PENGARUH PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN MURABAHAH...
Transcript of PENGARUH PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN MURABAHAH...
PENGARUH PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN
MURABAHAH TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO
KECIL MENENGAH (UMKM)
(Studi Kasus pada Mitra BMT Mekar Da’wah Serpong)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
SULISTIO
NIM. 1113085000081
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439H/2018M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. INFORMASI PRIBADI
Nama : Sulistio
Alamat : Jalan Tunggal No.10 RT/RW 06/03, Kelurahan
Pasar Sejantung, Kecamatan Kepahiang,
Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu
Telepon : 081286221040
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Kepahiang, 14 Februari 1994
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
Masuk
Tahun
Keluar
SD SDN 04 Kepahiang Kepahiang 2000 2006
SMP SMPN 1
Kepahiang
Kepahiang 2006 2009
SMA SMAN 1
Kepahiang
Kepahiang 2009 2012
Perguruan
Tinggi
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Tangeran
Selatan
2013 2018
C. Pengalaman Organisasi
Lembaga/Institusi Tahun
Wakil Ketua 1 Korps Drumband Gita Patria SMAN
1 Kepahiang
2010 – 2012
Wakil Ketua Rohis Al-Fallah SMAN 1 Kepahiang 2011 - 2012
vi
Anggota Departemen Minat Bakat Himpunan
Mahasiswa Islam Komisariat Ekonomi dan Bisnis
2013 - 2014
Sekretaris Departemen Informasi Komunikasi Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014 - 2015
Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Bumi Raflesia
(HIMAMIRA) Bengkulu – UIN Jakarta
2015 - 2016
Anggota Departemen Hubungan Luar Kampus
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perbankan
Syariah
2015 - 2016
D. KEMAMPUAN
Mampu berkerja secara tim maupun individu
Mampu megoperasikan Microsoft Office (Word, Excel dan Powerpoint)
Mampu berkomunikasi dengan baik
E. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Muhammad Rasyid
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 10 November 1940
Pendidikan Terkahir : SLTP
Ibu : Maryam
Temapt, Tanggal Lahir : Jember, 12 Juni 1952
Pendidikan Terakhir : SD
vii
ABSTRACT
The aim of this study is to test and analyze influence musharaka and
murabaha on development of small and medium sized enterprises in BMT Mekar
Da’wah Serpong. The sample in this study was taken by using the method of
collecting probability sample data. The number of samples used is 64 respondents.
The data obtained were analyze by using multiple linear regression analysis
techniques through SPSS version 23 software and Microsoft Excel 2013. Research
results show that: 1) Musharaka financing has no significant effect on development
of small and medium sized enterprises 2) Murabaha financing has a significant
effect on development of small and medium sized enterprises.
Keywords: Musharaka Financing, Murabaha Financing, Development Small
and Medium Enterprises
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh
Pembiayaan Musyarakah dan Murabahah terhadap Perkembangan Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) mitra BMT Mekar Da’wah Serpong. Sampel dalam
penelitian ini diambil dengan menggunakan metode pengumpulan data probability
sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 64 responden. Data
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier
berganda (multiple linear regression) melalui software Statistical Package for the
Social Science (SPSS) versi 23 dan Microsoft Excel 2013. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) Pembiayaan Musyarakah tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). 2)
Pembiayaan Murabahah berpengaruh secara signifikan terhadap Perkembangan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Kata Kunci: Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Murabahah,
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan nikmat-Nya kepada penulis serta menganugerahkan
kesehatan dan kemampuan berfikir sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Musyarakah dan Murabahah terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) (studi kasus pada
mitra BMT Mekar Da’wah Serpong)”.
Shalawat serta salam tak lupa selalu terhaturkan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa ajaran Islam hingga sampai kepada kita
semua, semoga kita semua termasuk umatnya yang kelak mendapat syafa’at dalam
menuntut ilmu. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan dan bantuan berbagai pihak dari mulai
periode perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang berjasa
dalam hidup penulis dan dalam penyusunan skripsi ini, yang terdiri dari:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Maryam dan Bapak M. Rasyid. Terima kasih
yang tak terhingga atas segala ridho, do’a, kerja keras, bimbingan, nasihat,
arahan, perhatian, semangat dan dukungannya yang selalu kalian berikan
kepada saya, hingga mampu menyelesaikan seluruh tanggung jawab ini.
Untuk saudara-saudariku, ayuk Seh, kak No, mbak Atik, ayuk Win, dan
ayuk Nartik terima kasih untuk dukungan kalian sehingga adik bungsu
kalian ini dapat menyelesaikan tanggung jawabnya dan semoga dapat segera
membanggakan keluarga.
x
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA., selaku Ketua Jurusan dan Ibu
Fitrii Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada saya.
4. Ibu Endra Kasni Laila Yuda, S.Ag., M.Si selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan banyak motivasi dan ilmu untuk saya.
5. Ibu Umiyati, SEI., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, semangat dan
motivasi penuh kepada saya sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan
dengan baik. Teima kasih atas segala saran dan dukungan yang Ibu berikan
selama pembuatan skripsi, semoga Allah SWT membalas kebaikan Ibu.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat dan berharga untuk saya selama masa perkuliahan.
7. Rini Astuti, terima kasih atas do’a, semangat dan dukungannya dari awal
pembuatan proposal skripsi sampai tahap akhir skripsi ini saya selesaikan.
Thanks for everything.
8. Saudara seperantauan, Wita Andriani, Puguh, Ridho (jarot), Reca (bebek)
dan Ari (lutek). Terima kasih atas dukungan dan perhatiannya yang selalu
mengingatkan dan mengajak makan bersama selama pengerjaan skripsi ini.
9. Sahabat seperjuangan, Davi dan Rillo terima kasih atas segala motivasi dan
ilmu yang diajarkan kepada saya untuk penulisan skripsi ini. Zakky
(gedong) dan Aldi (pacil), terima kasih atas bantuannya selama menjadi
partner satu atap bersama, serta Danis (cibeng) terima kasih kerja sama dan
bantuannya sebagai partner satu dosen pembimbing.
10. Sahabat seperjuangan, Faris Rahman S. Terima kasih atas tumpangannya,
penginapannya dan jasa lainnya selama proses perkuliahan hingga
penyelesaian skripsi ini.
xi
11. Sahabat seperjuangan, Anas Danuasa dan Abdurrahman Zein. Terima kasih
telah membantu mengajarkan SPSS dan pengolahan data sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan.
12. Seluruh sahabat-sahabat Mahasiswa Perbankan angkatan 2013 khususnya
PSY B 48 yang selalu menghibur, memberikan motivasi dan mendukung
saya selama masa perkuliahan. Terima kasih telah menjadi sahabat
seperjuangan.
13. Segenap pihak BMT Mekar Da’wah Serpong, khususnya Bapak Ismail,
Bapak Irfan, Kak Risma, Kak Shara dan Kak Candra yang telah dapat
memberikan izin penelitian dan meluangkan waktunya untuk membantu
saya dalam pengerjaan skripsi ini.
14. Seluruh responden mitra pembiayaan BMT Mekar Da’wah Serpong, terima
kasih telah meluangkan waktunya untuk bersedia mengisi kuisioner skripsi
ini, dan juga terima kasih saya ucapkan kepada segenap pihak yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu yang telah berjasa dalam penyelesaian
skripsi ini. Terima kasih banyak, semoga Allah SWT membalas kebaiakn
kalian semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan daran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak atas skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Januari 2018
Sulistio
xii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................. 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 17
A. Landasan Teori ......................................................................................... 17
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 59
C. Keterkaitan Antar Variabel .................................................................... 63
D. Kerangka Berfikir .................................................................................... 66
E. Hipotesis .................................................................................................... 67
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 68
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 68
B. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 69
C. Jenis dan Sumber Pengumpulan Data ................................................... 71
D. Metode Analisis Data ............................................................................... 74
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................. 82
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ........................................................ 85
A. Gambaran Objek Penelitian ................................................................... 84
B. Analisis Deskriptif .................................................................................... 87
C. Hasil Uji Data Penelitian ......................................................................... 91
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 126
A. Kesimpulan ............................................................................................. 126
B. Saran-saran ............................................................................................. 126
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 130
LAMPIRAN ........................................................................................................ 135
xiv
DAFTAR TABEL
2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 59
3.1 Nilai Skala Likert .......................................................................................... 73
3.2 Kriteria Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ....... 81
3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ...................................................................... 83
4.1 Penyebaran Kuisioner ................................................................................... 88
4.2 Data Karakteristik Responden ...................................................................... 89
4.3 Kerjasama ini dilakukan oleh saya sebagai mitra 1 dan BMT Mekar Da’wah
sebagai mitra 2 .............................................................................................. 91
4.4 Kerjasama ini dilakukan untuk meningkatkan nilai aset usaha (keuntungan)
antara saya dan BMT Mekar Da’wah ........................................................... 92
4.5 Modal kerjasama ini didapat dari kedua mitra antara saya dan BMT Mekar
Da’wah .......................................................................................................... 92
4.6 Modal yang diserahkan dalam bentuk tunai/kas ........................................... 93
4.7 Kontribusi kerja antara saya dan BMT Mekar Da’wah diatur sebagai mitra
aktif dan mitra pasif ...................................................................................... 94
4.8 Saya berperan sebagai mitra aktif dalam kerjasama ini................................ 94
4.9 Keuntungan dari kerjasama ini dibagi sesuai nisbah keuntungan antara saya
dengan BMT Mekar Da’wah ........................................................................ 95
4.10 Kerugian dalam kerjasama ini dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal
yang diserahkan ............................................................................................ 96
4.11 Transaksi jual-beli ini dilakukan oleh saya sebegai pembeli dan BMT Mekar
Da’wah sebagai penjual ................................................................................ 97
4.12 Barang yang diperjualbelikan antara saya dan BMT Mekar Da’wah bukanlah
barang yang diharamkan oleh syariat Islam ................................................. 97
4.13 BMT Mekar Da’wah sebagai penjual mencantumkan harga barang yang akan
di jual beserta margin (keuntungannya) kepada saya ................................... 98
4.14 Margin (keuntungan) yang diambil disepakati oleh saya dan BMT Mekar
Da’wah .......................................................................................................... 99
4.15 Pembayaran yang saya lakukan dapat secara tunai ataupun cicilan ............. 99
4.16 Cara pembayaran yang saya pilih akan menetukan harga pembayaran barang
yang dibeli .................................................................................................. 100
xv
4.17 Barang yang saya terima sesuai dengan pesanan dan permintaan pembeli 101
4.18 Barang yang saya dibeli dikirim sesuai jadwal dalam kesepakatan ........... 101
4.19 Pendapatan saya saat ini meningkat setelah menerima pembiayaan BMT
Mekar Da’wah ............................................................................................ 102
4.20 Laba usaha saya saat ini meningkat setelah menerima pembiayaan BMT
Mekar Da’wah ............................................................................................ 103
4.21 Jumlah nilai penjualan dari usaha saya meningkat setelah menerima
pembiayaan BMT Mekar Da’wah .............................................................. 104
4.22 Jumlah pelanggan saya saat ini meningkat setelah menerima pembiayaan
BMT Mekar Da’wah Mekar Da’wah ......................................................... 104
4.23 Jumlah barang yang saya jual saat ini tergolong meningkat setelah menerima
pembiayaan BMT Mekar Da’wah .............................................................. 105
4.24 Usaha saya saat ini mengalami perluasan atau peningkatan setelah menerima
pembiayaan BMT Mekar Da’wah .............................................................. 106
4.25 Hasil Uji Validitas Pembiayaan Musyarakah ............................................. 107
4.26 Hasil Uji Validitas Pembiayaan Murabahah............................................... 108
4.27 Hasil Uji Validitas Perkembangan Usaha .................................................. 109
4.28 Hasil Uji Reliabilitas Variabel .................................................................... 110
4.29 Uji One-Sampel Kolmogorov-Smirnov ...................................................... 112
4.30 Uji Multikolinieritas ................................................................................... 113
4.31 Uji Glejser Heterokedastisitas .................................................................... 115
4.32 Uji t (Parsial)............................................................................................... 116
4.33 Uji f (Simultan) ........................................................................................... 117
4.34 Uji F Koefisien Determinasi (R2) ............................................................... 118
4.35 Uji Analisis Regresi Linier Berganda ......................................................... 119
xvi
DAFTAR GAMBAR
1.1 Data Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ...................... 4
1.2 Peranan Lembaga Keuangan Bagi Perekonomian Indonesia ......................... 5
1.3 Grafik Pembiayaan Perbankan Untuk UMKM se-Indonesia ......................... 6
2.1 Skema Pembiayaan Musyarakah .................................................................. 42
2.2 Skema Pembiayaan Murabahah .................................................................... 53
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................................... 66
4.1 Uji Normalitas Hostogram .......................................................................... 111
4.2 Uji Normalitas P-Plot ................................................................................. 112
4.3 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot ............................................................. 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah melalui berbagai pergolakan domestik pasca-kemerdekaan,
pertumbuhan ekonomi Indonesia beru melaju relatif cepat mulai tahun 1968. Pada
tahun 1999 pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali ke tingkat pertumbuhan
positif sebesar 0.79% dan terus meningkat lagi pada tahun-tahun selanjutnya. Pada
periode 1999-2003 rataan pertumbuhan ekonomi tercatat sekitar 3.7%. Selanjutnya
pada periode 2004-2006 angka pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan rataan
mencapai 5.4%. Namun secara umum, tren perumbuhan ekonomi Indonesia belum
kembali seperti masa sebelum krisis (Wahyuniarti, 2008).
Krisis ini mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah.
Usaha-usaha besar satu persatu pailit dan mengalami kebangkrutan karena bahan
baku impor meningkat seara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat
dari nilai tukar rupiah terhadap dollar yang menurun dan berfluktuasi. Banyak
perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usaha karena tingkat bunga yang
tinggi. Berbeda dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang sebagian
besar tetap bertahan, bahkan cenderung bertambah (Kemenetrian Koperasi &
UKM, 2008).
Adapun alasan-alasan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dapat
bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis yaitu karena,
pertama; sebagian besar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memproduksi
2
barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan
yang rendah. Kedua; sebagian besar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
mempergunakan modal sendiri dan tidak mendapat modal dari bank yang memiliki
tingkat suku bunga tinggi. Ketiga; dengan adanya krisis ekonomi yang
berkepanjangan menyebakan sektor formal banyak memberhentikan pekerjanya.
Sehingga para penganggur tersebut memasuki sektor informal dengan malakukan
kegiatan usaha yang berskala kecil, akibanya jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) meningkat (Pratomo, 2002).
Perannya seringkali tidak berarti dalam perekonomian nasional. Ironisnya,
ketika terjadi krisis, terbukti sektor korporasi tidak mampu bertahan dengan baik.
Justru Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), yang tadinya dianggap kurang
berperan dalam perekonomian nasional, terbukti lebih mampu bertahan
menghadapi gejolak perekonomian yang mengarah pada krisis multi dimensi
tersebut. Data penelitian (Singgih, 2007), menunjukan bahwa selama tahun 2003-
2006 peranan usaha mikro, kecil dan menengah dalam penciptaan nilai tambah
terus meningkat dari 54.51% pada tahun 2003 menjadi 56.72% pada tahun 2006.
Sebaliknya perusahaan besar semakin berkurang dari 45.49% pada tahun 2003
menjadi 42.28% pada tahun 2006. Usaha mikro, kecil dan menengah juga menjadi
pemasok kebutuhan barang dan jasa nasional sebanyak 43.8%, sedangkan usaha
besar 42.1% dan impor sebanyak 14.1%.
Jika dilihat dari kontribusi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap
PDB (Produk Domestik Bruto), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki
peran penting dalam pengembangan usaha di Indonesia. Kontribusi sektor usaha
3
mikro, kecil, dan menengah terhadap produk domestik bruto meningkat dari
57.84% menjadi 60.34% dalam lima tahun terakhir. Serapan tenaga kerja pada
sektor ini juga meningkat, dari 96.99% menjadi 97.22% pada periode yang sama
(www.kemenperin.go.id, 2017).
Secara umum peran usaha mikro, kecil dan menengah dalam PDB (Produk
Domestik Bruto) mengalami kenaikan dibandingkan sebelum krisis, bersamaan
dengan merosotnya usaha menengah dan besar. Enam tahun setelah krisis, keadaan
usaha menengah belum pulih, sedangkan usaha besar baru pulih mulai tahun 2003.
Perekonomian nasional baru pulih dari kondisi krisis pada akhir tahun 2003, dimana
peran usaha menengah semakin berkurang, namun secara perlahan mulai bangkit
kembali. Usaha mikro dan kecil relatif paling cepat pulih dari krisis ekonomi dan
pernah memberikan kontribusi yang terbesar dalam perekonomian nasional,
terutama pada saat puncak krisis tahun 1998 dan 1999, walaupun kemudian tergeser
kembali oleh usaha besar. Hal ini menunjukan bahwa peran Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) sangat berdampak pada perekonomian nasional dan mampu
bertahan pada era krisis ekonomi (Siggih, 2007).
Pasca krisis ekonomi yang melanda pertumbuhan perekonomian Indonesia,
sedikit demi sedikit perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
mengalami peningkatan walaupun secara fluktuatif. Sampai saat ini Kementrian
Koperasi dan UKM mencatat terdapat adanya perkembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) dalam lima tahun terkahir, sebagaimana ditunjukan pada
grafik gambar 1.1 berikut:
4
Gambar 1.1
Data Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
(dalam lima tahun)
Sumber: www.depkop.go.id
Jika dilihat dari grafik data perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) pada gambar 1.1, secara umum Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir, mulai dari 2009 sampai dengan
2013. Namun peningkatan ini terjadi secara fluktuatif, hal ini dilihat dari penuruan
perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di tahun 2010 dan 2011.
Pada tahun 2012 secara perlahan perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) kembali meningkat walaupun sedikit dan dilanjutkan pada tahun 2013
dengan ditunjukannya adanya peningkatan perkembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang biasa sering dikatakan orang-
orang sebagai motor pertumbuhan ekonomi ini memiliki potensi yang begitu besar
namun kenyataannya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) masih mengalami
berbagai hambatan internal maupun eksternal, salah satu hambatannya adalah
masalah kecukupan modal. Tanpa adanya suntikan modal tambahan maka
kemungkinan akan susah bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk
1,355,138 1,350,071
1,091,623
1,328,147 1,361,129
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
2009 2010 2011 2012 2013
5
meningkatkan produktivitasnya. Dalam hal ini peranan dari sektor lembaga
keuangan seperti perbankan juga sangat penting terkait dengan segala hal mengenai
pendanaan, terutama dari sisi pemberian pinjaman, pembiayaan atau penetapan
kebijakan.
Perbankan sebagai sebuah lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat pada akhirnya akan memiliki peranan yang
strategis untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, yakni dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Sektor perbankan memegang peranan yang cukup penting bagi perekonomian
Indonesia. Hal ini tecermin dari dominasi aset perbankan yang besar dalam sistem
keuangan sebagaimana ditunjukkan dalam Grafik 1.1 Berdasarkan dominasi
tersebut, Indonesia dapat dikategorikan sebagai bank based country (Levine, 2002).
Gambar 1.2
Peranan Lembaga Keuangan Bagi Perekonomian Indonesia
Sumber: www.ojk.go.id
Kelangsungan operasional sektor perbankan Indonesia akan tergantung
pada kemampuan setiap institusi perbankan dalam mempertahankan daya saing
78.6
1.2
10.5
2.66.4 0.1
0.5
Perbankan BPR
Asuransi Dana Pensiun
Perusahaan Pembiayaan Perusahaan Penjaminan
6
yang tinggi. Daya saing tersebut dapat tecermin dari tingkat efisiensi operasional
serta kemampuan bank dalam menghadapi setiap gangguan yang muncul, baik
secara internal maupun eksternal (Muljawan, 2014). Berdasarkan pada grafik diatas
dapat dilihat bahwa sektor perbankan menjadi lembaga keuangan yang
mendominasi bagi perekonomian Indonesia, hal ini diperjelas dengan pernanan
sektor perbankan pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia.
Gambar 1.3
Pembiayaan Perbankan Untuk UMKM se-Indonesia
Sumber: www.ojk.go.id
Pada gambar 1.2 statistik diatas menunjukan bahwa sektor perbankan telah
cukup maksimal dalam memberikan pembiayaan terhadap Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) di Indonesia. Tercatat pada tahun 2012 sektor perbankan
memberikan pembiayaan kepada 526.397 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
se-Indonesia. Pada tahun berikutnya yaitu di tahun 2013 pembiayaan yang
diberikan adalah sebanyak 608.823 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) se-
Indonesia, angka ini jelas meningkat dibandingakan pada tahun 2012. Peningkatan
yang diberikan sektor perbankan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
ini terus meningkat di setiap tahunnya hingga diakhir tahun 2016 yang mencapai
hingga 802.113 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) se-Indonesia.
526397608823
671721739801
802113
2012 2013 2014 2015 2016
7
Walaupun perbankan menjadi lembaga keuangan yang mendominasi bagi
perekonomian Indonesia namun sayangnya hal ini tidak dapat dirasakan oleh Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) khususnya usaha mikro. Bank pada prinsipnya
sebagai lembaga intermediasi, menghimpun dana dari masyarakat yang mengalami
surplus dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Akan
tetapi banyaknya syarat yang harus dipenuhi serta diwajibkan dan adanya jaminan
agar mendapatkan pinjaman dana membuat masyarakat berfikir dua kali dalam
melakukan pinjaman tersebut, ditambah dengan beratnya beban bunga yang harus
dibayarkan setiap kalinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sekitar 60% rakyat Indonesia masih termasuk
kategori masyarakat unbankable yang artinya sebagian besar masyarakat Indonesia
khususnya pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tidak dapat memenuhi
syarat-syarat untuk mendapatkan pinjaman modal dari bank. Menurut (Primiana,
2009), salah satu pokok pemasalahan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
adalah permodalan, yaitu akses ke Bank dikarenakan ketidakmampuan dalam hal
menyediakan persyaratan bankable. Hal ini menjadi satu masalah terus dihadapi
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sehingga mereka cenderung
menggunakan pembiayaan usaha dari modal sendiri atau sumber lain seperti
keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir. Maka perlu adanya
lembaga keuangan mikro yang mampu menyediakan pembiayaan tanpa
memberatkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Salah satu jenis lembaga yang termasuk kedalam lembaga keuangan non
bank (LKNB) yaitu lembaga keuangan mikro. Dalam perkembangannya, Lembaga
8
Keuangan Mikro (LKM) semakin banyak jumlahnya, termasuk telah
dikembangkannya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dengan sistem ekonomi
syariah. Karena masih tergolong lembaga informal, maka bagi keperluan
pengembangannya agar menjadi lembaga keuangan yang baik dan sehat, perlu
didukung oleh tersedianya lembaga yang memadai. Minimal kelembagaan tersebut
memiliki jaringan yang kuat, baik antar-LKM maupun antara LKM dengan
lembaga keuangan lainnya.
Dasar hukum LKM tertulis dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2013
tenang Lembaga Keuangan Mikro (Undang-undang LKM). Hadirnya LKM
bertujuan untuk (1) meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat,
(2) membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktivitas masyarakat,
dan (3) membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat terutama
masyarakat miskin atau berpenghasilan rendah. Kegiatan usaha LKM dapat
dilakukan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah (Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), 2017).
Lembaga Keunagan Mikro Syariah (LKMS) merupakan lembaga keunagan
yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini, terkhusus pada Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT). BMT merupakan salah satu LKMS yang masih berpayung hukum
pada Kementrian Koperasi dan UKM. Dasar hukum BMT merujuk pada Undang-
undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun tahun
1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, serta dipertegas
oleh Peraturan Menteri Nomor 16/Per./M.KUKM/IX/2015 tentang Pelaksanaan
9
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi
(Kementrian Koperasi dan UKM, 2015).
BMT terdiri dari dua istilah, baitul maal dan baitul tamwil. Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT) merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang paling
sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga ribuan BMT,
yang bergerak dikalangan masyarakat ekonomi bawah dan berupaya
mengembangakan usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan
ekonomi bagi pengusaha kecil yang berdasarkan prinsi-prinsip syariah yang
kemudian disalurkan melalui pembiayaan-pembiayaan (Ilmi, 2002).
