PENGARUH PENGGUNAAN ICE BREAKING TERHADAP HASIL …

of 114 /114
PENGARUH PENGGUNAAN ICE BREAKING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS MURID KELAS IV SDN PARANGIA KECAMATAN BONTOMATE’NE KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh WINDI APRIANTI NIM : 105409586 15 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

Embed Size (px)

Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN ICE BREAKING TERHADAP HASIL …

BELAJAR IPS MURID KELAS IV SDN PARANGIA
KECAMATAN BONTOMATE’NE KABUPATEN
Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Nama : Windi Aprianti
NIM : 105 40958615
Dengan Judul : Pengaruh Penggunaan Ice Breaking Terhadap Hasil
Belajar IPS Murid Kelas IV SDN Parangia
Kecamatan Bontomate’ne Kabupaten Kepulauan
Selayar
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2019
Yang Mebuat Pernyataan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Nama : Windi Aprianti
NIM : 105 40958615
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, Saya
yang menyusun sendiri skripsi ini (tidak dibuat oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada no. 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian pernjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran
Makassar, September 2019
Yang Mebuat Perjanjian
yang harus mendatangi ilmu itu.

[94:6] sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

[94:7] Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

Kupersembahkan
tercinta, serta kakak dan adikku atas segala tetesan keringat, doa,
semangat, pengorbanan serta kasih sayang yang menunjang
kesuksesanku dalam meraih cita-cita.
Windi Aprianti, 2019. Pengaruh Penggunaan Ice Breaking Terhadapa Hasil
Belajar IPS Murid Kelas IV SDN Parangia Kecamatan Bontomate’ne Kabupaten
Kepulauan Selayar. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Muhammad Nawir dan Pembimbing II Syarifah Aeni Rahman.
Masalah utama penelitian ini adalah apakah penggunaan Ice Breaking
berpengaruh terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SDN Parangia Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar? penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan Ice Breaking terhadap hasil belajar murid kelas
IV SDN Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimental. Rancangan yang
digunakan adalah One Group Pretes-Postes Design yaitu sebuah eksperimen yang
dalam pelaksanaanya hanya melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen tanpa
adanya kelas pembanding (Kelas Kontrol) yang bertujuan untuk mengetahui
apakah penggunaan Ice Breaking berpengaruh terhadap hasil belajar murid kelas
IV SDN Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar.
Dimana murid kelas IV SDN Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar berjumlah 18 orang yaitu 7 orang laki-laki dan 11 orang
perempuan. Keberhasilan proses pembelajaran ditinjau dari aspek, yaitu:
ketercapaian ketuntasan hasil belajar IPS murid secara klasikal, aktivitas murid
dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran dikatakan berhasil jika aspek diatas
terpenuhi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data hasil belajar IPS
murid yang dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar
murid.
Breaking menunjukkan hasil belajar yang lebih baik daripada sebelum diterapkan
Ice Breaking. Hasil analisis statistik inferensial menggunakan uji t, diketahui
bahwa nilai yang diperoleh adalah 8,05 dengan db = 18 – 1 = 17, pada
taraf signifikan 0,05% diperoleh = 2,110. Jadi > atau
hipotesis nol ( ) ditolak dan hipotesis alternative ( diterima. Hal ini
membuktikan bahwa penggunaan Ice Breaking berpengaruh terhadap hasil belajar
IPS murid kelas IV SDN Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar.
viii
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam. Allah
yang paling agung untuk membuka jalan bagi setiap makhluk hambanya, Allah
yang paling suci untuk menjadi energi bagi petunjuk hidup dan kesuksesan
hambanya. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan bimbingan dari-Nya sehingga
skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Ice Breaking Terhadap Hasil
Belajar IPS Murid Kelas IV SDN Parangia Kecamatan Bontomate’ne
Kabupaten Kepulauan Selayar” dapat diselesaikan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu prasyarat akademik guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Muhammadiyah Makassar. Beragam kendala dan hambatan yang dilalui oleh
penulis dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat usaha yang optimal dan
dukungan berbgai pihak hingga akhirnya penulis dapat melewati rintangan
tersebut.
Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada kedua orang tua, Ayahanda Ruddin dan Ibunda Sumi Atun, serta
keluarga besarku yang telah berdoa, berjuang, rela berjuang tanpa pamrih dalam
mengasuh, membesarkan, mendidik, memberikan semangat, perhatian dan
dukungan dan membiayai penulis dalam proses pemcarian ilmu.
ix
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Dr.
Muhammad Nawir, M.Pd pembimbing I dan Syarifah Aeni Rahman, S.Pd., M.Pd.
pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, fikiran dan tenaga serta
memberikan bimbingan, arahan, motivasi, petunjuk mulai penyusunan proposal
penelitian hingga perampungan menyelesaikan skripsi. saran-saran, serta motivasi
sejak awal penyusunan proposal penelitian hingga selesainya skripsi ini.
Penulis hanturkan rasa hormat dan menyampaikan terima kasih kepada
Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, M.M, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Alim Bahri, S.Pd., M.pd.,
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah
Makassar. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar yang telah ikhlas mentransfer ilmunya kepada penulis, serta seluruh staf
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bantuan dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Ucapan terima kasih juga kepada Kepala Sekolah SDN Parangia
Kabupaten Kepulauan Selayar dan Bapak/ibu guru serta seluruh staf atas segala
bimbingan, kerjasama dan bantuanya selama penulis mengadakan penelitian.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada murid-murid SDN
Parangia Kabupaten Kepulauan Selayar khususnya kelas IV atas kerjasama,
motivasi serta semangatnya dalam mengikuti proses pembelajaran.
x
rekan seperjuangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2015 terkhusus
kelas B Univesitas Muhammadiyah Makassar, terima kasih atas dukungan dan
solidaritas yang diberikan selama menjalani perkuliahan, semoga keakraban dan
kebersamaan kita tidak berakhir sampai di sini, serta semua pihak yang telah
memberikan bantuan yang tidak sempat disebutkan satu persatu, semoga segala
bantuan dan pengorbanannya bernilai ibadah dan mendapat imbalan dari-Nya.
Akhirnya, dengan segala keredahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan
tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak
akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi
manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin
Makassar, September 2019
A. Kajian Pustaka.............................................................................. 9
2. Ice Breaking ........................................................................... 11
a. Pengertian Hasil Belajar.................................................... 15
4. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ................................................ 23
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ........................ 23
b. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ............................. 24
c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ........ 25
d. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 27
e. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ..................... 28
B. Kerangka Pikir ............................................................................. 30
C. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 33
D. Instrument Penelitian .................................................................... 35
xiii
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 43
A. Simpulan .................................................................................... 52
B. Saran .......................................................................................... 56
3.2. Tingkat Penguasaan Materi .................................................................... 39
3.3. Kriteria Ketuntasan Minimal .................................................................. 39
4.1. Perhitungan Untuk Mencari Mean (Rata-Rata) Nilai Pre-test ................. 43
4.2. Tingkat Hasil Belajar Pre-test ................................................................ 44
4.3. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar IPS .................................................. 44
4.4. Perhitungan Untuk Mencari Mean (Rata-Rata) Nilai Post-tes ................. 45
4.5. Tingkat Hasil Belajar Post-tes ................................................................ 46
4.6. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar IPS .................................................. 47
4.7. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Murid ....................................... 47
4.8. Analisis Skor Pre-tes dan Pos-ttes .......................................................... 50
xv
xvi
4. Analisis Nilai
7. Hasil Analisis Data Aktivitas Murid Kelas IV SDN Parangia
8. Dokumentasi
10. Persuratan
berkembang serta berkeinginan untuk mencapai suatu kehidupan yang
optimal. Selama proses peningkatan dan pengembangan pengetahuan
kepribadian maupun keterampilannya, manusia perlu membangun hubungan
sosial satu sama lain.
menjalankan komunikasi dengan baik. Setiap yang dialami manusia dalam
hidupnya akan membentuk pengetahuan sosial. Mengingat kehidupan masyarakat
dengan segala permasalahan yang semakin kompleks, maka diperlukan
pengetahuan berupa pendidikan formal. Sekolah merupakan pendidikan formal
yang diharapakan dapat memberikan pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan
sikap-sikap dasar yang diperlukan untuk pembentukan dan pengembangan pribadi
yang utuh.
Lingkupan sosial budaya dengan perkembangan yang sangat pesat seiring
perubahan zaman menjadi tantangan mendasar dalam pembelajaran IPS. Hal
tersebut sesuai dengan tujuan utama pembelajaran IPS yakni mengembangkan
potensi murid agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, serta
terampil dalam mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang
menimpa dirinya sendiri, maupun yang menimpa masyarakat yang cepat
2
berkembang dan mengalami perubahan. Guru dalam mata pelajaran IPS perlu
mengembangkan kompetensi profesionalisme sesuai dengan tututan dalam dunia
pendidikan yang berkembang pesat.
guru kepada murid (teaching oriented learning), mata pelajaran IPS dipandang
sebagai mata pelajaran berbasis textbook yang dalam pengimplementasiannya
murid sering kali ditugaskan untuk membaca materi yang ada pada buku
pelajaran, sementara rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan
dasar yakni agar murid dapat mensistematisasikan bahan, informasi, agar lebih
peka terhadap berbagai masalah sosial serta mempertinggi rasa toleransi dan
persaudaraan di lingkungannya. Pembelajaran merupakan kegiatan yang sangat
fundamental (penting) dalam dunia pendidikan. Pembelajaran mengandung makna
adanya kegiatan belajar mengajar antara siswa dan guru yang berorientasi pada
pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengertian belajar sendiri
adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan
lingkungannya (Slameto, 2003:20).
