PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

24
1 PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA CAKUNG DUA Boris Sembiring Kembaren Gunadi Ilmu Administrasi Fiskal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) [email protected] ABSTRAK Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh penerapan good governance dalam pelayanan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cakung Dua. Dalam penelitian yang menjadi variabel bebas adalah good governance dalam pelayanan pajak yang terdiri dari akuntabilitas, efektif dan efisien, daya tanggap, keadilan, partisipatif, dan transparan. Sedangkan, yang menjadi variabel terikat adalah kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data dengan cara survey. Sample yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. Teknik penarikan sampel menggunakan jenis nonprobability sampling dengan teknik purposive/judgemental. Hasil penelitian ini menjelaskan adanya pengaruh penerapan good governance dalam pelayanan pajak pada kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cakung Dua. Akuntabilitas, partisipatif, dan transparan merupakan beberapa dari prinsip good governance yang perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan kedepannya lebih baik. The Influencof Applying Good Governance in Tax Service to Taxpayer Compliance at Pratama Cakung Dua Tax Office ABSTRACT This study has the objective to obtain empirical evidence regarding the influence of applying good governance in tax service to taxpayer compliance at Pratama Cakung Dua Tax Office. In a study by the independent variable is good governance in the tax services consist of accountability, effective and efficient, responsiveness, fairness, participatory, and transparent. The dependent variable is a tax compliance. This study uses a quantitative approach with techniques of data collection by survey. Sample used in this study is 100 respondents. Technique using a type of nonprobability sampling with purposive / judgmental technique. Results of this study describe that there is significant influence of applying good governance in tax service to taxpayer compliance at Pratama Cakung Dua Tax Office. Accountability, participatory, and transparent are some of the principles of good governance are critical to improved future better. Keywords: Good governance in the tax service and tax compliance Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Transcript of PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

Page 1: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

1    

PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA CAKUNG DUA

Boris Sembiring Kembaren Gunadi

Ilmu Administrasi Fiskal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI)

[email protected]

ABSTRAK Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh penerapan good governance dalam pelayanan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cakung Dua. Dalam penelitian yang menjadi variabel bebas adalah good governance dalam pelayanan pajak yang terdiri dari akuntabilitas, efektif dan efisien, daya tanggap, keadilan, partisipatif, dan transparan. Sedangkan, yang menjadi variabel terikat adalah kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data dengan cara survey. Sample yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. Teknik penarikan sampel menggunakan jenis nonprobability sampling dengan teknik purposive/judgemental. Hasil penelitian ini menjelaskan adanya pengaruh penerapan good governance dalam pelayanan pajak pada kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cakung Dua. Akuntabilitas, partisipatif, dan transparan merupakan beberapa dari prinsip good governance yang perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan kedepannya lebih baik.

The Influencof Applying Good Governance in Tax Service to Taxpayer Compliance at Pratama Cakung Dua Tax Office

ABSTRACT

This study has the objective to obtain empirical evidence regarding the influence of applying good governance in tax service to taxpayer compliance at Pratama Cakung Dua Tax Office. In a study by the independent variable is good governance in the tax services consist of accountability, effective and efficient, responsiveness, fairness, participatory, and transparent. The dependent variable is a tax compliance. This study uses a quantitative approach with techniques of data collection by survey. Sample used in this study is 100 respondents. Technique using a type of nonprobability sampling with purposive / judgmental technique. Results of this study describe that there is significant influence of applying good governance in tax service to taxpayer compliance at Pratama Cakung Dua Tax Office. Accountability, participatory, and transparent are some of the principles of good governance are critical to improved future better. Keywords: Good governance in the tax service and tax compliance

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 2: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

2    

Universitas Indonesia  

1. Pendahuluan

Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam

rangka pembiayaan negara menuntut peningkatan penerimaan negara yang salah satunya berasal

dari penerimaan pajak. Tugas mulia tersebut diemban oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

sebagai salah satu instansi pemerintah yang secara struktural berada di bawah Departemen

Keuangan. Dengan visi menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di

wilayah Asih Tenggara, dan misi menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan

menerapkan Undang-undang (UU) Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai

penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat (http://www.pajak.go.id/visi_dan_misi, 2013). Tabel 1.1 Peran Pajak Terhadap APBN Tahun 2007 s/d 2013

No Tahun Anggaran Jumlah (dalam miliar) Prosentase Pajak: APBN

(%) APBN Pajak

1 2013 1.529.673,1 1.192.994,1 78% 2 2012 1.358.205,0 1.016.273,3 75% 3 2011 1.210.599,6 873.874,0 72% 4 2010 995.271,5 723.306,7 72% 5 2009 848.763,2 619.922,2 73% 6 2008 981.609,4 658.700,8 67% 7 2007 707.806,1 490.988,6 69%

Sumber: Departemen Keuangan RI (www.anggaran.depkeu.go.id)

Berdasarkan tabel 1.1, terlihat bahwa peran pajak terhadap APBN sejak tahun anggaran

2007 s/d 2013 rata-rata diatas 50% bahkan pada tahun ini, 2013 mencapai 78%. Untuk itu

diperlukan diperlukan kerjasama yang baik dengan Wajib Pajak, dalam hal ini yaitu kepatuhan

Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya agar penerimaan pajak tercapai secara

optimal. Akan tetapi, dewasa ini masyarakat lebih kritis dalam menyikapi hal tersebut, karena

setiap masyarakat mengetahui bahwa pajak merupakan suatu kewajiban yang wajib dilaksanakan

dan tidak memperoleh timbal balik secara langsung. Dengan kata lain, masyarakat mau tidak mau

harus melaksanakan kewajiban tersebut, namun dibalik semua itu masyarakat juga berhak untuk

menuntut pelayanan publik yang lebih baik, khususnya pelayanan dalam administrasi pajak yang

juga merupakan bagian dari pelayanan publik. Sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa

kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah lebih rendah dibandingkan dengan kualitas

yang diberikan oleh pihak swasta. Masyarakat menilai pelayanan yang diberikan oleh pemerintah

sarat dengan praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Disamping itu masyarakat juga

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 3: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

3    

Universitas Indonesia

menilai bahwa pelayanan yang diberikan pemerintah terlalu berbelit-belit, terlalu lama dalam

memberikan teknis pelayanannya dan adanya pegawai yang kurang mampu bekerja secara

professional atau kurang memiliki daya tanggap yang baik dalam bekerja, serta sikap pegawai

seringkali kurang menyenangkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut dapat dinyatakan bahwa kondisi sistem administrasi

perpajakan di Indonesia dinilai masih terlalu kompleks. Terlebih lagi, bahwa pelayanan pajak dan

penegakan hukum pajak dinilai masih kurang baik, serta tarif pajak yang terlalu tinggi atau

membebankan Wajib Pajak (Rahayu, 2010, hlm. 140) dan hal-hal tersebut sangat penting karena

akan memberikan keengganan dan penggerutuan para pembayar pajak sehingga berpengaruh

terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak. Sedangkan, Rochmat Soemitro (dalam Jamin, 2001)

menyatakan bahwa tugas penting untuk dilaksanakan agar tercapainya penerimaan pajak secara

optimal adalah upaya membangkitkan kesadaran pajak (tax consciousness) untuk menjadi Wajib

Pajak Patuh. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah Indonesia melakukan

pembaharuan administrasi pajak atau reformasi pajak. Tujuan reformasi pajak selain untuk

meningkatkan kesadaran pajak, namun juga bertujuan menerapkan konsep good governance

dalam sistem administrasi perpajakan melalui peningkatkan kualitas pelayanan kepada Wajib

Pajak, serta peningkatkan pengawasan dalam pelaksanaan administrasi pajak baik kepada fiskus

maupun kepada Wajib Pajak, seperti yang diungkapkan oleh Rahayu dalam bukunya Perpajakan

Indonesia (2010, hlm. 99). Dengan begitu dapat dijelaskan secara singkat bahwa reformasi pajak

merupakan reformasi terhadap Peraturan Perundang-undangan Perpajakan dan sistem

administrasi perpajakan dan Indonesia telah melaksanakan reformasi pajak semenjak tahun 1983,

terus berlanjut dalam kurun waktu tertentu.

