PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

15
PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN BERDASARKAN PERSEPSI PEMERIKSA PAJAK DAN WAJIB PAJAK (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS) Catur Martian Fajar Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas BSI Jl. Sekolah Internasional No. 1-6,Antapani, Bandung ABSTRACT Taxes arethe mainsource ofstate revenuein addition to revenues from oilandnon- oilsources. Thus, the taxis a source of revenue that must bestrategically managed. In thecurrenttaxationliteratureare twotermsin minimizingtaxpayerthe amount of taxpayable, thetax evasion (taxavoidance) and tax evasion (taxevasion). Therefore, the tax auditis one oflaw enforcementeffortsin order to improvetax compliance. This study aims to determine the effect of Tax Audit Execution Against Taxpayer Compliance In KPP Pratama Bandung Cicadas. The method used in this study is a quantitative method that is associative causal (cause and effect). Results of analysis based on the perception of Audit and Tax Officers. Results of the analysis based on the perception of tax inspectors produce a correlation coefficient ( ) of 0.781, the coefficient of determination of 0.610, and the comparison with and is , which means that the implementation of significant tax audits on tax compliance body. Results of the analysis based on the perception of the taxpayer produces a correlation coefficient ( ) of 0.840, the coefficient of determination equal to 0.705, and the results obtained from the comparison with and is , which means that the implementation of tax audits significantly influence Taxpayer compliance. Results of the analysis based on the perception of tax inspectors and taxpayers generate correlation coefficient ( ) of 0.758, the coefficient of determination of 0.575, And comparative results with and is , which means a significant effect on tax audit tax compliance. Based on the analysis results, it can be concluded that the implementation of the tax audit has a significant effect on the Taxpayer compliance in KPP Pratama Bandung Cicadas. Therefore, the implementation of optimal inspection needs to be done optimally to improve tax compliance. keywords: implementation of tax audit, taxpayer compliance, tax inspectors, corporate taxpayers I. PENDAHULUAN Perkembangan perekonomian pada era globalisasi ini, kebutuhan dana untuk program pembangunan semakin meningkat. Hal tersebut mendorong Pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya. Salah satu sumber pendapatan Pemerintah yang strategis adalah melalui pajak, Pajak merupakan sumber penerimaan yang harus dikelola dengan baik. Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2009) mengemukakan bahwa, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Rekapitulasi Penerimaan Pajak Negara pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel I. Berikut ini:

Transcript of PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

Page 1: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN BERDASARKAN PERSEPSI

PEMERIKSA PAJAK DAN WAJIB PAJAK (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS)

Catur Martian Fajar

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas BSI

Jl. Sekolah Internasional No. 1-6,Antapani, Bandung

ABSTRACT

Taxes arethe mainsource ofstate revenuein addition to revenues from oilandnon-

oilsources. Thus, the taxis a source of revenue that must bestrategically managed. In

thecurrenttaxationliteratureare twotermsin minimizingtaxpayerthe amount of taxpayable, thetax

evasion (taxavoidance) and tax evasion (taxevasion). Therefore, the tax auditis one oflaw

enforcementeffortsin order to improvetax compliance. This study aims to determine the effect of

Tax Audit Execution Against Taxpayer Compliance In KPP Pratama Bandung Cicadas. The

method used in this study is a quantitative method that is associative causal (cause and effect).

Results of analysis based on the perception of Audit and Tax Officers. Results of the analysis

based on the perception of tax inspectors produce a correlation coefficient ( ) of 0.781, the

coefficient of determination of 0.610, and the comparison with and is

, which means that the implementation of significant tax audits

on tax compliance body. Results of the analysis based on the perception of the taxpayer produces a

correlation coefficient ( ) of 0.840, the coefficient of determination equal to 0.705, and the

results obtained from the comparison with and

is , which means that the implementation of tax audits

significantly influence Taxpayer compliance. Results of the analysis based on the perception of tax

inspectors and taxpayers generate correlation coefficient ( ) of 0.758, the coefficient of

determination of 0.575, And comparative results with and is

, which means a significant effect on tax audit tax

compliance. Based on the analysis results, it can be concluded that the implementation of the tax audit has a significant effect on the Taxpayer compliance in KPP Pratama Bandung Cicadas.

Therefore, the implementation of optimal inspection needs to be done optimally to improve tax

compliance.

keywords: implementation of tax audit, taxpayer compliance, tax inspectors, corporate

taxpayers

I. PENDAHULUAN

Perkembangan perekonomian pada era

globalisasi ini, kebutuhan dana untuk

program pembangunan semakin meningkat.

Hal tersebut mendorong Pemerintah untuk

menggali sumber-sumber pendapatannya.

Salah satu sumber pendapatan Pemerintah

yang strategis adalah melalui pajak, Pajak

merupakan sumber penerimaan yang harus

dikelola dengan baik.

Menurut Soemitro dalam Mardiasmo

(2009) mengemukakan bahwa, “Pajak

adalah iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum”.

Rekapitulasi Penerimaan Pajak Negara

pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012

dapat dilihat pada tabel I. Berikut ini:

Page 2: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

Tabel I

Rekapitulasi Penerimaan Pajak Negara

(Dalam Miliar Rupiah)

URAIAN 2010 2011 2012

PPh MIGAS

58,872.70 65,230.70 58,665.80

PPh NON MIGAS

298,172.80 366,746.30 454,168.70

PPN DAN

PPnBM 230,604.90 298,441.40 350,342.20

PBB 28,580.60 29,057.80 35,646.90

BPHTB 8,026.40

CUKAI 66,165.90 68,075.30 72,443.10

PAJAK LAINNYA

3,968.80 4,193.80 5,632.00

TOTAL 694,392.10 831,745.30 976,898.70

Sumber: www.pajak.go.id

Berdasarkan Tabel I. total penerimaan

pajak pada umumnya selalu mengalami

kenaikan. Pajak Penghasilan merupakan

penyumbang terbesar dalam penerimaan

pajak Negara.

DirJen Pajak selalu meningkatkan target

penerimaan pajak pada setiap tahunnya,

untuk mencapai target penerimaan pajak

perlu ditumbuhkan kesadaran dan kepatuhan

Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Masalah kepatuhan Wajib

Pajak adalah masalah penting diseluruh

dunia baik pada Negara maju maupun pada

Negara berkembang, karena jika Wajib

Pajak tidak patuh maka Wajib Pajak akan

melakukan tindakan penghindaran,

pengelakan, penyelundupan, dan pelalaian

pajak yang pada akhirnya tindakan tersebut

akan menyebabkan penerimaan pajak

disuatu Negara berkurang. Kurnia Rahayu

dan Devano (2006)

Kondisi perpajakan yang menuntut

keikutsertaan Wajib Pajak untuk aktif dalam

menyelenggarakan kegiatan perpajakan

membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang

tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan

kewajiban perpajakan yang sesuai dengan

kebenarannya. Karena sebagian besar

pekerjaan dalam pemenuhan kewajiban

perpajakan dilakukan oleh Wajib Pajak,

sehingga kepatuhan diperlukan dalam self

assessment system dengan tujuan pada

penerimaan pajak yang optimal.Kurnia

Rahayu dan Devano (2006)

Fungsi Direktorat Jendral Pajak adalah

memfasilitasi agar sistem self assessment

berjalan dengan baik. Konkritnya, DirJen

Pajak memainkan perannya dengan

memberikan penyuluhan perpajakan (tax

dissessmination), pelayanan perpajakan (tax

services), dan pengawasan perpajakan (tax

enforcement). Apabila ketiga fungsi tersebut

dapat dilaksanakan secara optimal, maka

kepatuhan sukarela (volountarily

compliance) Wajib Pajak dalam pemenuhan

kewajiban dibidang perpajakan akan

meningkat, hal ini akan berdampak pada tax

coverage ratio dan sekaligus penerimaan

pajak. (Hutagaol, 2007)

Dalam literatur perpajakan saat ini

dikenal dua istilah Wajib Pajak dalam

meminimalkan jumlah pajak terutang, yaitu

penggelapan pajak (tax evasion) dan

penghindaran pajak (tax avoidance). Sampai

saat ini belum ada penggarisan yang tegas

yang dapat memberikan indikasi dan rincian

perbedaan penghindaran pajak dan

penyelundupan pajak. Persoalan pajak

adalah persoalan perundang-undangan

sehingga hanya aktivitas yang berwenang

yang memutuskan sesuai dengan yang

dimaksud oleh ketentuan perundang-

undangan perpajakan.

Salah satu bentuk penegakan hukum (law enforcement) yang dilakukan dalam

sistem pemungutan pajak adalah melalui

pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak

bertujuan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dalam

rangka memberikan kepastian hukum,

keadilan, dan pembinaan kepada Wajib

Pajak. Pemeriksaan pajak juga berfungsi

untuk meningkatkan penerimaan jika hasil

akhirnya adalah ketetapan pajak yang harus

dibayar oleh Wajib Pajak.

Pada prinsipnya, Wajib Pajak mempunyai kesempatan yang sama untuk

dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan pajak

merupakan satu hal yang paling dihindari

oleh Wajib Pajak. Pada kenyataannya, Wajib

Pajak seringkali harus membayar lagi

sejumlah pajak yang dianggap kurang

dibayar. Disisi lain, hal ini ditambah lagi

dengan kualitas Wajib Pajak sendiri yang

selalu mencoba mencari cara untuk

menghindar dari membayar pajak

Pemeriksaan pajak dilakukan sebagai bentuk pengawasan dan pembinaan yang

dilakukan oleh Dirjen Pajak agar

Page 3: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

pemungutan pajak dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan undang-undang

perpajakan. Hasil yang diharapkan dengan

dilakukannya pemeriksaan pajak adalah

meningkatnya kepatuhan Wajib Pajak dalam

memenuhi kewajibannya dibidang

perpajakan. Temuan hasil pemeriksaan

(Audit findings) dapat digunakan oleh Wajib

Pajak sebagai pengalaman yang berharga

dan sekaligus sebagai pembelajaran

(learning curve), sehingga pada tahun pajak

berikutnya Wajib Pajak dapat segera

memperbaiki kesalahannya dan tidak

mengulangi kesalahan yang sama dalam

melaksanakan kewajiban dibidang

perpajakan. (Hutagaol, 2007)

II. KAJIAN LITERATUR

Pengertian Pajak Menurut Soemitro dalam Mardiasmo

(2009) pada bukunya “Perpajakan” menjelaskan bahwa, “Pajak adalah iuran

rakyat kepada kas Negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

timbal yang langsung dapat ditunjukan dan

yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum”.

Pengertian pajak menurut Feldmann

dalam Waluyo (2008) pada bukunya

“Perpajakan Indonesia” menjelaskan bahwa,

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan

sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha

(menurut norma-norma yang ditetapkannya

secara umum), tanpa adanya kontraprestasi,

dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum.

Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2009), terdapat dua fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi

Pemerintah untuk membiayai pengeluaran Negara.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak merupakan alat untuk mengatur

atau melaksanakan kebijakan

Pemerintah dalam bidang sosial dan

ekonomi

Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2009) dalam bukunya “Perpajakan”, sistem pemungutan

pajak terbagi menjadi tiga, yaitu: 1. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan

besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak. Ciri-cirinya adalah:

a. Wewenang untuk menentukan

besarnya pajak terutang ada pada

fiskus

b. Wajib Pajak bersifat pasif

c. Utang pajak timbul setelah

dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak

oleh fiskus.

2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada Wajib

Pajak untuk menentukan sendiri

besarnya pajak yang terutang. Ciri-

cirinya adalah:

a. Wewenang untuk menentukan

besarnya pajak terutang ada pada

Wajib Pajak.

b. Wajib Pajak aktif mulai dari

menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang

terutang

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya

mengawasi.

3. With Holding Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib

Pajak) untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang. Wewenang untuk

menentukan besarnya pajak terutang ada

pada pihak ketiga (bukan fiskus dan

Wajib Pajak).

Hambatan Pemungutan Pajak

Menurut Rahayu dan Devano (2006) dalam bukunya “Perpajakan” terdapat dua

bentuk perlawanan pajak, yaitu:

1. Perlawanan Pasif

Perlawanan Pasif merupakan kondisi

yang mempersulit pemungutan pajak

yang timbul dari kondisi struktur

perekonomian masyarakat, kondisi

sosial, perkembangan intelektual, moral

warga masyarakat, dan tentunya sistem

pemungutan pajak itu sendiri.

2. Perawanan Aktif

a. Penghindaran Pajak

Menurut Anderson dalam Moh.

Zain yang diacu oleh Rahayu dan

Devano (2006), “Penghindaran

pajak adalah cara mengurangi pajak

yang masih dalam batas ketentuan

peraturan perundang-undangan

perpajakan dan dapat dibenarkan

Page 4: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

terutama melalui perencanaan

pajak”.

b. Pengelakan atau Penyelundupan

Pajak

Menurut Balter dalam Moh Zain

yang diacu oleh Rahayu dan

Devano (2006), “Penyelundupan

pajak yaitu usaha yang dilakukan

oleh Wajib Pajak, apakah berhasil

atau tidak untuk mengurangi atau

sama sekali menghapus utang pajak

yang berdasarkan ketentuan yang

berlaku sebagai pelanggaran

terhadap ketentuan perundang-

undangan perpajakan”

c. Melalaikan Pajak

Menurut Santoso Brotodiharjo

dalam Rahayu dan Devano (2006),

“Melalaikan pajak merupakan

upaya menolak untuk membayar

pajak yang telah ditetapkan dan

menolak untuk memenuhi

formalitas-formalitas yang telah

dipenuhinya”.

Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pengertian pemeriksaan menurut Hidayat (2012) dalam bukunya

“Pemeriksaan Pajak” adalah sebagai berikut:

Pemeriksaan adalah serangkaian

kegiatan menghimpun dan mengolah

data, keterangan, dan atau bukti yang

dilaksanakan secara objektif dan

profesional berdasarkan suatu standar

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan

dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan perundang-

undangan perpajakan.

Tujuan Pemeriksaan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011) dalam bukunya “Perpajakan” menjelaskan

mengenai tujuan Pemeriksaan sebagai

berikut:

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka

memberikan kepastian hukum, keadilan,

dan pembinaan kepada Wajib Pajak

yang dapat dilakukan dalam hal:

a. Surat Pemberitahuan menunjukkan

kelebihan pembayaran pajak,

termasuk yang telah diberikan

pengembalian pendahuluan

kelebihan pajak.

b. Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan menunjukkan

rugi.

c. Surat Pemberitahuan tidak

disampaikan atau disampaikan

tidak pada waktu yang ditetapkan.

d. Surat Pemberitahuan yang

memenuhi kriteria seleksi yang

ditentukan oleh Direktur Jendral

Pajak.

e. Ada indikasi kewajiban perpajakan

selain kewajiban tersebut pada

huruf c tidak dipenuhi.

2. Tujuan Lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang

dilakukan dalam hal:

a. Pemberian Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) secara jabatan.

b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib

Pajak.

c. Pengukuhan atau pencabutan

pengukuhan Pengusaha Kena

Pajak.

d. Wajib Pajak mengajukan keberatan. e. Pengumpulan bahan dalam hal

penyusunan Norma Penghitungan

Penghasilan Netto.

f. Pencocokan data atau alat

keterangan

g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi

didaerah terpencil

Penentuan satu atau lebih tempat

terutang Pajak Pertambahan Nilai.

Sasaran Pemeriksaan Pajak

Mardiasmo (2011) dalam bukunya “Perpajakan”, mengemukakan sasaran

pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut:

1. Interpretasi undang-undang yang tidak

benar.

2. Kesalahan hitung.

3. Penggelapan secara khusus dari

penghasilan.

4. Pemotongan dan pengurangan tidak

sesungguhnya, yang dilakukan Wajib

Pajak dalam kewajiban perpajakannya

Ruang Lingkup Pemeriksaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

17/PMK.03/2013, Pemeriksaan untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 dilakukan dengan jenis Pemeriksaan

Lapangan atau Pemeriksaan Kantor:

1. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapangan adalah

pemeriksaan yang dilakukan terhadap

Wajib Pajak Ditempat Wajib Pajak yang

dapat mencakup kantor Wajib Pajak,

pabrik, tempat usaha, tempat tinggal,

Page 5: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

dan tempat yang ada kaitannya dengan

kegiatan usaha, juga pekerjaan bebas

Wajib Pajak serta tempat lain sesuai

pertimbangan DirJen Pajak.

Pemeriksaan lapangan dapat meliputi

satu jenis pajak, seluruh jenis pajak

untuk tahun berjalan dan tahun-tahun

sebelumnya.

2. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan Kantor adalah

pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang

dilakukan di Kantor Unit Pelaksana

Pemeriksa Pajak, Pemeriksaan dapat

meliputi satu jenis pajak tertentu baik

untuk tahun berjalan atau tahun-tahun

sebelumnya.

Standar Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak memiliki tujuan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak. Oleh

karena itu, berdasarkan kriteria pemeriksaan

haruslah dilaksanakan sesuai dengan standar

pemeriksaan. Menurut Waluyo (2008) dalam

bukunya “Perpajakan”, Standar Pemeriksaan

meliputi:

1. Standar Umum Pemeriksaan Pajak

Standar Umum Pemeriksaan Pajak

merupakan standar yang bersifat pribadi

dan berkaitan dengan persyaratan

Pemeriksa Pajak dan mutu

pekerjaannya, Yaitu:

a. Telah mendapat pendidikan dan

pelatihan teknis yang cukup serta

memiliki keterampilan sebagai

Pemeriksa Pajak.

b. Jujur dan bersih dari tindakan-

tindakan tercela serta

mengutamakan kepentingan

Negara.

c. Taat terhadap ketentuan perundang-

undangan.

2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan, yaitu sebagai

berikut:

a. Pelaksanaan Pemeriksaan harus

dilakukan dengan persiapan yang

baik.

b. Luas Pemeriksaan (audit scope)

ditentukan berdasarkan petunjuk

yang diperoleh yang perlu

dikembangkan melalui pencocokan

data, konfirmasi, teknik sampling,

dan pengujian lainnya berkenaan

dengan pemeriksaan.

c. Temuan Pemeriksaan harus didasari

bukti kompeten yang cukup.

d. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu

tim pemeriksa pajak.

e. Tim Pemeriksa Pajak dapat dibantu

oleh seorang atau lebih yang

memiliki keahlian tertentu yang

bukan Pemeriksa Pajak sesuai

dengan ketentuan undang-undang.

f. Apabila diperlukan, pemeriksaan

untuk menguji kepatuhan

perpajakan dapat dilakukan

bersama-sama dengan tim

pemeriksa dari Instansi lain.

g. Pemeriksaan dapat dilakukan pada

Kantor DirJen Pajak, tempat usaha

Wajib Pajak, tempat tinggal Wajib

Pajak, dan tempat lain yang

dianggap perlu.

h. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam

kerja, apabila diperlukan dapat

dilakukan diluar jam kerja.

i. Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak

digunakan sebagai dasar penerbitan

Surat Ketetapan Pajak dan Surat

Tagihan Pajak.

3. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan

Pajak

Kegiatan pemeriksaan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan harus dilaporkan dalam

bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan

sesuai dengan Standar Pelaporan Hasil

Pemeriksaan, yaitu:

a. Laporan Hasil Pemeriksaan disusun

secara ringkas dan jelas, memuat

ruang lingkup atau pos-pos yang

diperiksa sesuai dengan tujuan

pemeriksaan, memuat simpulan

pemeriksa pajak baik ada atau

tidaknya penyimpangan.

b. Laporan Hasil Pemeriksaan untuk

menguji pemenuhan kewajiban

perpajakan antara lain mengenai :

1) Penugasan pemeriksaan 2) Identitas Wajib Pajak

3) Pembukuan dan pencatatan

Wajib Pajak 4) Pemenuhan kewajiban

perpajakan

5) Data dan informasi yang

tersedia

6) Buku dan dokumen yang

dipinjam

7) Materi yang diperiksa

8) Ikhtisar pemeriksaan

9) Penghitungan pajak terutang

10) Simpulan dan usul pemeriksa

Metode dan Teknik Pemeriksaan

1. Metode Pemeriksaan

Page 6: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

Berdasarkan Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor: PER-04/PJ/2012

Tentang Pedoman Penggunaan Metode

Dan Teknik Pemeriksaan, “Metode

pemeriksaan adalah teknik dan prosedur

pemeriksaan yang dilakukan terhadap

buku, catatan dan dokumen serta data,

informasi, dan keterangan lain yang

terdiri atas metode langsung dan metode

tidak langsung”. Metode pemeriksaan

dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Metode langsung adalah metode yang dilakukan dengan cara

menguji kebenaran angka-angka

dalam Surat Pemberitahuan (SPT),

laporan keuangan, buku-buku,

catatan-catatan, dokumen-dokumen

pendukung yang sesuai dengan

proses pemeriksaan. (Suandy,2002)

b. Metode tidak langsung adalah

metode yang dilakukan dengan cara

pengujian atas kebenaran angka-

angka dalam Surat Pemberitahuan

secara tidak langsung melalui suatu

pendekatan perhitungan tertentu

mengenai penghasilan dan biaya

(Suandy,2002). Metode Tidak

Langsung dapat digunakan juga

untuk mendukung penggunaan

Metode Langsung atau

untuk melakukan identifikasi

masalah. Metode tidak langsung

meliputi:

1) Transaksi Tunai dan Bank 2) Sumber dan Penggunaan Dana

3) Penghitungan Rasio

4) Satuan dan/atau Volume

5) Pertambahan Kekayaan Bersih

(Net Worth)

6) Penghitungan Biaya Hidup

2. Teknik Pemeriksaan

Menurut Tuannakota dalam Suandy

(2002:237), Teknik Pemeriksaan adalah

cara mendapatkan pembuktian yang

dikenal dengan istilah memeriksa,

menganalisis, mengecek,

membandingkan, konfirmasi, fotting,

menginspeksi, merekonsiliasi, testing

atau sampling, menelusuri, dan

memeriksa dokumen dasar. Teknik

pemeriksaan pajak meliputi:

a. pemanfaatan informasi internal

dan/atau eksternal Direktorat

Jenderal Pajak

b. pengujian keabsahan dokumen

c. evaluasi

d. analisis angka-angka

e. penelusuran angka-angka (tracing)

f. penelusuran bukti

g. pengujian keterkaitan

h. ekualisasi atau rekonsiliasi

i. permintaan keterangan atau bukti

j. konfirmasi

k. inspeksi

l. pengujian kebenaran fisik

m. pengujian kebenaran penghitungan

matematis

n. wawancara

o. uji petik (sampling);

p. Teknik Audit Berbantuan

Komputer (TABK); dan/atau q. Teknik-teknik Pemeriksaan lainnya.

Faktor Pemeriksaan

Menurut Rahayu dan Devano (2006) dalam bukunya “Perpajakan” faktor-faktor

yang mempengaruhi Pemeriksaan Pajak

adalah sebagai berikut:

1. Teknologi Informasi

2. Jumlah Sumber Daya Manusia

3. Kualitas Sumber Daya

4. Sarana dan Prasarana Pemeriksaan

Pengertian Badan

Pengertian Badan menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan, Pasal 1 angka 3

adalah sebagai berikut:

Badan adalah sekumpulan orang

dan/atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha

maupun yang tidak melakukan usaha

yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan

lainnya, BUMN atau BUMD dengan

nama dan dalam bentuk apapun, firma,

kongsi koperasi, dana pensiun,

persekutuan, perkumpulan, yayasan,

organisasi massa, organisasi sosial

poltik, atau organisasi lainnya, lembaga

dan bentuk badan lainnya, termasuk

kontrak investasi kolektif dan Bentuk

Usaha Tetap.

Pemeriksaan Pajak Penghasilan Badan

Pemeriksaan Pajak Penghasilan Badan dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh

peredaran usaha telah dicatat dan dilaporkan

pada Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak

Penghasilan Badan. Prosedur Pemeriksaan

Pajak Penghasilan Badan adalah sebagai

berikut:

1. Pelajari pengisian SPT yang telah diisi

dengan lengkap dan berkas induknya

lengkap

2. Hitung kembali Surat Pemberitahuan

Wajib Pajak

Page 7: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

3. Bandingkan dengan peredaran usaha,

harga pokok, biaya, PPh, dan kredit

pajak yang dilaporkan

4. Pastikan bahwa laporan keuangan Wajib

Pajak telah dilakukan koreksi fiskal

5. Hitung kembali dari SPT Wajib Pajak,

beserta tarif PPh yang benar

6. Memastikan jumlah kredit pajak.

Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak menurut Norman D. Nowak (Moh.Zain:2004) dalam Rahayu dan Devano (2006) adalah Sebagai

suatu iklim kepatuhan dan kesadaran

pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin

dalam situasi dimana:

1. Wajib Pajak paham atau

berusaha untuk memahami semua

ketentuan peraturan undang-undang

perpajakan.

2. Mengisi formulir pajak dengan

lengkap dan jelas. 3. Menghitung jumlah pajak yang

terutang dengan benar.

4. Membayar pajak yang terutang

tepat pada waktunya.

Safri Nurmantu dalam Rahayu dan

Devano (2006) menjelaskan bahwa,

“Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan

sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak

memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakan”.

Menurut Chaizi Nasucha dalam Rahayu

dan Devano (2006), kepatuhan Wajib Pajak

dapat diidentifikasi dari:

1. Kepatuhan Wajib Pajak dalam

mendaftarkan diri

2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali

Surat Pemberitahuan (SPT)

3. Kepatuhan dalam penghitungan dan

pembayaran pajak tertang

4. Kepatuhan dalam pembayaran

tunggakan.

Jenis Kepatuhan

Jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak

pajak, kepatuhan material juga dapat

meliputi kepatuhan formal.

Kerangka Pemikiran

Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di Indonesia

berubah dari sistem official assessment

menjadi sistem self assessment. Upaya

pemberdayaan masyarakat melalui

pelaksanaan sistem self assessment perlu

diikuti dengan tindakan pengawasan guna

tercapainya sasaran kebijakan perpajakan.

Sehubung dengan hal itu maka pemeriksa

pajak dalam melaksanakan tugasnya perlu

didukung oleh beberapa faktor penunjang,

salah satunya dengan menetapkan strategi

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

Karena tujuan pemeriksaan pajak adalah

untuk meningkatkan kepatuhan (Tax

Compliance), melalui upaya-upaya

penegakan hukum (Law Enforcement)

sehingga akan berdampak pada

meningkatknya penerimaan pajak Negara.

