PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

98
PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN PADA POKOK BAHASAN LENSA TIPIS TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR DI KELAS X SMA BOPKRI II YOGYAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Oleh: Titik Utaminingsih NIM: 021424023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

Transcript of PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Page 1: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN

PADA POKOK BAHASAN LENSA TIPIS TERHADAP MINAT,

KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR DI KELAS X

SMA BOPKRI II YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Titik Utaminingsih

NIM: 021424023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

Page 2: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …
Page 3: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …
Page 4: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

� BersusahBersusahBersusahBersusah----susah dahulu bersenangsusah dahulu bersenangsusah dahulu bersenangsusah dahulu bersenang----senang senang senang senang kemudiankemudiankemudiankemudian

� Maju terus pantang mundurMaju terus pantang mundurMaju terus pantang mundurMaju terus pantang mundur

Skripsi ini Kupersembahkan untuk

Keluargaku & saudaraku yang telah memberikan semangat dalam hidupku

Orang- orang yang kusayangi yang membuat hidupku lebih berarti

Page 5: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …
Page 6: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Penemuan pada Pokok Bahasan

Lensa Tipis terhadap Minat, Keaktifan dan Prestasi Belajar di Kelas X

SMA Bopkri II Yogyakarta

Oleh: Titik Utaminingsih

NIM: 021424023

ABSTRAK

Penelitian tentang pembelajaran dengan pendekatan penemuan terhadap

prestasi belajar fisika perlu diungkap melalui sebuah penelitian yang dirancang

dan diimplementasikan dalam suatu studi eksperimen untuk dilihat

efektifitasnyaTujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi

mengenai pengaruh pembelajaran dengan pendekatan penemuan pada pokok

bahasan lensa tipis terhadap minat, keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X

SMA Bopkri II Yogyakarta.

Metode Penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang

meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada

proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Proses pembelajaran

harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang

peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas

pembelajaran. Peranan guru sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin

pengajaran yang demokratis, peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan

sendiri atau dalam kelompok memecahkan masalah dengan bimbingan guru.

Dari hasil analisis data tes prestasi, minat dan keaktian siswa, dapat

diketahui bahwa pendekatan metode penemuan (discovery) pada pembelajaran

Fisika mempunyai pengaruh yang berarti terhadap prestasi belajar siswa kelas X

SMA Bopkri II Yogyakarta, yaitu ada peningkatan hasil belajar yang cukup

signifikan pada kelas penelitian, yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan metode penemuan. Minat belajar siswa di kelas penelitian lebih tinggi

dibanding kelas kontrol, dimana siswa lebih menyukai proses pengajaran, siswa

dapat mencerna materi pelajaran, serta lebih berminat untuk mempelajari bidang

studi Fisika. Selain itu, diperoleh hasil bahwa dengan pendekatan penemuan,

keaktifan siswa dalam belajar di kelas lebih baik, dimana siswa kelas menjadi

lebih aktif dalam mengemukakan pendapat, bertanya pada guru, bertanya pada

siswa lain, berdiskusi dengan siswa lain, pengerjaan tugas/laporan serta dalam

menjawab pertanyaan lisan dari guru.

Titik Utaminingsih

NIM: 021424023

1 semester

Page 7: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

The Influence of Learning Method by Discovery Approach on the Major of

Thin Lens towards the X Grade Students’ Interest, Activity and Performance

at SMA Bopkri II Yogyakarta

By: Titik Utaminingsih

Student Number: 021424023

The research of learning method by discovery approach on the physics

major needs to conduct through a research which designed and implemented on an

experimental research to know its effectiveness. This research aims to gain the

information of the influence of learning method by discovery approach on the thin

lens major towards the X grade students’ interest, activity and performance at

SMA Bopkri II Yogyakarta

Discovery Method is one of the educational practice components which

includes the method learning that advances the active, process oriented, self-

direct, self-finding and reflective way of study. A learning process should be

considered as a stimulus or an incentive that challenges the students to have the

feeling of being involved or participated along the learning process. The

domocratic role of teacher as a facilitator and a guide or a learning leader makes

the students involved more to either self-conduct or in group solving problems,

with the guidance of the teacher.

From the data analysis based on performance tests, the result indicates

that discovery approach learning method on the physics major has a significant

influence toward the performance of X grade students of SMA Bopkri II

Yogyakarta, that is, a significat increasing of study performance to the research

class which receive lerning method by discovery approach. The result shows that

the interest of students in the research class is higher compared to the control

class, in which they prefer more to the learning process, they could better

assimilating the subject matters as well as they have a higher interest to learn

physics major. Furthermore, this research results indicate that through discovery

approach, students activity in class is better, in which they become more active to

give their opinions, to propose more questions either to the teacher or to other

students, to have discussions with other students, to fulfill assignments/reports as

well as to answer the oral questions from their teacher.

Page 8: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan, karena penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul ” PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN

PENEMUAN PADA POKOK BAHASAN LENSA TIPIS TERHADAP MINAT,

KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X SMA II

BOPKRI YOGYAKARTA”.

Perjuangan untuk mencapai suatu keberhasilan memang sulit. Namun

dengan kemauan dan keinginan untuk meraih masa depan telah mendorong

penulis untuk tetap berusaha.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga

terselesaikannya skripsi ini, khususnya kepada :

1. Drs.A. Atmadi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang nemberikan

dorongan, semangat, saran dan kritikan serta membimbing penulis dalam

penulisan skripsi ini.

2. Kepala sekolah SMA BOPRI II Yogyakarta.

3. Bapak Ornan Hendrawan, selaku guru bidang studi fisika kelas X SMA

BOPKRI II Yogyakarta.

4. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku Dosen pembimbing akademik.

5. Semua dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Bapak dan ibu tercinta untuk doa, dukungan, nasehat dan kasih sayangnya.

7. Mbak wida, mas Didik, mbak yaya dan mas wahyu atas motivasinya.

Page 9: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

vii

8. Mas Ali, bapak n ibu’e yang selalu memberi semangat ”Kapan luluse...!!!”

9. Adikku Dinda n Sheva yang manis-manis terima kasih atas canda

tawanya.

10. Sahabat-sahabatku Rahul, Cicik, Heru, Idang, Ceceh, Erna, terima kasih

atas doa, curhatan dan dukungannya selama ini.

11. Teman-temanku seangkatan PFIS 2002, terima kasih atas

persahabatannya.

12. Teman-teman maen dan mas rizky, terima kasih untuk semuanya.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan dukungan dan doa selama perjalanan studi dan proses

penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan untuk

itu saran dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga tulisan

yang sederhana ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Yogyakarta........................

Penulis

Titik Utaminingsih

Page 10: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …
Page 11: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

D. Pembatasan Masalah .................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

Page 12: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

x

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Mata Pelajaran Fisika ................................................................. 8

B. Macam-macam Metode Pembelajaran ........................................ 12

C. Metode Penemuan (Discovery) ................................................... 13

1. Pengertian .............................................................................. 13

2. Pelaksanaan Metode Penemuan ............................................. 15

3. Kelebihan dan Kekurangan .................................................... 18

D. Prestasi Belajar, Minat dan Keaktifan Belajar Siswa .................... 20

1. Prestasi Belajar ........................................................................ 20

2. Minat Siswa.. ........................................................................... 21

3. Keaktifan Siswa ....................................................................... 22

E. Ragam Tes ................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................... 25

B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 25

C. Subyek Penelitian ........................................................................ 25

D. Prosedur Pengambilan Data ......................................................... 26

E. Instrumen Penelitian .................................................................... 34

F. Analisis Data ............................................................................... 35

a. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 35

b. Metode Analisis Data ............................................................. 35

Page 13: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

xi

BAB IV PEMBAHASAN

A. Prestasi Belajar Siswa ................................................................. 46

B. Minat Belajar Siswa ..................................................................... 49

C. Keaktifan Siswa dalam Belajar .................................................... 53

BAB V PENUTUP

A. Keimpulan .................................................................................. 59

B. Saran .......................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 61

LAMPIRAN

Page 14: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Selisih Nilai Pre Tes dan Pos Tes ................................................. 23

Tabel 3.2 Selisih Nilai Pre Tes dan Pos Tes pada Kelas Kontrol dan Kelas

Penelitian

................................................................................................... 54

Tabel 3.3 Variasi Jawaban Angket Minat Siswa .......................................... 55

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Minat Belajar Siswa ........................................... 57

Tabel 3.5 Hasil Klasifikasi Minat Belajar Siswa .......................................... 59

Tabel 3.6 Penilaian Keaktifan Siswa ........................................................... 59

Tabel 3.7 Skor Keaktifan Siswa .................................................................. 6

Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa ................................................. 61

Tabel 3.9 Hasil Klasifikasi Keaktifan Siswa ................................................ 61

Tabel 4.1. Selisih nilai pos tes dan pre tes pada kelas kontrol

maupun kelas penelitian ............................................................... 42

Tabel 4.2. Ringkasan Hasil Analisis Tes Prestasi .......................................... 43

Tabel 4.3. Kriteria Minat Siswa terhadap Proses Pembelajaran

Pada Kelas Kontrol dan Kelas Penelitian ..................................... 44

Tabel 4.4. Skor Total Aspek Keaktifan Siswa

Kelas Kontrol dan Kelas Penelitian .............................................. 48

Tabel 4.5. Kriteria Keaktifan Siswa Pada Kelas Kontrol maupun

pada Kelas Penelitian ................................................................... 49

Page 15: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Grafik Nilai Tes Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol

Skema Model Penelitian ........................................................... 40

Gambar 4.2. Grafik Histogram Nilai Tes Prestasi Belajar Siswa Kelas

Penelitian .................................................................................. 41

Gambar 4.3. Grafik Persentase Jumlah Siswa pada Kategori Minat ............... 45

Gambar 4.4. Grafik Skor Total Aspek Keaktifan Siswa Kelas Kontrol

dan Kelas Penelitian ................................................................. 48

Page 16: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Minat adalah sebuah hal yang diperlukan untuk menekuni dan dapat berhasil

dalam suatu bidang. Minat dapat ditumbuh-kembangkan melalui beberapa sarana dan

media. Sekolah adalah salah satu tempat yang seringkali dianggap sebagai tempat

yang tepat untuk menemukan dan mengembangkan minat yang ada. Tetapi,

seringkali minat dari para siswa semakin terpendam dan bahkan terhenti justru

karena tidak mendapatkan penyaluran yang proporsional di sekolah. Hal ini bisa

disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kapasitas siswa dalam

menyerap pelajaran atau keengganan untuk terus belajar adalah faktor-faktor

internal, sedangkan proses belajar-mengajar yang tidak kondusif atau metode

pengajaran oleh guru pengampu yang kurang aktif-kreatif merupakan faktor-faktor

eksternal yang dapat menjadi penghambat pengembangan minat siswa terhadap

sebuah mata pelajaran. Karena itulah, guru-guru pengampu perlu mengembangkan

pendekatan dan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam menyampaikan

materi-materi pelajaran untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pendekatan dan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif terutama

sangat diperlukan untuk mata pelajaran yang umumnya kurang diminati siswa didik

karena alasan-alasan tertentu. Mata pelajaran fisika misalnya, ”Nyawa” dari fisika

terletak pada teori dan rumus-rumus serta aplikasinya ke dalam soal-soal yang

diberikan. Hal inilah yang seringkali menjadi alasan mengapa fisika masuk ke dalam

Page 17: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

2

daftar mata pelajaran yang tidak disukai bahkan menjadi momok bagi kebanyakan

siswa. Kondisi ini dapat memburuk jika cara penyampaian materi oleh guru

pengampunya tidak mendapatkan simpati dan perhatian dari siswa. Dampak dari

kondisi ini adalah siswa menjadi pasif sehingga pada akhirnya dapat menurunkan

prestasi belajar anak didik.

Fakta di lapangan menunjukkan masih banyaknya sistem pembelajaran yang

bersifat tradisional dan konvensional, yaitu pembelajaran yang terpusat pada guru

(teacher centered). Sistem ini tentu saja menghambat siswa untuk belajar secara

aktif-kreatif, terlebih jika diterapkan pada mata pelajaran fisika yang merupakan

bagian dari sains. Fisika dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk

sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode

pembelajaran yang efektif dan efesien yaitu salah satunya melalui kegiatan praktik

(Masofa, 2008). Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menyediakan atau

memberikan kegiatan yang melibatkan keaktifan siswa dalam bentuk praktek-praktek

yang dapat merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka

mengekspresikan gagasan-gagasan mereka serta mengkomunikasikan ide ilmiah

mereka, bukan hanya menyampaikan materi-materi secara pasif.

