PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LEAFLET …
Transcript of PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LEAFLET …
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LEAFLET
TENTANG LAKTASI TERHADAP EFIKASI DIRI MENYUSUI IBU POST
SC DI RSUD MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2018
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan
Pendidikan Program Studi D-III Kebidanan
STIKes Bhakti Kencana Bandung
PATMA PATIMAH
NIM : CK.1.15.068
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2018
ABSTRAK
Laktasi adalah periode setelah kelahiran bayi ketika ASI diproduksi oleh
payudara akibat pengaruh hormone oksitosin. Di Jawa Barat, Kabupaten Bandung
termasuk ke dalam 3 terendah cakupan ASI ekslusif sebesar 16,9%. Rendahnya
cakupan ASI ekslusif ini berdampak pada kualitas hidup generasi penerus bangsa
karena dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Dengan Media Leaflet terhadap Efikasi Diri Menyusui Ibu Post SC di
RSUD Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2018.
Jenis penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimental dengan
menggunakan rancangan one group pretest posttest. Populasi dalam penelitian ini
adalah Ibu Post SC di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung. Sampel berjumlah 68
responden, pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner efikasi diri menyusui, sedangkan analisa data
menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Wilcoxon Signed-Rank
Test.
Hasil penelitian sebelum dilakukan pendidikan kesehatan menunjukan
hampir seluruh responden yaitu 55 responden (80,9%) memiliki efikasi diri
sedang. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan menunjukan sebagian besar
responden yaitu 50 responden (73,5%) memiliki efikasi diri sedang. Uji Wilcoxon
Signed-Rank menunjukan Asymp Sign 0,000 ( p value < 0,05), yang berarti Ho di
tolak sehingga terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan media leaflet
tentang laktasi terhadap efikasi diri menyusui Ibu Post SC.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Ibu Post SC memiliki
efikasi diri menyusui sedang, oleh sebab itu diperlukan suatu masukan kepada
pihak RSUD Majalaya untuk meningkatkan peran bidan dalam memberikan
pendidikan kesehatan tentang laktasi kepada Ibu Post SC.
Kata Kunci : Pedidikan Kesehatan, Laktasi, Efikasi Diri Menyusui
Kepustakaan : 20 Buku (2009 -2015)
3 Jurnal ( 2009-2014)
4 Website ( 2011-2016)
ABSTRACT
Lactation is the period after the baby's birth when breast milk is
produced by the breast due to the influence of the oxytocin hormone. In West
Java, Bandung Regency is among the lowest 3 in the exclusive ASI coverage of
16.9%. The low coverage of exclusive ASI has an impact on the quality of life of
the next generation because it can increase susceptibility to disease.
The purpose of this study was to determine the effect of health education
with leaflet media on self-efficacy breastfeeding mothers post SC in Majalaya
Hospital in Bandung in 2018.
This research method using a pre-experimental method using the design
of one group pretest posttest. The population in this study was Post SC in
Majalaya Hospital Bandung. A sample of 68 respondents, sampling using
accidental sampling. Data collection used a breastfeeding self-efficacy
questionnaire, while data analysis used univariate and bivariate analysis with the
Wilcoxon Signed-Rank Test.
The results of the study before health education showed that almost all
respondents, 55 respondents (80.9%) had moderate self-efficacy. After health
education was conducted, most respondents, 50 respondents (73.5%) had
moderate self-efficacy. The Wilcoxon Signed-Rank test shows Asymp Sign 0,000
(p value <0,05), which means that Ho is rejected so that there is an effect of
health education with media leaflets about lactation on self-efficacy of
breastfeeding. Post SC.
So it can be concluded that the majority of Post SC mothers have
moderate breastfeeding self-efficacy, therefore an input is needed for Majalaya
District Hospital to improve the role of midwives in providing lactation health
education to Ms. Post SC.
Keywords: Health education, Lactation, Self Efficacy Breastfeeding.
Literature: 20 Books (2009-2015)
3 Journal (2009-2014)
4 Website (2011-2016)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan shalawat
serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Demikian pula
semoga rahmat dan karunia-Nya dicurahkan kepada semua hamba-hamba-Nya.
Atas berkat rahmat-Nya Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan laporan tugas
akhir yang berjudul “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN
MEDIA LEAFLET TENTANG LAKTASI TERHADAP EFIKASI DIRI
MENYUSUI IBU POST SC DI RSUD MAJALAYA KABUPATEN
BANDUNG TAHUN 2018”
Laporan tugas akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah
satu persyaratan menyelesaikan tugas program studi D III Kebidanan STIKes
Bhakti Kencana Bandung.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, laporan tugas akhir ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. H.Mulyana,SH.,M.Pd.,MH.Kes.,sebagai ketua yayasan Adhi Guna
Kencana Bandung.
2. R. Siti Jundiah, S.Kep.,M.Kep sebagai ketua STIkes Bhakti Kencana
Bandung.
3. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb., sebagai ketua program Studi kebidanan
STIkes Bhakti Kencana Bandung.
4. Yanyan Mulyani, SST., MM.Kes., M.Keb., sebagai pembimbing laporan
tugas akhir yang telah sabar dan meluangkan waktunya dalam setiap
bimbingan.
5. Pihak RSUD Majalaya Kabupaten Bandung yang telah bersedia untuk
menjadi tempat penelitian.
6. Dosen dan staf pendidikan STIKes Bhakti Kencana Bandung program
studi DIII Kebidanan Bandung.
7. Kedua Orang tua tercinta H. Dedi Supriadi dan Hj. Aropah beserta
keluarga yang telah memberikan dukungan dan do’a tiada henti.
8. Sahabat-sahabat tercinta Ratna, Wini, Elmi, Pina, Nurul, Novia, Dea ,
Dika, Imas yang selalu memberikan semangat dan dukungannya.
9. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan motivasi, terima kasih
telah berjuang bersama-sama.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih
banyak kekurangan, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat khusunya bagi penulis dan
umumnya bagi semua pihak yang menggunakannya.
Bandung, J uli 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... ...
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ..
PERNYATAAN PENULIS ......................................................................................... .i
ABSTRAK ..................................................................................................................... .ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. . iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ..v
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... ..ix
DAFTAR BAGAN ........................................................................................................ …x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Kesehatan .............................................................................................. 8
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan ................................................................ 8
2.1.2 Teori Precede-Proceed Digunakan dalam Promosi Kesehatan .................. 8
2.1.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan ...................................................................... 11
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan ...................... 12
2.1.5 Metode Pendidikan Kesehatan ..................................................................... 13
2.1.6 Media Pendidikan Kesehatan ....................................................................... 15
2.2 Proses Laktasi dan Menyusui ................................................................................. 20
2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara .................................................................. 20
2.2.2 Pengertian Laktasi ......................................................................................... 21
2.2.3 Manfaat Pemberian ASI ............................................................................... 22
2.2.4 Komposisi Gizi dalamASI ............................................................................ 23
2.2.5 Cara Menyusui Yang Benar ......................................................................... 26
2.3 Efikasi Diri ............................................................................................................... 31
2.3.1 Pengertian Efikasi Diri ................................................................................ 31
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri ........................................ 31
2.3.3 Komponen Efikasi Diri ................................................................................. 32
2.3.4 Dimensi Efikasi Diri .................................................................................... 33
2.4 Jenis Persalinan ....................................................................................................... 35
2.5 Seksio Sesaria ........................................................................................................... 35
2.5.1 Pengertian Seksio Sesaria ............................................................................ 35
2.5.2 Prosedur Operatif .......................................................................................... 36
2.5.3 Jenis Seksio Sesaria ...................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ..................................................................................................... 41
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................................... 42
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................................ 42
3.3.1 Populasi............................................................................................................. 42
3.3.2 Sampel .............................................................................................................. 42
3.3.Teknik Pengambilan Sampel .............................................................................. 44
3.4 Kerangka Penelitian ................................................................................................ 45
3.4.1 Kerangka Pemikiran......................................................................................... 45
3.4.2 Kerangka Konsep ............................................................................................. 47
3.5 Tabel Definisi Operasional ...................................................................................... 48
3.6 Hipotesis Penelitian ................................................................................................. 49
3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian .............................................. 49
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 49
3.7.2 Prosedur Penelitian .......................................................................................... 50
3.8 Instrumen Penelitian ................................................................................................ 51
3.9 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................................ 53
3.9.1 Teknik Pengolahan Data .................................................................................. 53
3.9.2 Analisa Data ..................................................................................................... 54
3.10 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................................... 57
4.1.2 . Analisa Univariat……………………………………………......................57
4.1.3. Analisa Bivariat…………………………………………………………..59
4.2 Pembahasan ............................................................................................................ .60
4.2.1 Gambaran Efikasi Diri Menyusui Ibu Post SC Sebelum Dilakukan
Pendidikan Kesehatan……………………………………………………60
4.2.2 Gambaran Efikasi Diri Menyusui Ibu Post SC Sesudah Dilakukan
Pendidikan Kesehatan…………………………………………………....61
4.2.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Leaflet Tentang Laktasi
Terhadap Efikasi Diri Menyusui Ibu Post SC……………………………63
4.2.4 Keterbatasan Penelitian…………………………………………………..66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 67
5.2 Saran ........................................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 69
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
2.1 Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur.................................. 25
3. 1 Definisi Operasional Penelitian.................................................................... 48
4.1 Distribusi Frekuensi Efikasi Diri Menyusui Ibu Post SC Sebelum
Dilakukan Pendidikan Kesehatan Tentang Laktasi Tahun 2018 ........... …57
4.2 Distribusi Frekuensi Efikasi Diri Menyusui Ibu Post SC Sebelum
Dilakukan Pendidikan Kesehatan Tentang Laktasi Tahun 2018 ............... 58
4.3 Uji Perbandingan Wilcoxon Signed-Rank Test Data Efikasi Diri
Menyusui Ibu Post SC di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung
Tahun 2018 .................................................................................................... 59
DAFTAR BAGAN
3.1 Rancangan Penelitian .......................................................................................... 41
3.2 Kerangka Konsep ................................................................................................ 47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu Perubahan
fisik, Involusi uterus dan pengeluaran lochea, Perubahan psikis,
Laktasi/pengeluaran ASI (Air Susu Ibu). Laktasi merupakan suatu masa dimana
terjadi perubahan pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan
merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik,
saraf, dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar.1
Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan
mengasuh bayi dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua
tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi
hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya. Usaha yang dirancang untuk
meningkatkan hasil menyusui harus meliputi tiga karakteristik yaitu promosi,
proteksi dan dukungan menyusi. Usaha promosi menyusui berfokus pada
manfaat menyusui bagi individu bayi dan ibu. 2
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. ASI
tidak hanya memberikan manfaat untuk bayi saja,melainkan untuk ibu, keluarga
dan Negara. Manfaat ASI untuk bayi yaitu ASI mengandung zat gizi sesuai
dengan kebutuhan bayi, ASI mengandung zat protektif sehingga bayi menjadi
jarang sakit, mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi inu dan bayi,
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan menjadi baik, mengurangi
kejadian karies dentis, dan mengurangi kejadian maloklusi.1
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung
protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi
sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.
Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari
ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin,
protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori
lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan,
ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan
menganggu enzim di usus, sedangkan susu formula tidak mengandung enzim
sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat diusus bayi.3
Sehubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu langkah
pertama bagi seorang manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan
sejahtera. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui hal ini. Di beberapa negara
maju dan berkembang termasuk Indonesia, banyak ibu karir yang tidak menyusui
secara eksklusif. Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu pernah memberikan ASI,
namun penelitian IDAI (yohani.dkk 2015) menemukan hanya 49,8 %
yang memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan sesuai
rekomendasi WHO. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif ini dapat
berdampak pada kualitas hidup generasi penerus bangsa dan juga pada
perekonomian nasional, dikarenakan dapat meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit. Meningkatnya biaya kesehatan, dan meningkatnya biaya susu formula.
Suatu hasil penelitian di Ghana yang diterbitkan oleh jurnal pediatriks
menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI
pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika
pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahirannya. ASI adalah
asupan gizi yang terbaik untuk melindungi dari infeksi pernafasan, diare, alergi,
sakit kulit, asma, obesitas juga membentuk perkembangan intelegensia, rohani,
perkembangan emosional. Hasil telaah dari 42 negara menunjukkan bahwa ASI
eksklusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian balita,
yaitu 13% dibanding merangsang keluarnya ASI.4
Hampir separo anak (49 persen) disusui dalam satu jam setelah kelahiran,
dan sekitar dua dari tiga (66 persen) disusui dalam satu hari setelah kelahiran.
Persentase anak yang disusui dalam satu jam dan dalam satu hari setelah
kelahiran menurun menurut pendidikan ibu, walaupun polanya tidak seragam.
Anak yang dilahirkan dari ibu yang pada saat kelahiran ditolong oleh tenaga
kesehatan profesional, cenderung lebih sedikit disusui dalam satu jam atau satu
hari setelah kelahiran dibanding anak yang pada saat kelahiran ditolong oleh
penolong persalinan tradisional atau lainnya 5
Metode persalinan SC adalah proses persalinan dengan melalui
pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim
(histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah sesar umumnya dilakukan ketika
proses persalinan normal tidak memungkinkan karena beresiko kepada
komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan
umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan,
anak, anestesi serta bidan . Berdasarkan waktu pelaksanaannya bedah sesar
dibagi menjadi dua yaitu bedah sesar darurat/cito dan bedah sesar elektif. Bedah
sesar darurat merupakan prosedur yang dilakukan akibat adanya hal-hal yang
tidak terduga menjelang atau saat persalinan pervaginam, kegawatdaruratan janin
serta keadaan obstetrik akut yang harus segera dilaksanakan. Bedah sesar
dikatakan elektif apabila pelaksanaannya dilakukan pada waktu yang telah
ditentukan sebelumnya demi terjaminnya kualitas dalam pelayanan obstetrik,
anestesi, neonatus, serta dalam proses perawatan selama di rumah sakit. 6
Pada persalinan dengan metode SC keberhasilan menyusui memiliki angka
yang lebih sedikit. Arifah (2009) yang membandingkan keberhasilan IMD pada
pasien dengan persalinan normal dan SC diperoleh data keberhasilan IMD pada
pasien SC hanya sebesar 4,2%. Angka yang sangat jauh jika dibandingkan
dengan keberhasilan IMD pada pasien dengan persalinan normal yang mencapai
angka 87,5%. Beberapa factor yang mempengaruhi keberhasilan IMD pada
pasien SC antara lain kondisi bayi yang lemah dan harus dilakukan resusitasi
segera, ibu yang menolak dilakukan IMD, ibu yang atas indikasi tertentu harus
dilakukan General Anesthesia (GA) yang tidak jarang menyebabkan bayi ikut
terlahir dalam keadaan terkena efek anestesi serta ketidaktersedianya petugas
yang mampu melaksanakan IMD karena operasi cito.7
Teti solehati (2017) menggambarkan tingkatan efikasi diri ibu post SC saat
menyusui terdapat pada tinggat efikasi diri rendah, kondisi tersebut
menggambarkan bahwa masih rendahnya komitmen dalam menyusui disebakan
karena rendahnya daya tahan ibu dalam mengatasi hambatan yang muncul saat
menyusui dan fokus ibu pada aspek negative dalam menyusui8
Rainy tri kurnianingtyas (2017) mengatakan bahwa terdapat pengaruh
pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi dengan menggunakan media
leaflet terhadap efikasi diri menyusui ibu primigravida trimester III dikarenakan
terdapat peningkatan efikasi diri antara sebelum dengan setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.9
Galih satrio (2014) membandingkan efektifitas penggunaan media leaflet
dengan flipchart dalam pendidikan kesehatan didapatkan bahwa dengan
menggunakan media leaflet lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan/sikap
masyarakat, peningkatan perilaku masyarakat, dan peningkatan status kesehatan
masyarakat sekitar 24% 10
Mengacu pada target Renstra pada tahun 2015 sebesar 39%, maka secara
nasional cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat 4 provinsi yang tidak
berhasil mencapai target yaitu Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 38,2%,
Provinsi Jawa Barat sebesar 35,3%, Provinsi Sumatera Utara sebesar 33% dan
Provinsi Sulawesi Utara sebesar 26,3%. 11
Kabupaten Bandung merupakan terendah ketiga angka cakupan pemberian
ASI ekslusid yaitu sebesar 16,9%, setelah kabupaten indramayu yaitu dengan
angka sebesar 14% dan kota bekasi yaitu sebesar 14,8%. 12
RSUD Majalaya merupakan satu satunya rumah sakit di Kabupaten
Bandung dengan Angka persalinan SC cukup tinggi yaitu sekitar 208 kejadian
jika dibandingkan dengan RSUD Soreang yaitu dengan angka kejadian sekitar 65
kejadian selama kurun waktu bulan Juli – Desember 2017.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Tentang Laktasi dengan Media Leaflet terhadap Efikasi Diri Menyusui Ibu Post
SC di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung ”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di ambil rumusan masalah yaitu “
Bagaimana Pengaruh pendidikan kesehatan tentang laktasi dengan median leaflet
terhadap efikasi diri menyusui pada ibu post SC di RSUD Majalaya Kabupaten
Bandung“.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang laktasi
dengan media leaflet terhadap efikasi diri menyusui pada ibu post
SC di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui efikasi diri menyusui ibu post SC sebelum
di berikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet tentang
laktasi
2. Untuk mengetahui efikasi diri menyusui ibu post SC setelah
diberikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet tentang
laktasi
3. Mengetahui pengaruh Pendidikan kesehatan tentang laktasi
terhadap efikasi diri menyusui ibu post SC
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat di pakai sebagai media pembelajaran
untuk meningkatkan pengetahuan tentang manfaat pendidikan
kesehatan tentang laktasi dan bisa mengaplikasikan teori yang
didapat selama pembelajaran pada kasus yang nyata terutama
aplikasi karya tulis ilmiah dan menguasai konsep teori sehingga
dapat menambah wawasan dan keterampilan.