Salah satu reformasi perpajakan terjadi di Indonesia pada tahun 2007 yang menghasilkan

reformasi terhadap Peraturan Perundang-undangan Perpajakan, yaitu dengan diundangkannya

UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan dan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas

UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, serta UU No. 42 Tahun 2009 tentang

Perubahan Ketiga UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah. Kemudian, perubahan atas reformasi perpajakan pada tahun 2007 terhadap

sistem administrasi perpajakan, yaitu berupa penerapan pelayanan administrasi perpajakan

berbasis modernisasi yaitu adanya layanan yang prima dan pengawasan yang intensif dengan

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 4: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

4    

Universitas Indonesia

pelaksanaan prinsip-prinsip good governance yang diterapkan pada KPP Pratama atau juga

sering disebut dengan KPP Modern (hlm. 118-121).

Untuk mengimplementasikan konsep perpajakan modern melalui KPP modern yang

berorientasi pada pelayanan dan pengawasan sebagai bentuk penerapan good governance, maka

struktur organisasi DJP perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan

maupun di level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Setelah adanya

reformasi perpajakan sebagai langkah pertama, untuk memudahkan Wajib Pajak, ketiga jenis

kantor pajak yang ada, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa), dilebur menjadi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Dengan demikian Wajib Pajak cukup datang ke satu kantor saja

untuk menyelesaikan seluruh masalah perpajakannya. Selain itu, terdapat sistem administrasi

perpajakan modern yang menerapkan kemajuan teknologi terbaru diantaranya perkembangan

Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dengan pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi

Perpajakan Terpadu (SPAT) yang di kendalikan oleh case management system serta berbagai

pelayanan dengan basis e-system seperti e-SPT, e-Filling, e-Payment, Taxpayer account, e-

Registration, dan e-counceling yang diharapkan meningkatkan mekanisme pengontrolan yang

lebih efektif ditunjang dengan penerapan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak untuk

mengontrol perilaku para pegawai pajak (hlm. 125-132). Penerapan Good Governance dalam

pelayanan pajak yang tersaji dalam KPP Modern seperti diuraikan di atas, diharapkan DJP dapat

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dalam masalah perpajakan. Uraian tersebut,

merupakan bukti bahwa penerapan good governance agar dirasakan secara cepat dan tepat oleh

masyarakat adalah melalui pelayanan publik, dalam hal ini adalah pelayanan pajak. Dengan

tujuan sebagaimana dijelaskan sebelumnya agar dapat meningkatkan penerimaan pajak secara

optimal. Akan tetapi apa yang diharapkan masih belum tercapai dan dapat dibuktikan melalui

tabel dibawah ini. Tabel 1.2 Perkembangan Penerimaan Perpajakan Indonesia Tahun 2009-2012

No Tahun Jumlah (dalam miliar) Tax Ratio (%) PDB Pajak

1 2012 8.241.864,30 1.016.273,3 12% 2 2011 7.422.781,20 873.874,0 11% 3 2010 6.446.851,90 723.306,7 11% 4 2009 5.606.203,40 619.922,2 11% 5 2008 4.948.688,40 658.700,8 14% 6 2007 3.950.893,20 490.988,6 12%

Sumber: Nota Keuangan dan APBN 2013

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 5: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

5    

Universitas Indonesia

Berdasarkan tabel 1.2, bahwa penerimaan negara dari sektor pajak meningkat setiap

tahunnya dan hal tersebut membuktikan bahwa upaya DJP dinilai cukup berhasil, terutama atas

penerapan good governance seperti yang telah diuraikan sebelumnya dalam meningkatkan

penerimaan negara dari sektor pajak. Namun, bila dianalisis lebih lanjut berdasarkan tax ratio

maka hal tersebut masih belum tercapai secara optimal hingga saat ini. Tax ratio merupakan

perbandingan antara jumlah penerimaan pajak dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto

(PDB) suatu negara. Rasio tersebut dipergunakan untuk menilai tingkat kepatuhan pembayaran

pajak oleh masyarakat dalam suatu negara. Logikanya, semakin tinggi nilai tax ratio maka

semakin patuh Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya di negara tersebut (Sari,

2012). Pada tabel 1.2, terlihat bahwa tax ratio sebesar 12% tahun 2007, 14% tahun 2008, 11%

tahun 2009, 11% tahun 2010, 11% tahun 2011, 12% tahun 2012. Setiap tahun mengalami

peningkatan yang tidak terlalu jauh dengan tahun-tahun sebelumnya, yang artinya tidak ada

perubahan yang begitu signifikan terhadap tax ratio dari tahun 2007-2012. Seharusnya setiap

tahun, bila penerapan good governance dalam pelayanan pajak ditingkatkan maka setiap

tahunnya tax ratio akan mengalami peningkatan pula. Pernyataan tax ratio Indonesia dinilai

masih rendah juga dinilai oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Agus Martowardojo (2013). Menkeu

Agus Martowardojo (2013) memberikan pernyataan dalam suatu artikel yang ditulis oleh

Manurung (2013) yang berjudul “Kompleksitas Kepatuhan Pajak” bahwa orang pribadi yang

seharusnya membayar pajak atau yang mempunyai penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP) sebanyak 60 juta orang, tetapi jumlah yang mendaftarkan dirinya sebagai wajib

pajak hanya 20 juta orang dan yang membayar pajaknya/melapor Surat Pemberitahuan (SPT)

Pajak Penghasilannya hanya 8,8 juta orang dengan rasio SPT sekitar 14,7 persen. Sementara

badan usaha yang terdaftar sebanyak 5 juta, yang mau mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak

hanya 1,9 juta dan yang membayar pajak/melapor Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak

Penghasilannya hanya 520 ribu badan usaha dengan rasio SPT sekitar 10,4 persen. Jadi jika

dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, dimana tingkat kepatuhan masyarakatnya

dalam membayar pajak mencapai 80 persen, maka persentase kepatuhan pajak masyarakat

Indonesia masih jauh dibawah kepatuhan pajak masyarakat Malaysia

(http://www.pajak.go.id/content/article/kompleksitas-­‐kepatuhan-­‐pajak,  2013).  

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

tujuan untuk menguji pengaruh penerapan good governance melalui pelayanan pajak terhadap

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 6: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

6    

Universitas Indonesia

kepatuhan Wajib Pajak. Adapun peneliti melakukan penelitian ini di KPP Pratama Cakung Dua,

karena KPP Pratama Cakung dua telah melakukan reformasi administrasi perpajakan pada tahun

2007 dengan dasar Direktur Jenderal Pajak No. Kep-86/PJ/2007 pada tanggal 3 Juli 2007. Atas

dasar ketetapan tersebut, KPP Pratama cakung Dua juga menerapkan pelayanan pajak yang

berwawasan good governance. Terlebih lagi pada tahun 2012, KPP Pratama Cakung dua

memperoleh predikat sebagai KPP Pratama yang memiliki pelayanan terbaik di tingkat kanwil

Jakarta Timur. Dengan begitu judul penelitian dalam peneltian ini adalah “Pengaruh Penerapan

Good Governance dalam Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Cakung Dua”.

