Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

47
PENGARUH OKRA (ABELMOSCHUS ESCULENTUS) TERHADAP DIABETES MELITUS OLEH: MELISA PUTRI 2011-060-091 UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA FAKULTAS KEDOKTERAN 2014

description

KTI

Transcript of Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

Page 1: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

PENGARUH OKRA (ABELMOSCHUS ESCULENTUS)

TERHADAP DIABETES MELITUS

OLEH:

MELISA PUTRI

2011-060-091

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

2014

Page 2: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

i

PENGARUH OKRA (ABELMOSCHUS ESCULENTUS)

TERHADAP DIABETES MELITUS

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

MELISA PUTRI

2011-060-091

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

2014

Page 3: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

ii

2014

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan tidak ada bagian dari

tulisan ini yang telah dipublikasikan dan merupakan hak intelektual pihak lainnya,

kecuali yang telah dinyatakan dalam referensi. Apabila saya melanggar pernyataan

ini, saya bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di

lingkungan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

NAMA : MELISA PUTRI

NIM : 2011-060-091

Jakarta, 21 November 2014

Melisa Putri

Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia

Page 4: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan

Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Jakarta, 21 November 2014

Komisi Pembimbing

Ketua

(dr. Karim Susanto, MS)

Anggota

(dr. Sandy Vitria Kurniawan, M.Biomed)

Page 5: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

iv

PANITIA SIDANG KARYA TULIS ILMIAH UNIVERSITAS

KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA FAKULTAS

KEDOKTERAN

Jakarta, 21 November 2014

Ketua

(dr. Karim Susanto, MS)

Anggota

(dr. Sandy Vitria Kurniawan, M.Biomed)

Page 6: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

v

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KATOLIK ATMA JAYA

Jakarta, 21 November 2014

ABSTRAK

Pengaruh Okra (Abelmoschus esculentus) Terhadap Diabetes Melitus

Oleh:

MELISA PUTRI

Dibimbing oleh KARIM SUSANTO

Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang disebabkan karena kurangnya

sekresi insulin atau terjadi resistensi insulin pada jaringan. Penyakit ini ditandai

dengan hiperglikemia. Saat ini, diabetes mellitus merupakan salah satu dari 10

penyakit penyebab kematian terbanyak di dunia. Okra (Abelmoschus esculentus)

merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki banyak manfaat medis. Salah satu

manfaat okra adalah sebagai antidiabetes. Dari hasil studi literatur yang telah

dilakukan, diketahui bahwa okra mengandung 2 glikosida flavonol yang berfungsi

untuk menghambat enzim α-glukosidase. Viscous Soluble Dietary Fibers (VSDF)

okra berperan dalam menurunkan absopsi glukosa pada usus. Mekanisme kerja okra

lainnya adalah dengan menghambat enzim α-amilase dan meningkatkan sensitivitas

jaringan terhadap insulin. Hasil berbagai penelitian menunjukan bahwa ekstrak okra

dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Dalam studi kepustakaan ini, akan

dibahas lebih lanjut mengenai potensi okra sebagai terapi diabetes melitus.

Kata kunci : okra, Abelmoschus esculentus, diabetes melitus

Page 7: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

vi

FACULTY OF MEDICINE

ATMA JAYA CATHOLIC UNIVERSITY OF INDONESIA

Jakarta, November 21st 2014

ABSTRACT

Effects of Okra (Abelmoschus esculentus) in Diabetes Mellitus

By:

MELISA PUTRI

Mentored by KARIM SUSANTO

Diabetes mellitus is a chronic disease caused by insufficient secretion of

insulin or target tissue insulin resistance. This disease is marked by hyperglycemia.

Nowdays, diabetes mellitus is one of 10 leading causes of death in the world. Okra

(Abelmoschus esculentus) is a vegetable that has many medicinal properties. One of

okra’s benefits is antidiabetic activity. The result from this literature study shows

that okra contains two flavonol glycosides that inhibit α-glucosidase. Viscous

Soluble Dietary Fibers (VSDF) of okra is responsible for lowering intestinal glucose

absorption. The other mechanisms of action are inhibition of α-amylase and

increasing tissues sensitivity to insulin. Results from many studies show okra extracts

decrease blood glucose. This literature study provides information about okra’s

potential as treatment to diabetes mellitus.

Key words : okra, Abelmoschus esculentus, diabetes mellitus

Page 8: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan

dan berkat yang diberikan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sampai selesai.

Karya Tulis Ilmiah studi kepustakaan yang berjudul Pengaruh Okra

(Abelmoschus esculentus) Terhadap Diabetes Melitus ini disusun untuk melengkapi

dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di

Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta. Penulis menyadari kurangnya

perhatian terhadap penyakit diabetes melitus yang banyak terdapat pada masyarakat

dan pentingnya mengetahui alternatif terapi terbaru yang sedang dikembangkan.

Karya Tulis Ilmiah ini mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. dr. Karim Susanto, MS sebagai dosen pembimbing dan penguji Karya

Tulis Ilmiah ini.

2. dr. Sandy Vitria Kurniawan, M.Biomed, sebagai penguji seminar dan

sidang Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan secara moral dan

spiritual kepada penulis.

4. Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma

Jaya yang telah memberikan dukungan moral.

5. Pihak-pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat kami tuliskan satu persatu.

Manusia dalam kehidupan ini pasti pernah melakukan kesalahan. Penulis

menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun sebagai

masukan di karya tulis yang akan datang. Penulis juga memohon maaf jika ada kata-

kata penulis yang kurang berkenan di hati para pembaca. Akhir kata, penulis

berharap bahwa Karya Tulis Ilmiah ini dapat membantu dan menambah wawasan

para pembaca.

Jakarta, 21 November 2014

Penulis

Page 9: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii

PANITIA SIDANG ................................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................................. v

ABSTRACT ................................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................... 2

1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 2

1.4. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 3

1.4.1. Bidang Akademik ............................................................................. 3

1.4.2. Pelayanan Masyarakat ...................................................................... 3

1.4.3. Pengembangan Penelitian ................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Melitus ......................................................................................... 4

2.1.1. Anatomi dan Histologi Pankreas ...................................................... 4

2.1.2. Fisiologi Insulin ................................................................................ 6

2.1.3. Definisi Diabetes Melitus ................................................................. 8

2.1.4. Penapisan dan Diagnosis Diabetes Melitus...................................... 8

2.1.5. Klasifikasi Diabetes Melitus .......................................................... 10

2.1.6. Epidemiologi dan Faktor Risiko Diabetes Melitus ........................ 11

Page 10: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

ix

2.1.7. Patofisiologi Diabetes Melitus ....................................................... 12

2.1.8. Tatalaksana Diabetes Melitus ........................................................ 14

2.2. Okra (Abelmoschus esculentus) ................................................................ 16

2.2.1. Gambaran Umum dan Taksonomi Okra ....................................... 16

2.2.2. Komposisi Okra ............................................................................. 17

2.2.3. Fungsi Okra .................................................................................... 18

2.2.4. Harga Okra ..................................................................................... 19

BAB III HIPOTESA ................................................................................................ 20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 21

BAB V PEMBAHASAN .......................................................................................... 22

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 28

6.1. Kesimpulan ............................................................................................... 28

6.2. Saran ......................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 30

Page 11: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Arteri dan vena pankreas .......................................................................... 4

Gambar 2.2 Pulau langerhans pankreas dengan pewarnaan HE .................................. 5

Gambar 2.3 Jenis - jenis sel pulau langerhans pankreas .............................................. 6

Gambar 2.4 Konversi pro-insulin menjadi insulin dan peptida C ................................ 6

Gambar 2.5 Proses aktivasi GLUT 4 oleh insulin........................................................ 7

Gambar 2.6 Proses sekresi insulin oleh sel beta pankreas ........................................... 8

Gambar 2.7 Patofisiologi diabetes melitus tipe 1....................................................... 13

Gambar 2.8 Patofisiologi diabetes melitus tipe 2....................................................... 13

Gambar 2.9 Tanaman okra (Abelmoschus esculentus) .............................................. 17

Page 12: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus (DM) .................................................. 9

Tabel 2.2 Konsentrasi Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan

Penyaring DM .............................................................................................. 9

Tabel 2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus (ADA 2009) ................................................. 10

Tabel 2.4 Berbagai Sediaan Insulin ........................................................................... 14

Tabel 2.5 Taksonomi Okra (Abelmoschus esculentus) .............................................. 17

Tabel 2.6 Komposisi Okra (Abelmoschus esculentus) per 100 g ............................... 18

Page 13: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh

defisiensi pada produksi insulin di pankreas, atau insulin yang telah

diproduksi tidak dapat bekerja dengan efektif. Defisiensi dan kerusakan

insulin menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat.

Peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah dapat menyebabkan kerusakan

pada sistem tubuh, terutama pada pembuluh darah dan saraf. 1

Secara umum, diabetes melitus memiliki dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe

2. Diabetes melitus tipe 1 merupakan diabetes yang tidak diketahui

penyebabnya, sedangkan tipe 2 merupakan diabetes yang terjadi karena gaya

hidup yang tidak sehat. Faktor risiko untuk diabetes melitus tipe 1 meliputi

faktor genetik, faktor ras dan faktor geografi. Pada diabetes melitus tipe 2,

faktor risikonya adalah obesitas, kurang berolahraga, tekanan darah tinggi,

kadar HDL yang rendah, dan kadar trigliserida yang tinggi dalam darah.2

Prevalensi diabetes di dunia untuk semua umur diperkirakan 2,8 %

pada tahun 2000 dan 4,4% pada tahun 2030.3 Berdasarkan laporan World

Health Organization (WHO), jumlah penderita diabetes di dunia saat ini

mencapai 347 juta orang. Pada tahun 2004, sebanyak 3,4 juta orang

meninggal karena diabetes. Pada tahun 2030, diabetes dapat menduduki

peringkat ke-7 penyebab kematian terbanyak di dunia.4

Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi

diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil riset kesehatan

dasar (riskesdas) pada tahun 2007 menunjukan bahwa proporsi penyebab

kematian akibat diabetes melitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah

perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%, sedangkan di daerah

pedesaan, diabetes melitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.5

Okra (Abelmoschus esculentus) atau yang sering disebut dengan

lady’s finger, merupakan salah satu jenis sayuran yang tumbuh di daerah

tropikal dan subtropikal.6,7

Okra berasal dari India dan dimakan sebagai

sayuran pada salad dan sup dan biasanya digunakan sebagai pengental

masakan di berbagai negara.6

Page 14: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

2

Okra diyakini dapat menurunkan kadar gula di dalam darah. Di Turki,

biji okra direbus dengan air, kemudian air hasil rebusan tersebut yang

biasanya akan diminum oleh pasien dengan kadar gula darah yang tinggi.

Sejauh ini, okra telah diakui sebagai salah satu tanaman untuk pengobatan

tradisional Turki.8

Okra telah dibudidayakan sejak ratusan tahun silam di Indonesia,

namun okra kurang dikenal oleh masyarakat. Hal ini mungkin disebabkan

oleh kurangnya sosialisasi mengenai manfaat okra. Di Jakarta, selama

beberapa tahun terakhir ini, okra mulai dicari karena beredar berita bahwa

tanaman okra baik untuk penderita diabetes.9

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan penelitian terdahulu yang kami dapatkan, maka

dirumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh okra (Abelmoschus esculentus) terhadap

diabetes melitus?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh okra (Abelmoschus esculentus) terhadap

diabetes melitus.

1.3.2. Tujuan Khusus

- Mengetahui zat yang terkandung dalam okra (Abelmoschus

esculentus) yang berperan dalam penurunan gula darah.

- Mengetahui mekanisme zat-zat yang terdapat dalam okra

(Abelmoschus esculentus) dan hubungannya dengan pengobatan

diabetes melitus.

Page 15: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

3

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Bidang Akademik

Menambah wawasan dan pengetahuan akademis mengenai

okra (Abelmoschus esculentus) sebagai salah satu pengobatan untuk

diabetes melitus. Pengetahuan ini diharapkan dapat berguna untuk

mengurangi prevalensi diabetes melitus.

1.4.2. Pelayanan Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat mengenai peranan okra

(Abelmoschus esculentus) terhadap pengobatan diabetes melitus. Okra

(Abelmoschus esculentus) dapat berperan sebagai pengobatan

alternatif diabetes melitus. Selain itu, okra (Abelmoschus esculentus)

juga dapat ditemukan di pasar tradisional dengan harga yang murah.

Pengetahuan ini diharapkan dapat diterapkan oleh masyarakat untuk

mengobati diabetes melitus.

1.4.3. Pengembangan Penelitian

Hasil penulisan ini dapat dikembangkan sebagai bahan

masukan untuk melakukan penelitian.

Page 16: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Melitus

2.1.1. Anatomi dan Histologi Pankreas

Pankreas adalah organ aksesori pencernaan yang terletak pada

retroperitoneal. Pankreas terletak setinggi L1 dan L2 vertebra, posterior dari

lambung. Batas kiri pankreas adalah lien, sedangkan batas kanannya adalah

duodenum. Secara anatomi, pankreas dibagi menjadi empat bagian, yaitu

bagian caput, bagian collum, bagian corpus dan bagian cauda.10,11

Suplai arteri pankreas yang utama adalah cabang dari A. lienalis.

Selain itu, A. pankreatikus juga berasal dari percabangan A. gastroduodenal

dan A. mesenterika superior.12

Drainase vena pankreas biasanya melalui V.

pankreas. V. pankreas sebagian besar berasal dari V. lienalis. Nervus yang

terdapat pada pankreas merupakan percabangan dari nervus vagus. Nervus

simpatik dan parasimpatik pada pankreas berjalan bersama arteri dari pleksus

celiaca dan pleksus mesenterika superior.10

Gambar 2.1 Arteri dan vena pankreas10

Pankreas memiliki fungsi endokrin dan eksokrin. Bagian eksokrin

pada pankreas berfungsi untuk mensintesis dan mensekresi enzim-enzim

pencernaan, sedangkan bagian endokrin berfungsi untuk mensintesis dan

mensekresi hormon insulin dan glukagon. Hormon insulin dan glukagon

berfungsi untuk metabolisme glukosa, protein dan lipid dalam tubuh.11,13

Page 17: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

5

Bagian eksokrin dapat ditemukan di sepanjang organ pankreas.

Eksokrin pankreas memiliki unit sekresi berbentuk asiner atau tubuloasiner.

Unit asiner ini terbentuk dari selapis sel epitel serosa. Satu unit asiner

biasanya terdiri dari 5 – 8 sel. Sel asiner berbentuk piramid, dan memiliki

granul zimogen yang berwarna merah pada bagian apikal sitoplasmanya.

Bagian basal sitoplasma sel asiner berwarna kebiruan. Hal ini disebabkan

karena banyaknya retikulum endoplasma pada bagian basal (ergastoplasma).

Granul zimogen berisi beragam enzim pencernaan yang belum aktif,

diantaranya adalah enzim amilolitik, enzim proteolitik, lipase, dan enzim

nukeolitik.12, 14

Komponen endokrin dari pankreas terdapat pada pulau - pulau kecil

bernama pulau langerhans. Pulau – pulau ini tersebar di sepanjang organ dan

hanya menempati 1 sampai 2 % volume pankreas.12

Pulau langerhans paling

banyak ditemukan di bagian cauda pankreas.15

Pulau langerhans kaya akan

pembuluh kapiler dan memliki kapsul jaringan ikat tipis yang berfungsi untuk

memisahkan pulau langerhans dengan sel asiner.16

Gambar 2.2 Pulau langerhans pankreas dengan pewarnaan HE16

Pulau langerhans memiliki 3 jenis sel, yaitu sel alfa, sel beta, dan sel

delta.17

Ketiga jenis sel ini dapat dibedakan dengan pewarnaan Mallory –

Azan. Sel alfa menempati 20 % dari total sel yang terdapat pada pulau

langerhans dan terletak di bagian perifer pulau. Sel alfa berfungsi untuk

mensekresi hormon glukagon. Pada pewarnaan Mallory – Azan, sel alfa

berwarna merah. Sel beta menempati 70 % dari total sel pada pulau

langerhans, dan biasanya terletak di bagian sentral pulau. Sel beta berfungsi

untuk mensekresi hormon insulin. Pada pewarnaan Mallory – Azan, sel beta

Page 18: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

6

berwarna coklat. Sel delta menempati 10 % dari total sel pulau langerhans.

Sel delta, sama seperti sel alfa, terletak di bagian perifer pulau. Sel delta

berfungsi untuk mensekresi somatostatin, dan dengan pewarnaan Mallory –

Azan, sel delta berwarna biru.16

Gambar 2.3 Jenis - jenis sel pulau langerhans pankreas18

2.1.2. Fisiologi Insulin

Insulin merupakan protein yang tersusun dari dua rantai peptida, yaitu

peptida A dan peptida B. kedua peptida tersebut dihubungkan dengan dua

ikatan disulfida. Preproinsulin, perkursor insulin, disintesis oleh ribosom sel

beta pankreas. Preproinsulin kemudian dibawa ke retikulum endoplasma dan

diubah menjadi proinsulin. Proinsulin terdiri dari rantai A, rantai B, dan

peptida C. Proinsulin dibawa ke badan golgi dan kemudian dikemas dalam

vesikel sekretori. Pada vesikel sekretori, proinsulin diubah menjadi insulin

dan fragmen peptida C.19, 20

Gambar 2.4 Konversi pro-insulin menjadi insulin dan peptida C21

Page 19: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

7

Insulin memiliki waktu paruh 4 – 6 menit.22

Insulin dikatabolisme di

liver dan di ginjal. Sekitar 50% insulin dikatabolisme oleh liver setelah

disintesis (karena jalur vena porta). Proinsulin dan peptide C dikatabolisme di

ginjal. Proinsulin dan peptide C memiliki waktu paruh 3 sampai 4 kali lebih

panjang dari insulin.19

Insulin memiliki pengaruh penting dalam metabolisme karbohidrat,

protein, dan lemak. Insulin menurunkan kadar gula darah, asam lemak, dan

asam amino, serta menstimulasi penyimpanan zat-zat tesebut.19

Untuk transpor glukosa dari darah ke dalam sel, dibutuhkan karier

protein bernama glucose transporter (GLUT). GLUT yang terdapat pada

sebagian besar jenis sel adalah GLUT-4. GLUT-4 merupakan satu-satunya

glucose transporter yang membutuhkan insulin untuk aktivasinya. Tidak

seperti GLUT lainnya yang melekat pada membran sel, pada keadaan dimana

tidak ada insulin, GLUT-4 tersimpan didalam vesikel. Ketika insulin melekat

pada reseptor insulin yang terdapat pada membran sel, terjadi aktivasi dari

phosphatidylinositol 3-kinase (PI3K). PI3K akan membuat vesikel GLUT-4

akan berfusi dengan membran sel.23

Gambar 2.5 Proses aktivasi GLUT 4 oleh insulin24

Insulin disekresi oleh sel beta pankreas. Setelah makan, kadar gula

dalam darah akan meningkat. Glukosa akan masuk ke dalam sel beta

pankreas melalui GLUT-2. Di dalam sel beta pankreas, glukosa akan

difosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat. Glukosa-6-fosfat, melalui proses

oksidasi, akan menghasilkan ATP. ATP akan membuat ATP-sensitive K+

channel tertutup sehingga terjadi depolarisasi dalam sel. Depolarisasi akan

menyebabkan terbukannya voltage-gated Ca2+

channel dan Ca2+

masuk ke

dalam sel. Ca2+

memicu eksositosis dari vesikel insulin, sehingga terjadi

sekresi insulin.25

Page 20: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

8

Gambar 2.6 Proses sekresi insulin oleh sel beta pankreas25

2.1.3. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom kronik dimana terjadi

gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan

karena kurangnya hormon insulin atau terjadi resistensi insulin pada sel

target. Diabetes melitus biasanya ditandai dengan hiperglikemia.

Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan

jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama

mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.26

2.1.4. Penapisan dan Diagnosis Diabetes Melitus

Penapisan dan diagnosis DM didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi

glukosa darah. Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang memiliki

gejala, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengindentifikasi

mereka yang tidak bergejala, yang memiliki resiko DM.27

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) membagi alur

diagnosis menjadi dua bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas

DM. Gejala khas DM terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia, dan berat

badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak khas DM

diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur,

disfungsi ereksi (pria), dan pruritus vulvus (wanita). Apabila ditemukan

gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja sudah

cukup untuk menegakan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan gejala

khas DM, maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa darah abnormal.28

Page 21: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

9

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus (DM)26, 28

Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1

mmol/L).

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada

suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.

Atau

Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L).

Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8

jam.

Glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) ≥ 200

mg/dL (11,1 mmol/L).

TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa

yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam

air.

Pemeriksaan penyaring biasanya dilakukan pada kelompok

masyarakat yang memiliki risiko DM. Pemeriksaan penyaring dapat

dilakukan melalui pemeriksaan konsentrasi glukosa darah sewaktu atau

konsentrasi glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan TTGO

standar.26, 28

Tabel 2.2 Konsentrasi Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan

Penyaring DM28

Tempat

pengambilan

darah

Bukan DM Belum pasti

DM

DM

Konsentrasi

glukosa darah

sewaktu

plasma vena < 100

mg/dL

100 – 199

mg/dL ≥ 200 mg/dL

darah kapiler < 90

mg/dL

90 – 199

mg/dL ≥ 200 mg/dL

Konsentrasi

glukosa darah

puasa

plasma vena < 100

mg/dL

100 – 125

mg/dL ≥ 126 mg/dL

darah kapiler < 90

mg/dL

90 – 99

mg/dL ≥ 100 mg/dL

Page 22: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

10

Terdapat beberapa pemeriksaan diagnostik tambahan untuk

menegakan diagnosis diabetes melitus, yaitu pemeriksaan glycosylated

haemoglobin, konsentrasi insulin, pro-insulin dan peptida C.29

Untuk

penilaian proses diabetogenik dinilai dengan menentukan tipe dan titer

antibodi (seperti antibodi pulau langerhans dan anti glutamic acid

decarboxylase), adanya susunan DNA spesifik pada genoma manusia, dan

ditemukannya penyakit lain pada pankreas dan penyakit endokrin lainnya.

2.1.5. Klasifikasi Diabetes Melitus

Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) pada tahun 2009,

secara garis besar, diabetes melitus dapat dibagi menjadi empat yaitu,

diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus tipe lain, dan

diabetes melitus gestasional.26

Tabel 2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus (ADA 2009)26

Diabetes Melitus Tipe 1

(destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)

A. Melalui proses imunologik

B. Idiopatik

Diabetes Melitus Tipe 2

(Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi

insulin relative sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama

resistensi insulin)

Diabetes Melitus Tipe Lain yang Spesifik

A. Defek genetik fungsi sel beta

- Kromosom 12, HNF-1α (MODY3)

- Kromosom 7, glukokinase (MODY2)

- Kromosom 20, HNF-4α (MODY1)

- Kromosom 13, insulin promoter factor-1 (MODY4)

- Kromosom 2, NeuroD1 (MODY6)

- Kromosom 17, HNF-1β (MODY5)

- DNA mitokondrial

B. Defek genetik kerja insulin (resitensi insulin tipe A,

Leprechaunism, sindrom Rabson - Mendenhall, diabetes lipoatrofik,

dan lainya)

C. Penyakit eksokrin pankreas (pankreatitis, trauma / pankreatektomi,

neoplasma, sistik fibrosis, hemokromatis, pankreatopati fibro

kalkulus, dan lainya)

Page 23: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

11

D. Endokrinopati (akromegali, sindrom Cushing, glukagonoma,

feokromositoma, hipertiroidisme, somatostatinoma, aldosteronoma,

dan lainnya)

E. Karena obat / zat kimia (vacor, pentamidin, asam nikotinat,

glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, dan lainnya)

F. Infeksi (rubella kongenital, CMV, dan lainnya)

G. Imunologi (sindrom Stiff-man, antibodi anti reseptor insulin, dan

lainnya)

H. Sindroma genetik lain (Sindrom down, klinefelter, turner, dan

lainnya)

Diabetes Melitus Gestasional

2.1.6. Epidemiologi dan Faktor Risiko Diabetes Melitus

Prevalensi diabetes melitus di dunia telah meningkat drastis selama 20

tahun terakhir. Prevalensi diabetes melitus di dunia untuk semua umur

diperkirakan 2,8 % pada tahun 2000 dan 4,4% pada tahun 2030.3 Berdasarkan

laporan World Health Organization (WHO), jumlah penderita diabetes

melitus di dunia saat ini mencapai 347 juta orang.4 Diabetes melitus

menyebabkan kematian pada 1,5 juta penduduk dunia pada tahun 2012 (2,7

% dari kematian di seluruh dunia) dan jumlah ini diperkirakan akan

meningkat pada tahun 2030.30

Prevalensi diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2 sama-sama meningkat,

namun yang memiliki peningkatan yang lebih banyak dan cepat adalah

diabetes melitus tipe 2. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah

individu yang obesitas dan kurang beraktivitas.31

Selain itu, terdapat variasi

geografis pada insidens diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus

tipe 1 lebih banyak ditemukan di negara bagian utara seperti Scandinavia.

Variasi ini diperkirakan karena faktor genetik, faktor perilaku dan faktor

lingkungan.32

Indonesia menduduki peringkat ke-4 sebagai negara dengan penderita

diabetes melitus terbanyak di dunia.33

Secara epidemiologi, diperkirakan

bahwa pada tahun 2030 prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai

21,3 juta orang. Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) pada tahun 2007

menunjukan bahwa proporsi penyebab kematian akibat diabetes melitus pada

kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2

Page 24: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

12

yaitu 14,7%, sedangkan di daerah pedesaan, diabetes melitus menduduki

ranking ke-6 yaitu 5,8%.5

Faktor risiko diabetes melitus adalah orang dewasa dengan indeks

massa tubuh ≥ 25 kg/m2, riwayat keluarga mengidap diabetes melitus,

aktivitas fisik yang kurang, kelompok etnik resiko tinggi (African American,

Latino, Native American, Asian American, Pacific Islander), wanita dengan

riwayat diabetes melitus gestasional atau melahirkan bayi dengan berat ≥ 4

kg, hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg), konsentrasi HDL < 35

mg/dL dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dL, wanita dengan sindrom polikistik

ovarium, riwayat toleransi glukosa terganggu atau glukosa darah puasa

terganggu, dan riwayat penyakit kardiovakular.26, 28

2.1.7. Patofisiologi Diabetes Melitus

Pada diabetes melitus tipe 1 yang , terjadi destruksi sel beta pankreas

yang diperantarai oleh reaksi autoimun. Terdapat dua faktor yang memicu

reaksi autoimun ini, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Peran faktor

genetik pada diabetes melitus tipe 1 sampai saat ini belum sepenuhnya

dimengerti, namun terdapat asosiasi kuat dengan MHC kelas II (alel HLA-

DQ dan HLA-DR). Faktor lingkungan yang memicu terjadinya reaksi

autoimun antara lain infeksi virus (rubella kongenital, sitomegalovirus, dan

virus Epstein-Barr), obat-obatan (Alloxan, Pentamidin, Vacor), dan intake

nutrisi (susu sapi).34

Proses destruksi sel beta pada diabetes melitus tipe 1 diawali dengan

infiltrasi limfosit dan makrofag pada sel beta pankreas yang menyebabkan

inflamasi (insulinitis) dan kemudian kematian sel. Autoantigen kemudian

terekspos dan bersirkulasi di dalam darah dan juga sistem limfatik.

Autoantigen yang bersirkulasi tersebut kemudian difagositosis oleh antigen

presenting cells yang mengaktifkan limfosit T CD4+. Setelah itu limfosit T

CD4+ mengaktifkan makrofag, mengaktifkan limfosit T CD8, dan

membentuk autoantibodi sel pulau langerhans. Hal ini menyebabkan

destruksi sel beta dan menurunnya produksi insulin.35, 36

Page 25: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

13

Gambar 2.7 Patofisiologi diabetes melitus tipe 136

Pada diabetes melitus tipe 2, terjadi interaksi antara faktor lingkungan

dengan faktor genetik yang menyebabkan resistensi insulin. Faktor

lingkungan pada diabetes melitus tipe 2 meliputi obesitas, hipertensi, dan

kurang beraktivitas, sedangkan faktor genetik adalah gen yang mengkode

massa sel beta, fungsi sel beta, proinsulin, struktur insulin, reseptor insulin

dan respon seluler pada stimulasi insulin.35, 36

Definisi resistensi insulin adalah respon tidak optimal dari insulin-

sensitive tissue (terutama liver, otot, jaringan adiposa) terhadap insulin.

Mekanisme terjadinya resistensi insulin adalah terdapat hambatan pada jalur

signal insulin. Hal ini meliputi struktur abnormal insulin, terdapat banyak

antagonis insulin, down regulation reseptor insulin, aktivasi abnormal dari

postreceptor kinase, dan terdapat alterasi glucose transporter (GLUT).36

Gambar 2.8 Patofisiologi diabetes melitus tipe 236

Page 26: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

14

2.1.8. Tatalaksana Diabetes Melitus

Tatalaksana diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua yaitu,

farmakologi dan non farmakologi. Tujuan terapi pada diabetes melitus secara

umum adalah mengatasi hiperglikemia, mengurangi atau mencegah

komplikasi, dan sebisa mungkin membuat pasien dapat menjalani gaya hidup

yang normal. Pasien dengan diabetes melitus harus diberikan edukasi

mengenai diabetes melitus, nutrisi, dan berolahraga.37, 38, 39

Pada diabetes melitus tipe 1, diperlukan terapi insulin karena

penderita diabetes melitus tipe 1 kekurangan produksi insulin endogen.

Terapi insulin diterapkan dan didesain semirip mungkin dengan sekresi

insulin fisiologis. Penderita diabetes melitus tipe 1 membutuhkan insulin

eksogen jangka panjang sebagai insulin basal untuk regulasi pemecahan

glikogen, glukoneogenesis, lipolisis, dan ketogenesis, selain itu, penderita

diabetes melitus tipe 1 juga membutuhkan insulin jangka pendek sebelum

makan untuk membuat kadar glukosa darah normal dan menyimpan

glukosa.40

Tabel 2.4 Berbagai Sediaan Insulin40

Jenis Sediaan Mula Kerja

(jam)

Puncak

(jam)

Masa Kerja

(jam)

Kerja Cepat

Regular soluble 0.1 – 0.7 1.5 – 4 5 – 8

Lispro 0.25 0.5 – 1.5 2 – 5

Kerja Sedang

NPH (isophan) 1 – 2 6 – 12 18 – 24

Lente 1 – 2 6 – 12 18 – 24

Kerja Panjang

Protamin zinc 4 – 6 14 – 20 24 – 36

Ultralente 4 – 6 16 – 18 20 – 36

Glargin 2 – 5 5 – 24 18 – 24

Pada diabetes melitus tipe 2, biasanya digunakan obat antidiabetik

oral dan pada kasus tertentu, terapi insulin. Terdapat beberapa golongan obat

antidiabetik oral yaitu, sulfonilurea, meglitinid, biguanid, penghambat enzim

α-glukosidase, tiazolidinedion, inhibitor DPP-4, dan reseptor agonis GLP-1.41

Page 27: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

15

Golongan sulfonilurea disebut juga sebagai insulin secretagogues,

bekerja dengan merangsang sekresi insulin dari granul sel beta langerhans

pankreas. Golongan ini berinteraksi dengan ATP-sensitive K channel pada

membran sel beta pankreas, kemudian menimbulkan depolarisasi dan

membuat kanal kalsium terbuka sehingga ion Ca2+

akan masuk ke sel beta

dan sel beta mensekresi granul berisi insulin.42

Efek samping dari golongan

ini antara lain hipoglikemia, reaksi alergi, dan gangguan saluran cerna. Obat

yang termasuk ke dalam golongan ini adalah kloporamid, tolbutamid,

tolazamid, glipizid, dan glibenklamid.40

Golongan meglitinid, sama seperti golongan sulfonilurea, bekerja

dengan cara merangsang sekresi insulin dari sel beta langerhans pankreas.

Golongan ini bekerja dengan cara menutup kanal kalium yang ATP-

independent di sel beta pankreas.43

Efek samping dari golongan ini juga sama

seperti golongan sulfonilurea, yaitu hipoglikemia, reaksi alergi, dan gangguan

saluran cerna. Obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah repaglinid

dan nateglinid. 40

Obat yang termasuk golongan biguanid antara lain fenformin,

buformin, dan metformin, namun yang sering digunakan adalah metformin

karena kedua obat yang lain sering menyebabkan asidosis laktat. Metformin

bekerja dengan cara menurunkan produksi glukosa di liver dan meningkatkan

sensitivitas jaringan otot dan adiposa terhadap insulin. Efek ini terjadi karena

adanya aktivasi kinase di sel (AMP-activated protein kinase).44

Efek samping

dari metformin adalah gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah,

dan kecap logam (metallic taste), peningkatan asam laktat dalam darah pada

pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan kardiovaskular, serta ketosis yang

tidak disertai hiperglikemia (starvation ketosis).40

Golongan tiazolidinedion merupakan agonis poten dan selektif

PPARγ, bekerja dengan cara mengaktifkan PPARγ sehingga terbentuk

glucose transporter (GLUT) yang baru.45

Senyawa ini dapat meningkatkan

sensitivitas insulin melalui peningkatan AMP kinase yang merangsang

transpor glukosa ke dalam sel dan meningkatkan oksidasi asam lemak. Efek

samping dari golongan ini antara lain peningkatan berat badan, edema,

peningkatan volume plasma dan memperburuk gagal jantung kongestif. Obat

yang termasuk ke dalam golongan ini adalah pioglitazon dan rosiglitazon.40

Page 28: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

16

Penghambat enzim α-glukosidase dapat menghambat absorbsi

polisakarida (starch) dan disakarida di usus, sehingga mencegah peningkatan

glukosa plasma. Obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah akarbose.

Akarbose merupakan oligosakarida yang berasal dari mikroba yang secara

kompetitif menghambat glukoaminase dan sukrase.40

Efek samping dari obat

ini bersifat dose-dependent, yaitu malabsorpsi, flatulen, diare dan abdominal

bloating.46

Golongan inhibitor DPP-4 bekerja dengan cara menghambat DPP-4.

DPP-4 merupakan enzim yang mendegradasi hormon incretin. Incretin

merupakan hormon yang menstimulasi sekresi hormon insulin pankreas.

Sitagliptin, Saxagliptin, dan Linagliptin merupakan obat yang termasuk ke

dalam golongan ini. Golongan ini memiliki efek samping berupa gangguan

pencernaan (mual, nyeri perut, dan diare), sakit kepala, dan reaksi kulit

berupa rash.47

Reseptor agonis GLP-1 menstimulasi sekresi insulin dari sel beta

pankreas dengan cara bekerja seperti hormon incretin dan menghambat

sekresi glukagon.48

Obat yang termasuk ke dalam reseptor agonis GLP-1

adalah eksenatid dan liraglutid.41

Efek samping dari reseptor agonis GLP-1

antara lain gangguan pencernaan seperti muntah, mual, dan diare.49

2.2. Okra (Abelmoschus esculentus)

2.2.1. Gambaran Umum dan Taksonomi Okra

Okra (Abelmoschus esculentus) atau yang sering disebut juga dengan

gumbo atau lady’s finger, merupakan tanaman yang banyak dijumpai di

daerah tropikal dan sub-tropikal.50

Tanaman ini mudah ditanam dan memiliki

adaptasi yang tinggi terhadap berbagai variasi kelembapan.6 Tanaman okra

memiliki tinggi sekitar 1 – 4 meter, dengan akar tunggang dan batang yang

berwarna hijau atau merah. Buah okra panjang, berwarna hijau, dan berujung

runcing.9

Page 29: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

17

Gambar 2.9 Tanaman okra (Abelmoschus esculentus)51

Pada awalnya, okra termasuk dalam genus Hibiscus, seksi

Abelmoschus dalam famili Malvaceae (Linnaeus, 1753). Pada tahun 1787,

diusulkan seksi Abelmoschus untuk berdiri sendiri sebagai genus dan tahun

1924, penggunaan Abelmoschus sebagai genus diterima secara taksonomi.6

Tabel 2.5 Taksonomi Okra (Abelmoschus esculentus)6

Nama Okra

Kingdom Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida

Order Malvales

Famili Malvaceae

Genus Abelmoschus

Spesies esculentus

2.2.2. Komposisi Okra

Buah okra (per 100 g) memiliki energi sebesar 36 kcal. Buah okra

juga memiliki kandungan air yang tinggi dan mengandung zat-zat

makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Selain makronutrien,

buah okra juga mengandung mikronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh kita

seperti natrium, sodium, kalsium, magnesium, besi, tembaga dan lain-lain.50

Page 30: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

18

Tabel 2.6 Komposisi Okra (Abelmoschus esculentus) per 100 g6

Zat Jumlah

Karbohidrat 6,4 g

Protein 1,9 g

Lemak 0,2 g

Fiber 1,2 g

Air 89,6 g

Mineral 0,7 g

Natrium 6,9 mg

Sulfur 30 mg

Riboflavin 0,1 mg

Asam oksalat 8 mg

Kalsium 66 mg

Kalium 103 mg

Besi 0,35 mg

Tiamin 0,07 mg

Asam nikotinat 0,6 mg

Vitamin C 13 mg

Magnesium 53 mg

Tembaga 0,19 mg

2.2.3. Fungsi Okra

Okra biasanya dimakan sebagai sayuran pada salad dan sup. Okra

dapat dimakan mentah maupun direbus atau digoreng. Selain itu, okra juga

digunakan sebagai pengental masakan di daerah tertentu.6

Okra sering dipakai sebagai obat tradisional dan dikenal sebagai

tanaman yang memiliki banyak manfaat medis. Saat ini, beberapa fungsi okra

sudah dibuktikan dalam penelitian-penelitian. Salah satu contoh penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui fungsi okra adalah penelitian Vayssade et

al52

yang mengamati pengaruh okra terhadap sel melanoma. Pada hasil

penelitian tersebut, disimpulkan bahwa okra memiliki potensi sebagai

antikanker.

Page 31: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

19

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ngoc et al53

pada tahun 2008,

ditemukan bahwa okra dapat menurunkan kadar kolesterol dan kadar

trigliserida pada tikus. Selain menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida,

menurut penelitian yang dilakukan oleh Liao et al54

pada tahun 2012, okra

memiliki fenol dan flavonoid yang memiliki efek antioksidan.

Pada pengobatan tradisional Asia dan Afrika, buah okra digunakan

sebagai terapi penyakit inflamasi dan iritasi gaster. Lengsfeld et al55

melakukan studi mengenai pengaruh okra pada infeksi Helicobacter pylori

pada tahun 2004 dan hasilnya okra dapat mencegah adhesi Helicobacter

pylori dan mengurangi iritasi gaster.

Okra telah diakui sebagai salah satu tanaman untuk pengobatan

tradisional Turki. Di Turki, biji okra direbus dengan air, kemudian air hasil

rebusan tersebut yang biasanya akan diminum oleh pasien dengan kadar gula

darah yang tinggi.8 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aslan et al

56 pada

tahun 2003, okra memiliki efek antidiabetik.

2.2.4. Harga Okra

Di Indonesia, okra dapat ditemukan di pasar maupun di supermarket.

Harga okra di pasar lokal biasanya berkisar antara Rp. 5000,- per kilogram.

Supermarket menjual okra dengan harga yang lebih mahal, yaitu sekitar Rp.

7500,- per 500 g.57

Page 32: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

20

BAB III

HIPOTESA

Hipotesa yang diambil pada penelitian ini adalah okra (Abelmoschus

esculentus) dapat digunakan sebagai terapi diabetes melitus.

Page 33: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

21

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dengan metode studi pustaka. Penulis

pencarian pustaka berupa jurnal ilmiah yang diterbitkan pada tahun 2010 hingga

2014. Jurnal penelitian diambil dari Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine,

Bangladesh Pharmaceutical Journal, International Journal of Pharmacy and

Pharmaceutical Sciences, Journal of Ayurveda & Integrative Medicine, International

Journal of Scientific & Technology Research, World Journal of Pharmaceutical

Sciences, Asian Journal of Clinical Nutrition, The Journal of Phytopharmacology,

dan International Journal of Pharmaceutical and Biomedical Research. Kata kunci

yang digunakan untuk mencari jurnal ilmiah meliputi okra, Abelmoschus

eschulentus, diabetes mellitus, hypogycemia effect. Jurnal kemudian diunduh dalam

bentuk full text. Jurnal penelitian yang didapat akan dikumpulkan, kemudian ditulis

ulang secara sistematis dan dibahas dengan lebih mendalam.

Page 34: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

22

BAB V

PEMBAHASAN

Dewasa ini, banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui

pengaruh okra terhadap diabetes melitus. Penelitian tersebut dilakukan baik terhadap

manusia, hewan seperti tikus dan kelinci maupun secara in vitro. Berdasarkan

penelitian-penelitian tersebut, okra terbukti mempunyai efek antidiabetik.

Menurut penelitian yang dilakukan Sabitha et al58

pada tahun 2012, ekstrak

akueus okra (Abelmoschus esculentus) dapat menghambat aktivitas dari enzim α-

glukosidase dan α-amilase. Penelitian ini dilakukan secara in vitro dengan

menggunakan ekstrak buah dan biji okra. Ekstrak okra dibuat dengan cara memotong

buah dan memisahkan biji okra, yang kemudian masing-masing dikeringkan dan

dihancurkan hingga berbentuk bubuk. Kemudian bubuk tersebut dicampur dengan air

dan direbus selama 30 menit. Air rebusan kemudian disaring, dan kemudian hasil

saringan akan digunakan sebagai ekstrak untuk penelitian. Ektrak dibuat dalam

berbagai konsentrasi.

Sabitha et al58

membandingkan inhibisi enzim α-glukosidase dan α-amilase

oleh ektrak buah okra dengan ektrak biji okra. Kedua ekstrak okra menunjukan

aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase dan α-amilase dalam concentration-dependent

manner, dimana pada konsentrasi 250 μg/ml tercapai persentasi inhibisi tertinggi

pada kedua ektrak. Pada aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase dengan konsentrasi

ekstrak 250 μg/ml, ekstrak buah okra memiliki persentasi inhibisi 88,7 ± 0,2%,

sedangkan ekstrak biji okra memiliki persentasi inhibisi 80,9 ± 0,4%. Pada aktivitas

inhibisi enzim α-amilase dengan konsentrasi ekstrak 250 μg/ml, ekstrak buah okra

memiliki persentasi inhibisi 87,57 ± 0,3%, dan ekstrak biji okra memiliki persentasi

inhibisi 80,06 ± 0,2%. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak buah okra memiliki potensi

inhibisi enzim α-glukosidase dan α-amilase yang lebih tinggi daripada ekstrak biji

okra.

Sebelumnya, pada penelitian yang dilakukan oleh Khatun et al59

pada tahun

2010, diketahui bahwa Viscous Soluble Dietary Fibers (VSDF) dari okra dapat

menurunkan absorpsi glukosa pada usus. Penelitian dilakukan secara in vitro dengan

mengunakan metode dialisis sederhana, yaitu dengan menggunakan tabung reaksi,

Whatman ultra-fine membrane filter, dan gelas beaker. Ekstrak VSDF okra dibuat

dengan cara memotong-motong okra (15, 30, 45, 60, dan 75 g) dan merendam

Page 35: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

23

potongan tersebut dengan 150 ml air pada gelas beaker yang berbeda-beda.

Kemudian rendaman tersebut diaduk selama 10 sampai 15 menit dengan pengaduk

kaca dan setelah 24 jam, air rendaman disaring dan dipakai sebagai ekstrak.

Penelitian ini membandingkan Na-Carboxymethylcellulose (Na-CMC)

dengan VSDF dari okra. Pada menit ke 20, Na-CMC dengan konsentrasi tertinggi

(0,01 g/ml) memiliki difusi glukosa sebesar 0,30 ± 0,3 mg/dl, sedangkan VSDF dari

okra konsentrasi tertinggi (0,57 g/ml) memiliki difusi glukosa 0,12 ± 0,3 mg/dl. Hal

ini menunjukan bahwa VSDF dari okra memiliki daya hambat absorpsi glukosa yang

lebih tinggi daripada Na-CMC dan lebih berpotensi untuk menghambat penyerapan

glukosa pada usus.

Khatun et al60

melakukan penelitian lebih lanjut di tahun 2011 dan dari hasil

penelitian tersebut menyebutkan bahwa VSDF dapat menganggu absopsi metformin

pada tikus long evans yang diinduksi dengan alloxan, sehingga pemberian ekstrak

okra sebaiknya tidak dikombinasikan dengan metformin.

Zhang Zhao Ling61

melakukan penelitian pada tahun 2014 dengan

mengisolasi komponen okra yang bersifat sebagai antioksidan dan antidiabetik.

Penelitian ini dilakukan secara in vitro. Hasil isolasi berupa 2 glikosida flavonol yang

menunjukan aktivitas antioksidan yang kuat dan aktivitas inhibisi α-glukosidase,

yaitu quercetin-3-O-β-D-glucopyranosyl-(1→6)-β-D-glucopyranoside dan quercetin-

3-O-β-D-4′′-O-methyl-β-D-glucopyranoside.

Zhang Zhao Ling61

kemudian melanjutkan penelitian untuk mengetahui efek

okra dengan terhadap regulasi glukosa pada jaringan liver tikus (FL83B). Jaringan

liver tikus dibagi menjadi 2 grup, yaitu grup jaringan liver normal dan grup jaringan

liver yang resistensi insulin dan keduanya diberikan ekstrak buah okra. Setelah

melakukan pengamatan, baik grup normal maupun grup resistensi insulin terjadi

peningkatan uptake glukosa dan peningkatan kadar glikogen. Okra menunjukan efek

upregulating insulin signalling yang ditandai dengan meningkatnya ekspresi protein

IR, IRS-1, dan PI3K. Ekspresi protein tersebut dapat ditingkatkan apabila ditambah

dengan insulin. Zhang Zhao Ling mengambil kesimpulan bahwa okra dapat

meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dan meningkatkan insulin signalling

secara in vivo.

Menurut Kumaran et al62

, okra memiliki beberapa kandungan yang dapat

menghambat enzim degradasi matrix metalloproteinases (MMP). Kandungan dalam

okra yang diteliti dalam penelitian ini meliputi homogalacturonan, folacin, rutin,

Page 36: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

24

quertin, gossypol, cyanidin 4 glucoside, [E,E] Farenesal, dan glysine. Komponen-

komponen dalam okra tersebut direaksikan dengan MMP9. Hasil dari penelitian ini

menyebutkan bahwa gossypol merupakan komponen yang paling berpotensi untuk

inhibisi MMP9. Kumaran et al62

menyimpulkan bahwa selain memiliki aktivitas

antidiabetik, okra juga memiliki potensi untuk menghambat proses terjadinya ulkus

diabetik dengan cara menghambat MMP.

Saha et al63

melakukan penelitian pada tahun 2011 dengan menggunakan 24

ekor tikus wistar albino yang diinduksi hiperglikemia dengan alloxan. Tikus-tikus

tersebut akan dibagi dalam 4 grup (setiap grup terdiri dari 6 ekor tikus) untuk

membandingkan pengaruh ekstrak okra dengan pelarut air, ektrak okra dengan

pelarut etanol dengan obat standar glibenklamid. Kadar glukosa darah tikus

dibandingkan antara hari ke-3 dengan hari ke-7. Pada grup tikus yang diberikan

ekstrak akueus okra sebanyak 300 mg/kg, terjadi penurunan kadar glukosa darah dari

290,45 ± 29,8 mg/dl menjadi 194,4 ± 8,63 mg/dl, sedangkan pada grup tikus dengan

ekstrak etanolik okra yang diberikan 300 mg/kg juga terdapat penurunan kadar

glukosa darah dari 270,90 ± 23,12 mg/dl menjadi 185,42 ± 12,62 mg/dl. Hasil

penurunan kadar glukosa darah terbanyak dicapai oleh obat standar glibenklamid 0,5

mg/kg yang menurunkan kadar glukosa darah dari 302,66 ± 22,18 mg/dl menjadi

170,5 ± 12,53 mg/dl. Hasil dari penelitian ini menunjukan ekstrak akueus okra lebih

berpotensi menurunkan kadar glukosa darah daripada ekstrak etanolik okra, namun

ekstrak okra kurang menurunkan kadar glukosa darah dibandingkan dengan obat

standar glibenklamid.

Sabitha et al64

, pada tahun 2012, melakukan penelitian dengan menggunakan

42 ekor tikus wistar albino. Pada penelitian ini buah dan biji okra dikeringkan dan

ditumbuk hingga menjadi bubuk dan 36 ekor tikus wistar albino diinduksi

hiperglikemia dengan streptozotocin. Penelitian ini dilakukan selama 28 hari,

membagi tikus wistar albino menjadi 7 grup (masing-masing grup terdiri dari 6 ekor

tikus), yaitu grup kontrol normal, grup kontrol diabetes, grup tikus yang diberikan

bubuk buah okra 100 mg/kg, grup tikus yang diberikan bubuk buah okra 200 mg/kg,

grup tikus yang diberikan bubuk biji okra 100 mg/kg, grup tikus yang diberikan

bubuk biji okra 200 mg/kg, dan grup tikus yang diberikan obat standar glibenklamid

5 mg/kg. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa baik biji maupun buah okra

yang ditumbuk dapat menurunkan kadar glukosa darah hingga mendekati normal,

yaitu kurang dari 150 mg/dl. Tidak terdapat banyak perbedaan penurunan kadar

Page 37: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

25

glukosa darah antara bubuk buah okra 100 mg/kg, bubuk buah okra 200 mg/kg,

bubuk biji okra 100 mg/kg, bubuk biji okra 200 mg/kg, dengan obat standar

glibenklamid.

Pada tahun 2013, Perez et al65

melakukan pengamatan pada 3 ekor tikus

albino yang diberi makanan manis dan 3 ekor tikus albino diberikan ekstrak buah

okra. Ekstrak buah okra yang dibuat pada penelitian ini lebih sederhana, yaitu

dengan merendam 3 buah okra yang terlah dipotong menjadi 3 bagian dalam 250 ml

air dan dibiarkan selama 24 jam. Air rendaman kemudian akan digunakan sebagai

ekstrak buah okra. Pada penelitian ini, terdapat grup kontrol, dimana tikus diberi diet

yang sehat dan grup tikus yang diberi makanan manis. Pada 6 hari pertama, grup

yang diberikan makanan manis memiliki rata-rata kadar glukosa darah 124 mg/dl,

sedangkan grup kontrol memiliki rata-rata kadar glukosa darah 94 mg/dl. Kemudian,

kedua grup diberikan ekstrak buah okra selama 7 hari. Pada hari ke-7 setelah

pemberian ekstrak buah okra, grup kontrol memiliki kadar glukosa darah 73 mg/dl

dan grup tikus dengan makanan manis memiliki kadar glukosa darah 88 mg/dl. Hal

ini menunjukan bahwa ekstrak buah okra berpotensi menurunkan kadar glukosa

darah dengan diet makanan manis.

Penelitian dengan menggunakan 2 ekor kelinci dilakukan oleh

Subrahmanyam et al66

. Pada penelitian ini, ekstrak okra dengan konsentrasi 1 mg/dl

dibandingkan dengan obat standar metformin 1 mg/dl. Kedua kelinci diinduksi

dengan menggunakan alloxan dan diamati kadar glukosa darah selama 10 hari.

Kelinci pertama diberikan ekstrak okra 1 mg/ml, sedangkan kelinci kedua diberikan

metformin 1 mg/ml. Setelah 10 hari, kelinci pertama mengalami penurunan kadar

glukosa darah sebanyak 25 mg/dl dan kelinci kedua mengalami penurunan sebanyak

41 mg/dl. Subrahmanyam et al66

mengambil kesimpulan bahwa ekstrak okra dapat

menurunkan kadar glukosa darah, tetapi penurunan kadar glukosa darah tidak

sebanyak obat standar metformin.

Studi pada manusia dilakukan oleh Rahman et al67

pada tahun 2011. Studi ini

dilakukan dengan metode cross sectional yang melibatkan 10 pasien diabetes melitus

tipe 2. Selama 7 hari, pasien mendapatkan makanan yang sama sebelum dilakukan

penelitian. Pasien kemudian dipuasakan selama 8-10 jam dan tidak minum obat

antidiabetes sebelum penelitian dimulai. Sebelum penelitian dimulai, pasien diambil

darahnya untuk mengetahui kadar glukosa darah awal. Kemudian pasien dibagi

menjadi 3 grup, dimana grup pertama diberikan roti tawar, grup kedua diberikan

Page 38: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

26

okra, dan grup ketiga diberikan pointed gourd dengan total karbohidrat yang sama.

Kemudian setelah 3 jam, kadar glukosa darah pasien tersebut diperiksa kembali.

Pasien dengan diet okra memiliki kadar glukosa darah awal 6,3 ± 1,0 mmol/L, pasien

dengan diet roti tawar memiliki kadar glukosa darah 6,5 ± 1,4 mmol/L dan pasien

dengan diet pointed gourd memiliki kadar glukosa darah 5,7 ± 0,9 mmol/L. Setelah 3

jam kadar glukosa pasien dengan diet okra menjadi 5,9 ± 0,6 sedangkan pada pasien

dengan diet roti tawar menjadi 6,4 ± 1,5 mmol/L dan pasien dengan diet pointed

gourd menjadi 6,0 ± 0,9 mmol/L. Penelitian Rahman et al67

menunjukan bahwa

menunjukan bahwa pasien yang mengkonsumsi buah okra memiliki penurunan kadar

glukosa darah tertinggi dibandingkan dengan roti tawar maupun pointed gourd.

Shankul Kumar68

melakukan studi mengenai toksisitas okra akut pada tahun

2014. Studi ini menggunakan okra yang diekstrak dengan menggunakan air dan 6

ekor tikus wistar albino, dimana tikus pertama diberi salin normal 20 ml/kg, tikus

kedua dan berikutnya masing-masing diberikan 500, 1000, 2000, 3000 dan 4000

mg/kg suspensi okra. Keenam tikus tersebut kemudian diobservasi selama 4 jam

pertama untuk melihat apakah terdapat perubahan perilaku dan diobservasi apakah

terdapat mortalitas selama 48 jam. Studi Kumar mennyatakan bahwa tidak terdapat

mortalitas maupun manifestasi toksisitas yang terlihat pada dosis 4000 mg/kg

sehingga okra cukup aman untuk digunakan.

Sebelumnya, Ilango et al69

melakukan studi mengenai toksisitas akut dan

kronik pada tahun 2011. Studi ini juga menggunakan okra yang diekstrak dengan

menggunakan air dan tikus. Pada studi toksisitas akut, masing-masing tikus diberikan

dosis 50, 300 dan 5000 mg/kg okra dan diamati selama 14 hari. Hasil dari studi

toksisitas akut sama dengan penelitian Shankul Kumar, yaitu tidak terdapat

mortalitas maupun manifestasi toksisitas. Pada studi toksisitas kronik, tikus dibagi ke

dalam grup kontrol, dan grup yang masing-masing diberikan dosis 200, 500, dan

1000 mg/kg. Tikus diamati selama 28 hari dan diperiksa status hematologi, biokimia,

dan histopatologi. Hasil studi toksisitas kronis menunjukan bahwa tidak terdapat

perbedaan signifikan antara grup kontrol maupun dengan grup tikus yang diberikan

okra dosis tinggi.

Pada tahun 2013, Umoh et al70

melakukan studi mengenai konsumsi kronis

dari okra dan pengaruhnya terhadap liver. Okra diekstrak dengan menggunakan 97%

etanol dan studi ini menggunakan 20 ekor tikus wistar albino. Pada studi ini, tikus

Page 39: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

27

diberikan okra sebanyak 500 mg/kg per hari dan diamati selama 28 hari. Pada hari

terakhir, jaringan liver tikus akan diambil dan diperiksa histopatologinya. Umoh et al

menemukan bahwa terjadi penurunan massa liver dan degenerasi sel liver pada tikus

yang diberikan okra, sehingga diambil kesimpulan bahwa terdapat komponen okra

yang bersifat hepatotoksik.

Page 40: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

28

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Okra (Abelmoschus esculentus) adalah tanaman yang memiliki

banyak manfaat medis. Dari studi kepustakaan ini, maka dapat disimpulkan

bahwa okra memiliki potensi sebagai terapi diabetes melitus. Dalam beberapa

penelitian, pemberian ekstrak akueus okra terbukti dapat penurunkan kadar

glukosa dalam darah.

Komponen-komponen dalam okra yang berperan dalam penurunan

kadar glukosa darah antara lain quercetin-3-O-β-D-glucopyranosyl-(1→6)-β-

D-glucopyranoside, quercetin-3-O-β-D-4′′-O-methyl-β-D-glucopyranoside,

dan Viscous Soluble Dietary Fibers (VSDF). Mekanisme antidiabetik okra

adalah menghambat kerja enzim α-glukosidase dan α-amilase Okra juga

terbukti dapat meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dan

meningkatkan insulin signalling. Selain menurunkan kadar glukosa darah dan

mengingkatkan sensitivitas sel terhadap insulin, okra juga berpotensi untuk

mencegah ulkus diabetik.

Pada studi kepustakaan ini, masih terdapat kontroversi mengenai

toksisitas kronis okra. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut

mengenai efek samping dari konsumsi okra yang berkepanjangan.

6.2. Saran

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai :

Efek hipoglikemia okra pada manusia.

Dosis optimal okra untuk pengobatan diabetes melitus.

Efek samping dari konsumsi okra yang berkepanjangan pada manusia.

Dosis toksik okra yang menyebabkan timbulnya efek samping yang

tidak diinginkan.

Perbandingan antara okra dengan obat golongan inhibitor enzim α-

glukosidase.

Interaksi okra dengan obat antidiabetik lainnya.

Page 41: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

29

2. Melalui studi pustaka ini, penulis melihat banyak manfaat baik dan efek

samping yang minimal dari okra. Penulis berharap okra dapat digunakan

sebagai salah satu terapi komplementer bagi penderita diabetes melitus.

Page 42: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Diabetes mellitus [Internet]. WHO. [cited 2013 Oct 21]. Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs138/en/

2. Diabetes [Internet]. Mayo Clinic. [cited 2013 Oct 21]. Available from:

http://www.mayoclinic.com/health/diabetes/DS01121/DSECTION=risk-factors

3. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global Prevalence of Diabetes.

Diabetes Care. 2004 May;27(5):1047–1053

4. Diabetes [Internet]. WHO. [cited 2013 Oct 21]. Available from:

http://who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/index.html

5. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21.3 Juta Orang

[Internet]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [cited 2013 Oct 21].

Available from: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-

tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-

orang.html

6. Tripathi KK, Govila OP, Warrier R, Ahuja V. Series of Crop Specific Biology

Documents: Biology of Abelmoschus esculentus L. (Okra). Department of

Biotechnology, Ministry of Science and Technology & Ministry of Environment

and Forests Government of India; 2011

7. Olivera DF, Mugridge A, Chaves AR, Mascheroni RH, Viña SZ. Quality

Attributes of Okra (Abelmoschus esculentus L. Moench) Pods as Affected by

Cultivar and Fruit Size. Journal of Food Research. 2012 Oct 30;1(4):224–235

8. Okra Seeds in the Management of Diabetes. Natural Product Radiance. 2003

Nov;2(6):330

9. Tyasningsiwi RW. Okra si Lady’s Finger Hortikultura [Internet]. Direktorat

Perlindungan Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia; [updated

2012 Dec 20, cited 2013 Oct 21]. Available from:

http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=articl

e&id=38:okra-si-ladys-finger&catid=19:berita-terbaru

10. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically Oriented Anatomy. 6th

ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010

Page 43: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

31

11. The Pancreas [Internet]. Johns Hopkins Medicine: The Sol Goldman Pancreatic

Cancer Research Center; [updated 2012 Dec 11, cited 2014 Oct 31]. Available

from: http://pathology.jhu.edu/pancreas/BasicOverview2.php?area=ba

12. Longnecker, D. Anatomy and Histology of the Pancreas [Internet]. The

Pancreapedia: Exocrine Pancreas Knowledge Base; [updated 2014 Mar 21, cited

2014 Oct 31]. Available from: http://www.pancreapedia.org/reviews/anatomy-

and-histology-of-pancreas

13. The Pancreas and Its Functions [Internet]. The Pancreas Centre. [cited 2014 Oct

31]. Available from: http://pancreasmd.org/education_home.html

14. Motta PM, Macchiarelli G, Nottola SA, Correr S. Histology of the exocrine

pancreas. Microsc Res Tech. 1997 Jun 1-15;37(5-6):384–398

15. Wittingen J, Frey CF. Islet concentration in the head, body, tail and uncinate

process of the pancreas. Ann Surg. 1974;179:412–414

16. Eroschenko VP. diFiore’s Atlas of Histology with Functional Correlations. 11th

ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. p. 314-329

17. Cabrera O, Berman SM, Kenyon NS et al. The unique cytoarchitecture of human

pancreatic islets has implications for islet cell function. Proc Natl Acad Sci USA.

2006;103:2334-2339

18. Islet of Langerhans Cells [Internet]. [cited 2014 Apr 16]. Available from:

http://web.campbell.edu/faculty/nemecz/308_lect/lect6/fig01.jpg

19. Insulin [Internet]. Medscape. [cited 2014 Apr 16]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/2089224-overview#a30

20. Krahl ME. Endocrine Function of the Pancreas. Annual Review of Physiology.

1974 Mar;36:331-360

21. Biosynthesis of Insulin [Internet]. Medscape. [cited 2014 Apr 16]. Available from:

http://www.medscape.com/viewarticle/726747_2

22. Duckworth WC, Bennett RG, Hamel FG. Insulin Degradation: Progress and

Potential. Endocrine Reviews. 1998 Oct;19(5):608–624

23. Stöckli J, Fazakerley DJ, James DE. GLUT4 exocytosis. Journal of Cell Science.

2011;124:4147–4159

24. Insulin Action on Peripheral Cells [Internet]. [cited 2014 Oct 31]. Available from:

http://medicinexplained.blogspot.com/2011/08/insulin-action-on-peripheral-

cells.html

Page 44: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

32

25. Sherwood L. Human Physiology From Cells to Systems. 7th ed. Canada:

Brooks/Cole; 2010. p. 714-724

26. American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes

Mellitus. Diabetes Care. 2010 Jan;33 Suppl 1:S62–S69

27. Inzucchi SE. Diagnosis of Diabetes. New England Journal of Medicine 2012 Aug;

367:542-550

28. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.

PERKENI; [updated 2011, cited 2014 Oct 31]. Available from:

http://www.academia.edu/4053787/Revisi_final_KONSENSUS_DM_Tipe_2_Ind

onesia_2011

29. HbA1c and other diabetes markers [Internet]. Hytest. [cited 2014 Oct 31].

Available from: https://www.hytest.fi/resources/product-info/hba1c-and-other-

diabetes-associated-markers

30. The top 10 causes of death [Internet]. WHO; [updated 2014 May, cited 2014 Oct

31]. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/

31. Holt RIG. Diagnosis, epidemiology and pathogenesis of diabetes mellitus: an

update for psychiatrists. The British Journal of Psychiatry. 2004;184:s55-s63

32. Dahlquist G. The aetiology of type 1 diabetes: an epidemiological perspective.

Acta Paediatr Suppl. 1998 Oct;425:5-10

33. Robles, YHK, Edwards AGK, Cannings-John, R, Butler, C. Health education for

diabetes mellitus type 2 in ethnic minority groups (protocol). The Cochrane

Library. 2007;2:1-16

34. Vlad A, Timar R. Pathogenesis of Type 1 Diabetes Mellitus: a Brief Overview.

Rom J Diabetes Nutr Metab Dis. 2012;19(1):67-72

35. Ozougwu JC, Obimba KC, Belonwu CD, Unakalamba CB. The pathogenesis and

pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus. Academic Journals. 2013

Sep;4(4):46-57

36. Jones RE, Brashers VL, Huether SE. Alterations of Hormonal Regulations. In:

McCance KL, Huether SE, editors. Pathophysiology The Biologic Basis for

Disease in Adults and Children. 6th

ed. Missouri: Mosby Elsevier; 2010. p. 745-

764

37. Jones H, Berard LD, MacNeill G, Whitham D, Yu C. Self-Management

Education. Canadian Journal of Diabetes. 2013 Apr;37 Suppl 1:s26-s30

Page 45: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

33

38. Dworatzek PD, Arcudi K, Gougeon R, Husein N, Sievenpiper JL, Williams SL.

Nutrition Therapy. Canadian Journal of Diabetes. 2013 Apr;37 Suppl 1:s45-s55

39. Sigal RJ, Armstrong MJ, Colby P, Kenny GP, Plotnikoff RC, Reichert SM, et al.

Physical Activity and Diabetes. Canadian Journal of Diabetes. 2013 Apr;37 Suppl

1:s40-s44

40. Suherman SK. Insulin dan Antidiabetik Oral. In: Gunawan SG, Nafrialdi RS,

Elysabeth, editors. Farmakologi dan Terapi. 5th

ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;

2009. p. 481–495

41. Harper W, Clement M, Goldenberg R, Hanna Amir, Main A, Retnakaran R, et al.

Pharmacologic Management of Type 2 Diabetes. Canadian Journal of Diabetes.

2013 Apr;37 Suppl 1:s61-s68

42. Ashcroft FM. Mechanisms of the glycaemic effects of sulfonylureas. Horm Metab

Res. 1996 Sep;28(9):456-463

43. Shigeto M, Katsura M, Matsuda M, Ohkuma S, Kaku K. Nateglinide and

mitiglinide, but not sulfonylureas, induce insulin secretion through a mechanism

mediated by calcium release from endoplasmic reticulum. Journal of

Pharmacology and Experimental Therapeutics. 2007 Jul;322(1):1-7

44. Pernicova I, Korbonits M. Metformin—mode of action and clinical implications

for diabetes and cancer. Nature Reviews Endocrinology 2014;10:143–156

45. Ciaraldi T, Henry RR. Thiazolidinediones and their effects on glucose

transporters. European Journal of Endocrinology. 1997;137:610–612

46. Ibrahim R. Diabetes Mellitus Type II: Review of Oral Treatment Options.

International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 2010; 2 Suppl

1:21-30

47. DPP-4 Inhibitors [Internet]. Diabetes.co.uk. [cited 2014 Oct 31]. Available from:

http://www.diabetes.co.uk/diabetes-medication/dpp-4-inhibitors.html

48. Holst JJ. The physiology of glucagon-like peptide 1. Physiol. Rev. 2007

Oct;87(4):1409–1439

49. Vilsbøll T, Christensen M, Junker AE, Knop FK, Gluud LL. Effects of glucagon-

like peptide-1 receptor agonists on weight systematic review and meta-analyses of

randomised controlled trials. BMJ. 2012;344:d7771

50. Benchasri S. Okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) as a Valuable

Vegetable of the World. Ratar. Povrt. 2012;49:105-112

Page 46: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

34

51. Tanaman Okra [Internet]. [cited 2014 Apr 16]. Available from:

http://photos1.blogger.com/hello/5/2980/640/vh2006%2520042.jpg

52. Vayssade M, Sengkhamparn N, Verhoef R, Delaigue C, Goundiam O, P.

Vigneron P, et al. Antiproliferative and proapoptotic actions of okra pectin on

B16F10 melanoma cells. Phytotherapy Research. 2010;24:982-989

53. Ngoc TH, Ngoc QN, Van ATT, Phung NV. Hypolipidemic Effect of Extracts

from Abelmoschus esculentus L. (Malvaceae) on Tyloxapol-Induced

Hyperlipidemia in Mice. Mahidol University Journal of Pharmaceutical Sciences.

2008;35(1-4):42–46.

54. Liao H, Liu H, Yuan K. A new flavonol glycoside from the Abelmoschus

esculentus Linn. Pharmagnosy Magazine. 2012;8:12-5

55. Lengsfeld, C, Titgemeyer F, Faller G, Hensel A. Glycosylated compounds from

okra inhibit adhesion of Helicobacter pylori to human gastric mucosa. Journal of

Agricultural Food Chemistry. 2004;52(6):1495-1503

56. Aslan M, Sezik E, Yeşilada E. Effect of Hibiscus esculentus L. seeds on blood

glucose levels in normoglycaemic, glucose-hyperglycaemic and streptozotocin-

induced diabetic rats. Gazi Universitesi Eczacilik Fakultesi Dergisi. 2003;20:1-7

57. Tentang Tanaman Okra [Internet]. Agroklinik. [cited 2014 Nov 2]. Available

from: http://agroklinik.wordpress.com/produk-2/tentang-tanaman-okra/

58. Sabitha V, Panneerselvam K, Ramachandran S. In vitro α-glucosidase and α-

amylase enzyme inhibitory effects in aqueous extracts of Abelmoscus esculentus

(L.) Moench. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 2012:S162–S164

59. Khatun H, Rahman A, Biswas M, Islam AU. In vitro Study of the Effects of

Viscous Soluble Dietary Fibers of Abelmoschus esculentus L in Lowering

Intestinal Glucose Absorption. Bangladesh Pharmaceutical Journal. 2010

Jul;13(2):35–40

60. Khatun H, Rahman A, Biswas M, Islam AU. Water-soluble Fraction of

Abelmoschus esculentus L Interacts with Glucose and Metformin Hydrochloride

and Alters Their Absorption Kinetics after Coadministration in Rats. ISRN

Pharmaceutics. 2011:1–5

61. Zhang ZL. Antioxidative and Glucose Homeostatic Effects of Extracts and

Isolated Components from Okra (Abelmoschus esculentus Fruits). [Taiwan]:

Tunghai University; 2014

Page 47: Pengaruh Okra Terhadap Diabetes Melitus

35

62. Kumaran MS, Sivaselvi P, Brindha P, Vimala T. Molecular docking studies of

abelmoschus esculentus for anti diabetics and anti inflammatory. World Journal of

Pharmaceutical Sciences. 2014; 2(3): 253-258

63. Saha D, Jain B, Jain VK. Phytochemical Evaluation and Characterization of

Hypoglycemic Activity of Various Extracts of Abelmoschus esculentus linn Fruit.

International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 2011;3 Supp

2:183–185

64. Sabitha V, Ramachandran S, Naveen KR, Panneerselvam K. Investigation of in

vivo antioxidant property of Abelmoschus esculentus (L) moench. fruit seed and

peel powders in streptozotocin-induced diabetic rats. Journal of Ayurveda &

Integrative Medicine. 2012 Oct-Dec;3(4):188–193

65. Perez JRT, Baritua RJ, Pacalna MO, Malayao jr. SO. Exploratory Investigation

On The Hypoglycemic Effect Of Abelmoschus Esculentus In Mice. International

Journal of Scientific & Technology Research. 2013 Nov;2(11):249–253

66. Subrahmanyam GV, Sushma M, Alekya A, Neeraja C, Harsha HSS, Ravindra J.

Antidiabetic Activity of Abelmoschus esculentus Fruit Extract. International

Journal of Research in Pharmacy and Chemistry. 2011;1(1):17-20

67. Rahman F, Fatema K, Rahim ATMA, Ali L. Glucose, Insulin, and Non Esterified

Fatty Acid Responses to Ladies Finger and Pointed Gourd in Type 2 Diabetes

Mellitus. Asian Journal of Clinical Nutrition. 2011;3(1):25-32

68. Kumar S. Physicochemical, Phytochemical and toxicity studies on gum and

mucilage from plant Abelmoschus esculentus. The Journal of Phytopharmacology.

2014 May-Jun; 3(3): 200-203

69. Ilango KB, Pradeep Rajkumar LA, Vetrivel D, Brinda P, Manisha M. Safety

Evaluation of Abelmoschus esculentus Polysaccharide. International Journal of

Pharmaceutical Sciences Review and Research. 2011 Sep-Oct;10(2):106-110

70. Umoh I, Oyebadejo S, Bassey E, Nnah U. Chronic consumption of combined

extracts of Abelmoschus esculentus and Piper guineense induced hepatoxicity in

Wistar rats: Histopathological study. International Journal of Pharmaceutical and

Biomedical Research. 2013;4(2):73-77