PENGARUH PENEMPELAN KARBON PADA DUDUKAN … · 2018-06-01 · Motor Diesel terdiri dari beberapa...
Transcript of PENGARUH PENEMPELAN KARBON PADA DUDUKAN … · 2018-06-01 · Motor Diesel terdiri dari beberapa...
1
LAPORANPENELITIAN MANDIRI
PENGARUH PENEMPELAN KARBON PADA
DUDUKAN KATUP TERHADAP DAYA MOTOR
OLEH :
Arthur Y Leiwakabessy, ST., MT.NIDN. 0011017904
UNIVERSITAS PATTIMURAJULI 2014
3
RINGKASAN
Motor Diesel adalah motor yang pada umumnya dipakai sebagai motor
penggerak kendaraan, alat pengangkut, penggerak/pembangkit tenaga listrik
(generator) dan lain sebagainya. Motor Diesel terdiri dari beberapa komponen utama
(baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak) juga beberapa komponen/alat
pembantu seperti, sistem start, sistem bahan bakar, sistem pelumasan dan sistem
pendinginan motor
Sebuah motor dapat menjalankan fungsinya (motor dapat beroperasi) dengan
baik apabila semua komponen motor (baik komponen utama maupun komponen
pembuatan) harus berada dalam kondisi teknis yang baik. Artinya pada motor
tersebut tidak terjadi kerusakan-kerusakan, perubahan bentuk pada salah satu
komponen motor tertentu
Karbon yang menempel pada katup buang motor diesel Deutz penggerak
Three Wheel Roller Barata MG. 8 adalah setebal 0,5 mm, yang mengakibatkan
terjadinya kebocoran udara pada akhir langkah kompresi sebesar 461,43 cm3 atau
12,55%. Akibat kebocoran tersebut maka terjadilah penurunan unjuk kerja. Setelah
terjadinya penempelan karbon pada kepala katup buang yang mengakibatkan
terjadinya kebocoran, maka besarnya daya motor efektif (Ne) yang dihasilkan
menurun dari 216,8 HP menjadi 208,73 HP.
Kata kunci : Daya Motor,Katup, Penempelan Karbon
4
DAFTAR ISI
Judul.......................................................................................................................................1
Halaman pengesahan .............................................................................................................2
Ringkasan...............................................................................................................................3
Daftar Isi ................................................................................................................................4
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................................5
1.latar belakang..........................................................................................................5
2.perumusan masalah.................................................................................................6
3.tujuan penulisan ......................................................................................................6
Bab 2 tinjauan pustaka...........................................................................................................7
1.efisiensi pengisian...................................................................................................7
2.tekanan dan temperature udara kmpresi .................................................................8
3.tekanan dan temperature pembakaran.....................................................................8
4. Tekanan Indikator (Pi) dan Tekanan Efektif (Pe)..................................................9
Bab 3 metodelogi penelitian ..................................................................................................12
II. Hasil dan pembahasan ..................................................................................................14
1.akibat penempelan karbon terhadap kebocoran......................................................14
2.pengaruh kebocoran terhadap unjuk kerja motor ...................................................15
3.proses pembakaran..................................................................................................18
4.perhitungan parameter langkah ekspansi ................................................................24
5.tekanan indicator (Pi)..............................................................................................26
6.tekanan efektif (Pe) .................................................................................................27
7.pengaruh kebocoran terhadap daya motor ..............................................................27
III. Penutup........................................................................................................................30
1.kesimpulan ...............................................................................................................30
2.saran .........................................................................................................................30
Daftar pustaka ........................................................................................................................31
5
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Motor Diesel adalah motor yang pada umumnya dipakai sebagai
motor penggerak kendaraan, alat pengangkut, penggerak/pembangkit
tenaga listrik (generator) dan lain sebagainya. Motor Diesel terdiri dari
beberapa komponen utama (baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak) juga beberapa komponen/alat pembantu seperti, sistem start,
sistem bahan bakar, sistem pelumasan dan sistem pendinginan motor.
Sebuah motor dapat menjalankan fungsinya (motor dapat beroperasi)
dengan baik apabila semua komponen motor (baik komponen utama
maupun komponen pembuatan) harus berada dalam kondisi teknis yang
baik. Artinya pada motor tersebut tidak terjadi kerusakan-kerusakan,
perubahan bentuk pada salah satu komponen motor tertentu.
Dengan adanya kerusakan, perubahan bentuk pada salah satu
komponen motor maka akan sangat mengganggu fungsi atau tugas, yang
pada gilirannya akan mengganggu tugas/pengoperasian motor tersebut
secara keseluruhan.
Katup (valve) merupakan salah satu komponen penting motor (yang
bergerak) yang berfungsi untuk mengatur udara bersih atau campuran udara
dan bahan bakar ke dalam silinder (fungsi katup masuk) dan gas bekas yang
keluar dari dalam silinder motor (fungsi katup buang). Katup buang dalam
menjalankan fungsinya dapat mengalami kerusakan-kerusakan atau
perubahan bentuk tertentu, terutama karena katup tersebut selalu
berhubungan dengan gas panas sisa pembakaran yang ada di dalam silinder
motor.