2. Kerangka teori dan Hipotesis Penelitian 2.1 Kepatuhan Perpajakan

Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Nowak (Moh. Zain, 2004) sebagai “Suatu

iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi

dimana Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung

jumlah pajak yang terutang dengan benar, membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya

(Rahayu, 2010, hlm. 138). Menurut Nasucha, kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dalam

bentuk kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali

Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan

kepatuhan dalam pembayaran tunggakan (hlm 139).

Kemudian, Nurmantu (2005) mendefinisikan kepatuhan perpajakan sebagai suatu

keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak

perpajakannya (hlm. 108). Menurut pengamatan yang dilakukan oleh Nurmantu (2005, hlm.

148-149) terdapat dua macam kepatuhan yakni kepatuhan formal dan kepatuhan material.

Kepatuhan formal merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban

perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Misalnya

ketentuan tentang batas waktu penyetoran pajak terhutang dan penyampaian SPT. Sedangkan

kepatuhan material merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantive memenuhi

semua keadaan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.

Kepatuhan material dapat meliputi juga kepatuhan formal. Jadi, wajib pajak yang memenuhi

kepatuhan material dalam mengisi SPT Tahunan Pajak Penghasilan, adalah wajib pajak yang

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 7: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

7    

Universitas Indonesia

mengisi dengan jujur, baik dan benar SPT tersebut sesuai dengan ketentuan dalam UU PPh dan

mennyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu.

2.2. Cara Meningkatkan Kepatuhan Wajib pajak

Secara tradisional, Jenkins dan Forlemu (1992) yang dikutip oleh Gunadi menyebut

bahwa beberapa metode pendorong kepatuhan perpajakan termasuk self assessment yang

dibarengi dengan penegakan hukum secara random tetapi keras, tegas dan lugas (stringent),

misalnya berupa pemeriksaan, penagihan dan penyidikan, dan administrative assessment atas

semua SPT yang disampaikan wajib pajak. Selain kedua model itu, diperkenalkan juga model self

assessment dengan ‘high level’ pelayanan (pelayanan prima – excellent services) kepada

pembayar pajak, misalnya dalam bentuk edukasi, sosialisasi, konsultasi, fasilitasi pembayaran

dan pelaporan. Namun kita perlu menyadari bahwa saat ini secara umum pelayanan administrasi

(instansi pemerintah) di Indonesia masih belum memuaskan masyarakat karena prosedur berbelit-

belit, pemberian pelayanan lambat dan sering dengan biaya yang mahal (Kasim: 1998; dan Rajab:

2003).

Sehubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan Negara (governance), studi Huther

dan Shah pada 1998 (sebagaimana pernyataan Suryanto: 2002) menunjukkan bahwa Indonesia

berada pada kelompok negara dengan poor governance. Sejalan dengan merebaknya paradigma

good governance, yang menurut Suryanto (2002) merupakan model penyelenggaraan

pemerintahan negara yang efektif dan efisien, dengan menjaga sinergi dan interaksi yang

konstruktif antara pemerintah, sectors wasta dan masyarakat, pembaharuan administrasi,

termasuk pelayanan, dengan muatan good governance dapat menjadi kerangka acuan untuk

memperbaiki kerusakan dasar institusional pengelolaan maupun distribusi berbagai sumber daya

dalam masyarakat. Dengan merujuk pada Pointer, Suryanto (2002) menyebut bahwa

pembaharuan tata pemerintahan haruslah berfokus pada penguatan kapasitas Negara,kapasitas

kebijakan dan kapasitas administrasi. Peningkatan kapasitas administrasi terkait dengan upaya

peningkatan efisiensi pengelolaan sumberdaya, serta efektivitas semua proses administrasi

pemerintahan termasuk pelayanan publik dan penegakan hukumnya.

2.3 Mewujudkan Good Governance dalam Pelayanan Pajak

Good governance diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. Secara teori good

governance telah didefinisikan oleh berbagai lembaga yang diakui oleh dunia. Salah satunya,

yaitu United Nations Development Program (UNDP) dalam dokumen kebijakannya yang

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 8: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

8    

Universitas Indonesia

berjudul “Governance for sustainable human development” (1997) mendefinisikan good

governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif di antar negara, sektor swasta, dan

society (Dwiyanto, 2005, hlm. 82). Praktiknya diperlukan strategi yang dirasa paling tepat dalam

menerapkan good governance. Dwiyanto (2005) mengungkapkan bahwa strategi yang tepat

dalam mewujudkan good governance adalah melalui pelayanan publik. beberapa pertimbangan

mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai pengembangan good

governance, yaitu (hlm. 20-25):

1. Pelayanan publik selama ini menjadi ranah dimana negara yang diwakili pemerintah

berinteraksi dengan lembaga-lembaga non pemerintah.

2. Pelayanan publik adalah ranah dimana berbagai aspek good governance dapat diartikulasikan

secara relative lebih mudah.

3. Pelayanan publik melibatkan semua unsur governance.

Dalam hal ini salah satu bentuk dari pelayanan publik adalah pelayanan pajak. DJP selaku

yang bertanggungjawab dalam memungut pajak wajib menerapkan good governance, terutama

seluruh pihak atau instansi yang dibawah DJP sebagai pelaksana yang memberikan pelayanan

pajak dalam melakukan pemungutan pajak. Sebagaimana dengan prinsip-prinsip yang

dikemukakan oleh UNDP, Dwiyanto (2005) mengadopsi dan menguraikan prinsip-prinsip good

governance yang dituangkannya kedalam pelayanan publik, yaitu:

1. Pelayanan yang Akuntabel (Accountability)

Menurut Dwiyanto (2005) bahwa akuntabilitas adalah suatu derajat yang menunjukkan

besarnya tanggungjawab aparat atas kebijakan maupun proses pelayanan publik yang

dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah. Dalam hal ini, ada dua bentuk akuntabilitas, yaitu

akuntabilitas eksplisit dan implicit. Akuntabilitas eksplisit adalah pertanggungjawaban seorang

pejabat atau menanggung konsekuensi dari cara-cara yang mereka gunakan dalam melaksanakan

tugas-tugas kedinasan. Sedangkan akuntabilitas implicit berarti bahwa setiap pejabat atau

pegawai pemerintah secara implisit bertanggungjawab atas setiap kebijakan, tindakan atau proses

pelayanan publik yang dilaksanakan. Termasuk di dalam tanggungjawab implisit yang harus

dipikul oleh setiap pegawai atau pejabat pemerintah ialah menghindari penyakit-penyakit

birokrasi yang senantiasa dikeluhkan oleh masyarakat saat ini, yaitu korupsi, kolusi, nepotisme

(hlm. 102).

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 9: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

9    

Universitas Indonesia

2. Pelayanan yang Efektif dan Efisiensi (Effectivity and Efficiency)

Dwiyanto (2005) mendefinisikan efisiensi sebagai perbandingan yang terbaik antara input

dan output. Ini berarti suatu output dapat dicapai dengan input yang minimal maka tingkat

efisiensi semakin baik. Input dalam pelayanan publik dapat berupa uang, tenaga, waktu dan

materi lain yang digunakan untuk menghasilkan atau mencapai suatu output. Artinya, harga

pelayanan publik harus dapat terjangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat. Disamping itu,

masyarakat dapat memperoleh pelayanan publik dalam waktu yang relative singkat dan tidak

banyak membutuhkan tenaga. Dengan menggunakan bantuan teknologi modern maka proses

pelayanan publik dapat dilakukan dengan cepat dan hemat tenaga (hlm. 150). Efisiensi dalam

pelayanan publik dapat dilihat dari perspektif pemberi layanan dan dari perspektif pengguna

layanan. Dari perspektif pemberi layanan, organisasi pemberi layanan harus mengusahakan agar

pelayanan murah dan tidak terjadi pemborosan sumberdaya publik. Pelayanan publik sebaiknya

melibatkan sedikit mungkin pegawai dan diberikan waktu yang singkat. Demikian juga dari

perspektif pengguna layanan, mereka menghendaki pelayanan publik dapat dicapai dengan biaya

murah, waktu singkat, dan tidak banyak membuang energi (hlm. 151)

3. Pelayanan yang Responsif (Responsiveness)

Dwiyanto (2005) mendefinisikan responsif atau daya tanggap sebagai kemampuan

organisasi untuk mendefinisikan kebutuhan masyarakat, menyusun prioritas kebutuhan, dan

mengembangkan ke dalam berbagai program pelayanan. Responsivitas mengukur daya tanggap

organisasi terhadap harapan, keinginan dan aspirasi, serta tuntuan warga pengguna layanan.

