PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11....

86
PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU FERMENTASI PADA KUALITAS TEH KOMPOS SEBAGAI BIOBAKTERISIDA TERHADAP PENGENDALIAN BAKTERI Ralstonia solancearum SKRIPSI Oleh : YOGI DAMANIK NIM 105100309111002 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Transcript of PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11....

Page 1: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU

FERMENTASI PADA KUALITAS TEH KOMPOS SEBAGAI

BIOBAKTERISIDA TERHADAP PENGENDALIAN BAKTERI

Ralstonia solancearum

SKRIPSI

Oleh :

YOGI DAMANIK

NIM 105100309111002

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU

FERMENTASI PADA KUALITAS TEH KOMPOS SEBAGAI

BIOBAKTERISIDA TERHADAP PENGENDALIAN BAKTERI

Ralstonia solancearum

SKRIPSI

Oleh :

YOGI DAMANIK

NIM 105100309111002

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 3: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

i

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Molase dan Lama Waktu Fermentasi pada Kualitas Teh Kompos sebagai Biobakterisida terhadap Pengendalian Bakteri Ralstonia solancearum

Nama Mahasiswa : Yogi Damanik NIM : 105100309111002 Jurusan : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian

Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

Dr. Ir. Nur Hidayat, MP Sakunda Anggarini, STP, MP, M.Sc NIP.19610223 198701 1 001 NIK.800505 10 1 2 0242

Tanggal Persetujuan : ........ Tanggal Persetujuan:........

Page 4: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Molase dan Lama Waktu Fermentasi pada Kualitas Teh Kompos sebagai Biobakterisida terhadap Pengendalian Bakteri Ralstonia solancearum

Nama Mahasiswa : Yogi Damanik NIM : 1105100309111002 Jurusan : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian Dosen Penguji I, Dosen Penguji II,

Luqman Qurata A.,SP,M.si,Ph.D Nimas Mayang S.S.,STP,MP,M.Sc NIP.19720919 199802 1 001 NIK.841130 10 1 20159 Dosen Penguji III, Dosen Penguji IV, Dr. Ir. Nur Hidayat, MP Sakunda Anggarini, STP,MP,M.Sc NIP.19610223 198701 1 001 NIK.800505 10 1 2 0242

Ketua Jurusan,

Dr. Ir. Nur Hidayat, MP NIP. 19610223 198701 1 001

Tanggal Lulus Skripsi :

Page 5: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Laras pada tanggal 23 November 1987. Anak ke-3 dari empat bersaudara, dengan ayah yang bernama Manuasa Damanik dan Ibu Octavina Saragih.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Methodist Pematangsiantar pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Methodist

Pematangsiantar dengan tahun kelulusan 2003. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN IV Pematangsiantar. Melanjutkan pendidikan DIII di Universitas Gadjah Mada Jurusan Agroindustri pada tahun 2006. Selama pendidikan DIII tahun 2006-2009 penulis aktif Sekjen Himpunan Mahasiswa Agroindustri, Anggota PMK dan menjadi asisten praktikum sistem agroindustri.

Pada tahun 2014 penulis dinyatakan telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di Universitas Brawijaya Malang di Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian.

Page 6: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini Nama Mahasiswa : Yogi Damanik NIM : 105100309111002 Jurusan : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Molase dan Lama

Waktu Fermentasi pada Kualitas Teh Kompos sebagai Biobakterisida terhadap Pengendalian Bakteri Ralstonia solancearum

Menyatakan bahwa, Skripsi dengan judul diatas merupakan karya asli penulis tersebut penulis diatas. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku. Malang, 22 Januari 2014 Pembuat Pernyataan,

Yogi Damanik

NIM.105100309111002

Page 7: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

v

RINGKASAN

Teh kompos efektif mengendalikan penyakit tanaman, karena mengandung senyawa kimia (antimikroba) yang dihasilkan oleh mikroba-mikroba yang ada didalamnya. Kandungan antimikroba dalam teh kompos dapat dimanfaatkan sebagai biobakterisida. Biobakterisida dari teh kompos dapat dimanfaatkan sebagai pengendali penyakit layu bakteri pada tanaman tomat yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum. Untuk mengendalikan Ralstonia solanacearum secara efektif maka diperlukan kualitas teh kompos yang baik. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh faktor penambahan molase dan lama waktu fermentasi terhadap kualitas teh kompos yang dihasilkan. Pembuatan teh kompos dilakukan secara aerobik dengan menggunakan bahan kompos, air dan molase serta diberikan aerasi selama proses fermentasi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu penambahan molase (M) yang terdiri 3 level, yaitu ; M1 = 5 ml ; M2 = 10 ml ; dan M3 = 15 ml. Dan lama fermentasi (T) yang terdiri dari 3 level, yaitu ; T1 = 24 Jam; M2 = 48 Jam; dan M3 = 72 Jam, setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Analisa yang digunakan adalah uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji DMRT. Berdasarkan hasil penelitian pembuatan teh kompos, faktor penambahan molase dan lama fermentasi berpengaruh terhadap kemampuan teh kompos. Hasil perlakuan terbaik yang didapatkan dari pembuatan teh kompos adalah penambahan molase 10 ml dan lama fermentasi 48 jam dengan luasan zona bening 75,16 mm2, pH = 7,78, total bakteri 1,28 x 108 CFU/ml, dan total jamur 2,45 x 103 CFU/ml. Keefektifan teh

YOGI DAMANIK.105100309111002. Pengaruh Penambahan Molase dan Lama Waktu Fermentasi pada Kualitas Teh Kompos sebagai Biobakterisida terhadap Pengendalian Bakteri Ralstonia solancearum. Skripsi. Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Nur Hidayat, MP 2.Sakunda Anggarini, STP, MP, M.Sc

Page 8: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

vi

kompos yang disemprotkan sebanyak 15 ml kompos mencapai 56%. Kata Kunci : Teh Kompos, Penambahan Molase, Lama

Fermentasi, Zona Bening, Ralstonia solancearum

Page 9: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

vii

SUMMARY

Compost tea effective in controlling plant diseases, as it contains chemical compounds (antimicrobial) produced by microbes in it. The content of the antimicrobial in the compost tea can be used as b Biobactericide. Biobactericide of compost tea could be utilized as a controlling bacterial wilt disease in plants caused by Ralstonia solanacearum. For effective control of Ralstonia solanacearum will require a good quality compost tea.The purpose of this study is to determine the effect of the addition of molasses and duration of fermentation on the quality of the resulting compost tea. The making of the compost tea is done in aerobic way using materials such as compost, water and molasses and given aeration during the fermentation process. The experimental design used is Randomized block design with 2 factors, the adding of Molasses (M) which consists of 3 levels: M1 = 5 ml ; M2 = 10 ml ; and M3 = 15 ml and the duration of fermentation (T) which also consists of 3 levels : T1 = 24 hours; M2 = 48 hours; dan M3 = 72 hours. Each treatment was repeated 3 times. Based on the results, there is an effects of the addition of molasses and duration of fermentation to the ability of the compost tea. The best formula is addition of 10 ml of molasses and 48 hours of duration of fermentation with 75.16 mm2 of clear zone area, 7.78 pH, 1.28 x 108 CFU/ml bacteria, and 2.45 x 103 CFU/ml fungi. The effectiveness of 15 ml of compost tea that is sprayed could reach up to 56%. Keywords : Compost Tea, Addition of Molasses, Duration of

Fermentation, Clear Zone, Ralstonia solacearum

YOGI DAMANIK.105100309111002. The Effect Of The

Addition Of Molasses And Duration Of Fermentation To The Quality Of Compost Tea As A Biobactericide Towards The Restraint Of Bacteria Ralstonia Solancearum. Skripsi. Supervisor : 1. Dr. Ir. Nur Hidayat, MP 2. Sakunda Anggarini, STP, MP, M.Sc

Page 10: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

viii

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41 :10)

Page 11: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih atas segala rahmat berkat dan kebaikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penambahan Molase dan Lama Waktu Fermentasi pada Kualitas Teh Kompos sebagai Biobakterisida terhadap Pengendalian Bakteri Ralstonia

solancearum”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Nur Hidayat, MP dan Ibu Sakunda Anggarini,

STP, MP, M.Sc, selaku dosen pembimbing atas kesabarannya dalam membimbing, memberi saran dan masukan kepada penyusun.

2. Bapak Luqman Qurata Aini, SP. M.si, Ph.D dan Ibu Nimas Mayang S.S.,STP,MP,M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan pengetahuan kepada penyusun.

3. Bapak Dr. Panji Deoranto, STP, MP, selaku Sekertaris Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya.

4. Keluargaku ibu, bang Prima, bang Gunawan dan adeku cici tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan, serta Junita yang selalu memberiku semangat.

5. Mbak Nia dan temen-temen laboratorium Bakteriologi Fakultas Pertanian (mbak Sasmita, Wiwik, Bogi, Udin, mas Sybli, mbak Tita, dll) terima kasih untuk selalu membantu.

6. Mas Yudo dan temen-temen laboratorium Bioindustri Fakultas Teknologi Pertanian terima kasih untuk selalu membantu.

7. Teman-teman seperjuangan ALJ UGM dan IPB di TIP UB (Debora, mas Canggih, mbak Carina, mas Huri, Tia, Dewa, Mega, Prima, Norma, Rifki, dan Arif) terima kasih untuk selalu membantu.

Page 12: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

x

8. Teman-teman CAD I 28 (Bogie, Natan, mas Kadek, mas Tyo, bang Pendi, Rama, Aska, Rendi, Thomas, Hendi, Panji, Agung, Iyus, dan Belan), terima kasih atas partisipasi dan dukungannya.

9. Teman-teman FTP UB khususnya jurusan TIP angkatan 2008-2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih selalu ada membantu dan mendukung.

10. Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan skripsi ini.

Semoga Tuhan selalu memberikan berkat kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan skripsi ini.

Akhirnya harapan penyusun semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 22 Januari 2014

Penyusun

Page 13: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ...................................................... ii RIWAYAT HIDUP .................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... iv RINGKASAN .......................................................................... v KATA PENGANTAR .............................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................ xi DAFTAR TABEL ................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .............................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ vx I. PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ..................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 4

2.1 Biobakterisida ............................................................... 4 2.2 Teh Kompos ................................................................. 4

2.2.1 Waktu Fermentasi Teh Kompos .......................... 6 2.3 Molase .......................................................................... 8 2.4 Anti Bakteri ................................................................... 9 2.5 Zona Bening ................................................................ 10 2.6 Ralstonia solanacearum .............................................. 11

III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 14

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................... 14 3.2 Alat dan Bahan ............................................................. 14

3.2.1 Pembuatan Teh kompos ....................................... 14 3.2.2 Pengujian Antagonis ............................................. 14

3.3 Prosedur Penelitian ..................................................... 14 3.3.1 Identifikasi Masalah............................................... 15 3.3.2 Studi Pustaka ........................................................ 16 3.3.3 Hipotesis ............................................................... 17

Page 14: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

xii

3.3.4 Penentuan Rancangan Penelitian ......................... 17 3.4.5 Batasan Masalah .................................................. 18 3.4.6 Pembuatan Teh Kompos ...................................... 18 3.4.7 Pelaksanaan Penelitian ........................................ 18 3.4.8 Populasi Mikroba dalam Teh Kompos ................... 20 3.4.9 Pengujian Zona Bening......................................... 20 3.4.10 Uji Efektifitas Teh kompos terhadap Ralstonia

solancearum pada Media Tanah ......................... 20 3.4.11 Pengolahan dan Analisis Data ............................ 21 3.4.12 Pemilihan Perlakuan Terbaik .............................. 21 3.4.13 Kesimpulan dan Saran........................................ 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 22

4.1 Karakteristik Bahan Baku ............................................. 22 4.2 Kualitas Teh Kompos ................................................... 23 4.3 pH Teh Kompos ........................................................... 24 4.4 Populasi Bakteri Teh Kompos ...................................... 25 4.5 Populasi Jamur Teh Kompos ....................................... 28 4.6 Luas Zona Bening pada Uji Efektifitas Teh Kompos terhadap Ralstonia solanacearum dalam Cawan petri

pada Media NA ............................................................. 30 4.7 Pengaplikasian Teh Kompos terhadap Ralstonia solancearum pada Media Tanah .................................. 34

4.8 Perencanaan Produksi Teh Kompos ............................ 36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 39

5.1 Kesimpulan .................................................................. 39 5.2 Saran ........................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA............................................................... 40 LAMPIRAN ............................................................................ 47

Page 15: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

xiii

DAFTAR TABEL

No Teks Hal

2.1 Keanekaragaman Hayati dalam Teh Kompos ............... 6 4.1 Perbandingan Kompos UPT dan Standar SNI ............... 23 4.2 Rerata pH Teh Kompos pada Berbagai Lama Fermentasi dan Penambahan Molase........................... 24 4.3 Rerata Jumlah Populasi Bakteri dalam Teh Kompos pada berbagai Lama Fermentasi dan Penambahan Molase .................................................... 26 4.4 Rerata Jumlah Populasi Jamur dalam Teh Kompos pada Berbagai Lama Fermentasi dan Penambahan Molase .................................................... 28 4.5 Rerata Luas Zona Bening Penghambatan Mikrobia Teh Kompos terhadap Perkembangan Ralstonia solanacearum pada Media NA ...................................... 31

4.6 Persentase Efektivitas Penurunan Populasi Ralstonia solanacearum pada Media Tanah ................. 35

Page 16: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Teks Hal 2.1 Tomat yang Terinfeksi Ralstonia solanacearum .......... 11 2.2a. Gejala Layu Bakteri pada Tanaman Tomat .................. 12 2.2b. Gejala Munculnya Akar Adventif pada Pangkal Batang

