PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FULVAT DALAM RANSUM … · Ayam pedaging (broiler) merupakan ternak yang...

57
PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FULVAT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER SKRIPSI NAJIBAH SAMIYAH DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Transcript of PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FULVAT DALAM RANSUM … · Ayam pedaging (broiler) merupakan ternak yang...

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FULVAT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER

SKRIPSI

NAJIBAH SAMIYAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

RINGKASAN

NAJIBAH SAMIYAH. D24080276. Pengaruh Penambahan Asam Fulvat dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Broiler. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc.Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sumiati, M.Sc.

Asam fulvat merupakan senyawa yang dihasilkan dari penguraian zat organik yang disebut humus atau senyawa humat. Humat terbagi dalam tiga kategori yaitu asam fulvat, asam humat dan humin. Asam fulvat bersifat sangat reaktif sebagai chelator dalam penyerapan dan transfer zat-zat makanan. Bentuk molekulnya yang sangat ringan dan kecil menyebabkan asam fulvat mudah terserap ke dalam jaringan dan sel. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan asam fulvat dalam ransum terhadap performa ayam broiler.

Ternak yang digunakan adalah DOC (Day Old Chick) strain CP 707 sebanyak 375 ekor yang dipelihara selama lima minggu. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Febuari sampai Maret 2012 yang berlokasi di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Unggas (Kandang C), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan dalam penelitian ini adalah R0 (ransum basal tanpa penambahan asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% asam fulvat), R2 (R0 + 0,5% asam fulvat), R3 (R0 + 0,75% asam fulvat), dan R4 (R0 + 1% asam fulvat). Ransum dan air minum diberikan ad libitum.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 15 ekor ayam. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA (Analysis of Variance), dan jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan. Peubah yang diamati meliputi konsumsi ransum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi ransum dan mortalitas.

Penambahan asam fulvat 0,25% - 1,0% dalam ransum tidak mempengaruhi performa ayam broiler, akan tetapi penambahan 0,50% dapat menurunkan mortalitas ayam broiler sebesar 87,5% dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan asam fulvat.

Kata-kata kunci : ayam broiler, performa, asam fulvat

ABSTRACT

Effects of Fulvic Acid Supplementation on Performances of Broiler Chickens

Samiyah, N., H. A. Sukria, and Sumiati

Fulvic acid (FA), a class of compounds resulting from decomposition of organic matter, is a part of the humic structure. FA has ability to chelate trace minerals to enhance the uptake of nutrients. This study was designed to investigate whether inclusions of FA into diets of broiler chickens could improve broiler performances. Three hundred and seventy five broilers were allocated into five groups : (R0) control diet (without fulvic acid), (R1) = R0 + 0.25% FA, (R2) = R0 + 0.5% FA, (R3) = R0 + 0.75% FA, (R4) = R0 + 1% FA. Each treatment consisted of 5 replications and used 15 broilers of each. Feed and water were offered ad libitum . Parameters observed were feed intake, final body weight, body weight gain, feed conversion ratio (FCR) and mortality. Data from completely Randomized Design were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and any significant different was further tested using Duncan multiple range test. Feed intake, final body weight, body weight gain, feed conversion ratio were not affected by fulvic acid supplementation (P>0.05). Supplementation of fulvic acid 0.50% decreased mortality rate of broilers composed to the control diet. Keywords : fulvic acid, performans, broiler

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FULVAT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER

NAJIBAH SAMIYAH

D24080276

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Judul : Pengaruh Penambahan Asam Fulvat dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Broiler

Nama : Najibah Samiyah NIM : D24080276

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc. Agr) (Dr. Ir. Sumiati, M.Sc) NIP: 19660705 199103 1 003 NIP: 19611017 198603 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc, Agr) NIP: 19670506 199103 1 001

Tanggal Ujian : 15 Oktober 2012 Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Najibah Samiyah, dilahirkan di

Solo pada tanggal 22 Mei 1990. Penulis merupakan anak

keempat dari tujuh bersaudara pasangan Bapak H. Ahmad

Gholib dan Ibu Hj. Jauharotun Nafisah.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun

1996 di SDN Tanjung 3 Klaten dan pada tahun 2002

Penulis lulus dari SDN 2 Mangkuyudan Solo. Pendidikan

lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005

di SMP Al Muayyad Solo. Pendidikan lanjutan tingkat atas (SMA) diselesaikan pada

tahun 2008 di MA Al Muayyad Solo.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur

Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementrian Agama dan diterima di Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Penulis aktif sebagai

anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan sebagai staf

Komunikasi dan Informasi periode 2009-2010. Penulis juga menjadi anggota aktif

organisasi CSS MoRA IPB (Community of Santri Scholar of Ministry of Religious

Affairs) sevagai staf Divisi Minat dan Bakat periode 2009-2010 dan sebagai kepala

Divisi Informasi dan Komunikasi pada periode 2010-2011.

Bogor, Oktober 2012

Najibah Samiyah D24080276

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim.

Alhamdulillahirrobbil’alamiin.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia yang telah diberikan sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Penambahan Asam Fulvat dalam Ransum Terhadap Performa

Ayam Broiler”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan informasi mengenai potensi asam fulvat

dalam pakan ayam broiler dan dapat dijadikan referensi yang baik dalam

pengembangan ternak unggas khususnya ayam broiler di Indonesia.

Skripsi ini merupakan hasil studi penelitian pengaruh penambahan asam

fulvat dalam ransum terhadap performa ayam broiler sehingga diharapkan dengan

adanya tulisan ini dapat memberikan informasi tentang manfaat asam fulvat dalam

bidang ilmu peternakan. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis memohon maaf bilamana masih terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi

ini. Semoga semua yang tertuang dalam tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Oktober 2012

Najibah Samiyah D24080276

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN .............................................................................................. i

ABSTRACT ................................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

Latar Belakang ................................................................................. 1 Tujuan .............................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3

Ayam Broiler .................................................................................... 3 Konsumsi Ransum ............................................................... 6 Pertambahan Bobot Badan ................................................... 6 Konversi Ransum ................................................................. 7 Mortalitas ............................................................................. 7

Pakan Ayam Broiler ......................................................................... 8 Feed Additive ................................................................................... 10

Asam Fulvat ......................................................................... 10 METODE ..................................................................................................... 15

Lokasi dan Waktu ............................................................................ 15 Materi ............................................................................................... 15

Ternak .................................................................................. 15 Kandang dan Peralatan ........................................................ 15 Ransum ................................................................................ 15

Prosedur ........................................................................................... 17 Pembuatan Ransum .............................................................. 17 Persiapan Kandang .............................................................. 17 Pemeliharaan Ayam ............................................................. 18

Rancangan dan Analisis Data .......................................................... 18 Perlakuan ............................................................................. 18 Rancangan Percobaan .......................................................... 18 Peubah yang Diamati ........................................................... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 20

Kualitas Ransum .............................................................................. 20 Suhu dan Kelembaban Kandang ...................................................... 20 Pengaruh Perlakuan terhadap Performa Ayam Broiler .................... 22

Konsumsi Ransum ............................................................... 22 Bobot Badan Akhir .............................................................. 24 Pertambahan Bobot Badan ................................................... 25 Konversi Ransum ................................................................. 25 Mortalitas ............................................................................. 26

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 30

Kesimpulan ...................................................................................... 30 Saran ................................................................................................. 30

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 32

LAMPIRAN ................................................................................................. 37

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Standar Pertumbuhan Ayam Broiler CP 707 ................................... 3

2. Suhu Optimum Kandang Ayam Broiler ........................................... 4

3. Kapasitas Kandang Ayam Pedaging Sesuai dengan Tingkat Umur 4

4. Pengaruh Kepadatan Kandang Terhadap Suhu Udara Kandang ..... 5

5. Kebutuhan Zat Makanan Ayam Broiler ............................................ 9

6. SNI Pakan Broiler Starter dan Finisher ............................................ 9

7. Persentase Komposisi Kimia Asam Fulvat dan Asam Humat ......... 11

8. Bobot Bursa Fabrisius dan Jumlah Leukosit Ayam Broiler yang Mendapat Suplementasi Asam Fulvat Dalam Ransum .................... 13

9. Komposisi dan Kandungan Nutrien Ransum Penelitian Periode Starter dan Finisher ........................................................................ 16

10. Kandungan Asam Fulvat yang Digunakan Dalam Penelitian .......... 17

11. Rataan Konsumsi Ransum, Bobot Badan Awal, Bobot Badan Akhir, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Ransum dan Mortalitas Selama Penelitian ........................................................... 22

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Diagram Humifikasi Asam Fulvat ................................................... 11

2. Model Struktur Asam Fulvat ........................................................... 12

3. Rataan Suhu dan Kelembaban Kandang Selama Penelitian ............ 20

4. Rataan Kelembaban Kandang Selama Penelitian ............................ 21

5. Rataan Konsumsi Ransum Ayam Broiler Selama Penelitian .......... 23

6. Rataan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler Selama Penelitian .......... 24

7. Rataan PBB Ayam Broiler Selama Penelitian ................................. 25

8. Rataan Konversi Ransum Ayam Broiler Selama Penelitian ............. 26

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Mortalitas Ayam Broiler Selama Lima Minggu Pemeliharaan ....... 38

2. Suhu dan Kelembaban Kandang Selama Pemeliharaan ................... 38

3. Rataan Bobot Badan Awal Ayam Broiler .......................................... 40

4. Sidik Ragam Konsumsi Ransum 5 Minggu Pemeliharaan .............. 40

5. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Pertama .......................... 40

6. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Kedua ............................. 40

7. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Ketiga ............................ 40

8. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Keempat .......................... 41

9. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Kelima ........................... 41

10. Sidik Ragam PBB 5 Minggu Pemeliharaan ...................................... 41

11. Sidik Ragam PBB Minggu Pertama ................................................. 41

12. Uji Jarak Duncan PBB Minggu Pertama .......................................... 41

13. Sidik Ragam PBB Minggu Kedua ................................................... 42

14. Uji Jarak Duncan PBB Minggu Kedua .............................................. 42

15. Sidik Ragam PBB Minggu Ketiga .................................................... 42

16. Sidik Ragam PBB Minggu Keempat ................................................ 42

17. Sidik Ragam PBB Minggu Kelima .................................................. 42

18. Sidik Ragam Konversi Ransum Lima Minggu Pemeliharaan .......... 43

19. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Pertama ............................ 43

20. Uji Jarak Duncan Konversi Ransum Minggu Pertama ..................... 43

21. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Kedua ............................... 43

22. Uji Jarak Duncan Konversi Ransum Minggu Kedua ........................ 44

23. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Ketiga .............................. 44

24. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Keempat ........................... 44

25. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Kelima ............................. 44

1  

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam pedaging (broiler) merupakan ternak yang memiliki pertumbuhan

yang cepat dalam memproduksi daging sehingga memiliki potensi sangat besar

dalam upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Permintaan

terhadap daging ayam semakin bertambah seiring dengan meningkatnya

penghasilan dan kesadaran penduduk akan pentingnya protein hewani. Menurut

Badan Pusat Statistik (2011), populasi ayam broiler di Indonesia meningkat dari

902.052.418 ekor pada tahun 2008, menjadi 986.871.712 ekor pada tahun 2010.

Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan

nutrisi yang terdapat dalam pakan. Selain itu, penambahan zat aditif dalam pakan

telah banyak dilakukan untuk membantu proses pencernaan dan metabolisme

yang diperlukan agar ransum yang dikonsumsi menjadi efisien digunakan oleh

tubuh ayam.

Imbuhan pakan atau feed additives adalah salah satu bahan yang

dicampurkan di dalam pakan yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktivitas

maupun keadaan gizi ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi

kebutuhan zat gizi (Adams, 2000). Imbuhan pakan berupa prebiotik, probiotik,

enzim dan lain-lain digunakan pada pakan ayam untuk meningkatkan efisiensi

penggunaan pakan. Prebiotik adalah substrat yang mampu merubah mikro ekologi

usus sedemikian rupa, sehingga mikroba yang menguntungkan dapat berkembang

dengan baik. Prebiotik alami dapat diperoleh dari ekstrak tanaman maupun bahan

organik yang terdekomposisi, antara lain gambut. Dari hasil ekstrak tanah gambut

secara kimiawi diperoleh fraksi humin, asam humat dan asam fulvat (Stevenson,

1994).

Asam fulvat adalah asam organik yang timbul secara alamiah saat terjadi

penguraian zat organik yang disebut humus atau sekarang disebut sebagai

senyawa humat. Asam fulvat merupakan bagian dari asam humat yang dapat larut

dalam alkali dan dalam asam pada kondisi netral. Bentuk molekulnya yang sangat

ringan dan kecil menyebabkan asam fulvat mudah terserap ke dalam jaringan dan

sel (Islam et al., 2005). Asam fulvat dapat membantu produksi enzim, struktur

hormon, dan kebutuhan dalam penggunaan vitamin. Selain itu, asam fulvat dapat

2  

menyerap logam berat dan racun polutan, serta dapat membantu memperbaiki

ketidakseimbangan sel. Kompiang dan Supriyati (2007) melaporkan bahwa

penambahan asam humat hingga 300 mg/L dalam air minum mempunyai potensi

sebagai bahan pakan tambahan yang dapat meningkatkan performa ayam

pedaging.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penambahan

asam fulvat dalam ransum terhadap performa ayam broiler yang meliputi

konsumsi ransum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi ransum

dan mortalitas.

3  

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Broiler

Broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa genetika teknologi yang

memiliki karakteristik ekonomi dan ciri khas pertumbuhan yang cepat sebagai

penghasil daging, konversi ransum rendah, siap potong dalam usia relatif muda

dan menghasilkan daging yang memiliki serat lunak (Bell dan Weaver, 2002).

Standar pertumbuhan ayam broiler CP 707 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Pertumbuhan Ayam Broiler CP 707

Umur (minggu) Konsumsi Pakan Berat Badan FCR

1 150 175 0,86

2 515 487 1,06

3 1175 932 1,26

4 2120 1467 1,45

5 3297 2049 1,61

6 4625 2634 1,76

7 6021 3177 1,89

Sumber: Charoen Pokphand (2011)

Temperatur dan kelembaban relatif merupakan faktor penting bagi

kelangsungan hidup ternak. Ayam sebagai hewan homeotermis, dapat mengatur

suhu tubuhnya relatif konstan, sekalipun temperatur lingkungan berubah-ubah.

Kondisi suhu lingkungan yang optimal bagi ayam adalah 21 ºC (Suprijatna et al.,

2005). Tingginya kelembaban relatif akan menghambat penguapan panas melalui

panting. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan optimal ayam broiler berkisar

antara 50-60% (Appleby et al., 2004). Ayam broiler kurang toleran terhadap suhu

lingkungan yang tinggi, terutama setelah ayam berumur lebih dari tiga minggu

(Gunawan dan Sihombing, 2004). Pada ayam broiler berumur diatas tiga minggu,

keadaan suhu lingkungan optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 20-25 ºC

dengan kelembaban berkisar antara 50-70% (Borges et al., 2004). Apabila suhu

tubuh ayam broiler lebih rendah daripada suhu lingkungan, maka nutrien yang ada

di dalam tubuh sebagian besar digunakan oleh ayam broiler untuk memproduksi

4  

panas tubuh (Bruzual et al., 2000). Suhu optimum kandang untuk pemeliharaan

ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Suhu Optimum Kandang Ayam Broiler

Umur (minggu) Suhu (ºC) Kelembaban (%)

1 30-32 50%-70%

2 29 50%-70%

3 28 50%-70%

4 26 50%-70%

5 23 50%-70%

>5 22 50%-70%

Sumber : Charoen Pokphand (2011)

Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa meningkatnya kepadatan

kandang akan menyebabkan berkurangnya konsumsi ransum, menurunnya

pertumbuhan, menurunkan efisiensi makanan, meningkatnya mortalitas dan

meningkatnya kanibalisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepadatan

kandang yaitu temperatur lingkungan, tipe kandang, ukuran ayam dan umur ayam

(Mazia, 2009). Kapasitas kandang ayam pedaging sesuai dengan tingkat umur

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kapasitas Kandang Ayam Pedaging Sesuai dengan Tingkat Umur

Umur (hari) Kapasitas (ekor/m2)

1 – 7 40 – 50

8 – 14 20 – 25

>14 8 – 12

Sumber : Mazia (2009)

Hasil penelitian Sufi (2008) menyatakan bahwa konsumsi ransum,

pertambahan bobot badan, serta bobot badan akhir dipengaruhi oleh kepadatan

kandang. Pada kepadatan kandang 10 ekor/m2 memiliki tingkat konsumsi ransum,

pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir yang lebih tinggi dibandingkan

dengan kepadatan kandang 12 dan 14 ekor/m2. Kepadatan kandang yang semakin

5  

tinggi juga meningkatkan suhu dan kelembaban. Pengaruh kepadatan kandang

terhadap suhu udara kandang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Kepadatan Kandang Terhadap Suhu Udara Kandang

Kepadatan

(ekor/m2)

Suhu (ºC)

Pagi Siang Sore

10 26,30 31,28 28,84

13 26,39 31,43 29,13

16 26,48 31,56 29,36

Sumber : Kususiyah (1992)

Cekaman panas (heat stres) terjadi akibat ketidakseimbangan antara

jumlah panas yang dilepaskan dari tubuh ke lingkungan dengan jumlah panas

yang dihasilkan tubuh sehingga terjadi perubahan fisiologis dan metabolisme

dalam upaya mempertahankan diri dengan pengembangan sistem homeostasis

yang ada. Cekaman panas berdampak pada terganggunya pembentukan sel-sel

darah putih serta terjadinya pelepasan glukokortikoid yang dapat mengganggu

kekebalan (imunitas) tubuh (Sugito, 2007).

Kekebalan tubuh ayam broiler dapat dilihat dari bobot bursa fabrisius dan

jumlah benda darah putih (leukosit). Bursa fabrisius merupakan salah satu organ

limfoid primer yang fungsinya sebagai tempat pendewasaan dan diferensiasi bagi

sel dari sistem pembentukan antibodi (Scanes et al., 2004). Wirapati (2008)

melaporkan bahwa persentase bobot bursa fabrisius ayam broiler umur lima

minggu yaitu sekitar 0,04%-0,12% dari bobot hidup. Unggas yang mempunyai

bobot relatif bursa fabricius lebih besar akan lebih tahan terhadap berbagai

penyakit (Heckert et al., 2002). Leukosit merupakan sel darah yang memiliki inti

sel dan memiliki kemampuan gerak yang independen (Frandson, 1992). Leukosit

berperan dalam merespon kekebalan tubuh. Swenson (1984) menyatakan bahwa

jumlah leukosit unggas lebih banyak dibandingkan dengan leukosit pada mamalia,

yaitu berkisar antara 20.000-30.000/mm3.

6  

Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum adalah ransum yang dimakan dengan jumlah dan waktu

tertentu dan digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi

ransum pada ayam pedaging tergantung pada strain, umur, aktivitas serta

temperatur lingkungan (Wahju, 2004). Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi

ransum antara lain adalah besar dan bangsa ayam, suhu lingkungan, tahap

produksi dan energi dalam ransum.

Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan menurunnya konsumsi

ransum. Penelitian Lu et al. (2007) menunjukkan bahwa konsumsi ransum dan

pertambahan bobot hidup ayam broiler umur 5-8 minggu yang dipelihara pada

suhu lingkungan 34 ºC adalah 93,6 dan 22,29 gram/ekor, keduanya nyata lebih

rendah dibandingkan dengan ayam yang dipelihara pada suhu lingkungan 21 ºC

yakni 169 dan 61,45 gram/ekor.

Konsumsi ransum setiap minggu bertambah sesuai dengan pertambahan

bobot badan. Setiap minggunya ayam mengkonsumsi ransum lebih banyak

dibandingkan dengan minggu sebelumnya (Fadilah, 2004). Pemberian ransum

bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjamin produksi

daging agar menguntungkan (Sudarso dan Siriwa, 2007).

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan (PBB) mencerminkan tingkat kemampuan ayam

broiler dalam mencerna ransum untuk diubah menjadi bobot badan. Pertambahan

bobot badan sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan dapat

didefinisikan sebagai proses yang sangat kompleks meliputi pertambahan bobot

hidup dan pertambahan semua bagian tubuh secara merata dan serentak (Maynard

et al., 1979). Menurut Rose (1997), pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran

sel-sel tubuh akan peningkatan sel-sel individual dimana pertumbuhan itu

mencakup empat komponen utama yaitu adanya peningkatan ukuran skeleton,

peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adipose dan peningkatan ukuran

bulu, kulit dan organ dalam.

Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa peningkatan bobot badan

mingguan tidak terjadi secara seragam. Setiap minggu pertumbuhan ayam

pedaging mengalami peningkatan hingga mencapai pertumbuhan maksimal,

7  

setelah itu mengalami penurunan. Bonnet et al. (1997) menyatakan bahwa PBB

ayam pedaging umur 4 s/d 6 minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan 32 ºC

sebesar 515 gram/ekor, sedangkan pada suhu 22 ºC PBB ayam pedaging sebesar

1084 gram/ekor.

