Pengaruh Penambahan Gliserol Sebagai Plasticizer Terhadap Ketebalan Water Vapour Permeability Wvp...

10
1 PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL SEBAGAI PLASTICIZER TERHADAP KETEBALAN, WATER VAPOUR PERMEABILITY (WVP), DAYA RENTANG DAN PEMANJANGAN EDIBLE FILM KOMPOSIT WHEY KITOSAN Aldyon Restu Azkarahman 1 , Imam Thohari 2 , and Purwadi 2 1) Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang 2) Staf pengajar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang (Email: [email protected]) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penambahan gliserol sebagai plasticizer pada edible film komposit whey kitosan ditinjau dari ketebalan, water vapour permeability (WVP), daya rentang dan pemanjangan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah percobaan laboratorium dengan menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) 5 perlakuan penambahan gliserol dan 5 ulangan. Konsentrasi pada perlakuan adalah P 0 (tanpa penambahan gliserol), P 1 = 2 %, P 2 = 4 %, P 3 = 6 % and P 4 = 10 % penambahan gliserol dari total larutan edible film. Data hasil penelitian di analisa menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan jika terdapat perbedaan yang nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan gliserol sebagai plasticizer pada edible film komposit whey kitosan memberikan pengaruh yang sama pada ketebalan, WVP dan pemanjangan edible film. Namun, perlakuan dengan penambahan gliserol sebesar 2 % dapat meningkatkan daya rentang secara signifikan (3.64 N/cm 2 ). Kata kunci: pelapis makanan, sifat, ikatan intermolekuler. EFFECT OF GLYCEROL ADDITION AS PLASTICIZER ON THICKNESS, WATER VAPOUR PERMEABILITY (WVP), TENSILE STRENGTH AND ELONGATION OF COMPOSITE EDIBLE FILM WHEY - CHITOSAN Aldyon Restu Azkarahman 1 , Imam Thohari 2 , and Purwadi 2 1 Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang 2 Lecturer of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang ABSTRACT The purpose of this research was to investigate the effect of glycerol addition as plasticizer on composite edible film whey chitosan based on thickness, water vapour permeability (WVP), tensile strength and elongation. This research used laboratory experiment. Design of this research was Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 5 times replication. Concentrations of treatments were P 0 (without glycerol addition), P 1 = 2 %, P 2 = 4 %, P 3 = 6 % and P 4 = 10 % glycerol addition of total edible film solution. The data was subjected with analysis of variance (ANOVA) and if there were significant difference, it would be continued by Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Results showed that glycerol addition as plasticizer on composite edible film whey chitosan gave same effect on thickness, elongation and WVP. Whereas, treatment with 2 % glycerol addition has significantly increased the tensile strength (3.64 N/cm 2 ). Keywords : food coating, properties, intermolecular bonds.

description

edible coating

Transcript of Pengaruh Penambahan Gliserol Sebagai Plasticizer Terhadap Ketebalan Water Vapour Permeability Wvp...

  • 1

    PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL SEBAGAI PLASTICIZER TERHADAP

    KETEBALAN, WATER VAPOUR PERMEABILITY (WVP), DAYA RENTANG DAN

    PEMANJANGAN EDIBLE FILM KOMPOSIT WHEY KITOSAN

    Aldyon Restu Azkarahman1, Imam Thohari

    2, and Purwadi

    2

    1)Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang

    2)Staf pengajar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang (Email: [email protected])

    ABSTRAK

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penambahan gliserol

    sebagai plasticizer pada edible film komposit whey kitosan ditinjau dari ketebalan, water vapour

    permeability (WVP), daya rentang dan pemanjangan. Metode yang digunakan pada penelitian ini

    adalah percobaan laboratorium dengan menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) 5

    perlakuan penambahan gliserol dan 5 ulangan. Konsentrasi pada perlakuan adalah P0 (tanpa

    penambahan gliserol), P1 = 2 %, P2 = 4 %, P3 = 6 % and P4 = 10 % penambahan gliserol dari total

    larutan edible film. Data hasil penelitian di analisa menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan Uji

    Jarak Berganda Duncan jika terdapat perbedaan yang nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    penambahan gliserol sebagai plasticizer pada edible film komposit whey kitosan memberikan

    pengaruh yang sama pada ketebalan, WVP dan pemanjangan edible film. Namun, perlakuan dengan

    penambahan gliserol sebesar 2 % dapat meningkatkan daya rentang secara signifikan (3.64 N/cm2).