Untuk meningkatkan kepatuhan Wajib

Pajak diperlukan penegakan hukum (law

enforcement) sesuai ketentuan. Sebagaimana

dijelaskan sebelumnya pilar-pilar penegakan

hukum terdiri dari pemeriksaan pajak (tax

audit), penyidikan pajak (tax investigation)

dan penagihan pajak (tax collection). Sanksi

perpajakan juga diterapkan atas pelanggaran

perpajakan juga memberikan pelajaran

kepada Wajib Pajak sehingga mereka dapat

melaksanakan pemenuhan kewajiban dan

haknya dibidang kewajiban sesuai ketentuan

yang berlaku. (Hutagaol,2007)

Berdasarkan uraian diatas, kerangka

pemikiran tentang pemeriksaan pajak

sebagai tindakan pengawasan terhadap

pelaksanaan sistem Self Assessment

merupakan manifestasi dari adanya upaya

pemberdayaan dari Wajib Pajak dalam

kaitannya dengan kepatuhan, secara

sederhana dapat divisualisasi pada gambar

berikut ini:

menurut Kurnia Rahayu dan Devano (2006)

adalah sebagai berikut:

1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan

dimana Wajib Pajak memenuhi

Self Assessment

Tindakan

Pemberdayaan

Wajib Pajak

Pemeriksaan

kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang

perpajakan.

2. Kepatuhan material adalah suatu

keadaan dimana Wajib Pajak secara

substantif atau hakikatnya memenuhi

Pengawasan

Gambar 1.

Pajak

Kepatuhan

Wajib Pajak

semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa undang-undang

Skema Kerangka Pemikiran Sumber: Erly Suandy (2011)

Page 8: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah

hipotesis yang bersifat asosiatif yang bersifat

kausal (sebab akibat). Menurut Sugiyono

(2013), “Hipotesis asosiatif adalah suatu

pernyataan yang menunjukkan dugaan

tentang hubungan antara dua variabel atau

lebih”. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan

pelaksanaan pemeriksaan pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak badan

berdasarkan persepsi pemeriksa pajak

2. Terdapat pengaruh yang signifikan

pelaksanaan pemeriksaan pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak badan

berdasarkan persepsi Wajib Pajak

3. Terdapat pengaruh yang signifikan

pelaksanaan pemeriksaan pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak badan

berdasarkan persepsi pemeriksa pajak

dan Wajib Pajak.

III. METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan pada

penelitian ini adalah metode studi kasus

dengan pendekatan kuantitatif.

Berdasarkan tingkat eksplanasinya,

penelitian ini merupakan penelitian asosiatif.

Menurut Sugiyono (2013) dalam bukunya

“Statistika untuk Penelitian” mengemukakan

bahwa, “Penelitian asosiatif merupakan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan dua variabel atau lebih”.

Penelitian asosiatif meliputi:

1. Hubungan Simetris

Hubungan simetris adalah hubungan

antara dua variabel atau lebih yang

kebetualan muncul bersama.

2. Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah hubungan yang

bersifat sebab akibat. Variabel

independen (variabel yang

mempengaruhi) dan dependen

(dipengaruhi).

3. Hubungan Interaktif

Hubungan interaktif adalah hubungan

yang saling mempengaruhi, tidak

diketahui mana variabel independen

dan dependen.

Berdasarkan uraian tersebut dapat

diketahui bahwa dalam penelitiasn ini adalah

penelitian asosiatif yang bersifat kausal

(sebab akibat), dimana variabel independen

(pelaksanaan pemeriksaan pajak)

berpengaruh terhadap variabel dependen

(kepatuhan Wajib Pajak Badan).

Teknik Pengukuran Sampel

Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel pada Pemeriksa Pajak

adalah metode sensus atau sampel jenuh.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil

yaitu petugas diseksi pemeriksaan dan

kelompok pemeriksa fungsional pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas

yang berjumlah 17 orang. Teknik penarikan

sampel ini digunakan karena jumlah petugas

pemeriksa pajak relatif kecil yaitu kurang

dari 30 orang.

Teknik sampel yang digunakan untuk

menentukan sampel terhadap Wajib Pajak

adalah dengan menggunakan teknik

sampling insidental. Dalam penelitian ini

sampel yang diambil yaitu Wajib Pajak

Badan yang kebetulan bertemu dengan

penulis dan telah dilakukan pemeriksaan

pajak oleh petugas pemeriksa pajak dari

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Cicadas.

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field

Research) dan studi kepustakaan (Library

Research). Pengumpulan data primer dan

sekunder dilakukan dengan cara:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

a. Wawancara

(Interview),“Wawancara adalah

metode pengambilan data dengan

cara menanyakan sesuatu kepada

seseorang responden, caranya

adalah dengan bercakap-cakap

melalui tatap muka”.

b. Metode Pengamatan (Observasi),

Menurut Taniredja dan Mustafidah

(2012), “Observasi adalah

pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap unsur unsur

yang tampak dalam suatu gejala

Pelaksanaan

Pemeriksaan

Pajak

Kepatuhan

Wajib Pajak

Badan

atau gejala-gejala dalam objek

penelitian”.

c. Kuesioner, Kuesioner adalah suatu

cara pengumpulan data dengan

Gambar 2. Paradigma

Penelitian Sumber: Data

Diolah Peneliti

memberikan atau menyebarkan

daftar pertanyaan kepada

responden.

Page 9: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

2. Penelitian Kepustakaan (Library

Research)

Penelitian ini dilakukan melalui studi

kepustakaan atau studi literatur dengan

cara mempelajari, meneliti, mengkaji

serta menelah literatur berupa buku-

buku (text book), peraturan perundang-

undangan, majalah, surat kabar, artikel,

situs web dan penelitian-penelitian

sebelumnya yang memiliki hubungan

dengan masalah yang diteliti.

Pengujian Data

1. Uji Validitas Menurut Sugiyono (2012) dalam

bukunya “Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D” mengemukakan

bahwa, “Valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur”.

validitas dapat diartikan sebagai suatu

karakteristik dari ukuran terkait dengan

tingkat pengukuran sebuah alat tes

(kuesioner) dalam mengukur secara

benar apa yang diinginkan peneliti

untuk diukur. Uji validitas digunakan

untuk mengetahui kelayakan butir-butir

dalam suatu daftar (kontrak) pertanyaan

dalam mendefinisikan suatu variabel.

Untuk menguji kuesioner dalam

penelitian ini digunakan teknik

perhitungan korelasi (r)Pearson

Product Moment. Rumus koefisien

korelasi Pearson Product Moment

adalah sebagai berikut:

Sumber: Husein Umar (2003)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas diperlukan untuk

mengetahui ketetapan atau tingkat

presisi suatu ukuran atau alat ukur.

Suatu alat ukur mempunyai tingkat

reliabilitas yang tinggi bila alat ukur

tersebut berkali-kali akan memberikan

hasil yang serupa. Uji reliabilitas

menggunakan koefisien

Cronbach’sAlpha, Rumus

Cronbach’sAlpha adalah sebagai

berikut:

Sumber: Hussein Umar (2006)

Transformasi Data

Proses transformasi data dari skala ordinal menjadi skala interval sering

dijumpai ketika menganalisis terutama pada

penelitian sosial. Proses transformasi

tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan metode Successive Interval.

Metode Successive Interval dapat

menghasilkan dua hal yang berbeda yakni

batas penskalaan atau skala baru bagi setiap

kategori. Batas penskalaan berguna untuk

melihat posisi relatif variabel terhadap

kategori.

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi memiliki

distribusi normal atau tidak. Deteksi

normalitas dengan melihat penyebaran titik-

titik pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar

pengambilan keputusan adalah sebagai

berikut:

1. Jika data menyebar disekitar garis

diagonal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis

diagonal atau tidak mengikuti garis arah

diagonal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

Analisis Data Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis statistika parametrik. Tes Statistika

yang digunakan adalah sebagai berikut:

4. Analisis Regresi Linier sederhana

Menurut Arikunto (1995), “Regresi

merupakan alat yang berkenaan dengan

tugas meramalksan suatu variabel dari

variabel-variabel lain, yang dilakukan

dengan persamaan regresi”.bentuk

hubungan antar variabel dalam

penelitian ini dapat dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

Dimana:

Sumber: Sugiyono (2013)

5. Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk

mengukur kekuatan asosiasi (hubungan)

linier antara dua variabel. Korelasi

menggunakan Pearson Product

Moment, maka dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2013)

Page 10: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

6. Koefisiensi Determinasi

Analisis Koefisiensi Determinasi (KD)

digunakan untuk melihat seberapa besar

variabel independen (X) berpengaruh

terhadap variabel dependen (Y) yang

dinyatakan dalam persentase. Besarnya

koefisien determinasi dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2013)

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh

yang positif dari kedua variabel.

1. Hipotesis statistik berdasarkan persepsi

petugas pemeriksa pajak:

Tidak terdapat pengaruh

yang signifikan dengan

adanya pelaksanaan pemeriksaan pajak terhadap

kepatuhan Wajib Pajak Badan.

Terdapat pengaruh yang

signifikan dengan adanya

pelaksaanaan pemeriksaan

pajak terhadap kepatuhan

Wajib Pajak Badan.

2. Hipotesis statistik berdasarkan persepsi

Wajib Pajak:

Tidak terdapat pengaruh

yang signifikan dengan

adanya pelaksanaan

pemeriksaan pajak terhadap

kepatuhan Wajib Pajak

Badan.

Terdapat pengaruh yang

signifikan dengan adanya

pelaksaanaan pemeriksaan

pajak terhadap kepatuhan

Wajib Pajak Badan.

3. Hipotesis statistik berdasarkan persepsi

Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak:

Tidak terdapat pengaruh

yang signifikan dengan adanya pelaksanaan

pemeriksaan pajak terhadap

kepatuhan Wajib Pajak

Badan.

Terdapat pengaruh yang

signifikan dengan adanya

pelaksaanaan pemeriksaan

pajak terhadap kepatuhan

Wajib Pajak Badan.

Untuk mengukur besarnya pengaruh

variabel independen terhadap variabel

dependen dan untuk mengukur variabel

independen yang dapat menerangkan secara

lebih baik mengenai perubahan yang terjadi

dalam variabel dependen digunakan rumus

sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2013)

Kriteria yang digunakan untuk penerimaan dan penolakan hipotesis adalah

sebagai berikut:

Ho diterima = jika

Ha diterima = jika IV. PEMBAHASAN

Pemeriksaan pajak sebagai sarana untuk

melakukan pengawasan dan pembinaan

terhadap Wajib Pajak, selain mempunyai

tujuan untuk menguji tingkat kepatuhan

Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya, juga mempunyai tujuan lain

dalam rangka melaksanakan ketentuan

undang-undang perpajakan (Hidayat,2012).

Pemeriksaan pajak dilakukan bukan untuk

mencari-cari kesalahan Wajib Pajak, tetapi

untuk menguji pemenuhan kewajiban

perpajakan (Padriat,2007)

Hasil yang diharapkan dari

pemeriksaan pajak adalah meningkatnya

kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya. Temuan hasil

pemeriksaan (audit findings) dapat

digunakan oleh Wajib Pajak sebagai

pengalaman yang berharga dan sekalugus

pembelajaran, sehingga pada tahun-tahun

pajak berikutnya Wajib Pajak dapat segera

memperbaiki kesalahannya (Hutagaol,2007)

Sejalan dengan tujuan penelitian ini

yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh positif pelaksanaan pemeriksaan

pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak

Badan pada KPP Pratama Bandung Cicadas.

Berdasarkan hasil uji statistika yang

dilakukan menghasilkan 3 hasil analisis

mengenai pelaksanaan pemeriksaan pajak

terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan.

Hasil analisis data didasari pada persepsi

pemeriksa pajak, persepsi Wajib Pajak, dan

persepsi pemeriksa pajak dan Wajib Pajak.

Hasil dari analisis data yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan Persepsi Pemeriksa Pajak

a. Analisis Regresi Sederhana

Page 11: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

1) Konstanta sebesar 3,205

menyatakan bahwa jika

berarti jika semakin besar

Pemeriksaan Pajak, maka

Berdasarkan analisis yang

dilakukan menghasilkan persamaan

regresi sebagai berikut:

Y=3,205+0,365X

Penjelasan selanjutnya adalah

sebagai berikut:

pemeriksaan pajak (variabel X)

dianggap 0 (nol) satuan, maka

tingkat kepatuhan Wajib Pajak

sebesar 3,205.

2) Koefisien regresi pemeriksaan

pajak sebesar 0,365

menyatakan bahwa setiap

kenaikan pemeriksaan pajak

sebesar 1 satuan, maka akan

meningkatkan kepatuhan

Wajib Pajak sebesar 0,365

satuan.

3) Tanda positif menandakan arah

hubungan yang searah antara

variabel independen (X)

dengan variabel dependen (Y),

maka dapat dikatakan

pemeriksaan pajak

berpengaruh positif terhadap

kepatuhan Wajib Pajak.

b. Analisis Korelasi

Berdasarkan hasil analisis diperoleh

korelasi Pemeriksaan Pajak dan

Kepatuhan Wajib Pajak ( )

sebesar 0,781 dengan arah positif.

Korelasi Pemeriksaan Pajak dan

Kepetuhan Wajib Pajak masuk

dalam ketegori kuat. Nilai ( )

yang diperoleh positif menunjukkan

arah hubungan antara Pemeriksaan

Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak

berbanding lurus dan berarti jika

semakin besar Pemeriksaan Pajak

maka Kepatuhan Wajib Pajak

diprediksi akan semakin tinggi.

c. Analisis Koefisien Determinasi

Berdasarkan analisis yang

dilakukan menghasilkan nilai

koefisien determinasi atau R Square

yaitu sebesar 0,610 atau 61%,

artinya pengaruh pemeriksaan pajak

terhadap kepatuhan Wajib Pajak

pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung Cicadas sebesar

61%.

d. Uji Signifikansi

Berdasarkan hasil analisis diperoleh

nilai variabel pemeriksaan

pajak sebesar 4,847. Sedangkan,

nilai sebesar 2,13145. Hasil

dari perbandingan

( sehingga pada

tingkat kekeliruan 5%, Ho ditolak

dan Ha diterima yang berarti

pemeriksaan pajak berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan

Wajib Pajak berdasarkan persepsi

petugas pemeriksa pajak.

2. Berdasarkan Persepsi Wajib Pajak

a. Analisis Regresi Sederhana

Berdasarkan analisis yang

dilakukan menghasilkan persamaan

regresi sebagai berikut:

Y=2.568+0.335X Penjelasan selanjutnya adalah

sebagai berikut:

1) Konstanta sebesar 2.568

menyatakan bahwa jika

pemeriksaan pajak (variabel X)

dianggap 0 (nol) satuan, maka

tingkat kepatuhan Wajib Pajak

sebesar 2.568.

2) Koefisien regresi pemeriksaan

pajak sebesar 0.335

menyatakan bahwa setiap

kenaikan pemeriksaan pajak

sebesar 1 satuan, maka akan

meningkatkan kepatuhan

Wajib Pajak sebesar 0.335

satuan.

3) Tanda positif menandakan arah

hubungan yang searah antara

variabel independen (X)

dengan variabel dependen (Y),

maka dapat dikatakan

pemeriksaan pajak

berpengaruh positif terhadap

kepatuhan Wajib Pajak. b. Analisis Korelasi

Berdasarkan hasil analisis diperoleh

korelasi Pemeriksaan Pajak dan

Kepatuhan Wajib Pajak ( )

sebesar 0,840 dengan arah positif.

Korelasi Pemeriksaan Pajak dan

Kepetuhan Wajib Pajak masuk

dalam ketegori sangat kuat. Nilai (

) yang diperoleh positif

menunjukkan arah hubungan antara

Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan

Wajib Pajak berbanding lurus dan

Kepatuhan Wajib Pajak diprediksi

akan semakin tinggi. c. Analisis Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil analisis yang

dilakukan menghasilkan nilai

Page 12: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

koefisien determinasi atau R Square

yaitu sebesar 0,705 atau 70,5%,

artinya pengaruh pemeriksaan pajak

terhadap kepatuhan Wajib Pajak

pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung Cicadas sebesar

70,5%.

d. Uji Signifikansi

Berdasarkan hasil analisis diperoleh

nilai variabel pemeriksaan

pajak sebesar 8,321. Sedangkan,

nilai (df=n-2) sebesar 2,04523. Hasil yang diperoleh dari

perbandingan dengan adalah

,

sehingga pada tingkat kekeliruan

5%, Ho ditolak dan Ha diterima

yang berarti pemeriksaan pajak

berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan

persepsi Wajib Pajak.

3. Berdasarkan Persepsi Pemeriksa Pajak a. Analisis Regresi Sederhana

Berdasarkan analisis yang

dilakukan menghasilkan persamaan

regresi sebagai berikut:

Y=1.287+0.314X Penjelasan selanjutnya adalah

sebagai berikut:

1) Konstanta sebesar 1.287

menyatakan bahwa jika

pemeriksaan pajak (variabel X)

dianggap 0 (nol) satuan, maka

tingkat kepatuhan Wajib Pajak

sebesar 1.287.

2) Koefisien regresi pemeriksaan

pajak sebesar 0.314

menyatakan bahwa setiap

kenaikan pemeriksaan pajak

sebesar 1 satuan, maka akan

meningkatkan kepatuhan

Wajib Pajak sebesar 0.314

satuan.

3) Tanda positif menandakan arah

hubungan yang searah antara

variabel independen (X)

dengan variabel dependen (Y),

maka dapat dikatakan

pemeriksaan pajak

berpengaruh positif terhadap

kepatuhan Wajib Pajak.

b. Analisis Korelasi

Berdasarkan hasil diperoleh

korelasi Pelaksanaan Pemeriksaan

Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak

Badan ( ) sebesar 0,758 dengan

arah positif. Korelasi Pemeriksaan

Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak

masuk dalam ketegori kuat. Nilai (

) yang diperoleh positif

menunjukkan arah hubungan antara

Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan

Wajib Pajak berbanding lurus dan

berarti jika semakin besar

Pemeriksaan Pajak maka

Kepatuhan Wajib Pajakdiprediksi

akan semakin tinggi.

c. Analisis Koefisien Determinasi

Berdasarkan analisis yang

dilakukan menghasilkan nilai

koefisien determinasi atau R Square

yaitu sebesar 0,575 atau 57,5%,

artinya pengaruh pemeriksaan pajak

terhadap kepatuhan Wajib Pajak

pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung Cicadas sebesar

57,5%.

d. Uji Signifikansi

Berdasarkan hasil analisis diperoleh

nilai variabel pemeriksaan

pajak sebesar 7,886. Sedangkan,

nilai (df=n-2) sebesar

2,012896. Hasil yang diperoleh dari

perbandingan dengan

adalah

( ), sehingga

pada tingkat kekeliruan 5%, Ho

ditolak dan Ha diterima yang

berarti pemeriksaan pajak

berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan Wajib Pajak.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat

bahwa pelaksanaan pemeriksaan pajak

memiliki pengaruh terhadap kepatuhan

Wajib Pajak Badan. Hasil penelitian yang

dilihat dari berbagai persepsi yaitu persepsi

petugas pemeriksa pajak, persepsi Wajib

Pajak, dan persepsi gabungan antara petugas

pemeriksa dan Wajib Pajak.

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan dan kajian literatur yang menjadi

dasar penelitian ini, bahwa pelaksanaan

pemeriksaan pajak dapat memberikan

kontribusi yang positif dalam meningkatkan

kepatuhan wajib pajak dan berimplikasi

pada penerimaan pajak yang optimal.

V. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, penulis mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

Page 13: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

1. Berdasarkan Persepsi Pemeriksa Pajak

Pelaksanaan pemeriksaan pajak pada

KPP Pratama Bandung Cicadas dapat

dikatakan sudah sangat baik.

Pelaksanaan pemeriksaan pajak

dilakukan dengan memenuhi standar

pemeriksaan dan norma pemeriksaan

sesuai dengan undang-undang

perpajakan. Pada hasil penelitian yang

didasari persepsi petugas pemeriksa

dapat disimpulkan bahwa kepatuhan

Wajib Pajak Badan telah masuk dalam

kategori baik.masih banyak Wajib Pajak

yang sulit dalam memberikan informasi

dan memenuhi panggilan dalam rangka

dilakukannya pemeriksaan sehingga

menghambat proses pelaksanaan

pemeriksaan itu sendiri

2. Berdasarkan Persepsi Wajib Pajak

Pelaksanaan pemeriksaan pajak pada

KPP Pratama Bandung Cicadas dapat

dikatakan sudah sangat baik.

Pelaksanaan pemeriksaan pajak

dilakukan dengan memenuhi standar

pemeriksaan, norma pemeriksaan, dan

prosedur yang berlaku sesuai dengan

undang-undang perpajakan. Pendapat

tersebut sejalan dengan pendapat yang

didasari persepsi petugas pemeriksa.

Dalam hal standar pemeriksaan masih

banyak Wajib Pajak yang berpendapat

bahwa masih ada segelintir petugas

pemeriksa yang menyalahgunakan

jabatannya sehingga menimbulkan

dampak dan pandangan negatif

mengenai pelaksanaan pemeriksaan

pajak.Pada hasil penelitian yang

didasari persepsi Wajib Pajak dapat

disimpulkan bahwa kepatuhan Wajib

Pajak badan telah masuk dalam kategori

baik.Pada hal ini, masih banyak Wajib

Pajak yang masih belum memenuhi

kewajiban perpajakannya dengan

semestinya.

3. Berdasarkan Persepsi Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak

Berdasarkan hasil penelitian yang

didasari gabungan persepsi Petugas

Pemeriksa dan Wajib Pajak dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan

pemeriksaan pajak pada KPP Pratama

Bandung Cicadas dapat dikatakan sudah

baik. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

dilakukan dengan memenuhi standar

pemeriksaan dan norma pemeriksaan

yang berlaku sesuai dengan undang- undang perpajakan. Pada hasil

penelitian yang didasari persepsi Wajib

Pajak dapat disimpulkan bahwa

kepatuhan Wajib Pajak Badan telah

masuk dalam kategori baik.Pada hal ini,

masih banyak Wajib Pajak yang masih

belum memenuhi kewajiban

perpajakannya dengan semestinya

seperti terlambat dalam penyampaian

SPT dan memberikan keterangan yang

tidak benar mengenai pajak terutang

yang seharusnya dibayar.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, peneliti memberikan saran

yang dapat dijadikan masukkan kepada KPP

Pratama Bandung Cicadas sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pemeriksaan pajak pada

KPP Pratama Bandung Cicadas harus

mempertahankan kualitas dan pelayanan

dalam melaksanakan tahapan–tahapan

yang harus dilakukan sebelum

melakukan pemeriksaan, seperti

mempelajari company profile,

perusahaan sejenis dan laporan

keuangan perusahaan yang akan

diperiksa. Hal ini perlu dilakukan agar

pemeriksaan berjalan lancar, fokus dan

terarah sehingga tujuan utama

pemeriksaan tercapai. Penerapan sanksi

perpajakan pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Bandung Cicadas harus

lebih tegas dalam memberikan sanksi

terhadap Wajib Pajak yang tidak patuh,

sehingga Wajib Pajak jera untuk

melanggar aturan-aturan yang telah

ditetapkan dalam undang-undang

perpajakan. Untuk meningkatkan

kepatuhan Wajib Pajak badan dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya,

sebaiknya dilakukan pemeriksaan pajak

secara rutin agar dapat memonitor

Wajib Pajak yang tidak patuh.

2. Petugas pemeriksa harus memiliki

moral yang baik sebagai aparat penegak

hukum, karena pada realitanya masih

banyak petugas pajak yang terlibat

dalam penggelapan pajak, tentu dalam

hal ini akan merugikan Negara dan

jumlahnya akan sangat material.

Petugas pemeriksa pajak harus

memenuhi standar pemeriksaan sebagai

mestiya dan proses penyeleksian yang

sangat ketat sehingga memenuhi standar

pemeriksaan yang harus dimiliki oleh

petugas pemeriksa pajak. Selain itu,

pemberian sanksi yang tegas perlu

dilakukan terhadap petugas pemeriksa

pajak yang menyalahgunakan

jabatannya agar menimbulkan rasa jera

Page 14: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …

untuk melakukan tindakan yang tidak

semestinya.

3. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

merupakan suatu bentuk pembinaan

yang seharusnya dilakukan dengan

secara objektif, oleh karena itu,

pengawasan perlu dilakukan terhadap

petugas pemeriksa dan Wajib Pajak.

Selain itu, pemberian sanksi yang tegas

harus dilakukan dengan tidak pandang

bulu demi kelancaran proses

pemeriksaan dan tercapainya tujuan

pemeriksaan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu.

2006. Perpajakan; Konsep, Teori, Dan

Isu. Jakarta: Kencana Prenada Media

Hutagaol, John. 2007. Perpajakan: Isu-Isu

Kontemporer. Jakarta: Graha Ilmu

Hidayat, Nur. 2012. Pemeriksaan Pajak.

Jakarta: PT. Alex Media Komputindo;

Kompas Gramedia

Mardiasmo. 2009. Perpajakan; Edisi Revisi

2009. Yogyakarta: ANDI

Padriat. 2007. Pemeriksaan Pajak.

JaFwidodokarta: Mitra Wacana Media.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:

PER-04/PJ/2012 Tentang Pedoman

Penggunaan Metode Dan Teknik

Pemeriksaan

Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 17/PMK.03/2013

Tentang Tata Cara Pemeriksaan.

Suandy, Erly. 2002.Hukum Pajak.Jakarta:

Salemba Empat

Suandy,Erly. 2011. Perencanaan

Pajak.Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono. 2012. Metode penelitian

kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2013. Statistika untuk

Penelitian.Bandung: Alfabeta

Taniredja, Tukiran dan Hidayati

Mustafidah.2012.Penelitian Kuantitatif

(sebuah pengantar).Bandung:Alfabeta

UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan

Umar, Husein.2003.Metode riset akuntansi terapan.Jakarta: Ghalia Indonesia

Waluyo.2008.Perpajakan

Indonesia.Jakarta:Salemba Empat.

Penulis : Dosen Universitas BSI

Email: [email protected]

Page 15: PENGARUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP …