Secure Personal Assistant Dengan Perintah Suara Berbasis ...
PENGARUH NEEDS, SECURE ATTACHMENT, HARGA DIRI DAN...
Transcript of PENGARUH NEEDS, SECURE ATTACHMENT, HARGA DIRI DAN...
PENGARUH NEEDS, SECURE ATTACHMENT, HARGA DIRI DAN JENIS KELAMIN TERHADAP SELF DISCLOSURE
PADA REMAJA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Rika Meidi Rahmadina 1113070000045
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/ 2019 M
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi B) Januari 2019 C) Rika Meidi Rahmadina D) Pengaruh Needs, Secure Attachment, Harga diri dan Jenis Kelamin terhadap Self-Disclosure Pada Remaja Pengguna Media Sosial E) xv + 73 halaman + lampiran F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh needs (n affiliation, n exhibition, n succorance, n nurturance), secure attachment, harga diri dan jenis kelamin terhadap self-disclosure pada remaja pengguna media sosial. Media sosial berkembang secara pesat dan memberikan dampak bagi situs-situs komunikasi saat ini, seperti facebook, instagram, whatsapp dan line. Ketika menggunakan situs komunikasi tersebut, tak jarang individu akan melakukan self disclosure di media sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kuantitatif dengan analisis regresi berganda. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 261 orang remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) pengguna media sosial berusia 14-18 tahun berdomisili di kota Tangerang Selatan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability sampling dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan alat ukur yang terdiri dari skala ukur Resived Self-Disclosure Scale (RSDS), Murray’s statements in Questionaire, Measurement Of Attachment Scale (MOAS), Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variable needs (n affiliation, n exhibition) dan harga diri terhadap self-disclosure pada remaja di media sosial. Hasil uji hipotesis minor diketahui bahwa hanya terdapat tiga variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap self-disclosure, yaitu n affiliation, n exhibition dan self esteem terhadap self-disclosure pada remaja di media sosial. Besarnya proporsi varians dari seluruh IV terhadap perilaku self-disclosure adalah sebesar 10.6%, sedangkan sisanya sebesar 89.4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Oleh sebab itu, peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya untuk meneliti variabel-variabel lain yang relevan mempengaruhi self-disclosure selain yang digunakan dalam penelitian ini. G) Bahan Bacaan : 18 Buku + 21 Jurnal + 18 Artikel + 7 Skripsi
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology B) December 2018 C) Rika Meidi Rahmadina D)The Influence of Needs, Secure attachment, self esteem and gender to Adolescent’s Self-Disclosure In Social Network Sites. E) xv + 73 pages + attachment F) This study was conducted to determined the influence of needs (n affiliation, n exhibition, n succorance, n nurturance), secure attachment, self esteem and gender to adolescent’s self-disclosure in social network sites. Social media is growing rapidly and give an impact on the social networking sites or the platforms, like facebook, Instagram, wahtsapp and line. When the people using that platforms they will do self disclosure in social media networking. This study used a quantitative method approach with multiple regression analysis. The total sample used in this research was 261 adolescent in Senior High School who used social network sites with age average amongs 14-18 years old and also lives in South Tangerang. Sampling technique that used in this research was nonprobability sampling with purposive sampling. In this study used Resived Self-Disclosure Scale (RSDS), Murray’s statements in Questionaire, Measurement Of Attachment Scale (MOAS), Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). The result of this research showed that there are a significant influence of Needs (n affiliation, n exhibition) and self esteem to self-disclosure in social network sites. Result of minor hypothesis test there were three variables which significant toward self-disclosure, that are needs (n affiliation, n exhibition) and self esteem. The proportion of all variances toward self-disclosure is 10.6%, while the rest of 89.4% are influenced by another variables outside of this research. Therefore, researchers suggest in future studies to investigate other variables that influence the self-disclosure are relevant other than used in this study. G) References : 18 Books + 21 Journals + 18 Articles + 7 Thesis
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim
Alhamdulillah, Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala nikmat-Nya kepada manusia. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan bagi penulis.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi, dan
Bapak Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, Wakil Dekan Fakultas Psikologi
serta jajarannya yang telah memfasilitasi mahasiswa dalam rangka
menciptakan lulusan yang berakhlak dan berkualitas.
2. Bapak Ikhwan Luthfi, M.Psi., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dengan ketulusan dan kesabaran, motivasi penulis
untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik serta memberikan
wawasan baru terhadap penulis.
3. Ibu Risatianti Kolopaking, M.Si selaku dosen pembimbing akademik serta
seluruh dosen dan staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah membantu dalam penyelesaian karya ini.
4. Seluruh responden pelajar SMAN 1, SMAN 3, dan SMAN 11 Tangerang
Selatan yang telah meluangkan waktunya untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini.
ix
5. Ibu Nur Rohmah, S.E , selaku Ibu sekaligus orang tua saya saat ini yang
selalu sabar, mendoakan dan mendukung secara materi sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta Nenek saya, Ibu Rasminah yang
dengan sabarnya membimbing dan menasehati saya. Terimaksih juga
kepada ketiga saudara kandung saya, Hafiizh Abdurrachman, Fahmi
Fahrezi dan Fachri Faturrachman.
6. Bapak Saepul Mikdar selaku Ayah saya yang sudah berbeda dimensi,
beliau yang selalu membimbing serta menasihati dan menemani dalam
urusan pendidikan saya di kala masa waktunya didunia sudah hampir
habis.
7. Keluarga besar Sanggar Senyum, Komunitas Pecinta Alam. Terimakasih
kepada Bunda Fitri, Pak Amin, Pak Lilik, Della, Fandi, Aziz, Putri, Azi,
Eka, Shofi, Seldi, Satrio, Elni, Ahad, Yohana dan lainnya yang telah
banyak berjasa memberikan saya pengalaman hidup yang sangat berharga,
memberikan hiburan dan semangat kepada saya.
8. Terimakasih kepada Amalia Tamimi dan Nurkhimas Vivi Yanti yang telah
ikut berkontribusi membantu skripsi saya, serta mengisi hari-hari saya
selama masa pembuatan skripsi ini berlangsung. Ayu Zahra Maulida, Intan
Umyatur, Erna Aria Sari, Barley, Ziyad, Dona, Shofi dan teman teman
lainnya yang telah membantu dan mengisi hari hari saya selama masa
perkuliahan.Terimakasih kepada seluruh teman-teman kelas B angkatan
2013 yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
9. Terimakasih kepada Geng Mustaqimah, Novila Ayustina, Rina
Mustaqimah, Estherina, Annisa Nur, Dina Rizky, Afriza Fitriana, Audi,
dan lainnya, yang telah banyak memberikan semangat kepada saya.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan doa, dukungan, serta bantuannya kepada penulis.
x
Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam karya ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca demi kesempurnaan
skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada
penulis, pembaca, pihak terkait, serta peneliti yang ingin mengelaborasi
penelitian ini.
Email : [email protected]
Jakarta, Desember 2018
Penulis
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN………. ............................................................ v ABSTRAK ............................................................................................................ vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................................. 8 1.2.1 Pembatasan masalah .................................................................................. 8 1.2.2 Perumusan masalah .................................................................................... 9 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 10 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 10 1.4.1 Manfaat teoritis ....................................................................................... 10 1.4.2 Manfaat praktis........................................................................................ 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Self Disclosure ................................................................................................. 12 2.1.1 Pengertian self disclosure ........................................................................ 12 2.1.2 Faktor-faktor yang memengaruhi self disclosure .................................... 14 2.1.3 Dimensi self disclosure ........................................................................... 15 2.1.4 Pengukuran self disclosure ...................................................................... 16 2.2 Needs ................................................................................................................ 17 2.2.1 Pengertian needs...................................................................................... 17 2.2.2 Dimensi needs ......................................................................................... 18 2.2.3 Pengukuran needs ................................................................................... 19 2.3 Secure Attachment ............................................................................................ 20 2.3.1 Pengertian secure attachment ................................................................. 20 2.3.2 Karakteristik secure attachment .............................................................. 21 2.3.3 Pengukuran secure attachment ............................................................... 21 2.4 Harga Diri......................................................................................................... 22 2.4.1 Pengertian harga diri ............................................................................... 22 2.4.2 Karakteristik harga diri ........................................................................... 23 2.4.3 Pengukuran harga diri ............................................................................. 23 2.5 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 23 2.6 Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 28 2.6.1 Hipotesis mayor ....................................................................................... 28 2.6.2 Hipotesis minor ........................................................................................ 29
xii
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ......................................... 30 3.2 Variabel Penelitian ........................................................................................... 30 3.3 Instrumen Pengumpulan Data .......................................................................... 32 3.3.1 Instrumen Penelitian...................................................................................... 32 3.4 Uji Validitas dan Reabilitas ............................................................................. 35 3.4.1 Uji Validitas Konstruk self disclosure .................................................... 37 3.4.2 Uji Validitas Konstruk needs affiliation ................................................. 38 3.4.3 Uji Validitas Konstruk needs exhibition ................................................. 38 3.4.4 Uji Validitas Konstruk needs succorance ............................................... 40 3.4.5 Uji Validitas Konstruk needs nurturance ............................................... 41 3.4.6 Uji Validitas Konstruk secure attachment .............................................. 42 3.4.7 Uji Validitas Konstruk harga diri ............................................................ 43 3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 44 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian ....................................................................... 47 4.1.1 Gambaran umum pertama subyek penelitian .......................................... 47 4.1.2 Gambaran umum kedua subyek penelitian ............................................. 47 4.2 Analisis Deskriptif ........................................................................................... 48 4.3 Katagorisasi Skor ............................................................................................. 50 4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian .......................................................................... 51 4.4.1 Uji proporsi varians masing-masing independent variabel ...................... 55 BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 58 5.2 Diskusi ............................................................................................................. 58 5.3 Saran ................................................................................................................. 64 5.3.1 Saran teoritis............................................................................................ 65 5.3.2 Saran praktis ............................................................................................ 66 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67 LAMPIRAN .......................................................................................................... 73
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Nilai skor jawaban skala model Likert .................................................. 33 Tabel 3.2 Blue print skala Self-Disclosure ............................................................. 34 Tabel 3.3 Blue print skala Needs ........................................................................... 35 Tabel 3.4 Blue print skala Secure Attachment ....................................................... 36 Tabel 3.5 Blue print skala Harga Diri .................................................................... 36 Tabel 3.6 Muatan faktor item Self-Disclosure ....................................................... 39 Tabel 3.7 Muatan faktor item Needs Affiliation ..................................................... 40 Tabel 3.8 Muatan faktor item Needs Exhibition .................................................... 41 Tabel 3.9 Muatan faktor item Needs Succorance .................................................. 42 Tabel 3.10 Muatan faktor item Needs Nurturance................................................. 43 Tabel 3.11 Muatan faktor item Secure Attachment ................................................ 44 Tabel 3.12 Muatan faktor item Harga Diri............................................................. 45 Tabel 4.1 Gambaran umum pertama subjek penelitian .......................................... 50 Tabel 4.2 Data Sekunder kedua ............................................................................. 51 Tabel 4.3 Data deskriptif statistik .......................................................................... 52 Tabel 4.4 Norma kategorisasi skor variabel penelitian .......................................... 53 Tabel 4.5 Kategorisasi skor variabel penelitian ..................................................... 54 Tabel 4.6 Model Summary Analisis Regresi ......................................................... 55 Tabel 4.7 Anova Keseluruhan IV dan DV ............................................................. 56 Tabel 4.8 Koefisien Regresi ................................................................................... 56 Tabel 4.9 Proporsi varians IV ................................................................................ 59
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini media sosial membuat seseorang dapat berbagi pengalaman pribadinya
kapan saja, seperti berbagi kegiatan serta perasaannya di media sosial. Individu
dapat meluapkan emosinya, seperti rasa bahagia, marah, dan kekesalan (Ningsih,
2015). Individu mengungkapkan informasi pribadi kepada orang lain melalui
platform yang berbeda-beda (Bazarova, 2015), hal inilah yang disebut self-
disclosure atau pengungkapan diri.
Menurut Jourard (1971) self disclosure merupakan pembicaraan mengenai
informasi diri yang diberitahukan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat
mengetahui apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan. Menurut Vogel dan
Wester (2005) self disclosure adalah sebuah proses dimana individu
mengungkapkan pikiran, emosi, perilaku dan kepercayaan yang ada di dalam
dirinya sendiri. Proses self disclosure ada dalam interaksi sosial antara individu
satu dengan lainnya dengan mengungkapkan feeling, values, expectations dan
behavior-nya yang dipengaruhi oleh relasi, sosial serta psikis seseorang (Greene
& Derlega, 2003).
Self disclosure telah mengalami pergeseran pola komunikasi, dahulu
hanya dilakukan secara verbal, bertatap muka dan membicarakan hal-hal yang
bersifat pribadi saja. Namun kini self disclosure dalam konteks online seperti
dalam media sosial dilakukan secara non verbal tanpa bertatap muka secara
langsung. Saat ini memposting tentang diri sendiri seperti informasi diri atau foto
2
pribadi sudah merupakan bagian dari self disclosure di media sosial (Kim &
Dindia, 2011).
Terdapat perbedaan topik self disclosure pada media online dan offline.
Dahulu topik self disclosure pada media offline bersifat sangat pribadi dan hanya
diungkapkan kepada teman yang terdekat saja. Namun saat ini self disclosure
pada media online dapat diungkapkan kepada teman media sosial yang belum
akrab atau belum pernah bertatap muka dan tingkatan self disclosure nya rendah
atau bersifat basa-basi saja. Topik pembicaraan dapat menjadi sangat pribadi bila
individu sudah berteman akrab (Arnus, 2016)
Aktifitas self disclosure di media sosial yaitu membuat status tentang
perasaan, pikiran pribadi, menceritakan kegiatan yang sudah dilakukan atau
mengomentari tulisan orang lain (Asandi, 2010). Media sosial mengizinkan
penggunanya untuk menggungah foto pribadi, berbagi informasi pribadi, upload
foto, video, chatting, dan komentar (Ningsih, 2015). Media sosial yang terpopular
dikalangan saat ini adalah instagram. Melalui instagram individu dapat mudah
mencari informasi tentang orang lain.
Melalui instagram individu dapat berinteraksi dengan teman-teman nya,
berbagi informasi, foto pribadi atau merekam video kegiatan sehari-hari untuk
update di instastories-nya. Tidak hanya instagram, saat ini facebook dan
whatsapp juga memiliki fitur yang sama. Fitur stories ini memudahkan remaja
untuk membagikan foto atau video kegiatan pribadi dan orang lain dapat
merespon postingan yang berada dalam instastories tersebut. Berbagai akifitas
3
tersebut juga merupakan bentuk dari self-disclosure atau pengungkapan diri di
media sosial.
Berdasarkan data dari we are social (2018), perlu diketahui bahwa
terdapat 130 juta orang pengguna internet di Indonesia dan 49% merupakan
pengguna aktif media sosial. Dari data tersebut diketahui bahwa pengguna aktif
media sosial mengalami peningkatan sebesar 23% setiap tahunnya. Situs media
sosial yang memiliki peringkat tertinggi di Indonesia saat ini adalah whatsapp,
facebook, Instagram, dan line. Rata-rata orang Indonesia menggunakan media
sosial tiap harinya yaitu sekitar 8 jam 51 menit.
Berdasarkan survei tersebut, diketahui usia pengguna media sosial, dua
diantaranya yang tertinggi adalah 13-17 tahun berjumlah 23 juta orang dan usia
18-24 tahun berjumlah 45 juta orang. Dapat diketahui rentang usia tersebut yang
terbanyak adalah remaja. Hal tersebut sejalan dengan survei yang dilakukan oleh
situs social bakers bahwa pengguna media sosial online yang terbanyak di
Indonesia adalah remaja.
Self disclosure memiliki manfaat positif yaitu dapat mempererat hubungan
antar individu (Sprecher, 1987). Self disclosure juga sebagai sarana untuk
mengurangi beban pikiran karena telah berbagi cerita dengan orang lain, untuk
eksistensi diri, dapat mengenal diri sendiri dan sebagai pengungkapan rasa kasih
sayang kepada orang lain (Gainau, 2009). Namun self disclosure dalam media
sosial juga memiliki dampak negatif bila individu secara berlebihan membagikan
informasi pribadinya, misalnya perusakan jalur media internet atau hacking dan
4
pencurian data untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan melakukan
manipulasi akun media sosial.
