PENGARUH PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TERHADAP...

download PENGARUH PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34713/2/REZKY... · untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar . Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

If you can't read please download the document

Transcript of PENGARUH PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TERHADAP...

PENGARUH PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TERHADAP

KUALITAS PENDIDIKAN

(STUDI EMPIRIS DI PONDOK PESANTREN MADINATUNNAJAH,

JOMBANG TANGERANG SELATAN)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun Oleh:

Rezky Fahman Ramadhani

1110018200079

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

i

ABSTRAK

Rezky Fahman Ramadhani, NIM: 1110018200079, Pengaruh Pembiayaan Pendidikan

Terhadap Kualitas Pendidikan di Pondok Pesantren Madinatunnajah. Skripsi. Jurusan

Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta September 2016

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya pengaruh antara pembiayaan

pendidikan terhadap kualitas pendidikan di Pondok Pesantren Madinatunnajah. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan instrumen utama

penelitian berupa angket serta didukung dengan studi dokumen dan wawancara untuk

memperoleh hasil penelitian yang optimal.

Sampel dalam penelitian ini adalah para guru Pondok Pesantren Madinatunnajah. Total

ada 50 guru Pondok Pesantren Madinatunnajah sebagai sampel. Metode analisis penelitian ini

menggunakan regresi linier sederhana.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan pendidikan secara simultan dan

signifikan tidak berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.

Kata kunci: Pembiayaan Pendidikan, Kualitas Pendidikan

ii

ABSTRACT

Rezky Fahman Ramadhani, nim: 1110018200079, Education Funding Influence on the

Quality of Education at boarding Madinatunnajah. Essay. Education Management

Department. Faculty Tarbiyah and Teaching. Syarif Hidayatullah State Islamic

University. Jakarta November 2016

This study aimed to analyze the influence of education financing on the quality of education

at boarding Madinatunnajah. The method used in this research is quantitative descriptive, the

main instrument of a questionnaire research and is supported by a study document to obtain

optimal research results.

The sample in this study is the teachers Pondok Pesantren Madinatunnajah. In total there

are 50 teachers Pondok Pesantren Madinatunnajah sample. This research analysis methods

using simple linear regression.

The results of this study indicate that the education funding simultaneously and do not

significantly affect the quality of education.

Keywords: Financing Education, Quality of Education

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, yang telah

menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka

bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia,

yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian

bagi seluruh alam.

Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan

dialami penulis, baik yang berkenaan dengan pengaturan waktu, pengumpulan data maupun

biaya yang tidak sedikit. Namun dengan kerja keras dan dukungan serta motivasi dari

berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asyari, M.Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus pembimbing

skripsi yang telah memberikan bimbingan, perhatian dan nasehat yang penulis

butuhkan selama pembuatan skripsi ini.

3. Dra. SalmanTumanggor, M.Pd. Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan

bimbingan selama penulis kuliah di Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Yusar Sagara, SE. M.Si. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan

bimbingan, perhatian dan nasehat yang penulis butuhkan selama pembuatan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah membimbing dan mendidik

penulis selama kuliah.

6. Ust. Syukron Jalaluddin, S.Thi. Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Madinatunnajah

beserta jajarannya dan guru-guru serta staf TU, yang telah memperkenankan penulis

iv

mengadakan penelitian dan membantu dalam pencarian data-data dan memberikan

arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Ibu dan Ayah tercinta, yang dengan bersusah payah telah mengasuh dan mendidik

penulis dan berjuang sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah. Semoga Allah

SWT selalu memberikan balasan atas kebaikan-kebaikan mereka terhadap penulis.

8. Sahabat-sahabat Jurusan Manajemen Pendidikan, khususnya kelas B 2010 (Yandri,

Ridwan, Agung, Abi, Barri, Badrus, Bowo, Alwan, Ramon, Faiz) terimakasih

Kebersamaan, semangat dan keceriaannya yang tak terlupakan.

9. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan

dan dukungannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua sepanjang

kehidupan kita. Amin.

Jakarta, 01 November 2016

REZKY FAHMAN RAMADHANI

v

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

Lembar Pengesahan Skripsi

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

Lembar Uji Referensi

Lembar Pengesahan Ujian Munaqasah

Lembar Pernyataan Karya Ilmiah

Lembar Pernyataan Karya Sendiri

ABSTRAK ............................................................................................................... i

Kata Pengantar ....................................................................................................... iii

Daftar Isi .................................................................................................................. v

Daftar Tabel ............................................................................................................. viii

Daftar Gambar ........................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ......................................................................................... 7

D. Perumusan Masalah ......................................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7

F. Manfaat Penelitian ........... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS .............................. 8

A. Deskripsi Teoritik ........................................................................................... 8

1. Pendidikan ................................................................................................... 8

2. Pembiayaan Pendidikan ............................................................................... 9

a. Pengertian Pembiayaan Pendidikan ....................................................... 9

b. Konsep Pembiayaan Pendidikan ............................................................ 10

c. Jenis Pembiayaan Pendidikan ................................................................ 11

d. Sumber Pembiayaan Pendidikan ............................................................ 12

3. Kualitas Pendidikan ................ ................................ 14

a. Pengertian Kualitas Pendidikan .............................................................. 14

b. Ciri-ciri Sekolah Berkualitas .................................................................. 15

vi

c. Standar Sekolah Berkualitas ................................................................... 17

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pendidikan ....................... 20

e. Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan ............................................... 23

B. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................................... 24

C. Kerangka Berpikir ........... ........ 27

1. Hubungan antara Pembiayaan Pendidikan dan Kualitas Pendidikan .......... 27

D. Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian. .......................... 30

B. Metode Penelitian. ................................................ 30

C. Populasi dan Sampel.. ............................... 31

1. Populasi ....................................................................................................... 31

2. Sampel ......................................................................................................... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 32

E. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 33

1. Statistik Deskriptif ....................................................................................... 33

2. Uji Kualitas Data ......................................................................................... 33

a. Uji Validitas ........................................................................................... 33

b. Uji Realibilitas ........................................................................................ 34

3. Uji Asumsi Klasik ....................................................................................... 34

a. Uji Normalitas ........................................................................................ 34

b. Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 34

F. Definisi Regresi.. ...................................... 35

G. Instrument Penelitian ........................................................................................ 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 38

A. Deskripsi Data ................................................................................................. 38

1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Madinatunnajah ....................... 38

2. Visi dan Misi Sekolah .................................................................................. 39

vii

3. Karakteristik Profil Responden .................................................................... 39

B. Hasil Uji Instrument Penelitian ....................................................................... 44

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................................................... 44

2. Hasil Uji Kualitas Data ................................................................................ 44

a. Hasil Uji Validitas ................................................................................... 44

b. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................... 48

3. Hasil Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 50

a. Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 50

b. Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 51

4. Hasil Uji Regresi ......................................................................................... 52

C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 55

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 55

B. Saran ................................................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 56

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... 58

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 59

viii

DAFTAR TABEL

HALAMAN

2.1 Perbandingan Penelitian Sekarang Dengan Sebelumnya .............................. 26

3.1 Kegiatan Penelitian ....................................................................................... 30

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ...................................................................... 37

4.1 Data Sampel Penelitian ................................................................................. 40

4.2 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................... 40

4.3 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Posisi Terakhir .......................................... 41

4.4 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Pendidikan Terakhir ................................. 42

4.5 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Usia .......................................................... 42

4.6 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Pengalaman Kerja .................................... 43

4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................................... 44

4.8 Hasil Uji Validitas Pembiayaan Pendidikan ................................................. 45

4.9 Hasil Uji Validitas Kualitas Pendidikan ....................................................... 46

4.10 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................. 49

4.11 Interpretasi Reliabilitas ............................................................................. 49

4.12 Hasil Uji Normalitas ................................................................................... 50

4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 51

4.15 Model Summary ......................................................................................... 52

4.16 Anova ........................................................................................................... 52

4.17 Coefficients ................................................................................................. 53

ix

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

2.1 Skema Kerangka Pikir ................................................................................ 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi

secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Dalam meningkatkan

kualitas manusia Indonesia, pemerintah tidak merupakan satu sistem yang

lepas dengan pihak swasta dan masyarakat. Hubungan yang tidak

terpisahkan dalam peranannya untuk meningkatkan pemerataan dan mutu

pendidikan.1

Sementara itu, pendidikan nasional kita dihadapi kepada masalah antara

lain peningkatan kualitas, pemerataaan kesempatan, keterbatasan anggaran

yang tersedia dan belum terpenuhi sumber daya dari masyarakat secara

profesional sesuai dengan prinsip pendidikan sebagai tanggung jawab

bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua.2

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang

secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.

Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS), yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan

pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Hal

ini penting terutama dalam rangka MBS, yang memberikan kewenangan

kepada sekolah untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana

sesuai dengan keperluan masing-masing sekolah karena pada umumnya

dunia pendidikan selalu di hadapkan pada keterbatasan dana.3

Pendidikan dalam operasionalnya tidak dapat lepas dari masalah biaya.

Biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan tidak

1 Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2000), hlm. 77

2 Ibid, hlm 78

3 E Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.

48

2

akan tampak hasilnya secara nyata dalam waktu yang singkat. Oleh karena

itu, uang yang dikeluarkan oleh pemerintah, masyarakat, maupun orang tua

(keluarga) untuk menghasilkan pendidikan bagi anaknya harus dipandang

sebagai investasi. Uang yang dikeluarkan dibidang pendidikan sebagai

bentuk investasi pada periode tertentu, dimasa yang akan datang harus dapat

menghasilkan keuntungan atau manfaat secara langsung terhadap kualitas

sekolah, terutama berkaitan dengan sarana dan prasarana. Banyak sekolah

yang tidak dapat melakukan kegiatan belajar mengajar secara optimal,

hanya karena masalah keuangan, baik untuk menggaji guru maupun untuk

mengadakan sarana dan prasarana pembelajaran. Dalam hal ini, maupun

tuntutan reformasi adalah pendidikan yang murah dan berkualitas, namun

pendidikan yang berkualitas senantiasa memerlukan dana yang cukup

banyak.4

Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting dalam

penyelenggaraan pendidikan. Dapat dikatakan bahwa proses pendidikan

tidak dapat berjalan tanpa adanya dukungan biaya.5 Biaya pendidikan dapat

berasal dari berbagai sumber diantaranya pemerintah pusat (APBN),

pemerintah daerah (APBD), sumbangan, swasta, dan orangtua siswa.

Besar kecilnya biaya pendidikan terutama pada tingkat satuan

pendidikan berhubugan dengan berbagai indikator kualitas pendidikan

seperti angka partisipasi, angka putus sekolah, tinggal kelas dan prestasi

belajar siswa. (Ditjen PUOD,1993, Triaswati dkk, 2005, Supriadi, 2002).

Oleh sebab itu dalam konteks pembiayaan pendidikan sangat penting.

Pemahaman dimaksud menentang dari hal-hal yang sifatnya mikro (satuan

pendidikan) hingga yang makro (nasional) antara lain meliputi sumber-

sumber pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya,

efektivitas dan efisiensi dalam penggunaannya dan akuntabilitas hasilnya

yang diukur dari perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatif yang terjadi

4 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal 193

5 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003), h. 3

3

pada semua tataran, khususnya di tingkat sekolah.6 Berkaitan dengan biaya

pendidikan, menurut Ace Suryadi (2004: 181) terdapat agenda kebijakan

yang perlu mendapat perhatian serius, yaitu:

1. Besarnya anggaran pendidikan yang di alokasikan (revenue).

2. Aspek keadilan dalam alokasi anggaran.

3. Aspek efisiensi dalam pendayagunaan anggaran, dan

4. Anggaran pendidikan dan desentralisasi penggelolaan.7

Madrasah merupakan lembaga kependidikan Islam yang menjadi

cermin sebagai umat Islam. Fungsi dan tugasnya adalah merealisasikan cita-

cita umat Islam yang menginginkan anak-anaknya dididik menjadi manusia

yang beriman dan berilmu pengetahuan.

Lembaga pendidikan dalam bentuk madrasah sudah ada sejak agama

Islam berkembang di Indonesia. Madrasah sudah tumbuh dan berkembang

di bawah dalam arti masyarakat (umat) yang didasari oleh rasa tanggung

jawab untuk menyampaikan ajaran Islam kepada generasi penerus8,

penyempurnaan dan peningkatan mutu pendidikan madrasah sejalan dengan

laju perkembangan dan aspirasi madrasah.

Madrasah pada umumnya swasta, berasal dari lingkungan masyarakat

yang belum beruntung. Strategi pemberdayaan madrasah tingkat dasar juga

di maksudkan sebagai bagian dari progam penuntasan wajar, yakni untuk

memberikan tempat bagi anak-anak usia pendidikan dasar untuk dapat

bersekolah. Program-program dalam upaya memberdayakan madrasah

tersebut terutama berupa fisik, pelatihan, biaya operasional, beasiswa dan

lain-lain.

Dari strategi pembangunan madrasah di atas, secara fisik barang kali

keberhasilannya lebih ditentukan kepada peran birokrat atau aparat

pemerintah, namun keberhasilan pendidikan secara berkualitas akan lebih

6 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Mengenah (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003), hlm. 7

7 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi-otonomi Implikasinya Terhadap

Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 27

8 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), hlm. 160

4

banyak tergantung pada peran guru-guru dan penyelenggara madrasah itu

sendiri, karena bagaimanapun bagusnya sekolah, canggihnya peralatan

penunjang pembelajaran yang tersedia, jika guru atau tenaga pengajarnya

tidak mampu, maka resiko kegagalan pun akan sangat tinggi.9

Untuk meningkatkan kualitas madrasah agar semua proses dan kegiatan

penyelenggaraan pendidikan untuk memenuhi harapan para stakeholdernya

membutuhkan pengelolaan biaya yang profesional baik dalam penggalian

sumber dana maupun pendistribusian dananya. Untuk itu madrasah

hendaknya memenuhi standar pembiayaan minimal.

Pembiayaan yang terdiri atas biaya investasi, biaya operasi dan biaya

personal. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,

pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan modal kerja tetap.

Adapun biaya personal mencakup biaya-biaya pendidikan yang harus

dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti kegiatan pembelajaran

secara teratur dan berkelajutan biaya operasi madrasah mencakup:

1. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang

melekat pada gaji.

2. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai.

3. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa,

telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,

transportasi, komunikasi, pajak, asurasi dan lain-lain.10

Manajemen keuangan sekolah atau madrasah merupakan bagian dari

kegiatan pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menuntut

kemampuan sekolah atau madrasah untuk merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi serta mempertanggung jawabkannya secara transparan.

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, manajemen keuangan

9 Abdul Rohman Sheleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004), hlm. 43

10

Khaeruddin dan Mahfrud Junaedi dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Konsep dan

Implementasinya di Madrasah (Yogyakarta: Nuansa aksara, 2007), hlm. 67

5

merupakan potensi yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen

pendidikan.11

Kebanyakan madrasah terutama swasta mengalami kesulitan dalam

sarana dan prasarana, keterbatasan jumlah tenaga kependidikan dan

kemampuan yang kurang memadai dalam memberikan imbalan kepada

tenaga kependidikannya. Banyak tenaga pendidikan yang menjalankan

tugas tidak sesuai dengan bidang keahlian dan pengalamannya di dunia

pendidikan akibat lebih jauh mutu pendidikan madrasah makin tertinggal.12

Salah satu yang menjadi indikasi ialah masalah pembiayaan di madrasah.

Dewasa ini kebanyakan masyarakat berpendapat bahwa untuk

mendapatkan pendidikan yang berkualitas baik harus mengelurkan biaya

yang tidak sedikit, sehingga banyak orang tua siswa yang rela mengeluarkan

banyak biaya demi pendidikan yang berkualitas untuk anaknya. Namun ada

juga sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa untuk mendapatkan

pendidikan yang berkualitas tidak harus dengan mengeluarkan biaya yang

banyak/mahal.

