Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi...

90
Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat Kecernaan Ruminansia Secara In Vitro SITI MARYAM PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M / 1429 H

Transcript of Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi...

Page 1: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum

Terhadap Tingkat Kecernaan Ruminansia Secara In Vitro

SITI MARYAM

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M / 1429 H

Page 2: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

“ Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami

Sorgum Terhadap Tingkat Kecernaan Ruminansia

Secara In Vitro “

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada

Jurusan Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

SITI MARYAM

103095029782

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M / 1429

Page 3: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Ya Rabbii, wahai yang memudahkan segala yang sukar

Wahai yang menyambung segala yang patah

Wahai yang menemani semua yang tersendiri

Wahai pengaman segala yang takut

Wahai penguat segala yang lemah

Wahai yang berkehendak atas segala kehidupan ini

Engkau Maha Tahu dan Maha Melihat

Bersihkanlah hati kami dari kesombongan dan nikmat keduniawiaan

Sesungguhnya ilmu yang Engkau miliki sangat luas

Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan

yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air

hujan itu tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka

sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?....

( QS: As-Sajadah: 27)

Skripsi ini kupersembahkan

untuk kedua orang tuaku

dan keluargaku yang sangat

ku sayangi dan ku hormati

Terima kasih ya Allah

Segala puji hanya Milik-MU

Page 4: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum

Terhadap Kecernaan Ruminansia Secara In Vitro” yang ditulis oleh Siti Maryam, NIM

103095029782 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqosah Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada tanggal 9 Juni 2008.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

strata satu (S1) Program Studi Biologi.

Menyetujui :

Penguji 1 Penguji 2

DR. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud Dasumiati, M.Si NIP. 150 375 182 NIP. 150 293 237

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dra. Lydia Andini M, Si Dra. Nani Radiastuti M, Si NIP. 330001499 NIP. 150318610

Mengetahui:

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Biologi

DR. Syopiansyah Jaya Putra, M. Sis DR. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud NIP. 150 317956 NIP. 150 375 182

Page 5: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN KEASLIAN SKRIPSI INI BENAR –

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 9 Juni 2008

Siti Maryam NIM. 103095029782

Page 6: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah menganugerahkan karunia dan nikmatnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan SKRIPSI ini yang berjudul “ Pengaruh

Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat Kecernaan

Ruminansia Secara In Vitro “. Sholawat serta salam tercurah bagi baginda Nabi

Muhammad SAW, semoga kita semua dapat istiqomah dan tetap berada dijalannya

hingga akhir hayat nanti.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak, Pusat Aplikasi

Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

Jakarta.

Dalam melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini, banyak yang telah

mendukung dan memberikan bantuan baik materi maupun moril. Untuk itu dalam

kesempatan kali ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan kasih sayang sepenuhnya

serta dukungan, baik berupa materi serta kekuatan jiwa.

2. Ibu Dra. Lydia Andini, M.Si selaku Pembimbing I yang telah sabar dan bijak

membimbing penulis mulai dari penelitian hingga berakhirnya skripsi ini.

3. Dra. Nani Radiastuti, M.Si selaku Pembimbing II yang telah sabar dalam

membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Suharyono, M. Rur. Sci., selaku Kepala Bidang Pertanian Puslitbang

Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional

(BATAN).

i

Page 7: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

5. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M. Sis, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

6. Ibu Dr. Lily Surayya Eka Putri. M. Env. Stud selaku ketua Program Studi Biologi.

7. Ibu Asih Kurniawati, M.Si, Ibu Titin, Bapak Teguh, Bapak Firsoni, Ibu nuni,

Bapak Gobel serta Bapak Dedi yang telah mengayomi dan membantu dalam

keberlangsungan praktek penelitian. Bapak Irawan yang telah memperkenalkan

BATAN ini kepada penulis mulai dari PKL hingga penelitian serta pihak-pihak

BATAN yang telah membantu proses penelitian.

8. Ukhti Isti’nava solmetku, yang memberikan tausyiah dan spiritnya agar tetap

sabar dan tegar menjalani proses kehidupan salah satunya PKL dan penelitian ini,

semoga Allah SWT mempertemukan kita kembali dalam jalinan kasih sayang-

Nya.Amiin

9. Ibu Drh Bintharti H, Ibu Reno F, M.Si, Ibu Dasumiati, M.Si serta Ibu Dr. Lily

Surayya Eka Putri. M. Env. Stud yang telah memberi arahan dalam perbaikan

skripsi ini. Bapak Hendra, M.Si dan pak Gun yang telah membantu proses

administrasi.

10. Rekan-rekan mahasiswa selama penelitian ini ; Fujiati A, M.Si, Mutia N, M.Si,

Usmaul H, Feri A, M.Si, Syaiful Bahri, M.Si, A Danil, M.Si. Rekan-rekan dari

UNPAD ( Lilis dkk), UNJ (Ati) dan IPB (Dimar dkk), serta teman-teman biologi

angkatan 2003 yang tidak disebutkan satu per satu, terima kasih atas

kebersamaannya selama ini.

11. Rekan-rekan, teman seperjuangan di Komisariat Dakwah Lembaga Dakwah

Kampus UIN Syahid.

ii

Page 8: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

12. Murobbi tercinta beserta rekan-rekan Liqo (Jazakallah khairan katsiraa untuk do’a

dan motivasinya selama ini).

13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat dituliskan satu persatu karena keterbatasan

ruang, tetapi penulis akan selalu mengingat kebaikan dan doanya selama ini.

Sudah sunnatullah, tak ada gading yang tak retak. Jika masih banyak

kekurangan, itu menandakan bahwa penulis adalah manusia biasa yang tak luput dari

khilaf dan kekurangan. Oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini

dapat memberikan sedikit pengetahuan baru dan dapat bermanfaat bagi Penulis

khususnya dan bagi Pembaca umumnya.

Jakarta, 9 Juni 2008

Penulis

iii

Page 9: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

ABSTRAK

SITI MARYAM. Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum

Terhadap Tingkat Kecernaan Ruminansia Secara In Vitro. Program studi Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah, Jakarta,

2008.

Penelitian yang berjudul pengaruh penambahan starter pada fermentasi jerami sorgum

terhadap tingkat kecernaan ruminansia telah dilakukan, menggunakan metode in vitro.

Starter (biofad) yang digunakan berasal dari mikroba rumen serta kolon sapi, yang

bersifat fermentatif. Perlakuan dibedakan berdasarkan penambahan berbagai konsentrasi

starter yaitu perlakuan A0 dengan konsentrasi starter 0%, perlakuan A1 dengan

konsentrasi starter 0,25 %, perlakuan A2 dengan konsentrasi starter 0,5 %, dan perlakuan

A3 dengan konsentrasi starter 0,75 %. Parameter yang diuji adalah produksi gas, KcBK

% (kecernaan bahan kering), KcBO % (kecernaan bahan organik), pH, VFA (volatil fatty

acid), NH3 (amonia), dan PMM (Produksi massa mikroba). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penambahan starter pada fermentasi jerami sorgum tidak berpengaruh secara nyata

terhadap kecernaannya (F<0.05). Produksi gas tertinggi terdapat pada perlakuan A0

(23.29 ml/0.2 g BK), KcBK dan KcBO tertinggi pada perlakuan A1 (45.422 %) dan A3

(46.384 %), kisaran pH perlakuan adalah 7 sampai 7,11. Konsentrasi VFA tertinggi

terdapat pada perlakuan A2 (8.1 mg/100 ml), konsentrasi amonia (NH3) tertinggi pada

perlakuan A3 (23.8 mg/100 ml) dan produksi massa mikroba tertinggi terdapat pada

perlakuan A3 (0.115 g).

Kata kunci : Fermentasi jerami sorgum, In Vitro, Kecernaan, Starter (biofad)

iv

Page 10: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

ABSRACT

SITI MARYAM. The effect of additional starter of sorgum stover fermentation into

ruminansia digestibility level by In Vitro. Bioloy Departement, Faculty of Science and

Technology, State Islamic University, Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

A research is about the effect of additional starter of sorghum stover fermentation into

ruminansia digestibility level with methode by in vitro has done. The starter (biofad) was

isolated from rumen microb and cow colon, with fermentatif caracteristic. The treatment

different of adding with many strater concentrations is A0 treatment with 0 % starter

concentration, A1 treatment with 0,25 % starter concentration, A2 treatment with 0,5 %

starter concentrations and A3 treatment with 0,75 % starter concentrations. The

parameter were gas production, DMD % (Dry matter digestibility), OMD % (Organic

matter digestibility), pH, Volatile Fatty Acid (VFA), amonia (NH3) and PMM (Microbial

biomass production). Research of the experiment indicated that additional starter of

sorghum stover fermentation was not significant of digestibility (F<0,05). The highest

gas production happened of A0 treatment (23.29 ml/0.2 g BK), the highest KcBK and

KcBO happened of A1 and A3 treatment (45.422 % and A3 46.384 %), pH treatment

range is between 7 to 7,11. The highest VFA concentration is happened of A2 treatment

(8.1 mg/100 ml), the highest amonia concentration is happened of A3 treatment (23.8

mg/100 ml) and the highest microbial biomass production is happened of A3 treatment

(0.115 g).

Keywords : Sorgum stover fermentation, in vitro, digestibility, Starter (biofad).

v

Page 11: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

PENGESAHAN UJIAN

PERNYATAAN

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACT ........................................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................... 3

1.3. Hipotesis.................................................................................................. 3

1.4.

Tujuan Penelitian.....................................................................................

4

1.5.

Manfaat Penelitian...................................................................................

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pakan Ternak .......................................................................................... 5

2.2. Tanaman Sorgum ................................................................................... 7

2.3. Jerami Sorgum ....................................................................................... 8

2.4. Fermentasi Jerami sorgum ..................................................................... 10

2.5. Mikroba Pendegradasi Serat (biofad)...................................................... 12

vi

Page 12: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Halaman

2.6. Hewan Ruminansia ................................................................................... 13

2.7. Pengukuran Nilai Kecernaan dan Produksi Gas Secara In Vitro ............ 15

2.8. Produksi Massa Mikroba......................................................................... 18

2.9. Volatile Fatty Acid (VFA) ...................................................................... 19

2.10 Amonia (NH3) ........................................................................................ 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................ 22

3.2. Bahan dan Alat ...................................................................................... 22

3.2.1. Bahan ................................................................................................ 22

3.2.2. Alat ................................................................................................... 22

3.3. Cara Kerja ............................................................................................... 23

3.3.1. Fermentasi Jerami sorgum ............................................................... 23

3.3.2. Penentuan Bahan Kering dan Bahan Organik .................................. 23

3.3.2.1. Bahan Kering.............................................................................. 23

3.3.2.2. Bahan Organik............................................................................ 24

3.3.3. Produksi Gas Secara In Vitro .............................................................. 25

3.3.3.1. Pengambilan Cairan Rumen........................................................ 25

3.3.3.2. Pengukuran Produksi Gas ........................................................... 25

3.3.4. Pengukuran Kecernaan Bahan Kering (KcBK %) dan

Kecernaan Bahan Organik (KcBO %) ................................................. 27

3.3.5. Produksi Massa mikroba ...................................................................... 29

3.3.6. Pengukuran pH, NH3 dan VFA ............................................................ 29

vii

Page 13: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Halaman

3.3.6.1. Pengukuran pH sampel hasil produksi gas........................................... 29

3.3.6.2. Pengukuaran NH3 sampel hasil produksi gas.............................. 29

3.3.6.3. Pengukuran VFA sampel hasil produksi gas .............................. 30

3.4. Analisis Data ........................................................................................... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Produksi Gas Secara In Vitro ................................................................ 32

4.2. Kecernaan Bahan Kering (KcBK %)

dan Kecernaan bahan Organik (KcBO %) ........................................... 35

4.3.

Produksi Massa Mikroba.......................................................................

39

4.4.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai pH, NH3 dan VFA .......................

41

4.4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap pH sampel hasil produksi gas............ 41

4.4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap konsentrasi NH3

sampel hasil produksi gas.................................................................. 43

4.4.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap konsentrasi VFA sampel hasil produksi gas ................................................................. 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan................................................................................ ............ 48

5.2. Saran...................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49

LAMPIRAN .......................................................................................................... 54

viii

Page 14: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kandungan nutrisi hijauan sorgum

(Hosamani dkk, 2003; Soeranto, 2005) ………………………………... 9

Tabel 2. Nilai BK (%) dan BO (%) jerami sorgum

setelah proses fermentasi selama 21 hari.……………………………… 37

ix

Page 15: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sorgum bicolor L Moench (Soeranto, 2005)...................................... 8

Gambar 2. Jerami sorgum yang telah dicacah ………………………………… 10

Gambar 3. Fermentasi jerami sorgum setelah inkubasi 21 hari ……. …………. 11

Gambar 4. Sistem pencernaan hewan ruminansia …………………………….. 15

Gambar 5. Volume produksi gas jerami sorgum fermentasi

setelah inkubasi 24 jam secara In Vitro ……………………………. 32

Gambar 6. Volume produksi gas jerami sorgum fermentasi

selama inkubasi 0, 2, 4, 6, 8, 10 dan 24 jam.……………………… 34

Gambar 7. Hasil pengukuran KcBK dan KcBO jerami sorgum

fermentasi setelah inkubasi selama 24 jam.………………………… 36

Gambar

8. Produksi massa mikroba (g)..............................................................

40

Gambar

9. Hasil pengukuran pH perlakuan.......................................................

41

Gambar 10. Pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi amonia (mg/100 ml)..... 43

Gambar 11. Pengaruh perlakuan terhadap Produksi VFA................................. 45

Gambar 12.

Gelas Syringe dengan skala 100 ml................................................

68

Gambar 13.

Inkubator………………………………………………………….

68

Gambar 14.

Pemanas serat (NDF Heater) merk Gerhardt 176600 Hy 16/19

dan penyaring Vakum..................................................................... 68

Gambar 15. Labu destilat VFA dan Sentrifus merk Himac……………………. 68

Gambar 16. Cawan Conway dan buret titrasi………………………………….. 69

Gambar 17. Pengambilan cairan rumen dan hewan percobaan………………… 69

Gambar 18. Hasil isolasi mikroba biofad dengan

2, 3 dan 8 kali pengenceran………………………………………. 69

x

Page 16: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Neutral Destilat Solution (NDS).................................................... 54

Lampiran 2. Komposisi media gas tes ………………………………………... 55

Lampiran 3. Kandungan pH, Kadar Air, Bahan Kering dan Bahan Organik

jerami sorgum setelah fermentasi selama 21 hari........................... 56

Lampiran 4. Analisis Statistik Parameter Yang Diukur

Dengan Menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok)........... 57

Lampiran 4.1. Analisis statistik Produksi Gas .................................................... 57

Lampiran 4.2. Analisis statistik kecernaan bahan kering …………………....... 58

Lampiran 4.3. Analisis statistik kecernaan bahan organik ………….. ……....... 59

Lampiran 4.4. Analisis statistik VFA …………………………………………. 59

Lampiran 4.5. Analisis statistik NH3 .................................................................. 60

Lampiran 4.6. Analisis statistik pH ................................................................... 60

Lampiran 4.7. Analisis statistik Produksi Massa Mikroba ................................ 61

Lampiran 5. Hasil pengukuran produksi gas setelah inkubasi 24 jam

tiap perlakuan pada ulangan I ........................................................ 62

Lampiran 6. Hasil pengukuran produksi gas setelah inkubasi 24 jam

tiap perlakuan pada ulangan II........................................................ 63

Lampiran 7. Hasil pengukuran produksi gas setelah inkubasi 24 jam

tiap perlakuan pada ulangan III...................................................... 64

Lampiran 8. Hasil pengukuran KcBK dan KcBO setelah inkubasi 24 jam

tiap perlakuan pada ulangan I......................................................... 65

Lampiran 9. Hasil pengukuran KcBK dan KcBO setelah inkubasi 24 jam

tiap perlakuan pada ulangan II........................................................ 65

Lampiran 10. Hasil pengukuran KcBK dan KcBO setelah inkubasi 24 jam tiap perlakuan pada ulangan III...................................................... 65

xi

Page 17: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Halaman

Lampiran 11. Pengukuran produksi massa mikroba perlakuan tiap ulangan..... 66

Lampiran 12. Pengukuran pH, ammonia dan VFA tiap perlakuan

untuk ulangan I.............................................................................. 66

Lampiran 13. Pengukuran pH, ammonia dan VFA tiap perlakuan

untuk ulangan II............................................................................. 66

Lampiran 14. Pengukuran pH, ammonia dan VFA tiap perlakuan

untuk ulangan III............................................................................ 67

Lampiran 15. Gambar alat-alat penelitian.......................................................... 68

xii

Page 18: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Limbah yang ada di Indonesia sangat banyak dan beragam. Salah satu

limbah yang dapat dimanfaatkan adalah limbah pertanian. Limbah pertanian

merupakan kumpulan dari tanaman-tanaman yang telah mengalami panen dan

sisa - sisa hasil panen. Limbah pertanian memiliki sifat yang dapat diperbaharui

baik melalui perubahan secara kimia ataupun secara biokimia yang umumnya

merupakan proses fermentasi biologis melalui perombakan secara mikrobiologi

(Suwadji, 1999).

