Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan...

25
41 BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan digunakan. Oleh karena itu, dalam bab ini, peneliti akan menguraikan skala yang digunakan dalam mengukur orientasi pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri dan prokrastinasi skripsi. Bersamaan dengan itu, akan diuraikan pula populasi dan sampel, serta teknik analisa data yang akan digunakan. A. Variabel Penelitian 1. Identifikasi variabel penelitian Berdasarkan kerangka konseptual dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka variabel-variabel dalam penelitian adalah: 1). Variabel bebas (independent variabel) Dalam penelitian ini variabel bebas (independent variabel) adalah Orientasi pada Kesempurnaan (perfectionism) (X1) dan Efikasi diri (X2) 2). Variabel terikat (dependent variabel) Dalam penelitian ini variabel terikat adalah Prokrastinasi Skripsi (Y). 2. Definisi operasional a) Prokrastinasi skripsi (Y) Prokrastinasi didefinisikan Rothblum, Solomon, dan Murakami (dalam Onwuegbuzie, 2004) sebagai penundaan yang disengaja dalam memulai atau menyelesaikan tugas-tugas dan sebenarnya hal itu tidak perlu. Menurut Wolters (dalam Iskender, 2011) prokrastinasi merupakan

Transcript of Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan...

Page 1: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

41

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif,

perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan

instrumen seperti apa yang akan digunakan. Oleh karena itu, dalam bab ini,

peneliti akan menguraikan skala yang digunakan dalam mengukur orientasi

pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri dan prokrastinasi skripsi.

Bersamaan dengan itu, akan diuraikan pula populasi dan sampel, serta teknik

analisa data yang akan digunakan.

A. Variabel Penelitian

1. Identifikasi variabel penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual dan hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini, maka variabel-variabel dalam penelitian adalah:

1). Variabel bebas (independent variabel)

Dalam penelitian ini variabel bebas (independent variabel)

adalah Orientasi pada Kesempurnaan (perfectionism) (X1) dan

Efikasi diri (X2)

2). Variabel terikat (dependent variabel)

Dalam penelitian ini variabel terikat adalah Prokrastinasi

Skripsi (Y).

2. Definisi operasional

a) Prokrastinasi skripsi (Y)

Prokrastinasi didefinisikan Rothblum, Solomon, dan Murakami

(dalam Onwuegbuzie, 2004) sebagai penundaan yang disengaja dalam

memulai atau menyelesaikan tugas-tugas dan sebenarnya hal itu tidak perlu.

Menurut Wolters (dalam Iskender, 2011) prokrastinasi merupakan

Page 2: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

42

penundaan sampai menit terakhir suatu tugas harus diselasaikan, yang pada

akhirnya individu yang melakukan penundaan ini memiliki niat untuk

menyelesaikannya. Sehingga dapat disimpulkan definisi operasional

prokrastinasi adalah penundaan yang disengaja di dalam menyelesaikan

skripsi, yang pada dasarnya pelaku prokrastinasi mengerti konsekuensi

negatifnya, akan tetapi pada akhirnya individu tersebut memiliki niat untuk

menyelesaikanya.

Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala berdasarkan konsep

Academic Procrastination Q-Sort (APQ) yang diciptakan Sokolowska dan

Zusho (dalam Sokolowska, 2009), kemudian dimodifikasi oleh penulis

sesuai tujuan penelitian yang mencakup 4 aspek prokrastinasi skripsi, yakni:

a) Prilaku

Dimensi prilaku menekankan pada penundaan mengerjakan tugas

dengan cara menghindar dan memperlambat penyelesaian tugas.

Oleh karena itu, karakteristik perilaku prokrastinasi berkaitan

dengan aksi penundaan atau penghindaran. Seorang

prokrastinator cenderung mengalami kesulitan untuk melakukan

hal-hal yang tidak disenangi dan ketika mungkin untuk

melakukan, akan menghidarinya. Ia lebih cenderung untuk

melakukan hal-hal yang disenangi

b) Afektif

Dimensi afektif menekankan pada ketidaknyamanan yang

dirasakan individu. Secara khusus, dimensi ini berhubungan

dengan kecemasan dan kekhawatiran. Beberapa peneliti

menginvestigasi penundaan sebagai mekanisme jalan keluar dari

tekanan emosional yang diasosiasikan dengan tugas. Orang yang

melakukan penundaan juga rentan menderita kekhawatiran dan

Page 3: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

43

frustrasi, khususnya sebelum atau sesudah batas waktu yang

ditentukan. Selain itu, cenderung bosan, suka mencari sensasi,

dan aksi pemberontakan.

c) Kognitif

Dimensi kognitif menekankan kepada mengapa individu tetap

membuat keputusan untuk menunda meskipun mengetahui

konsekuensi negatifnya. Pendekatan secara kognitif membahas

kesengajaan untuk menunda di awal atau menyelesaikan suatu

tugas. Dimensi kognitif dari prokrastinasi melibatkan

pertentangan antara niat untuk menyelesaikan tugas. Dimensi

kognitif juga melibatkan kesulitan memprioritaskan suatu tugas,

dan manajemen waktu yang buruk.