1.4.2 Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi sebagai bahan
pustaka dan tambahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi lahan praktek
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam melakukan
konseling laktasi kepada ibu post SC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Kesehatan
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum
adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau
promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur input
(sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output
(melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu
promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau
perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan. 13
2.1.2 Teori Precede-Proceed digunakan dalam promosi kesehatan
Dikutip dari Fertman pada tahun 2010 bahwa pendekatan
terkenal untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam
program pendidikan kesehatan adalah model Precede-Proceed yang
dikemukakan oleh Green & Kreuter 12 pada tahun 2005. Bagian
Precede pada model (fase 1-4) berfokus pada perencanaan program
dan bagian proceed (fase 5-8) berfokus pada pelaksanaa dan
evaluasi. Delapan fase dari model pedoman perencanaan dalam
membuat program promosi kesehatan, dimulai dengan keluaran yang
lebih umum dan berubah menjadi keluaran yang lebih spesifik. Pada
akhirnya, proses memimpin untuk membuat program,
menghantarkan program dan mengevaluasi program.
1. Fase 1: Diagnosis Sosial
Dalam fase ini, program menentukan bagaimana kualitas
hidup dari masyarakat tersebut secara spesifik., Untuk
mengetahui masalah itu maka sering digunakan indikator
sosial dari kesehatan dalam populasi spesifik (contohnya
derajat kemiskinan, rata-rata kriminalitas, ketidakhadiran,
atau tingkat pendidikan yang rendah) yang berefek kepada
kesehatan dan kualitas hidup.
2. Fase 2: Diagnosis epidemiologi
Masalah sosial pada fase pertama dalam hal kesehatan
adalah hal yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan
masyarakat. Dalam fase ke-2 ini program mengidentifikasi
faktor kesehatan atau faktor lain yang berperan dalam
perburukan kualitas hidup.
3. Fase 3: Penilaian Pendidikan dan Ekologis
Fokus dalam fase 3 bergantian menjadi faktor mediasi yang
dapat mendorong atau penghindar sebuah lingkungan
positif atau perilaku positif. Faktor-faktor ini dikelompokan
kedalam tiga kategori: faktor-faktor predisposisi,
faktorfaktor pemungkin dan faktor-faktor penguat (Green &
Kreuter, 2005).
4. Fase 4: Administrasi & Penilaian Kebijakan & Keselarasan
Intervensi
Pada fase ini berisi tentang upaya untuk memperbaiki status
kesehatan dapat didukung atau dihambat oleh peraturan dan
kebijakan yang ada. Sehingga dapat dilihat bahwa fokus
utama dalam administrasi dan penilaian kebijakan dan
keselarasan intervensi dalam fase ke empat adalah
pemastian kenyatan, unuk meyakinkan bahwa ini ada dalam
aturan (sekolah, tempar kerja, organisasi pelayanan
kesehatan, atau komunitas) semua dukungan yang
memungkinkan, pendanaan, kepribadian, fasilitas,
kebijakan dan sumber daya lainnya akan ditampilkan untuk
mengembangkan dan pelaksanaan program.
5. Fase 5: Implementasi atau Pelaksanaan
Penyampaian program terjadi selama fase 5. Juga, proses
evaluasi (fase 6), yang mana dalam fase evaluasi yang
pertama, terjadi dengan simultas dengan pelaksanaan
program.
6. Fase 6: Proses Evaluasi
Proses evaluasi adalah sebuah evalusi yang formatif,
sesuatu yang muncul selama pelaksanaan program.
7. Fase 7: Pengaruh Evaluasi
Fokus dalam fase ini adalah evaluasi sumatif, yang diukur
setelah program selesai, untuk mencari tahu pengaruh
interfensi dalam prilaku atau lingkungan.
8. Fase 8: Hasil atau Keluaran
Evaluasi Fokus dari fase evualusi terakhir sama dengan
fokus ketika semua proses berjalan – indikator evaluasi
dalam kualitas hidup dan derajat kesehatan.
2.1.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab
terbentuknya perilaku tersebut Green dalam 13
yaitu :
a. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi
Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah
kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pemeliharaan dan penigkatan kesehatan
bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakatnya.