Limbah pertanian merupakan sumber pakan basal ternak ruminansia yang

potensial untuk mendukung perkembangan sektor peternakan. Pemanfaatan

limbah pertanian akan memberikan dua keuntungan yaitu terwujudnya pertanian

yang bersih lingkungan serta pemanfaatan sebagai pakan ternak (Sugoro dkk,

2003). Upaya mempertahankan kehadiran dan meningkatkan produktivitas ternak

dapat dilakukan dengan mencari sumber pakan baru atau alternatif baru. Salah

satu limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan adalah dari jenis tanaman sorgum

(Sorghum bicolor L Moench) yang dapat digunakan sebagai pakan ternak

ruminansia (Ardian, 2004).

Sorgum sebagai salah satu komoditi pertanian memiliki potensi untuk

dikembangkan dan dibudidayakan pada daerah kering di Indonesia, karena

tanaman sorgum memiliki sifat tahan kekeringan, tahan terhadap hama dan

penyakit. Sorgum banyak ditanam di Indonesia khususnya di Jawa, NTB dan

1

Page 19: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

NTT. Di beberapa negara maju sorgum digunakan sebagai bahan pangan, pakan

ternak, dan bahan baku industri. Batang dan daun sorgum sebagai limbah

pertanian dapat dijadikan sumber pakan ternak ruminansia (Soeranro, 2001).

Namun jerami sorgum (batang dan daun sorgun) yang digunakan sebagai

sumber pakan ternak mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi, sehingga

akan membatasi pemanfaatannya oleh ternak. Untuk mengatasi masalah tersebut

salah satunya dilakukan proses pembuatan silase, yaitu proses fermentasi jerami

sorgum yang memanfaatkan mikroba sehingga dapat memudahkan

pendegradasian serat serta meningkatkan daya cerna. Fermentasi jerami sorgum

diharapkan dapat disimpan tanpa menurunkan kualitas ataupun nilai gizinya

sehingga dapat digunakan pada musim kemarau (Salim dkk, 2002).

Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi jerami sorgum adalah

mikroba pendegradasi bahan organik yaitu starter biofad (suatu probiotik yang

diproduksi secara komersial) atau mikroba yang bisa diisolasi dari rumen. Isolat

mikroba yang digunakan sebagai inokulum atau bibit untuk perlakuan silase

adalah kultur campuran karena sorgum merupakan suatu bahan yang komplek.

Dalam hal ini, diperlukan proses metabolisme yang cukup panjang untuk

memanfaatkan kandungan jerami sorgum atau memerlukan banyak bakteri dengan

hubungan sinergisme sehingga serat kasar jerami sorgum dapat berkurang dan

meningkatkan kadar nitrogen (Sugoro dkk, 2003).

Untuk mengoptimalkan pertumbuhan mikroba baik dalam proses

fermentasi maupun di dalam rumen dilakukan penambahan sumber nitrogen

berupa urea, hal ini ditujukan untuk meningkatkan kadar nitrogen di dalam silase.

Begitu juga dengan penambahan starter (mikroba) dapat mengoptimal proses

2

Page 20: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

pendegradasi kandungan yang ada di dalam jerami sorgum sehingga mudah

dicerna oleh ternak. Pengukuran tingkat kecernaan pada jerami sorgum yang

difermentasi dengan penambahan starter, dapat diukur secara in vitro yaitu dengan

mensimulasi sistem yang ada di dalam rumen. Metode in vitro pada umumnya

digunakan untuk memprediksi nilai kecernaan pakan dalam rumen dan

memprediksi nilai nutrisi pakan (Kurniawati, 2007). Laju fermentasi pakan dalam

rumen dapat digambarkan dengan pengukuran kadar produksi volatile fatty acid

(VFA), amonia (NH3), produksi gas, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan

organik, pH, dan Produksi Massa Mikroba.

Diharapkan dari perlakuan ini dapat mentransformasikan jerami sorgum

menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna, sehingga menjadikan kualitas jerami

sorgum sebagai pakan basal ternak ruminansia menjadi lebih baik.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh

tingkat kecernaan ruminansia dengan penambahan starter pada jerami sorgum

fermentasi sebagai pakan basal ternak ruminansia melalui metode in vitro.

1.3. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya kenaikan tingkat kecernaan

ruminansia dengan penambahan starter pada jerami sorgum fermentasi sebagai

pakan basal ternak ruminansia melalui metode in vitro.

3

Page 21: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan starter

pada fermentasi jerami sorgum terhadap tingkat kecernaan ruminansia serta untuk

mengetahui metode pengawetan pakan basal ternak ruminansia dengan proses

fermentasi yang disimpan untuk musim kemarau.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi mengenai

metode pengolahan pakan ternak ruminansia yaitu berupa penambahan starter

pada fermentasi jerami sorgum yang dapat digunakan oleh masyarakat terutama

bagi usaha ternak.

4

Page 22: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pakan Ternak

Pakan ternak adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh hewan ternak

yang mampu menyajikan hara dan nutrien yang penting untuk perawatan tubuh,

pertumbuhan, penggemukan, reproduksi serta laktasi. Semua jenis ternak

membutuhkan 6 nutrien esensial yang terdiri dari air, protein, karbohidrat, lemak,

mineral dan vitamin (Srigandono, 1998).

Pakan ternak terdiri atas hijauan dan konsentrat yang dapat diberikan

kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup dan produksinya

(Reksohadiprodjo, 1988). Hijauan diartikan sebagai bahan pakan ternak yang

kandungan serat kasar atau bahan yang sulit dicerna relatif tinggi. Hijauan banyak

mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang

sangat berperan dalam menghasilkan energi. Secara umum penggolongan hijauan

pakan ternak adalah sebagai berikut :

1. Rumput–rumputan

Rumuput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai

ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama

di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak.

Rumput-rumputan terdiri atas : a). Rumput alam, rumput yang diperoleh dari

alam; b). Rumput kultur, Rumput jenis ini memang sengaja ditanam dan

pelihara dengan tambahan pupuk serta pemangkasan pada waktu–waktu

tertentu.

5

Page 23: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

2. Leguminosa

Leguminosa merupakan jenis kacang-kacangan yang bisa diperoleh

dari alam maupun diberikan secara langsung. Jenis-jenis leguminosa terdiri

atas : a). Leguminosa pohon; b). Leguminosa semak; c). Leguminosa

merambat.

3. Limbah Pertanian

Bahan yang tergolong limbah pertanian antara lain jerami padi, daun

jagung, daun kacang-kacangan, daun ubi jalar, daun sorgum dan pucuk tebu.

Bahan-bahan yang tergolong pakan konsentrat adalah bahan pakan yang

kandungan serat kasar atau bahan yang sulit dicerna relatif rendah. Bahan pakan

konsentrat diantaranya dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit, tepung

jagung, tepung gaplek, onggok, ampas tahu dan ampas bir (Reksohadiprodjo,

1988).

Pakan juga dapat dibedakan menjadi pakan air dan pakan kering. Pakan air

didapatkan dari air minum, air yang terkandung di dalam bahan pakan, atau

berasal dari air metabolik sebagai hasil oksidasi dan sintesis molekul-molekul di

dalam tubuh. Pakan kering mengandung sejumlah kecil air (kurang dari 20 %),

terdiri dari bahan organik yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan

vitamin; serta bahan anorganik berupa mineral dan abu (Tillman dkk, 1989).

Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan

pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna

dan memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan dengan tujuan untuk

mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi produk yang berdaya

guna (Ikhsan, 2004). Usaha pengembangan pakan lokal harus terus dilakukan

6

Page 24: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

sebagai sumber devisa negara. Selain itu, pakan ternak merupakan faktor penentu

keberhasilan dalam peningkatan produksi peternakan. Oleh karena itu perlu

diupayakan perbaikan gizi pakan secara kualitas maupun kuantitas dan tersedia

secara kontinu (Yuwanta, 2000).

2.2. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L Moench)

Sorgum (Sorghum bicolor L Moench ) adalah tanaman serbaguna. Sorgum

didefinisikan sebagai “gandum berbuluh” dimana merupakan tanaman serealia

yang potensial dikembangkan di Indonesia sebagai bahan pangan dan pakan

ternak (Sirappa, 2003). Tanaman sorgum termasuk ke dalam famili Gramineae

yang berasal dari wilayah Timur Laut Afrika lalu menyebar ke India, Italia, Cina,

Asia Barat Daya, Eropa Selatan dan Amerika. (Munasik dkk, 1998).

Tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia

khususnya di daerah Jawa, NTB dan NTT. Tanaman sorgum di pulau Jawa

dikenal dengan nama Cantel, dan biasanya petani menanamnya secara tumpang

sari dengan tanaman pangan lainnya. Produksi sorgum di Indonesia masih sangat

rendah, bahkan secara umum produk sorgum belum tersedia di pasar-pasar

(Soeranto, 2005).

Sebagai bahan pangan alternatif, sorgum memiliki kandungan nutrisi yang

baik. Di negara maju biji sorgum digunakan sebagai pakan ternak unggas sedang

batang dan daun untuk ternak ruminansia. Biji sorgum juga merupakan bahan

baku industri seperti industri etanol, bir, sirup, lem, cat, dan pati termodifikasi.

Selain produktivitas tinggi, sorgum juga memiliki sifat keunggulan lain seperti

adaptasi luas, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, dan lebih toleran pada

7

Page 25: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

kondisi kekeringan dibandingkan tanaman pangan lain. Oleh karena itu, sorgum

memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan dan dikembangkan pada

daerah–daerah kering di Indonesia (BATAN, 2005).

Sorgum memiliki asam-asam amino esensial siap pakai dan berbagai

bahan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan ruminansia. Namun,

perkembangan produksi sorgum nasional belum masuk dalam statistik pertanian

dan menjadi prioritas utama. Karenanya, sorgum sebagai hijauan pakan

berpeluang besar untuk dikembangkan dan ditingkatkan pemanfaatannya

(Sirappa, 2003).

Gambar 1. Sorghum bicolor L Moench (Soeranto, 2005)

2.3. Jerami Sorgum

Jerami sorgum adalah tanaman sorgum yang telah diambil buahnya

(gabahnya), sehingga hanya tersisa batang dan daunnya yang merupakan limbah

pertanian serta belum sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan

ekonomis. Oleh karenanya, jerami sorgum dimanfaatkan sebagai bahan pakan

8

Page 26: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

hewan ruminansia. Jerami merupakan hijauan kering yang memiliki kandungan

serat kasar tinggi, lebih dari 18 % seperti pada jerami padi, jerami gandum, jerami

sorgum, rumput kering, sekam dan kulit biji polongan (Delaval, 2006). Hanya

sebagian kecil petani menggunakan jerami sebagai pakan ternak alternatif pada

musim kering karena sulitnya mendapatkan hijauan.

Hijauan diartikan sebagai bahan pakan yang memiliki kandungan serat

yang tinggi dan sulit dicerna oleh hewan selain ruminansia. Hijauan dapat berupa

hijauan basah di padang penggembalaan (pasture), hijauan kering (hay) atau

hijauan yang difermentasi (silase/silage). Hijauan basah memiliki kandungan serat

kasar yang rendah. Hijauan basah adalah semua tanaman yang diberikan secara

segar seperti rumput alam (rumput benggala, gajah, raja, dan setaria) dan tanaman

leguminosa (akasia, glirisidia, kaliandra, lamtoro dan turi) (Ranjhan, 1993 dan

Siregar, 1995).

Tabel 1. Kandungan nutrisi hijauan sorgum (Hosamani dkk, 2003;

Soeranto, 2005)

Nutrisi Nutrisi

Bahan Kering (BK) 91.00% Ca 28 /100 mg

Bahan rganik (BO) 84.89% Fe 4.4 /100 mg

Abu 15.11% P 287 /100 mg

Serat Kasar (SK) 24.25% Kalori 332 /100 mg

Protein Kasar (PK) 11.80% Protein 11 /100 mg

Ekstrak Eter (EE) 3.62% Karbohidrat 73 /100 mg Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 45.22% Lemak 33 /100 mg

Neutral Detergent Fibre (NDF) 66.05% Vit B1

Acid Detergent Fibre (ADF) 40.97%

Selulosa 29.52%

Hemiselulosa 28.08%

Sumber : Hosamani dkk, 2003 Sumber : Soeranto, 2005

9

Page 27: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Hijauan kering tidak hanya memberikan rasa kenyang (bulky) tetapi juga

memiliki daya cerna dan kandungan protein rendah. Semua bahan pakan yang

dipotong-potong atau dicacah-cacah dan difermentasikan dikenal dengan silase.

Silase memiliki banyak kandungan nitrogen bila dibandingkan dengan hijauan

segar dan hijauan kering (Siregar, 1995; widati dan widalestari, 1996).

Gambar 2. Jerami sorgum yang telah dicacah

2.4. Fermentasi Jerami Sorgum

Teknologi fermentasi merupakan salah satu cara mengawetkan bahan

organik antara lain limbah hijauan pertanian. Berbagai macam cara fermentasi,

yang dilakukan pada limbah hijauan pertanian ini adalah fermentasi asam laktat

atau yang dikenal dengan proses ensilasi menghasilkan produk silase hijauan

(Erowati, 2003). Proses fermentasi yang berjalan baik akan menghasilkan silase

yang baik pula. Secara umum silase yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut: a. Warna masih hijau atau kecoklatan

b.

Rasa dan bau asam, tetapi segar dan enak

c.

Nilai pH rendah

10

Page 28: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

d. Tekstur masih jelas, tidak menggupal, tidak berjamur dan tidak

berlendir.

Gambar 3. Fermentasi jerami sorgum setelah inkubasi 21 hari

Tingkat keberhasilan pembuatan silase pada dasarnya dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu : a). Populasi bakteri asam laktat, b). Sifat fisik dan kimia

hijauan, c). Lingkungan (Siregar, 1996).

Tujuan pembuatan silase yaitu berawal dari pengawetan hijauan yang

berlimpah di musim hujan, untuk digunakan dimusim paceklik atau kapan saja

dibutuhkan (Parakkasih, 1995). Hijauan yang melebihi kebutuhan dan melimpah

di musim hujan jika dibiarkan di udara terbuka akan terjadi penurunan nilai gizi

yang disebabkan mikroba aerob. Oleh karena itu, hijauan perlu diawetkan dengan

pembuatan silase. Proses fermentasi dalam pembuatan silase dibantu oleh mikroba

dalam kondisi anaerob yang mengubah karbohidrat atau gula tanaman menjadi

asam laktat oleh Lactobacillus sp. Silase dapat menekan proses aktivitas bakteri

pembusuk yang akan menurunkan mutu hijauan sehingga dapat disimpan dalam

waktu yang lama. Proses fermentasi jerami sorgum diharapkan sama dengan

11

Page 29: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

proses fermentasi dalam rumen (anaerob), sehingga dapat diketahui pengaruh dan

perubahan degradabilitas jerami sorgum bagi ternak. (Ikhsan, 2004).

2.5. Mikroba Pendegradasi Serat (biofad)

Dewasa ini telah berkembang beberapa perlakuan biologi untuk pakan

ternak ruminansia menggunakan probiotik yang diproduksi secara komersial,

salah satunya biofad. Biofad merupakan starter mikroba yang berasal dari mikroba

rumen dan kolon sapi, mikroba yang terkandung adalah mikroba aerob dan

fakultatif anaerob yang mesophilik dan termophilik. Pada saat awal yang

berkembang adalah mikroba aerobik disusul mikroba anaerobik. Pertumbuhan

mikroba membutuhkan nitrogen (N) sehingga pada fermentasi perlu penambahan

N (urea, misalnya), membutuhkan kadar air tertentu (40 % - 50 %), dan

temperatur tertentu pada 60 – 70°C (Utomo, 2004).

