PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA HERBARIUM TERHADAP …
of 187
/187
Embed Size (px)
Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA HERBARIUM TERHADAP …
TUMBUHAN SISWA KELAS IV SD INPRES BONTONOMPO
KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA
Gelar Sarjana Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2020
i
ii
iii
Nama : CINDYA NUR
Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Konsep
Bagian-bagian Tumbuhan Siswa Kelas IV SD Inpres
Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan didepan Tim
Penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 28 September 2020
Nama : CINDYA NUR
Fakultas : Keguruandan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan olehpemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakkan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuaidengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 28 September 2020
Karena menyerah sama saja menunda keberhasilan
“Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya” (Surah Al-Baqarah ayat 286)”
Karena itu kupersembahkan karya sederhana ini sebagai
ungkapan rasa cinta dan banggaku sebagai seorang anak atas
segala pengorbanan dan kasih sayang Ibundaku dan Ayahandaku.
vi
ABSTRAK
Jurusan Pendidikan Guru sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar, dibimbing oleh Khaeruddin dan
Syarifuddin Kune.
Berdasarkan hasil prapenelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa hasil
belajar siswa di SD Inpres Bontonompo masih minim, disebabkan oleh faktor-
faktor yang mempengaruhi salah satu diantaranya karena masih terbatasnya media
pembelajaran yang digunakan sehingga berpengaruh pada daya serap siswa dalam
pembelajaran. Maka peneliti ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Alam menggunakan media herbarium terhadap hasil
belajar siswa kelas IV di SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa. Metode penelitian yang digunakan ialah kuantitatif eksperimen
dan jenis penelitian ini ialah Quasy Experimental Design. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan ialah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel jika
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini
ialah kelas IV A sebanyak 22 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas IV B
sebanyak 19 siswa sebagai kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif dan analisis statistik inferensial. Uji hipotesis pada penelitian ini
menggunakan uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh thitung
sebesar 2,171 sedangkan ttabel 2,023 yang berarti thitung > ttabel dan nilai sig (2-tailed)
diperoleh 0,036 sehingga 0,036<0,05 kesimpulnnya H0 ditolak dan H1diterima.
Demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media
herbarium terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian
tumbuhan siswa kelas IV SD Inpres bontonompo Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa.
vii
memberikan kasih sayang dan karunia-Nya , sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan para
pengikutnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dalam rangka
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Dalam menyusun skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan nasehat,
saran, motivasi dan bimbingan, serta informasi-informasi dari berbagai pihak yang
merupakan pengalaman yang tidak bisa terukur baik secara materi dan moril.
Melalui tulisan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga, teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Nurdin dan
Ibunda Aminah atas pengorbanan, kasih sayang yang diberikan sejak lahir,
dorongan dan semangat yang tiada henti-hentinya serta do’a yang selalu
dipanjatkan dengan penuh rasa kasih sayang.
Tidak dapat dipungkiri semua pengalaman dan pengetahuan yang
didapatkan secara nyata adalah jendela kehidupan bagi penulis. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini, rasa hormat dan terimakasih
penulis ucapkan kepada:
viii
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Erwin Akib, S. Pd., M. Pd., Ph. D, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Khaeruddin, S. Pd., M. Pd, selaku pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Syarifuddin Kune, M. Si, selaku pembimbing II yang telah
memberikan nasehat, pengarahan dan bimbingan, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada
peneliti.
6. Bapak Anwarsyah. Ar. S. Pd, selaku Kepala Sekolah SD Inpres Bontonompo,
Ibu Irmawati, S. Pd, selaku pendidik mata pelajaran IPA kelas IV A dan Ibu
Hasnah, S. Pd selaku pendidik mata pelajaran IPA kelas IV B yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabatku Syahrul Amatullah, Murniati, Zatriani, Nur Rahmi Akil
Saleh terimakasih selalu ada berbagi suka, duka, tawa, canda, nasehat
motivasi, sehingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Teman-teman PGSD angkatan 2016, khususnya keluarga besar PGSD A
Universitas Muhammadiyah Makassar, terimakasih telah berbagi suka duka
berjuang, memotivasi, sehingga terselesaikannya skripsi ini. Kalian adalah
orang-orang istimewa yang pernah peneliti temui.
9. Semua pihak yang telah ikut andil dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak
ix
Peneliti menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat
kekurangan, kekeliruan disebabkan karna masih terbatasnya ilmu dan teori
penelitiaan yang peneliti kuasai. Oleh karena itu, kepada para pembaca dapat
memberikan masukan dan saran yang membangun sehingga penelitian ini akan
lebih baik lagi. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan nikmat dan karunia-Nya
bagi kita semua, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya, Aamiin.
Makassar, Juli 2020
A. Kajian Pustaka ........................................................................ 9
1. Media Pembelajaran ............................................................ 9
6. Profil Sekolah .................................................................... 32
B. Kerangka Pikir ........................................................................ 34
C. Hipotesis Penelitian ................................................................. 36
A. Rancangan Penelitian .............................................................. 38
E. Instrumen Penelitian ............................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 49
A. Hasil Penelitian......................................................................... 49
A. Simpulan ................................................................................... 71
B. Saran ......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 73
DAFTAR TABEL
1.1 Data Ulangan Harian IPA Kelas IV SD Inpres Bontonompo Tahun
Pelajaran 2019/2010 .............................................................................. 5
2. 1 Identitas Sekolah SD Inpres Bontonompo ............................................ 33
2. 2 Jumlah Siswa SD Inpres Bontonompo Tahun Ajaran 2019-2020 .......... 34
2. 3 Data Sarana dan Prasarana SD Inpres Bontonompo ............................... 34
3. 1 Desain Penelitian ................................................................................... 38
3. 2 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kognitif ................................................... 43
3. 3 Interpretasi Taraf Kesukaran .................................................................. 44
3. 4 Interpretasi Uji Reliabilitas ..................................................................... 45
3. 5 Kategori Hasil Belajar ........................................................................... 46
3. 6 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar .......................................................... 46
4. 1 Nilai Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ................................................................................................... 49
4. 2 Nilai Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol……………………………………………………………………. 51
4. 3 Hasil Pretest dan Posttest kelas eksperimen…………………………...... 52
4. 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Pretest dan
Posttest Kelas Eksperimen……………………………............................. 54
Eksperimen……………………………………………………………... 56
4. 6 Hasil Pretest dan Posttest kelas Kontrol……………………………….. 57
4. 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Pretest dan
xiii
Posttest Kelas Kontrol…………………………………………………… 59
4. 8 Distrbusi Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Klasikal Kelas Kontrol … 60
4. 9 Ringkasan Uji Normalitas ...................................................................... 62
4. 10 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ................................................................................ 63
4. 11 Hasil Uji Independent Sample t Test Pretest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ....................................................................................... 64
4. 12 Hasil Uji Independent Sample t Test Posttest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ....................................................................................... 65
2. 6 Kerangka Pikir ...................................................................................... 36
xv
Eksperimen dan Kelas Kontrol…………………………………………..... 50
4. 2 Perbandingan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol……………………………………………. 51
4. 3 Distribusi perbandingan statistik hasil belajar pretest dan posttest kelas
eksperimen………………………………………………………………… 53
4. 4 Distribusi perbandingan kategori hasil belajar pretest dan posttest pada
kelas eksperimen…………………………………………………………… 55
4. 5 Perbandingan tingkat ketuntasan hasil belajar pretest dan posttest kelas
eksperimen…………………………………………………………………. 57
4. 6 Distribusi perbandingan statistik hasil belajar pretest dan posttest kelas
kontrol……………………………………………………………………… 58
4. 7 Distribusi perbandingan kategori hasil belajar pretest dan posttest pada
kelas kontrol……………………………………………………………… 59
4. 8 Perbandingan tingkat ketuntasan hasil belajar pretest dan posttest kelas
kontrol……………………………………………………………………... 61
Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa
Lampiran 3. Media Pembelajaran
Lampiran 7.Daftar Hasil Belajar Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Lampiran 11. Daftar Riwayat Hidup
1
pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukannya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Neolaka dan Grace Amialia,
2017: 12).
ketika suatu oragnisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman”(Dahar, 2011:2). Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah
Ar-Ra’ad ayat 11 yang terjemahannya “Sesungguhnya Allah tidak merubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri (QS. Ar-Ra’ad: 11). Berdasarkan ayat tersebut dijelaskan
bahwa Allah menganjurkan kepada manusia untuk melakukan suatu
perubahan yang dimulai dari diri manusia itu sendiri, perubahan yang
dimaksud adalah perubahan kepada yang lebih baik dengan melalui proses
belajar agar memperoleh ilmu yang bermanfaat. Dalam mencapai perubahan
yang lebih baik tersebut erat kaitannya dengan peran seorang guru dalam
proses belajar.
Seperti yang dikemukakan oleh Rimang (2011: 2) bahwa guru merupakan
manusia yang paling bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik,
mengubah segala bentuk perilaku dan pola pikir manusia, membebaskan
manusia dari terbelenggu kebodohan. Sedangkan menurut Mudlofir (2014:
119-120) bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.
Pendidik memilki tugas yang sangat penting dalam menciptakan suasana
belajar yang menekankan pada keefektifan siswa. Dalam kurikulum 2013
proses belajar terletak pada (student centre). Artinya, siswa yang aktif dalam
proses pembelajaran. Mereka harus mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya dengan mengungkapkan hasil pengalaman mereka agar tercipta
pemikiran baru di dalam pembelajaran.
Chippetta dalam Prasetyo (2013) mengutarakan bahwa hakikat IPA
adalah sebagai a way of thinking (cara berpikir), a way of investigating (cara
penyelidikan) dan a vody of knowledge (sekumpulan pengetahuan). Sebagai
cara berpikir, IPA merupakan aktivitas mental (berpikir) orang-orang yang
bergelut dalam bidang yang dikaji. Para ilmuwan berusaha mengungkap,
menjelaskan serta menggambarkan fenomena alam. Ide-ide dan penjelasan
suatu gejala alam tersebut disusun di dalam pikiran. Kegiatan mental tersebut
didorong oleh rasa ingin tahu (curriousty) untuk memahami fenomena alam.
3
pendekatan dalam menyusun pengetahuan.
hasil temuan yang dilakukan para ilmuwan (Wedyawati dan Yasinta Lisa,
2019: 1). Dengan pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari alam sekitar dan diri sendiri. Agar hal itu
dapat terwujud, guru harus memilki kreativitas dalam menentukan media
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi ajar.
Media secara etimologis berasal dari kata latin, yaitu medium, yang
artinya antara, dalam arti umum dipakai untuk melanjutkan alat komunikasi.
Secara istilah, kata media menunjukkan segala sesuatu yang membawa atau
menyalurkan informasi antara sumber dan penerima, seperti film, televisi,
radio, alat visual yang diproyeksikan, barang cetakan, dan lain-lain sejenis itu
adalah media komunikasi untuk menyampaikan suatu pesan atau gagasan
(Susanto 2016: 313).
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa media pembelajaran adalah
alat yang sangat membantu guru dalam menyalurkan materi pelajaran kepada
siswa karena dapat mengkonkritkan yang bersifat abstrak. Dalam
pembelajaran tujuan penggunaan media antara lain adalah untuk
meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran, memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, memberikan arahan tentang tujuan yang akan
dicapai, menyediakan evaluasi mandiri, memberi rangsangan kepada guru
untuk kreatif, menyampaikan materi pembelajaran, dan membantu pebelajar
yang memiliki kekhususan tertentu (Sapriati, dkk. 2014: 5.2).
4
tujuan proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan strategi dalam proses
pembelajaran diantaranya dengan memanfaatkan media pembelajaran sebagai
alat bantu dalam menyampaikannya.
pembelajaran dalam proses belajar dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa yaitu penelitian menunjukkan bahwa proses pendidikan akan lebih
berhasil bila anak turut aktif dalam proses pendidikan tersebut. Dengan
perkataan lain, yang menjadi pusat kegiatan dalam kegaiatan pendidikan
bukanlah guru melainkan anak. Hal ini mengandung pengertian perlunya
berbagai fasilitas belajar, termasuk media pendidikan (Muliati Samad dan
Mariyati Z, 2017: 9).
bahwa herbarium adalah contoh tumbuhan yang telah diawetkan baik secara
kering maupun basah. Material herbarium yang bernilai ilmiah selalu disertai
identitas pengumpul (nama pengumpul dan nomor koleksi). Koleksi
herbarium dapat berupa kering dan basah. Dalam penelitian ini menggunakan
herbarium kering.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Sekolah SD Inpres
Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dalam proses
kegiatan belajar mata pelajaran IPA dapat dilihat bahwa kurangnya
ketertarikan siswa terhadap penjelasan yang diberikan guru pada saat proses
belajar berlangsung yang berakibat pada rendahnya hasil belajar IPA, hal
tersebut terbukti dari nilai ulangan harian IPA kelas IV SD Inpres
5
ini:
Tabel 1. 1 Data ulangan harian IPA kelas IV SD Inpres Bontonompo
Tahun Pelajaran 2019/2020
Sumber: Dokumentasi Pendidik kelas IV SD Inpres Bontonompo
Berdasarkan tabel data di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa
masih rendah, hal ini dapat terlihat karena masih banyak nilai siswa yang
belum memenuhi KKM yang ditetapkan yaitu ≥ 70. Siswa kelas IV berjumlah
41 siswa yang terdiri dari kelas IV A sebanyak 22 siswa sedangkan kelas IV B
19 siswa, yang mencapai nilai KKM berjumlah 26 siswa dengan persentase
63,41 %, sedangkan yang belum mencapai nilai KKM berjumlah 15 siswa
dengan persentase 36,58%. Hal ini disebabkan karena dalam proses
pembelajaran guru hanya menggunakan buku cetak sebagai media
pembelajaran. Dalam buku cetak tersebut terdapat gambar dengan ukuran
kecil sehingga siswa melihat media tersebut sebagai suatu hal yang biasa
akibatnya siswa tidak fokus pada pembelajaran.
Salah satu solusi yang dilakukan adalah dengan menggunakan media
pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud dan sesuai dengan konsep
pembelajaran yaitu media pembelajaran herbarium. Media herbarium adalah
media pembelajaran pengawetan tumbuhan yaitu herbarium kering.
Herbarium tersebut ditempelkan ke kertas kemudian disatukan sehingga
6
memahami materi pelajaran karena media ini masih tergolong konkrit. Media
pembelajaran ini akan mengarahkan siswa dalam kondisi belajar yang
bermakna.
herbarium berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, salah satu penelitian yang
dilakukan oleh Gusti Ayu Pt Nova Widiyantini, I Gede Meter, I Wy. Rinda
Suardika (2013-2014). “Penerapan Pembelajaran Inkuiri Dengan Bantuan
Herbarium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 32
Pemecutan Kecamatan Denpasar Barat. Pada penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran inkuiri dengan bantuan herbarium mampu
memecahkan masalah rendahnya hasil belajar IPA sehingga secara umum
tujuan penelitian ini telah tercapai.
Dengan demikian, adanya media herbarium diharapkan peserta didik
dapat membangun pengetahuan dan mudah memahami materi pembelajaran
sehingga dalam proses belajar mengajar tercipta suasana baru dan siswa dapat
mengubah pemikiran tentang pelajaran IPA yang membosankan menjadi
sesuatu pelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melaksanakan penelitian
untuk melihat pengaruh penggunaan media herbarium terhadap hasil belajar
IPA, yang dituangkan dalam judul: “Pengaruh Penggunaan Media
Herbaarium Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengtahuan Alam Konsep
Bagian-bagian Tumbuhan Siswa Kelas IV SD Inpres Bontonompo
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
diteliti adalah apakah terdapat Pengaruh Penggunaan Media Herbarium
Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Konsep Bagian-bagian
Tumbuhan Siswa Kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa?
untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Media Herbarium Terhadap Hasil
Belajar IPA Konsep Bagian-agian Tumbuhan Siswa Kelas IV SD Inpres
Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
yang disampaikan oleh guru mengenai pembelajaran IPA melalui media
pembelajaran sehingga peserta didik dapat dengan mudah memahami
konsep tersebut.
kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai.
3. Bagi Sekolah
media pembelajaran mata pelajaran IPA di SD Inpres Bontonompo
Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa sehingga sekolah lebih
berinovasi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
9
A. Kajian Pustaka
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Kurniawan (2014: 177) media pembelajaran yaitu
penyaluran pesan-pesan pembelajaran sehingga pesan atau materi
pembelajaran tersebut mampu merangsang pikiran, perhatian, perasaan
dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar pada siswa secara lebih
efektif.
Menurut Susanto (2016: 313) kata media secara etimologis berasal
dari kata Latin, yaitu medium, yang artinya antara, dalam arti umum
dipakai untuk melajutkan alat komunikasi. Secara istilah, kata media
menunjukkan segala sesuatu yang membawa atau menyalurkan informasi
antara sumber dan penerima, seperti film, televisi, radio, alat visual yang
diproyeksikan, barang cetakan dan lain-lain sejenis itu adalah media
komunikasi untuk menyampaikan suatu pesan atau gagasan.
Menurut Samad dan Maryati Z (2017: 9) media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang digunakan atau disediakan oleh guru yang
penggunaannya diintegrasikan kedalam tujuan dan isi pembelajaran,
sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran
serta mencapai kompetensi pembelajarannya. Selain itu, media dalam
10
anak didik mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari sumber (guru) kepada penerima pesan (siswa) yang sesuai
dengan karakteristik tujuan dan meteri pelajaran sehingga tercipta keadaan
belajar yang efektif guna mencapai kompetensi dasar yang diinginkan.