d) Motivasi

Prokrastinasi juga bisa dilihat sebagai motivasi untuk tidak

menyelesaikan tugas. Termasuk di dalamnya persepsi individu

akan pentingnya tugas, manfaat, dan ketertarikan intrinsik yang

melekat dalam diri individu. Beberapa penelitian secara umum

menunjukkan bahwa siswa yang melihat tugas sebagai hal yang

tidak penting, tidak relevan dengan tujuan utamanya, dan tidak

tertarik terhadap tugas tersebut, menunjukan level prokrastinasi

yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang menilai tugas

sebagai sesuatu yang penting.

Tinggi rendahnya skor prokrastinasi skripsi tercermin dari skor skala

prokrastinasi skripsi. Makin tinggi skor total yang diperoleh, menunjukan

prokrastinasi skripsi yang tinggi dan sebaliknya makin rendah skor yang

diperoleh, menunjukan prokrastinasi skripsi yang rendah.

Page 4: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

44

b) Orientasi pada kesempurnaan ( perfectionism ) (X1)

Orientasi pada kesempurnaan adalah sifat kepribadian yang ditandai

dengan upaya untuk mencapai kesempurnaan dan menetapkan standar

kinerja yang terlalu tinggi, disertai dengan kecenderungan ke arah evaluasi

terlalu kritis terhadap perilaku seseorang (Flett & Hewitt, dalam Besharat,

2011). Kaur dan Kaur (2011) mendefinisiskan orientasi pada kesempurnaan

diartikan sebagai ambisi seseorang untuk dapat dan harus mencapai suatu

target yang tinggi, dan sesuatu yang kurang dari sempurna dianggap sebagai

kegagalan total. Sehinga dapat disimpulkan definisi operasional orientasi

pada kesempurnaan adalah sifat kepribadian yang ditandai dengan upaya

untuk mencapai kesempurnaan dan menetapkan standar kinerja yang terlalu

tinggi pada skripsi, tuntutan kesempurnaan yang berlebihan pada ksripsi,

dan tidak dapat menerima sesuatu yang tidak sempurna pada skripsi.

Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala berdasarkan konsep

Perfectionism Inventory (PI) yang diciptkan Hill, dkk., (2004), kemudian

dimodifikasi oleh penulis sesuai tujuan penelitian yang mencakup 2 aspek

orientasi pada kesempurnaan (perfectionism), yakni:

a) Ketelitian akan kesempurnaan

Ini merupakan dimensi adaptif atau dimensi positif dari orientasi

pada kesempurnaan. Adapun indikator dari dimensi ini adalah

kecenderungan untuk meminta pihak lain memiliki standar yang

sama, kecenderungan untuk rapi dan teratur, kecenderungan

untuk merencanakan di awal atau membicarakan keputusan

sebelum diambil, kecenderungan untuk mengejar hasil yang

sempurna atau berstandar tinggi.

Page 5: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

45

b) Evaluasi diri pada kesempurnaan

Ini merupakan dimensi maladaptif atau dimensi negatif dari

orientasi pada kesempurnaan. Adapun indikator dari dimensi ini

adalah kecederungan mengalami stress atau kecemasan akibat

kesalahan yang dibuat, kecenderungan untuk mendapatkan

validasi dari orang lain atau sensitif terhadap kritik,

kecenderungan merasa perlu tampil sempurna untuk mendapat

penerimaan dari orang tua, kecenderungan untuk khawatir

mengenai kesalahan yang dibuat di masa lalu atau kesalahan di

masa depan.

Tinggi rendahnya skor oreintasi pada kesempurnaan tercermin dari

skor skala orientasi pada kesempurnaan. Makin tinggi skor total yang

diperoleh, menunjukan orientasi pada kesempurnaan yang tinggi dan

sebaliknya makin rendah skor yang diperoleh, menunjukan orientasi pada

kesempurnaan yang rendah.

a. Efikasi diri (X2)

Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuanya

untuk menyelesaikan tugas ( Bandura, dalam Thakkar 2009). Menurut

Matlin (dalam Sulistyawati, 2010), seseorang yang memiliki efikasi diri yang

kuat, mampu mengatur kehidupan mereka untuk lebih berhasil. Hal ini

senada dengan yang dikatakan oleh Ames (dalam Balkis, 2011) bahwa

efikasi diri merupakan keyakinan dasar yang memimpin seseorang untuk

mencapai kesuksesan atau keberhasilan. Seseorang dengan efikasi diri yang

tinggi ketika awalnya tidak berhasil, mereka akan mencoba cara yang baru,

dan bekerja lebih keras. Ketika masalah timbul, seseorang dengan efikasi diri

yang kuat tetap tenang dalam menghadapi masalah dan mencari solusi,

Page 6: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

46

bukan memikirkan kekurangan dari dirinya. Dengan demikian dapat

disimpulkan definisi operasional efikasi diri pada skripsi adalah keyakinan

seseorang akan kemampuannya dalam menghadapi masalah di dalam

skripsi yang dikerjakan, kemudian mencari solusi, dan bukan memikirkan

kekurangan dari dirinya.

Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala berdasarkan konsep

Corsini (dalam Siregar, 2012) yang dimodifikasi Siregar (2012), kemudian

dimodifikasi kembali oleh penulis sesuai tujuan penelitian yang mencakup 4

aspek efikasi diri, yakni:

a) Kognitif

Yaitu kemampuan individu untuk memikirkan cara-cara yang

digunakan, dan merancang tindakan yang akan diambil untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu fungsi berfikir

adalah untuk memprediksi kejadian sehari-hari yang akan

berakibat pada masa depan. Semakin efektif kemampuan efektif

kemampuan seseorang dalam analisis berfikir dan dalam berlatih,

maka akan mendukung seseorang bertindak dengan tepat untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

b) Motivasi

Yaitu kemampuan individu untuk memotivasi diri melalui

pikirannya untuk melakukan tindakan dan membuat keputusan

serta mencapai tujuan yang diharapkan. Motivasi tumbuh dari

pemikiran yang optimis dari dalam diri individu untuk

mewujudkan tindakan yang diharapkan. Tiap-tiap individu

berusaha memotivasi dirinya dengan menetapkan keyakinan pada

tindakan yang akan dilakukan, mengantisipasi pikiran sebagai

latihan untuk mencapai tujuan dan merencanakan tindakan yang

Page 7: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

47

akan dilaksanakannya. Motivasi dalan efikasi diri digunakan untuk

memprediksi kesuksesan dan kegagalan.

c) Afeksi

Yaitu kemampuan individu untuk mengatasi perasaan emosi yang

ditimbulkan dari diri sendiri untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Afeksi berperan pada pengaturan diri individu

terhadap pengaruh emosi. Afeksi terjadi secara alami dalam diri

individu dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman

emosional. Afeksi ditujukan dengan mengontrol kecemasan dan

perasaan depresif yang menghalangi pola pikir yang benar untuk

mencapai tujuan.

d) Seleksi

Yaitu kemampuan individu untuk melakukan pertimbangan secara

matang dalam memilih perilaku dan lingkungannya. Individu akan

menghindari aktivitas dan situasi yang diyakini melebihi

kemampuan yang mereka miliki, tetapi mereka siap melakukan

aktivitas menantang dan situasi yang mereka rasa mampu

mengendalikannya.

Tinggi rendahnya efikasi diri tercermin dari skor skala efikasi diri.

Makin tinggi skor total yang diperoleh, menunjukan efikasi diri yang tinggi

dan sebaliknya makin rendah skor yang diperoleh, menunjukan efikasi diri

yang rendah.

2. Populasi, Sampel Penelitian, dan Tehnik Sampling

Populasi yakni himpunan atau kumpulan dari semua objek yang akan

diteliti (Soleh, 2005). Populasi dari penelitian ini adalah mahasiwa Fakultas

Psikologi UKSW Salatiga yang sedang mengerjakan skripsi. Menurut Soleh

Page 8: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

48

(2005) sampel yakni himpunan bagian dari populasi. Sampel harus

memberikan gambaran sebaik mungkin tentang populasinya, sehingga

dengan mengambil sejumlah anggota populasi dapat bebicara mengenai

anggota populasi tersebut secara keseluruhan. Bilamana jumlah populasi

relatif kecil, maka semua anggota populasi dapat digunakan sebagai sampel.

Seperti pendapat Arikunto (2009) yang menyebutkan bahwa jika anggota

subjek dalam populasinya hanya meliputi 100 hingga 150 atau kurang dari

100, dan dalam pengumpulan menggunakan angket maka sebaiknya subjek

sejumlah itu diambil seluruhnya. Hal ini disebut sebagai sampel jenuh.

Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel jenuh

yaitu sebanyak 73 mahasiswa. Data yang diperoleh penulis dari bagian

Administrasi Universitas Kristen Satya Wacana menunjukan bahwa

mahasiswa yang saat ini mengambil skripsi (lebih dari 1 semester) berjumlah

10 orang, skripsi lanjut 1 berjumlah 41 orang, dan skripsi lanjut 2 berjumlah

22.

3. Instrumen Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur dalam penelitian,

yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun

sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel

penelitian. Instrumen sebagai alat bantu pengambilan data harus dapat

memberikan informasi tentang responden sesuai dengan keadaan yang

sesungguhnya, atau dengan kata lain instrumen harus dapat memberikan

informasi yang dapat dipertanggung jawabkan.

Data tentang variabel-variabel dalam penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan instrumen berupa skala dan daftar isian identitas pribadi.