Proses interaksi belajar mengajar disadari atau tidak, banyak siswa yang
menjadi lelah, malas, jenuh, dan tidak tertarik atau tegang saat mengikuti suatu
proses pembelajaran, terutama jika: (1) Murid sudah lelah; (2) Murid mengantuk;
(3) Murid dalam kondisi lapar; (4) Sifat pertemuan sangat formal, sehingga
menegangkan.
3
kebosanan dan kejenuhan yang akhirnya akan membawa suasana menjadi tidak
dinamis, tidak ada gairah, maupun malas untuk berpikir lebih dalam. Tidak jarang
juga pertemuan menjadi tidak efektif, tidak hidup, hanya satu arah sehingga tidak
mendapatkan tanggapan atau respon yang positif dari murid. Akibat terbesar dari
kondisi tersebut adalah: (1) Materi tidak dapat dipahami; (2) Seluruh
pembelajaran menjadi sia-sia; (3) Penolakan terhadap setiap ide, (4) Tidak
bergairah dalam belajar.
Ada banyak cara yang dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang
kondusif, efektif dan menyenangkan salah satunya yakni dengan menggunakan
Ice Breaking. Menurut Said (2010) Ice Breaking adalah permainan atau kegiatan
yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan dalam kelompok.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 21-23 januari 2019 dengan guru
kelas IV SDN Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar
pada mata pelajaran IPS dengan standar kompetensi pentingnya sikap
kepahlawanan dan patriotisme dalam kehidupan sehari-hari, terdapat masalah.
Murid pasif dan tidak aktif selama proses pembelajaran sehingga hasil belajar
murid belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu
70. Dari jumlah murid 18 orang, yang masih di bawah KKM sebanyak 77,78%
(14 orang murid) dan yang sudah melewati KKM sebanyak 22,22% (4 orang
murid). Hal ini di akibatkan karena terdapat beberapa masalah yang diduga
sebagai penyebab belum optimalnya pencapaian hasil belajar murid, yaitu proses
pembelajaran di kelas tersebut berlangsung hanya sebatas guru menerangkan dan
4
sangat rendah, media yang digunakan dalam pembelajaran hanya sebatas papan
tulis, tidak terdapat kegitan belajar yang menarik seperti memberikan permainan,
hanya sebagian kecil murid yang bertanya atau mengutarakan pendapatnya jika
ada hal-hal yang kurang dimengerti. Ketika guru bertanya hanya beberapa murid
yang menjawab. Dan pada kenyataannya banyak murid yang terlihat tidak percaya
diri mengerjakan soal-soal latihan dan menjelaskan materi yang telah dipelajari,
sehingga hasil belajar kurang memuaskan.
Menurut Soenarno (2005:1) ice breaking adalah peralihan situasi yang
membosankan, membuat mengantuk, menjenuhkan dan tegang menjadi rileks,
bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan rasa senang
untuk melihat orang yang berbicara di depan kelas atau ruang pertemuan. Ice
Breaking dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan pada saat kegiatan membuka
pelajaran, jeda pada saat pertengahan penyampaian materi dan pada kegiatan
penutup pelajaran. Ice Breaking ini dapat dikondisikan dengan keadaan murid
jenis Ice Breaking sangat beragam akan tetapi dalam penelitian ini peneliti
menggunakan Ice Breaking berupa jenis Gerak Lagu dan jenis Tepuk. Gerak Lagu
dan Tepuk yang digunakan untuk tujuan ini adalah Marina menari diatas menara,
Pundak lutut kaki, dan tepuk konsentrasi. cara ini dapat diselipkan disela-sela
proses belajar mengajar.
Hasil penelitian Ramantika pada tahun 2015 dengan judul penelitian
Pengaruh permainan Ice Breaking terhadap motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran IPS kelas IV di SD Islam Al-Amanah Tangerang Selatan. Metode
5
yang digunakan adalah Quasi Eksperimen denga penelitian One Group Pretest-
Postest design. Hasil penelian mengungkapkan bahwa permaina Ice Breaking
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS sebelum
diberi perlakuan sebesar 38,2 sedangkan rata-rata motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran IPS sesudah diberi perlakuan sebesar 46,89. Berdasarkan thitung>ttabel
(8,5>2.05), sehingga rata-rata motivasi siswa dalam pembelajaran IPS sesudah
diberi perlakuan lebih tinggi dari rata-rata motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran IPS sebelum diberi perlakuan.
Hasil penelitian pada murid kelas VII SMP swasta Pahlawan Sukaramai
pada tahun 2013 yang dilakukan oleh Wulandari dengan mengangkat judul
Pengaruh Penggunaan Teknik Pembelajaran Ice Breaking Terhadap kemampuan
menulis pantun Siswa Kelas VII SMP swasta Pahlawan Sukaramai. Untuk
penelitian tersebut data diambil dari 68 sampel yang berasal dari 128 populsi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
desain Two Group Postest Desain. Instrument yang digunakan adalah tes menulis
pantun dalam bentuk tes essai. Dari perhitungan uji hipotesis diperoleh to = 5,02
yang dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikan 5% dan 1% dengan df =
(N1+N2) – 2 = (34+34) – 2 = 66. Pada tabel t dengan df 66 diperoleh taraf
signifikan 5% = 2,00 dan taraf signifikan 1% = 2,65. Dengan demikian, Ha
diterima artinya teknik pembelajaran Ice Breaking berpengaruh terhadap
kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP swasta Pahlawan Sukaramai.
Hasil penelitian pada murid kelas III MI Masyariqul Anwar 4 Sukabumi
Bandar Lampung pada tahun 2017 yang dilakukan oleh Angraeni dengan
6
mengangkat judul Pengaruh Teknik Pembelajaran Ice Breaking Terhadap
Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas III Mi Masyariqul Anwar
4 Sukabumi Bandar Lampung. Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas III Mi
Masyariqul Anwar dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa. Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini berupa angket yang dipakai untuk mengukur
bagaimana tingkat motivasi siswa dalam belajar apakah terdapat pengaruh atau
tidak dengan menggunakn ice breaking pada saat proses pembelajaran. Metode
penelitian ini menggunakan quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini
seluruh siswa kelas III A sebanyak 23 murid. Dalam menggunakan analisis data
peneliti menggunakan uji normalitas, hormonogenitas dan uji t dalam penelitian
ini. Dan dengan menggunakan teknik ice breaking lebih tinggi daripada nilai rata-
rata motivasi dengan menggunakan teknik lain yaitu di kelas kontrol
menggunakan teknik pembelajaran tutorial/bimbingan dengan nilai perhitungan
dari nilai rata-rata kelas eksperimen 90,77 dengan jumlah responden 17siswa.
Selamjutnya pada kelas kontrol memiliki rata-rata 88,38 dengan jumlah responden
23 siswa.
breaking berpengaruh untuk meningkatkan murid dalam proses pembelajaran
murid dimulai dari mata pelajaran yang berbeda-beda pada kajian terdahulu. Ada
sedikit yang membedakan penelitian terdahulu dengan peneliti yang akan peneliti
lakukan. Oleh karena itu peneliti akan melaksanakan penelitian ini dengan jenis
penelitian pre-eksperimental untuk melihat pengaruh hasil belajar murid dengan
menggunakan teknik ice breaking di kelas IV SDN Parangia Kecamatan
7
dalam penelitian ini yaitu terletak pada mata pelajaran.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh penggunaan Ice Breaking terhadap hasil belajar IPS
murid kelas IV SDN Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan
Selayar.
terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SDN Parangia Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar?
C. Tujuan Penelitian
murid kelas IV SDN Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan
Selayar.
pengetahuan khususnya bidang ilmu pendidikan jurusan pendidikan guru sekolah
dasar dan perkembangan mengenai pengaruh penggunaan Ice Breaking terhadap
8
hasil belajar IPS murid kelas IV SDN Parangia Kecamatan Bontomatene
Kabupaten Kepulauan Selayar.
Aktivitas Ice Breaking ini diharapakan dapat meningkatkan minat dan
hasil belajar mata pelajaran IPS dan tidak merasa jenuh atau bosan dalam belajar.
b. Bagi Guru
proses pembelajaran di kelas, agar murid lebih bersemagat dalam menerima
pelajaran yang berlangsung, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
pembinaan dan pengelolaan materi mengajar dalam pelaksanaan pendidikan.
d. Bagi Instansi Terkait
e. Bagi Peneliti
Penelitian diharapakan mampu memberikan tambahan referensi mengenai
pengaruh penggunaan Ice Breaking terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV
SDN Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar. Selain
itu sebagai latihan penulisan karya ilmiah selanjutnya bagi peneliti.
9
A. Kajian Pustaka
Hal ini relevan dengan hasil penelitian Riskawati tahun 2017, dengan
judul penelitiaan Pengaruh Teknik Ice Breaking Terhadap Hasil Belajar IPS siswa
kelas IV SD Negeri 87 Manipi Kecamatan Sinjai Barat. Jenis penelitian yang
diambil dalam penelitian ini pra-eksperimen bentuk One Group Pretest Post-test
Design. Hasil analisis statistik deskriptif terhadap hasil belajar siswa terhadap
teknik ice breaking positif, pemahaman materi dan konsep dari IPS dengan teknik
ice breaking ini menunjukkan hasil belajar yang lebih baik daripada sebelum
diterapkan ice breaking. Hasil analisis statistik inferensial menggunakan rumus uji
t, diketahui bahwa nilai t Hitung yang diperoleh adalah 5,75 dengan frekuensi db =
20 – 1 = 19, pada taraf signifikan 5% diperoleh t Tabel 2,09 jadi t Tabel atau
hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (H1) diterima. Hal ini
membuktikan bahwa aplikasi teknik ice breaking dalam pembelajaran IPS
mempunyai pengaruh daripada sebelum menggunakan teknik ice breaking.