Setelah kita memahami hakikat media pembelajaran, hal lain yang
harus kita renungkan adalah mengapa media ini sangat penting sehingga
harus dijadikan sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dalam
proses pembelajaran. Untuk menjawab pertanyaan tersebut coba
perhatikan beberapa alasan di bawah ini:
1) Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa proses pendidikan
akan lebih berhasil bila anak turut aktif dalam proses pendidikan
tersebut. Dengan perkataan lain, yang menjadi pusat kegiatan dalam
kegiatan pendidikan bukalah guru melainkan anak. Hal ini
mengandung pengertian perlunya berbagai fasilitas belajar, termasuk
media pendidikan.
seseorang melalui indera menunjukkan komposisi sebagai berikut:
75% melalui indera penglihatan (visual)
11
6% melalui indera sentuhan dan perabaan
6% melalui indera penciuman dan lidah
Dari hasil temuan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
pengetahuan seseorang paling banyak diperoleh secara visual atau melalui
indera penglihatan. Dengan demikian, penggunaan media yang dapat
dilihat (visual) dalam kegiatan pendidikan untuk anak akan lebih
menguntungkan, sedangkan proses pendidikan yang sebagian besar bahan
ajar disampaikan secara verbal dengan mengandalkan indera pendengaran
tidak banyak menguntungkan dalam pencapaian tujuan pendidikan.
a. Tujuan Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa (Susanto, 2016: 320).
Adapun Sudjana dan Riva (1992) mengemukakan tentang tujuan
diterapkannya media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu
sebagai berikut:
menumbuhkan motivasi belajar
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar
pada setiap jam pelajaran
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatn belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-
lain (Susanto, 2016: 322).
Menurut Samad dan Maryati Z (2017: 20) bahwa ada beberapa
prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pengajar dalam memilih dan
menggunakan media pembelajaran, yaitu:
1) Tidak ada satu media yang paling unggul untuk semua tujuan. Satu
media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin
tidak ocok untuk yang lain
2) Media adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Hal ini berarti
bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar pengajar saja,
tetapi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses
pembelajaran
3) Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk
memudahkan belajar siswa. Kemudahan belajar siswa haruslah
dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media
4) Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan
hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan
13
berlangsung
pembelajaran), tidak didasarkan pada kesenangan pribadi
6) Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan
siswa. Penggunaan multimedia tidak berarti menggunakan media yang
banyak sekaligus tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan
media yang lain untuk tujuan yang lain pula
7) Kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan
keabstrakannya. Media yang konkrit wujudnya, mungkin sukar untuk
dipaham karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula
memberikan pengertian yang tepat.
Menurut Heinich dkk. (1996) dalam Sapriati (2014: 5.5) menyatakan
bahwa media instruksional/pembelajaran antara lain terdiri atas (1) media
tidak diproyeksikan (nonprojected media); (2) media diproyeksikan
(projected visual/media); (3) audio; (4) media gerak (motion media); (5)
computer; dan (6) media radio dan televisi.
1) Media tidak diproyeksikan (nonprojected media)
a) Objek nyata (realia) adalah benda sebenarnya yang digunakan
sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Realia mudah didapat dan
dapat membangkitkan minat belajar, serta dianggap sebagai media
ideal untuk memperkenalkan siswa kepada suatu topik baru.
Contoh media ini untuk pembelajaran IPA adalah (1) bagian dari
14
struktur dan fungsinya, (2) spesimen, yaitu tumbuh-tumbuhan,
hewan, atau bagian-bagiannya yang diawetkan, misalnya
insektarium, terarium, herbarium untuk memudahkan pengamatan
dalam pembelajaran topik tertentu, (3) manusia atau bagian
tubuhnya seperti mata, telinga, tangan, (4) batu-batuan dan benda
yang ada di alam sekitar, seperti air, tanah, (5) barang-barang
kehidupan sehari-hari seperti lampu pijar, katrol, timbangan,
neraca, alat untuk menimba air, dan (6) artifak, yaitu hewan atau
tumbuhan bersejarah yang spesiesnya masih ada atau sudah punah
beserta penjelasan tentang koleksi artifak tersebut.
b) Model adalah representasi benda asli dalam bentuk tiga dimensi.
Contoh model untuk pembelajaran IPA adalah torso, model mata,
model telinga, model tata surya, model bagan batang, model bagian
daun.
c) Bahan tercetak adalah buku, majalah, atau bahan bacaan lain yang
berisi penjelasan dan ilustrasi tentang topik-topik dalam
pembelajaran IPA.
gambar yang bersifat fotografik dan yang bersifat nonfotografik.
2) Media diproyeksikan (projected visual/media)
a) Transparansi digunakan dengan memakai alat yang disebut
overhead projector (OHP).
b) Slide adalah suatu format kecil transparansi fotografi yang secara
individual dipasangkan pada suatu alat proyeksi.
3) Media audio untuk mendukung pembelajaran IPA dapat berbentuk
kaset, rekaman fonograf, compact disk, audio cards.
4) Media gerak adalah bentuk media yang menyajikan topik pmbelajaran
dalam bentuk narasi dan gambar yang bergerak. Bentuk media gerak
dapat berupa film dan video. Contoh film atau video untuk
pembelajaran IPA tentang prosedur praktikum IPA.
5) Komputer
pertama kali ditemukan pada tahun 1600-an di Eropa. Cara paling
sederhana membuat herbarium adalah dengan mengeringkan organ
tumbuhan yang selanjutnya ditata, diberi label, lalu disimpan. Namun,
jika ingin hasilnya lebih bagus dan lebih awet, maka kita perlu
melakukan pengawetan. Larutan pengawet yang digunakan untuk
membuat herbarium kering dan basah berbeda.
Karmana (2007: 2) menyatakan bahwa “tempat menyimpan
tumbuhan yang sudah diawetkan”.
menyatakan bahwa herbarium adalah contoh tumbuhan yang telah
16
bernilai ilmiah selalu disertai identitas pengumpul (nama pengumpul
dan nomor koleksi). Koleksi herbarium dapat berupa kering dan basah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa herbarium
adalah koleksi tumbuhan kering yang diawetkan yang biasanya terdiri
dari daun, bunga, batang, biji dan sebagainya baik secara kering
maupun basah.
1) Alat peraga untuk mempelajari tumbuhan artinya pada
pembelajaran, herbarium dapat digunakan sebagai media untuk
membantu pendidik menjelaskan pelajaran.
melakukan penelitian tentang tumbuhan. Jika tumbuhan yang akan
diteliti sudah langka atau sulit dijangkau, maka digunakan sebagai
pengganti bahan penelitian.
herbarium akan membantu menentukan klasifikasi tumbuhan baru
yang ditemukan .
Menurut Maya (2017: 32-33) bahwa adapun langkah-langkah
dalam pembuatan herbarium kering adalah sebagai berikut:
1) Siapkan selembar kertas koran, lalu lipat menjadi dua bagian.
17
2) Letakkan tumbuhan di atas salah satu bagian koran. Jika terlalu
panjang dapat memotongnya sedikit. Usahakan tidak ada bagian
tumbuhan yang terlipat. Kecuali terpaksa melipat.
3) Tutup tumbuhan dengan melipat sisi koran lainnya.
4) Letakkan pemberat sementara di atas koran agar tumbuhan tertekan
dan koran tidak mudah terbuka.
5) Buat label/etiket tumbuhan, lalu tempelkan di atas koran supaya
tumbuhan tidak tertukar.
lakukan pengepresan.
3. Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam terdiri atas tiga suku kata yaitu: Ilmu,
Pengetahuan dan Alam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim
Pustaka Phoenix, 2012: 342) menyatakan bahwa ilmu adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu,
sedangkan Pengetahuan adalah ilmu; tahu dan Alam adalah dunia,
alam semesta, syah alam, kerajaan dan sebagainya.
Menurut Sujana (2014: 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau
Sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai alam
18
Chippetta dalam Prasetyo (2013) mengutarakan bahwa hakikat
IPA adalah sebagaia way of thinking (cara berpikir), a way of
investigating (cara penyelidikan) dan a vody of knowledge
(sekumpulan pengetahuan). Sebagai cara berpikir, IPA merupakan
aktivitas mental (berpikir) orang-orang yang bergelut dalam bidang
yang dikaji. Para ilmuwan berusaha mengungkap, menjelaskan serta
menggambarkan fenomena alam. Ide-ide dan penjelasan suatu gejala
alam tersebut disusun di dalam pikiran. Kegiatan mental tersebut
didorong oleh rasa ingin tahu (curriousty) untuk memahami fenomena
alam. Sebagai cara penyelidikan, IPA memberikan gambaran tentang
pendekatan-pendekatan dalam menyusun pengetahuan (Wedyawati
dan Yasinta Lisa, 2019: 1).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang alam
semesta beserta isinya, gejala alam, fenomena alam serta peristiwa-
peristiwa alam yang diperoleh melalui metode-metode atau cara ilmiah
yang dilakukan secara teliti.
Sapriati, dkk. (2014: 2.3) bahwa pendidikan IPA di sekolah dasar
bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip,
proses penemuan, serta memilki sikap ilmiah, yang akan bermanfaat
19
bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitar. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mencari tahu
dan berbuat sehingga mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah.
dalam alam semesta yang dapat diuji scara ilmiah (verifikasi) seperti
melalui observasi atau eksperimen. Masih banyak hal yang tidak dapat
diuji secara ilmiah, seperti: keyakinan atau agama dan kekuatan
supranatural, seperti: mukjizat atau astrologi termasuk keyakinan akan
adanya Tuhan dan setan meskipun sudah sering menjadi bahan diskusi.
d. Konsep Bagian-bagian Tumbuhan
Tumbuhan memilki klorofil atau zat hijau daun yang berfungsi sebagai
media pencipta makanan dan untuk proses fotosintesis. Tercatat sekitar
35.000 spesies tumbuhan dari jumlah tersebut 258.650 jenis
merupakan tumbuhan berbunga dan 18.000 jenis termasuk tumbuhan
lumut. Hampir semua anggota tumbuhan bersifat autotrof dan
mendapatkan energi langsung dari cahaya matahari melalui proses
fotosintesis (Amal, 2019: 104).
bagian-bagian tubuh. Bagian-bagian tumbuhan meliputi akar, batang,
daun, bunga, buah, dan biji. Semua bagian tumbuhan secara langsung
ataupun tidak langsung berguna untuk menegakkan kehidupan
20
digunakan untuk keperluan tersebut, berturut-turut akan diuraikan di
bawah ini:
1. Akar
dalam tanah. Akar dibedakan menjadi beberapa bagian, di
antaranya rambut akar (bulu akar) dan tudung akar. Rambut akar
merupakan jalan masuk air dan zat hara dari tanah ke dalam tubuh
tumbuhan. Akar mempunyai susunan dari luar ke dalam yaitu kulit
luar (epidermis), kulit pertama (korteks), dan silinder pusat.
Bagian-bagian akar terdiri dari tudung akar, ujung akar,
batang akar, cabang akar dan pangkal akar. Berdasarkan
strukturnya, terdapat dua jenis akar, yaitu akar serabut dan akar
tunggang. Akar serabut biasanya dimiliki oleh tumbuhan jenis
monokotil (biji berkeping tunggal). Misalnya, padi, jagung, dan
kelapa. Adapun akar tunggang biasanya dimiliki oleh tumbuhan
21
dan kacang-kacangan.
tumbuhan yang dicangkok.
1) Berstruktur seperti serabut.
3) Semua bagian akar keluar dari pangkal batang.
c) Akar tunggang
1) Memiliki akar pokok.
kecil.
Fungsi akar bagi tumbuhan adalah :
a) Untuk menguatkan berdirinya batang
b) Menyerap air dan garam mineral
c) Membantu penyerapan oksigen di udara pada tumbuhan
tembakau
umbi-umbian
22
tubuh tumbuhan yang ada di atas tanah, serta tempat melekatnya
daun, bunga dan buah. Fungsi batang yaitu :
a) Untuk penyokong tubuh tumbuhan
b) Mengangkut zat makanan ke seluruh tubuh tumbuhan
c) Mengangkut air dan mineral dari akar ke daun, serta zat
makanan
3. Daun
hijau. Daun banyak mengandung zat warna hijau yang disebut
klorofil. Daun dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk.
Berdasarkan susunannya, tulang daun ada yang menyirip
(mangga dan jambu), menjari (singkong), dan sejajar (jagung. tebu,
padi, dan alang-alang). Setiap jenis tumbuhan memiliki struktur
daun yang khas, hal ini disesuaikan dengan fungsi sesuai tempat
hidupnya. Daun bagi tumbuhan berfungsi antara lain sebagai
berikut:
zat hijau daun.
c) Merupakan salah alat pernapasan pada tumbuhan, yaitu melalui
bagian daun yang disebut stomata atau mulut daun.
d) Bahan perkembangbiakan, misalnya pada tanaman cocor
bebek.
bawang merah dan lily.
perkembangbiakan tumbuhan biji. Bunga mempunyai bagian-
bagian tertentu yang sangat penting untuk perkembangbiakan
tumbuhan. Bunga yang telah mengalami penyerbukan akan tumbuh
menjadi buah dan biji yang kemudian tumbuh menjadi tumbuhan
baru.
kelopak, benang sari dan putik. Benang sari berfungsi sebagai alat
kelamin jantan dan putik berfungsi sebagai alat kelamin betina.
Berikut bagian-bagian bunga :
bawah bunga. Tangkai ini berperan sebagai penopang bunga
dan sebagai penyambung antara bunga dan batang atau ranting.
25
Kelopak biasanya berwarna hijau seperti daun atau berwarna
warni seperti mahkota.
Kelopak biasanya berwarna hijau seperti daun atau berwarna
warni seperti mahkota.
d) Mahkota bunga, terletak di sebelah dalam kelopak dan biasanya
mempunyai warna yang beraneka ragam. Mahkota bunga
berguna untuk menarik serangga lain untuk datang membantu
penyerbukan.
e) Benang sari, merupakan alat kelamin jantan yang terdiri dari
tangkai sari dan kepala sari. Benang sari biasanya terletak di
tengah-tengah mahkota bunga.
f) Putik, merupakan alat kelamin betina. Pada dasar putik terdapat
bagian yang akan menjadi buah dan biji.
Berdasarkan bagian-bagian yang dimiliki bunga dibedakan
menjadi:
mahkota bunga, putik, dan benang sari.
b) Bunga tak lengkap yaitu bunga yang tidak memiliki salah satu
bagian kelopak bunga, mahkota bunga, putik, atau benang sari.
Bunga sempurna yaitu bunga yang memiliki benang sari dan
putik,
26
c) Bunga tak sempurna yaitu bunga yang hanya memiliki putik
atau benang sari saja.
5. Buah dan Biji
Buah merupakan tumbuhan yang berfungsi untuk melindungi
biji. Buah beraneka ragam struktur, rasa, dan warnanya. Kulit buah
merupakan lapisan yang paling luar. Daging buah adalah bagian
buah biasanya dapat kita makan. Ada yang berdaging, contohnya
buah mangga dan buah apel. Buah terdiri atas daging buah dan biji.
Biji merupakan hasil dari pembuahan yang terjadi akibat
penyerbukan antara serbuk sari dan putik. Biji itu berkeping. Biji
ada yang berkeping satu dan ada yang berkeping dua. Biji
berkeping satu disebut monokotil. Buah bagi tumbuhan
mempunyai kegunaan antara lain sebagai berikut:
a) Buah melindungi bakal tumbuhan baru,
b) Buah merupakan cadangan makanan.
c) Buah menarik organisme lain untuk membantu menyebarkan
tanaman tersebut, misalnya buah kopi.
27
Gagne (Kurniawan, 2014: 14) bahwa lima kategori hasil belajar
yang ingin dibentuk dari proses pembelajaran yaitu: 1) keterampilan
intelektual (intellectual skill), 2) strategi kognitif (cognitive strategy),
3) informasi herbal (verbal information), 4) keterampilan gerak
(motoric skill), 5) sikap (attitude).
Menurut Arifin (2011: 26) bahwa hasil belajar merupakan
gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami dan dikerjakan
peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman,
kerumitan, dan harus digambarkan secara jelas serta dapat diukur
dengan teknik-teknik penilaian tertentu.
penilaian proses belajar siswa suatu capaian yang telah diraih
seseorang”.
Sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai alam
semesta beserta isinya, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di
dalamnya yang dikembangkan oleh para ahli melalui serangkaian
proses ilmiah yang dilakukan secara teliti dan hati-hati.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
IPA adalah perubahan yang terjadi pada diri individu sebagai hasil
28
afektif maupun psikomotorik.
Menurut Djamarah (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu: faktor stimulus,
faktor mengajar dan faktor individu. Berikut ini akan dijelaskan secara
garis besar mengenai ketiga faktor tersebut:
1) Faktor stimulus
luar individu yang merangsang untuk mengadakan reaksi atau
perubahan, penegasan serta suasana lingkungan eksternal yang
diterima.
siswa, dengan kata lain metode yang dipakai guru sangat
menentukan dalam mencapai prestasi belajar siswa. Metode adalah
cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Jadi jelaslah bahwa metode menentukan pencapaian tujuan
pengajaran.
sekali pengaruhnya terhadap kegiatan belajar siswa, bahwa
pertumbuhan dan usia seiring dengan pertumbuhan dan
29
pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya.
c. Kriteria Penilaian Hasil Belajar
Menurut Mulyasa (2013: 208-209) bahwa penilaian hasil belajar
hakikatnya merupakan suatu proses untuk mengukur perubahan
perilaku yang terjadi pada peserta didik dan untuk mengukur taraf
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki peserta didik setelah
melewati proses belajar mengajar. Penilaian hasil belajar pada peserta
didik dapat dilakukan terhadap:
yang dilaksanakan.
partisipasi peserta didik dalam pembelajaran.
3) penilaian hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik.
d. Indikator Hasil Belajar
adalah tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa
setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Dengan
demikian, indikator hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang
dapat diobservasi (observable). Artinya, apa hasil yang diperoleh siswa
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.
30
Abdul Majid, mencakup ranah atau dimensi pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif ).
a. Ranah kognitif meliputi pemahaman dan pengembangan
keterampilan intelektual, dengan tingkatan: ingatan, pemahaman,
penerapan/aplikasi,analisis, evaluasi, dan kreasi. Indikator kognitif
dapat dipilah menjadi indikator produk dan proses.
b. Ranah psikomotorik berhubungan gerakan sengaja yang
dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa keterampilan
yang memrlukan koordinasi otak dengan beberapa otot.
c. Ranah afektif meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal
emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi antusiasme, motivasi,
dan sikap. Ranah afektif terentang mulai dari penerimaan terhadap
fenomena, tanggapan terhadap fenomena, penilaian, organisasi,
dan internalisasi atau karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini,
karakter merupakan bagian dari indikator pada ranah afektif.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwasanya indikator menjadi
operasionalisasi dari kompetensi dasar. Operasionalisasi ini
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan
diobservasi oleh guru. Indikator adalah ukuran tercapai tidaknya suatu
tujuan pembelajaran yang tersurat maupun tersirat dalam kompetensi
dasar. Indikator menjadi acuan dalam penilaian pembelajaran.