Page 9: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

49

Alasan penggunaan instrumen berupa skala (angket) karena tidak

mengharuskan kehadiran peneliti, dapat dibagikan secara serentak kepada

banyak responden sekaligus, waktu pelaksanaan pengisian tidak mengikat

sehingga dapat disesuiakan dengan waktu yang dimiliki responden.

Dalam penelitian ini terdapat tiga data yang akan dikumpulkan,

yaitu data orientasi pada kesempurnaan, efikasi diri dan prokrastinasi skripsi.

Melalui instrumen berupa skala (angket) data dikumpulkan dengan

menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden, dengan

harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan/pernyataan

tersebut, dengan memilih salah satu jawaban dari alternatif jawaban yang

telah disediakan. Adapun penjelasan mengenai skala yang disediakan dalam

instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Skala orientasi pada kesempurnaan ( perfectionism ) mahasiswa

dalam mengerjakan skripsi

Skala ini berupa skala penilaian yang dikhususkan untuk

mengungkap data orientasi pada kesempurnaan. Skala ini merupakan

modifikasi dari Perfectionism Inventory (PI ) (Hill, dkk, 2004), dengan

reliabilitas sebesar 0.83, dan dalam penelitian Gunawinata, dkk., (2008)

menyebutkan bahwa setelah dimodifikasi skala ini memiliki validitas yang

bergerak dari 0.31 – 0.73. Skala ini terdiri dari 6 aspek, yaitu:

1) Ketelitian akan kesempurnaan

Ini merupakan dimensi adaptif atau dimensi positif dari orientasi

pada kesempurnaan. Adapun indikator dari dimensi ini adalah

kecenderungan untuk meminta pihak lain memiliki standar yang

sama, kecenderungan untuk rapi dan teratur, kecenderungan

untuk merencanakan di awal atau membicarakan keputusan

Page 10: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

50

sebelum diambil, kecenderungan untuk mengejar hasil yang

sempurna atau berstandar tinggi.

2) Evaluasi diri pada kesempurnaan

Ini merupakan dimensi maladaptif atau dimensi negatif dari

orientasi pada kesempurnaan. Adapun indikator dari dimensi ini

adalah kecederungan mengalami stres atau kecemasan akibat

kesalahan yang dibuat, kecenderungan untuk mendapatkan

validasi dari orang lain atau sensitif terhadap kritik,

kecenderungan merasa perlu tampil sempurna untuk mendapat

penerimaan dari orang tua, kecenderungan untuk khawatir

mengenai kesalahan yang dibuat di masa lalu atau kesalahan di

masa depan.

Skala orientasi pada kesempurnaan ini menggunakan 4 skor

penilaian, yaitu point 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai, 2 untuk jawaban

tidak sesuai, 3 untuk jawaban sesuai dan 4 untuk jawaban sangat sesuai.

Semakin tinggi skor menunjukan orientasi pada kesempurnaan

(perfectionism ) yang semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah skor

menunjukan orientasi pada kesempurnaan (perfectionism ) yang semakin

rendah.

Page 11: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

51

Tabel 3.1.

Kisi – kisi instrumen orientasi pada kesempurnaan

Aspek Indikator Sebaran item

F UF

Ketelitian padakesempurnaan

kecenderungan untuk memintapihak lain memiliki standar yangsama

1,3,5,7,9

kecenderungan untuk rapi danteratur

11,13,15,17,19,21,23

kecenderungan untukmerencanakan di awal ataumembicarakan keputusan sebelumdiambil

25,27,29,31,33,35

kecenderungan untuk mengejarhasil yang sempurna atauberstandar tinggi

37,39,41,43,45,47

Evaluasi diripadakesempurnaan

kecederungan mengalami stressatau kecemasan akibat kesalahanyang dibuat

2,4,6,8,10,12

kecenderungan untukmendapatkan validasi dari oranglain atau sensitif terhadap kritik

14,16,18,20,22,24,26,28

kecenderungan merasa perlutampil sempurna untuk mendapatpenerimaan dari orang tua

30,32,34,36,38,40,42,4

4kecenderungan untuk khawatirmengenai kesalahan yang dibuat dimasa lalu atau kesalahan di masadepan

46,48,49,50,51

b) Skala efikasi diri mahasiswa dalam mengerjakan skripsi.

Skala ini untuk mengungkap data mengenai efikasi diri mahasiswa

dalam mengerjakan skripsi merupakan modifikasi dari skala efikasi diri yang

ada di dalam tesis Siregar ( 2012 ) yang merupakan skala hasil modifikasi

pula. Skala ini memiliki validitas yang bergerak dari 0.303 hingga 0.666 dan

reliabilitas 0.888, yang berarti skala tersebut memiliki tingkat reliabilitas

Page 12: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

52

yang sangat baik. Skala ini merupakan pengembangan aspek dari Corsini

(dalam Siregar, 2012), yaitu:

1) Kognitif

Yaitu kemampuan individu untuk memikirkan cara-cara yang

digunakan, dan merancang tindakan yang akan diambil untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Asumsi yang muncul dari

aspek ini adalah semakin efektif kemampuan seseorang dalam

analisis berfikir dan dalam berlatih mengungkapkan ide – ide atau

gagasan pribadi, maka akan mendukung seseorang bertindak

dengan tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2) Motivasi

Yaitu kemampuan individu untuk memotivasi diri melalui

pikirannya untuk melakukan tindakan dan membuat keputusan

serta mencapai tujuan yang diharapkan. Motivasi tumbuh dari

pemikiran yang optimis dari dalam diri individu untuk

mewujudkan tindakan yang diharapkan. Tiap-tiap individu

berusaha memotivasi dirinya dengan menetapkan keyakinan

pada tindakan yang akan dilakukan, mengantisipasi pikiran

sebagai latihan untuk mencapai tujuan dan merencanakan

tindakan yang akan dilaksanakannya. Motivasi dalan efikasi diri

digunakan untuk memprediksi kesuksesan dan kegagalan.

3) Afeksi

Yaitu kemampuan individu untuk mengatasi perasaan emosi yang

ditimbulkan dari diri sendiri untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Afeksi berperan pada pengaturan-diri individu

terhadap pengaruh emosi. Afeksi terjadi secara alami dalam diri

individu dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman

Page 13: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

53

emosional. Afeksi ditujukan dengan mengontrol kecemasan dan

perasaan depresif yang menghalangi pola pikir yang benar untuk

mencapai tujuan.

4) Seleksi

Yaitu kemampuan individu untuk melakukan pertimbangan

secara matang dalam memilih perilaku dan lingkungannya.

Individu akan menghindari aktivitas dan situasi yang diyakini

melebihi kemampuan yang mereka miliki, tetapi mereka siap

melakukan aktivitas menantang dan menghadapi situasi yang

mereka rasa mampu untuk mereka hadapi.

Skala efikasi diri ini menggunakan 4 skor penilaian, yaitu point 1

untuk jawaban sangat tidak sesuai, 2 untuk jawaban tidak sesuai, 3 untuk

jawaban sesuai dan 4 untuk jawaban sangat sesuai. Semakin tinggi skor

menunjukan efikasi diri yang semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah

skor menunjukan efikasi diri yang semakin rendah.

Page 14: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

54

Tabel 3.2.

Kisi-kisi instrumen efikasi diri

Aspek Indikator Sebaran item

F UFKognitif Mampu memikirkan cara-cara untuk

mencapai tujuan1,5,9,13

Mampu memperediksi kejadian sehari –hari yang akan berakibat pada masadepan

17,25 21,32

Motivasi Kemampuan memotivasi diri denganpikiran untuk melakukan suatu tindakanyang berkaitan dengan situasi yangdihadapi

2,10,14 6

Yakin / optimis dalam tindakan yangdilakukan

18,22,26 33

Afeksi Mampu mengatasi perasaan emosi yangmuncul dari diri sendiri

3,11 7,15

Mampu mengontrol kecemasan yangmenghalangi berpikir jernih untukmencapai tujuan

19,29 23,27

Seleksi Mampu memilih aktivitas yang sesuaidengan kemampuan

4,8,12,16 20

Melakukan aktivitas yang penuhtantangan

24,30 28,31

c) Skala prokrastinasi skripsi

Skala ini untuk mengungkap data mengenai prokrastinasi mahasiswa

dalam mengerjakan skripsi, merupakan modifikasi dari Academic

Procrastination Q-Sort (APQ) (Sokolowska & Zusho, dalam Sokolowska,

2009) yang memiliki reliabilitas sebesar 0.80. Skala ini merupakan gabungan

dari beberapa alat ukur prokrastinasi yang telah diakui validitasnya dan

sering digunakan dalam penelitian-penelitian mengenai prokrastinasi.

Seperti, TPS (Tuckman Procrastination Scale) dengan validitas yang

bergerak dari 0.25 hingga 0.75 ( Tuckman, 1990 ) dan PASS

Page 15: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

55

(Procrastination Assessment Scale Students ) dengan validitas yang bergerak

dari 0.29 hingga 0.66 (Gunawinata, dkk., 2008 ). Skala ini tediri dari 4 aspek

yaitu:

1. Perilaku

Dimensi perilaku menekankan pada penundaan mengerjakan

tugas dengan cara menghindar dan memperlambat penyelesaian

tugas. Oleh karena itu, karakteristik perilaku prokrastinasi

berkaitan dengan aksi penundaan atau penghindaran. Seorang

prokrastinator cenderung mengalami kesulitan untuk melakukan

hal – hal yang tidak disenangi dan ketika mungkin untuk

melakukan, akan menghidarinya. Ia lebih cenderung untuk

melakukan hal – hal yang disenangi.