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan non-bank
yang masih berpayung hukum pada Kementrian Koperasi dan UKM, artinya BMT
sebagai lembaga keuangan non bank yang sifatnya membantu dan mensejahterakan
anggotanya serta dengan berasaskan kekeluargaan. BMT sebagai lembaga
keuangan non bank yang bergerak dibidang ekonomi mikro lebih menekankan
konsep asset & production based system (sistem berbasis aset dan produksi) sebagai
ide utamanya. Salah satu bentuk dari cerminaan utama dari ide tersebut adalah jenis
pembiayaan Musyarakah, Murabahah & Mudharabah. Melalui pola pembiayaan
seperti itu maka sektor ril dan sektor keuangan akan bergerak secara seimbang
(Rama, 2010).
Pembiayaan itu sendiri adalah bentuk penyediaan uang sebagai pinjaman
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan diakad antara lembaga keuangan dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya dalam
jangka waktu tertentu, dengan nisbah (keuntungan) atau bagi hasil yang sudah
10
disepakati. Dalam lembaga keuangan, pembiayaan digunakan untuk permodalan
usaha (Widagdo, 2015).
Dalam pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) khususnya BMT,
mitra atau masyarakat lebih banyak dan dominan menggunakan jenis pembiayaan
Musyarakah (Bagi Hasil) & Murabahah (Jual Beli). Kedua jenis pembiyaan ini
dianggap mudah dan banyak diminati masyarakat yang sehingga kedua jenis
pembiayaan ini menjadi unggulan hampir di setiap BMT. Kemudahan administrasi
dan persyaaratan dalam proses pelakasanaan pembiayaan menjadi salah satu alasan
masyarakat lebih tertarik menggunakan jenis pembiayaan ini. Dari beberapa alasan
tersebut maka peneliti menjadikan kedua jenis pembiayaan ini sebagai variabel
dalam penelitian.
Pembiayaan musyarakah adalah bentuk pembiayaan yang berprinsip kerja
sama dan bagi hasil serta mudah dalam penerapannya, jelas dalam pembagian
keuntungan yang disepakati oleh keduanya antara lembaga keuangan dan
pengusaha mikro, serta kecilnya risiko yang terjadi didalamnya. Selain pembiayaan
musyarakah, pembiayaan murabahah juga sering digunakan dalam pemberian
modal usaha khususnya dalam pembelian barang sebagai penunjang kebutuhan
usaha. Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang paling sering
digunakan dalam pembiayaan di lembaga keuangan syariah baik lembaga keuangan
bank maupun lembaga keuangan mikro non bank yaitu BMT, karena pembiayaan
murabahah ini berprinsip jual-beli dan keuntungan sesuai yang disepakati serta
mudah penerapannya (Widagdo, 2015).
11
BMT Mekar Da’wah Serpong merupakan salah satu BMT yang
menyediakan jenis pembiayaan musyarakah dan pembiayaan murabahah. Selain
itu, produk pembiayaan lainnya yang diberikan BMT Mekar Da’wah Serpong
berupa; Al-Mudharabah, Al-Ijarah/Ijarah dan Al-Qordhul Hasan (Darwanto,
2017). Pada penelitian ini, BMT Mekar Da’wah Serpong adalah BMT yang akan
menjadi tempat dimana penelitian dilakukan. Hasil wawancara dengan Ibu
(Anggraeni, 2017) sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah
mengatakan bahwa pembiayaan musyarakah dan pembiyaan murabahah adalah
jenis pembiayaan yang paling banyak digunakan oleh mitra sehingga selaras
dengan tujuan dari penelitian ini.
BMT Mekar Da’wah memiliki pasar yang cukup potensial untuk menarik
minat para mitra/nasabah untuk bergabung dengan BMT ini karena lokasinya dekat
dengan pasar Serpong dan berada pada tempat yang strategis menjadikan BMT ini
menjadi salah satu BMT yang banyak digemari masyarakat serpong khususnya
pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berada dikawasan pasar
Serpong, serta menjadikan BMT ini sebagai solusi masyarakat Serpong agar tidak
terjerat oleh rentenir pasar.
Sebagai salah satu BMT yang ada di Kota Tangerang, BMT Mekar Da’wah
mampu berkembang dengan memiliki jumlah mitra aktif sebanyak 1.782 orang
(tercatat Desember 2016) yang terus bertambah dengan terus berusaha memenuhi
keinginan dan kebutuhan para mitra dengan berbagai program dan pilihan produk
guna membantu para mitra untuk dapat terus meningkatkan usahnya. Karena
tingkat kompleksifitas yang tinggi pada usaha mikro di pasar dan demi melihat
12
seberapa besar pengaruh lembaga keuangan syariah terhadap ekonomi yang dekat
dengan rakyat atau ekonomi kerakyatan khususnya pada usaha mikro di wilayah
pasar Serpong-Tangerang Selatan, maka penelitian ini dilakukan di BMT Mekar
Da’wah sebagai salah satu lembaga keuangan yang berada diwilayah itu.
Penelitian tentang pengaruh pembiayaan syariah (BMT) terhadap
perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) telah banyak dilakukan
oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil penelitian Ridwan dan Nurul Qomar
(2015) menunjukan bahwa pembiayaan murabahah berpangaruh signifikan
terhadap perkembangan usaha mikro, sedangkan pembiayaan musyarakah tidak
berpengaruh terhadap perkembangan usaha mikro. Hasil penelitian Fitriani
Prastiawati dan Emile Satia Darma (2016) menunjukan bahwa peran pembiayaan
BMT tidak berpengaruh terhadap perkembangan
Dari uraian yang telah dipaparkan, penulis termotivasi dalam melakukan
penelitian ini karena melihat adanya gejolak pasang surut pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang digambarkan oleh kondisi ekonomi saat masa krisis mengakibatkan
usaha besar pailit namun usaha kecil tetap bertahan. Kontribusi Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) terhadap PDB meningkat namun sektor perbankan sebagai
lembaga keuangan tidak dapat memberikan bantuan permodalan secara
menyeluruh. Kehadirian BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah
memberikan solusi bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berupa bantuan
permodalan dalam bentuk pembiayaan syariah.
Keterbatasan akses perbankan dalam memberikan bantuan permodalan
secara menyeluruh kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadikan
13
BMT Mekar Da’wah Serpong sebagai solusi bagi para Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) dalam mengatasi bantuan permodalan. Antusiasme
masyarakat dalam bantuan permodalan syaraiah guna meningatkan perkembangan
usahanya dan terhindar dari transaksi ribawi menjadikan jenis pembiayaan
musyarakah dan murabahah sebagai salah satu pembiayaan paling yang diminati.
Komplektabilitas BMT Mekar Da’wah yang tinggi dan didukung oleh 1.782 mitra
aktif menjadikan BMT ini sebagai salah satu alternantif bantuan permodalan yang
paling diminati di kawasan pasar Serpong Kota Tangerang.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diambil judul penelitian:
“Pengaruh Pembiayaan Musyarakah dan Murabahah Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) (studi kasus pada
mitra BMT Mekar Da’wah Serpong)”
B. Perumusan Masalah
Untuk memperdalam penelitian ini maka dipilihlah musyarakah sebagai
(X1) dan pembiayaan murabahah sebagai (X2) menjadi variabel
independent/variabel bebas. Sedangkan variabel dependent/variabel terikat (Y)
dalam penelitian ini adalah perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM). Dan tidak menutup kemungkinan semua variabel dapat berubah karena
ada beberapa aspek untuk memperoleh jawaban harus mengubah variabel.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permaslahannya. Perumusan masalah ini berguna untuk mengatasi keranuan dalam
14
pelaksanaan penelitian. Masalah pokok penelitian tersebut dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah Pembiayaan Musyarakah berpengaruh terhadap Perkembangan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM)?
2. Apakah Pembiayaan Murabahah berpengaruh terhadap Perkembangan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM)?
3. Apakah Pembiayaan Musyarakah dan Murabahah berpengaruh terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pengaruh Pembiayaan Musyarakah terhadap Perkembangan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada mitra BMT Mekar Da’wah
Serpong.
b. Mengetahui pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap Perkembangan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada mitra BMT Mekar Da’wah
Serpong.
c. Mengetahui pengaruh Pembiayaan Musyarakah dan Muarabahah terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada mitra BMT
Mekar Da’wah Serpong.
15
2. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh pembiayaan musyarakah dan pembiayaan
murubahah terhadap perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM),
diharapkan dapat memberi manfaat serta kontribusi kepaada:
a. Kontribusi Teoritis
1) Bagi Peneliti: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi penulis terlebih dalam penerapannya berdasarkan teori
dan konsep yang telah dipelajari.
2) Bagi Akademisi: Penelitian ini dapat dijadikan sumbang pemikiran atau
studi banding bagi mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian
sejenis. Di samping itu, guna meningkatkan keterampilan, memperluas
wawasan yang akan membentuk mental mahasiswa sebagai bekal
memasuki lapangan kerja.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi BMT: Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan dalam pemberian pembiayaan syariah khususnya pada
pembiayaan musyarakah dan pembiayaan murabahah untuk Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) sehingga dapat membantu
perkembangan usaha nasabah.
2) Bagi Instansi Terkait: Hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi bagi pihak-pihak terkait dengan permasalahan
ekonomi khususnya Kementrian Koperasi dan UKM dalam
16
menentukan kebijakan terkait dengan usaha lembaga keuangan mikro
syariah dan pembiayaan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
3) Bagi Masyarakat: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi
masyarakat khususnya pelaku UMKM untuk beralih ke lembaga
keuangan mikro syariah (BMT) yang telah turut serta dalam membantu
perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan
perekonomian nasional serta merupakan suatu solusi untuk sistem
keuangan tanpa sistem bunga (riba).
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kewirausahaan
a. Definisi Kewirausahaan
Kewirausahaan atau Enterpreneurship, berasal dari kata entrepreneur
(wirausahawan) yang menurut Kuratko dan Hodgetts dalam bukunya Muh
Yunus, mengatakan bahwa entrepreneur (wirausahawan) berasal dari bahasa
Prancis enterprende yang berarti mengambil pekerjaan (to undertake). Kata
wirausaha berkaitan dengan kegiatan usaha atau kegiatan bisnis pada
umumnya. Wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kemampuan
menilai peluang-peluang usaha (bisnis) dan mengkombinasikan berbagai
macam sumber daya (resources) yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan
yang tepat untuk meraih keuntunga di masa depan (Yunus, 2008).
Menurut Peter F Drucker dalam bukunya Kasmir mengatakan bahwa
kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda. Sedangkan Zemmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu
proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan
menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha) (Kasmir, 2006).
Menurut Suryana, ilmu kewirausahaan berasal dari ilmu dalam bidang
perdagangan. Nemun kemudian dikembangkan dikembangkan dalam bidang-
18
bidang lainyakni bidang industri, pendidikan, kesehatan, lembaga pemerintah,
perguruan tinggi dan lian-lain (Suryana, 2003).
Kesimpulannya, kewirausahaan adalah sikap, prilaku atau kemampuan
sesorang dalam melihat peluang pasar dan menangani usaha atau kegiatan yang
mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja dengan
meningkatkan efisiensi untuk memperoleh keuntungan.
b. Karakteristik Kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan akan mendorong sesorang memanfaatkan peluang
yang ada menjadi sesuatu yang menguntungkan. Untuk mengetahui didalam
diri pengusaha tersebut terbentuk jiwa kewirausahaan atau tidak dapat dilihat
melalui ciri-ciri watak didiri pengusaha tersebut, yang disebut karakteristik
kewirausahaan (Putri, 2014).
Menurut Justin dalam (Purwanti, 2012) karakteristik wirausaha yaitu
kebutuhan akan keberhasilan, setiap orang berbeda dalam tingkat kebutuhan
keberhasilannya. Orang yang memiliki tingkat kebutuhan keberhasilan yang
rendah akan merasa puasa pada status yang dimiliki, sedangkan orang dengan
tingkat kebutuhan keberhasilan yang tinggi senan bersaing dengan standart
keunggulan dan memilih untuk bertanggung jawab secara pribadi atas tugas
yang dibebankan padanya. (Purwanti, 2012)
Menurut McClelland dalam (Wiratomo, 2001), Indikator karakteristik
kewirausahaan; (1) Keinginan berprestasi, (2) Kemampuan manajemen, (3)
Tanggung jawab pribadi, (4) Tingkat keberanian mengambil risiko, (5) Tingkat
19
ide dan inovasi, (6) Orientasi pada masa depan, dan (7) Tingkat keperayaan
diri (Wiratomo, 2001).
c. Modal Usaha
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam penelitian (Nugraha,
2011) menjelaskan bahwa “modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai
pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda
(uang, barang, dan sebagainya) yang dapat digunakan untuk menghasilkan
sesuatu yang menambah kekayaan”.
Modal merupakan suatu faktor yang harus tersedia sebelum melakukan
kegiatan bisnis. Besar kecilnya modal berpengaruh terhadap perkembangan
usaha dalam pencapaian pendapatan (Riyanto, 2001). Beberapa modal yang
dibutuhkan dalam menjalankan bisnis antara lain, niat, tekad, pengetahuan,
keberanian, wawasan, serta modal berupa uang. Modal dalam pengertian ini
dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis (Putri, 2014).
Sumber modal usaha dapat diperoleh dari modal sendiri, bantuan
pemerintah, lembaga keuangan baik bank dan lembaga keuangan non bank.
Besar kecilnya modal akan mempengaruhi perkembangan usaha dalam
pencapaian pendapatan (Riyanto, 2001). Permasalahan yang menjadi dasar
setiap orang dalam memulai usaha adalah sulitnya akses untuk medapatkan
modal berupa uang tersebut.
Indikator Modal Usaha; (1) Struktur permodalan: modal sendiri dan
modal pinjaman, (2) Pemanfaatan modal pinjaman, (3) Hambatan dalam
20
mengakses modal eksternal, dan (4) Keadaan usaha setelah menambahkan
modal (Putri, 2014).
2. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
a. Definisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Banyak definisi atau pendapat para ahli tentang usaha mikro kecil
menengah yang dikemukakan dalam penelitian terdahulu ataupun dari lembaga
atau instansi bahkan dalam Undang-undang. Ada juga yang menyebut
golongan ekonomi lemah (GEL), usaha mikro ada juga yang menggunakan
istilah industri kecil dan sedang, serta ada juga yang menyebut dengan insudtri
rumah tangga.
Kreteria usaha penting dibedakan untuk penentuan kebijakan yang
terkait. Skala usaha dibedakan menjadi usaha mikro, usaha kecil, usaha
menengah dan usaha besar. Penyebutan UMKM adalah untuk ketiga skala
usaha selain usaha besar, yakni menengah, kecil, dan mikro. Dalam kehidupan
ekonomi sehari-hari, usaha mikro dan usaha kecil mudah dikenali dan mudah
dibedakan dari usaha besar (Amalia, 2009).
Menurut (Suryati, 2012), Usaha Mikro dan Kecil merupakan kegiatan
usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan
ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses
pemeratan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha
mikro dan kecil adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus
21
memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan
seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok
usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan Badan
Usaha Milik Negara.
Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2008 Pasal 1 dijelaskan bahwa:
1) Usaha Mikro
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2) Usaha Kecil
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha atau
usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
22
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
3) Usaha Menengah
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini:
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Menurut kategori Badan Pusat Statistik (BPS), usaha kecil identik
dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengaklasifikasikan
industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga
23
dengan pekerja 1-4 orang, (2) industri keil dengan pekerja 5-19 orang, (3)
industri menengah dengan pekerja 20-99 orang; (4) industri besar dengan
pekerja 100 orang atau lebih.
b. Landasan Hukum Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
1) Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/1UKK Tahun 1993
2) Keputusan Mentri Keuangan RI Nomor 316/KMK.616/1994
3) Undang-undang No. 9 Tahun 1995
4) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997
5) Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997
6) Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1998
7) INPRESS No. 10 Tahun 1999
8) Keputusan Presiden No. 127 Tahun 2001
9) Keputusan Presiden No. 56 Tahun 2002
10) Surat Keputusan Mentri Keuangan No. 40/KMK.06/2003
11) Peraturan Menegkop dan UKM No. 10/Per/M.KUKM/VI/2006
12) Peraturan Meneg BUMN Per 05/MBU/2007
13) Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah
c. Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Menurut Nurrohmah (2015) dalam penelitian Fitriani Prastiawati dan
Emile Satia Darma (2016), menjelaskan bahwa perkembangan usaha suatu
bentuk usaha kepada usaha tersebut agar dapat berkembang menjadi lebih baik
lagi dan mencapai pada satu titik atau puncak menuju kesuksesan (Darma,
2016).
24
Menurut Purdi E Chandra, perkembangan usaha merupakan suatu
keadaan terjadinya peningkatan omset penjualan. Tolak ukur tingkat
keberhasilan dan perkembangan perusahaan kecil dapat dilihat dari
peningkatan omset penjualan (Chandra, 2000).
Sedangkan menurut Indriyo Gito Sudarmo dalam jurnal Sulastri Rini dan
M. Astihan (2007), ukuran terhadap keberhasilan dari kebijaksanaan bisnis
tersebut dapat berupa besar kecilnya penghasilan (income) atau keuntungan
(profit) yang diperoleh. Alur tolak ukur dalam penelitian ini dilihat dari jumlah
pendapatannya, yaitu akan terjadi peningkatan pendapatan apabila
perkembangan usaha juga meningkat (Astiham, 2007).
Dari sebagian definisi perkembangan usaha diatas, dapat disimpulkan
bahwa perkembangan suatu adalah suatu bentuk usaha kepada usaha tersebut
agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan mencapai pada satu titik
atau puncak menuju kesuksesan (Darma, 2016). Teori ini dijadikan peneliti
sebagai indikator dalam penelitian dengan tujuan untuk memperkuat teori
variabel perkembangan usaha yang akan digunakan dalam pembuatan dan
penyebaran kuisioner penelitian.
Adapun indikator dari perkembangan usaha adalah; (1) jumlah
pendapatan (laba kotor), (2) peningkatan laba bersih, (3) jumlah nilai
penjualan, (4) jumlah pelanggan, (5) barang yang terjual, dan (6) perluasan
usaha (Darma, 2016).
25
d. Permasalahan dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Menurut Tulus Tambunan (2012), perkembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) di negara sedang berkembang dihalangi oleh banyak
hambatan. Hambatan-hambatan tersebut (atau itensitasnya) bisa berbeda antara
satu daerah dan daerah lain, atau antara pedesaan dan pekotaan, atau antar
sektor, atau antar sesama perusahaan di sektor yang sama. Namun demikian,
ada sejumlah persoalan yang umum untuk semua Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) di negara manapun juga, khususnya di dalam kelompok
negara sedang berkembang.
Rintangan-rintangan yang umum tersebut termasuk keterbatasan modal
kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan
pengadaan bahan baku dan input lainnya, keterbatsan pekerja dengan keahlian
tinggi (kualitas SDM rendah) dan kemampuan teknologi, biaya transportasi
dan energi yang tinggi; keterbatasan komunikasi, biaya tinggi akibat prosedur
administrasi dan birokrasi yang kompleks khususnya dalam pengurusan izin
usaha, dan ketidakpastian akibat peraturan dan kebijaksanaan ekonomi yang
tidak jelas atau tak menentu arahnya (Tambunan, 2012).
Selain itu, masalah lain pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
yaitu terdapat beberapa faktor eksternal lain yang menyangkut aspek
operasional dan pemberdayaan usaha. Salah satu faktor yang menjadi masalah
dalam berkmebangnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah dari
faktor pendanaan atau permodalan. Kurangnya peran lembaga keuangan dalam
kontribusi permodalan menghambat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
26
dalam melakukan kegiatan operasionalnya, sehingga dalam jangka panjang
akan mempengaruhi perkembangan usaha bahkan dapat menghambat.
Untuk mendorong perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) supaya bisa tumbuh dan berkembang dan menjadi pendorong utama
perekonomian Indonesia, pemerintah Indonesia mengambil kebijakan baik
melalui sektor perbankan ataupun melalui instansi terkait. Lembaga
pembiayaan berbentuk koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam
menjadi harapan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam
memberikan pembiayaan permodalan.
Akan tetapi, hadirnya lembaga lainnya yang berbentuk Bank Kredit
Desa, LDKP, credit union maupun lembaga non pemerintah lainnya tidak jelas
kelembagaan dan pembinaannya tersebut memungkinkan akan dapat
mempersulit pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dimasa
mendatang. Padahal secara fakta lembaga keuangan ini mempunyai peranan
yang signifikan dalam mendukung perkembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM).
e. Klasifikasi Usaha Mirko Kecil Menengah (UMKM)
Dalam perspektif perkembangannya, Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu:
1) Livelihood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang
lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang
kaki lima
27
2) Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3) Small Dynami Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima
pekerjaan subkontrak dan ekspor.
4) Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan
transformasi menjadi Usaha Besar (UB) (Rahmana, 2009).
f. Ciri-ciri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
1) Bahan baku mudah diperoleh.
2) Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih
teknologi.
3) Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun-temurun.
4) Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.
5) Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap dipasar
lokal/domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk
diekspor.
6) Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat, secara ekonomis
menguntungkan.
g. Peran Penting Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Secara umum Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam
perekonomian nasional memiliki peran:
1) Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi
28
2) Penyedia lapangan kerja terbesar
3) Pemain penting dalam pengembangan perekonomian local dan
pemberdayaa masyarakat
4) Pencipta pasar baru dan sumber inovasi
5) Kontribusinya terhadap neraca pembayaran (Kementrian Koperasi dan
UKM, 2008).
3. Akad Pembiayaan
Dalam istilah Fiqih, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi
tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak,
seperti wakaf, talak, dan sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak,
seperti jual beli, sewa, wakalah, dan gadai.
Menurut Santoso dalam buku (Ascarya, 2008) menjelaskan akad
berarti keterkaitan antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan
kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam
lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu.
Menurut (Hasan, 2014), akad adalah kontrak antara dua belah pihak.
Akad mengikat kedua belah pihak yang bersepakat, yakni masing-masing
pihak terkait untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang
telah disepakati terlebih dahulu.
Sementara (Karim, 2013) memaparkan bahwa terdapat perbedaan
antara wa’ad dan akad. Wa’ad adalah janji antara satu pihak ke pihak
lainnya yang hanya bersifat mengikat satu pihak, yakni pihak yang memberi
29
janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya, sedangkan pihak
yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya.
Dalam wa’ad, terms and condition-nya belum ditetapkan secara rinci dan
spesifik (belum well defined).
Sementara akad adalah kontrak antara dua belah pihak yang bersifat
mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing
pihak terkait untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang
telah disepakati terlebih dahulu. Dalam akad, terms and condition-nya
sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik (belum well defined) (Karim,
2013).
Dari segi ada atau tidaknya kompensasi, fiqh muamalat membagi aqad
menjadi dua bagian, yaitu aqad tabbaru’ dan aqad tijarah.
a. Akad Tabbaru’
Akad tabbaru’ (gratuitous contrat) adalah segala macam perjanjian yang
menyangkut not-for profit transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini
pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil.
Akad tabbaru’ dilakukan dengan tujuan tolong-menolong dalam rangka
berbuat kebaikan.
Dalam akad tabbaru’, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak
berhak mensyaratkan imbalan apa pun pada pihak lainnya. Imbalan dari
akad tabbaru’ adalah dari Allah SWT. Contoh akad-akad tabbaru’ adalah
qard, rahn, hiwalah, wakalah, kafalah, wadi’ah, hibah, waqf, shadaqah,
hadiah dan lain-lain (Karim, 2013).
30
Bank syariah atau lembaga keuangan syariah yang bertujuan untuk
mendaptkan laba tidak dapat mengandalkan akad-akad tabbaru’ untuk
mencari keuntungan dan mendapatkan laba. Bila tujuannya adalah untuk
mendapatkan laba, maka yang digunakan adalah akad yang bersifat
komersil, yaitu akad tijarah.
b. Akad Tijarah
Akad tijarah/mu’awadah (compensational contract) adalah segala
macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad-akad ini
dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, karena itu bersifat komersil.
