PENGARUH PEMBERIAN MINUM AIR PUTIH DINGIN …scholar.unand.ac.id/52531/5/Tesis Wella br (Autosaved)...

172
PENGARUH PEMBERIAN MINUM AIR PUTIH DINGIN TERHADAP PENGURANGAN MUAL MUNTAH SETELAH KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP M. DJAMIL PADANG HALAMAN TESIS LUAR TESIS OLEH : WELLA JUARTIKA BP. 1721312070 PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH FAKULTAS KEPERAWATAN - UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2019

Transcript of PENGARUH PEMBERIAN MINUM AIR PUTIH DINGIN …scholar.unand.ac.id/52531/5/Tesis Wella br (Autosaved)...

PENGARUH PEMBERIAN MINUM AIR PUTIH DINGIN TERHADAP

PENGURANGAN MUAL MUNTAH SETELAH KEMOTERAPI

PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

DI RSUP M. DJAMIL PADANG

HALAMAN TESIS LUAR

TESIS

OLEH :

WELLA JUARTIKA

BP. 1721312070

PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS KEPERAWATAN - UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2019

ii

TESIS

HALAMAN JUDUL TESIS DALAM

PENGARUH PEMBERIAN MINUM AIR PUTIH DINGIN TERHADAP

PENGURANGAN MUAL MUNTAH SETELAH KEMOTERAPI

PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

DI RSUP M. DJAMIL PADANG

Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Keperawatan

OLEH:

WELLA JUARTIKA

BP. 1721312070

PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS KEPERAWATAN - UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2019

iii

PANITIA SIDANG TESIS

PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS

Padang, 22 Juli 2019

PEMBIMBING I

(dr. Pramana Khalilul Harmi, Sp.OT, M.Kes)

PEMBIMBING II

(Ns. Rika Fatmadona, M.Kep, Sp.KMB)

ANGGOTA

(Hema Malini, S.Kp, MN, PhD)

(Ns. Ayuro Cumayunaro, M.Kep, Sp.KMB)

(Reny Prima Gusti, S.Kp, M.Kes)

v

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini di ajukan oleh :

Nama Mahasiswa : Wella juartika

BP : 1721312070

Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Minum Air Putih Dingin Terhadap

Pengurangan Mual Muntah Setelah Kemoterapi Pada

Pasien Kanker Payudara Di RSUP M. Djamil Padang.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister

Keperawatan pada Program Studi S2 Keperawatan, Fakultas Keperawatan,

Unversitas Andalas.

DEWAN PENGUJI

No. Nama Keterangan Tanda

Tangan

1. Dr. dr. Susmiati, M.Biomed Ketua Penguji

2. dr. Pramana Khalilul Harmi, Sp.OT, M.Kes Anggota Penguji

3. Ns. Rika Fatmadona, M.Kep, Sp.KMB Anggota Penguji

4. Hema Malini, S.Kp, MN, PhD Anggota Penguji

5. Ns. Ayuro Cumayunaro, M.Kep, Sp.KMB Anggota Penguji

6. Reni Prima Gusty, S.Kp, M.Kes Anggota Penguji

Ditetapkan : Padang

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Pengaruh Pemberian Minum Air Putih Dingin Terhadap

Pengurangan Mual Muntah Setelah Kemoterapi Pada

Pasien Kanker Payudara Di RSUP M. Djamil Padang.

Nama Mahasiswa : Wella Juartika

No. BP : 1721312070

Tesis ini diuji dan dipertahankan didepan sidang panitia ujian akhir magister

keperawatan pada Program Studi S2 Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas dan Dinyatakan Lulus pada tanggan 22 Juli 2019.

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

(dr. Pramana Khalilul Harmi, Sp.OT, M.Kes)

(Ns. Rika Fatmadona, M.Kep, Sp.KMB)

Mengetahui,

Ketua Program Studi

S2 Keperawatan

(Dr. Yulastri Arif, S.Kp., M.Kep)

Dekan,

(Prof. Dr. dr. Rihanda Machmud, M.Kes., FISPH., FISCM)

vii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya tulis dengan judul “Pengaruh

Pemberian Minum Air Putih Dingin Terhadap Pengurangan Mual Muntah Setelah

Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP M. Djamil Padang” adalah

hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain kecuali

kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika dikemudian hari pernyataan yang saya

buat ini ternyata tidak betul, maka status kelulusan dan gelar yang saya peroleh

menjadi batal dengan sendirinya.

Padang, 22 Juli 2019

Yang membuat pernyataan,

Wella Juartika

viii

PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS

Tesis, 22 Juli 2019

Wella Juartika

Pengaruh Pemberian Minum Air Putih Dingin Terhadap Pengurangan Mual

Muntah Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP dr.M.Djamil

Padang.

xiii + 68 hal + 4 Skema + 12 tabel + 15 lampiran

ABSTRAK

Mual muntah setelah kemoterapi masih menjadi masalah utama yang mengganggu

proses pengobatan kanker, khususnya kanker payudara. Ada 2 hal yang dapat

dilakukan untuk mengurangi mual muntah yaitu secara farmakologi dan non

farmakologi. Minum air putih dingin merupakan salah satu cara non farmakologi

pada pasien yang mengalami mual muntah setelah kemoterapi. Tindakan tersebut

dapat menurunkan mual muntah acut dan delayed akibat kemoterapi. Tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian minum air putih dingin

terhadap mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP

M.Djamil Padang. Penelitian ini merupakan time series. Pengambilan sampel

dengan cara consecutive sampling dan penentuan kelompok intervensi dan kontrol

dengan randomisasi alokasi subjek sederhana. Sampel penelitian berjumlah 38

responden, terdiri dari 19 responden sebagai kelompok intervensi yang dilakukan

terapi pemberian minum air putih dingin selama 3 hari dan 19 responden sebagai

kelompok kontrol. Pengujian perbedaan penurunan rata-rata skor mual muntah

pada kelompok intervensi menggunakan uji repeated measure anova. Hasil

penelitian menunjukkan penurunan rata-rata pada kelompok intervensi yaitu 0,000

(α < 0,05). Kesimpulan secara signifikan minum air putih dingin dapat menurunkan

mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M.Djamil

Padang. Disarankan minum air putih dingin dapat diterapkan sebagai bagian dari

intervensi keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami mual muntah setelah kemoterapi.

Kata Kunci : Minum Air Putih Dingin, Kemoterapi, Mual Muntah

Daftar Pustaka : 69 (1990-2018)

ix

MAGISTER PROGRAM STUDY

MEDICAL SURGICAL NURSING

FACULTY OF NURSING ANDALAS UNIVERSITY

Thesis, 22 July 2019

Wella Juartika

The Influence of Giving Cold Drinking Water to Reduction of Vomiting Nausea

After Chemotherapy in Breast Cancer Patients in RSUP Dr. M. Djamil Padang.

xiii + 68 things + 4 scheme + 12 tables + 15 attachments

ABSTRACT

Nausea, vomiting after chemotherapy is still a major problem that interferes with

the process of treating cancer, especially breast cancer. There are 2 things that can

be done to reduce nausea, vomiting, pharmacologically and non-

pharmacologically. Drinking cold water is one of the non-pharmacological ways

in patients who experience nausea, vomiting after chemotherapy. These actions can

reduce acute nausea and vomiting delayed due to chemotherapy. The purpose of

this study was to determine the effect of drinking cold water to nausea and vomiting

after chemotherapy in breast cancer patients in RSUP M.Djamil Padang. This

research is a time series. Sampling by consecutive sampling and determination of

intervention and control groups by randomization of simple subject allocations. The

research sample consisted of 38 respondents, consisting of 19 respondents as an

intervention group who were treated with cold drinking water for 3 days and 19

respondents as a control group. Testing the difference in decrease in the average

score of nausea and vomiting in the intervention group using the repeated measure

anova test. The results showed an average decrease in the intervention group of

0,000 (α <0.05). The conclusion significantly drinking cold water can reduce

nausea and vomiting after chemotherapy in breast cancer patients in RSUP

M.Djamil Padang. It is recommended that drinking cold water be applied as part

of nursing intervention in providing nursing care to patients who experience

nausea, vomiting after chemotherapy.

Keywords : Drinking Cold Water, Chemotherapy, Nausea Vomiting

Bibliography : 69 (1990-2018)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas kesehatan dan keselamatan

yang diberikan hari ini, sehingga peneliti mampu menyelesaikan tesis penelitian

yang berjudul “Pengaruh pemberian minum air putih dingin terhadap pengurangan

mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M.Djamil

Padang”.

Pada kesempatan ini peneliti juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes., FISPH., FISCM, selaku Dekan

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Andalas.

2. Ibu Dr. Yulastri Arif, M.Kep, selaku Kaprodi S.2 Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas yang telah memberikan peneliti kesempatan

untuk menyusun tesis ini.

3. Dr. dr. Susmiati, M.Biomed selaku ketua komisi penguji yang telah

memberikan saran dan arahannya.

4. dr. Pramana Khalilul Harmi, Sp.OT, M.Kes dan Ns. Rika Fatmadona, M.Kep,

Sp.KMB sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan berupa masukan,

saran, kritik dan motivasi sehingga tesis ini terwujud.

5. Ibu Hema Malini, S.Kp, MN, PhD, Ibu Ns. Ayuro Cumayunaro, M.Kep,

Sp.KMB dan Ibu Reni Prima Gusti, S.Kp, M.Kes selaku komisi penguji yang

telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan penelitian ini.

6. Ibu Ka. Instalasi IDT dan Ka. Ruangan Kemoterapi RSUP M.Djamil yang telah

memberikan kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Bapak/ Ibu staf administrasi dan dosen tenaga pendidik Program Studi S.2

Keperawatan Fakultas keperawatan Universitas Andalas yang telah banyak

membantu peneliti.

8. Bapak dan Ibu Dosen Keperawatan Medikal Bedah yang telah membantu

memberikan wawasan kepada peneliti untuk mengembangkan penelitian ini.

9. Mama Desriwati, Adik-adikku Vuska Retno Sari S.H, Velia Danisti, Afif

Martha, Oom Kartono, Oom Ermadi dan semua saudara untuk support selama

penelitian.

xi

10. Terspesial Ns. Dian Ismaya, S.Kep, M.Si sudah menjadi kakak yang terbaik,

selalu mendukung dan mendengarkan keluh kesah selama penelitian ini.

11. Semua teman-teman seperjuangan KMB yang membantu dalam penyelesaian

tesis yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih belum sempurna, oleh karena

itu pada kesempatan ini peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaannya. Penelitian juga berharap semoga semua hasil

penelitian yang dituangkan dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit. Serta

Allah Swt membalas semua kebaikan dan senantiasa melimpahkan rahmat serta

hidayahnya kepada kita semua dalam penyelesaian tesis ini.

Padang, 22 Juli 2019

Peneliti

xii

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN TESIS LUAR ...................................................................................... i

HALAMAN JUDUL TESIS DALAM ................................................................... ii

PANITIA SIDANG TESIS ................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... vi

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ............................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR SKEMA ................................................................................................ xv

DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xviii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. xix

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

A. Kanker payudara ...................................................................................... 8

B. Kemoterapi ............................................................................................ 12

C. Minum Air Putih Dingin untuk Mengurangi Mual Muntah .................. 21

D. Kerangka Teori ...................................................................................... 26

BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL ..................................................................................... 27

A. Kerangka Konsep .................................................................................. 27

B. Hipotesis ................................................................................................ 27

xiii

C. Definisi Operasional .............................................................................. 28

BAB IV. METODE PENELITIAN ...................................................................... 30

A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 30

B. Populasi dan Sampel .............................................................................. 30

C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 34

D. Etika Penelitian ...................................................................................... 35

E. Alur Penelitian ....................................................................................... 38

F. Alat Pengumpulan Data ......................................................................... 39

G. Instrumen Penelitian .............................................................................. 39

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 40

I. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 40

J. Pengolahan dan Analisa Data ................................................................ 43

BAB V. HASIL PENELITIAN ............................................................................ 47

A. Univariat ................................................................................................ 47

B. Analisa Bivariat ..................................................................................... 50

BAB VI. PEMBAHASAN .................................................................................... 55

A. Inteprestasi dan Diskusi Hasil Penelitian .............................................. 55

B. Implikasi Penelitian ............................................................................... 68

C. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 69

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 71

A. Kesimpulan ............................................................................................ 71

B. Saran ...................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73

LAMPIRAN

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

Tabel 2.1 Potensi Emetik Agen Kemoterapi............................................. 18

Tabel 3.1 Defenisi Operasional................................................................. 28

Tabel 4.1 Uji Normalitas........................................................................... 45

Tabel 4.2 Uji Homogenitas....................................................................... 45

Tabel 4.3 Analisa Bivariat......................................................................... 46

Tabel 5.1 Disribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden (Usia,

Pendidikan, Stadium dan Siklus Kemoterapi) Pasien Kanker

Payudara di RSUP M.Djamil Padang Tahun 2019 (N=38)......

48

Tabel 5.2 Rerata Skor Mual Muntah Pengukuran 12 jam sampai dengan

Pengukuran 72 jam pasien Kanker Payudara pada Kelompok

Intervensi di RSUP M. Djamil Padang Tahun 2019 (N=

38)..............................................................................................

49

Tabel 5.3 Rerata Skor Mual Muntah Pengukuran 12 jam sampai dengan

Pengukuran 72 jam Pasien Kanker Payudara pada Kelompok

Kontrol di RSUP M. Djamil Padang Tahun 2019 (N=

38)..............................................................................................

49

Tabel 5.4 Pengaruh Pemberian Minum Air Putih Dingin Terhadap Mual

Muntah Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di

RSUP M.Djamil Padang tahun 2019 (n=19)............................

51

Tabel 5.5 Penurunan Rerata skor mual muntah setelah kemoterapi pasien

kanker payudara pada kelompok intervensi di RSUP M.Djamil

Padang Tahun 2019 (n=19).......................................................

52

Tabel 5.6 Mual Muntah Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker

Payudara di RSUP M.Djamil Padang tahun 2019

(n=19).......................................................................................

53

Tabel 5.7

Perbandingan Rerata Skor Mual Muntah Antara Kelompok

Intervensi dan Kontrol di RSUP M.Djamil Padang Tahun 2019

(N=38).....................................................................................

54

xv

DAFTAR SKEMA

Nomor Hal

Skema 2.1 Kerangka Teori ................................................................................ 26

Skema 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 27

Skema 4.1 Desain Penelitian ............................................................................. 30

Skema 4.2 Desain Alur Penelitian ..................................................................... 38

xvi

DAFTAR GRAFIK

Nomor Hal

Grafik 5.1 Skor mual muntah kelompok intervensi dan kontrol ....................... 49

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Lembar permohonan menjadi responden

Lampiran 3 : Informed consent

Lampiran 4 : Kisi- kisi Penelitian

Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 : Izin Uji Etik (Fakultas Keperawatan UNAND)

Lampiran 7 : Izin Penelitian (Fakultas Keperawatan UNAND)

Lampiran 8 : Keterangan lolos kaji etik (RSUP M. Djamil Padang)

Lampiran 9 : Izin melakukan penelitian (RSUP M. Djamil Padang)

Lampiran 10 : Nota Dinas (RSUP M. Djamil Padang)

Lampiran 11 : Keterangan selesai penelitian (RSUP M.Djamil Padang)

Lampiran 12 : Lembar Konsultasi Hasil Penelitian Pembimbing I

Lampiran 13 : Lembar Konsultasi Hasil Penelitian Pembimbing II

Lampiran 14 : Master Tabel

Lampiran 15 : Hasil SPSS

Lampiran 16 : Hasil Observasi Responden

xviii

DAFTAR ISTILAH

5-HT3 : 5-hydroxytryptamine

INVR : Instrument Nausea, Vomiting and retching

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

WHO : World Health Organization

xix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : WELLA JUARTIKA

Tempat dan Tanggal Lahir : Kerinci, 22 November 1990

Alamat : RT. 002 Desa Koto Baru Semurup Kec. Air

Hangat Kab. Kerinci Prov. Jambi.

Asal Institusi : STIKes Syedza Saintika Padang

Riwayat Pendidikan:

1. SD Negeri Sungai Bahar Jambi, lulus tahun 2002

2. SMP N 7 Air Hangat, lulus tahun 2005

3. SMA N 1 Air Hangat, lulus tahun 2008

4. AKPER Bina Insani Sakti Kerinci, lulus tahun 2011

5. STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG, lulus tahun 2015

6. STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG, lulus tahun 2017

Riwayat Pekerjaan:

1. RSUD Mayjen H.A Thalib Kab. Kerinci, 1 Juni 2012-Sekarang.

2. Fakultas DIV Keperawatan Anestesiologi Universitas Baiturahmah, 31 Agustus

2019- Sekarang.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi pada wanita. Menurut

WHO jumlah penderita kanker payudara sebanyak 522.000 jiwa pada tahun

2012, terjadi peningkatan pada tahun 2015 menjadi sebanyak 571.000 jiwa

(WHO, 2018). Salah satu negara maju dengan angka kejadian tertinggi yaitu

Amerika Serikat pada 2017 diperkirakan ada 252.710 kasus baru dan sekitar

40.610 wanita diperkirakan meninggal akibat kanker payudara (American

Cancer Society, 2018b). Indonesia juga menjadi negara yang menyumbang

jumlah penderita sebanyak 61.682 orang, salah satunya daerah Sumatra Barat

2.285 orang (Kemenkes RI, 2013).

Di Sumatra Barat, RSUP M.Djamil Padang merupakan salah satu Rumah Sakit

yang menjadi pusat rujukan untuk beberapa daerah (Jambi, Bengkulu, Padang

dan Pekanbaru). Berdasarkan data jumlah pasien kanker payudara di RSUP

M.Djamil Padang pada tahun 2014 (3.323 pasien), 2015 (1.225 pasien), 2016

(4.241 pasien), pada tahun 2017 dari Januari sampai September 1.721 pasien.

Pasien Rawat Jalan yang menjalani kemoterapi pada tahun 2016 (614 orang) dan

pada tahun 2017 dari januari sampai september sebanyak 510 orang. Rata-rata

pasien kanker payudara yang dikemoterapi dalam 1 bulan lebih kurang 56 orang

(Rekam Medik RSUP M.Djamil Padang, 2018).

Kanker payudara merupakan penyakit dengan gangguan perumbuhan sel-sel

dipayudara diluar kendali. Penyakit ini memerlukan tindakan yang segera agar

tidak menyebar atau bertambah parah. Beberapa tindakan dapat dilakukan yaitu

pembedahan, kemoterapi, radioterapi dan terapi hormon (White, Duncan &

Baumle, 2013). Kemoterapi merupakan salah satu cara yang paling banyak di

gunakan dan efektif dalam mengatasi kanker karena membunuh sel-sel kanker

sampai tidak tersisa (Priestman, 2012).

Secara umum kemoterapi menyebabkan mual muntah. Mual muntah berbeda-

beda keparahannya, tergantung dari jenis dari obat yang digunakan. Obat dengan

dosis tinggi dan sedang adalah ciplastin dan doxorubicin yang dapat

menyebabkan mual muntah 70% - 90% pasien (Bayo et al., 2012). Mual

merupakan bagian dari pertahanan tubuh terhadap racun atau toksin yang masuk.

Muntah merupakan refleks melindungi untuk mengusir atau menghilangkan

racun dari usus sebelum penyerapan (Aapro, 2015).

Mual muntah setelah kemoterapi dikatergorikan menjadi acut, delayed dan

antisipatory. Mual muntah akut adalah gejala mual muntah yang terjadi kurang

dari 24 jam setelah pemberian kemoterapi. Mual muntah delayed adalah waktu

timbulnya gejala mual muntah setelah 24 jam sampai 6 hari setelah kemoterapi.

Anticipatory adalah gejala mual muntah yang terjadi sebelum kemoterapi

(Aapro, 2015).

Beberapa faktor terlibat dalam etiologi mual muntah termasuk jenis terapi seperti

terapi opioid, kelainan metabolik, iritasi gastrointestinal, peningkatan tekanan

intrakraial yang disebabkan oleh tumor itu sendiri atau oleh adanya metastasis

dan pengobatan atau terapi syaraf (Aapro, 2015). Mual muntah sangat

bergantung pada rangsangan saraf vagal aferen. Kemudian, P-substansi,

cholecystokinin dan yang paling penting 5-hydroxytryptamine (5-HT3),

dipisahkan dari sel-sel enterochromaffin yang terdapat di mukosa

gastrointestinal sebagai respon kemoterapi. Mediator ini berikatan dengan 5-

HT3 dan reseptor neurokinin-1 (NK1) yang terletak di ujung saraf aferen vagal

(Aapro, 2015; Bayo et al., 2012).

Dampak apabila mual muntah terjadi berkepanjangan di khawatirkan akan

muncul kondisi yang membahayakan yakni dehidrasi, perburukan status nutrisi,

kualitas hidup menurun dan fungsi fisik (Isenring, 2016), gangguan jadwal

perawatan (20% menunda pengobatan), penurunan kepatuhan, 30-40% pasien

melaporkan mual yang tidak terkontrol dan muntah sering mengalami rawat

inap, peningkatan biaya perawatan dan hilangnya hari kerja (Perry & Doll, 2012;

Jhaveri & Salahudeen, 2015). Sejalan dengan penelitian Clark Snow, Afronti, &

Rittenverg (2018) yang mengatakan masih ada 20% pasien mengalami

perubahan kemoterapi karena mual muntah dan melaporkan kunjungan ke gawat

darurat / Rumah Sakit karena mual muntah yang tidak terkontrol.

Mual muntah dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi

(Jordan, Sippel, & Schmoll, 2007). Terapi farmakologi diberikan anti emetik

berupa ondasentron. Secara non farmakologi menurut American Cancer Society

(2018e) menganjurkan salah satu treatment yaitu air minuman dingin, roti

kering dan yogurt.

Air putih dingin merupakan minuman yang paling disenangi dan dipilih, karena

jenis air yang tidak mengandung banyak resiko atau kontra indikasi terhadap zat

lain (Muaris, 2014). Berdasarkan review Eccles, Du-plessis, Dommels, &

Wilkinson (2013) mengatakan bahwa ransangan dingin pada mulut dapat

memberikan rasa menyenangkan, hal ini terkait dengan rasa haus dan efek

menyegarkan. Hal ini didukung oleh penelitian Pangesti & Sofiani (2016)

dengan melakukan untuk membandingkan tiga jenis minuman dingin dengan

suhu 100C -150C pada 30 pasien kanker payudara yang sudah menjalani

kemoterapi dimana terbagi menjadi 3 kelompok dengan minuman es teh manis,

jus melon dan es susu. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa minuman dingin

memberikan efek kesenangan, membuka nafsu makan dan menstabilkan emosi.

Dimana secara umum minuman dingin menimbulkan respon tubuh untuk

melakukan vasokontriksi agar tidak terjadi pengeluaran kalori yang berlebihan.

Hal ini diperkuat oleh Adams & Casa (2013) bahwa penggunaan suhu 150C pada

minuman mempengaruhi konsumsi cairan dalam mempertahankan hidrasi yang

optimal.

Minum air dalam keadaan perut kosong, dapat melewati usus besar dan masuk

ke aliran darah dalam waktu 5 menit (terutama jika air lebih dingin dibandingkan

air hangat). Namun apabila minum air dilakukan bersamaan dengan makan,

kemungkinan harus menunggu hingga 45 menit sebelum air masuk ke usus

karena perut usus harus mencerna makanan terlebih dahulu. Secara keseluruhan

rata-rata dibutuhkan 5 menit hingga total 120 menit agar air menyerap

sepenuhnya ke dalam aliran darah sejak diminum (Jéquier & Constant, 2010;

Muaris, 2014; Popkin, D’Anci, & Rosenberg, 2010).

Minum air putih dingin juga mempengaruhi hormon endorfin dan serotonin yang

mempengaruhi kesenangan (Eccles et al., 2013). Hormon endorfin dan

serotonin merupakan reseptor yang menstimulus CTZ dan pusat muntah

(Gonella, Berchialla, Bruno, & Di Giulio, 2014; Gordon, Legrand, & Walsh,

2014). Kelebihan dari penggunaan minum air putih dingin salah satunya adalah

aman. Namun kebutuhan minum tidak bisa disamakan, berdasarkan penelitian

(Oakley & Baird, 2015) dijelaskan pengaturan dalam jumlah air minum tidak

bisa ditentukan besarannya karena setiap individu berbeda disesuaikan dengan

kebutuhan dari tubuh. Pemberian minum air putih dingin memiliki kandungan

yang sama dengan air minum kemasan yang sudah sesuai dengan standar. Air

yang kita minum bukan hanya memuaskan dahaga, tetapi juga bermafaat bagi

tubuh yaitu sebagai komponen utama darah yang memasok sel dengan oksigen

dan nutrisi serta membawa limbah keluar tubuh.

Berdasarkan studi awal pada tanggal 29 Mei 2018 Ruang Kemoterapi RSUP

M.Djamil Padang. Dari sepuluh pasien kanker payudara setelah kemoterapi,

semuanya mengeluh mual dan muntah dengan derajat sedang dan berat. Dari 7

pasien yang yang mengalami mual muntah 4 orang pernah tidak ingin

melanjutkan kemoterapi. Sebanyak 3 orang pasien mengalami rawat inap

berulang akibat mual muntah selama seminggu, pasien malas minum, makan dan

merasa bahwa kemoterapi memperberat masalah kesehatannya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada perawat Ruangan Kemoterapi,

didapatkan bahwa selama ini untuk mengatasi mual diberikan terapi antiemetik

(tindakan kolaborasi), belum pernah diterapkan terapi non farmakologi seperti

minum air dingin. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian

tentang pengaruh pemberian minum air putih dingin terhadap pengurangan mual

muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M. Djamil

Padang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada

penelitian ini adalah : “Apakah ada pengaruh pemberian minum air putih dingin

dingin terhadap pengurangan mual muntah setelah kemoterapi pada pasien

kanker payudara di RSUP M.Djamil Padang?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Identifikasi pengaruh pemberian minuman air putih dingin terhadap

pengurangan mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara

di RSUP M.Djamil Padang.

