Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh...

107
Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id Fakultas Kedokteran Gigi Tesis Magister 2019 Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit dan Kepadatan Tulang Alveolar Rahang Bawah pada Tikus Wistar Putih (Rattus norvegicus Astrina, Ika Universitas Sumatera Utara http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10800 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara

Transcript of Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh...

Page 1: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id

Fakultas Kedokteran Gigi Tesis Magister

2019

Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi

Terhadap Jumlah Osteosit dan

Kepadatan Tulang Alveolar Rahang

Bawah pada Tikus Wistar Putih (Rattus norvegicus)

Astrina, Ika

Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10800

Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara

Page 2: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

1

PENGARUH PEMBERIAN IKAN TERI NASI TERHADAP JUMLAH OSTEOSIT DAN KEPADATAN TULANG

ALVEOLAR RAHANG BAWAH PADA TIKUS WISTAR PUTIH (Rattus norvegicus)

TESIS

IKA ASTRINA NIM. 157028001

PROGRAM MAGISTER (S-2) ILMU KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

2

PENGARUH PEMBERIAN IKAN TERI NASI TERHADAP JUMLAH OSTEOSIT DAN KEPADATAN TULANG

ALVEOLAR RAHANG BAWAH PADA TIKUS WISTAR PUTIH (Rattus norvegicus)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister (M.DSc)

Dalam Bidang Ilmu Kedokteran Gigi Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

IKA ASTRINA NIM. 157028001

PROGRAM MAGISTER (S-2) ILMU KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

4

Tanggal Lulus : 19 Maret 2018

Telah diuji

Pada Tanggal : 19 Maret 2018

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Ameta Primasari, drg.,MDSc.,M.Kes

Anggota : 1. Dr. dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi.,Sp.GK

2. Prof. Nazruddin, drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort.(K)

3. Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed

4. Dr. Saharman Gea, S.Si.,M.Si

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

5

PERNYATAAN

PENGARUH PEMBERIAN IKAN TERI NASI TERHADAP JUMLAH OSTEOSIT DAN KEPADATAN TULANG

ALVEOLAR RAHANG BAWAH PADA TIKUS WISTAR PUTIH (Rattus norvegicus)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan didalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2019

Ika Astrina

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

6

ABSTRAK

Latar Belakang: Ikan teri nasi (Stolephorus sp.) merupakan salah satu sumber kalsium terbaik. Kalsium berperan sangat penting dalam pembentukan dan stabilitas tulang alveolar agar fungsi dan manfaat tulang alveolar menjadi optimal. Ikan teri nasi dapat diajukan sebagai asupan yang berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi serta mencegah pengeroposan tulang. Tulang merupakan jaringan hidup yang terdiri atas materi antarsel berkapur, yaitu matriks tulang dan tiga jenis sel: osteosit, osteoblas, dan osteoklas. Osteosit adalah sel osteoblas yang terkubur dalam lakuna dan termineralisasi dalam matriks tulang dengan morfologi stellate. Metode penelitian: Jenis penelitian adalah eksperimental laboratoris. Sampel terdiri dari dua puluh empat ekor tikus Wistar putih (Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi empat kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Masing-masing kelompok yaitu P1 tikus Wistar putih (Rattus norvegicus) yang diberi pakan standar dan makan ikan teri nasi sebesar 0,3 ml, P2 tikus Wistar putih yang diberi pakan standar dan makan ikan teri nasi sebesar 0,5 ml, P3 tikus Wistar putih yang diberi pakan standar dan makan ikan teri nasi sebesar 0,7 ml dan kelompok K (kontrol) hanya diberi pakan standar, penelitian ini berlangsung selama 30 hari. Hasil Penelitian: Ada pengaruh ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan. Pemberian ikan teri nasi selama 30 hari berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah osteosit tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar dibandingkan dengan pemberian pakan standar, dengan nilai p=0,01 (p<0,05). Kesimpulan: Pemberian ikan teri nasi meningkatkan jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar. Kata Kunci: ikan teri nasi, kalsium, osteosit, kepadatan tulang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

7

ABSTRACT

Background: Anchovy (Stolephorus sp.) is one of the best calcium resources. Calcium plays an important role in the formation and stabilization of alveolar bone so that its function and use are optimal. Anchovies can be recommended to be consumed as it is useful for bone and tooth growth and capable of preventing osteoporosis. Bone is living tissues consisting of calcium intracellular material such as bone matrix and three kinds of cells, namely osteocyte, osteoblast and osteoclaclast. Osteocyte is the osteoblast buried in lacuna and mineralized in bone matrix by stellate morphology. Method: This is a laboratorial experimental research. The samples consisted of twenty four white Wistar rats (Rattus norvegicus) classified into four groups consisting of six rats each. The groups were P1 with the intake of standard food and 0.3 ml of anchovies, P2 with the administration of standard food and 0.5 ml of anchovies, P3 with the intake of standard food and 0.7 ml of anchovies, and K (control group) with the administration of only given standard food to the white Wistar rats (Rattus norvegicus). This research was conducted for 30 days. Results: Anchovy influenced the amount of osteocyte and alveolar bone density of the male Wistar rats’ mandibles. The intake of anchovies for 30 days had a significant influence on the amount of osteocyte in alveolar bone of the Wistar rats’ mandibles compared to the intake of standard food, with p value = 0.01 (p<0.05). Conclusion: The administration of anchovies increased the amount of osteocyte and alveolar bone density. Keywords: anchovy, calcium, osteocyte, bone density.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

8

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Ika Astrina

Tempat/Tanggal Lahir : Bangun Purba/28 Maret 1988

Alamat : Jalan Perintis Kemerdekaan No. 3 Bangun Purba

No. Telp : 081262471350

e-mail : [email protected]

Pendidikan Formal

Sekolah Dasar : SD Negeri 1 Bangun Purba

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Bangun Prurba

Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 1 Bangun Purba

Perguruan Tinggi : Pendidikan Dokter Gigi dan Profesi Dokter Gigi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara

Publikasi Ilmiah

1. Astrina I, Bahar E, Nasution H, 2012. Pengaruh perendaman bahan basis

gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas queen dan

rebusan daun sirih terhadap perumbuhan candida albicans, Proceeding 1st MEDAN

INPRO Scientific Meeting (Medan International Prosthodontic Scientific Meeting),

Medan 30 Agustus -1 September 2012.

2. Astrina I, Hiperplasia gingiva (tinjauan pustaka). In: Prosiding

Kedokteran Gigi Pascasarjana Ilmu Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara, Medan 27-28 Mei 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

segala kemudahan, petunjuk serta kemampuan untuk meyelesaikan tesis yang

berjudul “Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi terhadap Jumlah Osteosit dan

Kepadatan Tulang Alveolar Rahang Bawah pada Tikus Wistar Putih ” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Gigi dari Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Penulis juga tak lupa mengucapkan

shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan dan

rahmat semesta alam.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua

orang tua tercinta, yaitu Bapak Johan Tampubolon dan Ibu Tuahtaras Bangun yang

telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang tak terbalas, doa, semangat dan

dukungan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada

Muhammad Harry Faisal sebagai suami yang telah banyak membantu dan

mendukung selama penyusunan tesis ini, Abang penulis Rustin Tampubolon, kakak

penulis Hilda Astralita, dan adik penulis Irwanta Tampubolon serta segenap

keluarga yang memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

Selama menyelesaikan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,

bantuan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati

dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

kepada Pembimbing Utama, Dr. Ameta Primasari, drg.,MDSc.,M.Kes yang

mengarahkan penulis terus-menerus memberikan dorongan dan membangkitkan

motivasi dan Pembimbing Anggota, Dr. dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi.,Sp.GK

yang selalu bersedia memberikan waktu dalam bimbingan agar segera

menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk tesis ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh komisi penguji tesis

yang terus memberikan masukan maupun kritik yang sangat berharga sejak awal

penyusunan proposal sampai penyelesaian tesis ini, Prof. Nazruddin, drg.,C.Ort.,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

10

Ph.D.,Sp.Ort.(K) selaku Penguji dan Ketua Program Magister (S-2) Ilmu

Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah

banyak memberikan bimbingan, masukan dan dorongan semangat kepada penulis,

Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed selaku anggota panitia penguji yang telah

banyak meluangkan waktu, dukungan dan menambah wawasan keilmuan, sehingga

penelitian di laboratorium dapat terlaksana dengan baik serta Dr. Saharman Gea,

S.Si.,M.Si. selaku anggota panitia penguji yang telah memberikan saran

membangun serta menyediakan waktu ditengah kesibukan demi berbagi ilmu

kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga penulisan sampaikan kepada Dr. Trelia Boel, drg.,

M.Kes.,Sp.RKG.(K), sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara atas arahan akademik. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan

terima kasih kepada Lidya Irani Nainggolan, drg.,Sp.RKG sebagai Plt. Sekretaris

Program Studi Ilmu Kedokteran Gigi Fakultas kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara, yang juga telah memberikan dukungan dan saran yang membangun

dalam penyelesaian tesis ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada

Kepala Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, dr. T. Ibnu Alferraly, M.Ked.(PA).,Sp.PA.,D.Bioet yang telah memberikan

izin dan memfasilitasi peneltian laboratorium, dr. Lidya Imelda Laksmi, Sp.PA,

dr.Lita Feriyawati, Sp.PA, serta kepada laboran Bang Gunawan, dan Ibu Syafia,

yang dengan penuh kesabaran mengajari, membimbing dan membantu penulis saat

melakukan pekerjaan laboratorium terkait penelitian ini. Dalam kesempatan ini,

penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Neviyanti, drg,M.Kes.,Sp.KG,

yang telah memberikan masukan yang bermanfaat kepada penulis ketika melakukan

penelitian.

Penulis secara khusus, juga mengucapkan terima kasih kepada Dayuni

Simarmata, drg yang telah banyak meluangkan waktu, membantu dan menambah

keilmuan penulis dalam penyusunan desain penelitian dan analisis data. Ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada staf administrasi Program Magister

Ilmu Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

11

Annisah Sitompul, SE yang telah memberikan motivasi dan siap membantu segala

kelengkapan akademis dan penulis juga berterimakasih kepada seluruh teman-teman

dan adik-adik yang sedang berjuang menuju gelar Magister Kedokteran Gigi yang

sudah berkontribusi banyak dalam tesis ini.

Penulis sangat menghargai semua saran dan kritik mengenai penulisan tesis ini

sebagai bahan penyempurnaan di masa mendatang. Semoga allah SWT memberikan

balasan terbaik atas setiap kebaikan yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada

penulis selama ini, serta senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada

kita semua.

Medan, Januari 2019

Penulis,

Ika Astrina

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

12

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ..................................................................................................... i ABSTRACT ................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................ 5 1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 5 1.4.1 Manfaat Akademis ......................................................... 5 1.4.2 Manfaat Praktis .............................................................. 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6 2.1 Tulang Alveolar ........................................................................ 6

2.1.1 Pengertian Tulang Alveolar ............................................. 6 2.1.2 Struktur Anatomi Tulang Alveolar .................................. 6

2.2 Kepadatan Tulang ..................................................................... 7 2.3 Osteosit ..................................................................................... 9 2.4 Kalsium (Ca) ............................................................................. 15

2.4.1 Metabolisme Kalsium ..................................................... 17 2.4.2 Mekanisme Absorpsi Kalsium ........................................ 18

2.5 Hal yang mempengaruhi Kepadatan Tulang............................. 19 2.5.1 Faktor Intrinsik................................................................ 20 2.5.2 Faktor Ekstrinsik ............................................................. 28

2.6 Ikan Teri (Stolephorus sp.) ....................................................... 31 2.6.1 Klasifikasi Ikan Teri ........................................................ 32 2.6.2 Kandungan Gizi Ikan Teri (Stolephorus sp.) ................... 32 2.6.3 Ikan Teri Nasi (Stolephorus sp.) ...................................... 33 2.6.4 Mekanisme Pembentukan Kalsium Pada

Ikan Teri Nasi (Stolephorus sp.) Medan ........................ 34 2.6.5 Sintesis Hidroksiapatit ................................................... 36 2.7 Tikus Putih (Rattus norvegicus) .............................................. 36 2.8 Kerangka Teori ....................................................................... 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

13

2.9 Kerangka Konsep .................................................................... 40 2.10 Hipotesis .................................................................................. 40

BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................. 41 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ....................................................... 41 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 41 3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................. 41 3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................. 41 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 41

3.3.1 Kriteria Sampel ............................................................... 41 3.3.2 Besar Sampel ................................................................. 42

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ............................................ 42 3.4.1 Variabel Penelitian ......................................................... 42 3.4.2 Definisi Operasional ....................................................... 43

3.5. Etika Penelitian ......................................................................... 43 3.6 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 44 3.7 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 44

3.7.1 Alat – Alat Penelitian ..................................................... 44 3.7.2 Bahan Penelitian ............................................................ 44

3.8 Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 44 3.8.1 Hewan Coba ................................................................... 45 3.8.2 Pembuatan Sediaan Mikroskopis dan Observasi ............ 49

3.9 Analisis Data ............................................................................ 50 3.10 Prosedur Penelitian .................................................................. 51

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit Tulang Alveolar Rahang Bawah pada Tikus Wistar Jantan Putih (Rattus norvegicus) .......................................................... 52 4.2 Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Kepadatan Tulang Alveolar Rahang Bawah pada Tikus Wistar Jantan Putih (Rattus norvegicus) ......................................................... 55

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit Tulang Alveolar Rahang Bawah pada Tikus Wistar Jantan Putih (Rattus norvegicus) .......................................................... 58 5.2 Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Kepadatan Tulang Alveolar Rahang Bawah pada Tikus Wistar Jantan Putih Rattus norvegicus) ........................................................... 63

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 67 6.1 Kesimpulan ................................................................................. 67 6.2 Saran ........................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

14

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

2.1 Tulang Alveolar ...................................................................................... 6

2.2 Perbedaan diferensiasi osteoklas dan osteoblas ...................................... 11

2.3 Osteosit dan bagian jaringan tulang ........................................................ 13

2.4 Mekanisme transportasi kalsium epitel. .................................................. 18

2.5 Tingkat kepadatan tulang berdasarkan jenis kelamin dan usia ............... 20

2.6 Struktur hormon paratiroid ..................................................................... 26

2.7 Gambar ikan teri ..................................................................................... 32

2.8 Ikan teri nasi kering tawar yang digunakan dalam penelitian ................ 34

2.9 Tikus wistar jantan putih yang digunakan dalam penelitian .................. 38

3.1 Tikus wistar jantan putih (Rattus norvegics) diadaptasikan selam satu

Minggu di dalam kandang untuk penyesuaian ..................................... 45

3.2 Tikus wistar jantan putih ditempatkan pada kandang masing-masing

berisi 6 ekor tikus ................................................................................... 46

3.3 Cara pemberian makan infusa ikan teri pada tikus wistar jantan putih .. 47

3.4 Gambar 3.4 Proses persiapan pengambilan jaringan tulang mandibula.

(A) anastesi dengan menggunakan ketamine–xylazine dengan dosis

75–100 mg/kg + 5–10 mg/kg secara intraperitoneal dengan durasi

selama 10–30 menit. (B) pengambilan jaringan tulang mandibula

dengan scalpel atau gunting .................................................................... 48

3.5 Proses dekalsifikasi mandibula tikus Wistar jantan putih

(A). Pengambilan sampel mandibula tikus Wistar jantan putih

(B). Mandibula direndam dalam buffer formalin 10% selama 24 jam

(C). Mandibula didekalsifikasi dengan Plank-Rychlo’s Solution selama

empat hari................................................................................................ 49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

15

4.1 A.Jumlah osteosit pada tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar

jantan putih yang diberi pakan standar ditambah ekstrak ikan teri nasi

kering tawar, dan B. Jumlah osteosit pada tulang alveolar rahang

bawah tikus Wistar jantan putih yang diberi pakan standar ...................... 3

4.2 A.Kepadatan tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih

yang diberi makan ekstrak ikan teri nasi kering tawar sebesar 0,5

ml(P2), dan B. Jumlah osteosit pada tulang alveolar rahang bawah

tikus Wistar jantan putih yang diberi pakan standar (K) ........................... 56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

16

DAFTAR TABEL

No. Halaman 2.1 Angka kecukupan kalsium menurut angka kecukupan gizi tahun 2004 .... 29

2.2 Komposisi Ikan Teri .................................................................................. 33

2.3 Data biologi tikus wistar (Rattus norvegicus) ............................................ 37

4.1 Rerata Jumlah osteosit tulang alveolar rahang bawah dalam 5 lapang

pandang pada kelompok P1, P2, P3 dan kontrol ....................................... 52

4.2 Rerata dan simpangan baku jumlah osteosit tulang alveolar rahang

bawah tikus Wistar dengan pemberian makan standar (K) dan

pemberian ekstrak ikan teri nasi sebanyak 0,3 ml (P1), 05 ml (P2),

dan 0,7ml (P3) (p<0,05) ............................................................................ 54

4.3 Perbedaan masing-masing kelompok dalam jumlah osteosit tulang

alveolar rahang bawah tikus Wistar dengan pemberian makan ekstrak

ikan teri nasi kering tawar dan pakan standar ........................................... 54

4.4 Rerata Kepadatan tulang alveolar rahang bawah dalam 5 lapang

pandang pada kelompok P1,P2,P3 dan Kontrol ........................................ 55

4.8 Rerata dan simpangan baku kepadatan tulang alveolar rahang bawah

tikus Wistar dengan pemberian makan standar (K) dan pemberian

ekstrak ikan teri nasi sebanyak 0,3 ml (P1), 05 ml (P2), dan 0,7ml(P3) .. 56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

17

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Surat rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan ......................... 73

2. Surat keterangan telah melakukan penelitian di Laboratorium

Biologi, FMIPA Universitas Sumatera Utara ............................................ 74

3. Surat keterangan telah melakukan penelitian di Laboratorium

Patologi Anatomi, FK Universitas Sumatera Utara Utara ........................ 75

4. Lampiran uji statistik ................................................................................ 76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

18

DAFTAR SINGKATAN

BMPs : Bone Morphogenic Proteins

CCR-2 : C-C Chemokine Receptor type-2

CSF-1 : Colony-stimulating factor

Cx43 : Connexin 43 (),

DHCC : Dihydroxycholecalciferol

DEXA : Dual Energy X-Ray Absorptiometry

ER : Estrogen Receptor

ERa : Estrogen Receptor alpha

ERb : Estrogen Receptor betha

ERRa : Estrogen Receptor-Related Receptor alpha

FGF : Fibroblast Growth Factor

GF : Growth Factor

GS : Glycine-serine

HA : Hidroksiapatit

HE : Harris Hematoxylin-Eosin

IL-1 : Interleukin-1

IL-6 : Interleukin-6

KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan

MiRNAs : Micro RNAs

NCX1 : NA+/Ca2+ exchanger 1

NFATc1 : Nuclear Factor of Activated T Cells

OPG : Osteoprotegerin

PDGF : Platelet-Derived Growth Factor

PMCA1b : Plasma membrane Ca2+-ATPase

PTH : Parathyroid Harmone

PTHrP : Paratiroid and Tiroid Hormon related protein

QUS : Quantitative Ultrasound

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

19

QCT : Quantitative Computed Tomography

RANKL : Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B Ligand RANK

: Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B

RER : Rough Endoplasmic Reticulum

RUNX2 : Runt related transcription

SPA : Single Photon Absorptiometry

SXA : Single Energy X-Ray Absorptiometry

TNF-a : Tumor Necrosis Factor-alpha

TGF-b : Transforming Growth Factor betha

TGF-β : Transforming Growth Factor β

TRANCE : TNF-Releted Activation Induced Cytokine

TRPV : Transient Receptor Potential Vanilloid family calcium channel

VDR : Vitamin D Receptor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulang merupakan bagian terkeras dari tubuh yang menempati kurang lebih

seperenam dari berat tubuh dengan dua unsur penyusun utama yaitu kalsium dan

fosfat, yang terikat dalam lempengan kristal hexagonal apatite berupa ikatan hidroxy

apatite dengan rumus kimia [Ca10(PO4)6(OH)2]. Penggabungan hidroxy apatite

tulang dengan jaringan kolagen tulang membentuk kekerasan dan kelenturan tulang

sehingga kekerasan yang didapat tidak kaku dan rapuh (Ratih dkk, 2013).

Tulang adalah jaringan hidup yang terdiri atas materi antar sel berkapur, yaitu

matriks tulang dan tiga jenis sel: osteosit, osteoblas, dan osteoklas (Junqueira,

2007). Osteosit dan osteoblas diketahui mempunyai kalsium fosfat yang berikatan

dengan protein atau glikoprotein, suatu indikasi kemampuan untuk melakukan

kalsifikasi matriks. Osteosit merupakan sel yang terletak di dalam matriks tulang,

berasal dari sel induk mesenkim melalui diferensiasi osteoblas. Selama diferensiasi

dari osteoblas menjadi osteosit dewasa, sel kehilangan sebagian besar organel sel

mereka. Proses sel tersebut dikemas dengan mikrofilamen serta melibatkan

perubahan morfologi seperti ukuran diameter sel, peningkatan proses intraseluler,

dan perubahan dalam organel-organel intraseluler (Djuwita dkk, 2012).

Jaringan tulang bersifat dinamis karena secara konstan mengalami remodeling.

Remodeling tulang ditujukan untuk pengaturan homeostatis kalsium, memperbaiki

jaringan yang rusak akibat pergerakan fisik, kerusakan minor karena faktor stres

dan pembentukan kerangka pada masa pertumbuhan (Hill, 1998; Fernandez dkk.,

2006). Ketidakseimbangan antara resorpsi dan pembentukan tulang pada proses

remodeling tulang dapat mengakibatkan kepadatan tulang berkurang sehingga dapat

menimbulkan penyakit metabolik tulang (Seeman, 2003; Djikstra-Appelman, 2015).

Berkurangnya kepadatan sel tulang dapat diakibatkan oleh berkurangnya jumlah

osteosit atau kurangnya kadar mineral, namun keduanya dapat mengakibatkan

kerapuhan tulang (Manolagas, 2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

21

Mandibula merupakan tempat melekatnya gigi geligi. Didalam mandibula

terdapat struktur yang berperan sebagai penyangga gigi geligi, salah satunya adalah

tulang alveolar. Stabilitas tulang alveolar sangat diperlukan dalam bidang

kedokteran gigi karena mempengaruhi keberhasilan perawatan kedokteran gigi.

Kualitas tulang perlu ditingkatkan untuk memelihara serta menjaga stabilitas tulang

alveolar dan mengurangi risiko resorbsi, dengan mempertahankan kadar mineral

tulang, misalnya kalsium untuk proses kalsifikasi (Madhavan, 2014). Kalsifikasi

adalah proses mengerasnya jaringan organik karena pengendapan, diantaranya

kalsium dan fosfor, pada jaringan osteoid sehingga terbentuk tulang. Kalsium

berperan sangat penting dalam pembentukan dan stabilitas tulang alveolar agar

fungsi dan manfaat tulang alveolar menjadi optimal (Omami, 2016).

Kalsium adalah mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Sekitar 99

persen total kalsium dalam tubuh ditemukan dalam jaringan keras terutama dalam

bentuk hidroksiapatit, namun hanya sebagian kecil yang terdapat dalam plasma

cairan ekstravaskuler (Bolland dkk, 2015). Kalsium mempunyai peran penting di

dalam tubuh, yaitu dalam pembentukan tulang dan gigi; dalam pengaturan fungsi sel

pada cairan ekstraselular dan intraselular yaitu untuk transmisi saraf, kontraksi otot,

penggumpalan darah, dan menjaga permebilitas membran sel. Tersedianya kalsium

di dalam tubuh berasal dari beberapa bahan makanan yang dikonsumsi yang menjadi

sumbernya. Selanjutnya unsur kalsium ini disimpan dalam jaringan spons tulang

(Hoenderop dkk, 2005). Sumber kalsium terbagi dua, yaitu kalsium alami dan

kalsium sintetis. Kalsium alami berasal hewani dan nabati, sedangkan kalsium

sintetis berupa suplemen kalsium. Umumnya, kalsium dari sumber-sumber makanan

diabsorbsi lebih baik daripada yang berasal dari suplemen. Kebutuhan kalsium

setiap individu berbeda pada masing-masing usia. Asupan kalsium yang kurang dari

kebutuhan dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang (Chen dkk, 2002 ; Rose

dkk, 2011).

Kepadatan tulang atau densitas adalah kandungan mineral tulang pada suatu

area tulang dengan satuan bentuk gram persentimeter persegi tulang (Prasetyastuti,

2010). Selain asupan nutrisi mineral seperti kalsium, ada beberapa faktor yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

22

dapat mempengaruhi kepadatan tulang yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor

intrinsik dipengaruhi oleh jenis kelamin, genetik dan hormon, sedangkan faktor

ekstrinsik disebabkan oleh vitamin D dan aktivitas fisik (Wilkins, 2007; Rittwegger,

2006).

Sebagian penduduk Indonesia mempunyai risiko kekurangan kalsium karena

konsumsi susu sebagai sumber utama kalsium berhenti sekitar usia 2-5 tahun,

sehingga dapat diasumsikan kepadatan tulang optimal (optimal bone density) dan

massa tulang optimal tidak tercapai. Kalsium tidak hanya terkandung dalam susu,

tetapi makanan lain seperti sup tulang, sayuran hijau seperti bayam, buah-buahan,

kacang-kacangan, ikan salmon, dan ikan teri. Ikan teri adalah makanan sumber

kalsium yang baik (Shankar, 2013). Sayur-sayuran hijau, kacang-kacangan, tahu dan

tempe merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan ini mengandung

banyak zat yang dapat mengahambat penyerapan kalsium seperti serat, asam fitrat

dan asam oksalat (Hardinsyah dkk, 2008).

Berdasarkan Nutry Survey Indonesia, kandungan kalsium ikan teri lebih tinggi

dari pada susu. Kandungan lain yang menonjol dari ikan teri merupakan kandungan

energinya, yaitu protein 7% dan lemak 26%. Berdasarkan data Kementerian

Kelautan dan Perikanan (KKP) ¾ (tiga perempat) wilayahnya adalah perairan laut,

yang terdiri atas laut pesisir, laut lepas, teluk, dan selat, dengan luas perairan 5,8 juta

km² dengan potensi sumberdaya perikanan tangkap 6,4 juta ton per tahun (Ramlan,

2016). Salah satu potensi perikanan laut di Indonesia adalah ikan teri. Ikan teri

menempati posisi penting diantara 55 spesies ikan yang memiliki nilai ekonomis

setelah ikan layang, kembung, lemuru, tembang dan tongkol. Data dirjen perikanan

menunjukkan adanya kenaikan produksi ikan teri sebesar 11,73% selama tahun

1990-1993 (Direktorat Jendral Perikanan, 1995). Pemasok ikan teri atau

distributornya berasal dari daerah Belawan, Tanjung Balai, Asahan, Ledong Batu

Bara dan Sibolga.

Ikan teri nasi (Stolephorus sp.) merupakan ikan teri khas kota Medan dengan

beberapa kandungan kimia yakni mengandung kalsium yang cukup tinggi, protein,

mineral, vitamin dan zat gizi lainnya yang sangat bermanfaat untuk kesehatan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

23

kecerdasan. Protein ikan teri nasi (Stolephorus sp.) mengandung beberapa macam

asam amino essensial. Ikan teri nasi (Stolephorus sp.) merupakan salah satu sumber

kalsium terbaik. Kalsium pada ikan teri berguna untuk mencegah pengeroposan

tulang, pertumbuhan tulang dan gigi serta mempunyai efek yang menenangkan.

Kalsium ikan teri dapat melancarkan hubungan antara sel yang menurun pada saat

seseorang menderita stress dan depresi serta mengendalikan tekanan darah

(Aryati,2014). Keunggulan ikan teri nasi dibandingkan dengan ikan lainnya adalah

bentuk tubuhnya yang kecil sehingga mudah dan praktis dikonsumsi oleh semua

umur. Ikan teri nasi (Stolephorus sp.) merupakan salah satu ikan favorit karena

mulai dari kepala, daging sampai tulangnya dapat langsung dikonsumsi. Ikan teri

nasi selain mudah didapat dan dikonsumsi masyarakat juga mengandung mineral-

mineral pendukung tulang. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut tentang

pengaruh konsumsi ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang

alveolar rahang bawah pada tikus Wistar jantan putih (Rattus norvegicus).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas timbul suatu permasalahan:

a. Apakah pemberian ikan teri nasi (Stolephorus sp.) dapat meningkatkan

jumlah osteosit tulang alveolar rahang bawah pada tikus Wistar jantan putih (Rattus

norvegicus)?

b. Apakah pemberian ikan teri nasi (Stolephorus sp.) dapat meningkatkan

kepadatan tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih (Rattus

norvegicus)?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

24

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan peran ikan teri nasi (Stolephorus

sp.) dalam pembentukan tulang alveolar rahang bawah pada tikus Wistar jantan

putih (Rattus norvegicus).

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk membuktikan peran ikan teri nasi (Stolephorus sp.) dalam

meningkatkan jumlah osteosit tikus Wistar jantan putih (Rattus norvegicus).

b. Untuk membuktikan peran Ikan teri nasi (Stolephorus sp.) dalam

meningkatkan kepadatan tulang tikus Wistar jantan putih (Rattus norvegicus).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan peran ikan teri nasi

(Stolephorus sp.) dalam meningkatkan jumlah osteosit dan kepadatan tulang .

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan diketahui pengaruh ikan teri nasi (Stolephorus sp.) terhadap jumlah

osteosit dan kepadatan tulang alveolar maka diharapkan Ikan teri nasi (Stolephorus

sp.) sehari-hari dapat digunakan sebagai alternatif penguat tulang yang murah dan

mudah didapat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

25

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tulang Alveolar

2.1.1 Pengertian Tulang Alveolar

Tulang alveolar (alveolar bone) atau prosesus alveolaris adalah bagian dari

jaringan periodontal yang merupakan tempat melekatnya sementum dengan adanya

ligamen dan berfungsi membentuk dan mendukung soket gigi/alveoli (Niculescu

dkk, 2001).

Gambar 2.1. Gigi Molar dengan bagian tulang alveolar (Niculescu dkk, 2001).

2.1.2 Struktur Anatomi Tulang Alveolar

Tulang alveolar memiliki kandungan 60% material anorganik berupa kristal

hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2], 25% material organik, dan 15% air. Kandungan

kristal hidroksiapatit pada tulang alveolar sama seperti yang ditemukan pada enamel

dan dentin dalam jumlah yang lebih besar, dan hampir sama jumlahnya dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

26

kristal hidroksiapatit pada sementum. Perkembangan tulang alveolar tergantung dari

pembentukan akar gigi (Garrant, 2003).

Pada masa fetus tulang alveolar dibentuk melalui proses ossifikasi

intramembranous yang terdiri dari matriks terkalsifikasi dengan osteosit yang berada

di dalam suatu ruang yang dinamakan lakuna (lacunae). Komposisi utama bahan

anorganik tulang alveolar antara lain kalsium, fosfat, hidroksil, karbonat, sitrat,

natrium, magnesium dan fluor (Wagner, 2012). Garam mineral dijumpai dalam

bentuk kristal-kristal hidroksiapatit yang sangat halus Sedangkan matriks organik

tulang alveolar terdiri dari kolagen tipe-I sekitar 90 % dan sejumlah kecil

fosfoprotein dan proteoglikans. Tulang alveolar terdiri atas tiga bagian, yaitu:

a. Plat tulang vestibular atau eksternal dari tulang kortikal yang dibentuk oleh

tulang haversian dan lamela tulang yang kompak.

b. Dinding soket berupa tulang kompak tipis yang dinamakan tulang alveolar

utama.

c. Trabekula kanselous yang berada diantara kedua lapisan tulang di atas dan

berperan sebagai tulang alveolar pendukung (Nurul, 2016; Ardan,2011).

2.2 Kepadatan Tulang

Densitas tulang atau kepadatan tulang adalah kandungan mineral tulang pada

suatu area tulang dengan satuan bentuk gram persentimeter persegi tulang.

Kepadatan tulang bergantung dari jumlah kalsium, fosfor, mineral yang terkandung

dalam tulang. Kadar kalsium dan fosfat serum merupakan salah satu indeks biokimia

yang mencerminkan kepadatan mineral dalam tulang yang didominasi oleh kalsium

(Prasetyastuti, 2010; Seeman, 2008).

Kekuatan tulang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas tulang. Kuantitas yaitu

kepadatan tulang sedangkan kualitas yaitu ukuran (massa) tulang, kandungan

mineral dan mikroarsitektur tulang. Berkurangnya kepadatan sel tulang dapat

diakibatkan oleh osteosit atau kurangnya kadar mineral, namun keduanya

mengakibatkan kerapuhan tulang (Djuwita dkk, 2012). Adanya ketidakseimbangan

antara jumlah kalsium yang diserap dan jumlah kalsium yang dilepas dalam jangka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

27

waktu lama, dapat menyebabkan persediaan kalsium di dalam tulang akan menipis

yang mengakibatkan rendahnya massa dan kepadatan tulang (Ross dkk, 2011 ;

Peacock 2010).

Kepadatan tulang meningkat pesat sampai remaja, dan berjalan lambat sampai

usia 35 dan kemudian mendatar dan menurun. Kepadatan tulang paling sering

diukur di tulang belakang, pinggul, lengan, pergelangan tangan dan tumit untuk

mendeteksi dan mendiagnosis osteoporosis. Kepadatan mineral tulang Bone Mineral

Density (BMD) digunakan dalam kedokteran klinis sebagai indikator tidak langsung

dari osteoporosis dan risiko patah tulang (Wilkins, 2007). Kepadatan tulang medis

akan dihitung sebagai massa per volume. Hal ini diukur dengan prosedur yang

disebut densitometri, sering dilakukan dalam radiologi atau departemen kedokteran

nuklir rumah sakit atau klinik (Kawiyana, 2009). Pengukuran tidak menimbulkan

rasa sakit dan non-invasif dan melibatkan paparan radiasi yang rendah. Pengukuran

yang paling sering dilakukan melalui tulang belakang lumbar dan di atas bagian atas

pinggul (Cole, 2008; Forstein dkk.,2013).

Ketidakseimbangan antara resorpsi dan pembentukan tulang pada proses

remodeling tulang dapat mengakibatkan kepadatan tulang berkurang sehingga

menimbulkan penyakit metabolik tulang (Seeman, 2003; Djikstra-Appelman, 2015).

Penurunan densitas tulang rahang menyebabkan tulang penyokong gigi kurang

adekuat, sehingga gigi tidak dapat bertahan lama dalam soket dan terjadi gangguan

pengunyahan (Aryati dkk, 2014). Proses diferensiasi osteoblas merupakan salah satu

faktor penting dalam proses remodeling tulang. Proses proliferasi dan diferensiasi

osteoblas diatur oleh faktor pertumbuhan (growth faktor) yang dihasilkan oleh

osteoblas. Growth faktor yang berperan diantaranya Insulin Growth Faktor (IGF I

dan II), Bone Morphogenic Proteins (BMPs), Fibroblast Growth Faktor (FGF), dan

Platelet-Derived Growth Faktor (PDGF) (Chen dkk., 2004; Odendaal- Franz, 2006)

yang bekerja secara autokrin dan parakrin, serta hormon estrogen (Hofbauer dkk.,

1999; Heino, 2008; Dallas, 2011; Bellido, 2014).

Pengukuran pengeroposan tulang biasanya dilakukan foto rontgen Dual

Energy X-Ray Absorptiometry (DEXA), Single Energy X-Ray Absorptiometry

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

28

(SXA) dan Single Photon Absorptiometry (SPA), Quantitative Ultrasound (QUS),

Quantitative Computed Tomography (QCT) (Cosman, 2014; Wilkins, 2007;

Kawiyana, 2009). Selain pengukuran dengan sinar-X, pemeriksaan resorpsi tulang

juga dapat diamati berdasarkan histopatologis dengan pengecatan Harris

Hematoxylin-Eosin (HE) menggunakan mikroskop Olympus BX51 dengan

perbesaran 100x dilanjutkan 400x dan mengukur ketebalan struktur trabekulaenya

(Pratomo dkk., 2012). Pengukuran ketebalan trabekula pada tulang mandibula tikus

juga dilakukan secara histomorfometri dengan pengecatan Trikrom (Maysitha,

2006).

Histomorfometri tulang merupakan pengukuran untuk menilai sel dan struktur

dari tulang yang dilakukan secara histologis dan suatu teknik yang esensial untuk

dapat memahami mekanisme tingkatan jaringan dari fisiologi tulang. Pada manusia,

prosedur tersebut paling sering dicadangkan untuk menilai patologi karena

pengumpulan sampel bersifat invasif.

Penilaian histologis tulang dari laboratorium hewan lebih mudah dilakukan

koleksi jaringan dan digunakan sebagai pengukuran dalam penelitian (Allen, 2014).

Pengukuran kepadatan tulang dapat diukur secara histologi dengan mengamati

struktur trabekula seperti ketebalannya, jumlah maupun jarak pemisahannya. Seiring

dengan perkembangan teknologi pengukuran tulang dapat dilakukan juga dengan

teknik seperti micro-computed tomography/ micro CT. Beberapa penelitian

membandingkan pengukuran kepadatan tulang menggunakan CT dan secara

histologis memberikan hasil yang valid dan representatif terhadap parameter struktur

dari tulang (Allen, 2014 ;Wilkins, 2007).

2.3 Osteosit

Osteosit merupakan sel yang terletak di dalam matriks tulang, berasal dari sel

induk mesenkim melalui diferensiasi osteoblas. Produk dari matriks osteoblas dapat

menjadi osteosit, sel lapisan, atau dapat menjalani kematian sel terprogram. Osteosit

lebih kecil dibanding osteoblas, mempunyai retikulum endoplasmik dan aparatus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

29

golgi jauh lebih sedikit dibanding osteoblas serta kromatin inti yang lebih padat,

mempunyai fungsi memelihara matrik tulang (Bonewald, 2011).

Osteosit adalah sel osteoblas yang terkubur dalam lakuna dan termineralisasi

dalam matriks tulang dengan morfologi stellate, dengan tonjolan dendritik yang

merupakan penonjolan plasma membran dan berfungsi sebagai sistem syaraf. Sel

osteosit jumlahnya 10 kali dari jumlah sel osteoblas (Bellido, 2014 ; Dallas, 2010)

Osteoblas memiliki inti eksentrik yang besar dengan satu sampai tiga inti, dan

Rough Endoplasmic Reticulum (RER) yang menonjol dan badan golgi. Osteosit

melalui penonjolan plasma membran (panjang 5-30 µm) dalam kanalikuli dapat

berkomunikasi dengan osteoblas. Selanjutnya osteoblas berkomunikasi dengan sel

dalam sumsum tulang dengan memproyeksikan selnya ke sel endotil di sinusoid.

Dengan demikian lokasi strategis osteosit menjadikan sel ini sebagai kandidat sel

mekanosensori untuk deteksi kebutuhan tulang, menambah atau mengurangi massa

tulang selama adaptasi fungsi skeletal. Osteosit juga mempunyai kemampuan

deteksi perubahan aliran cairan interstisial dalam kanalikuli yang dihasilkan akibat

pembebanan mekanik dan deteksi perubahan kadar hormon, oleh karena itu

gangguan pada jaringan osteosit meningkatkan fragilitas tulang (Capulli, 2014;

Odendaal-Franz, 2016).

Pada manusia, osteosit bisa hidup lama. Paruh waktu rata-rata osteosit manusia

yaitu 25 tahun. Tingkat remodeling tulang dipertimbangkan secara keseluruhan

antara 4 sampai 10% per tahun (Manolagas, 2000). Selanjutnya, umur osteosit

sangat melebihi osteoblas aktif, yang diperkirakan hanya tiga bulan pada tulang

manusia (Manolagas, 2000) dan 10-20 hari pada tulang alveolar tikus (McCulloch,

1988;Odendaal-Franz, 2006; Bonewald, 2011).

Salah satu zat yang disekresikan oleh osteosit adalah protein yang disebut

sklerostin. Hanya osteosit menghasilkan senyawa ini yang berfungsi menghambat

aktivitas osteoblas dan merangsang aktivitas osteoklas. Oleh karena itu, ketika

osteosit mengeluarkan lebih sklerostin, produksi tulang yang baru melambat.

Osteosit mengeluarkan sedikit sklerostin jika tulang mengalami beban fisik yang

berat. Tingkat sklerostin rendah memungkinkan aktivitas osteoblas tinggi, yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

30

memungkinkan produksi tulang tambahan di daerah yang berada di bawah tekanan

(Heino, 2008; Bonewald, 2011).

Osteosit dan osteoblast diketahui mempunyai kalsium fosfat yang berikatan

dengan protein atau glikoprotein, suatu indikasi kemampuan untuk melakukan

kalsifikasi matriks. Osteosit tetap berhubungan satu sama lain dan juga dengan sel

pada permukaan tulang melalui gap junction ditambah proses sel melewati matriks

melalui saluran kecil yaitu kanalikuli dan kekosongan sel tubuh berisi lakuna

menghubungkan satu sama lain dan dengan dunia luar (Odendaal-Franz, 2008).

Selama diferensiasi dari osteoblas menjadi osteosit dewasa, sel kehilangan sebagian

besar organel sel mereka, proses sel tersebut yang dikemas dengan mikrofilamen

serta melibatkan perubahan morfologi seperti ukuran diameter sel, peningkatan

proses intraseluler, dan perubahan dalam organel-organel intraseluler (Djuwita dkk,

2012).

Gambar 2.2 Perbedaan diferensiasi osteoklas dan osteoblas. Garis diferensiasi hematopoietik (atas) bertanggungjawab dalam pembentukan osteoklas, sedangkan osteoblas terbentuk melalui garis diferensiasi mesenkimal (bawah). Keduanya dimediasi oleh sejumlah sitokin dan hormon yang berbeda (Sumber: Epstein, 1995)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

31

Proses diferensiasi osteoblas merupakan salah satu faktor penting dalam proses

remodeling tulang. Proses proliferasi dan diferensiasi osteoblas diatur oleh growth

factor (faktor pertumbuhan) yang dihasilkan oleh osteoblas. Growth factor yang

berperan diantaranya Insulin Growth Factor (IGF I dan II), Bone Morphogenic

Proteins (BMPs), Fibroblast Growth Factor (FGF), dan (PDGF) Platelet-Derived

Growth Factor (Chen dkk., 2004;) yang bekerja secara autokrin dan parakrin, serta

hormon estrogen (Bellido, 2014 ; Odendaal-Franz, 2006).

Selain faktor pertumbuhan terdapat juga beberapa faktor telah dilaporkan

memodulasi fungsi osteoblas dan/ atau terlibat dalam mengendalikan keputusan

untuk berubah menjadi osteosit. Faktor transkripsi Runx2 dan Osterix, Bone

Morphogenic Proteins (BMPs), Micro RNAs (MiRNAs), Connexin 43 (Cx43),

sangat penting untuk diferensiasi osteoblas selama pengerasan intramembran dan

endokondral. Heino dan Hentunen (2008) menyatakan bahwa ada beberapa sinyal

Pathway yang juga dapat meregulasi diferensiasi osteoblas yaitu Wnt Signaling,

Hedgehog Signaling, Transforming Growth Factor β (TGF-β) Signaling, FGF

Signaling, dan Notch Signaling (Capulli, 2014; Heino, 2008).

Osteosit memediasi efek pada remodeling tulang tidak hanya melalui interaksi

sel-sel dengan osteoklas dan osteoblas, tetapi juga melalui sinyal melalui pelepasan

mediator larut (Nandeesh, 2012). Proses perbaikan menyediakan mekanisme untuk

tulang dapat beradaptasi terhadap faktor biomekanik lokal dan pengaruh hormonal

sistemik serta mengganti tulang yang telah mengalami kerusakan dari beban

mekanis yang berulang (Bellido, 2014). Osteosit memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Osteosit sebagai regulator osteoklas sehingga mampu mengendapkan dan

penyerapan tulang.

b. Osteosit sebagai regulator osteoblas berperan dalam pembentukan tulang

kembali dengan mengirimkan sinyal pada osteosit lainnya dalam menanggapi

bahkan sedikit perubahan bentuk pada tulang yang disebabkan oleh aktivitas otot.

Dengan cara ini, tulang akan menjadi kuat jika sering melakukan latihan atau

kegiatan fisik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

32

c. Osteosit sebagai homeostatis mineral dapat membantu dalam pemindahan

kalsium dari tulang ketika tingkat kalsium tubuh turun terlalu rendah. Kematian

prematur atau gangguan dari osteosit dikaitkan dengan penyakit seperti osteoporosis

dan osteoarthritis.

d. Osteosit sebagai sel mekanosensori utuk mendeteksi kebutuhan tulang

selama adaptasi fungsi skeletal.

Gambar 2.3 Osteosit dan bagian jaringan tulang (Bellido, 2014)

Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antarsel berkapur,

yaitu matriks tulang dan tiga jenis sel: (1) osteosit, yang terdapat di rongga (lakuna)

di dalam matriks; (2) osteoblas yang mensintesis unsur organik matriks, dan (3)

osteoklas yang merupakan sel raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi dan

remodeling jaringan tulang (Junqueira dan Carneiro, 2007). Tulang mengalami

remodeling secara kontinyu oleh dua proses: (1) pembentukan (formasi) dan (2)

penyerapan (resopsi) tulang. Proses ini bergantung pada aktivitas osteoklas,

osteoblas, dan osteosit. Dalam kondisi normal, resopsi dan formasi berkaitan erat

satu sama lain, pada saat resopsi tulang yang tua akan hancur dan dipindahkan oleh

osteoklas sedangkan pada saat formasi jaringan tulang yang baru akan menggantikan

tulang yang telah rusak, dan hal ini dilakukan sel osteoklas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

33

Pada pasien osteoporosis, proses resorpsi lebih aktif dibanding dengan proses

formasi, sehingga terjadi defisit massa tulang dan tulang semakin tipis dan rapuh

(Anderson, 2013).

Remodeling tulang adalah pergantian jaringan tulang tua dengan jaringan

tulang muda, sebagian besar kondisi ini terjadi pada kerangka hewan dewasa untuk

mempertahankan massa tulang. Proses ini mencakup pembentukan dan resorpsi

tulang secara bersamaan (berpasangan). Remodeling merupakan sebuah proses yang

dinamis termasuk penggantian dan pengisian kembali baik tulang kompak maupun

trabekular. Proses ini terus-menerus terjadi untuk mempertahankan massa tulang

serta integritas dan fungsi kerangka. Proses ini kompleks dan dikendalikan oleh

susunan syaraf pusat melalui hormon dan oleh tekanan mekanis. Proses ini

bergantung pada keterpaduan aksi dari osteoblas, osteosit, dan osteoklas (Indah,

2013).

Tulang memiliki dua tipe yaitu tulang korteks dan tulang trabekular. Bagian

luar tulang merupakan bagian yang padat yang disebut tulang korteks dan bagian

dalamnya terdiri dari tulang trabekular yang tersusun seperti terumbu karang

(Guldring, 2014). Tulang dapat dibentuk dengan dua cara yaitu osifikasi

intramembranosa dengan mineralisasi langsung dari matriks yang disekresi

osteoblas atau osifikasi endokondral yaitu deposisi matriks tulang pada matriks

tulang rawan yang sudah ada Pada kedua proses, jaringan tulang mula-mula tampak

sebagai tulang primer atau tulang anyaman (Junqueira, 2007).

Tulang primer merupakan jaringan temporer dan segera diganti oleh tulang

berlamela definitif atau sekunder. Selama pertumbuhan tulang, daerah tulang primer,

daerah resorpsi dan daerah tulang sekunder terlihat berdampingan. Kombinasi

sintesis tulang dan penghancurannya (remodeling) tidak hanya terjadi pada tulang

yang tumbuh namun juga berlangsung seumur hidup meskipun kecepatan

perubahannya pada orang dewasa sudah sangat menurun (Junqueira, 2007).

Meskipun keras, struktur internal tulang dapat berubah, bergantung pada berbagai

stres yang dialaminya. Tulang yang sehat dan kuat harus mempunyai massa dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

34

kepadatan tulang yang tinggi. Tulang mempunyai beberapa fungsi utama (Junqueira,

2005) antara lain:

a. Sebagai penyokong tubuh, dengan membentuk kerangka dan tempat

perlekatan tendon otot.

b. Sebagai pelindung organ internal tubuh

c. Membantu pergerakan tubuh bersama otot

d. Homeostasis mineral terutama kalsium dan fosfor

e. Produksi sel darah merah oleh sumsum tulang merah

f. Penyimpanan trigliserida oleh sumsum tulang kuning.

2.4 Kalsium (Ca)

Kalsium (Ca) merupakan nutrisi penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan normal. Diet cukup kalsium akan memperkuat tulang dan membantu

mencegah terjadinya gangguan pada tulang selama masa kanak-kanak dan remaja

(Pravina,2013; Beto, 2015), sedangkan diet rendah kalsium akan meningkatkan

resiko terjadinya osteoporosis baik pada manusia maupun pada hewan yang

menyebebkan resorpsi dan berkurangnya kepadatan tulang (Chen dkk, 2002).

Mineral utama dalam tulang adalah kalsium dan fosfor, dalam bentuk kristal

kalsium hidroksiapatit (HA). Senyawa HA ini memainkan peran penting dalam

mengatur kekakuan elastis dan kekuatan tarik dari tulang (Kumar, 2010).

Pertumbuhan dan remodeling jaringan tulang membutuhkan kecukupan pasokan

kalsium dan fosfor, yang dapat dipasok dari diet dan tulang cadangan. Mineral ini

merupakan kation dalam tubuh dan berjumlah 1,5-2% dari berat tubuh. Sembilan

puluh sembilan persen dari total Ca dalam badan terdapat pada tulang dan gigi (hard

tissue). Sisanya sekitar 1% berada dalam darah, cairan ekstraseluler, otot, dan

jaringan-jaringan lainnya (Bolland, 2015).

Asupan kalsium yang cukup dapat membantu melindungi tulang sepanjang

hidup kita. Pada anak-anak dan remaja, asupan kalsium yang cukup dapat membantu

memproduksi massa tulang yang lebih tinggi (Chen, 2002). Sumber utama kalsium

dalam makanan terdapat pada susu dan hasil olahannya, seperti keju atau yoghurt.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

35

Sumber kalsium selain susu juga penting untuk memenuhi kebutuhan kalsium, baik

yang berasal dari hewani atau nabati. Sumber kalsium yang berasal dari hewani

seperti sarden, dan ikan yang dimakan bersama tulangnya termasuk ikan teri.

Sumber kalsium yang berasal dari nabati, seperti serealia, kacang-kacangan dan

hasil kacang-kacangan, tahu, tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium

yang baik juga, tetapi bahan makanan ini banyak mengandung zat yang menghambat

penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat (Rose dkk, 2011). Adapula

sumber kalsium dari bahan buatan seperti suplemen yang memiliki dua bentuk

kalsium secara luas yaitu kalsium karbonat dan kalsium sitrat. Kalsium karbonat

merupakan kalsium dalam bentuk yang dapat masuk melalui saluran pencernaan dan

lebih mudah diabsorbsi (Bueno, 2008)

Pada tulang, kalsium dalam bentuk garam membentuk matriks pada kolagen

protein pada struktur tulang membentuk rangka yang mampu menyangga tubuh serta

tempat bersandarnya otot yang menyebabkan memungkinkannya terjadinya gerakan.

Jika dari pola makan unsur kalsium tidak mencukupi, maka tubuh mempunyai cara-

cara untuk menjaga agar kalsium darah tidak menurun, yaitu dengan mengandalkan

peran hormon kalsitonin, hormon anak gondok, dan vitamin D (Peacock, 2010).

Di samping berperan dalam jaringan kerangka tulang, maka kalsium berperan

dalam sistem saraf. Pada proses pembentukan tulang baru dan penghancuran tulang

yang telah tua. Kalsium yang berada dalam peredaran darah dan jaringan tubuh

mempunyai fungsi dalam berbagai kegiatan, diantaranya adalah untuk transmisi

impuls-impuls saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, pengaturan permeabilitas

membran sel dan aktivitas enzim (Wirosaputro, 1998). Secara umum, fungsi kalsium

adalah membangun tulang dan gigi, mengatur proses-proses tubuh dalam darah dan

jaringan, dan membantu proses penggumpalan darah (Peacock, 2010; Opotowsky,

2002).

Asupan kalsium yang memadai penting untuk mencapai massa tulang yang

optimal (optimal Peak Bone Mass/PBM) dan mengatur laju kehilangan kalsium dari

tulang seiring bertambahnya usia. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan

gangguan pertumbuhan yaitu osteopenia, osteoporosis dan ricketsia karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

36

mineralisasi matriks tulang terganggu sehingga kandungan kalsium dalam tulang

menurun, sedangkan kelebihan kalsium dapat menyebabkan gangguan ginjal dan

konstipasi (Qin, 1998).

2.4.1 Metabolisme Kalsium

Konsentrasi normal total kalsium dalam plasma adalah 2,4-2,5 mM sedangkan

konsentrasi ion kalsium bebas berkisar antara 1,25-1,3 mM. Homeostasis kalsium

yang efektif penting dalam banyak proses biologis, termasuk metabolisme tulang,

proliferasi sel, koagulasi darah, hormonal signalling transduction dan fungsi

neuromuscular (Hartiningsih, 2016).

Keseimbangan kalsium dipertahankan oleh tiga organ utama terdiri atas sistem

gastrointestinal, tulang, dan ginjal. Sistem gastrointestinal menjaga homeostasis

kalsium dengan mengatur absorpsi kalsium melalui sel-sel gastrointestinal. Jumlah

absorpsi tergantung dari asupan, usia manusia, hormon vitamin D, kebutuhan tubuh

akan kalsium, diet tinggi protein dan karbohidrat serta derajat keasaman yang

tinggi/pH rendah (Setyorini, 2009). Asupan kalsium tidak boleh melebihi 2500

mg/hari. Manusia dewasa mengkonsumsi kalsium sekitar 500-1200 mg sehari.

Absorpsi kalsium bervariasi, antara 10-60% dan pada manusia kurang lebih 175

mg/hari. Jumlah ini menurun seiring dengan peningkatan usia dan meningkat ketika

kebutuhan akan kalsium meningkat sementara asupan sedikit. Usus hanya mampu

menyerap 500-600 mg kalsium sehingga pemberian kalsium harus dibagi dengan

jarak 5-6 jam (Peacock, 2010).

Absorpsi terjadi dalam usus halus melalui mekanisme yang terutama dikontrol

oleh calcitropic harmones (1,25-dihydroxycholecalciferol vitamin D3 (1,25- (OH)

2D3) dan Parathyroid Harmone (PTH). Metabolisme kalsium dan tulang berkaitan

erat satu sama lain dan terintegrasi. Defisiensi kalsium (misalnya pada lansia), yang

disebabkan oleh defisiensi vitamin D dan peningkatan PTH, mengakibatkan tulang

akan melepaskan kalsium (resorpsi tulang meningkat) untuk dapat mengembalikan

kalsium serum kembali normal (Honderoop, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

37

2.4.2 Mekanisme Absorpsi Kalsium

Transpor kalsium dalam usus halus dimediasi oleh proses transportasi yang

tersusun kompleks dan diregulasi oleh calcitropic harmones, yaitu: 1,25-(OH)2D3

dan PTH. Hormon-hormon lain, seperti glukokortikoid, prolaktin dan estrogen

berperan sebagai regulator absorpsi kalsium di usus halus.

Gambar 2.4. Mekanisme transportasi kalsium epitel. Epitel bisa menyerap kalsium melalui transportasi paraseluler dan transeluler (Honderoop, 2005).

Absorpsi kalsium di usus halus dapat melalui dua mekanisme, yaitu aktif dan

pasif. Transpor kalsium aktif terjadi terutama di duodenum dan proximal jejenum,

sementara transpor pasif terjadi pada seluruh usus halus. Usus besar juga mampu

mengabsorpsi kalsium namun hal tersebut masih kontroversial. Duodenum adalah

tempat absorpsi kalsium yang paling efisien karena dapat mengambil kalsium

bahkan pada keadaan diet sangat rendah kalsium melalui mekanisme aktif, juga

memiliki seluruh komponen bagi transpor kalsium melalui jalur transcellular, dan

paracellular. Mekanisme transport kalsium dalam duodenum, meliputi:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

38

a. Transcellular Calcium Transport

Transcellular transport merupakan transpor aktif yang hanya terjadi di

duodenum. Transpor ini memicu pergerakan kalsium melalui tiga tahap, terdiri atas:

(1) apical calcium entry ; (2) cytoplasmic calcium translocation dalam bentuk

terikat dengan calbindin-D9k dan ; (3) basolateral calcium extrusion. Kalsium

luminal melewati membran melalui Transient Receptor Potential Vanilloid family

calcium channel (TRPV)5 dan 6. Plasma membrane Ca2+-ATPase (PMCA1b) yang

terdapat pada basolateral membran akan mengeluarkan cytoplasmic calcium ke

dalam plasma. Cytoplasmic calcium dapat juga dikeluarkan oleh transporter lain,

yaitu NA+/Ca2+ exchanger 1 (NCX1) namun kemampuannya hanya 20%

dibandingkan dengan PMCA1b (80%). Transpor kalsium melalui jalur transcellular

digunakan dalam kondisi fisiologis dan jalur ini semakin penting ketika terjadi

peningkatan kebutuhan kalsium, misalnya ketika hamil dan menyusui. Jalur ini

distimulasi langsung oleh 1,25-(OH)2D3.

b. Paracellular Calcium Transport

Paracellular transport merupakan mekanisme aktif (cellular energy

dependent) dan pasif (calcium gradient dependent). Komponen pada paracellular

calcium transport terdiri atas: passive paracellular, solvent-drag induced, dan

voltage-dependent transport. Energi untuk paracellular transport pasif ini berasal

dari energi bebas yang dihasilkan oleh transepithelial calcium gradient (5 mM pada

luminal side dan 1.25 mM pada plasma side).

2.5 Hal Yang Mempengaruhi Kepadatan Tulang

Rendahnya kepadatan tulang mengakibatkan terjadinya osteopenia dan

osteoporosis. Osteopenia atau berkurangnya densitas (kepadatan) tulang merupakan

peringatan awal pada kelompok dewasa atau sebelum memasuki usia 35 tahun.

Osteopenia merupakan prediktor awal akan terjadinya osteoporosis di waktu yang

akan datang. Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang dan

gangguan struktur tulang (perubahan mikroarsitektur jaringan tulang) sehingga

menyebabkan tulang menjadi mudah patah (Duque, 2006; Hughes, 2006). Beberapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

39

faktor yang mempengaruhi kepadatan tulang yaitu faktor intrinsik dan faktor

ekstrinsik.

2.5.1 Faktor Intrinsik

a. Jenis Kelamin

Wanita memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami

osteoporosis karena setelah masa menopause wanita mengalami perubahan

hormonal yang cukup drastis, utamanya prnuruanan estrogen. Penurunan hormon

seks ini meningkatkan aktivitas osteoklas dalam meresorpsi tulang, sehingga

densitas tulang menurun. Wanita rata-rata memiliki massa tulang yang lebih rendah

dibandingkan pria.

Gambar 2.5. Tingkat kepadatan tulang berdasarkan jenis kelamin dan usia

(Duque, 2006; Hughes, 2006)

b. Genetik

Hanya satu gen yang telah disepakati bersama berpengaruh terhadap kejadian

osteoporosis, yaitu gen BMP2. Gen ini mengkode bone morphogenic protein-2 yang

berperan sebagai regulator diferensiasi osteoblas. Diperkirakan bahwa 65-80%

kelainan massa tulang dipengaruhi oleh faktor genetik. Selain itu, ditemukan pula

bahwa heritabilitas fraktur osteoporosis mencapai 25-35% (Haversath dkk, 2012).

Polimorfisme dari sejumlah besar gen telah dikaitkan dengan perbedaan dalam

massa dan kerapuhan tulang (Raisz, 2005). Berbagai kandidat gen yang mengalami

polimorfisme mungkin memiliki hubungan dengan kepadatan tulang, seperti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

40

Vitamin D Receptor (VDR), Estrogen Receptor (ER) gen, interleukin-6 dan

Transforming Growth Factor (TGF). Saat ini, ER dan gen VDR telah mendapatkan

perhatian yang besar, di mana VDR sebagai gen regulasi utama. Gen VDR manusia

terletak di kromosom 12, dengan 44.000 basa dan terdiri dari sembilan ekson.

Penelitian sebelumnya telah dilakukan pada polimorfisme genetik dalam gen VDR,

seperti FokI (alel F/ f, SNP C> T, rs2228570), BsmI (alel B/ b, SNP G> A,

rs1544410), ApaI (alel A/ a, SNP C> A, rs17879735), dan TaqI (alel T/ t, SNP T>

C, rs731236) untuk mengetahui pengaruh mereka terhadap BMD dan risiko patah

tulang. Sejumlah penelitian domestic telah melaporkan hubungan antara

polimorfisme gen VDR dan BMD, dan ada perbedaan yang signifikan dalam hasil

antara negara-negara, yang juga memiliki keterkaitan satu sama lain (Wu,2016).

Polimorfisme pada gen ESR1 yang telah diketahui adalah PvuII IVSI -397T -à C

restriction fragment length polymorphism pada intron 1 gen ESR1 dan polimorfisme

XbaI IVSI -351A- à G yang terletak 50 bp di downstream sisi polimorfisme PvuII

(Baziad, 2007; Tahir, 2009).

Polimorfisme PvuII dan XbaI pada intron 1 gen ESR1 diduga berperan dalam

peningkatan resorpsi tulang akibat berkurangnya inhibisi aktivitas osteoklastik oleh

estrogen. Peningkatan aktivitas resorpsi menyebabkan tulang kehilangan sejumlah

besar kalsium yang berperan sebagai struktur utama penyusun tulang. Kalsium yang

teresorpsi ini akan dilepaskan ke dalam cairan ekstraseluler sehingga menyebabkan

kenaikan kadar kalsium dalam serum (Prasetyastuti, 2010).

Hubungan yang positif antara polimorfisme COL1α1 Sp1 dan massa tulang

atau fraktur osteoporotik, sudah dilaporkan pada beberapa populasi. Perbedaan etnik

juga telah dilaporkan, di mana prevalensi alel COL1α1 Sp1 dengan polimorfisme,

didapatkan banyak pada etnik Caucasian tetapi jarang pada etnik Afrika dan China.

Keseluruhan dari data menduga bahwa polimorfisme COL1α1 Sp1 menyebabkan

suatu gangguan fungsi yang memberi dampak merugikan pada komposisi (matriks)

tulang dan kekuatan mekanik tulang (Tahir, 2009). Runt related transcription

(RUNX2) merupakan kandidat gen terakhir yang mempunyai peranan dalam

pembentukan tulang. RUNX2 (6p21,1) merupakan faktor transkripsi runt domain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

41

yang berperan penting sebagai regulator dini bagi diferensiasi osteoblas.

Serangkaian studi asosiasi polimorfisme RUNX2 juga telah dilakukan dan beberapa

diantaranya dihubungkan dengan densitas mineral tulang pada wanita menopause,

Salah satu polimorfisme yang memiliki asosiasi terhadap kerapatan mineral tulang

yaitu pada promoter 1 titik G-330-T, tetapi polimorfisme promoter di titik tersebut

masih belum banyak diteliti (Sofiati dkk, 2015).

c. Hormon

Hormon adalah zat pengatur, sel dan jaringan khusus bertanggungjawab untuk

memproduksi hormon. Hormon disekresikan langsung ke aliran darah atau masuk ke

ruang antar sel. Hormon dapat meningkatkan maupun menurunkan zat tertentu

dalam tubuh. Hormon yang dapat mengatur kalsium dalam tubuh diantaranya adalah

hormon estrogen, kalsitonin dan hormone PTH (Paratyroid Hormone).

c.1 Estrogen

Estrogen merupakan hormon seks steroid memegang peran yang sangat

penting dalam metabolisme tulang, mempengaruhi aktivitas sel osteoblas maupun

osteoklas, termasuk menjaga keseimbangan kerja dari kedua sel tersebut melalui

pengaturan produksi faktor parakrin-parakrin utamanya oleh sel osteoblas. Berbagai

jenis hormon berperan dalam kejadian osteoporosis, salah satunya adalah estrogen.

Perubahan hormon estrogen yang terjadi karena usia dapat menurunkan kepadatan

tulang 0,3% sampai 0,5% setiap tahun setelah umur 30 tahun. Menurunnya estrogen

pada wanita menopause dapat menurunkan kepadatan tulang 3% per tahun (Hamrun,

2011).

Dalam keadaan normal estrogen dalam sirkulasi mencapai sel osteoblas, dan

beraktivitas melalui reseptor yang terdapat di dalam sitosol sel tersebut,

mengakibatkan menurunnya sekresi sitokin seperti: Interleukin-1 (IL-1), Interleukin-

6 (IL-6) dan Tumor Necrosis Factor-alpha (TNF-a), merupakan sitokin yang

berfungsi dalam penyerapan tulang. Di lain pihak estrogen meningkatkan sekresi

Transforming Growth Factor betha (TGF-b), yang merupakan satu-satunya faktor

pertumbuhan (growth factor) yang merupakan mediator untuk menarik sel osteoblas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

42

ke tempat lubang tulang yang telah diserap oleh sel osteoklas. Sel osteoblas

merupakan sel target utama dari estrogen, untuk melepaskan beberapa faktor

pertumbuhan dan sitokin seperti tersebut diatas, sekalipun secara tidak langsung

maupun secara langsung juga berpengaruh pada sel osteoklas (Chen dkk, 2012;Wu,

2016).

Estrogen berfungsi menstimulasi ekspresi gen dan produksi protein pada sel

osteoblastik manusia, seperti misalnya produksi OPG, RANK-L, dan IL-6.14 Besar

kecilnya protein yang diproduksi bergantung pada aktivasi sel stroma osteoblastik.

Efek biologis dari estrogen diperantarai oleh reseptor yang dimiliki oleh sel

osteoblastik diantaranya: Estrogen Receptor-Related Receptor alpha (ERRa),

Estrogen Receptor alpha, betha (ERa, Erb) di dalam sitosol. Dalam diferensiasinya

sel osteoblas mengekspresikan Estrogen Receptor betha (ERb) 10 kali lipat dari

Estrogen Receptor alpha/Era (Zirngibl dkk, 2008).

Sub tipe reseptor inilah yang melakukan pengaturan homeostasis tulang dan

berperan akan terjadinya osteoporosis. Dalam sebuah studi didapatkan bahwa

kemampuan estrogen mengatur produksi sitokin sangat bervariasi dari masing-

masing organ maupun masing-masing spesies, begitu juga terhadap produksi dari

IL-6. Dikatakan produksi dari IL-6 pada osteoblas manusia (human osteoblast) dan

stromal sel sumsum tulang manusia (human bone marrow stromal cells), terbukti

diinduksi oleh IL-1 dan TNFa, tidak secara langsung oleh steroid ovarium. Dengan

demikian dimungkinkan pada sel stroma osteoblastik dan sel osteoblas terjadi

perbedaan tingkat aktivasi sel, sehingga akan terjadi perbedaan produksi dari protein

yang dihasilkannya seperti misalnya: IL-6, RANK-L, dan OPG, dengan suatu

stimulasi yang sama (Zirngibl dkk, 2008).

RANK-L merupakan salah satu famili dari TNF disebut juga: OPG-L, TNF-

Releted Activation Induced Cytokine (TRANCE), ODF dan memiliki reseptor

RANK yang merupakan kunci pengaturan remodeling tulang dan sangat esensial

dalam perkembangan dan aktivasi dari osteoklas. Terjadinya diferensiasi sel

osteoklas dari hemopoitik progenitor bergantung pada reseptor yang terdapat pada

membran sel osteoklas yang disebut RANK yang terbukti bahwa pengaturan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

43

transkripsinya oleh NFkappaB4 sedangkan sel stroma osteoblastik mengekspresikan

pada permukaannya RANK-L. Selanjutnya RANK-L berikatan dengan RANK pada

permukaan sel osteoklas progenitor untuk merangsang diferensiasi sel tersebut.

Selain itu sel stroma osteoblas juga mensekresi suatu substansi yang larut dan

mengambang, yang berfungsi sebagai reseptor dan dapat juga mengikat RANK-L

yang disebut OPG. OPG dapat beraksi sangat poten sebagai penghambat

pembentukan osteoklas dengan cara berikatan dengan RANK-L, sehingga mencegah

interaksi antara RANK-L dengan RANK pada progenitor osteoklas (Kohli,

2011;Xiong, 2012).

Estrogen bekerja dengan menghambat osteoklas baik secara langsung maupun

tidak. Pengaruh secara langsung ditunjukkan dengan menghambat reseptor

CCR-2 (C-C Chemokine Receptor type-2) yang ada pada osteoklas. Jika CCR-2

berikatan dengan ligannya maka akan meningkatkan ekspresi, dan pengaruh secara

tidak langsung dilakukan dengan menghambat produksi IL-1,IL-6 Tnf α. Penurunan

jumlah komponen ini akan menurunkan ekspresi RANKL oleh osteoblas. Kadar

estrogen yang menurun akan mengakibatkan gangguan keseimbangan antara sel

penghancur tulang dan sel pembentuk tulang sehingga meningkatkan penyerapan

tulang dan kehilangan massa tulang sehingga mengakibatkan osteoporosis (Silvana

dkk, 2012; Masytha, 2014).

Faktor penting yang menyebabkan angka hilang tulang pada wanita dan hewan

penelitian adalah defisiensi estrogen. Pada tikus ovariektomi menyebabkan

penurunan kandungan kalsium kira-kira 20% dan terjadinya osteoporosis (Masytha,

2014).

c.2 Kalsitonin

Hormon kalsitonin adalah suatu hormon yang turut berperan dalam

metabolisme kalsium dan metabolisme fosfor (Liu dkk, 2014). Hormon ini

merupakan hasil sekresi sel parafolikel kelenjar tiroid Secara kimiawi hormon ini

adalah suatu rantai peptida dari 32 asam amino (Davey, 2013). Kalsitonin bekerja

sama dengan hormon paratiroid untuk hipokalsemik dan hipofosfat yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

44

mempengaruhi tulang dan ginjal lewat reseptor dalam tulang dan ginjal. Fungsi

hormon kalsitonin adalah (Rattanakul, 2011) adalah:

1. Menurunkan kadar kalsium dengan hambatan resorpsi tulang (menekan

aktiVitas dan jumlah osteoblast, dan menghambat permeabilitas sel-sel pada tulang).

2. Menghambat pelepasan kalsium dari tulang. Vitamin D merupakan

metabolisme dan mekanisme dalam banyak hal dengan hormon steroid, menambah

absorpsi kalsium dan fosfor dari traktus intestinalis. Vitamin D mempunyai efek

langsung terhadap proses kalsifikasi, membantu pembentukan tulang, menambah

ekskresi fosfat, dan membantu menurunkan konsentrasi fosfat dalam serum.

c. 3 Hormon PTH

Hormon Paratiroid (PTH) adalah hormon petida yang disekresikan

oleh kelenjar paratiroid yang tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus

pharyngeus. Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada tubuh manusia

yang terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior dan

dua lagi di kutub inferior. Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6mm, lebar

3mm, tebal 2mm dan memiliki gambaran makroskopik lemak coklat kehitaman.

Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama mengandung sel utama (chif cell) yang

mengandung aparatus golgi, retikulum endoplasma dan granula sektorik yang

mensintensis dan mensekresikan (Gosink, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

45

Gambar 2.6. Struktur hormon paratiroid (Gosink, 2015)

Fungsi terpenting dari hormon paratiroid mengatur metabolisme kalsium dan

fosfor pada tubuh, melalui kerja langsung pada tulang dan ginjal, serta kerja tak

langsung melalui vitamin D di usus halus. Hormon paratiroid juga meningkatkan

pembentukan vitamin D3 (1,25-dihidroksikolekalsiferol), suatu metabolit vitamin D

yang fisiologis aktif (Kumar and Thompson, 2011). Efek maksimal hormon

paratiroid pada fosfat tercapai dalam dua sampai tiga jam, sedangkan efek maksimal

konsentrasi ion kalsium tercapai sekitar 8 jam dan kemudian berlangsung 24 sampai

36 jam (Napierala, 2005).

Peningkatan ion kalsium merupakan efek langsung hormon paratiroid dalam

menyebabkan absorpsi kalsium dan fosfat dari tulang. Hormon paratiroid ini juga

menyebabkan peningkatan reabsorpsi kalsium tubulus ginjal tetapi pada saat hormon

ini mengurangi kecepatan reabsorpsi fosfat. Selain itu juga meningkatkan reabsorpsi

ion Magnesium dan ion Hidrogen, sedangkan ia menurunkan reabsorpsi ion

Natrium, Kalium dan asam amino melalui cara yang banyak persamaannya dengan

efek paratiroid terhadap fosfat (Kumar, 2011; Gosink, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

46

Hormon paratiroid menyebabkan peningkatan konsentrasi kalsium yang tinggi

dalam cairan. Namun, pemberian hormon paratiroid yang berlangsung lama

akhirnya mengakibatkan absorpsi pada semua tulang disertai timbulnya rongga-

rongga besar yang diisi dengan osteoklas multinuklear yang sangat besar. Hormon

paratiroid juga sangat berperan bagi pertumbuhan dan perkembangan gigi. Bila

kecepatan sekresi hormon paratiroid berkurang, maka akan menyebabkan kelainan

pada gigi, pertumbuhan dan perkembangan gigi pun akan terhambat. Paratiroid and

Tiroid Hormon related Protein (PTHrP) merupakan hormon yang mengontrol

keseimbangan kalsium dan fosfor. Dua reseptor telah diidentifikasi bentuk ikatan

hormon paratirid dengan tiroid adalah PTHrP (Watted dkk, 2014).

Tipe-I reseptor hormon paratiroid: ikatan kedua hormon paratiroid dan gugus

amino terminal senyawa peptida PTHrP. Molekul ini adalah G protein-reseptor

coupled dengan 7 segmen transmembran. Bagian ekstraselular mempunyai 6 residu

sistein. Ikatan ligan untuk reseptor ini aktivitasnya oleh adenylyl cyclase dan sistem

phospholipase C, diturunkan oleh sinyal protein kinase A dan protein kinase C.

Kemungkinan pernyataan akan aksi hormon paratiroid, penandaan mRNA sebagai

reseptor tipe-I dengan penyebaran yang luas dalam tulang dan ginjal. Senyawa

mRNA juga dinyatakan pada kadar yang rendah dalam banyak jaringan,

kemungkinannya pada reseptor untuk PTHrP (Gosink, 2015).

Tipe-II reseptor hormon paratiroid: Ikatan hormon paratiroid, ditunjkan

sebagai bentuk yang sangat lambat untuk PTHrp. Molekul ini diekspresikan hanya

dalam jumlah yang kecil dari jaringan-jaringan, dan bentuknya atau sifat

fisiologiknya berbeda nyata walaupun dengan karakteristik yang kecil. Seperti pada

reseptor tipe-I, juga dalam bentuk ikatan dengan adenylyl cyclase dan induksi ikatan

ligan yang meningkat konsentrasi intraseluler untuk siklik AMP.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

47

2.5.2 Faktor Ekstrinsik

a. Asupan Kalsium

Asupan kalsium merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepadatan

tulang dan dapat mempertahankan kepadatan tulang dalam waktu jangka panjang.

Sumber kalsium terdiri dari nabati dan hewani. Sumber kalsium nabati berasal

sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan dan lain-lain. Kalsium yang berasal

dari hewani berasal dari ikan. Kalsium akan berperan sebagai penyeimbang dari

pembentukan asam. Tubuh memerlukan kalsium karena setiap hari tubuh kehilangan

mineral. Kehilangan kalsium harus diganti melalui makanan yang dikonsumsi oleh

tubuh. Asupan protein yang lebih tetapi tidak diimbangi dengan asupan kalsium

yang memadai akan meningkatkan risiko patah tulang.