Tujuan utama pelayanan publik adalah memenuhi kebutuhan warga pengguna agar dapat

memperoleh pelayanan yang diinginkan dan memuaskan karena itu, penyedia layanan harus

mampu mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan warga pengguna, kemudian memberikan

pelayanan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan warga tersebut (hlm. 152).

4. Pelayanan yang Non Partisan atau Keadilan (Equity) Merata

Pelayanan publik non-partisan adalah sistem pelayanan yang memperlakukan semua

pengguna layanan secara adil tanpa membeda-bedakan berdasarkan status sosial ekonomi,

kesukuan, etnik, agama, dan sebagainya. Latar belakang pengguna layanan tidak boleh dijadikan

pertimbangan dalam memberikan pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan harus berdasarkan asas

equal before the law (kesamaan di depan hukum). Prinsip ini memberikan akses yang sama bagi

semua warga negara di dalam menerima pelayanan publik (hlm. 158-159).

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 10: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

10    

Universitas Indonesia

5. Pelayanan yang Partisipatif (Participation)

Pada pelayanan publik, prinsip partisipasi dalam upaya mewujudkan good governance,

sejalan dengan pandangan baru yang berkembang di dalam upaya meningkatkan pelayanan

publik dengan cara melihat masyarakat tidak hanya sebagai pelanggan (customer) melainkan

sebagai warga negara yang memiliki negara dan sekaligus pemerintahan yang ada didalamnya

(owner). Pergeseran pandangan ini mengisyaratkan bahwa masyarakat sejak awal harus

dilibatkan dalam merumuskan berbagai hal yang menyangkut pelayanan publik, misalnya

mengenai jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan, cara terbaik untuk penyelenggaraan

pelayanan publik, mekanisme untuk mengawasi proses pelayanan, dan yang tak kalah pentingnya

adalah mekanisme untuk mengevaluasi pelayanan (Purwanto, 2008, hlm. 190). Dwiyanto (2005)

mengungkapkan beberapa instrument yang dapat dipakai untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam penyediaan pelayanan publik (hlm. 199), yaitu membuat saluran untuk

menampung keluhan konsumen, membuat saluran untuk menampung saran-saran dari konsumen,

melakukan survai konsumen, melakukan kontak atau pertemuan dengan konsumen, membuat

forum untuk memproleh masukan kualitatif dari konsumen, misalnya membentuk forum

konsumen.

6. Pelayanan yang Transparan (Transparation)

Dwiyanto (2005) menjelaskan bahwa konsep transparansi menunjuk pada suatu keadaan

dimana segala aspek dari proses penyelenggaraan pelayanan bersifat terbuka dan dapat diketahui

dengan mudah oleh para pengguna dan stakeholders yang membutuhkan. Jika segala aspek

proses penyelenggaraan pelayanan seperti persyaratan, biaya dan waktu yang diperlukan, cara

pelayanan, serta hak dan kewajiban penyelenggara dan pengguna layanan dipublikasikan secara

terbuka sehingga mudah diakses dan dipahami oleh publik, maka praktik penyelenggara layanan

itu dapat dinilai memiliki transparasi yang tinggi. Sebaliknya, bila sebagian atau semua aspek

dari proses penyelenggaraan pelayanan itu tertutup dan informasinya sulit diperoleh oleh para

pengguna dan stakeholders lainnya, maka penyelanggaraan pelayanan itu tidak memenuhi kaidah

transparansi (hlm. 242). Oleh karena itu, setidak-tidaknya ada tiga indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur transparansi pelayanan publik (hlm. 242-248), yaitu: mengukur

tingkat keterbukaan proses penyelenggaraan pelayanan publik, seberapa mudah peraturan dan

prosedur pelayanan dapat dipahami oleh pengguna dan stakeholders lainnya, kemudahan untuk

memperoleh informasi mengenai berbagai aspek penyelenggaran pelayanan publik.

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 11: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

11    

Universitas Indonesia

Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan diatas dapat dijelaskan bahwa upaya

menciptakan pelayanan pajak yang efisien dan efektif, dapat dilakukan dengan menerapkan good

governance terhadap administrasi perpajakan dengan tujuan untuk meningkatkan kepatuhan

Wajib Pajak. Dengan meningkatnya kepatuhan Wajib Pajak diharapkan penerimaan pajak juga

meningkat. Adapun wujud penerapan good governance yang paling efesien dan efektif adalah

berupa pelayanan publik dan hal tersebut nyata telah dilakukan oleh DJP, yaitu pelayanan pajak.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Rumusan

hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak ada Pengaruh dari penerapan good governance dalam pelayanan pajak terhadap

kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cakung Dua

Ha : Ada pengaruh dari penerapan good governance dalam pelayanan pajak terhadap

kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cakung Dua

3 Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,

karena penelitian dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas (independent)

mempengaruhi variabel terikat (dependent), yang dalam hal ini menjadi variabel-variabel

tersebut, yaitu good governance dan kepatuhan Wajib Pajak. Dalam menggunakan pendekatan

ini, penelitian harus didasari pada asumsi dasar dari ilmu sosial (Prasetyo, 2005, hlm. 43). Oleh

karena itu, penelitian ini berangkat dari teori-teori mengenai good governance yang diwujudkan

melalui pelayanan administrasi pajak sebagai salah satu bentuk dari pelayanan publik dengan

tujuan untuk meningkatkan kepatuhan pajak agar dapat mengoptimalkan penerimaan pajak.

Setelah terbentuk kerangka teori, maka peneliti membentuk suatu hipotesis yang akan diuji,

menjabarkan konsep dalam bentuk variabel yang jelas, pengukuran telah dibuat secara sistematis

sebelum data dikumpulkan dan ada standarisasinya, hingga kemudian analisa dilakukan dengan

statistik, tabel, diagram, dan didiskusikan bagaimana hubungannya dengan statistik (Neuman,

2003, hlm. 145).

Berdasarkan manfaat penelitian ini termasuk dalam penelitian murni karena penelitian ini

memiliki orientasi pada bidang akademis dan penelitian ini tidak bertujuan untuk memberikan

solusi atas suatu masalah atau fenomena sosial tertentu. Penelitian murni ini menggunakan

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 12: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

12    

Universitas Indonesia

konsep-konsep yang abstrak dan manfaatnya tidak dapat dirasakan secara langsung, serta

mengembangkan ide, teori, atau gagasan. Sedangkan, Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini

termasuk ke dalam penelitian cross sectional, karena penelitian ini hanya dilakukan pada satu

waktu tertentu secara berulang-ulang dan tidak akan melakukan penelitian lain di waktu yang

berbeda untuk dijadikan perbandingan. Penelitian ini dilakukan dari akhir bulan Februari 2013

sampai dengan Juni 2013. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah melalui kuesioner yang telah disebarkan kepada responden yang telah ditentukan.

Jawaban kuesioner diukur dengan menggunakan Skala Likert (Sekaran, 2010, hlm. 152), yaitu

skala yang dingunakan secara luas yang meminta responden menandai derajat persetujuan atau

ketidaksetujuan dengan pernyataan terhadap 5 poin tersaji dalam kuesioner tersebut. Seluruh

hasil nilai tersebut yang telah diisi menurut jawaban responden akan diolah kembali melalui

software Statistical Product and Service Solution (SPSS) dan tersaji kedalam bentuk data

statistik.

Populasi penelitian ini adalah wajib pajak yang terdaftar pada KPP Cakung Dua dengan

teknik yang digunakan dalam penarik sampel di penelitian ini adalah teknik nonprobability

sampling. Teknik ini berarti tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota

populasi untuk dipilih sebagai anggota sampel. Jenis nonprobability sampling yang digunakan

adalah teknik purposive sampling, merupakan teknik yang dilakukan berdasarkan kriteria tertentu

yang ada pada responden. Peneliti melakukan pre-test sebelum menyebar kuesioner yang

sebenarnya dengan tujuan agar memperoleh ke-validan dan reliabilitas isi dari quesioner tersebut.

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan teori slovin, yaitu 100 respoden dalam

penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linier sederhana, karena dalam penelitian ini hanya terdiri dari dua variabel, yaitu Good

Governance dalam pelayanan pajak sebagai variabel independent dan kepatuhan Wajib Pajak

sebagai variabel dependen (Nugroho, 2011, hlm. 84). Untuk menganalisis data tersebut,

penghitungan metode ini akan diolah dengan program SPSS versi 12.0. Langkah – langkah

melakukan analisis regresi linier sederhana, yaitu Uji koefisien korelasi (R) dan Determinasi (R

Square/R2), Uji Regresi Anova (Uji F), Uji statistik t.

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 13: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

13    

Universitas Indonesia

4 Hasil Penelitian dan Analisis

4.1 Karakteristik Respoden

Dalam penelitian ini, kuesioner disebar di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Cakung Dua. Sebelum menyebarkan kuesioner yang sebenarnya, peneliti melakukan Pre-test

yang merupakan tahap awal sebelum penyebaran kuesioner yang sesungguhnya dan pre-test

dilakukan terhadap 30 responden yang memenuhi kriteria sampel. Hasil pre-test dalam penelitian

ini dinyatakan valid dan reliable. Dalam penelitian ini juga terdapat pendataan berdasarkan

karakteristik atau profil responden masing-masing seperti jenis kelamin, usia, dan tingkat

pendidikan dengan tujuan untuk memperoleh hasil jawaban pernyataan yang baik dari responden.

Tabel 4.1 menunjukkan profil responden yang meliputi jenis kelamin, usia, dan tingkat

pendidikan. Responden pria sebanyak 67 dan wanita sebanyak 33. Untuk Usia jumlah responden

yang berusia 23-35 tahun paling banyak terlibat dalam penelitian ini melalui pengisian kuesioner,

yaitu berjumlah 53, disusul respoden yang berusia 36-45 tahun sebanyak 23, kemudian berusia

<25 tahun sebanyak 17, dan yang terakhir berusia >45 tahun sebanyak 7. Untuk tingkat

pendidikan mayoritas terdiri dari Sarjana (S1) yaitu dengan tingkat 49, sedangkan pascasarjana

(S2) sebagai minoritas sejumlah 4. D3 serta SMA berjumlah 31 dan 4.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Jumlah dan Proporsi (%)

Jumlah Responden 100

Jenis Kelamin Pria

Wanita

67 (67%) 33 (33%)

Usia <25 tahun

23-35 tahun 36-45 tahun

>45 tahun

17 (17%) 53 (53%) 23 (23%)

7 (7%) Tingkat Pendidikan

SMA D3

Sarjana (S1) Pasca Sarjana (S2)

(4%)

31 (%) 49 (49%)

4 (4%)

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

4.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian

4.2.1 Analisis Deskriptif Variabel Good Governance

Variabel Good Governance memiliki 6 dimensi, dimana setiap dimensi memliki 3

indikator. Indikator dari setiap dimensi tersebut yang mewakili variabel Good Governance tersaji

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 14: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

14    

Universitas Indonesia

dalam kuesioner dan hasil dari kuesioner tersebut diolah kembali melalui SPSS. Adapun hasil

tersebut dijelaskan sesuai tiap dimensi yang sebagai berikut:

a. Dimensi Akuntabilitas (Accountability) Tabel 4.2 Nilai Mean pada Dimensi Akuntabilitas

No. Indikator Mean 1 Pelayanan yang diberikan sesuai dengan etika dan norma yang ada, serta ketentuan

berlaku yang mungkin Wajib Pajak ketahui 4,26

2 Pelayanan yang diberikan tidak dipungut biaya atau bebas dari unsur KKN 4,16 3 Pelayanan yang diberikan dapat dipertanggungjawabakan sesuai ketentuan yang berlaku 3,96

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Tabel 4.3 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Dimensi Akuntabilitas

Frekuensi Jawaban Responden Persentase Jawaban Responden 1 2 3 4 5 Total 1 2 3 4 5 Total

Q1 1 2 8 48 41 100 1% 2% 8% 48% 41% 100% Q2 2 3 10 47 38 100 2% 3% 10% 47% 38% 100% Q3 2 5 21 39 33 100 2% 5% 21% 39% 33% 100%

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Berdasarkan tabel diatas secara rata-rata rentang jawaban responden terhadap pernyataan-

pernyataan dari indikator akuntabilitas adalah antara 4,07 hingga 4,35. Ditinjau dari frekuensi

jawaban respoden dari dimensi akuntabilitas bahwa responden mayoritas menjawab setuju yang

merupakan nilai 4.

b. Efektif dan Efisien (Effectiveness and Efficient) Tabel 4.4 Nilai Mean pada Dimensi Efektif dan Efisien

No. Indikator Mean 1 Pelayanan yang diberikan tidak berbelit-belit 4,22 2 Pelayanan yang diberikan berkualitas dan tepat sasaran atau sesuai dengan kebutuhan Wajib

Pajak 4,11

3 Pelayanan yang diberikan dirasakan mengalami peningkatan dalam kurun waktu tertentu 4,14

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Tabel 4.5 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Dimensi Efektif dan Efisiensi

Frekuensi Jawaban Responden Persentase Jawaban Responden 1 2 3 4 5 Total 1 2 3 4 5 Total

Q1 0 5 12 39 44 100 0% 5% 12% 39% 44% 100% Q2 2 5 14 38 41 100 2% 5% 14% 38% 41% 100% Q3 0 8 11 40 41 100 0% 8% 11% 40% 41% 100%

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Berdasarkan tabel diatas, secara rata-rata rentang jawaban responden terhadap

pernyataan-pernyataan dari indikator efesien dan efektif adalah antara 4,14 hingga 4,22. Ditinjau

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 15: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

15    

Universitas Indonesia

dari frekuensi jawaban respoden pada dimensi efektif dan efisien bahwa responden mayoritas

menjawab sangat setuju yang merupakan nilai 5.

a. Daya Tanggap (Responsiveness) Tabel 4.6 Nilai Mean pada Dimensi Daya Tanggap

No. Indikator Mean 1 Pegawai Pajak tanggap dan tepat dalam melaksanakan teknis pelayanannya 4,34 2 Pegawai pajak tanggap dalam hal ini menangani keluhan atau laporan dari Wajib Pajak 4,06 3 Pegawai pajak tanggap dalam hal selalu mengingatkan Wajib Pajak 3,96

