PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan...

59
PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN GIZI, DAN SUPLEMENTASI BESI TERHADAP STATUS GIZI, PENGETAHUAN GIZI, DAN STATUS ANEMIA PADA SISWA SEKOLAH DASAR ADHITYA AJI CANDRA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan...

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN,

PENDIDIKAN GIZI, DAN SUPLEMENTASI BESI TERHADAP

STATUS GIZI, PENGETAHUAN GIZI, DAN STATUS

ANEMIA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

ADHITYA AJI CANDRA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian
Page 3: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian

Makanan Jajanan, Pendidikan Gizi, dan Suplementasi Besi terhadap Status Gizi,

Pengetahuan Gizi, dan Status Anemia pada Siswa Sekolah Dasar adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Adhitya Aji Candra

NIM I14080092

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

ABSTRAK

ADHITYA AJI CANDRA. Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan,

Pendidikan Gizi, dan Suplementasi Besi terhadap Status Gizi, Pengetahuan Gizi,

dan Status Anemia pada Siswa Sekolah Dasar. Dibimbing oleh BUDI

SETIAWAN dan M. RIZAL M. DAMANIK

Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan

masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah

mempelajari pengaruh pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan

suplementasi besi terhadap status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia pada

siswa sekolah dasar. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Palasari 02 Kecamatan

Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah

pre eksperimental dengan menggunakan 81 contoh. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pemberian makanan jajanan tidak memberikan pengaruh yang signifikan

(p>0.05) terhadap status gizi. Pendidikan gizi memberikan pengaruh yang

signifikan (p<0.05) terhadap pengetahuan gizi. Pemberian suplemen besi

memberikan pengaruh yang signifikan (p<0.05) terhadap status anemia.

Kata kunci: pengetahuan gizi, status anemia, dan status gizi

ABSTRACT

ADHITYA AJI CANDRA. The Influence of Snack Feeding, Nutrition

Education, and Iron Suplementation to Nutritional Status, Nutrition Knowledge,

and Anemia Status in Elementary School Students. Supervised by BUDI

SETIAWAN and M. RIZAL M. DAMANIK

Nutritional status, nutrition knowledge, and anemia status are still problems

accuring among elementary school children. This research aimed to the influence

of snack feeding, nutrition education, and iron suplementation to nutritional

status, nutrition knowledge, and anemia status in elementary school students. The

study was conducted in SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor,

Jawa Barat. The design of this study was pre experimental. Number of sample

were 81 samples. The result showed that snacking did not give significant

(p>0.05) improvement on nutritional status. Nutrition education gives significant

(p<0.05) improvement on nutrition knowledge. While iron supplement intake

gives significant (p<0.05) improvement toward anemia status.

Keywords : anemia status, nutrition knowledge, and nutritional status

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN,

PENDIDIKAN GIZI, DAN SUPLEMENTASI BESI TERHADAP

STATUS GIZI, PENGETAHUAN GIZI, DAN STATUS

ANEMIA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

ADHITYA AJI CANDRA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian
Page 7: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

Judul : Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan, Pendidikan Gizi, dan Suplementasi Besi terhadap Status Gizi, Pengetahuan Gizi, dan Status Anemia pada Siswa Sekolah Dasar

Nama : Adhitya Aji Candra NIM : 114080092

Disetujui oleh

J::20 c~__ t.. Dr. I . Budi Setiawan, MS. rho M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD

Pembimbing I Pembimbing II

............ ~?".".,.- ", ,,......

/,1./" .. "~' . Diketalmi oleh

(j({-"~. I., ~ I •

..-;. " . ,• __ • t

-;. ­, ' I .

\ \ ~. . \ \ ", c / Dr.lr Budi Setiawan MS. ' . ~ ::7. ; __e!lliLDepartemen

Tanggal Lulus :

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

Judul : Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan, Pendidikan Gizi, dan

Suplementasi Besi terhadap Status Gizi, Pengetahuan Gizi, dan

Status Anemia pada Siswa Sekolah Dasar

Nama : Adhitya Aji Candra

NIM : I14080092

Disetujui oleh

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS.

Pembimbing I

drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS.

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wata’ala atas

segala nikmat dan karunia yang senantiasa dilimpahkan-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Judul yang dipilih dalam penelitian yang

dilaksanakan sejak bulan September 2012 sampai Februari 2013 ini adalah

Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan, Pendidikan Gizi, dan Suplementasi Besi

terhadap Status Gizi, Pengetahuan Gizi, dan Status Anemia pada Siswa Sekolah

Dasar. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS dan drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD

selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis sejak awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar sekaligus penguji

skripsi atas saran, masukan, dan arahannya kepada penulis.

3. Seluruh Tim AINP yang telah membantu penulis memperoleh data primer

dan sekunder untuk penelitian ini.

4. Kepala sekolah, guru-guru, pegawai kependidikan dan ibu-ibu komite SDN

Palasari 02 atas kerja sama, bimbingan, dan bantuannya selama penelitian.

5. Adik-adik kelas 3, 4, 5, dan 6 SDN Palasari 02 atas kesediaan dan

kerjasamanya selama penelitian.

6. Bapak, mama, mbah serta keluarga penulis atas semangat, cinta dan kasih

sayang yang diberikan kepada penulis.

7. Teman-teman Pondok Salman atas semangat dan motivasi yang telah

diberikan kepada peneliti.

8. Teman-teman Gizi Masyarakat 45 dan teman-teman yang selama ini telah

mendukung penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

9. Teman-teman IMT IPB (Ikatan Mahasiswa Tegal IPB) khususnya Syifa,

Fety, Barika, Pran, Warto, Iman yang sudah hadir dalam seminar penelitian

ini.

10. Teman-teman KKP Desa Jembayat Kabupaten Tegal, kelompok Internship

Dietetik RSUD Ciawi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis

juga berharap supaya skripsi ini dapat bermanfaat bagi mereka yang memerlukan.

Bogor, September 2013

Adhitya Aji Candra

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 3

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Anak Sekolah 4

Makanan Anak Sekolah 4

Daya Terima Makanan 5

Status Gizi 5

Pengetahuan Gizi 7

Pendidikan Gizi 8

Zat besi 8

Anemia 10

Suplementasi Besi 11

METODOLOGI 12

Desain, Tempat, dan Waktu 12

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 12

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13

Pengolahan dan Analisis Data 14

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Gambaran Umum SDN Palasari 02 17

Karakteristik Contoh 18

Konsumsi Makanan Sumber Zat Besi 25

Daya Terima Makanan Jajanan 27

Kandungan Gizi Makanan Jajanan 28

Kontribusi Zat Gizi Makanan Jajanan terhadap AKG 30

Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan terhadap Status Gizi 31

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Pengetahuan gizi 32

Pengaruh Suplementasi Besi terhadap Status Anemia 33

SIMPULAN DAN SARAN 35

Simpulan 35

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 37

LAMPIRAN 42

RIWAYAT HIDUP 46

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

DAFTAR TABEL

1 Kategori status gizi pada berbagai ukuran antropometri 6

2 Klasifikasi status gizi menggunakan persen terhadap median 6

3 Klasifikasi status gizi menggunakan Z-skor 7

4 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U 7

5 Angka kecukupan besi menurut umur 9

6 Rentang nilai normal kadar hemoglobin perempuan dan laki-laki

dewasa, anak-anak, dan ibu hamil 10

7 Kadar hemoglobin sebagai indikator dan tingkat keparahan anemia 10

8 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U 15

9 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin 18

10 Sebaran contoh berdasarkan usia 19

11 Sebaran contoh berdasarkan uang saku 19

12 Sebaran contoh berdasarkan status gizi 20

13 Sebaran jenis kelamin dan usia contoh berdasarkan status gizi 21

14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi 22

15 Sebaran pertanyaan tentang pengetahuan gizi yang dijawab benar oleh

contoh 23

16 Sebaran jenis kelamin dan kelas contoh berdasarkan pengetahuan gizi 23

17 Sebaran contoh berdasarkan status anemia 24

18 Sebaran jenis kelamin dan usia contoh berdasarkan status anemia 25

19 Rata-rata konsumsi dan sumbangan zat besi 27

20 Kandungan gizi makanan jajanan 29

21 Kontribusi makanan jajanan terhadap AKG 30

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

DAFTAR GAMBAR

1 Perbedaan status gizi sebelum dan setelah intervensi pemberian

makanan jajanan 31

2 Perbedaan pengetahuan gizi sebelum dan setelah intervensi pendidikan

gizi 32

3 Perbedaan status anemia sebelum dan setelah intervensi suplementasi

besi 34

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daya terima contoh terhadap makanan jajanan 41

2. Makanan jajanan 42

3. Pemberian makanan jajanan kepada contoh 44

4. Pengambilan darah contoh 44

5. Hasil uji statistik 45

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh,

mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta tingkat prestasi yang baik.

Pembangunan dan pembinaan SDM yang berkualitas sangat baik dimulai sejak

dini, yaitu pada usia sekolah. Usia sekolah adalah masa peralihan dari anak

menjadi dewasa dimana terjadi pertumbuhan mental, fisik, dan emosional yang

cukup cepat. Pada masa tersebut memerlukan kebutuhan gizi yang cukup dan

tepat. Menurut Syarief (1997) periode usia sekolah merupakan bagian dari

tahapan dalam siklus hidup manusia yang sangat menentukan kualitas SDM.

Kesehatan dan daya tahan fisik merupakan unsur kualitas SDM yang pokok,

karena tanpa itu manusia tidak mungkin mampu berpikir dan bekerja produktif.

Namum, status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan

masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar.

Menurut laporan Riskesdas Tahun 2007, prevalensi nasional anak usia

sekolah kurus sebesar 13.3 % pada laki-laki dan 10.9 % pada perempuan.

Keadaan ini menjadi lebih berat jika muncul kebiasaan keluarga atau orang tua

yang tidak membiasakan diri memberi makan anak sebelum anak tersebut pergi ke

sekolah. Bagi mereka yang tidak atau belum sempat sarapan di rumah, maka

kantin atau makanan jajanan yang tersedia di sekolah berperan penting dan

srategis dalam penyediaan kebutuhan gizi anak sekolah. Dengan kata lain, kualitas

dan keamanan makanan jajanan merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian

agar anak sekolah mengonsumsi jajanan yang bergizi dan aman.

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

status gizi individu yang bersangkutan. Penelitian yang dilakukan terhadap siswa

SD di Bogor tahun 2010 tentang pengetahuan gizi, sebanyak 63 % siswa SD di

kota maupun di kabupaten memiliki pengetahuan gizi yang masih rendah

meskipun masih ada yang tergolong baik hanya sebanyak 3.0 % siswa dan sisanya

tergolong sedang 34.0 % (Adriani 2010). Sedangkan menurut penelitian yang

dilakukan Widyaningrum (2012) pada sekolah dasar negeri di Kabupaten Bogor,

memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan kurang yaitu sebesar 86.4%.

Masalah gizi lain yang biasanya terjadi pada anak usia sekolah adalah

anemia. Anemia merupakan kondisi kurang darah yang umum terjadi ketika

jumlah eritrosit kurang dari normal atau akibat konsentrasi hemoglobin yang

rendah dalam darah (Depkes 2008). Berdasarkan hasil Riskesdas (2007),

prevalensi anemia di Provinsi Jawa Barat pada kelompok usia anak dan remaja

yang berusia 5-14 tahun adalah sebesar 18.8 %. Prevalensi ini sedikit lebih tinggi

di atas prevalensi anemia pada kelompok anak-anak secara nasional yaitu sebesar

12.8 % (Depkes 2008). Menurut Gibney (2008) Anemia Gizi Besi cukup tinggi

pada usia anak sekolah, yaitu lebih dari dua milyar penduduk dunia. Gabungan

Asia Selatan dan Asia Tenggara turut menyumbang hingga 58 % total penduduk

yang mengalami anemia di negara berkembang. Bukti banyak penelitian

menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara anemia karena defisiensi zat besi pada

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

2

anak-anak dengan perkembangan motorik dan kognitif yang buruk serta masalah

perilaku (Gibney 2008).

Status gizi yang rendah, tingkat pengetahuan gizi yang rendah, dan adanya

masalah gizi merupakan masalah yang terjadi pada anak sekolah dasar. Adanya

masalah tersebut diperlukan penanganan yang cukup serius, salah satunya dengan

intervensi. Intervensi perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas SDM pada usia

sekolah. Intervensi dilakukan untuk mencegah rendahnya kemampuan menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi serta rendahnya produktifitas kerja. Intervensi

tersebut meliputi pemberian makanan jajanan, pemberian pendidikan gizi, dan

suplementasi besi.

Penanganan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki status gizi siswa

sekolah dasar adalah dengan pemberian makanan jajanan. Status gizi dan

kesehatan anak dipengaruhi oleh asupan gizi yang cukup. Salah satu aspek yang

perlu diperhatikan dalam pola makan siswa, dimana siswa sekolah dasar

mempunyai kecenderungan mengonsumsi makanan jajanan lebih besar daripada

makanan biasa. Selain harga yang murah dan jenisnya beragam, pangan jajanan

juga menyumbangkan kontribusi yang cukup penting akan kebutuhan gizi.

Menurut Syarifah (2010) yang dilakukan pada salah satu sekolah dasar negeri di

Kabupaten Bogor menyebutkan bahwa kontribusi makanan jajanan terhadap

konsumsi sehari siswa sebesar 30 % energi dan 22.3 % protein. Oleh karena itu,

konsumsi makanan jajanan mempunyai peranan yang cukup penting karena

memberikan asupan gizi yang cukup besar yang berdampak pada status gizi anak

usia sekolah.

Penanganan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pengetahuan gizi

siswa sekolah dasar adalah dengan pendidikan gizi. Pendidikan gizi dapat

diartikan sebagai usaha membuat seseorang atau sekelompok masyarakat sadar

akan pentingnya gizi, sehingga diharapkan pengetahuan mengenai gizi dan

makanan sehat menjadi lebih baik, yang pada gilirannya akan memperbaiki status

gizi masyarakat. Kelompok anak sekolah merupakan kelompok yang mudah

menerima upaya pendidikan gizi melalui sekolahnya (Sediaoetama 2008). Tingkat

pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam

pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada status gizi

individu yang bersangkutan.

Suplementasi merupakan salah satu penanganan yang dapat dilakukan untuk

memperbaiki Anemia Gizi Besi. Menurut Arisman (2007), pemberian

suplementasi atau suntikan zat besi merupakan pendekatan dasar pertama untuk

pencegahan anemia defisiensi besi.

Untuk menciptakan SDM yang berkualitas, dibutuhkan peran serta

masyarakat dan pihak swasta. Keterlibatan pihak swasta, saat ini sangat

dimungkinkan mengingat pihat swasta juga memiliki program yang disebut

dengan CSR (Corporate Social Responsibility). Pada dasarnya CSR merupakan

bentuk kontribusi perusahaan untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat di

sekitarnya, baik secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan masyarakat. Dalam

melaksanakan program CSR, pihak swasta dapat melibatkan instansi atau lembaga

yang memiliki kompetensi dan pengalaman baik dari segi pelaksanaan program

yang melibatkan masyarakat luas maupun dari segi substansi program yang

dilakukan. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB

merupakan departemen di bidang Gizi Masyarakat yang telah berpengalaman

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

3

dalam melakukan program pengabdian kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan

Tri-Darma Perguruan Tinggi dimana pengabdian kepada masyarakat merupakan

salah satu dari tiga pilar perguruan tinggi selain pendidikan dan penelitian.