    Kata kunci: pelapis makanan, sifat, ikatan intermolekuler.

    EFFECT OF GLYCEROL ADDITION AS PLASTICIZER ON THICKNESS, WATER

    VAPOUR PERMEABILITY (WVP), TENSILE STRENGTH AND ELONGATION OF

    COMPOSITE EDIBLE FILM WHEY - CHITOSAN

    Aldyon Restu Azkarahman1, Imam Thohari

    2, and Purwadi

    2

    1Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang 2Lecturer of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang

    ABSTRACT

    The purpose of this research was to investigate the effect of glycerol addition as plasticizer on

    composite edible film whey chitosan based on thickness, water vapour permeability (WVP), tensile

    strength and elongation. This research used laboratory experiment. Design of this research was

    Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 5 times replication. Concentrations of

    treatments were P0 (without glycerol addition), P1 = 2 %, P2 = 4 %, P3 = 6 % and P4 = 10 % glycerol

    addition of total edible film solution. The data was subjected with analysis of variance (ANOVA) and

    if there were significant difference, it would be continued by Duncans Multiple Range Test (DMRT).

    Results showed that glycerol addition as plasticizer on composite edible film whey chitosan gave

    same effect on thickness, elongation and WVP. Whereas, treatment with 2 % glycerol addition has

    significantly increased the tensile strength (3.64 N/cm2).

    Keywords : food coating, properties, intermolecular bonds.

  • 2

    PENDAHULUAN

    Pengemasan merupakan salah satu

    faktor penting dalam industri produk

    makanan. Hal ini dikarenakan pengemasan

    berperan dalam meningkatkan umur

    simpan dari produk makanan tersebut.

    Salah satu metode pengemasan yang

    sedang berkembang adalah pelapisan

    dengan edible film. Berbeda dengan

    pengemas sintetik seperti plastik yang

    terbuat dari minyak bumi dan sulit terurai,

    pelapis edible film merupakan pelapis

    makanan yang bersifat biodegradable

    sehingga ramah lingkungan (Loisa,

    Rejekina, Melisa dan Sinaga, 2013).

    Prasetyaningrum, Rokhati, Kinasih dan

    Wardhani (2010) menyatakan bahwa

    terdapat tiga kelompok bahan pembentuk

    edible film, yaitu lipid (asam lemak dan

    lilin), hidrokoloid (pati, polisakarida,

    alginat, karaginan dan selulosa) dan

    komposit keduanya (hidrokoloid dan lipid).

    Han dan Gennadios (2005) menambahkan

    bahwa bahan pembentuk film juga dapat

    diperoleh dari protein hewani dan nabati

    seperti pada jaringan hewan, susu, telur

    dan biji-bijian. Penelitian Han (2005)

    menunjukkan bahwa kendala yang

    dihadapi pada aplikasi edible film protein

    whey adalah rendahnya daya adhesi pada

    pangan yang dapat menyebabkan sifat

    fungsi edible film protein whey menjadi

    kurang efisien. Adhesi adalah suatu

    fenomena pengikatan dalam permukaan

    kompleks yaitu kekuatan tarik menarik

    antara dua permukaan yang berbeda.

