PENGARUH PAJAK, INTANGIBLE ASSETS, …...PENGARUH PAJAK, INTANGIBLE ASSETS, LEVERAGE,...

128
PENGARUH PAJAK, INTANGIBLE ASSETS, LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN TUNELLING INCENTIVE TERHADAP KEPUTUSAN TRANSFER PRICING PERUSAHAAN MULTINASIONAL INDONESIA Disusun oleh: Laksmita Rachmah Deanti NIM: 1113082000019 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of PENGARUH PAJAK, INTANGIBLE ASSETS, …...PENGARUH PAJAK, INTANGIBLE ASSETS, LEVERAGE,...

PENGARUH PAJAK, INTANGIBLE ASSETS, LEVERAGE,

PROFITABILITAS, DAN TUNELLING INCENTIVE TERHADAP

KEPUTUSAN TRANSFER PRICING PERUSAHAAN MULTINASIONAL

INDONESIA

Disusun oleh:

Laksmita Rachmah Deanti

NIM: 1113082000019

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

ii

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, 7 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:

1. Nama : Laksmita Rachmah Deanti

2. NIM : 1113082000019

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Pajak, Intangible Assets, Leverage, Profitabilitas,

dan Tunelling Incentive terhadap Keputusan Transfer

Pricing Perusahaan Multinasional Indonesia

Setelah mencermati dan mengamati penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Maret 2017

1. Dr. Rini, M.Si., Ak.,CA.

NIP.19760315 200501 2 002

(____________________________)

Penguji 1

2. Fitri Damayanti, SE., M.Si.

NIP. 19810731 200604 2 003

(_____________________________)

Penguji 2

iv

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Laksmita Rachmah Deanti

No. Induk Mahasiswa : 1113082000019

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

asli atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melalukan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas

karya ini

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan melaui

pembuktian yang saya dapat pertanggung jawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya

siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 27 Mei 2017

Laksmita Rachmah Deanti

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Laksmita Rachmah Deanti

2. Tempat, Tanggal Lahir : Depok, 29 Januari 1996

3. Alamat : Taman Melati FD/73, Sawangan-Depok

4. No Telpon/HP : 083807966859

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. TK Fathahilah : Tahun 2000-2001

2. SD Negeri Pengasinan 02 : Tahun 2001-2007

3. SMP Negeri 10 Depok : Tahun 2007-2010

4. SMA Negeri 5 Depok : Tahun 2010-2013

5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2013-2017

III. PENGALAMAN ORGANISASI

Tahun 2010-2012 : Divisi Hubungan Masyarakat Jurnalis SMAN 5 Depok

Tahun 2013-2014 : HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013-2014 : Anggota Kesemat Mangrove Volunteer Tangerang

Tahun 2015-2016: Anggota Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Tahun 2015-2017: Koordinator Bidang Kewirausahaan Komunitas Penerima

Beasiswa Bank Indonesia (GenBI) Komisariat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Tahun 2015-2017 : Karyawan PKWT PT. Rekso Nasional Food

vii

IV. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. 9th

International Conference Journal of Monetary Economics and Banking

(Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan –BEMP) Pusat Riset dan

Edukasi Bank Sentral, Bank Indonesia, 6 Agustus 2015.

2. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi FEB UIN

Jakarta, “One Think, One Step, One Purpose in Accounting”, 23

September 2013.

3. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi FEB UIN

Jakarta, “Right Way, Bright Future with Accounting”, 9 Oktober 2014.

4. Seminar Psikologi DEMA UIN Jakarta, “Spread Your Love and Do Small

Thing with A Great Love”, 18 Oktober 2013

5. Company Visit Goes To Indonesia Stock Exchange (IDX), ”Rahasia

Mahasiswa Ideal”, 12 September 2013

viii

ABSTRACT

This research is aimed to analyze the effect of tax, intangible asset, leverage,

profitability, and tunneling incentive toward the firm decision for transfer pricing.

Dependent variable in this research was transfer pricing proxied by the value of

related party tansaction (RPT) sales. Independent variables in this research were

foreign ownership, firm size and leverage.

This research used secondary data analysis of financial statements or annual

reports of manufacturing companies at Indonesia Stock Exchange in 2012-2015.

By using purposive sampling method, the total amount of samples obtained in this

research were 152 from 38 companies. This research used logistic regression

analysis method.

The results of the analysis in this research showed that tax have a positive and

significant influence toward the firm decision for transfer pricing. Leverage and

profitability have negative and significant influence toward the firm decision for

transfer pricing. While intangible asset and tunneling incentive did not effect on the

firm decision for transfer pricing.

Keywords: tax, intangible asset, leverage, profitability, tunneling incentive, and

transfer pricing.

ix

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pajak, intangible asset,

leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing

perusahaan multinasional di Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah transfer pricing yang diproksikan dengan nilai dari related party transaction

(RPT) penjualan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pajak, intangible

asset, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive.

Penelitian ini menggunakan data sekunder pada laporan keuangan atau laporan

tahunan yang telah dipublikasikan oleh perusahaan di Bursa Efek Indonesia.

populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. Dengan menggunakan metode

purpossive sampling, di dapat total sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah

152 data dari 38 perusahaan. Metode analisis yang digunakan menggunakan

analisis regresi logistik.

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pajak berpengaruh

positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Leverage dan profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Sedangkan

intangible asset dan tunneling incentive tidak berpengaruh terhadap keputusan

transfer pricing perusahaan.

Kata Kunci : pajak, intangible asset, leverage, profitabilitas, tunneling incentive,

dan transfer pricing.

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan berkat, rahmat, dan

karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Shalawat serta salam penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad

SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memenuhi gelar

Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak

mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga

segala macam kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik. Pada kesempatan

ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada:

1. Orang tua penulis yang tercinta, Alm. Bapak Suryanto Ichwan dan Ibu Eli

Garnia, yang tak pernah lelah selalu mendoakan, memberi semangat dan

menjadi motivasi terbesar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Adikku tersayang, Marsadilla Dwi Cahyani yang telah memberikan

dukungan, semangat serta doa. Keluarga Besar Ibu dan Bapak, tante, om, dan

budeku tersayang, Esti Wibowo, Eko Wibowo, Fajar Winarto, Tinuk, Sri

Rejeki, Jafrimbad dan Atiek yang telah mendukung saya menyelesaikan skripsi

ini. Semoga penulis dapat membanggakan kalian semua. Aamiin ya Rabbal

Alamin.

2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, beserta

jajaran dan stafnya.

3. Bapak Dr. Arief Mufrani, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

xi

4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si dan Hepi Prayudiawan, SE., MM, sebagai Ketua

dan Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM, sebagai Dosen Pembimbing Akademik

yang juga senantiasa mengingatkan penulis selama mengikuti perkuliahan

hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatiannya kepada penulis dan

memberikan pengarahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai

dan tidak pernah lelah membimbing penulis hingga menyelesaikan studi di

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Keluarga Akuntansi 2013, terimakasih selama ini sudah menjadi teman satu

perjuangan yang menjadi tempat berdiskusi dan juga berbagi pengalaman

hidup serta saran-saran terbaiknya untuk saya pribadi yaitu, Sapta, Astriana,

Dinda, Dila, Lia, Agias, Rafny, Meli, Dyah dan semuanya yang tidak dapat

penulis sebutkan satu-persatu.

9. Keluarga Besar McDonald’s Cinere, Bapak Sigit, Bapak Erlinan, Bang Acong,

Ka Mala, Ka Nona, Bang Obi, Bang Robi, Bang Andi, Buyung, Diana, Irawan,

Trianisa, Ka Mey, Mauliani, Alen, Monic, Lili, Windi, Shiwy, Ka Hardina, Ka

Hilmi, Ka Yuli, Bang Nedi, Pak Tulus, Pak Yanto, Pak Mus dan semuanya

yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

10. Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Edelweis, Dimas Ketum, Dimas Da,

Sarah, Farah, Cucun, Kevin, Amir, Fathir, Yona dan Lina. Terimakasih pula

untuk warga Kampung Cisoka khususnya Teh Mul dan Ka Ade. Banyak

pengalaman berharga yang penulis alami dan pelajari selama lebih dari 30 hari

menetap di Desa Cisoka, Banten.

11. Keluarga besar Generasi Baru Indonesi (GenBI) Komunitas Penerima

Beasiswa Bank Indonesia Komisariat UIN Jakarta, Bang Abdul, Ka Icha, Ka

xii

Hani, Ka Nilam, Bang Ridho, Ka Fahmi, Kumi, Luluk, Adinda, Angga, Desi,

Ijay, Badrus dan semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

12. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga kebaikan yang tulus dari semua

pihak dapat diterima oleh Allah SWT serta mendapatkan pahala yang berlipat

dari-Nya. Aamiin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat

kelemahan maupun kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis

bahwa dengan adanya tugsa akhir ini dapat bermanfaat guna menambah wawasan

serta pengetahuan penulis pada khususnya dan pihak lain pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 14 Mei 2017

Laksmita Rachmah Deanti

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. vi

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

ABSTRAK ........................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 13

1. Tujuan Penelitian ...................................................................... 13

2. Manfaat Penelitian .................................................................... 14

BAB II KAJIAN LITERATUR .......................................................................... 16

A. Landasan Teori ................................................................................. 16

1. Teori Agensi (Agency Theory) .................................................. 16

2. Transfer Pricing ........................................................................ 19

3. Pajak .......................................................................................... 25

4. Intangible Asset ......................................................................... 29

5. Leverage .................................................................................... 32

6. Profitabilitas .............................................................................. 33

7. Tunneling Incentive ................................................................... 35

B. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 37

C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 43

xiv

D. Dasar Perumusan Hipotesis .............................................................. 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 54

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 54

B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 54

C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 55

D. Metode Analisis Data ....................................................................... 56

1. Uji Statistik Deskriptif .............................................................. 56

2. Analisis Regresi Logistik .......................................................... 57

E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 66

A. Gambaran Umum Penelitian ............................................................ 66

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .................................................... 67

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ..................................................... 67

2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................... 70

C. Pembahasan ...................................................................................... 75

1. Pengaruh Pajak (TAX) terhadap keputusan transfer pricing

perusahaan multinasional Indonesia ......................................... 75

2. Pengaruh Intangible Assets (RND) terhadap keputusan transfer

pricing perusahaan multinasional Indonesia ............................. 76

3. Pengaruh Leverage (LEV) terhadap keputusan transfer pricing

perusahaan multinasional Indonesia ......................................... 77

4. Pengaruh Profitabilitas (PROFIT) terhadap keputusan transfer

pricing perusahaan multinasional Indonesia ............................. 78

5. Pengaruh Tunneling Incentive (TUN) terhadap keputusan

transfer pricing perusahaan multinasional Indonesia ............... 80

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 82

A. KESIMPULAN ................................................................................ 82

B. SARAN ............................................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 86

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 38

Tabel 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................ 43

Tabel 4.1 Tahap Seleksi Sampel dengan Kriteria ............................................... 66

Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................... 67

Tabel 4.3 Hasil Uji Frekuensi ............................................................................. 69

Tabel 4.4 Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model .......................................... 71

Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 71

Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ................................................... 72

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik .................................................. 73

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ............................................................ 43

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2012-2015 90

Lampiran 2 Hasil Perhitungan Variabel Pajak Periode 2012-2015 .................... 91

Lampiran 3 Hasil Perhitungan Variabel Intangible Assets 2012-2015 ............... 98

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Variabel Leverage Periode 2012-2015 ............ 100

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Variabel Profitabilitas Periode 2012-2015 ...... 102

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Variabel Tunelling Incentive 2012-2015 ......... 104

Lampiran 7 Hasil Perhitungan Variabel Transfer Pricing 2012-2015.............. 106

Lampiran 8 Output Hasil Penelitian Data ......................................................... 108

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi ekonomi, bisnis, dan investasi saat ini berkembang dengan

sangat pesat tanpa mengenal batas negara. Dalam rangka memperkuat basis

globalnya, perusahaan multinasional mendirikan anak-anak perusahaan,

cabang dan perwakilan usahanya di berbagai negara yang tujuannya untuk

memperkuat aliansi strategis dan menumbuhkembangkan pangsa pasar

(market share) ekspor dan impor produk-produk mereka diberbagai negara

(Sumarsan 2013).

Adanya transaksi barang maupun jasa yang terjadi antar wajib pajak

yang memiliki hubungan istimewa menjadi penyebab utama timbulnya

praktek transfer pricing. Transaksi pihak hubungan istimewa adalah

transaksi antara pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa

bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain

atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil

keputusan keuangan dan operasional (Lubis, Bukit dan Sari L 2013).

Menurut Ompusunggu dalam Wijaya & Sadjiarto (2014:1), di berbagai

bentuk transaksi hubungan istimewa terlihat upaya pengalihan sumber daya

dan penghindaran pajak antara pihak-pihak yang memiliki hubungan

istimewa, atau transfer pricing.

2

Transfer pricing memberikan perusahaan multinasional alat untuk

mengalokasikan pendapatan di seluruh entitas berafiliasi dalam yurisdiksi

pajak yang berbeda. Dengan biaya ekspor di bawah harga yang di kirim dari

negara pajak tinggi ke negara pajak yang rendah, perusahaan multinasional

mampu mengurangi tarif pajak global yang efektif (Cristea dan Nguyen

2014).

Pajak merupakan salah satu faktor yang mendasari keputusan atas

kebijakan transfer pricing perusahaan. Klassen et al., (2013) menyatakan

bahwa penggunaan kebijakan transfer pricing saat ini bertransformasi

sebagai isu pajak internasional yang mana kebijakan transfer pricing

digunakan sebagai alat untuk mengurangi beban pajak secara keseluruhan

bagi perusahaan multinasional atau perusahaan berskala global. Marfuah &

Azizah (2014) mengungkapkan bahwa perbedaan beban pajak dalam bisnis

multinasional sudah biasa terjadi. Negara-negara dengan perusahaan yang

kurang maju sering mengenakan tarif pajak yang lebih rendah, sedangkan

negara-negara dengan perusahaannya yang maju justru mengenakan tarif

pajak yang tinggi.

Peraturan mengenai masalah transfer pricing yang berhubungan

dengan perpajakan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

pasal 18 mengenai Pajak Penghasilan (UU PPh). Pasal 18 ayat (3) Undang-

Undang PPh menerangkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

berwenang untuk menentukan kembali besarnya Penghasilan Kena Pajak

(PKP) bagi wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib

3

pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak

dipengaruhi oleh hubungan istimewa (arm’s length principle) dengan

menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen,

metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya

(Setiawan, 2014).

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang diatur dalam Pasal 18

ayat (4) menerangkan bahwa hubungan istimewa antara wajib pajak badan

dapat terjadi karena pemilikan atau penguasaan modal saham suatu badan

oleh badan lainya sebanyak 25% (dua puluh lima persen) atau lebih, atau

antara beberapa badan yang 25% (dua puluh lima persen) atau lebih

sahamnya dimiliki oleh suatu badan. Sedangkan untuk wajib pajak

perseorangan, hubungan istimewa dapat terjadi karena hubungan keluarga

sedarah dalam garis lurus atau kesamping satu derajat. Hubungan istimewa

yang dimaksud dapat mengakibatkan kekurangwajaran harga, biaya, atau

imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi usaha (Sumarsan,

2013).

Tujuan lain perusahan dalam penerapan kebijakan transfer pricing

perusahaan dipengaruhi oleh intangible asset. Aktivitas transfer pricing

perusahaan multinasional berhubungan dengan transfer dari kedua barang

berwujud maupun tak berwujud, hal tersebut harus berdasarkan pada prinsip

ketentuan harga pasar wajar. Semua transaksi yang melibatkan transfer aset

tak berwujud antar divisi dalam suatu perusahaan harus dinilai sesuai

4

dengan harga yang akan digunakan perusahaan multinasional ketika

berhadapan dengan perusahaan independen eksternal (OECD 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grubert (2008) dalam

Grant, et al,. (2013) menemukan bahwa resiko agresivitas transfer pricing

meningkat karena terdapat perbedaan dalam interpretasi penilaian harga

transfer, dan kesulitan bagi perusahaan adalah untuk mendefinisikan dengan

tepat transaksi mengenai harta tidak berwujud. Selanjutnya, Visconti (2012)

dalam Muhammadi, et al., (2016) menyatakan bahwa penilaian aset tak

berwujud merupakan salah satu isu sentral karena memiliki sifat material

yang bersifat abstrak, dan tidak terdapat pasar aktif untuk jenis properti tak

berwujud. Selain itu, ia berpendapat bahwa kesulitan dalam penilaian

disebabkan oleh adopsi metode berbeda oleh perusahaan multinasional

ketika menilai aset tak berwujud.

Hal lain yang menjadi salah satu faktor dalam penerapan kebijakan

transfer pricing perusahaan adalah leverage. Bernard et al., (2006) dalam

Grant et al., (2013) menunjukkan bahwa perusahaan dengan rasio debt-to-

equity tinggi cenderung memiliki pajak lebih agresif dibandingkan dengan

perusahaan yang memiliki rasio debt-to-equity rendah. Doidge dan Dyck

(2014) menemukan bahwa perusahaan lebih dipengaruhi oleh perubahan

pajak penghasilan badan yang secara komparatif memiliki rasio leverage

lebih tinggi daripada kontrol perusahaan di Kanada.

5

Keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing juga

dipengaruhi oleh profitabilitas. Rego dalam Grant et al., (2013) menemukan

bahwa perusahaan dengan laba sebelum pajak lebih besar secara

proporsional lebih menghindari pajak perusahaan dibandingkan perusahaan

dengan pendapatan sebelum pajak yang rendah. Dalam hal transfer pricing,

perusahaan yang menghasilkan laba tinggi memungkinkan untuk

melakukan penyesuaian harga transfer untuk mengurangi (peningkatan)

keuntungan pada yurisdiksi pajak tinggi (pajak rendah). Jingna Li et al.,

(2016) menemukan bahwa perusahaan di Jepang lebih memilih untuk

menggunakan indikator keuangan seperti laba dan penjualan sebagai

evaluasi kinerja, dengan penekanan yang kecil pada indikator keuangan

efisiensi modal seperti ROI dan ROE. Selain itu, perusahaan-perusahaan di

Jepang tidak hanya bergantung pada indikator keuangan untuk evaluasi

kinerja, tetapi juga pada metode lain seperti indikator non-keuangan.

Tunneling incentive dilakukan oleh pemegang saham pengendali untuk

memperoleh manfaat privat yaitu transfer sumber daya keluar dari

perusahaan untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Perusahaan

melakukan tunneling ini dengan tujuan untuk meminimalkan biaya

transaksi. Dengan melakukan tunneling kepada pihak yang memiliki

hubungan istimewa maka biaya dapat ditekan sehingga lebih ekonomis

dibandingkan dengan pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa. Selain

itu, perusahaan melakukan tunneling dengan tujuan untuk memanipulasi

laba (Marfuah and Azizah 2014).

