PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN KALIGRAFI...
Click here to load reader
-
Upload
phungkhanh -
Category
Documents
-
view
280 -
download
21
Transcript of PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN KALIGRAFI...
PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN KALIGRAFI
LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA) TERHADAP
KEMAMPUAN MENULIS AYAT-AYAT AL-QURAN
Studi Kasus Di Pesantren Lemka Sukabumi
Disusun oleh:
YUSUF FIRDAUS HASIBUAN
NIM: 206011000093
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NON REGULER
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syariff Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 28 November 2008
Yusuf Firdaus Hsb
i
ABSTRAK
Yusuf Firdaus HsbPengaruh Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kaligrafi Lemka TerhadapMinat Menulis Ayat-ayat al-Quran: Studi Kasus di Pesantren Kaligrafi al-Quran Lemka Sukabumi
Kata kunci: Diklat, Peningkatan Minat, Behavioral Modificatioan.
Pendidikan dan latihan, atau yang biasa disebut dengan diklat dalamkhazanah pendidikan Islam sebenarnya bertujuan mengembangkan potensijasmani dan ruhani manusia agar menjadi insan yang berpengetahuan, kreatif,beriman dan bertaqwa kepada Sang Pencipta. Pernyataan yang terlalu umum, dansangat luas, bahkan terlalu dalam. Penulis tidak mampu membuktikan, apakah adamanusia yang sesempurna dengan pernyataan diatas. Memang hasilnya relatif dandinamis. Oleh karenanya, perwujudan, penerapan, kontrol, dan pengembangandiklat masih terus dilakukan tiada hentinya. Inilah hakikat diklat menurut hematpenulis.
Dalam program diklat pesantren Lemka, pelatihan dan latihanmerupakan kegiatan garda depan dalam membentuk kepribadian santri sesuaidengan tujuan adiluhung diklat yang diungkapkan tadi. Dan dalam prakteknya,segala kegiatan perkaligrafian selalu bernuansa performans, bukan verbalistis.Memikirkan, memperhatikan, menganalisa, berimajinasi, menggambarkan, atausegala aktifitas kognisi sering dilakukan. Setelah itu, merasakan, merindukan,menyukai, berniat, menghayati, meyakini, merefleksikan atau mencerminkan,bahkan sampai ke taraf yang lebih tinggi, yaitu mencintai selalu mewarnai emosiseseorang. Dengan warna ini, mampu menerangi kognisi seseorang secarasimultan tanpa henti jika sudah ke taraf suka/ cinta tadi. Maka, tindakan, ataukegiatan, atau mempraktekkan, atau boleh dikatakan dengan melakukan, atau apasaja yang bersifat gerak/ motor skill adalah pencetus kognisi plus emosi. Inilahtriangulasi minat santri yang bekerja secara simultan.
Namun, manusia adalah manusia, bukan robot yang senantiasa harusmelakukan tanpa memikirkan dan merasakan secara terus-menerus. Kegiatan yangdilakukan secara terus-menerus akan menimbulkan rasa bosan juga. Karena itulah,minat terkadang menggebu-gebu sehingga gerak motor skill selalu dicetuskan, danmenurun, naik lagi, menurun lagi, atau bahkan turun ke standar zero, tidaksemangat lagi. Untuk itu, usaha-usaha peningkatan minat perlu dilakukan danterus dievaluasi, kemudian diterapkan. Usaha peningkatan minat itu kerap kalidilakukan dengan memodifikasi sikap santri pesantren Lemka dalam menulisayat-ayat al-Quran. Sebab, tujuan utama diklat ini—selain tujuan pendidikan yang
Dra
ft O
nly
ii
telanh disebutkan pada paragraf pertama di atas—adalah membentuk karaktersantri menjadi seorang khattat yang mampu memvisualisasikan pesan-pesan Ilahimelalui kaligrafi. Inilah substansi penting dalam tulisan ini.
Penelitian ini berusaha ingin mengetahui dan membuktikan, apakahusaha-usaha pengembangan diklat dalam meningkatkan minat santri benar-benarberhasil, efektif, atau tidak sesuai dengan idealisme tersebut. Pencarian data danfakta merupakan jantung pembuktian yang penulis garap dalam skripsi ini, yangdidasari dari beberapa akar permasalahan khusus dan telah dirumuskan.
Melalui penyebaran kuesioner, observasi, perolehan dokumentasi danwawancara, serta analisis data yang telah dilakukan—sesuai kebutuhan—telahdiperoleh kesimpulan efektifitas atau keberhasilan diklat kaligrafi al-QuranLemka.
Subjek yang dilakukan adalah 40 orang santri pesantren Lemka yangmuqim dan belajar kaligrafi. Dengan populasi yang homogen (sama-samaberminat kaligrafi), kesatuan, keseragaman, kesadaran, dan kekompakan adalahprinsip yang harus diterapkan pesantren ini, walaupun seni yang satu ini terkadangharus serius tapi harus lebih banyak santai.
Dra
ft O
nly
iii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
rampungnya penggarapan skripsi ini. Dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya
kepada seluruh hamba, akhirnya saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang berjudul: PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN KALIGRAFI
LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA) TERHADAP
KEMAMPUAN MENULIS AYAT-AYAT AL-QURAN; Studi Kasus Di
Pesantren Lemka Sukabumi
Salawat dan salam, selalu tetap dilimpahkan kepada sang pendidik kedua
setelah Allah, yaitu Rasulullah SAW, beserta keluarganya, sahabatnya,
pengikutnya, dan umatnya. Rasa syukur yang tak terperikan ini juga sebagai
ungkapan atas ditemukannya jawaban segala permasalahan yang menjadi tanda
tanya penulis selama ini sejak nyantri di pesantren Lemka hingga sekarang.
Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan dan kekeliruan. Oleh
karena itu tanpa bantuan dari berbagai pihak yang turut membantu dalam
menyelesaikan proses penulisan skripsi ini, penulis akan selalu kesulitan dalam
menyelesaikannya untuk memperoleh “Gelar Sarjana Pendidikan Islam” (S.Pdi).
Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat,
MA yang sedang mengembangkan kampus ini menjadi kampus pusat studi
dan khazanah peradaban Islam di Indonesia.
2. Dekan Fak. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) selaku Dekan yang
selalu berusaha mengembangkan fakultas ini dengan kebijakan-kebijakan
baru dalam memenuhi kebutuhan masyaratakat akan pendidikan Islam
yang up to date.
Dra
ft O
nly
iv
3. Dr. A.F. Wibisono, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Safiudin Siddiq M.Ag sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Salman Harun yang telah membimbing saya dari segi
konten skripsi. Keterbukaan dan kesiapan beliau menyambut permintaan
penulis untuk dibimbing sangat ekspresif sekali.
6. Rasa terima kasih yang tak terperikan penulis haturkan kepada Bapak
Abdul Ghafur, M.A selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
kontribusi berarti atas penyusunan sistematika penulisan skripsi ini.
7. Ibunda Elfrida Siregar yang telah berjuang keras membesarkan dan
mendidik saya bagaimana menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Atas kerelaan beliau melepas saya untuk menggali ilmu ke Jakarta,
keahlian kaligrafi, dan berbagai pengalaman di tempat yang jauh kota
Jakarta ini sekali lagi saya ucapkan terima kasih. Baktiku kepadamu wahai
ibu. Aku akan pulang segera.
8. Bapak Didin Sirojuddin AR, M.Ag selaku direktur umum pesantren
Lemka, guru besar Kaligrafi al-Quran di Indonesia dan Asia Tenggara,
yang telah mendidik dan melatih penulis untuk menjadi khattat yang
“selalu harus mahir”. Atas kesempatan beliau membina penulis
menyongsong MTQ Nasional 2008 di Banten, ternyata memberikan
sensasi sendiri bagi penulis bagaimana berbicara dan membaca situasi
lewat bahasa kaligrafi al-Quran.
9. Kepada santri Lemka angkatan per angkatan, yang siap membaca skripsi
ini demi kemajuan pesantren tercinta.
Jakarta, 28 November 2008
Penulis
Dra
ft O
nly
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... ` iKATA PENGANTAR ...................................................................................... iiiDAFTAR ISI ..................................................................................................... vDAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viiDAFTAR TABEL ............................................................................................ viiiPEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... ix
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1B. Identifikasi Masalah ............................................................. 7C. Batasan Masalah ................................................................... 7D. Rumusan Masalah ................................................................ 7E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 8
1. Tujuan Penelitian ...........................................................2. Manfaat Penelitian .........................................................
F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 9G. Pendekatan Dalam Penelitian ............................................... 9H. Defenisi Operasional ............................................................ 10I. Pengajuan Hipotesa .............................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORIA. Pengertian Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran ................... 14B. Dasar Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran ........................... 19C. Tujuan Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran ......................... 24D. Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran dalam Perspektif
Pendidikan Islam .................................................................. 26E. Pengertian Minat Menulis Kaligrafi al-Quran ..................... 28F. Jenis Minat Menulis Kaligrafi al-Quran .............................. 32G. Minat dan Term Interest, Attention, Motivation, Desire, Liking:
Persamaan dan Perbedaan .................................................... 32H. Komponen Minat: Perspektif Kajian Psikologi ................... 35I. Aspek-aspek Minat: Perspektif Psikologi Pendidikan dan
Psikologi Belajar .................................................................. 37J. Aspek Minat dan Teori Peningkatannya: Perspektif
Psikologi ............................................................................... 42K. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Minat ............................. 43L. Faktor-faktor yang Meningkatkan Minat ............................. 44M. Kerangka Berfikir ................................................................. 60N. Pertanyaan Penelitian dan Pengajuan Hipotesa ................... 65
BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Jenis dan Bentuk Penelitian ................................................. 66
Dra
ft O
nly
vi
B. Populasi dan Sampel ............................................................ 66C. Defenisi Konsep dan Variabel penelitian ............................ 67D. Teknik Pengumpulan Data, Penyajian, dan Analisis Data ... 68E. Model Penyajian Data .......................................................... 72F. Teknik Analisis Data ............................................................ 72G. Analisis Variabel X, Dimensi, Indikator dan Item Pertanyaan
............................................................................................... 77H. Analisis Variabel X, Dimensi, Indikator dan Item Pertanyaan
............................................................................................... 80BAB IV ANALISIS DATA
A. Penyajian Data ..................................................................... 83B. Analisa dan Interpretasi Data ............................................... 86C. Analisa dan Interpretasi Data Observasi .............................. 92D. Analisa dan Interpretasi Data Item Skala Bertingkat ........... 97
BAB V PENUTUPA. Kesimpulan .......................................................................... 118B. Saran ..................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................122LAMPIRAN
Dra
ft O
nly
vii
DAFTAR GAMBAR (ILUSTRASI)
Siklus minat menulis ayat al-Quran .................................................... 32
Perhatian sebagai variabel X terhadap objek ...................................... 33
Motivasi dan objek sebagai variabel X minat ..................................... 34
Hubungan tiga komponen dan dinamika minat .................................. 36
Mekanisme peningkatan minat ........................................................... 60
Dra
ft O
nly
viii
DAFTAR TABEL
Analisis variabel X, dimensi, sub dimensi, indikator, instrumen .............. 77
Analisis variabel Y, dimensi, sub dimensi, indikator, instrumen .............. 80
Tabulasi angket ......................................................................................... 83
Tabulasi Skala Sikap ................................................................................. 85
Perhitungan untuk memperoleh indeks korelasi antara X dan Y .............. 87
Hasil perhitungan (r) melalui program SPSS ............................................ 89
Perolehan data observasi ........................................................................... 93
Total penilaian pengamatan santri atas efektifitas diklat (fo) ................... 94
Tabel frekwensi yang diharapkan dari pengamatan santri (ft) .................. 94
Tabel perbedaan (fo) dan (ft) ..................................................................... 94
Tabel hasil perhitungan data observasi ..................................................... 95
Dra
ft O
nly
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Identifikasi Masalah
Secara historis al-Quran diturunkan kepada rasul Allah agar dapat
menyampaikan risalah-Nya sesuai dengan bahasa kaumnya. Lebih dari itu
hikmah diturunkannya al-Quran dengan berbahasa Arab agar manusia tidak
mampu menyaingi kehebatan dan keindahan al-Quran. Sebab kemajuan dan
kehebatan sastra pada masa itu dimiliki oleh bangsa Arab. Namun, Allah
menurunkan al-Quran dengan berbahasa Arab agar manusia dapat memahami
ajaran keilahian, dengan mengeksplorasinya dari berbagai kajian. Di samping
itu samudera hikmah al-Quran sangat luas. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam Surah Yusuf: 2 sebagai berikut:
“Sesungguhnya Kami menurunkan wahyu itu berupa al-Quran dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
Diantara mukjizat al-Quran yang lain adalah indahnya struktur tata
bahasa, baik mantiq, balâghah, ma’âni dan bayân. Para penyair yang
adiluhung dari zaman dahulu hingga sekarang tidak ada yang sanggup
menirunya. Selain tata bahasa, keunggulan al-Quran terletak pada keindahan
aksara-aksara kalimatnya yang berbahasa Arab. Naskah penyair Arab yang
Dra
ft O
nly
2
ditulis dengan memakai aksara Arab tidak seindah tata kalimat ayat-ayat al-
Quran. Baik dari segi potongan huruf-perhuruf, sambungan antar huruf,
kalimat, antar kalimat sehingga menjadi satu ayat yang utuh. Lebih dari itu,
satu huruf saja dari sekian banyak ayat al-Quran memiliki makna yang sangat
luas, tidak terdefinisi secara pasti. Keunggulan seperti ini telah dibuktikan
dalam banyak kajian keislaman.
Al-Quran menjadi landasan dan pandangan hidup kaum muslimin. Ia
ditulis dengan tulisan yang bagus dan indah, dicetak dan disebarkan ke seluruh
dunia.1 Kaum muslimin yang membacanya dinilai suatu ibadah, begitu juga
menulisnya. Karena seluruh umat membacanya maka al-Quran harus ditulis
dengan tulisan yang baik dan indah sehingga memberikan kesan estetis dan
menarik secara visual. Agar tidak terjadi kesalahan (khata jaly dan khafy),
maka umat muslim melakukan usaha-usaha preservatif dan preventif dengan
mengembangkan tradisi menghafal dan menulis.2
Usaha-usaha tersebut telah dibudayakan di Indonesia. Selain maraknya
pesantren-pesantren tahfidz al-Quran, maka usaha pengembangan tulisan al-
Quran dibudayakan lewat beberapa lembaga pendidikan di sekolah dan
madrasah.
Tidak semarak pesantren tahfidz al-Quran, pengembangan tradisi
menulis al-Quran masih terbilang pasif. Sebab menghafal dan membaca
melibatkan aspek kognitif. Sementara menulis lebih dari itu. Selain
melibatkan aspek kognitif, menulis kaligrafi melibatkan aspek psikomotorik
juga. Bahkan menulis kaligrafi membutuhkan adanya minat yang besar dan
bakat yang perlu dikembangkan.
Dalam kurikulum madrasah, kaligrafi masuk sebagai mata pelajaran
ekstrakurikuler. Dan sebagian besar lembaga pesantren menjadikan kaligrafi
sebagai mata pelajaran pokok, atau sebagai bagian dari pelajaran ilmu al-
Quran, namun jarang dijumpai orang yang benar dan mampu menulis ayat al-
1M. Quraih Shihab, et.all, Sejarah dan Ulumul Quran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001),cet.ke-3, h. 28
2H.D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi islam, (Bandung: Remaja Rosda karya, 1992), cet.ke-6, hal. 3
Dra
ft O
nly
3
Quran dengan indah.3 Oleh karenanya banyak kita jumpai kaligrafi yang telah
menghiasi dinding-dinding masjid, manuskrip-manuskrip atau tulisan-tulisan
berbahasa Arab di berbagai media, tapi tidak sedikit terdapat kesalahan pada
penulisan dan sangat susah membacanya. Jadi, pengembangan kaligrafi masih
membutuhkan penanganan yang cukup serius dan profesional.
Salah satu lembaga pendidikan yang berkecimpung dalam
mengembangkan tradisi tulis-menulis kaligrafi al-Quran adalah Pesantren
Kaligrafi al-Quran Lemka Sukabumi. Program utama pesantren ini disebut
Pendidikan dan Latihan (diklat) Kemahiran Menulis Kaligrafi Al-Quran, atau
disingkat dengan PLKKA. Pesantren ini diwujudkan dan diasuh oleh Bapak
Drs. Didin Sirojuddin AR M.Ag. Menurut D. Sirojuddin AR, pengembangan
tradisi menulis kaligrafi al-Quran di Indonesia membutuhkan waktu yang
cukup lama dan penanganannya membutuhkan keseriusan dan manajemen
yang rapi dan terkontrol.4
Didaktik dan metodik pengajaran juga harus relevan untuk program
diklat ini. Dalam teori didaktik umum, belajar tidak akan bisa dinikmati jika
tidak ada upaya-upaya yang membangkitkan minat, yaitu membangkitkan rasa
senang terhadap kaligrafi. Maka pendidikan dan pelatihan seni kaligrafi harus
bernuansa rekreatif, dan metode pengajarannya harus mengandung faktor
novelty.5
Menurut pengalaman penulis dan beberapa teman lainnya, dengan
latihan seperti ini secara kontinu akan muncul rasa bosan dan letih.6 Oleh
karenanya, porsi latihan seharusnya lebih utama juga. Sebab, untuk
memperoleh kemampuan dan kualitas menulis ayat-ayat al-Quran dibutuhkan
3Kaligrafi al-Quran telah diakui keberadaannya sebagai wujud mengembangkan tradisitulis-menulis ayat-ayat al-Quran dengan tulisan yang bagus dan indah (kaligrafi), dan padaakhirnya diakui sebagai kaligrafi Islam. Disarikan dari MoU antara ALESCO dengan IRCICA(International Research Centre of Islamic Culture and Art) sebagaimana yang diungkapkan olehDirektur Umum ALESCO, Dr. Mongi Bousnina, “The International Symposium on IslamicCivilization in Shouthern Africa, Johannesburg, 1-3 September 2006”, ed., IRCICA Activities,Nesletter May-August 2006, No. 70, (Istambul: IRCICA Publishing, 2006), h. 10.
4Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media,(Jakarta: Studio Lemka, 2002), h. 17
5Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. ke-3,h.186
6Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi,...., h. 17.
Dra
ft O
nly
4
waktu yang cukup lama, ketekunan, dan konsistensi peserta diklat. Ketekunan
di sini tidak bisa diasah terus-menerus sebelum ada upaya-upaya yang intens,
seperti membangkitkan minat peserta diklat.
Permasalahan yang terjadi selama ini adalah minat sifatnya labil.
Karena ia melibatkan perasaan, sedangkan latihan melibatkan psikomotorik
peserta diklat. Bukan itu saja, kecermatan dan ketelitian seorang yang ingin
menjadi khattat sangat dibutuhkan untuk menerima keterangan dan gambaran
materi pelajaran kaligrafi.
Tidak sedikit teman seminat di pesantren yang tidak melanjutkan
latihan kaligrafi, walaupun masih mengaguminya. Berbagai alasan yang
diungkapkan, seperti bosan, lelah, banyak kegiatan lain sehingga tidak punya
waktu untuk belajar kaligrafi, atau mungkin juga ada kebutuhan-kebutuhan
yang dianggap penting belum terpenuhi, kecewa karena tidak mengalami
peningkatan kualitas tulisan, atau bahkan kalah dalam ajang kompetisi, dan
berbagai alasan lainnya.7
Bapak Didin Sirojuddin AR selalu memberikan wejangan atau nasihat
yang menjadi motivasi sendiri bagi saya, dengan berkata:
“seorang penulis ayat-ayat Tuhan atau tepatnya khattat al-Quran seharusnya
mendapatkan keuntungan spiritual, walaupun dari sisi skill dan materi akan ia
peroleh.8 Keuntungan yang diperoleh berupa materi (maksudnya kekayaan)
adalah kausalitas dari skill yang diperoleh dan telah dikuasai, sedangkan
keuntungan spiritual dari tiap-tiap ayat-Nya merupakan kausalitas pendidikan
dan latihan yang khattat tempuh dalam waktu yang diprogramkan”9
Untuk itulah, harapan pesantren dari diadakannya diklat kaligrafi al-
Quran agar santri mampu menjunjung tinggi keindahan tulisan al-Quran, baik
menanamkan kecintaan santri untuk tetap mempelajari, berlatih, dan
7Menurut pengalaman penulis ketika nyantri periode 2005-2006. Saya melihat beberapasenior, atau teman seangkatan, sepertinya minat untuk latihan makin menurun. Bahkan, padaperiode ke depannya sebagian dari mereka masih tetap ingin dan belajar di pesantren, tetapi tetapjuga tidak semangat. Inilah yang menjadi inspirasi pribadi penulis untuk melakukan penelitian.
8Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media, ..., h.19.
9Ucapan ini sering sekali terngiang dalam ingatan penulis, dan selalu disampaikandalam tiap pembukaan dan penutupan diklat perangkatan. Kebetulan, terekam lewat tulisan media,lihat Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media, ..., h. 43.
Dra
ft O
nly
5
mengajarkan al-Quran kepada setiap generasi muda atau umat muslim di tanah
air.
Kecintaan ini tidak akan bisa lahir sebelum santri tetap konsisten
menggeluti segala aktifitas yang berhubungan dengan dunia perkaligrafian,
baik senantiasa latihan memperindah tulisan kaligrafi al-Quran murni serta
mengajarkannya. Mengingat materi yang disajikan terlalu banyak, sedangkan
waktu program sangat singkat. Oleh karenanya, upaya peningkatan minat
santri yang telah ada dalam proses pelatihan kaligrafi sangat penting
dirasakan. Untuk itulah Rasulullah bersabda mengutip dari Sirojuddin yang
artinya: “muliakan (ajarkan) anak-anakmu dengan menulis, maka
sesungguhnya menulis itu termasuk perkara yang penting dan sebesar-
besarnya kebahagiaan”.10
Disamping itu, dalam perspektif agama Islam menulis kaligrafi
merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk memperjuangkan
agama Allah dari sisi keindahan tulisan. Sehubungan dengan itu Rasulullah
selalu memotivasi kepada segenap umat muslim agar minat menulis al-Quran
tetap lestari sepanjang masa, Rasullah bersabda mengutip dari Sirojuddin
dengan riwayat al-Dailami yang artinya: “barang siapa yang menulis
‘Bismillâh al-Rahmân al-Rahîmi’ dengan tulisan indah (kaligrafi) maka ia
berhak masuk surga”. 11
Adapun minat yang dimaksud disini adalah kecenderungan dalam diri
santri untuk tertarik menulis ayat-ayat al-Quran sebagai proses latihan yang
kompeten. Sedangkan pengertian latihan dari pelaksanaan diklat ini adalah
proses mental dan fisik yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan,
kecakapan, skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan,
dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku belajar/ latihan yang
progresif dan adaptif. Sedangkan yang penulis maksudkan dengan minat
menulis ayat-ayat al-Quran disini, adalah suatu kemampuan umum yang harus
10Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,..., h. 25011Dikutip dari Tim 7 Lemka, Pak Didin Menabur Ombak Kaligrafi, ....., h. 52
Dra
ft O
nly
6
dimiliki satri untuk mencapai tujuan latihan optimal yang dapat ditunjukkan
dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Dalam teori didaktik umum, minat adalah salah satu prinsip utama
dalam pendidikan, termasuk diklat ini. Prinsip ini menjadi kajian penting
dalam kajian ilmu psikologi terapan, yaitu psikologi pendidikan, tentang
bagaimana caranya meningkatkan minat, dan mempertahankannya pasca
diklat. Dalam teori pendididikan, belajar adalah usaha untuk memperoleh
pengetahuan atau keterampilan baru, atau mengembangkan keterampilan baru
untuk menampilkan tingkah laku yang baru pula, dan atau lebih baik dari
sebelumnya.12
Teori psikologi pendidikan membicarakan bagaimana caranya
mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip atau teori-teori, atau
beberapa teknik yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar yang mampu
membimbing perkembangan kecakapan ke sasaran yang tepat tujuan. Tentu
saja sesuai dengan karakter pendidikan dan materi pelajarannya.
Minat, adalah salah satu prinsip didaktik umum pelatihan. Tanpa
adanya minat seseorang tidak akan latihan, dan tanpa latihan tidak akan
mampu menulis ayat-ayat al-Quran dengan indah dan konsisten. Atau bahkan
minat yang sudah ada, menjadi stabil dan terkadang labil. Tergantung faktor X
yang mempengaruhinya.
Bagaimanakah cara membangkitkan minat yang sudah ada? Dan
bagaimanakah meningkatkan minat santri agar memiliki kemampuan menulis
ayat-ayat al-Quran?
Karena pendidikan dan latihan kaligrafi Pesantren Lemka
membutuhkan minat santri yang mendalam, dan minat tidak akan meningkat
tanpa memodifikasi tingkah laku latihan santri, dan dengan upaya peningkatan
minat ini diharapkan santri memiliki kecakapan/kemampuan (skill/capability)
menulis ayat-ayat al-Quran dengan baik dan indah sesuai dengan kaidah
penulisan yang baku, maka penulis bermaksud menyusun skripsi dengan judul
“Pengaruh Pendidikan dan Latihan Lembaga Kaligrafi al-Quran
12James E.Mazur, "Learning",...
Dra
ft O
nly
7
(Lemka) Terhadap Kemampuan Menulis Ayat-ayat al-Quran: Studi
Kasus di Pesantren Lemka Sukabumi”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi permasalahan yang telah dijelaskan diatas secara
garis besar penulis rincikan sebagai berikut:
1. Banyak santri yang tulisan kaligrafinya belum mencapai predikat bagus/
indah.
2. Pendidikan dan latihan kaligrafi Pesantren Lemka membutuhkan strategi
peningkatan minat menulis santri.
3. Minat sifatnya labil, jadi perlu memodifikasi tingkah laku belajar santri.
4. Dengan upaya peningkatan minat ini diharapkan santri memiliki
kecakapan/kemampuan (skill/capability) menulis ayat-ayat al-Quran
dengan baik dan indah sesuai dengan kaidah penulisan yang baku
C. Batasan Masalah
Mengingat terlalu luasnya permasalahan yang akan dibahas berkaitan
dengan judul skripsi diatas, maka penulis membatasi pada program pelatihan
kaligrafi al-Quran, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh diklat pesantren kaligrafi al-Quran Lemka dalam
meningkatkan kemampuan menulis kaligrafi ayat-ayat al-Quran.
2. Bagaimana membentuk sikap belajar yang positif (behavioral modification)
dalam program diklat pesantren Lemka.
D. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan proses penelitian lebih lanjut, penulis berusaha
menentukan rumusan masalah diatas, diantaranya adalah:
1. Apakah ada pengaruh signifikan diklat kaligrafi al-Quran Lemka terhadap
peningkatan kemampuan santri dalam menulis kaligrafi ayat-ayat al-
Quran?
Dra
ft O
nly
8
2. Apakah program diklat dalam meningkatkan minat menulis ayat-ayat al-
Quran mampu membentuk sikap belajar yang positif (behavioral
modification)?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengukur efektifitas strategi program pelatihan terhadap peningkatan
minat santri.
b. Mengukur sikap reflektif yang dimiliki santri agar melakukan latihan
mandiri dalam program pelatihan yang singkat.
c. Membuktikan apakah program diklat ini mampu mengadakan usaha
preservatif dan preventif al-Quran dari sisi budaya kaligrafi.
d. Meyakinkan penulis bahwa program pelatihan atau pengembangan
kaligrafi al-Quran harus ditangani secara profesional di tiap lembaga
pendidikan Islam.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberi kontribusi pemikiran faktor-faktor sentral apa saja dalam
mengembangkan diklat kaligrafi al-Quran.
b. Memberi kontribusi pemikiran bagi setiap santri baru, lama, atau pun
santri yang akan datang, bagaimana meningkatkan minat yang sudah
ada agar lebih tekun latihan.
c. Memberi pemahaman kepada semua umat Islam, khususnya santri
bahwa dengan mempelajari kaligrafi mampu membentuk insan yang
kreatif dengan menjunjung tinggi al-Quran sebagai falsafah hidupnya.
d. Memberikan sumbangan pemikiran bahwa pentingnya kaligrafi
sebagai salah satu materi pendidikan agama Islam yang membutuhkan
penanganan serius dan profesional di setiap lembaga pendidikan Islam.
e. Memotivasi masyarakat untuk mengadakan program serupa di
beberapa daerah di tanah air.
Dra
ft O
nly
9
f. Sebagai bahan kelengkapan wawasan ilmu pengetahuan dan
keterampilan bagi peneliti.
g. Sebagai salah satu syarat kelulusan Strata 1 Pendidikan Agama Islam
F. Tinjauan Pustaka
Hasil penelitian oleh saudari Nunung Mufarrihah, mahasiswi FITK
UIN syarif Hidayatullah Jurusan Kependidikan Islam tahun 2004
membuktikan bahwa program diklat kaligrafi pesantren kaligrafi al-Quran
Lemka telah menjadikan santrinya berprestasi dalam beberapa even kompetisi
menulis kaligrafi al-Quran. Ia menyimpulkan bahwa terdapat korelasi antara
minat santri terhadap prestasi sebagai indikator kesuksesan dalam ajang
kompetisi. 13 Tetapi tidak satu pun mengungkapkan bagaimana meningkatkan
kemampuan santri dalam proses pelatihan ini secara signifikan, walaupun
semua santri ingin memiliki prestasi dalam kancah kompetisi.
Tujuan program diklat ini sebenarnya ingin memupuk minat atau
kecintaan mendalam untuk memperindah tulisan al-Quran, bukan semata-mata
agar sukses dalam dunia kompetisi. Sebab, prestasi yang diperoleh dalam
kompetisi merupakan salah satu indikator kesuksesan sebagian kecil santri,
walaupun semua santri ingin berprestasi.
G. Pendekatan Dalam Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini memakai pendekatan analisa deskriptif
empiristik, yaitu menganalisa pola peningkatan minat yang diterapkan
pesantren kepada santri dan menghubungkannya dengan kajian teori psikologi
pendidikan dan psikologi belajar sebagai tolok ukurnya.
Dalam menjelaskan konsep antara diklat kaligrafi dan minat, terlalu
banyak istilah-istilah atau kata-kata asing yang dikonversi dari bahasa Inggris
ke bahasa Indonesia, khususnya istilah atau kata-kata asing dalam konsep
minat. Untuk itu, penulis perlu menjelaskan term tersebut secara bahasa
13Nunung Mufarrihah, “Hubungan Antara Minat dengan Prestasi: Studi Kasus diPesantren Kaligrafi Al-Quran Lemka Sukabumi,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan Jurusan Kependidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2004), h. 83
Dra
ft O
nly
10
dengan menjadikan kamus elektronik program aplikasi komputer The New
Oxford Dictionary of English sebagai referensi bahasa yang lengkap dan
praktis,14 begitu juga kamus elektronik bahasa Indonesia dengan menjadikan
kamus Indonesia-Inggris Inggris-Indonesia (IndoDic E-Kamus) sebagai
referensi.15
Untuk menjelaskan karakteristik materi diklat kaligrafi al-Quran,
penulis akan menyertakan seluruh contoh-contoh materi yang diajarkan dalam
program ini. Sebagai referensi yang mendukung adalah buku-buku atau modul
yang dijadikan standar latihan penulisan kaligrafi murni yang memiliki kaidah
baku, dan gaya-gaya yang dipelajari oleh santri.
Penulis juga akan menyertakan gambar, skema, ataupun ilustrasi yang
akan digambarkan untuk memudahkan penjelasan yang dianggap terlalu sulit
untuk dipahami.
Pada bagian akhir pembahasan di bab dua ini, penulis mengajukan
pertanyaan penelitian, dan hipotesa sebelum masuk ke bab metode penelitian
dan analisa data.
H. Defenisi Operasional
Menurut UU Sisdiknas tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
14The New Oxford Dictionary of English merupakan sebuah program aplikasi komputeriFinger 3.0. Penulis membutuhkan program ini sebab pencarian data lebih mudah dan sangatlengkap. Selain sebagai kamus, program ini mirip dengan direktori yang mengklasifikasikan katadengan penggunaannya dalam istilah bidang tertentu, contoh: “aspect”: astrology...;photography...; dan sebagainya. Jika pencarian kata secara bahasa tidak ditemukan, maka secaraotomatis entri data akan masuk ke situs www.wikipedia.com
15Thomas Gilson, IndoDic e-kamus Versi 1.0, Copyright 2007. Indodic Media dibuatdengan memakai TruAlfa oleh Wayne B. Krause. Dengan menggunakan kamus ini penulis lebihleluasa mencari arti kata secara bahasa, karena praktis dan lebih luas cakupannya dari pada kemusyang tersedia di perpustakaan, selain itu secara otomatis dapat dikonversi ke dua bahasa Indonesia-Inggris atau Inggris-Indonesia. Sebagai pendukungnya penulis juga mencoba entri data ke kamusbahasa Inggris program aplikasi i-Finger, The New Oxford Dictionary of English.
