PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LEAFLET …

54
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LEAFLET TENTANG LAKTASI TERHADAP EFIKASI DIRI MENYUSUI IBU POST SC DI RSUD MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2018 LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Pendidikan Program Studi D-III Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung PATMA PATIMAH NIM : CK.1.15.068 PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG 2018

Transcript of PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LEAFLET …

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LEAFLET

TENTANG LAKTASI TERHADAP EFIKASI DIRI MENYUSUI IBU POST

SC DI RSUD MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2018

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan

Pendidikan Program Studi D-III Kebidanan

STIKes Bhakti Kencana Bandung

PATMA PATIMAH

NIM : CK.1.15.068

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2018

ABSTRAK

Laktasi adalah periode setelah kelahiran bayi ketika ASI diproduksi oleh

payudara akibat pengaruh hormone oksitosin. Di Jawa Barat, Kabupaten Bandung

termasuk ke dalam 3 terendah cakupan ASI ekslusif sebesar 16,9%. Rendahnya

cakupan ASI ekslusif ini berdampak pada kualitas hidup generasi penerus bangsa

karena dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Dengan Media Leaflet terhadap Efikasi Diri Menyusui Ibu Post SC di

RSUD Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2018.

Jenis penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimental dengan

menggunakan rancangan one group pretest posttest. Populasi dalam penelitian ini

adalah Ibu Post SC di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung. Sampel berjumlah 68

responden, pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Pengumpulan

data menggunakan kuesioner efikasi diri menyusui, sedangkan analisa data

menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Wilcoxon Signed-Rank

Test.

Hasil penelitian sebelum dilakukan pendidikan kesehatan menunjukan

hampir seluruh responden yaitu 55 responden (80,9%) memiliki efikasi diri

sedang. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan menunjukan sebagian besar

responden yaitu 50 responden (73,5%) memiliki efikasi diri sedang. Uji Wilcoxon

Signed-Rank menunjukan Asymp Sign 0,000 ( p value < 0,05), yang berarti Ho di

tolak sehingga terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan media leaflet

tentang laktasi terhadap efikasi diri menyusui Ibu Post SC.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Ibu Post SC memiliki

efikasi diri menyusui sedang, oleh sebab itu diperlukan suatu masukan kepada

pihak RSUD Majalaya untuk meningkatkan peran bidan dalam memberikan

pendidikan kesehatan tentang laktasi kepada Ibu Post SC.

Kata Kunci : Pedidikan Kesehatan, Laktasi, Efikasi Diri Menyusui

Kepustakaan : 20 Buku (2009 -2015)

3 Jurnal ( 2009-2014)

4 Website ( 2011-2016)

ABSTRACT

Lactation is the period after the baby's birth when breast milk is

produced by the breast due to the influence of the oxytocin hormone. In West

Java, Bandung Regency is among the lowest 3 in the exclusive ASI coverage of

16.9%. The low coverage of exclusive ASI has an impact on the quality of life of

the next generation because it can increase susceptibility to disease.

The purpose of this study was to determine the effect of health education

with leaflet media on self-efficacy breastfeeding mothers post SC in Majalaya

Hospital in Bandung in 2018.

This research method using a pre-experimental method using the design

of one group pretest posttest. The population in this study was Post SC in

Majalaya Hospital Bandung. A sample of 68 respondents, sampling using

accidental sampling. Data collection used a breastfeeding self-efficacy

questionnaire, while data analysis used univariate and bivariate analysis with the

Wilcoxon Signed-Rank Test.

The results of the study before health education showed that almost all

respondents, 55 respondents (80.9%) had moderate self-efficacy. After health

education was conducted, most respondents, 50 respondents (73.5%) had

moderate self-efficacy. The Wilcoxon Signed-Rank test shows Asymp Sign 0,000

(p value <0,05), which means that Ho is rejected so that there is an effect of

health education with media leaflets about lactation on self-efficacy of

breastfeeding. Post SC.

So it can be concluded that the majority of Post SC mothers have

moderate breastfeeding self-efficacy, therefore an input is needed for Majalaya

District Hospital to improve the role of midwives in providing lactation health

education to Ms. Post SC.

Keywords: Health education, Lactation, Self Efficacy Breastfeeding.

Literature: 20 Books (2009-2015)

3 Journal (2009-2014)

4 Website (2011-2016)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan shalawat

serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Demikian pula

semoga rahmat dan karunia-Nya dicurahkan kepada semua hamba-hamba-Nya.

Atas berkat rahmat-Nya Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan laporan tugas

akhir yang berjudul “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN

MEDIA LEAFLET TENTANG LAKTASI TERHADAP EFIKASI DIRI

MENYUSUI IBU POST SC DI RSUD MAJALAYA KABUPATEN

BANDUNG TAHUN 2018”

Laporan tugas akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah

satu persyaratan menyelesaikan tugas program studi D III Kebidanan STIKes

Bhakti Kencana Bandung.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, laporan tugas akhir ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. H.Mulyana,SH.,M.Pd.,MH.Kes.,sebagai ketua yayasan Adhi Guna

Kencana Bandung.

2. R. Siti Jundiah, S.Kep.,M.Kep sebagai ketua STIkes Bhakti Kencana

Bandung.

3. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb., sebagai ketua program Studi kebidanan

STIkes Bhakti Kencana Bandung.

4. Yanyan Mulyani, SST., MM.Kes., M.Keb., sebagai pembimbing laporan

tugas akhir yang telah sabar dan meluangkan waktunya dalam setiap

bimbingan.

5. Pihak RSUD Majalaya Kabupaten Bandung yang telah bersedia untuk

menjadi tempat penelitian.

6. Dosen dan staf pendidikan STIKes Bhakti Kencana Bandung program

studi DIII Kebidanan Bandung.

