PENGARUH PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI...
Transcript of PENGARUH PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI...
-
PENGARUH PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI DENGAN DISTRIBUSI ZAKAT SEBAGAI
VARIABEL MODERASI TERHADAP KEMISKINAN DI
PULAU JAWA TAHUN 2012-2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun oleh
FITALIA INDAHSARI
NIM: 63020150028
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
-
iii
PENGARUH PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI DENGAN DISTRIBUSI ZAKAT SEBAGAI
VARIABEL MODERASI TERHADAP KEMISKINAN DI
PULAU JAWA TAHUN 2012-2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun oleh
FITALIA INDAHSARI
NIM: 63020150028
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
-
iv
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jalan Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721 Telepon (0298) 323706 Fax(0298)323433
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya,
maka skripsi Saudari:
Nama : FITALIA INDAHSARI
NIM : 63020-15-0001
Prodi : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul : Pengaruh Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi Dengan
Distribusi Zakat Sebagai Variabel Moderasi Terhadap
Kemiskinan di Pulau Jawa Tahun 2012-2017.
Dapat diajukan dalam sidang munaqosah Skripsi.
Demikian surat ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 04 April 2019
Pembimbing
Dr. H. Abdul Aziz Nugraha Pratama, S.Ag., M.M.
NIP. 19701028 200003 1 001
http://www.iainsalatiga.ac.id/
-
v
PENGESAHAN KELULUSAN
-
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : FITALIA INDAHSARI
NIM : 63020150001
Jurusan : S1 Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul Skripsi : Pengaruh Pengangguran dan Pertumbuhan
Ekonomi Dengan Distribusi Zakat Sebagai
Variabel Moderasi Terhadap Tingkat Kemiskinan
Se-Pulau Jawa Tahun 2012-2017
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan
karya ilmiah yang telah lazim.
Salatiga, 2 Mei 2019
Penulis,
FITALIA INDAHSARI
NIM 63020150001
-
vii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : FITALIA INDAHSARI
NIM : 63020150001
Jurusan : S1 Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Dengan ini saya menyatakan bahwa judul skripsi “Pengaruh Pengangguran dan
Pertumbuhan Ekonomi Dengan Distribusi Zakat Sebagai Variabel Moderasi
Terhadap Tingkat Kemiskinan Se-Pulau Jawa Tahun 2012-2017” benar bebas dari
plagiat, dan apabila pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan berlaku. Demikin pernyataan ini saya buat
untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 2 Mei 2019
Penulis,
FITALIA INDAHSARI
NIM 63020150001
-
viii
DECLARATION
In the name of Allah the most gracious and merciful.
Hereby the writer fully declares that the graduating paper is made by the writer
himself, and it is not contained the materials writers or has been published bu
other people and others, people ideas except the information from the references.
The writer is capable to account for graduating paper if in the future it can
proved of containing other’s ideas or fact the writer imitated to others’
graduating paper.
Like wise the declaration made by the writer and she hopes that this declaration
can be understood.
Salatiga, 2 Mei 2019
The writer
FITALIA INDAHSARI
NIM. 63020150001
-
ix
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : FITALIA INDAHSARI
NIM : 63020150001
Jurusan : S1 Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul Skripsi : Pengaruh Pengangguran dan Pertumbuhan
Ekonomi Dengan Distribusi Zakat Sebagai
Variabel Moderasi Terhadap Tingkat Kemiskinan
Se-Pulau Jawa Tahun 2012-2017
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini diperkenakan untuk dipublikasikan
pada e-repository IAIN Salatiga. Demikian surat pernyataan ini saya buat, apabila
dikemudian hari terbukti karya saya ini bukan karya saya sendiri, maka saya
sanggup menanggup semua konsekuensinya.
Salatiga, 2 Mei 2019
Penulis,
Kharissa Dinna Kartika
NIM 63020150075
-
x
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan (94/Al-Insyiroh:6)
PERSEMBAHAN
Untuk Ibu dan Bapakku,
Untuk adikku,
Untuk sahabat-sahabatku
-
xi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarrakatuh,
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat, taufiq,
hidayah dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW.
beserta keluarga dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan kebenaran
dengan perantara agama Islam.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak, dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Dr. Abdul Aziz NP, M.M. selaku Pembimbing Skripsi yang telah sabar
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar Lc., M.SI. selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
-
xii
5. Agung Guritno, M.Pd. selaku pembimbing akademik, terimakasih untuk
pengarahan-pengarahan selama menjadi mahasiswa, semoga ilmu yang
telah diberikan bermanfaat dan menjadi amal jariyah.
6. Seluruh Dosen dan Staf IAIN Salatiga yang telah membantu penulis dalam
menempuh studi selama ini
7. Kedua Orang Tuaku Ibu Sulimah dan Bapak Fauzan, yang selalu memberi
motivasi serta doa restunya, serta adikku Silviana Febiyanti.
8. Sahabat-sahabatku Afroul „Aini, Izza Rossalia, Mei Fatmawati Dwi
Prastiwi, Dhea Prihanti, Kharisa Dina Kartika, Aisyah Amalia, Febi
Fitriana, Feri Fajar Wanto, yang telah memberi banyak motivasi dan
dukungan selama proses pembuatan skripsi.
9. Keluarga Besar Ekonomi Syari‟ah-S1 2015 dan Semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, semua itu karena keterbatasan penulis. Kritik dan saran
sangat diharapkan guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Salatiga, 04 April 2019
Penulis
-
xiii
ABSTRAK
Indahsari, Fitalia. 2019. Pengaruh Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi (PDRB),
terhadap Kemiskinan di Pulau Jawa Tahun 2012-2017 dengan Zakat
sebagai Variabel Moderasi. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi S1 Ekonomi Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr.
Abdul Aziz NP, M.M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengangguran,
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), dan Zakat sebagai variabel moderasi terhadap
kemiskinan di pulau Jawa pada tahun 2012-2017. Penelian ini menggunakan data
sekunder berbentuk panel. Data tahunan pengangguran, pertumbuhan ekonomi
(PDRB), zakat, dan kemiskinan tahun 2012-2017 di enam provinsi yang berada di
pulau Jawa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan alat bantu
aplikasi Eviews 9. Berdasarkan hasil analisis pengangguran berpengaruh positif
dan signifikan, PDRB berpengaruh positif dan tidak signifikan, zakat mampu
memoderasi pengangguran dan zakat tidak mampu memoderasi pertumbuhan
ekonomi (PDRB).
Kata Kunci: Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Zakat, Kemiskinan
-
xiv
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 14
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 14
D. Kegunaan Penelitian................................................................................. 155
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 15
BAB II ....................................................................................................................17
LANDASAN TEORI .............................................................................................17
A. Telaah Pustaka ........................................................................................... 17
B. Kerangka Teori........................................................................................... 23
1. Teori Kemiskinan ................................................................................... 23
2. Definisi Kemiskinan ............................................................................... 25
3. Indikator Kemiskinan ............................................................................. 27
4. Pengangguran ......................................................................................... 29
5. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................... 35
6. Zakat ....................................................................................................... 46
-
xv
C. Kerangka Penelitian ................................................................................... 62
D. Hipotesis ..................................................................................................... 62
BAB III ..................................................................................................................67
METODE PENELITIAN .......................................................................................67
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 67
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 67
1. Lokasi Penelitian .................................................................................... 67
2. Waktu Penelitian .................................................................................... 67
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 68
1. Populasi .................................................................................................. 68
2. Sampel .................................................................................................... 68
3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 69
D. Definisi Operasional dan Indikator ............................................................ 70
E. Uji Instrumen Penelitian ............................................................................ 71
F. Alat Analisis ............................................................................................... 72
1. Analisis Deskriptif .................................................................................. 72
3. Pemilihan Estimasi Model Data Panel ................................................... 75
4. Uji Hipotesis ........................................................................................... 77
5. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 79
BAB IV ..................................................................................................................82
ANALISIS DATA .................................................................................................82
A. Statistik Deskriptif ..................................................................................... 82
1. Pengangguran di pulau Jawa tahun 2012-2017 ...................................... 82
2. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di pulau Jawa tahun 2012-2017 .......... 83
3. Kemiskinan di pulau Jawa tahun 2012-2017 ......................................... 84
4. Zakat di pulau Jawa tahun 2012-2017 .................................................... 85
B. Analisis Data .............................................................................................. 86
1. Uji Stasioneritas ..................................................................................... 86
2. Uji Regresi .............................................................................................. 87
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 94
4. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 96
-
xvi
BAB V..................................................................................................................112
PENUTUP ............................................................................................................112
A. Kesimpulan .............................................................................................. 112
B. Saran ......................................................................................................... 112
C. Keterbatasan ............................................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................114
-
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa 2012-2017 .......................................4
Tabel 1.2 Presentase Pengangguran Terbuka di Pulau Jawa 2012-2017 .................7
Tabel 1.3 Laju PDRB Pulau Jawa ADHB 2010 (%) 2012-2017 .............................9
Tabel 1.4 Research Gap ........................................................................................ 13
Tabel 2.1 Research Gap ........................................................................................ 21
Tabel 2.2 Penghimpunan Nasional Berdasarkan Jenis Dana ................................ 48
Tabel 2.3 Total Penyaluran Zakat di Indonesia .................................................... 50
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Pengangguran ........................................................ 83
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Pertumbuhan Ekonomi .......................................... 84
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Kemiskinan ............................................................ 85
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Zakat ...................................................................... 86
Tabel 4.5 Hasil Uji Stasioneritas ........................................................................... 87
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Commond Effect ...................................................... 89
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi fixed Effect ............................................................... 90
Tabel 4.8 Hasil Uji Chow Test .............................................................................. 91
Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Random Effect.......................................................... 92
Tabel 4.10 Hasil Uji Hausmant test ...................................................................... 93
Tabel 4.11 Hasil Uji Lagrange Multiplier ............................................................. 94
Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................. 97
Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 98
Tabel 4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 99
Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Glejser .................. 100
Tabel 4.16 Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA) ........................... 102
Tabel 4.17 Hasil Penelitian .................................................................................107
-
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tingkat Kemiskinan di Indonesia 2011-2017 ......................................2
Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Pulau 2017 ..................................3
Gambar 1.3 Pengangguran Terbuka Menurut Wilayah di Indonesia ......................6
Gambar 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pulau .........................................8
Gambar 1.5 Pemetaan Muzakki, Mustahiq, dan Potensi Zakat ............................10
Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan ............................................................25
Gambar 2.2 Kurva Pengaruh Zakat Terhadap Perekonomian ..............................58
Gambar 2.3 Kerangka Penelitian ..........................................................................62
Gambar 1.2 Normalitas .........................................................................................96
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengurangi
tingkat pengangguran, meningkatkan pendapatan dan mengurangi tingkat
kemiskinan. Salah satu tujuan pembangunan nasional berdasarkan
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu memajukan kesejahteraan
umum. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak Negara yang
menyangkut kesejahteraan masyarakat adalah ketidakmampuan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup yang disebabkan oleh
kemiskinan (Solikatun, 2014).