Contoh akad tijarah adalah akad-akad investasi, jual-beli, dan sewa-
menyewa. Kemudian, berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang
diperolehnya, akad tijarah pun dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
Natural Certainty Contracts (NCC) dan Natural Uncertainty Contracts
(NUC) (Karim, 2013).
1) Natural Certainty Contracts (NCC)
Dalam NCC, kedua belah pihak saling mempertukarkan aset yang
dimilikinya, karena itu objek pertukarannya (baik barang maupun jasa)
pun harus ditetapkan diawal akad dengan pasti, baik jumlahnya
(quantity), mutunya (quality), harganya (price), dan waktu
penyerahannya (time of delivery). Kontark-kontrak ini secara
“sunnatullah” (by their nature) menawarkan return yang tetap dan pasti.
Akad yang termasuk dalam kategori ini adalah kontrak-kontrak yang
berbasis jual-beli, upah-mengupah, dan sewa-menyewa, yaitu:
31
a) Akad Jual-Beli (Al-Bai’ Murabahah, Salam dan Istishna’)
b) Akad Sewa-Menyewa (Ijarah dan IMBT)
2) Natural Uncertainty Contracts (NUC)
Dalam NUC, pihak-pihak yang bertransaksi saling mencampurkan
asetnya (baik real assets maupun financial assets) menjadi satu
kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama-sama untuk
mendapatkan keuntungan. Kontrak ini tidak memberikan kepastian
pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu
(timing)-nya. Akad yang termasuk dalam kategori kontrak ini adalah
kontrak-kontrak investasi. Kontrak investasi secara “sunnatullah” (by
their nature) tidak menawarkan return yang tetap dan pasti, jadi
sifatnya tidak fixed and predetermined. Contoh-contoh NUC adalah
sebagai berikut: (Karim, 2013)
a) Musyarakah (wujuh, ‘inan, abdan, muwafadhah, mudharabah)
b) Muzara’ah
c) Musaqah
d) Muqhabarah
Konsep Natural Certainty Contracts (NCC) dan Natural
Uncertainty Contracts (NCC) berkaitan dengan teori percampuran dan
pertukaran. Dalam bentuk yang pertama, cash flow dan timing-nya bisa
diprediksi dengan relatif pasti, karena sudah disepakati oleh kedua
belah pihak yang bertransaksi di awal akad (fixed and predetermined).
Sedangkan dalam bentuk yang kedua sebaliknya, yakni cash flow dan
32
timing-nya tidak pasti karena tidak bergantung pada hasil investasi.
Tingkat return investasinya bisa positif, negatif, atau nol (not fixed and
not predetermined) (Karim, 2013).
4. Pembiayaan Musyarakah
a. Definisi Pembiayaan Musyarakah
Menurut Adiwarman A. Karim, musyarakah adalah suatu bentuk dari
usaha bagi hasil yang dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja
sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-
sama (Karim, 2013).
Menurut Afzalur Rahman dalam (Fauzi, 2006), secara bahasa al-syirkah
berarti al-ikhtilath (pecampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih,
sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan.
Istilah lain dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan.
Musyarakah merupakan akad kerja sama diantara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan
Dalam musyarakah, para mitra sama-sama menydiakan modal untuk
membiayai suatu usaha tertentu dan bekerja bersama mengelola usaha
tersebut. Modal yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk
kepentingan pribadi atau dipinjamkan kepada pihak lain tanpa seizin mitra
lainnya (Wasilah, 2015).
33
Sedangkan menurut istilah musyarakah adalah akad persekutuan dalam
hal modal, keuntungan dan tasharruf (pengelolaan). Musyarakah juga
diartikn sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(mal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama dengan kesepakatan (Hasan, 2014).
Ascarya dalam bukunya yang berjudul “Akad dan Produk Bank Syariah”
mengatakan pembiayaan musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua
atau lebih pengusaha pemilik modal/dana bekerja sama sebagai mitra usaha
membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha
pemilik modal berhak ikut serta dalam manajemen perusahaan, tetapi tidak
merupakan keharusan. Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola
usaha sesuai kesepakatan dan mereka juga dapat meminta gaji/upah untuk
tenaga dan keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tertentu (Ascarya,
2008).
PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana.
Dari sebagian definisi musyarakah diatas, dapat disimpulkan bahwa
musyarakah adalah suatu bentuk dari usaha bagi hasil yang dilandasi adanya
34
keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang
mereka miliki secara bersama-sama. (Karim, 2013).
Indikator pembiayaan musyarakah dalam penelitian ini dilihat dari
definisi, skema, ketentuan, perhitungan dan lain-lain dengan tujuan untuk
memperkuat teori variabel pembiayaan musyarakah yang akan digunakan
dalam pembuatan dan penyebaran kuisioner penelitian. Adapun indikator
yang digunakan dalam variabel pembiayaan musyarakah ini adalah; (1)
kesepakatan kerja sama, (2) Modal, (3) kontribusi kerja, dan (4) bagi hasil
usaha (Karim, 2013).
b. Landasan Hukum Pembiayaan Musyarakah
1) Dasar Hukum Positif
a) Pasal 19 ayat (1) huruf c dan ayat (2) huruf c UU No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah
b) Pasal 21 huruf b angka 1 UU Perbankan Syariah
c) Peraturan Bank Indonesia No: 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksaan
Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan dan Penyaluran
Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, Pasal (1) ayat (3) huruf
a.
2) Dasar Hukum Syariah
Berdasarkan Fatwa DSN MUI Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Pembiayaan Musyarakah:
Garis panduan pada produk syariah adalah Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN). Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan
35
peraturan dan ketentuan yang berkenaan dengan semua kegiatan dalam
lembaga keuangan syariah. Fatwa dibuat dengan tujuan mengatur tata
cara pelaksanaan akad-akad sesuai dengan ketentuan syari’ah Islam.
Peraturan dan ketentuan itu disesuaikan dengan jenis pada setiap akad
(Arumingtiyas, 2014).
Secara etimiologi fatwa berasal dari bahasa arab yaitu (االفتاء) yang
merupakan mufrod (tunggal) dan memiliki arti pendapat resmi atau
fatwa. Menurut bahasa Indonesia fatwa berarti “jawaban” atau
keputusan yang diberikan oleh ahli hukum islam atau mufti
(Kamalludin, 2015).
Di dalam dasar hukum yang dipakai dalam menetapkan fatwa DSN
tentang pembiayaan musyarakah, DSN menggunakan sumber hukum
Islam dengan urutan yang sesuai menurut teori fikih dan ushul fikih,
yaitu Al-Qur‟an, Hadits Nabi, Ijma Ulama, dan Kaidah Fikih.
Meskipun substansi fatwa DSN tentang pembiayaan musyarakah saling
melengkapi, tidak semuanya menggunakan dalil yang sama, ada yang
menggunakan dalil yang langsung mengacu kepada maksud dari
substansi fatwa yang dibuat, namun sebagian lagi hanya menggunakan
perbandingan.
Fatwa ekonomi syariah DSN saat ini tidak hanya mengikat bagi
praktisi lembaga ekonomi syariah, tetapi juga bagi masyarakat Islam
Indonesia, apalagi fatwa-fatwa itu kini telah dipositivisasi melalui
36
Peraturan Bank Indonesia (PBI). Bahkan DPR baru-baru ini, telah
mengamandemen UU No 7/1989 tentang Peradilan Agama yang secara
tegas memasukkan masalah ekonomi syariah sebagai wewenang
Peradilan Agama (Kamalludin, 2015).
Dalam perkembangan ekonomi syariah, fatwa mempunyai peranan
penting dan menjadi aspek organik dalam bangunannya, fatwa juga
menjadi alat ukur bagi kemajuan ekonomi syariah di Indonesia. Secara
teknis fatwa ekonomi syariah tampil menyuguhkan pembaharuan
dalam fiqh muamalah maaliyah (fiqh ekonomi) (Amin, 2008).
Dalam proses penetapan fatwa ekonomi syariah DSN melakukannya
melalui rapat pleno yang dihadiri oleh semua anggota DSN, BI atau
lembaga otoritas keuangan lainnya, dan pelaku usaha baik perbankan,
asuransi, pasar modal, maupun lainnya. Alur penetapan fatwa tentang
ekonomi syariah adalah sebagai berikut:
a) Badan Pelaksana Harian DSN-MUI menerima usulan atau
pertanyaan hukum mengenai suatu produk lembaga keuangan
syariah. Usulan atau pertanyaan hukum ini bisa dilakukan oleh
praktisi lembaga perekonomian melalui Dewan Pengawas Syariah
atau langsung ditujukan pada sekretariat Badan Pelaksana Harian
DSN-MUI.
37
b) Sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris paling lambat satu hari
kerja setelah menerima usulan atau pertanyaan harus menyampaikan
permasalahan kepada ketua.
c) Ketua Badan Pelaksana Harian DSN-MUI bersama anggota BPH
DSN-MUI dan staff ahli selambat-lambatnya 20 hari kerja harus
membuat memorandum khusus yang berisi telaah dan pembahasan
terhadap suatu pertanyaan atau usulan hukum tersebut.
d) Ketua Badan Pelaksana Harian DSN-MUI selanjutnya membawa
hasil pembahasan kedalam rapat pleno DSN-MUI untuk mendapat
pengesahan.
e) Memorandum yang sudah mendapat pengesahan dari rapat pleno
DSN-MUI ditetapkan menjadi fatwa DSN-MUI. Fatwa tersebut
ditandatangani oleh ketua DSN-MUI dan sekretaris DSN-MUI
(Amin, 2008).
Pada dasarnya segala macam bentuk syarat yang dikembangkan dari
syarat umum dalam hukum bisnis Islam diperbolehkan, akan tetapi itu
dibatasi dengan adanya dalil hukum Islam yang melarangnya. Hal ini
sesuai dengan kaidah fiqh sebagai berikut: “Pada dasarnya, semua
bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkan”.
Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah,
sehingga memacu produk layanan dan jasa agar dapat melayani
keperluan masyarakat. Salah satu produk yang berkembang di BMT
38
Mekar Da’wah Serpong adalah pembiayaan musyarakah. Pembiayaan
musyarakah adalah akad kerjasama antara dua orang atau lebih dalam
hal modal dengan keuntungan dan kerugian ditanggung bersama-sama
sesuai dengan kesepakatan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam
Al-Quran surat Ash-Shad24:
Artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim kepada
sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh, dan amat sedikitlah mereka
ini”.
Mengingat pentingnya suatu hukum syariah atas suatu akad, maka
Dewan Syariah Nasional (DSN) merumuskan beberapa sumber hukum
terkait dibuatnya Fatwa tentang pembiayaan musyarakah ini, yang
terdiri dari:
a) Friman Allah Q.S Shad: 24
“…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
bersyarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian
lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh;
dan amat sedikitlah mereka ini…”
b) Firman Allah Q.S Al-Mai’dah: 1
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…”
39
c) Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah
“Allah swt. berfirman: “Aku adalah pihak ketiga dari dua orang
yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak
yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari
mereka.” (HR. Abu Daud, yang dishahihkan oleh al-Hakim, dari
Abu Hurairah).
d) Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.”
e) Taqrir Nabi terhadap kegiatan musyarakah yang dilakukan oleh
masyarakat pada saat itu.
f) Ijma’ Ulama atas kebolehan musyarakah
g) Kaidah Fiqh
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya.”
Adapun tujuan diterbitkannya fatwa ini adalah guna meningkatkan
kesejahteraan usaha antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tententu yang memerlukan dana dari pihak lain, dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dan risiko
ditanggung sesuai kesepakatan bersama. Fatwa ini diharapkan dapat
40
dijadikan pedoman bagi Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS), agar cara
yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam.
Fatwa ini dibuat dengan memperhatikan Pendapat peserta Rapat
Pleno Dewan Syari’ah Nasional pada hari Kamis, tanggal 18 Muharram
1421 H/13 April 2000, serta telah disetuji oleh Ketua Dewan Syari’ah
Nasional MUI; Prof. KH. Ali Yafie dan Sekretaris Dewan Syariah
Nasional MUI; Drs.H.A. Nazri Adlani.
c. Jenis-jenis Pembiayaan Musyarakah
1) Syirkah al-‘inan
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam
kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian
sebagaimana yang disepakati. Akan tetapi porsi dari masing-masing
pihak tidak harus sama dan identik.
2) Syirkah Mufawadhah
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam
kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama.
Dengan demikian syarat utama dari jenis musyarakah ini adalah
kesamaan dana yang diberikan. Kerja, tanggungjawab, dan beban utang
dibagi oleh masing-masing pihak.
41
3) Syirkah A’maal
Adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.
4) Syirkah Wujuh
Adalah kontrak dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan
prestise baik serta dalam bisnis. Pekerjaan yang dijalankan seperti
membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang
tersebut secara tunai. Keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan
kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra (Hasan, 2013).
d. Rukun dan Syarat Ketentuan Pembiayaan Musyarakah
1) Rukun-rukun dalam musyarakah:
a) Pelaku akad, terdapat dua pihak dalam pembiayaan musyarakah
yaitu pihak pertama (mitra aktif) dan pihak kedua (mitra pasif),
yang mana kedua pihak berstirkah
b) Objek akad berupa modal dan kerja
c) Proyek usaha (masyru’)
d) Ijab qabul (sighat)
e) Nisbah bagi hasil
2) Syarat yang harus dipenuhi dalam Musyarakah:
a) Benda (harta dinilai dengan uang)
b) Harta-harta itu sesuai dalam jenis dan macamnya
c) Harta-harta diampur
d) Satu sama lain membolehkan untuk membelanjakan harta itu
42
e) Untung rugi diterima dengan ukuran harta masing-masing
(Wasilah, 2015).
e. Konsep dan Penerapan Pembiayaan Musyarakah
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Musyarakah
Sumber: (Wasilah, 2015)
1) BMT dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan
bersama-sama menyediakan dana dan/atau barang untuk membiayai suatu
kegiatan usaha tertentu;
2) Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan BMT sebagai mitra usaha
dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan
wewenang yang disepakati seperti melakukan review, meminta bukti-bukti
dari laporan hasil usaha yang dibuat oleh nasabah berdasarkan bukti
pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan;
Mitra Pasif Mitra aktif
Proyek Usaha
Keuntungan
Bagi Hasil
43
3) Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk
nisbah yang disepakati;
4) Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka
waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak (Wasilah,
2015).
5. Pembiayaan Murabahah
a. Definisi Pembiayaan Murabahah
Menurut Adiwarman A. Karim, Murabahah adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati
oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural
certainty contract (yakni memberikan kepastian pembiayaan baik dari segi
jumlah maupun waktu, cash flownya bisa diprediksi dengan relatif pasti,
karena sudah disepakati oleh kedua belah pihak yang bertransaksi di awal
akad). Dikategorikan sebagai natural certainty contract karena dalam
murabahah ditentukan berapa requaired rate of profit-nya (besarnya
keuntungan yang ingin diperoleh) (Karim, 2013).
Menurut (Antonio, 2011), murabahah adalah suatu pembiayaan dengan
akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati, dimana penjual harus member tahu harga produk yang ia beli
dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Sementara
menurut (Dimyauddin, 2010), murabahah merupakan salah satu jual beli
44
amanan (atas dasar kepercayaan), sehingga harga pokok pembelian dan
tingkat keuntungan harus diketahui secara jelas.
Menurut (Siamat, 2004), pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual-
beli antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang
diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang
bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan
yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.
Selanjutnya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah juga memberikan definisi tentang murabahah dalam Penjelasan
Pasal 19 ayat (1) huruf D. Menurut Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf D
tersebut, yang dimaksud dengan akad murabahah adalah Akad Pembiayaan
suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang
disepakati.
Dari sebagian definisi musyarakah diatas, dapat disimpulkan bahwa
murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati yang oleh penjual dan pembeli
(Karim, 2013).
Indikator pembiayaan murabahah dalam penelitian yang dilihat dari
definisi, skema, ketentuan, perhitungan dan lain-lain dengan tujuan untuk
memperkuat teori variabel pembiayaan murabahah yang akan digunakan
dalam pembuatan dan penyebaran kuisioner penelitian.
45
Adapun indikator yang digunakan dalam pembiayaan murabahah
adalah; (1) kesepakatan jual-beli, (2) margin keuntungan, dan (3) cara
pembayaran (tunai atau cicilan), (4) penerimaan barang (Karim, 2013).
b. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah
1) Dasar Hukum Positif
a) Fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah
b) Pasal 19 ayat (1) huruf d dan ayat (2) huruf d UU No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah
c) Pasal 21 huruf b angka 2 UU Perbankan Syariah
d) Peraturan Bank Indonesia No: 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksaan
Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan dan Penyaluran
Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, Pasal (1) ayat (3) huruf
a.
2) Dasar Hukum Syariah
Berdasarkan Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Pembiayaan Murabahah:
Garis panduan pada produk syariah adalah Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN). Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan
Peraturan dan ketentuan yang berkenaan dengan semua kegiatan dalam
lembaga keuangan syariah. Fatwa dibuat dengan tujuan mengatur tata
cara pelaksanaan akad-akad sesuai dengan ketentuan syari’ah Islam.
Peraturan dan ketentuan itu disesuaikan dengan jenis pada setiap akad
(Arumingtiyas, 2014).
46
Secara etimiologi fatwa berasal dari bahasa arab yaitu (االفتاء) yang
merupakan mufrod (tunggal) dan memiliki arti pendapat resmi atau
fatwa. Menurut bahasa Indonesia fatwa berarti “jawaban” atau
keputusan yang diberikan oleh ahli hukum islam atau mufti
(Kamalludin, 2015).
Di dalam dasar hukum yang dipakai dalam menetapkan fatwa DSN
tentang murabahah, DSN menggunakan sumber hukum Islam dengan
urutan yang sesuai menurut teori fikih dan ushul fikih, yaitu Al-Qur‟an,
Hadits Nabi, Ijma Ulama, dan Kaidah Fikih. Meskipun substansi fatwa
DSN tentang murabahah saling melengkapi, tidak semuanya
menggunakan dalil yang sama, ada yang menggunakan dalil yang
langsung mengacu kepada maksud dari substansi fatwa yang dibuat,
namun sebagian lagi hanya menggunakan perbandingan.
Fatwa ekonomi syariah DSN saat ini tidak hanya mengikat bagi
praktisi lembaga ekonomi syariah, tetapi juga bagi masyarakat Islam
Indonesia, apalagi fatwa-fatwa itu kini telah dipositivisasi melalui
Peraturan Bank Indonesia (PBI). Bahkan DPR baru-baru ini, telah
mengamandemen UU No 7/1989 tentang Peradilan Agama yang secara
tegas memasukkan masalah ekonomi syariah sebagai wewenang
Peradilan Agama (Kamalludin, 2015).
Dalam perkembangan ekonomi syariah, fatwa mempunyai peranan
penting dan menjadi aspek organik dalam bangunannya, fatwa juga
47
menjadi alat ukur bagi kemajuan ekonomi syariah di Indonesia. Secara
teknis fatwa ekonomi syariah tampil menyuguhkan pembaharuan
dalam fiqh muamalah maaliyah (fiqh ekonomi) (Amin, 2008).
Dalam proses penetapan fatwa ekonomi syariah DSN melakukannya
melalui rapat pleno yang dihadiri oleh semua anggota DSN, BI atau
lembaga otoritas keuangan lainnya, dan pelaku usaha baik perbankan,
asuransi, pasar modal, maupun lainnya. Alur penetapan fatwa tentang
ekonomi syariah adalah sebagai berikut:
a) Badan Pelaksana Harian DSN-MUI menerima usulan atau
pertanyaan hukum mengenai suatu produk lembaga keuangan
syariah. Usulan atau pertanyaan hukum ini bisa dilakukan oleh
praktisi lembaga perekonomian melalui Dewan Pengawas Syariah
atau langsung ditujukan pada sekretariat Badan Pelaksana Harian
DSN-MUI.
b) Sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris paling lambat satu hari
kerja setelah menerima usulan atau pertanyaan harus
menyampaikan permasalahan kepada ketua.
c) Ketua Badan Pelaksana Harian DSN-MUI bersama anggota BPH
DSN-MUI dan staff ahli selambat-lambatnya 20 hari kerja harus
membuat memorandum khusus yang berisi telaah dan pembahasan
terhadap suatu pertanyaan atau usulan hukum tersebut.
48
d) Ketua Badan Pelaksana Harian DSN-MUI selanjutnya membawa
hasil pembahasan kedalam rapat pleno DSN-MUI untuk mendapat
pengesahan.
e) Memorandum yang sudah mendapat pengesahan dari rapat pleno
DSN-MUI ditetapkan menjadi fatwa DSN-MUI. Fatwa tersebut
ditandatangani oleh ketua DSN-MUI dan sekretaris DSN-MUI
(Amin, 2008).
Pada dasarnya segala macam bentuk syarat yang dikembangkan dari
syarat umum dalam hukum bisnis Islam diperbolehkan, akan tetapi itu
dibatasi dengan adanya dalil hukum Islam yang melarangnya. Hal ini
sesuai dengan kaidah fiqh sebagai berikut: “Pada dasarnya, semua
bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkan”.
Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah,
sehingga memacu produk layanan dan jasa agar dapat melayani
keperluan masyarakat. Salah satu produk yang berkembang di BMT
Mekar Da’wah Serpong adalah murabahah. Murabahah adalah akad
jual beli barang dengan menyatakan perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah275:
Artinya: "…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…."
49
Serta hadis Nabi SAW:
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka." (HR. al-
Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
Mengingat pentingnya suatu hukum syari’ah atas suatu akad, maka
Dewan Syariah Nasional (DSN) merumuskan beberapa sumber hukum
terkait dibuatnya Fatwa tentang murabahah ini, yang terdiri dari:
a) Firman Allah Q.S Al-Nisa’: 29
“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di
antaramu…”
b) Firman Allah Q.S Al-Baqarah: 275
"…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba…."
c) Firman Allah Q.S Al-Ma’idah:1
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…”
d) Firman Allah Q.S Al-Baqarah: 280
“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai ia berkelapangan…”
50
e) Hadis Nabi SAW:
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka." (HR.
al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
f) Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah:
“Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli
tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan
untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
g) Hadis Nabi riwayat Tirmidzi:
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram” (HR. Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf).
h) Hadis Nabi riwayat jama’ah:
“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu
adalah suatu kezaliman…”
i) Hadis Nabi riwayat Nasa’I, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad:
“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu
menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya.”
51
j) Hadis Nabi riwayat ‘Abd al-Raziq dari Zaid Aslam:
“Rasulullah SAW. ditanya tentang ‘urban (uang muka) dalam jual
beli, maka beliau menghalalkannya.”
k) Ijma' Mayoritas ulama tentang kebolehan jual beli dengan cara
Murabahah (Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, juz 2, hal. 161; lihat
pula al-Kasani, Bada’i as-Sana’i, juz 5 Hal. 220-222).
l) Kaidah Fiqh:
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya.”
Adapun tujuan diterbitkannya fatwa ini adalah guna membantu
masyarakat guna melangsungkan dan meningkatkan kesejahteraan dan
berbagai kegiatan dari segi hukum ekonomi syari’ah dalam hal
penyaluran dana dari bank ataupun Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS)
berdasarkan prinsip jual-beli.
Fatwa ini dibuat dengan memperhatikan Pendapat peserta Rapat
Pleno Dewan Syari’ah Nasional pada hari Sabtu, tanggal 26 Dzulhijjah
1420 H/1 April 2000, serta telah disetuji oleh Ketua Dewan Syari’ah
Nasional MUI; Prof. KH. Ali Yafie dan Sekretaris Dewan Syariah
Nasional MUI; Drs.H.A. Nazri Adlani.
c. Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah
Menurut (Wiroso, 2005) dalam penelitian Asmi Nur Siwi Kusmiyati
mengatakan bahwa Pembiayaan murabahah dapat dibedakan menjadi dua
52
macam, yaitu: (1) Murabahah berdasarkan pesanan dan (2) Murabahah
tanpa pesanan.