6

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartati et al., (2015)

mengemukakan bahwa tunneling incentive merupakan suatu perilaku dari

pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan laba perusahaan

demi keuntungan mereka sendiri, namun pemegang saham minoritas ikut

menanggung biaya yang mereka bebankan. F. Noviastika et al. (2016)

menemukan bahwa perusahaan yang memiliki kepemilikan terkosentrasi

pada satu pihak atau satu kepentingan cenderung akan melakukan tunneling

di dalamnya dengan cara melalui transaksi transfer pricing. Transaksi

transfer pricing tersebut dilakukan melalui penjualan antar perusahaan

seafiliasi.

Berhubungan dengan masalah transfer pricing, dalam lingkup

akuntansi komersial tidak terdapat ketentuan yang sifatnya khusus dalam

mengatur transfer pricing, akan tetapi dalam standar akuntansi komersial

yang dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dapat ditemukan

pernyataan yang berkaitan dengan hubungan istimewa. Dalam PSAK No.7

yang merupakan suatu pernyataan standar akuntansi keuangan, telah

mengatur tentang pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa dan transaksi antara perusahaan pelapor dan pihak yang

mempunyai hubungan istimewa. Sedangkan akuntansi perpajakan lebih

menitikberatkan pada penyusunan surat pemberitahuan dan pertimbangan

konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan perusahaan

(Nurhayati 2013).

7

Beberapa ahli telah mengakui bahwa aktivitas harga transfer

perusahaan multinasional dapat memicu penyalahgunaan yang bertujuan

untuk memperoleh keuntungan lebih tinggi dan juga upaya untuk

menghindari pajak melalui transaksi antar perusahaan multinasional dalam

satu grup usaha yang cenderung mengalihkan kewajiban perpajakannya dari

negara-negara yang menerapkan tarif pajak tinggi (high tax countries) ke

negara yang memiliki tarif pajak rendah (low tax countries) maupun negara

yang tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak (tax haven

countries). Dampak harga transfer adalah harga yang terlalu tinggi

(overpricing), atau sebaliknya harga yang terlalu rendah (underpricing).

Selain motivasi bisnis, harga transfer multinasional juga dimaksudkan untuk

mengendalikan, mekanisme arus sumber daya antara anggota grup dan

maksimalisasi laba setelah pajak (Suandy, 2014).

Kasus yang berkaitan dengan transfer pricing beberapa waktu yang lalu

menimpa Google di Inggris, Starbucks Inggris, Amazon Inggris, dan lain-

lain. Starbucks Inggris misalnya, pada tahun 2011 sama sekali tidak

membayar pajak korporasi padahal berhasil mencetak penjualan sebesar

£398 juta. Selain itu mereka juga mengaku rugi sejak tahun 2008, dengan

jumlah kerugiannya mencapai £112 juta atau sekitar Rp1,7 triliun. Padahal

dalam laporan kepada investornya di Amerika Serikat, Starbucks

mengatakan bahwa mereka memperoleh keuntungan yang besar di Inggris,

bahkan penjualannya selama 3 tahun (2008- 2010) mencapai £1,2 miliar

atau sekitar Rp18 triliun. Dengan kerugian ini, Starbucks Inggris tidak

8

pernah membayar pajak korporasi. Bahkan selama 14 tahun beroperasi di

Inggris, Starbucks hanya membayar pajak sebesar £8,6 juta. Kemudian

Google Inggris pada tahun 2011 juga berhasil mencatat pendapatan sebesar

£398 juta tetapi hanya membayar pajak sebesar £6 juta. Hal yang sama

terjadi di Amazon Inggris, di mana mereka berhasil melakukan penjualan di

Inggris sebesar £3,35 miliar selama tahun 2011 tetapi hanya membayar

pajak sebesar £1,5 juta (Setiawan 2014).

Isu mengenai transfer pricing di Indonesia sendiri terjadi pada

perusahaan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang

terendus setelah Direktorat Jenderal Pajak secara simultan memeriksa surat

pemberitahuan pajak tahunan (SPT) Toyota Motor Manufacturing pada

2005. Belakangan, pajak Toyota pada 2007 dan 2008 juga ikut diperiksa.

Pemeriksaan dilakukan karena Toyota mengklaim kelebihan membayar

pajak pada tahun-tahun itu, dan meminta negara mengembalikannya

(restitusi). Dari pemeriksaan SPT Toyota pada tahun 2005, petugas pajak

menemukan sejumlah kejanggalan. Pada 2004 misalnya, laba bruto Toyota

anjlok lebih dari 30 persen, dari Rp 1,5 triliun (2003) menjadi Rp 950 miliar.

Selain itu, rasio gross margin atau perimbangan antara laba kotor dengan

tingkat penjualan juga menyusut. Dari sebelumnya 14,59 persen (2003)

menjadi hanya 6,58 persen setahun kemudian. Pada pertengahan 2003,

Astra menjual sebagian besar sahamnya di Toyota Astra Motor kepada

Toyota Motor Corporation Jepang. Alasannya, Astra punya utang jatuh

tempo yang tak bisa ditangguhkan lagi. Walhasil, Toyota Jepang kini

9

menguasai 95 persen saham Toyota Astra Motor. Nama perusahaan berubah

menjadi Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Untuk

menjalankan fungsi distribusi di pasar domestik, Astra dan Toyota Motor

Corporation Jepang kemudian mendirikan perusahaan agen tunggal

pemegang merek dengan nama lama: Toyota Astra Motor (TAM). Pada

perusahaan ini, Astra menjadi pemegang saham mayoritas dengan

menguasai 51 persen saham. Sisanya milik Toyota Motor Corporation

Jepang. Setelah restrukturisasi itulah, laba gabungan kedua perusahaan

Toyota anjlok. Melorotnya keuntungan Toyota membuat setoran pajaknya

pada pemerintah juga berkurang. Yang janggal, meski laba turun, omzet

produksi dan penjualan mereka pada tahun itu justru naik 40 persen.

Pemeriksa pajak menemukan jawabannya ketika memeriksa struktur harga

penjualan dan biaya Toyota dengan lebih seksama. Toyota diduga

‘memainkan’ harga transaksi dengan pihak terafiliasi dan menambah beban

biaya lewat pembayaran royalti secara tidak wajar (Tempo 2014). Setelah

sidang ini ditutup kemarin, keputusan atas sengketa ini kini berada di tangan

majelis hakim pengadilan pajak. Ironisnya, meski sidang telah usai, namun

kasus ini belum ada kejelasan kapan akan diputus. Sekadar informasi,

sengketa pajak antara Ditjen Pajak dengan produsen mobil asal Jepang ini

juga terjadi untuk tahun pajak 2005 dan 2007 hingga kini belum juga

diputus, walaupun sidangnya telah lama berakhir (Kontan 2013).

Penelitian terdahulu yang mengungkapkan adanya motivasi pajak

dalam melakukan transaksi transfer pricing telah dilakukan diantaranya

10

oleh Wafiroh & Hapsari (2015) menemukan pengaruh positif pajak terhadap

terjadinya transaksi transfer pricing, di mana transaksi transfer pricing

dilakukan dengan perusahaan afiliasi yang berada di luar batas negara

dengan tarif pajak rendah guna mengalihkan kekayaan perusahaan yang

berada di Indonesia sehingga nantinya pajak yang akan dibayarkan di

Indonesia akan menjadi lebih kecil dari yang seharusnya dibayarkan. F.

Noviastika et al. (2016) juga menemukan bahwa pajak memiliki pengaruh

terhadap keputusan dalam melakukan transaksi transfer pricing dimana

motivasi pajak menjadi salah satu alasan perusahaan manufaktur melakukan

transfer pricing dengan cara melakukan transaksi kepada perusahaan afiliasi

yang ada di luar batas negara. Perusahaan melakukan transfer pricing dalam

perencanaan pajaknya guna meminimalkan pajak yang dibayar.

Selain pajak, faktor lain yang mempengaruhi keputusan perusahaan

dalam melakukan transfer pricing ialah intangible asset, leverage, dan

profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Richardson, Grant et al.,

(2013) terhadap perusahaan di Australia menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan, profitabilitas, leverage, aset tidak bewujud, dan

multinationality secara signifikan berhubungan positif terhadap agresivitas

harga transfer setelah mengendalikan sektor industri. Hasil regresi

tambahan menunjukkan bahwa transfer pricing meningkat melalui aset tidak

berwujud dan multinationality.

Hal lain yang mempengaruhi perusahaan untuk mengambil keputusan

dalam melakukan transaksi transfer pricing ialah tunneling incentive.

11

Beberapa penelitian mengenai tunneling incentive telah dilakukan dimana

Marfuah & Azizah (2014) menemukan bahwa menyatakan tunneling

incentive berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing

perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya praktik

tunneling incentive maka perusahaan akan lebih banyak melakukan transfer

pricing dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Mispiyanti

(2016) menemukan bahwa tunneling incentive berpengaruh signifikan

terhadap perilaku transfer pricing perusahan dimana saham perusahaan

yang telah dimiliki asing akan melakukan penjualan kepada pihak berelasi

dengan penentuan harga yang tidak wajar guna kepentingan pemegang

saham pengendali yang berada di negara yang tarif pajaknya lebih rendah

daripada Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan

penelitian mengenai faktor yang berpengaruh terhadap keputusan

perusahaan melakukan harga transfer. Faktor yang digunakan dalam

peneltian ini adalah Pajak, Intangible Asset, Leverage, Profitabilitas, dan

Tunneling Incentive. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Pajak, Intangible Asset, Leverage,

Profitabilitas, dan Tunneling Incentive terhadap Keputusan Transfer

Pricing Perusahaan Multinasional di Indonesia”. Penelitian ini

menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa

Efek Indonesia tahun 2012-2015. Hal tersebut karena praktek harga transfer

ini hanya terjadi pada perusahaan manufaktur multinasional yang memiliki

12

anak perusahaan di luar negeri. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah penelitian terdahulu hanya mengamati satu tahun

pengamatan saja sedangkan penelitian ini empat tahun. Pengukuran praktek

transfer pricing dalam penelitian ini menggunakan proksi rasio nilai

transaksi pihak berelasi (related party transaction/RPT), Proksi tersebut

mengukur transaksi penjualan dan pembelian dimana akan menimbulkan

utang maupun piutang yang dapat mempengaruhi perhitungan laba

akuntansi perusahaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas bahwa transfer

pricing merupakan salah satu bentuk penghindaran pajak yang terjadi pada

perusahaan multinasional di Indonesia, maka penelitian ini akan mengkaji

mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan perusahaan

multinasional melakukan transfer pricing, dengan perumusan masalah yang

dinyatakan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah pajak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam

melakukan transfer pricing?

2. Apakah intangible asset berpengaruh terhadap keputusan perusahaan

dalam melakukan transfer pricing?

3. Apakah leverage berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam

melakukan transfer pricing?

4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam

melakukan transfer pricing?

13

5. Apakah tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan perusahaan

dalam melakukan transfer pricing?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini akan menguji faktor-faktor penentu yang

mempengaruhi transfer pricing. Menguji apakah pajak akan

berpengaruh positif terhadap transfer pricing, menguji apakah

intangible asset akan berpengaruh positif terhadap transfer pricing,

menguji apakah leverage akan berpengaruh positif terhadap transfer

pricing, menguji apakah profitabilitas akan berpengaruh positif

terhadap transfer pricing, dan selanjutnya menguji apakah tunneling

incentive akan berpengaruh positif terhadap transfer pricing.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Membuktikan adanya pengaruh pajak terhadap transfer pricing

2. Membuktikan adanya pengaruh intangible asset terhadap transfer

pricing

3. Membuktikan adanya pengaruh leverage terhadap transfer pricing

4. Membuktikan adanya pengaruh profitabilitas terhadap transfer

pricing

5. Membuktikan adanya pengaruh tunneling incentive terhadap

transfer pricing

14

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat

sebagai bahan penelitian selajutnya dan menambah ilmu

pengetahuan bagi perkembangan studi akuntansi dan pajak

dengan memberikan gambaran faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan harga transfer perusahaan

multinasional.

2) Masyarakat, sebagai sarana informasi dan menambah

pengetahuan akuntansi, khususnya mengenai pajak, intangible

asset, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap

keputusan harga transfer perusahaan multinasional di

Indonesia.

3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi peneliti yang akan

melaksanakan penelitian selanjutnya berkaitan dengan topik

ini.

4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta ilmu

pengetahuan terutama mengenai pajak, intangible asset,

leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap

keputusan harga transfer perusahaan multinasional di

Indonesia.

15

b. Manfaat Praktis

1) Regulator, dalam hal ini adalah Direktorat Jendral Pajak (DJP)

dan Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

(Bapepam-LK). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

bukti empiris yang berhubungan dengan pentingnya

pengawasan serta efektifitas peraturan yang telah dikeluarkan

mengenai pajak, intangible asset, leverage, profitabilitas, dan

tunneling incentive terhadap keputusan harga transfer

perusahaan multinasional di Indonesia sehingga dapat

meminimalisir kecurangan maupun penyelewengan terhadap

kebijakan harga transfer di Indonesia.

2) Manajemen, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan mengenai pajak, intangible asset, leverage,

profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan

harga transfer perusahaan multinasional di Indonesia.

Sehingga dapat membantu suatu pengambilan keputusan dan

menambah kesadaran akan pentingnya etika bisnis.

16

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. Landasan Teori

1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara dua pihak yaitu,

pihak agent, dimana dalam hal ini adalah manajer perusahaan atau

dewan direksi yang bertindak sebagai pembuat keputusan dalam

menjalankan perusahaan dan pihak principal, yaitu pemilik perusahaan

atau pemegang saham yang mengevaluasi informasi maupun mengelola

jalannya perusahaan. Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak

(prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa,

prinsipal mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada

agen tersebut (Anthony dan Govindarajan 2005).

Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa teori agensi

merupakan sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor

(principal). Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa konflik

kepentingan antara prinsipal dan agen terjadi karena kemungkinan agen

tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga

memicu biaya keagenan (agency cost).

17

Agency Theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi

dimana terdapat konflik kepentingan antara manajemen selaku agen

dengan pemilik dan kreditur selaku prinsipal. Asimetri informasi

maupun konflik kepentingan (conflict of interest) dapat mendorong

timbulnya penyajian informasi yang sebenarnya dari agen kepada

prinsipal, terutama apabila informasi tersebut berkaitan dengan

pengukuran kinerja agen. Manajemen wajib memberikan informasi

yang terkait dengan investasi dalam suatu perusahaan dengan

memberikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan

kepada principal.

Menurut Colgan (2001), faktor yang dapat menyebabkan

munculnya masalah keagenan, yaitu:

a. Moral Hazard

Hal ini umumnya terjadi pada perusahaan besar (kompleksitas

yang tinggi), dimana seorang manajer melakukan kegiatan yang

tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi

pinjaman. Manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan

pemegang saham yang melanggar kontrak dan secara etika maupun

norma tidak layak dilakukan.

b. Penahanan Laba (Earnings Retention)

Masalah ini berkisar pada kecenderungan untuk melakukan

investasi yang berlebihan oleh pihak manajemen (agen) melalui

18

peningkatan dan pertumbuhan dengan tujuan untuk memperbesar

kekuasaan, prestise, atau penghargaan bagi dirinya, namun dapat

menghancurkan kesejahteraan pemegang saham.

c. Horison Waktu

Masalah ini muncul sebagai akibat dari kondisi arus kas yang

mana prinsipal lebih menekankan pada arus kas untuk masa depan

yang kondisinya belum pasti, sedangkan manajemen cenderung

menekankan kepada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan

mereka.

d. Penghindaran Risiko Manajerial

Konflik ini muncul ketika ada batasan diversifikasi

portofolio yang berhubungan dengan pendapatan manajerial atas

kinerja yang dicapainya, sehingga manajer akan berusaha

meminimalkan risiko saham perusahaan dari keputusan investasi

yang meningkatkan risikonya.

Dapat disimpulkan bahwa konflik keagenan terjadi karena adanya

ketidaksesuaian informasi berhubungan dengan penyerahan

kewenangan dari prinsipal kepada agen yang menyebabkan manajer

memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pemegang saham.

Sementara ketika struktur kepemilikan terkosentrasi, dalam artian satu

pihak memiliki pengendalian atas perusahaan, maka masalah keagenan

yang muncul akan berbeda, yaitu dimana masalah manager dengan

19

pemegang saham berubah menjadi pemegang saham mayoritas dengan

pemegang saham minoritas (Clanssens et al., dalam Brundy 2014:4).

2. Transfer Pricing

a. Definisi

Menurut OECD (Organization For Economic Coorperation

and Development) (2009), transfer pricing adalah: “Price at which

a company undertakes any transactionswith associated enterprise.

When a company transfer goods, intangible property or services to

a related company, the prices charged is defined as a transfer

price.”

Pengertian transfer pricing dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu pengertian bersifat netral dan bersifat peyoratif-negatif.

Pengertian netral mengasumsikan bahwa harga transfer adalah

murni merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa pengurangan beban

pajak. Sedangkan pengertian peyoratif mengasumsikan bahwa harga

transfer sebagai upaya untuk menghemat beban pajak dengan taktik,

antara lain menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya lebih

rendah (Suandy 2014).

R. Feinschreiber, dalam Darussalam, et al., (2013)

mengemukakan transfer pricing dalam perspektif perpajakan,

adalah suatu kebijakan harga dalam transaksi yang dilakukan pihak-

pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Dalam praktek bisnis,

20

transfer pricing sering dilakukan perusahaan multinasional yang

berada satu grup dengan perusahaan tersebut.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (8) Peraturan Direktur Jenderal

Pajak Nomor PER-32/PJ./2011, mendefinisikan penentuan harga

transfer (transfer pricing) yaitu “Penentuan harga dalam transaksi

antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa”.

Sedangkan menurut Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No. 7 (Penyesuaian 2015), pihak-pihak yang

mempunyai hubungan istimewa adalah bila satu pihak mempunyai

kemampuan untuk mengendalikan pihak lain, atau mempunyai

pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan.

Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

adalah suatu pengalihan sumber daya, atau kewajiban antara pihak-

pihak yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan

apakah suatu harga diperhitungkan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa transfer pricing merupakan suatu keputusan

mengenai penentuan harga atas transaksi barang dan jasa kepada

perusahaan yang memiliki hubungan istimewa sesuai dengan prinsip

kewajaran.