Indikator hasil belajar meliputi tiga ranah, yaitu sikap (afektif),
pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik), seperti
31
merupakan pengembangan dari KD.
Berikut akan dijelaskan hasil penelitian yang relevan dengan judul
yang diangkat oleh peneliti:
a. Gusti Ayu Pt Nova Widiyantini, I Gede Meter, I Wy. Rinda Suardika
(2013-2014). “Penerapan Pembelajaran Inkuiri Dengan Bantuan
Herbarium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV
SDN 32 Pemecutan Kecamatan Denpasar Barat. Pada penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri dengan bantuan
herbarium mampu memecahkan masalah rendahnya hasil belajar IPA
sehingga secara umum tujuan penelitian ini telah tercapai.
b. Martha Saa, Sirojuddin, Sutarjo (2016). “Studi Penerapan Media
Herbarium Pada Pembelajaran Biologi Sub Materi Tumbuhan
Spermatopytha di SMP Kabupaten Sorong”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan media herbarium morfologi daun
efektif digunakan dalam pembelajaran biologi sub materi tumbuhan
spermatophyte.
c. Hermanti Hasugian, Martina Asiati Napitupulu (2016). “Perbedaan
Hasil Belajar Spermatophyte Siswa yang Diajar Menggunakan Media
Herbarium dan Tanpa Herbarium Di Kelas X Sma Negeri 2 Kisaran”.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar
Biologi siswa pada media herbarium dengan tidak menggunakan
32
Tahun Pembelajaran 2015/2016.
Visi
berwawasan lingkungan disiplin dan bertanggung jawab”
Misi :
pembelajaran yang aktif kreatif, efektif`kebiasaan disiplin serta
berakhlakul karimah baik di lingkungan sekolah maupun diluar
lingkungan sekolah dengan melibatkan peran serta masyarakat
2) Mengembangkan sikap dan perilaku religiusitas di lingkungan
sekolah dan luar sekolah
menghargai
melibatkan warga sekolah, stake holder dan instansi terkait
5) Menciptakan lingkungan hidup di sekolah yang aman dan rapi,
bersih dan nyaman
menyenangkan, komunikatif, tanpa takut salah, dan demokratis.
33
manusia agar memberikan hasil yang terbaik bagi perkembangan
peserta didik
masyarakat
sekolah.
1.
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
SD INPRES BONTONOMPO
Tahun Ajaran 2019-2020
IVB 6 13 19
Tabel 2. 3 Data Sarana dan Prasarana SD Inpres Bontonompo
Jumlah siswa Orang 285
Jumlah guru Orang 19
Jumlah rombel Rombel 13
B. Kerangka Berpikir
herbarium dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar IPA.
Dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan
35
pembelajaran yang dilakukan akibatnya hasil belajar siswa rendah dari nilai
KKM yang ditetapkan yaitu 70. Terdapat beberapa siswa hasil belajarnya
rendah dari nilai KKM yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena guru hanya
menggunakan buku cetak dalam proses belajar mengajar
Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka peneliti akan menggunakan
media herbarium dalam konsep bagian-bagian tumbuhan. Media yang
digunakan tersebut diharapkan dapat memberikan perubahan terhadap hasil
belajar siswa dalam mata pelajara IPA. Sebelum diterapkan perlakuan yaitu
penggunaan media pembelajaran herbarium terlebih dahulu peneliti
manerapkan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui nilai siswa sebelum adanya perlakuan.
Peneliti akan melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media
herbarium pada kelas eksperimen. Setelah diberikan perlakuan maka peneliti
akan memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai dari
posttest tersebut akan menjadi kesimpulan atau temuan apakah terdapat
pengaruh penggunaan media herbarium atau tidak terhadap hasil belajar IPA
siwa kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten
Gowa.
36
Gambar 2. 6 Kerangka Pikir
C. HIPOTESIS PENELITIAN
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2018: 96).
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, dapat diambil
suatu hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh penggunaan media
Pembelajaran IPA kelas IV SD Inpres Bontonompo
Peserta didik kurang tertarik terhadap proses pembelajaran
berakibat pada rendahnya hasil belajar
Media pembelajaran yang digunakan hanya terfokus pada
buku cetak
kelas kontrol
eksperimen konsep bagian-bagian tumbuhan
dan kontrol
Bontonompo Kabupaten Gowa.. Untuk keperluan pengujian dirumuskan
hipotesis statistik sebagai berikut:
belajar Ilmu Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian tumbuhan siswa
kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten
Gowa.
SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
Keterangan:
38
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2018: 107).
2. Desain Penelitian
tipe Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain ini hampir sama
dengan Pretest-Posttest Control Group design, hanya pada desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
(Sugiyono, 2018: 114).
Tabel 3. 1 Desain Penelitian
Keterangan:
O1 X O2
O4 : hasil belajar siswa kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan
X : perlakuan yang diberikan, yaitu menggunakan media herbarium
3. Variabel Penelitian
Sugiyono (2018: 60-61) bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
a) Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan media herbarium.
b) Variabel terikat
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dari penelitian ini
adalah hasil belajar IPA konsep bagian-bagian tumbuhan.
B. Populasi dan sampel
terdiri atas; obyek /subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IVA dan
IV B SD Inpres Bontonompo.
40
Sugiyono (2018: 118) bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimuliki oleh populasi tersebut.
Penelitian ini menggunakan Sampling Jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, yaitu seluruh
siswa kelas IV A yang berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki
dan 13 siswa perempuan sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas IV B
berjumlah 19 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 13 siswa
perempuan sebagai kelas kontrol.
C. Definisi Operasional Variabel
Media herbarium yaitu media yang di dalamnya terdapat tumbuhan yang
diawetkan berupa herbarium kering kemudian ditempelkan ke dalam kertas
dan membentuk album.
Hasil belajar IPA adalah perubahan yang terjadi pada diri individu
sebagai hasil proses belajar IPA yang meliputi bertambahnya ilmu
pengetahuan, afektif maupun psikomotorik.
D. Teknik Pengumpulan Data
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2018: 308).
41
aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
2. Tes
Tes yang digunakan peneliti adalah tes tertulis yang terdiri dari 10 soal
pilihan ganda. Penggunaan tes dalam penelitian bertujuan agar peneliti
mendapatkan data berupa hasil belajar peserta didik baik kelas kontrol
maupun kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
berupa pretest dan posttest dengan soal yang berbeda. Dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Pemberian pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui data awal kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Memberikan treatment kepada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol
tidak diberikan treatment yaitu dengan menggunakan media herbarium
untuk membantu siswa dalam memahami konsep bagian-bagian
tumbuhan.
c. Memberikan posttest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah diberikan treatment.
3. Dokumentasi
penelitian berlangsung.
1. Lembar observasi
Lembar observasi yaitu berupa catatan tentang aktivitas guru dan aktivitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan sebagai pedoman untuk
menentukan tindakan berikutnya.
Dalam penelitian ini hasil belajar siswa yang dinilai adalah kognitif.
Instrumen memiliki kedudukan yang sangat penting karena sebagai alat ukur
sekaligus menjadi gambaran variabel yang diteliti dan berfugsi sebagai
penelitian hipotesis.
dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 10 soal. Tes dilakukan sebelum
pembelajaran pretest dan setelah pembelajaran (posttest). Tes diberikan untuk
mengukur kemampuan belajar IPA peserta didik. Tes yang diberikan kepada
kelas eksperimen berbeda dengan tes yang diberikan kepada kelas kontrol.
Meskipun berbeda tetapi tetap pada indkator yang sesuai dengan soal pretest.
Sebelum digunakan untuk penelitian instrumen, Instrumen terdiri dari 15
soal tersebut terlebih dahulu diuji cobakan kepada peserta didik diluar kelas
eksperimen dan kontrol, guna mengukur validitas dan reliabilitas. Soal tes
yang diberikan berbentuk pilihan ganda. Tes yang akan diberikan bertujuan
untuk mengetahui hasil belajar pada pelajaran IPA peserta didik.
43
No. Indikator Tujuan
Tes pilihan ganda:
x 100
F. Uji Coba Instrumen
Sebelum diujikan dikelas sampel, soal-soal instrumen telah diuji cobakan
diluar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji coba tes bertujuan untuk
mengetahui validitas, tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitas butir soal
tes.
Validitas merupakan derajat ketetapan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Hasil penelitian
yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2018:172). Jadi
penelitian dengan instrument yang valid serta reliabel merupakan syarat yang
mutlak bagi peneliti untuk dapat mengahasilkan penelitian yang valid serta
44
Untuk mengetahui valid atau tidaknya setiap soal, maka hasil perhitungan
dikorelasikan dengan rtabel. Jika rxy > rtabel , maka soal dikatakan valid,
sebaliknya jika rxy < rtabel, maka soal dikatakan tidak valid.
2. Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal merupakan suatu cara untuk mengukur butir soal
apakah soal itu sukar, sedang, atau mudah. Untuk menentukan perhitungan
tingkat kesukaran menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science)
versi 18.
digunakan kriteria sebagai berikut:
TK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,71 < P ≤ 1,00 Mudah
P = 100 Sangat Mudah
Supriadi (2017: 90)
Soal dapat dikatakan baik apabila soal tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Alasannya karna apabila peseta didik diberikan soal yang mudah maka
tidak ada tantangan bagi peserta didik untuk memecahkan soal, sedangkan
soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik putus asa karena
pemecahan soal itu berada di luar kemampuannya lalu tidak lagi bersemangat
mencobanya.
45
Realibilitas instrumen ialah suatu ketetapan atau ketelitian sebagai suatu
alat evaluasi. Suatu alat evaluasi atau tes dikatakan reliable jika suatu tes
tersebut dapat dipercaya, konsisten, atau stabil produktif. Untuk menghitung
reliabilitas peneliti menggunakan program SPSS (Statistical Package for
Social Science) versi 18.
umumnya menggunakan patokan sebagai berikut:
Tabel 3.4
Supriadi (2017: 89)
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang
digunakan adalah statistik deskriptif dan inferensial Sugiono (2019: 241).
1. Analisis statistik deskriptif
belajar siswa yang telah diberikan treatment yaitu penggunaan media
herbarium. Hasil belajar siswa tersebut akan dibandingkan dengan sebelum
diberikan perlakuan berupa penggunaan media herbarium. Adapun analisis
deskriptif yang dilakukan adalah mencari nilai rata-rata (mean), modus,
46
median dan standar deviasi. Setelah rata-rata skor telah didapat, maka peneliti
mengklasifikasikan hasil tersebut.
Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar
Kurang dari 60 Sangat rendah
60-69 Rendah
70-79 Sedang
80-89 Baik
Hasil keterampilan belajar siswa juga diarahkan pada pencapaian hasil
belajar secara individual. Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas apabila
memiliki nilai minimal 70 sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh pihak
sekolah. Kategorisasi ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel
berikut:
Nilai Kriteria
Sumber: KTU SD Inpres Bontonompo
Tabel 3. 6 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai <70
dinyatakan tidak tuntas dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa yang
tuntas dalam proses pembelajaran.
2. Analisis Statistik Inferensial
untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
a. Uji Normalitas
diambil dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji
47
normalitas ini digunakan aplikasi SPSS (Statistical Package for Social
Science) versi 18. Data hasil belajar siswa akan berdistribusi normal jika
signifikansi > 0,05. Sebaliknya jika tidak berdistribusi normal jika
signifikansi yang diperoleh < 0,05. Adapun taraf kesalahan (a) yang
digunakan adalah 0,05
b. Uji Homogenitas
apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Pengujian
ini menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Package for Social Science)
versi 18. Adapun taraf kesalahan (taraf siginifikan) yang digunakan adalah
a = 0,05. Kaidah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1) Jika nilai Sig > 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima (data homogen)
2) Jika nilai Sig < 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak (data tidak
homogen).
pengaruh penggunaan media herbarium terhadap hasil belajar IPA kelas
IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
Pengujian ini dilakukan dengan metode uji t (t-test) pada program SPSS
(Statistical Package for Social Science) versi 18. Adapaun taraf kesalahan
(a) yang digunakan adalah 0,05 dan df = N-2. Untuk menguji hipotesis
tersebut, diuji secara inferensial yaitu:
H0 : 1 = 2
H1 : 1 > 2
belajar Ilmu Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian tumbuhan
siswa kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa
belajar Ilmu Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian tumbuhan
siswa kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa
Kaidah Pengujian:
Jika sig > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
atau jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti terdapat
pengaruh penggunaan media herbarium terhadap hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian tumbuhan siswa kelas IV SD
Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
Sebaliknya jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti tidak
terdapat pengaruh penggunaan media herbarium terhadap hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian tumbuhan siswa kelas IV
SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
49
nonequivalent control design. Desain ini dipilih karena penelitian ini memilih
suatu kelompok sebagai kelas eksperimen untuk diberi perlakuan yaitu dengan
menggunakan media herbarium, sedangkan kelompok yang lain sebagai kelas
kontrol tidak diberi perlakuan seperti pada kelas eksperimen, akan tetapi
menggunakan metode konvensional yaitu hanya menggunakan buku cetak
dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini memiliki dua variabel yang
menjadi objek penelitian, meliputi variabel bebas yaitu penggunaan media
herbarium dan variabel terikatnya hasil belajar IPA.
1. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru pada setiap
pertemuan dalam proses pembelajaran. Adapun deskriptif tentang aktivitas
guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Nilai Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen 178 3,4 68%
Kelas Kontrol 149 2,8 56%
Sumber: Lembar observasi aktivitas guru pada kelas eksperimen dan kontrol,
diolah dari lampiran 4
Tabel 4. 1 dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses
pembelajaran kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan persentase. Pada kelas
eksperimen skor perolehan 178 pada kelas kontrol 149, skor rata-rata pada
kelas eksperimen 3,4 pada kelas kontrol 2,8 dan persentase pada kelas
eksperimen 68% pada kelas kontrol 56%.
Grafik 4. 1 Perbandingan Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Grafik 4. 1 dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses
pembelajaran pada kelas eksperimen dapat dikatakan lebih baik dari kelas
kontrol dengan skor perolehan 178 pada kelas kontrol 149, skor rata-rata kelas
eksperimen 3,4 pada kelas kontrol 2,8 dan persentase kelas eksperimen 68%
pada kelas kontrol 56%.
Selama berlangsungnya penelitian tercatat aktivitas yang terjadi pada
setiap siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa tersebut
diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan dalam proses belajar
178
3.4
68
149
2.8
56
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
siswa di kelas. Adapun deskriptif tentang aktivitas siswa selama mengikuti
proses pembelajaran ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4. 2 Nilai Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen 246 11,7 53,18%
Kelas Kontrol 182 8 42,10%
Sumber: Lembar observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen dan kontrol,
diolah dari lampiran 5
Tabel 4. 2 dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan persentase. Pada kelas
eksperimen skor perolehan 246 pada kelas kontrol 182, skor rata-rata pada
kelas eksperimen 11,7 pada kelas kontrol 8 dan persentase pada kelas
eksperimen 53,18% pada kelas kontrol 42,10%.
Grafik 4. 2 Perbandingan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Grafik 4. 2 dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses
pembelajaran pada kelas eksperimen dapat dikatakan lebih baik dari kelas
246
11.7
53.18
182
8
42.10
0
50
100
150
200
250
300
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
52
kontrol dengan skor perolehan 246 pada kelas kontrol 182, skor rata-rata kelas
eksperimen 11,7 pada kelas kontrol 8 dan persentase kelas eksperimen 53,18%
pada kelas kontrol 42,10%.
Hasil statistik yang berkaitan dengan nila pretest dengan posttest siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
a. Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Hasil belajar siswa didapatkan setelah dilakukan pretest, pemberian
perlakuan dan posttest. Adapun hasil belajar kelas eksperimen pada tabel di
bawah ini:
Keterangan Pretest Posttest
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4. 3 hasil pretest dan posttest siswa memperlihatkam bahwa nilai
rata-rata pada nilai pretest 39,55 sedangkan nilai posttest 74,55. Berdasarkan
nilai rata-rata pada pretest dan posttest dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan
media herbarium. Nilai median pada nilai pretest 40,00 sedangkan nilai
posttest 70,00. Modus pada nilai Pretest 40 sedangkan pada nilai posttest 60.
Deviasi Standar pada pretest 15,268 sedangkan pada posttest 15,653. Nilai
53
variansi pada pretest 233,117 sedangkan pada posttest 245,022. Rentang skor
pada pretest 60 sedangkan pada posttest 50. Skor terendah dari prestest adalah
10 sedangkan pada posttest 50. Skor tertinggi pada pretest 70 sedangkan pada
posttest 100.
Grafik di bawah ini akan dijelaskan perbandingan statistik hasil belajar
pretest dan posttest pada kelas eksperimen. Adapun grafiknya adalah sebagai
berikut:
Grafik 4. 3 Distribusi perbandingan statistik hasil belajar pretest dan
posttest kelas eksperimen
Grafik 4. 3 adalah hasil penelitian dan analisa data mengenai perbandingan
nilai statistik menunjukkan bahwa jumlah sampel 22 orang. Nilai pretest pada
skor terendah 10 dan skor tertinggi 70. Skor posttest untuk nilai terendah 50
dan skor tertinggi 100. Nilai rata-rata pretest 39,55 dan posttest 74,55 serta
standar deviasi pretest 15,268 pada posttest 15,653.
22
10
70
39.55
Jumlah Sampel Skor Terendah Skor Tertinggi Nilai Rata-rata Standar Deviasi
Pretest Posttest
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar
Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
No. Interval
5 90-100 Sangat
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4. 4 menunjukkan bahwa nilai pretest siswa pada saat sebelum
adanya perlakuan dengan menggunakan media herbarium pada mata pelajaran
IPA materi bagian-bagian tumbuhan terdapat 81,81% pada kategori sangat
rendah, 13,63% pada kategori rendah, 4,54% pada kategori sedang, sementara
pada kategori tinggi dan kategori sangat tinggi tidak ada.
Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa hasil belajar setelah diberikan
perlakuan (posttest) yakni penerapan media herbarium pada mata pelajaran
IPA bagian-bagian tumbuhan pada kategori sangat rendah 9,09%, 22,72%
pada kategori rendah, 22,72% pada kategori sedang, 18,18% pada kategori
tinggi dan 27,27% pada kategori sangat tinggi. Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan memahami pembelajaran setelah diberikan
perlakuan yaitu media herbarium dengan konsep bagian-bagian tumbuhan
pada mata pelajaran IPA tinggi.
55
Grafik 4. 4 Distribusi persentase kategori hasil belajar pretest dan posttest
pada kelas eksperimen
peningkatan dan berpengaruh setelah diberi perlakuan yaitu penggunaan
media herbarium dengan materi bagian-bagian tumbuhan pada mata pelajaran
IPA. Strategi ini bisa meningkatkan dan berpengaruh karena siswa melihat dan
memahami konsep secara nyata. Namun demikian diperlukan adanya
kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk memanfaat media yang
disediakan oleha alam.
skor nilai pretest dan posttest sebelum dan sesudah penggunaan media
herbarium pada mata pelajaran IPA pada konsep bagian-bagian tumbuhan
menunjukkan bahwa persentase kategori nilai siswa: (1) kategori sangat
rendah (0-60) persentase pretest sebanyak 81,81% pada posttest sebanyak
9,09%. (2) kategori rendah (60-69) persentase pretest 13,63% pada posttest
22,72%. (3) kategori sedang (70-79) persentase pretest 4,54% pada posttest
81.81%
13.63%
tinggi
56
22,72%. (4) kategori tinggi (80-89) persentase 0% pada posttest 18,18%. (5)
kategori sangat tinggi (90-100) pada pretest persentasenya 0% posttest
27,27%.
Adapun KKM yang berlaku di SD Inpres Bontonompo pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yaitu 70, maka tingkat pencapaian
ketuntasan hasil belajar belajar IPA siswa kelas IVA SD Inpres Bontonompo
pada konsep bagian-bagian tumbuhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 5 Distrbusi Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Klasikal Kelas
Eksperimen
Posttest 14 8 64% 36%
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4. 5 menunjukkan bahwa pada saat siswa belum diberi perlakuan
yaitu penggunaan media herbarium (pretest) terdapat 1 siswa yang
mendapatkan nilai tuntas dengan persentase 5% dan siswa yang mendapatkan
nilai tidak tuntas sebanyak 21 siswa dengan persentase 95%. Sedangkan hasil
belajar IPA siswa setelah diberi perlakuan yaitu penggunaan media
herbarium terdapat 14 siswa yang tuntas dengan persentase 64% dan siswa
yang memperoleh nilai yang tidak tuntas sebanyak 8 siswa dengan persentase
36%.
posttest kelas eksperimen adalah sebagai berikur:
57
Grafik 4. 5 Perbandingan tingkat ketuntasan hasil belajar pretest dan
posttest kelas eksperimen
Grafik 4. 5 menunjukkan tingkat ketuntasan pada pmbelajaran IPA. pada
pretest lebih besar ketidak tuntasannya yaitu 95% dari pada ketuntasannya 5%,
sebaliknya pada tingkat ketuntasan sesudah perlakuan dan pemberian posttest
lebih besar yang tuntas 64% dari pada tidak tuntas 36%.
b. Hasil Belajar Kelas Kontrol
Adapun hasil belajar kelas eksperimen pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. 6 Hasil Pretest dan Posttest kelas Kontrol
Keterangan Pretest Posttest
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4. 6 hasil pretest dan posttest siswa memperlihatkam bahwa nilai
rata-rata pada nilai pretest 38,42 sedangkan nilai posttest 64,21. Nilai median
5%
95%
64%
36%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
58
pada nilai pretest 40,00 sedangkan nilai posttest 70,00. Modus pada nilai
Pretest 20 sedangkan pada nilai posttest 70. Deviasi Standar pada pretest
18,032 sedangkan pada posttest 14,650. Nilai variansi pada pretest 325,146
sedangkan pada posttest 214,620. Rentang skor pada pretest 60 sedangkan
pada posttest 60. Skor terendah dari prestest adalah 10 sedangkan pada
posttest 30. Skor tertinggi pada pretest 30 sedangkan pada posttest 90.
Grafik 4. 6 Distribusi perbandingan statistik hasil belajar pretest dan
posttest kelas kontrol
Grafik 4. 6 hasil penelitian dan analisa data mengenai perbandingan nilai
statistik menunjukkan bahwa jumlah sampel 19 orang. Nilai pretest pada skor
terendah 10 dan skor tertinggi 70. Skor posttest untuk nilai terendah 30 dan
skor tertinggi 90. Nilai rata-rata pretest 38,42 dan posttest 64,21 serta standar
deviasi pretest 18,032 pada posttest 14,650.
Adapaun distribusi frekuensi dan persentase kategori hasil belajar pretest
dan posttest kelas kontrol sebagai berikut:
19
10
70
38.42
18.03219
30
90
64.21
14.65
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Jumlah sampel Skor terendah Skor tertinggi Skor rata-rata Standar deviasi
Pretest Posttest
Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar
Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
No. Interval
5 90-100 Sangat
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4. 7 menunjukkan bahwa nilai pretest siswa pada mata pelajaran
IPA materi bagian-bagian tumbuhan terdapat 84,21% pada kategori sangat
rendah, 0% pada kategori rendah, 15,78% pada kategori sedang, sementara
pada kategori tinggi dan kategori sangat tinggi tidak ada.
Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa hasil belajar (posttest) yakni pada
mata pelajaran IPA materi bagian-bagian tumbuhan pada kategori sangat
rendah 21,05%, 26,31% pada kategori rendah, 31,57% pada kategori sedang,
15,78% pada kategori tinggi dan 5,26% pada kategori sangat tinggi.
Grafik 4. 7 Distribusi persentase kategori hasil belajar pretest dan posttest
pada kelas kontrol
Pretest Posttest
berdasarkan hasil distribusi persentase skor nilai pretest dan posttest pada
kelas kontrol menunjukkan bahwa persentase kategori nilai siswa: (1) kategori
sangat rendah (0-59) persentase pretest sebanyak 84,21% pada posttest
sebanyak 21,05%. (2) kategori rendah (60-69) persentase pretest 0% pada
posttest 26,31%. (3) kategori sedang (70-79) persentase pretest 15,78% pada
posttest 31,57%. (4) kategori tinggi (80-89) persentase pretest 0% pada
posttest 15,78%. (5) kategori sangat tinggi (90-100) pada pretest
persentasenya 0% posttest 5,26%.
Adapaun KKM yang berlaku di SD Inpres Bontonompo pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yaitu 70, maka tingkat pencapaian
ketuntasan hasil belajar belajar IPA siswa kelas IVB SD Inpres Bontonompo
pada konsep bagian-bagian tumbuhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 8 Distrbusi Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Klasikal Kelas
Kontrol
Posttest 10 9 53% 47%
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4. 8 menunjukkan bahwa pada saat siswa belum diberi perlakuan
(pretest) terdapat 3 siswa yang mendapatkan nilai tuntas dengan persentase
14% dan siswa yang mendapatkan nilai tidak tuntas sebanyak 16 siswa dengan
persentase 73%. Sedangkan hasil belajar IPA siswa setelah dengan
menggunakan buku cetak terdapat 10 siswa yang tuntas dengan persentase
61
53% dan siswa yang memperoleh nilai yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa
dengan persentase 47%.
Grafik 4. 8 Perbandingan tingkat ketuntasan hasil belajar pretest dan
posttest kelas kontrol
Grafik 4. 8 menunjukkan tingkat ketuntasan pada pmbelajaran IPA. pada
pretest lebih besar ketidak tuntasannya yaitu 73% dari pada ketuntasannya
14%, sebaliknya pada tingkat ketuntasan sesudah pemberian posttest lebih
besar yang tuntas 53% dari pada tidak tuntas 47%.
Hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar siswa pada mata pelajara IPA kelas IV SD Inpres Bontonompo yaitu
pada kelas eksperimen dengan nilai pretest 39,55 dan nilai posttest 74,55.
Sedangkan pada kelas kontrol hasil belajar yang diperoleh siswa pada nilai
pretest 38, 42 dan nilai posttest 64,21.
4. Hasil Analisis Statistik Inferensial
Adapun hasil analisis statistik inferensial akan diuraikan pada penjelasan
berikut ini:
Prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji
homogenitas dan uji hipotesis. Hasil uji prasyarat analisis disajikan sebagai
berikut:
Kolmogorov-Smirnov dalam perhitungan menggunakan program SPSS versi
18. Untuk mengetahui normal tidaknya adalah jika sig > 0,05 maka normal
dan jika sig < 0,05 dapat dikatakan tidak normal.Hasil perhitungan yang
diperoleh sebagai berikut:
No. Kelompok Sig Kesimpulan
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4.9 terlihat bahwa data pretest dan posttest hasil belajar baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol memiliki nilai sig > 0,005 yaitu Pretest
eksperimen sebesar 0,098, Posttest eksperimen sebesar 0,150, Pretest kontrol
sebesar 0,200 dan Posttest kontrol sebesar 0,107 maka dapat disimpulkan
kelompok data tersebut berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Berdasarkan uji normalitas distribusi data posttest, data skor posttest kedua
kelas berdistribusi normal sehingga analisis dilanjutkan dengan menguji
63
homogenitas dua varians data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
menggunakan uji levene dengan menggunakan program SPSS versi 18 dengan
taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. 10 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest) Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
0,458 1 39 0,502
Tabel 4. 10 adalah hasil output uji homogenitas varians dengan
menggunakan uji levene pada tabel 4. nilai signifikansinya adalah 0,502.
Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari varians yang
sama, atau kedua kelas tersebut homogen.
3) Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Inpres Bontonompo dengan penggunaan
media herbarium. Analisis yang digunakan adalah uji t (Independent Sample t
Test) dengan bantuan SPSS versi 18.
Setelah data dinyatakan terdistribusi normal dan sampel berasal dari
populasi yang homogeny, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis
dengan taraf signifikansi a = 0,05 atau 5% dan hipotesis statistiknya sebagai
berikut:
hasil belajar IPA konsep bagian-bagian tumbuhan siswa kelas IV
SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten
Gowa.
belajar IPA konsep bagian-bagian tumbuhan siswa kelas IV SD
Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
Kesimpulan penelitian dinyatakan signifikan apabila thitung > ttabel pada taraf
signifikansi 5% dan nilai p < 0,05. Adapun ringkasan uji t pretest dan posttest
kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada tabel berikut:
a) Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4. 11 Hasil Uji Independent Sample t Test Pretest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Pretest Eksperimen 39,54 0,216 2,023 0,830
Pretest Kontrol 38,42
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Untuk menentukan harga ttabel dengan mencari ttabel menggunakan tabel
distribusi t dengan taraf signifikan a = 0,05 : 2 = 0,025 dan db = N-2 = 41-2 =
39 maka diperoleh t0,05 = 0,216. Setelah diperoleh thitung 0,216 ttabel = 2, 023
maka diperoleh thitung < ttabel atau 0,216 < 2, 023 dan nilai sig (2-tailed)
diperoleh 0,830 maka diperoleh 0,830 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.
65
b) Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.12 Hasil Uji Independent Sample t Test Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Posttest eksperimen 74,55
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Untuk menentukan harga ttabel dengan mencari ttabel menggunakan tabel
distribusi t dengan taraf signifikan a = 0,05 : 2 = 0,025 dan db = N-2 = 41-2 =
39 maka diperoleh t0,05 = 2,171. Setelah diperoleh thitung 2,171 ttabel = 2, 023
maka diperoleh thitung > ttabel atau 2,171 > 2,023 dan nilai sig (2-tailed)
diperoleh 0,036 maka diperoleh 0,036 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh
penggunaan media herbarium terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam
konsep bagian-bagian tumbuhan siswa kelas IV SD Inpres Bontonompo
Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
dibandingkan pembelajaran konvensional berbantu dengan buku cetak. Pada
penelitian ini memiliki dua variabel yang menjadi objek penelitian, meliputi
variabel bebas yaitu penggunaan media herbarium dan variabel terikatnya hasil
belajar IPA. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas IV A yang
berjumlah 22 siswa sebagai kelas eksperimen dan IV B berjumlah 19 siswa
sebagai kelas kontrol.
Bagian-bagian tumbuhan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan jumlah
pertemuan sebanyak 6 kali yaitu 3 kali pertemuan di kelas eksperimen dan 3 kali
pertemuan di kelas kontrol. Pertemuan 1 dan 2 di kelas eksperimen diawali
dengan melakukan pretest kemudian dilanjutkan dengan pemberian treatment,
pertemuan ke 3 dilanjutkan dengan proses pembelajaran kemudian dilakukan
posttest. Pertemuan 1 dan 2 pada kelas kontrol diawali dengan pemberian pretest
kemudian diberikan pembelajaran secara konvensional, pertemuan ke 3
dilanjutkan dengan proses pembelajaran kemudian dilakukan posttest. Pretest
dilakukan pada awal pertemuan sebelum memberikan perlakuan dan posttest pada
akhir pertemuan setelah selesai memberikan perlakuan untuk mengetahui hasil
belajar siswa.
pembelajaran didapatkan data yaitu: pada kelas eksperimen skor perolehan 178
pada kelas kontrol 149, skor rata-rata pada kelas eksperimen 3,4 pada kelas
kontrol 2,8 dan persentase pada kelas eksperimen 68% pada kelas kontrol 56%.
dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa dalam melakukan proses
pembelajaran didapatkan data yaitu: pada kelas eksperimen skor perolehan 246
pada kelas kontrol 182, skor rata-rata pada kelas eksperimen 11,7 pada kelas
kontrol 8 dan persentase pada kelas eksperimen 53,18% pada kelas kontrol
42,10%. dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.
67
Dari hasil analisis statistik deskriptif diperoleh nilai pada kelas eksperimen
yaitu: Pretest kelas eksperimen nilai rata-ratanya 39,55, nilai minimum 10 dan
nilai maksimum 70. Pada posttest kelas eksperimen nilai rata-rata 74,55, nilai
minimum 50 dan nilai maksimum 100. Pada pretest kelas kontrol nilai rata-rata
38,42, nilai minimum 10 dan nilai maksimum 70. Pada posttest kelas kontrol nilai
rata-rata 64,21, nilai minimum 30 dan nilai maksimum 90.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari uji normalitas
dan uji homogenitas yang dilakukan berdasarkan hasil pretest dan posttest
masing-masing kelas. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dengan diketahui bahwa sig = 0.098 untuk pretest kelas eksperimen dan sig =
0,150 untuk posttest kelas eksperimen, nilai sig = 0,200 untuk pretest kelas
kontrol dan nilai sig = 0,107 untuk posttest kelas kontrol, dan taraf signifikansi
yang digunakan ialah a = 0,05 sehingga terdistribusi normal karena nilai sig >
0,05.
Analisis berikutnya ialah uji homogenitas yang memiliki tujuan untuk melihat
apakah variansi-variansi dari populasi sama atau tidak. Uji varian pada uji
homogenitas dilakukan menggunakan program SPSS versi 18. Hasil pengujian uji
homogenitas dengan taraf signifikansi α (5 %) diperoleh data signifikansi hasil
belajar IPA materi bagian-bagian tumbuhan yaitu 0,502. Karena nilai 0,502 > 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki variansi sama atau
homogen.
68
pembelajaran konvensional.
Analisis data dan uji hipotesis pada pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
diperoleh t0,05 = 0,216. Setelah diperoleh thitung 0,216 ttabel = 2, 023 maka diperoleh
thitung < ttabel atau 0,216 < 2, 023 dan nilai sig (2-tailed) diperoleh 0,830 maka
diperoleh 0,830 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1
ditolak.
Analisis data dan uji hipotesis pada posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh thitung 2,171 ttabel = 2, 023 maka diperoleh thitung > ttabel atau 2,171
> 2,023 dan nilai sig (2-tailed) diperoleh 0,036 maka diperoleh 0,036 < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti
bahwa terdapat pengaruh penggunaan media herbarium terhadap hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian tumbuhan siswa kelas IV SD
Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
Kesimpulan, berdasarkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa melalui
media herbarium lebih baik dari hasil belajar yang menggunakan pembelajaran
konvensional hal ini dipertegas dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermanti
Hasugian, Martina Asiati Napitupulu perbedaan hasil belajar spermatophyte siswa
yang diajar menggunakan media herbarium dan tanpa herbarium di kelas X SMA
Negeri 2 Kisaran. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata hasil
belajar Biologi siswa pada media herbarium dengan tidak menggunakan media
herbarium pada materi spermatophyte SMA Negeri 2 Kisaran. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Maryati Z yang mengemukakan bahwa banyak hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa proses pendidikan akan lebih berhasil bila anak turut
69
aktif dalam proses pendidikan tersebut. Dengan perkataan lain, yang menjadi
pusat kegiatan dalam kegiatan pendidikan bukalah guru melainkan anak. Hal ini
mengandung pengertian perlunya berbagai fasilitas belajar, termasuk media
pendidikan. Pernyataan lain yang dipertegas dalam penelitian yang dilakukan oleh
British Audio-Visual Association menghasilkan temuan bahwa rata-rata jumlah
informasi yang diperoleh seseorang melalui indera menunjukkan komposisi
sebagai berikut:
6% melalui indera sentuhan dan perabaan
6% melalui indera penciuman dan lidah
Dari hasil temuan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan
seseorang paling banyak diperoleh secara visual atau melalui indera penglihatan.
Dengan demikian, penggunaan media yang dapat dilihat (visual) dalam kegiatan
pendidikan untuk anak akan lebih menguntungkan, sedangkan proses pendidikan
yang sebagian besar bahan ajar disampaikan secara verbal dengan mengandalkan
indera pendengaran tidak banyak menguntungkan dalam pencapaian tujuan
pendidikan.