Kemiskinan merupakan persoalan dalam pembangunan yang
sampai saat ini masih dihadapi oleh setiap Negara, terutama bagi Negara
berkembang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain pendidikan,
pengangguran, tingkat pendapatan, kesehatan, akses terhadap barang dan
jasa, dan lain sebagainya.
Kemiskinan merupakan permasalahan yang bersifat
multidimensial, artinya kebutuhan manusia itu bermacam-macam maka
kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum,
-
2
maka kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin akan asset,
organisasi sosial politik, dan pengetahuan serta keterampilan. Dan aspek
sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber
keuangan dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut
termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang
sehat, prawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang
rendah (Arsyad, 2015: 298)
Menurut Badan Pusat Statistik , kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan, dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi
penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan (BPS, 2019).
(Sumber: BPS)
Gambar 1.1
-
3
Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2011-2017
Pada gambar 1.1 terlihat bahwa permasalahan kemiskinan di
Indonesia masih menjadi perhatian yang serius, dimana tingkat
kemiskinan di Indonesia pada maret 2017 masih mencapai 10.64%. tingkat
kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011-2017 terus mengalami
penurunan. pada tahun 2011 penduduk miskin sebesar 30.01 juta orang
(12.36%), pada bulan maret tahun 2017 turun menjadi 27.77 juta orang
(10.64%). Sedangkan kenaikan penduduk miskin terjadi pada bulan
september 2013 dan bulan maret 2015. Dimana pada bulan september
kemiskinan Indonesia mencapai 28.6 juta orang (11.46%), dan bulan maret
2015 sebesar 28.59 juta orang (11.22%).
(Sumber: BPS)
-
4
Gambar 1.2
Jumlah Penduduk Miskin Menurut Pulau 2017
Pada gambar 1.2 terlihat bahwa jumlah penduduk miskin di
Indonesia terbesar berada di pulau Jawa, yaitu sebesar 14.79 juta orang
(10.01%) dari total populasi penduduk jiwa. besarnya jumlah penduduk
miskin di pulau Jawa dipengaruhi oleh banyaknya penduduk yang tinggal
di pulau Jawa. Total penduduk miskin Indonesia tersebut terbagi ke dalam
6 jajaran Pulau, dimana, Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk miskin
sebesar 14.79 juta jiwa, Pulau Sumatera 6.23 juta jiwa, Pulau Sulawesi
sebanyak 2.12 juta jiwa, Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 2.12 juta
jiwa, Penduduk miskin di Papua dan Maluku 1.52 juta jiwa, dan Pulau
Kalimantan sebanyak 990.000 penduduk miskin. Jika di lihat dari seluruh
total penduduk miskin antar pulau di Indonesia, terlihat bahwa sebagian
besar penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa, dengan total
penduduk miskin sebanyak 14.79 juta jiwa. Berikut ini adalah gambaran
dari tingkat kemiskinan di pulau Jawa pada tahun 2012-2017:
Tabel 1. 1
Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa Tahun 2012-2017
Provinsi
Tingkat Kemiskinan (%) Rata-
Rata 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jawa Tengah 14.98 14.44 13.58 13.32 13.19 12.23 13.62
Jawa Timur 13.08 12.73 12.28 12.28 11.85 11.2 12.24
Jawa Barat 9.89 9.61 9.18 9.57 8.77 7.83 9.141
DIY 15.88 15.03 14.55 13.16 13.1 12.36 14.01
-
5
DKI Jakarta 3.7 3.72 4.09 3.61 3.75 3.78 3.77
Banten 5.71 5.89 5.51 5.75 5.36 5.59 5.63
(Sumber: BPS diolah)
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa presentase kemiskinan yang
paling tinggi terdapat pada provinsi DIY dengan rata-rata kemiskinan
14.01% dari tahun 2012-2017. Tingkat kemiskinan tertinggi kedua setelah
provinsi DIY yaitu provinsi Jawa Tengah dengan tingkat kemiskinan
sebesar 13.62%. Disusul provinsi Jawa Timur, kemudian Jawa Barat dan
Banten. Untuk presentase kemiskinan yang paling rendah berada di
provinsi DKI Jakarta dengan rata-rata kemiskinan 3.77% dari tahun 2012-
2017.
Kemiskinan berkaitan dengan lapangan pekerjaan dan biasanya
penduduk yang dikategorikan miskin tidak memiliki pekerjaan
(pengangguran). Suatu daerah sering dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan. Tingkat pertumbuhan
angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang
relative lambat menyebabkan masalah pengangguran menjadi semakin
serius (Solikatun, 2014). Berikut ini merupakan tingkat pengangguran
terbuka menurut wilayah di Indonesia tahun 2017.
-
6
(Sumber: lokadata)
Gambar 1.3
Pengangguran Terbuka Menurut Wilayah di Indonesia tahun 2017
Presentase pengangguran terbuka tertinggi pada bulan Agustus
berada di wilayah Jawa sebesar 5,8%, disusul wilayah Maluku dan Papua
sebesar 5.4%, wilayah Sumatera 5.2%, wilayah Kalimantan sebesar 5%,
wilayah Sulawesi Sulawesi 4.9% dan presentase pengangguran terbuka
berada di wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebesar 2.7%.
Berikut ini merupakan presentase pengangguran terbuka di pulau
Jawa tahun 2012-2017:
-
7
Tabel 1.2
Presentase Pengangguran Terbuka di pulau Jawa Tahun 2012-2017
Provinsi
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Rata-
Rata 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jawa Tengah 5.61 6.01 5.68 4.99 4.63 4.57 5.25
Jawa Timur 4.11 4.3 4.19 4.47 4.21 4 4.21
Jawa Barat 9.08 9.16 8.45 8.72 8.89 8.22 8.75
DIY 3.9 3.24 3.33 4.07 2.72 3.02 3.38
DKI Jakarta 9.67 8.63 8.47 7.23 6.12 7.14 7.88
Banten 9.94 9.9 9.07 9.55 8.92 9.28 9.44
(Sumber: Data BPS di Olah)
Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa presentase pengangguran yang
paling tinggi terdapat pada provinsi Banten dengan rata-rata pengangguran
9.44% dari tahun 2012-2017. Tingkat pengangguran tertinggi kedua
setelah provinsi Banten yaitu provinsi Jawa Barat dengan tingkat
pengangguran sebesar 8.75%. Disusul provinsi DKI Jakarta, kemudian
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk presentase pengangguran yang
paling rendah berada di provinsi DIY dengan rata-rata pengangguran
3.38% dari tahun 2012-2017.