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS Tabel 4.7 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Dimensi Daya Tanggap

Frekuensi Jawaban Responden Persentase Jawaban Responden 1 2 3 4 5 Total 1 2 3 4 5 Total

Q1 1 0 9 40 50 100 1% 0% 9% 40% 50% 100% Q2 1 3 16 49 31 100 1% 3% 16% 49% 31% 100% Q3 1 2 25 44 28 100 1% 2% 25% 44% 28% 100%

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata (mean) rentang jawaban responden terhadap

pernyataan-pernyataan dari indikator daya tanggap adalah antara 4,06 hingga 4,34. Ditinjau dari

frekuensi jawaban respoden dari dimensi daya tanggap bahwa responden mayoritas menjawab

setuju yang merupakan nilai 4, namun pada dimensi ini juga cukup banyak respoden yang

menjawab ragu-ragu yang merupakan nilai 3.

d. Keadilan (Equity) Tabel 4.8 Nilai Mean pada Dimensi Keadilan

No. Indikator Mean 1 Pelayanan yang diberikan berdasarkan nomor urut 4,73 2 Pelayanan yang diberikan tanpa membeda-bedakan ras, agama, status, dan jenis kelamin

Wajib Pajak 4,62

3 Wajib Pajak menerima fasilitas yang sama atas pelayanan yang diberikan oleh setiap pegawai Wajib Pajak

4,59

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Tabel 4.9 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Dimensi Keadilan

Frekuensi Jawaban Responden Persentase Jawaban Responden 1 2 3 4 5 Total 1 2 3 4 5 Total

Q1 0 1 2 20 77 100 0% 1% 2% 20% 77% 100% Q2 0 0 2 34 64 100 0% 0% 2% 34% 64% 100% Q3 0 0 1 39 60 100 0% 0% 1% 39% 60% 100%

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 16: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

16    

Universitas Indonesia

Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata (mean) rentang jawaban responden terhadap

pernyataan-pernyataan dari indikator keadilan adalah antara 4,59 hingga 4,73. Ditinjau dari

frekuensi jawaban respoden dari dimensi keadilan bahwa responden mayoritas menjawab nilai 5.

e. Partisipasif (Participation) Tabel 4.10 Nilai Mean pada Dimensi Partisipasif

No. Indikator Mean 1 Adanya sarana memadai yang diberikan kepada Wajib Pajak untuk dapat bertanya,

mengajukan keluhan hingga masukan terkait dengan keperluan Wajib Pajak 4,34

2 Adanya tindakan inisiatif pegawai pajak untuk menanyakan masukan dan keluhan Wajib pajak yang mungkin pernah dirasakan hingga saat ini

3,92

3 Pertanyaan, masukan dan keluhan Wajib Pajak selalu diperhatikan 3,66

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS Tabel 4.11 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Dimensi Partisipasif

Frekuensi Jawaban Responden Persentase Jawaban Responden 1 2 3 4 5 Total 1 2 3 4 5 Total

Q1 0 1 8 47 44 100 0% 1% 8% 47% 44% 100% Q2 1 4 31 30 34 100 1% 4% 31% 30% 34% 100% Q3 3 7 31 39 20 100 3% 7% 31% 39% 20% 100%

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata (mean) rentang jawaban responden terhadap

pernyataan-pernyataan dari indikator keadilan adalah antara 3,66 hingga 4,34. Ditinjau dari

frekuensi jawaban respoden dari dimensi keadilan bahwa responden mayoritas menjawab setuju

yang merupakan nilai 4, namun juga cukup banyak yang menjawab ragu-ragu yang bernilai 3.

f. Transparan (Transparancy) Tabel 4.12 Nilai Mean pada Dimensi Transparan

No. Indikator Mean 1 Pelayanan yang diberikan berupa informasi pajak mudah diperoleh oleh setiap wajib pajak

baik secara tatap muka maupun secara online (seperti: prosedur pemenuhan kewajiban pajak, peraturan-peraturan pajak, dsbnya)

4,35

2 Informasi pajak yang diberikan merupakan informasi yang terupdate 3,97 3 Informasi pajak diberikan secara lengkap dan mudah dipahami oleh Wajib Pajak 3,77

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS Tabel 4.13 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Dimensi Transparan

Frekuensi Jawaban Responden Persentase Jawaban Responden 1 2 3 4 5 Total 1 2 3 4 5 Total

Q1 0 4 11 31 54 100 0% 4% 11% 31% 54% 100% Q2 0 8 20 39 33 100 0% 8% 20% 39% 33% 100% Q3 1 12 27 29 31 100 1% 12% 27% 29% 31% 100%

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 17: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

17    

Universitas Indonesia

Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata (mean) rentang jawaban responden terhadap

pernyataan-pernyataan dari indikator transparan adalah antara 3,77 hingga 4,35. Ditinjau dari

frekuensi jawaban respoden dari dimensi ini, bahwa responden mayoritas menjawab setuju dan

sangat setuju yang merupakan nilai 4 dan 5. Namun juga namun juga cukup banyak yang

menjawab ragu-ragu yang bernilai 3.

4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Tabel 4.14 Nilai Mean pada Variabel Kepatuhan Pajak

No. Indikator Mean 1 Adanya kesadaran dalam berusaha untuk dapat menghitung pajak yang terhutang

sesuai dengan tarif pajak yang berlaku dan tata cara perhitungan yang benar berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku

3,78

2 Adanya kesadaran untuk dapat mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku

3,90

3 Adanya kesadaran membayar pajak yang terhutang dengan tepat waktu sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku

4,09

4 Adanya kesadaran melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan tepat waktu sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku

4,50

5 Adanya kesadaran memenuhi kewajiban atas sanksi yang diberikan oleh KPP setempat serta segera membetulkan kesalahan tersebut yang apabila terbukti dinyatakan tidak memenuhi kewajiban perpajakan yang benar sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku (walaupun disebabkan ketidaksengajaan)

3,73

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Tabel 4.15 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Frekuensi Jawaban Responden Persentase Jawaban Responden 1 2 3 4 5 Total 1 2 3 4 5 Total

Q1 2 9 22 43 24 100 2% 9% 22% 43% 24% 100% Q2 2 9 14 47 28 100 2% 9% 14% 47% 28% 100% Q3 2 6 10 45 37 100 2% 6% 10% 45% 37% 100% Q4 0 3 3 35 59 100 0% 3% 3% 35% 59% 100% Q5 2 10 25 39 24 100 2% 10% 25% 39% 24% 100%

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata (mean) rentang jawaban responden terhadap

pernyataan-pernyataan dari indikator keadilan adalah antara 3,73 hingga 4,50. Ditinjau dari

frekuensi jawaban respoden dari dimensi ini, bahwa responden mayoritas menjawab setuju dan

sangat setujua yang merupakai nilai 4 dan 5.

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 18: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

18    

Universitas Indonesia

4.3 Analisis Regresi Linier

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang

dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah

yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Salah satu metode uji normalitas

adalah dengan uji One Sample Kolmograf Smirnov yang tersaji dalam tabel 5.19.

Tabel 4.16 Hasil One-Sample Kolmogorv-Smirnov Test

Unstandardized Residual Asymp. Sig (2-tailed) 0,200

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh kesimpulan bahwa distribusi data good governance

normal, karena besarnya sig lebih besar dari 0,05 atau 0,200 > 0,05. Setelah mendapat bukti

bahwa distribusi data tersebut bersifat normal, maka dilakukan pengujian hipotesis.

