PENGARUH PENGGANTIAN TANAH LIAT OLEH FLY ASH BATU BARA …/Pengaruh... · pengaruh penggantian...
-
Upload
hoangkhanh -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
Transcript of PENGARUH PENGGANTIAN TANAH LIAT OLEH FLY ASH BATU BARA …/Pengaruh... · pengaruh penggantian...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PENGGANTIAN TANAH LIAT OLEH FLY ASH BATU
BARA DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK
FISIS DAN MEKANIS BATU BATA
SKRIPSI
OLEH :
CAHYANING KILANG PERMATASARI
K1508032
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Cahyaning Kilang Permatasari
NIM : K1508032
Jurusan/Program Studi : PTK/Pendidikan Teknik Bangunan
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGARUH PENGGANTIAN
TANAH LIAT OLEH FLY ASH BATU BARA DAN LAMA
PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS
BATU BATA” ini benar – benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Cahyaning Kilang P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH PENGGANTIAN TANAH LIAT OLEH FLY ASH BATU
BARA DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK
FISIS DAN MEKANIS BATU BATA
OLEH :
CAHYANING KILANG PERMATASARI
K1508032
Skipsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendididkan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan
Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli 2011
Pembimbing I, Pembimbing II,
Anis Rahmawati, S.T., M.T. Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
NIP. 19790426 200212 2 001 NIP. 19720205 200501 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
Sekretaris : Eko Supri Murtiono, S.T., M.T.
Anggota I : Anis Rahmawati, S.T., M.T.
Anggota II : Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n Dekan
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si.
NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Cahyaning Kilang Permatasari. PENGARUH PENGGANTIAN TANAH LIAT
OLEH FLY ASH BATU BARA DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS BATU BATA. Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendiddikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lama pembakaran batu
bata yang minimal dengan penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara. Variasi
lama pembakaran dalam penelitian ini adalah 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam.
Variasi prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara adalah 0%, 15%,
30%, 40% dan 50%.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Setelah melalui proses
pembuatan batu bata dan pembakaran batu bata secara tradisional, selanjutnya
dilakukan pengujian terhadap karakteristik fisis (berat jenis, susut bakar dan
porositas) dan mekanis (kuat tekan dan kuat patah) batu bata uji. Pengujian
karakteristik fisis dan mekanis menggunakan NI 10 dan SII 1978.
Nilai berat jenis dalam lama pembakaran 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30
jam berkisar antara 1,590 g/cm³ – 1,113 g/cm³. Prosentase susut bakar dan
prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash untuk 12 jam, 18 jam, 24 jam dan
30 jam berturut – turut sebagai berikut 0,786% pada 11,5%; 0,882 pada 14%,
0,962% pada 17% dan 1,203% pada 15%. Pada 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30
jam prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash dan porositas berturut – turut
adalah sebagai berikut 32,67% sebesar 35,19%; 25,80% sebesar 31,05%; 22,70%
sebesar 27,43% dan 24,88% sebesar 33,37%. Sementara, pada 12 jam, 18 jam, 24
jam dan 30 jam prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash dan kuat tekan
adalah sebagai berikut 23,83% sebesar 3,60 N/mm²; 21,38% sebesar 3,81N/mm²;
26,33% sebesar 4,60 N/mm² dan 23,50% sebesar 3,90 N/mm². Kecenderungan
kuat patah optimal pada 30% untuk semua lama pembakaran. Pada 12 jam, 18
jam, 24 jam dan 30 jam berturut – turut adalah sebagai berikut 0,080 N/mm²,
0,150 N/mm², 0,320 N/mm² dan 0,240 N/mm².
Setelah melihat dari 5 karakteristik yang ditinjau, kesimpulan penelitian
ini adalah pembakaran batu bata minimal dan memenuhi standar adalah selama 24
jam.
Kata Kunci : batu bata, lama pembakaran, fly ash batu bara, karakteristik fisis dan
mekanis batu bata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Cahyaning Kilang Permatasari. THE EFFECT OF REPLACEMENT OF CLAY
BY COAL’S FLY ASH AND BURNING OLD OF PHYSICAL AND
MECHANICAL CHARACTERISTICS OF BRICKS. Research Paper. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. July 2012.
This study is mainly intended to determine the minimal time of burning
brick with coal’s fly ash addition. Brick burning old is generally 48 hours,
burning time in this research consisting of 12 hours, 18 hours, 24 hours and 30
hours. The variation percentages of the addition of coal’s fly ash are 0%, 15%,
30%, 40% and 50%.
This study is kuantitative study. After going through the process of
making bricks and traditional burning brick, the next step is testing the physical
characteristics of the bricks (the density, the fuel shrinkage and the porosity) and
the mechanical (the compressive strength and the strong fracture) of bricks
testing. Physical and mechanical characteristics standardized achievement test
based on the NI 10 and SII 1978.
The specific gravity result test at burning old for 12 hours, 18 hours, 24
hours and 30 hours ranged from 1.590 g/cm³ – 1.113 g/cm³. The shrinkage fuel
percentage and percentage of replacement of clay by fly ash for 12 hours, 18
hours, 24 hours and 30 hours respectively participated are as follows 0.786% at
11.5%; 0.882 at 14%, 0.962% at 17% and 1.203% at 15%. At 12 hours, 18 hours,
24 hours and 30 hours of replacement percentage of clay by fly ash and porosity
respectively participated are as follows 32.67% at 35.19%, 25.80% at 31.05%,
22.70 % at 27.43% and 24.88% at 33.37%. While, at 12 hours, 18 hours, 24
hours and 30 hours of replacement percentage of clay by fly ash and compressive
strength are as follows 23.83% at 3.60 N / mm ²; 21.38% at 3.81 N / mm ²;
26.33% at 4.60 N / mm ² and 23.50% at 3.90 N / mm ². The fracture strength
tendency optimal at 30% for all burning old. At 12 hours, 18 hours, 24 hours and
30 hours respectively participated are as follows 0.080 N / mm ², 0.150 N / mm ²,
0.320 N / mm ² and 0.240 N / mm ².
After looking at the terms of those five characteristics, the conclution
from this study is the minimum of burning bricks and fulfill the standard is for 24
hours.
Keywords : bricks, burning old, coal’s fly ash, physical and mechanical
characteristics.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
# BISMILLAH#
#ALHAMDULILLAAH#
# BEAUTIFUL, SMART, BEHAVIOUR, FAITHFUL#
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Bapak dan Ibu
Bersyukur kepada Alloh karena memiliki kedua orang tua seperti bapak dan
ibuku. Terimakasih kepada kedua orang tuaku untuk do’a, kasih sayang, kerja
keras, motivasi yang tak terbatas yang membuatku terus semangat untuk
meraih cita – cita.
Adikku
Terimakasih untuk canda tawa disetiap hari. Semoga kita bisa meraih cita –
cita, dan bisa membanggakan dan membahagiakan kedua orang tua kita.
Eri Febriani, Sri Lestari, Septia Dian Kusuma
Tim skripsi, terimakasih untuk perjuangannya dan semangat kalian. Semangat
kita akan menjadi kunci kesuksesan kita. Terus berjuang meraih kesuksesan.
Teman – Teman PTB’08
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis
dapat menyelesaikan proposal skripsi ini sesuai dengan waktu yang diharapkan.
Skripsi ini berjudul “PENGARUH PENGGANTIAN TANAH LIAT OLEH
FLY ASH BATU BARA DAN LAMA PEMBAKARAN BATU BATA
TERHADAP KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS BATU BATA”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan,
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam menyusun skripsi ini
penulis mendapat bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bapak Drs. Sutrisno, S.T., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik
dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Bapak Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng., selaku Ketua Program Pendidikan
Teknik Sipil/Banguan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Abdul Haris S, S.Pd., M.Pd., selaku Koordinator Skripsi Pendidikan
Teknik Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ibu Anis Rahmawati, S.T., M.T., selaku Dosen pembimbing I, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi.
6. Bapak Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars., selaku Dosen pembimbing II, yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal
skripsi.
7. Teman-teman mahasiswa Program Teknik Bangunan angkatan tahun 2008.
8. Semua pihak yang ikut membantu hingga terselesaikannya proposal skripsi
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih
belum sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL................................................................................................... i
PERNYATAAN..................................................................................... ii
PENGAJUAN........................................................................................ iii
PERSETUJUAN.................................................................................... iv
PENGESAHAN..................................................................................... v
ABSTRAK............................................................................................. vi
MOTTO................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN.................................................................................. ix
KATA PENGANTAR........................................................................... x
DAFTAR ISI.......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xiv
DAFTAR TABEL.................................................................................. xv
DAFTAR RUMUS................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah.................................................................. 5
D. Rumusan Masalah...................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian....................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian..................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Dan Hasil Penelitian Yang Relevan..................... 8
B. Kerangka Berpikir...................................................................... 29
C. Hipotesis 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian................................................... 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
B. Rancangan Penelitian................................................................. 32
C. Populasi Dan Sampel................................................................. 44
D. Pengumpulan Data..................................................................... 45
E. Analisa Data............................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data............................................................................ 53
B. Pengujian Persyaratan Analisis.................................................. 60
C. Pengujian Hipotesis.................................................................... 73
D. Pembahasan Hasil Analisa Data................................................ 87
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan.................................................................................... 103
B. Implikasi..................................................................................... 104
C. Saran........................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 106
LAMPIRAN........................................................................................... 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Proses Pembakaran Pada Pembuatan Batu Bata............................. 12
2.2. Fly Ash Batu Bara........................................................................... 26
2.3 Paradigma Penelitian....................................................................... 30
3.1 Alokasi Waktu dan kegiatan penelitian........................................... 31
3.2 Alur Penelitian................................................................................. 43
3.3 Skema Pembuatan Batu Bata........................................................... 44
3.4 Skema Uji Tekan............................................................................. 46
3.5 Skema Uji Patah.............................................................................. 47
3.6 Skema Uji Porositas......................................................................... 48
3.7 Skema Uji Susut Bakar.................................................................... 48
3.8 Skema Uji Berat Jenis...................................................................... 48
4.1. Diagram Batang Kesesuaian Berat Jenis Dengan Standar NI 10... 83
4.2. Diagram Batang Kesesuaian Susut Bakar Dengan Standar NI 10. 84
4.3. Diagram Batang Kesesuaian Porositas Dengan Standar NI 10...... 85
4.4. Diagram Batang Kesesuaian Kuat Tekan Dengan SII 1978........... 86
4.5. Diagram Batang Kuat Patah........................................................... 87
4.6. Hubungan Berat Jenis Batu Bata Dan Prosentase Penggantian.....
Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara
88
4.7. Hubungan Berat Jenis Batu Bata Dan Lama Pembakaran............ 89
4.8. Hubungan Susut Bakar Batu Bata Dan Prosentase Penggantian....
Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara
91
4.9. Hubungan Susut Bakar Batu Bata Dan Lama Pembakaran.......... 92
4.10. Hubungan Porositas Batu Bata Dan Prosentase Penggantian......
Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara
94
4.11. Proses Bercampurnya Fly Ash Dan Tanah Liat........................... 95
4.12. Hubungan Porositas Batu Bata Dan Lama Pembakaran............. 96
4.13. Hubungan Kuat Tekan Batu Bata Dan Prosentase Penggantian..
Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
4.14. Hubungan Kuat Tekan Batu Bata Dan Lama Pembakaran......... 99
4.15. Hubungan Kuat Patah Batu Bata Dan Prosentase........................
Penggantian Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara
101
4.16. Hubungan Kuat Patah Batu Bata Dan Lama Pembakaran.......... 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Klasifikasi Kekuatan Bata NI 10.................................................... 14
2.2. Kekuatan Tekan Rata-Rata Batu Bata (SII-0021,1978) ................ 15
2.3. Komposisi Kimia Tanah Liat......................................................... 17
2.4.Perkiraan Perubahan Warna Tanah Liat Setelah Proses
Pembakaran
22
2.5. Komposisi Fly Ash Batu Bara........................................................ 26
3.1. Rincian Sampel Benda Uji............................................................. 45
4.1. Data Hasil Pengujian Bahan........................................................... 53
4.2. Kadar Air Dalam Tanah 54
4.3. Nilai Berat Jenis Dari Berbagai Tanah........................................... 55
4.4. Nilai Indeks Plastisitas Dan Macam Tanah.................................... 57
4.5. Uji Berat Jenis Batu Bata................................................................ 57
4.6. Uji Susut Bakar Batu Bata.............................................................. 58
4.7. Uji Porositas Batu Bata................................................................... 58
4.8. Uji Kuat Tekan Batu Bata.............................................................. 59
4.9. Uji Kuat Patah Batu Bata................................................................ 59
4.10. Uji Normalitas X1 Dan X2........................................................... 60
4.11. Uji Normalitas Y1........................................................................ 61
4.12. Uji Normalitas Y2........................................................................ 61
4.13. Uji Normalitas Y3........................................................................ 62
4.14. Uji Normalitas Y4........................................................................ 62
4.15. Uji Normalitas Y5........................................................................ 63
4.16. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X1 Dan Y1.................. 64
4.17. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X1 Dan Y2.................. 65
4.18. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X1 Dan Y3.................. 66
4.19. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X1 Dan Y4.................. 67
4.20. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X1 Dan Y5.................. 68
4.21. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X2 Dan Y1.................. 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
4.22. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X2 Dan Y2.................. 70
4.23. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X2 Dan Y3.................. 71
4.24. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X2 Dan Y4.................. 72
4.25. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X2 Dan Y5.................. 73
4.26. Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi..................................... 74
4.27. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X1 Terhadap Y1.................. 75
4.28. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X1 Terhadap Y2.................. 76
4.29. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X1 Terhadap Y3.................. 76
4.30. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X1 Terhadap Y4.................. 77
4.31. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X1 Terhadap Y5.................. 78
4.32. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X2 Terhadap Y1.................. 79
4.33. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X2 Terhadap Y2.................. 79
4.34. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X2 Terhadap Y3.................. 80
4.35. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X2 Terhadap Y4.................. 81
4.36. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X2 Terhadap Y5.................. 81
4.37. Hasil Turunan X1 Dan Y1............................................................ 82
4.38. Hasil Turunan X1 Dan Y2............................................................ 83
4.39. Hasil Turunan X1 Dan Y3............................................................ 84
4.40. Hasil Turunan X1 Dan Y4............................................................ 85
4.41. Hasil Turunan X1 Dan Y5............................................................ 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR RUMUS
Rumus Halaman
1. Kadar Air Tanah............................................................................... 34
2. Berat Jenis Butir Tanah..................................................................... 35
3. Batas Plastis Tanah........................................................................... 38
4. Indeks Plastis Tanah......................................................................... 38
5. Kuat Tekan Batu Bata ............................................................... 46
6. Kuat Patah Batu Bata........................................................................ 47
7. Porositas Batu Bata........................................................................... 47
8. Susut Bakar Batu Bata...................................................................... 48
9. Berat Jenis Batu Bata........................................................................ 48
10. Persamaan Linier....................................................................... 50
11. Persamaan Polinom Pangkat Dua.............................................. 50
12. Persamaan Polinom Pangkat Tiga............................................. 50
13. Persamaan Polinom Pangkat K (K 2)..................................... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I. Rencana Campuran......................................................................... 109
II. Pemeriksaan Bahan.......................................................................... 113
III. Pemeriksaan Batu Bata.................................................................... 124
IV. Analisa Data.................................................................................... 144
V. Proses Pembakaran Batu Bata Tradisional...................................... 212
VI. Dokumentasi Penelitian................................................................... 215
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya laju pembangunan akhir – akhir ini membuat beberapa
permintaan kebutuhan material bangunan meningkat, tidak terkecuali pada
material bangunan berupa batu bata. Batu bata umumnya dalam konstruksi
bangunan memiliki fungsi sebagai bahan non-struktural, di samping berfungsi
sebagai struktural. Batu bata masih sangat diminati masyarakat sampai hari ini
sebagai pengisi dinding dan penyekat ruangan, meskipun saat ini sudah banyak
ditemukan beberapa material bangunan pengganti batu bata seperti batako. Akan
tetapi dalam kenyataannya permintaan kebutuhan material bangunan batu bata
lebih banyak diminati daripada permintaan terhadap batako. Salah satu alasan
kenapa masyarakat masih mempercayai batu bata adalah dari segi estetikanya
terlihat lebih berseni dibandingkan dengan batako, serta kekurangan dari batu bata
lebih dapat diterima dibandingkan dengan kekurangan dari batako. Contohnya
adalah rumah berdinding batu bata lebih sejuk ditempati dibandingkan rumah
berdinding batako. (http://kumpulan.info/rumah.com/)
Produksi batu bata di Indonesia dilakukan dengan cara tradisional dengan
bahan baku berupa tanah liat yang dicetak. Ukuran batu bata dipasaran bervariasi
yang mempunyai tebal sekitar 3 cm – 5 cm, ukuran lebar 7 cm – 11 cm, dengan
panjang antara 17 cm – 22 cm, yang masing-masing jenis batu bata tersebut akan
sangat dipengaruhi oleh daerah asal batu bata. Setelah melalui tahap pencetakan,
batu bata tersebut dikeringkan, setelah kering yaitu sekitar 3 sampai 4 hari
kemudian dibakar dengan suhu yang tinggi. Proses pembakaran batu bata
memerlukan waktu yang lama yaitu sekitar 2 sampai 4 hari, dikarenakan waktu
yang lama tersebut maka akan berdampak pula pada biaya bahan bakar atau biaya
produksi yang otomatis meningkat.
Kebutuhan batu bata untuk bahan bangunan yang semakin meningkat
menyebabkan perlu diusahakan alternatif bahan pengikat tambahan yang dapat
mengurangi lama pembakaran terhadap batu bata. Usaha alternatif ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dimaksudkan agar kebutuhan batu bata saat pembangunan tidak terhambat karena
keterlambatan material, karena material batu bata ini memakan waktu yang lama
saat proses produksi.
Baru – baru ini telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai
pemanfaatkan beberapa limbah industri untuk penambahan dalam campuran
berbagai keperluan bahan bangunan teknik sipil. Pemanfaatan limbah fly ash batu
bara untuk campuran batu bata juga telah dilakukan, seperti contoh penelitian
yang dilakukan oleh Muhardi, Reni Suryanita dan Alsaidi (2007), Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau, dengan judul “Perbaikan Karakteristik
Batu Bata Lempung Dengan Penambahan Abu Terbang”. Dari penelitian mereka
didapat kesimpulan bahwa kekuatan tekan batu bata mengalami kenaikan seiring
bertambahnya umur dari batu bata mencapai 15% pada umur 14 hari dan 30,03%
pada umur 28 hari pada pemakaian abu terbang 10%. Karakteristik batu bata
dengan penambahan material abu terbang sampai pada persentase 50%
mempunyai bentuk permukaan rata dan halus, siku yang tajam dan ringan.
Sedangkan penambahan abu terbang diatas 50% menunjukan bentuk permukaan
yang kasar dan tidak siku, rapuh dan warna yang kusam. Batu bata yang
menggunakan abu terbang akan lebih ringan, penyerapan air yang kecil, lebih
padat dengan penyusutan yang kecil.
Penelitian yang dilakukan oleh M. Abdullah, dkk. (2009) Institut
Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 40132, tentang “Sintesis
Keramik Berbasis Komposit Clay-Karbon dan Karakterisasi Kekuatan
Mekaniknya.” Melalui penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa fraksi karbon
yang digunakan sangat berpengaruh pada kekuatan keramik. Kekuatan mekanik
keramik terbesar diperoleh ketika penambahan karbon dengan fraksi 0,05 – 0,1
w/w atau sekitar 0,2 – 0,4 v/v. Kekuatan keramik juga dipengaruhi oleh suhu
pembakaran, di mana makin tinggi suhu pembakaran maka keramik makin kuat.
Lama waktu pembakaran juga mempengaruhi kekuatan keramik, waktu
pembakaran di atas 2 jam akan mengurangi kekuatan keramik karena
pengurangan jumlah karbon di dalam keramik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Industri di Indonesia telah berkembang dengan relatif pesat. Seperti
pidato yang telah disampaikan oleh Sri Prabandiyani Retno Wardani (2008) saat
upacara penerimaan jabatan Guru Besar di Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro. Salah satu kebijakan pemerintah di bidang energi pada tahun 1976
adalah masalah diversifikasi energi, batubara diharapkan dapat berperan sebagai
sumber energi pengganti minyak bumi. Produksi batubara pada tahun 2010
diperkirakan sekitar 153 juta ton, sedangkan pemakaian dalam negeri pada tahun
tersebut adalah 108 juta ton, sedangkan sisanya 45 juta ton merupakan jumlah
yang dapat diekspor. Dari pembakaran batubara dihasilkan sekitar 5% polutan
padat yang berupa abu (fly ash dan bottom ash), di mana sekitar 10-20% adalah
bottom ash dan sekitar 80-90% fly ash dari total abu yang dihasilkan. Semakin
meningkatnya pemakaian batubara, maka beban lingkungan juga akan semakin
berat dan perlu diantisipasi dengan pemakaian teknologi batu bara bersih dan
pemanfaatan secara optimal dari limbah batu bara (fly ash). Sedangkan fly ash
batu bara itu sendiri termasuk limbah B3 oleh karena itu perlakuan limbah fly ash
harus sama dengan limbah B3 yang lainnya. Seperti yang dipaparkan pada Pasal 2
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) menyebutkan bahwa pengelolaan
limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan
pemulihan kualitas lingkungan yang dapat tercemar sehingga sesuai fungsinya
kembali.
Tribuana (2002) dalam Muhardi, dkk (2007) mengungkapkan abu
terbang adalah sisa dari hasil proses pembakaran batu bara pada temperatur tinggi
yang merupakan bahan pozzolanik, yaitu bahan yang tidak mempunyai sifat
mengikat seperti semen, namun mengandung senyawa silika-alumina aktif yang
dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar dan adanya air yang
cukup banyak membentuk senyawa stabil yang mempunyai sifat-sifat seperti
semen (PT.Semen Andalas, 1998) dengan unsur dominan unsur CaO sebanyak
15,2% Silika (SiO2) sebanyak 31,45%. Abu dasar merupakan fraksi yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kasar dan memiliki warna abu-abu gelap. Setelah melalui proses pembakaran abu
dasar akan jatuh dan terkumpul di dasar tungku pembakaran.
Sri Prabandiyani Retno Wardani (2008) mengungkapkan fly ash dari
produksi pembakaran batu bara secara sederhana melalui corong gas dan
menyebar ke atmosfer. Hal ini yang menimbulkan masalah lingkungan dan
kesehatan, karena fly ash hasil dari tempat pembakaran batu bara dibuang sebagai
timbunan. Fly ash dan bottom ash ini terdapat dalam jumlah yang cukup besar,
sehingga memerlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan,
seperti pencemaran udara, atau perairan, dan penurunan kualitas ekosistem.
Melihat fly ash batu bara dari produksi digunakan sebagai bahan
tambahan, dimana merupakan limbah dari pembakaran batu bara yang dihasilkan
dari beberapa pabrik atau industri seperti pabrik tekstil, pengolahan kayu serta
pabrik lainnya. Pabrik – pabrik ini memerlukan bahan bakar berkelanjutan dalam
jumlah yang besar dengan harga relatif murah. Bahan ini potensinya ternyata
cukup melimpah dan belum banyak termanfaatkan dengan baik. Semakin
meningkatnya pemakaian batubara, maka beban lingkungan juga akan semakin
berat dan perlu diantisipasi dengan pemakaian teknologi batu bara bersih dan
pemanfaatan secara optimal dari limbah batu bara.
Farida Marzuki, ITB, menuliskan fly ash batu bara mempunyai
kandungan unsur silikat dan aluminat yang reaktif, sama seperti semen. Oleh
karenanya fly ash dipilih sebagai bahan alternatif campuran tambahan dalam
pembuatan batu bata. Penelitian yang dilakukan mengkaji seberapa besar
pengaruh penambahan fly ash terhadap waktu pembakaran batu bata.