Reorientasi sistem pembelajaran baru yang lebih efektif dapat dilakukan

melalui berbagai macam metode dan pendekatan. Pendekatan dan metode merupakan

dua hal yang sering kita jumpai penggunaannya secara bersamaan dalam sebuah

penelitian atau sistem pembelajaran. Dalam prakteknya, penggunaan kedua kata ini

seringkali saling menggantikan meskipun memiliki pengertian yang berbeda.

Menurut Masofa (2008), pendekatan merupakan teori atau asumsi. Metode adalah

Page 18: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

3

pengembangan yang lebih konkret dari teori tersebut, berupa prosedur-prosedur

berdasarkan teori tersebut di dalam berbagai bentuk kegiatan kelas.

Untuk pembelajaran fisika, salah satunya pendekatan yang efektif digunakan

adalah pendekatan penemuan. Masih menurut Masofa (2008), pembelajaran ilmu

sains pada hakekatnya merupakan aktivitas yang berlangsung didalam pikiran orang

yang berkecimpung didalamnya karena adanya rasa ingin tahu dan hasrat untuk

memahami fenomena alam. Dengan pendekatan penemuan (discovery), rasa

keingintahuan siswa dapat tersalurkan karena dalam pembelajaran dengan

pendekatan ini , guru menyajikan permasalahan kepada siswa dan meminta mereka

untuk memecahkan maslah tersebut melalui kegiatan penilitian. Pendekatan ini dapat

menstimulasi siswa untuk lebih bersikap aktif dan kreatif karena pendekatan ini

berorientasi pada proses, yaitu proses untuk menangkap permasalahan yang diajukan

oleh guru, mengamati obyek yang diteliti dalam praktek penelitian, memunculkan

hipotesa, mempresentasikan hasil penelitian mereka, dan mengambil kesimpulan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan penemuan adalah suatu

pendekatan dimana dalam proses belajar mengajar, siswa-siswanya diberi

kesempatan untuk menemukan sendiri informasi dan materi-materi bahasan yang

secara tradisional hanya diberitahukan atau diceramahkan saja oleh guru mereka.

Seperti yang telah disampaikan diatas, metode merupakan pengembangan

yang lebih konkret dari sebuah teori (pendekatan), berupa prosedur-prosedur

berdasarkan teori tersebut di dalam berbagai bentuk kegiatan kelas. Dalam kaitannya

dengan pendekatan penemuan, metode konflik kognitif dapat diterapkan sebagai

usaha optimalisasi pembelajaran. Dalam pendekatan penemuan, dimana para siswa

Page 19: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

4

diminta menemukan informasi melalui penelitian yang mereka lakukan, akan muncul

konsep-konsep yang tidak selalu sama dari semua siswa. Metode konflik kognitif

adalah serangkaian kegiatan pembelajaran dengan mengkomunikasikan dua atau

lebih rangsangan berupa sesuatu yang berlawanan atau berbeda kepada peserta didik

agar terjadi proses internal yang intensif dalam rangka mencapai keseimbangan ilmu

pengetahuan yang lebih tinggi. Secara spesifik Van den Berg (1991) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa metode konfik kognitif dalam pembelajaran fisika

cukup efektif untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa dalam rangka membentuk

keseimbangan ilmu yang lebih tinggi.

Berpikir kreatif menurut Lawson (1980) dimaknai sebagi suatu proses kreatif,

yaitu merasakan adanya kesulitan, masalah, kesenjangan informasi, adanya unsur

yang hilang, dan ketidak harmonisan, mendefinisikan masalah secara jelas, membuat

dugaan-dugaan atau merumuskan hipotesis tentang kekurangan-kekurangan, menguji

dugaandugaan tersebut dan kemungkinan perbaikannya, pengujian kembali atau

bahkan mendefinisikan ulang masalah, dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya.

Pemasangan antara pendekatan penemuan dengan metode konflik kognitif sebagai

penciptaan sebuah sistem pembelajaran aktif - kreatif disini cukup jelas terlihat;

pendekatan penemuan mendorong siswa aktif dalam melakukan penelitian untuk

sebuah penemuan dan metode konflik kognitif membantu mereka semakin berpikir

kreatif dalam mencermati, mengolah dan menyatukan konsep-konsep yang berbeda

dengan antara konsep yang mereka temukan dengan konsep-konsep dari siswa

(kelompok) lain untuk kemudian memperoleh kesimpulan yang disepakati secara

bersama.

Page 20: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

5

Penerapan sistem pembelajaran dengan menerapkan pendekatan dan metode

yang kreatif dan inovatif diharapkan dapat memicu minat siswa dalam aktivitas

belajar yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Tujuan lain yang dapat dicapai dengan keberhasilan pendekatan dan metode tersebut

adalah terciptanya lingkungan belajar yang kondusif dan berkualitas. Lingkungan

belajar yang kondusif dan berkualitas memberi pengaruh nyata bagi subyek didik

mengembangkan potensi dan intelektualitasnya. Dengan bertolak dari uraian di atas,

maka penelitian tentang pembelajaran dengan pendekatan penemuan terhadap

prestasi belajar fisika perlu diungkap melalui sebuah penelitian yang dirancang dan

diimplementasikan dalam suatu studi eksperimen untuk dilihat efektifitasnya. Hal

inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian untuk

mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran dengan pendekatan penemuan

(discovery) terhadap minat, keaktifan dan prestasi belajar, khususnya pada siswa

kelas X SMA Bopkri II Yogyakarta, khususnya lagi pada pokok bahasan lensa tipis.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh pembelajaran dengan

pendekatan penemuan pada pokok bahasan lensa tipis terhadap minat, keaktifan dan

prestasi belajar siswa kelas X SMA Bopkri II Yogyakarta?”

Page 21: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh pembelajaran

dengan pendekatan penemuan pada pokok bahasan lensa tipis terhadap minat,

keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X SMA Bopkri II Yogyakarta.

D. Pembatasan Masalah

Dalam melakukan penelitian, suatu batasan penelitian perlu ditentukan agar

penelitian lebih terarah pada tujuan penelitian. Adapun batasan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengenai pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pendekatan

penemuan.

2. Mengenai pokok bahasan pelajaran Fisika yang akan diberikan, yaitu

pokok bahasan Lensa Tipis.

3. Mengenai obyek penelitian, yaitu siswa kelas X di SMA Bopkri II

Yogyakarta

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

a. Sebagai bahan tertulis dan pertimbangan bagi guru-guru Fisika SMA,

khususnya bagi guru-guru Fisika di SMA Bopkri II Yogyakarta dan

bagi guru-guru FISIKA SMA pada umumnya, dalam menjalankan

proses belajar-mengajar.

Page 22: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

7

b. Bagi siswa, model pembelajaran ini diharapkan dapat memotivasi

belajar sains secara umum, aspek fisika secara khusus.

c. Bagi pengembang kurikulum, hasil penelitian ini diharapkan menjadi

masukan dalam pengembangan kurikulum dan model pembelajaran

sains di SMA serta merekomendasikan beberapa faktor pendukung

kepada pihak penentu kebijakan (Departemen Pendidikan Nasional).

d. Memberikan pengalaman penelitian dan sebagai bahan informasi

tertulis kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa Program Studi

Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Manfaat teoritis

a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi konsep

dalam upaya mengembangkan metode belajar-mengajar mata pelajaran

Fisika yang optimal.

b. Menjadi bahan kontribusi acuan bagi peneliti lain dalam mengkaji

masalah metode pembelajaran penemuan dari sudut pandang yang

berbeda.

Page 23: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Mata Pelajaran Fisika

Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

proses penemuan. Pendidikan Sains di sekolah menengah diharapkan dapat

menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-

hari.

Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk

“mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun Sains

yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif

dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik

secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri.

Fungsi dan Tujuan mata pelajaran fisika di SMA dan MA adalah sebagai

sarana untuk:

Page 24: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

9

1. Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

2. Memupuk sikap ilmiah yang mencakup:

a) jujur dan obyektif terhadap data;

b) terbuka dalam menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu;

c) ulet dan tidak cepat putus asa;

d) kritis terhadap pernyataan ilmiah yaitu tidak mudah percaya tanpa

ada dukungan hasil observasi empiris;

e) dapat bekerjasama dengan orang lain;

3. Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis

melalaui percobaan: merancang dan merakit instrumen percobaan,

mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, menyususn laporan,

serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis;

4. Mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif

dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif

maupun kuantitatif. Pada kelas X perangkat matematika yang mendukung

fisika adalah aljabar. Pada kelas XI selain aljabar penggunaan kalkulus

juga diperkenalkan di beberapa bagian. Di Kelas XII penggunaan kalkulus

diferensial dan integral dilakukan dengan porsi yang lebih banyak lagi;

5. Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta mempunyai

keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan

Page 25: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

10

sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih

tinggi;

6. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan

menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta dapat menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan keluasan penerapan fisika dalam teknologi.

Materi pokok fisika di SMA dan MA merupakan kelanjutan dari materi

pokok fisika SMP dengan perluasan pada konsep abstrak yang dibahas secara

kuantitatif analitis. Materi pokok tersebut umumnya diperoleh dari berbagai

kegiatan yang menggunakan keterampilan proses dalam lingkup melakukan kerja

ilmiah.

Secara garis besar materi pokok fisika di SMA meliputi:

a. Kelas X

Besaran, pengukuran dan vektor; karakteristik gerak; penerapan hukum

Newton; tata surya; suhu dan kalor; cahaya; hakekat gelombang

elektromagnetik; listrik dinamis. Keseluruhan materi pokok ini

penekanannya pada kecakapan hidup dan sebagai dasar untuk belajar pada

program penjurusan di kelas XI.

b. Kelas XI

Gerak dengan analisis vektor; energi, usaha, dan daya; impuls dan

momentum; momentum sudut dan rotasi benda tegar; fluida; teori kinetik

gas; termodinamika.

Page 26: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

11

c. Kelas XII

Gaya listrik dan medan listrik; medan magnet, gaya Lorentz dan induksi

elektromagnetik; gelombang dan bunyi, radiasi benda hitam, teori atom,

relativitas, zat padat/semikonduktor; radioaktivitas; jagat raya.

Pada pembelajaran dengan pokok bahasan lensa tipis, diharapkan siswa dapat:

1. menentukan salah satu besaran pada kasus pembiasan pada permukaan

lengkung bila disajikan data secukupnya;

2. mendefinisikan pengertian lensa dengan benar;

3. membedakan sifat lensa positif dan lensa negatif dengan benar;

4. melukis bayangan benda yang diletakkan pada jarak tertentu di depan

lensa positif;

5. melukis bayangan benda yang diletakkan pada jarak tertentu di depan

lensa negatif;

6. menentukan sifat bayangan suatu benda yang diletakkan pada jarak

tertentu di depan lensa positif dengan metode penomoran ruang; dan

7. menghitung salah satu besaran bekaitan dengan pembiasan pada lensa tipis

bila disajikan data seperlunya

Permukaan sebuah lensa dapat berupa bola, parabola atau silinder. Namun

uraian materi modul ini hanya membicarakan lensa tipis dengan permukaan-

permukaannya merupakan permukaan bola. Lensa dibedakan atas lensa positif

atau lensa cembung (gambar 1.a) dan lensa negatif atau lensa cekung (gambar

1.b).

Page 27: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

12

Gambar 1. Model Lensa Tipis

Keterangan:

(a) Lensa positif terdiri dari: 1) lensa bikonveks (cembung ganda); 2) plankonfeks

(cembung-datar); dan 3) cembung-cekung (konfeks-konkaf).

(b) Lensa negatif terdiri dari: 4) bikonkaf (cekung ganda); 5) plan-konkaf

(cembung-datar); dan 6) cekung-cembung (konkaf-konveks).

B. Macam-Macam Metode Pembelajaran

Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk

melakukan aktivitas yang sistematis dari sebuah lingkungan yang terdiri dari

pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu

kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan

pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah

dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode

mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Terdapat beberapa jenis metode

pembelajaran, antara lain:

a. Metode Ceramah (Preaching Method)

b. Metode Diskusi ( Discussion Method )

c. Metode Demontrasi ( Demonstration Method )

Page 28: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

13

d. Metode Ceramah Plus

e. Metode Resitasi ( Recitation Method )

f. Metode Percobaan ( Experimental Method )

g. Metode Karya Wisata

h. Metode Perancangan ( Project Method )

i. Metode Discovery

j. Metode Inquiry

C. Metode Penemuan (Discovery)

1. Pengertian Metode Penemuan

Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di

sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan

karena metode discovery ini: (a) Merupakan suatu cara untuk

mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan sendiri,

menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama

dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang

ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah

digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi

penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat

dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar

berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri,

kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan

demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di

dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.

Page 29: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

14

Metode Penemuan menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai

suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan,

manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode

Penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi

metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada

proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut

Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi

yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk

mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat

bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses

belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri

informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.

Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa

penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep

atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,

menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat

kesimpulan, dan sebagainya.