Faktor lain yang juga berkaitan berpengaruh terhadap kemiskinan
yaitu pertumbuhan ekonomi. Semakin meningkatnya pertumbuhan
ekonomi menggambarkan bahwa semakin meningkat pula produksi suatu
wilayah tersebut, tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi biasanya
diiringi semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu
indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah atau
-
8
provinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Berikut ini adalah gambaran
pertumbuhan ekonomi menurut pulau di Indonesia tahun 2017 akan
ditunjukkan pada gambar 1.3 dan Laju Pertumbuhan PDRB Pulau Jawa
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (Persen) tahun
2012-2017 yang digambarkan pada tabel 1.3:
(Sumber: Katadata.co.id)
Gambar 1.4
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pulau
Pertumbuhan ekonomi tertinggi pada semester I tahun 2017 berada
di pulau Sulawesi sebesar 6.49%. kemudian disusul pulau Jawa dengan
presentase sebesar 5.41%, pulau Maluku dan Papua sebesar 4.52%,
-
9
selanjutnya pulau Sumatera sebesar 4.09%, dan pertumbuhan ekonomi
terendah berada di pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3.41%
Tabel 1.3
Laju Pertumbuhan PDRB Pulau Jawa
Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Persen), 2012-2017
Provinsi
Laju Pertumbuhan PDRB Harga Konstan
2010 (%) Rata-
Rata 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jawa Tengah 5.34 5.11 5.27 5.47 5.27 5.27 5.29
Jawa Timur 6.64 6.08 5.86 5.44 5.57 5.45 5.84
Jawa Barat 6.5 6.33 5.09 5.05 5.66 5.29 5.65
DIY 5.37 5.47 5.17 4.95 5.05 5.26 5.21
DKI Jakarta 6.53 6.07 5.91 5.91 5.88 6.22 6.09
Banten 6.83 6.67 5.51 5.45 5.28 5.71 5.91
(sumber: BPS diolah)
Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa, selama kurun waktu 2012-2017
pertumbuhan ekonomi provinsi di pulau jawa di dominasi oleh provinsi
DKI Jakarta. Hal tersebut bisa dilihat dari tingginya tingkat PDRB dari
tahun 2012-2017 di provinsi DKI Jakarta dengan rata-rata PDRB sebesar
6.09%. kemudian provinsi Banten dengan rata-rata nilai PDRB sebesar
5.91%, kemudian provinsi Jawa Timur dengan rata-rata sebesar 5.84%,
provinsi Jawa Barat dengan rata-rata sebesar 5.65%, disusul Jawa tengah
dengan rata-rata sebesar 5.29% dan DIY dengan rata-rata sebesar 5.21%.
-
10
Faktor lain yang juga mempengaruhi kemiskinan yaitu zakat.
Indonesia merupakan Negara berkembang yang memiliki jumlah
penduduk mayoritas Islam. Salah satu upaya dalam menurunkan angka
kemiskinan di Indonesia adalah dengan melakukan pemerataan pendapatan
antara golongan kaya dan golongan miskin. Upaya pemerataan pendapatan
yang dikenal dalam Islam salah satunya adalah zakat.
Salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah adanya
dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka
berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan. Zakat merupakan
salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat
berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta
pembangunan ekonomi umumnya. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni
orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lain yaitu
mengentaskan kemiskinan. Zakat merupakan bentuk ibadah bernilai sosial
dan ekonomi yang dapat memperkecil kesenjangan ekonomi dalam
masyarakat. Dengan pengelolaan zakat yang tepat diharapkan distribusi
kekayaan yang merata dapat diwujudkan.
(Sumber: Dompet Dhuafa)
-
11
Gambar 1.5
Pemetaan Muzakki, Mustahik, dan Potensi Zakat Wilayah Indonesia
Gambar 1.3 terlihat bahwa Pulau Jawa memiliki potensi yang
tinggi untuk semua Provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa baik
infrastruktur maupun ketersediaan lembaga keuangan di wilayah sangat
tinggi ketersediaannya dibandingkan dengan Provinsi-provinsi lainnya.
Namun, jumlah mustahiknya, dalam hal ini jumlah orang miskin, juga
sangat banyak. Hal ini mungkin berkaitan dengan banyaknya jumlah
penduduk di wilayah ini dan tingginya persentase umat Islam di wilayah
ini.
Menurut penelitian Alfi Amalia mengenai pengangguran terhadap
kemiskinan dengan judul “Pengaruh Pendidikan, Pengangguran, dan
Ketimpangan Gender Terhadap Kemiskinan di Sumatera UtaraI” dengan
menggunakan metode Ordianary Least Square (OLS). Menunjukkan
bahwa pengangguran berpengaruh signifikan positif terhadap kemiskinan
di Sumatera Utara.
Penelitian mengenai pengangguran terhadap kemiskinan
sebelumnya juga telah dilakukan oleh Dawami Buchori Amins dengan
judul “Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di
Kabupaten Berau” dengan menggunakan alat analisis regresi linier
sederhana. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat pengangguran
berpengaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten Berau.
-
12
Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan
sebelumnya telah dilakukan oleh Saharuddin Didu dan Ferri Fauzi dengan
judul “Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Lebak”. Dengan
menggunakan alat analisis regresi berganda dan analisis model OLS. Hasil
penelitiannya menunjukkan variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten Lebak.
Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan
sebelumnya telah dilakukan oleh Syahrur Romi dan Etik Umiyati dengan
judul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Upah Minimum Terhadap
Kemiskinan di Kota Jambi”. Dengan menggunakan alat analisis regresi
linier berganda dalam bentuk semilog. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa secara parsial pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan
terhadap kemiskinan.
Penelitian mengenai zakat terhadap kemiskinan sebagai variabel
moderasi sebelumnya telah dilakukan oleh Joko Hadi Purnomo dengan
judul “Pengaruh Penglolaan Zakat Terhadap Penanggulangan
Kemiskinan dengan Pemberdayaan Zakat dan Pendayagunaan Zakat
Sebagai Variabel Moderasi”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pengelolaan zakat melalui pendayagunaan zakat berpengaruh positif
sebesar 12.791 terhadap penanggulangan kemiskinan.
-
13
Tabel 1.4
Research Gap
No Penulis
Dan
Tahun
Variabel Kesimpulan
Independent Dependent
Pengangguran
1 Amalia,
2017
Pengangguran Kemiskinan Di
Sumatera Utara
+/signifikan
2 Amins,
2017
Tingkat
Pengangguran
Tingkat
Kemiskinan Di
Kabupaten Berau
+/tidak
signifikan
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
1 Romi, Dkk,
2018
Pertumbuhan
Ekonomi
Kemiskinan Di
Kota Jambi
-/signifikan
2 Susanti,
2013
Pertumbuhan
Ekonomi
Kemiskinan Di
Jawa Barat
+/ tidak
signifikan
Zakat Sebagai Variabel Moderasi
-
14
1 Purnomo,
2018
Pengelolaan
Zakat Dengan
Pemberdayaan
Zakat Dan
Pendayagunaan
Zakat Sebagai
Variabel
Moderating
Penanggulangan
Kemiskinan di
Jawa Timur
Pendayaguna
an zakat
mampu
memoderasi
Pengelolaan
zakat
terhadap
penanggulan
gan
kemiskinan.
Dari latar belakang masalah tersebut penelitian ini diberi judul:
“Analisis Pengaruh Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), dan
Zakat Terhadap Kemiskinan di Pulau Jawa Tahun 2012-2017”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di pulau
Jawa tahun 2012-2017?
2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi (PDRB) terhadap
kemiskinan di pulau Jawa tahun 2012-2017?
3. Apakah zakat mampu memoderasi pengaruh pengangguran terhadap
kemiskinan di pulau Jawa tahun 2012-2017?
4. Apakah zakat mampu memoderasi pengaruh pertumbuhan ekonomi
(PDRB) terhadap kemiskinan di pulau Jawa tahun 2012-2017?
-
15
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak
dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk menganalisa apakah ada pengaruh yang signifikan dari
pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di pulau Jawa tahun
2012-2017.
2. Untuk menganalisa apakah ada pengaruh yang signifikan dari
pengaruh pertumbuhan ekonomi (PDRB) terhadap kemiskinan di
pulau Jawa tahun 2012-2017.
3. Untuk menganalisa apakah variabel zakat mampu memoderasi
pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di pulau Jawa tahun
2012-2017.
4. Untuk menganalisa apakah variabel zakat mampu pertumbuhan
ekonomi (PDRB) terhadap kemiskinan di pulau Jawa tahun 2012-
2017.
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
dan kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini akan memberikan tambahan wawasan
tentang studi pengangguran, pertumbuhan ekonomi, zakat, dan
kemiskinan. Selain itu dapat menambah pengalaman di bidang
penelitian.