Pembiayaan murabahah berdasarkan pesanan dapat dibedakan menjadi
murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat dan merubahah
berdasarkan pesanan yang bersifat tidak mengikat. Sedangkan jika dilihat
cara pembayarannya, maka murabahah dapa dilakukan dengan cara tunai
atau dengan pembayaran tangguh (Wiroso, 2005).
d. Rukun dan Ketentuan dalam Pembiayaan Murabahah
1) Pelaku cakap hukum dan baligh
2) Objek jual beli harus memenuhi syarat berikut:
a) Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal
b) Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau
memiliki nilai
c) Barang tersebut dimiliki oelh penjual
d) Barang yang diketahui spesifikasinya, bukan barang yang gharar
e) Barang yang diketahui kualitas dan kuantitasnya
f) Harga barang tersebut jelas
3) Ijab Kabul (Wasilah, 2015).
e. Konsep dan Penerapan Pembiayaan Murabahah
53
Gambar 2.2
Skema Pembiayaan Murabahah
(1)
(4)
(5)
(2) (3)
Sumber: (Wasilah, 2015)
1) Kedua pelaku (pembeli dan penjual) melakukan akad murabahah
2) Penjual memesan dan membeli barang pada supplier
3) Barang diserahkan dari produsen
4) Barang diserahkan kepada pembeli
5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli (Wasilah, 2015).
6. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
a. Definisi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Menurut Agus Rasidi dalam (Sholahuddin, 2013), Penggunaan
istilah BMT diambil dari katakata Baitul Maal Wa Baitul Tamwil, yang
kemudian dalam perkembangannya menjadi Baitul Maal wa Tamwil
yang disingkat menjadi BMT. Ada dua bagian dari BMT yang keduanya
memiliki fungsi dan pengertian yang berbeda.
Pertama, Baitul Maal merupakan lembaga penerima zakat, infak,
sadaqoh (ZIS) dan sekaligus menjalankannya sesuai dengan peraturan
dan amanahnya. Sedangkan Baitul Tamwil adalah lembaga keuangan
Produsen
Suplier
Pembeli Penjual
54
yang berorientasi bisnis dengan mengembangkan usaha-usaha produktif
dan investasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi
masyarakat terutama masyarakat dengan usaha skala kecil
(Sholahuddin, 2013).
Menurut (Muhammad, 2004), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa yang tidak menggunakan bunga tetapi
menggunakan sistem bagi hasil yang produknya sendiri berlandaskan
pada Al-Qura’an dan Hadits Nabi SAW.
Menurut (Sumiyanto, 2008), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang
bergerak dalam skala mikro sebagaimana koperasi simpan pinjam
(KSP). Pada dasarnya BMT merupakan suatu lembaga keuangan
syariah yang berupaya mengembangkan dan meningkatkan kegiatan
ekonomi khususnya pengusaha kecil ke bawah. Dalam melaksanakan
operasionalnya, BMT berpedoman pada prinsip syariah.
b. Tujuan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Menurut (Muhammad, 2005), pembiayaan yang diberikan BMT
kepada pengusaha mikro dan kecil diberikan dalam rangka untuk:
1) Upaya memaksimalkan laba
Artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu
menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu
55
mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal
maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.
2) Upaya meminimalkan risiko
Artinya: usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba
maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan risiko
yang mungkin timbul. Risiko kekurangan modal usaha dapat
diperoleh melalui tindakan pembiayaan.
3) Pendayagunaan sumber ekonomi
Artinya: sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan
melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya
manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan
sumber daya manusianya ada, dan sumber modal tidak ada. Maka
dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan
pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber daya
ekonomi.
4) Penyaluran kelebihan dana
Artinya: dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki
kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya
dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi
jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan (surplus)
kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.
56
c. Fungsi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Menurut (Muhammad, 2005), dalam rangka mencapai tujuannya,
BMT berfungsi sebagai:
1) Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong, dan
mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi
anggota.
2) Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan
islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi
persaingan global.
3) Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
4) Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pemilik
dana dengan dhuafa terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat,
infaq, sedekah, hibah dan lain-lain.
5) Menjadi perantara keuangan antara pemilik dana, baik sebagai
pemodal maupun sebagai penyimpan dengan pengguna dana untuk
usaha pengembangan produktif.
d. Prinsip Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Menurut (Ridwan, 2011), dalam melaksanakan usahanya Baitul
Maal Wat Tamwil (BMT) berpegang teguh pada prinsip utama sebagai
berikut:
57
1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan
mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip Syariah dan
mu’amalah Islam kedalam kehidupan nyata.
2) Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan
dan mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil,
dan berakhlaq mulia.
3) Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi.
4) Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar
semua elemen BMT.
5) Kemandirian, yakni mandiri diatas semua golongan politik, tidak
tergantung pada dana-dana pinjaman tetapi senantiasa proaktif untuk
menggalang dana masyarakat sebanyak-banyaknya.
6) Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi, dengan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang senantiasa ditingkatkan yang
dilandasi keimanan. Kerja yang tidak hanya berorientasi pada
kehidupan dunia saya, tetapi juga kemikmatan dan kepuasan rohani
dan akherat.
7) Istiqimah, yakni konsisten, konsekuen, kontinuitas atau
berkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa.
58
e. Sistem Pembiayaan BMT
Menurut (Antonio, 2011), pembiayaan merupakan salah satu tugas
BMT, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Menurut sifat penggunaanya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua
hal, yaitu:
1) Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukkan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun
investasi.
2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi
dua hal, yaitu:
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan.
2) Pembiaayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu.
59
B. Penelitian Terdahulu
Tabel berikut ini merupakan daftar penelitian-penelitian terdahulu yang
digunakan oleh peneliti sebagai acuan dan landasan teori dalam penelitian ini:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti /
Tahun
Judul
Penelitian
Variabel Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Fitriani
Prastiawati
dan Emile
Satia
Darma
(2016)
Peran
Pembiayaan
Baitul Maal
Wat Tamwil
Terhadp
Perkembangan
Usaha dan
Peningkatan
Kesejahteraan
Anggotanya
dari Sektor
Mikro
Pedagang
Pasar
Tradsional
Variabel
(X)
Pembiayaan
BMT
Variabel
(Y)
Perkembang
an Usaha,
Peningkatan
Kesejahtera
an
Objek
penelitian
pada BMT
Variabel
yang
digunakan
Perkembang
an Usaha
Metode
yang
digunakan
struktural
equation
model
(SEM)
Responden
dan
jumlahnya
yang
digunakan
dalam
penelitian
Pembiayaan
BMT tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
perkembangan
usaha namun
berpengaruh
signifikan
terhadap
peningkatan
kesejahteraan
2. Riska Putri
Anggraini
(2016)
Peran Kredit
Koperasi Serba
Usaha (KSU)
Nuansa Baru
Terhadap
Perkembangan
Usaha Mikro
di Kecamatan
Karanganyar
Variabel
Penelitian:
Jumlah modal
usaha, Jumlah
omzet
penjualan,
Jumlah laba
usaha dan
Jumlah
tenaga kerja
Variabel
yang
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
Perkembang
an Usaha
Teknik
pengambila
n sampel
mengguana
kan simple
random
sampling
Metode
yang
digunakan
uji pangkat
tanda
Wilcoxon
Objek
penelitian
pada
Koperasi
Serba Usaha
Responden
dan
jumlahnya
yang
digunakan
dalam
penelitian
Terdapat
perbedaann
antara jumlah
modal usaha,
omzet penjualan,
laba usaha,
jumlah tenaga
kerja (Variabel
Perkembangan
Usaha) sebelum
dan sesudah
menerima kredit
dari KSU
Nuansa Baru.
60
No Peneliti /
Tahun
Judul
Penelitian
Variabel Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Siti
Jubaedah
dan Rina
Destiana
(2015)
Implikasi
Pembiayaan
Syariah
Terhadap
Usaha Mikro,
Kecil dan
Menengah
(UMKM) di
Kabupaten
Cirebon
Variabel
(X)
Pembiayaan
Syariah
Variabel
(Y)
Perkembang
an Usaha
(aset, omset
dan laba)
Variabel
yang
digunakan
Perkembang
an Usaha
Mikro Kecil
Menengah
(UMKM)
Variabel
yang
digunakan
Pembiayaan
Syariah
(mudharaba
h dan
musyarakah
)
Metode
yang
digunakan
Analisis
Regresi
Sederhana
Objek
penelitian
pada bank
syariah
Responden
dan
jumlahnya
yang
digunakan
dalam
penelitian
Pembiayaan
Syariah dengan
menggunakan
akad
mudharabah dan
musyarakah
berpengaruh
signifikan
terhadap
perkembangan
(aset, omset,
laba bersih)
UMKM di
Kabupaten
Cirebon
4. Linda
Novita, M.
Kholil
Nawawi
dan Hilman
Hakiem
(2014)
Pengaruh
Pembiayaan
Murabahah
Terhadap
Perkembangan
UMKM di
Kecamatan
Leuwiliang
(Studi Kasusu
BPRS Amanah
Ummah)
Variabel
(X)
Pembiayaan
Murabahah
Variabel
(Y)
Perkembang
an UMKM
Variabel
yang
digunakan
Pembiayaan
Murabahah
Variabel
yang
digunakan
Perkembang
an UMKM
Objek
Penelitian
pada BPRS
Metode
yang
digunakan
analisis
korelasi
Responden
dan
jumlahnya
yang
digunakan
dalam
penelitian
Pemberian
pembiayaan
murabahah
terhadap
perkembangan
usaha nasabah
memiliki
pengaruh dan
positif dan
signifikan, yang
berarti adanya
hubungan positif
antara
pembiayaan
murabahah
dengan
perkembangan
UMKM.
61
No Peneliti /
Tahun
Judul
Penelitian
Variabel Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Sri
Murwanti
dan
Muhamma
d
Sholahuddi
n
(2013)
Peran
Keuangan
Lembaga
Mikro Syariah
Untuk Usaha
Mikro di
Wonogiri
Variabel
(X)
Pembiayaan
Mudharabah
Variabel
(Y)
Perubahan
Keuntungan
Objek
penelitian
pada BMT
Metode
analisis data
yang
digunakan
analisis
regresi
berganda
Variabel
yang
digunakan
Mudharabah
dan
Perubahan
Keuntungan
Jenis
penelitian
studi
empiris
Responden
dan
jumlahnya
yang
digunakan
dalam
penelitian
Lembaga
keuangan
syariah (BMT)
(pembiayaan
mudharabah)
berpengaruh
terhadap
perkembangan
usaha yang
ditunjukan oleh
variabel
perubahan
keuntungan
6.
Lukytawati
Anggraeni,
Herdiana
Puspitasari,
Salahuddin
El Ayubbi
dan Rani
Wiliasih
(2013)
Akses UMKM
Terhadap
Pembiayaan
Mikro Syariah
dan
Dampaknya
Terhadap
Perkembangan
Usaha: Kasus
BMT Tadbiirul
Ummah
Kabupaten
Bogor
Variabel
(X)
Pembiayaan
Syariah
Variabel
(Y)
Perkembang
an Usaha
Objek
penelitian
pada BMT
Variabel
yang
digunakan
Perkembang
an Usaha
Metode
analisis data
yang
digunakan
analisis
regresi
berganda
Responden
dan
jumlahnya
yang
digunakan
dalam
penelitian
Menggunak
an metode
regresi
logisik
Pembiayaan
mikro syariah
dari BMT
berdampak
positif terhadap
perkembangan
UMKM
62
No Peneliti /
Tahun
Judul
Penelitian
Variabel Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7.
Enggar
Pradipta
Widyaresti
dan Achma
Hendra
Setiawan
(2012)
Analisis Peran
BRI Unit
Ketandan
dalam
Pemberian
Kredit Usaha
Rakyat Bagi
Pengusaha
Mikro dan
Kecil di
Kecamatan
Ngawen
Kabupaten
Klaten
Variabel
penelitian:
Modal,
Produksi,
Omzet
Penjualan,
Keuntungan
Variabel
yang
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
Perkembang
an Usaha
Teknik
pengambila
n sampel
menggunak
an simple
random
sampling
Objek
penelitian
pada Bank
Metode
yang
digunakan
uji pangkat
tanda
Wilcoxon
Responden
dan
jumlahnya
yang
digunakan
dalam
penelitian
Terjadi
peningkatan
Modal, Produksi,
Omzet Penjualan
dan Keuntungan
setelah
mendapatkan
pinjaman KUR
Sumber: Data diolah oleh Penulis
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang disajikan pada tabel 2.1 diatas,
terdapat 7 penelitian yang meneliti terhadap perkembangan usaha. Dari tujuh
penelitian sebelumnya terdapat tiga penelitian yang meneliti pada BMT, dua
penelitian pada bank, satu penelitian pada BPRS dan satu penelitian pada koperasi
serba usaha (KSU). Namun pada penelitian sebelumnya lokasi penelitian
dilakaukan pada tempat yang berbeda dan didominasi daerah Jawa serta waktu
penelitian paling terbaru pada tahun 2016.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menyempurnakan dan
mengembangkan penelitian tentenang pengaruh pembiayaan musyarakah dan
murabahah terhadap perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) (studi
kasus pada mitra BMT Mekar Da’wah Serpong).
63
C. Keterkaitan Antar variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Pengaruh Pembiayaan Musyarakah Terhadap Perkembangan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Pembiayaan Musyarakah merupakan suatu bentuk dari usaha bagi hasil
yang dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk
meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama (Karim,
2013).
Dalam musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk
membiayai suatu usaha tertentu dan bekerja bersama mengelola usaha tersebut.
Modal yang ada harus digunakan dalam rangkan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi
atau dipinjamkan kepada pihak lain tanpa seizin mitra lainnya (Wasilah, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Widagdo dan Nurul Qomar
(2015) menunjukan hasil bahwa pembiayaan murabahah memiliki pengaruh
signifikan terhadap perkembangan usaha namun pembiayaan musyarakah tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan usaha.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Jubaedah dan Rina Destiana (2015)
menunjukan bahwa pembiayaan syariah dengan akad mudharabah dan
musysrakah memiliki pengaruh positif signifikan terhadap perkembangan aset,
omset penjualan dan laba bersih Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di
Kabupaten Cirebon.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani Prastiawati dan
Emile Satia Darma (2016) yang menunjukan bahwa pembiayaan BMT
64
(musyarakah, mudharabah, murabahah, ijarah dan qardh) pada pedagang
pasar tradisional yang menjadi anggota BMT di Bantul tidak berpengaruh
signifikan terhadap persepsi pedagang tersebut tentang perkembangan usaha
dan peningkatan kesejahteraannya.
2. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Perkembangan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Pembiayaan Murabahah merupakan transaksi jual-beli dimana bank
menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara
nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok
ditambah keuntungan (margin) (Karim, 2013). Murabahah adalah suatu
pembiayaan dengan akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati, dimana penjual harus memberi tahu harga pokok
yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya
(Antonio, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Widagdo dan Nurul Qomar
(2015) menunjukan hasil bahwa pembiayaan murabahah memiliki pengaruh
signifikan terhadap perkembangan usaha namun pembiayaan musyarakah tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan usaha. Penelitian yang
dilakukan oleh Linda Novita dkk (2015) menunjukan hasil bahwa pembiayaan
murabahah berpengaruh positf signifikan terhadap perkembangan Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani Prastiawati dan
Emile Satia Darma (2016) yang menunjukan bahwa pembiayaan BMT
65
(musyarakah, mudharabah, murabahah, ijarah dan qardh) pada pedagang
pasar tradisional yang menjadi anggota BMT di Bantul tidak berpengaruh
signifikan terhadap persepsi pedagang tersebut tentang perkembangan
usahanya dan peningkatan kesejahteraannya.
3. Pengaruh Pembiayaan Musyarakah dan Murabahah Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Menurut (Ascarya, 2008) musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika
dua atau lebih pengusaha pemilik modal/dana bekerja sebagai mitra usaha
membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha pemilik
modal berhak ikut serta dalam manajemen perusahaan, tetapi tidak merupakan
keharusan.
Menurut (Siamat, 2004) murabahah adalah perjanjian jual-beli antara
bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh
nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar
harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang disepakati antara
bank syariah dan nasabah.
Selain musyarakah dan murabahah masih banyak jenis pembiayan
syariah lainnya, namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggukan dua jenis
pembiayaan yang akan digunakan dalam melihat pengaruhnya terhadap
perkembangan usaha. Menurut (Anggraeni, 2017) selaku kepala bagian
operasional BMT Mekar Da’wah mengatakan bahwa pembiayaan musyarakah
dan murabahah merupakan jenis pembiayaan yang paling banyak digunakan,
sehingga sangat tepat jika jenis pembiayaan ini dijadikan variabel penelitian.
66
D. Kerangka Berfikir
Dari pemaparan tinjauan pustaka di atas, maka susunan kerangka berpikir
teoritis yang dibangun adalah sebagai berikut:
Gambar 2.3
Kerangka Pemikirian Penelitian
Perkembangan
Usaha (Y)
Pembiayaan
Musyarakah (X1)
Pembiayaan
Murabahah (X2)
Fenomena
Keterbatasan pelaku usaha dalam mendapatkan suntikan modal mendorong
BMT hadir sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang fokus beroperasi pada
perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan diharapkan dapat
membantu masalah permodalan bagi pelaku usaha sesuai dengan prinsip syariah.
Manajaemen Kewirausahaan
Uji Kualitas Data
Uji Asumsi Klasik
Uji Hipotesis
Uji Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
67
E. Hipotesis
Berdasarkan teori, penelitian sebelumnya, dan kerangka berfikir diatas,
untuk menguji pengaruh antara variabel dependen dan variabel independen, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H01: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel pembiayaan
musyarakah terhadap perkembangan usaha secara parsial.
Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel pembiayaan musyarakah
terhadap perkmebangan usaha secara parsial.
H02: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel pembiayaan
murabahah terhadap perkembangan usaha secara parsial.
Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel pembiayaan murabahah
terhadap perkembangan usaha secara parsial.
H03: Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel pembiayaan
musyarakah dan murabahah terhadap perkembangan usaha secara simultan.
Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pembiayaan musyarakah
dan murabahah terhadap perkembangan usaha secara simultan.
68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan termasuk ke dalam
penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui antara
satu variabel dengan variabel lain (Sugiyono, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kausalitas yang
menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Agar
penelitian ini terarah dan mendekati apa yang diharapkan. Maka
pembatasannya dibatasi dalam penelitian ini pembiayaan musyarakah dan
pembiayaan murabahah terhadap perkembangan usaha mikro kecil menengah.
Objek penelitian ini adalah Nasabah/Mitra Usaha BMT Mekar Da’wah
Serpong yang menggunakan jenis pembiayaan musyarakah dan pembiayaan
murabahah. Adapun alasan penulis memilih BMT Mekar Da’wah Serpong
sebagai objek penelitian dikarenakan BMT Mekar Da’wah Serpong merupakan
salah satu dari BMT terbaik yang ada di Kota Tangerang Selatan. Hal ini
dibuktikan dengan diberikannya piagam penghargaan dari Dinas Koperasi dan
UMK Kota Tangerang Selatan kepada BMT Mekar Da’wah sebagai BMT
(kopsyah) berprestasi ke-3 tingkat Kota Tangerang Selatan.
Hasil wawancara dengan Ibu Nurrisma Septia Anggraeni selaku Kepala
Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah mengatakan bahwa BMT Mekar
Da’wah Serpong merupakan BMT yang cukup unggul di wilayah Serpong,
69
yang ditunjukan dari pelaku usaha yang berada di pasar Serpong lebih banyak
menggunakan pembiayaan yang diberikan BMT Mekar Da’wah dibandingkan
BMT atau koperasi syariah lainnya yang ada di wilayah Serpong (Anggraeni,
2017). Ditambah dengan kualitas pelayanan yang diberikan BMT Mekar
Da’wah kepada mitra usaha lebih bersifat kekeluargaan, sehingga hal ini dapat
menjadi nilai lebih serta menjadikan mitra lebih merasa nyaman dan puas
sebagai mitra usaha dari BMT Mekar Da’wah.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada
responden dimana kuisioner yang disebar menggunakan 2 variabel independen
yaitu pembiayaan musyarakah dan pembiayaan murabahah serta 1 variabel
dependen yaitu perkembangan usaha.
Tempat penelitian skripsi ini adalah pada BMT Mekar Da’wah Serpong
dan penyebaran kuisioner dilakukan di wilayah Pasar Serpong Tangerang
Selatan. Waktu penelitian ini dilakukan pada Agustus sampai dengan
September 2017.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi menurut (Sugiyono, 2012) adalah “wilayah generelisasi
(umum) yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk mempelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya” Populasi adalah sumber data dalam
penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas. Populasi yang
70
akan dijadikan dalam objek penelitian ini adalah nasabah/mitra dari BMT
Mekar Da’wah Serpong yang menggunakan pembiayaan musyarakah dan
murabahah.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah suatu bagian atau proporsi dari populasi tertentu yang
menjadi kajian atau perhatian (Suharyadi, 2007). Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah teknik sampel probabilitas (probability
sampling), dimana setiap anggota populasi berpeluang untuk menjadi
anggota sampel.
Adapun teknik penentuan sampel menggunakan penarikan sampel
acak sederhana (simple random sampling), artinya cara pengambilan
sampel anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan
strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Akdon, 2013).
Menurut Gay dan Diehl menyatakan 30 subjek dipandang sebagai
ukuran sampel yang minimal yang dapat diterima. Begitu juga menurut
Roscoe dalam Sugiono menyatakan bahwa ukuran sampel yang layak dalam
penelitian adalah antara 30 sampai 500 (Sugiyono, 2010). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitiain ini menggunakan rumus dari Taro
Yamane atau Slovin sebagai berikut:
Dimana: n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan
71
Diketahui jumlah populasi mitra yang menggunakan pembiayaan
musyarakah dan murabahah BMT Mekar Da’wah adalah sebanyak N = 175
dan tingkat presisi yang ditetapkan 10% (Akdon, 2013).
𝑛 =𝑛
𝑁.𝑑2+1=
175
(175).0,12 +1=
175
(175).(0.01)+1 =
175
2,75 = 63.63
Maka didapatkan jumlah sampel 63.63 yang dibulatkan menjadi 64
sampel mitra BMT Mekar Da’wah.
C. Jenis dan Sumber Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan oleh penulis adalah
sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti
langsung melalui objek penelitian berupa wawancara, dan menyebar angket
atau kuesioner. Kuesioner adalah suatu alat pengumpulan data yang
nantinya data tersebut akan diolah untuk menghasilkan informasi tertentu
(Umar, 2002).
Angket/kuesioner ini digunakan bertujuan untuk mengetahui secara
langsung tanggapan responden yang berhubungan dengan topik penelitian.
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner
kepada nasabah/mitra dari BMT Mekar Da’wah Serpong yang
menggunakan pembiayaan musyarakah dan murabahah yang diperlukan
informasinya dalam mendukung penulisan skripsi.
72
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen
(Sugiyono, 2010). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
berbagai sumber, diantaranya; data-data yang didapat dari BMT Mekar
Da’wah Serpong, literatur kepustakaan seperti buku, artikel, hasil laporan
atau referensi dari berbegai sumber seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian Koperasi
dan UKM serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi ini.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Field Research
Peneliti ini menggunakan data primer, data primer adalah data yang
didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan
seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kousioner yang biasa
dilakukan oleh peneliti. Data tersebut diperoleh dari hasil pengisian
kousioner.
Alat pengumpul data ini umumnya terdiri dari serangkaian
pernyataan tertulis yang digunakan untuk mengumpulkan informasi
penelitian yang dikehendaki. Dalam kuesioner ini, penulis
menggunakan data interval dengan skala likert yaitu skala yang
73
berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap
sesuatu.
Untuk mengukur persepsi dari responden yang telah dikumpulkan
digunakan Skala Likert. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibuat
dengan menggunakan skala 1-5 untuk mewakili pendapat para
responden, kuesioner ini dibagikan kepada responden secara langsung.