Dengan menambahkan fly ash batu bara pada bata diharapkan mampu
menghasilkan bata dengan kekuatan yang baik dalam waktu produksi yang tidak
terlalu lama dan dapat dilihat penggunaannya pada bangunan yang tepat dari jenis
batu bata tersebut. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Pengaruh
Penggantian Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara Dan Lama Pembakaran
Terhadap Karakteristik Fisis dan Mekanis Batu Bata” sebagai penelitian.
Dari penelitian ini diharapkan akan meningkatkan pemanfaatan limbah fly ash
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
batu bara dan mengurangi pencemaran lingkungan karena logam berat yang
dikandung dalam fly ash batu bara.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat
ditarik beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Lama pembakaran batu bata yang terlalu lama meningkatkan biaya produksi.
2. Limbah fly ash batu bara yang masih berlimpah dan belum dimanfaatkan
secara maksimal.
3. Pemanfaatan limbah fly ash batu bara dapat digunakan untuk bahan tambahan
pembuatan batu bata.
4. Belum diketahui prosentase penggantian volume tanah liat oleh fly ash batu
bara untuk mempercepat lama pembakaran batu bata.
5. Belum diketahui prosentase penggantian volume tanah liat oleh fly ash batu
bara untuk mendapatkan lama pembakaran minimal dengan karakteristik batu
bata yang dihasilkan memenuhi standar.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas akan dibuat beberapa batasan
masalah, agar masalah yang dikaji dalam penelitian ini menjadi terarah. Batasan
masalah difokuskan sebagai berikut:
1. Sifat batu bata yang ditinjau adalah sifat fisis (berat jenis, susut bakar, dan
porositas) sedangkan sifat mekanis (kuat tekan dan kuat patah).
2. Abu yang digunakan adalah fly ash batu bara dari limbah pembakaran batu
bara pabrik tekstil PT. Kusuma Putra Santosa yang berada di daerah
Karanganyar tanpa melihat type karakteristik fly ash tersebut.
3. Variasi penggantian fly ash yaitu 0%, 15%, 30%, 40% dan 50% dari volume
tanah liat.
4. Variasi lama pembakaran yaitu 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam.
5. Benda uji berupa batu bata merah yang terbuat dari tanah liat dengan dimensi
23 cm x 11 cm x 5 cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6. Tanah liat yang digunakan adalah tanah lempung alluvial yaitu lempung yang
terdapat di pesawahan Desa Baki RT 03/05, Sukoharjo, Surakarta.
7. Tidak meninjau besarnya suhu pembakaran.
8. Tidak meninjau persamaan kimia.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan dalam latar belakang masalah
tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Adakah pengaruh penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara terhadap
karakteristik fisis dan mekanis batu bata?
2. Adakah pengaruh lama pembakaran terhadap karakteristik fisis dan mekanis
batu bata?
3. Berapakah prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara dan lama
pembakaran minimal batu bata untuk mencapai karakteristik fisis dan
mekanis batu bata sesuai standar?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan pembatasan masalah tersebut maka
tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara
terhadap karakteristik fisis dan mekanis batu bata.
2. Untuk mengetahui pengaruh lama pembakaran terhadap karakteristik fisis dan
mekanis batu bata.
3. Untuk mengetahui prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara
dan lama pembakaran minimal batu bata untuk mencapai karakteristik fisis
dan mekanis batu bata sesuai standar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini begitu penting karena dapat menghasilkan informasi yang
dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan penelitian baik secara teoritis
maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan bahan bangunan
pengaruh penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara dan lama
pembakaran batu bata.
b. Memberikan informasi tentang pemanfaatan fly ash batu bara sebagai
bahan tambahan pembuatan bahan bangunan khususnya batu bata.
c. Sebagai penelitian pengembang untuk penelitian lain yang relevan.
d. Sebagai pendukung teori-teori penelitian sebelumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi tentang pemanfaatan fly ash batu bara sebagai
limbah industri yang mencemari lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai
campuran batu bata.
b. Memberikan informasi tentang fly ash batu bara yang bisa mempercepat
pembakaran batu bata sehingga produksi batu bata lebih efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Batu Bata
a. Pengertian Batu Bata
Batu bata adalah batuan yang terbuat dari tanah hitam atau tanah
merah. Bahan baku didapat dari tanah pertanian. Adapun cara pembuatan
batu bata diawali dengan manggali tanah, kemudian dilanjutkan dengan
mencampur tanah tersebut dengan campuran bahan baku penolong,
selanjutnya di lakukan proses pencetakan, pengeringan , pembakaran dan
pendinginan batu bata. Batu bata adalah bahan bangunan yang banyak
kegunaannya, antara lain adalah sebagai berikut : bahan untuk pembuatan
bangunan, bahan untuk pembuatan pot bunga, bahan untuk pembuatan telor
asin. (http://id.shvoong.com/)
Batu bata lempung adalah batu bata yang terbuat dari lempung
dengan atau tanpa campuran bahan lain melalui suatu proses pembakaran
atau pengeringan. Batu bata lempung dibakar dengan temperatur tinggi
hingga tidak hancur bila direndam dalam air dan mempunyai luas
penampang lubang kurang dari 15% dari luas potongan datarnya. Batu bata
lempung yang diproduksi melalui proses pembakaran lebih dikenal dengan
nama bata merah. Dalam proses pembuatannya baik pembuatan secara
tradisional maupun modern, tergantung kepada material dasar pembentuk
batu bata serta pengolahannya dalam menghasilkan kualitas produksi yang
baik. (Muhardi, dkk, 2007)
b. Jenis Batu Bata
Jika disesuaikan dengan bahan pembuatannya, secara umum batu
bata digolongkan dalam 2 jenis: (http://solusibangunanmu.com/)
1) Batu Bata Tanah Liat
Batu bata yang terbuat dari tanah liat ini memiliki 2 kategori utama, yaitu
bata biasa dan bata muka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
a) Bata biasa memiliki permukaan dan warna yang tidak menentu. Bata
ini digunakan untuk dinding dan ditutup dengan semen. Bata biasa
seringkali disebut dengan bata merah.
b) Bata muka memiliki permukaan yang baik, licin dan mempunyai
warna atau corak yang sama. Meski digunakan untuk dinding juga,
namun bata muka tidak perlu ditutup lagi dengan semen. Bata muka
biasa disebut sebagai bata imitasi.
2) Batu Bata Pasir-Kapur
Sesuai dengan namanya, batu bata ini dibuat dari campuran kapur dan
pasir dengan perbandingan 1:8 serta air yang ditekankan kedalam
campuran sehingga membentuk bata yang sangat padat. Biasa digunakan
untuk bagian dinding yang terendam air dan memerlukan kekuatan
tinggi.
Jika disesuaikan dengan cara pembuatannya, secara umum batu
bata digolongkan dalam 2 jenis: (http://kumpulan.info/rumah/tips-
rumah/44-tips/335-batu-bata-rumah.html)
1) Batu Bata Konvensional
Batu bata ini dibuat dengan cara tradisional dan menggunakan alat-alat
yang sederhana. Salah satu ciri dari batu bata konvensional adalah bentuk
yang tidak selalu sama, tidak rapi dan bertekstur kasar. Ini dapat
dipahami karena pembuatan batu bata konvensional menggunakan alat-
alat yang sederhana dan lebih mengutamakan sumber daya manusia
dalam pembuatannya.
2) Batu Bata Pres
Pembuatan batu-bata ini menggunakan bantuan mesin-mesin. Hasilnya
adalah batu-bata yang memiliki tekstur halus, memiliki ukuran yang
sama dan terlihat lebih rapi.
c. Proses Pembuatan Batu Bata
Menurut Suwardono, (2002) dalam Masthura, (2010), tahap-tahap
pembuatan batu bata, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1) Penggalian Bahan Mentah
Penggalian bahan mentah batu bata merah sebaiknya dicarikan tanah
yang tidak terlalu plastis, melainkan tanah yang mengandung sedikit
pasir untuk menghindari penyusutan. Penggalian tanah dilakukan dengan
menggunakan alat tradisional, berupa cangkul. Penggalian dilakukan
pada tanah lapisan paling atas kira-kira setebal 40 – 50 cm, sebelumnya
tanah dibersihkan dari akar pohon, plastik, daun, dan sebagainya agar
tidak ikut terbawa. Kemudian menggali sampai ke bawah sedalam 1,5 –
2,5 meter atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang sudah digali
dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang terlindungi. Semakin lama
tanah liat disimpan, maka akan semakin baik karena menjadi lapuk.
Tahap tersebut dimaksudkan untuk membusukkan organisme yang ada
dalam tanah liat.
2) Pengolahan Bahan Mentah
Tanah liat sebelum dibuat batu bata merah harus dicampur secara merata
yang disebut dengan pekerjaan pelumatan. Pekerjaan pelumatan
dilakukan secara manual dengan cara diinjak-injak oleh orang atau
hewan dalam keadaan basah dengan kaki atau diaduk dengan tangan.
Bahan campuran yang ditambahkan pada saat pengolahan harus benar-
benar menyatu dengan tanah liat secara merata. Bahan mentah yang
sudah jadi ini sebelum dibentuk dengan cetakan, terlebih dahulu
dibiarkan selama 2 sampai 3 hari dengan tujuan memberi kesempatan
partikel-partikel tanah liat untuk menyerap air agar menjadi lebih stabil,
sehingga apabila dibentuk akan terjadi penyusutan yang merata.
3) Pembentukan Batu Bata
Bahan mentah yang telah dibiarkan 2 – 3 hari dan sudah mempunyai sifat
plastisitas sesuai rencana, kemudian dibentuk dengan alat cetak yang
terbuat dari kayu atau kaca sesuai ukuran standar NI 15-2094-1991 atau
SII-0021-78. Supaya tanah liat tidak menempel pada cetakan, maka
cetakan kayu atau kaca tersebut dibasahi air terlebih dahulu. Lantai dasar
pencetakan batu bata merah permukaannya harus rata dan ditaburi abu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sekam padi. Langkah awal pencetakan batu bata yaitu letakkan cetakan
pada lantai dasar pencetakan, kemudian tanah liat yang telah siap
dilemparkan pada bingkai cetakan dengan tangan sambil ditekan-tekan
ingat tanah liat memenuhi segala sudut ruangan pada bingkai cetakan.
Selanjutnya cetakan diangkat dan batu bata mentah hasil dari cetakan
dibiarkan begitu saja agar terkena sinar matahari. Batu bata mentah
tersebut kemudian dikumpulkan pada tempat yang terlindung untuk
diangin-anginkan.
4) Pengeringan Batu Bata Merah
Pengeringan batu bata yang dibuat secara tradisional, proses
pengeringannya mengandalkan kemampuan alam. Proses pengeringan
batu bata akan lebih baik bila berlangsung secara bertahap agar panas
dari sinar matahari tidak jatuh secara langsung, maka perlu dipasang
penutup plastik. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artian
panas sinar matahari terlalu menyengat akan mengakibatkan retakan-
retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang sudah berumur satu hari
dari masa pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup kering, batu bata
tersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena angin. Proses
pengeringan batu bata memerlukan waktu dua hari jika kondisi cuacanya
baik. Sedangkan pada kondisi udara lembab, maka proses pengeringan
batu bata sekurang-kurangnya satu minggu.
5) Pembakaran Batu Bata
Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk mencapai suhu
yang dinginkan, melainkan juga memperhatikan kecepatan pembakaran
untuk mencapai suhu tersebut serta kecepatan untuk mencapai
pendinginan. Selama proses pembakaran terjadi perubahan fisika dan
kimia serta mineralogy dari tanah liat tersebut. Pada umumnya dalam
suatu proses pembakaran batu bata yang dilakukan oleh produsen batu
bata, mereka membutuhkan waktu 2 – 4 hari tanpa berhenti untuk
membakar batu bata tersebut sampai memenuhi standar batu bata yang
layak digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Proses pembakaran batu bata harus berjalan seimbang dengan kenaikan
suhu dan kecepatan suhu, ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan,
yaitu : (Suwardono, 2002 dalam Masthura, 2010)
a) Tahap pertama adalah penguapan (pengeringan), yaitu pengeluaran air
pembentuk, terjadi hingga temperatur kira – kira 120°C.
b) Tahap oksidasi, terjadi pembakaran sisa – sisa tumbuhan (karbon)
yang terdapat di dalam tanah liat. Proses ini berlangsung pada
temperatur 650 – 800°C.
c) Tahap pembakaran penuh. Bata dibakar hingga matang dan terjadi
vitrifikasi hingga menjadi bata padat. Temperatur matang bervariasi
antara 920 – 1020°C tergantung pada sifat tanah liat yang dipakai.
d) Tahap penahanan. Pada tahap ini terjadi penahanan temperatur selama
1 – 2 jam. Pada tahap 1, 2 dan 3 kenaikan temperatur harus perlahan –
lahan, agar tidak terjadi kerugian pada batanya. Antara lain : pecah –
pecah, noda hitam pada bata, pengembangan, dan lain – lain. Pada
gambar (a) diperlihatkan bahwa partikel tanah liat sebelum dibakar
mempunyai dua permukaan terpisah yang berdekatan. Setelah
terbakar, butir-butir mempunyai satu batas, seperti yang diperlihatkan
pada gambar (b) Gaya gerak untuk pembakaran adalah pengurangan
luas permukaan (yang berarti pengurangan energi permukaaan).
Gambar 2.1. Proses Pembakaran Pada Pembuatan Batu Bata
(Sumber : Van Vlack, 1992 dalam Masthura, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
6) Pemilihan (Seleksi) Batu Bata
Bata yang telah dibakar kemudian didinginkan, dibongkar dari dalam
tungku. Pembongkaran ini biasanya dapat dilakukan bila temperature
telah cukup rendah, di bawah 50°C. Bata tersebut dipilih, biasanya
criteria untuk pemilihan batu bata adalah sebagai berikut :
a) Kematangan bata mudah dibedakan dengan warnanya :
(1) Hitam, terlalu matang.
(2) Merah, matang.
(3) Abu – abu/cream, masih mentah.
b) Bunyi dan warnanya
c) Ukuran bata terlalu kecil atau terlalu besar. Kriteria yang baik dengan
sendirinya harus disesuaikan dengan standar yang berlaku.
d. Standar Batu Bata
Penilaian terhadap kualitas batu bata dengan campuran fly ash batu
bara harus memenuhi syarat-syarat batu bata merah. NI 10 mendefinisikan
bata merah adalah suatu unsur bangunan, yang diperuntukan pembuatan
konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa
campuran bahan – bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat
hancur lagi bila direndam dalam air. Adapun syarat-syarat batu bata sebagai
bahan bangunan sesuai standar baku NI 10 yang meliputi :
1) Pandangan Luar
Batu bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku,
bidang sisinya harus datar, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan
bentuk yang berkelebihan, Bentuk lain yang disengaja karena
pencetakan, diperbolehkan. Disamping syarat-syarat tersebut di atas,
pembeli dan penjual dapat mengadakan perjanjian tersendiri.
2) Ukuran
Ukuran–ukuran panjang, lebar dan tebal dari bata merah ditentukan dan
dinyatakan dalam perjanjian antara pembeli dan penjual (pembuat).
Ukuran bata merah standar ialah seperti di bawah ini :
a) Panjang 240 mm, lebar 115 mm dan tebal 52 mm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b) Panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50 mm
Penyimpangan terbesar, dari ukuran – ukuran seperti tersebut di atas ini
ialah : untuk panjang maksimum 3%, lebar maksimum 4%, tebal
maksimum 5%. Tetapi antara bata – bata dengan ukuran – ukuran yang
terbesar dan bata dengan ukuran – ukuran terkecil, selisih maksimum
yang diperbolehkan ialah : untuk panjang 10 mm, lebar 5 mm, tebal 4
mm. Jumlah benda – benda percobaan yang boleh menunjukan
penyimpangan dalam ukuran – ukuran lebih dari penyimpangan
maksimum yang telah ditetukan ialah :
a) Bata merah mutu tingkat I (satu) : tidak ada yang menyimpang.
b) Bata merah mutu tingkat II (dua) : satu buah dari sepuluh benda
percobaan.
c) Bata merah mutu tingkat III (tiga) : dua buah dari sepuluh benda
percobaan.
3) Kuat Tekan
Tabel 2.1. Klasifikasi Kekuatan Bata NI 10
Mutu Bata Merah Kuat Tekan Rata-Rata
Kgf/cm2 N/mm
2
Tingkat I (satu)
Tingkat II (dua)
Tingkat III (tiga)
Lebih besar dari 100
100 – 80
80 – 60
>10
10 – 8
8 – 6
Dari tiap – tiap benda percobaan, kuat tekannya tidak diperbolehkan 20%
lebih rendah dari harga rata – rata terendah untuk tingkat mutunya.
Sedangkan menurut SII-0021-1978 terdapat pembagian kelas batu bata
berdasarkan kekuatan tekan, yang dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tabel 2.2. Kekuatan Tekan Rata-Rata Batu Bata (SII-0021,1978)
Kelas
Kekuatan Tekan
Rata-Rata Batu Bata Koefisien Variasi
Izin Kg/cm
2 N/mm
2
25
50
100
150
200
250
25
50
100
150
200
250
2,5
5,0
10
15
20
25
25%
22%
22%
15%
15%
15%
(Sumber : SII-0021,1978 dalam Muhardi, dkk, 2007.)
4) Kadar Garam
Benda – benda percobaan tidak boleh menunjukkan tanda – tanda yang
menurut hasil pengujian dinyatakan membahayakan. Hasil pengujian
dinyatakan dengan kata – kata :
a) Tidak membahayakan
b) Ada kemungkina membahyakan
c) Membahyakan
5) Porositas (Penyerapan)
Menurut Yudha Romadhona (2007) dalam Masthura (2010) bahwa
penyerapan disyaratkan tidak melebihi dari 20%, dan berat jenis batu
bata normal berkisar antara 1,8 – 2,6 gr/cm3.
e. Karakteristik
Beberapa jenis pengujian dan analisis yang dibahas untuk
keperluan penelitian ini antara lain: pengujian sifat fisis (berat jenis, susut
bakar dan porositas) dan pengujian sifat mekanis (kuat tekan dan kuat
patah). Karakteristik batu bata oleh Masthura (2010) dijelaskan sebagai
berikut :
1) Kuat Tekan (Compresive Strength)
Kuat tekan suatu material didefenisikan sebagai kemampuan material
dalam menahan beban sampai terjadinya kegagalan (failure). Kuat tekan
batu bata ini membandingkan antara beban maksimum yang mampu
ditahan batu bata dengan luas bidang permukaan batu bata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Kuat Patah (Bending Strength)
Kekuatan Patah sering juga disebut dengan Modulus of Rapture (MOR)
yang menyatakan ukuran ketahanan material terhadap tekanan mekanis
dan tekanan panas (thermal Stress) selama penggunaannya. Kekuatan
patah ini berkaitan dengan komposisi, struktur material, pori-pori, dan
ukuran butiran. Ada dua cara pengujian untuk menentukan kekuatan
bahan yang berdasarkan tumpuan, yaitu tiga titik tumpu (three point
bending) dan empat titik tumpu (four point bending). Dalam hal ini
dibatasi hanya pada pengujian tiga titik tumpu saja. Kuat patah batu bata
ini membandingkan 3 kali gaya di puncak beban pada jarak antara
tumpuan, dengan 2 kali lebar benda uji dan 2 kali tinggi benda uji.
3) Porositas
Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah
volume lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume
kosong) dengan jumlah dari volume zat padat yang ditempati oleh zat
padat. Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga
fraksi volume dari suatu rongga yang ada dalam material tersebut.
Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0 % sampai
dengan 90 % tergantung dari jenis dan aplikasi material tersebut.
Semakin banyak porositas yang terdapat pada benda uji maka semakin
rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya.
4) Susut Bakar
Susut Bakar adalah perubahan dimensi atau volume bahan yang telah
dibakar. Salah satu parameter yang menunjukkan terjadinya proses
sintering adalah penyusutan akibat adanya perubahan mikrostruktur
(butir atau batas butir).
5) Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat
dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau
1000 kg/m³.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Tanah Liat
a. Pengertian Tanah Liat
Hampir semua tanah liat yang ada di Indonesia disebut lempung.
Lempung merupakan produk alam, yaitu hasil pelapukan kulit bumi yang
sebagian besar terdiri dari batuan feldspatik berupa batuan granit dan batuan
beku. (http://axzx.blogspot.com/)
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket
apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung
yang mendominasinya. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah liat
dapat membentuk kerutan-kerutan atau pecah-pecah bila kering.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Lempung)
Tanah liat memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan
basah akan mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering akan
menjadi keras, sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Pada
umumnya, masyarakat memanfaatkan tanah liat atau lempung ini sebagai
bahan baku pembuatan bata dan gerabah. Tanah liat memiliki komposisi
kimia seperti pada tabel 2.3. sebagai berikut:
Tabel 2.3. Komposisi Kimia Tanah Liat
No Unsur Kimia Jumlah (%)
1 SiO2 59,14
2 Al2O3 15,34
3 Fe2O3 + FeO 6,88
4 CaO 5,08
5 Na2O 3,84
6 MgO 3,49
7 K2O 1,13
8 H2O 1,15
9 TiO2 1,05
10 Lain-lain 2,9
Sumber: (http://axzx.blogspot.com)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Jenis – Jenis Tanah Liat (Lempung)
Di alam hanya terdapat dua jenis tanah liat, yaitu:
(http://rumahtanahliatcitra.com/)
1) Tanah Liat Primer
Jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik oleh
tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk. Tanah liat
primer cenderung berbutir kasar, tidak plastis, daya leburnya tinggi dan
daya susutnya kecil. Pada umumnya tanah liat primer bersifat tahan api.
Suhu matang berkisar antara 13000ºC s/d 17500ºC. Yang termasuk tanah
liat primer antara lain: kaolin, bentonite, feldspat, kwarsa dan dolomit.
2) Tanah Liat Sekunder
Tanah liat sekunder atau sediment adalah jenis tanah liat hasil pelapukan
batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena
tenaga eksogen, dan dalam perjalanan bercampur dengan bahan-bahan
organik maupun anorganik sehingga merubah sifat-sifat kimia maupun
fisika tanah liat tersebut. Tanah liat ini mempunyai sifat: berbutir halus,
berwarna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, suhu matang antara
9000ºC s/d 14000ºC. Tanah liat sekunder ini dibagi jadi 4 yaitu :
a) Tanah liat tahan api (fire clays)
Tanah liat tahan api (fire clays) sering kali berwarna terang (putih)
ke abu-abu gelap menuju ke hitam dan ditemukan di alam berbentuk
bongkahan padat. Yang tergolong tanah liat tahan api ialah tanah liat
yang tahan dibakar pada suhu tinggi tanpa berubah bentuk. Contoh :
alumina dan silika.
b) Tanah liat stoneware
Tanah liat stoneware ialah tanah liat yang dalam pembakaran
gerabah (earthenware) tanpa disertai perubahan bentuk. Titik lebur
tanah liat stoneware bisa mencapai suhu 14000ºC. Dapat digunakan
sebagai bahan utama pembuatan benda keramik alat rumah tangga
tanpa atau menggunakan campuran bahan lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c) Tanah liat ball clay
Disebut juga sebagai tanah liat sedimen, berbutir halus, mempunyai
tingkat plastisitas sangat tinggi, daya susutnya besar dan biasanya
berwarna abu-abu.
d) Tanah liat merah ( earthenware clay )
Bahan ini sangat banyak terdapat di alam. Tingkat keplastisannya
cukup, sehingga mudah dibentuk, warna bakar merah coklat dan titik
leburnya sekitar 11000ºC s/d 12000ºC. Banyak digunakan di industri
bata genteng dan gerabah kasar dan halus.
Berdasarkan tempat pengendapan dan asalnya, menurut
Suwardono, (2002) dalam Masthura, (2010) tanah liat (lempung) dapat
dibagi dalam beberapa jenis, sebagai berikut :
1) Lempung Residual, adalah lempung yang terdapat pada tempat di mana
lempung tersebut terjadi, atau dengan kata lain lempung tersebut belum
berpindah tempat sejak terbentuknya.
2) Lempung Illuvial, adalah lempung yang telah terangkut dan mengendap
pada suatu tempat tidak jauh dari tempat asalnya, misalnya di kaki bukit.
Lempung illuvial sifatnya mirip lempung residual, hanya saja pada
lempung illuvial bagian dasarnya tidak diketemukan batuan asalnya.
3) Lempung Alluvial, adalah lempung yang diendapkan oleh air sungai di
sekitar atau sepanjang sungai. Pada waktu banjir sungai akan meluap,
sehingga lempung dan pasir yang dibawanya akan mengendap di sekitar
atau sepanjang sungai. Pasir akan mengendap di tempat dekat sungai,
sedangkan lempung akan mengendap jauh dari tempat asalnya. Letak
sungai dapat berubah-ubah sehinggan hasil endapan lempung atau pasir
juga akan berubah-ubah. Oleh karena itu endapan lempung alluvial
dicirikan dengan selang-seling antara pasir dan lempung, baik vertikal
maupun horizontal. Bentuk endapan alluvial umumnya menyerupai lensa.
Pada endapan alluvial muda, lapisan pasirnya terlihat masih segar,
sedangkan pada endapan alluvial tua, lapisan pasirnya telah melapuk
sebagian atau seluruhnya telah menjadi lempung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4) Lempung Marin, adalah lempung yang endapannya berada di laut.
Lempung yang dibawa oleh sungai sebagian besar diendapkan di laut.
Hanya sebagian kecil saja yang diendapkan sebagai lempung alluvial.
Lempung marin sangat halus dan biasanya tercampur dengan cangkang -
cangkang foraminefera (kapur). Lempung marin dapat menjadi padat
karena pengaruh beban di atasnya, oleh gaya geologi.
5) Lempung Rawa, adalah lempung yang diendapkan di rawa – rawa. Jenis
lempung ini dicirikan oleh warna yang hitam. Apabila terdapat dekat laut
akan mengandung garam.
6) Lempung Danau, adalah lempung yang diendapkan di danau. Sifat
lempung ini tidak tebal seperti lempung marin dan mempunyai sifat
seperti lempung rawa air tawar.
c. Sifat – Sifat Tanah Liat (Lempung)
Menurut Daryanto, (1994) dalam Masthura, (2010), tanah liat
(lempung) mempunyai sifat – sifat fisis dan kimia yang penting, antara lain :
1) Plastisitas
Plastisitas atau keliatan tanah liat ditentukan oleh kehalusan partikel –
partikel tanah liat. Kandungan plastisitas tanah liat bervariasi.
Tergantung kehalusan dan kandungan lapisan airnya. Plastisitas
berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga batu
bata yang dibentuk tidak mengalami keretakan atau berubah bentuk.
Tanah liat dengan plastisitas yang tinggi juga akan sukar dibentuk
sehingga perlu ditambahkan bahan bahan yang lain.
2) Kemampuan Bentuk
Tanah liat yang digunakan untuk membuat keramik, batu bata dan
genteng harus memiliki kemampuan bentuk agar dapat berdiri tanpa
mengalami perubahan bentuk baik pada waktu proses maupun setelah
pembentukan. Tanah liat dikatakan memiliki daya kerja apabila
mempunyai plastisitas dan kemampuan bentuk yang baik sehingga
mudah dibentuk dan tetap mempertahankan bentuknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Daya Suspensi
Daya suspensi adalah sifat yang memungkinkan suatu bahan tetap dalam
cairan. Flokulan merupakan suatu zat yang akan menyebabkan butiran –
butiran tanah liat berkumpul menjadi butiran yang lebih besar dan cepat
mengendap, contohnya: magnesium sulfat. Deflokulan merupakan suatu
zat yang akan mempertinggi daya suspensi (menghablur) sehingga
butiran – butiran tanah liat tetap melayang, contohnya:
waterglass/sodium silikat, dan sodium karbonat.
4) Penyusutan
Tanah liat untuk mengalami dua kali penyusutan, yakni susut kering
(stelah mengalami proses pengeringan) dan susut bakar (setelah
mengalami proses pembakaran). Penyusutan terjadi karena menguapnya
air selaput pada permukaan dan air pembentuk atau air mekanis sehingga
butiran – butiran tanah liat menjadi rapat. Pada dasarnya susut bakar
dapat dianggap sebagai susut keseluruhan dari tanah liat sejak dibentuk,
dikeringkan sampai dibakar. Persentase penyusutan yang dipersyaratkan
untuk jenis tanah liat earthenware sebaiknya antara 10% - 15%.
Tanah liat yang terlalu plastis pada umumnya memiliki persentase
penyusutan lebih dari 15% sehingga mengalami resiko retak/pecah yang
tinggi. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan pasir halus.
5) Suhu Bakar
Suhu bakar berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu kondisi
benda yang telah mencapai kematangan pada suhu tertentu secara tepat
tanpa mengalami perubahan bentuk, sehingga dapat dikatakan tanah liat
tersebut memiliki kualitas kemampuan bakar. Dalam proses pembakaran
tanah liat akan mengalami proses perubahan (ceramic change) pada suhu
sekitar 600°C, dengan hilangnya air pembentuk dari bahan benda.
6) Warna Bakar
Warna bakar tanah liat dipengaruhi oleh zat/bahan yang terikat secara
kimiawi pada kandungan tanah. Warna pada tanah liat disebabkan oleh
zat yang mengotorinya, warna abu -abu sampai hitam mengandung zat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
arang dan sisa – sisa tumbuhan, warna merah disebabkan oleh oksida
besi (Fe).Perubahan warna batu bata merah dari keadaan mentah sampai
setelah dibakar biasanya sulit dipastikan. Berikut tabel 2.4. perkiraan
perubahan warna tanah liat mentah setelah proses pembakaran.
Tabel 2.4. Perkiraan Perubahan Warna Tanah Liat Setelah Proses Pembakaran
Warna Tanah Liat Mentah Kemungkinan Perubahan Warna Setelah
Dibakar
1. Merah
2. Kuning tua
3. Cokelat
4. Putih
5. Abu-abu ata hitam
6. Hijau
7. Merah, kuning, abu-abu
tua
Merah atau cokelat
Kuning tua, cokelat atau merah
Merah atau cokelat
Putih atau putih kekuningan
Merah, kuning tua atau putih
Merah
Pertama merah lalu krem, kuning tua atau
kuning kehijauan pada saat melebur
(Sumber: Hartono, 1987: 24 dalam Masthura, 2010)
7) Porositas
Porositas atau absorbsi adalah persentase penyerapan air oleh badan
keramik atau batu bata. Persentase porositas ditentukan oleh jenis badan,
kehalusan unsur badan, penambahan pasir, kepadatan dinding bahan,
serta suhu bakarnya. Tanah liat poros biasanya fragile, artinya pada
bentuk – bentuk tertentu bila mendapatkan sentakan agak keras akan
mudah patah/pecah. Tanah liat earthenware umumnya mempunyai
porositas paling tinggi sekitar 5% - 10% bila dibandingkan dengan
stoneware atau porselin.
8) Kekuatan Kering
Kekuatan kering merupakan sifat tanah liat yang setelah dibentuk dan
kondisisnya cukup kering mempunyai kekuatan yang stabil, tidak
berubah bila diangkat untuk keperluan finishing, pengeringan serta
penyusunan dalam pembakaran. Kekuatan kering dipengaruhi oleh
kehalusan butiran, jumlah air pembentuk, pencampuran dengan bahan
lain dan teknik pembentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
9) Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan perbandingan besar butiran – butiran tanah
dengan bentuk butiran – butiran tersebut. Sifat liat, susut kering dan
kekuatan kering sangat tergantung dari struktur tanah liatnya. Struktur
tanah liat dibedakan dalam dua golongan yaitu tanah liat sebagai struktur
halus dan pasir sebagai struktur kasar.
10) Slaking
Slaking merupakan sifat tanah liat yaitu dapat hancur dalam air menjadi
butiran – butiran halus dalam waktu tertentu pada suhu udara biasa.
Makin kurang daya ikat tanah liat semakin cepat hancurnya. Sifat
slaking ini berhubungan dengan pelunakan tanah liat dan
penyimpanannya. Tanah liat yang keras membutuhkan waktu lama
untuk hancur, sedangkan tanah liat yang lunak membutuhkan waktu
lebih cepat.
3. Air
Air dipakai dalam proses reaksi pengikatan material yang digunakan
untuk pembuatan batu bata. Supaya batu bata mudah dicetak, perlu
penambahan air pada kadar tertentu sesuai jenis batu bata yang diproduksi.
Dalam pembuatan batu bata lempung, penambahan kadar air ditandai dengan
tidak adanya penempelan lempung pada telapak tangan. Disamping itu perlu
adanya pemeriksaan visual terhadap air yang digunakan seperti tidak
berminyak, tidak mengandung banyak sampah dan kotoran. (Muhardi, dkk,
2007)
Air yang digunakan untuk tujuan ini harus mempunyai syarat – syarat
sebagai berikut :
a. Air cukup banyak dan kontinyu sepanjang tahun. Kadar air untuk tanah
liat kira – kira 30%.
b. Air harus tidak sadah tidak mengandung garam yang larut di dalam air,
seperti garam dapur.
c. Air cukup bersih, tidak mengandung bibit penyakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. Fly Ash Batu Bara
Tribuana (2002) dalam Muhardi, dkk (2007) mengatakan abu
terbang adalah sisa dari hasil proses pembakaran batu bara pada temperatur
tinggi yang merupakan bahan pozzolanik, yaitu bahan yang tidak mempunyai
sifat mengikat seperti semen, namun mengandung senyawa silika-alumina
aktif yang dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar dan
adanya air yang cukup banyak membentuk senyawa stabil yang mempunyai
sifat-sifat seperti semen (PT.Semen Andalas, 1998) dengan unsur dominan
unsur CaO sebanyak 15,2% dan Silika (SiO₂) sebanyak 31,45%. Dari hasil
pembakaran batu bara tersebut menghasilkan abu dalam dua jenis, yaitu abu
dasar (bottom ash) sekitar 20%, dan abu terbang sebanyak 80%. Abu dasar
merupakan fraksi yang lebih kasar dan memiliki warna abu-abu gelap.
Setelah melalui proses pembakaran abu dasar akan jatuh dan terkumpul di
dasar tungku pembakaran.
Cripwell (1992) dalam Muhardi, dkk (2007) mengatakan abu terbang
merupakan fraksi yang halus dan memiliki warna lebih terang serta memiliki
butiran yang lebih bundar dibandingkan dengan abu dasar. Setelah proses
pembakaran abu terbang akan turut terbawa oleh gas pembuangan.
Selanjutnya abu terbang akan diipisahkan dari gas pembuangan dengan
presipator elektro statis, silikon atau kantung-kantung penyaring.
Cripwell (1992) dalam Muhardi, dkk (2007) mengatakan aplikasi
dalam teknik sipil, abu terbang dimanfaatkan dalam berbagai bidang, antara
lain: sebagai bahan pengganti atau pengisi semen dalam beton, dalam
pembuatan semen, abu terbang dipakai sebagai bahan dasar terutama untuk
pengering semen, intergrinding abu terbang dengan arang semen dan dalam
pencampuran kering antara semen dan abu terbang, pemanfaatan dalam
bidang geoteknik seperti bahan pengganti tanah atau bahan campuran untuk
timbunan tanah, pemakaian dalam pembuatan baja sebagai bahan penguat
terhadap bahaya oksidasi yang menggunakan abu terbang dengan kadar
karbon tinggi, pembuatan batu bata dan keramik dengan penambahan
mencapai 70% dari abu terbang yang dapat meningkatkan mutu dan efesiensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pembakaran, dan aplikasi lainnya, seperti pada pembuatan jalan sebagai
bahan stabilisasi tanah dasar dan dinding penahan tanah.
Roni Ardiansyah (2010) mengatakan abu terbang sendiri tidak
memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen. Tetapi dengan
kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silika yang
dikandung oleh abu terbang akan bereaksi secara kimia dengan kalsium
hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan zat
yang memiliki kemampuan mengikat.
Clarke (1992) dalam Muhardi, dkk (2007) saat penelitiannya didapat
bahwa, ukuran partikel abu terbang bisa lebih besar atau kecil dari partikel
semen, yaitu antara 1 sampai 150 mikron atau lebih banyak berukuran lanau,
abu terbang bersifat non plastis, dan mempunyai berat jenis spesifik antara
1,90 - 2,72 Mg/m³ dan kerapatan kering berkisar 1,09 – 1,60 Mg/m3 yang
tergantung pada sumber batu bara yang digunakan, dan abu terbang
merupakan bahan material yang bersifat pozzolan.
Beberapa kegunaan abu terbang adalah:
(http://www.balitbangjatim.com/)
a. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan
b. Penimbun lahan bekas pertambangan
c. Recovery magnetit, cenosphere, dan karbon
d. Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori
e. Bahan penggosok (polisher)
f. Filler aspal, plastik, dan kertas
g. Pengganti dan bahan baku semen
h. Aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization)
i. Konversi menjadi zeolit dan adsorben
Sri Prabandiyani Retno Wardani (2008) menyatakan fly ash
merupakan material yang memiliki ukuran butiran yang halus, berwarna
keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara. Pada intinya fly
ash mengandung unsur kimia antara lain silika (SiO₂), alumina (Al₂𝑂3), fero
oksida (Fe₂𝑂3) dan kalsium oksida (CaO), juga mengandung unsur tambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
lain yaitu magnesium oksida (MgO), titanium oksida (TiO₂), alkalin (Na₂O
dan K₂O), sulfur trioksida (S𝑂3), pospor oksida (P₂𝑂5) dan karbon. Faktor-
faktor yang mempengaruhi sifat fisik, kimia dan teknis dari fly ash adalah tipe
batubara, kemurnian batubara, tingkat penghancuran, tipe pemanasan dan
operasi, metoda penyimpanan dan penimbunan. Berikut ini adalah gambar
2.2. fly ash batu bara :
Gambar 2.2. Fly Ash Batu Bara
Adapun komposisi kimia seperti dapat dilihat pada Tabel 2.5. berikut
ini :
Tabel 2.5. Komposisi Fly Ash Batu Bara
Komponen Presentase %
SiO₂ 51,82
Al₂𝑂3 30,98
Fe₂𝑂3 4,93
CaO 4,66
MgO 1,52
S𝑂3 1,51
Na₂O 1,52
K₂O&LOI 1,42
(Sumber: www.indonesiapower.co.id/jlbara.htm)
5. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dan dijadikan referensi pada
penelitian ini diantaranya :
a. Penelitian yang dilakukan oleh Muhardi, Reni Suryanita dan Alsaidi
(2007), Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau tentang
“Perbaikan Karakteristik Batu Bata Lempung Dengan Penambahan
Abu Terbang”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
“Variabel batu bata yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada
variasi persentase kadar abu terbang yaitu: 0%, 5% , 10%, 20%, 30%,
40%, 50%, 60%, 70% dan 80%. Pembuatan benda uji dilakukan di tempat
pabrik batu bata di daerah Kulim yang dilakukan dengan beberapa tahapan
kerja sebagai berikut:
1) Material yang telah diolah dan dicetak sesuai dengan komposisi
perbandingan variasi dijadikan satu dengan penambahan kadar air
sebanyak 56%. Banyaknya material yang digunakan berdasarkan
banyaknya jumlah material yang dibutuhkan dalam satu cetakan
berukuran 65 x 90 x 190 mm dan ukuran 50 x 90 x 190 mm. Acuan
banyaknya material yang digunakan diambil dari pembuatan satu
sampel cetakan batu bata dengan ukuran 65 x 90 x 190 mm dan 50 x 90
x 190 mm adalah 1237,39 gram dan 920,76 gram.
2) Pembuatan benda uji batu bata menggunakan tipe M-5a dengan ukuran
65 x 90 x 190 mm sebanyak 90 buah untuk pengujian kekuatan tekan
batu bata pada umur 7, 14 dan 28 hari. Sedangkan pembuatan batu bata
ukuran 50 x 90 x 190 mm sebanyak 100 buah untuk pengujian
karaktenstik fisis batu-bata.
3) Pengeringan batu-bata dilakukan selama 5 hari dengan pengeringan
tanpa langsung terkena sinar matahari.
4) Pembakaran dilakukan pada tungku pembakaran selama kurang lebih
48 jam dengan menggunakan bahan bakar kayu.
5) Batu bata yang telah dibakar dibiarkan sampai dingin selama 2 hari.
Pengujian terhadap karakteristik batu bata meliputi pengujian
karakteristik fisis dan mekanis. Pengujian fisis terdiri dari pemeriksaan
visual, berat jenis, penyerapan air, dan porositas batu bata. Sedangkan
secara mekanis, pengujian batu bata dilakukan terhadap kekuatan tekan
batu bata pada umur 7, 14 dan 28 hari dengan menggunakan alat mesin uji
tekan (compressive strength machine).
Pada variasi campuran 10% – 80% didapat bahwa pada
penambahan 50% abu terbang merupakan penambahan maksimum
terhadap batu bata dengan persentase kenaikan kuat tekan 25,27%; 26,40%
dan 20,37% pada umur 7, 14 dan 28 hari terhadap kuat tekan batu bata
tanpa abu terbang, sedangkan kuat tekan maksimum terjadi pada
penambahan 40/% dengan persentase kenaikan kuat tekan 36,69%;
39,32% dan 48,37% pada umur 7, 14 dan 28 hari. Untuk penambahan di
atas 50%, kekuatan tekan batu bata mengalami penurunan dibandingkan
kuat tekan batu bata tanpa abu terbang. Sedangkan karakteristik fisis batu
bata yang menggunakan abu terbang didapat bahwa batu batanya lebih
ringan, penyerapan air yang kecil, dan lebih padat”.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Munir, M. “Penambahan Abu Terbang
Batubara (Fly Ash) Pada Pembuatan Batako dan Pengaruhnya
Terhadap Kuat Tekan.” Melalui penelitian ini diperoleh kesimpulan
bahwa dilihat dari kuat tekan penambahan abu terbang batu bara sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pengganti semen seanyak 5% dan 19% mampu neningkatkan kuat tekan
produk batako 5,6% dan 2,56% dibanding tanpa penambahan abu terbang
batu bara dan penambahan sampai dengan 10% dapat meningkatkan
produk batako dari mutu II menjadi produk batako mutu I serta
penambahan abu tebang batubara sebagai pengganti semen sampai dengan
25% masih memberikan produk batako mutu 11.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Andoyo (2006), Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang tentang “Pengaruh Penggunaan Abu
Terbang (Fly Ash )Terhadap Kuat Tekan Dan Serapan Air pada
Mortar.” Melalui penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa penambahan
abu terbang pada bahan ikat semen portland dan kapur juga membuat
mortar menjadi lebih kedap air karena nilai serapan air mortar menjadi
semakin rendah. Serapan air pada mortar dengan abu terbang 0% adalah
sebesar 12,912%, pada prosentase 10% sebesar 12,119%, pada prosentase
20% sebesar 11,868%, pada prosentase 30% sebesar 9,31% danpada
prosentase abu terbang sebesar 40% nilai serapan airnya adalah 10,886%.
Serapan air yang terjadi pada mortar masih memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh PUBI-1982.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Endah Safitri, Djumari Djumari, Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS tentang “Kajian Teknis dan
Ekonomis (Fly Ash) Pada Produksi Paving Block.” Melalui penelitian
ini diperoleh kesimpulan bahwa dengan menambahkan 10%, 20%, 30%,
40%, 50% dan 60% abu terbang dengan Portland Cement atau volume PC
dapat meningkatkan kekuatan tekan paving blok. Hasil optimum dicapai
pada 33,29% penambahan fly ash dengan komposisi campuran 1 PC:
0,3329 FA: 5 pasir atau PS. Kekuatan tekan dari komposisi ini adalah
15,54 MPa atau 4,25 MPa atau 37,12% lebih tinggi dari paving block
tanpa fly ash yang tercatat 11,45 MPa dengan komposisi campuran 1 PC:
4,14 PS. Pada aspek ekonomi perbandingan harga antara paving block
dengan dan tanpa abu terbang pada 15,70 MPa adalah Rp. 33.006,32 dan
Rp 33.740,52 per m2 masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
e. Penelitian yang dilakukan oleh M. Abdullah, dkk. (2009), Institut
Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 40132 tentang “Sintesis
Keramik Berbasis Komposit Clay-Karbon dan Karakterisasi
Kekuatan Mekaniknya.” Melalui penelitian ini diperoleh kesimpulan
bahwa fraksi karbon yang digunakan sangat berpengaruh pada kekuatan
keramik. Kekuatan mekanik keramik terbesar diperoleh ketika
penambahan karbon dengan fraksi 0,05 – 0,1 w/w atau sekitar 0,2 – 0,4
v/v. Kekuatan keramik juga dipengaruhi oleh suhu pembakaran, di mana
makin tinggi suhu pembakaran maka keramik makin kuat. Lama waktu
pembakaran juga mempengaruhi kekuatan keramik. Waktu pembakaran di
atas 2 jam akan mengurangi kekuatan keramik karena pengurangan jumlah
karbon di dalam keramik.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian dalam kajian teori dan hasil penelitian yang relevan,
diuraikan kerangka berpikir “Pengaruh Penggantian Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu
Bara dan Lama Pembakaran Terhadap Karakteristik Fisis Dan Mekanis Batu
Bata” yaitu penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara dan lama pembakaran
dengan berbagai variasi prosentase fly ash dan berbagai variasi lama pembakaran
yang digunakan sebagai bahan tambah dalam pembuatan batu bata diduga
berpengaruh terhadap karakteristik fisis dan mekanis batu bata. Karakteristik fisis
dan mekanis batu bata yang ditinjau yaitu berat jenis, susut bakar, porositas, kuat
tekan dan kuat patah.
Maka dari uraian diatas ditentukan variabel – variabel yang dipakai
dalam penelitian ini. Sebagai variabel bebasnya adalah variasi penambahan fly ash
batu bara dan lama pembakaran. Sedangkan variabel terikatnya adalah
karakteristik fisis dan mekanis batu bata, meliputi berat jenis, susut bakar,
porositas, kuat tekan dan kuat patah. Untuk lebih jelasnya hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat dapat dilihat dalam gambar 2.3. dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Keterangan:
X1 : variabel bebas (penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara)
X2 : variabel bebas (lama pembakaran batu bata)
Y : variabel terikat (karakteristik fisis dan mekanis batu bata)
C. Hipotesis
1. Penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara berpengaruh terhadap karakteristik
fisis dan mekanis batu bata.
2. Lama pembakaran batu bata berpengaruh terhadap karakteristik fisis dan
mekanis batu bata.
3. Dapat diketahui prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara
dengan lama pembakaran batu bata minimal yang dibutuhkan, untuk mencapai
karakteristik fisis dan mekanis batu bata yang sesuai standar.
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian
X1
X2
Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Diperlukan tempat penelitian untuk memperoleh data-data yang
mendukung tercapainya tujuan penelitian. Tempat penelitian yang dipilih ini
karena memiliki tempat dan peralatan pengujian yang memadai.
a. Pengujian bahan dan uji sampel dilakukan di laboratorium PTB FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Pembuatan benda uji dan pembakaran dilaksanakan di perusahaan
pembuatan batu bata Pak Hartadi Desa Baki RT 03/05, Sukoharjo,
Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari tahun 2012.
