PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOW …
Transcript of PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOW …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa dengan NIM K4211022
2Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia/Pendidikan Bahasa Jawa sebagai
Pembimbing 1 3Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa sebagai Pembimbing 2
1
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOW BALLING
TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS BERHURUF JAWA
(Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 dan 3 Sukoharjo
Tahun Ajaran 2014/2015)
Kusmira Dwi Ayuani1, Budhi Setiawan
2, Kenfitria Diah Wijayanti
3
Universitas Sebelas Maret
E-mail: [email protected]
Abstract: The purpose of this research to know whether there is a difference
between the Java lettered writing skills Snow Balling learning model and the Java
lettered writing skills conventional learning model in class X SMA Negeri 1 and 3
Sukoharjo academic years 2014/2015. This research uses experimental method.
The population is all students of class X SMA Negeri 1 and 3 Sukoharjo academic
years 2014/2015. The selected sample is a class X MIA 2 SMA Negeri 1
Sukoharjo as the experimental group and the students of class X MIA 3 SMA
Negeri 3 Sukoharjo as the control group were taken by purposive sampling
technique. The instrument used to collect the data is written tests with test form
lettered practice writing Java. Instrument validity uses conceptual validity test
and reliability test ratings. Test requirements include normality test with Lilliefors
test, homogeneity test with Bartlett test, and balance test with t test. Based on the
hypothesis test with t test can be concluded that the Snow Balling learning model
better than conventional learning model against Java lettered writing skills (t
quantification > t table = 5.200 > 1.666).
Keywords: Snow Balling, Conventional, Java Lettered Writing Skills
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
antara keterampilan menulis berhuruf Jawa siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Snow Balling dan keterampilan menulis berhuruf Jawa siswa yang
diajar dengan model pembelajaran konvensional pada kelas X SMA Negeri 1 dan
3 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen. Populasi pada penelitian eksperimen ini adalah siswa kelas X SMA
Negeri 1 dan 3 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015. Sampel yang dipilih adalah
siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo sebagai kelompok eksperimen dan
siswa kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Sukoharjo sebagai kelompok kontrol yang
diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mengumpulkan data adalah tes tertulis dengan bentuk tes praktik menulis berhuruf
Jawa. Validitas instrumen menggunakan uji validitas konseptual dan uji reliabilitas
ratings. Uji persyaratan meliputi uji normalitas dengan uji Lilliefors, uji
homogenitas dengan uji Bartlett, dan uji keseimbangan dengan uji t. Berdasarkan
uji hipotesis dengan uji t dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Snow
Balling lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional
terhadap keterampilan menulis berhuruf Jawa (t hitung > t tabel = 5,200 > 1,666).
Kata kunci: Snow Balling, Konvensional, Keterampilan Menulis Berhuruf Jawa
PENDAHULUAN
Bahasa Jawa termasuk kategori pelajaran bahasa, sehingga mempunyai
konteks yang hampir sama dengan pelajaran bahasa yang lain. Seperti mata
pelajaran bahasa Indonesia, materi yang diajarkan di dalam mata pelajaran bahasa
Jawa juga terdapat empat keterampilan berbahasa, antara lain keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memiliki
tingkat kesulitan paling tinggi. Hal tersebut dikarenakan untuk mempelajari
keterampilan menulis diperlukan ketiga keterampilan berbahasa yang lain.
Keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Jawa tidak hanya berkaitan
dengan menulis karya sastra, tetapi juga berkaitan dengan teknik menulis huruf-
huruf yang digunakan. Huruf yang digunakan dalam bahasa Jawa tidak hanya
huruf Latin, tetapi juga huruf Jawa.
Berkaitan dengan definisi menulis, Sumarwati (2013: 1) mengungkapkan
pengertian menulis secara umum adalah menuangkan pikiran atau gagasan, atau
fakta dalam bentuk tulis. Penguasaan terhadap menulis berarti kecakapan untuk
mengetahui dan memahami struktur bahasa yang sesuai dengan kaidah yang
berlaku (Slamet, 2008: 98). Slamet juga menjelaskan bahwa kecakapan tersebut
merupakan sebagian persyaratan keterampilan menulis seseorang untuk
mengetahui, memahami, dan menggunakan unsur-unsur kata, kalimat, paragraf,
serta tata tulis-menulis.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa keterampilan menulis berhuruf
Jawa merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan unsur-unsur
kata, kalimat, paragraf, serta tata tulis-menulis dengan menggunakan huruf Jawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tata tulis-menulis dalam huruf Jawa dapat berupa penulisan dan pemenggalan
kata, pemakaian huruf dan angka Jawa, pemakaian tanda baca, dan sebagainya.