Disamping itu, dalam konteks promosi kesehatan juga
memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan
masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan maupun
yang menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini
dilakukan dengan penyuluhan kesehatan, pameran
kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, billboard, dan
sebagainya.
b. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)
Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar
masyarakat dapat memberdayakan masyarakat agar mampu
mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara
memberikan kemampuan dengan cara bantuan teknik,
memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk
pengadaan sarana dan prasarana.
c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk
mengadakan pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat,
dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan agar sikap dan
perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh atau acuan
bagi masyarakat tentang hidup sehat.
2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan
kesehatan dapat mencapai sasaran 13
yaitu :
a) Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang
terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin
mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.
b) Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin
mudah pula dalam menerima informasi baru.
c) Adat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat
istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d) Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan
oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada
kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
e) Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat
aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran
masyarakat dalam penyuluhan.
2.1.5 Metode Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai,
penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu: 13
1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan
Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk
membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik
pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya
pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah
atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan
atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :
a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)
b. Wawancara
2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok.
Dalam penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita
perlu mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat
pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya
kelompok, yaitu :
a. Kelompok besar
b. Kelompok kecil
3. Metode berdasarkan pendekatan massa
Metode pendekatan massa ini cocok untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini bersifat
umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis
kelamin, pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan
sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin
disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
ditangkap oleh massa.
2.1.6 Media Pendidikan Kesehatan
Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan
kesehatan. Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai
berikut 13
:
a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak
c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam
pemahaman
d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan
–pesan yang diterima oran lain
e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi
kesehatan
f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/
masyarakat
g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian
lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian
yang lebih baik
h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain13
:
a) Berdasarkan stimulasi indra
1. Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu
menstimulasi indra penglihatan
2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu
untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian
bahan pendidikan/pengajaran
3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)
b) Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya
1. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip,
slide, dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor
2. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan
bahan – bahan setempat
c) Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan
1. Media Cetak
a. Leaflet
Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui
lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini
antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri
serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran
dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis,
berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota
kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat
memberikan informasi yang detail yang mana tidak diberikan
secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta
mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran Sementara itu
ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak cocok
untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan
mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran
tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses
penggandaan yang baik.
b. Booklet
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet
sebagai saluran, alat bantu, sarana dan sumber daya
pendukungnya untuk menyampaikan pesan harus
menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan.
Menurut Kemm dan Close dalam Aini (2010) booklet
memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Dapat dipelajari setiap saat, karena disain berbentuk buku.
2. Memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan
dengan poster.
Menurut Ewles dalam Aini (2010), media booklet
memiliki keunggulan sebagai berikut :
1. Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri.
2. Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai.
3. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.
4. Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta
mudah disesuaikan.
5. Mengurangi kebutuhan mencatat.
6. Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif
murah.
7. Awet
8. Daya tampung lebih luas
9. Dapat diarahkan pada segmen tertentu.
Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan
kesehatan adalah :
1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2. .Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.
3. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak
dan cepat.
4. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan
pesanpesan yang diterima kepada orang lain.
5. Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.
6. Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran
pendidikan.
7. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu
mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang
lebih baik.
8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
c. Flyer (selembaran)
d. Flip chart (lembar balik)
Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam
bentuk buku di mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan
lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan yang
berkaitan dengan gambar. Keunggulan menggunakan media ini
antara lain : mudah dibawa, dapat dilipat maupun digulung,
murah dan efisien, dan tidak perlu peralatan yang rumit.
Sedangkan kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang
berjumlah relatif besar, mudah robek dan tercabik.
e. Rubrik (tulisan – tulisan surat kabar), poster, dan foto
2. Media Elektronik
a. Video dan film strip Keunggulan penyuluhan dengan media ini
adalah dapat memberikan realita yang mungkin sulit direkam
kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi
mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang
jumlahnya relatif penting dapat diulang kembali, mudah
digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang gelap.
Sementara kelemahan media ini yaitu memerlukan sambungan
listrik, peralatannya beresiko untuk rusak, perlu adanya
kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli
profesional agar gambar mempunyai makna dalam sisi artistik
maupun materi, serta membutuhkan banyak biaya.
b. Slide Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan berbagai
realita walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya
relatif besar, dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya
cukup ringkas dan mudah digunakan. Sedangkan kelemahannya
memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko mudah
rusak dan memerlukan ruangan sedikit lebih gelap.
2. Media Papan
2.2 Proses Laktasi dan Menyusui
2.2.1 Anatomi dan fisiologi payudara
1. Anatomi payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah
kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu
untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang
beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan pada saat
menyusui 800 gram.14
A. Struktur makroskopik
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
a) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
b) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
c) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol
di puncakpayudara.
B. Struktur mikroskopik
Terdiri dari:
a) Kelenjar susu (lobulus) yang menghasilkan susu
b) Duct atau saluran yang mengangkut susu dari kelenjar susu
(lobulus) ke puting Putting
c) Areola (daerah berpigmen merah muda atau coklat di sekitar
puting susu)
d) Jaringan ikat (fibrous) yang mengelilingi lobulus dan duct
e) Lemak.