Biofad ini kaya akan mikroba pencerna bahan organik, dapat

meningkatkan proses dekomposisi, nilai kompos menjadi pupuk organik lebih

sempurna, meningkatkan kesuburan serta meningkatkan daya dukung tanah.

Selain itu biofad ini juga dapat meningkatkan efisiensi cerna serta menyebabkan

kotoran ternak tidak berbau. Berdasarkan konsentrasi yang tercantum dalam label

komposisi biofad, penggunaan biofad untuk sapi atau kerbau antara 0 % - 0,8 %.

Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikroba harus mampu

menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dan hasil yang

besar. Sifat unggul yang ada harus dapat dipertahankan, sehingga proses

fermentasi bisa terlaksana dengan baik (Hidayat, 2007).

12

Page 30: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Dari hasil penelitian sebelumnya, pemakaian biofad dapat meningkatkan

PK (Protein Kasar) jerami dari 4,4 % menjadi 7,14 %. Meningkatkan kecernaan

bahan kering dari 45,63 % menjadi 46,85 % serta meningkatkan bahan organik

dari 36,39 % menjadi 41,61 % (Jauhari, 1998 dalam Kurniawati, 2007).

2.6. Hewan Ruminansia

Hewan ruminansia merupakan hewan poligastrik, yakni hewan yang

memiliki struktur lambung kompleks berupa rumen/perut handuk, retikulum/perut

jala, omasum/perut buku, dan abomasum/perut kelenjar (Cullison, 2006).

Ruminansia dapat mencerna pakan kasar dan memiliki kemampuan dalam

degradasi serat (Hatmono dan Hastoro, 1997). Hewan ruminansia menggunakan

lidah untuk menarik dan memotong rumput (prehensi). Rumput dikunyah

(mastikasi) sebentar sebelum ditelan, dicampur dengan saliva (salivasi) di dalam

mulut untuk melumasinya. Pakan itu kemudian bergerak ke esofagus menuju

rumen (ruang fermentasi) untuk dihaluskan (deglusisi), setelah dihaluskan pakan

diruminasi yaitu mengalami regurgitasi, resalivasi dan remastikasi. Kemudian

menuju retikulum (waterbag), omasum (berlapis-lapis), abomasum (perut sejati),

usus halus, cecum, usus besar dan anus (Delaval, 2006).

Lambung ruminansia terdiri dari rumen, retikulum, omasum dan

abomasum, dengan berat masing-masing pada ternak dewasa kurang lebih 80%,

5%, 7% dan 7% dari keseluruhan berat perut ternak (Arora, 1989). Rumen

merupakan tempat dimana makanan dicerna secara fermentatif yang di dalamnya

terdapat sejumlah mikroba anaerob. Jenis mikroba rumen secara garis besar

adalah bakteri, protozoa dan kapang dengan jumlah populasi terdiri dari 1010

13

Page 31: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

bakteri/ml cairan rumen, 106 ciliate protozoa/ml cairan rumen dan 106 fungi/ml

cairan rumen (Dehority, 1998). Mikroba rumen memliki peran penting karena

pakan yang masuk ke dalam rumen akan didegradasi menjadi produk metabolis

yang sederhana untuk dimanfaatkan oleh mikroba yaitu (NH3) sebagai sumber N

dan Volatile fatty acids (VFA) yaitu antara lain asam lemak asetat, propionat dan

butirat sebagai sumber energi yang digunakan oleh ternak ruminansia (Ørskov &

Ryle, 1990).

Rumen berperan penting bagi ruminansia, berupa reservior yang selalu

terisi banyak massa pakan (digesta). Rumen mampu menampung + 100-300 L

(ruminansia besar) dan + 4-10 L (ruminansia kecil) (Ogimoto dan Imai,

1981dalam Nurvianty, 2006) bahan pakan halus, atau sekitar 53% dari total bahan

pakan yang ada di dalam saluran pencernaan ruminansia. Rumen mengandung +

85% cairan dan terdapat dalam dua bagian. Bagian bawah merupakan tempat

pakan halus dalam suspensi dan cair, sedangkan bagian atas untuk pakan kasar

dan padat (bolus) (Delaval, 2006).

Omasum merupakan tempat penyaringan partikel-partikel besar (serat

kasar tidak dapat masuk ke dalamnya), penyerapan air (30-60%), asam-asam

lemak mudah menguap (VFA), mineral dan nitrogen (Delaval, 2006). Abomasum

merupakan tempat pertama terjadinya pencernaan makanan secara kimiawi karena

adanya sekresi getah lambung. Abomasum juga mengatur aliran digesta (Arora,

1989). Bahan pakan dari abomasum menuju usus halus kemudian menuju usus

besar (Delaval, 2006).

14

Page 32: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Gambar 4. Sistem pencernaan hewan ruminansia (Cumming, 2003)

2.7. Pengukuran Nilai Kecernaan dan Produksi Gas secara In Vitro

Nilai kecernaan pakan adalah evaluasi dan pengukuran nilai kecernaan

(digestibility) pakan. Pada dasarnya pengukuran nilai kecernaan adalah usaha

penentuan jumlah zat-zat makanan dari pakan yang dimakan dan tidak keluar

bersama feses dalam artian bahwa telah diabsorbsi di dalam saluran pencernaan

(Lambourne, 1974 dalam Tangdilintin FK, 1984).

Penelitian daya cerna, khususnya pada hewan ruminansia dapat dilakukan

secara langsung atau tidak langsung. Metode in vivo, in sacco dan in vitro

merupakan teknik pengukuran nilai kecernaan secara langsung. Pengukuran nilai

kecernaan tidak langsung dapat menggunakan radioisotop. Teknik in vivo (koleksi

total) dilakukan dengan mengukur jumlah pakan yang dikonsumsi dan banyaknya

feses yang dikeluarkan oleh ternak dalam satu hari. Metode in sacco merupakan

15

Page 33: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

teknik pengukuran nilai kecernaan menggunakan kantung nilon (Tilley dan Terry,

1963). Metode in vitro pada prinsipnya adalah suatu teknik simulasi keadaan

lingkungan rumen sebenarnya dengan menginkubasi cairan rumen pada media

buffer secara anaerob pada suhu 390C dengan variasi periode inkubasi. Sekarang

ini umumnya teknik in vitro yang digunakan adalah :

1. Metode kecernaan 2 fase (Tilley dan Terry, 1963)

2. Modifikasi kecernaan 2 fase (Goering dan Van Soest, 1970)

3. Produksi gas metode Hohenheim (Menke et al., 1979).

Metode in vitro dapat digunakan untuk mempelajari aktivitas mikroba

rumen tanpa mempengaruhi hewan percobaan (Krishnamoorthy, 2001).

Keberhasilan metode in vitro dipengaruhi oleh pencampuran sampel pakan, cairan

rumen, kontrol suhu, ada tidaknya gangguan terhadap proses fermentasi

khususnya pada larutan buffer, variasi waktu, dan metode analisis kimia yang

digunakan (Scheneider dan Flatt, 1975).

Salah satu pengukuran yang dapat diperoleh dari metode in vitro adalah

produksi gas. Produksi gas merupakan indikasi adanya aktifitas metabolisme

mikroba rumen. Produksi gas secara akurat menggambarkan proses fermentasi

substrat pakan menjadi produk berupa VFA dan biomassa mikroba rumen

(Blummel dan rskov, 1993). Produksi gas yang tinggi menunjukkan aktivitas

mikroba dalam rumen dan mencerminkan kualitas pakan. Produksi gas akan

mencapai puncak pada inkubasi 24 jam pertama, selanjutnya akan mengalami

penurunan hingga 96 jam dan akhirnya mencapai nol. Hal semacam ini terjadi

untuk semua jenis pakan oleh karena semakin lama jenis pakan dalam rumen

semakin berkurang sumber bahan organik yang dimanfaatkan oleh mikroba untuk

16

Page 34: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

memproduksi gas (Ella dkk, 1997). Hasil produksi gas memang tidak memiliki

manfaat bagi ternak namun pengukuran produksi gas secara in vitro menunjukkan

aktivitas mikroba rumen dalam mendegradasi pakan. Gas yang terbentuk

merupakan hasil akhir dari fermentasi bahan organik (BO) menjadi VFA

selebihnya berupa CO2 dan CH4 (Menke et al., 1979).

Dua model in vitro produksi gas yang berkembang saat ini adalah dengan

menggunakan syiringe glass berskala dan dengan menggunakan botol serum.

Prinsip kerja in vitro produksi gas dengan menggunakan syringe glass adalah gas

yang terbentuk selama inkubasi akan mendorong piston ke atas, sehingga volume

gas dapat dibaca pada skala yang terdapat pada dinding syringe. Perbedaan antara

metode ini dengan metode pemakaian botol serum adalah gas yang terbentuk pada

metode botol serum akan mengisi ruang kosong pada bagian atas botol, volume

diukur dengan menggunakan syringe 10 ml (Kurniawati, 2007).

Sumber nitrogen yang penting dipergunakan dalam sistim in vitro ini adalah

sumber nitrogen seperti urea, ammonium sulfat, atau garam ammonium lain yang

dapat dipergunakan oleh mikroba rumen. Larutan mineral ditambahkan sebagai

pengganti saliva untuk memberikan fungsi buffer di dalam sistem in vitro. Sumber

kultur campuran berbagai organisme untuk sistem in vitro diperoleh dengan

menyaring cairan rumen (Arora, 1989). Cairan dari hasil pengukuran produksi gas

dilarutkan dalam larutan Neutral Detergent Solutio (NDS) dan digunakan untuk

mengukur nilai KcBK dan KcBO.

17

Page 35: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

2.8. Produksi Massa Mikroba

Massa mikroba merupakan indikasi dari banyaknya jumlah mikroba yang

terdapat di dalam cairan rumen, dimana mikroba tersebut berperan dalam

mendegradasi pakan. Biomassa mikroba merupakan pasokan protein untuk ternak

dimana mempunyai hubungan yang erat terhadap bahan organik terfermentasi di

dalam rumen dan umumnya diekspresikan sebagai g N mikroba/kg bahan organik

terfermentasi di dalam rumen (ARC, 1984 dalam Kurniawan, 2005).

Van Soest (1976) mengembangkan suatu sistem analisis detergen yang

membagi bahan hijauan berserat ke dalam kelompok sebagai berikut : bahan larut

dalam Detergen Neutral (Neutral Detergen Solubles) terdiri dari isi sel tanaman

(protein, lemak, serta karbohidrat yang mudah larut seperti gula dan pati) serta

mikroba. Residu detergen neutral (NDS) atau serat terdiri dari dinding sel

tanaman (selulosa dan karbohidrat) yang tidak dapat dicerna. Neutral Detergen

Solution (NDS) merupakan larutan yang berfungsi melisiskan dan mencerna

semua mikroba serta kandungan lain yang dapat dicerna serta meninggalkan

residu dinding sel tanaman yang tidak dapat dicerna. Hasil dari ekstraksi ini dapat

digunakan untruk menduga produksi massa mikroba yang terjadi karena di

dapatkan residu terdegradasi asli yang tidak mengandung mikroba, sehingga

melalui pengurangan residu terdegradasi semu yang masih mengandung mikroba

dengan residu terdegradasi asli akan didapatkan produksi massa mikroba

(Blummel dan rckov, 1993).

18

Page 36: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

2.9. Volatile Fatty Acid (VFA )

Volatile Fatty Acid (VFA) merupakan sumber energi utama bagi ternak

ruminansia yang dihasilkan dari proses fermentasi pakan dalam rumen (Orskov

dan Ryle, 1990). Karbohidrat sederhana dan kompleks (serat) dicerna oleh

mikroba rumen dan dirubah menjadi Volatile Fatty Acid (VFA). Pemecahan

karbohidrat menjadi VFA terdiri dari 2 tahap : 1). Hidrolisis ekstraseuler dari

karbohidrat kompleks (selulosa, hemiselulosa, pektin) menjadi oligosakarida

rantai pendek terutama disakarida (selobiosa, maltosa, pentosa) dan gula-gula

sederhana. 2). Pemecahan oligosakarida dan gula-gula sederhana menjadi VFA

oleh aktifitas enzim intraseluler (Fapet_IPB, 2005)..

Komposisi Volatile Fatty Acid (VFA) terbanyak di dalam cairan rumen

adalah asam asetat, propionat dan butirat sedangkan yang dalam jumlah kecil

adalah asam format, isobutirat, valerat, isovalerat dan kaproat. Pemecahan protein

oleh bakteri juga menghasilkan VFA yang terdapat dalam jumlah kecil (fapet/ipb,

2005). Pada saat pakan dimakan dalam jumlah banyak, bentuk asam asetat

mencapai (60% - 70%), propionat (15%- 20%) dan asam butirat (5%-15%). VFA

diabsorbsi dari rumen ke dalam aliran darah dan dialirkan ke dalam tubuh. Ternak

menggunakan sumber energi untuk memenuhi kebutuhan, pertumbuhan,

reproduksi, dan produksi susu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi VFA di dalam rumen adalah :

a. Makanan serat (sumber hijauan) akan mengahsilkan lebih banyak asetat dari

pada propionat sehingga lebih sesuai untuk ternak berproduksi air susu (kadar

lemak tinggi)

19

Page 37: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

b. Makanan pati (biji-bijian/ konsentrat tinggi) menghasilkan propionat tinggi,

sesuai untuk ternak daging

c. Rasio antara konsentrat dan hijauan pakan

d. Bentuk fisik pakan (ukuran pakan)

e. Level intake (banyaknya asupan pakan)

f. Frekuensi pemberian pakan

Penyerapan VFA tergantung pada perbedaan antara konsentrasinya di

dalam cairan rumen dan di dalam sel-sel epitel atau darah. Laju penyerapan VFA

dari rumen meningkat sejalan dengan penurunan pH cairan rumen. Sapi

memperoleh 50% - 70% energi dari VFA yang diproduksi di dalam rumen.

(Fapet_IPB, 2005).

2.10. Amonia (NH3)

Amonia (NH3) merupakan produk utama dari proses deaminasi protein

menjadi asam amino dan kecukupannya dalam rumen untuk memasok sebagian

besar N untuk pertumbuhan mikroba merupakan prioritas utama dalam

mengoptimalkan fermentasi hijauan (Leng, 1990). Sintesa protein mikroba yang

optimal diperlukan keseimbangan energi (VFA) dan nitrogen dalam bentuk N-

NH3. Kekurangan salah satu unsur ini dapat menghambat pertumbuhan mikroba

rumen. Produk hidrolisa protein sebagian besar akan mengalami katabolisme lebih

lanjut (deaminasi), sehingga dihasilkan amonia (NH3). Amonia asal perombakan

protein pakan tersebut sangat besar kontribusinya terhadap amonia rumen.

Diperlukan kisaran konsentrasi amonia tertentu untuk memaksimumkan laju

20

Page 38: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

sintesa protein mikroba. Karena itu kelarutan dan degradibilitas protein pakan

sangat penting untuk diketahui (Arora, 1989).

Konsentrasi amonia di dalam rumen ikut menentukan efisiensi sintesa

protein mikroba yang pada gilirannya akan mempengaruhi hasil fermentasi bahan

organik pakan. Hasil fermentasi tersebut dapat dilihat sebagai konsentrasi Volatile

Fatty Acid (VFA) di dalam cairan rumen. Konsentrasi amonia tersebut antara lain

ditentukan oleh tingkat protein pakan yang dikonsumsi, derajat degradabilitasnya,

lamanya makanan berada di dalam rumen dan pH rumen (Haryanto, 1994 dalam

Kaunang, 2005).

Konsentrasi amonia sebesar 50 mg/100ml (setara dengan 3.57 mM/L) di

dalam cairan rumen dapat dikatakan optimum untuk menunjang sintesa protein

mikroba rumen (Satter & Slyter, 1974), sedangkan kadar amonia yang dibutuhkan

untuk menunjang pertumbuhan mikroba rumen yang maksimal berkisar antara 4-

12 mM (Erwanto et al., 1993 dalam Kaunang, 2005). Pengamatan secara in vivo

yang dilakukan oleh Mehrez et al., (1977) dalam Kaunang (2005), kadar amonia

cairan rumen yang optimal untuk pertumbuhan mikroba yang maksimal adalah

16,79 mM. Konsentrasi amonia menggambarkan kecepatan produksi dari

pencernaan nitrogen.

21

Page 39: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2007, di

laboratorium Nutrisi Ternak, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi

(PATIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Pasar Jum’at Jakarta Selatan.

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jerami sorgum (Sorgum

hasil iradiasi 300 Gy PATIR BATAN) yang digunakan seperti batang, daun dan

bagian yang lain kecuali biji sorgum, starter (BMFbiofad) dengan konsentrasi

(0%, 0,25%, 0,5%, 0,75%) dan urea 0,3%. Satu ekor hewan percobaan (kerbau)

untuk diambil cairan rumennya. Larutan HCO3 bufer, larutan makro mineral,

larutan mikro mineral, larutan resazurin, dan larutan reduksi, akuades (H2O).

Neutral Detergent Solution (NDS) 2 kali konsentrasi (Terlampir), air panas,

aseton, H3BO3, K2CO3, HCL 0,1 N, H2SO4, NaOH 0,1 N, Akuades dan phenol

ptalin (indikator).

3.2.2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantong kertas, oven 60 -

700C, timbangan analitik (O’haus), pisau, plastik, tong besar untuk tempat

fermentasi, pH meter (Knick model 766 kalimatik), alat semprot, tisu, blender,

gelas ukur 50 ml. Cawan porselin, timbangan (Sartorius) dan eksikator. Beaker

glass, magnetik stirer dan pemanas air. Termos, termometer, kain kasa (4 lapis),

22

Page 40: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

gelas ukur 500 ml, blender, pipet, gelas syiringe dengan Ø 36 mm panjang 200

mm berskala 100 ml beserta rak, waterbath, termometer, erlenmeyer (Duran)

2000 mL, pipet, vaselin, gas CO2, thermostat dengan suhu 38 – 390C. Crussible

40 – 100 milimikron, oven 1050C, eksikator, tanur 6000C, alat pemanas air untuk

merefluk, pemanas serat (NDF Heater). cawan conway, mikropipet (ukuran 100 µl

– 1000 µ l), pipet biuret, tabung reaksi, sentrifuse (Hitachi) 11.900 rpm selama 20

menit, mikropipet (ukuran 500 µ l –5000 µ l dan 100 µl - 1000 µl), destilator,

erlenmeyer 100 mL, dan buret untuk titrasi.

3.3. Cara Kerja

3.3.1. Fermentasi Jerami Sorgum

Jerami sorgum (batang dan daun) yang didapatkan dari sisa panen,

dibersihkan dan di cacah kira-kira 2-3 cm. Kemudian dimasukkan ke dalam

plastik dan ditimbang hingga + 400 g, setelah itu ditambah starter (biofad) sesuai

kombinasi perlakuan yaitu 0 %, 0,25 %, 0,5 % dan 0,75 % serta penambahan urea

0,3 %. Setelah dicampur dengan starter dan urea, ditimbang kembali untuk

menentukan berat awal. Kemudian diinkubasi di dalam tong selama 3 minggu

pada suhu kamar untuk proses fermentasi. Setelah inkubasi selesai jerami sorgum

yang telah difermentasi dianalisis kadar air, pH, bahan kering dan bahan organik.

3.3.2. Penentuan Bahan Kering dan Bahan Organik Fermentasi Jerami Sorgum

3.3.2.1. Bahan Kering (BK)

Jerami sorgum yang telah difermentasi, dihaluskan dengan menggunakan

blender dan grender sampai berukuran + 1 mesh. Kemudian sebagai wadah cawan

porselin kosong yang telah dimasukkan ke dalam oven (suhu 1050C selama 24

jam), didinginkan dalam desikator selama + 1 jam dan ditimbang hingga

23

Page 41: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

mencapai berat tetap (A). Cawan porselin diisi sampel (jerami sorgum fermentasi

yang telah dihaluskan) sebanyak + 2 g, ditimbang hingga mendapatkan berat tetap

(B). Setelah itu dimasukkan ke dalam oven 1050C selama + 24 jam. Cawan dari

oven didinginkan dalam desikator selama 60 menit, setelah itu ditimbang (C) dan

di catat hasilnya.

C A BK =

B A

100 %

Keterangan : BK = Bahan Kering (%)

A = Berat cawan kosong (g)

B = Berat cawan + sampel (g)

C = Berat setelah dari oven (105 C) (g)

3.3.2.2. Bahan Organik (BO)

Setelah diperoleh bahan kering, kemudian dimasukkan ke dalam tanur

pada suhu 6000C selama + 4 jam hingga terbentuk abu. Selanjutnya dimasukkan

ke dalam desikator selama + 1 jam hingga mencapai berat tetap, setelah itu

ditimbang (D) dan dicatat hasilnya.

BO =

C D

C A

100 %

Keterangan : BO = Bahan Organik (%)

A = Berat cawan kosong (g)

C = Berat setelah dari oven (105 C) (g)

D = Berat setelah dari tanur (600 C) (g)

3.3.3. Produksi Gas secara In Vitro

3.3.3.1. Pengambilan Cairan Rumen

24

Page 42: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Pengambilan cairan rumen dilakukan pada pagi hari sebelum hewan

percobaan diberi makan, dengan tujuan agar mikroba yang ada di dalam rumen

tidak tercampur dengan mikroba yang masuk lewat makanan. Pengambilan cairan

rumen dilakukan tiap ulangan, dengan perbedaan waktu pengambilan. Tiap

ulangan diambil cairan rumen sebanyak + 300 ml untuk semua perlakuan. Cairan

rumen ini berperan dalam proses fermentasi pakan secara in vitro, dimana uji in

vitro dilakukan untuk melihat tingkat kecernaan jerami sorgum yang telah

difermentasi dengan penambahan starter.

Dalam pengambilan cairan rumen ini, dibantu oleh petugas dengan

menggunakan alat paralon setengah lingkaran kemudian dimasukkan ke dalam

perut yang sudah di vistula. Cairan rumen dimasukkan ke dalam termos yang

sudah dikondisikan sebelumnya (termos diisi air panas hingga mencapai suhu +

390C kemudian air dikeluarkan dan termos dialiri CO2). Kemudian cairan rumen

di blender dan disaring dengan menggunakan kain kasa 4 lapis dengan tetap

menjaga kondisi anaerob yaitu pemberian CO2, setelah itu dicampur dengan

media gas tes.

3.3.3.2. Pengukuran Produksi Gas

Metode produksi gas dilakukan sesuai petunjuk Menke et al., (1979).

Pada hari pertama, sampel pakan perlakuan (fermentasi jerami sorgum yang sudah

dihaluskan berukuran 1 mesh) ditimbang 375 + 10 mg BK, dimasukkan ke dasar

syringe dan diusahakan jangan menempel pada dinding syringe. Sebelum piston

dimasukkan ke dasar syringe terlebih dahulu di olesi dengan vaselin. Setelah itu

disiapkan campuran bufer media gas tes (Lampiran 1. tanpa larutan reduksi),

25

Page 43: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

distirer dan dialiri CO2 secukupnya kemudian diinkubasi di dalam water bath

pada suhu 39ºC.

Pada hari kedua, preparasi media gas tes yang telah dibuat, distirer

kembali dan tetap dialiri CO2. Kemudian sebelum dicampurkan dengan cairan

rumen, terlebih dahulu ditambahkan dengan larutan reduksi hingga terjadi

perubahan warna dari merah muda menjadi bening yang menandakan kondisi

media dalam keadaan anaerob. Cairan rumen yang telah disiapkan dicampur

dengan media gas tes. Sebanyak 30 ml campuran tadi dipipet dengan

menggunakan dispenser dan dimasukkan ke dalam syringe yang sudah berisi

sampel melalui selang yang ada di dasar syringe, kemudian selang ditutup dengan

menggunakan klem plastik.

Sebelum di masukkan ke dalam water bath, syringe dibaca volumenya

sebagai Vo. Blanko dibuat seperti diatas tanpa penambahan sampel, volume tiap

syringe dicatat setiap jam ke 2, 4, 6, 8, 10 dan 24. Jika posisi piston di atas 60 ml,

nilai ini dicatat kemudian klem dibuka dan posisi piston dikembalikan ke posisi

40 ml supaya sampel tidak keluar dan dicatat jumlah volume gas sebelumnya.

Pembacaan dilakukan dengan cepat agar tidak terjadi perubahan suhu.

Rumus perhitungan produksi gas adalah :

Vol Gas = V24 – V0

Net Gas = Vgas – rata-rata Vgas blanko

Net Gas 200 mg/ml = NG B

Fh

200 mg

Fk PG200 = NG200 x

2

FK = 60

NG 200

konsentrat

26

Page 44: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

FH = 44

NG 200

Hijauan

Keterangan : V24 = Volume akhir pada jam ke 24 (ml)

V0 = Volume awal pada jam ke 0 (ml)

Net Gas = Volume gas bersih (mg/ml)

FK = Faktor Koreksi Konsentrat

FH = Faktor Koreksi Hijauan

B = Sampel (mg)

Sampel produksi gas setelah inkubasi selama 24 jam masing-masing

diukur pH-nya, kemudian dilakukan metode Apparent Degraded dan Truly

Degraded. Untuk metode Apparent Degraded, sampel setelah produksi gas

disentrifus pada kecepatan 11.900 rpm selama + 20 menit. Supernatan yang

diperoleh di ambil untuk pengukuran NH3 dan VFA, sedangkan endapan yang

terbentuk dipakai untuk pengukuran bahan kering (BK), bahan organik (BO) dan

pengukuran produksi massa mikroba dengan proses pencucian 2 kali.

3.3.4. Pengukuran Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KcBO) secara In Vitro

Pengukuran kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik

(KcBO) dilakukan dengan metode substrate truly degraded, yaitu dengan

penambahan Neutral Detergen Solution (NDS). Sampel residu produksi gas

setelah inkubasi selama 24 jam dipindahkan dalam beaker glass, kemudian

ditambahkan larutan Neutral Detergen Solution (NDS) sebanyak 30 ml.

Dipanaskan (direflux) hingga mendidih dan dibiarkan selama + 1 jam, kemudian

disaring dengan menggunakan filter crussible yang telah ditimbang dan penyaring

vakum. Residu yang tersaring dibersihkan dengan menggunakan air panas,

kemudian dibilas dengan aceton.

27

Page 45: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Sisa residu dimasukan ke dalam oven 1050C selama 24 jam, setelah itu

didinginkan dalam desikator selama 60 menit kemudian ditimbang (BK residu).

Kemudian sisa residu dilanjutkan dengan pengabuan yaitu dimasukkan ke dalam

tanur 6000C selama 4 jam, didinginkan dalam desikator selama 60 menit dan

ditimbang (BO residu).

Penentuan KcBK dan KcBO di hitung dengan rumus :

KcBK = BK awal (BK residu BK blanko)

BK awal

100%

Keterangan : KcBK = Kecernaan Bahan Kering (%)

BK awal = Berat sampel dikalikan % bahan kering/ 100 (g)

BK residu = Berat kering setelah produksi gas (g)

BK blanko = Berat kering setelah produksi gas (Blanko) (g)

KcBO = BO awal (BO residu BO blanko)

BO awal

100%

Keterangan : KcBO = Kecernaan Bahan Organik (%)

BO awal = Berat sampel dikalikan % bahan organik/100 (g)

BO residu = Berat organik setelah produksi gas (g)

BO blanko = Berat organik setelah produksi gas (Blanko) (g)

3.3.5. Produksi Massa Mikroba

Pengukuran produksi massa mikroba diperoleh dari pengurangan bahan

kering (BK) residu terdegradasi semu (Apparent Degraded pada pengukuran

sampel setelah produksi gas) dengan bahan kering (BK) residu terdegradasi asli

(Truly Degraded pada pengukuran KcBK).

Page 46: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

28

Page 47: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Penetuan pengukuran produksi biomassa mikroba dihitung dengan rumus :

PMM = BK(apparent) – BK (truly) x 100 %

Keterangan : PMM = Produksi Massa Mikroba (%)

BK (apparent) = Bakan Kering residu apparent digestibility (g)

BK (truly) = Bahan Kering residu trully digestibility (g)

3.3.6. Pengukuran pH, NH3 dan VFA

3.3.6.1. Pengukuran pH sampel hasil produksi gas

Sampel hasil produksi gas di tempatkan pada tabung sentrifus, kemudian

diukur pH-nya dengan menggunakan pH meter (Knick, model 766 kalimatik) dan

dicatat.

3.3.6.2. Pengukuran konsentrasi NH3 sampel hasil produksi gas

Pengukuran NH3 dilakukan dengan metode conway (1962). Supernatan

yang diperoleh dari hasil sentrifugasi, diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi. Ditambahkan NaCl sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam

lemari es untuk pengawetan. Cawan conway yang telah dibersihkan kemudian

diolesi vaselin pada bagian pinggirnya. Satu ml H3BO3 (warna larutan merah

muda) diambil dan diletakkan di bagian tengah cawan, 1 ml K2CO3 diletakkan di

bagian kiri cawan dan supernatan yang telah diawetkan, diambil 1 ml dan

diletakkan di bagian kanan cawan.

Setelah itu dicampur dan tunggu sampai 2 jam, hingga terlihat perubahan

warna menjadi warna biru. Kemudian dititrasi dengan HCl 0,01 N hingga warna

berubah menjadi warna awal yaitu merah muda, dicatat volume HCl yang terpakai

29

Page 48: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

kemudian dihitung konsentrasi NH3 yang dihasilkan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Konsentrasi NH3 = (Volume titrasi x N HCl x BM NH3 x 100) x Pengenceran

1 ml sampel

Keterangan : N HCl = HCl yang dipakai dalam titrasi (N)

BM NH3 = 17 (N : 14, H : 1)

Pengenceran = Jumlah volume supernatan dan HCl yang

diawetkan per jumlah supernatan yang

diambil (10/5) ml

4. Pengukuran VFA sampel hasil produksi gas

Supernatan yang diperoleh dari hasil sentrifugasi, diambil sebanyak 5 ml

dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan H2SO4 sebanyak

1 ml, lalu diawetkan di dalam lemari es. Supernatan yang telah diawetkan, diambil

sebanyak 2 ml kemudian didestilasi di dalam destilator VFA, hingga mendapatkan

uap air sebanyak 100 ml. Setelah itu ditambah 3 tetes indikator phenol pthialin

dan ditritasi dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi warna

merah muda, dicatat volume titrasi NaOH yang digunakan kemudian perhitungan

konsentrasi VFA dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Konsentrasi VFA = (Volume titrasi x N NaOH x 100) x Pengenceran

2 ml sampel

Keterangan : Pengenceran = Jumlah volume supernatan dan NaOH yang diawetkan per jumlah supernatan yang diambil (6/5) ml

30

Page 49: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

3.4. Analisis Data

Data hasil pengukuran diolah secara statistik dengan menggunakan metode

percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) melalui perhitungan ANOVA.

Percobaan RAK dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali,

sebagai kelompok yang berdasarkan perbedaan waktu pengambilan cairan rumen

pada saat produksi gas secara in vitro (Yitnosumarto, 1993). Perlakuan adalah

sebagai berikut :

A0 : Jerami sorgum + urea 0,3% + starter 0%

A1 : Jerami sorgum + urea 0,3% + starter 0,25%

A2 : Jerami sorgum + urea 0,3% + starter 0,5%

A3 : Jerami sorgum + urea 0,3% + starter 0,75%

Pengujian hipotesis dengan berdasarkan pada ketetapan Ho dan H1:

Ho = Adanya pengaruh penambahan starter pada fermentasi jerami sorgum

terhadap tingkat kecernaan hewan ruminansia.

H1 = Tidak ada pengaruh penabahan starter pada fermentasi jerami sorum

terhadap tingkat kecernaan hewan ruminansia.

Jika F hitung < F tabel dimana a 0.05 % dan 0.01 %, Terima Ho

Jika Fhitung > F tabel dimana a 0.05 % dan 0.01 %, Tolak Ho

31

Page 50: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

22.32 21.95 21.89

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Produksi Gas Secara In Vitro

Produksi gas merupakan indikasi adanya aktifitas metabolisme mikroba

rumen. Produksi gas secara akurat menggambarkan proses fermentasi substrat

pakan menjadi produk berupa VFA dan biomassa mikroba rumen (Blummel dan

rckov, 1993). Hasil analisis rata-rata volume produksi gas secara in vitro (ml/0,2

g BK) dari tiap sampel dapat dilihat pada Gambar 5.

23.5 23.29

23

22.5

22

21.5

21

A0 A1 A2 A3

Pe r lak uan

A0 = Jerami sorgum (JS) + urea 0,3% A2 = JS + urea 0,3% + Starter 0,5% A1

= JS + urea 0,3% + Starter 0,25% A3 = JS + urea 0,3% + Starter 0,75%

Gambar 5. Volume produksi gas jerami sorgum fermentasi setelah inkubasi 24

jam secara In Vitro.

Hasil analisis produksi gas pada tiap ulangan terlihat bervariasi. Nilai

rata-rata produksi gas tertinggi terjadi pada perlakuan A0 diikuti dengan

perlakuan A3, A1, dan A2 yaitu dengan nilai berturut-turut adalah 23.29 ml/0,2 g

BK, 22.32 ml/0,2 g BK, 21.95 ml/0,2 g BK, dan 21.89 ml/0,2 g BK. Hasil analisis

statistik produksi gas selama 24 jam inkubasi menunjukkan perbedaan pengaruh

32

Page 51: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

yang tidak nyata (F<0.05), hal ini mungkin disebabkan adanya salah satu faktor

yang mempengaruhi keberhasilan metode in vitro yaitu variasi waktu

pengambilan cairan rumen, kondisi cairan rumen yang berbeda dan ada tidaknya

gangguan terhadap proses fermentasi khususnya pada larutan buffer. Menurut

Scheneider dan Flatt (1975), keberhasilan metode in vitro dipengaruhi oleh

pencampuran sampel pakan, cairan rumen, kontrol suhu, ada tidaknya gangguan

terhadap proses fermentasi khususnya pada larutan buffer, variasi waktu, dan

metode analisis kimia yang digunakan.

Produksi gas pada perlakuan dengan penambahan starter (A1, A2 dan A3),

memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan yang tidak

ditambah starter (A0). Hal ini mungkin disebabkan bahan organik yang

terkandung pada jerami sorgum yang difermentasi telah digunakan oleh mikroba

untuk mendukung pertumbuhannya, menurut Orckov & Ryle (1990) jumlah gas

yang sedikit dapat disebabkan oleh terpakainya bahan organik terfermentasi untuk

sintesis mikroba.

Pada perlakuan A0, memiliki produksi gas yang paling tinggi, walaupun

tidak berbeda nyata (F<0,05). Hal ini mungkin disebabkan kandungan nutrisi pada

pakan masih tersedia, karena sedikitnya aktifitas mikroba dalam mendegradasi

pakan pada saat fermentasi atau silase jerami sorgum. Sehingga pada saat

fermentasi secara in vitro dengan penambahan cairan rumen, aktifitas mikroba

masih optimum dalam mendegradasi pakan yang ditandai dengan tingginya

produksi gas. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Firsoni dkk (2005), bahwa

aktifitas mikroba masih tinggi setelah 24 jam inkubasi yang disebabkan masih

33

Page 52: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

tersedianya zat nutrisi pakan (kontrol) karena sedikitnya aktivitas bakteri

pembentuk asam laktat dalam pembuatan silase.

Menurut Getachew et al., (2003) dalam Firsoni dkk (2003) ada beberapa

hal yang mempengaruhi fermentasi pakan oleh mikroba yaitu keadaan anaerob,

temperatur, pH dan jumlah pemakaian buffer terhadap jumlah cairan rumen yang

digunakan. Pola parameter perlakuan fermentasi jerami sorgum yang berfluktuasi,

tidak lepas dari pengaruh pertumbuhan mikroba yang sudah ada dalam cairan

rumen. Produksi gas masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6 yang

menandakan adanya pola pertumbuhan mikroba.

80

60 A0

A1 40

A2

20 A3

0

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

Waktu (Jam)

A0 = Jerami sorgum (JS) + urea 0,3% A2 = JS + urea 0,3% + Starter 0,5%

A1 = JS + urea 0,3% + Starter 0,25% A3 = JS + urea 0,3% + Starter 0,75%

Gambar 6.Volume produksi gas jerami sorgum fermentasi selama inkubasi 0, 2, 4, 6, 8, 10 dan 24 jam.

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa adanya aktivitas mikroba yang

ditandai oleh terbentuknya gas, serta proses fermentasi di dalam perlakuan.

Volume gas pada awal inkubasi yaitu kira-kira pada jam ke 0, 2, 4, 6, 8 dan 10

mengalami sedikit kenaikan, sedangkan pada inkubasi sampai jam ke 24

menunjukkan peningkatan volume produksi gas yang tinggi, hal ini disebabkan

pengaruh pertumbuhan serta aktivitas mikroba dalam proses fermentasi.

34

Page 53: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ella dkk (1997), bahwa produksi gas yang

tinggi menunjukkan aktivitas mikroba dalam rumen dan mencerminkan kualitas

pakan. Berdasarkan penelitiannya, produksi gas mencapai puncak pada inkubasi

24 jam pertama, selanjutnya mengalami penurunan hingga 96 jam dan akhirnya

mencapai nol.

Berdasarkan fase pertumbuhan mikroba, pada jam ke 2, 4, 6, 8, dan 10

pertumbuhan mengalami fase adaptasi (Lag Fase) itu terlihat dari gambar volume

produksi gas yang tidak terlalu besar kenaikannya. Pada fase ini, mikroba

mengalami penyesuaian terhadap lingkungannya dan belum maksimal dalam

melakukan kolonisasi pada substrat (Orskov, Hevell dan mullet, 1980). Kemudian

volume gas pada jam ke 24 menunjukkan kenaikkan yang signifikan, karena

diperkirakan mikroba sedang mengalami fase logaritmik (Log Fase) yaitu fase

pembelahan dimana pada fase ini kecepatan pertumbuhan dan

perkembangbiakkan mikroba terjadi sangat cepat dan maksimal baik

metabolismenya maupun pembelahan selnya. Pada fase inilah mikroba mulai

mendegradasi pakan, merombak karbohidrat menjadi struktur yang lebih

sederhana dan menghasilkan gas dari perombakan bahan organik. Selama pakan

diinkubasi dalam cairan rumen dan buffer secara in vitro, maka zat makanan

difermentasi menjadi VFA, gas terutama CO2 dan CH4 serta sel mikroba

(Krishnamoorthy, 2001).

4.2. Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KcBO) Jerami Sorgum Fermentasi Secara In Vitro

Kecernaan pakan oleh ruminansia sangat dipengaruhi oleh aktivitas

mikroba di dalam rumen. Estimasi kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan

35

Page 54: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

organik pada penelitian ini diperoleh dengan mengukur residu substrat yang

diinkubasi selama 24 jam. Hasil pengukuran KcBK dan KcBO dapat dilihat pada

Gambar 7.

46.5

45

42

40.5

39

44.787

43.587

45.422

42.001

45.494

42.053

46.384

44.236

KcBK

KcBO

A0 A1 A2 A3

Perlakuan

A0 = Jerami sorgum (JS) + urea 0,3% A2 = JS + urea 0,3% + Starter 0,5%

A1 = JS + urea 0,3% + Starter 0,25% A3 = JS + urea 0,3% + Starter 0,75%

Gambar 7 . Hasil pengukuran KcBK dan KcBO jerami sorgum fermentasi setelah inkubasi selama 24 jam.

Pada Gambar 7, pengaruh perlakuan terhadap KcBK dan KcBO memiliki

nilai yang bervariasi. Nilai rata-rata kecernaan bahan kering mulai yang tertinggi

adalah perlakuan A1 diikuti perlakuan A3, A0, dan A2 yaitu 45,422 %, 44,236 %,

43,587 %, dan 42,053 %. Nilai rata-rata kecernaan bahan organik mulai yang

tertinggi adalah perlakuan A3 diikuti dengan perlakuan A2, A0 dan A1 yaitu

46,384 %, 45,494 %, 44,787 %, dan 42,001 %.

Hasil pengukuran KcBK dan KcBO menunjukkan bahwa, antar perlakuan

memiliki nilai yang tidak berbeda nyata (Lampiran 4.1 dan 4.2), baik yang

ditambahkan dengan starter maupun tanpa penambahan starter. Perbedaan

36

Page 55: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

kecernaan bahan kering dan bahan organik disebabkan oleh pemanfaatan BK dan

BO oleh mikroba untuk hidup dan berkembang biak selama proses fermentasi.

Penambahan starter sebesar 0,75% ke dalam proses fermentasi jerami

sorgum (A3) menghasilkan nilai KcBO maksimal, walaupun tidak berbeda nyata

dengan perlakuan lain (F<0,05). Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah

penambahan starter dan sumber nutrisi seperti karbohidrat yang terkandung di

dalam jerami sorgum serta penambahan urea, dapat mencukupi kebutuhan

mikroba dalam proses fermentasi, sehingga mikroba dapat mencerna pakan secara

optimal.

Daya cerna bahan makanan sangat dipengaruhi oleh kandungan

karbohidrat, jenis serat, jenis hewan, laju jalannya makanan di dalam saluran

pencernaan serta mikroba yang mendegradasi (Suryadi dkk, 1998). Bahan kering

dan bahan organik juga sangat mempengaruhi proses kecernaan. Adapun nilai

bahan kering (BK) dan bahan organik (BO) setelah fermentasi jerami sorgum

ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai BK (%) dan BO (%) jerami sorgum setelah proses fermentasi selama 21 hari.

Rataan

Perlakuan

BK (%)

BO (%)

A0

91.27

87.85

A1

93.00

86.99

A2

90.46

87.22

A3

91.69

87.10

37

Page 56: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Kandungan bahan kering pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai yang

tertinggi pada perlakuan A1 diikuti perlakuan A3, A0 dan A2, urutan ini sesuai

dengan nilai KcBK (%) pada Gambar 7. Hal ini menguatkan bahwa kecernaan

bahan kering sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan keringnya. Menurut

Tillman dkk, (1989) bahwa daya cerna berhubungan erat dengan komposisi kimia

bahan pakan dan serat kasar terutama pengaruh terhadap kecernaan. Antara 70

sampai 80 % dari total bahan kering yang dikonsumsi digunakan ternak sebagai

sumber energi (Maynard, 1979 dalam Suryadi dkk, 1998).

Pada perlakuan A1 memiliki kandungan bahan organik paling rendah yaitu

86,99 %, yang diikuti dengan rendahnya kecernaan bahan organik (Gambar 7).

Begitu juga dengan perlakuan A2 yang memiliki kandungan bahan kering paling

rendah yaitu 90,46 %, yang diikuti dengan rendahnya kecernaan bahan kering.

Perlakuan A0, walaupun memiliki Bahan Organik (BO) tertinggi (Tabel

2) yaitu sebesar 87,85% tetapi menghasilkan nilai KcBK dan KcBO rendah

diantara perlakuan lain yaitu sebesar 43,59% dan 44,79% kecuali perlakuan A2

pada KcBK dan perlakuan A1 pada KcBO. Hal ini mungkin disebabkan

keberadaan mikroba yang kurang serta pemanfaatan BK dan BO oleh mikroba

untuk hidup dan berkembangbiak selama proses fermentasi kurang optimal. Hasil

ini juga kemungkinan disebabkan tiga hal, yaitu kurang terpenuhinya karbohidrat

mudah larut, kurangnya unsur nitrogen serta keberadaan tanin pada jerami sorgum

yang menghambat kerja mikroba rumen dalam mendegradasi pakan

(Kusumawardhani, 2003 dalam Nurvianty, 2006).

Karbohidrat mudah larut seperti monosakarida (glukosa dan fruktosa)

dapat cepat terfermentasi. Penambahan karbohidrat mudah larut dapat

38

Page 57: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

meningkatkan nilai kecernaan bahan pakan, produksi biomassa mikroba, serta

efisiensi penggunaan nitrogen pakan oleh mikroba rumen untuk pembentukan

biomassa mikroba (Kurniawati, 2007). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

penambahan karbohidrat mudah larut dan protein secara bersamaan mampu

meningkatkan degradasi bahan organik pakan dan meningkatkan pertumbuhan

mikroba rumen yang berimplikasi terhadap peningkatan produksi ternak (Oldham

dkk, 1988 dalam Kurniawati, 2007).

Tanin secara alami merupakan senyawa polyphenolic yang dapat berikatan

dengan protein atau polimer lainnya seperti selulosa, hemiselulosa dan pektin,

serta beberapa mineral di dalam bahan pakan. Tanin umumnya terikat dengan

protein pakan membentuk ikatan kompleks yang stabil. Tanin melindungi protein

dari degradasi di rumen dan menghambat kerja enzim protease dan selulase,

mengakibatkan laju degradasi protein menurun, sehingga protein lolos dari

degradasi dan masuk ke dalam usus halus. Dengan kata lain, senyawa tanin

merupakan faktor anti-nutrisi yang dapat menurunkan palabilitas dan kecernaan

pakan (Makkar dkk, 1995 dalam Nurvianty, 2006). Selain dampak negatif , tanin

memiliki dampak positif yaitu meningkatkan by-pass protein (Sugoro, 2004).

4.3. Produksi Massa Mikroba

Massa mikroba merupakan indikasi dari banyaknya jumlah mikroba yang

terdapat di dalam cairan rumen, dimana mikroba tersebut berperan dalam

mendegradasi pakan. Produksi massa mikroba diperoleh dari pengurangan residu

Apparent digestibility dengan residu Trully digestibility, sehingga melalui

pengurangan residu terdegradasi semu yang masih mengandung mikroba dengan

39

Page 58: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

0.1044 0.1121 0.0896 0.0829

A0 = Jerami sorgum (JS) + urea 0,3% A2 = JS + urea 0,3% + Starter 0,5% A1

= JS + urea 0,3% + Starter 0,25% A3 = JS + urea 0,3% + Starter 0,75%

residu terdegradasi asli akan didapatkan produksi biomassa mikroba (Blummel

dan rckov, 1993). Hasil analisis produksi massa mikroba dapat dilihat pada

Gambar 8.

0.15

0.1

0.05

0

A0 A1 A2 A3

Pe rlak uan

A0 = Jerami sorgum (JS) + urea 0,3% A2 = JS + urea 0,3% + Starter 0,5%

A1 = JS + urea 0,3% + Starter 0,25% A3 = JS + urea 0,3% + Starter 0,75%

Gambar 8. Produksi massa mikroba (g)

Gambar 8 menunjukkan hasil pengukuran produksi massa mikroba tiap

perlakuan A0, A1, A2 dan A3 masing-masing sebesar 0,0896 g, 0,0829 g,

0,1044 g dan 0,1121 g. Penambahan starter pada perlakuan mampu meningkatkan

massa mikroba, walaupun tidak berbeda nyata (F<0,05), kecuali perlakuan A1.

Produksi massa mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan A3,

peningkatan ini sejalan dengan tingginya konsentrasi amonia serta tingginya

bahan organik yang tercerna, sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan

mikroba. Pada perlakuan lainnya yaitu A2, A1 dan A0 lebih rendah produksi

massa mikrobanya dibandingkan dengan perlakuan A3, walaupun tidak berbeda

nyata. Hal ini mungkin disebabkan oleh terdegradasinya karbohidrat menjadi

VFA sehingga sintesis sel mikroba berkurang, yang ditandai dengan tingginya

40

Page 59: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

7.1 7.08 7.08

7.03

konsentrasi VFA pada perlakuan A2, A1 dan A0. Berdasarkan penelitian

Nurvianty (2006) produksi massa mikroba menurun akibat tingkat keasaman

cairan rumen yang semakin meningkat akibat terdegradasinya karbohidrat

membentuk VFA, sehingga sintesis sel mikroba menurun.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi massa mikroba yaitu

ketersediaan sumber nutrisi serta faktor lingkungan seperti pH, temperatur dan

tekanan osmotik (Tim Mikrobiologi FK UNBRAW, 2005). Efisien pertumbuhan

mikroba dipengaruhi oleh keseimbangan jumlah protein dan karbohidrat yang

terfermentasi dalam rumen (Leng, 1993).

4.4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai pH, NH3 dan VFA sampel hasil

produksi gas

4.4.1. Pengaruh perlakuan terhadap pH sampel hasil produksi gas

Derajat keasaman (pH) awal cairan rumen sebelum inkubasi tanpa larutan

buffer yaitu 6,82 dan setelah ditambah larutan buffer menjadi lebih basa yaitu 7,1.

Penambahan larutan buffer berfungsi sebagai saliva buatan dan menjadikan

kondisi keasaman cairan rumen berada pada kisaran netral (sekitar 6,9-7,1)

(Nurvianty, 2006).

7.15

7.1

7.05

7

6.95

A0 A1 A2 A3

Pe rlak uan

A0 = Jerami sorgum (JS) + urea 0,3% A2 = JS + urea 0,3% + Starter 0,5% A1

= JS + urea 0,3% + Starter 0,25% A3 = JS + urea 0,3% + Starter 0,75%

41

Page 60: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Gambar 9. Hasil pengukuran pH perlakuan

Pada gambar di atas menunjukkan pengaruh perlakuan terhadap pH tidak

berbeda nyata (F<0.05), nilai pH setelah 24 jam inkubasi pada masing-masing

perlakuan yaitu antara 7 sampai 7,17. Sedangkan pH yang optimum dalam proses

perombakan atau degradasi oleh mikroba rumen berkisar antara 6,0 sampai 7,0.

Mikroorganisme dalam proses fermentasi akan menghasilkan asam yang

memungkinkan pH menjadi turun.

Nilai pH adalah salah satu faktor yang mendukung keberhasilan proses

fermentasi, karena pH sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba yang

berperan dalam proses fermentasi. Rahman (1989) dalam Muwakhid (1999),

menjelaskan bahwa hampir semua mikroba tumbuh pada tingkat pH yang

berbeda. Sebagian besar bakteri tumbuh pada pH mendekati netral (pH 6,5 sampai

7,5) kecuali bakteri asam asetat yang tumbuh pada pH asam atau di bawah netral.

Sebaliknya khamir hidup pada pH 4 sampai 5 dan dapat tumbuh pada kisaran pH

2,5 sampai 8,5. Untuk pertumbuhan kapang memerlukan pH optimum antara 5

sampai 7 dan dapat tumbuh pada kisaran 3 sampai 8. Oleh karena itu kondisi

dalam penelitian ini masih dalam kisaran normal untuk pertumbuhan mikroba.

Perlakuan A3 dengan penambahan konsentrasi 0,75 % starter, memiliki

pH cairan rumen paling tinggi diantara perlakuan lain, walau tidak berbeda nyata.

Naiknya pH cairan rumen diikuti dengan tingginya konsentrasi amonia (Gambar

10) pada perlakuan A3. hal ini menandakan aktifitas deaminasi mikroba rumen

menjadi amonia. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nguyen and Preston

(1997) dalam Firsoni (2003), ada beberapa hal yang dapat menaikkan pH rumen

42

Page 61: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

23.8

22.04

22.21 22.04

yaitu CO2 yang dilepaskan dalam media inkubasi atau peningkatan konsentrasi

amonia (NH3) yang disebabkan oleh aktifitas deaminasi mikroba rumen.

4.4.2. Pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi NH3 sampel hasil produksi

gas

Amonia merupakan salah satu produk fermentasi di dalam rumen, yang

berasal dari degradasi protein dan NPN (urea), yang digunakan oleh mikroba

untuk pertumbuhannya. Konsentrasi amonia mempengaruhi laju pertumbuhan

mikroba yang ada di dalam cairan rumen, karena amonia akan digunakan sebagai

sumber N untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pengaruh perlakuan terhadap

NH3 dapat dilihat pada Gambar 10.

24

23.5

23

22.5

22

21.5

21

A0 A1 A2 A3

Perlakuan

A0 = Jerami sorgum (JS) + urea 0,3% A2 = JS + urea 0,3% + Starter 0,5% A1

= JS + urea 0,3% + Starter 0,25% A3 = JS + urea 0,3% + Starter 0,75%

Gambar 10. Pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi amonia (mg/100

ml)

Pada Gambar 10 menunjukkan hasil pengukuran konsentrasi amonia

perlakuan A0, A1, A2 dan A3 masing-masing sebesar 22,04 mg/100 ml, 22,21

43

Page 62: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

mg/100 ml, 22,04 mg/100 ml dan 23,8 mg/100 ml. Dari ketiga ulangan, perlakuan

A3 menghasilkan amonia tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain.

Pada perlakuan A1 dan A3 menghasilkan konsentrasi amonia cairan rumen

yang lebih tinggi, walaupun tidak berbeda nyata (F<0,05) dibandingkan perlakuan

A2 dan A0. Hal ini mungkin disebabkan adanya mikroba yang mampu

mendegradasi nitrogen lebih baik, karena penambahan starter pendegradasi serat

pada saat fermentasi jerami sorgum. Kemungkinan tingginya konsentrasi amonia

pada perlakuan juga berasal dari larutan buffer media gas tes dan penambahan

urea 0,3%. Pada perlakuan A3 menghasilkan konsentrasi amonia paling tinggi

dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini diikuti dengan pertumbuhan

mikroba atau produksi massa mikroba yang tinggi, karena amonia dapat

menunjang sintesis mikroba. Menurut Haryanto (1994) dalam Kaunang (2005)

konsentrasi amonia di dalam cairan rumen ikut menentukan efisiensi sintesa

protein mikroba yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil fermentasi bahan

organik pakan. Umunya peningkatan produksi ammonia hasil fermentasi cairan

rumen sejalan dengan peningkatan biomassa mikroba (Delaval, 2006).

Pada perlakuan A2 (starter 0,5 %) memiliki konsentrasi amonia paling

rendah diantara perlakuan yang ditambahkan dengan starter (starter 0,25 % dan

0,75 %), hal ini mungkin disebabkan amonia yang terkandung sudah terdegradasi

menjadi VFA. Rendahnya konsentrasi amonia pada perlakuan A2 diikuti dengan

tingginya konsentasi VFA perlakuan A2 yang diperlihatkan pada Gambar 11.

Amonia oleh bakteri terutama diperlukan untuk mensintesis asam amino

yang selanjutnya digunakan untuk mensintesis protein. Mikroba rumen

menggunakan 25 % - 50 % N dari protein makanan (Pigrim et al., 1970 dalam

44

Page 63: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

8.1

7.4

7

Arora 1989). Satter dan Slyter (1974) melaporkan bahwa sintesis sel mikroba

dapat berlangsung jika konsentrasi amonia cairan rumen sebesar 5-8 mg/100 ml.

Hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi amonia perlakuan berkisar antara

22,04 mg/100 ml sampai 23,8 mg/100 ml, dan kisaran tersebut mencukupi

kebutuhan untuk sintesis protein mikroba rumen.

4.4.3. Pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi VFA sampel hasil produksi

gas

Vollati fatty acid (VFA) merupakan sumber energi utama bagi ternak

ruminansia yang dihasilkan dari proses fermentasi pakan dalam rumen (Orskov

dan Ryle, 1990). Energi tersebut digunakan untuk pertumbuhan ternak inang dan

mempertahankan kehidupan mikroba yang ada di dalam rumen. Dalam hal ini

VFA diukur setelah proses fermentasi secara in vitro, adapun hasil pengukurannya

dapat dilihat pada Gambar 11.

8.5

8

7.5

7

7.2

6.5

6

A0 A1 A2 A3 Pe r lak uan

A0 = Jerami sorgum (JS) + urea 0,3% A2 = JS + urea 0,3% + Starter 0,5% A1

= JS + urea 0,3% + Starter 0,25% A3 = JS + urea 0,3% + Starter 0,75%

Gambar 11. Pengaruh perlakuan terhadap Produksi VFA

45

Page 64: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi VFA pada perlakuan A0, A1,

A2 dan A3 masing-masing sebesar 7,2 mg/100 ml, 7,4 mg/100 ml, 8,1 mg/100 ml

dan 7 mg/100 ml. Hasil analisis statistik konsentrasi VFA menunjukkan bahwa

diantara perlakuan tidak berbeda nyata (F<0.05).

Konsentrasi VFA perlakuan dengan penambahan starter memiliki

kecenderungan meningkat, kecuali perlakuan A3. Konsentrasi VFA pada

perlakuan A3 paling rendah dibandingkan dengan perlakuan lain, walau tidak

berbeda nyata. Hal ini mungkin disebabkan sudah terpakainya VFA oleh mikroba

sebagai sumber energi dan untuk sintesis mikroba, sehingga mikroba dapat

berkembang dan membelah diri. Rendahnya konsentrasi VFA sejalan dengan

meningkatnya produksi massa mikroba pada perlakuan A3 (Gambar 8).

Blummel dkk (1998) melaporkan bahwa produksi VFA digambarkan

dengan produksi gas hasil fermentasi mikroba rumen yang berkorelasi negatif

dengan sintesis biomassa mikroba. Jika produksi gas serta VFA yang dihasilkan

tinggi maka sintesis biomassa mikroba rendah, sebaliknya jika produksi gas yang

dihasilkan rendah maka sintesis biomassa mikroba tinggi. Sedangkan menurut

Carro dan Miller (1999) dalam Kurniawati (2004), volume produksi gas selama

inkubasi berkorelasi positif dengan pertumbuhan mikroba dan jumlah pakan yang

terfermentasi.

Korelasi antara produksi gas dengan total VFA, tergantung dari jumlah

VFA yang dihasilkan oleh mikroba. Produksi gas yang dihasilkan kandungannya

tidak hanya VFA tetapi juga terkandung gas CO2, CH4 dan air. Jika produksi gas

yang dihasilkan tinggi tetapi konsentrasi VFA rendah, menandakan bahwa

kandungan VFA berupa asetat, propionat dan butirat yang dihasilkan juga rendah,

46

Page 65: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

kemungkinan keberadaan mikroba yang dapat menguraikan asetat, propionat serta

butirat juga sedikit. Gas lebih didominasi oleh CO2, CH4 serta air (CO2 + 4H2 ?

CH4 + 2H2O). Sebaliknya jika produksi gas rendah tetapi konsentrasi VFA yang

dihasilkan tinggi, maka kandungan gas didominasi oleh VFA. Produksi total VFA

sangat dipengaruhi oleh kandungan individual VFA dan juga mikroba yang

menguraikan (Getachew and Makkar, 2002 dalam Ngamsaeng et al., 2006)

Hasil pengukuran parameter tiap perlakuan menunjukkan pengaruh yang

bervariasi dan tidak berbeda nyata terhadap kecernaan jerami sorgum, baik yang

ditambahkan starter dengan konsentrasi 0.25 %, 0.5 % dan 0.75 % maupun yang

tidak ditambahkan starter (0 %). Menurut Norton (1973) dalam Tangdilintin

(1983), faktor–faktor yang mempengaruhi daya cerna zat - zat makanan di dalam

ransum adalah aktifitas mikroba rumen, tinggi rendahnya energi dan nitrogen,

bentuk fisik makanan dan perbandingan antara hijauan dengan makanan penguat

di dalam ransum. Namun demikian parameter yang diperoleh dari penelitian ini

bervariasi. Hal ini mungkin disebabkan banyak faktor salah satunya adanya

perbedaan kondisi cairan rumen serta penggunaan metode secara in vitro yang

tidak akan dapat menghasilkan data yang setepat mungkin dengan data yang

diperoleh dari penelitian secara in vivo.

Dari hasil pengukuran parameter pada tiap perlakuan, didapatkan

kecernaan jerami sorgum fermentasi yang paling tinggi yaitu pada perlakuan A3

dengan penambahan konsentrasi starter 0.75 %. Hal ini dikuatkan dengan

tingginya kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, sumber nitrogen

berupa NH3 serta produksi massa mikroba walaupun tidak berbeda nyata dengan

hasil pengukuran parameter pada perlakuan lain.

47

Page 66: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Berdasarkan penelitian Andini L, dkk (2008) bahwa konsentrasi optimum

yang digunakan untuk produksi gas adalah 0 % urea dan 0,5 % starter. Untuk

kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO) optimum

dengan penambahan 0 % urea dan 0,75 % starter, untuk produksi massa mikroba

optimum adalah penambahan 0% urea dan 0,75 % starter.

48

Page 67: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian ini adalah

bahwa adanya pengaruh tingkat kecernaan ruminansia dengan penambahan starter

(0.25 %, 0.5 %, dan 0.75 %) pada fermentasi jerami sorgum. Hasil pengukuran

parameter pada tiap perlakuan, didapatkan kecernaan fermentasi jerami sorgum

yang paling tinggi yaitu pada perlakuan A3 dengan penambahan konsentrasi

starter 0.75 %.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini saran yang dapat dikemukakan adalah

diperlukan penelitian lebih lanjut penggunaan jerami sorgum fermentasi

menggunakan starter sebagai pakan basal ruminansia untuk pembuatan pakan

komplit.

49

Page 68: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

DAFTAR PUSTAKA

Andini LS, Kurniawati A dan Sasongko, WT. 2008. Pengaruh fermentasi pada kecernaan jerami sorgum secara in vitro oleh mikroorganisme rumen. Seminar Laporan Teknis PATIR BATAN. Unpublish.

Ardian. 2004. Pemanfaatan bahan pakan inkonvensional untuk ternak. Balai

Penelitian Ternak : Bogor.

Arora, S.P. 1989. Pencernaan mikroba pada ruminansia. Gajah Mada University Press. Jogjakarta.

Askar, S dan Abdurachman. 2002. Pengaruh penambahan zink methionina ke

dalam simulasi rumen secara in vitro terhadap produksi asam lemak atsiri. Buletin Ternak Pertanian Vol. 7. No. 2

BATAN. 2005. Sorgum (Budidaya tanaman alternatif).

http//batan.go.co.id/patir/_pert.html. koleksi abstrak artikel sains. Tanggal kunjungan 30 Oktober 2007. Jakarta

Blummel, M. And rckov, E. R, 1993. Comparison Of in Vitro gas production

and nylon bag degradability roughages in prediction of feed intake In Cattle. Animal feed science ang technology 40 : 109 – 229.

Conway, Ej. 1962. Microdiffusion analysis and volumetric error. 5th Edition. Crosby Loockwood and Son: London.

Cullison, AE. 2006. Feeds and feeding : basic physiology of the cow. Reston

Publishing Company, INC. Reston, Virginia. http://www.delaval.com/DairyKnowledge/EfficientFeeding/BasicPhysiol ogy.htm. Tanggal kunjungan 10 Maret 2008.

Cumming. 2007. http://cumming.com. Tanggal kunjungan : 6 maret 2008.

Dehority, A.B. 1998. Mikrobial interactons the rumen. www.redpavfpolasr. Info.

Ve/farduz/ vis-html. Diakses tanggal 12 Mei 2004.

Delaval. 2006. Efficient feeding. http//www.delaval.com/Dairy Knowledge/Efficient Feeding/Basic Physiology.htm. Tanggal kunjungan 10 Maret 2008.

Ella AS, Hardjosoewignyo, T. R. Wiradaryawan dan M. Winugoho. 1997.

Perlakuan produksi gas dari hasil proses fermentasi beberapa Jenis Leguminosa Pakan. Dalam : Seminar Nasional Ilmu – Ilmu Nutrisi dan

Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Asosiasi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak (AINI). Bogor . Indonesia.

Page 69: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

49

Page 70: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Erowati, D. 2003. Drum plastik berpelat sebagai silo untuk kemasan kedap udara produk silase limbah pertanian. Prosiding Seminar Teknologi Untuk

Negeri 2003, Vol I, hal : 371-374.

Fapet_IPB. 2005. Dasar penelitian nutrisi. http//fapet.ipb.ac.id/pin/web/Bab II_3 htm. Tanggal kunjungan 5 Agustus 2007.

Firsoni, Sugoro I, Kurniawati A, Wahidin TS, Suharyono. 2003. Studi in vitro gas

production daun galur mutan sogum sebagai pakan ternak ruminansia. Risalah Pertemuan ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop

dan Radiasi, BATAN : Jakarta.

Firsoni, Sugoro I dan Kurniawat A. 2005. Pengaruh inokulum rumen dan lama pemeraman terhadap produksi gas, kecernaan, dan produksi biomassa mikroba silase daun sorgum. Risalah Pertemuan ilmiah Penelitian dan

Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN : Jakarta

Goering HK, Van Soest PJ. 1970. Forage fiber analysis. USDA Agric. Hand Book hlm 379.

Haryanto B. 1994. Respons produksi karkas domba terhadap strategi pemberian

protein by-pass rumen. J. Ilmiah Penelitian Ternak Klepu. 3(2).

Hatmono H, dan Hastoro I. 1997. Urea molase blok: Pakan suplemen ternak ruminansia. Trubus Agriwidya: Ungaran.

Hosamani SV, UR Mehra, RS Dass. 2003. Effect of different source of energy on

urea molasses mineral block intake nutrient utilization, rumen fermentation pattern and blood profile in urah buffaloes (Bubalus bubalis). Nuclear Research Institute. Izatnagar. India. Asian-Aust. J.

Anim. Sci. Vol. 6(6): 818-822.

Ikhsan, M. 2004. Teknik Fermentasi hijauan makanan ternak. Artikel UNPAD : Bandung.

Kaunang, CL. 2005. Respons ruminan terhadap pemberian hijauan pakan yang

dipupuk air belerang. http://www.damandiri.or.id/file/charlesipbbab7.pdf. Tanggal kunjungan 10 maret 2008.

Krishnamoorthy, U. 2001. RCA training workshop on in vitro techniques for feed

evaluation. The International Atomic Energy Agency Vienna, Austria and

Departement of Livestock Production Management, Veterinary College

University of Agricultural Science. Bangalore: India.

Kurniawan, Brevi Prasetyo, MSpt. 2005. Pengaruh tingkat penggunaan bahan

pakan pengganti molases dalam suplemen terhadap efisiensi sintesis

protein mikroba melalui pendekatan produksi gas secara in vitro. Skripsi : Malang.

50

Page 71: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Kurniawati, A. 2007. Peningkatan kualitas jerami padi. Seminar Ilmiah PATIR- BATAN : Jakrta.

Kurniawati, A. 2007. Teknik produksi gas in vitro untuk evaluasi pakan ternak.

Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. BATAN : Jakarta.

Leng RA. 1990. Factors affecting the utilization of “poor quality” forages by ruminants particularly under tropical condition. Di dalam : Smith RH, editor. Nutrition Research Review. Volume ke-3 Cambridge : Cambridge University Press.

McDonald P, RA Edwards, JFD Greenhalg. 1988. Animal nutrition. 4th Edition. English Language Book Society, Longman: London.H: 141.

Menke, K., Raab, L., Salewski, A., Steingass, H., Fritz, D and Schneider. 1979.

The estimation of digestibility and metabolizable energy content of ruminant feedingstuffs from the gas production when they are incubated with rumen liquor in vitro. Journal of Agricultural Science Cambridge 3. 217 – 222.

Munasik MP, Prayitno CH, Widyastuti T, dan Marmono A. 1998. Upaya

penggunaan hijauan sogum manis (Sorghum bicolor L. Moench) varietas Rio sebagai pakan ternak ruminansia. Laporan Penelitian, Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Sudirman: Purwokerto.

Muwakhid, Badat dan F. Wadjiji. 1999. Rekayasa peningkatan mutu jerami padi

sebagai pakan ternak ruminansia melalui proses fermentasi trichoderma

viride. Skripsi. Universitas Islam Malang Fakultas Peternakan : Malang.

Ngamsaeng. A, Wanapat. M, and Khampa. S. 2006. Evaluation of local tropical plants by in vitro rumen fermentation and their effects on fermentation end-products. Pakistan Journal of Nutrition 5 (5): 414-418. India

Nurvianty, AR. 2006. Uji pakan komplit untuk ternak ruminansia secara in vitro.

Skripsi . Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta : Jakarta.

Orskov ER, Ryle M. 1990. Energy nutrition in ruminant. London : Elseivier.

Parakkasi, A. 1995. Ilmu nutrisi dan makanan ternak ruminan. UI Press : Jakarta.

Ranjhan SK. 1993. Animal nutrition and feeding practice. Fourth Revise edition. Vikas Publishing House, PVT Ltd: India

Reksohadiprodjo, Soedomo. 1988. Pakan ternak gembala. BPFE : Jogjakarta.

51

Page 72: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Salim, R. Irawan, B., Amirudin, Hendrawan H, dan Nakatani M. 2002. Pengolahan jerami padi secar kering dan basah dalam buku petunjuk teknologi sapi perah di Indonesia. Dirjen Peternakan, Dinas Peternakan Jabar, dan

JICA: Jakarta.

Sasongko WT dan Kurniawati A. 2005. Studi kuantitas dan kualitas produksi hijauan mutan sorgum B100 sebagai alternatif pakan ternak ruminansia. Risalah Pertemuan ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop

dan Radiasi, BATAN : Jakarta.

Satter LD, Slyter LL. 1974. Effect of ammonia concentration on rumen microbial protein in vitro. B. J. Nutr. 32 : 194.

Schneider, B.H. and W.P, Flatt. 1975. The evaluation of feed trough digestibility

experiments. The University of Georgia Press. Athens.

Sirappa MP. 2003. Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Jurnal Litbang Pertanian 22(4).

Siregar, SB. 1996. Pengawetan pakan ternak. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Soeranro. 2001. Mutation breeding in sorghum for drought tolerance. Proceeding of international seminar “Toward harmonization between Development

and Environmental Conservation in Biological Production”. The University of Tokyo: Japan

Soeranto. 2005. Pemuliaan tanaman sorgum. http//batan.go.co.id/patir/_pert.html.

Tanggal kunjungan 4 November 2007.

Srigandono, B dan Soedarsono. 1998. Ilmu peternakan. Gajah Mada University Press: Jogjakarta.

Sugoro, I, Asih Kurniawati, Firsoni dan Soeranto H. 2003. Pembuatan silase daun

galur mutan sorgum dengan menggunakan inokulum campuran isolat bakteri rumen kerbau. Risalah Pertemuan ilmiah Penelitian dan

Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN : Jakarta.

Sugoro, I. 2004. Pengaruh tanin dan penambahan PEG terhadap produksi gas secara in vitro. Risalah Pertemuan ilmiah Penelitian dan Pengembangan

Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN : Jakarta.

Suryadi MS, Darlis MSC dan Latief A. 1998. Peningkatan daya cerna jerami padi dengan menggunakan probiotik starbio untuk ternak sapi. Universitas Jambi – Fakultas Peternakan.

Suwadji, Edih. 1999. Pemanfaatan kembali limbah industri pertanian dengan

menggunakan teknologi radiasi untuk budidaya jamur. Risalah

52

Page 73: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Pertemuan ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN : Jakarta.

Tangdilintin FK. 1984. Evaluasi daya cerna ternak ruminansia terhadap beberapa

jenis rumput unggul di Sulawesi Selatan. Proyek Penelitian UNHAS: Sulawesi Selatan.

Tim Mikrobiologi FK UNBRAW. 2005. Bakteriologi Medik. Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya: Malang. Hal 371.

Tilley DMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for in vitro digestion of forage crops. J. Br. Grass. Soc. 18 : 104 – 111.

Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprojo S, Prawirokusumo S, Lebdosokojo. 1989.

ilmu makanan ternak dasar. Fakultas Peternakan UGM: Yogyakarta.

Utomo, R. 2004. Teknologi pakan hijauan. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakutas Peternakan, UGM : Yogyakarta.

Van Soest, P.J. 1976. Silica in Relation to fodder quality and digestibility.

Proceedings of Workshop and Nutritive Evaluation of Forages, National Dairy Research Intitute, Karnal.

Widati E dan Widalestari Y. 1996. Limbah untuk pakan ternak. Trubus

Agrisarana: Surabaya.

Yitnosumarotono, S. 1993. Percobaan, Perancangan, Analisis dan Interpretasinya. Gramedia. Jakarta.

Yuwanta, Tri. 2000. Kebijakan Pengembangan agribisnis di Indonesia berbasiskan

bahan baku lokal; Buangaran Saragih Peternakan: Bulletin of animal

sciense. Edisi Tambahan. ISSN 0126-4400. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

53

Page 74: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Lampiran 1. Neutral Destilat Solution (NDS) 1. Destilat Water 1 liter

2.

Sodium Lawryl Sulfate Usp

60 g

3.

Disodium ethylene diamine tetraacetate

37,22 g

(EDTA) dihydrate crystal

4.

Sodium borate decahydrate

13,62 g

5.

Disodium hydrogen phosphate anhydrous

9,12 g

6.

2-ethoxy ethanol [ethylene glycol monoethyl

20 ml

ether ] purified grade

Cara Pembuatan :

1. Disodium ethylene diamine tetraacetate (EDTA) dihydrate crystal

37,22 g dicampur dengan Sodium borate decahydrate 13,62 g dengan

penambahan destilat water secukupnya dan dipanaskan hingga larut.

2. Sodium Lawryl Sulfate Usp 60 g dicampur dengan 2-ethoxy ethanol

[ethylene glycol monoethyl ether ] purified grade 20 ml dengan

penambahan destilat water secukupnya hingga larut dan distirer.

3. Disodium hydrogen phosphate anhydrous dilarutkan dengan

menmbahkan destilat water secukupnya dan dihomogenkan dengan

menggunakan stirer.

4. kemudian larutan dicampur semua hingga homogen, lalu cek pH (6,9 –

7,1)

54

Page 75: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Lampiran 2. Komposisi Media Gas Tes (1500 ml)

No Larutan Jumlah (ml)

1

Cairan Rumen

340, 065

2

H2O

564, 195

3

HCO3 bufer

376, 125

4

Makromineral

188, 07

5

Mikromineral

0, 12

6

Resazurin

0, 51

7 Larutan Reduksi 30, 915

Larutan Reduksi :

1. Na2S 298, 845 mg

2. NaOH 1 M 1,9 ml

Larutan Bufer :

1. NaHCO3 35 g

2. NH4HCO3 4 g

3. Destilat Water hingga 1000 ml

Makromineral :

1. Na2HPO4 5,7 g

2. KH2PO4 6,2 g

3. Mg.SO4. 7H2O 0,6 g

4. Destilat Water hingga 1000 ml

Resazurin :

1. Resazurin 100 mg

2. Destilat Water hingga 100 ml

Mikromineral :

1. CaCl2.2H2O 13,2 g

2. MnCl2.4H2O 10 g

3. CoCl2.6H2O 1 g

4. FeCl3.6H2O 8 g

5. Destilat Water hingga 100 ml

55

Page 76: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Lampiran 3. Kandungan nutrisi jerami sorgum setelah fermentasi selama 21 hari.

Ulangan 1

Perlakuan pH

Kadar Air (%) BK (%) BO (%)

A0 5.6 75.02 91.5 88.5

A1 4.93 77.12 92.4 89.01

A2 4.63 74.93 90.08 89.94

A3 5.02 76.79 89.82 88.36

Ulangan 2

Perlakuan pH Kadar Air

(%) BK (%) BO (%)

A0 5.53 77.59 93.78 86.92

A1 5.33 78.9 93.93 86.29

A2 5.24 78.35 88.31 86.03

A3 5.33 77.09 92.19 88.02

Ulangan 3

Perlakuan pH Kadar Air

(%) BK (%) BO (%)

A0 5.44 76.72 88.52 88.12

A1 6.11 75.52 92.67 85.67

A2 7.8 75.37 92.99 85.69

A3 6.39 74.11 93.05 84.93

56

Page 77: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

2

2 2

Lampiran 4. Analisis statistik parameter yang diukur dengan menggunakan RAK

(Rancangan Acak Kelompok)

Lampiran 4.1. Analisis statistik produksi gas jerami sorgum fermentasi setelah

inkubasi selama 24 jam

Blok

Perlakuan Blok 1 Blok 2 Blok 3 Total Rataan

A0

18.72753

22.62778

28.5033

69.8586

23.2862

A1 20.45275 21.0748 24.31225 65.8398 21.9466

A2 19.56818 19.87283 26.2446 65.6856 21.8952

A3 21.4515 21.8943 23.6129 66.9587 22.3196

Total 80.19995 85.4697 102.6731 268.3427

Rataan 20.04999 21.36743 25.66826

Perhitungan :

FK =

p q

2

Yij i j

txr

= ( 268.3427)2

4 x 3 = 6000.65

p

JK Total = i

q

Yij FK j

= (18.7275)2 + .... + (23.6129)2 - 6000.65

= 91.79013

p q

2

Yij JK Perlakuan =

i j FK

r

(69.8586) ..... (66.9587) = 6000.65

3

= 3.739604

57

Page 78: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

q p2

Yij JK Blok = j i

FK t

2 2

= (80.1999) .... (102.6731) 6000.65

4

= 69.0642

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan – JK Blok

= 17.49656

Analisis Varian

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Ket

Perlak 3 3.739604 1.2465 0.393926 4.76 9.78 ns

Blok 2 69.0642 34.5319 10.91267 5.14 10.92 ns

Galat 6 17.49656 3.1644

Total 11 91.79013 8.3446 Keterangan : ns = non significant

Lampiran 4.2. Analisis statistik kecernaan bahan kering (KcBK) jerami sorgum

fermentasi setelah inkubasi selama 24 jam.

Blok

Perlakuan Blok 1 Blok 2 Blok 3 Total Rataan

A0 42.46945 47.7444 40.5459 130.7598 43.58658

A1 42.1788 40.8169 53.2688 136.2645 45.4215

A2 39.9829 36.67585 49.4999 126.1587 42.05288

A3 40.51525 43.55345 48.639 132.7077 44.2359

Total 165.1464 168.7906 191.9536 525.8906

Rataan 41.2866 42.19765 47.9884

Analisis Varian

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket

Perlak 3 43.31664 14.43888 0.556085 4.76 9.78 ns

Blok 2 133.5555 66.77775 2.571813 5.14 10.92 ns

Galat 6 155.7915 25.96525

Total 11 332.6636 Keterangan : ns = non significant

58

Page 79: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

SK db JK KT FH F0.05 F0.01 Ket

perlk 3 32.26506 10.75502 1.509477 4.76 9.78 ns

blok 2 80.86069 40.43034 0.401541 5.14 10.92 ns

galat 6 97.40675 16.23446

total 11 210.5325

SK db JK KT FH F0.05 F0.01

perlk 3 2.0625 0.6875 1.152727 4.76 9.78

blok 2 16.785 8.3925 0.09443 5.14 10.92

galat 6 4.755 0.7925

total 11 23.6025

Lampiran 4.3. Analisis statistik kecernaan bahan organik (KcBO) jerami sorgum fermentasi setelah inkubasi selama 24 jam.

Blok

Perlakuan Blok 1 Blok 2 Blok 3 Total Rataan

A0 47.2917 45.80925 41.26 134.361 44.78698

A1 46.9149 38.0885 40.9996 126.003 42.001

A2 47.724 37.4288 51.3284 136.4812 45.49373

A3 47.59255 43.3492 48.2089 139.1507 46.38355

Total 189.5232 164.6758 181.7969 535.9958

Rataan 47.38079 41.16894 45.44923

Analisis Varian

Keterangan : ns = non significant

Lampiran 4.4. Analisis statistik konsentrasi volatil fatty acid (VFA) jerami sorgum

fermentasi setelah inkubasi selama 24 jam.

Blok

Perlakuan Blok 1 Blok 2 Blok 3 Total Rataan

A0 6.3 6.3 9 21.6 7.2

A1 6.9 6.3 9 22.2 7.4

A2 9.3 6 9 24.3 8.1

A3 6 6 9 21 7

Total 28.5 24.6 36 89.1

Rataan 7.125 6.15 9

Analisis Varian

Ket

ns

ns

Keterangan : ns = non significant

59

Page 80: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

SK db JK KT FH F0.05 F0.01 Ket

perlk 3 6.5603 2.186767 0.813877 4.76 9.78 ns

blok 2 16.31405 8.157025 0.218187 5.14 10.92 ns

galat 6 10.67855 1.779758 total 11 33.5529

SK db JK KT FH F0.05 F0.01

perlk 3 0.007692 0.002564 1.005688 4.76 9.78

blok 2 0.025463 0.012731 0.202531 5.14 10.92

galat 6 0.015471 0.002578

total 11 0.048625

Lampiran 4.5. Analisis statistik konsentrasi amonia (NH3) jerami sorgum fermentasi setelah inkubasi selama 24 jam.