Peristiwa penipuan identitas sering terjadi di dalam media sosial. Dampak
negatif selanjutnya yang menjadi persoalan utama bila melakukan self disclosure
secara berlebihan adalah dapat memicu kejahatan. Hal ini dapat terjadi ketika
remaja terlalu terbuka kepada siapapun di media sosial sehingga orang asing dapat
melihat informasi pribadi seperti alamat rumah, nomor handphone, sekolah dan
lainnya. Voa Indonesia (2012) menyebutkan bahwa pada tahun 2012, terdapat 27
dari 129 anak-anak dilaporkan hilang kepada Komisi Nasional Perlindungan Anak
Indonesia diyakini telah diculik setelah bertemu penculiknya di Facebook
Kasus lainnya akibat self disclosure pada tahun 2017 adalah kasus
pemerkosaan siswi SMA di cengkareng. Pelaku dan korban berkenalan melalui
aplikasi media sosial facebook. Korban diketahui merupakan orang yang terbuka
dalam memberikan informasi dan foto di media sosialnya. Pelaku mengakui
bahwa tidak dapat menahan hasratnya saat melihat kemolekan tubuh korban yang
ditampilkan melalui foto-foto di halaman facebook-nya.
Kasus lainnya adalah human trafficking atau perdagangan manusia.
Herdiana (2018) menyatakan bahwa terdapat sekitar 25% dari jumlah anak-anak
yang hilang di Indonesia diyakini diculik setelah bertemu dengan penculiknya di
media sosial. Remaja yang berbagi foto atau informasi pribadi secara online
memiliki resiko yang tinggi. Predator perdagangan manusia dapat mudah
mengakses kontak pribadi dan mendapatkan kepercayaan korban.
5
Penelitian yang berkaitan dengan self-disclosure media sosial sudah
dilakukan. Berdasarkan penelitian Arin Santoso (2017) mengungkapkan bahwa
self-disclosure di media sosial dipengaruhi oleh tipe kepribadian dan harga diri.
Penelitian mengenai self disclosure lainnya dilakukan oleh Anggita Nurfazila
(2015) yang melakukan penelitian kualitatif, tentang bagaimana perempuan
melakukan atau menanggapi self-disclosure di aplikasi Tinder. Banyak faktor
yang memengaruhi seseorang untuk melakukan self disclosure, diantaranya harga
diri (Marshall, 2015; Mulatsih, 2015; Santoso, 2017), needs (Setiasih &
Puspitasari, 2015; Puspitasari, 2016), jenis kelamin (Dindia dan Allen, 1992;
Seamon, 2003), secure attachment (Mikulincer & Nachshon, 1991). Dalam
penelitian ini, peneliti fokus pada faktor internal yaitu harga diri, secure
attachment, jenis kelamin, serta peneliti tertarik dengan meneliti variabel baru
yaitu needs.
Setiasih dan Puspitasari (2015) mengungkapkan bahwa ada kaitan needs
dengan perilaku mem-posting foto atau video pribadi yang juga merupakan aspek
dari self disclosure di media sosial. Penelitian tersebut berjudul “Kebutuhan yang
Mendorong Remaja Mem-posting Foto atau Video Pribadi dalam Instagram”.
Subjek yang diteliti pada jurnal penelitian tersebut adalah remaja berusia 15-18
tahun, dalam penelitian pertamanya Setiasih dan Puspitasari menggunakan teori
Murray. Hasil dari analisis faktor dalam penelitian tersebut terdapat 4 kebutuhan
yang memiliki total variance explained sebesar 57,613%. Kebutuhan tersebut
antara lain exhibition, affiliation, succorance, nurturance.
6
Penelitian kedua dilakukan kembali oleh Puspitasari (2016) dengan
menggunakan teori yang sama dengan subjek yang berbeda. Hasil dari penelitian
kedua tersebut sama dengan penelitian yang pertama, yaitu needs exhibition,
needs affiliation, needs succorance, needs nurturance.
Menurut Murray (2008) needs affiliation adalah kebutuhan untuk menjalin
hubungan pertemanan dengan orang lain dan membuat perkenalan dengan orang.
Kedua, needs exhibition adalah kebutuhan untuk show off atau dilihat dan
didengar oleh orang lain, menonjolkan diri dan menjadi pusat perhatian, ingin
membuat orang lain kagum. Ketiga, needs Succorance adalah kebutuhan untuk
mendapatkan simpati, cinta, proteksi, dimaafkan, ditolong, untuk mendapatkan
saran, dibimbing. Keempat, needs nurturance adalah kebutuhan untuk
memberikan simpati kepada orang yang membutuhkan pertolongan, memberikan
kasih sayang dan memberikan perhatian.
Self-disclosure di media sosial juga dipengaruhi oleh attachment. Arin
Santoso (2017) menyarankan peneliti selanjutnya untuk menggunakan variabel
attachment. Attachment merupakan ikatan emosional antara individu yang
memiliki hubungan spesial seperti individu dengan Ibu, keluarganya, atau
hubungan pertemanan (Bowlby, 2004). Menurut Ainsworth (dalam Rahma, 2015)
attachment adalah suatu ikatan kuat yg bersifat emosional yang terkembang
melalui interaksi bersama dengan orang yang spesial di dalam kehidupan, salah
satu contohnya adalah hubungan antara orang tua pada anaknya. Ikatan emosional
tersebut berpengaruh pada pembentukan relasi sosial dan penyesuaian psikososial
anak. Menurut penelitian Bolwby (dalam Mikulincer dan Orna, 1991) attachment
7
memiliki hubungan dengan self-disclosure. Ainsworth (1979) menyatakan bahwa
attachment memiliki dua aspek, salah satunya yang dapat mempengaruhi self
disclosure adalah secure attachment. Anak yang memperoleh secure attachment
adalah anak yang optimis, percaya diri, dan dapat membina relasi dengan orang
lain sehingga dapat terbuka kepada orang lain.
Self disclosure juga dipengaruhi oleh harga diri. Harga diri adalah ukuran
seberapa berharganya diri sendiri, bila harga diri tinggi maka orang tersebut akan
positif dalam menilai dirinya sendiri. Sebalikannya bila harga diri rendah orang
tersebut akan menganggap dirinya buruk (DeVito, 2015). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Arin Santoso (2017), harga diri menunjukkan
pengaruh positif terhadap self disclosure di media sosial. Menurut Devito (2014)
jenis kelamin dapat mempengaruhi self disclosure pada media sosial. Menurutnya,
wanita lebih terbuka dalam menyatakan perasaannya kepada orang lain,
sedangkan pria lebih tertutup.
Peneliti berfokus pada 3 Sekolah Menengah Atas di daerah Tangerang
Selatan yaitu SMAN 1 , SMAN 3 dan SMAN 11. Alasannya selain karena lokasi
yang strategis sehingga tidak menyulitkan peneliti, Tangerang Selatan merupakan
kota besar yang pengguna media sosial nya juga tinggi menurut kemkominfo
(2014). Selain itu ketiga sekolah tersebut merupakan sekolah unggulan yang
dibuktikan dengan akreditasi A oleh kemdikbud (2018) dan Sekolah Menengah
Atas tersebut juga sangat antusias dalam menerima berbagai penelitian khususnya
yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir.
8
Penelitian ini menarik untuk dilakukan, sebagai perkembangan dari
penelitian sebelumnya dan mengingat bahwa para remaja saat ini secara intens
menggunakan media sosial. Dengan demikian judul penelitian ini adalah
“Pengaruh needs, secure attachment, harga diri dan jenis kelamin terhadap
self-disclosure pada remaja pengguna media sosial”
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini, maka peneliti hanya akan
membatasi pada masalah pengaruh needs, secure attachment style, harga diri dan
jenis kelamin terhadap perilaku self-disclosure remaja pengguna media sosial.
Adapun pembatasan masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Self disclosure merupakan pembicaraan mengenai informasi diri yang
diberitahukan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat mengetahui apa
yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan. Salah satu contoh self disclosure di
media sosial adalah memposting informasi diri atau foto pribadi. (Jourard,
1971; Kim & Dindia, 2011)
2. Needs menggunakan teori Murray yang dibatasi menjadi 4 sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan Setiasih dan Puspitasari (2015) yaitu,
a) needs affiliation adalah untuk menjalin hubungan pertemanan dengan orang
lain, membuat perkenalan dengan orang lain (Murray, 2008)
9
b) needs exhibition: kebutuhan untuk dilihat dan didengar oleh orang lain,
menonjolkan diri dan menjadi pusat perhatian, ingin membuat orang lain
kagum (Murray, 2008)
c) needs succorance: kebutuhan untuk meminta simpati, memperoleh cinta,
proteksi, dimaafkan, ditolong, untuk mendapatkan saran, dibimbing, untuk
meminta maaf, kebutuhan untuk dimanja (Murray, 2008).
d) needs nurturance: kebutuhan untuk memberikan simpati kepada orang
yang membutuhkan pertolongan, memberikan kasih sayang, memberikan
perhatian (Murray, 2008)
3. Secure attachment adalah pola kelekatan yang aman, dan positif bersifat
emosional yang terkembang melalui interaksi bersama dengan orang yang
spesial di dalam kehidupan (Ainsworth, 1979).
4. Harga diri adalah ukuran seberapa berharganya diri sendiri (Rosenberg, 1965)
5. Jenis kelamin adalah katagorisasi antara perempuan dan laki-laki
6. Sampel adalah pelajar di SMAN Tangerang selatan, yaitu SMAN 1, SMAN 3
dan SMAN 11 Tangerang Selatan yang berusia 14-18 tahun.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti ingin memaparkan perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan secara bersama sama needs, secure
attachment, harga diri dan jenis kelamin terhadap perilaku self-disclosure
remaja pengguna media sosial?
10
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan needs: needs affiliation, needs
exhibition, needs nurturance, needs succorance terhadap perilaku self-
disclosure remaja pengguna media sosial?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan secure attachment terhadap perilaku self-
disclosure remaja pengguna media sosial?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan harga diri terhadap perilaku self-
disclosure remaja pengguna media sosial?
5. Seberapa besar pengaruh sama needs, secure attachment, harga diri dan jenis
kelamin terhadap perilaku self-disclosure remaja pengguna media sosial?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel pengaruh needs, secure attachment, harga diri dan jenis
kelamin terhadap perilaku self-disclosure remaja pengguna media sosial, serta
sebagai perkembangan penelitian self-disclosure sebelumnya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis.
Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan literatur terhadap kajian
psikologi sosial, dan psikologi komunikasi khususnya mengenai perilaku self-
disclosure beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu, penelitian ini
juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penelitian self-disclosure di
masa selanjutnya.
11
1.4.2 Manfaat praktis
Setelah manfaat teoritis di atas tercapai, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi para remaja untuk lebih mengembangkan keterampilan
interpersonal mereka di media sosial. Selain itu, bagi para orang tua dan pendidik
diharapkan lebih mengontrol perilaku para remaja di media sosial agar terhindar
dari resiko yang muncul dari perilaku self-disclosure.
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Self Disclosure
2.1.1 Definisi self disclosure
Secara harfiah, self artinya diri sendiri dan disclosure artinya adalah keterbukaan,
dengan demikian self disclosure adalah keterbukaan diri. Menurut Jourdad (1971)
self disclosure merupakan pembicaraan mengenai diri sendiri yang diberitahukan
kepada orang lain, sehingga orang lain dapat mengetahui apa yang dipikirkan,
dirasakan dan diinginkan. Self disclosure merupakan pengungkapan pesan secara
verbal kepada individu yang satu dengan individu yang lain (Cozby dalam wheels
& groots, 1976).
Hal ini sejalan dengan Vogel dan Wester (2003) menurutnya, self
disclosure merupakan proses dimana individu memberitahukan tentang informasi
yang ada di pikiran, keyakinan, serta perasaannya dan diungkapkan kepada orang
lain. Self disclosure merupakan hal yang penting didalam tiga area, yaitu dalam
pengukuran kepribadian, hubungan intrapersonal, dan konseling serta psikoterapi.
Menurut Greene dan Derlega (2003) self-disclosure merupakan interaksi
sosial yang melibatkan setidaknya dua orang, dengan mengungkapkan keyakinan,
harapan, perasaan dan nilai-nilai, dimana perilaku orang yang melakukan
dipengaruhi oleh psikologis, relasi sosial, dan konteks fisik.
Menurut Devito (2014) self disclosure merupakan pengungkapan tentang
diri sendiri kepada orang lain yang mungkin sebelumnya disembunyikan. Salah
satu statement dari self-disclosure contohnya adalah “Berat badanku bertambah”,
13
atau mengungkapkan “i love you” dengan orang lain sehingga diketahui oleh
banyak orang. self disclosure adalah sebuah proses, dimana orang dengan sengaja
mengungkapkan informasi pribadi tentang dirinya kepada orang lain, self
disclosure dapat membantu manusia dalam hubungan sosialnya (Rimé, 2015).
Saat ini self disclosure juga dapat terjadi pada media online dan
mengalami pergeseran pola komunikasi. Dahulu self disclosure hanya terjadi
secara verbal ketika individu bertatap langsung atau face to face. Namun seiring
berkembangnya teknologi, self disclosure saat ini dapat dilakukan secara non
verbal di media online (Kim & Dindia, 2011). Membuat status tentang informasi
pribadi, mengisi data pribadi di dalam platform media sosial mengunggah foto
pribadi, menulis status di beranda media sosial dan melakukan aktifitas chatting
yang mengungkapkan informasi pribadi, berbagai contoh tersebut merupakan
konteks dari self disclosure pada media sosial (Mubarak & Ali, 2011; Arnus,
2016)
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan oleh beberapa tokoh diatas
terkait dengan self disclosure. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa definisi dari
self disclosure secara online atau dalam media sosial adalah pengungkapan
tentang informasi diri kepada orang lain yang melibatkan pikiran serta perasaan
yang sedang dialami yang diungkapkan secara non verbal yang meliputi unggahan
foto atau video pribadi, penulisan informasi diri dan penulisan status di media
sosial.
14
2.1.2 Faktor-faktor yang memengaruhi self disclosure
Terdapat beberapa hal yang terindikasi sebagai faktor penting yang dapat
berpengaruh terhadap self disclosure di media sosial, adapun faktor-faktor
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Needs
Setiasih dan Puspitasari (2015) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh needs
dalam mengunggah foto dan video pribadi, membuat status dan aktivitas lainnya
di media sosial yang menjadi konteks dalam self disclosure. Menurut Puspitasari
(2016) needs affiliation, needs exhibition, needs succorance dan need nurturance
adalah yang dapat mempengaruhi individu dalam melakukan berbagai aktifitas
self disclosure pada media sosial.
2. Secure attachment
Ainsworth (1979) menyatakan bahwa secure attachment memiliki pengaruh
terhadap keterbukaan diri, karena individu yang memiliki secure attachment akan
lebih terbuka kepada orang lain.
3. Harga diri
Devito (2014) mengungkapkan bahwa individu dengan harga diri yang tinggi
akan lebih terbuka kepada orang lain, karena orang-orang yang yang memiliki
harga diri yang tinggi akan cenderung mempercayai orang lain, dan lebih
memiliki hal-hal positif untuk disampaikan. Sebaliknya, orang yang memiliki
harga diri yang rendah akan cenderung untuk tidak terbuka pada orang lain.
15
4. Jenis Kelamin
Sprecher (2004) menjelaskan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap
self disclosure, menurutnya wanita lebih terbuka dalam menyampaikan informasi
tentang dirinya, dibandingkan dengan pria.
2.1.3 Dimensi self disclosure
Menurut Wheeless dan Grotz (1976) terdapat 5 dimensi dari self disclosure, yaitu:
1. Intent to disclosure, yaitu kesadararan individu dalam mengungkapkan diri
terkait perasaan dan pikirannya. Dalam melakukan self-disclosure, salah satu hal
yang individu pertimbangkan adalah maksud atau tujuannya. Karena tidak
mungkin seseorang membuka diri tanpa adanya tujuan tertentu. Tujuan tiap
individu dalam membuka diri pasti berbeda-beda, salah satunya adalah untuk
mengekspresikan perasaan mereka.
2. Amount of disclosure, hal ini berkaitan dengan intensitas yaitu seberapa sering
individu berbicara mengenai dirinya dan durasi atau waktu yang dibutuhkan
ketika individu membicarakan tentang dirinya sendiri.
3. The positive-negative nature of disclosure, yaitu individu memberikan
informasi terkait dirinya, baik informasi positif ataupun negatif. Mengekspresikan
hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terkait dirinya.
4. The honesty-accuracy of disclosure, yaitu berupa keakuratan dan kejujuran
individu dalam mengungkapkan diri atau memberikan informasi tentang emosi,
perasaan, perilaku atau pengalamannya kepada orang lain.