2. Fisiologi payudara
Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI di namakan
laktasi.ketika bayi mengisap payudara, hormone yang bernama oksitosin
membuat ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk
canals)menuju reservoir susu (sacs) yang berlokasi di belakang areola, lalu
kedalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga
kehamilan, di mana tubuh wanita memproduksihormon yang menstimulasi
munculnya ASI dalam system payudara.1
Persiapan pemberian ASI di lakukan bersamaan dengan kehamilan,
payudara semakin padat karena retensi air, lemak, serta berkembangnya
kelenjar-kelenjar payudara dan dirasakan tegang dan sakit. Segera setelah
terjadi kehamilan, maka korpus luteum berkembang terus dan
mengeluarkan estrogen dan progesterone untuk mempersiapkan payudara
agar pada waktunya dapat memberikan ASI14
2.2.2 Pengertian laktasi
Menurut kamus kesehatan Indonesia Laktasi (lactation) adalah
periode setelah kelahiran anak ketika susu diproduksi oleh payudara ibu
akibat pengaruh hormon yang disebut oksitosin yang juga membantu dalam
menginduksi kontraksi selama persalinan. Proses laktasi merupakan
produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin), yang dikenal
dngan reflex prolactin dan reflex fleks aliran (let down reflex).15
2.2.3 Manfaat pemberian ASI
Berikut ini adalah manfaat yang di dapatkan dengan menyusui bagi
bayi, ibu, keluarga, dan Negara.
1. Manfaat bagi bayi
a. Komposisi sesuai kebutuhan.
b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan
c. ASI mengandung zat pelindung
d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat
e. Menunjang perkembangan kognitif
f. Menunjang perkembangan pengelihatan
g. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat
i. Dasar untuk perkembangan kpribadian yang percaya diri
2. Manfaat bagi ibu
a. Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepatkembalinya
rahim ke bentuk semula.
b. Mencegah anemia defisiensi zat besi.
c. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
d. Menunda kesuburan.
e. Menimbulkan perasaan di butuhkan.
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium
3. Manfaat bagi keluarga
a. Mudah dalam proses pemberiannya.
b. Mengurangi biaya rumah tangga.
c. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat
biaya untuk berobat.
4. Manfaat bagi Negara
a. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.
b. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui.
c. Mengurangi polusi.
d. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas15
2.2.4 Komposisi gizi dalam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Air susu ibu khusus dibuat
untuk bayi manusia. Kandungangizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta
sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.1
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:.
1. Kolustrum
Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini
disekresi oleh kelenjar payudarapada hari pertama sampai hari ke empat
pasca persalinan. Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas kental ,
lengket dan berwarna kekuningan. Kolustrum mengandung
tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih
dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu, kolustrum masih
mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolustrum
adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat
antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi
volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung
bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.
Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat
yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.
2. ASI Transisi/ Peralihan
peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu,
volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya.
Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa
meningkat.
3. ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur
tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak
menggumpal bila dipanaskan.
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama
disebut foremilk. Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan
rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air.
Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan
lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang.
Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremilk
maupun hindmilk.
Dibawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara kolustrum, ASI
transisi dan ASI matur.
Tabel. 2.1
Kandungan kolostrum, ASI transisi dan ASI matur
Kandungan Kolostrum Transisi ASI matur
Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglubin :
Ig A (mg/100 ml) 335,9 – 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 – 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 – 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 – 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 – 250-270
2.2.5 Cara menyusui yang benar
A. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi
a) Ibu duduk atau berbaring dengan santai.
b) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
c) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.
d) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
e) Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis
dengan leher dan lengan bayi
f) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu.16
B. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu
a. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit
payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting), dibelakang areola (kalang payudara).
b. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut
puting susu.
c. Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya
lebar dan lidah ke bawah.
d. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara
menekan bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala.
e. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan-
hadapan dengan hidung bayi.
f. Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit-
langit mulut bayi.
g. Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut
bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-
langit yang keras (palatum durum) dan langit- langit lunak
(palatum molle).
h. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus
lactiferous yang terletak dibawah kalang payudara.
i. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
j. Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara
dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi
bernafas. Hal itu tidak perlu karena hidung bayi telah
dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi
dengan lengan ibu.
k. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk
mengelus- elus bayi.16
l. Cara Menyendawakan Bayi
a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu
dan perlahan-lahan diusap punggung belakang
sampai bersendawa.
b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau
tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya.16
C. . Langkah – langkah Menyusui Yang Benar
a. Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya.
b. Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak
sejajar punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak
menggantung
c. Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu
dan aerola sekitarnya
d. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan
e. Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan
meletakkan satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu
didepan, kepala bayi menghadap ke payudara
f. Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis
lurus
g. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang
lain menopang dibawah serta tidak menekan puting susu atau
areola
h. Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi
sebelum menyusui.
i. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang
atau disangga lagi.
j. Ibu menatap bayi saat menyusui.
k. Pasca Menyusui
a) Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di
masukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau
dagu bayi ditekan ke bawah.
b) Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan
kering dengan sendirinya
l. Menyendawakan bayi dengan :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan atau
b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian
punggungnya di tepuk perlahan-lahan.
c) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat
bayi menginginkan (on demand).16
D. Lama dan Frekuensi Menyusui
a. Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan.
b. Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
c. Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara
selama 5-7 menit.16
E. Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar
a. Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu.
b. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
c. Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar
payudara (payudara bagian bawah).
d. Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan
bayi.
e. Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka.
f. Sebagian besar areola tidak tampak.
g. Bayi menghisap dalam dan perlahan.
h. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu.
i. Terkadang terdengar suara bayi menelan
j. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet16
F. Tanda bahwa Bayi Mendapatkan ASI dalam Jumlah Cukup
a. Bayi akan terlihat puas setelah menyusu.
b. Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu
pertama (100-200 gr setiap minggu).
c. Puting dan payudara tidak luka atau nyeri.
d. Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8
kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari.
e. Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya
bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3
jam sekali setiap harinya.16
2.3 Efikasi Diri
2.3.1 Pengertian efikasi diri
Efikasi diri adaiah penilaian terhadap kompetensi diri
dalam melakukan suatu tugas khusus dalam konteks yang
spesifik. Selanjutnya efikasi diri diartikan dengan fokus pada
kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan sejumlah
tugas dengan sukses. efikasi diri adalah perasaan yang dimiliki
seseorang bahwa dirinya kompeten dan efektif dalam
melakukan suatu tugas.17
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri
Efikasi diri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai
berikut:
a) Pengalaman individu terhadap keberhasilan yang dicapai
pada masa lalu akan mempengaruhi efikasi dirinya.