    Kitosan merupakan salah satu

    bahan yang dapat digunakan sebagai bahan

    pembentuk edible film. Kitosan adalah poli

    2-amino-2-deoksi--D-glukosa, merupakan

    polisakarida yang diperoleh dari deasetilasi

    kitin, dimana gugus asetil pada kitin

    disubstitusi oleh hidrogen menjadi gugus

    amino dengan penambahan larutan basa

    kuat berkonsentrasi tinggi. Keunggulan

    kitosan untuk pembentukan film adalah

    memiliki sifat antimikroba. Kitosan

    diketahui aktif terhadap Staphylococcus

    aureus (Fernandez-Saiz, Lagaron,

    Hemandez and Ocio, 2008). Aktifitas

    antimikroba kitosan berkorelasi erat

    dengan karakteristik permukaan sel

    mikroba tersebut. Hal ini dikarenakan

    muatan positif yang berasal dari gugus

    asam amino dalam suasana pH asam

    (dibawah 6,5), menyebabkan depolarisasi

    membran seluler mikroba akibat

    terganggunya integritas dinding sel dari

    hubungan molekul yang dapat

    menyebabkan kematian bagi mikroba

    (Kong, Chen, Xing and Park, 2010).

    Pembuatan edible film dari protein

    diketahui masih memiliki kekurangan.

    Talja (2007) menyatakan bahwa

    biopolimer seperti pati dan protein dapat

    digunakan sebagai bahan dasar

    pembentukan struktur edible film, namun

    film yang dihasilkan seringkali terlalu

    rapuh untuk digunakan, baik dari segi

    kelenturan atau daya tarik. Penambahan

    plasticizer menggunakan substansi dengan

    berat molekul yang rendah seperti polyol

    yang mampu menurunkan interaksi antar

    ikatan biopolimer dapat mengatasi masalah

    tersebut.

    Penambahan plasticizer dapat

    menghasilkan sifat perlakuan yang lebih

    baik, namun sifat lain seperti daya serap air,

    permeabilitas gas dan sifat mekanis dapat

    berubah. Penambahan plasticizer yang

    umum digunakan adalah polyol seperti

    sorbitol, gliserol dan polyethylene glikol

    (PEG) yang masuk diantara ikatan polimer,

    sehingga meningkatkan fleksibilitas serta

    permeabilitas uap air dan gas (Baldwin and

    Baker, 2002). Anker, Mats dan Anne-

    Marie (2000) menyatakan bahwa gliserol

    lebih cocok digunakan sebagai plasticizer

  • 3

    dibandingkan dengan sorbitol karena

    berbentuk cair. Penggunaan gliserol

    sebagai plasticizer dapat memperpanjang,

    menambahkan permeabilitas air dan

    membebaskan struktur edible film,

    sehingga dapat meningkatkan nilai Water

    Holding Capacity (WHC) dan mobilitas

    difusi air. Penelitian Hawa, Thohari dan

    Radiati (2013) pada pemanfaatan berbagai

    macam lipid seperti beeswax, margarin,

    mentega dan minyak kelapa sawit sebagai

    plasticizer edible film komposit whey

    porang diketahui dapat memperbaiki sifat

    fisik dari edible film yang dihasilkan.

    Penambahan plasticizer dari bahan tersebut

    diketahui membutuhkan biaya produksi

    lebih tinggi dibandingkan dengan gliserol.

    Berdasarkan uraian diatas maka

    perlu dilakukan penelitian mengenai efek

    penambahan gliserol sebagai plasticizer

    terhadap sifat fisik, WVP dan kelarutan

    edible film komposit whey - kitosan.

    MATERI DAN METODE

    Penelitian dilaksanakan pada bulan

    Mei sampai dengan Juli 2014. Pembuatan

    edible film, uji ketebalan dan uji WVP

    dilaksanakan di Laboratorium Teknologi

    Hasil Ternak Fakultas Peternakan

    Universitas Brawijaya Malang dan

    pengujian daya rentang dan pemanjangan

    dilaksanakan di Laboratorium Pengujian

    Mutu dan Keamanan Pangan Fakultas

    Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

    Malang.

    Materi

    Materi yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah kitosan dan konsentrat

    protein whey yang diperoleh dari CV.

    Makmur Sejati, Malang. Kitosan dan

    konsentrat protein whey digunakan sebagai

    materi utama pada pembuatan edible film

    komposit whey kitosan.