Selain itu, ditegaskan juga dengan pernyataan dari Sapriati Objek nyata
(realia) adalah benda sebenarnya yang digunakan sebagai alat bantu dalam
pembelajaran. Realia mudah didapat dan dapat membangkitkan minat belajar,
serta dianggap sebagai media ideal untuk memperkenalkan siswa kepada suatu
topik baru. Contoh media in
KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA
Gelar Sarjana Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2020
i
ii
iii
Nama : CINDYA NUR
Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Konsep
Bagian-bagian Tumbuhan Siswa Kelas IV SD Inpres
Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan didepan Tim
Penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 28 September 2020
Nama : CINDYA NUR
Fakultas : Keguruandan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan olehpemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakkan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuaidengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 28 September 2020
Karena menyerah sama saja menunda keberhasilan
“Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya” (Surah Al-Baqarah ayat 286)”
Karena itu kupersembahkan karya sederhana ini sebagai
ungkapan rasa cinta dan banggaku sebagai seorang anak atas
segala pengorbanan dan kasih sayang Ibundaku dan Ayahandaku.
vi
ABSTRAK
Jurusan Pendidikan Guru sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar, dibimbing oleh Khaeruddin dan
Syarifuddin Kune.
Berdasarkan hasil prapenelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa hasil
belajar siswa di SD Inpres Bontonompo masih minim, disebabkan oleh faktor-
faktor yang mempengaruhi salah satu diantaranya karena masih terbatasnya media
pembelajaran yang digunakan sehingga berpengaruh pada daya serap siswa dalam
pembelajaran. Maka peneliti ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Alam menggunakan media herbarium terhadap hasil
belajar siswa kelas IV di SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa. Metode penelitian yang digunakan ialah kuantitatif eksperimen
dan jenis penelitian ini ialah Quasy Experimental Design. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan ialah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel jika
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini
ialah kelas IV A sebanyak 22 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas IV B
sebanyak 19 siswa sebagai kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif dan analisis statistik inferensial. Uji hipotesis pada penelitian ini
menggunakan uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh thitung
sebesar 2,171 sedangkan ttabel 2,023 yang berarti thitung > ttabel dan nilai sig (2-tailed)
diperoleh 0,036 sehingga 0,036<0,05 kesimpulnnya H0 ditolak dan H1diterima.
Demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media
herbarium terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian
tumbuhan siswa kelas IV SD Inpres bontonompo Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa.
vii
memberikan kasih sayang dan karunia-Nya , sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan para
pengikutnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dalam rangka
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Dalam menyusun skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan nasehat,
saran, motivasi dan bimbingan, serta informasi-informasi dari berbagai pihak yang
merupakan pengalaman yang tidak bisa terukur baik secara materi dan moril.
Melalui tulisan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga, teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Nurdin dan
Ibunda Aminah atas pengorbanan, kasih sayang yang diberikan sejak lahir,
dorongan dan semangat yang tiada henti-hentinya serta do’a yang selalu
dipanjatkan dengan penuh rasa kasih sayang.
Tidak dapat dipungkiri semua pengalaman dan pengetahuan yang
didapatkan secara nyata adalah jendela kehidupan bagi penulis. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini, rasa hormat dan terimakasih
penulis ucapkan kepada:
viii
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Erwin Akib, S. Pd., M. Pd., Ph. D, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Khaeruddin, S. Pd., M. Pd, selaku pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Syarifuddin Kune, M. Si, selaku pembimbing II yang telah
memberikan nasehat, pengarahan dan bimbingan, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada
peneliti.
6. Bapak Anwarsyah. Ar. S. Pd, selaku Kepala Sekolah SD Inpres Bontonompo,
Ibu Irmawati, S. Pd, selaku pendidik mata pelajaran IPA kelas IV A dan Ibu
Hasnah, S. Pd selaku pendidik mata pelajaran IPA kelas IV B yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabatku Syahrul Amatullah, Murniati, Zatriani, Nur Rahmi Akil
Saleh terimakasih selalu ada berbagi suka, duka, tawa, canda, nasehat
motivasi, sehingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Teman-teman PGSD angkatan 2016, khususnya keluarga besar PGSD A
Universitas Muhammadiyah Makassar, terimakasih telah berbagi suka duka
berjuang, memotivasi, sehingga terselesaikannya skripsi ini. Kalian adalah
orang-orang istimewa yang pernah peneliti temui.
9. Semua pihak yang telah ikut andil dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak
ix
Peneliti menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat
kekurangan, kekeliruan disebabkan karna masih terbatasnya ilmu dan teori
penelitiaan yang peneliti kuasai. Oleh karena itu, kepada para pembaca dapat
memberikan masukan dan saran yang membangun sehingga penelitian ini akan
lebih baik lagi. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan nikmat dan karunia-Nya
bagi kita semua, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya, Aamiin.
Makassar, Juli 2020
A. Kajian Pustaka ........................................................................ 9
1. Media Pembelajaran ............................................................ 9
6. Profil Sekolah .................................................................... 32
B. Kerangka Pikir ........................................................................ 34
C. Hipotesis Penelitian ................................................................. 36
A. Rancangan Penelitian .............................................................. 38
E. Instrumen Penelitian ............................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 49
A. Hasil Penelitian......................................................................... 49
A. Simpulan ................................................................................... 71
B. Saran ......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 73
DAFTAR TABEL
1.1 Data Ulangan Harian IPA Kelas IV SD Inpres Bontonompo Tahun
Pelajaran 2019/2010 .............................................................................. 5
2. 1 Identitas Sekolah SD Inpres Bontonompo ............................................ 33
2. 2 Jumlah Siswa SD Inpres Bontonompo Tahun Ajaran 2019-2020 .......... 34
2. 3 Data Sarana dan Prasarana SD Inpres Bontonompo ............................... 34
3. 1 Desain Penelitian ................................................................................... 38
3. 2 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kognitif ................................................... 43
3. 3 Interpretasi Taraf Kesukaran .................................................................. 44
3. 4 Interpretasi Uji Reliabilitas ..................................................................... 45
3. 5 Kategori Hasil Belajar ........................................................................... 46
3. 6 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar .......................................................... 46
4. 1 Nilai Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ................................................................................................... 49
4. 2 Nilai Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol……………………………………………………………………. 51
4. 3 Hasil Pretest dan Posttest kelas eksperimen…………………………...... 52
4. 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Pretest dan
Posttest Kelas Eksperimen……………………………............................. 54
Eksperimen……………………………………………………………... 56
4. 6 Hasil Pretest dan Posttest kelas Kontrol……………………………….. 57
4. 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Pretest dan
xiii
Posttest Kelas Kontrol…………………………………………………… 59
4. 8 Distrbusi Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Klasikal Kelas Kontrol … 60
4. 9 Ringkasan Uji Normalitas ...................................................................... 62
4. 10 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ................................................................................ 63
4. 11 Hasil Uji Independent Sample t Test Pretest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ....................................................................................... 64
4. 12 Hasil Uji Independent Sample t Test Posttest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ....................................................................................... 65
2. 6 Kerangka Pikir ...................................................................................... 36
xv
Eksperimen dan Kelas Kontrol…………………………………………..... 50
4. 2 Perbandingan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol……………………………………………. 51
4. 3 Distribusi perbandingan statistik hasil belajar pretest dan posttest kelas
eksperimen………………………………………………………………… 53
4. 4 Distribusi perbandingan kategori hasil belajar pretest dan posttest pada
kelas eksperimen…………………………………………………………… 55
4. 5 Perbandingan tingkat ketuntasan hasil belajar pretest dan posttest kelas
eksperimen…………………………………………………………………. 57
4. 6 Distribusi perbandingan statistik hasil belajar pretest dan posttest kelas
kontrol……………………………………………………………………… 58
4. 7 Distribusi perbandingan kategori hasil belajar pretest dan posttest pada
kelas kontrol……………………………………………………………… 59
4. 8 Perbandingan tingkat ketuntasan hasil belajar pretest dan posttest kelas
kontrol……………………………………………………………………... 61
Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa
Lampiran 3. Media Pembelajaran
Lampiran 7.Daftar Hasil Belajar Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Lampiran 11. Daftar Riwayat Hidup
1
pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukannya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Neolaka dan Grace Amialia,
2017: 12).
ketika suatu oragnisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman”(Dahar, 2011:2). Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah
Ar-Ra’ad ayat 11 yang terjemahannya “Sesungguhnya Allah tidak merubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri (QS. Ar-Ra’ad: 11). Berdasarkan ayat tersebut dijelaskan
bahwa Allah menganjurkan kepada manusia untuk melakukan suatu
perubahan yang dimulai dari diri manusia itu sendiri, perubahan yang
dimaksud adalah perubahan kepada yang lebih baik dengan melalui proses
belajar agar memperoleh ilmu yang bermanfaat. Dalam mencapai perubahan
yang lebih baik tersebut erat kaitannya dengan peran seorang guru dalam
proses belajar.
Seperti yang dikemukakan oleh Rimang (2011: 2) bahwa guru merupakan
manusia yang paling bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik,
mengubah segala bentuk perilaku dan pola pikir manusia, membebaskan
manusia dari terbelenggu kebodohan. Sedangkan menurut Mudlofir (2014:
119-120) bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.
Pendidik memilki tugas yang sangat penting dalam menciptakan suasana
belajar yang menekankan pada keefektifan siswa. Dalam kurikulum 2013
proses belajar terletak pada (student centre). Artinya, siswa yang aktif dalam
proses pembelajaran. Mereka harus mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya dengan mengungkapkan hasil pengalaman mereka agar tercipta
pemikiran baru di dalam pembelajaran.
Chippetta dalam Prasetyo (2013) mengutarakan bahwa hakikat IPA
adalah sebagai a way of thinking (cara berpikir), a way of investigating (cara
penyelidikan) dan a vody of knowledge (sekumpulan pengetahuan). Sebagai
cara berpikir, IPA merupakan aktivitas mental (berpikir) orang-orang yang
bergelut dalam bidang yang dikaji. Para ilmuwan berusaha mengungkap,
menjelaskan serta menggambarkan fenomena alam. Ide-ide dan penjelasan
suatu gejala alam tersebut disusun di dalam pikiran. Kegiatan mental tersebut
didorong oleh rasa ingin tahu (curriousty) untuk memahami fenomena alam.
3
pendekatan dalam menyusun pengetahuan.
hasil temuan yang dilakukan para ilmuwan (Wedyawati dan Yasinta Lisa,
2019: 1). Dengan pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari alam sekitar dan diri sendiri. Agar hal itu
dapat terwujud, guru harus memilki kreativitas dalam menentukan media
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi ajar.
Media secara etimologis berasal dari kata latin, yaitu medium, yang
artinya antara, dalam arti umum dipakai untuk melanjutkan alat komunikasi.
Secara istilah, kata media menunjukkan segala sesuatu yang membawa atau
menyalurkan informasi antara sumber dan penerima, seperti film, televisi,
radio, alat visual yang diproyeksikan, barang cetakan, dan lain-lain sejenis itu
adalah media komunikasi untuk menyampaikan suatu pesan atau gagasan
(Susanto 2016: 313).
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa media pembelajaran adalah
alat yang sangat membantu guru dalam menyalurkan materi pelajaran kepada
siswa karena dapat mengkonkritkan yang bersifat abstrak. Dalam
pembelajaran tujuan penggunaan media antara lain adalah untuk
meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran, memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, memberikan arahan tentang tujuan yang akan
dicapai, menyediakan evaluasi mandiri, memberi rangsangan kepada guru
untuk kreatif, menyampaikan materi pembelajaran, dan membantu pebelajar
yang memiliki kekhususan tertentu (Sapriati, dkk. 2014: 5.2).
4
tujuan proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan strategi dalam proses
pembelajaran diantaranya dengan memanfaatkan media pembelajaran sebagai
alat bantu dalam menyampaikannya.
pembelajaran dalam proses belajar dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa yaitu penelitian menunjukkan bahwa proses pendidikan akan lebih
berhasil bila anak turut aktif dalam proses pendidikan tersebut. Dengan
perkataan lain, yang menjadi pusat kegiatan dalam kegaiatan pendidikan
bukanlah guru melainkan anak. Hal ini mengandung pengertian perlunya
berbagai fasilitas belajar, termasuk media pendidikan (Muliati Samad dan
Mariyati Z, 2017: 9).
bahwa herbarium adalah contoh tumbuhan yang telah diawetkan baik secara
kering maupun basah. Material herbarium yang bernilai ilmiah selalu disertai
identitas pengumpul (nama pengumpul dan nomor koleksi). Koleksi
herbarium dapat berupa kering dan basah. Dalam penelitian ini menggunakan
herbarium kering.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Sekolah SD Inpres
Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dalam proses
kegiatan belajar mata pelajaran IPA dapat dilihat bahwa kurangnya
ketertarikan siswa terhadap penjelasan yang diberikan guru pada saat proses
belajar berlangsung yang berakibat pada rendahnya hasil belajar IPA, hal
tersebut terbukti dari nilai ulangan harian IPA kelas IV SD Inpres
5
ini:
Tabel 1. 1 Data ulangan harian IPA kelas IV SD Inpres Bontonompo
Tahun Pelajaran 2019/2020
Sumber: Dokumentasi Pendidik kelas IV SD Inpres Bontonompo
Berdasarkan tabel data di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa
masih rendah, hal ini dapat terlihat karena masih banyak nilai siswa yang
belum memenuhi KKM yang ditetapkan yaitu ≥ 70. Siswa kelas IV berjumlah
41 siswa yang terdiri dari kelas IV A sebanyak 22 siswa sedangkan kelas IV B
19 siswa, yang mencapai nilai KKM berjumlah 26 siswa dengan persentase
63,41 %, sedangkan yang belum mencapai nilai KKM berjumlah 15 siswa
dengan persentase 36,58%. Hal ini disebabkan karena dalam proses
pembelajaran guru hanya menggunakan buku cetak sebagai media
pembelajaran. Dalam buku cetak tersebut terdapat gambar dengan ukuran
kecil sehingga siswa melihat media tersebut sebagai suatu hal yang biasa
akibatnya siswa tidak fokus pada pembelajaran.
Salah satu solusi yang dilakukan adalah dengan menggunakan media
pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud dan sesuai dengan konsep
pembelajaran yaitu media pembelajaran herbarium. Media herbarium adalah
media pembelajaran pengawetan tumbuhan yaitu herbarium kering.
Herbarium tersebut ditempelkan ke kertas kemudian disatukan sehingga
6
memahami materi pelajaran karena media ini masih tergolong konkrit. Media
pembelajaran ini akan mengarahkan siswa dalam kondisi belajar yang
bermakna.
herbarium berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, salah satu penelitian yang
dilakukan oleh Gusti Ayu Pt Nova Widiyantini, I Gede Meter, I Wy. Rinda
Suardika (2013-2014). “Penerapan Pembelajaran Inkuiri Dengan Bantuan
Herbarium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 32
Pemecutan Kecamatan Denpasar Barat. Pada penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran inkuiri dengan bantuan herbarium mampu
memecahkan masalah rendahnya hasil belajar IPA sehingga secara umum
tujuan penelitian ini telah tercapai.
Dengan demikian, adanya media herbarium diharapkan peserta didik
dapat membangun pengetahuan dan mudah memahami materi pembelajaran
sehingga dalam proses belajar mengajar tercipta suasana baru dan siswa dapat
mengubah pemikiran tentang pelajaran IPA yang membosankan menjadi
sesuatu pelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melaksanakan penelitian
untuk melihat pengaruh penggunaan media herbarium terhadap hasil belajar
IPA, yang dituangkan dalam judul: “Pengaruh Penggunaan Media
Herbaarium Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengtahuan Alam Konsep
Bagian-bagian Tumbuhan Siswa Kelas IV SD Inpres Bontonompo
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
diteliti adalah apakah terdapat Pengaruh Penggunaan Media Herbarium
Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Konsep Bagian-bagian
Tumbuhan Siswa Kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa?
untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Media Herbarium Terhadap Hasil
Belajar IPA Konsep Bagian-agian Tumbuhan Siswa Kelas IV SD Inpres
Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
yang disampaikan oleh guru mengenai pembelajaran IPA melalui media
pembelajaran sehingga peserta didik dapat dengan mudah memahami
konsep tersebut.
kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai.
3. Bagi Sekolah
media pembelajaran mata pelajaran IPA di SD Inpres Bontonompo
Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa sehingga sekolah lebih
berinovasi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
9
A. Kajian Pustaka
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Kurniawan (2014: 177) media pembelajaran yaitu
penyaluran pesan-pesan pembelajaran sehingga pesan atau materi
pembelajaran tersebut mampu merangsang pikiran, perhatian, perasaan
dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar pada siswa secara lebih
efektif.
Menurut Susanto (2016: 313) kata media secara etimologis berasal
dari kata Latin, yaitu medium, yang artinya antara, dalam arti umum
dipakai untuk melajutkan alat komunikasi. Secara istilah, kata media
menunjukkan segala sesuatu yang membawa atau menyalurkan informasi
antara sumber dan penerima, seperti film, televisi, radio, alat visual yang
diproyeksikan, barang cetakan dan lain-lain sejenis itu adalah media
komunikasi untuk menyampaikan suatu pesan atau gagasan.
Menurut Samad dan Maryati Z (2017: 9) media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang digunakan atau disediakan oleh guru yang
penggunaannya diintegrasikan kedalam tujuan dan isi pembelajaran,
sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran
serta mencapai kompetensi pembelajarannya. Selain itu, media dalam
10
anak didik mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari sumber (guru) kepada penerima pesan (siswa) yang sesuai
dengan karakteristik tujuan dan meteri pelajaran sehingga tercipta keadaan
belajar yang efektif guna mencapai kompetensi dasar yang diinginkan.
Setelah kita memahami hakikat media pembelajaran, hal lain yang
harus kita renungkan adalah mengapa media ini sangat penting sehingga
harus dijadikan sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dalam
proses pembelajaran. Untuk menjawab pertanyaan tersebut coba
perhatikan beberapa alasan di bawah ini:
1) Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa proses pendidikan
akan lebih berhasil bila anak turut aktif dalam proses pendidikan
tersebut. Dengan perkataan lain, yang menjadi pusat kegiatan dalam
kegiatan pendidikan bukalah guru melainkan anak. Hal ini
mengandung pengertian perlunya berbagai fasilitas belajar, termasuk
media pendidikan.
seseorang melalui indera menunjukkan komposisi sebagai berikut:
75% melalui indera penglihatan (visual)
11
6% melalui indera sentuhan dan perabaan
6% melalui indera penciuman dan lidah
Dari hasil temuan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
pengetahuan seseorang paling banyak diperoleh secara visual atau melalui
indera penglihatan. Dengan demikian, penggunaan media yang dapat
dilihat (visual) dalam kegiatan pendidikan untuk anak akan lebih
menguntungkan, sedangkan proses pendidikan yang sebagian besar bahan
ajar disampaikan secara verbal dengan mengandalkan indera pendengaran
tidak banyak menguntungkan dalam pencapaian tujuan pendidikan.
a. Tujuan Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa (Susanto, 2016: 320).