7. Kedua Orang tua tercinta H. Dedi Supriadi dan Hj. Aropah beserta

keluarga yang telah memberikan dukungan dan do’a tiada henti.

8. Sahabat-sahabat tercinta Ratna, Wini, Elmi, Pina, Nurul, Novia, Dea ,

Dika, Imas yang selalu memberikan semangat dan dukungannya.

9. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan motivasi, terima kasih

telah berjuang bersama-sama.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih

banyak kekurangan, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari para pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat khusunya bagi penulis dan

umumnya bagi semua pihak yang menggunakannya.

Bandung, J uli 2018

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... ...

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ..

PERNYATAAN PENULIS ......................................................................................... .i

ABSTRAK ..................................................................................................................... .ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. . iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ..v

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... ..ix

DAFTAR BAGAN ........................................................................................................ …x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 6

1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................................. 6

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan .............................................................................................. 8

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan ................................................................ 8

2.1.2 Teori Precede-Proceed Digunakan dalam Promosi Kesehatan .................. 8

2.1.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan ...................................................................... 11

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan ...................... 12

2.1.5 Metode Pendidikan Kesehatan ..................................................................... 13

2.1.6 Media Pendidikan Kesehatan ....................................................................... 15

2.2 Proses Laktasi dan Menyusui ................................................................................. 20

2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara .................................................................. 20

2.2.2 Pengertian Laktasi ......................................................................................... 21

2.2.3 Manfaat Pemberian ASI ............................................................................... 22

2.2.4 Komposisi Gizi dalamASI ............................................................................ 23

2.2.5 Cara Menyusui Yang Benar ......................................................................... 26

2.3 Efikasi Diri ............................................................................................................... 31

2.3.1 Pengertian Efikasi Diri ................................................................................ 31

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri ........................................ 31

2.3.3 Komponen Efikasi Diri ................................................................................. 32

2.3.4 Dimensi Efikasi Diri .................................................................................... 33

2.4 Jenis Persalinan ....................................................................................................... 35

2.5 Seksio Sesaria ........................................................................................................... 35

2.5.1 Pengertian Seksio Sesaria ............................................................................ 35

2.5.2 Prosedur Operatif .......................................................................................... 36

2.5.3 Jenis Seksio Sesaria ...................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ..................................................................................................... 41

3.2 Variabel Penelitian ................................................................................................... 42

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................................ 42

3.3.1 Populasi............................................................................................................. 42

3.3.2 Sampel .............................................................................................................. 42

3.3.Teknik Pengambilan Sampel .............................................................................. 44

3.4 Kerangka Penelitian ................................................................................................ 45

3.4.1 Kerangka Pemikiran......................................................................................... 45

3.4.2 Kerangka Konsep ............................................................................................. 47

3.5 Tabel Definisi Operasional ...................................................................................... 48

3.6 Hipotesis Penelitian ................................................................................................. 49

3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian .............................................. 49

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 49

3.7.2 Prosedur Penelitian .......................................................................................... 50

3.8 Instrumen Penelitian ................................................................................................ 51

3.9 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................................ 53

3.9.1 Teknik Pengolahan Data .................................................................................. 53

3.9.2 Analisa Data ..................................................................................................... 54

3.10 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................................... 57

4.1.2 . Analisa Univariat……………………………………………......................57

4.1.3. Analisa Bivariat…………………………………………………………..59

4.2 Pembahasan ............................................................................................................ .60

4.2.1 Gambaran Efikasi Diri Menyusui Ibu Post SC Sebelum Dilakukan

Pendidikan Kesehatan……………………………………………………60

4.2.2 Gambaran Efikasi Diri Menyusui Ibu Post SC Sesudah Dilakukan

Pendidikan Kesehatan…………………………………………………....61

4.2.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Leaflet Tentang Laktasi

Terhadap Efikasi Diri Menyusui Ibu Post SC……………………………63

4.2.4 Keterbatasan Penelitian…………………………………………………..66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 67

5.2 Saran ........................................................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 69

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

2.1 Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur.................................. 25

3. 1 Definisi Operasional Penelitian.................................................................... 48

4.1 Distribusi Frekuensi Efikasi Diri Menyusui Ibu Post SC Sebelum

Dilakukan Pendidikan Kesehatan Tentang Laktasi Tahun 2018 ........... …57

4.2 Distribusi Frekuensi Efikasi Diri Menyusui Ibu Post SC Sebelum

Dilakukan Pendidikan Kesehatan Tentang Laktasi Tahun 2018 ............... 58

4.3 Uji Perbandingan Wilcoxon Signed-Rank Test Data Efikasi Diri

Menyusui Ibu Post SC di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung

Tahun 2018 .................................................................................................... 59

DAFTAR BAGAN

3.1 Rancangan Penelitian .......................................................................................... 41

3.2 Kerangka Konsep ................................................................................................ 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu Perubahan

fisik, Involusi uterus dan pengeluaran lochea, Perubahan psikis,

Laktasi/pengeluaran ASI (Air Susu Ibu). Laktasi merupakan suatu masa dimana

terjadi perubahan pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan

merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik,

saraf, dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar.1

Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan

mengasuh bayi dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua

tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi

hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya. Usaha yang dirancang untuk

meningkatkan hasil menyusui harus meliputi tiga karakteristik yaitu promosi,

proteksi dan dukungan menyusi. Usaha promosi menyusui berfokus pada

manfaat menyusui bagi individu bayi dan ibu. 2

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. ASI

tidak hanya memberikan manfaat untuk bayi saja,melainkan untuk ibu, keluarga

dan Negara. Manfaat ASI untuk bayi yaitu ASI mengandung zat gizi sesuai

dengan kebutuhan bayi, ASI mengandung zat protektif sehingga bayi menjadi

jarang sakit, mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi inu dan bayi,

menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan menjadi baik, mengurangi

kejadian karies dentis, dan mengurangi kejadian maloklusi.1

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung

protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi

sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.

Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari

ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin,

protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori

lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan,

ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan

menganggu enzim di usus, sedangkan susu formula tidak mengandung enzim

sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat diusus bayi.3

Sehubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu langkah

pertama bagi seorang manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan

sejahtera. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui hal ini. Di beberapa negara

maju dan berkembang termasuk Indonesia, banyak ibu karir yang tidak menyusui

secara eksklusif. Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu pernah memberikan ASI,

namun penelitian IDAI (yohani.dkk 2015) menemukan hanya 49,8 %

yang memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan sesuai

rekomendasi WHO. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif ini dapat

berdampak pada kualitas hidup generasi penerus bangsa dan juga pada

perekonomian nasional, dikarenakan dapat meningkatkan kerentanan terhadap

penyakit. Meningkatnya biaya kesehatan, dan meningkatnya biaya susu formula.

Suatu hasil penelitian di Ghana yang diterbitkan oleh jurnal pediatriks

menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI

pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika

pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahirannya. ASI adalah

asupan gizi yang terbaik untuk melindungi dari infeksi pernafasan, diare, alergi,

sakit kulit, asma, obesitas juga membentuk perkembangan intelegensia, rohani,

perkembangan emosional. Hasil telaah dari 42 negara menunjukkan bahwa ASI

eksklusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian balita,

yaitu 13% dibanding merangsang keluarnya ASI.4

Hampir separo anak (49 persen) disusui dalam satu jam setelah kelahiran,

dan sekitar dua dari tiga (66 persen) disusui dalam satu hari setelah kelahiran.

Persentase anak yang disusui dalam satu jam dan dalam satu hari setelah

kelahiran menurun menurut pendidikan ibu, walaupun polanya tidak seragam.

Anak yang dilahirkan dari ibu yang pada saat kelahiran ditolong oleh tenaga

kesehatan profesional, cenderung lebih sedikit disusui dalam satu jam atau satu

hari setelah kelahiran dibanding anak yang pada saat kelahiran ditolong oleh

penolong persalinan tradisional atau lainnya 5

Metode persalinan SC adalah proses persalinan dengan melalui

pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim

(histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah sesar umumnya dilakukan ketika

proses persalinan normal tidak memungkinkan karena beresiko kepada

komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan

umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan,

anak, anestesi serta bidan . Berdasarkan waktu pelaksanaannya bedah sesar

dibagi menjadi dua yaitu bedah sesar darurat/cito dan bedah sesar elektif. Bedah

sesar darurat merupakan prosedur yang dilakukan akibat adanya hal-hal yang

tidak terduga menjelang atau saat persalinan pervaginam, kegawatdaruratan janin

serta keadaan obstetrik akut yang harus segera dilaksanakan. Bedah sesar

dikatakan elektif apabila pelaksanaannya dilakukan pada waktu yang telah

ditentukan sebelumnya demi terjaminnya kualitas dalam pelayanan obstetrik,

anestesi, neonatus, serta dalam proses perawatan selama di rumah sakit. 6

Pada persalinan dengan metode SC keberhasilan menyusui memiliki angka

yang lebih sedikit. Arifah (2009) yang membandingkan keberhasilan IMD pada

pasien dengan persalinan normal dan SC diperoleh data keberhasilan IMD pada

pasien SC hanya sebesar 4,2%. Angka yang sangat jauh jika dibandingkan

dengan keberhasilan IMD pada pasien dengan persalinan normal yang mencapai

angka 87,5%. Beberapa factor yang mempengaruhi keberhasilan IMD pada

pasien SC antara lain kondisi bayi yang lemah dan harus dilakukan resusitasi

segera, ibu yang menolak dilakukan IMD, ibu yang atas indikasi tertentu harus

dilakukan General Anesthesia (GA) yang tidak jarang menyebabkan bayi ikut

terlahir dalam keadaan terkena efek anestesi serta ketidaktersedianya petugas

yang mampu melaksanakan IMD karena operasi cito.7

Teti solehati (2017) menggambarkan tingkatan efikasi diri ibu post SC saat

menyusui terdapat pada tinggat efikasi diri rendah, kondisi tersebut

menggambarkan bahwa masih rendahnya komitmen dalam menyusui disebakan

karena rendahnya daya tahan ibu dalam mengatasi hambatan yang muncul saat

menyusui dan fokus ibu pada aspek negative dalam menyusui8

Rainy tri kurnianingtyas (2017) mengatakan bahwa terdapat pengaruh

pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi dengan menggunakan media

leaflet terhadap efikasi diri menyusui ibu primigravida trimester III dikarenakan

terdapat peningkatan efikasi diri antara sebelum dengan setelah dilakukan

pendidikan kesehatan.9

Galih satrio (2014) membandingkan efektifitas penggunaan media leaflet

dengan flipchart dalam pendidikan kesehatan didapatkan bahwa dengan

menggunakan media leaflet lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan/sikap

masyarakat, peningkatan perilaku masyarakat, dan peningkatan status kesehatan

masyarakat sekitar 24% 10

Mengacu pada target Renstra pada tahun 2015 sebesar 39%, maka secara

nasional cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat 4 provinsi yang tidak

berhasil mencapai target yaitu Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 38,2%,

Provinsi Jawa Barat sebesar 35,3%, Provinsi Sumatera Utara sebesar 33% dan

Provinsi Sulawesi Utara sebesar 26,3%. 11

Kabupaten Bandung merupakan terendah ketiga angka cakupan pemberian

ASI ekslusid yaitu sebesar 16,9%, setelah kabupaten indramayu yaitu dengan

angka sebesar 14% dan kota bekasi yaitu sebesar 14,8%. 12

RSUD Majalaya merupakan satu satunya rumah sakit di Kabupaten

Bandung dengan Angka persalinan SC cukup tinggi yaitu sekitar 208 kejadian

jika dibandingkan dengan RSUD Soreang yaitu dengan angka kejadian sekitar 65

kejadian selama kurun waktu bulan Juli – Desember 2017.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Tentang Laktasi dengan Media Leaflet terhadap Efikasi Diri Menyusui Ibu Post

SC di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat di ambil rumusan masalah yaitu “

Bagaimana Pengaruh pendidikan kesehatan tentang laktasi dengan median leaflet

terhadap efikasi diri menyusui pada ibu post SC di RSUD Majalaya Kabupaten

Bandung“.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang laktasi

dengan media leaflet terhadap efikasi diri menyusui pada ibu post

SC di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui efikasi diri menyusui ibu post SC sebelum

di berikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet tentang

laktasi

2. Untuk mengetahui efikasi diri menyusui ibu post SC setelah

diberikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet tentang

laktasi

3. Mengetahui pengaruh Pendidikan kesehatan tentang laktasi

terhadap efikasi diri menyusui ibu post SC

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat di pakai sebagai media pembelajaran

untuk meningkatkan pengetahuan tentang manfaat pendidikan

kesehatan tentang laktasi dan bisa mengaplikasikan teori yang

didapat selama pembelajaran pada kasus yang nyata terutama

aplikasi karya tulis ilmiah dan menguasai konsep teori sehingga

dapat menambah wawasan dan keterampilan.

1.4.2 Bagi institusi

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi sebagai bahan

pustaka dan tambahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi lahan praktek

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam melakukan

konseling laktasi kepada ibu post SC

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum

adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau

promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur input

(sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output

(melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu

promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau

perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang

kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan. 13

2.1.2 Teori Precede-Proceed digunakan dalam promosi kesehatan

Dikutip dari Fertman pada tahun 2010 bahwa pendekatan

terkenal untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam

program pendidikan kesehatan adalah model Precede-Proceed yang

dikemukakan oleh Green & Kreuter 12 pada tahun 2005. Bagian

Precede pada model (fase 1-4) berfokus pada perencanaan program

dan bagian proceed (fase 5-8) berfokus pada pelaksanaa dan

evaluasi. Delapan fase dari model pedoman perencanaan dalam

membuat program promosi kesehatan, dimulai dengan keluaran yang

lebih umum dan berubah menjadi keluaran yang lebih spesifik. Pada

akhirnya, proses memimpin untuk membuat program,

menghantarkan program dan mengevaluasi program.

1. Fase 1: Diagnosis Sosial

Dalam fase ini, program menentukan bagaimana kualitas

hidup dari masyarakat tersebut secara spesifik., Untuk

mengetahui masalah itu maka sering digunakan indikator

sosial dari kesehatan dalam populasi spesifik (contohnya

derajat kemiskinan, rata-rata kriminalitas, ketidakhadiran,

atau tingkat pendidikan yang rendah) yang berefek kepada

kesehatan dan kualitas hidup.

2. Fase 2: Diagnosis epidemiologi

Masalah sosial pada fase pertama dalam hal kesehatan

adalah hal yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan

masyarakat. Dalam fase ke-2 ini program mengidentifikasi

faktor kesehatan atau faktor lain yang berperan dalam

perburukan kualitas hidup.

3. Fase 3: Penilaian Pendidikan dan Ekologis

Fokus dalam fase 3 bergantian menjadi faktor mediasi yang

dapat mendorong atau penghindar sebuah lingkungan

positif atau perilaku positif. Faktor-faktor ini dikelompokan

kedalam tiga kategori: faktor-faktor predisposisi,

faktorfaktor pemungkin dan faktor-faktor penguat (Green &

Kreuter, 2005).

4. Fase 4: Administrasi & Penilaian Kebijakan & Keselarasan

Intervensi

Pada fase ini berisi tentang upaya untuk memperbaiki status

kesehatan dapat didukung atau dihambat oleh peraturan dan

kebijakan yang ada. Sehingga dapat dilihat bahwa fokus

utama dalam administrasi dan penilaian kebijakan dan

keselarasan intervensi dalam fase ke empat adalah

pemastian kenyatan, unuk meyakinkan bahwa ini ada dalam

aturan (sekolah, tempar kerja, organisasi pelayanan

kesehatan, atau komunitas) semua dukungan yang

memungkinkan, pendanaan, kepribadian, fasilitas,

kebijakan dan sumber daya lainnya akan ditampilkan untuk

mengembangkan dan pelaksanaan program.

5. Fase 5: Implementasi atau Pelaksanaan

Penyampaian program terjadi selama fase 5. Juga, proses

evaluasi (fase 6), yang mana dalam fase evaluasi yang

pertama, terjadi dengan simultas dengan pelaksanaan

program.

6. Fase 6: Proses Evaluasi

Proses evaluasi adalah sebuah evalusi yang formatif,

sesuatu yang muncul selama pelaksanaan program.

7. Fase 7: Pengaruh Evaluasi

Fokus dalam fase ini adalah evaluasi sumatif, yang diukur

setelah program selesai, untuk mencari tahu pengaruh

interfensi dalam prilaku atau lingkungan.

8. Fase 8: Hasil atau Keluaran

Evaluasi Fokus dari fase evualusi terakhir sama dengan

fokus ketika semua proses berjalan – indikator evaluasi

dalam kualitas hidup dan derajat kesehatan.

2.1.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab

terbentuknya perilaku tersebut Green dalam 13

yaitu :

a. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi

Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah

kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pemeliharaan dan penigkatan kesehatan

bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakatnya.