2. Afektif

Dimensi afektif menekankan pada ketidaknyamanan yang

dirasakan individu. Secara khusus, dimensi ini berhubungan

dengan kecemasan dan kekhawatiran, Beberapa peneliti yang

menginvestigasi penundaan sebagai mekanisme jalan keluar dari

tekanan emosional yang diasosiasikan dengan tugas. Orang yang

melakukan penundaan juga rentan menderita kekhawatiran dan

frustrasi, khususnya sebelum atau sesudah batas waktu yang

ditentukan. Selain itu, cenderung bosan, suka mencari sensasi,

dan aksi pemberontakan.

3. Kognitif

Dimensi kognitif menekankan kepada mengapa individu tetap

membuat keputusan menunda meskipun mengetahui

konsekuensi negatifnya. Pendekatan secara kognitif membahas

kesengajaan untuk menunda di awal atau menyelesaikan suatu

Page 16: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

56

tugas. Dimensi kognitif dari prokrastinasi melibatkan

pertentangan antara niat untuk menyelesaikan tugas. Dimensi

kognitif juga melibatkan kesulitan memprioritaskan suatu tugas,

dan manajemen waktu yang buruk.

4. Motivasi

Prokrastinasi juga bisa dilihat sebagai motivasi untuk tidak

menyelesaikan tugas. termasuk di dalamnya persepsi individu

akan pentingnya tugas, manfaat, dan ketertarikan intrinsik yang

melekat dalam diri individu. Beberapa penelitian secara umum

menunjukkan bahwa siswa yang melihat tugas sebagai hal yang

tidak penting, tidak relevan dengan tujuan utamanya, dan tidak

tertarik terhadap tugas tersebut, menunjukan level prokrastinasi

yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang menilai tugas

sebagai sesuatu yang penting.

Skala prokrastinasi skripsi ini menggunakan 4 skor penilaian, yaitu

point 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai, 2 untuk jawaban tidak sesuai, 3

untuk jawaban sesuai dan 4 untuk jawaban sangat sesuai. Semakin tinggi

skor menunjukan prokrastinasi skripsi yang semakin tinggi, sebaliknya

semakin rendah skor menunjukan prokrastinasi skripsi yang semakin rendah.

Page 17: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

57

Tabel 3.3.

Kisi-kisi instrumen prokrastinasi skripsi

2. Proses pengumpulan data

Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan

penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas

dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai

proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau

menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai

dengan lingkup penelitian.

Sebelumnya dilakukan uji coba skala. Adapun uji coba skala ini

dimaksudkan untuk menguji apakah skala yang digunakan valid dan dapat

diandalkan, sebelum dipakai pada penelitian yang sesungguhnya. Setelah

mendapatkan nilai validitas dan reliabilitas yang sesuai standar yang

ditetapkan, maka penelitian yang sesungguhnya dilakukan pada tanggal 4 –

22 Juni 2012 dan data yang diperoleh dari penelitian tersebut dianalisis untuk

menguji hipotesis yang dianjurkan pada penelitian ini.

Aspek Indikator Sebaran Item

F UF

Perilaku Menunda mengerjakan tugas 5, 13, 17, 1, 9, 21

Menghindari mengerjakan tugasdengan melakukan hal yang disenangi

25, 29,33,35

Afektif Mencari sensasi 2, 6, 10, 14Merasakan kecemasan atau khawatirdalam mengerjakan suatu tugas

18, 22, 26,30

34

Kognitif Mengetahui konsekuensi negative daripenundaan tetapi tetap melakukanya

3, 7, 11, 15

Kesulitan memprioritaskan tugas 19, 23, 27 31Motivasi Menganggap suatu tugas sebagai hal

yang tidak menarik4, 8, 12 16

Menganggap tugas tidak memilikimanfaat

20, 24, 28, 32

Page 18: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

58

Kegiatan pengumpulan data diawali dengan mengajukan surat

permohonan ijin penelitian kepada dekan fakultas fsikologi UKSW Salatiga.

Setelah mendapatkan ijin penelitian dari dekan fakultas psikologi UKSW

Salatiga untuk melakukan penelitian, pengumpulan data segera dilakukan.

Pengumpulan data berupa skala terkait variabel prokrastinasi skripsi,

orientasi pada kesempurnaan dan efikasi diri.

Kurang lebih dua minggu pertama penulis mencari subjek dengan

cara stay di Falkultas Psikologi. Penulis mencoba bertanya kepada setiap

mahasiswa yang datang ke fakultas psikologi dengan pertanyaan “apakah

sudah menulis skripsi?”, jika ya, “apakah sudah lebih dari 1 semester dan

apakah sudah pernah melakukan bimbingan?”. Jika 2 pertanyaan ini

terpenuhi, maka penulis akan memberikan skala untuk diisi.

Selama kurang lebih 2 minggu ini, jumlah sampel belum juga

terpenuhi, hanya terkumpul sekitar 45 mahasiswa. Kemudian penulis

mencoba mencari informasi melalui mahasiswa angkatan 2005 s/d 2007

yang dikenal oleh penulis mengenai mahasiswa angkatan tersebut yang

jarang pergi ke fakultas untuk melakukan bimbingan skripsi. Setelah

mendapat informasi tersebut, penulis mencoba menghubungi melalui telpon

ataupun mendatangi langsung ke rumah atau kos mahasiswa yang

besangkutan.