-
16
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi
untuk menambah wawasan para pembaca dan juga dapat dijadikan
bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah dan memberikan gambaran yang lebih
jelas mengenai isi penelitian ini, pembahasan dilakukan secara
komerehensif serta sistematik yang meliputi:
Bab I Pendahuluan memberikan penjelasan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta
sistematika penulisan. Dalam bab I ini diuraikan mengenai latar belakang
kemiskinan serta variabel-variabel yang mempengaruhinya, selain itu juga
diuraikan rumusan masalah serta tujuan dan manfaat penelitian yang
dilakukan.
Bab II Kajian Pustaka memberikan penjelasan mengenai landasan
teori yang menjabarkan tentang teori-teori dari tiap-tiap variabel yang ada
dalam penelitian ini serta dapat mendukung perumusan hipotesa dalam
analisis penelitian ini selain itu, dalam bab ini juga akan membahas
tentang penelitian sebelumnya, kerangka berfikir, dan hipotesis.
Bab III Metodologi Penelitian, dalam bab ini akan dideskripsikan
mengnai desain penelitian, variabel penelitian, definisi operasional
variabel, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan metode
analisis.
-
17
Bab IV Analisis Penelitian, bab analisis penelitian merupakan
penjelasan mengenai hasil penelitian yang telah dianalisis dengan metode
penelitian. Hasil penelitian tersebut akan dibahas secara mendalam.
Bab V Penutup, baba ini memberikan kesimpulan yang didapatkan
dari pembahasan-pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya serta
saran kepada pihak yang berkepentingan terhadap hasil peneilitian ini.
-
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Telaah pustaka digunakan untuk mengungkapkan penelitian-
penelitian yang serupa dengan penelitian yang akan kita lakukan, dan
untuk memberikan gambaran tentang metode dan tekhnik yang dipakai
dalam penelitian yang mempunyai permasalahan yang serupa atau mirip
dengan penelitian yang akan dilakukan (Virizky, 2017:10).
Penelitian mengenai pengangguran terhadap kemiskinan
sebelumnya telah dilakukan oleh Anak Agung Istri Diah Paramita dan Ida
Bagus Putu Purbadharmaja dengan judul ”Pengaruh Investasi dan
Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Kemiskinan di
Provinsi Bali” dengan menggunakan pendekatan kuantitatif sosiatif dan
metode pengumpulan data observasi non-partisipan serta menggunakan
tekhnik analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara langsung variabel pengangguran berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kemiskinan di provinsi Bali, dan secara tidak langsung
pengangguran berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di provinsi
Bali melalui pertumbuhan ekonomi.
Penelitian mengenai pengangguran terhadap kemiskinan
sebelumnya telah dilakukan oleh Alfi Amalia dengan judul “Pengaruh
-
18
Pendidikan, Pengangguran, dan Ketimpangan Gender Terhadap
Kemiskinan di Sumatera UtaraI” dengan menggunakan metode Ordianary
Least Square (OLS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pengangguran berpengaruh signifikan positif terhadap kemiskinan di
Sumatera Utara.
Penelitian mengenai pengangguran terhadap kemiskinan
sebelumnya telah dilakukan oleh I Komang Agus Adi Putra dan Sudarsana
Arka dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka,
Kesempatan Kerja, dan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan
pada Kabupaten atau Kota di Provinsi Bali” dengan menggunakan teknik
analisis regresi linier berganda menggunakan aplikasi SPSS. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
Penelitian mengenai pengangguran terhadap kemiskinan
sebelumnya telah dilakukan oleh Umaruddin Usman, dan Daramita dengan
judul “Pengaruh Jumlah Penduduk, dan Pengangguran, dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau”. Dengan
menggunakan tekhnik analisis regresi linier berganda dengan EVIEWS-9.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial pengangguran
tidak berpengaruh terhadap kemiskinan di provinsi Kepulauan Riau.
Penelitian mengenai pengangguran terhadap kemiskinan
sebelumnya telah dilakukan oleh Dawami Buchori Amins dengan judul
-
19
“Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di
Kabupaten Berau” dengan menggunakan alat analisis regresi linier
sederhana. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat pengangguran
berpengaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten Berau.
Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan
sebelumnya telah dilakukan oleh Syahrur Romi dan Etik Umiyati dengan
judul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Upah Minimum Terhadap
Kemiskinan di Kota Jambi”. Dengan menggunakan alat analisis regresi
linier berganda dalam bentuk semilog. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa secara parsial pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan
terhadap kemiskinan.
Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan
sebelumnya telah dilakukan oleh Saharuddin Didu dan Ferri Fauzi dengan
judul “Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Lebak”. Dengan
menggunakan alat analisis regresi berganda dan analisis model OLS. Hasil
penelitiannya menunjukkan variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten Lebak.
Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan
sebelumnya telah dilakukan oleh Nadia Ika Purnama dengan judul
“Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan
di Sumatera Utara”. Dengan menggunakan metode analisis kuantitatif.
-
20
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di
provinsi Sumatera Utara.
Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan
sebelumnya telah dilakukan oleh Pendi Dewanto, Rujiman, dan Agus
Suriadi dengan judul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi, dan Ketimpangan
Pendapatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kawasan
Mebidangro”. Dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis regresi
data panel dan Pro Poor Growth Indeks. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat
kemiskinn di kawasan mebidangro.
Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan
sebelumnya telah dilakukan oleh Sussy Susanti dengan judul “Pengaruh
PDRB, Pengangguran, dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap
Kemiskinan di Jawa Barat Dengan Menggunakan Analisis Data Panel”.
Dengan menggunakan metode data panel, hasil penelitiannya
menunjukkan pertumbuhan ekonomi (PDRB) berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Barat.
Penelitian mengenai zakat terhadap kemiskinan sebagai variabel
moderasi sebelumnya telah dilakukan oleh Joko Hadi Purnomo dengan
judul “Pengaruh Penglolaan Zakat Terhadap Penanggulangan
Kemiskinan dengan Pemberdayaan Zakat dan Pendayagunaan Zakat
-
21
Sebagai Variabel Moderasi”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pengelolaan zakat melalui pendayagunaan zakat berpengaruh positif
sebesar 12.791 terhadap penanggulangan kemiskinan.
Tabel 2.1
Research Gap
No Penulis
Dan Tahun
Variabel Kesimpulan
Independent Dependent
Pengangguran
1 Amins,
2017
Tingkat
Pengangguran
Tingkat
Kemiskinan
Di
Kabupaten
Berau
+/tidak
signifikan
2 Putra, dkk
2018
Tingkat
Pengangguran
Terbuka,
Tingkat
Kemiskinan
Pada
Kabupaten
atau Kota di
Provinsi Bali
+/signifikan
3 Usman, dkk,
2018
Pengangguran Kemiskinan
Di Provinsi
Kepulauan
Riau
+/tidak
signifikan
4 Paramita,
dkk, 2015
Pengangguran Kemiskinan
Di Provinsi
Bali
+/signifikan
5 Amalia,
2017
Pengangguran Kemiskinan
Di Sumatera
Utara
+/signifikan
-
22
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
1 Purnama,
2017
Pertumbuhan
Ekonomi
Kemiskinan
Di Sumatera
Utara
-/Signifikan
2 Hodijah,
2017
Pertumbuhan
Ekonomi
Kemiskinan
Di Provinsi
Jambi
-/tidak
signifikan
3 Dewanto,
Dkk, 2014
Pertumbuhan
Ekonomi
Kemiskinan
Di Kawasan
Mebidangro
-/tidak
signifikan
4 Romi, Dkk,
2018
Pertumbuhan
Ekonomi
Kemiskinan
Di Kota
Jambi
-/tidak
signifikan
5 Susanti,
2013
PDRB,
Pengangguran,
dan Indeks
Pembangunan
Manusia
Kemiskinan
di Jawa Barat
+/ tidak
signifikan
Zakat Sebagai Variabel Moderasi
1 Purnomo,
2018
Pengelolaan
Zakat Dengan
Pemberdayaan
Zakat Dan
Pendayagunaa
n Zakat
Sebagai
Variabel
Moderating
Penanggulan
gan
Kemiskinan
Zakat mampu
memoderasi
pendayagunaan
zakat terhadap
penanggulangan
kemiskinan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel
pengangguran, pertumbuhan ekonomi sebagai variabel independen,
-
23
kemiskinan sebagai variabel dependen, dan zakat sebagai variabel
moderasi. Penelitian ini menggunakan data panel 6 tahun terakhir dari
tahun 2012-2017 dan crossection 6 provinsi.