Tanaman Tomat .......................................................... 12 3.1 Diagram Alir Prosedur Penelitian ................................. 15 3.2 Diagram Alir Pembuatan Teh Kompos ......................... 19 4.1 Grafik Rerata Pertumbuhan Bakteri dalam Teh Kompos

terhadap Lama Fermentasi dan Penambahan Molase ......................................................................... 27

4.2 Grafik Rerata Pertumbuhan Jamur dalam Teh Kompos terhadap Lama Fermentasi dan Penambahan Molase ......................................................................... 29

4.3 Luas Zona Bening Perlakuan Terbaik Penghambatan Mikrobia Teh Kompos terhadap Perkembangan Ralstonia solanacearum pada Media NA ..................... 32

4.4 Diagram Luas Zona Bening Penghambatan Mikrobia Teh Kompos Terhadap Ralstonia solanacearum ......... 33

Page 17: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Hal

1. Prosedur Analisa .......................................................... 47 2. Perhitungan Uji Statistik pH .......................................... 50 3. Perhitungan Uji Statistik Bakteri ................................... 52 4. Perhitungan Uji Statistik Jamur .................................... 55 5. Perhitungan Uji Statistik Zona Bening .......................... 58 6. Peta Proses Operasi (PPO) ......................................... 60 7. Neraca Massa Pembuatan Teh Kompos ...................... 61 7. Dokumentasi Penelitian................................................ 62

Page 18: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku
Page 19: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teh kompos adalah cairan ekstrak kompos atau kompos yang telah „matang‟ diproses menjadi teh kompos dengan cara memberi air dan nutrisi untuk pertumbuhan mikrobia kemudian diaerasi selama waktu tertentu (Nasir, 2007). Metode aerasi lebih unggul karena proses ektraksi dan fermentasinya lebih cepat sehingga lebih efisien dalam waktu pembuatan. Penelitian di mancanegara menunjukkan, teh kompos efektif mengendalikan penyakit tanaman. Komponen aktif dalam teh kompos yang telah dikenali termasuk mikrobia Actinomycetes, Pseudomonas sp., Sporobolmyces, Cryptococcus dan jamur. Teh kompos mengandung bahan kimia bersifat antagonis. Senyawa kimia (antimikroba) yang dihasilkan oleh mikroba pada umumnya merupakan metabolit sekunder yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan. Kandungan antimikroba dalam teh kompos dapat dimanfaatkan sebagai biobakterisida.

Bakterisida, Berasal dari kata latin bacterium, atau kata Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri (Sudarmo, 1992). Penggunaan bakterisida alami (biobakterisida) sebagai alternatif pengganti bakterisida kimiawi, dilakukan karena mempunyai banyak kelebihan yaitu residu relatif mudah terdegradasi sehingga tidak mencemari tanah dan relatif mudah didapatkan. Selain itu, teh kompos juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Biobakterisida dari teh kompos dapat dimanfaatkan sebagai pengendali penyakit layu bakteri pada tanaman yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum.

Sejak ditemukan oleh F.F Smith pada tahun 1896, bakteri Ralstonia solanacearum masih mendominasi sebagai salah satu bakteri patogenik yang menyerang tanaman pertanian yang mampu menurunkan produksi secara nyata, terutama pada tanaman Solanaceae. Dibeberapa negara Ralstonia solanacearum mampu menurunkan produksi tanaman sampai

75% dan lebih parahnya lagi, bakteri ini ternyata dapat menyerang semua jenis tanaman. Namun yang paling banyak

Page 20: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

2

diperbincangkan adalah serangan pada tanaman kentang, pisang, kacang tanah, cabe, tembakau dan tomat. Penyebarannya sangat luas mencakup daerah tropik dan subtropik di seluruh dunia. Bakteri patogen ini terdiri atas banyak strain atau ras yang berbeda, dengan kisaran inang yang sangat luas. Sebanyak lima ras Ralstonia solancearum

telah diidentifikasi, yang berbeda dalam kisaran inang, distribusi geografi, dan kemampuan survive dalam kondisi lingkungan berbeda (Sastra, 2005). Berdasarkan kisaran inang Ralstonia

solancearum dibagi menjadi 5 ras yaitu : ras pertama menyerang tembakau, tomat, dan Solanaceae lainnya; ras kedua menyerang pisang (Tripoloid) dan Heloconia; ras ketiga

menyerang kentang; ras kempat menyerang jahe, dan ras kelima menyerang murbei (Nasrun, dkk., 2007). Upaya pengendalian penyakit layu bakteri dapat dilakukan diantaranya adalah pengendalian secara hayati salah satunya teh kompos.

Untuk mengendalikan Ralstonia solanacearum secara

efektif maka diperlukan kualitas teh kompos yang baik. Sebagai pendukung pertumbuhan mikroba yang baik dalam teh kompos maka diperlukan suatu substrat yang dapat menstimulasi mikroba untuk menghasilkan suatu metabolit yang nantinya akan berperan sebagai penghambat dan pembunuh bakteri patogen. Mekanisme pencampuran mikroba pada fermentasi membutuhkan suatu media yang dapat mendukung metabolisme. Salah satu media yang biasanya digunakan yaitu molase (Murdiyatmo, 2003). Molase dapat digunakan sebagai alternatif substrat karena mengandung nutrisi komplek yang dibutuhkan bakteri dalam metabolismenya.

Selain substrat, lama fermentasi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba. Menurut Ingham (2005), semakin lama waktu fermentasi dalam larutan air, maka semakin besar jumlah nurtrisi terlarut dari kompos dan berpengaruh terhadap jumlah mikroba. Lamanya waktu fermentasi juga dapat meningkatkan kadar antimikrobia dalam teh kompos yang diduga dapat merespon ketahanan alami tanaman yang dapat membantu menekan penyakit tanaman (Scheuerell dan Mahaffee, 2002).

Page 21: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

3

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penambahan molase dan lama fermentasi pada kualitas teh kompos ?

2. Bagaimana keefektifan teh kompos dengan kualitas yang paling baik dalam pengendalian bakteri Ralstonia solancearum ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh penambahan molase dan lama waktu fermentasi terhadap kualitas teh kompos yang dihasilkan.

2. Mengetahui kemampuan teh kompos dengan kualitas terbaik sebagai penghambat pertumbuhan bakteri Ralstonia solancearum.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan tambahan informasi tentang pemanfaatan limbah pertanian yaitu kompos sebagai biobakterisida

2. Sebagai informasi biobakterisida untuk penelitian selanjutnya.

Page 22: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

4

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biobakterisida

Menurut Sutanto (2002), penggunaan biopestisida telah lama dikenal dan diterapkan oleh nenek moyang kita sebagai salah satu kearifan lokal. Berdasarkan bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan biopestisida dibagi menjadi dua bagian. Biopestisida yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (empon-empon, jarak, jengkol, biji srikaya, tembakau, nimbi, dll) yang disebut dengan biopestisida nabati dan mikroba yang disebut dengan biopestisda hayati.

Biopestisida hayati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari mikroorganisme, seperti cendawan, bakteri, nematoda, atau virus. Berbeda dengan pesitisida yang mengandung zat racun sehingga berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan, biopestisida lebih ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. (Meidiantie dkk., 2010).) Biobakterisida adalah jenis biopestisida yang berfungsi melawan penyakit tanaman yang disebabkan oleh serangan bakteri. Penggunaan bakterisida dari bahan kimia berbahaya bagi lingkungan dan meninggalkan residu pada produk pertanian. Bakterisida, Berasal dari kata latin bacterium, atau kata Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri (Sudarmo, 1992).

2.2 Teh Kompos

Teh Kompos (Compost Tea) merupakan ekstrak air dari bahan kompos yang mengandung nutrisi terlarut baik organik maupun anorganik, serta kaya akan berbagai organisme seperti bakteri, cendawan, protozoa dan nematoda (Anonim, 2007). Teh kompos dibuat dengan mencampurkan kompos dan air kemudian diinkubasikan selama waktu tertentu, baik menggunakan metode aerasi maupun tanpa aerasi dan dengan atau tanpa sumber nutrisi mikroba untuk meningkatkan keberagaman populasi mikroba (Scheuerell dan Mahaffee, 2002). Teh kompos dibuat dengan menambahkan sumber

Page 23: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

5

makanan mikroba seperti molase, asam humat, rumput laut dan lainnya baik yang dibuat secara aerob atau anaerob untuk menumbuhkan populasi mikroorganisme bermanfaat (Ingham, 2005 ; Scheuerell dan Mahaffee, 2004).

Teh kompos dapat dibuat dengan aerasi atau tanpa aerasi. Pada metode teh kompos tanpa aerasi (NCT; Non aerated compost tea) pembuatannya dilakukan secara tertutup

tanpa pasokan oksigen untuk mikroba, sehingga proses produksinya terjadi dalam kondisi anaerob yang menyebabkan bau yang tidak sedap. Teh kompos dengan aerasi (ACT; Aerated compost tea) pembuatannya dilakukan dengan

menginjeksikan oksigen ke dalam campuran air dengan kompos yang telah matang kemudian diinkubasi selama waktu tertentu, sehingga prosesnya berlangsung dalam kondisi aerob. (Scheuerell dan Mahaffee, 2004 ; Kelley, 2004).

Teh kompos ACT dapat dibuat dalam 2 hingga 3 hari. Pembuatan dengan waktu yang singkat lebih menguntungkan bagi pengguna karena lebih cepat digunakan dan lebih tanggap mengantisipasi penyakit sebelum menyebar lebih luas (Kelley, 2004). Selain itu, pembuatan teh kompos dengan aerasi tidak menghasilkan bau dan dapat mengurangi risiko kontaminasi patogen manusia. Sementara itu, teh kompos anaerob dapat dibuat hingga 2 minggu. Lamanya waktu fermentasi dapat meningkatkan antimikrobia dalam teh kompos yang diduga dapat merespon ketahanan alami tanaman yang dapat membantu dalam menekan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee, 2002). Teh kompos anaerob dapat menimbulkan bau yang tidak enak dibandingkan dengan teh kompos dengan aerasi.

Penggunaan teh kompos dalam bidang pertanian dan hortikultura telah berkembang dengan pesat selama dekade terakhir teh kompos mempunyai kelebihan yaitu: merupakan produk pupuk alami yang berasal dari bahan yang ramah lingkungan, mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen yang terdapat di dalam kompos. Disamping pupuk alami teh kompos juga berfungsi sebagai pestisida alami. Teh kompos mampu mengembalikan kusuburan tanah secara alami serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit (Ingham, 2005).

Page 24: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

6

Tabel 2.1 Keanekaragaman Hayati dalam Teh Kompos

Jenis Mikroba Kepadatan dalam teh kompos

Bakteri Aerob >10 juta Colony Forming Units/milliliter (CFU/ml)

Bakteri Anaerob Seperlima dari jumlah bakteri aerob

Cendawan >1000 CFU/ml

Actinomiset >100 CFU/ml

Psudomonas >1 juta CFU/ml

Pemfiksasi Nitrogen 100,000 CFU/ml

Bakteri Hidup Bebas Populasinya meningkat seiring meningkatnya kandungan nitrogen dalam teh kompos

Sumber : BBC Laboratories (2001)

Mekanisme yang mungkin terjadi dalam pengendalian

patogen oleh mikroorganisme menguntungkan adalah mengisi ruang di permukaan daun yang dapat membatasi ruang tumbuh patogen, mampu berkompetisi dalam mencari nutrisi yang dibutuhkan patogen, mengeluarkan senyawa metabolit sekunder, dapat memarasitik patogen secara langsung, serta menstimulasi kekebalan alami tanaman. Hal ini didukung karena adanya keanekaragaman hayati yang tinggi terkandung dalam teh kompos (Tabel 2.1).

2.2.1 Waktu Fermentasi Teh Kompos

Lama fermentasi adalah saat titik dimana sebagian besar dari nutrisi larut telah terekstraksi dari kompos, dan sebagian besar organisme yang telah terlarut. Semakin lama waktu kompos tersuspensi sempurna dalam larutan air atau teh, semakin banyak material larut dan organisme terekstraksi. Semakin banyak material larut dalam teh berarti semakin banyak sumber pangan untuk pertumbuhan bakteri dan fungi, dan semakin banyak nutrisi yang yang tersedia bagi tumbuhan. Cara termudah untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sebuah mesin untuk membuat teh dengan tambahan organisme adalah dengan memeriksa dari waktu ke waktu (Ingham, 2005).

Page 25: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

7

Pertumbuhan organisme di dalam teh kompos memerlukan nutrisi yang telah terekstraksi. Jika teh kompos tercampur dan teraerasi dengan sempurna, maka semua proses akan mendapatkan hasil yang maksimal, namun jika pasokan oksigen tidak memadai, bakteri dan fungi yang tumbuh di dalam teh dapat menggunakan oksigen lebih cepat daripada oksigen yang disebarkan ke dalam teh. Selanjutnya organisme anaerobik yang tumbuh didalam teh dengan produksi material racun potensial di dalam teh. Semakin cepat masa penyeduhan, semakin sulit biofilms anaerbik berkembang. Ada keseimbangan antara ekstraksi dari nutrisi dan pertumbuhan organisme, akan memberikan waktu optimal untuk proses produksi teh, tergantung pada kondisi sesungguhnya dari proses penyeduhan (Ingham, 2005).