Tabel 3.1
Nilai Skala Likert
No. Keterangan Skor
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
b. Library Research
Library Research (Studi Kepustakaan), yaitu data yang diperoleh
dari baerbagai literatur, buku-buku, jurnal ilmiah, prosiding, penelitian
terdahulu, dan dari berbagai sumber pustaka lainnya yang sudah
terakreditasi dan berhubungan objek yang diteliti sebagai upaya untuk
memperoleh data yang relevan dengan bahan kajian penulisan skripsi.
c. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau
pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau
kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang seiring berjalannya waktu.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan
penelitian dengan menggunakan teknologi yang berkembang yaitu
internet, sehingga data yang di peroleh merupakan data yang sesuai
74
dengan perkembangan zaman. Dalam media internet media
menggunakan www.google.com dan www.googlescholar.co.id untuk
mengakses jurnal-jurnal ilmiah maupun prosiding terbaru.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana data
yang digunakan dalam penelitian ini menganalisis pengaruh antara pembiayaan
musyarakah dan pembiayaan murabahah terhadap perkembangan usaha mikro
kecil menengah. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi liniear
berganda dengan menggunakan program komputer yaitu software statistical
package for the social science (SPSS) versi 23 dan Microsoft excel 2013.
Berikut metode yang digunakan adalah metode yang digunakan dalam
menganalisis data:
1. Uji Kualitas Data
Ada 2 syarat penting yang berlaku pada sebuah angket yaitu keharusan
sebuah angket untuk valid dan reliabel.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kousioner. Suatu kousioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kousioner mampu untuk mengungkapkan ssesuatu yang akan diukur
oleh kousioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan
membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom
(df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r hitung lebih
75
besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau
indikator tersebut dinyatakan valid. Dengan menggunakan
correlation coefefficient person (Ghozali, 2016).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Suatu kousiner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban sesorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
SPPS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji
statistik Cronbach Alpha (ά). Suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.70 (Ghozali,
2016).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan tahapan awal yang digunakan sebelum
analisis linear berganda (Ghozali, 2011). Ketika asumsi tidak terpenuhi,
biasanya peneliti menggunakan berbagai solusi agar asumsinya dapat
terselesaikan. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual
berdistribusi normal merupakan suatu kurva berbentuk lonceng (bell
shaped curve) yang kedua sisinya melebar sampai tidak terhingga.
76
Distribusi data tidak normal karena terdapat nilai ekstrem dalam data
yang diambil (Suliyanto, 2005).
Salah satu cara mudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya jumlah sampel yang kecil.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data residual normal maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Ghozali I. , 2016).
Selain dengan metode grafik, digunakan juga metode uji One
Sampel Kolmogorov-Smirnov. Dalam hal ini untuk mengetahui
apakah distribusi residual terdistribusi normal atau tidak. Residual
berdistribusi normal jika nilai signifikansi > dari 0,05 (Priyatno,
2014).
b. Uji Multikolinieritas
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
77
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya.
Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi
variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance).
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai Tolerance > 0.10 atau sama dengan VIF
< 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolonieritas
(Ghozali, 2016).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, jika
berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak
terjadi heterokedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung
situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar).
78
Salah satu cara untuk memprediksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas adalah dengan cara melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di - studentized.
Dengan analisis jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2011).
Selain dengan metode grafik, uji heteroskedastisitas juga dapat
menggunakan metode Uji Glejser. Uji glejser merupakan uji stsatistik
yang digunkan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas.
Menurut Gujarati dalam (Ghozali I. , 2016), uji glejser mengusulkan
untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen
dengan persamaan regresi:
|Ut| = α + ßXt + vt
79
3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini di uji dengan menggunakan model
regresi liniear berganda. Model regresi liniear berganda bertujuan untuk
memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel
independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2010).
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-
variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan software
Microsoft Excel 2013 dan SPSS 23.
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali,
2016). Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel
(independen) secara masing-masing parsial atau individual memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terkait (dependen) pada
tingkat signifikasi 0.05 (5%) dengan menggangap variabel bebas
bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji t
yaitu dengan pengujian di bawah ini (Usman, 2006).
Hipotesis:
Ho : βi = 0 artinya masing-masing variabel bebas tidak ada pengaruh
yang signifikan dari variabel terikat.
Ha : βi ≠ 0 artinya masing-masing variabel bebas ada pengaruh yang
signifikan dari variabel terikat.
80
Bila probabilitas > α 5% variabel bebas tidak signifikan atau
tidak mampu mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho
terima, Ha tolak).
Bila probabilitas < α 5% variabel bebas signifikan atau
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho tolak, Ha terima).
Rumus Uji t:
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji pengaruh simulatan digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama atau simultan
mempengaruhi variabel dependen pada tingkat signifikan 0.05 (5%)
(Ghozali, 2016).
4. Analisis Regresi Linier Berganda
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah sebuah koefisien yang
memperlihatkan besarnya variasi yang ditimbulkan oleh variabel
bebas yang dinyatakan dengan presentase. Koefisien determinasi
didefinisikan sebagai kuadrat dari koefisien korelasi. Sehingga untuk
hasil analisis data diatas, koefisien determinasi antara X dan Y adalah
kuadrat dari rxy, yaitu r2xy (Sugiyono, 2012).
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
81
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali I. , 2016).
Uji koefisien determinasi berguna mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel bebas dalam merangkai variabel terikat, yaitu
mengetahui seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel
dependen, namun untuk regresi linear berganda sebaiknya
menggunakan R square yang telah disesuaikan atau tertulis adjusted
R square, karena telah disesuaikan dengan jumlah variabel
independen yang digunakan dalam penelitian (Bhuono, 2005).
Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan
dapat naik atau turun akibat adanya penambahan variabel baru dalam
model. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien
korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat
digunakan kriteria sebagai berikut (Sugiyono, 2012).
Tabel 3.2
Kriteria Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap
Koefisien Korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
82
b. Rigresi Linier Berganda
Regresi linier berganda bertujuan untuk memperoleh gambaran
yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen untuk kinerja pada masing-masing perusahaan baik
secara parsial maupun secara simultan. Sebelum melakukan uji linear
berganda, mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik guna
menghasilkan hasil yang terbaik (Ghozali, 2011).
Adapun persamaan regresi linear berganda tersebut yaitu:
Y = a+b1x1+b2x2+b3x3=e
Dimana:
Y = Perkembangan usaha mikro kecil memengah
X1 = Pembiayaan musyarakah
X2 = Pembiayaan murabahah
a = Konstanta
e = Standar eror
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah merupakan salah satu bentuk
umum dari usaha bagi hasil. Transaksi musyarakah dilandasi adanya
keinginan para pihak yang berkerja sama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki secara bersama-sama (Karim A. A., 2013).
83
b. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli (Karim A. A., 2013).
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam peneltian ini adalah perkembangan
usaha (UMKM). Menurut Nurrohmah (2015) dalam penelitian Fitriani
Prastiawati dan Emile Satia Darma (2016), menjelaskan bahwa
perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha tersebut
agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan mencapai pada sau
titik atau puncak menuju kesuksesan (Darma, 2016).
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel
Indikator
No.
Pertanyaan
dalam
angket
Skala
Pengukuran
Pembiayaan
Musyarakah
(X1) dalam
Adiwarman A.
Karim (2013)
1) Kesepakatan
Kerja sama
1 & 2
Interval Likert
(1 – 5)
2) Modal 3 & 4
3) Kontribusi
Kerja
5 & 6
4) Bagi Hasil
Usaha
7 & 8
Pembiayaan
Murabahah
(X2) dalam
Adiwarman A.
Karim (2013)
1) Kesepakatan
Jual-Beli
1 & 2 Interval Likert
(1 – 5)
2) Marjin
Keuntungan
3 & 4
84
3) Cara
Pembayaran
(tunai atau
cicilan)
5 & 6
4) Penerimaan
Barang
7 & 8
Perkembangan
Usaha (Y)
dalam Fitriani
Prastiawati &
Emile Satia
Darma (2016)
1) Jumlah
Pendapatan
(Laba
Kotor)
1 Interval Likert
(1 – 5)
2) Peningkatan
laba bersih
2
3) Jumlah nilai
penjualan
3
4) Jumlah
pelanggan
4
5) Barang yang
terjual
5
6) Perluasan
usaha
6
85
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian
1. Sejarah BMT Mekar Da’wah
Ide pembentukan berawal dari pengembangan ekonomi umat
dengan berbasis syariah yang berbentuk lembaga keuangan mikro atau
Baitul Maal wat-Tamwil (BMT). Pada awalnya bernama BMT Taruna
Quran yang memulai kerja atau operasional awal November 2003 dan
resmi berdiri 12 Februari 2004 dengan nama BMT Mekar Da’wah,
manajemen kepengurusan BMT Mekar Da’wah masih dipegang oleh
manajemen BMT Taruna Qur’an Yogyakarta.
Manajemen Taruna Yogyakarta mengalami kendala cukup berat
yang menyebabkan di bulan Juni 2004, sehingga penanganan BMT Mekar
Da’wah terpisah dari BMT Taruna Quran Yogyakarta sebagai induk,
hingga diambil alih sebuah komunitas yang peduli Syariah dari Jakarta.
Pembenahan Manajemen itu dilaksanakan tim Counterpart hingga
mengalami perkembangan yang positif sehingga cukup layak dianggap
sebuah lembaga keuangan mikro yang berbasis syariah Islam.
Meskipun kondisi dari ekstenal dan internal di BMT Mekar
Da’wah mengalami pasang surut tetapi kinerja operasional membaik walau
sering terjadi pergantian pengurus, pengelola dan lokasi usaha. Kinerja
dari BMT baik di Baitul Tamwil tertata rapi dan pada sisi Baitul Maal
menunjukkan peranannya. BMT Mekar Da’wah di Serpong makin diakui
86
serta dipercaya, bahkan menjadi lembaga yang mendapat tempat tersendiri.
BMT Mekar Da’wah makin berkembang dengan adanya program-program
kemaslahatan umat, didukung oleh lembaga-lembaga yang bersinergi
dengan BMT, baik lembaga keuangan pendidikan, sosial, pemerintahan dan
lainnya (Anggraeni, 2017).
2. Visi dan Misi BMT Mekar Da’wah
BMT Mekar Da’wah dalam pelaksanaan kegiatannya, mengusung
visi dan misi sebagai berikut:
a. Visi BMT Mekar Da’wah
Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah yang handal karena kualitas
pelayanan dan kinerja operasional, dalam pengembangan dan
pemberdayaan sumber dayanya hingga berkesinambungan dan selalu
berusaha sesuai prinsip syariah.
b. Misi BMT Mekar Da’wah
1) Meningkatkan taraf hidup dan kemampuan baik sosial maupun
ekonomi masyarakat melalui muamalah sesuai syari’ah.
2) Meningkatkan baik kuantitas maupun kualitas pelayanan dan kinerja
operasional dalam bermuamalah.
3) Membangun kepercayaan dan mengengembangkan kerja sama
dengan berbagai pihak, baik Serpong hingga skala nasional.
4) Usaha yang memiliki keunggulan kompetitif, accountable serta
terpercaya dalam bermuamalah dan tetap dalam koridor yang sesuai
dengan prinsip syariah.
87
5) Mewujudkan lembaga yang ideal bagi pengembangan diri dan
pembentukan sumber daya yang selalu tetap konsisten dalam
menerapkan kinerjanya sesuai dengan prinsip syariah.
3. Struktur Kepengurusan BMT Mekar Da’wah
Kepengurusan BMT Mekar Da’wah saat ini merupakan kepengurusan
periode 2013-2016 yang memiliki struktur organisasi sebagai berikut:
a. Dewan Pengurus : Drs. Madyo Wratsongko, MM
Dr. Euis Amalia, M.Ag
H. Wiroso, S.E., MBA
b. Ketua Pengurus : Ismail
c. Sekretaris : Azhar Ahmad
d. Bendahara : Mudzakir
e. Pengelola (Manajer) : Irvan Rahmat Riva’i
f. Baitul Tamwil
1) Ka. Bag Pemasaran : Ahmad Fauzi
2) Operasional : Nurisma Septia Anggraeni S.E
3) Teller : Shara Devi M.A
g. Baitul Maal : Chandra Ghufta Kas
B. Analisis Deskriptif
Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang
sampel penelitian, maka pada sub bab ini akan disampaikan hal-hal penting
dalam penafsiran penelitian. Gamabaran sampel yang akan dibahas berupa
jenis kelamin, usia, alamat, agama, pendidikan terakhir dan jenis usaha.
88
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan yaitu Mitra BMT
Mekar Da’wah yang menggunakan pembiayaan musyarakah dan
murabahah. Jumlahnya sebanyak 175 mitra, namun peneliti hanya
menggunakan sampel 64 responden.
1. Penyebaran Kuisioner
Tabel 4.1
Penyebaran Kuisioner
Keterangan Jumlah
Kuisioner yang disebar 64
Kuisioner yang kembali 64
Kuisioner yang tidak kembali 0
Kuisioner yang digunakan 64
Kuisioner yang tidak
digunakan
0
Dari data tabel 4.1 diatas diketahui bahwa penyebaran kuisioner
pada penelitian ini adalah sebanyak 64 dan kuisioner yang kembali
adalah 64 yang artinya semua kuisioner yang disebar dapat kembali ke
peneliti. Kemudian kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 64, mengingat sampel yang digunakan adalah sebanyak 64 mitra.
2. Deskripsi Responden
Setiap responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang
berbeda. Untuk ini peneliti melakukan pengelompokan dengan
karakteristik tertentu. Karakteristik responden ini digunakan untuk
menggambarkan keadaan atau kondisi responden yang dapat
memberikan informasi tambahan guna membantu memahami hasil
penelitian. Adapun karakteristik responden yang menjadi sampel dalam
penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan; jenis kelamin, usia, alamat,
89
agama, pemdidikan terakhir dan jenis usaha. Klasifikasi karakteristik
responden dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Data Karakteristik Responden
No Karakteistik Jumlah Persentase
1 Jenis Kelamiin:
a. Laki-laki
b. Perempuan
21
43
32,8%
67,1%
Total 64 100
2 Usia:
a. 20 – 30 Tahun
b. 31 – 40 Tahun
c. 41 – 50 Tahun
d. > 51 Tahun
24
21
11
8
37,5%
32,3%
17,2%
12,5%
Total 64 100
3 Alamat:
Pasar Serpong
64
100%
Total 64 100
4 Agama:
a. Islam
b. Nasrani
63
1
98,4%
0,2%
Total 64 100
5 Pendidikan Terakhir:
a. SD/SMP
b. SMA
c. Sarjana
29
33
2
45,3%
51,6%
0,3%
Total 64 100
6 Jenis Usaha:
a. Pedagang sayur
b. Pedagang sembako
c. Pedagang pakaian
d. Pedagang makanan
e. Lainnya
33
12
7
11
1
51,6%
18,8%
0.11%
0,17%
0,2
Total 64 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
90
Dari hasil tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah responden
laki-laki (32,8%) lebih sedikit dari reponden perempuan yaitu sebanyak
(67,1%). Proporsi terbesar usia responden (37,5%) yaitu responden yang
berumur 20-30 tahun, yang dibandingkan dengan proporsi usia responden
31-40 tahun (32,3%), proporsi usia responden 41-50 tahun (17,2%), dan
proposri persentase responden (12,5%).
Untuk proporsi responden berdasarkan alamat pada Pasar Serpong
yaitu 100% karena semua responden melakukan usahanya pada lingkungan
Pasar Serpong. Selanjutnya untuk proporsi responden berdasarkan agama,
responden yang beragama Islam sebesar (98,4%) sedangkan sisanya
responden beragama Nasrani sebesar (0,2%). Proporsi responden
berdasarkan riwayat pendidikan terkahir, responden dengan riwayat
pendidikan terakhir SD/SMP sebesar (45,3%), SMA sebesar (51,6%), dan
Sarjana sebesar (0,2%).
Sedangkan untuk proporsi responden berdasarkan jenis usaha,
terdiri responden dengan jenis usaha sebagai pedagang sayur sebesar
(51,6%), responden dengan jenis usaha sebagai pedagang sembako sebesar
(18,8%), responden dengan jenis usaha sebagai pedagang pakaian sebesar
(0,11%), responden dengan jenis usaha sebagai pedagang makanan sebesar
(0,17%), dan responden dengan jenis usaha sebagai lainnya sebesar (0,2%).
91
C. Hasil Uji Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
a. Variabel Independen
1) Variabel Pembiayaan Musyarakah (X1)
Berikut ini adalah hasil jawaban responden mengenai
variabel Pembiayaan Musyarakah (X1). Pada penelitian ini
variabel pembiayaan musyarakah diukur melalui 8 pertanyaan
yang disebarkan kepada 64 responden dan mempresentasikan
indikator-indikator dari variabel tersebut. Indikator dari
variabel pembiayaan musyarakah yaitu (a) kesepakatan kerja
sama, (b) modal, (c) kontribusi kerja, dan (d) bagi hasil usaha.
a) Kesepakatan Kerja sama
Tabel 4.3
Kerja sama ini dilakukan oleh saya sebagai mitra 1
dan BMT Mekar Da’wah sebagai mitra 2
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 21 32,3%
2 Setuju 36 56,2%
3 Ragu 7 10,4%
4 Tidak Setuju 0 0%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa kerja sama pembiayaan
musyarakah ini dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah
sebagai mitra 1 dan saya sebagai mitra 2, sebanyak 21
92
responden (32,3%) menjawab Sangat Setuju, sebanyak 36
responden (56,2%) menjawab Setuju, dan sebanyak 7
responden (10,4%) menjawab Ragu.
Tabel 4.4
Kerja sama ini dilakukan untuk meningkatkan nilai
aset usaha (keuntungan) antara saya dan BMT Mekar
Da’wah
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 24 37,5%
2 Setuju 32 50,0%
3 Ragu 2 3,1%
4 Tidak Setuju 6 9,3%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa kerja sama ini dilakukan
untuk meningkatkan nilai aset usaha (keuntungan) antara
saya dan BMT Mekar Da’wah, sebanyak 24 responden
(37,5%) menjawab Sangat Setuju, sebanyak 32 responden
(50,0%) menjawab Setuju, sebanyak 2 responden (3,1%)
menjawab Ragu, dan sebanyak 6 responden (9,3%)
menjawab Tidak Setuju.
b) Modal
Tabel 4.5
Modal kerja sama ini didapat dari kedua mitra antara
saya dan BMT Mekar Da’wah
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 20 31,5%
2 Setuju 39 60,9%
3 Ragu 4 6,2%
4 Tidak Setuju 1 1,5%
93
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa modal kerja sama ini
didapat dari kedua mitra antara saya dan BMT Mekar
Da’wah, sebanyak 20 responden (31,5%) menjawab Sangat
Setuju, sebanyak 39 responden (60,9%) menjawab Setuju,
sebanyak 4 responden (6,2%) menjawab Ragu, dan
sebanyak 1 responden (1,5%) menjawab Tidak Setuju.
Tabel 4.6
Modal yang diserahkan dalam bentuk tunai/kas
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 20 31,5%
2 Setuju 30 46,8%
3 Ragu 13 20,3%
4 Tidak Setuju 1 1,5%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa modal yang diserahkan
dalam bentuk tunai/kas, sebanyak 20 responden (31,5%)
menjawab Sangat Setuju, sebanyak 30 responden (46,8%)
menjawab Setuju, sebanyak 13 responden (20,3%)
menjawab Ragu, dan sebanyak 1 responden (1,5%)
menjawab Tidak Setuju.
94
c) Kontribusi Kerja
Tabel 4.7
Kontribusi kerja antara saya dan BMT Mekar Da’wah
diatur sebagai mitra aktif dan mitra pasif
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 18 28,1%
2 Setuju 36 56,2%
3 Ragu 10 15,6%
4 Tidak Setuju 0 0%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa kontribusi kerja antara
saya dan BMT Mekar Da’wah diatur sebagai mitra aktif dan
mitra pasif, sebanyak 18 responden (28,1%) menjawab
Sangat Setuju, sebanyak 36 responden (56,2%) menjawab
Setuju, dan sebanyak 10 responden (15,6%) menjawab
Ragu.
Tabel 4.8
Saya berperan sebagai mitra aktif dalam kerja sama
ini
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 19 29,6%
2 Setuju 33 51,6%
3 Ragu 10 15,6%
4 Tidak Setuju 2 3,1%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa saya berperan sebagai
95
mitra aktif dalam kerja sama ini, sebanyak 19 responden
(29,6%) menjawab Sangat Setuju, sebanyak 33 responden
(51,6%) menjawab Setuju, sebanyak 10 responden (15,6%)
menjawab Ragu, dan sebanyak 2 responden (3,1%)
menjawab Tidak Setuju.
d) Bagi Hasil Usaha
Tabel 4.9
Keuntungan dari kerja sama ini dibagi sesuai nisbah
keuntungan antara saya dengan BMT Mekar Da’wah
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 20 31,2%
2 Setuju 38 59,3%
3 Ragu 4 6,2%
4 Tidak Setuju 2 3,1%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa Keuntungan dari kerja
sama ini dibagi sesuai nisbah keuntungan antara saya
dengan BMT Mekar Da’wah, sebanyak 20 responden
(31,2%) menjawab Sangat Setuju, sebanyak 38 responden
(59,3%) menjawab Setuju, sebanyak 4 responden (6,2%)
menjawab Ragu, dan sebanyak 2 responden (3,1%)
menjawab Tidak Setuju.
96
Tabel 4.10
Kerugian dalam kerja sama ini dibagi sesuai dengan
porsi kontribusi modal yang diserahkan
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 19 29,6%
2 Setuju 39 60,9%
3 Ragu 4 6,2%
4 Tidak Setuju 2 3,1%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa kerugian dalam kerja sama
ini dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal yang
diserahkan, sebanyak 19 responden (29,6%) menjawab
Sangat Setuju, sebanyak 39 responden (60,9%) menjawab
Setuju, sebanyak 4 responden (6,2%) menjawab Ragu, dan
sebanyak 2 responden (3,1%) menjawab Tidak Setuju.
2) Variabel Pembiayaan Murabahah (X2)
Berikut ini adalah hasil jawaban responden mengenai
variabel Pembiayaan Murabahah (X2). Pada penelitian ini
variabel pembiayaan Murabahah diukur melalui 8 pertanyaan
yang disebarkan kepada 64 responden dan mempresentasikan
indikator-indikator dari variabel tersebut. Indikator dari
variabel pembiayaan Murabahah yaitu (a) kesepakatan jual-
beli, (b) marjin keuntungan, (c) cara pembayaran (tunai atau
cicilan), dan (d) peneriamaan barang.
97
a) Kesepakatan Jual-Beli
Tabel 4.11
Transaksi jual-beli ini dilakukan oleh saya sebegai
pembeli dan BMT Mekar Da’wah sebagai penjual
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 17 26,5%
2 Setuju 39 60,9%
3 Ragu 6 9,3%
4 Tidak Setuju 2 3,1%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa transaksi jual-beli ini
dilakukan oleh saya sebegai pembeli dan BMT Mekar
Da’wah sebagai penjual, sebanyak 17 responden (26,5%)
menjawab Sangat Setuju, sebanyak 39 responden (60,9%)
menjawab Setuju, sebanyak 6 responden (9,3%) menjawab
Ragu, dan sebanyak 2 responden (3,1%) menjawab Tidak
Setuju.
Tabel 4.12
Barang yang diperjualbelikan antara saya dan
BMT Mekar Da’wah bukanlah barang yang
diharamkan oleh syariat Islam
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 25 39,1%
2 Setuju 34 53,1%
3 Ragu 1 1,5%
4 Tidak Setuju 3 4,6%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
98
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa Barang yang
diperjualbelikan antara saya dan BMT Mekar Da’wah
bukanlah barang yang diharamkan oleh syariat Islam,
sebanyak 25 responden (39,1%) menjawab Sangat Setuju,
sebanyak 34 responden (53,1%) menjawab Setuju,
sebanyak 1 responden (1,5%) menjawab Ragu, dan
sebanyak 3 responden (4,6%) menjawab Tidak Setuju.
b) Marjin Keuntungan
Tabel 4.13
BMT Mekar Da’wah sebagai penjual mencantumkan
harga barang yang akan di jual beserta margin
(keuntungannya) kepada saya
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 21 32,8%
2 Setuju 35 54,6%
3 Ragu 6 9,3%
4 Tidak Setuju 2 3,1%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa BMT Mekar Da’wah
sebagai penjual mencantumkan harga barang yang akan di
jual beserta margin (keuntungannya) kepada saya,
sebanyak 21 responden (32,8%) menjawab Sangat Setuju,
sebanyak 35 responden (54,6%) menjawab Setuju,
99
sebanyak 6 responden (9,3%) menjawab Ragu, dan
sebanyak 2 responden (3,1%) menjawab Tidak Setuju.
Tabel 4.14
Margin (keuntungan) yang diambil disepakati oleh
saya dan BMT Mekar Da’wah
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 23 35,9%
2 Setuju 37 57,8%
3 Ragu 3 4,6%
4 Tidak Setuju 1 1,5%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa margin (keuntungan) yang
diambil disepakati oleh saya dan BMT Mekar Da’wah,
sebanyak 23 responden (35,9%) menjawab Sangat Setuju,
sebanyak 37 responden (57,8%) menjawab Setuju,
sebanyak 3 responden (4,6%) menjawab Ragu, dan
sebanyak 1 responden (1,5%) menjawab Tidak Setuju.
c) Cara Pembayaran (tunai atau cicilan)
Tabel 4.15
Pembayaran yang saya lakukan dapat secara tunai
ataupun cicilan
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 20 31,2%
2 Setuju 37 57,8%
3 Ragu 6 9,3%
4 Tidak Setuju 1 1,5%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
100
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa pembayaran yang saya
lakukan dapat secara tunai ataupun cicilan, sebanyak 20
responden (31,2%) menjawab Sangat Setuju, sebanyak 37
responden (57,8%) menjawab Setuju, sebanyak 6 responden
(9,3%) menjawab Ragu, dan sebanyak 1 responden (1,5%)
menjawab Tidak Setuju.
Tabel 4.16
Cara pembayaran yang saya pilih akan menetukan
harga pembayaran barang yang dibeli
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 16 25,0%
2 Setuju 39 60,9%
3 Ragu 8 12,5%
4 Tidak Setuju 1 1,5%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa cara pembayaran yang
saya pilih akan menetukan harga pembayaran barang yang
dibeli, sebanyak 16 responden (25,0%) menjawab Sangat
Setuju, sebanyak 39 responden (60,9%) menjawab Setuju,
sebanyak 8 responden (12,5%) menjawab Ragu, dan
sebanyak 1 responden (1,5%) menjawab Tidak Setuju.
101
d) Penerimaan Barang
Tabel 4.17
Barang yang saya terima sesuai dengan pesanan
dan permintaan pembeli
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 18 28,1%
2 Setuju 36 56,2%
3 Ragu 8 12,5%
4 Tidak Setuju 2 3,1%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa barang yang saya terima
sesuai dengan pesanan dan permintaan pembeli, sebanyak
18 responden (28,1%) menjawab Sangat Setuju, sebanyak
36 responden (56,2%) menjawab Setuju, sebanyak 8
responden (12,5%) menjawab Ragu, dan sebanyak 2
responden (3,1%) menjawab Tidak Setuju.
Tabel 4.18
Barang yang saya dibeli dikirim sesuai jadwal dalam
kesepakatan
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 19 29,6%
2 Setuju 35 54,6%
3 Ragu 9 14,1%
4 Tidak Setuju 1 1,5%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa barang yang saya dibeli
102
dikirim sesuai jadwal dalam kesepakatan, sebanyak 19
responden (29,6%) menjawab Sangat Setuju, sebanyak 35
responden (54,6%) menjawab Setuju, sebanyak 9
responden (14,1%) menjawab Ragu, dan sebanyak 1
responden (1,5%) menjawab Tidak Setuju.
b. Variabel Dependen
Berikut ini adalah hasil jawaban responden mengenai
variabel Perkembangan Usaha (Y). Pada penelitian ini variabel
Perkembangan Usaha diukur melalui 6 pertanyaan yang disebarkan
ke 64 responden dan mempresentasikan indikato-indikator dari
variabel tersebut. Indikator dari variabel Perkembangan Usaha yaitu
(1) jumlah pendapatan (laba kotor), (2) peningkatan laba bersih, (3)
jumlah nilai penjualan, (4) jumlah pelanggan, (5) barang yang
terjual, dan (6) perluasan usaha.
1) Jumlah Pendapatan (laba kotor)
Tabel 4.19
Pendapatan saya saat ini meningkat setelah menerima
pembiayaan BMT Mekar Da’wah
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 17 26,5%
2 Setuju 37 57,8%
3 Ragu 2 3,1%
4 Tidak Setuju 8 12,5%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa pendapatan saya saat ini
103
meningkat setelah menerima pembiayaan BMT Mekar
Da’wah, sebanyak 17 responden (26,5%) menjawab Sangat
Setuju, sebanyak 37 responden (57,8%) menjawab Setuju,
sebanyak 2 responden (3,1%) menjawab Ragu, dan
sebanyak 1 responden (12,5%) menjawab Tidak Setuju.
2) Peningkatan Laba Bersih
Tabel 4.20
Laba usaha saya saat ini meningkat setelah menerima
pembiayaan BMT Mekar Da’wah
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 14 21,8%
2 Setuju 37 57,8%
3 Ragu 7 10,9%
4 Tidak Setuju 6 9,3%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa laba usaha saya saat ini
meningkat setelah menerima pembiayaan BMT Mekar
Da’wah, sebanyak 14 responden (21,8%) menjawab Sangat
Setuju, sebanyak 37 responden (57,8%) menjawab Setuju,
sebanyak 7 responden (10,9%) menjawab Ragu, dan
sebanyak 6 responden (9,3%) menjawab Tidak Setuju.
104
3) Jumlah Nilai Penjualan
Tabel 4.21
Jumlah nilai penjualan dari usaha saya meningkat
setelah menerima pembiayaan BMT Mekar Da’wah
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 22 34,4%
2 Setuju 37 57,8%
3 Ragu 2 3,1%
4 Tidak Setuju 3 4,6%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa jumlah nilai penjualan dari
usaha saya meningkat setelah menerima pembiayaan BMT
Mekar Da’wah, sebanyak 22 responden (34,4%) menjawab
Sangat Setuju, sebanyak 37 responden (57,8%) menjawab
Setuju, sebanyak 2 responden (3,1%) menjawab Ragu, dan
sebanyak 3 responden (4,6%) menjawab Tidak Setuju.
4) Jumlah Pelanggan
Tabel 4.22
Jumlah pelanggan saya saat ini meningkat setelah
menerima pembiayaan BMT Mekar Da’wah Mekar
Da’wah
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 27 42,2%
2 Setuju 31 48,4%
3 Ragu 3 4,6%
4 Tidak Setuju 3 4,6%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
105
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa jumlah pelanggan saya
saat ini meningkat setelah menerima pembiayaan BMT
Mekar Da’wah Mekar Da’wah, sebanyak 27 responden
(42,2%) menjawab Sangat Setuju, sebanyak 31 responden
(48,4%) menjawab Setuju, sebanyak 3 responden (4,6%)
menjawab Ragu, dan sebanyak 3 responden (4,6%)
menjawab Tidak Setuju.
5) Barang Yang Terjual
Tabel 4.23
Jumlah barang yang saya jual saat ini tergolong
meningkat setelah menerima pembiayaan BMT Mekar
Da’wah
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 17 26,5%
2 Setuju 42 65,6%
3 Ragu 0 0%
4 Tidak Setuju 5 7,8%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa jumlah barang yang saya
jual saat ini tergolong meningkat setelah menerima
pembiayaan BMT Mekar Da’wah, sebanyak 17 responden
(26,5%) menjawab Sangat Setuju, sebanyak 42 responden
(65,6%) menjawab Setuju, dan sebanyak 5 responden
(7,8%) menjawab Tidak Setuju.
106
6) Perluasan Usaha
Tabel 4.24
Usaha saya saat ini mengalami perluasan atau
peningkatan setelah menerima pembiayaan BMT
Mekar Da’wah
No Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 36 56,2%
3 Ragu 0 0%
4 Tidak Setuju 28 42,8%
5 Sagat Tidak Setuju 0 0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel frekuensi jawaban responden
diatas tentang pernyataan bahwa usaha saya saat ini
mengalami perluasan atau peningkatan setelah menerima
pembiayaan BMT Mekar Da’wah, sebanyak 36 responden
(56,2%) menjawab Setuju dan sebanyak 28 responden
(42,8%) menjawab Tidak Setuju.
2. Analisis Data
a. Uji Validitas
Uji Validitas adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk
mengukur valid atau tidaknya suatu kuisioner yang nantinya akan
penulis sebarkan kepada responden. Sebelum kuisioner ini
disebarkan kepada responden, penulis melakukan try out (uji coba)
kuisioner terhadap beberapa pertanyaan untuk menguji tingkat
validitas.
107
Kuisioner disebarkan kepada 64 responden dengan
memberikan 22 butir pertanyaan yang terdiri dari tiga variabel
penelitian, yaitu pembiayaan musyarakah, pembiayaan murabahah
dan perkembangan usaha. Kemudian setiap variabel dibagi menjadi
beberapa indikator. Variabel pembiayaan musyarakah (X1) dibagi
menjadi 4 indikator dengan 8 butir pertanyaan, variabel pembiayaan
murabahah (X2) dibagi 4 indikator dengaan 8 butir pertanyaan, dan
variabel perkembangan usaha (Y) dibagi menjadi 6 indikator dengan
6 butir pertanyaan.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson
Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya sig 2-tailed diatas r-tabel 5% (0.05) maka butir
pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Sampel yang digunakan
untuk melakukan uji validitas ini adalah 64 responden dengan
degree of freedom sebesar (df) = 64-2 = 62 dengan alpha = 5% (0.05)
dengan tingkat signifikansi (2-tailed), maka didapat nilai r-tabel =
0,2461.
Berikut adalah rincian tabel hasil uji validitas untuk setiap
variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
1) Uji Validitas Variabel Pembiayaan Musyarakah
Tabel 4.25
Hasil Uji Validitas Pembiayaan Musyarakah
No.
Item
Correlation
r-hitung
r-tabel 5% 2-tailed
(62)
Keterangan
X1.1 0,878 0,2461 Valid
108
X1.2 0,792 0,2461 Valid
X1.3 0,771 0,2461 Valid
X1.4 0,666 0,2461 Valid
X1.5 0,760 0,2461 Valid
X1.6 0,789 0,2461 Valid
X1.7 0,790 0,2461 Valid
X1.8 0,536 0,2461 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Tabel 4.25 menunjukan variabel Pembiayaan Musyarakah
memiliki kreteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih besar dari r-tabel 5% 2-tailed dengan N=64-2=62
(0,2461). Hal ini menunjukan bahwa masing-masing pertanyaan
pada variabel Pembiayaan Musyarakah dapat diandalkan dan layak
sebagai penelitian.
2) Uji Validitas Variabel Pembiayaan Murabahah
Tabel 4.26
Hasil Uji Validitas Pembiayaan Murabahah
No.
Item
Correlation
r-hitung
r-tabel 5% 2-tailed
(62)
Keterangan
X2.1 0,718 0,2461 Valid
X2.2 0,663 0,2461 Valid
X2.3 0,762 0,2461 Valid
X2.4 0,720 0,2461 Valid
X2.5 0,417 0,2461 Valid
X2.6 0,749 0,2461 Valid
X2.7 0,569 0,2461 Valid
X2.8 0,599 0,2461 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Tabel 4.26 menunjukan variabel Pembiayaan Murabahah
memiliki kreteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih besar dari r-tabel 5% 2-tailed dengan N=64-2=62
(0,2461). Hal ini menunjukan bahwa masing-masing pertanyaan
109
pada variabel Pembiayaan Murabahah dapat diandalkan dan layak
sebagai penelitian.
3) Uji Validitas Perkembangan Usaha
Tabel 4.27
Hasil Uji Validitas Perkembangan Usaha
No.
Item
Correlation
r-hitung
r-tabel 5% 2-tailed
(62)
Keterangan
Y.1 0,628 0,2461 Valid
Y.2 0,669 0,2461 Valid
Y.3 0,676 0,2461 Valid
Y.4 0,692 0,2461 Valid
Y.5 0,693 0,2461 Valid
Y.6 0,527 0,2461 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Tabel 4.27 menunjukan variabel perkembangan usaha
memiliki kreteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih besar dari r-tabel 5% 2-tailed dengan N=64-2=62
(0,2461). Hal ini menunjukan bahwa masing-masing pertanyaan
pada variabel perkembangan usaha dapat diandalkan dan layak
sebagai penelitian.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Suatu variabel atau konstruk dapat dikatakan reliabel jika
memberikan nilai cronbach’s alpha dengan kriteria sebagai berikut:
110
Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,70 maka suatu konstruk
dikatakan reliabel.
Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,70 maka suatu konstruk
dikatakan tidak reliabel (Ghozali, 2016).
Hasil uji Reliabilitas unutk ketiga variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 4.28
Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Pembiayaan
Musyarakah (X1)
0,884 Reliabel
Pembiayaan
Murabahah (X2)
0,804 Reliabel
Perkembangan
Usaha (Y)
0,722 Reliabel
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Tabel 4.28 menunjukan nilai cronbach’s alpha atas variabel
Pembiayaan Musyarakah sebesar 0,884, Pembiayaan Murabahah
sebesar 0,804, dan Perkembangan Usaha sebesar 0,722. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuisioner ini
reliabel karena memiliki nilai cronbach’s alpha lebih besar dari
0,70. Hal ini menunjukan bahwa setiap item pernyataan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang
berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban
yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
111
3. Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal
atau tidak. Data distribusi normal jika data akan mengikuti arah garis
diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Nilai residual
dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis
grafik dan uji Kolmogorov Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji
normalitas dalam penelitian ini:
Gambar 4.1
Uji Normalitas Histogram
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, histogram Regression
Standardized Residual membentuk kurva seperti lonceng, maka
nilai residual tersebut dinyatakan normal atau data berdistribusi
normal.
112
Gambar 4.2
Uji Normalitas P-Plot
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan Gambar 4.2 di atas, terlihat bahwa penyebaran
data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau
model regresi memenuhi asumsi normalitas. Selain dengan melihat
kurva normalitas Histogram dan P-Plot, uji normalitas juga dapat
dilakukan menggunakan uji kolomogrov-smirnov.
Tabel 2.29
Uji One-Sampel Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan tabel 4.29 diatas, dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi (Asymp.Sig 2-tailed) sebesar 0,200. Karena nilai
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 64 Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.57781132 Most Extreme Differences Absolute .086
Positive .067 Negative -.086
Test Statistic .086 Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
113
signifikansi lebih dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Hasil Uji Multikolinieritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan
adanya multikolineritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2016). Untuk mendeteksi adanya
problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran
korelasi antar variabel independen. Tabel 4.30 menunjukkan hasil
uji multikolonieritas pada penelitian ini.
Tabel 4.30
Uji Multikolonieritas
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel 4.30 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar
angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai
tolerance Pembiayaan Musyarakah sebesar 0.972 dan Pembiayaan
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.147 3.731 .843 .402
X1 .094 .079 .123 1.192 .238 .972 1.029
X2 .521 .093 .576 5.586 .000 .972 1.029
a. Dependent Variable: Y.Perkembangan Usaha
114
Murabahah sebesar 0.972. Selain itu nilai VIF untuk Pembiayaan
Musyarakah sebesar 1.029 dan Pembiayaan Murabahah sebesar
1.029. Suatu model regresi dikatakan bebas dari problem multiko
apabila memiliki nilai VIF kurang dari 10. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak terdapat problem
multiko dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Deteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED,
yang diperlihatkan pada gambar 4.3:
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas Scatterplot
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan
bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu
115
Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data
tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk
memprediksi perkembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM)
berdasarkan variabel yang mempengaruhinya, yaitu pembiayaan
musyarakah dan pembiayaan murabahah. Selain dengan melihat
grafik uji heteroskedastisitas scatterplot, uji heteroskedastisitas juga
dapat dilakukan menggunakan uji glejser.
Tabel 4.31
Uji Glejser Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel 4.31 diatas, dapat dilihat bahwa koefisien
parameter untuk variabel pembiayaan musyarakah dan variabel
pembiayaan murabahah tidak ada yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt), hal ini
terlihat dari probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan
5%, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat
heteroskedastisitas. Hal ini konsisten dengan hasi uji scatterplots.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.978 2.227 3.582 .001
X1 -.125 .047 -.321 -2.650 .101
X2 -.056 .056 -.122 -1.006 .318
a. Dependent Variable: RES2
116
4. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.32, jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak
H0, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak Ha (Ghozali, 2011).
Tabel 4.32
Uji t (Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.147 3.731 .843 .402
X1 .094 .079 .123 1.192 .238
X2 .521 .093 .576 5.586 .000
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
1) Uji t terhadap variabel Pembiayaan Musyarakah
Hasil yang di dapat pada Tabel 4.32 diatas, variabel
Pembiayaan Musyarakah secara statistik menunjukan hasil yang
tidak signifikan pada nilai lebih besar dari α (0,238 > 0,05). Maka
H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Pembiayaan Musyarakah secara parsial tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM).
117
2) Uji t terhadap variabel Pembiayaan Murabahah
Hasil yang di dapat pada Tabel 4.9 diatas, variabel
Pembiayaan Murabahah secara statistik menunjukan hasil yang
signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 > 0,05). Maka H0
ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Pembiayaan Murabahah secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM).
b. Uji f (Simultan)
Adapun pengujian dalam uji F ini yaitu dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut dengan tabel ANNOVA
(Analysis of Variance) apakah secara simultan variabel Pembiayaan
Musyarakah dan Pembiayaan Murabahah memberikan pengaruh
yang signifikan atau tidak terhadap variabel Perkembangan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) melihat nilai signifikan (Sig. <
0,05 atau 5%). Jika nilai signifikan < 0,05 maka H0 ditolak. Berikut
adalah hasil uji F dalam penelitia ini:
Tabel 4.33
Uji F (Simultan)
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 246.092 2 123.046 17.929 .000b
Residual 418.642 61 6.863
Total 664.734 63
a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X2, X1
118
Berdasarkan tabel 4.33 diatas nilai F-hitung sebesar 17.929
dengan nilai tingkat signifikan 0,000. Karena nilai signifikan lebih
kecil dari 0,000 < 0,05. Maka H0 ditolak atau Ha diterima dan dapat
disimpulkan bahwa variabel Pembiayaan Musyarakah dan
Pembiayaan Murabahah berpengaruh secara simultan (secara
bersama-sama) terhadap variabel Perkembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM).
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-varabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel dependen (Ghozali, 2011).
Tabel 4.34
Uji F Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .608a .370 .350 2.620 1.427
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Tabel 4.34 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar
0,350 atau 35%, ini menunjukkan bahwa variabel perkembangan
usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang dapat dijelaskan oleh
variabel pembiayaan musyarakah dan pembiayaan murabahah
119
adalah sebesar 35%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 0 .650 atau
65% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model, seperti faktor
tenaga kerja, pemasaran, inovasi, manajemen sumber daya manusia
dan faktor lainnya yang tidak dalam cakupan penelitian penulis.
Hasil statistik koefisien determinasi (r2) dengan nilai
Adjusted R Square sebesar 0,350 atau 35% ini artinya koefisien
determinasi dari variabel penelitian menunjukan tingkat korelasi
yang rendah.
5. Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas, selanjutnya
akan dianlisis dengan bantuan aplikasi SPSS 23 untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel pembiayaan musyarakah dan murabahah
terhadap perkembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Hasil
pengelolaan data dengan SPSS dapat dilihat Tabel 4.12 dibawah ini:
Tabel 4.35
Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.147 3.731 .843 .402
X1 .094 .079 .123 1.192 .238 .972 1.029
X2 .521 .093 .576 5.586 .000 .972 1.029
a. Dependent Variable: Y.Perkembangan Usaha
Y = 3.147 + 94X1 + 521X2 + e
120
Keterangan:
Y = Variabel Perkembangan Usaha
X1 = Variabel Pembiayaan Musyarakah
X2 = Variabel Pembiayaan Murabahah
Dari hasil pengujian regresi linier berganda terdapat persamaan yang
menunjukan koefisien regresi dari kedua variabel bebas (β1,β2)
bertanda positif (+) hal ini berarti bahwa bila variabel Pembiayan
Musyarakah dan Pembiayaan Murabahah terpenuhi mengakibatkan
variabel Perkembangan Usaha semakin meningkat, dan sebaliknya jika
bertanda negatif (-) hal ini berarti bahwa bila variabel Pembiayaan
Musyarakah dan Pembiayaan Murabahah tidak terpenuhi akan
mengakibatkan variabel Perkembangan Usaha akan menurun. Dari
persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa:
a. Apabila nilai variabel yang terdiri dari Pembiayaan Musyarakah dan
Pembiayaan Murabahah mempunyai nilai nol, maka variabel
Perkembangan Usaha akan tetap sebesar 3.147, karena nilai
konstanta menjukan nilai sebesar 3.147.
b. Nilai koefisien Pembiayaan Musyarakah (X1) sebesar 0.094 yang
menunjukkan tanda positif (+), artinya semakin besar Pembiayaan
Musyarakah (X1), maka Perkembangan Usaha semakin meningkat
walaupun hanya sedikit.
121
c. Nilai koefisien Pembiayaan Murabahah (X2) sebesar 0.521 yang
menunjukkan tanda positif (+), artinya semakin besar Pembiayaan
Murabahah (X2), maka Perkembangan Usaha semakin meningkat.
6. Interpretasi Hasil
Interpretasi merupakan bagian penting dalam membuat model
sebagai informasi dari model yang dibuat akan terlihat jelas lewat
interpretasi yang dilakukan (Usman, 2006).
Berdasarkan pengujian hipotesis hasil penelitian yang telah
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan musyarakah dan
murabahah terhadap perkembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM)
akan dijabarkan sebagai berikut.
a. Pengaruh Pembiayaan Musyarakah Terhadap Perkembangan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Pembiayaan musyarakah memililki nilai probabilitas sebesar 0.238
lebih besar dari taraf signifikansi 5% atau 0.05, yang berarti pembiayaan
musyarakah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan usaha. Maka, H01 dalam penelitian ini diterima dan
menolak Ha1. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Siti Jubaedah dan Rina Destiana
(2015), menyatakan bahwa pembiayaan musyarakah memiliki pengaruh
signifikan terhadap perkembangan usaha yang ditunjukan oleh
peningkatan aset, omset penjualan dan laba bersih usaha mikro kecil
menengah (UMKM).
122
Hal ini mungkin terjadi karena dalam transaksinya, pembiayaan
musyarakah merupakan jenis pembiayaan dengan menggunakan akad
tijarah dan berdasarkan tingkat kepastian Natural Uncertainty
Contracks (NUC). Dalam NUC, pihak-pihak yang bertransaksi saling
mencampurkan asetnya (baik real assets maupun financial assets)
menjadi satu kesatuan, dan menanggung risiko bersama-sama untuk
mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini, keuntungan dan kerugian
ditaggung bersama sesuai kontribusi modal. Oleh karena itu, kontrak ini
tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah
(amount) maupun waktu (timing)-nya (Karim, 2013).
Pembiayaan musyarakah merupakan kegiatan usaha bagi hasil yang
dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk
meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama
(Karim, 2013). Dalam penelitian ini, pembiayaan musyarakah
memberikan arti kerja sama usaha, kesepakatan, perjanjian dan
keuntungan serta kerugian dalam mengembangkan dan meningkatkan
nilai suatu usaha.
Dengan demikian hasil analisis diatas menunjukan bahwa variabel
pembiayaan musyarakah tidak berpengaruh signifikan terhadap
perkembangan usaha mitra BMT Mekar Da’wah. Hal ini dapat terjadi
karena pembiayaan musyarkah merupakan jenis pembiayaan kerja sama
yang keuntungan dan kerugiannya tidak dapat diukur secara pasti.