Metode Penemuan menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang

berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di

samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar

untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka

miliki.

Page 30: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

15

Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau

rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau

berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai

fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis,

sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri

atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.

Metode Penemuan menurut Roestiyah (2001:20) adalah metode

mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode Penemuan adalah proses

mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip.

Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan,

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan

sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau

mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan

memberikan instruksi.

Pada metode Penemuan, situasi belajar mengajar berpindah dari situasi

teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning.

Dengan pembelajaran menggunakan metode Penemuan, maka cara mengajar

melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat

dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak

dapat belajar sendiri.

2. Pelaksanaan Metode Penemuan

Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut

Suryosubroto (2002:197) yang mengutip pendapat Gilstrap (1975) adalah: (a)

Page 31: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

16

Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar

untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan

penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa,

prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang

akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga

memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan

penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan

peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah

yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang

digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah

berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi

kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan

data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan

jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i)

Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan

kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi

kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun

sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat

dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa

dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui

percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan

dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar

dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan

penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya

Page 32: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

17

merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang

terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan

tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa,

pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi

membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk

memperkuat pernyataannya dengan alasan dan fakta, (r) Memuji siswa yang

sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya

kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa-

siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu

siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau

pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan

melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa

yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya,

yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.

Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman yang dikutip

oleh Suryosubroto (2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b)

Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan

generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-

tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan

masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang

diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan

dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa

untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika

diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang

Page 33: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

18

mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi

antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat

dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan

generalisasi atas hasil penemuannya.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Penemuan

Metode Penemuan memiliki kelebihan-kelebihan seperti diungkapkan

oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu: (a) Dianggap membantu siswa

mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan

dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam

penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk

menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan

diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan

suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian

retensi dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa,

misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan

keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi

kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya

sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara

belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk

belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode

Penemuan dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya

kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat

memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g)

Page 34: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

19

Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa

dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang

jawabannya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa

menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan

mutlak.

Penggunaan metode Penemuan ini guru berusaha untuk meningkatkan

aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode Penemuan

menurut Roestiyah (2001:20) memiliki keunggulan sebagai berikut: (a)

Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak

kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/pengenalan

siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat

pribadi/individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa

siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.

Kekurangan-kekurangan metode Penemuan menurut Suryosubroto

(2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental

untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam

usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang

abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu

subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk

tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan

akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang

berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat

hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau

menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (c) Harapan yang

Page 35: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

20

ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang

sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d)

Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu

mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan

diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan

diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan

emosional sosial secara keseluruhan, (e) Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang

dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini

mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau

pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu

oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua

pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.

D. Prestasi Belajar, Minat dan Keaktifan Belajar Siswa

1. Prestasi Belajar

Prestasi merupakan hasil yang dicapai setelah seseorang atau siswa

melakukan kegiatan. Seorang anak dikatakan memiliki prestasi yang tinggi

jika hasil evaluasi yang didapat adalah tinggi, begitu sebaliknya anak dapat

dikatakan memiliki prestasi rendah apabila hasil yang didapat dari evaluasi

rendah (Arikunto, 2001 : 32). Sementara menurut Oemar Hamalik (1982: 28),

prestasi adalah hasil yang diperoleh dari hasil kegiatan belajar, yaitu dari yang

tidak mengerti menjadi mengerti.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 45), menuliskan bahwa

prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan,

Page 36: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

21

dan sebagainya. Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Tabrani dan

Rusyan (1989: 8), prestasi belajar merupakan tingkat atau besarnya perubahan

tingkah laku yang dapat dicapai dari suatu pengalaman yang mengarah pada

penguasaan pengetahuan, kecakapan dan kebiasaan. Jadi, belajar saja tidak

cukup, harus diiringi dengan pengalaman. Pengalaman lebih mudah untuk

dipahami, untuk mencapai penguasaan dan kecakapan dalam belajar. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika merupakan hasil

belajar yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar Matematika.

2. Minat Siswa

Menurut Tyler (1973) dalam Mustikasari (2007), tujuan sekolah yang

berkaitan dengan minat dapat diterima apabila aktivitas sekolah memberi

konstribusi terhadap pengembangan individu, kompetensi sosial, atau

kepuasan hidup. Tujuan pemelajaran afektif, khususnya minat, harus

memperluas minat siswa belajar hal-hal penting dari berbagai bidang dan

meningkatkan minat siswa belajar pada bidang khusus. Oleh karena itu

disarankan agar tujuan pemelajaran mata pelajaran tertentu memuat tujuan

afektif, misalkan meningkatkan minat membaca buku.

Pada setiap evaluasi pengajaran yang dilakukan, hasil yang diperoleh

ada yang memuaskan dan ada pula yang tidak memuaskan, termasuk dalam

pengajaran fisika pada umumnya. Tentu saja banyak faktor yang berpengaruh,

di antaranya adalah minat belajar siswa terhadap pelajaran yang dimaksud,

pantas untuk dipertanyakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi

dkk, (1998) bahwa bilamana tidak ada minat seseorang terhadap suatu

pelajaran, akan timbul kesulitan dalam belajarnya.

Page 37: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

22

3. Keaktifan Siswa

Orientasi pengajaran fisika kita saat ini cenderung sangat prosedural.

Secara gamblang seorang guru menyatakan bahwa selama ini mereka (para

guru fisika) mengajarkan siswa-siswa menghafalkan rumus-rumus atau

prosedur fisika tertentu. Agar pembelajaran bermakna bagi siswa maka

idealnya pembelajaran fisika dimulai dengan masalah-masalah yang realistik.

Kemudian siswa diberi kesempatan menyelesaikan masalah itu dengan

caranya sendiri dengan skema yang dimiliki dalam pikirannya. Artinya siswa

diberi kesempatan melakukan refleksi, interpretasi, dan mencari strateginya

yang sesuai.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran haruslah dipahami sebagai

keaktifan melakukan kegiatan belajar yang memuat kegiatan refleksi dan

aktivitas konstruksi. Rekonstruksi terjadi bila siswa dalam aktivitasnya

melakukan refleksi, interpretasi, dan internalisasi. Rekonstruksi itu

dimugkinkan terjadi dengan probabilitas yang lebih besar melalui diskusi,

baik dalam kelompok kecil maupun diskusi kelas atau berbagai bentuk

interaksi dan negosiasi. Guru membimbing mereka untuk menarik kesimpulan

bagi diri masing-masing-masing. Secara perlahan siswa dilatih untuk

melakukan rekonstruksi atau reinvention. (Marpaung, 2001 dalam

Mustikasari, 2007).

Page 38: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

23

E. Ragam Tes

Cronbach (dalam Silverius, 1991: 4-5) mendefinisikan tes adalah

suatu prosedur sistematis untuk mengamati dan mencandrakan satu atau lebih

karakteristik seseorang dengan menggunakan skala numerik atau sistem

kategori. Sejalan dengan hal tersebut, Anastasi dan Urbina (1997: 3)

menyatakan bahwa tes psikologis pada dasarnya adalah alat ukur yang

objektif dan dibakukan atas sampel perilaku tertentu.

Berbicara tentang ragam tes, tidak terlepas dari sifat tes itu sendiri,

misalnya: tipe tes, bentuk tes, dan ragam tes. Namun pemberian nama sifat tes

tersebut kadang berbeda dari orang yang berbeda.

Arikunto (2005) menyatakan tes tertulis terdiri dari bentuk tes dan

macam tes. Tes subjektif dan tes objektif merupakan bentuk tes dan tes

benarsalah, tes pilihan ganda, dan tes menjodohkan termasuk macam tes.

Suherman dan Sukjaya (1990: 94) menggolongkan tes subjektif dan

tes objektif sebagai tipe tes; tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes

menjodohkan, dan tes melengkapi sebagai bentuk tes. Di samping itu tes

pilihan ganda terbagi lima, yaitu: pilihan ganda biasa, hubungan antar hal,

analisis kasus, asosiasi pilihan ganda, dan membaca diagram yang merupakan

ragam tes.

Umar, dkk (1999: 22) menyatakan bahwa secara umum setiap soal

pilihan ganda terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban (option). Pilihan

jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban

merupakan jawaban yang benar atau paling benar. Pengecoh merupakan

jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang memilihnya.

Page 39: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

24

Ragam tes yang dimaksudkan dalam tulisan ini dibatasi hanya pilihan

ganda biasa dan asosiasi pilihan ganda. Ragam tes pilihan ganda dapat

dipergunakan untuk mengukur kemampuan siswa yang lebih tinggi dan dapat

diskor secara objektif (Safari, 1997: 64).

Page 40: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan ini bersifat deskriptif analitis yaitu

suatu usaha mengumpulkan, menyusun, menginterpretasikan data yang ada

kemudian menganalisa data tersebut, menggambarkan dan menelaah secara lebih

jelas dari berbagai faktor yang berkaitan dengan keadaan situasi dan fenomena

yang diselidiki. Dalam hal ini penulis mencari fakta dan data untuk mengetahui

bagaimanakah pengaruh pembelajaran dengan pendekatan penemuan pada pokok

bahasan lensa tipis terhadap minat, keaktifan dan prestasi belajar siswa di kelas X

SMA Bopkri II Yogyakarta.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Bopkri II

Yogyakarta yaitu pada tanggal 21 Juli sampai dengan 23 Agustus 2008.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X semester gasal Tahun Ajaran

2007/2008 SMA Bopkri II Yogyakarta. Dua dari lima kelas yang ada dipilih

sebagai sampel, yaitu kelas X.B sebagai kelompok penelitian dan kelas X.A

sebagai kelompok kontrol. Jumlah siswa kelas X.B dan X.A masing-masing

terdiri dari 21 siswa. Seluruh kelas dari kelima kelas tersebut mendapat pelajaran

Page 41: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

26

fisika dengan guru yang sama, serta tidak ada kelas unggulan. Oleh karena itu,

kelima kelas mempunyai peluang yang sama atau dikatakan homogen untuk

menjadi sampel penelitian karena tidak ada perlakuan khusus kepada siswa.

D. Prosedur Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan pada masing-masing kelas, yaitu pada kelas

penelitian yang diajarkan dengan pendekatan penemuan, sedangkan kelas kontrol

diajarkan dengan pendekatan metode ceramah. Prosedur pengambilan data

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui minat, keaktifan dan prestasi belajar

siswa kelas X SMA Bopkri II Yogyakarta. Secara umum, prosedur penelitian ini

mencakup tiga tahapan, yaitu:

a) Pre Tes pada Setiap Kelas

Pada pertemuan awal, siswa pada masing-masing kelas yang diteliti

diberikan pengarahan singkat mengenai pokok bahasan yang akan diajarkan.

Pengarahan tersebut berupa deskripsi mengenai bidang ajar lensa tipis serta

gelombang dan optika. Setelah itu, dilaksanakan tes kemampuan awal siswa

(pre tes) pada masing-masing kelas. Pre tes diberikan dengan soal yang sama

untuk setiap kelas yang diteliti.

b) Pembelajaran pada Setiap Kelas

1) Langkah-langkah Pembelajaran Kelas Penelitian

1. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan pada kelas penelitian ini terdiri dari:

Page 42: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

27

a. Menentukan pokok bahasan. Untuk mendukung tercapainya tujuan

dari penelitian yang berkaitan dengan konsep, tingkat kematangan

berpikir subyek didik dan konteks lingkungan, penulis menentukan

sebuah materi pokok. Dalam penelitian ini penulis memilih “Lensa

Tipis” sebagai materi pokok yang akan dipelajari.

b. Menyusun silabus. Dibantu oleh guru pengajar, peneliti menyusun

sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menyusun lembar

kerja siswa dalam bentuk silabus yang berisi standar kompetensi,

materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,

alokasi waktu dan instrumen penelitian berupa alat peraga.

Adapun standar kompetensi dalam penelitian pembelajaran

dengan pendekatan penemuan pada pokok bahasan lensa tipis ini

adalah: 1) Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik, dan 2)

Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dan optika dalam

menyelesaikan masalah.

2. Kegiatan inti

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan langkah-langkah

pembelajaran untuk diterapkan di dalam kelas. Dengan menggunakan

acuan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan

penemuan menurut Gilstrap (1975) dalam Suryobroto (2002: 197), seperti

yang diuraikan dalam BAB II, kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini

dilaksanakan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:

Page 43: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

28

a. Memusatkan perhatian siswa

Peneliti yang bertindak sebagai guru menarik dan memusatkan

perhatian siswa dengan memberikan contoh-contoh kejadian dalam

kehidupan sehari-hari yang pernah ditemui atau dialami oleh siswa yang

berkaitan dengan pokok bahasan sesusai dengan yang direncanakan oleh

guru. Pentingnya menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari

sebagai landasan pengembangan pendekatan pembelajaran ditujukan

untuk: 1) memotivasi belajar siswa; 2) melatih berpikir kritis, kreatif,

analitik; 3) mengembangkan keterampilan proses dan keterampilan sosial

(Sidharta, 2008).

Dengan topik bahasan lensa tipis, guru dapat mengajak siswa untuk

menyebutkan macam-macam dan kegunaan alat optik khususnya lensa

tipis yang pernah ditemui atau digunakan oleh siswa. Penggalian dan

pengingatan kembali fenomena-fenomena yang pernah temui tersebut

merupakan pengalaman belajar singkat yang dapat dijadikan dasar dan

modal untuk memasukkan topik bahasan yang direncanakan.

b. Memunculkan pertanyaan-pertanyaan

Rowe (1970) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa terdapat

korelasi yang tinggi antara rangsangan pertanyaan yang diajukan guru

dengan tanggapan kreatif siswa. Dengan pengalaman dan pengetahuan

dasar yang telah dimiliki oleh siswa, peneliti mencoba menstimulasi

perhatian dan minat siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan

Page 44: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

29

permasalahan yang dapat memancing rasa keingintahuan mereka untuk

mengadakan pembelajaran dan penelitian lebih lanjut.

Rangsangan berupa konflik kognitif dapat dimasukkan dalam tahap

ini. Rangsangan konflik kognitif dalam pembelajaran akan sangat

membantu proses asimilasi menjadi lebih efektif dan bermakna dalam

pergulatan intelektualitas siswa. Peneliti mengkomunikasikan dua atau

lebih rangsangan berupa sesuatu yang berlawanan atau berbeda kepada

siswa agar terjadi proses internal yang intensif dalam rangka mencapai

keseimbangan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi. Pemetaan masalah

diperlukan untuk melihat permasalahan yang mungkin timbul dari sebuah

konsep serta kemungkinan masalah-masalah lain.

c. Memberikan motivasi

Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor

dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna

memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dari kedua tahap di atas,

guru dapat melihat tanggapan siswa terhadap topik bahasan yang akan

dipelajari. Kemudian peneliti memberikan motivasi kepada siswa untuk

mengadakan penyelidikan lebih lanjut mengenai pertanyaan-pertanyaan

dan permasalahan-permasalahan yang muncul dari pembelajaran singkat

diatas. Sebisa mungkin peneliti memberikan motivasi kepada siswa untuk

terlibat aktif dan kreatif untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya.

Page 45: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

30

d. Pengelolaan kelas

Tahap ini meliputi pembagian kelompok dan pengaturan atau

seting kelas. Siswa pada kelas yang dijadikan sebagai kelompok penelitian

diberi perlakuan pendekatan penemuan dan untuk lebih mengoptimalkan

interaksi kognitif, kelas dibagi dalam beberapa kelompok untuk

melakukan eksperimen.

e. Pendahuluan pembelajaran

Pendahuluan pembelajaan diselenggarakan dengan memberikan

penjelasan skenario pembelajaran, penjelasan tujuan pembelajaran,

pelaksanaan pretes untuk mencari gambaran tentang pemahaman siswa

tentang materi yang akan diajarkan, pembagian lembar kerja siswa sesuai

dengan alur yang ditentukan, pembagian alat peraga dan petunjuk

penggunaannya.

f. Pelaksanaan pembelajaran

Siswa melakukan kegiatan sesuai dengan alur yang ditentukan

dalam lembar kerja siswa Pada tahap pelaksanaan penelitian, pada sub

pokok bahasan lensa tipis, dengan masing-masing kelompoknya, siswa

diminta untuk 1) menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan

kuantitatif, dan 2) menerapkan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-

hari. Sedangkan pada sub pokok bahasan gelombang dan optika, siswa

diminta untuk 1) menganalisis sifat-sifat cahaya, dan 2) memformulasikan

besaran-besaran fisika tentang gelombang elektromagnetik secara

kualitatif.

Page 46: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

31

Untuk lebih memperlancar pelaksanaannya, sistematika kegiatan

pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Kegiatan penelitian oleh siswa dengan masing-masing

kelompoknya sesuai dengan pokok-pokok bahasan yang telah

ditentukan. Tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh

siswa dan dibimbing oleh guru kelas, sedangkan peneliti

bertindak sebagai observer yang mengamati kegiatan-kegiatan

guru dan siswa selama proses pembelajaran yang sedang

berlangsung. Aktivitas ini memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengumpulkan dan bekerja dengan data serta

merumuskan hasil penelitian kelompok mereka.

2) Mengadakan sesi presentasi yang memberikan kesempatan

kepada masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil-hasil

pembelajaran mereka kepada forum kelas.

3) Membuka sesi diskusi kelas untuk membahas perbedaan-

perbedaan konsep dalam hasil atau kesimpulan penemuan yang

dibuat oleh masing-masing kelompok yang mengemuka dari sesi

presentasi.

4) Pemberian konflik kognitif oleh guru kepada siswa. Dari hasil

sesi presentasi dan diskusi, diharapkan dapat muncul perbedaan-

perbedaan konsep atau hasil penelitian dari tiap-tiap kelompok.

Perbedaan-perbedaan tersebut oleh guru kemudian dijadikan

sebagai modal untuk memberikan rangsangan konflik kognitif

Page 47: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

32

untuk mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang terbuka,

responsif dan mengakomodasi perbedaan individu. Semua siswa,

baik mewakili perseorangan maupun mewakili kelompoknya,

memiliki kesempatan yang sama untuk menyatakan argumen-

argumen serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan atas argumen

dari kelompok-kelompok lain.

5) Kemudian guru mengelola konflik kognitif tersebut dengan

menyajikan data pembanding lain berupa informasi, pendapat

maupun teori-teori pendukung. Bersama dengan guru, semua

siswa dalam kelas menarik satu atau beberapa hipotesis dari

hasil diskusi kelas.

6) Menyelenggarakan penelitian kedua dalam level penelitian kelas

(bukan oleh kelompok-kelompok).

g. Observasi Keaktifan Siswa

Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mencatat keaktifan

setiap siswa pada aspek Mengemukakan pendapat, Bertanya pada guru,

Bertanya pada siswa/kelompok lain, Berdiskusi dengan siswa/kelompok,

Pengerjaan tugas/laporan, serta Menjawab pertanyaan lisan dari guru.

Penilaian terhadap keaktifan siswa dilakukan dengan memberikan skor.

3. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup adalah kegiatan akhir dari satu proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk membuktikan

Page 48: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

33

hipotesis, merangkum seluruh rangkaian kegiatan, serta untuk

memberikan evaluasi berupa tanya jawab lisan, latihan soal maupun

pekerjaan rumah

b. Langkah-langkah Pembelajaran Kelas Kontrol

Pada kelas kontrol, langkah-langkah pembelajaran yang

diterapkan adalah pembelajaran biasa dengan metode ceramah, dimana

peneliti sebagai guru lebih dominan dalam proses belajar mengajar.

Berikut prosedur pembelajaran yang diberikan bagi kelas kontrol:

1) Kegiatan Pendahuluan

a. Sebelum melaksanakan proses pengajaran, terlebih dahulu guru

menyusun dan mempersiapkan materi yang akan diajarkan, yaitu

Lensa Tipis.

b. Memberikan pengantar sertam menyampaikan kembali materi

pelajaran yang telah dibahas sebelumnya.

c. Mengajukan atau menawarkan pada siswa jika ingin bertanya

mengenai bahasan sebelumnya.

2) Kegiatan Inti

a. Peneliti berbicara di depan kelas untuk menyampaikan materi bahan

ajar kepada siswa dengan bantuan papan tulis sebagai media untuk

menjelaskan materi.

b. Penjelasan mengenai teori-teori yang ada dengan memberikan sedikit

contoh soal kepada siswa.

Page 49: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

34

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup adalah kegiatan akhir dari satu proses pembelajaran

yang dilakukan oleh peneliti dan siswa untuk membuktikan hipotesis,

merangkum seluruh rangkaian kegiatan, serta untuk memberikan evaluasi

berupa tanya jawab lisan, latihan soal maupun pekerjaan rumah

c) Pos Tes dan Kuisioner pada Setiap Kelas

Pada kegiatan akhir dari pembelajaran, peneliti merangkum seluruh

rangkaian kegiatan, serta memberikan evaluasi latihan soal (pos tes). Sebagai

akhir dari kegiatan penutup adalah pengisian kuisioner kepada siswa untuk

mengetahui tanggapan siswa atas model pembelajaran yang telah

diselenggarakan.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar fisika bagi

siswa yang diajar melalui pendekatan penemuan (pada kelompok penelitian) dan

prestasi belajar fisika bagi siswa yang diajar melalui pendekatan konvensional

(metode ceramah). Efektivitas pembelajaran dengan penemuan ini dapat diketahui

melaui penilaian dari tiga aspek, yaitu 1) minat, 2) keterlibatan/keaktifan, dan 3)

prestasi siswa. Untuk melakukan penilaian dari tiga aspek tersebut, dibutuhkan

instrumen penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

Page 50: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

35

1. Lembar Tes Tertulis

Lembar tes tertulis berisi 15 butir soal yang bertujuan untuk mengukur

penguasaan konsep lensa tipis, mengukur keterampilan berpikir kreatif dan

keterampilan proses sains, baik sebelum maupun sesudah pembelajaran.

2. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai model

pembelajaran yang diimplementasikan, mengetahui pendapat siswa terhadap

pembelajaran sains fisika khususnya pokok bahasan lensa tipis serta pendapat

siswa mengenai keaktifan dan minat mereka.

3. Observasi

Dalam penelitian ini, data observasi diperoleh dengan menggunakan lembar skala

Likert. Lembar observasi berisi hasil pengamatan peneliti mengenai keaktifan

siswa. Selama proses observasi, peneliti dibantu oleh beberapa rekan yang

berpartisipasi melakukan pengamatan dan memberikan penilaian terhadap

keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

F. Analisis Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui:

1. Tes tertulis sebelum pembelajaran (Pre Tes)

2. Tes tertulis setelah pembelajaran (Pos Tes)

3. Angket Siswa

Page 51: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

36

4. Hasil observasi

b. Metode Analisis Data

Pada Penelitian ini, data hasil belajar siswa akan dianalisis secara

deskriptif analitis. Sedangkan analisis uji beda (Uji - t), digunakan untuk

menguji keberartian pengaruh perlakuan pendekatan penemuan terhadap

prestasi belajar. Analisis komparasi kualitatif akan digunakan untuk melihat

sejauhmana minat belajar dan keaktifan siswa di kelas.

Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan pendekatan

penemuan yang telah dilakukan, penulis melakukan pengujian apakah

terdapat perbedaan minat, keaktifan dan prestasi belajar siswa antara

kelompok kontrol dan kelompok penelitian. Prestasi belajar diukur dari selisih

hasil pos tes dan pre tes, minat siswa diukur dengan menggunakan kuisioner,

sedangkan keaktifan siswa diukur dari hasil observasi.

1. Prestasi Belajar Siswa

a. Hipotesis

Dengan parameter selisih nilai pos tes dan pre tes (∆X)pada

kedua kelompok kelas, maka untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan prestasi belajar diantara kedua kelas, hipotesis pengujian

dapat diberikan sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan selisih nilai postes dan pretes

antara kelompok kontrol dan kelompok penelitian

H1 : Terdapat perbedaan selisih nilai postes dan pretes antara

kelompok kontrol dan kelompok penelitian

b. Data

Page 52: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

37

Hasil jawaban Pre Tes dan Pos Tes siswa yang sudah

diperoleh, dirangkum seperti pada Tabel 3.1.

Page 53: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

38

Tabel 3.1 Selisih Nilai Pre Tes dan Pos Tes

Siswa Nilai Selisih Nilai

Pos tes – Pre tes (∆X) Pre Tes (X1) Pos Tes (X2)

A ... ...

B .. ...

C ... ...

Dari Tabel 3.1, selanjutnya. hasil belajar ini digunakan pula

untuk membandingkan prestasi belajar kelompok penelitian dan

kelompok kontrol.

Tabel 3.2 Selisih Nilai Pre Tes dan Pos Tes

pada Kelas Kontrol dan Kelas Penelitian

Siswa

Selisih Nilai Pre Tes dan Pos Tes (∆X)

pada kelompok:

Kontrol (∆Xk) Penelitian (∆Xp)

A ... ...

B .. ...

C ... ...

c. Pengujian Data

Dari data pada Tabel 3.2, selanjutnya dilakukan analisa

mengenai perbedaan prestasi belajar siswa pada kelas kontrol dengan

kelas penelitian. Statistik uji yang digunakan, yaitu:

thitung = ( )

+

∆−∆

npnkS

XX pk

112

dengan:

S2 =

( ) ( )

( )2

11 22

−+

−+−

npnk

SnpSnkpk

Page 54: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

39

( )

k

k

k

k

k

n

n

XX

S

2

2 ∑∑ −

=

( )

p

p

p

p

p

n

n

XX

S

2

2 ∑∑ −

=

kX∆ = rata-rata selisih nilai pos tes dan pre tes kelompok kontrol

pX∆ = rata-rata selisih nilai pos tes dan pre tes kelompok penelitian

nk = jumlah siswa kelompok kontrol

np = jumlah siswa kelompok penelitian

Sk2 = variansi selisih nilai tes siswa kelompok kontrol

Sp2 = variansi selisih nilai tes siswa kelompok penelitian

Pengambilan keputusan yang diberikan yaitu bahwa Ho

diterima jika thitung < ttabel, dan Ho ditolak jika thitung > ttabel, dengan

db=(nk+np-2). Apabila Ho diterima maka tidak terdapat perbedaan

selisih nilai postes dan pretes antara kelompok kontrol dan kelompok

penelitian. Sebaliknya, jika Ho ditolak maka terdapat perbedaan

selisih nilai postes dan pretes antara kelompok kontrol dan kelompok

penelitian.

Page 55: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

40

2. Minat Siswa

a. Hipotesis

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan minat belajar

diantara kelompok penelitian dan kelompok kontrol, maka hipotesis

yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan minat belajar siswa antara

kelompok kontrol dan kelompok penelitian

H1 : Terdapat perbedaan minat belajar siswa antara kelompok

kontrol dan kelompok penelitian

b. Data minat belajar siswa

Untuk jawaban angket mengenai minat belajar siswa bagi

kedua kelompok kelas, setiap alternatif jawaban diberikan skor, yaitu

sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), ragu-ragu (skor 3),

setuju (skor 4), sangat setuju (skor 5). Selanjutnya dapat disajikan

seperti pada Tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.3 Variasi Jawaban Angket Minat Siswa

Siswa Item Pertanyaan Rata-rata Skor

Jawaban 1 2 ... 8

A

B

C

Skor tanggapan siswa dapat diklasifikasikan berdasarkan

kriteria dan jumlah skala yang telah ditentukan semula dengan

rentangan antar kriteria yang ditentukan dengan cara sebagai berikut:

Page 56: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

41

Skor tertinggi = HS (High Score)

Skor terendah = LS (Low Score)

Jumlah skala = 5

Panjang rentangan = (HS-LS)/5

Dengan panjang rentangan (HS-LS)/5 = (5 – 1)/5 = 0,8, rata-

rata skor jawaban reponden pada Tabel 3.3 digolongkan ke dalam 5

kategori ukuran minat siswa sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Minat Belajar Siswa

Skor Kriteria Interval

1

2

3

4

5

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

1,00 – 1,8

1,81 – 2,6

2,61 – 3,4

3,41 – 4,2

4,21 – 5,00

Berdasarkan kriteria minat belajar siswa pada Tabel 3.4, maka

skor rata-rata setiap siswa pada kelas kontrol maupun kelas penelitian

dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Hasil Klasifikasi Minat Belajar Siswa

Siswa Skor minat belajar

K.Kontrol K.Penelitian

A ... ...

B ... ...

C ... ...

b. Pengujian Data

Pengujian terhadap hipotesis di atas, dilakukan dengan

menggunakan uji Mann Whitney. Uji hipotesis di atas, dilakukan dengan

menggunakan uji Mann Whitney digunakan untuk menguji hipotesis

Page 57: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

42

komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal. Data

yang dianalisis adalah hasil rekapitulasi data kuisioner pada Tabel 3.5,

dimana rata-rata skor minat belajar masing-masing siswa pada setiap kelas

diukur dan digolongkan ke dalam 5 kategori tingkat minat siswa.

Dengan menggunakan statistik uji hipotesis di atas, dilakukan

dengan menggunakan uji Mann Whitney, maka dapat ditentukan

keputusan untuk menolak atau menerima Ho. Statistik Mann-Whitney

ditentukan dengan rumus:

( )∑−

++=

k

kk

pkkR

nnnnU

2

1

kpkpUnnU −=

dimana:

Uk = nilai Mann-Whitney untuk kelas kontrol

Up = nilai Mann-Whitney untuk kelas penelitian

nk = banyaknya sampel kelas kontrol

np = banyaknya sampel kelas penelitian

∑Rk= jumlah ranking data kelas kontrol

Penentuan Uhitung dilakukan dengan mengambil nilai terkecil dari

Uk dan Up. Apabila Uhitung lebih kecil atau sama dengan U tabel, maka

keputusannya adalah menolak Ho dan menerima H1. Dengan

menggunakan perhitungan software SPSS, jika nilai probabilitas (Asymp.

sig.) kurang dari atau sama dengan nilai taraf nyata (α=0,05), maka

keputusannya adalah menolak Ho dan menerima H1.

Page 58: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

43

Jika n lebih besar dari 20 (n>20), maka tabel Mann Whitney tidak

dapat dipergunakan. Namun pengujian dilakukan dengan menggunakan

rumus pendekatan distribusi normal:

( )12

1

2

++××

×−

=npnknpnk

npnkU

Z

obs

hitung

Kriteria pengujian:

Jika Z hitung terletak pada interval Z tabel ≤ Z hitung ≤ Z tabel,

maka keputusannya adalah menerima Ho. Sebaliknya, jika -Z hitung < -Z

tabel atau Z hitung > Z tabel, maka keputusannya adalah menolak Ho.

3. Keaktifan Siswa

a. Hipotesis

Pengujian apakah terdapat perbedaan keaktifan siswa antara

kelompok kontrol dan kelompok penelitian dianalisis dari hasil observasi.

Pengajuan hipotesis dapat diberikan sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan keaktifan siswa antara kelompok

kontrol dan kelompok penelitian

H1 : Terdapat perbedaan keaktifan siswa antara kelompok kontrol

dan kelompok penelitian

b. Data Keaktifan Siswa

Observasi mengenai keaktifan belajar dilakukan oleh peneliti pada

kedua kelompok kelas. Penilaian keaktifan untuk setiap siswa dilakukan

Page 59: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

44

dengan memberi skor, yaitu sangat kurang baik (skor 1), kurang baik (skor

2), cukup (skor 3), baik (skor 4), sangat baik (skor 5). Selanjutnya

penilaian keaktifan dapat disajikan seperti pada Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6 Penilaian Keaktifan Siswa

No. Aspek keaktifan yang diobservasi Skor

Penilaian

1 Mengemukakan pendapat

2 Bertanya pada guru

3 Bertanya pada siswa/kelompok lain

4 Berdiskusi dengan siswa/kelompok

5 Pengerjaan tugas/laporan

6 Menjawab pertanyaan lisan dari guru

Berdasarkan Tabel 3.6, maka dalam satu kelas dapat diukur rata-

rata skor keaktifan untuk setiap siswa (Tabel 3.7) untuk dianalisis lebih

lanjut mengenai perbedaan keaktifan siswa pada kedua kelompok tersebut.

Tabel 3.7 Skor Keaktifan Siswa

Siswa Aspek keaktifan Rata-rata Skor

Keaktifan 1 2 ... 6

A

B

C

Skor keaktifan siswa dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria

dan jumlah skala yang telah ditentukan semula dengan rentangan antar

kriteria yang ditentukan dengan cara seperti pada bagian minat belajar

siswa di atas. Dengan panjang rentangan (HS-LS)/5 = (5 – 1)/5 = 0,8, rata-

rata skor keaktifan siswa pada Tabel 3.7 digolongkan ke dalam 5 kategori

ukuran keaktifan siswa sebagai berikut:

Page 60: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

45

Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa

Skor Kriteria Interval

1

2

3

4

5

Sangat Tidak Aktif

Kurang Aktif

Cukup

Aktif

Sangat Aktif

1,00 – 1,8

1,81 – 2,6

2,61 – 3,4

3,41 – 4,2

4,21 – 5,00

Berdasarkan kriteria keaktifan siswa pada Tabel 3.8, maka skor

rata-rata setiap siswa pada kelas kontrol maupun kelas penelitian dapat

dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Hasil Klasifikasi Keaktifan Siswa

Siswa Skor Keaktifan Siswa

K.Kontrol K.Penelitian

A

B

C

c. Pengujian Data

Sama halnya pada pengujian minat siswa, pengujian terhadap

hipotesis di atas, dilakukan dengan menggunakan uji Mann Whitney. Data

yang dianalisis adalah hasil rekapitulasi data keaktifan pada Tabel 3.9,

dimana rata-rata skor masing-masing siswa pada setiap kelas diukur dan

digolongkan ke dalam 5 kategori tingkat keaktifan siswa. Statistik Mann-

Whitney ditentukan dengan rumus:

( )∑−

++=

k

kk

pkkR

nnnnU

2

1

kpkpUnnU −=

dimana:

Uk = nilai Mann-Whitney untuk kelas kontrol

Page 61: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

46

Up = nilai Mann-Whitney untuk kelas penelitian

nk = banyaknya sampel kelas kontrol

np = banyaknya sampel kelas penelitian

∑Rk= jumlah ranking data kelas kontrol

Penentuan Uhitung dilakukan dengan mengambil nilai terkecil dari

Uk dan Up. Apabila Uhitung lebih kecil atau sama dengan U tabel, maka

keputusannya adalah menolak Ho dan menerima H1. Dengan

menggunakan perhitungan software SPSS, jika nilai probabilitas (Asymp.

sig.) kurang dari atau sama dengan nilai taraf nyata (α=0,05), maka

keputusannya adalah menolak Ho dan menerima H1.

Jika n lebih besar dari 20 (n>20), maka tabel Mann Whitney tidak

dapat dipergunakan. Namun pengujian dilakukan dengan menggunakan

rumus pendekatan distribusi normal:

( )12

1

2

++××

×−

=npnknpnk

npnkU

Z

obs

hitung

Kriteria pengujian:

Jika Z hitung terletak pada interval Z tabel ≤ Z hitung ≤ Z tabel,

maka keputusannya adalah menerima Ho. Sebaliknya, jika -Z hitung < -Z

tabel atau Z hitung > Z tabel, maka keputusannya adalah menolak Ho.

Page 62: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

42

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan salah satu indikator untuk menilai

kemampuan siswa dalam suatu proses pembelajaran. Dari hasil penelitian

pada siswa kelas X SMA Bopkri II Yogyakarta, dapat diperoleh nilai tes yang

menunjukkan prestasi belajar siswa dari hasil pembelajaran. Sebaran nilai pre

tes dan pos tes dari hasil tes prestasi pada kelas kontrol secara umum dapat

digambarkankan seperti pada Gambar 4.1. Pada grafik tersebut terlihat bahwa

sebagian besar siswa pada kelas kontrol memiliki kenaikan nilai prestasi.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Siswa Kelas Kontrol

Nil

ai

Te

s B

ela

jar

Sis

wa

Pre Tes

Pos Tes

Gambar 4.1. Grafik Nilai Tes Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol

Page 63: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

43

Untuk distribusi nilai pre tes dan pos tes dari hasil tes prestasi pada

kelas penelitian secara umum dapat digambarkankan seperti pada Gambar 4.2.

Pada grafik tersebut terlihat bahwa sebagian besar siswa pada kelas penelitian

memiliki kenaikan nilai prestasi. Kenaikan nilai tes prestasi pada kelas

penelitian lebih merata pada setiap siswa, selain itu peningkatan yang tajam

juga lebih banyak terdapat pada kelas penelitian dibandingkan dengan kelas

kontrol.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Siswa Kelas Penelitian

Nila

i T

es

Be

laja

r

Pre Tes

Pos Tes

Gambar 4.2. Grafik Histogram Nilai Tes Prestasi Belajar Siswa Kelas

Penelitian

Hasil tes prestasi yang telah dilakukan oleh siswa pada kelas kontrol

dan kelas penelitian selanjutnya dihitung selisih antara pos tes dan pre tes. Hal

ini dilakukan sebagai langkan dalam menganalisa apakah terdapak perbedaan

pada prestasi belajar antara kedua kelas, yaitu kelas kontrol yang diajarkan

dengan metode biasa (ceramah), serta kelas penelitian yang diajarkan dengan

Page 64: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

44

memberikan pendekatan penemuan pada mata pelajaran Fisika dengan materi

lansa tipis. Selisih nilai pos tes dan pre tes pada kedua kelas dapat dilihat

seperti pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. Selisih nilai pos tes dan pre tes

pada kelas kontrol maupun kelas penelitian

Siswa

Selisih Nilai

Pos Tes dan Pre Tes

Kelas

Kontrol

Kelas

Penelitian

1 0,00 1,00

2 2,30 0,70

3 0,70 1,70

4 0,60 2,00

5 1,30 2,60

6 2,70 1,30

7 1,40 1,00

8 1,00 0,70

9 0,60 1,00

10 1,30 1,60

11 2,30 2,00

12 0,70 2,00

13 0,70 1,60

14 0,60 2,00

15 2,70 3,00

16 1,30 0,30

17 1,60 3,70

18 1.40 3,30

19 0,70 1,60

20 1,00 2,00

21 0,60 2,60

Rata-rata 1,21 1,80

Daru Tabel 4.1. di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata selisih nilai pos tes

dan pre tes bagi kelas kontrol dan kelas penelitian, masing-masing adalah 1,21

dan 1,80. Untuk menguji sejauh mana keberartian perlakuan pendekatan

Page 65: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

45

penemuan yang diberikan pada kelas penelitian dalam pembelajaran fisika

terhadap prestasi belajar siswa, digunakan uji-t pada taraf signifikan 0,05. Dari

Tabel 4.1 di atas setelah dilakukan pengujian diperoleh t hitung = 2,296 (Tabel

4.2). Harga ini jauh lebih besar dari t tabel (α=0,05; db=40) yaitu 2,021. Selain

nilai t, nilai Sig diperoleh sebesar 0,024 atau lebih kecil dari α=0,050. Dengan

demikian, keputusan yang diambil adalah menolak Ho dan menerima H1,

sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada pelajaran fisika

pokok bahasan lensa tipis di kelas penelitian berbeda dengan kelas kontrol.

Tabel 4.2. Ringkasan Hasil Analisis Tes Prestasi Kelas Jumlah

Siswa

Rata-

rata

Pre Tes

Rata-

rata

Pos Tes

Rata-

rata

Selisih

Thitung Ttabel Sig.

Kontrol

Penelitian

21

21

4,37

4,11

5,90

5,58

1,21

1,80

2,296 2,021 0,027

B. Minat Belajar Siswa

Pada penelitian ini, juga diukur tingkat minat siswa terhadap mata

pelajaran Fisika khususnya pada pokok bahasan lensa tipis. Dalam hal ini,

pengukuran dilakukan berdasarkan hasil kuesioner mengenai minat siswa

dalam proses belajar mengajar baik pada kelas kontrol maupun kelas

penelitian. Hasil pengukuran minat siswa pada kelas kontrol dan kelas

penelitian (Lampiran 2) dapat dikategorikan dalam kriteria minat seperti pada

Tabel 4.3 berikut ini:

Page 66: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

46

Tabel 4.3. Kriteria Minat Siswa terhadap Proses Pembelajaran Pada

Kelas Kontrol dan Kelas Penelitian

No. Kriteria Kelas Kontrol Kelas Penelitian

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1 sangat rendah 4 19,05% 0 0,00%

2 rendah 5 23,81% 1 4,76%

3 sedang 9 42,86% 2 9,52%

4 tinggi 3 14,29% 10 47,62%

5 sangat tinggi 0 0,00% 8 38,10%

Jumlah 21 100,00% 21 100,00%

Dari Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa pada kelas kontrol, siswa paling

banyak dikategorikan dalam kriteria sedang, yaitu sebanyak (42,86%). Pada

kelas kontrol tidak terdapat siswa yang dikategorikan dalam kriteria sangat

tinggi (0%). Sebaliknya, pada kelas penelitian sebagian besar dikategorikan

dalam kriteria tinggi, yaitu sebanyak 47,62%. Hal ini menunjukkan bahwa

siswa pada kelas kontrol cenderung memiliki minat yang sedang terhadap

pokok bahasan lensa tipis dengan pengajaran biasa (ceramah), sedangkan

pada kelas penelitian dapat dikatakan bahwa siswa lebih mempunyai minat

yang tinggi terhadap pokok bahasan lensa tipis dengan pengajaran melalui

pendekatan metode penemuan.

Page 67: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

47

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

45,00%

50,00%

1 2 3 4 5

Kriteria Minat Siswa

Pers

en

tase J

um

lah

Sis

wa

K.Kontrol

K.Penelitian

Keterangan:

1. Sangat Rendah

2. Rendah

3. Sedang

4. Tinggi

5. Sangat Tinggi

Gambar 4.3. Grafik Persentase Jumlah Siswa pada Kategori Minat

Untuk membuktikan kebenaran bahwa terdapat perbedaan minat

siswa terhadap pokok bahasa lensa tipis pada kelas kontrol dan kelas

penelitian dilakukan pengujian data hasil penelitian dengan menggunakan uji

Mann Whitney.

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Uji Mann Whitney untuk Menguji

Perbedaan Minat Belajar siswa

U hitung U tabel Sig.

44,50 141 0,000

Page 68: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

48

Dari hasil pengujian hipotesis (tercantum pada Lampiran 6.) diperoleh

hasil sebagaimana tersaji pada Tabel 4.4., bahwa nilai Mann Whitney adalah

sebesar 44,50 dengan nilai Sig. sebesar 0,000. Oleh karena nilai Utabel =141,

berarti nilai Uhitung < Utabel, sehingga keputusannya adalah menolak Ho.

Dengan cara yang lain, oleh karena nilai sig < (α=0,05), maka diputuskan

untuk menolak Ho, yang berarti bahwa terdapat perbedaan minat belajar siswa

antara kelas kontrol dan kelas penelitian. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa minat belajar siswa kelas penelitian terhadap mata

pelajaran Fisika pada pokok bahasan lensa tipis lebih tinggi dibandingkan

dengan kelas kontrol.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan metode

penemuan (discovery) dapat membangkitkan minat belajar siswa kelas X

SMU Bopkri II pada pelajaran Fisika dengan pokok bahasan lensa tipis. Bagi

siswa kelas kontrol yang diajarkan dengan metode ceramah biasa tidak

memacu minat siswa terhadap pelajaran ini. Hal ini dikarenakan pada metode

pembelajaran biasa, siswa hanya memperoleh materi dari guru tanpa banyak

berpartisipasi langsung dalam mempelajari konsep dari materi yang diajarkan.

Dengan menggunakan metode penemuan, siswa lebih leluasa untuk mencari

jawaban dari permasalahan yang diajukan oleh guru.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan

bahwa melalui pembelajaran dengan metode penemuan, siswa lebih menyukai

Page 69: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

49

proses pembelajarannya, siswa merasa lebih mudah dalam mencerna pelajaran

Fisika yang disampaikan, siswa lebih fokus terhadap materi yang diajarkan,

siswa menginginkan pembelajaran Fisika, siswa lebih berminat dalam

mencatat hasil-hasil diskusi/ pembelajaran, siswa lebih rajin mengerjakan

tugas maupun laporan praktikum, siswa lebih menikmati proses pembelajaran,

serta siswa lebih berminat dalam mempelajari bidang studi Fisika.

C. Keaktifan Siswa dalam Belajar

Selain prestasi, indikator keberhasilan sebuah metode pengajaran

dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa yang diamati dan dinilai oleh

pengajar. Keaktifan yang ditunjukkan oleh siswa merupakan bentuk

tanggapan mereka terhadap sesi atau metode pengajaran yang sedang

diterapkan oleh guru didalam kelas. Adapun indikator keaktifan siswa dalam

penelitian ini adalah kuantitas siswa dalam mengemukakan pendapat,

bertanya kepada guru, bertanya kepada sesama siswa lain, berdiskusi dengan

siswa/kelompok lain, pengerjaan tugas atau laporan, dan menjawab

pertanyaan lisan dari guru.

Dari hasil observasi kelas untuk menilai tingkat keaktifan dalam

proses belajar mengajar siswa kelas X SMA Bopkri II Yogyakarta, dapat

disusun tabel skor total untuk setiap aspek yang diteliti. Aspek-aspek yang

digunakan sebagai indikator keaktifan siswa ajar diantaranya adalah 1)

mengemukakan pendapat, 2) Bertanya pada Guru, 3) Bertanya pada siswa

Page 70: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

50

lain, 4) Berdiskusi dengan siswa lain, dan 5) Pengerjaan tugas/laporan, 6)

Menjawab pertanyaan lisan dari Guru. Observasi terhadap keaktifan

dilakukan pada kelas kontrol dan kelas penelitian. Hasil skor total pada

masing-masing aspek, dapat dlihat seperti pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5. Skor Total Aspek Keaktifan Siswa

Kelas Kontrol dan Kelas Penelitian

No

Aspek Keaktifan

Skor Total

Kelas

Kontrol

Kelas

Peneitian

1 Mengemukakan pendapat 38 68

2 Bertanya pada Guru 50 66

3 Bertanya pada siswa lain 53 75

4 Berdiskusi dengan siswa lain 52 64

5 Pengerjaan tugas/laporan 66 83

6 Menjawab pertanyaan lisan dari Guru 46 84

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6

Aspek Keaktifan

Sko

r T

ota

l

Kelas Kontrol

Kelas Penelitian

Keterangan:

1. Mengemukakan pendapat 2. Bertanya pada Guru

3. Bertanya pada siswa lain 4. Berdiskusi dengan siswa lain

5. Pengerjaan tugas/laporan 6. Menjawab pertanyaan lisan dari Guru Gambar 4.4. Grafik Skor Total Aspek Keaktifan Siswa Kelas Kontrol

dan Kelas Penelitian

Page 71: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

51

Berdasarkan Tabel 4.5 dan Gambar 4.4. dapat diketahui bahwa siswa

pada kelas kontrol memiliki tingkat keaktifan lebih rendah dibandingkan

siswa pada kelas penelitian. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa

kelas penelitian lebih aktif dibandingkan dengan siswa kelas kontrol.

Persentase siswa yang termasuk dalam kriteria sangat tidak aktif, kurang

aktif, cukup, aktif, sangat aktif dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Kriteria Keaktifan Siswa Pada Kelas Kontrol maupun

pada Kelas Penelitian

No. Kriteria

Kelas Kontrol Kelas Penelitian

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1 sangat tidak aktif 1 4,76% 0 0,00%

2 kurang aktif 14 66,67% 1 4,76%

3 cukup 5 23,81% 7 33,33%

4 aktif 1 4,76% 11 52,38%

5 sangat aktif 0 0,00% 2 9,52%

Jumlah 21 100,00% 21 100,00%

Berdasarkan Tabel 4.6. di atas, dapat dilihat bahwa pada kelas

kontrol, siswa paling banyak dikategorikan dalam kriteria kurang aktif, yaitu

sebanyak (66,67%). Pada kelas kontrol tidak terdapat siswa yang

dikategorikan dalam kriteria sangat tinggi (0%). Sebaliknya, pada kelas

penelitian sebagian besar dikategorikan dalam kriteria aktif, yaitu sebanyak

52,38 %. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol cenderung

kurang aktif pada pembelajaran pokok bahasan lensa tipis dengan pengajaran

metode biasa (ceramah), sedangkan untuk siswa kelas penelitian dapat

Page 72: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

52

dikatakan lebih aktif dalam proses pembelajaran pokok bahasan lensa tipis

melalui pengajaran metode penemuan.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

1 2 3 4 5

Kriteria Keaktifan

Pers

en

tase J

um

lah

sis

wa

Kontrol

Penelitian

Keterangan:

1. Sangat Tidak Aktif

2. Kurang Aktif

3. Cukup Aktif

4. Aktif

5. Sangat Aktif

Gambar 4.5. Grafik Persentase Jumlah Siswa pada Kategori Keaktifan

Untuk membuktikan kebenaran bahwa terdapat perbedaan keaktifan

siswa kelas kontrol dan kelas penelitian pada pokok bahasan lensa tipis,

dilakukan pengujian data hasil penelitian dengan menggunakan uji Mann

Whitney.

Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Uji Mann Whitney untuk Menguji

Perbedaan Keaktifan Siswa

U hitung U tabel Sig.

43,00 141 0,000

Page 73: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

53

Dari hasil pengujian hipotesis (tercantum pada Lampiran 7.) diperoleh

hasil seperti yang tersaji pada Tabel 4.7., yaitu bahwa nilai Mann Whitney

hitung (Uhitung) adalah sebesar 43,00 dengan nilai Sig. sebesar 0,000. Oleh

karena nilai Utabel =141, berarti nilai Uhitung < Utabel, sehingga keputusannya

adalah menolak Ho. Dengan cara yang lain, oleh karena nilai sig < (α=0,05),

maka diputuskan untuk menolak Ho, yang berarti bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan pada keaktifan siswa antara kelas kontrol dan kelas penelitian.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode

penemuan dapat meingkatkan keaktifan siswa kelas X SMA Bopkri II

Yogyakarta dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam mata pelajaran

Fisika pada pokok bahasan lensa tipis.

Dari hasil penelitian yang telah dibahas di atas, secara umum dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode penemuan (discovery)

mempengaruhi prestasi belajar, minat serta keaktifan siswa kelas X SMA

Bopkri II Yogyakarta dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya pada mata

pelajaran Fisika dengan pokok bahasan lensa tipis. Dengan menggunakan

strategi penemuan, siswa belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang

akan dapat dikembangkannya sendiri.

Penggunaan metode penemuan menjadikan siswa dapat

mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan ketrampilan

dalam proses pengenalan dan kognitif siswa. Hasil ini didukung oleh pendapat

Page 74: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

54

Vernon A. Magnesen (1983) dalam DePorter, dkk., (2000) yang menjelaskan

bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita

dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar,

70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.

Artinya seseorang bisa menyerap informasi paling banyak pada saat dia

melakukan atau mempraktekkan materi yang telah diterimanya.

Page 75: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Pendekatan metode penemuan (discovery) pada pembelajaran Fisika

mempunyai pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar siswa kelas X

SMA Bopkri II Yogyakarta, yaitu ada peningkatan hasil belajar yang

cukup signifikan pada kelas yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan metode penemuan.

2. Metode penemuan yang diberikan bagi siswa kelas X SMA Bopkri II

Yogyakarta pada pembelajaran fisika mampu meningkatkan minat belajar

siswa di kelas, dimana siswa lebih menyukai proses pengajaran, siswa

dapat mencerna materi pelajaran, serta lebih berminat untuk mempelajari

bidang studi Fisika.

3. Pendekatan metode penemuan pada pembelajaran Fisika di kelas X SMA

Bopkri II Yogyakarta, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar

di kelas, dimana siswa kelas menjadi lebih aktif dalam mengemukakan

pendapat, bertanya pada guru, bertanya pada siswa lain, berdiskusi

dengan siswa lain, pengerjaan tugas/laporan serta dalam menjawab

pertanyaan lisan dari guru.

Page 76: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

60

B. Saran

Dengan segala keterbatasannya, maka dari hasil penelitian ini

dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Jumlah sampel perlu ditambah dan perlu dilakukan pada jenjang pendidikan

lainnya.

2. Dari sisi teknis pembelajaran, karena kelas dan norma pembelajaran bersifat

terbuka maka penggunaan pendekatan penemuan harus dilakukan dengan

hati-hati dan cermat, pengelolaan kelas dan waktu harus efisien.

3. Agar proses pembelajaran lebih bermakna dan terkontrol , maka perlu ada

refleksi bersama, baik dengan siswa maupun sesama guru.

4. Pembelajaran dengan pendekatan ini menuntut kreativitas, inovasi dan

semangat guru untuk selalu berpihak pada peningkatan kualitas layanan

pendidikan, untuk itu perlu adanya keberanian dan kerja keras.

Page 77: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

54

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dkk,. 1998. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

_________ . 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

DePorter, Bobbi., Reardon, Mark, Mourie, Sarah Singer. 2000. Quantum

Teaching: Mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas.

Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Hamalik, O. 1982. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Mustikasari, 2007. Artikel Pendidikan: Guru Harus Menjadi Model Dalam

Penyampaian Materi. http://mustikasari-

artikelpendidikan.blogspot.com/2007/06/artikel-matematika.html

Roestiyah. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Rohani, Ahmad.2004. Pengelolaan Pengajaran. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Rowe, B.M. 1970. Wait-time and reward as instructional variabel: Influence on

inquiry and sense and fate control. New York : Columbia University.

Safari, 1997. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah.

Sidharta, Arief. 2000. Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri

Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP.

Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta : PT

Grasindo.

Singgih. SPSS 10. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. 2001.

Suherman dan Sukajaya. 1990. Evaluasi Pendidikan. Bandung: Wijaya Kusumah.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta.

Page 78: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

55

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 1999. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Tabrani dan Rusyan. 1989. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Umar, H dkk. 1999. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:

Rineka Cipta.

Urbina dan Anastasi. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi

Aksara.

Van den Berg, Euwe. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga: UKSW

Page 79: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

LAMPIRAN

Page 80: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 1. Data Hasil Penelitian untuk Parameter Prestasi Belajar

Pre Tes Pos Tes Pos Tes - Pre Tes1 5.3 5.3 0.002 5 7.3 2.303 4.6 5.3 0.704 6 6.6 0.605 4.3 5.6 1.306 3.6 6.3 2.707 4.6 6 1.408 2.6 3.6 1.009 2 2.6 0.60

10 5.3 6.6 1.3011 2.3 4.6 2.3012 4.3 5 0.7013 5.3 6 0.7014 6 6.6 0.6015 3.9 6.6 2.7016 4 5.3 1.3017 4 5.6 1.6018 3.3 4.7 1.4019 5.3 6 0.7020 6 7 1.0021 4 4.6 0.60

Rata-rata 1.21

No. SiswaKelas Kontrol (A)Nilai Tes Prestasi

Selisih Nilai

Pre Tes Pos Tes Pos Tes - Pre Tes1 4.6 5.6 1.002 5.3 6 0.703 4.6 6.3 1.704 3.3 5.3 2.005 4 6.6 2.606 4 5.3 1.307 3.6 4.6 1.008 4.6 5.3 0.709 5.3 6.3 1.00

10 4 5.6 1.6011 4.6 6.6 2.0012 3.3 5.3 2.0013 4 5.6 1.6014 5.3 7.3 2.0015 4.3 7.3 3.0016 5.3 5.6 0.3017 2.6 6.3 3.7018 2 5.3 3.3019 4 5.6 1.6020 4.6 6.6 2.0021 3 5.6 2.60

Rata-rata 1.80

Selisih NilaiNilai Tes PrestasiNo. Siswa

Kelas Penelitian (B)

Page 81: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian untuk Parameter Minat Belajar

1 2 3 4 5 6 7 8

1 1 1 2 2 2 2 1 2 1,63 1 SR

2 4 3 4 3 1 3 3 4 3,13 3 S

3 1 3 3 1 2 3 3 3 2,38 2 R

4 4 3 4 3 4 3 3 3 3,38 3 S

5 4 3 5 3 4 3 2 2 3,25 3 S

6 4 4 4 4 4 4 4 4 4,00 4 T

7 1 2 2 1 2 3 1 1 1,63 1 SR

8 1 4 3 2 3 4 2 4 2,88 3 S

9 1 1 1 1 1 3 2 1 1,38 1 SR

10 1 1 3 2 1 4 2 3 2,13 2 R

11 3 2 2 2 2 2 2 2 2,13 2 R

12 1 2 2 1 2 3 1 1 1,63 1 SR

13 3 4 4 3 4 4 3 2 3,38 3 S

14 4 3 5 4 3 4 4 5 4,00 4 T

15 4 4 4 4 4 3 4 4 3,88 4 T

16 1 1 4 2 4 5 1 3 2,63 3 S

17 1 2 3 4 2 3 3 1 2,38 2 R

18 3 4 4 2 3 3 4 3 3,25 3 S

19 4 3 3 4 2 3 4 3 3,25 3 S

20 4 2 2 3 2 2 3 3 2,63 3 S

21 3 2 3 2 3 2 2 2 2,38 2 R

Rata-rataNo. Siswa Pernyataan

Kelas Kontrol (A)

skor Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8

1 4 4 4 4 3 3 4 4 3.75 4 T

2 4 3 5 4 3 3 5 4 3.88 4 T

3 2 3 1 1 3 3 2 4 2.38 2 R

4 4 3 4 4 3 4 4 3 3.63 4 T

5 3 3 4 5 2 2 2 3 3.00 3 S

6 5 4 4 5 3 3 4 4 4.00 4 T

7 5 5 5 5 5 4 4 5 4.75 5 ST

8 4 4 4 4 3 3 5 4 3.88 4 T

9 5 5 5 5 4 3 5 5 4.63 5 ST

10 5 4 4 5 4 4 5 4 4.38 5 ST

11 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 4 T

12 5 4 4 4 4 4 5 5 4.38 5 ST

13 5 4 3 5 3 4 3 5 4.00 4 T

14 5 4 4 5 4 4 5 5 4.50 5 ST

15 5 4 4 4 3 3 4 4 3.88 4 T

16 5 4 4 4 3 3 4 4 3.88 4 T

17 2 2 2 2 3 4 3 3 2.63 3 S

18 4 4 4 4 4 5 4 4 4.13 4 T

19 5 4 4 4 4 4 5 5 4.38 5 ST

20 5 4 4 5 5 4 5 5 4.63 5 ST

21 5 4 4 5 4 4 5 5 4.50 5 ST

Kelas Penelitian (B)

Pertanyaan skor KriteriaRata-rataNo. Siswa

Page 82: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 3. Data Hasil Penelitian untuk Parameter Keaktifan Belajar

1 2 3 4 5 6

1 2 2 2 3 4 3 2,67 3 C

2 1 2 2 3 4 2 2,33 2 KA

3 4 3 3 2 2 3 2,83 3 C

4 1 3 4 3 3 2 2,67 3 C

5 1 3 3 3 3 2 2,50 2 KA

6 1 2 2 2 3 1 1,83 2 KA

7 1 2 2 1 3 2 1,83 2 KA

8 1 4 3 2 3 2 2,50 2 KA

9 1 1 1 1 3 3 1,67 1 STA

10 1 1 2 2 2 3 1,83 2 KA

11 3 2 2 2 4 2 2,50 2 KA

12 1 2 2 1 4 3 2,17 2 KA

13 3 2 1 3 4 2 2,50 2 KA

14 4 3 5 4 3 5 4,00 4 A

15 2 2 2 3 2 1 2,00 2 KA

16 1 1 4 2 4 1 2,17 2 KA

17 4 4 3 4 4 1 3,33 3 C

18 1 4 2 2 2 2 2,17 2 KA

19 2 3 3 4 3 2 2,83 3 C

20 2 2 2 3 3 2 2,33 2 KA

21 1 2 3 2 3 2 2,17 2 KA

No. Siswa

Kelas Kontrol (A)

Rata-rata skor KriteriaPernyataan

1 2 3 4 5 6

1 4 4 3 4 4 3 3.67 4 A

2 4 3 2 3 4 5 3.50 4 A

3 2 3 3 3 4 5 3.33 3 C

4 4 3 4 3 4 4 3.67 4 A

5 4 4 4 4 4 4 4.00 4 A

6 4 3 5 3 4 3 3.67 4 A

7 4 4 4 4 4 4 4.00 4 A

8 3 2 2 1 3 5 2.67 3 C

9 3 4 3 2 3 4 3.17 3 C

10 4 4 4 5 5 4 4.33 5 SA

11 3 3 3 2 4 4 3.17 3 C

12 3 2 4 2 4 3 3.00 3 C

13 1 2 2 1 4 3 2.17 2 KA

14 3 4 4 3 4 4 3.67 4 A

15 3 3 5 4 3 5 3.83 4 A

16 3 2 3 2 4 2 2.67 3 C

17 4 4 4 4 4 5 4.17 4 A

18 1 1 4 2 4 5 2.83 3 C

19 4 5 5 4 5 3 4.33 5 SA

20 3 3 4 4 4 5 3.83 4 A

21 4 3 3 4 4 4 3.67 4 A

Jum 68 66 75 64 83 84

No. Siswa

Kelas Penelitian (B)

Rata-rata skor KriteriaPertanyaan

Page 83: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 4. Diskripsi Selisih nilai Pos Tes dan Pre Tes Siswa

Frequencies

Statistics

Kelas Kontrol

21

0

1.2143

.74652

.00

2.70

Valid

Missing

N

Mean

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Kelas Kontrol

1 4.8 4.8 4.8

4 19.0 19.0 23.8

4 19.0 19.0 42.9

2 9.5 9.5 52.4

3 14.3 14.3 66.7

2 9.5 9.5 76.2

1 4.8 4.8 81.0

2 9.5 9.5 90.5

2 9.5 9.5 100.0

21 100.0 100.0

.00

.60

.70

1.00

1.30

1.40

1.60

2.30

2.70

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 84: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 4. (Lanjutan)

Frequencies

Statistics

Kelas Penelitian

21

0

1.7952

.88740

.30

3.70

Valid

Missing

N

Mean

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Kelas Penelitian

1 4.8 4.8 4.8

2 9.5 9.5 14.3

3 14.3 14.3 28.6

1 4.8 4.8 33.3

3 14.3 14.3 47.6

1 4.8 4.8 52.4

5 23.8 23.8 76.2

2 9.5 9.5 85.7

1 4.8 4.8 90.5

1 4.8 4.8 95.2

1 4.8 4.8 100.0

21 100.0 100.0

.30

.70

1.00

1.30

1.60

1.70

2.00

2.60

3.00

3.30

3.70

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 85: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 5. Output SPSS Uji T-test untuk Prestasi Belajar Siswa

T-Test

Group Statistics

21 1.7952 .88740 .19365

21 1.2143 .74652 .16290

KELASkelas penelitian

kelas kontrol

Selisih NilaiN Mean Std. Deviation

Std. ErrorMean

Independent Samples Test

.469 .498 2.296 40 .027

2.296 38.861 .027

Equal variancesassumed

Equal variancesnot assumed

Selisih NilaiF Sig.

Levene's Test forEquality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

t-test for Equality of Means

Statistik Kelas

Kontrol Kelas

Penelitian

n 21 21

rata2 1.214 1.795

SD 0.747 0.887

S2 0.557 0.787

S2gab 0.672

F hitung 1.413

F tabel 2.124

t hitung 2.296

t tabel 2.021

Pengujian kesamaan ragam:

F = S2 terbesar/S

2 terkecil

= 0,787/0,557

= 1,413

F tabel (0,05;db=20;20) = 2,124

Jadi, F hitung < F tabel yang artinya ragam kedua kelompok kelas adalah sama

Page 86: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Pengujian beda rata-rata:

nknpS

xxt

kp

11+

−=

dimana: p

x = Rata-rata nilai tes prestasi kelas penelitian

k

x = Rata-rata nilai tes prestasi kelas kontrol

Dengan ( ) ( )

2

11 22

2

−+

−+−=

nknp

SnkSnpS

kp

Dari data di atas, dapat dihitung :

( )( ) ( )( )22121

5570207870202

−+

+=

,,S

= 0,672

S = 6720,

= 0,820

Sehingga, t hitung dapat dihitung:

21

1

21

18200

211801

+

−=

,

,,t = 2,296

t tabel (0,05;40) = 2,021

Oleh karena t hitung > t tabel, maka rata-rata selisih nilai pada kedua kelompok kelas

adalah berbeda.

Page 87: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 6. Output SPSS Uji Mann-Withney untuk Minat Siswa

Frequencies Kelas Kontrol

Statistics

minat

21

0

Valid

Missing

N

minat

4 19.0 19.0 19.0

5 23.8 23.8 42.9

9 42.9 42.9 85.7

3 14.3 14.3 100.0

21 100.0 100.0

sangat rendah

rendah

sedang

tinggi

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Frequencies Kelas Penelitian

Statistics

minat

21

0

Valid

Missing

N

minat

1 4,8 4,8 4,8

2 9,5 9,5 14,3

10 47,6 47,6 61,9

8 38,1 38,1 100,0

21 100,0 100,0

rendah

sedang

tinggi

sangat tinggi

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 88: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 6. (lanjutan)

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

21 13.12 275.50

21 29.88 627.50

42

KELASkelas kontrol

kelas penelitian

Total

minatN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsa

44.500

275.500

-4.561

.000

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

minat

Grouping Variable: KELASa.

Page 89: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 7. Output SPSS Uji Mann-Withney untuk Keaktifan Siswa

Frequencies Kelas Kontrol

Statistics

aktif

21

0

Valid

Missing

N

aktif

1 4.8 4.8 4.8

14 66.7 66.7 71.4

5 23.8 23.8 95.2

1 4.8 4.8 100.0

21 100.0 100.0

sangat tidak aktif

kurang aktif

cukup

aktif

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Frequencies Kelas Penelitian

Statistics

aktif

21

0

Valid

Missing

N

aktif

1 4,8 4,8 4,8

7 33,3 33,3 38,1

11 52,4 52,4 90,5

2 9,5 9,5 100,0

21 100,0 100,0

kurang aktif

cukup

aktif

sangat aktif

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 90: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 7. (lanjutan)

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

21 13.05 274.00

21 29.95 629.00

42

KELASkelas kontrol

kelas penelitian

Total

aktifN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsa

43.000

274.000

-4.685

.000

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

aktif

Grouping Variable: KELASa.

Page 91: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 8.

Soal Pos Tes dan Pre Tes

1. Sebuah benda terletak 20 cm didepan lensa cekung. Bila jari-jari lensa itu

30 cm, maka jarak bayangan benda itu....................

a. 10 cm c. 60 cm

b. 12 cm d. 120 cm

2. Bila benda diletakkan diantara titik fokus dan titik pusat lensa cekung,

maka sifat bayangannya.......................

a. maya, tegak, diperbesar c. maya, terbalik, diperbesar

b. maya, tegak, diperkecil d. maya, terbalik, diperkecil

3. Pernyataaan mana yang benar ?

a. cermin cembung bersifat memusatkan sinar

b. lensa cembung bersifat memusatkan sinar

c. cermin cekung bersifat menyebarkan sinar

d. lensa cekung bersifat memusatkan sinar

4. Jarak fokus sebuah lenasa cembung 50 cm. Kekuatan lensanya.............

a. 0,5 dioptri c. 5 dioptri

b. 2 dioptri d. 20 dioptri

5. Alat optik yang menghasilkan bayangan maya tegak diperbesar

adalah..............

a. lup c. kamera

b. mata d. mikroskop

6. Sebuah lensa cembung mempunyai jarak fokus 10 cm. Jarak bayangan

yang terjadi jika benda terhadap lensa berada pada jarak 5 cm,

adalah....................

a. -100 cm c. 100 cm

b. -10 cm d. 10 cm

7. Sebuah lensa cekung mempunyai titik fokus 15 cm. Jari-jari kelengkungan

lensa tersebut adalah..........................

a. 20 cm c. 30 cm

b. 25 cm d. 35 cm

Page 92: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

8. Satuan kekuatan lensa adalah.....................

a. Centimeter c. Dioptri

b. Meter d. Inchi

9. Sifat bayangan yang diletakkan diantara titik fokus dan lensa cembung

adalah.............

a. nyata, diperkecil c. maya, diperkecil

b. nyata, diperbesar d. maya, diperbesar

10. Benda yang diletakkan pada ruang II sebuah lensa cekung, sifat

bayangannya adalah.......................

a. nyata c. semu

b. maya d. normal

11. Byangan sebuah benda terlatak 24 cm di depan sebuah lensa cekung, jarak

fokus lensa itu 6 cm. Jarak bendanya.......................

a. 8 cm c. 24 cm

b. 12 cm d. 48 cm

12. Lensa pada alat-alat optik yang fungsinya menyebarkan sinar

dinamakan.........

a. lensa objektif c. lensa negatif

b. lensa okuler d. lensa positif

13. Kekuatan lensa cembung 4 dioptri, jarak fokusnya sebesar..................

a. 20 cm c. 30 cm

b. 25 cm d. 35 cm

14. Sebuah benda yang diletakkan pada jarak 6 cm di depan sebuah lensa

cekung dan bayangan yang terbentuk 30 cm, maka jarak fokusnya

adalah...............

a. 0,2 cm c. 24 cm

b. 5 cm d. 36 cm

15. Sebuah benda terletak 60 cm dari lensa cekung yang fokusnya 180 cm dan

jarak bayangan yang terjadi adalah.....................

a. – 45 cm c. 120 cm

b. - 90 cm d. 240 cm

Page 93: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 9.

Angket Hasil Pembelajaran

Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan “Lensa Tipis”

Nama Siswa:

Kelas:

Pilihlah satu jawaban dengan tanda cek (√) yang mencerminkan pendapat

Anda mengenai pernyataan-pernyataan berikut:

No. Pernyataan Sangat

Setuju Setuju

Ragu-

ragu

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

1 Saya menyukai proses

pembelajaran Fisika dengan

metode pembelajaran ini

2 Saya merasa mudah dalam

mencerna pelajaran Fisika

yang disampaikan dengan

metode pembelajaran ini

3 Saya lebih fokus terhadap

materi yang diajarkan

4 Saya menginginkan

pembelajaran Fisika dengan

metode pembelajaran seperti

ini.

5 Saya selalu mencatat hasil-

hasil diskusi/ pembalajaran.

6 Saya selalu rajin mengerjakan

tugas maupun laporan

praktikum

7 Saya lebih enjoy dalam

mengikuti proses

pembelajaran dengan metode

pembelajaran ini

8 Dengan metode pembelajaran

ini, saya lebih berminat dalam

mempelajari bidang studi

Fisika

Page 94: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Lampiran 10. Pedoman Observasi Keaktifan Siswa

Nama Siswa:

Kelas:

No. Aspek keaktifan yang diobservasi

Skor Penilaian

1 2 3 4 5

1 Mengemukakan pendapat

2 Bertanya pada guru

3 Bertanya pada siswa/kelompok lain

4 Berdiskusi dengan siswa/kelompok

5 Pengerjaan tugas/laporan

6 Menjawab pertanyaan lisan dari guru

Page 95: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

DESAIN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas : X

Semester : II

Waktu : 3 JP

Model Pembelajaran Alat Optik

“LENSA TIPIS”

A. Kegiatan Awal

1. Motivasi

Siswa diajak mengaitkan penggunaan alat optik dan fungsinya dalam kehidupan

sehari-hari.

B. Kegiatan Inti

Tujuan

1. Memahami sifat lensa tipis cembung dan cekung.

2. Menentukan jarak fokus lensa cembung dan cekung.

Alat-alat yang diperlukan

1. Lensa positip (cembung)

2. Lensa negatif (cekung)

3. Meja optik dengan perlengkapannya

Teori dasar

Secara umum lensa dibagi menjadi 2 jenis yaitu lensa cembung dan lensa cekung. Pada

lensa cekung cahaya yang sejajar dan dekat dengan sumbu optik (paraksial) dibiaskan

menyebar seakan-akan berasal dari suatu titik fokus maya di belakang lensa, oleh sebab

itu lensa cekung dikatakan bersifat divergen. Sedangkan pada lensa cembung cahaya

paraksial dibiaskan menuju ke titik fokus nyata di depan lensa, sehingga lensa cembung

dikatakan bersifat konvergen. Jarak antara lensa dengan titik fokusnya dinamakan jarak

fokus.

Page 96: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Bila sebuah benda (obyek) ditempatkan sejauh S dari lensa tipis yang mempunyai jarak

fokus f, akan dihasilkan bayangan yang terletak sejauh S’ dari lensa yang memenuhi

persamaan Gauss :

fSS

1

'

11=+

dimana : S = jarak benda (dari pusat lensa).

S’ = jarak bayangan (dari pusat lensa).

f = jarak fokus.

Harga S atau S’ positif bila benda atau bayangannya bersifat nyata dan negatif bila

bersifat maya.

Cara kerja

1. Mencari jarak fokus lensa cembung

(a) Dengan menggunakan persamaan Gauss (1)

Gambar 1. Lensa cembung

Benda, lensa cembung dan layar disusun seperti pada gambar 1. Benda (obyek)

merupakan anak panah iluminasi terang yang dibentuk oleh plat logam dan lampu.

Dengan menggeser-geser layar maka pada posisi tertentu diperoleh bayangan yang nyata

yang terjelas pada layar. Lakukan pengukuran S’ sebanyak 6 kali. Kemudian ulangi

percobaan ini dengan mengubah jarak benda S, sebanyak 6 kali.

(b) Dengan pengukuran langsung

Oleh karena sinar datang yang sejajar sumbu dapat dihasilkan oleh benda yang terletak

tak berhingga jauhnya dari lensa, maka jarak fokus lensa cembung dapat diukur langsung

Page 97: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

dengan menggunakan benda yang letaknya jauh sekali dari lensa. Untuk benda jauh ini

bayangan nyatanya terletak pada jarak fokus lensa.

Arahkan lensa pada benda-benda jauh, misalnya awan di langit, ukur jarak bayangan

awan ini yang tertangkap pada layar sebagai jarak fokus yang dicari. Lakukan berulang

sampai 6 kali.

2. Mencari jarak fokus lensa cekung

Untuk mendapatkan bayangan nyata dari lensa cekung harus digunakan benda maya.

Oleh sebab itu percobaan ini memerlukan lensa cembung sebagai lensa pembantu. Mula-

mula disusun system benda-lensa-layar seperti pada gambar 2a dan dicari bayangan nyata

yang dibentuk oleh lensa cembung. Kemudian lensa cekung diletakkan di antara lensa

cembung dan layar sehingga bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung menjadi benda

(obyek) maya bagi lensa cekung seperti tampak pada gambar 2b.

Gambar 2. Pengukuran fokus lensa cekung

Kemudian dengan menggeser-geser layar akan didapat bayangan nyata lensa cekung tsb.

Jarak fokus lensa cekung dapat dihitung dari pers. (1) dimana harga S negatif karena

maya. Lakukan percobaan ini sebanyak 6 kali.

Kemudian ulangi percobaan ini dengan mengubah jarak S, sebanyak 6 kali.

Page 98: PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN …

Tugas Siswa

a. Apa fungsi lensa cembung pada percobaan lensa cekung ?

b. Bagaimana sifat bayangan lensa cekung jika bendanya nyata ?

c. Apakah yang dimaksud dengan bayangan maya dan bayangan nyata ?

d. Bagaimana menentukan jarak fokus lensa cembung dan cekung ?