Berikut gambar 3.1. alokasi waktu kegiatan penelitian yang penulis lakukan :
Jenis Kegiatan
Bulan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1. Persiapan penelitian
2. Pembuatan proposal
3. Seminar proposal
4. Revisi proposal
5. Perijinan penelitian
6. Pelaksanaan penelitian
7. Analisis data
8. Penulisan laporan/skripsi
9. Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi
Gambar 3.1. Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu dengan
melaksanakan pengujian pada beberapa benda uji. Hal tersebut dimaksudkan
untuk memberikan informasi mengenai pengaruh penggantian tanah liat oleh fly
ash batu bara dan lama pembakaran terhadap karakteistik fisis dan mekanis batu
bata yang sesuai standar. Informasi ini untuk membandingkan dan mendapatkan
jawaban dari maksud dan tujuan penelitian. Sebelum penelitian, tahap studi
penelitian dilakukan untuk mencari teori – teori yang ada pada buku untuk
menunjang penelitian. Pencarian literatur dari berbagai sumber juga dilakukan
pada tahap ini. Adapun prosedur penelitian sebagai berikut :
1. Tahap Pertama
Tahap pertama sebagai tahap persiapan dan penyediaan bahan dan
alat sebelum pembuatan batu bata. Pada tahap ini tujuannya agar penelitian
dapat berjalan dengan lancar.
a. Bahan Yang Digunakan
1) Tanah liat (lempung)
2) Fly ash batu bara tanpa melihat type fly ash.
3) Air
b. Peralatan Penelitian
1) Timbangan digital ”Metler Toledo” kapasitas 16 kg, ketelitian 0,01 gr.
2) Oven yang dilengkapi dengan pengaturan suhu.
3) Cetakan benda uji.
4) Mesin uji kuat tekan dan kuat patah “Gotech Testing Machines U60”
dengan kapasitas 50000 kgf.
5) Alat pendukung
a) Peralatan untuk pengujian bahan sesuai standar.
b) Sekop untuk mengambil batu bata dari tungku pembakaran.
c) Loyang untuk menakar bahan campuran dan menakar tanah liat.
d) Ember untuk mengambil air saat proses pencampuran.
e) Bak air berukuran 30x50x30 cm digunakan untuk menguji
porositas batu bata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
f) Penggaris digunakan untuk mengukur dimensi batu bata.
g) Alat pengukur waktu/jam.
h) Alat tulis digunakan untuk mencatat data hasil penelitian.
2. Tahap Kedua
Tahap kedua adalah tahap uji bahan. Uji bahan berfungsi untuk
menghindari penggunaan bahan yang tidak memenuhi syarat pembuatan
benda uji. Uji yang dilakukan meliputi uji kadar air, berat jenis tanah, batas
cair tanah, batas plastis dan indeks plastisitas. Tahap uji bahan ini mengacu
pada Laporan Praktikum Mekanika Tanah (2010), Pendidikan Teknik
Bangunan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
a. Uji Kadar Air Tanah
Maksud pengujian adalah untuk memeriksa kadar air suatu contoh
tanah. Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang
dikandung tanah dan berat kering tanah, dinyatakan dalam persen.
1) Alat dan Bahan
a) Oven dengan suhu dapat diatur konstan pada 1500C - 110
0C
b) Timbangan yang memiliki ketelitian sekurang-kurangnya :
(1) 0,01 gr : untuk berat kurang dari 100 gr
(2) 0,10 gr : untuk berat antara 100 gr – 1000 gr
(3) 1,00 gr : untuk berat lebih dari 1000 gr
c) Desikator : pendinginan 1 jam
d) Cawan timbang tertutup, dari logam yang tahan karat
2) Langkah kerja
a) Membersihkan dan mengeringkan cawan timbang, kemudian
menimbang dan mencatat beratnya (w1).
b) Memasukkan contoh tanah (basah) kedalam cawan timbang,
kemudian bersama tutupnya di timbang (w2).
c) Dalam keadaan terbuka, cawan bersama tanah dimasukkan ke
dalam oven (1050C – 110
0C) selama 16 – 24 jam. Menutup
cawan disertakan dan jangan sampai tertukar dengan cawan lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
d) Cawan dengan tanah kering di ambil dari dalam oven,
mendinginkan dengan desikator, setelah dingin ditutup.
e) Cawan tertutup bersama tanah kering ditimbang (w3).
f) Kadar air (w) = 𝑤2−𝑤1
𝑤3−𝑤1 x 100%...................................................(1)
b. Uji Berat Jenis Tanah
Maksud pengujian adalah menentukan berat jenis contoh tanah.
Berat jenis tanah adalah menentukan berat jenis contoh tanah. Berat jenis
tanah adalah perbandingan antara berat butir-butir dengan berat air
destilasi di udara dengan volume yang sama dan pada temperature 27, 50C.
1) Alat dan Bahan
a) Piknometer , yaitu botol gelas dengan leher sempit dan dengan
tutup dari gelas yang berlubang kapiler, dengan kapasitas 50cc
atau lebih besar
b) Timbangan dengan ketelitian 0,001 gr
c) Air destilasi bebas udara (dalam wosh bottle)
d) Oven dengan suhu dapat di atur pada 1050C - 110
0 C
e) Desikator
f) Thermometer
g) Cawan porselin (mortal) dengan pestel (penumbuk kepala karet)
untuk menghancurkan gumpalan tanah menjadi butir tanpa
merusak butir-butirnya sendiri.
h) Alat-alat vakum atau kompor
2) Langkah kerja
a) Piknometer dibersihkan luar dalam dan di keringkan, kemudian
ditimbang (w1).
b) Contoh tanah dihancurkan dalam cawan porselin dengan
menggunakan pestel, kemudian dikeringkan dalam oven. Tanah
kering dari oven dan langsung didinginkan dalam desikator.
Setelah dingin, segera atau langsung dimasukkan kedalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
piknometer sebanyak kira-kira 10 gr. Piknometer dengan tutup
bersisi tanah di timbang.
c) Mengisikan air kurang lebih 100cc kedalam piknometer, sehingga
tanah terendam seluruhnya dan biarkan 2 – 10 jam.
d) Menambahkan air destilasi sampai kira-kira ½ atau 2/3 penuh.
Udara yang terperangkap diantara butir-butir halus dikeluarkan
dan dihilangkan. Cara yang dapat dilakukan :
(1) Piknometer bersama air dan tanah dimasukkan dalam bejana
tertutup yang dapat divacum dengan pompa vacum (tidak
melebihi 100 mm Hg). Sehingga gelembung udara keluar dan
air menjadi jernih.
(2) Piknometer direbus dengan hati-hati sampai 10 menit dengan
sekali-kali piknometer dimiringkan untuk membantu
keluarnya udara, kemudian didinginkan.
e) Piknometer di tambah air destilasi sampai penuh dan ditutup.
Bagian luar piknometer dikeringkan dengan kain kering, setelah
itu piknometer berisi tanah dan air di timbang (w3). Air dalam
piknometer diukur suhunya dengan thermometer (t0 C).
f) Piknometer dikosongkan dan di bersihkan, kemudian diisi penuh
dengan air destilasi bebas usara, ditutup, diluarnya dikeringkan
dengan kain kering. Piknometer penuh air ditimbang (w4). Hal ini
dikerjakan segera setelah selesai No. e) agar suhu udara masih
sama dengan keadaan No. e).
g) Berat jenis butir tanah = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎 .........(2)
c. Uji Batas Cair Tanah
Maksud pengujian adalah untuk menemukan batas cair tanah.
Batas cair adalah kadar air tanah tersebut pada keadaan batas peralihan
antara cair dan keadaan plastis. Tanah dalam keadaan batas cair apabila di
periksa dengan alaat casagrande kedua tanah dalam mangkok yang
terpisah oleh alur lebar 2 mm menutup sepanjang 12,7 mm oleh 25
pukulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
1) Alat dan bahan
a) Alat batas cair casagrande
b) Grooving tool (alat pembarut)
c) Mortar (cawan porslin)
d) Pestel berkepala karet (penumbuk atau penggerus)
e) Spatel
f) Saringan No.40
g) Wash bottle (air destilasi)
h) Alat-alat pemeriksa kadar air
2) Langkah kerja
a) Menaruh contoh tanah (sebanyak kurang lebih 100 gr) campur
rata dengan air destilasi sebanyak kira-kira 15cc – 20cc. Aduk
tekan-tekan dan tusuk-tusuk dengan spatel bila perlu tambahkan
air secukupnya secara bertahap, menambahkan sekitar 1cc – 3cc,
aduk tekan dan tusuk-tusuk tambah air lagi, sehingga di peroleh
adukan yang benar-benar merata.
b) Apabila adukan tanah ini telah merata, dan kebasahanya telah
menghasilkan sekitar 30 – 40 pukulan pada percobaan. Menaruh
sebagian adukan tanah tersebut dalam mangkok casagrande.
Menggunakan spatel sebar dan tekan dengan baik sehingga tidak
terperangkap gelembung udara dalam tanah. Meratakkan
permukaan tanah dan buat mendatar dengan ujung posisinya
tepat pada ujung terbawah mangkok. Dengan demikian tebal
tanah bagian terdalam akan terdapat 1cm. Jika ada kelebihan
mengembalikan kelebihan tersebut dalam mangkok porselin.
c) Dengan alat pembarut buat alur lurus pada garis tengah mangkok
searah dengan sumbu alat. Sehingga tanah terpisah menjadi dua
bagian secara simetris. Membentuk alur harus baik dan tajam
dengan ukuran sesuai degan alat pembarut. Untuk menghindari
alur yang tidak baik atau tegeser tanah dalam mangkok,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
membarut dengan gerakan maju dan mundur beberapakali dengan
setiap kali lebih tajam.
d) Pengoprasian alat casagrande
(1) Menggerakan pemutar sehingga mangkok terangkat dan jatuh
pada alasnya dengan kecepatan 2 putaran perdetik sampai
kedua bagian tanah bertemu sepanjang kira-kira 12,7mm
(1/2”) mencatat jumlah pukulan yang diperlukan tersebut.
(2) Pada percobaan tanah tersebut jumlah pukulan yang
diperlukan harus di antara 30-40 kali. Bila ternyata lebih dari
40 kali, berarti tanah kurang basah dan mengembalikan tanah
dari mangkok casagrande ke cawan porselin, menambah
sedikit demi sedikit air dan aduklah seperti tadi sampai
merata.
(3) Mencuci mangkok casagrande dengan air, kemudian
mengeringkan dengan kain kering. Mengulangi perkerjaan
seperti tersebut pada No. (b) sampai dengan No. (d) 1.
e) Mengambil segera sebagian tanah dari mangkok dengan
menggunakan spatel secara melintang tegak lurus alur termasuk
bagian tanah yang saling bertemu. Memeriksa kadar air tanah
tersebut.
f) Mengambil sisa tanah yang masih ada dalam mangkok dan
mengembalikan ke cawan porselin. Menambah lagi dengan air
secara merata cuci dan mengeringkan mangkok.
g) Mengulangi perkerjaan pada No.(a), (b), (c), (d) sehingga
diperoleh 3 atau 4 data hubungan antara kadar air dan jumlah
pukulan di antara 15 sampai 35 pukulan dengan masing-masing
selisihnya sama. Percobaan ini di lakukan pada tanah yang kurang
cair sampai makin cair.
h) Batas cair dilaporkan sebagai bilangan bulat yang terdekat antara
kadar air dan jumlah pukulan yang terbaik pada 25 pukulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
d. Uji Batas Plastis Dan Indeks Plastisitas
Maksud pengujian adalah menentukan batas plastis suatu tanah.
Batas plastis tanah adalah kadar air minum (dinyatakan dalam persen) bagi
tanah tersebut yang keadaanya masih plastis. Tanah ada pada keadaan
plastis bila tanah digiling menjadi batang-batang dengan diameter 3 mm
mulai retak-retak. Indeks plastisitas suatu tanah adalah (dinyatakan dalam
persen) yang merupakan selisih antara batas cair dan batas plastisitasnya.
1) Alat dan bahan
a) Cawan porselin
b) Pestel berkepala karet
c) Spatel
d) Plat kaca
e) Saringan No.40
f) Batang diameter 3 mm, untuk pembanding
g) Air destilasi
h) Alat-alat pemeriksa kadar air
2) Langkah kerja
a) Tanah hasil oven ditumbuk halus dan disaring.
b) Tanah yang sudah disaring diaduk dengan air sampai pulen
didalam cawan porselin.
c) Mengambil sedikit tanah dan letakkan tanah diatas kaca dan
digulung-gulung hingga diameter 3 mm mulai retak-retak.
d) Menimbang cawan kosong (w1), kemudian memasukkan
gulungan tadi ke dalam cawan dan timbang (w2).
e) Setelah ditimbang memasukkan tanah dalam cawan ke dalam
oven selama 24 jam.
f) Setelah 24 jam ambil tanah yang ada di dalam oven dan
dinginkan kemudian timbang lagi (w3).
g) Batas plastis = 𝛴 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟
𝛴 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 ..........................................................(3)
h) Indeks Plastis = Batas cair – Batas plastis ..................................(4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
e. Air
Air yang digunakan adalah air sumur yang telah teruji
kesterilannya. Dengan spesifikasi tidak berwarna dan tidak berbau.
3. Tahap Ketiga
Tahap ini tentang rencana campuran dan pembuatan batu bata. Dari
tahap tiga ini dapat diketahui rencana campuran dan pembuatan batu bata.
a. Rencana Sebelum Pembuatan Batu Bata
1) Merencanakan variasi prosentase fly ash batu bara 0%, 15%, 30%,
40% dan 50% terhadap volume tanah liat.
2) Merencanakan penyusunan batu bata saat pembakaran pada variasi
waktu pembakaran yaitu 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam.
3) Dalam penelitian ini digunakan 6 buah benda uji untuk masing –
masing penelitian. Dengan pemilahan sebagai berikut : 6 buah benda
uji untuk uji tekan, 6 buah benda uji untuk uji patah dan 6 buah benda
uji untuk uji karakter fisis.
b. Pembuatan Batu Bata
1) Menakar fly ash batu bara sesuai rencana.
2) Menakar tanah liat sesuai rencana.
3) Mencampur fly ash dan tanal liat sampai adukan tercampur baik
dengan menambahkan air untuk mempermudah pencampuran.
4) Menyiapkan cetakan dan tempat mencetak batu bata.
5) Mencetak batu bata.
6) Permukaan batu bata diberi tanda benda uji diatasnya sesuai variasi
prosentase fly ash.
4. Tahap Keempat
Tahap keempat sebagai tahap perawatan (curing) sampai
pembakaran. Tahap ini dilakukan dengan cara :
a. Batu bata yang telah dicetak dikeringkan dengan cara menjemurnya.
Mengusahakan agar benda uji mendapat sinar matahari yang cukup (tidak
terlalu terik) agar proses pengeringannya merata di setiap bagian batu bata.
Proses pengeringan berkisar antara seminggu atau lebih, tergantung cuaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Jika saat penjemuran turun hujan maka batu bata harus dipindahkan ke
tempat yang teduh atau ditutupi dengan plastik yang berukuran lebar.
b. Batu bata yang telah kering kemudian di bakar pada tungku pembakaran
sesuai rencana susunan selama 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam.
c. Setelah dibakar, batu bata disusun berdasarkan variabel yang telah
ditentukan.
5. Tahap Kelima
Tahap pengujian sampel batu bata yang meliputi uji sifat fisis batu
bata meliputi berat jenis, susut bakar, porositas dan uji sifat mekanis batu bata
meliputi kuat tekan, kuat patah.
a. Uji Berat Jenis Batu Bata
Uji berat jenis batu bata dilakukan dengan cara manual yaitu
dengan cara:
1) Mengambil benda uji dari perawatan (curing).
2) Dibersihkan dari kotoran yang menempel.
3) Timbang berat benda uji dengan timbangan Digital ” Metler Toledo”
dan ukur dimensi benda uji dengan penggaris.
4) Mencatat massanya dan menghitung volumenya.
b. Uji Susut Bakar Batu Bata
Uji susut bakar batu bata dilakukan dengan cara manual yaitu
dengan cara:
1) Mengukur dimensi batu bata sebelum di bakar (dalam keadaan kering)
dengan menggunakan penggaris dan mencatat hasilnya.
2) Mengukur kembali dimensi batu bata setelah dibakar dengan
menggunakan penggaris dan mencatat hasilnya.
c. Uji Porositas Batu Bata
Uji porositas dilakukan dengan cara manual yaitu :
1) Benda uji ditimbang terlebih dahulu dengan timbangan digital ”
Metler Toledo” dan mencatat hasil timbangan.
2) Benda uji yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam bak air dan
merendamnya selama 2 x 24 jam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3) Hasil rendaman benda uji ditimbang kembali dengan timbangan
digital ” Metler Toledo” dan mencatat hasil timbangan.
d. Uji Kuat Tekan Dan Uji Kuat Patah
Uji kuat tekan dan kuat patah dilakukan dengan menggunakan
mesin “Gotech Testing Machines U60” dengan kapasitas 50000 kgf.
Uji kuat tekan dilakukan dengan cara :
1) Meletakan benda uji di mesin tekan secara sentris, agar semua
permukaan terkena mesin tekan.
2) Menyeting program yang ada pada komputer, sebagai perintah untuk
menggerakkan mesin.
3) Menjalankan mesin tekan dengan menambahkan beban yang konstan
berkisar antara 2 kg/cm2 per detik.
4) Menambahkan pembebanan sampai benda uji menjadi retak dan beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
5) Menyimpan output hasil pengujian.
Uji kuat patah dilakukan dengan cara:
1) Memberi penumpu pada ujung batu bata, sehingga diperoleh dua titik
tumpu.
2) Meletakkan pembebanan di tengah-tengah batu bata, di antara ke dua
titik timpu.
3) Pembebanan dilakukan secara perlahan – lahan dengan penambahan
beban 2 kg/cm2 per detik.
4) Menambahkan pembebanan sampai benda uji menjadi terbelah dua
dan menyimpan hasil output beban maksimum yang terjadi selama
pemeriksaan benda uji. Beban maksimum ialah beban tertinggi pada
saat batu bata patah dan menghitung dengan menggunakan rumus kuat
patah.
6. Tahap Keenam
Tahap ini adalah analisis data, dari hasil pengujian yang telah
dilakukan, maka perlu dilakukan analisa data yang dihasilkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
7. Tahap Ketujuh
Tahap ini berupa kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
Kesimpulan ini berdasarkan dari analisa data pada tahap sebelumnya, sebagai
jawaban dari masalah yang telah dirumuskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tahapan penelitian lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.2. berikut:
TIDAK
YA
Gambar 3.2. Alur Penelitian
Persiapan bahan dan alat
Mencetak benda uji
Pemeriksaan bahan
Tanah Liat / lempung : 1.Kadar air,
2.Berat jenis, 3.Batas cair, 4.Batas plastis,
5.indeks plastisitas
Air sumur : 1.Tidak berwarna,
2.Tidak bau
Pembuatan benda uji batu bata
Pengujian batu bata:
1.Berat Jenis, 2.Susut Bakar, 3.Porositas, 4.Kuat tekan, 5.Kuat patah
Pengeringan
Kesimpulan dan Saran
Analisa data
Batu bata dengan variasi prosentase
fly ash terhadap volume batu bata.
Batu bata biasa: tanah liat + Air
Pembakaran pada variasi waktu
memenuhi syarat
1
2
3
4
5
6
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Skema pembuatan batu bata dapat dilihat seperti pada gambar 3.3. :
Gambar 3.3. Skema Pembuatan Batu Bata
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah batu bata merah pejal dengan dimensi 23 cm x 11 cm x 5
cm, dengan bahan pengganti tanah liat berupa fly ash batu bara.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil yang di ambil dari populasi.
Adapun sampel batu bata pejal dimensi 23 cm x 11 cm x 5 cm dengan
penggantian tanah liat oleh fly ash pada 0%, 15%, 30%, 40%, 50% dan lama
pembakaran 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam dengan jumlah sampel yang
Persiapan bahan : Tanah liat +
Air + fly ash batu bara
Pencetakan : tanah liat dicetak dengan
cetakan kayu
Pengeringan : dijemur di
sinar matahari dan
diangin - anginkan
Penyusunan : disusun di
atas tungku
Pembakaran : dibakar secara
tradisional
Pemilahan : pendinginan kemudian
proses pemilahan dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
digunakan dalam penelitian ini adalah 360 buah. Sampel benda uji dipilah –
pilah dengan 6 buah benda uji untuk pengujian tekan, 6 buah benda uji untuk
pengujian patah dan 6 buah benda uji untuk pengujian fisis, 6 benda uji
tersebut untuk tiap lama pembakaran dan prosentase penggantian. Rincian
sampel disajikan pada Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1. Rincian Sampel Benda Uji
Lama
Pembakaran
(Jam)
Prosentase Fly ash Batu Bara Jumlah
Sampel
(buah)
0%
(buah)
15%
(buah)
30%
(buah)
40%
(buah)
50%
(buah)
T P F T P F T P F T P F T P F
12 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 90
18 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 90
24 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 90
30 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 90
Total Sampel 360
Keterangan :
T = Uji Tekan
P = Uji Patah
F = Uji Karakteristik Fisis
D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam pelaksanaan penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu:
a. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil eksperimen dan
pengamatan di laboratorium. Dalam penelitian ini data yang digunakan
adalah data hasil uji bahan, data hasil uji sifat fisis yang meliputi berat
jenis, susut bakar dan, porositas, data hasil uji sifat mekanis yang meliputi
kuat tekan dan kuat patah.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi dan informasi
penunjang yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Dalam
penelitian ini data yang digunakan adalah data dari NI 10 tentang standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
baku batu bata merah, laporan hasil penelitian yang sudah ada, dan
literatur yang berhubungan dengan lempung, fly ash, air dan karakteristik
batu bata.
Data yang dipergunakan untuk analisis hasil peneilitian adalah data
primer, sedangkan data sekunder dipergunakan untuk menunjang analisis
data.
2. Teknik Mendapatkan Data
Data-data diperoleh dari hasil pengujian yang dicatat dan digunakan
sebagai bahan masukan dalam pembahasan, analisa data dan laporan
penelitian. Analisa data adalah cara untuk mengolah angka, menguji
hipotesis, dan untuk memperoleh kesimpulan. Dalam Masthura (2010) di
dapatkan rumus – rumus sebagai berikut :
a. Hasil Uji Kuat Tekan Batu Bata dengan Penambahan Fly Ash Batu
Bara.
Untuk data uji kuat tekan batu bata dengan penambahan fly ash
batu bara. Persamaan kuat tekan : (E.P.Popov, 1995)
σ= P/A ...................................................................................................... (5)
dengan:
σ = Tekanan (Pa)
P = Beban maksimum (N)
A = Luas bidang permukaan (m2)
Gambar 3.4. Skema Uji Tekan
(Sumber : Rofikatul Karimah, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
b. Hasil Uji Kuat Patah Batu Bata dengan Penambahan Fly Ash Batu
Bara.
Untuk data uji kuat patah batu bata dengan penambahan fly ash
batu bara, dihitung dengan persamaan berikut: (ASTM C. 170-90)
Bs =3 x P x L
2 𝑏 𝑥 ℎ2 ..............................................................................................(6)
dengan :
Bs = kekuatan patah (N/mm2)
P = gaya pada puncak beban (N)
L = jarak antara tumpuan (mm)
b = lebar benda uji (mm)
h = tinggi benda uji (mm)
P
h
p L
Gambar 3.5. Skema Uji Patah
c. Pemeriksaan Porositas Batu Bata dengan Penambahan Fly Ash Batu
Bara.
Berdasarkan standar ASTM C 373 – 88, porositas sampel dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut: (Van Flack, 1992)
Porositas(%) =𝑀𝑏−𝑀𝑘
𝑉𝑏 𝑥
1
ρ 𝑥 100%.......................................................(7)
dengan:
Mb = Massa kering benda uji (gr)
Mk = Massa basah benda uji, setelah direndam dalam air selama 2x24 jam
(gr)
Vb = Volum benda uji (cm3)
ρ air = Massa jenis air (gr/cm3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 3.6. Skema Uji Porositas
(Sumber : Rofikatul Karimah, 2008
d. Pemeriksaan Susut Bakar Batu Bata dengan Penambahan Fly Ash
Batu Bara
Persamaan yang dipakai untuk menentukan besarnya susut bakar
adalah: (Anwar Dharma, 2007)
Susut Bakar(%) =𝑙𝑜−𝑙𝑖
𝑙𝑜 𝑥 100%.............................................................(8)
dengan:
lo = Panjang sampel uji sebelum dibakar (cm)
li = Panjang sampel uji sesudah dibakar (cm)
Gambar 3.7. Skema Uji Susut Bakar
e. Pemeriksaan Berat Jenis Batu Bata Dengan Penambahan Fly Ash
Batu Bara.