Huruf Jawa dalam bahasa Jawa sering disebut dentawyanjana. Menurut
Sutardjo (2011: 120), kata dentawyanjana berasal dari kata denta ‘untu atau gigi’
dan wyanjana ‘aksara atau huruf’; dentawyanjana kemudian diartikan sebagai
aksara untu atau huruf gigi, dan sering disebut carakan. Huruf Jawa atau sering
disebut dengan aksara Jawa memiliki beberapa jenis. Sofwan (2011: 1-13)
membedakan aksara Jawa menjadi 4 golongan, antara lain: (1) aksara Jawa yang
berwujud suku kata legena, yaitu suku kata suara a yang jumlahnya ada 20 aksara
dan pasangannya juga 20 aksara yang meliputi ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la,
pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga; (2) aksara murda atau aksara gedhe
yang jumlahnya ada 8 aksara, yaitu Na, Ka, Ta, Sa, Pa, Ga, Ba, Nya; (3) aksara
suara atau aksara vokal yang jumlahnya ada 5 aksara, yaitu A, I, E, O, U; dan (4)
aksara rekan atau aksara rekakan meliputi kh, gh, dz, f/v, z.
Cara penulisan huruf Jawa memiliki beberapa pedoman. Itulah salah satu
faktor yang menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan menulis
menggunakan huruf Jawa. Berdasarkan hasil pengamatan nilai ulangan harian dan
ulangan umum mata pelajaran bahasa Jawa siswa kelas X SMA Negeri 1
Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015 diketahui bahwa masih banyak siswa yang
mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Salah satu materi
yang dianggap sulit oleh siswa adalah menulis berhuruf Jawa. Kesulitan tersebut
karena kurangnya penguasaan terhadap cara-cara merangkai huruf Jawa menjadi
kata dan kalimat.
Penelitian tentang upaya meningkatkan keterampilan menulis pernah
dilakukan oleh Joe Moxley dengan judul Big Data, Learning Analytics, and
Social Assessment. Hasil penelitian Joe Moxley menyimpulkan bahwa
penggunaan media sosial dan rubrik masyarakat memungkinkan pemetaan tentatif
penalaran, penelitian mahasiswa, dan kemampuan menulis. Adapun penelitian
LA. Stern dan A. Solomon yang berjudul Effective Faculty Feedback: The Road
Less Traveled juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
penelitian tersebut adalah lebih dari setengah kertas (61%) memiliki komentar
yang berurusan dengan "kualitas keseluruhan" dari tugas yang selesai.
Dalam mengatasi kesulitan menulis berhuruf Jawa perlu memperhatikan
proses pembelajarannya. Keberhasilan proses pembelajaran akan meningkatkan
prestasi siswa. Demi keberhasilan proses pembelajaran, guru perlu memiliki
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan dalam menerapkan model
pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat menjadikan proses
pembelajaran menjadi lebih efektif.
Model pembelajaran adalah model yang dipilih dalam pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dilaksanakan dengan suatu sintaks
(langkah-langkah yang sistematis dan urut) tertentu (Warsono & Hariyanto, 2012:
35). Saat ini model pembelajaran yang diterapkan dalam mata pelajaran bahasa
Jawa, khususnya materi huruf Jawa, kurang bervariasi. Masih banyak ditemukan
guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Menurut Djamarah
(Isjoni & Ismail, 2008: 158-159), model pembelajaran konvensional disebut juga
dengan ceramah karena sejak dulu telah dipergunakan sebagai alat komunikasi
lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.
Metode ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru
terhadap kelas (Anitah, 2009: 85).
Model pembelajaran konvensional sering digunakan guru karena tidak
membutuhkan banyak tenaga, waktu, dan biaya. Hal tersebut sejalan dengan
Nugroho (2013: 89) yang mengatakan kelebihan metode ceramah adalah murah
karena media yang digunakan cukup suara guru dan menghemat waktu karena
semua aspek yang penting telah disampaikan guru.
Metode ceramah dalam model pembelajaran konvensional tidak efektif
untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Bligh, yaitu metode ceramah tidak seefektif metode diskusi, jika
digunakan untuk menggugah pendapat siswa/mahasiswa (Zaini, Munthe, &
Aryani, 2007: 61).
Salah satu model pembelajaran yang dapat melatih siswa aktif dalam
kelompok adalah Snow Balling. Menurut Zaini, Munthe, dan Aryani (2007: 61),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
model ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari diskusi
siswa/mahasiswa secara bertingkat. Maksud dari diskusi secara bertingkat adalah
peserta didik berdiskusi memecahkan suatu masalah dalam kelompok kecil
kemudian bergabung dengan kelompok lain, sehingga menjadi kelompok besar.
Dalam model pembelajaran Snow Balling, setiap anggota kelompok
berkewajiban merumuskan jawaban atau pemecahan masalah sebagai bekal
tatkala bergabung pada pembentukan kelompok baru (Marno & Idris, 2012: 154).
Penggabungan kelompok dilakukan setelah anggota kelompok awal mendapatkan
jawaban dari soal atau permasalahan yang diberikan.
Metode diskusi dalam model pembelajaran ini membuat suasana kelas
terasa lebih santai dan menyenangkan, akan tetapi masih berkonsentrasi pada
materi pelajaran. Silberman dan Auerbach (2013: 10) mengungkapkan bahwa
menempatkan peserta dalam tim dan memberi mereka tugas yang membuat
mereka bergantung kepada satu sama lainnya untuk menyelesaikan pekerjaan
terkait adalah cara yang gemilang untuk mendayagunakan kebutuhan sosial
mereka. Diskusi kelompok yang dilakukan bertingkat dari kelompok kecil hingga
kelompok besar dapat mendidik siswa untuk bertanggung jawab, saling
membantu, dan teliti dalam mengerjakan tugas.
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui
ada tidaknya perbedaan antara keterampilan menulis berhuruf Jawa siswa yang
diajar dengan model pembelajaran Snow Balling dan keterampilan menulis
berhuruf Jawa siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional pada
kelas X SMA Negeri 1 dan 3 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo dan SMA Negeri
3 Sukoharjo selama enam bulan, yaitu dari bulan Januari sampai Juni 2015.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan dua variabel, yaitu
terikat (keterampilan menulis berhuruf Jawa) dan bebas (model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Snow Balling dan konvensional). Oleh karena itu, rancangan penelitian yang
digunakan oleh peneliti adalah posttest only control group design.
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Kelompok Variabel Bebas Posttest
Eksperimen
(Kelas X MIA 2
di SMA Negeri 1 Sukoharjo)
X
(Model Pembelajaran
Snow Balling)
O1
Kontrol
(Kelas X MIA 3
di SMA Negeri 3 Sukoharjo)
- O2
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 dan 3
Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015. Sampel yang dipilih adalah siswa kelas X
MIA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas X
MIA 3 SMA Negeri 3 Sukoharjo sebagai kelompok kontrol yang diambil dengan
teknik purposive sampling.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini
adalah tes keterampilan menulis berhuruf Jawa. Uji validitas data yang digunakan
adalah uji validitas konseptual, yaitu berdasarkan teori atau konsep yang relevan
dengan variabel penelitian. Validitasnya tercermin pada indikator-indikator yang
diukur dan dikonsultasikan dengan beberapa ahli di bidang bahasa tentang
instrumen yang dibuat. Konsultan yang dipilih oleh peneliti adalah kedua
pembimbing skripsi, guru bahasa Jawa SMA Negeri 1 Sukoharjo, dan guru bahasa
Jawa SMA Negeri 3 Sukoharjo. Selain itu, dilakukan uji reliabilitas ratings,
diperoleh nilai ̅ = 0,976. Berdasarkan hasil tersebut, instrumen tes keterampilan
menulis berhuruf Jawa dinyatakan reliabel.