Konversi Ransum

Menurut Wahju (2004), konversi ransum adalah jumlah ransum yang

dibutuhkan untuk menghasilkan suatu unit PBB, semakin besar ukuran dan tua

ternak maka nilai konversinya akan semakin tinggi. Angka konversi ransum yang

kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu

kilogram daging semakin sedikit (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Faktor

utama yang mempengaruhi konversi ransum adalah temperatur, kualitas ransum,

kualitas air, pengafkiran, penyakit, manajemen pemeliharaan dan juga faktor

pemberian ransum, penerangan dan faktor sosial (Anggorodi, 1979).

Mortalitas

Mortalitas merupakan indikator kematian yang diukur dengan persentase.

Angka mortalitas merupakan perbandingan antara jumlah seluruh ayam yang mati

dengan jumlah total ayam yang dipelihara (Bell dan Weaver, 2002). Faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat mortalitas antara lain bobot badan, tipe ayam, iklim,

kebersihan, suhu lingkungan, sanitasi peralatan, kandang serta penyakit.

Pemeliharaan ayam broiler dinyatakan berhasil jika angka kematian secara

keseluruhan kurang dari 5%. Angka mortalitas dipengaruhi umur, ayam broiler

umur lima hingga delapan minggu memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi

dibandingkan umur dua hingga empat minggu (Bell dan Weaver, 2002).

Beberapa penyakit yang biasanya menyerang ayam broiler di suatu

peternakan antara lain:

1. Chronic Respiratory Disease (CRD). Amer et al. (2009) menyatakan

bahwa pemeliharaan ayam broiler dalam kandang dengan kepadatan yang

tinggi dan sirkulasi udara yang kurang baik dapat menyebabkan ayam

broiler terinfeksi bakteri Mycoplasma gallisepticum. Mycoplasma

gallisepticum menyerang saluran pernafasan di bagian kantong udara.

Kantong udara dipenuhi mukus. Tahap infeksi yang lebih akut

8  

menyebabkan mukus berwarna kuning dan kental (Bell dan Weaver,

2002). Gejala yang terlihat pada ayam muda adalah adanya indikasi

kesulitan bernafas seperti bersin dan nafas yang bersuara (ngorok). Jika

termasuk dalam kasus yang parah maka mortalitas dapat mencapai 30%

(Ginting, 1988). Menurut Bell dan Weaver (2002), gejala CRD pada ayam

dewasa adalah ayam terlihat depresi dan tidak aktif, konsumsi ransum

menurun namun mortalitasnya rendah.

2. Sudden Death Syndrome (SDS). Sudden Death Syndrome merupakan

kematian yang dikarenakan metabolic disorder. Sudden Death Syndrome

biasanya menyerang ayam broiler jantan, bobot badan tinggi, dengan

pertumbuhan yang cepat. Kepadatan kandang yang tinggi juga

meningkatkan resiko terinfeksi SDS (Bolton et al., 1972). Konfirmasi hasil

nekropsi mengenai SDS sulit didapatkan karena tidak ada tanda khusus,

daging dalam keadaan baik dan gizzard dalam keadaan terisi penuh.

Kematian yang mendadak ini sering disebut juga sebagai heart attack atau

flipover (Leeson dan Summers, 2005). Faktor-faktor lain yang

menyebabkan terjadinya Sudden Death Syndrome adalah kontinuitas

pencahayaan (Onowiwu et al., 1979), penyimpangan kandungan kalsium

dan fosfor dalam pakan (Scheideler et al., 1995), dan frekuensi makan

(Bowes dan Julian, 1988).

Pakan Ayam Broiler

Pakan adalah campuran dari bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap

maupun yang masih akan dilengkapi, yang secara khusus mengandung zat gizi

yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis

ternaknya (SNI, 2006a dan SNI, 2006b). Pakan ternak terdiri atas pakan buatan

pabrik dan buatan sendiri. Pakan buatan pabrik biasanya dikenal dalam bentuk

pelet dengan ukuran yang bervariasi, sedangkan pakan buatan sendiri dapat dibuat

sepanjang bahan baku tersedia dengan berbasis bahan baku lokal.

Fungsi ransum yang diberikan pada prinsipnya untuk memenuhi

kebutuhan pokok untuk hidup, membentuk sel-sel dan jaringan tubuh, serta

menggantikan bagian-bagian yang merupakan zat-zat yang diperlukan ayam

adalah karbohidrat, lemak, dan protein akan membentuk energi sebagai hasil

9  

pembakarannya (Sudaryani dan Santoso, 1995). Kebutuhan dan kandungan zat

makanan ayam broiler disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5. Kebutuhan Zat Makanan Ayam Broiler

Umur

(hari)

Zat Makanan

EM

(kkal/kg)

Protein

(kcal)

Ca

(%)

P avl

(%)

Lysin

(%)

Meth

(%)

0 – 18 hari 3050 22,00 0,95 0,45 1,30 0,50

19 – 30 hari 3100 20,00 0,92 0,41 1,15 0,44

Sumber : Leeson dan Summers (2005) Keterangan : EM = Energi Metabolis, P avl = P available (P tersedia)

Tabel 6. SNI Pakan Broiler Starter dan Finisher

No Parameter Satuan Starter a Finisher b

1 Kadar Air % Maks. 14,0 Maks. 14,0

2 Protein Kasar % Min. 19,0 Min. 18,0

3 Lemak Kasar % Maks. 7,4 Maks. 8,0

4 Serat Kasar % Maks. 6,0 Maks. 6,0

5 Abu % Maks. 8,0 Maks. 8,0

6 Kalsium % 0,90 - 1,20 0,90-1,20

7 Fosfor Total % 0,60 - 1,00 0,60-1,00

8 Fosfor Tersedia % Min. 0,40 Min. 0,40

9 Total Aflatoksin mg/kg Maks. 50,0 Maks. 50,0

10 Energi Metabolis kkal/kg Min. 2900 Min. 2900

11 Asam Amino

Lisin % Min. 1,10 Min. 0,90

Metionin % Min. 0,40 Min. 0,30

Metionin + sistin % Min. 0,60 Min. 0,60

Sumber : aSNI 01-3930-2006 bSNI 01-3931-2006

10  

Feed Additive

Imbuhan pakan atau feed additive adalah suatu bahan yang dicampurkan di

dalam pakan yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktivitas, maupun

keadaan gizi ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan

zat gizi (Adams, 2000). Imbuhan pakan yang sudah umum digunakan dalam

industri perunggasan adalah antibiotika, enzim, prebiotik, probiotik asam organik

flavor pewarna dan antioksidan. Dari semua imbuhan pakan, antibiotika

merupakan imbuhan pakan yang paling luas penggunaannya di seluruh dunia.

Prebiotik merupakan bahan pakan berupa serat yang tidak dapat dicerna

oleh ternak berperut tunggal (monogastrik). Prebiotik disebut juga sebagai nutrisi

yang sesuai bagi bakteri menguntungkan, tetapi tidak cocok bagi bakteri yang

kurang menguntungkan. Dengan kata lain, prebiotik dapat meningkatkan bakteri

yang menguntungkan dalam usus (Gibson et al., 1998).

Asam Fulvat

Asam fulvat adalah asam organik yang timbul secara alamiah saat terjadi

penguraian zat organik yang disebut humus atau senyawa humat. Asam fulvat

merupakan bagian dari asam humat yang dapat larut dalam alkali dan dalam asam

pada kondisi netral. Stevenson (1994) membagi humat dalam tiga kategori yaitu

asam fulvat, asam humat dan humin. Asam fulvat berwarna kuning terang sampai

kuning kecoklatan. Menurut Schnitzer dan Khan (1978) asam fulvat memiliki

kemasaman total yang lebih besar dan mempunyai berat molekul yang lebih

ringan sehingga lebih mudah bergerak atau berpindah. Asam fulvat tertinggal

dalam larutan setelah pemindahan asam humat dengan asidifikasi (Weber, 2008).

Proses humifikasi dapat dilihat pada Gambar 1.

 

As

0,7%-2,6%

daripada a

berbagai s

karena ad

Komposis

Tabel 7. P

E

Sumber : S

As

seperti N

format. N

Meskipun

seperti ha

Tid

Tidak lbasa 

Ga

sam fulvat m

%. Kadar k

asam huma

senyawa org

danya kecen

si kimia asam

Persentase K

Elemen

C

H

O

N

S

Stevenson (

sam humat

NaOH, Na4P

Namun yan

n memberik

alnya perea

ak larut

arut dalamdan asam

Humin

ambar 1. Di Sum

memiliki ka

karboksil a

at (Tan, 19

ganik yang

nderungan

m fulvat da

Komposisi K

(1982)

dan asam f

P2O7, aseti

ng member

an hasil ya

ksi lain, di

Bahan

m  Laru

Bahan organik

agram Hummber : Steven

adar oksigen

asam fulva

982). Menu

mempunya

molekul a

an asam hum

Kimia Asam

Asam Hum

50 – 6

4 – 6

4 – 6

2 – 6

0 – 2

fulvat dapat

laseton, cu

rikan hasil

ang cukup b

iantaranya

n Humat

ut dalam balarut dalam

Huma

mifikasi Asanson (1994)

n 44%-54%

at dua sam

urut Lehning

i gugus karb

ir yang me

mat dapat di

m Fulvat dan

mat (%)

60

6

6

6

2

t diekstraks

upferron, h

paling ba

baik, NaOH

yaitu laruta

Lar

asa & tidak m asam

at

BahanHum

am Fulvat

% dan kadar

mpai tiga k

ger (1982),

boksil. Kela

embentuk i

ilihat pada T

n Asam Hum

Asam

4

4

si dengan b

hidroksikuin

aik adalah

H juga mem

an alkali d

rut 

Larut 

n Non mat

nitrogen se

kali lebih t

, air melaru

arutannya te

ikatan hidr

Tabel 7.

mat

m Fulvat (%

40 – 50

44 – 50

4 – 6

<2 – 6

0 – 2

berbagai per

nolin, dan

NaOH (8

miliki kelem

dapat melaru

dalam basaa dan asam

Asam Fulv

11 

at

ebesar

tinggi

utkan

erjadi

rogen.

%)

reaksi

asam

80%).

mahan

utkan

silika dari bahan mineral, protoplasma dan komponen dari jaringan organik segar

sehingga bercampur dengan humus. Selain itu, autooksidasi beberapa senyawa

organik dan reaksi kimia (kondensasi) juga dapat terjadi pada kondisi alkalin.