5. General depth-control of disclosure, yaitu seberapa dalam informasi yang
diungkapkan individu terkait dirinya kepada orang lain.
16
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dimensi yang akan digunakan dari
self disclosure yang mengacu pada teori Jourard (1971) dan telah di modifikasi
oleh Wheeless dan Grotz (1976) antara lain meliputi: intent to disclosure, mount
of disclosure, the positive-negative nature of disclosure, the honesty-accuracy of
disclosure, general depth-control of disclosure.
2.1.4 Pengukuran self disclosure
Dari beberapa kajian literature yang telah ada, ditemukan beberapa instrumen
untuk mengukur self-disclosure diantaranya, yaitu :
1. Revised Self-disclosure Scale (RSDS).
Skala tersebut merupakan revisi dari SDS, dan dikembangkan oleh Wheeless &
Grotz (1976) untuk menilai self-disclosure (pengungkapan diri). RSDS terdiri dari
lima (5) dimensi yaitu: amount, positive-negativeness, consciously intended
disclosure, honesty-accuracy, and control of the general depth or intimacy of the
disclosure (Hollenbaugh & Ferris, 2014).
2. Emotional Self Disclosure Scale (ESDS)
Terdiri dari 40 item dan 8 skala emosional seperti depression, happiness, jealousy,
anxiety, anger, calmness, apathy, dan fear (Vogel & Wester, 2003)
3. Lannutti and Strauman’s Scale (2006)
Lannutti dan Strauman (2006) mengubah tipe the revised self-disclosure scale
(Wheeless, 1978; Wheeless & Grotz, 1976) dari self-report menjadi laporan
observasi oleh murid terhadap self-disclosure pelatih.
Dalam penelitian ini, self disclosure akan diukur dengan skala Revised Self
disclosure Scale (RSDS). Dimensi self-disclosure dari Wheeless dan Grotz
17
(1976), yaitu: (1) amount, (2) positive-negativeness, (3) consciously intended
disclosure, (4) honesty-accuracy, (5) control of the general depth or intimacy of
the disclosure.
Peneliti menggunakan alat ukur Revised Self-disclosure Scale (RSDS)
karena alat ukur tersebut memiliki validitas dan realibilitas yang tinggi. Setiap
dimensi memiliki nilai yang berbeda-beda. Pertama, dimensi amount dengan α
cronbach = .76. Kedua, dimensi positive/negativeness dengan α cronbach = .78.
Ketiga, dimensi intended disclosure dengan α cronbach = .90. Keempat, dimensi
honesty/accuracy, dengan α cronbach = .77. Kelima, dimensi control of depth
dengan α cronbach = .89 (Wheeless & Grotz dalam Ables, 2013). Peneliti
memodifikasi alat ukur Wheeless dan Grotz (1976) agar dapat sesuai dengan
keadaan saat ini.
2.2 Needs
2.2.1 Pengertian needs
Menurut Maslow (1954) needs merupakan awal terbentuknya dorongan dari
dalam diri atau motivasi untuk melakukan suatu dorongan fisiologis. Murray
(2008) mengungkapkan bahwa needs merupakan kebutuhan yang melibatkan
kepuasan emosional, kinerja needs tersebut berada di dalam wilayah otak
manusia, mengatur berbagai proses seperti perilaku, persepsi dan pikiran. Needs
diakibatkan oleh proses internal, namun juga dapat distimulasi oleh faktor
lingkungan.
Menurut Mc.Clelland (dalam Kruwt, 2017) needs merupakan dorongan
kebutuhan dari dalam individu yang dapat menciptakan motivasi, sehingga orang
18
tersebut akan terdorong dalam melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya
tersebut. Fungsi needs adalah membangkitkan ketegangan didalam diri individu,
sehingga individu mencoba mengurangi ketegangan tersebut dengan cara
memunculkan perilaku sesuai dengan needs yang dibutuhkan. Setiap needs
disertai oleh emosi atau perasaan yang berbeda beda sesuai dengan kebutuhannya
tersebut (Murray, 2008).
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan oleh tokoh diatas terkait
dengan needs. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa definisi dari needs adalah
dorongan dalam diri manusia yang berupa kebutuhan untuk memenuhi kepuasan
emosional yang mengatur berbagai proses seperti perilaku, persepsi dan pikiran
2.2.3 Dimensi needs
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi needs menjadi empat bagian, yaitu
(Murray, 2008) :
1. Needs affiliation adalah kebutuhan untuk menjalin suatu hubungan
pertemanan, bekerja sama atau setia kepada teman.
2. Needs exhibition adalah kebutuhan untuk berekspresi agar dilihat orang lain
(show off), untuk membuat orang lain terpukau, untuk menghibur, menjadi
pusat perhatian.
3. Needs succorance adalah kebutuhan untuk didukung, dilindungi, dicintai,
dimanjakan, dimaafkan, atau dihibur, mendapat simpati, mudah mengharapkan
bantuan orang lain.
4. Needs nurturance adalah kebutuhan untuk menolong orang lain, memberi
simpati kepada orang lain.
19
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dimensi yang digunakan dibatasi
menjadi empat sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Setiasih dan
Puspitasari (2015) dan penelitian kedua yang dilakukan oleh Puspitasari (2016),
dimensi tersebut yaitu needs affiliation, needs exhibition, needs succorance dan
needs nurturance.
2.2.4 Pengukuran needs
Murray (2008) menggunakan Edwards Personal Preference Schedule dan the
Adjective Check yang digunakan untuk mengukur kebutuhan dari masing-masing
pribadi. Murray (2008) juga memaparkan pengukuran yang berisi kuisioner dari
masing masing dimensi. Mc.Clelland (dalam Abahe, 2018) menggunakan
Thematic Apperception Test atau TAT untuk mengukur perbedaan needs pada
setiap individu. TAT merupakan tes imajinatif berisi gambar-gambar yang
ambigu.
Peneliti menggunakan pengukuran yang mengadaptasi pada teori Murray
(2008) sebagai pengukuran, berdasarkan hasil penelitian pertama yang dilakukan
oleh Setiasih dan Puspitasari (2015) dan penelitian kedua yang dilakukan oleh
Puspitasari (2016) mengukur dimensi needs dari teori Murray hanya ada empat
dimensi yang terbukti valid dan signifikan dengan penelitian tersebut. Oleh karena
itu, peneliti menggunakan empat dimensi yang valid dan signifikan berdasarkan
penelitian tersebut.
20
2.3 Secure Attachment
2.3.1 Definisi secure attachment
Secure attachment merupakan bagian dari tipe kelekatan yang artinya adalah
kelekatan yang aman dan positif (Ainsworth, 1979). Secure attachment memiliki
model mental diri sebagai orang positif, penuh semangat dan menilai orang lain
sebagai orang yang bersahabat, dipercaya, responsive dan penuh kasih sayang.
Berkembangnya model mental ini memberikan pengaruh yang positif terhadap
kompetensi sosial (Kobak & Hasan, 1991).
Menurut Bowlby (dalam Baron & Byrne, 2004) secure attachment
merupakan derajat keamanan dalam hubungan interpersonal, berasal dari rasa
percaya yang ditandai adanya keintiman dan kepercayaan interpersonal yang
tinggi. Secure attachment terbentuk dari interaksi orang tua dengan anak. Dalam
pola kelekatan yang aman, anak merasa bahwa orang tua adalah figur pendamping
yang sensitif, responsif, penuh cinta, serta selalu siap membantu dalam situasi
yang menakutkan mengancam (Bowlby, 1969).
Menurut Erwin (dalam Maulanski, 2016) attachment secara biologis
digunakan oleh para remaja sebagai mekanisme untuk melindungi dan
memotivasi dalam perkembangannya, serta mempertahankan eksistensi diri.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, peneliti
menyimpulkan bahwa secure attachment adalah ikatan afektif atau ikatan
emosional yang aman tercipta dari hubungan positif antara individu dengan
individu lainnya.
21
2.3.3 Karakteristik secure attachment
Menurut Bowlby (1969) secure attachment merupakan salah satu bagian dari
dimensi attachment style. Secure attachment bersifat unidimensional atau hanya
memiliki satu dimensi. Ainsworth (1979) juga mengungkapkan bahwa secure
attachment hanya memiliki satu dimensi saja, meliputi aspek ikatan emosional
yang aman. Karakteristik ikatan emosional yang aman menurut Ainsworth (1979),
yaitu:
a. Mudah untuk dekat dengan orang lain
b. Dapat mempercayai orang lain
c. Tidak mudah merasa khawatir bila sendiri atau khawatir kepada orang lain
d. Mudah menyampaikan perasaan kepada orang lain
e. Tidak bergantung kepada orang lain
f. Merasa nyaman ketika sendiri terkait ada atau tidaknya orang lain
Oleh karena itu dimensi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat
unidimensional, mengacu pada teori Ainsworth (1979).
2.3.4 Pengukuran attachment
1. MOAS (Measurement Of Attachment Scale)
Diadaptasi dari Ainsworth (1979) dan dikembangkan oleh Ahmad dan Jahan
(2016) terdiri dari 40 item kuisioner.
2. Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA: Armsden & Greenberg,1987).
3. Relationship Quisionaire (Anxiety-Avoidance). Mengukur Adult Attachment
menggunakan avoidant and ambivalent attachment (Bartholomew & Horowitz,
1991).
22
Peneliti menggunakan alat ukur yang adaptasi dari Ainsworth (1970)
yang telah dikembangkan oleh Ahmad dan Jahan (2016) yang sudah teruji
reabilitas dan validitasnya. Dalam penelitian ini, peneliti mengukur secure
attachment.
2.4 Harga Diri
2.4.1 Pengertian Harga Diri
Menurut Rosenberg dalam Seamon (2003) harga diri diukur berdasarkan penilaian
positif atau negatif tentang diri sendiri. Baumeister dalam greenwald (1988)
menyatakan bahwa harga diri merupakan aspek penting dalam konsep diri yang
mengevaluasi keseluruhan diri apakah diri sendiri menjadi pribadi baik atau
buruk.
Harga diri merupakan pemaknaan keseluruhan diri yang menilai apakah
diri sendiri baik atau buruk (Bondens & Horowitz, 2008). Orang yang memiliki
harga diri yang rendah akan menganggap dirinya sebagai pribadi yang buruk
(Santrock, 2013). Cross national survey menjelaskan harga diri berasosiasi
dengan kepuasan diri di dalam kehidupan (Diener & Diener dalam Irwin,2003).
Menurut Santi (2017) harga diri diartikan sebagai harga diri yang dikendalikan
oleh pribadi, dapat menjadi tinggi atau rendah sesuai dengan perasaan, seseorang
yang harga diri nya tinggi maka akan selalu termotivasi dan selalu memandang
hal yang sudah tercapai di kehidupannya.
Menurut Forest dan Wood dalam Marshall (2015) seseorang yang
memiliki harga diri rendah akan menilai orang lain dari beranda dunia maya
dibandingkan dengan pribadi aslinya dan biasanya orang dengan harga diri rendah
23
akan lebih suka mengeluh pada kehidupannya, sehingga dinilai sebagai orang
yang negatif. Irwin (2003) menyatakan harga diri adalah evaluasi diri seseorang
atau penilaian dalam pengetahuan diri sendiri dan relasi intrapersonal
mempengaruhi harga diri. Rusli Lutan dalam santi (2017) menjelaskan bahwa
harga diri merupakan penerimaan diri, atas pantas, berharga, mampu dan
berguna dengan apa pun yang sudah, sedang atau akan terjadi.
2.4.2 Karakteristik harga diri
Para ahli memiliki argumen yang berbeda mengenai dimensi harga diri, antara
multidimensional self-esteem dan global self esteem (Heatherton & Wyland,
2003). Global self-esteem melihat harga diri sebagai konstruk yang berdiri sendiri
atau disebut unidimensional. Global self-esteem merupakan evaluasi menyeluruh
untuk diri sendiri, baik aspek positif maupun negatif (Rosenberg, Schoenbach,
Schooler, & Rosenberg, 1995). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
dari Rosenberg (1995) yang melihat secara global self esteem, yang memiliki
karakteristik, yaitu:
a. Menilai diri sendiri sebagai pribadi yang berharga
b. Merasa berhasil dan berguna di dalam kehidupan
c. Menilai diri sebagai pribadi yang baik atau positif’
d. Merasa bangga dengan diri sendiri
e. Merasa puas dengan diri sendiri
f. Mampu memotivasi diri dan merasa mampu pada diri sendiri
g. Mampu menerima keadaan diri sendiri
24
Alat ukur yang dikembangkan oleh Rosenberg merupakan alat ukur yang banyak
digunakan untuk mengukur harga diri, karena validitas dan reabilitasnya cukup
tinggi.
2.2.3 Pengukuran harga diri
Ada berbagai macam alat ukur yang dapat digunakan untuk pengukuran Harga
diri Heatherton & Wyland (2003) yaitu:
1. Rosenberg’s Self-esteem scale (RSES) (Rosenberg, 1965), terdiri dari 10 item.
2. The Janis–Field Feelings of Inadequacy scale (1959), terdiri dari 23 item,
skala berbentuk multidimensional yang mengukur self-regard, academic
abilities, social confidence, dan appearance.
3. The State Self-Esteem scale (SSES: Heatherton & Polivy, 1991), terdiri dari
20 item.
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur harga diri dengan menggunakan alat
ukur berdasarkan teori Rosenberg (dalam Heatherton, 2003). Alat ukur ini bersifat
unidimentional dan memiliki realibilitas dan valisitas yang baik yaitu dengan α
cronbach = .85 sampai .88. alat tes ini diadaptasi oleh peneliti.
2.5 Kerangka Berpikir
Melalui internet, individu dapat mengakses media sosial, dan dapat
mengekspresikan diri tentang apa yang dirasakan secara langsung melalui media
sosial. Adapun layanan media sosial tersebut antara lain seperti aplikasi facebook,
instagram, twitter, line, snapchat, dan lainnya. Ketika menggunakan media sosial
tak jarang individu akan melakukan keterbukaan diri dan memberikan informasi
25
pribadi seperti menulis biodata pribadi, mengunggah foto atau video pribadi dan
sebagainya. Keterbukaan diri yang terjadi disebut dengan self disclosure.
Menurut Jourard (1971) self disclosure merupakan pembicaraan mengenai
informasi diri yang diberitahukan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat
mengetahui apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan. self disclosure telah
mengalami perubahan seiring berkembangnya teknologi. self disclosure dalam
konteks online seperti dalam media sosial dilakukan secara non verbal tanpa
bertatap muka secara langsung.
Terdapat 4 faktor yang diprediksi mendorong remaja dapat melakukan self
disclosure yaitu needs, secure attachment, harga diri dan jenis kelamin. Needs
memiliki pengaruh terhadap self disclosure. Pemenuhan needs dari dalam diri
individu dapat memberikan kontribusi terhadap perilaku self disclosure di media
sosial (Setiasih & Puspitasari, 2015; Puspitasari, 2016). Needs dibatasi oleh
peneliti menjadi 4 sesuai dengan hasil penelitian pertama yang dilakukan oleh dari
Setiasih dan Puspitasari (2015) dan penelitian kedua yang dilakukan oleh
Puspitasari (2016). Empat aspek tersebut yaitu needs affiliation (n affiliation),
needs exhibition (n exhibition), needs succorance (n succorance), dan needs
nurturance (n nurturance).
Needs affiliation atau kebutuhan afiliasi merupakan salah satu faktor yang
dapat memengaruhi self disclosure pada media sosial. Bila needs affiliation tinggi
maka tkecenderungan untuk melakukan self disclosure juga semakin tinggi.
Pemenuhan needs affiliation di media sosial yaitu dengan cara memperbanyak
pertemanan. Contohnya adalah meminta untuk di follow, di like, mencantumkan
26
nama asli, foto asli, membagikan kegiatan di stories, membagikan foto-foto
kegiatan yang sudah dilalui di media sosial agar bisa dilihat oleh teman yang
lainnya (Puspitasari, 2016). Sebaliknya bila needs affiliation rendah maka
kecendrungan untuk melakukan self disclosure juga rendah.
Needs exhibition atau kebutuhan untuk show off juga dapat memengaruhi
self disclosure di media sosial. Needs exhibition membuat individu ingin
mengekpresikan sesuatu agar dapat terlihat oleh orang lain. Ketika individu
memiliki needs exhibition yang tinggi maka akan lebih banyak membuat impresi
di media sosial, sehingga kecenderungan untuk melakukan self disclosure seperti
upload foto, video atau membagikan perasaan pribadi semakin tinggi (Puspitasari,
2016).
Needs succorance atau kebutuhan untuk meminta simpati, kasih sayang,
dan dukungan dapat mempengaruhi self disclosure di media sosial. Pemenuhan
needs succorance membuat individu harus memberi informasi tentang perasaan
pribadi dan pikirannya. Hal tersebut termasuk dalam self disclosure atau
keterbukaan diri. Ketika individu memiliki needs succorance yang tinggi, maka
kecenderungan untuk melakukan self disclosure juga tinggi (Setiasih &
Puspitasari, 2015).
Needs nurturance atau kebutuhan untuk memberikan pertolongan, simpati,
memberikan cinta dan kasih dapat memengaruhi self disclosure di media sosial.
Pemenuhan needs nurturance dalam media sosial, membuat individu akan
mengunggah foto bersama teman-temannya, mengucapkan perasaan sayang,
mengucapkan selamat ulang tahun pada teman di media sosial, atau memberikan
27
selamat atas keberhasilan teman. Hal tersebut merupakan sebuah informasi
pribadi yang dibagikan kepada orang lain dan merupakan bagian dari self
disclosure di media sosial. Ketika individu memiliki needs nurturance yang
tinggi, maka kecenderungan untuk melakukan self disclosure juga akan tinggi
(Puspitasari, 2016).
Ainsworth (1979) menyatakan bahwa secure attachment juga dapat
mempengaruhi self disclosure, orang yang memiliki secure attachment akan lebih
terbuka kepada orang lain. Bila individu memiliki secure attachment yang tinggi
maka maka kecenderungan untuk melakukan self disclosure juga akan tinggi.
Menurut Devito (2014) self disclosure dapat dipengaruhi oleh harga diri,. Orang
yang memiliki harga diri yang tinggi cenderung mudah untuk terbuka kepada
orang lain. Sebaliknya, orang yang memiliki harga diri rendah akan sulit untuk
mengungkapkan diri atau melakukan self disclosure kepada orang lain
(Puspitasari, 2016).
Terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap self disclosure pada media
social. Wanita cenderung akan lebih tinggi melakukan self disclosure. Pria lebih
rendah dalam melakukan self disclosure (Devito, 2014). Adapun kerangka
berpikir seperti yang diuraikan diatas, sebagai berikut:
28
Needs Gambar 2.1. Bagan kerangka berpikir pengaruh needs, secure attachment, harga diri dan jenis kelamin terhadap self disclosure pada media sosial.
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang masih
harus diujikan, maka hipotesa yang dirumuskan oleh peneliti sebagai berikut:
2.6.1 Hipotesis mayor
H : Terdapat pengaruh yang signifikan n affiliation, n exhibition, n succorance, n
nurturance, secure attachment, harga diri dan jenis kelamin terhadap self-
disclosure remaja pada media sosial.
Needs affiliation
Needs exhibition
Needs succorance
Needs nurturance
Secure attachment
Harga diri
Jenis kelamin
29
2.6.2 Hipotesis minor
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan variabel n affiliation terhadap self-
disclosure remaja pada media sosial.
H2: Terdapat pengaruh yang signifikan variabel n exhibition terhadap self-
disclosure remaja pada media sosial.
H3: Terdapat pengaruh yang signifikan variabel n succorance terhadap self-
disclosure remaja pada media sosial.
H4: Terdapat pengaruh yang signifikan variabel n nurturance terhadap self-
disclosure remaja pada media sosial.
H5: Terdapat pengaruh yang signifikan variabel secure attachment terhadap
self-disclosure remaja pada media sosial.
H6: Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel harga diri terhadap self-
disclosure remaja pada media sosial.
H7: Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel jenis kelamin terhadap
self-disclosure remaja pada media sosial.
30
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja usia 14-18 tahun yaitu pelajar SMAN
1 Tangerang Selatan (1073 siswa), SMAN 3 Tangerang Selatan (927 siswa),
SMAN 11 Tangerang Selatan (997 siswa). Adapun alasan peneliti memilih
sekolah tersebut karena berada di daerah Tangerang Selatan dan sudah termasuk
kedalam kota besar pengguna media sosial menurut kemkominfo (2017), Sekolah
Menengah Atas tersebut memberikan fasilitas hotspot dan memperbolehkan
siswanya membawa handphone, dan berdasarkan data kemdikbud ketiga sekolah
tersebut termasuk ke dalam sekolah unggulan (favorit) dengan akreditasi A.
Penelitian ini dalam pengambilan sampel menggunakan teknik non probability
sampling yaitu purpossive sampling dengan jumlah sampel 261 responden dan
telah memenuhi kriteria dalam penelitian. Sampel yang diambil berdasarkan
karakteristik tertentu, yaitu:
1. Responden merupakan pengguna media sosial dan memiliki akun media sosial
seperti Instagram, Facebook, Line, Whatsapp, snapchat.
2. Responden setidaknya pernah melakukan self disclosure, seperti meng-upload
foto pribadi, orang lain, atau kegiatan pribadi dan membuat status di media
sosial.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dependent variabel: Self-disclosure
31
2. Independent variabel:
a. Needs (needs exhibition, needs succorance , needs affiliation, needs
nurturance)
b. Secure attachment
c. Harga diri
d. Jenis kelamin.
Setelah menentukan variabel mana yang menjadi variabel dependen dan variabel
independen, maka selanjutnya peneliti Adapun definisi operasional masing-
masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Self disclosure merupakan pembicaraan mengenai informasi diri yang
diberitahukan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat mengetahui apa
yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan. Contoh self disclosure di media
sosial adalah memposting informasi diri atau foto pribadi (Jourard, 1971; Kim
& Dindia, 2011)
b) Needs merupakan kebutuhan yang melibatkan kepuasan emosional yang
kinerjanya berada didalam wilayah otak manusia, meliputi needs affiliation
yaitu kebutuhan untuk menjalin relasi dan berteman. Needs exhibition yaitu
kebutuhan untuk show off atau memperlihatkan sesuatu kepada orang lain.
Needs succorance yaitu kebutuhan untuk mencari simpati, dukungan,
pertolongan., Needs nurturance yaitu kebutuhan untuk memberikan
pertolongan, memberikan simpati, dan kasih sayang (Murray, 2008)
c) Secure attachment adalah suatu pola kelekatan yang aman dan positif bersifat
emosional yang terkembang melalui interaksi bersama dengan orang yang
spesial di dalam kehidupan seperti merasa nyaman ketika sendiri, tidak
32
bergantung kepada orang lain, tidak merasa khawatir, dan memiliki rasa
kepercayaan kepada orang lain (Ainsworth, 1979).
d) Harga diri merupakan penilaian positif atau negatifnya diri sendiri seperti
menilai bahwa diri sendiri berharga, memiliki rasa bangga kepada diri sendiri,
merasa puas kepada diri sendiri (Rosenberg, 1965; Rosenberg dalam Seamon,
2018).
3.3 Instrumen Pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan merupakan kuisioner. Kuisioner
yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala likert, yaitu setuju (SS),
Setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Model skala likert ini
terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable).
Untuk perhitungan skor pada tiap-tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Skor untuk pernyataan positif dan negatif skala likert
Kategori Favorable Unfavorable
SS (Sangat Setuju) 4 1 S (Setuju) 3 2 TS (Tidak Setuju) 2 3 STS(Sangat Tidak Setuju) 1 4
3.3.1 Instrumen Penelitian
Terdapat empat alat ukur yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yaitu :
1. Self-disclosure
Instrumen yang digunakan untuk mengukur self-disclosure adalah adaptasi dari
Jourard self dislosure scale (1971) yang telah dimodifikasi Wheeless dan Grotz
(1976) menjadi skala Revised Self-disclosure Scale (RSDS). Skala ini mengukur
dimensi self-disclosure dari yaitu: (1) Intent to disclosure, (2) Amount of
33
disclosure, (3)The positive-negative nature of disclosure, (4) The honesty-
accuracy of disclosure, (5) General depth-control of disclosure. Agar sesuai
dengan tujuan penelitian, skala ini kemudian dimodifikasi kembali dengan
mengkaitkan media sosial pada setiap item. Adapun pembagian item-item tiap
aspek dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini:
Tabel 3.2 Blue print skala self disclosure No Aspek Indikator F UF Jumlah
1 Intent to disclose a. Memiliki kesadaran ketika menulis informasi di media sosial.
b. Membicarakan tentang perasaan diri sendiri di dalam beranda media sosial.
c. Memperlihatkan kegiatan pribadi di media sosial.
2,3
5
12
2
1
1
2 Amount of disclosure d. Intensitas dalam memposting foto atau status di media sosial
6 4 2
3 The positive negative nature of disclosure
e. Menampilkan kegiatan positif di media sosial
1 7,13 3
4 The honesty, accuracy of disclosure
f. Jujur dalam mengungkapkan sesuatu di media sosial.
g. Menggambarkan diri pribadi yang sebenarnya di media sosial.
11
10
14
2
1
5 General depth control of disclosure
h. mengontrol ucapan atau postingan dalam media sosial..
8 9 2
Jumlah 9 5 14 2. Needs
Alat ukur needs yang digunakan peneliti merupakan adaptasi dari teori Murray
(2008) dan dibatasi menjadi empat dimensi yaitu needs exhibition, needs
affiliation, needs succorance, needs nurturance. Item pernyataan dengan 4
alternatif jawaban (SS = sangat setuju, S =Setuju, TS = Tidak Setuju, dan STS =
Sangat Tidak Setuju). Blue print skala Murray dijelaskan dalam table 3.3 berikut
ini:
34
Tabel 3.3 Blue print skala needs
No. Dimensi Indikator F UF Jumlah 1.
2.
Needs affiliation
a. Memiliki sikap yang friendly 1 1 b. Memiliki keinginan untuk menjalin
relasi, bermain dan bercakap-cakap 3,5,6 2,4 5
c. Dapat bekerja sama dengan orang lain, menerimaperbedaan, dan menjaga keharmonisan dengan sikap yang baik
8
1
d. Memiliki kepercayaan pada orang lain, terbuka, dan setia pada teman kelompoknya sendiri
9 1
e. Memiliki banyak teman,menjalin banyak relasi
7,10 2
Needs exhibition
f. Mencari dan ingin menjadi pusat perhatian
11,12,14,15,16,18,20
7
a. Senang Menghibur orang lain 19 1 b. Suka untuk menunjukan diri dan bangga
terhadap diri sendiri 17 1
c. Memiliki keterbukaan diri terhadap orang lain
13 1
3. Needs succorance
a. Membutuhkan rasa simpati dari orang lain
22,29 26 3
b. Ketergantungan dengan orang lain 28,30 23 3 c. Merasa tidak berdaya 25,27 2 d. Merasa tidak aman atau merasa khawatir
atau sedih 21 1
e. Merasakan penolakan dan pengabaian 24 1 4. Needs nurturance
a. Memberikan rasa simpati, empati dan
menolong orang lain 31,33, 39,40
36,37 6
b. Memiliki karakter yang humble, baik hati, terpercaya serta protektif
32,34
35
3
c. Mudah memaafkan orang lain Jumlah
38
29
11
1
40
3. Secure attachment
Alat ukur secure attachment yang digunakan peneliti merupakan adaptasi dan
modifikasi dari Measure of Attachment Style (MOAS) yang dikembangkan oleh
Ahmad dan Jahan (2016) yang merupakan modifikasi dari attachment pattern
Ainsworth terdiri dari 10 item pernyataan dengan 4 alternatif jawaban (SS =
sangat setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, dan STS = Sangat Tidak Setuju).
Blue print skala secure attachment dijelaskan dalam table 3.4, yaitu:
35
Tabel 3.4 Blue Print Secure Attachment
Indikator F UF Jumlah a. Mudah dekat dengan orang lain b. Memiliki rasa percaya kepada orang
lain c. Tidak mudah merasa khawatir d. Dapat menyampaikan perasaan kepada
orang lain e. Tidak merasa bergantung kepada orang
lain f. Merasa nyaman ketika sendiri maupun
ketika bersama orang lain.
Jumlah
6
7
12
3
1,3,4,9
10
2,11
5
8
9
4
1
3
2
2
12 3. Harga diri
Alat ukur self-esteem yang digunakan peneliti adalah Rosenberg Self esteem Scale
(RSES) yang dikembangkan oleh Rosenberg terdiri dari 10 item pernyataan
dengan 4 jawaban (SS = sangat setuju, S =Setuju, TS = Tidak Setuju, dan STS =
Sangat Tidak Setuju). Blue print Skala self-esteem dijelaskan dalam table 3.5
sebagai berikut:
Tabel 3.5 Blue print Harga Diri
Indikator F Uf Jumlah a. Menilai diri sebagai pribadi yang berharga b. Merasa berhasil dan berguna di dalam
kehidupan c. Menilai diri sebagai pribadi yang positif d. Merasa bangga dengan diri sendiri e. Merasa puas dengan diri sendiri f. Dapat memotivasi diri dan merasa mampu
pada diri sendiri g. Dapat menerima keadaan diri sendiri
Jumlah
1,7
3
6 5
9
6
2,8
10
4
4
2 2
2 1 1 1
1
10
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam rangka pengujian validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas
konstruk instrumen. Oleh karena itu, peneliti menggunakan CFA (Confirmatory
Factor Analysis) untuk pengujian vaiditas instrument, yaitu instrumen 1) Self
36
disclosure, 2) needs, 3) secure attachment, 4) harga diri 5) jenis kelamin.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang
baik adalah:
1. Bahwa ada sebuah konsep yang didefinisikan secara operasional sehingga
dapat disusun pernyataan untuk mengukurnya. Konsep ini disebut faktor,
sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap
respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subskala
bersifat unidimensional.
3. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai chi-square yang
dihasilkan. Jika nilai chi-square tidak signifikan (p > 0,05) berarti semua item
hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai chi-square signifikan
(p<0,05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang
diuji sesuai langkah kedua berikut ini.
4. Jika nilai chi-square signifikan (p < 0,05), maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur konstruk yang ingin
diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu
konstruk atau multidimensional). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran
dibebaskan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh model fit, maka
model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
37
5. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan
melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai nilai
koefisien positif. Jika t-value untuk koefisien muatan faktor suatu item lebih
besar dari 1,96 (absolut), maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam
mengukur faktor yang hendak diukur (tidak di-drop).
6. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatannya negatif. Perlu dicatat
bahwa untuk alat ukur yang bukan mengukur kemampuan (misal: personality
inventory), jika ada pernyataan negatif perlu dilakukan penyesuaian arah
skoringnya yang diubah menjadi positif. Jika sudah dibalik, maka berlaku
perhitungan umum dimana item bermuatan faktor negatif di-drop.
7. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka
item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga
mengukur hal lain.
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Self-Disclosure
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari Self-Disclosure diperoleh
skor awal perhitungan Chi-Square = 232,00 , df = 77, P-value = 0.0000, RMSEA
= 0.072. Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan model ini
belum fit. Peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini. Setelah dilakukan
modifikasi diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 90.01, df = 71, P-value=
0.06347, RMSEA = 0.026. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item self-disclosure
dapat dilihat pada tabel berikut :
38
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Self-Disclosure
Item Koefisien Std Error T-value Signifikan
1 0.40 0.05 8.11 2 -0.02 0.05 -0.36 X 3 1.00 0.04 27.72 4 0.06 0.05 1.09 X 5 0.09 0.05 1.68 X 6 -0.01 0.05 -0.23 X 7 1.00 0.04 27.72
8 0.06 0.05 1.08 X 9 0.31 0.05 6.32 10 0.03 0.05 0.59 X 11 -0.08 0.05 -1.53 X 12 -0.20 0.05 -3.91 X 13 0.45 0.05 9.23 14 1.00 0.04 27.72
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.5 dapat diketahui bahwa terdapat delapan item yaitu nomer
2,4,5,6,8,10,11,12 yang tidak signifikan karena memiliki nilai (t< 1.96). Oleh
karena itu, item tersebut perlu untuk di-drop.
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Needs affiliation
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari needs affiliation diperoleh
skor awal perhitungan Chi-Square =178.61, df =25, P-value = 0.0000, RMSEA =
0.126. Peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini. Setelah dilakukan
modifikasi diperoleh model yang fit dengan Chi-square =28.46 , df = 26, P-value=
0.5485, RMSEA = 0.043. Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu digugurkan atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis
nihil tentang koefisien muatan faktor dari item.
Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
39
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item needs affiliation dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Needs affiliation
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa terdapat satu item yaitu nomer 7
yang tidak signifikan karena memiliki nilai (t< 1.96). Oleh karena itu, item
tersebut perlu untuk di-drop.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Needs Exhibition
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari needs exhibition diperoleh
skor awal perhitungan Chi-Square = 187.57 , df = 35, P-value = 0.0000,
RMSEA= 0.129. Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan
model ini belum fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap
model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah
dilakukan modifikasi diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 36.40, df =
25, P-value= 0.06575, RMSEA = 0.042.
Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
Item Koefisien Std Error T-value Signifikan 1 0.43 0.07 5.90 2 0.42 0.07 6.26 3 0.29 0.07 4.35 4 0.28 0.07 4.10 5 0.43 0.07 5.84 6 0.32 0.07 4.55 7 -0.03 0.07 -0.40 X 8 0.38 0.07 5.75 9 0.72 0.07 10.90 10 0.73 0.06 11.32
40
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item needs exhibition dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Needs Exhibition
Item Koefisien Std Error T-value Signifikan 1 0.64 0.07 8.89 2 0.43 0.06 6.83 3 0.33 0.06 5.36 4 0.53 0.06 8.72 5 0.47 0.06 7.76 6 0.26 0.06 4.08 7 0.43 0.06 6.95 8 0.84 0.06 13.80 9 0.42 0.07 5.84
10 0.53 0.06 8.49 Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.7 dapat diketahui bahwa semua item signifikan karena
memiliki nilai (t> 1.96). Oleh karena itu, tidak ada yang di-drop.
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Needs Succorance
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari needs succorance diperoleh
skor awal perhitungan Chi-Square = 187.77 , df = 35, P-value = 0.0000, RMSEA
= 0.140. Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan model ini
belum fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini,
yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah dilakukan
modifikasi diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 34.21, df =35, P-value=
0.10345, RMSEA = 0.038.
Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item needs succorance dapat dilihat
pada tabel berikut :
41
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Needs Succorance
Item Koefisien Std Error T-value Signifikan 1 0.64 0.07 8.65 2 0.44 0.07 6.48 3 0.07 0.07 0.98 X 4 0.34 0.07 4.96 5 0.45 0.07 6.47 6 -0.01 0.08 -0.17 X 7 0.54 0.07 7.69 8 0.36 0.07 5.20 9 0.42 0.08 5.13 10 0.40 0.08 5.19
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.8 dapat diketahui bahwa ada dua item yang tidak signifikan
yaitu item 3 dan 6, karena memiliki nilai (t> 1.96). Oleh karena itu, item tersebut
perlu di-drop.
3.4.5 Uji Validitas Konstruk Needs Nurturance
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari Nurturance diperoleh skor
awal perhitungan Chi-Square = 140.92 , df = 35, P-value = 0.0000, RMSEA =
0.112. Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan model ini belum
fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu
dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah dilakukan modifikasi
diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 34.81, df = 27, P-value= 0.14361,
RMSEA = 0.033.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut
42
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
Exhibition dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Nurturance
Item Koefisien Std Error T-value Signifikan 1 0.73 0.06 11.61 2 0.46 0.07 6.98 3 0.43 0.07 6.17 4 0.37 0.07 5.56 5 0.40 0.07 5.94 6 0.57 0.07 8.27 7 0.46 0.07 7.08 8 0.25 0.07 3.51 9 0.33 0.07 4.81 10 0.66 0.06 10.37
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.9 dapat diketahui bahwa semua item signifikan karena
memiliki nilai (t> 1.96). Oleh karena itu, tidak ada item yang di-drop.
3.4.6 Uji Validitas Konstruk Secure Attachment
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari secure attachment diperoleh
skor awal perhitungan Chi-Square = 393.57 , df = 54, P-value = 0.0000,
RMSEA= 0.156. Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan
model ini belum fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap
model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah
dilakukan modifikasi diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 43.92, df =
32, P-value= 0.07804, RMSEA = 0.036.
Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item secure attachment dapat dilihat
pada tabel berikut :
43
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Secure attachment
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.9 dapat diketahui bahwa empat item yang tidak signifikan
yaitu item 2,6,8,11,12 karena memiliki nilai (t> 1.96). Oleh karena itu, item
tersebut perlu untuk di-drop.
3.4.7 Uji Validitas Konstruk Harga diri
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari self esteem diperoleh skor
awal perhitungan Chi-Square = 228.78 , df = 35, P-value = 0.0000, RMSEA=
0.146. Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan model ini belum
fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu
dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah dilakukan modifikasi
diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 29.45, df = 22, P-value= 0.13249,
RMSEA = 0.036.
Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item harga diri dapat dilihat pada tabel
berikut :
Item Koefisien Std Error T-value Signifikan 1 0.61 0.07 8.95 2 -0.33 0.08 -4.07 X 3 0.63 0.07 9.48 4 0.72 0.07 10.38 5 0.32 0.07 4.42 6 0.10 0.09 1.06 X 7 0.22 0.07 3.17 8 -0.11 0.07 -1.60 X 9 0.54 0.07 8.01
10 0.42 0.07 5.64 11 -0.11 0.07 -1.45 X 12 0.04 0.07 0.61 X
44
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Harga Diri
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.9 dapat diketahui bahwa satu item yang tidak signifikan
yaitu item 7 karena memiliki nilai (t> 1.96). Oleh karena itu, item tersebut perlu
untuk di-drop.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, penulis menggunakan multiple
regression analysis (analisis regresi berganda) dengan bantuan software SPSS
versi 20. Teknis analisis regresi berganda ini digunakan agar dapat menjawab
hipotesis nihil yang ada di Bab 2. Dalam hal ini yang dijadikan DV (variabel yang
dianalisis varianya) adalah self-dislosure, sedangkan yang dijadikan IV (prediktor)
adalah needs (terdiri dari needs affiliation, needs exhibition, needs succorance,
needs nurturance) , secure attachment dan harga diri. Adapun persamaan regresi
berganda untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
jika dituliskan variabelnya maka :
Y’= a + 𝐛𝟏𝐗𝟏 + 𝐛𝟐𝐗𝟐 + 𝐛𝟑𝐗𝟑 + 𝐛𝟒𝐗𝟒 + 𝐛𝟓𝐗𝟓 + 𝐛𝟔𝐗𝟔 + 𝒃𝟕𝑿𝟕 + 𝒆
Y’ = Self-disclosure
a = Konstan
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
Item Koefisien Std Error T-value Signifikan 1 0.44 0.06 7.51 2 0.51 0.07 7.88 3 0.58 0.06 9.74 4 0.73 0.06 13.10 5 0.54 0.06 8.53 6 0.60 0.06 10.59 7 -0.15 0.07 -2.32 X 8 0.84 0.05 15.26 9 0.65 0.07 9.44
10 0.67 0.06 11.60
45
X1 = Needs affiliation
X2 = Needs exhibition
X3 = Needs succorance
X4 = Needs nurturance
X5 = Secure attachment
X6 = Harga diri
X7 = Jenis kelamin
e = residu
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi
berganda antara needs, secure attachment, harga diri dan jenis kelamin. Besarnya
self disclosure yang disebabkan faktor-faktor yang telah disebutkan tadi
ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau menunjukkan variasi atau
perubahan variabel terikat (Y) disebabkan variabel bebas (X) atau digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat
(Y) atau merupakan perkiraan proporsi varians dari intense yang dijelaskan
olehneeds, secure attachment, harga diri dan jenis kelamin. Untuk mendapatkan
nilai, digunakan rumusan sebagai berikut:
𝑅2 =𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔𝑆𝑆𝑦
Untuk membuktikan apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, maka dapat
diuji dengan menggunakan uji F, untuk membuktikan hal tersebut dengan
menggunakan rumus:
𝐹 =𝑅2
(1 − 𝑅2)/(𝑁 − 𝑘 − 1)
46
Dimana k adalah jumlah independen variabel dan N adalah jumlah sampel.
Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel
independen yang diujikan memiliki pengaruh terhadap dependen variabel.
Kemudian dilanjutkan dengan uji t dimana ini digunakan untuk melihat apakah
pengaruh yang diberikan variabel bebas (X) signifikan terhadap variabel terikat
(Y) secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini digunakan untuk menguji apakah
sebuah variabel bebas (X) benar-benar memberikan kontribusi terhadap variabel
rikat (Y), oleh karenanya sebelum didapat uji t dari tiap IV, harus didapat dahulu
nilai standard error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui
akar mean square dibagi SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t,
yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Uji t akan
dilakukan sebanyak 13 kali sesuai dengan hipotesis nihil yang hendak diujikan.
Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑡 =𝑏𝑆𝑏
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard error dari b.
hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti.
Seluruh perhitungan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak SPSS.
47
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Subyek Penelitian
4.1.1 Gambaran umum pertama subjek penelitian
Total sampel pada penelitian ini sebanyak 261 remaja pengguna media sosial pada
SMA Negeri Tangerang Selatan. Selanjutnya akan dijelaskan gambaran sampel
berdasarkan jenis kelamin, usia, sekolah dan kelas pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Gambaran Umum Pertama Subjek Penelitian Gambaran umum pertama N= 261 Persentase
Jenis Kelamin Usia Sekolah dan Kelas
Laki-laki Perempuan 14 −15 tahun 16 − 18tahun SMAN 1 Tangsel XI IPA 1 SMAN 3 Tangsel XI IPS 2 X IPA 2 X IPA 4 SMAN 11 Tangsel XI IPA 4 X IPA 1 X IPA 3 X IPA 4
115 146
203 58
28
40 33 34
40
41 33 12
44.1% 55.9%
77,8% 22.2%
10,7%
15,3% 12,6% 13%
15,3%
15,7% 12,6% 4,6%
Berdasarkan tabel 4.1.1 menunjukkan bahwa karakteristik subyek penelitian
didominasi oleh remaja berusia 14-15 tahun sebanyak 77,8%. dan remaja berusia
16-18 tahun sebanyak 22,2%, didominasi oleh perempuan sebanyak 55,9% dan
44,1% adalah laki-laki.
4.1.2 Gambaran umum kedua subjek penelitian
Tabel 4.2 merupakan data sekunder subjek penelitian berdasarkan beberapa
pertanyaan yang telah diberikan sebagai berikut:
48
Tabel 4.2. Gambaran Umum Kedua Subjek Penelitian N= 261 Persentase
Media sosial yang dimiliki (dipilih lebih dari satu) Frekuensi Menggunakan Media Sosial
Instagram Whatsapp Line Facebook Twitter Snapchat Sering Kadang-kadang
237 227 140 91 31
24
167 83
90.80% 86,97% 53.64% 34.87% 9.20% 8.59%
63.99% 31,8%
Aktivitas di media sosial (dipilih lebih dari satu)
Membuat status atau memposting di timeline media sosial Membagikan foto selfie Mengunggah foto bersama orang lain Mengunggah video pribadi
126
108
167
56
48,28%
41,38%
63,98%
21,46%
Intensitas Memposting
1 x sehari >1 x sehari Tidak menentu
98 27 88
37.55% 10,34% 33,72%
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa Sebanyak 63.99% responden
sering menggunakan media sosial. Media sosial yang banyak digunakan adalah
instagram, sebanyak 90,8%. Aktivitas yang sering dilakukan di media sosial
adalah mengunggah foto bersama orang lain yaitu 63,98%. Selain itu, remaja
sebanyak 46,59% membagikan foto selfie ke media sosial.
4.2 Analisis Deskriptif
Sebelum diuraikan secara lebih terperinci tentang beberapa sub bab selanjutnya,
perlu dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah t-score
(skor murni) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini
ditujukan agar mudah dalam membandingkan antar skor hasil pengukuran
variabel-variabel yang diteliti. Dengan demikian semua raw score menjadi z
49
score. Untuk menghilangkan bilangan negatif dari z-score, semua skor
ditransformasi ke t-score dengan perhitungan t-score= (10*factor score)+50.
Selanjutnya untuk menjelaskan gambaran umum tentang statistik deskriptif
dari variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi patokan adalah
mean,median, standar deviasi (SD), nilai maksimal dan nilai minimal dari masing-
masing variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini:
Table 4.3 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation Self-disclosure 261 25.09 62.40 50.0000 8.2010021 Needs Affiliation 261 31.92 67.86 50.0000 8.0202209 Needs Exhibition 261 25.78 77.06 50.0000 8.7006768 Needs Succorance 261 20.11 70.40 50.0000 7.7676622 Needs Nurturance 261 20.78 70.36 50.0000 8.2529266 Secure Attachment 261 28.80 69.56 50.0000 9.3211274 Harga diri 261 19.52 72.87 50.0000 9.0493746 Valid N (Listwise)
261
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pertama, variabel self-disclosure
memiliki nilai minimum = 25.09, nilai maksimum = 62.40, nilai mean = 50.0000,
dan nilai SD = 8.2010021. Kedua, variabel needs affiliation, memiliki nilai
minimum = 31.92, nilai maksimum = 67.86, nilai mean = 50.0000, dan nilai SD =
8.0202209. Ketiga, variable needs exhibition , memiliki nilai minimum = 25.78,
nilai maksimum = 77.06, nilai mean = 50.0000, dan nilai SD = 8.7006768.
Keempat variabel needs succorance, memiliki nilai minimum = 20.11, nilai
maksimum = 70.40, nilai mean = 50.0000, dan nilai SD =7.7676622 . Kelima
variable needs nurturance, memiliki nilai minimum =20.78, nilai maksimum =
70.36, nilai mean = 50.0000, dan nilai SD = 8.2529266. Keenam variabel
attachment Style, memiliki nilai minimum 28.80 , nilai maksimum =69.56, nilai
50
mean = 50.0000, dan nilai SD= 9.3211274. Ketujuh, variabel self esteem,
memiliki nilai minimum =19.52, nilai maksimum =72.87, nilai mean 50.0000, dan
nilai SD =. 9.0493746.
4.3 Kategorisasi Skor
Dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi, maka dapat ditetapkan
norma kategorisasi variabel penelitian seperti yang tertera pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Norma Katagorisasi skor Kategori Rumus
Tinggi X M Rendah X<M
Kategorisasi skor subyek penelitian dilakukan pada variabel penelitian
dengan tujuan untuk menempatkan individu dalam kelompok-kelompok
continuum. Dalam penelitian ini, kategorisasi dibagi kedalam dua interpretasi
yaitu tinggi dan rendah, tanpa menggunakan kategori sedang. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kelompok subyek yang berada dalam kategori sedang menjadi
bias, antara rentang tinggi dan rendah.
Setelah kategori ditentukan, maka akan diperoleh nilai persentasi kategori
self-disclosure, needs affiliation, needs exhibition, needs succorance, needs
nurturance, secure attachment dan harga diri sebagai berikut:
Tabel 4.5 Tabel Kategorisasi Skor Variabel Penelitian Variabel Tinggi Rendah
Self-disclosure Needs Affiliation
136 (52.1%) 119 (45.6%)
125 (47.9%) 142 (54.4%)
Needs Exhibition 129 (49.4%) 132 (50.6%) Needs Succorance 127 (48.7%) 134 (51.3%) Needs Nurturance 116 (44.4%) 145 (55.6%) Secure Attachment 142 (54.4%) 119 (45.6%) Harga diri 118 (45.2%) 143 (54.8%)
51
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebanyak 52.1% remaja memiliki
self-disclosure yang tinggi di jejaring sosial. Sebanyak 45.6% remaja memiliki
needs affiliation yang tinggi. Sebanyak 49.4% remaja memiliki needs exhibition
yang tinggi. Sebanyak 48.7% remaja memiliki needs succorance yang tinggi.
sebanyak 44.4% remaja memiliki needs nurturance yang tinggi. sebanyak 54.4%
remaja memiliki secure attachment yang tinggi. sebanyak 45.2% remaja memiliki
harga diri yang tinggi.
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Tahap selanjutnya, peneliti melakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh
masing-masing independent variable terhadap dependent variable. Analisis
dilakukan dengan teknik multiple regression analysis. Data yang dianalisis ialah
faktor skor atau true skor yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Hal ini
dilakukan untuk menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran. Pada
tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis berganda dengan
menggunakan software SPSS 20.0.
Dalam regresi ada tiga hal yang dibuat, yaitu melihat besaran R square
untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan
oleh independent variable. Kedua, apakah secara keseluruhan independent
variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent varibale. kemudian,
yang terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari
masingmasing independent variable.