Sebelum analisis data, dilakukan uji normalitas, homogenitas, dan
keseimbangan. Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan pengujian
hipotesis dengan menggunakan uji t.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini melibatkan 76 siswa yang terdiri dari 38 siswa kelas X
MIA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo dan 38 siswa kelas X MIA 3 SMA Negeri 3
Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015. Kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo
sebagai kelas eksperimen yang diberi model pembelajaran Snow Balling dan kelas
X MIA 3 SMA Negeri 3 Sukoharjo sebagai kelas kontrol yang diberi model
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan evaluasi hasil posttest keterampilan menulis berhuruf Jawa
kelas eksperimen memiliki rentang skor 18,33 dengan skor terendah 75 dan skor
tertinggi 93,33. Hasil posttest pada kelompok ini mempunyai nilai mean sebesar
83,15, modus sebesar 78,32, median sebesar 82,50, varians sebesar 32,71, dan
standar deviasi sebesar 5,72. Pada kelas kontrol diketahui rentang skor 25 dengan
skor terendah 66,66 dan skor tertinggi 91,66. Hasil posttest pada kelompok ini
mempunyai nilai mean sebesar 75,61, modus sebesar 78,33, median sebesar 74,99,
varians sebesar 46,45, dan standar deviasi sebesar 6,82.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data dalam keadaan
terdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji Lilliefors.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Posttest Keterampilan Menulis
Berhuruf Jawa Kelas Eksperimen dan Kontrol
Sampel ̅ S L0 Lt
Snow Balling 83,15 5,72 0,1154 0,144
Konvensional 75,92 6,60 0,1412 0,144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pada kelas eksperimen diperoleh L0 sebesar 0,1154 dengan N = 38 dan
taraf nyata α = 0,05. Berasal dari Daftar Nilai Kritis L untuk uji Lilliefors, didapat
Lt sebesar 0,144, sehingga L0 < Lt atau 0,1154 < 0,144. Pada kelas kontrol
diperoleh L0 sebesar 0,1412 dengan N = 38 dan taraf nyata α = 0,05. Berasal dari
Daftar Nilai Kritis L untuk uji Lilliefors, didapat Lt sebesar 0,144, sehingga L0 <
Lt atau 0,1412 < 0,144. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data nilai
posttest keterampilan menulis berhuruf Jawa pada kelas kontrol berasal dari
populasi berdistribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kedua sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas pada penelitian ini
menggunakan uji Bartlett.
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Posttest Keterampilan Menulis
Berhuruf Jawa Kelas Eksperimen dan Kontrol
Sampel dk 1/dk Si2
log Si2 (dk) log Si
2
Harga
χ2
hitung χ2
tabel
Snow Balling 37 0,027 32,71 1,515 56,0412 1,137 3,841
Konvensional 37 0,027 46,45 1,667 61,6802
Jumlah 74
117,7214
Berdasarkan tabel 3 diketahui χ2 hitung sebesar 1,137. Merujuk pada
tabel dengan tingkat signifikansi α = 0,05, diperoleh χ2
tabel sebesar 3,841,
sehingga χ2
hitung < χ2
tabel (1,137 < 3,841). Dapat disimpulkan bahwa data nilai
posttest keterampilan menulis berhuruf Jawa pada kelas eksperimen dan kontrol
berasal dari populasi yang homogen.
Pengujian keseimbangan dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal
kelas eksperimen dan kontrol sebelum mendapat perlakuan. Uji keseimbangan
dalam penelitian ini menggunakan uji t.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tabel 4. Hasil Uji Keseimbangan Kondisi Awal Kelas Eksperimen
dan Kontrol
Sampel ̅ S t hitung t tabel
Snow Balling 72,84 9,64 0,482 1,993
Konvensional 71,79 9,29
Berdasarkan tabel 4 diketahui t hitung sebesar 0,482. Merujuk pada tabel
dengan tingkat signifikansi α = 0,025, diperoleh t tabel sebesar 1,993, sehingga t
hitung < t tabel (0,482 < 1,993). Dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan
kontrol mempunyai kemampuan awal yang seimbang.
Rumus statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah uji t.
Pada penelitian ini, hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.
H0 : keterampilan menulis berhuruf Jawa siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Snow Balling tidak lebih baik dibandingkan dengan
keterampilan menulis berhuruf Jawa siswa yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional.
H1 : keterampilan menulis berhuruf Jawa siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Snow Balling lebih baik dibandingkan dengan
keterampilan menulis berhuruf Jawa siswa yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional.
Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Posttest Keterampilan Menulis
Berhuruf Jawa
Sampel ̅ S t hitung t tabel
Snow Balling 83,15 5,72 5,200 1,666
Konvensional 75,61 6,82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Berdasarkan deskripsi data, diperoleh nilai rata-rata posttest keterampilan
menulis berhuruf Jawa siswa yang diberi model pembelajaran Snow Balling lebih
besar daripada nilai rata-rata yang diperoleh siswa yang diberi model
pembelajaran konvensional, yaitu 83,15 > 75,61. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa model pembelajaran Snow Balling menghasilkan nilai keterampilan
menulis berhuruf Jawa yang lebih tinggi daripada model pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t, diperoleh t
hitung sebesar 5,200 dan t tabel sebesar 1,666. Hal ini berarti t hitung > t tabel
(5,200 > 1,666). Hasil tersebut membuktikan bahwa H0 yang berbunyi
“keterampilan menulis berhuruf Jawa siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Snow Balling tidak lebih baik dibandingkan dengan keterampilan
menulis berhuruf Jawa siswa yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional” ditolak, sedangkan H1 yang berbunyi “keterampilan menulis
berhuruf Jawa siswa yang diajar dengan model pembelajaran Snow Balling lebih
baik dibandingkan dengan keterampilan menulis berhuruf Jawa siswa yang diajar
dengan model pembelajaran konvensional” diterima.