Bukan perkara mudah untuk menemui mereka, penulis sudah

mendatangi kos mahasiswa bersangkutan, akan tetapi beberapa diantaranya

tidak dapat ditemui karena sedang tidak ada di tempat ataupun pulang ke

kota asalnya. Jika jarak kota asal mahasiswa yang besangkutan tidak terlalu

jauh dari Salatiga, penulis akan mendatanginya langsung. Misalnya seperti di

Ambarawa, dan Merak mati, Bawan. Proses ini berlangsung kurang lebih

Page 19: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

59

selama 1 minggu, dan pada akhirnya skala yang terkumpul tidak dapat

memenuhi jumlah sampel yang seharusnya, yaitu hanya berjmlah 62 skala.

4. Uji Coba Instrumen

1. Seleksi item skala

Hakikatnya pada setiap pengukuran selalu diharapkan untuk

mendapat hasil ukur yang akurat dan objektif. Salah satu upaya untuk

mencapainya adalah alat ukur yang digunakan harus valid atau sahih dan

reliabel atau andal (Hadi, 2000). Oleh karena itu sebelum skala diberikan

kepada subjek yang sebenarnya maka sebaiknya dilakukan tryout terlebih

dahulu. Instrumen sebelum digunakan harus dilakukan seleksi item yang

terdiri dari proses uji validitas dan uji reliabilitas.

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya,

sehingga perlu untuk dilakukan pengukuran secara cermat terhadap butir

pernyataan. Validilitas instrumen mencakup validitas isi, konstruk dan

kriteria (Azwar, 2010). Dalam penelitian ini akan menggunakan validitas isi

dan validitas kriteria internal. Validitas isi dilakukan melalui pendapat

profesional, yaitu dosen pembimbing. Pengujian validitas butir melalui

korelasi tiap butir/item dengan total item dan untuk memperoleh nilai

korelasi tesebut digunakan tehnik analisis korelasi product moment pearson

menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS for windows versi

17.0. Berdasarkan hasil korelasi ditentukan butir-butir yang sahih dan gugur.

Menurut Azwar (2010), koefisien validitas yang kurang dari 0.30 adalah

tidak memuaskan. Oleh karena itu dalam uji coba instrumen, penulis

menggunakan angka korelasi 0,30 sebagai batas validitas butir.

Page 20: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

60

Sesudah proses validitas, akan dilakukan analisis reliabilitas terhadap

butir-butir yang sudah sahih. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur

yang sama (Aswar 2010). Adapun pengujian reliabilitas ini akan dilakukan

dengan tehnik cronbach alpha, dengan batuan program SPSS for windows

evaluation version 17.0. Cronbach Alpha pada dasarnya dapat digunakan

untuk menguji reliabilitas instrumen skala likert. Suatu konstruk atau

variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha ≥ 0,60

(Nunnaly dalam Ghozali, 2009).

2. Hasil seleksi item

Sebelum dilakukan penelitian atau pengambilan data, alat ukur perlu

diuji coba (try out) terlebih dahulu untuk mengetahui ketepatan dan

kecermatan, serta untuk mengetahui tingkat reliabilitas alat ukur tersebut.

Meskipun telah diutarakan sebelumnya bahwa alat ukur acuan yang

digunakan sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Namun untuk lebih

memastikan validitas dan reliabilitas skala yang akan digunakan, maka

penulis tetap melakukan uji validitas dan reliabilitas. Dengan pertimbangan

bahwa instrumen tersebut akan digunakan pada lokasi/tempat dan responden

yang berbeda. Berikut ini adalah gambaran tentang hasil analisa uji coba

instrumen.

Page 21: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

61

a) Skala orientasi pada kesempurnaan (perfectionism)

Berdasarkan perhitungan validitas diperoleh 22 item yang gugur dan

29 item yang valid, dengan rentang nilai item valid antara 0.301 sampai

dengan 0.706. Coefisien alpha cronbach dari 29 item valid adalah adalah

0.856, untuk itu reliabilitas alat ukur orientasi pada kesempurnaan

(perfectionism) berada pada kategori dapat diandalkan. Di bawah ini

dijelaskan penyebaran item valid dan item gugur.

Tabel 3.4.

Sebaran item valid dan item gugur

skala orientasi pada kesempurnaan (perfectionism)

No Aspek Jumlahitem

Item valid Item tidak valid

1 Ketelitian padakesempurnaan

24 1, 5, 7, 11, 17, 19, 25,27, 37, 39, 41, 43.

3, 9, 13, 15, 21, 23,29, 31, 33, 35,45,

472 Evaluasi diri pada

kesempurnaan27 2, 6, 8, 10, 12, 20, 22,

26, 28, 30, 32, 34, 38,44, 48, 49, 50

4, 14, 16, 18, 24,36, 40, 42, 46, 51.