Perbandingan kalsium dan fosfor berpengaruh erat dalam proses absorpsi

kalsium. Untuk absorpsi kalsium yang baik diperlukan perbandingan Ca : P di dalam

rongga usus (dalam hidangan) adalah 1 : 1 sampai 1 : 3. Perbandingan Ca : P yang

lebih besar dari 1 : 3 akan menghambat penyerapan Ca sehingga akan menimbulkan

defisiensi kalsium (Syafiq, 2007). Menurut Marsetyo (1995), kekurangan unsur

kalsium dalam persediannya di dalam tubuh dapat menimbulkan karies dentis atau

kerusakan pada gigi, pertumbuhan tulang menjadi tidak sempurna dan dapat

menimbulkan rakhitis, apabila bagian tubuh terluka maka darah akan sukar

membeku sehingga pengeluaran darah bertambah, dan terjadinya kekejangan pada

otot. Susu dan hasil olahan susu seperti keju, yogurt meruapakan sumber kalsium

utama yang penting untuk pencegahan penurunan kepadatan tulang pada wanita post

menopause.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

48

Tabel 2.1. Angka kecukupan kalsium menurut angka kecukupan gizi tahun 2004

b. Vitamin D

Vitamin secara umum merupakan senyawa organik yang selalu dibutuhkan

tubuh yang berfungsi untuk metabolisme sel secara normal, pertumbuhan dan

pemeliharaan jaringan tubuh. Salah satu vitamin yang terkait dengan pembentukan

jaringan tulang adalah vitamin D. Vitamin D merupakan salah satu vitamin yang

fungsinya di dalam tubuh cukup unik karena mirip dengan fungsi hormon. Fungsi

biologis utama dari vitamin D adalah mempertahankan konsentrasi kalsium dan

fosfor serum dalam kisaran normal dengan meningkatkan efisiensi usus halus untuk

menyerap mineral-mineral tersebut dari makanan. Status vitamin D yang rendah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

49

banyak terjadi pada lansia yang kurang terkena sinar matahari dan vitamin D plasma

yang rendah, dihubungkan dengan peningkatan risiko patah tulang panggul (Levine

dkk, 2014).

Vitamin D yang dibentuk di kulit atau yang diresorpsi melalui usus akan

dirubah oleh hati menjadi 25-hydroxycholecalcipherol, yang kemudian oleh ginjal

akandirubah menjadi 1,25 dihydroxycholecalciferol (1,25 dihydroxy vitamin D3

=1,25 DHCC) yang merupakan suatu hormon (bukan vitamin) dan berperan

padametabolisme tulang. Peran utama dari 1,25 dihydroxyvitamin D3 adalah dalam

hal meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfat dari usus untuk kebutuhan mineral

tersebut pada pembentukan tulang. Selain itu sama halnya dengan PTH, 1,25

dihydroxy vitamin D3 merupakan perangsang kuat pembentukan osteoklast. Bentuk

vitamin D endogen, Cholecalciferol, disintesis di dalam hati dibawah pengaruh

radiasi ultraviolet (UV), dari metabolic cholesterol (7-dehydrocholersterol),

sedangkan bentuk eksogen vitamin diet. Ketika kulit terpapar oleh sinar matahari

atau sinar artificial tertentu, radiasi UV memasuki epidermis dan menyebabkan

transformasi 7-dehydrocholersterol menjadi vitamin D3. Dengan paparan sinar

matahari yang cukup suplementasi vitamin tidak diperlukan. Ketika tubuh terpapar

sinar matahari yang cukup (sampai menimbulkan sedikit eritema pada kulit) kadar

vitamin D di dalam darah meningkat setara dengan mengkonsumsi vitamin D

10.000 – 25.000 IU peroral.

Adanya defisiensi ataupun insufisiensi vitamin D akan mempengaruhi proses

remodelling, yang pada akhirnya akan menimbulkan kelainan patologis pada tulang.

Kemampuan absorpsi kalsium menurun dengan meningkatnya usia sehingga

konsumsi kalsium pada usia tua sangat dianjurkan. Pemberian vitamin D 800 IU

dalam suatu penelitian, dapat menurunkan terjadinya fraktur femur padakelompok

intervensi sampai 30%. Dosis optimal vitamin D tidak diketahui, tetapi banyak

penelitian menganjurkan minimal 400 IU/hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

50

c. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap peningkatan massa tulang dan

optimalisasi puncak massa tulang. Aktifitas fisik menengah hingga berat

diasosiasikan dengan penurunan resiko fraktur pinggul hingga 45% pada pria dan

35% pada wanita. Usia yang menua akan mengakibatkan perubahan pola hidup,

yaitu kurangnya aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu olahraga merupakan kegiatan

yang sangat penting untuk mencegah osteoporosis. Jalan kaki secara teratur kira-kira

4,5 km/jam selama 50 menit, 5 kali dalam seminggu dapat mempertahankan

kekuatan tulang. Selain itu latihan beban dan senam juga dapat dilakukan juga pada

penderita osteoporosis (Utomo dkk, 2010).

2.6 Ikan Teri (Stolephorus sp.)

Ikan teri merupakan ikan yang berada di daerah perairan pesisir dan eustaria

dengan tingkat keasinan 10-15%. Daerah penyebaran ikan teri di Indonesia antara

95ºBT - 140ºBT dan 10°LU - 10ºLS, dengan kata lain mencakup hampir seluruh

wilayah Indonesia meliputi perairan barat Sumatera, Selat Malaka, Selatan dan

Utara Sulawesi, Timur Sumatera juga menyebar ke Bali, Maluku dan Irian jaya serta

perairan Utara dan Selatan Jawa (Wahyuni, 2008). Ikan teri hidup berkelompok

yang terdiri dari ratusan sampai ribuan ekor. Ikan teri berukuran kecil dan besar

ukurannya bervariasi yaitu antara 6-9 cm. Ciri-ciri ikan teri adalah: sirip caudal

bercagak dan tidak bergabung dengan sirip anal, duri abdominal hanya terdapat sirip

pectoral dan ventral, tidak berwarna atau agak kemerah-merahan, bentuk tubuhnya

memanjang (fusiform) atau mampat ke samping (compressed), terdapat selempang

putih keperakan memanjang dari kepala sampai ekor, memiliki sisik kecil, tipis dan

sangat mudah lepas, tulang rahang atas memanjang mencapai celah insang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

51

2.6.1 Klasifikasi Ikan Teri

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Malacopterygii Famili : Clupeidae Sub-famili : Engraulidae Genus : Stolesphorus Spesies : Stolephorus sp.

Gambar 2.7 Ikan teri (Wahyuni, 2008)

Ikan teri yang termasuk dalam Famili Engraulididae ini mempunyai banyak

species. Dari perkembangan identifikasi jenis-jenis ikan teri, ada Sembilan jenis

Stolephorus yang pasti terdapat di indonesia. Delapan jenis termasuk kelompok yang

mempunyai sebaran luas, baik di Samudera Pasifik maupun Samudera Hindia (S.

devisi, S. heterolobus, S. commersonnii, S. indicus, S. insularis, S. baganensis, S.

buccaneeri, dan S. tri) serta satu jenis lagi termasuk kelompok yang tidak terdapat di

Samudera Pasifik (S. dubiosus) (Hutomo dkk., 1987).

2.6.2 Kandungan Gizi Ikan Teri (Stolephorus sp.)

Ikan teri merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Jenis ikan

teri yang biasa diperjualbelikan adalah ikan teri nasi, ikan teri halus dan ikan teri

jengki. Teri nasi sangat mudah dibedakan dengan jenis teri lainnya, karena warnanya

putih transparan dan ukurannya lebih kecil. Ikan teri nasi (Stolephorus sp.)

mempunyai beberapa kandungan kimia yakni mengandung protein, mineral, vitamin

dan zat gizi lainnya yang sangat bermanfaat untuk kesehatan dan kecerdasan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

52

Protein ikan teri nasi (Stolephorus sp.) mengandung beberapa macam asam amino

essensial. Hal ini disebabkan karena adanya faktor biologis dan faktor alami. Teri

adalah satu-satunya jenis ikan yang semua bagian tubuhnya bisa dimakan mulai dari

ekor, badan sampai kepala (Gustanten, 2009). Ikan teri merupakan sumber kalsium

yang tahan dan tidak mudah larut dalam air. Ikan teri memiliki komposisi yang

berbeda-beda sesuai dengan jenisnya seperti terlihat dalam tabel 2.2 misalnya

kandungan gizi teri segar meliputi energi 77 kkal; protein l6g; lemak 1,0 g; kalsium

500 mg; phosfor 500 mg; besi 1,0 mg; Vit A RE 47; dan Vit B 0,1 mg Kandungan

kalsium pada ikan teri segar, kering tawar dan kering asin per 100 gramnya, masing-

masing adalah 500, 2.381, dan 2.000 mg. Sedangkan kadar fosfornya, masing-

masing adalah 500, 1.500, dan 300 mg/100 g (Astawan, 2008).

Tabel 2.2 Komposisi Ikan Teri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

53

2.6.3 Ikan Teri Nasi (Stolephorus sp.)

Identifikasi teri nasi berdasarkan ciri umum ikan tersebut yakni dari warnanya

yang putih transparan, ukuran relatif kecil dibandingkan dengan teri lainnya, belum

terlihat bagian perutnya, kepala lebih pendek, dan selempang lateral relatif lebih

kecil dan kurang jelas terlihat (transparan). Selanjutnya Setyohadi dkk. (2001)

menyatakan bahwa nama ilmiah untuk jenis ikan teri nasi (berdasarkan ciri

morfologis dan morfometri) belum dapat diidentifikasi tuntas. Oleh karena itu,

pemberian nama ilmiah untuk jenis ikan ini masih belum meyakinkan sehingga

untuk sementara dinamakan Stolephorus sp (Shankar, 2013)

Ikan teri nasi (Stolephorus sp.) merupakan salah satu contoh jenis produk

yang banyak diminati konsumen. Ikan segar memiliki pengertian sebagai ikan yang

baru saja ditangkap, belum mengalami pengawetan, atau yang sudah diawetkan

hanya dengan pendingin (Syafitri, 2007). Suhu penyimpanan terbaik untuk ikan

segar adalah -1oC, sedangkan untuk titik beku berkisar antara -1,1oC sampai -2,2oC.

Ikan teri nasi dalam penyimpanan dilakukan dengan menggunakan bantuan garam

dan es, karena ikan teri nasi (Stolephorus sp.) merupakan ikan yang mudah busuk

dalam (Syafitri, 2007). Ikan teri nasi (Stolephorus sp.) merupakan ikan khas kota

Medan. Pemasok ikan teri atau distributornya berasal dari daerah Belawan, Tanjung

Balai, Asahan, Ledong Batubara dan Sibolga.

Gambar 2.8 Ikan teri nasi kering tawar yang digunakan dalam penelitian (Syafitri, 2007)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

54

2.6.4 Mekanisme Pembentukan Kalsium Pada Ikan Teri Nasi

(Stolephorus sp.)

Kalsium yang terdapat dalam Ikan teri nasi (Stolephorus sp.) dapat

meningkatkan konsentrasi kalsium ekstraseluler, sehingga dapat memicu proliferasi

dan mobilisasi dari osteoblas sebagai sel pembentuk tulang. Osteoblas mensekresi

sebuah enzim alkalin fosfatase yang dapat secara aktif mengendapkan matriks

tulang. Enzim ini juga dapat meningkatkan konsentrasi lokal fosfat anorganik

dengan pemecahan ion pirofosfat menjadi ion ortofosfat sehingga konsentrasi fosfat

anorganik akan mengalami peningkatan. Enzim ini dapat menyebabkan kondisi

lingkungan pada jaringan osteoid menjadi basa, sehingga kalsium dan fosfat akan

lebih mudah mengalami pengendapan pada matriks tulang (Fawcett, 2002).

Pengendapan ion kalsium dan fosfat pada matriks tulang yang dibentuk oleh

osteoblas akan diubah menjadi senyawa amorf kalsium fosfat, yang selanjutnya

bahan inilah yang akan diubah menjadi kristal hidroksiapatit. Meningkatnya

pembentukan kristal hidroksiapatit ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan

densitas tulang (Burr, 2002). Peningkatan densitas tulang lebih banyak terjadi pada

tulang kortikal, karena sebagian besar mineral kalsium dan fosfor tersimpan dalam

tulang kortikal. Kebutuhan kalsium dan fosfor dalam penelitian ini didapatkan dari

Ikan teri nasi (Stolephorus sp.). Kebutuhan kalsium yang dapat terpenuhi dengan

baik maka dapat mencegah penurunan massa tulang, karena kekurangan kalsium

dalam plasma dapat merangsang hormon paratiroid untuk membongkar simpanan

kalsium dalam tulang. Oleh karena itu, massa tulang yang tetap terjaga dapat

membuat spesimen kelompok perlakuan ini tidak mudah fraktur dan lebih kuat

(Burr, 2002).

Keseimbangan asupan fosfor dengan kalsium dapat mempengaruhi proses

metabolisme tulang. Konsentrasi fosfor yang tidak seimbang dengan kalsium dalam

plasma tubuh dapat menyebabkan terjadinya kondisi hipokalsemia ataupun

hiperkalsemia. Apabila asupan makanan banyak mengandung fosfor, konsentrasi

fosfor serum akan meningkat dan menurunkan kalsium serum disebut dengan

hipokalsemia. Menurunnya kalsium plasma akan menurunkan proses metabolisme

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

55

tulang. Konsentrasi kalsium dan fosfor dalam tubuh berada di bawah kendali

hormon paratiroid dan kalsitonin (Guyton, 2007).

2.6.5 Sintesis Hidroksiapatit (HA)

Menurut Santos (2004), sintesis hidroksiapatit dilakukan dengan dua teknik

presipitasi . Pertama adalah amonium fosfat [(NH4)2.HPO4] dan Ca(OH)2 sebagai

bahan awal (persamaan 2), kemudian yang kedua yaitu kalsium hidrogen fosfat [Ca

(H2PO4) 2.H2O] dan Ca(OH)2 sebagai bahan awal (persamaan 3). pH dipantau dalam

kedua teknik. Pada reaksi pertama, suhu sintesis HA dipertahankan pada 40°C dan

pada tahap kedua, sintesis dilakukan pada suhu ruangan. Suhu yang lebih tinggi

digunakan untuk meningkatkan reaksi kinetika, pembentukan HA dan

meningkatnya pelepasan Ca(OH)2

10 Ca(OH) 2 + 6 (NH4)2.HPO4 à Ca10(PO4)6(OH)2 + 6H2O + 12NH4OH .... (1)

7 Ca (OH) 2 + 3 Ca (H2PO4) 2.H2Oà Ca10 (PO4)6(OH)2 + 15H2O ..... (2)

Sintetis nanopartikel HA dapat dibuat dengan presipitasi teknik pengadukan

pada suhu kamar dan pH 10, seperti yang dinyatakan oleh Manuel. H3PO4

ditambahkan ke Ca (OH)2 sampai Ca / P = 1,67 dipertahankan. Kristalisasi mulai

terbentuk setelah penambahan NH4OH. Pertumbuhan kristal dipantau selama 24

jam dan sinterasi dilakukan pada 1000 ° C selama 1 jam (Santos, 2004).

2.7 Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Tikus putih lebih besar dari famili tikus umumnya dimana tikus ini panjangnya

dapat mencapai 40 cm diukur dari hidung sampai ujung ekor, dan berat 140-500 g.

Tikus jantan biasanya memiliki ukuran yang lebih besar dari tikus betina, berwarna

putih, memiliki ukuran ekor yang lebih panjang dari tubuhnya. Data biologi tikus

disajikan pada tabel 2.3 berikut (Kusumawati, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

56

Tabel 2.3 Data biologis tikus wistar putih (Rattus norvegicus)

Klasifikasi tikus Putih : Kingdom : Animalia Fillum : Chordata Klas : Mammalia Ordo : Rodentia Subordo : Odontoceti Familia : Muridae Genus : Rattus Spesies : Rattus norvegicus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

57

Gambar 2.9 Tikus wistar jantan putih yang digunakan dalam penelitian (Kusumawati, 2004)

Jenis galur ini dikembangkan pada Institut Wistar di Filadelpia pada tahun

1906 untuk digunakan dalam biologi dan penelitian medis, merupakan galur tikus

pertama dikembangkan sebagai model organisme pada saat laboratorium terutama

menggunakan Mus musculus (mencit), atau mencit rumah. Lebih dari separuh dari

semua strain tikus laboratorium adalah keturunan dari koloni asli yang

dikembangkan oleh Henry fisiologi Donaldson, J. Milton administrator ilmiah

Greenman, dan peneliti genetik/ embriologi Helen Dean King.

Tikus Wistarsaat ini menjadi salah satu yang strain tikus paling populer yang

digunakan untuk penelitian laboratorium. Hal ini ditandai oleh kepala lebar, panjang

telinga, dan memiliki ekor panjang yang selalu kurang dari panjang tubuhnya. Galur

tikus Sprague Dawley dan Long-Evans dikembangkan dari tikus galus Wistar. Tikus

Wistar lebih aktif daripada jenis lain seperti tikus Sprague dawley.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

58

2.8 Kerangka Teori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

59

2.9 Kerangka Konsep

2.10. Hipotesis

a. Ikan teri nasi (Stolephorus sp) meningkatkan jumlah osteosit tulang alveolar

rahang bawah pada tikus Wistar jantan putih (Rattus norvegicus).

b. Ikan teri nasi (Stolephorus sp.) meningkatkan kepadatan tulang alveolar

rahang bawah tikus Wistar jantan putih (Rattus norvegicus).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

60

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan desain penelitian

bersifat randomized post test only kontrol group design. Eksperimental Laboratoris

merupakan kegiatan percobaan yang bertujuan mengungkapkan suatu gejala atau

pengaruh yang timbul akibat adanya perlakuan tertentu. Randomized post test only

kontrol group design adalah desain yang menempatkan subjek secara random

kedalam kelompok-kelompok dan diekspos sebagai variabel independen diberi post

test. Nilai-nilai post test kemudian dibandingkan untuk menentukan keefektivan

treatment.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

a. Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara, Medan.

b. Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan September 2017,

meliputi pembuatan infusa ikan teri nasi, pemeriksaan jumlah osteosit dan

kepadatan tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih Rattus norvegicus.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Kriteria Sampel, dalam penelitian ini digunakan sampel dengan kriteria

sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

61

a. Kriteria Inklusi:

- Tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan putih

- Umur 2-3 bulan

- Berat badan 200-300 g

b. Kriteria Eksklusi:

Tikus dengan penyakit tulang pada mandibula dan sakit saat masa adaptasi.

c. Kriteria Drop Out

Sampel dianggap drop out apabila selama penelitian dilaksanakan tikus Wistar

jantan putih mati.

3.3.2 Besar Sampel

Untuk mendapatkan data yang valid dilakukan pengulangan sesuai dengan

rumus Federer (2008):

(n-1) (t-1) ≥ 15

n = jumlah replikasi t = jumlah perlakuan, dalam hal ini ada 4 (K, P1, P2, dan

P3) (n-1) (4-1) ≥ 15 (n-1) (3) ≥ 15

3n-3 ≥ 15 3n ≥ 18 n ≥ 6 ≥ 6

Jadi banyaknya jumlah penelitian ini adalah empat kelompok, sehingga jumlah

sampel keseluruhan adalah 24 sampel. Diperlukan penambahan jumlah sampel drop

out sebesar 10% yakni menjadi 28 sampel.

3.4 Variabel dan Defenisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu:

a. Variabel bebas : ikan teri nasi (Stolephorus sp.)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

62

b. Variabel tergantung : jumlah osteosit dan kepadatan tulang pada tulang

alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih .

c. Variabel kendali : jenis kelamin tikus, berat badan tikus, umur tikus, galur

tikus, makanan standar tikus.

3.4.2 Defenisi Operasional

a. Ikan teri nasi adalah ikan khas kota Medan yang kaya akan kalsium karena

kandungan kalsium pada 100 gram ikan teri kering tawar sangat tinggi berkisar

2381mg kalsium, ikan teri diberikan 2 x sehari setiap pagi dan sore serta minum ad

libitum selama 30 hari pada 3 perlakuan yaitu P1 (0,3 ml), P2 (0,5 ml), dan P3 (0,7

ml).

b. Osteosit adalah sel-sel tulang yang matur yang terbungkus dalam lapisan-

lapisan matrik tulang yang telah mengalami mineralisasi. Penghitungan jumlah

osteosit dilakukan dengan cara cover glass ditempelkan dengan object glass

menggunakan entelan dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10

untuk dihitung jumlah sel-sel tulang yang ada. Penghitungan dilakukan dengan

mikroskop elektrik Olympus CX22 pada 5 lapang pandang kemudian dipersentasekan

dengan total sel yang dihitung. Perhitungan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dan

kemudian dirata-ratakan. Pada penghitungan diameter dilakukan dengan

menggunakan mikrometer Eyepiece dan diamati dengan mikroskop pada pembesaran

40 x 10.

c. Kepadatan tulang adalah rasio massa tulang dengan volume diukur secara

histomorfometri dengan pengecatan HE menggunakan mikroskop dengan perbesaran

100x dilanjutkan 400x dilihat pada 5 lapang pandang kemudian diamati kepadatan

atau ketebalan struktur trabekulae dengan Software Image Master dalam satuan

mikrometer yang telah dikalibrasi dengan mikroskop elektrik Olympus CX22.

3.5 Etika Penelitian

Pada penelitian ini, etika penelitian mencakup ethical clearance yaitu peneliti

mengajukan persetujuan pelaksanaan penelitian kepada komisi etik penelitian

kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

63

3.6. Metode Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data untuk masing-masing data yaitu pengamatan berat

badan dilakukan dengan menimbang berat badan tikus dari hari ke 0 sampai hari ke

30 dengan menggunakan timbangan tikus kemudian dilakukan penghitungan pada

jumlah osteosit alveolar rahang bawah dan pengamatan pada kepadatan tulang

alveolar rahang bawah dari kelompok Kontrol, P1,P2, dan P3.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1 Alat-Alat Penelitian

a. Kandang tikus ukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm

b. Timbangan tikus, Timbangan analitik

c. Electrical scale

d. Sonde lambung

e. Alat bedah minor (skalpel dan gunting)

f. Mikroskop Olympus CX22

g. Komputer yang memiliki Software Image Raster

3.7.2 Bahan Penelitian

a. Tikus putih jantan galur Wistar jantan putih usia 2-3 bulan dengan berat

badan 200-300g

b. Makanan standar untuk tikus yaitu 551 SP dengan komposisi : Kadar air

13%, protein 20-21%, lemak kasar 7%, serat kasar 5%, abu 7%, kalsium 0,9%, dan

fosfor 0,6%

c. Ikan teri nasi kering tawar

d. Glycerin

e. Ketamine

f. Xylazine

g. Chloroform

h. Buffer formalin 10%

i. Bahan pengecatan HE

j. Plank-Rychlo’s Solution

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

64

k. Alkohol

l. Xylol

3.8 Pelaksanaan Penelitian

3.8.1 Hewan Coba

a. Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Rattus

norvegicus dengan berat 200-300 gram berumur 2-3 bulan diadaptasikan selama satu

minggu di tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan.

Gambar 3.1 Tikus Wistar jantan putih (Rattus norvegicus) diadaptasikan selama satu minggu di dalam kandang untuk penyesuaian dengan lingkungan

b. Dua puluh empat ekor tikus putih jantan galur Wistar jantan putih dibagi

secara random menjadi empat kelompok yakni P0 (kontrol), P1 (perlakuan 1), P2

(Perlakuan 2), P3 (Perlakuan 3), enam ekor tikus Wistar jantan putih pada masing-

masing kelompok . Kelompok kontrol (P0) adalah tikus yang diberi pakan standar

selama 30 hari sedangkan kelompok perlakuan 1 (P1) tikus yang diberi pakan standar

dan ditambah dengan ikan teri nasi yang dibuat dalam bentuk infusa sebanyak 0,3

ml, kelompok perlakuan 2(P2) tikus yang diberi pakan standar dan ditambah dengan

ikan teri nasi yang dibuat dalam bentuk infusa sebanyak 0,5 ml, kelompok perlakuan

3 (P3) tikus yang diberi pakan standar dan ditambah dengan ikan teri nasi yang dibuat

dalam bentuk cairan sebanyak 0,7 ml,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

65

Gambar 3.2 Tikus Wistar jantan putih ditempatkan pada kandang masing-masing berisi 6 ekor tikus.

c. Tikus Wistar jantan putih ditempatkan pada kandang yang bersih dengan

ventilasi yang baik dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 40 cm, tinggi 40 cm dengan

suhu 25 - 27°C, kelembaban 7 - 75%. Bedding pada hewan coba adalah dengan

sekam steril yang disebelumnya disterilkan dengan autoclave. Bedding setiap 3 hari

diganti dan tikus-tikus tersebut diberikan konsumsi makanan standar AD II pellets

dan air minum Reverse Osmosis (RO) ad libitum.

d. Setiap hari dilakukan pengamatan terhadap berat badan tikus Wistar jantan

putih dan kondisi kesehatannya selama penelitian berlangsung.

e. Pemberian ikan teri nasi diberikan per oral selama 30 hari. Langkah pertama

dimulai dengan penyedotan infusa ikan teri nasi menggunakan sonde yang ujungnya

terbuat dari karet. Tikus dipegang pada kulit bagian kepala sehingga mulut

menghadap ke atas. Selanjutnya sonde dimasukkan melalui mulut secara perlahan

sampai mencapai lambung. Kemudian cairan ikan teri nasi disemprotkan. Pemberian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

66

cairan ikan teri nasi dilakukan dua kali sehari pada pagi hari pada pukul jam 08.00 –

09.00 WIB kemudian sore hari pada pukul 15.00-16.00 WIB.

Gambar 3.3 Cara pemberian makan infusa ikan teri nasi pada tikus Wistar jantan putih

f. Pada hari ke-30 setelah pemberian ikan teri nasi pada tikus Wistar jantan

putih kemudian tikus akan di euthanasia dengan cara dianastesi dengan menggunakan

ketamine–xylazine dengan dosis 75–100 mg/kg + 5–10 mg/kg secara intraperitoneal

dengan durasi selama 10–30 menit. Tikus difiksasi pada meja kerja lalu dilakukan

pengambilan jaringan tulang mandibula dengan skalpel atau gunting kemudian

ditempatkan dalam wadah tertutup berisi buffer formalin 10% dan dikirim ke

laboratorium untuk dibuat sediaan mikroskopis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

67

Gambar 3.4 Proses persiapan pengambilan jaringan tulang mandibula. (A) anastesi dengan menggunakan ketamine–xylazine dengan dosis 75–100 mg/kg + 5–10 mg/kg secara intraperitoneal dengan durasi selama 10–30 menit. (B) pengambilan jaringan tulang mandibula dengan skalpel atau gunting

B

A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

68

3.8.2 Pembuatan Sediaan Mikroskopis dan Observasi

Mandibula yang diambil dilakukan fiksasi dengan buffer formalin 10% selama

24 jam, selanjutnya dimasukkan ke dalam automatic tissue processor untuk

menyempurnakan fiksasi. Sampel kemudian dicuci dengan air mengalir kemudian

dilakukan dekalsifikasi dengan Plank-Rychlo’s Solution selama empat hari (Shibata

dkk, 2000). Setelah proses dekalsifikasi, sampel mandibula dilakukan dehidrasi

dengan menggunakan alkohol konsentrasi bertingkat yaitu alkohol 70%, 80%, 90%,

alkohol absolut I dan alkohol absolut II. Proses penjernihan dilakukan setelah

dehidrasi selesai dengan menggunakan larutan xylol I dan xylol II.

Gambar 3.5 Proses dekalsifikasi mandibula tikus Wistar jantan putih (A). Pengambilan sampel mandibula tikus Wistar jantan putih (B). Mandibula direndam dalam buffer formalin 10% selama 24 jam (C). Mandibula didekalsifikasi dengan Plank-Rychlo’s Solution selama empat hari

A B

C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

69

Proses pencetakan atau parafinisasi dilakukan pendinginan selama 24 jam,

selanjutnya sampel dipotong dengan menggunakan mikrotom dengan ketebalan

berkisar 3-6 µm, lalu peletakan sayatan pada water bath, setelah menempel

didiamkan selama 24 jam dan dilakukan pewarnaan dengan menggunakan Harris

Hematoxylin – Eosin (HE). Sediaan dicelup dalam larutan xylol bak I dan bak II

selama 2 menit kemudian dicelupkan dalam alkohol bak I dan bak II selama masing-

masing 1 menit, lalu celupkan lagi dalam alkohol 95% dalam bak masing-masing 1

menit, cuci dalam air mengalir selama 10 menit. Masukkan dalam eosin selama 15

detik sampai 2 menit, kemudian masukkan dalam alkohol 95% dalam 2 bak selama

masing-masing 1 menit. Masukkan dalam larutan alkohol absolut 3 bak selama

masing-masing 1 menit.

Terakhir masukkan dalam larutan clearing xylol untuk memberikan warna

bening pada jaringan dan dilakukan prosedur mounting agar preparat awet dan

menambah kejernihan, kemudian ditutup deck glass dan diberi label. Setelah

pembuatan preparat selesai dilakukan observasi jumlah osteosit dan kepadatan tulang.

Osteosit dilihat pada 5 lapang pandang menggunakan mikroskop elektrik Olympus

CX22 dengan perbesaran 400x. Kepadatan tulang dilihat dengan mikroskop elektrik

Olympus CX22 dengan perbesaran 100x dilanjutkan dengan 400x pada 5 lapang

pandang diamati ketebalan struktur trabekulae dengan Software Image Raster dalam

satuan mikrometer yang telah dikalibrasi dengan mikroskop tersebut.

3.9 Analisis Data

a. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk analisis statistik (uji hipotesis)

untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki.

b. Uji normalitas

Uji normalitas data tiap kelompok dengan Shapiro-Wilk test karena data kurang

dari 30. Data berdistribusi normal dengan nilai p>0,05.

c. Uji homogenitas

Uji homogenitas data dilakukan dengan uji ANOVA. dengan nilai p>0,05.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

70

d. Uji komparabilitas

Uji komparabilitas menggunakan uji antar kelompok dengan independent t-test

karena data berdistribusi normal.

3.10 Prosedur Penelitian

24 tikus wistar jantan putih jantan putih diadaptasi selama 1 minggu

Tikus wistar jantan putih jantan putih diambil secara

random

6 tikus diberi pakan standar sebagai kontrol selama 30 hari (P0)

18 tikus diberi pakan standar + ikan teri nasi masing-masing 6 ekor pada tiap

perlakuan dengan 0,3ml (P1), 0,5ml (P2), 0,7 ml (P3)

selama 30 hari

Euthanasia tikus pada hari ke-30 dan dilakukan pengambilan tulang mandibula

Analisa data

Pemeriksaan osteosit dan kepadatan tulang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

71

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit

Tulang Alveolar Rahang Bawah pada Tikus Wistar jantan putih Jantan

Putih (Rattus norvegicus)

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 24 ekor tikus Wistar jantan putih

(Rattus norvegicus) berumur 2-3 bulan dengan berat badan 200-300 g/BB yang

terbagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok P1 (0,3 ml infusa

ikan teri nasi), P2 (0,5 ml infusa ikan teri nasi), dan P3 (0,7 ml infusa ikan teri nasi)

masing-masing kelompok berjumlah 6 ekor yang diberikan pakan infusa ikan teri

nasi kering tawar selama 30 hari. Pembahasan ini meliputi uji normalitas, uji

homogenitas dan uji komparabilitas. Pada penelitian ini dilakukan matching antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terdiri dari umur, jenis kelamin dan berat

badan.

Tabel 4.1 Rerata Jumlah osteosit tulang alveolar rahang bawah dalam 5 Lapang Pandang Besar (LPB) pada kelompok P1,P2,P3 dan kontrol

Subjek Rerata Jumlah Osteosit Tulang Alveolar Rahang Bawah

Dalam 5 Lapang Pandang Besar/LPB (unit) (P1) (P2) (P3) (K)

1 13,4 13,4 26,4 6,6 2 12,6 12,2 17,4 6,4 3 7,2 9,6 21,2 4,6 4 15 20,8 19 4 5 14,4 15,4 19,8 5,4 6 35 22 17,6 5,4

Hasil penelitian tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih (Rattus

norvegicus) yang diberi makan ikan teri nasi dan pakan standar memperlihatkan

jumlah osteosit yang lebih tinggi dibandingkan dengan tulang alveolar rahang bawah

tikus Wistar jantan putih (Rattus norvegicus) yang diberi pakan standar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

72

Gambar 4.1 A. Jumlah osteosit pada tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih yang diberi pakan standar ditambah infusa ikan teri nasi, dan B. Jumlah osteosit pada tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih yang diberi pakan standar.

Pada Gambar 4.1 terlihat jumlah osteosit pada kelompok perlakuan lebih

banyak dibanding dengan kelompok kontrol.

A

B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

73

Tabel 4.2 Rerata dan simpangan baku jumlah osteosit tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih dengan pemberian makan standar (K) dan pemberian infusa ikan teri nasi sebanyak 0,3 ml (P1), 05 ml(P2), dan 0,7ml(P3) (p<0,05)

Kelompok Rerata jumlah osteosit ±SD

P

K 5,40±2,01 0,01 P1 16,27±12,85

P2 15,57±7,1 P3 20,23±13,29

Keterangan: K=kelompok kontrol, P1= infusa ikan teri nasi sebanyak 0,3 ml, P2= infusa ikan teri nasi sebanyak 0,5 m, dan P3= infusa ikan teri nasi sebanyak 0,7 ml.

Tabel 4.2 di atas merupakan rerata dan simpangan baku jumlah osteosit dan

kepadatan tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih (Rattus norvegicus)

dengan pemberian makan standar (K) dan pemberian makan standar ditambah dengan

infusa ikan teri nasi sebanyak 0,3 ml (P1), 05 ml (P2), dan 0,7ml(P3). Rerata jumlah

osteosit terbanyak pada kelompok P3 yaitu sebesar 20,23±13,29 dan jumlah osteosit

paling sedikit pada kelompok kontrol yaitu sebesar 5,40±2,01. Nilai p= 0,01 lebih

kecil dari 0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah osteosit

tulang alveolar tikis Wistar jantan putih yang diberi perlakuan dengan kelompok

kontrol.

Tabel 4.3 Perbedaan masing-masing kelompok dalam jumlah osteosit tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih dengan pemberian makan infusa ikan teri nasi dan pakan standar.

Sampel1-Sampel2 Mean Difference Std. Error Sig. K-P1 -10,86667* 3,85201 0,011 K-P2 -10,16667* 3,85201 0.017 K-P3 -14,83333* 3,85201 0,001 P1-P2 0,70000 3,44534 0,841 P1-P3 -3,96667 3,44534 0,265 P2-P3 -4,66667 3,44534 0,192

Keterangan: K=kelompok kontrol, P1= infusa ikan teri nasi sebanyak 0,3 ml, P2= infusa

ikan teri nasi sebanyak 0,5 m, dan P3= infusa ikan teri nasi sebanyak 0,7 ml

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

74

Tabel 4.3 di atas merupakan uji LSD (Least Significancy Different) untuk

melihat perbedaan masing-masing kelompok tikus Wistar jantan putih (Rattus

norvegicus) yang diberi makan infusa ikan teri nasi sebanyak 0,3 ml (P1), 0,5 ml

(P2), 0,7 ml (P3) dengan jumlah osteosit tulang alveolar tikus Wistar jantan putih

yang diberi pakan standar (K). Kelompok yang memiliki pengaruh yang besar

terhadap jumlah osteosit yaitu kelompok tikus Wistar jantan putih (Rattus

norvegicus) yang diberi makan infusa ikan teri nasi sebanyak 0,3 ml (P1), Nilai p

=0,011 lebih kecil dari nilai p<0,05 artinya dengan pemberian tambahan ikan teri

nasi sebesar 0,3 ml maka jumlah osteosit berbeda secara signifikan.

4.2 Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Kepadatan Tulang

Alveolar Rahang Bawah pada Tikus Wistar jantan putih Jantan Putih

(Rattus norvegicus)

Hasil penelitian tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih (Rattus

norvegicus) yang diberi makan infusa ikan teri nasi sebanyak 0,5 ml (P2) dan 0,7 ml

(P3) memperlihatkan kepadatan tulang yang lebih besar dibandingakan dengan tulang

alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih (Rattus norvegicus) yang diberi

pakan standar (K) dan 0,3ml (P1).

Tabel 4.4 Rerata Kepadatan tulang alveolar rahang bawah dalam 5 lapang pandang pada kelompok P1,P2,P3 dan Kontrol

Subjek Rerata Jumlah kepadatan tulang alveolar rahang bawah

dalam 5 Lapang Pandang Besar/LPB (µm) (P1) (P2) (P3) (K)

1 215,13 544,05 97,26 337,46 2 139,95 300,5 289,74 21,65 3 186,54 433,66 333,83 329,25 4 387,61 481,34 448,09 257,70 5 246,28 420,74 613,84 236,54 6 190,13 284,75 296,92 237,5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

75

Gambar 4.2 A.Kepadatan tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih yang diberi makan infusa ikan teri nasi sebesar 0,5 ml(P2), dan B. Jumlah osteosit pada tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih yang diberi pakan standar(K).

Pada Gambar 4.2 terlihat nilai kepadatan tulang alveolar lebih besar pada

kelompok perlakuan dibanding dengan kelompok kontrol.

Tabel 4.5 Rerata dan simpangan baku kepadatan tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih dengan pemberian makan standar (K) dan pemberian infusa ikan teri nasi sebanyak 0,3 ml (P1), 05 ml(P2), dan 0,7ml(P3)

Kelompok Rerata kepadatan tulang alveolar ±SD

P

Kontrol 236,53± 149,03 0,085 P1 227,61± 85,88

P2 410,71±115,45 P3 346,62±173,06

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

76

Tabel 4.5 diatas merupakan rerata dan simpangan baku kepadatan tulang

alveolar rahang bawah tikus Wistar jantan putih Rattus norvegicus dengan pemberian

makan standar (K) dan pemberian infusa ikan teri nasi sebanyak 0,3 ml (P1), 05 ml

(P2), dan 0,7ml (P3). Rerata kepadatan tulang alveolar terbesar pada kelompok P2

yaitu sebesar 410,71±115,45 dan kepadatan tulang alveolar terkecil pada kelompok

P1 yaitu sebesar 227,61± 85,88. Nilai p =0,085, p>0,05 artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara kepadatan tulang alveolar tikus Wistar jantan putih

yang diberi perlakuan dengan kelompok kontrol.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

77

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit

Tulang Alveolar Rahang Bawah pada Tikus Wistar jantan putih Jantan

Putih (Rattus norvegicus)

Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Wistar jantan putih berumur 2-3

bulan dengan Galur Wistar jantan putih yang dibagi menjadi empat kelompok yakni

kelompok kontrol (kelompok tikus yang diberi pakan standar saja) dan kelompok

perlakuan yaitu (kelompok tikus yang diberi pakan standar dan tambahan ikan teri

nasi) yaitu P1 (0,3 ml infusa ikan teri nasi), P2 (0,5 ml infusa ikan teri nasi), P3 (0,7

ml infusa ikan teri nasi), masing-masing kelompok berjumlah 6 ekor selama 30 hari.