4.3.2 Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menguji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana, karena

penelitian ini ingin menguji hubungan antara variabel indepen terhadap variabel dependen. Untuk

menguji signifikansi dari suatu hipotesis perlu menggunakan koefesien korelasi (R), koefisien

determinasi (R Square), uji Regresi Anova (Uji F), dan Uji T.

4.3.2.1 Uji Koefesien korelasi (R) dan Determinasi (R Square) Koefiesien korelasi (R) dan Determinasi (R Square) bertujuan untuk mengukur seberapa

jauh hubungan dan kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.

Berikut merupakan hasil pengujian koefisien korelasi (R) dan determinasi (R Square):

Tabel 4.17 Hasil Analisis Regresi Model Summary

R 0,583 R Square 0,340

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Pada tabel tersebut terdapat nilai koefisien korelasi (R) 0,583 dan nilai koefisien

determinasi (R Square) 0,340. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

a. Terdapat hubungan antara good governance terhadap kepatuhan Wajib Pajak sebesar 58,3%.

Angka ini menunjukkan hubungan yang kuat antara good governance dan kepatuhan Wajib

Pajak. Jadi jika good governance meningkat maka kepatuhan Wajib Pajak tentu bertambah.

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 19: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

19    

Universitas Indonesia

b. 34% variasi yang terjadi terhadap tinggi atau rendahnya kepatuhan Wajib Pajak disebabkan

variasi good governance, sedangkan sisanya (100%-34% = 66%) dapat dijelaskan faktor-

faktor lain diluar penelitian ini.

4.3.2.2 Uji Regresi Anova (Uji F) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen memiliki

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen dan apakah model penaksiran yang digunakan

tepat atau tidak. Hal tersebut tampak pada tabel dibawah ini. Tabel 4.18 Hasil Analisis Regresi Anova (Uji F)

F 50,549 Sig 0,000

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Dari hasil uji F di atas, dapat dilihat bahwa nilai F sebesar 50,549 dan nilai signifikansi

sebesar 0,0000. Berdasarkan hal tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa model persamaan

yang digunakan tepat, yaitu Ŷ = a + bX. Karena Fhitung>Ftabel yang dilihat pada taraf signifikansi

5%, Df pembilang = jumlah variabel -1 = (2-1) = 1, Df penyebut = jumlah data – jumlah variabel

= (100-2) = 98, Sehingga diperoleh Ftabel. Sebesar 3,94. Dan, terdapat pengaruh penerapan good

governance melalui pelayanan administrasi pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak di KPP

Pratama Cakung Dua, karena berdasarkan tabel diatas bahwa nilai signifikansi adalah 0,000 yang

berada dibawah 0,05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

4.3.2.3 Uji Statistik t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independent secara

individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dari uji ini dapat dilihat apakah

variabel independent berpengaruh secara nyata atau tidak.

Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik t

Unstandardized Coefficients B (Constant) -7,455 Unstandardized Coefficients B Good governance 0,365 t (Constant) -1,924 t good governance 7,110 Sig. (Constant) 0,057 Sig. good governance 0,000

Sumber: Hasil olah data kuesioner yang telah diolah kembali melalui SPSS

Dari hasil uji t di atas, dapat dilihat bahwa Unstandardized Coefficients B (Constant)

sebesar -7,455 dan Unstandardized Coefficients B Good governance sebesar 0,365, serta t good

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 20: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

20    

Universitas Indonesia

governance 7,110 . Berdasarkan hal tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa: Persamaan

regresi Ŷ = -7,455 + 0,365X, Terdapat pengaruh good governance terhadap kepatuhan Wajib

Pajak karena thitung>ttabel, dimana ttabel sebesar 1,98 (lihat statiscal table t, fisher. R. A and Yates.

F). Oleh karena thitung>ttabel maka Ho ditolak artinya Good Governance berpengaruh secara nyata

(signifikan) terhadap Kepatuhan wajib Pajak. Dari persamaan regresi tersebut dan bahwa Ha

diterima, dapat dijelaskan juga bahwa setiap kenaikan 1 skor variabel Good Governance (X)

dapat meningkatkan 0,365 skor variabel Kepatuhan wajib Pajak.

5. Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

Dari hasil data yang diperoleh di lapangan dan uji statistic dengan menggunakan metode analisis

sederhana terhadap penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat 34% variasi yang terjadi terhadap tinggi atau rendahnya kepatuhan Wajib Pajak

disebabkan variasi good governance. Hal ini ditunjukkan dengan nilai R Square = 0,340.

2. Terdapat pengaruh atas penerapan good governance dalam pelayanan pajak terhadap

kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Cakung Dua. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F Sig.

= 0,000 (nilainya lebih kecil dari 0,05)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan prinsip good governance seperti

akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, daya tanggap, keadilan, partisipasif, dan transparan

berpengaruh dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Dari prinsip-prinsip good governance

tersebut, terdapat beberapa prinsip yang masih perlu mendapat perhatian lebih besar yaitu prinsip

akuntanbilitas, partisipasif, dan transparansi. Berdasarkan hal tersebut terdapat beberapa saran

secara khusus dan umum menurut peneliti, yaitu:

1. Peneliti menyarankan agar KPP Pratama Cakung Dua meningkatkan pelayanan yang

mencerminkan prinsip akuntabilitas. Peneliti berpendapat peningkatakan pelayanan dalam

prinsip ini dapat berbentuk dengan memberikan pelayanan dengan menjunjung tinggi norma-

norma yang berlaku, seperti bersikap ramah dengan memberikan salam kepada setiap Wajib

Pajak yang berada di KPP Pratama Cakung Dua dan juga melakukan pelayanan yang sesuai

dengan prosedur-prosedur yang sesuai dengan ketentuan berlaku. Agar Wajib Pajak

mengetahui prosedur-prosedur pelayanan pajak diberikan oleh pegawai pajak, maka KPP

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 21: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

21    

Universitas Indonesia

Pratama Cakung Dua dapat melakukan sosialisasi kepada Wajib Pajak KPP Pratama Cakung

Dua tentang kode etik atau prosedur pelayanan pajak yang diberikan pegawai pajak. Apabila

terdapat pegawai KPP Pratama Cakung Dua yang kedapatan melakukan pelanggaran kode

etik atau prosedur pemberian pelayanan pajak oleh Wajib Pajak, maka diinstruksikan Wajib

Pajak tersebut agar melaporkannya kepada KPP Pratama Cakung Dua melalui contact person

yang telah ditetapkan oleh KPP Pratama Cakung Dua. Serta khususnya pelayanan melalui

pemeriksaan pajak, agar pegawai pemeriksa pajak dalam melakukan pemeriksaan pajak

sesuai dengan aturan dan dasar yang jelas atas temuan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

agar menghindarkan masalah sengketa pajak yang benar apa adanya antara pegawai pajak

dengan Wajib Pajak, karena tidak jarang pula bahwa hasil pemeriksaan pajak atau penerbitan

Surat Ketetapan Pajak (SKP) karena ketidakbenaran atau kesalahan dari pemeriksa pajak.

2. Secara khusus prinsip partisipatif merupakan wujud inisiatif dari pegawai pajak untuk

mencari tau perihal masukan atau keluhan Wajib Pajak. Melalui masukan atau keluhan

tersebut dikumpulkan menjadi suatu data yang kemudian diolah kembali, sehingga dapat

diperoleh suatu jawaban yang terbaik apa keinginan Wajib Pajak yang sebenarnya terkait

untuk meningkatkan kepatuhan Wajib pajak. Dan hal tersebut, dapat berwujud sosialisasi

secara rutin. Sosialisasi tersebut dapat berupa seminar, workshop, loka larya yang dilakukan

secara terus menerus dan terjadwal yang diberikan secara gratis kepada Wajib Pajak.