Hasil penelitian Wahyuni tahun 2017 dengan judul penelitian Pengaruh
Penggunaan Ice Breaking Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPS Siswa
Kelas IV SD Inpres Tamarunang Kecamatan Somba Opu Kab. Gowa. Dalam
penelitian ini terdapat 24 siswa kelas kontrol dan 24 siswa kelas eksperimen di
mana hasil belajar siswa kelas kontrol mencapai nilai rata-rata sedang dan hasil
10
belajar kelas eksperimen mencapai kategori tinggi berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol
dan eksperimen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode
Ice Breaking jenis tepuk tangan dan humor memiliki pengaruh positif terhadap
hasil belajar siswa SD Inpres Tamarunang.
Hasil penelitian Sumardani tahun 2014, dengan judul penelitian Pengaruh
Teknik Ice Breaking Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik kelas III Sekolah Dasar Negeri 20 Pontianak Selatan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimen dengan bentuk penelitian
Quasi Eksperimen Design dengan rancangan penelitian non equivalent control
group design. Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas III B yang
berjumlah 30 orang. Hasil analisis data, diperoleh rata-rata post-test pada kelas
eksperimen diperoleh sebesar 72,27 sedangkan kelas kontrol sebesar 62,93. Hasil
perhitungan effect size data hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh sebesar 0,59 diklasifikasikan dalam kategori sedang, yang
berarti bahwa penerapan teknik ice breaking memberikan pengaruh yang sedang
terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika di kelas III
Sekolah Dasar Negeri 20 Pontianak.
Berdasarkan penelitian-penelitian relevan tersebut, penulis berpendapat
bahwa penggunaan Ice Breaking terhadap hasil belajar murid dapat meningkatkan
minat belajar murid pada proses pembelajaran. Sehingga penulis bermaksud untuk
mengetahui hasil belajar murid dengan menggunakan Ice Breaking pada mata
pelajaran IPS.
a. Pengertian Ice Breaking
Kesan pertama adalah daya pikat yang luar biasa yang bisa mempengaruhi
suasana pembelajaran di kelas. Seorang guru harus dapat memulai pembelajaran
dengan awal yang baik, penuh semangat dan menyenangkan maka konsentrasi dan
perhatian murid akan terfokus pada guru, sehingga diharapkan murid dapat
mengerti materi pembelajaran yang dilaksanakan. Belajar tentunya akan
melibatkan otak dalam proses berpikir. Menurut Roger (Yanuarita, 2013:18) “otak
manusia terdiri dari dua hemisfer (bagian), yakni otak kiri dan otak kanan yang
mempunyai fungsi yang berbeda”. Fungsi inilah yang mempengaruhi kepribadian
seseorang, seperti yang dikemukakan Doug Hall (Yanuarita, 2013:21) bahawa
“dominasi kerja otak kiri atau otak kanan seseorang mempengaruhi
kepribadiaannya”. Bertolak dari pendapat tersebut guru dalam suatu pembelajaran
berfungsi membantu murid menyeimbangkan kedua belahan otak ini.
Berdasarkan penelitian para ahli tentang cara kerja otak ditemukan bahwa
ketika murid merasa senang maka hormon nerotransmitter dopamine akan
dilepaskan dalam otak sehingga murid lebih bersemangat dan bergairah. Senada
dengan itu, Juddy Willis (Rudiana, 2012:22) mengemukakan bahwa, “ agar anak-
anak lebih bersemangat dan bergembira dalam belajar maka mereka
membutuhkan dopamine dalam otak mereka”. Selanjutnya ditegaskan lebih jauh
oleh Boby deporter (Rudiana, 2012:22) bahwa “ pada saat anak belajar menjadi
menyenangkan maka otak akan mekar dan berkembang seperti spons yang dapat
membuat murid menyerap pelajaran dengan mudah dan cepat”. Hal inilah yang
12
diharapakan muncul dalam setiap kegiatan pebelajaran di kelas karena apabila
murid senang dalam belajar mereka akan semakin aktif. Semakin aktif para murid
terlibat dalam kegiatan pembelajaran maka kemampuan otak mereka dalam
menangkap materi pembelajaran juga akan semakin berkembang. Salah satu cara
yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
Ice Breaking dalam setiap proses belajar mengajar.
Supriadi mengemukakan pengertian Ice Breaking adalah: suatu cara untuk
memecahkan suatu yang dingin, beku, dan kaku menjadi hangat, mencair dan
rileks. Sehingga kebekuan yang menjadi faktor pencegah berlangsungnya proses
belajar mengajar dapat teratasi (Pratiwi, 2013:4 http://ejournal.unesa.ac.id diakses
20 Mei 2019).
faktor pencegah berlangsungnya proses belajar mengajar dapat diatasi. Hal yang
sama juga dikemukakan oleh Soenarno (2005:1) menyebutkan bahwa Ice
Breaking adalah “cara untuk membuat peserta pelatihan, seminar, pertemuan, atau
meeting menjadi terkonsentrasi. Selanjunya Pratiwi (2013:4) mengartikan bahwa:
Ice Breaking adalah sebuah kegiatan yang dimaksudkan untuk membangun
motivasi dan suasana belajar yang sangat dinamis, penuh semangat dan
antusiasme yang berfungsi untuk memecah kebekuan dan untuk membangkitkan
motivasi belajar sehingga terciptanya suatu kondisi pembelajaran yang
menyenangkan.
Ditinjau dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Ice Breaking adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam suatu
tercipta rasa senang dalam dirinya sehingga dapat menerima materi pembelajaran
dengan baik.
(1) Kalimat yang bisa menarik perhatian audiens dalam 11 menit
pertama; (2) Adanya gerakan fisik yang mengandung perhatian
peserta; (3) Peserta seminar atau peserta pelatihan dilibatkan dalam satu
topik; (4) Adanya bunyi-bunyian yang merangsang pendengar peserta.
(5) Anekdot yang bisa membuat semua peserta tertawa; (6) Perenungan
yang menghendaki jawaban bersama; (7) Gerakan fisik yang bisa
membangunkan peserta; (8) Momen yang bisa mengubah jalan pikiran
peserta; ( 9) Aksentuasi suara yang menyedot perhatian peserta.
Selanjutnya Soenarno (2005) menambahkan bahwa kerakteristik dari
Ice Breaking yaitu:
3) Murid merasa senang mengikuti pembelajaran,
4) Keragaman yang muncul dikalangan murid dapat dihilangkan,
5) Suasana pembelajaran dapat dicairkan.
Berdasarkan dari kerakteristik tersebut Ice Breaking sangat diperlukan
dalam proses pembelajaran di kelas dengan tujuan dapat mengarahkan otak agar
berada pada kondisi gelombang alpha, yaitu kondisi relaks yang dapat mendorong
aliran energi kreativitas, perasaan segar dan sehat sehingga suasana akan kembali
santai dan menyenangkan disamping itu juga menjaga stabiltas kondisi fisik dan
psikis murid dalam memahami suatu informasi ketika belajar
14
Ada banyak macam Ice Breaking yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran, akan tetapi dalam penelitian ini memfokuskan pada penggunaan Ice
Breaking berupa gerak dan lagu, dan melatih konsentrasi. Adapun penjelasan jenis
yel-yel sebagai berikut:
1) Jenis Gerak dan Lagu
Jenis ice Breaking gerak dan lagu adalah jenis lagu yang di ikuti dengan
gerakan untuk membangkitkan semangat atau membuat murid berkonsentrasi
kembaili ketika guru mengajar. Jenis gerak lagu yang digunakan yaitu marina menari
di atas menara dan pundak lutut kaki. Dengan diterapkannya ice breaking gerak dan
lagu ini akan menghilangkan kebosanan pada anak saat pembelajaran.
2). Jenis Tepuk
Jenis ice Breaking jenis tepuk adalah ekspresi sebuah kegembiraan. Di dalam
kepanduan tepuk menjadi sebuah metode untuk ice breaking dan pemicu semangat.
Tepuk yang digunakan untuk tujuan ini adalah tepuk konsentrasi.
(tepuk konsentrasi, prok, prok, prok, kon sen tra si. prok, prok, prok, kon sen tra si, di
mu lai, TING)
3). Bernyanyi Ceria
Jenis ice Breaking jenis bernyanyi ceria adalah sebuah lagu yang diberikan
kepada anak-anak yang dapat membangkitkan keceriaan murid. Jenis lagu yang
digunakan untuk tujuan ini yaitu pagi ceria.
4). Tebakan Lucu dan Kata Mutiara
Tebakan lucu dan kata mutiara adalah salah satu hiburan yang dapat diberikan
kepada murid untuk membangkitkan semagat belajar murid. jenis tebakan yang
15
digunakan yaitu hewan apa yang terdiri dari satu huruf? lemari apa yang bisa masuk
ke dalam saku celana? Sebutkan nama-nama buah dalam satu detik?