Dra
ft O
nly
11
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.16
Menurut Hasan Muarif Ambary bahwa seni adalah produk aktifitas
yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk mendapatkan atau mencapai
estetika sekaligus berfungsi sebagai salah satu cara menerjemahkan lambang-
lambang atau simbol.17
Syaikh Syamsuddin al-Afkani dalam kitabnya “Irsyâd Al-Qasyîd”
sebagaimana dinukil oleh Sirojuddin mengatakan bahwa kaligrafi sebagai
suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk huruf-huruf tunggal, letak-letaknya,
dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun, atau apa
saja yang ditulis diatas garis-garis, bagaimana cara menulisnya, dan
menentukan mana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu diubah,
atau menentukan bagaimana cara mengubahnya”.18
Pelatihan menurut bahasa adalah pendidikan; didikan; gemblengan;
penggemblengan; training. Dalam arti sempit, pelatihan adalah
penggemblengan jasmani, atau mengolah gerak badan, atau mengolah
kecakapan motorik.19 Dalam literatur pendidikan, pelatihan juga disebut
pendidikan, hanya saja lebih mengarahkan bagaimana seorang anak didik
memperoleh kecakapan motorik atau kemampuan dalam melakukan suatu
pekerjaan (acquiring skill). Perbedaan ini sungguh sangat prinsipil sekali dari
pendidikan yang diselenggarakan pada umumnya di lembaga-lembaga
pendidikan.20
Jadi, secara substansial definisi pendidikan seni kaligrafi al-Quran
adalah adalah usaha bimbingan dan pelatihan (training) seorang guru atau
16Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pengaturan
Pelaksanaannya: UURI No. 20 Th. 2003, artikel PDF diakses pada hari Jum’at 26 Juni 2008 dariwww.google.com, h. 1.
17Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia,(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), cet.ke-2, h. 181
18Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,..., h. 3.19IndoDick e-Kamus20James E.Mazur, "Learning." Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA:
Microsoft Corporation, 2008. Artikel diakses pada 30 Oktober 2009 dari Microsoft ® Encarta ®2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation.
Dra
ft O
nly
12
ustad (di pesantren) yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam rangka
mengembangkan potensi anak didik agar mampu menulis aksara al-Quran
yang berbahasa Arab dengan benar dan indah, melalui latihan yang intensif
dengan menggunakan alat-alat, media, dan bahan tertentu.
Minat menurut bahasa artinya kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu, gairah, keinginan, dan suka terhadap sesuatu.21 Sedangkan dalam
kamus lengkap Indonesia-Inggris, minat disebut dengan term “interest, liking,
desire, attention”. Jika seseorang berminat terhadap sesuatu dikatakan
“someone to be interested...; have an interested to...; have a liking ...”.
Adapun subjek atau peminat disebut dengan “devoote, amateur, fan, admirer,
supporter, dan interested person”. Sedangkan peminatan (dalam tingkat
pendidikan tinggi) disebut dengan concentration atau majority.22
Jadi, minat menulis ayat-ayat al-Quran adalah kecenderungan hati
yang tinggi yang diwujudkan dengan keingingan, kesenangan, dan kecintaan
untuk mempelajari dan menulis ayat-ayat al-Quran dengan tulisan yang indah
sesuai dengan norma-norma estetika atau kaidah penulisan huruf yang baku.
Minat ini dibuktikan dengan memberikan perhatian yang tinggi dan usaha
yang besar dalam memperoleh kecakapan motorik menulis kaligrafi, seperti
konsisten latihan dengan menggunakan peralatan yang relevan. Disamping itu,
konsep meningkatkan dan mempertahankan minat menulis ayat-ayat al-Quran
mampu membentuk karakter ruhani yang baik pula. Untuk itulah master
kaligrafi al-khattat Yaqut al-Musta’shimi mengutip dari Sirojuddin berkata
yang artinya: “kaligrafi adalah seni arsitektur Ruhani yang lahir melalui
peralatan jasmani/ kebendaan”.23
Untuk meningkatkan kualitas karya, dan mengasah ketajaman dan
kehalusan karya, seorang santri hendaknya tekun latihan, dan selalu
21Frista Arimanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang, Lintas Media, tt),h. 816
22Alan M. Steven & A. Ed Schimidgall Tellings, Kamus Lengkap Indonesia-Inggris,terj. A Comprehensive Indonesia-english Dictionary, (Jakarta: Mizan, 2008), cet.ke-2, h. 635.
23Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi islam,..., h. 4-5.
Dra
ft O
nly
13
melakukan umpan balik dengan gurunya, sebagaimana yang dikatakan oleh
Ali bin Abi Thalib R.A mengutip dari Sirojuddin bahwa khat (kaligrafi) itu
rahasianya dalam bimbingan guru, tegaknya tergantung banyaknya latihan
(maysq), dan kekekalannya ada pada pengamalan ajaran Islam.24
I. Pengajuan Hipotesa
Hipotesis pada dasarnya anggapan sementara atas kerangka berfikir
yang dibangun dengan kajian-kajian teori sebagai landasannya. Dengan
mengajukan hipotesa ini akan mempermudah penulis dalam melakukan
penelitian dilapangan dan mengadakan analisa data untuk memberikan
interpretasi dan kesimpulan penting dari penelitian ini. Adapun rumusan
hipotesa yang penulis ajukan adalah sebagai berikut.
Apakah ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lemka terhadap minat
menulis ayat-ayat al-Quran?
Ha: Ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lembaga Kaligrafi al-Quran (Lemka)
terhadap kemampuan menulis ayat-ayat al-Quran
Ho: Tidak ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lembaga Kaligrafi al-Quran
(Lemka) terhadap kemampuan menulis ayat-ayat al-Quran
24 Ibid.
Dra
ft O
nly
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan dan Latihan (Diklat) Seni Kaligrafi Al-Quran
Untuk memberikan batasan definisi yang jelas dari kalimat pendidikan
seni kaligrafi al-Quran, berikut saya uraikan defenisi dasar kata tersebut satu
persatu.
Secara bahasa, kata pendidikan berarti (1), perbuatan atau hal cara
mendidik, (2), pengetahuan tentang mendidik, atau (3), pemeliharaan atau
latihan-latihan badan, batin.1 Adapun kata pendidikan secara istilah sebagai
berikut:
1. Menurut UU Sisdiknas tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.2
2. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara berarti daya dan upaya untuk
memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intellect) dan tubuh anak antara satu dengan yang lainnya saling
1W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1991), cet.ke-2, h. 250.
2Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pengaturan Pelaksanaannya:
UURI No. 20 Th. 2003, artikel PDF diakses pada hari Jum’at 26 Juni 2008 dari www.google.com,h. 1.
Dra
ft O
nly
15
berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik agar selaras dengan
dunianya.3
3. Menurut Ramayulis, pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan
yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh seorang dewasa
agar ia menjadi dewasa.4
4. Menurut Marimba sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tafsir bahwa
pendidikan adalah dipandang sebagai bimbingan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.5
Dari beberapa definisi yang dikemukakan beberapa pakar pendidikan
diatas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sadar dan terencana oleh pendidik melalui bimbingan,
pengajaran, dan latihan dalam rangka mengembangkan segenap potensi
jasmani dan rohani si murid agar dapat berperan dalam kehidupannya kelak
sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berguna bagi bangsa dan negaranya.
Adapun seni secara istilah sebagaimana dikemukakan oleh beberapa
pakar sebagai berikut.
1. Menurut Ramayulis seni adalah ekspresi ruh dan daya manusia untuk
mengungkapkan keindahan intristik suatu objek. Seni merupakan bagian
dari hidup manusia. Seni itu salah satu potensi ruhani yang dapat
diungkapkan seseorang sesuai dengan kecenderungan atau oleh
masyarakat sesuai dengan budayanya.6
2. Menurut Hasan Muarif Ambary bahwa seni adalah produk aktifitas yang
dilakukan secara sadar, bertujuan untuk mendapatkan atau mencapai
3Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) cet.ke-1.h. 290.
4Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet.ke-3, h. 1.5Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung; Remaja Rosda Karya,
1997), h. 66 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,..., h. 118
Dra
ft O
nly
16
estetika sekaligus berfungsi sebagai salah satu cara menerjemahkan
lambang-lambang atau simbol.7
3. Menurut Sidi Gazalba bahwa seni adalah objek yang diciptakan untuk
melahirkan kesenangan sebagai tujuannya.8 Seni adalah fitrah manusia dan
termasuk ajaran ad-Din yang lahir dari agama , sedangkan agama erat
hubungan dengan etika. Dengan demikian ada hubungan antara agama,
seni (estetika), dan etika.
4. Menurut Ismail al-Faruqi bahwa seni adalah keindahan atau estetika.
Dalam ajaran Islam seni merupakan sublimasi bukti ke-Ilahian. Seperti
i’jaz dan kualitas al-Quran yang tidak dapat ditiru atau ditandingi oleh
manusia, baik secara sastra, komposisi, irama, keindahan, balâghah,
kesempurnaan gaya dan kekuasaan dalam menampilkan makna Allah. Ini
adalah sentral nilai-nilai estetika yang sejati dan abadi.9
Menurut beberapa pakar diatas, dapat penulis simpulkan bahwa seni
adalah segala daya cipta, rasa, karsa manusia yang mengandung nilai
keindahan sebagai ekspresi jiwa dan perasaan dalam bentuk karya adiluhung
yang sanggup membangkitkan jiwa dan perasaan orang yang menikmatinya.
Atau seni adalah segala hasil kerja jasmani dan rohani yang dimanifestasikan
dalam keindahan yang dapat dinikmati oleh indrawi manusia. Misalnya
melalui ujud rupa (seni lukis, seni rupa, dan sebagainya), melalui ujud suara
(seni suara/musik) dan melalui ujud gerak (seni tari, seni drama).
Adapun kata kaligrafi, secara bahasa berarti seni penulisan indah.10
Kata kaligrafi berasal dari bahasa Inggris, “calligraphy”, yaitu adaptasi dari
dua kata, “calios” (Yunani) yang berarti indah, dan “graph” yang berarti
tulisan atau aksara. Abdul Karim Husain menukilkan dari Webster’s New
American Dictionary, bahwa kaligrafi (calligraphy) diartikan dengan ‘good
penmanship, atau ‘the art of penmanship’, yaitu seni menggunakan pena agar
7Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis IslamIndonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), cet.ke-2, h. 181
8Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Zikra Al-Husna,2001), cet.ke-7, h. 223
9Ambary, Menemukan Peradaban..., h. 181.10Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 649.
Dra
ft O
nly
17
dapat menghasilkan tulisan yang indah.11 Al-Faruqi dalam bukunya ‘Atlas
Budaya Islam’ mengatakan kaligrafi secara bahasa adalah seni tulisan indah.12
Menurut Muarif Ambary bahwa kaligrafi secara bahasa adalah seni menulis
indah dalam huruf Arab.13
Adapun defenisi kaligrafi secara istilah menurut para pakar kaligrafi
terkemuka adalah sebagai berikut:
1. D.Sirojuddin AR menjelaskan bahwa kaligrafi mempunyai makna tulisan
yang indah, arti lainnya adalah kemampuan menulis indah atau elok
(tulisan elok). Dalam bahasa Arab, tulisan indah disebut khat yang berarti
garis atau secara verbal disebut tulisan indah.14
2. Syaikh Syamsuddin al-Afkani dalam kitabnya “Irsyâd Al-Qasyîd”
sebagaimana dinukil oleh Sirojuddin mengatakan bahwa kaligrafi adalah
suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk huruf-huruf tunggal, letak-
letaknya, dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang
tersusun, atau apa-apa yang ditulis diatas garis-garis, bagaimana cara
menulisnya, dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis, mengubah
ejaan yang perlu diubah, dan menentukan bagaimana cara
mengubahnya”.15
3. Menurut Yaqut Al-Musta’shimi sebagaimana dinukilkan oleh Naji
Zaynuddin dalam kitabnya Musawwar Khat Al-‘Araby yang dikutip
Sirojuddin AR bahwa kaligrafi itu diungkapkan dengan seni arsitektur
Ruhani yang lahir melalui peralatan jasmani/kebendaan”.16
4. Menurut Ugur Derman dalam ‘Jurnal Art and The Islamic World’ volume
4 Th. 1987 bahwa kaligrafi “is a spiritual geometry brought about with
material tools”. Pakar kaligrafi ternama Indonesia Drs. Didin Sirojuddin
AR mengartikan defenisi diatas, bahwa kaligrafi adalah suatu ilmu ukur
11Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1985), cet.ke-4, h. 1.12Ismail R. al-Faruqi dan Louis Lamya al-Faruqi, Atlas Budaya Islam. Penerjemah Ilyas
Hasan (Bandung: Mizan, 2001), cet.ke-3, h. 2007.13Ambary, Menemukan Peradaban...,h. 183.14D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, (Bandung: Remaja Rosda karya, 1992), cet.ke-
4, h. 315Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,..., h. 3.16Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,...,h. 4-5.
Dra
ft O
nly
18
spiritual yang diwujudkan atau divisualisasikan dengan peralatan-
peralatannya. Selanjutnya kata-kata ini menjadi defenisi yang diakui
banyak pihak.17
Dengan demikian, dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan
bahwa kaligrafi adalah ilmu tata cara menulis huruf-huruf Arab dengan benar
sesuai dengan kaidah-kaidah baku yang yang telah menjadi standar umum.
Kaidah yang dimaksud adalah ukuran dan aturan yang harus dipatuhi oleh
seorang penulis kaligrafi agar tulisannya memenuhi standar sebagai tulisan
yang indah, dan diakui kebenaran bentuk-bentuk dan potongan hurufnya.
Dengan kaidah ini kalimat yang disusun menjadi selaras, serasi, dan indah
secara utuh.18
Jadi, secara substansial definisi pendidikan seni kaligrafi al-Quran
adalah adalah usaha bimbingan dan pelatihan (training) seorang guru atau
ustad—di pesantren—yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam
rangka mengembangkan potensi anak didik agar mampu menulis aksara al-
Quran yang berbahasa Arab dengan benar dan indah, melalui latihan yang
intensif dengan menggunakan perangkat kaligrafi dan bahan tertentu.
Peranan guru sangat menentukan keberhasilan seorang murid dalam
membimbing dan melatih kaligrafi. Disamping itu juga murid sendiri harus
gencar latihan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib R.A
mengutip dari Sirojuddin bahwa khat (kaligrafi) itu rahasianya dalam
bimbingan guru, tegaknya tergantung banyaknya latihan (masyq), dan
kekekalannya ada pada pengamalan ajaran Islam.19
Pendidikan dan pelatihan pada dasarnya berbeda. Pendidikan tanpa ada
batas dan ukuran waktu (tenure) yang ditentukan, seperti halnya mengikuti
seminar atau kuliah 4 tahun di kampus. Pendidikan itu pun berlaku selama
hayat, walaupun dalam pengadaannya terprogram menurut jangka waktu yang
17Sirojuddin, Gores Kalam (Butir-butir Pemikiran Sekitar PengembanganPengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia), (Jakarta: Lemka, 1994), hal. 3
18Penjelasan standarisasi kaidah murni kaligrafi al-Quran dapat dilihat pada pembahasan‘Karakteristik Materi: Ragam Gaya, Kaidah, dan Kriteria’
19Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,...,h. 5.
Dra
ft O
nly
19
ditentukan. Pelatihan (training) diukur dari apa yang dapat seorang lakukan
setelah dia menyelesaikan masa pelatihan itu, dan biasanya diadakan dalam
waktu yang singkat. Training merupakan kegiatan untuk meningkatkan dan
keahlian, kompetensi sebagai lanjutan dari pengajaran vocational sebelumnya
dan latihan yang berhubungan dengan keahlian yang spesifik.20 Dahulu,
bentuknya dapat berupa magang seperti yang dilakukan pada kampus teknik
dan politeknik. Namun sekarang sering diartikan sebagai pengembangan
profesional yang dikelola oleh pemerintah ataupun badan-badan yayasan
tertentu oleh masyarakat, contohnya badan yayasan badan wakaf atau
pesantren.
Pendidikan kaligrafi al-Quran bertujuan membentuk sikap santri yang
Qurani dengan penguasaan ajaran-ajaran-Nya secara utuh dan diharapkan
menjadi pandangan hidup selamanya. Sedangkan pelatihan kaligrafi al-Quran
adalah upaya peningkatan minat dan mengembangkan bakat secara khusus
sesuai dengan kebutuhannya dalam jangka waktu program yang telah
ditentukan. Tujuan pelatihan disini adalah to do something, bukan hanya to
know something, dan ragam pembelajarannya (pelatihan dan latihan) lebih
memfokuskan performance dan kreatifitas.
Dalam setiap program pelatihan hasilnya tidak bisa langsung dirasakan
dalam satu periode atau satu waktu yang diprogramkan. Setiap pelatihan,
termasuk pelatihan kaligrafi membutuhkan proses dan persiapan yang matang
dan terencana. Kebiasaan positif itu harus selalu diulang kembali jika
meinginkan materi pelatihan itu terus melekat dalam diri individu.
B. Dasar Pendidikan Seni Kaligrafi Islam
Dasar yang dimaksud disini adalah landasan, atau alasan mengapa
perlu adanya pendidikan dan latihan kaligrafi. Sehingga dengan landasan
tersebut dirasakan perlunya mempelajari dan menekuni ilmu seni kaligrafi
sebagai disiplin ilmu tersendiri, atau memiliki rujukan yang jelas.
20Maydina, “Tuker Pikiran: Pilih Mana... Pendidikan atau Pelatihan”, artikel diaksespada 30 Oktober 2008 dari http://maydina.multiply.com
Dra
ft O
nly
20
Sebagaimana dasar pelaksanaan pendidikan Islam yang bersumber
kepada dua sumber pokok, yaitu Al-Quran dan sunnah Rasul, maka dalam
membicarakan dasar pelaksanaan diklat seni kaligrafi pun mengikuti sumber
yang sama. Azyumardi Azra menambahkan dasar pendidikan Islam selain Al-
Quran dan as-Sunnah, ‘uruf juga bisa dijadikan landasan hukum pendidikan
Islam atau maslahah yang menjauhkan kemudharatan bagi kelangsungan
hidup manusia.21
Rasulullah SAW menerima wahyu yang pertama turun, yaitu surah Al-
‘Alaq: 1-5, Allah berfirman:
“Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, (Dia)menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah danTuhanmu yang MahaPemurah, yang mengajar menulis dengan kalam. Mengajar manusia apa yangbelum diketahuinya.” (QS. 96:1-5).
Sirojuddin AR berpendapat bahwa dalam ayat tersebut mengandung
perintah membaca (iqra’) dan menulis, lebih jelas beliau berkata:
”Yang lebih mengagumkan bahwa ternyata membaca dan ‘menulis’ merupakan
perintah pertama dalam wahyu tersebut. Dapat dipastikan bahwa kalam atau pena
memiliki kaitan erat dengan seni penulisan kaligrafi. Jika kalam disebut-sebut sebagai
alat penunjang pengetahuan maka ia adalah sarana sang Khaliq dalam rangka
memberikan petunjuk kepada manusia. Ini merupakan suatu gambaran yang tegas, bahwa
kaligrafi mendominasi posisi tertua dalam percaturan sejarah Islam itu sendiri.22
Hamka dalam tafsirnya ‘al-Azhar’ mengatakan bahwa dalam lima ayat
Surah al-‘Alaq itu terkandung kemuliaan Allah SWT. Allah mengajarkan
manusia berbagai ilmu, membuka berbagai rahasia, menyerahkan berbagai
kunci untuk membuka perbendaharaan Allah, dengan kalam atau pena. Di
samping lidah untuk membaca, Allah pun menegaskan pula bahwa dengan
21Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru,(Jakarta: Kalimah, 2001), cet.ke-3, hal. 9
22Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,...,h.. 5-6.
Dra
ft O
nly
21
pena ilmu pengetahuan dapat ditulis. Pena itu material beku dan kaku, tidak
hidup, namun apa saja yang dituliskan dengan pena itu memberikan dan
membuka cakrawala pengetahuan bagi manusia.23
Sehubungan dengan itu, perangkat-perangkat tulis yang lazim
mendapat pernyataan tegas dalam proses seni kaligrafi adalah pena. Allah
berfirman dalam al-Quran surah al-Qalam: 2 sebagai berikut:
“Nun. Demi pena dan apa saja yang mereka tulis (dengan pena itu”.(QS. 68)
Ada ulama yang menafsirkan ‘Nun’ sebagai dawat (tinta), berdasarkan
hadis yang dikeluarkan oleh Abu Hatim dari Riwayat Abu Hurairah RA
mengutip dari Sirojuddin, ia menyebutkan bahwa nabi Muhammad SAW
pernah bersabda: “ Allah telah menciptakan nun, yaitu dawat.” 24
Dalam riwayat lain, Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas RA mengutip dari
Sirojuddin bahwa nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya: “setelah
Allah menciptakan nun, yakni dawat dan telah menciptakan pula kalam.
Lantas dia bertitah: “tulislah!”, “Ya Robbi, apa yang hamba tulis?” Allah
menjawab: “tulislah semua yang ada sampai hari kiamat".”25
Lebih jelas lagi Allah berfirman sebagai penegasan istilah tinta ini
dengan kata ‘midad’ dalam al-Quran surah al-Kahfi: 109 berikut ini:
“Katakanlah! Seandainya air lautan dijadikan tinta untuk (menulis)kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis)kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itupula”.
Kemudian dalam ayat lain, Allah berfirman tentang penyebutan pena
(qalam) dan tinta, berikut sabda-Nya di surah Luqman: 27 sebagai berikut:
23Sirojuddin,Tafsir Al-Qalam, (Jakarta: Studio Lemka, 2002), cet. II, h. 33.24Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,...,h. 247.25Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,...,h. 247.
Dra
ft O
nly
22
“Dan sekiranya pohon-pohon di bumi adalah pena, dan samudera(menjadi tintanya), ditambah kepadanya tujuh laut (lagi), sesudah(kering)nya, niscaya tidak ada habis-habisnya (untuk dituliskan) kalimatAllah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Demikian juga dalam mengisyaratkan media tulisan, seperti kertas atau
alas untuk menulis. Allah berfirman dalam al-Quran surah al-Buruj: 21-22
sebagai berikut:
“Bahkan ia Al-Quran yang mulia. Di Lauh Al-Mahfûz”.
Dan dalam surah al-A’raf: 145 Allah berfirman:
“Dan Kami telah tuliskan baginya di alwah itu segala sesuatu sebagainasehat dan penerangan bagi segala sesuatu”
Menurut Sirojuddin AR, kata ‘lauh’ bermakna papan (segi bahasa)
atau sabak untuk menulis, jamak dari kata ‘lauh’ adalah ‘alwâh’.26
Dengan memperhatikan keterangan beberapa ayat di atas jelaslah
perngkat-perangkat untuk kegiatan menulis kaligrafi memiliki penegasan
langsung dari Allah. Penulis berkesimpulan bahwa ini merupakan landasan
atau dasar yang dapat memberikan dorongan bagi kegiatan pendidikan seni
kaligrafi.
Menurut Sirojuddin AR, banyak juga ayat-ayat al-Quran mendorong
kreatifitas dan keleluasaan para kaligrafer dalam berkarya, yang didukung
dengan sabda-sabda Nabi SAW. Intinya seakan-akan memanjakan kaligrafi
sebagai seni Islam yang hadir tanpa hambatan hukum. Anjuran untuk menulis
26Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,..., h. 250.
Dra
ft O
nly
23
tulisan yang indah selalu disabdakan Nabi SAW berulang-ulang, seperti
riwayat Dailami mengutip dari Sirojuddin yang artinya: “tulisan yang bagus
akan menambah kebenaran tampak nyata karena keunggulan.”27
Dalam kesempatan lain terdapat ‘atsar’ dari Ali RA yang menekankan
bahwa kaligrafi tidak hanya berbicara konteks ilmu dan ibadah saja, tapi juga
merupakan salah satu sumber usaha, sebagaimana arti hadisnya mengutip dari
Sirojuddin “hendaknya kalian mempercantik tulisan, karena itu adalah
sebagian dari kunci-kunci rezeki” Dan ini telah banyak dibuktikan oleh
beberapa kalangan seniman dan pengrajin muslim di Indonesia.
Dalam hal ini, Rasulullah juga menekankan kepada orang tua agar
mendidik sekaligus melatih anaknya menulis, memperbagus namanya, dan
mengawinkannya kalau sudah dewasa. Hal ini berdasarkan dari hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Najjar mengutip dari Sirojuddin.28
Hal senada juga diucapkan beliau, seperti hadis yang artinya
“muliakan (ajarkan) anak-anakmu dengan menulis, maka sesungguhnya
menulis itu termasuk perkara yang penting dan sebesar-besarnya
kebahagiaan.” Memuliakan generasi muslim dengan kaligrafi al-Quran
menurut hadits tersebut memberikan suatu wasilah bagaimana menjadi
seorang muslim yang bertanggung jawab atas agamanya, dan dengan
mempelajari kaligrafi seseorang dapat berinteraksi dengan makna-makna al-
Quran secara ekspresif.
Bahkan, Nabi SAW membina seorang sahabat untuk menulis dengan
trik-trik jitu agar tulisan itu indah. Ketika itu beliau melihat Abdullah menulis,
dan menjelaskan sambil melatihnya dengan mengutip terjemahan dari
Sirojuddin: “wahai Abdullah, rengkangkanlah jarak spasi, susunlah huruf
dalam komposisi, peliharalah proporsi (ukuran), dan berilah huruf-huruf
27Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthy, Al-Jami’ Ash-Shaghir.,(Indonesia: Daar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, tth), Juz II, hal. 99.
28Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthy, Al-Jami’ Ash-Shaghir, ..., h. 99.
Dra
ft O
nly
24
akan haknya.”29 Hadits ini tidak lain sebagai landasan hukum metode-metode
dan asas didaktik pelatihan kaligrafi.
Dengan demikian maka jelaslah bahwa baik al-Quran maupun al-
Hadits sama-sama menekankan dan memberikan motivasi yang kuat
pentingnya belajar dan latihan menulis kaligrafi. Dan belajar atau latihan
kaligrafi bukanlah persoalan yang biasa, namun butuh perhatian dan
penanganan khusus
Ada juga sebagian orang mengambil maslahat dengan mempelajari
kaligrafi untuk bekal hidupnya kelak. Dengan anggapan estetika kaligrafi
memberikan peluang secara ekonomi. Seperti kata seorang penyair yang
artinya dikutip dari Sirojuddin sebagai berikut:
“Pelajarilah kaligrafiWahai orang yang memiliki akal budi,Karena kaligrafi itu tiada lain,Dari hiasan orang yang berbudi pekerti,Jika engkau memiliki kekayaan,Maka kaligrafimu adalah kekayaan,Namun jika engkau membutuhkan,Maka kaligrafimu adalah sebaik-baik sumber usaha,Tulisan indah akan abadi, melampaui umur penulisnya
Sementara sang penulis telah istirahat di dalam bumi”.30
C. Tujuan Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran
Secara umum, Indra Djali Sidi menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
seni adalah berusaha untuk mengarahkan siswa agar mampu berkreasi dengan
bakat seninya, yaitu memupuk kreatifitas siswa, karena seni banyak berkaitan
dengan olah rasa dan perasaan. Pendidkan dan latihan seni kaligrafi akan
memupuk seseorang untuk berjiwa halus dan berbudi pekerti luhur.31
Menurut Fauzi Salim Afifi, tujuan pendidikan dan pelatihan seni
kaligrafi pada umumnya adalah untuk:
29Sirojuddin, Sekeliling Festival Istiqlal II Kaligrafi dan Ide-ide pengembanannya,(Jakarta: Lemka Studio, 1995), h. 75.
30Sirojuddin, Mengembangkan Seni Kaligrafi: Melalui Pembinaan Intensif danTerstruktur, disampaikan pada pembinaan para pembina LPTQ Kab/Kota dan Propinsi Banten,(Rangkasbitung: 9-10 Maret 2005), h. 3.
31Indra Djali Sidi, Menuju Masyarakat Belajar:Menggagas Paradigma Baru PendidikanIslam, (Jakarta: Paramadina dan Logos Wacana Ilmu, 2001), cet.ke-1, hal. 105.
Dra
ft O
nly
25
1. Mendidik berbagai kemampuan, diantaranya pengawasan, kecermatan
memandang, dan kehalusan dalam segala hal.
2. Membentuk rupa-rupa watak dan kebiasaan, seperti disiplin, ketertiban
kebersihan, kesabaran dan ketekunan.
3. Memperoleh kemahiran dan keterampilan tangan saat memperbagus
tulisan dalam latihan.
4. Menumbuhkan kemampuan mengkritik dan menyelami rasa seni setelah
mengetahui unsur-unsur keindahan dalam kaligrafi yang bagus.
5. Memperoleh rasa senang dan memperdalam rasa tenteram dalam jiwa bila
memperoleh kemajuan dalam latihan.
6. Meningkatkan minat dalam jiwa murid untuk menambah kecintaan,
perhatian, pemeliharaan, dan karir dalam seni kaligrafi. 32
Oleh karena itu, Sirojuddin AR berpendapat bahwa pendidikan seni
kaligrafi itu membimbing perasaan seseorang agar dekat dengan-Nya, rasa
bahagia menelusuri firman-firman-Nya, dan rasa bangga diberi kesempatan
memvisualisasikan lantunan wahyu-Nya.33
Lebih dari itu kaligrafi memiliki peranan yang begitu penting dalam
dunia pendidikan, antara lain:
1. Salah satu sarana komunikasi antar manusia yang telah berhasil membawa
warisan budaya.
2. Salah satu medium kebudayaan yang lahir dari agama, sosial, dan
ekonomi.
3. Sebagai media ilmu dan penelitian ilmiah, seperti bahasa dan agama,
sastra, nahwu, balaghah, dan sejarah.34
32Fauzi Salim Afifi, Cara Mengajar Kaligrafi:Pedoman Guru, Penerjemah D. SirojuddinAR, (Jakarta: Darul Ulum Press), h. 20.
33Sirojuddin AR, “Di Depan Kesempurnaan Wahyu” , Panji Masyarakat. II, (13-01-1999), h. 48.
34Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000),cet.ke-1, h. 130.
Dra
ft O
nly
26
D. Pendidikan Seni Kaligrafi Dalam Perspektif Pendidikan Islam
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dalam subbab II pembahasan
tentang landasan hukum menulis kaligrafi dinyatakan bahwa pendidikan
kaligrafi yang berisi pengajaran tulis-menulis mendapatkan posisi terpenting.
Sebagaimana tersirat makna dalam kandungan wahyu pertama, yakni surah al-
‘Alaq tadi. Intinya kaligrafi mendominasi sebagai salah satu komponen dalam
sejarah pendidikan Islam yang tertua. Pendidikan seni kaligrafi pada awalnya
memang berjalan sejalan dengan perkembangan pendidikan Islam. Bila proses
pendidikan Islam yang dimulai sejak Nabi SAW berdakwah, maka sejak itu
pula proses pendidikan baca tulis telah dimulai,bahkan setelah Nabi hijrah ke
Madinah.35
Kegiatan tulis-menulis memang mendapatkan ruh dari al-Quran, dan
semangat mempelajari kandungan al-Quran menyebabkan kegiatan baca dan
tulis mendapat perhatian penting dari Nabi SAW. Sehingga pernah Nabi SAW
mewajibkan kepada tawanan perang ketika selesai berperang setiap tawanan
harus mengajarkan sepuluh anak/pemuda Madinah untuk membaca dan
menulis.36
Pendidikan seni kaligrafi bila dilihat dari esensinya jelas masuk dalam
kelompok ilmu-ilmu agama, karena penerapannya memang dalam ruang
lingkup tulis-menulis huruf-huruf al-Quran (huruf Arab). Maka dalam konsep
pendidikan Islam ilmu ini merupakan alat yang mesti digunakan dalam proses
penelusuran dan penggalian ilmu-ilmu yang lainnya. Jika demikian, maka
pendidikan seni kaligrafi sangatlah mutlak diperlukan. Karenanya, Imam Al-
Ghazali mengelompokkan diantara ilmu-ilmu itu terbagi menjadi tiga bagian;
(1), ilmu-ilmu terpuji, (2), ilmu-ilmu tercela, (3), Ilmu-ilmu yang berada
diantara keduanya.
Beliau juga menjelaskan bahwa ilmu-ilmu terpuji itu adalah ilmu yang
membawa kepada kesucian jiwa, kunci untuk mengetahui hikmah dan
35Sirojuddin, Gores Kalam; Al-Quran dan Reformasi Kaligrafi Arab,..., h. 1.36Sirojuddin, Gores Kalam; Al-Quran dan Reformasi Kaligrafi Arab,..., h. 1.
Dra
ft O
nly
27
kebaikan sekaligus mengamalkannya.37 Sebab tujuan pendidikan Islam
menurutnya adalah kesempurnaan insan di dunia dan akhirat.