Disamping itu, dalam konteks promosi kesehatan juga

memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan

masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan maupun

yang menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini

dilakukan dengan penyuluhan kesehatan, pameran

kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, billboard, dan

sebagainya.

b. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)

Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar

masyarakat dapat memberdayakan masyarakat agar mampu

mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara

memberikan kemampuan dengan cara bantuan teknik,

memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk

pengadaan sarana dan prasarana.

c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk

mengadakan pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat,

dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan agar sikap dan

perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh atau acuan

bagi masyarakat tentang hidup sehat.

2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan

kesehatan dapat mencapai sasaran 13

yaitu :

a) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang

terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin

mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.

b) Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin

mudah pula dalam menerima informasi baru.

c) Adat Istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat

istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

d) Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan

oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada

kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.

e) Ketersediaan waktu di masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat

aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran

masyarakat dalam penyuluhan.

2.1.5 Metode Pendidikan Kesehatan

Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai,

penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu: 13

1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk

membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik

pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya

pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah

atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan

atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :

a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

b. Wawancara

2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok.

Dalam penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita

perlu mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat

pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya

kelompok, yaitu :

a. Kelompok besar

b. Kelompok kecil

3. Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk

mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan

kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini bersifat

umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis

kelamin, pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan

sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin

disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

ditangkap oleh massa.

2.1.6 Media Pendidikan Kesehatan

Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan

kesehatan. Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai

berikut 13

:

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak

c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam

pemahaman

d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan

–pesan yang diterima oran lain

e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi

kesehatan

f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/

masyarakat

g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian

lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian

yang lebih baik

h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain13

:

a) Berdasarkan stimulasi indra

1. Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu

menstimulasi indra penglihatan

2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu

untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian

bahan pendidikan/pengajaran

3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)

b) Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya

1. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip,

slide, dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor

2. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan

bahan – bahan setempat

c) Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan

1. Media Cetak

a. Leaflet

Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui

lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini

antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri

serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran

dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis,

berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota

kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat

memberikan informasi yang detail yang mana tidak diberikan

secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta

mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran Sementara itu

ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak cocok

untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan

mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran

tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses

penggandaan yang baik.

b. Booklet

Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet

sebagai saluran, alat bantu, sarana dan sumber daya

pendukungnya untuk menyampaikan pesan harus

menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan.

Menurut Kemm dan Close dalam Aini (2010) booklet

memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Dapat dipelajari setiap saat, karena disain berbentuk buku.

2. Memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan

dengan poster.

Menurut Ewles dalam Aini (2010), media booklet

memiliki keunggulan sebagai berikut :

1. Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri.

2. Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai.

3. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.

4. Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta

mudah disesuaikan.

5. Mengurangi kebutuhan mencatat.

6. Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif

murah.

7. Awet

8. Daya tampung lebih luas

9. Dapat diarahkan pada segmen tertentu.

Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan

kesehatan adalah :

1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2. .Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.

3. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak

dan cepat.

4. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan

pesanpesan yang diterima kepada orang lain.

5. Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.

6. Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran

pendidikan.

7. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu

mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang

lebih baik.

8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

c. Flyer (selembaran)

d. Flip chart (lembar balik)

Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam

bentuk buku di mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan

lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan yang

berkaitan dengan gambar. Keunggulan menggunakan media ini

antara lain : mudah dibawa, dapat dilipat maupun digulung,

murah dan efisien, dan tidak perlu peralatan yang rumit.

Sedangkan kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang

berjumlah relatif besar, mudah robek dan tercabik.

e. Rubrik (tulisan – tulisan surat kabar), poster, dan foto

2. Media Elektronik

a. Video dan film strip Keunggulan penyuluhan dengan media ini

adalah dapat memberikan realita yang mungkin sulit direkam

kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi

mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang

jumlahnya relatif penting dapat diulang kembali, mudah

digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang gelap.

Sementara kelemahan media ini yaitu memerlukan sambungan

listrik, peralatannya beresiko untuk rusak, perlu adanya

kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli

profesional agar gambar mempunyai makna dalam sisi artistik

maupun materi, serta membutuhkan banyak biaya.

b. Slide Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan berbagai

realita walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya

relatif besar, dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya

cukup ringkas dan mudah digunakan. Sedangkan kelemahannya

memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko mudah

rusak dan memerlukan ruangan sedikit lebih gelap.

2. Media Papan

2.2 Proses Laktasi dan Menyusui

2.2.1 Anatomi dan fisiologi payudara

1. Anatomi payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah

kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu

untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang

beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan pada saat

menyusui 800 gram.14

A. Struktur makroskopik

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

a) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

b) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

c) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol

di puncakpayudara.

B. Struktur mikroskopik

Terdiri dari:

a) Kelenjar susu (lobulus) yang menghasilkan susu

b) Duct atau saluran yang mengangkut susu dari kelenjar susu

(lobulus) ke puting Putting

c) Areola (daerah berpigmen merah muda atau coklat di sekitar

puting susu)

d) Jaringan ikat (fibrous) yang mengelilingi lobulus dan duct

e) Lemak.

2. Fisiologi payudara

Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI di namakan

laktasi.ketika bayi mengisap payudara, hormone yang bernama oksitosin

membuat ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk

canals)menuju reservoir susu (sacs) yang berlokasi di belakang areola, lalu

kedalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga

kehamilan, di mana tubuh wanita memproduksihormon yang menstimulasi

munculnya ASI dalam system payudara.1

Persiapan pemberian ASI di lakukan bersamaan dengan kehamilan,

payudara semakin padat karena retensi air, lemak, serta berkembangnya

kelenjar-kelenjar payudara dan dirasakan tegang dan sakit. Segera setelah

terjadi kehamilan, maka korpus luteum berkembang terus dan

mengeluarkan estrogen dan progesterone untuk mempersiapkan payudara

agar pada waktunya dapat memberikan ASI14

2.2.2 Pengertian laktasi

Menurut kamus kesehatan Indonesia Laktasi (lactation) adalah

periode setelah kelahiran anak ketika susu diproduksi oleh payudara ibu

akibat pengaruh hormon yang disebut oksitosin yang juga membantu dalam

menginduksi kontraksi selama persalinan. Proses laktasi merupakan

produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin), yang dikenal

dngan reflex prolactin dan reflex fleks aliran (let down reflex).15

2.2.3 Manfaat pemberian ASI

Berikut ini adalah manfaat yang di dapatkan dengan menyusui bagi

bayi, ibu, keluarga, dan Negara.

1. Manfaat bagi bayi

a. Komposisi sesuai kebutuhan.

b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan

c. ASI mengandung zat pelindung

d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat

e. Menunjang perkembangan kognitif

f. Menunjang perkembangan pengelihatan

g. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat

i. Dasar untuk perkembangan kpribadian yang percaya diri

2. Manfaat bagi ibu

a. Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepatkembalinya

rahim ke bentuk semula.

b. Mencegah anemia defisiensi zat besi.

c. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.

d. Menunda kesuburan.

e. Menimbulkan perasaan di butuhkan.

f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium

3. Manfaat bagi keluarga

a. Mudah dalam proses pemberiannya.

b. Mengurangi biaya rumah tangga.

c. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat

biaya untuk berobat.

4. Manfaat bagi Negara

a. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.

b. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan

perlengkapan menyusui.

c. Mengurangi polusi.

d. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas15

2.2.4 Komposisi gizi dalam ASI

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Air susu ibu khusus dibuat

untuk bayi manusia. Kandungangizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta

sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.1

ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:.

1. Kolustrum

Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini

disekresi oleh kelenjar payudarapada hari pertama sampai hari ke empat

pasca persalinan. Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas kental ,

lengket dan berwarna kekuningan. Kolustrum mengandung

tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih

dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu, kolustrum masih

mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolustrum

adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat

antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.

Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi

volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung

bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.

Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat

yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan

saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.

2. ASI Transisi/ Peralihan

peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum

ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu,

volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya.

Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa

meningkat.

3. ASI Matur

ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur

tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak

menggumpal bila dipanaskan.

Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama

disebut foremilk. Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan

rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air.

Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan

lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang.

Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremilk

maupun hindmilk.

Dibawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara kolustrum, ASI

transisi dan ASI matur.

Tabel. 2.1

Kandungan kolostrum, ASI transisi dan ASI matur

Kandungan Kolostrum Transisi ASI matur

Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0

Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0

Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8

Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324

Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2

Immunoglubin :

Ig A (mg/100 ml) 335,9 – 119,6

Ig G (mg/100 ml) 5,9 – 2,9

Ig M (mg/100 ml) 17,1 – 2,9

Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 – 24,3-27,5

Laktoferin 420-520 – 250-270

2.2.5 Cara menyusui yang benar

A. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi

a) Ibu duduk atau berbaring dengan santai.

b) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.

c) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.

d) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

e) Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis

dengan leher dan lengan bayi

f) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan

pantat bayi dengan lengan ibu.16

B. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu

a. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain

menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit

payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk

gunting), dibelakang areola (kalang payudara).

b. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek)

dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut

puting susu.

c. Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya

lebar dan lidah ke bawah.

d. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara

menekan bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala.

e. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan-

hadapan dengan hidung bayi.

f. Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit-

langit mulut bayi.

g. Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut

bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-

langit yang keras (palatum durum) dan langit- langit lunak

(palatum molle).

h. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan

gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus

lactiferous yang terletak dibawah kalang payudara.

i. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,

payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

j. Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara

dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi

bernafas. Hal itu tidak perlu karena hidung bayi telah

dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi

dengan lengan ibu.

k. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk

mengelus- elus bayi.16

l. Cara Menyendawakan Bayi

a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu

dan perlahan-lahan diusap punggung belakang

sampai bersendawa.

b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau

tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya.16

C. . Langkah – langkah Menyusui Yang Benar

a. Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya.

b. Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak

sejajar punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak

menggantung

c. Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu

dan aerola sekitarnya

d. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada

lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan

e. Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan

meletakkan satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu

didepan, kepala bayi menghadap ke payudara

f. Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis

lurus

g. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang

lain menopang dibawah serta tidak menekan puting susu atau

areola

h. Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi

sebelum menyusui.

i. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang

atau disangga lagi.

j. Ibu menatap bayi saat menyusui.

k. Pasca Menyusui

a) Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di

masukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau

dagu bayi ditekan ke bawah.

b) Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit

kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan

kering dengan sendirinya

l. Menyendawakan bayi dengan :

a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu

kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan atau

b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian

punggungnya di tepuk perlahan-lahan.

c) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat

bayi menginginkan (on demand).16

D. Lama dan Frekuensi Menyusui

a. Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan

menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan.

b. Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.

c. Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara

selama 5-7 menit.16

E. Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar

a. Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu.

b. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

c. Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar

payudara (payudara bagian bawah).

d. Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan

bayi.

e. Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka.

f. Sebagian besar areola tidak tampak.

g. Bayi menghisap dalam dan perlahan.

h. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu.

i. Terkadang terdengar suara bayi menelan

j. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet16

F. Tanda bahwa Bayi Mendapatkan ASI dalam Jumlah Cukup

a. Bayi akan terlihat puas setelah menyusu.

b. Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu

pertama (100-200 gr setiap minggu).

c. Puting dan payudara tidak luka atau nyeri.

d. Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8

kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari.

e. Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya

bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3

jam sekali setiap harinya.16

2.3 Efikasi Diri

2.3.1 Pengertian efikasi diri

Efikasi diri adaiah penilaian terhadap kompetensi diri

dalam melakukan suatu tugas khusus dalam konteks yang

spesifik. Selanjutnya efikasi diri diartikan dengan fokus pada

kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan sejumlah

tugas dengan sukses. efikasi diri adalah perasaan yang dimiliki

seseorang bahwa dirinya kompeten dan efektif dalam

melakukan suatu tugas.17

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri

Efikasi diri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai

berikut:

a) Pengalaman individu terhadap keberhasilan yang dicapai

pada masa lalu akan mempengaruhi efikasi dirinya.