123
b. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Perkembangan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Pembiayaan murabahah memililki nilai probabilitas sebesar 0.000
lebih kecil dari taraf signifikansi 5% atau 0.05, yang berarti pembiayaan
murabahah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan
usaha. Maka, Ha2 dalam penelitian ini diterima dan menolak H02. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
oleh Linda Novita dkk (2014), menyatakan bahwa pembiayaan
murabahah berpengaruh positif signifikan terhadap perkembangan
usaha.
Hasil penelitian ini juga mendukung teori Natural Certainty
Contraks (NCC), yang mana dalam NCC kedua belah pihak saling
mempertukarkan aset yang dimilikinya, karena itu objek pertukaran
(baik barang maupun jasa) pun harus ditetapkan diawal akad dengan
pasti, baik jumlahnya (quantity), mutunya (quality), harganya (price),
dan waktu pembayarannya (time of delivery). Jadi, kontrak-kontrak ini
secara “sunnatullah” (by their nature) menawarkan return yang tetap
dan pasti (Karim, 2013).
Pembiayaan murabahah merupakan suatu akad jual beli barang
dengan menyatakan perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati
oleh penjual dan pembeli (Karim, 2013). Dalam penelitian ini,
pembiayaan murabahah memberi arti jual beli barang, kesepakatan dan
keuntungan. Semakin banyak pembiayaan murabahah yang dibeirkan
124
kepada pelaku usaha maka semakin meningkatkan nilai aset usaha yang
akan dijalankan.
Dengan demikian hasil analisis diatas menunjukan bahwa variabel
pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan terhadap perkembangan
usaha mitra BMT Mekar Da’wah. Hal ini disebabkan kemudahan yang
diberikan BMT Mekar Da’wah dalam penyedian barang yang
dibutuhkan pelaku usaha. Jual beli dengan jenis pembiayaan murabahah
ini dianggap memberikan kemudahan karena cara pembayarannya dapat
dilakukan tunai ataupun cicilan serta tanpa khawatir akan risiko
kerugian dalam kelangsungan pembiayaan.
c. Pengaruh Pembiayaan Musyarakah (X1) dan Murabahah (X2)
Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
(Y)
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa perkembangan
usaha dipengaruhi oleh pembiayaan musyarakah dan murabahah
dengan tingkat kemampuan sebesar 35%, sedangkan sisanya sebesar
65% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model, seperti faktor
tenaga kerja, pemasaran, inovasi, manajemen sumber daya manusia dan
faktor lainnya yang tidak dalam cakupan penelitian penulis.
Maka H03 ditolak dan menerima Ha3 yang berarti terdapat pengaruh
yang signifikan antara pembiayaan musyarakah dan murabahah
terhadap perkembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM) secara
simultan.
125
Hal ini berarti bahwa pembiayaan yang dikeluarkan oleh BMT
Mekar Da’wah secara umum turut membantu pelaku usaha dalam
mengambangkan usahanya, namun hanya 35% pembiayaan yang
memberikan sumbangsinya atas perkembangan usaha mitra BMT
Mekar Da’wah. Hal ini dapat disebabkan karena faktor internal ataupun
eksternal dalam pengelolaan usaha, baik dari mitra usaha atau dari BMT
Mekar Da’wah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa beberpa jenis pebiayaan
syariah yang diberikan BMT Mekar Da’wah kepada pelaku usaha masih
belum cukup signifikan untuk membantu meningkatkan perkembangan
usaha para mitra. Adanya suatu jenis pembiayaan yang fleksibel
diharapkan dapat diberikan kepada pelaku usaha guna membantu
perkembangan usaha serta meningkatkan pendaptan bagi para pelaku
usaha.
126
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Pembiayaan
Musyarakah dan Murabahah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) dengan melalui penyebaran kuisioner pada mitra BMT
Mekar Da’wah Serpong maka didapat sebagai berikut:
1. Pembiayaan Musyarakah tidak berpengaruh signifikan terhadap
perkembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM) mitra BMT
Mekar Da’wah Serpong.
2. Pembiayaan Murabahah berpengaruh signifikan terhadap
perkembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM) mitra BMT
Mekar Da’wah Serpong.
3. Pembiayaan Musyarakah dan Pembiayaan Murabahah mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan usaha mikro kecil
menengah (UMKM) mitra BMT Mekar Da’wah Serpong.
B. Saran-saran
Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari masih
terdapat banyak kekurangan didalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan
saran agar mendapat gambaran sebagai bahan bertimbangan dan
penyempurna penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian serupa.
Maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
127
1. Bagi Masyarakat (Pelaku UMKM)
Pembahasan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman kepada masyarakat khususnya pada pelaku usaha mikro
kecil menengah (UMKM) terkait pembiayaan yang diberikan dari
lembaga keuangan mikro syariah seperti BMT, sehingga dapat menjadi
pertimbangan dalam masalah permodalan yang selama ini masih terikat
dana riba oleh rentenir menjadi beralih ke pembiayaan syariah seperti
yang diberikan BMT.
2. Bagi BMT
BMT diharapkan dapat terus meningkatkan promosi dan sosialisasi
terhadap masyarakat tentang apa itu BMT dan bagaimana sistemnya
agar masyarakat untuk dapat bergabung menjadi nasabah/mitra dan
mengambil pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan usahanya. Agar
tujuan dan fungsi BMT sebagai lembaga simpan pinjam yang
berlandaskan prinsip syariah yang tumbuh dari, oleh, dan untuk
masyarakat mempunyai potensi besar sebagai pendorong kemajuan
kegiatan ekonomi masyarakat.
Dilihat dari hasil penelitian, variabel pembiayaan musysrakah tidak
berpengaruh terhadap perkembangan usaha mitra BMT Mekar Da’wah,
sehingga masih menjadi tugas yang harus diselesaikan agar pelaku
usaha dapat meningkatkan dan mengembangakan usahanya melalui
pembiayaan yang diberikan. Selain itu, pemberian pembiayaan ada
128
baiknya ditingkatkan pada jenis pembiayaan produktif seperti
pembiayaan jual beli yang tidak rentan terhadap risiko kerugian.
Selanjutnya BMT Mekar Da’wah diharapkan dapat memilih calon
mitra pembiayaan dengan baik, hal ini dapat dilakukan dengan
menganalisis kelayakan mitra baik dari karakter, kecukupan modal serta
keseriusan dalam menjalankan kerjasama, sehingga diharapkan dapat
mengurangi risiko tidak terjadinya perkembangan usaha yang
dijalankan.
3. Bagi Regulator
Perkembangan UMKM merupakan suatu tugas penting pemerintah
guna mensejahterakan rakyat serta dapat memberikan sumbangsinya
terhadap PDB. Dalam hal ini, pemerintah diharap dapat mampu
memberikan regulasi yang mudah bagi para pelaku UMKM untuk dapat
memperoleh pinjaman dana guna meningkatkan perkembangan
usahanya sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat unbankable.
4. Bagi Akademisi
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tingkat
perkembangan usaha dengan menggunakan variabel pembiayaan
syariah hendaknya terus mengembangkan variabel pembiayaan syariah
dengan berbagai indikator-indikator lain serta perluasan objek dalam
penelitian.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini juga dianjurkan lebih
diperbanyak agar hasil penelitian dapat menyeluruh. Selain itu, penulis
129
merekomendasikan bagi peneleliti selanjutnya agar dapat menambah
variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini, mengingat hasil
penelitian ini menunjukan pengaruh dari kedua variabel hanya sebesar
35% sedangkan sisanya dipengaruhi dan dijelaskan oleh faktor-faktor
lain di luar model, seperti faktor tenaga kerja, pemasaran, inovasi,
manajemen sumber daya manusia dan faktor lainnya yang tidak dalam
cakupan penelitian penulis.
Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya bersumber pada
satu instansi saja, oleh karena itu dalam penelitian selanjutnya
dianjurkan untuk mengambil data lebih dari satu instansi agar dapat
diketahui hasilnya secara empiris atau cakupan yang lebih besar.
130
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis. "Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM
dan UKM di Indonesia". Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2009
Amin, Ma'ruf, "Fatwa dalam Sistem Hukum Islam". Jakarta: eLSAS. 2008
Antonio, Muhammad Syafi'i. "Bank Syariah; dari Teori ke Praktik". Jakarta: Gema
Insani. 2011
Ascarya. "Akad dan Produk Bank Syariah". Jakarta: PT Raja Grafindo. 2008
Bhuono, Nugroho Agung. "Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS". Yogyakarta: ANDI. 2005
Chandra, Purdi. "Trik Menuju Sukses". Yogyakarta: Grafika Indah. 2000
Dimyauddin, Djuwaini. "Pengantar Fiqih Muamalah". Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2010
Ghozali, Imam. "Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 19.
Edisi kelima". Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2011
Ghozali, Imam. "Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 21.
Edisi ketujuh". Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2016
Hasan, Nurul Ichsan. "Perbankan Syariah (sebuah pengantar)". Ciputat: GP Press
Group. 2014
Ilmi, Makhalul. "Teori dan Perkembangan Lembaga Mikro Keuangan Syariah".
Yogyakarta: UII Press. 2002
Karim, Adiwarman A. "Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan". Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. 2004
Karim, Adiwarman A. ”Bank Islam: Analisi Fiqih dan Keuangan Edisi Ketiga".
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008
Karim, Adiwarman A. "Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi Kelima".
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2013
Kasmir, “Kewirausahaan”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006
Muhammad. "Manajemen Bank Syariah". Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2005
Nachrowi, Nachrowi. D dan Hardius Usman. "Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan". Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2006
Pratomo, Tiktik Sartika dan Abd. Ranchman Soejodono. "Ekonomi Skala Kecil
atau Menengah dan Koperasi". Jakarta: Ghalia Indonesia. 2002
131
Primiana, Ina. "Menggerakan Sektor Riil UKM & Industri". Bandung: Alfabeta.
2009
Priyatno, Duwi. "SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis". Yogyakarta: ANDI. 2014
Riduwan dan Akdon. "Rumus dan Data Aplikasi Statistika". Bandung: Alfabeta.
2013
Ridwan. "Manajemen BMT". Yogyakarta: UII Press. 2011
Riyanto. "Pembelanjaan Perusahaan". Yogyakarta: BPFE. 2001
Sukirno, Sadono. "Makro ekonomi teori pengantar". Jakarta: PT Raja Grafindo
Persaada. 2006
Santoso, Singgih. "Statistik Non Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS".
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2010
Siamat, Dahlan. "Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Ketiga". Jakarta: FEUI.
2004
Sudarsono. "Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi".
Yogyakarta: Ekonisia. 2003
Sugiyono. "Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Cetakan ke 15".
Bandung: Alfabeta. 2010
Sugiyono. "Metode Penelitian Kuantitatif Kualitiatif Dan R & D. Cetakan ke 17" .
Bandung: Alfabeta. 2012
Suhardi dan Purwanto. "Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Edisi
2". Jakarta: Salemba Empat. 2007
Sukirno, Sadono. "Makroekonomi Teori Pengantar". Jakarta: Rajawali Press. 2010
Suliyanto. "Metode Riset Bisnis". Bandung: Alfabeta. 2005
Sumiyanto, Ahmad. "BMT Menuju Koperasi Modern" Yogyakarta: ISES
Publishing 2008
Tambunan, Tulus. "Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia". Jakarta:
LP3ES. 2012
Umar, Husein. "Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen". Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 2002
Wasilah dan Sri Nurhayati. "Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi 3". Jakarta:
Salemba Empat. 2013
Wasilah dan Sri Nurhayati. "Akuntansi Syariah di Indonesia; Edisi 4". Jakarta:
Salemba Empat. 2015
Wiratomo. "Pengantar Kewirausahaan" Yogyakarta: BPFE. 2001
132
Wiroso. "Jual Beli Murabahah". Yogyakarta: UII Press. 2005
Wiroso. "Penghimpunan Dana dan Distribusi Bagi Hasil Usaha Bank Syariah".
Jakarta: Grasindo. 2005
Yunus, Muh. “Islam dan Kewirausahaan Inovatif”. Malang: UIN Malang Press.
2008
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta
Departemen Koperasidan UKM. (2008)
Anggraeni, Nurisma Septia. Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah
Serpong. (sulistio, Interviewer). Agustus Rabu, 2017
Anggraini, Riska Putri. “Peran Kredit Koperasi Serba Usaha (KSU) Nuansa Baru
Terhadap Perkembangan Usaha Mikro di Kecamatan Karanganyar”.
Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Vol. 5 No. 5. UNY. 2016
Arumingtiyas R.I. “Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasionalno: 08/Dsn-
Mui/Iv/2000 Terhadap Penanggungan Risiko Oleh Nasabah Dalam Akad
Pembiayaan MushᾹrakah Di Bmt Muda Kedinding Surabaya”. Skripsi,
UIN Sunan Ampel Surabaya. 2014
Fauzi, Ahmad “Perepsi Masyarakat Ciledug Terhadap Produk Pembiayaan
Musyarakah Pada Bank Syariah Mustindo”. Skripsi Jurusan Mualamat
(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2006
Hakiem, Hilman dkk. “Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap
Perkembangan UMKM di Kecamatan Leuwiliang (Studi Kasusu BPRS
Amanah Ummah)”. Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 2. FAI-UIKA Bogor.
2014
Jubaedah, Siti dan Rina Destiana. “Implikasi Pembiayaan Syariah Tehadap Usaha
MIkro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Cirebon”. Jurnal
Logika, Volume Xv, No 3 Desember Tahun 2015 Issn: 1978-2560 www.E-
Journal.Unswagati-Crb.Ac.Id. 2015
Kamalludin dkk. “Implementasi Fatwa DSN MUI No: 04/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Murabahah Pada Pembiayaan Konsumtif (Studi Kasus BNI
Syariah Cabang Bogor)”. Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 6 No. 1 Maret 2015
pp. 69-113. FAI-UIKA Bogor. 2015
Muljawan, Dadang, J. H. “Faktor-faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia
serta Dampaknya terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit”. Working
Paper. 2014
133
Murwanti, Sri dan Muhammad Sholahuddin. “Peran Keuangan Lembaga Mikro
Syariah Untuk Usaha Mikro di Wonogiri”. Jurnal Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, ISBN: 978-979-636-147-2. 2013
Nugraha, Ardi. “Pengaruh Modal Usaha, Tingkat Pendapatan, dan Sikap
Kewirausahaan terhadap Pendapatan Usaha Pengusaha Industri”.
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta. 2011
Nurrohmah, Isnaini. “Analisis Perkembangan Usaha MIkro, Kecil dan Menengah
Sebelum dan Sesudah Menerima Pembiayaan Musyarakah Pada Koperasi
Jasa Keuangan Syariah BMT (Studi Kasus: BMT Beringharjo
Yogyakarta)”. Universitas Negeri Yogyakarta. 2015
Prastiawati, Fitriani dan Emile Satia Darma. “Peran Pembiayaan Baitul Maal Wat
Tamwil TerhadapPerkembangan Usaha dan Peningkatan Kesejahteraan
Anggotanya dari Sektor Mikro Pedagang Pasar Tradisional”. Jurnal
Akuntansi dan Investasi, Vol. 17 No. 2. 2016
Purwanti, Endang. “Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi
Pemasaran Terhadap Perkembangan Umkm Di Desa Dayaan Dan
Kalilondo Salatiga” Jurnal Among Makarti, Vol.5 No. 9. 2012
Putri, Kartika dkk. “Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan, Modal Usaha, dan
Peran Business Developmenr Service Terhadap Pengembangan Usaha
(Studi pada Sentra Industri Kerupuk Desa Kudengerjo Sidoarjo Jawa
Timur)”. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis. 2014
Rahmana, Arief. “Strategi UKM Sektor Manufaktur Provinsi Jawa Barat dalam
Meningkatkan Daya Saing Berdasarkan Diamond Cluster Model”.
Bandung: BPPE, Universitas Widyatama. 2010
Rama, Ali. “Analisis Kontribusi Perbankan Syariah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia”. Post-graduate student of International Islamic
University Malaysia. 2010
Rindrayani, Sulastri Rini dan M.Astiham. “Pengaruh Peneapan Strategi
Pemasaran terhadap Perkembangan Usaha Industri Kerajinan
Mamer/Onyx di Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung“. LIPI.
2007
Ross, Levine. “Bank-based Or Market-based Financial Systems: Which Is
Better?”. Journal of Financial Intermediation. 2002
Sahany, Henita. ”Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Terhadap
Perkembangan Usaha MIkro Kecil Menengah (UMKM) BMT El-Syifa
Ciganjur”. Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015
Setiawan, Achma Hendra dan Enggar Pradipta Widyaresti. “Analisis Peran BRI
Unit Ketandan dalam Pemberian Kredit Usaha Rakyat Bagi Pengusaha
134
Mikro dan Kecil di Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten”. Diponegoro
Journal of Economics Vol. 1, No. 1. 2012
Singgih, Mohamad Nur. “Strategi Penguatan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) Sebagai Refleksi Pembelajaran Krisis Ekonomi Indonesia”.
Jurnal Ekonomi Modernisasi. 2007
Suryana, “Kewirausahaan, Pedoman Praktis Kiatan Proses Menuju Sukses”.
Bandung: Salemba Empat. 2003
Suryati. “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah BMT Binamas Terhadap
Perkembangan Usaha dan Pendapatan Nasabah Mudharabah di BMT
Binamas Purwerejo”. Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. 2012
Tunas, Aldesta Nurika Perwitasari. “Analisis Pengaruh Pembiayaan Syariah
Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Depok”.
Institut Pertanian Bogor. 2014
Wahyuniarti, dkk. “Dampak Perumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah
PendudukMiskin”.
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/PROS_2008_MAK3.pdf.
Diakses pada 7 mei 2017
Widagdo, Ridwan & Nurul Qomar. “Pengaruh Pembiayaan Murabah̟ah dan
Musyarakah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro di BMT Gunung Jati”.
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 2014
Wiliasih, Ranti dkk. “Akses UMKM Terhadap Pembiayaan Mikro Syariah dan
Dampaknya Terhadap Perkembangan Usaha: Kasus BMT Tadbiirul
Ummah Kabupaten Bogor”. Jurnal Al-Muzara’ah, Vol. I, No. 1,
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor. 2013
www.bi.go.id/
www.kemenperin.go.id / Kontribusi UMKM naik. Jakarta: Kompas, diakses pada
18 Februari 2017
www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/Pages/Lembaga-Keuangan-Micro.aspx Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), diakses pada 22 februarin2017
www.depkop.gi.id Kementerian Koperasi dan UKM, 18 Februari 2017
135
LAMPIRAN
Lampiran 1: Kuisioner Penelitian
Kepada Yth. Responden Terpilih
Assalamualaikum wr. wb
Dengan Hormat,
Saya Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang mengadakan
penelitian dengan kepentingan penyusunan skripsi untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar sarjana (Strata satu/S-1) dengan judul skripsi saya
yaitu “Pengaruh Pembiayaan Musyarakah dan Murabahah Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)”. Maka dalam rangka
pengumpulan data saya mohon Bapak/Ibu atau Saudara/i bersedia meluangkan
waktunya untuk menjawab kuesioner ini. Semua jawaban Bapak/Ibu dijamin
kerahasiannya oleh kami.
Terimakasih
Peneliti
Sulistio
NIM. 1113085000081
Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : 1. Pria
2. Wanita
3. Alamat : ............................................................
4. Agama : ............................................................
5. Usia : ............................................................
6. Status : a. Menikah
b. Belum menikah
c. Janda/duda
7. Pendidikan terakhir : a. SD/SMP d. Sarjana
b. SMA e. Pasca Sarjana
c. Diploma
8. Jenis Usaha : ............................................................
136
Petunjuk Pengisihan
1. Jawablah pernyataan dibaawah ini dengan jujur dan benar.
2. Bacalah terlebih dahulu dengan cermat sebelum anda menjawabnya.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dan berikan tanda ceklis () pada
jawaban yang anda anggap paling benar
Keterangan:
STS = Sangat Tidak Setuju (sangat tidak sesuai dengan kondisi yang di alami)
TS = Tidak Setuju (tidak setuju dengan kondisi yang di alami)
R = Ragu-ragu
S = Setuju (sesuai dengan kondisi yang di alami)
SS = Sangat Setuju (sangat setuju dengan koondisi yang di alami)
Variabel Independen
No. PERNYATAAN
STS
TS
R
S
SS
1. Kerjasama ini dilakukan oleh saya sebagai mitra
1 dan BMT Mekar Da’wah sebagai mitra 2
2.
Kerjasama ini dilakukan untuk meningkatkan
nilai aset usaha (keuntungan) antara saya dan
BMT Mekar Da’wah
3. Modal kerjasama ini didapat dari kedua mitra
antara saya dan BMT Mekar Da’wah
4. Modal yang diserahkan dalam bentuk tunai/kas
5. Kontribusi kerja antara saya dan BMT Mekar
Da’wah diatur sebagai mitra aktif dan mitra pasif
6. Saya berperan sebagai mitra aktif dalam
kerjasama ini
7.
Keuntungan dari kerjasama ini dibagi sesuai
nisbah keuntungan antara saya dengan BMT
Mekar Da’wah
8. Kerugian dalam kerjasama ini dibagi sesuai
dengan porsi kontribusi modal yang diserahkan
137
Variabel Independen
Variabel Dependen
No. PERNYATAAN
STS
TS
R
S
SS
1.
Transaksi jual-beli ini dilakukan oleh saya sebegai
pembeli dan BMT Mekar Da’wah sebagai
penjual
2.
Barang yang diperjualbelikan antara saya dan
BMT Mekar Da’wah bukanlah barang yang
diharamkan oleh syariat Islam
3.
BMT Mekar Da’wah sebagai penjual
mencantumkan harga barang yang akan di jual
beserta margin (keuntungannya) kepada saya
4. Margin (keuntungan) yang diambil disepakati
oleh saya dan BMT Mekar Da’wah
5. Pembayaran yang saya lakukan dapat secara tunai
ataupun cicilan
6. Cara pembayaran yang saya pilih akan menetukan
harga pembayaran barang yang dibeli
7. Barang yang saya terima sesuai dengan pesanan
dan permintaan pembeli
8. Barang yang saya dibeli dikirim sesuai jadwal
dalam kesepakatan
No. PERNYATAAN
STS
TS
R
S
SS
1. Pendapatan saya saat ini meningkat setelah
menerima pembiayaan BMT Mekar Da’wah.
2. Laba usaha saya saat ini meningkat setelah
menerima pembiayaan BMT Mekar Da’wah.
3.
Jumlah nilai penjualan dari usaha saya meningkat
setelah menerima pembiayaan BMT Mekar
Da’wah.
4.
Jumlah pelanggan saya saat ini meningkat setelah
menerima pembiayaan BMT Mekar Da’wah
Mekar Da’wah.
138
5.
Jumlah barang yang saya jual saat ini tergolong
meningkat setelah menerima pembiayaan BMT
Mekar Da’wah.
6.
Usaha saya saat ini mengalami perluasan atau
peningkatan setelah menerima pembiayaan BMT
Mekar Da’wah.
139
Lampiran 2: Data Responden
No
Nama
(Inisial)
Jenis
Kelamin
Alamat
Agama
Usia
Status
Pend.
Terakhir
Jenis
Usaha
1 ER Perempuan
Pasar
Serpong Islam 38 Menikah SMA Pedagang
2 NN Perempuan
Pasar
Serpong Islam 32 Menikah SMA Pedagang
3 AS Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 55 Menikah SD/SMP Pedagang
4 WT Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 25
Belum
Menikah SD/SMP Pedagang
5 SM Perempuan
Pasar
Serpong Islam 52 Menikah SMA Pedagang
6 HW Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 44 Menikah SMA Pedagang
7 SM Perempuan
Pasar
Serpong Islam 30 Menikah SD/SMP Pedagang
8 SMT Perempuan
Pasar
Serpong Islam 42 Menikah SMA Pedagang
9 ST Perempuan
Pasar
Serpong Islam 37 Menikah SMA Pedagang
10 EF Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 50 Menikah SMA Pedagang
11 MT Perempuan
Pasar
Serpong Islam 32 Menikah SMA Pedagang
12 SF Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 27
Belum
Menikah SMA Pedagang
13 RWA Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 34 Menikah SD/SMP Pedagang
14 ZHS Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 29 Menikah SD/SMP Pedagang
15 EK Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 31
Belum
Menikah SMA Pedagang
16 JB Perempuan
Pasar
Serpong Islam 50 Menikah SD/SMP Pedagang
17 HS Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 42 Menikah SD/SMP Pedagang
18 FA Perempuan
Pasar
Serpong Islam 44 Menikah SMA Pedagang
19 MY Perempuan
Pasar
Serpong Islam 25
Belum
Menikah SMA Pedagang
20 BB Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 29
Belum
Menikah SD/SMP Pedagang
140
21 YSP Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 51 Menikah SD/SMP Pedagang
22 IA Perempuan
Pasar
Serpong Islam 44 Menikah SMA Pedagang
23 WS Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 36 Menikah SMA Pedagang
24 WN Perempuan
Pasar
Serpong Islam 32 Menikah SD/SMP Pedagang
25 ST Perempuan
Pasar
Serpong Islam 27 Menikah SD/SMP Pedagang
26 AS Perempuan
Pasar
Serpong Islam 24
Belum
Menikah SMA Pedagang
27 BS Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 25
Belum
Menikah SMA Pedagang
28 MH Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 55 Duda SMA Pedagang
29 GP Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 36 Duda SD/SMP Pedagang
30 AL Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 27
Belum
Menikah SD/SMP Pedagang
31 HR Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 30
Belum
Menikah SD/SMP Pedagang
32 MS Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 31 Menikah SD/SMP Pedagang
33 US Perempuan
Pasar
Serpong Islam 40 Janda SD/SMP Pedagang
34 HR Perempuan
Pasar
Serpong Islam 29 Menikah SMA Pedagang
35 NS Perempuan
Pasar
Serpong Islam 24
Belum
Menikah SMA Pedagang
36 AL Perempuan
Pasar
Serpong Islam 34 Menikah SD/SMP Pedagang
37 MBU Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 35
Belum
Menikah SD/SMP Pedagang
38 AA Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 55 Menikah SD/SMP Pedagang
39 AH Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 50 Menikah SD/SMP Pedagang
40 IW Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 22
Belum
Menikah SD/SMP Pedagang
41 IN Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 52 Menikah SMA Pedagang
42 LD Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 44 Menikah SMA Pedagang
141
43 RM Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 23
Belum
Menikah SD/SMP Pedagang
44 MS Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 34 Menikah SD/SMP Pedagang
45 TH Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 25
Belum
Menikah SD/SMP Pedagang
46 GS Perempuan
Pasar
Serpong Islam 25
Belum
Menikah SMA Pedagang
47 KI Perempuan
Pasar
Serpong Islam 33 Menikah SMA Pedagang
48 FS Perempuan
Pasar
Serpong Nasrani 45 Menikah Sarjana Pedagang
49 AF Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 42 Menikah SMA Pedagang
50 DD Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 35 Menikah SMA Pedagang
51 ED Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 31
Belum
Menikah Sarjana Pedagang
52 MK Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 24
Belum
Menikah SMA Pedagang
53 LL Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 30
Belum
Menikah SMA Pedagang
54 RW Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 40 Menikah SMA Pedagang
55 AM Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 33 Menikah SMA Pedagang
56 ST Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 28
Belum
Menikah SD/SMP Pedagang
57 DB Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 25 Menikah SD/SMP Pedagang
58 FRS Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 38 Menikah SD/SMP Pedagang
59 MRR Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 31
Belum
Menikah SMA Pedagang
60 PK Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 25
Belum
Menikah SD/SMP Pedagang
61 IR Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 28
Belum
Menikah SD/SMP Pedagang
62 RR Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 52 Menikah SMA Pedagang
63 AD Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 55 Menikah SMA Pedagang
64 AR Laki-laki
Pasar
Serpong Islam 29
Belum
Menikah SMA Pedagang
142
Lampiran 3: Hasil Kuisioner (Uji Coba 20 Responden)
Variabel Pembiayaan Musyarakah (X1)
Responden X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1
1 4.0 4.0 4.0 3.0 5.0 4.0 4.0 4.0 32.0
2 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 4.0 34.0
3 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 33.0
4 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 33.0
5 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 33.0
6 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 36.0
7 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 35.0
8 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 33.0
9 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 5.0 4.0 5.0 33.0
10 4.0 4.0 4.0 3.0 5.0 4.0 5.0 4.0 33.0
11 4.0 5.0 2.0 2.0 3.0 4.0 3.0 4.0 27.0
12 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 33.0
13 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 30.0
14 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
15 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
16 3.0 2.0 3.0 3.0 4.0 3.0 3.0 4.0 25.0
17 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
18 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 3.0 30.0
19 4.0 4.0 4.0 3.0 3.0 3.0 4.0 5.0 30.0
20 5.0 5.0 5.0 5.0 3.0 3.0 5.0 5.0 36.0
Variabel Pembiayaan Murabahah (X2)
Responden X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2
1 4.0 4.0 5.0 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 32.0
2 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 34.0
3 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 35.0
4 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 35.0
5 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 35.0
6 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 35.0
7 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 35.0
8 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 4.0 35.0
9 4.0 5.0 4.0 4.0 3.0 3.0 4.0 4.0 31.0
10 4.0 5.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 35.0
11 4.0 5.0 2.0 4.0 2.0 4.0 4.0 4.0 29.0
12 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
13 4.0 4.0 2.0 2.0 4.0 2.0 4.0 2.0 24.0
143
14 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
15 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 35.0
16 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 31.0
17 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 33.0
18 3.0 5.0 5.0 5.0 3.0 4.0 4.0 4.0 33.0
19 3.0 4.0 3.0 3.0 3.0 3.0 4.0 4.0 27.0
20 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 3.0 30.0
Variabel Perkembangan Usaha (Y)
Responden Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y
1 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 22.0
2 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 26.0
3 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 2.0 23.0
4 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 26.0
5 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 2.0 23.0
6 5.0 4.0 4.0 5.0 4.0 2.0 24.0
7 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 2.0 20.0
8 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 25.0
9 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 24.0
10 4.0 2.0 3.0 4.0 4.0 2.0 19.0
11 2.0 2.0 2.0 4.0 2.0 2.0 14.0
12 2.0 2.0 2.0 2.0 4.0 4.0 16.0
13 4.0 2.0 2.0 2.0 4.0 2.0 16.0
14 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 24.0
15 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 23.0
16 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 26.0
17 2.0 3.0 5.0 4.0 4.0 4.0 22.0
18 4.0 3.0 5.0 5.0 5.0 2.0 24.0
19 2.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0 21.0
20 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 22.0
144
Lampiran 4: Hasil Kuisioner
Variabel Pembiayaan Musyarakah (X1)
Responden X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1
1 4.0 4.0 4.0 3.0 5.0 4.0 4.0 4.0 32.0
2 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 4.0 34.0
3 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 33.0
4 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 33.0
5 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 33.0
6 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 36.0
7 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 35.0
8 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 33.0
9 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 5.0 4.0 5.0 33.0
10 4.0 4.0 4.0 3.0 5.0 4.0 5.0 4.0 33.0
11 4.0 5.0 2.0 2.0 3.0 4.0 3.0 4.0 27.0
12 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 33.0
13 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 30.0
14 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
15 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
16 3.0 2.0 3.0 3.0 4.0 3.0 3.0 4.0 25.0
17 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
18 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 3.0 30.0
19 4.0 4.0 4.0 3.0 3.0 3.0 4.0 5.0 30.0
20 5.0 5.0 5.0 5.0 3.0 3.0 5.0 5.0 36.0
21 3.0 3.0 4.0 4.0 3.0 3.0 4.0 4.0 28.0
22 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
23 5.0 5.0 5.0 3.0 4.0 4.0 5.0 5.0 36.0
24 3.0 4.0 3.0 4.0 3.0 2.0 2.0 4.0 25.0
25 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
26 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
27 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
28 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
29 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
30 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 37.0
31 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
32 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 34.0
33 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
34 5.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 5.0 37.0
35 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
36 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 3.0 35.0
37 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
145
38 5.0 5.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 4.0 37.0
39 5.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 3.0 3.0 33.0
40 3.0 2.0 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 4.0 28.0
41 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 36.0
42 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 35.0
43 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 33.0
44 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
45 5.0 5.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 38.0
46 4.0 2.0 3.0 3.0 4.0 3.0 3.0 4.0 26.0
47 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
48 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 3.0 30.0
49 4.0 2.0 4.0 3.0 3.0 3.0 4.0 5.0 28.0
50 3.0 2.0 4.0 3.0 3.0 3.0 4.0 2.0 24.0
51 3.0 3.0 4.0 4.0 3.0 3.0 4.0 4.0 28.0
52 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
53 5.0 5.0 5.0 3.0 4.0 4.0 5.0 5.0 36.0
54 3.0 4.0 3.0 4.0 3.0 2.0 2.0 4.0 25.0
55 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
56 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
57 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
58 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
59 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 34.0
60 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
61 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 37.0
62 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
63 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 37.0
64 4.0 2.0 4.0 3.0 3.0 3.0 4.0 5.0 28.0
Variabel Pembiayaan Murabahah (X2)
Responden X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2
1 4.0 4.0 5.0 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 32.0
2 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 34.0
3 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 35.0
4 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 35.0
5 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 35.0
6 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 35.0
7 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 35.0
8 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 4.0 35.0
9 4.0 5.0 4.0 4.0 3.0 3.0 4.0 4.0 31.0
10 4.0 5.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 35.0
146
11 4.0 5.0 2.0 4.0 2.0 4.0 4.0 4.0 29.0
12 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
13 4.0 4.0 2.0 2.0 4.0 2.0 4.0 2.0 24.0
14 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
15 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 35.0
16 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 31.0
17 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 33.0
18 3.0 5.0 5.0 5.0 3.0 4.0 4.0 4.0 33.0
19 3.0 4.0 3.0 3.0 3.0 3.0 4.0 4.0 27.0
20 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 3.0 30.0
21 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 37.0
22 2.0 2.0 3.0 4.0 3.0 3.0 2.0 3.0 22.0
23 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
24 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 5.0 38.0
25 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
26 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 35.0
27 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 35.0
28 4.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 35.0
29 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
30 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 3.0 3.0 31.0
31 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 33.0
32 4.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 3.0 36.0
33 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 33.0
34 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 33.0
35 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
36 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 3.0 3.0 35.0
37 4.0 3.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
38 4.0 4.0 3.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0 30.0
39 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 37.0
40 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 5.0 5.0 36.0
41 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 33.0
42 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 39.0
43 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 37.0
44 3.0 4.0 4.0 4.0 5.0 3.0 3.0 4.0 30.0
45 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 33.0
46 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 31.0
47 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 35.0
48 3.0 2.0 3.0 4.0 5.0 4.0 3.0 4.0 28.0
49 3.0 4.0 3.0 3.0 4.0 3.0 4.0 4.0 28.0
50 4.0 4.0 4.0 4.0 3.0 3.0 4.0 3.0 29.0
51 4.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 2.0 3.0 33.0
147
52 2.0 2.0 3.0 4.0 5.0 3.0 3.0 4.0 26.0
53 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 36.0
54 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 5.0 38.0
55 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 40.0
56 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 36.0
57 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 36.0
58 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
59 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 36.0
60 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 3.0 3.0 35.0
61 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 32.0
62 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 33.0
63 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 3.0 33.0
64 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 36.0
Variabel Perkembangan Usaha (Y)
Responden Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y
1 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 22.0
2 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 26.0
3 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 2.0 23.0
4 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 26.0
5 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 2.0 23.0
6 5.0 4.0 4.0 5.0 4.0 2.0 24.0
7 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 2.0 20.0
8 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 25.0
9 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 24.0
10 4.0 2.0 3.0 4.0 4.0 2.0 19.0
11 2.0 2.0 2.0 4.0 2.0 2.0 14.0
12 2.0 2.0 2.0 2.0 4.0 4.0 16.0
13 4.0 2.0 2.0 2.0 4.0 2.0 16.0
14 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 24.0
15 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 23.0
16 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 26.0
17 2.0 3.0 5.0 4.0 4.0 4.0 22.0
18 4.0 3.0 5.0 5.0 5.0 2.0 24.0
19 2.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0 21.0
20 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 22.0
21 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 4.0 27.0
22 4.0 2.0 5.0 5.0 5.0 2.0 23.0
23 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 24.0
24 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 28.0
148
25 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 2.0 27.0
26 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 25.0
27 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 25.0
28 5.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 27.0
29 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 26.0
30 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 2.0 25.0
31 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 25.0
32 4.0 4.0 5.0 3.0 5.0 4.0 25.0
33 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 2.0 23.0
34 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 25.0
35 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 22.0
36 4.0 5.0 4.0 3.0 4.0 2.0 22.0
37 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 24.0
38 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 24.0
39 5.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 27.0
40 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 26.0
41 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 22.0
42 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 29.0
43 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 28.0
44 5.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0 24.0
45 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 2.0 23.0
46 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 2.0 23.0
47 2.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 23.0
48 3.0 3.0 5.0 5.0 2.0 2.0 20.0
49 3.0 3.0 3.0 4.0 4.0 4.0 21.0
50 2.0 4.0 4.0 2.0 2.0 2.0 16.0
51 2.0 4.0 5.0 3.0 2.0 2.0 18.0
52 4.0 2.0 4.0 4.0 4.0 2.0 20.0
53 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 2.0 23.0
54 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 28.0
55 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 2.0 27.0
56 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 25.0
57 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 26.0
58 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 4.0 28.0
59 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 4.0 28.0
60 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 28.0
61 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 2.0 23.0
62 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 4.0 27.0
63 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 2.0 21.0
64 2.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 22.0
149
Lampiran 5: Hasil Output (Uji Coba 20 Responden)
Validitas Variabel Pembiayaan Musyarakah (X1)
Correlations
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 SKOR
X11 Pearson Correlation
1 .415 .106 .440 .167 .450* .347 .314 .620**
Sig. (2-tailed) .069 .656 .052 .482 .046 .134 .178 .004
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X12 Pearson Correlation
.415 1 .102 .663** .114 .379 .218 .342 .574**
Sig. (2-tailed) .069 .669 .001 .631 .099 .355 .140 .008
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X13 Pearson Correlation
.106 .102 1 .440 .012 .330 .586** .314 .555*
Sig. (2-tailed) .656 .669 .052 .961 .155 .007 .178 .011
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X14 Pearson Correlation
.440 .663** .440 1 .102 .438 .594** .102 .643**
Sig. (2-tailed) .052 .001 .052 .669 .053 .006 .670 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X15 Pearson Correlation
.167 .114 .012 .102 1 .396 .191 .218 .518*
Sig. (2-tailed) .482 .631 .961 .669 .084 .419 .356 .019
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X16 Pearson Correlation
.450* .379 .330 .438 .396 1 .322 .487* .764**
Sig. (2-tailed) .046 .099 .155 .053 .084 .167 .029 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X17 Pearson Correlation
.347 .218 .586** .594** .191 .322 1 .149 .630**
Sig. (2-tailed) .134 .355 .007 .006 .419 .167 .530 .003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X18 Pearson Correlation
.314 .342 .314 .102 .218 .487* .149 1 .671**
Sig. (2-tailed) .178 .140 .178 .670 .356 .029 .530 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
SKOR Pearson Correlation
.620** .574** .555* .643** .518* .764** .630** .671** 1
Sig. (2-tailed) .004 .008 .011 .002 .019 .000 .003 .001 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliabilitas Variabel Pembiayaan Musyarakah (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.739 8
150
Validitas Variabel Pembiayaan Murabahah (X2)
Correlations
X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 SKOR
X21 Pearson Correlation
1 .436 .463* .286 .354 .315 .145 .102 .586**
Sig. (2-tailed) .054 .040 .222 .126 .175 .541 .669 .007
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X22 Pearson Correlation
.436 1 .424 .655** .295 .207 .333 .052 .622**
Sig. (2-tailed) .054 .062 .002 .207 .382 .151 .828 .003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X23 Pearson Correlation
.463* .424 1 .154 .313 .682** .118 -.147 .602**
Sig. (2-tailed) .040 .062 .516 .179 .001 .621 .537 .005
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X24 Pearson Correlation
.286 .655** .154 1 .354 .165 .327 .102 .550*
Sig. (2-tailed) .222 .002 .516 .126 .486 .159 .669 .012
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X25 Pearson Correlation
.354 .295 .313 .354 1 .467* -.025 .260 .637**
Sig. (2-tailed) .126 .207 .179 .126 .038 .918 .268 .003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X26 Pearson Correlation
.315 .207 .682** .165 .467* 1 .275 .282 .748**
Sig. (2-tailed) .175 .382 .001 .486 .038 .240 .228 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X27 Pearson Correlation
.145 .333 .118 .327 -.025 .275 1 .398 .534*
Sig. (2-tailed) .541 .151 .621 .159 .918 .240 .082 .015
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
X28 Pearson Correlation
.102 .052 -.147 .102 .260 .282 .398 1 .523*
Sig. (2-tailed) .669 .828 .537 .669 .268 .228 .082 .018
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
SKOR Pearson Correlation
.586** .622** .602** .550* .637** .748** .534* .523* 1
Sig. (2-tailed) .007 .003 .005 .012 .003 .000 .015 .018 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliabilitas Variabel Pembiayaan Murabahah (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.721 8
151
Validitas Variabel Perkembangan Usaha (Y)
Correlations
Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 SKOR
Y11 Pearson Correlation
1 .487* .048 .332 .494* .361 .702**
Sig. (2-tailed) .030 .840 .153 .027 .118 .001
N 20 20 20 20 20 20 20
Y12 Pearson Correlation
.487* 1 .309 .643** .301 .231 .756**
Sig. (2-tailed) .030 .186 .002 .198 .327 .000
N 20 20 20 20 20 20 20
Y13 Pearson Correlation
.048 .309 1 .345 .170 .401 .565**
Sig. (2-tailed) .840 .186 .137 .474 .080 .009
N 20 20 20 20 20 20 20
Y14 Pearson Correlation
.332 .643** .345 1 .146 -.059 .598**
Sig. (2-tailed) .153 .002 .137 .540 .806 .005
N 20 20 20 20 20 20 20
Y15 Pearson Correlation
.494* .301 .170 .146 1 .405 .652**
Sig. (2-tailed) .027 .198 .474 .540 .077 .002
N 20 20 20 20 20 20 20
Y16 Pearson Correlation
.361 .231 .401 -.059 .405 1 .625**
Sig. (2-tailed) .118 .327 .080 .806 .077 .003
N 20 20 20 20 20 20 20
SKOR Pearson Correlation
.702** .756** .565** .598** .652** .625** 1
Sig. (2-tailed) .001 .000 .009 .005 .002 .003 N 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliabilitas Variabel Perkembangan Usaha (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.724 6
152
Lampiran 6: Hasil Output
Validitas Variabel Pembiayaan Musyarakah (X1)
Reliabilitas Variabel Pembiayaan Musyarakah (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.884 8
Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 SKOR
X1.1 Pearson Correlation 1 .743** .679** .460** .588** .626** .675** .505** .878**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X1.2 Pearson Correlation .743** 1 .484** .456** .491** .599** .504** .354** .792**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X1.3 Pearson Correlation .679** .484** 1 .593** .511** .460** .638** .319* .771**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .010 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X1.4 Pearson Correlation .460** .456** .593** 1 .521** .399** .335** .188 .666**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .007 .137 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X1.5 Pearson Correlation .588** .491** .511** .521** 1 .743** .512** .201 .760**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .112 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X1.6 Pearson Correlation .626** .599** .460** .399** .743** 1 .638** .219 .789**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .000 .082 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X1.7 Pearson Correlation .675** .504** .638** .335** .512** .638** 1 .474** .790**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .007 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X1.8 Pearson Correlation .505** .354** .319* .188 .201 .219 .474** 1 .536**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .010 .137 .112 .082 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
SKOR Pearson Correlation .878** .792** .771** .666** .760** .789** .790** .536** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
153
Validitas Variabel Pembiayaan Murabahah (X2)
Correlations
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 SKOR
X2.1 Pearson Correlation 1 .627** .562** .365** .231 .394** .325** .200 .718**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .003 .066 .001 .009 .113 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X2.2 Pearson Correlation .627** 1 .534** .543** -.018 .305* .276* .144 .663**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .885 .014 .027 .257 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X2.3 Pearson Correlation .562** .534** 1 .728** .262* .530** .149 .207 .762**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .037 .000 .239 .101 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X2.4 Pearson Correlation .365** .543** .728** 1 .214 .547** .080 .315* .720**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .090 .000 .529 .011 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X2.5 Pearson Correlation .231 -.018 .262* .214 1 .249* .062 .222 .417**
Sig. (2-tailed) .066 .885 .037 .090 .047 .629 .078 .001
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X2.6 Pearson Correlation .394** .305* .530** .547** .249* 1 .444** .454** .749**
Sig. (2-tailed) .001 .014 .000 .000 .047 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X2.7 Pearson Correlation .325** .276* .149 .080 .062 .444** 1 .567** .569**
Sig. (2-tailed) .009 .027 .239 .529 .629 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X2.8 Pearson Correlation .200 .144 .207 .315* .222 .454** .567** 1 .599**
Sig. (2-tailed) .113 .257 .101 .011 .078 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
SKOR Pearson Correlation .718** .663** .762** .720** .417** .749** .569** .599** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 N 64 64 64 64 64 64 64 64 64
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliabilitas Variabel Pembiayaan Murabahah (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.804 8
154
Lampiran 7: Uji Asumsi Klasik
Validitas Variabel Perkembangan Usaha (Y)
Correlations
Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 SKOR
Y.1 Pearson Correlation 1 .334** .298* .444** .514** .090 .682**
Sig. (2-tailed) .007 .017 .000 .000 .477 .000
N 64 64 64 64 64 64 64
Y.2 Pearson Correlation .334** 1 .498** .330** .213 .257* .669**
Sig. (2-tailed) .007 .000 .008 .092 .040 .000
N 64 64 64 64 64 64 64
Y.3 Pearson Correlation .298* .498** 1 .518** .332** .137 .676**
Sig. (2-tailed) .017 .000 .000 .007 .280 .000
N 64 64 64 64 64 64 64
Y.4 Pearson Correlation .444** .330** .518** 1 .411** .119 .692**
Sig. (2-tailed) .000 .008 .000 .001 .348 .000
N 64 64 64 64 64 64 64
Y.5 Pearson Correlation .514** .213 .332** .411** 1 .296* .693**
Sig. (2-tailed) .000 .092 .007 .001 .018 .000
N 64 64 64 64 64 64 64
Y.6 Pearson Correlation .090 .257* .137 .119 .296* 1 .527**
Sig. (2-tailed) .477 .040 .280 .348 .018 .000
N 64 64 64 64 64 64 64
SKOR Pearson Correlation .682** .669** .676** .692** .693** .527** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliabilitas Variabel Perkembangan Usaha (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.722 6
155
Uji One-Sampel Kolmogorov-Smirnov
Uji Multikolinieritas
Uji Glejser Heterokedastisitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 64 Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.57781132 Most Extreme Differences Absolute .086
Positive .067 Negative -.086
Test Statistic .086 Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.147 3.731 .843 .402
X1 .094 .079 .123 1.192 .238 .972 1.029
X2 .521 .093 .576 5.586 .000 .972 1.029
a. Dependent Variable: Y.Perkembangan Usaha
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.978 2.227 3.582 .001
X1 -.125 .047 -.321 -2.650 .101
X2 -.056 .056 -.122 -1.006 .318
a. Dependent Variable: RES2
156
Koefesien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .608a .370 .350 2.620 1.427
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Hasil Uji F
Hasil Uji t
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 246.092 2 123.046 17.929 .000b
Residual 418.642 61 6.863
Total 664.734 63
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.147 3.731 .843 .402
X1 .094 .079 .123 1.192 .238 .972 1.029
X2 .521 .093 .576 5.586 .000 .972 1.029
a. Dependent Variable: Y.Perkembangan Usaha
157
Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Uji Normalitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.147 3.731 .843 .402
X1 .094 .079 .123 1.192 .238 .972 1.029
X2 .521 .093 .576 5.586 .000 .972 1.029
a. Dependent Variable: Y.Perkembangan Usaha
158
Uji Heterokedastisitas
159
Lampiran 5: Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI
160
161
162
163
164
165
166
167
168
Lampiran 6: Surat Izin Penelitian
169