2. Tujuan Khusus

Dengan penelitian ini, peneliti ingin mengetahui :

a. Diketahui distribusi frekuensi responden (usia, pendidikan, siklus

kemoterapi).

b. Diketahui rerata skor mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker

payudara kelompok intervensi pemberian minum air putih dingin.

c. Diketahui rerata skor mual muntah setelah kemoterapi pasien kanker

payudara kelompok kontrol (tidak diberikan intervensi).

d. Diketahui pengaruh minum air putih dingin terhadap pengurangan mual

muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP

M.Djamil Padang.

e. Diketahui perbedaan skor mual muntah setelah kemoterapi kelompok

kontrol dan kelompok intervensi pemberian minum air putih dingin.

D. Manfaat Penelitian

1. Pendidikan

a. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi tindakan yang dapat digunakan

dalam melakukan perawatan pasien terutama dalam aplikasi ilmu

keperawatan medikal bedah.

b. Memberikan penjelasan bagaimana sistematika pengaruh pemberian

minuman dingin terhadap mual muntah setelah kemoterapi.

2. Pelayanan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat, tim

medis dan tenaga kesehatan lain dalam mengurangi mual muntah setelah

kemoterapi pada pasien kanker payudara.

3. Profesi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk penelitian

kedepannya dalam pengetahuan penerapan pemberian minuman dingin

terhadap mual muntah setelah kemoterapi.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker payudara

1. Defenisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh pada payudara. Tumor ini

merupakan sel-sel yang tumbuh diluar kendali. Tumor dapat dirasakan seperti

massa dan dapat terlihat dari hasil x-ray. Kanker payudara dimulai di bagian-

bagian jaringan dari payudara yang terdiri dari kelenjar untuk memproduksi

susu yang disebut dengan lobulus dan menghubungkan lobulus ke puting

(Hiler, Mina, & Mina, 2016; American Cancer Society, 2018).

2. Faktor resiko kanker payudara

Menurut White et al (2013) tidak ada penyebab tunggal dari kanker payudara.

Sebuah kombinasi faktor genetik, hormonal, dan lingkungan dapat

meningkatkan risiko perkembangannya. Sebagaimana dinyatakan

sebelumnya kanker payudara dapat diwariskan secara genetik merupakan

risiko yang signifikan. Sekitar 5% hingga 10% kasus kanker payudara

berkembang sebagai akibat mutasi genetik.

Berbagai faktor resiko kanker payudara menurut Perry & Doll (2012)

diantaranya adalah:

a. Faktor hormon. Hormon estrogen merupakan faktor yang diduga

memegang peranan dalam proses kejadian kanker payudara.

9

b. Pernah menggunakan obat hormonal yang lama.

c. Pemakaian kontrasepsi oral

d. Wanita yang bekerja pada malam hari mempunyai peluang 60% terkena

kanker payudara. Cahaya lampu yang kusam pada malam hari dapat

menekan produksi melatonin noctural pada otak sehingga hormon

estrogen yang di produksi oleh ovarium meningkat. Padahal melatonin

dapat menekan pertumbuhan sel kanker payudara.

e. Faktor usia. Wanita berusia di atas 30 tahun yang mendapatkan haid

pertama pada umur kurang dari 10 tahun dan wanita yang mengalami

menopause setelah usia 50 tahun, mempunyai kemungkinan lebih besar

mendapatkan kanker payudara.

f. Wanita yang tidak pernah melahirkan anak.

g. Wanita yang melahirkan anaknya sesudah usia 35 tahun.

h. Wanita yang tidak pernah menyusui anaknya.

i. Terapi radiasi pada daerah dada dan payudara pernah dimiliki.

j. Riwayat keluarga. Beberapa riwayat keluarga yang dianjurkan untuk

deteksi dini yaitu ibu atau saudara perempuan terkena kanker payudara

atau kanker yang berhubungan dari ibu atau ayah, kanker ovarium,

endometrium, kolorektal, prostat, tumor otak, leukimia dan sarkoma.

k. Pernah mengalami infeksi, trauma/ benturan.

3. Stadium kanker payudara

Menurut White et al (2013) tahap-tahap stadium kanker payudara biasanya

di tandai dengan skala 0-IV. Stadium 0 berarti kanker tersebut merupakan

10

jenis yang tidak menyebar yang tetap tinggal di tempat awal dimana

kanker tumbuh. Sedangkan stadium IV berarti kanker tersebut telah

menyebar hingga keluar dari payudara sampai di bagian lain dari tubuh 0.

a. Stadium 0

Kanker payudara pada stadium ini disebut juga dengan carsinoma in

situ. Ada tiga jenis carsinoma in situ yaitu ductal carsinoma in situ

(DCIS), lobular carsinoma in situ (LCIS) dan penyakit pagel puting

susu.

b. Stadium 1

Pada stadium I, kanker umumnya sudah mulai terbentuk. Stadium I

kanker payudara dibagi ke dalam duaa bagian tergantung ukuran dan

beberapa faktor lainnya.

Stadium IA. Tumor berukuran 2 cm atau lebih kecil dan belum

menyebar keluar payudara.

Stadium IB. Tumor berukuran sekitar 2 cm dan tidak berada pada

payudara melainkan pada kelenjar getah bening.

c. Stadium II

Pada stadium II, kanker umumnya telah tumbuh membesar. Stadium II

dibagi dalam dua bagian yaitu:

Stadium IIA. Kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan ditemukan pada 3

lajur kelenjar getah bening.

Stadium IIB. Kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan ditemukan menyebar

pada 1-3 lajur kelenjar getah bening dan terletak di dekat tulang dada.

11

d. Stadium III

Pada tahap ini, kanker dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

Stadium IIIA. Kanker berukuran lebih dari 5 cm dan ditemukan pada 4-

9 lajur kelenjar getah bening dan di area dekat tulang dada.

Stadium IIIB. Ukuran kanker sangat beragam dan umumnya telah

menyebar ke dinding dada hingga mencapai kulit sehingga

menimbulkan infeksi pada kulit payudara (inflammatory breast

cancer).

Stadium IIIC. Ukuran kanker sangat beragam dan umumnya telah

menyebar ke dinding dada dan kulit payudara sehingga mengakibatkan

pembengkakan atau luka. Kanker juga mungkin sudah menyebar ke 10

lajur kelenjar getah bening atau getah bening yang berada di bawah

tulang selangka atau tulang dada.

e. Stadium IV

Pada stadium IV kanker telah menyebar dari kelenjar getah bening menuju

aliran darah dan mencapai organ lain dari tubuh seperti otak, paru-paru,

hati atau tulang.

4. Penatalaksanaan Kanker Payudara

Pengobatan kanker payudara terdiri dari beberapa yaitu operasi, radiasi,

kemoterapi, hormonal terapi dan biologi terapi (White et al., 2013).

Kemoterapi merupakan pengobatan yang responsif pada kanker payudara,

sehingga kemoterapi mendapat tempat dan salah satu modal utama dalam

pengobatan kanker payudara (Perry & Doll, 2012).

12

B. Kemoterapi

Kemoterapi kanker adalah pengobatan kanker menggunakan obat antikanker.

Obat-obatan ini sering digunakan sebagai bagian dari terapi multimodality yaitu

bersama dengan operasi dan radioterapi. Prosesnya kemungkinan akan

berlangsung lama, di mana agen tunggal atau kemoterapi kombinasi diberikan

pada interval dalam dosis atau dalam siklus dan sangat tergantung pada jenis dan

karakteristik tumor. Pemantauan pasien berlangsung sepanjang proses sehingga

respon terapi tumor atau insiden perkembangan tumor dapat dilacak dan tujuan

pengobatan dapat disesuaikan dengan benar (Perry & Doll, 2012).

1. Kemoterapi Doxorubicin (Adryamicin)

a. Defenisi

Menurut Perry & Doll (2012) doxorubicin adalah agen tunggal paling aktif

dalam pengobatan kanker payudara. Obat ini merupakan antrasiklin

antibiotik antitumor.

b. Cara kerja doxorubicin

Doxorubicin menghasilkan tingkat respons obyektif 52% pada pasien yang

sebelumnya tidak diobati dan 28% pada pasien yang pernah menjalani

kemoterapi sebelumnya (Lovitt, Shelper, & Avery, 2018). Doxorubicin

bekerja dengan mengikat DNA sel kanker dan memblok enzim yang

penting seperti topoisomerase II. Ini membuat DNA menjadi kusut dan sel

kanker tidak dapat membelah dan tumbuh. Doxorubicin ini juga

merupakan vesicant, yaitu zat kimia yang menyebabkan jaringan menjadi

13

rusak dan melepuh jika zat tersebut keluar dari vena (Denard, Lee, & Ye,

2012).

c. Siklus pemberian

Pemberiannya menggunakan jadwal dosis standar untuk doxorubicin 50

hingga 75 mg per m2 IV setiap 21-28 hari, kejadian kardiomiopati

meningkat secara dramatis setelah dosis kumulatif 450 mg per m2

terlampaui. Infus-doxorubicin berkelanjutan pada kanker payudara

stadium lanjut dikaitkan dengan lebih sedikit cardiotoxicity (Lovitt et al.,

2018).

d. Efek Samping

Doxorubicin memiliki efek samping yang tidak diinginkan seperti

toksisitas jantung, alopecia yang hampir universal dan tanda korosi jika

obat tersebut menginfiltrasi kulit. Ini telah mendorong pencarian untuk

analog yang kurang beracun, equipoten dan untuk metode untuk

mengurangi toksisitas jantung doxorubicin. Efek samping umum lainnya

adalah rambut rontok, mielosupresi, mual muntah (70% pasien),

mukositis, esofagitis, diare, reaksi kulit dan pembengkakan serta

kemerahan lokal sepanjang vena di mana obat ini disampaikan (Lovitt et

al., 2018).

2. Mual Muntah Akibat Kemoterapi

a. Defenisi

Mual muntah adalah rasa yang tidak menyenangkan pada bagian

belakang tenggorokan dan epigastrium dan pengeluargan isi lambung dari

dalam rongga mulut (Aapro, 2015).

14

b. Klasifikasi Mual Muntah

Menurut Aapro (2015) dan Hilarius et al (2012) klasifikasi mual muntah

adalah:

1. Mual muntah akut, mual dan muntah akut terjadi dalam beberapa menit

hingga beberapa jam setelah menerima kemoterapi dan biasanya tidak

bertahan lebih dari 24 jam. Gejala biasanya mencapai intensitas

maksimum 5-6 jam setelah menerima kemoterapi.

2. Mual muntah yang tertunda terjadi lebih dari 24 jam setelah kemoterapi

dan berakhir 6-7 hari. Hal ini lebih mungkin terjadi ketika obat

kemoterapi tertentu digunakan atau diberikan dalam dosis yang lebih

tinggi.

3. Mual muntah antisipatif terjadi sebelum permulaan siklus kemoterapi

baru pada individu yang telah menjalani kemoterapi sebelumnya. Hal

ini diyakini sebagai respons terkondisi yang biasanya terjadi setelah 3-

4 siklus kemoterapi sebelumnya, dan juga disebut sebagai mual yang

terkondisi, terpelajar atau psikologis. Biasanya dipicu oleh rasa, bau,

penglihatan, atau pikiran yang dipelajari oleh individu untuk dikaitkan

dengan gejala negatif yang dialami dalam siklus kemoterapi

sebelumnya.

4. Breaktrouhg mual muntah adalah istilah yang mengacu pada muntah

yang terjadi meskipun penggunaan obat-obatan untuk mencegah mual

dan muntah dan mungkin memerlukan "penyelamatan" (pemberian

obat atau obat lain untuk mengontrol kondisi) dengan obat anti-mual

dan muntah.

15

5. Refractory mual muntah mengacu pada muntah yang terjadi dalam

siklus pengobatan setelah penggunaan obat anti-muntah atau

"penyelamatan" yang tidak berhasil dalam siklus pengobatan

sebelumnya. Untungnya, mual muntah refraktori hanya terjadi pada

sebagian kecil kasus.

c. Faktor risiko mual muntah

Menurut Feyer & Jordan (2011); Navari et al (2016) faktor risiko terkait

pasien untuk emesis setelah kemoterapi yaitu:

1. Pengalaman sebelumnya emesis yang tidak dikendalikan dengan baik.

Pasien dengan pengalaman mual muntah sebelumnya lebih mungkin

mengembangkan mual muntah sebagai respons terhadap hal baru

perawatan kemoterapi. Tingkat efek samping yang sebelumnya dialami

adalah penting. Jika kontrol emetik cukup selama kemoterapi

sebelumnya, persentase pasien yang tidak pengalaman emesis dalam

kursus kemoterapi berikutnya lebih besar daripada bagi pasien yang

pengobatan antiemetik sebelumnya yang tidak cukup.

2. Kelamin dan usia adalah salah satu faktor prognostik terpenting dari

mual muntah; wanita lebih cenderung untuk mual muntah dari laki-laki.

Usia juga merupakan faktor risiko penting, karena pasien yang lebih

muda (<50 tahun) mengalami lebih parah mual muntah dibandingkan

pasien yang lebih tua (> 65 tahun).

3. Asupan alkohol, Riwayat penggunaan alkohol ringan, pasien dengan

riwayat asupan alkohol sebanyak 0,1 ml per hari dengan riwayat 1 tahun

terakhir.

16

4. Riwayat motion sickness, pasien yang rentan terhadap mabuk

perjalanan melaporkan frekuensi, keparahan, dan durasi yang lebih

besar mual muntah setelah perawatan.

5. Kecemasan, riwayat sebelumnya kemoterapi yang diinduksi emesis,

riwayat mabuk perjalanan, emesis selama kehamilan sebelumnya.

d. Patofisiologi mual muntah setelah kemoterapi

Beberapa faktor terlibat dalam etiologi mual muntah termasuk jenis terapi

seperti terapi opioid, kelainan metabolik, iritasi gastrointestinal,

peningkatan tekanan intracraial yang disebabkan oleh tumor itu sendiri

atau oleh adanya metastasis dan pengobatan atau terapi syaraf. Dalam

beberapa tahun terakhir meningkatnya pengetahuan fisiologi muntah dan

neurotransmiter yang terlibat telah memungkinkan pengembangan obat

antiemetik spesifik (Aapro, 2015).

Respon reflek muntah menyemburkan isi perut melalui mulut, biasanya

dimulai dari sensasi mual. Pusat sistem saraf menerima dan memproses

rangsangan emetik (Perry & Doll, 2012). Sistem ini menghasilkan sinyal

eferen yang dikirim ke sejumlah organ dan jaringan dalam proses yang

akhirnya hasil muntah. Proses muntah tidak tergantung pada area yang

unik tetapi melibatkan beberapa daerah pada tubuh (Bayo et al., 2012).

Daerah-daerah ini adalah zona pemicu kemoreseptor dan pusat muntah di

otak, serta vagal aferen jalur dan sel enterochromaffin di sistem

gastrointestinal (Silbernagl & Lang, 2016).

17

Zona pemicu kemoreseptor juga dikenal sebagai daerah postrema yang

terletak di dalam ventrikel keempat di otak (Aapro, 2015). Opioid dan

agonis dopaminergik dapat mengikat lokal reseptor dan menghasilkan

emesis sebagai akibat dari permeabel/ membran yang memungkinkan

cairan masuk yang relatif menjadi penghalang darah otak di daerah ini.

Induser lainnya termasuk peptida dan metabolit berasal dari agen

kemoterapi (Perry & Doll, 2012).

Beberapa area saraf di dalam medula otak mengkoordinasikan refleks

muntah. Aksi muntah dikendalikan dan diintegrasikan oleh pusat muntah.

Pusat ini bereaksi terhadap rangsangan aferen dari berbagai bagian tubuh,

seperti saluran cerna, korteks otak, batang otak yang lebih tinggi dan

terutama chemoreceptor zona pemicu dan aparatus labirin (Bayo et al.,

2012).

CINV tergantung pada rangsangan saraf vagal aferen. P-substansi,

cholecystokinin dan yang paling penting 5-hydroxytryptamine (5-HT3),

dipisahkan dari enterochromaffin sel-sel di mukosa gastrointestinal

sebagai respon kemoterapi. Mediator ini berikatan dengan 5-HT3 dan

reseptor neurokinin-1 (NK1) yang terletak di ujung saraf aferen vagal

(Hilarius et al., 2012; White et al., 2013).

18

e. Kemoterapi berdasarkan emetogenik

Berdasarkan emetogenik ada 4 tingkatan obat kemoterapi yang digunakan

(Navari, 2016a). Tingkatan tersebut tergambar pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1

Potensi Emetik Agen Kemoterapi

Potensi

Emetogenik Agen-agen tipikal

Definisi (tidak

Pencegahan CINV)

Tinggi Cisplatin, dacarbazine,

melphalan (dosis tinggi),

nitrogen mustard,

cyclophosphamide plus

anthracycline, oxaliplatin

Hampir semua pasien

mengalami emesis

Moderat Anthracyclines,

carboplatin, carmustine

(dosis tinggi),

siklofosfamid, ifosfamide,

irinotecan, metotreksat

(dosis tinggi), topotecan,

adryamicin, doxorubicin

Terjadi emesis pada >

70% pasien

Rendah Etoposide, 5-fluorouracil,

gemcitabine, mitoxantrone,

taxanes, vinblastine,

vinorelbine

Terjadi emesis pada 10-

70% pasien

Minimal Bortezomib, hormones,

vinca alkaloids, bleomycin

Terjadi emesis <10 %

pasien

Sumber: Navari (2016)

Neurotransmitter dan obat antiemetik

Berbagai reseptor mengambil bagian dalam proses kompleks muntah. Tiga

kelompok utama reseptor neurotransmitter terlibat dalam proses ini yaitu

termasuk dopamin, serotonin dan reseptor P-substansi (Priestman, 2012).

Antiemetik yang sudah diketahui efek pada reseptor dopamin seperti

fenotiazin, benzamide dan butyrophenone groups. Obat-obatan lainnya

seperti metoclopramide, sejenis benzamide, tidak hanya mempengaruhi

19

reseptor dopamin tetapi juga reseptor serotonin. Antagonis reseptor 5-HT3

bekerja pada saluran pencernaan dan sistem saraf pusat, berperan penting

dalam proses muntah melalui jalur vagal aferen. Reseptor NK1 (target P-

substansi) adalah mayor lain penentu CINV dan antagonis spesifik telah

dikembangkan (Aapro, 2015).

Penatalaksanaan mual muntah

Ada dua pelaksanaan dalam mengatasi mual muntah yaitu secara farmakologi

dan non farmakologi. Adapun penjalasannya yaitu:

a. Farmakologi

Dalam pelaksanaan farmakologi menggunakan peresepan anti emetik

dalam mengurangi mual muntah. Menurut American Cancer Society

(2018) respon antiemetik berbeda pada setiap orang, sama halnya terhadap

respon kemoterapi. Tidak ada obat yang dapat mencegah maupun

mengatasi mual muntah setelah kemoterapi sepenuhnya. Beberapa obat

emetik yang digunakan yaitu ondansentron, metocloperamid, fenotiasin

dan histamin (Navari, 2016b).

Berbagai reseptor mengambil bagian dalam proses kompleks muntah. Tiga

kelompok utama reseptor neurotransmitter terlibat dalam proses ini yaitu

termasuk dopamin, serotonin dan reseptor P-substansi. Antiemetik yang

sudah diketahui efek pada reseptor dopamin seperti fenotiazin, benzamide

dan butyrophenone groups (Feyer & Jordan, 2011). Obat-obatan lainnya

seperti metoclopramide, sejenis benzamide, tidak hanya mempengaruhi

20

reseptor dopamin tetapi juga reseptor serotonin (Aapro, Jordan, & Feyer,

2013).

Antagonis reseptor 5-HT3 sangat relevan sebagai reseptor ini, terletak di

saluran pencernaan dan sistem saraf pusat, memainkan peran penting

dalam proses muntah melalui jalur vagal aferen (Molassiotis, Aapro, &

Dicato, 2013). Reseptor NK1 (target P-substansi) adalah mayor lain

penentu CINV dan antagonis spesifik telah dikembangkan. Aprepitant

adalah agen pertama di kelas obat ini (Aapro et al., 2013). Antiemetik

dengan mekanisme lain tindakannya adalah kortikosteroid, benzodiazepin,

kanabinoid dan antihistamin (Navari, 2016b).

Menurut Navari (2016b) ada beberapa emetik yang dipakai dalam

mencegah dan juga mengatasi mual muntah pada pasien kemoterapi

berdasarkan rekomentasi ASCO (American Society of Clinical Oncology)

yaitu 1) highly emetogenic agents: kombinasi NK-1 receptor antagonist

(hari ke 1-3) untuk aprepitan; hanya hari ke 1 untuk fosaprepitan, 5HT3

receptor antagonist (hanya hari ke 1), dan dexamethasone (hari ke 1-3 atau

1-4). 2) moderately emetogenity agents: kombinasi palonosentron (hanya

hari ke 1) dan dexamethasone (hari ke tiga). 3) low emetogenic agents:

dosis tunggal 8 mg dexamethasone sebelum kemoterapi.

21

b. Non farmakologi

Tindakan non farmakologi dalam mengurangi mual muntah yaitu dengan

menggunakan terapi komlementer dan saran American Cancer Society

(2018). Penggunaan terapi komplementer sudah dibuktikan oleh beberapa

penelitian, namun terapi ini membutuhkan biaya yang cukup memberatkan

pasien. Berdasarkan American Cancer Society (2018) & (Pangesti &

Sofiani, 2016) banyak cara yang bisa dilakukan salah satunya pemberian

minuman dingin.

C. Minum Air Putih Dingin untuk Mengurangi Mual Muntah

Air adalah zat pelarut tempat terjadinya hampir semua reaksi biologis (selain

yang menjadi lipid membran), sehingga air merupakan 50-70% massa tubuh

(Ward, Clarke, & Linden, 2009). Air minum adalah air yang digunakan untuk

konsumsi manusia. Menurut Departemen Kesehatan adapun syarat-syarat air

minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung

mikroorganisme yang berbahaya dan tidak mengandung logam berat.

Berdasarkan penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST)

berkaitan dengan konsumsi air minum yang berhubungan dengan pengaruhnya

terhadap dehidrasi. Adapun manfaat dari minum air putih bagi kesehatan adalah

melumasi sendi, membentuk ludah dan lendir, memberikan oksigen ke seluruh

tubuh, meningkatkan kesehatan dan kecantikan kulit, sebagai bantal otak,

sumsum tulang dan jaringan snsitif lainnya, mengatur suhu tubuh, melancarkan

22

sistem pencernaan, membersihkan sisa-sisa tubuh, membantu menjaga tekanan

darah, dan memperlancar saluran udara (IHWG, 2017).

Tujuan dari mengkonsumsi minum air putih dingin adalah mempercepat

rehidrasi, mempercepat penyerapan cairan, mengurangi stres fisiologis dan

mempercepat pemulihan tenaga karena lelah (Shirreffs, 2009). Menurut

(Saltmarsh, 2001) saat meminum air kita akan melepaskan histamin, gatrin dan

serotonin. Suhu air merupakan penentu dari jumlah yang dikonsumsi. Suhu ideal

yang secara budaya paling ideal adalah 50C - 150C.

Minum air putih dingin juga bermanfaat menjaga tubuh dalam mempertahankan

suhu dan energi sepanjang hari (Lee, Shirreffs, & Maughan, 2008; Olsen, 2018).

Air putih dingin memberikan kesegaran yang mempengaruhi sensorik dari tubuh

manusia (Zellner & Durlach, 2002). Minuman yang membangkitkan kesenangan

dan kepuasan sebagai asupan makanan dan minuman yang merangsang berbagai

masukan sensorik seperti rasa dan bau dan distensi perut yang diprogram untuk

menyebabkan kesenangan dan rasa kenyang. Minum dingin juga populer

terutama dalam cuaca panas. Sensasi dingin sangat terkait dengan persepsi

menyegarkan, di mana kata 'menyegarkan' berarti 'menghidupkan kembali' atau

'mengembalikan' atau 'menggiurkan', dan aspek menyegarkan pendinginan

terkait dengan faktor-faktor fisiologis seperti rasa haus-quenching (Labbe et al.,

2009).

23

Berdasarkan penelitian Pangesti & Sofiani (2016) minuman dingin lebih cepat

penyerapannya pada tubuh. Upaya untuk merehidrasi cairan yang hilang dari

mual dan muntah setelah kemoterapi. Minuman dingin memberikan rasa segar

dan dapat meningkatkan nafsu makan yang berguna untuk pengendalian

rberaktivitas dan psikologi sehingga keadaan emosi pasien bisa stabil. Suhu

minuman dingin yang digunakan adalah 10-150C.

Pemeliharaan makanan yang cukup dan asupan cairan sangat penting. Saran

harus ditawarkan dalam kaitannya dengan apa yang pasien dapat mengharapkan

(misalnya mual dirangsang oleh persiapan makanan dan memasak bau). Saran

yang bisa ditawarkan dengan penggunaan minuman dingin disaat yang tepat dan

makanan yang memerlukan persiapan minim, yang hasilnya dapat dilaporkan

oleh pasien sebagai membantu sementara mengalami mual muntah (Middleton

& Lennan, 2011).

Berdasarkan penelitian Pangesti & Sofiani (2016) minuman dingin memberikan

efek menyenangkan dalam mengurangi mual muntah. Menurut Aapro et al.,

(2013) efek menyenangkan ini di pengaruhi oleh serotonin dan endorfine.

Endorfin memberikan kesenangan dan serotonin. Serotinin disebut juga dengan

neurotransmitter. Serotonin terutama dalam sistem saraf enterik yang terletak di

saluran cerna (pencernaan). Serotonin di produksi di sistem saraf pusat

khususnya di nuklei raphe yang terletak di batang otak. Selain itu, serotonin di

simpan dalam trombosit darah dan dilepaskan selama agitasi dan vasokontriksi,

dimana serotonin dianggap sebagai penyumbang perasaan bahagia. Perasaan

24

bahagia atau menyenangkan yang juga dipengaruhi oleh hormon endorfin

sehingga minum air putih dingin yang akan menghalangi atau memblok 5-HT3

pada CTZ untuk mengendalikan mual muntah (Aapro, 2015).

Kebutuhan air minum

Kebutuhan air dalam tubuh manusia 60-70% dari berat badan. Ada cara lain

dalam menghitung kebutuhan air setiap orang yaitu 30 ml (mililiter) per kg

(kilogram). Dengan demikian kebutuhan air dalam tubuh manusia berbeda-beda

(Popkin et al., 2010).

Rumus menghitung keseimbangan cairan adalah:

1. Intake / cairan masuk : mulai dari cair infus, minum, kandungan cairan dalam

makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, albumin dan lain-

lain.

2. Output / cairan keluar : feses dan urine, dalam 24 jam, jika dipasang kateter

maka dihitung dalam ukuran urobag, muntah dan keringat.

3. Insensible Water Loss (IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan

sulit dihitung yaitu jumlah keringan, uap hawa nafas. Rumus IWL: (15 x BB)/

24 jam. IWL kenaikan suhu: [(10% x Cairan Masuk) x suhu kenaikan] + IWL

normal per 24 jam

4. Air metabolisme (AM) = 5 cc/kgBB/hari

5. Balance cairan: Intake – output (normal balance cairan ± 100 cc) (Angraini

& Putri, 2016).

25

Prosedur pemberian minum air putih dingin

Menurut Pangesti & Sofiani (2016); Cancer Care Ontario (2016); Evi q (2015);

O’ brien (2008) prosedur pemberian minum air putih dingin ini adalah:

1. Pasien dilakukan pemeriksaan KU, BB, TB.

2. Pasien diberikan informasi tentang kebutuhan cairan/ minum dalam 24 jam.

3. Sebelum pasien diberikan minum cairan diukur dengan termometer mencapai

suhu 150C.

4. Pasien diberikan minum saat mual muntah mereda selama 15-30 menit, hal

ini dikarenakan menghindari adanya aspirasi saat menelan cairan.

5. Minum dalam jumlah sedikit-sedikit namun sering pada siang hari. Pada

keadaan mual mulai membaik tambahkan perlahan-lahan tingkatan

jumlahnya (dicobakan sebanyak 1 sendok / 3 cc apabila pasien merasa

nyaman dilanjutkan dengan jumlah yang lebih banyak).

6. Kebutuhan minimal per hari (air putih dingin suhu 150C). Minuman diberikan

secara berkala untuk menjaga agar pasien tetap terhidrasi.

7. Pisahkan antara minum dan makanan setidaknya 30 menit setelahnya.

26

D. Kerangka Teori

Kemoterapi

Darah

Neurotransmitters

including :

Serotonin (5-HT3)

Substance P

Dopamin

Kanker Payudara

Sistem

Gastrointestinal

Enterochromaffin

Cells

Saraf aferen visceral

5-HT3 (Serotonin)

Substansi P

Sistem Saraf

Pusat

Chemotrigger Zone (di

Nukleus tractus solitarius

dan postrema)

Pusat muntah

Reflek muntah

CINV

Dehidrasi, Rawat berulang,

ketidakseimbangan cairan,

kelemahan dan lain-lain

Pemberian minum

air putih dingin

Merehidrasi

Menjaga agar

tetap hidrasi

Memstimulus

kesenangan

Mempengaruhi

hormon endorfine dan

serotinin

Mual muntah

berkurang

Sumber: Aapro et al (2013); Becker (2010); Navari

(2016b); Priestman (2012b)

Skema 2.1

Kerangka Teori

27

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1

Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Hipotesis dari hasil penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian minuman

dingin terhadap pengurangan sensasi mual muntah setelah kemoterapi pada

pasien kanker payudara.

Variabel Perancu

1. Usia

2. Pendidikan

3. Stadium

4. Siklus kemoterapi

Pemberian Minum air

putih dingin

Skor

Mual muntah

28

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Defenisi Operasional

Variabel

Penelitian

Defenisi

Operasional

Alat

Ukur

Cara

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Variabel Independen

Minum air

putih dingin

Air minum yang

diberikan pada

pasien kanker

payudara dengan

suhu 150C

Pengukur

suhu

minuman

Gelas ukur

Coldbox/

Termos Es

Termo-

meter

minuman

1. Kontrol,

apabila tidak

diberikan

minum air

putih dingin

2. Intervensi,

apabila

diberikan

minum air

putih dingin

Ordinal

Variabel Dependen

Mual,

muntah

Mual adalah

perasaan tidak

enak di

tenggorokan dan

perut. Muntah

adalah

pengeluaran isi

perut dari dalam

mulut. Retching

adalah muntah-

muntah tanpa ada

yang dikeluarkan.

Kuesioner

Rhodes

INVR

Mengisi

kuesioner

tentang:

Rhodes

INVR

Skor mual

merupakan

penjumlahan skor

dari 8 pertanyaan

tentang mual,

muntah dan

retching yang

berkisar dari 0-32

Rasio

Variabel Perancu

Usia Umur yang

dihitung sejak

tanggal lahir

sampai saat

penelitian

Kuesioner

Data

demografi

Mengisi

kuesioner

1. Dewasa Awal

(26-35 tahun)

2. Dewasa akhir

(36-45 tahun)

3. Masa lansia

Awal (46-55

tahun)

(Khairina, 2016)

Ordinal

29

Tabel 3.1 Lanjutan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pendidikan Jenjang

pendidikan yang

telah diselesaikan

responden

Kuesioner

data

demografi

Mengisi

Kuesioner

Tingkat

Pendidikan:

1.Pendidikan

rendah (SD-SMP)

Ordinal

2.Pendidikan

tinggi (SMA-

PT)

(Wardani,56uyrt7

8 Sarwani, &

Masfiah, 2014)

Stadium Tingkatan

keparahan

berdasarkan hasil

penilaian medis

Kuesioner

data

pasien

Mengisi

kuesioner

berdasar-

kan data

rekam

medik

Stadium II

Stadium III

(Navari, 2016b)

Ordinal

Siklus

Kemote-

rapi

Tahapan

kemoterapi yang

tidak terputus

sampai dosis obat

yang diperlukan

tercapai

Kuesioner

data

demografi

Mengisi

Kuesioner

Nilai dalam

frekuesi

Ordinal

30

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain quasy experiment

dengan time series Pada penelitian ini akan membagi 2 kelompok menjadi

kelompok perlakuan dan kelompok lain yaitu kontrol sebagai pembanding.

Dimana, setiap kelompok perlakuan akan dilakukan post test dan kelompok

kontrol juga akan di lakukan pengukuran. Setelah dilakukan perlakuan pada

salah satu kelompok akan dilakukan pengukuran hasil dari intervensi sebagai

bentuk pengukuran pengaruh (Dharma, 2015) .

R1: --- X1 – O1–X2---O2-- X3----O3---X3---O4--X3---O5 ---X6-------O6

R2: ---------- O7 ------O8------------O9---------O10--------O11-----------O12

Skema 4.1

Desain Penelitian

Keterangan:

R1 : Responden/ subjek penelitian kelompok intervensi (pemberian minum

air putih) dingin)

R2 : Responden/ subjek penelitian kelompok kontrol

X1-6 : Perlakuan Intervensi (pemberian minum air putih dingin)

O1-6 : Pengukuran kelompok Intervensi (pemberian minum air putih

dingin)

O7-12: Pengukuran kelompok kontrol

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien kanker

payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP M.Djamil Padang.

31

Pengambilan populasi melalui buku catatan laporan daftar nama pasien

diruangan kemoterapi.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Dahlan, 2013).

Pada pendelitian eksperimen, subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria

eligibilitas tertentu (kriteria inklusi dan ekslusi).

Kriteria Inklusi:

a. Pasien berusia di atas 26-55 tahun

b. Kooperatif

c. Mengalami mual muntah akut atau delayed

d. Mampu mengenal tempat, orang dan waktu

e. Pasien mampu menulis maupun membaca

f. Menggunakan obat kemoterapi doxorubicin via intravena

g. Pasien yang berada di kota padang, hal ini untuk memudahkan pemantauan

serta observasi.

h. Menggunakan antiemetik minimal ondasentron, dexametasone dan

ranitidin.

Kriteria Eksklusi:

a. Penderita kanker lain seperti pencernaan, hati atau pankreas karena pasien

dengan penyakit tersebut lebih rentan mengalami mual muntah.

b. Mengalami pusing, vertigo

c. Stadium IV (empat)

d. Pengalaman sebelumnya emesis yang tidak dikendalikan dengan baik.

Pasien dengan pengalaman mual muntah sebelumnya lebih mungkin

32

mengembangkan mual muntah sebagai respons terhadap hal baru

perawatan kemoterapi. Tingkat efek samping yang sebelumnya dialami

adalah penting. Jika kontrol emetik cukup selama kemoterapi sebelumnya,

persentase pasien yang tidak pengalaman emesis dalam kemoterapi

berikutnya lebih besar daripada bagi pasien yang pengobatan antiemetik

sebelumnya yang tidak cukup.

e. Jenis kelamin dan usia adalah salah satu faktor prognostik terpenting dari

mual muntah; wanita lebih cenderung untuk mual muntah dari laki-laki.

Usia juga merupakan faktor risiko penting, karena pasien yang lebih muda

(<50 tahun) mengalami lebih parah mual muntah dibandingkan pasien

yang lebih tua (> 65 tahun).

f. Asupan alkohol, riwayat penggunaan alkohol ringan, pasien dengan

riwayat asupan alkohol sebanyak 0,1 ml per hari dengan riwayat 1 tahun

terakhir.

g. Riwayat motion sickness, pasien yang rentan terhadap mabuk perjalanan

melaporkan frekuensi, keparahan dan durasi yang lebih besar mual muntah

setelah perawatan.

h. Kecemasan, riwayat sebelumnya kemoterapi yang diinduksi emesis,

riwayat mabuk perjalanan, emesis selama kehamilan sebelumnya.

Besaran sampel dalam penelitian ini, pengambilan sampel didasarkan dengan

hipotesis menguji perbedaan mean (skala interval atau rasio) antara 2

kelompok. Perhitungan jumlah sampel yang akan digunakan adalah dengan

rumus (Dharma, 2011) :

33

n = [(𝑍1−𝛼/2+𝑍1−𝛽)𝑥𝜎]

𝜇1−𝜇2]2

Keterangan:

n : Jumlah Sampel

𝑍1−

𝛼2 : Standar normal devisiasi untuk α

𝑍1−𝛽 : Standar normal deviasi untuk β

𝜇1-𝜇2 : Beda mean yang dianggap bermakna secara klinik antara

sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan

(posttest)

𝜎 : Tingkat kemaknaan (berdasarkan literatur)

Pada penelitian ini berdasarkan penelitian Pangesti & Sofiani (2016), nilai

level of significant (α)= 0,05 (standar deviasi α = 1,96). Power of test sebesar

90% (β = 1-0,9= 0,1) dengan standar normal deviasi β = 1,282. Estimasi

standar deviasi dari beda mean kedua kelompok berdasarkan literatur adalah:

𝜇1-𝜇2= 3. Peneliti berharap dapat menurunkan menjadi 3 kali mual muntah

dengan penggunaan minuman dingin. Estimasi standar deviasi dari beda

mean = 4.

Maka besar sampel yang di butuhkan adalah:

n = [(𝑍1−𝛼/2+𝑍1−𝛽)𝑥𝜎]

𝜇1−𝜇2]2

n = [(1,96+1,282)𝑥 4

3]2 = 18,66 ͌ 19

Pada penelitian ini jumlah sampel minimal sampel yang diperlukan adalah

sebesar 19 orang perkelompok, sehingga total sampel berjumlah 38 orang.

Jumlah sampel yang dikoreksi/ drop out:

n’ = n/ 1-f = 38 / 1-0,1 = 42 orang.

3. Cara pengambilan sampel

34

Peneltian ini akan digunakan probability sampling (sample random) yaitu

dilakukan secara acak pemilihan sampel. Consecutive sampling merupakan

metode yang dipakai dalam pengambilan sampel. Consecutive sampling

adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih

semua individu yang ditemui dam memenuhi kriteria pemilihan sampai,

jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Dharma, 2015).

Penelitian ini dilakukan pada pasien kanker payudara di RSUP M.Djamil

Padang tepatnya di Ruang Kemoterapi. Pasien yang dijadikan kelompok

kontrol dan intervensi dilakukan dengan cara sistematis oleh peneliti. Peneliti

melihat buku catatan laporan ruangan untuk daftar nama pasien yang

mempunyai jadwal kemoterapi dengan kanker payudara.

Sampel penelitian yang menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol

dilakukan dengan teknik randomisasi alokasi subjek sederhana. Setelah

memberikan persetujuan melalui informed consent, peneliti melakukan

randomisasi dengan menggunakan urutan ganjil dan genap urutan nomor

absen pada catatan peneliti, maka responden masuk ke kelompok intervensi

merupakan nomor ganjil. Sementara jika yang berada pada nomor genap,

maka responden masuk kelompok kontrol.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

35

Penelitian ini dilakukan di RSUP M. Djamil Padang khususnya di Ruang

Kemoterapi. Penelitian ini juga dilakukan sejak bulan 19 Februari – 19 April

2019.

D. Etika Penelitian

Etika penelitian keperawatan sangat penting karena penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia, sehingga perlu memperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

1. Informed Consent

Informed consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan kepada

pasien (responden) dengan tujuan izin penelitian. Informed consent yaitu

persetujuan untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian setelah

mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang

keseluruhan pelaksanaan penelitian.

Adapun langkah-langkah dalam melakukan proses Informed consent adalah:

a. Peneliti mempersiapkan formulir persetujuan yang akan di tanda tangani

oleh responden/ keluarga (pendamping), dimana isi dari Informed consent

tersebut adalah penjelasan tentang judul penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian, permintaan kepada subjek untuk berpartisipasi dalam

penelitian, penjelasan prosedur penelitian, penjelasan tentang jaminan

kerahasiaan, pernyataan persetujuan dari subjek untuk ikut serta dalam

penelitian.

36

b. Memberikan penjelasan langsung kepada subjek mencakup seluruh

penjelasan yang tertulis dalam formulir informed consent dan penjelasan

lain yang diperlukan untuk memperjelas pemahaman responden tentang

pelaksanaan penelitian.

c. Memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang aspek-

aspek yang belum di pahami dari penjelasan peneliti dan menjawab

seluruh pertanyaan subjek dengan terbuka.

d. Memberikan waktu yang cukup kepada responden untuk menentukan

pilihan mengikuti atau menolak ikut serta sebagai subjek penelitian.

e. Meminta subjek untuk menanda tangani formulir informed consent, jika

ia menyetujui ikut serta dalam penelitian.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Pada penelitian ini, tidak dicantumkan nama lengkap namun hanya inisial

responden, tanpa alamat dan hanya menuliskan kode pada lembar kuesioner.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Berdasarkan hasil penelitian, semua data yang didapatkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk ujian kualifikasi dan

dilihat oleh pembimbing. Peneliti melakukan ini menyangkut privasi pasien

menyangkut identitas, alamat dan informasi oleh orang lain.

4. Menghormati keadilan dan inklusivitas

Berdasarkan proses penelitian, peneliti melakukan prinsip keterbukaan

dalam penelitian mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara

jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara professional. Sedangkan

prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan

37

keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan subjek yaitu setiap responden dijelaskan secara adil, kemudian

diberikan alat pengukur suhu (Kintang) dan menggunakan tempat pendingin

yang sudah dijelaskan dahulu untuk mempertahankan suhu minuman. Setelah

penelitian ini dilakukan dan hasil dari penelitian secara statistik maupun

observasi ada pengaruh pemberian minum air putih dingin terhadap

pengurangan mual muntah, sehingga peneliti kembali memberikan informasi

kepada pasien untuk menggunakan hasil penemuan tersebut.

5. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian

dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (beneficence).

Kemudian meminimalisir risiko/ dampak yang merugikan bagi subjek

penelitian (nonmaleficience). Setelah penelitian ini mendapatkan hasil,

penjelasan dilakukan kepada kelompok kontrol. Selama proses penelitian

berlansung peneliti tidak menemukan adanya pasien yang mengalami

kenaikan suhu maupun adanya peningkatan denyut nadi.

38

E. Alur Penelitian

Skema 4.2

Desain Alur Penelitian

Jumlah pasien kanker Payudara

yang menggunakan kemoterapi

doxorubicin (N= 42)

Kelompok kontrol (n=19) Kelompok Intervensi (n=19)

Tidak dilakukan pemberian

minum air dingin

Dilakukan pemberian minum

air dingin

Post test Skor mual muntah

Survey pendahuluan

Random Sampling

Jumlah sampel yang

dibutuhkan (n= 38)

Random Alokasi

Pengolahan data dan

interprestasi

39

F. Alat Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah:

1. Karakteristik dari sampel meliputi karakteristik usia, pendidikan, stadium dan

siklus kemoterapi.

2. Data mual muntah

G. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Mual muntah pada penelitian ini diukur dengan mengggunakan kuesioner

yang INVR (Rhodes index nausea, vomiting and retching) (Rhodes &

Roxanne, 1990). Kuesioner INVR ini terdiri dari 8 pertanyaan, dimana ada 8

pertanyaan untuk mengukur mual muntah dengan 5 skala likert yaitu 0-4.

Kuesioner akan diisi oleh pasien setelah diberikan pemberian minuman

dingin. Kuesioner akan dievaluasi sebanyak 6 kali per 12 jam, melalui

observasi lansung dan via telepon untuk melihat apakah ada pengurangan

mual muntah atau tidak.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner INVR Rhodes.

Kuesioner ini merupakan kuesioner baku yang banyak digunakan dalam

penelitian yang berhubungan dengan mual muntah, sehingga peneliti tidak

melakukan uji validitas dan uji reliabilitas kembali. Berdasarkan penelitian

Alafafsheh & Ahmad (2016) hasil uji validitas didapatkan semua item

pertanyaan valid (r>0,88) dan hasil uji reliabiliti dengan nilai r Alpha (0.97),

hal ini lebih besar dibandingkan r tabel.

40

2. Peneliti menggunakan alat ukur suhu kintang yang disediakan sendiri oleh

peneliti dalam melakukan pengukuran suhu minum.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena kuesioner telah

baku.

I. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur dari pengumpulan data meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan

evaluasi yaitu :

1. Tahap persiapan

a. Peneliti mengurus surat izin penelitian di Program Magister Keperawatan

dan selesai pada tanggal 13 Februari 2019.

b. Melakukan uji etik di bagian Etik di RSUP M.Djamil Padang sebelum

melakukan penelitian pada tanggal 13 Februari 2019.

c. Memasukkan surat izin penelitian dan mendapatkan surat izin penelitian

dikeluarkan pada tanggal 19 Februari 2019.

d. Meminta izin kepada Kepala Instalasi, Kepala Ruangan dan DPJP

Ruangan Kemoteraopi pada tanggal 19 Februari 2019.

e. Peneliti akan melakukan menjelaskan kepada pihak yang terkait dalam

penelitian ini. Peneliti akan menjelaskan tujuan penelitian, manfaat serta

prosedur yang akan dilakukan dalam pemberian minum air putih dingin

kepada pasien dengan kanker payudara.

41

2. Tahap pelaksanaan

a. Peneliti memilih responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.

b. Peneliti menentukan kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Orang

tua/ pendamping dari kelompok intervensi diberi penjelasan tentang

pemberian minum air putih dingin sedangkan kelompok kontrol tidak

diberikan tindakan pemberian air minum dingin.

c. Peneliti memberi informasi tentang penelitian dan meminta kesediaan

pendamping/ orang tua/ anak dari kelompok intervensi, untuk terlibat

dalam penelitian ini, memberikan minum air putih dingin, memantau serta

melaporkan mual muntah pasien.

d. Peneliti mempersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan baik

kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.

e. Peneliti mulai melakukan pengisian data saat berada di Rumah Sakit.

f. Sebelum kemoterapi dimulai peneliti menjelaskan bagaimana cara

pemberian minum air putih untuk responden dan menanyakan fasilitas alat

pendingin makanan/ minuman di rumah. Apabila tidak ada peneliti

memfasilitasi tempat dan juga batu es (pendingin) dan gelas ukur (plastik

ukur). Peneliti menanyakan kembali cara memberikan intervensi yang

telah diajarkan kepada pendamping.

1) Peneliti memberikan penjelasan kembali tentang pemberian minum air

putih dingin, tujuan dan cara melakukan intervensi serta cara mengisi

kuesioner.

2) Peneliti melakukan pemeriksaan TTV dan menghitung kebutuhan

cairan.

42

3) Memastikan pasien memiliki fasilitas alat pendingin minuman atau

tidak. Apabila tidak ada akan dipinjamkan coldbox atau pasien

memiliki termos tertutup di rumah.

4) Pemberian minum dimulai saat mual mereda (mual pertama) setelah

kemoterapi. Minuman suhu 150C (diukur dengan alat kintang)

diberikan 3 ml/ 1 sendok, apabila pasien merasa mual sudah mulai

mereda tingkatkan jumlah cairan.

5) Apabila pasien akan makan, hindari pemberian minum selama 15-30

menit sebelum dan sesudah makan.

6) Setelah kemoterapi peneliti memberikan minum air putih dingin.

Responden dianjurkan untuk minuman sedikit-sedikit selama 24 jam

sebanyak jumlah kebutuhan pasien yang sudah di ukur.

7) Setelah 12 jam pertama dari mulai pemberian minum dilakukan

pengisian kuesioner pertama, kemudian 12 jam berikutnya pengisian

kuesioner kedua dan seterusnya sampai pengisian kuesioner ke enam.

g. Peneliti memberikan instrumen mual muntah (Rhodes INVR) kepada

pendamping, menjelaskan cara pengisiannya serta memberikan alat tulis

yanga dibutuhkan.

h. Peneliti melakukan pemantauan mual muntah via telp dan kunjungan

kerumah pada hari ketiga setelah mual dan muntah dimulai dan memeriksa

instrumen yang dilakukan oleh pendamping.

43

3. Evaluasi

Pada tahap ini peneliti memeriksa hasil pengisian kuesioner pasien. Peneliti

mengucapkan terima kasih kepada pendamping dan responden atas

keterlibatannya dalam penelitian, baik kelompok kontrol maupun intervensi.

J. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Menurut Notoadmodjo (2012) pengolahan data dilakukan setelah

pengumpulan data selesai dilakukan. Terdapat beberapa langkah yang

digunakan dalam pengolahan dengan menggunakan komputer yaitu :

a. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Pada penelitian ini editing

dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa kuesioner INVR.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting. Selanjutnya peneliti

melakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah bentuk kalimat atau

huruf menjadi data atau angka bilangan. Pada penelitian ini perubahan data

yang dilakukan mengikuti rencana hasil ukur yang telah disusun dalam

defenisi operasional. Berdasarkan usia dilakukan pengkodingan 1: dewasa

awal, 2: dewasa akhir dan 3: lansia awal. Kemudian pendidikan

pengkodingannya adalah 1: rendah dan 2: tinggi. Pengkodingan stadium

adalah 1: stadium I dan 2: stadium II. Untuk pengkodingan siklus

44

kemoterapi dengan 1: siklus 1, 2: siklus 2, 3: siklus 3, 4: siklus 4, 5: siklus

5 dan 6 : siklus 6.

c. Entry Data

Data merupakan jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

masuk dalam bentuk kode (angka atau huruf) digmasukkan ke dalam

program atau software komputer ini bermacam-macam, masing-masing

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket yang di gunakan

program SPSS for Windows.

d. Tabulating

Tabulasi merupakan penyajian data dalam bentuk tabel yang terdiri dari

beberapa baris dan beberapa kolom. Tabel ini digunakan untuk

memaparkan sekaligus beberapa variabel hasil observasi, survei atau

penelitian sehingga data mudah dibaca dan dimengerti.

e. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan data yang sudah dimasukkan

untuk memeriksa ada atau tidaknya kesalahan. Kesalahan sangat mungkin

terjadi saat memasukkan data. Cara untuk membersihkan data adalah

dengan mengetahui data yang hilang (mising data), mengetahui variasi dan

konsistensi data.

2. Analisa Data

Menurut Notoatmodjo (2012) data yang telah diolah baik pengolahan maupun

menggunakan komputer, tidak ada maknanya tanpa dianalisa. Menganalisa

data tidak sekedar mendeskripsikan dan menginterprestasikan data yang telah

diolah.

45

a. Uji Normalitas

Tabel 4.1

Uji Normalitas Shapiro- Wilk

Pengukuran Kontrol Intervensi

n P value n P value

12 jam 19 0,872 19 0,651

24 jam 19 0,151 19 0,669

36 jam 19 0,581 19 0,114

48 jam 19 0,085 19 0,357

60 jam 19 0,905 19 0,901

72 jam 19 0,000 19 0,648

b. Uji Homogenitas

Tabel 4.1

Uji Homogenitas

Variabel n P value

Usia 19 0,072

Pendidikan 19 2,105

Stadium 19 0,398

Siklus kemoterapi 19 0,774

c. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan dengan cara mencari ditribusi frekuensi setiap

variabel penelitian untuk mengetahui proporsi atau gambaran dari variabel

independen maupun variabel dependen. Pada umumnya analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dari persentase dari variabel. Variabel yang

dideskripsikan dalam penelitian ini adalah karakeristik sampel yang

meliputi usia, pendidikan dan siklus kemoterapi. Penyajian data kategorik

seperti usia dan pendidikan, penyajian numerik untuk siklus kemoterapi

dan skor mual muntah menggunakan nilai mean atau median, standar

deviasi dan total.