Hal ini berarti perlakuan model pembelajaran Snow Balling terbukti
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Model
ini dapat mendorong siswa ikut serta secara aktif dalam pembelajaran melalui
diskusi kelompok. Diskusi kelompok pada model pembelajaran Snow Balling
dimulai dari kelompok berpasangan, yaitu beranggotakan dua orang. Di dalam
kelompok tersebut, siswa mendiskusikan sebuah soal. Setelah diskusi selesai,
dilakukan penggabungan dua kelompok berpasangan menjadi satu kelompok,
sehingga terbentuk kelompok baru yang beranggotakan empat orang. Pada
kelompok baru ini siswa mencocokkan jawaban dari kedua kelompok awal untuk
diambil jawaban yang disepakati bersama. Penggabungan kelompok dapat
dilakukan lagi apabila waktu masih memadai. Metode diskusi kelompok yang
dilakukan secara bertingkat ini dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab,
gotong-royong, dan teliti pada siswa dalam mengerjakan tugas. Model ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
membuat suasana kelas lebih menyenangkan, sehingga siswa tidak mudah bosan
mengikuti pembelajaran sampai akhir.
Berbeda halnya dengan model pembelajaran Snow Balling yang
membuat suasana kelas menjadi aktif, pelaksanaan model pembelajaran
konvensional cenderung pasif. Kelemahan dari model ini adalah kurangnya
partisipasi siswa dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran
didominasi oleh guru. Peran siswa hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan
tugas, sehingga siswa terbatasi untuk memberikan umpan balik dari materi yang
telah mereka terima. Hal tersebut dapat membuat semangat siswa untuk mengikuti
pembelajaran berkurang, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara
maksimal.
Penerapan model pembelajaran Snow Balling memberikan peluang yang
lebih besar kepada siswa untuk memahami materi secara maksimal. Siswa juga
memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk mengembangkan bakat dan
potensinya. Jadi, model pembelajaran Snow Balling memberikan hasil yang lebih
baik daripada model pembelajaran konvensional.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya disimpulkan bahwa keterampilan menulis berhuruf Jawa
siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran Snow Balling lebih baik hasilnya
dibandingkan dengan keterampilan menulis berhuruf Jawa siswa yang diajar
dengan strategi pembelajaran konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Isjoni dan Ismail, Mohd. Arif. (2008). Model-model Pembelajaran Mutakhir.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Marno dan Idris, M. (2012). Strategi & Metode Pengajaran: Menciptakan
Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Yogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Moxley, Joe. (2013). Big Data, Learning Analytics, and Social Assessment.
Journal of Writing Assessment, 6. Diperoleh 27 Juli 2015, dari
http://www.journalofwritingassessment.org/archives.php.
Nugroho, Djawadi Hadi. (2013). Strategi Pembelajaran Geografi. Yogyakarta:
Ombak.
Silberman, Mel dan Auerbach, Carol. (2013). Active Training: Pedoman Praktis
tentang Teknik, Desain, Contoh Kasus, dan Kiat. Bandung: Nusa Media.
Slamet. (2008). Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: LPP
UNS dan UNS Press.
Sofwan. (2011). Kawruh Aruming Basa. Surakarta: PT Widya Duta Grafika.
Stern, L.A. dan Solomon, A. (2006). Effective Faculty Feedback: The Road Less
Traveled. Assessing Writing, 11, 22-41. Diperoleh 23 Desember 2014, dari
http://journalofwritingassessment.org/archives/3-1.5.pdf.
Sumarwati. (2013). Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Indonesia. Surakarta:
UNS Press.
Sutardjo, Imam. (2011). Kawruh Basa saha Kasusastran Jawi. Surakarta: Jurusan
Sastra Daerah FSSR UNS.
Warsono dan Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Zaini, H., Munthe, B., dan Aryani, S.A. (2007). Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: CTSD Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga.