PENGARUH OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI, …digilib.unila.ac.id/31179/14/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI, …digilib.unila.ac.id/31179/14/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI, DANSKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KUALITAS
AUDIT APARAT INSPEKTORAT DI LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Sendy Hudanisa
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGARUH OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI, DAN SKEPTISISME
PROFESIOANAL AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT
INSPEKTORAT DI LAMPUNG
Oleh
SENDY HUDANISA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empirisbahwa objektivitas, integritas, kompetensi, dan skeptisisme profesional auditor terhadapkualitas audit. Populasi dalam penelitian ini adalah semua auditor yang bekerja padaInspektorat provinsi Lampung serta Inspektorat kota/kabupaten di Bandar Lampung,Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, Pesarawan, Mesuji, dan WayKanan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposivesampling dan jumlah sampel sebanyak 135 responden. Metode pengambilan data primeryang digunakan adalah metode kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalampenelitian ini adalah teknik regresi berganda.
Hasil dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukan integritas,kompetensi dan skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif signifikan terhadapkualitas audit, sedangkan variabel objektivitas tidak memiliki pengaruh signifikanterhadap kualitas audit. Peraturan objektivitas diharapkan ditegaskan gunameningkatkan nilai objektivitas aparat inspektorat di lampung sendiri. Penelitian inimenjadi salah satu penguat adanya peraturan objektivitas di tingkat inspektoratKota/Kabupaten maupun Provinsi.
Kata kunci : Kualitas Audit, Objektivitas, Integritas, Kompetensi, Skeptisisme,Inspektorat
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF OBJECTIVITY,INTEGRITY, COMPETENCY, AND
AUDITOR’S PROFFESIONAL SKEPTICISM OF AUDIT QUALITY
INSPECTORATE APPARATUS IN LAMPUNG
By:
SENDY HUDANISA
The objectives of this research to empirically analyze the influence ofobjectivity, integrity, competency, and auditor’s proffesional skepticism of audit quality.The population in this research are all auditor’s who worked on the Inspectorate of theprovince in Lampung and Inspectorate of the city/ county in Bandar Lampung,Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, Pesawaran, Mesuji, and WayKanan. Sampling was conducted using a purposive sampling method and number ofsamples of 135 respondents. Primary data collection method used is questionnairemethod. The data analysis technique used in this research is the technique of multipleregression analysis.
The result showed that the integrity, competency, and auditor’s proffesionalskepticism impact on audit quality, while the objectivity of the variables do not have asignificant impact on audit quality. Regulation of objectivity is expected to beemphasized in order to increase the objectivity value of inspectorate apparatur inlampung. This research became one of the reinforcement of regulation of objectivity atthe level of inspectorate of city/county and provice.
Keywords : Audit Quality, Objectivity, Integrity, Competency, Skepticism, Inspectorate
PENGARUH OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI DANSKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT
APARAT INSPEKTORAT DI LAMPUNG
Oleh
SENDY HUDANISA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonosobo pada tanggal 27 Desember
1996. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari
bapak Sarjiman dan ibu Diyah Herawati. Penulis
menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK
Kartika II-27 pada tahun 2003. Pendidikan Dasar di SD
Negeri 8 Gedong Air pada tahun 2008. Sekolah Menengah
Pertama ditempuh oleh penulis di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung dan
diselesaikan pada tahun 2011. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung hingga tahun 2014.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur SBMPTN. Selama menjadi
mahasiswi, penulis terdaftar sebagai anggota aktif Himakta dan KSPM UKM-F FEB
Unila. Selain itu, penulis juga menjadi pengurus UKM-F EBEC FEB Unila sebagai
Kepada Divisi PSDA periode 2015-2016 dan Kepala Bidang Pembinaan dan
Pengembangan Profesi Kewirausahaan periode 2016-2017.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah
diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Kupersembahkan karyaku ini untuk:
Kedua orang tuaku
Bapak Sarjiman dan Ibu Diyah Herawati
Saudaraku
M Rizky Fauzi
Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan motivasi dan doa.
Seluruh sahabat dan teman-teman yang telah memberikan semangat.
Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmu-lah
engkau berharap”
(Qs. Al-Insyirah: 6-8)
“Do your best at any moment that you have”
(Anonymous)
“Do the best and pray. God will take care of the rest”
(Anonymous)
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang telah diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Objektivitas,
Integritas, Kompetensi, dan Skeptisisme Profesional Auditor terhadap Kualitas Audit
Aparat Inspektorat Di Lampung”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diperoleh penulis dapat
membantu mempermudah proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, SE., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Tri Joko Prasteyo, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Pembimbing 1
dan Bapak Basuki Wibowo, S.E., M.S.Ak., Akt., selaku Dosen Pembimbing 2
yang telah memberikan waktu, kritik, saran, masukan dan semangat untuk
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si., selaku Dosen Penguji Utama
yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses
penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Chara P Tidespania Tubarad, S.E., M.ACC., AK., selaku Pembimbing Akademik
selama masa perkuliahan.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis selama
menempuh program pendidikan S1.
8. Seluruh staff Akademik, Administrasi, Tata Usaha, para pegawai, serta staff
keamanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
banyak membantu baik selama proses perkuliahan maupun penyusunan
skripsi, terima kasih atas segala kesabaran dan bantuan yang telah diberikan.
9. Ibuku tercinta Diyah dan ayahku Sarjiman yang selalu mendoakan dan menjadi
penyemangat serta selalu mendoakanku untuk menyelesaikan studi ini. Terima
kasih atas kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan kepadaku.
10. Teruntuk Ibu Diyah Herawati, S.T., M.M., terima kasih sudah menjadi
pembimbingku, mentorku, petunjukku, idolaku, pahlawanku, dan malaikan
dalam hidupku. Tetap sehat dan bahagia bu, kami anak-anakmu menyayangimu.
11. Adikku tersayang M Rizky Fauzi (Moh) yang selalu bersedia disusahkan selama
ini.
12. Para pejuang ku, tim sukses ku, tim hore, dan semuanya. Katrin Dea
Situmorang, Tri Adinda Anggraini, Dinda Nila Sari, Eka Setia Ningrum, dan
Sartika Panji Wulandari yang terdebes sudah mau direpotkan, disusahkan,
disengsarakan, dan dinistakan. Terimakasih atas kesetiakawanan kita 4 tahun
ini.
13. Sahabatku si AYAM BETINA Kating, Eka, Nindul, Ndut, Adin, Tika, Umi,
Indah, Ulan, Merta, Toge, Rahel yang selalu ada setiap ku membutuhkan.
Terima kasih selalu siap di saat sulit.
14. Terima kasih teruntuk ulan yang sudah mau menampungku selama ini dan
memberi perutku jeda selama ini, teruntuk nindul yang sudah mengiklaskan
kosannya menjadi basecampku untuk hasil skripsiku.
15. Geng Kosan Ulan uhuy ulan, kating, cibi, intan yang sudah mau menampungku
disaat jam kosong, disaat jenuh. Terima kasih atas pergunjingan tak indah kita
yang tak ada manfaatnya, perjuangkan kebiasaan kita.
16. Keluarga seperjuangan tumlin, kum hadi, ndum tika, nava, surya, indah, umi,
ninda, yohana, iyan, cebong, julian, dhana, robert, tante yang selalu menghibur
dan siap membantu. Terimakasih untuk Keluarga Besar EBEC. Terima kasih
kenangan indahnya semoga selalu terjaga kebersamaan kita.
17. Teman hidup selama 40 hari yaitu katiw, emak, toto, bang darwin . Semoga
komunikasi kita tetap terjaga.
18. Sayang-sayangku Mantan Anak Abi Omi, Tije, Dian, Rahmi, Nisa. Ja, je, yan,
dis makasih ya sudah meramaikan 6 tahun ku. Perpanjang terus tim gunjing kita.
19. Sayangku eka, adin, ndut, inda yang terdebest menemani masa transisiku era
maba. Anni dan kadin terdebest merawatku selama ini.
20. Tim pergunjinganku saha, winda, bila yang sudah berbagi gosip denganku,
Terimakasih sudah menghibur dan menambah dosaku.
21. Teruntuk Anggelia Permata S, terima kasih sudah menjadi teman curhatku.
Semoga kamu tak pernah bosan menjadi temanku selama 8 tahun kita selama ini.
22. Terima kasih untuk EXO yang telah mengiringi dan menemaniku menulis
skripsi ini.
23. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2014 dan semua pihak yang
telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan semoga
Allah SWT memberikan rahmat, berkah, dan hidayah-Nya untuk kita semua.
Bandar Lampung, 11 April 2018
Penulis,
Sendy Hudanisa
I
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
2.1 Landasan Teori ........................................................................................ 9
2.1.1 Stewardship Theory ........................................................................... 9
2.1.2 Teori Atribusi .................................................................................. 10
2.1.3 Auditor Internal Sektor Publik ...................................................... 12
2.1.4 Kualitas Audit .................................................................................. 13
2.1.5 Objektivitas ...................................................................................... 15
2.1.6 Integritas .......................................................................................... 17
2.1.7 Kompetensi ....................................................................................... 17
2.1.8 Skeptisisme Profesional Auditor .................................................... 20
2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 21
2.3 Model Penelitian....................................................................................... 24
2.4 Pengembangan Hipotesis......................................................................... 24
2.4.1 Pengaruh Objektivitas terhadap Kualitas Audit ......................... 24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II
2.4.2 Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Audit .............................. 25
2.4.3 Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit .......................... 26
2.4.4 Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor terhadap Kualitas
Audit ................................................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 29
3.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 29
3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 30
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ..................... 31
3.4.1 Variabel Kualitas Audit .................................................................. 31
3.4.2 Variabel Objektivitas ...................................................................... 32
3.4.3 Variabel Integritas .......................................................................... 33
3.4.4 Variabel Kompetensi ....................................................................... 35
3.4.5 Variabel Skeptisisme Profesional Auditor ................................... 36
3.5 Metode Analisis Data ............................................................................... 39
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ............................................................ 39
3.5.2 Uji Validitas dan Reabilitas ............................................................ 39
3.5.3 Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 40
3.5.3.1 Uji Normalitas ....................................................................... 40
3.5.3.2 Uji Multikolinieritas .............................................................. 41
3.5.3.3 Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 41
3.5.4 Pengujian Hipotesis ......................................................................... 42
3.5.4.1 Uji F ........................................................................................ 42
3.5.4.2 Uji t ......................................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Data Penelitian ...................................................................... 44
4.2 Analisis Data ............................................................................................ 45
4.2.1 Stastistik Deskriptif ......................................................................... 45
4.2.1.2 Deskriptif Variabel Penelitian .............................................. 47
4.2.1.1 Demografi Responden............................................................ 45
III
4.2.2 Uji Validitas dan Reabilitas ............................................................ 63
4.2.2.1 Uji Validitas ........................................................................... 63
4.2.2.2 Uji Reabilitas ......................................................................... 67
4.2.3 Asumsi Klasik .................................................................................. 68
4.2.3.1 Normalitas .............................................................................. 68
4.2.3.2 Multikolinieritas .................................................................... 69
4.2.4 Pengujian Hipotesis ......................................................................... 72
4.2.4.1 Uji F ........................................................................................ 74
4.2.4.2 Uji t ......................................................................................... 75
4.3 Pembahasan Hasil Penilitian .................................................................. 77
4.3.1 Pengaruh Objektivitas terhadap Kualitas Audit ......................... 77
4.3.2 Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Audit .............................. 79
4.3.3 Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit .......................... 80
4.3.4 Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor terhadap Kualitas
Audit ................................................................................................. 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 83
5.2 Saran ........................................................................................................ 84
LAMPIRAN
4.2.3.3 Heteroskedastisitas ................................................................ 70
DAFTAR TABEL
2.1 Penelitian Terdahulu ..........................................................................................21
3.1 Variabel Kualitas Auditor ..................................................................................32
3.2 Variabel Objektivitas .........................................................................................33
3.3 Variabel Integritas ..............................................................................................35
3.4 Variabel Kompetensi ..........................................................................................36
3.5 Variabel Skeptisisme Profesional Auditor .........................................................38
4.1 Rincian Jumlah Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner ........................44
4.2 Responden Berdasarkan Usia .............................................................................45
4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...................................................46
4.4 Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja .......................................................46
4.5 Stastistik Deskriptif Kualitas Audit ...................................................................47
4.6 Stastistik Deskriptif Objektivitas .......................................................................50
4.7 Stastistik Deskriptif Integritas ............................................................................53
4.8 Stastistik Deskriptif Kompetensi ........................................................................56
4.9 Stastistik Deskriptif Skeptisisme Profesional Auditor ........................................60
4.10 Uji Validasi Variabel Objektivitas ....................................................................63
4.11 Uji Validasi Variabel Integritas ........................................................................64
4.12 Uji Validasi Variabel Kompetensi ....................................................................65
4.13 Uji Validasi Variabel Skeptisisme Profesional Auditor ....................................66
4.14 Uji Validasi Variabel Kualitas Audit ................................................................66
4.15 Hasil Uji Reliabilitas .........................................................................................67
4.16 Hasil Perhitungan Uji Multikolinier .................................................................70
4.17 Hasil Perhitungan Analisis Linier Berganda .....................................................72
4.18 Hasil Uji Statistik F ...........................................................................................74
4.19 Hasil Perhitungan Uji t .....................................................................................75
4.1 Histogram Dependent Variabel Kualitas ...........................................................68
4.2 Probability Plot Residual ....................................................................................69
4.3 Scatter Plot ........................................................................................................74
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
KUESIONER ...........................................................................................................1
REKAPITULASI DATA PENELITIAN ..................................................................9
Uji Validitas dan Reabilitas Objektivitas .................................................................31
Uji Validitas dan Reabilitas Integritas .....................................................................34
Uji Validitas dan Reabilitas Kompetensi .................................................................37
Uji Validitas dan Reabilitas Skeptisisme Profesional Auditor ................................41
Uji Validitas dan Reabilitas Kualitas Audit .............................................................44
Uji Asumsi Klasik .....................................................................................................47
Uji F dan Uji t ...........................................................................................................52
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingginya kasus suap menyuap yang ada dalam lingkup pemerintahan
terutama bagi lembaga pengawas pemerintah menyebabkan kekhawatiran
masyarakan dan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat akan kinerja
instansi pemerintahan. Adanya pengawasan yang tegas, independen dan
bertanggungjawab akan meningkatkan kepercayaan masyarakan terhadap
pemerintah yang belakangan ini mengalami penurun. Inspektorat merupakan salah
satu lembaga pengawas yang ada dalam instansi pemerintah baik kota/kabupaten
maupun provinsi.
Menurut Mardiasmo (2009), terdapat tiga aspek utama yang mendukung
terciptanya pemerintah yang baik (good governance), yaitu pengawasan,
pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh pihak diluar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintah. Pengendalian (control)
adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem
dan kebijkan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan organisasi
2
dapat tercapai. Sedangkan pelaksanaan (audit) merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi
profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
Audit internal yang dimiliki oleh intansi pemerintah kota/kabupaten dan
provinsi salah satunya adalah Inspektorat. Pengawasan internal yang dilakukan
bukan hanya tentang kinerja, proses ataupun kegiatan, namun juga keuangan suatu
instansi pemerintah yang telah dilakukan. Keuangan adalah sebuah objek yang
sangat sensitif, segala kegiatan yang berhubungan dengan keuangan akan selalu
menjadi pusat perhatian dari berbagai kalangan. Oleh karena itu, diperlukan
adanya suatu pengawasan yang cukup andal dalam pertanggungjawaban atas
penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahaan. Dengan adanya suatu
pengawasan yang cukup handal, diharapkan dapat menjamin pendistribusian dana
yang merata pada semua sektor publik sehingga efektivitas dan efisiensi
penggunaan dana dapat dipertanggungjawabkan (Qeena, 2012).
Pengelolahan keuangan pemerintah yang baik, harus didukung dengan adanya
audit sektor publik yang berkualitas. Karena jika kualitas audit sektor publik
rendah, akan memberikan kelonggaran terhadap lembaga pemerintah untuk
melakukan penyimpanggan penggunaan anggaran. Selain itu juga mengakibatkan
risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap aparatur pemerintah yang
melakukannya. Auditor pemerintah terdiri dari Ispektorat Jendral Departemen,
Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkugan lembaga negara dan BUMN/BUMD.
Inspektorat Wilayah Provinsi, Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kota, Badan
3
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) yang merupakan lembaga pemerikasa Eksternal yang independen.
Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
(PP RI) No. 60 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 3, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) terdiri dari audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan
pengawasan lainnya. Pengawasan bersifat membantu agar sasaran yang ditetapkan
organisasi dapat tercapai, dan secara dini menghindari terjadinya penyimpangan
pelaksanaan, penyalahgunaan wewenang, pemborosan dan kebocoran.
Surat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Pengawas Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) dan Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk
presiden tentang penguatan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP)
terutama untuk lembaga inspektorat untuk menjadi aparat independen. Dinilai
belum optimalnya peran inspektorat menjadi perhatian, ditambah dengan
maraknya kasus suap di kalangan inspektorat menjadikan salah satu acuan kinerja
pemerintah.
Basuki dan Krisna (2006) menyatakan bahwa kualitas audit merupakan suatu
issue yang kompleks, karena begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas audit, yang tergantung dari sudut pandang masing-masing pihak. Hal
tersebut menjadikan kualitas audit sulit untuk diukur, sehingga menjadi suatu hal
yang sensitif bagi perilaku individual yang melakukan audit. Secara teroritis
kualitas pekerjaan auditor biasanya dihubungkan dengan kualifikasi keahlian,
ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan yang
kompeten pada biaya yang paling rendah serta sikan independensinya dengan
4
klien. De angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit seagai probabilitas bahwa
auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi
klien. Probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan
teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada
independensi auditor.
Standar audit sektor publik secara garis besar mengacu pada Standar
Profesional Akuntansi Publik (SPAP) yang berlaku di Indonesia. Standar umum
kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa “Dalam semua hal
yang berhubungan dengan perikatan, independesi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor untuk bersikap
independen karena pelaksanaan pekerjaannya unruk kepentingan umum. Dengan
demikian, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepada kepentingan siapapun,
sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang dimiliki oleh auditor, ia
akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk
mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.64 Tahun 2007 dalam Pasal 4 yang
mengatur tentang peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota. Pasal
tersebut menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan
pemerintah, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota mempunyai
fungsi sebagai berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua,
perumusan kebijkan dan fasilitas pengawasan; dan yang ketiga, pemeriksaan,
pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.
Penggunaan laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh APIP (Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah) menginginkan adanya aparat pengawasan yang
5
bersih, berwibawa, terbit, dan teratur dalam menjalankan tugas dan fungssinya
sesuai dengan ketentuan dan norma yang berlaku. Norma dan ketentuan yang
berlaku bagi auditor intern pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar
Audit APIP. Kode etik dimaksudkan untuk menjaga perilaku APIP dalam
melaksanakan tugasnya, sedangkan Standar Audit dimaksudkann untuk menjaga
mutu hasil audit yang dilakukan APIP.