Total item 51 29 22

b) Skala self – efficacy

Berdasarkan perhitungan validitas diperoleh 8 item yang gugur dan

25 item yang valid, dengan rentang nilai item valid antara 0, 330 sampai

dengan 0, 776. Coefisien alpha cronbach dari 25 item valid adalah 0, 883,

untuk itu reliabilitas alat ukur efikasi diri berada pada kategori dapat

diandalkan. Di bawah ini dijelaskan penyebaran item valid dan item gugur.

Page 22: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

62

Tabel 3.5

Tabel sebaran item valid dan item gugur

skala self- efficacy

No Aspek Jumlah item Item valid Item tidakvalid

1 Kognitif 8 5, 9, 13, 17, 2125, 32

1

2 Motivasi 8 2, 6, 10, 14, 18,22, 26, 33

3 Afeksi 8 11, 15, 19, 27,29

3, 7, 23

4 Seleksi 9 8, 16, 24, 30,31

4, 12, 20, 28

Total item 33 25 8

c) Skala prokrastinasi skripsi

Berdasarkan perhitungan validitas diperoleh 8 item yang gugur dan

27 item yang valid, dengan rentang nilai item valid antara 0.323 sampai

dengan 0.681. Coefisien alpha cronbach dari 27 item valid adalah 0.896,

untuk itu reliabilitas alat ukur prokrastinasi skripsi berada pada kategori

dapat diandalkan. Di bawah ini dijelaskan penyebaran item valid dan item

gugur

Tabel 3.6

Tabel sebaran item valid dan item gugur

skala prokrastinasi skripsi

No Aspek Jumlahitem

Item valid Item tidakvalid

1 Perilaku 10 1, 5, 9, 13, 17, 25,29, 33, 35

21

2 Afektif 9 2, 10, 22, 30, 34 6, 14, 18,26

3 Kognitif 8 3, 7, 11, 15, 19, 23,27, 31

4 Motivasi 8 4, 12, 16, 24, 28 8, 20, 32Total item 35 27 8

Page 23: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

63

5. Analisis Data

1. Uji asumsi klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, data perlu terlebih dulu

diuji agar memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE)

sehingga dapat menghasilkan parameter penduga yang sahih. Menurut

Ghozali (2009), dalam penelitian terdapat empat uji asumsi klasik, yang

diantaranya adalah: uji normalitas, uji multikolonieritas, uji

heteroskedastisitas, dan uji linearitas.

a) Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data terdistribusi

secara normal. Model regresi yang baik yang baik mensyaratkan data

terdistribusi normal atau paling tidak mendekati normal. Dalam penelitian ini

pengujian normalitas dilakukan dengan melihat gambar grafik P-P Plot.

Normalitas dideteksi dengan melihat titik-titik yang mendekati garis linear

yang bergerak dari kiri ke bawah ke kanan atas. Bila titik-titik tersebut

mengikuti garis linear, berarti data terdistribusi secara normal dan analisa

dapat dilanjutkan (Santoso, 2010).

b) Uji multikolonieritas

Multikolinearitas artinya antara variabel independen yang terdapat

dalam model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau

mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Karena itu

uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Sebab jika terjadi

korelasi, maka terdapat problem multikolinearitas.

Page 24: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

64

Menurut Priyatno (2009), ada beberapa metode menguji

multikolinearitas, yaitu dengan membandingkan nilai koefisien dterminasi

individual (r2) dengan nilai determinasi secara serentak (R2) dan yang kedua

dengan melihat nilai tolerance dan dengan melihat tolerance dan inflation

factor (VIF) pada model regresi. Dalam penelitian ini pengujian akan

dilakukan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika

nilai tolerance ≤ 0.10 dan VIF < 10 (Priyatno, 2009).

c) Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan veriance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika Variance tetap maka disebut homoskedositas. Model regresi

yang baik yaitu homoskedositas atau tidak terjadinya heteroskedasitas. Salah

satu cara untuk mendeteksinya adalah dengan melihat scatter plot (nilai

prediksi dependen ZPRED dengan residual SRESID). Apabila titik-titik pada

grafik Scatter plot menyebar secara acak di atas dan dibawah nol pada

sumbuh Y maka tidak terjadi masalah heteroskedasitas (Santoso, 2000).

d) Uji linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi

penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Uji ini dilakukan dengan

mencari persamaan garis regresi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika

hasil uji Anova menunjukan signifikansi pada kolom deviation from linearity

lebih dari 0,05 (p>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier.

(Sulistyo, 2010).

Page 25: Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan (Perfectionism) dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2904/4/T2_832010013_BAB III... · pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri

65

2. Uji hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, hasil yang telah

diperoleh dari kuesioner diolah dengan menggunakan uji statistik. Uji

statistik yang dipakai yaitu teknik analisis regresi berganda dengan

menggunakan SPSS for windows evaluation version 17.0. Analisis regresi

berganda bermaksud untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel

dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor

dimanipulasi (Sugiyono, 2010).