Semakin lama waktu penyeduhan, semakin mudah suhu berubah dan aplikasi harus dihentikan. Butuh keseimbangan antara waktu organisme melarutkan nutrisi yang telah terekstraksi dari kompos dengan waktu mereka melapisi dinding wadah dan memproduksi lapisan anaerobik. Penemuan terbaru mengatakan bahwa bahwa teh kompos "Aktif" prosesnya bergantung pada penggunaan aerator untuk oksigenat campuran selama waktu fermentasi. Penggunaan aerator menghasilkan teh kompos aerobik dalam waktu yang lebih singkat dalam pembuatan teh kompos mulai dari 12 jam sampai dengan 3 hari. Penambahan nutrisi dan produk fermentasi yang kaya mikroorganisme ditambahkan selama proses pembuatan teh kompos untuk meningkatkan konsentrasi mikroba bermanfaat dalam teh kompos (Ingham, 2005 ; Dearborn, 2011).

Masing-masing pembuatan teh kompos memiliki waktu optimal untuk proses ekstaksi tergantung desain dari mesin. Sebagai contoh, Microb-Brewer dan Earth Tea Brewer mampu memproduksi jumlah optimal organisme dengan range 20-24 jam dengan suhu ruangan (semakin dingin temperatur waktu penyeduhan semakin lama). Metode Ingham (2005) menunjukkan bahwa penyeduhan dengan menggunakan wadah ember plastik membutuhkan tiga hari, sedangkan beberapa metode produksi, dan sebagian besar teh non-aerasi

Page 26: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

8

membutuhkan 2-3 minggu. Teh kompos tanpa aerasi dan tanpa nutrisi mengandung sedikit organimsme di dalam teh kompos, dimana bio-films tidak akan pernah berkembang dan cairan tidak akan pernah menjadi anaerobik. Tidak peduli jika cairan tidak pernah diaduk atau tercampur atau diaerasi. Teh kompos yang tidak mengandung organisme, maka teh kompos tidak akan memberikan keuntungan yang dihasilkan dari organisme. Lamanya waktu fermentasi juga dapat meningkatkan antimikrobia dalam teh kompos yang diduga dapat merespon ketahanan alami tanaman yang dapat membantu dalam menekan penyakit (Ingham, 2005 ; Scheuerell dan Mahaffee,, 2002).

2.3 Molase

Sumber karbon organik yang dapat digunakan untuk menstimulus pertumbuhan bakteri lebih cepat meliputi gula, sagu, dan bahan berserat (fiber). Karbohidrat kompleks seperti jagung, sagu dan tepung terigu lebih lambat dimetabolisme (dicerna) dibandingkan gula, tetapi keunggulan dari penggunaan karbohidrat kompleks adalah dapat menyediakan partikel-partikel yang dapat dijadikan tempat menempel bakteri. Partikel tersebut juga akan memudahkan proses pelepasan karbon organik. Karbohidrat kompleks membutuhkan enzim bakteri yang cocok dalam proses dekomposisinya. Enzim-enzim tersebut akan meningkatkan proses pencernaan spesies akuakultur. Bahan fiber (berserat) sangat dihindari penggunaannya, karena bahan berserat relatif tidak terdekomposisi dengan baik. Tetapi bahan berserat menyediakan partikel yang tahan lama sebagai substrat bakteri (Chamberlain, dkk., 2001).

Menurut Hadisuwito (2007), dengan penambahan molase dalam pembuatan pupuk cair organik mampu meningkatkan kerja mikroorganisme untuk menguraikan bahan sampah menjadi pupuk organik. Industri pengolahan batang tebu menjadi gula pasir menghasilkan limbah yaitu tetes tebu (molase). Molase dihasilkan dari tahapan proses pemisahan kristal gula dan masih mengandung gula 50-60%, asam amino

Page 27: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

9

dan mineral yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan mono sodium glutamat (MSG), gula cair, arak, spritus, dan alkohol. Molase tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Komposisi tetes tebu (molasses) mempunyai rentangan batas yang luas dan sulit untuk menentukan mengenai nilai atau jumlah persentasenya. Selain kandungan glukosa dan fruktosa molase juga memiliki kandungan zat yang berguna. Zat-zat tersebut antara lain; kalsium, magnesium, potasium, dan besi. Selain itu berbagai vitamin pun banyak terkandung didalamnya (Fatimah, 2012).

Penggunaan molase sebagai sumber karbon didasarkan pada harga molase yang relatif murah, memiliki kandungan karbon yang tinggi, serta penggunaannnya yang cukup mudah. Penggunaan Molase memiliki kandungan sukrosa sekitar 30%, disamping gula reduksi sekitar 25% berupa glukosa dan fruktosa. Sukrosa dalam molase merupakan komponen sukrosa yang sudah tidak dapat lagi dikristalkan dalam proses pemasakan di pabrik gula. Hal ini disebabkan karena molase mempunyai nilai Sucrose Reducing sugar Ratio (SRR) yang

rendah yaitu berkisar antara 0,98-2,06 (Willet dan Morrison, 2006). 2.4 Anti Bakteri

Zat antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau metabolisme bakteri. Berdasarkan aktivitasnya zat antibakteri dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu antibakteri bakteriostatik yang bekerja menghambat populasi bakteri tetapi tidak mematikan bakterinya. Kelompok kedua adalah antibakteri bakterisida yang bekerja dengan membunuh bakteri. Umumnya terdapat transisi antara kerja bakteriostatik dengan bakterisida. Ada beberapa antibakteri yang bersifat bakteriostatik dapat berubah menjadi bakterisida jika digunakan dalam dosis tinggi (Pelczar dan Chan 2008).

Pada penelitian Hersanti, dkk., (2009), pengujian dilakukan dengan menggunakan metode cakram kertas. Metode ini merupakan metode yang biasa digunakan untuk menguji

Page 28: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

10

aktivitas antimikroba terhadap mikroorganisme patogen penyebab penyakit. Metode ini lebih dikenal dengan metode Kirby-Bauer (Tortora, dkk., 2001). Prinsip dari metode difusi

cakram adalah senyawa antibakteri dijenuhkan kedalam kertas saring (cakram kertas). Cakram kertas yang mengandung senyawa antibakteri tertentu ditanam pada media pembenihan agar padat yang telah dicampur dengan bakteri yang diuji, kemudian diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Selanjutnya diamati adanya area (zona) bening disekitar cakram kertas yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri (Cappucino dan Sherman, 2001).

2.5 Zona Bening

Pengujian aktivitas bahan antimikroba secara in vitro dapat dilakukan melalui dua cara yaitu metode dilusi dan difusi cakram. Prinsip dari metode difusi cakram adalah menempatkan kertas cakram yang sudah mengandung bahan antimikoba tertentu pada medium lempeng padat yang telah dicampur dengan patogen yang akan diuji. Medium ini kemudian diinkubasi dan diamati adanya zona jernih di sekitar kertas cakram. Daerah jernih yang tampak di sekeliling kertas cakram menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba. Patogen yang sensitif terhadap bahan antimikroba akan ditandai dengan adanya daerah hambatan disekitar cakram, sedangkan patogen yang resisten terlihat tetap tumbuh pada tepi kertas cakram (Tortora, dkk., 2001).

Uji difusi disk dilakukan dengan mengukur luas zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak. Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan atau sensitivitas yaitu 105-108 CFU/ml. Untuk mengukur zona bening yang disekitar paper dish dengan menggunakan jangka sorong secara vertical, horizontal dan

diagonal, kemudian dirata-ratakan dalam millimeter (Hermawan, dkk., 2007).

Page 29: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

11

2.6 Ralstonia solancearum

Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum merupakan salah satu penyakit tanaman paling

berbahaya yang tersebar luas di daerah tropika dan sub tropika, dan banyak menyerang tanaman pertanian di antaranya tomat, kacang tanah, pisang, kentang, tembakau dan suku Solanaceae lainnya. Bakteri Ralstonia solanacearum dibagi menjadi 5 ras berdasarkan kisaran inang : ras 1 menyerang tembakau, tomat, dan Solanaceae lainnya; ras 2 menyerang pisang (tripoloid) dan

Heloconia; ras 3 menyerang kentang; ras 4 menyerang jahe, dan ras 5 menyerang murbei (Nasrun, dkk., 2007).

Gambar 2.1 Tomat yang terinfeksi Ralstonia solancearum Sumber : Dwiningsih (2012)

Ralstonia solanacearum masih mendominasi sebagai

salah satu bakteri patogenik yang menyerang tanaman pertanian yang mampu menurunkan produksi secara nyata, terutama pada tanaman Solanaceae. Bahaya bakteri ini dalam menyerang tanaman, di beberapa negara mampu menurunkan produksi sampai 75%. Lebih menakjubkan lagi bakteri ini ternyata dapat menyerang semua jenis tanaman. Namun yang paling banyak diperbincangkan adalah serangan pada tanaman kentang, pisang, kacang tanah, cabe, tembakau dan tomat (Gambar 2.1). Penyebarannya sangat luas mencakup daerah tropik dan subtropik di seluruh dunia Bakteri patogen ini terdiri

Page 30: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

12

atas banyak strain atau ras yang berbeda, dengan kisaran inang yang sangat luas. Sebanyak lima ras Ralstonia solanacearum telah diidentifikasi, yang berbeda dalam kisaran inang, distribusi geografi, dan kemampuan survive dalam kondisi lingkungan berbeda. Karakteristik bakteri Ralstonia solanacearum adalah memliliki gram negatif, berbentuk batang lurus atau bengkok, ukuran (0,5 – 1,0 µm) x (1,5 – 4,0 µm) memiliki satu atau lebih flagela polar, katalase positif dan bersifat aerobik. Namun identifikasi bakteri ini sangat sulit dan memerlukan kombinasi uji fisiologi-biokimia, media selektif dan uji patogenetitas. Sedangkan bakteri patogen lain relatif lebih sederhana dan hanya memerlukan beberapa pengujian (Sastra, 2005).

Gambar 2.2 a.Gejala layu bakteri pada tanaman tomat; b.Gejala

munculnya akar adventif (tanda panah) pada pangkal batang tanaman tomat

Sumber : Wardani, 2012

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dan

Tjahjono (2001), gejala layu bakteri adalah tanaman muda yang terinfeksi akan segera mati, sedangkan tanaman tua menunjukkan daun layu, menguning, kerdil dan akhirnya mati (Gambar 2.2a). Pada tanaman tomat yang terinfeksi akan membentuk akar adventif di sekitar pangkal batang (Gambar 2.2b). Akar adventif akan lebih banyak muncul apabila penyakit

Page 31: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

13

berkembang pada lingkungan yang kurang mendukung, yaitu suhu rendah, virulensi rendah, resistensi tanaman yang kurang. Jaringan pembuluh batang dan akar akan mengalami pembusukan, berwarna coklat tua sampai hitam. Akar juga akan berwarna coklat bila tanaman sudah mengalami layu permanen (McCarter, 2006).

Apabila bagian batang dipotong, dari jaringan pembuluh akan keluar massa bakteri seperti lendir berwarna putih susu dan lendir lebih banyak keluar bila potongan batang diletakkan di tempat lembab. Potongan batang yang sakit dimasukkan ke dalam gelas berisi air jernih, maka selama beberapa menit akan terlihat benang-benang putih halus yang akan putus bila gelas digoyang dan air berubah menjadi keruh. Benang putih tersebut merupakan massa bakteri yang biasa disebut dengan oose. Oose inilah yang membedakan tanaman yang tersinfeksi layu bakteri dengan layu akibat cendawan maupun layu akibat gangguan fisiologis (McCarter, 2006 ; Purwanto dan Tjahjono, 2001).

Page 32: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

14

III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Bioindustri Fakultas Teknologi Pertanian dan Laboratorium Bakteriologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2013.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Pembuatan Teh Kompos

Alat yang digunakan dalam pembuatan teh kompos, yaitu wadah plastik, pengaduk kayu, timbangan, saringan dan pompa udara aquarium. Bahan yang digunakan adalah kompos UPT Brawijaya, molase dan aquades.

3.2.2 Pengujian Antagonis

Alat yang digunakan dalam analisa antimikrobia, yaitu pH meter, mikro pipet, cawan petri, jarum ose, gelas ukur bunsen, pengaduk kaca, autoklaf, microtube, pinset, L glass, kertas

saring, inkubator, gelas ukur, tabung reaksi, dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan isolat Ralstonia solancearum, Natrium Agar (NA) aquades, alkohol 70%, Tetrazolium Chloride (TZC), dan Potato Dextrose Agar (PDA).

3.3 Prosedur Penelitian

Tahapan penelitian meliputi identifikasi masalah sampai dengan pengambilan kesimpulan. Diagram alir tahapan penelitian dapat dilhat pada Gambar 3.1.

Page 33: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

15

Gambar 3.1 Diagram Alir Prosedur Penelitian

3.3.1 Identifikasi Masalah

Ralstonia solancearum penyebab layu bakteri merupakan

salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi hasil pertanian kentang, pisang, kacang tanah, cabe, tembakau dan tomat. Salah satu pengendaliannya dengan menggunakan

Identifikasi

Masalah

Studi Pustaka

Percobaan Pendahuluan

Penentuan Metode Rancangan

Percobaan

Pengolahan data dan Analisa Hasil

Pemilihan Perlakuan Terbaik

Penentuan Hipotesis

Pelaksanaan Penelitian

Kesimpulan & saran

Page 34: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

16

pestisida. Penggunaan pestisida kimiawi yang berlebihan memberi dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif penggunaan pestisida kimia mendorong penggunaan pestisida hayati (biopestisida) yaitu teh kompos. Penelitian dimancanegara menunjukkan, teh kompos efektif mengendalikan penyakit tanaman. Pada Penelitian ini akan dilakukan pembuatan teh kompos untuk mendapatkan formula yang tepat dari penambahan Molase dan lama waktu fermentasi.