B. Kerangka Teori
1. Teori Kemiskinan
Teori lingkaran setan kemiskinan dikenalkan pertama kali oleh
Ragnar Nurkse. Lingkaran kemiskinan diartikan sebagai suatu
rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi satu sama lain
sehingga dapat menimbulkan suatu kondisi dimana suatu Negara akan
tetap miskin dan akan mengalami kesulitan untuk mencapai tingkat
pembangunan yang lebih tinggi. Menurut Nurkse, kemiskinan tidak
hanya disebabkan karena tidak adanya pembangunan di masalalu, akan
tetapi kemiskinan juga dapat menghambat pembangunan dimasa yang
akan datang. Menurut Nurkse salah satu faktor yang menyebabkan
adanya lingkaran kemiskinan yaitu adanya hambatan dalam proses
pembentukan modal yang sangat kuat (Arsyad, 2015: 111).
Menurut pandangan Nurkse terdapat dua jenis lingkaran
kemiskinan yang menjadi penghalang untuk mencapai tingkat
pembangunan yang pesat yaitu, dari segi penawaran modal dan dari
segi permintaan modal. Dari segi penawaran modal, tingkat
produktivitas yang rendah akan mengakibatkan tingkat pendapatan
masyarakat juga rendah, hal ini akan berdampak pada kemampuan
masyarakat yang rendah untuk menabung, yang akan berakibat pada
-
24
tingkat pembentukan modal juga rendah. Akibat dari tingkat
pembentukan modal yang rendah akan menyebabkan suatu Negara
akan berhadapan dengan kekurangan barang-barang modal, dengan
demikian tingkat produktivitas akan tetap berada pada tingkat yang
rendah.
Sedangkan dari segi permintaan modal, faktor pendorong untuk
kegiatan investasi relative rendah yang disebabkan oleh terbatasnya
luas pasar untuk berbagai jenis barang. Terbatasnya pasar ini
disebabkan oleh tingkat pendapatan masyarakat yang rendah yang
diakibatkan kerena produktivitas juga rendah. Produktivitas yang
rendah ini disebabkan karena terbatasnya pembentukan modal di masa
lampau akibat dari kurangnya faktor pendorong kegiatan investasi.
Nurkse juga berpendapat bahwa peningkatan pembentukan modal
tidak hanya diseabkan oleh lingkaran kemiskinan, akan tetapi juga
disebabkan oleh Efek Pamer Internasional (international
demonstration effect), yang berarti sebagai suatu kecenderungan untuk
meniru pola konsumsi dari masyarakat yang lebih maju.
-
25
Gambar 2.1
Lingkaran Setan Kemiskinan
Sedangkan menurut Meier dan Baldwin, lingkaran kemiskinan
timbul karena hubungan yang saling mempengaruhi antara kondisi
masyarakat yang masih terbelakang dan belum bisa memanfaatkan
kekayaan sumber daya alam secara penuh. Untuk mengembangkan
kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, harus ada tenaga ahli untuk
memimpin dan melaksanakan kegiatan ekonomi.
2. Definisi Kemiskinan
Menurut (Arsyad, 2015: 298) kemiskinan saat ini adalah sebuah
konsep yang bersifat multidimensi, artinya, karena kebutuhan manusia
-
26
itu bermacam-macam maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek.
Dilihat dari kebijakan umum, maka kemiskinan meliputi aspek primer
yang berupa miskin akan asset, organisasi sosial politik, dan
pengetahuan serta keterampilan. Dan aspek sekunder yang berupa
miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi.
Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk
kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, prawatan kesehatan yang
kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah.
Menurut (Beik Dkk, 2016: 68) kemiskinan didefinisikan sebagai
suatu situasi yang dihadapi oleh seorang individu dimana mereka tidak
memiliki kecukupan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang nyaman, baik ditinjau dari sisi ekonomi, sosial, psikologi,
maupun dimensi spiritual. Definisi ini memfokuskan kemiskinan pada
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Badan Pusat Statistik , kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan, dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi
penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan (BPS,
2019).
-
27
3. Indikator Kemiskinan
a. Garis Kemiskinan Menurut BPS
Untuk mengukur garis kemiskinan BPS menggunakan batas
miskin dari komponen kebutuhan dasar yang terdiri dari kebutuhan
pangan dan kebutuhan bukan pangan, yang disusun berdasarkan
daerah perkotaan dan daerah perdesaan berdasarkan hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Tujuan dari dibedakannya
garis kemiskinan antara perkotaan dan perdesaan yaitu karena
biaya hidup yang berbeda antara perkotaan dan perdesaan.
Dalam hal ini BPS menggunakan pendekatan kebutuhan
dasar (Basic Needs Approach) dan pendekatan Headcount Index.
Pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan kebutuhan
dasar (Alie, 2015: 195). Menurut BPS, kemiskinan dikonsepkan
sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Jumlah penduduk miskin merupakan jumlah penduduk yang
berada di bawah batas garis kemiskinan, Garis kemiskinan terdiri
dari dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan, dan garis
kemiskinan bukan makanan.
b. Garis Kemiskinan BKKBN
Menurut BKKBN kriteria keluarga yang dikategorikan
sebagai keluarga miskin yaitu keluarga Pra Sejahtera dan keluarga
sejahtera I. Ada lima indikator yang harus dipenuhi agar suatu
keluarga dapat dikategorikan sebagai keluarga sejahtera I, yaitu:
-
28
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai keyakinan yang
dianut.
2) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan sehari dua kali
atau lebih.
3) Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda
untuk digunakan antara dirumah, sekolah, bekerja, dan
bepergian.
4) Bagaian terluas lantai rumah bukan dari tanah.
5) Bila anak sakit atau PUS (Pasangan Usia Subur) ingin
mengikuti KB pergi ke tempat sarana atau petugas kesehatan
serta diberi cara KB modern.
Sedangkan keluarga Pra-Sejahtera adalah keluarga yang tidak
memenuhi salah satu dari indikator keluarga sejahtera I. Tetapi
pendekatan dari BKKBN ini masih dianggap kurang realistis
karena sifatnya yang normatif dan sesuai dengan keluarga kecil
(Kuncoro, 2010: 65). (Kuncoro, 2010)
c. Garis Kemiskinan Menurut World Bank
Dalam menentukan garis kemiskinan world bank
menggunakan dua kriteria yaitu, pertama, menggunakan garis
kemiskinan nasional yang didasarkan pada pola konsumsi 2.100
kalori perhari. Kedua, garis kemiskinan Internasional berdasarkan
PPP (Purchasing Power Parity) US$1 dan US$2 (Alie, 2015: 198).
-
29
Untuk dapat membandingkan tingkat kemiskinan
antarnegara, Bank Dunia menggunakan estimasi konsumsi yang
dikonversi ke dalam dolar Amerika Serikat dengan menggunakan
PPP (PPP for Consumption) dan bukan nilai tukar (Exchange
Rate).
4. Pengangguran
a. Definisi Pengangguran
Menurut (Sukirno, 2006: 13), pengangguran adalah suatu
keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja
ingin mendepatkan pekerjaan tetapi belum bisa memperolehnya.
Meenurut BPS, pengangguran adalah angkatan kerja yang
tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang
membersiapkan suatu usaha atau penduduk yang mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan
atau yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum memulai
bekerja (bps.go.id).
b. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pengangguran
Menurut (Sukirno, 2006: 13), faktor utama yang
menyebabkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran
agregat. Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan
tujuan untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut akan
diperoleh, jika para pengusaha dapat menjual barang yang mereka
-
30
produksi. Semakin banyak permintaan, maka semakin banyak pula
barang dan jasa yang mereka produksi. Kenaikan produksi yang
dilakukan akan menambah jumlah tenaga kerja yang mereka
gunakan. Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat antara
tingkat pendapatan nasional yang dicapai dengan penggunaan
tenaga kerja yang dilakuan. Semakin tinggi pendapatan nasional
maka semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam
perekonomian.
Selain itu faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
pengangguran yaitu, pertama, menganggur karena ingin mencari
kerja yang lebih baik. Kedua, pengusaha menggunakan tekhnologi
modern untuk memproduksi barang, sehingga mengurangi
penggunaan tenaga kerja. Ketiga, ketidaksesuaian antara
keterampilan pekerja dengan keterampilan yang diperlukan dalam
industri.
c. Dampak Pengangguran
Menurut (Sukirno, 2006: 14), Salah satu faktor penting
dalam menentukan kemakmuran masyarakat adalah tingkat
pendapatannya. Pendapatan masyarakat akan mencapai maksimum
apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan.
Pengangguran akan mengurangi tingkat pendapatan masyarakat
sehingga dapat mengurangi tingkat kemakmuran masyarakat.
-
31
Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan
berbagai masalah ekonomi dan sosial. Ketidakadaan pendapatan
menyebabkan para pengangguran mengurangi pengeluaran untuk
konsumsi, disamping itu dapat mengganggu taraf kesehatan
keluarga. Pengangguran berkepanjangan akan berdampak pada
psikologis yang buruk bagi dirinya (pengangguran) dan
keluarganya.
Apabila pengangguran disuatu Negara sangat buruk, akan
menyebabkan kekacauan politik dan sosial dan menimbulkan efek
yang buruk terhadap kesejahteraan masyarakat dan prospek
pembanguanan ekonomi dalam jangka panjang.
d. Jenis-Jenis Pengangguran
Menurut (Sukirno, 2006: 328-330), jenis-jenis
pengangguran digolongkan menjadi dua cara:
1) Pengangguran berdasarkan penyebabnya:
a) Pengangguran Normal atau Friksional
Jika dalam suatu perekonomian terdapat
pengangguran sebanyak dua atau tiga persen dari jumlah
tenaga kerja, maka ekonomi itu sudah dipandang mencapai
kesempatan kerja penuh. Pengangguran sebanyak dua atau
tiga persen tersebut, yang dinamakan sebagai pengangguran
normal atau friksional.
-
32
b) Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang
disebabkan adanya siklus bisnis. Adakalanya permintaan
agregat akan lebih tinggi dan adakalanya permintaan
agregat akan menurun. Permintaan agregat yang lebih
tinggi akan mendorong pengusaha untuk meningkatkan
produksi, sehingga permintaan tenaga kerja akan bertambah
dan pengangguran akan beerkurang.Akan tetapi ketika
permintaan agregat menurun pengusaha akan mengalami
kemrosotan dalam permintaan produksinya, sehingga
perusahaan-perusahaan akan mengurangi jumlah tenaga
kerjanya, maka pengangguran akan bertambah.
Pengangguran tersebut yang dinamakan sebagai
pengangguran siklikal.
c) Pengangguran Struktural
Pengangguran structural adalah pengangguran yang
terjadi karena perubahan struktur ekonomi pada suatu
wilayah atau Negara. Perekonomian tidak terus
berkembang maju. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor
seperti, wujud barang yang lebih baik, kemajuan
tekhnologi, biaya pengeluaran yang lebih tinggi dan tidak
mampu brsaing, dan ekspor produksi industri yang
menurun. Hal ini akan menyebabkan kegiatan produksi
-
33
dalam industri akan menurun, dan sebagian pekerja akan
diberhentikan dan menjadi pengangguran. Pengangguran
tersebut yang dinamakan sebagai pengangguran structural.
d) Pengangguran Tekhnologi
Pengangguran tekhnologi adalah pengangguran
yang disebabkan oleh pergantian penggunaan tenaga kerja
manusia ke tenaga mesing karena kemajuan tekhnologi.
2) Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan cirinya pengangguran dibagi menjadi empat,
yaitu sebagai berikut:
a) Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka terjadi akibat lowongan
pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.
Menurut BPS penganggurang terbuka terdiri dari mereka
yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan, mereka
yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha,
mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan, mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja.
b) Pengangguran Tersembunyi
-
34
Pengangguran ini terutama wujud disektor pertanian
atau jasa. Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga
kerja, dan jumlah tenaga kerja tergantung kepada banyak
faktor, faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain
adalah besar atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan
perusahaaan, mesin yang digunakan (apakah intensif buruh
atau intensif modal), dan tingkat produksi yang dicapai.
Dibanyak Negara berkembang seringkali di dapati bahwa
jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih banyak
dari sebenarnya untuk menjalankan kegiatannya supaya
lebih efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan
digolongkan dalam pengangguran tersembunyi.
c) Pengangguran Bermusim
Pengangguran bermusim terutama terdapat pada
sektor pertanian dan perikanan. Contohnya, pada musim
hujan para petani karet dan nelayan tidak dapat melakukan
pekerjaannya dan terpaksa menganggur. Apabila dalam
masa diatas para petani dan nelayan tidak melakukan
pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.
Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai
pengangguran musiman.
d) Setengah Menganggur
-
35
Yang termasuk golongan ini adalah pekerja yang
jam kerjanya dibawah jam kerja normal (hanya 1-4 jam
sehari). Disebut Underemployment.
5. Pertumbuhan Ekonomi
a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Menurut (Sukirno, 2006: 9) pertumbuhan ekonomi
didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi masyarakat
bertambah.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan dalam suatu perekonomian. Kemajuan
suatu perekonomian ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang
ditunjukan oleh perubahan output nasional. Adanya perubahan
output dalam perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka
pendek.
Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan
kapasitas produksi untuk mencapai penambahan output, yang
diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah
(Adisasmita, 2013: 4).
Pertumbuhan ekonomi regional merupakan suatu tolok ukur
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan
ekonomi yang tercipta dari kinerja dunia usaha diharapkan mampu
-
36
memberikan dampak positif terhadap tingkat kemiskinan,
bertambahnya lapangan pekerjaan, meningkatnya kesejahteraan
penduduk, dan yang lainnya yang terpengaruh oleh pertumbuhan
ekonomi.
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
suatu daerah dalam satu periode tertentu adalah data produk
domestik regional bruto (PDRB), baik atas harga berlaku maupun
atas dasar harga konstan. PDRB merupakan jumlah nilai yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha kegiatan ekonomi dalam suatu
wilayah pada periode tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi
(Dapertemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia: 85).
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
tahun berjalan, sedang PDRB atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai
tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk
mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan
struktur ekonomi suatu daerah (Dapertemen Statistik Ekonomi dan
Moneter Bank Indonesia: 85).
-
37
Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau
pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.
PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga
dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit).
Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga
berlaku dan PDRB menurut harga konstan (Dapertemen Statistik
Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia: 85).
Untuk memudahkan pemakaian data, maka hasil
perhitungan PDRB disajikan menurut sektor ekonomi/lapangan
usaha yang dibedakan menjadi dua macam yaitu: PDRB atas dasar
harga berlaku (ADHB) menggambarkan jumlahnilai tambah
barang dan jasa yang dihitung mengguanakan harga berlaku pada
tahun berjalan. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan
(ADHK) menggambarkan jumlah nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu yang
digunakan sebagai tahun dasar. Pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan.
Dengan demikian perhitungan berdasarkan harga konstan maka
perkembangan riil dari kuantum produksi sudah tidak mengandung
fluktuasi harga (inflasi/deflasi). Dengan penyajian ADHK ini
pertumbuhan ekonomi rill dapat dihitung.
-
38
Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara
konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu
pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan
pendapatan (Dapertemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank
Indonesia: 85).
1) Pendekatan Produksi: Produk Domestik Regional Bruto
adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu
daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Unit-unit produksi dalam penyajian ini dikelompokkan
dalam 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: (1) pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan
dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan
air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan
restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan,
real estate dan jasa perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa
pemerintah).
2) Pendekatan Pengeluaran: Produk Domestik Regional Bruto
adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari
: (1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga
swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan
modal tetap domestik bruto, (4) perubahan inventori dan (5)
ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor).
-
39
3) Pendekatan Pendapatan: Produk Domestik Regional Bruto
merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di
suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya
sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung
lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga
penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak
langsung dikurangi subsidi).
b. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Menurut (Arsyad, 2015: 270-277), terdapat empat faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat
(negara), yaitu sebagai berikut:
1) Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru yang
berwujud tanah (lahan), peralatan fisik (mesin-mesin), dan
sumber daya manusia (humasn resources).
Akumulasi modal akan terjadi jika ada bagian pendapatan
pada masa sekarang yang ditabung kemudian diinvestasikan
untuk dapat memperbesar output pada masa yang akan datang.
Investasi dapat diklasifikasikan menjadi investasi sektor
produktif, investasi tidak langsung, dan investasi pada modal
insani (human capital investment). Semua jenis investasi akan
-
40
mendorong terciptanya akumulasi modal yang positif. Dengan
adanya akumulasi modal akan mendorong atau menambah
ketersediaan sumberdaya baru (contohnya, memperbaiki
kualitas tanah yang rusak atau memperbaharui mesin-mesin
yang telah usang), ata dengan adanya akumulasi modal akan
meningkatkan kualitas sumber daya yang telah ada. Namun
karateristik yang paling utama dari adanya investasi adalah
investasi menyangkut trade-off antara konsumsi masa sekarang
dan konsumsi pada masa yang akan datang, dimana investasi
pada umumnya akan memberikan hasil yang sedikit pada masa
sekarang, namun hasilnya akan lebih banyak diterima dimasa
yang akan datang.
2) Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan
dengan kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional
dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang
pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut berarti pertama, semakin
banyak jumlah angkatan kerja berarti semakin banyak pasokan
tenaga kerja, dan kedua, semakin banyak jumlah penduduk
akan meningkatkan potensi pasar domestic. Akan tetapi semua
itu tergantung pada kemampuan system ekonomi tersebut
dalam menyerap dan mempekerjakan tambahan tenaga kerja
tersebut secara produktif. Kemampuan tersebut tergantung pada
-
41
tingkat dan jenis akumulasi modal serta tersedianya faktor-
faktor lain yang dibutuhkan, seperti mislanya keahlian
manajerial dan administratif.