Namun, kaligrafi bukanlah semata-mata seni dan keindahan, tetapi
esensi yang paling pokok adalah pemahaman nilai-nilai al-Quran melalui
keindahan tulisan. Dengan konsep ini, maka sejalanlah dengan pemikiran al-
Ghazali yang mengatakan ilmu itu harus dilihat dari segi tujuan dan
kegunaannya dalam bentuk amaliyah.38
Ibnu Sina memandang bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada
mengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah
perkembangan jiwa yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual, dan
budi pekerti. Disamping itu tujuan pelatihan harus diarahkan pada upaya
mempersiapkan seseorang agar dapat hidup dengan melakukan performans
atau keahlian yang dikuasainya sesuai dengan bakat, kesiapan, dan minat yang
dimilikinya.39
Memahami pendapat Ibnu Sina diatas bila dihubungkan dengan tujuan
dan manfaat yang ada pada pendidikan seni kaligrafi dalam konteks
pendidikan Islam tentu sangat sinkron. Hal ini dapat dibuktikan dalam konsep
kurikulum yang disusunnya, yaitu menekankan indikator pelajaran membaca,
menulis, menghafal al-Quran, dan kesenian pada awal usia perkembangan
anak.40
Pandangan pendidikan Islam terhadap diklat seni kaligrafi artinya juga
pandangan para pemikir pendidikan Islam terhadap kaligrafi. Sebab
pendidikan Islam itu sendiri sangat signifikan dengan proses pemikiran-
pemikiran yang muncul dari para tokoh pemikiran pendidikan Islam sekian
lamanya, dan keberadaanya sama tuanya dengan sejarah peradaban Islam itu
sendiri. Al-Faruqi, sebagaimana dikutip oleh Sirojuddin AR, menyebut
kaligrafi dengan ungkapan ‘Art of Islamic Art’ (seninya seni Islam). Al-
37Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2000), cet.ke-1, h. 13.
38Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,..., h. 93.39Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,..., h. 67.40Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,..., h.71.
Dra
ft O
nly
28
Haidari menyebut al-Quran sebagai juz’un asasiyyun min al-fann al-Islâmy
(bagian paling mendasar dari seni Islam). Sementara D. Sirojuddin AR sendiri
menyebut kaligrafi itu merupakan khasanah kebudayaan Islam, yang secara
tradisional terus hadir sepanjang ruh perkembangan agama Islam, karena ia
berfungsi sebagai bahasa visual dari ayat-ayat al-Quran.41
Hamka dalam tafsir al-Azhar, sebagaimana dikutip Sirojuddin AR
mengatakan dengan kalam (pena) ilmu pengetahuan dicatat, bahkan kitab-
kitab suci yang diturunkan Allah ta’ala kepada nabi-nabinya baru menjadi
dokumentasi agama setelah semuanya dicatat. Kitab suci al-Quran sendiri
yang mulanya hafalan, kemudian catatan yang berserakan itu dibukukan
menjadi mushaf, setelah itu terciptalah berbagai ilmu-ilmu agama yang lain
seperti tafsir al-Quran, ilmu hadits, dan sebagainya.42 Semuanya
dikembangkan dengan “Nun, wa alqalami wa ma yasturûn”.
Dengan tinta, pena dan apa yang manusia tuliskan diatas media
berbagai ragam terciptalah kesempurnaan wahyu sejak 14 abad yang lalu.
Maka dari itu, peranan kaligrafi memang sangat penting, karena ia mampu
mengikat ilmu pengetahuan. Ini tentu sejalan dengan sabda Nabi SAW
diriwayatkan dari Tabrani mengutip dari Sirojuddin yang artinya: “ikatlah
ilmu dengan tulisan.”43
E. Pengertian Minat Menulis Kaligrafi al-Quran
Minat menurut bahasa artinya kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu; gairah; keinginan; dan suka terhadap sesuatu.44 Dalam Ensiklopedi
Umum disebutkan bahwa minat adalah kecenderungan bertingkah laku yang
terarah pada objek kegiatan atau pengalaman tertentu.45 Sedangkan dalam
kamus lengkap Indonesia-Inggris, minat disebut dengan term “interest; liking;
41Sirojuddin, Gores Kalam,..., h. 35.42Sirojuddin, Tafsir Al-Qalam,..., h. 70.43Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi, al-Jami’ As-Saghir, Juz 2., h. 8844Frista Arimanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Jombang: Lintas Media, tt), h.
81645Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1983), jilid.4, h.
2252
Dra
ft O
nly
29
desire; attention”. Jika seseorang berminat terhadap sesuatu, maka dikatakan
“someone to be interested...; have an interested to...; have a liking ...”.
Adapun subjek atau peminat disebut dengan “devoote, amateur, fan, admirer,
supporter, dan interested person”. Sedangkan peminatan (dalam tingkat
pendidikan tinggi) disebut dengan concentration atau majority.46
Minat secara istilah menurut beberapa pakar psikologi dan pendidikan
adalah sebagai berikut:
a. Menurut Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
serta keterikatan pada sesuatu hal atau aktifitas tanpa ada yang
menyuruh.47
b. Menurut Muhibbin Syah, minat adalah kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi, atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.48
c. Crow & Crow mengatakan minat atau interest bisa berhubungan dengan
daya gerak yang mendorong kita untuk cenderung atau merasa tertarik
pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman efektif yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.49
d. Menurut Doyles Fryer minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan
objek atau aktifitas yang menstimulir perasaan senang kepada individu.50
e. Sedang Witherington berpendapat bahwa minat adalah kesadaran
seseorang pada sesuatu, seseorang, suatu soal atau situasi yang bersangkut
paut dengan dirinya. Tanpa kesadaran seseorang pada suatu objek, maka
individu tidak akan pernah mempunyai minat terhadap sesuatu.51
f. Herbart mengartikan minat sebagai sumber motivasi yang akan
mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi
46Alan M. Steven & A. Ed Schimidgall Tellings, Kamus Lengkap Indonesia-Inggris, terj.A Comprehensive Indonesia-english Dictionary, (Jakarta: Mizan, 2008), cet.ke-2, h. 635.
47Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. AdiMahasatya, 2002), cet. 4, h. 180
48Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001) cet. Ke-6, h. 136
49Abdul Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogya: PT. Tiara Wacana, 1993), cet.,ke-1, h. 122.
50Wayan Nurkanca dan P.P.N. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: UsahaNasional, 1986), cet.ke-4, h. 229
51Witherington, H.C., , Psikologi Pendidikan, penerj. Buchairi. (Jakarta: Aksara Baru,1989), h. 87
Dra
ft O
nly
30
kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai
arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada
akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya.52
g. Sedangkan Drever mengartikan minat (interest) ke dalam dua pengertian,
baik fungsional maupun struktural. Minat dalam pengertian fungsional
menunjukan suatu jenis pengalaman perasaan yang disebut kegunaan
(worthwhileness) yang dihubungkan dengan perhatian pada objek atau
tindakan. Sedang minat dalam pengertian struktural adalah elemen atau hal
dalam sikap individu, baik bawaan ataupun karena perolehan, sehingga
seseorang itu cenderung memenuhi perasaan worthwhileness dalam
hubungannya dengan objek-objek atau hal-hal yang berhubungan dengan
subjek khusus, atau bidang pengetahuan khusus. Apa yang disebut sebagai
“doctrine of interest” dalam pendidikan harus berdasarkan pada minat
anak, dan selanjutnya minat baru dikembangkan berdasarkan minat yang
sudah ada tersebut.53
h. Dalam kamus psikologi, Chaplin menyebutkan bahwa interest atau minat
dapat diartikan sebagai:
- Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi
pola pada perhatian seseorang sehingga membuat dirinya
selektif terhadap objek minatnya.
- Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau
objek itu berharga atau berarti bagi individu.
- Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntut
tingkah laku menuju satu arah tertentu.54
i. Dalam “Encyclopedia of Psychology”, minat adalah kecenderungan
tingkah laku yang mengarah pada tujuan yang pasti, berupa aktivitas-
aktivitas atau pengalaman yang menarik dari tiap individu. Apabila
52Howard C. Warren, Dictionary of Psychology, (Massachussets: Houghton MifflinCompany, 1934), h. 141
53Stephen J, The Penguin Dictionary of Psychology, (Great Britain: Hazell Watson &Viney Ltd, 1981), h. 142
54J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Dictionary of Psychology, (Jakarta:Rajawali Grafindo Persada, 2006), cet. Ke-8, h. 225
Dra
ft O
nly
31
individu atau seseorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka itu berarti
ia telah menetapkan tujuan sebelumnya.
Dari beberapa defenisi yang dikemukan oleh pakar diatas,
tampaknya pengertian minat pada prinsipnya sama, hanya sedikit terdapat
perbedaan.
Minat menurut istilah adalah kecenderungan jiwa atau perasaan
yang tinggi seseorang atau subjek terhadap suatu objek untuk mengingat
dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Seseorang yang menaruh
minat terhadap suatu objek merasakan adanya kebutuhan penting bagi
kehidupannya, dan melakukan usaha-usaha yang teguh tanpa ada paksaan
dari orang lain. Untuk mendapatkan objek yang diminatinya, subjek harus
mengidentifikasi sejauh mana keuntungan dan kebutuhan yang diinginkan
dari objek tersebut, bagaimana cara memenuhi keinginannya, dan disikapi
dengan membuat suatu keputusan (making a decition).
Menulis adalah kegiatan motorik untuk menciptakan suatu catatan
atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara (huruf).
Menulis lazimnya diatas kertas dengan menggunakan peralatan seperti
pena atau sejenisnya. Semakin berkembangnya zaman, defenisi menulis
juga semakin luas, tergantung situasi dan kondisi. Zaman Mesir kuno,
orang-orang menulis dengan menggunakan peralatan yang tidak secanggih
sekarang. Zaman sekarang orang-orang telah mencatat atau
mengekspresikan idenya lewat tulisan dengan menggunakan komputer
atau note book, atau media yang relevan dengan kebutuhan.55
Minat menulis ayat al-Quran diartikan suatu perasaan suka, gemar,
bahkan senang mengeksplorasi, berekspresi, dan mengkreasikan aksara
kalimat Ilahi dengan indah, termasuk keselarasan, keseimbangan,
kesempurnaan, dan kehalusan tulisan yang mampu menggugah rasa
estetika dirinya dan orang yang melihatnya. Semakin senang menulis ayat
al-Quran, maka semakin giat kegiatan motorik ini dilakukan, dan semakin
55“Tulis”, artikel dakses pada tanggal 17 Oktober 2008 dari www. wikipedia.org
Dra
ft O
nly
32
tinggi kecintaannya terhadap kaligrafi al-Quran.56 Bagaimanakah
pengaruh diklat seni kaligrafi al-Quran terhadap minat? Untuk penjelasan
ini kita harus memahami komponen minat, jenisnya, aspeknya, selanjutnya
baru kita dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Gambar 1. Siklus minat menulis ayat al-Quran
F. Jenis Minat Menulis Kaligrafi al-Quran
Wayan Kuncara dan P.P.N Sumartana dalam buku Evaluasi
Pendidikan, mengutip dari Kuder bahwa salah satu jenis minat adalah
minat seni,yaitu kecenderungan atau rasa suka terhadap aktifitas apa saja
yang berhubungan dengan kesenian, kerajinan, dan kreasi tangan, atau
keindahan.57 Maka, kaligrafi termasuk jenis minat terhadap seni, dan
individu atau orang yang menyukai seni dapat kita sebut peminat seni,
walau dia seorang penikmat seni.
G. Minat dan Term Interest, Attention, Motivation, Desire, Liking:
Persamaan Dan Perbedaan
Dari uraian beberapa definisi diatas, minat dalam bahasa Inggris
disebut dengan interest, attention, dan motovation. Ada juga yang
mengatakan desire atau like/ liking. Dalam beberapa literatur psikologi
56Definisi ini sangat relevan dengan uraian diatas, sesuai dengan perkataan Ali bin AbiThalib dan sang Maestro dan Master kaligrafi al-Quran ternama Yaqut al-Musta’shimi dalampembahasan definisi pendidikan seni kaligrafi al-Quran.
57Wayan Nurkanca & P.P.N Sumartana, Evaluasi Pendidikan Islam, (Surabaya: UsahaNasional, 1998), cet.ke-4, h. 238.
Dra
ft O
nly
33
pendidikan atau psikologi belajar yang penulis telusuri, kajian minat bukan
materi yang sentral dan hangat untuk dibahas. Padahal ini sangat perlu
sekali disajikan secara tematis. Untuk itu penulis berusaha mencari
indikator-indikator apa saja yang termasuk minat dan mengungkapkan
sisi-sisi perbedaannya, sehingga kita dapat memetakan dan meletakkan
pemahaman dasar atas substansi minat lebih lanjut.
Minat dengan term “interest” disamakan dengan “attention”, dan
“motivation”, padahal keempat term tersebut sebenarnya berbeda.
Menurut A.M Arifin Temyang, minat tidaklah sama dengan perhatian
(interest). Minat merupakan gejala jiwa yang melibatkan perasaan.
Sedangkan perhatian itu cakupannya ranah kognitif yang melibatkan
akal.58
Berikut ini penulis deskripsikan pola hubungan minat terhadap
objek dengan perhatian sebagai faktor X yang mempengaruhi munculnya
minat awal intrinsik seseorang.
Gambar 2. Perhatian sebagai variabel X terhadap objek
Adapun “attention” secara bahasa berarti (1), konsentrasi penuh
terhadap stimulus objek tertentu, (2), objek yang memberikan rasa sensasi,
ide, imajinasi, atau aktivitas, yang dapat memberikan sistem proses
informasi penting dan berguna dengan kapasitas yang terbatas untuk
mengakomodir sejumlah informasi yang tersedia dari memori.59 Attention
58Temyang, A.M Arifin, Risalah Didaktif Umum Seri Pertama, (Jakarta, Sapta Darma, tt),h. 38
59Budiharjo dkk., Kamus Psikologi, (Semarang: Dahara Prize, 1991), cet. Ke-2, h. 41
Dra
ft O
nly
34
dan interest berada sama-sama menempati komponen kognisi minat, akan
tetapi attention merupakan penegasan untuk memperhatikan objek,
contohnya seseorang berkata “pay attention, please!” yang diartikan
“tolong perhatikan!”.
Term yang ketiga adalah motovasi (motivation). Secara bahasa,
motivation berasal dari kata dasar “motive”, yaitu gerak yang bersifat
impuls. Motivasi secara istilah menurut J.P Chaplin adalah suatu variabel
penyelang (mempengaruhi) sebagai salah satu faktor yang menimbulkan
faktor lain dalam suatu organisme. Sifatnya membangkitkan kekuatan
dalam diri, mempertahankan (to defend), menyalurkan tingkah laku, dan
tertuju kepada suatu sasaran atau objek.60
Persamaan minat dengan motivasi adalah konsentrasi pada suatu
objek tertentu dan melibatkan aspek perasaan, atau memberikan efek
stimulan atas satu objek kepada emosi seseorang. Perbedaannya, motivasi
merupakan stimulus yang datang dari luar, sedangkan minat dari dalam
diri yang telah terpatri. Minat itu sifatnya labil, sehingga membutuhkan
motivasi sebagai stimulus agar frekwensi minat meningkat dan dapat
dipertahankan dalam waktu yang lama.
Gambar 3. Motivasi dan objek sebagai variabel X minat
Gambar diatas penulis deskripsikan pola hubungan minat terhadap
objek dari teori dan analisis Temyang diatas, dan pengaruh motivasi
60J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi,..., h. 310.
Dra
ft O
nly
35
sebagai variabel X (mempengaruhi) dalam membangkitkan atau
mempertahankan minat terhadap objek dalam suatu organisme.
“Desire” adalah ungkapan yang paling sering kita dengar dari
orang yang merasakan sesuatu yang menggugah emosi seseorang. Dalam
kamus The New Oxford Dictionary of English, desire dikatakan dengan
(1), longing yang artinya kerinduan; keinginan; hasrat; niat, (2), craving
yang diartikan dengan idaman; keinginan; kerinduan; ketagihan, (3), need,
yang diartikan dengan kebutuhan, (4), eagerness yang diartikan dengan
semangat; antusiasme; keinginan; hasrat, atau (5), preference yang berarti
kesukaan; pilihan. Penulis berasumsi bahwa desire adalah ungkapan
perasaan emosional seseorang atas objek yang dinilai sebagai suatu
kebutuhan sehingga membuatnya menjadi antusias atau semangat yang
tinggi. Namun jika kebutuhan emosi itu tidak terpenuhi ia akan merasakan
ada sesuatu yang beda atau hilang sampai kerinduan itu terobati dengan
cara melakukan tindakan tertentu. Jadi, hasrat atau desire adalah ekspresi
kejiwaan, sama dengan kecintaan (like/ love) terhadap suatu objek.
Dengan meletakkan sisi-sisi persamaan dan perbedaan keenam
term diatas akan membantu kita memahami apa saja komponen minat dan
bagaimana ekspresi kejiwaan seseorang atas objek yang ditujunya.
H. Komponen Minat: Perspektif Kajian Psikologi
Komponen secara bahasa artinya suatu bagian. Dalam bahasa
Inggris komponen sering dikatakan dengan “part; piece; bit; constituent;
element; ingredient; unit; module; item; section; portion; dan rare
integrant”. Bila dihubungkan dengan kata sifat, komponen disebut dengan
constituent, dengan arti dasarnya hakikat (esence), atau inti objek yang
berasal dari dalam.61
Tiga komponen minat itu adalah kognisi dengan akal sebagai
instrumennya, (2), emosi dengan perasaan sebagai ekspresinya, dan (3),
61The New Oxford Dictionary of English, artikel diakses pada 25 Oktober 2008 dariprogram aplikasi komputer iFinger 3.0.
Dra
ft O
nly
36
konasi dengan kerja fisik atau motorik sebagai manifestasi atau
wujudnya.62 Jika kognisi dan emosi saling mempengaruhi, akan
mewujudkan komponen ketiga, yaitu konasi.63 Ketiga komponen tersebut
merupakan esensi minat yang harus selalu distimulus, dan menjadi suatu
sistem terkecil dalam minat itu sendiri.
Gambar 4. Hubungan tiga komponen minat
Kognisi adalah komponen minat yang didahului oleh adanya
pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju, dengan akal
sebagai instrumennya. Komponen emosi adalah esensi minat yang
distimuli oleh komponen kognisi, dengan mengetahui suatu objek
(knowing something) sehingga muncul rasa senang. Rasa senang ini
mengakibatkan perasaan yang enjoy, sensasional, kagum, gemar, dan
cinta, atau apa saja ungkapan yang relevan dengan objek itu.
Adapun komponen konasi adalah esensi hasil sintesa pengaruh
kognisi dan emosi yang diapresiasikan dalam bentuk kemauan dan hasrat
untuk melakukan suatu tindakan. Pada komponen ini, kemauan untuk
melakukan suatu tindakan menjadikan seseorang aktif dan giat melakukan
suatu aktifitas. Semakin aktif seseorang, maka semakin kreatif dan terbuka
peluang memperoleh skill bagi dirinya. Dengan menguasai kecakapan,
selanjutnya komponen kognisi memberikan efek terhadap komponen
62Sebelumnya telah dijelaskan bahwa perhatian adalah salah satu komponen intrinsikminat seseorang menurut Temyang, sedangkan motivasi faktor ekstrinsik yang mempengaruhiminat. Dalam penjelasan ini, terdapat dua komponen intrinsik lagi yang bekerja secara sistemik.Sistemik maksudnya antara satu komponen dengan komponen lainnya saling berhubungan dansaling mempengaruhi dalam suatu organisme yang disebut minat. Pembahasan ini akan dijabarkanselanjutnya dalam minat dan teori peningkatannya menurut pakar psikologi.
63Abdul Rahman Abror, Psikologi Pendidikan..., h. 69.
Dra
ft O
nly
37
emosi, dan memicu komponen konasi lagi. Begitu seterusnya. Inilah yang
dikatakan A.M Arifin Temyang bahwa minat ini sebagai motor bagi
perhatian, dan membutuhkan motivasi lagi untuk menstimulus minat.
I. Aspek-aspek Minat: Perspektif Psikologi Pendidikan dan Psikologi
Belajar
Aspek berasal dari kata bahasa Inggris yang di-Indonesiakan, yaitu
“aspect”. Dalam bahasa Inggris aspect berarti (1), segi (kata benda),
contohnya “consider every aspect the situation! : pertimbangkanlah situasi
itu dari tiap segi”, (2), roman, muka, contohnya “of aspect person”.
Dalam kamus bahasa Inggris The New Oxfor Dictionary of English
dicontohkan dengan kalimat “a particular way in wich something may be
considered”. Term derivatifnya adalah “aspectual” yang berhubungan
dengan kata sifat (adjective). Kata aspect berasal dari bahasa Latin, yaitu
aspectus, yang berarti indikasi tindakan/aksi, atau suatu cara melihat
sesuatu (denoting the action or a way of looking at something). 64
Aspek-aspek minat menurut taksonomi Bloom menekankan pola
hubungan yang kuat antara individu terhadap objek dengan melibatkan
ekspresi afektif diri seseorang, yang terdiri dari (1), penerimaan
(receiving) yang terdiri dari sub-kesadaran dan kemauan untuk menerima
perhatian yang terpilih, (2), menanggapi (responding) yang terdiri dari
sub-kategori persetujuan untuk menanggapi kemauan dan kepuasan, (3),
penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori peneriman, pemilihan
dan komitmen terhadap nilai-nilai tertentu, (4), organisasi (organization)
yang terdiri dari sub-kategori penggambaran dan pengorganisasian
terhadap nilai, (5), pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-
kategori pencirian dan pemasyarakatan nilai.65
Sub pertama dan kedua merupakan dimensi minat “Acceptance
Rejection” mengadopsi dari Fryer, bahwa keberadaan minat itu
64The New Oxford Dictionary of English, artikel diakses pada 24 Oktober 2008 dariprogram aplikasi komputer iFinger 3.0.
65“Minat dan Aktifitas Mahasiswa Baru IAIN Sunan Kalijaga”, artikel dikutip padatanggal 15 Oktober 2008 dari http.//www.uin- suka. info/index. php? option= com. Frontpage&Itemid=1.
Dra
ft O
nly
38
berdasarkan pada orientasi suka dan tidak sukanya individu terhadap
objek, subjek atau aktivitas. 66 Orientasi ini pada gilirannya akan
mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek,
atau aktivitas tersebut maka individu akan menerimanya. Jika individu
tidak suka kepada objek, subjek atau aktivitas tersebut, maka ia akan
menolaknya. Penentuan minat ini didasarkan pada reaksi individu;
menolak atau menerima. Contohnya seorang santri lemka, jika ia
menerima secara utuh berarti ia berminat, dan jika menolak berarti ia tidak
berminat atau kurang berminat atas stimulus faktor-faktor atau fenomena
situasi yang terjadi antara subjek dengan objeknya.67
Teori Drever menguatkan pernyataan diatas, bahwa hubungan
minat dengan komponen kognisi dan emosi terbagi dalam dua pengertian,
yaitu fungsional dan struktural.68 Secara fungsional, minat menunjukkan
suatu pengalaman perasaan terhadap suatu objek yang dianggap berguna
bagi dirinya. Kegunaan yang dibutuhkan ini dalam istilah Psikologi
disebut “worthwhileness”. Selanjutnya, individu melakukan sejumlah
tindakan-tindakan tertentu untuk mendapatkan worthwhileness tersebut.
Biasanya pola ini pemenuhan kebutuhan kecakapan skill dan pengalaman-
pengalaman atas objek yang diminatinya. Sebagai contoh, latihan menulis
ayat-ayat al-Quran dianggap sebagai skill dan bekal penghidupan di masa
yang akan datang.
Secara struktural, minat menunjukkan suatu sikap individu baik
bawaan atau karena perolehan terhadap objek khusus yang cenderung
memenuhi kebutuhan perasaan. Kebutuhan perasaan ini dinilai
memberikan kesenangan dan sensasi bagi dirinya. Jadi, minat menurut
teori Drever ini secara struktural adalah pemenuhan kebutuhan emosional.
Kebutuhan yang diharapkan dapat berupa kesenangan atau keasyikan
66Bernstein & Peggy,Essencial of Psychology,..., h. 23667Menerima yang dimaksud disini adalah mengikuti program diklat yang dirancang untuk
memenuhi minat awal dan kebutuhan dasar santri dalam memperoleh pendidikan dan skill daripesantren Lemka.
68Stephen J, The Penguin Dictionary of Psychology,..., h. 142
Dra
ft O
nly
39
(pleasure). Sebagai contoh, menulis ayat-ayat al-Quran atas anjuran Nabi
SAW seperti yang dikatakan oleh D. Sirojuddin AR tidak lain
menanamkan kecintaan terhadap Tuhan dan agamanya, dan menawarkan
suasana penyejuk hati bagi sang khattat, sekaligus memberikan maslahat
atas kemandirian masa depan secara ekonomi.69
Teori minat diatas tidak jauh berbeda dengan teori minat menurut
Lefrancois. Lefrancois mengatakan bahwa pola hubungan minat
komponen kognisi dan emosi disebut dengan “need-drive theory”. Teori
ini menjelaskan bahwa untuk menanamkan minat dan
mempertahankannya, seseorang harus berusaha atau bertindak secara
fokus dan kontinu. Lebih lanjut, ia berkata: “need-drive theory offers one
way to define pain and pleasure. A need is a specific or general state of
deficiency or lack, within an organism. Drives, however are the energies
or the tendencies to react that arre aroused by needs. Example, hungry,
food, and gaining the food”.70
Seseorang yang berminat terhadap suatu objek akan menaruh
perhatian fokus. Objek tersebut memberikan suatu kesan yang membekas
pada dirinya. Tanggapan terhadap kesan tersebut menimbulkan kesadaran,
selanjutnya ia menyadari bahwa objek itu memberikan keuntungan
baginya. Hal ini ditandai dengan adanya persetujuan untuk memenuhi
kemauan dan kepuasan. Setelah itu, ia memberikan penilaian baik dan
buruknya, berarti atau tidaknya, dan berguna atau tidaknya objek tersebut
bagi dirinya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Dalam istilah
psikologi, penilaian ini disebut utility.71 Pada tahap ini seseorang
menetapkan sebuah komitmen terhadap nilai-nilai (meaningfull/
meaningfullness) tersebut. Pada tahap ini disebut dengan “making a
decitions”.
69Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media,(Jakarta: Studio Lemka, 2002), h. 17.
70Guy R. Lefrancois, Psychology of Teaching, 5th. Edition, (California: WadworthPublishing Comp., 1985), h. 310.
71Doughlas a. Bernstein & Peggy W. Nash, Essencial of Psycholgy, (New York:Houghton Mifflin Company, 1999), h. 235.
Dra
ft O
nly
40
“Making a decitions” adalah dimensi minat sub ketiga dari teori
taksonomi Bloom diatas, yang merupakan suatu aspek minat dalam
penetapan keputusan atau komitmen atas beberapa pertimbangan yang
pada akhirnya memberikan keuntungan bagi dirinya. Menurut Dr.
Jalaluddin Rahmat M.Sc, penetapan keputusan memberikan implikasi
jangka panjang bagi kehidupan seseorang. Komponen kognisi dan
emosilah yang bekerja didalam aspek minat ini (dimulai dari receiving
hingga making a decition).72
Pada tahap selanjutnya disebut valuing, yaitu dimensi minat sub
keempat dan kelima teori aspek minat taksonomi Bloom diatas. Valuing
mencakup keyakinan sebagai manifestasi antar emosi seorang khattat
terhadap kaligrafi yang didukung penuh atas ajaran Islam, yang pada
akhirnya menjadi landasan atau falsafah hidupnya.
Hamid Abu al-A’la dalam syairnya yang berjudul Huzn al-Khat
Min Asma al-Funun (kaligrafi adalah seni yang paling unggul) dalam
kitabnya Nas’at wa Thatawwur al-Kitabat al-Khattiyyah dalam tulisan
Fauzi Salim Afifi mengutip dari Makin mengekspresikan kaligrafi sebagai
keyakinan dan falsafah hidup dalam bait-baitnya sebagai berikut:
“Aku telah meminum seni dari mata air yang paling manis, dan kaligrafi adalah
seni yang tertinggi”
“Eloknya tulisan adalah bersinarnya tiap hati, enaknya badan, dan nikmatnya
mata”
“Indahnya tulisan bagi orang-orang fasih bak mahkota bersinar, karena
kecantikannya di atas batok kepala”
“kaligrafi adalah ucapan dimana huruf kaf berbangga, dimana Allah telah
menitahkan dari huruf kaf dan nun”
“Dan telah kuperindah tulisan, supaya bagus para makhluk sepanjang hari
ayat-ayat seni”
”Telah kutulis sebuah mushaf mahal dengan khat naskhi yang diukir dengan
tangan kanan”
“Hafiz Usman telah mengangkat kaligrafi ini dalam seninya yang menyinari,
laksna mentari pagi hari yang benderang”
“Mukjizat menambahkan keindahan atas malam-malam, tiap waktu dan masa”
72Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2001),cet., ke-16, h. 70.
Dra
ft O
nly
41
“Antusiasku pada khat ketika usiaku 10 tahun, dan menjadi kecenderungan dan
esok menjadi keyakinanku”
“Mata di depannya menjadi bingung, adakah yang terlihat sekelompok
pengendara ataukah penyebar agama?”
“Dengan kaligrafi kehidupan berlalu dengan cepat, maka kaligrafi berada di
bagian depan perahu itu”
“Dengan kaligrafi kuarungi lautan ilmu, dengan seni ucapan berpagarkan
hiasan nan manis”
“Esok, perbendaharaanku yang amat berharga, tanganku banyak berhias
permata, gedung yang mahal harganya”73
Syair diatas seolah-olah menjadikan kaligrafi sebagai
kecenderungan jiwa yang tiada habisnya, sebab begitu kuatnya keyakinan
itu dilandasi dengan ajaran al-Quran dengan mukjizatnya yang teragung.
Hal senada didukung kuat oleh Hamid Abu al-A’la dalam syairnya yang
begitu mencintai kaligafi, dan tertanam kuat di jiwanya. Ia berkata:
“Ghirahku pada kaligrafi bagaikan dilukai musuh, dan kan kutebus dengan jiwa
dan tangisan”
“Kepayanganku pada kaligrafi seakan-akan daku bagai Kais Laila, namun
bukan pula karena kerasukan jin atau pun sakit ingatan”
“Dan kujaga sepenuh hatiku kesucian kaligrafi, untuk kekuatan dan kesucian
yang terjaga”
“Hai orang yang berilmu, sesungguhnya khat adalah seni tersendiri bagai
sesuatu yang diikat dalam bui”
“Kapan semuanya sepi darinya, hingga kita dapat melihatnya dengan suasana
hati yang asih”
“Ketika engkau menghendaki kesuksesan bagusnya tulisan dan martabat di
alam ini, maka berhiaslah”
“Pilihlah tiga hal, berpedomanlah pada tiga hal ini, karena ketiganya adalah
dasar tertentu kilau dan indahnya tulisan”
“Yaitu tulisan, tulisan yang tepat, dan keindahan, ketiga hal ini bersatu maka
mata akan senang memandang”74
“Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan
nama, dan kaligrafi yang indah menjadi penolog di hari kiamat”. Inilah
ungkapan atau ekspresi emosi Abu al-A’la dalam syairnya sebagai berikut:
73Nurul Makin, Kapita Selekta Kaligrafi,.., h. 167-169.74Nurul Makin, Kapita Selekta Kaligrafi,.., h. 169-170.
Dra
ft O
nly
42
“Tulisan tetap indah setelah ditulis, sementara penulis kaligrafi telah terkubur
di bumi”
“Sebutan yang baik selalu lalu terngiang setelah mengkreasikannya, dan
abadinya diiringi nama baik sekaligus puji sanjungan”
“Tiada hari dari seorang penulis kecuali akan musnah, dan sesuatu yang ditulis
dengan tangannya akan abadi sepanjang masa”
“Maka janganlah engkau tulis khatmu, kecuali sesuatu yang
menggembirakanmu ketika engkau melihatnya di hari kiamat”
“Maka semua amal Perbuatan manusia akan ditemuinya esok hari, ketika
bertemu dengan tulisan yang digelar”
“Bergembiralah! Karena cukup bagimu, jari-jari itu menulis”75
Demikianlah bait-bait syair yang telah diungkapkan seorang
khattat yang merindukan kecintaan kaligrafi, dengan keyakinan kuat
bahwa mempelajari kaligrafi senantiasa menambah kecintaannya kepada
al-Quran atau ajaran Islam. Allah memandang itu sebagai amal ibadah
yang dinilai dengan pahala sebagaimana kita membaca al-Quran. Jadi,
keyakinan untuk memperindah tulisan ayat-ayat al-Quran merupakan
stimulus akhir tahap ketiga yang kuat terhadap minat atau kecintaan pada
kaligrafi al-Quran.