    Bahan yang digunakan antara lain

    asam asetat teknis 1 %, akuades pH 7

    teknis, CaCl teknis 20 %, gliserol dari

    minyak kelapa teknis, NaOH dan HCl 0,1

    N serta buffer pH 4 dan 7 dari CV.

    Makmur Sejati.

    Peralatan yang digunakan dalam

    pembuatan edible film adalah beaker glass

    (200, 400 dan 500 ml), gelas ukur,

    mikropipet, hot plate stirrer (Labinco L32),

    magnetic stirrer 3 cm, timbangan analitik

    (Mettler PM 200, Swiss), pH meter

    (Schoot Gerate), oven semi vakum

    (Memmert, Jerman), Teflon 16 inci

    (Makcook, PT. Langgeng Makmur

    Indonesia). Peralatan untuk pengujian

    antara lain kaca datar, mikrometer sekrup,

    desikator dan Universal Testing Machine

    (Imada/ZP-200 N, Jepang).

    Metode

    Metode yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah percobaan

    laboratorium dengan Rancangan Acak

    Lengkap (RAL) menggunakan 5 perlakuan

    dan 5 kali ulangan. Perlakuan yang

    diberikan yaitu penambahan gliserol P0

    (tanpa penambahan gliserol), P1 (2 %), P2

    (4 %), P3 (6 %) dan P4 (10 %) dari total

    larutan edible film.

    Variabel Penelitian

    Variabel yang diamati dalam

    penelitian ini adalah gliserol sebagai

    variabel bebas, sedangkan variabel tidak

    bebasnya terdiri dari :

    1. Ketebalan edible film (Wafiroh dkk.,

    2010).

    2. Water Vapour Permeability (WVP)

    menurut Perez-Gago dan Krochta

    (1999).

    3. Daya rentang edible film (Mikkonen,

    Mathew, Pirkkalainen, Serimaa, Xu,

    Willfor, Oksman, and Tenkanen, 2010).

  • 4

    4. Pemanjangan edible film (Mikkonen et

    al., 2010).

    Analisis Data

    Data yang diperoleh ditabulasi dengan

    program Microsoft Excel, kemudian dianalisis

    secara statistik menggunakan analisis ragam

    (ANOVA) dari Rancangan Acak Lengkap

    (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan.

    Apabila terdapat perbedaan pengaruh yang

    nyata terhadap perlakuan, maka dilanjutkan

    dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD)

    menurut Sastrosupadi (2000), kemudian

    perlakuan terbaik ditentukan melalui analisis

    deskriptif.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa pengaruh perbedaan penambahan

    gliserol sebagai plasticizer pada edible film

    komposit whey kitosan memberikan

    perbedaan pengaruh yang tidak nyata

    (P>0,05) terhadap ketebalan, nilai WVP

    dan pemanjangan edible film serta

    memberikan perbedaan pengaruh yang

    sangat nyata (P

  • 5

    pengaruh yang nyata. Nugroho, Basito dan

    Katri (2013), menyatakan bahwa jumlah

    padatan dalam larutan menyebabkan

    polimer-polimer penyusun matriks film

    semakin banyak. Semakin banyak

    penambahan gliserol sebagai plasticizer,

    maka nilai viskositas akan meningkat.

    Meningkatnya nilai viskositas juga

    menandakan bahwa jumlah padatan juga

    bertambah sehingga ketebalan dari film

    juga meningkat. Rata-rata ketebalan edible

    film meningkat seiring dengan

    penambahan gliserol sebagai plasticizer,

    hal tersebut sesuai dengan pernyataan

    Yoyo (1995), yang menyatakan bahwa

    semakin tinggi penambahan gliserol,

    semakin tinggi pula kandungan film,

    sehingga film yang dihasilkan juga

    semakin tebal.

    Penelitian Loisa dkk. (2013),

    menunjukkan peningkatan ketebalan edible

    film seiring penambahan gliserol pada

    edible film dari ekstrak kacang kedelai.

