan ini yang menyebabkan

ketiga metode diatas kurang dapat menjelaskan perbedaan tingkat dekomposisi yang terjadi.

Karakteristik Kimia Gambut

Tanah gambut pada lokasi pengambilan contoh, termasuk kedalam gambut pedalaman

dimana pembentukan dan perkembangannya didominasi oleh pengaruh air tawar dan juga

merupakan areal yang tergenang oleh air hujan dan luapan air sungai. Dari hasil analisis

karakteristik kimia dapat diketahui bahwa tanah gambut pada lokasi penelitian memiliki reaksi

Page 7: PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik

7

tanah yang masam, KTK yang tinggi dan rendahnya kejenuhan basa. Hasil analisis karakteristik

kimia tanah gambut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai pH, Kandungan Basa-basa dapat dipertukarkan, Total Basa-basa, KTK dan KB Basa-basa yang dapat dipertukarkan (me/100 gr)

Titik pengamatan

Lapisan

pH H2O

Ca Mg K Na Jumlah

basa-basa KTK

(me/100 gr)

KB (%)

SR1 Atas 3.43 4.22 3.10 2.21 2.09 11.62 110.00 10.56 Bawah 3.78 3.08 1.73 0.98 2.09 7.88 101.20 7.79

SR2 Atas 3.70 2.46 3.03 0.72 2.00 8.21 113.60 7.23 Bawah 3.50 2.14 2.57 0.62 2.44 7.77 107.60 7.22

SR3 Atas 3.54 2.94 2.87 1.39 2.79 9.99 130.60 7.65 Bawah 3.56 3.65 2.59 1.03 2.18 9.45 108.60 8.70

SA1 Atas 3.59 4.03 2.00 0.46 2.09 8.58 110.20 7.79 Bawah 3.37 3.27 1.71 0.56 2.18 7.72 94.00 8.21

SA2 Atas 3.54 2.89 1.73 0.46 1.83 6.91 102.60 6.73 Bawah 3.29 1.16 1.40 0.57 1.92 5.05 89.00 5.67

SA3 Atas 3.84 4.00 2.39 0.87 1.83 9.09 118.80 7.65 Bawah 3.68 4.17 2.09 0.56 1.83 8.65 87.80 9.85

SM1 Atas 3.68 7.15 4.70 0.72 1.83 14.40 155.40 9.27 Bawah 3.61 5.10 3.81 0.57 2.09 11.57 100.40 11.52

SM2 Atas 3.85 4.81 3.78 0.67 2.70 11.96 110.00 10.87 Bawah 3.65 4.61 3.51 1.08 1.92 11.12 100.00 11.12

SM3 Atas 3.67 6.86 4.54 1.23 2.27 14.90 105.40 14.14 Bawah 3.78 5.33 5.08 0.77 2.44 13.62 121.60 11.20

Hasil pengamatan terhadap karakteristik kimia tanah gambut menunjukkan bahwa

penurunan muka air tanah yang terjadi menyebabkan terjadinya peningkatan karakteristik kimia

pada lapisan diatas muka air, antara lain: peningkatan kadar N, jumlah total basa-basa dapat

dipertukarkan dan kapasitas tukar kation, sedangkan kadar C-organik cenderung menurun akibat

terjadinya proses oksidasi bahan organik yang lebih besar pada lapisan di atas muka air tanah.

Kemasaman tanah gambut sangat dipengaruhi oleh keberadaan asam-asam organik. Ion H+

dalam tanah gambut berada dalam bentuk gugus fungsional asam-asam organik terutama dalam

bentuk gugus karboksilat (-COOH) dan gugus hidroksil dari fenolat (-OH). Gugus tersebut

merupakan asam lemah yang dapat terdissosiasi menghasilkan ion H+, dan mampu mempertahankan

reaksi tanah terhadap perubahan kemasaman tanah (Riwandi, 2001).

Nilai pH pada lapisan gambut di atas dan di bawah muka air tanah tidak begitu berbeda dan

tidak menunjukkan adanya pola penurunan atau peningkatan pH pada lapisan tersebut. Hal ini

terjadi karena kemampuan gambut yang dapat mempertahankan reaksi tanah terhadap perubahan

kemasaman tanah. Penambahan basa-basa hasil dekomposisi bahan organik dan pemupukan akan

menyebabkan terjadinya peningkatan pH, hal ini akan menyebabkan terdissosiasinya gugus

karboksilat dan fenolat yang akan menghasilkan ion H+ dan akan mengakibatkan nilai pH

Page 8: PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik

8

mendekati pH awal. Hal ini yang mengakibatkan pada lapisan di atas dan di bawah muka air tanah

tidak memiliki perbedaan yang terlalu besar. Lapisan gambut di atas muka air tanah cenderung memiliki kandungan C-organik yang

lebih rendah daripada lapisan gambut yang berada di bawah muka air tanah. Hal ini disebabkan

karena terjadi oksidasi bahan organik yang lebih besar pada lapisan diatas muka air tanah. Keadaan

yang oksidatif mengindikasikan ketersediaan O2 yang lebih besar yang dapat mengakibatkan

terjadinya tingkat dekomposisi yang lebih lanjut sehingga laju mineralisasi C-organik lebih cepat,

dimana bahan gambut menghasilkan CO2.

Kandungan N-total pada contoh tanah gambut di lokasi pengambilan contoh berada pada

kisaran sedang. Rata-rata kandungan N-total cenderung lebih tinggi pada lapisan di atas muka air

tanah dimana terjadi tingkat dekomposisi yang lebih besar dan aktivitas perakaran serta

mikroorganisme yang cukup intensif pada lapisan ini. Kadarnya cenderung lebih rendah pada

lapisan di bawah muka air tanah. Menurut Andriesse (1988), dengan meningkatnya umur dan

pembukaan gambut, kandungan N akan meningkat dan berkorelasi dengan tingkat dekomposisi.

Tingginya muka air berpengaruh terhadap jumlah N yang dilepaskan, karena mempengaruhi zone

perakaran, aerasi dan temperatur. Semakin tinggi muka air, jumlah N yang tersedia bagi tanaman

semakin rendah.

Nilai KTK tanah gambut pada lapisan di atas muka air tanah cenderung lebih tinggi

daripada lapisan gambut di bawah muka air tanah. Hal ini terjadi karena lapisan di atas muka air

tanah memiliki tingkat dekomposisi yang lebih lanjut. Terdekomposisinya bahan organik akan

menyebabkan semakin banyaknya tapak-tapak jerapan yang terbentuk dan mengakibatkan

peningkatan KTK (Gandini, 1998).

Kejenuhan basa pada ketiga lokasi pengambilan contoh tanah memiliki nilai yang tergolong

rendah. Tidak terdapat pola peningkatan atau penurunan kejenuhan basa pada lapisan gambut di

atas dan di bawah muka air tanah. Namun, jumlah total basa-basa pada lapisan di atas muka air

tanah cenderung lebih besar daripada lapisan di bawah muka air tanah, walaupun pada beberapa

titik pengamatan antara lapisan di atas dan di bawah muka air tanah kandungan basa-basa tersebut

juga dapat bervariasi. Tingkat perombakan yang cenderung lebih besar pada lapisan di atas muka air

tanah menyebabkan terjadi pengembalian unsur yang lebih cepat pada lapisan ini sehingga jumlah

basa-basa pada lapisan ini cenderung lebih besar. Variasi kandungan basa-basa antara lapisan di

atas dan di bawah muka air tanah yang terjadi pada beberapa titik pengamatan disebabkan karena

sejumlah unsur dapat tercuci bersama air yang mengalir keluar (Mulyanto dan Nurhayati, 2002).

Page 9: PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik

9

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penurunan muka air tanah menyebabkan lapisan gambut di atas muka air tanah mengalami

proses dekomposisi yang lebih lanjut daripada lapisan gambut di bawah muka air tanah.

2. Penurunan muka air tanah mengakibatkan proses dekomposisi berlangsung lebih cepat pada

lapisan di atas muka air tanah, sehingga mempengaruhi karakteristik kimia. Perubahan

karakteristik kimia yang terjadi, antara lain: peningkatan kadar N-total, jumlah total basa-basa

dan kapasitas tukar kation pada lapisan di atas muka air tanah, sedangkan kadar C-organik

cenderung lebih rendah akibat mineralisasi yang berlangsung lebih cepat pada lapisan di atas

muka air tanah.

Saran

Diperlukan adanya pendekatan baru penetapan tingkat kematangan yang dapat menjelaskan

perbedaan tingkat dekomposisi dan perubahan perbandingan jumlah serat yang terjadi.

Ucapan terima kasih diberikan kepada Wetlands International Indonesian Programme

(WI-IP) dan Canadian International Development Agency (CIDA) atas bantuan dan kerjasama

yang telah diberikan sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA Andriesse, J. P. 1988. Nature and Management of Tropical Peat Soils. FAO Soils Bull. 59. Rome. Djajakirana, G. 2002. Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Kualitas Tanah Mineral dan Gambut. Jurusan

tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Gandini, T. 1998. Perubahan Sifat dan Klasifikasi Tanah Gambut Setelah 23 Tahun Penggunaan Lahan Untuk

Pertanian Di Delta Berbak, Jambi. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Lynn, W. C., W. E. McKinzie and R. B. Grossman. 1974. Field Laboratory Test for Characterization of

Histosol. Soil Science Society of America Journal. 6: 11-20. Mulyanto, B. and Nurhayati. 2002. Perubahan Karakteristik Lahan Gambut Setelah Lebih 15 Tahun

Pembukaan Lahan di Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. VIII: 76-81. Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut Potensi dan Kendala. Kanisius. Yogyakarta. 174 hlmn. Riwandi. 2001. Kajian Stabilitas Gambut Tropika Indonesia Berdasarkan Analisis Kehilangan Karbon

Organik, Sifat Fisiko Kimia dan Komposisi Bahan Gambut. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Widjaja Adhi, I. P. G. 1988. Physical and Chemical Characteristics of Peat Soils of Indonesia. Paper

Presented at Third Meeting of The Cooperative Research on Problem Soils. On August 22-26. 1988, at CRIFC. Bogor.

Page 10: PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik

10

Gambar Lampiran 1. Peta Lokasi Pengambilan Contoh Tanah Gambut

Page 11: PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik

11

Gambar Lampiran 2. Pola Penampang Lahan Gambut Pada Lokasi Pengambilan Contoh Tanah Gambar 2.1. Pola Penampang Lahan Gambut di Desa Sungai Rambut (Kawasan Taman Nasional Berbak) Gambar 2.2. Pola Penampang Lahan Gambut di Desa Sungai Aur (Lahan Bekas HTI PT. DHL) Gambar 2.3. Pola Penampang Lahan Gambut di Desa Sungai Mendahara Ulu (Kawasan pertanian masyarakat,

Parit Sinar Wajok)

Page 12: PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH · PDF filetanah, hal ini menyebabkan terjadi penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem rawa, sehingga mengakibatkan perubahan karakteristik

12

Tabel Lampiran 1. Data Tingkat Kematangan Gambut Dengan Metode McKinzie Lokasi

Warna

Kadar Serat

Tingkat Kematangan

Lokasi

Warna

Kadar Serat

Tingkat Kematangan

SR1A1 10 YR 3/4 4/10 Hemik SA2B1 10 YR 3/4 3/10 Hemik

SR1A2 10 YR 3/2 4/10 Hemik SA2B2 10 YR 3/4 6/10 Hemik

SR1B1 10 YR 3/4 4/10 Hemik SA3A1 10 YR 4/4 9/10 Fibrik

SR1B2 10 YR 3/4 4/10 Hemik SA3A2 10 YR 5/6 9/10 Fibrik

SR2A1 10 YR 3/4 4/10 Hemik SA3B1 10 YR 5/8 6/10 Hemik

SR2A2 10 YR 3/4 5/10 Hemik SA3B2 10 YR 5/8 7/10 Hemik

SR2B1 10 YR 4/6 5/10 Hemik SM1A1 10 YR 3/2 4/10 Hemik

SR2B2 10 YR 4/6 6/10 Hemik SM1A2 10 YR 3/4 4/10 Hemik

SR3A1 10 YR 4/4 5/10 Hemik SM1B1 10 YR 4/4 5/10 Hemik

SR3A2 10 YR 3/2 4/10 Hemik SM1B2 10 YR 3/4 5/10 Hemik

SR3B1 10 YR 5/4 4/10 Hemik SM2A1 10 YR 3/2 5/10 Hemik

SR3B2 10 YR 3/2 6/10 Hemik SM2A2 10 YR 4/4 4/10 Hemik

SA1A1 10 YR 4/6 3/10 Hemik SM2B1 10 YR 3/4 5/10 Hemik

SA1A2 10 YR 3/2 6/10 Hemik SM2B2 10 YR 5/6 3/10 Hemik

SA1B1 10 YR 3/3 3/10 Hemik SM3A1 10 YR 3/4 4/10 Hemik

SA1B2 10 YR 3/4 3/10 Hemik SM3A2 10 YR 4/4 4/10 Hemik

SA2A1 10 YR 5/6 9/10 Fibrik SM3B1 10 YR 4/6 6/10 Hemik

SA2A2 10 YR 4/6 9/10 Fibrik SM3B2 10 YR 4/6 3/10 Hemik Tabel Lampiran 2. Data Tingkat Kematangan Gambut Dengan Metode Suntikan

Lokasi

V1

V2

%

Tingkat Kematangan

Lokasi

V1

V2

%

Tingkat Kematangan

SR1A1 15 5 33.33 Hemik SA2B1 15 8 53.33 Hemik

SR1A2 13 5 38.46 Hemik SA2B2 15 7 46.67 Hemik

SR1B1 13 9 69.23 Fibrik SA3A1 12 10 83.33 Fibrik

SR1B2 10 5 50.00 Hemik SA3A2 13 9 69.23 Fibrik

SR2A1 16 9 56.25 Hemik SA3B1 14 10 71.43 Fibrik

SR2A2 13 5 38.46 Hemik SA3B2 13 9 69.23 Fibrik

SR2B1 13 7 53.85 Hemik SM1A1 12 9 75.00 Fibrik

SR2B2 20 10 50.00 Hemik SM1A2 13 10 76.92 Fibrik

SR3A1 18 7 38.89 Hemik SM1B1 17 10 58.82 Hemik

SR3A2 18 9 50.00 Hemik SM1B2 17 8 47.06 Hemik

SR3B1 15 8 53.33 Hemik SM2A1 17 7 41.18 Hemik

SR3B2 17 10 58.82 Hemik SM2A2 13 7 53.85 Hemik

SA1A1 14 11 78.57 Fibrik SM2B1 15 8 53.33 Hemik

SA1A2 10 7 70.00 Fibrik SM2B2 15 9 60.00 Hemik

SA1B1 14 8 57.14 Hemik SM3A1 17 9 52.94 Hemik

SA1B2 17 10 58.82 Hemik SM3A2 14 10 71.43 Fibrik

SA2A1 10 7 70.00 Fibrik SM3B1 13 7 53.85 Hemik

SA2A2 12 9 75.00 Fibrik SM3B2 16 8 50.00 Hemik