Kode etik APIP dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara (PERMENPAN) Nomer PER/04/M.PAN/03/2008 , salah satu tujuannya
adalah mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis , agar terpenuhi prinsip-
prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksannya pengendalian audit sehingga
terwujudnya auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam
pelaksanaan audit. Di tahun 2016, Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara
mengeluarkan Peraturan MenPAN Nomer 9 Tahun 2016 tentang ‘Pencabutan
Peraturan Menteri Negara Penyalahgunaan Aparatur Negara Nomer
PER/04/M.PAN/03/2008 Tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah’. Peraturan APIP yang baru digantikan dengan Standar Audit Intern
Pemerintah (SAIPI) yang di atur oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah
Indonesia (AAIPI) termasuk dengan Kode Etik APIP (Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah). Sebagian besar inspektorat dalam merencanakan audit masih
belum yakin bahwa sumber daya fungsi audit internal sudah tepat, memadai, dan
dapat digunakan secara efektif untuk mencapai rencana yang telah disetujui
(Gamayuni, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) telah melakukan
penelitian tentang pengaruh objektivitas terhadap kualitas hasil audit di
6
lingkungan pemerintah daerah dan hasilnya adalah positif. Dengan kata lain,
semakin tinggi tingkat objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas hasil
pemeriksaannya.
Integritas auditor juga dapat berpengaruh terhadap kualitas audit. Integritas
merupakan komponen profesionalisme auditor. Integritas diperlukan agar auditor
dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit. Dengan integritas yang
tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil auditnya (Pusdiklatwas
BPKP, 2005).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit, yaitu kompetensi
auditor. Kompetensi merupakan kompenen penting bagi seorang auditor
profesional. Auditor harus mempunyai pendidikan, pengetahuan, keahlian dan
keterampilan, pengalaman, serta kompetensi lain yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya (AAIPI, 2014).
Selain beberapa faktor diatas, faktor skeptisisme professional auditor juga
dapat berpengaruh terhadap kualitas audit. Semakin skeptis seorang auditor maka
akan semakin mengurangi tingkat kesalahan dalam melakukan audit (Hurtt et al.,
2003). Carpenter et al. (2002) menyatakan bahwa auditor yang kurang memiliki
sikap skeptisisme professional akan menyebabkan penurunan kualitas audit.
Berdasarkan uraian di atas, maka alasan pemilihan topik dalam penelitian ini
adalah karena adanya kesengajaan gap, perbedaan penelitian terdahulu, serta
banyaknya opini masyarakat tentang rendahnya kualitas audit yang dilakukan oleh
auditor pemerintah. Penelitian terdahulu banyak yang lebih menekankan kepada
pengalaman kerja, serta kompetensi auditor pada kantor akuntan publik. Selain
kedua faktor atau variabel tersebut, dalam penelitian Mabruri dan Winarna (2010)
7
ditambahkan tiga variabel lain yaitu objektivitas, integritas, dan pengetahuan
auditor. Variabel kompetensi dihabuskan karena sudah terdapat variabel
pengalaman kerja seta pengetahuan auditor. Dalam penelitian ini, penulis
menambahkan satu variabel yaitu skeptisisme profesional auditor untuk dianalisa
pengetahuannya terhadap kualitas audit yang dilakukan auditor pada Kantor
Inspektorat Provinsi dan Kantor Inspektorat Kota/Kabupaten di Lampung. Oleh
karena itu penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai “PENGARUH
OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI DAN SKEPTISISME
PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT
INSPEKTORAT DI LAMPUNG”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah objektivitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
2. Apakah integritas berpengaruh positif tergadap kualitas audit?
3. Apakah kompetensi berpengaruh positif tergadap kualitas audit?
4. Apakah skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif tergadap
kualitas audit?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris
bahwa objektivitas, integritas, kompetensi, dan skeptisisme professional auditor
berpengaruh terhadap kualitas audit.
8
1.4 Manfaat Penelitaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi pemegang kebijakan, dalam hal ini pemerintah daerah, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor
yang mempengaruhi kualitas audit Inspektorat dalam pengawasan
keuangan daerah, sehingga dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan
kualitas audit Inspektorat.
b. Bagi Inspektorat, sebagai masukan dalam mendukung pelaksanaan
otonomi daerah khususnya peranan Inspektorat dalam pengawasan
keuangan daerah dan dalam rangka mewujudkan good governance.
Sehingga Inspektorat diharapkan dapat membuat program yang
berkontribusi pada peningkatan kualitas dan kapabilitasnya.
c. Bagi akademisi, memberikan kontribusi pengembangan literatur
akuntansi sektor publik di Indonesia. Selain itu penelitian ini diharapkan
dapat menambah referensi dalam mendorong dilakukannya penelitian-
penelitian akuntansi sektor publik. Hasil penelitian ini juga diharapkan
akan dapat memberikan sumbangan bagi penelitian berikutnya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Stewardship Theory
Stewardship theory menyatakan bahwa para manajer tidaklah termotivasi
oleh tujuan – tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama
mereka untuk kepentingan organisasi (Donaldson,1989 dan Davis,1991). Teori ini
didasarkan kepada aspek psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana
para ekskutif sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan
prinsipal, selain itu perilaku steward tidak akan meninggalkan organisasi sebab
steward berusaha mencapai sasaran organisasinya.
Stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofi mengenai sifat
manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu
bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas, dan kejujuran
terhadap pihak lain. Stewardship theory memandang manajemen sebagai pihak
yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik – baiknya bagi kepentingan
publik pada umumnya dan shareholder pada khususnya.
10
Menurut Putro (2013) teori stewardship mengasumsikan hubungan yang
kuat antara kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik, pemerintah akan
berusaha maksimal dalam menjalankan pemerintahan untuk mencapai tujuan
pemerintah yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Putro juga menjelaskan
apabila tujuan ini mampu tercapai oleh pemerintah maka rakyat selaku pemilik
akan merasa puas dengan kinerja pemerintah.
Implementasinya pada penelitian ini yaitu Inspektorat Provinsi dan
Inspektorat Kota/Kabupaten sebagai steward (pengurus) dipandang sebagai pihak
yang dapat bertindak sebaik –baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya
stakeholder dengan melaksanakan tugas dan fungsinya dengat tepat, sehingga
good governance dapat tercapai. Selain itu teori ini dapat menjelaskan peran
auditor internal tidak hanya sekedar untuk menilai kesesuaian laporan keuangan
dengan bukti pendukung, tetapi juga sebagai pemberi saran kepada auditee (pihak
yang diaudit) sebagai shareholder. Saran inilah yang nantinya dijadikan
pertimbangan bagi manajemen dalam efektivitas pengelolaan keuangan.
2.1.2. Teori Atribusi
Menurut Heider (1958), teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan
tentang perilaku seseorang. Teori atribusi menjelaskan mengenai proses
bagaimana kita menentukan penyebab perilaku seseorang. Teori ini mengacu pada
bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lalin atau diri sendiri
yang ditentukan dari internal ataupun eksternal yang akan memberi pengaruh
terhadap perilaku individu (Harini dkk., 2010). Penyebab perilaku dalam persepsi
sosial dikenal dengan dispositional atributions dan situasional attributions.
11
Dispositional atttributions mengacu pada sesuatu yang ada dalam diri seseorang
dan situasional attributions mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi
perilaku.
Dalam hidupnya, setiap orang akan membentuk ide tentang orang lain dan
situasi sosial di sekitarnya melalui berbagi hal. Dalam teori atribusi
Correspondent Inference (Jones dan Davis 1965) , dijelaksan bahwa perilaku
berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat
perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut
serta prediksi perilaku seseorang dalam menghadapi situasi tertentu.
Kelley (1973) dalam teorinya menjelaskan tentang bagaimana orang
menarik kesimpulan tentang apa yang menjadi sebab serta dasar seseorang
melakukan suatu perbuatan. Menurut Kelley terdapat tiga faktor yang menjadi
dasar pertimbangan orang untuk menarik kesimpulan apakah suatu perbuatan atau
tindakan itu disebabkan oleh sifat dari dalam diri (disposisi) ataukah disebabkan
oleh faktor luar. Ketika faktor pertimbangan tersebut adalah:
1. Distinctiveness, konsep ini merujuk pada bagaimana seseorang
berperilaku dalam kondisi yang berbeda-beda.
2. Consistency, suatu kondisi yang menunjukan sejauh mana perilaku
seseorang konsisten dari satu situari ke situasi yang lain.
3. Consensus, situasi yang membedakan perilaku seseorang dengan
perilaku orang lain dalam menghadapi situasi yang sama.
Penelitian ini menggunakan teori atribusi karena peneliti melakukan studi
empiris untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi auditor dalam
menentukan kualitas audit yang dilakukannya, khususnya pada karakteristik
12
personal auditor itu sendiri. Karakteristik personal seorang auditor merupakan
faktor penentu utama dalam menetukan kualitas audit, karena hal tersebut
merupakan faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas.
2.1.3. Auditor Internal Sektor Publik
Audit sektor publik berbeda dengan audit pada sektor swasta atau sektor
bisnis. Audit sektor publik dilakukan pada organisasi pemerintah yang bersifat
nirlaba seperti sektor pemerintah daerah (pemda), Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan instansi lain yang berkaitan
dengan pengelolaan kekayaan negara. Sedangkan untuk audit sektor swasta
dilakukan pada perusahaan-perusahaan milik swasta yang bersifat mencari laba.
Secara teknis auditor sektor publik dengan auditor sektor swasta tidak jauh
berbeda dengan audit sektor swasta. Yang membedakan hanyalah peraturan
pemerintah dan peraturan politik negara tersebut. Tuntutan dilaksanakannya audit
pada sektor publik ini, adalah dalam rangka pelayanan publik secara ekonomis,
efisien, dan efektif. Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting
dalam penegakan good government. Namun demikian, prakteknya sering juga dari
yang diharapkan.
Mulyadi (2002) menyatakan bahwa auditor pemerintah/ sektor publik
adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas
pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan
oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau penanggung jawab keuangan
yang ditujukan kepada pemerintah.
13
Mulyadi (2002) juga menjelaaskan bahwa sama halnya dengan sektor
privat, auditor sektor publik juga dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu auditor
eksternal dan auditor internal. Auditor eksternal dalam sektor publik dipegang
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sedangkan untuk auditor internal sektor
publik dipegang oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
dan Inspektorat.
Mardiasmo (2000) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelemahan
dalam audit pemerintah di Indonesia, diantaranya tidak tersedianya indikator
kinerja yang memadai sebagai dasar pengukuran kinerja pemerintahan, baik
pemerintahan pusat maupun daerah dan hal tersebut pada umumnya dialami oleh
organisasi publik karena output yang dihasilkan berupa pelayanan publik yang
tidak mudah diukur. Dengan kata lain, ukuran kualitas audit masih menjadi
perdebatan.
2.1.4. Kualitas Audit
Sampai saat ini belum ada definisi yang tepat mengenai apa dan
bagaimana kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan
mengukur kualitas audit secara objektif dengan beberapa indikator. Hal ini
dikarenakan kualitaas audit merupakan sebuah konsep yang kompleks dan sulit
dipahami, sehingga sering kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan
kualitasnya. Hali ini terbukti dari banyaknya penelitian yang menggunakan
dimensi kualitas audit yang berbeda-beda.
De Anggelo (1981) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai
probabilitas dimana seseorang auditor menemukan dan melaporkan tentang
14
adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Probabilitas
penemuan suatu pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan
independensi auditor tersebut. Beberapa penelitian seperti De Anggelo (1981);
Goldman & Barlev (1974) umumnya mengasumsikan bahwa auditor dengan
kemampuannya akan dapat menemukan suatu pelanggaran dan kuncinya adalah
auditor tersebut harus independen. Tetapi tanpa informasi tentang kemampuan
teknik (seperti pengalaman audit, pendidikan, profesionalisme, dan struktur audit
perusahaan), kapabilitas dan independensi akan sulit dipisahkan.
Menurut Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) auditor harus
memiliki pendidikan, pengetahuan, keahlian dan keterampilan, pengalaman, serta
kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
Pendidikan, pengetahuan, keahlian dan keterampilan, pengalaman serta
kompetensi lain adalah bersifat kolektifyang mengacu pada kemampuan
profesional yang diperlakukan auditor untuk secara efektif melaksanakan
tanggung jawab profesinya (SAIPI, 2013 hal 14).
Dalam sektor publik, Government Accountability Office (GAO)
mendefinisikan kualitas audit sebagai ketaatan terhadap standar profesi . dan
ikatan kontrak selama melaksanakan audit (Lowenshon et al., 2005). Standar
audit menjadi pertimbangan dan tolak ukur kinerja auditor (Messier et al., 2005).
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomer
PER/05/M.PAN/03/2008, pengukuran kualitas audit atas laporan keuangan,
khususnya yang dilakukan oleh APIP, wajib menggunakan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN).
15
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) bahwa pelaksanaan
pemeriksaan yang didasarkan pada standar pemeriksaan yang didasarkan pada
standar pemeriksaan akan menigkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan
(diperoleh) dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti
secara objektif. Unsur – unsur kualitas laporan hasip pemeriksaan yaitu harus
tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, menyakinkan, serta jelas dan seringkas
mungkin. Oleh karena itu, kualitas hasip pemeriksaan adalah kualitas kerja auditor
yang ditunjukan dengan laporan hasil pemeriksaan yang dapat diandalkan
berdasarkan standar yang telah di tetapkan.
2.1.5. Objektivitas
Objektivitas adalah suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi
jasa atau pelayanan auditor. Objektivitas merupakan salah satu ciri yang
membedakan profesi akutan dengan profesi yang lain. Prinsip objekatifitas
menetapkan suatu kewajiban bagi auditor (Akuntan Publik) untuk tidak memihak,
jujur secara interlektual, dan bebas dari konflik kepentingan (Wayan, 2005).
Pusdiklatwas BPKP (2005), menyarakan objektivitas sebagai bebasnya seseorang
dari pengaruh pandangan subjektif pihak-pihak lain yang berkepentingan,
sehingga dapat mengemukakan pendapat apa adanya.
Objektivitas merupakan kebebasan sikap mental yang harus dipertahankan
oleh auditor dalam melakukan audit, dan auditor tidak boleh membiarkan
pertimbangan auditnya dipengaruhi oleh orang lain (Kusumah, 2008). Setiap
auditor harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuh kewajibannya (Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntansi Indonesia, 1998).
16
Dalam prinsip tersebut dinyatakan bahwa objektivitas adalah sutau kualitas yang
memberikan nilai atas jasa yang diberikan. Prinsip objektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka,
serta bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.
Lebih lanjut Mulyadi (2002) menjelaskan, dalam menghadapi situasi dan
praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan
objektivitas, yang harus cukup dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
a. Adakalanya auditor dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan
mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya.
Tekanan ini dapat mengganggu objektivitasnya.
b. Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan
semua situasi dimana tekanan-tekanan mungkin terjadi. Ukuran
kewajaran harus digunakan dalam menentukan standar untuk
mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat
merusak objektivitas.
c. Hubungan – hubungan yang mungkin prasangka, bias atau pengaruh
lainnya untuk melanggar objektivitas harus dihindari.
d. Memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang
terlibat dalam pemberian jasa professional mematuhi prinsip
objektivitas.
e. Tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment
yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas
terhadap pertimbangan professional mereka atau terhadap orang –
17
orang yang berhubungan dengan mereka, dan harus menghindari
situasi – situasi yang dapat membuat professional mereka ternoda.
2.1.6. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas
mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani,
bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu
diperlukan untuk membagun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambil
keputusan yang andal (Sukriah, 2009).
Menurut Anitaria (2011), integritas merupakan suatu elemen karakter yang
mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang
mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam
menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang
anggota untuk, antara lain; bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak
boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Kemudian sunarto (2003) dalam
Sukriah (2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang
tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima
kecurangan prinsip.
2.1.7. Kompetensi
Menurut Alim,dkk (2007) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek
pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja
18
superior. Aspek – aspek pribadi ini meliputi sikap, motif – motif, sistem niali,
sikap, pengetahuan dan pengalaman akan mempengaruhi tingkah laku sendagkan
tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Sikap kompetensi diperlukan agar
auditor dapat mendeteksi dengan cepat dan tepa ada atau tidaknya kecurangan
serta trik-trik rekayasa yang dilakukan untuk melakukan kecurangan tersebut.
Keahlian yang dimiliki auditor dapat menjadikannya lebih sensitive (peka)
terhadap suatu tindakan kecurangan (Lastanti, 2005).
Trotter (1986) mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah
orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaa dengan mudah, cepat,
intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Pendapat dari
Dreyfus (1986) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian seorang yang
berperan secara berkelanjutan yang mana pergerakannya melalui proses
pembelajaran, dari “oengetahuan sesuatu” ke “mengetahui bagaimana”, seperti
misalnya : dari sekedar pengetahuan yang tergantung pada aturan tertentu kepada
suatu pernyataan yang bersifat intuitif. Lebih spesifik lagi Dreyfus membedakan
proses perolehan keahlian terjadi 5 tahap, yaitu :
1. Tahap Novice, yaitu tahapan pengenalan terhadap kenyataan dan
membuat pendapat hanya berdasarkan aturan-aturan yang terjadi.
Keahlian pada tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh staf audit
pemula yang baru lulus dari perguruan tinggi.
2. Tahap Advanced Beginner, yaitu tahap dimana auditor bergantung
pada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk
merasionalkan segala tindakan audit, namun demikian auditor pada
19
tahap ini mulai dapat membedakan aturan sesuai dengan aturan yang
sesuai denga suatu tindakan.
3. Tahap Competence, yaitu tahap dimana auditor harus mempunyai
cukup pengalaman untuk mengahadapi situasi yang kompleks.
Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam
pikirannnya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan, dan
prosedur aturan audit.
4. Tahap Profiency, yaitu tahap dimana segala sesuatu menjadi rutin,
sehingga dalam bekerja auditor cendurung tergantung pada
pengalaman yang lalu. Disini intuisi mulai digunaka dan pada
akhirnya pemikiran audit akan terus berjalan sehingga diperoleh
analisis yang substansial.
5. Tahap Expertise, yaitu tahap dimana auditor mengetahu segala sesuatu
karena kematangannya dan pemahamannya terhadap praktek yang
ada. Auditor sudah dapat membuat keputusan atau menyelesaikan
suatu permasalahan. Dengan demikian segala tindakan auditor pada
tahap ini sangat rasional dan mereka bergantung pada intuisinya
bukan pada peraturan yang ada.
Menurut Bedard (1986) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagi
seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas
yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Berdasarkan uraian diatas ,
kompetensi mempunyai dua faktor penting, yaitu pengetahuan dan pengalaman.
Dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman yang tinggi akan menghasilkan
audit yang berkualitas tinggi.
20
2.1.8. Skeptisisme Profesional Auditor
Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP, 2001) menyatakan skeptisisme
profesional auditor sebagi suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Shaub
& Lawrence (1996) memberikan definisi tentang skeptisisme profesional auditor
sebagai berikut “Profesional skepticism is a choice to fulfil the profesional
auditor’s duty to prevent or reduce the harmful consequences of another person’s
behavior”
Menurut Kee dan Knox’s (1970), dalam model “Professional Scepticism
Auditor” menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor dipengaruhi oleh
beberapa faktor:
1. Faktor –faktor kecondongan etika
Faktor –faktor kecondongan etika memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap skeptisisme profesional auditor. The American Heritage
Directory menyatakan etika sebagai suatu aturan atau standar yang
menentukan tingkah laku para anggota dari suatu profesi.
Pengembangan kesadaran etis/ moral memainkan peranan kunci
dalam semua area profesi akuntan (Louwers, 1997), termasuk dalam
melatih sikap skeptisisme profesional akuntansi.
2. Faktor – fakor situasi
Faktor –faktor situasi berpengaruh secara positif terhadap skeptisisme
profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit yang memiliki
risiko tinggi (situasi irregularities) mempengaruhi auditor untuk
meningkatkan sikap skeptisisme profesionalnya.