Oleh karena itu banyak peneliti melakukan ekstraksi bertahap dengan

mengkombinasikan beberapa pereaksi. Metode reaksi yang sering dipakai untuk

memisahkan asam humat dan asam fulvat adalah metode berdasarkan

International Humic Substances Society (IHSS). Pereaksi yang digunakan dalam

metode ini ada dua, yaitu asam klorida dan NaOH (Stevenson, 1982). Separasi

senyawa humat paling baik dengan menggunakan Na4P2O7 0,1M dan NaOH 0,1N

pada pH 13. Natrium dalam Na4P2O7 akan menggantikan Ca, Fe dan Al yang

terikat pada asam humat ataupun asam fulvat sehingga terbentuk larutan Na-

humat/fulvat dan endapan Ca/Fe/Al-pirofosfat (Kononova, 1966).

Gambar 2. Model Struktur Asam Fulvat Sumber : Buffle (1977)

Asam fulvat ikut serta dalam semua proses kehidupan tanaman, hewan dan

lain-lain. Asam fulvat berperan antara lain menyediakan elektrolit penting

(Senesi, 1990), meningkatkan dan mengangkut zat makanan (Prakash, 1971),

mengkatalisa reaksi enzim (Khristeva dan Luk Yaneko, 1962) dan merangsang

metabolisme (Rashid, 1985). Selain itu asam fulvat juga dapat menurunkan

deposit cadmium pada organ ginjal, hati dan otot pada ayam broiler (Herzig et al,

2007). Fungsi asam fulvat adalah : 1) transpor nutrien (mengikat mineral Na dan

K dalam saluran pencernaan), 2) meningkatkan availabilitas (ketersediaan) zat

nutrisi sehingga lebih mudah diabsorbsi, 3) meningkatkan aktivitas enzim dan

melindungi saluran pencernaan dari bahan yang merugikan (Jackson, 1997).

12  

13  

Suplemen humat mempunyai efek pengobatan pada seluruh sistem pencernaan,

menghilangkan racun dan infeksi, berperan sebagai antibiotik dan antivirus yang

menghilangkan penyakit dalam aliran darah, mendukung sistem kekebalan dan

meningkatkan kesehatan seluruh tubuh (Robert, 2001).

Hasil penelitian Wulandari (2012) menyatakan bahwa suplementasi asam

fulvat dalam ransum ayam broiler taraf 0,25%-1% yang dipelihara selama lima

minggu memiliki bobot bursa fabrisius dan jumlah leukosit yang lebih tinggi

dibandingkan dengan bobot bursa fabrisius dan jumlah leukosit pada ayam broiler

yang tidak mendapat suplementasi asam fulvat. Hal ini menunjukkan bahwa ayam

broiler yang mendapat suplementasi asam fulvat memiliki kekebalan tubuh yang

lebih baik terhadap stres dan serangan penyakit. Pengaruh penambahan asam

fulvat dalam ransum terhadap bobot bursa fabrisius dan jumlah leukosit ayam

broiler disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot Bursa Fabrisius dan Jumlah Leukosit Ayam Broiler yang Mendapat Suplementasi Asam Fulvat Dalam Ransum

Peubah R0 R1 R2 R3 R4

Bursa Fabrisius(gram)

0,74±0,22 0,79±0,08 0,87±0,15 0,74±0,16 0,92±0,08

Leukosit (ribu/mm3)

9,12±6,15 21,2±9,3 17,4±7,5 17,2±2,9 18,6±3,7

Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA), R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)

Sumber : Wulandari (2012)

Bailey et al. (1996) dan Kocabagli et al. (2002) mencobakan asam humat

pada ayam sebagai growth promotor. Karaoglu et al. (2004) melaporkan tidak ada

pengaruh pemberian suplemen asam humat terhadap bobot hidup akhir ayam

broiler. Penggunaan asam fulvat sebagai imbuhan pakan pada ayam pedaging

telah diteliti oleh Supriyati (2006), suplementasi asam fulvat pada air minum

ayam dapat meningkatkan kinerja ayam pedaging, bobot hidup dan rasio konversi

pakan. Asam fulvat juga mempunyai fungsi meningkatkan ketersediaan nutrien

dan membuat nutrien mudah diserap, mentransfer nutrien, mengkatalis enzim

pereaksi dan vitamin dalam sel, merangsang metabolisme atau sintesis, serta

meningkatkan daya serap air dan gas sel membran (Supriyati, 2007). Kompiang et

al. (2002) melaporkan adanya perbaikan perkembangan pertumbuhan bacillus

14  

spp, mikroba yang digunakan sebagai probiotik, in vitro, dengan suplementasi

asam humat pada media kultur.

15  

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari hingga Maret 2012.

Pemeliharaan ayam broiler dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi

Ternak Unggas (Kandang C), pembuatan ransum dilaksanakan di Laboratorium

Industri Pakan, analisis bahan baku dan ransum dilaksanakan di Laboratorium

Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi Teknologi Pakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Ternak

Penelitian ini menggunakan 375 ekor ayam broiler umur satu hari (DOC)

Cobb strain CP 707 yang diproduksi oleh PT. Charoen Pokphand Jaya Farm dan

dipelihara sampai umur 35 hari.

Kandang dan Peralatan

Penelitian ini menggunakan kandang dengan sistem litter yang bersekat

dengan jumlah 25 sekat. Masing-masing sekat berukuran 1 x 1,5 m dan berisi 15

ekor ayam. Peralatan penelitian yang digunakan diantaranya thermohigrometer,

timbangan digital, tempat pakan, tempat air minum, lampu pijar 100 watt,

brooder, detergen, kapur, dan desinfektan.

Ransum

Ransum disusun berdasarkan kebutuhan nutrien menurut Leeson dan

Summers (2005). Ransum dibagi menjadi 2 periode yaitu periode starter (0-18

hari) dan periode finisher (19-35 hari). Ransum diberikan dalam bentuk pellet.

Asam fulvat yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam fulvat dalam

bentuk cair. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung,

bungkil kedelai, bungkil kelapa, Corn Gluten Meal (CGM), Meat Bone Meal

(MBM), pollard, minyak, dicalcium phospat (DCP), CaCO3, garam, premix, DL-

metionin dan L-lysin. Komposisi dan kandungan nutrien ransum dapat dilihat

pada Tabel 9 serta kandungan asam fulvat yang digunakan dalam penelitian dapat

dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9. Komposisi dan Kandungan Nutrien Ransum Penelitian Periode Starter (0-18 hari) dan Periode Finisher (19-35 hari)

Bahan Pakan Starter Finisher Jagung (%) 49,66 49,65 Bungkil Kedelai (%) 25,18 22,04 Bungkil Kelapa (%) 5,00 7,00 Pollard (%) 3,00 4,00 CGM (%) 5,71 9,00 MBM (%) 5,50 0,00 Minyak (%) 3,50 4,00 DCP (%) 0,70 1,58 CaCO3 (%) 0.54 1.27 Garam (%) 0,42 0,49 Premix (%) 0,25 0,25 DL-Meth (%) 0,28 0,25 L-Lysin (%) 0,26 0,47 Total (%) 100 100 Kandungan Nutrien : EM (kkal/kg)1) 3050 3100 EB (kkal/kg)2) 4113 4413 Kadar Air (%)3) 11,94 6,67 PK (%)3) 21,57 19,99 SK (%)3) 2,44 2,41 LK (%)3) 6,12 7,44 Ca (%)4) 0,61 0,98 P Total (%)4) 0,46 0,57 P avl (%)1) 0,45 0,41 Meth (%)1) 0,63 0,59 Lysin (%)1) 1,20 1,19 Na (%)1) 0,22 0,21 Cl (%)1) 0,39 0,43

Keterangan: 1) Berdasarkan perhitungan software Brill. 2) Hasil Analisis EB di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2012). 3) Hasil Analisis Proksimat di Laboratorium Pusat Penelitian

Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, IPB (2012).

4) Hasil Analisis Ca dan P di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, IPB (2012).

16  

17  

Tabel 10. Kandungan Asam Fulvat yang Digunakan Dalam Penelitian

Komponen Jumlah

Asam Fulvat (%) 74,26

Bahan Organik (%) 22,29

Asam Humat (%) 0,55

C (%) 12,90

N (%) 0,51

P (%) 0,04

Na (%) 22,19

K (ppm) 109,00

Ca (ppm) 8,23

Mg (ppm) 4,08

Fe (ppm) 44,85

Zn (ppm) 4,05

pH 9,40

Keterangan : Hasil Analisis di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB (2011)

Prosedur

Pembuatan Ransum. Bahan baku ditimbang sesuai dengan formula ransum.

Asam fulvat dicampurkan pada bahan yang tidak mudah menggumpal yakni

bungkil kelapa. Setelah pencampuran asam fulvat homogen dicampur dengan

bahan baku yang lain. Selanjutnya ransum dimasukkan ke dalam mesin pelleter

untuk pencetakkan pellet. Setelah pendinginan pellet, pellet dimasukkan ke dalam

mesin crumble. Ransum yang telah selesai dibuat selanjutnya dianalisis

kandungan nutrisinya dengan analisis proksimat, analisis Energi Bruto, serta

analisis Ca dan P.

Persiapan Kandang. Kandang dibuat bersekat berjumlah 25 dengan masing-

masing sekat berukuran 1 m x 1,5 m. Sebelum digunakan kandang dibersihkan,

dikapur dan disemprot dengan desinfektan. Sekam ditaburkan sebagai litter

setinggi 5 cm dari lantai dan disemprot menggunakan desinfektan ke seluruh

bagian ruangan. Setiap sekat dilengkapi dengan tempat pakan, tempat air minum,

18  

lampu pijar 100 watt dan brooder, serta pemasangan tirai di sekeliling kandang.

Kandang diistirahatkan sebelum ayam masuk.

Pemeliharaan Ayam. Masing-masing sekat diisi dengan 15 ekor ayam broiler.

Pemeliharaan ayam broiler dilakukan selama lima minggu. Sebelum ayam

mendapat perlakuan dilakukan penimbangan bobot badan awal, pemasangan

wingband, serta pemberian air gula. Kebutuhan pakan untuk per minggu telah

disiapkan dan disimpan dalam plastik berlabel. Pakan dan air minum diberikan

secara ad libitum. Pemberian pakan pada minggu pertama dilakukan setiap tiga

jam sekali beserta pemisahan benda asing dari pakan, sedangkan pada minggu

selanjutnya pemberian pakan dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Pemberian

air minum dilakukan setiap pagi dan sore hari. Pencatatan suhu dan kelembaban

kandang dilakukan pada jam 07.00, 14.00, dan 17.00. Pada setiap minggu

dilakukan penimbangan konsumsi dan sisa pakan serta penimbangan ayam per

ekor untuk mengetahui bobot badan dan pertambahan bobot badan.

Rancangan dan Analisis Data

Perlakuan

Ransum perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :

R1 : ransum kontrol (tanpa penambahan asal fulvat)

R2 : ransum dengan penambahan asam fulvat 0,25%

R3 : ransum dengan penambahan asam fulvat 0,50%

R4 : ransum dengan penambahan asam fulvat 0,75%

R5 : ransum dengan penambahan asam fulvat 1,0%

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Model

matematika dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut:

19  

Yij = µ + +

Keterangan :

Y : nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ : nilai rataan umum

: efek perlakuan ke-i

: galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (Anova) dan

dilakukan uji Duncan terhadap data yang berbeda nyata (Steel dan Torrie, 1993).

Peubah yang Diamati

Konsumsi ransum. Konsumsi ransum rataan per ekor per minggu dihitung dari

selisih antara jumlah ransum yang diberikan selama tujuh hari dengan sisa

ransum. Perhitungan sisa ransum dilakukan dengan memisahkan ekskreta dan

sekam (benda asing) dari sisa ransum.

Bobot Badan Akhir. Bobot badan akhir adalah bobot badan ayam yang

ditimbang pada minggu terakhir setelah lima minggu pemeliharaan sebelum ayam

dipanen.

Pertambahan Bobot Badan (PBB). Penimbangan bobot badan pertama saat

DOC datang dengan dilakukan satu per satu untuk mengetahui bobot badan DOC

rata-rata. Bobot badan awal didapat pada saat penimbangan sebelum perlakuan.

Penimbangan selanjutnya dilakukan setiap minggu. Perhitungan pertambahan

bobot badan dihitung dengan cara penimbangan bobot badan per ekor pada akhir

minggu dikurangi bobot badan per ekor dari minggu sebelumnya. Perhitungan

PBB dilakukan tujuh hari sekali.

Konversi Ransum. Konversi ransum diperoleh dari perbandingan jumlah

konsumsi ransum rataan dengan pertambahan bobot badan (feed/gain) setiap

minggu selama penelitian.

Mortalitas. Mortalitas dihitung berdasarkan jumlah ayam yang mati selama

penelitian berlangsung dibagi dengan jumlah ayam awal penelitian dikalikan

dengan 100%. Pengamatan dilakukan setiap hari. Ketika terdapat ayam yang mati

20  

maka dicatat bobot mati, bobot ayam yang hidup dalam perlakuan tersebut serta

sisa pakan perlakuannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Ransum

Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan

Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari)

dan periode finisher (19-35 hari). Kandungan protein pada periode starter dan

finisher adalah 21,57% dan 19,99% dengan kandungan energi pada periode

starter dan finisher adalah 4113 kkal/kg dan 4413 kkal/kg. Kandungan protein

dan energi ransum tersebut sesuai dengan standar kandungan nutrien ransum

ayam broiler periode starter dan finisher yang telah ditetapkan oleh SNI, yakni

kandungan protein dan energi periode starter adalah minimal 19% dan 2900

kkal/kg (SNI, 2006a) serta kandungan protein dan energi periode finisher adalah

minimal 18% dan 2900 kkal/kg (SNI, 2006b). Selain itu, kadar air yang

terkandung dalam ransum juga berada dalam kisaran normal kadar air ransum

yang telah ditetapkan oleh SNI, yakni periode starter 11,94% dan periode finisher

6,67 % dimana kadar air ransum menurut SNI adalah maksimal 14% (SNI, 2006a

dan SNI, 2006b).

Suhu dan Kelembaban Kandang

Suhu dan kelembaban kandang penelitian dicatat setiap hari pada pagi hari

(07.00 WIB), siang hari (14.00 WIB) dan sore hari (17.00 WIB) selama lima

minggu. Rataan suhu dan kelembaban kandang disajikan pada Gambar 3 dan

Gambar 4.

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5

Suhu

 (°C)

Minggu ke‐

pagi

siang

sore

Gambar 3. Rataan Suhu Kandang Selama Penelitian

21  

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4 5

Kelemba

ban (%

)

Minggu ke‐

pagi

siang

sore

Gambar 4. Rataan Kelembaban Kandang Selama Penelitian

Umumnya pada anak ayam umur 1-2 minggu memerlukan suhu

lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan ayam broiler umur lebih dari tiga

minggu. Pada minggu 1-2 suhu lingkungan telah sesuai dengan suhu kandang

yang dibutuhkan oleh anak ayam yakni 29-32 ºC (Charoen Pokphand, 2011).

Sedangkan pada ayam broiler umur 3-5 minggu suhu kandang berfluktuatif

dimana pada pagi hari 25,2 ºC, siang hari 30,77 ºC dan pada sore hari 27,4 ºC.

Suhu yang berfluktuatif tidak sesuai dengan suhu kandang yang dibutuhkan ayam

broiler pada usia 3-5 minggu yakni 23-28 ºC (Charoen Pokphand, 2011).

Pengaruh Perlakuan terhadap Performa Ayam Broiler

Rataan konsumsi ransum, bobot badan awal, bobot badan akhir,

pertambahan bobot badan, konversi ransum dan mortalitas ayam broiler setelah

lima minggu pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 11.

Konsumsi Ransum

Rataan konsumsi ransum ayam broiler selama lima minggu pemeliharaan

berkisar antara 2605 sampai 2718 gram/ekor. Konsumsi ransum ayam broiler

pada penelitian ini lebih rendah dari standar konsumsi ransum ayam broiler strain

CP 707 yang dipelihara pada suhu 19–27 ºC selama lima minggu yaitu 3297

gram/ekor (Charoen Pokphand, 2011). Lebih rendahnya konsumsi ransum

penelitian dari standar diduga karena perbedaan ransum yang digunakan serta

lingkungan pemeliharaan yang berbeda.

22  

23  

Tabel 11. Rataan Konsumsi Ransum, Bobot Badan Awal, Bobot Badan Akhir, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Ransum, dan Mortalitas Selama Penelitian

Peubah R0 R1 R2 R3 R4

Konsumsi ransum (gram/ekor)

2718±86,25 2605±130,36 2620±65,18 2650±86,42 2675±77,24

Bobot badan awal (gram/ekor)

48 ± 2,44 47 ± 2,38 48 ± 2,68 48± 1,95 50 ± 1,00

Bobot badan akhir (gram/ekor)

1521±90,67 1468±106,04 1474±22,26 1490±70,43 1481±35,04

Pertambahan bobot badan (gram/ekor)

1473±91,38 1421±107,96 1427±23,59 1442±70,09 1431±34,18

Konversi ransum (gram/ekor)

1,85 ± 0,10 1,84 ± 0,05 1,84 ± 0,04 1,84 ± 0,04 1,87 ± 0,04

Mortalitas (ekor)

8 (2,13%) 3 (0,8%) 1 (0,27%) 6 (1,6%) 7 (1,9%)

Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA), R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan asam fulvat dalam

ransum tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap konsumsi ransum

(P>0,05). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyati

(2006) dimana penambahan asam fulvat dalam air minum mampu meningkatkan

kinerja ayam pedaging, bobot hidup dan rasio konversi ransum. Perbedaan ini

diduga akibat perbedaan media pemberian asam fulvat serta perbedaan asam

fulvat yang digunakan. Rataan konsumsi ransum ayam broiler setiap minggu

selama pemeliharaan disajikan pada Gambar 5.

Konsumsi ransum ayam broiler meningkat pada setiap minggunya selama

pemeliharaan. Namun, pada minggu ke-lima konsumsi ransum ayam broiler tidak

mengalami kenaikan yang signifikan dan bahkan konsumsi ransum ayam broiler

pada perlakuan R2 mengalami penurunan. Penurunan konsumsi ransum ini diduga

Gambar 5. Rataan Konsumsi Ransum Ayam Broiler Selama Penelitian

0100200300400500600700800900

1000

1 2 3 4 5

Konsum

si Ran

sum (g/eko

r)

Minggu ke‐

R0 

R1 

R2 

R3 

R4 

Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA), R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)

akibat tingginya suhu kandang pada minggu ke-lima. Suhu kandang pada minggu

ke-lima berkisar antara 24,9 – 30,5 ºC, sedangkan suhu kandang optimum yang

baik untuk broiler pada minggu ke-lima adalah 23 ºC (Charoen Pokphand, 2011).

Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan naiknya suhu tubuh ayam. Emmans

dan Charles (1977) memperkirakan penurunan konsumsi ransum adalah 1,5%

setiap 1 ºC kenaikan suhu lingkungan di atas 18 ºC pada ayam di daerah tropis.

Penurunan konsumsi ransum antara lain disebabkan oleh meningkatnya konsumsi

air minum yang digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat lingkungan

yang bertambah panas.

Selain karena suhu lingkungan yang relatif tinggi, faktor lain yang

menyebabkan konsumsi ransum yang lebih rendah adalah manajemen

pemeliharaan. Manajemen pemeliharaan yang kurang baik menyebabkan

lingkungan yang kurang nyaman bagi ayam broiler dan menurunnya performa

ayam broiler. Dalam penelitian ini penimbangan ayam broiler per ekor yang

dilakukan setiap minggu dan banyaknya aktivitas manusia di lingkungan sekitar

kandang menyebabkan lingkungan yang kurang nyaman dan berdampak pada

menurunnya konsumsi ransum yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap

performa ayam broiler.

24  

Bobot Badan Akhir

1521

1468 14741490 1481

1400

1450

1500

1550

R0 R1 R2 R3 R4

Gambar 6. Rataan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler Selama Penelitian Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA),

R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)

Rataan bobot badan akhir ayam broiler selama lima minggu pemeliharaan

berkisar antara 1468–1521 gram/ekor. Bobot badan akhir tertinggi dicapai oleh

perlakuan R0 yakni sebesar 1521 gram/ekor. Hasil ini didukung dengan konsumsi

ransum perlakuan R0 (kontrol) tertinggi dibanding dengan konsumsi ransum

perlakuan yang lain. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan asam

fulvat dalam ransum tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap bobot

badan akhir ayam broiler (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa asam fulvat tidak

mengganggu proses pertumbuhan ayam broiler. Karaoglu et al. (2004)

menyampaikan bahwa suplementasi asam humat dalam ransum hingga 0,30%

tidak mempengaruhi bobot badan akhir ayam broiler.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan (PBB) merupakan salah satu cara yang dapat

digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan seekor ternak. Menurut Tillman et

al. (1991), pertambahan bobot badan diperoleh melalui pengukuran kenaikan

bobot badan dengan melakukan penimbangan ayam broiler secara berulang-ulang

dalam kurun waktu tiap hari, tiap minggu atau tiap bulan. Dalam penelitian ini

penimbangan ayam broiler per ekor dilakukan setiap minggu.