3.3.2 Studi Pustaka

Ingham (2000), telah membuktikan bahwa teh kompos dapat meningkatkan kesuburan dan melawan panyakit pada tanaman. Penekanan patogen oleh mikroorganisme bermanfaat antara lain keberadaan mikroba antagonis yang menghambat pertumbuhan patogen, mensekresi metabolit sekunder di permukaan daun, membunuh patogen secara langsung dan merangsang ketahanan alami tanaman (Scheuerell dan Mahaffee, 2002 ; Kelley, 2004). Diharapkan kemampuan dari teh kompos dapat menghambat bakteri Ralstonia solancearum.

Mekanisme pencampuran mikroba pada fermentasi membutuhkan suatu media yang dapat mendukung metabolisme. Salah satu media yang biasanya digunakan yaitu molase (Murdiyatmo, 2003). Molase dapat digunakan sebagai alternatif substrat karena mengandung nutrisi komplek yang dibutuhkan bakteri dalam metabolismenya. Selain substrat, lama fermentasi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba. Menurut Ingham (2005), semakin lama waktu fermentasi dalam larutan air, maka semakin besar jumlah nurtrisi terlarut dari kompos dan berpengaruh terhadap jumlah mikroba. Lamanya waktu fermentasi juga dapat meningkatkan mikroba antagonis dalam teh kompos yang diduga dapat merespon ketahanan alami tanaman yang dapat membantu dalam menekan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee, 2004).

Page 35: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

17

3.3.3 Hipotesis

Diduga penambahan molase dan lama fermentasi dapat menekan/membunuh bakteri Ralstonia solancearum yang

ditunjukan dengan zona hambat paling lebar pada pengujian antagonis.

3.3.4 Penentuan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor, yaitu faktor banyaknya Molase terdiri dari 3 level dan lama fermentasi terdiri dari 3 level, dengan 3 kali pengulangan.

Faktor-faktor penelitian sebagai berikut : Faktor volume penambahan molase (M) :

M1 = Penambahan Molase 5 ml/5000ml (0,1% v/v)

M2 = Penambahan Molase 10 ml/5000ml (0,2% v/v)

M3 = Penambahan Molase 15 ml/5000ml (0,3% v/v) Faktor lama waktu fermentasi (T) :

T1 = Fermentasi selama 24jam

T2 = Fermentasi selama 48 jam

T3 = Fermentasi selama 72 jam Dari 2 faktor diatas didapatkan 9 kombonasi perlakuan

masing-masing dengan 3 kali ulangan sehingga didapatkan 27 unit percobaan :

M1T1 = Molase 5 ml dengan Fermentasi selama 24 jam

M1T2 = Molase 5 ml dengan Fermentasi selama 48 jam

M1T3 = Molase 5 ml dengan Fermentasi selama 72 jam

M2T1 = Molase 10 ml dengan Fermentasi selama 24 jam

M2T2 = Molase 10 ml dengan Fermentasi selama 48 jam

M2T3 = Molase 10 ml dengan Fermentasi selama 72 jam

M3T1 = Molase 15 ml dengan Fermentasi selama 24 jam

M3T2 = Molase 15 ml dengan Fermentasi selama 48 jam

M3T3 = Molase 15 ml dengan Fermentasi selama 72 jam

Page 36: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

18

3.3.5 Batasan Masalah

Untuk mendapatkan penelitan yang lebih terarah, maka penelitian ini perlu dibatasi sebagai berikut:

1. Bahan baku berupa kompos yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari UPT Brawijaya tanpa diberikan perlakuan khusus

2. Bakteri Ralstonia solancearum yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

3.3.6 Pembuatan Teh Kompos

Bahan yang digunakan dalam teh kompos aerobik pada penelitian ini diambil dari kompos UPT brawijaya, molase dan air. Sebelum ditimbang, dilakukan pengayakan dengan saringan 5 mm. Pengayakan ini bertujuan mendapatkan kompos yang bener-bener halus. Air yang dipakai, sebelumnya diberikan proses aerasi selama 24 jam agar kondisi menjadi aerobik. Kecepatan aerasi diatur agar setiap perlakuan mendapatkan perlakuan yang sama yaitu sebesar 0,4 vvm.

Setelah persiapan bahan selesai maka tahap berikutnya adalah melakukan pencampuran ketiga bahan yang terdiri kompos UPT, molase dan air. Ketiga bahan tersebut diaduk selama 5 menit agar merata dengan kondisi aerator menyala. Setelah waktu fermentasi tercapai, maka dilakukan pengambilan ekstrak teh kompos dengan cara menyaring dengan kain saring, sehingga kompos terpisah dari ekstrak yang nantinya bisa menyumbat nozzel pada alat penyemprotan ketika akan diaplikasikan. Teh kompos yang sudah matang dicirikan tidak berbau (Ingham, 2005).

3.3.7 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pembuatan teh

kompos dan kemudian dilakukan pengujian terhadap kualitas pada teh kompos seperti diagram alir pada Gambar 3.2 :

Page 37: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

19

Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Teh Kompos

Air 5 liter Molase 5 ml, 10 ml dan 15

ml Diaduk Sampai Rata

Dianalisa (pH, , Total Bakteri, Total Jamur) Diuji Efektifitas

Terhadap Zona Bening Terbaik

Selesai

Ampas/ Kompos

Kesimpulan

Disaring

Dicampur

Difermentasi + Aerasi

Disaring

Mulai

Kompos

Teh Kompos

Ditimbang

Pengujian Efektifitas pada Media Tanah

Perencanaan Produksi

Page 38: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

20

3.3.8 Polulasi Mikroba dalam Teh Kompos

Perhitungan populasi mikroba dilakukan sebelum dan sesudah fermentasi pada setiap perlakuan dan pengulangan (Lampiran 1). Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung koloni mikroba yang tumbuh pada pengenceran tersebut dan dihitung populasinya setelah 24 jam. Perhitungan populasi mikroba menggunakan metode pour plate pada media natrium agar (Benson, 2002).

3.3.9 Pengujian Zona Bening

Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Kirby-Bauer dengan cara Spread Plate (Lampiran 1). Teh kompos

dimasukan kedalam kertas saring (cakram kertas). Cakram kertas yang telah direndam teh kompos kemudian ditanam pada media pembenihan agar padat yang telah dicampur dengan bakteri Ralstonia solancearum, kemudian diinkubasi pada

inkubator dan selama 5 hari. Selanjutnya diamati adanya area (zona) bening disekitar cakram kertas (disk) yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri. Untuk mengukur zona bening yang disekitar disk dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Zona bening diukur berdasarkan diameter terpanjang (Dv) dan diameter terpendek (Dh) dengan menggunakan hitungan (Sari, 2013) :

𝑍𝑜𝑛𝑎 𝐻𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡 =Dv + Dh

2

3.3.10 Uji Efektifitas Teh Kompos terhadap Ralstonia solancearum pada Media Tanah

Pengujian efektifitas langsung diujikan ke tanah (Lampiran 1). Pengujian dilakukan dari hasil yang memiliki zona bening terbaik. Pengujian dilakukan dengan cara menyemprotkan teh kompos ke media tanah yang sudah diberi bakteri Ralstonia solanacearum. Tanah yang disemprotkan dengan teh kompos

Page 39: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

21

dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah diinkubasi media tanah diiambil dan dihitung jumlah koloni Ralstonia solanacearum dengan menggunakan media TZC.

3.3.11 Pengolahan dan Analisis Data

Dari data penelitian yang diperoleh dilakukan pengolahan dan analisis data untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan penambahan molase dan lama fermentasi dalam teh kompos. Data diolah dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) metode Faktorial RAK (Rancangan Acak Kelompok). Apabila dari hasil uji menunjukkan ada pengaruh maka dilanjutkan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) 5%.

3.3.12 Pemilihan Perlakuan Terbaik

Dari hasil pengolahan dan analisis data didapatkan perlakuan terbaik. Berapa banyak molase yang harus diberikan serta berapa lama waktu fermentasi terhadap diamter zona bening yang dihasilkan. 3.3.13 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dilakukan untuk menjawab tujuan dari penelitian yang dilakukan. Sedangkan saran, dilakukan untuk memberikan usulan penelitian selanjutnya dari kelemahan penelitian yang dilakukan sekarang.

Page 40: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

22

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Bahan Baku

Dalam proses pembuatannya teh kompos tidak selalu konsisten dari proses ke proses berikutnya. Ini terbukti pada penelitian pendahuluan zona bening yang didapatkan lebih luas dari pada penelitian utama. Oleh karena itu sangat penting untuk memperhatikan faktor-faktor utama yang mempengaruhi kualitas teh. Kualitas kompos yang baik sangat diperlukan dalam pembuatan teh kompos. (Anonim, 2007). Alasan utama untuk menggunakan teh kompos di bidang pertanian adalah untuk menekan penyakit tanaman dan suplemen nutrisi tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa teh kompos harus mengandung keragaman mikroorganisme tinggi, serta keragaman nutrisi larut yang diekstrak dari kompos (Anonim, 2007).

Kompos yang kurang berkualitas akan membuat teh kompos yang tidak berkualitas juga. Oleh karena itu kualitas kompos sangat penting untuk memaksimalkan jumlah spesies menguntungkan, karena berisi hampir semua kelompok penting organisme yang biasanya ditemukan dalam tanah. Pemilihan karakteristik kompos tergantung pada jenis teh kompos yang ingin dihasilkan disertai tujuan penggunaannya (Ingham, 2005). Teh kompos yang dibuat dari kompos yang berasal dari pohon dan semak sebaiknya dimanfaatkan untuk tanah yang didominasi oleh serangan jamur (Touart, 2000; Ingham, 2005). Untuk teh kompos hasil ekstraksi pupuk kompos yang dibuat dari sisa sayuran, rumput dan pertanian sebaiknya digunakan yang didominasi oleh serangan bakteri (Touart, 2000).

Ralstonia solanacearum merupakan golongan bakteri sehingga kompos yang baik untuk digunakan adalah berasal dari jenis sayuran rumput dan sisa pertanian. Kompos yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari kompos yang dibuat oleh UPT Brawijaya. Kompos UPT Brawijaya memiliki bahan dasar yaitu sampah yang ada di kampus. Sampah yang diolah terdiri dari dedauanan, sisa makanan/sayuran dari kantin-

Page 41: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

23

kantin, dan rumput. Menurut Touart (2000), bahan-bahan ini merupakan bahan yang baik untuk membuat teh kompos yang akan digunakan mengendalikan Ralstonia solanacearum yang

merupakan golongan bakteri. Unsur makro yang ada dalam kompos UPT Brawijaya sudah memenuhi standar SNI 9­7030­2004 yang dapat dilihat dari Tabel 4.1 :

Tabel 4.1 Perbandingan Kompos UPT dan Standar SNI

Parameter KOMPOS UPT STANDAR KOMPOS (SNI)

Minimum Maksimum

Kadar Air (%) 30 - 50 Warna Kehitaman Kehitaman Bau Berbau tanah Berbau tanah pH 7 6,80 7,49 Nitrogen 1,2 0,4 - Kalium 0,63 0,2 - Phosfor 1.4 0,1 - C/N 12-13 10 20

Sumber: Kompos UPT Brawijaya dan Anonim (2013)

4.2 Kualitas Teh Kompos

Dalam pembuatan teh kompos faktor yang paling berpengaruh meliputi (Scheuerell dan Mahaffee, 2002; Ingham, 2005): Kualitas kompos, rasio air dan kompos, aerasi, nutrisi fermentasi, ekstraksi dan pencampuran, lama waktu fermentasi, faktor abiotik dan penyaringan. Untuk menghasilkan kualitas kompos yang baik maka perlu dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor diatas. Kualitas kompos yang berasal dari UPT Brawijya sudah cukup mewakili standart kompos yang baik. Rasio air dan kompos pada setiap literatur berbeda-beda mulai dari 1kg kompos : 3 liter air hingga 1kg kompos : 40 liter air (Anonim, 2007 ; Ingham, 2005). Pada penelitian ini menggunakan rasio 1 kg kompos : 5 liter air, sebab pada penelitian pendahuluan menunjukan hasil yang baik.

Aerasi pada setiap proses fermentasi diatur secara merata pada 0.4 vvm untuk menciptakan suasana aerobik dalam fermentor. Untuk penambahan nutrisi pada pembuatan teh kompos ditambahkan sumber karbon dari molase. Adapun latar

Page 42: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

24

belakang penggunaan molase karena banyak ditemukan dan harganya yang murah. Molase dapat digunakan sebagai alternatif substrat karena mengandung sumber karbon yang dibutuhkan mikrooganisme dalam metabolismenya. Lama waktu yang diperlukan untuk fermentasi yang baik menurut Ingham (2005), mulai dari 24 jam hingga 72 jam, maka dari itu lama waktu fermentasi ini dijadikan dasar penelitian. Pada akhir proses dilakukan penyaringan untuk memisahkan larutan dan kompos.

4.3 pH Teh Kompos

Nilai pH berkaitan dengan akvititas mikroorganisme dalam proses pengolahan limbah organik, karena aktivitas mikroorganisme akan mempengaruhi pH dan sebaliknya pH juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme.