3) Kemajuan Tekhnologi
Menurut para ekonom, kemajuan tekhnologi merupakan
faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam
bentuk yang paling sederhana, kemajuan tekhnologi
disebabkan oleh adanya cara-cara baru atau mungkin cara-cara
lama yang diperbaiki dalam melakukan pkerjaan-pekerjaan
tradisional. Terdapat tiga macam klasifikasi mengenai
kemajuan tekhnologi, yaitu sebagai berikut: pertama, kemajuan
tekhnologi yang bersifat netral. kedua, kemajuan tekhnologi
yang bersifat menghemat tenaga kerja (labor saving). Yang
ketiga, kemajuan tekhnologi yang bersifat menghemat modal
(capital saving).
4) Sumber Daya Institusi (Sistem Kelembagaan)
Terdapat empat fungsi institusi dalam kaitannya dengan
mendukung kinerja perekonomiannya yaitu sebagai berikut:
a) Menciptakan pasar (marketing creating), institusi yang
melindungi hak kepemilikan dan memastikan pelaksanaan
kontrak.
-
42
b) Mengatu pasar (market regulating), institusi yang bertugas
mengatasi kegagalan pasar yakni institusi yang mengatur
masalah eksternalitas, skala ekonomi (economies of scale),
dan ketidaksempurnaan informasi untuk menurunkan biaya
transaksi. Contohnya yaitu lembaga-lembaga yang
mengatur telekomunikasi, transportasi, dan jasa-jasa
keuangan.
c) Menjaga stabilitas (market stabilizing), institusi yang
menjaga agar tingkat inflasi rendah, meminimumkan
ketidakstabilan makroekonomi, dan mengendalikan krisis
keuangan. Contohnya yaitu bank sentral, system devisa,
otoritas moneter dan fiscal.
d) Melegitimasi pasar (market legitimizing), institusi yang
memberikan pelindungan sosial dan asuransi, termasuk
mengatur redistribusi dan mengelola konflik. Contohnya
yaitu sistem pension, asuransi untuk pengangguran, dan
dana-dana sosial lainnya.
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi
1) Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu
sebagai berikut:
a) Jumlah penduduk
-
43
b) Jumlah stok barang-barang modal
c) Luas tanah dan kekayaan alam
d) Tekhnologi yang digunakan.
Teori pertumbuan ekonomi klasik menitikberatkan
perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk kepada
pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2006: 433).
2) Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pentingnya peranan pengusaha
didalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Teori ini
menunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan
yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi
dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi
memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisien
cara memproduksi dalam menghasilkan suatu barang,
memperluas pasar sesuatu ke pasar yang baru, mengembangkan
sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-
perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi
koefisien kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi ini
akan memerlukan investasi baru (Sukirno, 2006: 434).
3) Teori Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar merupakan pengembangan dari teori
makro Keynes. Analisis Keynes dianggap kurng lengkap
-
44
karena tidak mengungkapkan masalah-masalah ekonomi dalam
jangka panjang. Sedangkan teori Harood-Domar, menganalisis
syarat-syarat yang diperlukan agar suatu perekonomian dapat
tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang, atau dengan
kata lain teori ini berusaha menunjukkan syarat yang
dibutuhkan agar suatu perekonomian dapat tumbuh dan
berkembang dengan mantap (steady growth). Menurut teori ini
pembentukan modal merupakan faktor penting yang menetukan
pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tersebut dapat
diperoleh melalui proses akumulasi tabungan (Arsyad, 2015:
83). Teori ini memiliki beberapa asumsi yakni:
a) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full
employment) dan faktor-faktor produksi yang ada juga
dimanfaatkan secara penuh (full utilization)
b) Perekonomian terdiri dari dua sektor: sektor rumah
tangga dan sektor perusahaan.
c) Besarnya tabungan masyarakat proporsional dengan
besarnya pendapatan nasional.
d) Kecenderungan menabung (marginal propensity to save
= MPS) besarnya tetap, demikian juga rasio antara
modal-output (capital output ratio = COR) dan rasio
pertambahan modal-output (incremental capital-output
ratio = ICOR).
-
45
4) Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi tergantung pada
ketersediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja,
dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan tekhnologi.
Pandangan teori ini didasarkan pada anggapan yang mendasari
analisis ekonomi klasik yaitu bahwa perekonomian berada pada
tingkat pengerjaan penuh dan tingkat pemanfaatan penuh dari
faktor-faktor produksinya. Dengan kata lain, perekonomian aan
terus berkembang dan semuanya itu tergantung pada
pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, dan kemajuan
tekhnologi.
Menurut teori ini, rasio modal output dapat berubah ubah.
Dengan kata lain, untuk menghasilkan sejumlah output
tertentu, dapat digunakan kombinasi modal dan tenaga kerja
yang berbeda-beda. Jika lebih banyak modal yang digunakan,
tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit, dan sebaliknya.
Dengan adanya fleksibilitas ini, suatu perekonomian
mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan
kombinasi antara modal dan tenaga kerja yang akan digunakan
untuk menghasilkan tingkat output tertentu (Arsyad, 2015: 87-
88).
-
46
6. Zakat
a. Pengertian Zakat
Secara bahasa zakat adalah an-numu wa az-ziyadah
(tumbuh dan bertambah). Kadang-kadang dipakaikandengan
makna ath-thaharah (suci). Al-Barakah (berkah). Zakat, dalam
pengertian suci, adalah membersihkan diri, jiwa, dan harta.
Seseorang yang telah mengeluarkan zakat berarti dia telah
membersihkan diri dan jiwanya dari penyakit kikir, membersihkan
hartanya dan hak orang lain. Sementara itu, zakat dalam pengertian
berkah adalah sisa harta yang sudah dikeluarkan zakatnya secara
kualitatif akan mendapat berkah dan akan berkembang walaupun
secara kuantitatif jumlahnya berkurang (Rozalinda, 2014: 247).
Menurut (Muthohar, 2016:11), zakat secara etimologi
berasal dari kata zaka yazku, yang berarti pertumbuhan (nama’),
kesucian (thaharah), keberkahan (barakah), dan kebajikan (ash-
salahu). Adapun zakat secara istilah syari, meskipun para ulama
mengemukakannya dengan redaksi yang sedikit berbeda antara
satu dan yang lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu
bahwa zakat adalah sebagian dari harta dengan persyaratan
tertentu, yang Allah swt. Mewajibkan kepada pemiliknya, untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan
tertentu pula.
-
47
b. Indikator Zakat
Menurut (ADESY, 2016: 405-406), terdapat beberapa
indikator ataupun kriteria bagi pemberi zakat (muzakki), yaitu
sebagai berikut:
1) Beragama Islam
Kewajiban zakat hanya diwajibkan kepada orang Islam.
Hadis Rasulullah Saw. Menyatakan, “Abu Bakar Shiddiq
berkata, inilah sedekah (zakat) yang diwajibkan oleh
Rasulullah kepada kaum Muslim (HR Bukhari).
2) Merdeka
Kewajiban membayar zakat hanya diwajibkan kepada orang-
orang yang merdeka, Hamba sahaya tidak dikenai kewajiban
berzakat.
3) Dimiliki Secara Sempurna
Harta benda yang wajib dibayarkan zakatnya adalah harta
benda yang dimiliki secara sempurna oleh seorang Muslim.
4) Mencapai Nishab
Seorang muslim wajib membayar zakat jika harta yang
dimilikinya telah mencapai nishab. Nishab zakat harta berbeda-
beda, tergantung jenis harta bendanya.
5) Telah Haul
-
48
Harta benda wajib dikeluarkan zakatnya jika telah dimiliki
selama satu tahun penuh. Hadis Rasulullah menyatakan,
“Abdullah Ibnu Umar berkata, Rasulullah Saw. Bersabda tidak
ada zakat pada harta seseorang yang belum sampai satu tahun
dimilikinya. (HR Daruquthni)
c. Distribusi Zakat
Dengan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam
menunaikan kewajiban zakatnya, tren penghimpunan zakat pun
semakin meningkat dari tahun ke tahun. BAZNAS telah
memproyeksikan penghimpunan dana zakat dari para muzakki
pada tahun 2017 dapat mencapai 6 triliun. Sampai saat ini proses
kalkulasi penghimpunan dana zakat masih terus dilakukan.
Penggunaan sistem pelaporan ini sesuai dengan UU No. 23/2011,
dimana seluruh lembaga zakat di Indonesia diwajibkan untuk
menyerahkan laporan zakat kepada BAZNAS.