J. Aspek Minat dan Teori Peningkatannya: Perspektif Psikologi
Frekwensi minat antara individu yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda, walaupun objek minatnya sama. Sifat minat itu gradual dan
labil, karena minat adalah salah satu aspek kejiwaan setiap individu.
Secara bahasa gradual berarti bertahap atau bertingkat.76
Hubungan minat dengan motivasi itu bersifat gradual, maksudnya
frekwensi minat dikembangkan tidak sekaligus, melainkan bertahap.
Karena minat bagian dari aktifitas kejiwaan, maka minat itu terkadang
naik dan turun, tergantung seberapa besar motivasi yang
mempengaruhinya. Motivasi mempengaruhi perhatian (attention/interest)
75Nurul Makin, Kapita Selekta Kaligrafi,.., h. 171-172.76Dalam kamus The New Oxford Dictionary of English, “gradual” berarti “taking place
or progressing slowly or by degrees”. Defenisi secara bahasa diakses pada 28 Oktober 2008 dariThe New Oxford Dictionary of English program aplikasi i-Finger
Dra
ft O
nly
43
dan perasaan suka (liking) sehingga menimbulkan hasrat yang mendalam.
Komponen kognisi dan emosilah yang dipengaruhi oleh motivasi ini. Dan
terkadang minat timbul bersamaan dengan motivasi. Pola hubungan ini
disebut dengan “direct current”, dan akan dijelaskan dalam pembahasan
pengaruh pelatihan terhadap minat tentang internalisasi.
Sebagai penegasan atas penjelasan sebelumnya, ada beberapa
pendapat yang mengatakan minat sama dengan motivasi. Padahal minat itu
muncul dari dalam setelah rasa takjub dan suka seseorang muncul,
sedangkan motivasi datang dari luar yang berfungsi sebagai stimulan bagi
minat.77 Misalnya, apabila timbul minat terhadap suatu aktivitas kaligrafi
seseorang melakukan serangkaian aktifitas yang berhubungan dengan
kaligrafi. Dalam setiap aktifitas kaligrafi, pasti ada tantangan dan
hambatan yang menjadikan minat tinggi menjadi turun, bahkan hilang.
Berdasarkan pengalaman penulis, latihan kaligrafi murni ayat-ayat al-
Quran sangat menjemukan dan butuh waktu yang sangat lama. Disinilah
peran motivasi dibutuhkan.
Jadi, minat cakupannya luas dan pada prinsipnya tidak sama
dengan perhatian. Dengan adanya pola hubungan seperti ini diharapkan
mampu memupuk minat santri dalam jangka waktu yang lebih lama.
Menurut Alisuf, minat harus punya peranan penting dalam pembelajaran
sebagai “motivating force”, yaitu suatu organisme yang mampu
memberikan kekuatan (drive) dalam pembelajaran sehingga terus tekun
latihan.78
K. Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Minat
Timbulnya minat seseorang menurut Crow & Crow, terdiri dari
tiga faktor79, antara lain:
77George G. Thompson & Eric F. Gard, Educational Psychology, (New York: AppletonCentury Crofts. Inc, 1959), h. 361
78Alisuf, Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 85.79Lihat “minat” halaman berbahasa Indonesia, artikel diakses pada 8 Oktober 2008 pada
pukul 15:30 dari www.wikipedia.com.
Dra
ft O
nly
44
a. Faktor dorongan dari dalam yang bersifat rasa ingin tahu (curiosity) ,
atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda.
Dorongan dari dalam ini dapat membuat seseorang berminat untuk
mempelajari sesuatu yang dirasakan baru, atau memberikan sensasi
berbeda dari yang lain. Rasa ingin tahu menimbulkan tantangan untuk
mengetahui apa dan bagaimana sebenarnya objek yang
diperhatikannya tersebut.
b. Faktor motif sosial, yakni minat ada dan dikembangkan dalam upaya
mengembangkan diri. Faktor ini dipengaruhi oleh hasrat kuat untuk
mendapatkan skill sebagai suatu kebutuhan penting sehingga
seseorang memperoleh pujian, materi, dan kepentingan dari orang lain.
c. Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan.
Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas yang dapat
meningkatkan frekwensi minat, sedangkan kegagalan dapat
menurunkan dan menghilangkan frekwensi minat seseorang.
Andi Mappiare menawarkan ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi minat belajar siswa, diantaranya adalah situasi belajar,
motivasi, bahan pelajaran dan guru, lingkungan, dan pengalaman.80
Minat akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan diperoleh
seseorang dari pengalaman belajar sebelumnya. Dengan pengalaman
belajar itu mampu membentuk pola tingkah laku yang agresif, sehingga ia
makin memfokuskan tujuannya itu dengan intensitas yang sangat tinggi
dan terarah. Semakin meningkat pengetahuan dan pengalamannya, minat
pun semakin besar.81
L. Faktor-faktor yang Meningkatkan Minat
Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik
minat kita selama objek itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.
Untuk menarik minat dan mengembangkannya, seseorang butuh motivasi.
80Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), h. 63.81James M. Sawrey & C.W Telford, Educational Psychology, 3rd edition, (Boston: Allyn
& Bacon Incorporation, 1969), h. 154
Dra
ft O
nly
45
Sebagaimana kita ketahui, minat dasar diekspresikan dengan kekaguman
(adority) dan rasa senang (fan). Untuk mendongkrak minat dasar tersebut
butuh stimulus dari luar.82
Dalam pendidikan, para pakar psikologi pendidikan sepakat bahwa
meningkatkan minat dan memupuknya agar tetap bertahan membutuhkan
pengulangan dan eksperimen. Asas pengulangan dalam pelatihan dan
pengembangan kecakapan profesional harus dikemas dengan praktis
sehingga efisiensi jangka waktu tercapai dengan baik pula. Selain itu,
pihak pelaksana program harus menganalisa segala kebutuhan yang
diperlukan, sehingga ketika bereksperimen atau mengerjakan tugas lebih
terarah. Manfaatnya adalah ketika program pelatihan, hasil eksperimen
baik dalam bentuk karya dan kerja terukur dengan baik.
Berikut ini, penulis akan menjabarkan secara rinci dan tematis
bagaimana pengaruh antara faktor-faktor X dalam meningkatkan minat.
1. Guru/ Ustad
Guru sangat memiliki peran yang begitu berarti dalam program
pendidikan. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menguasai
asas didaktik dan metodik pengajaran. Begitu juga diklat kaligrafi
Lemka, seorang ustad hendaknya memahami dan menerapkan asas
didaktik dan metodik pelatihan dengan tepat.
Dalam memilih metode pelatihan, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan oleh seorang ustad, diantaranya adalah (1), apakah
metode tersebut memiliki relevansi dengan tujuan instruksional, (2),
apakah metode itu memiliki relevansi dengan materi pelajaran, dan (3),
apakah metode itu memiliki relevansi dengan guru dan perangkat
pelatihan83
Dalam pembahasan ustad sebagai faktor yang mempengaruhi
meningkat atau menurunnya minat santri, penulis hanya membatasi
82Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, PT. Adi Mahasatya, 2002), cet.,ke-1, h. 115
83Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya, (Jakarta: StudioLemka Depbinkat, 2000), h. 52-53.
Dra
ft O
nly
46
pada dua dimensi pokok, yaitu (1), asas dan metode pelatihan dan (2),
motivasi sebagai internalisasi kepribadian ustad.
a. didaktik dan metodik pelatihan
Istilah didaktik metodik populer dalam dunia pendidikan.
Menurut D.H.Queljoe mengutip dari M. Basyiruddin Usman M.Pd,
didaktik secara istilah adalah menanamkan pengetahuan kepada
seseorang dengan singkat dan praktis, atau memberikan prinsip-prinsip
dalam penyampaian bahan pelajaran sehingga dapat dikuasai anak
didik.84 Komponen-komponen didaktik umum adalah minat, perhatian,
motivasi, apersepsi, lingkungan, individualitas.
Adapun didaktik khusus disebut juga metodik atau metodologi
pengajaran. Metodik umum membahas cara-cara mengajar sesuai
dengan karakteristiknya, baik materi, maupun faktor-faktor
pendukungnya. Metodik terbagi dua, yaitu metodik umum dan metodik
khusus. Metodik umum membicarakan cara-cara mengajarkan materi
dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu rencana pelajaran,
jalannya pelajaran, sikap dan gaya mengajar, bentuk pengajaran dan
metode-metodenya, serta alat atau media yang akan digunakan dalam
kegiatan mengajar.85
Mengadopsi dari asas didaktik paedagogis umum belajar, yang
dimaksud dengan asas-asas adalah prinsip-prinsip umum yang harus
dikuasai oleh guru atau pembina kaligrafi dalam setiap penyajian
materi kaligrafi.86 Kenner menawarkan 4 asas dalam peningkatan
minat ini, yaitu showing (displaying or evincing), imitation, practicing,
dan adapting.87
84M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: CiputatPress, 2002), cet.ke-1, h. 1.
85Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran,..., h. 3.86Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran,..., h. 7.87Peter Newsam, “Training and Trainee: The Principles and Methods in Transforming
Skills”, Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008. Artikeldiakses pada 17 Oktober 2009 dari Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 MicrosoftCorporation.
Dra
ft O
nly
47
Showing yang dimaksud adalah pelatih atau pembina
memperlihatkan suatu objek yang dapat memberikan penjelasan materi
secara detail, baik berupa teknik, instrument, dan segala sesuatu yang
membutuhkan peragaan dan pameran.88
Imitation atau imitasi adalah meniru suatu objek sama seperti
objek aslinya. Kegiatan imitasi biasanya dilakukan setelah mengamati
suatu objek. Peran pembina dalam hal ini tidak ubahnya menirukan
teknik-teknik penulisan, menirukan contoh tulisan kaligrafi dengan
detil, jelas, praktis dan seketika itu juga santri melakukan aktifitas
pengamatan (observing). Kedua asas diatas antara ustad dan santri
terjadi secara simultan, dan pada akhirnya santri mampu
mempraktikkan apa yang telah ia amati dan ia tirukan.89
Practicing adalah mempraktekkan suatu kerja atau karya
setelah melakukan imitasi, yaitu peniruan teknik, atau karya sang
expert.90 Setelah pembina (expert of calligraphy) memperlihatkan dan
menirukan teknik penulisan kaligrafi tersebut, selanjutnya santri
mempraktekkan apa yang telah dilakukan pembina. Dengan
mengimitasi dan mempraktekkan teknik menulis atau karya sang
expert, diharapkan minat peserta pelatihan meningkat, merasa
tertantang, sehingga tertanam kesan yang mendalam dan kesenangan
yang begitu berarti. Ketika program pelatihan usai, ia tetap memiliki
minat yang tinggi, dan tetap semangat untuk latihan kaligrafi secara
mandiri. Jika pembina mampu menerapkan ketiga asas diatas, maka
setiap individu boleh jadi semangat latihan, sehingga memungkinkan
88Peter Newsam, “Training and Trainee: The Principles and Methods in TransformingSkills”,....
89Peter Newsam, “Training and Trainee: The Principles and Methods in TransformingSkills”,....
90Peter Newsam, “Training and Trainee: The Principles and Methods in TransformingSkills”,....
Dra
ft O
nly
48
terjadinya lingkungan latihan (belajar) yang sudah terkontrol. Inilah
yang disebut adapting. 91
Sebagai tambahan, Stone & Neilsen menawarkan dalam
pelatihan sebaiknya menggunakan asas pengulangan (repeatition).
Asas pengulangan ini memelihara usaha-usaha mandiri murid atau
santri dalam belajar mandiri, dan mengontrol kelas. Dapat dikatakan
asas ini adalah lanjutan dari asas adapting. Gunanya adalah memicu
aspek afektif (maksudnya minat) dan memotivasi. Dengan adanya asas
kelima ini, akan terciptanya timbal balik antara santri dengan pembina,
santri dengan program pelatihan, santri dengan praktek dan karyanya.
Lebih lanjut, Stone & Neilsen menjelaskan bahwa asas pengulangan
akan membuka peluang tercapainya tujuan pelatihan dengan tepat, dan
minat semakin meningkat.92
Jika disesuaikan dengan asas-asas diatas, Syaharuddin
menentukan ada 8 metode yang seusai diterapkan dalam pelatihan ini.
Diantaranya adalah metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab,
permainan, drill, SAS, pemberian tugas, dan karya wisata. Penulis
berpendapat, ustad tidak mungkin melakukan semuanya. Oleh karena
itu metode yang memiliki relevansi kuat adalah metode demonstrasi,
SAS, tanya jawab, dan metode ceramah.93
Pertama, metode demonstrasi merupakan pilihan pertama yang
membantu transformasi pengetahuan dan skill dengan efektif, sebab
sangat membantu santri mengamati suatu proses atau peristiwa
tertentu. Sesuai dengan asas observing diatas, seorang ustad hendaknya
menyajikan materi dengan memperagakan dan menirukan teknik atau
cara-cara menulis dengan baik dan benar.
Dalam penerapannya, terkadang metode ini membutuhkan
seorang ustad sebagai pembina utama yang memperagakan di depan,
91David R. Stone & Elwin C. Neilsen, Educational Psychology: The Developpment ofTeaching Skills, (New York: Harper & Row Publisher, 1982), h. 286.
92Stone & Neilsen, Educational Psychology,..., h. 286.93Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 43.
Dra
ft O
nly
49
serta dibantu oleh dua atau tiga orang asisten yang keliling
memberikan bimbingan persuasif tiap-tiap santri yang masih dirasa
perlu diperhatikan. Metode ini kerapkali diselingi dengan metode
ceramah yang membutuhkan penjelasan secara verbal.94 Kalau
memperagakan menstimulir mata atau pandangan, penjelasan
menstimulir pendengaran, semakin efektif dan baiknya guru
menerapkan dua metode tadi maka semakin utuhnya perhatian
(interest/ attention) santri.
Proses transformasi materi diatas terbagi atas 2 tahap,
sebagaimana berikut:
1) pengenalan hakikat khat, yang terdiri dari gaya, kaidah penulisan,
dan teknik penulisan yang muktabar, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Syekh Syamsuddin al-Afkani dalam kitabnya
Irsyâd Al-Qasyîd bab “Hasyr al-‘Ulûm” mengutip dari Sirojuddin,
yaitu:
“khat adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentukhuruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkaikannya menjadisebuah tulisan yang tersusun, atau huruf apa saja yang ditulis diatasgaris, bagaimana cara mengolahnya (menulisnya) dan menentukan apasaja yang tidak perlu ditulis; menggubah ejaan yang perlu digubah danmenentukan cara bagaimana menggubahnya.”
2) Menunjukkan dan menguraikan secara detail poin-poin yang
termaktub dalam definisi diatas, diantranya adalah:
a. khat sebagai ilmu atau sains yang memiliki ukuran-ukuran
yang matematis (bermetode), oleh karena itu tidak boleh asal
gores tanpa menerapkan kaidah atau aturan penulisan yang
diakui.
b. Pengenalan huruf tunggal secara detail, lalu beralih pada huruf
sambung dengan menggunakan standar alif, titik belah ketupat,
dan lingkaran rumusan Ibnu Muqlah.
c. Sistem tata letak (lay out) yang menentukan kelayakan huruf-
huruf diposisikan pada tempatnya.
94Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 46-47.
Dra
ft O
nly
50
d. Tata susun atau komposisi yang membentuk harmoni rangkaian
khat yang tersusun secara proporsional.
e. Penggunaan garis sebagai pedoman mana huruf yang berada
diatas garis, dan meluncur ke bawah menabrak garis.
f. Cara menggorekan huruf, yang dibarengi penjelasan. Misalnya
cara menuliskan huruf ‘ain mulai dari kepalanya yang
berbentuk alis atau bulan sabit—sebagai ilustrasi—dan cara
menggerakkan tangan dan ujung kalam, dan sebagainya.
g. Menentukan beberapa larangan dalam penulisan, misalnya
larangan mencampur-baurkan kaidah khat naskhi atas khat
sulus, nibrah naskhi ditulis dengan khat sulus, dan sebagainya.
Oleh karenanya, ustad harus membimbing bagaimana presisi
dan penentuan hak huruf sesuai dengan kaidah dan gaya khat
masing-masing, karena semua gaya khat itu memiliki karakter
tersendiri.
h. Teknik penguasaan menggubah huruf dengan matang, misalnya
penulisan variasi huruf mim atau jim baik di awal, tengah, atau
akhir.
3) Mengingatkan kembali prinsip-prinsip pembinaan huruf
sebagaimana hadis Rasulullah ketika membina Abdullah dengan
mengutip dari Sirojuddin yang artinya “wahai Abdullah,
renggangkan jarak spasi, susunlah huruf dalam komposisi,
peliharalah proporsi dalam bentuk-bentuknya, dan berilah hak-
hak setiap huruf.”95
Kedua, metode tanya jawab. Metode ini menekankan aspek
umpan balik dua arah antara santri dengan ustadnya secara aktif.
Tradisi dalam pembelajaran pada umumnya murid bertanya lalu guru
menjawab.96 Santri yang perhatiannya fokus terhadap demonstrasi dan
penjelasan ustad diatas biasanya berperan lebih aktif dan kritis,
95Sirojuddin, Pelatihan Kaligrafi Menyongsong MTQ, (Jakarta:Studio Lemka, tt), h. 1-4.96Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 48.
Dra
ft O
nly
51
sehingga persepsi dan perkembangan kognisinya dapat terukur.
Metode ini membantu santri untuk mengatasi kekurangan-kekurangan
atas ketidakpahaman dan kelemahannya dalam teknik menggores
secara deatil.
Ketiga, metode SAS, yaitu Struktur Analisa dan Sintesa. SAS
merupakan aktifitas yang harus ditanamkan kepada santri agar mereka
mampu (1), menganalisa penguasaan huruf secara detail setelah
demonstrasi, penjelasan, dan tanya jawab dengan ustad, (2),
menerapkan teori dengan menghubungkan konsep, (3), menggunakan
kaidah penulisan baik format susunan, menggubahnya, menyusunnya
kembali (analyze, construct, syntheza). Manfaatnya adalah agar santri
mampu mencoba bentuk-bentuk sehingga mengarahkan mereka dalam
menemukan gaya baru dan teknik baru.97 Dalam penerapannya, guru
harus melakukan struktur, menganalisa, dan menyusunnya kembali,
kemudian santri dituntut untuk lebih mandiri menerapkan cara-cara
diatas. Boleh jadi ustad menginstruksikan santri mencontohkan
goresan di hadapan santri lain, kemudian menganalisis, menggubah,
merekonstruksi dalam berbagai format yang ia sukai. Model seperti ini
lebih cocok diterapkan bagaimana santri seolah-olah mengajar di
depan teman-temannya (teaching simulation).
Keempat, metode ceramah, walau pun metode ini banyak
kekurangan akan tetapi metode ini merupakan pengantar atau
penyeling ketiga metode diatas. Metode ceramah sangat umum
dipakai, oleh karena itu penguasaan bahasa harus sesuai dengan
audiens agar tidak terjadi kekeliruan pemahaman. Keunggulan metode
ini adalah (1), materi dapat disampaikan dalam relatif waktu yang
singkat, (2), penguasaan kelas jangkauannya luas, (3) waktunya
fleksibel. Kekuragannya adalah sebagian santri boleh jadi pasif sebab
ustad tidak mengkombinasikan ketiga metode seperti diatas.98
97Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 49.98Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 45.
Dra
ft O
nly
52
b. Motivasi: Internalisasi Kepribadian Santri
Motivasi sangat dibutuhkan dalam belajar, sebab seseorang
yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktifitas belajar. Dan segala sesuatu yang menarik minat
orang lain belum tentu menarik minat kita selama sesuatu itu tidak
bersentuhan dengan kebutuhan kita. Seseorang yang melakukan
aktivitas belajar tanpa adanya motivasi dari luar dirinya maka motivasi
intristik merupakan faktor yang sangat penting dalam aktifitas belajar,
dorongan dari luar dirinya, merupakan faktor ekstrinsik yang
diharapkan. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik diperlukan jika
motivasi instrinsik tidak ada dalam diri seseorang.99
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah minat bisa
menjadi motivasi? Bisa. Alisuf Sabri menjelaskan bahwa minat
menjadi pendorong timbulnya tingkah laku dan tingkah laku itu terjadi
secara simultan. Motivasi sebenarnya terbagi dua, (1), intrinsik dan
(2), ekstrinsik.
Minat intrinsik erat hubungannya dengan tujuan individu
mempelajari sesuatu, misalnya ingin mengetahui, ingin memahami,
ingin memperoleh, ingin menguasai, ingin mencoba, ingin melakukan,
dan sebagainya. Berarti, minat itu adalah salah satu motivasi yang ada
dari dalam individu, dan pengaruhnya sangat besar dalam belajar
sebagai “motivating force”.100
Adapun motivasi yang berasal dari luar diri individu, disebut
motivasi eksterinsik. Motivasi ini tidak ada hubungannya dengan
kecenderungan individu (minat) sebab ia berasal dari luar.101 Faktor-
faktor yang berasal dari luar individu merupakan organisme yang
saling mempengaruhi antara satu dan yang lainnya terhadap minat
99Syaiful Bahri, Psikologi Belajar,..., h. 115100Alisuf, Psikologi Pendidikan,..., h. 39101Alisuf, Psikologi Pendidikan,..., h. 85.
Dra
ft O
nly
53
(motivasi intrinsik). Jadi, kedua motivasi ini mempengaruhi minat
belajar atau latihan santri.102
Mengenai motivasi terhadap minat ini, Skinner mengatakan
bahwa untuk memperkuat hubungan S – R dengan menciptakan
operant atau reinforcement, yaitu stimulus yang dapat memberikan
penguatan baik berupa hadiah, pujian, atau sejenisnya untuk sikap
pembelajaran yang baik. Adapun hukuman—sesuai dengan etika—
sebagai ganjaran untuk sikap yang negatif. Oleh karena itu, dalam
literatur psikologi teori ini penting dikembangkan dengan tujuan untuk
membentuk sikap belajar/latihan yang positif (behavioral
modification).103 Ini telah lama diterapkan dalam ajaran Islam,
sebagaimana dalam al-Quran dinyatakan bahwa siapa saja yang
melakukan kebaikan akan diberi ganjaran yang baik, dan siapa saja
yang melakukan tindakan negatif akan diberikan ganjaran yang tidak
baik.104
Hal senada sebenarnya telah diperkuat Rasulullah SAW, bahwa
dengan mempelajari kaligrafi mudah-mudahan kita memperoleh
kehidupan yang baik, dan dosa-dosa diampuni. Inilah prinsip
metafisika yang diajarkan Rasulullah dengan sabdanya mengutip dari
Tim 7 Lemka yang artinnya:“Barang siapa yang menulis ‘Bismillâh
al-Rahmân al-Rahîm’ dengan tulisan indah (kaligrafi) maka ia berhak
masuk surga”.105
Yang tak kalah pentingnya adalah seorang guru atau ustad
melakukan internalisasi kepada santri sebagai motivasi yang tepat
sesuai ideologi asas didaktik dan metodik yang telah diungkapkan
tadi.106 Ada tiga tahapan proses internalisasi dalam pendidikan dan
102Alisuf, Psikologi Pendidikan,..., h. 86.103Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,..., h. 92-98.104Alisuf, Psikologi Pendidikan,..., h. 65.105Dikutip dari Tim 7 Lemka, Pak Didin Menabur Ombak Kaligrafi, ....., h. 52
106Kata internalisasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “internalization”, yang berartipenghayatan. Kata penghayatan (peng+hayat+an) dalam kamus elektronik Indonesia-Inggris dan
Dra
ft O
nly
54
pelatihan, yaitu (1), transformasi nilai, (2), transaksi nilai, (3),
transinternalisasi.107
Secara sederhana dapat penulis simpulkan bahwa internalisasi
atau penghayatan adalah proses penanaman nilai-nilai berupa sikap
dan tingkah laku secara alamiah oleh seorang guru atau pembina
kaligrafi terhadap santri yang terjadi dalam proses pembinaan kaligrafi
al-Quran baik berupa gagasan, kepribadian, dan kultur yang berlaku di
sekitarnya, yang pada akhirnya timbul kesadaran untuk
menghayatinya. Berikut ini penulis uraikan tahapan internalisasi
kepribadian ustad
Pertama, transformasi nilai adalah penanaman dan
memahamkan kepada santri akan nilai-nilai baik buruk, indah jelek,
berharga atau tidak, terpuji dan tercelanya suatu objek.108 Dengan
mengadopsi diklat kaligrafi, seorang pembina hendaknya
mencerminkan kepribadian yang baik menurut tata etika sebagai
seorang guru, menunjukkan karyanya yang indah sebagai bukti bahwa
ia ahli, menjelaskan betapa berharganya belajar dan latihan kaligrafi
bagi kehidupan murid, atau terpujinya orang yang senang memuliakan
kalam Allah. Secara alami, santri akan termotivasi untuk tetap
semangat latihan, semakin banyak yang latihan mandiri, maka semakin
terciptanya lingkungan belajar yang kondusif.109
Kedua, transaksi nilai adalah penanaman nilai-nilai diatas
secara dua arah (direct current) antara pembina dan santri dengan
mengharapkan adanya timbal balik (feed back) sebagai konsekwensi
Inggris-Indonesia berarti (1), “understanding, comprehencion, experiencing oneself”, (2), dan ataupenghayatan. Dan dalam kamus The New Oxford Dictionary of English, “internalization” berarti:[verb+obj] internalize make (attitudes or behaviour) part of one's nature by learning orunconscious assimilation, incorporate (costs) as part of.
107Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standar KompetensiGuru,..., h. 163.
108Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standar Kompetensi Guru,..., h.163.
109Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standar Kompetensi Guru,..., h.163.
Dra
ft O
nly
55
atas program yang ditekuni. Penekanan setelah teknik transformasi
diatas lebih memantapkan minat santri untuk latihan menulis kaligrafi
al-Quran. Dalam hal ini, seorang santri dapat berinteraksi dengan
pembinanya secara pribadi, atau pembina berinisiatif memberikan
arahan dan penanaman nilai-nilai tersebut. Teknik belajar seperti ini
dalam lingkungan pesantren dikenal dengan “musâfahah”.
Ketiga, transinternalisasi merupakan penanaman nilai-nilai
pokok dan menjadi tujuan utama dalam memupuk minat santri secara
emosi. Transinternalisasi adalah hasil sintesa antara transformasi dan
transaksi nilai yang disebutkan diatas.110 Contohnya dengan
menyusupkan ilmu-ilmu hikmah mengapa kaligrafi penting dipelajari,
adab seorang khattat, kepribadian guru, dan sekaligus memotivasi dan
mengarahkan santri agar menjadi seorang khattat yang ulung, cerdas,
berakhlak baik, dan mandiri dalam kehidupan dan ekonomi.
Dengan adanya internalisasi dalam program latihan kaligrafi al-Quran,
santri mampu memahami kaligrafi secara komprehensif, sehingga
menjadi pengalaman tersendiri yang tidak dimiliki oleh banyak orang.
Pada tahap inilah motivasi seorang pembina berperan. Dengan
transinternalisasi, seorang santri diklat kaligrafi merasa bangga dan
senang atas bakat yang dimilikinya. Dengan internalisasi ini,
diharapkan mampu membentuk sikap pembelajaran yang
mandiri,kepribadian santri yang matang, jiwa yang tenang, dan prestasi
yang gemilang.
Dapat penulis simpulkan, bahwa motivasi itu berfungsi
sebagai:
a) membentuk sikap yang pasti untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b) mendorong orang untuk berbuat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
110Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standar Kompetensi Guru,..., h.164.
Dra
ft O
nly
56
c) penentu arah atau perbuatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
d) Menyeleksi tindakan atau usaha atas tujuan yang telah
ditetapkan.111
2. Pesantren: Penerapan Metode Belajar di Pesantren
“Bagaimana cara belajar kaligrafi dalam lingkungan pesantren
kaligrafi al-Quran Lemka?”112 Pertanyaan ini kerap kali penulis dengar
ketika seseorang bertanya tentang pengalaman belajar kaligrafi di
pesantren tersebut, atau ketika open dialoge pada perhelatan MTQ baik
tingkat I ataupun Nasional. Dalam buku “Mengenal Pesantren
Kaligrafi al-Quran Lemka Sukabumi, Jawa Barat: Mengaji dan
Berkreasi di Kampus Seniman Muslim” dirincikan bahwa cara atau
penerapan metode belajar kaligrafi yang berlaku adalah:
a. Pengajaran diberikan dalam bentuk bimbingan dan pengarahan.
b. Kegiatan harian terfokus pada tugas-tugas mandiri
c. Menguasai seluruh aliran dan gaya kaligrafi secara bertahap.
d. Bimbingan penguasaan huruf diberikan kepada santri yang
memiliki modal dasar atau nol, dan bimbingan pendalaman dan
kreatifitas pengolahan karya kepada santri yang sudah memiliki
dasar kuat.
e. Belajar dan praktik menulis dan melukis di berbagai media.
f. Praktik mengajar melalui latihan pembinaan/ pelatihan dan
mengajar orang lain.
111Alisuf, Psikologi Pendidikan,..., h. 86.112Dalam penelitian Cliffort Geertz disimpulkan bahwa kata santri memiliki arti yang
sempit dan luas. Dalam arti sempit santri adalah seorang murid satu sekolah agama yang disebutpondok pesantren atau pesantren. Oleh sebab itu perkataan pesantren diambil dari kata santri yangberarti tempat untuk santri. Dalam arti luas dan umum santri adalah populasi penduduk Jawa yangmemeluk Islam dengan benar, sholat ke masjid, dan berbagai aktifitas keagamaan lainnya. Jadi,seseorang yang menimba ilmu di pesantren kaligrafi al-Quran Lemka disebut santri Lemka,sedangkan pesantrennya disebut pesantren Lemka oleh masyarakat luas. Untuk definisi pesantrenlebih lengkap lihat, Cliffort Geertz, Abangan Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, penerjemahAswab Mahasin [(judul asli: The Relegion of Java), Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983)], cet.ke-2,h. 256.
Dra
ft O
nly
57
g. Mengikuti aneka lomba kaligrafi di pelbagai instansi dan
kesempatan.
h. Latihan mengembangkan wawasan dan apresiasi.
i. Mengikuti program ekstravaganza dan safari seni.
j. Latihan kesanggaran.
k. Membuat karya-karya master untuk program pameran dan
pemasaran.113
Menurut teori ilmu jiwa asosiasi, belajar hakikatnya
memperkuat hubungan stimulus dengan respon, dengan rumus S-R =
Bond, yang dikenal dengan dua macam teori, yaitu (1),
Connectionisme theory oleh Thorndike, (2), Conditioning Theory.
Conditioning theory juga terbagi tiga, antara lain (1), classical
conditioning theory oleh Pavlov, (2), Operant Conditioning Theory
oleh Skinner, dan Conditioning Theory oleh Guthrie. Pada intinya
semua teori diatas sama-sama memperkuat hubungan stimulus atas
respon, perbedaannya hanya terletak bagaimana cara
menerapkannya.114
Khusus diklat kaligrafi manapun, hubungan stimulus dan
respon dalam situasi pembelajaran menurut connectionisme theory
menekankan Law of Exercise atau Law of Use and Disuse, yaitu
memperbanyak latihan, ulangan dan pembiasaan untuk meningkatkan
kecakapan motorik menulis kalligrafi, yang pada akhirnya
meningkatkan kualitas karya.115
Secara umum penulis kelompokkan penerapan gaya belajar
diatas menjadi tiga bagian, (1), latihan mandiri, (2), pemberian tugas,
(3), karya wisata.
113Departemen Informatika dan Kontak Kelembagaan Lemka, Mengenal PesantrenKaligrafi al-Quran Lemka sukabumi, Jawa Barat: Mengaji, dan Berkreasi di Kampus SenimanMuslim, (Jakarta: Studio lemka, 2002), h. 16.
114James E.Mazur, "Learning." Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA:Microsoft Corporation, 2008. Artikel diakses pada 30 Oktober 2009 dari Microsoft ® Encarta ®2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation.
115Alisuf, Psikologi Pendidikan,..., h. 64-65.
Dra
ft O
nly
58
Pertama, metode latihan mandiri adalah metode yang paling
tepat. Latihan mandiri menggunakan perangkat yang sesuai dengan
kebutuhannya lebih banyak melibatkan santri dengan cara mengulang-
ulang terus apa yang telah diperoleh dari ustad ketika penyampaian
materi.116 Metode ini sangat cocok sekali diterapkan pada tiap pribadi
santri agar mereka memiliki kecakapan psikomotorik. Meminjam
istilah John E. Colman, latihan mandiri disebut juga “the self activity
and sense realism method”, yaitu kegiatan mengekspresikan atau
mengalirkan energi emosi positif agar seseorang memperoleh pelatihan
yang sempurna, dan anjuran-anjuran teknisnya.117 Oleh karenanya,
gaya belajar pola ini menekankan keseriusan dan berusaha menguasai
materi secara mendalam, serta memikirkan bagaimana cara
mengaplikasikannya.
Pendekatan gaya belajar yang cocok diterapkan dalam metode
latihan mandiri ini adalah achieving, yang pada umumnya dilandasi
oleh faktor ekstrinsik yang berciri khusus dengan menekankan ego
enhancement. “Ego enhancement” adalah ambisi pribadi yang besar
dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih
prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar ini lebih serius lagi, sebab
faktor intrinsik sebagai pengaruh kuat yang mampu membentuk
dynamic force seseorang atau penggerak segala daya yang ada pada
diri individu.118
Pendekatan metode belajar ini harus diciptakan dalam
lingkungan atau situasi belajar, sebab lingkungan yang memiliki ragam
minat dalam beberapa faktor yang mempengaruhi menjadi suatu sistem
kekuatan dinamika antara beberapa individu terhadap individu
lainnya.119 Sistem ini akan membentuk kebiasaan dalam tingkah laku
116Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 49.117John E. Colman, The Master Teaching and the Art of Teaching, (USA: Pitman
Publishing Corp., 1967), h. 86118 Muhibbin, Psikologi Belajar,..., h. 139.119Muhibbin, Psikologi Belajar,..., h. 140.
Dra
ft O
nly
59
belajar yang terkontrol secara autoplastis. Oleh karena itu, pesantren
hendaknya menciptakan lingkungan seperti ini.
Apakah efek yang terjadi? Ambil saja asumsi bahwa santri
memiliki keterampilan belajar (study skills), yaitu sangat cerdik dan
efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja, dan menyesuaikan
kebutuhan-kebutuhan belajarnya. Baginya, berkompetisi dengan
teman-teman dalam meraih prestasi adalah sangat penting, sehingga ia
sangat disiplin dalam menentukan jadwal, rapi menyusun lembaran-
lembaran tugasnya, serta berencana untuk terus maju ke depan (plans
ahead) walaupun rintangan menghadang.120
Kedua, metode pemberian tugas. Menurut Nana Sujana dalam
bukunya Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar mengutip dari
Syaharuddin bahwa metode pemberian tugas adalah memberikan tugas
yang bertujuan merangsang siswa lebih aktif lagi dengan memberikan
pekerjaan mandiri di luar jadwal penyampaian materi, dan harus
mempertanggungjawabkannya kepada ustad atau pembimbingnya.121
Penerapan metode ini terdiri dari tiga tahapan, antara lain: (1),
ustad memberikan tugas, (2), santri melaksanakan tugas sesuai
instruksi ustad, (3), santri mempertanggungjawabkan kepada guru apa
yang telah mereka pelajari.122
Ketiga, metode karya wisata. Metode karya wisata adalah salah
satu metode yang dirancang untuk melatih saraf otak dan otot santri
agar rileks dari segenap kegiatan latihan yang mungkin dirasakan
sangat monoton dan melelahkan.123 Karena itu, metode karya wisata
ini mampu menyegarkan (refreshing) tubuh dan fikiran. Bentuk
kegiatan ini merupakan selingan dalam belajar (intermezzo), ada juga
yang menyebutnya safari seni, atau ekstravaganza seni. Ini dapat
120Muhibbin, Psikologi Belajar,..., h. 140.121Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 50.122Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 50.123John E. Colman, The Master Teaching and the Art of Teaching, (USA: Pitman
Publishing Corp., 1967), h. 86
Dra
ft O
nly
60
dilakukan dengan mengunjungi pameran-pameran kaligrafi dan
lukisan, kampung seniman lukis, atau ke situs-situs kebudayaan Islam
terjangkau. Atau bisa juga ke pantai sambil mengadakan kegiatan
demo kaligrafi, ke pegunungan.124
Gambar 5. Mekanisme peningkatan minat
Perlu kita ketahui, banyak orang nyaris menyamakan antara
minat dengan bakat. Menurut definisinya, bakat adalah kemampuan
potensial dalam diri seseorang, baik yang belum dikembangkan, yang
akan dikembangkan, sedang dikembangkan dan terus dikembangkan.
Seringkali bakat seseorang jelas terlihat bila ia melakukan suatu
aktivitas belajar dengan cepat (accelerated learning) dan berhasil pada
bidang tersebut. Bakat seringkali terlepas dari pengaruh lingkungan,
walaupun ada pengaruhnya. Secara umum bakat ditandai oleh
cepatnya seseorang menguasai suatu aktivitas pelatihan, sedangkan
minat ditunjukkan dengan keinginan kuat dan bertahan lama terhadap
objek.125
M. Kerangka Berfikir
Setiap program pelatihan bertujuan meningkatkan kecakapan motorik,
yaitu penguasaan keterampilan (acquiring skills) sesuai dengan bidang-bidang
124Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 51.125“Minat dan Aktifitas Mahasiswa Baru IAIN Sunan Kalijaga”, artikel dikutip pada
tanggal 15 Oktober 2008 dari http.//www.uin-suka.info /index.php? option=com.frontpage&temid=1.
Dra
ft O
nly
61
tertentu. Model pelatihan itu ditandai dengan serangkaian aktifitas yang
diprogramkan. Dalam pelatihan kaligrafi—tentunya pelatihan pada
umumnya—melibatkan peran tenaga ahli atau expert sebagai trainer yang
mampu mentransformasi skill yang dimilikinya kepada santri.
Dalam program diklat, tenaga ahli—dalam hal ini ustad—tidak hanya
sebagai pelatih, melainkan pembina. Mengapa disebut pembina? Menurut
hemat penulis—berdasarkan hadits landasan hukum yang telah diungkapkan
dalam sub bahasan diatas—selain memberikan materi kaligrafi yang bersifat
performans atau praktek seorang trainer kaligrafi berperan sebagai sosok yang
mampu mengarahkan dan membimbing santri pada kepribadian yang agamais
dengan membuktikan kegunaan (worthwileness) menulis kaligrafi al-Quran.
Tentu saja pembina mengarahkan santri untuk menjadi insan yang bertaqwa
kepada Allah SWT, kreatif dan innovatif. Untuk itulah naluri atau sense of art
santri dan ketauhidan terhadap sang Pencipta Rabb al-‘Alamin diasah melalui
pelatihan kaligrafi ini, sehingga nilai-nilai ajaran agama mengkristal dalam
jiwanya.
Salah satu aspek kejiwaan—dalam kajian kesehatan mental—adalah
minat, sedangkan dalam banyak kajian psikologi pendidikan minat merupakan
salah satu dari beberapa prinsip asas-asas didaktik umum pendidikan. Dalam
prinsip didaktik umum pendidikan mengindikasikan penekanan atas
pemahaman setiap guru terhadap minat murid atau santri dan bagaimana
meningkatkan sekaligus mempertahankan minatnya agar tujuan diklat diatas
tercapai sesuai yang diharapkan. Tentu saja peran ustad sangat berpengaruh
atas minat santri sebagai salah satu faktor independen yang urgen ketika
pelatihan.
Meningkatkan minat santri untuk latihan atau menulis ayat-ayat al-
Quran membutuhkan kesabaran yang besar, dan penanganan yang cukup
serius oleh praktisi diklat terkait. Untuk itu, pesantren kaligrafi al-Quran
Lemka harus jeli menerapkan langkah-langkah jitu. Selain terus
mempertahankan dan mengembangkan sistem pelatihan yang sudah ada,
pesantren hendaknya melakukan terobosan-terobosan baru yang dianggap
Dra
ft O
nly
62
sebagai kebijakan baru demi menigkatkan performa pelatihan kaligrafi al-
Quran yang diharapkan mampu memberikan stimulus yang kuat atas minat
santri.
Minat menjadi unsur utama dalam didaktik diklat ini, dan menjadi
motor atau penggerak aktifitas perhatian (interest/ attention) selama kegiatan
berlangsung. Minat sifatnya labil, dan berada dalam jiwa setiap individu
santri. Cara kerja minat dengan tiga komponen asasi (esensi minat) yang
terdiri dari kognisi, emosi, dan konasi saling mempengaruhi sesuai dengan
fungsi-fungsinya. Komponen kognisi tiap individu santri mempengaruhi
emosi, dan komponen emosi tiap individu santri mempengaruhi konasi dalam
melakukan kegiatan fokusnya—latihan menulis ayat-ayat al-Quran—dan
begitulah seterusnya. Untuk itu, pemilihan metode pelatihan yang tepat
menjadi kebutuhan yang tidak ada habisnya. Jadi, pemahaman atas kebutuhan
peningkatan minat santri untuk menulis ayat-ayat al-Quran sangat prioritas.
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, ada beberapa hal yang
harus kita pahami garis besar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat
santri untuk menulis ayat-ayat al-Quran. Secara garis besar penulis rincikan
sebagai berikut:
1. Guru/ ustad, sebagai trainer yang banyak sekali memainkan peran. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang ustad, diantaranya
adalah:
a. Tranformasi pengetahuan dan wawasan dalam bidang skill menulis
kaligarafi al-Quran murni.
b. Internalisasi kepribadian bagaimana seharusnya menjadi khattat yang
sukses merupakan kelanjutan dari transformasi. Dalam hal ini tak
ubahnya antara guru sebagai motivator—dibahas terpisah—dalam
melakukan interaksi di dalam dan luar kegiatan.
c. Transinternalisasi harus menjadi landasan teguh bagaimana
mencerminkan seorang khattat yang baik. Tentu saja ukuran semua itu
adalah nilai-nilai dalam ajaran agama yang pada akhirnya menjadi
falsafah hidupnya.
Dra
ft O
nly
63
d. Memahami metodik umum diklat kaligrafi sesuai dengan prinsip-
prinsipnya.
e. Pendekatan belajar, yaitu menyesuaikan materi dengan teknik-teknik
belajar santri. Menurut lazimnya, melakukan praktikum di lapangan
baik terkontrol atau mandiri adalah kegiatan paling utama
dibandingkan penjejalan materi yang harus terus-menerus dihafal.
Diklat kaligrafi ini menjadikan perogram pelatihan kemahiran menulis
ayat-ayat al-Quran sebagai kegiatan garda depan dalam mewujudkan
tujuannya. Oleh karena itu, porsi latihan santri diharapkan mampu
membentuk sikap agar memenuhi tujuan yang telah ditetapkan diatas
(baehavioral modification).
f. Motivasi, yaitu organisme abstrak yang kerap kali mempengaruhi
minat. Dalam tulisan ini menekankan bagaimana motivasi ekstrinsik
mampu mempengaruhi minat yang berfungsi sebagai motivasi intrinsik
juga. Dengan pengaruh ini diharapkan minat sebagai motor yang kuat
untuk tetap semangat dalam latihan menulis ayat-ayat al-Quran. Tentu
saja motivasi tidak pernah lepas dari hubungan antara ustad dengan
santri.
2. Pesantren, yaitu sebagai lembaga penyelenggara diklat, yang meliputi :
a. Metode penerapan belajar, seperti: (1), drill yang membentuk karakter
kemandirian santri agar memperoleh performans sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan oleh pesantren, (2), pemberian tugas,yang
berfungsi sebagai stimulus setelah penyampaian materi, disamping itu
berfungsi sebagai umpan balik dan mengukur sejauh mana
perkembangan santri, (3), karya wisata, yaitu suatu metode belajar
yang berfungsi untuk melatih syaraf-syaraf otak dan otot yang
menegang setelah serius latihan.
Berdasarkan pemaparan diatas, Robert W. Richey dalam bukunya
Planning for Teaching: an Introduction to Education berpendapat bahwa
menganalisis kebutuhan peningkatan minat sebenarnya bertujuan
menentukan tingkah laku belajar agar lebih terarah untuk meningkatkan
Dra
ft O
nly
64
performansnya. Mengadopsi dari istilahnya attention needed”, ada
beberapa langkah-langkah yang tepat ia tawarkan kepada praktisi
pendidikan dan latihan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Close observation, yaitu senantiasa memperhatikan kekurangan
kebutuhan belajar yang akan diterapkan pada tatap muka selanjutnya.
Robert membuat suatu contoh, serang trainer hendaknya membuat
beberapa lembar formulir kuesioner yang disebarkan kepada murid,
yang isinya meliputi apa yang diiginkan oleh peserta didik.126
Disamping itu, guru memperhatikan pola tingkah laku aktifitas belajar
dimana saja mereka berada guna mengidentifikasi kebutuhan minat
tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengasah kemampuan mereka.127
b. Memahami kebutuhan emosional, seperti senantiasa memotivasi dan
meningkatkan efektifitas asas observing dan imitation agar minat
mereka terus terstimulus.128
c. Mengadakan lingkungan belajar dan latihan yang kondusif,
menyenangkan dan kompetitif, gunanya memberikan pengaruh yang
besar dalam menciptakan pola latihan work & enjoy.129
d. Mencari alternatif-alternatif lain, seperti menentukan dan menerapkan
instruksi yang praktis dan teknik-teknik terbaru dalam meningkatkan
efektifitas latihan.130
Berdasarkan pemaparan diatas, diharapkan adanya terobosan-
terobosan baru dalam perencanaan ke depan yang dalam memantapkan
minat siswa. Contohnya mengadakan perlombaan antar sesama santri, atau
menyisipi materi manajemen seni agar santri dapat mengelola keahliannya
secara mandiri pasca pelatihan.
126W. Richey, Planning and Teaching: an Introduction to Education, 4th edition (USA:
Mc. Graw-Hill Inc, 1968), h. 179127
W. Richey, Planning and Teaching…, h. 177128
W. Richey, Planning and Teaching…, h. 180129
W. Richey, Planning and Teaching…, h. 192
130Robert W. Richey, Planning and Teaching…, h. 193
Dra
ft O
nly
65
N. Pertanyaan Penelitian dan Pengajuan Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya anggapan sementara atas kerangka berfikir
yang dibangun dengan kajian-kajian teori sebagai landasannya. Dengan
mengajukan hipotesa ini akan mempermudah penulis dalam melakukan
penelitian dilapangan dan mengadakan analisa data untuk memberikan
interpretasi dan kesimpulan penting dari penelitian ini. Adapun rumusan
hipotesa yang penulis ajukan adalah sebagai berikut.
Apakah ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lemka terhadap minat
menulis ayat-ayat al-Quran?
Ha: Ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lemka terhadap minat menulis ayat-
ayat al-Quran
Ho: Tidak ada ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lemka terhadap minat
menulis ayat-ayat al-Quran.
Dra
ft O
nly
66
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Bentuk Penelitian
Dilihat dari bentuknya, penelitian ini merupakan penelitian assosiatif,
yaitu penelitian yang memfokuskan pada kajian hubungan antar variabel yang
bersifat kausalitas, yaitu hubungan sebab akibat variabel X terhadap Y.1
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data
yang memiliki karakteristik tertetu dalam sebuah penelitian.2
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah beberapa santri
yang belajar di pesantren Lemka Sukabumi yang berasal dari berbagai
provinsi di Indonesia, dengan jumlah 110 santri baik yang lama maupun yang
baru.3
1Nuraida, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian: pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif,(Ciputat: Aulia Com, 2007), cet.ke-1, h. 25.
2Hermawan Rasito, Pengantar Metodologi Penelitian,(Jakarta, Gramedia PustakaUtama, 1992), h.49.
3Dalam penelitian Cliffort Geertz disimpulkan bahwa kata santri memiliki arti yangsempit dan luas. Dalam arti sempit santri adalah seorang murid satu sekolah agama yang disebutpondok pesantren atau pesantren. Oleh sebab itu perkataan pesantren diambil dari kata santri yangberarti tempat untuk santri. Dalam arti luas dan umum santri adalah populasi penduduk Jawa yangmemeluk Islam dengan benar, sholat ke masjid, dan berbagai aktifitas keagamaan lainnya. Lihat,Cliffort Geertz, Abangan Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, penerjemah Aswab Mahasin[(judul asli: The Relegion of Java), Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983)], cet.ke-2, h. 256.
Dra
ft O
nly
67
Sampel adalah sebagian populasi yang memiliki sifat dan karakteristik
yang sama sehingga betul-betul mewakili populasi.4 Teknik pengambilan
sampelnya menggunakan teknik random, sebanyak 40 orang (36,36%) dari
keseluruhan populasi. Adapun pengambilan secara sampling dimaksudkan
agar jumlah populasi datanya dapat terwakili.
C. Definisi Konsep dan Variabel Penelitian
Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang
akan diteliti). Konsep ada yang sederhana dan dapat dilihat seperti konsep
meja, kursi dan sebagainya dan ada konsep yang abstrak dan tak dapat dilihat
seperti konsep partisipasi, peranan, atau pengaruh. Konsep yang tak dapat
dilihat disebut construct. Karena construct bergerak di alam abstrak maka
perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris, atau dalam kata
lain perlu ada definisi operasional.5
Definisi operasional variabel adalah mengubah konsep dengan kata-
kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat
diuji kebenarannya oleh orang lain.
Konsep yang mempunyai variasi nilai yang disebut variabel. Variabel
dibagi menjadi dua:
1. Variabel deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis kelamin.
2. Variabel Continues misal : variabel umur.6
Proses pengukuran variabel merupakan rangkaian dari empat aktivitas
pokok yaitu:
1. Menentukan dimensi variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian
sosial sering kali memiliki lebih dari satu dimensi. Semakin lengkap
dimensi suatu variabel yang dapat diukur, semakin baik ukuran yang
dihasilkan.
4Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung, Sinar Biru, 1989),h.84.
5Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 116.6Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 118.
Dra
ft O
nly
68
2. Merumuskan dimensi variabel. Setelah dimensi-dimensi suatu variabel
dapat ditentukan, barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing
dimensi. Ukuran ini biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang
relevan dengan dimensi tadi.
3. Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran.
Apakah skala: nominal, ordinal, interval, atau ratio.
4. Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang
dipakai adalah alat ukur yang baru.7
Untuk mencari definisi konsep tersebut dapat ditempuh dengan
berbagai cara sebagai berikut :
1. Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu
dipelajari buku-buku referensi yang relevan.
2. Kalau dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep
penelitian, maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut.
Untuk tujuan ini peneliti dapat mendiskusikan dengan ahli-ahli yang
kompeten dibidang konsep yang akan diukur.
Dalam penelitian ini penulis telah menyusun konsep dari kajian teori
diatas, dan menentukan dua variabel. Dua variabel itu terdiri dari variabel
bebas (independent variable) yaitu variabel yang dapat mempengaruhi dan
variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang dipengaruhi. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah diklat kaligrafi Lemka,
dan yang menjadi variabel terikat (Y) adalah minat menulis ayat-ayat al-
Quran. Penjabaran variabel, dimensi, sub dimensi, dan indikatornya telah
penulis analisis, dan dapat dilihat sebagai berikut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat field research, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan meneliti secara langsung objek penelitian yang ditentukan.8 Adapun
teknik yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
7Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 120-125.8Nuraida, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian,..., h. 22
Dra
ft O
nly
69
1. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas
segala fenomena-fenomena lapangan penelitian diteliti.9 Santri juga
menjadi unit objek observasi, dengan melihat beberapa aktifitas mereka,
terutama latihan mandirinya. Observasi disini berfungsi sebagai
a. kroscek dan pendukung jawaban sikap santri apakah benar sesuai
dengan fakta, atau tidak sesuai dengan faktanya.
b. kroscek dan pendukung atas kegiatan pelatihan ustad ketika
menyampaikan materi di saung.
Peneliti selalu menggalami kesulitan untuk menyusun instrumen
angket yang berkenaan dengan metode penelitian secara rinci. Hal ini
disebabkan sering sekali jawaban responden menunjukkan hasil yang sama
pada butir tertentu ketika melakukan analisis butir angket untuk menguji
validitasnya. Menurut Suharsimi Suharsimi, perolehan keseragaman
jawaban walaupun pada butir yang memiliki skor tertinggi sehingga hasil
perhitungan validitas (rxy) tinggi, belum tentu kenyataannya valid juga.
Dalam hal ini, pertanyaan itu bersifat tendensius dan berusaha menggiring
responden untuk memilih jawaban tertentu.10 Oleh karena itu, item
tersebut penulis batalkan, dan dialihkan kepada metode observasi. Tujuan
pengalihan dan pemilihan metode observasi ini agar mencari data dan
fakta objektifitas, tanpa memerlukan jawaban responden di angket. Sebab,
pengalaman tiap individu jelas berbeda-beda.11 Hasil observasi terlampir.
2. Kuesioner
a. Angket tertutup
Angket adalah salah satu instrumen atau teknik pengumpulan data
melalui penyebaran quesioner atau sejumlah pertanyaan dalam bentuk
daftar agar diisi langsug oleh responden untuk menghimpun pendapat
umum. Penulis memilih angket sebagai instrumen yang tepat sebab angket
9Nuraida, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian,... h. 1310Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h.176-178.11Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h.12.
Dra
ft O
nly
70
digunakan untuk penelitian yang sifatnya kausal komparatif, yaitu
membandingkan dua atau tiga peristiwa yang sedang dan sudah terjadi dari
sebab dan akibat yang dialami oleh responden. 12
Angket ini dirumuskan berdasarkan rumusan masalah yang telah
ditetapkan sebelumnya, dan dengan cara mengidentifikasi variabel X yang
akan dijadikan sasaran penelitian berdasarkan atas indikator-indikator
landasan teori yang dibangun. Disini penulis telah mengidentifikasi jenis
data apa dan bagaimana teknik analisis yang tepat. Sebelum menyebarkan
angket perlu kiranya penulis menguji validitas angket per item agar
mempermudah analisa data setelah diuji-coba terlebih dahulu.
Untuk mengukur atau menganalisis data per item variabel “X”
penulis menentukan 3 pilihan untuk meminta kenyataan pendapat (fact
finding) dengan memilih jawaban yang tersedia sesuai pertanyaan yang
diberikan. Oleh karenanya angket ini sifatnya tertutup, yaitu responden
tidak diberikan kesempatan untuk memberikan alternatif-alternatif yang
lain, sehingga penjaringan data lebih spesifik dan tunggal. Skor dan item
instrumen terlampir
b. Skala Bertingkat
Adapun model atau teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk variabel Y menggunakan model atau skala bertingkat, yaitu
mengukur atau menentukan:
a. Penerimaan atas fenomena-fenomena yang terjadi (receiving
phenomena)
b. Tanggapan atas fenomena-fenomena yang dirasakan (responding
to phenomena)
c. Perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan atau
objek tertentu mempunyai nilai (valuing) hingga pada akhirnya
pengintegasian nilai-nilai ke dalam pribadi atau subjek
(internalizing values).13
12Nuraida, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian,..., h. 51.13Nuraida, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian,..., h. 53.
Dra
ft O
nly
71
Skala bertingkat ini diberikan langsung pada responden, dan
diminta untuk memilih salah satu jawaban yang tersedia yang paling
sesuai dengan keadaan dirinya dengan modifikasi empat pilihan yaitu :
Sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat tidak setuju
(STS). Responden atau subjek angket penelitian adalah para santri yang
sedang belajar di Lemka. Penjabaran item dan skor terlampir.
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik utuk mendapatkan data dengan
mengadakan hubungan langsung bertatap muka dengan informan dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang relevan. Pertanyaan ini merupakan
pertanyaan terstruktur.14
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
kegiatan diklat sebagai kegiatan garda depannya, yang mana akan diajukan
kepada ketua program diklat, dan 2 orang ustad yang aktif memberikan
bimbingan dan mengontrol kelas. Untuk menunjang keabsahan dan
kejujuran perolehan data, penulis menggunakan voice recorder dari laptop
yang telah disimpan dalam format WMA (Windows Media Audio file).
Setelah itu penulis akan menjabarkannya secara naratif tanpa mengurangi
substansi isi wawancara. Selain itu penulis juga penulis akan melakukan
participatory research untuk mengetahui lebih dekat kegiatan santri
sebagai manifestasi sikapnya, kemudian peneliti melakukan crosscheck
apakah sesuai dengan fakta.
Laporan hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran, dan peneliti
mencoba menyusun narasi tersebut tanpa mengurangi substansi penting
atas jawaban informan.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data pendukung yang membantu
perolehan data tentang segala yang berkaitan dengan pesntren kaligrafi al-
Quran Lemka, baik berupa catatan-catatan, kurikulum diklat, dan segala
yang berhubungan dengan pesantren sekaligus kegiatannya. Perolehan
14Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001, cet. 3), h. 91
Dra
ft O
nly
72
data dari dokumentasi ini secara khusus disertai dengan foto-foto yang
relevan yang akan dijabarkan dalam bab empat, yaitu Potret Singkat
Pesantren Kaligrafi al-Quran Lemka: Menguak Sisi Dalam Pesantren.
E. Model Penyajian Data
Model penyajian data kedua variabel diatas menggunakan skala
pengukuran ordinal, yaitu data hasil kategorisasi yang sifatnya tidak setara
dan tidak dapat dilakukan perhitungan aritmatika. Angka yang diberikan
menunjukkan peringkat dan tingkatan tertentu. Tipe data ini
tidakmemperhatikan jarak data seperti penyajian data interval, jadi jarak data
bisa berbeda-beda.15
Dalam penelitian ini, setiap butir jawaban dari item pertanyaan
variabel X menggunakan skoring 3 tingkatan data, yaitu nilai A diberi skor 1,
B skor 2, C skor 3. Begitu juga skala bertingkat, untuk kategori vafourable
diberi skor setiap gradasi dimulai dari 4, 3, 2, 1, untuk sikap sangat setuju,
setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Begitu juga sebaliknya, untuk
kategori unvafourable diberi skor gradasi dimulai dari 1, 2, 3, 4, untuk sikap
sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
F. Teknik Analisis Data
Pertanyaan-pertanyaan merupakan satuan unit pengukur, dan
sebelumnya uji validitas dan reliabilitas harus dilakukan. Bila instrumen/alat
ukur tersebut tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil
penelitian yang baik. Oleh karena itu harus harus dibuang. Jadi, validitas
adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul
mengukur apa yang akan diukur.
Ada beberapa jenis validitas, namun yang paling banyak dibahas
adalah validitas konstruk. Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan
definisi yang digunakan untuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok
atau individu secara abstrak yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep
15Dwi Prayitno, Mandiri Belajar SPSS, (Yogyakarta: Mediakom, 2008), h.8.
Dra
ft O
nly
73
itu kemudian seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang
operasional, yang menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala.
Langkah selanjutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan/ pernyataan-
pernyataan yang sesuai dengan definisi itu.16
Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk
suatu instrumen/alat pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor/nilai yang
diperoleh pada masing-masing pertanyaan/pernyataan dari semua responden
dengan skor/nilai total semua pertanyaan/pernyataan dari semua responden.
Korelasi antara skor/nilai setiap pertanyaan/pernyataan dan skor/nilai total
haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya dengan
menggunakan teknik korelasi product moment.17
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengkur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan
kemantapan/konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan
mantap atau konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat
pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama juga.18
Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuhan untuk
memberikan hasil pengukuran yang mantap atau konsisten. Pada alat
pengukur fenomena fisik seperti berat dan panjang suatu benda, kemantapan
atau konsistensi hasil pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh.
Tetapi untuk pengukuran fenomena sosial, seperti sikap, pendapat, persepsi,
kesadaran beragama, pengukuran yang mantap atau konsisten, agak sulit
dicapai.
Berhubung gejala sosial tidak semantap fenomena fisik, maka dalam
pengukuran fenomena sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan
pengukuran. Dalam penelitian sosial kesalahan pengukuran ini cukup besar.
Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, kesalahan
pengukuran ini perlu diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengukuran,
16Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 168.17Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 169.18Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 178-179.
Dra
ft O
nly
74
semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran,
semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut.
Teknik-teknik untuk menentukan reliabilitas ada tiga yaitu: a. teknik
ulangan, b. teknik bentuk pararel dan c. teknik belah dua. Dalam tulisan ini
akan dijelaskan satu teknik saja yaitu teknik belah dua.
Teknik belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu alat
ukur dengan membagi alat ukur menjadi dua kelompok. Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Peneliti telah mengajukan instrumen kepada 14 responden, kemudian
telah menghitung validitas itemnya. Item yang valid dikumpulkan
menjadi satu, item yang tidak valid dibuang. Uji coba pertama hanya
menyisakan angket yang valid dalam jumlah yang sangat sedikit
sekali. Kemudian menyusun item instrumen yang lebih spesifik lagi,
agar jumlah itemnya bisa lebih banyak. Kemudian mengujicoba angket
kedua kepada 14 responden yang sama, ternyata menyisakan 10 item
angket, dan 15 skala sikap. Kemudian, peneliti berusaha mencoba
menyusun kembali sehingga angket yang akan diujicoba untuk tahap
ketiga sebanyak 42 intem, sementara skala sikap berjumlah 39. Setelah
menghitung validitasnya, ternyata 19 item angket telah terkumpul, dan
25 item skala bertingkat yang terkumpul. Jumlah item kuesioener ini
telah memadai, lalu masuk pada tahap menguji realibitas instrumen
tersebut.
b. Untuk menguji realibilitas, peneliti telah membagi item yang valid
tersebut menjadi beberapa belahan. Dalam menguji instrumen yang
reabil, instrumen angket dan skala sikap dibelah menjadi beberapa
bagian, langkah-langkahnya sebagai berikut. Pertama, Membagi item
angket sesuai dengan sub dimensinya yang menjadi 4 faktor, dan skala
bertingkat 6 faktor. Ternyata subdimensi—atau faktor inheren angket
sendiri—hanya 3 sub dimensi yang valid, sedangkan skala bertingkat 5
Dra
ft O
nly
75
faktor yang valid. Kedua, skor total dari beberapa faktor tesebut
dikorelasikan.19
Untuk menghitung validitas dan relibilitas diatas, penulis
menggunakan program aplikasi SPSS, sebab penghitungan lebih akurat
dan cepat. Adapun penghitungan per item angket dan skala sikap memakai
teknik manual baik menggunakan kalkulator atau tulis tangan tingkat
kesalahan sering kali terjadi.
Rumus-rumus teknik pegolahan dan analisis data diatas
berdasarkan rumus sebagai berikut.
1) Untuk uji validitas alat, dengan digunakan rumus korelasi Product
Moment Pearson menggunakan rumus
Atau menggunakan rumus yang lebih singkat sebagai berikut:
2) untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan rumus Spearman-
Brown sebagai berikut:
19Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 178-179.
22 YX
xyrXY
Ket:
x : X- X
y : Y – Y
X : skor rata-rata dari X
Y : skor rata-rata dari Y
Dra
ft O
nly
76
3) Untuk uji hipotesis dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
korelasi pearson product moment, yaitu korelasi kausalitas atau
pengaruh antara variabel X dengan Y. Rumusnya adalah sebagai
berikut:20
4) Untuk uji data deskriptif, yaitu observasi dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus:
Ket:
X2o = Kai kuadrat deskriptif
fo = frekwensi objek yang diamati
ft = frekwensi objek yang diharapkan.21
20Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1987), h. 19121
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,..., h. 287.
2/21/1
2/21/111
1
2
r
xrr
Ket:r11 : reliabilitas instrumen
r1/21/2 : rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan
instrumen
X2o
= (fo - ft)2 / ftD
raft O
nly
77
G. Analisis variabel X, dimensi, sub dimensi, indikator, dan item instrumen
Berikut ini adalah tabel analisis variabel X, dimensi, sub dimensi, indikator, dan item instrumen. Hal ini penulis lakukan agar
memudahkan dalam mengidentifikasi dan menentukan instrumen, dan juga memudahkan dalam menganalisis.
Tabel 1. Tabel analisis variabel X
NoFakt
orDimensi Sub dimensi Indikator Ket
Item
an
gk
etk
ei
Item
ob
serv
asi
keg
iata
np
elati
han
ke
iIt
emob
serv
asi
pen
erap
an
met
od
eb
elaja
rk
ei
I
Ust
ad
1.
Metode
Pelatihan
a.
Demonstrasi
Mengenalkan,
memperlihatka
n,
menunjukkan,
memperagakan
, menirukan
Penanaman materi kepada santri dengan
memperlihatkan objek dan memperagakan
teknik yang mampu menstimulus perhatian
(interest/attention) ketika kegiatan berlangsung.
1, 2, 3,
19
5, 6,
13,
b. SAS Menguraikan,
menganalisa,
merekonstruksi
Penanaman materi kepada santri dengan
menguraikan, menganalisa, dan merekonstriksi
huruf tunggal, huruf sambung, dengan
4, 5 8, 9,
10, 11,
12,
Dra
ft O
nly
78
kan standarisasi rumusan kaidah, lay out, susunan,
penggunaan garis, larangan goresan, gubahan
huruf.
c. Tanya
Jawab
Melakukan
tanya jawab
Penanaman materi kepada santri sebagai
umpan balik setelah metode demonstrasi dan
SAS untuk mengatasi kelemahan atau apa saja
yang dibutuhkan santri
7,
d. Ceramah Menjelaskan Penanaman materi kepada santri dengan bahasa
pengantar yang dapat dipahami santri.
6 1, 2, 3,
4, 14,
15
2.
Motivasi
:
Internalis
asi
Kepribad
ian Ustad
a.
Transformasi
nilai
Memahamkan
nilai kegunaan
Penanaman nilai (worthwhileness) secara
emosional akan baik atau buruknya sesuatu
7, 8 16, 17,
18,
b. transaksi
nilai
Mengarahkan,
menanamkan
kegunaan
Penanaman nilai yang disertakan feedback
sebagai konsekwensi logis untuk
mengklasifikasikan sikap atau tindakan sesuai
dengan tujuan diklat
9,
10,11,
16
19, 20,
c. Menyusupkan Penanaman nilai secara emosi dengan 12, 13, 21, 22,
Dra
ft O
nly
79
transinternali
sasi nilai
nilai,
membentuk
kepribadian
menjadikannya sebagai falsafah atau
pandangan hidup.
14, 23, 24
Pes
an
tren
Penerapa
n Metode
Belajar
a. Drill Melatih
berulang-
ulang,
memperkaya
dan
memperdalam
kemampuan.
Penanaman materi dengan menciptakan
manifestasi perilaku belajar adapting, dan
keterampilan.
1, 2, 3,
11, 16,
19,
III b. Pemberian
tugas
Membuat
karya jadi
sesuai dengan
komposisi
proporsional
dan lay out
pada
tempatnya
Penerapan gaya belajar dengan menerapkan
ego enhachement santri sebagai feedback
setelah pemberian tugas oleh pesantren
15, 20, 21,
23, 24,
25,
Dra
ft O
nly
80
c. Karya
wisata
Mengunjungi
situs seni
budaya Islam,
pameran, atau
tempat wisata
sambil
berkreasi
Penanaman materi di luar lingkungan pesantren
untuk menambah wawasan dan memberikan
efek rileks setelah jenuh mengikuti setangkaian
kegiatan diklat.
17, 18, 26, 27
Jumlah item instrumen 19 24 13
H. Analisis variabel Y, dimensi, sub dimensi, indikator, dan item instrumen
No
Ko
mpo
nen
Dimensi Sub dimensi Indikator Ket
Item
skala
ber
tin
gk
at
ke
i
Item
ob
serv
asi
keg
iata
nsa
ntr
i
seb
agai
reak
si
refl
ekti
fan
tara
dik
lat
dan
sik
ap
Dra
ft O
nly
81
I
Kogn
isi
dan
Kon
asi
Acceptan
ce
Rejection
a. kesadaran Konsentrasi,
memikirkan,
berimajinasi
Kesadaran atas objek yang terjadi dalam situasi
fenomena-fenomena yang terjadi di faktor-
faktor independen (X)
1, 2, 3,
4, 5, 6,
7
11, 12, 13, 14, 15
b. kemauan Menyadari,
menerapkan,
meniru,
terkesan,
melakukan
berulang-ulang
Kemauan atas kesadaran untuk menerima
dengan menggambarkan tingkah laku santri
menerima stimulus dari fenomena faktor-faktor
independen (X)
8, 9,
10, 11,
12
1, 2, 3, 16, 17, 18
II
Kogn
isi
Making a
decition
a.
memutuskan
Berkomitmen Menetapkan suatu keputusan teguh sebagai
raksi reflektif atas fenomena faktor-faktor
independen
13, 14,
15
b. menyetujui Menaati tanpa
ada paksaan
Persetujuan untuk menanggapi aturan-aturan
fenomena faktor-faktor independen (X) yang
dimanifestasikan dengan ketaatan atau kerelaan
individu tanpa paksaan
III E m Valuing a. menerima Merasa Penerimaan nilai secara emosional atas 16, 17,
Dra
ft O
nly
82
nilai senang, merasa
yakin, merasa
puas,
merindukan
stimulus faktor-faktor independen (X) sebagai
kepercayaan atas menulis ayat al-Quran.
18
b. Organisasi
nilai
Bersikap,
menghayati,
mengutamakan
Menyikapi dan bertindak sebagai respon atas
fenomena faktor-faktor independen (X) untuk
mengklasifikasikan gambaran pembentukan
suatu nilai
19, 20,
21
9, 10,
c. pencirian Memegang
teguh
Pencirian atas nilai yang diperoleh dari
stimulus faktor-faktor independen (X) dengan
menjadikannya sebagai falsafah atau
pandangan hidup.
22, 23,
24, 25
4, 5, 6, 7
Jumlah item 25 18
Dra
ft O
nly
83
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Penyajian Data
Model penyajian data kedua variabel adalah tabulasi data yang bersifat
data ordinal, yaitu data hasil kategorisasi yang sifatnya tidak setara dan tidak
dapat dilakukan perhitungan aritmatika. Angka yang diberikan menunjukkan
peringkat dan tingkatan tertentu. Tipe data ini tidakmemperhatikan jarak data, jadi
jarak data bisa berbeda-beda.
Dalam penelitian ini, setiap butir jawaban dari item pertanyaan variabel X
menggunakan skoring 3 tingkatan data, yaitu nilai A diberi skor 1, B skor 2, C
skor 3. Begitu juga skala bertingkat, untuk kategori vafourable diberi skor setiap
gradasi dimulai dari 4, 3, 2, 1, untuk sikap sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju. Begitu juga sebaliknya, untuk kategori unvafourable diberi
skor gradasi dimulai dari 1, 2, 3, 4, untuk sikap sangat setuju, setuju, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju.
Berikut ini perolehan data angket yang disajikan dalam bentuk tabulasi,
yang terdiri dari 40 jawaban responden atas 19 item pertanyaan.
Tabel 3. Tabulasi Angket
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 ∑X
1 2 3 2 2 1 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 47
2 3 1 3 1 2 1 1 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 43
3 3 2 3 2 1 3 3 2 1 2 3 2 3 3 3 2 3 1 1 43
4 1 3 3 2 2 2 3 3 1 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 48
Dra
ft O
nly
84
5 2 1 3 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 1 42
6 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54
7 2 2 3 1 1 2 3 3 1 2 3 3 2 2 2 3 3 3 1 42
8 1 2 3 1 1 2 1 3 3 1 2 3 2 1 2 3 3 3 1 38
9 3 3 3 2 1 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 1 48
10 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 52
11 2 2 3 1 1 2 3 3 1 2 3 3 2 2 2 3 3 3 1 42
12 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 48
13 3 3 3 2 1 3 3 3 2 1 2 3 2 3 3 2 3 3 2 47
14 3 2 3 1 2 3 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 46
15 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 51
16 1 3 3 3 2 3 2 3 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 1 45
17 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 50
18 3 2 1 2 2 1 1 1 3 1 2 1 2 1 2 2 1 1 3 32
19 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 52
20 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 53
21 3 2 2 2 1 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 1 45
22 1 3 3 3 1 2 2 1 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 1 41
23 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 46
24 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 49
25 3 1 3 2 1 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 44
26 2 3 3 2 2 3 3 2 1 3 2 2 2 3 3 3 3 3 1 46
27 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 1 47
28 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 50
29 1 2 3 1 1 3 3 3 1 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 43
30 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 2 51
31 3 2 3 1 1 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 47
32 2 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 53
33 3 3 3 2 1 1 2 3 1 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 45
34 2 3 3 2 1 2 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 47
35 1 3 3 1 1 2 2 1 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 43
36 3 2 3 2 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 50
37 4 3 3 2 2 1 1 3 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 1 46
38 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 49
39 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 53
40 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 53
Dra
ft O
nly
85
Berikut ini perolehan data skala bertingkat variabel Y yang disajikan
dalam bentuk tabulasi, yang terdiri dari 40 jawaban responden atas 25 item
pertanyaan.
Tabel 4. Tabulasi Skala Sikap
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 ∑Y
1 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 85
2 3 4 4 4 4 2 2 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 86
3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 83
4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 73
5 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 2 1 3 2 3 3 3 3 4 4 74
6 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 88
7 2 4 3 4 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
8 3 4 1 4 3 2 3 3 2 3 3 3 4 2 1 1 1 4 3 2 4 4 2 3 3 68
9 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 95
10 2 4 3 3 2 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 4 2 79
11 2 4 3 4 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 74
12 3 1 1 4 4 4 4 4 3 1 3 3 3 4 3 4 2 4 1 2 4 4 3 3 1 73
13 2 4 2 4 3 3 3 4 2 1 3 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3 4 3 4 3 77
14 1 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 77
15 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 2 1 4 3 3 3 3 4 3 3 74
16 2 4 3 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 89
17 2 3 2 4 3 2 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 2 1 3 2 3 4 4 4 1 76
18 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 1 4 3 4 4 3 3 4 73
19 2 4 3 4 4 3 3 4 3 1 3 3 4 4 3 2 3 4 2 3 3 4 3 4 3 79
20 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 96
21 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 77
22 2 1 3 1 1 1 3 1 3 2 3 2 1 1 3 4 4 4 4 4 1 1 4 1 4 59
23 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 78
24 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 4 1 76
25 1 4 1 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 2 3 1 3 3 4 4 3 4 1 77
26 2 4 3 4 3 3 4 3 3 1 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 2 2 2 4 75
27 4 4 3 3 3 3 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 92
28 3 3 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 1 2 2 3 3 3 3 1 64
29 2 4 2 4 2 2 3 3 3 2 4 3 4 4 2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 78
30 1 4 2 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 2 2 3 3 4 4 81
31 1 4 1 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 1 3 4 3 3 4 3 4 4 1 78
32 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 86
Dra
ft O
nly
86
33 2 4 1 4 4 1 3 4 3 2 4 3 4 4 4 2 1 1 3 1 4 4 4 4 1 72
34 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 3 1 4 4 4 4 4 82
35 2 4 3 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 88
36 4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 3 1 1 4 3 4 3 4 3 4 4 4 79
37 2 4 2 3 3 4 3 2 2 3 4 2 4 4 4 2 1 4 4 3 4 4 4 3 4 79
38 1 4 3 2 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 87
39 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 93
40 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 92
B. Analisa dan Interpretasi Data
Setelah penulis mengolah data dan mengklasifikasikannya dalam bentuk
tabulasi, langkah penting selanjutnya adalah menganalisa data memakai rumus
analisa product moment dengan mencari angka indeks korelasi “r” product
moment yang berdasarkan pada skor aslinya atau angka kasarnya.
Dalam statistik, penggunaan analisa ini disebut dengan analisa korelasi
sederhana (bivariate correlation) yang digunakan untuk mengetahui keeratan
hubungan antar dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi.
Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1
berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0
berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan
hubungan searah (X naik maka Y naik), dan nilai negatif menunjukkan hubungan
terbalik (X naik maka Y turun).
Menurut Sugiyono mengutip dari Dwi Priyatno, pedoman untuk
memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00 - 0,199 = sangat rendah
0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
Koefisien korelasi Pearson dapat dicari dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Dra
ft O
nly
87
Tabel 5.
Perhitungan untuk memperoleh Indeks korelasi antara X dan Y
N X Y (∑x)2 (∑y)2 XY
1 47 85 2209 7225 3995
2 43 86 1849 7396 3698
3 43 83 1849 6889 3569
4 48 73 2304 5329 3504
5 42 74 1764 5476 3108
6 54 88 2916 7744 4752
7 42 75 1764 5625 3150
8 38 68 1444 4624 2584
9 48 95 2304 9025 4560
10 52 79 2704 6241 4108
11 42 74 1764 5476 3108
12 48 73 2304 5329 3504
13 47 77 2209 5929 3619
14 46 77 2116 5929 3542
15 51 74 2601 5476 3774
16 45 89 2025 7921 4005
17 50 76 2500 5776 3800
18 32 73 1024 5329 2336
19 52 79 2704 6241 4108
20 53 96 2809 9216 5088
21 45 77 2025 5929 3465
22 41 59 1681 3481 2419
23 46 78 2116 6084 3588
24 49 76 2401 5776 3724
25 44 77 1936 5929 3388
26 46 75 2116 5625 3450
27 47 92 2209 8464 4324
28 50 64 2500 4096 3200
29 43 78 1849 6084 3354
30 51 81 2601 6561 4131
31 47 78 2209 6084 3666
32 53 86 2809 7396 4558
33 45 72 2025 5184 3240
34 47 82 2209 6724 3854
35 43 88 1849 7744 3784
Dra
ft O
nly
88
36 50 79 2500 6241 3950
37 46 79 2116 6241 3634
38 49 87 2401 7569 4263
39 53 93 2809 8649 4929
40 53 92 2809 8464 4876
∑ 1871 3187 3500641 10156969 88333 256521 149709
Setelah diketahui ∑X, ∑Y, ∑XY, ∑X2, ∑Y2, (∑X)2, dan (∑Y)2, langkah
selanjutnya adalah mencari nilai rxy dengan menggunakan rumus Pearson diatas,
sebagai berikut.
rxy = 40. 149710 – (1871) (3187)
√{40. 88333 – (3500641)} {40. 256515 – (10156969)}
5988360 – 5962877
√(3533320 – 3500641) (10260840 – 10156969)
25483
√(32679) (103871)
25483
√3394400409
25483
58261,48307
= 0,43739017,atau dibulatkan tiga desimal dibelakang koma menjadi 0,437
Jika dilihat dari r tabel, pada uji 1 sisi taraf signifikansi 5% dengan
menentukan df = N–nr. Oleh karena itu, N 40-2 = 38. Telah diperoleh nilai
sebesar 0,271, dan 2 sisi sebesar 0,320. Untuk memberikan interpretasi apakah
ada pengaruh diklat kaligrafi al-Quran terhadap minat menulis santri, peneliti
membandingkan nilai antara r hitung dengan r tabel, yaitu:
a. r hit > r tab 1 sisi atau r hit > r tab 2 sisi.
b. Atau dinyatakan dengan angka, 0,437 lebih besar dari 0,271 atau 0,320.
Dra
ft O
nly
89
c. Atau disimpulkan, bahwa ada pengaruh diklat yang signifikan terhadap
minat menulis santri, karena r hit lebih besar dari r tab.
Untuk memastikan kebenaran perhitungan peneliti secara manual, disini
peneliti menggunakan program aplikasi komputer SPSS, ternyata didapati
kesamaan perhitungan sebagai berikut.
Tabel 6. Hasil perhitungan (r) melalui program SPSS
Correlations
X Y
X Pearson Correlation 1 .437**
Sig. (2-tailed) .005
Sum of Squares and Cross-
products816.975 637.075
Covariance 20.948 16.335
N 40 40
Y Pearson Correlation .437**
1
Sig. (2-tailed) .005
Sum of Squares and Cross-
products637.075 2596.775
Covariance 16.335 66.584
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) diatas telah diperoleh korelasi
antara diklat kaligrafi al-Quran dan pengaruhnya terhadap peningkatan minat
santri untuk menulis ayat-ayat al-Quran adalah 0,437. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi hubungan yang sedang atau tidak terlalu kuat pengaruh diklat yang
diselenggarakan terhadap meningkatnya minat santri. Sedangkan arah hubungan
adalah positif, karena nilai r positif pada level sedang diantara 0,40 - 0,599.
Untuk lebih meyakinkan lagi, penulis ingin menguji signifikansi koefisien
korelasi sederhana (uji t), apakah korelasi diatas—yang digunakan—berlaku bagi
Dra
ft O
nly
90
populasi atau dapat digeneralisasikan. Berikut ini adalah langkah-langkah
pengujiannya
1. Menentukan hipotesis
Ho: tidak ada pengaruh yang signifikan diklat kaligrafi al-Quran Lemka
terhadap minat menulis ayat-ayat al-Quran.
Ha: ada pengaruh yang signifikan diklat kaligrafi al-Quran Lemka terhadap
minat menulis ayat-ayat al-Quran.
2. Menentukan tingkat signifikasi
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi a =
5% (uji dilakukan dua sisi karena untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubunga yang signifikan , jika 1 sisi digunakan untuk mengetahui hubungan
lebih kecil atau lebih besar).
Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti penulis mengambil resiko
salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesa yang benar
sebanyak-banyaknya 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar
yang sering digunakan dala penelitian).
3. Menentukan t hitung
Rumus mencari t hitung adalah:
t hit =
ket:
r = koefisien korelasi sederhana Pearson
n = jumlah data atau kasus
jadi, t hitung dapat dicari sebagai berikut:
t hit = 0,437 √ 40 – 2
√1 – 0,192
0,437 √ 38
√ 1 - 0,190969
r √n - 2√ 1 – r2
Dra
ft O
nly
91
(0,437) (6,164)
√ 0,809031
2,693668
0,899
2,994756288
4. Menentukan tabel
Tabel distribusi t, dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji dua sisi) dengan
derajat kebebasan (df) n-2 atau 40 – 2 = 38. Dengan pengujian dua sisi
(signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,024394 (lihat
pada lampiran).
5. Kriteria pengujian
Ho diterima jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
6. Membandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas
Nilai t hitung > t tabel (2,994 > 2,024), maka Ho ditolak.
7. Gambar
8. Kesimpulan
Oleh karena nilai t hitung > t tabel (2,994 > 2,024) maka Ho ditolak,
artinya bahwa ada pengaruh secara signifikan diklat penyelenggaraan diklat
kaligrafi al-Quran Lemka terhadap peningkatan minat menulis santri, dan
dapat digeneralisasikan. Karena t hitung nilainya positif, maka berarti diklat
Dra
ft O
nly
92
berpengaruh positif dan signifikan terhadap meningkatnya minat santri
dalam menulis ayat-ayat al-Quran. Jadi, dalam kasus ini dapat penulis
simpulkan bahwa diklat berpengaruh positif terhadap minat menulis ayat-ayat
al-Quran pada santri Pesantren Kaligrafi al-Quran Lemka Sukabumi.
C. Analisis Dan Interpretasi Data Observasi
Berkut ini adalah uraian penggunaan Tes Kai Kuadrat, unutk
mengetes perbedaan frekwensi yang variabelnya tunggal, yaitu menguji
variabel X. Dalam bab III metode penenlitian, penulis telah menjelaskan
ketika melakukan uji validitas, sering sekali ditemukan hambatan dalam
menyusun instrumen angket. Seringkali pada butir item tertentu jawaban
semua responden sama, walaupun ada sebagian praktisi penelitian sepakat
bahwa hal itu tidak jadi masalah. Tetapi, peneliti tetap berpihak kepada
Suharsimi, bahwa kesamaan jawaban subjek uji coba instrumen pada butir
item tertentu perlu dipertanyakan. Jadi, peneliti mengambil metode observasi
sebagai alternatifnya. Kesimpulan metode ini berfungsi sebagai pendukung
apakah kegiatan diklat yang menjadi faktor meningkatnya minat santri pada
jawaban analisis diatas melalui sebaran angket benar-benar sesuai dengan
fakta di lapangan, atau tidak.
Yang menjadi unit objek penggunaan metode pengamatan/ observasi
penelitian ini adalah kegiatan diklat, yang terdiri dari 1). Penerapan metode
pelatihan yang dipraktekkan ustad, 2). Penerapan internalisasi kepribadian
ustad, 3). Penerapan metode belajar di lingkungan pesantren.
Setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan jasa observer/
pengamat 10 orang santri (5 putra dan 5 putri) yang benar-benar paham
bagaimana sesungguhnya pelatihan itu harus diadakan secara efektif, ternyata
telah didapati hasilnya sebagai berikut.
Dra
ft O
nly
93
Tabel 7. Perolehan data observasi
PA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24Skor
1 4 3 2 3 3 4 4 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 1 2 3 3 2 65
2 3 4 3 3 4 3 2 2 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2 78
3 3 3 4 3 2 3 4 2 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 3 4 2 78
4 3 3 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 1 2 69
5 3 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 85
PI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24Skor
1 4 4 4 4 3 4 3 2 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 85
2 3 4 4 4 3 4 4 2 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 82
3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 2 3 4 4 4 2 75
4 3 4 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 80
5 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 2 79
Penilaian subjek/ pengamat santri PA dan PI menggunakan skor
bergradasi sbb:
4 = sangat baik/ sangat efektif
3 = baik/ efektif
2= tidak baik/ tidak efektif
1= sangat tidak baik/ sangat tidak efektif
Telah diperoleh skor total pengamatan santri atas efektifitas atau baik
tidaknya metode yang diterapkan dalam program diklat yang berlangsung.
Sebelumnya, peneliti menggolongkan skor total itu menggunakan skala
besarnya penilaian sebagai berikut:
A = 67 – 99, adalah aktif.
B = 34 – 66, adalah netral.
C = 1 – 33, adalah pasif.
Kemudian, peneliti menggolongkan data hasil penelitian pengamatan
yang telah diperoleh diatas dalam tabel sebagai berikut:
Dra
ft O
nly
94
Tabel 8. Total penilaian pengamatan santri atas efektifitas diklat (fo)
Penilaian efektifitasdiklat
Reaktif Netral Pasif Total/rN
Observer/ santri
1 2 3
Putra 4 1 0 5
4 5 6
Putri 5 0 0 5
Total/ CN 9 1 0 10
Langkah selanjutnya adalah menentukan tabel frekwensi yang
diharapkan atau theoritical frequency. Lihat tabelnya sebagai berikut:
Tabel 9. Tabel frekwensi yang diharapkan dari pengamatan santri (ft)
Penilaian efektifitasdiklat
Reaktif Netral Pasif Total/rN
Observer/ santri
1 2 3
Putra 4,5 0,5 0 5
4 5 6
Putri 4,5 0,5 0 5
Total/ CN 9 1 0 10
Untuk menguji apakah harga Kai Kuadrat (X2) dari data yang telah
ditabulasi diatas, maka peneliti harus menentukan tabel perbedaan atau selisih
antara penilaian efektifitas diklat melalui kegiatan pengamatan dengan
frekwensi yang diharapkan. Perhatikan tabel berikut!
Tabel 10. Tabel perbedaan (fo) dan (ft)
No.Sel
(fo) (ft) Selisih/ (fo - ft)
1 4 4,5 -0,5
2 1 0,5 0,5
3 0 0 0
4 5 4,5 0,5
5 0 0,5 -0,5
6 0 0 0
∑N 10 10 0
Dra
ft O
nly
95
Selanjutnya adalah menentukan skor (X2), yang umumnya diperoleh
dengan rumus :
Untuk memudahkan pemahaman membaca perhitungan (X2), penulis
telah membuat tabel sebagai pengembangan dari penghitungan diatas,
perhatikan tabel dibawah ini.
Tabel 11. Hasil perhitungan data observasi
No.Sel
(fo) (ft) Selisih/ (fo -ft)
(fo - ft)2 X2o = (fo - ft)2 / ft
1 4 4,5 -0,5 0,25 0,055555556
2 1 0,5 0,5 0,25 0,5
3 0 0 0 0 0
4 5 4,5 0,5 0,25 0,055555556
5 0 0,5 -0,5 0,25 0,5
6 0 0 0 0 0
∑N 10 10 0 1,111111111
Dari tabel diatas, telah kita peroleh nilai harga Kai Kuadrat (X2o)
sebesar 1,111. Sebelum memutuskan pernyataan apakah nilai observasi diatas
apakah benar-benar signifikan efektifitasnya, maka terlebih dahulu peneliti
membandingkan harga Kai Kuadrat hitung diatas dengan harga kritik Kai
Kuadrat yang tercantum pada tabel nilai kritik atau dilambangkan (X2t),
dengan menentukan derajat kebebasannya (db), yaitu (C – 1) dan (r – 1). Jadi;
(dbC) = 3 – 1 = 2
(dbr) = 2 – 1 = 1
Jadi, (X2t) = 2 x 1 = 2.
Peneliti menggunakan taraf signifikansi 5 % (t.s.5%), maka pada tabel
nilai harga kritik Kai Kuadrat (X2t.ts5%) sebesar 5,991. Kemudian perhatikan
kesimpulan berikut.
Dengan memperhatikan dan membandingkan besarnya harga (X2o) dan (X2
t),
maka dapat dikatakan (X2o) < (X2
t.ts5%), atau 1,111 lebih kecil dari 5,991. Jadi,
X2o
= (fo - ft)2 / ft
Dra
ft O
nly
96
dapat peneliti simpulkan bahwa efektifitas pelatihan belum menunjukkan
keefektifitasan yang signifikan. Untuk itu, pesantren harus benar-benar
memperhatikan:
a. mengadakan evaluasi, kemudian meningkatkan efektifitas keahlian seluruh
ustad di pesantren Lemka
b. untuk meningkatkan efektifitas itu, pesantren hendaknya mengadakan
program pelatihan ustad, agar mereka menguasai metode bagaimana cara
membina huruf yang baik dan benar, sehingga perhatian santri dapat
diakomodir kebutuhannya, sehingga ada umpan balik yang positif antara
santri dan ustad, atau sebaliknya.
c. Untuk meningkatkan efektifitas keahlian ustad dalam melakukan
internalisasi—dalam hal ini disebut bimbingan koreksian karya, dan
segala keluhan santri—maka pesantren hendaknya mengadakan program
bimbingan konseling yang terstruktur atau yang diprogramkan dengan
baik, dan dijalankan dengan baik pula. Gunanya adalah agar rasa emosi
santri dapat dimodifikasi sehingga 1). Membentuk sikap positif untuk
menerima segala stimulus dari pesantren, baik tugas, peraturan atau
kedisiplinan, 2). Membentuk kesadaran atas stumulus-stimulus tadi, 3).
Merasa bahwa kaligrafi merupakan seni Ilahi, dan memperolehnya harus
dengan hati yang bersih, dengan cara mengamalkan ajaran agama dengan
benar, baik yang bersifat amal dan etika.
Adapun hubungan kesimpulan analisa data angket dengan observasi
adalah, telah dibuktikan bahwa:
a. Pesantren telah menerapkan atau menjalankan program dengan
baik, dan dibuktikan dengan arah korelasi yang positif. Akan
tetapi pengaruhnya tidak begitu signifikan dalam meningkatkan
minat santri, yang dibuktikan dengan perhitungan korelasi
bivariate memakai rumus Pearson Product Moment (rxy).
b. Pengaruh atas dijalankannya program diklat yang tidak signifikan
selama ini telah dibuktikan secara khusus melalui penghitungan
Kai Kuadrat {(X2o) < (X2
t.ts5%)}, yaitu rumus yang secara khusus
Dra
ft O
nly
97
menganalisa data deskriptif pengamatan atas suatu uniit objek
kegiatan.
D. Analisis Dan Interpretasi Soal Skala Bertingkat/ Item
1.Tabel skala sikap acceptance rejection dengan sub dimensi kesadaran
Sebagaimana telah dibahas pada kajian teori sebelumnya, dimensi
Acceptance Rejection dengan sub dimensi kesadaran maksudnya kesadaran
santri atas objek yang terjadi dalam situasi fenomena faktor-faktor
independen.
No ITEM PERTANYAAN Jumlah Prosentase
1 U
Bangunan pesantren ini bukan salah satu
faktor yang membuat saya semangat latihan
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
5
15
15
5
12, 50%
37,50%
37,50%
12,50%
40 100%
Item skala bertingkat no. 1 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
50% santri Lemka merasa bangunan di pesantren tersebut bukan salah satu
faktor yang menyebabkan semangat latihan, sementara sisanya menganggap
bangunan di pesantren tersebut salah satu faktor yang menyebabkan
semangat latihan. 50% yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju
memposisikan dirinya pada kematangan berfikir dengan menerima kondisi
pesantren yang pada kenyataannya cocok sebagai bangunan untuk pelatihan.
Sesuai dengan yang diusahakan Sirojuddin bahwa pesantren seni identik
dengan kenyamanan lokasi yang pada akhirnya ditemukan di Sukabumi,
sementara bangunan bukanlah salah satu faktor yang menghalang minat
latihan menulis, sebab bangunan terus direnovasi jika dana telah tercukupi.
Dan dari pengamatan dan pengalaman peneliti ketika nyantri di sana pada
tahun 2005-2006, bangunan pesantren dan suasananya sangat cocok sekali
Dra
ft O
nly
98
sebagai ‘kampungnya seniman kaligrafi untuk berkreasi sambil berekreasi’
juga.
2 V
Kekaguman saya pada ustad atau senior
mampu memotivasi saya untuk bisa seperti
mereka
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
31
7
0
2
77,50%
17,50%
00,00%
05,00%
40 100%
Item skala bertingkat no.2 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 39
orang atau 95% merasa kagum dan terkesan terhadap ustad/ senior sehingga
dapat memotivasi minat intrinsik mereka. Kekaguman itu dibuktikan dengan
membuat suatu keputusan dalam diri individu untuk mengimitasi sang
ustad, yaitu kesadaran dan kamauan menggambarkan tingkah laku santri
secara alami.
3 U
Saya tidak termotivasi dengan diklat di sini,
justru MKQ tiap tahun yang menambah
motivasi saya
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
6
8
20
6
15,00%
20,00%
50,00%
15,00%
40 100%
Item skala bertingkat no.3 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 26
orang atau 65% menunjukkan sikap tidak setuju mereka atas faktor
diadakanya MKQ yang menambah motivasi santri. Walaupun MKQ
Dra
ft O
nly
99
diadakan sebagai ajang mengukur sampai mana kemampuan yang telah
dicapai setelah proses diklat, tapi bukanlah penyebab utama untuk
meningkatkan minat. Sementara 14 santri atau 35% merasa tidak
termotivasi dengan diadakannya diklat, oleh karena itu mereka disebut
sebagai santri yang salah niat masuk program diklat pesantren. Perlu
diketahui, bahwa kesadaran dan kemauan untuk menerima dengan
menggambarkan tingkah laku bahwa diklat dan lingkungan belajar
pesantrenlah sebagai faktor yang telah diset sedemikian rupa untuk
meningkatkan minat, perbaikannya tetap terus dilakukan, dan memang
motif tiap santri berbeda. Ketika peresmian dan pembukaan diklat, ketua
diklat tidak henti-hentinya mengatakan santri yang hendak belajar di
pesantren ini hendaknya membuang jauh-jauh niat masuk pesantren karena
faktor MKQ, atau ingin mengalahkan seseorang dalam ajang kompetisi.
Sebab niat yang keliru tidak ada faedahnya.
4 V
Tersedianya buku panduan latihan kaligrafi
(jiplakan atau sejenisnya) disini
mempermudah proses latihan saya secara
mandiri
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
27
11
1
1
67,50%
27,50%
02,50%
02,50%
40 100%
Item skala bertingkat no.4 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 38
santri atau 95% santri menyadari bahwa tersedianya buku panduan latihan
kaligrafi (jiplakan atau sejenisnya) mempermudah proses latihan secara
mandiri. Dengan menyadari hal ini, penulis telah melakukan crosscheck
melalui pengamatan, bahwa mereka benar-benar latihan mandiri dengan:
Dra
ft O
nly
100
a. Melatih/ menggoreskan berulang-ulang materi khat (skor 4)
b. Memperkaya bentuk huruf dan format (skor 3)
c. Latihan yang tekun sesuai dengan jadwal pribadi tiap santri (skor 5)
5 V
Semua ustad yang mengajar disini
bertanggung jawab sesuai dengan tugasnya
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
14
21
4
1
35,00%
52,50%
10,00%
02,50%
40 100%
Item skala bertingkat no.5 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 35
santri atau 87,5% santri menyadari bahwa semua ustad yang membina di
pesantren tersebut bertanggung jawab atas tugasnya, antara lain penggunaan
metode dan internalisasi kepribadian ustad. Hal ini dibuktikan dengan
pengamatan yang penulis lakukan untuk mencocokkan jawaban santri
dengan fakta di lapangan melalui kegiatan pelatihan oleh ustad terhadap
santri. Lihat tabel pengamatan.
6 U
Saya merasa tidak pernah atau jarang
mendapatkan perhatian dari ustad atau pun
senior disini
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
2
10
15
13
05,00%
25,00%
37,50%
32,50%
40 100%
Item skala bertingkat no.6 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 12
santri atau 30% merasa tidak pernah atau jarang mendapatkan perhatian dari
Dra
ft O
nly
101
ustad maupun seniornya, padahal ketika wawancara dan menelisik banyak
literatur kelemkaan bahwa masing-masing santri ditangani oleh
pembimbingnya yang dinilai kompeten. Jadi, tingkat kesadaran santri harus
dibentuk dari kedewasaan individu. Maksudnya santri harus mengerti juga.
Kesadaran atas merasa tidak pernah atau jarang mendapatkan
perhatianl ini dibuktikan dengan pengaruh diklat pada korelasi Pearson
0,439 yang berada pada level sedang (tidak kuat pengaruhnya) diantara 0,40
- 0,599. Walau 30% santri merasa tidak mendapatkan perhatian, hal ini
harus diwaspadai oleh pihak pesantren, khususnya ketua diklat dan ustad
maupun senior yang ditugaskan untuk membimbing santri. Jika perlu,
program teacher training harus diadakan—belajar dari pengalaman
beberapa tahun lalu di Lemka Ciputat—untuk maslahat program diklat
pesantren mendatang.
7 V
Saya sering mengoreksi tulisan saya sendiri
apakah sudah tepat dengan kaidah atau belum
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
8
26
5
1
20,00%
65,00%
12,50%
05,00%
40 100%
Item skala bertingkat no.7 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 34
santri atau 85% santri menunjukkan tingkat kesadaran dan kemauan untuk
latihan mandiri, dengan mengoreksi tulisan sendiri seperti menentukan skala
titik, atau melihat buku panduan latihan, meniru karya ustad atau master
kaligrafi, dan sebagainya.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa sikap santri dalam menyadari
objek yang terjadi dalam fenomena faktor-faktor independen (X) sangat
tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif santri dari item 1
Dra
ft O
nly
102
dampai 7 dengan perolehan nilai 50 + 95 + 65 + 95 + 87, 5 + 70 + 85 =
547,5 / 7 = 78,21%.
2. Tabel Skala Sikap “Acceptance Rejection” dengan Sub Dimensi
Kemauan
Berikut ini merupakan analisis skala sikap dimensi acceptance
rejection dengan sub dimensi kemauan, yaitu suatu sikap mau/ kemauan
atas kesadaran untuk menerima dengan menggambarkan tingkah laku santri
menerima stimulus dari fenomena faktor-faktor independen/diklat kaligrafi
al-Quran.
8 V
Latihan kaligrafi lebih mengasyikkan
daripada sering terlibat nogkrong di warung
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
21
17
1
1
52,50%
42,50%
02,50%
02,50%
40 100%
Item skala bertingkat no.8 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 38
santri atau 95% santri menunjukkan tingkat kesadaran bahwa terlalu sering
nongkrong di warung (walaupun dengan alasan bersantai sejenak) bukanlah
sebagai suatu cara yang efektif mengusir rasa bosan dan mengobati rasa
lelah. Kesadaran yang matang dapat ditunjukkan dengan hal ini, sedangkan
keinginan latihan kaligrafi sebagai prioritas yang harus dilakukan
merupakan sikap kemauan yang kuat. Oleh sebab itu, mereka tidak menyia-
nyiakan program yang diterapkan.
Mungkin santri sekarang sangat berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya. Menurut hasil wawancara peneliti kepada ketua diklat, 2 tahun
belakangan ini penerapan frekwensi latihan mandiri lebih banyak
dibandingkan jadwal pelatihan, jadi sekarang 3 hari dalam seminggu, 3 jam
sekali pertemuan. Setelah pesantren mengevaluasi, ternyata santri banyak
Dra
ft O
nly
103
mengeluh karena bosan dan lelah karena terlalu banyak jejalan materi di
saung, mereka hanya ingin latihan mandiri saja. Oleh karena itu, pesantren
lebih mempertajam persaingan latihan mandiri santri dengan menerapkan
gaya belajar ego enhancment.
9 V
Mengekspresikan kaligrafi membuat beban
fikiran saya ringan
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
7
30
3
0
17,50%
75,00%
07,50%
00,00%
40 100%
Item skala bertingkat no.9 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 37
santri atau 92,50% santri menyatakan kalau mereka setuju mengekspresikan
kaligrafi membuat beban fikirannya ringan. Bagi mereka, mengekspresikan
kaligrafi merupakan suatu bentuk tingkah laku positif untuk mengalirkan
energi negatif menjadi kreatif. Inilah yang diungkapan pelukis terkenal AD
Pirous mengutip dari Ust. Husaini ketika wawancara.
10 U
Mengikuti contoh kaidah huruf lebih penting
dan sering saya lakukan daripada selalu
memperhatikan penjelasan ustad senior disini
ketika memberi contoh di depan, tidak ada
faedahnya
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
5
8
19
8
12,50%
20,00%
47,50%
20,00%
Dra
ft O
nly
104
40 100%
Item skala bertingkat no.10 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
27 santri atau 67,50% santri tidak menunjukkan sikap ketidaksetujuan atas
pernyataan item tersebut. Jadi, mereka menunjukkan kemauan untuk
memperhatikan penjelasan ustad ketika memberi contoh di depan, karena
mereka menilai itu sangat bermanfaat. Sementara sisanya 13 santri atau
32,50% santri setuju untuk tidak memperhatikan penjelasan ustad ketika
memberi contoh, karena mereka menilai tidak ada faedahnya. Mereka hanya
mau mengikuti contoh kaidah huruf lebih penting dan sering mereka
lakukan. Namun, angka ini harus diwaspadai, karena penulis berasumsi bisa
jadi kemampuan mengajar ustad yang ada disana kurang memenuhi dan
kurang mampu mengakomodir kognisi dan emosi santri. Untuk itu,
mewujudkan teacher training perlu juga diwujudkan, walaupun perekrutan
ustad yang handal dan sukses di ajang kompetisi menjadi langkah utama
dalam memilih siapa yang berhak menjadi ustad.
11 V
Saya selalu menjiplak tulisan dari modul
kaidah huruf kaligrafi
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
15
24
1
0
37,50%
60,00%
02,50%
00,00%
40 100%
Item skala bertingkat no.11 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
39 santri atau 97,50% santri menunjukkan kemauan untuk menjiplak tulisan
dari modul kaidah huruf kaligrafi. Ternyata, tersedianya modul di koperasi
atau hand by hand dari santri ke santri yang beredar di pesanten turut
membantu proses belajar mandiri.
Dra
ft O
nly
105
12 V
Setelah penjelasan materi kaidah huruf, saya
langsung mempraktekkan.
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
15
23
2
0
37,50%
57,50%
05,00%
00,00%
40 100%
Item skala bertingkat no.12 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
38 santri atau 95,00% santri menyatakan sikap kemauan untuk
mempraktekkan langsung apa yang disampaikan ustad ketika penyampaian
materi di saung atau pun bimbingan koreksian karya. Dan ini sangat sesuai
dengan hasil wawancara peneliti kepada Ust. Ohan, bahwa terdapat
keefektifan metode pelatihan yang diterapkan terhadap minat menulis/
praktek santri. Hanya saja, perbedaan antara item skala sikap no. 10 dengn
no.12 ini terletak pada perhatian intensitas perhatian santri yang berbeda-
beda, sementara kecenderungan mereka untuk selalu praktek menulis lebih
besar dibandingkan perhatian tadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ust.
Ohan, strategi untuk mengantisipasi hal ini dengan cara mengurangi jadwal
tatap muka dari seminggu 6 kali menjadi 3 kali tatap muka, setiap tatap
muka berdurasi sekitar 2-3 jam. Namun, perwujudan dan penerapan teacher
training tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan strategi baru
tersebut.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa sikap santri dalam kemauan
atas kesadaran untuk menerima dengan menggambarkan tingkah laku santri
menerima stimulus dari fenomena faktor-faktor independen (X) adalah
sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif santri dari
item 8 sampai 12. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap
skor 95 + 92,5 + 67,5 + 97,5 + 95 = 447,5 / 5 = 89,4%. Terbuktilah bahwa
sikap santri positif pada sub dimensi ini.
Dra
ft O
nly
106
3. Tabel Skala Sikap “Making a Decition” Dengan Sub Dimensi
Menanggapi Dan Menyetujui
13 V
Menurut saya, kaligrafi itu banyak rahasianya.
Semakin banyak mengetahui rahasia
tekniknya maka semakin cepat perubahan
kualitas tulisan saya
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
32
6
1
1
80,00%
15,00%
02,50%
02,50%
40 100%
Item skala bertingkat no.13 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
38 santri atau 95% santri menunjukkan sikap membuat suatu keputusan
sebagai reaksi reflektif atas komitmen dan menaati tanpa ada unsur
paksaan. Untuk menyesuaikan jawaban responden, peneliti melakukan
crosscheck melalui pengamatan, bahwa banyak sekali santri yang:
a. Memperhatikan dengan seksama ketika ustad menjelaskan (skor 5)
b. Mendengarkan penjelasan dengan baik ketika memperhatikan (skor 3)
c. Berkonsentrasi ketika ustad memperagakan teknik penggoresan (skor 5)
Dengan adanya tanggapan dan ketaatan secara alamiah diatas,
maka dapat dipastikan 95% santri mengakui bahwa kaligrafi itu banyak
rahasianya, semakin sering santri memperhatikan, menanggapi, dan
membuat keputusan diatas, maka semakin banyak ia mengetahui rahasia
tekniknya, sehingga semakin cepat pula perubahan kualitas karyanya.
Untuk mengetahui penguasaan teknik santri dan semakin
meningkatnya kualitas karya santri, peneliti melakukan crosscheck melalui
pengamatan terhadap kegiatan santri baik ketika pelatihan/ penyampaian
materi di saung maupun kegiatan mandiri, dan didapati manifestasi atas
reaksi reflektif tersebut sebagai berikut:
Dra
ft O
nly
107
a. Memperkaya bentuk huruf dan format ketika latihan mandiri (skor 3)
b. Senantiasa memperbagus potongan kalam (skor 4)
c. Memperbagus lay out dan susunan tulisan yang proporsional (skor 4)
d. Meniru teknik yang telah dicontohkan ustad (skor 4)
e. Mengoreksi tulisan sendiri ketika latihan atau sedang mengerjakan tugas
(skor 3)
f.Memperbaiki tulisan sendiri setelah mengoreksinya (skor 4)
14 U
Sebenarnya saya tidak tahu latihan kaligrafi itu
menerapkan kedisiplinan, kebersihan, kehalusan
tulisan, dan keindahan karya. Makanya semua ini
tidak saya lakukan
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
1
1
24
14
02,50%
02,50%
60,00%
35,00%
40 100%
Item skala bertingkat no.14 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
37 santri atau 92,50% santri menyatakan bahwa mereka tidak setuju/ sangat
tidak setuju atas ketidaktahuan santri (berarti mereka tahu, dan
menerapkannya) bahwa latihan kaligrafi menerapkan kedisiplinan,
kebersihan, kehalusan tulisan, dan keindahan karya. Justru mereka tahu.
Sementara 3 santri atau sisanya 07,50% merupakan angka paling kecil, yang
menyatakan ketidaktahuan mereka bahwa latihan kaligrafi itu menerapkan
kedisiplinan, kebersihan, kehalusan tulisan, dan keindahan karya. Untuk hal
ini, peneliti melakukan crosscheck melalui pengamatan atas kegiatan santri
baik ketika pelatihan/ penyampaian materi di saung maupun kegiatan
mandiri, dan didapati manifestasi atas reaksi reflektif tersebut sebagai
berikut:
a. Mempersiapkan perangkat, kertas, tinta, dan segala yang dibutuhkan (4)
Dra
ft O
nly
108
b. Melatih atau menggoreskan berulang-ulang materi khat (skor 4)
c. Latihan dengan tekun sesuai dengan jadwal pribadi masing-masing
santri (skor 5)
d. Memperbagus potongan kalam, menyediakan stok kertas sendiri, dan
mempersiapkan tinta/ meramu tinta (skor 4)
e. Memperbagus lay out dan susunan tulisan yang proporsional (skor 4)
f.Membuat dan memperkaya format dan susunan (skor 3)
15 V
Saya setuju dengan setiap kebijakan pesantren,
karena itu menjadikan saya disiplin dalam setiap
kegiatan
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
12
23
2
3
30,00%
57,50%
05,00%
07,50%
40 100%
Item skala bertingkat no.15 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
27 santri atau 67% santri menunjukkan sikap menerima dan menaati suatu
keputusan sebagai reaksi reflektif atas komitmen tanpa ada unsur paksaan.
Untuk menyesuaikan jawaban responden, peneliti melakukan crosscheck
melalui pengamatan, dan ternyata bahwa tidak banyak juga santri yang
menerapkan kedisiplinan atas peraturan yang ditetapkan pesantren:
a. Disiplin sholat subuh berjamaah di masjid (skor 3)\
b. Disiplin sholat 5 waktu (selain subuh) berjamaah di masjid (skor 4)
c. Mengikuti materi kajian kitab atau keagamaan
d. Aktif mengikuti kajian seni dan budaya
e. Aktif mengoreksi karya (skor 3)
f.Masuk ke saung tepat pada waktunya (3)
g. Membuat karya tulisan sesuai dengan tugas yang diberikan (skor 3)
Dra
ft O
nly
109
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa sikap santri dalam menetapkan
suatu keputusan sebagai raksi reflektif atas fenomena faktor-faktor
independen adalah sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap
psitif santri dari item 13 sampai 15. Atau dengan menghitung total
persentase dari tiap-tiap skor 95 + 92,5 + 67 = 254,5 / 3 = 84,84%.
Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub dimensi ini.
4. Tabel Skala Sikap “valuing” dengan sub dimensi menerima nilai
16 V
Ketika hati dan fikiran tidak tenang, latihan atau
menulis kaligrafi membuat hati dan fikiran saya
segar kembali
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
10
12
14
4
25,00%
30,00%
35,00%
10,00%
40 100%
Item skala bertingkat no.16 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
22 santri atau 55,00% santri merasa latihan kaligrafi mampu membuat hati
dan fikiran yang tidak tenang menjadi tenang kembali. Santri tersebut
merasakan adanya kesenangan, sensasi tersendiri, sehingga aktifitas tersebut
dinilai sebagai salah satu metode alternatif, yaitu latihan atau
mengekspresikan kaligrafi. Jika rasa ini dinilai positif, selanjutnya santri
merasa puas, bahkan rindu jika kegiatan ini lama tidak digeluti lagi.
Namun, 18 santri lagi atau 45,00% menyatakan sikap
ketidaksetujuan mereka. Hal ini harus kita perhatikan juga, dengan
memahamkan kepada mereka bahwa walaupun kaligrafi dengan tekun atau
terus menerus, namun kaligrafi mampu menjadi mediasi eksprsi kegalauan
hati dan fikiran. Bisa jadi, kebanyakan ustad belum memotivasi santri
hubungan antara hal ini dengan latihan kaligrafi. sebab, hasil wawancara
Dra
ft O
nly
110
tidak ada intens kepada fungsi latihan kaligrafi terhadap ketenangan hati dan
fikiran, yang ada hanya pengaruh metode (khususnya karya wisata) terhadap
minat menulis kaligrafi santri.
17 U
Kalau sudah lama tidak menulis (misalnya
sebulan), saya tidak semangat, walaupun saya
ingin sekali menulis kaligrafi
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
5
5
18
12
12,50%
12,50%
45,00%
30,00%
40 100%
Item skala bertingkat no.17 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
10 orang santri atau 25,00% santri tidak semangat menulis lagi kalau
kegiatan ini sudah lama tidak dilakukan, walau pun hanya sebatas
keinginan. Untuk itu, peran motivasi ustad sangat diharapkan kehadirannya
(sebagaimana no. 16 diatas). Adapun sisanya, 30 santri atau 75% santri
masih menunjukkan antusias mereka, walau sudah lama tidak menulis
mereka tetap semangat, dan dibuktikan dengan tindakan, bukan semata-
mata keinginan belaka. Penilaian atas sikap ini memberikan pengaruh
emosional santri sebagai sikap teguh untuk tetap konsisten menulis ayat-
ayat dengan kaligrafi al-Quran. Hal ini merupakan pengaruh dari metode
pelatihan yang diterapkan pesantren, khususnya latihan mandiri dengan
pendekatan ego enhancement sebagaimana kajian teori sebelumnya, dan
hasil pengamtan kegiatan santri dan wawancara dengan Ust. Ohan dan Ustz.
Rabiatul Adawiyah.
18 UKalau saya merasa puas karena tulisan saya
bagus, tidak perlu latihan lagi, percuma saja
Dra
ft O
nly
111
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
6
1
10
23
15,00%
02,50%
25,00%
57,50%
40 100%
Item skala bertingkat no.18 pada tabel unvafourable diatas
menunjukkan bahwa 7 santri atau 17,50% santri memiliki sikap yang tidak
konsisten atas niatnya, yaitu jika tulisannya sudah bagus tidak perlu latihan
lagi. Sebenarnya, tujuan dalam diklat ini tidak semata-mata hanya
memperbagus tulisan sampai pada taraf kepuasan tertentu, akan tetapi
kepuasan yang tiada taranya adalah jika santri atau seorang khattat merasa
rindu dan ingin/ tetap berkreasi sepanjang masa. Jadi, ukuran memperbagus
hanya dinilai dari aspek visual saja, akan tetapi ukuran kepuasan batin atau
emosional—seperti yang diungkapkan pak Didin pada bab I studi
pendahuluan skripsi ini—dinilai dari ungkapan dan rasa keuntungan seorang
khattat atas diberinya anugrah dan kesempatan mampu memvisualisasikan
pesan Ilahi melalui kaligrafi secara metafisika.
Adapun 33 dantri atau 82,50% santri menunjukkan sikap positif
mereka, bahwa latihan kaligrafi tiada puasnya, sebagaimana penilaian
positif mereka terhadap tulisan diatas yang tercantum dalam referensi-
referensi utama Lemka—umumnya tulisan dan buku pak Didin—yang
dikaji melalui forum mubahasah seni dan budaya. Begitu juga ketika kata
sambutan yang disampaikan pada pembukaan diklat dan pelepasan santri
ketika penutupan program tahunan.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa sikap santri dalam penerimaan
nilai secara emosional dari stimulus faktor-faktor independen (X) sebagai
kepercayaan menulis ayat al-Quran adalah sangat tinggi, jika dilihat dari
rata-rata persentase sikap positif dari item 16 sampai 18. Atau dengan
menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 55 + 75 + 82,5 = 212,5 / 3 =
70,83%. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub dimensi ini.
Dra
ft O
nly
112
5. Tabel skala sikap “valuing” dengan sub dimensi organisasi nilai
19 V
Jika saya punya uang, maka sebagiannya
langsung saya belikan kebutuhan kaligrafi,
walau dirasa belum membutuhkannya
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
10
24
5
1
25,00%
60,00%
12,50%
02,50%
40 100%
Item skala bertingkat no.19 pada tabel diatas menunjukkan sikap
positif, dan bertindak sebagai respon atas keteguhannya untuk konsisten
latihan menulis ayat-ayat al-Quran dengan mandiri. Oleh karena itu, 34
santri atau 75% santri dari sampel yang diambil mengklasifikasikan
gambaran sikap mereka dengan membeli kebutuhan kaligrafi, walau mereka
kira belum terlalu perlu. Dengan sikap ini, dapat kita nilai mereka benar-
benar bukan hanya menerima nilai semata—sesuai kaitannya dengan skala
sikap no.17 – 18 diatas—tetapi benar-benar mengamalkannya secara
konsisten, termasuk tindakan atas pemenuhan kebutuhan menulis kaligrafi.
20 U
Disiplin latihan mandiri dan mengerjakan tugas
bukan termasuk cerminan khattat yang baik,
karena santri kaligrafi atau khattat yang baik
diukur dari bagus tidaknya tulisan.
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
2
7
18
13
05,00%
17,50%
45,00%
32,50%
Dra
ft O
nly
113
40 100%
Item skala bertingkat no.20 pada tabel unvaforable diatas
menunjukkan bahwa 9 santri atau 22,50% santri bersikap, dan bertindak
kurang memenuhi kriteria sebagai santri yang baik. Mereka menilai bahwa
ketaatan dan disiplin mengerjakan tugas, latihan mandiri bukan termasuk
santri atau khattat yang baik. Khattat atau santri yang baik itu diukur dari
tulisannya yang bagus. Padahal, untuk mencapai pada tahap tersebut, santri
hendaknya memiliki sikap dan penilaian yang lebih rasional dan realistis,
bahwa untuk menjadi santri/ khattat yang baik, hendaknya menyadari,
menyikapi, bertindak, dan memberikan penilaian atas pentingnya latihan
mandiri dan mengerjakan tugas yang diberikan. Upaya ini harus
dimemanifestasikan dalam tindakan untuk mencerminkan yang baik.
Pertanyaan ini penulis ulangi lagi untuk kedua kalinya—tetapi tidak sama—
gunanya hanya menguji kesahihan pernyataan santri sebagai penegas atas
pertanyaan-pernyataan sebelumnya. Inilah bentuk klasifikasi gambaran
pembentukan suatu nilai yang positif sebagaimana yang dinyatakan oleh 31
atau 77,50% santri.
21 V
Kaligrafi yang indah itu bukan hanya dilihat saja
(visual), tetapi akhlaknya juga walau tulisan saya
rasanya belum indah.
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
20
18
1
1
50,00%
45,00%
02,50%
02,50%
40 100%
Item skala bertingkat no.21 pada tabel diatas membuktikan bahwa
38 santri atau 95,00% santri menyatakan bahwa kaligrafi yang indah itu
bukan hanya secara visual saja, tetapi akhlaknya juga walau tulisan rasanya
Dra
ft O
nly
114
belum indah—padahal orang lain menyatakan tulisannya indah. Sikap ini
muncul sebagai stimulus yang kuat atas emosi santri, sehingga santri terus
konsisten untuk latihan mandiri, mengerjakan tugas, dan mematuhi semua
peraturan yang diterapkan pesantren. Mereka menilai, sikap ini ada baiknya
diterima dan diterapkan dalam setiap pribadi santri agar menjadi cerminan
bahwa ia seorang berbudi luhur mudah memperoleh pengetahuan dan
keahlian. Karena ia juga menilai, skill kaligrafi merupakan seni yang
menyangkut agama/ al-Quran, dan ajaran-ajarannya, siapa saja yang ingin
memperolehnya hendaknya berakhlak baik.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa sikap santri dalam menyikapi
dan bertindak sebagai respon atas fenomena faktor-faktor independen (X)
untuk mengklasifikasikan gambaran pembentukan suatu nilai adalah sangat
tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif santri dari item 19
sampai 21. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 75
+ 77,5 + 95 = 247,5 / 3 = 82,5%. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada
sub dimensi ini.
6. Tabel skala sikap “valuing”dengan sub dimensi pencirian nilai
22 V
Saya yakin kaligrafi menganjurkan kebersihan
hati dan fikiran, dan ini selalu saya buktikan
dalam keadaan suci dari hadats ketika sedang
latihan
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
24
14
1
1
60,00%
35,00%
02,50%
02,50%
40 100%
Item skala bertingkat no.22 pada tabel diatas membuktikan bahwa
38 santri atau 95,00% santri berkeyakinan bahwa kaligrafi menganjurkan
Dra
ft O
nly
115
kebersihan hati dan fikiran, dan mereka buktikan dalam keadaan suci dari
hadats ketika akan dan sedang latihan. Peneliti juga terkadang mengamati,
sebelum materi di saung, sebagian besar santri ada yang sholat duha di
masjid, atau mungkin zikir walau tidak bersuara. Keyakinan ini menjadi
falsafah hidupnya.
23 V
Saya yakin kaligrafi yang diperoleh dari diklat
ini membentuk sikap disiplin dalam kehidupan
sehari-hari
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
17
21
2
0
42,50%
52,50
05,00
00,00%
40 100%
Item skala bertingkat no.23 pada tabel diatas membuktikan bahwa
38 santri atau 95,00% santri ternyata tidak hanya disiplin dalam latihan dan
pelatihan kaligrafi—seperti pernyataan mereka pada no.14 diatas—
melainkan kehidupan sehari-hari. Seperti mengatur jadwal pribadi, misalnya
mandi sebelum pelatihan, belanja kebutuhan sesuai dengan izin pesantren,
tidur dan sholat pada waktunya, makan di dapur dengan tertib dan
bertanggung jawab atas perangkat makan pribadinya, tidur dan memakai
semua haknya sesuai dengan proposinya. Peneliti berasumsi, mungkin
faktor kedewasaan individu santri turut mempengaruhi terbentuknya
falsafah hidup ini semenjak di pesantren.
24 V
Doa dan tekun latihan adalah faktor utama
semakin meningkatnya kualitas tulisan saya, dan
ini selalu saya lakukan
- Sangat setuju 23 57,50%
Dra
ft O
nly
116
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
15
1
1
37,50%
02,50%
02,50%
40 100%
Item skala bertingkat no.24 pada tabel diatas membuktikan bahwa
38 santri atau 95,00% santri memang benar-benar memantapkan
kepribadiannya dengan berpandangan teguh bahwa doa dan tekun latihan
merupakan faktor utama semakin meningkatnya kualitas tulisan mereka.
Latihan mandiri dan mengerjakan tugas dapat peneliti ukur melalui
pengamatan sebagaimana yang diungkapkan diatas, akan tetapi aktifitas
konkret santri berdoa sebelum atau ketika pelatihan dan latihan mandiri
tidak mudah diperoleh datanya. Cukup dengan perolehan data melalui skala
sikap ini saja. Akan tetapi, peneliti mencari kebenaran sikap mereka bahwa
dengan berdoa (dan latihan mandiri) menjadi falsafah hidup santri ketika
mengikuti program diklat, jawaban Ust. Mukhtar ternyata cocok dengan
pernyataan sikap santri (lihat lampiran wawancara).
25 U
Saya tidak yakin, belajar kaligrafi menambah
keimanan saya kepada Allah SWT
- Sangat setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
5
1
11
21
12,50%
02,50%
27,50%
52,50%
40 100%
Item skala bertingkat no.25 pada tabel diatas membuktikan bahwa
6 santri atau 15,00% santri tidak yakin kaligrafi menambah keimanan
mereka kepada Allah SWT, sementara 34 santri atau 85,00% sisanya yakin
bahwa belajar kaligrafi menambah keimanan kepada Allah SWT. Untuk
skala sikap item ini, peneliti kesulitan mencari data pendukung sebagai
Dra
ft O
nly
117
bahan crosscheck untuk menilai keabsahan pernyataan mereka. Tetapi,
manifestasi dan pandangan hidup tertinggi ini merupakan titik kulminasi
yang tidak dapat terukur secara konkret, sebab ia pengalaman batin santri,
dan santri sendiri yang merasakannya. Peneliti hanya memperoleh sebatas
ini saja. Akan tetapi, pandangan hidup ini dapat kita pertimbangkan dari
sikap dan reaksi positif santri atas segala yang berkenaan dengan diklat
pesantren Lemka (mulai dari nomor pertama hingga nomor 24 skala sikap
ini).
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa sikap santri dalam pencirian
atas nilai yang diperoleh dari stimulus faktor-faktor independen (X) dengan
menjadikannya sebagai falsafah atau pandangan hidup adalah sangat tinggi,
jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif santri dari item 22 sampai
25. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 95 + 95 +
95 + 85 = 370 / 4 = 92,5. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub
dimensi ini.
Dra
ft O
nly
118
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Diklat Kaligrafi al-
Quran Lemka Terhadap Minat Menulis Ayat-ayat al-Quran: Studi Kasus di
Pesantren Kaligrafi al-Quran, maka dapat peneliti simpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh diklat kaligrafi al-Quran Lemka secara signifikan terhadap
peningkatan minat santri untuk menulis ayat-ayat al-Quran. Karena nilai t
hitung Pearson Product Moment positif dan lebih besar dari r tabel, yaitu
0,437 > 0,320. Jadi, Ho ditolak.
2. Walaupun terdapat pengaruh yang signifikan, tetapi pengaruhnya sedang
atau tidak terlalu kuat dalam meningkatkan minat santri. Hal ini
dibuktikan karena nilai r positifnya pada level sedang diantara 0,400 -
0,599.
3. Dengan melakukan metode observasi atas unit objek kegiatan diklat
(variabel X), dan menghubungkannya dengan angket santri maka
diperoleh (X2o) < (X2
t.ts5%), atau 1,111 lebih kecil dari 5,991. Dapat
peneliti simpulkan bahwa efektifitas pelatihan belum kuat pengaruhnya
(sedang) sesuai dengan pernyataan no.2 diatas.
4. Sikap santri dalam menyadari objek yang terjadi dalam fenomena faktor-
faktor independen (X) sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase
sikap positif santri dari item 1 dampai 7 dengan perolehan nilai 50 + 95 +
65 + 95 + 87, 5 + 70 + 85 = 547,5 / 7 = 78,21%.
Dra
ft O
nly
119
5. Sikap santri dalam kemauan atas kesadaran untuk menerima dengan
menggambarkan tingkah laku santri menerima stimulus dari fenomena
faktor-faktor independen (X) adalah sangat tinggi, jika dilihat dari rata-
rata persentase sikap positif santri dari item 8 sampai 12. Atau dengan
menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 95 + 92,5 + 67,5 + 97,5 +
95 = 447,5 / 5 = 89,4%. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub
dimensi ini.
6. Sikap santri dalam menetapkan suatu keputusan sebagai raksi reflektif atas
fenomena faktor-faktor independen adalah sangat tinggi, jika dilihat dari
rata-rata persentase sikap psitif santri dari item 13 sampai 15. Atau
dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 95 + 92,5 + 67 =
254,5 / 3 = 84,84%. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub
dimensi ini.
7. Sikap santri dalam penerimaan nilai secara emosional dari stimulus faktor-
faktor independen (X) sebagai kepercayaan menulis ayat al-Quran adalah
sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif dari item
16 sampai 18. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor
55 + 75 + 82,5 = 212,5 / 3 = 70,83%. Terbuktilah bahwa sikap santri
positif pada sub dimensi ini.
8. Sikap santri dalam menyikapi dan bertindak sebagai respon atas fenomena
faktor-faktor independen (X) untuk mengklasifikasikan gambaran
pembentukan suatu nilai adalah sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata
persentase sikap positif santri dari item 19 sampai 21. Atau dengan
menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 75 + 77,5 + 95 = 247,5 / 3
= 82,5%. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub dimensi ini.
9. Sikap santri dalam pencirian atas nilai yang diperoleh dari stimulus faktor-
faktor independen (X) dengan menjadikannya sebagai falsafah atau
pandangan hidup adalah sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase
sikap positif santri dari item 22 sampai 25. Atau dengan menghitung total
persentase dari tiap-tiap skor 95 + 95 + 95 + 85 = 370 / 4 = 92,5.
Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub dimensi ini.
Dra
ft O
nly
120
10. Secara umum, telah terbukti minat menulis ayat-ayat al-Quran dengan
kaligrafi meningkat, sesuai dengan kajian teori sebelumnya bahwa minat
yang ditingkatkan/ dipengaruhi itu mampu membentuk sikap belajar
yang positif (behavioral modification).
B. Saran
Walaupun ada pengaruh diklat yang positif dan signifikan, namun
pengaruh yang belum kuat itu juga harus menjadi point of interest pihak
praktisi diklat pesantren Lemka beserta jajarannya. Untuk itu, pesantren harus
benar-benar memperhatikan dan menindaklanjuti saran-saran berikut ini:
1. Selalu terus mengadakan evaluasi, dan kalau perlu evaluasi yang bersifat
statistikal.
2. Untuk meningkatkan efektifitas itu, pesantren hendaknya mengadakan
program pelatihan ustad, agar mereka menguasai metode bagaimana cara
membina huruf yang baik dan benar, sehingga perhatian santri dapat
diakomodir lebih intens. Mengapa hal ini perlu dilakukan? Karena yang
kita harapkan adalah adanya umpan balik yang positif antara santri dan
ustad, atau sebaliknya. Walau pun secara fakta, sikap santri telah terbentuk
dan minatnya makin meningkat, boleh jadi karena faktor pengalaman
santri yang kuat, atau kedewasaan individu/ pribadi santri, atau adanya
hasrat yang besar karena ingin mengikuti MTQ semata. Sementara
pesantren hanya dijadikan sebagai ‘penambah label dirinya’ dengan
pengakuan dari orang lain bahwa dia dicap ‘anak Lemka’. Memang hal ini
dipandang sebagai hal yang baik dan wajar, tetapi lebih baik lagi jika tiap
santri menjadi benar-benar anak gemblengan Lemka.
3. Untuk meningkatkan efektifitas keahlian ustad dalam melakukan
internalisasi—dalam hal ini disebut bimbingan koreksian karya, dan
konsultasi segala keluhan santri—maka pesantren hendaknya mengadakan
program bimbingan konseling yang terstruktur atau yang diprogramkan
dengan baik, dan dijalankan dengan baik pula. Gunanya adalah agar rasa
emosi santri dapat dimodifikasi sehingga 1). Membentuk sikap positif
Dra
ft O
nly
121
untuk menerima segala stimulus dari pesantren, baik tugas, peraturan atau
kedisiplinan, 2). Membentuk kesadaran atas stumulus-stimulus tadi, 3).
Merasa bahwa kaligrafi merupakan seni Ilahi, dan memperolehnya harus
dengan hati yang bersih, dengan cara mengamalkan ajaran agama dengan
benar, baik yang bersifat amal dan etika.
Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis memberikan saran kepada
khalayak umum bahwa:
1. Dalam mewujudkan diklat kaligrafi dalam bentuk apapun (kursus,
ekstrakurikuler, dsb) hendaknya melakukan manajemen yang baik dan
trstruktur, dan tulisan ini cukup memberikan kontribusi pemikiran,
mungkin juga wawasan.
2. Untuk memanajemen pelatihan yang serupa, hal yang paling utama
hendaknya belajar dari kesuksesan Pondok Pesantren Lemka Sukabumi.
Dra
ft O
nly
122
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Abdul Rahman, Psikologi Pendidikan, Yogya: PT. Tiara Wacana, 1993
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000
Afifi, Fauzi Salim Cara Mengajar Kaligrafi:Pedoman Guru, Penerjemah D.
Sirojuddin AR, Jakarta: Darul Ulum Press, tt
Al-Faruqi Ismail R. dan al-Faruqi, Louis Lamya, Atlas Budaya Islam. Penerjemah
Ilyas Hasan Bandung: Mizan, 2001.