21

b. Metode Transfer Pricing dan Penentuan Harga Pasar Wajar

(Arm’s Length Price)

(Horngren, Datar and Fost 2008) menerangkan bahwa secara

umum terdapat 6 (enam) metode transfer pricing, antara lain:

1. Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based

Transfer Prices)

Harga transfer yang berdasarkan biaya kurang memuaskan untuk

perencanaan bisnis unit usaha, motivasi dan evaluasi kerja. Oleh

karena itu, diperkenalkan harga transfer dengan basis harga

pasar. Model dari bentuk ini berada pada harga pasar yang

berlaku (current-market place) dengan harga pasar yang

dikurangi diskon (market-price minus discount). Bentuk ini

dijadikan tolak ukur untuk menilai kemampuan kinerja

manajemen unit usaha karena hal ini menunjukan kemampuan

produk untuk menghasilkan laba serta merangsang unit usaha

untuk bekerja secara bersaing. Bentuk ini digunakan apabila

pasar perantara cukup bersaing dan saling ketergantungan antar

unit usaha. Dengan menggunakan harga pasar dalam pasar yang

secara sempurna kompetitif, suatu perusahaan dapat mencapai

tujuan congruence, dukungan manajemen, evaluasi kinerja unit

usaha, dan otonomi unit usaha.

22

2. Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-Method Transfer

Prices)

Harga yang berdasarkan pada biaya produksinya. Biaya yang

digunakan dalam harga transfer berdasarkan biaya dapat

merupakan biaya aktual (actual cost) atau biaya yang

dianggarkan (budget cost). Transfer berdasarkan biaya

merupakan suatu mark-up atau profit margin yang

menggambarkan tingkat pengembalian investasi suatu unit

usaha: a) biaya variabel aktual (actual variable costs), b) biaya

tetap standar (standard variable fixed), c) biaya tetap aktual

(actual fixed costs), d) biaya total standar (standard full costs),

e) biaya rata-rata (average costs), f) biaya total ditambah laba

(full costs plus mark-up). Penentuan harga transfer berdasarkan

biaya dalam konsep ini sederhana dan menghemat sumber daya

karena informasi biaya tersedia pada setiap tingkat aktivitas.

3. Harga Transfer Berdasarkan Negosiasi (Negotiated Transfer

Prices)

Pemberian tingkat otoritas dan pengendalian laba per divisi

secara memadai menghendaki kemungkinan penentuan harga

transfer berdasarkan negosiasi. Pendekatan ini mengasumsikan

bahwa kedua unit usaha mempunyai posisis tawar-menawar

yang sama, namun penentuan harga transfer yang demikian akan

23

memakan waktu, mengulang pemerikasaan serta revisi harga

transfer.

4. Harga Transfer Berdasarkan Biaya Total (Full Cost Based

Transfer Prices)

Dalam praktiknya, beberapa perusahaan menggunakan harga

transfer berdasarkan full cost. Untuk menaksir suatu harga

mendekati harga pasarnya, harga transfer berdasarkan biaya

terkadang dibuat pada full cost ditambah dengan suatu margin.

Harga transfer ini terkadang dapat mengarahkan pada keputusan

unit usaha.

5. Harga Transfer Arbitrase (Arbitrary Transfer Prices)

Dalam pendekatan ini, harga transfer ditentukan berdasarkan

interaksi kedua unit usaha pada tingkat yang dianggap terbaik

bagi kepentingan perusahaan.

6. Harga Transfer Ganda (Double Transfer Prices)

Harga transfer ini digunakan untuk memenuhi disparitas

responsibilitas dari unit perusahaan.

Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam menentukan

harga pasar wajar (Arm’s Length Price). Tujuan dari metode-metode

tersebut adalah untuk memastikan bahwa transaksi yang terjadi

antara perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan istimewa

telah memenuhi harga pasar wajar dengan konsisten.

24

Menurut standar harga pasar (Arm’s Length Standard), harga-

harga transfer seharusnya ditetapkan agar dapat mencerminkan

harga yang akan disusun oleh pihak-pihak yang tidak terkait yang

bertindak secara bebas. Standar harga pasar (Arm’s Length

Standard) yang paling banyak diterapkan, antara lain (Suandy,

2014):

1. Metode Harga Pasar Sebanding (Comparable uncontrolled

pricing method)

Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer

dengan mengacu pada tingkat harga yang terjadi antara unit

yang independen atau antara perusahaan multinasional

dengan unit yang independen. Secara teoritis, metode ini

termasuk yang paling baik, namun dalam pelaksanaannya

terdapat beberapa kendala, misalnya perbedaan kuantitas,

kualitas, kondisi, waktu penjualan, merek dagang, pangsa

pasar, dan geografis pasar.

2. Metode Harga Jual Minus (Resale pricing method)

Metode ini diterapkan untuk produk yang ditransfer ke

anggota grup lainnya untuk dijual kembali. Kewajaran harga

transfer didekati dengan pengurangan harga penjualan

kepada pihak independen dengan suatu mark-up yang wajar

(sebanyak laba dan biaya si penjual). Kesulitan terjadi dalam

menentukan mark-up.

25

3. Metode Harga Pokok Plus (Cost plus pricing method)

Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan

menambahkan mark-up yang wajar pada harga pokok pihak

yang mentransfer. Pendekatan ini umumnya dipakai dalam

hal penyerahan barang setengah jadi (semifinished product)

atau salah satu anggota grup sebagai subkontraktor dari yang

lainnya.

4. Metode Lain (Other Method)

Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode di

atas perlu diterapkan, atau mungkin metode lain, misalnya

alokasi laba yang diperoleh grup perusahaan dalam transaksi

tertentu, kalkulasi tingkat keuntungan yang pantas pada

investasi wajib pajak.

3. Pajak

a. Definisi

Definisi pajak menurut Undang-Undang KUP No.28 Tahun 2007

menyatakan:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

26

Menurut Rochmat Soemitro (Mardiasmo, 2008:1), pajak

didefinisikan sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidk mendapat

jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

umum.”

Menurut S. I. Djajadiningrat (Siti Resmi, 2013), menyatakan

bahwa:

“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian

daripada kekayaan kepada negara disebabkan oleh suatu

keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan

tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman menurut peraturan-

peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,

tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, untuk

memelihara kesejahteraan umum.”

Menurut N. J. Feldman, pajak didefinisikan sebagai berikut:

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan

terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang

ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan

semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-

pengeluaran umum”

27

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

pajak merupakan kewajiban yang dikenakan kepada orang atau

badan yang telah memenuhi persyaratan kepada suatu negara dengan

tujuan untuk memenuhi kepentingan maupun kesejahteraan

masyarakat luas.

b. Fungsi Pajak

Menurut Siti Resmi (2013), pajak memiliki beberapa fungsi,

yaitu:

1. Fungsi Budgeter (Sumber Keuangan Negara)

Pajak memiliki fungsi budgeter sebagai sumber dana bagi

pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya baik

pengeluaran secara rutin maupun pengeluaran untuk

pembangunan. Dalam pajak sebagai sumber keuangan negara,

maka pemerintah terus berupaya dalam memaksimalkan

penerimaan negara. Jadi, pajak merupakan sektor penerimaan

negara yang penting karena dengan pajak inilah negara

(pemerintah) dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, sehingga

besar kecilnya penerimaan negara ditentukan oleh besar kecilnya

penerimaan dari sektor pajak.

28

2. Fungsi Regularend (Fungsi Pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat

untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan pemerintah dalam

bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu

di luar sektor keuangan.

c. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Siti Resmi (2013), terdapat tiga sistem pemungutan

pajak, yaitu:

a. Official Assessment System

Merupakan suatu sistem pemungutan yang memberikan

kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri

jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam

sistem ini, wajib pajak bersifat pasif sedagkan fiskus bersifat

aktif. Menurut sistem ini pula utang pajak timbul apabila telah

ada ketetapan fiskus dan pajak.

b. Self Assesment System

Merupakan suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak

harus menghitung, memperhitungkan, membayar, dan

melaporkan jumlah pajak yang terutang. Aparat pajak (fiskus)

hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk

mengetahui kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu apabila

dihubungkan dengan ajaran timbulnya utang pajak, maka sistem

29

ini sesuai dengan timbulnya utang pajak menurut ajaran materiil,

artinya utang pajak timbul apabila terdapat penyebab yang

menimbulkan utang pajak.

c. With Holding System

Merupakan sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak

terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga

yang dimaksud disini antara lain pemberi kerja dan

bendaharawan pemerintah.

4. Intangible Asset

Financial Reporting Standard 138 mendefinisikan aset tidak

berwujud sebagai aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak

memiliki wujud fisik. Aset tersebut dimiliki dan dikendalikan oleh

perusahaan sebagai hasil dari peristiwa masa lalu dan diharapkan

menghasilkan keuntungan ekonomis di masa depan (Ng, 1999).

Aset tidak berwujud dapat digolongkan menjadi aset tidak berwujud

yang dapat diidentifikasi (identifiable intangible asset) dan aset tidak

berwujud yang tidak teridentifikasi (unidentifiable intangible asset).

Aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi merupakan aset tidak

berwujud yang dapat diidentifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak

tertentu atau keistimewaan selama periode manfaat yang terbatas.

Sedangkan aset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi

merupakan aset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli

30

namun tidak dapat diidentifikasi dan seringkali memiliki masa manfaat

yang tak terhingga, seperti kegiatan penelitian dan pengembangan,

iklan, goodwill, inovasi produk, dan lain-lain (Wild, Subramanyam dan

Halsey 2004).

Menurut PSAK No. 19 (penyesuaian 2015), pengakuan aset tidak

berwujud dapat dilakukan jika kemungkinan besar perusahaan akan

memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut dan biaya

perolehan aset dapat diukur dengan jelas). Aset tidak berwujud dapat

diperoleh dengan cara sebagai berikut:

1. Pembelian tunai biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri atas

harga beli, termasuk bea masuk (impor), pajak yang sifatnya tidak

dapat direstitusi (non-refundable) dan semua pengeluaran yang

dapat dikaitkan langsung dalam mempersiapkan aset tersebut

sehingga siap digunakan sesuai dengan tujuan.

2. Pembelian angsuran aset tidak berwujud yang dibeli secara kredit,

biaya perolehannya sebesar nilai tunainya. Selisih antara jumlah

pembayaran dengan nilai tunai dicatat sebagai beban bunga

ditangguhkan.

3. Pertukaran aset tak berwujud yang diperoleh melalui pertukaran aset

sejenis atau pertukaran aset tidak sejenis. Biaya perolehan aset tidak

berwujud diukur sebesar nilai wajar aset yang diterima, yang sama

dengan nilai wajar aset yang diserahkan setelah diperhitungkan

jumlah uang tunai atau kas yang diserahkan.

31

4. Ditukar dengan instrumen ekuitas perusahaan aset tidak berwujud

yang diperoleh dengan menukarnya dengan instrumen perusahaan

pelapor, biaya perolehannya adalah nilai wajar instrumen yang

diterbitkan yaitu sama dengan nilai wajar aset.

5. Aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal digunakan

dalam menentukan apakah suatu aset tidak berwujud yang dihasilkan

secara internal memenuhi syarat untuk diakui, entitas

menggolongkan proses dihasilkannya aset tidak berwujud menjadi

dua tahap yaitu tahap penelitian (riset) dan tahap pengembangan.

Jika entitas tidak dapat membedakan antara 17 tahap riset dan tahap

pengembangan pada suatu proyek internal untuk menghasilkan aset

tidak berwujud, maka entitas memperlakukan pengeluaran untuk

proyek itu seolah-olah sebagai pengeluaran yang terjadinya hanya

pada tahap riset saja.

Aset tidak berwujud merupakan hak, keistimewaan, dan manfaat

kepemilikan atau pengendalian. Dua karakteristik umum aset tidak

berwujud adalah tingginya ketidakpastian masa manfaat dan tidak

adanya wujud fisik. Goodwill, paten, hak cipta, merek, sewa, pemegang

hak sewa, lisensi, franchises, formula khusus, teknologi, penelitian dan

pengembangan merupakan contoh aset tidak berwujud. Aset tidak

berwujud sering kali tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau

segmennya, masa manfaat yang tidak terhingga, dan mengalami

perubahan penilaian yang besar (Subramanyam dan Wild, 2008).

32

5. Leverage

Menurut Kasmir (2012:151), leverage merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur sejauhmana aset perusahaan dibiayai

dengan utang, dengan kata lain sejauhmana kemampuan perusahaan

untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun

jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

Pembiayaan dengan utang menimbulkan beban yang bersifat tetap.

Sedangkan Brealey & Marcus (2008) dalam Atika (2013:3)

menyatakan bahwa rasio leverage mengukur seberapa besar leverage

keuangan yang ditanggung perusahaan. Setiap penggunaan hutang oleh

perusahaan akan berpengaruh terhadap risiko dan pengembalian

Jenis rasio hutang (leverage ratio) dalam penelitian ini adalah debt

to equity ratio. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan

untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini menggambarkan

perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan

menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk

memenuhi seluruh kewajibannya. Rumus yang digunakan untuk

mencari debt to equity ratio ialah perbandingan antara total hutang

dengan total ekuitas sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio (DER) = Total Kewajiban

Total Ekuitas

33

6. Profitabilitas

Menurut Sunyoto (2013:113) profitabilitas merupakan kemampuan

perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari usahanya. Sedangkan

menurut Kasmir (2012:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini

juga memberikan ukuran tingkat efekifitas manajemen suatu

perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjulan

dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini

menunjukkan efisiensi perusahaan.

Adapun rasio-rasio untuk menghitung profitabilitas menurut

Bringham dan Houston (2010:146), yaitu:

a. Margin Laba atas Penjualan

Margin atas laba penjualan atau bisa disebut juga dengan gross

margin ratio adalah rasio yang menunjukan nilai relatif antara

nilai laba bersih terhadap nilai penjualan. Laba bersih adalah

nilai penjualan dikurangi harga pokok penjualan. Formula untuk

menghitung margin laba atas penjualan, yaitu:

Semakin besar nilai rasio, maka semakin besar laba bersih yang

diperoleh perusahaan. Artinya, apabila profitabilitas perusahaan

semakin tinggi, maka perusahaan memiliki tingkat keuntungan

dalam laba bersih yang tinggi. Hal tersebut menjadi bias apabila

Margin Laba atas Penjualan = Laba Bersih

Penjualan

34

hasil margin laba atas pejualan suatu perusahaan lebih rendah

dibanding dengan rata-rata industri. Hasil dibawah standar ini

terjadi karena biaya yang terlalu tinggi disebabkan oleh operasi

yang tidak efisien.

b. Pengembalian atas Total Aset

Rasio atas pengembalian total asset bisa disebut juga dengan

Return on Asset (ROA) yang merupakan rasio keuntungan bersih

setelah pajak terhadap jumlah aset secara keseluruhan. Rasio ini

merupakan suatu ukuran untuk menilai besarnya presentase

tingkat pengembalian perusahaan dari setiap asset yang dimiliki

maupun digunakan. Formula untuk menghitung rasio ini, yaitu:

Semakin tinggi tingkat pengembalian atas aset suatu perusahaan,

maka semakin tinggi laba bersih yang diperoleh perusahaan.

Namun, tingkat pengembalian atas aset yang rendah, tidak selalu

berarti buruk. Hal tersebut bisa diakibatkan oleh keputusan yang

disengaja, misalnya penggunaan utang dalam jumlah yang besar,

beban bunga yang tinggi sehingga menyebabkan laba bersih

relatif rendah. Jadi, faktor-faktor lain harus dipertimbangkan

terlebih dahulu ketika akan menilai rasio-rasio yang

mencerminkan kinerja perusahaan.

Return on Assets (ROA) = Laba BersihTotal Asset

35

c. Rasio Kemamuan Dasar untuk Menghasilkan Laba

Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba atau Basic

Earning Power (BEP) merupakan rasio yang menunjukan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari asset

perusahaan, sebelum adanya pengaruh pajak dan leverage. Rasio

ini bermanfaat ketika membandingkan perusahaan dengan

berbagai tingkat leverage keuangan dan situasi pajak. Formula

yang digunakan untuk menghitung rasio ini, adalah:

d. Pengembalian atas Ekuitas Biasa

Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity (ROE)

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih

setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan

efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio

pengembalian ekuitas, maka semakin baik. Adapun formula

untuk mengukur rasio ini adalah:

7. Tunneling Incentive

Hartati et al. (2015) menyatakan bahwa tunneling incentive adalah

suatu prilaku dari pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset

dan laba perusahaan demi keuntungan mereka sendiri, namun

pemegang saham minoritas ikut menanggung biaya yang mereka

Basic Earning Power (BEP) = EBIT

Total Assets

Return on Equity (ROE) = Laba Bersih

Ekuitas Biasa

36

bebankan. Sedangkan menurut Klassen, et al (2013), tunneling

incentive adalah kegiatan pemegang saham mayoritas yang

mengutamakan kepentingan mereka sendiri dan merugikan pemegang

saham minoritas.

Tunneling dapat muncul dalam dua bentuk. Pertama, pemegang

saham pengendali dapat memindahkan sumber daya dari perusahaan ke

dirinya melalui transaksi antara perusahaan dengan pemilik. Transaksi

tersebut dapat dilakukan melalui penjualan aset, kontrak harga transfer,

kompensasi eksekutif yang berlebihan, pemberian pinjaman, dan

lainnya. Kedua, pemegang saham pengendali dapat meningkatkan

bagiannya atas perusahaan tanpa memindahkan aset melalui penerbitan

saham dilutif atau transaksi keuangan lainnya yang mengakibatkan

kerugian bagi pemegang saham non-pengendali (Brundy, Siswantaya

and Pratama 2014).

Marfuah dan Azizah (2014) menyatakan bahwa sebagai salah satu

upaya untuk mengurangi dan mecegah aktivitas tunneling, perusahaan

seharusnya menerapkan mekanisme pengawasan yang efektif. Melalui

pengawasan yang dilakukan oleh banyak pihak yang dinilai independen

akan membatasi ruang lingkup yang seringkali digunakan pemegang

saham pengendali untuk melakukan tunneling.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tunneling incentive

merupakan kegiatan pemindahan sumber daya yang berupa asset,

pembagian keuntungan, maupun berupa pemberian hak istimewa yang

37

diberikan kepada pemegang saham mayoritas dan memberikan dampak

merugikan bagi pemegang saham minoritas.

B. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil penelitian sebelumya dari penelitian-penelitian

terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat

dalam tabel 2.1 di halaman selanjutnya:

38

Tabel 2.1

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Grant Richardson,

Grantley Taylor,

dan Roman Lanis

Journal of

Contemporary

Accounting &

Economics. Vol. 9.

(2013)

Determinants of

transfer pricing

aggressiveness:

Empirical evidence

from Australian

firms.

Variabel

profitabilitas,

leverage, aset tidak

berwujud, dan

agresivitas transfer

pricing.

Variabel

multinationality.

Sampel yang

digunakan adalah

183 perusahaan

publik terdaftar di

Australia tahun 2009.

Metode yang

digunakan yaitu

regresi logistik.

Penelitian ini menyimpulkan

bahwa profitabilitas, leverage,

aset tidak berwujud, dan

multinationality berhubungan

positif terhadap agresivitas

transfer pricing. Sedangkan hasil

dari regresi tambahan

menunjukkan transfer pricing

meningkat melalui aset tidak

berwujud dan multinationality.

2. Marfuah & Andri

Puren Noor Azizah

Jurnal Akuntansi

dan Auditing

Indonesia (2014)

Pengaruh Pajak,

Tunneling Incentive

dan Exchange Rate

Terhadap

Keputusan Transfer

Pricing Perusahaan.

Variabel pajak,

tunneling incentive,

dan keputusan

transfer pricing.

Metode penelitian

yang digunakan

yaitu regresi

logistik.

Tidak terdapat

variabel exchange

rate. Populasi sampel

studi ini adalah

semua perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada

tahun 2010 hingga

2012.

Dari hasil penelitian tersebut

dapat pajak berpengaruh negatif

signifikan terhadap keputusan

transfer pricing perusahaan. Hasil

ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi tarif pajak yang dikenakan

maka akan menurunkan keputusan

transfer pricing perusahaan atau

sebaliknya. Selanjutnya tunneling

incentive berpengaruh positif pada

Bersambung ke halaman berikutnya

39

keputusan perusahaan untuk

melakukan transfer pricing.

3. Novi Lailiyul

Wafiroh dan Niken

Nindya Hapsari

El-Muhasaba-

Jurnal Akuntansi

Pajak, Tunneling

Incentive dan

Mekanisme Bonus

pada Keputusan

Transfer Pricing

Variabel pajak,

tunneling incentive,

dan transfer

pricing.

Tidak terdapat

variabel mekanisme

bonus. Sampel yang

digunakan dari 17

perusahaan

manufaktur yang

listing di BEI periode

2011–2013.

Hasil analisis menunjukkan bahwa

pajak dan tunneling incentive

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap transaksi transfer

pricing.

4. Kenneth Klassen,

Petro Lisowsky,

dan Devan Mescall

KPMG (2013)

Transfer Pricing:

Strategies,

Practices, and Tax

Minimization.

Variabel pajak

(Effective Tax

Rate) dan praktik

transfer pricing.

Variabel tax budget

dan tax director.

Populasi penelitian

yaitu sektor

manufaktur yang

terdaftar di Bursa

Efek di Amerika

Serikat periode

2009-2012. Metode

yang digunakan

adalah multivariate

regression.

1. Keberhasilan perusahaan

melakukan transfer pricing

memberikan dampak

signifikan terhadap effective

tax rate

2. Anggaran pajak yang besar dan

pengalaman direktur juga

mempengaruhi effective tax

rate yang rendah.

3. Terdapat keterkaitan antara

praktek transfer pricing dan

upaya minimalisasi pajak.

5. Nazer Izadinia,

Dariush Foroghi,

dan Setare Soltan

Geis

The Effect of Size,

Return on Sales,

Leverage, Fixed

Assets, Industry

And Ownership on

Variabel leverage

dan transfer

pricing.

Tidak terdapat

variabel Return on

Sales, Fixed Assets,

Industry And

Ownership. Sampel

Dari hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa Size,

Leverage, Industry And

Ownership structure memiliki

pengaruh terhadap tax rate

Bersambung ke halaman berikutnya

40

Interdisciplinary

Journal of

Contemporary

Resarch in

Bussiness (2013)

Effective Tax Rate

in the Listed

Companies of

Tehran Stock

Exchange

78 perusahaan yang

terdaftar di Tehran

Stock Exchange.

Periode yang

digunakan ialah

tahun 2009-2012.

Metode yang

digunakan adalah

Multiple Regression.

perusahaan yang berdampak pada

utang pajaknya.

6. Dwi Noviastika F,

Yuniadi Mayowan,

Suhartini Karjo

Jurnal Perpajakan

Vol. 8 No.1 (2016)

Pengaruh Pajak,

Tunneling

Incentive, dan Good

Corporate

Governance (GCG)

Terhadap Indikasi

Melakukan

Transfer Pricing

pada perusahaan

Manufaktur yang

terdaftar di Bursa

Efek Indonesia

Variabel Pajak,

tunneling incentive

dan transfer

pricing

Variabel Good

Corporate

Governance (GCG).

Sampel penelitian

yang digunakan

adalah 40 perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

periode 2012-2014.

Teknik analisis yang

digunakan pada

penelitian ini adalah

regresi logistik.

Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa pajak dan

tunneling incentive berpengaruh

signifikan terhadap indikasi

melakukan transfer pricing.

7. Karina Maria

Kasztelnik

Corporate Transfer

Pricing in Selected

Multinational

Companies

Headquartered in

the United Stated

Variabel pajak

(effective tax rate)

dan keputusan

transfer pricing

Variabel investor

return and earning

per share. Populasi

penelitian ialah

perusahaan

manufaktur periode

Dari hasil penelitian tersebut

menunjukan bahwa motivasi pajak

berpengaruh terhadap penggunaan

kebijakan transfer pricing.

Penelitian tersebut juga

membuktikan bahwa transfer

Bersambung ke halaman berikutnya

41

Disertasi

Universitas Walden

(2012)

2009-2012 yang

terdaftar di bursa

efek. Metode yang

digunakan adalah

regresi logistik.

pricing dapat menjadi alat dalam

mengurangi biaya transaksi

internasional dan meminimalkan

tarif pajak juga dapat membantu

perusahaan memperoleh laba yang

tinggi dari transaksi antar-negara

secara global.

8. Winda Hartati,

Desmiyawati, dan

Julita

Simposium

Nasional Akuntansi

(2015)

Tax Minimization,

Tunneling Incentive

dan Mekanisme

Bonus terhadap

Keputusan Transfer

Pricing Seluruh

Perusahaan yang

Listing di BEI

Variabel transfer

pricing dan

tunneling incentive

Variabel mekanisme

bonus. Sampel

penelitian data

adalah sebanyak 109

pengamatan dari

seluruh perusahaan

yang listing di Bursa

Efek Indonesia pada

tahun 2012.

Penelitian ini menjelaskan bahwa

terdapat pengaruh signifikan tax

minimization, tunneling incentive

dan mekanisme bonus terhadap

keputusan perusahaan melakukan

transfer pricing.

9 Mispiyanti

Jurnal Akuntansi

dan Investasi. Vol.

16 No. 1 (2015)

Pengaruh Pajak,

Tunneling Incentive

dan Mekanisme

Bonus Terhadap

Keputusan Transfer

Pricing

Variabel pajak,

tunneling incentive,

dan transfer

pricing

Variabel mekanisme

bonus. Populasi

dalam penelitian ini

adalah perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

tahun 2010-2013.

Menggunakan

metode regresi

logistik dan uji

statistik deskriptif.

Hasil dari penelitian ini

menemukan bahwa pajak dan

mekanisme bonus tidak

berpengaruh signifikan terhadap

keputusan transfer pricing.

Sedangkan, variabel tunneling

incentive berpengaruh signifikan

terhadap keputusan transfer

pricing.

Bersambung ke halaman berikutnya

42

10 Indah Dewi

Nurhayati

Jurnal Manajemen

dan Akuntansi

(2013)

Evaluasi Atas

Perlakuan

Perpajakan

terhadap Transaksi

Transfer Pricing

Pada Perusahaan

Multinasional di

Indonesia

Variabel pajak dan

transfer pricing

Jenis penelitian yang

digunakan adalah

library research,

data yang digunakan

berupa analisis isi

atau content analysis.

Teknik yang

digunakan dalam

pengumpulan data

adalah pengumpulan

data literer atau

melalui bahan-bahan

pustaka yang

berkaitan dangan

objek penelitian yang

dimaksud.

Praktik transfer pricing sering

digunakan oleh banyak

perusahaan sebagai alat untuk

menghindari atau menggelapkan

pajak dengan cara meminimalkan

beban pajak yang harus dibayar

oleh perusahaan. Praktik tersebut

dilakukan dengan cara

mengalihkan penghasilan atau

dasar pengenaan pajak dan/atau

biaya dari satu perusahaan ke

perusahaan lain yang mempunyai

hubungan istimewa, dengan

mempertimbangkan perbedaan

ketentuanketentuan perpajakan

yang terjadi dari suatu negara

dengan negara lainnya.

Sumber : Diolah dari berbagai referensi

43

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar

2.1, sebagai berikut:

Perusahaan yang memiliki

kepentingan untuk

mencapai laba yang

diinginkan berhubungan

dengan transaksi antar

perusahaaan yang memiliki

hubungan istimewa

GAP

Terdapat peraturan yang

mengatur tentang transaksi

antar perusahaan yang

memiliki hubungan

istimewa di Indonesia yaitu

UU PPh No.36 tahun 2008

dan OECD Guidelines

Adanya kemungkinan tindakan penyelewengan dalam

penggunaan kebijakan transfer pricing pada perusahaan-

perusahaan di Indonesia berhubungan dengan transaksi yang

memiliki hubungan istimewa

Pengaruh Pajak, Intangible Asset, Leverage, Profitabilitas, dan

Tunneling Incentive terhadap keputusan transfer pricing

perusahaan

Basis Teori: Teori Keagenan (Agency Theory)

Bersambung ke halaman berikutnya

44

Variabel Independen Variabel Dependen

Profitabilitas (𝑋4)

(Grant, et al., 2013)

Intangible Asset (X2)

(Grant, et al., 2013)

Leverage (𝑋3)

(Grant, et al., 2013)

Transfer Pricing (Y)

(Noviastika F., et al 2016)

Tunneling Incentive (X5)

(Hartati et al., 2014)

Pajak (𝑋1)

(Noviastika F. et al., 2016)

Model Analisis: Regresi Logistik

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 (Lanjutan)

45

D. Dasar Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh pajak terhadap keputusan perusahaan untuk

melakukan transfer pricing

Perencanaan pajak yang sering digunakan oleh perusahaan

multinasional diantaranya, transfer pricing, thin capitalization, capital

repatritaion, foriegn-exchange control, international double taxation

and foreign tax credit, tax treaty protection/facilities, establishment of

representative, branch or subsidiary (Santoso dalam Karisma,

2014:42). Hal tersebut didukung oleh Rahayu (2010) dalam Mispiyanti

(2015) yang menyatakan bahwa karakteristik hubungan antara anak

perusahaan (subsidiary company) di Indonesia dengan induk

perusahaan (parent company) di luar negeri yang menurut kacamata

pajak dianggap sebagai entitas terpisah (separate entity). Dengan

demikian antara anak perusahaan dengan induk perusahaan tersebut

dapat melakukan transaksi (inter company transaction) yang diatur

sedemikian rupa agar anak perusahaan (subsidiary company) di

Indonesia mengalami kerugian, sedangkan secara keseluruhan

bisnisnya selain di Indonesia masih mengalami untung sehingga dapat

mengurangi beban pajak di Indonesia.

Martini et al. (2012) dalam Muhammadi (2016) menemukan bahwa

ketika perusahaan multinasional dilakukan secara terpusat, negara yang

memiliki pajak rendah biasanya menarik investasi yang lebih tinggi.

46

Lintas batas transaksi yang terjadi antara perusahaan induk dan cabang

atau anak perusahaan di Indonesia dapat meningkat secara signifikan

karena pertumbuhan yang luar biasa dalam investasi asing langsung

tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Wafiroh & Hapsari (2015)

menemukan bukti bahwa variabel pajak menunjukkan pengaruh positif

dan signifikan terhadap terjadinya transaksi transfer pricing, di mana

transaksi transfer pricing dilakukan dengan perusahaan afiliasi yang

berada di luar batas negara dengan tarif pajak rendah guna mengalihkan

kekayaan perusahaan yang berada di Indonesia sehingga nantinya pajak

yang akan dibayarkan di Indonesia akan menjadi lebih kecil dari yang

seharusnya dibayarkan.

Selanjutnya, Swenson (2001) dalam Hartati et. al., (2014)

menemukan bahwa tarif dan pajak berpengaruh pada insentif untuk

melakukan transaksi transfer pricing. Noviastika F. et al. (2016) juga

menemukan bahwa pajak berpengaruh signifikan terhadap indikasi

melakukan transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi pajak

menjadi salah satu alasan perusahaan manufaktur melakukan transfer

pricing dengan cara melakukan transaksi kepada perusahaan afiliasi

yang ada di luar batas negara. Perusahaan melakukan transfer pricing

dalam perencanaan pajaknya guna meminimalkan pajak yang dibayar.

47

Yuniasih et al., (2012) dalam Mispiyanti (2015) menyatakan bahwa

pajak berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk

melakukan transfer pricing. Alasan perusahaan melakukan transfer

pricing adalah salah satunya untuk menekan beban pajak yang semakin

besar. Karena dalam praktik bisnis, umumnya pengusaha

mengidentikkan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan

senantiasa berusaha untuk meminimalkan beban pajak tersebut.

Marfuah & Azizah (2014) mengungkapkan bahwa perbedaan beban

pajak dalam bisnis multinasional sudah biasa terjadi. Sehingga negara-

negara dengan perusahaannya yang kurang maju sering mengenakan

tarif pajak yang lebih rendah, sedangkan negara-negara dengan

perusahaannya yang maju justru mengenakan tarif pajak yang tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Klasses, et al. (2013),

Marfuah, et al. (2014), Wafiroh & Hapsari (2015), Mispiyanti (2015),

dan F. Dwi, et al. (2016) maka diduga bahwa pajak berpengaruh

terhadap keputusan melakukan transfer pricing. Sehingga dalam

penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H1= Pajak berpengaruh pada keputusan melakukan transfer pricing

2. Pengaruh intangible assets terhadap keputusan perusahaan untuk

melakukan transfer pricing

Intangible assets menjadi bagian penting dalam operasi maupun

keberlangsungan perusahaan multinasional, hal tersebut karena

48

perusahaan multinasional telah menjadi bagian terpenting dari

mayoritas transaksi harta tidak berwujud antar-negara, peraturan

mengenai penetapan harga transfer secara otomatis diterapkan secara

luas untuk transaksi yang melibatkan pemindahan harta tak berwujud

dalam satu cara atau yang lain. Dalam hal ini, penting untuk memahami

kemampuan untuk memisahkan aset tak berwujud dari aset lainnya

untuk tujuan penilaian (Brauner 2008:86). R&D yang merupakan

bagian intangible assets juga dikenal sebagai salah satu faktor strategis

bagi perusahaan dalam memahami hubungan antara intensitas R&D

terhadap kinerja perusahaan karena akan berdampak pada kebijakan

strategis yang diambil oleh perusahaan termasuk keputusan perusahaan

dalam melakukan transfer pricing.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grubert (2008) dalam

Grant, et al. (2013) menemukan bahwa resiko agresivitas transfer

pricing meningkat karena terdapat perbedaan dalam interpretasi

penilaian harga transfer, dan kesulitan bagi perusahaan adalah untuk

mendefinisikan dengan tepat transaksi mengenai harta tidak berwujud.

Sejak harta tidak berwujud sulit untuk dilakukan penilaian, transfer

pembayaran berupa royalti yang menunjukkan harta tidak berwujud

juga sulit dilakukan penilaian pada arm’s length prices (Gravelle,

2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grant, et al. (2013),

maka diduga bahwa intangible asset berpengaruh terhadap keputusan

49

melakukan transfer pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis

yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H2= intangible assets berpengaruh pada keputusan melakukan

transfer pricing

3. Pengaruh leverage terhadap keputusan perusahaan untuk

melakukan transfer pricing

Utang merupakan salah satu tindakan perusahaan dalam memenuhi

sumber pendanaan yang bertujuan untuk menjalankan bisnisnya.

Semakin besar utang, maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil

karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar (Prakosa, 2014).

Pada umumnya perusahaan menggunakan utang kepada pihak ketiga

dalam menjalankan aktivitas operasi perusahaan. Penambahan

sejumlah utang suatu perusahaan akan menimbulkan beban bunga yang

menjadi pengurang beban pajak perusahaan (Kurniasih dan Sari, 2013).

Heider dan Ljungqvist (2014) meneliti keadaan perubahan tarif

pajak penghasilan perusahaan dan menemukan bahwa kenaikan rasio

leverage mengikuti peningkatan tarif pajak perusahaan, akan tetapi

rasio leverage tidak ikut berkurang seiring dengan penurunan tarif pajak

penghasilan perusahaan tersebut. Hal tersebut di dukung oleh Agusti

(2014) yang menyatakan bahwa semakin besar utang perusahaan maka

beban pajak akan menjadi lebih kecil karena bertambahnya unsur biaya

usaha dan pengurangan tersebut sangat berarti bagi perusahaan yang

50

terkena pajak tinggi. Oleh karena itu makin tinggi tarif bunga akan

makin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan dari penggunaan

utang tersebut. Manfaat yang ditimbulkan dari penghematan pajak

akibat adanya bunga membawa implikasi meningkatnya penggunaan

utang perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Grant et al., (2013) menemukan bahwa

leverage dapat menjadi faktor yang mendorong agresivitas transfer

pricing dengan tujuan untuk mengurangi beban pajak perusahaan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grant, et al. (2013)

maka diduga bahwa leverage berpengaruh terhadap keputusan

melakukan transfer pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis

yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H3= leverage berpengaruh pada keputusan melakukan transfer pricing

4. Pengaruh profitabilitas terhadap keputusan perusahaan untuk

melakukan transfer pricing

Penelitian yang dilakukan Bava dan Gromis (2015) menyatakan

bahwa semakin rendah profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin

tinggi kemungkinan pergeseran profit yang terjadi, dengan kata lain

semakin besar pula dugaan perusahaan melakukan praktik transfer

pricing.

Dalam transfer pricing, perusahaan yang memiliki keuntungan lebih

dapat menyesuaikan harga pengalihan untuk mengurangi (peningkatan)

51

keuntungan dalam pajak tinggi (pajak rendah). Misalnya, perusahaan

seperti Apple, Google dan Microsoft telah mampu menemukan

keuntungan dari pajak rendah dan peningkatan pajak pengeluaran

(misalnya pembayaran royalti) serta bagaimana perusahaan dengan

pajak tinggi untuk mengurangi laba kena pajak (Mutti dan Grubert,

2009; Womack dan Drucker, 2011; Duhigg dan Kocieniewski, 2012

dalam Richardson, Grant et al., 2013).

Richardson dan Lanis (2007) dalam Pradipta & Supriyadi (2015)

menyatakan bahwa semakin besar penghasilan yang diperoleh

perusahaan maka akan berpengaruh terhadap besarnya pajak

penghasilan yang harus dibayarkan..

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grant, et al. (2013),

maka diduga bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap keputusan

melakukan transfer pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis

yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H4= profitabilitas berpengaruh pada keputusan melakukan transfer

pricing

5. Pengaruh tunneling incentive terhadap keputusan perusahaan

untuk melakukan transfer pricing

Tunneling incentive merupakan suatu perilaku dari pemegang saham

mayoritas yang mentransfer aset dan laba perusahaan demi keuntungan

52

mereka sendiri, tetapi pemegang biaya dibebankan pada pemegang

saham minoritas (Hartati, et al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh

Sari (2012) dalam Marfuah & Azizah (2014) menyatakan bahwa

terdapat dua hal yang dipertimbangkan sebagai dorongan bagi

perusahaan untuk melakukan tunneling. Pertama, struktur kepemilikan.

Kedua, tersedianya sumber daya keuangan pada perusahaan yang akan

di-tunnel. Dengan pengendalian dan pengaruh signifikan yang dimiliki,

pemegang saham pengendali dapat mengambil kebijakan yang

menguntungkan dirinya, termasuk kebijakan kontraktual dengan pihak

yang memiliki hubungan istimewa. Ketersediaan sumber daya juga

akan menjadi dorongan bagi pemegang saham pengendali untuk men-

tunnel sumber daya tersebut keluar dari perusahaan untuk kepentingan

pemegang saham pengendali.

Transaksi pihak berelasi dapat dimanfaatkan sebagai tujuan

oportunis oleh pemegang saham pengendali untuk melakukan

tunneling. Adapun transaksi pihak berelasi tersebut dapat berupa

penjualan atau pembelian yang digunakan untuk mentransfer kas atau

aset lancar lain keluar dari perusahaan melalui penentuan harga yang

tidak wajar untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Kemudian

pemegang saham pengendali akan memperoleh kekuasaan dan insentif

dalam suatu perusahaan tersebut (Mispiyati, 2015:67). Hal tersebut

didukung oleh Yuniasih (2012) dalam Hartati et al. (2014) yang

menyebutkan kepemilikan saham pada perusahaan publik di Indonesia

53

cenderung terkonsentrasi, sehingga ada kecenderungan pemegang

saham mayoritas untuk melakukan tunneling.

Penelitian yang dilakukan oleh Wafiroh & Hapsari (2015)

menyatakan bahwa perusahaan dengan kepemilikan yang

terkonsentrasi pada sebagian kecil pihak cenderung terjadi tunneling di

dalamnya. Artinya salah satu tujuan dilakukannya transaksi transfer

pricing adalah untuk melakukan tunneling kepada pemilik saham

minoritas yang mengakibatkan kerugian bagi pihak mereka. Dan yang

perlu diingat adalah bahwa kerugian bagi perusahaan yang ditunnel ini

adalah terjadinya penurunan kinerja keuangan. Hal ini didukung oleh

penelitian F. Noviastika (2016) yang menunjukkan bahwa perusahaan

yang memiliki kepemilikan terkosentrasi pada satu pihak atau satu

kepentingan cenderung akan melakukan tunneling di dalamnya dengan

cara melalui transaksi transfer pricing. Transaksi transfer pricing itu

dilakukan dengan melalui penjualan antar perusahaan seafiliasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hartati et al., (2014),

Marfuah & Azizah (2014), Wafiroh & Hapsari (2015), Mispiyati

(2015), dan F. Noviastika (2016) maka diduga bahwa tunneling

incentive berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer pricing.

Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah

sebagai berikut:

H5= tunneling incentive berpengaruh pada keputusan melakukan

transfer pricing

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis melalui validitas teori

atau pengujian aplikasi kepada teori tertentu. Ruang lingkup penelitian ini

hanya terbatas pada penjelasan terhadap pengujian yang dilakukan

mengenai pengaruh pajak, intangible assets, leverage, profitabilitas, dan

tunneling incentive terhadap variabel dependen, yaitu keputusan perusahaan

melakukan transfer pricing. Populasi penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-

2015. Penelitian kali ini menggunakan data tahun 2012-2015 karena pada

tahun tersebut terdapat perubahan tarif pajak sehingga motivasi pajak lebih

relevan.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2012-2015.

Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling, yaitu sampel yang

didasari oleh kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan

sampel yang telah ditentukan. Kriteria yang harus dimiliki sampel adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012-2015.

55

2. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan atau data yang

dilaporkan lengkap pada tahun 2012 – 2015.

3. Perusahaan sampel dikendalikan oleh perusahaan asing dengan

presentase kepemilikan 20% atau lebih pada tahun 2012-2015. Hal ini

sesuai dengan PSAK No. 15 yang menyatakan bahwa pemegang saham

pengendali adalah pihak yang memiliki saham atau efek yang bersifat

ekuitas sebesar 20% atau lebih.

4. Perusahaan sampel tidak mengalami kerugian selama periode

pengamatan tahun 2012-2015.

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung

melalui media perantara, baik yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumenter, yaitu teknik pengambilan data dengan cara

mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan

keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek

Indonesia. Serta dari berbagai buku pendukung dan sumber lainnya yang

berhubungan dengan transfer pricing. Data sekunder dalam penelitian ini

berupa laporan keuangan dan laporan auditor independen masing-masing

perusahaan publik tahun periode 2012-2015, serta data perusahan yang

diperoleh dari www.idx.co.id.

56

D. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kuantitatif. Penelitian ini menggunakan alat analisis model regresi

logistik dengan bantuan program IBM Statistical Package for Social

Sciences (SPSS) versi 23. Variabel dependen dalam penelitian ini bersifat

dikotomi dimana variabel transfer pricing tersebut diproksikan dengan

keberadaan suatu transaksi penjualan kepada pihak yang memiliki

hubungan istimewa. Dalam hal ini maka dapat dianalisis dengan

menggunakan regresi logistik (logistic regression) karena tidak

memerlukan asumsi normalitas data dalam variabel bebasnya (Ghozali,

2015). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan kemudian

dianalisis dengan berbagai uji statistik sebagai berikut:

1. Uji Statistik Deskriptif

a. Uji Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan pengujian yang digunakan untuk

memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-

rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,

kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2015). Dengan statistik deskriptif

variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian akan dijelaskan. Selain itu,

statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting

bagi data sampel, sehingga secara kontekstual dapat lebih mudah dimengerti

oleh pembaca.

57

b. Uji Frekuensi

Frekuensi deskriptif adalah susunan data menurut kelas-kelas tertentu

atau pengelompokan data ke dalam beberapa kategori yang menunjukkan

banyaknya data dalam setiap kategori, dan setiap data tidak dapat

dimasukkan kedalam dua kategori atau lebih.

2. Analisis Regresi Logistik

Uji hipotesis dilakukan dengan analisis regresi logistik. Analisis regresi

logistik merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur seberapa

jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dalam hal

ini variabel dependennya dalam bentuk variabel dummy (diantara 0 dan 1).

Dalam analisis regresi logistik tidak memerlukan uji asumsi klasik

karena didalam analisis regresi logistik dihasilkan suatu analisis model fit

yang menggambarkan apakah data dari penelitian ini baik untuk digunakan

dalam penelitian (Ghozali, 2015).

a. Menilai Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data.

Beberapa tes uji statistik diberikan untuk melakukan penilaian terhadap

hal ini. Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit adalah:

H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data

HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dari hipotesis ini jelas bahwa hipotesis nol tidak akan di tolak agar

dapat menghasilkan model fit dengan data. Statistic yang digunakan

58

berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model

merupakan probabilitas yang menunjukkan bahwa model yang

dihipotesakan menggambarkan data input. Dalam melakukan pengujian

hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL.

Penurunan likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang baik

atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.

b. Uji Koefisien Determinasi

Cox dan Snell’s R Square merupakan suatu ukuran yang mencoba

meniru ukuran R2 pada multiple regression yang berdasarkan pada

teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu)

sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan

modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa

nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai satu (1). Hal ini dilakukan

dengan cara membagi nilai Cox dan Snell R2 dengan nilai

maksimumnya. Nilai nagelkerke’s R2 dapat diintrepretasikan seperti

nilai R2 pada multiple regression. Nilai nagelkerke’s R2 yang kecil

menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel bebas dalam

menjelaskan variabel-variabel terikat sangat terbatas. Nilai yang

mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen.

59

c. Uji Kelayakan Model Regresi

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test digunakan untuk

menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan

model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model

dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of

Fit Test statistics sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis

nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan

nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model

tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer

and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka

hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi

nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena

cocok dengan data observasinya.

d. Uji Matriks Klarifikasi

Uji matriks klarifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model

regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan dalam membuat

keputusan transfer pricing. Kekuatan prediksi dari model regresi

digunakan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat

yang dinyatakan dalam persen.

e. Pengujian Hipotesis Penelitian

Estimasi parameter menggunakan Maximum Likelihood Estimation

(MLE).

Ho = b1 = b2 = b3 = … = bi = 0

60

Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ … ≠ bi ≠ 0

Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (X) tidak

memiliki pengaruh terhadap variabel dependen yang diperhatikan

dalam populasi. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan menggunakan

α = 5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah:

1) Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif di

dukung.

2) Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif tidak

di dukung.

f. Model Regresi Logistik yang Terbentuk

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik

dengan melihat pengaruh pajak, intangible assets, leverage,

profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan perusahaan

melakukan transfer pricing. Adapun model regresi dalam penelitian ini

adalah:

TP = α + β1TAX + β2 RND + β3LEV + β4PROFIT + β5TUN + ε

Keterangan:

TP = Transfer Pricing, 1 untuk perusahaan yang melakukan

transaksi ke pihak yang memiliki hubungan istimewa, 0

untuk perusahaan yang melakukan transaksi ke pihak yang

tidak memiliki hubungan istimewa.

α = Konstanta

61

TAX = Pajak

RND = Intangible Assets

LEV = Leverage

PROFIT = Profitabilitas

TUN = Tunneling Incentive

ε = Koefisien Error

E. Operasional Variabel Penelitian

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, variabel yang diteliti dalam

penelitian ini diklasifikasikan menjadi variabel dependen dan variabel

independen.

a. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah keputusan

perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Transfer pricing

dihitung dengan pendekatan dikotomi yaitu dengan melihat posisi

penjualan terhadap pihak yang memiliki hubungan istimewa.

Perusahaan yang melakukan transaksi penjualan kepada pihak yang

memiliki hubungan istimewa diberi nilai 1 (satu) sedangkan perusahaan

yang tidak melakukan transaksi penjualan kepada pihak yang memiliki

hubungan istimewa diberi nilai 0 (nol) (Marfuah and Azizah 2014).

62

b. Variabel Independen (X)

Variabel Independen (X) terdiri dari pajak (X1), intangible assets (X2),

leverage (X3), profitabilitas (X4) dan tunneling incentive (X5).

1) Pajak

Variabel pajak dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan effective tax rate (ETR). Effective tax rate (ETR)

merupakan sebuah persentase besaran tarif pajak yang ditanggung

oleh perusahaan. ETR dinilai dari informasi keuangan yang

dihasilkan oleh perusahaan sehingga ETR merupakan bentuk

perhitungan tarif pajak pada perusahaan (Yuniasih, 2012 dalam

Marfuah & Azizah, 2014).

ETR= Tax Expense-Deffered Tax Expense

Pretax Income

2) Intangible Asset

Aset tidak berwujud dapat digolongkan menjadi aset tidak

berwujud yang dapat diidentifikasi (identifiable intangible asset)

dan aset tidak berwujud yang tidak teridentifikasi (unidentifiable

intangible asset). Aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi

merupakan aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi terpisah

dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaan selama

periode manfaat yang terbatas. Sedangkan aset tidak berwujud yang

tidak dapat diidentifikasi merupakan aset yang dapat dikembangkan

secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasi dan

seringkali memiliki masa manfaat yang tak terhingga, seperti

63

kegiatan penelitian dan pengembangan, iklan, goodwill, inovasi

produk, dan lain-lain (Wild, Subramanyam dan Halsey 2004).

Research and Development (R&D) merupakan bagian dari asset

tidak berwujud yang berupa kegiatan penelitian dan pengembangan

yang memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset

ilmiah murni dan pengembangan aplikatif di bidang teknologi. (Lu

et al., 2010 dalam Kurniawan & Mertha 2016).

Pengukuran variabel asset tidak berwujud dilakukan dengan

Variabel penelitian dan pengembangan dilambangkan dengan R&D

(research and development) menggunakan pengukuran dengan

variabel dummy, dimana jika perusahaan menyajikan biaya

penelitian dan pengembangan dalam laporan keuangannya, maka

skornya adalah 1. Jika tidak, maka skornya adalah 0 (Trisnajuna dan

Sisdyani 2015).

3) Leverage

Variabel leverage diukur dengan membagi total kewajiban

jangka panjang dengan total asset perusahaan (Grant et al., 2013).

Tingkat leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan lebih

banyak bergantung pada utang dalam membiayai aset perusahaan

yang menimbulkan biaya tetap berupa beban bunga. Oleh karena

itu, Semakin besar utang yang dimiliki perusahaan, maka beban

bunga yang dibayarkan perusahaan juga semakin besar.

Debt to Equity Ratio (DER) =

Total Kewajiban

Total Ekuitas

64

4) Profitabilitas

Ada berbagai macam ukuran profitabilitas, namun yang berkaitan

langsung dengan kepentingan analisis kinerja keuangan perusahaan

salah satunya adalah ROA (Return On Assets). Rasio ini mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aktiva

yang digunakan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin efektif

penggunaan suatu aset dalam menghasilkan laba. Rasio ini diukur

dengan cara laba bersih sebelum pajak dibagi dengan total aset yang

dilaporkan dalam neraca. Return on assets merupakan variabel

mediasi dandapat diukur dengan perhitungan sebagai berikut

(Wiagustini, 2010 dalam Kurniawan & Mertha 2016).

5) Tunneling Incentive

Tunneling incentive diproksikan dengan presentase kepemilikan

saham di atas 20% yang merupakan pemegang saham pengendali

oleh perusahaan asing. Kriteria struktur kepemilikan yang

terkonsentrasi berdasarkan pada PSAK No. 15 yang mengukur

pengaruh signifikan pemegang saham oleh pihak asing dengan

menggunakan persentase kepemilikan saham 20% atau lebih.

TUN = Jumlah kepemilikan saham terbesar

Jumlah saham beredar

Return on Assets (ROA) = Laba Bersih

Total Asset

65

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Sumber: Diolah dari berbagai referensi.

No Variabel Jenis

Variabel

Indikator Skala

Pengukuran

1 Pajak ( X1) Independen ETR=

Tax Expense-Deffered Tax Expense

Pretax Income

Rasio

2 Intangible

Assets (𝑋2)

Independen 1= Adanya pengeluaran riset dan

pengembangan pada laporan

keuangan

0= Tidak terdapat pengeluaran riset

dan pengembangan pada laporan

keuangan

Nominal

3 Leverage

(X3)

Independen DER= Total Kewajiban

Total Ekuitas

Rasio

4 Profitabilitas

(X4)

Independen Return on Assets (ROA)=

Laba Bersih

Total Asset

Rasio

5 Tunneling

Incentive

(X5)

Independen TUN= Jumlah kepemilikan saham terbesar

Jumlah saham beredar

Rasio

6 Keputusan

melakukan

transfer

pricing (Y)

Dependen 1 = adanya transaksi penjualan

dengan pihak yang memiliki

hubungan istimewa

0 = tidak adanya transaksi

penjualan dengan pihak yang

memiliki hubungan istimewa

Nominal

66

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 hingga 2015. Perusahaan tersebut

telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2012 dan selama

periode penelitian tidak mengalami delisting. Fokus dari penelitian ini adalah

ingin melihat pengaruh antara pajak, intangible assets, leverage, profitabilitas,

dan tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing perusahaan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan sampel

adalah metode purposive sampling dimana penelitian ini mengindikasikan

bahwa sampel yang digunakan merupakan representasi dari populasi yang ada,

serta sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan hasil pengujian yang terlihat

pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa jumlah perusahaan di Indonesia pada

tahun 2012 hingga 2015 yang dapat menjadi populasi penelitian adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Tahap Seleksi Sampel dengan Kriteria9

No Kriteria Jumlah

1. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2012-2015

568

2. Perusahaan sampel yang tidak dikendalikan oleh

perusahaan asing dengan presentase kepemilikan 20% atau

lebih.

(126)

3. Perusahaan yang mengalami kerugian periode 2012-2015 (224)

4. Perusahaan yang melaporkan data tidak lengkap (66)

Jumlah (38 × 4 tahun) 152

67

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi

logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh

gambaran menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen yaitu pajak,

intangible assets, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap

variabel dependen yaitu keputusan perusahaan dalam melakukan transaksi

transfer pricing.

a. Uji Statistik Deskriptif

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

TAX 152 ,000 ,950 ,28007 ,128038

TUN 152 ,214 ,982 ,58047 ,220294

PROFIT 152 ,002 ,669 ,12951 ,120896

LEV 152 ,103 3,962 ,83355 ,692061

RND 152 0 1 ,42 ,495

TF 152 0 1 ,92 ,271

Valid N

(listwise)

152

Tabel 4.2 menggambarkan mengenai statistik deskriptif seluruh

variabel dalam penelitian ini. Nilai minimum menggambarkan nilai

terkecil yang merupakan hasil dari pengolahan data sampel. Nilai

maksimum merupakan nilai terbesar yang berasal dari analisis data.

Mean adalah nilai rata-rata yang menggambarkan jumlah data

dibandingkan dengan banyaknya jumlah masing-masing variabel.

Sumber : Output SPSS

68

Sedangkan standar deviasi adalah hasil pengukuran yang menjelaskan

penyebaran distribusi maupun variabilitas yang terdapat pada data.

Berikut hasil analisis dari penelitian.

Tujuan dari hasil uji statistik deskriptif ini adalah untuk melihat

kualitas data penelitian yang ditunjukkan dengan angka atau nilai yang

terdapat pada mean dan standar deviasi. Dapat dikatakan apabila mean

lebih besar dari standar deviasi atau penyimpangannya maka kualitas

data menjadi lebih baik.

Berdasarkan tabel 4.2 nilai statistik deskriptif untuk variabel pajak

(TAX) menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar 0,28007 atau 28%.

Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdaftar di

BEI pada tahun 2012 hingga 2015 yang memiliki tarif dasar efektif pajak

tersebut akan melakukan transfer pricing. Sedangkan untuk nilai

minimum, maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah

0,000, 0,950, dan 0,128038.

Variabel intangible assets (RND) menunjukkan bahwa nilai rata-rata

sebesar 0,42 atau 42%. Hal itu menunjukkan bahwa 42% perusahaan

mencantumkan pengeluaran research & development pada laporan

keuangannya.. Sedangkan untuk nilai minimum, maksimum, dan standar

deviasi pada variabel ini adalah 0, 1, dan 0,495.

Variabel leverage (LEV) menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar

0,83355 atau 83%. Hal itu menunjukkan bahwa 83% perusahaan yang

menggunakan hutang jangka panjang untuk membiayai perusahaan akan

69

melakukan transfer pricing. Sedangkan untuk nilai minimum,

maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah 0,103, 3,962,

dan 0,692061.

Variabel profitabilitas (PROFIT) menunjukkan bahwa nilai rata-rata

sebesar 0,12951 atau 12%. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 hingga 2015 yang

memiliki laba akan melakukan transfer pricing. Sedangkan untuk nilai

minimum, maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah

0,002, 0,669, dan 0,120896.

Variabel tunneling incentive (TUN) menunjukkan bahwa nilai rata-

rata sebesar 0,58047 atau 58%. Hal itu menunjukkan bahwa 58%

perusahaan yang memiliki nilai kepemilikan saham besar akan

melakukan transfer pricing. Sedangkan untuk nilai minimum,

maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah 0,214, 0,982,

dan 0,220294.

b. Uji Frekuensi

Tabel 4.3

Hasil Uji Frekuensi

Transfer Pricing

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Tidak terdapat

RPT

Penjualan

12 7,9 7,9 7,9

Terdapat RPT

Penjualan

140 92,1 92,1 100,0

Total 152 100,0 100,0

Sumber : Output SPSS

70

Berdasarkan hasil tabel 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi

untuk variabel transfer pricing ditunjukkan dengan adanya transaksi

penjualan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Dari total 168

sampel perusahaan pada tahun 2012-2015, terdapat 12 sampel yang

tidak melakukan transfer pricing atau sekitar 7,9% dan sisanya sebesar

140 sampel perusahaan atau sekitar 92,1% melakukan transaksi

transfer pricing. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa lebih

banyak perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan transfer pricing

dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan transfer

pricing.

2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit

dengan data baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan

ke dalam model. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai

antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number =0) dengan

nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number =1). Adanya

pengurangan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) awal dengan -2 Log

Likelihood (-2LL) akhir menunjukkan bahwa model yang

dihipotesiskan fit dengan data. Berikut ini disajikan data hasil pengujian

kesesuaian keseluruhan model:

71

Tabel 4.4

Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model

Keterangan -2 Log Likelihood (-2LL)

(Block Number =0) 83,962

(Block Number =1). 36,749

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh informasi mengenai model

dimana awal (Block Number= 0) yaitu model yang hanya memasukkan

konstanta mempunyai nilai -2LL sebesar 83,962. Sedangkan pada akhir

(Block Number =1) mengalami penurunan setelah masuknya beberapa

variabel independen dalam penelitian, nilai -2LL menjadi 36,749.

Penurunan ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata

lain model yang telah dihipotesiskan fit dengan data, hal ini berarti

variabel bebas seperti pajak, profitabilitas, leverage, intangible asset,

dan tunelling incentives akan memperbaiki model fit pada penelitian

ini.

b. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

variabilitas dari variabel-variabel independen dapat memperjelas

variabilitas variabel independen. Koefisien determinasi pada regresi

logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Berikut hasil

pengujian koefisien determinasi:

Tabel 4.5

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Step -2 Log Likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 36,749 0,267 0,629

72

Tabel 4.5 menunjukkan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,629

yang berarti nilai variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan

oleh variabel independen adalah sebesar 62,9% sisanya sebesar 37,1%

dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian. Atau

secara bersama-sama, variasi variabel pajak, profitabilitas, leverage,

intangible asset, dan tunelling incentives dapat menjelaskan keputusan

perusahaan dalam melakukan transaksi transfer pricing.

c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lameshow’s Goodness of Fit Test. Berikut ini disajikan data hasil

pengujian kelayakan model regresi.

Tabel 4.6

Hasil Uji Kelayakan Model Regresi

Hosmer and Lameshow Test

Step Chi-Square Df Sig.

1 0,555 8 1,000

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa Chi-Square sebesar

0,555 dengan signifikansi (p) sebesar 1,000. Hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa model telah mampu memprediksi nilai

observasinya karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

73

d. Hasil Uji Regresi Logistik

Model regresi logistik yang terbentuk disajikan tabel di bawah ini:

Tabel 4.7

Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Ste

p

1a

TAX 10,829 5,336 4,118 1 ,042 50458,898

TUN -,154 1,929 ,006 1 ,936 ,857

PROFIT -12,351 4,114 9,015 1 ,003 ,000

LEV -3,828 1,145 11,176 1 ,001 ,022

RND(1) 24,647 3482,909 ,000 1 ,994 505696,00

Constant 5,139 2,031 6,405 1 ,011 170,615

Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik menghasilkan

model berikut ini:

Ln(p/1-p) = 5,139 + 10,829TAX + 24,647RND – 3,828LEV – 12,351

PROFIT - ,154TUN + e

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel pajak (TAX)

sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi positif sebesar

10,829 dengan tingkat signifikansi 0,042 yang berada dibawah 0,05

(5%) oleh karena itu hipotesis pertama (Ha1) diterima yang artinya

pajak berpengaruh secara positif signifikan tehadap keputusan

perusahaan dalam melakukan transaksi transfer pricing. Adapun nilai

beta yang dihasilkan positif sebesar 10,829 menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh positif antara pajak dengan keputusan perusahaan

untuk melakukan transfer pricing.

74

Variabel intangible asset (RND) sebagai variabel independen

memiliki koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi diatas

0,05 (5%) yaitu sebesar 0,994. Karena tingkat signifikansi lebih besar

dari α = 5% maka hipotesis kedua (Ha2) tidak diterima yang artinya

intangible asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.

Variabel leverage (LEV) sebagai variabel independen memiliki

koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05 (5%)

yaitu sebesar 0,01. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%

maka hipotesis ketiga (Ha3) diterima. Adapun nilai beta yang

dihasilkan negatif -3,828 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

negatif antara leverage dengan keputusan perusahaan dalam melakukan

transfer pricing. Hal tersebut artinya leverage memiliki pengaruh

negatif signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan

transfer pricing.

Variabel profitabilitas (PROFIT) sebagai variabel independen

memiliki koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi di bawah

0,05 (5%) yaitu sebesar 0,003. Karena tingkat signifikansi lebih kecil

dari α = 5% maka hipotesis keempat (Ha4) diterima Adapun nilai beta

yang dihasilkan negatif -12,351 yang menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh negatif antara leverage dengan keputusan perusahaan dalam

melakukan transfer pricing. Hal tersebut artinya profitabilitas memiliki

75

pengaruh negatif signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam

melakukan transfer pricing

Variabel tunneling incentive (TUN) sebagai variabel independen

memiliki koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi diatas

0,05 (5%) yaitu sebesar 0,936. Karena tingkat signifikansi lebih besar

dari α = 5% maka hipotesis kedua (Ha5) tidak diterima yang artinya

tunneling incentive tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Pajak (TAX) terhadap keputusan transfer pricing

perusahaan multinasional Indonesia

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diketahui besarnya koefisien

regresi positif sebesar 10,829 dengan tingkat signifikansi 0,042 yang berada

dibawah 0,05. Oleh karena itu hipotesis pertama yang menyatakan bahwa

pajak berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan

didukung.

Variabel pajak menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap

transaksi transfer pricing, di mana transaksi transfer pricing dilakukan

dengan perusahaan afiliasi yang berada di luar batas negara dengan tarif

pajak rendah guna mengalihkan kekayaan perusahaan yang berada di

Indonesia sehingga nantinya, pajak yang akan dibayarkan di Indonesia lebih

76

kecil dibandingkan pajak yang seharusnya dibayarkan (Wafiroh dan Hapsari

2015).

Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tingginya pajak, maka

keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing dengan pihak yang

memiliki hubungan istimewa akan meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Klasses, et, al. (2013), Marfuah, et, al. (2014), Wafiroh & Hapsari (2015),

Mispiyanti (2015), dan F. Dwi, et, al. (2016) yang menemukan adanya

pengaruh positif pajak terhadap keputusan transfer pricing perusahaan.

2. Pengaruh Intangible Assets (RND) terhadap keputusan transfer pricing

perusahaan multinasional Indonesia

Dalam melakukan penilaian dan penyajian nilai aset tidak berwujud

pada laporan keuangan perlu dilakukan untuk menggambarkan nilai

perusahaan yang sesungguhnya Foster, et al, (2003) dalam Soraya (2013).

Akan tetapi, nilai aset tidak berwujud yang disajikan dalam laporan

keuangan belum menggambarkan nilai perusahaan yang sesungguhnya

karena masih mengandung unexplained value.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diketahui besarnya koefisien

regresi variabel intangible asset memiliki koefisien regresi negatif dengan

tingkat signifikansi diatas 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,994. Oleh karena itu

hipotesis pertama yang menyatakan bahwa intangible assets berpengaruh

positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan tidak didukung.

77

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Grant et, al (2013)

tetapi mendukung penelitian Santoso (2016) serta Kurniawan & Mertha

(2016) dimana dapat disimpulkan bahwa investor memberikan penilaian

terhadap perusahaan dengan murni mempertimbangkan atau melihat

tingginya intensitas R&D dan nilai aset tidak berwujud yang tinggi tanpa

memperhatikan peningkatan kinerja keuangan perusahaan yang diperoleh

dari pemanfaatan aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan

tersebut. Jumlah perusahaan yang melaporkan biaya penelitian dan

pengembangan di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena

ketidakkonsistenan standar akuntansi mengenai perlakuan dan pelaporan

R&D di dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga informasi laporan

tahunan dinilai kurang relevan dalam strategi pengambilan keputusan

investasi bagi investor (Santoso 2016).

3. Pengaruh Leverage (LEV) terhadap keputusan transfer pricing

perusahaan multinasional Indonesia

Berdasarkan hasil uji statistik, koefisien regresi negatif dengan tingkat

signifikansi dibawah 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,01. Karena tingkat

signifikansi lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ketiga (Ha3) diterima.

Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif -3,828 yang menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh negatif antara leverage dengan keputusan perusahaan

dalam melakukan transfer pricing.

Hal ini tidak mendukung penelitian Grant et, al (2013) tetapi

mendukung penelitian Swingly dan Sukartha (2014) dan Zuesty (2016)

78

dimana semakin tinggi nilai rasio leverage maka semakin tinggi pula

pendanaan hutang pihak ketiga yang digunakan perusahaan, hal tersebut

menimbulkan biaya bunga yang semakin tinggi. Biaya bunga yang tinggi

berpengaruh terhadap nilai hutang perusahaan sehingga transfer pricing

akan lebih sulit dilakukan. Hal ini berarti ketika perusahaan memiliki tingkat

leverage tinggi maka kecenderungan perusahaan dalam melakukan transfer

pricing akan menurun.

Hadi dan Mangoting (2014) mengatakan bahwa hutang yang tinggi

akan menyebabkan perusahaan menghadapi risiko ketidakmampuan

memenuhi kewajiban membayar hutang. Hal ini dimungkinkan peningkatan

biaya bunga diikuti dengan peningkatan biaya pajak, dimana perusahaan

menggunakan hutang yang diperoleh untuk keperluan investasi sehingga

menghasilkan pendapatan diluar usaha perusahaan dan membuat laba yang

diperoleh perusahaan naik dan mempengaruhi kenaikan beban pajak yang

ditanggung perusahaan.

4. Pengaruh Profitabilitas (PROFIT) terhadap keputusan transfer pricing

perusahaan multinasional Indonesia

Berdasarkan hasil uji statistik, variabel profitabilitas memiliki koefisien

koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi di bawah 0,05 (5%)

yaitu sebesar 0,003. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 5% maka

hipotesis keempat (Ha4) diterima Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif

-12,351 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara

leverage dengan keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.

79

Hal tersebut artinya profitabilitas memiliki pengaruh negatif signifikan

terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.

Hal ini mendukung penelitian Grant et, al (2013) dan Yusrianti (2013)

dimana perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang besar akan

mempunyai sumber pendanaan internal yang lebih besar pula sehingga

memungkinkan perusahaan untuk cenderung memilih menggunakan modal

sendiri yaitu dari dana internalnya terlebih dahulu, seperti dalam bentuk laba

yang ditahan sebagai dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan dari pada

menggunakan dana eksternal atau dana yang berasal dari pihak luar yaitu

hutang sehingga tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan relatif

rendah serta akan memperkecil resiko timbulnya kebangkrutan dan biaya

modal atau hutang yang tinggi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pecking order theory yang

dikemukakan oleh Myers dan Maljuf (1984) dalam Yusrianti (2013) yang

menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung untuk mengutamakan

menggunakan modal sendiri sebagai sumber pendanaan internal (internal

financing) terlebih dahulu dalam membiayai atau mendanai kegiatan

operasional dan investasi perusahaan dan teori ini mendorong perusahaan

yang mempunyai profit yang besar untuk menggunakan dana internalnya

terlebih dahulu dalam mendanai kegiatan perusahaan. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan

negatif antara profitabilitas dengan transfer pricing menunjukkan bahwa

80

semakin besar tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan maka

transfer pricing perusahaan akan semakin menurun

5. Pengaruh Tunneling Incentive (TUN) terhadap keputusan transfer

pricing perusahaan multinasional Indonesia

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tunneling incentive (TUN)

sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi negatif dengan

tingkat signifikansi diatas 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,936. Karena tingkat

signifikansi lebih besar dari α = 5% maka hipotesis kedua (Ha5) tidak

diterima yang artinya tunneling incentive tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer

pricing. Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif -0,154 menunjukkan

bahwa terdapat hubungan negatif antara tunneling incentive dengan

keputusan transfer pricing perusahaan, dimana semakin meningkatnya

tunneling incentive perusahaan maka semakin menurunnya keputusan

perusahaan untuk melakukan transfer pricing.

Tunneling incentive yang di ukur melalui jumlah kepemilikan saham

pengendali, menunjukkan bahwa dengan adanya pemegang saham

pengendali tidak dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam

melakukan transfer pricing. Menurut Koestaman dan Diyanty (2013),

semakin tinggi ekspropriasi atau pengambil alihan sumber daya yang

dilakukan oleh pemegang saham pengendali dan pemegang saham

minoritas, maka akan menyebabkan dividen kas yang dibayarkan akan

semakin rendah. Hal tersebut akan menimbulkan konflik antara pemegang

81

saham pengendali dan pemegang saham minoritas. Konflik tersebut akan

berdampak bagi kegiatan operasi dan investasi perusahaan.

Hasil penelitian terhadap variabel independen tunneling incentive

menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap keputusan

perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Hal ini berarti hasil

pengujian tidak mendukung penelitian sebelumnya oleh Hartati et, al (2013)

tetapi mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Koestaman

dan Diyanty (2015).

82

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada seluruh perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015 pada perusahaan

manufaktur dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa

pajak memiliki pengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing

perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Klasses, et al. (2013), Marfuah, et al. (2014), Wafiroh

& Hapsari (2015), Mispiyanti (2015), dan F. Dwi, et al. (2016). F. Dwi,

et al. (2016) menemukan bahwa motivasi pajak menjadi salah satu

alasan perusahaan manufaktur melakukan transfer pricing dengan cara

melakukan transaksi kepada perusahaan afiliasi yang ada di luar batas

negara. Perusahaan melakukan transfer pricing dalam perencanaan

pajaknya guna meminimalkan pajak yang dibayar.

2. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa

intangible assets tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing

perusahaan. Hasil tersebut berlawanan dengan penyusunan hipotesis

sebelumnya. Akan tetapi, hasil yang sama ditemukan dalam penelitian

yang dilakukan oleh Santoso (2016) yang menyatakan bahwa

kepemilikan asing tidak mampu memoderasi pengaruh Intensitas R&D

terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa

83

kepemilikan asing memperlemah pengaruh intensitas R&D terhadap

nilai perusahaan.

Sebagian besar perusahaan multinasional di Indonesia memiliki unsur

kepimilikan asing yang biasanya tidak mempertimbangkan intensitas

pengeluaran R&D sebagai salah satu strategi investasi. Resiko

kegagalan dan biaya besar yang harus dikeluarkan untuk R&D

membuat perusahaan tidak ingin mengambil resiko atas kerugian yang

mungkin terjadi. Oleh karena itu, sebagian besar pengeluaran R&D

perusahaan tidak diungkapkan secara individual disebabkan oleh

ketidakkonsistenan standar akuntansi dalam perlakuan dan pelaporan

aset tidak berwujud, hal tersebut tentunya akan mengurangi relevansi

laporan keuangan itu sendiri.

3. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa

leverage memiliki pengaruh negatif terhadap keputusan transfer

pricing perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian

yang dilakukan Lestari & Hermanto (2015) yang menyatakan bahwa

semakin besar nilai leverage berarti semakin besar biaya yang

ditanggung oleh perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, hal

tersebut dapat mengakibatkan profitabilitas perusahaan menurun.

Perusahaan yang mengalami penurunan laba tentunya akan mendapat

tekanan finansial yang tinggi dan mengarah pada kebangkrutan di masa

mendatang dikarenakan besarnya biaya bunga pinjaman (beban tetap)

yang ditanggung. Jadi, Perusahaan dengan tingkat penggunaan hutang

84

yang tinggi akan mengutamakan fokusnya pada pembayaran hutang

yang berdampak pada keputusan dalam pengambilan keputusan

perusahaan termasuk dalam melakukan transfer pricing.

4. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa

profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap keputusan transfer

pricing perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian

yang dilakukan Yusrianti (2013), Bhawa, S. Dewi (2012), Kurniasih

dan Sari (2013), dan Maiyarni (2014). Menurut Chen et al (2010) dalam

Kurniasih dan Sari (2013) secara logika, perusahaan yang memiliki

nilai profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri

dalam melakukan tax planning yang mengurangi jumlah beban

kewajiban perpajakan sehingga akan berpengaruh terhadap keputusan

perusahaan untuk melakukan transfer pricing.

5. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa

tunneling incentive tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer

pricing perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian

yang dilakukan oleh Koestaman dan Diyanty (2013) yang menemukan

bahwa semakin tinggi ekspropriasi (pengambil alihan sumber daya)

yang dilakukan oleh pemegang saham pengendali dan pemegang saham

minoritas maka akan menimbulkan konflik yang berdampak bagi

kegiatan operasi dan investasi perusahaan.

85

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi pada bidang pengembangan ilmu perpajakan

internasional dan manajemen mengenai keputusan perusahaan untuk

melakukan transfer pricing. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi tambahan mengenai faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.

Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil

penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya masukan mengenai

beberapa hal, diantaranya:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah faktor lain dalam

melakukan transfer pricing seperti tax budget dan tax director (Klassen

et al. 2014), serta mekanisme bonus (Hartati et al. 2014).

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang atau

memperluas periode penelitian sehingga dapat menghasilkan hasil

penelitian dan kesimpulan yang lebih akurat.

3. Proksi yang digunakan untuk pengukuran transfer pricing dalam

penelitian ini hanya menggunakan nilai penjualan dengan pihak yang

memiliki hubungan istimewa. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat

menggunakan proksi transfer pricing yang lain apabila data tersedia.

86

DAFTAR PUSTAKA

Affes, Habib, and Zied Bouaziz. "The Impact of the Strategy in Determining

Transfer Prices: Case of Tunisian Companies", Global Journal of

Management and Business Research, 2012.

Agnes, W. Y. Lo, M. K. Wong Raymond, and Michael Fi. "Tax, Financial

Reporting, and Tunneling", Journal of the American Taxation Association,

2010.

Aisyah, Cut Nur. "Pengaruh Struktur Kepemilikan dan R&D Terhadap Luas

Pengungkapan Modal Intelektual", artikel di akses tanggal 29 Juni 2016,

dari http://eprints.undip.ac.id/43581/1/20_AISYAH.pdf.

Akbar, RI. "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Transfer

Pricing pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia", 2015.

Anthony, and Govindarajan. "Management Control System", Salemba Empat,

2005.

Atika, Darminto, and Siti Ragil Handayani. "Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan

terhadap Prediksi Kondisi Financial Distress", Jurnal Administrasi dan

Bisnis, 2013.

Bakti, Astera Primanto. "Transfer Pricing Suatu Kajian Perpajakan", Jurnal

Perpajakan Indonesia, 2002: 30.

Brauner, Yarif. "Value In The Eye of The Beholder: The Valuation on Intangibles

for Transfer Pricing Purposes", University of Florida Legal Studies

Research Paper, 2008:86: 86.

Bringham, Eugene F., and Joel F. Houston. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.

Jakarta: Salemba Empat, 2010.

Brundy, I Gede Siswantaya, and Edwin Pratama. "Pengaruh Mekanisme

Pengawasan terhadap Aktivitas Tunneling", Simposium Nasional

Akuntansi 17 Universitas Mataram. Lombok, 2014.

Cristea, Anca D., and Daniel X. Nguyen, 2014, "Transfer Pricing by Multinational

Firms: New Evidence from Foreign Firm Ownerships", artikel diakses

tanggal 1 Febuari 2017, dari

https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2517509

Desai, Mihir A., C. Fritz Foley, and James R. Hines Jr. "The Demand for Tax

Haven Operation." 2005.

87

F, Dwi Noviastika, Yuniadi Mayowan Mayowan, and Suhartini Karjo. "Pengaruh

Pajak, Tunneling Incentive, dan Good Corporate Governance (GCG)

Terhadap Indikasi Melakukan Transfer Pricing pada perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia", Jurnal Perpajakan,

2016.

Gamayuni, Rindu Rika. "Pengaruh Intangible Assets, Kebijakan Keuangan, dan

Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan", Jurnal Akuntansi UNILA,

2010.

Hartati, Winda, Desmiyawati, and Nur Azlina. "Analisis Pengaruh Pajak dan

Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Transfer Pricing (Studi Empiris

pada Seluruh Perusahaan yang Listing di BEI)", (Simposium Nasional

Akuntansi 17 Universitas Mataram, Lombok.) 2014.

Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, and George Fost. Akuntansi biaya:

penekanan manajerial. Jakarta: Erlangga, 2008.

Husnan, Suad, and Enny Pudjiastuti. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.

Yogyakarta: UPP AMP YKPN., 2002.

Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Klassen, Kenneth, Petro Lisowsky, and Devan Mescall. "Transfer Pricing

Strategies, Practices, and Tax Minimization", (Journal of Tax Excecutive

Institute (TEI)) 2013.

Kontan. News. Maret 26, 2013. artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2017, dari

http://nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyota-motor-menanti-

palu-hakim

Kurniawan, A Prawira, and I Made Mertha. "Kinerja Keuangan Sebagai

Pemediasi Pengaruh Intensitas Research and Development dan Aset Tidak

Berwujud pada Nilai Perusahaan", E-Journal Akuntansi Universitas

Udayana, 2016.

Lee, Hadnum. The World's Best Tax Haven. United Kingdom: Taxcafe UK

Limited, 2012.

Lestari, Anis Puji, and Suwardi Bambang Hermanto. "Pengaruh Leverage, Size,

Growth, dan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas", Jurnal Ilmu dan Riset

Akuntansi, 2015.

Lubis, Arnida Wahyuni, Rina Bukit, and Tapi Anda Sari L. "Pengaruh

Pengeluaran Modal, Penelitian dan Pengembangan, Transaksi Pihak

Hubungan Istimewa, dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan",

Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 2013: 2.

88

Mangoting, Yenni. "Aspek Perpajakan Dalam Praktek Transfer Pricing", Jurnal

Akuntansi & Keuangan, 2000.

Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2008.

Marfuah, and Andri Puren Noor Azizah. "Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive

dan Exchange Rate Terhadap Keputusan Transfer Pricing Perusahaan",

Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 2014: 156-165.

Mispiyati. "Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus

Terhadap Keputusan Transfer Pricing", Jurnal Akuntansi dan Investasi,

2015.

Muhammadi, Abdul Haris, Zahir Ahmed, and Ahsan Habib. "Multinational

Transfer Pricing of Intangible Assets: Indonesian Tax Auditors’

Perspectives." Asian Review of Accounting, 2016: Vol. 24.

Nurhayati, Indah Dewi. "Evaluasi Atas Perlakuan Perpajakan Terhadap Transaksi

Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional Di Indonesia", Jurnal

Manajemen dan Akuntansi, 2013.

OECD. "Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax."

OECD, 2010: Paris, France.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 tentang Penerapan

Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Antara Wajib

Pajak Dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 7 Tahun (Revisi 2013)

tentang Pengungkapan Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan

Istimewa.

Prakosa, Kesit Bambang, "Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, dan

Corporate Governance terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia", Jurnal

SNA 17 Mataram, Lombok, 2014.

Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Richardson, Grant, Grantley Taylor, and Roman Lanis. "Determinants of transfer

pricing aggressiveness: Empirical evidence from Australian firms."

Journal of Contemporary Accounting & Economics, 2013: 136–150.

Santoso, Adi. "Analisis Investasi Corporate Social Responsibility dan Intensitas

Research and Development pada Perusahaan Go-Public." Publikasi

Ilmiah. 2016. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/7334.

Sartono, Agus. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002.

89

Setiawan, Hadi, artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2017, dari

http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/2014_kajian_pprf_Transfe

r%20Pricing%20dan%20Risikonya%20Terhadap%20Penerimaan%20Ne

gara.pdf

Suandy, Erly. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat, 2014.

Sumarsan, Thomas. Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak. Jakarta: Indeks

Penerbit, 2013.

Swenson, D. L. "Tax Reforms and Evidence of Transfer Pricing", National Tax

Journal, 2001.

Tempo. Tempo.co Investigasi, artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2017, dari

https://investigasi.tempo.co/toyota/

Trisnajuna, Made, and Eka Ardhani Sisdyani. "Pengaruh Aset Tidak Berwujud

dan Biaya Penelitian dan Pengembangan Terhadap Nilai Pasar dan Kinerja

Keuangan Perusahaan", E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2015.

Ujiyantho, Muh. Arif dan Pramuka, and Bambang Agus. "Mekanisme Corporate

Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan", Simposium

Nasional Akuntansi. Makassar, 2007.

Ukago, Kristianus. "Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu

Pelaporan Keuangan Bukti Empiris Emiten di BEJ", Jurnal Maksi Vol.5,

2005.

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Wafiroh, Novi Lailiyul, and Niken Nindya Hapsari. "Pajak, Tunneling Incentive

dan Mekanisme Bonus pada Keputusan Transfer Pricing", El- Muhasaba,

2015: Vol 6 No 2.

Waluyo. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Yuniasih, Ni Wayan, Ni Ketut Rasmini, and Made Gede Wirakusuma. "Pengaruh

Pajak dan Tunneling Incentive pada Keputusan Transfer Pricing

Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia."

Simposium Nasional Akuntansi 15, 2012.

90

Lampiran 1

Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2012-2015

No. Kode Nama Perusahaan

1 ADES Akasha Wira International Tbk.

2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk.

3 ASII Astra International Tbk.

4 AUTO Astra Autoparts Tbk.

5 BATA Sepatu Bata Tbk.

6 BRAM Indo Kordsa Tbk

7 BTON Betonjaya Manunggal Tbk.

8 CEKA PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.

9 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

10 DLTA Delta Djakarta Tbk

11 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk.

12 HMSP HM Sampoerna Tbk.

13 ICBP Indofood CBP sukses Makmur Tbk.

14 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.

15 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

16 JECC Jembo Cable Company Tbk

17 JPFA JPFA Comfeed Indonesia Tbk

18 KBLI Kabelindo Murni Tbk

19 LION Lion Metal Works Tbk

20 LMSH Lionmesh Prima Tbk

21 MERK Merck Tbk.

22 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.

23 MYOR Mayora Indah Tbk.

24 NIPS Nipress Tbk.

25 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk

26 PYFA Pyridam farma Tbk

27 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk

28 SKLT Sekar Laut Tbk.

29 SMCB Holcim Indonesia Tbk.

30 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

31 SRSN Indo Acidatama Tbk.

32 STTP Siantar Top Tbk.

33 TCID Mandom Indonesia Tbk.

34 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.

35 TRST Trias Sentosa Tbk.

36 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.

37 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk.

38 UNVR Unilever Indonesia Tbk.

91

Lampiran 2

Variabel Pajak Periode 2012-2015

2012

No

Nama

Perusahaan Beban Pajak

Beban Pajak

Tangguhan Laba Kena Pajak ETR

1 ADES 6.745.000.000 6.793.000.000 109.585.000.000 0,000

2 AMFG 117.203.000.000 -7.782.000.000 499.940.000.000 0,250

3 ASII 1.092.000.000.000 -1.172.000.000.000 5.879.000.000.000 0,385

4 AUTO 127.454.000.000 -62.003.000.000 369.208.000.000 0,513

5 BATA 29.803.987.000 2.444.000.000 103.335.973.000 0,265

6 BRAM 26.683.284.900 4.302.653.788 123.943.774.028 0,181

7 BTON 7.629.165.556 145.698.806 29.933.867.095 0,250

8 CEKA 25.370.088.328 -173.176.884 86.272.735.299 0,296

9 CPIN 695.627.000.000 20.859.000.000 2.978.877.000.000 0,227

10 DLTA 74.083.993.000 5.362.139.000 251.448.207.000 0,273

11 DVLA 55.567.957.000 43.809.279.000 167.509.579.000 0,070

12 HMSP 3.437.961.000.000 14.162.000.000 13.741.117.000.000 0,249

13 ICBP 745.463.000.000 69.645.000.000 2.864.147.000.000 0,236

14 INDF 1.530.954.000.000 343.258.000.000 11.176.660.000.000 0,106

15 INTP 1.476.162.000.000 49.470.000.000 5.904.042.000.000 0,242

16 JECC 17.158.154.000 -1.183.923.000 73.368.306.000 0,250

17 JPFA 290.314.000.000 39.300.000.000 862.933.000.000 0,291

18 KBLI 47.373.645.009 -3.115.854.241 201.957.997.206 0,250

19 LION 18.278.323.727 -924.499.523 76.811.293.232 0,250

20 LMSH 3.788.102.398 75.019.898 14.852.330.751 0,250

21 MERK 38.106.722.000 -1.065.182.000 156.687.615.000 0,250

22 MLBI 153.856.000.000 16.159.000.000 560.532.000.000 0,246

Bersambung ke halaman berikutnya

92

23 MYOR 215.386.662.605 927.670.095 513.690.061.415 0,417

24 NIPS 7.752.690.000 600.971.000 35.758.594.000 0,200

25 PICO 4.015.321.986 1.994.723.992 8.082.391.977 0,250

26 PYFA 2.663.733.367 -41.039.133 10.819.090.452 0,250

27 ROTI 50.643.432.736 -5.352.779.986 181.162.611.000 0,309

28 SKLT 3.701.189.570 760.664.930 8.258.895.022 0,356

29 SMCB 521.921.000.000 35.109.000.000 2.060.356.000.000 0,236

30 SQBB 45.649.188.000 38.609.000 178.745.789.000 0,255

31 SRSN 8.804.575.000 136.546.000 34.557.114.000 0,251

32 STTP 18.490.616.532 -127.891.668 93.092.541.515 0,200

33 TCID 52.889.300.559 -9.415.621.441 249.219.688.956 0,250

34 TOTO 100.336.317.731 8.448.973.006 389.768.612.027 0,236

35 TRST 19.295.905.316 -6.575.968.184 98.946.903.435 0,261

36 TSPC 177.203.624.605 4.693.995.452 370.982.845.907 0,465

37 ULTJ 104.538.495.699 7.064.734.551 446.412.921.016 0,218

38 UNVR 1.627.620.000.000 56.061.000.000 6.256.467.000.000 0,251

2013

No

Nama

Perusahaan Beban Pajak

Beban Pajak

Tangguhan Laba Kena Pajak ETR

1 ADES 3.538.000.000 -1.404.000.000 72.719.000.000 0,068

2 AMFG 112.395.000.000 -4.923.000.000 469.272.000.000 0,250

3 ASII 1.021.000.000.000 -621.000.000.000 5.405.000.000.000 0,304

4 AUTO 210.859.000.000 62.003.000.000 516.203.000.000 0,288

5 BATA 19.384.816.000 4.118.675.000 56.141.321.000 0,272

6 BRAM 34.760.736.468 17.403.246.987 179.928.848.000 0,096

7 BTON 7.389.150.663 69.412.163 29.278.954.775 0,250

Bersambung ke halaman berikutnya

Lampiran 2 (Lanjutan)

93

8 21.484.183.371 1.606.645.376 78.284.200.941 0,254

9 CPIN 922.643.000.000 20.349.000.000 2.885.984.000.000 0,313

10 DLTA 87.897.926.000 4.331.245.000 294.485.366.000 0,284

11 DVLA 49.960.304.000 -3.070.796.000 161.571.490.000 0,328

12 HMSP 3.691.224.000.000 -13.684.000.000 14.536.365.000.000 0,255

13 ICBP 733.699.000.000 99.309.000.000 3.141.253.000.000 0,202

14 INDF 1.176.600.000.000 412.789.000.000 1.792.480.000.000 0,426

15 INTP 1.582.860.000.000 71.445.000.000 6.467.486.000.000 0,234

16 JECC 8.757.728.000 -4.800.582.000 54.233.239.000 0,250

17 JPFA 255.310.000.000 2.033.000.000 740.069.000.000 0,342

18 KBLI 31.649.193.450 -3.853.227.050 142.009.682.980 0,250

19 LION 20.265.714.260 -1.035.260.103 79.379.719.168 0,268

20 LMSH 5.054.792.013 74.776.013 19.920.064.364 0,250

21 MERK 59.262.982.000 -3.683.048.000 251.784.122.000 0,250

22 MLBI 405.716.000.000 -34.462.000.000 1.119.312.000.000 0,393

23 MYOR 297.654.557.305 -415.684.455 904.918.080.686 0,329

24 NIPS 11.712.057.000 2.497.060.000 56.836.469.000 0,162

25 PICO 5.600.622.543 2.797.478.667 11.011.726.296 0,255

26 PYFA 2.304.128.607 597.109.643 11.604.953.459 0,147

27 ROTI 52.789.633.241 1.744.950.384 218.138.334.500 0,234

28 SKLT 5.157.771.350 -1.067.130.900 10.999.399.101 0,566

29 SMCB 384.243.000.000 -22.650.000.000 1.427.609.000.000 0,285

30 SQBB 49.961.305.000 -84.099.000 196.821.545.000 0,254

31 SRSN 16.672.659.000 9.077.420.000 30.380.956.000 0,250

32 STTP 28.362.006.717 -1.505.870.683 149.339.387.864 0,200

Lampiran 2 (Lanjutan)

Bersambung ke halaman berikutnya

94

33 TCID 58.149.236.079 3.823.236.671 247.889.891.417 0,219

34 TOTO 86.647.351.813 8.267.163.449 370.518.594.202 0,212

35 TRST 39.588.224.814 33.208.231.800 33.688.075.295 0,189

36 TSPC 191.400.294.291 3.418.130.042 369.097.721.313 0,509

37 ULTJ 111.592.767.209 11.072.317.291 490.660.338.685 0,205

38 UNVR 1.806.183.000.000 54.376.000.000 6.996.239.000.000 0,250

2014

No

Nama

Perusahaan Beban Pajak

Beban Pajak

Tangguhan Laba Kena Pajak ETR

1 ADES 10.507.000.000 1.615.000.000 48.490.000.000 0,183

2 AMFG 139.172.000.000 -2.066.000.000 564.952.000.000 0,250

3 ASII 9.854.000.000.000 958.000.000.000 15.105.000.000.000 0,589

4 AUTO 136.954.000.000 29.538.000.000 286.257.000.000 0,375

5 BATA 9.892.590.600 -1.487.820.000 106.556.916.000 0,107

6 BRAM 75.774.565.320 4.464.006.920 164.369.095.000 0,434

7 BTON 1.944.806.795 9.813.795 7.739.972.411 0,250

8 CEKA 15.865.132.224 1.107.580.133 54.685.259.363 0,270

9 CPIN 360.248.000.000 -303.738.000.000 3.219.369.000.000 0,206

10 DLTA 91.445.380.000 1.820.051.000 295.480.862.000 0,303

11 DVLA 24.936.967.000 -9.444.510.000 114.843.081.000 0,299

12 HMSP 3.537.216.000.000 14.300.000.000 13.580.652.000.000 0,259

13 ICBP 871.208.000.000 120.172.000.000 3.769.745.000.000 0,199

14 INDF 185.593.900.000 -453.829.000.000 1.544.163.000.000 0,414

15 INTP 1.521.220.000.000 28.241.000.000 5.956.970.000.000 0,251

16 JECC 9.300.196.000 2.187.667.000 45.951.453.000 0,155

Lampiran 2 (Lanjutan)

Bersambung ke halaman berikutnya

95

17 JPFA 159.543.000.000 6.796.000.000 439.332.000.000 0,348

18 KBLI 24.388.746.419 -2.080.914.381 132.348.304.443 0,200

19 LION 13.863.444.789 -907.258.711 59.082.814.646 0,250

20 LMSH 3.671.006.094 -23.977.172 10.629.286.710 0,348

21 MERK 54.907.935.000 4.242.762.000 189.116.538.000 0,268

22 MLBI 283.495.000.000 -11.567.000.000 823.761.000.000 0,358

23 MYOR 119.649.017.130 3.444.510.935 350.853.031.768 0,331

24 NIPS 17.280.779.000 1.763.591.000 76.177.480.000 0,204

25 PICO 4.311.636.994 930.100.188 13.526.147.225 0,250

26 PYFA 1.550.165.979 335.187.771 1.885.353.750 0,644

27 ROTI 64.208.995.279 15.857.938.501 193.404.227.184 0,250

28 SKLT 7.188.408.517 1.824.147.983 22.327.446.451 0,240

29 SMCB 338.528.000.000 -22.600.000.000 1.299.736.000.000 0,278

30 SQBB 55.298.569.000 2.098.987.000 223.917.028.000 0,238

31 SRSN 15.449.746.000 2.940.679.000 35.296.441.000 0,354

32 STTP 44.342.168.784 -2.944.219.466 189.145.553.408 0,250

33 TCID 65.619.186.288 -2.887.992.212 274.028.714.638 0,250

34 TOTO 88.764.527.617 27.833.225.558 437.578.411.646 0,139

35 TRST 33.074.450.519 11.769.659.203 108.403.364.996 0,197

36 TSPC 152.515.117.693 744.977.287 280.866.341.296 0,540

37 ULTJ 91.896.185.643 20.994.903.271 451.340.236.545 0,157

38 UNVR 2.000.932.000.000 127.459.000.000 7.488.349.000.000 0,250

Lampiran 2 (Lanjutan)

Bersambung ke halaman berikutnya

96

2015

No

Nama

Perusahaan Beban Pajak

Beban Pajak

Tangguhan Laba Kena Pajak ETR

1 ADES 11.336.000.000 -2.096.000.000 36.958.000.000 0,363

2 AMFG 122.917.000.000 10.524.000.000 409.686.000.000 0,274

3 ASII 4.017.000.000.000 -1.296.000.000.000 11.263.000.000.000 0,472

4 AUTO 110.895.000.000 16.483.000.000 212.233.000.000 0,445

5 BATA 6.359.375.000 15.372.000 39.317.030.000 0,161

6 BRAM 78.780.237.690 15.396.102.880 99.132.576.000 0,639

7 BTON 1.480.484.072 182.309.178 6.651.173.500 0,195

8 CEKA 35.721.906.910 -725.133.209 145.484.622.835 0,251

9 CPIN 449.030.000.000 108.284.000.000 2.601.483.000.000 0,131

10 DLTA 58.152.543.000 4.868.444.000 242.444.996.000 0,220

11 DVLA 36.543.278.000 -1.061.901.000 150.420.716.000 0,250

12 HMSP 3.569.336.000.000 15.662.000.000 13.796.779.000.000 0,258

13 ICBP 1.086.486.000.000 162.854.000.000 4.335.377.000.000 0,213

14 INDF 1.730.371.000.000 405.423.000.000 6.847.890.000.000 0,193

15 INTP 1.287.915.000.000 -35.342.000.000 4.773.715.000.000 0,277

16 JECC 6.031.664.000 151.440.000 24.732.416.000 0,238

17 JPFA 173.193.000.000 -4.353.000.000 667.600.000.000 0,266

18 KBLI 34.677.927.328 -1.040.196.022 177.551.050.353 0,201

19 LION 12.433.164.026 -1.419.730.224 55.411.577.927 0,250

20 LMSH 1.862.729.485 517.174.985 5.382.218.961 0,250

21 MERK 51.395.379.000 -4.351.316.000 222.986.781.000 0,250

22 MLBI 178.663.000.000 -24.614.000.000 303.992.000.000 0,669

23 MYOR 390.261.637.241 -3.825.834.291 635.134.886.070 0,620

Lampiran 2 (Lanjutan)

Bersambung ke halaman berikutnya

97

24 NIPS 11.502.586.000 2.996.030.000 57.994.465.000 0,147

25 PICO 2.475.910.983 -274.396.578 11.001.230.243 0,250

26 PYFA 1.467.826.630 633.025.120 2.100.851.750 0,397

27 ROTI 107.712.914.648 12.056.336.498 321.786.867.677 0,297

28 SKLT 7.309.946.375 -1.310.568.375 29.909.642.752 0,288

29 SMCB 150.930.000.000 -6.383.000.000 516.027.000.000 0,305

30 SQBB 515.547.000 -1.044.443.000 1.968.215.450 0,793

31 SRSN 5.209.875.000 -1.161.133.000 25.484.033.000 0,250

32 STTP 46.300.197.602 -3.100.691.198 247.004.444.568 0,200

33 TCID 38.647.669.480 260.261.730 153.549.631.685 0,250

34 TOTO 96.337.115.958 -3.826.918.124 440.375.335.272 0,227

35 TRST 25.783.708.943 8.379.068.196 74.069.384.695 0,235

36 TSPC 177.892.281.060 3.378.812.535 263.895.675.173 0,661

37 ULTJ 177.575.035.200 17.013.196.050 730.419.346.954 0,220

38 UNVR 1.977.685.000.000 72.510.000.000 7.612.175.000.000 0,250

Lampiran 2 (Lanjutan)

Bersambung ke halaman berikutnya

98

Lampiran 3

Variabel Intangible Assets Periode 2012-2015

No Perusahaan RND (dummy)

2012 2013 2014 2015

1 ADES 0 0 0 0

2 AMFG 0 0 0 0

3 ASII 0 0 0 0

4 AUTO 1 1 1 1

5 BATA 0 0 0 0

6 BRAM 0 0 0 0

7 BTON 0 0 0 0

8 CEKA 0 0 0 0

9 CPIN 1 1 1 1

10 DLTA 0 0 0 0

11 DVLA 0 0 0 0

12 HMSP 0 0 0 0

13 ICBP 1 1 1 1

14 INDF 1 1 1 1

15 INTP 1 1 1 1

16 JECC 1 1 1 1

17 JPFA 0 0 0 0

18 KBLI 0 0 0 0

19 LION 1 1 1 1

20 LMSH 0 0 0 0

21 MERK 0 0 0 0

22 MLBI 0 0 0 0

23 MYOR 1 1 1 1

24 NIPS 0 0 0 0

25 PICO 0 0 0 0

26 PYFA 1 1 1 1

27 ROTI 0 0 0 0

28 SKLT 0 0 0 0

29 SMCB 0 0 0 0

30 SQBB 0 0 0 0

31 SRSN 1 1 1 1

32 STTP 1 1 1 1

33 TCID 1 1 1 1

34 TOTO 0 0 0 0

Bersambung ke halaman berikutnya

99

Lampiran 3 (Lanjutan)

35 TRST 0 0 0 0

36 TSPC 1 1 1 1

37 ULTJ 1 1 1 1

38 UNVR 1 1 1 1

100

Lampiran 4

Variabel Leverage Periode 2012-2015

No Perusahaan DER

2012 2013 2014 2015

1 ADES 0,861 0,670 0,722 0,989

2 AMFG 0,270 0,282 0,230 0,260

3 ASII 0,103 1,020 0,962 0,940

4 AUTO 0,620 0,320 0,419 0,414

5 BATA 0,482 0,715 0,821 0,453

6 BRAM 0,358 0,468 0,735 0,613

7 BTON 0,280 0,270 0,190 0,510

8 CEKA 1,218 1,025 1,389 1,322

9 CPIN 0,510 0,580 0,909 0,965

10 DLTA 0,246 0,282 0,298 0,222

11 DVLA 0,280 0,301 0,285 0,414

12 HMSP 0,250 0,940 1,103 0,187

13 ICBP 0,487 0,603 0,716 0,621

14 INDF 0,740 1,035 1,137 1,130

15 INTP 0,172 0,158 0,175 0,158

16 JECC 3,962 3,962 0,540 2,694

17 JPFA 1,301 1,844 2,043 1,809

18 KBLI 0,370 0,510 0,420 0,510

19 LION 0,166 0,200 0,421 0,406

20 LMSH 0,318 0,283 0,253 0,190

21 MERK 0,366 0,361 0,307 0,355

22 MLBI 2,493 0,805 3,029 1,741

23 MYOR 1,706 1,465 1,526 1,184

24 NIPS 1,450 2,384 1,100 1,541

25 PICO 1,986 1,890 1,718 1,452

26 PYFA 0,549 0,865 0,777 0,580

27 ROTI 0,808 1,315 1,085 0,974

28 SKLT 0,929 1,162 1,454 1,480

29 SMCB 0,450 0,698 0,963 1,050

30 SQBB 0,221 0,214 0,245 0,311

31 SRSN 0,494 0,338 0,435 0,688

32 STTP 1,156 1,118 1,085 0,903

33 TCID 0,150 0,239 0,488 0,214

34 TOTO 0,695 0,686 0,832 0,636

Bersambung ke halaman berikutnya

101

Lampiran 4 (Lanjutan)

35 TRST 0,620 0,910 0,850 0,720

36 TSPC 0,382 0,400 0,374 0,449

37 ULTJ 0,444 0,395 0,284 0,265

38 UNVR 2,020 2,137 2,009 2,258

102

Lampiran 5

Variabel Profitabilitas Periode 2012-2015

No Perusahaan ROA

2012 2013 2014 2015

1 ADES 0,214 0,126 0,352 0,417

2 AMFG 0,113 0,096 0,117 0,076

3 ASII 0,125 0,104 0,094 0,067

4 AUTO 0,128 0,084 0,080 0,080

5 BATA 0,121 0,065 0,092 0,163

6 BRAM 0,098 0,023 0,053 0,043

7 BTON 0,107 0,147 0,044 0,034

8 CEKA 0,057 0,084 0,030 0,072

9 CPIN 0,217 0,161 0,084 0,075

10 DLTA 0,286 0,312 0,290 0,184

11 DVLA 0,139 0,106 0,669 0,076

12 HMSP 0,286 0,039 0,353 0,272

13 ICBP 0,128 0,105 0,103 0,110

14 INDF 0,080 0,044 0,061 0,040

15 INTP 0,209 0,188 0,179 0,154

16 JECC 0,002 0,002 0,022 0,002

17 JPFA 0,098 0,043 0,025 0,031

18 KBLI 0,108 0,052 0,052 0,078

19 LION 0,197 0,130 0,080 0,072

20 LMSH 0,321 0,102 0,051 0,006

21 MERK 0,189 0,252 0,212 0,222

22 MLBI 0,394 0,657 0,353 0,240

23 MYOR 0,090 0,109 0,040 0,112

24 NIPS 0,041 0,042 0,041 0,020

25 PICO 0,019 0,025 0,026 0,027

26 PYFA 0,039 0,035 0,015 0,019

27 ROTI 0,165 0,087 0,073 0,100

28 SKLT 0,032 0,038 0,050 0,053

29 SMCB 0,111 0,064 0,039 0,010

30 SQBB 0,416 0,355 0,359 0,324

31 SRSN 0,042 0,107 0,023 0,028

32 STTP 0,060 0,078 0,073 0,097

33 TCID 0,119 0,109 0,094 0,262

34 TOTO 0,155 0,134 0,143 0,117

Bersambung ke halaman berikutnya

103

Lampiran 5 (Lanjutan)

35 TRST 0,028 0,017 0,009 0,008

36 TSPC 0,137 0,125 0,103 0,093

37 ULTJ 0,146 0,116 0,097 0,148

38 UNVR 0,404 0,401 0,415 0,372

104

Lampiran 6

Variabel Tunelling Incentive Periode 2012-2015

No Perusahaan Tunneling Incentive

2012 2013 2014 2015

1 ADES 0,919 0,919 0,919 0,919

2 AMFG 0,439 0,439 0,439 0,439

3 ASII 0,501 0,501 0,501 0,501

4 AUTO 0,800 0,800 0,800 0,800

5 BATA 0,818 0,819 0,819 0,820

6 BRAM 0,602 0,602 0,602 0,602

7 BTON 0,455 0,455 0,455 0,455

8 CEKA 0,870 0,870 0,870 0,870

9 CPIN 0,555 0,555 0,555 0,555

10 DLTA 0,583 0,850 0,583 0,583

11 DVLA 0,927 0,927 0,927 0,927

12 HMSP 0,583 0,806 0,982 0,925

13 ICBP 0,805 0,805 0,805 0,805

14 INDF 0,501 0,501 0,501 0,501

15 INTP 0,510 0,510 0,510 0,510

16 JECC 0,526 0,526 0,526 0,526

17 JPFA 0,306 0,306 0,306 0,306

18 KBLI 0,488 0,488 0,488 0,488

19 LION 0,288 0,288 0,577 0,577

20 LMSH 0,255 0,255 0,255 0,255

21 MERK 0,740 0,740 0,740 0,740

22 MLBI 0,751 0,751 0,818 0,818

23 MYOR 0,329 0,329 0,329 0,329

24 NIPS 0,371 0,371 0,264 0,264

25 PICO 0,762 0,762 0,762 0,762

26 PYFA 0,538 0,538 0,538 0,538

27 ROTI 0,315 0,315 0,568 0,315

28 SKLT 0,268 0,268 0,268 0,268

29 SMCB 0,806 0,806 0,806 0,806

30 SQBB 0,905 0,905 0,905 0,905

31 SRSN 0,352 0,352 0,352 0,352

32 STTP 0,568 0,568 0,568 0,568

33 TCID 0,608 0,608 0,608 0,608

34 TOTO 0,395 0,395 0,395 0,379

Bersambung ke halaman berikutnya

105

Lampiran 6 (Lanjutan)

35 TRST 0,285 0,285 0,285 0,285

36 TSPC 0,773 0,773 0,782 0,782

37 ULTJ 0,214 0,214 0,214 0,214

38 UNVR 0,850 0,850 0,850 0,850

106

Lampiran 7

Variabel Transfer Pricing Periode 2012-2015

No Perusahaan RPT Penjualan (dummy)

2012 2013 2014 2015

1 ADES 0 0 0 0

2 AMFG 1 1 1 1

3 ASII 1 1 1 1

4 AUTO 1 1 1 1

5 BATA 1 1 1 1

6 BRAM 1 1 1 1

7 BTON 1 1 1 1

8 CEKA 1 1 1 1

9 CPIN 1 1 1 1

10 DLTA 1 1 1 1

11 DVLA 1 1 1 1

12 HMSP 1 1 1 1

13 ICBP 1 1 1 1

14 INDF 1 1 1 1

15 INTP 1 1 1 1

16 JECC 1 1 1 1

17 JPFA 1 1 1 1

18 KBLI 1 1 1 1

19 LION 1 1 1 1

20 LMSH 1 1 1 1

21 MERK 1 1 1 1

22 MLBI 0 0 0 0

23 MYOR 1 1 1 1

24 NIPS 0 0 0 0

25 PICO 1 1 1 1

26 PYFA 1 1 1 1

27 ROTI 1 1 1 1

28 SKLT 1 1 1 1

29 SMCB 1 1 1 1

30 SQBB 1 1 1 1

31 SRSN 1 1 1 1

32 STTP 1 1 1 1

33 TCID 1 1 1 1

34 TOTO 1 1 1 1

Bersambung ke halaman berikutnya

107

Lampiran 7 (Lanjutan)

35 TRST 1 1 1 1

36 TSPC 1 1 1 1

37 ULTJ 1 1 1 1

38 UNVR 1 1 1 1

108

Lampiran 8

Output Hasil Penelitian Data

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TAX 152 ,000 ,950 ,28007 ,128038

TUN 152 ,214 ,982 ,58047 ,220294

PROFIT 152 ,002 ,669 ,12951 ,120896

LEV 152 ,103 3,962 ,83355 ,692061

RND 152 0 1 ,42 ,495

TF 152 0 1 ,92 ,271

Valid N

(listwise)

152

2. Hasil Uji Frekuensi

TP

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Tidak terdapat

RPT Penjualan

12 7,9 7,9 7,9

Terdapat RPT

Penjualan

140 92,1 92,1 100,0

Total 152 100,0 100,0

3. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 1 1 92,174 1,684

2 84,360 2,272

3 83,964 2,443

4 83,962 2,457

5 83,962 2,457

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 83,962

c. Estimation terminated at iteration number 6 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Bersambung ke halaman berikutnya

109

Lampiran 8 (Lanjutan)

4. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log

likelihood

Coefficients

Constant TAX TUN

PROFI

T LEV RND(1)

Step

1

1 77,929 2,028 ,611 ,005 -2,580 -,483 ,519

2 57,377 2,765 1,896 ,012 -4,465 -,939 1,399

3 47,203 3,045 4,285 ,023 -6,176 -1,482 2,910

4 40,736 3,568 7,092 -,038 -8,394 -2,262 5,258

5 37,703 4,472 9,259 -,155 -10,761 -3,160 8,125

6 36,970 5,005 10,499 -,161 -12,058 -3,691 10,300

7 36,776 5,139 10,829 -,154 -12,351 -3,828 12,639

8 36,751 5,139 10,829 -,154 -12,351 -3,828 15,646

9 36,750 5,139 10,829 -,154 -12,351 -3,828 17,647

10 36,749 5,139 10,829 -,154 -12,351 -3,828 21,647

11 36,749 5,139 10,829 -,154 -12,351 -3,828 24,647

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 83,962

d. Estimation terminated at iteration number 11 because parameter estimates

changed by less than ,001.

5. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Model Summary

Step

-2 Log

likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke

R Square

1 36,749a ,267 ,629

a. Estimation terminated at iteration number 11

because parameter estimates changed by less than ,001

Bersambung ke halaman berikutnya

110

6. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 0,555 8 1,000

7. Hasil Uji Matriks Klasifikasi

Classification Tablea

Observed

Predicted

TF

Percentage Correct NO RPT RPT

Step 1 TF NO RPT 0 12 ,0

RPT 0 140 100,0

Overall Percentage 92,1

a. The cut value is ,500

8. Hasil Uji Regresi Logistik

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step

1a

TAX 10,829 5,336 4,118 1 ,042 50458,898

TUN -,154 1,929 ,006 1 ,936 ,857

PROFIT -12,351 4,114 9,015 1 ,003 ,000

LEV -3,828 1,145 11,176 1 ,001 ,022

RND 24,647 3482,909 ,000 1 ,994 505696,00

Constant 5,139 2,031 6,405 1 ,011 170,615

a. Variable(s) entered on step 1: TAX, TUN, PROFIT, LEV, RND.

b.

Correlation Matrix

Constant TAX TUN PROFIT LEV RND

Step 1 Constant 1,000 -,264 -,588 -,215 -,563 ,000

TAX -,264 1,000 ,193 -,517 -,491 ,000

TUN -,588 ,193 1,000 -,391 -,004 ,000

PROFIT -,215 -,517 -,391 1,000 ,694 ,000

LEV -,563 -,491 -,004 ,694 1,000 -,001

RND ,000 ,000 ,000 ,000 -,001 1,00