Departemen Gizi Masyarakat IPB bekerja sama dengan PT Ajinomoto

Indonesia meluncurkan program kantin sehat. Program ini bertujuan menyediakan

jajanan bergizi dan sehat bagi anak sekolah. SDN Palasari 02 merupakan pilot

project Ajinomoto IPB Nutrition Program (AINP). Dalam mengelola kantin sehat

di SD tersebut, siswa, orang tua siswa, dan pedagang jajanan di lingkungan

sekolah ikut dilibatkan. IPB dan Ajinomoto memberikan edukasi kepada siswa,

orang tua, guru, dan pedagang makanan tentang makanan yang sehat dan

berkualitas. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, peneliti tertarik

untuk meneliti pengaruh pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan

suplementasi besi terhadap status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia pada

siswa sekolah dasar.

Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian makanan

jajanan, pendidikan gizi, dan suplementasi besi terhadap status gizi, pengetahuan

gizi, dan status anemia pada siswa sekolah dasar.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mempelajari karakteristik (jenis kelamin, usia, uang saku, status gizi,

pengetahuan gizi dan status anemia) siswa contoh SDN Palasari 02

2. Mempelajari pola konsumsi makanan sumber zat besi siswa contoh SDN

Palasari 02

3. Mempelajari daya terima, kandungan gizi, dan kontribusi makanan jajanan

terhadap AKG siswa contoh SDN Palasari 02

4. Menganalisis pengaruh pemberian makanan jajanan terhadap status gizi

5. Menganalisis pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi

6. Menganalisis pengaruh suplementasi besi terhadap status anemia

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi

tentang pengaruh pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan suplementasi

besi terhadap status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia pada siswa sekolah

dasar. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan di Departemen Gizi Masyarakat IPB dalam

hubungannya dengan perbaikan gizi masyarakat terutama di masyarakat pedesaan,

serta dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian-penelitian tentang makanan

jajanan selanjutnya.

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

Anak Sekolah

Dalam bidang ilmu gizi dan kesehatan anak dikelompokkan menjadi anak

prasekolah (1-6 tahun), anak usia sekolah (7-12 tahun) dan remaja (13-18 tahun).

Secara umum anak usia sekolah adalah anak yang masuk sekolah dasar (RSCM

dan Persagi 1990). Anak sekolah dasar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok umur 7-9 tahun dan kelompok umur 10-12 tahun (Hardinsyah dan

Tambunan 2004). Anak usia sekolah berada pada usia pertumbuhan dan

perkembangan pada anak remaja, anak usia sekolah tetap membutuhkan konsumsi

makanan yang seimbang, baik jenis dan jumlahnya.

Kebutuhan gizi anak laki-laki mulai usia 10-12 tahun berbeda dengan anak

perempuan. Anak laki-laki membutuhkan energi lebih banyak karena lebih

banyak melakukan aktivitas fisik. Anak perempuan biasanya mulai haid sehingga

memerlukan protein dan zat besi yang lebih banyak. Golongan anak sekolah

biasanya mempunyai banyak perhatian dan aktivitas di luar rumah sehingga sering

melupakan waktu makan (RSCM dan Persagi 1990). Ukuran, komposisi tubuh,

pola aktivitas, dan kecepatan tubuh berbeda setiap anak mempengaruhi kebutuhan

gizi. Ketersediaan dan diterimanya makanan oleh anak tidak hanya ditentukan

oleh pilihan makanan orang tua, tetapi juga oleh keadaan lingkungan pada waktu

makan, pengaruh teman sebaya, lingkungan, dan pengalaman anak tentang

makanan sebelumnya (Soetardjo 2011)

Menurut Almatsier (2001) anak sekolah merupakan kelompok yang rentan

terhadap makanan yang dikonsumsi. Pada anak usia sekolah, ada perbedaan

kebutuhan gizi yang dibutuhkan. Siswa laki-laki usia sekolah dasar memiliki

kebutuhan energi yang lebih tinggi daripada siswa perempuan usia sekolah dasar,

yaitu laki-laki sebesar 2000 Kal energi, sedangkan perempuan sebesar 1900 Kal

energi. Selanjutnya, menurut Arisman (2010), masalah gizi yang terjadi pada

masa kanak-kanak ini secara garis besar merupakan dampak dari

ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi, yaitu asupan yang

melebihi keluaran atau sebaliknya, disamping kesalahan dalam memilih bahan

makanan untuk disantap. Buah dari ketergantungan ini utamanya berupa penyakit

kronis, berat badan lebih dan kurang, pica, karies dentis dan yang paling penting

adalah adanya anemia defisiensi besi.

Makanan Anak Sekolah

Anak usia sekolah berada pada usia pertumbuhan dan perkembangan.

Walaupun tidak secepat pertumbuhan dan perkembangan pada anak remaja, anak

usia sekolah (7-12 tahun) tetap membutuhkan konsumsi makanan yang seimbang

baik jenis maupun jumlahnya. Fungsinya untuk menyediakan zat pembangun

yang berguna bagi pertumbuhan, menyediakan energi yang dibutuhkan untuk

kegiatan fisik yang berat, membantu memelihara tubuh dari infeksi dan menjamin

kebutuhan akan zat-zat gizi yang diperlukan pada usia remaja (Mc. Willians

(1980) dalam Zuharni 1989)

Dari hasil penelitian Gustina (1992) dikatakan bahwa anak usia sekolah

terutama anak SD mengkonsumsi zat gizi kurang dari kecukupan yang dianjurkan.

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

5

Hal ini disebabkan oleh jarangnya sarapan pagi, pemilihan jajanan yang kurang

baik serta jarang mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan. gizi kurang

mengganggu motivasi anak, kemampuannya untuk berkonsentrasi dan

kesanggupannya untuk belajar. Anak-anak gizi kurang ini akan terus terbelakang

karena sering terkena penyakit-penyakit yang berkaitan dengan gizi.

Daya Terima Makanan

Pengaturan terhadap cita rasa untuk menunjukkan penerimaan konsumen

terhadap suatu bahan pangan umumnya dilakukan dengan alat indera manusia.

bahan pangan yang akan diujicobakan kepada beberapa orang panelis pencicip

yang terlatih. Masing-masing panelis memberi nilai terhadap cita rasa bahan

tersebut. Jumlah nilai dari para panelis akan menentukan mutu atau penerimaan

terhadap bahan yang diuji (Winaryo 2002).

Rangsangan yang timbul oleh makanan melalui panca indera penglihatan,

penciuman, pencicipan, dan pendengaran menentukkan daya terima terhadap

suatu makanan. Rangsangan citarasa yang ditimbulkan oleh makanan adalah

faktor utama yang akhirnya mempengaruhi daya terima terhadap makanan.

Tanggapan senang atau sangat suka bersifat pribadi, karena itu kesan seseorang

tidak dapat digunakan sebagai petunjuk tentang penerimaan suatu komoditi.

Tujuan uji penerimaan adalah untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat

sensorik tertentu dapat diterima masyarakat. Tanggapan senang atau suka harus

diperoleh dari sekelompok orang yang dapat mewakili pendapat umum atau suatu

populasi masyarakat tetentu (Soekarto 1985).

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang yang

diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbs) dan penggunaan (utilization)

zat gizi makanan. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang,

maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut gizinya

baik atau tidak baik (Riyadi 1995)

Penilaian status gizi meliputi beberapa cara, yaitu konsumsi pangan,

biokimia, antropometri, fisiologis, dan klinis. Antropometeri terdiri dari antro

adalah tubuh, dan metric adalah ukuran. Ada dua jenis kegunaan penilaian

antropometri untuk mengukur pertumbuhan dan untuk mengukur komposisi tubuh.

Pengukuran antropometri sering dilakukan adalah berat badan (BB) : mengetahui

massa tubuh, panjang/tinggi badan (BB/TB : mengetahui dimensi linear, tebal

lipatan kulit (skinfcld thickness) dan lingkar lengan atas (LILA) : mengetahui

komposisi tubuh, cadangan energi dan protein. Kekurangan dari penilaian secara

antropometri adalah : relatif kurang sensitif, tidak dapat mengidentifikasikan zat

gizi secara halus, tidak dapat membedakan gangguan akibat defisiensi zat gizi

dengan defisiensi gangguan intik energi dan protein, faktor-faktor non gizi dapat

mengurangi spesifisitas dan sensitivitas pengukuran. Kelebihan penilaian

antropometri adalah sederhana, aman non invansif, sampel besar, peralatan rumah,

portable, tahan lama, mudah didapat, dapat dilakukan oleh petugas bukan ahli,

informasi riwayat gizi masa lampau, identifikasi keadaan gizi, ringan, sedang dan

buruk, pemantauan status gizi, screening test (Briawan & Madanijah 2008)

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

6

Pengukuran status gizi anak dilakukan dengan menggunakan indeks

antropometri berikut ini, yaitu indeks berat badan menurut umur (BB/U), indeks

berat badan menurut panjang/tinggi badan (BB/TB), indeks gabungan (BB/U;

BB/TB; TB/U), indeks lingkar lengan atas (LILA), indeks lingkar kepala menurut

umur (LK/U) dan tebal lemak dibawah kulit (TLBK). Kategori berbagai ukuran

antropometri disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1 Kategori status gizi pada berbagai ukuran antropometri BB/U TB/U BB/TB

Gizi lebih (>2.0 SD) Normal (≥-2.0 SD) Gemuk (>2.0 SD)

Gizi baik (-2.0 SD s/d +2.0

SD)

Pendek/stunted (<-2.0 SD) Normal (-2.0 SD s/d +2.0

SD)

Gizi kurang (<-2.0 SD) Kurus/ Wasted ( < -2.0 SD)

Gizi buruk (<-3.0 SD) Sangat kurus < -3.0 SD)

Dari berbagai jenis indeks-indeks tersebut, untuk menginterpretasikannya

dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para

Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu, persen terhadap

median, persentil, dan standar deviasi unit.

1) Persen terhadap Median

Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi

median sama dengan persentil 50.

Tabel 2 Klasifikasi status gizi menggunakan persen terhadap median

Status Gizi Indeks

BB/U TB/U BB/TB

Gizi baik > 80% >90% >90%

Gizi sedang 71% - 80% 81%-90% 81%-90%

Gizi kurang 61% - 70% 71%-80% 71 %- 80%

Gizi buruk ≤ 60% ≤ 70% ≤ 70%

Suber : Yayah K. Husaini, Antropometri Sebagai Indeks gizi dan Kesehatan

Masyarakat. Medika, no. 8 Th. XXIII, 1997. Hlm 269 dalam

2) Persentil

Para ahli merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median,

akhirnya mereka memilih cara persentil. Persentil 40 sama dengan median atau

nilai tengah dari jumlah populasi berada diantaranya dan setengahnya berada

dibawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan

persentil ke 50 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas

gizi lebih dan gizi baik.

3) Standar Deviasi Unit (SD)

Standar Deviasi unit disebut juga z-score. WHO menyarankan

menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan. Rumus

perhitungan z-score:

z-score =

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

7

Tabel 3 Klasifikasi status gizi menggunakan z-score

Status gizi Indeks BB/U, TB/U, BB/TB

Gizi lebih ≥ + 2 SD

Gizi baik ≥ - 2 SD dan < +2 SD

Gizi kurang ≥ - 3 SD dan < - 2 SD

Gizi buruk < - 3 SD

Sumber : Soekirman 2000

Penilaian status gizi seseorang atau sekelompok orang bertujuan untuk

mengetahui baik buruknya status gizi. Penilaian status gizi dapat dilakukan

dengan berbagai cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara

langsung melalui pengukuran antropometri dan penilaian biokimia. Status gizi

merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang

diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilitas zat gizi makanan

(Gibson 2005).

Gibson (2005) menyatakan bahwa pada anak-anak indeks antropometri yang

sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Indeks

antropometri dapat dinyatakan dalam istilah z-score, persentil atau persen

terhadap median. Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini

karena mudah berubah. Namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan

tidak hanya dipengaruhi oleh umur saja tetapi juga oleh tinggi badan (TB).

Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu dan indikator BB/TB

menggambarkan status gizi saat ini secara sensitif dan spesifik.

Menurut WHO (2007) pengukuran status gizi pada anak usia 5 hingga 19

tahun sudah tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan

indeks masa tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Kategori status gizi berdasarkan

IMT/U dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U Variabel Kategori

z< -3 Sangat kurus

-3 ≤ z < -2 Kurus

-2 ≤ z < 1 Normal

1 ≤ z ≤ 2 Overweight

z > 2 Obese

Sumber: WHO 2007

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan merupakan hasil proses penginderaan terhadap objek tertentu.

Proses penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman rasa, dan melalui kulit. Pengetahuan

merupakan faktor dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden

dalam pengetahuan yang ingin diketahui (Notoatmodjo 2003). Pengetahuan gizi

merupakan aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman responden tentang ilmu

gizi, jenis zat gizi, serta interaksinya terhadap status gizi dan kesehatan.

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

8

Pengetahuan gizi merupakan landasan yang penting dalam menentukan konsumsi

makanan (Khomsan 2000). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan

berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi

tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya

(Irawati et al. 1992 di dalam Sukandar 2007).

Selanjutnya, Khomsan (2000) menyatakan tingkat pengetahuan gizi siswa

dapat diperoleh melalui skor dari beberapa pertanyaan yang berbentuk multiple

choice. Masing-masing pertanyaan diberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0

untuk jawaban salah. Selanjutnya tingkat pengetahuan gizi siswa dikategorikan

dengan menetapkan cut of point dari skor yang telah dijadikan persen. Adapun,

kategori untuk tingkat pengetahuan gizi dibagikan ke dalam tiga kelompok yaitu

baik (>80%), sedang (60-80%), dan kurang (<60 %).

Pendidikan Gizi

Menurut Khomsan (2000) Pendidikan gizi bisa dikatakan bahwa program

pendidikan atau penyuluhan gizi yang terpadu akan memberikan hasil yang lebih

baik. Informasi gizi yang ingin disampaikan jangan sampai tumpang tindih

merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam pendidikan gizi. Informasi yang

disampaikan harus mudah dipraktekan, perubahan yang diharapkan harus

seminimal mungkin, saran-saran yang disampaikan harus bermanfaat merupakan

hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan isi pendidikan gizi.

Ada beberapa metode pendidikan yang bisa digunakan untuk

menyampaikan informasi di bidang pangan dan gizi. masing-masing metode

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena orang yang akan

mengajarkan pengetahuan pangan dan gizi perlu lebih dahulu mengetahui medan

atau situasi sehingga pesan-pesan yang disampaikan bisa sampai kepada sasaran.

Metode yang dapat digunakan meliputi metode ceramah, metode diskusi

kelompok, metode kelompok studi kecil, metode Role-Play, metode Case-Study,

dan metode Brainstorming (Khomsan 2000).