Adapun Sudjana dan Riva (1992) mengemukakan tentang tujuan
diterapkannya media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu
sebagai berikut:
menumbuhkan motivasi belajar
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar
pada setiap jam pelajaran
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatn belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-
lain (Susanto, 2016: 322).
Menurut Samad dan Maryati Z (2017: 20) bahwa ada beberapa
prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pengajar dalam memilih dan
menggunakan media pembelajaran, yaitu:
1) Tidak ada satu media yang paling unggul untuk semua tujuan. Satu
media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin
tidak ocok untuk yang lain
2) Media adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Hal ini berarti
bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar pengajar saja,
tetapi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses
pembelajaran
3) Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk
memudahkan belajar siswa. Kemudahan belajar siswa haruslah
dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media
4) Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan
hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan
13
berlangsung
pembelajaran), tidak didasarkan pada kesenangan pribadi
6) Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan
siswa. Penggunaan multimedia tidak berarti menggunakan media yang
banyak sekaligus tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan
media yang lain untuk tujuan yang lain pula
7) Kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan
keabstrakannya. Media yang konkrit wujudnya, mungkin sukar untuk
dipaham karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula
memberikan pengertian yang tepat.
Menurut Heinich dkk. (1996) dalam Sapriati (2014: 5.5) menyatakan
bahwa media instruksional/pembelajaran antara lain terdiri atas (1) media
tidak diproyeksikan (nonprojected media); (2) media diproyeksikan
(projected visual/media); (3) audio; (4) media gerak (motion media); (5)
computer; dan (6) media radio dan televisi.
1) Media tidak diproyeksikan (nonprojected media)
a) Objek nyata (realia) adalah benda sebenarnya yang digunakan
sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Realia mudah didapat dan
dapat membangkitkan minat belajar, serta dianggap sebagai media
ideal untuk memperkenalkan siswa kepada suatu topik baru.
Contoh media ini untuk pembelajaran IPA adalah (1) bagian dari
14
struktur dan fungsinya, (2) spesimen, yaitu tumbuh-tumbuhan,
hewan, atau bagian-bagiannya yang diawetkan, misalnya
insektarium, terarium, herbarium untuk memudahkan pengamatan
dalam pembelajaran topik tertentu, (3) manusia atau bagian
tubuhnya seperti mata, telinga, tangan, (4) batu-batuan dan benda
yang ada di alam sekitar, seperti air, tanah, (5) barang-barang
kehidupan sehari-hari seperti lampu pijar, katrol, timbangan,
neraca, alat untuk menimba air, dan (6) artifak, yaitu hewan atau
tumbuhan bersejarah yang spesiesnya masih ada atau sudah punah
beserta penjelasan tentang koleksi artifak tersebut.
b) Model adalah representasi benda asli dalam bentuk tiga dimensi.
Contoh model untuk pembelajaran IPA adalah torso, model mata,
model telinga, model tata surya, model bagan batang, model bagian
daun.
c) Bahan tercetak adalah buku, majalah, atau bahan bacaan lain yang
berisi penjelasan dan ilustrasi tentang topik-topik dalam
pembelajaran IPA.
gambar yang bersifat fotografik dan yang bersifat nonfotografik.
2) Media diproyeksikan (projected visual/media)
a) Transparansi digunakan dengan memakai alat yang disebut
overhead projector (OHP).
b) Slide adalah suatu format kecil transparansi fotografi yang secara
individual dipasangkan pada suatu alat proyeksi.
3) Media audio untuk mendukung pembelajaran IPA dapat berbentuk
kaset, rekaman fonograf, compact disk, audio cards.
4) Media gerak adalah bentuk media yang menyajikan topik pmbelajaran
dalam bentuk narasi dan gambar yang bergerak. Bentuk media gerak
dapat berupa film dan video. Contoh film atau video untuk
pembelajaran IPA tentang prosedur praktikum IPA.
5) Komputer
pertama kali ditemukan pada tahun 1600-an di Eropa. Cara paling
sederhana membuat herbarium adalah dengan mengeringkan organ
tumbuhan yang selanjutnya ditata, diberi label, lalu disimpan. Namun,
jika ingin hasilnya lebih bagus dan lebih awet, maka kita perlu
melakukan pengawetan. Larutan pengawet yang digunakan untuk
membuat herbarium kering dan basah berbeda.
Karmana (2007: 2) menyatakan bahwa “tempat menyimpan
tumbuhan yang sudah diawetkan”.
menyatakan bahwa herbarium adalah contoh tumbuhan yang telah
16
bernilai ilmiah selalu disertai identitas pengumpul (nama pengumpul
dan nomor koleksi). Koleksi herbarium dapat berupa kering dan basah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa herbarium
adalah koleksi tumbuhan kering yang diawetkan yang biasanya terdiri
dari daun, bunga, batang, biji dan sebagainya baik secara kering
maupun basah.
1) Alat peraga untuk mempelajari tumbuhan artinya pada
pembelajaran, herbarium dapat digunakan sebagai media untuk
membantu pendidik menjelaskan pelajaran.
melakukan penelitian tentang tumbuhan. Jika tumbuhan yang akan
diteliti sudah langka atau sulit dijangkau, maka digunakan sebagai
pengganti bahan penelitian.
herbarium akan membantu menentukan klasifikasi tumbuhan baru
yang ditemukan .
Menurut Maya (2017: 32-33) bahwa adapun langkah-langkah
dalam pembuatan herbarium kering adalah sebagai berikut:
1) Siapkan selembar kertas koran, lalu lipat menjadi dua bagian.
17
2) Letakkan tumbuhan di atas salah satu bagian koran. Jika terlalu
panjang dapat memotongnya sedikit. Usahakan tidak ada bagian
tumbuhan yang terlipat. Kecuali terpaksa melipat.
3) Tutup tumbuhan dengan melipat sisi koran lainnya.
4) Letakkan pemberat sementara di atas koran agar tumbuhan tertekan
dan koran tidak mudah terbuka.
5) Buat label/etiket tumbuhan, lalu tempelkan di atas koran supaya
tumbuhan tidak tertukar.
lakukan pengepresan.
3. Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam terdiri atas tiga suku kata yaitu: Ilmu,
Pengetahuan dan Alam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim
Pustaka Phoenix, 2012: 342) menyatakan bahwa ilmu adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu,
sedangkan Pengetahuan adalah ilmu; tahu dan Alam adalah dunia,
alam semesta, syah alam, kerajaan dan sebagainya.
Menurut Sujana (2014: 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau
Sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai alam
18
Chippetta dalam Prasetyo (2013) mengutarakan bahwa hakikat
IPA adalah sebagaia way of thinking (cara berpikir), a way of
investigating (cara penyelidikan) dan a vody of knowledge
(sekumpulan pengetahuan). Sebagai cara berpikir, IPA merupakan
aktivitas mental (berpikir) orang-orang yang bergelut dalam bidang
yang dikaji. Para ilmuwan berusaha mengungkap, menjelaskan serta
menggambarkan fenomena alam. Ide-ide dan penjelasan suatu gejala
alam tersebut disusun di dalam pikiran. Kegiatan mental tersebut
didorong oleh rasa ingin tahu (curriousty) untuk memahami fenomena
alam. Sebagai cara penyelidikan, IPA memberikan gambaran tentang
pendekatan-pendekatan dalam menyusun pengetahuan (Wedyawati
dan Yasinta Lisa, 2019: 1).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang alam
semesta beserta isinya, gejala alam, fenomena alam serta peristiwa-
peristiwa alam yang diperoleh melalui metode-metode atau cara ilmiah
yang dilakukan secara teliti.
Sapriati, dkk. (2014: 2.3) bahwa pendidikan IPA di sekolah dasar
bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip,
proses penemuan, serta memilki sikap ilmiah, yang akan bermanfaat
19
bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitar. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mencari tahu
dan berbuat sehingga mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah.
dalam alam semesta yang dapat diuji scara ilmiah (verifikasi) seperti
melalui observasi atau eksperimen. Masih banyak hal yang tidak dapat
diuji secara ilmiah, seperti: keyakinan atau agama dan kekuatan
supranatural, seperti: mukjizat atau astrologi termasuk keyakinan akan
adanya Tuhan dan setan meskipun sudah sering menjadi bahan diskusi.
d. Konsep Bagian-bagian Tumbuhan
Tumbuhan memilki klorofil atau zat hijau daun yang berfungsi sebagai
media pencipta makanan dan untuk proses fotosintesis. Tercatat sekitar
35.000 spesies tumbuhan dari jumlah tersebut 258.650 jenis
merupakan tumbuhan berbunga dan 18.000 jenis termasuk tumbuhan
lumut. Hampir semua anggota tumbuhan bersifat autotrof dan
mendapatkan energi langsung dari cahaya matahari melalui proses
fotosintesis (Amal, 2019: 104).
bagian-bagian tubuh. Bagian-bagian tumbuhan meliputi akar, batang,
daun, bunga, buah, dan biji. Semua bagian tumbuhan secara langsung
ataupun tidak langsung berguna untuk menegakkan kehidupan
20
digunakan untuk keperluan tersebut, berturut-turut akan diuraikan di
bawah ini:
1. Akar
dalam tanah. Akar dibedakan menjadi beberapa bagian, di
antaranya rambut akar (bulu akar) dan tudung akar. Rambut akar
merupakan jalan masuk air dan zat hara dari tanah ke dalam tubuh
tumbuhan. Akar mempunyai susunan dari luar ke dalam yaitu kulit
luar (epidermis), kulit pertama (korteks), dan silinder pusat.
Bagian-bagian akar terdiri dari tudung akar, ujung akar,
batang akar, cabang akar dan pangkal akar. Berdasarkan
strukturnya, terdapat dua jenis akar, yaitu akar serabut dan akar
tunggang. Akar serabut biasanya dimiliki oleh tumbuhan jenis
monokotil (biji berkeping tunggal). Misalnya, padi, jagung, dan
kelapa. Adapun akar tunggang biasanya dimiliki oleh tumbuhan
21
dan kacang-kacangan.
tumbuhan yang dicangkok.
1) Berstruktur seperti serabut.
3) Semua bagian akar keluar dari pangkal batang.
c) Akar tunggang
1) Memiliki akar pokok.
kecil.
Fungsi akar bagi tumbuhan adalah :
a) Untuk menguatkan berdirinya batang
b) Menyerap air dan garam mineral
c) Membantu penyerapan oksigen di udara pada tumbuhan
tembakau
umbi-umbian
22
tubuh tumbuhan yang ada di atas tanah, serta tempat melekatnya
daun, bunga dan buah. Fungsi batang yaitu :
a) Untuk penyokong tubuh tumbuhan
b) Mengangkut zat makanan ke seluruh tubuh tumbuhan
c) Mengangkut air dan mineral dari akar ke daun, serta zat
makanan
3. Daun
hijau. Daun banyak mengandung zat warna hijau yang disebut
klorofil. Daun dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk.
Berdasarkan susunannya, tulang daun ada yang menyirip
(mangga dan jambu), menjari (singkong), dan sejajar (jagung. tebu,
padi, dan alang-alang). Setiap jenis tumbuhan memiliki struktur
daun yang khas, hal ini disesuaikan dengan fungsi sesuai tempat
hidupnya. Daun bagi tumbuhan berfungsi antara lain sebagai
berikut:
zat hijau daun.
c) Merupakan salah alat pernapasan pada tumbuhan, yaitu melalui
bagian daun yang disebut stomata atau mulut daun.
d) Bahan perkembangbiakan, misalnya pada tanaman cocor
bebek.
bawang merah dan lily.
perkembangbiakan tumbuhan biji. Bunga mempunyai bagian-
bagian tertentu yang sangat penting untuk perkembangbiakan
tumbuhan. Bunga yang telah mengalami penyerbukan akan tumbuh
menjadi buah dan biji yang kemudian tumbuh menjadi tumbuhan
baru.
kelopak, benang sari dan putik. Benang sari berfungsi sebagai alat
kelamin jantan dan putik berfungsi sebagai alat kelamin betina.
Berikut bagian-bagian bunga :
bawah bunga. Tangkai ini berperan sebagai penopang bunga
dan sebagai penyambung antara bunga dan batang atau ranting.
25
Kelopak biasanya berwarna hijau seperti daun atau berwarna
warni seperti mahkota.
Kelopak biasanya berwarna hijau seperti daun atau berwarna
warni seperti mahkota.
d) Mahkota bunga, terletak di sebelah dalam kelopak dan biasanya
mempunyai warna yang beraneka ragam. Mahkota bunga
berguna untuk menarik serangga lain untuk datang membantu
penyerbukan.
e) Benang sari, merupakan alat kelamin jantan yang terdiri dari
tangkai sari dan kepala sari. Benang sari biasanya terletak di
tengah-tengah mahkota bunga.
f) Putik, merupakan alat kelamin betina. Pada dasar putik terdapat
bagian yang akan menjadi buah dan biji.
Berdasarkan bagian-bagian yang dimiliki bunga dibedakan
menjadi:
mahkota bunga, putik, dan benang sari.
b) Bunga tak lengkap yaitu bunga yang tidak memiliki salah satu
bagian kelopak bunga, mahkota bunga, putik, atau benang sari.
Bunga sempurna yaitu bunga yang memiliki benang sari dan
putik,
26
c) Bunga tak sempurna yaitu bunga yang hanya memiliki putik
atau benang sari saja.
5. Buah dan Biji
Buah merupakan tumbuhan yang berfungsi untuk melindungi
biji. Buah beraneka ragam struktur, rasa, dan warnanya. Kulit buah
merupakan lapisan yang paling luar. Daging buah adalah bagian
buah biasanya dapat kita makan. Ada yang berdaging, contohnya
buah mangga dan buah apel. Buah terdiri atas daging buah dan biji.
Biji merupakan hasil dari pembuahan yang terjadi akibat
penyerbukan antara serbuk sari dan putik. Biji itu berkeping. Biji
ada yang berkeping satu dan ada yang berkeping dua. Biji
berkeping satu disebut monokotil. Buah bagi tumbuhan
mempunyai kegunaan antara lain sebagai berikut:
a) Buah melindungi bakal tumbuhan baru,
b) Buah merupakan cadangan makanan.
c) Buah menarik organisme lain untuk membantu menyebarkan
tanaman tersebut, misalnya buah kopi.
27
Gagne (Kurniawan, 2014: 14) bahwa lima kategori hasil belajar
yang ingin dibentuk dari proses pembelajaran yaitu: 1) keterampilan
intelektual (intellectual skill), 2) strategi kognitif (cognitive strategy),
3) informasi herbal (verbal information), 4) keterampilan gerak
(motoric skill), 5) sikap (attitude).
Menurut Arifin (2011: 26) bahwa hasil belajar merupakan
gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami dan dikerjakan
peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman,
kerumitan, dan harus digambarkan secara jelas serta dapat diukur
dengan teknik-teknik penilaian tertentu.
penilaian proses belajar siswa suatu capaian yang telah diraih
seseorang”.
Sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai alam
semesta beserta isinya, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di
dalamnya yang dikembangkan oleh para ahli melalui serangkaian
proses ilmiah yang dilakukan secara teliti dan hati-hati.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
IPA adalah perubahan yang terjadi pada diri individu sebagai hasil
28
afektif maupun psikomotorik.
Menurut Djamarah (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu: faktor stimulus,
faktor mengajar dan faktor individu. Berikut ini akan dijelaskan secara
garis besar mengenai ketiga faktor tersebut:
1) Faktor stimulus
luar individu yang merangsang untuk mengadakan reaksi atau
perubahan, penegasan serta suasana lingkungan eksternal yang
diterima.
siswa, dengan kata lain metode yang dipakai guru sangat
menentukan dalam mencapai prestasi belajar siswa. Metode adalah
cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Jadi jelaslah bahwa metode menentukan pencapaian tujuan
pengajaran.
sekali pengaruhnya terhadap kegiatan belajar siswa, bahwa
pertumbuhan dan usia seiring dengan pertumbuhan dan
29
pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya.
c. Kriteria Penilaian Hasil Belajar
Menurut Mulyasa (2013: 208-209) bahwa penilaian hasil belajar
hakikatnya merupakan suatu proses untuk mengukur perubahan
perilaku yang terjadi pada peserta didik dan untuk mengukur taraf
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki peserta didik setelah
melewati proses belajar mengajar. Penilaian hasil belajar pada peserta
didik dapat dilakukan terhadap:
yang dilaksanakan.
partisipasi peserta didik dalam pembelajaran.
3) penilaian hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik.
d. Indikator Hasil Belajar
adalah tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa
setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Dengan
demikian, indikator hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang
dapat diobservasi (observable). Artinya, apa hasil yang diperoleh siswa
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.
30
Abdul Majid, mencakup ranah atau dimensi pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif ).
a. Ranah kognitif meliputi pemahaman dan pengembangan
keterampilan intelektual, dengan tingkatan: ingatan, pemahaman,
penerapan/aplikasi,analisis, evaluasi, dan kreasi. Indikator kognitif
dapat dipilah menjadi indikator produk dan proses.
b. Ranah psikomotorik berhubungan gerakan sengaja yang
dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa keterampilan
yang memrlukan koordinasi otak dengan beberapa otot.
c. Ranah afektif meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal
emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi antusiasme, motivasi,
dan sikap. Ranah afektif terentang mulai dari penerimaan terhadap
fenomena, tanggapan terhadap fenomena, penilaian, organisasi,
dan internalisasi atau karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini,
karakter merupakan bagian dari indikator pada ranah afektif.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwasanya indikator menjadi
operasionalisasi dari kompetensi dasar. Operasionalisasi ini
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan
diobservasi oleh guru. Indikator adalah ukuran tercapai tidaknya suatu
tujuan pembelajaran yang tersurat maupun tersirat dalam kompetensi
dasar. Indikator menjadi acuan dalam penilaian pembelajaran.