Tabel 2.2
Penghimpunan Nasional Berdasarkan Jenis Dana
No Jenis Dana
2015 % 2016
%
1 Zakat 2.312.195.596.498 63.29 3.738.216.792.496
74,51
2 Infak/Sedekah 1.176.558.166.696 32.21 1.001.498.305.006
19,96
3 Dana Sosial Keagamaan
163.986.086.154 4.49 277.336.514.452
5,53
Lainnya (DSKL)
4 Dana Lainnya 533.400.945 0.01 241.514.997
0,00
JUMLAH
3.653.273.250.292 100
5.017.293.126.950
100
-
49
Penghimpunan nasional merupakan total dana yang
dihimpun oleh berbagai organisasi pengelola zakat (OPZ) se
Indonesia selama setahun. OPZ se Indonesia ini meliputi
BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, LAZ
Nasional, LAZ Provinsi, dan LAZ Kabupaten/Kota resmi yang
melaporkan penghimpunannya kepada BAZNAS sesuai dengan
amanah UU 23/2011.
Jenis dana yang dihimpun oleh para OPZ ini mencakup (1)
dana zakat, termasuk di dalamnya zakat fitrah dan zakat maal, (2)
dana infak/sedekah, baik infak terikat (muqayyadah) maupun tidak
terikat (ghair muqayyadah), (3) dana sosial keagamaan lainnya
(DSKL) yang meliputi harta nazar, harta amanah atau titipan, harta
pusaka yang tidak memiliki ahli waris, kurban, kafarat, fidyah,
hibah, dan harta sitaan serta biaya administrasi peradilan di
pengadilan agama, serta (4) dana lainnya, yang dalam hal ini
merupakan penerimaan bagi hasil bank yang menjadi saluran
penghimpunan dana-dana yang dipaparkan sebelumnya.
Total penghimpunan nasional pada tahun 2016 mencapai
lebih dari 5 Triliun rupiah. Jumlah ini meningkat lebih dari 1,36
Triliun dari total penghimpunan pada tahun sebelumnya. Proporsi
dana zakat masih mendominasi total penghimpunan, bahkan lebih
besar daripada tahun sebelumnya, yakni sebesar 74,51 persen atau
lebih dari 3,7 Triliun rupiah. Proporsi tersebut meningkat 11,22
-
50
persen dari tahun sebelumnya, dengan jumlah dana yang juga
meningkat hampir 1,5 Triliun rupiah. Namun demikian, jika dilihat
dari potensi zakat nasional, total realisasi penghimpunan zakat
nasional pada tahun 2016 ini baru mencapai sekitar 1,7 persen dari
yakni potensinya yang sebesar 217 Triliun rupiah. Dengan
demikian, penghimpunan zakat nasional ini masih sangat dapat
dikembangkan.
Data penyaluran zakat dibagi menjadi penyaluran zakat
perorangan, zakat kelompok, total penyaluran zakat, dan distribusi
penyaluran zakat per provinsi di Indonesia. (Outlook Zakat
Indonesia, 2018).
Tabel 2.3
Total Penyaluran Zakat di Indonesia
Tahun 2013 2014 2015 2016 2017
Perora
ngan
2.802.
657.34
1
5.922.3
80.003 1.296.659
.894.526
1.808.436
.633.193
2.595.817.
609.652
Lemba
ga 6.177.
245.09
0
11.567.
911.875
952.500.8
97.000
1.122.720
.176.040
1.411.717.
692.481
Total 8.979.
902.43
1
17.490.
291.878
2.249.160
.791.526
2.931.156
.809.233
4.007.535.
302.133
-
51
Secara umum, penyaluran Zakat nasional menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan. Total dana Zakat yang
disalurkan pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp. 4.077 trilyun,
meningkat 37 persen dari tahun 2016. Penyaluran ZIS secara
kelompok pada tahun 2013 sampai tahun 2014 relatif lebih tinggi
dibandingkan penyaluran dana Zakat melalui perorangan.
Sedangkan pada tahun 2015 sampai tahun 2017, penyaluran dana
Zakat melalui perorangan lebih tinggi dibandingkan penyaluran
dana Zakat melalui kelompok. Namun secara keseluruhan, total
penyaluran dana Zakat selalu meningkat setiap tahunnya dari tahun
2013.
d. Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Harta zakat terutama zakat maal utamanya harus dipandang
sebagai modal dana berputar (revolving fund) yang penggunaannya
harus diarahkan kepada usaha produktif sehingga kesinambungan
usaha yang dijalankan dalam sektor ekonomi rakyat dapat terjamin.
Zakat akan sangat efektif jika digunakan untuk mengentaskan
kemiskinan. Hal ini merupakan sasaran utama dari perintah zakat,
seperti yang dijelaskan menurut (Adesy, 2016: 400), bahwa untuk
membantu permodalan fakir miskin, Islam telah mewajibkan zakat
kepada pemilik kekayaan dan menjadikannya sebagai salah satu
rukun Islam yang ke-5.
-
52
Menyangkut masalah pendistribusian dan manajemennya
harus dilakukan secara profesional, pemikiran yang matang, dan
administratif agar dapat menyentuh fungsi dan kegunaan zakat
yang sebenarnya. Dana yang terimpun dari zakat tidak harus
diberikan kepada orang-orang fakir miskin begitu saja, tetapi
bagaiman mereka bisa memanfaatkan dana itu untuk
dikembangkan kedalam bentuk usaha sebagai bekal untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau bisa melalui pelatihan-
pelatihan dibidang pertanian, pertukangan, manajemen, bisnis, biro
jasa, dan lain-lain. Hal ini perlu bekerjasama dengan berbagai
pihak terutama para pembesar yang punya kepedulian kepada nasib
rakyatnya yang dililit kemiskinan.
Ada tiga aspek utama yang dapat dipertimbangkan ketika
memilih industri kecil atau unit usaha rakyat sebagai dasar
pemberian dan zakat sebagai modal. Pertama, merupakan
subsektor usaha yang menampung kehidupan dan tradisi budaya
dari sebagian besar anggota masyarakat. Kedua, merupakan bagian
dari sarana penciptaan kesempatan kerjadan pengembangan
kretivitas angkatan kerja yang umumnya tidak memiliki tingkat
pendidikan formal yang memadai untuk memasuki sektor modern.
Ketiga, merupakan sarana distribusi kesempatan berusaha dan
berpendapatan (Adesy, 2016: 401).
-
53
e. Potensi Zakat Bagi Perekonomian
Sistem ekonomi Islam menjadikan instrumen zakat untuk
memastikan keseimbangan pendapatan di masyarakat. Hal ini
mengingat tidak semua orang mampu bergelut dalam kancah
ekonomi. Atau dengan kata lain, sudah menjadi sunnatullah jika di
dunia ini ada yang kaya dan ada yang miskin. Pengeluaran dari
zakat adalah pengeluaran minimal untuk membuat distribusi
pendapatan menjadi lebih merata (Rozalinda, 2014: 271).
Sektor dalam perekonomian merupakan objek penting
dalam pembahasan zakat. Melalui sektor ini dapat dijadikan
sebagai barometer kemajuan dan peningkatan perekonomian suatu
negara. Dengan kata lain zakat dapat berperan penting dalam
pengurangan dan penumpasan masyarakat miskin, dengan
dilakukannya pengelolaan dan penggunaan dana zakat secara
tertuju dan merata maka perekonomian yang meningkat pastilah
akan tercapai, dan masyarakat yang miskin akan terkikis dengan
sendirinya. (Mustarin, 2017: 91)
Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah terjadinya
penumpukan kekayaan pada segelintir orang dan mewajibkan
orang kaya untuk mendistribusikan harta kekayaannya pada orang
miskin. Zakat merupakan sumber dana yang potensial untuk
mengentaskan kemiskinan. Zakat dapat berfungsi sebagai modal
kerja bagi orang miskin untuk dapat membuka lapangan pekerjaan,
-
54
sehingga ia bisa mempunyai penghasilan dan dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kemudian, sebagai tambahan modal bagi
seseorang yang kekurangan modal sehingga usahanya berjalan
lancar, penghasilannya bertambah, dan kebutuhan hidupnya
tercukupi. Dengan demikian, beban negara dalam masalah
pengangguran dan kemiskinan melalui zakat bisa berkurang. Di
samping itu, secara ekonomi moneter, zakat juga dapat mengekang
laju infasi yang disebabkan, karena peredaran mata uang yang
tidak seimbang, distribusi kekayaan yang tidak merata di tengah
masyarakat. Oleh karena itu, dengan pengelolaan zakat yang tepat
dan produktif secara bertahap dapat menciptakan stabilitas
ekonomi. Tujuan aturan zakat adalah menciptakan distribusi
pendapatan menjadi lebih merata. Selain untuk tujuan distribusi,
analisis kebijakan fiskal dan sistem ekonomi dilakukan untuk
stabilitas kegiatan ekonomi (Rozalinda, 2014: 249).
Potensi zakat yang ada di Indonesia sebetulnya sangat
besar. Studi yang dilakukan oleh