Pondok Pesantren Madinatunnajah memberikan tiga pilihan cara

pembiayaan pendidikan kepada seluruh santri nya sesuai tingkat

kemampuan ekonomi keluarga nya. Santri/siswa yang keluarga nya mampu

secara ekonomi dapat membiayai sesuai dengan ketentuan yang sudah

ditetapkan oleh pondok pesantren, santri/siswa yang keadaan ekonomi

keluarga kurang bisa memenuhi standar pembiayaan yang ditentukan oleh

pesantren dapat membayar nya setengah dari ketentuan yang sudah

ditetapkan pondok pesantren, dan santri/siswa yang keadaan ekonomi

keluarganya tidak mampu sama sekali pun dapat tetap bersekolah di pondok

pesantren, namun dengan keinginan yang sungguh-sungguh untuk belajar

dan dengan pengabdian yang dilakukan kepada pondok pesantren. Sehingga

11 E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan

KBK (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 194

12

Choirul Fuad Yusuf dkk, Potret Madrasah Dalam Media Massa (Jakarta: Puslitbang

Pendidikan Agama dan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI,

2006), hlm. 122

6

siapapun latar belakangan ekonomi dari para santri/siswa yang ingin belajar

di pondok pesantren madinatunnajah tetap bisa mendapatkan pendidikan

yang layak, tidak ada perbedaan dalam memperoleh pendidikan, semua

mendapat porsi pembelajaran yang sama sesuai dengan standar yang berlaku

di pondok pesantren madinatunnajah.

Pondok pesantren Madinatunnajah memfasilitasi para lulusannya agar

dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang tingkatnya lebih tinggi,

dengan bekerjasama dengan beberapa universitas baik di dalam maupun luar

negeri. Sehingga para lulusan dari pondok pesantren Madinatunnajah bisa

dengan mudah untuk melanjutkan jenjang pendidikannya ke universitas

yang mereka inginkan sesuai dengan rekomendasi dari pondok pesantren.

Pembiayaan yang memadai akan menjadi sesuatu yang paling mendasar

bagi keberhasilan pencapaian program pendidikan. Analisis pembiayaan

menunjukkan bahwa pendidikan dapat memberikan manfaat bagi individu,

sosial, dan institusional, karena pendidikan merupakan investasi bagi

pengembangan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan,

keterampilan sikap dan keahlian yang dibutuhan bagi pembangunan. Maka

dari itu semua manakah yang mempengaruhi kualitas pendidikan, apakah

dengan pembiayaan yang mahal, ataukah dengan pembiayaan yang murah

tapi dapat berkualitas?. Namun apakah benar pembiayaan pendidikan dapat

mempengaruhi kualitas pendidikan?

Berdasarkan uraian fenomena latar belakang di atas maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh

Pembiayaan Pendidikan terhadap Kualitas Pendidikan di Pondok

Pesantren (Ponpes) Madinatunnajah

B. Identifikasi Masalah

Sebelum memutuskan untuk melakukan penelitian terhadap judul di

atas ada beberapa masalah yang penulis identifikasi menjadi fokus

penelitian yaitu, adakah pengaruh pembiayaan pendidikan terhadap kualitas

pendidikan?

7

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang muncul ketika melakukan penelitian cukup banyak

dan pasti memerlukan waktu serta tenaga yang cukup banyak pula untuk

menyelesiakan penelitian tersebut. Maka untuk lebih terarahnya

pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis membatasi hanya pada masalah

pembiayaan pendidikan terhadap kualitas pendidikan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, Bagaimana pengaruh

pembiayaan pendidikan terhadap kualitas pendidikan di Pondok Pesantren

Madinatunnajah?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana pengaruh pembiayaan pendidikan terhadap kualitas

pendidikan di Pondok Pesantren Madinatunnajah?

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi

kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Berdasarkan identifikasi,

pembatasan, dan perumusan masalah maka ada beberapa manfaat dari

penelitian, yaitu:

1. Dalam aspek kelembagaan, hasil penelitian ini akan membantu

sekolah dalam pelaksanaan pembiayaan pendidikan.

2. Secara akademik, hasil penelitian ini akan menambah wawasan

mengenai pembiayaan pendidikan.

3. Secara praktis, hasil penelitian ini akan menambah perbendaharaan

kepustakaan bagi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya mengenai pembiayaan pendidikan.

4. Mengetahui upaya sekolah dalam pembiayaan pendidikan.

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Pengertian Pendidikan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, Pendidikan berasal

dari kata didik, Lalu kata ini mendapat awalan kata me sehingga

menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam

memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan

dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar pesserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.13

Menurut H. M. Arifin, pendidikan adalah usaha orang dewasa

secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian

serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan

formal maupun non formal.14

Adapun menurut Ahmad D. Marimba

adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama.15

Menurut Heri Jauhari Mukhtar dalam bukunya berjudul Fikih

Pendidikan pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan

manusia. Atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya

13 Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 thn. 2003 tentang sistem pendidikan

14

HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976)

hal. 12

15

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung : Al Maarif, 1989) hal. 19

9

untuk memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat

tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga dia

dapat melaksanakan tugasnya sebagai manusia. Pendidikan dapa

mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak baik

menjadi baik. Pendidikan dapat mengubah semuanya.16

Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dengan

mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang

diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan

dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara

artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain

atau dirinya sendiri.17

Menurut penulis pendidikan adalah suatu proses dari yang tidak

tahu menjadi tahu, pendidikan didapat dari masih bayi sampai liang

lahat. Pendidikan bukan hanya didapat melalaui bangku sekolah atau

pendidikan formal, namun disetiap langkah kita akan didapatkan suatu

pendidikan, misalnya dari pengalaman hidup seseoramg akan

mendapat pendidikan dimana seseorang akan belajar dari pengalaman

hidupnya.

2. Pembiayaan Pendidikan

a. Pengertian Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan pada dasarnya adalah menitikberatkan

upaya pendistribusian benefit pendidikan dan beban yang harus

ditanggung masyarakat. Biaya secara sederhana adalah sejumlah uang

yang dibelanjakan atau jasa pelayanan yang diserahkan pada siswa.

Pembiayaan pendidikan berhubungan dengan distribusi beban pajak

dalam berbagai jenis pajak, kelompok manusia serta metode

pengalihan pajak sekolah. Hal yang penting dalam pembiayaan

pendidikan adalah berupa besar uang yang harus dibelanjakan,

16 Heri Jauhari Mukhtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya,2005), hal. 123

17

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2003), hal. 13

10

darimana sumber uang diperoleh, dan kepada siapa uang harus

dibelanjakan.18

Pengertian lain dari pembiayaan pendidikan adalah bahwa

pembiayaan pendidikan merupakan jumlah uang yang dihasilkan dan

dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan

yang mencakup gaji guru, peningkatan profesional guru, pengadaan

sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan/mobile,

pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, alat tulis kantor (ATK),

kegiatan eksrakulikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan

supervisi pendidikan.19

Penjelasan diatas menggambarkan bahwa pembiayaan pendidikan

sesungguhnya adalah sebuah analisis terhadap sumber-sumber

pendapatan dan penggunaan biaya yang diperuntukan sebagai

pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditentukan.

b. Konsep Pembiayaan Pendidikan

Biaya merupakan suatu unsur yang menentukan dalam

mekanisme penganggaran. Penentuan biaya akan mempengaruhi

tingkat efesiensi dan efektivitas kegiatan dalam suatu organisasi yang

akan mencapai suatu tujuan tertentu. Kegiatan yang dilaksanakan

dengan biaya yang rendah dan hasilnya mempunyai kualitas yang baik

dapat dikatakan kegiatan tersebut dilaksanakan secara efektif dan

efisien.20

Investasi dalam pembiayaan pendidikan menyangkut pembiayaan

guru maupun pegawai, Proses Belajar Mengajar (PBM) dan Kegiatan

Belajar Mengajar (KBM), administrasi dan tata usaha, sarana dan

18 Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 77 19 Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 112

20 Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 81

11

prasarana, serta pembiayaan yang berkaitan dengan pemeliharaan

termasuk perawatan investaris dan sarana lainnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, satu hal yang merupakan konsep

penting dalam pembiayaan pendidikan adalah masalah biaya (cost)

pendidikan yang sangat diperlukan dalam penyelenggaraan

pendidikan. Biaya pada lembaga pendidikan biasanya meliputi :

1.) Direct cost dan indirect cost

Direct cost (biaya langsung) yaitu biaya yang langsung diproses

dalam produksi pendidikan dimana biaya pendidikan saat ini secara

langsung dapat meningkatkan mutu pendidikan. Biaya langsung

akan berpengaruh terhadap output pendidikan. Biaya langsung ini

meliputi gaji guru dan personil lainnya, pembelian buku, fasilitas

kegiatan belajar megajar, alat laboratorium, buku pelajaran, buku

perpustakaan, dll. Juga untuk pengajaran, biaya langsung harus

memenuhi unsursebagai berikut: inheren pada hasil, kuantitatif

dapat dihitung, tidak dapat dihindarkan, indirect dapat

melaksanakan pendidikan. Indirect cost (biaya tidak langsung)

meliputi biaya hidup, transportasi, dan biaya-biaya lainnya.

2.) Social cost dan private cost.

Social cost dapat dikatakan biaya publik, yaitu sejumlah biaya

sekolah yang harus dibayarkan oleh masyarakat.

Sedangkan private cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh

keluarga untuk membiayai sekolah anaknya, dan termasuk

didalamnya biaya kesempatan yang hilang.21

c. Jenis Pembiayaan Pendidikan

Kemampuan pembiayaan merupakan salah satu faktor kunci

keberhasilan praktek-praktek penyelenggaraan sekolah, baik yang

dikelola secara konvensional maupun berbasis Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS). Pemikiran paling optimis mengenai posisi biaya

21 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Revika Aditama, 2010), hal. 261

12

dikaitkan dengan kualitas pendidikan menggariskan bahwa biaya

merupakan fungsi mutu. Kata lainnya, hubungan antara pertambahan

biaya pendidikan dengan peningkatan kualitas pendidikan bersifat

linier. Pendapat semacam ini tentu masih harus dibuktikan

kebenarannya secara empiris. Bukan tidak mungkin dan memang

hampir dipastikan masih banyak faktor dominan lain yang dapat

mempengaruhi mutu kinerja sekolah, seperti kompetensi guru,

lingkungan belajar, tingkat social ekonomi orang tua, dan lain-lain.

Biaya pendidikan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu biaya

langsung dan biaya tidak langsung.

Biaya langsung yaitu semua pengeluaran yang secara langsung

menunjang penyelengaraan pendidikan. Biaya langsung yang

dimaksud pada hal ini yaitu dimensi pengeluaran pendidikan meliputi

biaya rutin dan biaya pembangunan.22

Sedangkan biaya tidak langsung yaitu pengeluaran yang secara

tidak langsung menunjang proses pendidikan, tetapi memungkinkan

proses pendidikan tersebut terjadi, misalnya biaya untuk hidup siswa,

transportasi, jajan dan kesehatan.

d. Sumber Pembiayaan Pendidikan

Pada tingkat sekolah (satuan pendidikan), biaya pendidikan

diperoleh dari subsidi pemerintah pusat, pemerintah daerah, iuran

siswa, dan sumbangan masyarakat. Sejauh tercatat dalam rencana

anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS), sebagian besar

biaya pendidikan di tingkat sekolah berasal dari pemerintah pusat,

sedangkan sekolah swasta berasal dari para siswa atau yayasan.23

Dalam dimensi sumber-sumber pembiayaan sekolah dapat

dibagi dalam 4 kategori besar, yaitu:

22 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 48 23 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 6

13

1.) Hasil penerimaan umum pemerintah, merupakan sumber yang

terpenting dalam pembiayaan pendidikan. Termasuk di

dalamnya adalah semua penerimaan pemerintah di semua

tingkat pemerintahan, baik pajak, bantuan luar negeri maupun

pinjaman pemerintah. Besarnya ditentukan oleh aparat

pemerintah ditingkat pusat atau daerah yang pertimbangannya

berdasarkan prioritas tertentu.

2.) Penerimaan khusus untuk pendidikan seperti bantuan atau

pinjaman luar negeri yang diperuntukkan untuk pendidikan,

seperti UNICEF, Unesco, pajak khusus yang hasilnya

seluruhnya atau sebagian diberikan untuk pendidikan.

3.) Uang sekolah atau iuran lainnya, yaitu pembayaran orangtua

murid secara langsung kepada sekolah berdasarkan

pertimbangan tertentu.

4.) Sumbangan sukarela seperti sumbangan perseorangan,

sumbangan masyarakat, dapat berupa uang tunai, barang atau

jasa serta segala usaha sekolah untuk mengumpulkan dana yang

sifatnya sukarela.

Untuk sekolah swasta, pemerintah juga memberikan bantuan,

dapat dalam bentuk (a) penempatan guru negeri yang dipekerjakan,

(b) bantuan khusus untuk pembangunan gedung dan peralatan serta

(c) uang rutin untuk kebutuhan rutin, bantuan ini mungkin berbentuk

sumbangan, bantuan atau subsidi. Sumbangan dapat diberikan secara

incidental guna menutup sebagian kecil kebutuhan rutin sedang

bantuan dapat diberikan berdasarkan jumlah murid, serta subsidi

diberikan untuk menutup semua pengeluaran rutin sekolah.24 Jadi

pendapatan madrasah selain bersumber berasal dari orang tua siswa

juga bersumber dari pemerintah, bantuan luar negeri dan sumbangan

sukarela.

24 Harbagan Siagin, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 113

14

3. Kualitas Pendidikan

a. Pengertian Kualitas Pendidikan

Pengertian kualitas pendidikan pada setiap jenjang dan jenis

pendidikan sampai saat ini belum digambarkan dengan jelas. Dengan

demikian sangat dipandang perlu ada suatu pengertian yang

operasional sebagai suatu pedoman dalam pengelolaan pendidikan.

Untuk sampai pada pengertian kualitas pendidikan, kita lihat terlebih

dahulu pengertian kualitas pendidikan.

Sebelum menjelaskan kualitas pendidikan terlebih dahulu akan

dijelaskan pengertian kualitas. Kualitas adalah gambaran dan

karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan

kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau

tersirat.25 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kualitas adalah

ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf atau derajat

(kepandaian, kecerdasan dan sebagainya), kualitas.26

Dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas mengacu pada

masukan, proses, maupun keluaran(hasilnya). Kualitas masukan dapat

dilihat dari beberapa sisi :

1) Kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia,

seperti kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa.

2) Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat

peraga, buku-buku, kurikulum, sarana prasarana sekolah, dan

lain-lain.

3) Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa

perangkat lunak, seperti peraturan, struktur organisasi dan

deskripsi kerja.

25 Suprapto, dkk, Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan (Jakarta : PT. Pena Citasatria, 2008), cet. 1, hal 20

26

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2005). Cet ke-3, hal. 768

15

4) Mutu masukan bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi,

motivasi, ketekunan, dan cita-cita.27

Namun pada hasil pendidikan, kualitas berkaitan dengan prestasi

yang dicapai sekolah dalam kurun waktu tertentu. Prestasi tersebut

dapat berupa hasil tes kemampuan akademik seperti ujian akhir

semester, raport, ujian nasional dan prestasi non akademik seperti

prestasi di bidang olahraga, seni dan ketrampilan.

b. Ciri-ciri Sekolah Berkualitas

Sekolah berkualitas adalah sekolah yang mampu mewujudkan

siswa-siswa yang berkualitas, yang sesuai dengan tujuan pendidikan

yaitu manusia yang cerdas, trampil, beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki kepribadian. Target tersebut

dapat dicapai oleh sekolah mana saja, bisa yang berada di kota

maupun di daerah pinggiran.28

Keberadaan kualitas suatu lembaga pendidikan adalah sifat-sifat

layanan yang diberikan yang menyamai atau melebihi harapan serta

kepuasan para pelanggannya, baik yang tersurat maupun yang tersirat.

Ini berarti lembaga itu harus memberi pelayanan kepada pihak-pihak

yang ada di dalam atau menjadi bagian dari sistem penyelenggaraan

pendidikan di lembaga itu, yaitu pengajar dan karyawan dan pihak-

pihak yang bukan menjadi bagian dari sistem penyelenggaraan

pendidikan itu (pelanggan eksternal), yaitu siswa, orang tua,

pemerintah dan masyarakat penyandang dana dan pemakai lulusan.29

Lembaga pendidikan berkualitas adalah lembaga pendidikan yang

mampu memberi layanan yang sesuai atau melebihi para harapan

guru, karyawan, siswa, penyandang dana (orang tua, masyarakat dan

pemerintah) dan pemakai lulusan (dunia kerja).

27 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. 3, h. 53

28

http://subagio-subagio.blogspot.com/2011/02/ciri-ciri-sekolah-bermutu.html

29

penjaminan mutu pendidikan (http://www.lpmpjabar.go.id)

16

Merujuk pada pemikiran Edward Sallis, Sudarman Danim

mengidentifikasikan 13 ciri-ciri sekolah bermutu, yaitu:

1) Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal

maupun eksternal.

2) Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang

muncul, dalam makna dan komitmen untuk bekerja secara benar

dari awal.

3) Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya.

4) Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik ditingkat

pimpinan, tenaga akademik maupun tenaga administratif.

5) Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhansebagai umpan

balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan permasalahan

sebagai instrument untuk berbuat benar pada peristiwa

berikutnya.

6) Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai

kualitas, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka

panjang.

7) Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan

semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung

jawabnya.

8) Sekolah mendorong yang dipandang memiliki kreatifitas, mampu

menciptakan kualitas, dan merangsang yang lainnya agar dapat

bekerja secara berkualitas.

9) Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang,

termasuk arah kerja secara vertical maupun horizontal.

10) Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.

11) Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah

tercapai sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih

lanjut.

12) Sekolah memandang kualitas sebagai integral dari budaya kerja.

17

13) Sekolah menetapkan peningkatan kualitas secara terus-menerus

sebagai suatu keharusan.30

c. Standar Sekolah Berkualitas

Di dalam PP no.19 tahun 2005 disebutkan bahwa pendidikan di

Indonesia menggunakan 8 standar yang menjadi acuan dalam

membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan. Standar Nasional

pendiidkan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di

seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Repiblik Indonesia, 8

standar yang menjadi kriteria minimal tersebut yaitu:

1) Standar Isi

Standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat

kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal

pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut

memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar,

kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.

2) Standar Proses

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kretifitas, dan kemandirian sesuai bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Selain itu, dalam proses pembelajaran peserta memberikan

keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan

proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian

hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk

terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

3) Standar Kompetensi Lulusan

30 Sudarman Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga

Akademik (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. 3, h. 55

18

Standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam

menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan

tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan

pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan

minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan

minimal mata pelajaran.

4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi

sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksud di atas adalah

tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang

pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian

yang relevan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini

meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian,

Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial. Pendidik meliputi

pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA,

SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK, satuan pendidikan Paket A,

Paket B, dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan

pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah,

pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga

kepustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok

belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.

5) Standar Sarana dan Prasarana

Setiap satuan pendidikan wajib memilliki sarana yang meliputi

perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber

belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

19

berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana

yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan

pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,

ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,

ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat

beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain

yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang

teratur dan berkelanjutan.

6) Standar Pengelolaan

Standar pengelolaan terdiri dari 3 bagian, yakni standar

pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh

Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah.

7) Standar Pembiayaan

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi,

dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi

biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber

daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya

pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa

mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Biaya operasi satuan pendidikan meliputi gaji pendidik dan tenaga

kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan

atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi

pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,

pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi,

konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

8) Standar Penilaian Pendidikan.

Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, Penilaian hasil

belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh

Pemerintah. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi

terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik dan Penilaian hasil

20

belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian pendidikan pada

jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh

masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin kualitas

pendidikan Nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

dan membnetuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP

19/2005 Pasal 4). Namun demikian dalam kenyatannya perhatian

dunia pendidikan akan kualitas merupakan hal yang baru jika

dibandingkan dengan dunia bisnis. Oleh karena itu kualitas dan

penjaminan kualitas dapat dipandang sebagai suatu inovasi dalam

pendidikan. Dalam hubungan ini sosialisasi menjadi hal yang penting

dalam mendukung keberhasilan implementasi penjaminan kualitas/

manajemen kualitas pendidikan.31

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pendidikan

Menurut laporan Bank Dunia yang dikutip oleh Jalal dan

Supriyadi, ada empat faktor yang diidentifikasikan menjadi

penghambat potensial mutu pendidikan di Indonesia, khususnya

pendidikan dasar. Penghambat tersebut sebagai berikut:

1) Kompleksitas pengorganisasian pendidikan dasar antara Depdiknas

(bertanggung jawab dalam hal ini materi pendidikan, evaluasi buku

teks dan kelayakan bahan-bahan ajar) dan Depdagri dalam bidang

(ketenagaan, sumber daya mineral, dan sumber daya lainnya).

2) Praktik manajemen yang sentralistik pada tingkat SMP,

pembiayaan dan perencanaan oleh pemerintah pusat yang

melibatkan banyak departemen.

3) Praktik penganggaran yang terpecah dan kaku. Kompleksitas

organisasi yang menyiapkan anggaran pembangunan menjadikan

rumitnya pengelolaan pendidikan dasar. Badan Pendidikan

31 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Revika Aditama, 2010), hal.233

21

Nasional (BAPPENAS), Departemen Pendidikan Nasional

(DEPDIKNAS), dan Depdagri, termasuk Departemen Agama

dalam menyiapkan anggaran pendidikan.

4) Manajemen sekolah yang tidak efektif. Sebagai pelaku utama,

kepala sekolah banyakyang kurang mampu melakukan peningkatan

mutu sekolahnya karna tidak dilengkapi dengan kemampuan

kepemimpinan dan manajerial yang baik. Pelatihan yang kurang

dan rekrutmen kepala sekolah yang belum didasarkan atas

kemampuan memimpin dan profesionalitas.32

Faktor yang menyebabkan mutu pendidikan rendah terletak pada

unsur-unsur dari sistem pendidikan itu sendiri, yakni saling tidak pada

faktor kurikulum, sumber daya ketenagaan, sarana prasarana,

manajemen sekolah, pembiayaan pendidikan, dan kepemimpinan

merupakan faktor yang dicermati.33

Disamping itu, faktor ekternal

berupa partisipasi politik rendah, ekonomi tak berpihak terhadap

pendidikan, sosial budaya, rendahnya pemanfaatan sains dan

teknologi, juga memepengaruhi mutu pendidikan.

Untuk menghasilkan mutu yang baik dalam penerapan konsep

manajemen berbasis sekolah menurut Fattah perlu diperhatikan aspek-

aspek mutu yang harus dikendalikan secara komperehensif, yaitu:

1) Karakteristik mutu pendidikan, baik input, proses, maupun output.

2) Pembiayaan (cost)

3) Metode atau delivery sistem penyampaian bahan/materi pelajaran

4) Pelayanan (service) kepada siswa dan orantua/masyarakat.

Kepala sekolah dan guru harus memahami konsep mutu dalam

pendidikan sebagaimana dikemukakan. Setidaknya kepala sekolah

harus menyusun visi, misi, strategi, dan tujuan sekolah dalam

32 Syarifudin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep, Strategi, dan Aplikasi, (Jakarta: Grasindo, 2002), Cet. 1, hal. 12

33 Syarifudin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep, Strategi, dan Aplikasi, (Jakarta: Grasindo, 2002), Cet. 1, hal. 14

22

menjangkau masa depan. Kewenangan dan pengawasan dalam

pelaksanaan pendidikan di sekolah terutama terhadap kurikulum yang

berbasis keperluan masyarakat adalah dimiliki sepenuhnya oleh

kepala sekolah dan guru-guru. Strategi, peningkatan mutu sekolah

dimulai dari perubahan manajemen sekolah yang operasional rutinitas

kepada manajemen berbasis sekolah. Intinya adalah pembaharuan

dalam konsep mutu, pembiayaan, metode dan pelayanan pendidikan

terhadap pelanggan baik kepada murid, guru, orangtua, masyarakat,

dan industri. Oleh karena itu disamping kepemimpinan yang kuat

diperlukan peran serta masyarakat untuk meningkatkan mutu

pendidikan sekolah.

Untuk melihat apakah mutu sekolah itu baik atau tidak, banyak

faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah tersebut,

penulis menuliskan faktor-faktor tersebut menjadi dua bagian, yaitu:

faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal dan eksternal sebagai berikut:

1) Faktor Internal:

- Gaya manajemen yang digunakan

- Nilai kerja guru dan karyawan

- Proses organisasi.

- Produk lulusan atau siswa.

- Sarana prasarana yang tersedia.

2) Faktor Eksternal:

- Persainagn antar sekolah.

- Permintaan konsumen dan kepercayaan masyarakat.

- Ketersediaan sumber-sumber.

- Sosial politik.34

Dari kedua faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan

disekolah tersebut diatas, sehingga penulis dapat mengambil

34 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE 1999) Cet. 2, hal. 63

23

kesimpulan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas

pendidikan adalah: gaya kepemimpinan sekolah, proses kegiatan

belajar mengajar, profesionalisme guru, sarana prasarana, kurikulum

yang digunakan siswa, biaya pendidikan yang diperoleh sekolah baik

dari iuran sekolah maupun dana pendidikan lainnya. Dari semua

faktor tersebut termasuk kedalam faktor internal.

Adapun faktor eksrternal yang dapat mempengaruhi mutu

pendidikan yaitu adanya dukungan dari masyarakat dan dukungan

orangtua wali murid serta adanya keinginan bersaing, itu akan

terwujud dan tercapai usaha dalam peningkatan mutu pendidikan di

sekolah.

e. Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang

terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia

itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber

daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama

telah dan terus berupaya mewujudkan amanah tersebut melalui

berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara

lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem

evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengadaan dan pengembangan

materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup

berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan

kualitas pendidikan kurang atau tidak berhasil. Pertama, strategi

pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented

(berorientasi pada masukan). Strategi yang demikian lebih bersandar

kepada asumsi bahwa bila mana semua input pendidikan telah

dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku(materi ajar) dan alat belajar

lainnya, penyedia sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga

24

pendidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan

(sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang berkualitas

sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang

diperkenalkan oleh teori education production function tidak

berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan

hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua,

pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro oriented diatur

oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang

diproyeksikan di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat

dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalah pendidikan,

sering kali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh

birokrasi pusat.35

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini:

Bidayatun Nimah pada tahun 2009 dengan judul Pengaruh Manajemen

Pembiayaan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, persamaan penelitian

dengan yang peneliti uji adalah menggunakan data yang dimiliki sekolah

dan menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggukan kuesioner,

perbedaan dalam penelitian ini adalah metode analisis yang digunakan

peneliti sekarang menggunakan regresi linear sederhana dan mengganti

variabel independen menjadi Pembiayaan Pendidikan.

Himmah Septania pada tahun 2011 dengan judul Implementasi Sistem

Pembiayan Pendidikan, persamaan penelitian dengan yang peneliti uji

adalah menggunakan data yang dimiliki sekolah dan menggunakan teknik

pengumpulan data dengan menggukan kuesioner, perbedaan dalam

35 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet.2,

hal.203-204

25

penelitian ini adalah metode analisis yang digunakan peneliti sekarang

menggunakan regresi linear sederhana.

Budi Kurniasari pada tahun 2012 dengan judul Implementasi Manajemen

Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, persamaan

penelitian dengan yang peneliti uji adalah menggunakan data yang dimiliki

sekolah dan menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggukan

kuesioner, perbedaan dalam penelitian ini adalah metode analisis yang

digunakan peneliti sekarang menggunakan regresi linear sederhana dan

mengganti variabel independen menjadi Pembiayaan Pendidikan.

Muhammad Fahri pada tahun 2013 dengan judul Kepemimpinan Kepala

Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, persamaan penelitian

dengan yang peneliti uji adalah menggunakan data yang dimiliki sekolah

dan menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggukan kuesioner,

perbedaan dalam penelitian ini adalah metode analisis yang digunakan

peneliti sekarang menggunakan regresi linear sederhana dan mengganti

variabel independen menjadi Pembiayaan Pendidikan.

26

Tabel 2.1

Perbandingan Penelitian Sekarang dengan Sebelumnya

No. Penelitian

(tahun)

Variabel Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Bidayatun

Nimah

(2009)

Independen:

Manajemen

Pembiayaan

Dependen:

Meningkatkan

Mutu

Pendidikan

Menggunakan

data yang dimiliki

sekolah

Menggunakan

teknik

pengumpulan data

dengan kuesioner

Metode analisis yang

digunakan

Penelitian sekarang

regresi

Mengganti variabel

independen

Manajemen

Pembiayaan

mempunyai pengaruh

signifikan terhadap

peningkatan mutu

pendidikan

2. Himmah

Septania

(2011)

Impelementasi

Sistem

Pembiayaan

Pendidikan

Menggunakan

data yang dimiliki

sekolah

Menggunakan

teknik

pengumpulan data

dengan kuesioner

Metode analisis yang

digunakan

Penelitian sekarang

regresi

Implementasi

Pembiayaan

pendidikan

mempunyai pengaruh

signifikan terhadap

kualitas pendidikan

3. Budi

Kurniasari

(2012)

Independen:

Implementasi

Manajemen

Berbasis

Sekolah

Dependen:

Meningkatkan

Mutu

Pendidikan

Menggunakan

data yang dimiliki

sekolah

Menggunakan

teknik

pengumpulan data

dengan kuesioner

Metode analisis yang

digunakan

Penelitian sekarang

regresi

Mengganti variabel

independen menjadi

pembiayaan

pendidikan

Implementasi

manajemen berbasis

sekolah berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas pendidikan

27

4. Muhammad

Fahri (2013)

Independen:

Kepemimpinan

kepala madrasah

Dependen:

Meningkatkan

mutu pendidikan

Menggunakan

data yang dimiliki

sekolah

Menggunakan

teknik

pengumpulan data

dengan kuesioner

Metode analisis yang

digunakan

Penelitian sekarang

regresi

Mengganti variabel

independen menjadi

pembiayaan

pendidikan

Kepemimpinan kepala

sekolah berpengaruh

signifikan terhadap

kualiatas pendidikan

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara Pembiayaan Pendidikan dan Kualitas Pendidikan

Dalam melakukan analisis keterkaitan antara pembiayaan pendidikan

dengan kualitas pendidikan terbagi menjadi beberapa dimensi. Pada

pembiayaan pendidikan dimensi yang terdapat di dalamnya yaitu direct

cost, indirect cost, social cost, dan private cost. Namun pada penelitian

ini peneliti membatasi pembahasannya hanya pada direct cost dan

indirect cost. Direct cost terdiri dari beberapa indikator, yaitu : gaji guru

dan personil lainnya, pembelian buku, fasilitas kegiatan belajar mengajar,

alat laboratorium, buku pelajaran, dan buku perpustakaan. Sedangkan

indirect cost terdiri dari beberapa indikator juga, yaitu: biaya hidup,

transportasi, dan kesehatan.

Pada kualitas pendidikan dimensi yang terdapat di dalamnya yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Dari berbagai dimensi itu terdapat

beberapa indikator penelitian yang peneliti ambil, yaitu: gaya manajemen

yang digunakan, nilai kinerja guru dan karyawan, proses organisasi,

produk lulusan atau prestasi siswa, sarana prasarana yang tersedia,

persaingan antar sekolah, permintaan konsumen dan kepercayaan

masyarakat, ketersediaan sumber-sumber, dan sosial politik.

Dengan demikian, diduga terdapat hubungan yang signifikan antara

pembiayaan pendidikan dan kualitas pendidikan. Dengan kata lain,

28

diduga semakin tinggi kualitas pembiayaan pendidikan, akan meningkat

pula kualitas pendidikan.

D. Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut

H1: Pembiayaan Pendidikan berpengaruh signifikan terhadap Kualitas

Pendidikan.

H0 : Pembiayaan Pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

Kualitas Pendidikan.

29

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Uhar Suharsaputra

KUALITAS PENDIDIKAN

Social Cost

&

Private Cost

Direct Cost &

Indirect Cost

E. Mulyasa

Direct Cost 1. Gaji guru dan

personil lainnya

2. Pembelian Buku 3. Fasilitas kegiatan

belajar mengajar

4. Alat laboratorium 5. Buku pelajaran

6. Buku perpustakaan

Indirect Cost 1. Biaya Hidup 2. Transportasi

3. Kesehatan

T. Hani Handoko

PEMBIAYAAN

PENDIDIKAN

Faktor

Eksternal

Faktor

Internal

1. Gaya manajemen yang digunakan

2. Nilai kerja guru dan karyawan

3. Proses organisasi 4. Produk lulusan

atau prestasi siswa

5. Sarana prasarana yang tersedia

1. Persaingan antar sekolah

2. Permintaan konsumen & kepercayan

masyarakat

3. Ketersediaan sumber-sumber

4. Sosial politik

KUALITAS

PENDIDIKAN

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren (Ponpes) Madinatunnajah,

Jombang-BSD no. 97, Ciputat-Tangerang Selatan, Banten. Sejak dari bulan

Oktober 2015.

Tabel 3.1

Kegiatan Peneliti

No. Kegiatan

Waktu

Oktober November

IV I II III IV

1 Observasi awal/pendahuluan

2 Penyusunan Kajian Teori

3 Penggalian Data Penelitian

4 Pengelolaan Data

5 Laporan Penelitian

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Suatu metode yang

bertujuan untuk menggambarkan suatu kegiatan atau keadaan tertentu yang

terlebih dahulu menganalisis kejadiannya, untuk kemudian dibandingkan

dengan teori yang ada.36

Dalam hal ini peneliti akan mengadakan observasi,

kuesioner, dan studi dokumen untuk mengumpulkan keterangan seluas-

luasnya mengenai hal tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metode merupakan

cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar

36 Nana Syaodih Sukamadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2006), cet. 2 H. 27

31

tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.37

Dalam penelitian yang

dilakukan ini digunakan pendekatan kuantitatif, alasannya dengan metode

ini akan didapatkan gambaran yang secara mendalam mengenai peristiwa

dan fakta yang ada, karena fokus penelitian ini ingin mengetahui secara

nyata tentang Pengaruh Pembiayaan Pendidikan Terhadap Kualitas

Pendidikan di Ponpes Madinatunnajah.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya38. Jadi

populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam

yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek

atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau

sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek lain. Dalam penelitian ini

populasinya adalah seluruh tenaga pendidik serta kependidikan yang

berada di sekolah ini (kepala sekolah, guru-guru, siswa, dan seluruh

warga sekolah).

2. Sampel

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut39

. Bila populasi besar dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel

itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu

sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative

(mewakili). Sampel pada penelitian ini adalah orang yang terlibat dalam

37 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). Cet ke-3, hal. 760

38

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm 117

39

ibid, hlm 118

32

proses pembiayaan pendidikan baik secara langsung maupun tidak

langsung di sekolah ini yaitu perwakilan guru-guru, tata usaha dan siswa

yang representatif. Teknik sampling yang digunakan adalah Probability

Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang

yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode

kuesioner dan studi dokumen, yaitu penggunaan data yang berasal dari

dokumen-dokumen yang sudah ada. Ketiga teknik tersebut digunakan

peneliti untuk memperoleh data atau informasi yang saling melengkapi,

yang berkaitan dengan pengelolaan pembiayaan pendidikan di Ponpes

Madinatunnajah. Dalam penelitian kuantitatif ini lebih jauh memberikan

manfaat besar karena dapat merekam semua data atau informasi di

lapangan. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran dan

pencatatan informasi yang diperlukan pada data sekunder berupa laporan

pembiayaan pendidikan. Dan juga data primer berupa hasil wawancara dan

observasi mengenai pembiayaan pendidikan.

Data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya

berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi40

. Dokumen ini dapat

berupa buku-buku, majalah, artikel atau karya ilmiah yang dapat

melengkapi data dalam penelitian ini. Selain itu, dokumentasi-dokumentasi

lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini dapat berupa buku pegangan

atau pedoman pelaksanaan pengelolaan pembiayaan pendidikan.

Data primer diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik

pengambilan data yang didapat berupa interview, observasi, maupun

penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan

tujuannya. Dokumen-dokumen pengelolaan pembiayaan pendidikan yang

ada di Ponpes Madinatunnajah, dokumen tersebut dapat berupa hasil print

40 Saipuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 36

33

out (cetakan) atau soft copy sebagai format atau dokumentasi dalam

pengelolaan pembiayaan pendidikan di Ponpes Madinatunnajah. Data ini

meliputi manajemen pembiayaan dan data penunjang lainnya yang

diperoleh melalui observasi dan wawancara. Sumber data yang diperoleh

juga didukung dengan informasi yang didapat dari subjek penelitian, yaitu

kepala sekolah atau bendahara di Ponpes Madinatunnajah, Jombang-

Tangerang Selatan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara

menganalisis suatu permasalahaan yang diwujudkan dengan kuantitatif.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

dengan bantuan SPSS. Adapun analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Statistik Deskriptif :

Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya41

. Menyediakan ringkasan, pengaturan

atau penyusunan data dalam bentuk numeric dan grafik. Ukuran yang

digunakan dalam deskripsi adalah frekuensi.

2. Uji Kualitas Data :

a. Uji Validitas

Uji Validitas data digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dikatakan valid jika

pernyataan kuesioner mampu mengukapkan sesuatu yang diukur

dalam kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2009:49). Pengujian

validitas ini menggunakan Corrected Item-Total Correlation, yaitu

dengan cara menghitung korelasi antara nilai yasng diperoleh dari

pernyataan. Apabila Corrected Item-Total Correlation memiliki nilai

41 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm 117

34

lebih besar dari 0,367 (r tabel) maka data yang diperoleh adalah

valid.

b. Uji Realibilitas

Uji Realibilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu (Imam Ghozali

2009:45). Pengujian reliabilitas ini menggunakan uji statistik

Cronbach Alpha, suatu variabel dinyatakan reliable jika nilai

Cronbach Alpha lebih besar dari 0,070.

3. Uji Asumsi Klasik :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dilakukan untuk

menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal. Seperti diketahui uji t dan uji f

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal,

jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik tidak valid. Untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu

dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Umumnya,

bila nilai statistik skewness dan kurtosis terletak pada range -2

hingga 2, maka variabel data tersebut akan mengikuti distribusi

normal (Yamin, 2009)

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varience dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan. Deteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya pola tertentu

pada grafik scarplot. Jika ada pola tertentu maka mengindikasikan

telah terjadi heteroskedastisitas, tapi jika tidak ada pola yang jelas

35

serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu

Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot, jika ada pola tertentu maka

mengidikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, tetapi jika tidak ada

pola yang jelas serta titik-titik menyebat di atas dan di bawah angka

0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.42

F. Definisi Regresi

Analisis Regresi adalah salah satu metode yang sangat popular dalam

mencari hubungan antara 2 variabel atau lebih. Variabel-variabel yang

dikomputasi selanjutnya dikelompokkan menjadi variabel dependent yang

biasanya dinotasikan dengan huruf Y dan variabel independent yang

biasanya dinotasikan dengan huruf X.

Banyaknya variabel dependen harus sama dengan 1 untuk analisis

regresi, sebab dalam analisis ini kita akan mencari hanya satu nilai variabel

berdasarkan nilai variabel independen yang jumlahnya bisa lebih dari 1.

Variabel dependen yang selanjutnya dinotasikan Y juga dikenal sebagai

variabel tak bebas, tergantung, respon ataupun outcome, sedangkan variabel

independen yang dinotasikan sebagai X dikenal sebagai variabel bebas, tak

tergantng atau prediktor.

Lebih lanjut, analisis regresi yang dapat kita terapkan dalam mencari

hubungan variabel X dan Y tergantung kepada tipe dari variabel Y atau

variabel dependen yang nilainya akan kita cari berdasarkan variabel

independen setidaknya 2 dua:

1. Jika variabel dependen merupakan data kontinu maka kita dapat

menggunakan regresi linear, maupun non-linear,

42 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,(Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), h. 139

http://exponensial.wordpress.com/analisis-regresi/regresi-linear/

36

2. Jika variabel dependen merupakan data kategorikal maka kita dapat

menggunakan analisis regresi logistik43.

Regresi linier dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu regresi linier

sederhana dan linier berganda. Perbedaan ini berdasarkan jumlah variabel

bebasnya, jika variabel bebasnya hanya 1 maka disebut linier sederhana,

jika variabel bebasnya lebih dari 1 maka disebut linier berganda.

Komputasi umum regresi sebagai berikut

Y=a+bX

Komputasi regresi linier berganda sebagai berikut

Y=a+bX+bX+bX,,,

Keterangan:

Y = Variabel terikat (dependent)

a = Konstanta

b = Koefisien regresi variabel bebas

X = Variabel bebas (independent)

G. Instrumen Penelitian

Setelah diketahui teknik pengumpulan data yang digunakan, maka

penelitian ini menggunakan instrument penelitian dalam bentuk kuesioner

untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pengaruh pembiayaan

pendidikan terhadap kualitas pendidikan.

Desain kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berdasarkan model skala likert. Skala likert yang digunakan dalam

penelitian ini memiliki keterangan sebagai berikut:

1. Skor 1: Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah

2. Skor 2: Tidak Setuju/Hampir Tidak Pernah

3. Skor 3: Ragu-Ragu/Kadang-Kadang

4. Skor 4: Setuju/Sering

5. Skor 5: Sangat Setuju/Selalu

43 http://exponensial.wordpress.com/analisis-regresi/ (diakses pada tanggal 7 April 2014)

http://exponensial.wordpress.com/analisis-regresi/regresi-logistik/http://exponensial.wordpress.com/analisis-regresi/

37

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrument Penelitian

Variabel DIMENSI Indikator Jumlah Butir Soal Skala

Pembiayaan

Pendidikan

(X)

Biaya langsung

(Uhar Suharsaputra,

2010)

1. gaji guru dan personil

lainnya

2. pembelian buku

3. fasilitas kegiatan belajar

megajar

4. alat laboratorium

5. buku pelajaran

6. buku perpustakaan

1,2,3

4,5,6,7,8

9,10,11,12

13,14,15

16,18,19

20,21,22

Likert

Biaya tidak langsung

(E. Mulyasa, 2003)

1. Biaya hidup

2. Transportasi

3. Kesehatan

23,24,25

26,27,28

29,30,31

Kualitas

Pendidikan

(Y)

Faktor Internal

(T. Hani Handoko)

1. Gaya manajemen yang

digunakan

2. Nilai kerja guru dan

karyawan

3. Proses organisasi

4. Produk lulusan atau

prestasi siswa

5. Sarana prasarana yang

tersedia.

1,2,3,4,5

6,7,8

9,10,11

12,13,14,15

16,17,18,19,20,

21,22

Likert

Faktor Eksternal

(T. Hani Handoko)

1. Persaingan antar sekolah

2. Permintaan konsumen

dan kepercayaan

masyarakat

3. Ketersediaan sumber-

sumber

4. Sosial politik

23,24,25

26,27,28

29,30,31

32,33,34,35,36

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Madinatunnajah

Pondok Pesantren Madinatunnajah adalah lembaga pendidikan

Islam yang mendidik para santrinya untuk siap memimpin ummat dan

bangsa. Madinatunnajah adalah sebuah nama pemberian dari seorang

ulama yang berarti Kota Kesuksesan.

Pada tanggal 14 Februari 1997 Pondok Pesantren Madinatunnajah

didirikan oleh Almukarrom Drs. KH Mahrus Amin di lahan milik

pribadinya seluas 2,5 hektar terletak di Jombang Ciputat Tangerang

Selatan. Dan dilakukan peresmiannya oleh Almarhum KH. Shoiman

Lukmanul Hakim salah satu Pimpinan Pondok Modern Darussalam

Gontor pada tanggal 20 September 1997.

Nama Madinatunnajah ini berawal ketika Pendiri Pesantren Drs.

KH. Mahrus Amin berada di dalam Kabah beliau berdoa agar diberikan

kemampuan untuk mendirikan seribu pesantren di Indonesia melalui dua

sayap sebagaimana Allah Subhanahu wa taala telah memberikan

kekuasaan kepada Dzulqarnain. Hal itu sesuai juga dengan apa

yang diamanatkan oleh gurunya KH. Imam Zarkasyi (Pendiri Pondok

Modern Gontor). Maka setelah sukses mendirikan dan memajukan

Pesantren Darunnajah Jakarta, beliau mengembangkan sayap lainnya

yaitu Pesantren Madinatunnajah.

Oleh karena itu, keberadaan Pesantren Madinatunnajah di setiap

daerah diharapkan memberi manfat sebesar-besarnya bagi masyarakat

Indonesia, dengan memberikan kesempatan belajar kepada anak-anak

yatim dan dhuafa sebagai kader-kader daerah.

Proses pendidikan dan dan pengajaran di Pesantren Madinatunnajah

berlangsung selama dua puluh empat jam, dengan maksud agar terbentuk

karakter kepemimpinan dan Life dan mental Skills pada diri setiap santri.

39

Maka, akan menghasilkan kader-kader pemimpin ummat dan bangsa

yang siap membangun daerah asalnya, seperti : Aceh, Medan, Jambi,

Palembang, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok, Flores, Kalimantan, Sulawesi,

Maluku, dan Papua. Sebagian besar mereka adalah dari kalangan tidak

mampu (yatim dan dhuafa).

2. Visi dan Misi Sekolah

Visi

(Ya Allah, Ya Tuhanku, tambahkanlah Ilmu Pengetahuan kepadaku)

Misi

a. Mendidik kader-kader Pemimpin umat dan Bangsa yang beriman dan

taqwa, berakhlak mulia, Cerdas, Rajin, Terampil dan ulet.

b. Menyelenggarakan seribu Madinatunnajah di seluruh Nusantara.

c. Menjalin hubungan dan kerjasama dengan lembaga-lembaga baik

dalam dan luar negeri untuk menunjukan pendidikan dan usaha

dakwah Islamiyah.

Motto

BERAKHLAK MULIA, BERWAWASAN CENDIKIA DAN

BERBUDAYA MADANIA

3. Karakteristik Profil Responden

Penelitian ini mengambil responden sebanyak 50 guru di Pondok

Pesantren Madinatunnajah. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 50

buah dan semua kuesioner kembali semuanya, sehingga semua kuesioner

40

dapat di