Indikator hasil belajar meliputi tiga ranah, yaitu sikap (afektif),
pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik), seperti
31
merupakan pengembangan dari KD.
Berikut akan dijelaskan hasil penelitian yang relevan dengan judul
yang diangkat oleh peneliti:
a. Gusti Ayu Pt Nova Widiyantini, I Gede Meter, I Wy. Rinda Suardika
(2013-2014). “Penerapan Pembelajaran Inkuiri Dengan Bantuan
Herbarium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV
SDN 32 Pemecutan Kecamatan Denpasar Barat. Pada penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri dengan bantuan
herbarium mampu memecahkan masalah rendahnya hasil belajar IPA
sehingga secara umum tujuan penelitian ini telah tercapai.
b. Martha Saa, Sirojuddin, Sutarjo (2016). “Studi Penerapan Media
Herbarium Pada Pembelajaran Biologi Sub Materi Tumbuhan
Spermatopytha di SMP Kabupaten Sorong”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan media herbarium morfologi daun
efektif digunakan dalam pembelajaran biologi sub materi tumbuhan
spermatophyte.
c. Hermanti Hasugian, Martina Asiati Napitupulu (2016). “Perbedaan
Hasil Belajar Spermatophyte Siswa yang Diajar Menggunakan Media
Herbarium dan Tanpa Herbarium Di Kelas X Sma Negeri 2 Kisaran”.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar
Biologi siswa pada media herbarium dengan tidak menggunakan
32
Tahun Pembelajaran 2015/2016.
Visi
berwawasan lingkungan disiplin dan bertanggung jawab”
Misi :
pembelajaran yang aktif kreatif, efektif`kebiasaan disiplin serta
berakhlakul karimah baik di lingkungan sekolah maupun diluar
lingkungan sekolah dengan melibatkan peran serta masyarakat
2) Mengembangkan sikap dan perilaku religiusitas di lingkungan
sekolah dan luar sekolah
menghargai
melibatkan warga sekolah, stake holder dan instansi terkait
5) Menciptakan lingkungan hidup di sekolah yang aman dan rapi,
bersih dan nyaman
menyenangkan, komunikatif, tanpa takut salah, dan demokratis.
33
manusia agar memberikan hasil yang terbaik bagi perkembangan
peserta didik
masyarakat
sekolah.
1.
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
SD INPRES BONTONOMPO
Tahun Ajaran 2019-2020
IVB 6 13 19
Tabel 2. 3 Data Sarana dan Prasarana SD Inpres Bontonompo
Jumlah siswa Orang 285
Jumlah guru Orang 19
Jumlah rombel Rombel 13
B. Kerangka Berpikir
herbarium dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar IPA.
Dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan
35
pembelajaran yang dilakukan akibatnya hasil belajar siswa rendah dari nilai
KKM yang ditetapkan yaitu 70. Terdapat beberapa siswa hasil belajarnya
rendah dari nilai KKM yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena guru hanya
menggunakan buku cetak dalam proses belajar mengajar
Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka peneliti akan menggunakan
media herbarium dalam konsep bagian-bagian tumbuhan. Media yang
digunakan tersebut diharapkan dapat memberikan perubahan terhadap hasil
belajar siswa dalam mata pelajara IPA. Sebelum diterapkan perlakuan yaitu
penggunaan media pembelajaran herbarium terlebih dahulu peneliti
manerapkan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui nilai siswa sebelum adanya perlakuan.
Peneliti akan melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media
herbarium pada kelas eksperimen. Setelah diberikan perlakuan maka peneliti
akan memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai dari
posttest tersebut akan menjadi kesimpulan atau temuan apakah terdapat
pengaruh penggunaan media herbarium atau tidak terhadap hasil belajar IPA
siwa kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten
Gowa.
36
Gambar 2. 6 Kerangka Pikir
C. HIPOTESIS PENELITIAN
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2018: 96).
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, dapat diambil
suatu hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh penggunaan media
Pembelajaran IPA kelas IV SD Inpres Bontonompo
Peserta didik kurang tertarik terhadap proses pembelajaran
berakibat pada rendahnya hasil belajar
Media pembelajaran yang digunakan hanya terfokus pada
buku cetak
kelas kontrol
eksperimen konsep bagian-bagian tumbuhan
dan kontrol
Bontonompo Kabupaten Gowa.. Untuk keperluan pengujian dirumuskan
hipotesis statistik sebagai berikut:
belajar Ilmu Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian tumbuhan siswa
kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten
Gowa.
SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
Keterangan:
38
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2018: 107).
2. Desain Penelitian
tipe Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain ini hampir sama
dengan Pretest-Posttest Control Group design, hanya pada desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
(Sugiyono, 2018: 114).
Tabel 3. 1 Desain Penelitian
Keterangan:
O1 X O2
O4 : hasil belajar siswa kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan
X : perlakuan yang diberikan, yaitu menggunakan media herbarium
3. Variabel Penelitian
Sugiyono (2018: 60-61) bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
a) Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan media herbarium.
b) Variabel terikat
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dari penelitian ini
adalah hasil belajar IPA konsep bagian-bagian tumbuhan.
B. Populasi dan sampel
terdiri atas; obyek /subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IVA dan
IV B SD Inpres Bontonompo.
40
Sugiyono (2018: 118) bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimuliki oleh populasi tersebut.
Penelitian ini menggunakan Sampling Jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, yaitu seluruh
siswa kelas IV A yang berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki
dan 13 siswa perempuan sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas IV B
berjumlah 19 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 13 siswa
perempuan sebagai kelas kontrol.
C. Definisi Operasional Variabel
Media herbarium yaitu media yang di dalamnya terdapat tumbuhan yang
diawetkan berupa herbarium kering kemudian ditempelkan ke dalam kertas
dan membentuk album.
Hasil belajar IPA adalah perubahan yang terjadi pada diri individu
sebagai hasil proses belajar IPA yang meliputi bertambahnya ilmu
pengetahuan, afektif maupun psikomotorik.
D. Teknik Pengumpulan Data
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2018: 308).
41
aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
2. Tes
Tes yang digunakan peneliti adalah tes tertulis yang terdiri dari 10 soal
pilihan ganda. Penggunaan tes dalam penelitian bertujuan agar peneliti
mendapatkan data berupa hasil belajar peserta didik baik kelas kontrol
maupun kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
berupa pretest dan posttest dengan soal yang berbeda. Dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Pemberian pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui data awal kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Memberikan treatment kepada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol
tidak diberikan treatment yaitu dengan menggunakan media herbarium
untuk membantu siswa dalam memahami konsep bagian-bagian
tumbuhan.
c. Memberikan posttest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah diberikan treatment.
3. Dokumentasi
penelitian berlangsung.
1. Lembar observasi
Lembar observasi yaitu berupa catatan tentang aktivitas guru dan aktivitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan sebagai pedoman untuk
menentukan tindakan berikutnya.
Dalam penelitian ini hasil belajar siswa yang dinilai adalah kognitif.
Instrumen memiliki kedudukan yang sangat penting karena sebagai alat ukur
sekaligus menjadi gambaran variabel yang diteliti dan berfugsi sebagai
penelitian hipotesis.
dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 10 soal. Tes dilakukan sebelum
pembelajaran pretest dan setelah pembelajaran (posttest). Tes diberikan untuk
mengukur kemampuan belajar IPA peserta didik. Tes yang diberikan kepada
kelas eksperimen berbeda dengan tes yang diberikan kepada kelas kontrol.
Meskipun berbeda tetapi tetap pada indkator yang sesuai dengan soal pretest.
Sebelum digunakan untuk penelitian instrumen, Instrumen terdiri dari 15
soal tersebut terlebih dahulu diuji cobakan kepada peserta didik diluar kelas
eksperimen dan kontrol, guna mengukur validitas dan reliabilitas. Soal tes
yang diberikan berbentuk pilihan ganda. Tes yang akan diberikan bertujuan
untuk mengetahui hasil belajar pada pelajaran IPA peserta didik.
43
No. Indikator Tujuan
Tes pilihan ganda:
x 100
F. Uji Coba Instrumen
Sebelum diujikan dikelas sampel, soal-soal instrumen telah diuji cobakan
diluar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji coba tes bertujuan untuk
mengetahui validitas, tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitas butir soal
tes.
Validitas merupakan derajat ketetapan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Hasil penelitian
yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2018:172). Jadi
penelitian dengan instrument yang valid serta reliabel merupakan syarat yang
mutlak bagi peneliti untuk dapat mengahasilkan penelitian yang valid serta
44
Untuk mengetahui valid atau tidaknya setiap soal, maka hasil perhitungan
dikorelasikan dengan rtabel. Jika rxy > rtabel , maka soal dikatakan valid,
sebaliknya jika rxy < rtabel, maka soal dikatakan tidak valid.
2. Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal merupakan suatu cara untuk mengukur butir soal
apakah soal itu sukar, sedang, atau mudah. Untuk menentukan perhitungan
tingkat kesukaran menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science)
versi 18.
digunakan kriteria sebagai berikut:
TK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,71 < P ≤ 1,00 Mudah
P = 100 Sangat Mudah
Supriadi (2017: 90)
Soal dapat dikatakan baik apabila soal tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Alasannya karna apabila peseta didik diberikan soal yang mudah maka
tidak ada tantangan bagi peserta didik untuk memecahkan soal, sedangkan
soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik putus asa karena
pemecahan soal itu berada di luar kemampuannya lalu tidak lagi bersemangat
mencobanya.
45
Realibilitas instrumen ialah suatu ketetapan atau ketelitian sebagai suatu
alat evaluasi. Suatu alat evaluasi atau tes dikatakan reliable jika suatu tes
tersebut dapat dipercaya, konsisten, atau stabil produktif. Untuk menghitung
reliabilitas peneliti menggunakan program SPSS (Statistical Package for
Social Science) versi 18.
umumnya menggunakan patokan sebagai berikut:
Tabel 3.4
Supriadi (2017: 89)
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang
digunakan adalah statistik deskriptif dan inferensial Sugiono (2019: 241).
1. Analisis statistik deskriptif
belajar siswa yang telah diberikan treatment yaitu penggunaan media
herbarium. Hasil belajar siswa tersebut akan dibandingkan dengan sebelum
diberikan perlakuan berupa penggunaan media herbarium. Adapun analisis
deskriptif yang dilakukan adalah mencari nilai rata-rata (mean), modus,
46
median dan standar deviasi. Setelah rata-rata skor telah didapat, maka peneliti
mengklasifikasikan hasil tersebut.
Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar
Kurang dari 60 Sangat rendah
60-69 Rendah
70-79 Sedang
80-89 Baik
Hasil keterampilan belajar siswa juga diarahkan pada pencapaian hasil
belajar secara individual. Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas apabila
memiliki nilai minimal 70 sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh pihak
sekolah. Kategorisasi ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel
berikut:
Nilai Kriteria
Sumber: KTU SD Inpres Bontonompo
Tabel 3. 6 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai <70
dinyatakan tidak tuntas dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa yang
tuntas dalam proses pembelajaran.
2. Analisis Statistik Inferensial
untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
a. Uji Normalitas
diambil dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji
47
normalitas ini digunakan aplikasi SPSS (Statistical Package for Social
Science) versi 18. Data hasil belajar siswa akan berdistribusi normal jika
signifikansi > 0,05. Sebaliknya jika tidak berdistribusi normal jika
signifikansi yang diperoleh < 0,05. Adapun taraf kesalahan (a) yang
digunakan adalah 0,05
b. Uji Homogenitas
apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Pengujian
ini menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Package for Social Science)
versi 18. Adapun taraf kesalahan (taraf siginifikan) yang digunakan adalah
a = 0,05. Kaidah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1) Jika nilai Sig > 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima (data homogen)
2) Jika nilai Sig < 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak (data tidak
homogen).
pengaruh penggunaan media herbarium terhadap hasil belajar IPA kelas
IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
Pengujian ini dilakukan dengan metode uji t (t-test) pada program SPSS
(Statistical Package for Social Science) versi 18. Adapaun taraf kesalahan
(a) yang digunakan adalah 0,05 dan df = N-2. Untuk menguji hipotesis
tersebut, diuji secara inferensial yaitu:
H0 : 1 = 2
H1 : 1 > 2
belajar Ilmu Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian tumbuhan
siswa kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa
belajar Ilmu Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian tumbuhan
siswa kelas IV SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa
Kaidah Pengujian:
Jika sig > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
atau jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti terdapat
pengaruh penggunaan media herbarium terhadap hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian tumbuhan siswa kelas IV SD
Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
Sebaliknya jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti tidak
terdapat pengaruh penggunaan media herbarium terhadap hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian tumbuhan siswa kelas IV
SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
49
nonequivalent control design. Desain ini dipilih karena penelitian ini memilih
suatu kelompok sebagai kelas eksperimen untuk diberi perlakuan yaitu dengan
menggunakan media herbarium, sedangkan kelompok yang lain sebagai kelas
kontrol tidak diberi perlakuan seperti pada kelas eksperimen, akan tetapi
menggunakan metode konvensional yaitu hanya menggunakan buku cetak
dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini memiliki dua variabel yang
menjadi objek penelitian, meliputi variabel bebas yaitu penggunaan media
herbarium dan variabel terikatnya hasil belajar IPA.
1. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru pada setiap
pertemuan dalam proses pembelajaran. Adapun deskriptif tentang aktivitas
guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Nilai Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen 178 3,4 68%
Kelas Kontrol 149 2,8 56%
Sumber: Lembar observasi aktivitas guru pada kelas eksperimen dan kontrol,
diolah dari lampiran 4
Tabel 4. 1 dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses
pembelajaran kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan persentase. Pada kelas
eksperimen skor perolehan 178 pada kelas kontrol 149, skor rata-rata pada
kelas eksperimen 3,4 pada kelas kontrol 2,8 dan persentase pada kelas
eksperimen 68% pada kelas kontrol 56%.
Grafik 4. 1 Perbandingan Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Grafik 4. 1 dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses
pembelajaran pada kelas eksperimen dapat dikatakan lebih baik dari kelas
kontrol dengan skor perolehan 178 pada kelas kontrol 149, skor rata-rata kelas
eksperimen 3,4 pada kelas kontrol 2,8 dan persentase kelas eksperimen 68%
pada kelas kontrol 56%.
Selama berlangsungnya penelitian tercatat aktivitas yang terjadi pada
setiap siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa tersebut
diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan dalam proses belajar
178
3.4
68
149
2.8
56
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
siswa di kelas. Adapun deskriptif tentang aktivitas siswa selama mengikuti
proses pembelajaran ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4. 2 Nilai Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen 246 11,7 53,18%
Kelas Kontrol 182 8 42,10%
Sumber: Lembar observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen dan kontrol,
diolah dari lampiran 5
Tabel 4. 2 dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan persentase. Pada kelas
eksperimen skor perolehan 246 pada kelas kontrol 182, skor rata-rata pada
kelas eksperimen 11,7 pada kelas kontrol 8 dan persentase pada kelas
eksperimen 53,18% pada kelas kontrol 42,10%.
Grafik 4. 2 Perbandingan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Grafik 4. 2 dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses
pembelajaran pada kelas eksperimen dapat dikatakan lebih baik dari kelas
246
11.7
53.18
182
8
42.10
0
50
100
150
200
250
300
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
52
kontrol dengan skor perolehan 246 pada kelas kontrol 182, skor rata-rata kelas
eksperimen 11,7 pada kelas kontrol 8 dan persentase kelas eksperimen 53,18%
pada kelas kontrol 42,10%.
Hasil statistik yang berkaitan dengan nila pretest dengan posttest siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
a. Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Hasil belajar siswa didapatkan setelah dilakukan pretest, pemberian
perlakuan dan posttest. Adapun hasil belajar kelas eksperimen pada tabel di
bawah ini:
Keterangan Pretest Posttest
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4. 3 hasil pretest dan posttest siswa memperlihatkam bahwa nilai
rata-rata pada nilai pretest 39,55 sedangkan nilai posttest 74,55. Berdasarkan
nilai rata-rata pada pretest dan posttest dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan
media herbarium. Nilai median pada nilai pretest 40,00 sedangkan nilai
posttest 70,00. Modus pada nilai Pretest 40 sedangkan pada nilai posttest 60.
Deviasi Standar pada pretest 15,268 sedangkan pada posttest 15,653. Nilai
53
variansi pada pretest 233,117 sedangkan pada posttest 245,022. Rentang skor
pada pretest 60 sedangkan pada posttest 50. Skor terendah dari prestest adalah
10 sedangkan pada posttest 50. Skor tertinggi pada pretest 70 sedangkan pada
posttest 100.
Grafik di bawah ini akan dijelaskan perbandingan statistik hasil belajar
pretest dan posttest pada kelas eksperimen. Adapun grafiknya adalah sebagai
berikut:
Grafik 4. 3 Distribusi perbandingan statistik hasil belajar pretest dan
posttest kelas eksperimen
Grafik 4. 3 adalah hasil penelitian dan analisa data mengenai perbandingan
nilai statistik menunjukkan bahwa jumlah sampel 22 orang. Nilai pretest pada
skor terendah 10 dan skor tertinggi 70. Skor posttest untuk nilai terendah 50
dan skor tertinggi 100. Nilai rata-rata pretest 39,55 dan posttest 74,55 serta
standar deviasi pretest 15,268 pada posttest 15,653.
22
10
70
39.55
Jumlah Sampel Skor Terendah Skor Tertinggi Nilai Rata-rata Standar Deviasi
Pretest Posttest
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar
Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
No. Interval
5 90-100 Sangat
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4. 4 menunjukkan bahwa nilai pretest siswa pada saat sebelum
adanya perlakuan dengan menggunakan media herbarium pada mata pelajaran
IPA materi bagian-bagian tumbuhan terdapat 81,81% pada kategori sangat
rendah, 13,63% pada kategori rendah, 4,54% pada kategori sedang, sementara
pada kategori tinggi dan kategori sangat tinggi tidak ada.
Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa hasil belajar setelah diberikan
perlakuan (posttest) yakni penerapan media herbarium pada mata pelajaran
IPA bagian-bagian tumbuhan pada kategori sangat rendah 9,09%, 22,72%
pada kategori rendah, 22,72% pada kategori sedang, 18,18% pada kategori
tinggi dan 27,27% pada kategori sangat tinggi. Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan memahami pembelajaran setelah diberikan
perlakuan yaitu media herbarium dengan konsep bagian-bagian tumbuhan
pada mata pelajaran IPA tinggi.
55
Grafik 4. 4 Distribusi persentase kategori hasil belajar pretest dan posttest
pada kelas eksperimen
peningkatan dan berpengaruh setelah diberi perlakuan yaitu penggunaan
media herbarium dengan materi bagian-bagian tumbuhan pada mata pelajaran
IPA. Strategi ini bisa meningkatkan dan berpengaruh karena siswa melihat dan
memahami konsep secara nyata. Namun demikian diperlukan adanya
kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk memanfaat media yang
disediakan oleha alam.
skor nilai pretest dan posttest sebelum dan sesudah penggunaan media
herbarium pada mata pelajaran IPA pada konsep bagian-bagian tumbuhan
menunjukkan bahwa persentase kategori nilai siswa: (1) kategori sangat
rendah (0-60) persentase pretest sebanyak 81,81% pada posttest sebanyak
9,09%. (2) kategori rendah (60-69) persentase pretest 13,63% pada posttest
22,72%. (3) kategori sedang (70-79) persentase pretest 4,54% pada posttest
81.81%
13.63%
tinggi
56
22,72%. (4) kategori tinggi (80-89) persentase 0% pada posttest 18,18%. (5)
kategori sangat tinggi (90-100) pada pretest persentasenya 0% posttest
27,27%.
Adapun KKM yang berlaku di SD Inpres Bontonompo pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yaitu 70, maka tingkat pencapaian
ketuntasan hasil belajar belajar IPA siswa kelas IVA SD Inpres Bontonompo
pada konsep bagian-bagian tumbuhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 5 Distrbusi Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Klasikal Kelas
Eksperimen
Posttest 14 8 64% 36%
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4. 5 menunjukkan bahwa pada saat siswa belum diberi perlakuan
yaitu penggunaan media herbarium (pretest) terdapat 1 siswa yang
mendapatkan nilai tuntas dengan persentase 5% dan siswa yang mendapatkan
nilai tidak tuntas sebanyak 21 siswa dengan persentase 95%. Sedangkan hasil
belajar IPA siswa setelah diberi perlakuan yaitu penggunaan media
herbarium terdapat 14 siswa yang tuntas dengan persentase 64% dan siswa
yang memperoleh nilai yang tidak tuntas sebanyak 8 siswa dengan persentase
36%.
posttest kelas eksperimen adalah sebagai berikur:
57
Grafik 4. 5 Perbandingan tingkat ketuntasan hasil belajar pretest dan
posttest kelas eksperimen
Grafik 4. 5 menunjukkan tingkat ketuntasan pada pmbelajaran IPA. pada
pretest lebih besar ketidak tuntasannya yaitu 95% dari pada ketuntasannya 5%,
sebaliknya pada tingkat ketuntasan sesudah perlakuan dan pemberian posttest
lebih besar yang tuntas 64% dari pada tidak tuntas 36%.
b. Hasil Belajar Kelas Kontrol
Adapun hasil belajar kelas eksperimen pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. 6 Hasil Pretest dan Posttest kelas Kontrol
Keterangan Pretest Posttest
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4. 6 hasil pretest dan posttest siswa memperlihatkam bahwa nilai
rata-rata pada nilai pretest 38,42 sedangkan nilai posttest 64,21. Nilai median
5%
95%
64%
36%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
58
pada nilai pretest 40,00 sedangkan nilai posttest 70,00. Modus pada nilai
Pretest 20 sedangkan pada nilai posttest 70. Deviasi Standar pada pretest
18,032 sedangkan pada posttest 14,650. Nilai variansi pada pretest 325,146
sedangkan pada posttest 214,620. Rentang skor pada pretest 60 sedangkan
pada posttest 60. Skor terendah dari prestest adalah 10 sedangkan pada
posttest 30. Skor tertinggi pada pretest 30 sedangkan pada posttest 90.
Grafik 4. 6 Distribusi perbandingan statistik hasil belajar pretest dan
posttest kelas kontrol
Grafik 4. 6 hasil penelitian dan analisa data mengenai perbandingan nilai
statistik menunjukkan bahwa jumlah sampel 19 orang. Nilai pretest pada skor
terendah 10 dan skor tertinggi 70. Skor posttest untuk nilai terendah 30 dan
skor tertinggi 90. Nilai rata-rata pretest 38,42 dan posttest 64,21 serta standar
deviasi pretest 18,032 pada posttest 14,650.
Adapaun distribusi frekuensi dan persentase kategori hasil belajar pretest
dan posttest kelas kontrol sebagai berikut:
19
10
70
38.42
18.03219
30
90
64.21
14.65
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Jumlah sampel Skor terendah Skor tertinggi Skor rata-rata Standar deviasi
Pretest Posttest
Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar
Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
No. Interval
5 90-100 Sangat
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4. 7 menunjukkan bahwa nilai pretest siswa pada mata pelajaran
IPA materi bagian-bagian tumbuhan terdapat 84,21% pada kategori sangat
rendah, 0% pada kategori rendah, 15,78% pada kategori sedang, sementara
pada kategori tinggi dan kategori sangat tinggi tidak ada.
Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa hasil belajar (posttest) yakni pada
mata pelajaran IPA materi bagian-bagian tumbuhan pada kategori sangat
rendah 21,05%, 26,31% pada kategori rendah, 31,57% pada kategori sedang,
15,78% pada kategori tinggi dan 5,26% pada kategori sangat tinggi.
Grafik 4. 7 Distribusi persentase kategori hasil belajar pretest dan posttest
pada kelas kontrol
Pretest Posttest
berdasarkan hasil distribusi persentase skor nilai pretest dan posttest pada
kelas kontrol menunjukkan bahwa persentase kategori nilai siswa: (1) kategori
sangat rendah (0-59) persentase pretest sebanyak 84,21% pada posttest
sebanyak 21,05%. (2) kategori rendah (60-69) persentase pretest 0% pada
posttest 26,31%. (3) kategori sedang (70-79) persentase pretest 15,78% pada
posttest 31,57%. (4) kategori tinggi (80-89) persentase pretest 0% pada
posttest 15,78%. (5) kategori sangat tinggi (90-100) pada pretest
persentasenya 0% posttest 5,26%.
Adapaun KKM yang berlaku di SD Inpres Bontonompo pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yaitu 70, maka tingkat pencapaian
ketuntasan hasil belajar belajar IPA siswa kelas IVB SD Inpres Bontonompo
pada konsep bagian-bagian tumbuhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 8 Distrbusi Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Klasikal Kelas
Kontrol
Posttest 10 9 53% 47%
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4. 8 menunjukkan bahwa pada saat siswa belum diberi perlakuan
(pretest) terdapat 3 siswa yang mendapatkan nilai tuntas dengan persentase
14% dan siswa yang mendapatkan nilai tidak tuntas sebanyak 16 siswa dengan
persentase 73%. Sedangkan hasil belajar IPA siswa setelah dengan
menggunakan buku cetak terdapat 10 siswa yang tuntas dengan persentase
61
53% dan siswa yang memperoleh nilai yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa
dengan persentase 47%.
Grafik 4. 8 Perbandingan tingkat ketuntasan hasil belajar pretest dan
posttest kelas kontrol
Grafik 4. 8 menunjukkan tingkat ketuntasan pada pmbelajaran IPA. pada
pretest lebih besar ketidak tuntasannya yaitu 73% dari pada ketuntasannya
14%, sebaliknya pada tingkat ketuntasan sesudah pemberian posttest lebih
besar yang tuntas 53% dari pada tidak tuntas 47%.
Hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar siswa pada mata pelajara IPA kelas IV SD Inpres Bontonompo yaitu
pada kelas eksperimen dengan nilai pretest 39,55 dan nilai posttest 74,55.
Sedangkan pada kelas kontrol hasil belajar yang diperoleh siswa pada nilai
pretest 38, 42 dan nilai posttest 64,21.
4. Hasil Analisis Statistik Inferensial
Adapun hasil analisis statistik inferensial akan diuraikan pada penjelasan
berikut ini:
Prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji
homogenitas dan uji hipotesis. Hasil uji prasyarat analisis disajikan sebagai
berikut:
Kolmogorov-Smirnov dalam perhitungan menggunakan program SPSS versi
18. Untuk mengetahui normal tidaknya adalah jika sig > 0,05 maka normal
dan jika sig < 0,05 dapat dikatakan tidak normal.Hasil perhitungan yang
diperoleh sebagai berikut:
No. Kelompok Sig Kesimpulan
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Tabel 4.9 terlihat bahwa data pretest dan posttest hasil belajar baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol memiliki nilai sig > 0,005 yaitu Pretest
eksperimen sebesar 0,098, Posttest eksperimen sebesar 0,150, Pretest kontrol
sebesar 0,200 dan Posttest kontrol sebesar 0,107 maka dapat disimpulkan
kelompok data tersebut berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Berdasarkan uji normalitas distribusi data posttest, data skor posttest kedua
kelas berdistribusi normal sehingga analisis dilanjutkan dengan menguji
63
homogenitas dua varians data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
menggunakan uji levene dengan menggunakan program SPSS versi 18 dengan
taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. 10 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest) Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
0,458 1 39 0,502
Tabel 4. 10 adalah hasil output uji homogenitas varians dengan
menggunakan uji levene pada tabel 4. nilai signifikansinya adalah 0,502.
Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari varians yang
sama, atau kedua kelas tersebut homogen.
3) Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Inpres Bontonompo dengan penggunaan
media herbarium. Analisis yang digunakan adalah uji t (Independent Sample t
Test) dengan bantuan SPSS versi 18.
Setelah data dinyatakan terdistribusi normal dan sampel berasal dari
populasi yang homogeny, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis
dengan taraf signifikansi a = 0,05 atau 5% dan hipotesis statistiknya sebagai
berikut:
hasil belajar IPA konsep bagian-bagian tumbuhan siswa kelas IV
SD Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten
Gowa.
belajar IPA konsep bagian-bagian tumbuhan siswa kelas IV SD
Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
Kesimpulan penelitian dinyatakan signifikan apabila thitung > ttabel pada taraf
signifikansi 5% dan nilai p < 0,05. Adapun ringkasan uji t pretest dan posttest
kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada tabel berikut:
a) Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4. 11 Hasil Uji Independent Sample t Test Pretest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Pretest Eksperimen 39,54 0,216 2,023 0,830
Pretest Kontrol 38,42
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Untuk menentukan harga ttabel dengan mencari ttabel menggunakan tabel
distribusi t dengan taraf signifikan a = 0,05 : 2 = 0,025 dan db = N-2 = 41-2 =
39 maka diperoleh t0,05 = 0,216. Setelah diperoleh thitung 0,216 ttabel = 2, 023
maka diperoleh thitung < ttabel atau 0,216 < 2, 023 dan nilai sig (2-tailed)
diperoleh 0,830 maka diperoleh 0,830 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.
65
b) Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.12 Hasil Uji Independent Sample t Test Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Posttest eksperimen 74,55
Sumber: Output SPSS Versi 18, diolah dari lampiran 8
Untuk menentukan harga ttabel dengan mencari ttabel menggunakan tabel
distribusi t dengan taraf signifikan a = 0,05 : 2 = 0,025 dan db = N-2 = 41-2 =
39 maka diperoleh t0,05 = 2,171. Setelah diperoleh thitung 2,171 ttabel = 2, 023
maka diperoleh thitung > ttabel atau 2,171 > 2,023 dan nilai sig (2-tailed)
diperoleh 0,036 maka diperoleh 0,036 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh
penggunaan media herbarium terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam
konsep bagian-bagian tumbuhan siswa kelas IV SD Inpres Bontonompo
Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
dibandingkan pembelajaran konvensional berbantu dengan buku cetak. Pada
penelitian ini memiliki dua variabel yang menjadi objek penelitian, meliputi
variabel bebas yaitu penggunaan media herbarium dan variabel terikatnya hasil
belajar IPA. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas IV A yang
berjumlah 22 siswa sebagai kelas eksperimen dan IV B berjumlah 19 siswa
sebagai kelas kontrol.
Bagian-bagian tumbuhan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan jumlah
pertemuan sebanyak 6 kali yaitu 3 kali pertemuan di kelas eksperimen dan 3 kali
pertemuan di kelas kontrol. Pertemuan 1 dan 2 di kelas eksperimen diawali
dengan melakukan pretest kemudian dilanjutkan dengan pemberian treatment,
pertemuan ke 3 dilanjutkan dengan proses pembelajaran kemudian dilakukan
posttest. Pertemuan 1 dan 2 pada kelas kontrol diawali dengan pemberian pretest
kemudian diberikan pembelajaran secara konvensional, pertemuan ke 3
dilanjutkan dengan proses pembelajaran kemudian dilakukan posttest. Pretest
dilakukan pada awal pertemuan sebelum memberikan perlakuan dan posttest pada
akhir pertemuan setelah selesai memberikan perlakuan untuk mengetahui hasil
belajar siswa.
pembelajaran didapatkan data yaitu: pada kelas eksperimen skor perolehan 178
pada kelas kontrol 149, skor rata-rata pada kelas eksperimen 3,4 pada kelas
kontrol 2,8 dan persentase pada kelas eksperimen 68% pada kelas kontrol 56%.
dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa dalam melakukan proses
pembelajaran didapatkan data yaitu: pada kelas eksperimen skor perolehan 246
pada kelas kontrol 182, skor rata-rata pada kelas eksperimen 11,7 pada kelas
kontrol 8 dan persentase pada kelas eksperimen 53,18% pada kelas kontrol
42,10%. dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.
67
Dari hasil analisis statistik deskriptif diperoleh nilai pada kelas eksperimen
yaitu: Pretest kelas eksperimen nilai rata-ratanya 39,55, nilai minimum 10 dan
nilai maksimum 70. Pada posttest kelas eksperimen nilai rata-rata 74,55, nilai
minimum 50 dan nilai maksimum 100. Pada pretest kelas kontrol nilai rata-rata
38,42, nilai minimum 10 dan nilai maksimum 70. Pada posttest kelas kontrol nilai
rata-rata 64,21, nilai minimum 30 dan nilai maksimum 90.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari uji normalitas
dan uji homogenitas yang dilakukan berdasarkan hasil pretest dan posttest
masing-masing kelas. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dengan diketahui bahwa sig = 0.098 untuk pretest kelas eksperimen dan sig =
0,150 untuk posttest kelas eksperimen, nilai sig = 0,200 untuk pretest kelas
kontrol dan nilai sig = 0,107 untuk posttest kelas kontrol, dan taraf signifikansi
yang digunakan ialah a = 0,05 sehingga terdistribusi normal karena nilai sig >
0,05.
Analisis berikutnya ialah uji homogenitas yang memiliki tujuan untuk melihat
apakah variansi-variansi dari populasi sama atau tidak. Uji varian pada uji
homogenitas dilakukan menggunakan program SPSS versi 18. Hasil pengujian uji
homogenitas dengan taraf signifikansi α (5 %) diperoleh data signifikansi hasil
belajar IPA materi bagian-bagian tumbuhan yaitu 0,502. Karena nilai 0,502 > 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki variansi sama atau
homogen.
68
pembelajaran konvensional.
Analisis data dan uji hipotesis pada pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
diperoleh t0,05 = 0,216. Setelah diperoleh thitung 0,216 ttabel = 2, 023 maka diperoleh
thitung < ttabel atau 0,216 < 2, 023 dan nilai sig (2-tailed) diperoleh 0,830 maka
diperoleh 0,830 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1
ditolak.
Analisis data dan uji hipotesis pada posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh thitung 2,171 ttabel = 2, 023 maka diperoleh thitung > ttabel atau 2,171
> 2,023 dan nilai sig (2-tailed) diperoleh 0,036 maka diperoleh 0,036 < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti
bahwa terdapat pengaruh penggunaan media herbarium terhadap hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Alam konsep bagian-bagian tumbuhan siswa kelas IV SD
Inpres Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
Kesimpulan, berdasarkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa melalui
media herbarium lebih baik dari hasil belajar yang menggunakan pembelajaran
konvensional hal ini dipertegas dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermanti
Hasugian, Martina Asiati Napitupulu perbedaan hasil belajar spermatophyte siswa
yang diajar menggunakan media herbarium dan tanpa herbarium di kelas X SMA
Negeri 2 Kisaran. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata hasil
belajar Biologi siswa pada media herbarium dengan tidak menggunakan media
herbarium pada materi spermatophyte SMA Negeri 2 Kisaran. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Maryati Z yang mengemukakan bahwa banyak hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa proses pendidikan akan lebih berhasil bila anak turut
69
aktif dalam proses pendidikan tersebut. Dengan perkataan lain, yang menjadi
pusat kegiatan dalam kegiatan pendidikan bukalah guru melainkan anak. Hal ini
mengandung pengertian perlunya berbagai fasilitas belajar, termasuk media
pendidikan. Pernyataan lain yang dipertegas dalam penelitian yang dilakukan oleh
British Audio-Visual Association menghasilkan temuan bahwa rata-rata jumlah
informasi yang diperoleh seseorang melalui indera menunjukkan komposisi
sebagai berikut:
6% melalui indera sentuhan dan perabaan
6% melalui indera penciuman dan lidah
Dari hasil temuan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan
seseorang paling banyak diperoleh secara visual atau melalui indera penglihatan.
Dengan demikian, penggunaan media yang dapat dilihat (visual) dalam kegiatan
pendidikan untuk anak akan lebih menguntungkan, sedangkan proses pendidikan
yang sebagian besar bahan ajar disampaikan secara verbal dengan mengandalkan
indera pendengaran tidak banyak menguntungkan dalam pencapaian tujuan
pendidikan.
Selain itu, ditegaskan juga dengan pernyataan dari Sapriati Objek nyata
(realia) adalah benda sebenarnya yang digunakan sebagai alat bantu dalam
pembelajaran. Realia mudah didapat dan dapat membangkitkan minat belajar,
serta dianggap sebagai media ideal untuk memperkenalkan siswa kepada suatu
topik baru. Contoh media in