Individu dalam melakukan sesuatu tugas akan

menginterpretasikan hasil yang dicapai dan akan

mempengaruh kemampuan dirinya pada tugas selanjutnya.

b) Pengalaman keberhasilan orang lain akan mempengaruhi

efikasi diri. Efikasi diri seseorang akan meningkat apabila

dipengaruhi model yang relevan. Pengalaman orang lain

akan mempengaruhi presepsi akan keberhasilan atau

kegagalan individu.

c) Persuasi verbal yang dilakukan oleh orang-orang yang

menjadi panutan dan memiliki kemampuan untuk

mewujudkan dapat meningkatkan efikasi diri individu.

Persuasi verbal yang diberikan kepada individu bahwa

individu memiliki kemampuan untuk melakukan suatu

tugas menyebabkan individu semakin termotivasi untuk

menyelesaikan tugas tersebut.

d) Keadaan fisiologis dan emosional untuk menilai

kemampuan, kekuatan dan kelemahan dari disfungsi

tubuh. Keadaan emosional yang dihadapi seorang individu

akan mempengaruhi keyakinan individu dalam

menjalankan tugas. Setiap individu harus meningkatkan

efikasi diri untuk mengembangkan potensi diri.18

2.3.3 Komponen efikasi diri

Terdapat tiga komponen yang memberikan dorongan bagi

terbentuknya efikasi diri, yaitu: 17

a) Pengharapan akan hasil (Outcome expectancy), yaitu adanya

harapan terhadap kemungkinan hasil dari perilaku. Harapan

ini dalam bentuk prakiraan kognitif tentang kemungkinan

hasil yang akan diperoleh dan kemungkinan tercapainya

tujuan,

b) Pengharapan akan efikasi (Efficacy expectancy), yaitu

harapan atas munculnya perilaku yang dipengaruhi oleh

persepsi seseorang pada kemampuan kinerjanya yang

berkaitan dengan hasil. Jika seseorang sering mengalami

kegagalan pada suatu tugas tertentu maka ia cenderung

memiliki efikasi yang rendah pada tugas tersebut. Sebaliknya,

jika menemukan keberhasilan dalam melakukan tugas

tertentu maka ia akan mempunyai efikasi diri yang tinggi

pada tugas tersebut,

c) Nilai hasil (Outcome value), yaitu nilai kebermaknaan atas

hasil yang diperoleh seseorang. Nilai hasil yang sangat berarti

akan memberikan pengaruh yang kuat pada motivasi

seseorang untuk mendapatkannya kembali.

2.3.4 Dimensi efikasi diri

Efikasi diri, memiliki tiga dimensi yaitu,19

a. tingkat kesulitan tugas (magnitude),

b. luas bidang perilaku (generality), dan

c. kemantapan keyakinan (strength).

Pertama, tingkat kesulitan tugas yaitu berhubungan dengan

tingkat kesulitan suatu tugas. Individu akan mencoba perilaku yang

dirasa mampu dilakukan dan akan menghindari situasi dan perilaku

yang diluar batas kemampuan yang dirasakan. Jika seseorang

dihadapkan pada tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan,

maka efikasi diri akan diarahkan pada tugas yang mudah, sedang

atau sulit sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk

memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan masing-masing

tingkatan kesulitan. Kedua, luas bidang perilaku merupakan

dimensi yang berhubungan dengan luas bidang perilaku. Beberapa

pengharapan terbatas pada bidang tingkah iaku yang khusus dan

beberapa pengharapan mungkin menyebar meliputi berbagai

bidang tingkah laku.

Luas bidang perilaku (generality) ialah sejauh mana individu

yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari

saat melakukan suatu aktivitas atau situasi tertentu hingga daiam

serangkaian tugas atau situasi yang bervariasi.

Terakhir, kemantapan keyakinan (strength) adalah derajat

kemampuan individu terhadap keyakinan atau pengharapannya.

Seseorang dengan efikasi diri yang lemah akan mudah menyerah

pada pengalamanpengalaman yang tidak menunjang. Sedangkan

seseorang dengan efikasi diri tinggi akan mendorong individu

untuk tetap bertahan dalam usahanya walaupun ditemukan

pengalaman yang tidak menunjang atau menghambat.

2.4 Jenis Persalinan

Proses persalinan dapat dibagi menjadi tiga cara yaitu:

1. Persalinan normal atau disebut juga persalinan spontan. Pada

persalinan ini, proses kelahiran bayi pada letak belakang kepala

(LBK) dengan tenaga ibu sendiri berlangsung tanpa bantuan alat serta

tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24

jam.

2. Persalinan abnormal/buatan adalah persalinan pervaginam dengan

menggunakan bantuan alat, seperti ekstraksi forceps atau vakum atau

melalui dinding perut dengan operasi section caesarea (SC).