Pemeriksaan untuk mengetahui berat jenis batu bata dilakukan
perhitung sebagai berikut:(http://id.wikipedia.org/wiki/Berat_jenis)
Berat Jenis =𝑚
𝑉 .........................................................................................(9)
dengan:
m = berat batu bata
v = volume batu bata
Gambar 3.8. Skema Uji Berat Jenis
“Metler Toledo” 1234
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
E. Analisa Data
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh penggantian volume tanah liat oleh fly ash batu bara dan lama
pembakaran batu bata terhadap karakteristik fisis dan mekanis batu bata sesuai
standar. Analisis regresi adalah analisis yang akan digunakan untuk menjawab
hipotesis penelitian. Namun sebelumnya diuji prasyarat analisis berupa uji
normalitas dan uji linieritas. Melihat karakteristik yang ditinjau adalah lima
karakteristik dan ada 360 sampel, maka dalam penelitian ini diputuskan
menggunakan alat bantu SPSS untuk menganalisa data.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas Data
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data-data pada
variabel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau
tidak. Untuk membuktikan bahwa data-data pada variabel penelitian
berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka uji normalitas yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS16.0, yaitu
dengan menggunakan uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov.
Untuk menerima atau menolak hipotesa, maka perlu membandingkan
harga Asymp. Sig. (2-tailed) dengan melihat kriteria dibawah ini: (Imam
Ghonzali)
Hipotesis:
Ho = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
Pengambilan keputusan/ kriteria:
Jika probabilitas (harga Asymp. Sig. 2-tailed) > 0,05 ;maka Ho diterima
Jika probabilitas (harga Asymp. Sig. 2-tailed) < 0,05 ;maka Ho ditolak
b. Uji Linearitas dan Keberartian Regresi
Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui linier tidaknya data
pada variabel terikatnya, sehingga didapatkan gambaran tentang ada
tidaknya keterikatan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk
mengetahui linier tidaknya dapat dilihat pada Means program SPSS16.0,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
yaitu melalui menu Compare means dipilih Test for linearity. Jika nilai
pada Deviation From Linearity Fhitung < Ftab dan signifikansi>0,05, maka
data tersebut linier. Jika keadaan sebaliknya maka data tersebut tidak
linear. Sedangkan untuk taraf keberartian regresi dapat dilihat pada tabel
anova model regresion (curve estimation). Jika nilai Fhitung > Ftabel dan
signifikansi<0,05, maka arah regresi berarti. Jika keadaan sebaliknya maka
arah regresi tidak berarti/tidak signifikan/dapat diabaikan.
c. Analisis Regresi
Analisis regresi dalam program SPSS16.0 adalah dengan
menggunakan regresi (Regression). Analisis data yang digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penambahan fly ash batu bara dan
waktu pembakaran batu bata terhadap sifat karakteristik batu bata yaitu
dengan analisis regresi. Analisis ini merupakan gambaran dari variabel
bebas dalam penelitian yang dilakukan dengan variabel terikat yang
dipengaruhi oleh variabel bebas yang ada. Dalam penelitian ini variabel
bebasnya adalah prosentase penggantian volume tanah liat oleh fly ash
batu bara dan lama pembakaran batu bata dengan variasi yang berbeda-
beda, sedangkan variabel terikatnya adalah karakteristik fisis dan mekanis
batu bata.
Bentuk umum dari persamaan regresi terdiri dari dua golongan
yaitu linier (polinom pangkat satu) dan non linier (polinom pangkat lebih
dari satu). Mengenai bentuk umum dari persamaan regresi seperti terlihat
dalam persamaan-persamaan dibawah ini (Sudjana, 2002: 312-315 dalam
Chotimah Ari W, 2010):
Persamaan linier
Yc = a + bx..............................................................................................(10)
Persamaan polinom pangkat dua
Yc = a + bx + cx2.....................................................................................(11)
Persamaan polinom pangkat tiga
Yc = a + bx + cx2 + dx
3...........................................................................(12)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Persamaan polinom pangkat k (k 2)
Yc = a0 + a1x + a1x2 + a1x
3 + … + akxk..................................................(13)
Setelah semua data diteliti untuk masing-masing persamaan
regresi yang telah dilaksanakan, langkah berikutnya adalah menentukan
persamaan yang digunakan sebagai persamaan dasar korelasi variabel-
variabel yang ada.
Analisis yang digunakan dalam SPSS16.0 adalah Regression.
Apabila pada hasil uji lineritas tidak memenuhi maka dalam penelitian ini
menggunakan model pada Regression (Curve Estimation) dengan pilihan
model dilihat dari kecenderungan grafik hubungan yang terjadi.
2. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama untuk mengetahui apakah ada pengaruh
penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara terhadap karakteristik fisis
dan mekanis batu bata yang akan di uji dengan menggunakan persamaan
regresi dan harus dicari terlebih dahulu persamaan garis regresinya.
Analisa korelasi dan regresi banyak digunakan untuk mencari
hubungan atau pengaruh dari dua variabel atau lebih, dimana salah satu
variabelnya merupakan dependent variabel dan yang lain merupakan
independent variabel. Untuk menghitung pengaruh penggantian tanah liat
oleh fly ash batu bara terhadap karakteristik fisis dan mekanis batu bata
menggunakan persamaan garis regresi, yaitu dengan menggunakan
program SPSS16.0 dengan metode Regression (Curve Estimation).
Pengambilan keputusan pada SPSS16.0 adalah sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho = tidak ada pengaruh
Ha = ada pengaruh
Pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama
pembakaran terhadap karakteristik fisis dan mekanis batu bata yang akan
di uji dengan menggunakan persamaan regresi dan harus dicari terlebih
dahulu persamaan garis regresinya.
Analisa korelasi dan regresi banyak digunakan untuk mencari
hubungan atau pengaruh dari dua variabel atau lebih, dimana salah satu
variabelnya merupakan dependent variabel dan yang lain merupakan
independent variabel. Untuk menghitung pengaruh lama pembakaran
terhadap karakteristik fisis dan mekanis batu bata menggunakan
persamaan garis regresi, yaitu dengan menggunakan program SPSS16.0
dengan metode Regression (Curve Estimation). Pengambilan keputusan
pada SPSS16.0 adalah sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho = tidak ada pengaruh
Ha = ada pengaruh
Pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
c. Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga untuk mengetahui berapa prosentase fly ash batu
bara untuk menggantikan tanah liat dengan lama pembakaran batu bata
minimal yang dibutuhkan untuk mencapai karakteristik fisis dan mekanis
batu bata sesuai standar. Dihitung dengan mendefinisikan persamaan
regresi. Prosentase optimal diperoleh dengan menurunkan persamaan
regresi yang diperoleh dengan menggunakan persamaan dy/dx, sehingga
diperoleh nilai X (prosentase fly ash batu bara untuk menggantikan tanah
liat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Pemeriksaaan Bahan
Dari pemeriksaan bahan yaitu tanah liat seperti tertera pada
Lampiran II, didapat hasil dari tiap – tiap pengujian terlihat pada tabel 4.1.
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Data Hasil Pengujian
Karakteristik Hasil Pengujian Keterangan
Kadar air tanah 16,46 % Lempung
Berat jenis tanah 2,70 gr/cm³ Lempung anorganik
Batas cair tanah 55,11% Lempung plastis
Batas plastis tanah 27,85% Lempung kohesif
Indeks plastisitas 27,26% Plastisitas tinggi
Pada tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tanah liat yang
telah diuji merupakan jenis tanah lempung anorganik dengan plastisitas tinggi
dan bersifat kohesif. Didapatkan keseluruhan hasil percobaan untuk pengujian
bahan yaitu berupa tanah liat maka semua hasil percobaan mengerucut pada
suatu kesimpulan tentang jenis tanah. Dengan menggunakan sistem
klasifikasi tanah Inggris dan sistem klasifikasi tanah unified pada Lampiran
II, menunjukan tanah termasuk dalam jenis tanah CH (lempung anorganik
dengan plastisitas tinggi, lempung gemuk). Dengan menghubungkan antara
batas cair senilai 55,11% dan indeks plastisitas senilai 27,26% .
a. Kadar Air Tanah
Pengujian kadar air merupakan suatu hal yang penting untuk
mengetahui berapa banyak air yang terkandung oleh tanah. Kadar air
untuk tanah biasanya berada dalam kisaran dibawah 60% seperti yang
tertera pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 4.2. Kadar Air dalam Tanah
Jenis Tanah Kadar Air (w)
Pasir lembab 2 – 10 %
Lempung sedikit membatu 2 – 10 %
Lempung 20 – 60 %
(Sumber : http://eprints.undip.ac.id/ : 2012)
Pada pengujian kadar air di dapat hasil sebesar 16,46%, dari
angka yang didapat tersebut tidak masuk ke dalam jenis kadar air dari
tanah manapun, tapi dari angka tersebut adalah angka dimana jenis tanah
adalah dari jenis lempung sedikit membatu menuju ke jenis tanah
lempung. Kadar air tanah dapat berubah sedemikian rupa dikarenakan
tanah lempung merupakan tanah kohesif. Tanah kohesif ini didefinisikan
sebagai kumpulan dari partikel mineral yang mempunyai tingkat
sensitifitas tinggi terhadap perubahan kadar air. Perubahan kadar air ini
dapat dikarenakan dari beberapa faktor yang salah satunya adalah ketika
akan menguji tanah liat tersebut. Tanah yang sebagai sempel tidak
langsung diambil dari sawah, namun sudah berada di tempat produksi batu
bata. Dengan keadaan cuaca yang panas maka air yang terkandung di
dalam tanah akan menguap, sehingga akan menurunkan kadar air dalam
tanah liat.
b. Berat Jenis Tanah
Berat jenis atau berat spesifik (specific Grafity) tanah adalah
perbandingan antara berat volume butiran padat (γs) dengan berat volum
air (γw). Berat jenis dari berbagai tanah berkisar antara 2,65 – 2,75. Nilai
berat jenis Gs = 2,67 biasanya untuk tanah-tanah tidak berkohesi.
Sedangkan untuk tanah kohesif atau tak organik berkisar antara 2,68 –
2,72.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 4.3. Nilai Berat Jenis Dari Berbagai Tanah
Macam Tanah Berat Jenis (Gs)
Kerikil
Pasir
Lanau organic
Lempung organic
Lempung anorganik
Humus
Gambut
2,65 – 2, 68
2,65 – 2, 68
2,62 – 2, 68
2,58 – 2,65
2,68 – 2,75
1,37
1,25 -1, 80
(Sumber: Sri Sumarni, 2009 : 4)
Pada pengujian berat jenis tanah didapat berat jenis sebesar 2,70
gr/cm³ . Itu artinya bahwa tanah yang diuji cobakan tersebut memiliki
berat isi butiran tanah sebesar 2,70 gr/cm³. Dengan begitu dapat diambil
kesimpulan bahwa tanah termasuk dalam tanah anorganik.
c. Batas Cair
Batas cair (liquid limit) didefinisikan sebagai kadar air tanah pada
batas antara keadaan cair dan keadaan plastis. Batas cair tanah berbutir
halus dapat ditentukan dengan pengujian casagrande. Karena sulitnya
menentukan ketelitian pada waktu celah menutup pada 25 kali pukulan,
maka biasanya percobaan dilakukan beberapa kali yaitu dengan kadar air
yang berbeda dengan jumlah pukulan yang berkisar antara 10 – 40
kemudian hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan digambarkan
dalam grafik logaritmik. Setiap data hubungan antara kadar air dan jumlah
pukulan merupakan satu titik dalam grafik, dengan pukulan sebagai absis
dan kadar air sebagai ordinat. Dengan menarik garis lurus penghubung
terbaik dari titik-titik yang di peroleh. Pada perpotongan garis penghubung
tersebut dengan garis vertical 25 pukulan maka batas cair dilaporkan
sebagai bilangan bulat yang terdekat (Laporan Mektan, PTB, UNS, 2010).
Dalam bukunya yang berjudul Mekanika Tanah, Suradji (2009)
menuliskan bahwa makin kurang cair (kurang air), makin diperlukan
banyak pukulan. Suatu tanah tepat pada batas cair jika tanah itu perlu 25
pukulan. Kurang dari 25 pukulan tanah bersifat cair, lebih dari 25 pukulan
tanah bersifat plastis. Setelah melakukan pengujian terhadap batas cair
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
tanah dari keempat pengujian didapatkan hasil bahwa semua sempel lebih
dari 25 pukulan baru bertemu sepanjang 12,7 mm. dan setelah melakukan
perhitungan dengan persamaan yang kemudian digambarkan pada diagram
atteberg yang berupa grafik logaritmik didapat batas cair sebesar 55,11%.
Dari hasil tersebut maka dapat ditarik kesimpulan jika tanah merupakan
lempung yang kohesif dan plastis.
d. Batas Plastis
Adhi Muhtadi, (2010) menyatakan, batas plastis (PL)
didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan
semi padat. Batas plastis dapat ditentukan dengan pengujian yang
sederhana dengan cara menggulung sejumlah tanah dengan menggunakan
tanah secara berulang menjadi bentuk ellipsoidal. Kadar air contoh tanah
yang mana tanah mulai retak-retak didefinisikan sebagai batas plastis. Dari
hasil pengujian batas plastis tanah di dapat nilai batas plastis sebesar
27,85%. Jadi lempung bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. Dari
segi mineral (bukan dari ukuran) yang disebut tanah lempung dan mineral
lempung adalah yang mempunyai partikel-partikel mineral tertentu yang
menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampurkan dengan air
(Grim, 1953) sebagai dikutip Das. Braja M (1985).
e. Indeks Plastisitas
Indeks Plastisitas (IP) adalah selisih antara batas cair dan batas
plastis (IP = LL – PL). Indeks plastisitas (IP) merupakan interval kadar air
dimana tanah masih bersifat plastis, indeks plastisitas menunjukkan sifat
keplastisitasan tanah. Jika tanah mempunyai IP tinggi, maka tanah
mengandung banyak butiran lempung. Jika IP rendah seperti lanau sedikit
pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering. Batasan mengenai
indeks plastisitas, sifat, macam tanah dan kohesi diberikan oleh Atterberg.
Dari hasil pengujian di dapatkan hasil Indeks plastisitas tanah sebesar
27,26%, itu artinya tanah mengandung IP >17, sesuai tabel termasuk tanah
dengan sifat plastisitas tinggi. Kategori dapat dilihat pada tabel 4.4. di
bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.4. Nilai Indeks Plastisitas Dan Macam Tanah
IP Sifat Macam Tanah Kohesi
0
< 7
7 -11
> 17
Non pmn klastic
Plastisitas rendah
Plastisitas sedang
Plastisitas tinggi
Pasir
Lanau
Lempung berlanau
lempung
Non kohesif
Kohesif sebagian
Kohesif
kohesif
(Sumber : Suradji, 2009 : 20)
2. Pemeriksaan Batu Bata
a. Berat Jenis Batu Bata
Data Hasil pemeriksaan berat jenis batu bata tercantum pada tabel
4.5. di bawah ini :
Tabel 4.5. Uji Berat Jenis Batu Bata (g/cm³)
Prosentase
Fly ash Batu
Bara
Lama Pembakaran (Jam)
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
0% 1,590 1,553 1,520 1,510
15% 1,320 1,299 1,274 1,219
30% 1,310 1,251 1,250 1,242
40% 1,219 1,186 1,180 1,176
50% 1,177 1,131 1,128 1,113
Hasil dari uji berat jenis batu bata menunjukkan hasil yang berkisar
antara 1,568 g/cm³ - 1,113 g/cm³.
b. Susut Bakar Batu Bata
Data hasil pemeriksaan susut bakar batu bata tercantum pada tabel
4.6. di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 4.6. Uji Susut Bakar Batu Bata (%)
Prosentase
Fly ash Batu
Bara
Lama Pembakaran (Jam)
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
0% 0,91 1,07 1,25 1,41
15% 0,72 0,82 0,91 1,15
30% 0,66 0,73 0,82 0,99
40% 0,84 0,90 0,98 1,06
50% 1,05 1,12 1,21 1,29
Hasil dari uji susut bakar batu bata menunjukkan hasil yang
berkisar antara 0,66% - 1,41%.
c. Porositas Batu Bata
Data Hasil pemeriksaan porositas batu bata tercantum pada tabel
4.7. di bawah ini :
Tabel 4.7. Uji Porositas Batu Bata (%)
Prosentase
Fly ash Batu
Bara
Lama Pembakaran (Jam)
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
0% 38,07 37,33 36,50 35,33
15% 36,28 33,47 32,30 34,23
30% 35,64 30,02 31,96 33,85
40% 35,98 34,84 33,92 35,57
50% 36,93 38,01 37,54 39,12
Hasil dari uji porositas batu bata menunjukkan hasil yang berkisar
antara 30,02% - 39,12%.
d. Kuat Tekan Batu Bata
Data Hasil pemeriksaan kuat tekan batu bata tercantum pada tabel
4.8. di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4.8. Uji Kuat Tekan Batu Bata (N/mm²)
Prosentase
Fly ash Batu
Bara
Lama Pembakaran (Jam)
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
0% 1,82 2,04 2,56 2,81
15% 3,37 3,44 3,91 3,42
30% 3,94 4,51 4,83 4,42
40% 2,10 2,45 3,52 3,15
50% 1,42 1,82 2,63 2,56
Hasil dari uji kuat tekan batu bata menunjukkan hasil yang berkisar
antara 1,42 N/mm² - 4,83 N/mm².
e. Kuat Patah Batu Bata
Data Hasil pemeriksaan kuat patah batu bata tercantum pada tabel
4.9. di bawah ini :
Tabel 4.9. Uji Kuat Patah Batu Bata (N/mm²)
Prosentase
Fly ash Batu
Bara
Lama Pembakaran (Jam)
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
0% 0,060 0,100 0,170 0,180
15% 0,070 0,130 0,200 0,200
30% 0,080 0,150 0,320 0,240
40% 0,050 0,090 0,120 0,110
50% 0,030 0,090 0,100 0,090
Hasil dari uji kuat patah batu bata menunjukkan hasil yang berkisar
antara 0,030 N/mm² - 0,320 N/mm².
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data ini perlu dilakukan karena sangat menentukan
statistik sebagai alat analisis yang digunakan. Dengan menggunakan distribusi
normal, penyajian data mejadi lebih bermakna. Dalam pengujian normalitas
menggunakan alat bantu berupa SPSS.16.0. Metode yang digunakan adalah
Kolmogorov Smirnov.
Dalam bukunya, Imam Ghonzali (2011) menuliskan tentang
pengambilan keputusan normal atau tidaknya data. Dengan menentukan
terlebih dulu hipotesis pengujian normalitas yaitu :
Hipotesis Nol (Ho) : data terdstribusi secara normal
Hipotesis Alternatif (Ha) : data tidak terdistribusi secara normal.
Langkah selanjutnya adalah menentukan taraf signifikansi, taraf signifikansi
yang diambil sebesar 5%. Jika signifikansi lebih besar dari 5% maka data
terdistribusi normal, jika sebaliknya maka data tidak terdistribusi normal.
a. Uji Normalitas Data Variabel Penggantian Tanah Liat Oleh Fly Ash
(X1) dan Lama Pembakaran (X2)
Tabel 4.10. Uji Normalitas X1 dan X2
Variabel Asymp.Sig.
(2-tailed)
Keterangan
X1 0,381 Normal
X2 0,498 Normal
Variabel X1 dan X2 dengan Asymp.Sig.(2-tailed) bernilai jauh di
atas α = 0,05 hal ini berarti hipotesis nol diterima atau variabel X1 dan X2
terdistribusi secara normal (asymp.sig. 2-tailed > 0,05).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b. Uji Normalitas Data Variabel Berat Jenis Batu Bata (Y1)
Tabel 4.11. Uji Normalitas Y1
Variabel Y1 Asymp.Sig.
(2-tailed)
Keterangan
12 jam 0,206 Normal
18 jam 0,390 Normal
24 jam 0,212 Normal
30 jam 0,167 Normal
0% 0,495 Normal
15% 0,614 Normal
30% 0,863 Normal
40% 0,896 Normal
40% 0,979 Normal
Variabel Y1 dengan Asymp.Sig.(2-tailed) bernilai jauh di atas α =
0,05 hal ini berarti hipotesis nol diterima atau variabel Y1 terdistribusi
secara normal (asymp.sig. 2-tailed > 0,05).
c. Uji Normalitas Data Variabel Susut Bakar Batu Bata (Y2)
Tabel 4.12. Uji Normalitas Y2
Variabel Y2 Asymp.Sig.
(2-tailed)
Keterangan
12 jam 0,934 Normal
18 jam 0,601 Normal
24 jam 0,236 Normal
30 jam 0,407 Normal
0% 0,808 Normal
15% 0,342 Normal
30% 0,192 Normal
40% 0,142 Normal
40% 0,250 Normal
Variabel Y2 dengan Asymp.Sig.(2-tailed) bernilai jauh di atas α =
0,05 hal ini berarti hipotesis nol diterima atau variabel Y2 terdistribusi
secara normal (asymp.sig. 2-tailed > 0,05).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
d. Uji Normalitas Data Variabel Porositas Batu Bata (Y3)
Tabel 4.13. Uji Normalitas Y3
Variabel Y3 Asymp.Sig.
(2-tailed)
Keterangan
12 jam 0,670 Normal
18 jam 0,405 Normal
24 jam 0,534 Normal
30 jam 0,680 Normal
0% 0,692 Normal
15% 0,692 Normal
30% 0,976 Normal
40% 0,278 Normal
40% 0,914 Normal
Variabel Y3 dengan Asymp.Sig.(2-tailed) bernilai jauh di atas α =
0,05 hal ini berarti hipotesis nol diterima atau variabel Y3 terdistribusi
secara normal (asymp.sig. 2-tailed > 0,05).
e. Uji Normalitas Data Variabel Kuat Tekan Batu Bata (Y4)
Tabel 4.14. Uji Normalitas Y4
Variabel Y1 Asymp.Sig.
(2-tailed)
Keterangan
12 jam 0,912 Normal
18 jam 0,416 Normal
24 jam 0,601 Normal
30 jam 0,846 Normal
0% 0,845 Normal
15% 0,986 Normal
30% 0,753 Normal
40% 0,582 Normal
40% 0,991 Normal
Variabel Y4 dengan Asymp.Sig.(2-tailed) bernilai jauh di atas α =
0,05 hal ini berarti hipotesis nol diterima atau variabel Y4 terdistribusi
secara normal (asymp.sig. 2-tailed > 0,05).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
f. Uji Normalitas Data Variabel Kuat Patah Batu Bata (Y5)
Tabel 4.15. Uji Normalitas Y5
Variabel Y5 Asymp.Sig.
(2-tailed)
Keterangan
12 jam 0,344 Normal
18 jam 0,683 Normal
24 jam 0,181 Normal
30 jam 0,965 Normal
0% 0,909 Normal
15% 0,869 Normal
30% 0,110 Normal
40% 0,748 Normal
40% 0,593 Normal
Variabel Y5 dengan Asymp.Sig.(2-tailed) bernilai jauh di atas α =
0,05 hal ini berarti hipotesis nol diterima atau variabel Y5 terdistribusi
secara normal (asymp.sig. 2-tailed > 0,05).
2. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi
Selain uji normalitas, syarat pengujian yang harus dilakukan adalah
linieritas dan keberartian regresi. Uji linieritas dan keberartian regresi ini
untuk mengetahui status linier atau tidak suatu distribusi data penelitian guna
menentukan apakah kita pakai anareg linier atau nonlinier. Pengujian
dilakukan menggunakan SPSS model compare means, dengan melihat
deviation from linearity. Jika linear tidak terpenuhi maka dalam penelitian ini
akan digunakan bentuk nonlinear.