25  

0

100

200

300

400

500

1 2 3 4 5

Pertam

baha

n Bo

bot B

adan

(g/eko

r)

Minggu ke-

R0

R1

R2

R3

R4

Gambar 7. Rataan PBB Ayam Broiler Selama Penelitian Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA), R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan ayam

broiler pada perlakuan yang diberi penambahan asam fulvat dalam ransum tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol (P>0,05).

Kocabagli et al. (2002), Karaoglu et al. (2004) dan Yalcin et al. (2005) telah

melaporkan bahwa penambahan humat sebesar 0,1%-0,25% tidak mempengaruhi

pertambahan bobot badan ayam broiler.

Konversi Ransum

Rataan nilai konversi ransum yang diperoleh selama lima minggu

pemeliharaan adalah 1,85 (R0); 1,84 (R1); 1,84 (R2); 1,84 (R3); 1,87 (R4). Nilai

konversi ransum ayam broiler yang dipelihara selama lima minggu dalam

penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai konversi ransum ayam

broiler strain CP 707 yang dipelihara selama lima minggu yaitu 1,61 (Charoen

Pokphand, 2011). Tingginya nilai konversi ransum diduga akibat tingginya

mortalitas yang disebabkan oleh serangan penyakit dan tingginya suhu lingkungan

selama penelitian sehingga mempengaruhi konsumsi ransum.

26  

00.30.60.91.21.51.82.12.42.7

1 2 3 4 5

Kon

vers

i Ran

sum

Minggu ke-

R0

R1

R2

R3

R4

Gambar 8. Rataan Konversi Ransum Ayam Broiler Selama Penelitian Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA),

R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)

Berdasarkan hasil analisa ragam menunjukkan bahwa penambahan asam

fulvat dalam ransum ayam broiler tidak menunjukkan hasil yang berbeda terhadap

konversi ransum (P>0,05). Gambar 7 dapat dilihat bahwa angka konversi ransum

meningkat pada setiap minggunya. Faktor utama yang mempengaruhi konversi

ransum adalah temperatur, kualitas ransum, kualitas air, pengafkiran, penyakit,

manajemen pemeliharaan dan juga faktor pemberian ransum, penerangan dan

faktor sosial (Anggorodi, 1979).

Mortalitas

Laju mortalitas atau mortality rate didapatkan berdasarkan perbandingan

antara jumlah ayam yang mati selama pemeliharaan dengan total ayam yang

dipelihara (Bell dan Weaver, 2002). Mortalitas selama lima minggu pemeliharan

berjumlah 25 ekor (6,67%) dengan mortalitas tertinggi terjadi pada perlakuan

tanpa penambahan asam fulvat (R0) yakni sebanyak 8 ekor (2,13%) dan

mortalitas terendah pada perlakuan dengan penambahan asam fulvat 0,50% (R2)

sebanyak 1 ekor (0,27%).

Bell dan Weaver (1990) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi mortalitas pada ayam adalah bobot badan, bangsa ternak, tipe

ayam, iklim, kebersihan lingkungan dan penyakit. Puncak mortalitas ayam broiler

selama pemeliharaan terjadi pada minggu ke-lima. Pada periode finisher (3-5

minggu) mortalitas lebih tinggi dibandingkan dengan periode starter (0-3

27  

28  

minggu). Demikian didukung oleh Bell dan Weaver (2002) bahwa angka

mortalitas dipengaruhi oleh umur, dimana ayam broiler umur lima hingga delapan

minggu memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dibandingkan umur dua hingga

empat minggu. Mortalitas yang tinggi pada minggu ke-lima juga diduga

diakibatkan karena kekebalan tubuh yang rendah. Pada periode ayam berumur

lebih dari tiga minggu merupakan periode dimana peluang terjadinya kematian

lebih tinggi karena pada periode tersebut antibodi bawaan telah berkurang

(Amrullah, 2003).

Kekebalan tubuh yang rendah pada minggu ke-lima diduga diakibatkan

karena bobot badan yang tinggi pada minggu tersebut dan tingginya suhu

lingkungan. Pada minggu ke-lima suhu kandang berkisar antara 24,9-30,5 ºC.

Ayam broiler kurang toleran terhadap suhu lingkungan yang tinggi, terutama

setelah ayam berumur lebih dari tiga minggu (Gunawan dan Sihombing, 2004).

Pada ayam broiler yang berumur di atas tiga minggu, keadaan suhu lingkungan

optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 20-25 ºC dengan kelembaban

berkisar antara 50%-70% (Borges et al., 2004). Sedangkan di Indonesia yang

merupakan negara tropis mempunyai suhu dan kelembaban lingkungan harian

yang tinggi, dimana suhu mencapai 27,7-34,6 ºC dan kelembaban antara 55,8%-

86,6% (Badan Pusat Statistik, 2003). Peningkatan suhu lingkungan juga dapat

diakibatkan karena kepadatan kandang yang tinggi (Jahja, 2000) dan kecepatan

laju pertumbuhan (Bonnet et al., 1997). Peningkatan kepadatan kandang didukung

dengan tingginya bobot badan pada minggu ke-lima atau minggu akhir

pemeliharaan. Peningkatan suhu kandang mendukung terjadinya cekaman panas

(heat stres).

Cekaman panas (heat stres) terjadi akibat ketidakseimbangan antara

jumlah panas yang dilepaskan dari tubuh ke lingkungan dengan jumlah panas

yang dihasilkan tubuh sehingga terjadi perubahan fisiologis dan metabolisme

dalam upaya mempertahankan diri dengan pengembangan sistem homeostasis

yang ada. Cekaman panas berdampak pada terganggunya pembentukan sel-sel

darah putih serta terjadinya pelepasan glukokortikoid yang dapat mengganggu

kekebalan (imunitas) tubuh (Sugito, 2007). Cekaman panas yang berdampak pada

menurunnya kekebalan tubuh akibat terganggunya fungsi kerja hati dan ginjal

29  

yang mengakibatkan semakin beratnya ginjal dan hati bekerja dalam detoksifikasi

(Aengwanich dan Simaraks, 2004). Mortalitas yang terjadi dalam penelitian ini

diduga disebabkan oleh Sudden Death Syndroem (SDS) dan gangguan pernafasan

(Chronic Respiratory Disease / CRD).

Sudden Death Syndrome ditunjukkan dengan gejala ayam mati dengan

posisi punggung di bawah (Onowiwu et al., 1979) dan bobot badan mortalitas

yang tinggi. Demikian juga yang terjadi pada ayam broiler yang mati dalam

penelitian ini, dimana Sudden Death Syndrome (SDS) ditunjukkan dengan gejala

ayam mati mendadak dengan posisi punggung di bawah. SDS terjadi akibat ayam

mengalami gagal kerja jantung ketika terjadi cekaman panas akibat turunnya

tekanan darah (Tony, 2001). Selain itu, kepadatan kandang yang tinggi juga

meningkatkan resiko terinfeksi penyakit SDS (Bolton et al., 1972). Faktor-faktor

lain yang menyebabkan terjadinya Sudden Death Syndrome adalah kontinuitas

pencahayaan (Onowiwu et al., 1979), penyimpangan kandungan kalsium dan

fosfor dalam pakan (Scheideler et al., 1995), dan frekuensi makan (Bowes dan

Julian, 1988). Selain disebabkan oleh SDS, mortalitas ayam broiler dalam

penelitian ini juga disebabkan karena Chronic Respiratory Disease (CRD).

Mortalitas akibat Chronic Respiratory Disease (CRD) dicirikan dengan

adanya kesulitan bernafas seperti bersin dan nafas yang bersuara atau mengorok

(Bell dan Weaver, 2002). Dalam penelitian ini, CRD ditunjukkan dengan

terdengarnya ayam yang bersuara atau mengorok. Chronic Respiratory Disease

disebabkan karena infeksi dari bakteri Mycoplasma gallisepticum yang

menyerang saluran pernafasan di bagian kantong udara. Menurut Amer et al.

(2009), pemeliharaan ayam broiler dalam kandang dengan kepadatan tinggi dan

sirkulasi udara yang kurang baik dapat menyebabkan ayam broiler terinfeksi

bakteri Mycoplasma gallisepticum.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa cekaman panas

berdampak pada terganggunya pembentukan sel-sel darah putih (leukosit).

Leukosit merupakan sel darah yang memiliki inti sel dan memiliki kemampuan

gerak yang independen (Frandson, 1992). Leukosit berperan dalam merespon

kekebalan tubuh. Hasil penelitian Wulandari (2012) menunjukkan bahwa rataan

jumlah leukosit ayam broiler yang mendapat perlakuan suplementasi asam fulvat

30  

0,25-1% dalam ransum berkisar antara 17,2-21,20 x 103/mm3 sedangkan

perlakuan tanpa suplementasi asam fulvat jumlah leukosit berada di bawah

kisaran normal yakni 9,12 x 103/mm3. Smith dan Mangkoewidjojo (1988)

menyatakan bahwa leukosit ayam broiler berkisar antara 16.000 – 40.000/mm3.

Jumlah leukosit yang lebih tinggi pada perlakuan dengan penambahan asam fulvat

menunjukkan bahwa perlakuan tersebut memiliki kekebalan tubuh yang lebih

baik. Selain dari jumlah leukosit, kekebalan tubuh ayam broiler dapat dilihat pada

bobot bursa fabrisius.

Bursa fabrisius merupakan salah satu organ limfoid primer yang fungsinya

sebagai tempat pendewasaan dan diferensiasi bagi sel dari sistem pembentukan

antibodi (Scanes et al., 2004). Wirapati (2008) melaporkan bahwa persentase

bobot bursa fabrisius ayam broiler umur lima minggu yaitu sekitar 0,04% - 0,12%

dari bobot hidup. Wulandari (2012) melaporkan bahwa bobot bursa fabrisius

ayam broiler yang mendapat tambahan asam fulvat 0,25% – 1% dalam ransum

relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pada perlakuan yang tidak mendapat

tambahan asam fulvat. Unggas yang mempunyai bobot relatif bursa fabrisius lebih

besar akan lebih tahan terhadap berbagai penyakit (Heckert et al., 2002).

Dengan demikian terlihat bahwa ayam broiler yang mendapat perlakuan

penambahan asam fulvat dalam ransum memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik

terhadap serangan penyakit dan stres yang ditunjukkan dengan jumlah leukosit

yang berada dalam kisaran normal, bobot bursa fabrisius yang lebih tinggi serta

mortalitas yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam broiler yang mendapat

perlakuan tanpa penambahan asam fulvat. Hal ini diduga karena asam fulvat yang

memiliki berat dan bentuk molekul yang sangat ringan dan kecil mampu masuk ke

dalam jaringan dan sel sehingga mampu membantu dalam proses pembentukan sel

darah putih serta karena asam fulvat mampu menyediakan elektrolit penting yang

dibutuhkan oleh tubuh (Senesi, 1990) sehingga asam fulvat mampu meningkatkan

kekebalan tubuh.

31  

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penambahan asam fulvat 0,25% – 1,0% dalam ransum tidak

mempengaruhi performa ayam broiler, akan tetapi mampu menurunkan

mortalitas. Penggunaan 0,50% merupakan taraf terbaik dalam menurunkan

mortalitas.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh dan

potensi asam fulvat melalui air minum terhadap performa dan imunitas ayam

broiler.

32  

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ke hadirat Allah SWT

atas segala rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada :

1) Dr. Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc, Agr. Sebagai pembimbing utama dan

pembimbing akademik untuk semua bimbingan, pengarahan dan sara-saran

yang sangat berharga dari tingkat awal hingga akhir, serta selama pelaksanaan

penelitian dan penulisan skripsi ini.

2) Dr. Ir. Sumiati, M.Sc. sebagai pembimbing anggota untuk semua bimbingan,

pengarahan dan saran-saran yang sangat berharga selama pelaksanaan

penelitian dan penulisan skripsi ini.

3) Ir. Widya Hermana, M.Si. sebagai dosen penguji seminar.

4) Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc dan Dr. Rudi Afnan, S.Pt, M.Sc, Agr. sebagai dosen

penguji sidang

5) Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan

kepada Penulis untuk menempuh pendidikan di IPB.

6) Bapak Herman Suriato selaku Direktur PT Novelvar, sebagai donatur

penelitian ini.

Terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada Ir. Lidy Herawati, MS., Ibu

Lanjarsih, Mas Mul, Pak Hadi, Pak Wardi, Pak Karya, Pak Abet, Kak Simau,

Maha, Dea, Ismail, Devide, Alfi, Anisah, Motika, Chiya, Rosi, Eka, Nisa’, Isma,

Luvi, Uun, Vaudhan, Ucok, Adi, Egun, teman-teman CSS Patriot 45, CSS MoRA

IPB dan INTP 45 atas doa, semangat dan perhatian yang tak terkira.

Ucapan terima kasih yang amat besar kepada Ayah, Ibu, enam kakak dan

tiga adik penulis tercinta atas dukungan, doa, semangat dan kasih sayang yang tak

pernah putus diberikan. Mungkin ada banyak pihak yang telah memberikan

bantuan dan dukungan selama penulisan skripsi ini namun tidak dapat disebutkan

satu per satu, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2012

Penulis

33  

DAFTAR PUSTAKA

Adams, C.A. 2000. The role of nutricines in health and total nutrition. Proc. Aust. Poult. Sci. Sym. 12: 17-24.

Aengwanich, W. & S. Simaraks. 2004. Pathology of heart, lung, liver and kidney in broilers under chronic heat stress. Songklanakarin J. Sci. Technol. 26: 417 – 424.

Amer, M. M., K. M. El-Bayomi, M. S. G. Zenab & A. E. A. Hanafei. 2009. Field study on control of Chronic Respiratory Disease in vertically infected broiler chicks. J. BS. Vet. Med. 19 (1): 27-33.

Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.

Anggorodi, R. 1979. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Appleby, M. C., J. A. Mench & B. O. Hughes. 2004. Poultry Behaviour and Welfare. CAB International, Wallingford.

Badan Pusat Statistik. 2003. Suhu dan Kelembaban Harian. Badan Pusat Statistik RI, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Populasi Ternak. Pusat Data dan Informasi Peternakan.http://www.bps.go.id/ [21 Desember 2011].

Bailey, C. A., K. E. White & S. L. Donke. 1996. Evaluation of menefee humate on the performance of broilers. Poult. Sci. 75:84.

Bell, D. D & W. D Weaver Jr. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5th Ed. Springer Science Business Media, Inc., New York.

Bolton, N. W., W. A. Dewar, R. M. Jones & R. Thomson. 1972. Effect of stocking density on performance of broiler chicks. Br. Poult. Sci. 13: 157-162.

Bonnet, S., P.A. Geraert, M. Lessire, M.B. Cerre & S. Guillumin. 1997. Effect of high ambient temperature on feed digesbility in broilers. Poultry Sci. 76:857-863.

Borges, S.A., F.A.V. Da Silva, A. Maiorka, D.M. Hooge & K.R. Cummings. 2004. Effects of diet and cyclic daily heat stress on electrolyte, nitrogen and water intake, excretion and retention by colostomized male broiler chickens. Int. J. Poult. Sci. 3(5):313 – 321.

Bowes, V. A. & R. J. Julian. 1986. Diagnosis of sudden death syndrome in broiler chickens. Proc. IV Int. Symp. Vet Lab Diag, Amsterdam. June 1986.

Bruzual, J. J., S. D. Peak, J. Brake & E. D. Pleebest. 2000. Effect of relative humidity during the last five days of incubation and brooding temperature

34  

on performance of broiler chicks from young broiler breeders. Poult. Sci. 79: 1385-1391.

Buffle, J. A. E. 1977. Les substance humiques et leurs interactions avec les ions mineraux. Conference Proceedings de la Commision d’Hydrologie Appliquee de A.G.H.T.M. l’University d’Orsay, 3-10.

Charoen Pokphand Indonesia. 2011. Manual Manajemen Broiler CP 707. PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk, Jakarta.

Emmans, G. C & D. R . Charles . 1977. Climatic environment and poultry feeding in practice . In : Nutrition and Climatic Environment . W. Haresign, H. Swan and D. Lewis (Eds .). Butterworth, London-Boston .

Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Frandson, R. D. 1992. Anatomy and Physiology of Farm Animals. Edisi ke-4. Terjemahan: D. Srigando and K. Praseno. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gibson, S. W., B. O. Hughes, S. Harvey & P. Dun. 1998. Plasma concentration of corticosterone and thyroid hormones in laying fowls from different housing systems. Br. Poult. Sci. 27: 621-628.

Ginting, N. 1988. Penyakit Ayam di Indonesia. Rekan Anda Setiawan. Jakarta.

Gunawan & D. T. H. Sihombing. 2004. Pengaruh suhu lingkungan tinggi terhadap kondisi fisiologis dan produktivitas ayam buras. BPTP Bengkulu dan Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Wartazoa 14 (1) : 31-38.

Heckert, R. A., I. Estevez, E. R. Cohen & R. P. Riley. 2002. Effects of density and perch availability on the immune status of broilers. Poultry Science. 81:451-457.

Herzig, I., M. Navratilova, P. Suchy, V. Vecerek, & J. Totusek. 2007. Model trial investigating retention in selected tissues using broiler chicken fed cadmium and humic acid. Journal of Veterinari Medicina. 52 (4): 162-168.

Islam, K. M. S., Scuhmacher, A., & Gropp, J. M. 2005. Humic acid substances in animal agriculture. Pakistan Journal of Nutrition. 4 (3): 126-134.

Jackson, W. R. 1997. Dynamic growing with humic acids for master gardeners. http://www.Unifiedsystems.com/fulvic.htm. 12 Maret 2012.

Jahja. 2000. Ayam Sehat Ayam Produktif. Petunjuk-petunjuk Beternak Ayam. Edisi ke-18. Medion Press, Bandung.

Karaoglu, M., M. Macit, N. Esenbuga, H. Durdag, O.C. Bilgi & L. Turgut. 2004. Effect of supplemental humate at different levels on growth performance, slaughter and carcass traits of broilers. Journal of Poultry Science. 3 (6): 406-410.

35  

Kartasudjana, R & E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Khristeva, L. A. & M. V. Luk Yaneko. 1962. Role of physiologically active substances in soil-humic acid, bitumens and vitamins B, C, P-PA and D in the life of plants their repelnishment. Soviet Soil Sciences.http://www.unifiedsystems.com/fulvic.htm. [18 Oktober 2012]

Kocabagli, N., M. Alp, N. Acar, & R. Kahraman, 2002. The effects of dietary humate supplementation on broiler growth and carcass yield. Poult. Sci. 81: 227-230.

Kompiang, I.P. & Supriyati. 2007. Effect of humic acid on performance of broiler chicken. JITV 12 (1): 6-9.

Kompiang, I. P., D. Zaenuddin & Supriyati. 2002. Pengaruh suplementasi Bacillus apiarius atau Torulaspora delbrueckii terhadap penampilan ayam pedaging. JITV 7: 139-143.

Kononova, M. M. 1966. Soil Organic Matter. Pergamon, London.

Kususiyah. 1992. Pengaruh penggunaan zeolit dalam litter terhadap kualitas lingkungan kandang dan performans broiler pada kepadatan kandang yang berbeda. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Leeson, S. & J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd. University Book. Guelp, Ontario.

Lehninger, L. A. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Terjemahan: Maggy Thenawidjaja. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Lu, Q., J. Wen & H. Zhang. 2007. Effect of chronic heat exposure on fat deposition and meat quality in two genetic types of chicken. Poult. Sci. 86: 1059 – 1064.

Maynard, L. A., C. K. Loosli., H. F. Hints, & R. G. Warner. 1979. Animal Nutrition 6th. Mc. Graw-Hill Publishing Co.Ltd. New Delhi.

Mazia, C. M. 2009. Mengelola kandang dan peralatan ayam pedaging. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian.http://depdiknas.go.id/ternak_unggas/modul. [22 Maret 2012].

North. M.O. & D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edition Van Nostrad Rein Hold, New York.

Ononiwu, J. C., R. G. Thomson, H. C. Carlson, & R. J. Julian. 1979. Studies on the effect of lighting on sudden death syndrome in broiler chickens. Can. Vet. J. 20 : 74-77.

Prakash, A. 1971. Enhance and transport nutrients. Fertility of the sea.http://www.unifiedsystems.com/fulvic.htm. [18 Oktober 2012]

36  

Rashid, M. A. 1985. Mineral complexes in fulvic may serve as electrodes. Geochemistry of marine humic substance. http://www.unifiedsystems.com/fulvic.htm. [18 Oktober 2012]

Robert, H. 2001. Humic substance promote exceptional health in livestock. http://www.fulvic.com/healthalert/livestock2. htm. 12 Maret 2012.

Rose, S.P. 1997. Principle of Poultry Science. CAB International. New York.

Scanes, G. C., G. Brant & M. E. Ensminger. 2004. Poultry Science. 4th Edition. Pearson Education Inc., New Jersey.

Scheideler S. E., D. V. Rives, J. D. Garlich, & P. R. Ferket. 1995. The effect of Calsium and Phospor diet on broiler chickens performance and the incidence of sudden death syndrome. Poultry Science 74 (12) : 2011-8

Schnitzer, M & S. U. Khan. 1978. Humic Substance in teh Environment, Marcel Dekker, New York.

Senesi, N. 1990. Analytica Chimica Acts. http://www.unifiedsystems.com/fulvic. htm. [18 Oktober 2012]

Smith, J. B, & Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, pembiakan dan penggunaan hewan percobaan di daerah tropis. Universitas Indonesia. Gramedia, Jakarta.

Standar Nasional Indonesia. 2006a. [SNI 01-3930-2006] Pakan Anak Ayam Ras Pedaging (broiler starter). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Standar Nasional Indonesia. 2006b. [SNI 01-3931-2006] Pakan Ayam Ras Pedaging Masa Akhir (broiler finisher). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Edisi keempat. Terjemahan: M. Syah. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Stevenson, F. J. 1982. Humus Chemistry: Genesisi, Composition, Reactions. Willey Intersciense, New York.

Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. John Wiley and Sons. New York, USA.

Sudarso, Y & A. Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Cetakan IX. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudaryani, T & Santoso. 1995. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sufi, A. H. N. 2008. Performa ayam broiler yang mendapat ransum bersuplemen Cr organik dan dipelihara pada kepadatan kandang yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

37  

Sugito. 2007. Kajian penggunaan jaloh sebagai anti stres pada ayam broiler yang diberi cekaman panas. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Supriyati. 2006 . The effect of fulvic acid fraction on broiler chikens performance. Proc. The 4th International Seminar on Tropical Animal Science" Animal Production and Sustainable Agriculture in the Tropic" . Fac . Anim Sci . UGM, Nopember 8-9, 2006 . pp 643- 647.

Supriyati. 2007. Pengaruh prebiotik asam fulvat terhadap kandungan kolesterol dalam daging. Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII. Balai penelitian Ternak, Bogor.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono, & R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Bogor

Swenson, M. J. 1984. Physiological Properties and Cellular and Chemical Constituents of blood. Duke’s Physiology of Domestic Animals 10th

Edition. Cornell University Press, Ithaca and London.

Tan, K. H. 1982. Dasar-dasar Kimia Tanah. Terjemahan: D. H. Goenadi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Praworokusumo & S. Lebdosoekjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5. Gadjah Mada Univercity Press. Yogyakarta.

Tony, U. 2001. Titik Lemah Broiler Modern. Bulletin. PT Elanco. Jakarta.

Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wirapati, R. D. 2008. Efektivitas pemberian tepung kencur (Kaempferia galanga linn) pada ransum ayam broiler rendah energi dan protein terhadap performan ayam broiler, kadar kolestrol, persentase berat hati, dan bursa fabrisius. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Weber, J. 2008. Definition of soil organic matter. http://humintech.com/001/articles/article definition of soil organic matter4.html. [12 Agustus 2012]

Wulandari, M. 2012. Pengaruh pemberian asam fulvat dalam ransum terhadap bobot karkas, organ dalam dan kolesterol daging ayam broiler. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yalcin, S., Ergun, A., Erol, H., Yalcin, S. & Ozsoy, B., 2005. Use of L-carnitine and humate in laying quail diets. Acta Veterinaria Hungarica 53 (3) : 361-370.

38  

LAMPIRAN

 

 

 

 

39  

Lampiran 1. Mortalitas Ayam Broiler Selama Lima Minggu Pemeliharaan

Minggu ke- Perlakuan Jumlah (ekor)

R0 R1 R2 R3 R4

1 0 0 0 1 0 1

2 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0

4 0 1 0 1 0 2

5 8 2 1 4 7 22

Total 8 3 1 6 7 25

Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA), R2

(R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)

Lampiran 2. Suhu dan Kelembaban Kandang Selama Pemeliharaan

Hari ke- 07.00 14.00 17.00

Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban

1

2 28,2 75 32,1 52 34,5 54

3 29,4 76 36,8 48 31,8 71

4 29,3 74 33,2 51 29,6 76

5 27,6 77 32,7 55 28,2 76

6 27 69 33 54 27,8 74

7 27,1 76 33,5 57 29,1 72

8 27,3 79 33,2 55 31,7 64

9 28,2 76 33,9 55 33 68

10 31,9 68 32,5 57 29 75

11 26,7 85 30,1 71 29,3 72

12 30,8 66 31,8 62 25,9 86

13 25,8 88 31,2 64 25 93

14 24 88 32,5 55 26,4 91

15 25,9 89 31,9 58 25,9 92

16 24 87 30 72 25 92

40  

17 26,2 78 28 79 27,8 73

18 24 91 33,9 55 25,6 81

19 24,8 86 32,2 54 30 80

20 25,6 83 28 79 25,9 82

21 24,6 94 31,4 59 30,6 85

22 30,1 84 32 55 28,1 70

23 25,3 81 31,2 64 27,8 72

24 24,8 85 30,4 65 28 77

25 24,7 89 30,2 71 27,8 73

26 26,5 89 31,2 58 25,6 85

27 24,4 84 30,4 56 27,7 89

28 24,2 84 31,8 55 26,8 90

29 24,1 87 28,5 60 27,9 84

30 25 86 30 67 26,3 81

31 25 86 31 64 25 78

32 25,7 87 32,7 60 30 66

33 24,2 88 31,4 60 28,6 65

34 25,1 80 30,9 51 27,9 84

35 24,7 75 29 63 27 84

36 25,4 88

Keterangan : Suhu (ºC) dan Kelembaban (%)

41  

Lampiran 3. Rataan Bobot Badan Awal Ayam Broiler

Perlakuan Ulangan

Rataan 1 2 3 4 5

R0 49 50 45 45 50 47,8

R1 45 50 45 49 49 47,6

R2 48 45 51 46 50 48,0

R3 49 50 49 45 50 48,6

R4 49 51 49 50 51 50,0

Lampiran 4. Sidik Ragam Konsumsi Ransum 5 Minggu Pemeliharaan

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 40806,64 10201,66 1,211 0,337

Galat 20 168470,27 8423,51

Total 24 209276,90

Lampiran 5. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Pertama

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 59,87 14,97

Galat 20 199,04 9,95 1,504 0,24

Total 24 258,91

Lampiran 6. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Kedua

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 311,10 77,77 0,543 0,71

Galat 20 2863,97 1431,20

Total 24 3175,07

Lampiran 7. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Ketiga

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 6533,54 1633,38 1,64 0,20

Galat 20 19972,62 998,63

Total 24 26506,15

42  

Lampiran 8. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Keempat

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 15059,55 3764,89 1,65 0,20

Galat 20 45652,91 2282,64

Total 24 60712,46

Lampiran 9. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Kelima

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 28565,96 7141,49 2,80 0,054

Galat 20 50988,04 2549,40

Total 24 79554,00

Lampiran 10. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan 5 Minggu Pemeliharaaan

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 8847,44 2211,86 0,41 0,79

Galat 20 106856,00 5342,80

Total 24 115703,44

Lampiran 11. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Minggu Pertama

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 232,24 58,06 3,62 0,02*

Galat 20 320,80 16,04

Total 24 553,04

Keterangan : * = berbeda nyata (p<0,05)

Lampiran 12. Uji Jarak Duncan Pertambahan Bobot Badan Minggu Pertama

Perlakuan N

alpha = 0,05

1 2 3

5 5 83,20

4 5 85,40 85,40

Duncan 3 5 86,20 86,20 86,20

1 5 90,40 90,40

2 5 91,20

Sig. 0,276 0,75 0,75

43  

Lampiran 13. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Minggu Kedua

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 1808,96 452,24 3,47 0,026*

Galat 20 2602,80 130,14

Total 24 4411,76

Keterangan : * = berbeda nyata (p<0,05)

Lampiran 14. Uji Jarak Duncan Pertambahan Bobot Badan Minggu Kedua

Perlakuan N

alpha = 0,05

1 2

5 5 226,00

4 5 226,80

Duncan 1 5 240,80 240,80

3 5 244,00

2 5 245,60

Sig. 0,65 0,537

Lampiran 15. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Minggu Ketiga

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 2854,56 713,64 0,50 0,74

Galat 20 28678,80 1433,94

Total 24 31533,36

Lampiran 16. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Minggu Keempat

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 6853,84 1713,46 1,06 0,40

Galat 20 32406,40 1620,32

Total 24 39260,24

Lampiran 17. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Minggu Kelima

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 3760,96 940,24 0,71 0,60

Galat 20 26537,20 1326,86

Total 24 30298,16

44  

Lampiran 18. Sidik Ragam Konversi Ransum Selama Lima Minggu Pemeliharaan

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 0,003 0,001 0,253 0,90

Galat 20 0,068 0,003

Total 24 0,071

Lampiran 19. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Pertama

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 0,092 0,023 5,942 0,003*

Galat 20 0,078 0,04

Total 24 0,170

Keterangan : * = berbeda nyata (p<0,05)

Lampiran 20. Uji Jarak Duncan Konversi Ransum Minggu Pertama

Perlakuan N

alpha = 0,05

1 2 3

2 5 1,18

1 5 1,22 1,22

Duncan 3 5 1,30 1,30

4 5 1,33

5 5 1,34

Sig. 0,277 0,075 0,373

Lampiran 21. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Kedua

SK Db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 0,052 0,013 11,041 0,00*

Galat 20 0,022 0,001

Total 24 0,074

Keterangan : * = berbeda nyata (p<0,05)

45  

Lampiran 22. Uji Jarak Duncan Konversi Ransum Minggu Kedua

Perlakuan N

alpha = 0,05

1 2

2 5 1,35

1 5 1,36

Duncan 3 5 1,38

5 5 1,45

4 5 1,46

Sig. 0,16 0,52

Lampiran 23. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Ketiga

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 0,071 0,018 1,085 0,39

Galat 20 0,328 0,016

Total 24 0,400

Lampiran 24. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Keempat

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 0,003 0,001 0,185 0,94

Galat 20 0,081 0,004

Total 24 0,084

Lampiran 25. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Kelima

SK db JK KT F Sig.

Perlakuan 4 0,003 0,001 0,253 0,90

Galat 20 0,068 0,003

Total 24 0,071