Mesin Diesel Deutz merupakan salah satu motor buatan Jerman yang
digunakan pada alat berat Three Wheel Roller Barata MG.8/penggilas jalan,
mengalami gangguan pengoperasian (motor agak sulit dihidupkan dan
mesin tidak dapat beroperasi pada daerah tanjakan) karena adanya
6
penempelan arang karbon pada bagian katup buang (exhaust valve).
Menurut pengamatan penulis, ada endapan karbon yang mengeras dan
cukup tebal menempel pada permukaan piringan katup buang (exhaust
valve) tersebut, maka terjadilah kebocoran pada saat langkah kompresi
maupun pada saat langkah ekspansi yang mengakibatkan kinerja motor dan
daya motor menjadi berkurang.
2. Perumusan Masalah
Melihat latar belakang penulisan maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Katup tidak dapat menutup pada dudukan katup dengan baik karena
terganjal pada karbon, sehingga terjadi kebocoran.
2. Akibat fari kondisi tersebut maka daya motor berkurang.
3. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ketebalan karbon yang menempel pada katup
tersebut.
2. Untuk mengetahui Daya Motor akibat adanya penempelan karbon pada
katup buang (exause valve).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengaruh Ganjalan Katup terhadap Daya Motor
1. Efisiensi Pengisian (ῃch)
Efisiensi pengisian untuk motor dengan supercharging dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan berikut :
η ch = ra
sup
sup
a
γ1T
T
P
P
1
ε
7)
Dimana :
ε = Perbandingan kompresi
Po = Tekanan udara luar, atm
Tsup = Temperatur udara dalam supercharging, atm
Psup = Tekanan udara di dalam supercharging, atm
To = Temperatur udara luar, OK
γr = Koefisien gas residu = 0,03 – 0,04
dari persamaan di atas terlihat bahwa bila gas masih menempati
sebagian ruang silinder sehingga menghambat udara bersih yang akan
menempati ruang silinder yang sama, akan mengakibatkan koefisien gas
residu/gas bekas (γr) akan meningkat karena proses pembilasan tidak
berlangsung dengan baik. Selain itu akan terjadi perubahan nilai
perbandingan kompresi (ε), yaitu :
dari rumus di atas terlihat bahwa Vs pada saat langkah kompresi akan
berubah karena katup menutup terlambat dari semestinya, yaitu VS akan
menjadi kecil. Karena VS mengecil sedangkan VC tetap, maka
perbandingan kompresi (ε) akan mengecil.
Vc
VcVsε
Vc
Vs1ε
8
Keadaan seperti tersebut pada gilirannya akan mengurangi efisiensi
pengisian ( η ch) motor tersebut.
Apabila terjadi ganjalan antara katup dan dudukannya tidak tepat
(terlalu rapat atau terlalu longgar/renggang), maka daya motor yang
dihasilkan akan menjadi berkurang, yang mana hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
2. Tekanan dan Temperatur Udara Kompresi
Apabila kebocoran katup karena speling antara piringan kepala katup
dengan dudukan katup, maka akan terjadi kebocoran sehingga tekanan
dan temperatur udara pada akhir langkah kompresi akan menurun dari
yang seharusnya.
Tekanan dan temperatur udara pada akhir langkah kompresi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Pc = Pa. εn1, kg/cm2. 1)
Sedangkan temperatur udara kompresi yang terjadi di dalam silinder
adalah :
Tc = Ta. εn1-1, oK. 2)
3. Tekanan dan Temperatur Pembakaran
Tekanan maksimum di dalam silinder motor pada saat terjadi
pembakaran udara kompresi dengan bahan bakar yang disemprotkan
oleh nozel injektor adalah :
Pz = λ. Pc, atm. 7)
Dimana :
λ – tingkat kenaikan tekanan.
Dari rumus di atas, apabila tingkat kenaikan tekanan tetap, maka dengan
berkurangnya tekanan pada akhir langkah kompresi (Pc), maka
mengakibatkan tekanan pembakaran maksimum juga akan menurun.
Demikian juga terhadap temperatur pembakaran maksimum yang
terjadi di dalam silinder motor juga akan menurun.