C.Trihendradi (2011), menuliskan dalam pengujian linearitas, tabel
anova memaparkan uji kelinearan. Membandingkan signifikansi dari
deviation from linearity, yaitu jika signifikansi yang diperoleh lebih besar
dari 5% maka terjadi hubungan linier, jika sebaliknya maka tidak terjadi
hubungan linear atau nonlinear. Dapat juga dengan membandingkan harga F
dari deviation from linearity, dengan kriteria F.hit > F.tab maka regresi tidak
linear, jika sebaliknya maka regresi linear.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Sedangkan untuk keberartian regresi dengan membandingkan
signifikansi dari output regresion (curve estimation) pada tabel anova yaitu
jika signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 5% maka regresi berarti, jika
sebaliknya maka regresi tidak berarti. Dapat juga dengan membandingkan
harga F, dengan kriteria F.hit > F.tab maka regresi berarti, jika sebaliknya
maka regresi tidak berarti. Dengan demikian model regresi dapat digunakan
untuk memprediksi variabel dependen.
a. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Variabel Penggantian Tanah
Liat Oleh Fly Ash (X1) dan Berat Jenis Batu Bata (Y1)
Berikut adalah dengan regresi linear, didapat hasil F hitung dan
signifikansi :
Tabel 4.16. Uji Lineraritas dan Keberartian Regresi X1 dan Y1
Variabel Y1 12jam Y1 18jam Y1 24jam Y1 30jam
Deviation From Linearity (Linearitas)
df1 dan df2 3 ; 25 3 ; 25 3 ; 25 3 ; 25
F. hitung 4,312 4,387 3,494 9,602
Signifikansi 0,014 0,013 0,030 0,000
F.hit< F.tab 4,312 > 2,99 4,387 > 2,99 3,494 > 2,99 9,602 > 2,99
Sig. > 0,05 0,014 < 0,05 0,013 < 0,05 0,030 < 0,05 0,000 < 0,05
Keputusan Nonlinear Nonlinear Nonlinear Nonlinear
Anova Curve Estimation (Keberartian Regresi)
df1;df2 (2;27) (2;27) (2;27) (2;27)
F.hitung 39,106 56,667 35,506 46,781
F.hit>F.tab 39,106>3,35 56,667>3,35 35,506>3,35 46,781>3,35
Sig. < 0,05 0,000<0,05 0,000<0,05 0,000<0,05 0,000<0,05
Keputusan Berarti Berarti Berarti Berarti
Setelah diuji linearitas dan keberartian regresi seperti diatas,
untuk penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara variabel Y1 pada
semua lama pembakaran adalah nonlinear dan berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Variabel Penggantian Tanah
Liat Oleh Fly Ash (X1) dan Susut Bakar Batu Bata (Y2)
Berikut adalah dengan regresi linear, didapat hasil F hitung dan
signifikansi :
Tabel 4.17. Uji Lineraritas dan Keberartian Regresi X1 dan Y2
Variabel Y2 12jam Y2 18jam Y2 24jam Y2 30jam
Deviation From Linearity (Linearitas)
df1 dan df2 3 ; 25 3 ; 25 3 ; 25 3 ; 25
F. hitung 0,925 26,870 2,880 0,516
Signifikansi 0,443 0,000 0,056 0,675
F.hit< F.tab 0,925< 2,99 26,870>2,99 2,880 < 2,99 0,516< 2,99
Sig. > 0,05 0,443> 0,05 0,000< 0,05 0,056 > 0,05 0,675 > 0,05
Keputusan Linear Nonlinear Linear Linear
Anova Curve Estimation (Keberartian Regresi)
df (1;28) (2;27) (1;28) (1;28)
F.hitung 0,295 40,947 0,090 0,303
F.hit>F.tab 0,295<4,20 40,947>3,35 0,090<4,20 0,303<4,20
Sig. < 0,05 0,591>0,05 0,000<0,05 0,767>0,05 0,587>0,05
Keputusan Tidak Berarti Berarti Tidak Berarti Tidak Berarti
Setelah diuji linearitas dan keberartian regresi seperti diatas,
untuk penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara variabel Y2 pada 18
jam adalah nonlinear dan berarti, 12, 24 dan 30 jam adalah linear dan
tidak berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
c. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Variabel Penggantian Tanah
Liat Oleh Fly Ash (X1) dan Porositas Batu Bata (Y3)
Berikut adalah dengan regresi linear, didapat hasil F hitung dan
signifikansi :
Tabel 4.18. Uji Lineraritas dan Keberartian Regresi X1 dan Y3
Variabel Y3 12jam Y3 18jam Y3 24jam Y3 30jam
Deviation From Linearity (Linearitas)
df1 dan df2 3 ; 25 3 ; 25 3 ; 25 3 ; 25
F. hitung 2,340 21,872 26,674 22,506
Signifikansi 0,098 0,000 0,000 0,000
F.hit< F.tab 2,340<2,99 21,872>2,99 26,674>2,99 22,506>2,99
Sig. > 0,05 0,098>0,05 0,000< 0,05 0,000<0,05 0,000<0,05
Keputusan Linear Nonlinear Nonlinear Nonlinear
Anova Curve Estimation (Keberartian Regresi)
df (1;28) (2;27) (2;27) (2;27)
F.hitung 2,442 23,440 44,027 36,777
F.hit>F.tab 2,442<4,20 23,440>3,35 44,027>3,35 36,777>3,35
Sig. < 0,05 0,129>0,05 0,000<0,05 0,000<0,05 0,000<0,05
Keputusan Tidak Berarti Berarti Berarti Berarti
Setelah diuji linearitas dan keberartian regresi seperti diatas,
untuk penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara variabel Y3 pada 12
jam adalah linear dan tidak berarti, 18, 24 dan 30 jam adalah nonlinear
dan berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
d. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Variabel Penggantian Tanah
Liat Oleh Fly Ash (X1) dan Kuat Tekan Batu Bata (Y4)
Berikut adalah dengan regresi linear, didapat hasil F hitung dan
signifikansi :
Tabel 4.19. Uji Lineraritas dan Keberartian Regresi X1 dan Y4
Variabel Y4 12jam Y4 18jam Y4 24jam Y4 30jam
Deviation From Linearity (Linearitas)
df1 dan df2 3 ; 18 3 ; 20 3 ; 17 3 ; 14
F. hitung 20,470 20,495 7,522 6,397
Signifikansi 0,000 0,000 0,002 0,006
F.hit< F.tab 20,470 > 3,19 20,495 > 3,10 7,522 > 3,20 6,397 > 3,34
Sig. > 0,05 0,000<0,05 0,000< 0,05 0,002<0,05 0,006<0,05
Keputusan Nonlinear Nonlinear Nonlinear Nonlinear
Anova Curve Estimation (Keberartian Regresi)
df (2;20) (2;22) (2;19) (2;16)
F.hitung 17,375 20,081 10,759 6,630
F.hit>F.tab 17,375>3,59 20,081>3,44 10,759>3,52 6,630>3,92
Sig. < 0,05 0,000<0,05 0,000<0,05 0,001<0,05 0,008<0,05
Keputusan Berarti Berarti Berarti Berarti
Setelah diuji linearitas dan keberartian regresi seperti diatas,
untuk penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara variabel Y4 pada
semua lama pembakaran adalah nonlinear dan berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
e. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Variabel Penggantian Tanah
Liat Oleh Fly Ash (X1) dan Kuat Patah Batu Bata (Y5)
Berikut adalah dengan regresi linear, didapat hasil F hitung dan
signifikansi :
Tabel 4.20. Uji Lineraritas dan Keberartian Regresi X1 dan Y5
Variabel Y5 12jam Y5 18jam Y5 24jam Y5 30jam
Deviation From Linearity (Linearitas)
df1 dan df2 3 ; 15 3 ; 13 3 ; 16 3 ; 14
F. hitung 0,239 0,422 5,777 1,343
Signifikansi 0,868 0,740 0,007 0,301
F.hit< F.tab 0,239<3,30 0,422<3,41 5,777>3,26 1,343<3,49
Sig. > 0,05 0,868>0,05 0,740> 0,05 0,007<0,05 0,301>0,05
Keputusan Linear Linear Nonlinear Linear
Anova Curve Estimation (Keberartian Regresi)
df (1;18) (1;16) (2;18) (1;17)
F.hitung 1,728 0,166 4,405 1,026
F.hit>F.tab 1,728<3,88 0,166<3,80 4,405>3,80 1,026<3,74
Sig. < 0,05 0,205>0,05 0,689>0,05 0,028<0,05 0,325>0,05
Keputusan Tidak berarti Tidak berarti Berarti Tidak berarti
Setelah diuji linearitas dan keberartian regresi seperti diatas,
untuk penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara variabel Y5 pada 12,
18 dan 30 jam adalah linear dan tidak berarti, 24 jam adalah nonlinear
dan berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
f. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Variabel Lama Pembakaran
(X2) dan Berat Jenis Batu Bata (Y1)
Berikut adalah dengan regresi linear, didapat hasil F hitung dan
signifikansi :
Tabel 4.21. Uji Lineraritas dan Keberartian Regresi X2 dan Y1
Variabel Y1 0% Y1 15% Y1 30% Y1 40% Y1 50%
Deviation From Linearity (Linearitas)
df1 dan df2 2 ; 20 2 ; 20 2 ; 20 2 ; 20 2 ; 20
F. hitung 0,572 0,071 0,354 0,309 0,251
Signifikansi 0,573 0,932 0,706 0,737 0,780
F.hit< F.tab 0,572 < 3,49 0,071 < 3,49 0,354 < 3,49 0,309 < 3,49 0,251 < 3,49
Sig. > 0,05 0,573 > 0,05 0,932 > 0,05 0,706 > 0,05 0,737 > 0,05 0,780 > 0,05
Keputusan Linear Linear Linear Linear Linear
Anova Curve Estimation (Keberartian Regresi)
df (1;22) (1;22) (1;22) (1;22) (1;22)
F.hitung 0,336 4,955 7,202 2,709 2,781
F.hit>F.tab 0,336<4,30 4,955>4,30 7,202>4,30 2,709<4,30 2,781<4,30
Sig. < 0,05 0,568>0,05 0,050<0,05 0,014<0,05 0,114>0,05 0,110>0,05
Keputusan Tidak Berarti Berarti Berarti Tidak Berarti Tidak Berarti
Setelah diuji linearitas dan keberartian regresi seperti diatas,
untuk lama pembakaran variabel Y1 pada 0%, 40% dan 50% adalah
linear dan tidak berarti, 15% dan 30% adalah linear dan berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
g. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Variabel Lama Pembakaran
(X2) dan Susut Bakar Batu Bata (Y2)
Berikut adalah dengan regresi linear, didapat hasil F hitung dan
signifikansi :
Tabel 4.22. Uji Lineraritas dan Keberartian Regresi X2 dan Y2
Variabel Y2 0% Y2 15% Y2 30% Y2 40% Y2 50%
Deviation From Linearity (Linearitas)
df1 dan df2 2 ; 20 2 ; 20 2 ; 20 2 ; 20 2 ; 20
F. hitung 0,013 1,518 0,054 0,008 0,001
Signifikansi 0,987 0,243 0,948 0,992 0,999
F.hit< F.tab 0,013< 3,49 1,518< 3,49 0,054<3,49 0,008< 3,49 0,001< 3,49
Sig. > 0,05 0,987> 0,05 0,243> 0,05 0,948>0,05 0,992> 0,05 0,999> 0,05
Keputusan Linear Linear Linear Linear Linear
Anova Curve Estimation (Keberartian Regresi)
df (1;22) (1;22) (1;22) (1;22) (1;22)
F.hitung 28,189 46,322 4,029 1,311 0,649
F.hit>F.tab 28,189>4,30 46,322>4,30 4,029<4,30 1,311<4,30 0,649<4,30
Sig. < 0,05 0,000<0,05 0,000<0,05 0,057>0,05 0,265>0,05 0,429>0,05
Keputusan Berarti Berarti Tidak Berarti Tidak Berarti Tidak Berarti
Setelah diuji linearitas dan keberartian regresi seperti diatas,
untuk lama pembakaran variabel Y2 pada 0% dan 15% adalah linear dan
berarti, 30% ,40% dan 50% adalah linear dan tidak berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
h. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Variabel Lama Pembakaran
(X2) dan Porositas Batu Bata (Y3)
Berikut adalah dengan regresi linear, didapat hasil F hitung dan
signifikansi :
Tabel 4.23. Uji Lineraritas dan Keberartian Regresi X2 dan Y3
Variabel Y3 0% Y3 15% Y3 30% Y3 40% Y3 50%
Deviation From Linearity (Linearitas)
df1 dan df2 2 ; 20 2 ; 20 2 ; 20 2 ; 20 2 ; 20
F. hitung 4,191 5,240 13,947 1,696 1,691
Signifikansi 0,030 0,015 0,000 0,209 0,210
F.hit< F.tab 4,191> 3,49 5,240>3,49 13,947>3,49 1,696< 3,49 1,691< 3,49
Sig. > 0,05 0,030<0,05 0,015<0,05 0,000<0,05 0,209> 0,05 0,210> 0,05
Keputusan Nonlinear Nonlinear Nonlinear Linear Linear
Anova Curve Estimation (Keberartian Regresi)
df (2;21) (2;21) (2;21) (1;22) (1;22)
F.hitung 3,680 7,860 10,103 0,316 8,439
F.hit>F.tab 3,680>3,47 7,860>3,47 10,103>3,47 0,316<4,30 8,439>4,30
Sig. < 0,05 0,043<0,05 0,003<0,05 0,001<0,05 0,580>0,05 0,008<0,05
Keputusan Berarti Berarti Berarti Tidak Berarti Berarti
Setelah diuji linearitas dan keberartian regresi seperti diatas,
untuk lama pembakaran variabel Y3 pada 0%, 15% dan 30% adalah
nonlinear dan berarti, 40% adalah linear dan tidak berarti, 50% adalah
linear dan berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
i. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Variabel Lama Pembakaran
(X2) dan Kuat Tekan Batu Bata (Y4)
Berikut adalah dengan regresi linear, didapat hasil F hitung dan
signifikansi :
Tabel 4.24. Uji Lineraritas dan Keberartian Regresi X2 dan Y4
Variabel Y4 0% Y4 15% Y4 30% Y4 40% Y4 50%
Deviation From Linearity (Linearitas)
df1 dan df2 2 ; 18 2 ; 13 2 ; 12 2 ; 12 2 ; 14
F. hitung 0,102 0,490 1,335 1,472 1,940
Signifikansi 0,903 0,624 0,300 0,268 0,180
F.hit< F.tab 0,102<3,55 0,490<3,80 1,335<3,89 1,472<3,89 1,940<3,74
Sig. > 0,05 0,903>0,05 0,624>0,05 0,300>0,05 0,268>0,05 0,180> 0,05
Keputusan Linear Linear Linear Linear Linear
Anova Curve Estimation (Keberartian Regresi)
df (1;20) (1;15) (1;14) (1;14) (1;16)
F.hitung 7,719 1,193 1,116 7,693 15,940
F.hit>F.tab 7,719>4,35 1,193<4,74 1,116<4,86 7,693>4,86 15,940>4,49
Sig. < 0,05 0,012<0,05 0,667>0,05 0,309>0,05 0,015<0,05 0,001<0,05
Keputusan Berarti Tidak Berarti Tidak Berarti Berarti Berarti
Setelah diuji linearitas dan keberartian regresi seperti diatas,
untuk lama pembakaran variabel Y4 pada 0%, 40% dan 50% adalah
linear dan berarti, 15% dan 30% adalah linear dan tidak berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
j. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Variabel Lama Pembakaran
(X2) dan Kuat Patah Batu Bata (Y5)
Berikut adalah dengan regresi linear, didapat hasil F hitung dan
signifikansi :
Tabel 4.25. Uji Lineraritas dan Keberartian Regresi X2 dan Y5
Variabel Y5 0% Y5 15% Y5 30% Y5 40% Y5 50%
Deviation From Linearity (Linearitas)
df1 dan df2 2 ; 12 2 ; 10 2 ; 13 2 ; 12 2 ; 10
F. hitung 0,210 0,117 0,346 0,243 0,686
Signifikansi 0,814 0,891 0,714 0,788 0,526
F.hit< F.tab 0,210<3,80 0,117<4,10 0,346<3,72 0,243<3,80 0,686<4,10
Sig. > 0,05 0,814>0,05 0,891>0,05 0,714>0,05 0,788>0,05 0,526>0,05
Keputusan Linear Linear Linear Linear Linear
Anova Curve Estimation (Keberartian Regresi)
df (1;14) (1;12) (1;15) (1;14) (1;12)
F.hitung 5,814 2,702 13,046 1,868 2,295
F.hit>F.tab 5,814>4,58 2,702<4,75 13,046>4,51 1,868<4,58 2,295<4,75
Sig. < 0,05 0,030<0,05 0,126>0,05 0,003<0,05 0,193>0,05 0,156>0,05
Keputusan Berarti Tidak Berarti Berarti Tidak Berarti Tidak Berarti
Setelah diuji linearitas dan keberartian regresi seperti diatas,
untuk lama pembakaran variabel Y5 pada 0% dan 30% adalah linear dan
berarti, 15%, 40% dan 50% adalah linear dan tidak berarti.
C. Pengujian Hipotesis
Sudjana (1989) mengatakan, hipotesis adalah asumsi atau dugaan
mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut
untuk melakukan pengecekannya. Dalam melakukan pengujian hipotesis
digunakan alat bantu SPSS dengan curve estimation linear atau nonlinear.
Mengacu pada buku Imam Ghonzali (2011), dari tampilan output SPSS
model summary didapatkan besarnya adjusted R² (koefisien determinasi) dan R
(koefisien korelasi). Koefisien determinasi (adjusted R²) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen. Koefisien korelasi (R) menerangkan tentang tingkat hubungan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
variabel X dan Y. Tingkat hubungan disesuaikan dengan interval koefisien seperti
berikut :
Tabel 4.26. Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
(Sumber : Agus Effendi, 2010 :40)
Selain itu akan muncul pula SEE (standar eror estimate), dari sini akan
menunjukan kesalahan yang akan terjadi selama perhitungan, angka SEE semakin
kecil menunjukan bahwa model regresi semakin tepat dalam memprediksi
variabel dependen.
Sedangkan dari tampilan tabel coefficients dapat digunakan untuk
menginterpretasikan koefisien variabel indepanden menggunakan unstandardized
coefficients. Dengan melihat probabilitas signifikansi dibawah 0,05, dari sini
dapat disimpulkan bahwa variabel dependen dipengaruhi oleh variabel
independen. Selain itu juga akan di dapatkan persamaan matematis sesuai analisis
regresi yang digunakan, di dalam penelitian ini liniear dan quadratik.
Dari persamaan matematis konstanta menyatakan bahwa jika variabel
independen dianggap konstan, maka rata-rata Y sebesar konstanta yang di
dapatkan. Koefisien regresi X menyatakan bahwa setiap penambahan sebesar 1%
X akan menurunkan (-) atau menaikan (+) Y sebesar nilai yang didapat pada
koefisien regresi X. Apabila koefisien regresi X kuadrat, hal ini menyatakan
bahwa setiap penambahan sebesar 1% X akan menurunkan (-) atau menaikan (+)
Y secara kuadrat sebesar nilai yang didapat pada koefisien regresi X.
Untuk pengambilan keputusan dapat menggunakan harga signifikansi t
hitung yang dibandingkan dengan signifikansi 5%. Hipotesis yang berlaku :
Ho : tidak signifikan/tidak berarti/tidak ada pengaruh X terhadap Y
Ha : signifikan/berarti/ada pengaruh X terhadap Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Berdasarkan hasil dari membandingkan signifikansi, jika signifikansi 0,000< 0,05.
Dapat dinyatakan Ho ditolak, jadi kesimpulannya ada pengaruh antara X dan Y
yang signifikan. Jika keadaan yang didapat berupa kesebalikannya maka Ho
diterima, jadi kesimpulannya tidak ada pengaruh antara X dan Y.
Dari keseluruhan pengujian regresi baik linear maupun kuadratik akan
didapatkan suatu grafik yang menunjukkan bentuk kelinearan atau kuadratiknya
data tersebut.
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama menyatakan bahwa terdapat pengaruh
penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara (X1) terhadap karakteristik fisis
dan mekanis batu bata (Y).
a. Berat Jenis Batu Bata (Y1)
Tabel 4.27. Tingkat Hubungan dan Pengaruh X1 Terhadap Y1
Variabel Y1 12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
R 0,862 899 851 881
Interpretasi R Sangat kuat Sangat kuat Sangat kuat Sangat kuat
Adjd. R² 0,724 0,793 0,704 0,759
Pengaruh lain
(100% - Adjd. R²)
27,6 20,7 29,6 24,1
Constant 1,574 1,534 1,500 1,484
Reg. X -0,015 -0,015 -0,013 -0,016
Reg. X² 0,000 0,000 0,000 0,000
Sig. koefisien X 0,000 0,000 0,000 0,000
Sig. koefisien X² 0,025 0,014 0,044 0,002
Sig < 0,05 ya ya ya ya
Keputusan Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Kesimpulan yang didapatkan adalah variabel penggantian tanah
liat oleh fly ash berpengaruh terhadap variabel berat jenis batu bata pada
semua lama pembakaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
b. Susut Bakar Batu Bata (Y2)
Tabel 4.28. Tingkat Hubungan dan Pengaruh X1 Terhadap Y2
Variabel Y2 12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
R 0,326 0,867 0,508 0,256
Interpretasi R Rendah Sangat kuat Sedang Rendah
Adjd. R² 0,040 0,734 0,203 -0,003
Pengaruh lain
(100% - Adjd. R²)
96 26,6 79,7 100
Constant 0,918 1,078 1,255 1,429
Reg. X -0,023 -0,028 -0,003 -0,030
Reg. X² 0,001 0,001 0,001 0,001
Sig. koefisien X 0,151 0,000 0,005 0,183
Sig. koefisien X² 0,100 0,000 0,005 0,218
Sig < 0,05 tidak ya ya tidak
Keputusan Tidak ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
Kesimpulan yang didapatkan adalah variabel penggantian tanah
liat oleh fly ash berpengaruh terhadap variabel susut bakar batu bata,
kecuali pada 12 dan 30 jam pembakaran.
c. Porositas Batu Bata (Y3)
Tabel 4.29. Tingkat Hubungan dan Pengaruh X1 Terhadap Y3
Variabel Y3 12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
R 0,530 0,797 0,875 0,855
Interpretasi R Sedang Kuat Sangat kuat Sangat kuat
Adjd. R² 0,227 0,607 0,748 0,712
Pengaruh lain
(100% - Adjd. R²)
77,3 39,3 25,2 28,8
Constant 38,395 37,703 36,505 38,319
Reg. X -0,196 -0,516 -0,409 -0,397
Reg. X² 0,003 0,010 0,009 0,008
Sig. koefisien X 0,004 0,000 0,000 0,000
Sig. koefisien X² 0,011 0,000 0,000 0,000
Sig < 0,05 ya ya ya ya
Keputusan Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Kesimpulan yang didapatkan adalah variabel penggantian tanah
liat oleh fly ash berpengaruh terhadap variabel porositas batu bata pada
semua lama pembakaran.