3. Persalinan Anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai dengan

sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah dilakukan perangsangan,

seperti dengan pemecahan ketuban dan pemberian prostaglandin.20

2.5 Seksio sesaria

2.5.1 Pengertian seksio sesaria

Seksio sesaria merupakan prosedur operatif yang dilakukan

dibawah anastesia sehingga janin, plasenta dan ketuban dilahirkan

melalui insisi dinding abdomen dan uterus. Prosedur ini biasanya

dilakukan setelah viabilitas tercapai (misalnya usia kehamilan lebih

dari 24 minggu). 21

2.5.2 Prosedur operatif

Terdapat dua lapisan peritoneum pelvis dan uterus nongravida

merupakan organ pelvis yang tertutup rapat oleh lapisan peritoneum

pelvis. Sejalan dengan perkembangan kehamilan, uterus berkembang

sampai ke abdomen dan peritoneum ini meninggi bersama uterus dan

bersentuhan dengan peritoneum abdomen. Setiap lapisan ini harus di

insisi dan diperbaiki. Peritoneum abdomen terletak dibawah lapisan

otot abdomen. Lapisan anatomis meliputi:

a. Kulit

b. Lemak

c. Selubung rektus

d. Otot (rektus abdominis)

e. Peritoneum abdomen

f. Peritoneum pelvis

g. Otot uterus

Operasi yang paling dilakukan adalah seksio sesaria segmen bawah

uterus. Insisi segmen bawah dilakukan pada bagian uterus yang

kurang aktif dan dengan sedikit otot agar penyembuhan lebih baik.

Alasan utama memilih teknik segmen bawah uterus adalah rendahnya

insiden dehisensi eskar uterus pada kehamilan berikutnya. Insisi klasik

atau vertical pada uterus dapat menjadi satu-satunya pilihan pada

situasi seperti adanya implantasi plasenta pada dinding uterus anterior

bawah, adanya perlekatan padat dari pembedahan sebelumnya, atau

pada kasus janin besar dengan bahu yang terjepit dalam pelvis ibu.

Resiko dan kelebihan pada prosedur ini adalah bahwa insisi uterus

cenderung mengalami rupture pada kelahiran berikutnya. 21

Abdomen dibuka dan lipatan longgar peritoneum, ada atas bagian

anterior segmen bawah Rahim dan diatas kandung kemih diinsisi.

Operator terus melakukan insisi pada bagian tersebut sampai fundus,

kandung kemih terlihat, yang kemudian didorong kebawah menjauhi

dari operator. Uterus diinsisi secara melintang. Operator mengarahkan

kepala janin keluar, sementara asisten menekan fundus untum

membantu pelahiran bayi. Oksitosin diberikan oleh dokter spesialis

anastesi, setelah pelahiran bayi dan pengkleman tali pusat. Setelah

bayi dan plasenta dilahirkan, uterus kemudian dijahit. hal ini biasa

dilakukan dalam 2 lapis. peritoneum kemudian ditutup diatas luka

uterus untuk mengeluarkan dari rongga peritoneal. Selubung rektus

ditutup, kemudian lapisan lemak dan akhirnya kulit dijahit dengan

benang yang dipilih operator, dalam hal ini biasanya digunakan vikril,

sediaan anyaman poliglaktin.21

2.5.3 Jenis seksio sesaria

1. Seksio sesaria elektif

Hal ini mengindikasikan bahwa keputusan membuat prosedur

ini telah dibuat selama kehamilan yang berarti sebelum

persalinan dimulai. Jika indikasi seksio sesaria bukan seksio

sesaria berulang seperti plasenta previa, pelahiran pelahiran

pervagina setelah sesar dapat diupayakan. Seksio sesaria

berulang mungkin diindikasikan misalnya pada disproporsi

sefalopelvik, atau uterus yang telah mengalami dua kali

pembedahan. 22

Dalam seksio sesaria elektif terdapat beberapa hal yang perlu

mendapat reklarifikasi. Sebagai contoh ada operasi yang benar-

benar elektif yang dipesan menjelang cukup bulan pada waktu

yang telah disepakati ibu dan dokter bedah. Dan ada kategori

lain yang meliputi seksio sesaria terjadwal, yaitu jika jelas

diketahui bahwa diperlukan pelahiran dini, tetapi tidak ada

perburukan kondidi ibu dan janin.

Indikasi definitive meliputi:

a. Disproporsi sefalopelvik

b. Plasenta previa mayor

c. Kehamilan kembar lebih dari dua

Indikasi kemungkinan meliputi:

a. Presentasi bokong

b. Preeklamsia sedang sampai berat

c. Kondisi medis yang tidak memperbolehkan ibu

melakukan upaya.

d. Restriksi pertumbuhan intrauterine.

e. Perdarahan antepartum

f. Abnormalitas tertentu pada janin

2. Seksio sesaria darurat

Hal ini dilakukan jika terjadi kondisi yang tidak diinginkan

selama kehamilan atau persalinan. Beberapa standar telah

dibuat untuk menetapkan waktu maksimal yang boleh

dilewati dari keputusan untuk melahirkan hingga waktu

hingga waktu actual bayi dilahirkan. Namun demikian, hal ini

menjadi kurang jelas karena pada beberapa benar-benar

terjadi kedaruratan dan segalanya harus sudah siap untuk

pelahiran bayi yang segera jika bayi diharapkan dapat

bertahan hidup. Kemudian terdapat situasi lain ketika

pelahiran bersifat mendesak tetapi waktu yang digunakan

untuk mempersiapkan dapat lebih banyak dan tindakan yang

akan dilakukan dapat di diskusikan bersama orangtua dan

dengan sikap yang lebih rileks. Berikut ini contoh alasan

mendesak/darurat untuk pelahiran dengan seksio sesaria: 21

a. Perdarahan antepartum

b. Prolapse tali pusat

c. Rupture uterus

d. Disproporsi sefalopelvik yang terdiagnosa pada saat

persalinan.

e. Preeclampsia berat

f. Eklampsia

g. Persalinan macet pada kala I atau kala II dan

perburukan kondisi janin.