Tentunya melalui sosialisasi tersebut selain diharapkan Wajib Pajak semakin mengetahui

informasi pajak atau kewajiban pajaknya, namun juga dapat membantu aparat pajak untuk

menyediakan apa yang dibutuhkan Wajib Pajak untuk membantu pelaksanaan kewajiban

perpajakannya dengan baik sehingga kepatuhan pajakpun meningkat.

3. Pada umumnya seperti yang kita ketahui, setiap KPP tidak memiliki website tersendiri,

termasuk KPP Pratama Cakung Dua. KPP Pratama Cakung Dua tidak memiliki website,

hanya memiliki blog dan itupun tidak dapat dilihat oleh publik hanya orang-orang tertentu.

Oleh karena itu, disarankan pada bagian Pusat Data dan Informasi (PDI) agar dapat memiliki

website tersendiri dan tentunya segala informasi yang tersaji harus update, jelas, dan mudah

dimngerti, serta berada dibawah pengawasan DJP. Dan, dalam penyajian informasi secara

tatap muka, sebaiknya pegawai pajak juga tidak terlalu berbelit-belit dan informasi yang

diberikan bersifat jelas dan dapat dipahami oleh Wajib Pajak.

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 22: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

22    

Universitas Indonesia

4. Jadi secara umum, ketiga prinsip harus lebih ditingkatkan dan diwujudkan lebih baik lagi

kedepannya, dan hal ini memerlukan peran serta dari seluruh KPP Pratama di Indonesia,

khususnya DJP. Karena ketiga dimensi ini memiliki pencitraan secara luas. Masyarakat

melihat secara luas, bahwa masyaralat akan memperhatikan setiap tindakan kecerobohan atau

pelanggaran dalam menyalahi wujud dari penerapan good governance yang dilakukan oleh

seluruh instansi pajak yang tersebar di Indonesia. Walaupun bukan pihak KPP Pratama

Cakung Dua yang melakukan pelanggaran dalam menyalahi wujud dari penerapan good

governance, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap pencitraan di KPP Pratama

Cakung Dua

Kemudian, peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini banyak memiliki kekurangan,

khususnya mungkin belum bisa mewakili pendapat dan harapan segenap populasi Wajib Pajak

yang terdaftar di KPP Pratama Cakung Dua. Mengingat jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di

KPP Pratama Cakung Dua hingga per 31 Desember 2012 mencapai 75.794, maka responden

berjumlah 100 orang masih tergolong cukup minim walaupun telah memenuhi teori dalam

pengambilan sampling. Oleh karena itu, peneliti menambahkan untuk saran kedepannya

berkaitan tentang penelitian ini, yaitu

1. Dilakukan penambahan kriteria sampling yang lebih baik, seperti responden yang layak

masuk dalam penelitian ini adalah responden Wajib Pajak Badan saja, dengan dasar

responden Wajib Pajak Cakung Dua memiliki intensistas tatap muka yang tinggi dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya, dimana Wajib Pajak Badan memiliki kewajiban pajak

secara masa dan tahunan. Kemudian dari sisi jumlah Wajib Pajak, jumlah Wajib Pajak Badan

tidak sebanyak dengan Wajib Pajak Orang Pribadi. Dan tentu juga diperlukan waktu

penelitian yang lebih panjang, agar diperoleh hasil yang maksimal dalam penelitian ini,

karena peneliti menyadari bahwa keterbatasan waktu juga menjadi kendala dalam melakukan

penelitian, sehingga mungkin hasil penelitian dirasa kurang maksimal.

2. variabel-variabel dalam penelitian ini juga dapat ditambahkan berdasarkan teori yang sudah

ada hingga saat ini, agar menghasilkan hasil penelitian yang lebih baik pula. Penelitian ini

juga dapat dilakukan dengan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif agar tidak hanya

menghasilkan kesimpulan terkait hubungan namun juga dapat menjelaskan solusi-solusi yang

dapat memecahkan masalah-masalah yang ada kedepannya terkait untuk meningkatkan

penerapan good governance dalam pelayanan pajak dan kepatuhan pajak.

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 23: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

23    

Universitas Indonesia

6. Kepustakaan Anton, Yohanes. (2011). It’s Easy Olah Data dengan SPSS. Jakarta: Skripta.

Bungin, Burhan. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan

Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Edisi pertaman. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Carlos A. Silvani, Improving Tax Compliance (Washington DC: IMF, 1992)

Dwiyanto. (2005). Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Gunadi, Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan (Jakarta: Salemba Empat, 2002), hlm. 2-3

Keban, Yeremias. (2004). Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori dan Isu.

Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Mardiasmo. (2011). Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi

Nasucha Chaizi. (2004). Reformasi Administrasi Publik-Teori dan Praktek, Jakarta: Grasiondo

Neuman, W. Lawrence. (2003). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative

Approaches. New York: Pearson Education

Nurmantu, Safri. (2005). Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit.

Judisseno. (2005). Pajak dan Strategi Bisnis “Suatu Tinjauan Tentang Kepastian Hukum dan

Penerapan Akuntansi di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

R. Mansury. (2002). Pajak Penghasilan Lanjutan Pasca Reformasi 2000. Jakarta: Yayasan

Pengembangan dan Penyebaran dan Pengetahuan Perpajakan.

Rahayu, Siti K. (2010). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Sekaran, Uma & Bougie, Roger. (2010). Research Methods for Business.Fifth Edition. USA:

John Wille & Sons Inc.

Soemitro, Rochmat, & Dewi, K.S. (2004). Asas dan Dasar Perpajakan. Jakarta: Refika Aditam

Rondinelli. (2005). Public Administration and Decomocratic Governance “Government Serving

Citizens”. United Nations

UUPAL. (2003). Tax Reform In Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Waluyo. (2009). Perpajakan Indonesia, Edisi ke-9. Jakarta: Salemba Empat.

Bagus, Andi. (2007). Analisis Pengaruh Pengawasan Intern dan Penerapan Good Governance di

Direktorat Jenderal Pajak Terhadap Citra Organisasi dan Kepatuhan Wajib Pajak (Studi

Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Serpong). Depok: FISIP UI.

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013

Page 24: PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM …

24    

Universitas Indonesia

Hudiarto, Arip. (2012). Pengaruh Penerapan Corporate Governance Tehadap Kepatuhan Pajak

Perusahaan Publik. Tesis Magister Akuntansi. Universitas Sumatera Utara.

Palupi, Endah. (2010). Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Empat. Tesis, Depok: Universitas Indonesia.

Simon, Hidra. (2006). Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Motivasi dan

Kepuasan Kerja Pegawai. Tesis, Depok: Universitas Indonesia.

Sari, Vebrina. (2013). Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Pasca Kebijakan Fasilitas Pengurangan Tarif PPH di KPP Pratama Jakarta Kebayoran

Lama, Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Gama, Annisa dan Ardiyanto, Didik. (2010). Jurnal “Studi Evaluasi Kepatuhan Wajib Pajak

sebelum dan Sesudah Reformasi Perpajakan 2008 dan Implikasinya Terhadap Penerimaan Pajak

Pada KPP Pratama Kota Semarang di Lingkungan Kantor Wilayah DJP Jateng I”. Semarang:

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Hidayat, Achmad. (2008). Jurnal “Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik.

Jakarta: STIAMI.

Martani, Dwi. (2005). Kepatuhan Pajak Dalam Perpajakan. Jurnal Economics Business

Accounting Review. Jakarta.

Setiyajadi dan Amir. (2008). Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan Indonesia. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep-86/PJ/2007 Tentang Penerapan Organisasi, Tata

Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor

Pelayanan , Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Selain Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Pusat.

Pengaruh Penerapan..., Boris Sembiring Kembaren, FISIP UI, 2013