    Ketebalan edible film tersebut adalah

    sebesar 0,208 mm pada penambahan

    gliserol 2 %; 0,228 mm pada penambahan

    gliserol 4 %; 0,248 mm pada penambahan

    gliserol 6 % dan 0,294 mm pada

    penambahan gliserol sebesar 10 %.

    Peningkatan nilai ketebalan edible film

    menunjukkan peningkatan kualitas dari

    edible film yang dihasilkan. Loisa dkk.

    (2013) menyatakan bahwa peningkatan

    ketebalan dari film dapat mempengaruhi

    sifat fisik lainnya, seperti kekuatan tarik

    dan pemanjangan edible film.

    WVP Edible Film Komposit Whey -

    Kitosan

    Peningkatan nilai WVP seiring

    penambahan gliserol dikarenakan adanya

    intervensi gliserol dalam ikatan antar

    polimer, terutama pada ikatan hidrogen.

    Gliserol dapat masuk dan memecah ikatan

    hidrogen yang berakibat pada

    meningkatnya nilai WVP.

    Rata rata hasil uji WVP

    menunjukkan bahwa nilai WVP semakin

    meningkat seiring dengan penambahan

    gliserol, Hal ini sesuai dengan Sobral et al.

    (2001) yang menyatakan bahwa

    penggunaan plasticizer secara umum dapat

    meningkatkan nilai WVP. Meningkatnya

    nilai WVP menunjukkan bahwa kualitas

    edible film yang dihasilkan semakin buruk,

    Ma et al. (2008) menyatakan bahwa WVP

    merupakan kemampuan edible film untuk

    menjaga kandungan air dalam produk agar

    tidak mudah menguap sehingga nilai WVP

    perlu ditekan seminimal mungkin.

    Baldwin dan Baker (2002)

    menyatakan bahwa plasticizer berbahan

    polyol seperti sorbitol, gliserol dan

    polyethylene glikol (PEG) dapat masuk

    diantara ikatan polimer, memisah ikatan

    hidrogen, sehingga dapat meningkatkan

    fleksibilitas edible film, namun dilain pihak

    nilai permeabilitas uap air (WVP) dan gas

    juga meningkat. Hasil penelitian ini

    sesuai dengan penelitian Al-Awwaly dkk.

    (2010) yang menunjukkan bahwa semakin

    besar rasio gliserol yang digunakan, maka

    nilai WVP edible film juga semakin

    meningkat. Khwaldia, Banon, Perez dan

    Desobry (2004) menambahkan bahwa hal

    tersebut dapat terjadi karena penambahan

    gliserol kedalam larutan film dapat

    meningkatkan jarak intermolekuler dan

    sifat hidrofilik gliserol dapat meningkatkan

    nilai WVP. Meningkatnya jarak

    intermolekuler dapat menyebabkan matriks

    film protein whey sehingga lebih mudah

    dilalui oleh uap air.

    Rata-rata nilai WVP dari

    penambahan gliserol 10% atau P4 adalah

    sebesar 0,16020,1253 g.mm/kPa.h.m2.

    Nilai ini lebih besar jika dibandingkan

    dengan edible film berbahan dasar protein

  • 6

    whey yang dilapisi dengan plasticizer lipid

    dengan konsentrasi yang sama. Pada

    penelitian Waty (2007) diketahui nilai

    WVP sebesar 0,0188 g.mm/kPa.h.m2

    pada

    penggunaan mentega sebesar 10 % dan

    0,0139 g.mm/kPa.h.m2

    pada penggunaan

    minyak kelapa sawit sebesar 10 %.

    Daya rentang Edible Film Komposit

    Whey - Kitosan

    Daya rentang merupakan ukuran

    kekuatan film secara spesifik dalam

    menghitung tarikan maksimum yang dapat

    dicapai film sampai keadaan sebelum

    sobek atau patah. Hasil analisis ragam

    pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa

    penambahan gliserol sebagai plasticizer

    terhadap daya rentang edible film

    memberikan perbedaan yang sangat nyata

    (P

  • 7

    rantai protein yang disebabkan oleh

    gliserol sehingga pemanjangan saat putus

    dapat meningkat (Rodrigues et al., 2006).

    Singh, Kaur, Sodhi dan Gill (2003)

    menambahkan bahwa pemanjangan

    sebelum putus dapat meningkat melalui

    penambahan plasticizer dari polyol seperti

    gliserol. Hasil penelitian ini sesuai dengan

    Loisa dkk. (2013) dalam penelitian

    penambahan gliserol sebagai plasticizer

    pada edible film ekstrak kacang kedelai.

    Pada penelitiannya, diketahui pemanjangan

    edible film bertambah seiring penambahan

    gliserol. Perlakuan terbaik adalah dalam

    penambahan gliserol sebesar 10 % yaitu

    memanjang sebesar 6,158 %.

    Perlakuan Terbaik

    Perlakuan terbaik pada edible film

    komposit whey kitosan dengan

    penambahan gliserol sebagai plasticizer

    ditentukan nilai ketebalan, WVP, daya

    rentang dan pemanjangan film. Ketebalan

    edible film mempengaruhi kenampakkan,

    volume dan rasa produk yang dikemas.

    Edible film yang terlalu tebal akan

    mengurangi nilai ekonomis produk yang

    dilapisi karena mengganggu penampilan

    dan rasa produk, namun edible film yang

    tipis memiliki nilai barrier yang rendah

    dan cenderung lebih mudah sobek. Hawa,

    dkk. (2013) menunjukkan nilai ketebalan

    edible film whey adalah sebesar 0,4 - 0,5

    mm, jika dibandingkan dengan penelitian

    tersebut, nilai ketebalan dari edible film

    komposit whey kitosan pada semua

    perlakuam memiliki nilai yang sama. Nilai

    WVP menunjukkan jumlah transfer gas

    yang terjadi antara film dengan lingkungan

    (Ma et al., 2008), sehingga edible film

    yang baik memiliki nilai WVP seminimal

    mungkin. Standar nilai WVP pada edible

    film protein adalah 5 g.mm/kPa.h.m2

    (Shaw et al., 2002), maka nilai WVP pada

    setiap perlakuan sudah memenuhi standart.

    Daya rentang akan menentukan

    kemampuan edible film dalam melindungi

    produk yang dikemas dari gangguan

    mekanis (Suryaningrum dkk., 2005).

    Pemanjangan merupakan salah satu aspek

    penentuan apakah edible film dapat

    diterapkan (Cagri et al., 2001). Nilai

    pemanjangan edible film diketahui sudah

    memenuhi standart pemanjangan edible

    film berbahan dasar protein, yaitu sebesar

    4,3 % (Perez-gago, Nadaud and Krochta,

    1999), hal tersebut menunjukkan bahwa

    nilai pemanjangan dari setiap perlakuan

    telah memenuhi standart pemanjangan

    edible film.

    Berdasarkan hasil penelitian dari

    variabel tersebut dan melalui analisa secara

    deskriptif, edible film komposit whey

    kitosan dengan penambahan gliserol

    sebesar 2 % atau P1 memberikan hasil

    terbaik dengan nilai daya rentang terbaik

    sebesar 2,6400 0,1342 N/cm

    2, ketebalan

    sebesar 0,4440 0 ,0531 mm, nilai WVP

    sebesar 0,0907 0,0187 g.mm/kPa.h.m

    2

    dan pemanjangan film sebesar 12,0000

    3,7998 %. Hal tersebut dikarenakan pada

    semua variabel yang tersedia hanya

    variabel daya rentang yang memberikan

    perbedaan pengaruh yang sangat nyata.

    Nilai daya rentang terbaik adalah pada P1

    yaitu 2,6400 0,1342 N/cm

    2.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian, dapat

    ditarik kesimpulan sebagai berikut:

    1. Penambahan gliserol memberikan

    dampak yang sama pada ketebalan

    edible film komposit whey

    kitosan.

    2. Penambahan gliserol memberikan

    dampak yang sama pada nilai WVP

    edible film komposit whey

    kitosan.

  • 8

    3. Penambahan gliserol sebesar 2 %

    dapat meningkatkan daya rentang

    edible film komposit whey

    kitosan secara signifikan

    (2,640,1342 N/cm

    2).

    4. Penambahan gliserol memberikan

    dampak yang sama pada

    kemampuan pemanjangan edible

    film komposit whey kitosan.

    Saran

    Saran yang dapat disampaikan

    dalam penelitian ini adalah perlu adanya

    penelitian edible film komposit whey

    kitosan dengan penambahan gliserol

    sebagai plasticizer pada pengujian

    keawetan pada variabel lain seperti uji

    transfer gas dan uji cemaran mikroba serta

    penerapannya pada produk makanan

    seperti keju.

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Awwaly, K. U., Manab, A., dan

    Wahyuni, E. 2010. Pembuatan

    edible film protein whey :

    kajian rasio protein dan gliserol

    terhadap sifat fisik dan kimia.

    Jurnal Ilmu dan Teknologi

    Hasil Ternak. 5(1): 45-56.

    Anker, M., Mats, S., and Anne-Marie, H.

    2000. Relationship between the

    microstructure and the

    mechanical and barrier

    properties of whey protein

    films. Journal of Agriculture

    Food Chem. 48 : 3806-3816.

    Baldwin, E. A. and Baker, R. A. 2002. Use

    of proteins in edible coatings

    for whole and minimally

    processed fruits and vegetables,

    protein-based films and

    coatings. CRC Press: Florida.

    Cagri, A., Ustunol, Z. and Ryser, E. T.

    2001. Antimicrobial edible

    films and coatings. journal of

    food science. 66(6): 865-874.

    Cisneros-Zevallos, L. and Krochta, J.M.

    2003. Dependence of coating

    thickness on viscosity solution

    applied to fruits and vegetables

    by dipping methods. Journal of

    Food Science. 68(2): 503-510.

    Esam A. E., Elham S. E., Azizah, M., and

    Yahaya, A.H. 2009.

    Characterization of chitosan in

    acetic acid: rheological and

    thermal studies. Malaysia:

    Department of Chemistry,

    University of Malaya

    Fernandez-Saiz, P., Lagaron, J.M.,

    Hemandez-Munoz, P. and Ocio,

    M.J. 2008. Characterization of

    antimicrobial properties on the

    growth of s. aureus of novel

    renewable blends of gliadins

    and chitosan of interest in food

    packaging and coating

    applications. International

    Journal of Food Microbiology.

    124(1): 13-20.

    Hawa, L. T., Thohari, I., Radiati, L. E.

    2013. Pengaruh pemanfaatan

    jenis dan konsentrasi lipid

    terhadap sifat fisik edible film

    komposit whey - porang.

    Jurnal Ilmu Ilmu Peternakan.

    23(1): 35-43.

    Khwaldia, K., Banon, S., Perez, C. and

    Desobry, S. 2004. Properties of

    sodium caseinate film-forming

    dispersions and films. Journal

    of Dairy Science. 87: 2011-

    2116

    Kong, M., Chen, X. G., Xing, K. and Park,

    H. J. 2010. Antimicrobial

    properties of chitosan and

    mode of action: a state of the

    art review. International

    Journal of Food Microbiology.

    144(1): 51-63.

    Loisa, S. L., Rejekina, Melisa, S. dan

    Sinaga, M. S. 2013.

    Karakteristik edible film dari

  • 9

    ekstrak kacang kedelai dengan

    penambahan tepung tapioka

    dan gliserol sebagai bahan

    pengemas makanan. Jurnal

    Teknik Kimia USU. 2(4): 12-

    16.

    Nugroho, A. A., Basito, B. dan Katri. 2013.

    Kajian pembuatan edible film

    tapioka dengan pengaruh

    penambahan pektin beberapa

    jenis kulit pisang terhadap

    karakteristik fisik dan mekanik.

    Jurnal Teknosains Pangan.

    2(1): 73-79.

    Perez-gago M. B. and Krochta J. M. 1999.

    Water vapor permeability of

    whey protein emulsion film as

    affected by pH. Journal of

    Food Science. 64(4): 695-698.

    Perez-gago, Nadaud, P. and Krochta, J.M.

    1999. Water vapor

    permeability, solubility, and

    tensile properties of heat-

    denatured versus native whey

    protein films. Food Technolgy.

    64(6):1034-1037

    Prasetyaningrum, A., Rokhati, D. N.,

    Kinasih dan Wardhani F. D. N.

    2010. Karakterisasi bioactive

    edible film dari komposit

    alginat dan lilin lebah sebagai

    bahan pengemas makanan

    biodegradable. Seminar

    Rekayasa Kimia dan Proses.

    02: 1411-4216.

    Rachmawati, E. dan Suryani, L. 2011.

    Optimasi proporsi campuran

    gluten dan gum arab serta

    penambahan asam stearat

    dalam pembuatan edible film

    dan aplikasinya untuk

    pelapisan kacang bawang

    rendah lemak. Prosiding

    Seminar Nasional. Universitas

    Slamet Riyadi Surakarta: 98-

    106.

    Rodrigues, M. J., Oses, Ziani, K. and Mate, J.I. 2006. Combined

    effect of plasticizer and

    surfactans on the physical

    properties of strach based

    edible films. Food Research

    International: 840-846.

    Saleh, E. 2004. Dasar pengolahan susu

    dan hasil ikutan ternak.

    Program Studi Produksi

    Ternak Fakultas Pertanian.

    Universitas Sumatera Utara.

    library.usu.ac.id/download/fp/t

    ernak-eniza.pdf . Diakses tanggal 21 Juli 2014.

    Segur, J. B. and Oberstar, H. E. 1951.

    Viscosity of glycerol and its

    aqueous solutions. Chicago:

    The Miner Laboratories.

    Shaw, N. B., Monahan, F. J., O'Riordan, E.

    D. and O'Sullivan, M. 2002.

    Physical properties of wpi

    films plasticized with glycerol,

    xylitol, or sorbitol. Journal of

    Food Science. 67(1): 164-167.

    Singh, N., Singh, J., Kaur, L., Sodhi, N. S.

    and Singh Gill, B. 2003.

    Morphological, thermal and

    rheological properties of

    starches from different

    botanical sources. Food

    Chemistry. 81(2): 219-231.

    Sobral, P. J. A., Menegalli, F.C., Hubinger,

    M.D. and Roques, M.A. 2001.

    Mechanical, water vapor

    barrier and thermal properties

    of gelatin based edible films.

    Food Hydrocolloids. 15(4):

    423-432.

    Suryaningrum, D. T. H., Jamal, Basmal

    dan Nurochmawati, 2005.

    Studi pembuatan edible film

    dari karaginan. Jurnal

    Penelitian Perikanan Indonesia.

    11(4): 1-13

  • 10

    Talja, R. A. 2007. Preparation and

    characterization of potato

    starch films plasticized with

    polyols. Faculty of Agriculture

    and Forestry of the University

    of Helsinki : Finland.

    Wafiroh, S. T., Adiarto, E. T., Agustin.

    2010. Pembuatan dan

    karakterisasi edible film dari

    komposit kitosan-pati garut

    (Maranta arundinaceae L)

    dengan pemlastis asam laurat.

    Jurnal Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam. 13(1): 11-

    22.

    Waty, E.I.S. 2007. Pengaruh penambahan

    lipid terhadap karakteristik

    edible film protein whey.

    Universitas Brawijaya.

    Yoyo, T. 1995. Mempelajari karakteristik

    fisik edible film dari protein

    kedelai. Fakultas Teknologi

    Pertanian Institut Pertanian

    Bogor.