5). Humor Segar
Humor segar adalah humor yang membuat pikiran menjadi santai dan
bertambah segar yang dapat diberikan kepada murid sehingga murid tidak merasa
jenuh dan bosan selama proses pembelajaran. Humor segar yang digunakan yaitu
tidak gososk gigi, alas an terlambat sekolah.
d. Manfaat Ice Breaking
menurut Fanani (2010:69) adalah:
bisa keluar dari rutinitas pelajaran dengan melakukan aktivitas gerak bebas
dan cerita; (2) Melatih berpikir murid secara kreatif; (3) Mengembangkan dan
mengoptimalkan otak dan kreativitas murid; (4) Melatih murid berinteraksi
dalam kelompok dan bekerja sama dalam satu tim; (5) Melatih berpikir
sistematis dan kreatif untuk memecahkan masalah. (6) Meningkatkan rasa
percaya diri; (7) Melatih menentukan strategi matang; (8) Melatih kreativitas
dengan bahan terbatas, konsentrasi, merekatkan hubungan interpersonal, dan;
(10) Melatih untuk menghargai orang lain.
Melihat manfaat tersebut sedikit banyaknya akan menghilangkan stigma
negatif dari proses belajar sehingga pembelajaran yang terjadi tidak lagi menjadi
momok bagi murid melainkan suatu hal yang menjadi kebutuhan dan sebagai
aktivitas yang menyenangkan.
mencapai tujuan belajar atau bisa disebut hasil belajar. Terciptanya proses belajar
16
dapat menghasilkan hasil belajar yang berkualitas. Sejalan dengan hal tersebut
Bloom (Sudjana, 2006) memaparkan lebih lanjut mengenai ranah pembelajaran
(domain) dari hasil belajar , yaitu:
(1) Ranah afektif, merupakan aspek yang berkaitan dengan perasaan,
emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek; (2)
Ranah psikomotor, merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan
melakukan pekerjaan yang melibatkan anggota badan, kemampuan yang
berkaitan dengan gerak fisik; (3) Ranah kognitif, merupakan aspek yang
berkaitan dengan kemapuan berpikir, kemampuan memperoleh
pengetahuan, kemampuan yang berkaitan dengan perolehan pengetahuan,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.
Hasil belajar yakni prestasi yang dicapai oleh murid sekolah dasar setelah
mengikuti proses belajar yang berkenaan dengan materi suatu mata pelajaran yang
mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar
tersebut dapat diukur dengan menggunakan instrument hasil belajar.
Hasil belajar yang akan dinilai dari penelitian ini yaitu hasil belajar yang
berorientasi pada ranah kognitif murid yang dapat diukur dengan menggunakan
instrument tes hasil belajar. Tes sebagai instrument penilain adalah pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan pada peserta didik untuk mendapatkan jawaban dari
siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulis (tes tulis), dan dalam
bentuk perbuatan (tes tindakan).
secara sadar dan bertujuan untuk memenuhi sesuatu sehingga terjadi perubahan
yang positif dan tetap dalam tingkah laku yang diwujudkan dalam
kepribadiaan seseorang. Belajar juga dapat dikatakan sebagai masalah yang
sangat esensial, dikatakan esensial karena aktivitas tersebut merupakan
17
Berikut pandangan ahli tentang belajar.
Sardiman (2011:20) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, serta rangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar adalah suatu
proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami
oleh siswa sendiri. siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar.
Hasil belajar adalah perolehan dari proses belajar murid sesuai dengan
tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang
akan dicapai oleh murid melalui kegiatan belajarnya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar murid pada mata pelajaran IPS dalam penelitian ini adalah skor
total yang menggambarkan tingkat penguasaan murid terhadap materi
pembelajaran IPS pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Skor tersebut
dapat diperoleh dari hasil pemberian tes hasil belajar pada mata pelajaran IPS.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Wasliman dalam Susanto (2013:12) hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik merupakan hasil interksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik
18
internal dan eksternal sebagai berikut:
1). Faktor internal:
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam murid, yang
mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap kebiasaan
belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2). Faktor eksternal:
Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga
berpengaruh terhadap hasil belajar murid. Keluarga yang morat-marit keadaan
ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang
terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik
dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar
peserta didik.
dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru yaitu :
(1) Teacher formatif experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman
hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk ke dalam
aspek ini diantaranya tepat asal kelahiran guru, termasuk suku, latar belakang
budaya dan adat istiadat; (2) Teacher training experience, meliputi pengalaman-
pengalaman yang terhubung dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru,
misalnya pengalaman latihan professional, tingkat pendidikan dan pengalaman
19
jabatan; (3) Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru
terhadap murid, kemampuan dan intelegensi guru, motivasi dan kemampuan
mereka baik kemampuan dalam mengelola pembelajaran termasuk di dalamnya
kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran maupun kemampuan
dalam menguasai materi.
mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu: kecerdasan,
kesiapan anak, bakat anak, kemampuan belajar, minat anak, model penyajian
materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi
masyarakat.
belajar, terdapat faktor yang dapat dikatakan hampir sepenuhnya tergantung
pada murid. Faktor-faktor itu adalah kecerdasan anak, kesiapan anak dan bakat
anak. Faktor yang sebagian penyebabnya hampir sepenuhnya tergantung pada
guru, yaitu : kemapuan (kompetensi), suasana belajar, dan kepribadian guru.
Kiranya dapat dikatakan bahwa keberhasilan murid dalam belajar tergantung
pada faktor dari dalam murid dan faktor dari luar murid. Hal ini sejalan dengan
yang dikatakan oleh Sudjana dalam Susanto (2013:15), bahwa hasil belajar
yang dicapai oleh murid dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu: faktor
dalam diri murid dan faktor yang datang dari luar diri murid atau faktor
lingkungan.
20
1) Kecerdasan Anak
lambatnya penerimaan informasi serta terpecahnya atau tidaknya suatu
permasalahan. Kecerdasan murid sangat membantu pengajar untuk menentukan
apakah murid itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk
meramalkan keberhasilan murid setelah mengikuti pelajaran yang diberikan
meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya.
Kemampuan merupkan potensi dasar bagi pencapaian hasil belajar yang
dibawa sejak lahir. Albert Binnet membagi intelegensi kedalam tiga aspek
kemampuan, yaitu: direction, adaptation, dan criticism. Pertama, direction artinya
kemampuan untuk memusatkan kepada suatu masalah yang dipecahkan. Kedua,
adaptation, artinya kemampuan untuk mengadakan fleksibel dalam menghadapi
masalah. Ketiga, criticism, artinya kemapuan untuk mengadakan kritik baik
terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri.
2) Kesiapan atau Kematangan
individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagai mana mestinya. Dalam proses
belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan keberhasilan dalam
belajar tersebut. Oleh karena itu, setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika
dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu karena kematangan ini
erat hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak.
21
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Dengan demikian, setiap orang memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
prestasi belajar.
Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilaksanakan ialah membuat
anak menjadi mau belajar atau menjadi giat untuk belajar. Keengganan murid
untuk belajar mungkin disebabkan karena ia belum mengerti bahwa belajar
sangat penting untuk kehidupannya kelak. Kemampuan belajar yang tinggi
disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh positif
terhadap hasil belajar yang diraihnya. Karena kemauan belajar menjadi salah
satu penentu dalam mencapai keberhasilan belajar.
5) Minat
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang murid yang menaruh
minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiaanya lebih banyak
daripada murid lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif
terhadap materi itulah yang memungkinkan murid tadi untuk belajar lebih
giat lagi dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
22
b. Faktor yang datang dari luar diri murid atau faktor lingkungan, meliputi:
1) Model Penyajian Materi Pembelajaran
Keberhasilan murid dalam belajar tergantung pula pada model
penyajian materi. Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak
membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para murid tentunya
berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar.
2) Pribadi dan Sikap Guru
Murid begitu juga manusia pada umumnya dalam melakukan belajar tidak
hanya untuk melalui bacaan atau melalui guru saja, tetapi bisa juga melalui
contoh-contoh dari yang dari sikap, tingkah laku dan perbuatan. Kepribadian dan
sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif dalam perilakunya, maka murid akan
meniru gurunya yang aktif dan kreatif ini. Pribadi dan sikap guru yang baik ini
tercermin dari sikap yang ramah, lemah lembut, penuh kasih sayang, membimbing
dengan penuh perhatian, tidak cepat marah, tanggap terhadap keluhan dan
kesulitan murid, antusias dalam belajar dan mengajar, memberikan penilaian yang
objektif, rajin, disiplin, serta bekerja penuh dedikasi dan bertanggung jawab dalam
segala tindakan yang dilakukan.
Faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan murid dalam belajar adalah
suasana pengajaran. Suasana pengajaran yang tenang, terjadi dialog yang kritis
antara murid dan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif diantara murid
tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran. Sehingga
keberhasilan murid dalam belajar dapat meningkat secara maksimal.
23
Kemampuan-kemampuan itu diperlukan dalam membantu murid dalam belajar.
Keberhasilan murid belajar akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru yang
professional. Guru yang professional adalah guru yang memiliki kompoten dalam
bidangnya dan menguasai dengan baik bahan yang akan diajarkan serta mampu
memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa
berjalan dengan semestinya.
berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh karena itu, pantaslah dalam
dunia pendidikan lingkungan masyarakat pun akan ini ikut mempengaruhi
kepribadian murid.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang-
cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum
dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu
sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya). IPS
berinduk kepada ilmu-ilmu Sosial dengan pengertian bahwa teori, konsep, prinsip
yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep, dan prinsip yang ada dan berlaku
pada ilmu-ilmu sosial yang mana ilmu-ilmu Sosial digunakan untuk melakukan
24
dilaksanakan pada pengajaran IPS. Karena sifatnya yang berupa penyerderhanaan
dari ilmu-ilmu sosial, di Indonesia IPS dijadikan sebagia mata pelajaran wajib
untuk murid sekolah dasar.
dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya yang bahannya
diambil dari berbagai ilmu-ilmu seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi,
sosiologi, politik, dan psikologi sosial.
Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan
yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu
lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan
dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
b. Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu
pengetahuan sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas
secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam
kepada murid, khususnya ditingkat dasar dan menengah. Luasnya kajian IPS
mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial,
ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam
ilmu sosial ini. Segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek sosial yang
meliputi perkembangan, faktor, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu
ekonomi. Aspek budaya dengan segala perkembangan dan permasalahannya
25
dipelajari dalam antropologi. Aspek sejarah yang tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah.
Zuraik dalam Susanto (2013:137) IPS adalah harapan untuk mampu mebina
suatu masyarakat yang baik di mana para anggotanya benar-benar berkembang
sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh
karenanya diciptakan nilai-nilai. Hakekat IPS ini di sekolah dasar memberikan
pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi murid sebagai
warga negara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanaya memberikan ilmu
semata, tetapi harus berorientasi pada pengembanagan keterampilan berpikir kritis,
sikap, dan kecakapan-kecakapan dasar murid yang berpijak pada kenyataan
kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi
kehidupan sosial murid di masyarakat.
Jadi, IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan
realita kondisi sosial yang ada di lingkungan murid, sehingga dengan memberikan
pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan
bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya. IPS saat ini dihadapkan pada
upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas sumber daya manusia,
sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat mengembangkan pemahaman
konsep dan keterampilan berpikir kritis.
c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang pendidikan di
lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi
juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan peserta
didik di masyarakat, bangsa, dan negara dalam berbagai kerakteristik. Lebih jauh lagi
26
dalam pendidikan IPS dikembangkan dalam tiga aspek atau tiga ranah pembelajaran,
yaitu: aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), sikap (afektif).
Ketiga aspek ini merupakan acuan yang berorientasi untuk mengembangkan
pemilihan materi, strategi, dan model pembelajaran.
Ada beberapa tujuan pendidikan IPS merupakan bentuk pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap yang memungkinkan anak berpartisipasi dalam
kelompoknya, baik itu keluarga, teman bermain, sekolah, masyarakat yang lebih luas,
bangsa dan negara. Tujuan pendidikan ilmu sosial dikembangkan atas dasar
pemikiran bahwa pendidikan ilmu-ilmu sosial dikembangkan atas dasar pemikiran
suatu disiplin ilmu, sehingga tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan
institusional menjadi landasan pemikiran mengenai tujuan pendidikan ilmu sosial.
Trianto (2010:176) tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Secara perinci, Mutakin dalam Susanto (2013:143) merumuskan
pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:
(1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat; (2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan
mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang
kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial;
(3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir dan membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat; (4) Menaruh perhatian setiap isu-isu dan masalah-masalah
sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu
mengambil tindakan yang tepat; (5) Mampu mengembangkan berbagai
potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang
kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.
27
yang handal, baik dalam bidang akademik maupun dalam aspek moralnya.
Demikian pula kaitannya dengan Departemen Pendidikan Nasional
(2008:162), permainan telah memberikan arah yang jelas pada tujuan dan ruang
lingkup pembelajaran IPS, yaitu :
lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, dan global.
d. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
Ruang lingkup IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya. Dalam
mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan
masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya). Materi IPS digali dari
segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran
IPS yang merupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu
bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan. Menurut Mulyono dalam Hayati
(2008:37), ada lima macam materi sumber IPS, antara lain:
28
(1) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi disekitar anak sejak
dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan, sampai lingkungan yang luas
negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya; (2) Kegiatan manusia
misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, dan transportasi; (3) Lingungan geografi dan budaya meliputi
segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan
anak yang terdekat sampai yang terjauh; (4) Kehidupan masa lampau,
perkembangan kehidupan manusia, sejarah lingkungan yang terdekat
sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian yang besar; (5)
Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi makanan, pakaian,
permainan, dan keluarga.
sumber materi IPS sekaligus juga labolatoriumnya. Pengetahuan konsep
teori-teori IPS pengembangan pendidikan yang diperoleh murid di dalam
kelas dapat dicocokkan dan dicobakan sekaligus diterapkan dalam
kehidupannya sehari-hari di masyarakat.
IPS merupakan bidang ilmu yang terintegrasi dari mata pelajaran
Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. IPS
merupakan mata pelajaran yang merupakan perpaduan dengan ilmu-ilmu lain
seperti Geografi, Ekonomi, Sejarah, Antropologi, Politik dan ilmu sosial
lainnya dalam mengakaji peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang
berkaitan dengan isu atau masalah-masalah sosial yang hadir di dalam
masyarakat. Dengan demikian pelajaran IPS di sekolah dasar di laksanakan
secara terpadu dengan memperhatikan kerakteristik siswa dengan taraf
kemampuan berpikir holistik.
pendidikan dasar. Keberadaan siswa dengan status dan kondisi sosial yang
berbeda-beda tentunya akan menghadapi masalah yang berbeda pula dalam
perjalanan hidupnya. Oleh karena itu, pembelajaran IPS sangatlah penting
karena materi-materi yang di dapatkan siswa di sekolah dapat di kembangkan
dan di integrasikan menjadi sesuatu yang lebih bermakna ketika siswa berada
di lingkungan masyarakat, baik dimasa sekarang ataupun dimasa yang akan
datang. Sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa SD belum mampu
memahami dan memecahkan masalah sosial secara mendalam dan utuh dalam
kehidupan sosial masyarakat. Dengan demikian, pembelajaran IPS di sekolah
dimaksudkan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
contoh sikap sebagai bekal untuk mengdapi hidup dengan segala
tantangannya. Selain itu, diharapakan melalui pembelajaran IPS kelak siswa
mampu mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam
memecahkan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.
Menurut Hidayati (2004: 16-17) alasan pentingnya membelajari IPS
pada pendidikan dasar adalah agar murid mampu memadukan bahan,
informasi dan kemampuan yang dimiliki untuk menjadi lebih bermakna.
Selain alasan tersebut, siswa diharapkan lebih peka dan tanggap dalam
berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab. Alasan
penting lainnya agar siswa dapat meningkatkan rasa toleransi dan
persaudaraan sesama manusia.
mengembangkan kemampuan berpikir siswa terhadap masalah-masalah sosial
yang berkaitan dengan masyarakat setempat. Tujuan tersebut diharapkan agar
siswa mampu memecahkan masalah-masalah sosial lainnya sebagai bentuk
pengembangan atas pengetahuan yang telah dipelajari, sehingga siswa
mampu menghadapi tantangan kehidupan dengan baik, baik di masa sekarang
ataupun di masa mendatang dengan peran yang semakin komplek.
B. Kerangka Pikir
Guru dituntut untuk dapat melibatkan murid secara aktif dalam suatu
proses pembelajaran dengan harapan murid dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara maksimal. IPS merupakan mata pelajaran yang berbasis
hafalan yang dapat membuat murid merasa jenuh atau bosan dalam
mempelajarinya, karena pada pembelajaran ini guru masih menggunakan
teknik pembelajaran konvensional, sehingga guru akan terkesan lebih aktif
selama proses pembelajaran berlangsung akibatnya pembelajaran menjadi
kaku, tidak bervariasi dan kurang menyenangkan. Sementara pembelajaran
dengan teknik Ice Breaking menawarkan suasana pembelajaran yang lebih
variatif, kreatif dan menyenangkan sehingga murid tidak akan merasa bosan
atau mengantuk dalam mengikuti pembelajaran tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti membuat skema kerangka pikir
penggunaan Ice Breaking terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV. Adapun
kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
31
Parangia
Sudah
Hipotesis diartikan suatu jawaban yang sementara. Dikatakan sementara
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data
terhadap suatu permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.
Adapun hipotesis dalam penelitian adalah terdapat pengaruh penggunaan
Ice Breaking terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV di SDN Parangia
Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar.
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
dapat tercapai.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen atau
(Pre Eksperimen Desing) yaitu rancangan penelitian yang hanya menggunakan
kelompok eksperimen saja tanpa menggunakan kelompok kontrol (pembanding)
sampel subjek tanpa menggunakan randomisasi. Rancangan yang digunakan
adalah One Group Pretest-Postest Design, skor hasil belajar diukur sebelum dan
sesudah perlakuan (pemberian penggunaan Ice Breaking). Desain penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Emzir, 2014
X = Perlakuan dengan menggunakan Ice Breaking
O1 X O2
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek subjek yang
mempunyai kualitas dan kerakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017:117). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas IV SDN Parangia Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar berjumlah 18 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan kerakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2017:118). Sampel pada penelitian ini yaitu seluruh
murid kelas IV SDN Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan
Selayar berjumlah 18 orang. Teknik pengambilan sampel ini disebut sampel
jenuh. Sampel jenuh adalah penentuan sampel bila semua anggota populasi
relative kecil, kurang 30 orang, atau peneliti yang ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono, 2017: 124-125).
Tabel 3.1 Jumlah Murid Kelas IV SDN Parangia
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. IV 7 11 18
Sumber : (Data SDN Parangia Kabupaten Kepulauan Selayar tahun
2018/2019)
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
35
merupakan sebuah karekteristik yang terdapat pada individu atau benda yang
menunjukkan adanya perbedaan (variasi) nilai atau kondisi yang dimiliki.
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel
terikat, yaitu:
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar. Hasil belajar
yakni prestasi yang dicapai oleh murid sekolah dasar setelah mengikuti proses
belajar yang berkenaan dengan materi suatu mata pelajaran yang mencakup tiga
ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar yang dimaksud di sini
adalah hasil belajar murid dari SD Negeri Parangia Kecamatan Bontomatene
Kabupaten Kepulauan Sealayar.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Ice Breaking. Jenis ice
breaking yang digunakan dalam penlitian ini yaitu jenis Gerak dan Lagu, jenis
Tepuk, Bernyanyi Ceria, Tebakan lucu, dan Humor.
1. Gerak dan lagu adalah jenis lagu yang di ikuti dengan gerakan untuk
membangkitkan semangat atau membuat murid berkonsentrasi kembali ketika
guru mengajar. Jenis gerak lagu yang digunakan yaitu Marina menari di atas
menara dan pundak lutut kaki.
2. Jenis Tepuk adalah ekspresi sebuah kegembiraan dan pemicu semangat. Jenis
tepuk yang di gunakan adalah tepuk konsentrasi. (tepuk konsentrasi, prok, prok,
prok, kon sen tra si. prok, prok, prok, kon sen tra si, di mu lai, TING).
36
3. Bernyanyi Ceria adalah sebuah lagu yang diberikan kepada anak-anak yang dapat
membangkitkan keceriaan murid. Jenis lagu yang digunakan untuk tujuan ini yaitu
pagi ceria.
4. Tebakan Lucu adalah salah satu hiburan yang dapat diberikan kepada murid untuk
membangkitkan semagat belajar murid. jenis tebakan yang digunakan yaitu hewan
apa yang terdiri dari satu huruf? lemari apa yang bisa masuk ke dalam saku celana?
Sebutkan nama-nama buah dalam satu detik?
5. Humor Segar adalah humor yang membuat pikiran menjadi santai dan
bertambah segar yang dapat diberikan kepada murid sehingga murid tidak merasa
jenuh dan bosan selama proses pembelajaran. Humor segar yang digunakan yaitu
Tidak gososk gigi, Alasan terlambat sekolah.
D. Instrument Penelitian
1. Lembar Observasi
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Ice Breaking. Lembar observasi
merupakan gambaran keseluruhan aspek yang dengan kurikulum yang menjadi
pedoman dalam pembelajaran.
2. Tes
Jenis tes yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah pretes dan
posttes. Pretes digunakan sebelum pembelajaran Ice Breaking di terapkan,
sedangkan posttes digunakan setelah murid mengikuti pembelajaran dengan
37
belajar murid kelas IV.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan
jenis instrument yaitu (1) Tes Hasil Belajar, (2) Observasi, (3) Dokumentasi.
1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dengan jenis pretest dan posttest. Pretest dilakukan
sebelum penggunaan Ice Breaking. sedangkan posttest dilakukan setelah murid
mengikuti pembelajaran dengan menerapkan Ice Breaking. Tes yang diberikan
pada peserta didik dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda dan isian sehingga
dapat diketahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran. Tes ini diberikan pada akhir pembelajaran. Hasil tes itulah yang
kemudian akan digunakan sebagai acuan untuk menarik kesimpulan pada akhir
penelitian.
Metode ini digunakan untuk melihat hasil belajar murid sebelum peneliti
datang. Dokumentasi ini didapatkan melalui buku nilai wali kelas IV SDN
Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar selama belajar
di sekolah. Nilai yang dapat diamati adalah nilai harian murid, nilai tugas, nilai
pekerjaan rumah dalam mata pelajaran IPS.
F. Rancangan Analisis Data
Pada saat menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan
digunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa
38
tersebut dengan mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan anatara nilai yang
didapatkan nilai pretest dengan nilai posttest. Pengujian perbedaan nilai hanya
dilakukan terhadap rata-rata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan
teknik yang disebut dengan uji-t (t-test). Dengan demikian langkah-langkah
analisis data eksperimen dengan model eksperimen One Group Pretest Posttest
Design adalah sebagai berikut:
Merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses
penelitian dan bersifat kualitatif. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan
melalui analisis ini adalah sebagai berikut:
a) Rata-rata (Mean)
n = jumlah murid
n = banyaknya sampel responden
Depdikbud (2013) yaitu:
0-54
55-69
70-79
80-89
90-100
Adapun kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan untuk mata
pelajaran IPS di SDN Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan
Selayar.
Skor Kategori
Kepulauan Selayar tahun 2019)
memenuhi kriteria ketuntuasan minimal yang ditentukan oleh sekolah yakni 70.
Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabilah minimal 80% murid kelas
40
secara klasikal.
n = jumlah murid
Penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik
t-test (uji-t), dengan tahapan sebagai berikut:

X1 = hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)
X 2 = hasil belajar setelah perlakuan (posttest)
d = deviasi masing-masing subjek
N = subjek pada sampel
a) Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:
41
Keterangan:
∑d = jumlah dari gain (posttest-pretes)
N = subjek pada sampel
Keterangan :
∑d = jumlah dari gain (posttest-pretes)
N = subjek pada sampel

X1 = hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)
X 2 = hasil belajar setelah perlakuan (posttest)
d = deviasi masing-masing subjek
N = subjek pada sample
d) Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan kaidah
pengujian signifikan:
1. Jika THitung> 1 TTabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, berarti penerapan
Ice Breaking berpengaruh terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SDN
Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar.
2. Jika THitung< 1 Tabel maka H0 ditolak, berarti penerapan Ice Breaking tidak
berpengaruh terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SDN Parangia
Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar, harga t Tabel
42
signifikan a = 0,05 dan dk = N-1
e) Membuat kesimpulan apakah Ice Breaking berpengaruh terhadap hasil belajar
IPS murid kelas IV SDN Parangia Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar.
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Belajar Pretest IPS Kelas IV SDN Parangia Kabupaten
Kepulauan Selayar sebelum diterapkan Ice Breaking.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian di SDN
Parangia Kabupaten Kepulauan Selayar mulai bulan Agustus-Oktober 2019, maka
diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui instrument tes sehingga dapat
diketahui kemampuan belajar murid kelas IV pada mata pelajaran IPS di SDN
Parangia Kabupaten Kepulauan Selayar.
Cara mencari mean (rata-rata) nilai Pre-test dari murid SDN Parangia
Kabupaten Kepulauan Selayar, dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Perhitungan Untuk Mencari Mean (rata-rata) Nilai Pretes
X F FX
54 1 54
55 3 165
60 3 180
65 5 325
70 2 140
75 2 150
80 2 160
Jumlah 18 1.174
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑fX = 1.174
sedangkan nilai n sendiri adalah 18 karena itu dapat diperoleh rata-rata (mean)
sebagai berikut:
hasil belajar murid kelas IV SDN Parangia Kabupaten Kepulauan Selayar,
sebelum menerapkan Ice Breaking yaitu 65,22. Adapun dikategorikan pada
pedoman Depatemen Pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud), maka keterangan
murid dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Tingkat Hasil Belajar Pretest
No. Interval Frekuensi Persentase (%) Katergori Hasil
Belajar
2. 55-69 11 61,11 Rendah
3. 70-79 4 22,22 Sedang
4. 80-89 2 11,11 Tinggi
5. 90-100 - - -
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar pada tahap pretest dengan menggunakan instrument test
dikategorikan sangat rendah yaitu 5,56%, rendah 61,11%, sedang 22,22%, tinggi
11,11%. Melihat hasil persentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat hasil
belajar murid sebelum diterapkan Ice Breaking tergolong rendah.
Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar IPS
Skor Kategori Frekuensi %
70-100 Tuntas 6 33,33
Apabila tabel 4.4 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil
belajar IPS murid yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah murid 75% yang
mencapai atau melebihi nilai KKM 70, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar pada mata pelajaran IPS murid kelas IV SDN Parangia Kabupaten
Kepulauan Selayar, belum memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara
klasikal dimana murid yang tuntas hanya 33,33%.
2. Deskripsi Hasil Belajar Post-test IPS Kelas IV SDN Parangia Kabupaten
Kepulauan Selayar setelah diterapkan Ice Breaking.
Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap kelas setelah
diberikan perlakuan. Perubahan tersebut berupa hasil belajar yang datanya
dipeoleh setelah diberikan post-tes. Perubahan tersebut dapat dilihat dari data
berikut ini.
Cara mencari rata-rata (mean) nilai post-test dari murid kelas IV SDN
Parangia Kabupaten Kepulauan Selayar.
X F FX
55 1 55
60 1 60
65 1 65
70 1 70
75 1 75
80 2 160
85 6 510
90 5 450
Jumlah 18 1.445
46
Berdasarkan data hasil post-test di atas dapa diketahui bahwa nilai dari
∑fx = 1.445 dan nilai n sendiri 18. Kemudian dapat diperoleh nilai rata-rata
(mean) sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari
hasil belajar murid kelas IV SDN Parangia Kabupaten Kepulauan Selayar, setelah
penerapan Ice Breaking yaitu 80,28 dari skor ideal 100.
Adapun dikategorikan pada pedoman Departemen Pendidikan dan
kebudayaan (Depdikbud), maka keterangan murid dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Tingkat Hasil Belajar Pos-tes
No. Interval Frekuensi Persentase (%) Katergori Hasil
Belajar
5. 90-100 5 27,78 Sangat Tinggi
Jumlah 18 100
Berdasarkan data yang dapat dilihat dari pada tabel diatas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar murid pada tahap post-test dengan menggunakan
instrument test dikategorikan sangat tinggi yaitu 27,78%, tinggi 44,44%, sedang
11,11%, rendah 16,67%, dan sangat rendah berada pada persentase 0,00%.
Melihat dari hasil persentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat hasil belajar
murid dalam mata pelajar IPS setelah diterapkan Ice Breaking tergolong tinggi.
47
Skor Kategori Frekuensi %
70-100 Tuntas 15 83,33
Apabila tabel 4.8 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil
belajar murid yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah murid 75% mencapai
atau melebihi KKM 70, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS
murid kelas IV SDN Parangia Kabupaten Kepulauan Selayar, telah memenuhi
kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal karena murid yang tuntas adalah
83,33%.
3. Deskripsi Aktivitas Belajar IPS Murid Kelas IV SDN Parangia Kabupaten
Kepulauan Selayar selama diterapkan Ice Breaking.
Hasil pengamatan aktivitas murid dalam mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan Ice Breaking selama 2 kali pertemuan dinyatakan dalam persentase
sebagai berikut:
Hasil Analisis Data Aktivitas Murid
No
1. Murid yang hadir
menunjukkan bahwa:Hasil pengamatan untuk pertemuan I sampai dengan
pertemuan II menunjukkan bahwa:
b. Presentase murid yang tidak memperhatikan pada saat guru menjekaskan
materi 12,96%
c. Presentase murid yang memperhatikan pada saat guru menjelaskan materi
87,03%
d. Presentase murid yang menjawab pertanyaan guru baik secara lisan maupun
tulisan 77,77%
e. Presentase murid yang bertanya pada saat proses pembelajaran berlangsung
75,92%
f. Presentase murid yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis
74,07%
pada saat pembelajaran berlangsung 79,63%
i. Presentase murid yang mampu menyimpulkan materi pembelajaran pada akhir
pemebelajaran 81,48%
Sesuai dengan kriteria aktivitas murid yang telah ditentukan peneliti pada
murid dikatakan aktif dalam proses pembelajaran jika jumlah yang aktif 75% baik
aktivitas murid per indikator maupun rata-rata aktivitas murid, dari hasil
pengamatan rata-rata persentase jumlah murid yang aktif melakukan aktivitas
yang diharapkan yaitu mencapai 75,49% sehingga dapat disimpulkan bahwa
aktivitas murid dalam proses pembelajara IPS telah mencapai kriteria aktif.
4. Pengaruh Ice Breaking Pada Mata Pelajaran IPS Murid Kelas IV SDN
Parangia Kabupaten Kepulauan Selayar
Sesuai dengan hipotesis penelitian yakni “ada pengaruh penggunaan Ice
Breaking terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV di SDN Parangia Kabupaten
50
Kepulauan Selayar, maka teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut
adalah teknik statistik inferensial dengan menggunakan uji-t.
Tabel 4.8 Analisis Skor Pre-tes dan Post-tes
N0. X1 (Pre-test) X2 (Post-test) d = X2 – X1 d 2
1. 80 90 10 100
2. 75 85 10 100
3. 60 90 30 900
4. 55 80 25 625
5. 75 90 15 225
6. 65 85 20 400
7. 54 55 1 1
8. 70 90 20 400
9. 65 75 10 100
10. 55 80 25 625
11. 65 85 20 400
12. 65 85 20 400
13. 80 90 10 100
14. 70 85 15 225
15. 60 65 5 25
16. 55 60 5 25
17. 65 85 20 400
18. 60 70 10 100
Jumlah 1.174 1.445 271 5.151
Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1. mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:
2. Mencari harga “ ∑X 2 d ” dengan menggunakan rumus:
51
4.080,05
1.070,94




4. Menentukan harga t Tabel
Untuk mencari t Tabel peneliti menggunakan tabel distribusi t dengan taraf
signifikan a = 0,05 dan db = N – 1 = 18 – 1 = 17 maka diperoleh t 0,05 = 2,110
Setelah diperoleh tHitung = 8,05 dan t Tabel = 2,110 maka diperoleh tHitung >
tTabel atau 8,05>2,110. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima. Ini berarti bahwa Ice Breaking berpengaruh terhadapa hasil belajar IPS
murid kelas IV di SDN Parangia Kabupaten Kepulauan Selayar.
52
pertengahan pembelajaran, dan akhir pembelajaran. Dengan menyisipkan sedikit
Ice Breaking dalam pembelajaran maka murid akan lebih maksimal dan suasana
belajar di kelas pun menjadi selalu segar.
Kelebihan Ice Breaking menurut soenarno (2005:217) merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini
dianggap lebih bermakna.
dengan kategori yakni sangat rendah yaitu 5,56%, rendah 61,11%, sedang
22,22%, tinggi 11,11%. Melihat dari hasil persentase yang ada dapat dikatakan
bahwa tingkat kemampuan murid dalam IPS serta penguasaan materi IPS sebelum
diterapkan Ice Breaking tergolong rendah.
Selanjutnya nilai rata-rata hasil post-test adalah 80,28%. Jadi hasil belajar
IPS setelah diterapkan Ice Breaking mempunyai hasil belajar yang lebih baik
dibandingkan sebelum penerapan Ice Breaking. Selain itu persentase kategori
hasil belajar IPS murid juga meningkat yakni sangat tinggi yaitu 27,78%, tinggi
44,44%, sedang 11,11%, rendah 16,67%, dan sangat rendah berada pada
persentase 0,00%.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan rumus
uji t, dapat diketahui bahwa nilai tHitung sebesar 8,05. Dengan frekuensi (dk)
sebesar 18 – 1 = 17, pada taraf signifikan 5% diperoleh tTabel = 2,110 oleh karena
tHitung > tTabel pada taraf signifikan 0,05 maka hipotesis nol (H0) ditolak dan
hipotesis alternative (Ha) diterima yang berarti bahwa penerapan Ice Breaking
mempengaruhi hasil belajar IPS.
Breaking terhadap hasil belajar IPS, sejalan dengan hasil observasi yang
dilakukan. Berdasarkan hasil observasi terdapat perubahan pada murid dimana
pada awal kegiatan pembelajaran ada beberapa murid yang melakukan kegiatan
lain atau bersifat cuek selama pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat
pada pertemuan pertama murid yang melakukan kegiatan lain sebanyak 3 siswa,
sedangkan pada pertemuan terakhir hanya ada 1 murid yang melakukan kegiatan
lain pada saat guru menjelaskan materi. Pada awal pertemuan, hanya sedikit murid
yang aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Akan tetapi sejalan dengan
diterapkannya Ice Breaking murid mulai aktif pada pertemuan selanjutnya.
Hasil observasi menunjukkan banyaknya jumlah murid yang menjawab
pada saat diajukan pertanyaan dan murid yang mengajukan diri untuk
mengerjakan soal di papan tulis. Murid juga mulai aktif dan percaya diri untuk
menanggapi jawaban dari murid lain sehingga murid lain ikut termotivasi untuk
mengikuti pelajaran. Proses pembelajaran yang menyenangkan membuat murid
tidak lagi keluar masuk pada saat proses pembelajaran.
54
diperoleh serta hasil hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa penerapan Ice Breaking memiliki pengaruh terhadap hasil belajar IPS
murid kelas IV SDN Parangia Kabupaten Kepulauan Selayar.
55
Berdasarkan data hasil penelitian dalam pembahasan disimpulkan bahwa
penerapan Ice Breaking berpengaruh terhadap hasil belajar. hal ini dapat dilihat
dari nilai rata-rata murid sebelum menggunakan Ice Breaking tergolong rendah
yaitu 65,22% dan setelah menggunakan Ice Breaking nilai rata-rata yang
diperoleh siswa tergolong tinggi yaitu 80,28%.
Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan analisis data statistik
inferensial dan uji t maka diperoleh nilai tHitung = 8,05 dan tTabel = 2,110 maka
diperoleh tHitung > tTabel atau 8,05 > 2,110. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan
Ice Breaking berpengaruh terhadap hasil belajar murid kelas IV SDN Parangia
Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar.
B. Saran
mutu pendidikan antara lain:
1. Kepada para pendidik khususnya guru SDN Parangia Kabupaten Kepulauan
Selayar, disarankan untuk menerapkan Ice Breaking agar murid tidak
mengantuk atau cepat merasa bosan dalam menerima pelajaran.
2. Kepada peneliti diharapakan mampu mengembangkan Ice Breaking ini dengan
menerapkan pada materi untuk mengetahui apakah pada materi lain cocok
dengan strategi pembelajaran ini, demi tercapai tujuan yang diharapakan.
56
3. Kepada calon peneliti, untuk dapat mengembangkan dan memperkuat strategi
ini serta memperkuat hasil penelitian ini dengan cara mengkaji terlebih dahulu
agar mampu mengadakan penelitian yang lebih sukses.
57
Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah. 2000. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional.
Persada.
Fanani. 2010. Ice Breaking Dalam Proses Belajar Mengajar. Jurnal Pendidikan,
(Online), Vol. 6, No. 11 (http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/6297/1Skripsi%20Fatwal%20Harsyad.pdf/,diakses 20 Mei
2019).
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Pendidikan Nasional
Anak Kelompok B. TK Laboratorium PG-PAUD. FIP UNESA
Ridwan. 2014. Kerangka Pikir Penelitian dan Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Remaja Rosadah Karya.
Rudiana. 2012. Genius Teaching: 9 Kerakter Guru Menyenangkan Berbasis
Ramah Otak. Bandung: Smiles Indonesia Institut.
Riskawati. 2017. Pengaruh Teknik Ice Breaking terhadap hasil belajar IPS siswa
kelas IV SD Negeri 87 Manipi Kecamatan Sinjai Barat. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: FKIP. Unismuh Makassar.
Said. M. 2010. 80+ Ice Breaking Games. Kumpulan Permainan Penggugah
Semagat. Yogakarta: Andi Publisher.
Rineka Cipta
Manajemen. Yogyakarta: Andi
Production.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Jakarta: Kencana
Prenada media Group.
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.
Sumardani. 2014. Pengaruh Teknik Ice Breaker pada pembelajaran Matematika
terhadap hasil belajar peserta didik kelas II SD Negeri 20 Pontianak
Selatan. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: FKIP. Unismuh Makassar.
Saroya. 2014. Skripsi Alaena [email protected] Jurnal Pendidikan, (Online),
Vol. 2, No. 22 (http://repositori.uinjkt.ac.id,diakses 21 Mei 2019).
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Tiro Arif. 2008. Pengantar Teori Peluang. Makassar: Andira Publiser
Tim Penyusun FKIP Unismuh Makassar. 2018. Pedoman Penulisan Skripsi.
Makassar : Panrita Pers Unismuh Makassar
Tim Penyusun. 2013. Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta
Yanuarita, Franc Andri. 2013. Memaksimalkan Otak Melalui senam Otak (Brain
Gym). Yogyakarta: TeranovaBooks.
Yaba. 2006. Materi Pokok IPS 1. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Yunsirno. 2010. Keajaiban Bealajar. Pontianak: Pustaka: Jenius Publishing.
Wahyuni. 2017. Pengaruh Penggunaan Ice Breaking terhadap hasil belajar pada
mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Inpres Tamarunang Kecamatan
Somba Opu Kab. Gowa. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: FKIP.
Unismuh Makassar.
KECAMATAN BONTOMATE’NE KABUPATEN KEPULAUAN
SELAYAR TAHUN AJARAN 2019
62
Tema 1 : Indahnya Kebersamaan
Muatan Pelajaran : IPS
Pembelajaran ke : 5
A. Kompetensi Inti (KI)
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangga.
melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
IPS
3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial,
di provinsi setempat sebagai
identitas bangsa indonesia, serta
3.2.2 Menjelaskan keragaman sosial
dan budaya provinsi setempat
di provinsi setempat sebagai
identitas bangsa indinesia, serta
1. Dengan membaca teks tentang suku Minang, siswa mampu menjelaskan
keragaman sosial dan budaya provinsi setempat sebagai identitas bangsa
Indonesia secara tertulis dan lisan secara terperinci.
2. Dengan membaca teks tentang suku Minang, siswa mampu menyajikan
keragaman sosial dan budaya provinsi setempat sebagai identitas bangsa
Indonesia secara tertulis dan lisan secara terperinci.
D. Materi Pembelajaran
E. Strategi, Pendekatan dan Metode Pembelajaran
1. Strategi : Strategi Pembelajaran Ice Breaking
2. Pendekatan Pembelajaran : Saintifik.
F. Media/Alat, dan Sumber Belajar
Media/Alat : Teks bacaan tentang suku di Indonesia
Sumber Belajar : Buku Guru dan Buku Siswa Kelas 4, Tema 1: Indahnya
Kebersamaan, Subtema 1: Keberagaman Budaya
Bangsaku, Pembelajaran 5. Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 (Revisi 2017). Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
kabar, dan mengecek kehadiran murid.
2. Guru meminta salah seorang murid meminpin
doa belajar
pentingnya mengawali setiap kegiatan dengan
doa. Selain berdoa, guru dapat memberikan
penguatan tentang sikap syukur.
Indonesia Raya.
dan kebersihan kelas.
pembelajaran yang akan dilakukan.
tentang pentingnya sikap santun yang akan
dikembangkan dalam pembelajaran.
mendiskusikan perkembangan kegiatan literasi
10. Guru bertanya pada murid tentang materi yang
akan diajarkan, bisa dalam bentuk games,
dimana murid ditunjuk secara acak. (guru
bertanya tentang keragaman sosial dan budaya di
Indonesia.
15
menit
66
menjelaskan bahwa warga yang baik adalah warga
yang mampu memahami dan menghargai
keragaman serta perbedaan yang ada di sekitar
mereka, baik keragaman sosial, ekonomi, budaya,
etnis, dan agama.
Minang pada Buku Siswa (BS) T1 ST1 P5
halaman 58-59 dalam hati (membaca senyap).
3. Guru meminta murid secara mandiri menuliskan
pertanyaan tentang hal yang ingin mereka ketahui
lagi tentang Suku Minang. Murid menuliskan
pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang suku
memberikan tepuk konsentrasi kepada murid.
(tepuk konsentrasi, prok, prok, prok, kon sen tra
si. prok, prok, prok, kon sen tra si, di mu lai,
TING).
terdiri dari 3-4 murid. Murid diminta
mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang
telah ditulis dengan teman satu kelompok.
6. Guru meminta murid menyimak saat guru
menjelaskan bahwa keragaman yang ada di sekitar
tidak terbatas pada suku tetapi mencakup
keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan
agama.
yang terdapat di lingkungan provinsi mereka
145
menit
67
masing-masing.
halaman 60.
meminta murid mempresentasikan informasi yang
mereka peroleh dalam kelompok.
membrikan gerak lagu, tebakan lucu. Dan humor
segar.
pembelajaran yang telah berlangsung:
orang yang berbeda suku, budaya, dan
agama?
bahwa terdapat keberagaman di lingkungan
sekitar?
pembelajaran pada hari ini.
tentang aktivitas pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya.
15
menit
dalam sikap santun.
IPS 3.2.2 Menjelaskan
Soal isian
Soal uraian
Perilaku
Butir
Sikap
Tindak
Lanjut
1.
2.
3.
4.
69
5.
6.
Tulisan dan presentasi tentang keragaman sosial dan budaya di provinsi
masing-masing dinilai dengan rubrik.
NIP. 19670205 199106 1 002 NIP. 19641009 198511 2 003
71
Materi:
Keragaman sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keanekaragaman atau perbedaan dalam suatu masyarakat atau lingkup tertentu.
Keragaman sosial terjadi karena beribu-ribu jenis suku, agama yang ada di
Indonesia bercampur menjadi satu. Karena kita hidup dengan berbagai macam
orang dari beberapa daerah dan suku. Suku bangsa merupakan sekumpulan
masyarakat yang memiliki kebiasaan dan budaya yang sama. Sebagai contoh suku
yang ada di Indonesia antara lain suku Jawa, suku Sunda, suku Tengger, suku
Aceh, suku Batak, suku Asmat, suku Dayak, suku Bali, suku Sasak, suku Minang
dan lain sebagainya. Suku-suku tersebut ada yang belum banyak mendapat
pengaruh budaya lain, mereka sering dikenal suku terasing.
Budaya dan kebudayaan adalah semua hasil pengolahan pikiran, perasaan
dan kehendak dari manusia. Akal pikiran, perasaan dan kehendak disebut dengan
istilah cipta, rasa, dan karsa budaya ada yang berbentuk fisik dan jasmani.
Contohnya pakaian rumah adat dan alat musik. Ada pula budaya yang berbentuk
nonfisik atau rohani contohnya kepercayaan, bahasa, adat istiadat atau tradisi dan
pengetahuan.
Bentuk-bentuk budaya yang biasa terdapat ditiap suku bangsa antara lain:
Bahasa, hampir setiap daerah memiliki bahasa daerah yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Bahasa daerah merupakan bahasa yang digunakan dalam pergaulan
sehari-hari di suatu daerah tertentu, di Indonesia memiliki bahasa nasional yakni
72
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ini berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa.
Terdapat sekitar 665 bahasa daerah contohnya bahasa daerah adalah Bahasa Bali,
Bahasa Madura, bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa Bugis dan bahasa daerah
lainnya.
organisasi, hubungan kekerabatan, peraturan-peraturan dan hukum. Rumah adat,
disetiap daerah atau bangsa biasanya memiliki rumah adat khas. Namun seiring
dengan perkembangan zaman, rumah-rumah adat ini biasanya sulit kita temukan
di daerah perkotaan. Kita dapat melihat seluruh rumah adat yang ada di Indonesia
di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Upacara adat merupakan upacara yang berhubungan dengan adat istiadat
atau tradisi masyarkat. Upacara adat berkaitan erat dengan kepercayaan suatu
masyarakat. Contoh upacara Lompat Batu (Suku Nias). Pakaian Adat untuk saat
ini banyak yang tidak dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya
pakaian adat digunakan saat upacara adat, upacara perkawinan, dan saat
memperagkan tarian, atau pertunjukan daerah. Senjata tradisinal, dahulu senjata
tradisional digunakan untuk memotong, berburu dan berperang. Saat ini senjata
tradisional lebih banyak digunakan sebagai hiasan atau pelengkap pakaian adat.
Contoh senjata tradisional adalah Senjata Badik (Betawi). Rencong (Aceh).
Kesenian contohnya tarian tradisioanl,seni musik tradisional,seni pertunjukan,
lagu daerah, dan cerita rakyat.
73
1. Tulislah nama dan kelas pad