Pendidikan gizi hendaknya dimulai sejak dini. Pendidikan gizi dan

kesehatan mulai diarahkan pada murid TK dan SD, mengingat kelompok usia ini

memiliki kebebasan sikap yang relatif mudah dibentuk (Khomsan 2002).

Pendidikan gizi pada anak mempunyai beberapa keuntungan antara lain anak-anak

mempunyai pemikiran terbuka dibandingkan orang dewasa dan pengetahuan yang

diterima merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan makannya.

Zat Besi

Besi merupakan elemen kunci dalam proses metabolisme hampir semua

organisme hidup. Pada manusia besi merupakan komponen esensial dari ratusan

protein dan enzim. Besi yang menyusun tubuh sekitar 2-4 gram. Besi dalam tubuh

berasal pada sel darah merah (hemoglobin 60-65%), otot (myogloblin 5-10%),

enzim 2-5 %, aliran darah (tranferin 0,1 %), sebagai cadangan (ferritin 20 % dan

hemosiderin 10 %). Jumlah besi dalam tubuh bervariasi, tergantung pada usia,

jenis kelamin, kehamilan dan pertumbuhan (Marliyana & Kustiyah 2008).

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

9

Besi dalam makanan dapat berada dalam bentuk besi hem dan besi non-

heme. Besi hem terutama berasal dari hemoglobin dan mioglobin dan banyak

ditemukan pada pangan hewani seperti daging, ikan, dan unggal (50-60% zat

besinya dalam bentuk hem dan sisanya dalam bentuk non-heme). Besi nonheme

banyak terdapat pada pangan nabati seperti buah-buhan, sayuran, kacang-

kacangan, biji-bijian dan dairy products (susu, keju, yoghurt dan sebagainya) serta

telur (Marliyana & kustiyah 2008).

Kadar besi dalam darah meningkat selama pertumbuhan hingga remaja.

Kadar besi otak yang kurang pada masa pertumbuhan tidak dapat diganti setelah

dewasa. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama

terhadap fungsi neurotransmitter (pengantar saraf). Akibatnya daya konsentrasi,

daya ingat, dan kemampuan belajar terganggu (Almatsier 2006). Faktor yang

mempengaruhi kebutuhan zat besi adalah keasamaan lambung dan bioavailabilitas

termasuk pemacu dan penghambat penyerapan besi non heme (WNPG VIII 2004).

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan besi adalah keasaman lambung dan

bioavailabilitas, termasuk pendorong dan penghambat penyerapan besi non heme.

Besi pada wanita sangat diperlukan, terutama karena adanya kehilangan besi

selama mestruasi. Menurut WNPG (2004), kecukupan besi untuk masing-masing

kelompok umur disajikan pada tabel berikut

Tabel 5 Angka kecukupan besi menurut umur

Kelompok Umur Besi (mg/hari)

Anak

0-6 bulan 0.5

7-11 bulan 7

1-3 tahun 8

4-6 tahun 9

7-9 tahun 10

Pria

10-12 tahun 13

13-15 tahun 19

16-18 tahun 15

19-29 tahun 13

30-49 tahun 13

50-64 tahun 13

64 + tahun 13

Wanita

10-12 tahun 20

13-15 tahun 26

16-18 tahun 26

19-29 tahun 26

30-49 tahun 26

50-64 tahun 12

64 + tahun 12

Hamil

Trimester 1 +0

Trimester 2 +9

Trimester 3 +13

Menyusui 0-6 bulan +6

7-12 bulan +6

Sumber : WKNPG 2004

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

10

Anemia

Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar

hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Nilai tersebut berbeda-beda

untuk kelompok usia dan jenis kelamin sebagaimana ditetapkan oleh Depkes dari

hasil Riskesdas yang dilakukan pada tahun 2007 dan tercantum pada Tabel 6

berikut ini.

Tabel 6 Rentang nilai normal kadar hemoglobin perempuan dan laki-laki dewasa,

anak-anak, dan ibu hamil

Kelompok Nilai rerata Hb

(g/dl)

Nilai SD (g/dl) Rerata ± 1SD

(g/dl)

Perempuan

dewasa

13.00 1.72 11.28 – 14.72

Laki-laki dewasa 14.67 1.84 12.83 – 16.51

Anak-anak (≤ 14

tahun)

12.67 1.58 11.09 – 14.25

Ibu hamil 11.81 1.55 10.26 – 13.36

Sumber: Depkes 2008

Anemia adalah suatu kondisi terjadinya defisiensi dalam ukuran atau jumlah

sel darah merah atau jumlah molekul hemoglobin yang dikandungnya, sehingga

membatasi terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara sel-sel darah

dan jaringan-jaringan tubuh (Stopler 2004). Berdasarkan WHO (2011) kadar

hemoglobin yang merupakan indikator status anemia dan tingkat keparahan

anemia dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7 Kadar hemoglobin sebagai indikator dan tingkat keparahan anemia

Kelompok Tidak

Anemia*

Anemia*

Ringan Sedang Berat

Anak usia 5-11 tahun >11.5 11.0-11.4 8.0-10.9 <8.0

Anak usia 12-14 tahun >12.0 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0

*Hemoglobin dalam g/dl

Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah dan

kandungan hemoglobin di dalamnya. Berdasarkan ukuran sel darah merah, yaitu

anemia makrositik, mikrositik, dan normositik. Sedangkan anemia berdasarkan

kandungan hemoglobin di dalamnya, yaitu anemia hipokromik dan normokromik.

Pada anemia makrositik, ukuran sel darah merah dan jumlah hemoglobin yang

terkandung bertambah. Sebaliknya pada anemia mikrositik, ukuran sel darah

merah mengecil. Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak

mengalami perubahan. Sedangkan anemia hipokromik terjadi karena kandungan

hemoglobin dalam sel tiap sel darah merah berkurang, sehingga warna sel darah

merah pucat. Sementara pada anemia normokromik, kandungan hemoglobin

normal (Stopler 2004).

Kelompok usia yang paling rentan terhadap anemia adalah balita, anak-anak,

remaja, serta wanita hamil dan menyusui. Hal ini terjadi karena pada masa balita,

anak-anak dan remaja terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Pada ibu hamil,

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

11

anemia terjadi karena adanya peningkatan volume plasma darah. Pada ibu

menyusui, anemia dapat terjadi karena kebutuhan yang meningkat (FAO 2001).

Anemia mikrositik-hipokromik, biasanya terjadi karena kekurangan zat besi,

penyakit kronis tingkat lanjut, atau keracunan timbal. Anemia normositik-

normokromik biasanya karena penyakit kronis fase awal atau perdarahan akut.

Anemia makrositik biasanya karena kekurangan vitamin B12. Berdasarkan hasil

Riskesdas yang dilakukan pada tahun 2007 menyatakan bahwa jenis anemia

terbanyak pada orang dewasa dan anak-anak adalah anemia mikrositik

hipokromik (60.2%). Jika dibandingkan antara anak-anak dan dewasa, anemia

mikrositik hipokromik ini lebih besar proporsinya pada anak-anak (Depkes 2008).

Suplementasi Besi

Menurut Arisman (2007), ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia

defisiensi besi, keempat pendekatan tersebut adalah (1) pemberian suplementasi

atau suntikan zat besi, (2) pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan

peningkatan asupan zat besi melalui makanan, (3) pengawasan penyakit infeksi,

dan (4) fortifikasi makanan pokok dengan zat besi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Silva et

al. (2003) pada anak usia 5 sampai 10 tahun di Colombo, Srilanka yang

menunjukkan bahwa suplementasi besi secara signifikan memperbaiki status

anemia dengan meningkatkan kadar hemoglobin dan serum ferritin. Menurut

Soekirman (2000), suplementasi dan fortifikasi merupakan cara penanggulangan

Anemia Gizi Besi. Gibney (2008) juga mengatakan bahwa suplementasi zat besi

merupakan salah satu pencegahan dan pengendalian anemia karena defisiensi zat

besi.

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

12

METODOLOGI

Desain, Tempat, dan Waktu

Desain penelitian ini mengacu pada penelitian payung Ajinomoto IPB

Nutrition Program yang berjudul “Peningkatan Status Gizi Anak Sekolah melalui

Peningkatan Mutu dan Keamanan Makanan Jajanan Kantin” yaitu pre

eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September

2012 sampai Februari 2013

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Jumlah contoh ditentukan dengan menggunakan rumus Lemeshow &

David (1997) dengan perhitungan sebagai berikut :

[(Z1-α)2 x (pxq)]

n ≥ -----------------------

d2

[(1.96)2 x (0.188 x 0.812)]

n ≥ -----------------------------------

(0.1)2

n ≥ 59

Keterangan :

n = jumlah contoh

α = derajat kepercayaan (0.05)

p = proporsi (prevalensi anemia di Provinsi Jawa Barat pada kelompok usia

anak dan remaja yang berusia 5-14 tahun menurut Riskesda (2007),

sebesar 18.8 %)

q = 1-p

d = presisi (10%)

Peneliti menggunakan estimasi drop out sebesar 10 %, sehingga diperoleh

jumlah contoh minimal sebesar 65 orang. Contoh penelitian ini adalah siswa

sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6 di SDN Palasari 02 pada rentang usia 9 -13 tahun

(Usia Anak Sekolah) dengan pertimbangan pada usia tersebut anak sudah lancar

membaca dan menulis serta lebih mudah untuk diwawancarai dan diberi instruksi

dalam pengisian kuesioner. Penarikan contoh dilakukan secara purposive yaitu

siswa kelas 4, 5, dan 6.

Contoh yang diambil oleh peneliti memiliki kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi yaitu kriteria yang digunakan oleh peneliti, kriteria eksklusi adalah

kriteria yang tidak diambil peneliti. Kriteria inklusi yang diambil yaitu (1)

merupakan siswa kelas 4, 5, dan 6 SDN Palasari 02, (2) terdiri dari laki-laki dan

perempuan, (3) bersedia mengisi kuesioner, 4) bersedia diambil darah untuk

penentuan kadar hemoglobin dalam darah. Kriteria eksklusi adalah siswa yang

keluar atau pindah dari SDN Palasari 02 ke sekolah lain dan siswa yang tidak

melengkapi data.

Pada awal penelitian jumlah seluruh contoh sebanyak 104, dengan jumlah

masing-masing kelas 4, 5, dan 6 sebesar 41 contoh, 36 contoh, dan 27 contoh.

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

13

Contoh yang memenuhi kriteria inklusi resmi menjadi contoh dalam penelitian ini,

yaitu sebesar 100 contoh. Sebelum diberikan intervensi atau perlakuan, dilakukan

pengambilan data baseline. Intervensi diberikan setiap hari kepada contoh selama

tiga bulan. Kemudian setelah tiga bulan dilakukan pengambilan data endline.

Dalam proses pemberian intervensi dan pengambilan data endline terjadi drop out

sehingga pada akhirnya diperoleh contoh sebesar 81.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer yang digunakan adalah data baseline dan endline pada penelitian payung

Ajinomoto IPB Nutrition Program. Data tersebut diperoleh melalui pengamatan

langsung dan wawancara menggunakan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan

yaitu : karakteristik contoh, pola konsumsi makanan sumber zat besi, kandungan

gizi makanan jajanan, daya terima makanan jajanan, pengetahuan gizi, dan kadar

hemoglobin dalam darah. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan yaitu

keadaan umum SDN Palasari 02.

Data karakteristik meliputi jenis kelamin, usia, dan uang saku diperoleh

dengan metode wawancara melalui pengisian kuesioner. Data karakteristik yang

meliputi berat badan dan tinggi badan diukur melalui penimbangan dan

pengukuran yang dilakukan kepada contoh. Alat yang digunakan untuk mengukur

berat badan adalah timbangan injak digital yang memiliki ketelitian 0.1 kg,

sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan adalah microtoice

dengan ketelitian 0.1 cm. Pengambilan data karakteristik meliputi : jenis kelamin,

usia, uang saku dilakukan pada saat pengambilan data endline, sedangkan

pengambilan data karakteristik meliputi status gizi, pengetahuan gizi, dan status

anemia dilakukan pada saat pengambilan data baseline.

Data pola konsumsi makanan sumber zat besi diperoleh melalui wawancara

dengan menggunakan Food Frequency Questionaires (FFQ) semi kuantitatif.

Jenis data yang digunakan berupa jenis dan frekuensi makan serta jumlah dalam

sekali makan makanan sumber zat besi. Pengambilan data pola konsumsi

makanan sumber zat besi dilakukan pada saat pengambilan data endline.

Data mengenai kandungan gizi makanan jajanan didapat berdasarkan

perhitungan makanan jajanan yang dihasilkan dan bahan utama maupun tambahan

dari makanan jajanan tersebut. Data daya terima makanan jajanan diperoleh

dengan formulir uji penerimaan. Pengambilan data kandungan gizi makanan

jajanan dan data daya terima makanan jajanan dilakukan pada saat intervensi

pemberian makanan jajanan kepada contoh.

Status gizi diperoleh berdasarkan IMT/U. Data pengetahuan gizi contoh

diperoleh dengan menilai jawaban yang diberikan contoh terhadap 20 pertanyaan

meliputi pengetahuan tentang zat-zat gizi secara umum, fungsi zat gizi, akibat

defisiensi dan kelebihan zat gizi dan perilaku hidup sehat. Data kadar hemogloblin

contoh diperoleh dengan cara pengambilan darah untuk kemudian dianalisis kadar

hemoglobin, yang dilakukan oleh tenaga puskesmas menggunakan instruction

manual automatic electric hemoglobin meter (Hb meter). Pengambilan data status

gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia contoh dilakukan sebanyak dua kali,

yaitu pengambilan data baseline dan endline.

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

14

Intervensi diberikan selama tiga bulan. Sebelum diberikan intervensi,

dilakukan pengambilan data status gizi, pengetahuan gizi, dan pengambilan darah

yang merupakan data baseline. Selanjutnya contoh diberikan intervensi, yakni

pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan suplementasi zat besi.

Pemberian makanan jajanan diberikan kepada contoh selama kurang lebih tiga

bulan (senin-sabtu). Makanan jajanan yang diberikan berupa makanan jajanan

manis dan makanan jajanan asin.

Pendidikan gizi diberikan kepada contoh bersama dengan pemberian

makanan jajanan, yaitu dalam waktu tiga bulan (11 pertemuan). Metode

pendidikan gizi menggunakan metode penyuluhan dengan menggabungkan

metode penyampaian konvensional dan simulasi/permainan/cerita dan diharapkan

dapat lebih mudah dipahami oleh siswa. Penyuluhan gizi untuk siswa

dilaksanakan setiap minggu secara paralel. Metode tersebut yaitu permainan kata,

cerdas cermat, kartu pasangan, permainan gerak tubuh, permainan gambar, kartu

pasangan, wayang, permainan gambar, permainan gerak tubuh, permainan kata,

dan cerdas cermat. Teknis pelaksanaan pendidikan gizi contoh meliputi

pembukaan penyuluhan (5 menit), pre test (5 menit), penyampaian materi (15

menit), simulasi/permainan/wayang (20 menit), post test (5 menit).

Suplementasi zat besi diberikan kepada contoh dua minggu sebelum

pengambilan data endline, yang sebelumnya diberikan obat cacing untuk

mengurangi gangguan absorpsi. Suplemen besi berbentuk cair yaitu sebanyak 5

ml dengan kandungan Ferrazone dengan elemental besi sebesar 15 mg, diberikan

kepada contoh dalam satu hari. Setelah tiga bulan intervensi, dilakukan

pengambilan data endline.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dimulai dari verifikasi, coding, entry, cleaning, dan

selanjutnya dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk mengecek konsistensi informasi.

Penyusunan kode sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya

dilakukan entri data dan kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan

tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Data tersebut diolah menggunakan

Microsoft excel 2007 dan SPSS 16 for Windows.

Data Karakteristik siswa, Jenis kelamin dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1)

laki-laki dan 2) perempuan. Usia contoh dikelompokkan berdasarkan sebaran data

yaitu: 1) 9 tahun, 2)10 tahun, 3)11 tahun, 4) 12 tahun, dan 5) 13 tahun. Besar uang

saku contoh yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan sebaran data

yaitu: 1) Rendah (<Rp 3000/hari), 2) Sedang (Rp 3001-Rp 5001/hari), 3) Tinggi

(>Rp 5002/hari) (Sugiyono 2011).

Data pola konsumsi makanan sumber besi meliputi jenis makanan, frekuensi

konsumsi, dan jumlah dalam sekali konsumsi. Jenis makanan sumber zat besi

berdasarkan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan). Frekuensi konsumsi

dihitung dalam satu bulan. Kandungan gizi makanan jajanan dihitung berdasarkan

data mengenai bahan-bahan penyusun makanan yang dikonversikan ke dalam

energi, protein, vitamin A, dan zat besi menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Makanan dan dihitung menggunakan rumus berikut : (Hardinsyah & Briawan

1994)

KG = x x G

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

15

Keterangan :

KG = kandungan gizi dari bahan makanan jajanan

B = berat bahan makanan jajanan yang dikonsumsi (gram)

G = kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan

jajanan

BDD = % bahan makanan jajanan yang dapat dimakan

Data daya terima contoh terhadap makanan jajanan dibedakan menjadi

enam, yaitu : 1) tidak dimakan, 2) hanya dicicipi, 3) dimakan bagian, 4)

dimakan bagian, 5) dimakan bagian, 6) dimakan habis (Gregoire & Spears

2007).

Kontribusi makanan jajanan terhadap AKG (Angka Kecukupan Gizi) contoh

diperoleh dengan membandingkan konsumsi makanan jajanan (kandungan gizi

makanan jajanan yang sudah diperhitungkan dengan daya terima) dengan AKG

contoh kemudian dikalikan 100%. Kontribusi makanan jajanan terhadap AKG

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Status gizi diperoleh berdasarkan indeks IMT/U. Penentuan nilai status gizi

berdasarkan software Anthroplus 2007 yang mengacu pada referensi WHO 2007.

Klasifikasi status gizi berdasarkan cara persen terhadap median dengan indeks

IMT/U dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U Variabel Kategori

z< -3 Sangat kurus

-3 ≤ z < -2 Kurus

-2 ≤ z < 1 Normal

1 ≤ z ≤ 2 Overweight

z > 2 Obese

Sumber: WHO 2007

Data pengetahuan gizi contoh diperoleh dengan menilai jawaban yang

diberikan contoh terhadap 20 pertanyaan. Setiap jawaban yang sesuai diberikan

skor 1, sedangkan setiap jawaban yang tidak sesuai diberikan skor 0. Pengetahuan

gizi contoh dihitung dengan menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh. Skor

maksimum dari keseluruhan pertanyaan adalah 20, sedangkan skor minimum

adalah 0. Total jawaban yang benar dipersentasikan terhadap jumlah skor

maksimum dan selanjutnya dikategorikan menjadi tiga kriteria. Khomsan (2000)

mengelompokkan tingkat pengetahuan gizi menjadi tiga kriteria yaitu 1) kurang

dengan skor <60 %, 2) sedang dengan skor 60-80 %, dan 3) baik dengan skor

>80%

Status anemia diperoleh dengan metode penentuan kadar hemoglobin

contoh berdasarkan WHO (2011) untuk anak usia 5-11 tahun dan anak usia 12-14

tahun. Status Anemia siswa ditentukan berdasarkan kadar Hemoglobin yang

dikategorikan dalam dua kelompok berdasarkan WHO 2011, yaitu tidak anemia

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

16

dan anemia (Hb <11.5 g/dl untuk usia 5-11 tahun dan Hb<12 g/dl untuk anak usia

12-14 tahun)

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik

menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16 for Windows. Untuk

mengetahui perubahan status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia sebelum

dan setelah intervensi digunakan uji statistik paired t test.

Definisi Operasional

Anemia adalah kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah

kurang dari normal, anak usia 5-11 tahun >11.5 g/dl, anak usia 12-14 tahun

>12.0 d/dl

Contoh adalah siswa siswi sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6 di SDN Palasari 02

Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.

Jenis kelamin adalah jenis kelamin contoh pada saat penelitian dilakukan dan

dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.

Kadar hemoglobin adalah nilai yang menentukan status anemia contoh

menggunakan instruction manual automatic electric hemoglobin meter (Hb

meter) yang dilakukan oleh tenaga puskesmas.

Karakteristik contoh adalah kondisi pribadi contoh meliputi usia, jenis kelamin,

dan uang saku per hari.

Makanan jajanan adalah makanan selingan berupa snack dengan citarasa manis

dan asin yang diberikan kepada siswa SDN Palasari 02 selama tiga bulan.

Jenis makanan jajanan adalah bakwan jagung, bihun goreng, bolu kukus,

combro, dadar gulung, donat coklat, donat strawberry, jelly, jelly anggur, jelly

buah, jelly kertas, jelly strawberry, lemper kuning, lontong, lontong daging,

martabak mini, mie goreng, molen, nagasari, nasi goreng, nasi putih ayam, nasi

uduk, nasi uduk daging, nasi uduk kuning, pastel, pisang coklat, pizza mie, putri

ayu, risoles, roti bakar, sate buah, singkong keramas, tahu isi. Pendidikan gizi adalah pemberian materi tentang gizi yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan gizi anak sekolah yang benar meliputi

pembukaan penyuluhan, pre test, penyampaian materi,

simulasi/permainan/wayang, post test.

Pengetahuan gizi adalah skor pengetahuan contoh tentang hal yang berhubungan

dengan gizi yang diukur dengan menjumlahkan seluruh jawaban yang benar

dari 20 pertanyaan yang diberikan melalui kuesioner.

Status anemia adalah keadaan kadar hemogloblin yang dinilai dengan 1) anemia

dan 2) tidak anemia.

Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara

jumlah yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi biologis yang dinilai

berdasarkan IMT/U.

Suplementasi besi adalah pemberian sediaan farmakologi zat besi dalam bentuk

cairan setiap hari selama dua minggu pada usia anak sekolah sebesar 15 mg

zat besi setiap hari.

Uang saku adalah jumlah uang yang diberikan oleh orang tua contoh per hari,

kemudian dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan

sebaran contoh.

Usia adalah umur contoh pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun dan berada pada usia anak sekolah (9-13 tahun).

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum SDN Palasari 02

SDN Palasari 02 merupakan sekolah negeri terakreditasi B yang terletak di

kampung Bantar Kambing RT 03 RW 07, Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk,

Kabupaten Bogor. Sekolah yang berdiri pada tahun 1977 ini memiliki luas tanah

dan bangunan adalah 1200 m2

dan 540 m2. Lokasi sebelah timur dibatasi oleh

kantor UPK (Unit Pelaksana Teknis Kurikulum) XXVIII Cijeruk, sebelah barat

dibatasi oleh rumah penduduk, sebelah selatan dibatasi oleh TPU (Tempat

Pemakaman Umum), dan sebelah utara dibatasi oleh jalan desa. Ruangan yang

dimiliki SDN Palasari 02 terdiri dari ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang dapur,

ruang guru, dan jamban. Ruang kelas berjumlah enam kelas. Ruang perpustakaan

terdiri dari buku teks pelajaran, buku pendidik, buku pengayaan, buku referensi,

dan sumber belajar lain. Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan SDN Palasari

02 berjumlah sembilan orang, terdiri dari satu kepala sekolah, enam guru yang

masing-masing bertanggung jawab terhadap satu kelas atau disebut juga sebagai

wali kelas, penjaga sekolah dan satu orang guru olahraga. Jumlah siswa disekolah

ini adalah 203 siswa yang terdiri dari 21 siswa kelas 1, 42 siswa kelas 2, 36 siswa

kelas 3, 41 siswa kelas 4, 36 siswa kelas 5, dan 27 siswa kelas 6.

Beberapa fasilitas yang cukup penting tidak tersedia di SDN Palasari 02,

yaitu kantin sekolah dan sumber air bersih. Keberadaan kantin sehat dan sumber

air bersih merupakan fasilitas yang harus tersedia di sekolah. Untuk itu Ajinomoto

dan Departemen Gizi Masyarakat IPB mendirikan fasilitas kantin dan sumber air

bersih di SDN Palasari 02. Pembangunan fasilitas ini sekaligus mendukung AINP

yaitu “Peningkatan Status Gizi Anak Sekolah melalui Peningkatan Mutu dan

Keamanan Makanan Jajanan Kantin”. Kantin merupakan tempat jajan anak

sekolah selain penjaja makanan jajanan di luar sekolah. Kantin sekolah

mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan pesan-pesan kesehatan dan

dapat menentukan perilaku makan siswa sehari-hari melalui penyediaan makanan

jajanan sekolah. Tujuan dari kantin sekolah adalah untuk memenuhi keperluan

siswa dengan menyediakan makanan yang enak, bergizi, terjamin kebersihannya

dengan harga yang terjangkau. Sumber air bersih tidak dapat lepas dari pengelolan

kantin yang sehat. Air bersih digunakan untuk menyelenggarakan makanan yang

sehat dan aman untuk dikonsumsi siswa sekolah, baik untuk proses pembuatan,

pencucian alat maupun untuk mencuci tangan.

Visi SDN Palasari 02 yaitu terwujudnya peserta didik yang cerdas, disiplin,

sehat, dan berkarakter melalui program AINP dan pembiasaan keagamaan

berdasarkan iman dan taqwa. Misi dari SDN Palasari 02 adalah (1)

Mengembangkan kegiatan keagamaan melalui pembiasaan pembacaan Asmaul

Husna dan surat Yasin, (2) Melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan, (3) meningkatkan kedisiplinan pendidik dan peserta

didalam berbagai kegiatan, (4) meningkatkan kesehatan peserta didik melalui

kegiatan AINP (Ajinomoto IPB Nutrition Program) dan kantin sehat.

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

18

Karakteristik Contoh

Jenis Kelamin

Contoh dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah yang terdiri dari siswa

kelas 4, 5, dan 6 SDN Palasari 02 dengan proporsi berbeda pada setiap kelas.

Contoh terdiri dari siswa laki-laki maupun siswa perempuan. Siswa laki-laki

sekolah dasar di Indonesia mempunyai proporsi jumlah lebih banyak daripada

perempuan. Berdasarkan BPS (2012), jumlah siswa laki-laki anak usia sekolah

(51.50%) lebih banyak daripada jumlah siswa perempuan anak usia sekolah

(48.50%). Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin di SDN Palasari 02 dapat

dilihat pada Tabel 9 berikut :

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin n %

Laki-laki 37 45.68

Perempuan 44 54.32

Total 81 100

Berdasarkan Tabel 9 di atas diketahui bahwa jumlah contoh dengan jenis

kelamin laki-laki sebanyak 37 siswa atau 45.68% dari total contoh keseluruhan.

Sedangkan contoh dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 44 siswa atau

54.32% dari total contoh keseluruhan. Pada penelitian ini jumlah contoh laki-laki

lebih sedikit daripada jumlah contoh perempuan. Hal yang sama terjadi pada hasil

penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2012) terhadap anak sekolah dasar di

Bogor, menyatakan bahwa jumlah perempuan sekolah dasar lebih banyak

daripada laki-laki.

Menurut Almatsier (2001) anak sekolah merupakan kelompok yang rentan

terhadap makanan yang dikonsumsi. Pada anak usia sekolah, ada perbedaan

kebutuhan gizi yang dibutuhkan. Siswa laki-laki usia sekolah dasar memiliki

kebutuhan energi yang lebih tinggi daripada siswa perempuan usia sekolah dasar,

yaitu laki-laki sebesar 2000 Kal energi, sedangkan perempuan sebesar 1900 Kal

energi.

Usia

Kisaran usia contoh yaitu 9 – 13 tahun, dengan rata-rata usia yaitu 11 tahun.

Contoh dari penelitian ini terdiri dari usia 9 - 13 tahun dengan proporsi yang

berbeda pada setiap kelas. Sebagian besar contoh berada pada usia 12 tahun

dengan persentase sebanyak 37.04% sebanyak 30. Sebanyak 5 contoh atau 6.17%

dari seluruh contoh berusia 9 tahun. Sebanyak 24 contoh atau 29.63% berada pada

usia 10 tahun. Usia contoh terendah atau paling kecil berada pada usia 9 dan 13

tahun, yaitu sebesar 6.17% sebanyak 5 contoh, dan sebanyak 20.99% contoh

berusia 11 tahun. Secara lebih rinci, sebaran contoh berdasarkan usia dapat dilihat

pada Tabel 10.

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

19

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan usia

Usia n %

9 tahun 5 6.17

10 tahun 24 29.63

11 tahun 17 20.99

12 tahun 30 37.04

13 tahun 5 6.17

Total 81 100.00

Rata-rata 11

Menurut Gunarsa (2004), pembagian tahapan perkembangan anak yang

menyatakan bahwa ada dua masa perkembangan pada anak usia sekolah yaitu

pada usia 6 – 9 tahun atau masa kanak-kanak tengah dan pada usia 10 – 12 tahun

atau masa kanak-kanak akhir. Berdasarkan masa perkembangan anak, contoh

penelitian termasuk dalam kategori kanak-kanak akhir yaitu usia 10 – 12 tahun.

Pada masa kanak-kanak akhir, anak tersebut memiliki karakteristik yang berbeda

dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Perbedaan ini terlihat dari aspek fisik,

mental, intelektual, sosial, dan emosional anak. Perbedaan aspek fisik yaitu

perubahan sistem reproduksi yang lebih matang sebagai tanda masa pubertas,

aspek mental dan emosional yang lebih ingin mencoba hal baru, serta perubahan

intelektual yang mulai berpikir konkrit, serta perubahan sosial yang mulai

bersosialisasi antar teman sebaya. Selain itu, menurut Arisman (2010), masalah

gizi yang terjadi pada masa kanak-kanak ini secara garis besar merupakan dampak

dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi, yaitu asupan yang

melebihi keluaran atau sebaliknya, disamping kesalahan dalam memilih bahan

makanan untuk disantap. Buah dari ketergantungan ini utamanya berupa penyakit

kronis, berat badan lebih dan kurang, pica, karies dentis dan yang paling penting

adalah adanya anemia defisiensi besi.

Uang Saku

Uang saku atau uang jajan merupakan bagian dari pengalokasian keluarga

yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu, seperti harian, mingguan

atau bulanan. Uang jajan yang diterima contoh merupakan pemberian dari orang

tua yang diberikan perhari. Uang jajan tersebut digunakan contoh untuk membeli

suatu produk tertentu, yaitu makanan jajanan. Berdasarkan sebaran uang saku

contoh, maka uang saku dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu

rendah (≤ 3000), sedang (3001 – 5001), dan tinggi (≥ 5002) (Sugiyono 2011).

Berikut ini merupakan tabel sebaran contoh berdasarkan uang saku.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan uang saku

Uang saku (Rp/hari) Kategori n %

≤ 3000 Rendah 60 74.07

3001 – 5001 Sedang 19 23.46

≥ 5002 Tinggi 2 2.47

Total 100.00

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan sebaran distribusi uang jajan siswa

SDN Palasari 02, sebagian besar berada pada kategori rendah atau rentang ≤ 3000

sebesar 74.07% sebanyak 60 contoh. Jumlah uang saku terendah contoh pada

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

20

rentang ≥ 5002 dengan persentase 2.47% sebanyak 2 contoh. Berdasarkan hasil

penelitian Syafitri et al. (2009) mengenai kebiasaan jajan siswa sekolah dasar

menunjukkan bahwa lebih dari separuh siswa mengalokasikan uang sakunya

untuk keperluan membeli makanan jajanan (68.00%).

Hasil ini mendekati dengan penelitian Rosa (2011), dimana di sekolah dasar

swasta dan negeri dengan akreditasi A dan B di wilayah Depok (53.70%) dan

Sukabumi (82.60%) berada pada kategori rendah (Rp 1 000 – 4 000). Uang saku

siswa SDN Palasari 02 tergolong rendah. Faktor yang memungkinkan rendahnya

uang saku siswa adalah keadaan ekonomi keluarga siswa.

Status Gizi

Menurut Riyadi (1995) status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh

seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan,

dan penggunaan zat gizi makanan, sehingga dapat diketahui apakah seseorang

atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik atau tidak. Sedangkan menurut

Suhardjo (1989), status gizi seseorang dipengaruhi oleh zat dan mutu pangan yang

dikonsumsi serta keadaan tubuh seseorang yang dapat menyebabkan gangguan

penyerapan zat gizi atau terinfeksi penyakit parasit.

Status gizi contoh ditentukan dengan menggunakan indikator indeks masa

tubuh berdasarkan usia (IMT/U), indikator ini digunakan karena pada anak usia 5

tahun hingga 19 tahun tidak menggunakan indikator berat badan berdasarkan

tinggi badan (BB/TB). Penentuan status gizi pada contoh penelitian didasarkan

pada indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) yang mengacu WHO (2007).

Pengkategorian status gizi contoh dibagi menjadi lima kelompok sebagai berikut,

yaitu sangat kurus (z < -3), kurus (-3 ≤ z < -2), normal (-2 ≤ z < +1), overweight

(+1 ≤ z ≤ +2), dan obese (z > +2). Penentuan nilai status gizi berdasarkan software

Anthroplus 2007 yang mengacu pada referensi WHO 2007. Keragaman status gizi

contoh disajikan secara rinci pada Tabel 12. Keragaman status gizi ini berasal dari

data baseline penelitian.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan status gizi

Status gizi n %

Sangat kurus (z < -3) 2 2.47

Kurus (-3 ≤ z < -2) 7 8.64

Normal (-2 ≤ z < 1) 65 80.25

Overweight (1 ≤ z ≤ 2) 6 7.41

Obese ( z > 2) 1 1.23

Total 81 100.00

Tabel 12 menunjukkan bahwa 80.25% contoh berstatus gizi normal. Kisaran

z-score siswa SDN Palasari 02 yaitu -4.6 - 2.3. Kategori status gizi siswa SDN

Palasari 02 secara berurutan yaitu 2.47 % kategori status gizi sangat kurus, 8.64%

berstatus gizi kurus, 7.41% status gizi overweight, dan 1.23% status gizi obese.

Menurut WHO (2007) permasalahan kesehatan masyarakat dapat dilihat

berdasarkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang dengan empat kriteria yaitu

rendah (<10.00%), sedang (10-19.90%), tinggi (20-29.90%), dan sangat tinggi

(>30.00%). Permasalahan kesehatan masyarakat berdasarkan status gizi kurus dan

sangat kurus pada penelitian ini yaitu 11.11% tergolong sedang. Status gizi yang

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

21

kurang optimal akan menimbulkan berbagai permasalahan pada anak terutama

anak usia sekolah. Kondisi status gizi yang baik sangat penting dan menjadi

perhatian utama untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan (skill)

serta kecerdasan (intelegence) anak usia sekolah supaya dapat berprestasi.

Menurut Maryam (2001) terdapat hubungan positif antara kondisi status gizi

dengan prestasi belajar. Status gizi merupakan faktor yang lebih mempengaruhi

terhadap prestasi belajar.

Menurut Arisman (2004), menyatakan bahwa masyarakat yang keadaan

gizinya baik adalah masyarakat yang terbebas dari masalah gizi. Masalah gizi

tersebut, baik masalah gizi kurang dan gizi lebih. Berdasarkan pendapat tersebut

dapat dikatakan bahwa sebagian dari seluruh contoh mempunyai masalah gizi.

Berikut Tabel 13 Sebaran jenis kelamin dan usia contoh berdasarkan status

gizinya.

Tabel 13 Sebaran jenis kelamin dan usia contoh berdasarkan status gizi

Sebaran

Status gizi

Sangat kurus Kurus Normal Overweight Obese Total

n % n % n % n % n % n %

Jenis kelamin

Perempuan 0 0.00 4 4.94 38 46.91 2 2.47 0 0.00 44 54.32

Laki-laki 2 2.47 3 3.70 27 33.33 4 4.94 1 1.23 37 45.68

Total 2 2.47 7 8.64 65 80.25 6 7.41 1 1.23 81 100.00

Usia

9 tahun 0 0.00 0 0.00 5 6.17 0 0.00 0 0.00 5 6.17

10 tahun 0 0.00 3 3.70 20 24.69 1 1.23 0 0.00 24 29.63

11 tahun 0 0.00 2 2.47 14 17.28 1 1.23 0 0.00 17 20.99

12 tahun 1 1.23 2 2.47 23 28.40 3 3.70 1 1.23 30 37.04

13 tahun 1 1.23 0 0.00 3 3.70 1 1.23 0 0.00 5 6.17

Total 2 2.47 7 8.64 65 80.25 6 7.41 1 1.23 81 100.00

Rata-rata z-score status gizi perempuan sebesar -0.70, sedangkan rata-rata z-

score status gizi laki-laki sebesar -0.48. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak

ada berbedaan yang signifikan antara status gizi perempuan dan laki-laki (p>0.05).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Soekirman et al. (2002) dan

Kustiyah et al. (2006), yang menyatakan kecenderungan bahwa laki-laki memiliki

peluang lebih besar untuk mengalami kurang gizi (underweight) dibandingkan

perempuan. Hasil penelitian Soekirman et al (2002) di wilayah Jawa Barat dan

Bogor memperlihatkan bahwa 15.00% anak laki-laki dan 8.30% anak perempuan

mengalami underweight. Pada penelitian Kustiyah et al. (2006) yang melibatkan

184 siswa SD di Bogor, prevalensi underweight pada contoh perempuan (25.40%)

lebih rendah daripada laki-laki (31.70%). Status gizi dipengaruhi langsung oleh

konsumsi dan penyakit infeksi serta dipengaruhi secara tidak langsung oleh

ketahanaan pangan keluarga, pola asuh anak, dan pelayanan kesehatan serta

sanitasi lingkungan.

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa semua umur dari 9 tahun

sampai 13 tahun sebagian besar contoh berstatus gizi normal. Hasil uji beda

menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan usia contoh antara

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

22

kelompok status gizi (p>0.05). Menurut Arisman (2010), laju pertumbuhan anak,

baik perempuan maupun laki-laki hampir sama cepatnya sampai pada usia 9 tahun.

Selanjutnya, antara 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan mengalami

percepatan lebih dahulu karena tubuhnya memerlukan persiapan menjelang usia

reproduksi, sementara anak laki-laki baru dapat menyusul dua tahun kemudian.

Puncak pertumbuhan berat badan dan tinggi badan perempuan tercapai pada usia

masing-masing 12.9 tahun dan 12.1 tahun. Sementara laki-laki sebesar 14.3 tahun

dan 14.1 tahun.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang menunjukkan

pemahamam responden tentang ilmu gizi, jenis zat gizi, serta interaksinya

terhadap status gizi. Pengetahuan gizi merupakan landasan yang penting dalam

menentukan konsumsi makanan (Khomsan 2000). Tabel 14 menunjukkan tingkat

pengetahuan gizi contoh. Sebaran pengetahuan gizi ini berasal dari data baseline

penelitian.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahun gizi

Tingkat pengetahuan gizi* n %

Baik 1 1.23

Sedang 11 13.58

Kurang 69 85.19

Total 81 100.00

*)keterangan : Baik > 80%. Sedang = 60 % – 80%. Kurang < 60 %

Berdasarkan Tabel 14, pengetahuan contoh berada pada ketiga kategori,

yaitu kurang, sedang, dan baik. Sebanyak 1.23% contoh memiliki pengetahuan

gizi baik dan sebanyak 13.58% contoh memiliki pengetahuan gizi sedang. Adapun

contoh memiliki pengetahuan gizi kurang dengan kategori kurang adalah

sebanyak 85.19%. Sebaran pengetahuan gizi contoh yang beragam tersebut diduga

karena adanya perbedaan informasi yang diperoleh contoh tentang gizi dan

kesehatan dan juga adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan gizi contoh. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa SD di

Kabupaten Bogor tahun 2010 tentang pengetahuan gizi dan keamanan pangan,

bahwa sebanyak 59.60% siswa memiliki pengetahuan gizi tergolong sedang

meskipun yang tergolong baik hanya sebanyak 5.30% siswa dan sisanya (35.10%)

tergolong rendah (Adriani 2010).

Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden

dalam pengetahuan yang ingin diketahui (Notoatmojo 2003). Dua puluh

pertanyaan yang diberikan kepada contoh untuk mengetahui tingkat pengetahuan

gizi contoh. Skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Semakin

tinggi skor pengetahuan gizi contoh maka semakin baik pengetahuan gizi contoh.

Sebaran pertanyaan tentang pengetahuan gizi yang dijawab benar contoh dapat

dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 menjelaskan mengenai jawaban dari setiap pertanyaan yang

dijawab benar oleh contoh. Mayoritas contoh atau sebanyak 92.59% dari jumlah

contoh yang ada menjawab benar pertanyaan pertama yaitu pertanyaan mengenai

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

23

pengertian makanan yang sehat, sedangkan sedikit contoh atau sebanyak 8.64%

yang menjawab benar pertanyaan istilah zat protein. Pengetahuan gizi mempunyai

peranan penting dalam pembentukkan kebiasaan makan seseorang, karena hal ini

akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi (Harper et al. 1985).

Tabel 15 Sebaran pertanyaan tentang pengetahuan gizi yang dijawab benar oleh

contoh

No Pertanyaan n %

1 Makanan yang sehat 75 92.59

2 Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh 45 55.56

3 Dampak makanan tidak bersih 66 81.48

4 Ciri-ciri anak yang kurang gizi 65 80.25

5 Istilah anak kegemukan 49 60.49

6 Istilah zat karbohidrat 45 55.56

7 Makanan yang banyak mengandung karbohidrat 37 45.68

8 Istilah zat protein 7 8.64

9 Jenis protein 14 17.28

10 Telur merupakan sumber protein hewani 27 33.33

11 Makanan yang banyak mengandung vitamin 45 55.56

12 Istilah kekurangan vitamin 13 16.05

13 Akibat kekurangan vitamin C 32 39.51

14 Manfaat zat besi 16 19.75

15 Makanan yang banyak mengandung zat besi 10 12.35

16 Makanan yang banyak mengandung kalsium 65 80.25

17 Manfaat kalsium 42 51.85

18 Jumlah air putih yang harus diminum dalam sehari 26 32.10

19 Jenis garam yang baik 21 25.93

20 Waktu untuk cuci tangan 67 82.72

Tabel 16 Sebaran jenis kelamin dan kelas contoh berdasarkan pengetahuan gizi

Sebaran

Pengetahuan gizi

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

Jenis kelamin

Perempuan 0 0.00 5 6.17 39 48.15 44 54.32

Laki-laki 1 1.23 6 7.41 30 37.04 37 45.68

Total 1 1.23 11 13.58 69 85.19 81 100.00

Kelas

Kelas 4 0 0.00 2 2.47 28 34.57 30 37.04

Kelas 5 0 0.00 1 1.23 28 34.57 29 35.80

Kelas 6 1 1.23 8 9.88 13 16.05 22 27.16

Total 1 1.23 11 13.58 69 85.19 81 100.00

Menurut Irawati et al. (1992) tingkat pengetahuan gizi seseorang

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula

keadaan gizinya.

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

24

Rata-rata pengetahuan gizi perempuan sebesar 48.18%, sedangkan rata-rata

pengetahuan gizi laki-laki sebesar 46.76%. Hasil uji beda menunjukkan bahwa

tidak ada berbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi perempuan dan laki-

laki (p>0.05).

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa semua kelompok kelas sebagian

besar contoh dengan tingkat pengetahuan gizi kurang. Hasil uji beda

menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan gizi,

baik kelas 4, 5, maupun kelas 6 (p<0.05). Semakin bertambah umur anak, maka

kemampuan kognitifnya semakin mengalami kesenjangan (Hardinsyah &

Tambunan 2004). Penyelenggaraan program gizi yang baik akan membawa

manfaat yang luar biasa menguntungkan bagi perkembangan ekonomi dalam

rangka meningkatkan pembangunan nasional.

Status Anemia

Kadar Hb (hemoglobin) merupakan indikator status gizi secara biokimia

yang digunakan untuk mengetahui seseorang menderita anemia atau tidak.

Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin

darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia adalah suatu kondisi terjadinya

defisiensi dalam ukuran atau jumlah sel darah merah atau jumlah molekul

hemoglobin yang dikandungnya, sehingga membatasi terjadinya pertukaran

oksigen dan karbondioksida antara sel-sel darah merah dan jaringan tubuh.

Berdasarkan WHO (2011) kadar hemoglobin yang merupakan indikator status

anemia. Untuk anak usia 5-11 tahun, sudah dikatakan anemia jika kadar Hb dalam

darah < 11.5 g/dl. Untuk anak usia 12-14 tahun, sudah dikatakan anemia jika

kadar Hb dalam darah <12 g/dl. Sebaran contoh berdasarkan status anemia

disajikan pada Tabel 17. Sebaran status anemia ini berasal dari data baseline

penelitian.

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan status anemia

Variabel n %

Anemia 80 98.77

Tidak Anemia 1 1.23

Total 81 100.00

Berdasarkan Tabel 17 sebagian besar contoh termasuk kategori anemia

dengan persentase sebesar 98.77 %. Rata-rata kadar Hb contoh yang mengalami

anemia adalah 9.63 g/dl. Sedangkan sisanya sebanyak 1.23% contoh dari total

keseluruhan contoh yang ada termasuk kategori normal dengan nilai kadar Hb

adalah 12 g/dl. Kelompok usia yang paling rentan terhadap anemia adalah balita,

anak-anak, remaja, serta wanita hamil dan menyusui. Hal ini terjadi karena pada

masa balita, anak-anak dan remaja terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Contoh

dalan penelitian ini adalah anak usia 9-13 tahun. Menurut RSCM dan PERSAGI

(2004) usia 7-13 tahun termasuk kategori remaja, sehingga contoh dalam

penelitian ini adalah termasuk kelompok usia yang rentan terhadap anemia. Hasil

penelitian Sinha et al. (2008) yang dilakukan di India pada anak usia 6-35 bulan

menyatakan bahwa prevalensi anemia pada penelitian tersebut sangat tinggi yaitu

80.30%, dimana lebih dari seperempat anak (27.70%) termasuk anemia tingkat

ringan, separuh anak (51.3%) termasuk anemia tingkat sedang, dan 1.30% anak

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

25

termasuk ke dalam kategori anemia tingkat berat. Tingginya prevalensi tersebut

disebabkan oleh buruknya kondisi sanitasi dan rendahnya kondisi sosioekonomi

(Queiroz & Torres 2000). Berikut Tabel 18 sebaran jenis kelamin dan usia contoh

berdasarkan status anemia

Tabel 18 Sebaran jenis kelamin dan usia contoh berdasarkan status anemia

Sebaran

Status anemia

Anemia Tidak anemia Total

n % n % n %

Jenis kelamin

Perempuan 44 54.32 0 0.00 44 54.32

Laki-laki 36 44.44 1 1.23 37 45.68

Total 80 98.77 1 1.23 81 100.00

Usia

9 tahun 5 6.17 0 0.00 5 6.17

10 tahun 24 29.63 0 0.00 24 29.63

11 tahun 17 20.99 0 0.00 17 20.99

12 tahun 29 35.80 1 1.23 30 37.04

13 tahun 5 6.17 0 0.00 5 6.17

Total 80 98.77 1 1.23 81 100.00

Rata-rata kadar hemogloblin contoh perempuan sebesar 9.54 g/dl,

sedangkan kadar hemoglobin contoh laki-laki sebesar 9.80 g/dl. Hasil uji beda

menunjukkan bahwa tidak ada berbedaan yang signifikan antara status anemia

contoh perempuan dan laki-laki (p>0.05). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan Manampiring (2008) pada anak usia sekolah dengan usia 6-13

tahun, menyatakan bahwa rata-rata kadar hemoglobin anak sekolah dasar di Desa

Minaesa yaitu 11.63 g/dl. Menurut jenis kelamin, anak laki-laki mempunyai kadar

hemoglobin lebih tinggi (12.05 g/dl) daripada perempuan (11.44%), sedangkan

menurut kelompok umur anak-anak pada umur 6-9 tahun memiliki kadar

hemoglobin lebih tinggi (12.21 g/dl) daripada anak pada kelompok umur 10-13

tahun (11.74 g/dl).

Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa semua umur dari 9 tahun

sampai 13 tahun sebagian besar contoh menderita anemia. Hasil uji beda

menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan usia contoh antara

kelompok status gizi (p>0.05). Menurut Arisman (2007), secara umum ada tiga

penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu (1) kehilangan darah secara kronis,

sebagai dampak pendarahan kronis, (2) asupan zat besi tidak cukup dan

penyerapan tidak adekuat, dan (3) peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk

pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan

bayi, masa pubertas, masa kehamilan, dan masa menyusui.

Konsumsi Makanan Sumber Zat Besi

Di dalam makanan besi berada dalam bentuk besi heme dan non-heme. Besi

heme banyak ditemukan pada pangan hewani seperti daging, ikan, dan unggas.

Besi non-heme banyak terdapat pada pangan nabati seperti buah-buahan, sayuran.

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

26

kacang-kacangan, biji-bijian, serta telur. Kekurangan besi dapat menyebabkan

anemia gizi besi yang ditandai dengan kulit pucat, lemah/letih dan nafasnya

pendek akibat kekurangan oksigen (Gibney 2008).

Kisaran usia contoh yaitu 9-13 tahun, menurut WNPG (2004), kecukupan

besi untuk anak-anak usia 7-9 tahun sebesar 10 mg/hari. Kelompok pria dengan

usia 10-12 tahun sebesar 13 mg/hari dan pria usia 13-15 tahun sebesar 19 mg/hari.

sedangkan untuk kelompok wanita usia 10-12 tahun sebesar 20 mg/hari dan

wanita usia 13-15 tahun sebesar 26 mg/hari, sehingga diperoleh rata-rata nilai

kecukupan besi dari 81 contoh sebesar 16.73 mg/hari. Aspek penting yang

memerlukan pertimbangan dalam menghitung kebutuhan akan zat besi adalah

persentasi zat besi yang diabsorpsi dari makanan. Persentase 5% diasumsikan bagi

diet atau pola makan yang berbahan dasar sereal, sayuran, buah-buahan, dan

kacang-kacangan. Persentase sekitar 10-15% digunakan bagi pola makan yang

mengandung daging dan produk hewani lainnya.

Menurut Gibney (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

zat besi adalah asupan zat besi, simpanan zat besi dan kehilangan zat besi. Laki-

laki memerlukan sekitar 1 mg besi yang diserap setiap harinya umtuk

menggantikan zat besi yang hilang melalui sekresi usus, sel epitel, urine, dan kulit.

Kehilangan zat besi yang dibutuhkan pada wanita berjumlah 0.8 mg/hari. Namun,

wanita dewasa mengalami kehilangan zat besi tambahan akibat menstruasi dan hal

ini menaikkan kebutuhan zat besi. Bahan makanan sumber zat besi yang

dikonsumsi contoh antara lain kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, tempe,

daging sapi, hati sapi, telur ayam (bagian kuning), telur asin, ikan mas, ikan

mujair, rebon, udang, bayam, daun melinjo, buah pir, madu, dan bakwan. Secara

lebih rinci dilihat pada Tabel 19.

Rata-rata pangan yang sering dikonsumsi contoh adalah tempe sebesar 59

kali dalam sebulan. Makanan yang terbuat dari kacang kedelai ini merupakan

makanan yang mudah didapat dan ditambah dengan harga yang relatif murah.

Hati sapi merupakan makanan yang jarang dikonsumsi contoh. Rata-rata contoh

mengonsumsi hati sapi 2 kali dalam sebulan. Selain harga yang cukup mahal, rasa

yang tidak disukai merupakan penyebab jarang dikonsumsi oleh contoh.

Konsumsi makanan paling banyak dalam sehari adalah tempe, yaitu sebanyak 33

gram dalam sehari. Sedangkan makanan yang paling sedikit dikonsumsi contoh

sebesar 1 gram dalam sehari yaitu kacang merah, hati sapi, rebon, udang, dan

madu.

Total konsumsi zat besi dalam makanan sebesar 10.55 mg/hari. Tempe

merupakan makanan yang menyumbangkan zat besi terbesar, yaitu 3.30 mg dalam

sehari. Sedangkan paling rendah menyumbangkan zat besi adalah kacang merah,

daging sapi, hati sapi, ikan mujair, rebon udang, daun melinjo, dan madu sebesar

0.10 mg. Persentase konsumsi zat besi terhadap kecukupan zat besi sebesar

64.04%. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Manampiring (2008),

pada anak sekolah dasar, menyatakan bahwa jumlah zat besi yang dikonsumsi

siswa sekolah dasar sebesar 6.88 mg, atau persentase terhadap AKG sebesar

53.61%. Menurut Notoatmatjo (2003), pada umumnya anak sekolah mengalami

defisiensi zat besi karena pada umur-umur ini anak sangat aktif bermain dan

banyak kegiatan baik di sekolah maupun di rumah, dan pihak lain, anak-anak pada

kelompok ini kadang mengalami penurunan nafsu makan sehingga konsumsi

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

27

makanan dan asupan zat besi menjadi tidak seimbang dengan kebutuhan zat besi

yang diperlukan.

Tabel 19 Rata-rata konsumsi dan sumbangan zat besi

Bahan pangan Rata- rata

Frekuensi/bulan Konsumsi

g/hari Kandungan Fe

(mg) Nilai

absorpsi Asupan

Fe (mg)

Kacang ijo 22 6 0.37 0.05 0.02

Kacang kedelai 36 3 0.19 0.05 0.01

Kacang merah 5 1 0.06 0.05 0.00

Tempe 59 33 3.30 0.05 0.16

Daging sapi 8 2 0.08 0.13 0.01

Hati sapi 2 1 0.08 0.13 0.01 Telur ayam

(kuning) 49 9 0.66 0.13 0.08

Telur asin 5 3 0.21 0.13 0.03

Ikan mas 12 7 0.71 0.13 0.09

Ikan mujair 6 2 0.15 0.13 0.02

Rebon 7 1 0.12 0.13 0.02

Udang 6 1 0.07 0.13 0.01

Bayam 27 13 0.77 0.05 0.04

Daun melinjo 7 2 0.09 0.05 0.00

Pir 14 30 1.88 0.05 0.09

Madu 5 1 0.12 0.13 0.01

Bakwan 35 23 1.69 0.05 0.08

Total 10.55 0.69

Rata-rata kecukupan per anak per hari 16.73 0.89

% Terhadap kecukupan 64.04 77.72

Persentase total zat besi yang diabsorpsi tubuh sebesar 0.69 mg, sedangkan

rata-rata kecukupan per anak per hari sebesar 0.89 mg/hari, sehingga nilai

persentase terhadap kecukupan zat besi yang diabsorpsi oleh tubuh sebesar

77.72%. Angka ini masih kurang dari kecukupan gizi yang seharusnya. Diduga

kekurangan konsumsi zat besi oleh contoh yang mengakibatkan sebagian besar

contoh menderita anemia gizi besi. Contoh dalam penelitian ini berada di daerah

desa dan kondisi ekonomi contoh pada umumnya berada pada kalangan sosial

ekonomi menengah ke bawah, sehingga akses terhadap makanan sumber zat besi

masih kurang. Gibney (2008) menyatakan bahwa di negara berkembang banyak

orang bergantung hanya pada makanan nabati yang memiliki absobsi zat besi

yang rendah. Hal ini menjadi penyebab utama anemia karena defisiensi zat besi.

Makanan yang berasal dari pangan hewani jarang diberikan kepada anak-anak di

daerah sosioekonomi rendah (Jiang et al. 2009)

Daya Terima Makanan Jajanan

Menurut Winarno (2002), pengaturan terhadap cita rasa untuk menunjukkan

penerimaan konsumen terhadap suatu bahan pangan umumnya dilakukan dengan

alat indera manusia. Daya terima terhadap suatu makanan ditentukan oleh

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

28

rangsangan yang timbul oleh makanan melalui panca indera penglihatan,

penciuman, pencicipan, dan pendengaran. Rangsangan citarasa yang ditimbulkan

oleh makanan adalah faktor utama yang akhirnya mempengaruhi daya terima

terhadap makanan. Tanggapan senang atau suka sangat bersifat pribadi, karena itu

kesan seseorang tidak dapat digunakan sebagai petunjuk tentang penerimaan suatu

komoditi. Tujuan uji penerimaan adalah untuk mengetahui apakah suatu komoditi

atau sifat sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Tanggapan senang

atau suka harus diperoleh dari sekelompok orang yang dapat mewakili pendapat

umum atau suatu populasi masyarakat tertentu (Soekarto 1985).

Makanan jajanan diberikan kepada contoh terdiri dari makanan jajanan

manis dan makanan jajanan asin, yaitu agar kertas, bakwan jagung, bihun goreng,

bolu kukus, combro, dadar gulung, donat coklat, donat strawberry, jelly, jelly

anggur, jelly buah, jelly kertas, jelly strawberry, lemper kuning, lontong, lontong

daging, martabak mini, mie goreng, molen, nagasari, nasi goreng, nasi putih ayam,

nasi uduk, nasi uduk daging, nasi uduk kuning, pastel, pisang coklat, pizza mie,

putri ayu, risoles, roti bakar, sate buah, singkong keramas, tahu isi toge. Makanan

jajanan diberikan kepada contoh dengan pendampingan dari guru wali kelas

masing-masing kelas 4, 5, dan 6. Setelah makanan dikonsumsi contoh, guru wali

kelas mengamati sisa dari makanan jajanan yang tidak habis dikonsumsi oleh

setiap contoh.

Berdasarkan hasil yang didapat, secara umum rata-rata daya terima contoh

terhadap makanan jajanan sangat baik yaitu sebesar 95.33 %. Persentase daya

terima tertinggi contoh terdapat pada jajanan donat coklat, jelly, martabak mini,

nasi putih ayam, nasi uduk daging, roti bakar, dan singkong keramas (100%).

Persentase daya terima terendah terdapat pada jajanan mie goreng (89.81%). Daya

terima contoh terhadap makanan jajanan sangat baik, namun daya terima jajanan

mie goreng yang paling rendah, hal ini disebabkan karena beberapa contoh kurang

menyukai jajanan mie goreng. Secara lebih rinci rata-rata daya terima makanan

jajanan yang diberikan kepada contoh dapat dilihat pada Lampiran 1.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi contoh atas makanan jajanan

adalah penampakan, rasa, lingkungan, mutu makanan, dan selera. Semakin baik

tingkat daya terima terhadap makanan jajanan maka semakin baik pula faktor-

faktor tersebut. Daya terima yang sangat baik atau tinggi juga akan meningkatkan

asupan gizi contoh. Asupan gizi yang cukup akan berpengaruh terhadap status gizi

individu, dimana semakin baik asupan gizi individu maka akan semakin baik pula

status gizi individu tersebut (Syarifah 2010).

Kandungan Gizi Makanan Jajanan

Menurut Khomsan (2004), dengan jajan, anak mengenal beragam makanan

yang dijual disekolah. Konsumsi jajanan dapat membantu seorang anak untuk

membentuk selera makan yang beragam. Pada saat dewasa nanti mereka dapat

menikmati aneka ragam makanan. Makanan jajanan juga dapat dijadikan salah

satu alternatif pemenuhan sumber zat gizi yang kurang dari konsumsi hariannya.

Pada penelitian ini, selama kurang lebih tiga bulan contoh diberikan makanan

jajanan. Dalam satu hari diberikan dua makanan jajanan yang berbeda, yaitu

makanan jajanan manis dan asin. Berikut ini disajikan Tabel 20 kandungan gizi

makanan jajanan

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

29

Berdasarkan Tabel 20, energi tertinggi terdapat pada makanan jajanan mie

goreng+bolu kukus, sedangkan energi terendah terdapat pada makanan jajanan

bakwan jagung + donat strawberry. Nilai protein tertinggi terdapat pada lemper

kuning + putri ayu, sedangkan protein terendah terdapat pada makanan jajanan

combro + jelly. Nilai vitamin A tertinggi terdapat pada makanan jajanan nasi uduk

kuning + krupuk, sedangkan vitamin A terendah terdapat pada makanan jajanan

lepet + roti bakar. Nilai zat besi tertinggi terdapat pada makanan jajanan nasi

goreng + putri ayu dan lemper kuning + putri ayu, sedangkan zat besi terendah

terdapat pada makanan jajanan nasi uduk + jelly coklat dan nasi kuning + jelly.

Tabel 20 Kandungan gizi makanan jajanan

Nama makanan jajanan Kandungan Gizi

Energi (Kal)

Protein

(g) Vitamin A

(RE) Besi (mg)

nasi goreng + putri ayu 345 9.30 223.50 2.10 lontong daging + molen 342 4.48 131.92 0.53 nasi uduk kuning + sate buah 245 4.46 99.72 0.56 martabak mini + singkong keramas 325 4.70 39.50 0.80 pastel + nagasari 283 7.20 22.00 0.90 pizza mie + agar kertas 213 5.40 20.90 1.50 lemper kuning + putri ayu 265 11.80 162.10 2.10 bihun goreng + pisang cokelat 250 3.90 3.80 0.50 nasi uduk + sate buah 245 4.46 100.52 0.56 tahu isi toge + jelly strawberry 217 5.30 70.70 1.90 bakwan jagung + donat strawberry 205 5.30 15.80 0.50 nasi uduk kuning + jelly 223 3.30 69.72 0.47 lontong + jelly 237 3.84 12.86 0.59 nasi putih ayam 252 6.52 27.80 1.95 Nasi uduk kuning + krupuk 222 3.94 286.35 0.89 nasi goreng + krupuk 239 3.32 240.00 0.58 nasi uduk +jelly 232 3.94 46.35 0.89 nasi uduk daging 248 5.60 0.90 0.76 mie goreng + bolu kukus 352 10.04 39.40 1.36 lepet + roti bakar 286 5.10 0.00 0.94 bihun goreng + donat coklat 314 2.35 112.23 0.60 lontong + dadar gulung 232 4.82 12.56 0.75 nasi uduk + jelly 248 4.16 69.72 0.47 nasi uduk + pisang coklat 323 4.76 72.52 0.66 lontong + putri ayu 288 8.09 174.56 1.89 molen + risoles 340 4.54 78.17 0.90 nasi goreng + bolu kukus 291 6.10 77.50 1.10 bihung goreng + donat coklat 250 3.90 3.80 0.50 combro + jelly 297 1.46 44.30 0.68 nasi uduk + dadar gulung 330 6.28 69.72 0.82 lemper + bolu kukus 211 8.60 16.10 1.10 Rata-rata 269 5.39 75.65 0.96

Makanan jajanan dapat dijadikan alternatif sarapan jika anak sekolah tidak

sempat sarapan di rumah. Penelitian yang dilakukan Stefani (2012) pada sekolah

dasar, menyatakan bahwa 43.81 % siswa sekolah dasar jarang sarapan dirumah.

Menurut Khomsan (2005), Ada dua manfaat yang bisa diambil dari sarapan.

Pertama, sarapan dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

30

meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal,

maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif

untuk meningkatkan produktivitas. Kedua, pada dasarnya sarapan akan

memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti

protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat juga

untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Oleh sebab itu, makanan

jajanan berperan penting dalam memenuhi gizi individu. Jika individu kekurangan

gizi dari makanan pokok/makanan seharinya, maka makanan jajanan merupakan

alternatif dalam pemenuhan gizi sehari. Terpenuhinya kebutuhan gizi individu

akan meningkatkan status gizi yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan

pendapatan dan kesempatan kerja masyarakat serta perekonomian

.

Kontribusi Zat Gizi Makanan Jajanan terhadap AKG

Makanan jajanan juga dapat dijadikan salah satu alternatif pemenuhan

sumber zat gizi yang kurang dari konsumsi hariannya. Kontribusi zat gizi

makanan jajanan yang dikonsumsi oleh contoh diperhitungkan. Hasil perhitungan

dimaksudkan untuk melihat banyaknya zat gizi yang dikonsumsi oleh contoh

khususnya pada makanan jajanan. Zat gizi yang dihitung kontribusinya adalah

energi, protein, vitamin A, dan zat besi. Berikut disajikan Tabel 7 kontribusi zat

gizi makanan jajanan contoh terhadap angka kecukupan gizi contoh.

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui rata-rata kontribusi konsumsi zat gizi

makanan jajanan pada contoh. Kontribusi zat gizi tertinggi dari makanan jajanan

yaitu Vitamin A (14.49%). Hal tersebut disebabkan makanan jajanan beberapa

pengolahannya dengan cara mengoreng atau adanya penggunaan minyak goreng

dalam pengolahannya, dimana dalam 100 g minyak goreng terdapat 8000 RE

Vitamin A. Selain itu, kontribusi zat gizi lainnya dari makanan jajanan terhadap

AKG contoh antara lain energi sebesar 13.08%, protein sebesar 10.28%, dan zat

besi sebesar 6.56%.

Tabel 21 Kontribusi makanan jajanan terhadap AKG

Zat gizi Rata-rata konsumsi % kontribusi AKG Energi (Kal) 257 13.08 Protein (g) 5.13 10.28 Vitamin A (RE) 72.11 14.49 Besi (mg) 0.92 6.56

Kontribusi zat gizi terendah dari jajanan adalah zat besi (6.56%) yang

disebabkan oleh kurangnya bahan pangan hewani yang terdapat pada makanan

jajanan. Kekurangan pangan hewani ini disebabkan karena harga yang relatif lebih

mahal daripada bahan lain dan akan berdampak pada harga makanan jajanan

menjadi lebih mahal yang akan memberatkan contoh.

Kontribusi makanan jajanan sebaiknya tidak dihilangkan dari konsumsi

harian karena memberikan sumbangan yang cukup berarti. Peranan pangan

jajanan di Indonesia sangat strategis dan mudah dijumpai di lingkungan sekolah,

dan pada umumnya rutin dikonsumsi oleh sebagian besar anak usia sekolah.

Kontribusi pangan jajanan terhadap pemenuhan gizi juga dilaporkan cukup

penting, misalnya rata-rata kebutuhan energi dan protein siswa SD dapat terpenuhi

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

31

oleh pangan jajanan hingga sekitar 36% untuk energi dan 30% untuk protein

(Komalasari 1991).

Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan terhadap Status Gizi

Intervensi yang dilakukan untuk memperbaiki status gizi contoh yaitu

dengan pemberian makanan jajanan. Selama kurang lebih tiga bulan contoh

diberikan makanan jajanan yang terdiri dari dua macam yaitu makanan jajanan

manis dan asin. Rata-rata kandungan gizi yang diterima contoh setelah

diperhitungkan dengan daya terima terhadap makanan jajanan yaitu energi sebesar

257 Kal, protein sebesar 5.13 gram, vitamin A sebesar 72.11 RE, dan zat besi

sebesar 0.92 mg. Perbedaan status gizi contoh sebelum dan setelah intervensi

secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Perbedaan status gizi sebelum dan setelah intervensi pemberian

makanan jajanan

Kisaran z-score contoh SDN Palasari 02 sebelum pemberian makanan

jajanan yaitu -4.6 - 2.3 atau rata-rata sebesar 0.6 dan setelah pemberian makanan

jajanan menjadi -3.88 – 2.41 atau rata-rata sebesar 0.69. Berdasarkan hasil uji

statistik paired t test yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak terdapat

perubahan yang signifikan (p>0.05) status gizi (IMT/U) antara sebelum dan

setelah intervensi pemberian makanan jajanan selama kurang lebih tiga bulan

yaitu sebesar p=0.438. Meskipun pemberian makanan jajanan dinilai tidak

berpengaruh dalam meningkatkan status gizi contoh, namun pemberian makanan

jajanan meningkatkan rata-rata nilai z-score contoh sebasar 0.09.

Penurunan status gizi normal setelah diberikan intervensi pemberian

makanan jajanan dapat dikatakan bukan hasil yang diharapkan. Hal tersebut sesuai

dengan penelitian Triatma dkk. (2000), penelitian terhadap siswa sekolah dasar

yang mendapat PMT-AS mempunyai kecenderungan mengurangi porsi dan

kebiasaan sarapan pagi pada hari pemberian PMT-AS. Penelitian yang dilakukan

Titisari (1999) yaitu status gizi contoh selama penyelenggaraan makanan

tambahan secara nyata lebih rendah dibandingkan sebelum pemberian makanan

tambahan. Kondisi status gizi yang baik dapat dicapai apabila tubuh memperoleh

cukup zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan

terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja untuk

2,47% 8,64%

80,25%

7,41% 1% 1,23%

13,58%

79,01%

3,70%

2,47%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

Sangat kurus Kurus Normal Overweight Obese

Awal Akhir

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

32

mencapai tingkat kesehatan optimal. Selain itu adanya penyakit juga

mempengaruhi status gizi seseorang.

Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi merupakan pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat

gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan

gizi merupakan faktor pribadi yang dapat mempengaruhi jumlah dan jenis

makanan yang dikonsumsi selain kesukaan dan status kesehatan (Roedjito 1989)

pengetahuan gizi yang kurang baik dapat menjadikan seseorang dari konsumsi

pangan yang salah, demikian juga sebaliknya. Hasil interaksi dari pengetahuan

gizi dan sikap gizi menghasilkan praktek konsumsi pangan.

Rata-rata tingkat pengetahuan gizi contoh sebelum dan setelah intervensi

pemberian pendidikan gizi adalah sebesar 47.53% (kurang) dan 67.59% (baik).

Peningkatan tingkat pengetahuan gizi contoh sebesar 20.06 %. Berdasarkan hasil

uji statistik paired t test, terdapat perubahan yang signifikan (p<0.05) antara

sebelum dan setelah intervensi yaitu sebesar p=0.000. Hal ini menunjukkan bahwa

intervensi pendidikan gizi yang diberikan selama sebelas hari memberikan

pengaruh terhadap pengetahuan gizi contoh. Perbedaan pengetahuan gizi lebih

rinci dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Perbedaan pengetahuan gizi sebelum dan setelah intervensi pendidikan

gizi

Hasil penelitian Maiburg et al. (2003), menyatakan bahwa pendidikan gizi

meningkatkan pengetahuan gizi aktual contoh. Masih adanya tingkat pengetahuan

gizi yang kurang disebabkan oleh tingkat penerimaan siswa yang berbeda setiap

anak terhadap materi yang disampaikan oleh penyuluh. Penelitian Widyaningrum

(2012) yang menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara pengetahuan gizi

dan kesehatan dengan status anemia. Oleh karena itu, supaya tidak terjadi anemia

pada siswa sekolah dasar maka perlu pengetahuan gizi yang baik. Pengetahuan

gizi sangat erat hubungannya dengan kualitas gizi dan makanan yang dikonsumsi.

Dengan pengetahuan yang tepat dan benar mengenai gizi, seseorang akan

mengetahui dan berupaya mengatur pola makanannya sedemikian rupa sehingga

seimbang dan cukup jumlahnya. Pendidikan gizi bagi siswa penting untuk

memberikan pengetahuan dalam hal memilih makanan yang akan dikonsumsi

untuk menjadikan status gizi yang optimal.

1,23%

13,58%

85,19%

13,58%

60,49%

25,93%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

Baik Sedang Kurang

Awal

Akhir

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

33

Pendidikan gizi hendaknya dimulai sejak dini. Pendidikan gizi dan

kesehatan mulai diarahkan pada murid TK dan SD, mengingat kelompok usia ini

memiliki kebebasan sikap yang relatif mudah dibentuk (Khomsan 2002).

Pendidikan gizi pada anak mempunyai beberapa keuntungan antara lain anak-anak

mempunyai pemikiran terbuka dibandingkan orang dewasa dan pengetahuan yang

diterima merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan makannya.

Pengaruh Suplementasi Besi terhadap Status Anemia

Anemia merupakan salah satu indikator rendahnya status besi yang banyak

dijumpai di berbagai negara dan menjadi masalah global karena anemia defisiensi

besi menyerang lebih dari dua milyar penduduk dunia (Gibney 2008). Penyebab

anemia gizi besi adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk mengonsumsi

makanan sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan yang berasal dari hewani,

dan pada perempuan ditambah dengan kehilangan darah melalui haid (Almatsier

2001). Hasil penelitian Widyaningrum (2012) menunjukan bahwa 96.30% siswa

sekolah dasar di Bogor (usia 8 – 10 tahun) mengalami anemia gizi besi. Akibat

anemia gizi besi pada remaja selain menurunkan kemampuan akademik juga akan

menurunkan produktivitas kerja. Periode usia sekolah merupakan bagian dari

tahapan dalam siklus hidup manusia yang sangat menentukan kualitas sumber

daya manusia. Pada periode ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat baik kognitif, motorik, dan emosional. Oleh karena itu, sasaran

program perbaikan gizi terutama masalah anemia karena besi pada kelompok anak

sekolah dianggap strategis di dalam upaya memutus siklus masalah gizi.

Menurut Arisman (2007), ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia

defisiensi besi, keempat pendekatan tersebut adalah (1) pemberian suplementasi

atau suntikan zat besi, (2) pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan

peningkatan asupan zat besi malalui makanan, (3) pengawasan penyakit infeksi,

dan (4) fortifikasi makanan pokok dengan zat besi.

Contoh yang menderita anemia sebelum intervensi sebesar 98.77% dan

status contoh tidak anemia sebesar 1.23%. Setelah intervensi, contoh yang

menderita anemia sebesar 4.94% dan status contoh tidak anemia sebesar 95.06%.

Terjadi perubahan yang nyata pada sebelum intervensi dan setelah intervensi yaitu

dengan rata-rata kenaikan sebesar 3.85 g/dl. Uji statistik paired t test yang

dilakukan pada status anemia contoh adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05)

antara sebelum dan sesudah intervensi yaitu sebesar p=0.000. Hal ini

menunjukkan bahwa suplementasi zat besi berpengaruh terhadap status anemia

contoh. Perbedaan status anemia contoh sebelum dan setelah intervensi secara

lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

34

Gambar 3 Perbedaan status anemia contoh sebelum dan setelah intervensi

suplementasi besi

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Silva et

al. (2003) pada anak usia 5 sampai 10 tahun di Colombo, Srilanka yang

menunjukkan bahwa suplementasi besi secara signifikan memperbaiki status

anemia dengan meningkatkan kadar hemoglobin dan serum ferritin. Hasil

penelitian Iannotti et al. (2006), mengatakan bahwa pemberian suplemen besi

memberikan pengaruh terhadap konsentrasi hemoglobin. Menurut Soekirman

(2000), suplementasi dan fortifikasi merupakan cara penanggulangan Anemia Gizi

Besi. Gibney (2008) juga mengatakan bahwa suplementasi zat besi merupakan

salah satu pencegahan dan pengendalian anemia karena defisiensi zat besi.

98,77%

1,23% 4,94%

95,06%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

Anemia Tidak Anemia

Awal

Akhir

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

35

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Separuh lebih (54.32%) dari contoh berjenis kelamin perempuan. Rata-rata

usia contoh adalah 11 tahun, sedangkan uang saku contoh tergolong rendah

(≤3000) sebesar (74.07%). Sebagian besar contoh mempunyai status gizi normal

yaitu sebesar 80.25%. Tidak ada berbedaan yang signifikan antara status gizi

perempuan dan laki-laki. Tidak ada perbedaan yang signifikan usia contoh antara

kelompok status gizi. Pengetahuan contoh berada pada ketiga kategori, yaitu

kurang, sedang, dan baik masing-masing sebesar 85.19%, 13.58%, dan 1.23%.

Tidak ada berbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi perempuan dan laki-

laki. Adanya perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan gizi, baik kelas 4, 5,

maupun kelas 6. Sebagian besar contoh termasuk kategori anemia dengan

persentase sebesar 98.77%. Tidak ada berbedaan yang signifikan antara status

anemia contoh perempuan dan laki-laki. Tidak adanya perbedaan yang signifikan

usia contoh antara kelompok status gizi.

Total konsumsi zat besi contoh dari makanan sebesar 10.8 mg/hari,

sedangkan kecukupan zat besi yang dikonsumsi sebesar 64.66%. Sebagian besar

contoh mengonsumsi tempe sebagai sumber zat besi, dengan frekuensi konsumsi

sebesar 59 kali dalam sebulan.

Rata-rata daya terima makanan jajanan sebesar 95.33%. Daya terima

makanan jajanan tertinggi terdapat pada donat coklat, jelly, martabak mini, nasi

putih ayam, nasi uduk daging, roti bakar, dan singkong keramas (100%). Rata-rata

kandungan gizi makanan jajanan yang diberikan kepada contoh sebesar 269 Kal

energi, 5.39 gram protein, 75.65 RE vitamin A, dan 0.96 mg zat besi, sedangkan

kontribusi energi, protein, vitamin A, dan zat besi terhadap AKG masing-masing

sebesar 13.08%, 10.28%, 14.49%, dan 6.56%.

Meskipun pemberian makanan jajanan tidak memberikan pengaruh (p>0.05)

terhadap status gizi contoh, namun ada kecenderungan meningkatkan nilai z-score

contoh. Pendidikan gizi memberikan pengaruh (p<0.05) terhadap pengetahuan

gizi, yaitu meningkatkan pengetahuan gizi contoh. Sedangkan suplementasi besi

memberikan pengaruh (p<0.05) terhadap status anemia, yaitu meningkatkan kadar

hemoglobin contoh.

Saran

Anak usia sekolah merupakan golongan yang suka dalam memilih jenis

jajanan tertentu dan mengalami penurunan nafsu makan, padahal aktivitas mereka

tergolong tinggi. Keamanan dalam pengolahan makanan perlu penelitian lebih

lanjut, mengingat makanan jajanan merupakan alternatif untuk asupan gizi sehari

siswa sekolah dasar. Sebaiknya pemerintah setempat menjadikan pendidikan gizi

bagian mata pelajaran sekolah dasar karena berdasarkan hasil penelitian

pendidikan gizi berpengaruh terhadap pengetahuan gizi siswa yang pada akhirnya

akan berpengaruh pada status gizi individu yang bersangkutan. Suplementasi besi

perlu dilakukan secara rutin kepada siswa sekolah dasar, mengingat jumlah

penderita anemia di sekolah dasar masih tinggi. Kekurangan besi pada akhirnya

akan mengganggu daya ingat dan kemampuan belajar.

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

36

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan gizi yang masih rendah

pada anak sekolah, selain pendidikan gizi dari sekolah, perlu dilakukan program

penyuluhan kepada orang tua dan penjaja makanan karena berpengaruh terhadap

konsumsi makanan sehari-hari siswa sekolah, saran ini perlu dilakukan di sekolah

lain.

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

37

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2010:

Provinsi Jawa Barat: Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id. [12 Juli 2013]

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar Indonesia 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar

Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

Departemen Kesehatan RI.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2001. Human vitamin and mineral

requirement (report of a joint FAO/WHO expert consultation

Bangkok,Thailand). Rome: Food and Nutrition Division.

ftp://ftp.fao.org/docrep/Fao/004/y2809e/y2809e00.pdf. [4 Feb 2013].

[Kemendiknas] Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Sekolah Dasar.

www.kemdiknas.go.id. [11 Apr 2013].

[WHO] World Health Organization. 2007. Growth reference 5-19 years.

[http://www.who.int/growthref/who2007bmiforage/en/index.html]

_______________________________. 2011. Haemoglobin concentrations for the

diagnosis of anaemia and assessment of severity.

http://www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.pdf. [4 Feb 2013].

[WKNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan

dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Prosiding, Jakarta (ID):

LIPI.

Adriani N. 2010. Pengetahuan, Sikap, dan Konsumsi Makanan Jajanan Siswa

Sekolah Dasar Negeri di Kota dan Kabupaten Bogor (Skripsi). Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor

Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka

Utama

Arisman. 2007. Gizi dalan Daur Kehidupan. Edittor, Palupi Widyastuti. Jakarta

(ID): EGC

_______. 2010. Gizi dalan Daur Kehidupan Edisi 2. Edittor, Palupi Widyastuti.

Jakarta (ID): EGC

Briawan D & Madanijah S. 2008. Diktat Ilmu Gizi Dasar. Bogor Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2001. Human vitamin and mineral

requirement (report of a joint FAO/WHO expert consultation

Bangkok,Thailand). Rome: Food and Nutrition Division.

ftp://ftp.fao.org/docrep/Fao/004/y2809e/y2809e00.pdf. [4 Feb 2013].

Gibney JG et al. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. alih bahasa. Andry Hartono;

editor edisi bahasa Indonesia. Palupi Widyastuti. Erita Agustin Hardiyanti. –

Jakarta (ID) : EGC

Gibson. 2005. Principles of Nutritional Assessment 2nd Edition. Oxford (US):

Oxford University Press.

Gregoire MB & Spears MC. 2007. Foodservice Organizations: A Managerial and

Systems Approach 6th ed. New Jersey: Pearson Education.

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

38

Gunarsa SA & Gunarsa YAA. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Jakarta (ID): BPK Gunung Mulia.

Gunawan E. 2012. Pengetahuan Gizi Ibu dan Kebiasaan Jajan Siswa serta

Kaitannya dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri Cipicung 01

Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Gustina N. 1992. Kajian tentang Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa SD yang

Bekerja di Luar Jam Sekolah (Skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor

Hardinsyah & Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah & Tambunan. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan

Serat Makanan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): LIPI.

Harper LJ, BJ Deaton, & JA Driskel. 1985. Pangan, izi, dan Pertanian (Suhardjo,

penerjemah). UI Press, Jakarta (ID).

Iannotti LL, Tielsch JM, Black MM, and Black RE. Iron supplementation in early

childhood: health benefits and risks. Am J Clin Nutr 84:1261–76

Irawati, Damahuri dan Fachrurozi. 1992. Penelitian Gizi dan Makanan. Bogor

(ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi.

Jiang JX et al. 2008. Vitamin A deficiency and child feeding in Beijing and

Guizhou, China. World Journal of Pediatrics 4 (1) : 20-25

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor

________. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta (ID):

PT Gramedia Widiasarana Indonesia

________. 2005. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan 2. Bogor (ID): Departemen

Gizi Masyarakat. IPB

Komalasari. 1991. Jajanan Anak Sekolah.

http://www.pom.go.id/2010/public/berita_aktual/detail.asp?id=146&qs_men

uid=2 [4 Mei 2013].

Kustiyah L. Syarief H, Hardinsyah, Rimbawan, Suradijono SH. 2006. Pengaruh

Intervensi Makanan Kudapan terhadap Peningkatan kadar Glukosa Darah

dan Daya Ingat Anak Sekolah Dasar. Bogor. Media Gizi & Keluarga, Juli

2006. 30 (1) : 42-57

Lemeshow S dan David WHJ. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan

(terjemahan). Yogyakarta (ID): Gadjahmada University Press.

Manampiring A. 2008. Prevalensi Anemia dan Tingkat Kecukupan Zat Besi pada

Anak Sekolah Dasar di Desa Minaesa Kecamatan Wori Kabupaten

Minahasa Utara (Karya Ilmiah). Manado (ID): Universitas SAM

Marliyana SA & Kustiyah L. 2008. Diktat Ilmu Gizi Dasar. Bogor

Maryam.2001. jajajanan siswa sekolah dasar di Depok dan Sukabumi [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Maiburg BHJ, Rethans JE, Schuwirth LWT, Mathus LMH, and Ree JW. 2003.

Controlled trial of effect of computer-based nutrition course on knowledge

and practice of general practitioner trainees. Am J Clin Nutr 77:1019S-24S Notoatmadjo S. 2002. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta

(ID): PT Rineke Cipta. Hlm 200-4

_____________. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

39

Queiroz SS, Torres MAA. 2000. Iron deficiency anemia in children. Jornal de

Pediatria 76: 298-304

Riyadi H. 1995. Prinsip dan Petunjuk Penilaian Status Gizi. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor

________. 2003. Penilaian Status Gizi secara Antropometri. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Rosa R. 2011. Pengetahuan gizi dan keamanan pangan jajanan serta kebiasaan

jajan siswa sekolah dasar di Depok dan Sukabumi [skripsi]. Bogor: Jurusan

Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

RSCM dan Persagi. 1990. Penuntun Diit Anak. Jakarta (ID): PT Gramedia

Pustaka Utama.

________________. 1994. Penuntun Diit Anak. Jakarta (ID): PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta (ID):

Dian rakyat

Silva A, Sunethra A, Irangani W, and Namanjeet A. 2003. Iron supplementation

improves iron status and reduces morbidity in children with or without

upper respiratory tract infections: a randomized controlled study in

Colombo, Sri Lanka. Am J Clin Nutr 77:234–41

Sinha et al. 2008. Epidemiological correlates of nutritional anemia among

children (6-35 months) in rural wardha, central india. Indian J Med Sci.

62(2): 45-54

Soekarto ST. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil

Pertanian. Jakarta (ID): PT Bhratara Karya Aksara.

Soekirman et al. 2008. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

www.gizi.net/Pugs/PUGS13Pesan.pdf. (Februari 2013)

Soekirman, Hardinsyah, Jus’at I, Jahari AB. 2002. Regional Study of Nutrition

status of urban primary school children. West Jakarta and Bogor, Indonesia.

Food and Nitrition Bulletin, 23 (1) : 31-40

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Soetardjo S. 2011. Gizi Anak. Di dalam: Almatsier S, editor. Gizi Seimbang

dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID):Gramedia hlm. 277-313.

Stefani M. 2012. Keterkaitan Antara Sarapan dan Lama Tidur Siswa Sekolah

Dasar terhadap Prestasi Belajar [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Stopler. 2004. Medical Nutrition Therapy of Anemia. Di dalam: Mahan LK &

Stump SE, editor. Krause’s Food, Nutrition and Diet Therapy 11th edition.

USA: Elsevier.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas

Padan dan Gizi. IPB.

Syafitri Y, Syarief H, dan Baliwati YF. 2009. Kebiasaan jajan siswa sekolah dasar

(studi kasus di SDN Lawanggintung 01 Kota Bogor). Jurnal Gizi dan

Pangan 4(3): 167-175.

Syarief. 1997. Membangun SDM berkualitas. Suatu telaah gizi masyarakat dan

sumber daya keluarga. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

40

Syarifah. 2010. Kebiasaan Jajan Serta Kontribusi Energi dan Zat Gizi Makanan

Jajanan terhadap Kecukupan Gizi Siswa Sekolah Dasar [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Titisari DL. 1999. Kinerja Penyelenggaraan PMT-AS. Status Gizi dan Prestasi

belajar Anak Sekolah Dasar [Sripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Triatma B, Hardinsyah, khomsan, dan Rimbawan. 2000. Pengaruh Pemberian

Makanan Kudapan PMT-AS pada Glukosa Darah Anak Sekolah Dasar di

Desa tertinggal Karyasari, Bogor. Media Gizi & Keluarga Edisi Suplemen,

Juli 2000, XXIV (1) : 86 - 91

Widyaningrum K. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar

Hemoglobin Anak Usia Sekolah di SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk

Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka

Utama.

Zuharni H. 1989. Cara sederhana Penilaian Mutu Gizi Makanan Anak Sekolah

Dasar Usia 8-10 tahun di Kotamadya Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

41

Lampiran 1 Daya terima contoh terhadap makanan jajanan

Makanan jajanan Daya Terima

Agar kertas 95.33%

Bakwan jagung 93.83% Bihun goreng 90.12% Bolu kukus 90.81% Combro 91.15% Dadar gulung 93.83% Donat coklat 100.00% Donat strawberry 92.59% Jelly 100.00% Jelly anggur 95.06% Jelly buah 92.18% Jelly kertas 96.30% Jelly strawberry 96.30% Lemper kuning 90.12% Lepet 95.78 % Lontong 90.74% Lontong daging 95.06% Martabak mini 100.00% Mie goreng 89.81% Molen 96.30% Nagasari 94.23% Nasi goreng 98.46% Nasi putih ayam 100.00% Nasi uduk 96.91% Nasi uduk daging 100.00% Nasi uduk kuning 100.00% Pastel 96.30% Pisang coklat 91.93% Pizza mie 93.21% Putri ayu 92.59% Risoles 95.68% Roti bakar 100.00% Sate buah 96.57% Singkong keramas 100.00% Tahu isi 95.68% Rata-rata 95.33%

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

42

Lampiran 2 Makanan jajanan

Lemper Kuning Putri Ayu Nasi goreng & Jelly

Lontong & Jelly Lepet Roti Bakar

Bihun Goreng Donat Coklat Bakwan Jagung

Mie Goreng Bolu Kukus Dadar Gulung

Pizza Mie Nasi Uduk Kuning Pisang Coklat

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

43

Nasi Uduk Sate Buah Jelly Strawberry

Tahu Isi Toge Donat Strawberry Lontong Daging

Molen Singkong Keramas Pastel

Nagasari

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

44

Lampiran 3 Pemberian makanan jajanan kepada contoh

Lampiran 4 Pengambilan darah contoh

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

45

Lampiran 5 Hasil uji statistik

Hasil uji statistic pengaruh intervensi makanan jajanan terhadap status gizi

contoh

Hasil uji statistik pengaruh intervensi pendidikan gizi terhadap pengetahuan

gizi contoh

Hasil uji statistik pengaruh intervensi suplementasi besi terhadap status

anemia

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN … · Status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan anemia masih merupakan masalah umum yang terjadi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian

46

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tegal, pada tanggal 11 Juli 1990, dari Bapak Ramadi

dan Ibu Sarwi. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Pendidikan

menengah atas ditempuh oleh penulis di SMA Negeri 1 Slawi hingga tahun 2008.

Penulis melanjutkan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan diterima di

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) melalui jalur

Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis mendapatkan dana beasiswa Bantuan

Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun 2010-2012. Selama menjadi mahasiswa,

penulis pernah mengikuti organisasi di FEMA, yaitu Dewan Perwakilan

Mahasiswa (DPM) FEMA. Penulis juga ikut terlibat dalam berbagai kepanitiaan.

Pada bulan Juli-Agustus 2011 penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP) di

Desa Jembayat Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. Internship Dietetika

penulis dilakukan pada bulan Februari-Maret 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah

Ciawi untuk mendalami Penyakit pada Anak, Penyakit Dalam, dan Bedah.