21
3. Pengalaman
Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor
dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi
lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah
dilakukan. Butt (1988) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa
auditor yang berpengalaman akan membuat hudgement yang relatif
lebih baik dalam tugas – tugas profesionalnya, daripada auditor yang
kurang berpengalaman. Jadi seorang auditor yang lebih berpengalam
akan lebih tinggi tingkat skeptisisme profesionalnya dibandingkan
dengan auditor yang kurang berpengalaman.
2.2 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang melibatkan variabel – variabel yang serupa
dengan yanng diuji oleh penulisan dalam penelitian ini. Diantaranya adalah
penelitian yang instrumennya direplikasi untuk mengukur variabel yang diuji.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penelitian
(Tahun)
Judul Hasil
1 Sugiarmini dan
datrini (2017)
Pengaruh Skeptisme
Profesional,
Independensi,
Kompetensi, Etika, dan
Role Stress Auditor
terhadap Kualitas Audit
Penelitian ini membuktikan
bahwa skeptisme
profesional auditor,
independensi auditor,
kompetensi auditor, etika
auditor berpengaruh positif
22
Pada Kantor BPK RI
Perwaklilan Provinsi
Bali
signifikan terhadap kualitas
audit. Namun untuk role
stress berpengaruh negatif
terhadap kualitas audit
kantor BPK RI perwakilan
provinsi bali.
2 Febriyanti
(2014)
Pengaruh Independensi,
Due Professional Care
dan Akuntabilitas
Terhadap Kualitas
Audit
Penelitian ini bahwa
independensi dan
akuntabilitas berpengaruh
positif tidak signifikan
sedangkan untuk due
professional care
berpengaruh positif
signifikan terhadap kualitas
audit.
3 Ardiansyah
(2014)
Analisis Hubungan
Antara Keahlian,
Independensi, dan Etika
dengan Kualitas Audit
Pada Perwakilan BPKP
Provinsi Maluku
Penelitian ini membuktikan
bahwa keahlian,
independensi, dan etika
memiliki hubungan yang
positif terhadap kualitas
audit.
4 Widiyastuti dan Pengaruh Konpetensi, Penelitian ini menunjukan
23
Pamudji (2009) Independensi, dan
Profesionalisme
Terhadap Kemampuan
Auditor dalam
Mendeteksi
Kecurangan (Fraud)
bahwa kompetensi,
independensi, dan
profesionalisme
berpengaruh positif terhadap
kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan
(froud).
5 Affandi (2013) Pengaruh Kompetensi,
Independensi,
Akuntabilitas, dan Etika
Profesi Auditor
terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian menunjukan
bahwa secara simultan,
kompetensi, independensi,
akuntabilitas, dan etika
profesi auditor berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
audit dan hasil secara parsial
menunjukan bahwa variabel
independensi dan
akuntabilias berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
audit. Sedangkan untuk
kompetensi dan etika
profesi tidak berpengaruh
terhadap signifikan terhadap
kualitas audit.
24
H4 (+)
H3 (+)
H2 (+)
H1(+)
Integritas
Model penelitian dirancang untuk dapat lebih memahami konsep penelitian
dan arah dari hubungan kualitas dari variabel independen dan dependen.
Penelitian ini berusaha untuk menguji pengaruh indepenensi, objektivitas,
pengetahuan, pengalaman kerja, integritas, etika, kompleksitas, serta skeptisisme
professional auditor terhadap kualiats audit.
Dari uraian di atas maka model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut
Kerangka Pemikiran Teoritis
2.4 Pengembangan Hipotesis
Dibagian ini dijelaskan berbagai rumusan hipotesis dengan agrumentasinya.
Masing-masing diuraikan sebagai berikut.
2.4.1 Pengaruh Objektivitas terhadap Kualitas Audit
Dalam Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) menjelaskan
bahwa auditor harus objektiv dalam melaksanakan audit intern. Prinsip
objektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan penugasan dengan jujur dan
tidak mengompromikan kualitas (AAIPI,2013). Penelitian yang dilakukan
kompetensi
KualitasAudit
Objektivitas
Skeptisismeprofesional
2.3 Model Penelitian
25
Wibowo (2006) menyebutkan auditor yang memiliki objektivitas yaitu auditor
yang dapat melakukan penilaian yang seimbang atas semua kondisi yang relevan
dan tidak terpengaruh oleh kepentingannya sendiri atau kepentingan orang lain
dalam membuat keputusan. Mabruri dan Winarna (2010) menyatakan semakin
tinggi objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas auditornya.
Hubungan keuangan dengan klien dapat dipengaruhi oleh objektivitas dan
dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak
dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas
berkepentingan dalam laporan hasil pemerikaan yang diterbitkan (Sukriah
dkk.2009). Konflik kepentingan dapat membuat ketidakpantasan muncul yang
dapat merusak kepercayaan audit, aktivitas audit intern, dan profesi. Konflik
kepentingan dapat mengganggu kemampuan auditor untuk melakukan tugasnya
dan tanggung jawabnya secara objektif. Standar umum dalam standar audit APIP
menyatakan bahwa dengan prinsip objektivitas mensyaratkan agar auditor
melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Dengan
kata lain, semakin tinggi tingkat objektivitas auditor maka semakin baik kualitas
hasil pemeriksaannya. Dengan demikian, dapat dikemukakan hipotesis sebagai
berikut :
: Objektivitas Auditor Berpengaruh Positif terhadap Kualitas
Audit.
2.4.2 Pengaruh Intergritas terhadap Kualitas Audit
Integritas merupak kualitas yang menjadi timbulnya kepercayaan
masyarakat dann tatanan nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam menguji semua
keputusannya. Integritas mengharuskan auditor dalam segala hal, jujur dan terus
26
terang dalam batasan objek pemeriksaan. Pelayanan kepada masyarakat dan
kepercayaan dari masyarakat tidak dapat dikalahkan demi kepentingan dan
keuntungan pribadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) menyatakan
bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki integritas yang biak.
Sukria,dkk (2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang
tidak disengaja dan perbedaan pendapat jujur, tetapi tidak dapat menerima
kecurangan prisnsip. Wibowo (2006) mengemukakan integritas auditor
menguatkan kepercayaan dan karenannya menjadi dasar bagi pengandalan atas
keputusan mereka. Integritas auditor intern pemerintah membangung kepercayaan
dan dengan demikian memberikan dasar untuk kepercayaan dalam
pertimbangannya (AAIPI, 2014). Dengan demikian, dapat dikemukakan hipotesis
sebagai berikut :
: Integritas Auditor Berpengaruh Positif terhadap Kualitas Audit.
2.4.3 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit
SPAP 2001 tentang standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan
audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup (IAI,
2001). Auditor harus memiliki pendidikan, pengetahuan, keahlian dan
keterampilan, pengalaman, serta kompetensi lain yang dibutuhkan untuk
melakukan tanggung jawabnya. Pendidikan, pengetahuan, keahlian dan
keterampilan, pengalaman, serta kompetensi lain adalah bersifat kolektif yang
mengacu pada kemampuan profesional yang diperlukan auditor untuk secara
efektif melaksanakan tanggung jawab profesional. Pengetahuan diukur dari
seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan
27
mempunnyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang
digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagi masalah secara lebih mendalam,
selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin
kompleks. Analisis audit kompleks membutuhkan spektrum yang luas mengenai
keahlian, pengetahuan dan pengalaman (Meinhard et al., 1987).
Menurut Tubbs (1992) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan
dalam hal : (1) Mendeteksi kesalahan, (2) Memahami kesalahan secara akurat, (3)
Mencari penyebab kesalahan. Hasilnya menunjukan bahwa semakin
berpengalaman auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan. Semakin peka
dengan kesalahan yang tidak biasa dan semakin memahami hal yang terkait
dengan kesalahan yang ditemukan.
Adapun secara umum ada 5 pengetahun yang harus dimiliki oleh seoranga
auditor, yaitu : (1) pengetahuan pengauditan umum, (2) pengetahuan area
fungsional, (3) pengetahuan mengenai isu – isu akuntansi yang paling baru, (4)
pengetahuan mengenai industri khusus, (5) pengetahuan mengenai bisnis umum
serta penyelesaian masalah. Menurut Broen dan Stanner (1983) perbedaan
pengetahuan dan pengalaman diantara auditor akan berpengaruh terhadap cara
auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Dengan demikian, dapat dikemukakan
hipotesis sebagai berikut:
: Kompetensi Auditor berpengaruh positif terhadap kualitas
Audit.
28
2.4.4 Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor terhadap Kualitas Audit
Skeptisisme profesional auditor adalah suatu sikap yang mencakup pikiran
yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti
audit. Skeptisisme profesional auditor tersirat didalam literatur dengan adanya
keharusan auditor untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya kecurangan atau
penyalahgunaab wewenang yang material yang terjadi didalam perusahaan klien
(Loebbeckte et al., 1989).
Kee dan Knox’s (1970), dalam model “Professional Scepticism Auditor”
menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu : faktor – faktor kecondongan etika, faktor – faktor situasi dan
pengalaman. Semakin skeptis seseorang maka semakin mengurangi tingkah
kesalahan dalam melakukan audit (Bell et al., 2005). Auditor yang kurang
memiliki sikap skeptisisme profesional akan menyebabkan penurunan kualitas
audit. Marghfirah dan Syahril (2008) menguji hubungan skeptisisme profesional
auditor dengan ketepatan pemberi opini auditor oleh akuntan publik dan apakah
ada hubungan situasi audit, etika, pengalaman, dan keahlian audit degan ketepatan
pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Hasil penelitian sebelumnya
menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara skeptisisme profesional
auditor dan ketepatan pemberi opini auditor oleh akuntan publik. Dengan
demikin, dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
: Skeptisisme Profesional Auditor Berpengaruh Positif terhadap
Kualitas Audit.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu. Populasi ini dipilih secara random acak.
Populasi yang terpilih dalam penelitian ini adalah semua auditor yang bekerja
pada Dinas Inspektorat provinsi Lampung, Inspektorat Kota/Kabupaten Bandar
Lampung, Lampung Tengah, Lampung Selatan, Mesuji, Pesawaran, Lampung
Timur, dan Way Kanan.
Sampel menurut (Indriantoro dan Supomo, 1999) adalah sebagian anggota
dari populasi yang dipilih menggunakan proses tertentu sehingga dapat mewakili
populasi. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan pendekatan
purposive sampling untuk mentukan sampel dari populasi yang memenuhi kriteria
tertentu sesuai yang penulis kehendaki, yaitu yang sudah pernah mengikuti
pelatihan (diklat) sebagai auditor. Hal ini dilakukan agar jawaban dari setiap
pertanyaan pada kuesioner dapat terjawab dengan baik pada subjek yang tepat dan
berkompeten dibidangnya.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupaka sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
30
sumber asli, tidak melalui perantara. Data primer dalam penelitian ini berupa nilai
atau skor atas jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pertanyaan-
pertayaan yang ada dalam kuesioner.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode angket, yaitu menyebarkan daftar pertanyaan
(kuesioner) yang akan diisi atau dijawab oleh responden auditor dan yang berkerja
pada Dinas Inspektorat provinsi Lampung dan Inspektorat Kota/Kabupaten
Bandar Lampung, Lampung Tengah, Lampung Selatan, Mesuji, Pesawaran,
Lampung Timur, dan Way Kanan.
Metode ini menggunakan penyebaran kuesioner yang telah disusun secara
tersturktur, dimana sejumlah pertanyaan tertulis disampaikan pada responden
untuk ditanggapi sesuai dengan kondisi yang dialami oleh responden yang
bersangkutan. Pertanyaan berkaitan dengan data demografi responden yang
bersangkutan. Pertanyaan berkaitan dengan data demografi respoden serta opini
atau tanggapan terhadap independensi, objektivitas, pengetahuan, pengalaman
kerja, integritas , etika, kompleksitas audit, skeptisisme profesional auditor, serta
kualitas audit dari audiitor yang bekerja pada Dinas Inspektorat provinsi Lampung
dan Inspektorat Kota/Kabupaten Bandar Lampung, Lampung Tengah, Lampung
Selatan, Mesuji, Pesawaran, Lampung Timur, dan Way Kanan.
Penyebaran dan pengumpulan kuesioner dilakukan secara langsung oleh
peneliti dengan cara mengantar kuesioner langsung ke kantor Dinas Inspektorat
provinsi Lampung dan Inspektorat Kota/Kabupaten Bandar Lampung, Lampung
31
Tengah, Lampung Selatan, Mesuji, Pesawaran, Lampung Timur, dan Way Kanan
yang menjadi objek penelitian ini. Dalam kuesioner ini nantinya akan digunakan
model pertanyaan tertutup, yakni bentuk pertanyaan yang sudah disertai alternatif
jawaban sebelumnya. Masing – masing kuesioner disertai dengan surat
permohonan untuk mengisi kuesioner yang ditunjukan pada responden.
Dalam pengukurannya, setiap responden diminta pendapatnya mengenai
suatu pernyataan, dengan skala penilaian dari 1 sampai dnegan 5. Tanggapan
positif (maksimal) diberi nilai paling besar (5) dan tanggapan negatif (minimal)
diberi nilai paling kecil (1).
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, variabel dependen (Y) yang digunakan adalah kualitas
audit sedangkan variabel independennya terdiri dari objektivitas (X1), integritas
(X2), kompetensi (X3), dan skeptisisme profesional auditor (X4). Difinisi
opersional dan pengukuran untuk variabel – variabel tersebut adalah:
3.4.1 Variabel Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan probabilitas bahwa auditor akan menemukan
dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi pemerintah dengan
berpedoman pada standar akuntansi dan standar audit yang telah ditetapkan.
Berdasarkan penelitan terdahulu yang pernah dilakukan oleh sukriah, akram dan
Inapty (2009), kualitas audit ini ditunjukan dengan indikator yaitu:
1. Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit.
2. Kualitas laporan hasil pemeriksaan.
32
Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur dengan 5 point skala
likert, 1) sangat tidak setuju, 2) tidak setuju, 3) netral 4) setuju, 5) sangat setuju.
Tabel 3.1 Variabel Kualitas Auditor
No Variabel Dimensi Indikator Skala
1 Kualitas
Audit
(Dependen)
Pengendalian intern dan
kepatuhan terhadap
ketentuan dalam proses
audit.
Diadopsi dari Sukriah
(2009)
Kesesuaian
pemeriksaan
dengan standar
audit (1-5).
Kualitas laporan
hasil pemeriksaan
(6-10).
Likert
3.4.2 Variabel Objektivitas
Objektivitas merupakan sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat dan
pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan.
Auditor harus dapat mengungkapkan kondisi sesuai dengan fakta yaitu dengan
mengemukakan pendapata apa adanya, tidak mencari – cari kesalahan,
mempertahankan kriteria dan menggunakan pikiran yang logis. Prinsip
objektivitas menentukan kewajian bagi auditor intern pemerintah untuk berterus
terang, jujur secara intelektual dan bebas dari konflik kepentingan (AAIPI,2014).
33
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sukriah, Akram dan Inapty
(2009), indikator yang digunakan untuk mengukur objektivitas yaiu:
1. Bebas dari benturan kepentingan.
2. Pengungkapan kondisi sesuai dengan fakta.
Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur dengan 5 point skala
likert, 1) sangat tidak setuju, 2) tidak setuju, 3) netral 4) setuju, 5) sangat setuju.
Tabel 3.2 Variabel Objektivitas
No Variabel Dimensi Indikator Skala
2 Objektivitas
(Independen)
Bebas dari pengaruh
pandangan subyektif pihak-
pihak lain yang
berkepentingan, sehingga
dapat mengemukakan
pendapat menurut apa
adanya.
Diadopsi dari Sukriah (2009),
Hartan dan Waluyo (2016)
Bebas dari
benturan
kepentingan (1-6).
Pengungkapan
kondisi sesuai
dengan fakta (7-
13).
Likert
3.4.3 Variabel Integritas
Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukan kesatuan
yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
34
kewibawaan dan kujujuran. Integritas merupakan sikap jujur, berani, bijaksana
dan tanggung jawab auditor dalam melaksanakan audit. Auditor dituntut untuk
jujur dengan taat pada peraturan, tidak menambah atau mengurangi fakta dan
tidak menerima segala sesuatu dalam bentuk apapun. Auditor juga harus memiliki
sikap berani dan bijaksana dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Integritas juga merupakan tanggung jawab auditor untuk tidak merugikan orang
lain, memperbaiki hasil kerjanya, kosisten terhadap pekerjaan serta bersikap
sesuai norma dan berpegang teguh pada peraturan yang berlaku. Integritas tidak
hanya menyatakan kejujuran, namun juga hubungan wajar dan keadaan yang
sebenarnya (AAIPI,2014). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Sukriah, Akram dan Inapty (2009) Indikator yang digunakan untuk mengukur
integritas adalah:
1. Kejujuran auditor.
2. Keberanian auditor.
3. Sikap bijaksana auditor.
4. Tanggung jawab auditor.
Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur engan 5 point
sekala likert, 1) sangat tidak setuju, 2) tidak setuju, 3) netral 4) setuju, 5)
sangat setuju.
35
Tabel 3.3 Variabel Integritas
No Variabel Dimensi Indikator Skala
3 Integritas
(Independen)
Sikap jujur dan
transparan, berani,
bijaksana dan
bertanggung jawab
dalam melaksanakan
audit.
Diadopsi dari Sukriah
(2009)
Kejujuran auditor
(1-3).
Keberanian auditor
(4-6).
Sikap bijaksana
auditor (7-9).
Tanggung jawab
auditor (10-14).
Likert
3.4.4 Variabel Kompetensi
Auditor harus mempunyai pendidikan, pengetahuan, keahlian dan
keterampilan, pengalaman, serta kompetensi lain yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya (AAIPI,2014). Kompetensi dalam pengauditan
merupakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan auditor untuk
dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama dengan menggunakan
dua dimensi yaitu pengetahuan dan pengalaman (Mayangsari 2003). Indikatior
yang digunakan antara lain :
1. Mutu Personal.
2. Pengetahuan Umum
3. Keahlian khusus
36
4. Sikap perilaku
Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur engan 5 point sekala
likert, 1) sangat tidak setuju, 2) tidak setuju, 3) netral 4) setuju, 5) sangat setuju.
Tabel 3.4 Variabel Kompetensi
No Variabel Dimensi Indikator Sekala
4 Kompetensi
(Independen)
Kemampuan dan
karakteristik seseorang
berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap
perilaku dalam
pelaksanaan tugas
jabatannya.
Diadopsi dari Sukriah
(2009), Hartan dan
Waluyo (2016)
Mutu personal (1-3).
Pengetahuan umum
(4-7).
Keahlian khusus (8-
10).
Sikap perilaku (11-
19).
Likert
3.4.5 Variabel Skeptisisme Profesional Auditor
Skeptisisme profesional auditor merupaka suatu sikap yang mencakup
pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis
terhadap bukti audit. Variabel skeptisisme profesional auditor diukur dengan
37
menggunakan instrumen The Hurtt Professional Skepticism Scale (2003) yang
dimofikasi untuk lingkungan audit pemerintah. Indikator yang digunakan adalah:
1. Search for knowledge (mencari pengetahuan), menunjukan bahwa
orang yang skeptis memiliki sikap keingintahuan akan suatu hal
(Hurtt, 2003).
2. Suspension of judgment (penundaan pengambilan keputusan),
mencerminkan sikap yang tidak tergesa-gesa dalam melakukan suatu
hal. Orang yang skeptisisme tetap akan mengambil suatu keputusan,
namun tidak segara, karena mereka membutuhkan informasi-
informasi pendukung lainnya untuk mengambil keputusan tersebut
(Hurtt, 2003).
3. Self-determining (determinasi diri), diperlukan oleh auditor untuk
mendukung pengambilan keputusan, yakni menentukan tingkat
kecukupan bukti-bukti audit yang sudah diperolehnya (Hurtt, 2003).
4. Interpersonal understanding ( pemahaman interpersonal),
memberikan pemahaman bahwa orang yang skeptis akan mempelajari
dan memahami individu lain yang memiliki pandangan dan persepsi
yang berbeda mengenai suatu hal. Dengan memahami persepsi orang
lain, orang yang skeptis akan mengambil kesimpulan dan
beragrumentasi untuk mengoreksi pendapat orang lain (Hurtt, 2003).
5. Self-confidence (percaya diri), diperlukan oleh auditor untuk dapat
menilai bukti-bukti, selain itu percaya diri diperlukan oleh auditor
untuk dapat berhadapan dan berinteraksi dengan orang lain atau klien,
termasuk juga beradu agrumentasi dan mengambil tindakan audit yang
38
diperlukan berdasarkan keraguan atau pertanyaan yang timbul dalam
dirinya (Hurtt, 2003).
6. Questioning mind (pola pikir yang selalu bertanya-tanya),
mencerminkan sikap keragu-raguan seperti yang terdapat dalam
definisi skeptisisme profesional secara umum maupun khusus dalam
auditing (Hurtt, 2003).
Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur engan 5 point sekala
likert, 1) sangat tidak setuju, 2) tidak setuju, 3) netral 4) setuju, 5) sangat setuju.
Tabel 3.5 Variabel Skeptisisme Profesional Auditor
No Variabel Dimensi Indikator Sekala
5 Skeptisisme
profesional
auditor
(Independen)
Sikap auditor dalam
melakukan penugasan
audit dimana sikap ini
mencakup pemikiran
yang selalu
mempertanyakan dan
melakukan evaluasi
secara krisis terhadap
bukti audit.
Diadopsi dari
Novitanti (2008)
Search for knowledge
(1-2).
Suspension of
judgment (3-5).
Self-determinging (6-
7).
Interpersonal
understanding (8-9).
Self-confidence (10)
Questioning mind (11-
12).
Likert
39
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dengan menggunakan metode
kuantitatif, diharapkan akan didapatkan hasil pengukuran yang lebih akurat
tentang respon yang diberikan responden, sehingga data yang berbentuk angka
tersebut dapat diolah dengan menggunakan metode statistik.
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberi gambaran umum
mengenai demografi responden dalam penelitin dan deskripsi mengenari variabel
–variabel penelitian (objektivitas, integritas, kompetensi, skeptisisme profesional
auditor, serta kualitas audit).
3.5.2 Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis butir. Korelasi yang
digunakan adalah person product moment. Jika koerisien korelasi (r) bernilai
positif dan lebih besar dari r tabel, maka dinyatakana bahwa butir pernyataan
tersebut valid atau sah. Jika sebaliknya, bernilai negatif, atau positif namun lebih
kecil dari r tabeli, maka butiran pernyataan dinyatakan invalid dan harus dihapus.
Uji reabilitas dilakukan setelah uji validitas dan hanya dilakukan untuk
pertanyaan – pertanyaan yang telah dianggap valid. Uji reabilitas adalah alat
40
untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk, kehandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu alat ukur
apabila dilihat dari stabilitas atau konsistensi internal dari jawaban atau
pertanyaan jika pengamatan dilakukan secara berulang.
Kuesioner dikatakan handal (reliable) jika jawaban seorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Uji
coba terhadap butir pertanyaan tersebut dengan SPSS. Cara yang digunakan untuk
menguji reabilitas kuesioner adalah dengan menggunakan rumus koefisien.
Cronbach Alpha.
Kriteria pengujian uji reabilitas adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006):
Alpha > 0,60 konstruk (variable) memiliki reabilitas.
Alpha < 0,60 konstruk (variabel) tidak memiliki reabilitas.
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunaka regresi
berganda terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari : Uji
Normalitas, Uji Multikolinieritas, dan Uji Heterokedastisitas.
3.5.3.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2006), uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variable bebas dan variabel terikat keduanya
memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam penelitian ini
dilakukan memalui model grafik.
41
Model grafik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melihat normal probability plot. Normal probability plot adalah membandingkan
distribusi komulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2006). Dasar pengambilan
keputusan melalui analisis ini, jika data menyebar disekitar garis diagonal sebagai
representasi pola distribusi normal, berartu model regresi memenuhi asumsi normalitas.
3.5.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah variabel dalam
model regresi ditentukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Uji multokolinieritas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat VIF
(Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Jika VIF > 10 dan nilai tolerance
<0,10 maka terjadi gejala Multikolinieritas (Ghozali, 2006).
3.5.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, atau disebut homoskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas, tidak heteroskedastisitas.
Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik scatter plot antara lain prediksi variable terikat (ZPREID) dengan
residualnya (SRESID). Jiks ada titik pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar
42
diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2006).
3.5.4 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisi regresi
berganda bertujuan untuk memprediksi beberapa besar kekuatan pengaruh
variabel independen (objektivitas, integritas, kompetensi, dan skeptisisme
profesional auditor) terhadap variabel dependen (kualitas audit). Persamaan
regresinya adalah
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ε
Dimana: Y : Kualitas Audit
a : Konstanta
b : Koefisien arah regresi
X1 : Objektivitas
X2 : Integritas
X3 : Kompetensi
X4 : Skeptisisme Profesional Auditor
ε : error
3.5.4.1 Uji F
Pengujian pengaruh variabel independen secara bersama – sama
(simultan) terhadap perubahan nilai variabel dependen, dilakukan melalui
pengujian terhadap besarnya perubahan nilai variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel independen, untuk itu perlu
43
dilakukan uji F. Uji F atau ANOVA dilakukan dengan membandingkan tingkat
signifikansi yang ditetapkan untuk penelitian dengan probability value dari hasil
penelitian. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika probability value (p
value) < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.
Uji F dapat pula dilakukan dengan membandingkan nilai f hitung dan F
tabel. Jika F hitung > F tabel (n-k-1), maka Ha diterima. Artinya, secara statistik
data yang ada dapat membuktikan bahwa semua variabel independen(X1, X2, X3,
X4) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Jika F hitung < F tabel (n-k-1),
maka Ha ditolak. Artinya secara statistik data yang ada dapat membuktikan bahwa
semua variabel independen (X1, X2, X3, X4) tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen (Y).
3.5.4.2 Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing – masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan
adalah jika p value < 0,05, maka Ha diterima jika p value > 0,05 , maka Ha
ditolak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan mengacu pada perumusan serta
tujuan dari penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Objektivitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kualitas
audit, tinggi atau rendahnya objektivitas auditor, tidak akan
mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini didasari
keterbatasan pertanggungjawaban aparat inspektorat atas laporannya,
dimana pertanggungjawabannya berdasarkan kepada kepala daerah
yang berwenang.
2. Integritas berpengaruh positif terhadap kualitas audit, semakin tinggi
integritas seorang audit, semakin baik kualitas audit yang dihasilkan.
3. Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit, semakin tinggi
kompetensi yang dimiliki seorang auditor, semakin baik juga kualitas
audit yang dihasilkan.
84
4. Skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap kualitas
audit, semakin tingginya skeptisisme profesional yang dimiliki auditor,
semakin tinggi kualitas audit yang dihasilkan.
5.2 Saran
1. Bagi Pemerintah :
Penelitian ini membuktikan bahwa integritas, kompetensi dan
Skeptisime Profesional Auditor berpengaruh positif signifikan terhadap
kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada
pemerintah daerah meningkatkan integritas, kompetensi dan Skeptisisme
Profesional seorang auditor guna meningkatkan kualitas audit yang
dihasilkan. Serta mempertegas peraturan tentang objektivitas seorang
aparat inspektorat, diharapkan agar meningkatkan nilai objektivitas auditor
aparat inspektorat.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya :
a. Mencantumkan informasi mengenai latar belakang pendidikan
auditor di dalam kuesioner penelitian. Memperhatikan apakah
auditor memiliki latar belakang akuntansi.
b. Memperluas objek penelitian terutama daerah-daerah hasil
pemecahan.
c. Diharapkan lebih mengekspolasi variasi variabel lain yang
mempengaruhi kualitas audit terutama audit sektor publik.
DAFTAR PUSTAKA
.
Affandi. 2013. Pengaruh Kompentensi, Independensi, Akuntabilitas, danEtika Profesi Auditor terhadap Kualitas Auditi. Malang: FakultasEkonomi Negeri Malang.
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntanoleh Akuntan Publik). Edisi 4. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Alim dkk. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi TerhadapKualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderaso.SNA X. Makasar.
Anitaria, Mikha. 2011. Persepsi Akuntan terhadap Kode Etik AkuntanIndonesia dalam Meningkatkan Independensi, Integritas danObjektivitas Akuntan Publik. Majalah Ilmiah INFORMATIKA. Vol 3.Hal 1-34
Arens, Alvin, Randal J. Elder M.S. Beasley. 2008. Auditing dan JasaAssurance. Edisi Kedua belas. Jilid 1. Alih Bahasa Herman Wibowo.Jakarta: Erlangga.
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia.2013. Standar Audit InternPemerintah.
_______. 2014. Kode Etik Auditor Intern Pemerintah.
_______. 2014. Pedoman Telaah Sejawat.
Ayuningtyas, Harvita Yulian dan Sugeng Pamudji.2012. PengaruhPengalaman Kerj,a Independensi, Objektivitas, Integritas danKompetensi terhadap Kualitas Audit. Diponegoro Journal ofAccounting. Vol 1. Hal 1-10
Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
_______. 2014. Audit Sektor Publik. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat
Basuki, Krisna, dan Yunita Mahardani. 2006. Pengaruh Tekanan AnggaranWaktu Terhadap Perilaku Disfungsional Auditor dan Kualitas Auditpada Kantor Akuntan Publik Surabaya. Jurnal MAKSI. Vol 6, No. 2,Hal.203-223. Agustus.