Langkah pertama, peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent
52
variable. Tabel R-square dipaparkan pada tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6 Model Summary Analisis Regresi
a. Predictors: (Constant), Gender, Nnurt, Exh ,Hd, Nsucc, Naf, Sa
Berdasarkan data pada Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa perolehan R
square sebesar 0.106 atau 10.6%. Artinya proporsi varians dari self-disclosure
yang dijelaskan oleh,n affiliation, n exhibition, n succorance, n nurturance, secure
attachment dan jenis kelamin adalah sebesar 10.6% sedangkan 89.4% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Langkah kedua, peneliti menganalisa dampak dari keseluruhan variabel
independen terhadap self-disclosure. Adapun hasil Uji F dapat dilihat pada Tabel
4.7 dibawah ini:
Tabel 4.7 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1851.724 7 264.532 4.281 .000a
Residual 15634.949 253 61.798
Total 17486.673 260
A. Predictors: (Constant), Jenis kelamin, Nurturance, Exhibition, Harga diri, Succorance. Affiliation, Secure attachment
B. Dependent Variable: Self-disclosure
Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat dilihat perolehan sig, diketahui bahwa
pengaruh needs, secure attachment, harga diri dan jenis kelamin terhadap self-
disclosure signifikan yaitu 0.000 (p < 0.05). Sehingga hipotesis nihil (mayor)
ditolak, artinya “Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi needs (needs
affiliation, needs exhibition, needs succorance, needs nurturance), secure
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .325a .106 .081 7.8611842
53
attachment, harga diri dan jenis kelamin terhadap self-disclosure remaja pengguna
media sosial”
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap variabel independen.
Adapun untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan
dengan melihat nilai signifikan, jika p < 0.05, maka koefisien regresi yang
dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap self-disclosure dan sebaliknya.
Tabel 4.8 Koefisien Regresi Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B std.error Beta T Sig. 1 (Constant) 43.512 5.519 7.886 .000 Needs Affiliation .257 .074 252 3.461 .001 Needs Exhibition -.230 .062 -.244 -3.723 .000 Needs Succorance .041 .073 .039 .567 .571 Needs Nurturance -.103 .067 -.103 -1.537 .126 Secure Attachment -.017 .065 -.019 -.262 .794 Harga Diri .173 .058 .191 2.962 .003 Jenis Kelamin .647 1.040 .039 .622 .535 a. Dependent Variable: SD
Berdasarkan koefisien regresi pada Tabel 4.8 dihasilkan persamaan regresi
sebagai berikut:
Self-disclosure = 43.512 + 0.257 (Needs Affiliation) - 0.230 (Needs Exhibition)
+ 0.041 (Needs Succorance) - 0.103 (Needs Nurturance) - 0.17 (Secure
Attachment) + 0.173 (Harga diri) + 0.647 (Jenis kelamin)
Dari hasil diatas koefisien regresi diperoleh bahwa needs affiliation, needs
exhibition, dan jenis kelamin sebagai independent variable memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap self-disclosure. Hal ini berarti bahwa dari 8 variabel
independen terdapat tiga variabel yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien
regresi yang diperoleh masing-masing independent variable adalah sebagai
berikut:
54
1. Variabel needs affiliation: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.257
dengan nilai sig. sebesar 0.001 (Sig<0.05). yang berarti bahwa needs affiliation
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap self-disclosure. Dengan arah
positif, artinya menunjukkan bahwa semakin tinggi needs affiliation maka
semakin tinggi self disclosure pada remaja di media sosial. Sebaliknya bila
semakin rendah needs affiliation maka semakin rendah self disclosure pada
remaja di media sosial.
2. Variabel needs exhibition: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.230
dengan nilai sig. 0.000 (Sig<0.05) yang berarti bahwa needs exhibition
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap self-disclosure. Dengan arah
negative, artinya menunjukkan bahwa semakin rendah needs exhibition maka
semakin tinggi self-disclosure pada remaja di jejaring sosial. Sebaliknya bila
needs exhibition tinggi maka self disclosure rendah.
3. Variabel needs succorance : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .041
dengan nilai sig. 0.571 (Sig>0.05) yang berarti bahwa needs succorance tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap self-disclosure pada remaja di
media sosial.
4. Variabel needs nurturance: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.103
dengan nilai sig. 0.126 (Sig>0.05) yang berarti bahwa needs nurturance tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap self-disclosure pada remaja di
media sosial.
5. Variabel secure attachment: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.017
dengan nilai sig. 0.794 (Sig>0.05) yang berarti bahwa secure attachment tidak
55
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap self-disclosure pada remaja di
media sosial.
6. Variabel harga diri diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.173 dengan nilai
sig. 0.0203 (Sig<0.05) yang berarti bahwa harga diri memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap self-disclosure. Dengan arah positif, artinya menunjukkan
bahwa semakin tinggi harga diri maka semakin tinggi self-disclosure pada
remaja di media sosial. Sebaliknya bila harga diri semakin rendah maka
semakin rendah self-disclosure.
7. Variabel jenis kelamin: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.647 dengan
nilai sig. 0.535 (Sig>0.05) yang berarti bahwa jenis kelamin tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap self-disclosure remaja di media sosial.
4.4.1 Uji proporsi varians masing-masing independent variabel
Peneliti ingin lebih lanjut mengetahui apakah ada perbedaan mean pada variabel
jenis kelamin. Hasil penghitungan dengan independent sample test disajikan
dalam Tabel 4.9 dibawah ini:
Tabel 4.9 Proporsi Varians untuk masing-masing Independent Variable Model
Change statistics R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of estimate
R.Square Change
F. Change
df1 df2 Sig.F Change
1 .159a .025 .021 8.1125905 .025 6.698 1 259 .010 2 .263b .069 .062 7.9422603 .044 2.228 1 258 .001 3 .263c .069 .058 7.9576236 .000 .005 1 257 .945 4 .271d .073 .059 7.9562841 .004 1.087 1 256 .298 5 .272e .074 .056 7.9687317 .001 .201 1 255 .645 6 .323f .105 .083 7.8516884 .031 8.659 1 254 .004 7 .325g .106 .081 7.8611842 .001 .387 1 253 .535 Predictors: (Constant), AF, EXH, SUCC, NURT, AS, AS, SE, GENDER.
Pada Tabel 4.9 kolom keenam merupakan nilai murni variable dependent dari
setiap independent variable yang dimasukan secara satu per satu, kolom ketujuh
56
adalah nilai F hitung bagi independent variable yang bersangkutan, kolom df
adalah derajat bebas bagi independent variable yang bersangkutan pula, yang
terdiri dari numerator dan denumerator, kolom F tabel adalah kolom mengenai
nilai independent variable pada tabel F dengan DF yang telah ditentukan
sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan nilai kolom F
hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar dari pada F tabel, maka kolom
selanjutnya, yaitu kolom signifikansi yang akan dituliskan signifikan dan
begitupun sebaliknya. Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh informasi sebagai berikut:
1. Variabel needs affiliation memberikan kontribusi sumbangan sebesar 2,5%
dalam varians self-disclosure. Sumbangan tersebut signifikan dengan F
Change= 6.698 dan df1= 1 dan df2=259 dengan sig. F Change= 0.010
(p<0.05).
2. Variabel needs exhibition memberikan kontribusi sumbangan sebesar 4,4%
dalam varians self-disclosure. Sumbangan tersebut signifikan dengan F
Change= 12.228, dan df1= 1, df2= 258 dengan sig. f Change= 0.001 (p < 0.05).
3. Variabel needs succorance memberikan kontribusi sumbangan sebesar 0 %
dalam varians kecenderungan self-disclosure. Sumbangan tersebut signifikan
dengan F Change= 0.005, dan df1= 1, df2= 257 dengan sig. F change= 0.945
(p>0.05).
4. Variabel needs nurturance memberikan kontribusi sumbangan sebesar 0,4%
dalam varians self-disclosure. Sumbangan tersebut signifikan dengan F
Change= 1.087, dan df1= 1, df2= 256 dengan sig. F Change= 0.296 (p>0.05)
57
5. Variabel secure attachment memberikan kontribusi sumbangan sebesar 0,1%
dalam varians self-disclosure. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
Change= 0.201, dan df1=1, df2= 255 dengan sig. F Change= 0.645 (p>0.05).
6. Variabel harga diri memberikan kontribusi sumbangan sebesar 3,1% dalam
varians self-disclosure. Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change=
8.659, dan df1= 1, df2= 254 dengan sig. F Change= 0.004 (p<0.05).
7. Variabel jenis kelamin memberikan kontribusi sumbangan sebesar 0.1% dalam
varians self-disclosure. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
Change= 0.387, dan df1= 1, df2= 253 dengan sig. F Change= 0.535 (p>0.05).
58
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian dinyatakan bahwa ada pengaruh
yang signifikan secara bersama dari needs affiliation, needs exhibition dan harga
diri terhadap self-disclosure. Adapun sumbangan yang diberikan oleh needs
affiliation, needs exhibition dan harga diri terhadap self-disclosure dalam
penelitian ini adalah sebesar 10.6%. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan
bahwa terdapat tiga variabel yang signifikan mempengaruhi self-disclosure.
Variabel needs affiliation memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap self-
disclosure, selanjutnya untuk n exhibition memiliki pengaruh negatif yang
signifikan terhadap self-disclosure, sedangkan harga diri memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap self-disclosure.
Dengan demikian, keempat variabel lainnya adalah needs succorance,
needs nurturance, secure attachment dan jenis kelamin tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap self disclosure. Jika dilihat dari proporsi varians,
sumbangan variabel independen yang signifikan mempengaruhi self-disclosure
terdapat tiga variabel yaitu needs affiliation, needs exhibition dan harga diri,
sedangkan empat variabel yang lainnya tidak signifikan terhadap self-disclosure.
5.2 Diskusi Berdasarkan data deskriptif karakteristik subjek penelitian menunjukkan bahwa
setiap harinya sebanyak 63,99% dari jumlah sampel menggunakan media sosial.
Terdapat 48,28% dari jumlah sampel yang sering membuat status di media sosial.
59
berdasarkan data deskriptif karakteristik yang berkaitan dengan self disclosure,
terdapat 63,98% dari sampel yang mengunggah foto bersama teman, sebanyak 41,38%
nmengunggah foto selfie dan jumlah sampel yang mengunggah video pribadi sebanyak
21,46%.
Hasil pengujian hipotesis pengaruh needs affiliation, needs exhibition,
needs succorance, needs nurturance, secure attachment, harga diri dan jenis
kelamin terhadap self-disclosure yang dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan. Dari hasil analisis regresi, peneliti
mendapatkan bukti bahwa adanya pengaruh needs affiliation, needs exhibition dan
harga diri terhadap self-disclosure remaja di media sosial. Berdasarkan hasil nilai
koefisien regresi penelitian ini, terdapat tiga variabel yang memengaruhi secara
signifikan terhadap self-disclosure, ketiga variabel tersebut yaitu needs
affiliation, needs exhibition dan harga diri. Selanjutnya keempat variabel lainnya
yaitu needs succorance, needs nurturance, secure attachment dan jenis kelamin
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku self-disclosure remaja
di jejaring sosial.
Variabel needs affiliation dalam penelitian ini memiliki pengaruh
signifikan dengan arah yang positif, Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Rinjani dan Firmanto (dalam Puspitasari, 2016),
bahwa remaja yang memiliki needs affiliation yang tinggi memiliki tingkat
intensitas menggunakan media sosial yang tinggi pula dan kecendrungan untuk
melakukan self disclosure juga semakin tinggi. Hal ini juga dibuktikan saat
penelitian berlangsung, banyak partisipan yang meminta untuk di follow akun
60
instagramnya, supaya partisipan memiliki follower (teman) yang lebih banyak
lagi. Hal ini juga sama dengan pernyataan Santrock (2007) bahwa kebutuhan
afiliasi seseorang paling tinggi ketika berada di masa remaja.
Untuk pemenuhan needs affiliation maka remaja akan mencari pertemanan
di dalam media sosial. Remaja yang needs affiliation-nya terpenuhi akan memiliki
kualitas sosial yang lebih baik, sebaliknya bila tidak terpenuhi akan menimbulkan
gangguan psikologis. Salah satu pemenuhan needs affiliation yaitu dengan cara
meminta untuk di follow, di like, mencantumkan nama asli, foto asli, membagikan
kegiatan di stories, membagikan foto-foto kegiatan yang sudah dilalui di media
sosial agar bisa dilihat oleh teman yang lainnya. Hal ini dapat mempererat
hubungan pertemanan ketika remaja sudah mendapatkan balasan dari teman di
media sosialnya, dibuktikan dengan komentar-komentar yang positif, dan jumlah
like yang didapatkan didalam postingan dan banyaknya followers di dalam akun
media sosialnya.
Dengan memperluas hubungan pertemanan di media sosial, maka
kecendrungan untuk melakukan self disclosure juga akan tinggi. Ketika remaja
melakukan self disclosure yaitu membagikan informasi yang bersifat pribadi,
membagikan rekaman video aktifitas atau foto pribadi, maka rasa kepercayaan
kepada sesama teman di media sosial terbentuk. Rasa percaya kepada teman
tersebut merupakan bagian dari kebutuhan afiliasi (Rinjani & Firmanto dalam
Puspitasari, 2016). Kesimpulannya kedua variabel tersebut saling berkaitan dan
needs affiliation dapat mempengaruhi self disclosure.
61
Variabel ke dua yaitu needs exhibition, dalam penelitian ini needs
exhibition memiliki signifikansi kearah negatif yang artinya bila needs exhibition
atau kebutuhan untuk show off rendah, maka self disclosure nya akan tinggi. Hal
ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiasih dan Puspitasari
(2015) yang hasil penelitiannya signifikan secara positif. Menurut penelitiannya
remaja yang memiliki kebutuhan needs exhibition yang tinggi akan membuat
suatu kesan agar dirinya dapat dilihat, didengar, membuat orang lain tertarik
dengan dirinya. Contohnya adalah dengan cara show off di media sosial dan
memberikan informasi pribadi mengenai kebahagiaan yang didapat, seperti
memperlihatkan apa saja yang sudah berhasil diraihnya baik itu berupa prestasi,
suatu barang atau menceritakan pengalaman yang sudah dilewatinya. Keterbukan
atas informasi tersebut yang merupakan bagian dari self disclosure. Sehingga
berdasarkan hasil penelitian Setiasih dan Puspitasari (2015) needs exhibition yang
tinggi dapat membuat perilaku self disclosure meningkat.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Puspitasari (2016)
mennyatakan bahwa remaja yang sering mengakses media sosial lebih dari 6 kali
dalam sehari memiliki tingkat kebutuhan exhibition diri yang lebih tinggi,
sedangkan remaja yang mengakses 1-3 kali dalam sehari memiliki tingkat
exhibition yang sedang. Remaja yang memiliki tingkat needs exhibition yang
tinggi akan menunjukan postingan foto atau video lebih banyak lagi di media
sosial baik di dalam profil, beranda atau di dalam storiesnya, sehingga hal ini
membuat perilaku self disclosure semakin meningkat.
62
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa needs exhibition yang rendah dapat
membuat self disclosure menjadi tinggi. Peneliti mengasumsikan bahwa ada
faktor lain diluar dari penelitian ini yang memengaruhi needs exhibition yang
berarah negatif . Menurut asumsi peneliti, privacy online adalah moderator yang
mempengaruhi needs exhibition berarah negatif. Peneliti telah mengobservasi
akun media sosial milik remaja yang terlibat dalam penelitian ini. Remaja
melakukan self disclosure dengan menggunakan foto pribadi atau informasi di
profil sesuai dengan identitas diri. Namun di sisi lain, banyak akun media sosial
yang dikunci atau diprivasi, sehingga remaja yang memprivasi akunnya akan
memilih siapa yang akan berteman dengannya di media sosial, hanya yang
berteman dengannya saja yang bisa melihat postingan di akun media sosialnya.
Walther (2011) mengungkapkan bahwa sebagian individu berpendapat
bila pengungkapan diri yang dilakukan secara online adalah hal yang pribadi,
sehingga individu tersebut dapat mengendalikan siapa saja orang yang dapat
memperoleh informasi dari pengungkapan diri nya. Penelitian yang dilakukan
oleh Purnamasari (2016) membuktikan bahwa adanya pengaruh privacy online
terhadap self disclosure di media sosial. Individu yang memiliki privacy online
cenderung tidak show off kepada semua orang, melainkan hanya kepada orang
yang sudah berteman dengannya di media sosial. Menurut asusmsi peneliti,
privacy online dapat berpengaruh karena individu berhati-hati dalam
menggunakan media sosial. Peneliti menyimpulkan bahwa needs exhibition yang
rendah dapat terjadi karena faktor dari privacy online. Sehingga self disclosure
yang tinggi hanya kepada orang yang telah dipilih atau orang yang terdekat saja.
63
Variabel ketiga yang signifikan secara positif adalah harga diri. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arin Santoso (2016) bahwa bila
harga diri tinggi, maka perilaku self disclosure di media sosialnya juga tinggi.
Mereka yang memiliki tingkat harga diri tinggi cenderung akan melakukan self
disclosure di media sosial. Hal ini juga berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Puspitasari (2016) bahwa apabila harga diri individu tinggi, maka
tingkat untuk melakukan self disclosure seperti mengunggah foto atau video di
media sosial juga akan tinggi, sebaliknya bila harga diri individu rendah maka
tingkat untuk melakukan self disclosure juga rendah.
Ke empat variabel lainnya seperti needs succorance, needs nurturance,
secure attachment dan jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap self disclosure. Yang pertama adalah needs succorance terkait dengan
kebutuhan untuk mendapatkan simpati dari orang lain, seperti ingin ditolong,
mendapatkan dukungan, dicintai dan dihibur. Peneliti sudah mengobservasi akun
media sosial remaja yang terkait dengan penelitian ini, para remaja tidak terlihat
melakukan kegiatan atau postingan yang berkaitan dengan meminta pertolongan
kepada orang lain atau mengeluh tentang apa yang dirasakannya untuk
mendapatkan simpati orang lain. Hal ini mungkin salah satu penyebab n
succorance tidak berpengaruh terhadap self disclosure.
Kedua adalah kebutuhan nurturance yaitu kebutuhan untuk memberikan
simpati, dan memberikan pertolongan. Kebutuhan ini tidak berpengaruh terhadap
self disclosure di dalam penelitian ini. Menurut Setiasih dan Puspitasari (2015)
kebutuhan nurturance dipengaruhi oleh latar belakang keluarga dan sosial, namun
64
peneliti tidak dapat menemukan alasan yang valid mengenai ketidak-signifikan n
nurturance ini, peneliti hanya berasumsi selain pengaruh latar belakang dan
keluarga serta kepribadian masing-masing remaja juga mempengaruhi, biasanya
orang yang bertipe feeling akan mudah memberikan simpati kepada orang lain.
Ketiga adalah secure attachment, didalam penelitian ini variabel tersebut
tidak memiliki pengaruh terhadap self disclosure. Peneliti tidak dapat menemukan
alasan valid dibalik tidak signifikannya variabel ini. Ke empat adalah jenis
kelamin tidak mempengaruhi self disclosure dalam penelitian ini, menurut asumsi
peneliti hal tersebut bisa terjadi karena tidak adanya perbedaan jenis kelamin
dengan self disclosure di dalam penelitian ini.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak
kekurangan didalamnya. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah terkait dengan
pengaturan jadwal dan waktu dalam penelitian. Peneliti harus mengunjungi tiga
Sekolah Menengah Atas selama satu minggu. Dengan jadwal yang berbeda dan
harus sesuai dengan jadwal pelajaran bimbingan konseling masing-masing
sekolah.
Keterbatasan selanjutnya adalah secara teori penelitian ini hanya memiliki
sumbangan varians sebesar 10,6%, sedangkan 89,4% nya berasal dari faktor luar
penelitian. Hal yang dapat dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah dalam
pemilihan variabel, kemungkinan bila penelitian ini meneliti tentang pengaruh
privacy online, bisa jadi sumbangan varians nya lebih bertambah. Oleh karena itu,
65
peneliti memberikan beberapa saran untuk bahan pertimbangan sebagai
penyempurnaan penelitian selanjutnya, baik secara teoritis maupun praktis.
5.3.1 Saran teoritis
1. Hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas memperlihatkan terdapat
sumbangan 10.6% dari keseluruhan independent variable dari needs: n
affiliation dan n exhibition dan self esteem terhadap dependent variable atau
self-disclosure. Sementara 89.4% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti berikutnya yang tertarik untuk meneliti
tentang self-disclosure disarankan untuk melibatkan atau menemukan variabel
independent lain nya seperti kepribadian narsistik atau narsisme dan privasi
online, sehingga penelitian ini akan terus berkembang agar dapat menghasilkan
data yang lebih akurat dan dapat menemukan variabel mana yang memiliki
pengaruh besar dalam perilaku self-disclosure di media sosial.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengambil tema tentang self
disclosure yang dilakukan secara online disarankan untuk menggunakan teori
dan alat ukur terkini yang berkaitan dengan online self disclosure.
3. Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan variabel lain seperti
privacy online, budaya, dan kepribadian.
4. Sebaiknya dalam penerjemahan alat ukur bahasa yang digunakan disesuaikan
dengan kriteria subjek agar lebih mudah dipahami oleh responden.
5. Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya mempertimbangkan jumlah item pada
alat ukur sesuai dengan kriteria subjek, agar tidak terjadi kelelahan dalam
mengisi kuisioner .
66
6. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti di satu lokasi yang sama
seperti satu sekolah, satu fakultas, satu wilayah.
5.3.2 Saran Praktis
1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh positif dari needs: n
affiliation terhadap self-disclosure di media sosial. Dengan demikian ketika
hubungan afiliasi terbentuk dan individu akrab satu sama lain self disclosure di
media sosial dapat terjadi. Namun individu perlu hati-hati dalam melakukan
self disclosure di media sosial. Perlu ada kontrol agar individu dapat
mengurangi resiko dari self disclosure. Salah satunya hal yang mudah
dilakukan adalah dengan cara memprivasi akun media sosial.
2. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa variabel needs: n exhibition
berpengaruh signifikansi negatif, dengan demikian self disclosure remaja di
media sosial dapat dikendalikan oleh individu masing-masing, karena privasi
online dan intensitas dalam menggunakan media sosial juga mempengaruhi.
3. Hasil penelitian ini menemukan Harga diri berpengaruh positif terhadap self-
disclosure. Dengan demikian self disclosure dapat menjadi wadah untuk
pengembangan diri remaja di media sosial, namun remaja tetap dianjurkan
untuk berhati-hati ketika ingin memberikan informasi kepada orang
lain.Remaja dianjurkan untuk dapat lebih bijak menggunakan sosial media dan
lebih berhati-hati untuk melakukan self-disclosure di media sosial agar dapat
terhindar dari dampak buruk yang mungkin ditimbulkan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Ables, J. L. (2013). Status, likes and pokes: Self-disclosure and motivations for using facebook. Thesis. Faculty of Baylor University.
Abahe. (2018). Arab british academy for higher education. Article of Mc.Clelland’s theory of needs. 1-2. Diakses pada tanggal 8 Desember 2018. Retrieved from https://www.abahe.co.uk/FreeResources/TheoriesofManagement/McClelland-Theory-of-Needs.pdf
Ahmad, N., Jahan, A., & N. Imtiaz. (2016). Measure of attachment style. The International Journal of Indian Psychology. 3(4). 50-60.
Ainsworth, Marry. (1979). Attachment as related to mother-infant interaction. United States of America: University of Virginia.
Averill, J. R. (1973). Personal control over aversive stimuli and its relationship to sress. Psychological Bulletin. 10(2), 286-303.
Arnus, S. H. (2016). Self disclosure di media sosial pada mahasiswa IAIN Kendari. Jurnal Komunikasi Fakultas Ushuludin, Adab dan Dakwah. 2(2), 105-110.
Arslan, Nihan., Aydin Kiper. (2018). Self-disclosure and internet addiction. Malaysian Online Journal of Education Technology. 6(1). 56-61
Arsyad, Murniyati. (2018). Data pokok pendidikan dasar dan menengah sman 11 kota tangerang selatan, direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah, kemdikbud. Diakses tanggal 20 Oktober 2018 dan diunduh dari https://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sekolah/9D7E10D09E98879B0B58
Asandi, Q. (2010). Self-disclosure (pengungkapan diri) pada remaja pengguna facebook. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Baron, R.A., & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial. 2(10). Jakarta: Erlangga.
Bazarova, N.N. (2015). The International Encyclopedia of Interpersonal Communication: Online disclosure. Hoboken: Wiley-Blackwell
Bordens, Kenneth., & Irwin A. (2003). Social Psychology: Third edition. United States of America: Freeload Press. 284-286.
68
Bowlby, Jhon. (1969). Attachment and loss. United States of America: Basic Books.
Bowlby, Jhon. (1982). Attachment and loss. United States of America: Basic Books.
Brenning, Katrijn., Bart. S. & Caroline.B. (2015). Testing the incremental value of separate measure for secure attachment relative to a measure for attachment anxiety: a study in a middle chilhood and early adolescence. European Journal of Psychological Assessment. doi:10.1027/1015-5759/a000264
Brethertone, I. (1992). The origins of attachment theory: Jhon Bolwlby and Mary Ainsworth. A Journal about Developmental Psychology. 28(5), 759-775. http://dx.doi.org/10.1037/0012-1649.28.5.759
Derlega, Valerian. J., & J. H. Berg. (1987). Self disclosure: Theory, research, therapy. USA: Spinger science
Devito, J. A. (2014). Human communication: Basic Course. United States of America: Pearson Education, Inc.
Dindia, K., & Allen, M. (1992). Sex differences in self-disclosure: A metaanalysis. Psychological Bulletin, 112(1), 106-124.
Forest, A. L., & Wood, J. V. (2012). When social networking is not working: individuals with low self-esteem recognize but do not reap the benefits of self-disclosure on facebook. Psychological Science. 23(3), 259-302. doi:10.1177/0956797611429709
Gainau, Maryam. B. (2009). Keterbukaan diri (self-disclosure) siswa dalam perspektif budaya dan implikasinya bagi konseling. Jurnal Ilmiah Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. 33(1), 1-9.
Gofur, Abdul M. (2018). Data pokok pendidikan dasar dan menengah sman 1 kota tangerang selatan, direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah, kemdikbud. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2018 dari https://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sekolah/EBEFAC368FC5972472A51
Greene, K., Derlega, V. J., & Mathewa, A. (2003). Self-disclosure in personal relationship. The Cambridge handbook of personal relationships. 409-427.
69
Haskuka, Mytaher., Diane. Sunar., & I. E. Alp. (2008). War exposure, attachment style, and moral reasoning. Journal of Cross-Cultural Psychology. (4), 381-397
Hollenbaugh, E. E., & Ferris, A. L. (2014). Facebook self-disclosure: Examining the role of traits, social cohesion, and motives. Journal Computers in Human Behavior. (30), 50-58. doi:org/10.1016/j.chb.2013.07.055
Heatherton, T. F., Wyland, C. L., & Lopez, S. J. (2003). Assessing self-esteem. Positive psychological assessment: A handbook of models and measures. 219-233.
Heatherton, T. F., & J. Polivy. (1991). Development and validation of a scale for measuring state self-esteem. Journal or Personality and Social Psychology. 60(6), 895-910
Herdiana, Ike. (2018). Self-disclosure dan human trafficking. universitas eirlangga, fakultas psikologi. diakses pada tanggal 21 Oktober 2018 di https://www.researchgate.net/profile/Ike_Herdiana/publication/323747573_Media_Sosial_dan_Human_Trafficking_Sebuah_Ulasan/links/5aa8a9afaca2726f41b17526/Media-Sosial-dan-Human-Trafficking-Sebuah-Ulasan
Jawari, Fuad Ahmad. (2018). Data pokok pendidikan dasar dan menengah sman 3 kota tangerang selatan, direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah, kemdikbud. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2018 dan diunduh dari https://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sekolah/2857A7595DFEF107AAB6
Jourard, Sidney. M. (1971). The transparent self: revised edition. United States of America: Thomson Publishing Company.
Kruwt, Veer. (2017). McClelland's human motivation theory. Diakses pada hari Kamis pada tanggal 11 Desember 2018 pukul 20.12 dan diunduh dari https://www.mindtools.com/pages/article/human-motivation-theory.htm
Kim, Jinsul., & Dindia, Kathryn. (2011). Online self-disclosure: A review of research. Journal of Computer-mediated communication in personal relationship. 156-180.
Lannutti, Pamela. J., & Strauman, Elena. C. (2007). Classroom communication: The influence of instructor self disclosure on student evaluations. Journal of communication psychology. 89-99.
70
Mahendra, Bimo. (2017). Eksistensi sosial remaja dalam instagram: Sebuah persepektif komunikasi. Jurnal Visi Komunikasi. 16(1), 151 – 160
Marshall, Tara C., Katharina. L., & Nelli, F. (2015). The big Five, self-esteem and narcissism as predictors of the topics people write about in Facebook status updates. Personality and Individual Differences. 85(1), 35–40.
Maslow, Abraham. (1954). Motivation and personality. Ebook, United States of America: Harper & Row Publisher.
Murray, Hendry A., Adams, Mc. (2008). Exploration in personality. New York: Oxford University Press.
Murray, Hendry. (2008). The neopsychoanalytic approach: Personology. New York: Oxford University Press.
Mubarak, A. R., Mubarak, S. (2015). Online self-disclosure and wellbeing of adolescents. A systematic literature review. 1-10.
Mulatsih, T. (2015). Hubungan self-esteem dengan self-disclsoure pada remaja saat chatting di internet. Skripsi. UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
Mruk, C. J. (2006). Self-esteem research, theory, and practice (3 ed). New York: Springer Publishing Company, Inc.
Mikulincer, Mario., & Nacshon, Ornar. (1951). Attachment style and patterns of self disclosure. Journal of personality and social psychology. 61(2), 321-331.
Ningsih, Widiyana. (2015). Self disclosure pada media sosial. Skripsi. Universitas Sultan Ageng Tirtayaksa.
Nurfazila, Anggita. (2015). Self disclosure perempuan muda di platform online dating: studi pada mahasiswi pengguna aplikasi tinder. Skripsi. Universitas Indonesia.
Puspitasari, F. I. (2016). Kebutuhan yang mendorong remaja mem-posting foto atau video pribadi dalam instagram. Jurnal Psikologi Ulayat. 2( 2), 461-472.
Pedhazur, E.J. (1982). Multiple regression in beharioral research 3ed. United States of America: Thomson Learning, Inc.
Purnamasari, I. (2016). Pengaruh trait kepribadian big five, privacy concern, dan variabel demografi terhadap self-disclosure remaja pengguna media sosial. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
71
Rahma, Finda.O., & Susanti P. (2015). Kepribadian terhadap gaya kelekatan dalam hubungan persahabatan. Jurnal ilmiah psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang. (2), 153-168.
Rosenberg, M., Schoenbach, C., Schooler, C., & Rosenberg, F. (1995). Global self-esteem and specific self-esteem: different concepts, different outcomes. American Sociological Review. (60), 141-156.
Santoso, Arin. (2017). Pengaruh self-esteem dan tipe kepribadian hexaco terhadap perilaku self disclosure pada remaja pengguna jejaring sosial. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Santi, Novi Nitya. (2017). Dampak kecenrungan narsiscisme terhadap self esteem pada pengguna facebook mahasiswa PGSD UNP. Jurnal. Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Santrock, J. W. (2012). Adolescene (empat belas ed). New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Santrock, Jhon W. (2013). Adolesence (lima belas ed). New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Seamon, C. M. (2003). Self-esteem, sex differences, and self-disclosure: A study of the closeness of relationships. The Osprey Journal of Ideas and Inquiry 2001-2008. Diakses pada tanggal 28 November 2018 dan diunduh di http://digitalcommons.unf.edu/ojii_volumes/99
Setiasih, F., & Puspitasari. F. (2015). Kebutuhan remaja untuk mengirim foto atau video di instagram. Jurnal Psikologi Ulayat. 2(2), 461-472.
Solomon, Judith., & Carol George. (2015). The measurement of attachment security and related constructs in infancy and early childhood. Journal Article. 1-32.
Simon, Kemp. (2018). Special report digital in 2018: world’s internet users pass the 4 billon mark. Diakses pada Desember 2018 dan diunduh dari https://wearesocial.com/blog/2018/01/global-digital-report-2018
Sears, D.O., Freedman, J.L., & Peaplu, L.A. (1992). Psikologi sosial. (Kelima ed.). Jakarta: Erlangga.
Sprecher, Susan & Susan S. H. (2004). Self disclosure in intimate relationship: association with individual relationship characteristic overtime. Journal of Social and Clinical Psychology. 23, 857-877.
72
Syuflana, Tatan. (2012). Facebook digunakan untuk penculikan dan perdagangan anak perempuan. Diakses pada tanggal 30 November 2018 dari www.voaindonesia.com/a/facebook-digunakan-untuk-penculikan-danperdagangan-anak-perempuan/1535137.html.
Tanpa nama. (2014). Tiga kasus pembunuhan yang diawali perkenalan di facebook. diakses pada hari kamis 20 desember 2018 dan diunduh dari https://m.detik.com/news/berita/d-2526341/3-kasus-pembunuhan-yang-diawali-perkenalan-di-facebook-/3#detailfoto
Tanpa nama. (2014). Pengguna internet indonesia nomer enam dunia. diakses pada tanggal 9 oktober 2018 dan diambil dari https://kominfo.g .id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-nomor-enam-dunia/0/sorotan_media.
Vogel, David L., & Weister, Stephen L. (2015). To Seek Help or Not to Seek Help: The Risks of Self-Disclosure. Journal of counseling psychology. 351-361
Welch, Ronald D & M.E Houser. (2010). Extending the four-category model of adult attachment: An intrapersonal model of friendship attachment. Journal of Social and Personal Relationship. 27(3), 351–366. doi: 10.1177/0265407509349632.
Wheeless, L., & Grotz, J. (1976). Conceptualization and measurement of reported self-disclosure. Journal of Human Communication. 2(4), 338-346.
79
Lampiran Uji Validitas 1. Variabel Self disclosure
UJI VALIDITAS SEL DA NI=14 NO=261 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 PM SY FI=SEL.COR MO NX=14 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SEL FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 FR TD 5 4 TD 7 1 TD 10 3 TD 3 1 TD 6 2 TD 13 7 TD 13 1 TD 14 10 TD 3 2 TD 12 6 TD 12 8 TD 5 3 TD 14 11 TD 11 9 TD 11 6 TD 6 3 TD 10 7 TD 12 4 TD 8 4 TD 8 3 TD 2 1 TD 7 2 TD 6 1 TD 12 9 TD 8 6 TD 10 2 TD 11 10 TD 11 3 PD OU SS TV MI
2. Variabel Needs Affiliation
UJI VALIDITAS AFF DA NI=10 NO=261 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 PM SY FI=AFF.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK AFF FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR TD 6 5 TD 7 3 TD 7 6 TD 5 1 TD 9 6 TD 9 5 TD 4 2 TD 2 1 TD 10 1 PD OU SS TV MI
3. Variabel Needs Exhibition
UJI VALIDITAS EXH1 DA NI=10 NO=261 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 PM SY FI=EXH1.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK EXH1 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR TD 2 1 TD 6 4 TD 7 6 TD 9 8 TD 6 1 TD 5 4 TD 10 7 TD 9 4 TD 8 1 TD 10 1 PD OU SS TV MI
80
4. Variabel Needs Succorance
UJI VALIDITAS SUCC1 DA NI=10 NO=261 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 PM SY FI=SUCC1.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SUCC1 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR TD 3 2 TD 7 6 TD 8 3 TD 9 6 TD 9 7 TD 9 1 TD 8 4 TD 10 5 TD 10 1 TD 8 2 PD OU SS TV MI
5. Variabel Needs Nurturance
UJI VALIDITAS NURT1 DA NI=10 NO=261 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 PM SY FI=NURT1.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK NURT1 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR TD 8 2 TD 9 8 TD 6 5 TD 9 3 TD 6 1 TD 8 6 TD 8 5 TD 10 3 PD OU SS TV MI
6. Variabel Attachment style
UJI VALIDITAS AS DA NI=10 NO=261 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 PM SY FI=NURT1.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK NURT1 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR TD 8 2 TD 9 8 TD 6 5 TD 9 3 TD 6 1 TD 8 6 TD 8 5 TD 10 3 PD OU SS TV MI
81
7. Variabel Self Esteem
UJI VALIDITAS SE1 DA NI=10 NO=261 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 PM SY FI=SE1.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SE1 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR TD 9 8 TD 8 3 TD 8 7 TD 7 4 TD 10 9 TD 4 2 TD 8 5 TD 10 5 TD 3 1 TD 8 2 TD 9 4 TD 7 1 TD 9 2 PD OU SS TV MI
94
LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN Assalamualaikum. Dengan Hormat, Saya mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian tugas akhir. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan Anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan cara mengisi beberapa pernyataan dalam kuesioner ini. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah. Adapun informasi atau data yang Anda berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Atas perhatian dan kesediaan dari Anda, saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Peneliti Rika Meidi R
PERNYATAAN KESEDIAAN
A. Nama/ Inisial : B. Jenis Kelamin, Usia : C. Kelas, Jurusan : D. Media sosial yang dimiliki : Sebutkan nama akun media sosial yang anda miliki (boleh lebih dari satu) dan cheklis media sosial yang paling sering anda mainkan. Contoh: • Instagram (@rikameiraa ) • Facebook ( ) • Snapchat ( ) • Twitter ( ) • Ask fm ( ) • Path ( ) • Line ( ) • Instagram ( ) • BBM ( ) E. Sudah berapa lama Anda menggunakan layanan media sosial : (Berikan tanda checklist () pada pernyataan yang sesuai dengan diri Anda) • Kurang dari 1 tahun ( ) • 3-5 tahun ( ) • 1-3 tahun ( ) • Lebih dari 5 tahun ( )
95
F. Seberapa sering Anda menggunakan media sosial : (Berikan tanda checklist () pada pernyataan yang sesuai dengan diri Anda) • Setiap Hari ( ) • Dua Hari Sekali ( ) • Tiga Hari Sekali ( ) • Tidak Menentu ( ) G. Aktifitas yang Anda lakukan di jejaring sosial yang Anda miliki : (Berikan tanda checklist () pada pernyataan yang sesuai dengan diri Anda, boleh lebih dari satu) • Membuat status atau mem-posting * di timeline media sosial ( ) • Membaca status atau postingan * orang lain di timeline media sosial ( ) • Memberikan komentar di media sosial ( ) *posting dapat berupa teks, gambar atau foto, dan video. Dari beberapa pilihan aktifitas yang disebutkan di atas pilihlah salah satu yang paling sering dilakukan : (Berikan tanda checklist () pada pernyataan yang sesuai dengan diri Anda, hanya satu) • Membuat atau menulis status berupa teks, upload foto, atau video ( ) • Membaca status atau postingan teks, upload foto, atau video orang lain ( ) • Memberikan komentar atau memberikan like di jejaring sosial ( ) H. Kira-kira berapa kali Anda memposting atau membuat status berupa teks, foto atau video di timeline media sosial : (Berikan tanda checklist () pada pernyataan yang sesuai dengan diri Anda) • 1 × dalam sehari ( ) • 2 × dalam sehari ( ) • Lebih dari 2 × dalam sehari ( ) • Lebih dari 3 × dalam sehari ( ) • Lebih dari 5 × dalam sehari ( ) Sebutkan jumlah postingan yang Anda lakukan di jejaring sosial jika pilihan tidak tertera di atas :
1. ................... I. Hal apa yang Anda posting di jejaring sosial :
96
(Berikan tanda checklist () pada pernyataan yang sesuai dengan diri Anda,boleh
lebih dari satu)
• Menulis status berupa teks ( )
• Upload foto Selfi ( )
• Upload gambar meme ( )
• Upload foto dengan orang lain ( )
• Upload video pribadi ( )
• Upload video milik orang lain ( )
• Memposting lelucon atau jokes ( )
Dari beberapa pilihan di atas, sebutkanlah satu hal yang paling sering Anda
lakukan :
Jawaban : ................
Yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa :
1. Saya bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Rika Meidi R
(Mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
2. Saya bersedia memberikan data sesuai dengan yang saya ketahui.
3. Saya mengharapkan agar data dalam kesioner ini dijamin kerahasiaannya dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Jakarta, / Agustus
/ 2018
(..............................................)
Nama dan Tanda
Tangan
97
Kuesioner ini berisi pernyataan yang tidak ada jawaban benar atau salah. Sebelum mengisi pernyataan tersebut, baca dan pahamilah terlebih dahulu, kemudian berikan tanda checklist () pada salah satu dari keempat kolom disamping kanan pernyataan. Adapun pilihan kolom disamping pernyataan sebagai berikut: SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju Contoh : No Pernyataan STS TS S SS 1 Saya sadar dan berniat dalam membuat
status tentang perasaan saya di media sosial
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa : Saya setuju dengan pernyataan “Saya sadar dan berniat dalam membuat status tentang perasaan saya di media sosial.” SKALA 1 Petunjuk Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Saudara diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut menggambarkan diri saudara, dengan
98
cara memberi tanda checklist () pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia, (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju, (STS) Sangat tidak Setuju. No Pernyataan STS TS S SS 1 Saya lebih banyak menampilkan
kegiatan positif di media sosial STS TS S SS
2 Saya sadar dan berniat dalam membuat status tentang perasaan saya di media sosial
STS TS S SS
3 Saya sadar ketika menulis informasi tentang diri saya di media sosial
STS TS S SS
4 Saya jarang memposting foto di media sosial
STS TS S SS
5 Saya jarang membicarakan tentang perasaan diri sendiri di media sosial
STS TS S SS
6 Biasanya saya hanya menuliskan status yang singkat terkait perasaan saya, di dalam media sosial
STS TS S SS
7
Saya biasanya memposting hal negatif tentang diri saya di media sosial
STS TS S SS
8 Saya mengungkapkan hal-hal bahagia saja tentang diri sendiri di media sosial
STS TS S SS
9 Saya terkadang tidak mengontrol diri saya dalam mengungkapkan hal-hal pribadi tentang diri saya di media sosial.
STS TS S SS
10 Pengungkapkan diri yang saya lakukan di media sosial manapun adalah benar gambaran akurat dari diri saya yang sebenarnya.
STS TS S SS
11 Saya mengungkapkan siapa diri saya secara terbuka dalam percakapan di media sosial
STS TS S SS
12 Saya mengungkapkan kegiatan pribadi saya tanpa ragu-ragu baik berupa status ataupun foto di media sosial.
STS TS S SS
13 Saya terkadang mengungkapkan hal buruk di media sosial tentang keadaan diri saya sendiri
STS TS S SS
14 Saya tidak merasa yakin dengan kebenaran dari semua status atau caption tentang diri, yang saya tulis di media
STS TS S SS
99
sosial
SKALA 2 Petunjuk Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Saudara diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut menggambarkan diri saudara, dengan cara memberi tanda checklist () pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia, (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju, (STS) Sangat tidak Setuju. I.
I. I
No Pernyataan 1 Saya merasa terikat dengan teman-teman STS
TS S SS
2 Saya tidak begitu menikmati pertemuan sosial
STS TS S SS
3 Jika memungkinkan. setiap pergi,saya mempunyai teman yang menemani
STS TS S SS
4 Saya menolak ajakan teman untuk keluar rumah, lebih baik berada di rumah sendiri
STS TS S SS
5 Saya sangat tidak senang jika terpisah dari orang yang saya sayangi
STS TS S SS
6 Saya merasa 'kurang sehat' jika harus sendirian untuk jangka waktu yang lama.
STS TS S SS
7 Saya pergi keluar dari rumah hanya untuk bersama teman-teman
STS TS S SS
8 Saya tidak menyukai kerja kelompok STS
TS S SS
9 Saya tidak suka keterikatan dengan sebuah kelompok atau lembaga seperti sekolah, eskul, klub.
STS TS S SS
10 Saya senang untuk mencari perteman dengan orang lain
STS TS S SS
100
II.
No Pernyataan 1 Saya mencoba melucu agar diperhatikan
oleh orang lain. STS
TS S SS
2 Terkadang Saya melakukan sesuatu hal hanya untuk melihat reaksi orang lain
STS
TS S SS
3 Saya terbuka ketika bercerita tentang diri sendiri kepada teman (yang tidak terlalu dekat)
STS
TS S SS
4 Saya ingin menjadi pusat perhatian
STS
TS S SS
5 Saya sangat senang untuk menunjukkan diri di hadapan orang lain
STS
TS S SS
6 Saya cenderung memamerkan atau menunjukkan sesuatu hal kepada orang lain
STS
TS S SS
7 Saya bangga atas keberhasilan yang sudah saya capai dan sering bercerita kepada orang lain tentang keberhasilan saya
STS
TS S SS
8 Saya merasa senang ketika semua orang memperhatikan saya
STS
TS S SS
9 Saya tidak mau menghibur orang lain dengan melakukan sesuatu hal yang lucu
STS
TS S SS
10 Saya tidak senang bila diperhatikan atau dipuji orang lain
STS
TS S SS
III
NO Pernyataan 1 Bila berada disuasana yang tidak STS TS S SS
101
menyenangkan, seperti suasana genting atau berbahaya,saya akan merasa cemas dan bingung
2 Biasanya saya akan curhat kepada teman bila sedang mengalami kesulitan
STS TS S SS
3 Saya tidak butuh teman ketika mendapatkan kabar yang tidak menyenangkan.
STS TS S SS
4 Terkadang saya berpikir bahwa orang lain mengabaikan dan tidak menyukai saya
STS TS S SS
5 Saya merasa kehilangan dan tidak berdaya ketika ditinggalkan oleh seseorang yang saya sayangi
STS TS S SS
6 Saya tidak merasa senang bila orang lain memperhatikan keadaan saya
STS TS S SS
7 Saya merasa kesepian dan homesick ketika berada di lingkungan yang asing atau baru
STS TS S SS
8 Saya menanyakan pendapat kepada orang lain terlebih dahulu sebelum membuat keputusan
STS TS S SS
9 Saya lebih menginginkan simpati dan pengertian orang lain
STS TS S SS
10 Saya cenderung mengandalkan penilaian orang lain
STS TS S SS
IV
NO Pernyataan 1 Saya mencoba untuk menghibur
orang lain ketika orang lain sedang sedih
STS TS S SS
2 Saya mudah memaafkan orang lain
STS TS S SS
3 Saya memberikan perhatian kepada orang lain yang kurang beruntung dan saya membantu sesuai dengan kemampuan
STS TS S SS
4 Saya dianggap oleh beberapa teman bahwa saya terlalu baik
STS TS S SS
102
hati 5 Saya tidak senang bila bermain
dengan anak kecil STS TS S SS
6 Saya tidak menyukai hewan, seperti kucing,kelinci atau binatang lainnya. Dan saya tidak akan memberikan perhatian kepada hewan hewan tersebut
STS TS S SS
7 Saya tidak ingin ikut campur bila ada orang orang lain yang sedang sedih atau depresi karena masalah hidupnya
STS TS S SS
8
Saya lebih sering memaklumi orang lain daripada menyalahkan nya
STS TS S SS
9 Saya merasakan kegagalan teman-teman saya seolah-olah diri mereka adalah diri saya sendiri
STS TS S SS
10 Saya senang untuk membantu orang lain
STS TS S SS
SKALA 3 Petunjuk Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Saudara diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut menggambarkan diri saudara, dengan cara memberi tanda checklist () pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia, (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju, (STS) Sangat tidak Setuju.
NO Pernyataan 1 Saya merasa tidak mudah dekat
dengan orang lain STS TS S SS
2 Saya merasa khawatir bila sendirian.
STS TS S SS
3 Sulit bagi saya untuk secara dekat dengan orang lain.
STS TS S SS
4 Saya paling tidak tertarik untuk terikat dengan orang lain
STS TS S SS
5 Saya merasa mudah bergantung pada orang lain
STS TS S SS
6 Saya tidak khawatir jika orang STS TS S SS
103
lain tidak menerima saya 7 Saya lebih suka mengungkapkan
perasaan saya. STS TS S SS
8 Saya merasa kesal ketika orang lain tidak ada pada saat saya membutuhkannya
STS TS S SS
9 Saya tidak ingin untuk terlalu dekat dengan orang lain
STS TS S SS
10 Saya tidak terlalu dapat mempercayai orang lain
STS TS S SS
11 Saya merasa sangat khawatir, jika ada orang lain yang mengabaikan saya.
STS TS S SS
12
Saya merasa nyaman, terlepas dari orang-orang yang bersama saya atau tidak.
STS TS S SS
SKALA 4 Petunjuk Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Saudara diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut menggambarkan diri saudara, dengan cara memberi tanda checklist () pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia, (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju, (STS) Sangat tidak Setuju. NO Pernyataan 1 Saya merasa bahwa diri saya
cukup berharga, sama seperti orang orang lainnya.
STS TS S SS
2 Saya merasa menjadi orang yang gagal
STS TS S SS
3 Saya rasa banyak hal-hal yang baik dalam diri saya
STS TS S SS
4 Saya rasa tidak banyak yang dapat dibanggakan pada diri saya.
STS TS S SS
5 Saya mampu mengerjakan sesuatu seperti apa yang dapat dilakukan orang lain
STS TS S SS
6 Secara keseluruhan, saya puas dengan diri saya.
STS TS S SS
104
7 Saya berharap saya dapat lebih dihargai
STS TS S SS
8 Saya sering merasa tidak berguna
STS TS S SS
9 Saya menerima keadaan diri saya seperti apa adanya.
STS TS S SS
10 Kadang-kadang saya merasa bahwa diri saya tidak baik
STS TS S SS
Mohon untuk diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewat.
TERIMAKASIH