d. Kuat Tekan Batu Bata (Y4)
Tabel 4.30. Tingkat Hubungan dan Pengaruh X1 Terhadap Y4
Variabel Y4 12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
R 0,797 0,804 0,729 0,673
Interpretasi R Kuat Sangat kuat Kuat Sedang
Adjd. R² 0,598 0,614 0,482 0,385
Pengaruh lain
(100% - Adjd. R²)
40,2 38,6 51,8 61,5
Constant 1,890 1,975 2,509 2,793
Reg. X 0,143 0,171 0,158 0,094
Reg. X² -0,003 -0,004 -0,003 -0,002
Sig. koefisien X 0,000 0,000 0,000 0,003
Sig. koefisien X² 0,000 0,000 0,000 0,002
Sig < 0,05 ya ya ya ya
Keputusan Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Kesimpulan yang didapatkan adalah variabel penggantian tanah
liat oleh fly ash berpengaruh terhadap variabel kuat tekan batu bata pada
semua lama pembakaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
e. Kuat Patah Batu Bata (Y5)
Tabel 4.31. Tingkat Hubungan dan Pengaruh X1 Terhadap Y5
Variabel Y5 12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
R 0,352 0,273 0,573 0,443
Interpretasi R Rendah Rendah Sedang Sedang
Adjd. R² 0,021 -0,049 0,254 0,096
Pengaruh lain
(100% - Adjd. R²)
97,9 100 74,6 90,4
Constant 0,81 0,098 0,159 0,175
Reg. X 0,001 0,003 0,010 0,006
Reg. X² 0,000 0,000 0,000 0,000
Sig. koefisien X 0,673 0,402 0,033 0,221
Sig. koefisien X² 0,413 0,324 0,013 0,115
Sig < 0,05 tidak tidak ya tidak
Keputusan Tidak ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
Kesimpulan yang didapatkan adalah variabel penggantian tanah
liat oleh fly ash berpengaruh terhadap variabel kuat patah batu bata pada
24 jam pembakaran.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua menyatakan bahwa terdapat pengaruh lama
pembakaran (X2) terhadap karakteristik fisis dan mekanis batu bata (Y).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
a. Berat Jenis Batu Bata (Y1)
Tabel 4.32. Tingkat Hubungan dan Pengaruh X2 Terhadap Y1
Variabel Y1 0% 15% 30% 40% 50%
R 215 390 497 362 355
Interpretasi R Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah
Adjd. R² -0,045 0,114 0,212 0,049 0,042
Pengaruh lain
(100% - Adjd. R²)
100 88,6 78,8 95,1 95,8
Constant 1,429 1,393 1,366 1,313 1,288
Reg. X 0,012 -0,006 -0,005 -0,010 -0,012
Reg. X² 0,000 - - 0,000 0,000
Sig. koefisien X 0,463 0,050 0,014 0,366 0,448
Sig. koefisien X² 0,517 - - 0,478 0,574
Sig < 0,05 tidak ya ya tidak tidak
Keputusan Tidak ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
Kesimpulan yang didapatkan adalah variabel lama pembakaran
berpengaruh terhadap variabel berat jenis batu bata pada prosentase
penggantian tanah liat oleh fly ash 15% dan 30%.
b. Susut Bakar Batu Bata (Y2)
Tabel 4.33. Tingkat Hubungan dan Pengaruh X2 Terhadap Y2
Variabel Y2 0% 15% 30% 40% 50%
R 0,749 0,823 0,399 0,238 0,169
Interpretasi R Kuat Sangat kuat Rendah Rendah Sangat rendah
Adjd. R² 0,542 0,663 0,079 -0,033 -0,064
Pengaruh lain
(100% - Adjd. R²)
45,8 33,7 92,1 100 100
Constant 0,574 0,417 0,638 0,673 0,928
Reg. X 0,028 0,023 -0,005 0,015 0,010
Reg. X² - - 0,001 0,000 8,726E-5
Sig. koefisien X 0,000 0,000 0,942 0,837 0,943
Sig. koefisien X² - - 0,784 0,948 0,978
Sig < 0,05 ya ya tidak tidak tidak
Keputusan Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Kesimpulan yang didapatkan adalah variabel lama pembakaran
berpengaruh terhadap variabel susut bakar batu bata pada prosentase
penggantian tanah liat oleh fly ash 0% dan 15%.
c. Porositas Batu Bata (Y3)
Tabel 4.34. Tingkat Hubungan dan Pengaruh X2 Terhadap Y3
Variabel Y3 0% 15% 30% 40% 50%
R 0,509 0,654 0,700 0,372 0,527
Interpretasi R Sedang Kuat Kuat Rendah Sedang
Adjd. R² 0,189 0,374 0,442 0,056 0,244
Pengaruh lain
(100% - Adjd. R²)
81,1 62,6 55,8 94,4 75,6
Constant 45,722 49,679 53,778 43,417 35,763
Reg. X -0,836 1,506 -2,169 -0,842 0,102
Reg. X² 0,019 0,033 0,051 0,019 -
Sig. koefisien X 0,013 0,002 0,000 0,086 0,008
Sig. koefisien X² 0,014 0,004 0,000 0,096 -
Sig < 0,05 ya ya ya tidak ya
Keputusan Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Kesimpulan yang didapatkan adalah variabel lama pembakaran
berpengaruh terhadap variabel porositas batu bata kecuali pada prosentase
penggantian tanah liat oleh fly ash 40%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
d. Kuat Tekan Batu Bata (Y4)
Tabel 4.35. Tingkat Hubungan dan Pengaruh X2 Terhadap Y4
Variabel Y4 0% 15% 30% 40% 50%
R 0,528 0,191 0,481 0,596 0,706
Interpretasi R Sedang Sangat
Rendah
Sedang Sedang Kuat
Adjd. R² 0,242 -0,101 0,113 0,309 0,468
Pengaruh lain
(100% - Adjd. R²)
75,8 100 88,7 69,1 63,2
Constant 1,061 2,078 0,951 1,327 9,42
Reg. X 0,059 0,142 0,334 0,071 0,058
Reg. X² - -0,003 -0,007 - -
Sig. koefisien X 0,012 0,533 0,101 0,015 0,001
Sig. koefisien X² - 0,567 0,127 - -
Sig < 0,05 ya tidak tidak ya ya
Keputusan Ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Kesimpulan yang didapatkan adalah variabel lama pembakaran
berpengaruh terhadap variabel kuat tekan batu bata pada prosentase
penggantian tanah liat oleh fly ash 0%, 40% dan 50%.
e. Kuat Patah Batu Bata (Y5)
Tabel 4.36. Tingkat Hubungan dan Pengaruh X2 Terhadap Y5
Variabel Y5 0% 15% 30% 40% 50%
R 0,542 0,439 0,682 0,388 0,511
Interpretasi R Sedang Sedang Kuat Sedang Sedang
Adjd. R² 0,243 0,193 0,430 0,019 0,126
Pengaruh lain
(100% - Adjd. R²)
75,7 80,7 57 98,1 87,4
Constant 0,005 -0,101 -0,055 -0,141 -0,170
Reg. X 0,006 0,019 0,012 0,020 0,022
Reg. X² - 0,000 - 0,000 0,000
Sig. koefisien X 0,030 0,596 0,003 0,396 0,185
Sig. koefisien X² - 0,728 - 0,493 0,248
Sig < 0,05 ya tidak ya tidak tidak
Keputusan Ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
Ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
Tidak ada
pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Kesimpulan yang didapatkan adalah variabel lama pembakaran
berpengaruh terhadap variabel kuat patah batu bata pada prosentase
penggantian tanah liat oleh fly ash 0%, dan 30%.
3. Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa dapat diketahui prosentase
penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara (X1) dan lama pembakaran batu
bata minimal (X2) yang diperlukan untuk mencapai karakteristik fisis dan
mekanis batu bata sesuai standar (Y).
Dalam hipotesis ketiga ini yang dicari adalah nilai X dari persamaan
yang telah di dapat pada hipotesis sebelumnya. Nilai X diperoleh dengan
menyelesaikan persamaan regresi (dy/dx = 0).
a. Berat Jenis Batu Bata (Y1)
Hasil dari penurunan dy/dx didapatkan prosentase penggantian
tanah liat oleh fly ash dengan berat jenis yang memenuhi standar NI 10
pada lama pembakaran yang minimum.
Tabel 4.37. Hasil Turunan X1 dan Y1
Lama
Pembakaran
(X2) Jam
Persamaan Regresi Prosentase
Fly Ash
(X1) %
Berat Jenis
(Y1)
g/cm³
12 Y = 1,574 – 0,015 X+0,000 X² 0 1,590
18 Y = 1,534 – 0,015 X+0,000 X² 0 1,550
24 Y = 1,500 – 0,013 X+0,000 X² 0 1,520
30 Y = 1,484 – 0,016 X+0,000 X² 0 1,510
Berdasarkan penyelesaian di atas dapat disimpulkan bahwa
untuk mencari prosentase dan lama pembakaran minimal berat jenis tidak
dapat diselesaikan dengan rumus persamaan regresi karena a = 0. Data
yang tertera pada X1 dan Y1 merupakan nilai yang didapat dari analisa
deskriptif. Berikut ini adalah gambar 4.1 kesesuaian berat jenis batu bata
uji dengan standar NI 10. Berat jenis batu bata normal yang disyaratkan
berkisar antara 1,8 – 2,6 g/cm³.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Gambar 4.1. Diagram Batang Kesesuaian Berat Jenis Dengan Standar NI 10
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa berat jenis
tidak memenuhi standar NI 10 untuk berat batu bata normal.
b. Susut Bakar Batu Bata (Y2)
Hasil dari penurunan dy/dx didapatkan prosentase penggantian
tanah liat oleh fly ash dengan susut bakar yang memenuhi standar NI 10
pada lama pembakaran yang minimum.
Tabel 4.38. Hasil Turunan X1 dan Y2
Lama
Pembakaran
(X2) Jam
Persamaan Regresi Prosentase
Fly Ash
(X1) %
Susut Bakar
(Y2) %
12 Y = 0,918 – 0,023 X + 0,001 X² 11,5 0,786
18 Y = 1,078 – 0,028 X + 0,001 X² 14 0,882
24 Y = 1,255 – 0,033 X + 0,001 X² 17 0,962
30 Y = 1,429 – 0,030 X + 0,001 X² 15 1,203
Berikut ini adalah gambar 4.2 kesesuain susut bakar batu bata
uji dengan standar NI 10. Susut bakar tidak boleh lebih dari 3%.
0
0,5
1
1,5
2
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
prosentase fly ash
berat jenis
berat
jenis
(g/cm³)
lama pembakaran (jam)
1,8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Gambar 4.2. Diagram Batang Kesesuaian Susut Bakar Dengan Standar NI 10
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa susut
bakar memenuhi standar NI 10. Sehingga lama minimal yang
dibutuhkan adalah 24 jam dengan susut bakar 0,962 pada prosentase
penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara 17%.
c. Porositas Batu Bata (Y3)
Hasil dari penurunan dy/dx didapatkan prosentase penggantian
tanah liat oleh fly ash dengan porositas yang memenuhi standar NI 10
pada lama pembakaran yang minimum.
Tabel 4.39. Hasil Turunan X1 dan Y3
Lama
Pembakaran
(X2) Jam
Persamaan Regresi Prosentase
Fly ash
(X1) %
Porositas
(Y3) %
12 Y = 38,395 – 0,196 X + 0,003 X² 32,67 35,19
18 Y = 37,703 – 0,516 X + 0,010 X² 25,80 31,05
24 Y = 36,505 – 0,409 X + 0,009 X² 22,70 27,43
30 Y = 38,319 – 0,397 X + 0,008 X² 24,88 33,37
Berikut ini adalah gambar 4.3 kesesuain porositas batu bata uji
dengan standar NI 10. Porositas yang disyaratkan tidak boleh lebih dari
20%.
0
5
10
15
20
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
prosentase fly ash
susut bakar
susut
bakar
(%)
lama pembakaran (jam)
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 4.3. Diagram Batang Kesesuaian Porositas Dengan Standar NI 10
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa porositas
tidak memenuhi standar. Porositas paling rendah adalah pada 24 jam
pembakaran dengan prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash
22,70% dan porositas sebesar 27,43%.
d. Kuat Tekan Batu Bata (Y4)
Hasil dari penurunan dy/dx didapatkan prosentase penggantian
tanah liat oleh fly ash dengan kuat tekan yang memenuhi standar SII
1978 pada lama pembakaran yang minimum.
Tabel 4.40. Hasil Turunan X1 dan Y4
Lama
Pembakaran
(X2) Jam
Persamaan Regresi Prosentase
Fly ash
(X1) %
Kuat Tekan
(Y4)
N/mm²
12 Y = 1,890 + 0,143 X - 0,003 X² 23,83 3,60
18 Y = 1,975 + 0,171 X - 0,004 X² 21,38 3,81
24 Y = 2,509 + 0,158 X - 0,003 X² 26,33 4,60
30 Y = 2,793 + 0,094 X -0,002 X² 23,50 3,90
Berikut ini adalah gambar 4.4 kesesuain kuat tekan batu bata uji
dengan standar SII 1978. Kuat tekan minimum yang harus dicapai batu
bata adalah 2,5 N/mm².
0
5
10
15
20
25
30
35
40
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
prosentase fly ash
porositas
poro
sitas
(%)
lama pembakaran (jam)
2020
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Gambar 4.4. Diagram Batang Kesesuaian Kuat Tekan Dengan SII 1978
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa kuat tekan
memenuhi standar SII 1978. Sehingga lama minimal yang dibutuhkan
untuk mencapai standar SII 1978 adalah 12 jam dengan kuat tekan 3,60
N/mm² pada prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara
23,83%.
e. Kuat Patah Batu Bata (Y5)
Hasil dari penurunan dy/dx didapatkan prosentase penggantian
tanah liat oleh fly ash dengan kuat patah maksimum pada lama
pembakaran optimal.
Tabel 4.41. Hasil Turunan X1 dan Y5
Lama
Pembakaran
(X2) Jam
Persamaan Regresi Prosentase
Fly ash
(X1) %
Kuat Patah
(Y5)
N/mm²
12 Y = 0,081+ 0,001 X + 0,000 X² 30 0,080
18 Y = 0,098 + 0,003X + 0,000 X² 30 0,150
24 Y = 0,159 + 0,010 X + 0,000 X² 30 0,320
30 Y = 0,175 + 0,006 X + 0,000 X² 30 0,240
Berdasarkan penyelesaian di atas dapat disimpulkan bahwa
untuk mencari prosentase dan lama pembakaran minimal kuat patah tidak
dapat diselesaikan dengan rumus persamaan matematis karena a=0. Data
yang tertera pada X1 dan Y5 merupakan nilai yang didapat dari analisa
deskriptif. Berikut ini adalah gambar 4.5 nilai kuat patah batu bata uji.
0
5
10
15
20
25
30
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
prosentase fly ash
kuat tekan
lama pembakaran (jam)
kuat
tekan
(N/mm²)
2,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Gambar 4.5. Diagram Batang Kuat Patah
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa kuat patah
terbesar pada pembakaran 24 jam dengan prosentase penggantian tanah
liat oleh fly ash sebesar 30% dengan kuat patah senilai 0,320 N/mm².
D. Pembahasan Hasil Analisa Data
1. Berat Jenis Batu Bata
Hasil analisa inferensisal dari hipotesis pertama setelah melewati uji
prasyarat analisis menyatakan bahwa, penggantian tanah liat oleh fly ash batu
bara berpengaruh terhadap berat jenis batu bata pada semua lama
pembakaran. Dengan interpretasi sangat kuat pada tingkat hubungannya.
Hipotesis kedua menyatakan lama pembakaran berpengaruh terhadap variabel
berat jenis batu bata pada prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash 15%
dan 30% dengan tingkat hubungan rendah dan sedang. Hipotesis ketiga
menyatakan berat jenis tidak sesuai standar yang ditetapkan oleh NI 10 yaitu
antara 1,8 – 2,6 g/cm³. Untuk mendapatkan prosentase dan berat jenis adalah
dari analisa deskriptif, karena persamaan bernilai a= 0. Dalam penelitian ini,
dengan penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara akan menjadikan batu
bata menjadi lebih ringan karena berat jenis batu bata yang di dapatkan
berkisar antara 1,590 – 1,113 g/cm³. Batu bata tanpa campuran fly ash atau
prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash 0% juga tidak memenuhi
standar NI 10, hal ini disebabkan karena jenis tanah liat yang digunakan
mempunyai sifat kadar air yang tinggi. Tanah yang digunakan dalam
0
5
10
15
20
25
30
35
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
prosentase fly ash
kuat patah
lama pembakaran (jam)
kuat
patah
(N/mm²)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
pembuatan batu bata ini merupakan tanah kohesif, sebagaimana yang telah
dituliskan dalam pengujian bahan, bahwa tanah kohesif ini mempunyai
tingkat sensitifitas tinggi terhadap perubahan kadar air. Pada akhirnya berat
jenis batu bata penggantian tanah liat 0% fly ash juga dipengaruhi oleh sifat
tanah yang digunakan tersebut.
Gambar 4.6 berikut ini digunakan untuk analisa secara deskriptif.
Pertama dengan melihat berat jenis batu bata dan prosentase penggantian
tanah liat oleh fly ash adalah sebagai berikut :
Gambar 4.6. Hubungan Berat Jenis Batu Bata dan Prosentase Penggantian Tanah
Liat Oleh Fly Ash Batu Bara
Setelah melihat gambar hubungan antara berat jenis dan prosentase
penggantian tanah liat oleh fly ash, terlihat berat jenis semakin turun seiring
dengan bertambahnya jumlah fly ash dalam batu bata. Keadaan ini berlaku
bagi setiap jam yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan berat jenis antara
tanah liat dan fly ash batu bara yang berbeda. Berat jenis tanah liat yang telah
melalui uji bahan sebelumnya sebesar 2,70 gr/cm³. Sedangkan menurut
Clarke (1992) dalam Muhardi, dkk (2007), menuliskan berat jenis fly ash batu
bara adalah sebesar 1,90 – 2,7 mg/m³. Ketika fly ash batu bara tersebut
dicampurkan ke dalam adukan tanah liat, fly ash menggantikan isi volume
dari tanah liat, dapat dipastikan berat jenis tanah liat akan digantikan dengan
berat jenis fly ash batu bara. Itulah mengapa ketika sebagian volume dari
tanah liat dalam batu bata digantikan dengan fly ash maka akan mengurangi
berat jenis dari batu bata itu sendiri.
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
0% 15% 30% 40% 50%
berat
jenis
(g/cm³)
prosentase campuran fly ash (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Kedua dengan melihat gambar 4.7 mengenai hubungan berat jenis
batu bata dan lama pembakaran, dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.7. Hubungan Berat Jenis Batu Bata dan Lama Pembakaran
Gambar di atas menunjukan hubungan lama pembakaran batu bata
yang menggunakan campuran fly ash batu bara. Terlihat dari grafik bahwa
semakin lamanya pembakaran dengan suhu pembakaran batu bata tradisional,
maka berat jenis batu bata akan semakin turun. Hal ini dikarenakan sebelum
dilakukan proses pembakaran, batu bata masih memiliki kandungan air.
Kandungan air dalam batu bata ini jika hanya melalui proses pengeringan
oleh panas matahari belum bisa menguap semua secara sempurna. Dengan
dilakukan proses pembakaran, maka panas dari suhu pembakaran tersebut
dapat menguapkan air yang tekandung dalam batu bata. Suwardono (2002)
dalam Masthura (2010) menyatakan tahap pertama pembakaran adalah
penguapan (pengeringan), yaitu pengeluaran air pembentuk, terjadi hingga
temperatur kira – kira 120°C. Sehingga batu bata yang semula masih ada
kandungan air, setelah dibakar air akan menguap. Batu bata yang semula
mempunyai berat kandungan air, setelah dibakar akan kehilangan berat
kandungan air tersebut, hal ini menjadikan batu bata berkurang berat
jenisnya.
Dengan adanya pengurangan berat jenis batu bata, menjadikan batu
bata yang menggunakan fly ash lebih ringan, sehingga dalam batas
penggantian tanah liat oleh fly ash yang tepat dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan konstruksi dinding dengan beban yang ringan.
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
0%
15%
30%
40%
50%
berat
jenis
(g/cm³)
lama pembakaran (jam)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
2. Susut Bakar
Berdasarkan hasil analisis inferensial, hipotesis pertama didapat
bahwa prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash berpengaruh terhadap
variabel susut bakar batu bata, pada 18 dan 24 jam pembakaran. Tingkat
hubungan pada 18 jam sangat kuat, sedangkan 24 jam tingkat hubungan
sedang. Hipotesis kedua menyatakan lama pembakaran berpengaruh terhadap
variabel susut bakar batu bata pada penggantian tanah liat oleh fly ash 0% dan
15%. Pada 0% tingkat hubungan kuat dan 15% tingkat hubungan sangat kuat.
Pada prosentase 30%, 40% dan 50% tidak berpengaruh antara lama
pembakaran terhadap susut bakar batu bata. Dari hipotesis pertama dan kedua
dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan di hipotesis ketiga. Dengan
begitu hipotesis ketiga tidak memakai penurunan dari persamaan yang
didapatkan dari 30 jam pembakaran dan penggantian tanah liat oleh fly ash
lebih dari 30%. Hipotesis ketiga dapat disimpulkan bahwa susut bakar
memenuhi standar NI 10. Sehingga lama minimal yang dibutuhkan adalah 24
jam dengan susut bakar 0,962 pada prosentase penggantian tanah liat oleh fly
ash batu bara 17%.
Adanya susut bakar yang rendah maka batu bata dengan penggatian
tanah liat oleh fly ash ini dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Dalam pembuatan
batu bata di masyarakat nantinya, cetakan batu bata dapat dilebihkan agar
penyusutan tidak mempengaruhi ukuran akhir yang disyaratkan. Jika dengan
tanah yang plastisitasnya tinggi saja susut bakar batu bata dengan bahan
pengganti tanah liat berupa fly ash ini sudah bisa memenuhi standar NI 10,
dapat diprediksi jika menggunakan tanah dengan plastisitas rendah atau
sedang, batu bata dengan bahan pengganti tanah liat berupa fly ash akan
semakin bisa mempertahankan diri dari perubahan bentuk.
Analisis deskriptif dengan melihat gambar 4.8 mengenai hubungan
antara prosentase fly ash dan susut bakar adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Gambar 4.8. Hubungan Susut Bakar Batu Bata dan Prosentase Penggantian tanah
Liat Oleh Fly Ash Batu Bara
Tanah liat mengalami dua kali penyusutan, yakni susut kering (setelah
mengalami proses pengeringan) dan susut bakar (setelah mengalami proses
pembakaran). Penyusutan terjadi karena menguapnya air selaput pada
permukaan dan air pembentuk atau air mekanis sehingga butiran – butiran
tanah liat menjadi rapat (Mastura, 2010).
Pemakaian fly ash pada variasi yang berbeda akan mengurangi
penyusutan batu bata pada penyusutan kering dan penyusutan bakar terhadap
batu bata tanpa fly ash. Namun hal ini hanya mencapai 30% penggantian tanah
liat oleh fly ash saja, setelah 40% dan 50% terjadi kenaikan penyusutan. Pada
15% dan 30% prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash terjadi penurunan
penyusutan, hal ini disebabkan adanya butiran abu terbang yang tidak
menyerap air dan butiran abu terbang yang kasar dibandingkan dengan
lempung tanpa abu terbang yang berpengaruh terhadap kembang susutnya
(Muhardi, dkk. 2007). Dari pemerikasaan bahan sebelumnya tanah liat
menunjukan hasil plastisitas tinggi. Tanah dengan plastisitas tinggi pada
umumnya memiliki prosentase penyusutan tinggi pula (Daryanto, 1994 dalam
Masthura, 2010). Sehingga pada prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash
15% dan 30% dapat menggantikan volume tanah dan mengurangi sifat
plastisnya yang terlalu tinggi, maka mampu mengurangi penyusutan. Keadaan
yang berbeda ditunjukkan pada prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash
40% dan 50%, pada prosentase ini malah meningkatkan penyusutan. Walaupun
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
0% 15% 30% 40% 50%
12 jam
18 jam
24 jam
30 jam
susut
bakar
(%)
prosentase campuran fly ash (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
pada penggantian sampai 30% dapat mengurangi, tapi setelah masuk 40%
penyusutan naik, hal ini dikarenakan kandungan tanah liat yang berkurang
mengakibatkan fly ash berkurang selimutnya. Sebelumya terjadi ikatan antara
lempung dan fly ash yang sudah sempurna, jika diganti 10% atau lebih fly ash
lagi akan melemahkan ikatan lempung dengan fly ash. Sehingga ketika dibakar,
10% atau lebih fly ash tidak bisa terikat sempurna dengan lempung, fly ash
tidak dapat mempertahankan diri ketika dibakar dan hilang karena sifatnya
seperti karbon. Dimana sifat karbon adalah menguap ketika dibakar. Ruang
yang ditinggalkan oleh fly ash itu akhirnya digantikan oleh lempung yang
semakin merapat, sehingga susut bakar pada 40% dan 50% semakin banyak.
Hubungan antara lama pembakaran dan susut bakar dapat dilihat pada
gambar 4.9 :
Gambar 4.9. Hubungan Susut Bakar Batu Bata dan Lama Pembakaran
Suhu bakar berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu
kondisi benda yang telah mencapai kematangan pada suhu tertentu secara tepat
tanpa mengalami perubahan bentuk, sehingga dapat dikatakan tanah liat
tersebut memiliki kualitas kemampuan bakar (Daryanto, 1994 dalam Mastura,
2010). Suwardono (2002) dalam Mastura (2010), menyatakan partikel tanah
liat sebelum dibakar mempunyai dua permukaan terpisah yang berdekatan,
setelah terbakar, butir-butir mempunyai satu batas, gaya gerak untuk
pembakaran adalah pengurangan luas permukaan.
Dalam proses pembakaran tanah liat akan mengalami proses
perubahan (ceramic change) pada suhu sekitar 600ºC, dengan hilangnya air
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
0%
15%
30%
40%
50%
lama pembakaran (jam)
susut
bakar
(%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
pembentuk dari bahan benda (Daryanto, 1994 dalam Mastura, 2010). Namun
disini keadaanya batu bata mengalami penyusutan (tidak dapat
mempertahankan bentuk) seiring dengan bertambahnya lama pembakaran pada
semua prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash. Hal ini dikarenakan
selama proses pembakaran terjadi pendekatan antar partikel, atau partikel
lempung dan fly ash semakin merapat. Merapatnya partikel – partikel ini
karena untuk mengisi rongga – rongga yang kosong, setelah ditinggalkan
kandungan air karena menguap dan fly ash yang habis karena terbakar. Maka
susut bakar akan semakin bertambah dengan semakin banyaknya waktu yang
digunakan selama pembakaran pada suhu pembakaran batu bata tradisional.
Susut bakar ini mempengaruhi perubahan dimensi pada batu bata, sehingga
apabila akan memproduksi batu bata sebaiknya diprediksi terlebih dahulu
mengenai susut kering dan susut bakar yang akan mengurangi dimensi batu
bata.
3. Porositas
Melihat hasil analisis inferensial, hipotesis pertama menyatakan
bahwa terdapat pengaruh antara prosentase penggantian tanah liat oleh fly
ash terhadap porositas batu bata pada semua lama pembakaran. Pada 12 jam
dengan tingkat hubungan sedang, 18 jam dengan tingkat hubungan kuat, 24
dan 30 jam sangat kuat. Hasil hipotesis kedua yang menyatakan lama
pembakaran berpengaruh terhadap variabel porositas batu bata kecuali pada
prosentase fly ash 40%. Tingkat hubungan pada 0% sedang, 15% kuat, 30%
kuat dan 50% sedang. Tidak adanya pengaruh pada 40% penggantian tanah
liat oleh fly ash, karena perubahan kadar air dari waktu ke waktu tidak
signifikan. Dari hipotesis ketiga ternyata porositas dari batu bata tidak masuk
dalam standar NI 10. Dalam penelitian ini porositas batu bata mencapai lebih
dari 30%. Menurut Yudha Romadhona (2007) dalam Masthura (2010) bahwa
penyerapan disyaratkan tidak melebihi dari 20%, dan berat jenis batu bata
normal berkisar antara 1,8 – 2,6 gr/cm3. Porositas paling rendah adalah pada
24 jam pembakaran dengan prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash
22,70% dengan porositas sebesar 27,43%. Dengan demikian ada hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
antara berat jenis batu bata dengan porositas, dapat dilihat dari uji berat jenis
batu bata yang tidak memenuhi standar maka porositasnya juga tidak
memenuhi standar.
Analisis deskriptif dengan melihat gambar 4.10 hubungan antara
prosentase fly ash dan porositas adalah sebagai berikut :
Gambar 4.10. Hubungan Porositas Batu Bata dan Prosentase Penggantian Tanah
Liat Oleh Fly Ash Batu Bara
Porositas adalah prosentase penyerapan air oleh batu bata. Porositas
berkurang sampai prosentase fly ash 30% jika dibandingkan terhadap batu
bata tanpa fly ash. Namun pada pemakaian fly ash 40% dan 50%
memperlihatkan keadaan batu bata yang rapuh setelah perendaman dalam air
selama 2x24 jam. Porositas ini sejalan dengan susut bakar batu bata, yang
juga mengalami optimal pada 30%. Prosentase porositas ditentukan oleh jenis
bahan, kehalusan unsur bahan, penggantian tanah liat oleh fly ash, kepadatan
dinding bahan, serta suhu bakarnya. Seperti gambar 4.11. berikut ini adalah
gambaran dari tanah liat tanpa fly ash (a), lalu jika diberi campuran fly ash (b)
dan tanah liat serta fly ash yang dibakar (c), dalam gambar 4.11 terlihat jika
tanah liat tanpa fly ash akan menyisakan rongga – rongga kosong, setelah
ditambah fly ash rongga yang kosong tadi di isi oleh butiran fly ash, dan
setelah dibakar maka butiran fly ash dan tanah liat akan merapat :
29,00
31,00
33,00
35,00
37,00
39,00
0% 15% 30% 40% 50%
12 jam
18 jam
24 jam
30 jam
prosentase campuran fly ash (%)
porositas(%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
(a) (b)
(c)
Gambar 4.11. Proses Bercampurnya Fly Ash dan Tanah Liat
(Sumber : M.Abdullah, dkk, 2009)
Pada prosentase 0%, 15% dan 30% terjadi pengurangan porositas hal
ini disebabkan karena rongga – rongga yang berada di dalam batu bata
menjadi berkurang dengan ditambahkannya fly ash dalam batu bata. Batu bata
menjadi padat, sehingga pada saat proses perendaman batu – bata tidak
banyak menyerap air.
Berbeda halnya dengan prosentase 40% dan 50%, terjadi
peningkatan pada porositas batu bata. Mengingat fly ash adalah material yang
kedap air maka ketika proses pembuatan, saat fly ash dan tanah liat dicampur
akan sulit menjadi homogen. Dengan ringannya berat jenis fly ash, maka
ketika ditambahkan air sebagai material untuk mempermudah pencampuran,
fly ash tersebut lari – lari. Sehingga penambahan air untuk membuat agar
tanah liat dan fly ash bisa homogen terus dilakukan, dengan demikian
kandungan air pada prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash 40% dan
50% meningkat. Fly ash pada 40% dan 50% sudah mengalami kesulitan
dalam proses pencampuran dengan tanah liat. Hal ini mengakibatkan
terjadinya rongga – rongga pada batu bata setelah proses pengeringan dan
pembakaran yang ditinggalkan oleh air yang menguap. Meskipun partikel fly
ash dan tanah liat akan merapat dan mengisi rongga tersebut, namun karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
terlalu banyaknya air sampai pada saat selesai pembakaran, ikatan antar
partikel fly ash dan tanah liat tidak sempurna.
Hubungan antara lama pembakaran dan porositas dapat dilihat pada
gambar 4.12 sebagai berikut:
Gambar 4.12. Hubungan Porositas Batu Bata dan Lama Pembakaran
Porositas berhubungan dengan sifat tanah liat yaitu slaking.
Daryanto, (1994) dalam Masthura, (2010) mengatakan, slaking merupakan
sifat tanah liat yaitu dapat hancur dalam air menjadi butiran – butiran halus
dalam waktu tertentu pada suhu udara biasa. Makin kurang daya ikat tanah
liat semakin cepat hancurnya. Sifat slaking ini berhubungan dengan
pelunakan tanah liat dan penyimpanannya. Tanah liat yang keras
membutuhkan waktu lama untuk hancur, sedangkan tanah liat yang lunak
membutuhkan waktu lebih cepat. Secara umum porositas turun hingga
pembakaran 24 jam, hal ini dikarenakan ikatan antar lempung dan fly ash
rapat akibat pembakaran. Pada 30 jam terjadi kenaikan porositas hal ini
disebabkan terjadinya rongga – rongga karena hilangnya fly ash.
Pada 0% terjadi penurunan porositas sampai 30 jam pembakaran, hal
ini disebabkan karena material lempung menyatu. Suwardono, (2002) dalam
Masthura, (2010) menyatakan, tahap oksidasi terjadi pembakaran sisa – sisa
tumbuhan yang terdapat di dalam tanah liat, proses ini berlangsung pada
temperatur 650 – 800°C. Inilah mengapa terjadi penurunan porositas pada 30
jam pembakaran, karena pada tahap pembakaran ini batu bata tanpa adanya
tambahan material lain pada tanah liat akan merapatkan tanah. Sedangkan
29,00
31,00
33,00
35,00
37,00
39,00
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
0%
15%
30%
40%
50%
lama pembakaran (jam)
porositas(%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
untuk prosentase 30% turun pada pembakaran 18 jam, hal ini karena pada
suhu di 18 jam pembakaran, batu bata sudah rapat, dan apabila ditambah
waktu pembakaran lagi maka akan membuat fly ash ikut terbakar dan
menyisakan rongga.
Adanya pengurangan porositas menjadikan batu bata yang
menggunakan fly ash lebih ringan dan padat sehingga dalam batas
penggantian tanah liat oleh fly ash yang tepat dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan terutama untuk pasangan dinding agar bata tidak terlalu
banyak dalam menyerap air dari spesi.
4. Kuat Tekan
Hasil analisis inferensial, hipotesis pertama menyatakan bahwa
prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash berpengaruh terhadap kuat
tekan batu bata pada semua lama pembakaran. Dengan tingkat hubungan 12
dan 24 jam adalah kuat, 18 jam adalah sangat kuat dan 30 jam adalah sedang.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa lama pembakaran berpengaruh pada kuat
tekan batu bata pada prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash sebesar
0%, 40% dan 50%, dengan tingkat hubungan berturut – turut sedang, sedang
dan kuat. Hipotesis ketiga dapat disimpulkan bahwa kuat tekan memenuhi
standar SII 1978. Standar kuat tekan minimal yang disyaratkan SII 1978
adalah 2,5 N/mm². Pada penelitian ini, lama minimal pembakaran yang
dibutuhkan adalah 12 jam dengan kuat tekan 3,60 N/mm² pada prosentase
penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara 23,83%, sudah memenuhi
standar SII 1978. Sedangkan batu bata pada penggantian tanah liat oleh fly
ash 0%, selama 12 jam pembakaran dengan kuat tekan 1,82 N/mm², kuat
tekan belum memenuhi standar minimal SII 1978. Dengan demikian dapat
dipastikan penambahan fly ash batu bara dapat mempercepat lama
pembakaran batu bata hingga mencapai kuat tekan yang memenuhi standar.
Kuat tekan merupakan sifat mekanis batu bata, sifat mekanis batu
bata dipengaruhi oleh sifat fisis batu bata itu sendiri. Gambar 4.13 berikut
adalah hubungan antara kuat tekan dan prosentase fly ash :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Gambar 4.13. Hubungan Kuat Tekan Batu Bata dan Prosentase Penggantian
Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara
Secara umum kuat tekan mencapai nilai optimal pada 30%
penggantian tanah liat oleh fly ash. Sampai 30% penggantian tanah liat oleh
fly ash pada batu bata merupakan material yang sudah padat, kepadatan pada
batu bata disebabkan karena campuran yang homogen antara fly ash, lempung
dan air. Hal ini juga berhubungan dengan sifat fisis batu bata tanah liat yaitu
porositas. Semakin banyak porositas yang terdapat pada benda uji maka
semakin rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya (Mastura, 2010).
Keadaan pada penelitian ini ternyata pada 12 jam mencapai porositas sebesar
35,19% dimana tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan NI 10, namun
demikian batu bata fly ash dengan porositas sebesar itu dapat mencapai kuat
tekan 3,60 N/mm² (kuat tekan sesuai standar SII 1978), disini dapat dilihat
bahwa fly ash sangat berperan, karena mempunyai sifat self cementing. Sri
Prabandiyani Retno Wardani (2008), menyatakan bawha fly ash mempunyai
sifat pozolanic dan mempunyai sifat self-cementing (kemampuan untuk
mengeras dan menambah strength apabila bereaksi dengan air) dengan
catatan campuran homogen.
Meskipun fly ash mempunyai sifat self cementing, tapi apabila
dibakar maka fly ash yang mempunyai sifat tersebut akan ikut terbakar jika
prosentase yang digunakan lebih dari 30%, karena ikatan yang terjadi antara
fly ash, tanah liat dan air tidak homogen, yang disebabkan karena sulitnya
proses pencampuran. M.Abdulllah, dkk, (2009) mengungkapkan bahwa tanpa
11,5
22,5
33,5
44,5
55,5
0% 15% 30% 40% 50%
12 jam
18 jam
24 jam
30 jam
prosentase campuran fly ash (%)
kuat
tekan
(N/mm)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
karbon, ruang antar partikel clay berupa ruang kosong. Gaya ikat yang
terbentuk hanya gaya ikat antar partikel clay. Dengan menambahkan sedikit
karbon, partikel-partikel karbon mulai mengisi ruang antar partikel clay.
Akibatnya muncul ikatan baru yang bekerja pada partikel clay, yaitu ikatan
antara partikel clay dan ikatan antara partikel clay dan partikel karbon. Jika
karbon ditambah lebih lanjut maka makin banyak terbentuk ikatan antara
partikel clay dan partikel karbon sehingga kekutan batu bata makin
meningkat. Jika karbon diperbanyak lagi maka mulai muncul ikatan antar
karbon itu sendiri. Dengan demikian kehadiran ikatan antara karbon-karbon
akan memperlemah keramik. Penambahan karbon makin banyak,
menyebabkan jumlah ikatan antar karbon makin banyak pula sehingga
keramik makin rapuh.
Hubungan antara lama pembakaran dan kuat tekan dapat dilihat pada
gambar 4.14 sebagai berikut:
Gambar 4.14. Hubungan Kuat Tekan Batu Bata dan Lama Pembakaran
Kuat tekan juga berhubungan dengan susut bakar serta rongga –
rongga yang terdapat pada batu bata. Kuat tekan memperhitungkan luas
permukaan batu bata, sehingga semakin luas permukaan batu bata akan
semakin tinggi kuat tekan yang dicapai. Pada 24 jam kuat tekan dengan
prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash mencapai titik optimal,
keadaan ini sama dengan sifat fisis pada porositas. Pada 24 jam ikatan antar
material lempung, fly ash dan air mencapai kepadatan yang optimal, sehingga
ketika diuji tekan kekuatannya paling besar. Ketika menuju ke pembakaran
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
lama pembakaran (jam)
kuat
tekan
(N/mm²)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
30 jam karena kehilangan karbon maka ketika diuji kuat tekan, rongga –
rongga yang ditinggalkan fly ash mempengaruhi kekuatan batu bata.
Penyebab hilangnya fly ash tersebut diakibatkan oleh perubahan karbon (fly
ash) yang menguap akibat panas pembakaran. Makin lama pembakaran maka
jumlah karbon dalam batu bata makin sedikit, karena sebagian telah
menguap.
Kuat tekan yang dicapai batu bata, sudah bisa menggambarkan
kualitas batu bata tersebut. Dengan kuat tekan yang sudah bisa mencapai
standar SII 1978 pada pembakaran 12 jam maka dapat menekan lama
pembakaran yang biasa dilakukan selama 2 hari kini bisa dilakukan 1 hari.
5. Kuat Patah
Hasil analisis inferensial, hipotesis pertama mendapatkan
kesimpulan bahwa prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash
mempengaruhi kuat patah batu bata, pada 24 jam pembakaran. Dengan
tingkat hubungan sedang. Hipotesis kedua menyatakan lama pembakaran
berpengaruh terhadap variabel kuat patah batu bata pada prosentase fly ash
0% dengan tingkat hubungan sedang, dan 30% dengan tingkat hubungan
kuat. Pada prosentase 15%, 40% dan 50% tidak ada pengaruh terhadap lama
pembakaran. Tidak adanya pengaruh dikarenakan sedikitnya perubahan
kekuatan patah dari waktu ke waktu saat pembakaran. Sedangakan pada
hipotesis ketiga tidak dapat diturunkan dan dicari nilai prosentase
penggantian tanah liat oleh fly ash dan nilai kuat patah pada pembakaran
minimal, karena a = 0. Jadi nilai kuat patah didapat dari analisa diskriptif,
yaitu 24 jam pembakaran mencapai lama pembakaran optimal pada 30%
prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash untuk kuat patah sebesar 0,320
N/mm².
Analisa deskriptif pertama dengan melihat gambar 4.15 hubungan
antara prosentase dan kuat patah adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Gambar 4.15. Hubungan Kuat Patah Batu Bata dan Prosentase Penggantian Tanah
Liat Oleh Fly Ash Batu Bara
Kekuatan Patah sering juga disebut dengan Modulus of Rapture
(MOR) yang menyatakan ukuran ketahanan material terhadap tekanan
mekanis dan tekanan panas (thermal Stress) selama penggunaannya
(Masthura, 2010). Kekuatan patah ini berkaitan dengan komposisi, struktur
material, pori-pori, dan ukuran butiran. Kuat patah karena merupakan sifat
mekanis batu bata maka dalam hasil penelitian menunjukan hasil yang sama
dengan kuat tekan yaitu optimal pada prosentase fly ash 30%, dan mengalami
penurunan setelah 30%. Kepadatan batu bata mempengaruhi ketahanan patah
batu bata, semakin padat dan keras maka semakin sulit untuk mematahkan
batu bata. Selain kepadatan, kuat patah juga dipengaruhi oleh lebar dan tebal
batu bata, semakin padat dan tebal batu bata kuat patah semakin bagus.
Kedua dengan melihat gambar 4.16 hubungan antara lama
pembakaran dan porositas adalah sebagai berikut:
Gambar 4.16. Hubungan Kuat Patah Batu Bata dan Lama Pembakaran
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0% 15% 30% 40% 50%
12 jam
18 jam
24 jam
30 jam
prosentase campuran fly ash (%)
kuat
patah
(N/mm²)
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
12 jam 18 jam 24 jam 30 jam
0%
15%
30%
40%
50%
lama pembakaran (jam)
kuat
patah
(N/mm²)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Kuat patah optimal terjadi pada 24 jam pada semua semua
prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash. Dilihat pada 12 jam sampai 24
jam mengalami kenaikan kuat patah karena batu bata dalam keadaan padat
dan keras, akibat merapatnya antar material lempung dan fly ash. Apabila
proses pengeringan terlalu cepat dalam artian panas sinar matahari terlalu
menyengat akan mengakibatkan retakan-retakan pada batu bata nantinya
(Suwardono, 2002 dalam Masthura, 2010). Pemanasan dapat mengakibatkan
batu bata retak (Perpustakaan UPI). Hal ini mengapa pada saat 30 jam
pembakaran, batu bata sudah mulai menurun, karena panasnya pembakaran
pada 30 jam sudah membuat batu bata retak sebelum diuji. Selain itu juga
tejadi kerusakan bau bata pada 12, 18 dan 24 jam, hal ini dikarenakan cuaca
saat pengeringan batu bata yang ekstrim. Pada siang hari matahari sangat
terik, ketika menjelang sore tiba – tiba cuaca mendung. Cuaca seperti ini
sangat berpotensi untuk meretakkan batu bata hingga batu bata menjadi rusak
dan rapuh. Batu bata yang rapuh apabila dilakukan pengujian, mesin uji
hingga tidak dapat membaca kekuatan yang terjadi karena kekuatannya
sangat rendah akibat fisik batu bata yang sudah rapuh didalam maupun
diluarnya.
Secara umum kuat patah bertambah hingga 30% penggantian tanah
liat oleh fly ash dengan lama pembakaran 24 jam. Bertambahnya kekuatan
patah dapat mengurangi kerugian konsumen saat pengangkutan batu bata.
Seringnya terjadi patah saat pengangkutan mengakibatkan berkurangnya batu
bata yang bisa digunakan sebagai bahan bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel batu bata
dengan ukuran 230x11x5 mm, didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggantian tanah liat oleh variasi prosentase fly ash batu bara berpengaruh pada
karakteristik fisis dan mekanis batu bata.
2. Penggantian tanah liat oleh variasi prosentase fly ash batu bara dapat
mempercepat pembakaran batu bata.
3. Penggantian fly ash untuk mencapai karakteristik fisis dan mekanis batu bata
yang sesuai standar dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Berat Jenis
Berat jenis batu bata dengan penggantian fly ash lebih ringan
daripada batu bata tanpa penggantian fly ash, serta lebih ringan dari batu bata
yang distandarkan NI 10. Nilai berat jenis dalam lama pembakaran 12 jam, 18
jam, 24 jam dan 30 jam berkisar antara 1,590 g/cm³ – 1,113 g/cm³.
b. Susut Bakar
Prosentase susut bakar dan prosentase penggantian tanah liat oleh fly
ash untuk 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam berturut – turut sebagai berikut
0,786% pada 11,5%; 0,882 pada 14%, 0,962% pada 17% dan 1,203% pada
15%. Dari seluruh sempel uji memenuhi standar susut bakar batu bata (3%).
c. Porositas
Pada 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam prosentase dan porositas
berturut – turut adalah sebagai berikut 32,67% sebesar 35,19%; 25,80%
sebesar 31,05%; 22,70% sebesar 27,43% dan 24,88% sebesar 33,37%.
Keseluruhan sempel uji mencapai porositas diatas 20%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
d. Kuat Tekan
Pada 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam prosentase dan kuat tekan
adalah 23,83% sebesar 3,60 N/mm²; 21,38% sebesar 3,81 N/mm²; 26,33%
sebesar 4,60 N/mm² dan 23,50% sebesar 3,90 N/mm². Keseluruhan lama
pembakaran memenuhi standar kuat tekan batu bata minimal (2,5N/mm²).
e. Kuat Patah
Kecenderungan kuat patah optimal pada 30% untuk semua lama
pembakaran. Pada 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam berturut – turut adalah
sebagai berikut 0,080 N/mm², 0,150 N/mm², 0,320 N/mm² dan 0,240 N/mm².
Lama pembakaran 24 jam adalah pembakaran paling optimal mencapai kuat
patah.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan hasil penelitian dikaji implikasi yang dapat
ditimbulkan sebagai berikut:
1. Fly ash dapat digunakan untuk bahan pengganti sebagian tanah liat pada
pembuatan batu bata tradisional.
2. Produsen batu bata akan lebih cepat memproduksi batu bata karena lama
pembakaran berkurang, sehingga kebutuhan bahan bangunan saat pembangunan
meningkat bisa terpenuhi tanpa terkendala oleh keterlambatan datangnya batu
bata.
3. Mengurangi pencemaran limbah B3 yaitu fly ash terhadap lingkungan, serta
meningkatkan nilai jual fly ash.
4. Adanya kelemahan pada pembakaran batu bata tradisional karena panas
pembakaran tidak merata dan stabil. Hal tersebut menyebabkan ada batu bata
yang terbakar dengan baik dan ada juga yang terbakar kurang baik, sehingga ada
batu bata yang rusak akibat kurang pemanasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
C. Saran
Berdasarkan penelitian dan implikasi di atas tindak lanjut yang harus
dilakukan adalah :
1. Penelitian lanjutan dengan penggantian tanah liat oleh bottom ash atau dengan
limbah yang lain.
2. Penelitian lanjutan mengukur suhu pembakaran tradisional per lama pembakaran.
3. Penelitian lanjutan menggunakan ukuran cetakan sampel uji dengan
memperhitungkan penyusutan selama proses pembuatan, agar hasil akhir dari
sampel tidak menyimpang jauh dari ukuran dimensi batu bata yang disyaratkan.
4. Penelitian lanjutan dengan menggunakan tungku pembakaran modern agar panas
pembakaran dapat dikontrol dengan mudah.