Bedard J. 1986. Expertise in Auditing: Myth or Realy. AccountingOrganization and Society, Vol 14. Hal 113-131
Brown and Stanner. 1983. The Assessment and Modification of ConceptInterrelationships. Journal of Experimental Education. Vol 52. Hal11-21
Butt, J.L. 1988. Frequency Judgment in an Auditing Related Task. Journalof Accounting Research, Vol 26(Autumn). Hal 315-330.
Carpenter, Tina., Durtschi Cindy and Lisa Milici Gaynor. 2002. The Role ofExperience in Professional Skepticism, knowledge Acquisition, andFraud Detection. Vol. Oktober 2002. Hal 20
De Anggelo. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, and DisclosureRegulation. Journal of Accounting and Economics 3. Vol 3 August.Hal 113-127
Deis, Jr, and Giroux. 1992. Determinant of Audit Quality in The PublicSektor. The Accounting Review. Vol. 67, No.32, Hal. 462-479. Juli.
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Ikatan Akuntan Indonesia.2001. Standar Profesional Akuntan Publik Per 1 Januari 2001.Jakarta: Salemba Empat.
Donalson, L., & Davis, J.H. 1989. CEO Governance and ShareholderReturns: Agency Theory or Stewardship Theory. Australian Journalof Management. Vol 16. Hal 49-65.
Dreyfus, H.L & S.E Dreyfus. 1986. Mind Over Machine: The Power ofHuman Intuition and Expertise in the Era The Computer. (The FreePress)
Febriyanti, Reni. Pengaruh Independsi, Due Professiopnal Care danAkuntabilitas terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi. Vol 2. Hal 1-25.
Gamayuni, Rindu Rika. 2016. Pengaruh Kompetensi dan ObjektivitasAuditor Internal terhadap Efektivitas Fungsi Audit Internal. JurnalAkuntansi dan Keuangan. Vol 21 No 2. Hal 171-194.
______. 2018. The Effect of Internal Audit Function Effectiveness andImplementation of Accrual Based Government Accounting Standarton Financial Reporting Quality. Review of Integrative Bussiness &Economica. Vol 7. Hal 46 - 58.
Goldman and Barlev. 1974. The Auditor Firm Conflict of Interest : itsImplication for Independence. The Accounting Review. Oktober: 707-718.
Halim, Abdul dan M. Syam Kusuf. 2013. Akuntansi Sektor Publik:Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Harini, Dwi, Wahyudin A, Anisyakurillah I. 2010. analisis PenerimaanAuditor Auditor atas Dysfunctional Audit Behavior: SebuahPendekatan Karakteristik Personal Auditor. SNA XIII. Purwokerto.
Haynes, C.M., J.G. Jenkins and S.R. Nutt, 1998. The Relationship betweenClient Advocacy and Audit Experience: An Exploratory Analysis.Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol 17, Hal. 88-140.
Heider, Fritz. 1958. The Psychology of Interpersonal Relations. New York:Wiley.
Hurtt, R. K, Eining, M., Plumlee, R.D. 20030 professional Scepticism: AModel with Implication for Research, Practice, and Education.Working Paper.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 1998. Prinsip Etika Profesi Ikatan AkuntansiIndonesia.
_______. 2001. Standar Profesional Akuntansi Publik. Jakarta:SalembaEmpat.
Indira, Junarti dan Faisal. 2010. Pengaruh Moral Reasoning dan SkeptismeProfesional Auditor Pemerintah terxihadap Kualitas Audit LaporanKeuangan Pemerintah Daerah. SNA XIII. Purwokerto
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnisuntuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE.
Jones, Edward E, and Keith Davis. 1965. From Acts to Depositions : TheAttribution process in Person Perception. Advances in ExperimentalSocial Psychology. Vol 2. Hal 1-62. academic Press. New York.
Kee, H.W, and R.E Knox. 1970. Conceptual and MethodologicalConsiderations In the Study of Trust and Suspicion. Journal ofConflict Resolution. Vol.14, p 357-366.
Kelley, Harold H. 1973. The Process of Causal Atribution. AmericanPsychologist. Vol.28, No.2 Hal.107-128.
Kurniawan, Ardeno. 2015. Audit Internal: Nilai Tambah bagi Organisasi.Edisi Kedua. Yogyakarta: BPEE.
Kusuma, I. 2008. Pengaruh Peranan Independensi dan Objektivitasterhadap Evaluasi Kegiatan Organisasi.
Lehman, C.M dan C.S. Norman. 2006. The Effects of Experiences onComplex Problem Representation and Judgment in Auditing: AnExperimental Inverstigation. Behavioral Research in Accounting.Vol.18, Hal.65-83.
Loebbecke, J.K, Eining, M.M and Willingham. 1989. Auditors’ Experiencewith Material Irregularities: Fraquency, Nature, and Detectability.Auditing: a Journal of Practice & Theory. Vol 9. Hal 1-28.
Louwers. 1997. Examining Accountants’ Etihcal Behavior: A review andImplication for Future Research. Behavioral Accounting Research:Foundation and Froniters. Vol 6. Hal 188-221. American AccountingAssociation.
Lowenshon, S., et.al. 2005. Auditor Specialization and Perceived AuditQuality, Auditee Satisfaction, and Audit fees in the Local GovernmentAudit Market. Vol 26. Hal 705-732.
Mabruri dan Winarna. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiKualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah. SNA XIIIPurwokerto.
Madiasmo. 2000. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:Andi.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Pernerbit Andi.
Materneh, Al. 2011. The Commitment of Jordanian Auditors to AssessAudit Risks. International Journal of Business and Management. Vol6. Hal 267-274
Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan IndependensiTerhadap Pendapat Audit: Sebuah Kiasieksperimen. Jurnal RisetAkuntansi Indonesia. Vol.6, No.1, Hal. 1-22.
Mayangsari, Vena. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit,serta Mekanisme Corporate Governance terhadap IntegritasLaporan Keuangan. SNA VI. Oktober.
Meinhard, et al. 1987. Governmental Audits: An Action Plan ForExcellence. Journal of Accountancy. (july) 86-91.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi keenam. Cetakan pertama. Jakarta: SalembaEmpat.
Mulyadi. 2013. Auditing. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Noviyanti, Suzy. 2008. Skeptisme Profesional Auditor dalam MendeteksiKecurangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol.5, No.1,102-125
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007. Pedoman TeknisOrganisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Peraturan Menteri Negara Pendaayagunaan Aparatur Negara NomorPER/05/M.PAN/03/2008. Standar Audit Aparat Pengawasan InternPemerintah.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara(PERMENPAN) Nomer PER/04/M.PAN/03/2008. Standar AuditAparat Pengawasan Intern Pemerintah.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara(PERMENPAN) Nomer 9 Tahun 2016. Pencabutan PeraturanMenteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 4 Tahun 2008Tentang Kode Etik Aparat Pengawas Intern Instansi Pemerintah.
Pusdiklatwas BPKP. 2005. Kode Etik dan Standar Audit. Edisi keempat.
Putro, Prima Utama Wardoyo. 2013. Pengaruh PDRB dan UkuranTerhadap Pengendalian Intern Pemerintah Daerah dengan PADSebagai Variabel Intervening. Universitas Negeri Semarang.
Queena, Precilla Prima dan Abdul Rohman. 2012. Analisis Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat InspektoratKota/Kabupaten di Jawa Tengan. Diponegoro Journal Of Accounting.Vol 1. Hal 1-12
Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati, 2010. Auditing: Konsep dasar danpedoman pemeriksaan akuntan pub; lik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shaub, K. Michael dan Jenice E. Lawrence. 1996. Ethics Experience andProfesional Scepticism: A Situational Analysis. Behavioral Researchin Accounting. Vol 8. Hal 124-157.
Simamora, Henry. 2002. Auditing. Jilid II. Yogyakarta: UUP AMP YKPN.
Sri Lastanti, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi danIndependensi Akuntan Publik: Refleksi atas Skandal Keuangan. MediaRiset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol.5 No.1 April 2005. Hal.85-97.
Sugiarmini, Ni Luh Arlia dan Luh Kade Datrini. 2017. Pengaruh SkeptismeProfesional, Independensi, Kompetensi, Etika, dan Role StressAuditor terhadap Kualitas Audit pada Kantor BPK RI PerwakilanProvinsi Bali. Jurnal Krisna: Kumpulan Riset Akuntansi. Vol 9. Hal1-14.
Sukriah, Ika, dkk. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,Objektivitas, Integritas, dan Kompetensi terhadap Kualitas HasilPemeriksaan. SNA XII. Palembang.
Sunarto. 2003. Auditing. Panduan. Yogyakarta.
Syahrir. 2002. Analisis Hubungan antara Profesional Akuntan Publikdengan Kinerja, Kepuasan Kerja, Komitmen dan Kegiatan Berpindah.Tesis. Yogyakarta: FEB UGM.
Trotter, R.J. 1986. The Mystery of Mastery. Psychology today (juli) Hal. 32-38.
Tubbs, R. M. 1992. The Effect of Experience on the Auditor’s Organizationand Amount of Knowledge. The Accounting Review. 67,4. 783-801.
Wibowo, Setyo. 2006. Prinsip-Prinsip Dasar Kode Etik Auditor Internal.
Widiyastuti dan Pamudji. 2009. Pengaruh Kompetensi, Independensi, danProfesionalisme terhadap Kemampuan Auditor dalam MendeteksiKecurangan (Fraud). Jurnal Value Addes. Vol 5 No. 2. Hal 52-73.
Sumber Internet:
http://www.tempo.co/read/news/2014/06/21/064586925/temuan-BPK-Ahok-Ingin-Inspektorat-Dicopot di unduh pada tanggal 28 Mei 2017
http://nasional.kompas.com/read/2017/09/02/13521861/banyak-kepala-daerah-korupsi-mendagri-bakal-perkuat-inspektorat di unduh padatanggal 5 September 2017
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/08/03/mendagri-kok-inspektorat-ikut-terlibat-suap-apa-kerjanya di unduh pada tanggal 5 September2017