Umur tikus 2-3 bulan bila dikonversikan ke manusia merupakan umur dewasa muda.

Pada penelitian ini hanya memakai tikus jantan agar tidak ada pengaruh dari hormon

seperti hormon estrogen. Pada awalnya penelitian ini direncanakan memberi infusa

ikan teri nasi peroral selama 30 hari.

Jumlah osteosit pada kelompok tikus Wistar jantan putih yang diberi pakan

standar ditambah dengan makan ikan teri nasi sebagai perlakuan dan pakan standar

saja sebagai kontrol memperlihatkan nilai yang bervariasi yaitu pada kelompok tikus

Wistar jantan putih yang diberi pakan standar dan ikan teri nasi tertinggi pada

kelompok P1 pada subjek yang keenam yaitu 35 dan terendah terdapat pada

kelompok P2 pada subjek yang ketiga yaitu 9,6, sedangkan pada kelompok yang

hanya diberi pakan standar (K) tertinggi terdapat pada kelompok kontrol pada subjek

pertama yaitu 6,6 dan terendah terdapat pada kelompok kontrol pada subjek keempat

yaitu 4, hal ini kemungkinan disebabkan karena sebelum dilakukan penelitian tidak

dilakukannya penghitungan jumlah osteosit. Perbedaan jumlah osteosit ini

kemungkinan juga bisa disebabkan karena tingkat stress pada tikus yang

mempengaruhi hormon dan aktivitas fisik. Aktivitas fisik akan memberikan pengaruh

terhadap peningkatan massa tulang dan pengoptimalan Semakin besar aktivitas fisik

maka kepadatan tulang akan bertambah. Latihan fisik mempengaruhi perubahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

78

dalam metabolisme tulang melalui efek langsung (direct effect) dan tidak langsung

(indirect effect), efek langsung melalui kekuatan mekanik (mechanic force)

sedangkan tidak langsung melalui faktor hormonal. Kekuatan mekanik apabila

diterapkan dalam jaringan tulang membentuk tanda endogen, oleh sistem

mechanosensoric yang tanda-tanda tersebut akan ditangkap oleh osteosit dan

kemudian diubah menjadi tanda-tanda biokimia yang mengatur pergantian tulang.

Kekuatan mekanik merangsang pelepasan prostaglandin E2 (PGE2) dari gap

junction. PGE2 akan berikatan dengan reseptor pada osteosit dan merangsang

pembentukan protein yang menjadi matriks tulang. Efek tidak langsung latihan fisik

mempengaruhi metabolisme tulang adalah dengan merangsang sekresi dari hormon

tumbuh (growth hormone). Latihan fisik akan menyebabkan stressor yang akan

merangsang hipofisis anterior mensekresi growth hormon. Hormon pertumbuhan

akan merangsang hati untuk menghasilkan Insulin - Like Growth Factor – 1 (IGF-1)

yang akan meningkatkan kinerja sel osteoblas (Ocarino, 2006; Lesmana,2015).

Jumlah osteosit dan kadar mineral yang berkurang akan mengakibatkan

kepadatan sel berkurang (Djuwita dkk, 2000). Hormon yang berpengaruh dalam

meningkatnya jumlah sel-sel pembentuk tulang pada penelitian ini yaitu kalsitonin

dan Paratiroid Hormon (PTH). Membran sel kelenjar paratiroid mengandung sensor

kalsium yang dapat mendeteksi kadar kalsium darah. Aktivasi reseptor kalsium

terjadi bila kadar kalsium darah tinggi, menyebabkan pelepasan fosfolipase A2,

asam arakidonat, dan leukotrien. Leukotrien menginhibisi sekresi hormon paratiroid

melalui degradasi 90% granul sekretori yang mengandung bentuk preformed

hormon paratiroid. Aktivasi reseptor kalsium tidak akan terjadi bila kadar kalsium

darah rendah. Hormon paratiroid bekerja dengan berikatan dengan reseptor

membran sel organ target, yaitu reseptor hormon paratiroid 1 di ginjal dan tulang.

Hormon paratiroid meningkatkan reabsorbsi kalsium dengan mempermudah pori

kalsium di tubulus distal ginjal terbuka. Hormon paratiroid meningkatkan degradasi

tulang dengan bekerja pada osteoblast melalui RANKL di tulang. Hormon paratiroid

juga menstimulasi hidroksilasi 25-OH-vitamin D3 menjadi bentuk aktifnya

(kalsitriol). Efek kalsitonin terhadap kalsium bertentangan dengan efek hormon

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

79

paratiroid. Kalsitonin menginhibisi aktivitas osteoklast, mengurangi resorpsi tulang,

dan meningkatkan ekskresi kalsium melalui ginjal, jadi fungsi kalsitonin

menurunkan kadar kalsium darah.

Hormon paratiroid mempunyai dua efek pada tulang dalam menimbulkan

absorpsi kalsium dan fosfat. Pertama merupakan suatu tahap cepat yang dimulai

dalam waktu beberapa menit dan meningkat secara progresif dalam beberapa jam

yang disebabkan oleh aktivasi sel-sel tulang yang sudah ada terutama osteosit untuk

meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat. Tahap yang kedua adalah tahap yang lebih

lambat, dan membutuhkan waktu beberapa hari atau bahkan beberapa minggu untuk

menjadi berkembang penuh, fase ini disebabkan oleh adanya proses proliferasi

osteoklas yang diikuti dengan sangat meningkatnya reabsorpsi osteoklastik pada

tulang sendiri. Hormon paratiroid dapat menyebabkan pemindahan garam-garam

tulang dari dua tempat didalam tulang. Hormon paratiroid dapat mengaktifkan pompa

kalsium dengan kuat sehingga menyebabkan pemindahan garam-garam kalsium

fosfat dengan cepat dari kristal tulang amorf yang terletak dekat dengan sel. Hormon

paratiroid diyakini merangsang pompa ini dengan meningkatkan permeabilitas ion

kalsium pada sisi cairan tulang dari membran osteositik sehingga mempermudah

difusi ion kalsium ke dalam membran sel cairan tulang. Selanjutnya pompa kalsium

pada sisi lain membran sel dengan memindahkan ion kalsium yang tersisa kedalam

cairan ekstraselular.

Suatu efek dari hormon paratiroid yang lebih banyak dikenal adalah aktivasi

hormon paratiroid terhadap osteoklas namun osteoklas sendiri tidak memiliki protein

reseptor membran untuk hormon paratiroid, sebaliknya diyakini bahwa osteoblas dan

osteosit teraktivasi mengirimkan suatu sinyal sekunder tetapi tidak dikenali oleh

osteoklas sehingga osteoklas memulai kerjanya dengan cara melahap tulang dalam

waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Aktivasi sistem osteoklastik terjadi

dalam dua tahap: (1) aktivasi yang berlangsung dari semua osteoklas yang sudah

terbentuk, dan (2) pembentukan osteoklas yang baru.

Kelebihan hormon paratiroid selama beberapa hari biasanya menyebabkan

sistem osteoklastik berkembang dengan baik tetapi karena pengaruh rangsangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

80

hormon paratiroid yang kuat, pertumbuhan ini berlangsung terus-menerus selama

berbulan-bulan. Setelah beberapa bulan, resorpsi osteoklastik tulang dapat

menyebabkan lemahnya tulang dan menyebabkan rangsangan sekunder pada

osteoblas yang mencoba memperbaiki keadaan tulang yang lemah. Oleh karena itu,

efek yang terakhir dari hormon paratiroid adalah untuk meningkatkan aktivitas

osteoblastik dan osteoklastik, namun pada tahap akhir, masih terjadi lebih banyak

absorpsi tulang daripada pengendapan tulang dengan adanya kelebihan hormon

paratiroid yang terus menerus. Tulang ternyata lebih banyak mengandung banyak

kalsium jika dibandingkan dengan jumlah total kalsium dalam cairan ekstraselular,

bahkan bila hormon paratiroid menyebabkan peningkatan konsentrasi kalsium yang

sangat besar dalam cairan ekstraselular. PTH juga meningkatkan reabsorpsi Ca2+ di

tubulus distal, meningkatkan pembentukan 1,25 dihidroksikolekalsiferol (vitamin D3

atau metabolit vitamin D) yang secara fisiologis aktif.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Fadhillah (2013) bahwa pemberian ikan teri

nasi (Stolephorus sp.) dan susu kedelai dapat meningkatkan densitas tulang

mandibula, penelitian yang dilakukan oleh Rizka (2012) juga melaporkan bahwa

penambahan ikan teri dapat meningkatkan kekuatan impak tulang mandibula tikus

Wistar jantan putih jantan.

Tabel 4.1 memperlihatkan jumlah osteosit pada kelompok tikus yang diberi

makan ikan teri nasi dan pakan standar (P1;P2;P3) lebih tinggi daripada kelompok

kontrol (K). Hal ini disebabkan karena ikan teri nasi merupakan jenis ikan teri yang

banyak mengandung kalsium. Kandungan gizi teri segar meliputi energi 77 kkal;

protein l6g; lemak 1,0 g; kalsium 500 mg; phosfor 500 mg; besi 1,0 mg; Vit A RE 47;

dan Vit B 0,1 mg (Djuhanda, 1981). Kandungan kalsium pada ikan teri segar, kering

tawar dan kering asin per 100 gramnya, masing-masing adalah 500, 2.381, dan 2.000

mg, Sedangkan kadar fosfornya, masing-masing adalah 500, 1.500, dan 300 mg/100 g

(Astawan, 2008). Dalam penelitian terdahulu, ikan teri tawar dilaporkan dapat

digunakan sebagai bahan terapi pada tikus putih yang mengalami osteodistrofi

fibrosa. Menurut Nursofah (2012) pemberian ikan teri tawar dengan rasio CA:P yaitu

1:1,5 selama 5 minggu dapat meningkatkan kadar kalsium dalam darah dan diikuti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

81

adanya perbaikan tulang pada gambaran mikroskopis tulang femur yang mengalami

osteodistrofi fibrosa.

Tabel 4.2 memperlihatkan nilai rerata dan simpangan baku dari masing-masing

kelompok. Terlihat bahwa jumlah osteosit tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar

jantan putih dengan pemberian infusa ikan teri nasi sebanyak 0,3 ml (P1), 05 ml

(P2), dan 0,7ml (P3) lebih besar daripada keompok control (K) dengan nilai p<0,05.

Nilai rerata dan simpangan baku jumlah osteosit pada kelompok P1

adalah16,27±12,85; P2 adalah 15,57±7,1; P3 adalah 20,23±13,29 sedangkan pada

kelompok kontrol adalah 5,40±2,01. Jumlah osteosit tulang alveolar pada kelompok

perlakuan dan kontrol yang didapat sangat bervariasi dimana ada data yang terlalu

tinggi dan ada data yang terlalu rendah dari rata-rata, dapat dilihat dari hasil

Homogenity of Variance, menunjukkan data tidak terdistribusi normal dan nilai

varian yang tidak sama, sehingga untuk memastikan nilai p dilakukan uji Kruskal-

Wallis.

Dari hasil Anova terbukti bahwa pada α=0,05 jumlah osteosit tulang alveolar

rahang bawah tikus Wistar jantan putih kelompok perlakuan (P1, P2, dan P3) dan

kelompok kontrol berbeda secara signifikan (p<0,05). Pada tingkat signifikansi 5%

rata-rata kelompok perlakuan dan kontrol berbeda. Hasil uji statistik dari penelitian

ini menunjukkan bahwa ada pengaruh ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit tulang

alveolar tikus Wistar jantan putih .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

82

5.2 Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Kepadatan Tulang

Alveolar Rahang Bawah pada Tikus Wistar jantan putih Jantan Putih

(Rattus norvegicus)

Kepadatan tulang alveolar pada kelompok tikus Wistar jantan putih yang

diberi pakan standar ditambah dengan makan ikan teri nasi sebagai perlakuan dan

pakan standar saja sebagai kontrol memperlihatkan nilai yang bervariasi yaitu pada

kelompok tikus Wistar jantan putih yang diberi pakan standar dan ikan teri nasi

tertinggi pada kelompok P3 pada subjek yang kelima yaitu 613,84 dan terendah

terdapat pada kelompok P3 pada subjek yang pertama yaitu 97,26, sedangkan pada

kelompok yang hanya diberi pakan standar (K) tertinggi terdapat pada kelompok

kontrol pada subjek 1 yaitu 337,46 dan terendah terdapat pada kelompok kontrol pada

subjek kedua yaitu 21,65, hal ini kemungkinan disebabkan karena sebelum dilakukan

penelitian tidak dilakukannya penghitungan kepadatan tulang alveolar tikus Wistar

jantan putih. Perbedaan nilai kepadatan tulang ini kemungkinan juga bisa disebabkan

karena tingkat stress pada tikus yang mempengaruhi hormon dan aktivitas fisik.

Aktivitas fisik akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan massa tulang

dan pengoptimalan Semakin besar aktivitas fisik maka kepadatan tulang akan

bertambah. Tabel 4.4 memperlihatkan nilai kepadatan tulang alveolar pada kelompok

tikus yang diberi makan ikan teri nasi dan pakan standar (P2;P3) lebih tinggi daripada

kelompok kontrol (K) dan P1. Berdasarkan data-data yang diperoleh, pemberian

infusa ikan teri nasi yang diberikan kepada kelompok perlakuan secara sondase

lambung akan diabsorbsi dari dalam usus ke dalam cairan ekstraseluler sekitar 30-

80% dari kalsium yang masuk dan sisanya akan dieksrekikan melalui tinja.

Absorbsi terjadi di lumen usus halus bagian atas dimana penyerapan kalsium

dalam usus lebih sering terjadi melalui transport aktif . Transpor aktif dapat

meningkatkan proliferasi dan differensiasi terhadap sel tulang tikus yang dikultur.

Transpor aktif difasilitasi oleh 1,25 dihidroksikolekalsiferol, merupakan metabolit

vitamin D yang dibentuk ginjal. Absorbsi melalui difusi pasif bila kadar ion kalsium

tinggi maka 1,25 dihidroksikolekalsiferol turun karena kalsium plasma meningkat.

Akibatnya penyerapan kalsium mengalami adaptasi yakni mengalami peninggian bila

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

83

ion yang masuk rendah dan sebaliknya (Guyton& Hall, 2007). Kadar ion kalsium

dalam cairan ekstraseluler akan dipertahankan dalam keadaan homeostatis, bila

menurun maka tejadi peningkatan absorbsi kalsium di usus, reabsorbsi di ginjal dan

diambil dari tulang, sehingga kadar ion kalsium kembali normal.

Ketidakseimbangan antara resorpsi dan pembentukan tulang pada proses

remodeling tulang. Aktivitas remodeling berlangsung melalui sel-sel osteogenik dan

osteoklas yang terdapat di periosteum, endosteum osteonal, korteks, dan periosteum

bersifat balans positif, deposisi tulang oleh osteoblas lebih tinggi dibanding

pembongkaran oleh osteoklas. Endosteum osteonal bersifat balans, aktivitas osteoblas

dan osteoklas seimbang, sedangkan endosteum korteks dan trabekula bersifat balans

negatif, yang berarti osteklasia mendominasi aktivitas remodeling. Seperti yang

terjadi pada penelitian ini, penyerapan tulang didominasi di tulang trabekula,

sehingga tulang trabekula tampak semakin tipis. Tabel 4.5 memperlihatkan nilai rerata dan simpangan baku dari masing-masing

kelompok. Terlihat bahwa kepadatan tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar

jantan putih dengan pemberian infusa ikan teri nasi sebanyak 05 ml (P2), dan

0,7ml (P3) (p<0,05) lebih besar daripada keompok control dan P1. Nilai rerata dan

simpangan baku kepadatan tulang alveolar pada kelompok P2 adalah 410,71±115,45;

P3 adalah 346,62±173,06 sedangkan pada kelompok kontrol adalah 236,53± 149,03

dan P1 adalah 227,61± 85,88. Urutan nilai kepadatan tulang alveolar rahang bawah

tikus Wistar jantan putih dari yang paling besar sampai terkecil yaitu P2-P3-K-P1.

Hasil Anova terbukti bahwa kepadatan tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar

jantan putih pada seluruh kelompok perlakuan dan kontrol tidak terdapat perbedaan

yang signifikan (p>0,05). Hal ini diduga karena adanya faktor variasi dari setiap

tikus. Variasi yang terjadi antara lain perbedaan resapan bahan maupun kecepatan

metabolisme yang dapat mempengaruhi hasil percobaan.

Faktor genetik diduga kuat mempengaruhi terjadinya hal tersebut, salah satu

gen yang berperan adalah gen BMP 2. BMP-2(Bone morphogenetic protein-2) adalah

stimulator tulang yang mampu menginduksi diferensiasi dari sel mesenkimal menjadi

osteoblas, menstimulasi pembentukan tulang termasuk dalam superfamili faktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

84

pertumbuhan beta (TGF-beta). Bone Morphogenetic Protein-2 (BMP-2) disintesis

sebagai molekul prekursor besar (Met 1 -Arg 396, dengan sinyal peptida dari Met 1

hingga Gly 23), propeptida (Leu 24 -Arg 282) yang dibelah oleh PCSK5 (Proprotein

Convertase Subtilisin/ Kexin tipe 5). Bentuk aktif terdiri dari dimer dua protein

identik yang dihubungkan oleh ikatan disulfida di Cys 360. Ini memainkan peran

penting dalam pengembangan tulang dan tulang rawan, diferensiasi sel jantung dan

transisi epitel ke mesenkimal. Ini juga terlibat dalam jalur landak, jalur pensinyalan

TGF-beta, dan dalam interaksi reseptor sitokin-sitokin.

Bone morphogenetic protein-2 (BMP-2) mengatur diferensiasi osteoblas dan

mengendalikan kelangsungan hidup osteoklas, pematangan, dan aktivasi dengan

mengatur ekspresi RANKL dan Colony-stimulating factor 1 (CSF-1). Sinyal BMP

melalui tipe I (BMPR I) dan tipe Reseptor transmembran II (BMPR II) mengikat

BMP ke BMPR II merekrut BMPR I dan mengaktifkannya dengan fosforilasi di

domain Glycine-serine (GS) (domain GS yang terdiri dari banyak glikin dan residu

serin), hal ini akan memulai transduksi sinyal intraseluler oleh BMP sebagai

fosforilasi BMPR I yang diaktifkan reseptor-diaktifkan Smads 1, 5, dan 8 yang pada

gilirannya mengikat ke Smad4 dan mentranslokasi ke nukleus untuk mengatur

transkripsi gen. BMP-2 mengatur integrasi pensinyalan Smad dengan pensinyalan

non-Smad pada osteoblas untuk mengendalikan diferensiasinya dan transkripsi gen.

Peran penting dari BMP-2 yang diaktifkan phosphatidylinositol 3-kinase dan

hilirnya partner Akt kinase berkembang pada osteoblas yang diinduksi oleh

diferensiasi BMP-2 dan ekspresi dan sekresi CSF-1 dari osteoblas untuk mendukung

pembentukan osteoklas aktif. Nuclear factor of activated T cells (NFATc1) mengatur

diferensiasi osteoklas dengan transkripsi mengaktifkan RANKL yang mengumpan

balik untuk menginduksi NFATc1. Bukti eksperimental juga menunjukkan peran

NFATc1 pada aktivitas osteoklas. Baik BMP-2 dan NFATc1 sangat penting untuk

mendorong diferensiasi osteoblas dan aktivitas osteoklas yang dimediasi osteoblas

yang menjadi penghubung di antara keduanya. BMP-2 memobilisasi intraseluler Ca2+

untuk mengaktifkan calcineurin phosphatase, mengarah ke NFATc1 transaktivasi

dalam osteoblas yang pada gilirannya mengarah ke autoregulasi ekspresi gen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

85

NFATc1 yang dimediasi oleh BMP- 2-dibantu cross-talk signaling dari Smad dan PI

3-kinase.

Peningkatan densitas tulang mandibula tikus Wistar jantan putih yang

mengkonsumsi ikan teri nasi tersebut dimungkinkan karena komponen yang terdapat

pada ikan teri. Kandungan kalsium yang didapat dari ikan teri dapat meningkatkan

osteoblas menjadi osteosit sehingga pembentukan tulang dapat terjadi dengan cepat

dan diharapkan kepadatan tulang juga akan semakin meningkat sehingga membantu

metabolisme tulang antara lain protein dan bermacam mineral seperti kalsium, dan

fosfor.

Protein dalam ikan teri nasi dicerna dalam lambung oleh pepsin kemudian

diserap dalam bentuk asam amino dan dihantarkan ke darah sehingga semua molekul

asam amino masuk ke dalam sel kemudian asam amino bergabung satu sama lain

dengan ikatan peptida untuk membentuk protein sel yaitu kolagen. Nutrisi utama

dalam ikan teri nasi yang memiliki peran penting dalam pembentukan densitas adalah

kalsium dan fosfor karena mineral ini merupakan unsur pembentuk utama dari kristal

hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) tulang. Kristal hidroksiapatit merupakan salah satu

unsur yang penting dalam densitas tulang Penggabungan hidroksiapatit tulang dengan

jaringan kolagen tulang membentuk kekerasan dan kelenturan sehingga kekerasan

yang didapat tidak kaku dan rapuh (Ratih dkk, 2013).

Kalsium dan fosfor dalam ikan teri nasi diduga mampu meningkatkan densitas

tulang karena pemberian tambahan kalsium meningkatkan konsentrasi kalsium

esktraselular yang dapat memicu mobilisasi dan proliferasi osteosit sebagai sel

pembentuk tulang. Peningkatan ini meningkatkan sintesa matriks tulang. Berdasarkan

penelitian ini, diet tambahan ikan teri nasi dapat meningkatkan jumlah osteosit dan

kepadatan tulang rahang bawah pada tikus Wistar jantan putih jantan. Dengan

demikian, ikan teri nasi mungkin dapat digunakan sebagai makanan yang baik untuk

tulang, khususnya tulang anak-anak yang diperlukan pada masa pertumbuhan, maka

diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menciptakan makanan berbahan dasar ikan

teri nasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

86

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang pengaruh ikan teri nasi

terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang bawah tikus Wistar

jantan putih , dapat disimpulkan:

a. Ada pengaruh ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit tulang alveolar rahang

bawah tikus Wistar jantan putih (Rattus norvegicus). Terdapat jumlah osteosit lebih

tinggi pada kelompok tikus Wistar jantan putih yang diberi tambahan makan ikan

teri nasi baik pada P1,P2 maupun P3 berbeda signifikan dengan tikus yang hanya

diberi pakan standar (K) dengan p=0,01(p<0,05).

b. Ada pengaruh ikan teri nasi terhadap kepadatan tulang alveolar rahang

bawah tikus Wistar jantan putih (Rattus norvegicus), nilai p=0,085(p>0,05). Terdapat

perbedaan kepadatan tulang alveolar yang lebih tinggi pada kelompok ikan teri nasi

namun tidak signifikan pada seluruh kelompok ikan teri nasi.

6.2 Saran

a. Dibutuhkan penelitian dengan waktu penelitian yang lebih lama karena efek-

efek yang disebabkan kalsium dalam peningkatan kepadatan tulang alveolar.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melihat Growth Factor karena

proses proliferasi dan diferensiasi osteoblas menjadi osteosit dipengaruhi oleh

Growth Factor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

87

DAFTAR PUSTAKA

Alexander GR, Alesha BC, Charles HT, 2006. Biomechanical and molecular regulation of bone remodelling. Annu Rev Biomed Eng;8:455-98.

Allen, M.R., Burr, D.B, 2013. Techniques in Histomorphometry. In : Burr,

D.B.,Allen, M.R., editors. Basic and Applied Bone Biology. 1st Ed. London.Elsevier Science and Technology Books. p. 135 – 7.

Anderson TL et al, 2013. Understanding Coupling between Bone Resorption and

Formation. The American Journal of Pathology; 183(1):235-46. Applemen-Djikstra NM, Papapoulus SE, 2015. Modulating bone resorpstion and

bone formation in opposite directions in the treatment of postmenopausal osteoporosis. Drugs;75(10):1049-58.

Ardan R, 2011. Ligamen periodontal sebagai pendukung gaya kunyah,

Dentofasial:10(1):60-64 Aryati EE, Dharmayanti AWS, 2014. Manfaat ikan teri segar (Stolephorus sp.)

terhadap pertumbuhan tulang dan gigi. ODONTO Dental journal;1(2):52-6. Balasch J, 2003. Sex steroids and bone: current perspectives. Human Reproduction

Update.;9(3):207-22. Bellido T, 2012. Osteocytes-driven bone remodeling.Calcif Issue Int;94(1):25-34. Bolland MJ dkk, 2015. Calcium intake and risk of fracture: systematic review. BMJ

;351:4580. Bonewald LF, 2011. The amazing osteocyte. Journal of bone and mineral

research;26(2):229-38. Bozzini E C, Graciela C, Rosa M A, Clarissa B.Bone mineral density and bone

strength from mandible of chronically protein restricted rat. Acto odontol latinoam2011, 24 (3): 223-28.

Bueno AL, Czepielewski HA, 2008. The importance for growth of dietary intake of

calcium and vitamin D. Jornal de Pediatria:84(5): 386-93. Capulli M,Paone R, Rucci R, 2014. Osteoblast and osteocyte: Games without

frontier. Arch. Biochem Biophys:1-10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

88

Chen H, Hayakawa D, Emura S, Ozawa Y, Okumura T, Shoumura S, 2002. Effect of low or high dietary calcium on the morphology of the rat femur. Histol Histopathol;17:1129-35.

Cole, R.E. 2008. Improving Clinical Decisions for Women at Risk of Osteoporosis:

Dual-Femur Bone Mineral Density Testing. JAOA. 108(6) :289 - 95.

Cosman F, de Beur SJ, LeBoff MS, Lewiecki EM, Tanner B, Randall S, Lindsay R, 2014. clinician's guide to prevention and treatment of osteoporosis. Osteoporos Int. ;25(10):2359-81.

Creedon A. and Cashman K.D. (2001). The effect of calcium intake onbone

composition and bone resorption in the young growing rat. Br.J. Nutr. 86, 453-459.

Cullinane DM,2002. The role of osteocytes in bone regulation:Mineral homeostatis

versus mechanoreception. J Musculoskeltal Neuron Interact;2(3):242-4 Dallas SL, Bonewald LF,2010. Dynamic of the transition from osteoblast to

osteocyte;1192:437-43 Davey RA , Findlay DM,2013. Calcitonin:Physiology or fantasy?.JBMR;28(5):973-

9 Djuwita I, Pratiwi IA, Winarto A, Sabri M, 2012. Proliferaasi dan diferensiasi sel

tulang tikus dalam medium kultur In Vitro mengandung ekstrak batang Cissus quadrangula Salisb. Extract. Jurnal Ked.Hewan ;6(2):75-80.

Fernandez I., M.A.A.A. Gracia, M.C Pingarron, and L.B. Jerez , 2006. Phisiological

bases of bone regeneration II. The Remodelling processs. Med Oral Patol Cir Bucal;11:151-7.

Forstein, D.A., Bernardini, C., Cole, R.E., Harris, S.T., Singer A. 2013. Before the

Breaking Point: Reducing the Risk of Osteoporotic Fracture. JAOA. 113(2) (Suppl. 1) : S5 - S24.

Franz-Odendaal T, Hall B.K, 2005. How Osteoblast become osteocytes.

Development dynamic J:235;176-90. Gosink J,2015. Parathyroid hormone, calcitonin and vitamin D testing in calcium and

bone metabolic disorders; Medlab Magazine ;2:26-8. Hamrun N, Hatta M, 2011. Polimorfime gen vitamin D reseptor pada penderita

periodontitis kronis. JST Kesehatan ;1(2):165-72.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

89

Heino T.J, Hentuntn T.A. 2008.Differentietion of Osteoblast and osteocytes from mesenchymal stem cells. Current stem cell research & therapy :3;131-45.

Hertiningsih, Nitsuwirjo, Wiryastuty. 2013. Respon tulang, ginjal dan kelenjar

paratiroid tikus Wistar jantan putih yang mengkonsumsi pakan mengandung fosfor bervariasi. Jurnal Sain Veteriner :110-9.

Hill,PA and M.Orth. 1998. Bone Remodelling. British Journal of Orthodontics 25: Hoenderop J.G.J,Nilius B, Bindels R.J.M. 2005. Calcium Absorption across

epithelia. Physiol Rev 85:373-422. Indah DE, 2013. Minyak ikan lemuru menurunkan apoptosis osteoblas pada tulang

alveolaris tikus Wistar jantan putih .Dental Jurnal;46(4):185-9. Junqueira, L.C., Carneiro, J, 2007. Histologi Dasar : Teks & Atlas. (Tambayong,J.,

Pentj) Ed 10, 134 - 6. Kawiyana S. IK .2009. Osteoporosis pathogenesis diagnosis dan penanganan terkini.

J Peny Dalam;10(2):157-70 Kumar R, Thompson JR, 2011. The regulation of parathyroid hormone secretion and

synthesis. J Am Soc Nephrol;22:216-224. Kumar AN,2010. Hydroxyapatite synthesis methodologies: an overview.

International Journal of ChemTech Research; 2(2): 903-7. Liu P, Yang DQ, Xie F, Zhou B, Liu M,, 2014. Effect of calcitonin on anastrozole-

induced bone pain during aromatase inhibitor therapy for breast cancer. Genetic and Molecular Research;13(3):

Manolagas, S.C, S.Kousteni and R.L Jilka.2002. Sex steroid and bone. Recent Prog.

Horm.Res;57:385-409. Murphy E Williams. 2009. Hypocalcemia. Medicine;37(9):465–8. Masyitha, D. 2006. Struktur Mikroskopik Tulang Mandibula pada Tikus Ovariektomi

dan Pemberian Pakan Rasio Fosfat / Kalsium Tinggi. Media Kedokteran Hewan. 22(2) : 112 – 7

National Library of Medicine. 2011. Bone Density. Available from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/bonedensity.html. Nurul MA, Permatasari N, Aspek biologis pergerakan gigi secara ortodonsi.

Stomatognatic; 13(1): 22--27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

90

Ocarino NM, Serakides R, 2006. Effect of the physical activity on normal bone andon the osteoporosis prevention and treatment. Rev Bras Med Esporte. 12: 149 – 152.

Opotowsy S, 2002. Dietary calcium intake, fractional calcium absorption,urinary

calcium excretion, and levels of calcitropic hormones and bone markers in young, healthy Chinnese-American and Caucasian women. Doris duke medical students journal;1:44-50

Peacock M, 2010. Calcium metabolism in health and disease. CJASN ;5(1):23-30. Prasetyastuti,2010. Pengaruh polymorphisme PVUIII gen reseptor estrogen alfa

terhadap kadar kalsium dan phosphate serum pada wanita postmenopause.Berita Kedokteran Masyarakat ;26(1):29-32.

Pratomo, F.A., Padaga, M.C., Pramana, A.W.M. 2012. Efek Pemberian Tepung

Tulang Ikan Tuna Madidihang (Thunus albacares) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Ovariektomi Berdasarkan Histopatologis Tulang Femur dan Ekspresi TNF-α” (skripsi). Malang : Universitas Brawijaya.

Pravina P, Sayaji D, Avinash M, 2013. Calcium and its role in human body.

International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences;4(2):659-68.

Qin M et al.1998 . The effect of calcium supplement given with mixtureof calcium

carbonate and calcium citrate on the mandibular alveolar bone of pubertal rats. Journal of Bone and Mineral Metabolism.

Ramlan. 2016. perbuatan melawan hukum penanaman modal asing bidang usaha

perikanan di Indonesia. Yustisia;5(1):31-40. Rattanakul C, Rattanamongkonkul S, 2011. Effect of caltonin on bone formation and

resorption: Mathematical modeling approach. International Journal of Mathematical models and methods

Ross AC et al. Review dietary references intakes for calcium and vitamin D. 2011.

Washington DC: National Academies Press. Ratih PH, Pramestri SL, Herawati D. 2013. Pengaruh penambahan platelet-rich

plasma pada cangkok tulang terhadap kadar osteocalcin cairan sulkus gingival pada terapi poket infraboni. Jurnal PDGI;62(3):75-82.

Rittweger, J. Can exercise prevent osteoporosis? J Musculoskelet Neuronal Interact.,

Vol. 6, No. 2, June 2006, pp. 162-66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

91

Sankar T.V et al, 2013. Chemical composition and nutritional value of

Anchovy(Stolephorus commersonii) caught from Kerala coast, India. J.Exp.Bio; 3(1):85-9 in apllied sciences; 8(5):1363-71.

Sarvraj KS, Virinder KS, 2011. Role of RANKL-RANK/Osteoprotegerin molecular complex in bone remodeling and its immunopathologic implications. Indian J endocrinol Metab; 15(3):175-81.

Seeman,E .2003. The structural and biochemical basis of the gain and loss of bone

strength in woman and Men . Endrocrinol. Mrtab.Clin.Orth.Am:32:25-38 Setyorini A, 2009. Pencegahan osteoporosis dengan suplementasi kalsium dan

vitamin D pada penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Sari Pediatri;11(1):32-8

Tahir A M, 2009. Peran polimorfisme gen collagen type 1 alpha 1 (COL 1α1)

terhadap penurunan drastis mineral tulang vertebral lumbal akseptor KB suntik DMPA. Maj obstet Ginekol Indones;33(3):176-84.

Watted N, Hussein E, Abu MM, Abdulgani A, Proff P, Muhammad AH, 2014.

Parathyroid hormone: is it really the cause for increased tooth mobility after orthognathic surgery?.Open Journal of stomatology;4:424-33.

Wilkins CH.2007. Osteoporosis screening and risk management. Clin Interv Aging.

2007 Sep; 2(3): 389–394 Xiong J, Charles A, 2013. Osteocyte RANKL:New Insights into the contro of bone

remodeling. J Bone Miner Res;27(3):499-505.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

93

Lampiran 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

94

Lampiran 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

95

Lampiran 3

Perlakuan

Case Processing Summary

perlakuan

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

osteosit kontrol 4 100.0% 0 .0% 4 100.0%

perlakuan 1 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

perlakuan 2 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

perlakuan 3 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

Descriptives

perlakuan Statistic Std. Error

osteosit kontrol Mean 5.4000 .64807

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 3.3375

Upper Bound 7.4625

5% Trimmed Mean 5.4111

Median 5.5000

Variance 1.680

Std. Deviation 1.29615

Minimum 4.00

Maximum 6.60

Range 2.60

Interquartile Range 2.40

Skewness -.162 1.014

Kurtosis -4.849 2.619

perlakuan 1 Mean 16.2667 3.91533

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

96

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 6.2020

Upper Bound 26.3313

5% Trimmed Mean 15.7296

Median 13.9000

Variance 91.979

Std. Deviation 9.59055

Minimum 7.20

Maximum 35.00

Range 27.80

Interquartile Range 8.75

Skewness 1.955 .845

Kurtosis 4.521 1.741

perlakuan 2 Mean 15.5667 2.00361

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 10.4162

Upper Bound 20.7171

5% Trimmed Mean 15.5407

Median 14.4000

Variance 24.087

Std. Deviation 4.90782

Minimum 9.60

Maximum 22.00

Range 12.40

Interquartile Range 9.55

Skewness .378 .845

Kurtosis -1.567 1.741

perlakuan 3 Mean 20.2333 1.36178

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

97

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 16.7328

Upper Bound 23.7339

5% Trimmed Mean 20.0481

Median 19.4000

Variance 11.127

Std. Deviation 3.33567

Minimum 17.40

Maximum 26.40

Range 9.00

Interquartile Range 4.95

Skewness 1.556 .845

Kurtosis 2.581 1.741

Tests of Normality

perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

osteosit kontrol .280 4 . .864 4 .273

perlakuan 1 .386 6 .006 .755 6 .022

perlakuan 2 .190 6 .200* .927 6 .554

perlakuan 3 .219 6 .200* .848 6 .151

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

98

perlakuan

Case Processing Summary

perlakuan

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

ukuran kontrol 4 100.0% 0 .0% 4 100.0%

perlakuan 1 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

perlakuan 2 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

perlakuan 3 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

Descriptives

perlakuan Statistic Std. Error

ukuran kontrol Mean 2.36533E2 7.381286E1

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.62755

Upper Bound 4.71438E2

5% Trimmed Mean 2.42861E2

Median 2.93481E2

Variance 2.179E4

Std. Deviation 1.476257E2

Minimum 21.712

Maximum 337.458

Range 315.746

Interquartile Range 254.698

Skewness -1.674 1.014

Kurtosis 2.695 2.619

perlakuan 1 Mean 2.27610E2 3.506110E1

95% Confidence Interval for Lower Bound 1.37483E2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

99

Mean Upper Bound 3.17738E2

5% Trimmed Mean 2.23591E2

Median 2.02632E2

Variance 7.376E3

Std. Deviation 8.588182E1

Minimum 139.956

Maximum 387.610

Range 247.654

Interquartile Range 106.715

Skewness 1.565 .845

Kurtosis 3.006 1.741

perlakuan 2 Mean 4.10711E2 4.147799E1

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 3.04089E2

Upper Bound 5.17334E2

5% Trimmed Mean 4.10345E2

Median 4.27206E2

Variance 1.032E4

Std. Deviation 1.015999E2

Minimum 283.952

Maximum 544.058

Range 260.106

Interquartile Range 200.661

Skewness -.183 .845

Kurtosis -1.342 1.741

perlakuan 3 Mean 3.46621E2 7.065205E1

95% Confidence Interval for Lower Bound 1.65004E2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

100

Mean Upper Bound 5.28238E2

5% Trimmed Mean 3.45628E2

Median 3.15391E2

Variance 2.995E4

Std. Deviation 1.730615E2

Minimum 97.264

Maximum 613.844

Range 516.580

Interquartile Range 247.906

Skewness .250 .845

Kurtosis .842 1.741

Tests of Normality

perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ukuran kontrol .307 4 . .801 4 .105

perlakuan 1 .247 6 .200* .861 6 .193

perlakuan 2 .206 6 .200* .930 6 .584

perlakuan 3 .205 6 .200* .964 6 .847

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

102

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

103

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

104

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

105

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: Pengaruh Pemberian Ikan Teri Nasi Terhadap Jumlah Osteosit … · 2019-08-02 · 1 pengaruh pemberian ikan teri nasi terhadap jumlah osteosit dan kepadatan tulang alveolar rahang

106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA