PENGARUH MU’TAZILAHdigilib.uin-suka.ac.id/11732/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · 2014. 4. 7. ·...

37
PENGARUH MU’TAZILAH TERHADAP KONSEP MUH{KAM-MUTASYA<<<<<<BIH (studi analisis kitab tafsir al-Kasysya>f karya az-Zamakhsyari) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh: M. MAGHFUR AMIN NIM. 09532021 JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014

Transcript of PENGARUH MU’TAZILAHdigilib.uin-suka.ac.id/11732/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · 2014. 4. 7. ·...

  • PENGARUH MU’TAZILAH

    TERHADAP KONSEP MUH{KAM-MUTASYA

  • i

    ii

    iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL

    NOTA DINAS PEMBIMBING

    SURAT PERYATAAN

    HALAMAN PENGESAHAN

    MOTTO

    PERSEMBAHAN

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

    ABSTRAK ..........................................................................................................

    KATA PENGANTAR ........................................................................................

    DAFTAR ISI………………………………………………………………..

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 8

    D. Telaah Pustaka ............................................................................ 9

    E. Metode Penelitian ....................................................................... 12\

    F. Sistematika Pembahasan ............................................................ 13

    BAB II DESKRIPSI KRITIS KONSEP MUH{KAM-MUTASYAbih ............................... 15

    B. Penentuan Ayat-ayat Muh}kama>t dan Ayat-ayat Mutasya>biha>t

    C. Pengetahuan tentang Mutasya>bih …........................................ 32

    26

    iii

  • xiv

    BAB III DESKRIPSI TENTANG MU’TAZILAH DAN AZ-

    ZAMAKHSYARI

    A. Sejarah Perkembangan Mu’tazilah…....................................

    1. Pengertian Mu’tazilah ……………..................................

    2. Asal-usul Kemunculan Mu’tazilah…...................................

    3. Ajaran Mu’tazilah………………………………………….

    4. Tokoh-tokoh Mu’tazilah…………………………………..

    5. Perkembangan Mu’tazilah………………………................

    B. Biografi az-Zamakhsyari………………………………………

    1. Riwayat Hidup az-Zamakhsyari…………………………...

    2. Karya-karya az-Zamakhsyari………………………………

    3. Tafsir al-Kasysya>f………………………………………….

    a. Latar Belakang Penulisan……………………………….

    b. Sumber Penulisan…………………………………….....

    c. Corak dan Metode Penafsiran…………………………...

    BAB IV PENGARUH MU’TAZILAH TERHADAP KONSEP

    MUH{KAM-MUTASYAbiha>t……………. 70

    C. Asas Ajaran Mu’tazilah dalam Ta’wi>l Ayat-ayat Mutasya>biha>t

    dalam al-Kasysya>f…………………………………………….. 76

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ………. ........................................................ …….. 87

    B. Saran………… .......................................................................... 88

    40

    40

    41

    44

    50

    52

    57

    57

    60

    61

    61

    62

    63

    iv

  • xiv

    DAFTAR PUSTAKA………. ................................................................. …….. 90

    RIWAYAT HIDUP

    v

  • MOTTO

    Kenapa hari musti berubah lilin kecil dan

    Keredupan gunung-gunung langit

    Juga kerdip batu-batu di atas sana

    Selimut-selimut bocah seperti pohon yang

    kedinginan oleh siraman cahaya rembulan

    Lalu dekap-dekap merayap dalam gelap

    Menyusupi kelopak yang telungkup di atas bola

    Ditendang dalam mimpi dan khayalan terdalam

    Hingga seluruh dunia dan isinya

    Dipermainkan dalam hitam putih

    Satu persatu dicentang dari daftar

    Suguhan pesta tawa

    Dalam siang yang tak terang

    Diganti bohlam-bohlam

    Tanpa pijar

    Hampir sekeras matahari

    Lalu seruling merekam kebisuan hutan

    Dijejak bocah-bocah akar

    Diam.

    MALAM

    MENEMUI TUHAN DALAM DIAM MELAFALKAN HATI TANPA KALAM

  • PERSEMBAHAN

    Untuk Lia Sholicha

  • PEDOMAN TRANSLITERASI

    Peedoman transliterasi yang8 dipakai dalam penyusunan skripsi ini

    merupaan gabungan atas bebrapa bagian dari pedoman yang telah ditetapkan,

    diantaranya : Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan

    dan Kebudayaan Republik Indonesia, nomor; 158 Tahun 1987 dan Nomor

    0543b/U/1987, Tm Puslitbang Lektur Keagamaan, Pedoman Transliteraswi Arab-

    Latin (Jaarta : Proyek Pengkajian dan Pengembangan Letur Pendidikan Agama

    Depag, 2003) dan pedoman transliterasi yang disusun oleh Chamamah Soeratno

    dewngan sedikit perubahan dari penulis.

    I. Konsonan Tunggal

    Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

    Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

    Ba‘ B Be

    Ta' T Te

    s\a S| Es (dengan titik di atas)

    Jim J Je

    H{a‘ H{{ Ha (dengan titik di bawah)

    Kha' Kh Ka dan Ha

    Dal D De

    Z|al Z| Zet (dengan titik di atas)

    Ra‘ R Er

    Zai Z Zet

    Sin S Es

    Syin Sy Es dan Ye

    S}}ad S{ Es (dengan titik di bawah)

    D{ad D{ De (dengan titik di bawah)

  • T{a'> T{ Te (dengan titik di bawah)

    Z{a' Z{ zet (dengan titik di bawah)

    ‘Ain ‘ koma terbalik ( di atas)

    Ghain Gh Ge dan Ha

    Fa‘ F Ef

    Qaf Q Qi

    Kaf K Ka

    Lam L El

    Mim M Em

    Nun N En

    Wawu W We

    Ha’ H Ha

    Hamzah ’ apostrof

    Ya' Y Ye

    II. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah ditulis Rangkap

    ditulis muta’addidah

    ditulis ‘iddah

    III. Ta’ Marbutah diakhir kata

    a. Bila dimatikan tulis h

    ditulis H}ikmah

    ditulis Jizyah

  • (ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke

    dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila

    dikehendaki lafal aslinya)

    b. Bila diikuti kata sandang ‚al‛ serta bacaan kedua itu terpisah, maka

    ditulis h.

    ditulis Kara>mah al-auliya>’

    c. Bila Ta' marbu>t}ah hidup dengan harakat, fath}ah, kasrah, atau d}ammah

    ditulis t.

    ditulis Zaka>t al-fit}rah

    IV. Vokal Pendek

    fath}ah ditulis a

    kasrah ditulis I

    d{ammah ditulis u

    V. Vokal Panjang

    1 FATHAH + ALIF

    ditulis

    ditulis

    a>

    Ja>hiliyah

    2 FATHAH + YA’MATI ditulis

    ditulis

    a>

    Tansa>

    3 FATHAH + YA’MATI

    ditulis

    ditulis

    i>

    Kari>m

    4 DAMMAH + WA>WU MATI ditulis

    ditulis

    u>

    Furu>d{

  • VI. Vokal Rangkap

    1 FATHAH + YA’ MATI ditulis

    ditulis

    Ai

    bainakum

    2 FATHAH + WA>WU MATI ditulis

    ditulis

    Au

    qaul

    VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

    ditulis a antum

    ditulis u’iddat

    ditulis la’in syakartum

    VIII. Kata sandang alif lam

    a. Jika diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan "al" dan

    ditambahh tanda penghubung ‚-‚

    ditulis al-Qur’a>n

    ditulis al-Qiya>s

    b. Jika dikuti huruf Syamsiyyah, ditulis sesua dengan bunyinya dan

    ditambahan tanda penghubung ‚-‚

    ditulis as-Sama>'

    ditulis as-Syams

    IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau

    pengucapannya

    ditulis Z|awī al-Furu>d{

    ditulis Ahl al-Sunnah

  • ABSTRAK

    Mu’tazilah adalah golongan yang bersikap statis dalam hal politik pada

    masa pertikaian antara Ali dan Aisyah. Namun dalam hal ideologi teologis

    mereka lebih mengedepankan rasio dalam memahami al-Qur’an. Menurut

    jumhur ulama’ salah satu fungsi al-Qur’an adalah sebagai sumber utama hukum

    Islam. Sementara kaum Mu’tazilah menekankan bahwa posisi akal lebih utama

    daripada al-Qur’an, sehingga al-Qur’an hanya menjadi bahan konfirmasi atau

    pembanding. Faham yang diunggulkan sekte ini adalah us}u>l al-khamsah. Dalam banyak hal jumhur ulama’ banyak menentang faham yang mereka kembangkan.

    Sebagai salah satu ulama’ besar Mu’tazilah, az-Zamakhsyari

    menghasilkan kitab al-Kasysya>f, karya monumental dalam bidang tafsir. Karya tersebut tidak dapat disangkal merupakan manivestasi militansi pembelaan

    terhadap sekte Mu’tazilah yang dianutnya. Sesuai dengan muqaddimahnya,

    mengenai karya tafsirnya tersebut az-Zamakhsyari mengatakan bahwa

    penyusunan tafsir ini didorong oleh ulama’ Mu’tazilah, untuk kepentingan ajaran

    sekte itu.

    Persoalan muh}kam-mutasya>bih yang termasuk dalam keluarga ilmu tafsir al-Qur’an memberikan lahan yang cukup luas untuk menanamkan pengaruh

    faham kemaz\haban. Tidak luput pula az-Zamakhsyari dalam hal ini terbawa oleh

    nuansa kemaz\haban dalam mengungkap makna-makna tasybi>h. Mu’tazilah yang menjadi latar belakang utama penyusunan kitabnya juga tidak segan-segan

    mendayagunakan az-Zamakhsyari. Pada tafsirnya az-Zamakhsyari menyikapi

    ayat yang muh}kam dan yang mutasya>bih dengan menunjukan sisi-sisi pembelaan terhadap Mu’tazilah. Dalam penelitian ini dikaji sejauh mana pengaruh

    Mu’tazilah terhadap az-Zamakhsyari dalam konsepsinya tentang muh}kam-mutasya>bih dalam al-Kasysya>f.

    Dari penelitian ini, az-Zamakhsyari terpengaruh oleh Mu’tazilah terlihat

    dari pengertian konsep muh}kam-mutasya>bih, yakni berpegang pada kebebasan kehendak (termasuk berpikir) dan keunggulan akal guna membongkar makna al-

    Qur’an tanpa melepaskannya untuk diserahkan ta’wilnya kepada Tuhan. Kedua, dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat az-Zamakhsyari menggunakan majaz dan tams}i>l untuk menolak kemungkinan makna yang musykil semisal sifat antropomorfistik ketuhanan. Dalam Mu’tazilah ayat-ayat harus rasional, jika

    tidak sejalan dengan akal maka harus dicari dari segi kebahasaannya, meskipun

    mengacuhkan makna z}ahir ayat. Ketiga, ayat yang ditemukan unsur dari kelima prinsip ajaran Mu’tazilah (us}u>l al-khamsah) di dalamnya, menjadi kesempatan az-Zamakhsyari mengobarkan makna untuk memperkuat maz\habnya, sehingga

    al-Qur’an seakan menjadi alat legitimasi kemaz\haban bagi mereka.

    i

  • KATA PENGANTAR

    Dalam memaknai pertemuan dengan Anda, pembaca, segala puji bagi

    Allah dalam tiap keadaan. Karena waktu kini terukir berbagai ajaran yang beliau

    bawa, maka shalawat salam untuk Nabi Muhammad SAW.

    Kehidupan ini dipenuhi harapan sekaligus kekhawatiran, maka dalam

    setiap pencapaian terdapat penghargaan. Berjalan dengan penuh harap, agar

    setiap langkah ditempuh untuk sampai pada sebuah tujuan. Ketika semua yang

    menghadang terlewati maka siap menghembuskan nafas kepuasan tanpa kesah

    penyesalan. Setelah tiba pada yang dituju, kesalahan yang ada dalam renungan

    introspeksi menjadi pelajaran untuk melangkah lebih tegar dan sepenuh tenaga

    pada perjalanan selanjutnya.

    Pada kesekian jejak langkah penulis, alhamdulillah, terselesaikan

    penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Mu’tazilah terhadap Konsep

    Muh{kam-Mutasya>bih (studi analisis kitab tafsir al-Kasysya>f karya az-

    Zamakhsyari). Pada pencapaian ini penulis menyadari banyak pihak yang turut

    mengulurkan hingga menjabat tangan, dalam mendorong dan turut serta

    membantu. Penulis mengucapkan banyak terimakasih.

    Yogyakarta, 6 November 2013

    Penulis

    M. Maghfur Amin

    ii

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Umat Islam sepakat bahwa al-Qur’an s}a>lih} li kulli zama>n wa

    maka>n,1 akan tetapi mereka memiliki pemahaman yang berbeda terhadap

    pernyataan tersebut. Sebagian memahaminya secara tekstual, artinya

    teks al-Qur’an saja yang akan bertahan sampai hari kiamat nanti.

    Sementara sebagian yang lain memahaminya secara kontekstual, bahwa

    yang akan lestari adalah isi dan kandungan Al-Qur’an. Namun, keduanya

    tetap berangkat dari apresiasi terhadap al-Qur’an.

    Pada zaman Nabi, usaha umat Islam dalam memahami al-Qur’an

    tidak mengalami kesulitan yang berarti, karena mereka adalah orang

    Arab yang memahami bahasa Arab. Sebagaimana firman Allah di dalam

    al-Qur’an surat Yu>suf ayat 2 yang menjelaskan bahwa al-Qur’an

    diturunkan dalam bahasa Arab. Selain itu, al-Qur’an sengaja diturunkan

    dan mengiringi mereka, sehingga tidak ada jarak ruang dan waktu.

    Meskipun begitu, bukan berarti bahwa para sahabat bisa memahami

    keseluruhan ayat al-Qur’an dan memiliki pemahaman yang sama. Jika

    ada ayat-ayat yang tidak dapat dipahami, maka para sahabat bisa saling

    1 Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta: LKiS

    Yogyakarta, 2010), hlm. 54

  • 2

    bertanya di antara mereka.2 Atau jika tidak ada yang memahami, mereka

    bisa menanyakan langsung kepada Nabi Muhammad SAW sebagai

    mubayyin (penjelas) yang menjelaskan kepada para sahabat tentang

    maksud dan kandungan ayat tertentu.3

    Ketika Nabi wafat, tidak ada tokoh tunggal yang mempunyai

    otoritas sebagai penjelas ayat-ayat al-Qur’an, sehingga para sahabat

    mulai melakukan ijtihad. Seiring dengan perjalanan waktu dan

    perkembangan pemikiran manusia, maka pemahaman serta kebutuhan

    terhadap perangkat-perangkat untuk membaca dan memahami al-Qur’an

    pun terus berkembang—yang kemudian disebut dengan ‘ulu>mul Qur’a>n.4

    2 Lihat antara lain, Muhammad bin Isma’il Abu Abdillah al-Bukhariy, al-Jami’ as-

    shahi>h, cet. III, (Berirut: Dar Ibn Katsir, 1987), tahqi>q Mustafa Dib al-Bagh, juz. I, Hlm. 21, nomor 32, juz. III, hlm. 1226

    3 Misalnya, penjelasan Nabi terhadap pertanyaan sahabat ketika turun al-An’a>m:

    82. Para sahabat bertanya: ‚Siapa di antara kami yang tidak menz}a>limi dirinya sendiri?‛ Nabi menafsirkan kata z}ulm tersebut dengan syirk. Hal ini berdasarkan QS. Luqman: 13

    4 Secara esensial ‘ulumul Qur’an telah ada semenjak masa Nabi, yaitu semenjak al-

    Qur’an diturunkan. Namun, belum ada proses kodifikasi ilmu-ilmu al-Qur’an. Hal ini

    disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) belum mendesaknya kebutuhan untuk itu, (2)

    kebanyakan para sahabat ummi dan sulitnya didapatkan alat-alat tulis, dan (3) adanya larangan Nabi untuk menuliskan segala sesuatu selain al-Qur’an. Nabi bersabda: ‚Janganlah kamu sekalian menulis dari ku. Barang siapa yang menulis dari ku selain al-Qur’an, maka hapuslah. Beritahukanlah kepada ku, jangan takut. Barang siapa yang berdusta kepada ku dengan sengaja, maka tunggulah tempat duduknya dari api neraka.‛ Larangan yang begitu keras ini dikarenakan ketakutan bercampurnya al-Qur’an dengan hal selain al-Qur’an. Lihat

    Subhi as-Salih, Maba>h}is\ fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Beirut: Dar al-‘Ilm li al-Malayin, 1977), hlm. 119-120. Dalam konteks sebuah istilah, ulumul Qur’an baru dikenal pada akhir abad III dan

    awal abad IV, yaitu ketika Muhammad bin Khalaf bin al-Murazban (w. 309 H) menyusun

    kitab yang berjudul al-H{awi fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Lihat Fahd Abdurrahman ar-Rumi, Ulu>mul Qur’a>n; Studi Kompleksitas al-Qur’a>n, terj. Amirul Hasan dan Muhammad H{alabi, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 2003), Cet. III, hlm. 66. Setelah itu, karya-karya mengenai

    ulumul Qur’an terus berkembang, baik karya yang membahas khusus satu tema, maupun

    yang membahas banyak tema, seperti al-Burha>n fi>‘Ulu>m al-Qur’a>n karya az-Zarkasyi dan at-Tah}bi>r fi> ‘Ulu>m at-Tafsi>r karya as-Suyu>t}i yang, menurut Masjfuk Zuhdi, tercakup di dalamnya 102 ilmu, serta al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Quran yang walau terdiridari 80 ilmu, akan tetapi dengan muatan yang padat, sehingga jika dirinci, maka akan terdapat 300 ilmu di

  • 3

    Pertama-tama ‘Us \ma>n bin ‘Affan yang telah meletakkan dasar

    bagi yang dinamakan dengan ilmu rasm al-Qur’a>n (rasm al-‘Us \ma>ni).5

    Kemudian Ali bin Abi Tha>lib dianggap sebagai peletak dasar ilmu

    nahwu, yang kemudian diikuti oleh ilmu i’ra>b al-Qur’a>n.6 Tersebarnya

    para sahabat ke berbagai penjuru untuk mengajarkan al-Qur’an

    menjadikan transmisi ilmu ke generasi selanjutnya (ta>bi’i>n) kian pesat.

    Hal ini terlihat dengan adanya lembaga-lembaga kajian yang lazim

    disebut dengan Madrasah at-Tafsi>r.7

    Setelah berakhirnya periode ta>bi’in, mulailah masa kodifikasi.

    Kodifikasi ‘ulu>mul Qur’a>n melalui proses yang panjang untuk menjadi

    dalamnya. Lihat Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Karya Abditama, 1997), Cet. V, Hlm. 30

    5 Islam telah menyebar ke berbagai penjuru dan mereka berbaur dengan orang-

    orang yang tidak memahami bahasa Arab. Para sahabat diutus ke wilayah-wilayah baru

    tersebut untuk mengajarkan al-Qur’an dan masalah-masalah keagamaan. Karena al-Qur’an

    diturunkan dengan tujuh dialek, maka para sahabat mengajarkan dengan dialek tersebut.

    Penduduk Syam membaca dengan lafal Ubay bin Ka’ab dan penduduk Irak dengan lafal

    ‘Abdulla>h bin Mas’u>d. Ketika perang menaklukkan Armenia dan Azerbaijan, yang dalam

    pasukan ini berkumpul penduduk Syam dan Irak, maka terjadilah perselisihan akibat adanya

    perbedaan dialek antara keduanya. Masing-masing mengklaim mereka lah yang benar dan

    mengkafirkan yang lain. Huz\aifah al-Yama>ni merasa khawatir menyaksikan hal ini,

    sehingga dia mengadukannya kepada khalifah ‘Usma>n bin ‘Affa>n. Ternyata ‘Usma>n juga

    mengalami hal yang sama di Madinah, di mana para guru mengajarkan dengan bacaan

    masing-masing, sehingga terjadi perselisihan dan pertengkaran. Akhirnya, setelah

    bermusyawarah dengan sahabat yang lain, ‘Usma>n memutuskan untuk mengumpulkan al-

    Qur’an menjadi satu dialek. Untuk itu dibentuklah panitia pengumpul al-Qur’an yang

    diketuai oleh Zaid bin S|a>bit.‘Usman memerintahkan untuk mengumpulkan al-Qur’an di

    dalam satu mushaf, yaitu mus}h}af al-Ima>m dan memerintahkan umat Islam untuk membakar semua tulisan selainnya. Lihat Fahd Abdurrah}ma>n ar-Ru>mi, ‘Ulu>mul Qur’a>n; Studi Kompleksitas al-Qur’an, terj. Ami>rul H{asan dan Muhammad H{alabi, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 2003), Cet. III, Hlm. 119-121 dan Muhammad ‘Abd al-‘Az}im az-Zarqani,

    Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (t. t. p, ‘Isa al-Bab al-Halabi, t. t.), hlm. 30 6 Semakin banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa ‘ajam, ditakutkan

    terjadi pembelokan bahasa Arab dan kesalahan dalam pembacaan al-Qur’an, maka ‘Ali

    memerintahkan Abu Aswad ad-Du’ali untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab. Lihat

    Muhammad ‘Abd al-‘Az}im az-Zarqani, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Jilid. I, hlm. 30

    7 Fahd Abdurrah}ma>n ar-Ru>mi, ‘Ulu>m al-Qur’a>n…, hlm. 58-60

  • 4

    seperti yang dikaji sekarang ini. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dalam

    memahami ayat-ayat al-Qur’an. Oleh karena itu, semakin jauh dari masa

    diturunkannya al-Qur’an, semakin banyak pula ilmu yang dibutuhkan

    agar dapat memahami al-Qur’an semaksimal mungkin—karena ikhtiar

    manusia memahami pesan ilahi hanya bisa mencapai tingkat pemahaman

    relatif dan tidak bisa mencapai pemahaman yang absolut. Begitu juga

    dalam upaya mengungkap kandungan al-Qur’an yang siap menjadi kitab

    ajaran yang sesuai menuntun dengan arah yang baik pada perkembangan

    kehidupan manusia.

    Perkembangan ‘ulu>mul Qur’a>n ini terus berlanjut hingga zaman

    kontemporer. Nama-nama bermunculan dari para Ulama yang telah

    membuahkan pemikiran-pemikiran tentang al-Qur’an, baik yang sepakat

    dan meneruskan konsep-konsep lama, maupun yang mengkritisi dan

    mengevaluasi konsep-konsep lama yang dianggap tidak menjawab

    tantangan zaman atau tidak sesuai dengan nilai-nilai universal al-Qur’an.

    Di antara tokoh-tokoh studi al-Qur’an kontemporer adalah Ami>n al-

    Khulli, Nas}r H>{amid Abu Zayd, Muh{ammad Syahru>r, dan Abdulla>h

    Ah{mad an-Na’i>m.

    Di antara konsep-konsep ‘ulu>mul Qur’a>n yang tidak pernah

    berhenti menjadi perdebatan di kalangan ulama adalah konsep-konsep

    seperti makkiy-madaniy, na>sikh-mansu>kh, dan muh}kam-mutasya>bih.

    Perdebatan seputar konsep-konsep ini tidak pernah berhenti, selalu ada

  • 5

    pemahaman baru, baik mengenai makna konsep itu sendiri, maupun

    mengenai pembagian ayat-ayatnya.

    Perdebatan persoalan makkiy-madaniy, berputar pada persoalan

    kriteria dan klasifikasi ayat, mana yang termasuk ayat-ayat makkiyyah

    dan mana yang termasuk ayat-ayat madaniyyah. Konsep na>sikh-mansu>kh

    lebih diperdebatkan lagi, pro-kontra persoalan ini telah bermula pada

    zaman-zaman awal. Umat Islam sepakat bahwa tidak ada kontradiksi di

    dalam ayat-ayat al-Qur’an. Meskipun ada ayat-ayat yang tampak seolah

    kontradiktif, akan tetapi sebenarnya semuanya bisa dikompromikan.

    Umumnya dalam proses kompromi inilah ulama’ berbeda pendapat.

    Sebagian ulama’ mengkompromikan tanpa menyatakan ada ayat-ayat

    yang dibatalkan, dihapus, atau tidak berlaku lagi dan sebagian yang lain

    menyatakan sebaliknya.8 Selain itu, perdebatan juga muncul karena kata

    naskh yang memiliki banyak arti.

    Konsep muh}kam-mutasya>bih tidak kalah diperdebatkan

    dibandingkan konsep-konsep sebelumnya. Bahkan merupakan salah satu

    konsep yang kontroversial sepanjang sejarah antara ulama kalam, fiqih,

    dan lainnya. Perdebatan ini tidak hanya terjadi pada tataran konsep

    ulu>mul Qur’a>n, akan tetapi juga pada penafsiran, yaitu penafsiran

    terhadap ayat al-Qur’an karena konsep ini mengambil dasarnya di dalam

    al-Qur’an surat An ayat 7.

    8 H{asbi as-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an Tafsir, (Jakarta: Bulan

    Bintang, 1954), hlm. 108-111

  • 6

    Perdebatan yang muncul di dalam konsep muh}kam-mutasya>bih

    adalah seputar makna, penentuan ayat-ayatnya, dan sikap yang

    diberlakukan pada keduanya, yaitu pemahaman terhadapnya diserahkan

    kepada Allah atau akan dicari ta’wilnya. Pencarian makna dilakukan

    dengan cara yang berbeda, yaitu dipahami secara tekstual untuk ayat-

    ayat yang muh}kama>t dan dicari ta’wilnya untuk ayat-ayat yang

    mutasya>biha>t. Hal ini karena pada ayat-ayat yang muh}kama>t, makna

    dapat ditangkap langsung dari teks. Sedangkan pada ayat-ayat

    mutasya>biha>t makna tidak jelas, melainkan tersembunyi.

    Dalam penulisan kitab tafsirnya al-Kasysya>f ‘an H{aqa>’iq at-

    Tanzin al–Aqa>wi>l fi Wuju>h at-Ta’wi>l, az-Zamakhsyari

    didorong oleh permintaan suatu kelompok Mu’tazilah yang bernama al-

    Fi>’ah an-Na>jiyah al-‘Adliyah .9 Seperti yang dikatakannya dalam

    muqaddimah tafsir al-Kasysya>f: ‚… mereka menginginkan sebuah kitab

    tafsir dan kemudian saya diminta untuk mengungkap hakekat makna al-

    Qur’an dan semua kisah yang terdapat di dalamnya, termasuk aspek

    ta’wilnya‛.10

    Dengan dorongan tersebut, az-Zamakhsyari mulai menulis kitab

    tafsirnya pada tahun 526 H. Gagasan penafsiran az-Zamakhsyari ini

    mendapat sambutan hangat dari berbagai negeri. Desakan pengikut-

    9 Malik Madani, ‚al-Kasysyaf. Tafsir Mu’tazilah dalam Literatur Kaum Sunni‛,

    dalam Pesantren, Vol. VIII, No. I, 1991, hlm. 89 10

    Az-Zamakhsyari, al-Kaysyaf ‘an Haqa’iq at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wuju at-Ta’wil (Tt.: Intisyarat Afab, tt.) hlm. 17-20

  • 7

    pengikut Mu’tazilah di Makkah dan atas dorongan al-H>{asan Ali ibn

    H>{amzah ibn Wahha>s, az-Zamakhsyari> tergugah untuk menyelesaikan

    penulisan tafsirnya. Sehingga pada tahun 528 H, dengan waktu penulisan

    kurang lebih 30 bulan, al-Kasysya>f terselesaikan.11

    Dengan beberapa pengamatan tersebut di atas, penulis ingin

    meneliti lebih lanjut mengenai keterpengaruhan az-Zamakhsyari oleh

    Mu’tazilah tentang konsep muh}kam-mutasya>bih. Sementara Mu’tazilah

    dalam banyak hal mengedepankan kebebasan kehendak manusia.

    Kedudukan akal yang diasumsikan bahwa akal mampu menentukan baik

    buruk tanpa perantara Rasul. Sehingga wahyu hanya berfungsi sebagai

    sarana konfirmasi. Jika konsep seperti itu menjadi suatu epistemologi

    yang berpengaruh dalam proses seorang mufassir dalam memahami al-

    Qur’an, maka ideologi dasar tersebut akan menghasilkan resepsi yang

    berbeda terhadap al-Qur’an dan kandungannya. Produk tafsirnya tentu

    berbeda pula.

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang tersebut dirumuskan pertanyaan-pertanyaan

    yang akan dijawab di dalam skripsi ini. Adapun rumusan masalah sebagai

    berikut:

    1) Sejauh mana pengaruh Mu’tazilah dalam konsepsi az-Zamakhsyari

    tentang muh}kam-mutasya>bih?

    11

    Az-Zamakhsyari, al-Kasysya>f, (CD Program al-Maktabah asy-Sya>milah), jilid IV, Hlm. 304

  • 8

    2) Bagaimana metode analisa (ta’wi>l) az-Zamahsyari terhadap ayat-ayat

    muh}kama>t dan mutasyabiha>t?

    3) Dalam ayat-ayat tentang apa pengaruh Mu’tazilah tampak dalam

    penafsiran az-Zamakhsyari terhadap ayat-ayat muh}kama>t dan

    mutasyabiha>t?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian merupakan target yang ingin dicapai

    peneliti dalam menjawab pertanyaan yang diangkat dalam rumusan

    masalah. Sebagai tujuan penelitian ini adalah:

    1) Untuk mengetahui pengaruh Mu’tazilah terhadap konsepsi az-

    Zamakhsyari tentang muh}kam-mutasya>bih.

    2) Untuk mengatahui bagaimana metode analisa (ta’wi>l) az-

    Zamahsyari terhadap ayat-ayat muh}kama>t dan mutasyabiha>t?

    3) Untuk mengetahui dalam ayat-ayat tentang apa pengaruh

    Mu’tazilah tampak dalam penafsiran az-Zamakhsyari terhadap

    ayat-ayat muh}kama>t dan mutasyabiha>t?

    2. Kegunaan Penelitian

    a. Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan keilmuan,

    khususnya dalam ilmu-ilmu al-Qur’an dan tafsir serta ilmu tafsir.

    Dimana az-Zamakhsyari adalah sosok ilmuwan yang cukup

    kontributif sesuai ekspertasi di bidang keilmuannya.

  • 9

    b. Hasil penelitian ini dapat menjadi pijakan dan inspirasi bagi

    peneliti selanjutnya, khususnya di bidang ‘ulu>mul-Qur’a>n

    terkhusus lagi mengenai muh}kam-mutasya>bih.

    c. Pembahasan muh}kam-mutasya>bih sendiri perlu pengembangan

    baik dalam bidang konsep maupun aplikasi penafsiran, karena

    perangkat ini termasuk ‘pisau bedah’ dalam membongkar

    kandungan al-Qur’an. Penelitian ini akan memberikan gambaran

    tentang perspektif yang ada dalam bidang keilmuan al-Qur’an.

    D. Telaah Pustaka

    Kontribusi az-Zamakhsyari dalam dunia keilmuan sudah sangat

    masyhur. Telah banyak karyanya digali dan diteliti untuk kepentingan

    keilmuan, baik dalam bentuk buku atau pun karya tulis dalam studi di

    berbagai Perguruan Tinggi.

    Banyak tulisan-tulisan yang mengangkat tentang pemikiran az-

    Zamakhsyari dan tafsir al-Kasysya>f-nya. Di antaranya tulisan Fauzan

    Naif ‚Pandangan az-Zamakhsyari tentang Kebebasan Manusia‛. Tulisan

    tersebut mengemukakan dua pembahasan pemikiran az-Zamakhsyari,

    yaitu tentang pembebasan manusia dalam perbuatannya, serta kedudukan

    dan peran akal. Pembahasan pertama, Fauzan menjelaskan bahwa

    kebebasan kehendak manusia (h}urriyyah al-ira>dah), yang dalam

    praktiknya berwujud perbuatan (fi’il) tidak ada sangkut pautnya dengan

    kehendak bebas manusia sendiri. Sementara dalam pembahasan kedua,

  • 10

    diterangkan bahwa akal mampu secara mandiri mengetahui baik dan

    buruk tanpa bantuan Rasul. Sehingga wahyu hanyalah sebagai media

    konfirmasi. Pendapat ini memperkuat asumsi kemerdekaan manusia.12

    Dalam tulisan Fauzan Naif yang lain berjudul ‘Al-Kasysya>f karya

    az-Zamakhsyari’, dibahas seputar latar belakang tokoh Mu’tazilah, yakni

    az-Zamakhsyari dan kelebihan tafsir al-Kasysyaf, baik dari sisi

    metodologisnya maupun contoh penafsirannya.13

    Selain itu Sa’ad Abdul Wah}id juga membahas ‚Zamakhsyari dan

    Tafsir al-Kasysya>f‛. Pembahasan yang disajikan sebenarnya tidak jauh

    berbeda dengan tulisan Fauzan, namun Sa’ad lebih menyoroti retorika

    az-Zamakhsyari. Jika diperhatikan dengan cermat penafsiran az-

    Zamakhsyari menjelaskan bahwa al-Qur’an mengandung balaghah yang

    tinggi, al-Qur’an banyak menggunakan retorika dengan menggunakan

    isti’a>rah, maja>z dan bentuk retorika lainnya.14

    Sedangkan tulisan yang membahas muh}kam-mutasya>bih antara

    lain adalah tulisan Syamsu Rizal Panggabean yang berusaha menjelaskan

    konsep muh}kam-mutasya>bih dengan mengungkap makna historis kedua

    terma tersebut di dalam al-Qur’an.15

    Syahrur di dalam karya besarnya al-

    12

    Fauzan Naif, ‚Pandangan az-Zamakhsyari tentang Kebebasan Manusia‛ dalam

    Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadis, Vol. ,1, No. 1 Juli 2000, hlm. 33-45

    13

    Fauzan Naif, ‘Al-Kasysya>f karya az-Zamakhsyari’, dalam A. Rofiq (Ed.), Studi Kitab Tafsir (Yogyakarta: Teras, cet. I, 2004), hlm. 43-61

    14 Sa’ad Abdul Wahid, ‘Zamakhsyari dan Tafsir al-Kasysyaf dalam M. Amin

    Abdullah dkk., Rekonstruksi Metodologi Ilmu-ilmu Keislaman, (Yogyakarta: Suka Press, 2003), hlm. 269

  • 11

    Kita>b wa al-Qur’a>n; Qira>’ah Mu’a>shirah membagi al-Qur’an menjadi

    tiga bagian, yaitu ayat-ayat muh}kama>t, ayat-ayat mutasya>biha>t, dan

    ayat-ayat yang tidak termasuk jenis muh}kam dan tidak pula termasuk

    jenis mutasya>bih.16

    Nas}r H{ami>d Abu> Zayd dalam tulisannya Mafhu>m an-Nas};

    Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n bisa dianggap sebagai pembuka jalan dalam

    mengevaluasi konsep tradisional muh}kam-mutasya>bih. Menurutnya,

    kedua terma ini merupakan hasil dialektika realitas dengan teks, bukan

    teks dengan realitas.17

    Sedangkan El-Ma’i{amdi Yazi’—yaitu dengan mengembalikan

    ayat-ayat yang mutasya>biha>t kepada ayat-ayat yang muh}kama>t—dengan

    tambahan bahwa ayat yang muh}kam (satu ayat) juga harus dikembalikan

    kepada ayat-ayat muh}kama>t yang lainnya.

    Masdar Farid Mas’udi mencoba memahami konsep muh}kam dan

    mutasya>bih dengan paradigma lain. Dalam pandangannya, ayat-ayat

    muhkam lebih merujuk pada prinsip-prinsip dasar yang kebenarannya

    bersifat universal, seperti tauhid, keadilan, persamaan hak, dan

    kesetaraan manusia di hadapan hukum. Sedangkan ayat-ayat yang

    15

    Lihat Syamsu Rizal Panggabean, ‚Makna Muh}kam dan Mutasya>bih dalam al-Qur’a>n‛, Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an No. 7, Vol. II, 1990, hlm. 46

    16

    Muhammad Syahru>r, al-Kita>b wa al-Qur’a>n; Qira>’ah Mu’a>shirah, (Damaskus: al-Ahali li an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1992), hlm. 56

    17

    Nas}r Hami>d Abu> Zayd, Mafhu>m an Nas}: Dira>sat fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Kairo: al-Hay’ah al-Mis}riyyah al-‘Ab, 1993), hlm 63

  • 12

    berkaitan dengan aspek aksiologis tentang bagaimana menerapkan ayat-

    ayat yang termasuk dalam kategori muhkam ini. Artinya, ayat-ayat

    mutasya>biha>t cenderung bersifat teknis-partikular sedangkan ayat-ayat

    muh}kama>t bersifat normatif-universal. Menurut Masdar Farid, kategori

    muhkam seharusnya lebih mengacu pada kandungan idealnya. Masdar

    Farid mencontohkan, hukum potong tangan termasuk kategori

    mutasya>biha>t, sedangkan muh}kama>t-nya adalah tuntutan untuk

    menegakkan keadilan.18

    E. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (library

    research) yang akan mencoba menjawab pertanyaan di dalam

    rumusan masalah berdasarkan pembacaan dan interpretasi terhadap

    data-data yang berhubungan dengan tema yang akan diteliti. Adapun

    sumber-sumber yang dipakai terdiri dari sumber-sumber primer, yaitu

    karya-karya az-Zamakhsyari yang berhubungan dengan tema

    penelitian ini serta karya-karya utama di dalam ‘ulu>mul Qur’a>n yang

    membahas tentang muh}kam-mutasya>bih. Adapun sumber-sumber

    sekunder yaitu teks-teks lainnya yang secara langsung mengacu pada

    tema ini.

    18

    Mas}dar Fari>d Mas’u>di, Agama Keadilan; Risalah Zakat (pajak) dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991) hlm. 20-21. Lihat pula ‚Memahami Ayat Suci dengan

    Pendekatan Transformasi‛, dalam Munawir Syadzili et. El., Polemik Reaktualisasi Ajaran

    Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987), hlm. 182-184

  • 13

    2. Objek Penelitian

    Objek dalam penelitian ini adalah teks tafsir al-Kasysya>f

    karya az-Zamakhsyari.

    3. Teknik Analisis Data

    Penelitian ini bersifat deskriprif-kualitatif, yaitu berusaha

    menggambarkan dan menjelaskan pemahaman terhadap penafsiran

    ayat. Analisis deskriptif-kualitatif ini dilakukan dengan

    menggunakan model yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman,

    yakni analisis interaktif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk

    narasi.19

    F. Sistematika Pembahasan

    Penulisan penelitian ini akan disusun berdasarkan sistematika

    sebagai berikut:

    Bab satu, berisi pendahuluan sebagai landasan awal dalam

    melakukan penelitian, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tela’ah pustaka, metode

    penelitian, dan sistematika pembahasan.

    Bab dua, pada bab ini dipaparkan secara kritis konsep muh}kam-

    mutasya>bih yang dimulai dengan deskripsi-kritis tentang pemaknaan

    konsep tersebut, penentuan ayat-ayatnya, dan perdebatan persoalan

    19

    Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), hlm. 16-19

  • 14

    pengetahuan terhadap ayat-ayat mutasya>biha>t, serta akan dilihat

    implikasi yang ditimbulkan oleh perdebatan seputar konsep tersebut.

    Bab tiga, adalah ruang untuk memaparkan sejarah dan pemikiran

    Mu’tazilah dan sekaligus paparan biografi az-Zamakhsyari. Dari sini

    pembaca dapat memahami bagaimana seluk-beluk Mu’tazilah dan az-

    Zamakhsyari. Pemaparan awal pada bab ini merupakan bahan analisis

    untuk pembahasan bab selanjutnya.

    Bab empat, pada bab ini akan dipaparkan anilisis kritis dengan

    bahan-bahan pada bab II dan III, yakni sejauh mana pengaruh Mu’tazilah

    terhadap konsep muh}kam-mutasya>bih yang dilihat dari karya salah satu

    tokohnya, yakni az-Zamakhsyari. Dalam bab initerdapat sub bab

    membahas tentang teologi rasional Mu’tazilah yang berdampak pada

    pandangan az-Zamakhsyari tentang konsep muh}kam-mutasya>bi,

    pengaruh Mu’tazilah dalam metode analisis (ta’wi>l) az-Zamakhsyari

    terhadap ayat-ayat mutasya>biha>t, dan asas ajaran Mu’tazilah dalam

    ta’wi>l ayat-ayat mutasya>biha>t dalam al-Kasysya>f.

    Bab lima, merupakan bab penutup yang akan memberikan

    kesimpulan terhadap diskusi sebelumnya dan saran-saran untuk

    penelitian selanjutnya.

  • 87

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    1. Keterpengaruhan az-Zamakhsyari oleh Mu’tazilah tentang konsep

    muhkam-mutasyabih adalah pada tataran bagaimana az-Zamakhsyari

    memandang bahwa mutasyabih adalah ayat yang mempunyai banyak

    kemungkinan makna yang menimbulkan keraguan, maka harus

    dijelasakan dan bukan diserahkan ke Tuhan (ta’wil-nya). Artinya tidak

    ada yang harus ditakutkan dalam mempergunakan akal untuk menggali

    makna ayat-ayat al-Qur’an. Pandangan yang berprinsip pada rasionalitas

    dan kebebasan kehendak manusia.

    2. Dalam menjelaskan ayat-ayat mutasyabiha>t az-Zamakhsyari

    menggunakan teori maja>z, isti’arah dan tams\i>l sebagai langkah ta’wil.

    Hal itu dilakukan juga untuk menolak kemungkinan makna yang musykil

    semisal ayat yang mengandung keterangan sifat antropomorfistik

    ketuhanan. Sesuai prinsip Mu’tazilah di atas, makna ayat-ayat al-Qur’an

    harus rasional. Jika makna z}ahir tidak sejalan dengan akal maka harus

    dicari makna lain melalui anilisis linguistik. Karena wilayah bahasa

    adalah wilayah yang bebas untuk mendirikan hujjah.

    3. Bagian-bagian al-Qur’an berupa ayat-ayat yang mengandung unsur dari

    kelima prinsip ajaran Mu’tazilah (us\u>l al-khamsah) menjadi kesempatan

  • 88

    az-Zamakhsyari mengukuhkan makna untuk mempertkuat maz\habnya,

    sehingga seakan al-Qur’an adalah alat legitimasi kemaz\haban.

    B. Saran

    1. Penelitian ini terbatas pada pembahasan mengenai seorang mufassir,

    yakni az-Zamakhsyari. Penelitian ini menggunakan sudut pandang

    keterpengaruhan az-Zamakhsyari oleh Mu’tazilah. Keterpengaruhan yang

    dilihat menggunakan piranti filsafat (ontologis, epistemologis, aksiologis)

    ini masih perlu pengembangan lebih lanjut. Pengembangan dapat

    dilakukan, misalnya, dengan membidik keterpengaruhan az-Zamakhsyari

    oleh Mu’tazilah dalam konsepsinya tentang muh}kam-mutasya>bih

    menggunakan sudut pandang historis. Dapat juga dilakukan

    pengembangan dengan sudut pandang kondisi sosial-politik atau sisi

    spiritualitas az-Zamakhsyari. Tentunya itu akan menjadi pembahasan

    yang menarik dan memberikan sumbangsih yang penting bagi khazanah

    keilmuan al-Qur’an dan tafsir.

    2. Banyak yang bisa digali dari konsep-konsep az-Zamakhsyari dalam

    rangka pengembangan ‘ulu>mul Qur’a>n dan tafsir. Misalkan tentang

    konsep na>sikh-mansu>kh menurut az-Zamakhsyari, atau pandangan az-

    Zamakhsyari mengenai konsep makkiy-madaniy. Bisa juga penelitian

    tentang asas ‘ulu>mul Qur’a>n yang lebih mendasar seperti konsep

    kemu’jizatan al-Qur’an menurut az-Zamakhsyari. Az-Zamakhsyari

    dengan pemikirannya cukup dipertimbangkan dalam kajian‘ulu>mul

  • 89

    Qur’a>n dan tafsir, karena h}ujjah- h}ujjah-nya menunjukkan ketajaman

    berpikirnya.

    3. Dalam pembahasan mengenai Mu’tazilah, penelitian selanjutnya dapat

    memberikan perhatian dengan meneliti perkembangan Mu’tazilah saat

    ini. Meskipun Mu’tazilah yang ditemukan saat ini tidak bisa dikatakan

    sebagai ‚Mu’tazilah tulen‛. Namun ketika dikaitkan dengan pandangan

    Mu’tazilah tentang konsep-konsep yang terdapat dalam ‘ulu>mul Qur’a>n

    maka akan menjadi pembahasan yang penting untuk dikaji.

  • 90

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Qur’an dan Terjemahnya al-Aliyy Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005

    Al-Qur’an Digital, versi 2.0, 2004

    Amin, Ahmad. Dhuhal Islam, jilid III, Kairo: t.p., 1952

    Amin, Ahmad. Muhammad Abduh, Kairo: Muassasah Al-Khanji, 1960

    As}faha>ni, ar-Ra>gib al.> dalam Mu’jam Mufrada>t Alfa>z} al-Qur’a>n, Beirut: Da>r al-Fikr, t. t.

    Atjeh, Aboebakar . Ahlus Sunnah wal Jama’ah, (keyakinan dan I’tiqad), Jakarta: Baitul Mal, 1969

    Baidan, Nasiruddin. Metodologi Penafsiran al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998

    Ba>qi, M. Fua>d ‘Abd al-, Mu’jam Garib al-Qur’a>n: Mustakhraja>t min S}ah}ih} al-Bukha>ri, t.t.p.: ‘Isa al-Ba>bi al-H{alabi, t.t.

    Bukhariy, Muhammad bin Isma’il Abu Abdillah al-, al-Jami’ as-shahi>h, tahqi>q Mustafa Dib al-Bagh, Berirut: Dar Ibn Katsir, cet. III ,1987

    Bukha>ri, Muhammad Ibn Isma>’il al-. al-Ja>mi’ as}-S}ah}i>h}, CD. Al-Maktabah asy-Sya>milah, al-Is}da>r as\-S|a>ni

    Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Studi Kitab Hadits. Yogyakarta: TH Press, 2004

    H{amawi, Syiha>b ad-Di>n ibn ‘Abdilla>h Ya>qu>t al-. Mu’jam al-Bulda>n, Beirut: Da>r S{adi>r, t.th

    H}anbal, Ah}mad ibn. ‚Musnad Ah}mad, dalam CD Mausu>’ah al-Rija>l al-Syari>f

    Hotsma, M. et. al. (ed.), First Encylopedia of Islam 1913-1936, , jilid VIII, Leiden: E.J. Brill, 1993

  • 91

    Izutsu, Toshihiko. Konsep Kepercayaan dalam Teologi Islam: Analisis Semantik Iman dan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1994

    Juwaini, Mus}t}afa as-Sawi al-. Manhaj az-Zamakhsyari fi> Tafsi>r al-Qur’a>n, Mesir: Dar al Ma’a>rif, t.th.

    Khu’i, al- ‚Tentang Otoritas Makna Literal (Zhawahir) al-Qur’an,‛ terj. M. S.

    Nasrulloh, dalam al-Hikmah, No. 9, 1413 H

    Kisa>’i, al Musytabiha>t al-Qur’a>n, disunting oleh M. Da>ud, t.t.: Da>r al-Mana>r, 1998

    Machasin (ed.), Tuhan pun lalu Tertawa: Rasionalisasi Bacaan-bacaan Teks Suci Yogyakarta: LkiS, 1999

    Madani, Malik. ‚al-Kasysyaf. Tafsir Mu’tazilah dalam Literatur Kaum Sunni‛, dalam Pesantren, Vol. VIII, No. I, 1991

    Mah}mu>d, Muni>’ Abd al-H{ali>m. Manhaj al-Mufassiri>n, Mesir: Da>r al-Kutub, 1978 Manz}u>r, Al-‘Alla>mah ibn. Lisa>n al-‘Arab al-Muh}it}, jilid. I dan II, (t.t.p: t.p., 1389)

    Martin, Richard C. dkk. Post-Mu’tazilah: Genealogi Konflik Rasionalisme dan Tradisionalisme Islam, terj. Muhammad Syukri Yogyakarta: IRCiSoD, 2002

    Mas’u>di, Mas}dar Fari>d. Agama Keadilan; Risalah Zakat (pajak) dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991

    Mas’u>di, Mas}dar Fari>d. ‚Memahami Ayat Suci dengan Pendekatan Transformasi‛,

    dalam Munawir Syadzili et. El., Polemik Reaktualisasi Ajaran Islam,

    Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987

    Miles, Mathew B. dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI Press, 1992

    Mustaqim, Abdul. Epistemologi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2010\

    Naif, Fauzan. ‚Pandangan az-Zamakhsyari tentang Kebebasan Manusia‛ dalam

    Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadis, Vol. ,1, No. 1 Juli 2000

  • 92

    Naif, Fauzan.‘Al-Kasysya>f karya az-Zamakhsyari’, dalam A. Rofiq (Ed.), Studi Kitab Tafsir ,Yogyakarta: Teras, cet. I, 2004

    Nasution, Harun. Akal dan Wahyu dalam Islam, Jakarta: UI Press, 1986

    Nasution, Harun. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah Jakarta: UI-Press, 1987

    Nasution, Harun. Teologi Islam, Jakarta, UI-Press, 1983

    Nurcholis Madjid, ‚Kata Pengantar‛, dalam Komaruddin Hidayat, Menafsirkan Kehendak Tuhan, (Bandung: Teraju, 2004), Cet. II, Hlm. xx-xxi

    Panggabean, Syamsu Rizal. ‚Makna Muh}kam dan Mutasya>bih dalam al-Qur’a>n‛,

    Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an No. 7, Vol. II, 1990

    Qit}fi, Jamal ad-Di>n Abi al-H{asan ‘Ali Ibn Yu>suf al-. Anbah aq-Ruwah ‘ala Anbah an-Nuh}a>t, jilid III, Kairo: Da>r al-Fikr al-‘Arabi, 1986

    Rid}a, M. Rasyi>d. Tafsi>r al-Mana>r, juz III, Beirut: Da>r al-Ma’rifah, t.t.

    Rumi, Fahd Abdurrahman ar-. Ulu>mul Qur’a>n; Studi Kompleksitas al-Qur’a>n, terj. Amirul Hasan dan Muhammad H{alabi, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, Cet. III, 2003

    Sabt, Kha>lid ibn ‘Us|ma>n as-. Qawa>’id al-Tafsi>r: Jam’an wa Dira>satan, jilid. II, t. p.: Da>r ibn ‘Affa>n,1997

    Salih, Subhi as- Membahas ilmu-ilmu al-Qur’an, alih bahasa Tim Pustaka Firdaus, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996

    Salih, Subhi as-. Maba>h}is\ fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Beirut: Dar al-‘Ilm li al-Malayin, 1977

    Shiddieqy, H{asbi as-. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1954

    Sumantri, Jujun. Filsafat Ilmu, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993

    Software ‚Al-Quranul Kariim‛ versi 1.1, Abu Abdillah Salman Farisi

  • 93

    S{uyu>t}i, Imam Jalaluddin as-. Al-Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, jilid. II, Beirut: Da>r al-Fikr, 1979

    Syahru>r, Muhammad. al-Kita>b wa al-Qur’a>n; Qira>’ah Mu’a>shirah, Damaskus: al-Ahali li an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1992

    T{abari, Ibnu Jarir At-. Ja>mi’ al-Baya>n fi Ta’wi>l al-Qur’a>n, Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.

    T}aba’t}aba’I, Sayd M. H}usain. Al-Mi>za>n fi Tafsi>r al-Qur’a>n, jilid III, Beirut: Mu’assasah al-A’la li al-Mat{bu’a>t, Cet. III, t. t.

    Wahid, Saad Abdul. ‘Zamakhsyari dan Tafsir al-Kasysyaf dalam M. Amin Abdullah

    dkk., Rekonstruksi Metodologi Ilmu-ilmu Keislaman, Yogyakarta: Suka Press, 2003

    Zamakhsyari, Abu> al-Qasim Mahmud ibn Muhammad ibn Umar az-, al-Kasysya>f ‘an Haqa’iq at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wuju at-Ta’wil Tt.: Intisyarat Afab, tt.

    Zamakhsyari, Abu> al-Qasim Mahmud ibn Muhammad ibn Umar az-. al-Kasysyaf, CD Program al-Maktabah asy-Syamilah, Jilid I, II, IV, V, VI, VII

    Zarkasyi, Badruddi>n Muh}ammad bin ‘Abdulla>h az-. Al-Burha>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Jld. I, Kairo: Mat{ba’ah ‘Isa al-Ba>bi al-Halabi, t. t.

    Zarqani, Muhammad ‘Abd al-‘Az}im az-. Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, jilid I dan II, t. t. P: ‘Isa al-Bab al-Halabi, t. t.,

    Zarzu>r, ‘Adna>n Muh}ammad. ‚Muqaddimah al-Muh}aqqiq‛ dalam al-Jabba>r, Mutasya>bih al-Qur’a>n, ditahqiq oleh ‘Adna>n M. Zarzu>r, Kairo: Da>r at-

    Tura>s|, 1185

    Zayd, Abu. Tekstualitas al-Qur’an: Kritik terhadap Ulumul Qur’an, terj. Khoiron Nohdliyyin, Yogyakarta: LkiS, Edisi Revisi, 2003

    Zayd, Nas}r Hami>d Abu.> Mafhu>m an Nas}: Dira>sat fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Kairo: al-Hay’ah al-Mis}riyyah al-‘Ab, 1993

    Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur’an, Surabaya: CV Karya Abditama, Cet. V 1997

  • -

    -

    - ’

    - ’ ’

    -

    -

    - ’

    -

    -

    -

    - ’

    -

    - ’

    - ’

    -

    -

    -

    -

    - ’

    -

    - ’ ’

    HALAMAN DEPANDAFTAR ISINOTA DINASSURAT PERNYATAANPENGESAHAN SKRIPSIMOTTOPERSEMBAHANPEDOMAN TRANSLITERASIABSTRAKKATA PENGANTARBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan dan Kegunaan PenelitianD. Telaah PustakaE. Metode PenelitianF. Sistematika Pembahasan

    BAB II DESKRIPSI KRITIS KONSEP MUH{KAM-MUTASYAbihB. Penentuan Ayat-ayat Muh}kama>t dan Ayat-ayat Mutasya>biha>tC. Pengetahuan tentang Mutasya>bih

    BAB III DESKRIPSI TENTANG MU’TAZILAH DAN AZ-ZAMAKHSYARIA. Sejarah Perkembangan Mu’tazilahB. Biografi az-Zamakhsyari

    BAB IV PENGARUH MU’TAZILAH TERHADAP KONSEP MUH{KAM MUTASYAbiha>t 5C. Asas Ajaran Mu’tazilah dalam Ta’wi>l Ayat-ayat Mutasya>biha>t dalamal-Kasysya>f

    BAB V PENUTUPA. KesimpulanB. Saran

    DAFTAR PUSTAKARIWAYAT HIDUP