Blok

Perlakuan Blok 1 Blok 2 Blok 3 Total Rataan

A0 19.55 21.42 25.16 66.13 22.04333

A1 21.25 22.27 23.12 66.64 22.21333

A2 21.59 21.42 23.12 66.13 22.04333

A3 21.76 25.5 24.14 71.4 23.8

Total 84.15 90.61 95.54 270.3

Rataan 21.0375 22.6525 23.885

Analisis Varian

Keterangan : ns = non significant

Lampiran 4.6. Analisis Statistik pH jerami sorgum fermentasi setelah inkubasi

selama 24 jam.

Blok

Perlakuan Blok 1 Blok 2 Blok 3 Total Rataan

A0 7.025 7 7.05 21.075 7.025

A1 7.14 7.005 7.09 21.235 7.078333

A2 7.175 7.05 7 21.225 7.075

A3 7.165 7 7.11 21.275 7.091667

Total 28.505 28.055 28.25 84.81

Rataan 7.12625 7.01375 7.0625

Analisis Varian Ket

ns

ns

Keterangan : ns = non significant

60

Page 81: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

SK db JK KT FH F0.05 F0.01

perlk 3 0.001556 0.000519 0.208496 4.76 9.78

blok 2 0.006818 0.003409 0.031713 5.14 10.92

galat 6 0.000649 0.000108

total 11 0.009022

Lampiran 4.7. Analisis Statistik PMM (Produksi Massa Mikroba)

Blok

Perlakuan Blok 1 Blok 2 Blok 3 Total Rataan

A0 0.072 0.111 0.097 0.28 0.093333

A1 0.041 0.115 0.101 0.257 0.085667

A2 0.072 0.119 0.131 0.322 0.107333

A3 0.082 0.136 0.126 0.344 0.114667

Total 0.267 0.481 0.455 1.203

Rataan 0.06675 0.12025 0.11375

Analisis Varian Ket

ns

ns

Keterangan : ns = non significant

61

Page 82: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Lampiran 5. Hasil pengukuran produksi gas setelah inkubasi 24 jam tiap perlakuan pada ulangan I

Volume Gas Jam Ke-

Berat Sampel (g) 0 2 4 6 8 10 24 PG NG NG/200mg Terkoreksi

BL 30 31.3 32 32.5 33 33.5 34.5 4.5 30 31.5 32.5 33 34 34 35.5 5.5 29 30.3 31.3 31.5 31.5 32 33 4 29.5 31 32 32.5 32.8 33 34.3 4.75 mean 4.74

SK 0.2042 25.8 33.3 40 46 52.8 59.25 75.3 49.5 44.76 50.39859 0.2018 29.5 38 45 51 58.5 65 83.5 54 49.26 55.46548 0.2004 30.5 39 46 52 59 65 83.5 53 48.26 54.3395 0.2007 30 36 42 46.5 52.5 58.5 78.5 48.5 43.76 49.27262 mean 52.36905 1.145715

SH 0.1991 30 35.5 40.5 45.3 49.5 53.25 67 37 32.26 35.81858 0.2005 29.5 35 41.5 47 52 56 70.5 41 36.26 40.25981 0.2042 30 36 41.5 47 52 56 71 41 36.26 40.25981 0.2006 29 33 38.5 43 48 52 66.5 37.5 32.76 36.37373 mean 38.17798 1.571586

A0 0.3756 29.5 31 34 37 40.5 45 66 36.5 32 18.62239 25.30132

0.3754 30 34.5 39.5 43 47 51 72.5 42.5 38 22.12587 30.06133 0.3751 30.5 34 39 42.5 46 50 71 40.5 36 20.97812 28.50193 0.3752 32 37 41 43.5 46 49.5 71 39 34.5 20.09867 27.30707

mean 20.45626 27.79291 A1 0.3754 30 36.5 41.5 45 48 52 72 42 37.5 21.62284 29.37789

0.375 31 37 43 47 50.5 54 75 44 39.5 22.80036 30.97771 0.3751 29.5 34 39 42 46 49.5 68 38.5 34 19.62039 26.65725

0.3751 30 35 40 43 46 50 72 42 37.5 21.64014 29.40138 mean 21.42093 29.10356

A2 0.3753 30 35.5 40 43 46 51 70 40 35.5 21.00013 28.53183 0.3755 31 36 41 44.5 48 51.5 72.5 41.5 37 21.8758 29.72157

0.3751 29.5 34 39 42 46 49.5 68 43.5 39 23.08286 31.36155 0.3751 30 35 40 43 46 50 72 43.5 39 23.08286 31.36155

mean 22.26041 30.24412 A3 0.3745 30 36.5 41 45 48.5 53 73 43 38.5 22.88942 31.09873

0.375 30.5 37 42.5 46.5 51 55 76.5 46 41.5 24.64012 33.47731

0.3756 30.5 37 42 45.5 49 53.5 74 43.5 39 23.11878 31.41035 0.3754 31 37 42.5 46 49 53 74.5 43.5 39 23.1311 31.42708

mean 23.44486 31.85337

Keterangan : BL = Blanko SK = Standar Konsentrat SH = Standar Hijauan

PG = Produksi Gas NG = Net Gas

62

Page 83: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Lampiran 6. Hasil pengukuran produksi gas setelah inkubasi 24 jam tiap perlakuan

pada ulangan II

Volume Gas Jam Ke-

Berat Prod Net ml/200 Sampel (g) 0 2 4 6 8 10 24 Gas Gas mg Terkoreksi

BL 30 31 32 32.5 33 33 33.5 3.5 4 29.5 30.5 31 31.5 32 32 33.5 4 29 30 30 30.5 30.5 30.5 31 2 29 30 30.5 31 31.5 32 33.5 4.5 mean 3.5

SK 0.1776 30 39 46.5 52.5 59 65 81 51 47 52.92067 1.133773 0.1766 29 38 46 53.5 61 68 84 55 51 57.76807 1.038636

0.1768 29.5 35.5 44 51 57.5 65 82 52.5 50.5 57.1163 1.050488

0.1776 29.5 38 45 51 56.5 62.5 79.5 50 45.5 51.23171 1.17115 mean 1.098512

SH 0.1801 31 36.5 42 46.5 51 54 64 33 29 32.19896 1.366504 0.1812 31 35.5 42 47 52 51.5 64.5 33.5 29.5 32.55886 1.351399

0.181 31 36 41 45.5 50 55 69 38 36 39.77237 1.106296 0.1812 31 35.5 41 45.5 49 53 66 35 30.5 33.66255 1.30709 mean 1.282822

A0 0.3521 30.5 35 38 41 43.5 46 61.5 31 27 15.33817 19.17482

0.3518 30 35 39.5 43 46.5 51 71 41 37 21.03578 25.11874 0.3524 28.5 33 36.5 40 43 47.5 67.5 39 37 20.9966 22.64256 0.3522 30 33.5 37.5 40 43 56 68 38 33.5 19.02562 23.57503

mean 22.62779 A1 0.3526 31 35 38 40.5 42.5 45 58 27 23 13.04494 16.30798

0.3528 30.5 34 37.5 40 43.5 47.5 68 37.5 33.5 18.99012 22.67603 0.3526 30 32.5 35 37 39.5 43 63 33 31 17.58231 18.96062

0.3526 19.5 33.5 37 39 42 45 61.5 42 37.5 21.26892 26.35475 mean 21.07484

A2 0.3317 30.5 36 40 43 45 47.5 60.5 30 26 15.67773 19.59932 0.3314 31 36 39.5 43 46 50 69 38 34 20.51803 24.5005

0.3316 30 33 36 38.5 41.5 45 64 34 32 19.3008 20.81383 0.3315 30 34.5 38.5 41 44 47 54 24 19.5 11.76456 14.5777

mean 19.87284 A3 0.3463 30 34 37 40 42 44 58 28 24 13.85886 17.32548

0.3458 30 34 38 41.5 45 49.5 71 41 37 21.39992 25.55355

0.3463 30 33.5 37 40 43 46.5 67 37 35 20.21622 21.801 0.3463 31 36 40 43 45.5 48.5 67.5 36.5 32 18.47848 22.89705

mean 21.89427

Keterangan : BL = Blanko SK = Standar Konsentrat

SH = Standar Hijauan

PG = Produksi Gas NG = Net Gas

63

Page 84: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Lampiran 7. Hasil pengukuran produksi gas setelah inkubasi 24 jam tiap perlakuan

pada ulangan III

Volume Gas Jam Ke-

Berat Prod Net ml/200 Sampel (g) 0 2 4 6 8 10 24 Gas Gas mg Terkoreksi

BL 28.5 29 29.5 30 30 30 30.5 2

29 30 31 31 31.5 31.5 33 4

mean 3

SK 0.201 28 33 40 45 49 54.5 73 45 42 47.29091

0.2028 30 33.5 38.5 42 46 50.5 66 36 33 37.15714

mean 42.22402 1.420992

SH 0.201 29.5 33.5 38.5 42.5 46.5 51 53 23.5 20.5 22.76134

0.2016 30 35 41.5 48 53 58.5 78.5 48.5 45.5 50.51907

mean 36.6402 1.200867

A0 0.3751 30 34 38 41 44 47 67 37 34 20.47955 26.84724

0.3747 29.5 34 38 41.5 45 48 69 39.5 36.5 22.00887 28.85207

mean 21.24421 27.84965

A1 0.3752 28.5 31.5 34.5 36.5 39 42.5 62 33.5 30.5 17.54397 22.9989

0.3757 30 32 34 36 38 40.5 60.5 30.5 27.5 15.79728 20.70911

mean 16.67062 21.85401

A2 0.3748 30 33.5 37 40 42.5 46 65.5 35.5 32.5 18.64994 24.44875

0.375 29 32 35.5 39 42 45 65.5 36.5 33.5 19.21354 25.18758

mean 18.93174 24.81817

A3 0.3754 30 32.5 35 37.5 39.5 42.5 63 33 30 17.17673 22.51748

0.3758 29.5 32 34.5 37 40 43 65 35.5 32.5 18.58832 24.36797

mean 17.88253 23.44273

Keterangan :

BL = Blanko SK = Standar Konsentrat SH = Standar Hijauan

PG = Produksi Gas NG = Net Gas

64

Page 85: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Lampiran 8. Hasil pengukuran KcBK dan KcBO setelah inkubasi 24 jam tiap perlakuan pada ulangan I

Brt BK KcBK BO BO BO KcBO Sampel sampel BK (%) awal BK sisa (%) (%) awal sisa (%)

A0 0.3751 91.50 0.3432 0.1814 47.15 88.27 0.3311 0.172 48.0532

0.3752 91.50 0.3433 0.1766 48.56 88.27 0.3312 0.1691 48.9427

mean 47.85 mean 48.50 A1 0.375 92.40 0.3465 0.2241 35.32 89.2 0.3345 0.2237 33.1216

0.3748 92.40 0.3463 0.1924 44.44 89.2 0.3343 0.1853 44.5723 mean 39.88 mean 38.85

A2 0.3751 90.09 0.3379 0.1756 48.03 88.96 0.3337 0.1726 48.2726 0.3751 90.09 0.3379 0.1895 43.92 88.96 0.3337 0.1806 45.8751 mean 45.98 mean 47.07

A3 0.3756 89.83 0.3374 0.1656 50.92 89.04 0.3344 0.1648 50.724

0.3754 89.83 0.3372 0.1682 50.12 89.04 0.3343 0.1603 52.044

mean 50.52 mean 51.38

Lampiran 9. Hasil pengukuran KcBK dan KcBO setelah inkubasi 24 jam tiap

perlakuan pada ulangan II

Brt BK KcBK BO BO BO KcBO Sampel sampel BK (%) awal BK sisa (%) (%) awal sisa (%)

A0 0.3754 93.78 0.3521 0.1858 47.23 86.92 0.3263 0.178 45.45

0.3751 93.78 0.3518 0.182 48.26 86.92 0.326 0.1755 46.17 mean 47.74 mean 45.81

A1 0.3754 93.93 0.3526 0.2137 39.40 86.29 0.3239 0.2044 36.90 0.3756 93.93 0.3528 0.2038 42.24 86.29 0.3241 0.1968 39.28 mean 40.82 mean 38.09

A2 0.3756 88.31 0.3317 0.2095 36.84 86.03 0.3231 0.1999 38.13

0.3753 88.31 0.3314 0.2104 36.51 86.03 0.3229 0.2043 36.72

mean 36.68 mean 37.43 A3 0.3757 92.19 0.3463 0.2006 42.08 88.02 0.3307 0.1936 41.46

0.3751 92.19 0.3458 0.1901 45.03 88.02 0.3302 0.1808 45.24

mean 43.55 mean 43.35

Lampiran 10. Hasil pengukuran KcBK dan KcBO setelah inkubasi 24 jam tiap

perlakuan pada ulangan III

Brt BK KcBK BO BO BO KcBO Sampel sampel BK (%) awal BK sisa (%) (%) awal sisa (%)

A0 0.3747 88.52 0.3317 0.1939 41.54 88.1 0.3301 0.1923 41.75

A1 0.3757 92.67 0.3482 0.1972 43.36 85.7 0.322 0.1899 41.02

A2 0.375 92.99 0.3487 0.1627 53.34 85.7 0.3214 0.1564 51.33

A3 0.3758 93.05 0.3497 0.1761 49.64 84.9 0.3191 0.1653 48.19

65

Page 86: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Lampiran 11. Pengukuran produksi massa mikroba perlakuan tiap ulangan

Sampel Ulangan BK

Apparent BK Trully Massa

mikroba

A0 I 0.3101 0.1852 0.1249

II 0.2309 0.1839 0.0470

III 0.2909 0.1939 0.097

Rata-rata 0.0896

A1 I 0.3122 0.2145 0.0978

II 0.2593 0.2088 0.0505

III 0.2977 0.1972 0.1005

Rata-rata 0.0829

A2 I 0.3165 0.1888 0.1277

II 0.2646 0.2100 0.0546

III 0.2935 0.1627 0.1308

Rata-rata 0.1044

A3 I 0.3113 0.1731 0.1382

II 0.2674 0.1954 0.0721

III 0.3021 0.1761 0.126

Rata-rata 0.1121

Lampiran 12. Pengukuran pH, ammonia dan VFA sample tiap perlakuan untuk

ulangan I

Sampel pH Amonia (ml/100 mg) VFA (ml/100 mg)

CR 6.87 29.92 2.4

CR + Buffer 7.05 11.56 4.2

A0 7.03 19.55 6.3

A1 7.14 21.25 6.9

A2 7.18 21.59 9.3

A3 7.17 21.76 6.0

Lampiran 13. Pengukuran pH, ammonia dan VFA tiap perlakuan untuk ulangan II

Sampel pH Amonia (ml/100 mg) VFA (ml/100 mg)

CR 6.76 25.95 11.4

CR + Buffer 7.03 40.8 3.3

A0 7 21.42 6.3

A1 7.01 22.27 6.3

A2 7.05 21.42 6.0

A3 7 25.33 6.0

66

Page 87: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Lampiran 14. Pengukuran pH, ammonia dan VFA tiap perlakuan

untuk ulangan III

Sampel pH Amonia (ml/100 mg) VFA (ml/100 mg)

CR 6.96 32.98

CR + Buffer 7.135 49.64

A0 7.05 25.16 9.0

A1 7.09 23.12 9.0

A2 7 23.12 9.0

A3 7.11 24.14 9.0

67

Page 88: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Lampiran 15. Gambar Alat-alat penelitian

Gambar 12. Gelas Syringe dengan skala 100 ml Gambar 13. Inkubator

Gambar 14. Pemanas serat (NDF Heater) merk Gerhardt 176600 Hy 16/19

dan penyaring Vakum

Gambar 15. Labu destilat VFA dan Sentrifus merk Hitachi

68

Page 89: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat

Gambar 16. Cawan Conway dan buret titrasi

Gambar Lampiran 17. Pengambilan cairan rumen dan hewan percobaan

Gambar 18. Hasil isolasi mikroba BMFbiofad dengan 2, 3 dan 8 kali pengenceran

69

Page 90: Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7409/1...Pengaruh Penambahan Starter Pada Fermentasi Jerami Sorgum Terhadap Tingkat