Tabel 4.2 Rerata pH teh kompos pada berbagai lama fermentasi

dan penambahan molase Simbol Lama Fermentasi

(Jam) Penambahan Molase (ml)

pH Notasi

T1M1 5 7,42 d

T1M2 24 10 7,55 c

T1M3 15 7,53 cd

T2M1 5 7,56 c T2M2 48 10 7,78 a

T2M3 15 7,63 bc

T3M1 5 7,77 a

T3M2 72 10 7,86 a

T3M3 15 7,73 ab

Keterangan : Angka dalam tabel yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak bebeda nyata pada uji DMRT 5%

Perbedaan terhadap nilai teh kompos antar perlakuan

terhadap pH dapat dilihat pada Tabel 4.2. Diketahui bahwa pH tertinggi 7,86 pada perlakuan lama fermentasi 72 jam dengan penambahan molase 10 ml dan pH terendah 7,42 pada perlakuan lama fermentasi 24 jam dengan penambahan molase

Page 43: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

25

5 ml. Hasil analisa ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perlakuan lama fermentasi dan penambahan molase pada pH teh kompos berbeda nyata.

Pada proses pembuatan teh kompos diketahui pH awal (0 Jam) 7,1. Menurut Radovich dan Arancon (2011), derajat keasaman yang baik dalam pembuatan teh kompos adalah 6,5-7,5. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat faktor penambahan molase dan lama fermentasi pada pembuatan teh kompos menunjukkan nilai pH yang beragam. Pada perlakuan dengan penambahan molase 5 ml terjadi kenaikan pH setiap jamnya, begitu juga dengan notasi setiap perlakuannya berbeda. Ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh lama fermentasi terhadap perubahan pH. Kenaikan pH pada setiap perlakuan waktu yang disebabkan terjadinya proses fermentasi oleh pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri yang ada dalam teh kompos menurut Hidayati, dkk., (2012), berperan menaikan pH yang disebabkan oleh perubahan asam-asam organik menjadi CO2 dan sumbangan kation-kation basa hasil mineralisasi bahan kompos. Hal pH tertinggi terjadi pada penambahan molase sebanyak 10 ml dan kemudian pH turun pada penambahan molase sebanyak 15 ml. Molase yang digunakan memiliki nilai pH 4,7 sehingga pH kompos menjadi turun. Hal ini sama dengan penelitian Masuda, dkk., (2000), dan Hernaman, dkk., (2005), yang mengatakan terjadi penurunan pH saat penambahan molase. Menurut Naidu, dkk., (2010), di dalam teh kompos terdapat bakteri asam laktat. Menurut Kusmiati dan Malik (2002), glukosa merupakan gula yang disukai oleh bakteri sebagai sumber karbon. Bakteri asam laktat umumnya akan memecah glukosa untuk menghasilkan asam laktat. Hal ini menyebabkan pH media menjadi rendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. 4.4 Populasi Bakteri Teh Kompos

Teh Kompos merupakan ekstrak air dari bahan kompos yang mengandung nutrisi terlarut, kaya akan berbagai organisme seperti bakteri, cendawan, protozoa dan nematoda (Anonim, 2007). Pada Tabel 4.3 dapat dilihat perbedaan jumlah populasi bakteri antar perlakuan terhadap jumlah bakteri.

Page 44: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

26

Tabel 4.3 Rerata jumlah populasi bakteri dalam teh kompos

pada berbagai lama fermentasi dan penambahan molase

Simbol Lama Fermentasi

(Jam)

Penambahan Molase (ml)

Populasi Bakteri

(CFU/ml)

Log Notasi

T1M1 5 0,26 x 108 7,42 h

T1M2 24 10 0,38 x 108 7,58 g

T1M3 15 0,59 x 108 7,77 f

T2M1 5 0,85 x 108 7,93 e

T2M2 48 10 1,28 x 108 8,10 d

T2M3 15 1,88 x 108 8,27 c

T3M1 5 3,46 x 108 8,54 b

T3M2 72 10 4,07 x 108 8,61 ab

T3M3 15 4,79 x 108 8,68 a

Keterangan : Angka dalam tabel yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak bebeda nyata pada uji DMRT 5%

Pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa faktor lama fermentasi sangat berpengaruh terhadap populasi bakteri dalam teh kompos. Hasil pengamatan menunjukkan setelah 72 jam penambahan molase 10 ml dan 15 ml tidak menunjukkan jumlah bakteri yang berbeda nyata. Begitu juga dengan penambahan molase sebanyak 5 ml dan 10 ml, keduanya tidak menunjukkan perbedaan jumlah bakteri yang signifikan. Namum secara umum penambahan molase mampu mendukung pertumbuhan bakteri (Masuda, dkk., 2000).

Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah bakteri setiap peningkatan waktu fermentasi, begitu juga dengan adanya penambahan molase. Masuda, dkk., (2000), menyatakan bahwa penambahan bahan yang kaya akan karbohidrat merupakan energi bagi pertumbuhan bakteri. Adanya peningkatan bakteri menunjukan terjadinya proses fermentasi. Peningkatan jumlah bakteri mulai 24 jam hingga 72 jam dapat diduga bakteri berada dalam fase log dimana menurut Pratiwi (2008), populasi bakteri meningkat

dua kali pada interval waktu yang teratur.

Page 45: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

27

Gambar 4.1 Grafik rerata pertumbuhan bakteri dalam teh

kompos terhadap lama fermentasi dan penambahan molase

Jumlah koloni bakteri akan terus bertambah seiring

lajunya aktivitas metabolisme sel. Waktu inkubasi teh kompos berpengaruh terhadap jumlah koloni bakteri yang dihasilkan, karena semakin lama waktu fermentasi semakin bertambah jumlah bakteri. Menurut Radovich dan Arancon (2011), derajat keasaman yang baik dalam pembuatan teh kompos adalah 6,5-7,5. Pada Tabel 4.2 juga dapat dilihat rerata pH teh kompos dalam setiap perlakuan merupakan kondisi baik bagi bakteri untuk berkembang. Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh penambahan molase, hal disebabkan oleh glukosa dan fruktosa yang ada didalamnya. Molase juga memiliki kandungan zat yang berguna untuk pertumbuhan bakteri, antara lain; kalsium, magnesium, potasium, dan besi. Selain itu berbagai vitamin pun banyak terkandung didalamnya (Fatimah, 2012). Jumlah bakteri yang didapatkan lebih besar dari 0,26 x 108 CFU/ml (T1M1). Hal ini sesuai dengan Tabel BBC Laboratories (2001) yang

6.60

6.80

7.00

7.20

7.40

7.60

7.80

8.00

8.20

8.40

8.60

8.80

24 48 72

Lo

g J

um

lah

Bakte

ri

Lama Fermentasi (jam)

5 ml

10 ml

15 ml

Page 46: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

28

menjelaskan bahwa teh kompos memiliki bakteri lebih besar dari 10 juta CFU/ml.

4.5 Populasi Jamur Teh Kompos

Selain bakteri, di dalam teh kompos juga terdapat jamur. Jumlah populasi jamur tidak sebanyak dengan populasi bakteri. Menurut Ingham (2003), teh kompos lebih didominasi oleh bakteri. Tabel 4.4 Rerata jumlah populasi jamur dalam teh kompos pada

berbagai lama fermentasi dan penambahan molase Simbol Lama

Fermentasi (Jam)

Penambahan Molase (ml)

Populasi Jamur (CFU/ml)

Log Notasi

T1M1 5 0,38 x 103 2,55 c

T1M2 24 Jam 10 0,49 x 103 2,66 bc

T1M3 15 0,55 x 103 2,74 bc

T2M1 5 1,93 x 103 3,27 a

T2M2 48 Jam 10 2,45 x 103 3,34 a

T2M3 15 2,95 x 103 3,41 a

T3M1 5 1,24 x 103 3,09 ab

T3M2 72 Jam 10 1,57 x 103 3,07 ab

T3M3 15 1,90 x 103 3,26 a

Keterangan : Angka dalam tabel yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak bebeda nyata pada uji DMRT 5%

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat perbedaan jumlah populasi jamur antar perlakuan terhadap jumlah jamur. Jumlah total populasi jamur tertinggi terjadi pada lama fermentasi 48 jam dengan penambahan molase 15 ml sebanyak 2,95 x 103 CFU/ml

dan terendah pada lama fermentasi 24 jam dengan penambahan molase 5 ml sebanyak 0,38 x 103 CFU/ml. Analisa sidik ragam (Lampiran 4) faktor penambahan molase menunjukkan bahwa berbeda nyata. Ini dapat dilihat terjadi peningkatan jumlah jamur sejalan dengan banyaknya jumlah molase pada teh kompos. Menurut Hadisuwito (2007), dengan penambahan molase mampu meningkatkan kerja mikroorganisme. Faktor lama fermentasi berpengaruh terhadap

Page 47: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

29

jumlah populasi jamur yang ditunjukkan antara 24 jam dan 48 jam memiliki notasi yang berbeda, sedangkan 48 jam dengan 72 jam tidak berpengaruh.

Gambar 4.2 Grafik rerata pertumbuhan jamur dalam teh

kompos terhadap lama fermentasi dan penambahan molase

Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa terjadi puncak

peningkatan jumlah jamur pada 48 jam dan terjadi penurunan pada 72 jam. Lama fermentasi 24 jam dan 48 jam diduga berada dalam fase log, sedangkan pada saat lama fermentasi

72 jam terjadi penurunan populasi jamur. Hal ini diduga, menurut Sari (2013), akibat jumlah molase dalam teh kompos semakin sedikit. Menurut Darwis, dkk., (1995), beberapa jamur dapat mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat, sumber nitrogen dan mineral dari substrat bahan organik atau anorganik.

7.00

7.20

7.40

7.60

7.80

8.00

8.20

8.40

8.60

24 48 72

Lo

g ju

mla

h jam

ur

Lama Fermentasi (Jam)

5 ml

10 ml

15 ml

Page 48: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

30

4.6 Luasan Zona Bening pada Uji Efektivitas Teh Kompos terhadap Ralstonia solanacearum dalam Cawan Petri pada Media NA

Pengujian efektivitas teh kompos dilakukan untuk mengetahui pengaruh luasan zona bening terhadap lama fermentasi dan penambahan molase teh kompos yang paling baik dalam menghambat pertumbuhan Ralstonia solancearum. Menurut Cappucino dan Sherman (2001), adanya zona bening disekitar cakram kertas menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri akibat dari senyawa antibakteri. Pada penelitian dilakukan pengujian dengan difusi cakram atau lebih sering disebut dengan metode Kirby-Bauer (Tortora, dkk.,

2001). Tujuan dilakukannya pengujian ini sebagai petunjuk adanya respon penghambatan bakteri dalam teh kompos terhadap Ralstonia solancearum.

Pada tahap penelitian pendahuluan yang mengacu kepada Sari (2013), digunakan metode overlay (lapisan

tambahan) yang mengaplikasikan 2 lapisan media yang berbeda, yaitu PDA dan NA. Karena menurut Ingham (2005), di dalam teh kompos terkandung jamur dan bakteri, sehingga kedua mikroba dapat tumbuh dan melawan bakteri penyebab penyakit tumbuhan. Namun demikian, hasil penelitian pendahuluan menunjukkan tidak munculnya zona bening. Menurut Ingham (2005), teh kompos didominasi oleh bakteri, maka peneliti mencoba menggunakan 1 media saja yaitu NA yang diharapkan akan timbul zona bening. Menurut Aulia (2012), NA merupakan media pertumbuhan yang baik untuk bakteri. NA diharapkan menjadi media yang baik untuk bakteri dalam teh kompos dan Ralstonia solancearum yang juga merupakan golongan dari bakteri.

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat perbedaan nilai antar perlakuan terhadap luas zona bening. Hasil penelitian diketahui zona bening terluas terjadi pada lama fermentasi 48 jam dengan penambahan molase 10 ml yaitu seluas 75,16 mm2 (Gambar 4.3) dan terkecil pada lama fermentasi 72 jam dengan penambahan molase 10 ml, seluas 9,10 mm2. Setiap perlakuan ditemukan zona bening, yang merupakan hasil aktivitas

Page 49: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

31

mikrobia yang telah tumbuh selama 24 jam sampai 72 jam. Hal ini sesuai dengan Ingham (2005), bahwa waktu yang efektif dalam pembuatan teh kompos mulai dari 20 jam hingga 72 jam.

Tabel 4.5 Rerata luas zona bening penghambatan mikrobia teh

kompos terhadap perkembangan Ralstonia solanacearum pada media NA

Simbol

Lama Fermentasi

(Jam)

Penambahan Molase (ml)

Luas Zona Bening (mm

2)

Notasi

T1MI 5 26,56 b T1M2 24 10 23,06 b T1M3 15 13,77 b

T2M1 5 35,12 b T2M2 48 10 75,16 a T2M3 15 64,96 a

T3M1 5 23,20 b T3M2 72 10 9,10 b T3M3 15 22,57 b

Keterangan : Angka dalam tabel yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak bebeda nyata pada uji DMRT 5%

Pada Tabel 4.5 setiap perlakuan memiliki luasan zona bening yang berbeda-beda. Faktor penambahan molase tidak berpengaruh terhadap luasan zona bening. Hasil uji statistik menunjukan kesembilan faktor terdiri dari 2 notasi (a dan b) yang menandakan tidak semua perlakuan berbeda nyata. Pengaruh penambahan molase hanya terjadi pada lama fermentasi 48 jam dimana 5 ml berbeda dengan 10 ml dan 15 ml.

Zona bening (Gambar 4.3) ini menunjukkan bahwa teh kompos memiliki daya hambat yang beragam terhadap pertumbuhan Ralstonia solancearum. Dilihat dari zona penghambatan paling luas terhadap Ralstonia solanacearum

maka dipilih perlakuan T2M2 (Gambar 4.3) sebagai perlakuan terbaik.

Page 50: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

32

Gambar 4.3 Luas zona bening perlakuan terbaik penghambatan

mikrobia teh kompos terhadap perkembangan Ralstonia solanacearum pada media NA

Keterangan : a = Pengulangan pertama, b = Pengulangan kedua, c = Pengulangan ketiga

Perlakuan T2M2 memakai penambahan molase yang

lebih sedikit dari T2M3 sehingga dianggap lebih ekonomis. Ini menunjukan bahwa waktu yang optimal untuk pemakaian teh kompos adalah pada hari kedua (48 jam). Hal ini sama dengan dengan penelitian Sari (2013), bahwa kemampuan teh kompos memiliki daya hambat paling tinggi pada waktu 48 jam.

Menurut Naidu, dkk., (2010), teh kompos mengandung banyak mikroorganisme antara lain Pseudomonas sp., bakteri asam laktat, Actinomycetes, Trichoderma sp. dan jamur lainnya.

Ragam bakteri dalam teh kompos diduga menghasilkan senyawa antimikrobia yang dapat menghambat pertumbuhan penyakit layu bakteri pada tomat yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum. Bakteri asam laktat menghasilkan zat

yang bersifat racun bagi mikroba lain yang disebut bakteriosin. Menurut Kusmiati (2002), bakteriosin merupakan senyawa protein yang dieksresikan oleh bakteri, dan senyawa tersebut bersifat menghambat pertumbuhan bakteri lain.

a b c

Page 51: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

33

Gambar 4.4 Diagram luas zona bening penghambatan mikrobia teh kompos terhadap Ralstonia solanacearum

Luas zona bening mencapai puncaknya pada pengamatan

48 jam. Namun, setelah inkubasi 72 jam diameter zona bening menjadi lebih kecil. Hal ini diduga karena inkubasi yang dilakukan lebih dari waktu optimum produksi senyawa antimikroba dalam media. Tagg, dkk., (1969), melaporkan inkubasi terlalu lama menyebabkan aktivitas bakteriosin menurun. Hal ini kemungkinan disebabkan diproduksinya inaktivator dan adanya reabsorbsi terhadap senyawa antimikroba yang diproduksi sel. Selain itu, menurut Joe, dkk., (1996), jika waktu inkubasi diperpanjang maka aktivitas bakteriosin akan menurun karena terbebasnya protease dari sel autolisis. Penggunaan teh kompos pada tanaman sebaiknya dibuat saat akan digunakan dan langsung diaplikasikan ketanaman begitu waktu fermentasi tercapai. Disamping kelebihannya yang ramah terhadap lingkungan penggunaan teh kompos kurang praktis dalam pembuatannya. Bakteriosin merupakan molekul protein sehingga mudah terdegradasi oleh protease. Diduga bakteriosin yang hasilkan dari teh kompos pada penelitian ini terjadi pada akhir fase eksponensial atau awal fase stasioner. Menurut Jimenez (1993), produksi

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

TIM1 T1M2 T1M3 T2M1 T2M2 T2M3 T3M1 T3M2 T3M3

Lu

as Z

on

a B

en

ing

(m

m2)

Perlakuan

Page 52: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

34

bakteriosin terbaik pada saat mencapai akhir fase eksponesial atau fase awal stasioner. Pada penelitan Sari (2013), populasi bakteri diatas 72 jam sampai 168 jam tidak menunjukkan peningkatan pertumbuhan bakteri.

Penurunan kemampuan teh kompos terhadap Ralstonia solanacearum terjadi pada 72 jam. Berbanding lurus dengan

penurunan populasi jamur. Hasil luas zona bening terbaik dan populasi jamur tertinggi terdapat pada lama waktu fermentasi 48 jam. Hal tersebut diduga jamur juga berperan terhadap luasan zona bening yang dihasilkan. Ini mengindikasikan bahwa jamur ikut serta dalam menghasilkan senyawa antimikrobia dalam teh kompos. Dearborn (2011) menyebutkan dalam pembuatan teh kompos selain dilakukan penambahan nutrisi untuk makanan mikroorganisme juga dilakukan penambahan jenis mikroorganisme seperti Trichoderma sp yang merupakan dari golongan jamur. Sifat antagonis Cendawan Trichoderma sp. telah diteliti sejak lama. Inokulasi Trichoderma sp. ke dalam

tanah dapat menekan serangan penyakit layu yang menyerang di persemaian (Ismail dan Tenrirawe, 2013). Hal ini memperkuat dugaan adanya pengaruh toksin yang dihasilkan cendawan ini terhadap penyakit layu bakteri yang timbul akibat serangan Ralstonia solanacearum.

Selain jamur dan bakteri asam laktat (Bacillus sp) dalam teh kompos juga mengandung Actinomycetes, Pseudomonas sp. dan Bacillus sp berperan sebagai bioprotektan, yaitu melindungi tanaman dari serangan patogen (Sari, 2013). Dalam penelitian Susilowati, dkk., (2007), Actinomycetes memiliki

senyawa antimikrobia yang paling baik pada 24 jam sampai 72 jam. Diduga Actinomycetes dalam penelitian ini juga berperan dalam luasan zona bening yang dihasilkan.

4.7 Pengaplikasian Teh Kompos terhadap Ralstonia

solancearum pada Media Tanah

Aplikasi penggunaan teh kompos bisa dilakukan dengan

cara penyemprotan ke tanah dan langsung ke tanaman. Untuk penyemprotan ke daun sebanyak 50 liter/ha dan ketanah 150 liter/ha. Pada saat penyemprotan teh kompos ke tanah, volume

Page 53: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

35

teh kompos harus mencukupi sehingga sampai kepada akar tanaman. Penyemprotan dilakukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Pada penelitian ini dilakukan penyemprotan langsung ke tanah karena Ralstonia solancearum menginfeksi

tanaman melalui akar. Penyemprotan pada tanah biasanya dilakukan pada saat pembibitan, pertumbuhan tanaman dan tingginya serangan. Pada penelitian ini penyemprotan teh kompos dilakukan pada sore hari pada pukul 16.00 untuk meminimalkan penguapan dan sinar ultraviolet yang dapat menurunkan keefektifan teh kompos (Grobe, 2003). Teh kompos yang dihasilkan sebaiknya digunakan sesegera mungkin karena menurut Anonim (2007), kualitas teh kompos dapat menurun seiring bertambahnya waktu.

Berdasarkan perlakuan terbaik (T2M2) maka dilakukan pengujian efektivitas. Pengujian dilakukan diluar laboratorium dengan asumsi teh kompos nantinya digunakan diluar ruangan/lapangan. Pengujian dilakukan dalam media tanah dalam pot yang telah diberi bakteri Ralstonia solanacearum. Dari hasil penelitian diketahui data awal total bakteri Ralstonia solanacearum dalam di tanah pada inkubasi 48 jam sebanyak 1,03 x 1010 CFU/ml dan pada 96 jam jumlah Ralstonia solanacearum menjadi 4,21 x 108 CFU/ml. Untuk melihat efektifitas teh kompos maka dilakukan penyemprotan teh kompos sebanyak 3 kali, masing-masing tanah disemprotkan sebanyak 5 ml, 10 ml dan 15 ml tanpa penambahan air. Data hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6 :

Tabel 4.6 Persentase efektivitas penurunan populasi

Ralstonia solanacearum pada media tanah Teh Kompos (ml) Persentase (%)

5 36

10 54

15 56

Pada Tabel 4.6 diketahui bahwa dari hasil penyemprotan 5 ml, jumlah Ralstonia solanacearum berkurang sebanyak 36%,

Penyemprotan 10 ml berkurang sebanyak 54% dan

Page 54: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

36

penyemprotan 15 ml berkurang sebanyak 56% Ini menandakan banyaknya jumlah teh kompos yang disemprotkan berpengaruh terhadap intensitas serangan Ralstonia solanacearum pada

tanah. Semakin banyak teh kompos digunakan maka semakin sedikit populasi Ralstonia solanacearum. Menurut Sari (2013), penekanan patogen oleh mikroorganisme bermanfaat yaitu sebagai kolonisasi mikroba antagonis sehingga menghambat pertumbuhan patogen, bersaing mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan patogen, mensekresi metabolit (antimikrobia), menjadi parasit bagi patogen secara langsung dan merangsang ketahanan alami tanaman.

4.8 Perencanaan Produksi Teh Kompos

Dari hasil penelitian didapatkan perlakuan terbaik untuk pembuatan teh kompos dengan bahan baku kompos UPT Brawijaya. Berdasarkan perlakuan terbaik maka dapat direncanakan produksi pembuatan teh kompos. Ketersediaan bahan baku merupakan faktor yang penting ketika akan mendirikan suatu industri yang bekesinambungan. Karena dengan tersedianya bahan baku yang melimpah maka proses produksi bisa terlaksana secara optimal. Ketersediaan bahan baku untuk kompos cukup banyak ditemukan. Selain kompos, molase yang merupakan limbah dari pabrik gula banyak ditemukan. Molase merupakan bahan pendukung yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme yang ada didalam kompos. Untuk penggunaan molase, jumlah yang digunakan berdasarkan banyaknya volume air dan kompos yang digunakan. Untuk menjaga kualitas teh kompos tetap sama, perlunya dilakukan pengontrolan terhadap bahan baku yaitu kompos. Komposisi bahan baku untuk membuat kompos hendaknya selalu sama sehingga diharapkan dalam pembuatan teh kompos memiliki kualitas yang sama dalam setiap proses produksinya.

Berdasarkan hasil perlakuan terbaik maka dipilih perlakuan T2M2 dengan penambahan molase sebanyak 10 ml dengan lama waktu fermentasi selama 48 jam. Untuk menentukan proses produksi industri skala kecil dibutuhkan

Page 55: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

37

asumsi peningkatan kapasitas produksi dengan penambahan bahan baku. Peningkatan jumlah total produksi untuk pembuatan industri biopestisida adalah 140 liter/hari. Hal ini disesuaikan dengan perhitungan, untuk produksi UPT kompos tiap harinya dapat menghasilkan sebanyak 39 kg kompos setiap harinya. Diasumsikan 75 % dari produksi dapat dipakai untuk digunakan membuat teh kompos. Proses produksi berlangsung 12 kali dalam satu bulan (1 bulan = 30 hari, dimana dalam 1 minggu ada 5 hari kerja), sehingga dalam setiap minggu menghasilkan teh kompos sebanyak 420 liter. Jika setiap kemasan memiliki isi sebanyak 5 liter, maka dalam seminggu dapat dihasilkan 84 kemasan teh kompos. Proses pembuatan teh kompos diasumsikan dilakukan selama tiga hari yaitu senin hingga rabu dan pemanenan/pengemasan dilakuan pada hari rabu hingga jumat. Diagram alir dan neraca massa produksi teh kompos dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.

Untuk mendapatkan 140 liter teh kompos dibutuhkan bahan baku 29 kg kompos, air 145 liter dan molase sebanyak 290 ml (0,2% dari banyak air). Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan mikroorganisme teh kompos dalam fermentor memerlukan laju aerasi dan pengadukan yang optimum, sehingga disarankan perlunya modifikasi dan desain fermentor yang lebih baik sehingga pengadukan dan transfer oksigen dapat lebih merata untuk mengoptimalkan pertumbuhan mikroorganisme dalam memproduksi biopestisida.

Fasilitas produksi yang dominan di dalam pabrik adalah mesin dan peralatan, sehingga diperlukan perencanaan yang matang dalam menentukan mesin dan peralatan produksi. Untuk melakukan pembelian dan penggunaan mesin atau peralatan, harus dipertimbangkan secara ekonomis dan disesuaikan dengan jumlah produksi barang atau jasa yang dihasilkan, jam operasi mesin, dan perkiraan jumlah produk cacat pada setiap proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan mesin atau peralatan adalah kapasitas mesin, kecocokan (compatibility) dengan bahan dan proses produksinya, kemudahan dalam penggunaan, pemiliharaan dan instalasi (Nasution, 2003). Mesin dan peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan teh kompos dalam

Page 56: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

38

industri skala kecil tidak terlalu banyak, yaitu fermentor dengan volume 140 liter, aerator dengan kekuatan 58 liter/menit dan saringan. Fermentor dibuat dalam keadaan tertutup untuk menghindari sinar matahari dan selalu terjaga di atas suhu 25 oC.

Kedepannya perlu dilakukan penelitian lanjutan agar teh kompos dapat digunakan langsung tanpa harus dilakukan aerasi selama 48 jam terlebih dahulu. Adapun caranya adalah dengan melakukan pemekatan sehingga pada saat akan diaplikasikan/digunakan teh kompos hanya perlu dilakukan penambahan air saja. Menurut Anonim (2007), teh kompos yang diproduksi dapat disimpan pada tangki penyimpanan. Namun penyimpanan dapat menurunkan kualitas teh kompos. Untuk mempertahankan kualitasnya, waktu penyimpanan bisa ditambahkan beberapa hari dengan melakukan aerasi dan menambahkan nutrisi.

Page 57: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

39

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Lama fermentasi 48 jam dan penambahan molase 10 ml

diambil sebagai perlakuan terbaik karena memiliki zona bening terluas yaitu 75,16 mm2 yang diduga memiliki respon penghambatan terbaik. Kondisi optimum pembuatan teh kompos yang memiliki daya hambat paling baik adalah pH 7,78, total bakteri 1,28 x 108 CFU/ml , dan total jamur 2,45 x 103 CFU/ml. Lama waktu fermentasi dan penambahan molase berpengaruh terhadap kualitas teh kompos, dimana kulitas teh kompos ditunjukkan dengan semakin luasan zona bening menandakan kemampuan teh kompos mengendalikan Ralstonia solanacearum semakin baik.

2. Banyaknya teh kompos yang diaplikasikan terbukti semakin menurunkan populasi Ralstonia solanacearum

dengan jumlah persentase mencapai 56% dengan banyaknya jumlah teh kompos diaplikasikan sebanyak 15 ml. Pengujian efektivitas teh kompos pada media tanah tidak sepenuhnya membunuh semua Ralstonia solanacearum tetapi menunjukkan adanya pengurangan jumlah populasi Ralstonia solanacearum.

5.2 Saran

1 Perlu dilakuan penelitian lanjutan tentang identifikasi secara pasti jenis mikroba dalam teh kompos yang dapat mengendalikan Ralstonia solanacearum yang bekerja paling efektif.

2 Perlu dilakuan penelitian lanjutan agar teh kompos dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Page 58: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

40

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Overview of Compost Tea Use in New South

Wales. University New South Wales. Sydney Anonim, 2013. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman. Dilihat 30 Mei 2013 http://ppvt.-setjen.deptan.go.id/ ppvtpp/files/32pp6-1995.pdf

Anonim, 2013. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik

Domestik. SNI:19-7030-2004. Dilihat 2 Desember 2013.

http://www.pu.go.id/satminkal/ balitbang/ sni/pdf/SNI%2019-7030-2004.pdf

Aulia, F. 2012. Media NA, NB dan PDA; pemanfaatan di

Laboratorium Lingkungan. Bapelkes Cikarang. Dilihat 9

Oktober 2013 <http://www. bapelkescikarang.or.id/ index.php?option=com_content&view=article&id=632:media-na-nb-dan-pda-pemanfaatan-di-laboratorium-lingkungan-&catid=39: kesehatan&Itemid=15>

BBC Laboratories. 2001. Compost tea microbial quality

guide. BBC Laboratories Dilihat 26 Februari 2013 <Inc.http://www.p2pays.org/compost/BBCcompost-teaguide .pdf>

Benson, HJ. 2002. Microbiological Applications 8th Edition.

McGraw Hill Co. Inc. New York Cappucino, JG. dan Sherman N. 2001. Microbiology: A

Laboratory Manual. Benjamin Cummings Publishing. San Francisco

Page 59: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

41

Chamberlain, G., Avnimelech Y., McIntosh RP., dan Velasco M.

2001. Advantages of aerated microbial reuse system with balanced C/N. In : Nutrient Transformation and water quality benefit. Global Aquaculture Alliance Advocate, 4:53–56

Darwis AA, Judoamidjoo, M. dan Sai 'd E G. 1992. Teknologi

Fermentasi. Rajawali Press. Jakarta

Dearborn, Y. 2011. Compost Tea. EnviroSurvey, Inc. San

Francisco Department of Environment. San Francisco Djunaedy, A. 2009. Biopestisida Sebagai Pengendali

Organisme Penggenggu Tanaman (OPT) Yang Ramah Lingkungan. Embryo 6 (1):88-95

Dwiningsih, W. 2012 Kendala Budidaya Tomat Di Musim

Penghujan. BPP (Balai Pelatihan Pertanian). Kedungwaru Fatimah, N. 2012 . Bioetanol Molase Tebu, Hasil Samping

Industri Tebu yang Menguntungkan. Dilihat pada 27 Mei 2013. <http://ditjenbun.deptan.go.id/-bbp2tpsur/images/stories/perbenihan/bioetanol.pdf>

Grobe, K. 2003. California Landscape Contractor Calls It

Compost Tea Time. BioCycle 44 (2) pp 26-27 Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair.

Agromedia Pustaka. Jakarta Hermawan, A, Hana, W, dan Wiwiek, T. 2007. Pengaruh

Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan Metode Difusi Disk. Universitas Airlangga. Surabaya

Page 60: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

42

Hersanti, Triyanti RR., Purnama A., Hanudin, Marwoto B., dan

Setiani O.G. 2009. Penapisan Beberapa Isolat

Pseudomonas fluorescens, Bacillus subtilis dan Trichoderma harzianum yang Bersifat Antagonistik Terhadap Ralstonia Solancearum pada Kentang.

Agrikultura, 20(3): 198-203 Hidayati, YA, Harlia, A, Benito, TB dan Kurmani, A. 2012.

Indentifikasi Jamur dan Bakteri pada Proses pengomposan Kotoran Domba sebagai Penunjang Sanitasi Lingkungan. Lokarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan. Universitas Padjajaran. Bandung

Ingham, ER. 2005. The Compost Tea Brewing Manual. Edisi

ke-5. Printings, Soil Foodweb Incorporated. Oregon Ismail, N dan Tenrirawe, A, 2013. Potensi Agens Hayati

Trichoderma Spp. Sebagai Agens Pengendali Hayati.

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara. Pp. 177-189

Jimenez, DR. 1993. Plantaricins and two new bacteriocins

produced by Lactobacillus plantarum LPC010 isolated from a green olive fermentation. Appl. Environ.

Microbiol. 59: 1416-1429 Joe, YB, Kwung, BM., Koo, SK. dan Hong, JK. 1996. Evaliation

of Optimum Production for Bacteriocin from Lactobacillus Sp. JB 42 Isolation from Kimichi. J. Microbiol. Biotech. 6 : 63-67

Kelley, S. 2004. Building a knowledge base for compost tea.

BioCycle 45 (6) : 30-34

Page 61: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

43

Kusmiati, dan Malik, A. 2002. AKtivitas Bakteriosin dari

Bakteri Leuconostoc Mesenteroides Pbac1 pada Berbagai Media. Makara Kesehatan 6 (1) : 1-7

Masuda, Y., Junus, M., Onba, N., Shimojo, M., dan Furuse, M.

2000. Effect of Urea Molases on Napiergrass Silage Quality. Asian Aust. J. Anim. Sci. 13 (11) : 1542-1547

McCarter, SM. 2006. Bacterial wilt. Di dalam: Jones J.B.,

Jones J.P., Stall R.E., Zitter T.A., (editors). Compendium of Tomato Diseases. The American Phytopathological Society. Minnesota

Meidiantie, S., Nur MA., Raharjo A. 2010. Petunjuk Praktis

Membuat Pestisida Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta

Miller, GT. 2002. Living in the Environment (12th Edition).

Wadsworth/Thomson Learning. ISBN 0-534-37695-5 Murdiyatmo, U. 2003. Prospek Industri Ethanol dari Molase

di Indonesia. PT Perkebunan Nusantara XI. Surabaya

Nasir. 2007. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokasi Pada

Pertumbuhan dan Produksi Padi Palawija dan Sayuran. Dilihat pada 7 Maret 2013. <http://dispertanak.

Pandeglang. go. id./artikel-13.htm.> Nasrun, Christanti, Arwiyanto T., dan Mariska I., 2007.

Karakteristik Fisiologis Ralstonia solanacearum Penyebab Penyakit Layu Bakteri Nilam. Littri. 13 (2) : 43-48

Nasution, A.H. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Guna Widya. Surabaya

Page 62: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

44

Pelczar, MJ. dan Chan ECS. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi.

Jilid 1. Terjemahan dari: Elements of Microbiology. UI

press. Jakarta Pratiwi, ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga.

Jakarta Purwanto, S, dan Tjahjono B. 2001. Pengamatan penyakit

layu bakteri pada tomat di greenhouse dan pengujian agens antagonis. Prosiding Kongres Nasional XVI dan

seminar Ilmiah; 2001 Agu 22-24. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Bogor

Radovich, T dan Arancon, N, 2011. Tea Time In the Tropics.

College of Tropical Agriculture and Human Resources University of Hawaii. Honolulu

Sari, S. 2013. Pengaruh Penggunaan Teh Kompos untuk

Menekan Perkembangan Penyakit Hawar Daun (pantoea sp.) pada Tanaman Jagung (Zea mays L.).

Disertasi Doktor. Universitas Brawijaya. Malang Sastra, DR. 2005. Masa Inkubasi Bakteri Patogenik Ralstonia

solanacearum pada Beberapa Klon Kentang. Agronomi 8(1): 63-67

Scheuerell, SJ. dan Mahaffee, WF., 2002. Principle And

Prospect For Plant Disease Control. Compost Science & Utilization 10 (4): 313-338

Scheuerell, SJ. dan Mahaffee, WF., 2004. Compost Tea As A

Container Medium Drench For Suppressing Seedling Damping-Off Caused by Pythium Ultimum. Phytopathology. 94 (11) 1156-1163

Page 63: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

45

Setyari, AR., Aini LQ., dan Abadi AL. 2013. Pengaruh

Pemberian Pupuk Cair Terhadap Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Disertasi Doktor. Universitas Brawijaya. Malang

Sudarmo, S. 1992. Pestisida untuk Tanaman. Kanisius.

Yogyakarta. Susilowati, DN., Hastuti RD., dan Yuniarti, E. 2007. Isolasi dan

Karakterisasi Aktinomisetes Penghasil Antibakteri Enteropatogen Escherichia coli K1.1, Pseudomonas pseudomallei 02 05, dan Listeria monocytogenes 5407. AgroBiogen 3(1):15-23

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius.

Yogyakarta Tagg, JR. dajani, AS dan wannamaker, LW. 1976. Bacteriocins

of Gram-Positive Bacteria. Bacteriol. Rev. 40: 722 – 756 Tortora, GJ., Funke BR., dan Case CL. 2001. Microbiology :

An Introduction. 7th. Pearson Education. New York. Dilihat 22 Juli 2013 http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/ Departemen/Mikrobiologi/inp.pdf

Touart, AP. 2000. Time for (compost) tea in the northwest.

BioCycle 41(10) pp 74-77 Wardani, FF. 2012. Efikasi Bakteri Endofit dan Plant Growth

Promoting Rhizobacteria dalam Menekan Perkembangan Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solancearum) pada Tomat. Skripsi Institut Pertanian

Bogor. Dilihat 13 mei 2013. <http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789-/57222/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=5>

Page 64: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

46

Willet D, dan Morrison C. 2006. Using molasse to control

inorganic nitrogen and pH in aquaculture ponds. Diakses 26 Mei 2013. <http://era.deedi.-qld.gov.au/2072/>

Page 65: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

47

Lampiran 1. Prosedur Analisa 1. Uji Zona Bening Teh kompos Terhadap Ralstonia

solancearum dalam Cawan Petri dengan Metode Kirby-Bauer (Tortora, dkk., 2001)

a. Pembuatan Isolat Ralstonia solancearum

- NA dituang kedalam cawan petri - Tutup dan didiamkan NA selama dua hari - Ralstonia solancearum distrik ke NA dan diinkubasi

selama duahari b. Pengujian

- Ralstonia solancearum diambil sebanyak 2 ose dan

dimasukkan kedalam aquades steril sebanyak 1 ml. - Aquades telah diberi Ralstonia solancearum dituang

dalam media NA cair dan ditunggu sampai padat - Kertas saring direndam dalam teh kompos selama 5

menit dan ditiriskan pada tisu steril - Kertas saring yang mengandung teh kompos

diletakkan pada tiap perlakuan - Kertas saring ditekan agar dapat menempel dengan

baik pada NA - Cawan petri ditutup dan diwrapping untuk

menghindari kontaminasi - Diinkubasi selama 5 hari - Diamati dan diukur luas zona bening

2. Uji Efektifitas Teh kompos Terhadap Ralstonia

solancearum dengan Media Tanah (Modifikasi dari Setyari, 2013)

- Tanah disterilkan sebanyak 2 kg dengan autoclaf

selama 30 Menit (suhu 121°C, Tekanan + 2 atm) - tanah Dimasukkan kedalam pot masing-masing 250 gr - Ralstonia solanacearum dinfestasikan kedalam wadah

yang telah disi dengan media tanah sebanyak 5 ml - Dinkubasi selama 2 hari

Page 66: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

48

Lampiran 1. Prosedur Analisa (Lanjutan)

- Dihitung jumlah bakteri Ralstonia solanacearum

- Teh kompos diaplikasikan kedalam media tanah 5 ml, 10 ml dan 15 ml

- Diinkubasi selama 2 hari - Dihitungan kembali jumlah bakteri Ralstonia

solanacearum

3. Total Jumlah Bakteri (Benson, 2002)

- Diambil teh kompos sebanyak 1ml dari setiap perlakuan dan dimasukkan kedalam microtube

- Aquades steril dituang sebanyak 900 µL pada microtube - Dilakukan pengenceran sebanyak 6 (tiap kali

pengenceran teh kompos diambil sebanyak 100 µL dan dimasukkan kedalam aquades steril sebanyak 900 µL)

- Teh kompos yang telah diencerkan diambil sebanyak 100 µL dan dituangnya dalam cawan petri

- NA dituang dalam cawan petri - Teh kompos diratakan dengan cara menggoyankan

petri - Cawan petri ditutup dan diwrapping untuk menghindari

kontaminasi - Diinkubasi selama 24 jam - Dilakukan pengamatan dan penghitungan bakteri

4. Menghitung Jumlah Total Jamur (Benson, 2002)

- Teh kompos diambil dari setiap perlakuan sebanyak 1 ml dan dimasukkan dalam microtube

- Dilakukan pengenceran teh kompos sebanyak 2 kali (tiap kali pengenceran teh kompos diambil sebanyak 100 µL dan dimasukkan kedalam aquades steril sebanyak 900 µL)

- Teh kompos yang telah diencerkan diambil 100 µL dan dituang pada cawan petri

Page 67: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

49

Lampiran 1. Prosedur Analisa (Lanjutan)

- PDA dituang kedalam cawan petri - teh kompos diratakan dengan cara mengoyankan

cawan petri - Cawan petri ditutup dan diwrapping untuk menghindari

kontaminasi - Diinkubasi selama 72 jam - Dilakukan pengamatan dan penghitungan jamur

Page 68: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

50

Lampiran 2. Perhitungan Uji Statistik pH pH Teh Kompos

Perlakuan Ulangan

Total Rerata 1 2 3

T1M1 7,33 7,52 7,41 22,26 7,42 T1M2 7,55 7,66 7,44 22,65 7,55 T1M3 7,65 7,46 7,48 22,59 7,53 T2M1 7,52 7,57 7,59 22,68 7,56 T2M2 7,75 7,84 7,74 23,33 7,78 T2M3 7,60 7,63 7,66 22,89 7,63 T3M1 7,77 7,76 7,79 23,32 7,77 T3M2 7,84 7,89 7,84 23,57 7,86 T3M3 7,71 7,74 7,75 23,20 7,73

TOTAL 68,72 69,07 68,70 206,49 68,83

Tabel Sidik Ragam

db JK KT F Hit F Tabel 5% Notasi

Ulangan 2 0,010

Perlakuan 8 0,500 M 2 0,373 0,187 43,911 3,634 *

t 2 0,096 0,048 11,310 3,634 *

Mxt 4 0,030 0,008 1,782 3,007 tn

Galat 16 0,068 0,004

Page 69: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

51

Uji DMRT (5%)

Perlakuan Notasi Rerata x-I x-H x-G X-F x-E x-D x-C x-B SSR LSR

A T3M2 a 7,857 0,437 0,327 0,307 0,297 0,227 0,123 0,083 0,080 3,420 0,129

B T2M2 a 7,777 0,357 0,247 0,227 0,217 0,147 0,043 0,003

3,400 0,128

C T3M1 a 7,773 0,353 0,243 0,223 0,213 0,143 0,040

3,380 0,127

D T3M3 ab 7,733 0,313 0,203 0,183 0,173 0,103

3,340 0,126

E T2M3 bc 7,630 0,210 0,100 0,080 0,070

3,300 0,124

F T2M1 c 7,560 0,140 0,030 0,010

3,240 0,122

G T1M2 c 7,550 0,130 0,020

3,140 0,118

H T1M3 cd 7,530 0,110

3,000 0,113

I T1M1 d 7,420

La

mp

iran

2. P

erh

itun

ga

n U

ji Sta

tistik

pH

(La

nju

tan

)

La

mp

iran

2. P

erh

itun

ga

n U

ji Sta

tistik

pH

(La

nju

tan

)

Page 70: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

52

Lampiran 3. Perhitungan Uji Statistik Bakteri Jumlah Bakteri Teh Kompos (CFU/ml)

Perlakuan

Ulangan

1 2 3

T1M1 0,28 x 108 0,22 x 10

8 0,29 x 10

8

T1M2 0,37 x 108 0,38 x 10

8 0,39 x 10

8

T1M3 0,59 x 108 0,56 x 10

8 0,61 x 10

8

T2M1 0,72 x 108 0,92 x 10

8 0,90 x 10

8

T2M2 1,53 x 108 1,21 x 10

8 1,11 x 10

8

T2M3 1,95 x 108 2,10 x 10

8 1,60 x 10

8

T3M1 3,29 x 108 3,30 x 10

8 3,79 x 10

8

T3M2 4,50 x 108 3,82 x 10

8 3,90 x 10

8

T3M3 4,78 x 108 4,68 x 10

8 4,92 x 10

8

Lampiran 3. Transformasi (LOG)

Perlakuan

Ulangan

Total Rerata 1 2 3

T1M1 7,45 7,34 7,46 22,25 7,42

T1M2 7,57 7,58 7,59 22,74 7,58

T1M3 7,77 7,75 7,79 23,30 7,77

T2M1 7,86 7,96 7,95 23,78 7,93

T2M2 8,18 8,08 8,05 24,31 8,10

T2M3 8,29 8,32 8,20 24,82 8,27

T3M1 8,52 8,52 8,58 25,61 8,54

T3M2 8,65 8,58 8,59 25,83 8,61

T3M3 8,68 8,67 8,69 26,04 8,68

Total 72,97 72,81 72,90 218,68 72,89

Page 71: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

53

Lampiran 3. Perhitungan Uji Statistik Bakteri (Lanjutan) Lampiran 3. Tabel Sidik Ragam

db JK KT F hit F Tabel 5% Notasi

Ulangan 2 0,001

Perlakuan 8 5,085 M 2 4,689 2,344 972,050 3,634 *

t 2 0,353 0,177 73,188 3,634 *

Mxt 4 0,043 0,011 4,457 3,007 *

Galat 16 0,039 0,002

Page 72: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

54

Uji DMRT (5%)

Perlakuan Notasi Rerata x-I x-H x-G X-F x-E x-D x-C x-B SSR LSR

A T3M3 a 8,68 1,263 1,101 0,912 0,755 0,576 0,408 0,142 0,072 3,42 0,097

B T3M2 ab 8,61 1,191 1,029 0,841 0,684 0,505 0,337 0,071 3,40 0,096

C T3M1 b 8,54 1,121 0,958 0,770 0,613 0,434 0,266 3,38 0,096

D T2M3 c 8,27 0,855 0,692 0,504 0,347 0,168 3,34 0,095

E T2M2 d 8,10 0,687 0,525 0,336 0,179 3,30 0,094

F T2M1 e 7,93 0,508 0,345 0,157 3,24 0,092

G T1M3 f 7,77 0,351 0,188 3,14 0,089

H T1M2 g 7,58 0,162 3,00 0,085

I T1M1 h 7,42

La

mp

iran

3. P

erh

itun

ga

n U

ji Sta

tistik

Bak

teri (L

an

juta

n)

Lam

pira

n 3

. Perh

itun

gan

Uji S

tatis

tik B

akte

ri (Lan

juta

n)

Page 73: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

55

Lampiran 4. Perhitungan Uji Statistik Jamur Jumlah Jamur Teh Kompos

Perlakuan

Ulangan

1 2 3

T1M1 0,22 x 103 0,56 x 10

3 0,37 x 10

3

T1M2 0,37 x 103 0,35 x 10

3 0,74 x 10

3

T1M3 0,43 x 103 0,56 x 10

3 0,67 x 10

3

T2M1 2,30 x 103 1,20 x 10

3 2,30 x 10

3

T2M2 1,53 x 103 4,21 x 10

3 1,61 x 10

3

T2M3 2,15 x 103 1,60 x 10

3 5,11 x 10

3

T3M1 1,12 x 103 1,30 x 10

3 1,29 x 10

3

T3M2 0,81 x 103 3,31 x 10

3 0,60 x 10

3

T3M3 2,74 x 103 1,63 x 10

3 1,32 x 10

3

Transformasi (LOG)

Perlakuan

Ulangan

Total Rerata 1 2 3

T1M1 2,34 2,75 2,57 7,66 2,55 T1M2 2,57 2,54 2,87 7,98 2,66 T1M3 2,63 2,75 2,83 8,21 2,74 T2M1 3,36 3,08 3,36 9,80 3,27 T2M2 3,18 3,62 3,21 10,02 3,34 T2M3 3,33 3,20 3,71 10,24 3,41 T3M1 3,05 3,11 3,11 9,27 3,09 T3M2 2,91 3,52 2,78 9,21 3,07 T3M3 3,44 3,21 3,12 9,77 3,26 Total 26,82 27,79 27,55 82,16 27,39

Page 74: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

56

Lampiran 4. Perhitungan Uji Statistik Jamur (Lanjutan) Tabel Sidik Ragam

db JK KT F hit F Tabel 5% Notasi

Ulangan 2 0,057 Perlakuan 8 2,417 M 2 2,270 1,135 22,915 3,634 *

t 2 0,129 0,064 1,298 3,634 tn

Mxt 4 0,018 0,005 0,091 3,007 tn

Galat 16 0,793 0,050

Page 75: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

57

Uji DMRT (5%)

Perlakuan Notasi Rerata x-I x-H x-G X-F x-E x-D x-C x-B SSR LSR

A T2M3 a 3,41 0,862 0,754 0,679 0,346 0,324 0,158 0,147 0,076 3,42 0,439

B T2M2 a 3,34 0,786 0,678 0,603 0,270 0,247 0,082 0,071 3,40 0,437

C T2M1 a 3,27 0,715 0,607 0,532 0,199 0,176 0,011 3,38 0,434

D T3M3 a 3,26 0,704 0,596 0,521 0,188 0,166 3,34 0,429

E T3M1 ab 3,09 0,538 0,431 0,355 0,022 3,30 0,424

F T3M2 ab 3,07 0,516 0,408 0,333 3,24 0,416

G T1M3 b 2,74 0,183 0,075 3,14 0,404

H T1M2 b 2,66 0,108 3,00 0,386

I T1M1 b 2,55

La

mp

iran

4. P

erh

itun

ga

n U

ji Sta

tistik

Ja

mu

r (La

nju

tan

) L

am

pira

n 4

. Pe

rhitu

ng

an

Uji S

tatis

tik J

am

ur (L

an

juta

n)

Page 76: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

58

Lampiran 5. Uji Statistik Zona Bening Luasan Zona Bening (mm2)

Perlakuan Ulangan

Total Rerata 1 2 3

T1M1 19,63 30,03 30,03 79,68 26,56

T1M2 26,86 19,63 22,70 69,19 23,06

T1M3 0,00 19,63 21,67 41,30 13,77

T2M1 32,15 63,59 9,62 105,35 35,12

T2M2 73,13 79,22 73,13 225,49 75,16

T2M3 73,13 48,61 73,13 194,87 64,96

T3M1 7,66 54,29 7,66 69,61 23,20

T3M2 0,00 19,63 7,66 27,29 9,10

T3M3 30,03 30,03 7,66 67,71 22,57

262,59 364,64 253,27 880,50 293,50

Tabel Sidik Ragam

db JK KT F hit

F Tabel 5% Notasi

Ulangan 2 848,27 Perlakuan 8 12264,72 M 2 9023,36 4511,68 21,17 3,63 *

t 2 269,75 134,87 0,63 3,63 tn Mxt 4 2971,61 742,90 3,49 3,01 *

Galat 16 3410,36 213,15

Page 77: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

59

Uji DMRT 5%

Perlakuan Notasi Rerata x-I x-H x-G X-F x-E x-D x-C x-B SSR LSR

A T2M2 a 75,16 66,06 61,39 52,59 52,09 51,95 48,60 40,04 10,20 3,42 28,82

B T2M3 a 64,96 55,86 51,19 42,38 41,89 41,75 38,39 29,83 3,40 28,65

C T2M1 b 35,12 26,02 21,35 12,54 12,05 11,91 8,55 3,38 28,49

D T1M1 b 26,56 17,46 12,79 3,98 3,49 3,35 3,34 28,15

E T3M1 b 23,20 14,10 9,43 0,63 0,14 3,30 27,81

F T1M2 b 23,06 13,96 9,29 0,49 3,24 27,31

G T3M3 b 22,57 13,47 8,80 3,14 26,46

H T1M3 b 13,77 4,67 3,00 25,28

I T3M2 b 9,10

La

mp

iran

5. P

erh

itun

ga

n U

ji Sta

tistik

Zo

na B

en

ing

(La

nju

tan

) La

mp

iran

5. P

erh

itun

ga

n U

ji Sta

tistik

Zo

na B

en

ing

(La

nju

tan

)

Page 78: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

60

Lampiran 6. Peta Proses Operasi

Peta Proses Operasi (PPO)

Nama Peta : Pembuatan Teh Kompos Perlakuan T2M2 No. peta : 1 Tanggal Pemetaan : 11 November 2013 Dipetakan oleh : Yogi Damanik

Dicampur Penggaduk kayu

Kompos 39 kg

Disaring Saringan

Diinkubasi Fermentor

Ditimbang Timbangan

Simbol Jumlah Waktu (menit)

1

3 2960

10

I-1

O-2

O-3

O-1

OI-1

Molase 290 ml Air 145 liter

Ampas

I-1

Disaring Saringan

60 menit

10 menit

20 menit

2880 menit

60 menit

1 60

1

Inspeksi

Operasi

Kombinasi

Penyimpanan

Page 79: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

61

Lampiran 7. Neraca Massa Pembuatan Teh Kompos

Asumsi :

- Produksi kompos UPT Brawijaya : 39 kg/Hari

- Sebanyak 75% kompos dipakai untuk

pembuatan teh kompos : 29 kg

- Teh Kompos yang dihasilkan sehari : 174,3 liter

- Larutan teh kompos susut terbawa ampas/kompos : 4,3 liter

- Volume Teh Kompos dalam tiap kemasan : 5 liter

Teh Kompos 140 liter

Larutan Kompos 174,3 liter

Saringan

Molase 290 ml

Air 145 liter

Kompos 29 kg

Kompos 34 kg

Fermentor

Page 80: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

62

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Kompos

Molase

Page 81: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

63

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)

Pompa Aquarium (Aerator)

Pembuatan Teh Kompos

Page 82: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

64

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan) Isolat Ralstonia solancearum

Penghitungan pH Teh kompos

Page 83: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

65

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)

Perhitungan Total Jamur dalam Teh Kompos

Perhitungan Total Bakteri dalam Teh Kompos

Page 84: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

66

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)

Zona Bening 24 Jam

Page 85: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

67

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)

Zona Bening 48 Jam

Page 86: PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN LAMA WAKTU …repository.ub.ac.id/149608/1/SKRIPSI.pdf · 2018. 11. 27. · Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Keluargaku

68

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)

Zona Bening 72 Jam