Ambary, Hasan Muarif, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis
Islam Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001
Arimanda W Frista, , Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Lintas
Media, tt
As-Suyuthy, Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar, Al-Jami’ Ash-Shaghir.,
(Indonesia: Daar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, tth
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium
Baru, (Jakarta: Kalimah, 2001
Bernstein, Doughlas A. & Nash, Peggy W, Essencial of Psycholgy, New York:
Houghton Mifflin Company, 1999
Bousnina, Mongi, “The International Symposium on Islamic Civilization in
Shouthern Africa, Johannesburg, 1-3 September 2006”, ed., IRCICA
Activities, Nesletter May-August 2006, No. 70, Istambul: IRCICA
Publishing, 2006, h. 10.
Budiharjo dkk., Kamus Psikologi, Semarang: Dahara Prize, 1991
Chaplin, J.P, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Dictionary of Psychology, Jakarta:
Rajawali Grafindo Persada, 2006
Colman, John E, The Master Teaching and the Art of Teaching, USA: Pitman
Publishing Corp., 1967
Dra
ft O
nly
123
Departemen Informatika dan Kontak Kelembagaan Lemka, Mengenal Pesantren
Kaligrafi al-Quran Lemka sukabumi, Jawa Barat: Mengaji, dan
Berkreasi di Kampus Seniman Muslim, Jakarta: Studio lemka, 2002
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Adi Mahasatya, 2002
El-Iskandar, Boby Es-syawal, “Mengembangkan Seni Baca Tulis Al-Quran
(BTQ), Mengaji dan Berkreasi (Spesifikasi Kitabah): Usaha
Memasukkan BTQ ke Dalam Kurikulum Sekolah,” disampaikan pada
kegiatan Pesantren Kilat Gema Ramadhan di Graha Masjid Qolbun
Salim Masjid Agung Kota Sukabumi, November 2003/1424
Gazalba, Sidi, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Zikra Al-
Husna, 2001
Geertz,Cliffort, Abangan Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, penerjemah
Aswab Mahasin (judul asli: The Relegion of Java), Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya, 1983
Gilson, Thomas, IndoDic e-kamus Versi 1.0, Indodic Media, Copyright 2007.
Karim Husain, Abdul, Seni Kaligrafi, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1985
Khalid, Amru, Romantika Nabi Yusuf: Meneladani Adversity Quotient (AQ) Nabi
Yusuf, penerjemah Sarwedi Lc & Heri Effendi dari judul asli Yusuf
Alaihissalam, Jakarta: Pustaka Maghfirah, 2004
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000
Makin, Nurul, Kapita Selekta Kaligrafi Islami, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1995
Mappiare,Andi, Psikologi Orang Dewasa, Surabaya: Usaha Nasional, 1993
Maydina, “Tuker Pikiran: Pilih Mana... Pendidikan atau Pelatihan”, artikel
diakses pada 30 Oktober 2008 dari http://maydina.multiply.com
Mazur, James E, "Learning." Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA:
Microsoft Corporation, 2008. Artikel diakses pada 30 Oktober 2009
dari Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft
Corporation.
Mufarrihah, Nunung, “Hubungan Antara Minat dengan Prestasi: Studi Kasus di
Pesantren Kaligrafi Al-Quran Lemka Sukabumi,” Skripsi S1 Fakultas
Dra
ft O
nly
124
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Kependidikan Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: 2004
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998
Newsam, Peter, “Training and Trainee: The Principles and Methods in
Transforming Skills”, Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond,
WA: Microsoft Corporation, 2008.
Nuraida, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian: pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif, Ciputat: Aulia Com, 2007
Nurkanca, Wayan, & Sumartana,P.P.N, Evaluasi Pendidikan Islam, Surabaya:
Usaha Nasional, 1998.
Prayitno, Dwi, Mandiri Belajar SPSS, Yogyakarta: Mediakom, 2008
Rahmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya,
2001
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Rasito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 1992
Richey, Robert W, Planning and Teaching: an Introduction to Education, 4th
edition USA: Mc. Graw-Hill Inc, 1968
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007
Sawrey, James M, & Telford, C.W, Educational Psychology, 3rd edition, Boston:
Allyn & Bacon Incorporation, 1969
Shadily, Hasan, Ensiklopedi Umum, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1983
Shihab, M. Quraih, et.all, Sejarah dan Ulumul Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus,
2001
Sidi, Indra Djali, Menuju Masyarakat Belajar:Menggagas Paradigma Baru
Pendidikan Islam, Jakarta: Paramadina dan Logos Wacana Ilmu, 2001
Sirojuddin AR, Didin, “Di Depan Kesempurnaan Wahyu” , Panji Masyarakat. II,
13-01-1999
___________, Koleksi Karya-karya Kaligrafi Master, Jakarta, Darul Ulum Press,
2008
Dra
ft O
nly
125
___________, Seni Kaligrafi Islam, Bandung: Remaja Rosda karya, 1992
___________, Seni Kaligrafi Islam, Bandung: Remaja Rosda karya, 1992
___________, Tentang Lemka; dan Desain Pengembangan Seni Kaligrafi Islam
di Indonesia, Jakarta, Studio Lemka Fakultas Adab IAIN Syahid
Jakarta, 1992
___________, Gores Kalam Butir-butir Pemikiran Sekitar Pengembangan
Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia, Jakarta: Lemka,
1994
___________, Koleksi Karya Master Kaligrafi Islam, Jakarta: Darul Ulum Press,
2007
___________, Mengembangkan Seni Kaligrafi: Melalui Pembinaan Intensif dan
Terstruktur, disampaikan pada pembinaan para pembina LPTQ
Kab/Kota dan Propinsi Banten, Rangkasbitung: 9-10 Maret 2005
___________, Pelatihan Kaligrafi Menyongsong MTQ, Jakarta:Studio Lemka, tt
___________, Sekeliling Festival Istiqlal II Kaligrafi dan Ide-ide
pengembanannya, Jakarta: Lemka Studio, 1995
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Adi
Mahasatya, 2002
___________, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001
Stephen J, The Penguin Dictionary of Psychology, Great Britain: Hazell Watson
& Viney Ltd, 1981
Steven, Alan M. & Tellings, A. Ed Schimidgall, Kamus Lengkap Indonesia-
Inggris, terj. A Comprehensive Indonesia-english Dictionary, Jakarta:
Mizan, 2008
Stone, David R. & Neilsen, Elwin C, Educational Psychology: The Developpment
of Teaching Skills, (New York: Harper & Row Publisher, 1982
Sudijono,Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1987
Sudjana, Nana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung, Sinar Biru, 1989
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004
Dra
ft O
nly
126
___________, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001
Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya, Jakarta: Studio
Lemka Depbinkat, 2000
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung; Remaja Rosda
Karya, 1997
Temyang, A.M Arifin, Risalah Didaktif Umum Seri Pertama, Jakarta, Sapta
Darma, tt
The New Oxford Dictionary of English, program aplikasi komputer dari i-Finger
Corp, 2006
Thompson, George G. & Gard, Eric F, Educational Psychology, New York:
Appleton Century Crofts. Inc, 1959
Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media,
Jakarta: Studio Lemka, 2002
Tim Penyusun Direktori Depag, Direktori Pesantren Jawa Barat, Jakarta:
Departemen Agama RI, 2007
Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pengaturan
Pelaksanaannya: UURI No. 2 Th. 1989, Jakarta: Sinar Grafika, 1993
Usman, M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat
Press, 2002
Warren, Howard C, Dictionary of Psychology, Massachussets: Houghton Mifflin
Company, 1934
Witherington, H.C., , Psikologi Pendidikan, penerj. Buchairi. Jakarta: Aksara
Baru, 1989
www. wikipedia.org
“Minat dan Aktifitas Mahasiswa Baru IAIN Sunan Kalijaga”, artikel dikutip pada
tanggal 15 Oktober 2008 dari http.//www.uin- suka. info/index. php?
option= com. Frontpage &Itemid=1.
Dra
ft O
nly
127
Lampiran 1. Kata pengantar kuesioener
INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA
PENGARUH DIKLAT KALIGRAFI LEMKA
TERHADAP MINAT MENULIS AYAT-AYAT AL-QURAN:
STUDI KASUS DI PESANTREN KALIGRAFI AL-QURAN LEMKA
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dalam rangka menyelesaikan tugas skripsi, saya sangat mengharapkan bantuan
saudara/i untuk bekerja sama dalam menjawab daftar isian ini dengan objektif,
tanpa ada pengaruh dari manapun. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah,
sebab jawaban yang diharapkan adalah sesuai dengan pendapat, kondisi, atau
pengalaman anda.
Atas bantuan dan kerjasama anda yang baik, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Sukabumi, 21 November
2008
Mahasiswa FITK/PAI
UIN Syahid JakartaDra
ft O
nly
128
Lampiran 2. Angket variabel X
ANGKET DIKLAT KALIGRAFI AL-QURAN PESANTREN LEMKA
Petunjuk:
1. Dibawah ini terdapat sejumlah pertanyaan dan jawaban yang tersedia.
2. Perhatikan dengan cermat pertanyaan demi pertanyaan.
3. Isilah pada kolom jawaban yang tersedia di hal. 4.
4. Tentukan pertanyaan sesuai dengan fakta yang kamu alami dengan sebenar-
benarnya.
5. Tentukan pernyataan sesuai dengan apa yang kamu alami dan sebenar-
benarnya.
6. Kemudian berilah tanda silang ( X ) pada alternatif kolom jawaban yang
tersedia pada lembar jawaban.
7. Tidak dibenarkan memberikan alternatif jawaban yang lain kecuali yang telah
tersedia.
8. Terima kasih atas perhatiannya.
No Item Pertanyaan
1. Apakah semua ustad memperlihatkan contoh karyanya sendiri (atau karya
master) kepada anda ketika menyampaikan materi kaligrafi di saung?
a. Sering sekali, setiap kali pertemuan
b. Jarang sekali, seminggu 2 kali
c. Hampir tidak pernah
2. Apakah semua ustad membandingkan contoh huruf yang tepat kaidahnya
dan yang tidak tepat?
a. Ya, Sering sekali setiap tatap muka
Dra
ft O
nly
129
b. Ya, Jarang sekali setiap tatap muka
c. Hampir tidak pernah
3. Setiap kali koreksian karya, apakah semua ustad menggoreskan huruf
dengan indah dan bentuk hurufnya wajar, baik putaran, lengkungan,
terlentang?
a. Ya, Sering sekali setiap tatap muka
b. Ya, Jarang sekali setiap tatap muka
c. Hampir tidak pernah
4. Dalam teori pendidikan dan pelatihan, pesantren berkewajiban memenuhi
kebutuhan santri, termasuk bagaimana teknik menguraikan huruf,
kemudian menganalisa huruf tunggal, sambung, dan bagaimana
menyusunnya kembali. Apakah hal inisering dilakukan oleh semua ustad
yang pernah menyampaikan materi disini?
a. ya, sangat sering
b. ya, tapi jarang
c. ya, sekali-kali saja
5. Pelatihan tentunya membutuhkan peran ustad atau senior untuk membina
anda ketika penyampaian materi di saung. Minimal 3 orang untuk
memperagakan teknik agar semuanya kebagian arahan. Apakah di
pesantren ini menerapkan hal diatas?
a. Ya, diterapkan
b. Ya, tetapi kadang-kadang
c. Ya, hanya sesekali saja
6. Apakah ustad/ pembimbing yang pernah menyampaikan materi di saung
memiliki wawasan kaligrafi yang luas sehingga anda dapat memahami
penjelasan ustad?
a. Ya, hampir semuanya
Dra
ft O
nly
130
b. Ya, hanya beberapa orang saja
c. Cuma satu atau dua orang saja
7. Apakah ustad/ pembimbing yang pernah menyampaikan materi di saung
benar-benar mahir menguasai 7 gaya khat, sehingga anda merasakan kesan
yang mendalam?
a. Ya, hampir semuanya
b. Ya, hanya beberapa orang saja
c. Cuma satu atau dua orang saja
8. Anda pasti pernah mendengar, dan memahami hadits yang artinya: “khat
itu rahasianya ada pada pengajaran ustad...”
Hadits diatas menganjurkan kita harus koreksian tulisan agar diberikan
rahasia-rahasia baik berupa teknik, saran, atau tips tertentu.
Apakah hal tersebut pernah dilakukan oleh semua ustad yang pernah
membimbing anda?
a. Ya, sering sekali
b. Ya, kadang-kadang
c. Cuma 1 kali atau 3 kali menurut pengalaman saya
9. Apakah pesantren meyediakan pelayanan bimbingan dan konseling untuk
memahami kebutuhan psikologis anda dalam diklat ini?
a. Ya, ada dan diprogramkan
b. Ya, walaupun tidak diprogramkan cukup konsultasi saja dengan ustad
atau senior
c. Tidak ada
10. Apakah pesantren benar-benar menerapkan peraturan dan mengontrol agar
santri disiplin menghadiri jadwal materi tepat pada waktunya? (bukan
hanya kaligrafi saja loh...)
a. Ya, selalu diterapkan dengan baik
Dra
ft O
nly
131
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak berjalan
11. Apakah anda memperoleh teknik-teknik baru dari lingkungan belajar di
pesantren?
a. Ya, selalu saya dapatkan dan saya terapkan dalam latihan
b. Ya, tapi susah sekali mendapatkannya
c. Saya tidak pernah berfikir demikian, apalagi menerapkannya
12. Apakah ustad atau tradisi di pesantren menganjurkan setiap kali latihan
hendaknya anda berwudhu?
a. Ya, dan sering saya lakukan
b. Ya, jarang sekali saya lakukan
c. Tidak pernah dianjurkan, makanya tidak saya lakukan
13. Bagaimana menurut anda, jika materi kajian seni budaya diterapkan di
pesantren ini?
a. Bagus sekali, sebab sesuai dengan materi kaligrafi
b. Sebaiknya jangan terlalu sering, sekali dalam sebulan saja
c. Tidak sesuai, karena saya masuk ke sini hanya mempelajari kaligrafi
saja
14. Bagaimana menurut anda, jika materi kajian kitab klasik atau nahwu
sharaf dan materi al-Quran diterapkan di pesantren ini?
a. Bagus sekali, sebab sesuai dengan materi kaligrafi
b. Sebaiknya jangan terlalu sering, sekali dalam sebulan saja
c. Tidak sesuai, karena saya masuk ke sini hanya mempelajari kaligrafi
saja
Dra
ft O
nly
132
15. Apakah pesantren menerapkan evaluasi di kalangan santri secara berkala
(misalnya perbulan, dwi bulanan, atau triwulan) untuk meningkatkan
kemampuan anda?
a. Ya, diterapkan dan berjalan dengan baik
b. Ya, penerapannya kurang maksimal
c. Tidak berjalan
16. Pesantren menghadirkan seniman kaligrafi atau pelukis terkenal agar dapat
menambah wawasan dan memotivasi anda, apakah usaha ini bermanfaat
bagi anda?
a. Ya, sangat bermanfaat
b. Ya, cukup bermanfaat
c. Tidak bermanfaat sama sekali
17. Apakah program mengunjungi tempat-tempat seni yang diadakan oleh
pesantren mampu menambah inspirasi anda?
a. Ya, sangat memotivasi
b. Ya, tetapi tidak begitu berarti
c. Tidak memotivasi sama sekali
18. Apakah program mengunjungi alam yang indah (contohnya di PH atau
mana saja) sambil berkreasi kaligrafi kaligrafi menambah motivasi anda?
a. Ya, sangat memotivasi
b. Ya, tetapi tidak begitu berarti
c. Tidak memotivasi sama sekali
19. Apakah penggunaan media papan tulis cukup memadai dalam
penyampaian materi?
a. Tidak, justru harus memakai media teknologi juga
b. Ya, kurang memadai
c. Ya, sangat memadai
Dra
ft O
nly
133
Lampiran 3. Angket skala sikap
ANGKET SKALA BERTINGKAT
MINAT AKIBAT DIKLAT KALIGRAFI AL-QURAN
Petunjuk:
1. Dibawah ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai diri anda selama
mengikuti program diklat.
2. Pahami dan rasakan dengan cermat setiap pernyataan.
3. Tidak ada penilaian baik dan buruk, benar dan salah.
4. Tentukan pernyataan sesuai dengan apa yang kamu alami dengan sebenar-
benarnya.
5. Kemudian berilah tanda silang ( √ ) pada alternatif kolom jawaban SS (sangat
setuju, S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).
6. Tidak dibenarkan memberikan alternatif jawaban yang lain kecuali yang telah
tersedia.
7. Terima kasih atas perhatiannya.
N
o
ITEM PERTANYAAN SS S TS STS
1 U Bangunan pesantren ini bukan salah satu faktor
yang membuat saya semangat latihan
2 V Kekaguman saya pada ustad atau senior mampu
memotivasi saya untuk bisa seperti mereka
3 U Saya tidak termotivasi dengan diklat di sini,
justru MKQ tiap tahun lhoo... yang yang
Dra
ft O
nly
134
menambah motivasi saya
4 V Tersedianya buku panduan latihan kaligrafi
(jiplakan atau sejenisnya) disini mempermudah
proses latihan saya secara mandiri
5 V Semua ustad yang mengajar disini bertanggung
jawab sesuai dengan tugasnya
6 U Saya merasa tidak pernah atau jarang
mendapatkan perhatian dari ustad atau pun senior
disini
7 V Saya sering mengoreksi tulisan saya sendiri
apakah sudah tepat dengan kaidah atau belum
8 V Latihan kaligrafi lebih mengasyikkan daripada
sering terlibat nogkrong di warung
9 V Mengekspresikan kaligrafi membuat beban
fikiran saya ringan
10 U Mengikuti contoh kaidah huruf lebih penting dan
sering saya lakukan daripada selalu
memperhatikan penjelasan ustad senior disini
ketika memberi contoh di depan, tidak ada
faedahnya
11 V Saya selalu menjiplak tulisan dari modul kaidah
huruf kaligrafi
12 V Setelah penjelasan materi kaidah huruf, saya
langsung mempraktekkan
13 V Menurut saya, kaligrafi itu banyak rahasianya.
Semakin banyak mengetahui rahasia tekniknya
maka semakin cepat perubahan kualitas tulisan
saya
14 U Sebenarnya saya tidak tahu latihan kaligrafi itu
menerapkan kedisiplinan, kebersihan, kehalusan
Dra
ft O
nly
135
tulisan, dan keindahan karya. Makanya semua ini
tidak saya lakukan
15 V Saya setuju dengan setiap kebijakan pesantren,
karena itu menjadikan saya disiplin dalam setiap
kegiatan
16 V Ketika hati tidak tenang, latihan atau menulis
kaligrafi membuat fikiran saya segar kembali
17 U Kalau sudah lama tidak menulis (misalnya
sebulan), saya tidak semangat, walaupun saya
ingin sekali menulis kaligrafi
18 U Kalau saya merasa puas karena tulisan saya
bagus, tidak perlu latihan lagi, percuma saja
19 V Jika saya punya uang, maka sebagiannya
langsung saya belikan kebutuhan kaligrafi, walau
dirasa belum membutuhkannya
20 U Terlalu memperhatikan bagaimana teknik
menulis ustad ketika penyampaian materi tidak
begitu berarti bagi saya, cukup dengan melihat
buku dan perbanyak latihan.
21 V Kaligrafi yang indah itu bukan hanya dilihat saja
(visual), tetapi akhlaknya juga walau tulisan saya
rasanya belum indah.
22 V Saya yakin kaligrafi menganjurkan kebersihan
hati dan fikiran, dan ini selalu saya buktikan
dalam keadaan suci dari hadats ketika sedang
latihan
23 V Saya yakin kaligrafi yang diperoleh dari diklat ini
membentuk sikap disiplin dalam kehidupan
sehari-hari
24 V Doa dan tekun latihan adalah faktor utama
Dra
ft O
nly
136
semakin meningkatnya kualitas tulisan saya, dan
ini selalu saya lakukan
25 U Saya tidak yakin, belajar kaligrafi menambah
keimanan saya kepada Allah SWT
Lampiran 4. Pedoman Kegiatan dan Jadwal Pelajaran Semester I
PA PI
23 Sabtu Muqodimah Mukhozin/Hilmi Rahmawati/ Rabiatul A
24 Minggu Kreasi Santri Koprasi
26 Selasa أ -ك Ridwan/ Hilmi Mukhozin/ Rahmawati Madrasah/28 Kamis Evaluasi/Komposisi Mukhozin/ Ohan Zaenudin R/ Rabiatul A Saung Ekspresi
30 Sabtu ل -ب Zaenudin R/ Iman HusnulKhotimah/ Nurul
31 Minggu Kreasi Santri Koprasi
2 Selasa Evaluasi/Komposisi Zaenudin R/ Ohan Hilmi/ Rahmawati Madrasah/
4 Kamis ع ج - Mukhozin/ Iman Zaenudin R/ Rabiatul A Saung Ekspresi6 Sabtu Evaluasi/Komposisi Hilmi/ Samsul HusnulKhotimah/ Nurul
7 Minggu Kreasi Santri Koprasi9 Selasa د -ر -و Zaenudin R/ Hilmi Mukhozin/ Rabiatul A Madrasah/
11 Kamis Evaluasi/Komposisi Mukhozin/ Walkhotimi Zaenudin R/ Nurul Saung Ekspresi13 Sabtu س -ص Hilmi/ Iman Husnul Khotimah/ Rahmawati
14 Minggu Kreasi Santri Koprasi16 Selasa Evaluasi/Komposisi Zaenudin R/ Ohan Hilmi/ Nurul Madrasah/
18 Kamis ف -ق Mukhozin/Walkhotimi Zaenudin R/ Rahmawati Saung Ekspresi
20 Sabtu Evaluasi/Komposisi Hilmi/ Iman HusnulKhotimah/ Rabiatul A
21 Minggu Kreasi Santri Koprasi23 Selasa ط -م Hilmi/ Samsul Zaenudin R/ Rabiatul A Madrasah/
18 Sabtu Evaluasi/Komposisi Zaenudin R/ Ohan HusnulKhotimah/ Nurul Saung Ekspresi
20 Minggu Kreasi Santri Koprasi21 Selasa ھـ ن - Hilmi/ Iman Mukhozin/ Rabiatul A Madrasah/
23 Kamis Evaluasi/Komposisi Mukhozin/ Walkhotimi Zaenudin R/ Nurul Saung Ekspresi
25 Sabtu ال -ء -ى Zaenudin R/ Samsul Husnul Khotimah/ Rahmawati
27 Minggu Kreasi Santri Koprasi28 Selasa Komposisi Hilmi/ Iman Mukhozin/ Nurul Madrasah/
30 Kamis Ujian Naskhi Pengurus Ramawati/ Rabiatul A Saung Ekspresi
Ardiyanto, S.S
Boby El-Syawal, S.Ag
Ardiyanto, S.SOk
tobe
r
JADWAL MATERI KHAT NASKHI
SANTRI DIKLAT 2008-2009
PENGAJAR
Ardiyanto, S.S
Boby El-Syawal, S.Ag
TGL BLN HARI MATERI
Sep
tem
ber
Ag
ustu
s2
008
Samsul / Abd. Rahman
Boby El-Syawal, S.Ag
Dra
ft O
nly
137
Lampiran 5. Jadwal pengajar santri diklat
A+ B C PI
8 Sabtu أ -ك Ridwan/Hilmi Walkhatimi/ Nurul
9 Minggu Kreasi Santri11 Selasa Evaluasi/Komposisi Walkhatimi/Hilmi Ridwan Rahmawti
13 Kamis ل -ب Hilmi/Ridwan Walkhotimi Nurul15 Sabtu
16 Minggu Kreasi Santri Santri18 Selasa Evaluasi/Komposisi Ridwan/Walkhotimi Hilmi Rabiatul Adawiyah
20 Kamis ع ج - Hilmi/ Ridwan Walkhotimi Rahmawti22 Sabtu Evaluasi/Komposisi Walkhatimi/Hilmi Ridwan Nurul
23 Minggu Kreasi Santri25 Selasa ر -و د - Walkhatimi/Hilmi Ridwan Rahmawti
27 Kamis Evaluasi/Komposisi Ridwan/Walkhotimi Hilmi Nurul29 Sabtu س -ص Hilmi/ Ridwan Walkhotimi Rabiatul Adawiyah
30 Minggu Kreasi Santri2 Selasa Evaluasi/Komposisi Hilmi/ Ridwan Walkhotimi Rabiatul Adawiyah
4 Kamis ف -ق Walkhatimi/Hilmi Ridwan Rahmawti6 Sabtu Evaluasi/Komposisi Ridwan/Walkhotimi Hilmi Nurul7 Minggu Kreasi Santri
9 Selasa ط -م Ridwan/Walkhotimi Hilmi Rahmawti11 Kamis Evaluasi/Komposisi Hilmi/ Ridwan Walkhotimi Nurul
13 Sabtu ھـ ن - Walkhatimi/Hilmi Ridwan Rabiatul Adawiyah14 Minggu Kreasi Santri
16 Selasa Evaluasi/Komposisi Walkhatimi/Hilmi Ridwan Nurul18 Kamis ء -ى ال - Ridwan/Walkhotimi Hilmi Rabiatul Adawiyah
20 Sabtu Evaluasi/Komposisi Hilmi/ Ridwan Walkhotimi Rahmawti21 Minggu Kreasi Santri
23 Selasa Evaluasi/Komposisi Walkhatimi/Hilmi Ridwan Rahmawti
24 Kamis Ujian Tsulus
Santri
Boby El-Syawal, S.Ag
Panitia
JADWAL PENGAJARSANTRI DIKLAT 2008
MATERI TSULUS
Des
ember
Nov
emb
er
TGL BLN HARI MATERIPENGAJAR
Ardiyanto, S.S
Boby El-Syawal, S.Ag
Safari Seni Jelekong
Ardiyanto, S.S
Boby El-Syawal, S.Ag
Dra
ft O
nly
138
Lampiran 6. Jadwal Hari Efektif Pelatihan
05.15-06.15 09.00-11.00 19.00-20.30
JUM'AT
SABTU Bahtsul Masail Kaligrafi Teaching Simulation
MINGGU Olah Raga Kreasi Santri Diskusi Budaya
SENIN Bahtsul Masail Kreasi Mandiri * Kreasi Mandiri *
SELASA Tilawah Kaligrafi Teacing Simulastion
RABU Bahtsul Masail Kreasi Mandiri * Kreasi Mandiri *
KAMIS Kreasi Mandiri * Kaligrafi Yasin Jamaah
Keterangan: * Bukan tatap muka/ belajar berkarya masing-masing
Wajib hadir 10 menit sebelum dimulaiJawal sewaktu-waktu bisa berubah sesuai sikon
JADWAL KEGIATAN BELAJAR EFEKTIF SANTRI
ANGKATAN 2008-2009
HARIWAKTU
Jumsih
Dra
ft O
nly
139
Lampiran 7. Tugas Mandiri Menuju Persiapan MTQ
Dra
ft O
nly
140
MATERI JADWAL PELATIHAN MENUJU MTQ
NO TANGGAL
M A T E R I
Naskah Mushaf Dekorasi
1 2 –4 Jan. QS. 9:53-54 QS. 7:1-5 QS.13:27-28
2 5-7 Jan. QS. 8:41 QS. 99:1-8 QS.13:30
3 8-10 Jan. QS. 8:42 QS. 102:1-8 QS. 14:35-36
4 11-13 Jan. QS. 10:14-15 QS. 104:1-9 QS. 14:37
5 14-16 Jan. QS. 11:84-85 QS. 107:1-7 QS. 18:28
6 17-19 Jan. QS.12: 39-40 QS. 109:1-6 QS. 18:29
7 20-22 Jan. QS. 12: 103-106 QS. 97:1-5 QS. 19:16-18
8 23-25 Jan. QS. 13:6-7 QS. 95: 1-8 QS. 19:30-32
9 26-28 Jan. QS.13:8-10 QS. 93:1-8 QS. 19:59-60
10 29-31 Jan. QS. 13:17 QS. 88:1-8 QS. 21:4-5
11 1-3 Feb. QS. 14:32-33 QS. 83:1-8 QS. 21:10-12
12 4-6 Feb. QS. 14:38-40 QS. 82:1-8 QS. 22:25
13 7-9 Feb. QS. 16:92 QS.81:1-10 QS. 22:30
14 10-12 Feb. QS. 16:94-95 QS. 78:1-13 QS. 24:43
15 13-15 Feb. QS. 16:105-106 QS. 76:1-6 QS. 24:46-47
16 16-18 Feb. QS. 18:28 QS. 73:1-9 QS. 7:75
17 19-21 Feb. QS.18:29 QS. 71:1-6 QS. 7:76-77
18 22-24 Feb. QS. 21:46-47 QS. 67:1-4 QS. 7:71
19 25-27 Feb. QS. 21:51-54 QS. 62:1-3 QS. 4:47
20 28/2-1/3 QS. 22:26-27 QS. 23:1-7 QS. 4:48-49
21 2-4 Mar. QS.22:28-29 QS. 61:1-4 QS. 4:148-149
22 5-7 Mar. QS.24:36-37 QS.40:1-4 QS. 6:54
23 8-10 Mar. QS. 27:27-30 QS. 27:1-4 QS. 6:59
Catatan: - Harap dilaksanakan dengan baik untuk mencapai kualitas terbaik..!!!
- Kesempatan tidak terulang 2x..!!!
Lampiran 8. Daftar Nama-Nama Pembimbing Santri 2008
Dra
ft O
nly
141
Pemb: Ust. Ohan Pemb: Ust. Iman Pemb: Ust. Husaeni
Hendri Junaedi Abd. Rohim Zekrianto
Ahmadi Asnur Ali Barokah Hidayat Zul 'Aqli
Azri Rohim Ahmad Murtadho Zainurrahman
Bagus Priyanto Afrizal Hairil Anwar
Budi Darmaja Kusuma Ahmadi Ismail Al-Latif
Didin Farihin Asri Rahman Ikhwan Hanafi
Imam Syafi'i Abd. Malik Pellu Kadarisman
Suwito Bisri Mustofa Asep Kartawijaya
Pemb: Ust. Mukhozin Pemb: Ust. Hilmi Pemb: Ust. Samsul
Ahmad Yani Abd. Muis M. Arifin
Anggi Farhan Arie Johar Alamsyah M. Dery Aldiansyah
Dedi Mustofa Jajang Afif Munadian Nur
Mustafid Sahula Muhammad Khoiruli Muftaridi
Syamsul Ma'arif Safruddin M Nurul Anwar
Yusuf Muslih Sahlun Nurul Azmi
Yusuf Febrianto Khozinatul Asror Julansyah
Muhammad Rajiman Lukman Hakim Aa Nugraha
Pemb: Ust. Rizwan Pemb: Ust. Zaenudin Rais
Umaruzzaman Firmansyah
Iskandar Husnul Mujahidi
Suherman Hikromin
Syukron Makmun Muhib Ali Hasan Ristia
Supriatno Saputra Rudi Muhammad
Tohari Darwan Sulaiman
Wahyudin Santoso
Zahari
Pemb: Ustz. Rahmawati
Dra
ft O
nly
142
Pemb: Ustz. Husnul
Asmahwati Inoeng Fonna
Dewi Puspa Jahratul Haim Ivo Milawati
Dian Suryana Jumiati
Eka Rahmawati Khotimatul Husna
Hafifah Lisnur Azizah Mitra
Pemb: Ustz. Nurul Hikmah Pemb: Ustz. Rabiatul Adawiyah
Nurreni Revina Zaini Restia
Nurhabibah Siti Mahmudah
Putriani Ulya Agustina Marzuqoh
Ru'yatul Uyun Wartiningsih
Lampiran 9. Dokumentasi kegiatan santri
Dra
ft O
nly
143
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3 Gambar 4
Gambar 5 Gambar 6
Ket:Gbr 1. Kunjungan dekan Fak. Adab &HumanioraGbr 2. Dialog/ diskusi wawasan seniGbr 3. Kunjungan seni Islami dariBrunei Darussalam
Gbr 4. Kunjungan seni Islami dariBrunei DarussalamGbr 5. Suasana pelatihan di saungekspresiGbr 6. Suasana pelatihan, tampak duaorang pembimbing sedangmengontrol kelas
Dra
ft O
nly
144
Gambar 7 Gambar 8
Gambar 9 Gambar 10
Gambar 11 Gambar 12
Dra
ft O
nly
145
Ket:Gbr 7 Kegiatan mengunjungi Iranian& Islamic Art ExhibitionGbr. 8 kegiatan pelatihan, tampakseorang ustad/ pembimbing sedangmengontrol kelasGbr. 9 kegiatan latihan mandirisecara kelompok
Gbr. 10 kegiatan latihan mandirisecara kelompokGbr. 11 kegiatan koreksian karyakepada pembimbing tertentuGbr. 12 kegiatan koreksian dalamnuansa ekspresif dan santai
Dra
ft O
nly