Tekanan pembakaran maksimum yang terjadi di dalam silinder motor
dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
9
3).
zgpcudv
ro
1z T.mcμT.1,985mcγ1α.L
Qξ
Dimana :
(mcv)g = Kalor spesifik gas pada volume konstan (kcal/mol. oC)
(mcv)g = Ag + Bg. Tz
(mcp)g = 6,9761 + 0,0006385 Tz
Q1 = Nilai kalor bawah bahan bakar (kcal/kg.bb)
Q1 = 10136,2 kcal/kg.bb
ξz = Koefisien panas bahan bakar yang berguna
ξ z = 0,65 ÷ 0,85 (untuk motor diesel)
λ = Perbandingan kenaikan tekanan selama proses pembakaran
berlangsung = 1,7 – 2,2
Akibat adanya penurunan tekanan dan temperatur udara pembakaran
makan tekanan dan temperatur gas yang pada akhir langkah ekspansi
juga akan menurun. Hal ini dapat diikuti melalui rumus berikut ini.
atm.,δ
PP
1)(nz
b2
4) dan
K.,δ
TT o
1)(nz
b2
5)
Dimana :
n2 = Eksponen polytropik garis ekspansi = 1,15 – 1,3
δ = Perbandingan ekspansi total =ρ
ε
cz
cz
T.P
P.Tμ.ρ
ε = Perbandingan kompresi
ε = 13 – 14 untuk motor putaran menengah
4. Tekanan Indikator (Pi) dan Tekanan Efektif (Pe)
Untuk mendapatkan tekanan indikator di dalam silinder motor, maka
perlu dihitung tekanan indikator teoritis yang terjadi di dalam silinder
motor, yaitu dengan menggunakan rumus berikut.
10
atm,
1n
1
ε
11
1n
1
δ
11λρ1ρλ
1ε
PP
11n
2
1n
cit
1
2
Dengan memperhitungkan koefisien koreksi diagram indikator (φ) =
0,95 – 0,97, maka tekanan indikator motor adalah :
Pi = φ. Pit, atm.
Melihat rumus di atas, maka dapat dikatakan bahwa tekanan indikator
teoritis akan menurun karena adanya penurunan tekanan pada akhir
langkah kompresi (Pc). Jadi jelas juga tekanan indikator motor (Pi) juga
akan menurun.
B. Daya Motor
Daya Motor Indikator (Ni), yaitu daya yang dapat dihasilkan oleh motor
tersebut sebagai akibat pembakaran udara kompresi dan bahan bakar
yang disemprotkan ke dalam silinder. Daya ini diukur di dalam silinder
motor.
Besarnya daya indikator motor dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut :
RUMUS DISINI
Dimana :
D = diameter silinder motor, cm
S = panjang langkah torak, dm
n = putaran motor, rpm
i = jumlah silinder
Pi = tekanan indikator motor, atm
Z = koefisien tak
Z = 2 untuk motor 4 tak
=1500
60
360
135x
Z = 1 untuk motor 2 tak
11
Daya Motor Efektif (Ne), adalah daya motor yang dihasilkan oleh
putaran poros engkol setelah memperhitungkan semua kehilangan
mekanis ( η m) yang terjadi di dalam motor tersebut. Kehilangan
mekanis tersebut berkisar antara 0,78 – 0,83 untuk motor 4 tak.
Jadi besarnya daya motor efektif adalah :
Ne = η m. Ni, PK
Dengan adanya penurunan terhadap parameter-parameter motor tersebut
diatas (Pi), maka daya yang dihasilkan oleh motor juga akan menurun
12
BAB III
METOLOGI PENELITIAN
Merek/Type : Deutz/MG8
Daya Motor : 200 HP
D : 15.5 cm
a : 4 silinder
s : 19,5 cm
d : 2,5 cm
n : 1500 rpm
Ketebalan Arang : 0,5
Netto Weight 720.00 KG
Manufacturing Number KW2600859
Dimension Unit 185 X 76 X 115 CM
Type Silent Type
13
Benefit Easy to start Easy to maintenance Noise level â ¤ 85dB Ready to connect with ATS
Features Panel Digital with COMAP High quality engine and alternator component Built-in AMF system Sound proof type
Specification Stand by Output (kVA/kW) : 22.3 / 17.8 Prime Output (kVA/kW) : 20.3 / 16.2 Voltage (V): 380 Frequency (Hz):50 Power Factor (PF) : 0.8 Engine Idle Speed (rpm) : 1500 Engine Manufacturing / Model : Perkins / 404D-22G Number of Cylinder : 4 Vertical In-Line Fuel Tank Capacity (â ) : 60 Oil Capacity (â ) : 10.6 Engine Coolant Capacity (â ) : 7 Fuel Consumption of Standby (â /h) : 6.9 Fuel Consumption of Prime (â /h) : 6.2 Alternator Manufacture / Model : Stamford / PI144D Excitation : Brushless, Self-exited Insulation Class : H Protection Class : IP23
Standard Certificate -
Lead Time 90
Sales UOM EA
Warranty Code 23 (More Detail)
Voltage Phase 380 Volt/3 Phase
Capacity 20KVA
Engine Brand Perkins
Engine Size None
Excitation System Brushless
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Akibat Penempelan Karbon terhadap Kebocoran
Karena terjadi penempelan karbon pada permukaan kepala piringan katup
dan dudukannya sebesar 0,5 mm, maka pada saat katup menutup, ada
terjadi celah antara piringan katup dengan dudukannya. Pada kondisi ini,
maka terjadilah kebocoran udara kompresi pada saat proses kompresi
berlangsung dan kebocoran gas pembakaran pada saat terjadi proses
pembakaran dan ekspansi.
Banyak udara yang bocor per menit pada akhirnya langkah kompresi dapat
dihitung sebagai berikut :
Vb = Pc x t x A x n, cm3
= 461,43 cm3
Dimana :
p = tekanan udara kompresi, kg/cm2
t = lamanya waktu kebocoran, detik.
= 0,015 detik
A = luas kebocoran, cm2
= π. d. t
= 3,14. 2,5. 0,05
= 0,3925 cm2
Dimana :
d adalah diameter piringan katup
n – putaran motor, rpm = 1500 rpm
Banyaknya udara yang masuk ke dalam silinder motor pada saat sebelum
terjadi kebocoran (Vs) adalah :
Vs = π/4. D2. S.
= 3,14/4. 15,52. 19,5
= 3677,627 cm3
15
Karena kebocoran maka udara yang tersisa di dalam silinder motor pada
akhir langkah kompresi adalah :
Vkom = Vs – Vb
= 3677,627 – 461,43
= 3216,197 cm3
Besarnya presentasi volume udara pada akhir langkah kompresi setelah
terjadi kebocoran adalah = 87.45%
Jadi presentasi volume udara yang bocor pada akhir langkah kompresi
adalah 12,55%.
Akibat kebocoran pada katup tersebut maka akan terjadi penurunan untuk
kerja motor yang pada gilirannya menurunkan daya motor.
100%x6273677,
4843631,Vkom
4.2. Pengaruh Kebocoran Terhadap Unjuk Kerja Motor
Perhitungan unjuk kerja motor ini terbagi atas dua bagian, yaitu :
Perhitungan unjuk kerja motor sebelum terjadinya kebocoran pada
katup buang karena penempelan karbon, dan
Perhitungan unjuk kerja motor setelah terjadinya penempelan karbon
pada kepala katup buang dan dudukannya.
Perhitungan unjuk kerja motor yang dimaksudkan disini adalah meliputi
parameter-parameter pengisian, kompresi, pembakaran, ekspansi,
pembuangan serta tekanan indikator, tekanan efektif dan daya motor.
1) Perhitungan Parameter Pengisian
Tekanan Udara sebelum Supercharger (Po’)
Po’ = Po’ - Po1
Dimana :
Po = tekanan udara keluar = 1 kg/cm2
Po1 = kerugian tekanan pada pipa pemasukan sebelum super –
charger
= (0,03 – 0,05). Po
= 0,05. Po (diambil)
16
Maka :
Po’ = Po – (0,05. Po)
= 1 – (0,05 x 1) = 0,95 kg/cm2
Temperatur Udara sesudah Supercharger (Tsup)
n
1n
o'
sup
osupP
PTT
Dimana :
To = temperatur udara luar (33 oC)
= (273 + 35) = 306 oC
Psup = tekanan supercharger
= (1,20 – 1,35) atm abs (untuk putaran rendah)
= 1,35 kg/cm2 (diambil)
= 1,35 x 1
= 1,35 kg/cm2
n = eksponen polytropik untuk udara atmosfir
= (1,7 – 2,0) untuk centrifugal supercharger
= 1,85 (diambil)
Maka :
Tsup = 306 x Ko616,35995,0
35,1 85,1
185,1
Tekanan Awal Langkah Kompresi (Pa)
Tekanan gas pada awal langkah kompresi pada sistem didesain
untuk pengisian silinder dengan campuran udara bahan bakar atau
udara kerja yang dapat ditentukan sebagai berikut :
Pa = (0,9 ÷ 0,95) Psup kg/cm2
= 0,95 Psup (dipilih)
= 0,95 x 1,35
Pa = 1,2825 kg/cm2
Temperatur Awal Langkah Kompresi (Ta)
17
Temperatur gas di dalam silinder pada awal langkah kompresi
dihitung sebagai berikut :
Ta =r
rrw TtT
1
sup
Dimana :
γr = koefisien gas residu
= (0,03 – 0,14) untuk motor empat langkah
= 0,03 (diambil)
∆tw = kenaikan temperatur dalam silinder karena bersentuhan
dengan dinding silinder yang panas.
= (10 oC – 15 oC) untuk motor 4 langkah dengan
Supercharger = 15 oC (diambil)
Tr = temperatur gas residu = 750 K (berdasarkan referensi dari
700-800 K)
Maka :
Ta =03,01
)75003,0(15616,359
x
= 385,55 OK
Efisiensi Pengisian ( η ch)
Efisiensi pengisian dihitung berdasarkan persamaan berikut :
η ch = ra
sup
sup
a
γ1T
T
T
P
1ε
ε
η ch = 0,031x385,55x1,35x115
359,616x1,2825x15
η ch = 0,922
2) Perhitungan Parameter Kompresi
Tekanan dan temperatur pada akhir langkah kompresi sebelum terjadi
kebocoran dapat dihitung sebagai berikut :
Tekanan Akhir Kompresi (Pc)
Pc Pc = Pa εn1
Pc = 1,2825 x 15 (1,3690 - 1)
18
Pc = 52,25 kg/cm2
Dimana :
n1 = eksponen politropik
= (1,34 – 1,39)
Jika diasumsikan kalor pada langkah kompresi (Qc = 0) adalah
proses adiabatik, maka n1 = k1, dan dengan menggunakan
persamaan kesetimbangan energi untuk jumlah mol gas pada
langkah kompresi, pangkat eksponen pada garis politropik dapat
ditentukan sebagai berikut :
A + B Ta (εn1 – 1) + 1) =1
985,1
n
Dimana :
A dan B = Koefisien gas
A = 4,62 dan B = 53 x 10-5
4,62 + (53 x 10-5 x 385,55) x (15 (n1-1) + 1) =1n
1,985
Dengan menggunakan metode trial and error diperoleh n1 ≈ 1,3690
4,62 + (53 x 10-5 x 385,55) x [15(1,3690)-1) + 1] =
5,379405,37939;11,3690
1,985
Temperatur Akhir Kompresi (Tc)
Tc = Ta εn1-1)
= 385,55 x 15(1,3690 – 1) = 385,55 x 15(0,3690)
Tc = 1047,27 oK
Setelah terjadi kebocoran 12,55% maka banyaknya udara yang
tertampung di dalam silinder motor pada akhir langkah kompresi
adalah sebanyak 87,45%. Besarnya tekanan dan temperatur pada
akhir langkah kompresi setelah terjadi kebocoran tersebut adalah :
19
3) Proses Pembakaran
Jenis bahan bakar yang digunakan adalah bensin dengan rumus kimia
C8H18 nilai kalor bawah (LHV) adalah 10582 kcal/kgbb dan komposisi
bahan bakar sebagai berikut :
a) Prosentase Bahan Bakar
Berdasarkan spesifikasi bahan bakar solar dari PERTAMINA
diperoleh komposisi kimia bahan bakar sebagai berikut :
Karbon C = 87%
Hidrogen H = 12,6%
Oksigen O2 = 0,4%
Jumlah oksigen di udara sebesar 21%
Perbandingan udara dan bahan bakar teoritis yang diperlukan untuk
proses pembakaran adalah :
Lo’ =
32
O
4
H
12
C
0,21
1
Lo’ =
32
0,004
4
0,126
12
0,87
0,21
1
Lo’ = 0,495 mol/kgbb
Berdasarkan referensi untuk koefisien perbandingan udara dan
bahan bakar teoritis dan aktual untuk motor bensin,
α = 1,3 ÷ 1,7 dan diambil □ = 1,6
sehingga jumlah kebutuhan udara sesungguhnya yang digunakan
pada proses pembakaran adalah :
L’ = α. Lo
L’ = 1,6 x 0,495
L’ = 0,792 mol/kgbb
Pembakaran 1 kg bahan bakar menghasilkan produk hasil
pembakaran sebagai berikut :
Karbon dioksida CO2 :
MCO2 = mol0,072512
0,87
12
C
Uap air H2O
20
MH2O = mol0,0632
0,126
2
H
Oksigen O2
MO2 = 0,21 x (α – 1) x Lo’
MO2 = 0,21 x (1,6 – 1) x 0,495
MO2 = ,06237 mol
Nitrogen N2
MN2 = 0,79 x α x Lo’
MN2 = 0,79 x 1,6 x 0,495
MN2 = 0,62568 mol
b) Jumlah Total Mol Produk Hasil Pembakaran
Mg = MCO2 + MH2O + MO2 + MN2
Mg = 0,0725 + 0,063 + 0,06237 + 0,62568
Mg = 0,82355 mol
c) Perbandingan Relatif Komponen Hasil Pembakaran
VO2 = 0,075730,82355
0,06237
M
M
g
O2
VN2 = 0,759730,82355
0,62568
M
M
g
N2
VHO2 = 0,076500,82355
0,063
M
M
g
OH2
VCO2 = 0,088030,82355
0,0725
M
M
g
OC2
d) Jumlah Total Koefisien Panas Spesifik Campuran Gas
Ag = VCO2 ACO2 + VH2O AH2O + VO2 AO2 + VN2 AN2
Bg = VCO2 BCO2 + VH2O BH2O + VO2 BO2 + VN2 BN2
Dimana :
ACO2 = 7,82 BCO2 = 0,00125 kcal/mol OC
AH2O = 5,79 BH2O = 0,00112 kcal/mol OC
AO2 = 4,62 BO2 = 0,00053 kcal/mol OC
21
AN2 = 4,62 BN2 = 0,00053 kcal/mol OC
Jadi,
Ag = (0,08803 x 7,82) + (0,0765 x 5,79) + 4,62 x (0.07573
+ 0,75973)
Ag = 0,6883946 + 0,442935 + 3,8598252
Ag = 4,9911 kcal/mol OC
Bg = (0,08803 x 0,00125) + (0,07650 x 0,00112) +
0,00053 x (0,07573 + 0,75973)
Bg = 0,0001100385 + 0,00008568 + 0,0004427938
Bg = 0,0006385 kcal/mol OC
e) Kapasitas Panas Molar Rata-Rata (isokhorik) Udara pada Volume
Konstan dan Temperatur Kompresi (Tc)
(mcv)ud = Ag + Bg Tc
(mcv)ud = 4,9911 + (0,0006385 x 1047,27)
(mcv)ud = 5,65978 kcal/mol OC
Kapasitas panas molar rata-rata (isokhorik) udara pada volume
konstan dan temperatur kompresi (Tc) setelah kebocoran.
(mcv)ud = Ag + Bg Tc
(mcv)ud = 4,9911 + (0,0006385 x 915,838)
(mcv)ud = 5,5759 kcal/mol OC
f) Kapasitas Panas Molar Rata-Rata (isokhorik) Gas pada Volume
Konstan dan Temperatur Pembakaran Maksimum (Tz)
(mcv)gas = Ag + Bg Tz
= 4,9911 + 0,0006385 Tz
g) Kapasitas Panas Molar Rata-Rata (isobarik) Gas pada Tekanan
Konstan dan Temperatur Pembakaran Maksimum (Tz)
(mcp)gas = (mcp)gas + 1,985 = 4,9911 + 0,0006385 Tz + 1,985 =
6,9761 + 0,0006385 Tz
h) Nilai Kalor Bawah Bahan Bakar (LHVbb)
22
Nilai kalor bawah bahan bakar dapat ditentukan berdasarkan
persamaan pendekatan Madelev’s sebagai berikut :
LHVbb = 81 C + 246 H – 26 O
LHVbb = 42438,24 kJ/kgbb
i) Koefisien Molar Gas Residu
Campuran bahan bakar selalu menghasilkan mol gas residu,
perubahan aktual di dalam mol gas akan mempengaruhi
karakteristik koefisien molar, yang dinyatakan dengan persamaan
berikut ini :
μ =r
ro
γ1
γμ
Dimana
μo = Koefisien kimia perubahan molar
μo = ,0398,1792,0
82355,0jadi
L
M g
μ = 1,0386
j) Tekanan dan Temperatur Hasil Pembakaran
Berdasarkan persamaan kesetimbangan energi, tekanan dan
temperatur maksimum dari hasil pembakaran dapat ditentukan
dengan persamaan berikut :
Temperatur Maksimum (Tz)
zgp
cudv
ro
1z
T.mc
μT.λ1,985mcγ1α.L
Qξ
Dimana :
(mcv)g = Kalor spesifik gas pada volume konstan (kcal/mol
OC)
(mcv)g = Ag + Bg. Tz
(mcp)g = 6,9761 + 0,0006385 Tz
Q1 = Nilai kalor bawah bahan bakar kcal/kgg.bb)
Q1 = 10136,2 kcal/kg.bb
23
ξz = Koefisien panas bahan bakar yang berguna
ξz = 0,65 ÷ 0,85 (untuk motor diesel)
ξz = 0,75 (diambil)
λ = Perbandingan kenaikan tekanan selama proses
pembakaran berlangsung = 1,7 – 2,2 = 1,7 (diambil)
Jadi :
2z
zzz
)(T0,00066315
T7,2454218780,4316Tx)T0,0006385(6,9761x1,0386
1047,27x1,7x1,9855,659780,03)(1x0,495x1,6
10136,2x0,75
Dengan menggunakan persamaan matematika (rumus abc) nilai
temperatur maksimum hasil pembakaran diperoleh sebagai
berikut :
Tz =
0,00066315x2
218780,4316x0,00066315x47,24547,24542
Tz = 2162,028 OK
Setelah terjadi kebocoran pada katup akibat penempelan karbon
pada permukaan kepala katup buang, maka temperatur
pembakaran maksimum (Tz) adalah :
zz Tx)T0,0006385(6,9761x
1,038915,838x1,7x1,9855,5760,03)(1x0,495x1,6
10136,2x0,75
Dengan menggunakan persamaan matematika (rumus abc) nilai
temperatur maksimum hasil pembakaran diperoleh sebagai
berikut :
Tz =
0,00066315x2
17516.2176x0,00066315x47,24547,24542
Tz = 2037,6612 OK
24
Tekanan Maksimum (Pz)
Untuk tekanan pembakaran maksimum dapat dihitung dengan
persamaan berikut ini :
Pz = λ x Pc
Dimana :
λ = Perbandingan kenaikan tekanan selama proses
pembakaran = 1,7 – 2,2
= 1,95 (diambil)
Jadi :
Pz = 1,95 x 52,2548
= 101,8969 kg/cm2
Nilai hasil perhitungan memenuhi batas yang diizinkan, yaitu :
Pz = (55 - 140) kg/cm2
Setelah terjadi kebocoran karena penempelan karbon pada
permukaan kepala katup buang maka tekanan pembakaran
maksimum (Pz) yang terjadi di dalam silinder adalah :
Pz = 1,95 x 45,693 = 89,1014 kg/cm2
Untuk nilai derajat pendahuluan garis ekspansi ditentukan
sebagai berikut :
ρ = 1,0991047,27x101,8969
52,2548x2162,028x1,0386
T.P
P.Tμ.
cz
cz
Nilai derajat pendahuluan garis ekspansi setelah terjadi
kebocoran karena penempelan karbon pada permukaan kepala
katup buang adalah :
ρ = 1,185915,838x89,1014
45,693x2037,6612x1,0386
T.P
P.Tμ.
cz
cz
4.3. Perhitungan Parameter Langkah Ekspansi
Tekanan pada langkah ekspansi dapat dituliskan dalam bentuk
persamaan berikut :
Pb =2n
z
δ
P
25
Untuk siklus volume konstan derajat pertambahan proses ekspansi (δ)
sama dengan perbandingan kompresinya (ε). Nilai pangkat ekponen
politropik garis ekspansi (n2) untuk proses ekspansi dapat ditentukan
sebagai berikut :
Ag + Bg + Tz 1n
1,985
δ
11
21n2
Dimana :
n2 = Eksponen polytropik garis ekspansi = 1,15 – 1,3
δ = Perbandingan ekspansi susulan = 13,6481,099
15
ρ
ε
4,9911 + [0,0006385 x 2162,028] x1n
1,985
13,648
11
21)(n2
dengan menggunakan metode trial and error (coba-coba) diperoleh nilai
eksponen politropik, n2 ≈ 1,2822.
4,9911 + [0,0006385 x 2162,028] x12822,1
1,985
13,6354
11
1)-(1,2822
Tekanan Akhir Ekspansi (Pb)
Pb =2n
z
δ
PPb = 3,7088 kg/cm2
Temperatur Akhir Ekspansi (Tb) adalah :
Tb =1)(n
z
2δ
P
Tb = 1034,057 OK
Untuk kondisi setelah terjadi kebocoran katup karena penempelan
karbon maka besarnya tekanan dan temperatur pada akhir langkah
ekspansi adalah :
Tekanan Akhir Ekspansi (Pb)
Pb =2n
z
δ
PPb =
1,28712,66
89,10135Pb = 3,397 kg/cm2
Temperatur Akhir Ekspansi (Tb) adalah :
Tb =1)(n
z
2δ
P
Tb =1)(1,28712,66
2037,6612
Tb = 1005,21 OK
Dimana perbandingan ekspansi susulan setelah terjadi kebocoran pada
katup adalah :
26
δ =ρ
ε= 66,12
185,1
15
4,9911 + [0,0006385 x 2037,6612] x1n
1,985
12,66
11
21)(n2
dengan menggunakan metode trial and error (coba-coba) tidak dipeoleh
nilai eksponen politropik yang dapat menghasilkan nilai pada ruas kiri
sama dengan nilai ruas kanan dari persamaan tersebut di atas. Nilai ruas
kiri yang paling mendekati nilai ruas kanan hanya pada n2 ≈ 1,287.
4,9911 + [0,0006385 x 2037,6612] x 916,69200,61287,1
985,1
)1287,1(66,12
11
Dengan demikian nilai n2 tidak memenuhi ketentuan tersebut di atas (n2
= 1,15 – 1,30)
4.4. Tekanan Indikator (Pi)
Untuk menghitung tekanan indikator sebenarnya terlebih dahulu harus
dihitung tekanan indikator teoritis berdasarkan persamaan berikut :
Pit =
1n2
1nc
12 ε
11
1n
1
δ
11λρ1ρλ
1ε
P
Pit = 9,1180 kg/cm2
Dengan mengalikan faktor koreksi diagram indikator (φ), maka
diperoleh tekanan indikator sebenarnya sebagai berikut :
Pi = φ. Pit
Dimana :
φ = Faktor koreksi diagram indikator
φ = 0,95 ÷ 0,97
φ = 0,97 (diambil)
Jadi tekanan indikator sebenarnya adalah :
P1 = 0,97 x 9,1180
P1 = 8,844 kg/cm2
Hasil perhitungan tekanan indikator memenuhi syarat berdasarkan
referensi, yaitu 8,5 ÷ 17 kg/cm2.
27
Setelah terjadi kebocoran pada katup buang karena penempelan karbon,
maka besarnya tekanan indikator adalah :
Pit =
1n2
1nc
12 ε
11
1n
1
δ
11λρ1ρλ
1ε
P
Pit = 8,777 kg/cm2
Dengan mengalikan faktor koreksi diagram indikator (φ), maka
diperoleh tekanan indikator sebenarnya sebagai berikut :
Pi = φ. Pit
Dimana :
φ = Faktor koreksi diagram indikator
φ = 0,95 ÷ 0,97
φ = 0,97 (diambil)
Jadi tekanan indikator sebenarnya adalah :
P1 = 0,97 x 9,1180
P1 = 8,5137 kg/cm2
4.5. Tekanan Efektif (Pe)
Besarnya tekanan efektif diperoleh dengan mengalikan efisiensi
mekanis ( η m) terhadap tekanan indikator sebagai berikut :
Pe = η m x Pi
Dimana :
η m = Efisiensi mekanis
η m = 0,80 ÷ 0,88 (untuk motor diesel dengan supercharger)
η m = 0,88 (diambil)
sehingga diperoleh tekanan efektif :
Pe = 0,88 x 8,844 kg/cm2
Pe = 7,7831 kg/cm2
Besarnya tekanan (Pe) motor setelah terjadinya kebocoran karena
penempelan karbon pada piringan katup adalah :
Pe = 0,88 x 5,5137 kg/cm2
Pe = 7,4921 kg/cm2
28
4.6. Pengaruh Kebocoran Katup terhadap Daya Motor
1. Daya Motor Indikator
Daya indikator (Ni) menyatakan daya yang dihasilkan gas di dalam
silinder per unit waktu, atau dapat dinyatakan dengan rumus berikut
ini :
Ni =0,45z
Vs.n.i.P1
Dimana :
Vs = Volume silinder
Vs = 0,03379 m3
n = Putaran mesin
n = 650 rpm
i = Jumlah silinder
i = 8 (delapan)
z = Koefisien tak
z = 2 (untuk motor 4-langkah)
Sehingga daya indikatornya adalah :
Ni =2x0,45
4x1500x20,00367767x8,844
Ni = 216,8 HP
NoParameter Kinerja
MotorKondisi Normal
Kondisi setelahKetidaklonggaran
Katup
1. Tekanan Kompresi, Pc 52,2548 kg/cm2 45,693 kg/cm2
2. Tekanan Pembakaran, Pz 101,8969 kg/cm2 89,1035 kg/cm2
3. Tekanan Indikator, Pi 8,844 kg/cm2 8,5137 kg/cm2
4. Tekanan Efektif, Pe 7,7981 kg/cm2 7,4921 kg/cm2
Setelah terjadi kebocoran pada katup, maka besarnya daya indikator
(Ni) yang dihasilkan motor adalah :
Ni =2x0,45
4x1500x20,00367767x8,5137
Ni = 208,7 HP
29
2. Daya Motor Efektif
Daya efektif menyatakan daya guna dari mesin yang berfungsi
untuk menggerakkan poros. Daya efektif dihitung sebagai berikut :
Ne = η m x Ni
Ne = 0,88 x 216,8 HP
Ne = 190,784 HP
Setelah terjadi kebocoran karena penempelan karbon pada piringan
katup, maka besarnya daya efektif motor adalah :
Ne = η m x Ni
Ne = 0,88 x 208,7 HP
Ne = 183,656 HP
30
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Karbon yang menempel pada katup buang motor diesel Deutz
penggerak Three Wheel Roller Barata MG. adalah setebal 0,5
mm, yang mengakibatkan terjadinya kebocoran udara pada akhir
langkah kompresi sebesar 461,43 cm3 atau 12,55%.
Akibat kebocoran tersebut maka terjadilah penurunan unjuk
kerja.
Setelah terjadinya penempelan karbon pada kepala katup buang
yang mengakibatkan terjadinya kebocoran, maka besarnya daya
motor efektif (Ne) yang dihasilkan menurun dari 216,8 HP
menjadi 208,73 HP.
5.2. Saran
Dapatlah diberi beberapa saran sebagai berikut :
1. Harus diusahakan terjadinya pembakaran sempurna antara udara dan
bahan bakar di dalam ruang silinder motor. Untuk maksud ini maka
diusahakan udara yang dimasukan harus cukup untuk membakar
bahan bakar, udara harus bercampur dengan baik dan nozel injektor
harus selalu dalam kondisi baik.
2. Harus diusahakan jangan sampai minyak pelumas masuk ke dalam
ruang bakar dan terbakar pada saat terjadinya proses pembakaran
karena akan menimbulkan jelaga atau karbon di dalam ruang bakar.
3. Harus dilakukan pembersihan karbon secara periodik, terutama pada
kepala katup agar tidak menimbulkan celah antara kepala katup
dengan dudukannya guna menghindari terjadinya kebocoran dari
dalam ruang silinder motor.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonimous, Pengetahuan Dasar Motor Diesel.
2. BPM, Arends, H Berenschot, Motor Bensin, Erlangga, Jakarta 1980.
3. Djati Nursuhud MSME., Ir., Diktat Pengantar Mesin-Mesin Konversi Energi,
Fakultas Teknologi Industri ITS, Surabaya, 1990.
4. Nokoela Soenarta, Shoichi Furuhama, Motor Serbaguna, PT Pradnya Paramita,
Jakarta, 1985.
5. Susahyo., Otomotif Mesin Tenaga, Tiga Serangkai, Surakarta, 1997.