46

1) Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian

pengaruh pemberian minum air putih dingin terhadap pengurangan skor

mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara.

Sebelum uji bivariat dilakukan uji normalitas data menggunakan uji

Shapiro Wilk. Menurut Susilo, Aima, & Suprapti (2014) untuk uji

normalitas jumlah sampel kurang dari 50 menggunakan uji Sahpiro

Wilk. Hasil uji normalitas pada kelompok intervensi data berdistribusi

normal, sedangkan pada kelompok kontrol data tidak berdistribusi

normal.

Penggunaan uji statistik Uji Reapeated Anova digunakan untuk menguji

beda mean lebih dari 2 kelompok berpasangan yang terdistribusi normal

(Dahlan, 2017). Untuk mengetahui pengaruh tersebut digunakan Uji

Reapeated Anova dengan tingkat kesalahan 5% dilakukan untuk

melihat pengaruh dan selisih skor mual muntah pada kelompok

pemberian minum air putih dingin.

Tabel 4.1

Analisa Bivariat

No. Variabel Uji Statistik

1. Rerata skor mual muntah pada pasien

intervensi antara pengukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan

6.

Uji Reapeated

Anova

2. Rerata skor mual muntah pada pasien kontrol

antara pengukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Uji Friedman

3. Perbedaan rerata mual muntah pasien

kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Uji

independent t

test

47

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini memaparkan hasil dari penelitian yang berjudul pemberian minum air putih

dingin terhadap mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di

RSUP M.Djamil Padang yang dilakukan pada bulan 19 Februari sampai dengan 29

Maret 2019. Responden yang digunakan sesuai dengan kriteria inklusi yang

berjumlah 42 orang. Seluruh responden merupakan pasien dengan diagnosa kanker

payudara yang menjalani kemoterapi di Ruang Kemoterapi RSUP M.Djamil

Padang. Pengambilan data dilakukan di Ruang Kemoterapi dan intervensi

pemberian minum dingin dilakukan di rumah pasien masing-masing selama 3 hari.

Selama pemberian intervensi, pengukuran dimulai saat mual muntah muncul

kemudian dilakukan pengukuran sebanyak 6 kali per 12 jam (12 jam, 24 jam, 36

jam, 48 jam, 60 jam dan 72 jam). Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan

narasi yang didasarkan pada hasil analisis univariat dan bivariat yang telah di

rencanakan.

A. Univariat

Pada analisis univariat merupakan hasil data yang menggambarkan responden

berdasarkan karakteristik (usia, pendidikan, stadium dan siklus kemoterapi).

48

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Disribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden (Usia,

Pendidikan, Stadium dan Siklus Kemoterapi) Pasien Kanker

Payudara di RSUP M.Djamil Padang Tahun 2019 (N=38)

Variabel Intervensi

(n=19)

Kontrol (n=19)

n % n %

Usia

Dewasa Awal 4 21,1 6 31,6

Dewasa Akhir 5 26,3 5 26,3

Lansia Awal 10 52,6 8 42,1

Pendidikan

Rendah 4 21,1 6 31,6

Tinggi 15 78,9 13 68,4

Stadium

II 8 42,1 7 36,8

III 11 57,9 12 63,2

Siklus

Kemoterapi

Siklus 1 5 26,3 3 15,8

Siklus 2 3 15,8 4 21,1

Siklus 3 3 15,8 3 15,8

Siklus 4 1 5,3 3 15,8

Siklus 5 3 15,8 3 15,8

Siklus 6 4 21,1 3 15,8

Berdasarkan tabel 5.1 kelompok intervensi lebih banyak pada usia lansia awal

yaitu 10 orang (52,6%), lebih dari separoh berpendidikan tinggi 15 orang

(78,9%), lebih dari separoh stadium III sebanyak 11 orang (57,9%) dan lebih

banyak pada siklus kemoterapi 1 sebanyak 5 orang (26,3%). Sedangkan pada

kelompok kontrol, lebih banyak responden berusia lansia awal 8 orang

(42,1%), lebih dari separoh pendidikan tinggi 13 orang (68,4%), lebih dari

separoh stadium II sebanyak 12 orang (63,2%) dan banyak pada siklus

kemoterapi ke 2 yaitu 4 orang (21,1%).

49

2. Rerata skor mual muntah pada pengukuran 12 jam sampai dengan

pengukuran 72 jam pada kelompok intervensi (pemberian minum air putih

dingin).

Tabel 5.2

Rerata Skor Mual Muntah Pengukuran 12 jam sampai dengan Pengukuran

72 jam Pasien Kanker Payudara pada

Kelompok Intervensi di RSUP M. Djamil

Padang Tahun 2019 (n=19)

Pengukuran Mean SD Minimal - Maksimal

12 Jam 18,26 2,130 14-22

24 Jam 14,00 2,000 10-18

36 Jam 12,05 1,545 10-15

48 Jam 9,84 1,864 7-13

60 Jam 6,37 1,802 3-10

72 Jam 3,05 1,471 0-6

Tabel 5.2 menunjukkan rata-rata mual muntah pada kelompok intervensi

tertinggi pada pengukuran 12 jam (18,26 dengan SD 2,130) dan terendah

pada pengukuran 72 jam (3,05 dengan SD 1,471).

3. Rerata skor mual muntah pada pengukuran 12 jam sampai dengan

pengukuran 72 jam pada kelompok kontrol.

Tabel 5.3

Rerata Skor Mual Muntah Pengukuran 12 jam sampai dengan Pengukuran

72 jam Keenam Pasien Kanker Payudara

pada Kelompok Kontrol di RSUP M. Djamil Padang

Tahun 2019 (n=19)

Pengukuran Median Minimal-Maksimal

12 Jam 20,00 12-25

24 Jam 20,00 11-26

36 Jam 19,00 15-22

48 Jam 19,00 14-26

60 Jam 21,00 15-28

72 Jam 18,00 3-22

50

Tabel 5.3 menunjukkan rata-rata mual muntah pada kelompok intervensi

tertinggi pada pengukuran 60 jam (21,00) dengan nilai min-mak (15-28) dan

terendah pada pengukuran 72 jam (18,00) dengan nilai min-mak (3-22).

B. Analisa Bivariat

1. Pengaruh pemberian minum air putih dingin terhadap selisih pengurangan

skor mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP

M.Djamil Padang.

Grafik 5.1

Skor Mual Muntah Kelompok intevensi dan kelompok kontrol

Berdasarkan grafik 5.1 terlihat penurunan dari pengukuran 12 jam sampai 72

jam, sedangkan kelompok kontrol terlihat adanya kenaikan pada pengukuran

60 jam yaitu pengukuran 36 jam.

18,14

1412,38

9,95

6,33

3,19

20 2019 19

21

18

0

5

10

15

20

25

12 Jam 24 Jam 36 Jam 48 Jam 60 Jam 72 Jam

Skor Mual Muntah

Intervensi Kontrol

51

Tabel 5.4

Pengaruh Pemberian Minum Air Putih Dingin Terhadap Mual Muntah

Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara

di RSUP M.Djamil Padang tahun 2019 (n=19)

Variabel Mean SD P- Value

Pengukuran

0,000

12 Jam 18,26 2,130

24 Jam 14,00 2,000

36 Jam 12,05 1,545

48 Jam 9,84 1,864

60 Jam 6,37 1,802

72 Jam 3,05 1,471

Berdasarkan tabel 5.4 terjadi penurunan rata-rata dari pengukuran 12 jam

(18,26 ± SD 2,130), pengukuran 24 jam (14,00 ± SD 2,000), pengukuran 36

jam (12,05 ± SD 1,545), pengukuran 48 jam (9,84 ± SD 1,864), pengukuran

(6,37 ± SD 1,802) dan pengukuran 72 jam (3,05 ± SD 1,471). Analisis lebih

lanjut menunjukkan adanya penurunan rata-rata antara pengukuran 12 jam,

pengukuran 24 jam, pengukuran 36 jam, pengukuran 48 jam, pengukuran 60

jam dan pengukuran 72 jam yang dilakukan intervensi pemberian minum air

putih dingin atau dengan kata lain secara signifikan bahwa pemberian minum

air putih dingin berpengaruh terhadap pengurangan skor mual muntah yaitu

0,000 (α < 0,05).

52

Tabel 5.5

Penurunan Rerata Skor Mual Muntah Setelah Kemoterapi Pasien

Kanker Payudara Pada Kelompok Intervensi di RSUP

M.Djamil Padang Tahun 2019 (n=19)

Variabel Mean

Difference 95% CI P- Value

Pengukuran

12 jam - 24 jam 4,143 3,053-5,232 0,000

12 jam - 36 jam 5,762 4,715-6,809 0,000

12 jam - 48 jam 8,190 6,998-9,383 0,000

12 jam - 60 jam 11,810 10,432-13,187 0,000

12 jam - 72 jam 14,952 13,629-16,275 0,000

24 jam - 36 jam 1,619 0,738-2,500 0,001

24 jam – 48 jam 4,048 2,919-5,176 0,000

24 jam - 60 jam 7,667 6,477-8,857 0,000

24 jam - 72 jam 10,810 9,827-11,792 0,000

36 jam - 48 jam 2,429 1,607-3,250 0,000

36 jam - 60 jam 6,048 5,166-6,929 0,000

36 jam - 72 jam 9,190 8,319-10,062 0,000

48 jam - 60 jam 3,619 2,617-4,621 0,000

48 jam - 72 jam 6,762 5,725-7,799 0,000

60 Jam - 72 jam 3,143 2,511-3,775 0,000

Berdasarkan tabel 5.5 pengukuran pertama dibandingkan dengan kedua

terjadi rata-rata penurunan skor sebesar 4,143. Pengukuran pertama

dibandingkan dengan ketiga terjadi rata-rata penurunan skor sebesar

5,762. Pengukuran pertama dibandingkan dengan keempat terjadi rata-rata

penurunan skor sebesar 8,190. Pengukuran pertama dibandingkan dengan

kelima terjadi rata-rata penurunan skor sebesar 11,810.

Pengukuran pertama dibandingkan dengan keenam terjadi rata-rata

penurunan skor sebesar 14,952. Pengukuran kedua dibandingkan dengan

ketiga terjadi rata-rata penurunan skor sebesar 1,619. Pengukuran kedua

53

dibandingkan dengan keempat terjadi rata-rata penurunan skor sebesar

4,048. Pengukuran kedua dibandingkan dengan kelima terjadi rata-rata

penurunan skor sebesar 7,667. Pengukuran kedua dibandingkan dengan

keenam terjadi rata-rata penurunan skor sebesar 10,810.

Pengukuran ketiga dibandingkan dengan keempat terjadi rata-rata

penurunan skor sebesar 2,429. Pengukuran ketiga dibandingkan dengan

kelima terjadi rata-rata penurunan skor sebesar 6,048. Pengukuran ketiga

dibandingkan dengan keenam terjadi rata-rata penurunan skor sebesar

9,190. Pengukuran keempat dibandingkan dengan kelima terjadi rata-rata

penurunan skor sebesar 6,762. Pengukuran keempat dibandingkan dengan

keenam terjadi rata-rata penurunan skor sebesar 3,143. Perbedaan

penurunan skor tersebut adalah nyata sebab nilai P-value < 0,005.

Tabel 5.6

Rerata Skor Mual Muntah Setelah Kemoterapi Pada kelompok kontrol

Pasien Kanker Payudara di RSUP M.Djamil Padang tahun 2019 (n=19)

Variabel Median Min-Mak P- Value

Pengukuran

0,144

12 Jam 20 12-25

24 Jam 20 11-26

36 Jam 19 15-22

48 Jam 19 14-26

60 Jam 21 15-28

72 Jam 18 3-22

Berdasarkan tabel 5.6 diperoleh data median pada kelompok kontrol skor

mual muntah pengukuran 12-24 jam sebesar 20, skor pengukuran 36-48

jam sebesar 19, skor pengukuran 60 jam sebesar 21 dan pengukuran 72

jam sebesar 18. Analisis lebih lanjut menunjukkan tidak adanya penurunan

antara pengukuran 12 jam, pengukuran 24 jam, pengukuran 36 jam,

54

pengukuran 48 jam, pengukuran 60 jam dan pengukuran 72 jam pada

kelompok kontrol yaitu 0,144 (α > 0,05).

2. Perbedaan rerata skor mual muntah kelompok kontrol dan kelompok

intervensi kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M.Djamil

Padang.

Tabel 5.7

Perbandingan Rerata Skor Mual Muntah Antara Kelompok Intervensi

dan Kontrol di RSUP M.Djamil Padang

Tahun 2019 (N= 38)

Variabel Skor Mual Muntah

P-Value Mean SD

Intevensi 12,21 1,134 0,000

Kontrol 19,53 2,170

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan adanya perbedaan rerata mual

muntah pada kelompok yang diberikan minum air putih dingin dengan

tidak dilakukan yaitu P value 0,000 (<0,05) .

55

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan pembahasan dan diskusi tentang hasil-hasil penelitian dan

membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya atau teori-teori

yang mendukung atau berlawanan dengan temuan baru. Pembahasan diawali

dengan interpretasi dari diskusi hasil penelitian tentang gambaran karakteristik

responden yang meliputi usia, pendidikan, stadium dan siklus kemoterapi. Pada

bagian berikutnya dibahas tentang hasil analisis uji beda mean untuk skor mual

muntah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Bagian akhir bab ini akan

membahas keterbatasan penelitian, implikasi dan tindak lanjut hasil penelitian yang

dapat diterapkan dan diaplikasikan pada praktek keperawatan dalam rangka

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi.

A. Inteprestasi dan Diskusi Hasil Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh pemberian minum air

putih dingin terhadap pengurangan mual muntah setelah kemoterapi pasien

kanker payudara di RSUP M.Djamil Padang. Keluhan responden tentang mual

muntah setelah menjalani pemberian minum air putih dingin selama 72 jam,

dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan minum air putih dingin.

Berikut ini akan di uraikan interprestasi hasil penelitian dari semua variabel.

56

1. Pengaruh pemberian minum air putih dingin terhadap pengurangan mual

muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M.

Djamil Padang.

Berdasarkan tabel 5.4 terjadi penurunan rerata dari pengukuran 12 jam

(18,26 ± SD 2,130), pengukuran 24 jam (14,00 ± SD 2,000), pengukuran 36

jam (12,05 ± SD 1,545), pengukuran 48 jam (9,84 ± SD 1,864), pengukuran

(6,37 ± SD 1,802) dan pengukuran 72 jam (3,05 ± SD 1,471). Analisis lebih

lanjut menunjukkan adanya penurunan rerata antara pengukuran 12 jam,

pengukuran 24 jam, pengukuran 36 jam, pengukuran 48 jam, pengukuran

60 jam dan pengukuran 72 jam yang dilakukan intervensi pemberian minum

air putih dingin atau dengan kata lain secara signifikan bahwa pemberian

minum air putih dingin berpengaruh terhadap pengurangan skor mual

muntah yaitu 0,000 (α < 0,05).

Hasil penelitian yang diperoleh sama dengan sebelumnya Pangesti &

Sofiani (2016) menunjukkan skor mengalami penurunan sebelum

pemberian yang terendah adalah 4 dan tertinggi adalah 7. Dan diketahui

jumlah mual muntah setelah pemberian minuman dingin 10-15 ºC terendah

adalah 1 dan tertinggi adalah 3, serta nilai p value = 0,000.

Pemberian minuman dingin lebih cepat diserap dalam tubuh dari pada air

hangat dan membantu dalam rehidrasi sehingga memberikan rasa segar

serta membuka nafsu makan dan menstabilkan emosi dalam mengatasi mual

muntah. Sesuai dengan teori Aapro (2015), bahwa mual muntah sering

terjadi setelah kemoterapi dilakukan. Mual muntah atau nama lainnya

57

adalah mual muntah merupakan mual muntah yang tidak dapat dikontrol

dan dapat mempengaruhi respon terapi terhadap tingkat kesembuhan kanker

tersebut. Respon reflek muntah dengan menyemburkan isi perut melalui

mulut, biasanya dimulai dari sensasi mual. Dimana mual merupakan

gangguan pada pusat sistem saraf menerima dan memproses rangsangan

emetik (Perry & Doll, 2012).

Sistem ini menghasilkan sinyal eferen yang dikirim ke sejumlah organ dan

jaringan dalam proses yang akhirnya hasil muntah. Proses muntah tidak

tergantung pada area yang unik tetapi melibatkan beberapa daerah pada

tubuh (Bayo et al., 2012). Daerah-daerah ini adalah zona pemicu

kemoreseptor dan pusat muntah di otak, serta vagal aferen jalur dan sel

enterochromaffin di sistem gastrointestinal (Silbernagl & Lang, 2016).

Berdasarkan penelitian Utaminingrum, Hakim, & Raharjo (2013)

menjelaskan mual muntah merupakan respon utama dan terbanyak setelah

pemberian agen kemoterapi baik fase akut maupun emesis. Dan

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kepatuhan dalam

mengkonsumsi antiemetik dengan respon terhadap mual muntah. Terapi

non farmakologi dapat menjadi salah satu pendamping dalam mengurangi

masalah mual muntah pada pasien setelah kemoterapi. Salah satunya adalah

minum air putih dingin yang direkomendasikan oleh beberapa asosiasi

kanker (American Cancer Society, 2018d; Cancer Care Ontario, 2016; Evi

58

Q, 2015). Penelitian ini merupakan salah satu cara yang baik diberikan pada

pasien mual muntah setelah kemoterapi.

Mual terjadi sampai lebih dari 6 jam sebanyak 7 kali lebih dan membuat

pasien merasa parah. Muntah yang dirasakan terjadi 7 kali lebih dan

membuat pasien menderita. Jumlah muntah yang keluar beragam dimulai

dari setengah cangkir sampai 3 cangkir lebih. Untuk mual muntah kosong

dirasakan sedikit membuat menderita sebanyak 5-6 kali dalam 12 jam

terakhir.

Dehidrasi dapat mempengaruhi kerja otak dimana 75% dari otak adalah air.

Adams & Casa (2013) menjelaskan suhu minuman telah terbukti

meningkatkan konsumsi cairan. Asupan cairan yang rendah bahkan mampu

mempengaruhi kognisi dan suasana hati (Benton, 2011). Efek dingin yang

diberikan juga menimbulkan efek kesenangan. Kesenangan ini dipengaruhi

oleh endorfine dan serotonin. Pada mual muntah serotonin berperan dalam

meransang pusat muntah. Apabila terjadi penurunan ransangan terhadap

serotonin, maka mual muntah juga akan berpengaruh (Navari, 2015;

Newman, 2017; Pangesti & Sofiani, 2016; Von Duvillard, Braun,

Markofski, Beneke, & Leithäuser, 2004).

Air masuk melalui tubuh dengan cara kita konsumsi. Sekitar 0,5 liter air

diproduksi setiap hari. Asupan air dari minum dapat bervariasi dalam batas

sangat luas dari 0,5 liter – 15 liter perhari. Air terus menghilang dari tubuh

59

melalui penguapan, muntah urin dan lain-lain. Saat keadaan muntah tubuh

akan mengeluarkan keringat dan kenaikan suhu tubuh akibat dari proses

pengeluaran muntah sehingga pusat otak bekerja mengontrol semua

kegiatan dari tubuh.

Suhu ideal sebenarnya mungkin dikondisikan secara budaya tetapi lebih

banyak air dikonsumsi pada suhu 50C - 150C. Shirreffs (2009) menjelaskan

bahwa dehidrasi dapat berdampak negatif pada aktivitas dan keseimbangan

cairan. Melakukan minum selama beraktivtas terbukti meningkatkan kinerja

saat aktivitas. Hasil penelitian Hosseinlou, Khamnei, & Zamanlu (2013)

mendukung penelitian ini dalam menggunakan suhu dingin. Dimana pada

suhu 150C membuat asupan cairan lebih tinggi (tingkat hidrasi optimal),

sehingga suhu ini sangat disarankan. Sehingga dari penelitian terdahulu

dapat kita jadikan sebagai acuan dimana dengan manjaga hidrasi tubuh

dapat mempertahankan dan meningkatkan aktivitas dari pasien yang

mengalami mual muntah.

Berdasarkan penemuan peneliti terhadap hasil observasi pasien mengikuti

instruksi dalam melakukan intervensi, jumlah perhitungan pemberian perlu

menjadi perhatian. Kebutuhan minum disesuakan dengan BB dan jumlah

yang dikeluarkan dari muntah, urin dan juga keringat untuk

menyeimbangkan cairan dalam tubuh untuk menjaga hidrasi. Berdasarkan

total jumlah minum kelompok intervensi diatas 800 - 1400 cc per 12 jam.

Sedangkan untuk kelompok kontrol lebih sedikit konsumsi air minum yaitu

60

100 – 1200 cc per 12 jam. Hal ini membuktikan bahwa minuman dingin

mempengaruhi jumlah cairan yang dikonsumsi.

Gambaran dari lembar observasi pada kelompok intervensi jumlah cairan

yang masuk terpantau dan sesuai dengan target yang di rencanakan.

Pemantauan yang dilakukan oleh keluarga yaitu dengan mencukupi

kebutuhan yang telah ditetapkan. Hasil pemantauan intake cairan yang

masuk yaitu di dapatkan dari minum yang diberikan dan juga air

metabolisme yang di dapatkan lansung dari tubuh pasien. Pada output secara

keseluruhan jumlah tertinggi dari muntah terbanyak yaitu 600 cc dan

menurun hingga akhir pengukuran. Pada lembar observasi pasien kontrol

intake terlihat juga dari minum air dan air metabolisme. Berbeda pada

output yang terlihat jumlah muntah pasien yang mencapai 860 cc.

Pada lembar observasi, mual muntah ditemukan pada waktu diatas jam

18.00 WIB yaitu setelah 6 - 8 jam. Hal ini sesuai dengan teori Aapro (2015)

CINV akut, mual dan muntah akut terjadi dalam beberapa menit hingga

beberapa jam setelah menerima kemoterapi dan biasanya tidak bertahan

lebih dari 24 jam. Gejala biasanya mencapai intensitas maksimum 5 - 6 jam

setelah menerima kemoterapi.

Mual muntah merupakan hal yang tidak diinginkan dalam menjalani

kemoterapi namun juga merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Kepatuhan

dalam terapi farmakologi dirasa belum dapat menghilangkan keluhan mual

61

muntah. Minum air putih dingin merupakan cara sederhana yang dapat

membantu mengurangi mual muntah. Minum mengatasi dehidrasi yang

disebabkan mual muntah.

Pada saat penelitian ini dilakukan, ada beberapa hal yang ditemukan seperti

adanya ketakutan akan air minum dengan suhu dingin. Pendapat dari

beberapa responden, bahwa air dingin dapat menyebabkan maag kambuh.

Dengan demikian mual muntah yang ada bukan hanya disebabkan oleh

induksi dari kemoterapi, tetapi juga dari psikis pasien itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian antara variabel perancu (usia, pendidikan,

stadium dan siklus kemoterapi) secara statitistik tidak didapatkan hubungan

dengan mual muntah yaitu nilai P value 0,308 (>0,005), namun padangan

peneliti bahwa dari beberapa variabel perancu memberikan kontribusi untuk

kejadian mual muntah. Berdasarkan usia, usia lanjut merupakan masa

dimana tejadi perubahan pada fungsi pencernaan dan respon tubuh terhadap

bahan-bahan yang masuk. Pendidikan mempengaruhi tingkat pemahaman

dan pengetahuan. Stadium berpengaruh karena besaran dosis yang diberikan

kepada pasien dan siklus kemoterapi hal ini mempengaruhi karena masa

periode sel normal kembali.

Mual muntah sebagian besar kelonpok intervensi berusia lansia awal yaitu

10 orang (52,6%). Begitu juga dengan kelompok kontrol terbanyak pada

lansia awal 8 orang (42,1%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

62

responden pada penelitian ini berusia 46-55 tahun. Secara uji statistik tidak

ada hubungan antara usia dengan kejadian mual muntah dimana hasil dari P

value (>0,05).

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarif, (2009) dimana pada hasil

penelitiannya ditemukan rata-rata usia 49 tahun atau sama dengan lansia

awal. Didukung oleh hasil penelitian Molassiotis & Russell (2014) dimana

melakukan tindakan yang bertujuan untuk melakukan manajemen mual

muntah pada fase acute dan delayed, penelitian tersebut melaporkan data

usia responden berada pada rata-rata usia 49 tahun (lansia awal).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahmatya, Khambri, & Mulyani

(2015) melihat hubungan usia dengan gambaran klinik patologi kanker

payudara di Bagian Bedah RSUP M.Djamil Padang. Pada hasil

penelitiannya di temukan sebagian besar penderita berusia lebih dari 40

tahun (78,3%) atau rata-rata berusia 46,87 tahun. Faktor resiko kejadian

kanker payudara salah satunya adalah faktor usia. Usia <65 tahun dan dapat

meningkat hingga usia 80 tahun. Faktor lainnya yang berhubungan dengan

usia yaitu riwayat pribadi kanker payudara stadium awal di usia <40 tahun

(American Cancer Society, 2018b).

Masalah usia juga menjadi masalah efek samping yang diterima oleh

responden yang menerima kemoterapi. Salah satunya adalah mual muntah

63

setelah kemoterapi. Faktor resiko terjadinya mual muntah juga dipengaruhi

oleh masalah usia.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tsuji et al (2018)

dimana penelitiannya dilakukan pada responden dengan rentang usia 24-83

tahun. Hasil penelitian ini mengungkapkan usia <60 tahun merupakan risiko

mual muntah yang signifikan yan terkait pada jenis fase akut dan tertunda.

Penggunaan antagonis reseptor 5-HT3 generasi pertama tanpa antagonis

reseptor NK-1 dinyatakan faktor resiko penting.

Menurut asumsi peneliti, usia secara tidak lansung mempengaruhi

neurotransmitter secara lansung. Hal ini adanya pengaruh dari

ketidaknyamanan dan zat opiat yang terkandung pada beberapa obat

kemoterapi sehingga memicu peningkatan ransangan 5-HT3.

Neurotransmitter mempengaruhi pusat muntah secara lansung dalam

kejadian mual muntah.

Sama halnya dengan pendidikan, berdasarkan pendidikan responden

kelompok intervensi lebih banyak pada pendidikan tinggi yaitu pada 15

orang (78,9%) dan kelompok kontrol 14 orang (64,8%).

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Sagita (2013) dimana

hasil penelitiannya adalah sebanyak 31,5 % tingkat SMA dan 26,6 tingkat

perguruan tinggi yang banyak mengalami kanker payudara. Sejalan dengan

64

penelitian Rif’atunnisa, Rachmawaty, and Sinrang (2017) melakukan

penelitian tentang faktor risiko terjadinya mual muntah lambat akibat

kemoterapi pada pasien kanker payudara dan ditemukan berpendidikan

sarjana (tinggi) sebanyak 28,3%.

Didukung oleh penelitian Sulastri, Huda, and Herlina (2016) yang

menjelaskan bahwa pendidikan berperan dalam mendukung perilaku tidak

terkecuali dibidang kesehatan. Hasil penelitian yang didapatkan pendidiakn

SMA sebanyak 60%. Pendidikan dari seseorang mempengaruhi dalam

menerima dan memahami suatu pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).

Sebanyak 11 orang (57,9%) pada kelompok intervensi dan 12 orang

(63,2%) pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa stadium responden

terbanyak pada stadium III.

Sejalan dengan penelitian Yudissanta & Ratna (2012) dimana penelitian ini

menganalisis pemakaian kemoterapi pada pasien kanker payudara. Hasil

yang ditemukan dari penelitian ini banyak penderita pada stadium III.

Didukung oleh penelitian Sari, Hartoyo, & Wulandari (2015) melakukan

penelitian tentang penurunan mual muntah akut setelah pemberian aroma

terapi pappermint. Penelitian ini dilakukan pada bulan november 2014

dengan jumlah sampel 15 responden. Hasil yang didapatkan adalah pasien

dengan stadium III merupakan pasien terbanyak yang ditemukan yaitu

46,7%.

65

Menurut American Cancer Society (2018a) pada kanker payudara stadium

III adalah tumor yang lebih besar atau dapat tumbuh pada jaringan di

dekatnya (kulit diatas payudara atau otot di bawahnya) atau telah menyebar

ke banyak kelenjar getah bening di sekitarnya. Salah satu treatment yang

dilakukan pada stadium ini dimulai dengan terapi neoadjuvant atau sebelum

pembedahan dengan kemoterapi. Kemoterapi bertujuan untuk mengecilkan

ukuran tumor.

Berdasarkan hal tersebut dapat peneliti asumsikan bahwa pada stadium awal

gejala kanker payudara kurang dirasakan, sehingga tidak dilakukan deteksi

dini. Akibatnya banyak sekali ditemukan pasien terlambat bahkan takut

untuk memeriksakan kesehatan. Berdasarkan keadaan tersebut pasien

datang dengan keadaan dengan stadium lanjut.

Berdasarkan hasil penelitian tampak siklus kemoterapi kelompok intervensi

terbanyak pada siklus kemoterapi pertama sebanyak 5 orang (26,3%) dan

pada kelompok kontrol pada siklus kemoterapi kedua sebanyak 4 orang

(21,1%).

Penelitian yang sejalan dengan Rapoport (2017) dimana CINV tertunda

sangat komplek. Reflek yang dialami melibatkan jalur luaran dari kedua

sistem saraf pusat dan perifer. Masalah ini akan selalu muncul saat pasien

melakukan kemoterapi. Berdasarkan asumsi peneliti, siklus kemoterapi

66

tidak dapat disepelekan, dengan adanya pengalaman menjalani kemoterapi

mempengaruhi fisik maupun psikologis pasien.

2. Perbedaan rerata skor mual muntah kelompok intervensi dan kelompok

kontrol

Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata skor mual muntah setelah

kemoterapi pada kelompok intervensi berbeda dengan kelompok yang tidak

dilakukan pemberian minum air putih dingin 0,000 (p value < 0,05). Hasil

penelitian ini mendukung hipotesis penelitian yaitu rata-rata skor mual

muntah pada kelompok intervensi lebih rendah dari pada kelompok kontrol

0,144 (>0,05).

Mual muntah dipengaruhi oleh tiga kelompok utama reseptor

neurotransmitter terlibat dalam proses ini yaitu termasuk dopamin,

serotonin dan reseptor P-substansi (Priestman, 2012). Antiemetik yang

sudah diketahui efek pada reseptor dopamin seperti fenotiazin, benzamide

dan butyrophenone groups. Antagonis reseptor 5-HT3 bekerja pada saluran

pencernaan dan sistem saraf pusat, berperan penting dalam proses muntah

melalui jalur vagal aferen. Reseptor NK1 (target P-substansi) adalah mayor

lain penentu mual muntah dan antagonis spesifik telah dikembangkan

(Aapro, 2015).

67

Salah satu cara untuk mempengaruhi meningkatkan ransangan serotonin

adalah air minum dingin. Tujuan dari mengkonsumsi minum air putih

dingin adalah mempercepat rehidrasi, mempercepat penyerapan cairan,

mengurangi stres fisiologis dan mempercepat pemulihan tenaga karena lelah

(Shirreffs, 2009). Menurut (Saltmarsh, 2001) saat meminum air kita akan

melepaskan histamin, gatrin dan serotonin. Suhu air merupakan penentu

dari jumlah yang dikonsumsi. Suhu ideal yang biasa digunakan a paling

ideal adalah 50C - 150C.

Berdasarkan grafik 5.1 terlihat terjadi penurunan dan peningkatan antara

beberapa pengukuran pada kelompok kontrol. Hal ini di sebabkan oleh

jumlah air yang dikonsumsi. Pada kelompok intervensi, pendamping

memberikan cairan secara bertahap sehingga cairan terpenuhi untuk

mmenghidrasi, sedangkan pada kelompok kontrol jumlah cairan tidak

dipantau. Pada kelompok kontrol terlihat kepatuhan pemenuhan cairan pada

pada pasien apabila tidak diberikan manajemen pemberian. Bahkan air

minum yang digunakan adalah air minum putih biasa, sehingga tidak

memberikan keinginan untuk mengkonsumsi air putih terus menerus lebih

banyak. Jumlah cairan yang masuk mempengaruhi pengeluaran zat-zat

toksik yang masuk dalam tubuh dan jumlah out put yang keluar dari dalam

tubuh.

68

Menurut pandangan peneliti minum air putih dingin merupakan salah satu

alternatif dalam mengurangi mual muntah. Sebagai contoh dalam treatment

yang dapat dilakukan dirumah yang dikeluarkan oleh Amecrican Cancer

Society yang menyebutkan bahwa minum air dingin merupakan salah satu

cara yang dapat diaplikasikan untuk mengurangi mual muntah akibat

kemoterapi di rumah (American Cancer Society, 2018). Berdasarkan

penemuan tersebut, diharapkan agar minum air putih dingin dapat

diaplikasikan untuk membantu pasien dalam rangka menurunkan mual

muntah akibat kemoterapi.

B. Implikasi Penelitian

1. Penelitian Keperawatan

Peneliti belum pernah menemukan penelitian yang menggunakan air putih

dingin sebagai salah satu cara untuk mengurangi mual muntah pada pasien

kanker payudara. Oleh karena itu hasil penelitian ini juga dapat memberikan

pengetahuan baru dan data dasar bagi penelitian keperawatan dan dapat

menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat

menjadi masukan untuk menjadi standar operasional prosedur dalam

mengurangi mual muntah dan saran dalam diskusi untuk memperkaya cara

membantu atau mengurangi beban pasien kanker.

2. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat berguna bukan hanya mengurangi mual muntah,

namun juga menjaga agar pasien tetap terhidrasi dengan baik. Penelitian ini

telah memberikan bukti bahwa minum air putih dingin dapat menurunkan

69

mual muntah akibat kemoterapi yang signifikan dibandingkan yang tidak

dilakukan kemoterapi. Sehingga dapat sebagai masukan atau pertimbangan

bagi perawat untuk dijadikan bagian dari intervensi keperawatan dalam

mengelola pasien yang mengalami mual muntah setelah kemoterapi (standar

prosedur operasional).

Hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan perawat

dalam menjalankan perannya dalam memberikan pelayanan keperawatan.

Perawatan onkologi merupakan suatu hal yang sangat kompleks karena

kondisi pasien, sehingga membutuhkan perawatan yang komprehensif.

Sebagai pemberi pelayanan, perawat menjalankan fungsinya sebagai perawat

yang komprehensif. Sehingga tindakan tidak hanya kolaborasi tetapi perawat

juga mampu memberikan intervensi yang telah melewati proses penelitian.

3. Pendidikan Profesi Keperawatan

Aplikasi dalam keperawatan merupakan cara untuk menyelesaikan masalah

keperawatan mual muntah setelah kemoterapi yang dimulai dari

pembelajaran di Institusi pendidikan. Institusi pendidikan diharapkan dapat

memberikan dukungan terhadap peserta didik dalam menciptakan sesuatu

hal yang baru dan sederhana.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Aturan Intervensi

Peneliti tidak dapat secara spesifik memantau penelitian yang dilakukan

karena pasien berada di rumah.

70

2. Kontrol Dehidrasi

Dalam penelitian ini tidak mengontrol dehidrasi yang dialami pasien dan

tidak mempertimbangkan aktifitas fisik yang dilakukan sehari-hari.

71

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Gambaran karakteristik terlihat bahwa banyak pada usia lansia awal baik pada

kelompok kontrol maupun intervensi.

2. Rata-rata skor mual muntah pada kelompok intervensi pemberian minum air

putih dingin semakin menurun dari pengukuran 24 jam sampai dengan

pengukuran 72 jam.

3. Rata-rata skor mual muntah pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan

atau kenaikan pada pengukuran 24 jam, terjadi peningkatan di pengukuran 36

jam dan pengukuran 48 jam dan pengukuran 60 jam, kemudian terjadi

penurunan di pengukuran 72 jam.

4. Ada pengaruh pemberian minum air dingin terhadap pengurangan mual

muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M.Djamil

Padang.

5. Ada perbedaan skor mual muntah antara kelompok intervensi dengan

kelompok kontrol.

72

B. Saran

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Memuat materi tentang terapi sederhana dan inovatif yang dapat digunakan.

Serta menyebarluaskan informasi dan pengetahuan tentang terapi yang

mudah didapatkan.

2. Bagi Pihak Rumah Sakit

Mengaplikasikan terapi dalam memberikan asuhan keperawatan yang

mengalami mual muntah akibat kemoterapi dengan mempertimbangkan hasil

pengetahuan sebagai acuan.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Perlunya penelitian lain yang membandingkan penggunaan dari minuman

yang sederhana dan mudah didapatkan oleh pasien. Serta diperlukan

dukungan dari pendamping atau keluarga terdekat pasien dalam menjalankan

kepatuhan terhadap terapi.

73

DAFTAR PUSTAKA

Aapro, M. (2015). Pathophysiology of Nausea and Vomiting. London: Spinger

Health Care. Retrieved from http://ime.springerhealthcare.com/wp-

content/uploads/Pathophysiology_CINV.pdf

Aapro, M., Jordan, K., & Feyer, P. (2013). Prevention of Nausea and Vomiting

Cancer Patient. London: Springer Healthcare.

Adams, william M., & Casa, D. J. (2013). The beverages temperature and influens

on hydration. Camelbak. Korea. Retrieved from http://ksi.uconn.edu

Alafafsheh, A., & Ahmad, M. (2016). Tool Development to Assess Nausea and

Vomiting Among Patients Receiving Chemotherapy. International Journal of

Care and Oncology, 3(1), 1–5. https://doi.org/10.15436/2377-0902.16.0

American Cancer Society. (2018a). About Breast Cancer. Retrieved from

https://www.cancer.org/content/dam/CRC/PDF/Public/8577.00.pdf

American Cancer Society. (2018b). Breast Cancer - Facts & Figures 2017-2018.

Retrieved from https://www.cancer.org/research/cancer-facts-statistics/all-

cancer-facts-figures/cancer-facts-figures-2018.html

American Cancer Society. (2018c). Chemotherapy-related Nausea and Vomiting

Types of chemo-related nausea and are used for chemotherapy, 1–5.

American Cancer Society. (2018d). Managing Nausea and Vomiting at Home What

to look for For nausea.

Angraini, F., & Putri, A. F. (2016). PEMANTAUAN INTAKE OUTPUT CAIRAN

PADA PASIEN GAGAL Pendahuluan Hasil Metode, 19(3), 152–160.

https://doi.org/DOI : 10.7454/jki.v19i3.475

Bayo, J., Fonseca, P. J., Hernando, S., Servitja, S., Calvo, A., Falagan, S., …

Barnadas, A. (2012). Chemotherapy-induced nausea and vomiting:

Pathophysiology and therapeutic principles. Clinical and Translational

Oncology, 14(6), 413–422. https://doi.org/10.1007/s12094-012-0818-y

Benton, D. (2011). Dehydration Influences Mood and Cognition : NUtriens, 3, 555–

573. https://doi.org/10.3390/nu3050555

Cancer Care Ontario. (2016). How to Manage Your Nausea and Vomiting.

Retrieved from www.cancercare.on.ca

Clark Snow, R., Afronti, M. Lou, & Rittenverg, C. N. (2018). Chemotherapy-

induced nausea and vomiting (CINV) and adherence to antiemetic guidelines:

results of a survey of oncology nurses. Support Care Cancer, 26(CrossMark),

557–564. https://doi.org/DOI 10.1007/s00520-017-3866-6

74

1

Dahlan, M. S. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dahlan, M. S. (2017). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan (6th ed.). Jakarta:

Epidemiologi Indonesia.

Denard, B., Lee, C., & Ye, J. (2012). Doxorubicin blocks proliferation of cancer

cells through proteolytic activation of CREB3L1. ELife, 2012(1), 2011–2013.

https://doi.org/10.7554/eLife.00090

Dharma, K. K. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan

Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian (Revisi Tah). Jakarta: Trans

Info Media.

Eccles, R., Du-plessis, L., Dommels, Y., & Wilkinson, J. E. (2013). Cold pleasure

. Why we like ice drinks , ice-lollies and ice cream. Appetite, 71, 357–360.

https://doi.org/10.1016/j.appet.2013.09.011

evi Q. (2015). Nausea and Vomiting during cancer treatment. Retrieved from

www.cancerinstitute.org.au

Feyer, P., & Jordan, K. (2011). Update and new trends in antiemetic therapy: The

continuing need for novel therapies. Annals of Oncology, 22(1), 30–38.

https://doi.org/10.1093/annonc/mdq600

Garson, G. D. (2013). Validity and Reliability (2013th ed.). USA: Statistical

Associates Publishing. Retrieved from

http://gen.lib.rus.ec/book/index.php?md5=6F56482A24D706D28916B21C6

1A3135A

Gonella, S., Berchialla, P., Bruno, B., & Di Giulio, P. (2014). Are orange lollies

effective in preventing nausea and vomiting related to dimethyl sulfoxide? A

multicenter randomized trial. Supportive Care in Cancer, 22(9).

https://doi.org/10.1007/s00520-014-2227-y

Gordon, P., Legrand, S. B., & Walsh, D. (2014). Nausea and vomiting in advanced

cancer. European Journal of Pharmacology.

https://doi.org/10.1016/j.ejphar.2013.10.010

Hawkins, R., & Grunberg, S. (2009). Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting:

Challenges and Opportunities for Improved Patient Outcomes. Clinical

Journal of Oncology Nursing, 13(1), 54–64.

https://doi.org/10.1136/bjo.2010.193169

75

1

Hilarius, D. L., Kloeg, P. H., Van Der Wall, E., Van Den Heuvel, J. J. G., Gundy,

C. M., & Aaronson, N. K. (2012). Chemotherapy-induced nausea and

vomiting in daily clinical practice: A community hospital-based study.

Supportive Care in Cancer, 20(1), 107–117. https://doi.org/10.1007/s00520-

010-1073-9

Hiler, S. M., Mina, A., & Mina, L. A. (2016). Breast Cancer Risk Factors. In Breast

Cancer Prevention and Treatment (pp. 5–12). USA: Springer International

Publishing Switzerland 2016. https://doi.org/10.1007/978-3-319-19437-0

IHWG. (2017). Indonesian Hydration Working Group. Retrieved from

http://ihwg.or.id

Isenring, L. (2016). Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting:

A&nbsp;Narrative Review to Inform Dietetics Practice. Journal of the

Academy of Nutrition and Dietetics, 116(5), 819–827.

https://doi.org/10.1016/j.jand.2015.10.020

Jéquier, E., & Constant, F. (2010). Water as an essential nutrient: The physiological

basis of hydration. European Journal of Clinical Nutrition.

https://doi.org/10.1038/ejcn.2009.111

Jhaveri, kenar D., & Salahudeen, A. K. (2015). Onconephrology: Cancer,

Chemotherapy and The Kidney.

Jordan, K., Sippel, C., & Schmoll, H.-J. (2007). Guidelines for Antiemetic

Treatment of Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting: Past, Present, and

Future Recommendations, 1143–1150.

https://doi.org/10.1634/theoncologist.12-9-1143

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan

Nasional 2013. Jakarta. https://doi.org/1 Desember 2013

Khairina, N. (2016). Analisis Fungsi Keanggotaan Fuzzy Tsukamoto Dalam

Menentukan Status Kesehatan Tubuh Seseorang. Sinkron, 1(1), 19–24.

Labbe, D., Almiron-Roig, E., Hudry, J., Leathwood, P., Schifferstein, H. N. J., &

Martin, N. (2009). Sensory basis of refreshing perception: Role of

psychophysiological factors and food experience. Physiology and Behavior,

98(1–2), 1–9. https://doi.org/10.1016/j.physbeh.2009.04.007

Lee, J. K. W., Shirreffs, S. M., & Maughan, R. J. (2008). Cold drink ingestion

improves exercise endurance capacity in the heat. Medicine and Science in

Sports and Exercise. https://doi.org/10.1249/MSS.0b013e318178465d

Lovitt, C. J., Shelper, T. B., & Avery, V. M. (2018). Doxorubicin resistance in

breast cancer cells is mediated by extracellular matrix proteins. BMC Cancer,

18(1), 41. https://doi.org/10.1186/s12885-017-3953-6

76

1

Middleton, J., & Lennan, E. (2011). induced nausea and vomiting. S12 British

Journal of Nursing, 20(17).

Molassiotis, A., Aapro, M., & Dicato, M. (2013). Evaluation of Risk Factors

Predicting Chemotherapy-Related Nausea and Vomiting : Results From a

European Prospective Observational Study. Journal of Pain and Symptom

Management, 47(1), 12–25.

https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2013.06.012

Molassiotis, A., & Russell, W. (2014). The Effectiveness of Acupressure for the

Control and Management of Chemotherapy-Related Acute and Delayed

Nausea : A Randomized Controlled Trial. Journal of Pain and Symptom

Management, 47(1), 12–25.

https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2013.03.007

Muaris, H. (2014). Infused Water: Tren Gaya Hidup Minum Air Putih. (Intarina &

Hardiman, Eds.). Jakarta: Gramedia Putaka Utama.

Navari, R. M. (2015). 5-HT3 receptors as important mediators of nausea and

vomiting due to chemotherapy. Biochimica et Biophysica Acta, 1848(10 Pt B),

2738–2746. https://doi.org/10.1016/j.bbamem.2015.03.020

Navari, R. M. (2016a). Introduction. In R. M. Navari (Ed.), Management of

Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting New Agents and New Uses of

Current Agents (pp. 1–4). New York, London: Spinger.

https://doi.org/10.1007/978-3-319-27016-6

Navari, R. M. (2016b). Management of Induced Nausea and Vomiting. London:

Adis. https://doi.org/DOI 10.1007/978-3-319-27016-6

Newman, V. (2017). The Effects of Cold Drinks on Digestion. Retrieved from

https://www.livestrong.com/article/541077-does-green-tea-cause-heart-

palpitations/

Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Revisi

2012). Jakarta: Rineka Cipta.

O’ brien, C. (2008). Nausea and Vomiting. Canadian Family Physician, 54, 861–

863.

Oakley, P. A., & Baird, M. L. (2015). Do Patients Drink Enough Water ? Actual

Pure Water Intake Compared to the Theoretical Daily Rules of Drinking Eight

8-Ounce Glasses and Drinking Half Your Body Weight in Ounces. Journal of

Water Resource and Protection, 7(July), 883–887.

https://doi.org/10.4236/jwarp.2015.711072

77

1

Olsen, N. (2018). What Are the Risks and Benefits of Drinking Cold Water?

Retrieved from https://www.healthline.com/health/is-drinking-cold-water-

bad-for-you

Pangesti, D. N., & Sofiani, Y. (2016). Eektifitas Perbandingan Pemberian Minuman

Dingin Terhadap Penurunan Sensasi Mual dan Muntah Setelah Kemoterapi

pada Klien Kanker Payudara di RS Umum dr. H. Abdul Moeloek Propinsi

Lampung, 7(2), 189–196.

Perry, M. C., & Doll, D. C. (2012). The Chemotherapy Source Book. USA: Wolters

Kluwer.

Popkin, B. M., D’Anci, K. E., & Rosenberg, I. H. (2010). Water, hydration, and

health. Nutrition Reviews, 68(8), 439–458. https://doi.org/10.1111/j.1753-

4887.2010.00304.x

Priestman, T. (2012). Cancer Chemotherapy in Clinical Practice (Second). New

York, London: Springer.

Rahmatya, A., Khambri, D., & Mulyani, H. (2015). Hubungan Usia dengan

Gambaran Klinikpatologi Kanker Payudara di Bagian Bedah RSUP Dr.

M.Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2), 478–484. Retrieved from

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Rapoport, B. L. (2017). Delayed Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting :

Pathogenesis , Incidence , and Current Management. Frontiers in

Pharmacology, 8(January), 1–10. https://doi.org/10.3389/fphar.2017.00019

Rhodes, V. A., & Roxanne, W. (1990). Nausea , Vomiting , and Retching : Complex

Problems in Palliative Care, 232–248.

Rif’atunnisa, Rachmawaty, R., & Sinrang, A. W. (2017). Faktor Resiko Terjadinya

Mual Muntah Lambat Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara.

Ilmiah Kesehatan, 11(4), 388–392.

Sagita, S. (2013). Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien Dengan Kanker

Payudara Stadium Dini di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Ciptomangunkusumo Jakarta Tahun 2012.

Saltmarsh, M. (2001). Thirst: or, why do people drink? Nutrition Bulletin, 26(1),

53–58. https://doi.org/10.1046/j.1467-3010.2001.00097.x

Sari, R. I., Hartoyo, M., & Wulandari. (2015). Pengaruh Aromaterapi Peppermint

terhadap Penurunan Mual Muntah Akut Pada Pasien Yang Menjalani

Kemoterapi di SMC RS Telogorejo. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan

Kebidanan.

78

1

Shirreffs, S. M. (2009). Hydration in sport and exercise: Water, sports drinks and

other drinks. Nutrition Bulletin, 34(4), 374–379.

https://doi.org/10.1111/j.1467-3010.2009.01790.x

Silbernagl, S., & Lang, F. (2016). Color Atlas of Pathophysiology. New York:

Thieme.

Sulastri, Huda, N., & Herlina. (2016). Efektifitas Hipnoterapi Terhadap Penurunan

Mual Muntah Pada Pasien Kemoterapi. Universitas Riau.

Susilo, W. H., Aima, M. H., & Suprapti, F. (2014). Biostatika Lanjut dan Aplikasi

Riset: Kajian Medikal Bedah pada Ilmu Keperawatan dengan Analsis Uji

Beda, Regresi Linier Berganda dan Regresi Logistik Aplikasi Program SPSS.

Jakarta: TIM.

Syarif, H. (2009). Pengaruh terapi akupresure terhadap mual muntah akibat

kemoterapi pada pasien kanker; A randomized clinical trial.

Tsuji, D., Suzuki, K., Kawasaki, Y., Goto, K., Matsui, R., & Seki, N. (2018). Risk

factors associated with chemotherapy-induced nausea and vomiting in the

triplet antiemetic regimen including palonosetron or granisetron for cisplatin-

based chemotherapy : analysis of a randomized , double-blind controlled trial.

Supportive Care in Cancer. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s00520-

018-4403-y

Utaminingrum, W., Hakim, L., & Raharjo, B. (2013). Evaluation Of Adherence and

Nausea Vomiting Response of Antiemetic Use In Breast Cancer Patients

Undergoing Chemotherapy At Prof. DR Margono Soekarjo Hospital.

Pharmacy, 10(02), 159–170.

Von Duvillard, S. P., Braun, W. A., Markofski, M., Beneke, R., & Leithäuser, R.

(2004). Fluids and hydration in prolonged endurance performance. Nutrition.

https://doi.org/10.1016/j.nut.2004.04.011

Ward, J. P. ., Clarke, R. W., & Linden, R. W. . (2009). At A Glance Fisiologi.

Wardani, N. I., Sarwani, S. D., & Masfiah, S. (2014). Faktor-faktor yang

berhubungan dengan tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang thalasemia

di kecamatan sumbang kabupaten banyumas. Kesmasindo, 6(3), 194–207.

White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2013). Medical Surgical Nursing: An

Integrated Approach (Third Edit).

WHO. (2018). Cancer. Retrieved from http://www.who.int/cancer/en/

Yudissanta, A., & Ratna, M. (2012). Analisis Pemakaian Kemoterapi pada Kasus

Kanker Payudara dengan Menggunakan Metode. Jurnal Sains Dan Seni ITS,

79

1

1(1).

Zellner, D. A., & Durlach, P. (2002). What is refreshing? An investigation of the

color and other sensory attributes of refreshing foods and beverages. Appetite,

39(2), 185–186. https://doi.org/10.1006/appe.2002.0502

1

Lampiran I

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No. Kegiatan Tahun 2018 Tahun 2019

Maret Mei Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep

1. Memilih Judul

2. Studi Pendahuluan

3. Menyusun Proposal

4. Seminar Proposal

5. Revisi Proposal

6. Pelaksanaan Penelitian

7. Analisa Data

8. Seminar Hasil

9. Sidang Tesis

10. Perbaikan Tesis

11. Penyerahan

Padang, 22 Juli 2019

Wella Juartika

1

Lampiran 2

1. Persiapan Alat

Pengukur suhu minuman

Gelas/ plastik ukur

Air Putih dingin 150C (sesuai dengan kebutuhan pasien)

2. Persiapan Pasien

Lakukan interaksi awal melalui komunikasi interpersonal dengan pasien dan

keluarga.

Berikan penjelasan perawatan (pemberian minum air putih dingin) yang akan

dilakukan.

Anjurkan pasien untuk mengatakan keluhan apabila masih merasa mual.

3. Prosedur

Memastikan bahwa minum air putih dingin dapat dilakukan pada pasien

dengan menanyakan pasien ada riwayat alergi dingin atau tidak.

Pasien diberikan informasi tentang kebutuhan cairan/ minum dalam 24 jam.

Sebelum pasien diberikan minum cairan diukur dengan termometer minuman

mencapai suhu 150C.

Pasien diberikan minum saat mual muntah mereda selama 15-30 menit, hal

ini dikarenakan menghindari adanya aspirasi saat menelan cairan.

Minum dalam jumlah sedikit-sedikit namun sering pada siang hari. Pada

keadaan mual mulai membaik tambahkan perlahan-lahan tingkatan

jumlahnya (dicobakan sebanyak 1 sendok / 3 cc apabila pasien merasa

nyaman dilanjutkan dengan jumlah yang lebih banyak).

Kebutuhan minum pasien tercukupi. Minuman diberikan secara berkala untuk

menjaga agar pasien tetap terhidrasi.

PANDUAN MINUM AIR PUTIH DINGIN

1

Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Ibu Responden

Di

Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ns. Wella Juartika, S.Kep

BP : 1721312070

Akan mengadakan penelitian dengan tentang “pengaruh pemberian minuman air

putih dingin terhadap pengurangan mual muntah setelah kemoterapi pada pasien

kanker payudara di RSUP M.Djamil Padang”.

Saya bermaksud meminta ibu (responden) untuk melakukan minuman dingin untuk

melihat respon terhadap pengurangan mual muntah dan meminta data/ informasi

yang nyata dan akurat dari ibu melalui pengisian kuesioner yang akan saya

lampirkan pada surat ini. Ibu berhak untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian

ini, namun penelitian ini sangat berdampak terhadap kemajuan dalam bidang

keperawatan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Bila ibu setuju terlibat dalam

penelitian ini, mohon menandatangani lembaran persetujuan menjadi responden

yang telah disediakan dan mohon menjawab pertanyaan dalam kuesioner dengan

sejujurnya. Kesediaan dan perhatian saudara sangat saya harapkan dan atas

partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Padang, _____________2019

Peneliti

Ns. Wella Juartika, S.Kep

1

Lampiran 4

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya bersedia untuk

berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Program Magister

Keperawatan pada Fakultas Keperawatan UNAND dengan judul “pengaruh

pemberian minuman air putih dingin terhadap pengurangan mual muntah setelah

kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M.Djamil Padang”. Saya

mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu keperawatan. Demikian pernyataan persetujuan menjadi

responden dari saya semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Padang, ____________2019

Responden

(______________________)

1

Lampiran 5

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

1. Data Demografi

Petunjuk:

a. Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda bulat

(O) pada tempat yang disediakan

b. Setiap pertanyaan diisi dengan 1 jawaban

c. Bila ada yang kurang dimengerti dapat di tanyakan pada peneliti.

Kode responden diisi oleh peneliti:

Nama Pasien :

Usia :

Pendidikan :

Alamat :

Stadium :

Siklus Kemoterapi :

2

2. Mual Muntah

Tanggal :

Petunjuk:Lingkari atau beri tanda (O) pada pilihan jawaban yang

menggambarkan bagaimana kondisi anda tentang mual muntah yang dialami.

1. No Pernyataan Pilihan jawaban

1. Pada 12 jam terakhir, saya muntah ... kali 2. 7 atau lebih 5-6 3-4 1-2 Saya

tidak

muntah

4 3 2 1 0

2. Pada 12 jam terakhir, dari saat muntah

(muntah kosong) helaan napas kering,

saya merasa sangat...... menderita

Tidak Sedikit Sedang Berat Parah

0 1 2 3 4

3. Pada 12 jam terakhir dari saat muntah,

saya merasa.... menderita

Parah Berat Sedang Sedik

it

Tidak

4 3 2 1 0

4. Pada 12 jam terakhir, saya merasa mual

atau tidak nyaman bagian perut ....

Tidak sama

sekali

1 jam atau

lebih.

2-3 jam 4-6

jam

Lebih

dari 6

jam

4 3 2 1 0

5. Pada 12 jam terakhir, dari mual/ sakit

pada bagian perut saya, saya merasa ...

menderita

Tidak Sedikit Sedang Berat Parah

0 1 2 3 4

6. Pada 12 jam terakhir, setiap kali saya

muntah saya menghasilkan ...

Sangat

banyak (3

cangkir atau

lebih

Banyak (2-

3 cangkir)

Sedang

(hingga

½ – 2

cangkir)

Sedik

it

(hing

ga ½

cangk

ir)

Saya

tidak

muntah

4 3 2 1 0

7. Pada 12 jam terakhir, saya merasa mual

atau tidak nyaman pada bagian perut ....

kali

7 atau lebih 5-6 3-4 1-2 Tidak

4 3 2 1 0

8. Pada 12 jam terakhir, saya mempunyai

periode muntah (muntah kosong) atau

helaan napas kering tanpa mengeluarkan

apapun ... kali

Tidak 1-2 3-4 5-6 7 atau

lebih

0 1 2 3 4

1

Lampiran 6

1

Lampiran 7

1

Lampiran 8

1

Lampiran 9

1

Lampiran 10

1

Lampiran 12

2

1

Lampiran 14

HASIL UJI SPSS

UNIVARIAT

1. Karakteristik Responden (Usia, Pendidikan, Stadium dan Siklus

Kemoterapi)

a. Usia

Statistics

Usia (Intervensi) Usia (Kontrol)

N Valid 19 19

Missing 0 0

Mean 2.32 2.11

Median 3.00 2.00

Std. Deviation .820 .875

Minimum 1 1

Maximum 3 3

Frequency Table

Usia (Intervensi)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dewasa Awal 4 21.1 21.1 21.1

Dewasa Akhir 5 26.3 26.3 47.4

Lansia Awal 10 52.6 52.6 100.0

Total 19 100.0 100.0

1

Usia (Kontrol)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dewasa Awal 6 31.6 31.6 31.6

Dewasa Akhir 5 26.3 26.3 57.9

Lansia Awal 8 42.1 42.1 100.0

Total 19 100.0 100.0

b. Pendidikan

Frequency Table

Statistics

Pendidikan

(Intervensi)

Pendidikan

(Kontrol)

N Valid 19 19

Missing 0 0

Mean 1.79 1.68

Median 2.00 2.00

Std. Deviation .419 .478

Minimum 1 1

Maximum 2 2

Pendidikan (Intervensi)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah 4 21.1 21.1 21.1

Tinggi 15 78.9 78.9 100.0

Total 19 100.0 100.0

1

Pendidikan (Kontrol)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah 6 31.6 31.6 31.6

Tinggi 13 68.4 68.4 100.0

Total 19 100.0 100.0

1

c. Stadium

Frequency Table

Stadium (Intervensi)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 8 42.1 42.1 42.1

3 11 57.9 57.9 100.0

Total 19 100.0 100.0

Stadium (kontrol)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 7 36.8 36.8 36.8

3 12 63.2 63.2 100.0

Total 19 100.0 100.0

Statistics

Stadium

(Intervensi) Stadium (kontrol)

N Valid 19 19

Missing 0 0

Mean 2.58 2.63

Median 3.00 3.00

Std. Deviation .507 .496

Minimum 2 2

Maximum 3 3

1

d. Siklus Kemoterapi

Statistics

Siklus Kemoterapi

(Intervensi)

Siklus Kemoterapi

(Kontrol)

N Valid 19 19

Missing 0 0

Mean 3.32 3.42

Median 3.00 3.00

Std. Deviation 1.974 1.742

Minimum 1 1

Maximum 6 6

Frequency Table

Siklus Kemoterapi (Intervensi)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 5 26.3 26.3 26.3

2 3 15.8 15.8 42.1

3 3 15.8 15.8 57.9

4 1 5.3 5.3 63.2

5 3 15.8 15.8 78.9

6 4 21.1 21.1 100.0

Total 19 100.0 100.0

1

Siklus Kemoterapi (Kontrol)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 3 15.8 15.8 15.8

2 4 21.1 21.1 36.8

3 3 15.8 15.8 52.6

4 3 15.8 15.8 68.4

5 3 15.8 15.8 84.2

6 3 15.8 15.8 100.0

Total 19 100.0 100.0

2. Rerata Skor Mual Muntah Setelah Kemoterapi pada Kelompok

Intervensi (pemberian minum air putih dingin)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

INVR 12 Jam (Intervensi) 19 14 22 18.26 2.130

INVR 24 Jam (Intervensi) 19 10 18 14.00 2.000

INVR 36 Jam (Intervensi) 19 10 15 12.05 1.545

INVR 48 Jam (Intervensi) 19 7 13 9.84 1.864

INVR 60 Jam (Intervensi) 19 3 10 6.37 1.802

INVR 72 Jam (Intervensi) 19 0 6 3.05 1.471

Valid N (listwise) 19

1

3. Rerata Skor Mual Muntah Setelah Kemoterapi pada Kelompok

Kontrol

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

INVR 12 Jam (Kontrol) 19 12 25 19.26 3.619

INVR 24 Jam (kontrol) 19 11 26 20.58 3.469

INVR 36 Jam (Kontrol) 19 15 22 18.42 1.981

INVR 48 Jam (Kontrol) 19 14 26 19.21 3.938

INVR 60 Jam (Kontrol) 19 15 28 20.74 3.229

INVR 72 Jam (Kontrol) 19 3 22 17.79 4.049

Valid N (listwise) 19

1

UJI NORMALITAS DATA

1. Uji normalitas rerata skor mual muntah kelompok intervensi

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

INVR 12 Jam (Intervensi) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

INVR 24 Jam (Intervensi) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

INVR 36 Jam (Intervensi) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

INVR 48 Jam (Intervensi) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

INVR 60 Jam (Intervensi) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

INVR 72 Jam (Intervensi) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

1

Descriptives

Statistic Std. Error

INVR 12 Jam (Intervensi) Mean 18.26 .489

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 17.24

Upper Bound 19.29

5% Trimmed Mean 18.29

Median 18.00

Variance 4.538

Std. Deviation 2.130

Minimum 14

Maximum 22

Range 8

Interquartile Range 3

Skewness -.037 .524

Kurtosis -.155 1.014

INVR 24 Jam (Intervensi) Mean 14.00 .459

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 13.04

Upper Bound 14.96

5% Trimmed Mean 14.00

Median 14.00

Variance 4.000

Std. Deviation 2.000

Minimum 10

Maximum 18

Range 8

Interquartile Range 3

Skewness -.186 .524

Kurtosis -.197 1.014

INVR 36 Jam (Intervensi) Mean 12.05 .354

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 11.31

Upper Bound 12.80

5% Trimmed Mean 12.00

Median 12.00

Variance 2.386

Std. Deviation 1.545

Minimum 10

Maximum 15

1

Range 5

Interquartile Range 2

Skewness .509 .524

Kurtosis -.466 1.014

INVR 48 Jam (Intervensi) Mean 9.84 .428

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 8.94

Upper Bound 10.74

5% Trimmed Mean 9.82

Median 10.00

Variance 3.474

Std. Deviation 1.864

Minimum 7

Maximum 13

Range 6

Interquartile Range 3

Skewness .198 .524

Kurtosis -.906 1.014

INVR 60 Jam (Intervensi) Mean 6.37 .413

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 5.50

Upper Bound 7.24

5% Trimmed Mean 6.35

Median 6.00

Variance 3.246

Std. Deviation 1.802

Minimum 3

Maximum 10

Range 7

Interquartile Range 3

Skewness .079 .524

Kurtosis -.287 1.014

INVR 72 Jam (Intervensi) Mean 3.05 .337

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 2.34

Upper Bound 3.76

5% Trimmed Mean 3.06

Median 3.00

Variance 2.164

Std. Deviation 1.471

Minimum 0

1

Maximum 6

Range 6

Interquartile Range 2

Skewness .017 .524

Kurtosis .043 1.014

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

INVR 12 Jam (Intervensi) .128 19 .200* .964 19 .651

INVR 24 Jam (Intervensi) .165 19 .185 .965 19 .669

INVR 36 Jam (Intervensi) .173 19 .136 .920 19 .114

INVR 48 Jam (Intervensi) .148 19 .200* .947 19 .357

INVR 60 Jam (Intervensi) .111 19 .200* .977 19 .901

INVR 72 Jam (Intervensi) .146 19 .200* .964 19 .648

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

2. Uji normalitas rerata skor mual muntah kelompok kontrol

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

INVR 12 Jam (Kontrol) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

INVR 24 Jam (kontrol) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

INVR 36 Jam (Kontrol) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

INVR 48 Jam (Kontrol) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

INVR 60 Jam (Kontrol) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

INVR 72 Jam (Kontrol) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

1

Descriptives

Statistic Std. Error

INVR 12 Jam (Kontrol) Mean 19.26 .830

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 17.52

Upper Bound 21.01

5% Trimmed Mean 19.35

Median 20.00

Variance 13.094

Std. Deviation 3.619

Minimum 12

Maximum 25

Range 13

Interquartile Range 6

Skewness -.230 .524

Kurtosis -.510 1.014

INVR 24 Jam (kontrol) Mean 20.58 .796

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 18.91

Upper Bound 22.25

5% Trimmed Mean 20.81

Median 20.00

Variance 12.035

Std. Deviation 3.469

Minimum 11

Maximum 26

Range 15

Interquartile Range 5

Skewness -.727 .524

Kurtosis 2.152 1.014

INVR 36 Jam (Kontrol) Mean 18.42 .454

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 17.47

Upper Bound 19.38

1

5% Trimmed Mean 18.41

Median 19.00

Variance 3.924

Std. Deviation 1.981

Minimum 15

Maximum 22

Range 7

Interquartile Range 3

Skewness .011 .524

Kurtosis -.932 1.014

INVR 48 Jam (Kontrol) Mean 19.21 .903

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 17.31

Upper Bound 21.11

5% Trimmed Mean 19.12

Median 19.00

Variance 15.509

Std. Deviation 3.938

Minimum 14

Maximum 26

Range 12

Interquartile Range 8

Skewness .435 .524

Kurtosis -.990 1.014

INVR 60 Jam (Kontrol) Mean 20.74 .741

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 19.18

Upper Bound 22.29

5% Trimmed Mean 20.65

Median 21.00

Variance 10.427

Std. Deviation 3.229

Minimum 15

Maximum 28

1

Range 13

Interquartile Range 4

Skewness .254 .524

Kurtosis .113 1.014

INVR 72 Jam (Kontrol) Mean 17.79 .929

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 15.84

Upper Bound 19.74

5% Trimmed Mean 18.38

Median 18.00

Variance 16.398

Std. Deviation 4.049

Minimum 3

Maximum 22

Range 19

Interquartile Range 3

Skewness -2.837 .524

Kurtosis 10.480 1.014

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

INVR 12 Jam (Kontrol) .107 19 .200* .975 19 .872

INVR 24 Jam (kontrol) .176 19 .124 .901 19 .050

INVR 36 Jam (Kontrol) .141 19 .200* .960 19 .581

INVR 48 Jam (Kontrol) .161 19 .200* .914 19 .088

INVR 60 Jam (Kontrol) .126 19 .200* .977 19 .905

INVR 72 Jam (Kontrol) .277 19 .000 .696 19 .000

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

1

UJI HOMOGENITAS/ KESETARAAN KELOMPOK INTERVENSI DAN

KELOMPOK KONTROL

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Usia .330a 1 35 .569

Pendidikan 2.702b 1 35 .109

Stadium .148c 1 35 .703

Siklus_Kemoterapi 1.315d 1 35 .259

a. Groups with only one case are ignored in computing the test of

homogeneity of variance for Usia.

b. Groups with only one case are ignored in computing the test of

homogeneity of variance for Pendidikan.

c. Groups with only one case are ignored in computing the test of

homogeneity of variance for Stadium.

d. Groups with only one case are ignored in computing the test of

homogeneity of variance for Siklus_Kemoterapi.

1

BIVARIAT

1. Pengaruh Pemberian Minum air putih dingin terhadap pengurangan mual muntah setelah kemoterapi pada

pasien kanker payudara.

RAPEATED ANOVA (Kelompok Intervensi)

General Linear Model

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

INVR 12 Jam (Intervensi) 18.26 2.130 19

INVR 24 Jam (Intervensi) 14.00 2.000 19

INVR 36 Jam (Intervensi) 12.05 1.545 19

INVR 48 Jam (Intervensi) 9.84 1.864 19

INVR 60 Jam (Intervensi) 6.37 1.802 19

INVR 72 Jam (Intervensi) 3.05 1.471 19

Multivariate Testsb

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

factor1 Pillai's Trace .983 1.639E2a 5.000 14.000 .000

Wilks' Lambda .017 1.639E2a 5.000 14.000 .000

Hotelling's Trace 58.540 1.639E2a 5.000 14.000 .000

Roy's Largest Root 58.540 1.639E2a 5.000 14.000 .000

a. Exact statistic

b. Design: Intercept

Within Subjects Design: factor1

Mauchly's Test of Sphericityb

Measure:MEASURE_1

Within

Subjects

Effect Mauchly's W

Approx. Chi-

Square df Sig.

Epsilona

Greenhouse-

Geisser Huynh-Feldt Lower-bound

factor1 .230 23.665 14 .052 .702 .893 .200

Tests the null hypothesis that the error covariance matrix of the orthonormalized transformed dependent variables is proportional to

an identity matrix.

a. May be used to adjust the degrees of freedom for the averaged tests of significance. Corrected tests are displayed in the Tests of

Within-Subjects Effects table.

b. Design: Intercept

Within Subjects Design: factor1

1

Tests of Within-Subjects Effects

Measure:MEASURE_1

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

factor1 Sphericity Assumed 2808.912 5 561.782 205.736 .000

Greenhouse-Geisser 2808.912 3.511 800.097 205.736 .000

Huynh-Feldt 2808.912 4.466 629.009 205.736 .000

Lower-bound 2808.912 1.000 2808.912 205.736 .000

Error(factor1) Sphericity Assumed 245.754 90 2.731

Greenhouse-Geisser 245.754 63.193 3.889

Huynh-Feldt 245.754 80.381 3.057

Lower-bound 245.754 18.000 13.653

Tests of Within-Subjects Contrasts

Measure:MEASURE_1

Source factor1

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

factor1 Linear 2777.507 1 2777.507 609.004 .000

Quadratic .424 1 .424 .170 .685

Cubic 20.071 1 20.071 8.120 .011

Order 4 10.857 1 10.857 4.709 .044

Order 5 .053 1 .053 .029 .866

Error(factor1) Linear 82.093 18 4.561

Quadratic 44.886 18 2.494

Cubic 44.495 18 2.472

Order 4 41.500 18 2.306

Order 5 32.780 18 1.821

Tests of Between-Subjects Effects

Measure:MEASURE_1

Transformed Variable:Average

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Intercept 12800.561 1 12800.561 2.080E3 .000

Error 110.772 18 6.154

Estimated Marginal Means

2. Grand Mean

Measure:MEASURE_1

Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

10.596 .232 10.108 11.085

1

1.factor1

Estimates

Measure:MEASURE_1

factor1 Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1 18.263 .489 17.236 19.290

2 14.000 .459 13.036 14.964

3 12.053 .354 11.308 12.797

4 9.842 .428 8.944 10.740

5 6.368 .413 5.500 7.237

6 3.053 .337 2.344 3.762

1

Pairwise Comparisons

Measure:MEASURE_1

(I)

factor1

(J)

factor1

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for

Differencea

Lower Bound Upper Bound

1 2 4.263* .639 .000 2.920 5.606

3 6.211* .469 .000 5.226 7.195

4 8.421* .641 .000 7.074 9.768

5 11.895* .700 .000 10.423 13.366

6 15.211* .624 .000 13.900 16.521

2 1 -4.263* .639 .000 -5.606 -2.920

3 1.947* .492 .001 .913 2.982

4 4.158* .589 .000 2.921 5.395

5 7.632* .618 .000 6.334 8.929

6 10.947* .474 .000 9.951 11.944

3 1 -6.211* .469 .000 -7.195 -5.226

2 -1.947* .492 .001 -2.982 -.913

4 2.211* .402 .000 1.367 3.054

5 5.684* .446 .000 4.747 6.622

6 9.000* .412 .000 8.135 9.865

4 1 -8.421* .641 .000 -9.768 -7.074

2 -4.158* .589 .000 -5.395 -2.921

3 -2.211* .402 .000 -3.054 -1.367

5 3.474* .521 .000 2.380 4.568

6 6.789* .538 .000 5.658 7.921

5 1 -11.895* .700 .000 -13.366 -10.423

2 -7.632* .618 .000 -8.929 -6.334

3 -5.684* .446 .000 -6.622 -4.747

4 -3.474* .521 .000 -4.568 -2.380

6 3.316* .325 .000 2.633 3.998

6 1 -15.211* .624 .000 -16.521 -13.900

2 -10.947* .474 .000 -11.944 -9.951

3 -9.000* .412 .000 -9.865 -8.135

4 -6.789* .538 .000 -7.921 -5.658

5 -3.316* .325 .000 -3.998 -2.633

Based on estimated marginal means

*. The mean difference is significant at the ,05 level.

a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

1

Multivariate Tests

Value F Hypothesis df Error df Sig.

Pillai's trace .983 1.639E2a 5.000 14.000 .000

Wilks' lambda .017 1.639E2a 5.000 14.000 .000

Hotelling's trace 58.540 1.639E2a 5.000 14.000 .000

Roy's largest root 58.540 1.639E2a 5.000 14.000 .000

Each F tests the multivariate effect of factor1. These tests are based on the linearly independent

pairwise comparisons among the estimated marginal means.

a. Exact statistic

1

KELOMPOK KONTROL

Friedman Test

Ranks

Mean Rank

INVR 12 Jam (Kontrol) 3.47

INVR 24 Jam (kontrol) 4.21

INVR 36 Jam (Kontrol) 2.87

INVR 48 Jam (Kontrol) 3.16

INVR 60 Jam (Kontrol) 4.26

INVR 72 Jam (Kontrol) 3.03

Test Statisticsa

N 19

Chi-Square 10.394

df 5

Asymp. Sig. .065

a. Friedman Test

Wilcoxon Signed Ranks Test

1

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

INVR 24 Jam (kontrol) - INVR 12

Jam (Kontrol)

Negative Ranks 7a 7.43 52.00

Positive Ranks 11b 10.82 119.00

Ties 1c

Total 19

INVR 36 Jam (Kontrol) - INVR 12

Jam (Kontrol)

Negative Ranks 9d 9.78 88.00

Positive Ranks 7e 6.86 48.00

Ties 3f

Total 19

INVR 48 Jam (Kontrol) - INVR 12

Jam (Kontrol)

Negative Ranks 10g 8.85 88.50

Positive Ranks 8h 10.31 82.50

Ties 1i

Total 19

INVR 60 Jam (Kontrol) - INVR 12

Jam (Kontrol)

Negative Ranks 8j 7.44 59.50

Positive Ranks 10k 11.15 111.50

Ties 1l

Total 19

INVR 72 Jam (Kontrol) - INVR 12

Jam (Kontrol)

Negative Ranks 9m 10.00 90.00

Positive Ranks 8n 7.88 63.00

Ties 2o

Total 19

INVR 36 Jam (Kontrol) - INVR 24

Jam (kontrol)

Negative Ranks 14p 11.29 158.00

Positive Ranks 5q 6.40 32.00

Ties 0r

Total 19

INVR 48 Jam (Kontrol) - INVR 24

Jam (kontrol)

Negative Ranks 12s 8.83 106.00

Positive Ranks 5t 9.40 47.00

Ties 2u

Total 19

INVR 60 Jam (Kontrol) - INVR 24

Jam (kontrol)

Negative Ranks 8v 6.88 55.00

Positive Ranks 7w 9.29 65.00

Ties 4x

Total 19

INVR 72 Jam (Kontrol) - INVR 24

Jam (kontrol)

Negative Ranks 11y 9.59 105.50

Positive Ranks 5z 6.10 30.50

Ties 3aa

Total 19

INVR 48 Jam (Kontrol) - INVR 36

Jam (Kontrol)

Negative Ranks 8ab 8.12 65.00

Positive Ranks 9ac 9.78 88.00

Ties 2ad

Total 19

INVR 60 Jam (Kontrol) - INVR 36

Jam (Kontrol)

Negative Ranks 2ae 8.50 17.00

Positive Ranks 16af 9.62 154.00

Ties 1ag

1

Total 19

INVR 72 Jam (Kontrol) - INVR 36

Jam (Kontrol)

Negative Ranks 9ah 8.33 75.00

Positive Ranks 7ai 8.71 61.00

Ties 3aj

Total 19

INVR 60 Jam (Kontrol) - INVR 48

Jam (Kontrol)

Negative Ranks 6ak 10.42 62.50

Positive Ranks 13al 9.81 127.50

Ties 0am

Total 19

INVR 72 Jam (Kontrol) - INVR 48

Jam (Kontrol)

Negative Ranks 9an 9.11 82.00

Positive Ranks 7ao 7.71 54.00

Ties 3ap

Total 19

INVR 72 Jam (Kontrol) - INVR 60

Jam (Kontrol)

Negative Ranks 13aq 11.15 145.00

Positive Ranks 6ar 7.50 45.00

Ties 0as

Total 19

a. INVR 24 Jam (kontrol) < INVR 12 Jam (Kontrol)

b. INVR 24 Jam (kontrol) > INVR 12 Jam (Kontrol)

c. INVR 24 Jam (kontrol) = INVR 12 Jam (Kontrol)

d. INVR 36 Jam (Kontrol) < INVR 12 Jam (Kontrol)

e. INVR 36 Jam (Kontrol) > INVR 12 Jam (Kontrol)

f. INVR 36 Jam (Kontrol) = INVR 12 Jam (Kontrol)

g. INVR 48 Jam (Kontrol) < INVR 12 Jam (Kontrol)

h. INVR 48 Jam (Kontrol) > INVR 12 Jam (Kontrol)

i. INVR 48 Jam (Kontrol) = INVR 12 Jam (Kontrol)

j. INVR 60 Jam (Kontrol) < INVR 12 Jam (Kontrol)

k. INVR 60 Jam (Kontrol) > INVR 12 Jam (Kontrol)

l. INVR 60 Jam (Kontrol) = INVR 12 Jam (Kontrol)

m. INVR 72 Jam (Kontrol) < INVR 12 Jam (Kontrol)

n. INVR 72 Jam (Kontrol) > INVR 12 Jam (Kontrol)

o. INVR 72 Jam (Kontrol) = INVR 12 Jam (Kontrol)

p. INVR 36 Jam (Kontrol) < INVR 24 Jam (kontrol)

q. INVR 36 Jam (Kontrol) > INVR 24 Jam (kontrol)

r. INVR 36 Jam (Kontrol) = INVR 24 Jam (kontrol)

s. INVR 48 Jam (Kontrol) < INVR 24 Jam (kontrol)

t. INVR 48 Jam (Kontrol) > INVR 24 Jam (kontrol)

u. INVR 48 Jam (Kontrol) = INVR 24 Jam (kontrol)

v. INVR 60 Jam (Kontrol) < INVR 24 Jam (kontrol)

w. INVR 60 Jam (Kontrol) > INVR 24 Jam (kontrol)

x. INVR 60 Jam (Kontrol) = INVR 24 Jam (kontrol)

y. INVR 72 Jam (Kontrol) < INVR 24 Jam (kontrol)

z. INVR 72 Jam (Kontrol) > INVR 24 Jam (kontrol)

aa. INVR 72 Jam (Kontrol) = INVR 24 Jam (kontrol)

ab. INVR 48 Jam (Kontrol) < INVR 36 Jam (Kontrol)

ac. INVR 48 Jam (Kontrol) > INVR 36 Jam (Kontrol)

ad. INVR 48 Jam (Kontrol) = INVR 36 Jam (Kontrol)

1

ae. INVR 60 Jam (Kontrol) < INVR 36 Jam (Kontrol)

af. INVR 60 Jam (Kontrol) > INVR 36 Jam (Kontrol)

ag. INVR 60 Jam (Kontrol) = INVR 36 Jam (Kontrol)

ah. INVR 72 Jam (Kontrol) < INVR 36 Jam (Kontrol)

ai. INVR 72 Jam (Kontrol) > INVR 36 Jam (Kontrol)

aj. INVR 72 Jam (Kontrol) = INVR 36 Jam (Kontrol)

ak. INVR 60 Jam (Kontrol) < INVR 48 Jam (Kontrol)

al. INVR 60 Jam (Kontrol) > INVR 48 Jam (Kontrol)

am. INVR 60 Jam (Kontrol) = INVR 48 Jam (Kontrol)

an. INVR 72 Jam (Kontrol) < INVR 48 Jam (Kontrol)

ao. INVR 72 Jam (Kontrol) > INVR 48 Jam (Kontrol)

ap. INVR 72 Jam (Kontrol) = INVR 48 Jam (Kontrol)

aq. INVR 72 Jam (Kontrol) < INVR 60 Jam (Kontrol)

ar. INVR 72 Jam (Kontrol) > INVR 60 Jam (Kontrol)

as. INVR 72 Jam (Kontrol) = INVR 60 Jam (Kontrol)

1

Test Statisticsc

INVR 24 Jam

(kontrol) -

INVR 12 Jam

(Kontrol)

INVR 36 Jam

(Kontrol) -

INVR 12 Jam

(Kontrol)

INVR 48 Jam

(Kontrol) -

INVR 12 Jam

(Kontrol)

INVR 60 Jam

(Kontrol) -

INVR 12 Jam

(Kontrol)

INVR 72 Jam

(Kontrol) -

INVR 12 Jam

(Kontrol)

INVR 36 Jam

(Kontrol) -

INVR 24 Jam

(kontrol)

INVR 48 Jam

(Kontrol) -

INVR 24 Jam

(kontrol)

INVR 60 Jam

(Kontrol) -

INVR 24 Jam

(kontrol)

INVR 72 Jam

(Kontrol) -

INVR 24 Jam

(kontrol)

INVR 48 Jam

(Kontrol) -

INVR 36 Jam

(Kontrol)

INVR 60 Jam

(Kontrol) -

INVR 36 Jam

(Kontrol)

INVR 72 Jam

(Kontrol) -

INVR 36 Jam

(Kontrol)

INVR 60 Jam

(Kontrol) -

INVR 48 Jam

(Kontrol)

INVR 72 Jam

(Kontrol) -

INVR 48 Jam

(Kontrol)

INVR 72 Jam

(Kontrol) -

INVR 60 Jam

(Kontrol)

Z -1.465a -1.039b -.131b -1.138a -.641b -2.548b -1.403b -.285a -1.952b -.548a -3.004a -.364b -1.314a -.728b -2.025b

Asymp. Sig. (2-tailed) .143 .299 .896 .255 .521 .011 .161 .776 .051 .584 .003 .716 .189 .467 .043

a. Based on negative ranks.

b. Based on positive ranks.

c. Wilcoxon Signed Ranks Test

2

PERBEDAAN KELOMPOK INTERVENSI DAN KELOMPOK KONTROL

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank

Pengukuran 12 Jam Intervensi 19 17.53

kontrol 19 21.47

Total 38

Pengukuran 24 Jam Intervensi 19 10.97

kontrol 19 28.03

Total 38

Pengukuran 36 Jam Intervensi 19 10.05

kontrol 19 28.95

Total 38

Pengukuran 48 Jam Intervensi 19 10.00

kontrol 19 29.00

Total 38

Pengukuran 60 Jam Intervensi 19 10.00

kontrol 19 29.00

Total 38

Pengukuran 72 Jam Intervensi 19 10.50

kontrol 19 28.50

Total 38

Test Statisticsa,b

Pengukuran 12

Jam

Pengukuran 24

Jam

Pengukuran 36

Jam

Pengukuran 48

Jam

Pengukuran 60

Jam

Pengukuran 72

Jam

Chi-Square 1.214 22.536 27.680 27.901 27.922 25.163

df 1 1 1 1 1 1

Asymp. Sig. .270 .000 .000 .000 .000 .000

a. Kruskal Wallis Test

1

Test Statisticsa,b

Pengukuran 12

Jam

Pengukuran 24

Jam

Pengukuran 36

Jam

Pengukuran 48

Jam

Pengukuran 60

Jam

Pengukuran 72

Jam

Chi-Square 1.214 22.536 27.680 27.901 27.922 25.163

df 1 1 1 1 1 1

Asymp. Sig. .270 .000 .000 .000 .000 .000

b. Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Pengukuran 12 Jam Intervensi 19 17.53 333.00

kontrol 19 21.47 408.00

Total 38

Pengukuran 24 Jam Intervensi 19 10.97 208.50

kontrol 19 28.03 532.50

Total 38

Pengukuran 36 Jam Intervensi 19 10.05 191.00

kontrol 19 28.95 550.00

Total 38

Pengukuran 48 Jam Intervensi 19 10.00 190.00

kontrol 19 29.00 551.00

Total 38

Pengukuran 60 Jam Intervensi 19 10.00 190.00

kontrol 19 29.00 551.00

Total 38

Pengukuran 72 Jam Intervensi 19 10.50 199.50

kontrol 19 28.50 541.50

Total 38

1

Test Statisticsb

Pengukuran 12

Jam

Pengukuran 24

Jam

Pengukuran 36

Jam

Pengukuran 48

Jam

Pengukuran 60

Jam

Pengukuran 72

Jam

Mann-Whitney U 143.000 18.500 1.000 .000 .000 9.500

Wilcoxon W 333.000 208.500 191.000 190.000 190.000 199.500

Z -1.102 -4.747 -5.261 -5.282 -5.284 -5.016

Asymp. Sig. (2-tailed) .270 .000 .000 .000 .000 .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .284a .000a .000a .000a .000a .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

KONFONDING

1

cBetween-Subjects Factors

Value Label N

Usia (Intervensi) 1 Dewasa Awal 4

2 Dewasa Akhir 5

3 Lansia Awal 10

Pendidikan (Intervensi) 1 Rendah 4

2 Tinggi 15

Stadium (Intervensi) 2 8

3 11

Siklus Kemoterapi (Intervensi) 1 5

2 3

3 3

4 1

5 3

6 4

1

Descriptive Statistics

Usia (Intervensi)

Pendidikan

(Intervensi)

Stadium

(Interven

si)

Siklus

Kemoter

api

(Interven

si) Mean Std. Deviation N

INVR 12 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Rendah 2 3 20.00 . 1

Total 20.00 . 1

3 2 19.00 . 1

Total 19.00 . 1

Total 2 19.00 . 1

3 20.00 . 1

Total 19.50 .707 2

Tinggi 2 1 15.00 . 1

Total 15.00 . 1

3 2 22.00 . 1

Total 22.00 . 1

Total 1 15.00 . 1

2 22.00 . 1

Total 18.50 4.950 2

Total 2 1 15.00 . 1

3 20.00 . 1

Total 17.50 3.536 2

3 2 20.50 2.121 2

Total 20.50 2.121 2

Total 1 15.00 . 1

2 20.50 2.121 2

3 20.00 . 1

Total 19.00 2.944 4

Dewasa Akhir Rendah 3 5 17.00 . 1

Total 17.00 . 1

Total 5 17.00 . 1

1

Total 17.00 . 1

Tinggi 2 1 18.50 2.121 2

Total 18.50 2.121 2

3 2 18.00 . 1

6 18.00 . 1

Total 18.00 .000 2

Total 1 18.50 2.121 2

2 18.00 . 1

6 18.00 . 1

Total 18.25 1.258 4

Total 2 1 18.50 2.121 2

Total 18.50 2.121 2

3 2 18.00 . 1

5 17.00 . 1

6 18.00 . 1

Total 17.67 .577 3

Total 1 18.50 2.121 2

2 18.00 . 1

5 17.00 . 1

6 18.00 . 1

Total 18.00 1.225 5

Lansia Awal Rendah 3 5 14.00 . 1

Total 14.00 . 1

Total 5 14.00 . 1

Total 14.00 . 1

Tinggi 2 3 16.50 .707 2

5 20.00 . 1

6 17.00 . 1

Total 17.50 1.732 4

3 1 18.00 .000 2

4 19.00 . 1

1

6 21.00 1.414 2

Total 19.40 1.673 5

Total 1 18.00 .000 2

3 16.50 .707 2

4 19.00 . 1

5 20.00 . 1

6 19.67 2.517 3

Total 18.56 1.878 9

Total 2 3 16.50 .707 2

5 20.00 . 1

6 17.00 . 1

Total 17.50 1.732 4

3 1 18.00 .000 2

4 19.00 . 1

5 14.00 . 1

6 21.00 1.414 2

Total 18.50 2.665 6

Total 1 18.00 .000 2

3 16.50 .707 2

4 19.00 . 1

5 17.00 4.243 2

6 19.67 2.517 3

Total 18.10 2.283 10

Total Rendah 2 3 20.00 . 1

Total 20.00 . 1

3 2 19.00 . 1

5 15.50 2.121 2

Total 16.67 2.517 3

Total 2 19.00 . 1

3 20.00 . 1

5 15.50 2.121 2

1

Total 17.50 2.646 4

Tinggi 2 1 17.33 2.517 3

3 16.50 .707 2

5 20.00 . 1

6 17.00 . 1

Total 17.43 1.902 7

3 1 18.00 .000 2

2 20.00 2.828 2

4 19.00 . 1

6 20.00 2.000 3

Total 19.38 1.768 8

Total 1 17.60 1.817 5

2 20.00 2.828 2

3 16.50 .707 2

4 19.00 . 1

5 20.00 . 1

6 19.25 2.217 4

Total 18.47 2.031 15

Total 2 1 17.33 2.517 3

3 17.67 2.082 3

5 20.00 . 1

6 17.00 . 1

Total 17.75 1.982 8

3 1 18.00 .000 2

2 19.67 2.082 3

4 19.00 . 1

5 15.50 2.121 2

6 20.00 2.000 3

Total 18.64 2.248 11

Total 1 17.60 1.817 5

2 19.67 2.082 3

1

3 17.67 2.082 3

4 19.00 . 1

5 17.00 3.000 3

6 19.25 2.217 4

Total 18.26 2.130 19

INVR 24 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Rendah 2 3 12.00 . 1

Total 12.00 . 1

3 2 11.00 . 1

Total 11.00 . 1

Total 2 11.00 . 1

3 12.00 . 1

Total 11.50 .707 2

Tinggi 2 1 15.00 . 1

Total 15.00 . 1

3 2 16.00 . 1

Total 16.00 . 1

Total 1 15.00 . 1

2 16.00 . 1

Total 15.50 .707 2

Total 2 1 15.00 . 1

3 12.00 . 1

Total 13.50 2.121 2

3 2 13.50 3.536 2

Total 13.50 3.536 2

Total 1 15.00 . 1

2 13.50 3.536 2

3 12.00 . 1

Total 13.50 2.380 4

Dewasa Akhir Rendah 3 5 14.00 . 1

Total 14.00 . 1

Total 5 14.00 . 1

Total 14.00 . 1

Tinggi 2 1 15.00 1.414 2

1

Total 15.00 1.414 2

3 2 13.00 . 1

6 15.00 . 1

Total 14.00 1.414 2

Total 1 15.00 1.414 2

2 13.00 . 1

6 15.00 . 1

Total 14.50 1.291 4

Total 2 1 15.00 1.414 2

Total 15.00 1.414 2

3 2 13.00 . 1

5 14.00 . 1

6 15.00 . 1

Total 14.00 1.000 3

Total 1 15.00 1.414 2

2 13.00 . 1

5 14.00 . 1

6 15.00 . 1

Total 14.40 1.140 5

Lansia Awal Rendah 3 5 15.00 . 1

Total 15.00 . 1

Total 5 15.00 . 1

Total 15.00 . 1

Tinggi 2 3 11.00 1.414 2

5 12.00 . 1

6 13.00 . 1

Total 11.75 1.258 4

3 1 15.50 .707 2

4 18.00 . 1

6 14.50 .707 2

Total 15.60 1.517 5

Total 1 15.50 .707 2

3 11.00 1.414 2

1

4 18.00 . 1

5 12.00 . 1

6 14.00 1.000 3

Total 13.89 2.421 9

Total 2 3 11.00 1.414 2

5 12.00 . 1

6 13.00 . 1

Total 11.75 1.258 4

3 1 15.50 .707 2

4 18.00 . 1

5 15.00 . 1

6 14.50 .707 2

Total 15.50 1.378 6

Total 1 15.50 .707 2

3 11.00 1.414 2

4 18.00 . 1

5 13.50 2.121 2

6 14.00 1.000 3

Total 14.00 2.309 10

Total Rendah 2 3 12.00 . 1

Total 12.00 . 1

3 2 11.00 . 1

5 14.50 .707 2

Total 13.33 2.082 3

Total 2 11.00 . 1

3 12.00 . 1

5 14.50 .707 2

Total 13.00 1.826 4

Tinggi 2 1 15.00 1.000 3

3 11.00 1.414 2

5 12.00 . 1

6 13.00 . 1

Total 13.14 2.035 7

1

3 1 15.50 .707 2

2 14.50 2.121 2

4 18.00 . 1

6 14.67 .577 3

Total 15.25 1.488 8

Total 1 15.20 .837 5

2 14.50 2.121 2

3 11.00 1.414 2

4 18.00 . 1

5 12.00 . 1

6 14.25 .957 4

Total 14.27 2.017 15

Total 2 1 15.00 1.000 3

3 11.33 1.155 3

5 12.00 . 1

6 13.00 . 1

Total 13.00 1.927 8

3 1 15.50 .707 2

2 13.33 2.517 3

4 18.00 . 1

5 14.50 .707 2

6 14.67 .577 3

Total 14.73 1.794 11

Total 1 15.20 .837 5

2 13.33 2.517 3

3 11.33 1.155 3

4 18.00 . 1

5 13.67 1.528 3

6 14.25 .957 4

Total 14.00 2.000 19

INVR 36 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Rendah 2 3 11.00 . 1

Total 11.00 . 1

3 2 15.00 . 1

1

Total 15.00 . 1

Total 2 15.00 . 1

3 11.00 . 1

Total 13.00 2.828 2

Tinggi 2 1 11.00 . 1

Total 11.00 . 1

3 2 12.00 . 1

Total 12.00 . 1

Total 1 11.00 . 1

2 12.00 . 1

Total 11.50 .707 2

Total 2 1 11.00 . 1

3 11.00 . 1

Total 11.00 .000 2

3 2 13.50 2.121 2

Total 13.50 2.121 2

Total 1 11.00 . 1

2 13.50 2.121 2

3 11.00 . 1

Total 12.25 1.893 4

Dewasa Akhir Rendah 3 5 12.00 . 1

Total 12.00 . 1

Total 5 12.00 . 1

Total 12.00 . 1

Tinggi 2 1 11.50 2.121 2

Total 11.50 2.121 2

3 2 12.00 . 1

6 13.00 . 1

Total 12.50 .707 2

Total 1 11.50 2.121 2

2 12.00 . 1

6 13.00 . 1

Total 12.00 1.414 4

1

Total 2 1 11.50 2.121 2

Total 11.50 2.121 2

3 2 12.00 . 1

5 12.00 . 1

6 13.00 . 1

Total 12.33 .577 3

Total 1 11.50 2.121 2

2 12.00 . 1

5 12.00 . 1

6 13.00 . 1

Total 12.00 1.225 5

Lansia Awal Rendah 3 5 11.00 . 1

Total 11.00 . 1

Total 5 11.00 . 1

Total 11.00 . 1

Tinggi 2 3 11.00 1.414 2

5 11.00 . 1

6 10.00 . 1

Total 10.75 .957 4

3 1 12.50 2.121 2

4 15.00 . 1

6 13.00 .000 2

Total 13.20 1.483 5

Total 1 12.50 2.121 2

3 11.00 1.414 2

4 15.00 . 1

5 11.00 . 1

6 12.00 1.732 3

Total 12.11 1.764 9

Total 2 3 11.00 1.414 2

5 11.00 . 1

6 10.00 . 1

Total 10.75 .957 4

1

3 1 12.50 2.121 2

4 15.00 . 1

5 11.00 . 1

6 13.00 .000 2

Total 12.83 1.602 6

Total 1 12.50 2.121 2

3 11.00 1.414 2

4 15.00 . 1

5 11.00 .000 2

6 12.00 1.732 3

Total 12.00 1.700 10

Total Rendah 2 3 11.00 . 1

Total 11.00 . 1

3 2 15.00 . 1

5 11.50 .707 2

Total 12.67 2.082 3

Total 2 15.00 . 1

3 11.00 . 1

5 11.50 .707 2

Total 12.25 1.893 4

Tinggi 2 1 11.33 1.528 3

3 11.00 1.414 2

5 11.00 . 1

6 10.00 . 1

Total 11.00 1.155 7

3 1 12.50 2.121 2

2 12.00 .000 2

4 15.00 . 1

6 13.00 .000 3

Total 12.88 1.246 8

Total 1 11.80 1.643 5

2 12.00 .000 2

3 11.00 1.414 2

1

4 15.00 . 1

5 11.00 . 1

6 12.25 1.500 4

Total 12.00 1.512 15

Total 2 1 11.33 1.528 3

3 11.00 1.000 3

5 11.00 . 1

6 10.00 . 1

Total 11.00 1.069 8

3 1 12.50 2.121 2

2 13.00 1.732 3

4 15.00 . 1

5 11.50 .707 2

6 13.00 .000 3

Total 12.82 1.401 11

Total 1 11.80 1.643 5

2 13.00 1.732 3

3 11.00 1.000 3

4 15.00 . 1

5 11.33 .577 3

6 12.25 1.500 4

Total 12.05 1.545 19

INVR 48 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Rendah 2 3 10.00 . 1

Total 10.00 . 1

3 2 13.00 . 1

Total 13.00 . 1

Total 2 13.00 . 1

3 10.00 . 1

Total 11.50 2.121 2

Tinggi 2 1 8.00 . 1

Total 8.00 . 1

3 2 11.00 . 1

Total 11.00 . 1

1

Total 1 8.00 . 1

2 11.00 . 1

Total 9.50 2.121 2

Total 2 1 8.00 . 1

3 10.00 . 1

Total 9.00 1.414 2

3 2 12.00 1.414 2

Total 12.00 1.414 2

Total 1 8.00 . 1

2 12.00 1.414 2

3 10.00 . 1

Total 10.50 2.082 4

Dewasa Akhir Rendah 3 5 10.00 . 1

Total 10.00 . 1

Total 5 10.00 . 1

Total 10.00 . 1

Tinggi 2 1 8.50 .707 2

Total 8.50 .707 2

3 2 11.00 . 1

6 12.00 . 1

Total 11.50 .707 2

Total 1 8.50 .707 2

2 11.00 . 1

6 12.00 . 1

Total 10.00 1.826 4

Total 2 1 8.50 .707 2

Total 8.50 .707 2

3 2 11.00 . 1

5 10.00 . 1

6 12.00 . 1

Total 11.00 1.000 3

Total 1 8.50 .707 2

2 11.00 . 1

1

5 10.00 . 1

6 12.00 . 1

Total 10.00 1.581 5

Lansia Awal Rendah 3 5 12.00 . 1

Total 12.00 . 1

Total 5 12.00 . 1

Total 12.00 . 1

Tinggi 2 3 9.50 2.121 2

5 9.00 . 1

6 9.00 . 1

Total 9.25 1.258 4

3 1 8.00 1.414 2

4 13.00 . 1

6 8.50 2.121 2

Total 9.20 2.490 5

Total 1 8.00 1.414 2

3 9.50 2.121 2

4 13.00 . 1

5 9.00 . 1

6 8.67 1.528 3

Total 9.22 1.922 9

Total 2 3 9.50 2.121 2

5 9.00 . 1

6 9.00 . 1

Total 9.25 1.258 4

3 1 8.00 1.414 2

4 13.00 . 1

5 12.00 . 1

6 8.50 2.121 2

Total 9.67 2.503 6

Total 1 8.00 1.414 2

3 9.50 2.121 2

4 13.00 . 1

1

5 10.50 2.121 2

6 8.67 1.528 3

Total 9.50 2.014 10

Total Rendah 2 3 10.00 . 1

Total 10.00 . 1

3 2 13.00 . 1

5 11.00 1.414 2

Total 11.67 1.528 3

Total 2 13.00 . 1

3 10.00 . 1

5 11.00 1.414 2

Total 11.25 1.500 4

Tinggi 2 1 8.33 .577 3

3 9.50 2.121 2

5 9.00 . 1

6 9.00 . 1

Total 8.86 1.069 7

3 1 8.00 1.414 2

2 11.00 .000 2

4 13.00 . 1

6 9.67 2.517 3

Total 10.00 2.204 8

Total 1 8.20 .837 5

2 11.00 .000 2

3 9.50 2.121 2

4 13.00 . 1

5 9.00 . 1

6 9.50 2.082 4

Total 9.47 1.807 15

Total 2 1 8.33 .577 3

3 9.67 1.528 3

5 9.00 . 1

6 9.00 . 1

1

Total 9.00 1.069 8

3 1 8.00 1.414 2

2 11.67 1.155 3

4 13.00 . 1

5 11.00 1.414 2

6 9.67 2.517 3

Total 10.45 2.115 11

Total 1 8.20 .837 5

2 11.67 1.155 3

3 9.67 1.528 3

4 13.00 . 1

5 10.33 1.528 3

6 9.50 2.082 4

Total 9.84 1.864 19

INVR 60 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Rendah 2 3 5.00 . 1

Total 5.00 . 1

3 2 8.00 . 1

Total 8.00 . 1

Total 2 8.00 . 1

3 5.00 . 1

Total 6.50 2.121 2

Tinggi 2 1 7.00 . 1

Total 7.00 . 1

3 2 3.00 . 1

Total 3.00 . 1

Total 1 7.00 . 1

2 3.00 . 1

Total 5.00 2.828 2

Total 2 1 7.00 . 1

3 5.00 . 1

Total 6.00 1.414 2

3 2 5.50 3.536 2

Total 5.50 3.536 2

1

Total 1 7.00 . 1

2 5.50 3.536 2

3 5.00 . 1

Total 5.75 2.217 4

Dewasa Akhir Rendah 3 5 4.00 . 1

Total 4.00 . 1

Total 5 4.00 . 1

Total 4.00 . 1

Tinggi 2 1 7.50 .707 2

Total 7.50 .707 2

3 2 10.00 . 1

6 6.00 . 1

Total 8.00 2.828 2

Total 1 7.50 .707 2

2 10.00 . 1

6 6.00 . 1

Total 7.75 1.708 4

Total 2 1 7.50 .707 2

Total 7.50 .707 2

3 2 10.00 . 1

5 4.00 . 1

6 6.00 . 1

Total 6.67 3.055 3

Total 1 7.50 .707 2

2 10.00 . 1

5 4.00 . 1

6 6.00 . 1

Total 7.00 2.236 5

Lansia Awal Rendah 3 5 7.00 . 1

Total 7.00 . 1

Total 5 7.00 . 1

Total 7.00 . 1

Tinggi 2 3 6.50 3.536 2

1

5 6.00 . 1

6 5.00 . 1

Total 6.00 2.160 4

3 1 6.00 .000 2

4 8.00 . 1

6 6.00 1.414 2

Total 6.40 1.140 5

Total 1 6.00 .000 2

3 6.50 3.536 2

4 8.00 . 1

5 6.00 . 1

6 5.67 1.155 3

Total 6.22 1.563 9

Total 2 3 6.50 3.536 2

5 6.00 . 1

6 5.00 . 1

Total 6.00 2.160 4

3 1 6.00 .000 2

4 8.00 . 1

5 7.00 . 1

6 6.00 1.414 2

Total 6.50 1.049 6

Total 1 6.00 .000 2

3 6.50 3.536 2

4 8.00 . 1

5 6.50 .707 2

6 5.67 1.155 3

Total 6.30 1.494 10

Total Rendah 2 3 5.00 . 1

Total 5.00 . 1

3 2 8.00 . 1

5 5.50 2.121 2

Total 6.33 2.082 3

1

Total 2 8.00 . 1

3 5.00 . 1

5 5.50 2.121 2

Total 6.00 1.826 4

Tinggi 2 1 7.33 .577 3

3 6.50 3.536 2

5 6.00 . 1

6 5.00 . 1

Total 6.57 1.718 7

3 1 6.00 .000 2

2 6.50 4.950 2

4 8.00 . 1

6 6.00 1.000 3

Total 6.38 2.066 8

Total 1 6.80 .837 5

2 6.50 4.950 2

3 6.50 3.536 2

4 8.00 . 1

5 6.00 . 1

6 5.75 .957 4

Total 6.47 1.846 15

Total 2 1 7.33 .577 3

3 6.00 2.646 3

5 6.00 . 1

6 5.00 . 1

Total 6.38 1.685 8

3 1 6.00 .000 2

2 7.00 3.606 3

4 8.00 . 1

5 5.50 2.121 2

6 6.00 1.000 3

Total 6.36 1.963 11

Total 1 6.80 .837 5

1

2 7.00 3.606 3

3 6.00 2.646 3

4 8.00 . 1

5 5.67 1.528 3

6 5.75 .957 4

Total 6.37 1.802 19

INVR 72 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Rendah 2 3 3.00 . 1

Total 3.00 . 1

3 2 4.00 . 1

Total 4.00 . 1

Total 2 4.00 . 1

3 3.00 . 1

Total 3.50 .707 2

Tinggi 2 1 6.00 . 1

Total 6.00 . 1

3 2 1.00 . 1

Total 1.00 . 1

Total 1 6.00 . 1

2 1.00 . 1

Total 3.50 3.536 2

Total 2 1 6.00 . 1

3 3.00 . 1

Total 4.50 2.121 2

3 2 2.50 2.121 2

Total 2.50 2.121 2

Total 1 6.00 . 1

2 2.50 2.121 2

3 3.00 . 1

Total 3.50 2.082 4

Dewasa Akhir Rendah 3 5 3.00 . 1

Total 3.00 . 1

Total 5 3.00 . 1

Total 3.00 . 1

1

Tinggi 2 1 4.50 .707 2

Total 4.50 .707 2

3 2 4.00 . 1

6 3.00 . 1

Total 3.50 .707 2

Total 1 4.50 .707 2

2 4.00 . 1

6 3.00 . 1

Total 4.00 .816 4

Total 2 1 4.50 .707 2

Total 4.50 .707 2

3 2 4.00 . 1

5 3.00 . 1

6 3.00 . 1

Total 3.33 .577 3

Total 1 4.50 .707 2

2 4.00 . 1

5 3.00 . 1

6 3.00 . 1

Total 3.80 .837 5

Lansia Awal Rendah 3 5 2.00 . 1

Total 2.00 . 1

Total 5 2.00 . 1

Total 2.00 . 1

Tinggi 2 3 1.50 2.121 2

5 2.00 . 1

6 2.00 . 1

Total 1.75 1.258 4

3 1 3.00 1.414 2

4 5.00 . 1

6 2.50 .707 2

Total 3.20 1.304 5

Total 1 3.00 1.414 2

1

3 1.50 2.121 2

4 5.00 . 1

5 2.00 . 1

6 2.33 .577 3

Total 2.56 1.424 9

Total 2 3 1.50 2.121 2

5 2.00 . 1

6 2.00 . 1

Total 1.75 1.258 4

3 1 3.00 1.414 2

4 5.00 . 1

5 2.00 . 1

6 2.50 .707 2

Total 3.00 1.265 6

Total 1 3.00 1.414 2

3 1.50 2.121 2

4 5.00 . 1

5 2.00 .000 2

6 2.33 .577 3

Total 2.50 1.354 10

Total Rendah 2 3 3.00 . 1

Total 3.00 . 1

3 2 4.00 . 1

5 2.50 .707 2

Total 3.00 1.000 3

Total 2 4.00 . 1

3 3.00 . 1

5 2.50 .707 2

Total 3.00 .816 4

Tinggi 2 1 5.00 1.000 3

3 1.50 2.121 2

5 2.00 . 1

6 2.00 . 1

1

Total 3.14 2.035 7

3 1 3.00 1.414 2

2 2.50 2.121 2

4 5.00 . 1

6 2.67 .577 3

Total 3.00 1.309 8

Total 1 4.20 1.483 5

2 2.50 2.121 2

3 1.50 2.121 2

4 5.00 . 1

5 2.00 . 1

6 2.50 .577 4

Total 3.07 1.624 15

Total 2 1 5.00 1.000 3

3 2.00 1.732 3

5 2.00 . 1

6 2.00 . 1

Total 3.13 1.885 8

3 1 3.00 1.414 2

2 3.00 1.732 3

4 5.00 . 1

5 2.50 .707 2

6 2.67 .577 3

Total 3.00 1.183 11

Total 1 4.20 1.483 5

2 3.00 1.732 3

3 2.00 1.732 3

4 5.00 . 1

5 2.33 .577 3

6 2.50 .577 4

Total 3.05 1.471 19

1

Multivariate Testsc

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

Partial Eta

Squared

Intercept Pillai's Trace .997 2.358E2a 6.000 4.000 .000 .997

Wilks' Lambda .003 2.358E2a 6.000 4.000 .000 .997

Hotelling's Trace 353.718 2.358E2a 6.000 4.000 .000 .997

Roy's Largest Root 353.718 2.358E2a 6.000 4.000 .000 .997

UI Pillai's Trace .994 .823 12.000 10.000 .631 .497

Wilks' Lambda .145 1.084a 12.000 8.000 .469 .619

Hotelling's Trace 4.935 1.234 12.000 6.000 .419 .712

Roy's Largest Root 4.732 3.944b 6.000 5.000 .077 .826

PI Pillai's Trace .358 .371a 6.000 4.000 .866 .358

Wilks' Lambda .642 .371a 6.000 4.000 .866 .358

Hotelling's Trace .557 .371a 6.000 4.000 .866 .358

Roy's Largest Root .557 .371a 6.000 4.000 .866 .358

SI Pillai's Trace .757 2.077a 6.000 4.000 .250 .757

Wilks' Lambda .243 2.077a 6.000 4.000 .250 .757

Hotelling's Trace 3.116 2.077a 6.000 4.000 .250 .757

Roy's Largest Root 3.116 2.077a 6.000 4.000 .250 .757

SKI Pillai's Trace 1.980 .874 30.000 40.000 .645 .396

Wilks' Lambda .012 1.209 30.000 18.000 .343 .586

Hotelling's Trace 20.868 1.669 30.000 12.000 .174 .807

Roy's Largest Root 18.708 24.944b 6.000 8.000 .000 .949

a. Exact statistic

b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.

c. Design: Intercept + UI + PI + SI + SKI

1

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

F df1 df2 Sig.

INVR 12 Jam (Intervensi) .705 14 4 .721

INVR 24 Jam (Intervensi) 1.403 14 4 .403

INVR 36 Jam (Intervensi) 5.852 14 4 .050

INVR 48 Jam (Intervensi) 1.085 14 4 .521

INVR 60 Jam (Intervensi) 3.712 14 4 .107

INVR 72 Jam (Intervensi) 1.664 14 4 .332

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal

across groups.

a. Design: Intercept + UI + PI + SI + SKI

1

Tests of Between-Subjects Effects

Source Dependent Variable

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Partial Eta

Squared

Corrected Model INVR 12 Jam (Intervensi) 23.100a 9 2.567 .394 .909 .283

INVR 24 Jam (Intervensi) 56.132b 9 6.237 3.537 .037 .780

INVR 36 Jam (Intervensi) 23.751c 9 2.639 1.237 .378 .553

INVR 48 Jam (Intervensi) 40.737d 9 4.526 1.870 .183 .652

INVR 60 Jam (Intervensi) 19.920e 9 2.213 .517 .830 .341

INVR 72 Jam (Intervensi) 24.131f 9 2.681 1.629 .239 .620

Intercept INVR 12 Jam (Intervensi) 2442.423 1 2442.423 375.216 .000 .977

INVR 24 Jam (Intervensi) 1450.922 1 1450.922 822.938 .000 .989

INVR 36 Jam (Intervensi) 1159.212 1 1159.212 543.470 .000 .984

INVR 48 Jam (Intervensi) 880.897 1 880.897 363.854 .000 .976

INVR 60 Jam (Intervensi) 347.785 1 347.785 81.297 .000 .900

INVR 72 Jam (Intervensi) 106.255 1 106.255 64.545 .000 .878

UI INVR 12 Jam (Intervensi) 3.708 2 1.854 .285 .759 .060

INVR 24 Jam (Intervensi) 4.517 2 2.259 1.281 .324 .222

INVR 36 Jam (Intervensi) .006 2 .003 .001 .999 .000

INVR 48 Jam (Intervensi) 1.432 2 .716 .296 .751 .062

INVR 60 Jam (Intervensi) 11.180 2 5.590 1.307 .318 .225

INVR 72 Jam (Intervensi) 2.633 2 1.317 .800 .479 .151

PI INVR 12 Jam (Intervensi) 3.692 1 3.692 .567 .471 .059

INVR 24 Jam (Intervensi) 3.412 1 3.412 1.935 .198 .177

INVR 36 Jam (Intervensi) .517 1 .517 .242 .634 .026

INVR 48 Jam (Intervensi) 1.885 1 1.885 .779 .401 .080

INVR 60 Jam (Intervensi) 3.310 1 3.310 .774 .402 .079

INVR 72 Jam (Intervensi) 1.060 1 1.060 .644 .443 .067

SI INVR 12 Jam (Intervensi) 1.174 1 1.174 .180 .681 .020

INVR 24 Jam (Intervensi) 8.996 1 8.996 5.102 .050 .362

INVR 36 Jam (Intervensi) 3.469 1 3.469 1.626 .234 .153

INVR 48 Jam (Intervensi) .167 1 .167 .069 .798 .008

INVR 60 Jam (Intervensi) 3.433 1 3.433 .803 .394 .082

INVR 72 Jam (Intervensi) .773 1 .773 .470 .510 .050

1

SKI INVR 12 Jam (Intervensi) 6.864 5 1.373 .211 .949 .105

INVR 24 Jam (Intervensi) 32.271 5 6.454 3.661 .044 .670

INVR 36 Jam (Intervensi) 7.473 5 1.495 .701 .637 .280

INVR 48 Jam (Intervensi) 22.851 5 4.570 1.888 .192 .512

INVR 60 Jam (Intervensi) 16.111 5 3.222 .753 .604 .295

INVR 72 Jam (Intervensi) 16.858 5 3.372 2.048 .165 .532

Error INVR 12 Jam (Intervensi) 58.584 9 6.509

INVR 24 Jam (Intervensi) 15.868 9 1.763

INVR 36 Jam (Intervensi) 19.197 9 2.133

INVR 48 Jam (Intervensi) 21.789 9 2.421

INVR 60 Jam (Intervensi) 38.501 9 4.278

INVR 72 Jam (Intervensi) 14.816 9 1.646

Total INVR 12 Jam (Intervensi) 6419.000 19

INVR 24 Jam (Intervensi) 3796.000 19

INVR 36 Jam (Intervensi) 2803.000 19

INVR 48 Jam (Intervensi) 1903.000 19

INVR 60 Jam (Intervensi) 829.000 19

INVR 72 Jam (Intervensi) 216.000 19

Corrected Total INVR 12 Jam (Intervensi) 81.684 18

INVR 24 Jam (Intervensi) 72.000 18

INVR 36 Jam (Intervensi) 42.947 18

INVR 48 Jam (Intervensi) 62.526 18

INVR 60 Jam (Intervensi) 58.421 18

INVR 72 Jam (Intervensi) 38.947 18

a. R Squared = ,283 (Adjusted R Squared = -,434)

b. R Squared = ,780 (Adjusted R Squared = ,559)

c. R Squared = ,553 (Adjusted R Squared = ,106)

d. R Squared = ,652 (Adjusted R Squared = ,303)

e. R Squared = ,341 (Adjusted R Squared = -,318)

f. R Squared = ,620 (Adjusted R Squared = ,239)

1

Multiple Comparisons

Games-Howell

Dependent Variable

(I) Usia

(Intervensi)

(J) Usia

(Intervensi)

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

INVR 12 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Dewasa Akhir 1.00 1.571 .810 -4.71 6.71

Lansia Awal .90 1.639 .852 -4.64 6.44

Dewasa Akhir Dewasa Awal -1.00 1.571 .810 -6.71 4.71

Lansia Awal -.10 .906 .993 -2.50 2.30

Lansia Awal Dewasa Awal -.90 1.639 .852 -6.44 4.64

Dewasa Akhir .10 .906 .993 -2.30 2.50

INVR 24 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Dewasa Akhir -.90 1.295 .779 -5.46 3.66

Lansia Awal -.50 1.396 .933 -4.92 3.92

Dewasa Akhir Dewasa Awal .90 1.295 .779 -3.66 5.46

Lansia Awal .40 .891 .896 -1.95 2.75

Lansia Awal Dewasa Awal .50 1.396 .933 -3.92 4.92

Dewasa Akhir -.40 .891 .896 -2.75 1.95

INVR 36 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Dewasa Akhir .25 1.094 .972 -3.33 3.83

Lansia Awal .25 1.088 .971 -3.27 3.77

Dewasa Akhir Dewasa Awal -.25 1.094 .972 -3.83 3.33

Lansia Awal .00 .767 1.000 -2.08 2.08

Lansia Awal Dewasa Awal -.25 1.088 .971 -3.77 3.27

Dewasa Akhir .00 .767 1.000 -2.08 2.08

INVR 48 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Dewasa Akhir .50 1.258 .918 -3.46 4.46

Lansia Awal 1.00 1.220 .707 -2.86 4.86

Dewasa Akhir Dewasa Awal -.50 1.258 .918 -4.46 3.46

Lansia Awal .50 .952 .861 -2.10 3.10

Lansia Awal Dewasa Awal -1.00 1.220 .707 -4.86 2.86

Dewasa Akhir -.50 .952 .861 -3.10 2.10

INVR 60 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Dewasa Akhir -1.25 1.493 .694 -5.71 3.21

Lansia Awal -.55 1.205 .894 -4.78 3.68

Dewasa Akhir Dewasa Awal 1.25 1.493 .694 -3.21 5.71

Lansia Awal .70 1.106 .808 -2.72 4.12

Lansia Awal Dewasa Awal .55 1.205 .894 -3.68 4.78

1

Dewasa Akhir -.70 1.106 .808 -4.12 2.72

INVR 72 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Dewasa Akhir -.30 1.106 .961 -4.35 3.75

Lansia Awal 1.00 1.125 .675 -2.98 4.98

Dewasa Akhir Dewasa Awal .30 1.106 .961 -3.75 4.35

Lansia Awal 1.30 .569 .096 -.22 2.82

Lansia Awal Dewasa Awal -1.00 1.125 .675 -4.98 2.98

Dewasa Akhir -1.30 .569 .096 -2.82 .22

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 1,646.

2

Lampiran 15

No Nama

Waktu TTV BB (kg) / Kebutuhan Intake Output

Balance Cairan Mual/ TD N RR S

TB (cm) Minum 12

Jam

24

Jam

Air Total

12 Jam 24 Jam Feses IWL Total

Muntah (hari) Metabolisme Muntah Urin Muntah Urin

1 Ny. M 19.30 130/90 83 23 36,3 34/153 1.020 1400 1200 170 2770 450 600 120 1000 100 510 2780 -10

2 Ny. D 18.23 120/80 100 24 37 54/ 143 1.620 1500 1300 270 3070 400 500 650 600 100 810 3060 10

3 Ny. R 20.00 130/70 90 18 36,5 65/ 154 1.950 1200 1400 320 2920 120 1000 100 700 100 975 2995 -75

4 Ny. M 19.30 120/90 84 18 36 40/ 150 1.200 1400 1300 200 2900 400 1000 250 600 100 600 2950 -50

5 Ny. A 20.00 120/80 80 20 36 55/ 150 1.650 1700 900 275 2875 350 800 350 500 100 825 2925 -50

6 Ny. A 19.00 130/80 84 20 36,3 60/ 150 1.800 1500 1400 300 3200 280 800 140 1000 100 900 3220 -20

7 Ny. N 18.34 130/90 90 24 36,3 57/ 150 1.710 1200 1600 285 3085 600 800 120 600 100 855 3075 10

8 Ny. UK 19.30 110/90 100 24 36,5 54/ 165 1.620 1340 1600 270 3210 650 600 450 600 100 810 3210 0

9 Nn. SD 19.20 110/80 80 20 37 54/ 165 1.620 1400 1600 270 3270 600 1000 100 700 100 810 3310 -40

10 Ny. TM 19.00 130/70 86 18 36,3 44/ 158 1.320 1050 1100 220 2370 110 800 100 600 100 660 2370 0

11 Ny. PA 18.24 130/90 88 18 36 54/ 160 1.620 1200 1100 270 2570 300 800 120 500 100 810 2630 -60

12 Ny. A 19.00 120/90 100 20 36 45/ 160 1.350 1000 1300 225 2525 270 800 120 600 100 675 2565 -40

13 Ny. H 19.30 120/90 80 24 36,5 44/ 158 1.320 1450 1500 220 3170 660 500 450 800 100 660 3170 0

14 Ny. N 19.00 130/80 90 20 36,5 47/ 155 1.410 1000 1500 235 2735 340 500 320 800 100 705 2765 -30

15 Ny. N 20.00 120/90 96 18 36 52/ 160 1.560 1200 1100 260 2560 100 500 300 800 100 780 2580 -20

16 Nn. F 19.00 120/80 80 18 36 41/ 155 1.230 1300 1100 205 2605 600 500 100 700 100 615 2615 -10

17 Ny. A 18.20 130/90 96 20 36 40/ 145 1.200 1100 820 200 2120 120 300 200 800 100 600 2120 0

18 Ny. N 18.00 130/80 100 20 36 47/ 160 1.410 840 1000 235 2075 110 300 150 700 100 715 2075 0

19 Ny. D 20.00 130/70 90 20 36 51/ 155 1.530 1000 1200 255 2455 540 350 200 500 100 765 2455 0

1

No Nama

Waktu TTV BB (kg) / Kebutuhan Intake Output

Balance Cairan Mual/ TD N RR S

TB (cm) Minum 36

Jam

48

Jam

Air Total

36 jam 48 Jam Feses IWL Total

Muntah (hari) Metabolisme Muntah Urin Muntah Urin

1 Ny. M 19.30 130/90 83 23 36,3 34/153 1.020 950 1100 170 2220 110 700 100 700 100 510 2220 0

2 Ny. D 18.23 120/80 100 24 37 54/ 143 1.620 800 1340 270 2410 100 500 300 600 100 810 2410 0

3 Ny. R 20.00 130/70 90 18 36,5 65/ 154 1.950 960 1400 320 2680 150 600 260 600 100 975 2685 -5

4 Ny. M 19.30 120/90 84 18 36 40/ 150 1.200 810 1200 200 2210 150 600 110 650 100 600 2210 0

5 Ny. A 20.00 120/80 80 20 36 55/ 150 1.650 900 1400 275 2575 140 800 110 600 100 825 2575 0

6 Ny. A 19.00 130/80 84 20 36,3 60/ 150 1.800 1060 1200 300 2560 150 500 120 800 100 900 2570 -10

7 Ny. N 18.34 130/90 90 24 36,3 57/ 150 1.710 1000 1290 285 2575 120 600 100 800 100 855 2575 0

8 Ny. UK 19.30 110/90 100 24 36,5 54/ 165 1.620 1100 1100 270 2470 120 610 130 700 100 810 2470 0

9 Nn. SD 19.20 110/80 80 20 37 54/ 165 1.620 1200 1000 270 2470 200 650 110 600 100 810 2470 0

10 Ny. TM 19.00 130/70 86 18 36,3 44/ 158 1.320 800 1000 220 2020 120 640 100 400 100 660 2020 0

11 Ny. PA 18.24 130/90 88 18 36 54/ 160 1.620 1100 1200 270 2570 250 700 80 630 100 810 2570 0

12 Ny. A 19.00 120/90 100 20 36 45/ 160 1.350 900 1270 225 2395 600 500 120 400 100 675 2395 0

13 Ny. H 19.30 120/90 80 24 36,5 44/ 158 1.320 920 1250 220 2390 210 600 220 600 100 660 2390 0

14 Ny. N 19.00 130/80 90 20 36,5 47/ 155 1.410 880 850 235 1965 100 440 120 500 100 705 1965 0

15 Ny. N 20.00 120/90 96 18 36 52/ 160 1.560 1090 1400 260 2750 120 600 550 600 100 780 2750 0

16 Nn. F 19.00 120/80 80 18 36 41/ 155 1.230 910 1000 205 2115 100 400 100 800 100 615 2115 0

17 Ny. A 18.20 130/90 96 20 36 40/ 145 1.200 800 900 200 1900 100 400 100 600 100 600 1900 0

18 Ny. N 18.00 130/80 100 20 36 47/ 160 1.410 800 1200 235 2235 170 600 150 500 100 715 2235 0

19 Ny. D 20.00 130/70 90 20 36 51/ 155 1.530 1320 1500 255 3075 560 800 250 600 100 765 3075 0

1

No Nama

Waktu TTV BB (kg) / Kebutuhan Intake Output

Balance Cairan Mual/ TD N RR S

TB (cm) Minum 60

Jam

72

Jam

Air Total

60 Jam 72 Jam Feses IWL Total

Muntah (hari) Matabolisme Muntah Urin Muntah Urin

1 Ny. M 19.30 130/90 83 23 36,3 34/153 1.020 1000 1000 170 2170 10 550 10 1000 100 510 2180 -10

2 Ny. D 18.23 120/80 100 24 37 54/ 143 1.620 1010 1400 270 2410 100 600 0 800 100 810 2410 0

3 Ny. R 20.00 130/70 90 18 36,5 65/ 154 1.950 1200 1200 320 2400 130 400 0 800 100 975 2405 -5

4 Ny. M 19.30 120/90 84 18 36 40/ 150 1.200 800 1100 200 1900 0 600 0 600 100 600 1900 0

5 Ny. A 20.00 120/80 80 20 36 55/ 150 1.650 1000 1200 275 2200 15 600 0 750 0 825 2190 10

6 Ny. A 19.00 130/80 84 20 36,3 60/ 150 1.800 1200 1250 300 2450 80 800 0 600 100 900 2480 -30

7 Ny. N 18.34 130/90 90 24 36,3 57/ 150 1.710 1100 1500 285 2600 50 800 0 800 100 855 2605 -5

8 Ny. UK 19.30 110/90 100 24 36,5 54/ 165 1.620 1310 1300 270 2610 0 1000 0 700 100 810 2610 0

9 Nn. SD 19.20 110/80 80 20 37 54/ 165 1.620 850 1200 270 2050 80 600 0 500 100 810 2090 -40

10 Ny. TM 19.00 130/70 86 18 36,3 44/ 158 1.320 1000 1250 220 2250 70 800 0 600 100 660 2230 20

11 Ny. PA 18.24 130/90 88 18 36 54/ 160 1.620 800 1200 270 2000 50 400 30 600 100 810 1990 10

12 Ny. A 19.00 120/90 100 20 36 45/ 160 1.350 1000 1500 225 2500 100 1000 0 600 100 675 2475 25

13 Ny. H 19.30 120/90 80 24 36,5 44/ 158 1.320 940 1400 220 2340 80 1000 0 500 100 660 2340 0

14 Ny. N 19.00 130/80 90 20 36,5 47/ 155 1.410 860 1100 235 1960 60 600 0 500 100 705 1965 -5

15 Ny. N 20.00 120/90 96 18 36 52/ 160 1.560 850 800 260 1650 20 400 0 350 100 780 1650 0

16 Nn. F 19.00 120/80 80 18 36 41/ 155 1.230 800 650 205 1450 25 500 0 200 100 615 1440 10

17 Ny. A 18.20 130/90 96 20 36 40/ 145 1.200 900 850 200 1750 50 400 0 600 100 600 1750 0

18 Ny. N 18.00 130/80 100 20 36 47/ 160 1.410 1000 1050 235 2050 10 400 0 800 100 715 2025 25

19 Ny. D 20.00 130/70 90 20 36 51/ 155 1.530 1000 1450 255 2450 45 500 30 1000 100 765 2440 10