Individu dalam melakukan sesuatu tugas akan
menginterpretasikan hasil yang dicapai dan akan
mempengaruh kemampuan dirinya pada tugas selanjutnya.
b) Pengalaman keberhasilan orang lain akan mempengaruhi
efikasi diri. Efikasi diri seseorang akan meningkat apabila
dipengaruhi model yang relevan. Pengalaman orang lain
akan mempengaruhi presepsi akan keberhasilan atau
kegagalan individu.
c) Persuasi verbal yang dilakukan oleh orang-orang yang
menjadi panutan dan memiliki kemampuan untuk
mewujudkan dapat meningkatkan efikasi diri individu.
Persuasi verbal yang diberikan kepada individu bahwa
individu memiliki kemampuan untuk melakukan suatu
tugas menyebabkan individu semakin termotivasi untuk
menyelesaikan tugas tersebut.
d) Keadaan fisiologis dan emosional untuk menilai
kemampuan, kekuatan dan kelemahan dari disfungsi
tubuh. Keadaan emosional yang dihadapi seorang individu
akan mempengaruhi keyakinan individu dalam
menjalankan tugas. Setiap individu harus meningkatkan
efikasi diri untuk mengembangkan potensi diri.18
2.3.3 Komponen efikasi diri
Terdapat tiga komponen yang memberikan dorongan bagi
terbentuknya efikasi diri, yaitu: 17
a) Pengharapan akan hasil (Outcome expectancy), yaitu adanya
harapan terhadap kemungkinan hasil dari perilaku. Harapan
ini dalam bentuk prakiraan kognitif tentang kemungkinan
hasil yang akan diperoleh dan kemungkinan tercapainya
tujuan,
b) Pengharapan akan efikasi (Efficacy expectancy), yaitu
harapan atas munculnya perilaku yang dipengaruhi oleh
persepsi seseorang pada kemampuan kinerjanya yang
berkaitan dengan hasil. Jika seseorang sering mengalami
kegagalan pada suatu tugas tertentu maka ia cenderung
memiliki efikasi yang rendah pada tugas tersebut. Sebaliknya,
jika menemukan keberhasilan dalam melakukan tugas
tertentu maka ia akan mempunyai efikasi diri yang tinggi
pada tugas tersebut,
c) Nilai hasil (Outcome value), yaitu nilai kebermaknaan atas
hasil yang diperoleh seseorang. Nilai hasil yang sangat berarti
akan memberikan pengaruh yang kuat pada motivasi
seseorang untuk mendapatkannya kembali.
2.3.4 Dimensi efikasi diri
Efikasi diri, memiliki tiga dimensi yaitu,19
a. tingkat kesulitan tugas (magnitude),
b. luas bidang perilaku (generality), dan
c. kemantapan keyakinan (strength).
Pertama, tingkat kesulitan tugas yaitu berhubungan dengan
tingkat kesulitan suatu tugas. Individu akan mencoba perilaku yang
dirasa mampu dilakukan dan akan menghindari situasi dan perilaku
yang diluar batas kemampuan yang dirasakan. Jika seseorang
dihadapkan pada tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan,
maka efikasi diri akan diarahkan pada tugas yang mudah, sedang
atau sulit sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk
memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan masing-masing
tingkatan kesulitan. Kedua, luas bidang perilaku merupakan
dimensi yang berhubungan dengan luas bidang perilaku. Beberapa
pengharapan terbatas pada bidang tingkah iaku yang khusus dan
beberapa pengharapan mungkin menyebar meliputi berbagai
bidang tingkah laku.
Luas bidang perilaku (generality) ialah sejauh mana individu
yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari
saat melakukan suatu aktivitas atau situasi tertentu hingga daiam
serangkaian tugas atau situasi yang bervariasi.
Terakhir, kemantapan keyakinan (strength) adalah derajat
kemampuan individu terhadap keyakinan atau pengharapannya.
Seseorang dengan efikasi diri yang lemah akan mudah menyerah
pada pengalamanpengalaman yang tidak menunjang. Sedangkan
seseorang dengan efikasi diri tinggi akan mendorong individu
untuk tetap bertahan dalam usahanya walaupun ditemukan
pengalaman yang tidak menunjang atau menghambat.
2.4 Jenis Persalinan
Proses persalinan dapat dibagi menjadi tiga cara yaitu:
1. Persalinan normal atau disebut juga persalinan spontan. Pada
persalinan ini, proses kelahiran bayi pada letak belakang kepala
(LBK) dengan tenaga ibu sendiri berlangsung tanpa bantuan alat serta
tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam.
2. Persalinan abnormal/buatan adalah persalinan pervaginam dengan
menggunakan bantuan alat, seperti ekstraksi forceps atau vakum atau
melalui dinding perut dengan operasi section caesarea (SC).
3. Persalinan Anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai dengan
sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah dilakukan perangsangan,
seperti dengan pemecahan ketuban dan pemberian prostaglandin.20
2.5 Seksio sesaria
2.5.1 Pengertian seksio sesaria
Seksio sesaria merupakan prosedur operatif yang dilakukan
dibawah anastesia sehingga janin, plasenta dan ketuban dilahirkan
melalui insisi dinding abdomen dan uterus. Prosedur ini biasanya
dilakukan setelah viabilitas tercapai (misalnya usia kehamilan lebih
dari 24 minggu). 21
2.5.2 Prosedur operatif
Terdapat dua lapisan peritoneum pelvis dan uterus nongravida
merupakan organ pelvis yang tertutup rapat oleh lapisan peritoneum
pelvis. Sejalan dengan perkembangan kehamilan, uterus berkembang
sampai ke abdomen dan peritoneum ini meninggi bersama uterus dan
bersentuhan dengan peritoneum abdomen. Setiap lapisan ini harus di
insisi dan diperbaiki. Peritoneum abdomen terletak dibawah lapisan
otot abdomen. Lapisan anatomis meliputi:
a. Kulit
b. Lemak
c. Selubung rektus
d. Otot (rektus abdominis)
e. Peritoneum abdomen
f. Peritoneum pelvis
g. Otot uterus
Operasi yang paling dilakukan adalah seksio sesaria segmen bawah
uterus. Insisi segmen bawah dilakukan pada bagian uterus yang
kurang aktif dan dengan sedikit otot agar penyembuhan lebih baik.
Alasan utama memilih teknik segmen bawah uterus adalah rendahnya
insiden dehisensi eskar uterus pada kehamilan berikutnya. Insisi klasik
atau vertical pada uterus dapat menjadi satu-satunya pilihan pada
situasi seperti adanya implantasi plasenta pada dinding uterus anterior
bawah, adanya perlekatan padat dari pembedahan sebelumnya, atau
pada kasus janin besar dengan bahu yang terjepit dalam pelvis ibu.
Resiko dan kelebihan pada prosedur ini adalah bahwa insisi uterus
cenderung mengalami rupture pada kelahiran berikutnya. 21
Abdomen dibuka dan lipatan longgar peritoneum, ada atas bagian
anterior segmen bawah Rahim dan diatas kandung kemih diinsisi.
Operator terus melakukan insisi pada bagian tersebut sampai fundus,
kandung kemih terlihat, yang kemudian didorong kebawah menjauhi
dari operator. Uterus diinsisi secara melintang. Operator mengarahkan
kepala janin keluar, sementara asisten menekan fundus untum
membantu pelahiran bayi. Oksitosin diberikan oleh dokter spesialis
anastesi, setelah pelahiran bayi dan pengkleman tali pusat. Setelah
bayi dan plasenta dilahirkan, uterus kemudian dijahit. hal ini biasa
dilakukan dalam 2 lapis. peritoneum kemudian ditutup diatas luka
uterus untuk mengeluarkan dari rongga peritoneal. Selubung rektus
ditutup, kemudian lapisan lemak dan akhirnya kulit dijahit dengan
benang yang dipilih operator, dalam hal ini biasanya digunakan vikril,
sediaan anyaman poliglaktin.21
2.5.3 Jenis seksio sesaria
1. Seksio sesaria elektif
Hal ini mengindikasikan bahwa keputusan membuat prosedur
ini telah dibuat selama kehamilan yang berarti sebelum
persalinan dimulai. Jika indikasi seksio sesaria bukan seksio
sesaria berulang seperti plasenta previa, pelahiran pelahiran
pervagina setelah sesar dapat diupayakan. Seksio sesaria
berulang mungkin diindikasikan misalnya pada disproporsi
sefalopelvik, atau uterus yang telah mengalami dua kali
pembedahan. 22
Dalam seksio sesaria elektif terdapat beberapa hal yang perlu
mendapat reklarifikasi. Sebagai contoh ada operasi yang benar-
benar elektif yang dipesan menjelang cukup bulan pada waktu
yang telah disepakati ibu dan dokter bedah. Dan ada kategori
lain yang meliputi seksio sesaria terjadwal, yaitu jika jelas
diketahui bahwa diperlukan pelahiran dini, tetapi tidak ada
perburukan kondidi ibu dan janin.
Indikasi definitive meliputi:
a. Disproporsi sefalopelvik
b. Plasenta previa mayor
c. Kehamilan kembar lebih dari dua
Indikasi kemungkinan meliputi:
a. Presentasi bokong
b. Preeklamsia sedang sampai berat
c. Kondisi medis yang tidak memperbolehkan ibu
melakukan upaya.
d. Restriksi pertumbuhan intrauterine.
e. Perdarahan antepartum
f. Abnormalitas tertentu pada janin
2. Seksio sesaria darurat
Hal ini dilakukan jika terjadi kondisi yang tidak diinginkan
selama kehamilan atau persalinan. Beberapa standar telah
dibuat untuk menetapkan waktu maksimal yang boleh
dilewati dari keputusan untuk melahirkan hingga waktu
hingga waktu actual bayi dilahirkan. Namun demikian, hal ini
menjadi kurang jelas karena pada beberapa benar-benar
terjadi kedaruratan dan segalanya harus sudah siap untuk
pelahiran bayi yang segera jika bayi diharapkan dapat
bertahan hidup. Kemudian terdapat situasi lain ketika
pelahiran bersifat mendesak tetapi waktu yang digunakan
untuk mempersiapkan dapat lebih banyak dan tindakan yang
akan dilakukan dapat di diskusikan bersama orangtua dan
dengan sikap yang lebih rileks. Berikut ini contoh alasan
mendesak/darurat untuk pelahiran dengan seksio sesaria: 21
a. Perdarahan antepartum
b. Prolapse tali pusat
c. Rupture uterus
d. Disproporsi sefalopelvik yang terdiagnosa pada saat
persalinan.
e. Preeclampsia berat
f. Eklampsia